proposal tesis

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani adalah sangat penting memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat secara langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. Guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga. Internalisasi nilai-nilai (Sportifitas,jujur,kerjasama). Pelaksanaannya bukan hanya melalui pengajaran didalam kelas yang bersifat 1

Upload: redi-bylek

Post on 30-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Proposal

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari

sistem pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk mengembangkan

aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,

keterampilan sosial penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani

dan olahraga.

Dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani adalah sangat penting

memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat secara langsung dalam

aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. Guru diharapkan

mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi

permainan dan olahraga. Internalisasi nilai-nilai (Sportifitas,jujur,kerjasama).

Pelaksanaannya bukan hanya melalui pengajaran didalam kelas yang bersifat

kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan

sosial.

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh banyak faktor,

salah satu diantaranya adalah besarnya partisipasi siswa dalam mengambil

bagian dalam kegiatan belajar, maka akan berhasil pula kegiatan

pembelajaran tersebut. Belajar akan memberikan hasil yang baik apabila

disertai dengan aktivitas siswa. Disamping keaktivan peserta didik, guru

pendidikan jasmani harus memiliki kemampuan yang luas tentang model

pembelajaran, memiliki kreativitas yang tinggi dalam memodifikasi. Dengan

1

demikian guru dapat menyesuaikan fasilitas yang tersedia sehingga pendidikan

jasmani dapat terlaksana dengan baik.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani sering kali membuat siswa

menjadi pasif menunggu giliran atau menunggu mendapat alat pada

pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih resmi sering kali waktu habis

hanya untuk mengelola kelas. Permainan dan olah raga seperti ini hendaknya

dimodifikasi sehingga semua siswa aktif dalam waktu yang sama.

Kondisi ini salah satu diantaranya disebabkan karena guru masih

menggunakan pendekatan “Teacher Centered” dan sering kali mengabaikan

pembelajaran yang menggunakan pendekatan “Child Centered” yang berguna

untuk meningkatkan keterampilan anak dalam membuat keputusan belajar dan

dapat membuat anak menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan senantiasa

dicari, diteliti dan diupayakan melalui kajian berbagai komponen pendidikan.

Dalam meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik sebagai salah satu

indikator upaya yang langsung dan paling realistis, upaya tersebut diarahkan

untuk dapat menghasilkan kualitas pengajar. Sebagai salah satu proses yang

diharapkan dapat menghasilkan kualitas belajar para siswa. Hal ini menuntut

perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan

kurikulum.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan, untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional (Susilo,2007:10-11)

2

Akhir-akhir ini pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning - CTL ) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang. Ada yang menganggap bahwa CTL adalah "Mukanya" kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Artinya CTL merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan KBK (Sanjaya,2006:109).

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran

yang menekankan pada aktifitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

CTL menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang mana siswa berperan

aktif dalam setiap proses pembelajaran.

Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari

kenyataan. Semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula

pengetahuan yang mereka peroleh. Pengetahuan itu akan bermakna manakala

ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

Dalam konteks CTL, Sanjaya (2006:110) menjelaskan :

"Proses belajar pendidikan jasmani tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar sekolah dengan kehidupan nyata. Dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola prilaku siswa seperti pola berfikir, pola bertindak dan kemampuan memecahkan persoalan".

Fenomena yang terjadi selama ini dalam pembelajaran pendidikan jasmani

adalah peran guru masih sangat mendominasi sehingga siswa hanya menerima

pelajaran dan mereka tidak dapat belajar sesuai dengan tahap

perkembangannya. Tidak heran juga bagi sebagian siswa yang kurang senang

terhadap pendidikan jasmani yang menganggap bahwa pendidikan jasmani

merupakan pelajaran yang membosankan karena apa yang diajarkan oleh

sebagian kecil guru sangat monoton. Mereka juga beranggapan bahwa

3

pendidikan jasmani ini hanyalah pendidikan rekreasi, dimana dengan

berolahraga mereka dapat memperoleh kesenangan, menghilangkan kejenuhan

berolahraga mereka dapat memperoleh kesenangan, menghilangkan kejenuhan

waktu yang setiap harinya berhadapan dengan beraneka materi pelajaran kelas

yang menguras pikiran.

