kenakalan remaja ditinjau dari persepsi remaja...

108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 97 KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA (STUDI KORELASI PADA SISWA SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG) Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi. Disusun Oleh Dian Mulyasri G0106005 Pembimbing 1. Dra. Emi Dasiemi, MS 2. Tri Rejeki Andayani S.Psi, M.Si PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: truongtu

Post on 07-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA

TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DAN

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA

(STUDI KORELASI PADA SISWA SMA

UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG)

Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi.

Disusun Oleh Dian Mulyasri

G0106005

Pembimbing 1. Dra. Emi Dasiemi, MS

2. Tri Rejeki Andayani S.Psi, M.Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal dengan judul : Kenakalan Remaja ditinjau dari Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga dan Konformitas (Studi Korelasi pada Siswa SMU Utama 2 Bandar Lampung)

Nama Peneliti : Dian Mulyasari NIM : G0106005 Tahun : 2006

Telah disetujui untuk dipresentasikan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada :

Hari : ………………….. Tanggal : …………………..

Pembimbing I

Dra. Emi Dasiemi MS NIP. 130358922

Pembimbing II

Tri Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si NIP. 197411091998022001

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M.Psi NIP. 197608172005012002

Page 3: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

MOTTO

”Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan bagimu” (Q.S. Al-Mu`min: 60)

“Sesungguhnya semua urusan apabila Allah menghendaki segala sesuatunya, Allah hanya berkata : “Jadilah”, maka jadilah”

(Q.S. Yaasiin: 82)

Page 4: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Amazing spirit, hope, and energy has been sent to me so I

can finish this simple work, and I would like to say thank

you so much for this honour to:

1. Hasyim & Wahyuni

The greatest parent in the world who always on my side

and standing by with their unbelievable love.

2. Hayudian Utomo, Haris Munandar & Yogi Sugama.

My brothers who always keep me warm with their love

and support.

3. My lovely almamater.

Page 5: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Allhamdullilahrabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, hanya

dengan rahmat dan hidayahNya-lah penyusunan tesis ini dapat diselesaikan.Shalawat

serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada junjungan kita nabi Muhammad

SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dorongan, bantuan, dan

bimbingan dari berbagai pihak, dan dengan segala kerendahan hati diucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. AA. Subiyanto, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian ini.

2. Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian ini.

3. Rin Widya Agustin M.Psi., selaku Koordinator Skripsi Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberi kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dra. Emi Dasiemi, MS selaku pembimbing utama penulisan skripsi

meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan,

arahan, dan masukan yang berarti bagi penyelesaian skripsi ini. .

5. Tri Rejeki Andayani S.Psi, M.Si selaku pembimbing pendamping, yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang bermanfaat dalam

memperbaiki kekurangan-kekurangan dalamn penyusunan skripsi ini.

6. Dra.Suci Murti Karini, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan perhatian dan arahan selama penulis menempuh studi di Program

Studi Psikologi Fakultas Kedokteran.

7. Drs. H. Suyitno selaku Kepala Sekolah SMA Utama 2 Bandar Lampung yang

telah memberikan izin penelitian di SMA Utama 2 Bandar Lampung.

Page 6: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

8. Seluruh staf pengajar Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang

berharga kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Prodi Psikologi.

9. Seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Drs. H. Suyitno selaku Kepala Sekolah SMA Utama 2 Bandar Lampung yang

telah memberikan izin penelitian di SMA Utama 2 Bandar Lampung.

11. Siswa-siswi SMA Utama 2 Bandar Lampung yang membantu proses

pengumpulan data.

12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya penelitian di bidang psikologi.

Surakarta, Oktober 2010

Penulis

Page 7: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA TERH ADAP KEHARMONISAN KELUARGA DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA

Dian Mulyasari

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Abstrak

Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa. Secara

umum dapat diketahui pada masa transisi tidak menutup kemungkinan akan terjadi pergolakan-pergolakan fisik, psikis dan sosial. Keluarga merupakan fondasi primer bagi perkembangan remaja. Persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga yang diwujudkan dalam hubungan keluarga yang baik dan suasana rumah yang menyokong perkembangan remaja, sehingga remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan terhindar dari perbuatan anti sosial/ amoral. Selain bersosialisasi di lingkungan keluarga, remaja melakukan salah satu bentuk sosialisasi yang sangat dikenal dalam masa remaja yaitu konformitas teman sebaya. Remaja yang memiliki teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku kenakalan. Teman yang dipilih akan sangat menentukan arah remaja yang bersangkutan untuk berbuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga dan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja.

Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Utama 2 Bandar Lampung. Sampel penelitian ini berjumlah 80 orang diperoleh dengan teknik cluster random sampling dengan merandom lima kelas didapat dua kelas yang masing-masing berjumlah 40 siswa. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Skala Konformitas Teman Sebaya yang dengan menggunakan metode Skala Likert, Skala Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga dengan menggunakan metode Skala Diferensi Semantik, dan Kuesioner Kenakalan Remaja dengan metode dikotomi. Metode analisis data menggunakan metode analisis korelasi Product Momen ( Pearson) untuk menguji hipotesis hubungan persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja. Selanjutnya, untuk menguji hipotesis hubungan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja menggunakan analisis Chi square.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Product Momen ( Pearson) diperoleh koefisien korelasi sebesar -0.489 dengan p value < 0,05 (α) maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan korelasi Chi square diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,966 dengan p value < 0,05 (α) maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja. Hasil penelitian ini juga menunjukan ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Kata kunci : Persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga, konformitas teman sebaya, kenakalan remaja.

Page 8: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ADOLESCENT DELINQUENCY BASED ON THE ADOLESCENT’S PERCEPTION ON THE FAMILY HARMONY AND PEER CONFORMIT Y

Dian Mulyasari

Psychology Department of Medical Faculty Sebelas Maret University

Abstract

Adolescence is the transition time from childhood to adult. Generally, it can be

found that during transition time it is impossible for the physical, psychical and social. The family is the primary foundation for the development of adolescents. Adolescent perceptions of family harmony are realized in a good family relationships and home atmosphere which support the development of adolescents, so that adolescents become responsible adults and avoid anti-social behavior/ immoral. In addition to socializing in a family environment, adolescents do one very well known form of socialization in adolescence that peer conformity. Teenagers who have peers who do delinquency increase the risk to become perpetrators of delinquency. A Peers who is selected will determine the direction of teenagers to do. This research aims to find out the relationship between the adolescent’s perception on the family harmony and peer conformity, and the adolescent delinquency.

The population of research was the students of SMA Utama 2 Bandar Lampung. The sample consisted of 80 students, technique used was cluster random sampling one, by took randomly five classes be obtained two classes, each of which numbered 40 students.The instrument of collecting data employed in this research was: attitudinal Scale Peer Conformity with Likert Scale method, Scale Adolescent Perception on the Family Harmony with Semantic Differentiation Scale method , and Questionnaire Adolescent Delinquency with Dichotomy method. Method of analyzing data used was Pearson’s Product Moment correlation analysis one to test the hypothesis of the relationship between the adolescent’s perception on the family harmony and the adolescent delinquency. Next, in order to test the hypothesis of the relationship between peer conformity and the adolescent delinquency, the Chi Square analysis was used

Considering the result of (Pearson) Product Moment correlation calculation, it can be found the correlation coefficient of -0.489 with p value < 0.05 (α), therefore the hypothesis proposed can be supported. Next, considering the result of Chi Square correlation calculation, it can be found the correlation coefficient of 0.966 with p value < 0.05 (α), therefore the hypothesis proposed can be supported.

The result of research shows that there is a negative relationship the adolescent’s perception on the family harmony and the adolescent delinquency. It also shows that there is a positive relationship the peer conformity and the adolescent delinquency.

Keywords: the adolescent’s perception on the family harmony, peer conformity, adolescent delinquency

Page 9: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

MOTTO ....................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

ABSTRAK .................................................................................................. viii

ABSTRACT ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 12

A. LANDASAN TEORI ............................................................ 12

1. KENAKALAN REMAJA ............................................... 12

a. Pengertian Remaja .................................................. 12

b. Pengertian Kenakalan Remaja ................................. 13

Page 10: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

c. Karakteristik Remaja Nakal ..................................... 15

d. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ........................... 18

e. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Kenakalan

Remaja .................................................................... 24

2. Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga ......... 29

a. Pengertian Persepsi ................................................... 29

b. Pengertian Keharmonisan Keluarga ........................... 31

c. Pengertian Persepsi Keharmonisan Keluarga ............. 32

d. Ciri-ciri Keharmonisan Keluarga................................ 33

e. Aspek-Aspek Persepsi Remaja Terhadap Keharmonisan Keluarga

35

3. Konformitas..................................................................... 40

a. Pengertian Teman Sebaya .......................................... 40

b. Pengertian Konformitas.............................................. 40

c. Pengertian Konformitas Teman Sebaya ...................... 43

d. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya .................. 44

4. Hubungan Antara Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan

Keluarga dan Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan

Remaja ............................................................................ 46

a. Hubungan Antara Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan

Keluarga dengan Kenakalan Remaja ......................... 46

b. Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya dengan

Kenakalan Remaja ..................................................... 47

Page 11: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

5. Kerangka Berpikir Hubungan Antara Persepsi Remaja terhadap

Keharmonisan Keluarga dan Konformitas Teman Sebaya dengan

Kenakalan Remaja .......................................................... 48

6. Hipotesis ......................................................................... 49

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 50

A. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................. 50

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................... 50

1. Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga ...................... 50

2. Konformitas Teman Sebaya ............................................ 51

3. Kenakalan Remaja .......................................................... 52

C. Populasi, Sampel, dan Sampling ........................................... 52

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 53

1. Sumber Data .................................................................... 53

2. Metode Pengumpulan Data ............................................. 53

E. Metode Analisis Data............................................................. 62

1. Validitas Instrumen Penelitian ......................................... 62

2. Reliabilitas Instrumen Penelitian ..................................... 63

3. Uji Hipotesis ................................................................... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 66

A. Persiapan Penelitian .............................................................. 66

1. Orientasi Kancah Penelitian ............................................ 66

2. Persiapan Penelitian ........................................................ 66

3. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 68

B. Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 76

1. Penentuan Sampel Penelitian ........................................... 76

Page 12: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

2. Penelitian ........................................................................ 77

C. Hasil Analisis Data Penelitian ............................................... 77

1. Uji Asumsi ...................................................................... 78

2. Uji Hipotesis ................................................................... 79

3. Analisis Deskriptif ........................................................... 82

D. Pembahasan .......................................................................... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 91

A. Kesimpulan ........................................................................... 91

B. Saran .................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 93

LAMPIRAN ................................................................................................ 97

Page 13: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blueprint Skala Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga ........ 55

Tabel 2 Blueprint Skala Konformitas Teman Sebaya................................ 58

Tabel 3 Blueprint Kuesioner Kenakalan Remaja....................................... 59

Tabel 4 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Persepsi terhadap Keharmonisan

Keluarga ....................................................................................................... 69

Tabel 5 Distribusi Aitem Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga Setelah Uji

Coba......................................................................................................... 70

Tabel 6 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Konformitas Teman

Sebaya......................................................................................... 72

Tabel 7 Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya Setelah Uji Coba

....................................................................................................73

Tabel 8 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Kuesioner Kenakalan Remaja

....................................................................................................74

Tabel 9 Distribusi Aitem Kuesioner Kenakalan Remaja Setelah Uji Coba 75

Tabel 10 Hasil Uji Normalitas.................................................................... 78

Tabel 11 Uji Linearitas............................................................................... 79

Tabel 12 Hasil korelasi Product Momen ( Pearson) Persepsi terhadap

Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja ................... 80

Tabel 13 Hasil Chi Square Konformitas Teman Sebaya ............................. 81

Tabel 14 Hasil Contingency Coefficient Konformitas Teman Sebaya ......... 82

Tabel 15 Deskripsi Data Penelitian............................................................. 82

Tabel 16 Kriteria kategori Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga dan

distribusi skor subjek ................................................................... 83

Page 14: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Tabel 17 Kriteria kategori Skala Konformitas Teman Sebaya dan distribusi skor subjek

.................................................................................................................84

Tabel 18 Kriteria kategori Kuesioner Kenakalan Remaja dan distribusi skor subjek

.................................................................................................... 85

Page 15: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Berpikir “Hubungan antara Persepsi terhadap Keharmonisan

Keluarga dan Konformitas Dengan Perilaku Kenakalan Remaja di SMA

Utama 2 Bandar Lampung .......................................................... 49

Page 16: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Alat Ukur Sebelum Penelitian ............................................... 97

Lampiran B Data Butir Skala Penelitian ................................................... 110

Lampiran C Uji Validitas & Reliabilitas Aitem ........................................ 114

Lampiran D Alat Ukur Penelitian (Setelah Uji Coba) ................................ 122

Lampiran E Data Penelitian ...................................................................... 133

Lampiran F Analisis Data Penelitian ........................................................ 140

Lampiran G Surat Ijin Penelitian dan Surat Bukti Penelitian ..................... 144

Page 17: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ditinjau dari psikologi perkembangan, masa remaja merupakan masa transisi

dari kanak-kanak ke masa dewasa. Secara umum dapat diketahui pada masa

transisi tidak menutup kemungkinan akan terjadi pergolakan-pergolakan fisik,

psikis dan sosial dalam rangka remaja mencari jati dirinya. Masa remaja memiliki

ciri sebagai masa progresif yang dapat dilihat pada optimalisasi cara berfikir,

bersosialisasi dan berbuat sesuai dengan kemampuannya. Sisi lain pada masa

remaja belum memiliki kestabilan emosi dan mudah terpengaruh oleh kondisi

sekitar, sehingga tidak mengherankan jika hal tersebut membuat remaja bertindak

dengan resiko yang paling tinggi.

Masa remaja merupakan masa transisi, usianya berkisar antara 13 sampai 17

tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan.

Pada masa remaja terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis,

maupun secara sosial (Hurlock, 1999).

Masa remaja memang masa yang menyenangkan sekaligus masa yang

tersulit dalam hidup seseorang. Di masa ini seorang anak mulai mencari jati diri.

Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi belum juga

dapat dianggap sebagai orang dewasa disatu sisi remaja ingin bebas dan mandiri,

lepas dari pengaruh orang-tua, disisi lain pada dasarnya remaja tetap

membutuhkan bantuan, dukungan serta perlindungan orang-tuanya.

Page 18: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Santrock (2003) mendefinisikan remaja sebagai masa perkembangan transisi

antara anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

sosial-emosional. Perubahan biologis mencakup perubahan-perubahan dalam

hakikat fisik individu. Perubahan kognitif meliputi perubahan dalam pikiran,

intelegensi dan bahasa tubuh, sedangkan perubahan sosial-emosional meliputi

perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain, baik lingkungan

keluarga maupun lingkungan sekitar, dalam emosi, kepribadian, dan konsep diri.

Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis,

yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada

kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang

mengganggu (Ekowarni, 1993). Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh

lingkungan yang kurang kondusif dan kondisi kepribadian yang kurang matang

akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-

perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang

biasanya disebut dengan kenakalan remaja.

Kenakalan Remaja dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile

delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh

satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, remaja mengembangkan bentuk

perilaku yang menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial

sampai pelanggaran hingga tindak kriminal (Kartono, 2003).

Bentuk gangguan-gangguan perilaku yang ditimbulkan remaja antara lain:

tindakan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat sekitar karena bertentangan

dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada masyarakat, tindakan

Page 19: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pelanggaran ringan hingga tindakan pelanggaran yang merujuk pada semua

tindakan kriminal (Santrock dalam Gunarsa, 2004). Bentuk tindakan yang tidak

dapat diterima oleh masyarakat sekitar karena bertentangan dengan nilai-nilai dan

norma-norma yang ada pada masyarakat seperti berkata-kata kasar kepada guru

atau orang tua. Tindakan pelanggaran ringan seperti melarikan diri dari rumah dan

membolos dari sekolah, sedangkan tindakan pelanggaran yang merujuk pada

semua tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja seperti merampok,

menodong, mencuri, memperkosa, membunuh, menganiaya, seks pranikah serta

penggunaan dan penjualan obat-obatan terlarang (narkoba).

Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008

yang dilakukan oleh Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi

BKKBN melaporkan bahwa 63 persen remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan

SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21 persen di antaranya

melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa pergaulan

remaja di Indonesia makin mengkhawatirkan (Suara Karya, 6 Februari 2009).

Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN

mengatakan, persentasi remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah

tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya. Berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga September 2008,

dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV-AIDS di

Indonesia, 54 persen adalah remaja (Suara Karya, 6 Februari 2009).

Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan

jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, yaitu sekitar

Page 20: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1,2 juta jiwa. Hal ini tentunya dapat menjadi aset bangsa jika remaja dapat

menunjukkan potensi diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika

remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam

kenakalan remaja.

Masalah kenakalan remaja juga menjadi masalah yang serius di kota-kota

berkembang seperti Bandar Lampung. Mengingat pembangunan kota Bandar

Lampung yang berkembang dari budaya agraris menuju budaya industri seiring

derap moderenisasi. Kemajuan teknologi yang bertujuan mencapai kemakmuran

dan kesejahteraan umat manusia ternyata membawa dampak yang tidak

diharapkan yakni lahirnya kepincangan sosial (pathology social) seperti:

kemiskinan, pengangguran, pelacuran, gelandangan, kenakalan remaja,

pemerkosaan dan tindak kekerasan yang menimbulkan kegelisahan, keresahan dan

ketidaktentraman ( Tanpaka, Lampung Post 2004).

Setiap tahun masalah kenakalan remaja di Bandar Lampung terus meningkat.

Berdasarkan data Reserse dan Kriminal (Reskrim) Poltabes Bandar Lampung,

jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Bandar Lampung dari tahun 2003-2008

adalah 249 orang, menggambarkan 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun.

Kondisi ini mengalami peningkatan 30% dari tahun 1998-2003 sebanyak 172

orang. Data perkelahian pelajar di Bandar Lampung tahun 2004 tercatat 86 kasus

perkelahian pelajar. Tahun 2006 meningkat menjadi 102 kasus dengan

menewaskan tiga pelajar, tahun 2008 terdapat 127 kasus dengan korban

meninggal tujuh pelajar dan satu penduduk sipil. Terlihat dari tahun ke tahun

jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Dinas Sosial kota Bandar

Page 21: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Lampung memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20

tahun sebanyak 60% dari 532 orang yaitu sebanyak 319 orang. Angka-angka di

atas cukup mencengangkan, bagaimana mungkin anak remaja yang masih muda,

polos, energik, potensial yang menjadi harapan orangtua, masyarakat dan

bangsanya dapat terjerumus dalam limbah kenistaan, sungguh sangat

disayangkan, bahkan angka-angka tersebut diprediksikan akan terus meningkat.

Berdasarkan data di atas terlihat jumlah kenakalan pada remaja di Bandar

Lampung mengalami peningkatan. Untuk itu, Poltabes bekerjasama dengan

Pemerintah Kota, Departemen Agama dan Dinas Kesehatan mengadakan

sosialisasi dampak kenakalan remaja ditinjau dari sisi hukum, agama dan

kesehatan ke sekolah- sekolah dari SMP hingga SMA yang telah dilaksanakan

pada tanggal 3-20 Agustus 2009 lalu.

Kenakalan remaja di Bandar Lampung, saat ini sedang mendapat perhatian

khusus dari Gubernur Lampung, Sjachroedin Z.P yang mencanangkan program

pembinaan anggota keluarga masyarakat Lampung dalam rangka memperingati

Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke- 16 dan Hari Upaya Kependudukan Dunia

2009. Program dimaksudkan untuk menanggulangi masalah kemerosotan akhlak,

perlakuan sewenang-wenang terhadap orang tua, kenakalan remaja yang menjurus

ke kriminalitas, kebebasan seks di luar nikah, minuman keras dan penyalahgunaan

narkoba (BKKBN, 2009).

Keluarga menempati posisi penting dalam program tersebut karena

lingkungan keluarga menjadi tempat pertama dan utama remaja mendapatkan

pendidikan. Selain itu keluarga juga merupakan fondasi primer bagi

Page 22: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

perkembangan remaja, karena keluarga merupakan tempat remaja untuk

menghabiskan sebagian besar waktu dalam kehidupannya. Keluarga juga diartikan

sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial.

Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan

serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis

bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Salah satu faktor penyebab timbulnya

kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orangtua sebagai figur tauladan bagi

anak (Hawari, 1997).

Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan

hubungan yang tidak menyenangkan dengan orang-orang di luar rumah (Hurlock,

1999). Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang

kondusif dan sifat kepribadian yang kurang matang akan menjadi pemicu

timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang

melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat.

Perbuatan pelanggaran ternyata bersumber pada keadaan keluarga yaitu

suasana rumah yang tidak menyokong perkembangan remaja, sehingga remaja

menjadi anak atau orang dewasa yang tidak bertanggung jawab dan melakukan

perbuatan anti-sosial dan amoral (Gunarsa, 2007). Keluarga dan keharmonisan

hidup keluarga berpengaruh atas perkembangan remaja dan menentukan dasar-

dasar kepribadian bagi remaja.

Persepsi remaja yang berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan

harmonis mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang

baik dengan lingkungan disekitarnya (Hurlock, 1993). Selanjutnya Tallent (1978)

Page 23: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

menambahkan anak yang mempunyai penyesuaian diri yang baik di sekolah, pada

umumnya memiliki latar belakang keluarga yang harmonis, orang tua menghargai

pendapat anak dan hangat. Anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan

mempersepsi rumah mereka sebagai suatu tempat yang membahagiakan karena

semakin sedikit masalah antara orangtua dengan anak, maka semakin sedikit

masalah yang dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya.

Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi kenakalan remaja adalah pengaruh

teman sebaya, teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan akan

meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku kenakalan (Santrock, 2003). Pada

umumnya remaja mementingkan konformitas dan penerimaan kelompok, apapun

akan dilakukan asalkan diterima oleh kelompok akan diutamakan dan ditaati.

Teman atau kelompok yang dipilih akan sangat menentukan kemana remaja yang

bersangkutan akan dibawa (Chomaria, 2008).

Konformitas adalah sikap, perilaku atau tindakan yang sesuai dengan norma

kelompok, sehingga menjadi harmonis dan sepakat dengan anggota-anggota

kelompok (Baron & Byrne, 2005). Norma (norms) merupakan aturan yang

berlaku pada seluruh anggota kelompok dan berpeluang untuk menumbuhkan

konformitas pada setiap anggota kelompok tersebut (Santrock, 2003). Remaja

cenderung mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh kelompok bermain remaja.

Melihat kondisi tersebut konformitas berpengaruh pada bentuk-bentuk perilaku

remaja.

Konformitas dilakukan individu segala umur, namun konformitas paling

banyak dilakukan individu pada masa remaja ( Indria dan Nindyati, 2007).

Page 24: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Banyak tujuan yang ingin didapat oleh remaja dengan bersikap konformis, antara

lain supaya ada penerimaan kelompok terhadap remaja tersebut, diakuinya

eksistensi sebagai anggota kelompok, menjaga hubungan dengan kelompok,

mempunyai ketergantungan dengan kelompok dan untuk menghindar dari sanksi

kelompok (Surya, 1999).

Konformitas adalah bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berperilaku

sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat individu tinggal, konformitas

berarti proses penyesuaian diri dengan cara mentaati norma dan nilai-nilai

masyarakat atau kelompok, konformitas pada umumnya akan melahirkan

kepatuhan dan ketaatan (Maryati dan Suryawati, 2001). Remaja biasanya

melakukan konformitas pada kelompok teman bermain. Konformitas yang remaja

lakukan akan mengarahkan perilaku dan pandangan yang ada dalam diri remaja

sebelumnya.

Berdasarkan data diatas masalah kenakalan remaja merupakan masalah yang

kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia, sehingga peneliti tertarik untuk

meneliti kenakalan remaja, khususnya di SMA UTAMA 2 Bandar Lampung.

Berdasarkan informasi hasil wawancara dengan guru BK setempat memberikan

informasi seringnya terjadi perilaku pelanggaran dan penyimpangan di SMA

UTAMA 2 Bandar Lampung seperti: membolos sekolah setiap harinya dua hingga

lima siswa yang tidak hadir tanpa keterangan, pelanggaran tata-tertib sekolah

seperti kerapian dalam berpakaian dan penampilan, merokok, tertangkap lima

siswa kelas XI sedang menghirup asap shabu-shabu yang dibakar diatas

alumunium foil dibelakang sekolah pada bulan Oktober 2008, dan relasi sosial

Page 25: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

yang kurang baik seperti dalam bulan Februari di tahun ini terjadi tiga perkelahian

antar siswa. Tahun ajaran 2008-2009 tercatat 23 orang terlibat perkelahian antar

siswa.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa diperlukannya persepsi

remaja terhadap keharmonisan keluarga yang diwujudkan dalam hubungan

keluarga yang baik dan suasana rumah yang menyokong perkembangan remaja,

sehingga remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan terhindar

dari perbuatan anti sosial/ amoral. Selain bersosialisasi di lingkungan keluarga,

remaja melakukan salah satu bentuk sosialisasi yang sangat dikenal dalam masa

remaja adalah konformitas kelompok remaja. Remaja yang memiliki teman

sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku

kenakalan. Pada umumnya remaja mementingkan konformitas dan penerimaan

kelompok, apapun akan dilakukan asalkan diterima oleh kelompok akan

diutamakan dan ditaati. Teman atau kelompok yang dipilih akan sangat

menentukan arah remaja yang bersangkutan untuk berbuat. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kenakalan Remaja

ditinjau dari Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga dan Konformitas

Teman Sebaya (Studi Korelasi Pada Siswa SMA UTAMA 2 Bandar Lampung) ”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan antara persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga

dengan kenakalan remaja ?

Page 26: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Apakah ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan

remaja?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan antara persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga

dengan perilaku kenakalan remaja.

2. Mengetahui hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan

remaja.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat

teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah untuk melakukan kajian dan

diskusi mengenai kenakalan remaja dalam kaitannya dengan persepsi remaja

terhadap keharmonisan keluarga dan konformitas teman sebaya.

b. Dapat menjadi wacana bagi kalangan akademisi atau mahasiswa yang akan

melakukan penelitian terhadap tema yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi kepada orang tua tentang upaya-upaya

menciptakan keharmonisan keluarga sebagai langkah antisipasi terhadap hal-hal

yang tidak diinginkan.

b. Memberi masukan kepada siswa cara-cara pemilihan kelompok yang memiliki

norma-norma dan nilai-nilai yang meningkatkan kemampuan kerjasama dan

menumbuhkan konformitas yang positif.

Page 27: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

c. Manfaat penelitian bagi sekolah, bila penelitian ini terbukti maka dapat

digunakan sebagai tindakan preventif terhadap kenakalan remaja dengan

meningkatkan kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak keluarga.

Page 28: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kenakalan Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence)

terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual,

perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral

(Salzman, dalam Yusuf, 2005). Dalam budaya Amerika, periode remaja

dipandang sebagai masa “Strom and Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan

krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi

(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, dalam

Yusuf, 2005).

Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau

peralihan, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi

memiliki status anak-anak. Masa remaja secara global berlangsung antara umur 12

dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18

tahun adalah masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir

(Monks dkk, 2004). Masa remaja awal (early adolescence) terjadi kira-kira sama

dengan sekolah menengah pertama, biasanya pada masa ini terfokus kebanyakan

pada perubahan pubertas. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) mulai

merujuk untuk mengembangkan minat, senang mempunyai banyak teman,

pencapaian karir, pacaran dan eksplorasi identitas seringkali lebih nyata pada

Page 29: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

remaja pertengahan dibandingkan remaja awal, akibatnya remaja kerap kali

mengalami kebingungan-kebingungan (identity confusion). Masa remaja akhir

(late adolescence) ditandai dengan menikmati identitas yang terbentuk pada masa

remaja pertengahan, mulai melakukan koping terhadap tantangan sebagai seorang

dewasa, mampu berpikir abstrak dan mampu untuk membuat keputusan di dalam

kehidupannya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka peneliti berpendapat bahwa

remaja adalah individu yang menjalani masa transisi dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa, yang berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian

12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja

pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir. Masa remaja awal

terfokus pada perubahan pubertas, masa remaja pertengahan mengeksplorasi

identitas secara mendalam seringkali terjadi identity confusion dan masa remaja

akhir menikmati identitas yang terbentuk pada masa remaja pertengahan.

Fenomena perilaku menyimpang remaja seringkali terjadi pada masa remaja

pertengahan dalam rentang usia 15-18 tahun, hal ini dikarenakan adanya

kebingungan identitas (identity confusion) pada periode tesebut.

b. Pengertian Kenakalan Remaja

Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku negatif atau

kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada

anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,

sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah

kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang

Page 30: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal

(Kartono, 2003).

Semua tindakan perusakan yang tertuju ke luar tubuh atau ke dalam tubuh

remaja dapat digolongkan sebagai kenakalan remaja (Gunarsa, 2004). Kenakalan

remaja merujuk pada tindakan pelanggaran suatu hukum atau peraturan oleh

seorang remaja. Pelanggaran hukum atau peraturan bisa termasuk pelanggaran

berat seperti membunuh atau pelanggaran seperti membolos, menyontek.

Pembatasan mengenai apa yang termasuk sebagai kenakalan remaja dapat dilihat

dari tindakan yang diambilnya, tindakan yang tidak dapat diterima oleh

lingkungan sosial, tindakan pelanggaran ringan/ status offenses dan tindakan

pelanggaran berat/ index offenses (Santrock , 2003).

Mussen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang

melanggar hukum atau kejahatan yang pada umumnya dilakukan oleh anak

remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa

maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan

remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana

tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk

penjara.

Mulyadi, dkk (2006) mendefinisikan kenakalan remaja merupakan keinginan

untuk mencoba segala sesuatu yang kadang-kadang menimbulkan kesalahan-

kesalahan, yang menyebabkan kekesalan lingkungan dan orangtua. Sarwono

(2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang

dari norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan

Page 31: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan

mengganggu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock (1995) juga

menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari

perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, peneliti berpendapat bahwa

kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang melakukan tindakan merusak dan

menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain hingga tingkah laku

yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana.

c. Karakteristik Remaja Nakal

Menurut Kartono (2003), remaja nakal mempunyai karakteristik umum yang

sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :

1) Perbedaan struktur intelektual

Pada umumnya inteligensi remaja nakal tidak berbeda dengan inteligensi remaja

yang normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus yang berbeda

biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas

prestasi daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tes Wechsler). Remaja nakal

kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius pada umumnya remaja kurang

mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai

pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.

2) Perbedaan fisik dan psikis

Remaja yang nakal ini lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan ciri

karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal.

Pada umumnya remaja nakal bersikap lebih agresif.

Page 32: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3) Ciri karakteristik individual

Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang,

seperti :

a) Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang, bersenang-

senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.

b) Kebanyakan dari remaja nakal terganggu secara emosional.

c) Remaja nakal kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak

mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara

sosial.

d) Remaja nakal senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang

merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko dan

bahaya yang terkandung di dalamnya.

e) Pada umumnya remaja nakal sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.

f) Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.

g) Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga remaja menjadi liar

dan jahat.

Menurut Gunarsa (2004) ada beberapa karakteristik yang terlihat pada remaja

delinkuen, diantaranya adalah :

1) Remaja yang delinkuen lebih sering merasa deprivasi (keterasingan)

dibandingkan dengan remaja non delinkuen. Remaja delinkuen cenderung merasa

tidak aman, sengaja berusaha melanggar hukum dan peraturan (defiant).

2) Remaja yang delinkuen memiliki tingkat intelegensi yang lebih rendah

dibandingkan dengan remaja non delinkuen. Remaja yang delinkuen

Page 33: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menunjukkan bahwa remaja tidak mampu memikirkan dengan baik konsekuensi

dari setiap tindakan yang remaja delinkuen ambil. Penggunaan obat-obatan

terlarang dan putus sekolah merupakan beberapa hal yang dapat meningkatkan

munculnya kenakalan remaja.

