proposal remaja

20
Proposal Penyuluhan Kesehatan Masyarakat PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP REMAJA DI DUSUN LUBANG SARI Oleh : Dian Sulistya Ekaputri (0802005048) Meenambigai Pk Selvarajah (0802005175) Vicknesha Pirathayini (0802005194) Pembimbing: dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH. drg. Ni Luh Sri Panca Parwita Sari DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Upload: septian-hidayat

Post on 30-Dec-2015

103 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

uguigu

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Remaja

Proposal Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP REMAJA

DI DUSUN LUBANG SARI

Oleh :

Dian Sulistya Ekaputri (0802005048)

Meenambigai Pk Selvarajah (0802005175)

Vicknesha Pirathayini (0802005194)

Pembimbing:

dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH.

drg. Ni Luh Sri Panca Parwita Sari

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 2: Proposal Remaja

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan

sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek

yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan

dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan

fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

Kelompok umur yang dikategorikan remaja bervariasi pada beberapa instisusi.

Menurut WHO batasan usia remaja adalah 10 sampai 19 tahun. Sementara menurut

Undang-Undang Perlindungan Anak no 22 tahun 2003, batasan usia remaja adalah 10-18

tahun. Pada masa itu merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.

Dalam masa itu banyak terjadi perubahan baik dari segi fisik, psikis dan mental yang

mengarahkan pada pentingnya pengetahuan akan kesehatan reproduksi.

Masa remaja dibedakan dalam yaitu (a) masa remaja awal, 10 – 13 tahun, (b) masa

remaja tengah, 14 – 16 tahun dan (c) masa remaja akhir, 17 – 19 tahun. Pertumbuhan

fisik pada remaja perempuan meliputi mulai menstruasi, payudara dan pantat membesar,

indung telur membesar, kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat, vagina

mengeluarkan cairan, mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina, tubuh bertambah

tinggi. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi terjadi perubahan suara

mejadi besar dan mantap, tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin, tumbuh kumis,

mengalami mimpi basah, tumbuh jakun, pundak dan dada bertambah besar dan bidang,

penis dan buah zakar membesar (Eriyani, 2006)..

Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-

laki, mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung

jawab, yaitu (1) Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya, (2)

Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua, (3) Remaja ingin

menonjolkan diri atau bahkan menutup diri, (3) Remaja kurang mempertimbangkan

maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya. Hal tersebut diatas menyebabkan

remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif dari lingkungan

barunya (Muflihati, 2010).

2

Page 3: Proposal Remaja

Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapai kematangan dalam

berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan (Muflihati, 2010). Proses ini

adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek

fisik dengan psikis pada remaja. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang

yang akanmengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas

(unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin (sexual transmitted disease),

kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted

pragnancy) di kalangan remaja. Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat

menimbulkan masalah-masalah sertaan lainnya yaitu unsafe aborsi dan pernikahan usia

muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi

remaja, yang telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional.

Dari beberapa penelitian tentang perilaku reproduksi remaja yang telah dilakukan,

menunjukkan tingkat permisivitas remaja di Indonesia cukup memprihatinkan

(Widaninggar, 2004).

Perkembangan perilaku reproduksi atau perilaku seks remaja dalam suatu

masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor sosial. Masuknya kebudayaan yang merubah

tata nilai, antara lain disebabkan oleh komunikasi global dan perubahan/inovasi teknologi

(Widaninggar, 2004). Sebaliknya faktor kreativitas internal yang berbentuk perubahan

intelektual merupakan faktor penting dalam menentukan perkembangan perilaku

reproduksi. Setiap bentuk perilaku memiliki makna tertentu yang ditujukan untuk

kebutuhan tertentu. Remaja dapat memiliki variasi perilaku yang ditujukan untuk tujuan

hidup yang beragam (Widaninggar, 2004).

Perilaku reproduksi terwujud dalam hubungan sosial antara pria dan wanita.

Hubungan antara pria dan wanita tersebut dalam waktu yang lama menyebabkan

munculnya norma-norma dan nilai-nilai yang akan menentukan bagaimana perilaku

reproduksi disosialisasikan (Muflihati, 2010). Berbagai bentuk perilaku yang diwujudkan

lazimnya sejalan dengan norma-norma yang berlaku. Ada perilaku yang diharapkan dan

sebaliknya ada perilaku yang tidak diharapkan dalam hubungan sosial masyarakat; begitu

pula hubungan antara pria dan wanita dalam perilaku reproduksi. Perilaku reproduksi

dalam hal ini adalah mengacu kepada perilaku seks pranikah di kalangan remaja. Perilaku

seks remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor (Caesarina, 2009).

