proposal remaja
DESCRIPTION
uguiguTRANSCRIPT
![Page 1: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/1.jpg)
Proposal Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP REMAJA
DI DUSUN LUBANG SARI
Oleh :
Dian Sulistya Ekaputri (0802005048)
Meenambigai Pk Selvarajah (0802005175)
Vicknesha Pirathayini (0802005194)
Pembimbing:
dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH.
drg. Ni Luh Sri Panca Parwita Sari
DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
![Page 2: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan
fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Kelompok umur yang dikategorikan remaja bervariasi pada beberapa instisusi.
Menurut WHO batasan usia remaja adalah 10 sampai 19 tahun. Sementara menurut
Undang-Undang Perlindungan Anak no 22 tahun 2003, batasan usia remaja adalah 10-18
tahun. Pada masa itu merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.
Dalam masa itu banyak terjadi perubahan baik dari segi fisik, psikis dan mental yang
mengarahkan pada pentingnya pengetahuan akan kesehatan reproduksi.
Masa remaja dibedakan dalam yaitu (a) masa remaja awal, 10 – 13 tahun, (b) masa
remaja tengah, 14 – 16 tahun dan (c) masa remaja akhir, 17 – 19 tahun. Pertumbuhan
fisik pada remaja perempuan meliputi mulai menstruasi, payudara dan pantat membesar,
indung telur membesar, kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat, vagina
mengeluarkan cairan, mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina, tubuh bertambah
tinggi. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi terjadi perubahan suara
mejadi besar dan mantap, tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin, tumbuh kumis,
mengalami mimpi basah, tumbuh jakun, pundak dan dada bertambah besar dan bidang,
penis dan buah zakar membesar (Eriyani, 2006)..
Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-
laki, mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung
jawab, yaitu (1) Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya, (2)
Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua, (3) Remaja ingin
menonjolkan diri atau bahkan menutup diri, (3) Remaja kurang mempertimbangkan
maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya. Hal tersebut diatas menyebabkan
remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif dari lingkungan
barunya (Muflihati, 2010).
2
![Page 3: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/3.jpg)
Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapai kematangan dalam
berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan (Muflihati, 2010). Proses ini
adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek
fisik dengan psikis pada remaja. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang
yang akanmengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas
(unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin (sexual transmitted disease),
kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted
pragnancy) di kalangan remaja. Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat
menimbulkan masalah-masalah sertaan lainnya yaitu unsafe aborsi dan pernikahan usia
muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi
remaja, yang telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional.
Dari beberapa penelitian tentang perilaku reproduksi remaja yang telah dilakukan,
menunjukkan tingkat permisivitas remaja di Indonesia cukup memprihatinkan
(Widaninggar, 2004).
Perkembangan perilaku reproduksi atau perilaku seks remaja dalam suatu
masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor sosial. Masuknya kebudayaan yang merubah
tata nilai, antara lain disebabkan oleh komunikasi global dan perubahan/inovasi teknologi
(Widaninggar, 2004). Sebaliknya faktor kreativitas internal yang berbentuk perubahan
intelektual merupakan faktor penting dalam menentukan perkembangan perilaku
reproduksi. Setiap bentuk perilaku memiliki makna tertentu yang ditujukan untuk
kebutuhan tertentu. Remaja dapat memiliki variasi perilaku yang ditujukan untuk tujuan
hidup yang beragam (Widaninggar, 2004).
Perilaku reproduksi terwujud dalam hubungan sosial antara pria dan wanita.
Hubungan antara pria dan wanita tersebut dalam waktu yang lama menyebabkan
munculnya norma-norma dan nilai-nilai yang akan menentukan bagaimana perilaku
reproduksi disosialisasikan (Muflihati, 2010). Berbagai bentuk perilaku yang diwujudkan
lazimnya sejalan dengan norma-norma yang berlaku. Ada perilaku yang diharapkan dan
sebaliknya ada perilaku yang tidak diharapkan dalam hubungan sosial masyarakat; begitu
pula hubungan antara pria dan wanita dalam perilaku reproduksi. Perilaku reproduksi
dalam hal ini adalah mengacu kepada perilaku seks pranikah di kalangan remaja. Perilaku
seks remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor (Caesarina, 2009).