3) Remaja yang delinkuen tidak menyukai sekolah dan oleh sebab itu remaja

seringkali membolos. Kegagalan akademis sendiri merupakan salah satu

kontributor dari delinkuensi (Santrock dalam Gunarasa 2004)

4) Sikap yang menonjol pada remaja delinkuen: bersikap menolak (resentful),

bermusuhan (hostile), penuh curiga, tidak konvensional, tertuju pada diri sendiri

(self-centered), tidak stabil emosinya, mudah dipengaruhi, ekstrovert dan suka

bertindak dengan tujuan merusak atau menghancurkan sesuatu (Cole dan Rice

dalam Gunarsa 2004).

5) Remaja yang delinkuen menyukai aktivitas yang penuh tantangan akan tetapi

tidak menyukai kompetisi.

6) Remaja yang delinkuen cenderung tidak matang secara emosional, tidak

stabil,dan cenderung frustrasi. Keadaan-keadaan demikian yang membuat remaja

delinkuen tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik di rumah, sekolah dan

masyarakat (Cole dalam Gunarsa 2004).

Kedua uraian di atas, terlihat penjelasan Kartono (2003) lebih menyeluruh.

Uraian yang diberikan Gunarsa (2004) melengkapi penjelasan karakteristik remaja

nakal yang diungkapkan oleh Kartono (2003), sehingga dapat diketahui bahwa

remaja nakal memiliki karakteristik yang berbeda dengan remaja tidak nakal.

Page 34: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

d. Bentuk- Bentuk Kenakalan Remaja

Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi

menjadi empat, bentuk perilaku yang dikemukakan dibagi berdasarkan faktor

penyebab dan ciri-ciri tingkah laku yang ditimbulkan, yaitu :

1) Kenakalan terisolir (Delinkuensi terisolir)

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya

remaja nakal tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal remaja nakal

didorong oleh faktor-faktor berikut :

a) Keinginan meniru dan ingin konform dengan gangnya, jadi tidak ada motivasi,

kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.

b) Remaja nakal kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya

yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya gang-gang

kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima,

mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan prestise tertentu.

c) Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan

mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua

kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan kriminal. Geng remaja nakal

memberikan alternatif hidup yang menyenangkan.

d) Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan

supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak

sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Ringkasnya, delinkuen

terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial, remaja nakal

mencari panutan dan rasa aman dari kelompok gangnya, namun pada usia dewasa,

Page 35: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60

% dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini

disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya

tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang

baru.

2) Kenakalan neurotik (Delinkuensi neurotik)

Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang

cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa

bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri - ciri perilakunya adalah :

a) Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam,

dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang

yang kriminal itu saja.

b) Perilaku kriminal remaja nakal merupakan ekspresi dari konflik batin yang

belum terselesaikan, karena perilaku jahat merupakan alat pelepas ketakutan,

kecemasan dan kebingungan batinnya.

c) Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan

jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh

korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik.

d) Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada

umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah,

dan orangtuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.

e) Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari

lingkungan.

Page 36: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

f) Motif kejahatannya berbeda-beda.

g) Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).

3) Kenakalan psikotik (Delinkuensi psikopatik)

Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari

kepentingan umum dan segi keamanan, remaja delinkuen psikopatik merupakan

oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku remaja delinkuen

psikopatik adalah :

a) Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam

lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga,

berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan orangtuanya selalu menyia-nyiakan

mereka, sehingga remaja delinkuen psikopatik tidak mempunyai kapasitas untuk

menumbuhkan afeksi dan tidak mampu menjalin hubungan emosional yang akrab

dan baik dengan orang lain.

b) Remaja delinkuen psikopatik tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa,

atau melakukan pelanggaran.

c) Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau

dan tidak dapat diduga. Remaja delinkuen psikopatik pada umumnya sangat

agresif dan impulsif, biasanya remaja delinkuen psikopatik residivis yang

berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.

d) Remaja delinkuen psikopatik selalu gagal dalam menyadari dan

menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak peduli

terhadap norma subkultur gangnya sendiri.

Page 37: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

e) Kebanyakan dari remaja delinkuen psikopatik juga menderita gangguan

neurologis, sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri.

Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental dengan karakteristik sebagai

berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernah

bertanggung jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial

dan hukum. Remaja delinkuen psikopatik sangat egoistis, anti sosial dan selalu

menentang apa dan siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap

siapapun tanpa sebab.

4) Kenakalan defek moral (Delinkuensi defek moral)

Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat,

kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan

anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada

disfungsi pada inteligensinya. Kelemahan para remaja delinkuen tipe ini adalah

mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga

tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, remaja delinkuen selalu ingin

melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa

kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada

kemiskinan afektif dan sterilitas emosional. Terdapat kelemahan pada dorongan

instinktif yang primer, sehingga pembentukan super egonya sangat lemah.

Impulsnya tetap pada taraf primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan.

Remaja nakal merasa cepat puas dengan prestasinya, namun perbuatan remaja

nakal sering disertai agresivitas yang meledak. Remaja yang defek moralnya

biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki. Remaja nakal adalah para

Page 38: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls

dan kebiasaan primitif, di antara para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80 %

mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang

salah, jadi mereka menderita defek mental. Hanya kurang dari 20 % yang menjadi

penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar.

Jensen (dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat

bentuk berdasarkan kerugian yang ditimbulkan yaitu:

1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian,

perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain.

2) Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian,

pencopetan, pemerasan dan lain- lain.

3) Kenakalan sosial yang menimbulkan bahaya diri sendiri dan orang lain:

pelacuran, penyalahgunaan obat terlarang, kebut-kebutan dan hubungan seks

bebas.

4) Kenakalan yang melawan status menimbulkan pelanggaran hukum atau aturan,

misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat

dari rumah, membantah perintah.

Hurlock (1973) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi

dalam empat bentuk berdasarkan perilaku yang ditampilkan, yaitu:

1) Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain hingga menimbulkan

korban fisik, seperti berkelahi, tawuran, menodong, membunuh.

2) Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain hingga mengakibatkan

kerugian materi, seperti merampas, mencuri, dan mencopet.

Page 39: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3) Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orangtua

dan guru seperti membolos, mengendarai kendaran dengan tanpa surat izin, dan

kabur dari rumah.

4) Perilaku yang membahayakan dan merugikan diri sendiri dan orang lain,

seperti mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa, pelacuran dan

menggunakan senjata tajam.

Santrock (2003) menjelaskan bentuk kenakalan remaja berdasarkan tingkah

laku yang ditampilkan menjadi tiga, yaitu :

1) Tindakan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial karena bertentangan

dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat contoh : berkata kasar kepada

guru dan orang tua dll.

2) Tindakan pelanggaran ringan seperti membolos sekolah, kabur pada jam mata

pelajaran tertentu dll.

3) Tindakan pelanggaran berat yang merujuk pada semua tindakan kriminal yang

dilakukan oleh remaja seperti : mencuri, seks pranikah, menggunakan obat-obatan

terlarang dll.

Pendapat mengenai bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dikemukakan oleh

Santrock (2003) sesuai dengan fenomena yang terjadi sehari-hari. Terdiri dari

tindakan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial, tindakan pelanggaran

ringan, dan tindakan pelanggaran berat.

Page 40: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kenakalan Remaja

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock, (2003) secara rinci

dijelaskan sebagai berikut :

1) Identitas

Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam

Santrock, 2003) masa remaja ada pada tahap krisis identitas versus difusi identitas

harus di atasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua

bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja: (1) terbentuknya perasaan akan

konsistensi dalam kehidupannya dan (2) tercapainya identitas peran, kurang lebih

dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang

dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja. Erikson (dalam Santrock,

2003) percaya bahwa delinkuensi pada remaja terutama ditandai dengan

kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan aspek-

aspek peran identitas. Erikson (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa remaja

yang memiliki masa balita, masa kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi

individu dari berbagai peranan sosial yang dapat diterima atau yang membuat

individu merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan pada individu

tersebut, mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang negatif. Beberapa

dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh

karena itu, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas,

walaupun identitas tersebut negatif (Erikson dalam Santrock, 2003).

Page 41: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Kontrol diri

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk

mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak

gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang

lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari

perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak

dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini.

Remaja mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang

tidak dapat diterima, atau mungkin remaja sebenarnya sudah mengetahui

perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai

dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku remaja. Hasil

penelitian yang dilakukan baru-baru ini Santrock (2003) menunjukkan bahwa

ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola

asuh orangtua yang efektif di masa kanak-kanak (penerapan strategi yang

konsisten, berpusat pada anak dan tidak aversif) berhubungan dengan dicapainya

pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya, dengan memiliki ketrampilan ini sebagai

atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan remaja.

3) Usia

Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan

penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak

yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti

hasil penelitian dari McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa

pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah laku

Page 42: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kriminalnya. Paling sedikit 60 % dari mereka menghentikan perbuatannya pada

usia 21 sampai 23 tahun. Masih menurut Kartono (2003) kenakalan remaja paling

banyak dilakukan remaja dibawah usia 22 tahun, dengan jumlah tertinggi pada

usia 15-19 tahun. Sesudah usia tersebut biasanya kenakalan yang dilakukan mulai

menurun.

4) Jenis kelamin

Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada

perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2003) menunjukkan pada

umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok

gang diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja perempuan.

5) Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah

Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang

rendah terhadap pendidikan di sekolah. Remaja nakal merasa bahwa sekolah tidak

begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai remaja nakal

terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk

sekolah. Riset yang dilakukan oleh Chang dan Lee (2005) mengenai pengaruh

orangtua, kenakalan teman sebaya, dan sikap sekolah terhadap prestasi akademik

siswa di Cina, Kamboja, Laos, dan remaja Vietnam menunjukkan bahwa faktor

yang berkenaan dengan orangtua secara umum tidak mendukung banyak,

sedangkan sikap sekolah ternyata dapat menjembatani hubungan antara kenakalan

teman sebaya dan prestasi akademik.

Page 43: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

6) Proses keluarga

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.

Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap

aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang

orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Remaja yang

hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang

buruk dengan orang-orang di luar rumah (Hurlock, 1999). Melihat kondisi

tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat

kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai

penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan

dan norma yang ada di masyarakat. Perbuatan pelanggaran ternyata bersumber

pada keaadaan keluarga yaitu suasana rumah yang tidak menyokong

perkembangan remaja, sehingga remaja menjadi anak atau orang dewasa yang

tidak bertanggung jawab dan melakukan perbuatan anti-sosial dan amoral

(Gunarsa, 2007).

7) Pengaruh teman sebaya

Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan

risiko remaja untuk menjadi nakal. Pada sebuah penelitian Santrock (2003)

terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan

di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang

memiliki hubungan reguler dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.

Pada umumnya remaja mementingkan konformitas dan penerimaan kelompok ,

apapun akan dilakukan asalkan diterima oleh kelompok akan diutamakan dan

Page 44: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

ditaati. Teman atau kelompok yang dipilih akan sangat menentukan kemana

remaja yang bersangkutan akan dibawa (Chomaria, 2008). Konformitas adalah

sikap, perilaku atau tindakan yang sesuai dengan norma kelompok sehingga

menjadi harmonis dan sepakat dengan anggota-anggota kelompok (Baron &

Byrne, 2005). Norma (norms) merupakan aturan yang berlaku pada seluruh

anggota kelompok dan berpeluang untuk menumbuhkan konformitas pada setiap

anggota kelompok tersebut (Santrock, 2003). Remaja cenderung mengikuti

aturan-aturan yang dibuat oleh kelompok bermain remaja. Melihat kondisi ini

konformitas berpengaruh pada bentuk-bentuk perilaku remaja. Banyak tujuan

yang ingin didapat oleh remaja dengan bersikap konformitas, antara lain supaya

ada penerimaan kelompok terhadap remaja tersebut, diakuinya eksistensi sebagai

anggota kelompok, menjaga hubungan dengan kelompok, mempunyai

ketergantungan dengan kelompok dan untuk menghindar dari sangsi kelompok

(Surya, 1999).

8) Kelas sosial ekonomi

Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas

sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di

antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki

banyak privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal ini disebabkan

kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan

ketrampilan yang diterima oleh masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa

mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan

anti sosial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi

Page 45: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

bagi remaja dari kelas sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini sering

ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil

meloloskan diri setelah melakukan kenakalan.

9) Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja.

Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati

berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau

penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai

dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas

menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan

yang terorganisir adalah faktor-faktor lain dalam masyarakat yang juga

berhubungan dengan kenakalan remaja.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor penyebab

kenakalan remaja adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan

terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman

sebaya, kelas sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal.

2. Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga

a. Pengertian Persepsi

Bono (2007) mengatakan bahwa persepsi adalah cara individu memandang

sesuatu, perasaan dan reaksi ditentukan berdasar apa yang individu lihat dalam

realitas di balik semua itu. Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai

proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan

yang kemudian ditafsirkan. Selanjutnya Gunawan dan Setyono (2006)

Page 46: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

mengatakan persepsi adalah apa yang dapat individu lihat dengan mata pikiran

individu, persepsi individu dibatasi oleh pengalaman, pengetahuan dan imajinasi

yang individu miliki.

Winarno (2007) menyebutkan persepsi merupakan penerimaan (receiving)

dari suatu peristiwa yang mempunyai konsekuensi terhadap orang atau kelompok.

Rakhmat (2005) juga mengemukakan persepsi adalah pengalaman terhadap objek,

peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menafsirkan dan menyimpulkan

informasi. Sedangkan menurut Hude (2006) juga mendefinisikan persepsi sebagai

tindak lanjut dari sensasi, tidak ada proses persepsi tanpa sensasi, karena persepsi

sebenarnya adalah pemberian makna pada stimulus yang ditangkap oleh alat-alat

indera. Persepsi seperti halnya sensasi amat bergantung pada faktor personal dan

situasional (faktor fungsional dan struktural). Persepsi membantu manusia

bertindak dan memahami dunia sekelilingnya.

Walgito (2004) menyatakan persepsi merupakan suatu proses yang didahului

oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat indera atau juga disebut proses sensoris, lalu diteruskan ke proses persepsi

dimana individu melakukan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap

stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan

merupakan respon yang terintegrasi dalam diri individu. Sobur (2003) persepsi

adalah keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan

diterima manusia.

Page 47: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berpendapat bahwa persepsi adalah

suatu rangkaian proses yang dimulai dari proses sensoris kemudian dilanjutkan ke

proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterima manusia.

b. Pengertian Keharmonisan Keluarga

Keluarga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting dalam

kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang

paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan

kelestarian biologis anak manusia (Kartono, 1977). Pengertian keharmonisan

menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan yang selaras atau serasi.

Menurut Gunarsa (2004) keharmonisan keluarga ialah bilamana seluruh anggota

keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

kekecewaan dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya

(eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan

sosial. Sedangkan menurut Hawari (1997) keharmonisan keluarga itu akan

terwujud apabila masing-masing anggota dalam keluarga itu dapat berfungsi dan

berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai- nilai agama ,

maka interaksi sosial yang harmonis antar anggota dalam keluarga itu akan

tercipta. Keluarga yang mempunyai komitmen agama yang kuat menempati

peringkat tinggi untuk tercapainya keharmonisan rumah tangga.

