proposal ta

37
A. JUDUL PENELITIAN Penaksiran Cadangan Batubara dengan Metode Cross Section di CV. Transcoal Banua, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. B. LATAR BELAKANG Usaha pengembangan sumberdaya alam dan energi, khususnya sumberdaya alam batubara yang merupakan alternatif sebagai energi pengganti minyak bumi baik dalam negeri maupun luar negeri yang akhir-akhir ini kebutuhannya semakin meningkat dan menjadi primadona. Bahan galian batubara pada saat ini selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga merupakan komoditi ekspor dan menjadikan salah satu potensi sumberdaya alam yang ada di sektor pertambangan. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar yang makin hari makin meningkat, potensi bahan galian batubara tersebut perlu diusahakan dan dikembangkan secara optimal. CV. Transcoal Banua merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pertambangan batubara, yang berlokasi di Desa Sungai Danau, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. CV. Transcoal Banua telah melakukan penyelidikan umum pada lahan Kuasa Pertambangan 1

Upload: reynaldo-frastin-pasang

Post on 28-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Ta

A. JUDUL PENELITIAN

Penaksiran Cadangan Batubara dengan Metode Cross Section di CV.

Transcoal Banua, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi

Kalimantan Selatan.

B. LATAR BELAKANG

Usaha pengembangan sumberdaya alam dan energi, khususnya

sumberdaya alam batubara yang merupakan alternatif sebagai energi

pengganti minyak bumi baik dalam negeri maupun luar negeri yang

akhir-akhir ini kebutuhannya semakin meningkat dan menjadi

primadona. Bahan galian batubara pada saat ini selain untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri juga merupakan komoditi ekspor dan

menjadikan salah satu potensi sumberdaya alam yang ada di sektor

pertambangan. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar yang

makin hari makin meningkat, potensi bahan galian batubara tersebut

perlu diusahakan dan dikembangkan secara optimal.

CV. Transcoal Banua merupakan perusahaan swasta nasional yang

bergerak di bidang pertambangan batubara, yang berlokasi di Desa

Sungai Danau, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi

Kalimantan Selatan. CV. Transcoal Banua telah melakukan penyelidikan

umum pada lahan Kuasa Pertambangan (KP) yang rencana

penambangannya akan dilaksanakan pada area Pit Gunung Buyan.

Sebagai pemegang izin Kuasa Pertambangan Eksploitasi batubara,

perusahaan wajib menyampaikan laporan Rencana Kegiatan Tambang

yang mencakup seluruh wilayah Kuasa Pertambangan sampai dengan

jangka waktu berakhirnya Kuasa Pertambangan sebagai persyaratan

1

Page 2: Proposal Ta

Kuasa Pertambangan Eksploitasi CV. Transcoal Banua disesuaikan

menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi CV Transcoal Banua.

Pekerjaan penyelidikan secara umum telah dilakukan dan sekarang

sedang berlangsung penyelidikan secara detil yang pada tahap ini

dilakukan penyempurnaan terhadap data pada penyelidikan

sebelumnya. Data eksplorasi yang telah didapatkan akan digunakan

untuk penaksiran cadangan pada lahan kuasa pertambangan tersebut.

Penaksiran cadangan didapatkan melalui perhitungan dan analisis

terhadap data eksplorasi yang telah didapatkan yaitu berupa data hasil

pemboran , garis seam batubara (crop line), dan ketebalan batubara.

Penaksiran cadangan dilakukan agar dapat mengetahui taksiran jumlah

tonase sumberdaya batubara, cadangan tertambang batubara dan

selanjutnya akan dilakukan perhitungan stripping ratio pada lahan

tersebut. Data eksplorasi tersebut didapatkan melalui kegiatan

pemboran di daerah yang sudah ditentukan oleh perusahaan sehingga

didapatkan ketebalan batubaranya, selain itu juga dilakukan pemetaan

topografi pada lahan kuasa pertambangan tersebut.

C. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana analisis dengan metode Cross Section dapat diaplikasikan

dalam menentukan jumlah cadangan batubara dengan

memperhatikan batasan secara teknis yang ditetapkan CV. Transcoal

Banua?

2. Berapa estimasi jumlah cadangan batubara yang dapat ditambang

yang terdapat di CV. Transcoal Banua?

2

Page 3: Proposal Ta

3. Dimanakah perkiraan lokasi perhitungan untuk dilakukan

penambangan yang paling memungkinkan untuk menghasilkan

cadangan batubara yang sesuai dengan batasan secara teknis yang

ditetapkan CV. Transcoal Banua?