3

Page 4: Proposal Remaja

Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi

remaja terdiri dari faktor di luar individu dan faktor di dalam individu. Faktor di luar

individu adalah faktor lingkungan di mana remaja tersebut berada; baik itu di lingkungan

keluarga, kelompok sebaya (peer group), banjar, dan desa (Caesarina, 2009). Sedang

faktor di dalam individu yang cukup menonjol adalah sikap permisif dari individu yang

bersangkutan. Sementara sikap permisif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam

suatu kelompok yang tidak permisif terhadap perilaku reproduksi sebelum menikah akan

menekan anggotanya yang bersifat permisif. Dengan demikian kontrol sosial akan

mempengaruhi sikap pemisif terhadap kelompok tersebut (As-sanie, 2004).

Kesalahan dalam menyaring informasi dan pengambilan keputusan dalam masa

remaja biasanya sering membawa masalah yang berkaitan dengan aktivitas seksual

seperti hubungan seks pra nikah (HSPN), kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi,

pernikahan usia dini, kekerasan seksual (perkosaan) dan juga penyakit HIV/AIDS yang

kasusnya semakin meningkat. Permasalah ini akan membawa dampak negatif baik dari

segi sosial dan kesehatan. Hal ini tentu saja akan menimbulkan masalah sosial dan

kesehatan untuk kedepannya. Semua permasalahan tersebut berawal dari kurangnya

informasi yang benar tentang masalah kesehatan reproduksi baik dari orang tua, sekolah

dan teman sepergaulan. Untuk mengurangi dan mencegah timbulnya pemasalah yang

lebih banyak dan lebih kompleks berkaitan dengan aktivitas seksual sudah sepatutnya

remaja dijadikan sasaran KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang masalah

kesehatan reproduksi.

4

Page 5: Proposal Remaja

BAB II

PERENCANAAN

2.1 Identifikasi Masalah

WHO (2009) memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi

tergantung kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun

dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman

dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia tenggara,

WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunya, di antaranya 750.000

sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya

cukup beragam, diantara 750.000 hingga 1.000.000 atau 18 aborsi per 100 kehamilan.

Sedangkan sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan

Universitas Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia per tahunnya

sebesar 2 juta. Aborsi yang tidak aman saat ini di Indonesia berkontribusi terhadap 30-

50% Angka Kematian Ibu (AKI). Ini merupakan yang tertinggi di ASEAN.

Hasil studi PKBI sejak tahun 2000-2003 dari 37.000 kasus KTD, ternyata 27% di

antaranya belum menikah, termasuk 12,5% masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Studi

ini melibatkan 9 kota, salah satunya Denpasar. Kemudian juga studi kualitatif PKBI

selama tahun 2005 lalu menyebutkan bahwa persentase KTD remaja tertinggi ada di

Denpasar, Mataram dan Yogyakarta. Selain itu kejadian penyakit menular seksual di

kalangan remaja juga cenderung meningkat tanpa diikuti dengan pemahaman yang baik

tentang pengobatannya. SKRRI 2002-2003 mencatat bahwa 8 dari 10 penduduk berusia

15-24 tahun yang belum menikah pernah mendengar HIV AIDS namun hanya 3 dari 10

penduduk berusia 15-24 tahun yang belum menikah yang mengetahui secara spesifik satu

cara untuk menghindari atau mencegah penularan infeksi ini.

Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2009 jumlah pengidap

HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah

3.647 orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari

jumlah tersebut, kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah

930 orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah

remaja dan orang muda. Dari data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena

5

Page 6: Proposal Remaja

AIDS secara umum adalah 394 orang (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes

R.I.).

Penularan virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remaja dan

kaum muda (Achmad, 2004). Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui

hubungan seksual yang tidak aman, yaitu sebanyak 2.112 (58%) kasus (Atun, 2004). Dari

beberapa penelitian terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah

usia 18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks. Cara penularan lainnya adalah

melalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba,

yaitu sebesar 815 (22,3%) kasus dan melalui transfusi darah 4 (0,10%) kasus (Caesarina,

2009). FKUl-RSCM tahun 2007 melaporkan bahwa lebih dari 75% kasus infeksi HIV di

kalangan remaja terjadi di kalangan pengguna narkotika. Jumlah ini merupakan kenaikan

menyolok dibanding beberapa tahun yang lalu.

