proptnst jawatimur · web viewfasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di dati i...
TRANSCRIPT
14. DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT
14. DAERAH TINGKAT I
KALIMANTAN BARAT I . GAMBARAN UMUM1. Keadaan daerah
Letak geografis Dati I Kalimantan Barat adalah berbatasan
langsung dengan laut Natuna dan daratan dari bagian Negara
Malaysia Serawak. Panjang perbatasan itu diperkirakan sekitar
1.200 km dan meliputi 20 kecamatan. Topografi wilayah Kali- mantan Barat terdiri dari rawa, aliran sungai, dataran ren-
dah, dan daerah bergelombang. Kalimantan Barat termasuk daerah
yang beriklim tropis dan mempunyai curah hujan yang tinggi
yaitu sekitar 3.000 mm per tahun dan jumlah hari hujan seki-
tar 170 hari per tahun. Oleh karena itu sebahagian besar wi- layah Kalimantan Barat dapat digunakan untuk usaha-usaha per-
tanian. Di daerah dataran tinggi dapat diusahakan kegiatan-
kegiatan perkebunan antara lain perkebunan lada, kopi, karat,
cengkeh, dan tengkawang; sedang di daerah pantai dapat diusa-
hakan pertanian pasang surut dan tanaman buah-buahan.
Luas wilayah Dati I Kalimantan Barat diperkirakan sekitar
146.807 km2. Berdasarkan penggunaan tanah pada tahun 1982, wilayah Kalimantan Barat terdiri dari pemukiman dan jalan
1,8%, sawah pengairan 1,2%, pertanian tanah kering 1,9%, per-kebunan 3%, hutan produksi 26,9%, hutan lindung 17,5%, tanah tandus 19,6%, rawa dan sungai 28,1%.
Jumlah penduduk pada tahun 1980 dalam Sensus Penduduk tercatat sebanyak 2.484.891 jiwa. Pertumbuhan penduduk dalam periode 1971-1980 rata-rata 2,31% per tahun. Kepadatan pendu- duk rata-rata adalah 17 jiwa per km2. Penyebaran penduduk
421
tidaklah merata di seluruh daerah. Sebahagian besar penduduk
bertempat tinggal di daerah pantai barat dan di pinggir ali-
ran sungai terutama Sungai Kapuas. Di daerah pedalaman pemu-
kiman penduduk tersebar dalam kelompok-kelompok kecil.
Berdasarkan administrasi pemerintahan, wilayah propinsi
Kalimantan Barat terdiri dari 7. Dati II yaitu 1 kotamadya dan
6 kabupaten. Di samping itu terdapat pula 1 kota administra-
tif yaitu Kota Administratif Singkawang. Pada tahun 1980
tercatat 108 kecamatan dan 4.687 desa/kelurahan.
Mata pencaharian pokok penduduk adalah pertanian. Sebagi-
an besar penduduk terlibat dalam bidang pertanian. Yang be-
kerja dalam bidang pertanian adalah 80,26% dari jumlah peker-
ja, perdagangan 5,20%, industri 3,36%, angkutan 1,59%, ba-
ngunan 1,44%, dan sektor-sektor lainnya 8,15%.
Pertanian merupakan sumber pendapatan masyarakat yang
penting. Pada tahun 1981 persentase sumbangan bidang pertani-
an terhadap pendapatan masyarakat adalah 42,17%, perdagangan
15,68%, industri 12,62%, angkutan 7,80%, bangunan 5,08%, la-
in-lain 16,65%.
Berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
PDRB) Kalimantan Barat atas dasar harga konstan 1975, laju
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat periode 1975 - 1980
adalah 9,4% per tahun.
Hasil produksi utama daerah Kalimantan Barat adalah komo-
diti perkebunan, antara lain karat, kelapa, lada, dan kelapa
sawit. Kelapa sawit adalah komoditi baru bagi Kalimantan Ba-
rat. Hasil produksi lain adalah kayu dalam berbagai jenis
produksi seperti log dan kayu olahan, hasil hutan ikutan,
422
ikan; dan udang. Sebahagian dari komoditi yang dihasilkan itu
adalah untuk ekspor, ialah antara lain karet, kayu, udang
beku, dan hasil hutan ikutan.
Berdasarkan perbandingan antara jumlah ruang kelas SD dan
jumlah anak kelompok usia SD (1:34) semua anak kelompok umur
SD dapat ditampung di sekolah. Rasio antara guru dan murid di
SD adalah 1 : 29 yang berarti bahwa setiap seorang guru mela-
yani 29 murid. Sebaliknya daya tampung SMTP dan SMTA masih
belum mencukupi bila dilihat dari perbandingan antara ruang
kelas yang ada dengan jumlah penduduk kelompok usia SMTP dan
SMTA. Perbandingan itu adalah 1 : 294 untuk SMTP dan 1 : 501
untuk SMTA. Rasio guru murid di SMTP adalah 1 : 50 dan di
SMTA adalah 1 : 470.
Fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di
Dati I Kalimantan Barat adalah 1 rumah sakit tipe B, 1 rumah
sakit tipe C dan 14 rumah sakit tipe D. Jumlah tempat tidur
seluruhnya adalah 1.294 buah. Dengan demikian rasio tempat
tidur dan penduduk adalah 1 : 920. Selain dari pada itu masih
terdapat lagi 163 puskesmas, 378 Puskesmas Pembantu dan 15
apotik. Jumlah tenaga medis adalah 196 orang di antaranya 162
orang dokter umum, yang berarti seorang dokter rata-rata me-
layani 15.350 jiwa, 20 orang dokter gigi, dan 14 orang dokter
spesialis. Di samping itu terdapat pula tenaga paramedis ya-
itu perawat 338 orang dan bidan 201 orang.
Daerah Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan Pro-
pinsi-propinsi Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur, teta-
pi karena belum ada jalan yang menghubungkan Kalimantan Barat
dengan propinsi-propinsi tersebut maka Kalimantan Barat sea-
423
kan-akan terpisah dari propinsi-propinsi tetangganya yang
satu pulau itu.
