proses pengembangan kepemimpinan...

27
NASKAH PUBLIKASI PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIK Oleh : Andika Bima Taufan Sus Budiharto PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Upload: haliem

Post on 30-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

NASKAH PUBLIKASI

PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIK

Oleh :

Andika Bima Taufan

Sus Budiharto

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

Page 2: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

2

NASKAH PUBLIKASI

PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIK

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

(Sus Budiharto S.Psi, M.Si, Psikolog)

Page 3: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

3

PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIK Andika Bima Taufan

Sus Budiharto

Intisari

Meningkatnya jumlah pejabat yang tertangkap atas tuduhan kasus korupsi dewasa ini menunjukkan rendahnya moralitas para pemimpin di negeri ini. Pentingnya sebuah kajian yang mampu menghadirkan suatu pemecahan dalam perbaikan moralitas pemimpin melatarbelakangi dilakukannya penelitian mengenai kepemimpinan profetik. Kepemimpinan profetik adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama sebagaimana para nabi dan rasul (prophet) melakukannya (Adz-Dzakiey, 2005). Dimensi kepemimpinan profetik terdiri dari empat aspek, yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. (Budiharto dan Himam, 2006). Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana proses mengembangkan kepemimpinan kenabian?

Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena proses mengembangkan kepemimpinan profetik. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Data dianalisis dengan teknik analisis tematik dengan langkah-langkah berupa penggolongan tema-tema untuk kemudian memasukkannya ke dalam sub kategori dan kategori serta mengintegrasikannya. Selanjutnya diperoleh model fenomena individu dalam mengembangkan kepemimpinan kenabian. Wawancara mendalam dilakukan terhadap dua orang pemimpin yang telah diakui oleh pengikut dan lingkungan sebagai seorang pemimpin yang mampu menerapkan dimensi kenabian dalam kepemimpinannya. Responden pertama adalah seorang laki-laki, pemimpin salah satu pondok pesantren di Yogyakarta. Responden kedua adalah seorang perempuan, pimpinan beberapa usaha ritel yang cukup sukses di Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada dua metode mengembangkan kepemimpinan profetik, yaitu peneladanan kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W. serta pembiasaan sikap dan perilaku yang baik dalam memimpin. Pengembangan kepemimpinan profetik tersebut diimplementasikan melalui metode vertikal yang berupa keyakinan kepada Tuhan, ketaatan beribadah, dan kebersyukuran serta metode horisontal dilakukan dengan membangun kepemimpinan demokratis, menyeru dalam kebaikan, dan berusaha menjadi teladan. Kedua metode pengembangan kepemimpinan profetik tersebut dilakukan dalam rangka meraih tujuan berupa usaha perbaikan diri dan pengembangan potensi, mencapai kebahagiaan serta bermanfaat bagi sesama. Setelah mencapai tujuan tersebut, ternyata semakin menguatkan pengembangan kepemimpinan profetik dalam diri individu. Proses ini berjalan secara terus-menerus dan berulang.

Kata Kunci : kepemimpinan profetik

Page 4: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

4

PENGANTAR

Tragedi yang dialami bangsa Indonesia akhir-akhir ini, baik masalah politik,

ekonomi, moral, dan hukum merupakan potret dari penyalahgunaan pengaruh

(pemimpin yang tidak amanah). Keputusan dan kekuasaan yang dipegang oleh

sebagian (yang cukup banyak jumlahnya) pemimpin bangsa ini. Krisis yang dialami

bangsa Indonesia mendera berbagai bidang seakan tidak ada jalan keluar dari semua

krisis tersebut. Adapun salah satu krisis yang paling nyata kita hadapi adalah krisis

kepemimpinan. (Parikesit, 2008)

Meningkatnya jumlah pejabat yang tertangkap atas tuduhan kasus korupsi

dewasa ini menunjukkan rendahnya moralitas para pemimpin di negeri ini. Mereka

sering menjadikan rakyat kecil (grass root) sebagai modal utama yang ujung-

ujungnya setelah ambisi mereka tercapai dijadikan tumpuan dari segenap kebohongan

mereka. Sebuah lembaga yang berbasis di Berlin (Transparency International)

menetapkan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia sebesar 2,3 dan berada diurutan 143

dari 180 negara. Negara dengan tingkat korupsi tertinggi jika indeksnya mendekati

nol, dan sebaliknya semakin bersih (minim korupsi) apabila mendekati angka 10.

(www.infokito.net)

Fakta di atas menunjukkan betapa bangsa ini terpuruk karena sumber daya

manusianya yang gemar melakukan korupsi. Sumber daya manusia yang memiliki

jiwa kepemimpinan dengan moralitas yang rendah, tidak amanah, jauh dari nilai-

nilai kepemimpinan sebagaimana yang dicontohkan oleh para Nabi. Kepemimpinan

yang dimaksud adalah kepemimpinan profetik, sebagaimana diungkapkan Budiharto

Page 5: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

5

dan Himam (2006), bahwa kepemimpinan profetik adalah kemampuan

mengendalikan diri dan mempengaruhi orang lain dengan tulus melalui kekuatan

pencerahan jiwa dan pembersihan ruhani untuk mencapai tujuan bersama

sebagaimana dilaksanakan oleh para nabi (prophet). Lebih lanjut Budiharto dan

Himam (2006) mengungkapkan empat dimensi dari kepemimpinan profetik ini, yaitu

shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah.