Perilaku seksualitas sangat berpengaruh terhadap kejadian-kejadian diatas. Oleh

sebab itu, langkah pertama yang harus dikerjakan adalah mengubah stigma atau mitos di

masyarakat yang telah begitu kuat, bahwa seks adalah tabu sehingga memutuskan untuk

tidak perlu berbicara tentang seks, untuk kemudian menjadi sebuah wacana sehat yang

secara alamiah memang harus dibuka, didiskusikan, dimengerti dan dipahami. Sehingga

dengan demikian sudah sewajarnya remaja mendapatkan pengetahuan yang benar tentang

seksualitas menyangkut struktur dan fungsi organ reproduksi yang normal, cara praktis

merawat organ reproduksi, permasalahan sosial yang terkait dengan seksualitas remaja

dan tentu pada akhirnya remaja dapat menggunakan organ reproduksinya secara sehat

dan bertanggung jawab

2.2 Analisis Masalah

2.2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja dan Permasalahannya

Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan

organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex) masalah kehamilan

yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit

menular seksual termasuk HIV/AIDS. Penyebab remaja melakukan hubungan seks

adalah antara lain tekanan pasangan, merasa sudah siap melakukan hubungan seks,

keinginan dicintai, keingintahuan tentang seks, keinginan menjadi popular, tidak ingin

6

Page 7: Proposal Remaja

diejek “masih perawan”, pengaruh media massa (tayangan TV dan internet) yang

menampakkan bahwa normal bagi remaja untuk melakukan hubungan seks, serta paksaan

dari orang lain untuk melakukan hubungan seks. Pergaulan seks bebas berisiko besar

mengarah pada terjadinya kehamilan tak diinginkan (KTD). KTD berdampak bukan

hanya secara fisik, psikis namun juga sosial. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya

mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika

terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah

meresponnya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut

dari sekolah. Remaja menjadi putus sekolah, kehilangan kesempatan bekerja dan

berkarya dengan menjadi orang tua tunggal dan menjalani pernikahan dini yang tidak

terencana. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan

cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena

masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita. Akibatnya siswa akan kesulitan

beradaptasi secara psikologis, kesulitan berperan sebagai orang tua (tidak bisa mengurus

kehamilan dan bayinya), akhirnya berujung pada stress dan konflik, aborsi illegal yang

lebih lanjut berisiko mengakibatkan kematian ibu dan bayi.

2.2. 2 Keadaan Sarana

1. Dari institusi: belum tersedia sarana konseling kesehatan remaja yang memadai

sebagai pusat informasi seputar permasalahan remaja dan mencari solusi bagi

permasalahan remaja.

2.2. 3 Keadaan Ketenagaan

1. Kategori petugas kesehatan: dokter umum, perawat, petugas promkes.

2. Tugas dokter umum: memberikan informasi dan penanganan kesehatan

reproduksi remaja dan HIV/AIDS sesuai dengan kompetensi.

3. Tugas perawat: membantu dokter umum memberikan informasi dan penanganan

kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS.

4. Tugas petugas promkes: membantu dokter umum memberikan penyuluhan

mengenai kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS secara berkala.

2.2. 4 Pemahaman dan Pengalaman Masyarakat

Untuk mengetahui gambaran pemahaman remaja di dusun Lubangsari mengenai

kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS dilakukan wawancara terhadap para remaja

7

Page 8: Proposal Remaja

di dusun lubang sari pada hari Rabu tanggal 7-8 Januari 2014 saat pulang sekolah.

Berdasarkan rapid survey sekitar 60% di antaranya menyatakan tidak tahu mengenai

permasalahan kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS. Hampir 100% remaja

tersebut tidak tahu mengenai anatomi organ reproduksi, kehamilan, dan HIV/AIDS.

Sebagian besar remaja rutin meminum obat-obatan pereda nyeri atau larutan tertentu

ketika menstruasi dan beberapa ada yang mengeluh keputihan yang berulang. Akan

tetapi, mereka tidak mengerti mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya

ketika beranjak usia remaja dan tidak paham akan penyakit-penyakit yang dapat

ditimbulkan akibat aktivitas seksual yang tidak sehat. Hal ini disebabkan mereka belum

paham tentang kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS.