2. Masalah-masalah yang dihadapi
Selama kurun waktu 5 tahun dalam Repelita III, banyak in-
dikator yang menunjukkan adanya kemajuan di berbagai bidang,
baik bidang ekonomi, agama dan sosial - budaya, pemerintahan
maupun keamanan dan ketertiban.
Laju pertumbuhan ekonomi daerah antara tahun 1975 dan
1980 sebesar rata-rata 9,4% per tahun adalah lebih tinggi da-
ripada laju pertumbuhan penduduk per tahun setinggi 2,31%.
Hal ini menunjukkan adanya kenaikan pendapatan per kapita
yang cukup tinggi setiap tahunnya.
Indikator lain yang menunjukkan kemajuan adalah semakin
membaiknya pelayanan dan prasarana serta sarana pendidikan,
terutama sekolah dasar dan pelayanan kesehatan melalui Pus-
kesmas.Kemudahan-kemudahan dirasakan pula dalam bidang perhu-
bungan dengan semakin baiknya jalan raya, adanya penerbangan
perintis dan alat komunikasi lainnya. Pada kota-kota tertentu
telah dibangun pula jaringan listrik, fasilitas perumahan,
dan air bersih.
Namun demikian kemajuan-kemajuan tersebut masih terbatas
pada daerah yang padat penduduknya terutama daerah pantai
serta kota dan desa yang terjangkau oleh jaringan jalan yang
sudah ada. Sedang daerah-daerah pedalaman dan perbatasan ma-
sih jauh ketinggalan dari daerah pantai, baik dari segi kese-
jahteraan ekonomi, tingkat pendidikan, kesehatan, maupun da-
lam bidang-bidang lainnya.
424
Ketidakseimbangan perkembangan ini sangat dipengaruhi
oleh terbatasnya jangkauan perhubungan yang ada. Sampai akhir
Repelita III masih terdapat 2 kabupaten yang belum dapat ter-
hubungkan melalui jalan darat yaitu Kabupaten Kapuas Hulu dan
Kabupaten Ketapang. Di samping itu masih terdapat 29 kecamat-
an yang belum dapat terhubungkan dengan baik dari ibukota ka-
bupaten. Di antara 108 kecamatan masih terdapat 19 buah yang
kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya sangat memprihatinkan,
yaitu 7 kecamatan yang berlokasi di daerah perbatasan dan 12
kecamatan yang terletak di daerah pedalaman.
Jumlah penduduk Kalimantan Barat relatif sangat sedikit/
jarang dibandingkan dengan luasnya wilayah. Apalagi jika di-
kaitkan dengan banyaknya jumlah desa dan pemukiman penduduk
yang tersebar dalam kelompok-kelompok kecil, menyebabkan tim-
bulnya kesulitan dalam pembinaan di berbagai bidang. Dari
4.687 desa di Kalimantan Barat, 2.723 desa (58 %) berpenduduk
di bawah 50 KK, dan 1.075 desa berpenduduk antara 50 - 100
KK. Dengan demikian kurang lebih 81% dari jumlah desa di Ka-
limantan Barat berpenduduk kurang dari 100 KK. Untuk itu pro-
gram transmigrasi dan pemukiman kembali perlu dilaksanakan
dengan penataan pemukiman yang lebih baik dalam rangka pena-
taan desa secara keseluruhan.
Di samping itu khusus untuk daerah perbatasan tingkat ke-
hidupan sosial ekonomi masyarakat relatif jauh terbelakang
jika dibandingkan dengan masyarakat di daerah perbatasan wi-
layah Serawak. Kondisi kehidupan masyarakat di daerah perba-
tasan yang demikian ini dapat menimbulkan kerawanan di bidang
ekonomi, politik, dan keamanan.
425
Masalah lain adalah semakin banyaknya hutan menjadi tanah
terlantar sebagai akibat penebangan liar dan ladang berpin-
dah-pindah. Pada tahun 1982 jumlah tanah terlantar adalah
seluas kurang lebih 50.000 km2 atau 34,05% dari luas Kali-
mantan Barat termasuk tanah tandus seluas kira-kira 28.700
km2 atau 19,55%. Untuk itu perlu ada tindak lanjut dalam
rangka pemanfaatan areal tersebut baik untuk perkebunan mau-
pun kegiatan penghutanan kembali.
Hambatan lain yang perlu mendapatkan perhatian yang sari-
us dalam proses pembangunan adalah keterbatasan personalia,
prasarana, dan sarana pemerintahan.
II. ARAH DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
1. Arah pembangunan daerah dalam rangka pembangunan nasional.
Arah dan kebijaksanaan pembangunan daerah propinsi Kali-
mantan Barat adalah sejalan dengan tujuan pembangunan nasio-
nal, yaitu meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejah-
teraan bagi seluruh rakyat yang makin merata dan adil, dan
meletakkan landasan yang kuat bagi tahap pembangunan berikut-
nya. Dalam Repelita IV kebijaksanaan pembangunan yang berlan-
daskan Trilogi Pembangunan yaitu pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya yang menuju terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan
stabilitas nasional yang sehat dan dinamis tetap akan dila-
njutkan di Kalimantan Barat. Kegiatan pembangunan di berbagai
bidang akan ditingkatkan penanganannya dengan selalu menga-
rahkannya pada usaha peningkatan kesejahteraan rakyat, perlu-
asan kesempatan kerja, dan pembagian pendapatan yang lebih
merata.
426
Dalam rangka pengembangan wilayah, kebijaksanaan sektoral
dan regional akan diserasikan sebagai usaha menciptakan kese-
imbangan dan pemerataan pembangunan antar wilayah dengan te-
tap memperhatikan aspek pertumbuhan. Pembangunan ekonomi se-
lain diarahkan untuk meningkatkan produksi daerah dan pemasa-
rannya juga ditujukan untuk memantapkan stabilitas ekonomi.
Stabilitas daerah yang telah dicapai tetap dipelihara dan di-
tingkatkan dalam rangka menunjang stabilitas nasional. Di
samping itu akan dilanjutkan usaha-usaha memperluas pemasya-
rakatan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila untuk
lebih memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam Repelita IV daerah Kalimantan Barat diperkirakan
akan berkembang dengan laju pertumbuhan rata-rata 6% setahun.