Batasan masalah dari penelitian yaitu, membatasi pada perhitungan

cadangan batubara pada lokasi Pit Gunung Buyan Kuasa Pertambangan

milik CV. Transcoal Banua yang nantinya akan dilakukan penambangan,

yang berlokasi di Desa Sungai Danau, Kecamatan Satui, Kabupaten

Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Mengaplikasikan metode Cross Section dalam menentukan jumlah

cadangan batubara yang dapat ditambang dengan batasan yang

ditetapkan perusahaan yaitu 4 m3 overburden : 1 ton batubara.

2. Mengestimasi jumlah cadangan yang dapat ditambang sesuai dengan

batasan yang ditetapkan CV Transcoal Banua.

3. Memperkirakan rencana lokasi perhitungan yang paling

memungkinkan untuk menghasilkan cadangan batubara yang sesuai

dengan batasan yang ditetapkan CV. Transcoal Banua yaitu 4 m3

overburden : 1 ton batubara dengan batas.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai petunjuk dalam melakukan pemodelan dan estimasi

cadangan.

3

Page 4: Proposal Ta

2. Memberi masukan kepada perusahaan mengenai hasil penelitian

yang diperoleh, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

melakukan proses selanjutnya.

F. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan berbagai metode,

tetapi sebelumnya harus diketahui batasan antara Cadangan (reserve)

dan Sumberdaya (resource).

Sumberdaya adalah jumlah atau kuantitas bahan galian yang

terdapat di permukaan atau di bawah permukaan bumi yang sudah

diteliti tetapi belum dilakukan studi kelayakan dan mungkin dapat

diekstraksikan dengan tingkat keberhasilan yang masih harus

dipertimbangkan. Istilah sumberdaya dalam bidang teknis kebumian

dapat berkonotasi kuantitatif, yaitu perkiraan besarnya potensi

sumberdaya batubara yang secara teknis menunjukkan harapan untuk

dapat dikembangkan setelah dilakukan penelitian dan eksplorasi.

Cadangan adalah bagian dari sumberdaya yang telah diteliti dan dikaji

kelayakannya dengan seksama dan telah dinyatakan layak serta dapat

ditambang berdasarkan kondisi ekonomi dan teknologi pada saat itu.

Terdapat tiga kategori pengertian cadangan yang sering digunakan di

dunia pertambangan, yaitu :

a. Cadangan ditempat (In Place Reserve)

4

Page 5: Proposal Ta

Cadangan ditempat diartikan sebagai jumlah batubara yang

sebenarnya terdapat di bawah permukaan yang telah dihitung dan

memenuhi persyaratan ekonomi pertambangan dalam kondisi

tertentu. Cadangan ditempat tidak seluruhnya dapat ditambang,

secara teknis dapat ditambang berdasarkan teknologi yang tersedia

pada saat itu. Pada proyek pertambangan komersial, cadangan

ditempat selanjutnya dievaluasi untuk memperhitungkan berapa

sebenarnya jumlah batubara yang akan dapat dimanfaatkan melalui

operasi penambangan.

b. Cadangan dapat ditambang (Mineable Reserve)

Cadangan dapat ditambang adalah bagian dari cadangan

ditempat (in place reserve) yang diharapkan akan dapat ditambang

dengan teknologi saat ini dan sesuai kondisi ekonomi saat ini.

c. Cadangan telah ditambang (Recoverable Reserve)

Cadangan telah ditambang adalah cadangan yang berasal dari

(Mineable Reserve) yang telah ditambang atau terambil atas dasar

biaya dan kondisi ekonomi yang telah ditetapkan. Cadangan dapat

ditambang dalam lingkungan tambang terbuka pada umumnya

diperhitungkan lebih dari 90% dari cadangan ditempat sedangkan

untuk tambang bawah tanah 50 – 60%, namun kondisi struktur

endapan dan metoda penambangan yang digunakan juga memegang

peranan dalam menentukan jumlah cadangan yang dapat ditambang.

Angka persentasi tersebut diperoleh dari pengalaman operasi

tambang dan hanya berlaku untuk tambang bersangkutan.

d. Cadangan dapat dijual (Saleable Reserve)

5

Page 6: Proposal Ta

Cadangan dapat dijual adalah cadangan yang berasal dari

(Recoverable Reserve) yang akan dijual langsung atau dilakukan

pengolahan terlebih dahulu dengan pertimbangan kualitas batubara

dan permintaan pasar, apabila kualitas batubara sesuai permintaan

pasar tanpa harus dilakukan pencucian atau blending maka batubara

dapat langsung dijual, namun apabila batubara terlalu banyak

pengotor sehingga kualitas batubara tidak sesuai dengan permintaan

pasar maka harus dilakukan pencucian dan blending sehingga

kualitas batubara sesuai dengan permintaan konsumen.

2. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Menurut SNI

a. Sumberdaya Batubara (Coal Resource)

Interpretasi empirik adalah interpretasi yang berpedoman pada

hasil-hasil penelitian atau pengamatan sebelumnya dan dianggap

sama dengan lokasi yang sedang ditiliti atau diamati. Metode

interpretasi ini dikenal juga dengan istilah pedoman generalisasi

(rule of generalitation atau rule of thumb). Daerah pengaruh untuk

titik-titik yang terpisah dapat diekstrapolasi dengan pedoman titik

terdekat. Ekstrapolasi juga diterapkan pada suatu blok yang

dibentuk oleh empat titik atau lebih seperti pada Gambar 1.1.

Sumberdaya Batubara diklasifikasi menjadi: Sumberdaya

Batubara Hipotetik, Sumberdaya Batubara Tereka, Sumberdaya

Batubara Terindikasi, dan Sumberdaya Batubara Terukur. Klasifikasi

Sumberdaya Batubara menurut Badan Standarisasi Nasional

Indonesia (SNI 13-6011-1999) adalah sebagai berikut :

6

Page 7: Proposal Ta

1. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)

adalah jumlah batubara dari daerah penyelidikan atau bagian dari

daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang

memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap

penyelidikan survei tinjau.

2. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource) adalah

jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah

penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi

syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.

3. Sumberdaya Batubara Terindikasi (Indicated Coal Resource)

adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari

daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang

memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi

pendahuluan.

4. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource) adalah

jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah

penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi

syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi detil.

7

Page 8: Proposal Ta

Gambar 1.1 Ekstrapolasi Daerah Pengaruh

Sumberdaya batubara hanya dapat diperkirakan dari data yang

diperoleh dari titik-titik informasi, namun estimasi ini dapat diperkuat

dengan data interpretasi.  Data dari teknik-teknik geofisika, kecuali

downhole logging, bukan merupakan titik-titik informasi langsung,

tetapi bisa meningkatkan keyakinan geologi mengenai kemenerusan

lapisan batubara antara titik-titik informasi, terutama dalam kategori

Sumberdaya Tereka.

Sumberdaya batubara dapat diestimasikan dengan cara

mengalikan luas area lapisan batubara dengan ketebalan lapisan dan

density batubara ditempat tersebut. Luas area ditentukan oleh

daerah pengaruh dari titik-titik informasi dan faktor lain yang

membatasi luasnya sumberdaya. Faktor-faktor yang membatasi luas

area sumberdaya bisa saja sangat teknis (misal: ketebalan lapisan

maksimum atau minimum, kedalaman, kualitas dan ketebalan

minimum yang dapat dipisahkan).Para estimator juga harus

menjamin bahwa density batubara ditempat tersebut benar dan

disebutkan dengan jelas.

Sumberdaya batubara harus diestimasikan dan dilaporkan

untuk setiap lapisan dalam suatu deposit sesuai dengan variable

kunci yang tepat (misal: ketebalan, kedalaman, parameter-parameter

kualitas batubara). Jika ada parameter lapisan (misalnya: ketebalan,

kadar abu, yield ) tidak memenuhi suatu kriteria dari jarak titik

informasi untuk menghitung sumberdaya batubara dimana terdapat

prospek sumberdaya batubara yang menjanjikan, untuk suatu

penambangan secara ekonomis di suatu daerah, maka sumberdaya

8

Page 9: Proposal Ta

batubara untuk lapisan tersebut tidak akurat dan tidak ekonomis. Di

daerah itu tidak seharusnya diestimasikan lagi. Jika ada alasan-alasan

yang mengharuskan untuk mengestimasi sumberdaya di daerah ini,

(misalnya: wilayah tersebut harus ditambang untuk akses lapisan

yang lebih prospektif atau sumberdaya dengan kualitas yang lebih

tinggi), estimator harus mampu memberikan keterangan yang

diperlukan tersebut. Sama halnya, jika ada pertimbangan

pertimbangan geologi, teknis atau budaya (misal, adanya intrusi yang

meluas, letak lapisan batubara yang terlampau dalam, batas

ketinggian penambangan dalam tambang bawah tanah, daerah

permukaan yang dilindungi) tanpa melihat prospek atas pengambilan

lapisan atau sebagian lapisan secara ekonomis, maka sumberdaya

batubara dari lapisan tertentu atau sebagian dari lapisan tersebut

yang relevan tidak perlu diestimasikan lagi di wilayah itu. Estimator

harus mencatat pertimbangan-pertimbangan ini.

Panduan berikut ini harus digunakan oleh estimator ketika

menentukan kategori sumberdaya yang relevan untuk suatu deposit,

tentunya dibawah syarat atau kondisi geologi yang menguntungkan.

