proposal ta.doc

23
ANALISIS PENANGANAN OVERBURDEN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA AIR ASAM TAMBANG UNIT BANKO BARAT PT. BUKIT ASAM (PERSERO), Tbk. TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Oleh M. HAFANDY 03111002118

Upload: muhammad-hafandy

Post on 03-Dec-2015

257 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL TA.doc

ANALISIS PENANGANAN OVERBURDEN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA AIR ASAM TAMBANG UNIT BANKO BARAT PT. BUKIT

ASAM (PERSERO), Tbk. TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh

M. HAFANDY03111002118

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

2015

Page 2: PROPOSAL TA.doc

IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN

TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul :

ANALISA PENANGANAN OVERBURDEN UNTUK MENCEGAH

TERJADINYA AIR ASAM TAMBANG UNIT BANKO BARAT PT.

BUKIT ASAM (PERSERO), Tbk. TANJUNG ENIM, SUMATERA

SELATAN.

2. Pengusul :a. Nama : M.Hafandy

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIM : 03111002118

d. Semester : VIII (Delapan)

e. Fakultas/ Jurusan : Teknik/ Teknik Pertambangan

f. Alamat e-Mail : [email protected]

g. Contact Person : 08999032893

3. Lokasi Penelitian : PT. BUKIT ASAM (PERSERO),Tbk.

Indralaya, April 2015Pembimbing Proposal Pengusul

Bochori, ST., MT. M. Hafandy NIP. 197410252002121003 NIM. 03111002118

Menyetujui :

Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Hj.RR. Harminuke Eko Handayani, ST., MT NIP. 196902091997032001

Page 3: PROPOSAL TA.doc

A. JUDUL

Analisis penanganan Overburden untuk mencegah terjadinya air asam

tambang unit Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Tanjung Enim,

Sumatera Selatan.

B. BIDANG ILMU

Teknik Pertambangan

C. LATAR BELAKANG

PT Bukit Asam (Persero), Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang pertambangan yaitu khususnya tambang batubara. Umumnya batubara

yang ditambang digunakan sebagai bahan bakar untuk Pembangkit Listrik Tenaga

Uap (PLTU) dan pabrik semen. Seiring berjalannya kegiatan penambagan

batubara dilakukan akan ada dampak lingkungan yang akan menyebabkan

terjadinya air asam tambang, hal ini dikarenakan karena kurangnya penanganan

yang baik terhadap overburden. Air asam tambang merupakan salah satu dampak

kegiatan pertambangan yang apabila sudah terbentuk sangat sulit untuk

mencegahnya dan dapat berlangsung dalam kurun yang waktu yang sangat lama

melampaui umur tambang. Air asam tambang bisa menyebabkan proses kegiatan

pertambangan akan terhenti serta apabila tidak dilakukan proses pengelolaan air

asam tambang bisa sangat membahayakan kesehatan manusia serta berdampak

buruk terhadap lingkungan sekitarnya.

Air asam tambang terjadi karena tersedianya mineral sulfida – sumber

sulfur/asam, (oksigen dalam udara) – pengoksidasi, dan air sebagai pencuci hasil

oksidasi. Proses tejadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral -

mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O) dan

oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida inilah yang nantinya akan dapat membentuk

asam.

Analisis mengenai penanganan overburden perlu dilakukan agar dapat

mencegah terjadinya air asam tambang yang tidak akan menggangu proses

kegiatan pertambangan sehingga rencana produksi dapat tercapai. Dengan begitu

untuk menghidari itu terjadinya diperlukan penanganan yang khusus terhadap

overburden.

Page 4: PROPOSAL TA.doc

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa tujuan yaitu :

1. Menganalisis karakteristik dari overburden yang dapat menyebabkan

terjadinya air asam tambang.

2. Mengetahui penanganan overburden yang bagaimana yang dapat mencegah

terjadinya air asam tambang.

3. Menentukan metode penanganan overburden yang tepat untuk mencegah

terjadinya air asam tambang.