2. Kebijaksanaan pembangunan daerah
Sebagai kelanjutan dari Repelita III, maka dalam Repelita
IV kebijaksanaan pembangunan Propinsi Kalimantan Barat tetap
menggunakan pendekatan pembangunan wilayah dengan selalu mem-
perhatikan kepentingan regional dan pembangunan sektoral di
wilayah yang bersangkutan. Perwilayahan yang telah dilaksana-
kan dalam Repelita III tetap akan dipergunakan.
Pusat pengembangan Dati I Kalimantan Barat adalah Pontia-
nak, tetapi dalam rangka penyebaran pembangunan maka di sam-
ping pusat Pontianak masih terdapat lagi pusat-pusat kecil
yaitu:
(1) Singkawang untuk wilayah barat (pantai barat) yang meli-
puti Kotamadya Pontianak dan Kabupaten-kabupaten Kapuas,
Sanggau, Pontianak, dan Sambas.
427
(2) Sintang untuk wilayah pedalaman yang meliputi Kabupaten
Kapuas Hulu (Putusibau) dan Kabupaten Sintang.
(3) Ketapang untuk wilayah selatan yang meliputi Kabupaten
Ketapang.
Pusat-pusat pengembangan tersebut telah dibina selama Re-
pelita II dan Repelita III, dan dalam Repelita IV pembinaan
pusat-pusat itu masih akan diteruskan sehingga kota-kota ter-
sebut dapat berfungsi sebagai pusat pembangunan di masing-ma-
sing wilayah secara efektif.Pendekatan sistem pengembangan wilayah ini lebih diman-
tapkan dan dipadukan dengan kepentingan keamanan, ketenteram-
an dan ketertiban masyarakat. Untuk menjaga keseimbangan per-
kembangan dan pertumbuhan antar daerah, orientasi pelaksanaan
pembangunan lebih diarahkan pada daerah-daerah minus, terpen-
cii dan kurang berkembang.
Sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh ma-
sing-masing wilayah, maka wilayah pantai akan lebih dikem-
bangkan sebagai daerah pertanian tanaman pangan termasuk je-
ruk, perkebunan kelapa, dan perikanan, serta industri pengo-
lahan hasil pertanian. Sedang wilayah pedalaman dan perbatas-
an akan lebih dikembangkan untuk tanaman kelapa sawit, karet,
kelapa, dan lada serta industri yang mengolah karet dan kela-
pa sawit. Pengembangan ini akan ditunjang dengan pemantapan
mekanisme pemasaran dan peningkatan jaringan komunikasi, ser-
ta penataan dan pengaturan kembali pusat pemukiman penduduk
sehingga menguntungkan bagi perkembangan dan pembinaan
wilayah.
Mengingat kondisi khusus masyarakat di sepanjang daerah
perbatasan yang relatif terbelakang, maka perlu adanya perha-
428
tian/penanganan yang terpadu antar berbagai sektor pembangun-
an. Kegiatan pembangunan di wilayah ini dititikberatkan pada
peningkatan kaitan ekonomi dan sosial masyarakat dengan wila-
yah-wilayah lainnya. Untuk itu akan dibangun beberapa jalan
poros baru yang menghubungkan daerah-daerah tersebut dengan
pusat-pusat kegiatan ekonomi yang diiringi dengan usaha
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu akan
segera diadakan pengaturan masalah lintas perbatasan yang
berkaitan dengan telah adanya beberapa jalan tembus ke daerah
Serawak.
Dalam Repelita IV prioritas pembangunan diletakkan pada
peningkatan produksi pertanian, pembangunan desa, dan perhu-
bungan. Peningkatan produksi pertanian diutamakan pada usa-
ha menuju swasembada pangan dan peningkatan ekspor non migas
serta pemanfaatan tanah tandus. Pembangunan pedesaan diarah-
kan untuk mempercepat perkembangan desa-desa. Pembangunan
perhubungan diarahkan untuk menunjang kegiatan produksi dan
pemasaran basil produksi, pembukaan isolasi, dan hubungan an-
tar daerah serta usaha pengembangan wilayah.
Sejalan dengan prioritas tersebut, kegiatan di bidang-bi-
dang agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, so-
sial budaya, politik, aparatur pemerintah, hukum, penerangan
dan media massa, dan bidang keamanan, ketenteraman dan keter-
tiban masyarakat akan ditingkatkan sepadan dengan kemajuan
yang dicapai dalam bidang ekonomi.
III. KEGIATAN-KEGIATAN PEMBANGUNAN DALAM REPELITA IV
Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan yang meli-
puti padi, palawija, dan hortikultura akan terus ditingkatkan
429
melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifika-
si, dengan diikuti peningkatan penanganan pasca panen. Inten-
sifikasi tanaman pangan akan diutamakan pada daerah pantai
yaitu Kabupaten-kabupaten Sambas, Pontianak, dan Ketapang yang
ditunjang dengan pembangunan dan rehabilitasi prasarana
pengairan, institusi pertanian seperti balai-balai benih, pe-
nyediaan tenaga penyuluh pertanian lapangan, dan sarana pro-
duksi yang memadai. Ekstensifikasi akan dilaksanakan melalui
usaha pencetakan sawah dan pembinaan pertanian tanaman pangan di daerah transmigrasi disertai pemanfaatan daerah rawa pa-
sang surut. Sedang peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan
untuk tanaman bernilai gizi tinggi merupakan usaha diversifi-
kasi. Pencetakan sawah baru sebagai salah satu usaha per-
luasan areal pertanian tanaman pangan akan dilaksanakan pada
areal irigasi sederhana, irigasi sedang kecil, irigasi khusus
dan lahan baru yang belum diusahakan, rawa sederhana, rawa
sedang, dan rawa pasang surut. Pengembangan komoditi palawija
dan hortikultura antara lain adalah jagung, bawang merah, dan
jeruk.