2.3 Tujuan Penyuluhan

Secara garis besar, penyuluhan ini mempunyai dua tujuan yaitu:

2.3.1 Tujuan umum:

Tujuan penyuluhan ini adalah untuk memberikan pengetahuan atau informasi

yang benar kepada Remaja Dusun Lubang Sari RT 02, 03, 04 / RW 13.,

Kelurahan Karawang Wetan Tentang kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS pada

remaja.

2.3.2 Tujuan khusus:

a. Remaja Dusun Lubang Sari memiliki pemahaman yang cukup mengenai

kesehatan reproduksi manusia dan HIV/AIDS.

b. Remaja Dusun Lubang Sari memiliki pemahaman yang cukup mengenai

pubertas yang mencakup waktu terjadinya pubertas dan perubahan-perubahan

yang terjadi selama pubertas, baik pada perempuan maupun laki-laki.

c. Remaja Dusun Lubang Sari memiliki pemahaman yang cukup mengenai

konsekuensi yang ditimbulkan dari hubungan seksual pra nikah.

d. Remaja Dusun Lubang Sari memiliki pemahaman yang cukup mengenai

HIV/AIDS

8

Page 9: Proposal Remaja

2.4 Kelompok Sasaran

Yang menjadi kelompok sasaran dalam kegiatan penyuluhan ini adalah Remaja di

Dusun Lubang Sari Kelurahan Karawang Wetan, dengan total peserta adalah 30 orang

yang terdiri dari siswa-siswi kelas IX dengan pertimbangan agar penyuluhan dapat

berjalan lebih efektif dan sesuai dengan kapasitas tempat yang disediakan pihak sekolah.

2.5 Strategi Penyuluhan

2.5.1 Mempersiapkan ketenagaan

a. Persiapan materi penyuluhan

b. Penguasaan materi penyuluhan

c. Penguasaan cara-cara penyampaian materi

d. Penguasaan dalam pemilihan dan penggunaan alat peraga

2.5.2 Pelaksanaan penyuluhan

2.5.3 Perkenalan tim penyuluhan

2.5.4 Dilakukan pre test kepada para remaja sebelum dilakukan penyuluhan

untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2.5.5 Setelah pre test, kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan kesehatan

reproduksi remaja oleh tim penyuluh.

2.5.6 Setelah semua materi disampaikan, dilanjutkan dengan diskusi tanya

jawab dengan para remaja tentang materi yang telah disampaikan dan juga

permasalahan seputar kesehatan reproduksi remaja.

2.5.7 Sebagai bentuk evaluasi tentang pemahaman siswa tentang materi yang

telah disampaikan kemudian akan dilakukan dengan post-test.

2.6 Isi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang akan disampaikan pada kegiatan ini yaitu:

1. Anatomi dan fisiologi organ reproduksi manusia.

2. Pubertas.

3. Konsekuensi yang ditimbulkan dari hubungan seksual pra nikah (HSPN)

9

Page 10: Proposal Remaja

4. HIV AIDS

2.7 Metode, Tempat, dan Waktu Penyuluhan

Mengacu pada sasaran yang ditetapkan di atas maka metode yang digunakan adalah

pendekatan berdasarkan kelompok berupa:

1. Ceramah langsung dengan alat bantu slide proyektor

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Penyebaran pamflet

Kegiatan dilaksanakan di Dusun Lubang Sari Kelurahan Karawang Wetan, Rabu,

13 Januari 2014, pukul 14.00 WIB-Selesai.

2.8 Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan adalah slide power point yang berisikan materi

penyuluhan yang akan disampaikan, serta penyebaran leaflet pada akhir kegiatan agar

dapat disimpan oleh peserta dan digunakan untuk menyebarkan informasi ke teman-

teman sekitarnya.

2.9 Menyusun Rencana Pelaksanaan

No

.