E. PERMASALAHAN

Pada penelitian ini yang menjadi rumusan masalah meliputi kurangnya

penanganan khusus terhadap overburden mulai dari penimbunan overburden

yang kurang baik, penanganan overburden yang kurang maksimal serta metode

penanganan overburden yang kurang tepat sehingga apabila penanganan

overburden ini tidak dilakukan secara khusus akan menyebabkan terbentuknya air

asam tambang.

F. PEMBATASAN MASALAH

Ruang lingkup pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah analisis

penanganan overburden untuk mencegah terjadinya air asam tambang pada Unit

Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero), Tbk, Tanjung Enim Sumatera Selatan.

Selain itu penelitian ini juga hanya melakukan pengamatan terhadap penanganan

overburden tidak sampai ke pengolahan air asam tambangnya.

G. MANFAAT

Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui penanganan overburden

untuk mencegah terjadinya air asam tambang sehingga perusahaan dapat

menerapkan metode penanganan overburden yang tepat untuk mencegah

terjadinya air asam tambang yang dapat memberikan kerugian bagi perusahaan,

seperti aktivitas penambangan tidak berjalan yang mengakibatkan rencana

produksi tidak akan tercapai, serta dampak buruk terhadap lingkungan disekitar.

Page 5: PROPOSAL TA.doc

H. METODELOGI PENELITIAN

Di dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggabungkan antara

teori dengan data-data lapangan. Sehingga dari keduanya didapat pendekatan

penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:

1. Pengumpulan data, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer, yaitu data yang diambil dari pengamatan lapangan

dengan menentukan secara sistematis data yang dibutuhkan.

b. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari literatur dan

referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan perubahan dari data mentah yang

diambil dari lapangan, disusun berdasrkan urutan, ditabulasi,

kemudian di hitung nilai-nilai yang diperlukan seperti nilai rata-rata,

rumus luasan dan bangun ruang, dan hasilnya nanti akan digunakan

sebagai masukan-masukan dalam perhitungan selanjutnya.

3. Pembahasan

Setelah dilakukan pengolahan data, tahap selanjutnya adalah

pembahasan. Pembahasan dilakukan terhadap hasil pengolahan data

yang telah dilakukan. Pembahasan dapat dilakukan menggunakan

metode-metode penelitian yang telah ada atau pun berupa analisa

terhadap pengolahan data yang telah dilakukan. Pembahsan

sebaiknya dilakukan secara akurat dan teliti sehingga akan diperoleh

kesimpulan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

4. Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil biasanya harus didasarkan pada metode-

metode penarikan kesimpulan yang telah ada sehingga kesimpulan

yang dihasilkan dapat menjadi dasar bagi penelitian yang sama di

masa yang akan datang. Biasanya setelah kesimpulan terdapat pula

suatu saran. Saran yang diberikan sebaiknya dapat memberikan solusi

terhadap suatu penelitian yang telah dilakukan.

Page 6: PROPOSAL TA.doc

GAMBAR H.1

DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Analisis Penanganan Overburden untuk mencegah terjadinya Air Asam Tambang Pada Unit Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung Enim, sumatera Selatan

Orientasi Lapangan

Permasalahan :1. Bagaimana penimbunan Overburden yang baik untuk mencegah terjadinya

air asam tambang ?2. Penanganan Overburden yang bagaimana yang dapat mencegah terjadinya

air asam tambang ?3. Bagaimana menentukan metode penanganan overburden yang dapat

mencegah terjadinya air asam tambang ?

Pengambilan Data

Data Primer

1. Sampling Batuan2. Penanganan overburden3. Analisis overburden4. Gejala terjadinya air

asam tambang dan cara penaggulangannnya

Data Sekunder

1. Data rencana overburden

2. Data karakteristik dari overburden

3. Data curah hujan

Pengolahan Data

Pembahasan

Kesimpulan :1. Didapat penanganan overburden yang baik yang dapat mencegah

terjadinya air asam tambang 2. Didapat metode penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya

air asam tambang 3. Didapat karakteristik dari overburden yang menyebabkan

terjadinya air asam tambang

Page 7: PROPOSAL TA.doc

I. TINJAUAN PUSTAKA

1. Overburden

Overburden merupakan lapisan tanah atau batuan penutup yang menutupi

bahan galian (batubara, emas, dll) dan biasanya terdiri dari lapisan top soil, sub

soil, dan lapisan tanah inti (clay stone, sand stone, dll). Lapisan top soil adalah

lapisan yang mengandung banyak unsur hara, dimana lapisan ini nantinya akan

digunakan sebagai lapisan penutup saat tambang tidak beraktifitas atau berhenti

untuk dilakukan reklamasi atau penanaman tumbuhan kembali (Dory, 2014).