Usaha peternakan rakyat akan ditingkatkan melalui penyu-
luhan dengan membangun lahan penggembalaan yang dikaitkan de-ngan usaha penyebaran peternakan dan pengembangan transmigra-
si, pemukiman kembali penduduk, serta perluasan areal perta-
nian tanaman pangan. Dalam rangka pengembangan ternak besar
akan diusahakan penyediaan bibit unggul dengan sistem gaduh,
serta peningkatan pengembangan pembibitan hijauan makanan
ternak.
Usaha perikanan laut akan ditingkatkan dengan penyempur-
naan prasarana perikanan di Penjajah/Pemangkat dan Telok Ba-
430
tang, kemudian rehabilitasi dan penyempurnaan pusat pendarat-
an ikan yang sudah ada serta akan diusahakan pembangunan pu-
sat pendaratan/pasar ikan baru antara lain di Sei Penyuh,
Singkawang, Ketapang, Kendawangan, dan Pontianak. Di samping
itu akan dikembangkan pula usaha pertambakan rakyat dan per-
baikan cara penangkapan ikan. Pembinaan perikanan perairan
umum akan diutamakan pada danau-danau di Kabupaten Kapuas Hu-
lu baik tehnis pengawetannya maupun dalam rangka menjaga ke-
langsungan produksi perikanan. Di samping itu akan dikembang-
kan pula budi daya perikanan air tawar.
Dalam rangka peningkatan produksi perkebunan, akan dilak-
sanakan usaha-usaha pokok peremajaan/perluasan tanaman karet,
kelapa, kelapa sawit, coklat, lada, cengkeh, tebu yang akan
mencakup areal 88.955 ha, serta intensifikasi dan rehabili-
tasi tanaman. Usaha peningkatan produksi akan diikuti dengan
usaha peningkatan mutu serta perbaikan tata niaga dengan
pengikutsertaan PNP/PTP, perkebunan besar dan lembaga swasta
lainnya dengan meningkatkan peranserta koperasi. Pelaksanaan-
nya akan dilakukan dengan pola UPP, pola PIR dan secara par-
sial. Di samping itu akan diusahakan pengembangan tanaman
yang potensial non tradisional seperti linum, abaca, stevia,
kenaf, melinjo, jarak, tanaman obat-obatan dan lain-lain.
Di bidang kehutanan akan dilanjutkan kegiatan-kegiatan
pengawasan pengusahaan hutan, inventarisasi, pengembangan ha-
sil hutan ikutan, pengukuhan hutan, perlindungan, pelestarian
dan pengawetan alam, serta pemanfaatan lahan tandus/terlan-
tar, antara lain baik melalui program penghijauan dan reboi-
sasi maupun untuk perkebunan besar.
431
Di bidang pengairan, kegiatan akan disesuaikan dengan
rencana pengembangan dan perluasan areal pertanian melalui
program-program pengembangan daerah rawa, pembangunan irigasi
sedang kecil, sederhana, dan tersier di semua kabupaten. Iri-
gasi kecil dan sedang diutamakan untuk penyelesaian daerah
irigasi (DI) Merowi di Kabupaten Sanggau dan DI Madi di Ka-
bupaten Sambas. Selanjutnya akan dibangun DI Pakucing dan
Seluas di Kabupaten Sambas. Pengembangan daerah rawa akan
terus ditingkatkan antara lain di Selakau, Sei Wie, Teluk
Keramat di Kabupaten Sambas, Sei Kakap di Kabupaten Ponti-
anak, dan Pematang Gadung di Kabupaten Ketapang.
Kemudian di samping penyempurnaan saluran pasang surut
yang sudah ada akan dikembangkan pula pengairan pasang surut
antara lain di Telok Melano, Kendawangan dan Air Hitam di Ka-
bupaten Ketapang. Di samping itu untuk mencegah banjir akan
dilakukan perbaikan dan pengamanan sungai di semua wilayah.
Pembangunan di bidang industri akan diusahakan menyebar
di seluruh Daerah Tingkat II. Industri karet akan dikembang-
kan di Kabupaten-kabupaten Sambas, Pontianak, Sanggau, dan
Sintang, sejalan dengan pengembangan PIR karet, industri mi-
nyak kelapa sawit di Kabupaten Sanggau sejalan dengan pengem-
bangan PIR Kelapa Sawit, industri pengolahan kayu di Kabupa-
ten Pontianak, Sambas, dan Ketapang, sedang industri meubel
kayu dan rotan, keramik, tepung kelapa, minyak goreng, pe-
ngalengan, dan galangan kapal rakyat disesuaikan dengan
kemampuan produksi dan pemasaran, antara lain di Kotamadya
Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak dan Kabupa-
ten Ketapang. Di samping itu industri-industri kecil seper-
ti tenun adat, gula tebu rakyat, pandai besi, kerupuk ikan,
432
dan lainnya akan terns dikembangkan dengan diversifikasi pro-
duk yang menunjang pasca panen. Untuk menunjang pembangunan
industri-industri tersebut akan dibangun lingkungan indus-
tri kecil (LIK) atau perkampungan industri kecil (PIK) di
daerah-daerah yang potensial.
Di bidang pertambangan akan dilanjutkan eksplorasi bebe-
rapa jenis mineral antara lain batu bara di Kabupaten-kabupa-
ten Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu. Kemudian penjajagan
eksploitasi beberapa jenis tambang antara lain bauksit di Ka-
bupaten-kabupaten Sanggau dan Ketapang, minyak bumi di Kabu-
paten Sintang, uranium di Kabupaten Sintang dan pasir kwarsa
di Kabupaten Ketapang. Di samping itu akan didorong pula pe-
ngembangan usaha pertambangan rakyat dan industri yang mengo-
lah hasil-hasil pertambangan. Dalam hubungan pengembangan in-
dustri dimaksud akan diusahakan terwujudnya Kalimantan Barat
sebagai kawasan industri yang berdiri sendiri.
Di bidang kelistrikan akan dilaksanakan peningkatan PLTD-
PLTD antara lain di Siantan, Singkawang, Ketapang, Sanggau,
Sintang, dan Putussibau beserta jaringan transmisi dan dis-
tribusinya. Selanjutnya akan diusahakan pembangunan PLTD Sei
Raya Pontianak serta listrik pedesaan beserta distribusinya
yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Di samping itu
akan dilaksanakan pula studi lanjutan PLTA di Pade Kembayung.
