proposal ptk
DESCRIPTION
have funTRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penggunaan Media Lidi Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Pada Penjumlahan Bilangan Bulat Di Kelas IV SD Negeri 1
Karanganyar
Oleh :
Nama : Danang Adhi Saputro Nama : Mohamad Syaiful Anwar
NIM : 1102411066 NIM : 1102411009
Rombel : 01 Rombel : 02
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
APRIL, 2013
1
HALAMAN PENGESAHAN USUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
1. a. Judul Penelitian : Penggunaan Media Lidi Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Pada
Penjumlahan Bilangan Bulat Di Kelas IV SD Negeri 1 Karanganyar
b. Bidang Ilmu : Matematika
c. Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Rafika Bayu Kusumandari S.Pd
b. Jenis Kelamin : P
c. NIY/NIDN :
d. Golongan/Pangkat :
e. Jabatan Fungsional : …………………………………………………
f. Jabatan Struktural : …………………………………………………
g. Jurusan/Program Studi : Teknologi Pendidikan
3. Jumlah Anggota Peneliti : orang
a. Nama Anggota Peneliti 1 : Danang Adhi Saputro
b. Nama Anggota Peneliti 2 : Mohamad Syaiful Anwar
4. Jumlah Mahasiswa Terlibat : 2 orang
5. Lama Penelitian : 2 (dua bulan)
6. Lokasi Penelitian : SD Negeri 1 Karanganyar Demak
7. Biaya yang diperlukan : RP 14.000.000
Semarang, September 2013
Mengetahui, Ketua Peneliti,
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
NURUSSAADAH RAFIKABAYUKUSUMANDARI
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah .......................................................................................4
Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
Tujuan Penelitian...................................................................................................6
Manfaat Penelitian.................................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Matematika ................................................................................... 8
Strategi Belajar Mengajar....................................................................................9
Media.................................................................................................................. 10
Penelitian Tindakan Kelas ……………………….……………………………11
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian.......................................................................................... 16
B. Waktu Penelitian............................................................................................ 16
C. Materi Pembelajaran……………..………………………………………….16
D. Pelaksanaan Penelitian………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................27
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar
mata pelajaran matematika di SD adalah kurangnya pengetahuan bagi guru SD, serta
terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan
media/alat peraga dalam pembelajaran matematika. Di sisi lain pentingnya media/alat
peraga dalam pembelajaran matematika telah diakui oleh semua jajaran pengelola
pendidikan dan para ahli pendidikan.
Kompetensi guru dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar mempunyai
indikator, mampu membuka pelajaran, mampu menyajikan materi, mampu
menggunakan metode/strategi, mampu menggunakan media/ alat peraga, mampu
menggunakan bahasa yang komutatif, mampu memotivasi siswa, mampu
mengorganisasi kegiatan, mampu menyimpulkan pelajaran, mampu memberikan umpan
balik, mampu melaksanakan penilaian, dan mampu menggunakan waktu. (Departemen
Pendidikan Nasional, 2004 ; 13 – 14).
Agar pembelajaran yang akan diberikan oleh guru kepada siswa berhasil sesuai
dengan kompetensi dasar, maka guru diharapkan dapat menyusun langkah- langkah
pengembangan silabus pembelajaran, diantaranya merumuskan pengalaman belajar
siswa meliputi; 1). Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik dan mental yang perlu
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan standar kompetensi. 2). Pengalaman belajar dapat dilaksanakan di
dalam dan di luar kelas. Kegiatan yang diberikan sebagai pengalaman belajar siswa
harus berorientasi agar siswa aktif dalam belajar, iklim belajar menyenangkan, fungsi
guru lebih ditekankan sebagai fasilitator dari pada sebagai pemberi informasi, siswa
terbiasa mencari sendiri informasi (dengan bimbingan guru) dari berbagai sumber,
4
siswa dibekali dengan kecakapan hidup dan dibiasakan memecahkan permasalahan
yang kontektual yaitu terkait dengan lingkungan (nyata maupun maya) dari siswa. 3).
