proposal usulan kegiatan tahun anggaran 2012...
TRANSCRIPT
PROPOSAL USULAN KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 2012
JUDUL RPTP :
PERAKITAN PAKAN KOMPLIT BERBASIS AMPAS SAGU UNTUK
MENINGKATKAN KECERNAAN, EFISIENSI PENGGUNAAN
PAKAN 20-30% DAN LAJU PERTUMBUHAN
SEBESAR 75-100 GRAM/HARI PADA TERNAK KAMBING
I. KETERANGAN UMUM
1. PROGRAM IPTEK (Sektor 16):
1.01
X
1.02
Gen
1.02
Kom
2.01 2.02 3.01 3.02
2. NOMOR PUNAS RISTEK:
3. NAMA LEMBAGA : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian
4. NAMA UNIT ORGANISASI : Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan
5. NAMA : DIPA LOKA Kambing Potong Sungei
Putih
6. NOMOR KODE DIPA :
7. POSISI KEGIATAN DALAM DIPA :
Proyek Bagian Proyek Tolok Ukur
Lainnya ........................................................
8. ALAMAT DAN KODE POS : Jl. Raya Pajajaran Kav E 59 Bogor 16151
9. NOMOR TELEPON : (0251) 322185, 328383, 322138
10. NOMOR FAX : (0251) 328382, 380588
X
0 1 0 3 0 1 0 3
RPTPNutrisi 2012
2
II. DATA USULAN KEGIATAN
1. SIFAT USULAN KEGIATAN : Lanjutan Baru
2. TAHUN AWAL KEGIATAN DALAM PELITA VII : 2010
3. JENIS KEGIATAN/PENELITIAN : Laboratorium Lapangan x
4. PENELITI/PENANGGUNG JAWAB : Ir. Kiston Simanihuruk, M.Si.
5. PERSONALIA
Peneliti/Pelaksana : 0 3 21 Orang Bulan
Teknisi/pembantu pelaksana : 0 3 9 Orang Bulan
6. BIAYA KEGIATAN
SUMBER DANA 2012 JUMLAH
Rp. Murni 120.500.000 120.500.000
BLN
Jumlah 120.500.000 120.500.000
MENYETUJUI Medan, Januari 2012
LOKA PENELITIAN PENELITI UTAMA/
KEPALA KAMBING POTONG PENANGGUNG JAWAB
Dr. Ir. Aron Batubara, M.Sc. Ir. Kiston Simanihuruk, M.Si.
NIP. 19680522 199503 1 002 NIP. 19650323 1993031001
MENGETAHUI:
KEPALA PUSAT PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Dr. Bess Tiesnamurti
NIP. 19570524 198303 2 001
X
x
RPTPNutrisi 2012
3
III. ISI PROPOSAL
1. ABSTRAK
Hijauan yang merupakan sumber pakan utama ternak ruminansia di
Indonesia kebanyakan bermutu rendah yang dicirikan tinggi serat kasar, rendah
protein, energi dan mineral. Sementara itu penanaman tanaman pakan ternak
(rumput dan leguminosa berkualitas) juga memiliki kendala karena terbatasnya
lahan, yang sebahagian besar sudah digunakan untuk kepentingan non pertanian.
Oleh karena itu produksi kambing untuk mendukung swasembada daging hanya
mungkin dicapai selain dengan penambahan populasi ternak dan penggunaan
teknologi, juga tidak kalah pentingnya memanfaatkan sumber daya pakan yang
ada. Pemanfaatan biomassa limbah sagu perlu di eksplorasi sebagai sumber serat
maupun sebagai komponen campuran pakan untuk ternak kambing. Nilai nutrisi
limbah sagu memiliki kandungan protein kasar lebih rendah dari rumput alam,
meskipun demikian energi kasarnya lebih tinggi dibanding dengan rumput.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperoleh data optimalisasi
pemanfaatan kulit umbi, batang dan daun sebagai bahan pakan ternak ruminansia
termasuk kambing, baik sebagai komponen tambahan maupun sebagai pakan
dasar (basal). Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut mengenai pemanfaatan
limbah tersebut melalui perlakuan teknologi silase dan dalam bentuk pakan pelet
sehingga optimalisasi pemanfaatannya sebagai komponen campuran pakan
komplit pada ternak kambing akan lebih jelas. Pemanfaatan limbah perkebunan
ini diharapkan dapat menunjang penyediaan pakan dalam sistem usaha integrasi
ternak kambing dengan agro industri lainnya yang potensial untuk dikembangkan.
Penelitian pakan berbasisi sumber daya lokal terdiri atas 2 kegiatan, yakni: 1)
Penggunaa Silase Ampas Sagu sebagai Campuran Pakan Komplit pada Kambing
Boerka Sedang Tumbuh dan 2) Pemanfaatan Ampas Sagu sebagai Campuran
Pakan Pelet Komplit pada Kambing Boerka Sedang Tumbuh.
Kata-kata kunci: Sagu, silase, pakan komplit, pelet dan kambing Boerka
RPTPNutrisi 2012
4
VI. LATAR BELAKANG
Dari sisi populasi, potensi kambing relatif cukup menggembirakan, namun
dari sisi produktivitas masih perlu ditingkatkan. Salah satu kendala yang dihadapi
oleh usaha ternak ruminansia termasuk kambing adalah belum tercukupinya
kebutuhan nutrisi terutama protein pakan, hal ini mengakibatkan tumbuh kembang
ternak belum sesuai dengan yang diharapkan. Secara umum ternak ruminansia
termasuk kambing di Indonesia sumber pakannya berasal dari hijauan apa saja
yang tersedia terutama hijauan pada lahan-lahan marjinal yang dicirikan tinggi
serat kasar, rendah protein, energi dan mineral. Pakan menempati posisi strategis
dalam capaian produktivitas kambing, maupun tingkat pendapatan serta
pengembangan usaha produksi. Pada usaha produksi yang intensif, pakan
menyumbang 70-80% dari total biaya produksi. Oleh karena itu akselerasi dan
produksi kambing untuk mendukung swasembada daging hanya mungkin dicapai
selain dengan penambahan populasi ternak dan penggunaan teknologi, juga tidak
kalah pentingnya memanfaatkan sumber daya pakan yang ada.
Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal merupakan langkah
strategis dalam upaya mencapai efisiensi usaha produksi ternak ruminansia
termasuk kambing. Hal ini akan semakin nyata apabila sumber daya tersebut
bukan merupakan kebutuhan langsung bagi kompetitor, seperti manusia atau jenis
ternak lain. Oleh karena pakan sangat erat kaitannya dengan produktifitas dan
biaya produksi, maka pemanfaatan bahan baku lokal secara efisien akan
berpengaruh nyata terhadap perkembangan ternak ruminansia. Penetapan prioritas
bahan baku lokal perlu didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan daya
kompetisi secara ekonomi dan kualitas. Kriteria yang perlu menjadi perhatian
dalam kaitannya dengan efisiensi dan kompetisi adalah jumlah dan ketersediaan
bahan pakan. Disebut efisien jika bahan pakan tersebut harus tersedia dalam
jumlah yang besar, tersedia sepanjang tahun dan terkonsentrasi.
Bahan baku yang memiliki karakter tersebut umumnya terkait dengan
industri, yang menghasilkan berbagai produk baik yang bersifat sampingan
maupun limbah. Industri pengolahan tanaman sagu menjadi tepung sagu
menghasilkan limbah ampas sagu yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai
sumber bahan pakan pada ternak ruminansia termasuk kambing.
RPTPNutrisi 2012
5
VI. 1. Dasar Pertimbangan
Hamparan sagu liar di Indonesia memiliki luas 1,5 juta hektar, dari luasan
tersebut pada tahun 2005 dapat diproduksi sagu sebanyak 15 juta ton karena
setiap batang sagu menghasilkan 200 kg sagu (Prastowo, 2007). Proporsi limbah
sagu pada pembuatan tepung sagu sekitar 30-40%, berdasarkan proporsi tersebut
jumlah limbah sagu sebanyak 4,5-6,0 juta ton/tahun. Limbah sagu ini cukup
potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia termasuk
kambing. Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada limbah sagu seperti; protein
kasar sebesar 3,4%, NDF 87,40%, ADF 42,11 dan energi kasar 4.148 Kkal/kg
(Bintoro et al, 1990 dan Nurkurnia, 1989) relatif sebanding dengan zat nutrisi
rumput. Dengan kandungan zat nutrisi tersebut, maka limbah sagu diperkirakan
hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok, sehingga untuk pertumbuhan,
bunting dan laktasi diperlukan pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan
protein dan energi.
Limbah pengolahan sagu termasuk kategori limbah basah (wet by-
products) karena masih mengandung kadar air 70-80%, sehingga dapat rusak
dengan cepat apabila tidak segera diproses, sehingga perlu dikembangkan melalui
teknologi alternatif lain agar produk tersebut dapat dimanfaatkan secara lebih
efisien. Teknologi silase adalah suatu proses fermentasi mikroba merubah pakan
menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energi) dan disukai ternak
karena rasanya relatip manis. Silase merupakan proses mempertahankan
kesegaran bahan pakan dengan kandungan bahan kering 30-35% dan proses
ensilase ini biasanya dalam silo atau dalam lobang tanah, atau wadah lain yang
prinsifnya harus pada kondisi anaerob (hampa udara), agar mikroba anaerob
dapat melakukan reaksi fermenfasi (Sapienza dan Bolsen, 1993). Keberhasilan
pembuatan silase berarti memaksimalkan kandungan nutrien yang dapat
diawetkan. Selain bahan kering, kandungan gula bahan juga merupakan faktor
penting bagi perkembangan bakteri pembentuk asam laktat selama proses
fermentasi (Khan et al., 2004).
Perlakuan melalui pengeringan selanjutnya dibuat dalam bentuk tepung
dan dijadikan sebagai campuran pakan pellet merupakan salah satu teknologi
alternatif agar ampas sagu dapat dimanfaatkan lebih optimal sebagai sumber
RPTPNutrisi 2012
6
bahan pakan. Pembuatan dalam bentuk tepung juga diharapkan dapat
meningkatkan palatabilitas ampas sagu tersebut. Mengingat ampas sagu
mempunyai potensi yang tinggi sebagai bahan pakan untuk ternak kambing, maka
perlu dicoba pemanfaatan silase ampas dan tepung amapas sebagai komponen
pakan dan komponen pakan pelet komplit pada ternak kambing.
V. TUJUAN, LUARAN, PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK
V. 1. Tujuan:
Mempelajari nilai nutrisi silase ampas sagu .
Mempelajari dan menganalisis pengaruh penggunaan silase ampas sagu
sebagai campuran pakan komplit pada kambing Boerka.
Mendapatkan formula pakan komplit ekonomis melalui pemanfaatan silase
ampas sagu sebagai alternatif pakan kambing.
Mempelajari dan menganalisis pengaruh penggunaan tepung ampas sagu
sebagai campuran pakan pelet komplit pada ternak kambing.
Mendapatkan formula pakan pelet komplit ekonomis melalui pemanfaatan
tepung ampas sagu sebagai alternatif pakan kambing.
V. 2. Luaran:
Informasi nilai nutrisi silase ampas sagu.
Tercapainya pertambahan bobot hidup harian sebesar 75-85 gram dan
efisiensi penggunaan pakan 0,13 pada kambing Boerka yang diberi pakan
komplit berbasis silase ampas sagu.
Tersedianya formula pakan ekonomis melalui pemanfaatan silase ampas
sagu sebagai alternatif pakan kambing.
Tercapainya pertambahan bobot hidup harian sebesar 70-80 gram dan
peningkatan efisiensi penggunaan pakan 0,13 pada ternak kambing yang
diberi pakan pelet komplit berbasis tepung ampas sagu.