Adapun klasifikasi material overburden di Pertambangan sebagai berikut :

a. Material Lunak.

Yaitu jenis material Overburden yang paling mudah diambil atau mudah

digali. Material ini memiliki angka rippabilitas antara 0 sampai 50 meter per detik.

Contoh jenis ini adalah materal yang memiliki sedikit kandungan air (pasir, tanah

biasa,) dan material yang mengandung banyak air (pasir lempung, lumpur, quick

sand). Cara pengambilan material Overvurden jenis ini bisa diambil langsung

dengan digali (direct digging) dengan menggunakan alat seperti Excavator,

Shovel, atau jenis alat gali lainnya (Dory, 2014)..

b. Material agak keras.

Material yang memiliki angka rippabilitas antara 50 sampai 80 m/s.

Contoh material jenis ini seperti pasir bercampur kerikil, pasir yang kasar dan

juga kerikil lepas. Cara pengambilan material agak keras masih bisa dilakukan

dengan direct digging menggunakan alat gali Excavator, Shovel, dll (Dory, 2014).

c. Material setengah keras.

Material jenis ini memiliki angka rippabilitas antara 800 sampai 1250 m/s.

Contoh jenis material seperti ini adalah shale (serpihan), claystone (batuan

lempung), batuan kerikil yang tersemen agak kompak, batuan beku yang melapuk

sedang sampai berat, serta batuan yang memiliki banyak rekahan. Material kelas

ini bisa digali dengan bantuan alat seperti Ripper (Alat garu) (Dory, 2014).

d. Material yang agak keras sampai material keras.

Material dengan angka rippabilitas antara 1250 sampai 3000 m/s. Contoh

material jenis ini seperti sandstone (batu pasir), limestone (batu gamping kapur),

Page 8: PROPOSAL TA.doc

vulcanic tuff (batu lempeng), breksi, batuan beku yang tersemen sangat kompak.

Material jenis ini tidak bisa diambil dengan hanya alat gali seperti excavator,

shovel, ripper, dsb. Material jenis ini lebih cocok diambil dengan metode blasting

atau peledakan (Dory, 2014)..

e. Material keras.

Material jenis ini memiliki angka rippabilitas antara 3000 sampai 4000

m/s. Contoh material Overburden jenis ini antara lain, batuan beku andesit

granite, batuan metamorpik seperti kuarsa, dan batuan keras lainnya. Material ini

bisa digali dan diambil dengan menggunakan metode blasting (Dory, 2014)..

f. Material massive.

Material dengan angka rippabilitas di atas 4000 m/s dan merupakan

material paling keras saat diambil atau digali. Material massive bisa diambil

dengan metode peledakan (Dory, 2014)..

2. Air Asam Tambang

Menurut Rudy (2012) air asam tambang adalah air yang terbentuk akaibat

dari kegiatan penambangan dengan pH rendah ( pH < 6 ) sebagai dampak

dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga menimbulkan permasalahan

terhadap kualitas air dan tanah, dimana pembentukannya dipengaruhi oleh tiga

faktor utama yaitu air, oksigen, dan batuan yang mengandung mineral – mineral

sulfida ( pirit, kalkopirit, markasit, dll ).

Menurut Gautama (2007) proses tejadinya air asam tambang yaitu bila

teroksidasinya mineral - mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian

dengan air (H2O) dan oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk

asam terjadi dalam beberapa persamaan reaksi sebagai berikut :

1. FeS2 + 7/2 O2 + H2O Fe+2 + 2SO4-2 + 2H+

2. Fe+2 + ¼ O2 + H+ Fe+3 + ½ H2O

3. Fe+3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+

4. FeS2 + 14Fe+3 + 8H2O 15Fe+2 + 2SO4-2 + 16H+

Ada tiga ( 3 ) jenis sulfida dalam air maupun air limbah yaitu (Gautama, 2007) :

a. Total sulfida : mencakup H2S, HS terlarut dan sulfida – sulfida logam

tersuspensi yang dapat dihidrolisis dengan asam.

