proposal tesis
DESCRIPTION
ProposalTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk mengembangkan
aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,
keterampilan sosial penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani
dan olahraga.
Dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani adalah sangat penting
memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat secara langsung dalam
aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. Guru diharapkan
mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi
permainan dan olahraga. Internalisasi nilai-nilai (Sportifitas,jujur,kerjasama).
Pelaksanaannya bukan hanya melalui pengajaran didalam kelas yang bersifat
kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan
sosial.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh banyak faktor,
salah satu diantaranya adalah besarnya partisipasi siswa dalam mengambil
bagian dalam kegiatan belajar, maka akan berhasil pula kegiatan
pembelajaran tersebut. Belajar akan memberikan hasil yang baik apabila
disertai dengan aktivitas siswa. Disamping keaktivan peserta didik, guru
pendidikan jasmani harus memiliki kemampuan yang luas tentang model
pembelajaran, memiliki kreativitas yang tinggi dalam memodifikasi. Dengan
1
demikian guru dapat menyesuaikan fasilitas yang tersedia sehingga pendidikan
jasmani dapat terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani sering kali membuat siswa
menjadi pasif menunggu giliran atau menunggu mendapat alat pada
pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih resmi sering kali waktu habis
hanya untuk mengelola kelas. Permainan dan olah raga seperti ini hendaknya
dimodifikasi sehingga semua siswa aktif dalam waktu yang sama.
Kondisi ini salah satu diantaranya disebabkan karena guru masih
menggunakan pendekatan “Teacher Centered” dan sering kali mengabaikan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan “Child Centered” yang berguna
untuk meningkatkan keterampilan anak dalam membuat keputusan belajar dan
dapat membuat anak menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan senantiasa
dicari, diteliti dan diupayakan melalui kajian berbagai komponen pendidikan.
Dalam meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik sebagai salah satu
indikator upaya yang langsung dan paling realistis, upaya tersebut diarahkan
untuk dapat menghasilkan kualitas pengajar. Sebagai salah satu proses yang
diharapkan dapat menghasilkan kualitas belajar para siswa. Hal ini menuntut
perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan
kurikulum.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan, untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional (Susilo,2007:10-11)
2
Akhir-akhir ini pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning - CTL ) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang. Ada yang menganggap bahwa CTL adalah "Mukanya" kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Artinya CTL merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan KBK (Sanjaya,2006:109).
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran
yang menekankan pada aktifitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
CTL menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang mana siswa berperan
aktif dalam setiap proses pembelajaran.
Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari
kenyataan. Semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula
pengetahuan yang mereka peroleh. Pengetahuan itu akan bermakna manakala
ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
Dalam konteks CTL, Sanjaya (2006:110) menjelaskan :
"Proses belajar pendidikan jasmani tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar sekolah dengan kehidupan nyata. Dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola prilaku siswa seperti pola berfikir, pola bertindak dan kemampuan memecahkan persoalan".
Fenomena yang terjadi selama ini dalam pembelajaran pendidikan jasmani
adalah peran guru masih sangat mendominasi sehingga siswa hanya menerima
pelajaran dan mereka tidak dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya. Tidak heran juga bagi sebagian siswa yang kurang senang
terhadap pendidikan jasmani yang menganggap bahwa pendidikan jasmani
merupakan pelajaran yang membosankan karena apa yang diajarkan oleh
sebagian kecil guru sangat monoton. Mereka juga beranggapan bahwa
3
pendidikan jasmani ini hanyalah pendidikan rekreasi, dimana dengan
berolahraga mereka dapat memperoleh kesenangan, menghilangkan kejenuhan
berolahraga mereka dapat memperoleh kesenangan, menghilangkan kejenuhan
waktu yang setiap harinya berhadapan dengan beraneka materi pelajaran kelas
yang menguras pikiran.
Disitulah muncul problem pengalaman menunjukkan, keterampilan proses
kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani belum terlaksana seperti apa yang
menjadi tujuan kurikulum. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan guru
dapat memahami tipe belajar dalam dunia siswa dan menyesuaikan gaya
mengajar tersebut terhadap gaya belajar siswa. Agar proses pembelajaran tidak
dianggap sebagai proses pemaksaan kehendak, guru perlu memandang siswa
sebagai subyek belajar dengan segala keunikannya, karena siswa adalah
organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangun
pengetahuannya sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
Adakah pengaruh penerapan pembelajaran Contextual Teaching and
Learning dan Child Centered terhadap hasil belajar Dribbling Sepak Bola ?