Pada hakekatnya pengalaman belajar memberikan pengalaman kepada siswa untuk
menguasai kompetensi dasar secara ilmiah dan ditinjau dari dimensi kompetensi yang
ingin dicapai pengalaman belajar meliputi pengalaman untuk mencapei kompetensi
pada ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Selanjutnya pengalaman belajar
dirumuskan dengan kata kerja yang opersional.(Pengembangan Silabus dan Penilaian
Mata Pelajaran Matematika, Dit. PMU, Ditjen Dikdsmen, Depdiknas, 2003 ; 3)
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar
berada pada tahap konkret operasional, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1)Pola
berpikir dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada benda konkret
(2)Jika diberikan permasalahan belum mampu memikirkan segala alternatif
pemecahannya (3)Pemahaman terhadap konsep yang berurutan melalui tahap demi
tahap, misal pada konsep panjang, luas, volum, berat, dan sebagainya.(4)Belum mapu
menyelesaikan masalah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada masalah yang
kompleks. (5)Mampu mengelompokkan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu,
dapat mengadakan korespondensi satu-satu dan dapat berpikir membalik.(6) Dapat
mengurutkan unsur-unsur atau kejadian (7) Dapat memahami ruang dan waktu. (8)
Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak.
Selain itu, menurut Pujiati (2004 ; 1) yang menyarikan pada Bruner bahwa
untuk memahami pengetahuan yang baru, maka diperlukan tahapan-tahapan yang
runtut, yaitu: enactive, ikonik, dan simbolik. Tahap enactive, yaitu tahap belajar
dengan memanipulasi benda atau objek yang kongkret, tahap ikonik, yaitu tahap
belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap simbolik, yaitu tahap belajar melalui
manipulasi lambang atau simbul. (Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Berhitung di SD, Pujiati, 2004)
Berdasarkan pada uraian diatas, siswa pada usia sekolah dasar dalam
memahami konsep-konsep matematika masih sangat memerlukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan benda nyata (pengalaman-pengalaman konkret) yang dapat diterima
akal mereka.
5
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba mengetengahkan salah
satu bentuk pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam
penyampaian pembelajaran ini peneliti menggunakan media/alat peraga lidi dalam
penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN 1 Karanganyar, dengan urutan
pembelajaranya sebagai berikut: Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil (berpasangan dalam satu bangku), kemudian lidi kita bagikan kepada masing-
masing kelompok sebanyak 20 biji. Guru memperagakan lidi itu untuk menjumlah
dua bilangan bulat. Siswa diberi lembar tugas untuk dikerjakan dengan cara
memperagakan lidi itu sebagai alat untuk menjawab lembar tugas tersebut, sedangkan
guru mengamati proses penggunaan lidi itu untuk menjawab tugas yang telah
diberikan. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa disuruh memperagakan hasil
kerjanya di depan kelas, begitu seterusnya sampai siswa trampil menggunakan lidi itu
untuk menjumlah dua bilangan bulat.
Pada akhir pengajaran, guru mengadakan tanya jawab agar siswa terampil
menggunakan lidi itu sebagai alat bantu untuk menjumlah dua bilangan bulat
sekaligus sebagai alat evaluasi .
B. PERUMUSAN MASALAH
Bertolak dari permasalahan diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimana penggunaan dan penerapan media lidi dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam menjumlah dua bilangan bulat di kelas IV SD ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penulisan penelitian ini bertujuan agar siswa mampu meningkatkan keterampilan
penggunaan media lidi dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
penjumlahan bilangan bulat.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi semua pihak,
antara lain:
6
1. Memberikan pembelajaran secara langsung bagi guru tentang pembelajaran yang
menggunakan media lidi guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi
penjumlahan bilangan bulat, sehingga menambah wawasan dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas.
2. Meningkatkan keterampilan bagi siswa tentang penggunaan media lidi dalam proses
pembelajaran sehingga siswa dapat berperan aktif dan kreatif terutama pada
penjumlahan bilangan bulat.
3. Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan media lidi dalam penjumlahan bilangan bulat serta memberikan dorongan
untuk melaksanakan penelitian lagi dengan pembelajaran-pembelajaran matematika yang
lain.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi sekolah untuk meningkatkan pemahaman
tentang fungsi penelitian tindakan kelas.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran Matematika
Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara
matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu adanya desain khusus untuk
mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika.
“Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships)
dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang
membentuknya, (2). Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk
mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-
hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan
(4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term
dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan
kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan
oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian
matematika sekolah.” (Reyt.,et al, 1998 :4 )
“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara
lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan
disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu
sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi 199 : 1).
Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran
matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual siswa. Hal ini didasarkan pada
pemberian konsep harus tahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf kemampuan
intelektual siswa. Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pemblajaram
matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata
lain guru harus membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan
8
metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah
pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.
“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar
mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu
pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Pembelajaran
matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-
kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh
terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991:1).
Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan penjelasan
yaitu untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses
pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus terjun dalam aktivitas pembelajaran
yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar
supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.
Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak
dicapai dari pembelajaran matematika di sekolah ini adalah:
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan)
sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat
dialihgunakan melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2 Strategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi
bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and
Central Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal
sbb :
9
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa yang harus
dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan aspirasi dan selera
masyarakat.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang dipandang
paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh
untuk mencapai sasaran tersebut.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang harus
dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.
Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan
sebagi suatu proses upaya untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dengan
demikian tidak lepas dari peran serta guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru
harus mampu memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa
akan menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.
3 Media
Untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan secara optimal dibutuhkan
pengetahuan dan pemahaman tentang media. Pengetahuan itu meliputi: 1. Media
sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, 2. Fungsi
media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, 3. Tentang proses-proses mengajar, 4.
Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan, 5. Nilai atau manfaat media
pendidikan dalam pengajaran, 6. Memilih dan menggunakan pendidikan, 7. Berbagai
jenis alat dan teknik media pendidikan, 8. Media pendidikan dalam setiap mata
pelajaran dan 9. Usaha inovasi dalam media pendidikan dan lain-lain. Dititik dari
beberapa pokok yang telah di kemukakan diatas, jelaslah bahwa media pendidikan
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah.
(Hamalik, 1980 : 15-16).
10
4. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian
sebagai berikut :
1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis
dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara
guru dengan siswa yang sedang belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran
di sekolah
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
11
4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara berkelanjutan.
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian
tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip
yang dimaksud adalah :
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika penelitian
dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi
aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian
tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan hal-hal yang statis,
tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik
ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena
dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Penelitian
tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan.
Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut
penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara
untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.
3. SWOT sebagai dasar pijakan
PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti
harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang kiranya
dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar diri dan subyeknya
sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian
tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengudang resiko.
4. Upaya empiris dan sistemik
12
Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya analisis SWOT, berarti
sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-
unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.
Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang
kait-mengait.
5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART merupakan akronim dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum), Managable (dapat
dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat diterima lingkungan, dapat dicapai,
dijangkau), Realistic (operasional, tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu,
terencana).
Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang paling terkait dengan
subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut
tindakan yang akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh
guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru dapat
mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh.
Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi.
Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :
1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan
dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak
yang melakukan tindakn dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan.
2. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam
tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data
yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
13
4. Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan
memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secar cermat mengenali hal-hal yang
masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti
menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan
kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil
pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil
segera oleh peneliti
3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak
mengubah jadwal yang berlaku.
5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang
bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana
yang sudah dibuat sebelumnya.
6. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan,
yaitu siswa yang sedang belajar.
Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang
sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut
adalah :
(1) siswa,
(2) guru,
14
(3) materi pelajaran,
(4) peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara
perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan
digunakan di kelas dan di laboratorium,
(5) hasil pembelajaran,
(6) lingkungan, dan
(7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu
mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat
duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.
Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan
kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan
penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan
yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru.
Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan
berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah
mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK,
tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.
15
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Karanganyar Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Demak
2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 1 September s.d 19
Oktober 2013
3 Materi Pembelajaran
Untuk menentukan mata pelajaran dan materi pokok yang akan digunakan
dalam penelitian ini dipilih mata pelajaran matematika dengan materi pokok
penjumlahan bilangan bulat di kelas IV semester I.
Materi ini dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Materi ini selalu mengalami kesulitan di kelas kelas V dan VI.
2. Sekolah mempunyai buku paket yang relevan
Materi pembelajaran ini dilaksanakan dalam waktu 3 pertemuan dengan setiap
pertemuan 2 x 40 menit, dan masing-masing pertemuan ditutup dengan tes tertulis.
4 Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus I
a. Rancangan Pembelajaran
16
Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan/ menyusun
perangkat pembelajaran antara lain:
1). Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, indicator,
pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat/ bahan belajar dan penilaian.
2). Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok,
alokasi waktu, kompetensi dasar, langkah- langkah pembelajaran, sarana, sumber, bahan
belajar dan penilaian.
3). Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes.
4). Lidi sejumlah 220 buah.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1). Kegiatan awal meliputi :
a). Guru mengucapkan salam di depan kelas.
b). Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan)
c). Guru membagi lidi kepada tiap-tiap kelompok sebanyak 20 buah.
d). Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan bilangan cacah
dengan tujuan untuk merangsang siswa agar termotivasi.
2). Kegiatan inti meliputi :
a). Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa masing-masing harus
memengang 10 lidi.
b). Guru dan siswa mengadakan kesepakatan, lidi yang dipegang oleh siswa
yang duduk di sebelah kanan adalah positif dan di sebelah kiri adalah
negatif.
c). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat dengan
menggunakan lidi.
17
Misalnya :
7 + ( - 4 ) = . . . .