Di bidang jalan pelaksanaan pembangunan akan ditekankan
pada usaha untuk membuka isolasi daerah pedalaman dan perba-
tasan, terutama menjangkau 29 kecamatan yang terpencil, pem-
bangunan jalan Trans Kalimantan dan melanjutkan jalur jalan
Sintang Putussibau. Peningkatan jalan akan dilaksanakan seki-
tar 750 km meliputi poros-poros Pontianak - Singkawang - Sam-
bas, Sanggau - Sintang - Nanga Pinoh, Telok Batang - Ketapang
433
- Kendawangan, Singkawang - Bengkayang - Seluas - Perbatasan,
Tanjung Balaikarangan - Perbatasan. Sedangkan penunjangan ja-
lan sekitar 1.000 km akan diusahakan antara lain pada jalur
Sintang - Putussibau, Sandai - Nanga Tayap - Marau – Manisma-
ta, Sekadau - Rawak - Nanga Mahap, Sei Penyuh - Bengkayang,
Nanga Pinoh - Kotabaru - Nanga Sokan. Pembangunan jalan baru
akan dilaksanakan sekitar 500 km, antara lain pada poros Ta-
yan - Balai Bekuak - Sandai, Sintang - Nanga Merakai - Badau,
Paloh - Sajingan - Seluas - Entikong, dan Pontianak - Sidas.
Di samping itu akan dilaksanakan pula pengembangan dan peng-
gantian jembatan sepanjang ± 3.500 in.
Di bidang angkutan sungai dan penyeberangan akan diting-
katkan fasilitas terminal di Pontianak dan beberapa ibukota
kabupaten, serta pembangunan lintas penyeberangan antara Ra-
sau Jaya-Telok Batang, Telok Melano - Ketapang, dan penga-
daan kapal penyeberangan di Sekura. Di samping itu akan di-
teruskan pemasangan rambu sungai, penelitian, pembersihan dan
pengerukan beberapa alur sungai di Kabupaten Kapuas Hulu.
Di bidang perhubungan laut akan dilakukan peningkatan fa-
silitas dermaga, gudang, dan fasilitas lainnya pada pelabuh-
an-pelabuhan Pontianak, Ketapang, dan Sintete. Kemudian peme-
liharaan alur pelayaran muara Kapuas Kecil dan muara Sungai
Pawan serta pengerukan ambang luar Sungai Sambas. Di samping
itu akan ditingkatkan pula fasilitas navigasi dan keselamatan
pelayaran antara lain rambu suar di Pulau Bawal (Kabupaten
Ketapang) serta persiapan pembangunan pelabuhan samudera di
Kalimantan Barat.
Di bidang perhubungan udara akan diselesaikan peningkatan
Pelabuhan Udara Supadio Pontianak sehingga mampu didarati pe-
434
sawat jenis DC-9 dan Lapangan Terbang Perintis Pangsuma Pu-
tussibau untuk F-27. Demikian pula akan ditingkatkan Lapangan
Terbang Perintis Rahadi Osman Ketapang untuk bisa didarati
pesawat jenis F-27. Di samping itu akan dilanjutkan pula
peningkatan dan penyempurnaan fasilitas Lapangan Terbang
Sintang dan Nanga Pinoh. Peningkatan fasilitas-fasilitas
pelabuhan udara tersebut adalah dalam rangka pembukaan jalur
penerbangan lintas utara antara Medan-Pekanbaru-Pontianak-
Sintang-Balikpapan, dan jalur Jakarta-Ketapang-Sintang, serta
Ketapang-Cirebon.
Di bidang telekomunikasi ditingkatkan pula telepon otomat
Pontianak menjadi 12.000 sambungan dengan gedung kantor yang
permanen, Singkawang 1.500 sambungan, Ketapang, Sintang, dan
Mempawah masing-masing 1.000 sambungan.
Di bidang pos dan giro akan dibangun 1 buah kantor pos
dan giro besar di Pontianak, 3 kantor pos dan giro di Keta-
pang, Sintang dan Sanggau dan 30 kantor pos pembantu yang di-
tunjang dengan fasilitas pos keliling desa.
Dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan masya-
rakat melalui Puskesmas akan dilakukan pembangunan 15 Puskes-
mas, dengan 210 Puskesmas Pembantu terutama di daerah pemu-
kiman baru termasuk daerah transmigrasi, daerah terpencil dan
perbatasan, serta mengadakan 5 Puskesmas Rawat Tinggal. Untuk
meningkatkan pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan ke-
sehatan kepada masyarakat melalui peningkatan fungsi Puskes-
mas dan peranserta masyarakat akan ditingkatkan pula penyu-
luhan kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pem-
bangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD). Selain itu akan
ditingkatkan berbagai kegiatan yang ditujukan terutama pada
435
kelompok ibu dan anak yaitu kesejahteraan ibu dan anak, imu-
nisasi, gizi, keluarga berencana, dan pencegahan dehidrasi
pada bayi dan anak serta usaha kesehatan sekolah.
Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rujukan akan
ditingkatkan sebuah RS kelas C menjadi kelas C+, sebuah RS
kelas D menjadi RS kelas C dan sebuah RS kelas D menjadi ke-
las D+ dan peningkatan rumah sakit yang ada, serta pelayanan
kesehatan jiwa terutama melalui pelayanan rawat jalan dan pe-
ningkatan pelayanan laboratorium kesehatan.Peningkatan upaya kesehatan lainnya adalah pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, antara lain malaria, diare,
tbc paru, demam berdarah, dan penggalakan imunisasi serta pe-
ngamatan penyakit menular dan tak menular, peningkatan pe-
ngendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan, kosmeti-
ka, alat kesehatan dan bahan berbahaya. Selain itu juga di-
lakukan peningkatan perbaikan gizi melalui usaha perbaikan
gizi keluarga (UPGK), peningkatan pencegahan dan penanggu-
langan kekurangan vitamin A dan anemia gizi serta pencegahan
gondok endemik. Untuk meningkatkan kemampuan perencanaan dan
pengelolaan program gizi, sistem kewaspadaan pangan dan gizi
(SKG) akan dikembangkan. Pengembangan SKG juga menunjang upa-
ya mencegah timbulnya masalah gizi di daerah-daerah rawan pa-
ngan. Di samping itu akan ditingkatkan pula usaha kesehatan
lingkungan untuk semua penduduk dan dilakukan penambahan/pem-
bangunan berbagai jenis sarana air bersih agar masyarakat
memperoleh kemudahan mendapatkan air bersih. Dalam rangka
meningkatkan pembangunan sarana air bersih, terutama untuk
penduduk pedesaan, akan dibangun 15 buah penampungan air
dengan perpipaan, 5 buah sumur artesis, 30 buah perlindungan
436
18 mata air, 1.088 buah penampungan air hujan, 5.492 buah su-
mur pompa tangan dangkal dan dalam, serta sejumlah sarana air
bersih jenis lainnya.
Untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan khususnya te-
naga paramedis akan dilakukan usaha peningkatan jumlah lu-
lusan, dengan melipatgandakan jumlah penerimaan melalui ke-
las paralel dan pendidikan cepat pekarya kesehatan. Sejalan
dengan itu sekolah yang ada ditingkatkan dan akan dibangun
berbagai sekolah/akademi kesehatan sesuai keperluan.
Dalam rangka peningkatan kegiatan perdagangan akan dilak-
sanakan penyempurnaan sistem administrasi, termasuk penyem-
purnaan perundang-undangan dan peraturannya, penyediaan sis-
ter perizinan, serta usaha-usaha penyempurnaan lembaga per-
dagangan dan pemasaran untuk meningkatkan efisiensi dan efek-
tivitas penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil-ha-
sil produksi. Demikian pula akan dilanjutkan usaha-usaha per-
luasan pasaran barang-barang produksi dalam negeri melalui
penyebarluasan informasi pasar, perlindungan konsumen, serta
peningkatan dan pengembangan peranan pedagang golongan eko-
nomi lemah melalui penataran, penyuluhan, dan pusat-pusat
pembinaan/pelayanan pengusaha golongan ekonomi lemah. Usaha-
usaha untuk meningkatkan ekspor non migas akan terus dilan-
jutkan dalam rangka pengembangan perdagangan luar negeri me-
lalui penggarapan komoditi potensial, peningkatan koordinasi
yang lebih terpadu antar instansi dan penyuluhan eksportir.
Dalam bidang perkoperasian, upaya peningkatan kemampuan
organisasi, tatalaksana dan usaha akan dilanjutkan. Upaya
peningkatan itu tetap akan diprioritaskan pada koperasi pri-
mer, khususnya koperasi unit desa (KUD) yang melaksanakan
437
usaha dalam bidang pertanian pangan, peternakan rakyat, peri-
kanan rakyat, perkebunan rakyat, industri kecil, perkreditan/
simpan pinjam, kelistrikan desa, jasa angkutan pedesaan, dan
berbagai jenis komoditi ekspor yang diproduksi masyarakat pe-
desaan Kalimantan Barat. Lain daripada itu, mutu dan inten-
sitas pelayanan koperasi kepada anggotanya juga akan diting-
katkan.
Untuk mendukung upaya peningkatan di atas, akan diusaha-
kan adanya penyempurnaan dalam metoda, materi dan penyeleng-
garaan pendidikan, penataran dan latihan keterampilan pengu-
rus, badan pemeriksa, manajer, dan karyawan koperasi, serta
penyempurnaan cara pemberian bantuan tenaga manajemen yang
terdidik/terlatih kepada KUD yang dianggap masih memerlukan
bantuan yang dimaksud. Untuk menciptakan iklim masyarakat,
yang mendukung pengembangan kehidupan koperasi yang sehat,
penerangan dan penyuluhan perkoperasian akan dilanjutkan dan
ditingkatkan.
Untuk membantu golongan ekonomi lemah, maka usaha-usaha
yang telah dilaksanakan dalam Repelita IV, seperti bimbingan,
latihan keterampilan untuk meningkatkan mutu, penyediaan fa-
silitas pasar dan bantuan modal (kredit candak kulak dan se-
bagainya) akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan, sedang
potensi pengusaha kecil akan terus dikembangkan antara lain
melalui program KIK dan KMKP.
Di bidang kependudukan dan keluarga berencana selama Re-
pelita IV diharapkan akan dicapai sekitar 353.000 peserta KB
baru dan 217.000 KB lestari. Untuk mencapai sasaran tersebut
akan dilaksanakan berbagai kegiatan antara lain penerangan
dan motivasi, pelayanan kontrasepsi klinik di seluruh kecama-
438
tan, pendidikan dan latihan, perluasan kegiatan program ke-
pendudukan, serta pengembangan organisasi KB di kecamatan dan
desa.
Dalam rangka peningkatan daya tampung di bidang pendidik-
an untuk tingkat sekolah dasar akan dibangun tambahan sekitar
5.750 ruang kelas baru dan perbaikan sekitar 2.540 gedung
sekolah. Pada tingkat SMTP, untuk SMP akan diadakan pembangun-
an sekitar 60 unit sekolah baru, penambahan sekitar 409 ruang
baru, dan rehabilitasi 17 gedung SMP, serta pengembangan se-
jumlah SMTP kejuruan dan teknologi.
Pada tingkat SMTA akan diadakan pembangunan sekitar 16
unit SMA bare, 1 STM dan 1 SMT pertanian, 1 SMEA, penambahan
158 ruang kelas baru untuk SMA, dan pengembangan 6 SPG, serta
rehabilitasi 11 gedung SMA, sekolah kejuruan dan teknologi
negeri, 1 SGO serta 1 sekolah kejuruan dan teknologi swasta.
Untuk pelaksanaan dan pemantapan wajib belajar akan dibangun
kantor pengelolaan pembinaan pendidikan dasar pada 27 keca-
matan.