Disitulah muncul problem pengalaman menunjukkan, keterampilan proses

kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani belum terlaksana seperti apa yang

menjadi tujuan kurikulum. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan guru

dapat memahami tipe belajar dalam dunia siswa dan menyesuaikan gaya

mengajar tersebut terhadap gaya belajar siswa. Agar proses pembelajaran tidak

dianggap sebagai proses pemaksaan kehendak, guru perlu memandang siswa

sebagai subyek belajar dengan segala keunikannya, karena siswa adalah

organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangun

pengetahuannya sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

Adakah pengaruh penerapan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning dan Child Centered terhadap hasil belajar Dribbling Sepak Bola ?

4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning dan Child Centered terhadap hasil belajar

Dribbling Sepak Bola pada siswa putera kelas X MAN 2 Gresik

D. Pentingnya Masalah Untuk Diteliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan :

1. Dapat memperluas wawasan guru tentang teori belajar dan model

pembelajaran yang efektif.

2. Dapat memperluas wawasan peneliti tentang permasalahan pembelajaran

disekolah sehingga kreatif menemukan solusinya.

E. Definisi Operasional, Asumsi dan Keterbatasan

1. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran yang berbeda maka perlu kiranya

penulis memberikan definisi sebagai berikut :

a. Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Sanjaya (2006:109)

diartikan sebagai :

"Suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka".

b. Pembelajaran Dribbling Sepak Bola menurut Robert Koger (2007:51)

diartikan sebagai :

5

"Suatu bentuk pembelajaran dasar permainan Sepak Bola untuk menggiring bola dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan kaki yang gerak (teknik) dasarnya dilakukan dengan cara-cara yang benar agar dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar tentang permainan ini".

2. Asumsi

Dalam penelitian ini di asumsikan bahwa sampel yang dilibatkan adalah

sama-sama berada dalam sekolah dan dalam kelas yang sama, mereka juga

mendapatkan mata pelajaran pendidikan jasmani yang materinya sama.

3. Keterbatasan

Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka penelitian ini

dibatasi masalahnya pada Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching

and Learning dan Child Centered Terhadap Hasil Belajar Dribbling Sepak

Bola pada siswa putera kelas X MAN 2 Gresik dengan jumlah siswa 36

siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki kelas X.4 dan 18 siswa laki-laki

kelas X.5 dengan tinjauan melalui dua aspek yaitu aspek kognitif dan

aspek psikomotor.

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Contextual Teaching and Learning

1. Pengertian

Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Sanjaya (2006 :109)

diartikan sebagai :

"Suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka".

2. Rasional

Pembelajaran melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

dasarnya mendorong agar siswa dapat mengkonstruksikan pengetahuannya

melalui proses pengamatan dan pengalaman.

Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya

menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri

materi pelajaran. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk

ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal

mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Pembelajaran CTL merupakan belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara

pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian

memperhatikan detailnya. Pengetahuan bukan hasil "Pemberian" dari

7

orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengonstruksi yang

dilakukan setiap individu. Sanjaya (2006:111) mengungkapkan bahwa

"Pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan

yang bermakna". (Sanjaya,2006:111).

Dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-

pola prilaku manusia seperti pola berfikir, pola bertindak dan kemampuan

memecahkan persoalan.

CTL sebagai suatu pembelajaran memiliki 7 azas yang melandasi

pelaksanaan proses pembelajaran, diantaranya yaitu :

1. KonstruktivismeAdalah proses membangun / menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

2. InkuiriAdalah proses pembelajaran di dasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.

3. Bertanya (Questioning)Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.

5. Pemodelan (Modeling)Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

6. Refleksi (Reflection)Adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian / peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment)Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perorangan belajar yang dilakukan siswa. (Sanjaya, 2006:120)

8

B. Hakikat Pembelajaran

Kata "Pembelajaran" adalah terjemahan dari "Instruction", yang banyak

dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat (Sanjaya,2006:78).

Proses belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat

artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak

dapat kita saksikan. Perubahan tersebut dapat kita lihat dari adanya gejala-

gejala perubahan perilaku yang tampak.

Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa

dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran

adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan

disekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri adalah pengalaman manusia

yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam buku-

buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa.

Macam-macam bentuk pengalaman belajar adalah pengalaman mental,

pengalaman fisik dan pengalaman sosial. Pengalaman mental dapat berupa

membaca buku, mendengarkan ceramah, dan menonton tv atau film.