4
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran
Contextual Teaching and Learning dan Child Centered terhadap hasil belajar
Dribbling Sepak Bola pada siswa putera kelas X MAN 2 Gresik
D. Pentingnya Masalah Untuk Diteliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan :
1. Dapat memperluas wawasan guru tentang teori belajar dan model
pembelajaran yang efektif.
2. Dapat memperluas wawasan peneliti tentang permasalahan pembelajaran
disekolah sehingga kreatif menemukan solusinya.
E. Definisi Operasional, Asumsi dan Keterbatasan
1. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah penafsiran yang berbeda maka perlu kiranya
penulis memberikan definisi sebagai berikut :
a. Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Sanjaya (2006:109)
diartikan sebagai :
"Suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka".
b. Pembelajaran Dribbling Sepak Bola menurut Robert Koger (2007:51)
diartikan sebagai :
5
"Suatu bentuk pembelajaran dasar permainan Sepak Bola untuk menggiring bola dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan kaki yang gerak (teknik) dasarnya dilakukan dengan cara-cara yang benar agar dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar tentang permainan ini".
2. Asumsi
Dalam penelitian ini di asumsikan bahwa sampel yang dilibatkan adalah
sama-sama berada dalam sekolah dan dalam kelas yang sama, mereka juga
mendapatkan mata pelajaran pendidikan jasmani yang materinya sama.
3. Keterbatasan
Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka penelitian ini
dibatasi masalahnya pada Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching
and Learning dan Child Centered Terhadap Hasil Belajar Dribbling Sepak
Bola pada siswa putera kelas X MAN 2 Gresik dengan jumlah siswa 36
siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki kelas X.4 dan 18 siswa laki-laki
kelas X.5 dengan tinjauan melalui dua aspek yaitu aspek kognitif dan
aspek psikomotor.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Contextual Teaching and Learning
1. Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Sanjaya (2006 :109)
diartikan sebagai :
"Suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka".
2. Rasional
Pembelajaran melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) pada
dasarnya mendorong agar siswa dapat mengkonstruksikan pengetahuannya
melalui proses pengamatan dan pengalaman.
Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya
menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk
ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal
mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Pembelajaran CTL merupakan belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara
pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian
memperhatikan detailnya. Pengetahuan bukan hasil "Pemberian" dari
7
orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengonstruksi yang
dilakukan setiap individu. Sanjaya (2006:111) mengungkapkan bahwa
"Pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan
yang bermakna". (Sanjaya,2006:111).
Dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-
pola prilaku manusia seperti pola berfikir, pola bertindak dan kemampuan
memecahkan persoalan.
CTL sebagai suatu pembelajaran memiliki 7 azas yang melandasi
pelaksanaan proses pembelajaran, diantaranya yaitu :
1. KonstruktivismeAdalah proses membangun / menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
2. InkuiriAdalah proses pembelajaran di dasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.
3. Bertanya (Questioning)Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.
5. Pemodelan (Modeling)Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6. Refleksi (Reflection)Adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian / peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment)Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perorangan belajar yang dilakukan siswa. (Sanjaya, 2006:120)
8
B. Hakikat Pembelajaran
Kata "Pembelajaran" adalah terjemahan dari "Instruction", yang banyak
dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat (Sanjaya,2006:78).
Proses belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat
artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak
dapat kita saksikan. Perubahan tersebut dapat kita lihat dari adanya gejala-
gejala perubahan perilaku yang tampak.
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa
dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran
adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan
disekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri adalah pengalaman manusia
yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam buku-
buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa.
Macam-macam bentuk pengalaman belajar adalah pengalaman mental,
pengalaman fisik dan pengalaman sosial. Pengalaman mental dapat berupa
membaca buku, mendengarkan ceramah, dan menonton tv atau film.
Pengalaman fisik memanfaatkan seluruh indera ketika menggali informasi
yang berupa pengamatan, percobaan, penelitian, kunjungan, study tour,
pembuatan buku harian. Sedangkan pengalaman sosial dapat berupa
wawancara, bermain peran, diskusi, kerja bakti, pameran dan lain-lain.