Basri (1999) menyatakan bahwa setiap orangtua bertanggung jawab juga

memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu

hubungan antara orangtua dengan anak yang baik, efektif dan menambah

kebaikan dan keharmonisan hidup dalam keluarga, sebab telah menjadi bahan

Page 48: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

kesadaran para orangtua bahwa hanya dengan hubungan yang baik kegiatan

pendidikan dapat dilaksanakan dengan efektif dan dapat menunjang terciptanya

kehidupan keluarga yang harmonis. Selanjutnya Hurlock (1973) menyatakan

bahwa anak yang hubungan perkawinan orangtuanya bahagia akan

mempersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup

karena makin sedikit masalah antar orangtua, semakin sedikit masalah yang

dihadapi anak, dan sebaliknya hubungan keluarga yang buruk akan berpengaruh

kepada seluruh anggota keluarga. Suasana keluarga yang tercipta adalah tidak

menyenangkan, sehingga anak ingin keluar dari rumah sesering mungkin karena

secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi masing-masing anggota

keluarga untuk bertengkar dengan lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti berpendapat bahwa keharmonisan

keluarga adalah berfungsi dan berperannya semua anggota keluarga sebagimana

mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai- nilai agama , sehingga tercipta

interaksi sosial yang harmonis antar anggota dalam keluarga.

c. Pengertian Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga

Persepsi dapat diketahui adalah suatu rangkaian proses yang dimulai dari

proses sensoris kemudian dilanjutkan ke proses yang menghasilkan tanggapan

setelah rangsangan diterima manusia. Selanjutnya, keharmonisan keluarga adalah

berfungsi dan berperannya semua anggota keluarga sebagimana mestinya dan

tetap berpegang teguh pada nilai- nilai agama , sehingga tercipta interaksi sosial

yang harmonis antar anggota dalam keluarga. Berdasarkan uraian tersebut dapat

diketahui persepsi terhadap keharmonisan keluarga adalah rangkaian proses yang

dimulai dari proses sensoris kemudian dilanjutkan ke proses yang menghasilkan

Page 49: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

tanggapan mengenai setiap anggota dalam keluarga itu dapat berfungsi dan

berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai- nilai agama ,

sehingga tercipta interaksi sosial yang harmonis antar anggota dalam keluarga.

d. Ciri-ciri Keharmonisan Keluarga

Basri (1999) mengungkapkan beberapa ciri dari keluarga yang harmonis/

keharmonisan keluarga, yaitu:

1) Dasar-dasar hubungan yang efektif.

Kelahiran makhluk baru di permukaan bumi ini mudah-mudahan adalah

merupakan buah dari perasaan cinta dan kasih sayang di antara kedua orang

tuanya. Perasaan yang penuh keindahan dan keluhuran itu hendaknya masih kuat

berkelanjutan dalam keseluruhan proses pendidikan dan kehidupan anak

selanjutnya. Kasih sayang dan kemesraan yang berkembang dalam kehidupan

suami-isteri dan kemudian membuahkan kelahiran tunas-tunas baru dalam

keluarga dan masyarakat serta bangsa, akan disambut dengan penuh kasih sayang.

Dasar kasih sayang yang murni akan sangat membantu perkembangan dan

pertumbuhan anak-anak dalam kehidupan selanjutnya. Perpaduan kasih ayah

sepanjang galah dan kasih ibu sepanjang jalan akan membuahkan anak-anak yang

berkembang sehat lahir dan batin serta berbahagia dan sejahtera. Kepribadian

yang utuh dan teguh yang berbuah dalam tingkah laku yang baik dan normatif

akan sangat bermanfaat dijadikan bekal anak dalam mengarungi lautan kehidupan

selanjutnya. Sebenarnya pelaksanaan pendidikan dan pengajaran terhadap anak

yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang adalah

merupakan pemenuhan kewajiban agama dalam kehidupan manusia. Memang

Page 50: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

ajaran agama yang mengajarkan dan kewajiban manusia agar bersungguh-

sungguh dalam mendidik anak dan mengasuh anak dengan penuh kasih sayang

dan tanggung jawab. Ajaran agama dengan tuntutan akhlak dan ibadah serta

aqidah jika dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh akan mampu menghasilkan

perkembangan dan pertumbuhan anak-anak yang saleh dan cukup

membahagiakan kehidupan keluarga.

2) Hubungan anak-anak dengan orang tua.

Sejak anak-anak dilahirkan di dunia ketergantungan anak-anak terhadap

kedua orang tua sangat besar. Dengan penuh kasih sayang kedua orang tuanya

memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak-anaknya yang masih belum berdaya.

Hubungan orang tua yang efektif penuh kemesraan dan tanggung jawab yang

didasari oleh kasih sayang yang tulus, menyebabkan anak-anaknya akan mampu

mengembangkan aspek-aspek kegiatan manusia pada umumnya, ialah kegiatan

yang bersifat individual, sosial dan kegiatan keagamaan.

3) Hubungan anak remaja dengan orang tua.

Remaja pada umumnya sedang mengalami perubahan dan pertumbuhan yang

pesat dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu

pesat dan perkembangan mental yang cukup membingungkan remaja. Pikiran,

perasaan, perasaan tanggung jawab, kemauan dan nilai-nilai kehidupan memang

sedang mengalami perkembangan dan kematangan menuju taraf kemasakan atau

kedewasaannya. Masa remaja adalah masa peralihan anak meninggalkan masa

kanak-kanak yang penuh dengan kemauan bermain dan akan memasuki masa

dewasa yang memerlukan perasaan bertanggung jawab yang maksimal.

Bermacam-macam permasalahan yang khas remaja dialami oleh anak-anak

Page 51: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

remaja, baik yang berhubungan dengan kondisi biologis, psikis, sosial dan

kebingungan terhadap keadaan dirinya sendiri. Semua permasalahan tersebut

disebakan perubahan-perubahan fisik-biologis, nilai-nilai kehidupan yang belum

sempurna diketahui serta mungkin pula karena kurangnya upaya persiapan kedua

orang tuanya dalam mengantarkan ke alam remaja yang penuh pertanyaan dan

kebingungan.

4) Memelihara komunikasi dalam keluarga.

Kurang lancarnya komunikasi dalam kehidupan keluarga merupakan salah

satu penyebab timbul dan berkembangnya beberapa permasalahan yang gawat

dalam keluarga. Permasalahan yang terjadi dalam keluarga sangat perlu

dikemukakan secara terbuka dengan yang lain, terutama antara suami-isteri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri keharmonisan keluarga

adalah adanya dasar-dasar hubungan yang efektif, hubungan anak-anak dengan

orang tua, hubungan anak remaja dengan orang tua, dan memelihara komunikasi

dalam keluarga.

e. Aspek-Aspek Persepsi Remaja Terhadap Keharmonisan Keluarga

1) Aspek Persepsi

Sobur (2003) mengemukakan terdapat tiga aspek dalam persepsi berdasarkan

proses terjadinya persepsi, yaitu :

a) Aspek kognitif

Aspek kognitif yaitu aspek yang tersusun atas dasar pengetahuan atau

informasi yang dimiliki seseorang tentang objek yang dipersepsi. Dari

pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek

yang dipersepsi tersebut.

Page 52: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

b) Aspek afektif

Aspek afektif yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang.

Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau

sistem nilai yang dimiliki individu yang bersangkutan.

c) Aspek konatif

Aspek konatif merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang

berhubungan dengan obyek yang dipersepsikannya.

Selanjutnya Walgito (2004) menyebutkan ada tiga aspek persepsi berdasarkan

kemampuan jiwa, yaitu:

a) Komponen kognitif

Komponen kognitif adalah kemampuan manusia menerima stimulus dari luar,

kemampuan ini berhubungan dengan pengenalan.

b) Komponen konatif

Komponen konatif adalah kemampuan manusia untuk melahirkan apa yang

terjadi dalam jiwanya, kemampuan ini berhubungan dengan motif, kemauan.

c) Komponen emosi

Komponen emosi adalah kemampuan manusia yang berhubungan dengan

perasaan .

Berdasarkan kedua uraian diatas dapat dilihat aspek yang diungkapkan Sobur

(2003) dan Walgito (2004) memiliki kesamaan, yakni: aspek kognitif, afektif dan

konatif.

Page 53: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2) Aspek Keharmonisan Keluarga

Hawari (1997) mengemukakan enam aspek keharmonisan keluarga

berdasarkan pegangan hubungan perkawinan bahagia adalah:

a) Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.

Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya kehidupan

beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat

nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan

bahwa keluarga yang tidak religius yang penanaman komitmennya rendah atau

tanpa nilai agama sama sekali cenderung terjadi pertentangan konflik dan

percekcokan dalam keluarga, dengan suasana yang seperti ini, maka anak akan

merasa tidak betah di rumah dan kemungkinan besar anak akan mencari

lingkungan lain yang dapat menerimanya.

b) Mempunyai waktu bersama keluarga.

Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama

keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama, menemani anak

bermain dan mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan anak, dalam

kebersamaan ini anak akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh

orangtuanya, sehingga anak akan betah tinggal di rumah.

c) Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga.

Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam keluarga.

Orang tua yang bijaksana selalu tepat mempergunakan kesempatan yang baik

untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Sebaliknya merupakan saat yang

kurang tepat jika anak-anak sedang menghadapi tamu atau orang-orang lain yang

dihormatinya, sedang makan, sedang akan istirahat, sedang belajar menghadapi

Page 54: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

setumpuk tugas sekolah atau PR, atau mungkin jika anak sedang tergesa-gesa

akan berangkat ke sekolah, dan sebagainya. Dalam kondisi yang demikian

biasanya hasil komunikasi yang dilakukan kurang mampu memberikan hasil yang

memuaskan semua pihak.

d) Saling menghargai antar sesama anggota keluarga

Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi

setiap anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan

ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan yang lebih

luas.

e) Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan keharmonisan

keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang minim, jika dalam keluarga

sering terjadi perselisihan dan pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak

lagi menyenangkan. Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha

menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian terbaik

dari setiap permasalahan.

f) Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.

Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan harmonisnya

sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat

maka antar anggota keluarga tidak ada lagi rasa saling memiliki dan rasa

kebersamaan akan kurang. Hubungan yang erat antar anggota keluarga ini dapat

diwujudkan dengan adanya kebersamaan, komunikasi yang baik antar anggota

keluarga dan saling menghargai.

Page 55: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan aspek-aspek keharmonisan

keluarga adalah menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai

waktu bersama keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antar anggota

keluarga, saling menghargai antar sesama anggota keluarga, kuantitas dan kualitas

konflik yang minim, adanya hubungan yang erat antar anggota keluarga. Keenam

aspek tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya.

3) Aspek Persepsi Remaja Terhadap Keharmonisan Keluarga

Berdasarkan aspek-aspek persepsi yang dikemukakan Sobur (2003) dan

Walgito (2004) yakni : kognitif, afektif dan konatif. Selanjutnya aspek

keharmonisan keluarga dikemukakan Hawari (1997) yakni : menciptakan

kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu bersama keluarga,

mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga, saling menghargai

antar sesama anggota keluarga, kuantitas dan kualitas konflik yang minim, adanya

hubungan yang erat antar anggota keluarga. Dapat diketahui aspek persepsi

remaja terhadap keharmonisan keluarga adalah cara remaja memberikan

tanggapan secara kognitf, afektif dan konatif atas kehidupan keluarga yang

beragama , mempunyai waktu bersama, komunikasi yang baik antar anggota

keluarga, saling menghargai antar sesama anggota keluarga, kualitas dan kuantitas

konflik yang minim, dan hubungan mengikat yang erat antar anggota keluarga

(Hawari, 1997).

Page 56: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

3. Konformitas Teman Sebaya

a. Pengertian Teman Sebaya

Teman sebaya berarti teman-teman yang sesuai dan sejenis, perkumpulan

atau kelompok yang mempunyai sifat-sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis

(Sudarsono, 1997).

Peer group atau teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat

usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 2003). Selanjutnya Johnson

(Sarwono, 2005) kelompok sebaya adalah kumpulan dua individu atau lebih yang

berinteraksi tatap muka, yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam

kelompok dan masing-masing menyadari saling ketergantungan dalam mencapai

tujuan bersama.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti berpendapat bahwa teman sebaya

adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang

sama yang saling ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama.

b. Pengertian Konformitas

Konformitas adalah perubahan perilaku atau sikap yang diperoleh karena

keinginan untuk mengikuti keyakinan atau standar orang lain (Feldman, 1999).

Menurut Sarwono (2006) konformitas adalah kesesuaian antara perilaku individu

dengan perilaku kelompoknya atau perilaku individu dengan harapan orang lain

tentang perilakunya. Konformitas didasari oleh kesamaan antara perilaku dengan

perilaku atau antara perilaku dengan norma. Senada dengan hal tersebut Baron &

Byrne (2005) memberikan pengertian mengenai konformitas sebagai suatu jenis

Page 57: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

pengaruh sosial yang mengubah sikap dan tingkah laku individu agar sesuai

dengan norma sosial yang ada.

Allan (dalam Kuppuswamy, 1990) telah mendefinisikan konformitas secara

operasional sebagai perubahan perilaku seseorang karena hasil pengaruh

kelompok dalam meningkatkan kesesuaian antara individu dengan kelompok.

Konformitas mengakibatkan kecocokan atau kesesuaian antara individu dan

kelompok. Sementara itu menurut Chaplin (2004), konformitas adalah

kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh

sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Chaplin juga mendefinisikan konformitas

sebagai cirri pembawa kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan

pendapat orang lain untuk menguasai dirinya.

Willis (dalam Sarwono, 2006) mengungkapkan perilaku konformitas yang

murni adalah usaha terus menerus dari individu untuk selaras dengan norma-

norma yang diharapkan oleh kelompok. Jika persepsi individu tentang norma-

norma kelompok (standar sosial) berubah, maka individu akan mengubah pula

tingkah lakunya. Perilaku konformitas diperkirakan akan timbul secara maksimal

jika kompetensi (kemampuan) kelompok atau partner lebih tinggi dari kompetensi

individu, individu menganut sikap yang fleksibel dan ganjaran akan lebih besar

jika respons selaras dengan norma kelompok.

Di samping itu, masih menurut Willis (dalam, Sarwono, 2006) perlu

dibedakan antara konformitas dan konformitas psikologis. Konformitas adalah

keselarasan dan gerak yang berkaitan dengan standar sosial yang objektif,

sedangkan konformitas psikologis berkaitan dengan standar sosial yang

Page 58: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dipersepsikan oleh seseorang. Ditegaskan oleh Krech dkk (dalam Kuppuswamy,

1990) esensi konformitas adalah menyerah pada tekanan kelompok.

Sementara itu Sears dkk. (1994) berpendapat bahwa seseorang atau organisasi

seringkali berusaha agar pihak lain menampilkan tindakan tertentu pada saat pihak

lain tersebut tidak ingin melakukannya. Bila seseorang menampilkan perilaku

tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut, hal ini disebut

konformitas. Bila individu menampilkan perilaku tertentu karena ada tuntutan,

meskipun mereka lebih suka tidak menampilkannya disebut ketaatan atau

kepatuhan. Konformitas dapat dipandang sebagai bentuk khusus dari ketaatan –

dilakukan karena ada tekanan kelompok – tetapi sebenarnya konformitas

merupakan gejala penting yang harus dipandang secara terpisah.

Menurut Zebua dan Nurdayadi (2001) konformitas adalah suatu tuntutan yang

tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya namun memiliki

pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku

tertentu. Sedangkan menurut Davidoff (1991) konformitas didefinisikan sebagai

perubahan perilaku dan sikap sebagai akibat dari tekanan (nyata atau tidak nyata).

Sependapat dengan hal ini Kiesler dan Kiesler (dalam Rakhmat, 2005)

memandang konformitas sebagai perilaku atau kepercayaan menuju (norma)

kelompok sebagai tekanan kelompok yang riil atau yang dibayangkan. Orang-

orang yang konformis akan bersikap, berperilaku atau bertindak sesuai dengan

norma kelompok, menjadi harmonis dan sepakat dengan anggota-anggota

kelompok (Baron & Byrne, 2005).