3
![Page 4: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/4.jpg)
Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi
remaja terdiri dari faktor di luar individu dan faktor di dalam individu. Faktor di luar
individu adalah faktor lingkungan di mana remaja tersebut berada; baik itu di lingkungan
keluarga, kelompok sebaya (peer group), banjar, dan desa (Caesarina, 2009). Sedang
faktor di dalam individu yang cukup menonjol adalah sikap permisif dari individu yang
bersangkutan. Sementara sikap permisif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam
suatu kelompok yang tidak permisif terhadap perilaku reproduksi sebelum menikah akan
menekan anggotanya yang bersifat permisif. Dengan demikian kontrol sosial akan
mempengaruhi sikap pemisif terhadap kelompok tersebut (As-sanie, 2004).
Kesalahan dalam menyaring informasi dan pengambilan keputusan dalam masa
remaja biasanya sering membawa masalah yang berkaitan dengan aktivitas seksual
seperti hubungan seks pra nikah (HSPN), kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi,
pernikahan usia dini, kekerasan seksual (perkosaan) dan juga penyakit HIV/AIDS yang
kasusnya semakin meningkat. Permasalah ini akan membawa dampak negatif baik dari
segi sosial dan kesehatan. Hal ini tentu saja akan menimbulkan masalah sosial dan
kesehatan untuk kedepannya. Semua permasalahan tersebut berawal dari kurangnya
informasi yang benar tentang masalah kesehatan reproduksi baik dari orang tua, sekolah
dan teman sepergaulan. Untuk mengurangi dan mencegah timbulnya pemasalah yang
lebih banyak dan lebih kompleks berkaitan dengan aktivitas seksual sudah sepatutnya
remaja dijadikan sasaran KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang masalah
kesehatan reproduksi.
4
![Page 5: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
PERENCANAAN
2.1 Identifikasi Masalah
WHO (2009) memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi
tergantung kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun
dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman
dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia tenggara,
WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunya, di antaranya 750.000
sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya
cukup beragam, diantara 750.000 hingga 1.000.000 atau 18 aborsi per 100 kehamilan.
Sedangkan sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia per tahunnya
sebesar 2 juta. Aborsi yang tidak aman saat ini di Indonesia berkontribusi terhadap 30-
50% Angka Kematian Ibu (AKI). Ini merupakan yang tertinggi di ASEAN.
Hasil studi PKBI sejak tahun 2000-2003 dari 37.000 kasus KTD, ternyata 27% di
antaranya belum menikah, termasuk 12,5% masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Studi
ini melibatkan 9 kota, salah satunya Denpasar. Kemudian juga studi kualitatif PKBI
selama tahun 2005 lalu menyebutkan bahwa persentase KTD remaja tertinggi ada di
Denpasar, Mataram dan Yogyakarta. Selain itu kejadian penyakit menular seksual di
kalangan remaja juga cenderung meningkat tanpa diikuti dengan pemahaman yang baik
tentang pengobatannya. SKRRI 2002-2003 mencatat bahwa 8 dari 10 penduduk berusia
15-24 tahun yang belum menikah pernah mendengar HIV AIDS namun hanya 3 dari 10
penduduk berusia 15-24 tahun yang belum menikah yang mengetahui secara spesifik satu
cara untuk menghindari atau mencegah penularan infeksi ini.
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2009 jumlah pengidap
HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah
3.647 orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari
jumlah tersebut, kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah
930 orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah
remaja dan orang muda. Dari data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena
5
![Page 6: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/6.jpg)
AIDS secara umum adalah 394 orang (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes
R.I.).
Penularan virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remaja dan
kaum muda (Achmad, 2004). Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui
hubungan seksual yang tidak aman, yaitu sebanyak 2.112 (58%) kasus (Atun, 2004). Dari
beberapa penelitian terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah
usia 18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks. Cara penularan lainnya adalah
melalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba,
yaitu sebesar 815 (22,3%) kasus dan melalui transfusi darah 4 (0,10%) kasus (Caesarina,
2009). FKUl-RSCM tahun 2007 melaporkan bahwa lebih dari 75% kasus infeksi HIV di
kalangan remaja terjadi di kalangan pengguna narkotika. Jumlah ini merupakan kenaikan
menyolok dibanding beberapa tahun yang lalu.