Kerapatan titik informasi yang optimal untuk masing masing kategori

sumberdaya tergantung pada kondisi geologi dan tingkat keyakinan

geologi yang diinginkan. Kerapatan titik untuk tiap kategori

sumberdaya pada kondisi geologi sederhana, moderat dan kompleks

sudah ditentukan dalam SNI tentang perhitungan sumberdaya dan

cadangan mineral dan batubara yang bisa dilihat pada Tabel 1.1 :

Tabel 1.1 Jarak Kerapatan Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi

GEOLOGI KRITERIA SUMBERDAYA

9

Page 10: Proposal Ta

HIPOTETIK TEREKA TERINDIKASI TERUKUR

Sederhana Jarak Titik

Informasi

( m )

Tak dibatasi

1000 < X ≤ 1500 500 < X ≤ 1000 X ≤ 500

Moderat 500 < X ≤ 1000 250 < X ≤ 500 X ≤ 250

Kompleks 200 < X ≤ 400 100 < X ≤ 200 X ≤ 100

Sumber : Badan Standarisasi Nasional Indonesia, SNI 13-6011-1999

Untuk sumberdaya hipotetik kecenderungan dalam ketebalan

dan kualitas batubara (daerah pengaruh dari titik informasi)

ditentukan terutama oleh keberanian dan pengalaman estimator

dalam penentuan radius daerah pengaruh dari titik informasi sesuai

dengan keadaan geologi di daerah tersebut. Dalam tabel disebut

sebagai “tidak dibatasi”. Walaupun begitu dalam estimasi

sumberdaya hipotetik harus dinyatakan jarak batas terluar dari titik

informasi dan alasan-alasan yang mendasarinya.

Bagi sumberdaya batubara tereka, kerapatan dan

penyebarluasan titik-titik informasi, yang mungkin ditunjang oleh

data interpretasi, harus memberikan pengertian yang memadai atas

keadaan geologi untuk menyimpulkan kemenerusan lapisan antara

titik-titik informasi. Sumberdaya ini harus juga memungkinkan

adanya estimasi kisaran ketebalan batubara juga kualitasnya

walaupun masih pada tingkat kepastian yang rendah, sehingga tidak

memadai untuk tujuan perencanaan penambangan. Sumberdaya

batubara tereka dapat diestimasikan dengan menggunakan data

yang didapat dari titik-titik informasi dengan kerapatan hingga sejauh

1 s/d 2 km. Untuk kondisi geologi sederhana, 0,5 km s/d 1 km untuk

keadaan geologi moderat dan 0,2 s/d 0,5 km untuk keadaan geologi

kompleks. Kecenderungan dalam ketebalan kualitas batubara tidak

dapat diperkirakan lebih dari 2 km dari titik-titik informasi.

10

Page 11: Proposal Ta

Untuk sumberdaya batubara terindikasi, kerapatan, distribusi

dan keterpaduan titik-titik informasi, yang mungkin diperkuat dengan

data interpretasi, cukup untuk memperoleh estimasi yang realistik

atas rata-rata ketebalan, luas wilayah, kisaran kedalaman, kualitas

dan jumlah in-Situ dari batubara. Sumberdaya ini telah mampu

memberikan tingkat kepercayaan yang cukup atas endapan untuk

pembuatan rencana tambang dan menentukan kualitas produk

batubara yang kira-kira akan didapat. Sumberdaya batubara

terindikasi ini dapat diestimasikan dengan menggunakan data yang

diperoleh dari titik-titik informasi umumnya kurang dari 1 km untuk

keadaan geologi yang sederhana, 0,25 s/d 0,5 km untuk keadaan

geologi moderat dan 0,1 s/d 0,2 km untuk keadaan geologi yang

kompleks. Kecenderungan akan ketebalan dan kualitas batubara

(daerah pengaruh) jangan diprediksi lebih dari 1 km dari titik-titik

informasi. 

Untuk sumberdaya batubara terukur kerapatan, distribusi dan

keterpaduan dari titik-titik informasi, yang bisa ditunjang dengan data

interpretasi, cukup untuk memperoleh estimasi yang dapat dipercaya

tentang ketebalan rata-rata, luas wilayah, rentang kedalaman,

kualitas dan jumlah in-Situ dari batubara. Sumberdaya ini

memberikan tingkat kepastian jumlah endapan untuk pembuatan

rencana rinci tambang, menentukan biaya penambangan dan

memberikan spesifikasi produk yang dapat dipasarkan. Sumberdaya

batubara terukur ini bisa diestimasikan dengan menggunakan data

yang diperoleh dari titik-titik informasi umumnya kurang dari atau

sama dengan 500 m untuk keadaan geologi sederhana, 0,25 km

untuk keadaan geologi moderat dan 0,1 km untuk keadaan geologi

11

Page 12: Proposal Ta

yang kompleks. Kecenderungan dalam ketebalan dan kualitas

batubara seharusnya tidak diprediksi lebih dari 500 m dari titik-titik

informasi.