Tersedianya formula pakan pelet komplit ekonomis melalui pemanfaatan
tepung ampas sagu.
RPTPNutrisi 2012
7
V. 3. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah
pengolahan tanaman sagu.
Termanfaatkannya limbah pengolahan tanaman sagu sebagai alternatif
sumber pakan pada ternak kambing.
Meningkatnya palatabilitas dan nilai nutrisi limbah pengolahan tanaman
sagu melalui teknologi silase dan peleting.
Peningkatan produktivitas ternak kambing.
Berkurangnya penggunaan bahan-bahan pakan konvensional yang tidak
efisien bila digunakan pada kambing atau ternak ruminansia lainnya.
Tercipta peluang kerjasama dengan stakeholder dalam penggunaan hasil
penelitian
VI. TINJAUAN PUSTAKA
VI. 1. Potensi Ternak Kambing
Di Indonesia populasi kambing lebih besar dibandingkan ternak
ruminansian lain (domba dan kerbau). Peternak memiliki kambing pada umumnya
digunakan untuk kegiatan sosial dan keagamaan. Dalam beberapa hal masyarakat
lebih menyukai daging kambing dibanding ternak lainnya, sehingga nilai kambing
sangat berharga dan mempunyai sumbangan yang nyata untuk kebutuhan protein
hewani. Kambing mudah dipelihara, harganya terjangkau dan dapat hidup dengan
tatalaksana serta kondisi yang berubah-ubah. Kambing dapat beradaptasi dengan
iklim setempat dan keadaan makanan yang bervariasi bila dibandingkan dengan
domba, sapi dan kerbau (Devendra dan Burns, 1994). Selain itu, dengan
manajemen pemeliharaan yang baik kambing dapat beranak tiga kali dalam
jangka waktu dua tahun, dan anak dengan kelahiran kembar persentasenya cukup
tinggi.
RPTPNutrisi 2012
8
VI. 2. Potensi Tanaman Sagu sebagai Pakan Ternak Kambing
Hamparan sagu liar di Indonesia memiliki luas 1,5 juta hektar, dari luasan
tersebut pada tahun 2005 dapat diproduksi sagu sebanyak 15 juta ton karena
setiap batang sagu menghasilkan 200 kg sagu (Prastowo, 2007). Proporsi limbah
sagu pada pembuatan tepung sagu sekitar 30-40%, berdasarkan proporsi tersebut
jumlah limbah sagu sebanyak 4,5-6,0 juta ton/tahun. Limbah sagu ini cukup
potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia termasuk
kambing. Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada limbah sagu seperti; protein
kasar sebesar 3,4%, NDF 87,40%, ADF 42,11 dan energi kasar 4.148 Kkal/kg
(Bintoro et al, 1990 dan Nurkurnia, 1989) relatif sebanding dengan zat nutrisi
rumput. Dengan kandungan zat nutrisi tersebut, maka limbah sagu diperkirakan
hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok, sehingga untuk pertumbuhan,
bunting dan laktasi diperlukan pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan
protein dan energi. Faktor pembatas penggunaan ampas sagu sebagai pakan
ternak ruminansia adalah tingginya kandungan serat dan proten kasar yang relatif
rendah.
VI. 3. Teknologi Silase
Teknologi silase adalah suatu proses fermentasi mikroba merubah pakan
menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energi) dan disukai ternak
karena rasanya relatip manis. Silase merupakan proses mempertahankan
kesegaran bahan pakan dengan kandungan bahan kering 30-35% dan proses
ensilase ini biasanya dalam silo atau dalam lobang tanah, atau wadah lain yang
prinsifnya harus pada kondisi anaerob (hampa udara), agar mikroba anaerob
dapat melakukan reaksi fermenfasi (Sapienza dan Bolsen, 1993). Keberhasilan
pembuatan silase berarti memaksimalkan kandungan nutrien yang dapat
diawetkan. Selain bahan kering, kandungan gula bahan juga merupakan faktor
penting bagi perkembangan bakteri pembentuk asam laktat selama proses
fermentasi (Khan et al., 2004). Pada fase awal proses ensilase, enzim yang
bekerja dalam proses respirasi pada bahan mengoksidasi karbohidrat yang
terlarut, menghasilkan panas dan menggunakan gula-gula yang seyogianya siap
RPTPNutrisi 2012
9
pakai untuk proses fermentasi. Kehilangan gula pada proses respirasi merupakan
hal yang menyulitkan baik dari sudut pandang pengawetan melalui proses
pembuatan silase maupun dari segi nilai nutrisinya. Gula merupakan substrat bagi
bakteri penghasil asam laktat yang akan menghasilkan asam yang berfungsi
sebagai pengawet bahan yang disilase tersebut.
VI. 4. Teknologi Peleting
Proses pelleting membuat ukuran partikel pakan semakin kecil sehingga
bentuk pakan menjadi halus dan ringkas. Apabila menggunakan campuran bahan
makanan yang sama maka sebagian besar ternak lebih menyukai pakan dalam
bentuk pelet dibandingkan dengan pakan berbentuk tepung. Disamping itu ternak
tidak dapat memilih bahan makanan yang disukai atau tidak disukai karena
keseluruhan bahan pakan telah menyatu dalam bentuk pelet (Cheeke, 1999).
Pengolahan secara fisik atau mekanis seperti pemotongan, penggilingan atau
pembuatan pelet dapat meningkatkan konsumsi pakan, karena pengolahan tersebut
akan mengakibatkan peningkatan laju aliran makanan ke dalam usus (Orskov,
1988). Greenhalg dan Reid (1983) melaporkan bahwa bentuk pakan sangat
mempengaruhi jumlah konsumsi. Lebih lanjut dikatakan bahwa konsumsi pakan
pada sapi dan domba masing-masing meningkat sebesar 11 dan 45% dengan
pemberian pakan dalam bentuk pelet. Cheeke (1999) menyatakan bahwa
pembuatan pakan dalam bentuk pelet dapat meningkatkan konsumsi pakan,
karena dengan volume yang sama pakan berbentuk pelet bobotnya lebih besar
dibandingkan dengan bentuk tepung. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembuatan
pakan dalam bentuk pelet akan mengurangi sifat berabu dari pakan, sehingga
dapat meningkatkan nilai akseptabilitas pakan tersebut.