Untuk meningkatkan mutu pada TK, SLB, SD, SMTP dan SMTA
akan disediakan buku pelajaran serta alat-alat dan akan di-
adakan penataran guru, kepala sekolah, dan pembina. Khusus
pada tingkat SMTP dan SMTA akan dibangun 21 ruang laboratori-
um ilmu-ilmu alam untuk SMP, dan 7 ruang untuk SMA, ruang ke-
terampilan 93 ruang untuk SMP, dan 7 ruang untuk SMA. Dalam
hal ini, penelusuran bakat dan kemampuan siswa akan terus di-
tingkatkan.
Dalam rangka peningkatan pendidikan tinggi, Universitas
Tanjungpura akan ditingkatkan khususnya bidang ekonomi, per-
tanian, teknologi, ilmu-ilmu sosial, dan kependidikan, ser-
439
to akan dikembangkan pula politek bidang teknologi. Di sam-
ping itu akan ditingkatkan pembinaan terhadap perguruan ting-
gi swasta.
Di bidang kebudayaan akan dilanjutkan pengembangan Museum
Pontianak dan pengawasan keluar masuknya benda bersejarah.
Kemudian pemugaran tempat dan bangunan bersejarah antara lain
Keraton-keraton Pontianak, Ketapang, Sanggau dan makam juang
Mandor. Di samping itu akan dilanjutkan pula pembinaan musik
dan teater rakyat/tradisional serta pengembangan kesenian dan
kebudayaan daerah. Untuk itu berbagai survai dan penelitian
akan dilakukan antara lain survai bahasa daerah, sastra dan
sejarah pada masa kerajaan maupun masa perjuangan kemerdekaan
di Kalimantan Barat.
Di bidang pemuda dan olah raga akan ditingkatkan kesada-
ran dan pemassalan olah raga di kalangan masyarakat luas yang
akan ditunjang dengan pembangunan pengadaan fasilitas dan
prasarana olah raga. Di samping itu akan ditingkatkan peranan
generasi muda dalam pembangunan dengan meningkatkan keteram-
pilan pemuda di berbagai bidang.
Di bidang tenaga kerja dilanjutkan kegiatan latihan dan
keterampilan serta kewiraswastaan di lembaga-lembaga latihan
yang ada, baik milik pemerintah maupun lembaga latihan swasta
dan perusahaan. Kegiatan latihan disesuaikan dengan kebutuhan
pasar kerja dan kesempatan kerja daerah setempat. Selain itu
lebih ditingkatkan perencanaan tenaga kerja yang menyeluruh,
terkoordinasi dan terpadu mencakup semua sektor pembangunan
pemerintah dan swasta, baik di Daerah Tingkat I maupun di Da-
erah Tingkat II. Penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja muda
terdidik ke daerah pedesaan sebagai Tenaga Kerja Sukarela Pe-
440
lopor Pembaharuan dan Pembangunan terus dilanjutkan dan di-
sempurnakan.
Proyek Padat Karya Gaya Baru (PKGB) yang ditujukan untuk
mengatasi masalah kekurangan lapangan kerja dilaksanakan di
kecamatan-kecamatan padat penduduk dan miskin baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan dengan mengutamakan wilayah-wilayah
yang sering dilanda bencana alam dan kegiatan ekonomi yang
menurun. Sejauh mungkin pelaksanaan kegiatan PKGB dipadukan
dengan pembangunan wilayah kecamatan UDKP.
Selama Repelita IV pelaksanaan transmigrasi dalam rangka
penyebaran penduduk dan pembukaan areal pertanian baru akan
dilanjutkan. Diperkirakan selama Repelita IV akan dilaksana-
kan penyiapan lahan seluas ± 106.263 ha atau penempatan se-
kitar ± 70.842 kepala keluarga di daerah pemukiman transmi-
grasi yang terdiri dari transmigran umum, transmigran swa-
karsa dan pemukiman kembali.
Di bidang kesejahteraan sosial akan dilakukan berbagai
kegiatan antara lain pembinaan kesejahteraan masyarakat ter-
pencil, pengembangan kesejahteraan anak terlantar, para cacat
dan lanjut usia, baik melalui sistem panti maupun diluar pan-
ti dan bantuan kepada panti-panti swasta. Di samping itu akan
dilanjutkan usaha-usaha penyantunan terhadap korban bencana
alam, gelandangan dan pengemis, pembinaan organisasi-orga-
nisasi sosial dan kegiatan sosial masyarakat lainnya, serta
resosialisasi WTS. Di samping itu akan dibina makam-makam
pahlawan disemua Dati II.
Di bidang perumahan akan terus dilanjutkan pembangunan
perumahan sederhana di Pontianak, Singkawang, Mempawah, Keta-
pang, Sanggau, Sintang, dan Putussibau melalui BTN (Bank Ta-
441
bungan Negara), Perumnas dan swasta sekitar 10.000 buah. Ke-
mudian pemugaran perumahan desa yang tersebar di semua Daerah
Tingkat II dan perbaikan lingkungan perumahan kota di semua
ibukota Dati II dan beberapa kota lainnya termasuk pembuatan
saluran drainase dan penanggulangan sampah.
Dalam program penyediaan air bersih akan dilakukan
kegiatan penyempurnaan dan penyelesaian instalasi air bersih
di Pontianak, di ibukota Dati II dan beberapa kota lain yang
sudah dibangun dalam Repelita III. Di samping itu akan diba-
ngun pula 35 instalasi air bersih baru di 35 ibukota keca-
matan.
Dalam rangka pembangunan di bidang agama akan dilanjutkan
berbagai kegiatan yang pada dasarnya merupakan kegiatan pe-
nunjang bagi usaha-usaha pembinaan kehidupan beragama.
Dalam Repelita IV antara lain akan disediakan kitab suci
berbagai agama, diberikan bantuan kepada masyarakat untuk
pembangunan/rehabilitasi 825 tempat ibadah berbagai agama dan
pembangunan 60 balai nikah dan penasehatan perkawinan, serta
perluasan sejumlah balai sidang pengadilan agama dan kantor-
kantor urusan agama tingkat kecamatan, kabupaten/kotamadya
dan wilayah.