Sejauh pengamatan penulis, pengembangan kepemimpinan profetik di

Indonesia masih sangat minim. Berawal dari presiden Soekarno yang menerapkan

gaya kepemimpinan sangat populis, temperamennya meledak-ledak, tidak jarang

lembut dan menyukai keindahan (Danusubroto, 2005). Soekarno tidak pernah

berhasil menumbuhkan kemampuan rakyat untuk mandiri secara ekonomi. Sehingga

rakyat yang lelah menjadi miskin, mempunyai secercah harapan ketika Soeharto

berkuasa dengan sederet penasehat ekonomi yang pada waktu itu terlihat cemerlang

(www.hukumonline.com). Ketidakberhasilan Soekarno tersebut menunjukkan bahwa

beliau tidak mampu memberikan alternatif solusi bagi permasalahan perekonomian

rakyat. Hal tersebut berarti bahwa beliau dinilai belum mampu menerapkan nilai

Fathonah dalam kepemimpinannya sebagaimana dicontohkan oleh para Nabi.

Presiden Soeharto sebagai penerus estafet kepemimpinan pada waktu itu

adalah seorang yang mahir dalam strategi dan seorang detailis sekaligus pandai

menggunakan kesempatan, pembawaannya formal dan tidak hangat dalam bergaul.

Karim (2007) berpendapat bahwa, Soeharto yang terkesan statusquo dalam

menerapkan gaya kepemimpinan merupakan penyebab kegagalannya. Soeharto

Page 6: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

6

merusak sistem dan birokrasi yang dibangunnya dengan represi, kekerasan, kejahatan

kemanusiaan, dan korupsi kelompoknya sehingga menyebabkan kerusakan yang

diakibatkan menjadi begitu masif dan harus ditanggung oleh pemerintahan-

pemerintahan berikutnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Soeharto dinilai belum

bisa mengimplementasikan nilai shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah dalam

kepemimpinannya.

Karim (2007) menjelaskan bahwa Prof. Dr. BJ Habibie, Presiden ketiga

Republik Indonesia yang sangat terbuka dalam berbicara, tetapi tidak pandai untuk

mendengar, akrab dalam bergaul, dan tidak jarang eksplosif, sangat detailis, suka uji

coba, tetapi kurang tekun dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Beliau telah

menunjukkan keberhasilan dalam memajukan industri pesawat terbang di Jerman dan

berhasil memimpin IPTN, berhasil sebagai Menristek pada masa Soeharto, berhasil

pula mengembangkan kawasan otorita Batam, tetapi gagal sebagai Presiden karena

lepas pulau Timor-Timur hanya diakibatkan ia ingin bermain cantik dengan

demokrasi. Habibie berusaha mempertahankan gaya demokrasi pada situasi krisis,

yang seharusnya menuntut seseorang pimpinan bertindak tegas dan segera, kalau

perlu dengan gaya otokratik. Ketidakpandaiannya untuk mendengar aspirasi rakyat

dapat diartikan bahwa beliau belum mampu memahami dan dipahami oleh rakyatnya.

Ketidakmampuan menerapkan gaya kepemimpinan otokratik pada situasi krisis

membuat Indonesia kehilangan salah satu propinsi, yang menunjukkan bahwa beliau

kurang kompeten sebagai pemimpin bangsa. Berdasarkan penjelasan diatas terlihat

Page 7: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

7

bahwa beliau dinilai belum bisa menerapkan nilai tabligh dan fathonah dalam

kepemimpinannya.

Lebih lanjut Karim (2007) mengungkapkan bahwa Abdurrahman Wahid

adalah seorang kiai yang sangat liberal dalam pemikirannya, penuh dengan ide dan

gagasan, sangat tidak disiplin, gaya kepemimpinannya ala LSM, serta gagal dalam

mengimplementasikan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksaaan

Dalam Permusyaratan/Perwakilan. Kesalahan yang dilakukannya juga disebabkan

ketidakmampuannya membaca situasi, pada waktu itu pintu demokrasi telah dibuka,

namun secara berani melakukan hal-hal yang inkonstitusional atau tidak demokratis.

Karakter yang kurang disiplin, penuh dengan ide dan gagasan namun tidak mampu

membaca situasi sehingga membuatnya salah dalam memilih gaya kepemimpinan

yang harus diterapkan pada waktu itu adalah gambaran pemimpin yang kurang

kompeten dalam memimpin bangsa. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau dinilai

belum mampu menerapkan nilai amanah dan fathonah dalam kepemimpinannya.