VI. 5. Konsumsi Pakan
Tanaman pakan ternak dan limbah pertanian merupakan sumber utama
pakan ternak ruminansia termasuk kambing di Indonesia. Jumlah pakan yang
dikonsumsi akan menentukan jumlah nilai nutrien yang tersedia bagi ternak.
Ternak ruminansia mempunyai beberapa keistimewaan, salah satunya adalah
RPTPNutrisi 2012
10
dapat makan dengan cepat dan menampung makanan dalam jumlah banyak.
Kemampuan mengkonsumsi pakan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu;
kapasitas tampung alat pencernaan ternak, bobot hidup, bentuk dan kandungan
nutrien pakan, kebutuhan ternak akan kandungan nutrien pakan, kemampuan
memetabolisir kandungan nutrien yang diserap, status fisiologi ternak, kesehatan
ternak dan genotip ternak. Banyaknya jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
seekor ternak merupakan salah satu faktor penting yang secara langsung
mempengaruhi produktivitas ternak. Konsumsi makanan terutama dipengaruhi
oleh faktor kualitas makanan dan kebutuhan energi ternak yang bersangkutan.
Makin baik kualitas makanannya, makin tinggi konsumsi pakan dari seekor
ternak.Akan tetapi konsumsi makanan ternak berkualitas baik ditentukan oleh
status fisiologis seekor ternak.
Jumlah bahan kering yang dapat dikonsumsi oleh seekor ternak selama
satu hari perlu diketahui. Dengan mengetahui jumlah bahan kering yang
dikonsumsi dapat dipenuhi kebutuhan seekor ternak akan kandungan nutrien yang
perlu untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan maupun produksinya. Bahan
kering merupakan tolak ukur dalam menilai palatabilitas makanan yang
diperlukan untuk menentukan mutu suatu jenis bahan pakan. Konsumsi bahan
kering pakan ditentukan oleh ukuran tubuh, bahan penyusun pakan, umur dan
kondisi ternak. Konsumsi bahan kering pakan pada kambing dengan bobot badan
10-20 kg sebesar 3-3,8% (NRC, 1981). Konsumsi bahan kering pakan biasanya
makin menurun dengan meningkatnya kandungan nutrien pakan yang dapat
dicerna.
VI. 6. Kecernaan Pakan
Kecernaan adalah bagian kandungan nutrien pakan yang tidak
diekskresikan dlam feses. Anggorodi (1990) mengatakan bahwa pada dasarnya
tingkat kecernaan adalah upaya untuk mengetahui banyaknya kandungan nutrien
yang diserap oleh saluran pencernaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa bagian yang
dapat dicerna adalah selisih antara kandungan nutrein yang dikonsumsi dengan
yang dibuang melalui feses. McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa selisih
antara kandungan nutrien yang dikandung dalam bahan pakan dengan kandungan
RPTPNutrisi 2012
11
nutrien yang ada dalam feses merupakan bagian yang dicerna. Bagian yang dapat
dicerna dapat diartikan sebagai bagian dari bahan pakan yang tidak ditemukan
dalam fese dan bila bagian tersebut dinyatakan sebagai persentase terhadap
konsumsi pakan disebut koefisien cerna. Kecernaan bahan pakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain adalah;jenis hewan, jumlah pakan yang diberikan, cara
pemberian pakan, kandungan nutrien pakan, umur ternak, level pemberian pakan,
pengolahan pakan dan komposisi pakan yang diberikan (Lubis, 1992).
VI. 7. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan
Pakan yang mengandung nilai nutrien seimbang akan memberikan dampak
positif terhadap pertumbuhan ternak. Pertumbuhan yang cepat akan mengurangi
biaya produksi yang harus disediakan oleh peternak. Oleh karena itu efisiensi
penggunaan suatu jenis pakan dapat dilihat dari pertumbuhan. Pertambahan bobot
hidup merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kualitas bahan pakan ternak, karena pertumbuhan yang diperoleh dari suatu
percobaan merupakan salah satu indikasi pemanfaatan kandungan nutrien pakan
yang diberikan. Pertumbuhan merupakan peningkatan dalam struktur jaringan
otot, tulang dan organ serta deposit lemak pada jaringan adipose. Dari data
pertambahan bobot hidup akan diketahui nilai suatu bahan pakan bagi ternak
(Church dan Pond, 1995). Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan
pengukuran kenaikan bobot hidup melalui penimbangan yang berulang-ulang,
yaitu setiap hari, setiap minggu atau setiap waktu lainnya (Tillman et al., 1998).
Khususnya pada ternak ruminansia, efisiensi penggunaan pakan
dipengaruhi oleh kualitas dan nilai biologis pakan juga besarnya pertambahan
bobot hidup dan nilai kecernaan pakan tersebut. Efisiensi penggunaan pakan erat
kaitannya dengan konsumsi pakan dan pertambahan bobot hidup yang dihasilkan
ternak, karena efisiensi penggunaan pakan adalah rasio antara pertambahan bobot
hidup dengan jumlah pakan yang dikonsumsi.