Prinsip-prinsip KBM dalam KBK adalah :
a. Belajar berpusat pada siswa
9
1. Guru harus menyadari bahwa bakat, minat, kemampuan, kesenangan,
pengalaman, dan cara belajar setiap anak-berbeda-beda.
2. Guru didalam KBM mengorganisasi kelas, memberikan materi
pelajaran, mengatur waktu belajar perlu beragam sesuai dengan
karakteristik siswa.
3. Siswa perlu didorong untuk mengembangkan potensinya secara
optimal.
4. Tanggung jawab guru menciptakan situasi belajar yang kondusif.
b. Belajar dengan melakukan
1. Dalam KBM harus memberikan pengalaman nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Dalam KBM harus memberikan kesempatan pada siswa untuk
memikirkan, menganalisa, melakukan dan menyimpulkan sendiri
sebagai hasil belajar.
c. Belajar mengembangkan kemampuan sosial
1. Dalam KBM perlu dirancang dalam bentuk diskusi agar siswa saling
bertanya dan saling berinteraksi.
2. Dengan diskusi siswa dapat bersosialisasi menghargai perbedaan
pendapat, kemampuan, sikap dan prestasi teman dikelas.
3. Dengan diskusi siswa berlatih untuk bekerja sama saling pengertian.
d. Belajar mengembangkan keingintahuan
1. Rasa ingin tahu bagi setiap insan adalah fitrah.
2. Rasa ingin tahu bagi setiap siswa adalah model untuk berkreatif.
10
3. Rasa ingin tahu adalah wujud bahwa yang bersangkutan memiliki sikap
yang dinamis.
e. Belajar mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah
1. KBM hendaknya mampu mendorong siswa untuk mengidentifikasi
masalah dan memecahkannya.
2. KBM hendaknya mampu merangsang siswa untuk secara aktif mencari
jawaban atas permasalahan yang muncul.
f. Belajar mengembangkan kreatifitas siswa
KBM perlu dirancang untuk memberikan kesempatan dan kebebasan
berkreasi, berfikir, berimajinasi, mengingat potensi siswa yang berbeda.
g. Belajar mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
KBM perlu memberikan kesempatan dan peluang memperoleh
informasi dan berbagai multi media.
h. Belajar menumbuhkan kesadaran sebagai warga Negara yang baik
l. KBM perlu memberikan wawasan nilai-nilai moral dan nilai sosial
anak.
2. KBM diharapkan mampu menggugah kesadaran siswa akan
kemajemukan bangsa akibat beragamnya latar belakang geografis,
Sosbud dan Agama.
3. KBM hendaknya mampu menggugah kesadaran siswa akan hak dan
kewajiban sebagai warga Negara yang baik.
i. Belajar sepanjang hayat
11
1. KBM hendaknya mapu menanamkan rasa percaya diri, kemampuan
memahami orang lain, mampu berkomunikasi dan bekerja sama.
2. KBM hendaknya mampu mendorong semangat siswa untuk terus
belajar kapan saja, dimana saja, dari siapa dan dalam kondisi apa saja.
Makna proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Oriented)
tidak menganggap siswa sebagai obyek belajar yang dapat diatur dan
dibatasi oleh kemauan guru. Melainkan siswa ditempatkan sebagai subyek
yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya,
oleh sebab itu materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara
mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, akan
tetapi memperhatikan setiap perbedaan siswa.
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi
proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Dalam kurikulum 2004 yang dikutip pada buku Pedoman
Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup Melalui Pendidikan Jasmani dan
Olahraga dinyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani
adalah sebagai berikut :
1. Meletakkan landasan karakter kepribadian yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani;
2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap social dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama;
3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar pendidikan jasmani.
4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan dan olahraga.
5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga seperti : permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri /
12
senam,aktivitas ritmik, akustik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education).
6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga.
7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.
8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.
9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifar rekreatif. (depdiknas,2004:27-28)
C. Dribbling Sepak Bola
Sepak Bola adalah salah satu olahraga paling populer di dunia. Sepak
bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas
pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Sepak bola berkembang dengan
pesat dikalangan masyarakat karena permainan ini dapat dimainkan oleh laki-
laki dan perempuan ; anak-anak, dewasa dan orang tua. Dalam dunia
pendidikan banyak yang merasakan bahwa sepak bola adalah olahraga
menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur dan menyehatkan.