Sementara itu dalam tulisannya, Karim (2007) menegaskan bahwa Megawati

gagal dalam melaksanakan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Lebih lanjut Muhammad (2004) mengungkapkan bahwa sebagai persiden keempat

Megawati tampak tenang dan kurang acuh dalam menghadapi berbagai persoalan

bangsa. Tetapi dalam hal-hal tertentu, menunjukkan determinasi dalam

kepemimpinannya, misalnya mengenai persoalan-persoalan di BPPN, kenaikan harga

BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. Kegagalan beliau disebabkan karena

tidak konsisten dengan ucapannya yang ingin memperhatikan ‘wong cilik’, tetapi

Page 8: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

8

beliau terpeleset karena ketika beliau menjadi Presiden kebijaksanaannya menaikkan

harga BBM dianggap kebijaksanaan yang tidak memihak kepada ‘wong cilik’

sehingga beliau kalah dalam Pemilihan Presiden langsung tahun 2004. Megawati

dinilai tidak konsisten dengan ucapannya, menunjukkan dirinya belum mampu

menerapkan nilai shiddiq dalam kepemimpinannya.

Djalal (2008) mengungkapkan bahwa Presiden saat ini Susilo Bambang

Yudhoyono adalah pemimpin yang berani mengambil risiko tidak populer

(Fathonah), selalu berpikir positif (Shiddiq), selalu tepat waktu (Amanah), akhlak dan

moralnya bagus, bermental tangguh, taat sistem, tidak mendewakan kekuasaan, serta

punya jiwa seni. Sekilas tampak bahwa Presiden Indonesia sekarang dinilai mampu

menerapkan nilai shiddiq, amanah, dan fathonah dalam kepemimpinannya.

Penerapan kepemimpinan profetik di Indonesia belum cukup terimplementasi

dari keenam presiden yang pernah menjabat. Dari sekian pemimpin yang pernah

menjabat sebagai pemimpin nomor satu di negeri ini, belum ada yang mampu

menerapkan gaya kepemimpinan profetik yang idealnya mencakup empat dimensi,

yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah dalam memimpin.

Prijosaksono (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan sesungguhnya

tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan merupakan

sesuatu yang muncul dari dalam diri dan merupakan buah dari keputusan seseorang

untuk bersedia menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi

lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.

Kepemimpinan cenderung kepada keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses

Page 9: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

9

perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Bernard Shaw (Al

Banjari, 2008) menyatakan bahwa Muhammad membawakan agama yang dapat

menjadi tolak ukur mulia bagi perkembangan sejarah selanjutnya. Islamlah satu-

satunya agama yang memiliki kekuasaan terhadap fase-fase kehidupan yang berbeda-

beda. Muhammad pantas disebut sebagai juru penyelamat nilai-nilai kemanusiaan.

Sekiranya orang seperti dirinya ditetapkan sebagai pemimpin pada kurun ini, jelas

akan mampu memecahkan segala persoalannya.

Sanaky (2003) berpendapat bahwa kemampuan kepemimpinan yang dimiliki

Nabi Muhammad S.A.W. meliputi kemampuan memimpin diri sendiri, kemampuan

manajerial, konsep relasi, visinya Al-Qur’an, bersikap tawadhu’, dan memilki 4 sifat:

siddiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan apa adanya), dan

fathonah (pandai). Konsep itulah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad S.A.W.

dalam mengemban tugas sebagai rasul, kepala negara, panglima perang, sebagai

imam, serta sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Dapat diartikan bahwa

kemampuan-kemampuan dan karakter (sifat-sifat) yang dimiliki oleh nabi

Muhammad S.A.W. mendukung terwujudnya kepemimpinan yang memiliki kualitas

maksimum. Allah S.W.T., berfirman :

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (Q.S. al-Ahzab: 21)

Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah S.W.T. telah menurunkan seorang

manusia yang memiliki akhlak mulia dan bisa dijadikan suri tauladan bagi umat

manusia yaitu Rasulullah, Muhammad S.A.W.

Page 10: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

10

Razak (2008) mengemukakan bahwa keunggulan dan popularitas kepribadian

Nabi Muhammad S.A.W. diakui oleh seorang penulis barat bernama Boudly dalam

bukunya, ”The Apostle, Life of Muhammad” menyebutkan bahwa tidak ada seorang

pemimpin dunia yang pernah ada tak selengkap dan tak secemerlang sejarah

kehidupan Nabi Muhammad S.A.W. yang dapat ditelusuri sosok kehidupannya mulai

dari lahir hingga akhir hayatnya dan tak ada satupun cacat dan kelemahan beliau

sehingga benar-benar diakui sebagai manusia pilihan.

Hasil penelitian Budiharto (2007) menunjukkan adanya siklus menumbuhkan

dan mengembangkan kepemimpinan profetik yang diawali dari fase Pre-Embrional,

fase Embrional, fase Pra-Natal, fase Post-Natal (parenting), fase Education, fase

Youth Activities, fase Leadership, dan fase Nation’s Wealth yang berlangsung terus-

menerus dan berulang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, mengembangkan

kepemimpinan profetik dimulai dari fase parenting (post-natal) atau pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua kepada anaknya. Fase ini terjadi saat calon pemimpin

dilahirkan, yang kemudian dididik oleh lingkungan, hingga meninggal atau kembali

kepada Tuhan. Berdasarkan penjelasan di atas maka untuk dapat mewujudkan

generasi yang memiliki kemampuan memimpin dengan meneladani pola

kepemimpinan para nabi diperlukan pembentukan kepemimpinan profetik sejak dini.

