proposal ta
TRANSCRIPT
A. JUDUL PENELITIAN
Penaksiran Cadangan Batubara dengan Metode Cross Section di CV.
Transcoal Banua, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan.
B. LATAR BELAKANG
Usaha pengembangan sumberdaya alam dan energi, khususnya
sumberdaya alam batubara yang merupakan alternatif sebagai energi
pengganti minyak bumi baik dalam negeri maupun luar negeri yang
akhir-akhir ini kebutuhannya semakin meningkat dan menjadi
primadona. Bahan galian batubara pada saat ini selain untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri juga merupakan komoditi ekspor dan
menjadikan salah satu potensi sumberdaya alam yang ada di sektor
pertambangan. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar yang
makin hari makin meningkat, potensi bahan galian batubara tersebut
perlu diusahakan dan dikembangkan secara optimal.
CV. Transcoal Banua merupakan perusahaan swasta nasional yang
bergerak di bidang pertambangan batubara, yang berlokasi di Desa
Sungai Danau, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan. CV. Transcoal Banua telah melakukan penyelidikan
umum pada lahan Kuasa Pertambangan (KP) yang rencana
penambangannya akan dilaksanakan pada area Pit Gunung Buyan.
Sebagai pemegang izin Kuasa Pertambangan Eksploitasi batubara,
perusahaan wajib menyampaikan laporan Rencana Kegiatan Tambang
yang mencakup seluruh wilayah Kuasa Pertambangan sampai dengan
jangka waktu berakhirnya Kuasa Pertambangan sebagai persyaratan
1
Kuasa Pertambangan Eksploitasi CV. Transcoal Banua disesuaikan
menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi CV Transcoal Banua.
Pekerjaan penyelidikan secara umum telah dilakukan dan sekarang
sedang berlangsung penyelidikan secara detil yang pada tahap ini
dilakukan penyempurnaan terhadap data pada penyelidikan
sebelumnya. Data eksplorasi yang telah didapatkan akan digunakan
untuk penaksiran cadangan pada lahan kuasa pertambangan tersebut.
Penaksiran cadangan didapatkan melalui perhitungan dan analisis
terhadap data eksplorasi yang telah didapatkan yaitu berupa data hasil
pemboran , garis seam batubara (crop line), dan ketebalan batubara.
Penaksiran cadangan dilakukan agar dapat mengetahui taksiran jumlah
tonase sumberdaya batubara, cadangan tertambang batubara dan
selanjutnya akan dilakukan perhitungan stripping ratio pada lahan
tersebut. Data eksplorasi tersebut didapatkan melalui kegiatan
pemboran di daerah yang sudah ditentukan oleh perusahaan sehingga
didapatkan ketebalan batubaranya, selain itu juga dilakukan pemetaan
topografi pada lahan kuasa pertambangan tersebut.
C. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana analisis dengan metode Cross Section dapat diaplikasikan
dalam menentukan jumlah cadangan batubara dengan
memperhatikan batasan secara teknis yang ditetapkan CV. Transcoal
Banua?
2. Berapa estimasi jumlah cadangan batubara yang dapat ditambang
yang terdapat di CV. Transcoal Banua?
2
3. Dimanakah perkiraan lokasi perhitungan untuk dilakukan
penambangan yang paling memungkinkan untuk menghasilkan
cadangan batubara yang sesuai dengan batasan secara teknis yang
ditetapkan CV. Transcoal Banua?
Batasan masalah dari penelitian yaitu, membatasi pada perhitungan
cadangan batubara pada lokasi Pit Gunung Buyan Kuasa Pertambangan
milik CV. Transcoal Banua yang nantinya akan dilakukan penambangan,
yang berlokasi di Desa Sungai Danau, Kecamatan Satui, Kabupaten
Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Mengaplikasikan metode Cross Section dalam menentukan jumlah
cadangan batubara yang dapat ditambang dengan batasan yang
ditetapkan perusahaan yaitu 4 m3 overburden : 1 ton batubara.
2. Mengestimasi jumlah cadangan yang dapat ditambang sesuai dengan
batasan yang ditetapkan CV Transcoal Banua.
3. Memperkirakan rencana lokasi perhitungan yang paling
memungkinkan untuk menghasilkan cadangan batubara yang sesuai
dengan batasan yang ditetapkan CV. Transcoal Banua yaitu 4 m3
overburden : 1 ton batubara dengan batas.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai petunjuk dalam melakukan pemodelan dan estimasi
cadangan.