Mendribble adalah salah satu teknik dasar sepak bola yang pertama
diperkenalkan kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting
bagi setiap pemain yang terlibat dalam pertandingan sepak bola.
Dribbling adalah metode menggerakkan bola dari satu titik ketitik lain
dilapangan dengan menggunakan kaki. karena semua pemain harus mampu
menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan
atau tembakan. Bola harus selalu dekat dengan kaki agar mudah dikontrol,
pemain tidak boleh terus menerus melihat bola,mereka juga harus melihat ke
sekeliling dengan kepala tegak agar dapat mengamati situasi lapangan dan
13
mengawasi gerak-gerik pemain lainnya. Ketika pemain telah menguasai
kemampuan dribbling secara efektif, sumbangan mereka didalam
pertandingan akan sangat besar. Penggunaan dribbling didalam suatu
permainan tergantung pada bidang permainan, kedekatan dengan lawan dan
teman satu tim, kondisi lapangan dan tentu saja keterampilan serta rasa
percaya diri. Prinsip utama yang harus diingat adalah bahwa dribbling
digunakan untuk menciptakan ruang.
Macam-macam Dribbling menurut Danny Mielke :
a. Dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam, memungkinkan seorang
pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki sehingga
kontrol terhadap bola akan semakin besar.
b. Dribbling dengan sisi kaki bagian luar, latihan yang baik melakukan
dribbling menggunakan sisi kaki bagian luar adalah melangkah kesamping
atau bergeser kesamping, bergerak menyamping dengan tetap menjaga
keseimbangan tubuh lalu menggerakkan kaki untuk memulai dribbling
dengan sisi kaki bagian luar.
c. Dribbling menggunakan kura-kura kaki. Biasanya kura-kura kaki atau
bagian punggung sepatu digunakan sebagai bidang tendangan utama untuk
melakukan dribbling untuk bergerak cepat di lapangan.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perencanaan Penelitian
Langkah awal dari proses ini adalah membuat proposal penelitian yang
diajukan kedosen pembimbing skripsi yang kemudian proposal diajukan
kekomisi skripsi.
Adapun langkah selanjutnya adalah :
1. Penelitian dilakukan di MAN 2 Gresik. Peneliti mengajukan ijin penelitian
kepada kepala sekolah MAN Negara Bali yang telah ditandatangani oleh
Dekan Fik Unesa.
2. Setelah mendapat persetujuan, peneliti berkonsultasi dengan guru
pendidikan jasmani dan memberikan penjelasan mengenai proses
penelitian.
3. Menemtukan jadwal dan waktu untuk pengambilan data.
4. Menyediakan sarana dan prasarana untuk penelitian.
5. Pengambilan data.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah berupa eksperimen dengan menggunakan
Randomized Control group Pretest - Post Test Design , dimana pemasangan
subyek berarti pula pemasangan kelompok (X.4 dan X.5) sehingga diperoleh
hasil belajar yang seimbang antara kelompok kontrol dan kelompok
15
eksperimen yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari siswa putera kelas X.4
18 orang dan kelas X.5 18 orang.
Dalam pelaksanaan penelitian ini kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen yang diberi Pretest dan Post Test. Hanya kelompok eksperimen
yang diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan,
adapun desain penelitian sebagai tuntunan kegiatan penelitian adalah sebagai
berikut :
A T1 X T2
B U1 - U2
Keterangan :
A,B = Penetapan secara acak
T1 = Pretest kelompok eksperimen
U1 = Pretest kelompok kontrol
T2 = Post Test kelompok eksperimen
U2 = Post Test kelompok kontrol
X = Perlakuan
(Maksum, 2006 : 40-41)
C. Variabel Penelitian
Nazir (1999:149) mengartikan variabel sebagai "Konsep uang
mempunyai bermacam-macam nilai". Arikunto (2002:96) mengartikan
variable sebagai "Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
16
penelitian". Pada dasarnya variabel ada dua macam, yaitu "Variabel bebas
dan variabel terikat" (Arikunto,2002:101).