Di lokasi lapisan yang tersesarkan, diterobos, bercabang,

berbentuk lensa atau sangat bervariasi dalam ketebalan atau

kualitas, jarak antar titik-titik informasi yang diperlukan lebih dekat,

dan kemungkinan dukungan adanya data interpretasi, akan

diperlukan dalam keadaan seperti ini.

Estimasi batubara in-situ dan sumberdaya batubara mutlak

harus disampaikan dengan jelas faktor-faktor yang digunakan dalam

estimasi ini, termasuk luas wilayah, ketebalan dan densiti setempat. 

Estimasi atas jumlah tonase harus dibulatkan sesuai dengan tingkat

ketepatan estimasinya.  Prosedur estimasi ini harus transparan dan

dapat diulang lagi. Jika estimasi atas batubara in-situ dan

sumberdaya batubara dipaparkan bersama, suatu pernyataan harus

disampaikan dengan jelas dengan mengetengahkan apakah estimasi

itu dilaporkan secara terpisah atau digabung.

Berdasar atas hal-hal tersebut di atas, merupakan tanggung

jawab estimator untuk menentukan kategori sumberdaya batubara

dan batubara in-situ secara tepat atas setiap deposit yang

diestimasikan. Estimator harus menyiapkan dokumen teknik yang

secara menyeluruh menguraikan proses pengestimasiannya dan

asumsi-asumsi yang digunakannya; dan berisikan rancangan-

rancangan yang relevan pada skala yang benar.

12

Page 13: Proposal Ta

a. Cadangan Batubara (Coal Reserve)

Cadangan batubara diklasifikasi menjadi: cadangan batubara

terkira, dan cadangan batubara terbukti. Klasifikasi cadangan

batubara menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia tahun

1998 adalah sebagai berikut :

1. Cadangan Batubara Terkira (Probable Coal Reserve)

Cadangan batubara terkira (Probable Coal Reserve)

adalah sumberdaya batubara terindikasi, dan sebagian

sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian

kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga

penambangan dapat dilakukan secara layak atau bisa juga

diartikan sebagai cadangan batubara insitu dari sumberdaya

terukur atau terindikasi yang diharapkan terambil dengan

menggunakan metode penambangan yang tepat atas

pertimbangan lingkungan, peraturan pemerintah dan teknologi

saat ini. Dasar perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Ketebalan minimum batubara yang ekonomis yang terambil

b. Ketebalan lapisan tanah penutup

c. Kualitas batubara yang sesuai dengan spesifikasi penjualan

d. Kedalaman maksimum perencanaan

e. Metode penambangan tambang terbuka atau tambang

bawah tanah

f. Nisbah pengupasan atau stripping ratio yang berasal dari

Break Even Stripping Ratio yang didapatkan berdasarkan

perhitungan keuntungan dari penjualan bahan galian.

2. Cadangan Batubara Terbukti (Proven Coal Reserve)

13

Page 14: Proposal Ta

Cadangan batubara terbukti (Proven Coal Reserve)

adalah sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian

kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga

penambangan dapat dilakukan secara layak atau bisa juga

diartikan sebagai cadangan batubara dari mineable yang dapat

ditambang atas dasar pertimbangan biaya operasi

penambangan yang ditetapkan pada saat ini. Dasar

perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Optimum batubara yang ekonomis untuk ditambang

b. Maksimum overburden yang diangkat ke disposal area

berdasarkan faktor ultimate pit slope penambangan,

kelongsoran, pengendalian air permukaan dan pembuatan

jalan disposal

c. Kualitas batubara yang sesuai dengan spesifikasi penjualan

d. Metode penambangan tambang terbuka atau tambang

bawah tanah

Sumber : Badan Standarisasi Nasional Indonesia, SNI 13-6011-1999

Gambar 2.1 Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara berdasarkan

SNI

14

Page 15: Proposal Ta

3. Klasifikasi Batubara Menurut ASTM (American Society for

Testing Mineral)

Klasifikasi batubara ditentukan melalui hasil analisis beberapa

parameter batubara. Berdasarkan klasifikasi ini dapat dilihat peringkat

serta pemanfaatan dari batubara tersebut. Menurut ASTM batubara

dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

1. Antrasit

Batubara keras dengan peringkat tertinggi, berwarna hitam

dengan kilap tinggi dan sukar dibakar tetapi pada saat terbakar

nyala berwarna biru tanpa asap. Antrasit menghasilkan nilai kalori

di atas 8200 kalori/gram.

2. Bituminus

Batubara dengan peringkat menengah dan memiliki rasio

bahan bakar tinggi dan bila terbakar tanpa asap. Bituminus

menghasilkan nilai kalori antara 5800 - 8200 kalori/gram.

3. Sub-bituminus

Batubara dengan peringkat rendah dan disebut juga batubara

hitam. Subbituminus menghasilkan nilai kalori antara 5200 - 5800

kalori/gram.