Dalam konteks ini tentu saja yang kali pertama dituntut untuk

mengimplementasikan pola-pola dan sistem kepemimpinan profetik adalah para

penguasa di negeri ini, mulai pucuk teratas hingga yang terbawah, mulai presiden

hingga kepala rumah tangga. Kepedulian yang serentak dan holistik dari segenap

Page 11: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

11

penguasa di negeri ini untuk menerapkan kepemimpinan yang ideal merupakan suatu

keniscayaan, tidak boleh ditawar-tawar, minimal kalau mereka menyadari bahwa

tanggung jawab sosial yang berat di negeri ini sepenuhnya berada ditangan mereka.

Diperlukannya pembentukan karakter kepemimpinan pada generasi muda sejak dini

yang memiliki kemampuan dalam meneladani kepemimpinan para Nabi khususnya

Nabi Muhammad S.A.W. dimulai dari kelompok terkecil yaitu keluarga mengingat

bangsa ini adalah bangsa yang besar dengan mayoritas penduduknya mengaku

muslim. Allah S.W.T., berfirman :

“Tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al-Anbiya: 107)

Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah S.W.T. telah mengutus Nabi

Muhammad S.A.W. ke muka Bumi ini adalah untuk menjadi rahmat bagi semesta

alam. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. memandang

kepemimpinan sebagai tugas (amanah), ujian, tanggung jawab dari Tuhan, yang

pelaksanaannya tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada para anggota yang

dipimpin, tetapi juga kepada Allah S.W.T. Pertanggungjawaban kepemimpinan

dalam Islam tidak hanya bersifat horisontal-formal kepada sesama manusia, tetapi

juga bersifat vertikal-moral, yaitu kepada Allah S.W.T. baik di dunia maupun di

akhirat. Kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W. mampu memberikan kemaslahatan

bagi seluruh umat, karena nilai-nilai islam yang diajarakan Nabi Muhammad S.A.W.

adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin.

Page 12: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

12

Peneliti tertarik dan mencoba untuk menggali lebih dalam lagi mengenai

bagaimana proses mengembangkan kepemimpinan profetik pada diri pemimpin dan

bagaimana dinamika psikologisnya sehingga terbentuk kepemimpinan profetik dalam

diri individu.

METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini mengambil dua orang responden sebagai subjek penelitian dan

menggunakan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data. Wawancara

mendalam merupakan suatu metode yang digunakan dengan melakukan suatu

percakapan berdasarkan suatu maksud tertentu (Tubbs, 1996).

Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengkoordinasikan data kedalam kategori,

menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga

mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2005). Jorgensen

(Poerwandari, 2005) menjelaskan yang dimaksud analisis adalah memecah,

memisahkan, atau menguraikan materi penelitian ke dalam potongan-potongan,

bagian-bagian, elemen-elemen atau unit-unit. Setelah data dipecah, peneliti memilah

Page 13: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

13

dan menyaring data untuk memperoleh tipe, kelas, pola atau gambaran yang

menyeluruh.

Hasil Penelitian

Setelah melakukan proses pengumpulan data melalui wawancara dengan

seluruh responden ditemukan hasil penelitian seperti yang digambarkan melalui

bagan berikut ini :

Page 14: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

14

Page 15: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

15

PEMBAHASAN

Berdasarkan model gambar di atas tampak dinamika psikologis fenomena

pengembangan kepemimpinan profetik dimana terdapat 6 komponen yang terlibat

dalam proses pembentukannya yaitu, faktor penyebab (latar belakang pendidikan dan

keluarga), pernikahan (konteks pernikahan), strategi mengembangkan kepemimpinan

profetik, faktor pendukung, faktor penghambat, serta tujuan dalam mengembangkan

kepemimpinan profetik. Keenam komponen tersebut saling berhubungan satu sama

lain dalam pengembangan kepemimpinan profetik pada diri masing-masing

pemimpin.

Namun sebelum sampai pada penemuan fenomena proses mengembangkan

kepemimpinan profetik ini, terlebih dahulu kita bahas proses awal para responden

yang pada akhirnya memilih jalan hidup seperti yang muncul pada fenomena utama.

Semua responden mengakui bahwa perubahan hidupnya dipengaruhi oleh faktor

pernikahan. Pada responden pertama diketahui bahwa setelah responden pertama

menikah, dirinya diberi amanah oleh ayah mertuanya untuk meneruskan memimpin

pondok pesantren sehingga membuatnya harus siap untuk melanjutkan estafet

kepemimpinan tersebut. Sejak itu responden bertekad untuk membiasakan sikap dan

perilaku yang baik dalam hidupnya dengan harapan dapat menjaga amanah yang

diberikan kepadanya dengan baik.