1. Variabel Bebas : Contextual Teaching and Learning dan Child
Centered
2. Variabel Terikat : Hasil Belajar Dribbling Sepak Bola
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,1998:115).
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa putera kelas X
MAN 2 Gresik, yang berjumlah 7 (tujuh) kelas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto,1998:117). Mengingat masing-masing kelas populasi jumlah
siswanya banyak dan lebih dari 100, maka perlu diambil sebagian saja.
Dalam hal ini Arikunto (2002:112) menjelaskan bahwa "Jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih..."
Dalam penelitian ini pengambilan sampel kelas berdasarkan teknik
Cluster Sampling yang penetapannya dengan cara random.
Dalam hal ini Nazir (1999:332) menjelaskan :
Populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau Cluster. Anggota sub populasi tiap cluster tidak perlu homogeny. Beberapa Cluster dipilih dulu sebagai sampel. Kemudian dipilih lagi anggota unit dari sampel Cluster diatas. Dalam memilih anggota unit ini, bisa saja diambil seluruh elementary unit dari Cluster atau sebagian dari unit elementari Cluster. Biasanya randomisasi penarikan sampel hanya dikala memilih Cluster, dan tidak dikala memilih unit elementari.
17
Berdasarkan teknik Cluster Sampling ini maka yang ditetapkan menjadi
sampel kelas adalah siswa putera kelas X.4 dan X.5 yang jumlah siswanya 36
orang.
E. Instrument Penelitian
Penelitian ini berupa eksperimen, Pre tes dan pos tes yang diberikan
dalam dribble Zig Zag.
Gambar 3.1: Tes mendribble bola secara zig zag dari start hingga finish(Mary Jane Hankins, 1972: 121)
Pelaksanaan tes :
1. Siswa harus mendribble bola secara zig zag dari start hingga finish,
melewati 5 buah pancang, yang jarak tiap pancangnya adalah 10 kaki,
jarak dari garis start / finish kepancang pertama adalah 10 kaki.
2. siswa pada saat tes diberikan kesempatan 2 kali untuk melakukan
dribble. Diantara 2 tes tersebut diambil waktu yang terbaik.
3. Siswa pada saat mendribble bola dihitung waktunya dari start sampai
finish.
4. Poin.
18
Nilai diberikan mengikuti kecepatan waktu.
Persentase Umur10 11 12 13 14 15 16 17-18
100%
95%
90%
8.5%
80%
75%
70%
65%
60%
55%
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
7.2 7.4 7.0 6.0 6.5 6.0 6.0 6.0
9.9 7.7 7.8 8.0 8.7 7.7 7.7 8.4
10.1 8.1 8.2 8.4 9.0 8.0 8.0 8.7
10.3 8.6 8.5 8.7 9.2 8.3 8.4 8.8
10.5 9.0 8.7 8.8 9.4 8.5 8.6 8.9
10.7 9.3 8.8 9.0 9.5 8.6 8.7 9.0
10.9 9.6 9.0 9.2 9.6 8.7 8.8 9.1
11.1 9.8 9.1 9.3 9.7 8.8 8.9 9.2
11.2 10.0 9.3 9.5 9.8 8.9 9.0 9.3
11.4 10.1 9.5 9.6 9.9 9.0 9.1 9.4
11.5 10.3 9.6 9.7 10.0 9.1 9.3 9.6
11.6 10.5 9.8 9.8 10.1 9.2 9.4 9.7
17.8 10.6 10.0 10.0 10.2 9.4 9.5 9.8
11.9 10.9 10.1 10.2 10.4 9.5 9.7 9.9
12.2 11.1 10.3 10.3 10.5 9.6 9.9 10.1
12.5 11.3 10.5 10.3 10.7 9.9 10.1 10.3
12.8 11.6 10.8 10.8 10.9 10.1 70.3 10.5
13.3 12.1 11.1 11.1 11.2 10.3 10.6 10.9
13.8 12.9 11.5 11.4 11.5 10.6 11.2 11.4
15.8 14.2 2.3 12.1 12.0 11.5 12.2 12.1
24.0 5.0 19.0 20.0 14.5 20.0 7.0 15.0
Sumber: Mary Jane Hankins, 1972: 129
19
Perlengkapan yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini adalah :
a. Peluit
b. Bola sepak bola
c. Tiang pancang (Cone)
d. Stopwatch
F. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 31 januari 2009 s/d 7 Maret 2009
di MAN 2 Gresik.