Page 9: PROPOSAL TA.doc

b. Sulfida terlarut : sulfida yang tertinggal setelah padatan tersuspensi dalam

contoh air dihilangkan dengan cara fluktuasi maupun pengendapan.

c. H2S yang tidak terionisasi : H2S jenis ini dapat dihitung dari konsentrasi H2S

terlarut, pH contoh air dan konstanta ionisasi H2S.

Menurut Gautama (2007) faktor yang dapat menentukan terjadinya

pembentukan air asam tambang sebagai berikut :

-    pH

-    Temperatur

-     Kandungan O pada fase gas, dengan kejenuhan < 100 %

-    Kandungan O pada fase cair

-     Luas permukaan mineral sulfida yang terpajan

-      Energi kimia yang dibutuhkan untuk menurunkan asam

-     Peranan bakteri

Sedangkan sifat fisik yang mempengaruhi migrasi air asam tambang

sebagai berikut (Gautama, 2007) :

-     Kondisi limbah

-    Permeabilitas limbah

-     Keberadaan lubang air

-    Tekanan lubang air

-      Mekanisme perpindahannya

3. Sumber – Sumber Air Asam Tambang

Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan, keadaan ini

terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara

alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat

perubahan oksida sulfur menjadi asam (Rudy, 2012). Sumber – sumber air asam

tambang antara lain berasal dari kegiatan – kegiatan berikut :

a. Air dari tambang terbuka

Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan

penutup, sehingga unsur sulfur yang terdapat dalam batuan sulfida akan mudah

teroksidasi dan bila bereaksi air dan oksigen akan membentuk air asam tambang.

(Rudy, 2012)

Page 10: PROPOSAL TA.doc

b. Air dari unit pengolahan batuan buangan

Material yang banyak terdapat pada limbah kegiatan penambangan adalah

batuan buangan ( waste rock ). Sebagai akibat seiring kegiatan penambangan,

batuan buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung

dengan udara terbuka membentuk senyawa sulfur oksida selanjutnya dengan

adanya air akan membentuk air asam tambang (Rudy, 2012).

c. Air dari lokasi penimbunan batuan

Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air

asam tambang karena adanya kontak langsung dengan udara yang selanjutnya

terjadi pelarutan akibat adanya air (Rudy, 2012).

4. Sampling dan Analisis overburden

Sampling produk pengeboran untuk menentukan sulfida dan konten

karbonat harus mewakili, berdasarkan prosedur yang diterima, dan

mirip dengan proses yang akan digunakan untuk menentukan karakteristik geologi

seperti kadar bijih dan cadangan. Menurut Ali, R.K., and Retno, D., (2007)

sampling overburden digunakan untuk:

1) menentukan asam keseluruhan atau potensi basa-memproduksi tambang yang

diusulkan,

2) menghitung tingkat penambahan alkali,

3) menentukan distribusi zona pirit yang mungkin memerlukan penanganan

khusus atau penghindaran

4) mengidentifikasi basa zona yang dapat dimasukkan ke dalam mining

berencana untuk mencegah drainase asam (yaitu, redistribusi basa); dan

5) menentukan kelayakan ekonomipertambangan tanpa dapat diterima

lingkungan dampak.

Analisis Overburden untuk tambang terbuka dimulai dengan

Asam Basis Akuntansi (ABA) untuk menentukan racun, berpotensi memproduksi

asam, netral, atau basa. Ketebalan, volume, dan kimia membuat strata overburden

di setiap kategori akan membantu menentukan tingkat khusus penanganan dan

teknik pencampuran yang diperlukan selama penimbunan (Perry, 1985).