Page 59: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Individu yang tergolong mudah konform itu, biasanya taat pada peraturan dan

norma yang sudah berlaku lama sekali. Mereka tidak memperlihatkan kekuatan

ego yang mudah toleran terhadap hal yang kurang jelas, bertanggung jawab,

spontan dan cepat memperoleh pemahaman dibandingkan dengan mereka yang

sulit konform (Davidoff, 1991). Banyak tujuan yang ingin didapat oleh remaja

dengan bersikap konformis, antara lain supaya ada penerimaan kelompok

terhadap remaja tersebut, diakuinya eksistensi sebagai anggota kelompok,

menjaga hubungan dengan kelompok, mempunyai ketergantungan dengan

kelompok dan untuk menghindar dari sanksi kelompok (Surya, 1999).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berpendapat konformitas diartikan

bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena disebabkan karena orang

lain/kelompok menampilkan perilaku tersebut sebagai tekanan kelompok yang riil

atau yang dibayangkan, dengan tujuan ada penerimaan kelompok, diakuinya

eksistensi sebagai anggota kelompok, menjaga hubungan dengan kelompok,

mempunyai ketergantungan dengan kelompok sehingga terhindar dari sanksi

kelompok.

c. Pengertian Konformitas Teman Sebaya

Teman sebaya dapat diketahui adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat

usia atau tingkat kedewasaan yang sama yang saling ketergantungan dalam

mencapai tujuan bersama. Selanjutnya, konformitas diartikan bila seseorang

menampilkan perilaku tertentu karena disebabkan karena orang lain/kelompok

menampilkan perilaku tersebut sebagai tekanan kelompok yang riil atau yang

dibayangkan, dengan tujuan ada penerimaan kelompok, diakuinya eksistensi

Page 60: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sebagai anggota kelompok, menjaga hubungan dengan kelompok, mempunyai

ketergantungan dengan kelompok sehingga terhindar dari sanksi kelompok. Dapat

diketahui konformitas teman sebaya adalah bila seseorang menampilkan perilaku

tertentu karena disebabkan karena teman sebaya menampilkan perilaku tersebut

sebagai tekanan kelompok yang riil atau yang dibayangkan, dengan tujuan ada

penerimaan kelompok teman sebaya, diakuinya eksistensi sebagai anggota

kelompok sebaya, menjaga hubungan dengan kelompok sebaya, mempunyai

ketergantungan dengan kelompok sebaya sehingga terhindar dari sanksi kelompok

sebaya.

d. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya

Konformitas sebuah kelompok acuan dapat mudah terlihat dengan adanya

ciri-ciri yang khas. Sears,dkk (1994) mengemukakan secara eksplisit aspek

konformitas berdasarkan adanya ciri-ciri yang khas sebagai berikut :

1) Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan remaja tertarik dan

ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan remaja dengan

kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan

memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang

satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh

manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka

akan semakin kompak kelompok tersebut.

Page 61: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2) Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga

remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.

Tekanan kelompok membuat adanya kesepakatan dalam kelompok tersebut.

3) Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela

melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya

tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga.

Selanjutnya Wiggins (1994) membagi aspek konformitas menjadi dua

berdasarkan tindakan yang dilakukan individu, yaitu :

1) Kerelaan

Rela mengikuti apapun pendapat kelompok yang diinginkan atau diharapkan

agar memperoleh hadiah berupa pujian dan untuk menghindari celaan,

keterasingan, cemooh yang mungkin diberikan oleh kelompok jika tidak

dikerjakan salah satu dari anggota kelompok tersebut.

2) Perubahan

Saat terjadi perubahan dalam suatu melakukan konformitas, ketidakhadiran

anggota kelompok lebih dianggap sesuai dengan perilaku dan tindakan anggota

kelompok yang hadir. Jadi maksud dari perubahan di sini adalah proses

penyesuaian perilaku dari masing-masing anggota kelompok terhadap

kesepakatan kelompok itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, aspek-aspek konformitas yang dikemukakan oleh

Sears,dkk (1994) definisinya lebih mendekati pada dengan konformitas yang biasa

Page 62: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dilakukan remaja. Peneliti menggunakan aspek yang dikemukan Sears,dkk (1994)

yaitu: kekompakan, kesepakatan dan ketaatan.

4. Hubungan Antara Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga

dan Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja

a. Hubungan Antara Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga

dengan Kenakalan Remaja

Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi pembentukan dan

pengembangan kepribadian seorang anak. Kehidupan keluarga yang baik ditandai

oleh hubungan yang harmonis, selaras dan seimbang diantara anggota keluarga.

Dalam hal ini, terhadap komunikasi (interaksi dua arah) antara pasangan suami-

istri dan orang tua-anak. Dengan demikian, hal ini akan membentuk kepribadian

yang matang bagi anak. Anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial,

tanpa terpengaruh oleh pergaulan buruk termasuk penyalahgunaan narkoba

(Gunarsa, 2004).

Martono dan Joewan (2008) menambahkan keluarga merupakan lingkungan

pendidikan yang utama dan pertama bagi anak. Jika suasana keluarga kurang

mendukung dapat menimbulkan gangguan perkembangan kejiwaan anak, yang

nantinya akan berpengaruh pada bentuk-bentuk perilaku remaja.

Selanjutnya Hawari (1997) menambahkan keharmonisan keluarga itu akan

terwujud apabila masing-masing anggota dalam keluarga itu dapat berfungsi dan

berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai- nilai agama

kita, maka interaksi sosial yang harmonis antar antar dalam keluarga itu akan

dapat diciptakan.

Page 63: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Berdasarkan uraian di atas terlihat pentingnya persepsi remaja terhadap

keharmonisan keluarga untuk menyokong perkembangan remaja, sehingga remaja

menjadi anak atau orang dewasa yang bertanggung jawab dan terhindar dari

perbuatan anti-sosial dan amoral.

b. Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kenakalan

remaja adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap

pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya,

status sosial ekonomi dan kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal (Santrock,

2003).

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui

cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang

memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja

dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya

(Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan

keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993;

Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan

Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan

sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan

dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi

misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa

yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).

Page 64: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja diungkapkan oleh

Camarena (dalam Santrock, 2003) dapat menjadi positif atau negatif. Konformitas

yang negatif mengakibatkan misalnya: mencuri, mencorat-coret di sembarang

tempat tanpa ijin, merokok, dan mempermainkan orangtua serta guru. Sementara

itu, konformitas positif mampu mengarahkan remaja kepada kegiatan positif

misalnya terlibat dalam kelompok perkumpulan kegiatan sosial

Berdasarkan uraian di atas pada umumnya remaja mementingkan konformitas

dengan tujuan penerimaan kelompok. Teman atau kelompok yang dipilih akan

sangat menentukan kemana remaja yang bersangkutan akan dibawa. Perilaku

yang dimunculkan oleh kelompoknya memungkinkan berperan dalam

pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya.

5. Kerangka Berpikir Hubungan Antara Persepsi Remaja terhadap

Keharmonisan Keluarga dan Konformitas Teman Sebaya dengan

Kenakalan Remaja

Persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga yang diwujudkan dalam

hubungan keluarga yang baik dan suasana rumah yang menyokong perkembangan

remaja, sehingga remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan

terhindar dari perbuatan anti sosial/ amoral. Selain bersosialisasi di lingkungan

keluarga, remaja melakukan salah satu bentuk sosialisasi yang sangat dikenal

dalam masa remaja adalah konformitas kelompok remaja. Remaja mementingkan

konformitas dan penerimaan kelompok, apapun akan dilakukan asalkan diterima

oleh kelompok akan diutamakan dan ditaati. Teman atau kelompok yang dipilih

akan sangat menentukan arah remaja yang bersangkutan untuk berbuat.

Page 65: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Bagan

Kerangka Berpikir “Hubungan antara Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga dan Konformitas Dengan Perilaku Kenakalan

Remaja di SMA Utama 2 Bandar Lampung”

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga dengan

kenakalan pada remaja siswa SMA UTAMA 2 Bandar Lampung”.

2. Ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan pada remaja

siswa SMA UTAMA 2 Bandar Lampung”.

Konformitas Teman Sebaya

Kenakalan

Remaja

Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga

Page 66: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang diteliti adalah:

1. Variabel bebas:

a. Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga

b. Konformitas Teman Sebaya

2. Variabel tergantung: Kenakalan Remaja.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga

Persepsi terhadap keharmonisan keluarga adalah rangkaian proses yang

dimulai dari proses sensoris kemudian dilanjutkan ke proses yang menghasilkan

tanggapan atas keharmonisan keluarga dimana setiap anggota dalam keluarga itu

dapat berfungsi dan berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh

pada nilai- nilai agama , sehingga tercipta interaksi sosial yang harmonis antar

anggota dalam keluarga. Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga disusun

berdasarkan gabungan dari aspek-aspek persepsi dan aspek-aspek keharmonisan

keluarga. Adapun aspek-aspek persepsi dikemukan Sobur (2003) yaitu aspek

kognitif, afektif dan konatif, sedangkan aspek-aspek keharmonisan keluarga

dikemukakan Hawari (1997) yaitu menciptakan kehidupan beragama dalam

keluarga, mempunyai waktu bersama keluarga, mempunyai komunikasi yang baik

antar anggota keluarga, saling menghargai antar sesama anggota keluarga,

kuantitas dan kualitas konflik yang minim, adanya hubungan yang erat antar

Page 67: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

anggota keluarga. Adapun aspek persepsi terhadap keharmonisan keluarga dapat

dilihat dari bagaimana remaja memberikan tanggapan secara kognitf, afektif dan

konatif atas keharmonisan keluarga dimana dalam keluarga yang harmonis

terdapat kehidupan yang beragama , mempunyai waktu bersama, komunikasi yang

baik antar anggota keluarga, saling menghargai antar sesama anggota keluarga,

kualitas dan kuantitas konflik yang minim, dan hubungan mengikat yang erat

antar anggota keluarga. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti

semakin positif persepsi terhadap keharmonisan keluarganya, demikian juga

sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin negatif

persepsi terhadap keharmonisan keluarganya

2. Konformitas Teman Sebaya

Konformitas teman sebaya adalah bila seseorang menampilkan perilaku

tertentu karena disebabkan karena teman sebaya menampilkan perilaku tersebut

sebagai tekanan kelompok sebaya yang riil atau yang dibayangkan, dengan tujuan

ada penerimaan kelompok sebaya, diakuinya eksistensi sebagai anggota kelompok

sebaya, menjaga hubungan dengan kelompok sebaya, mempunyai ketergantungan

dengan kelompok sebaya sehingga terhindar dari sanksi kelompok sebaya. Skala

Konformitas Teman Sebaya yang disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas

yang dikemukakan Sears, dkk (1994) meliputi: kekompakan, kesepakatan,

ketaatan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi

konformitas teman sebaya yang dilakukan subjek, demikian juga sebaliknya

semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah konformitas

teman sebaya yang dilakukan subjek.

Page 68: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang melakukan tindakan merusak

dan mengganggu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain hingga tingkah

laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana dimana tindakan

tersebut dapat membuat seseorang remaja yang melakukannya masuk penjara.

Dalam penelitian ini Kuesioner Kenakalan Remaja disusun berdasarkan bentuk-

bentuk kenakalan remaja yang dikemukakan oleh Santrock (2003) yang meliputi:

tindakan yang tidak dapat diterima lingkungan sosial, tindakan pelanggaran

ringan, dan tindakan pelanggaran berat. Semakin tinggi skor yang diperoleh

subjek berarti semakin tinggi kenakalan remaja yang dilakukan subjek, demikian

juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin

rendah kenakalan remaja yang dilakukan subjek.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Utama 2

Bandar Lampung yang terdiri dari lima kelas yaitu XI-IPA1, XI-IPS1, XI-IPS2,

XI-IPS3, XI-IPS4 sebanyak 198 siswa. Jika subjek lebih dari 100 maka bisa

diambil sampel antara 10-11% atau 20-21% dari jumlah populasi (Arikunto,

1998). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampel yaitu

sampel yang sudah dikelompokkan, yang dimaksud sebagai kelompok dalam

penelitian ini adalah kelas. Penelitian ini menggunakan tiga kelas sebagai subjek

penelitian. Teknik pengambilan sampel dari populasi ini dilakukan dengan teknik

cluster random sampling, yaitu dengan melakukan randomisasi terhadap kelas,

bukan terhadap subjek secara individual, kemudian cara pemilihannya dengan

Page 69: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

menggunakan undian. Setelah dilakukan pengundian, didapatkan satu kelas

sebagai sampel tryout yaitu kelas XI IPS1 sebanyak 40 siswa serta dua kelas

sebagai sampel penelitian yaitu kelas XI IPS2, XI IPS3 sebanyak 80 siswa. Jika

jumlah siswa 198 siswa maka 80 siswa yang terpilih sudah memenuhi 20% dari

populasi (Arikunto, 1998).

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber data

Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari sumber pertama.

Data penelitian ini diperoleh langsung dari siswa-siswi kelas SMA Utama 2

Bandar Lampung yang menjadi sampel penelitian sebanyak 80 siswa. Data

tersebut berupa respon atau tanggapan dari pernyataan yang diajukan peneliti

dalam skala sikap dengan model Skala Likert untuk mengungkap Konformitas

Teman Sebaya, Skala Diferensi Semantik untuk mengungkap Persepsi Remaja

terhadap Keharmonisan Keluarga dan Kuesioner Dikotomi untuk mengungkap

Kenakalan Remaja.

2. Metode pengumpulan data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan dalam

penelitian ini adalah skala sikap dengan model Skala Likert untuk mengungkap

konformitas teman sebaya, Skala Diferensi Semantik untuk mengungkap persepsi

remaja terhadap keharmonisan keluarga dan Kuesioner untuk mengungkap

kenakalan remaja.

Page 70: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

a. Skala Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga

Skala Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan Keluarga disusun sendiri oleh

peneliti berdasarkan gabungan dari aspek-aspek persepsi dan aspek-aspek

keharmonisan keluarga. Adapun aspek-aspek persepsi dikemukan oleh Sobur

(2003) yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif, sedangkan aspek-aspek

keharmonisan keluarga dikemukakan oleh Hawari (1997) yaitu:

1) Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.

Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya kehidupan

beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat

nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan

bahwa keluarga yang tidak religius yang penanaman komitmennya rendah atau

tanpa nilai agama sama sekali cenderung terjadi pertentangan konflik dan

percekcokan dalam keluarga, dengan suasana yang seperti ini, maka anak akan

merasa tidak betah di rumah dan kemungkinan besar anak akan mencari

lingkungan lain yang dapat menerimanya.

2) Mempunyai waktu bersama keluarga.

Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama

keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama, menemani anak

bermain dan mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan anak, dalam

kebersamaan ini anak akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh

orangtuanya, sehingga anak akan betah tinggal di rumah.

Page 71: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

3) Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga.

Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam keluarga.

Orang tua yang bijaksana selalu tepat mempergunakan kesempatan yang baik

untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Sebaliknya merupakan saat yang

kurang tepat jika anak-anak sedang menghadapi tamu atau orang-orang lain yang

dihormatinya, sedang makan, sedang akan istirahat, sedang belajar menghadapi

setumpuk tugas sekolah atau PR, atau mungkin jika anak sedang tergesa-gesa

akan berangkat ke sekolah, dan sebagainya. Dalam kondisi yang demikian

biasanya hasil komunikasi yang dilakukan kurang mampu memberikan hasil yang

memuaskan semua pihak.

4) Saling menghargai antar sesama anggota keluarga

Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi

setiap anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan

ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan yang lebih

luas.

5) Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan keharmonisan

keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang minim, jika dalam keluarga

sering terjadi perselisihan dan pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak

lagi menyenangkan. Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha

menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian terbaik

dari setiap permasalahan.

Page 72: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

6) Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.

Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan harmonisnya

sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat

maka antar anggota keluarga tidak ada lagi rasa saling memiliki dan rasa

kebersamaan akan kurang. Hubungan yang erat antar anggota keluarga ini dapat

diwujudkan dengan adanya kebersamaan, komunikasi yang baik antar anggota

keluarga dan saling menghargai.

Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 54 butir, yang terdiri atas 18 untuk

tiap aspeknya. Distribusi aitem Skala Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga

sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Blueprint Skala Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga

Pernyataan No Aspek Afektif Kognitif Konatif

Total

1. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga. • Tercipta kehidupan

beragama • Penanaman komitmen

berdasarkan nilai-nilai agama.

2,8,14 3,9,15 1,7,13 9

2. Mempunyai waktu bersama keluarga. • Menyediakan waktu

untuk bersama keluarga. • Berkumpul, makan

bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah serta keluhan-keluhan anak.