RPTPNutrisi 2012
12
VII. METODE PENELITIAN
Kegiatan-1: Penggunaa Silase Ampas Sagu sebagai Campuran Pakan
Komplit pada Kambing Boerka Sedang Tumbuh.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan Loka Penelitian Kambing
Potong Sei Putih. Waktu pelaksanaan selama 6 bulan (persiapan bahan 2 bulan,
adaptasi pakan 1 bulan dan pengumpulan data 3 bulan) mulai bulan April s/d
Oktober 2012.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah: ampas sagu, dedak
halus, jagung giling, bungkil kelapa, molases, urea, tepung ikan, tepung tulang,
tepung tapioka, ultra mineral, garam. kambing jantan Boerka dan kambing jantan
kacang. Sebelum pelaksanaan percobaan pakan kepada semua ternak percobaan
diberikan racun cacing (Kalbazen liquid) untuk mencegah pengaruh parasit usus
dan pengobatan lainnya dilakukan bila terjadi gejala penyakit seperti gejala
skabies, penyakit mata dan lain sebagainya.
Alat yang digunakan adalah: drum plastik (kapasitas 100 kg), timbangan
pakan (kapasitas 5 kg), timbangan ternak (kapasitas 50 kg), kandang individu,
kandang metabolisme, tempat pakan (palaka) dan tempat air minum (ember
plastik kapasitas 5 liter).
Metode Penelitian
Perlakuan pakan pada percobaan adalah sebagai berikut:
R0: Konsentrat 60% + Rumput 40%
R1: Konsentrat 60% + silase ampas sagu (bahan aditif Molases/A) 40%
R2: Konsentrat 60% + silase ampas sagu (bahan aditif tep. Jagung/B) 40%
R3: Konsentrat 60% + silase ampas sagu (bahan aditif tep. Tapioka/C) 40%
RPTPNutrisi 2012
13
Cara Pelaksanaan
Digunakan 20 ekor kambing jantan Boerka fase pertumbuhan (umur 9-10
bulan) dengan bobot badan berkisar antara 12-14 kg, ditempatkan dalam kandang
individu, dilengkapi dengan palaka yang terbuat dari papan. Air minum
disediakan secara bebas dalam ember plastik hitam berkapasitas 5 liter. Ternak
secara acak dialokasikan ke dalam 4 perlakuan pakan (5 ekor per perlakuan).
Rumput lapangan (Ottochloa nodusa) sebagai sumber hijauan diperoleh dari
areal perkebunan PTPN III sei Putih. Limbah sagu diperoleh dari pabrik
pengolahan peng sagu di kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.
Tahap awal pembuatan silase adalah melakukan pengurangan kadar air limbah
sagu (menggunakan panas matahari) selama ± 2-4 jam tergantung intensitas sinar
matahari sehingga kadar air limbah sagu tersebut berkisar 50-55%, kemudian
diproses menjadi silase melalui cara dicampur dengan bahan aditif yaitu:
molasses/gula tetes 12% (sebagai silase A), tepung jagung 12% sebagai silase B
dan tepung tapioka 12% (sebagai silase C) untuk merangsang aktivitas mikroba
dalam proses fermentasi pembuatan silase, selain itu juga untuk meningkatkan
kandungan energi dan protein silase yang dihasilkan nantinya. Setelah dicampur
merata dimasukkan ke dalam drum plastik (kapasitas 100 kg), dipadatkan untuk
meminimumkan udara (proses fermentasi anaerob). Kemudian disimpan ditempat
teduh (bebas sinar matahari) selama ±3 minggu tergantung cepat lambatnya
proses silase. Setelah 3 minggu diambil sampel ketiga jenis silase limbah sagu
sebanyak 500 gram untuk dianalisis kandungan nutriennya.
Bahan penyusun konsentrat adalah; dedak halus, jagung giling, bungkil
kelapa, urea, tepung ikan, tepung tulang, ultra mineral dan garam. Konsentrat
ketiga perlakuan pakan memiliki kandungan energi dan protein yang berbeda,
sehingga setelah diketahui kandungan nutrisi silase limbah sagu maka setiap
perlakuan pakan diupayakan memiliki kandungan energi (DE 2,8 Kkal/kg) dan
protein (16%) seperti yang disajikan pada Tabel 1. Pemberian pakan disesuaikan
dengan kebutuhan bahan kering pakan untuk setiap ekor kambing dan
diasumsikan bahwa kebutuhan adalah sebesar 3,8% dari bobot badan berdasarkan
bahan kering (NRC, 1981). Komponen konsentrat dan silase limbah sagu pada
penelitian ini adalah berbeda. Konsentrat dan silase limbah sagu dicampur secara
RPTPNutrisi 2012
14
merata sebelum diberikan kepada ternak percobaan (pagi jam 9.00 WIB). Ternak
dibiarkan beradaptasi dengan perlakuan pakan selama 2-3 minggu sebelum
pengumpulan data dilakukan. Konsumsi pakan dicatat setiap hari dengan
menimbang jumlah yang diberikan dan sisanya. Pertambahan bobot badan harian
diperoleh dari penimbangan ternak penelitian setiap minggu selama 10 kali
penimbangan.
Tabel 1. Komponen dan kandungan nutrisi perlakuan pakan penelitian
Komponen pakan
dan kandungan
nutrisi
Perlakuan pakan
R0 R1 R2 R3
Konsentrat 60% 60% 60% 60%
Rumput alam 40% - - -
Silase ampas sagu - 40% (A) 40% (B) 40% (C)
PK 16% 16% 16% 16%
DE 2,8 M.cal/kg 2,8 M.cal/kg 2,8 M.cal/kg 2,8 M.cal/kg
Untuk mengetahui tingkat kemampuan ternak mencerna nutrien yang
dikonsumsi dilakukan pada minggu terakhir masa pengamatan, dengan cara
menimbang jumlah pemberian dan sisa pakan serta jumlah produksi feses dan urin
yang dihasilkan setiap hari. Contoh bahan (pakan, sisa pakan dan feses) ditimbang
dan selanjutnya untuk kepentingan analisis, ditetapkan sub-contoh sebanyak 10%
dari jumlah koleksi setiap harinya. Sub-contoh selama periode pengamatan
disatukan dalam satu kantong plastik dan secara komposit ditetapkan 10% untuk
kepentingan analisis. Contoh yang telah kering dihaluskan dengan alat penghalus
dan melewati saringan yang berukuran 0,8 mm.