Perilaku seksualitas sangat berpengaruh terhadap kejadian-kejadian diatas. Oleh
sebab itu, langkah pertama yang harus dikerjakan adalah mengubah stigma atau mitos di
masyarakat yang telah begitu kuat, bahwa seks adalah tabu sehingga memutuskan untuk
tidak perlu berbicara tentang seks, untuk kemudian menjadi sebuah wacana sehat yang
secara alamiah memang harus dibuka, didiskusikan, dimengerti dan dipahami. Sehingga
dengan demikian sudah sewajarnya remaja mendapatkan pengetahuan yang benar tentang
seksualitas menyangkut struktur dan fungsi organ reproduksi yang normal, cara praktis
merawat organ reproduksi, permasalahan sosial yang terkait dengan seksualitas remaja
dan tentu pada akhirnya remaja dapat menggunakan organ reproduksinya secara sehat
dan bertanggung jawab
2.2 Analisis Masalah
2.2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja dan Permasalahannya
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan
organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex) masalah kehamilan
yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS. Penyebab remaja melakukan hubungan seks
adalah antara lain tekanan pasangan, merasa sudah siap melakukan hubungan seks,
keinginan dicintai, keingintahuan tentang seks, keinginan menjadi popular, tidak ingin
6
![Page 7: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/7.jpg)
diejek “masih perawan”, pengaruh media massa (tayangan TV dan internet) yang
menampakkan bahwa normal bagi remaja untuk melakukan hubungan seks, serta paksaan
dari orang lain untuk melakukan hubungan seks. Pergaulan seks bebas berisiko besar
mengarah pada terjadinya kehamilan tak diinginkan (KTD). KTD berdampak bukan
hanya secara fisik, psikis namun juga sosial. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya
mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika
terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah
meresponnya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut
dari sekolah. Remaja menjadi putus sekolah, kehilangan kesempatan bekerja dan
berkarya dengan menjadi orang tua tunggal dan menjalani pernikahan dini yang tidak
terencana. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan
cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena
masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita. Akibatnya siswa akan kesulitan
beradaptasi secara psikologis, kesulitan berperan sebagai orang tua (tidak bisa mengurus
kehamilan dan bayinya), akhirnya berujung pada stress dan konflik, aborsi illegal yang
lebih lanjut berisiko mengakibatkan kematian ibu dan bayi.
2.2. 2 Keadaan Sarana
1. Dari institusi: belum tersedia sarana konseling kesehatan remaja yang memadai
sebagai pusat informasi seputar permasalahan remaja dan mencari solusi bagi
permasalahan remaja.
2.2. 3 Keadaan Ketenagaan
1. Kategori petugas kesehatan: dokter umum, perawat, petugas promkes.
2. Tugas dokter umum: memberikan informasi dan penanganan kesehatan
reproduksi remaja dan HIV/AIDS sesuai dengan kompetensi.
3. Tugas perawat: membantu dokter umum memberikan informasi dan penanganan
kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS.
4. Tugas petugas promkes: membantu dokter umum memberikan penyuluhan
mengenai kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS secara berkala.
2.2. 4 Pemahaman dan Pengalaman Masyarakat
Untuk mengetahui gambaran pemahaman remaja di dusun Lubangsari mengenai
kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS dilakukan wawancara terhadap para remaja
7
![Page 8: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/8.jpg)
di dusun lubang sari pada hari Rabu tanggal 7-8 Januari 2014 saat pulang sekolah.
Berdasarkan rapid survey sekitar 60% di antaranya menyatakan tidak tahu mengenai
permasalahan kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS. Hampir 100% remaja
tersebut tidak tahu mengenai anatomi organ reproduksi, kehamilan, dan HIV/AIDS.
Sebagian besar remaja rutin meminum obat-obatan pereda nyeri atau larutan tertentu
ketika menstruasi dan beberapa ada yang mengeluh keputihan yang berulang. Akan
tetapi, mereka tidak mengerti mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya
ketika beranjak usia remaja dan tidak paham akan penyakit-penyakit yang dapat
ditimbulkan akibat aktivitas seksual yang tidak sehat. Hal ini disebabkan mereka belum
paham tentang kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS.