Langkah-langkah penggunaan :
(a). Siswa yang duduk disebelah kanan, meletakkan 7 lidi di atas mejanya.
(b). Siswa yang duduk disebelah kiri, meletakkan 4 lidi di atas mejanya.
(c) Kemudian kedua lidi itu digabung menjadi satu, sehingga posisinya menjadi :
IIII IIIIIII III
Lidi yang diambil dari siswa
yang duduk di sebelah kiri (
lidi yang menunjuk bilangan
negatif )
Lidi yang diambil dari siswa
yang duduk di sebelah kanan
( lidi yang menunjuk bilangan
positif )
(d). Lidi yang tidak punya pasangan (yang berada diluar kotak) sebanyak 3 lidi dari siswa
disebelah kanan.
(e). Jadi 7 + (-4) = 3
3). Kegiatan Akhir :
a). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan lidi dalam menjumlah bilangan
bulat dengan cara tanya jawab.
b). Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal )
c). Observasi
18
IIIIIIIIIII
Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran, Observer
melakukan observasi untuk melihat seberapa jauh keefektifan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika diterapkan.
d). Evaluasi
1). Evaluasi proses, pada saat siswa menggunakan lidi dalam penjumlahan
bilangan bulat.
2). Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes.
e). Refleksi
Data-data dari observasi dan evaluasi dikumpulkan, kemudian berdasarkan hasil ini
peneliti melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil refleksi ini , peneliti akan tahu kelebihan dan kekurangan dari
skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan.
Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pada siklus ini,
peneliti merencanakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya, sampai peneliti
menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
direncanakan.
2. Siklus II
a. Rancangan Pembelajaran
Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan/menyusun
perangkat pembelajaran antara lain:
1). Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar,
indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat bahan belajar dan
penilaian.
19
2). Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/semester, materi
pokok, alokasi waktu, kompetensi dasar, langkah-langkah pembelajaran, sarana,
sumber, bahan belajar dan penilaian.
3). Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes.
4). Lidi sejumlah 220 buah, yang berujung runcing 110 buah dan yang berujung
tumpul 110 buah.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1). Kegiatan awal meliputi :
a). Guru mengucapkan salam di depan kelas.
b). Mengerjakan tugas PR.
c). Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan)
d) Guru membagi lidi kepada tiap-tiap kelompok sebanyak 10 berujung
runcing dan 10 berujung tumpul.
e).Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan bilangan bulat dengan
tujuan untuk merangsang siswa agar termotivasi.
2). Kegiatan inti meliputi :
a. Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa masing-masing
kelompok harus memengang 10 lidi berujung runcing dan 10 berujung
tumpul.
b).Guru dan siswa mengadakan kesepakatan, lidi yang berujung runcing
adalah positif dan lidi yang berujung tumpul adalah negatif.
c). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat dengan
menggunakan lidi.
Misalnya :
20
7 + ( - 4 ) = . . .
Langkah-langkah penggunaan :
(a). Siswa yang memegang lidi berujung tumpul, meletakkan 4 lidi di atas meja.
(b). Siswa yang memegang lidi yang berujung runcing, meletakkan 7 lidi di atas
mejanya.
(c) Kemudian kedua lidi itu digabung menjadi satu, sehingga
posisinya menjadi :
IIII IIIIIII III
Lidi yang tumpul sebanyak 4
buah.( lidi yang menunjuk
bilangan negatif )
Lidi yang berujung runcing
sebanyak 7 buah.( lidi yang
menunjuk bilangan positif )
(d). Lidi yang tidak punya pasangan (yang berada diluar kotak) sebanyak 3 lidi yang
berujung runcing (positif).
(e). Jadi 7 + (-4) = 3
3). Kegiatan Akhir :
21
IIIIIIIIIII
a). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan lidi dalam menjumlah
bilangan bulat dengan cara tanya jawab.
b).Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal )
c). Observasi
Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran
pada siklus I, Observer melakukan observasi untuk melihat seberapa jauh
keefektifan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika
diterapkan pada siklus II.
d). Evaluasi
1). Evaluasi proses, pada saat siswa menggunakan lidi dalam
penjumlahan bilangan bulat.
2). Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes.
e). Refleksi
Data-data dari observasi dan evaluasi pada siklus II dikumpulkan
kemudian berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang
pembelajaran yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti akan tahu kelebihan dan
kekurangan dari skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan pada
silkus II. Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pada siklus ini,
peneliti merencanakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus III, sampai peneliti
menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
direncanakan.
3. Siklus III
a. Rancangan Pembelajaran
22
Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan /menyusun
perangkat pembelajaran antara lain:
1).Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar,
indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat/ bahan belajar dan
penilaian.