Pengalaman fisik memanfaatkan seluruh indera ketika menggali informasi

yang berupa pengamatan, percobaan, penelitian, kunjungan, study tour,

pembuatan buku harian. Sedangkan pengalaman sosial dapat berupa

wawancara, bermain peran, diskusi, kerja bakti, pameran dan lain-lain.

Prinsip-prinsip KBM dalam KBK adalah :

a. Belajar berpusat pada siswa

9

1. Guru harus menyadari bahwa bakat, minat, kemampuan, kesenangan,

pengalaman, dan cara belajar setiap anak-berbeda-beda.

2. Guru didalam KBM mengorganisasi kelas, memberikan materi

pelajaran, mengatur waktu belajar perlu beragam sesuai dengan

karakteristik siswa.

3. Siswa perlu didorong untuk mengembangkan potensinya secara

optimal.

4. Tanggung jawab guru menciptakan situasi belajar yang kondusif.

b. Belajar dengan melakukan

1. Dalam KBM harus memberikan pengalaman nyata dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Dalam KBM harus memberikan kesempatan pada siswa untuk

memikirkan, menganalisa, melakukan dan menyimpulkan sendiri

sebagai hasil belajar.

c. Belajar mengembangkan kemampuan sosial

1. Dalam KBM perlu dirancang dalam bentuk diskusi agar siswa saling

bertanya dan saling berinteraksi.

2. Dengan diskusi siswa dapat bersosialisasi menghargai perbedaan

pendapat, kemampuan, sikap dan prestasi teman dikelas.

3. Dengan diskusi siswa berlatih untuk bekerja sama saling pengertian.

d. Belajar mengembangkan keingintahuan

1. Rasa ingin tahu bagi setiap insan adalah fitrah.

2. Rasa ingin tahu bagi setiap siswa adalah model untuk berkreatif.

10

3. Rasa ingin tahu adalah wujud bahwa yang bersangkutan memiliki sikap

yang dinamis.

e. Belajar mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah

1. KBM hendaknya mampu mendorong siswa untuk mengidentifikasi

masalah dan memecahkannya.

2. KBM hendaknya mampu merangsang siswa untuk secara aktif mencari

jawaban atas permasalahan yang muncul.

f. Belajar mengembangkan kreatifitas siswa

KBM perlu dirancang untuk memberikan kesempatan dan kebebasan

berkreasi, berfikir, berimajinasi, mengingat potensi siswa yang berbeda.

g. Belajar mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

KBM perlu memberikan kesempatan dan peluang memperoleh

informasi dan berbagai multi media.

h. Belajar menumbuhkan kesadaran sebagai warga Negara yang baik

l. KBM perlu memberikan wawasan nilai-nilai moral dan nilai sosial

anak.

2. KBM diharapkan mampu menggugah kesadaran siswa akan

kemajemukan bangsa akibat beragamnya latar belakang geografis,

Sosbud dan Agama.

3. KBM hendaknya mampu menggugah kesadaran siswa akan hak dan

kewajiban sebagai warga Negara yang baik.

i. Belajar sepanjang hayat

11

1. KBM hendaknya mapu menanamkan rasa percaya diri, kemampuan

memahami orang lain, mampu berkomunikasi dan bekerja sama.

2. KBM hendaknya mampu mendorong semangat siswa untuk terus

belajar kapan saja, dimana saja, dari siapa dan dalam kondisi apa saja.

Makna proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Oriented)

tidak menganggap siswa sebagai obyek belajar yang dapat diatur dan

dibatasi oleh kemauan guru. Melainkan siswa ditempatkan sebagai subyek

yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya,

oleh sebab itu materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara

mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, akan

tetapi memperhatikan setiap perbedaan siswa.

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi

proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai. Dalam kurikulum 2004 yang dikutip pada buku Pedoman

Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup Melalui Pendidikan Jasmani dan

Olahraga dinyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani

adalah sebagai berikut :

1. Meletakkan landasan karakter kepribadian yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani;

2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap social dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama;

3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar pendidikan jasmani.

4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan dan olahraga.

5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga seperti : permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri /

12

senam,aktivitas ritmik, akustik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education).

6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga.

7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.

9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifar rekreatif. (depdiknas,2004:27-28)

C. Dribbling Sepak Bola

Sepak Bola adalah salah satu olahraga paling populer di dunia. Sepak

bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas

pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Sepak bola berkembang dengan

pesat dikalangan masyarakat karena permainan ini dapat dimainkan oleh laki-

laki dan perempuan ; anak-anak, dewasa dan orang tua. Dalam dunia

pendidikan banyak yang merasakan bahwa sepak bola adalah olahraga

menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur dan menyehatkan.