3
2. Memberi masukan kepada perusahaan mengenai hasil penelitian
yang diperoleh, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
melakukan proses selanjutnya.
F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan berbagai metode,
tetapi sebelumnya harus diketahui batasan antara Cadangan (reserve)
dan Sumberdaya (resource).
Sumberdaya adalah jumlah atau kuantitas bahan galian yang
terdapat di permukaan atau di bawah permukaan bumi yang sudah
diteliti tetapi belum dilakukan studi kelayakan dan mungkin dapat
diekstraksikan dengan tingkat keberhasilan yang masih harus
dipertimbangkan. Istilah sumberdaya dalam bidang teknis kebumian
dapat berkonotasi kuantitatif, yaitu perkiraan besarnya potensi
sumberdaya batubara yang secara teknis menunjukkan harapan untuk
dapat dikembangkan setelah dilakukan penelitian dan eksplorasi.
Cadangan adalah bagian dari sumberdaya yang telah diteliti dan dikaji
kelayakannya dengan seksama dan telah dinyatakan layak serta dapat
ditambang berdasarkan kondisi ekonomi dan teknologi pada saat itu.
Terdapat tiga kategori pengertian cadangan yang sering digunakan di
dunia pertambangan, yaitu :
a. Cadangan ditempat (In Place Reserve)
4
Cadangan ditempat diartikan sebagai jumlah batubara yang
sebenarnya terdapat di bawah permukaan yang telah dihitung dan
memenuhi persyaratan ekonomi pertambangan dalam kondisi
tertentu. Cadangan ditempat tidak seluruhnya dapat ditambang,
secara teknis dapat ditambang berdasarkan teknologi yang tersedia
pada saat itu. Pada proyek pertambangan komersial, cadangan
ditempat selanjutnya dievaluasi untuk memperhitungkan berapa
sebenarnya jumlah batubara yang akan dapat dimanfaatkan melalui
operasi penambangan.
b. Cadangan dapat ditambang (Mineable Reserve)
Cadangan dapat ditambang adalah bagian dari cadangan
ditempat (in place reserve) yang diharapkan akan dapat ditambang
dengan teknologi saat ini dan sesuai kondisi ekonomi saat ini.
c. Cadangan telah ditambang (Recoverable Reserve)
Cadangan telah ditambang adalah cadangan yang berasal dari
(Mineable Reserve) yang telah ditambang atau terambil atas dasar
biaya dan kondisi ekonomi yang telah ditetapkan. Cadangan dapat
ditambang dalam lingkungan tambang terbuka pada umumnya
diperhitungkan lebih dari 90% dari cadangan ditempat sedangkan
untuk tambang bawah tanah 50 – 60%, namun kondisi struktur
endapan dan metoda penambangan yang digunakan juga memegang
peranan dalam menentukan jumlah cadangan yang dapat ditambang.
Angka persentasi tersebut diperoleh dari pengalaman operasi
tambang dan hanya berlaku untuk tambang bersangkutan.
d. Cadangan dapat dijual (Saleable Reserve)
5
Cadangan dapat dijual adalah cadangan yang berasal dari
(Recoverable Reserve) yang akan dijual langsung atau dilakukan
pengolahan terlebih dahulu dengan pertimbangan kualitas batubara
dan permintaan pasar, apabila kualitas batubara sesuai permintaan
pasar tanpa harus dilakukan pencucian atau blending maka batubara
dapat langsung dijual, namun apabila batubara terlalu banyak
pengotor sehingga kualitas batubara tidak sesuai dengan permintaan
pasar maka harus dilakukan pencucian dan blending sehingga
kualitas batubara sesuai dengan permintaan konsumen.
2. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Menurut SNI
a. Sumberdaya Batubara (Coal Resource)
Interpretasi empirik adalah interpretasi yang berpedoman pada
hasil-hasil penelitian atau pengamatan sebelumnya dan dianggap
sama dengan lokasi yang sedang ditiliti atau diamati. Metode
interpretasi ini dikenal juga dengan istilah pedoman generalisasi
(rule of generalitation atau rule of thumb). Daerah pengaruh untuk
titik-titik yang terpisah dapat diekstrapolasi dengan pedoman titik
terdekat. Ekstrapolasi juga diterapkan pada suatu blok yang
dibentuk oleh empat titik atau lebih seperti pada Gambar 1.1.