4. Lignit

Batubara berperingkat terendah yang berwarna hitam

kecoklatan yang terbentuk dari gambut. Lignit menghasilkan nilai

kalori antara 3200 - 3500 kalori/gram.

4. Kriteria Pemilihan Metode Perhitungan Cadangan

15

Page 16: Proposal Ta

Pada prinsipnya kriteria pemilihan metode perhitungan cadangan

tergantung pada beberapa hal, yaitu:

1. Kondisi geologi endapan mineral

Pemahaman pada pengetahuan suatu endapan batubara

sangat penting seperti: ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan dan

kualitas dari endapan batubara tersebut.

2. Tahapan eksplorasi

Semakin tinggi tahapan eksplorasi maka semakin tinggi pula

tingkat kepercayaan terhadap data eksplorasinya. Tahapan

eksplorasi dibagi atas: eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi detil.

3. Kelengkapan dan tingkat kepercayaan data

Kelengkapan dan kepercayaan data eksplorasi tergantung

pada sistem dan metode eksplorasi serta kemampuan dari personil,

oleh karena itu pemanfaatan semua data hasil eksplorasi sangat

penting.

4. Tujuan dan tahapan kegiatan

Bilaperhitungan cadangan masih bersifat awal, maka metode

sederhana dapat dipergunakan karena tidak memerlukan peta-peta

khusus, tetapi apabila perhitungan cadangan diperlukan untuk

perencanaan tambang, maka diperlukan perhitungan yang lebih

detil dengan memperhatikan metode penambangan yang akan

dilakukan.

5.Tingkat ketelitian

Tingkat ketelitian adalah derajat kebenaran yang dikehendaki

dan tergantung kepada sistem eksplorasi, yaitu:

a. Jenis kerapatan pengambilan conto

16

Page 17: Proposal Ta

b. Penentuan ketepatan data dari sudut pandang geologi, bentuk

geometri fisik endapan mineral, macam pola sebaran, faktor

kesalahan, dan jenis kategori cadangannya.

6.Waktu dan biaya

Dilihat dari tujuan perhitungan cadangan yang dilakukan jika

masih bersifat awal maka waktu dan biaya yang dibutuhkan relatif

rendah, namun apabila perhitungan cadangan diperlukan untuk

perencanaan tambang maka waktu dan biaya yang dibutuhkan

relatif tinggi.

Menurut Kuncoro,dkk (1996), pada berbagai metoda

perhitungan cadangan ada perbedaan dari hasil perhitungan volume

maupun tonase tetapi stripping ratio tetap akan sama, hanya sedikit

modifikasi dari sesuatu yang sangat umum. Pada prinsipnya, metode

perhitungan cadangan harus dapat menghitung dengan cepat,

dipercaya, dan mudah dilakukan cek ulang. Perbedaan dari berbagai

metoda perhitungan cadangan biasanya dibedakan menurut

penentuan perhitungannya yang dipisahkan menjadi bagian-bagian

atau blok. Perbedaan metode didasarkan pada kondisi geologi endapan

mineral, sistem eksplorasi, penambangan, dan faktor ekonomi.

5. Parameter Perhitungan Cadangan

Pada saat melakukan suatu perhitungan cadangan diperlukan

beberapa parameter. Parameter perhitungan cadangan meliputi:

1. Ketebalan

17

Page 18: Proposal Ta

Ketebalan dapat diukur antara lain dari data pemboran,

pengukuran langsung, perhitungan skala pada peta, penampang,

atau logging. Adapun persamaan pada pengukuran ketebalan

adalah sebagai berikut:

............................ (1)

Keterangan:

TS = Tebal sebenarnya

TH = Tebal horisontal

TV = Tebal vertical

Gambar 3.1 Rumus Ketebalan Lapisan Batubara

2. Luas

Penentuan luas dapat meliputi luas vertikal maupun luas

horisontal, yang dapat ditentukan dengan cara:

a. Planimeter

18

Page 19: Proposal Ta

Planimeter minimal dilakukan dua kali dengan arah yang

berlawanan dan hasil pembacaan dapat diterima bila hasil

pembacaan di bawah 2% dari rata-rata.

b. Template

Template dapat dilakukan dengan tiga pola yaitu: pola bujur

sangkar, pola titik dan pola garis sejajar.

c. Perhitungan geometri

Bentuk-bentuk tidak beraturan dari luas endapan dibagi

menjadi beberapa bentuk geometri sederhana, misalnya: segitiga,

persegi empat, persegi panjang dan trapesium.

d. Penjumlahan beberapa luasan seragam

Beberapa luasan yang bentuknya diseragamkan dapat dihitung

luasnya dengan menggunakan persamaan Trapezoidal dan

Simpson.

e. Penentuan luas dengan program komputer

Penentuan luas dengan program komputer paling sering

dilakukan karena lebih cepat dan praktis dalam penggunaannya.