2).Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/semester, materi
pokok, alokasi waktu, kompetensi dasar, langkah-langkah pembelajaran,
sarana, sumber, bahan belajar dan penilaian.
3).Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes.
4)..Lidi sejumlah 420 buah, 210 lidi berwarna merah dan 210 lidi tidak
berwarna.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1). Kegiatan awal meliputi :
a). Guru mengucapkan salam di depan kelas.
b). Mengerjakan tugas PR.
c). Guru membagi lidi kepada tiap-tiap anak sebanyak 10 lidi berwarna
merah dan 10 lidi tidak berwarna.
d).Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan bilangan bulat dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mendapat
pembelajaran.
2). Kegiatan inti meliputi :
a). Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa, lidi yang berwarna
merah adalah positif dan lidi yang tidak berwarn adalah negatif.
b). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat dengan menggunakan
lidi.
23
Misalnya
7 + ( - 4 ) = . . . .
Langkah-langkah penggunaan :
a). Siswa meletakkan 7 lidi berwarna merah diatas mejanya
b). Siswa meletakkan 4 lidi yang tidak berwarna, di atas mejanya.
c). Kemudian kedua lidi itu digabung menjadi satu, sehingga posisinya menjadi :
IIII IIIIIII III
Lidi yang tidak berwarna
sebanyak 4 buah.( lidi yang
menunjuk bilangan negatif )
Lidi yang berwarna merah
sebanyak 7 buah.( lidi yang
menunjuk bilangan positif )
d). Lidi yang tidak punya pasangan adalah hasilnya (yang berada diluar kotak) sebanyak 3
lidi yang berwarna merah (positif).
e). Jadi 7 + (-4) = 3
2). Kegiatan Akhir :
a). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan lidi dalam penjumlahan
bilangan bulat dengan cara tanya jawab.
24
IIIIIIIIIII
b). Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal )
c). Observasi
Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran, Observer
melakukan observasi untuk melihat seberapa jauh keefektifan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika diterapkan pada siklus III.
d). Evaluasi
1. Evaluasi proses, pada saat siswa menggunakan lidi dalam
penjumlahan bilangan bulat.
2. Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes.
e. Refleksi
Data-data dari observasi dan evaluasi pada siklus II dikumpulkan, kemudian
berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang telah
dilakukan pada siklus III. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus ini peneliti akan tahu
kelebihan dan kekurangan dari skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan
dilaksanakan pada siklus III. Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran
pada siklus ini, peneliti merencanakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus III,
sampai peneliti menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah direncanakan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Moesono & Sujono, 1998. Matematika 4, Jakarta: Depdibud.
Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Silabus, Jakarta.
Depdiknas, 2003. Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika, Jakarta.
Pujiati, 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Berhitung di SD, Jogjakarta:
PPPG JOGJAKARTA.
Depdiknas, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta.
Oemar Hamalik, 1980. Media Pendidikan, Jakarta
Elly E, 1996. Metoda Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jogjakarta: PPPG
JOGJAKARTA.
Karim Muchtar A, 1999. Metodologi Pembelajaran, Jakarta.
26
BIAYA PENELITIAN
Rincian Biaya Penelitian
No Jenis Pengeluaran Jumlah
1 Honorium RP 9.000.000
2 Operasional Penelitian:
1. Bahan dan Peralatan(termasuk ATK)
Rp 500.000
2. Perjalanan Rp 2.000.000
3 Lain-Lain Rp 2.500.000
Total anggaran Rp 14.000.000
RINCIAN:
A. Honorarium
No Jabatan Jumlah
1 Ketua Rp 4.000.000
2 Anggota 1 Rp 2.000.000
3 Anggota 2 Rp 2.000.000
4 Mahasiswa 1 Rp 500.000
5 Mahasiswa 2 Rp 500.000
6 Total anggaran Rp 9.000.000
B. Operasional Penelitian
1. Bahan dan Peralatan
No Nama Bahan Jumlah
1 Lidi Rp. 250.000
2. Cat warna Rp. 250.000
27
3. Total Rp 500.000
2. Perjalanan
No Kota Tujuan Jumlah
1 Demak Rp 2.000.000
C. Lain-lain
No Uraian Jumlah
1 Sopir Rp. 500.000
2 Makan Rp.2.000.000
Total Rp. 2.500.000
28
PERSONALIA PENELITIAN
1. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : Rafika Bayu Kusumandari
b. Jenis Kelamin : P
c. Pangkat/gol/NIP :
d. Jabatan Fungsional :
e. Fakultas : