proposal tesis
DESCRIPTION
proposal tesisTRANSCRIPT
-
PROPOSAL PENELITIAN TESIS
Kajian Bioremediasi Senyawa Pestisida pada Tanah Pertanian
Hortikultura Menggunakan Pseudomonas sp. dengan Pemodelan
Matematis
(Studi Kasus: Kabupaten Bandung, Jawa Barat)
Disusun oleh:
Heidy Dwiyanti Utami / 25312014 Teknologi Manajemen Lingkungan (TML)
Rencana Penelitian ini telah dikonsultasikan dengan
Ibu Dr. Barti Setiani Muntalif, Ph.D
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
-
1. Judul Kajian Bioremediasi Senyawa Pestisida pada Tanah Pertanian Hortikultura
Menggunakan Pseudomonas sp. dengan Pemodelan Matematis di Kabupaten Bandung (Jawa
Barat)
2. Latar Belakang Kegiatan pertanian memiliki arti vital untuk keberlangsungan bangsa Indonesia. Jawa
Barat merupakan salah satu provinsi yang memasok produk hortikultura di Pulau Jawa,
seperti produk sayuran, kacang-kacangan, buah, dan lain sebagainya (Dinas Pertanian Jawa
Barat, 2013). Pengunaan pestisida dalam pertanian hortikultura sulit untuk dihindari karena
para petani berusaha mereduksi gagal panen seminimal mungkin. Penyemprotan pestisida
menyebabkan sebagian pestisida menempel pada daun, biji-bijian, tanah, dan sebagian masuk
ke badan perairan (Suherman, 2000). Dampak negatif dari penggunaan pestisida di antaranya
adalah produk hortikultura mengandung petisida dan ekosistem lahan pertanian tercemar
(Setiyo, et al., 2011).
Senyawa pestisida yang terakumulasi di lingkungan termasuk ke dalam kategori sulit
untuk dihilangkan atau didegradasi. Berbagai teknologi untuk menghilangkan senyawa
pestisida di lingkungan telah dilakukan dan salah satunya adalah bioremediasi. Bioremediasi
menjadi salah satu alternatif untuk solusi menghilangkan senyawa pestisida karena teknologi
dengan biaya yang paling efektif. Proses degradasi yang dilakukan oleh mikroorganisme
merupakan teknik efektif yang menjanjikan untuk menghilangkan polutan lingkungan
(Takagi, et al., 2011)
Beberapa penelitian untuk bioremediasi senyawa pestisida menggunakan
mikroorganisme telah digunakan. Sebagian besar penelitian ini menggunakan
mikroorganisme indigenous yang berhasil diisolasi dari tanah mengandung senyawa
pestisida. Dari beberapa jenis mikroorganisme yang digunakan dalam bioremediasi senyawa
pestisida, di antaranya adalah Pseudomonas sp (Divya dan Kumar, 2011), seperti
Pseudomonas sp. strain ADP (Takagi, et al., 2011). Pseudomonas sp. diketahui dapat
mendegradradasi senyawa benzen, anthracene, hidrokarbon, dan PCB (Kumar, et al., 2011).
3. Rumusan Masalah Penggunaan pestisida dalam kegiatan pertanian memberikan dampak pada makhluk
hidup dan lingkungan di sekitarnya. Tidak sedikit bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
pestisida merupakan senyawa yang sulit untuk didegradasi di alam. Senyawa kimia dari
-
pestisida yang terakumulasi di dalam tanah, terutama tanah pertanian, dapat mengakibatkan
akumulasi pada makhluk hidup di sekitarnya. Bioremediasi menjadi sslah satu alternatif
untuk mendegradasi senyawa pestisida dalam proses remediasi tanah. Diharapkan dengan
bioremediasi oleh Pseudomonas sp. dapat membantu penguraian senyawa pestisida di
lingkungan dan digambarkan dengan menggunakan model matematis degradasi senyawa
pestisida.
4. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah proses remediasi oleh Pseudomonas sp. pada
senyawa pestisida untuk sampel tanah pertanian dapat berlangsung dan dapat diprediksi
dengan menggunakan model biodegradasi senyawa pestisida berasarkan konsentrasi senyawa
pestisida dan jumlah biomassa Pseudomonas sp..
5. Maksud dan Tujuan 5.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah mengkaji remediasi yang dilakukan oleh
Pseudomonas sp. terhadap senyawa pestisida pada sampel tanah pertanian di Kabupaten
Bandung. Model biodegradasi dibuat dengan menggunakan persamaan Monod. Proses
remediasi digambarkan dalam bentuk model biodegradasi untuk senyawa pestisida dengan
parameter konsentrasi senyawa pestisida dan jumlah biomassa Pseudomonas sp..
5.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pola biodegradasi senyawa pestisida oleh Pseudomonas sp. terhadap sampel
tanah pertanian dalam proses bioremediasi berdasarkan parameter konsentrasi senyawa
pestisida.
2. Mengetahui pola biodegradasi senyawa pestisida oleh Pseudomonas sp. terhadap sampel
tanah pertanian dalam proses bioremediasi berdasarkan parameter jumlah biomassa
Pseudomonas sp.
3. Memprediksi waktu yang diperlukan dalam bioremediasi senyawa pestisida pada tanah
pertanian berdasarkan kedua parameter
6. Ruang Lingkup Penelitian
-
Untuk mencapai maksud dan tujuan di atas, maka lingkup penelitian yang akan
dilakukan adalah berskala laboratorium dan lapangan. Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Lokasi penelitian adalah kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Bandung (Jawa
Barat), terutama di Kecamatan Pangalengan.
2. Pengumpulan data primer akan dilakukan dengan pengambilan sampel tanah dari
kawasan pertanian hortikultura pada titik sampling yang telah ditentukan. Pengumpulan
data sekunder terdiri dari peta lokasi titik sampel, jenis pestisida yang digunakan, luas
area pertanian, temperatur, pH tanah, dan data lain yang relevan dengan penelitian.
3. Pengkorelasian antara proses bioremediasi dengan biodegradasi senyawa pestisida oleh
Pseudomonas sp.
Parameter yang akan ditinjau dalam pembuatan model biodegradasi pada penelitian ini
adalah pH tanah, konsentrasi senyawa pestisida, dan jumlah biomassa Pseudomonas sp..
4. Pengembangan persamaan Monod untuk memperoleh model biodegradasi senyawa
pestisida oleh Pseudomonas sp. dengan menggunakan software Matlab.
5. Analisis pola degradasi senyawa pestisida oleh Pseudomonas sp. dalam kaitannya
dengan bioremediasi tanah pertanian berdasarkan simulasi model.
7. Tinjauan Pustaka 7.1 Pestisida
Lingkungan di sekitar kita banyak terpapar oleh kontaminan dari berbagai
toksikan, baik di tanah, air, maupun udara. Pestisida merupakan salah satu toksikan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia (antropogenik). Pestisida didefinisikan sebagai
zat/campuran bahan kimia, mikroorganisme, virus, atau pun bahan lain yang digunakan untuk
perlindungan tanaman dalam mencegah, mengendalikan, dan membasmi
hewan/tumbuhan/mikroorganisme pengganggu dengan tujuan kesejahteraan manusia
(Soemirat, 2009). Klasifikasi pestisida dapat dibagi berdasarkan toksisitas, struktur kimia,
persistensi di lingkungan, organisme target, dan lainnya (Velzquez-Fernndez, et al., 2012).
Pestisida yang terdiri dari molekul organik dapat dibagi menjadi organoklorin,
organofosfat, organometalik, piretroid, dan karbamat (Velzquez-Fernndez, et al., 2012).
Senyawa pestisida tergolong ke dalam senyawa yang persisten di lingkungan. Setiap jenis
senyawa pestisida memiliki persistensi efektif yang berbeda dan bervariasi, mulai dari
minggu hingga tahun. Persistensi senyawa pestisida di lingkungan dapat disebabkan karena
terjadinya akumulasi senyawa kimia di tanah dengan tingkat toksisitas yang tinggi, asimilasi
dan akumulasi ke dalam akar atau jaringan tumbuhan, dan erosi partikel tanah sehingga
-
masuk ke badan perairan (AgriInfo, 2011). Persistensi senyawa pestisida di lingkungan
disebabkan oleh karakteristik fisika-kimia senyawa tersebut (Soemirat, 2009) dan
kelembaban tanah (AgriInfo, 2011) sehingga sulit untuk didegradasi oleh organisme
(biodegradasi). Beberapa faktor, seperti cahaya, panas, dan kelembaban, dapat menjadi
pemicu dalam proses penghilangan pestisida, baik secara volatilisasi maupun biodegradasi.
7.2 Biodegradasi dan Bioremediasi Degradasi didefinisikan sebagai transformasi atau pemecahan senyawa (substrat)
kompleks menjadi produk yang lebih sederhana (AgriInfo, 2011). Biodegradasi melibatkan
reaksi biologis yang dapat memodifikasi struktur kimia dari suatu senyawa (Velzquez-
Fernndez, et al., 2012). Produk hasil biodegradasi umumnya merupakan senyawa sederhana
yang tidak atau berkurang toksisitasnya. Bioremediasi merupakan aplikasi atau strategi untuk
menghilangkan polutan yang tidak diinginkan di lingkungan (Velzquez-Fernndez, et al.,
2012). Berdasarkan lokasi bioremediasi dapat dilakukan secara in situ dan ex situ. Aplikasi
bioremediasi memeiliki beberapa keuntungan, di antaranya adalah hem at biaya, mudah,
degradasi polutan organik hingga selesai, dan tidak merusak flora-fauna alami serta lokasi
situs bioremediasi (Divya dan Kumar, 2011).
Karakteristik fisika-kimia, seperti suhu, pH, potensial air, oksigen, dan
ketersediaan substrat dapat mempengaruhi efisiensi biodegradasi (Velzquez-Fernndez, et
al., 2012). Pada Gambar 1, terdapat beberapa parameter yang mempengaruhi degradasi di air,
tanah, dan udara. Faktor lain yang juga mempengaruhi biodegradasi adalah ko-metabolisme
dan kondisi konsorsium mikroorganisme (Velzquez-Fernndez, et al., 2012).
-
Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi biodegrasi dan bioremediasi di tanah, air, dan udara
(Velzquez-Fernndez, et al., 2012)
7.3 Pseudomonas sp. Tanah merupakan salah satu habitat mikroorganisme yang memiliki tingkat
biodiversitas yang tinggi. Mikroorganisme membantu proses degradasi senyawa tertentu dan
menghasilkan mineral yang diperlukan untuk tumbuhan. proses ini dikenal dengan
biodegradasi atau mineralisasi (AgriInfo, 2011). Toksikan yang terapat di lingkungan dapat
menyebabkan penurunan tingkat biodiversitas mikroorganisme. Contohnya, pestisida dapat
mempengaruhi kandungan C-organik dan N-total di tanah sehingga keseimbangan populasi
mikroorganisme di tanah dapat terganggu (Setiyo, et al., 2011).
Pseudomonas sp. tergolong bakteri yang sering dijumpai di tanah. Bakteri ini
tergolong bakteri aerobik (Kumar, et al., 2011). Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu,
bakteri ini memiliki kemampuan untuk mendegradasi kontaminan organik (Divya dan
Kumar, 2011), seperti pestisida dan hidrokarbon (Kumar, et al., 2011). Pada degradasi
pestisida, biasanya dibutuhkan lebih dari satu mikroorganisme untuk berkontribusi dalam
degradasi pestisida. Mikroorganisme ini akan menggunakan kontaminan, dalam hal ini
senyawa pestisida, sebagai sumber karbon dan energi (Kumar, et al., 2011).
-
8. Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai sasaran penelitian secara garis besar
digambarkan dalam diagram alir (Gambar 2) sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram alir metode penelitian
9. Metodologi Penelitian
-
9.1 Survei Awal dan Penentuan Titik Sampling Survei lokasi pertanian hortikultura yang akan digunakan sebagai lokasi
pengambilan sampel dilakukan terlebih dahulu. Saat survei lokasi dilakukan, ditentukan pula
perkiraan titik pengambilan sampel tanah pertanian yang mengandung senyawa pestisida.
Pencatatan lokasi dan titik pengambilan sampel dilaksanakan seiring dengan pengambilan
data sekunder lokasi penelitian.
9.2 Pengambilan Data Sekunder Pengambilan data sekunder dilakukan untuk mengetahui data-data pendukung.
Data sekunder yang diambil pada lokasi penelitian adalah peta lokasi titik sampel, jenis
pestisida yang digunakan, luas area pertanian, temperatur, pH tanah, dan data lain yang
relevan dengan penelitian.
9.3 Pengumpulan Data Primer Dari titik sampling yang telah ditentukan kemudian diambil sampel tanah dari
lokasi. Sampel tanah diambil dengan menggunakan sekop atau alat bantu lainnya. Sampel
tanah dimasukkan ke dalam wadah dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk karakterisasi
awal sampel tanah. Parameter fisika-kimia dari lokasi penelitian dicatat untuk mengetahui
karakteristik lokasi titik pengambilan sampel.
9.4 Karakterisasi Awal Sampel Tanah Sampel tanah yang diambil dari titik pengambilan sampel kemudian di bawa ke
laboratorium untuk pemeriksaan kadar senyawa pestisida yang terkandung di tanah. Senyawa
pestisida yang akan diukur adalah senyawa organik pada pestisida. Data primer diperlukan
untuk penetuan perlakuan pada tahap bioremediasi senyawa pestisida. Penentuan kadar
senyawa pestisida yang akan digunakan untuk bioremediasi berdasarkan data primer dari
hasil pengukuran.
9.5 Aklimatisasi Pseudomonas sp. pada sampel tanah Pseudomonas sp. yang akan digunakan dalam proses bioremediasi akan
diaklimatisasi terlebih dahulu untuk penyesuaian terhadap lingkungan baru. Bakteri
Pseudomonas sp. akan diinkubasi pada medium yang mengandung sampel tanah terlebih
dahulu. Setelah bakteri Pseudomonas sp. mengalami penyesuaian untuk mendegradasi
-
senyawa pestisida, maka dilakukan pembuatan kultur bakteri di dalam medium. Kultur
bakteri kemudian akan digunakan untuk bioremediasi senyawa pestisida.
9.6 Bioremediasi senyawa pestisida dengan Pseudomonas sp. Kultur Pseudomonas sp. yang telah teraktivasi akan digunakan dalam
bioremediasi senyawa pestisida. Variasi yang digunakan dalam penelitian bioremediasi ini
adalah konsentrasi senyawa pestisida dan jumlah biomassa yang akan ditambahkan.
Parameter yang akan diukur merupakan parameter fisika, kimia, dan biologis:
parameter fisika, seperti suhu dan pH tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi selama
proses bioremediasi berlangsung
parameter kimia, seperti analisis senyawa pestisida dengan menggunakan metode AAS
(Atomic Adsorption Spectrophotometer) dan pengurangan konsentrasi senyawa pestisida
dalam proses bioremediasi
parameter biologis, seperti pengukuran biomassa Pseudomonas sp.
9.7 Analisis Kadar Pestisida Analisis kadar senyawa pestisida akan dilakukan dengan menggunakan metode
AAS (Atomic Adsorption Spectrophotometer) pada rentang waktu tertentu selama proses
bioremediasi berlangsung. Data kadar senyawa pestisida akan digunakan untuk analisis dan
pembuatan simulasi model bioremediasi.
9.8 Analisis data dan Simulasi Model Analisis data yang diperoleh, identifikasi keterkaitan antara bioremediasi oleh
Pseudomonas sp. dengan kualitas tanah hasil remediasi, dan membandingkan kualitas sampel
tanah hasil bioremediasi dengan baku mutu yang berlaku. Untuk mengetahui pola
biodegradasi pada bioremediasi, digunakan model Monod adalah untuk menggambarkan
hubungan nutrisi dan populasi mikroorganisme (biomassa) yang digunakan. Model Monod
dikorelasikan dengan biodegradasi senyawa pestisida oleh Pseudomonas sp.. Jika
pertumbuhan Pseudomonas sp. diasumsikan memiliki pola pertumbuhan eksponensial,
dinyatakan dengan persamaan:
=
dengan, = koefisien laju pertumbuhan spesifik (hari-1)
-
X = biomassa (mg/L)
sedangkan untuk model Monod: = + dengan, max = koefisien laju pertumbuhan maksimum (hari-1)
S = konsentrasi substrat atau nutrisi (mg S/L)
Ks = koefisien half-saturation (mg S/L)
model Monod disubsitusikan dengan model pertumbuhan eksponensial menjadi:
= +
9.9 Validasi Model Verifikasi dan validasi model dilakukan dengan menggunakan metode uji statistik
mean Relative Eror.