Sebagai usaha peningkatan mutu perguruan agama akan di-
tingkatkan dan disempurnakan prasarana dan sarana pendidikan
pada madrasah ibtidaiyah negeri, madrasah tsanawiyah negeri
dan madrasah aliyah negeri serta pendidikan guru agama nege-
ri. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi rehabilitasi (terma-
suk madrasah ibtidaiyah swasta)/penambahan ruang kelas, pe-
nyediaan antara lain alat peraga, buku pelajaran dan buku
perpustakaan, serta penataran guru berbagai bidang studi.
Selanjutnya IAIN cabang Pontianak akan terus ditingkat-
442
kan sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Sementara itu
penerangan dan bimbingan hidup beragama akan terus ditingkat-
kan terutama bagi masyarakat-masyarakat khusus.
Usaha pembangunan di bidang hukum akan dilaksanakan anta-
ra lain dengan pembangunan gedung kantor pengadilan tinggi di
Pontianak, perluasan dan penyempurnaan gedung-gedung penga-
dilan negeri serta pembangunan beberapa tempat sidang. Di
samping itu akan diusahakan perluasan dan penyempurnaan ge-
dung kejaksaan negeri, rehabilitasi dan penyempurnaan lembaga
pemasyarakatan, rumah tahanan dan pembangunan 2 buah balai
bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak (BISPA). Selan-
jutnya akan dilaksanakan pula 2 buah pembangunan kantor imi-
grasi dan sebuah asrama tahanan imigrasi.
Di samping itu akan ditingkatkan pula kegiatan penyuluhan
hukum dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Sementara itu untuk memberikan kesempatan memperoleh keadil-
an, penyelengaraan bantuan hukum, dan konsultasi hukum
terutama untuk golongan masyarakat yang kurang mampu akan
lebih dimantapkan. Pelaksanaan operasi yustisi dalam rangka
penegakan hukum akan lebih ditingkatkan pula.
Di bidang penerangan akan dilakukan penyempurnaan dan
peningkatan RRI stasiun Pontianak. Dalam rangka memperluas
jangkauan siaran televisi ke seluruh wilayah Kalimantan Ba-
rat akan ditingkatkan daya pancar stasiun relay yang sudah
ada dan akan dibangun lagi beberapa stasiun relay TV. Usaha
ini akan ditunjang pula dengan penyebaran pesawat televisi
umum ke desa-desa yang sudah terjangkau pemancar TVRI. Ope-
rasi penerangan akan lebih ditingkatkan dalam rangka menun-
jang kegiatan penyuluhan di berbagai bidang antara lain
pertanian, kesehatan, keluarga berencana, pendidikan non
443
formal, dan peranan wanita. Untuk itu akan dilakukan pe-
nyempurnaan dan peningkatan fungsi Puspenmas (Pusat Pene-
rangan Masyarakat), pemutaran film-film penerangan/penyu-
luhan serta peningkatan koran masuk desa.
Di bidang teknologi dan penelitian akan dilakukan berba-
gai penelitian dalam rangka pemanfaatan potensi ekonomi dan
sosial budaya daerah antara lain penelitian kemungkinan pe-
ngembangan jenis industri baru, penelitian bahan tambang,
perlanian, sosiologi pedesaan serta penyempurnaan dan pengem-
bangan statistik.
Di bidang pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup
serta guna mempertahankan keseimbangan ekologi, terutama da-
lam rangka rehabilitasi tanah kritis, akan dilanjutkan kegi-
atan penghijauan dan reboisasi. Pelaksanaannya akan diutama-
kan pada daerah-daerah kritis terutama pada DAS Kapuas. Demi-
kian pula pencegahan pencemaran lingkungan, baik di desa mau-
pun di perkotaan, pembinaan suaka alam dan hutan-hutan lin-
dung, akan dilanjutkan.
Dalam rangka mengkoordinasikan dan menyerasikan pelaksa-
naan kegiatan pembangunan yang dilakukan secara sektoral da-
lam berbagai program, baik yang dilakukan oleh Pemerintah ma-
upun yang dilakukan masyarakat, penyusunan rencana tata ruang
kota dan wilayah akan dilanjutkan. Kualitas rencana kota dan
rencana wilayah akan ditingkatkan dan disempurnakan hingga
dapat dipergunakan secara efektif baik sebagai pedoman pelak-
sanaan pembangunan kota dan wilayah maupun pembinaan tertib
tata ruang kota dan tata ruang wilayah. Prioritas akan dibe-
rikan kepada kota-kota pusat pengembangan dan wilayah-wilayah
yang berkembang dengan cepat.
444
Untuk mengusahakan keserasian dan pemerataan pembangunan di seluruh daerah, maka pembangunan sektoral ditunjang dengan
program-program bantuan kepada daerah. Program-program dimak-sud adalah Bantuan Pembangunan Desa, Bantuan Pembangunan Da-erah Tingkat II, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Ban- tuan Pembangunan Sekolah Dasar, Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, Bantuan Pembangunan Reboisasi dan Penghijauan,
Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten dan Bantuan Kredit Pem-bangunan/Pemugaran Pasar.
445
TABELLUAS WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK
DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT,TAHUN 1980
No. Kabupaten/Kotamadya
LuasWilayah Jumlah
Jumlah
JumlahPenduduk
KepadatanPenduduk
( km2 ) Kecamatan Desa ( 1980 ) per km2 (1980
1. Kotamadya Pontianak
107,00 4 22 304.490 2.825
2. Kabupaten Sambas 12.296,00 17 600 603.058 493. Kabupaten
Pontianak 18.171,20 19 941 608.849 34
4. Kabupaten Ketapang 35.809,00 14 309 253.069 75. Kabupaten Sanggau 18.302,00 20 1.174 323.499 18
6. Kabupaten Sintang 32.279,00 18 1.145 263.279 87. Kabupaten Kapuas
Hulu 29.842,00 16 496 128.647 4
DAERAH TINGKAT I : 146.807,00 108 4.687 2.484.89 17
446
PROPIN51 KALIMANTAN BARAT
LAUT C1NA S E L A T A N
LAUT JAWA
Keterangan : = PUSAT WILAYAH PEMBANGUNAN
447
447
Putus
pang