6,20,27 4,19,25 5,21,26 9

3. Mempunyai komunikasi yang baik antar keluarga. • Berkomunikasi dengan

baik antar anggota keluarga

12,18,24 10,16,22 11,17,23 9

Page 73: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Pernyataan No Aspek Afektif Kognitif Konatif

Total

• Terbuka atas segala hal yang terjadi dalam keluarga

• Saling berdiskusi dan bertukar pikiran

4. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga • Menghargai perbedaan

pendapat yang terjadi • Mengajarkan

keterampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak

30,36,42 28,34,41 29,35,40 9

5. Hubungan, ikatan yang erat antar anggota keluarga • Terciptanya

keharmonisan keluarga • Merasa betah berada di

dalam rumah • Antar anggota keluarga

saling mendukung dan membantu satu sama lain

33,46,54 32,47,52 31,48,53 9

6. Kuantitas dan kualitas konflik yang minim • Sabar dan tenang dalam

menghadapi masalah • Jarang terjadi

pertengkaran • Anak menuruti perintah

orang tua

38,44,50 39,45,51 37,43,49 9

Total 18 18 18 54 Model skala yang digunakan pada Skala Persepsi terhadap Keharmonisan

Keluarga merupakan Skala Diferensi Semantik, sebagai salah satu sarana

pengukuran psikologis dalam berbagai aspek kontinum (Azwar, 2005). Skala

Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga terdiri atas beberapa aitem yang diikuti

beberapa kontinum kata sifat yang berbeda. Skor responden pada skala secara

keseluruhan diperoleh dengan cara menjumlahkan skor pada masing-masing

Page 74: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

kontinum (Azwar, 2005). Nilai skala pada Skala Persepsi terhadap Keharmonisan

Keluarga dibagi atas tujuh bagian yang diberi nilai satu sampai dengan tujuh.

Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga dalam penelitian ini

mengandung kontinum favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak

mendukung). Pemberian skor untuk kontinum favorable bergerak dari tujuh

sampai satu, sedangkan skor untuk kontinum unfavorable bergerak dari satu

sampai tujuh.

b. Skala Konformitas Teman Sebaya

Skala Konformitas Teman Sebaya yang disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan aspek-aspek konformitas yang dikemukakan Sears, dkk (1994)

meliputi:

1) Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan remaja tertarik dan

ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan remaja dengan

kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan

memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang

satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh

manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka

akan semakin kompak kelompok tersebut.

2) Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga

remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.

Page 75: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3) Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela

melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya

tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga.

Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 36 butir, yang terdiri atas 18 aitem

favorable dan 18 aitem unfavorable. Distribusi aitem Skala Konformitas Teman

Sebaya sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Blueprint Skala Konformitas Teman Sebaya

Skala Konformitas Teman Sebaya merupakan Model Likert yaitu merupakan

metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons

sebagai dasar penentuan nilai skalanya yang telah dimodifikasi menjadi empat

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total 1. Kekompakan

Berpartisipasi

dalam kegiatan kelompok

Mengutamakan kegiatan bersama kelompok

Meniru perilaku teman

4,10,11,13,14,15

1,9,12,30,31,33

12

2. Kesepakatan

Setuju dengan pendapat kelompok

Berperilaku sesuai dengan identitas kelompok

2,7,16,32,35,36

5,17,28,29,33,34

12

3. Ketaatan

Berperilaku atas pengaruh kelompok

Berperilaku atas persetujuan kelompok

3,8,18,20,21,22

6,19,23,24,25,27

12

Total 18 18 36

Page 76: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

kategori jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (R), Tidak

Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala Konformitas dalam penelitian

ini mengandung aitem favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak

mendukung). Pemberian skor untuk aitem favorable bergerak dari lima sampai

satu untuk SS, S, R, TS dan STS, sedangkan skor untuk aitem unfavorable

bergerak dari satu sampai lima untuk SS, S, R, TS dan STS.

c. Kuesioner Kenakalan Remaja

Kuesioner yang digunakan untuk mengungkap kenakalan remaja disusun

sendiri oleh peneliti berdasarkan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang

dikemukakan oleh Santrock (2003) yang meliputi:

1) Tindakan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial karena bertentangan

dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat contoh : berkata kasar kepada

guru dan orang tua dll.

2) Tindakan pelanggaran ringan seperti membolos sekolah, kabur pada jam mata

pelajaran tertentu dll.

3) Tindakan pelanggaran berat yang merujuk pada semua tindakan kriminal yang

dilakukan oleh remaja seperti : mencuri, seks pranikah, menggunakan obat-obatan

terlarang dll.

Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 46 butir, yang terdiri atas perilaku

dalam kehidupan sehari-hari. Distribusi aitem Kuesioner Kenakalan Remaja

sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 77: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 3 Blueprint Kuesioner Kenakalan Remaja

Nomor Aitem No Aspek Indikator Pernyataan

Jumlah

1 Tindakan yang tidak dapat diterima lingkungan sosial.

• Berkata kasar kepada orang tua dan guru

• Berbohong dengan orang tua

• Tidak mendengarkan nasehat orang tua

14,16,17,21,24,25,23,32,33,41,43,45

12

2 Tindakan pelanggaran ringan.

• Melarikan diri dari rumah

• Membolos sekolah

• Kabur pada jam mata pelajaran tertentu

1,2,3,5,6,7,8,10,12,13,18,19,20,22,27,29,30,

44,34,35,36,42,46

23

3 Tindakan pelanggaran berat.

• Menggunakan obat-obatan terlarang

• Mabuk-mabukan

• Seks pranikah

4,9,11,15,26,28,31,37,38,39,40

11

Total 46

Kuesioner Kenakalan Remaja dalam penelitian ini mengandung pernyataan-

pernyataan kenakalan remaja. Pemberian skor untuk setiap aitem berdasarkan

frekuensi dilakukannya bergerak dari satu sampai nol untuk Pernah (P) dan Tidak

Pernah (TP).

Page 78: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

E. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Validitas Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, validitas alat ukur dipenuhi dengan validitas isi.

Penggunaan validitas isi menunjukkan sejauh mana butir-butir dalam alat ukur

mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh alat ukur tersebut .

Salah satu cara yang sederhana untuk melihat apakah validitas isi telah terpenuhi

adalah dengan melihat apakah butir-butir dalam skala telah ditulis sesuai dengan

blue print-nya, yaitu telah sesuai dengan batasan kawasan ukur yang telah

ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing butir telah sesuai

dengan indikator perilaku yang akan diungkap. Analisis rasional ini juga

dilakukan oleh pihak yang berkompeten untuk menganalisis skala tersebut.

Prosedur validitas skala melalui pengujian isi skala dengan menganalisis secara

rasional oleh professional judgement, yaitu pembimbing.

Langkah selanjutnya adalah prosedur seleksi aitem berdasarkan data empiris

dengan melakukan analisis kuantitatif terhadap parameter-parameter aitem. Pada

tahap ini dilakukan seleksi aitem berdasarkan daya diskriminasinya. Daya

diskriminasi aitem adalah sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu

atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang

diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan pula indikator keselarasan atau

konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang

dikenal dengan istilah konsistensi aitem total (Azwar, 2008).

Page 79: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan komputasi koefisien

korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu

distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi

aitem total (rix) yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda aitem.

Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala

berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara

keseluruhan yang berarti makin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi

rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur

skala dan daya bedanya tidak baik. Bila koefisien korelasi yang dimaksud ternyata

berharga negatif, artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan

(Azwar, 2008).

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total biasanya

digunakan batasan r>0,30 (Azwar, 2005). Dengan demikian, semua pernyataan

yang memiliki korelasi dengan skor skala kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan

pernyataan-pernyataan yang diikutkan dalam skala sikap diambil dari aitem-aitem

yang memiliki korelasi 0,30 keatas dengan pengertian semakin tinggi koefisien

korelasi itu mendekati angka 1,00 maka semakin baik pula konsistensinya. Guna

mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 17.0.

2. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Menurut Azwar (2008) reliabilitas mengacu pada konsistensi atau

keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran.

Reliabilitas dinyatakan dengan koefisiensi reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada

Page 80: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas

mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien

reliabilitas yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitas.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach

yaitu dengan membelah aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian, sehingga

setiap belahan berisi aitem dengan jumlah yang sama banyak (Azwar, 2008).

Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product

and Service Solution (SPSS) versi 17.0.

Dalam penelitian ini, Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga dan

Skala Konformitas Teman Sebaya menggunakan atribut komposit dalam

perhitungan validitas dan reliabilitas skala penelitian. Hal ini dikarenakan skala

yang digunakan dirancang untuk mengukur satu atribut namun atribut tersebut

dikonsepkan dalam beberapa aspek atau dimensi yang mengungkapkan

subdomain yang berbeda satu sama lain (Azwar, 2008). Dengan demikian, dalam

pemilihan aitem harus dilakukan analisis aitem bagi setiap aspek (menghitung

korelasi aitem dengan skor aspek, bukan skor skala), dengan membandingkan

indeks diskriminasinya dalam masing-masing aspek, bukan secara keseluruhan.

3. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu persepsi terhadap

keharmonisan keluarga dan konformitas, dan satu variabel bebas yaitu, kenakalan

remaja. Data kenakalan remaja bersifat data ordinal maka dikhawatirkan terdapat

sebaran yang tidak normal, sehingga penelitian ini menggunakan dua metode analisis

sekaligus. Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji

Page 81: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

hipotesis yang diajukan dengan analisis korelasi Product Momen ( Pearson) untuk

mengukur data yang berdistribusi normal dan linier (memenuhi syarat analisis

korelasi Product Momen). Selanjutnya untuk menguji hipotesis data yang

berdistribusi tidak normal dan tidak linier menggunakan analisis Contingency

Coefficient. Chi square merupakan suatu metode statistika non parametrik yang

digunakan untuk mengukur data yang berdistribusi tidak normal dan tidak linier

(tidak memenuhi uji asumsi).

Untuk mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical

Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.

Page 82: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara persepsi remaja terhadap keharmonisan

keluarga dan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja pada siswa

dilakukan di SMA Utama 2 Bandar Lampung yang beralamatkan di Jl. Jend.

Sudirman 39, Tanjungkarang Timur Bandar Lampung. Sebelum melakukan

penelitian, terlebih dahulu dilakukan survey awal untuk mengetahui informasi

yang berkaitan dengan subjek.

Berdasarkan hasil survey awal tersebut, peneliti memutuskan untuk

melakukan penelitian di SMA Utama 2 Bandar Lampung. Pemilihan sekolah

tersebut sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Penelitian mengenai ”Kenakalan Remaja ditinjau dari Persepsi Remaja

terhadap Keharmonisan Keluarga dan Koformitas Teman Sebaya” belum pernah

dilakukan.

b. Jumlah murid memenuhi syarat untuk penelitian.

c. Adanya ijin yang diperoleh untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

d. Data BP tentang kenakalan remaja yang terjadi di sekolah tersebut.

2. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan

terarah. Hal-hal yang dipersiapkan adalah berkaitan dengan perijinan dan

penyusunan alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

Page 83: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

a. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan yang

diajukan pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.

Permohonan ijin tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1) Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada Kepala

Sekolah SMA Utama 2 Bandar Lampung dengan nomor 740/H

27.1.17.3/TU/2010 agar bisa melakukan penelitian di SMA Utama 2 Bandar

Lampung.

2) Setelah mendapatkan ijin dari pihak sekolah, peneliti baru bisa melaksanakan

penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.

b. Pengumpulan Data Untuk Uji Coba

Setiap pengukuran selalu diharapkan untuk mendapat hasil ukur yang akurat

dan objektif. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah alat ukur yang

digunakan harus valid atau sahih dan reliabel atau andal (Hadi, 2004), oleh karena

itu alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian harus di uji cobakan terlebih

dahulu. Pada penelitian ini pelaksanaan uji coba pada tanggal 24 Mei 2010 di

SMA Utama 2 Bandar Lampung pada siswa XI IPS1 sebanyak 40 orang. Skala

penelitian diujicobakan kepada kelompok subjek yang mempunyai karakteristik

setara dengan subjek penelitian (Azwar, 2008). Pengumpulan data dilakukan

secara klasikal dengan memberikan Skala Persepsi terhadap Keharmonisan

Keluarga, Skala Konformitas, dan Kuesioner Kenakalan Remaja secara langsung

kepada tiap-tiap subjek dan pengambilan skala dilakukan pada saat itu juga

Page 84: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

setelah pengisian skala selesai. Rata-rata waktu yang digunakan subjek untuk

mengisi seluruh skala adalah 45 menit. Sebanyak 40 eksemplar data uji coba

dibagikan. Data yang terkumpul kembali terdiri dari 40 eksemplar data uji coba

diisi dengan lengkap, sehingga memenuhi syarat untuk diskor dan dianalisis.

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan skoring pada 40 eksemplar data uji

coba untuk pengujian validitas dan reliabilitas.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setiap pengukuran selalu diharapkan untuk mendapat hasil ukur yang akurat

dan objektif. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah alat ukur yang

digunakan harus valid atau sahih dan reliabel atau andal (Hadi, 2004). Ketiga

skala menggunakan indeks daya beda sebesar 0,3 dengan pertimbangan bahwa

daya beda tersebut sudah dapat dianggap sebagai koefisien validitas yang

memuaskan (Azwar, 2008). Aitem dengan daya beda di bawah 0,3 dianggap

sebagai aitem yang gugur dan selanjutnya tidak dipakai untuk penelitian. Oleh

karena itu skala yang akan digunakan dalam penelitian harus di uji cobakan

terlebih dahulu.

a. Penghitungan validitas

Penghitungan validitas aitem ketiga alat ukur yang dipergunakan dalam

penelitian ini menggunakan penghitungan validitas dengan bantuan komputer

program SPSS for MS windows versi 17.0. Penghitungan validitas yang diperoleh,

yakni:

1) Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga. Keseluruhan aitem saat uji

coba adalah 54 aitem yang diujicobakan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 44

Page 85: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

aitem valid dan yang dinyatakan gugur sebanyak 10 aitem yaitu 9, 12, 15, 20, 25,

30, 48, 49, 51, 54. . Aitem yang valid mempunyai nilai corrected item-total

correlation bergerak dari 0,309 sampai 0,984 dan koefisien reliabilitas alpha (α)

= 0,980. Distribusi aitem Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga yang

valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Persepsi terhadap Keharmonisan

Keluarga Pernyataan

Afektif Kognitif Konatif No Aspek Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur

1. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga. • Tercipta kehidupan

beragama • Penanaman komitmen

berdasarkan nilai-nilai agama.

2,8,14

- 3 9,15 1,7,13

-

2. Mempunyai waktu bersama keluarga. • Menyediakan waktu

untuk bersama keluarga. • Berkumpul, makan

bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah serta keluhan-keluhan anak.

6,27 20 4,19 25 5,21,26

-

3. Mempunyai komunikasi yang baik antar keluarga. • Berkomunikasi dengan

baik antar anggota keluarga

• Terbuka atas segala hal yang terjadi dalam keluarga

• Saling berdiskusi dan bertukar pikiran

18, 24

12 10, 16, 22

- 11, 17, 23

-

4. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga

36, 42

30 28, 34,

- 29, 35,

-

Page 86: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Pernyataan Afektif Kognitif Konatif No Aspek

Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur

• Menghargai perbedaan pendapat yang terjadi

• Mengajarkan keterampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak

41 40

5. Hubungan, ikatan yang erat antar anggota keluarga • Terciptanya

keharmonisan keluarga • Merasa betah berada di

dalam rumah • Antar anggota keluarga

saling mendukung dan membantu satu sama lain

33, 46

54 32, 47, 52

- 31, 53

48

6. Kuantitas dan kualitas konflik yang minim • Sabar dan tenang dalam

menghadapi masalah • Jarang terjadi

pertengkaran • Anak menuruti perintah

orang tua

38, 44, 50

- 39, 45

51 37, 43

49

Selanjutnya peneliti menggunakan 44 aitem yang valid untuk penelitian.