Analisis kimia sampel pakan (konsentrat, rumput alam dan silase limbah
sagu) dilakukan sesuai dengan metode analisis proksimat. Analisis bahan kering
dilakukan dengan metode pemanasan di dalam oven 600C selama 48 jam dan
1400C selama 2 jam. Analisis protein kasar dilakukan dengan cara mengukur
kandungan total nitrogen contoh dengan menggunakan macro-Kjedahl (AOAC,
1995). Analisis kandungan serat (serat detergen netral dan serat detergen asam)
ditentukan menurut metode Goering dan Van Soest (1970), kandungan energi
ditentukan dengan menggunakan alat bomb kalorimeter, sedangkan kandungan
abu dilakukan dengan membakar contoh dalam tanur dengan suhu pembakaran
RPTPNutrisi 2012
15
6000C selama 6 jam. Konsentrasi VFA ketiga jenis silase dianalisis dengan
menggunakan gas chromatograph crompack 9002. pH kedua jenis silase diukur
secara langsung menggunakan pH-meter.
Peubah yang Diamati
Konsumsi bahan kering pakan
Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui konsumsi bahan kering
pakan setiap hari dan dihitung berdasarkan formula berikut:
Konsumsi bahan kering pakan = pakan yang diberi (BK) – pakan yang sisa (BK).
Pertambahan bobot badan
Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai pertumbuhan kambing
percobaan, dan diukur sebagai selisih antara bobot badan akhir dan bobot badan
awal dari kambing percobaan.
Efisiensi penggunaan pakan
Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai kualitas pakan, dan diukur
melalui persamaan: Efisiensi penggunaan pakan = pertambahan bobot badan per
unit bahan kering pakan yang dikonsumsi (Tillman et al, 1991).
Income Over Feed Cost (IOFC)
Tujuan perhitungan ini adalah untuk mengetahui penerimaan yang
diperoleh dari penjualan ternak setelah dikurangi biaya pakan. Dilakukan
perhitungan yang akurat untuk mendapatkan biaya per kg silase pengolahan
limbah kopi sehingga diketahui harga pakan penelitian.
Kecernaan
Kecernaan pakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecernaan
pakan semu. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai daya cerna pakan
percobaan, dan diukur dengan persamaan:
Zat makanan yang dikonsumsi- zat makanan di feses
Kecernaan = ----------------------------------------------------------------------- x 100%
Zat makanan yang dikonsumsi
RPTPNutrisi 2012
16
Rancangan Penelitian
Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri
dari atas 4 perlakuan pakan dan 5 ulangan (Stell dan Torrie, 1993).. Setiap
ulangan terdiri atas satu ekor kambing, sehingga jumlah ternak yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor. Data yang diperoleh diolah dengan analisis
keragaman (ANOVA) menurut petunjuk SAS (SAS, 1998), dan bila hasil analisis
keragaman menunjukkan terdapat pengaruh nyata (P<0,05) dari perlakuan
terhadap peubah yang diukur, maka akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan (Kaps dan Lamberson, 2004). Model umum dari rancangan ini adalah:
Yij = Yij = μ + αij + εij
Dimana: Yij = respon peubah yang diamati
μ = rataan umum
αij = pengaruh pakan ke-I pada ulangan ke-j
εij = pengaruh komponen galat
I = 1, 2, 3, 4 dan j = 1, 2, 3, 4, 5
Kegiatan-2: Pemanfaatan Ampas Sagu sebagai Campuran Pakan Pelet
Komplit pada Kambing Boerka Sedang Tumbuh
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan Loka Penelitian Kambing
Potong Sei Putih. Waktu pelaksanaan selama 6 bulan (persiapan bahan 2 bulan,
adaptasi pakan 1 bulan dan pengumpulan data 3 bulan) mulai bulan April s/d
Oktober 2012.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah: ampas sagu, dedak
halus, jagung giling, bungkil kelapa, tepung jagung, urea, tepung ikan, tepung
tulang, ultra mineral, garam, rumput alam dan kambing jantan Boerka. Sebelum
pelaksanaan percobaan pakan kepada semua ternak percobaan diberikan racun
cacing (Kalbazen liquid) untuk mencegah pengaruh parasit usus dan pengobatan
RPTPNutrisi 2012
17
lainnya dilakukan bila terjadi gejala penyakit seperti gejala skabies, penyakit mata
dan lain sebagainya.
Alat yang digunakan adalah: mesin pemotong hijauan (grass cutter),
mesin pembuat tepung (hummer mill), timbangan pakan (kapasitas 5 kg),
timbangan ternak (kapasitas 50 kg), kandang individu, kandang metabolisme,
tempat pakan (palaka) dan tempat air minum (ember plastik kapasitas 5 liter)
Digunakan 20 ekor kambing jantan Boerka fase pertumbuhan (umur 9-10
bulan) dengan bobot badan berkisar antara 12-14 kg, ditempatkan dalam kandang
individu, dilengkapi dengan palaka yang terbuat dari papan. Air minum
disediakan secara bebas dalam ember plastik hitam berkapasitas 5 liter. Ternak
secara acak dialokasikan ke dalam 4 perlakuan pakan (5 ekor per perlakuan).
Ampas sagu yang telah dikeringkan (selama 3-4 hari bergantung kepada intensitas
sinar matahari) digiling secara mekanis menggunakan alat penggiling (hummer
mill) sehingga berbentuk tepung. Rumput alam sebagai sumber hijauan diperoleh
dari areal perkebunan PTPN V Sei Putih, dipotong dengan ukuran 2-4 cm
menggunakan alat pemotong rumput (chopper), kemudian dikeringkan (selama 3-
4 hari bergantung kepada intensitas sinar matahari). rumput alam yang sudah
kering juga digiling, dengan menggunakan saringan yang lebih besar sehingga
dihasilkan tepung rumput berukuran 0,10-0,50 cm. Hal ini dilakukan agar tidak
mempengaruhi sistem ruminasi pada ternak penelitian.