Sumberdaya Batubara diklasifikasi menjadi: Sumberdaya
Batubara Hipotetik, Sumberdaya Batubara Tereka, Sumberdaya
Batubara Terindikasi, dan Sumberdaya Batubara Terukur. Klasifikasi
Sumberdaya Batubara menurut Badan Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI 13-6011-1999) adalah sebagai berikut :
6
1. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
adalah jumlah batubara dari daerah penyelidikan atau bagian dari
daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap
penyelidikan survei tinjau.
2. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource) adalah
jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.
3. Sumberdaya Batubara Terindikasi (Indicated Coal Resource)
adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari
daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi
pendahuluan.
4. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource) adalah
jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi detil.
7
Gambar 1.1 Ekstrapolasi Daerah Pengaruh
Sumberdaya batubara hanya dapat diperkirakan dari data yang
diperoleh dari titik-titik informasi, namun estimasi ini dapat diperkuat
dengan data interpretasi. Data dari teknik-teknik geofisika, kecuali
downhole logging, bukan merupakan titik-titik informasi langsung,
tetapi bisa meningkatkan keyakinan geologi mengenai kemenerusan
lapisan batubara antara titik-titik informasi, terutama dalam kategori
Sumberdaya Tereka.
Sumberdaya batubara dapat diestimasikan dengan cara
mengalikan luas area lapisan batubara dengan ketebalan lapisan dan
density batubara ditempat tersebut. Luas area ditentukan oleh
daerah pengaruh dari titik-titik informasi dan faktor lain yang
membatasi luasnya sumberdaya. Faktor-faktor yang membatasi luas
area sumberdaya bisa saja sangat teknis (misal: ketebalan lapisan
maksimum atau minimum, kedalaman, kualitas dan ketebalan
minimum yang dapat dipisahkan).Para estimator juga harus
menjamin bahwa density batubara ditempat tersebut benar dan
disebutkan dengan jelas.
Sumberdaya batubara harus diestimasikan dan dilaporkan
untuk setiap lapisan dalam suatu deposit sesuai dengan variable
kunci yang tepat (misal: ketebalan, kedalaman, parameter-parameter
kualitas batubara). Jika ada parameter lapisan (misalnya: ketebalan,
kadar abu, yield ) tidak memenuhi suatu kriteria dari jarak titik
informasi untuk menghitung sumberdaya batubara dimana terdapat
prospek sumberdaya batubara yang menjanjikan, untuk suatu
penambangan secara ekonomis di suatu daerah, maka sumberdaya
8
batubara untuk lapisan tersebut tidak akurat dan tidak ekonomis. Di
daerah itu tidak seharusnya diestimasikan lagi. Jika ada alasan-alasan
yang mengharuskan untuk mengestimasi sumberdaya di daerah ini,
(misalnya: wilayah tersebut harus ditambang untuk akses lapisan
yang lebih prospektif atau sumberdaya dengan kualitas yang lebih
tinggi), estimator harus mampu memberikan keterangan yang
diperlukan tersebut. Sama halnya, jika ada pertimbangan
pertimbangan geologi, teknis atau budaya (misal, adanya intrusi yang
meluas, letak lapisan batubara yang terlampau dalam, batas
ketinggian penambangan dalam tambang bawah tanah, daerah
permukaan yang dilindungi) tanpa melihat prospek atas pengambilan
lapisan atau sebagian lapisan secara ekonomis, maka sumberdaya
batubara dari lapisan tertentu atau sebagian dari lapisan tersebut
yang relevan tidak perlu diestimasikan lagi di wilayah itu. Estimator
harus mencatat pertimbangan-pertimbangan ini.
Panduan berikut ini harus digunakan oleh estimator ketika
menentukan kategori sumberdaya yang relevan untuk suatu deposit,
tentunya dibawah syarat atau kondisi geologi yang menguntungkan.
Kerapatan titik informasi yang optimal untuk masing masing kategori
sumberdaya tergantung pada kondisi geologi dan tingkat keyakinan
geologi yang diinginkan. Kerapatan titik untuk tiap kategori
sumberdaya pada kondisi geologi sederhana, moderat dan kompleks
sudah ditentukan dalam SNI tentang perhitungan sumberdaya dan
cadangan mineral dan batubara yang bisa dilihat pada Tabel 1.1 :
Tabel 1.1 Jarak Kerapatan Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi
GEOLOGI KRITERIA SUMBERDAYA
9
HIPOTETIK TEREKA TERINDIKASI TERUKUR
Sederhana Jarak Titik
Informasi
( m )
Tak dibatasi
1000 < X ≤ 1500 500 < X ≤ 1000 X ≤ 500
Moderat 500 < X ≤ 1000 250 < X ≤ 500 X ≤ 250
Kompleks 200 < X ≤ 400 100 < X ≤ 200 X ≤ 100
Sumber : Badan Standarisasi Nasional Indonesia, SNI 13-6011-1999
Untuk sumberdaya hipotetik kecenderungan dalam ketebalan
dan kualitas batubara (daerah pengaruh dari titik informasi)
ditentukan terutama oleh keberanian dan pengalaman estimator
dalam penentuan radius daerah pengaruh dari titik informasi sesuai
dengan keadaan geologi di daerah tersebut. Dalam tabel disebut
sebagai “tidak dibatasi”. Walaupun begitu dalam estimasi
sumberdaya hipotetik harus dinyatakan jarak batas terluar dari titik
informasi dan alasan-alasan yang mendasarinya.