2.3 Tujuan Penyuluhan
Secara garis besar, penyuluhan ini mempunyai dua tujuan yaitu:
2.3.1 Tujuan umum:
Tujuan penyuluhan ini adalah untuk memberikan pengetahuan atau informasi
yang benar kepada Remaja Dusun Lubang Sari RT 02, 03, 04 / RW 13.,
Kelurahan Karawang Wetan Tentang kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS pada
remaja.
2.3.2 Tujuan khusus:
a. Remaja Dusun Lubang Sari memiliki pemahaman yang cukup mengenai
kesehatan reproduksi manusia dan HIV/AIDS.
b. Remaja Dusun Lubang Sari memiliki pemahaman yang cukup mengenai
pubertas yang mencakup waktu terjadinya pubertas dan perubahan-perubahan
yang terjadi selama pubertas, baik pada perempuan maupun laki-laki.
c. Remaja Dusun Lubang Sari memiliki pemahaman yang cukup mengenai
konsekuensi yang ditimbulkan dari hubungan seksual pra nikah.
d. Remaja Dusun Lubang Sari memiliki pemahaman yang cukup mengenai
HIV/AIDS
8
![Page 9: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/9.jpg)
2.4 Kelompok Sasaran
Yang menjadi kelompok sasaran dalam kegiatan penyuluhan ini adalah Remaja di
Dusun Lubang Sari Kelurahan Karawang Wetan, dengan total peserta adalah 30 orang
yang terdiri dari siswa-siswi kelas IX dengan pertimbangan agar penyuluhan dapat
berjalan lebih efektif dan sesuai dengan kapasitas tempat yang disediakan pihak sekolah.
2.5 Strategi Penyuluhan
2.5.1 Mempersiapkan ketenagaan
a. Persiapan materi penyuluhan
b. Penguasaan materi penyuluhan
c. Penguasaan cara-cara penyampaian materi
d. Penguasaan dalam pemilihan dan penggunaan alat peraga
2.5.2 Pelaksanaan penyuluhan
2.5.3 Perkenalan tim penyuluhan
2.5.4 Dilakukan pre test kepada para remaja sebelum dilakukan penyuluhan
untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi
remaja.
2.5.5 Setelah pre test, kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja oleh tim penyuluh.
2.5.6 Setelah semua materi disampaikan, dilanjutkan dengan diskusi tanya
jawab dengan para remaja tentang materi yang telah disampaikan dan juga
permasalahan seputar kesehatan reproduksi remaja.
2.5.7 Sebagai bentuk evaluasi tentang pemahaman siswa tentang materi yang
telah disampaikan kemudian akan dilakukan dengan post-test.
2.6 Isi Penyuluhan
Materi penyuluhan yang akan disampaikan pada kegiatan ini yaitu:
1. Anatomi dan fisiologi organ reproduksi manusia.
2. Pubertas.
3. Konsekuensi yang ditimbulkan dari hubungan seksual pra nikah (HSPN)
9
![Page 10: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/10.jpg)
4. HIV AIDS
2.7 Metode, Tempat, dan Waktu Penyuluhan
Mengacu pada sasaran yang ditetapkan di atas maka metode yang digunakan adalah
pendekatan berdasarkan kelompok berupa:
1. Ceramah langsung dengan alat bantu slide proyektor
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Penyebaran pamflet
Kegiatan dilaksanakan di Dusun Lubang Sari Kelurahan Karawang Wetan, Rabu,
13 Januari 2014, pukul 14.00 WIB-Selesai.
2.8 Media Penyuluhan
Media penyuluhan yang digunakan adalah slide power point yang berisikan materi
penyuluhan yang akan disampaikan, serta penyebaran leaflet pada akhir kegiatan agar
dapat disimpan oleh peserta dan digunakan untuk menyebarkan informasi ke teman-
teman sekitarnya.
2.9 Menyusun Rencana Pelaksanaan
No
.