Disusun 4 jenis formula pakan yang iso protein (14%) dan iso energi (DE
2,8 Kkal/kg) dengan kandungan ampas sagu sebanyak : 0, 20, 30 dan 40% bahan
kering (Tabel 2). Tepung ampas sagu dan tepung rumput dicampur secara merata
dengan bahan konsentrat lainnya sesuai dengan tingkat penggunaan yang telah
ditentukan. Campuran pakan tersebut ditekan melalui dinding saringan cetak
berbentuk ring metal pada mesin pelet, sehingga dihasilkan pakan komplit dalam
bentuk pelet. Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan bahan kering pakan
untuk setiap ekor kambing dan diasumsikan bahwa kebutuhan adalah sebesar
3,8% dari bobot hidup (NRC, 1981). Pemberian pakan pelet komplit dilakukan
pada pagi hari (jam 9.00 WIB) setelah dilakukan pembersihan kandang. Ternak
dibiarkan beradaptasi dengan perlakuan pakan selama 3 minggu (setelah konsumsi
stabil) sebelum pengumpulan data dilakukan.
RPTPNutrisi 2012
18
Tabel 2. Komposisi bahan dalam perlakuan pakan
Bahan pakan Taraf tepung ampas sagu pada perlakuan pakan
0% (R0) 20% (R1) 30% (R2) 40% (R3)
------------------------------ % ------------------------------
Dedak halus 25 27,5 30,5 32
Jagung 14 14 14 14
Bungkil kelapa 15 12 9 6
Tepung ikan 2 2,5 2 2
Urea 1 1 1,5 2
Tepung tulang 1 1 1 1
Ultra mineral 1 1 1 1
Garam 1 1 1 1
Tepung ampas sagu 0 20 30 40
Tepung rumput alam 40 20 10 0
Jumlah 100 100 100 100
PK (%) 14 14 14 14
DE M.Kal/kg 2,8 2,8 2,8 2,8
Untuk mengetahui tingkat kemampuan ternak mencerna nutrien yang
dikonsumsi dilakukan pada minggu terakhir masa pengamatan, dengan cara
menimbang jumlah pemberian dan sisa pakan serta jumlah produksi feses dan urin
yang dihasilkan setiap hari. Contoh bahan (pakan, sisa pakan dan feses) ditimbang
dan selanjutnya untuk kepentingan analisis, ditetapkan sub-contoh sebanyak 10%
dari jumlah koleksi setiap harinya. Sub-contoh selama periode pengamatan
disatukan dalam satu kantong plastik dan secara komposit ditetapkan 10% untuk
kepentingan analisis. Contoh yang telah kering dihaluskan dengan alat penghalus
dan melewati saringan yang berukuran 0,8 mm.
Analisis kimia sampel pakan (tepung rumput alam, konsentrat dan tepung
ampas sagu) dilakukan sesuai dengan metode analisis proksimat. Analisis bahan
kering dilakukan dengan metode pemanasan di dalam oven 600C selama 48 jam
dan 1400C selama 2 jam. Analisis protein kasar dilakukan dengan cara mengukur
kandungan total nitrogen contoh dengan menggunakan macro-Kjedahl (AOAC,
1995). Analisis kandungan serat (serat detergen netral dan serat detergen asam)
ditentukan menurut metode Goering dan Van Soest (1970), kandungan energi
ditentukan dengan menggunakan alat bomb kalorimeter, sedangkan kandungan
abu dilakukan dengan membakar contoh dalam tanur dengan suhu pembakaran
6000C selama 6 jam.
RPTPNutrisi 2012
19
Peubah yang Diamati:
Konsumsi bahan kering pakan
Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui konsumsi bahan kering
pakan setiap hari dan dihitung berdasarkan formula berikut:
Konsumsi bahan kering pakan = pakan yang diberi (BK) – pakan yang sisa (BK).
Pertambahan bobot hidup
Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai pertumbuhan kambing
percobaan, dan diukur sebagai selisih antara bobot hidup akhir dan bobot hidup
awal dari kambing percobaan.
Efisiensi penggunaan pakan
Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai kualitas pakan, dan diukur
melalui persamaan: Efisiensi penggunaan pakan = pertambahan bobot badan per
unit bahan kering pakan yang dikonsumsi (Tillman et al, 1991).
Income Over Feed Cost (IOFC)
Tujuan perhitungan ini adalah untuk mengetahui penerimaan yang
diperoleh dari penjualan ternak setelah dikurangi biaya pakan. Dilakukan
perhitungan yang akurat untuk mendapatkan biaya per kg silase pengolahan
limbah kopi sehingga diketahui harga pakan penelitian.