Pengaruh pernikahan juga telah membuat hidup responden kedua berubah.

Responden kedua tidak menyangka bahwa dirinya akan menikah dengan seorang

ustadz. Responden sadar bahwa ada konsekuensi logis yang harus ditanggung ketika

Page 16: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

16

dirinya memilih untuk menikah dengan seorang ustadz. Ketika melamar responden,

ustadz tersebut menyampaikan bahwa dirinya ingin agar responden kelak setelah

menjadi isterinya ikut membantu mencari nafkah bagi keluarga, selalu mengenakan

busana muslimah, dan ikhlas ketika ditinggal sendiri dirumah karena sering pergi

memberi ceramah pengajian dimana-mana (Widiyatno, 2006).

Responden menyikapi hal itu dengan pikiran terbuka, menyadari bahwa

permintaan calon suaminya bukan dimaksudkan untuk melimpahkan tanggung jawab

kepada dirinya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Responden mengerti bahwa

calon suaminya hanya ingin agar kelak isterinya bersedia bergotong-royong sehingga

kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi, mengingat peran calon suami sebagai

mubaligh muda yang memiliki kewajiban lebih luas terhadap umat. Responden juga

menyadari sebagai isteri mubaligh memang sudah selayaknya mengenakan busana

muslimah dan meninggalkan pakaian-pakaian terbuka yang menjadi mode pakaian

saat itu. Sementara terkait dengan kesediaan untuk ikhlas karena sering ditinggal

sendiri di rumah, responden merasa hal tersebut bukanlah suatu masalah dengan

menyadari status calon suami sebagai mubaligh tentu harus diisi dengan berbagai

kegiatan melayani umat.

Responden terkenang dengan cerita sosok isteri Nabi Muhammad S.A.W., Siti

Khadijah Ra. Saat calon suaminya mengajukan tiga permintaan tersebut. Responden

menyadari dengan adanya tiga permintaan itu tampaknya sang calon suami

mengharapkan dirinya untuk meneladani isteri Rasulullah SAW. (Siti Khadijah) yaitu

menjadi seorang wanita mandiri dan mampu memberi kedamaian bagi suaminya.

Page 17: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

17

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut akhirnya responden menerima

seluruh permintaan yang diajukan calon suaminya hingga akhirnya resmi menikah.

Sejak itulah responden bertekad untuk selalu meneladani isteri Nabi Muhammad

S.A.W., Siti Khadijah Ra. Proses tersebut menunjukkan bahwa pengaruh pernikahan

membuat dirinya ingin meneladani isteri Rasulullah S.A.W., Siti Khadijah Ra.

Tekad yang ada dalam diri masing-masing responden tersebut didorong oleh

pengalaman masa lalunya. Faktor pendorong pengembangan kepemimpinan profetik

ini dilatarbelakangi oleh faktor keluarga dan faktor pendidikan. Faktor keluarga yang

terdiri dari pola asuh orang tua, pengaruh keluarga, role models, dan kematian ayah

melatarbelakangi kehidupan responden kedua sebelum pernikahan. Pola asuh orang

tua merupakan pendorong kedua responden dalam mengembangkan kepemimpinan

profetik seperti penanaman nilai-nilai keagamaan sejak kecil yang dilakukan oleh

orang tua, sebagaimana dikemukakan oleh Eisenberg dan Murpy (Rice, 2008) bahwa

orang tua memainkan peran penting dalam transisi masa remaja ke masa dewasa

dalam dasar perkembangan nilai sosial, politik dan agama.

Pada responden kedua, adanya pengaruh keluarga dengan latarbelakang

sebagai pengusaha banyak mengajarkan kepadanya tentang hidup kerja keras,

menghormati orang lain, dan semangat untuk belajar. Disamping itu, faktor

pendorong role model juga melatarbelakangi kedua responden dalam

mengembangkan kepemimpinan profetik. Responden pertama menjadikan

pengalaman kakek dan ayah mertuanya sebagai salah satu rujukan dalam mengatasi

suatu persoalan. Responden kedua meneladani kebiasaan hidup orang-orang

Page 18: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

18

disekitarnya seperti kebiasaan pamannya dalam beramal (Shodaqoh), kebiasaan hidup

budhenya dalam menabung, dan meneladani kerja keras nenek. Dapat dikatakan

bahwa kemampuan kedua responden mengimplementasikan nilai-nilai hidup dalam

mengembangkan kepemimpinan profetik karena didorong oleh adanya faktor role

models, yaitu adanya peran orang lain yang menjadi panutan atau contoh. Faktor

kematian ayah juga membentuk responden kedua menjadi pribadi yang menghindari

hutang karena pengalaman responden sepeninggal sang ayah dengan menanggung

beban hutang yang dilakukan ayahnya.