Bagi sumberdaya batubara tereka, kerapatan dan
penyebarluasan titik-titik informasi, yang mungkin ditunjang oleh
data interpretasi, harus memberikan pengertian yang memadai atas
keadaan geologi untuk menyimpulkan kemenerusan lapisan antara
titik-titik informasi. Sumberdaya ini harus juga memungkinkan
adanya estimasi kisaran ketebalan batubara juga kualitasnya
walaupun masih pada tingkat kepastian yang rendah, sehingga tidak
memadai untuk tujuan perencanaan penambangan. Sumberdaya
batubara tereka dapat diestimasikan dengan menggunakan data
yang didapat dari titik-titik informasi dengan kerapatan hingga sejauh
1 s/d 2 km. Untuk kondisi geologi sederhana, 0,5 km s/d 1 km untuk
keadaan geologi moderat dan 0,2 s/d 0,5 km untuk keadaan geologi
kompleks. Kecenderungan dalam ketebalan kualitas batubara tidak
dapat diperkirakan lebih dari 2 km dari titik-titik informasi.
10
Untuk sumberdaya batubara terindikasi, kerapatan, distribusi
dan keterpaduan titik-titik informasi, yang mungkin diperkuat dengan
data interpretasi, cukup untuk memperoleh estimasi yang realistik
atas rata-rata ketebalan, luas wilayah, kisaran kedalaman, kualitas
dan jumlah in-Situ dari batubara. Sumberdaya ini telah mampu
memberikan tingkat kepercayaan yang cukup atas endapan untuk
pembuatan rencana tambang dan menentukan kualitas produk
batubara yang kira-kira akan didapat. Sumberdaya batubara
terindikasi ini dapat diestimasikan dengan menggunakan data yang
diperoleh dari titik-titik informasi umumnya kurang dari 1 km untuk
keadaan geologi yang sederhana, 0,25 s/d 0,5 km untuk keadaan
geologi moderat dan 0,1 s/d 0,2 km untuk keadaan geologi yang
kompleks. Kecenderungan akan ketebalan dan kualitas batubara
(daerah pengaruh) jangan diprediksi lebih dari 1 km dari titik-titik
informasi.
Untuk sumberdaya batubara terukur kerapatan, distribusi dan
keterpaduan dari titik-titik informasi, yang bisa ditunjang dengan data
interpretasi, cukup untuk memperoleh estimasi yang dapat dipercaya
tentang ketebalan rata-rata, luas wilayah, rentang kedalaman,
kualitas dan jumlah in-Situ dari batubara. Sumberdaya ini
memberikan tingkat kepastian jumlah endapan untuk pembuatan
rencana rinci tambang, menentukan biaya penambangan dan
memberikan spesifikasi produk yang dapat dipasarkan. Sumberdaya
batubara terukur ini bisa diestimasikan dengan menggunakan data
yang diperoleh dari titik-titik informasi umumnya kurang dari atau
sama dengan 500 m untuk keadaan geologi sederhana, 0,25 km
untuk keadaan geologi moderat dan 0,1 km untuk keadaan geologi
11
yang kompleks. Kecenderungan dalam ketebalan dan kualitas
batubara seharusnya tidak diprediksi lebih dari 500 m dari titik-titik
informasi.
Di lokasi lapisan yang tersesarkan, diterobos, bercabang,
berbentuk lensa atau sangat bervariasi dalam ketebalan atau
kualitas, jarak antar titik-titik informasi yang diperlukan lebih dekat,
dan kemungkinan dukungan adanya data interpretasi, akan
diperlukan dalam keadaan seperti ini.
Estimasi batubara in-situ dan sumberdaya batubara mutlak
harus disampaikan dengan jelas faktor-faktor yang digunakan dalam
estimasi ini, termasuk luas wilayah, ketebalan dan densiti setempat.