= | |
100% =
dengan, RE = Relative Error
X = data pengamatan
MRE = Mean Relative Error
C = data hasil simulasi
N = jumlah data
9.10 Pembahasan dan Kesimpulan Pembahasan dilakukan untuk penulisan laporan tesis dan dilakukan setelah
analisis data dan validasi model. Pembahasan akan mengacu pada data penelitian dan disertai
studi literatur untuk membantu penjelasan data.
10. Alat dan Bahan 10.1 Survei Awal dan Penentuan Titik Sampling
Pada tahap survei awal dan penentuan titik sampling, diperlukan beberapa
peralatan dan perlengkapan, seperti peta topografi lokasi sampling dan alat tulis.
10.2 Pengambilan Data Sekunder
-
Untuk pengambilan data sekunder di lokasi pengambilan sampel, diperlukan
beberapa peralatan dan perlengkapan, seperti peta topografi lokasi sampling, pH meter,
termometer, dan alat tulis.
10.3 Pengumpulan Data Primer Pada tahap pengumpunlan data primer, diperlukan beberapa peralatan dan
perlengkapan, seperti peta topografi lokasi sampling, pH meter, termometer, alat penunjang
pengambilan sampel tanah (sekop, kantong plastik atau pot zalp, label), dan alat tulis.
10.4 Karakterisasi Awal Sampel Tanah Untuk tahapan karakterisasi sampel tanah awal, diperlukan beberapa peralatan dan
perlengkapan, seperti pH meter, termometer, dan alat tulis. Pada analisis kadar senyawa
pestisida diperlukan AAS (Atomic Adsorption Spectrophotometer), timbangan analitik, labu
ukur, gelas kimia, corong gelas, kertas saring, dan batang pengaduk. Bahan yang diperlukan
untuk analisis senyawa pestisida adalah pelarut-pelarut organik dan akuades.
10.5 Aklimatisasi Pseudomonas sp. pada sampel tanah Tahapan aklimatisasi Pseudomonas sp., diperlukan berbagai peralatan, seperti
cawan petri, labu Erlenmeyer, batang pengaduk, gelas kimia, gelas ukur, hot plate, timbangan
analitik, autoklaf, spatula, dan pipet tetes. Untuk bahan-bahan yang diperlukan adalah
pestisida dengan kandungan yang telah diketahui, medium pertumbuhan Pseudomonas sp.
(agar dan cair), spiritus, alkohol 70%, akuades, kertas saring, kertas aluminium, plastik tahan
panas, plastik obat, kertas, kapas lemak, karet gelang, dan tisu.
10.6 Bioremediasi senyawa pestisida dengan Pseudomonas sp. Untuk tahap bioremediasi oleh Pseudomonas sp., diperlukan peralatan seperti
cawan petri, labu Erlenmeyer, batang pengaduk, gelas kimia, gelas ukur, timbangan analitik,
autoklaf, spatula, pipet tetes, pH meter, termometer, dan AAS (Atomic Adsorption
Spectrophotometer). Untuk bahan-bahan yang diperlukan adalah sampel tanah, pestisida
dengan kandungan yang telah diketahui, medium pertumbuhan Pseudomonas sp. (agar dan
cair), kultur Pseudomonas sp. yang telah teraktivasi, spiritus, pelarut organic untuk AAS,
alkohol 70%, akuades, kertas saring, kertas aluminium, plastik tahan panas, kertas, kapas
lemak, karet gelang, dan tisu.