Mendribble adalah salah satu teknik dasar sepak bola yang pertama

diperkenalkan kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting

bagi setiap pemain yang terlibat dalam pertandingan sepak bola.

Dribbling adalah metode menggerakkan bola dari satu titik ketitik lain

dilapangan dengan menggunakan kaki. karena semua pemain harus mampu

menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan

atau tembakan. Bola harus selalu dekat dengan kaki agar mudah dikontrol,

pemain tidak boleh terus menerus melihat bola,mereka juga harus melihat ke

sekeliling dengan kepala tegak agar dapat mengamati situasi lapangan dan

13

mengawasi gerak-gerik pemain lainnya. Ketika pemain telah menguasai

kemampuan dribbling secara efektif, sumbangan mereka didalam

pertandingan akan sangat besar. Penggunaan dribbling didalam suatu

permainan tergantung pada bidang permainan, kedekatan dengan lawan dan

teman satu tim, kondisi lapangan dan tentu saja keterampilan serta rasa

percaya diri. Prinsip utama yang harus diingat adalah bahwa dribbling

digunakan untuk menciptakan ruang.

Macam-macam Dribbling menurut Danny Mielke :

a. Dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam, memungkinkan seorang

pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki sehingga

kontrol terhadap bola akan semakin besar.

b. Dribbling dengan sisi kaki bagian luar, latihan yang baik melakukan

dribbling menggunakan sisi kaki bagian luar adalah melangkah kesamping

atau bergeser kesamping, bergerak menyamping dengan tetap menjaga

keseimbangan tubuh lalu menggerakkan kaki untuk memulai dribbling

dengan sisi kaki bagian luar.

c. Dribbling menggunakan kura-kura kaki. Biasanya kura-kura kaki atau

bagian punggung sepatu digunakan sebagai bidang tendangan utama untuk

melakukan dribbling untuk bergerak cepat di lapangan.

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Perencanaan Penelitian

Langkah awal dari proses ini adalah membuat proposal penelitian yang

diajukan kedosen pembimbing skripsi yang kemudian proposal diajukan

kekomisi skripsi.

Adapun langkah selanjutnya adalah :

1. Penelitian dilakukan di MAN 2 Gresik. Peneliti mengajukan ijin penelitian

kepada kepala sekolah MAN Negara Bali yang telah ditandatangani oleh

Dekan Fik Unesa.

2. Setelah mendapat persetujuan, peneliti berkonsultasi dengan guru

pendidikan jasmani dan memberikan penjelasan mengenai proses

penelitian.

3. Menemtukan jadwal dan waktu untuk pengambilan data.

4. Menyediakan sarana dan prasarana untuk penelitian.

5. Pengambilan data.

B. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah berupa eksperimen dengan menggunakan

Randomized Control group Pretest - Post Test Design , dimana pemasangan

subyek berarti pula pemasangan kelompok (X.4 dan X.5) sehingga diperoleh

hasil belajar yang seimbang antara kelompok kontrol dan kelompok

15

eksperimen yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari siswa putera kelas X.4

18 orang dan kelas X.5 18 orang.

Dalam pelaksanaan penelitian ini kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen yang diberi Pretest dan Post Test. Hanya kelompok eksperimen

yang diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan,

adapun desain penelitian sebagai tuntunan kegiatan penelitian adalah sebagai

berikut :

A T1 X T2

B U1 - U2

Keterangan :

A,B = Penetapan secara acak

T1 = Pretest kelompok eksperimen

U1 = Pretest kelompok kontrol

T2 = Post Test kelompok eksperimen

U2 = Post Test kelompok kontrol

X = Perlakuan

(Maksum, 2006 : 40-41)

C. Variabel Penelitian

Nazir (1999:149) mengartikan variabel sebagai "Konsep uang

mempunyai bermacam-macam nilai". Arikunto (2002:96) mengartikan

variable sebagai "Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

16

penelitian". Pada dasarnya variabel ada dua macam, yaitu "Variabel bebas

dan variabel terikat" (Arikunto,2002:101).

1. Variabel Bebas : Contextual Teaching and Learning dan Child

Centered

2. Variabel Terikat : Hasil Belajar Dribbling Sepak Bola

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,1998:115).