Berikut ini adalah tabel sebaran aitem dengan penomoran baru yang digunakan

dalam penelitian :

Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga Setelah Uji Coba

Pernyataan No Aspek Afektif Kognitif Konatif

Total

1. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga. • Tercipta kehidupan

beragama • Penanaman komitmen

berdasarkan nilai-nilai agama.

2 (2),8 (8),14 (12)

3 (3) 1 (1),7 (7),13 (11)

7

Page 87: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Pernyataan No Aspek Afektif Kognitif Konatif

Total

2. Mempunyai waktu bersama keluarga. • Menyediakan waktu

untuk bersama keluarga. • Berkumpul, makan

bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah serta keluhan-keluhan anak.

6 (6),27 (22)

4 (4),19 (16)

5 (5),21 (17),26

(21)

7

3. Mempunyai komunikasi yang baik antar keluarga. • Berkomunikasi dengan

baik antar anggota keluarga

• Terbuka atas segala hal yang terjadi dalam keluarga

• Saling berdiskusi dan bertukar pikiran

18 (15),24 (20)

10 (9),16 (13),22

(18)

11 (10),17 (14),23

(19)

8

4. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga • Menghargai perbedaan

pendapat yang terjadi • Mengajarkan

keterampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak

36 (30),42 (36)

28 (23),34 (28),41

(35)

29 (24),35 (29),40

(34)

8

5. Hubungan, ikatan yang erat antar anggota keluarga • Terciptanya

keharmonisan keluarga • Merasa betah berada di

dalam rumah • Antar anggota keluarga

saling mendukung dan membantu satu sama lain

33 (27),46 (40)

32 (26),47 (41),52

(43)

31 (25),53 (44)

7

6. Kuantitas dan kualitas konflik yang minim • Sabar dan tenang dalam

menghadapi masalah

38 (32),44 (38),50

(42)

39 (33),45 (39)

37 (31),43 (37)

7

Page 88: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Pernyataan No Aspek Afektif Kognitif Konatif

Total

• Jarang terjadi pertengkaran

• Anak menuruti perintah orang tua

Total 14 14 16 44 keterangan : angka dalam tanda kurung (...) adalah distribusi sebaran nomor aitem yang baru dalam skala. 2) Skala Konformitas Teman Sebaya. Keseluruhan aitem saat uji coba adalah 36

aitem yang diujicobakan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 24 aitem valid dan

yang dinyatakan gugur sebanyak 12 aitem yaitu 9, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 27,

31, 35, 36. Aitem yang valid mempunyai nilai corrected item-total correlation

bergerak dari 0,315 sampai 0,829 dan koefisien reliabilitas alpha (α) = 0,893.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh 24 aitem valid yang terdiri atas 10 aitem

favorable dan 14 aitem unfavorable. Distribusi aitem Skala Konformitas Teman

Sebaya yang valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Konfor mitas Teman Sebaya

Favorable Unfavorable No Aspek Indikator Valid Gugur Valid Gugur

1. Kekompakan

Berpartisipasi dalam kegiatan kelompok

Mengutamakan kegiatan bersama kelompok

Meniru perilaku teman

4,10,11, 14

13, 15 1,12,26,30

9, 31

2. Kesepakatan

Setuju dengan pendapat kelompok

Berperilaku sesuai dengan identitas

2,7,32 16, 35, 36

5,28,29,33,34

17

Page 89: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Selanjutnya peneliti menggunakan 24 aitem yang valid untuk penelitian.

Berikut ini adalah tabel sebaran aitem dengan penomoran baru yang digunakan

dalam penelitian :

Tabel 8 Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya Setelah Uji Coba

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total 1. Kekompakan

Berpartisipasi

dalam kegiatan kelompok

Mengutamakan kegiatan bersama kelompok

Meniru perilaku teman

4 (4),10 (9),11 (10),14 (12)

1 (1),12 (11),26 (18),

30 (21)

8

2. Kesepakatan

Setuju dengan pendapat kelompok

Berperilaku sesuai dengan identitas kelompok

2 (2),7 (7),32 (22)

5 (5),28 (19),29 (20),33

(23),34 (24)

8

3. Ketaatan

Berperilaku atas pengaruh kelompok

Berperilaku atas

persetujuan kelompok

3 (3),8 (8),22 (14)

6 (6),19 (13),23 (15),24

(16),25 (17)

8

Total 10 14 24 keterangan : angka dalam tanda kurung (...) adalah distribusi sebaran nomor aitem yang baru dalam skala.

kelompok 3. Ketaatan

Berperilaku atas

pengaruh kelompok

Berperilaku atas persetujuan kelompok

3,8,22 18, 20, 21

6,19,23,24,25

27

Page 90: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

3) Kuesioner Kenakalan Remaja. Keseluruhan aitem saat uji coba adalah 46 aitem

yang diujicobakan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 38 aitem valid dan yang

dinyatakan gugur sebanyak 8 aitem yaitu 5, 6, 17, 18, 25, 27, 32, 33. Aitem yang

valid mempunyai nilai corrected item-total correlation bergerak dari 0,321

sampai 0,901 dan koefisien reliabilitas alpha (α) = 0,946. Distribusi aitem

Kuesioner Kenakalan Remaja yang valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 9

berikut:

Tabel 9 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Kuesioner Ke nakalan Remaja

Pernyataan No Aspek Indikator Valid Gugur

1 Tindakan yang tidak dapat diterima lingkungan sosial.

• Berkata kasar kepada orang tua dan guru

• Berbohong dengan orang tua

• Tidak mendengarkan nasehat orang tua

14,21,24,38,39,40,41,43,45

17,25,33

2 Tindakan pelanggaran ringan.

• Melarikan diri dari rumah

• Membolos sekolah

• Kabur pada jam mata pelajaran tertentu

1,2,3,7,8,10,12,13,15,19,20,22,28,30,31,34,35,36,42,46

5,6,18

3 Tindakan pelanggaran berat.

• Menggunakan obat-obatan terlarang

• Mabuk-mabukan

• Seks pranikah

4,9,11,16,23,26,29,37,44

27,32

Page 91: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Selanjutnya peneliti menggunakan 38 aitem yang valid untuk penelitian.

Berikut ini adalah tabel sebaran aitem dengan penomoran baru yang digunakan

dalam penelitian :

Tabel 10 Distribusi Aitem Kuesioner Kenakalan Remaja Setelah Uji Coba

Nomor Aitem No Aspek Indikator Pernyataan

Jumlah

1 Tindakan yang tidak dapat diterima lingkungan sosial.

• Berkata kasar kepada orang tua dan guru

• Berbohong dengan orang tua

• Tidak mendengarkan nasehat orang tua

14 (12),21 (17),24 (20),38 (30),39 (31),40 (32),41

(33),43 (35),45 (37)

9

2 Tindakan pelanggaran ringan.

• Melarikan diri dari rumah

• Membolos sekolah

• Kabur pada jam mata pelajaran tertentu

1 (1),2 (2),3 (3),7 (7),8 (5),10 (8),12

(10),13 (11),15 (13),19 (15),20 (16),22 (18),28 (22),30 (24),31 (25),34 (26),35 (27),36 (28),42

(34),46 (38)

20

3 Tindakan pelanggaran berat.

• Menggunakan obat-obatan terlarang

• Mabuk-mabukan • Seks pranikah

4 (4),9 (6),11 (9),16 (14),23 (19),26 (21),29 (23),37

(29),44 (36)

9

Total 38 keterangan : angka dalam tanda kurung (...) adalah distribusi sebaran nomor aitem yang baru dalam kuesioner. b. Penghitungan reliabilitas

Penghitungan reliabilitas dicari setelah dilakukan uji validitas, kemudian

aitem-aitem yang valid dicari koefisien reliabilitasnya. Menghitung koefisien

reliabilitas ini menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Cara

Page 92: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

menghitungnya dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS for MS

windows release versi 17.0

Berdasarkan penghitungan reliabilitas tersebut diperoleh hasil untuk aitem-

aitem persepsi terhadap keharmonisan keluarga dengan koefisien reliabilitas (rtt)

sebesar 0,980, sedangkan untuk aitem-aitem konformitas teman sebaya dengan

koefisien reliabilitas (rtt) sebesar 0,893, dan untuk aitem-aitem kenakalan remaja

dengan koefisien reliabilitas (rtt) sebesar 0,946, hasil selanjutnya dapat dilihat

pada lampiran.

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Utama 2

Bandar Lampung yang terdiri dari lima kelas yaitu XI-IPA1, XI-IPS1, XI-IPS2,

XI-IPS3, XI-IPS4 sebanyak 198 siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian

terdiri 80 siswa. Alasan penggunaan kelas XI karena dianggap mewakili populasi

untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Siswa kelas XI pada umumnya berada

pada rentang usia antara 15-18 tahun dan dimasukkan dalam kelompok remaja

pertengahan, sehingga dapat mewakili subjek penelitian.

Teknik pengambilan sampel dari populasi ini dilakukan secara random

dengan teknik cluster random sampling, yaitu dengan melakukan randomisasi

terhadap kelas, bukan terhadap subjek secara individual, kemudian cara

pemilihannya dengan menggunakan undian. Dari populasi penelitian yang

berjumlah lima kelas dilakukan cluster random sampling dengan undian dan

didapatkan 2 kelas untuk penelitian, yaitu kelas XI IPS2, XI IPS3 sebanyak 80

siswa.

Page 93: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

2. Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 29 Mei 2010 dengan menggunakan alat

ukur berupa Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga yang terdiri dari 44

aitem, Skala Konformitas Teman Sebaya yang terdiri dari 24 aitem dan Kuesioner

Kenakalan Remaja yang terdiri dari 38 aitem. Pembagian dan pengisian skala

dilakukan secara klasikal dengan menggunakan satu jam pelajaran setelah

mendapatkan ijin dari guru yang mengampu.

Sampel untuk penelitian yaitu kelas XI IPS2, XI IPS3 sebanyak 80 siswa.

Peneliti kemudian menjelaskan tentang cara mengerjakan skala dan memberikan

contoh pengerjaan. Selama subjek mengerjakan skala penelitian, peneliti tetap

berada didalam kelas melakukan observasi sampai subjek selesai mengerjakan dan

mengumpulkan skala kembali pada peneliti. Setelah data terkumpul selanjutnya

dilakukan skoring.

C. Hasil Analisis Data Penelitian

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji

normalitas sebaran, uji linearitas hubungan. Perhitungan dalam analisis ini

dilakukan dengan bantuan komputer seri program statistik SPSS for MS Windows

release versi 17.0.

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebaran data normal atau

tidak. Dalam penelitian ini digunakan Kolmogorov-Smirnov Test untuk menguji

normalitas. Kriteria yang digunakan yaitu dengan membandingkan nilai p yang

Page 94: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

diperoleh dengan taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila nilai p

> 0,05, maka data yang diuji normal.

Tabel 11 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Persepsi Remaja terhadap

Keharmonisan Keluarga

Konformitas Teman Sebaya

Kenakalan Remaja

N 80 80 80

Mean 202.4125 53.5000 37.8625 Normal Parametersa,,b

Std. Deviation 4.07740 7.38627 12.31110

Absolute .086 .236 .109

Positive .061 .236 .109

Most Extreme Differences

Negative -.086 -.168 -.056

Kolmogorov-Smirnov Z .765 2.107 .975

Asymp. Sig. (2-tailed) .602 .000 .297

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan Tabel 11 di atas hasil perhitungan uji Kolmogorov – Smirnov

dapat dilihat dari Asym. Sig (2-tailed) berupa harga p. Hasil untuk variabel

persepsi terhadap keharmonisan keluarga 0,602, dan kenakalan remaja 0,297

mempunyai p > 0,05 dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang diuji berdistribusi

normal. Konformitas teman sebaya mempunyai nilai p < 0,05, sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa data yang diuji berdistribusi tidak normal.

b. Uji Linearitas Hubungan.

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variabel bebas

berkorelasi linear dengan data dari variabel tergantung. Apabila penyimpangan

yang ditemukan tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dengan

Page 95: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

variabel tergantung adalah linear (Hadi, 2000). Hubungan antara persepsi

keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja diperoleh nilai Fbeda sebesar

1,316 dengan nilai probabilitas sebesar 0,195 > 0,05. Hasil uji linearitas

menunjukkan bahwa variabel persepsi keharmonisan keluarga mempunyai

korelasi yang linear dengan variabel kenakalan remaja. Hubungan antara

konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja diperoleh nilai Fbeda sebesar

4,955 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Hasil uji linearitas

menunjukkan bahwa variabel konformitas teman sebaya mempunyai korelasi

yang tidak linear dengan variabel kenakalan remaja. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 12 di bawah ini (lihat lampiran F).

Tabel 12 Uji Linearitas

Variabel Fbeda p Keterangan

Persepsi Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja

1,363 0,195 Linear

Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja

4,705 0,000 Tidak Linear

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi diketahui sebaran data persepsi terhadap

keharmonisan keluarga dan kenakalan remaja berdistribusi normal dan linear,

sedangkan data konformitas teman sebaya tidak berdistribusi normal dan tidak

linear. Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang diajukan dengan analisis korelasi Product Momen ( Pearson) untuk

hubungan persepsi terhadap keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja.

Product Momen ( Pearson) merupakan suatu metode statistika parametrik yang

digunakan untuk mengukur data yang berdistribusi normal dan linier (memenuhi

uji asumsi). Selanjutnya untuk menguji hipotesis hubungan konformitas teman

Page 96: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

sebaya dengan kenakalan remaja menggunakan analisis Contingency Coefficient

yang dalam penghitungannya menggunakan analisis Chi square. Chi square

merupakan suatu metode statistika non parametrik yang digunakan untuk

mengukur data yang berdistribusi tidak normal dan tidak linier (tidak memenuhi

uji asumsi).

a. Hubungan Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan

Remaja

Untuk menghitung hubungan persepsi terhadap keharmonisan keluarga

dengan kenakalan remaja, maka penghitungannya menggunakan korelasi Product

Momen ( Pearson). Dari hasil perhitungan dengan SPSS p value sebesar 0,00, p

value < 0,05 (α) maka hipotesis diterima, sehingga dapat dinyatakan ada

hubungan antara persepsi terhadap keharmonisan keluarga dengan kenakalan

remaja. Besarnya hubungan antara persepsi terhadap keharmonisan keluarga

dengan kenakalan remaja sebesar -0.489. Koefisien korelasi bertanda negatif

artinya semakin tinggi persepsi terhadap keharmonisan keluarga maka semakin

rendah kenakalan remaja, begitu sebaliknya. Tabel 13 menunjukkan hasil korelasi

Product Momen ( Pearson) persepsi terhadap keharmonisan keluarga dengan

kenakalan remaja.

Tabel 13 Hasil korelasi Product Momen ( Pearson) Persepsi terhadap Keharmonisan

Keluarga dengan Kenakalan Remaja Correlations

VAR00001 VAR00002

Pearson Correlation 1 -.489**

Sig. (2-tailed) .000

VAR00001

N 80 80

Page 97: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Pearson Correlation -.489** 1

Sig. (2-tailed) .000

VAR00002

N 80 80

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

b. Hubungan Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja

Untuk menghitung hubungan konformitas teman sebaya dengan kenakalan

remaja, maka penghitungannya menggunakan Chi Square yang diberi simbolχ².

Dari hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh p value sebesar 0,000 , p value <

0,05 (α) maka hipotesis diterima, sehingga dapat dinyatakan ada hubungan antara

konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Besarnya hubungan antara

konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja sebesar 0,966. Tabel 14

menunjukkan hasil penghitungan Chi Square konformitas teman sebaya. Tabel 15

menunjukkan besarnya Contingency Coefficient nya.

Tabel 14 Hasil Chi Square Konformitas Teman Sebaya

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1133.238a 592 .000

Likelihood Ratio 364.921 592 1.000

Linear-by-Linear Association 62.322 1 .000

N of Valid Cases 80 a. 646 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,01.