Kecernaan
Kecernaan pakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecernaan
pakan semu. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai daya cerna pakan
percobaan, dan diukur dengan persamaan:
Zat makanan yang dikonsumsi- zat makanan di feses
Kecernaan= ---------------------------------------------------------------------- x 100%
Zat makanan yang dikonsumsi
Rancangan Penelitian
Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri
dari atas 4 perlakuan pakan dan 5 ulangan (Stell dan Torrie, 1993).. Setiap
ulangan terdiri atas satu ekor kambing, sehingga jumlah ternak yang digunakan
RPTPNutrisi 2012
20
dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor. Data yang diperoleh diolah dengan analisis
keragaman (ANOVA) menurut petunjuk SAS (SAS, 1998), dan bila hasil analisis
keragaman menunjukkan terdapat pengaruh nyata (P<0,05) dari perlakuan
terhadap peubah yang diukur, maka akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan (Kaps dan Lamberson, 2004). Model umum dari rancangan ini adalah:
Yij = Yij = μ + αij + εij
VIII. PERSONALIA
(1)
NO
(2)
NAMA
LENGKAP
(3)
PRIA/
WANITA
(4)
PENDIDIKAN
AKHIR
(5)
BIDANG
PENDIDIKAN
(6)
BIDANG
KEAHLIAN
(7)
KUALIFIKASI
(8)
ALOKASI
WAKTU
(OB)
(9)
UNIT KERJA
(10)
NAMA
LEMBAGA
1 Kiston
Simanihuruk
Pria S2 Nutrisi
Nutrisi ternak Peneliti Muda 5 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
2 Rantan
Krisnan
Pria S2 Nutrisi
Nutrisi ternak Peneliti Muda 3 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
3 Antonius
Chaniago
Pria S1 Nutrisi
Nutrisi ternak Peneliti
Pertama
4 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
4 Juniar Sirait Wanita S2 Nutrisi
Nutrisi
Hijauan
Peneliti Muda 3 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
5 Sari Gustin Wanita AMd Analis Kimia
Teknisi
Kim. analis
Litkayasa 3 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
6 Mikael
Situmorang
Pria STM Alsintan
Teknisi Litkayasa 3 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
7 Wagiman Pria SMP Kester
Teknisi 3 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
RPTPNutrisi 2012
21
IX. JADWAL PALANG
KEGIATAN BULAN ke- tahun 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
Konsultasi/ Koordinasi
Pelaksanaan kegiatan
Pengamatan
Tabulasi data
Analisis data
Seminar
Laporan
X. PEMBIAYAAN
a. Biaya sesuai Umur Kegiatan
No. URAIAN 2011 2012 JUMLAH
1. Belanja UHL 45.000.000 45.000.000
2. Belanja Bahan 48.500.000 48.500.000
3. Belanja Perjalanan Lainnya 27.000.000 27.000.000
JUMLAH 113.000.000 120.500.000
b. Rincian biaya tahun anggaran 2012
HONOR YANG TERKAIT DENGAN OUTPUT KEGIATAN
No. Uraian Pekerjaan Stn. Vol. Harga Stn. Jlh. Biaya
1. Upah Harian Lepas
(UHL)
OH 1500 30.000 45.000.000
Total Belanja uang honor tidak tetap 45.000.000
RPTPNutrisi 2012
22
BELANJA BAHAN
No. Uraian Stn. Vol. Harga Stn. Jlh Biaya
1. ATK, bahan komputer Pkt. 1 4.000.000 4.000.000
2. Bahan Kimia Pkt 1 15.000.000 15.000.000
3. Foto copy Lbr 10.0000 200 2.000.000
3. Perlengkapan kandang Pkt 1 5.000.000 5.000.000
4. Obat-obatan Pkt 1 4.500.000 4.500.000
5. Pakan ternak Bln 6 3.000.000 18.000.000
Total Belanja Bahan 48.500.000
BELANJA PERJALANAN LAINNYA
No. Uraian Stn. Vol. Harga Stn. Jlh. Biaya
1. Perjalanan dinas dalam negeri OP 27 1.000.000 27.000.000
Total Belanja Perjalanan lainnya 27.000.000
XI. DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R., 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum, Jakarta: Gramedia.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis. 16th
Ed. K. Helrich (Ed.).
Association of Official Analytical Chemist, Inc. Arlington, Virginia, USA.
Bintoro, M.H.B. Hariyanto, T. Honigone, M.P. Marangkey, E. Sakaguchi and Y.
Takamura. 1990. Feeding value of pith and pith residue from sago palm.
Proceeding Takahashi-Shi Nutrition Conference, Okayama. Pp.1-12.
Cheeke, P.R. 1999. Applied Animal Nutrition Feeds and Feeding. 2nd
Ed. New
Jersey: Prentice Hall, Upper Saddle River.
Church, D. C., and W. G. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 2nd
Ed. New Yersey: Prentice Hall, Upper Saddle River.
Devendra, C., dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Harya
Putra IDK, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari: Goat Production
in the Tropics.
Goering, H.K., and P.J. Van Soest. 1970. Forage Fiber Analyses (apparatus,
reagents, procedures and some application). Agric. Handbook 379.
Washington DC: ARS. USDA.
RPTPNutrisi 2012
23
Greenhalgh, J.F.D., and A.E. Reid. 1983. The Effects of Pelleting Various Diets
on Intake and Digestibility in Sheep and Cattle. New York, USA: Academic
Pr.
Kaps, M., and W. R. Lamberson. 2004. Biostatistic for Animal Science. CABI
Publishing, Cambridge, USA.
Khan, M.A., M. Sarwar, M.M.S. Khan. 2004. Feeding value of urea treated
corncobs ensiled with or without Enzose (corn Dextrose) for lactating
crossbred cows. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 8:1093-1097.
Lubis, D. A., 1992. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta: PT Pembangunan.
Mc Donald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhald and C.A. Morgan. 2002. Animal
Nutrition. 6th
Ed. Ashford Colour Pr. Gosfort.
National Research Council. 1981. Nutrient Requirement of Goats: Angora, Dairy,
and Meat Goats in Temperate and Tropical Countries. Washington DC:
National Academy Pr.
Nurkurnia, E. 1989. Hasil fermentasi rumen kambing Kacang betina dengan
pemberian beberapa tingkat ampas sagu (Metroxylon sp.) dalam ransum.
Karya Ilmiah Fapet IPB, Bogor.
Orskov, E.R. 1988. World Animal Science. Disciplinary Approach. Feed Science.
New York: Elsevier Sci.
Prastowo, B. 2007. Potensi sektor pertanian sebagai penghasil dan pengguna
energi terbarukan. Perspektif. Vol 6: 84-92.
Sapienza, D.A., and K.K. Bolsen. 1993. Teknologi Silase (Penanaman,
Pembuatan dan Pemberiannya pada Ternak). Martoyondo Rini B.S,
penerjemah.
Statistics Analytical System. 1987. SAS User’s Guide: Statistic. 6th
ed.,SAS
Institute Inc.,Cary,NC,USA.
Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu
Pendekatan Biometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta: Gramedia.
Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics.
Tillman D.A., Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekotjo
S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Yogyakarta: Univ Gadjah Mada Pr. Fakultas Peternakan.