Estimasi atas jumlah tonase harus dibulatkan sesuai dengan tingkat
ketepatan estimasinya. Prosedur estimasi ini harus transparan dan
dapat diulang lagi. Jika estimasi atas batubara in-situ dan
sumberdaya batubara dipaparkan bersama, suatu pernyataan harus
disampaikan dengan jelas dengan mengetengahkan apakah estimasi
itu dilaporkan secara terpisah atau digabung.
Berdasar atas hal-hal tersebut di atas, merupakan tanggung
jawab estimator untuk menentukan kategori sumberdaya batubara
dan batubara in-situ secara tepat atas setiap deposit yang
diestimasikan. Estimator harus menyiapkan dokumen teknik yang
secara menyeluruh menguraikan proses pengestimasiannya dan
asumsi-asumsi yang digunakannya; dan berisikan rancangan-
rancangan yang relevan pada skala yang benar.
12
a. Cadangan Batubara (Coal Reserve)
Cadangan batubara diklasifikasi menjadi: cadangan batubara
terkira, dan cadangan batubara terbukti. Klasifikasi cadangan
batubara menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia tahun
1998 adalah sebagai berikut :
1. Cadangan Batubara Terkira (Probable Coal Reserve)
Cadangan batubara terkira (Probable Coal Reserve)
adalah sumberdaya batubara terindikasi, dan sebagian
sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian
kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga
penambangan dapat dilakukan secara layak atau bisa juga
diartikan sebagai cadangan batubara insitu dari sumberdaya
terukur atau terindikasi yang diharapkan terambil dengan
menggunakan metode penambangan yang tepat atas
pertimbangan lingkungan, peraturan pemerintah dan teknologi
saat ini. Dasar perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Ketebalan minimum batubara yang ekonomis yang terambil
b. Ketebalan lapisan tanah penutup
c. Kualitas batubara yang sesuai dengan spesifikasi penjualan
d. Kedalaman maksimum perencanaan
e. Metode penambangan tambang terbuka atau tambang
bawah tanah
f. Nisbah pengupasan atau stripping ratio yang berasal dari
Break Even Stripping Ratio yang didapatkan berdasarkan
perhitungan keuntungan dari penjualan bahan galian.
2. Cadangan Batubara Terbukti (Proven Coal Reserve)
13
Cadangan batubara terbukti (Proven Coal Reserve)
adalah sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian
kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga
penambangan dapat dilakukan secara layak atau bisa juga
diartikan sebagai cadangan batubara dari mineable yang dapat
ditambang atas dasar pertimbangan biaya operasi
penambangan yang ditetapkan pada saat ini. Dasar
perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Optimum batubara yang ekonomis untuk ditambang
b. Maksimum overburden yang diangkat ke disposal area
berdasarkan faktor ultimate pit slope penambangan,
kelongsoran, pengendalian air permukaan dan pembuatan
jalan disposal
c. Kualitas batubara yang sesuai dengan spesifikasi penjualan
d. Metode penambangan tambang terbuka atau tambang
bawah tanah
Sumber : Badan Standarisasi Nasional Indonesia, SNI 13-6011-1999
Gambar 2.1 Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara berdasarkan
SNI
14
3. Klasifikasi Batubara Menurut ASTM (American Society for
Testing Mineral)
Klasifikasi batubara ditentukan melalui hasil analisis beberapa
parameter batubara. Berdasarkan klasifikasi ini dapat dilihat peringkat
serta pemanfaatan dari batubara tersebut. Menurut ASTM batubara
dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
1. Antrasit
Batubara keras dengan peringkat tertinggi, berwarna hitam
dengan kilap tinggi dan sukar dibakar tetapi pada saat terbakar
nyala berwarna biru tanpa asap. Antrasit menghasilkan nilai kalori
di atas 8200 kalori/gram.
2. Bituminus
Batubara dengan peringkat menengah dan memiliki rasio
bahan bakar tinggi dan bila terbakar tanpa asap. Bituminus
menghasilkan nilai kalori antara 5800 - 8200 kalori/gram.
3. Sub-bituminus
Batubara dengan peringkat rendah dan disebut juga batubara
hitam. Subbituminus menghasilkan nilai kalori antara 5200 - 5800
kalori/gram.
4. Lignit
Batubara berperingkat terendah yang berwarna hitam
kecoklatan yang terbentuk dari gambut. Lignit menghasilkan nilai
kalori antara 3200 - 3500 kalori/gram.