Page 11: PROPOSAL TA.doc

Variasi yang diamati dalam strata overburden mungkin termasuk

perubahan ketebalan horizon, jenis batuan, warna, adanya karbonat atau pirit,

kekerasan, dip dan strike. Sebagai perubahan yang ditemui, interpretasi harus

dibuat dan perubahan dalam metode penambangan atau teknik penanganan

overburden dapat dimulai. Tanah asli di tempat yang akan ditambang harus

dijelaskan dan dianalisis sebagai bagian yang berbeda dari kolom overburden dan

terpisah selama pertambangan bila diperlukan untuk penggantian pada

pengurukan tersebut (Ali, R.K., and Retno, D., 2007)

5. Metode Penanganan Overburden

Penanganan khusus overburden adalah pilihan yang harus dilakukan untuk

memanajemen air asam tambang selama operasi kegiatan penambangan.

Karakterisasi overburden sangat penting karena bahan yang bermasalah dapat

diidentifikasi dan tepat fasilitas penyimpanan limbah yang dirancang untuk

menangani limbah untuk meminimalkan dampak potensial pada lingkungan.

Sebagai bahan beracun, strategi utama adalah untuk memisahkan dan

menempatkan bahan ini secepat mungkin dari lantai pit dan jauh dari dinding

yang tinggi untuk membatasi dari paparan udara dan air (Skousen et al., 1987).

Untuk mencegah terjadinya air asam tambang dibutuhkan metode

penanganan khusus pada overburden. Adapun penanganan overburden untuk

mengurangi produksi asam sebagai berikut :

a. Metode Pencampuran (Blending Method)

Metode ini merupakan pencampuran batu di lokasi tambang

untuk mempromosikan generasi drainase basa. Istilah "blending" telah digunakan

secara luas untuk mengacu pada pencampuran yang terjadi selama proses

penambangan (Ali, R.K., and Retno, D., 2007). Ini sangat efektif jika terdapat

cukup karbonat dan dapat memaksimalkan karbonat dengan mencampur dengan

asam pembentuk batu. Hal ini dapat menghambat pirit teroksidasi serta dapat

menetralkan keasaman. Secara teori, mungkin untuk melakukan campuran batu

dari semua posisi di overburden, tetapi dilapangan tergantung pada metode

penambangan dan peralatan penanganan.

Page 12: PROPOSAL TA.doc

b. Alkaline Redistribution

Redistribusi Alkaline adalah penanganan khusus Strategi yang digunakan

hanya sebagian dari lokasi tambang mengandung dan sebagian besar adalah tanpa

bahan berkapur. tanpa redistribusi atau off-site impor bahan alkali (penambahan

basa), bagian dari tempat yang kurang bahan berkapur akan menghasilkan air

asam tambang (U.S. EPA, 2001) (Gambar 5.1).

Sumber : U.S. EPA (2001)

GAMBAR 5.1

ALKALINE DISTRIBUTION

Menurut Ali, R.K., and Retno, D., (2007) adapun langkah-langkah dalam

metode pencampuran bahan dan basa:

1. melakukan pengeboran dan peledakan untuk mengekspos asam bahan,

2. menghilangkan bahan asam dengan loader atau dozer,

3. mencampurkan asam dan bahan alkali,

4. menyelesaikan reklamasi dan revegetasi secepat mungkin.

c. Metode Perendaman (Submergences Method)

Metode Perendaman adalah penempatan bahan asam

berada di bawah permukaan air. Metode ini air sebagai penghalang efektif untuk

atmosfer terhadap oksigen. Kurangnya oksigen mengurangi potensi untuk pirit

untuk mengoksidasi dan menghasilkan air asam tambang. Watzlaff (1997)

menunjukkan bahwa perendaman lengkap hampir akan menutup oksidasi pirit,

Page 13: PROPOSAL TA.doc

bahkan dengan maksimum oksigen terlarut. Perendaman umumnya membutuhkan

relatif datar daerah dengan zona jenuh tebal (Gambar 5.2).