-
10.7 Analisis Kadar Pestisida Pada analisis kadar senyawa pestisida diperlukan AAS (Atomic Adsorption
Spectrophotometer), timbangan analitik, labu ukur, gelas kimia, corong gelas, kertas saring,
dan batang pengaduk. Bahan yang diperlukan untuk analisis senyawa pestisida adalah
pelarut-pelarut organik dan akuades.
10.8 Simulasi dan Validasi Model Untuk simulasi dan validasi model, dilakukan dengan menggunakan software
Matlab dan Ms. Excel.
11. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di beberapa tempat, bergantung pada tahap penelitian yang
dilakukan. Proses bioremediasi akan dilakukan di salah satu laboratorium di gedung PAU,
Institut Teknologi Bandung. Analisis senyawa pestisida akan dilakukan di Laboratorium
Kualitas Air Teknik Lingkungan, Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil
dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Untuk pembuatan model bioremediasi, dapat
dilakukan di mana saja dengan ketersediaan komputer atau laptop.
12. Jadwal Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian ini diperkirakan akan berlangsung selama 6 (enam) bulan mulai
dari bulan September-Februari 2012 dengan rincian kegiatan seperti yang terdapat dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Uraian Kegiatan
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Bulan ke-4
Bulan ke-5
Bulan ke-6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi literatur
2. Survei awal
dan penentuan titik sampling
3. Pengumpulan Data Primer
-
No Uraian Kegiatan
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Bulan ke-4
Bulan ke-5
Bulan ke-6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4. Pengumpulan Data Sekunder
5. Pengerjaan
laboratorium
6. Pengembangan
dan simulasi model
7. Analisis data
dan Pembahasan
8. Penulisan
laporan thesis
Daftar Pustaka
AgriInfo. 2011. Soil Microorganisms in Biodegradation of Pesticides and Herbicides. [online]
Diakses dari: http://agriinfo.in/?page=topic&superid=5&topicid=174 [Tanggal akses 28
Mei 2013].
Dinas Pertanian Jawa Barat. 2013. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.
[online] Diakses dari: http://diperta.jabarprov.go.id/ [Tanggal akses 15 April 2013].
Divya, Bhatia dan Malik Deepak Kumar. 2011. Plant Microbe Interaction with Enhanced
Bioremediation. Research Journal of Biotechnology, 6 (4): 72-79.
Kumar, A, B.S Bisht, V.D Joshi, dan T. Dhewa. 2011. Review on Bioremediation of Polluted
Environment: A Management Tool. International Journal of Environmental Sciences, 1
(6): 1079-1093.
Mihelcic, James R.. 1999. Fundamentals of Environmental Engineering. USA: John Wiley &
Sons, Inc..
Munoz, Jose F., dan Manuel J. Irarrazaval. 1998. A Numerical Model for Simulation of
Bioremediation of Hydrocarbons in Aquifers. Groundwater, 36 (2): 215-224.
Setiyo, Yohanes, Ida Bagus Wayan Gunam, Ida Bagus Putu Gunadnya, I Wayan Tika. 2011.
bioremediasi in-situ Lahan Tercemar Pestisida oleh Mikroba yang ada pada Kompos.
The Excellence Research Universitas Udayana: 108-112.
Soemirat, Juli (Ed.). 2009. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
-
Suherman, Ayep Dede. 2000. Bioremedlasl pestlslda organofosfat diazinon secara ex sltu
dengan menggunakan mikroba indigenous dari areal persawahan. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
Takagi, Kazuhiro, Ryota Kataoka dan Kenichi Yamazaki. 2011. Recent technology on bio-
remediation of persistent organic pollutants (POPs) and pesticides. [online] Diakses
dari: http://www.agnet.org/library.php?func=view&id=20110804172301&type_id=4
[Tanggal akses 25 April 2013].
Velzquez-Fernndez, Jess Bernardino, Abril Bernardette Martnez-Rizo, Maricela
Ramrez-Sandoval, dan Delia Domnguez-Ojeda. 2012. Biodegradation and
Bioremediation of Organic Pesticides. [online] Diakses dari:
http://www.intechopen.com/books/pesticides-recent-trends-in-pesticide-residue-
assay/biodegradation-and-bioremediation-of-organic-pesticides[Tanggal akses 25 April
2013].