Faktor pendidikan melatarbelakangi kehidupan responden pertama sebelum

pernikahan. Kebiasaan responden pertama semasa kecil yang sering menjadi ‘santri

kalong’ (sering mengikuti kegiatan pondok pesantren layaknya para santri)

membuatnya terbiasa hidup di lingkungan santri. Pengalamannya tinggal di pondok

pesantren selama tujuh tahun setelah selesai SMA juga memperdalam pemahaman

agamanya.

Kedua responden menyadari bahwa dalam mengembangkan kepemimpinan

profetik dalam dirinya dibutuhkan langkah-langkah strategis agar dapat tercapai

tujuan hidupnya seperti keyakinan kepada Tuhan, ketaatan beribadah dan bersyukur

(Hablumminallah). Namun juga tidak meninggalkan kewajiban terhadap sesama

(Hablumminannas) seperti halnya mengajak dalam kebaikan, mampu menjadi

teladan, serta menerapkan kepemimpinan yang demokratis dalam hubungan antara

atasan dan bawahan.

Page 19: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

19

Strategi yang diterapkan oleh kedua responden tersebut didukung oleh faktor-

faktor pendukung, seperti potensi diri yang termasuk didalamnya adalah kemandirian,

ketegasan, mudah mendapatkan ide, semangat untuk selalu belajar, dan kejujuran.

Dalam proses mengembangkan kepemimpinan profetik, dukungan sosial memberikan

pengaruhnya kepada para responden untuk terus mengembangkan kepemimpinan

profetik dalam dirinya. Menurut House (Smet, 1998) membedakan empat jenis

dukungan sosial, yaitu:

1. Dukungan emosional mencakup empati dan perhatian.

2. Dukungan penghargaan berupa ungkapan hormat atau penghargaan kepada

orang tersebut.

3. Dukungan Insrumental, berupa dana atau barang langsung.

4. Dukungan informatif mencakup memberi nasehat, petunjuk, saran atau umpan

balik.

Dukungan sosial pada responden pertama ini berupa dukungan dari santri,

pengurus pondok, dan masyarakat sekitar pondok pesantren tempat responden

pertama memimpin. Dukungan ini berupa dukungan penghargaan yang mencakup

ungkapan hormat atau penghargaan kepada responden. Santri, pengurus pondok, dan

masyarakat mengakui bahwa responden pertama adalah pemimpin yang mampu

menerapkan kepemimpinan kenabian yang tampak pada penerapan nilai-nilai

kejujuran, menjaga amanah, tabligh, dan fathonah dalam kepemimpinannya.

Sedangkan dukungan sosial pada responden kedua berupa dukungan pasangan.

Dukungan ini lebih kepada dukungan informatif yang mencakup memberi nasehat,

Page 20: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

20

petujuk, saran atau umpan balik. Suami responden kedua banyak membimbing ilmu

keagamaan kepada responden, selain itu juga sebagai penasehat dalam hidup.

Usaha kedua responden dalam mengimplementasikan langkah-langkah

strategis ini bukan tanpa hambatan. Adanya tantangan-tantangan yang muncul

menjadi penghambat. Tantangan-tantangan tersebut seperti sifat pesimis dan mudah

terpengaruh sebagaimana tampak pada data yang diperoleh dari responden kedua.

Banyaknya tender dengan permintaan mark up harga atau nota kosong menjadi

tantangan bagi responden kedua sebagai seorang pemimpin dalam ’decision making’.

Tantangan lain muncul pada responden pertama seperti tidak semua orang menilai

positif sikap dan perilakunya.

Akhirnya sampailah pada hasil dan tujuan responden mengembangkan

kepemimpinan profetik. Peneliti membagi tujuan pengembangan kepemimpinan

profetik menjadi dua yaitu tujuan pribadi yang termasuk didalamnya perbaikan diri

dan pengembangan potensi, dan kebahagiaan hidup. Perbaikan diri dan

pengembangan potensi ini meliputi penerapan nilai-nilai shiddiq, amanah, tabligh,

dan fathonah dalam memimpin sebagaimana yang dilakukan oleh para Nabi dalam

memimpin umatnya. Kemudian tujuan yang ditujukan kepada masyarakat seperti

keinginan agar bisa bermanfaat bagi sesama. Tujuan ini hanya bisa diraih ketika

masing-masing responden memiliki komitmen yang kuat serta konsisten dalam

mengembangkan kepemimpinan profetik sebagaimana responden pertama konsisten

dalam membiasakan yang baik dalam hidup dan konsisten dalam meneladani Siti

Khadijah Ra. pada responden kedua.

Page 21: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

21

Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat dua metode pengembangan

kepemimpinan profetik yaitu peneladanan kepemimpinan Rasulullah S.A.W. dan

pembiasaan sikap serta perilaku yang baik dalam memimpin. Pembiasaan sikap serta

perilaku yang baik dalam memimpin ini akan mendorong orang lain / pengikut

berbuat hal yang sama. Hal ini terjadi karena tidak hanya interaksi antara individu

dan lingkungannya saja yang mempengaruhi perilaku, tetapi perilaku juga akan

mempengaruhi individu dan lingkungannya (Walgito 2005).