4. Kriteria Pemilihan Metode Perhitungan Cadangan
15
Pada prinsipnya kriteria pemilihan metode perhitungan cadangan
tergantung pada beberapa hal, yaitu:
1. Kondisi geologi endapan mineral
Pemahaman pada pengetahuan suatu endapan batubara
sangat penting seperti: ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan dan
kualitas dari endapan batubara tersebut.
2. Tahapan eksplorasi
Semakin tinggi tahapan eksplorasi maka semakin tinggi pula
tingkat kepercayaan terhadap data eksplorasinya. Tahapan
eksplorasi dibagi atas: eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi detil.
3. Kelengkapan dan tingkat kepercayaan data
Kelengkapan dan kepercayaan data eksplorasi tergantung
pada sistem dan metode eksplorasi serta kemampuan dari personil,
oleh karena itu pemanfaatan semua data hasil eksplorasi sangat
penting.
4. Tujuan dan tahapan kegiatan
Bilaperhitungan cadangan masih bersifat awal, maka metode
sederhana dapat dipergunakan karena tidak memerlukan peta-peta
khusus, tetapi apabila perhitungan cadangan diperlukan untuk
perencanaan tambang, maka diperlukan perhitungan yang lebih
detil dengan memperhatikan metode penambangan yang akan
dilakukan.
5.Tingkat ketelitian
Tingkat ketelitian adalah derajat kebenaran yang dikehendaki
dan tergantung kepada sistem eksplorasi, yaitu:
a. Jenis kerapatan pengambilan conto
16
b. Penentuan ketepatan data dari sudut pandang geologi, bentuk
geometri fisik endapan mineral, macam pola sebaran, faktor
kesalahan, dan jenis kategori cadangannya.
6.Waktu dan biaya
Dilihat dari tujuan perhitungan cadangan yang dilakukan jika
masih bersifat awal maka waktu dan biaya yang dibutuhkan relatif
rendah, namun apabila perhitungan cadangan diperlukan untuk
perencanaan tambang maka waktu dan biaya yang dibutuhkan
relatif tinggi.
Menurut Kuncoro,dkk (1996), pada berbagai metoda
perhitungan cadangan ada perbedaan dari hasil perhitungan volume
maupun tonase tetapi stripping ratio tetap akan sama, hanya sedikit
modifikasi dari sesuatu yang sangat umum. Pada prinsipnya, metode
perhitungan cadangan harus dapat menghitung dengan cepat,
dipercaya, dan mudah dilakukan cek ulang. Perbedaan dari berbagai
metoda perhitungan cadangan biasanya dibedakan menurut
penentuan perhitungannya yang dipisahkan menjadi bagian-bagian
atau blok. Perbedaan metode didasarkan pada kondisi geologi endapan
mineral, sistem eksplorasi, penambangan, dan faktor ekonomi.
5. Parameter Perhitungan Cadangan
Pada saat melakukan suatu perhitungan cadangan diperlukan
beberapa parameter. Parameter perhitungan cadangan meliputi:
1. Ketebalan
17
Ketebalan dapat diukur antara lain dari data pemboran,
pengukuran langsung, perhitungan skala pada peta, penampang,
atau logging. Adapun persamaan pada pengukuran ketebalan
adalah sebagai berikut:
............................ (1)
Keterangan:
TS = Tebal sebenarnya
TH = Tebal horisontal
TV = Tebal vertical
Gambar 3.1 Rumus Ketebalan Lapisan Batubara
2. Luas
Penentuan luas dapat meliputi luas vertikal maupun luas
horisontal, yang dapat ditentukan dengan cara:
a. Planimeter
18
Planimeter minimal dilakukan dua kali dengan arah yang
berlawanan dan hasil pembacaan dapat diterima bila hasil
pembacaan di bawah 2% dari rata-rata.
b. Template
Template dapat dilakukan dengan tiga pola yaitu: pola bujur
sangkar, pola titik dan pola garis sejajar.
c. Perhitungan geometri
Bentuk-bentuk tidak beraturan dari luas endapan dibagi
menjadi beberapa bentuk geometri sederhana, misalnya: segitiga,
persegi empat, persegi panjang dan trapesium.
d. Penjumlahan beberapa luasan seragam
Beberapa luasan yang bentuknya diseragamkan dapat dihitung
luasnya dengan menggunakan persamaan Trapezoidal dan
Simpson.
e. Penentuan luas dengan program komputer
Penentuan luas dengan program komputer paling sering
dilakukan karena lebih cepat dan praktis dalam penggunaannya.