Waktu Kegiatan Sasaran Tujuan Metode Sarana Ket
1. Selasa,27
Agustus
2013
Kordinasi
waktu dan
tempat
penyuluhan
Ketua RT/RW
Lubang Sari
Mengetahui
gambaran Remaja
di Lubang Sari dan
tempat penyuluhan
Wawancara
1. KKM minggu ke–IV
Pre-test Remaja di
Lubang Sari
Mengetahui
pengetahuan
Men-
jawab
Daftar
pertan
10
![Page 11: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/11.jpg)
Kamis, 29 Agustus 2013 Pukul 13.00 WITA- selesai SMP Ambarawati
Pelaksanaan
penyuluhan
Post-test
Remaja di
Lubang Sari
Remaja di
Lubang Sari
remaja tentang
kesehatan
reproduksi
sebelum
penyuluhan
Memberikan
informasi
tentang kespro
remaja
Mengevaluasi
pemahaman
remaja terhadap
materi
penyuluhan
pre-test
Ceramah
dan
diskusi
Tanya
jawab
Men-
jawab
post-test
yaan
pre-
test
Slide,
LCD
kompu
ter,
brosur
Daftar
pertan
yaan
post-
test
2.10 Rencana Evaluasi
2.10.1 Penilaian proses
1. Indikator penilaian
a. Dukungan dari pihak Ketua RT/RW Dusun Lubang Sari dalam terlaksananya
kegiatan ini.
b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan penyuluhan.
c. Jumlah peserta penyuluhan.
2. Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan kegiatan.
3. Cara penilaian
a. Tidak adanya kesulitan dalam melakukan koordinasi dengan pihak ketua
RT/RW Dusun Lubang Sari.
b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana.
11
![Page 12: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/12.jpg)
c. Jumlah peserta sesuai dengan target yang direncanakan.
4. Penilai
Dosen pembimbing
2.10.2 Penilaian hasil
1. Indikator penilaian
a. Tujuh puluh persen peserta merespon dengan benar pertanyaan penyuluh
mengenai anatomi dan fisiologi organ reproduksi manusia.
b. Tujuh puluh persen peserta merespon dengan benar pertanyaan penyuluh
mengenai pubertas.
c. Tujuh puluh persen peserta merespon dengan benar pertanyaan penyuluh
mengenai fisiologi kehamilan dan konsekuensi yang dapat terjadi dari
hubungan seksual pra nikah
d. Tujuh puluh persen peserta merespon dengan benar pertanyaan penyuluh
mengenai HIV/AIDS.
2. Waktu penilaian
Sebelum dan sesudah penyuluhan.
3. Cara penilaian
Observasi timbal balik saat dilakukan diskusi (tanya jawab) dan membandingkan
hasil pre-test sebelum dilakukan penyuluhan dan post-test setelah dilakukan
penyuluhan.
4. Penilai
Dosen Pembimbing
2.11 Kuesioner
Kuesioner pre-test dan post test terlampir.
12
![Page 13: Proposal Remaja](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022212/55cf9907550346d0339b1f1e/html5/thumbnails/13.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, K. (2004). Pregnancy complication Kill 70,000 Teenagers a Year. The Lancet;
15; 363, 9421, p 1616.
As-sanie, S., Gantt, A, & Rosenthal, MS. (2004). Pregnancy Prevention in Adolescents.
American Family Physician Vol 70 (8), p 1517.
Atun, dkk. (2004). IMS atau Penyakit Kelamin, dalam Kesehatan Reproduksi Remaja,
Kerjasama Jaringan Khusus Kesehatan untuk Anak Jalanan Perempuan di
Yogyakarta, bersama PKBI-DIY. Yogyakarta.
Caesarina Ancah. (2009). Kespro Remaja. Disampaikan pada Seminar Nasional
Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris, Jember-Jawa Timur.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). AIDS di Tempat Kerja. Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat
Eriyani Linda Dwi. (2006). Kesehatan Reproduksi Remaja: Menyoal Solusi.
Disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
Remaja di PP. Nuris, Jember-Jawa Timur.
Kaplan dan Sadock.(1997). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis
(Edisi ke 7, Jilid 1). Jakarta. Binarupa Aksara.
Magill & Wilcox (2007). Adolescent pregnancy and Associated Risks: Not Just a Result
of Maternal Age. American Family Physician. Vol 75 (9), p 1310
Muflihati, A. (2010). Studi Kasus Program Penyuluhan dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Naskah Thesis S2
diakses dari http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=108893
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung
Seto.
Widaninggar. 2004. Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Kecakapan Hidup (Life
Skills Education) untuk Pencegahan HIV dan AIDS. Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
13