Sikap dan perilaku yang baik dalam memimpin pada responden pertama

terbentuk karena pengalaman pembiasaan sikap dan perilaku yang baik yang terjadi

secara terus menerus sejak kecil sebagaimana teori classical conditioning Pavlov. Hal

tersebut diperkuat dengan adanya pengakuan dari para santri, pengurus pondok, dan

masyarakat atas kepemimpinannya. Individu juga akan dapat memiliki kemampuan

belajar yang baik melalui proses pembiasaan (Shaleh dan Wahab, 2004). Organisme

yang terkondisi pada suatu conditioned stimulus tertentu akan memberikan reaksi

serupa (conditioned response) pada rangsang sejenis (Irwanto, 2002). Pembiasaan

sikap dan perilaku yang baik pada responden pertama melalui proses yang cukup

terkondisi sejak kecil. Kehidupan masa kecil dengan kebiasaan mengikuti kegiatan

pondok pesantren membuatnya hidup di lingkungan santri yang kental dengan nilai-

nilai agama. Pengalaman responden pertama ketika tinggal menetap di pondok

pesantren setelah menyelesaikan pendidikan SMA menguatkan pemahaman dirinya

akan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama islam. Pengalaman kehidupan

Page 22: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

22

tersebut membuatnya terbiasa bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai

ajaran agama islam yang dipandang baik oleh lingkungan, sehingga ketika dirinya

menikah dan diberi amanah untuk memimpin pondok pesantren milik ayah mertua,

dirinya siap karena telah terbiasa menjaga sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan

nilai-nilai ajaran islam. Disamping itu, kepemimpinannya juga dipandang baik oleh

lingkungan yang berupa dukungan sosial dari santri, pengurus pondok, dan

masyarakat.

Pada dasarnya pengembangan kepemimpinan profetik pada responden kedua

adalah peneladanan kepemimpinan Rasulullah S.A.W. karena responden kedua

adalah seorang wanita maka dirinya meneladani istri Rasulullah, Siti Khadijah Ra.

Responden kedua dapat mengembangkan kepemimpinan profetik dengan baik karena

dukungan pasangan. Pengalaman masa lalu dalam melihat role model dalam

keluarganya memudahkan dirinya dalam mengimplementasikan nilai-nilai yang ingin

diteladani. Dapat dikatakan perilaku yang muncul merupakan hasil dari interaksi yang

terjadi secara terus menerus antara dirinya dengan lingkungan keluarganya.

Lingkungan keluarga menjadi model dalam implementasi nilai-nilai kejujuran

(shiddiq), profesionalisme (amanah), berkomunikasi efektif (tabligh), dan

kompetensi (fathonah).

Responden kedua mengembangkan kepemimpinan profetik melalui proses

belajar dari lingkungan sosialnya. Mengamati sikap dan perilaku orang-orang di

sekelilingnya dalam hal ini keluarga (modelling atau observational learning,

Page 23: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

23

Bandura). Belajar dengan mencontoh perilaku orang lain ini tidak serta-merta

membuatnya meniru semua perilaku yang dilihatnya. Responden cukup selektif

dalam mencontoh perilaku orang lain. Responden kedua mengaku tidak ingin

mencontoh perilaku berhutang seperti yang dilakukan ayahnya. Responden juga tidak

menuruti saran keluarga dekatnya untuk mengambil kredit Bank agar menjadi

motivasi dalam mencari uang. Meski hanya dengan mengamati perilaku orang lain

akan dapat mempengaruhi perilaku individu itu sendiri. Responden mengamati

konsekuensi perilaku dari orang-orang disekitarnya untuk memperbaiki perilakunya

sendiri (vicarious learning).

Responden pertama juga demikian, seringkali merujuk pada Al-Qur’an dan

Sunnah dalam mencari solusi permasalahan. Disamping itu, responden juga merujuk

pada pengalaman atau model ayah mertuanya ketika menjadi pemimpin dalam

mengatasi permasalahan. Hal ini menunjukkan bahwa responden juga meniru

perilaku ayah mertuanya (direct modeling) dalam memimpin sebagaimana teori

observasional learning atau social learning Bandura. Shaleh dan Wahab (2004),

berpendapat bahwa yang terpenting dalam belajar sosial adalah kemampuan

seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil

keputusan mengenai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan

perilaku-perilaku yang dipilih.

Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, diantaranya proses

pemilihan sample yang masih kurang banyak serta wawancara yang dilakukan masih

Page 24: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

24

kurang mendalam, sehingga masih ada pertanyaan-pertanyaan dalam interview guide

yang belum tergali secara optimal.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada dua metode pengambangan

kepemimpinan profetik, yaitu peneladanan kepemimpinan Rasulullah S.A.W. dan

pembiasaan sikap dan perilaku yang baik dalam memimpin.

Metode pengambangan kepemimpinan profetik tersebut diimplementasikan

secara vertikal dan horisontal. Metode vertikal (hablumminallah) diwujudkan dengan

keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketaatan beribadah, dan rasa syukur.