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa putera kelas X

MAN 2 Gresik, yang berjumlah 7 (tujuh) kelas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto,1998:117). Mengingat masing-masing kelas populasi jumlah

siswanya banyak dan lebih dari 100, maka perlu diambil sebagian saja.

Dalam hal ini Arikunto (2002:112) menjelaskan bahwa "Jika jumlah

subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih..."

Dalam penelitian ini pengambilan sampel kelas berdasarkan teknik

Cluster Sampling yang penetapannya dengan cara random.

Dalam hal ini Nazir (1999:332) menjelaskan :

Populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau Cluster. Anggota sub populasi tiap cluster tidak perlu homogeny. Beberapa Cluster dipilih dulu sebagai sampel. Kemudian dipilih lagi anggota unit dari sampel Cluster diatas. Dalam memilih anggota unit ini, bisa saja diambil seluruh elementary unit dari Cluster atau sebagian dari unit elementari Cluster. Biasanya randomisasi penarikan sampel hanya dikala memilih Cluster, dan tidak dikala memilih unit elementari.

17

Berdasarkan teknik Cluster Sampling ini maka yang ditetapkan menjadi

sampel kelas adalah siswa putera kelas X.4 dan X.5 yang jumlah siswanya 36

orang.

E. Instrument Penelitian

Penelitian ini berupa eksperimen, Pre tes dan pos tes yang diberikan

dalam dribble Zig Zag.

Gambar 3.1: Tes mendribble bola secara zig zag dari start hingga finish(Mary Jane Hankins, 1972: 121)

Pelaksanaan tes :

1. Siswa harus mendribble bola secara zig zag dari start hingga finish,

melewati 5 buah pancang, yang jarak tiap pancangnya adalah 10 kaki,

jarak dari garis start / finish kepancang pertama adalah 10 kaki.

2. siswa pada saat tes diberikan kesempatan 2 kali untuk melakukan

dribble. Diantara 2 tes tersebut diambil waktu yang terbaik.

3. Siswa pada saat mendribble bola dihitung waktunya dari start sampai

finish.

4. Poin.

18

Nilai diberikan mengikuti kecepatan waktu.

Persentase Umur10 11 12 13 14 15 16 17-18

100%

95%

90%

8.5%

80%

75%

70%

65%

60%

55%

50%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

7.2 7.4 7.0 6.0 6.5 6.0 6.0 6.0

9.9 7.7 7.8 8.0 8.7 7.7 7.7 8.4

10.1 8.1 8.2 8.4 9.0 8.0 8.0 8.7

10.3 8.6 8.5 8.7 9.2 8.3 8.4 8.8

10.5 9.0 8.7 8.8 9.4 8.5 8.6 8.9

10.7 9.3 8.8 9.0 9.5 8.6 8.7 9.0

10.9 9.6 9.0 9.2 9.6 8.7 8.8 9.1

11.1 9.8 9.1 9.3 9.7 8.8 8.9 9.2

11.2 10.0 9.3 9.5 9.8 8.9 9.0 9.3

11.4 10.1 9.5 9.6 9.9 9.0 9.1 9.4

11.5 10.3 9.6 9.7 10.0 9.1 9.3 9.6

11.6 10.5 9.8 9.8 10.1 9.2 9.4 9.7

17.8 10.6 10.0 10.0 10.2 9.4 9.5 9.8

11.9 10.9 10.1 10.2 10.4 9.5 9.7 9.9

12.2 11.1 10.3 10.3 10.5 9.6 9.9 10.1

12.5 11.3 10.5 10.3 10.7 9.9 10.1 10.3

12.8 11.6 10.8 10.8 10.9 10.1 70.3 10.5

13.3 12.1 11.1 11.1 11.2 10.3 10.6 10.9

13.8 12.9 11.5 11.4 11.5 10.6 11.2 11.4

15.8 14.2 2.3 12.1 12.0 11.5 12.2 12.1

24.0 5.0 19.0 20.0 14.5 20.0 7.0 15.0

Sumber: Mary Jane Hankins, 1972: 129

19

Perlengkapan yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini adalah :

a. Peluit

b. Bola sepak bola

c. Tiang pancang (Cone)

d. Stopwatch

F. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 31 januari 2009 s/d 7 Maret 2009

di MAN 2 Gresik.