3. Kalori
Penentuan kalori suatu endapan batubara merupakan kegiatan
yang penting, karena memerlukan banyak pertimbangan karena
kandungan kalori suatu endapan batubara tidak selalu sama. Pada
perhitungan cadangan digunakan kalori rata-rata dari endapan
batubara.
4. Berat
Berat dalam setiap satuan volume suatu endapan mineral
banyak digunakan dalam perhitungan cadangan, oleh karena itu
19
perhitungan volume dan perubahan dari volume ke tonase harus
memperhatikan densitas bahan galiannya.
5. Perhitungan Luas Dengan Cara Koordinat
Perhitungan luas dengan cara koordinat dapat dilakukan pada
bangun datar yang mempunyai bentuk beraturan maupun yang tidak
beraturan. Perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan hasil dari
persamaan pada tiap koordinat bangun datar tersebut. Perhitungan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melakukan
perhitungan titik – titik koordinatnya dengan cara berlawanan arah
jarum jam atau searah jarum jam, lihat (Gambar 4.1).
Gambar 4.1 Syarat Perhitungan Luas dengan Koordinat
20
Persamaan perhitungan dengan cara koordinat adalah sebagai berikut:
1. Persamaan perhitungan luas dengan koordinat yang berlawanan
arah jarum jam
....................................... (2)
....................... (3)
2. Persamaan perhitungan luas dengan koordinat yang searah jarum
jam
..................................... (4)
..................... (5)
Keterangan:
A = Luas
Xi = Koordinat titik X ke i
Yi = Koordinat titik Y ke i
6. Perhitungan Volume Dengan Mean Area
Persamaan mean area merupakan salah satu persamaan yang
digunakan untuk menghitung volume dari suatu endapan yang
bentuknya seragam, lihat (Gambar 5.1). Persamaan ini digunakan
apabila terdapat dua buah penampang dengan luas A1 dan A2 dengan
jarak L dengan memenuhi A1 relatif sama A2 atau (A1/A2) lebih besar 0,5
sampai mendekati 1 seperti yang terlihat pada gambar.
Persamaan untuk menghitung volume dengan menggunakan
persamaan Mean Area adalah sebagai berikut :
21
............................................................ (6)
Keterangan :
L = Jarak antar penampang (m).
A1, A2 = Luas setiap penampang (m2).
Gambar 5.1 Penampang uniform
7. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Cross Section
Metode penampang tegak (Cross Section) adalah salah satu
metode estimasi cadangan secara konvensional, prinsip dari metode
ini adalah dengan cara membagi endapan menjadi blok – blok dengan
interval tertentu dengan jarak yang sama atau berbeda sesuai dengan
keadaan geologi dan kebutuhan penambangan, karena dibagi menjadi
blok-blok maka akan terdapat dua luasan penampang, luasan
penampang dapat dihitung dengan beberapa metode perhitungan
ataupun dengan bantuan program komputer. Pada perhitungan
22
A1
A2
L
cadangan dengan metode Cross Section digunakan dua metode yaitu
metode yang berpedoman pada perubahan bertahap (Standar) dan
metode yang berpedoman pada titik terdekat (Linier). Pada
perhitungannya terdapat dua volume yang akan ditentukan, yaitu
volume cadangan batubara dan volume overburden. Volume-volume
tersebut nantinya akan digunakan untuk penentuan stripping ratio.
Perhitungan stripping ratio adalah perbandingan antara volume
overburden dengan tonase batubara, sehingga nantinya dari nilai
tersebut dapat dilihat daerah mana yang mempunyai nilai stripping
ratio yang memungkinkan untuk ditambang dan sesuai dengan
batasan stripping ratio yang sudah ditentukan perusahaan apakah
akan menguntungkan atau tidak untuk dilakukan penambangan.
Metode dan tahapan perhitungan dengan metode Cross Section dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Metode Standar
Metode Standar berpedoman pada perubahan bertahap (The
Rule Of Gradual Change). Setiap blok bagian dalam dibatasi oleh
dua penampang dan pada bagian tepi blok terdiri dari satu
penampang dengan batas tepi yang tidak beraturan. Penampang
dapat menjadi sejajar, tidak sejajar, vertikal, horisontal, ataupun
miring. Tahapan perhitungan cadangan sampai pada stripping
ratio adalah sebagai berikut:
a. Penentuan luas penampang dilakukan dengan bantuan program
komputer yaitu Minescape yang prinsip perhitungannya
menggunakan cara koordinat.