Metode horisontal (Hablumminannas) dilakukan dengan membangun kepemimpinan

demokratis, menyeru dalam kebaikan, dan berusaha menjadi teladan. Implementasi

dari pengembangan kepemimpinan profetik tersebut didukung oleh potensi diri

pemimpin itu sendiri, dukungan pasangan, pengikut, dan masyarakat (dukungan

sosial). Namun juga menghadapi beberapa tantangan seperti sifat pesimis, mudah

terpengaruh, serta kenyataan bahwa ternyata tidak semua orang menilai positif sikap

dan perilaku pemimpin yang mengembangkan kepemimpinan profetik tersebut.

Kedua metode pengembangan kepemimpinan profetik tersebut dilakukan dalam

rangka meraih tujuan/outcomes yang berupa usaha perbaikan diri dan pengembangan

potensi, mencapai kebahagiaan serta bermanfaat bagi sesama. Perbaikan diri dan

pengembangan potensi tersebut meliputi penerapan nilai-nilai shiddiq, amanah,

tabligh dan fathonah dalam memimpin. Setelah melalui proses hingga mencapai

Page 25: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

25

tujuan/outcomes tersebut, ternyata semakin menguatkan pembiasaan sikap/perilaku

yang baik dalam memimpin dan peneladanan kepemimpinan Rasulullah S.A.W.

dalam diri masing-masing pemimpin. Proses ini berjalan secara terus-menerus dan

berulang.

B. SARAN

1. Bagi Responden

Para pemimpin (responden) diharapkan tetap terus menjaga konsistensi

dalam mengembangkan kepemimpinan kenabian agar dapat menjadi contoh bagi

pemimpin-pemimpin yang lain mengingat moralitas para pemimpin bangsa ini

cukup memprihatinkan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mendapatkan subjek yang lebih

populer sehingga masyarakat lebih mudah melihat dan meneladani sosok

pemimpin yang mampu menerapkan kepemimpinan profetik. Ada baiknya

mengambil sampel dari beberapa agama, mengingat semua agama memiliki nabi /

rasul / sosok panutan. Kemudian peneliti yang tertarik pada permasalahan yang

sama disarankan untuk mencari responden lebih banyak.

Page 26: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

26

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey, H. B. 2005. Menumbuhkan dan Mengembangkan Potensi Kepemimpinan melalui Prophetic Intelligence Management. Hand Out Mata Kuliah Studi Kepemimpinan Islam. Yogyakarta: Universitas Cokroaminoto

Al-Banjari, R. R. 2008. Prophetic Leadership. Yogyakarta: DIVA Press

Budiharto, S. dan Himam, F. 2006. Konstruk Teoritis dan Pengukuran Kepemimpinan Profetik. Jurnal Psikologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Th. 33, No. 2, 133

Budiharto, S. 2007. Menumbuhkan dan Mengembangkan Kepemimpinan Profetik. Dipresentasikan dalam konferensi internasional Psikologi Industri dan Organisasi. 9-11 Agustus 2007. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Danusubroto, S. 2005. Soekarno yang Saya Kenal. Dapat diakses di (http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0512/17/opini/)17/12/05

Djalal, D. P. 2008. Strategi Kepemimpinan SBY. Dapat diakses di (http://entertainmen.suaramerdeka.com/index.php?category=1) 13/07/08

Karim, N. 2007. Implementasi Gaya Kepemimpinan. Dapat diakses di (http://202.152.33.84/index.php?option=com_content&view=frontpage&itemid=34) 17/10/07

Muhammad, M. 2004. Gaya Kepemimpinan SBY-JK. Dapat diakses di (http://www.transparansi.or.id/mti_db/mti_db-okt04.html) 11/10/04

Parikesit, A. A. 2008. Kepemimpinan Indonesia Masa Depan: Perpaduan Timur dan Barat Gaya China. Netsains 07/08/08 (http://netsains.com/2008/08/ kepemimpinan-indonesia-masa-depan-perpaduan-timur-dan-barat-gaya-china/)07/08/08

Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi UI

Page 27: PROSES PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PROFETIKpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh. ... kiamat dan dia

27

Prijosaksono, A. 2002. Kepemimpinan Sejati. (http://Sinarharapan.co.id/index. html)

Razak, A. A. 2008. Civil Society dalam Perspektif Islam. (http://tribun-timur.com-28/03/2008)

Rice, F. P. 2008. The Adolescene (Development, Relationship, and Culture). Twelfth Edition. Boston: Pearson

Sanaky. 2003. Kepemimpinan Prophetic. (http://ahmadyasserm.multiply.com/ journal/item/11/kepemimpinan_prophetic)

Shaleh, A. R., dan Wahab, M. A. 2004. Psikologi Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tubbs, S. L. dan Sylvia M. 1996. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Walgito, B. 2002. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.

Widiyatno, E. 2006. Dengan Keluarga Sakinah Membangun Bisnis Barokah. Yogyakarta : Matan

________. 2008. Kepemimpinan. (http://hukumonline.com/default.asp) 26/11/08

_________. 2007. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia di Posisi 143.

(http://infokito.net) 27/09/07