3. Kalori

Penentuan kalori suatu endapan batubara merupakan kegiatan

yang penting, karena memerlukan banyak pertimbangan karena

kandungan kalori suatu endapan batubara tidak selalu sama. Pada

perhitungan cadangan digunakan kalori rata-rata dari endapan

batubara.

4. Berat

Berat dalam setiap satuan volume suatu endapan mineral

banyak digunakan dalam perhitungan cadangan, oleh karena itu

19

Page 20: Proposal Ta

perhitungan volume dan perubahan dari volume ke tonase harus

memperhatikan densitas bahan galiannya.

5. Perhitungan Luas Dengan Cara Koordinat

Perhitungan luas dengan cara koordinat dapat dilakukan pada

bangun datar yang mempunyai bentuk beraturan maupun yang tidak

beraturan. Perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan hasil dari

persamaan pada tiap koordinat bangun datar tersebut. Perhitungan

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melakukan

perhitungan titik – titik koordinatnya dengan cara berlawanan arah

jarum jam atau searah jarum jam, lihat (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Syarat Perhitungan Luas dengan Koordinat

20

Page 21: Proposal Ta

Persamaan perhitungan dengan cara koordinat adalah sebagai berikut:

1. Persamaan perhitungan luas dengan koordinat yang berlawanan

arah jarum jam

....................................... (2)

....................... (3)

2. Persamaan perhitungan luas dengan koordinat yang searah jarum

jam

..................................... (4)

..................... (5)

Keterangan:

A = Luas

Xi = Koordinat titik X ke i

Yi = Koordinat titik Y ke i

6. Perhitungan Volume Dengan Mean Area

Persamaan mean area merupakan salah satu persamaan yang

digunakan untuk menghitung volume dari suatu endapan yang

bentuknya seragam, lihat (Gambar 5.1). Persamaan ini digunakan

apabila terdapat dua buah penampang dengan luas A1 dan A2 dengan

jarak L dengan memenuhi A1 relatif sama A2 atau (A1/A2) lebih besar 0,5

sampai mendekati 1 seperti yang terlihat pada gambar.

Persamaan untuk menghitung volume dengan menggunakan

persamaan Mean Area adalah sebagai berikut :

21

Page 22: Proposal Ta

............................................................ (6)

Keterangan :

L = Jarak antar penampang (m).

A1, A2 = Luas setiap penampang (m2).

Gambar 5.1 Penampang uniform

7. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Cross Section

Metode penampang tegak (Cross Section) adalah salah satu

metode estimasi cadangan secara konvensional, prinsip dari metode

ini adalah dengan cara membagi endapan menjadi blok – blok dengan

interval tertentu dengan jarak yang sama atau berbeda sesuai dengan

keadaan geologi dan kebutuhan penambangan, karena dibagi menjadi

blok-blok maka akan terdapat dua luasan penampang, luasan

penampang dapat dihitung dengan beberapa metode perhitungan

ataupun dengan bantuan program komputer. Pada perhitungan

22

A1

A2

L

Page 23: Proposal Ta

cadangan dengan metode Cross Section digunakan dua metode yaitu

metode yang berpedoman pada perubahan bertahap (Standar) dan

metode yang berpedoman pada titik terdekat (Linier). Pada

perhitungannya terdapat dua volume yang akan ditentukan, yaitu

volume cadangan batubara dan volume overburden. Volume-volume

tersebut nantinya akan digunakan untuk penentuan stripping ratio.

Perhitungan stripping ratio adalah perbandingan antara volume

overburden dengan tonase batubara, sehingga nantinya dari nilai

tersebut dapat dilihat daerah mana yang mempunyai nilai stripping

ratio yang memungkinkan untuk ditambang dan sesuai dengan

batasan stripping ratio yang sudah ditentukan perusahaan apakah

akan menguntungkan atau tidak untuk dilakukan penambangan.

Metode dan tahapan perhitungan dengan metode Cross Section dibagi

menjadi dua, yaitu:

1. Metode Standar

Metode Standar berpedoman pada perubahan bertahap (The

Rule Of Gradual Change). Setiap blok bagian dalam dibatasi oleh

dua penampang dan pada bagian tepi blok terdiri dari satu

penampang dengan batas tepi yang tidak beraturan. Penampang

dapat menjadi sejajar, tidak sejajar, vertikal, horisontal, ataupun

miring. Tahapan perhitungan cadangan sampai pada stripping

ratio adalah sebagai berikut:

a. Penentuan luas penampang dilakukan dengan bantuan program

komputer yaitu Minescape yang prinsip perhitungannya

menggunakan cara koordinat.

b. Perhitungan volume overburden, volume batubara dan tonase

batubara

23

Page 24: Proposal Ta

..................................... (7)