Page 98: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Tabel 15 Hasil Contingency Coefficient Konformitas Teman Sebaya

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .966 .000

Interval by Interval Pearson's R .888 .048 17.072 .000c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .961 .027 30.797 .000c

N of Valid Cases 80

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

3. Analisis Deskriptif

Berikut ini akan disajikan deskripsi data penelitian dan subjek penelitian.

Deskripsi data penelitian disajikan sebagai gambaran umum tentang data

penelitian yang lengkap dalam Tabel 16.

Tabel 16 Deskripsi Data Penelitian

Data Hipotetik Data Empiris Alat Ukur Jumlah Subjek Skor

min Skor maks

M SD

Skor min

Skor maks

M SD

Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga

80 44 308 176 44 190 210 202,4125

4,077

Konformitas 80 24 120 72 16 35 70 53,5 7,386

Kenakalan Remaja 80 0 76 38 12,67 6 61 37,8625

12,315

.Keterangan Jml : Jumlah M : Rerata Min : Minimal SD : Standar Deviasi Maks: Maksimal a. Tingkat Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga

Page 99: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga akan dikategorikan untuk

mengetahui gambaran umum tentang subjek mengenai persepsi terhadap

keharmonisan keluarga. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan

mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal, sehingga

skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2008). Skor minimal

yang diperoleh subjek adalah 44 X 1 = 44 dan skor maksimal yang dapat

diperoleh subjek adalah 44 X 7 = 308, maka jarak sebarannya adalah 308 - 44 =

264 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 264 : 6,0 = 44, sedangkan rerata

hipotetiknya adalah 44X4 = 176. Apabila subjek digolongkan dalam 5

kategorisasi, maka akan didapat kategorisasi serta distribusi skor subjek seperti

pada Tabel 17.

Tabel 17 Kriteria kategori Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga

dan distribusi skor subjek Subjek Standart

Deviasi Skor Kategorisa

si Frek (ΣN) Presentase Rerata Empirik

(MH-3s) ≤ X < (MH-1,8s) 0 ≤ X < 61,6 ≤ X 79,206

Sangat rendah

- -

(MH-1,8s) ≤ X < (MH-0,6s) 61,6 ≤ X < 123,2 Rendah - - (MH- 0,6s) ≤ X < (MH+0,6s) 123,2≤ X < 184,8 Sedang - - (MH+ 0,6s) ≤ X < (MH+1,8s) 184,8≤ X < 246,4 Tinggi 80 100 202,4125 (MH+1,8s) ≤ X < (MH+3s) 246,4 ≤ X < 308 Sangat

tinggi - -

Jumlah 80 100 100

Dari kategori Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga seperti

terlihat pada tabel, dapat dilihat bahwa subjek memiliki tingkat persepsi terhadap

keharmonisan keluarga yang tinggi.

b. Tingkat Konformitas Teman Sebaya

Skala Konformitas Teman Sebaya akan dikategorikan untuk mengetahui

gambaran umum tentang subjek mengenai konformitas teman sebaya.

Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan mengasumsikan bahwa skor populasi

Page 100: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

subjek terdistribusi secara normal, sehingga skor hipotetik didistribusi menurut

model normal (Azwar, 2008). Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 24 X 1

= 24 dan skor maksimal yang dapat diperoleh subjek adalah 24 X 5 = 120. Maka

jarak sebarannya adalah 120 - 24 = 96 dan setiap satuan deviasi standarnya

bernilai 96 : 6,0 = 16, sedangkan rerata hipotetiknya adalah 24 X 3 = 72. Apabila

subjek digolongkan dalam 5 kategorisasi, maka akan didapat kategorisasi serta

distribusi skor subjek seperti pada tabel 18.

Tabel 18 Kriteria kategori Skala Konformitas Teman Sebaya dan distribusi skor subjek

Subjek Standart Deviasi

Skor Kategorisasi Frek (ΣN) Presentase

Rerata Empirik

(MH-3s) ≤ X < (MH-1,8s) 0 ≤ X < 24 Sangat rendah

- -

(MH-1,8s) ≤ X < (MH-0,6s) 24 ≤ X < 48 Rendah 16 20 (MH- 0,6s) ≤ X < (MH+0,6s) 48 ≤ X < 72 Sedang 64 80 53,5 (MH+ 0,6s) ≤ X < (MH+1,8s) 72 ≤ X < 96 Tinggi - - (MH+1,8s) ≤ X < (MH+3s) 96 ≤ X < 120 Sangat tinggi - - Jumlah 80 100 Dari kategori Skala Konformitas Teman Sebaya seperti terlihat pada tabel,

dapat dilihat bahwa subjek memiliki tingkat konformitas teman sebaya yang

sedang.

c. Tingkat Kenakalan Remaja

Kuesioner Kenakalan Remaja dikategorikan untuk mengetahui gambaran

umum tentang subjek mengenai kenakalan remaja. Kategorisasi yang dilakukan

adalah dengan mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara

normal, sehingga skor teoritis didistribusi menurut model normal (Azwar, 2008).

Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 76 X 0 = 0 dan skor maksimal yang

dapat diperoleh subjek adalah 76 X 1 = 76 maka jarak sebarannya adalah 76 - 0 =

76 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 76 : 6,0 = 12,67 sedangkan rerata

Page 101: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

hipotetiknya adalah 76 X 0,5 = 38. Apabila subjek digolongkan dalam 5

kategorisasi, maka didapat kategorisasi serta distribusi skor subjek seperti pada

tabel 19.

Tabel 19 Kriteria kategori Kuesioner Kenakalan Remaja dan distribusi skor subjek

Subjek Standart Deviasi

Skor Kategorisasi Frek (ΣN) Presentase

Rerata Empirik

(MH-3s) ≤ X < (MH-1,8s) 0 ≤ X < 15,2 Sangat rendah

4 5

(MH-1,8s) ≤ X < (MH-0,6s) 15,2 ≤ X < 30,4 Rendah 18 22,5 (MH- 0,6s) ≤ X < (MH+0,6s) 30,4 ≤ X < 45,6 Sedang 43 53,75 37,9625 (MH+ 0,6s) ≤ X < (MH+1,8s) 45,6 ≤ X < 60,8 Tinggi 13 16,25 (MH+1,8s) ≤ X < (MH+3s) 60,8 ≤ X < 76 Sangat tinggi 2 2,5 Jumlah 80

Dari kategori Kuesioner Kenakalan Remaja seperti terlihat pada tabel, dapat

dilihat bahwa subjek memiliki tingkat kenakalan remaja yang sedang.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan korelasi Product Momen ( Pearson)

diperoleh koefisien korelasi sebesar -0.489 dengan p value < 0,05 (α) maka

hipotesis yang diajukan dapat diterima, sehingga dapat dinyatakan ada hubungan

negatif antara persepsi terhadap keharmonisan keluarga dengan kenakalan

remaja. Koefisien korelasi bertanda negatif artinya semakin tinggi persepsi

terhadap keharmonisan keluarga maka semakin rendah kenakalan remaja, begitu

sebaliknya. Ini berarti ada persepsi positif terhadap keharmonisan keluarga yang

diwujudkan dalam hubungan keluarga yang baik dan suasana rumah yang

menyokong perkembangan remaja, sehingga remaja menjadi orang dewasa yang

bertanggung jawab dan terhindar dari perbuatan anti sosial/ amoral.

Page 102: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Marina

(2000), menemukan bahwa remaja yang terpenuhi kebutuhannya secara psikologis

lebih kecil kecenderungan untuk berperilaku delinkuen. Kebutuhan psikologis ini

akan didapatkan remaja dari keluarga yang harmonis dan sehat. Menurut Dodson

(dalam Fuhrman, 1990) keluarga yang sehat adalah keluarga yang memberikan

tempat bagi setiap individu menghargai perubahan yang terjadi akibat

perkembangan kedewasaan dan mengajarkan kemampuan berinteraksi kepada

anggota keluarga terutama remaja.

Hasil penelitian ini menggambarkan siswa SMA Utama 2 Bandar Lampung

memiliki persepsi keharmonisan keluarga secara umum termasuk kategori tinggi

berdasarkan rerata empirik sebesar 202,4125. Ini berarti siswa SMA Utama 2

Bandar Lampung mempersepsikan hidup di dalam keluarga harmonis, yang di

dalamnya seluruh anggota keluarga merasa dicintai, dan mencintai, merasa

terpenuhi kebutuhan biologis dan psikologisnya, saling menghargai dan

mengembangkan sistem interaksi yang memungkinkan setiap anggota

menggunakan seluruh potensinya.

Selanjutnya Gunarsa (2004) mengatakan latar belakang keluarga remaja dapat

mempengaruhi kemungkinan remaja menjadi delinkuen atau tidak. Keluarga yang

kurang memiliki kohesivitas (kekurangdekatan hubungan antar anggota keluarga),

hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, merupakan suatu prediktor akan

kemungkinan timbulnya delinkuensi.

Keluarga juga mempunyai peranan dalam membentuk kepribadian seorang

remaja. Keluarga yang sehat dan harmonis, anak akan mendapatkan latihan-

Page 103: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

latihan dasar dalam mengembangkan sikap sosial yang baik dan perilaku yang

terkontrol. Selain itu anak juga memperoleh pengertian tentang hak, kewajiban,

tanggung jawab serta belajar bekerja sama dan berbagi dengan orang lain. Dengan

kata lain seorang anak dalam keluarga yang diwarnai dengan kehangatan dan

keakraban (keluarga harmonis) akan terbentuk asas hidup kelompok yang baik

sebagai landasan hidupnya di masyarakat nantinya. Lingkungan keluarga yang

kurang harmonis sering kali dianggap memberikan kontribusi terhadap munculnya

kenakalan pada remaja, karena remaja yang dibesarkan oleh keluarga yang tidak

harmonis akan mempersepsi rumahnya sebagai tempat yang tidak menyenangkan

dan melakukan hal-hal yang melanggar norma di masyarakat sebagai salah satu

cara untuk menyatakan protes pada orangtua.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Hawari

(1997), yang meneliti tiga kondisi keluarga yang berbeda yaitu; keluarga

berantakan (tidak harmonis), keluarga yang biasa-biasa saja, dan keluarga yang

harmonis. Penelitiannya menemukan bahwa remaja yang dibesarkan dalam

keluarga yang tidak harmonis mempunyai risiko lebih besar untuk terganggu

jiwanya, yang selanjutnya mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi remaja

nakal dengan melakukan tindakan-tindakan anti sosial.

Selanjutnya Hurlock (1999) menambahkan remaja yang hubungan

keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk

dengan orang-orang di luar rumah, melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh

lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan

Page 104: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-

perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat.

Untuk uji hipotesis ke dua dengan tehnik analisis Chi Square diperoleh

koefisien korelasi sebesar 0,966 dengan p value < 0,05 (α) maka hipotesis yang

diajukan dapat diterima, sehingga dapat dinyatakan ada hubungan positif antara

konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Koefisien korelasi bertanda

positif artinya semakin tinggi konformitas teman sebaya maka semakin tinggi

kenakalan remaja dan semakin rendah konformitas teman sebaya maka semakin

rendah pula kenakalan remaja. Hubungan ini besifat negatif karena mengacu pada

konformitas teman sebaya yang negatif sehingga meningkatkan resiko remaja

menjadi pelaku kenakalan. Selanjutnya Rakhmat (2005) menambahkan bahwa

bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada

kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.

Jika remaja memandang kelompoknya sebagai tempat memperoleh informasi

yang tidak remaja dapatkan dari keluarga, dan memberikan masukan (koreksi)

terhadap kekurangan yang dimilikinya maka konformitas yang tercipta bersifat

positif. Sebaliknya, jika remaja memandang kelompok sebagai tempat bersenang-

senang, melakukan perbuatan menyimpang bersama sebagai ajang balas dendam

terhadap lingkungan yang menolak dirinya, maka konformitas yang timbul

bersifat negatif.

Santrock (2007) menambahkan konformitas terhadap tekanan sebaya pada

masa remaja dapat bersifat positif atau negatif. Remaja terlibat dalam segala jenis

perilaku konformitas yang negatif sebagai contoh : remaja menggunakan bahasa

Page 105: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

gaul, mencuri, merusak dan mempermainkan orang tua dengan guru, sedangkan

konformitas yang positif seperti : mengikuti tren rambut dan menolong sesama.

Bentuk-bentuk konformitas negatif terhadap tekanan sebaya yang

digambarkan dalam hasil penelitian ini, seperti : membolos, tidak mengerjakan

pekerjaan rumah, bekerja sama pada saat ujian berlangsung dan kumpul dengan

teman hingga larut malam. Remaja yang memiliki teman sebaya yang melakukan

kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku kenakalan. Pada umumnya

remaja mementingkan konformitas dan penerimaan kelompok, apapun akan

dilakukan asalkan diterima oleh kelompok akan diutamakan dan ditaati. Teman

atau kelompok yang dipilih akan sangat menentukan arah remaja yang

bersangkutan untuk berbuat. Costanzo dan Coleman (dalam Fuhrmann, 1990)

yang menemukan bahwa konformitas cenderung tinggi pada fase remaja awal

karena pada fase tersebut remaja lebih mudah terpengaruh pada penilaian orang

lain. Konformitas cenderung stabil pada usia remaja tengah dan kemudian akan

menurun pada usia remaja akhir.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Ratmawati (2009) yang

mengemukakan ada hubungan positif yang signifikan antara pergaulan kelompok

sebaya dengan kenakalan remaja dengan sumbangan relatif sebesar 74,655%.

Selama masa remaja, khususnya awal masa remaja, individu lebih mengikuti

standar-standar teman sebaya daripada yang individu lakukan pada masa anak-

anak (Santrock, 1995). Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau

tingkah laku orang lain dikarenakan oleh tekanan yang nyata maupun yang

dibayangkan oleh individu. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi

Page 106: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

sangat kuat pada masa remaja (Santrock, 2003). Melihat kondisi ini konformitas

berpengaruh pada bentuk-bentuk perilaku remaja.

Temuan ini menunjukan bahwa adanya persepsi positif terhadap

keharmonisan keluarga yang diwujudkan dalam hubungan keluarga yang baik dan

suasana rumah yang menyokong perkembangan remaja, sehingga remaja menjadi

orang dewasa yang bertanggung jawab dan terhindar dari perbuatan anti sosial/

amoral. Selain bersosialisasi di lingkungan keluarga, remaja melakukan salah satu

bentuk sosialisasi yang sangat dikenal dalam masa remaja adalah konformitas

kelompok remaja. Remaja yang memiliki teman sebaya yang melakukan

kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku kenakalan.

Page 107: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga

dengan kenakalan remaja, dengan koefisien korelasi sebesar -0.489 dengan p

value < 0,05 (α).

2. Ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan

remaja, dengan koefisien korelasi sebesar 0,966 dengan p value < 0,05 (α).

B. Saran

1. Orangtua

Disarankan kepada orangtua untuk dapat mempertahankan dan memelihara

hubungan yang hangat dalam keluarga dengan cara saling menghargai, pengertian,

dan penuh kasih sayang serta tidak bertengkar di depan anak, sehingga dapat

dipersepsi anak sebagai keluarga yang harmonis dan hal itu sebagai upaya

pencegahan resiko remaja menjadi pelaku kenakalan.

2. Pihak Sekolah dan Orangtua

Pihak sekolah dan orangtua disarankan dapat membantu remaja dalam

menciptakan lingkungan yang positif sehingga dapat membantu pengelolaan

konformitas yang positif bagi remaja, karena teman atau kelompok yang dipilih

akan sangat menentukan arah remaja yang bersangkutan untuk berbuat.

Page 108: KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA …eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf · KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI REMAJA ... Semua pihak yang tidak bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Untuk penelitian selanjutnya yang berminat untuk mengangkat tema yang

sama diharapkan mempertimbangkan variabel-variabel lain yang lebih

mempengaruhi kenakalan remaja seperti media masa, status sosial ekonomi, dan

disarankan juga untuk memperbanyak jumlah sampel penelitian. Hal lain yang

perlu diperhatikan adalah menggunakan data tambahan seperti observasi dan

wawancara agar hasil yang didapat lebih mendalam dan sempurna, karena tidak

semua hal dapat diungkap dengan angket/ skala.