1. Jadwal pelaksanaan Pre tes (tes awal) untuk kelompok eksperimen

Hari / Tanggal : Sabtu, 31 Januari 2009

Pukul : 07.00 – 08.30

Tempat : MAN 2 Gresik

Kegiatan : Pengambilan data tes Dribble zig zag

2. Jadwal pelaksanaan pemberian perlakuan (Treatment)

Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Februari - 28 Februari 2009

Pukul : 07.00 - 08.30

Tempat : MAN 2 Gresik

Kegiatan : Treatment teknik dasar dribble sepak bola

3. Jadwal pelaksanaan Pos tes (Test Akhir)

Hari / Tanggal : Sabtu, 7 Maret 2009

Pukul : 07.00 – 08.30

Tempat : MAN 2 Gresik

Kegiatan : Pengambilan data tes dribble zig zag

20

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tes Dribble

Zig-zag dan Formatif Class Evaluation (FCE)

l . Data tes dribble zig-zag diambil dengan memberikan pre tes dan pos tes.

Nilai yang diambil diklasifikasikan berdasarkan tabel poin dribbling atau

menggiring antara siswa laki-laki dan perempuan berbeda. Penilaian tes

diambil dalam detik dan diklasifikasikan berdasarkan umur, jenis

kelamin dan persentil.

2. Data Formatif Class Evaluation (FCE) diberikan untuk diisi siswa setiap

selesai proses pembelajaran berlangsung. Siswa diminta untuk memberi

tanda pada pilihan jawaban sesuai dengan butir pernyataan yang diajukan

dalam kuesioner tersebut.

Lembar kuesioner FCE yang dikembangkan Takahashi yang

dikutip dalam Tesis Wijaya dan Astono terdiri dari Sembilan pertanyaan.

Kesembilan pertanyaan tersebut memuat empat komponen pokok yaitu:

hasil, kemauan, metode dan kerjasama. Hasil dijabarkan dalam

pertanyaan nomor 1,2,3; kemauan dijabarkan dalam pertanyaan nomor

4,5; metode dijabarkan dalam pertanyaan 6,7 dan kerjasama dijabarkan

dalam pertanyaan 8, 9.

Tabel 3.2. Kategori skor Lembar FCE

(WiSumber: Wijaya & Astono (2006: 14)21

SKOR NILAI KATEGORI2,77 – ke atas 5 Sangat Baik

2,58 – 2,76 4 Baik2,34 – 2,57 3 Sedang2,15 – 2,33 2 Kurang

2,14 – ke bawah 1 Kurang Sekali

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul maka digunakan

rumus sebagai berikut :

1. Rata-rata hitung (Mean)

M = (Hadi, 1989:37)

Keterangan:

M = rata-rata

X = jumlah nilai

N = jumlah individu

2. Standart deviasi

Standar deviasi adalah penyimpangan suatu nilai dari mean. Standar

deviasi merupakan akar dari jumlah deviasi kuadrat dibagi banyaknya

individu dalam distribusi. Rumus standar deviasi adalah sebagai berikut:

SD =

Keterangan:

SD = Standar deviasi

∑X2 = Jumlah kuadrat nilai X

n = Sampel atau jumlah subjek

(Sudjana, 1996: 94)

22

3. Mencari pembeda atau Uji-t .

a. Uji t untuk kelompok yang sama

Uji daya pembeda atau Uji-t adalah teknik statistik yang

dipergunakan untuk menguji siginifikansi perbedaan dua buah mean

yang berasal dari satu kelompok yang sama adalah:

t =

Md = X2 – X1

Keterangan :

t = Uji beda rata – rata

Md = Mean dari dua perbedaan.

Xd = Deviasi masing-masing subyek (d-Md)

X2d = Jumlah kuadrat deviasi

X1 = Rata-rata jumlah variabel X1

X2 = Rata-rata jumlah variabel X2

d = Selisih rata-rata

n = Subyek pada sempel

Kriteria :

thitung > ttabel adalah signifikan

thitung < ttabel adalah tidak signifikan

(Arikunto, 1997: 275)

b. Uji-t untuk kelompok yang berbeda

23

Untuk mengetahui perbandingan hasil efektifitas antara

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, maka data diolah

menggunakan uji daya pembeda atau uji-t, yaitu:

t = (Arikunto Suharsimi, 2002: 280)

Dimana:

x2 = X2 - (Arikunto Suharsimi, 2002: 281)

dan

y2 = Y2 - (Arikunto Suharsimi, 2002: 281)

24