1. Jadwal pelaksanaan Pre tes (tes awal) untuk kelompok eksperimen
Hari / Tanggal : Sabtu, 31 Januari 2009
Pukul : 07.00 – 08.30
Tempat : MAN 2 Gresik
Kegiatan : Pengambilan data tes Dribble zig zag
2. Jadwal pelaksanaan pemberian perlakuan (Treatment)
Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Februari - 28 Februari 2009
Pukul : 07.00 - 08.30
Tempat : MAN 2 Gresik
Kegiatan : Treatment teknik dasar dribble sepak bola
3. Jadwal pelaksanaan Pos tes (Test Akhir)
Hari / Tanggal : Sabtu, 7 Maret 2009
Pukul : 07.00 – 08.30
Tempat : MAN 2 Gresik
Kegiatan : Pengambilan data tes dribble zig zag
20
G. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tes Dribble
Zig-zag dan Formatif Class Evaluation (FCE)
l . Data tes dribble zig-zag diambil dengan memberikan pre tes dan pos tes.
Nilai yang diambil diklasifikasikan berdasarkan tabel poin dribbling atau
menggiring antara siswa laki-laki dan perempuan berbeda. Penilaian tes
diambil dalam detik dan diklasifikasikan berdasarkan umur, jenis
kelamin dan persentil.
2. Data Formatif Class Evaluation (FCE) diberikan untuk diisi siswa setiap
selesai proses pembelajaran berlangsung. Siswa diminta untuk memberi
tanda pada pilihan jawaban sesuai dengan butir pernyataan yang diajukan
dalam kuesioner tersebut.
Lembar kuesioner FCE yang dikembangkan Takahashi yang
dikutip dalam Tesis Wijaya dan Astono terdiri dari Sembilan pertanyaan.
Kesembilan pertanyaan tersebut memuat empat komponen pokok yaitu:
hasil, kemauan, metode dan kerjasama. Hasil dijabarkan dalam
pertanyaan nomor 1,2,3; kemauan dijabarkan dalam pertanyaan nomor
4,5; metode dijabarkan dalam pertanyaan 6,7 dan kerjasama dijabarkan
dalam pertanyaan 8, 9.
Tabel 3.2. Kategori skor Lembar FCE
(WiSumber: Wijaya & Astono (2006: 14)21
SKOR NILAI KATEGORI2,77 – ke atas 5 Sangat Baik
2,58 – 2,76 4 Baik2,34 – 2,57 3 Sedang2,15 – 2,33 2 Kurang
2,14 – ke bawah 1 Kurang Sekali
H. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul maka digunakan
rumus sebagai berikut :
1. Rata-rata hitung (Mean)
M = (Hadi, 1989:37)
Keterangan:
M = rata-rata
X = jumlah nilai
N = jumlah individu
2. Standart deviasi
Standar deviasi adalah penyimpangan suatu nilai dari mean. Standar
deviasi merupakan akar dari jumlah deviasi kuadrat dibagi banyaknya
individu dalam distribusi. Rumus standar deviasi adalah sebagai berikut:
SD =
Keterangan:
SD = Standar deviasi
∑X2 = Jumlah kuadrat nilai X
n = Sampel atau jumlah subjek
(Sudjana, 1996: 94)
22
3. Mencari pembeda atau Uji-t .
a. Uji t untuk kelompok yang sama
Uji daya pembeda atau Uji-t adalah teknik statistik yang
dipergunakan untuk menguji siginifikansi perbedaan dua buah mean
yang berasal dari satu kelompok yang sama adalah:
t =
Md = X2 – X1
Keterangan :
t = Uji beda rata – rata
Md = Mean dari dua perbedaan.
Xd = Deviasi masing-masing subyek (d-Md)
X2d = Jumlah kuadrat deviasi
X1 = Rata-rata jumlah variabel X1
X2 = Rata-rata jumlah variabel X2
d = Selisih rata-rata
n = Subyek pada sempel
Kriteria :
thitung > ttabel adalah signifikan
thitung < ttabel adalah tidak signifikan
(Arikunto, 1997: 275)
b. Uji-t untuk kelompok yang berbeda
23