....................................................... (8)

Keterangan:

VC = Volume batubara (m3)

VOB = Volume overburden (m3)

A1, A2= Luas setiap penampang (m2)

L = Jarak antar penampang (m)

WC = Tonase batubara (ton)

γ = Densitas batubara (1,3 ton/m3)

c. Perhitungan Stripping Ratio

........................................................ (9)

Keterangan:

SR = Stripping Ratio

VOB = Volume overburden (m3)

WC = Tonase batubara (ton)

24

Page 25: Proposal Ta

Gambar 6.1 Cara Perhitungan Penampang Luas Metode Standar

2. Metode Linier

Metode Linier berpedoman pada titik terdekat (The Rule Of

Nearest Point). Setiap tepi blok dibatasi oleh satu penampang

yang mempunyai panjang setengah dari bagian blok yang

berdampingan dan mempunyai batas samping yang beraturan.

Tahapan perhitungan cadangan sampai pada stripping ratio

adalah sebagai berikut:

a. Penentuan luas penampang dilakukan dengan bantuan program

komputer yaitu Minescape yang prinsip perhitungannya

menggunakan cara koordinat.

b. Perhitungan volume overburden, volume batubara dan tonase

batubara

................................................ (10)

............................................................ (11)

Keterangan:

VC = Volume batubara (m3)

VOB = Volume overburden (m3)

A = Luas penampang (m2)

L = Jarak antar penampang (m)

25

Page 26: Proposal Ta

WC = Tonase batubara (ton)

γ = Densitas batubara (1,3 ton/m3)

c. Perhitungan Stripping Ratio

..................................................... (12)

Keterangan:

SR = Stripping ratio

VOB = Volume overburden (m3)

WC = Volume batubara (ton)

Gambar 7.1 Cara Perhitungan Penampang Luas Metode Linier

2. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara

pengamatan di lapangan, sedangkan metode penaksiran cadangan

digunakan metode Cross Section dengan membandingkan antara

pedoman perubahan bertahap dengan pedoman titik terdekat, lihat

(Gambar 8.1). Adapun tahapan penelitiannya yaitu:

26

Page 27: Proposal Ta

1. Persiapan dan studi literatur

Persiapan dengan pengumpulan data sekunder yang telah ada,

mencari bahan – bahan pustaka yang menunjang, dan

mempersiapkan peralatan untuk di lapangan.

2. Pengamatan di lapangan

Pengamatan di lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan

langsung terhadap kondisi lapangan dan pengecekan ulang

terhadap data sekunder untuk lebih meyakinkan penyebaran

batubaranya.

3. Pengolahan data

Pada tahap ini dilakukan pekerjaan peta topografi, pengeplotan

data sekunder atau data lapangan, pembuatan peta penyebaran

batubara, pembuatan penampang tegak, dan melakukan analisis

perhitungan.

4. Laporan

Laporan dibuat setelah dilakukan perhitungan dari hasil pengolahan

data dengan permasalahan yang diteliti dan dibahas, yang isinya

adalah klasifikasi cadangan batubara daerah penelitian,

perhitungan sumberdaya batubara menurut BSNI dari daerah

pengaruh, penerapan metode Cross Section, perbedaan

perhitungan cadangan, nilai nisbah pengupasan, pengaruh

cadangan terhadap umur tambang dan perkiraan sementara lokasi

penggalian batubara, sehingga dapat diperoleh kesimpulan dimana,

kesimpulan merupakan hasil akhir dari pemecahan permasalahan

yang diteliti.

27

Page 28: Proposal Ta

3. JADWAL KEGIATAN PROGRAM

Jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai

berikut:

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

4. BIAYA

Biaya yang digunakan dalam penelitian ini, sepenuhnya ditanggung

oleh CV. Transcoal Banua, karena pada penelitian ini bersamaan dengan

kerja praktek yang telah dilakukan pada perusahaan tersebut.

28

Page 29: Proposal Ta

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rauf. 2000. Penaksiran Cadangan. Yogyakarta: Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.

Abdul Rauf. 1999. Eksplorasi Tambang. Yogyakarta: Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.

Haris, Agus. Modul Responsi Metode Perhitungan Cadangan. Bandung: Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.

Hartman, Howard L. 1987. Introductory Mining Engineering. New York: John Willey & Sons.

Kuncoro,dkk. 1996. Sumberdaya Batubara dan Gambut di Indonesia. Tidak diterbitkan.

Sulistyana, Waterman. 2008. Perencanaan Tambang 1. Yogyakarta: Awan Poetih Intermedia.

Standar Nasional Indonesia, SNI 13-6011-1999. 1999. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara. Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

Tim Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral. 2003. Pedoman Pelaporan dan Estimasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara. Pusat Sumber daya Geologi. Tidak diterbitkan.

29