Sumber : U.S. EPA (2001)

GAMBAR 5.2

SUBMERGENCES METHOD

Menurut Ali, R.K., and Retno, D., (2007) adapun langkah-langkah dalam

metode perendaman:

1. melakukan pengeboran dan peledakan untuk mengekspos asam bahan,

2. menghilangkan bahan asam dengan loader atau dozer,

3. membangun tempat pembuangan di pengurukan tersebut di mana:

- Di lantai pit mining

- Di bawah permukaan air akhir untuk dikembangkan dalam pengurukan pasca

tambang

- Dalam hidrologi 'tidak ada aliran' zona

- Keluar dari zona aliran mungkin setidaknya 10 meter di bawah permukaan

4. Tambahkan bahan alkali untuk mengurangi pembentukan asam,

5. Lengkapi reklamasi dan revegetasi secepat mungkin,

d. Metode enkapsulasi

Page 14: PROPOSAL TA.doc

Metode ini meliputi memproduksi asam bahan dengan bahan kedap

membatasi dari udara dan air. Marszalek (1996) menunjukkan materi yang bias

menjadi kapal sintetis atau mungkin liat sebuah materi atau bahan padat lainnya

yang menghasilkan lapisan dengan konduktivitas hidrolik rendah (Gambar 5.3).

Sumber : Marszalek (1996)

GAMBAR 5.3

ENCAPSULATION METHOD

Menurut Ali, R.K., and Retno, D., (2007) adapun tujuan dari metode

enkapsulasi yaitu sebagai berikut :

1) untuk mengurangi paparan oksigen

2) untuk mengurangi kontak dengan air dan dengan demikian mengurangi potensi

rembesan terkontaminasi. Setelah penempatan, pemadatan dan pengobatan

dengan bahan alkali jika diperlukan, bahan asam memproduksi kemudian

ditutup dengan top soil. Bahan ini juga dipadatkan di atas bahan asam

memproduksi.

Page 15: PROPOSAL TA.doc

f. JADWAL PELAKSANAAN

Rencana pelaksanaan kerja skripsi adalah mulai tanggal 25 Mei 2015

sampai dengan 25 Juli 2015 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel f.1. Uraian Jadwal Kegiatan Penelitian

No Uraian KegiatanMinggu

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Orientasi Lapangan

2 Pengumpulan Referensi dan Data

3Pengolahan Data, Konsultasi dan Bimbingan

4Penyusunan dan Pengumpulan Laporan

g. PENUTUP

Demikianlah proposal ini kami buat sebagai bahan pertimbangan bagi

Bapak/Ibu agar dapat menerima kami untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT.

Bukit Asam (Persero), Tbk. Dan untuk selanjutnya kami mohon bimbingan dan

arahan dari Bapak/Ibu dalam pelaksanaannya nanti.

h. DAFTAR PUSTAKA

Ali, R.K., and Retno, D., 2007. Indonesian Mining Journal : overburden threatment technology in acid mine drainage prevention. R & D Centre for Mineral and Coal Technology. Vol.10 No.08 : 29-37.

Dory, M., 2014. Pertambangan : Klasifikasi Overburden di Tambang. Jakarta

Gautama RS. 2007. Pidato Guru Besar ITB: Pengelolaan air asam tambang: aspek penting menuju pertambangan berwawasan lingkungan.

Marzalek, A. S., 1996. Preventative and Remedial Environmental Engineering. The Institute of Engineers Australia, Barton ACT 2600. Australia.

Perry, E,1985. Overburden Analysis. In Proceedings, Symposium in surface mining, Hydrology, Sedimentology and Reclamation, University of Lexington, KY.

Page 16: PROPOSAL TA.doc

Rudy Sayoga Pratama, 2012. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara : Pengelolaan Air Asam Tambang. Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara.Vol.15, No.02 : 78-90.

Skousen, J.G., Sencindiver, J.C., and Smith, R.M., 1987.: A review of procedures for surface mining and reclamation in areas with acid-producing materials, Technology Engineering Journal . EWRC 871,West Virginia University, Morgantown,WV.40 pp.

U.S. Environmental Protection Agency. Coal Remining Journal : Best Management Practices Guidance Manual. December 2001. Office of Water Office of Science and Technology Engineering and Analysis Division.Washington DC.

Watzlaf, G.R. 1997. Passive treatment of acid mine drainage in down-flow limestone systems. Austin, TX.