Waktu Kegiatan Sasaran Tujuan Metode Sarana Ket

1. Selasa,27

Agustus

2013

Kordinasi

waktu dan

tempat

penyuluhan

Ketua RT/RW

Lubang Sari

Mengetahui

gambaran Remaja

di Lubang Sari dan

tempat penyuluhan

Wawancara

1. KKM minggu ke–IV

Pre-test Remaja di

Lubang Sari

Mengetahui

pengetahuan

Men-

jawab

Daftar

pertan

10

Page 11: Proposal Remaja

Kamis, 29 Agustus 2013 Pukul 13.00 WITA- selesai SMP Ambarawati

Pelaksanaan

penyuluhan

Post-test

Remaja di

Lubang Sari

Remaja di

Lubang Sari

remaja tentang

kesehatan

reproduksi

sebelum

penyuluhan

Memberikan

informasi

tentang kespro

remaja

Mengevaluasi

pemahaman

remaja terhadap

materi

penyuluhan

pre-test

Ceramah

dan

diskusi

Tanya

jawab

Men-

jawab

post-test

yaan

pre-

test

Slide,

LCD

kompu

ter,

brosur

Daftar

pertan

yaan

post-

test

2.10 Rencana Evaluasi

2.10.1 Penilaian proses

1. Indikator penilaian

a. Dukungan dari pihak Ketua RT/RW Dusun Lubang Sari dalam terlaksananya

kegiatan ini.

b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan penyuluhan.

c. Jumlah peserta penyuluhan.

2. Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan kegiatan.

3. Cara penilaian

a. Tidak adanya kesulitan dalam melakukan koordinasi dengan pihak ketua

RT/RW Dusun Lubang Sari.

b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana.

11

Page 12: Proposal Remaja

c. Jumlah peserta sesuai dengan target yang direncanakan.

4. Penilai

Dosen pembimbing

2.10.2 Penilaian hasil

1. Indikator penilaian

a. Tujuh puluh persen peserta merespon dengan benar pertanyaan penyuluh

mengenai anatomi dan fisiologi organ reproduksi manusia.

b. Tujuh puluh persen peserta merespon dengan benar pertanyaan penyuluh

mengenai pubertas.

c. Tujuh puluh persen peserta merespon dengan benar pertanyaan penyuluh

mengenai fisiologi kehamilan dan konsekuensi yang dapat terjadi dari

hubungan seksual pra nikah

d. Tujuh puluh persen peserta merespon dengan benar pertanyaan penyuluh

mengenai HIV/AIDS.

2. Waktu penilaian

Sebelum dan sesudah penyuluhan.

3. Cara penilaian

Observasi timbal balik saat dilakukan diskusi (tanya jawab) dan membandingkan

hasil pre-test sebelum dilakukan penyuluhan dan post-test setelah dilakukan

penyuluhan.

4. Penilai

Dosen Pembimbing

2.11 Kuesioner

Kuesioner pre-test dan post test terlampir.

12

Page 13: Proposal Remaja

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, K. (2004). Pregnancy complication Kill 70,000 Teenagers a Year. The Lancet;

15; 363, 9421, p 1616.

As-sanie, S., Gantt, A, & Rosenthal, MS. (2004). Pregnancy Prevention in Adolescents.

American Family Physician Vol 70 (8), p 1517.

Atun, dkk. (2004). IMS atau Penyakit Kelamin, dalam Kesehatan Reproduksi Remaja,

Kerjasama Jaringan Khusus Kesehatan untuk Anak Jalanan Perempuan di

Yogyakarta, bersama PKBI-DIY. Yogyakarta.

Caesarina Ancah. (2009). Kespro Remaja. Disampaikan pada Seminar Nasional

Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris, Jember-Jawa Timur.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). AIDS di Tempat Kerja. Jakarta:

Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat

Eriyani Linda Dwi. (2006). Kesehatan Reproduksi Remaja: Menyoal Solusi.

Disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi

Remaja di PP. Nuris, Jember-Jawa Timur.

Kaplan dan Sadock.(1997). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis

(Edisi ke 7, Jilid 1). Jakarta. Binarupa Aksara.

Magill & Wilcox (2007). Adolescent pregnancy and Associated Risks: Not Just a Result

of Maternal Age. American Family Physician. Vol 75 (9), p 1310

Muflihati, A. (2010). Studi Kasus Program Penyuluhan dan Konseling Kesehatan

Reproduksi Remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Naskah Thesis S2

diakses dari http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=108893

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung

Seto.

Widaninggar. 2004. Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Kecakapan Hidup (Life

Skills Education) untuk Pencegahan HIV dan AIDS. Pusat Pengembangan Kualitas

Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

13