b. Perhitungan volume overburden, volume batubara dan tonase
batubara
23
..................................... (7)
....................................................... (8)
Keterangan:
VC = Volume batubara (m3)
VOB = Volume overburden (m3)
A1, A2= Luas setiap penampang (m2)
L = Jarak antar penampang (m)
WC = Tonase batubara (ton)
γ = Densitas batubara (1,3 ton/m3)
c. Perhitungan Stripping Ratio
........................................................ (9)
Keterangan:
SR = Stripping Ratio
VOB = Volume overburden (m3)
WC = Tonase batubara (ton)
24
Gambar 6.1 Cara Perhitungan Penampang Luas Metode Standar
2. Metode Linier
Metode Linier berpedoman pada titik terdekat (The Rule Of
Nearest Point). Setiap tepi blok dibatasi oleh satu penampang
yang mempunyai panjang setengah dari bagian blok yang
berdampingan dan mempunyai batas samping yang beraturan.
Tahapan perhitungan cadangan sampai pada stripping ratio
adalah sebagai berikut:
a. Penentuan luas penampang dilakukan dengan bantuan program
komputer yaitu Minescape yang prinsip perhitungannya
menggunakan cara koordinat.
b. Perhitungan volume overburden, volume batubara dan tonase
batubara
................................................ (10)
............................................................ (11)
Keterangan:
VC = Volume batubara (m3)
VOB = Volume overburden (m3)
A = Luas penampang (m2)
L = Jarak antar penampang (m)
25
WC = Tonase batubara (ton)
γ = Densitas batubara (1,3 ton/m3)
c. Perhitungan Stripping Ratio
..................................................... (12)
Keterangan:
SR = Stripping ratio
VOB = Volume overburden (m3)
WC = Volume batubara (ton)
Gambar 7.1 Cara Perhitungan Penampang Luas Metode Linier
2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
pengamatan di lapangan, sedangkan metode penaksiran cadangan
digunakan metode Cross Section dengan membandingkan antara
pedoman perubahan bertahap dengan pedoman titik terdekat, lihat
(Gambar 8.1). Adapun tahapan penelitiannya yaitu:
26
1. Persiapan dan studi literatur
Persiapan dengan pengumpulan data sekunder yang telah ada,
mencari bahan – bahan pustaka yang menunjang, dan
mempersiapkan peralatan untuk di lapangan.
2. Pengamatan di lapangan
Pengamatan di lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap kondisi lapangan dan pengecekan ulang
terhadap data sekunder untuk lebih meyakinkan penyebaran
batubaranya.
3. Pengolahan data
Pada tahap ini dilakukan pekerjaan peta topografi, pengeplotan
data sekunder atau data lapangan, pembuatan peta penyebaran
batubara, pembuatan penampang tegak, dan melakukan analisis
perhitungan.
4. Laporan
Laporan dibuat setelah dilakukan perhitungan dari hasil pengolahan
data dengan permasalahan yang diteliti dan dibahas, yang isinya
adalah klasifikasi cadangan batubara daerah penelitian,
perhitungan sumberdaya batubara menurut BSNI dari daerah
pengaruh, penerapan metode Cross Section, perbedaan
perhitungan cadangan, nilai nisbah pengupasan, pengaruh
cadangan terhadap umur tambang dan perkiraan sementara lokasi
penggalian batubara, sehingga dapat diperoleh kesimpulan dimana,
kesimpulan merupakan hasil akhir dari pemecahan permasalahan
yang diteliti.
27
3. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
4. BIAYA
Biaya yang digunakan dalam penelitian ini, sepenuhnya ditanggung
oleh CV. Transcoal Banua, karena pada penelitian ini bersamaan dengan
kerja praktek yang telah dilakukan pada perusahaan tersebut.
28
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rauf. 2000. Penaksiran Cadangan. Yogyakarta: Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Abdul Rauf. 1999. Eksplorasi Tambang. Yogyakarta: Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Haris, Agus. Modul Responsi Metode Perhitungan Cadangan. Bandung: Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.
Hartman, Howard L. 1987. Introductory Mining Engineering. New York: John Willey & Sons.
Kuncoro,dkk. 1996. Sumberdaya Batubara dan Gambut di Indonesia. Tidak diterbitkan.
Sulistyana, Waterman. 2008. Perencanaan Tambang 1. Yogyakarta: Awan Poetih Intermedia.
Standar Nasional Indonesia, SNI 13-6011-1999. 1999. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara. Badan Standarisasi Nasional Indonesia.
Tim Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral. 2003. Pedoman Pelaporan dan Estimasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara. Pusat Sumber daya Geologi. Tidak diterbitkan.
29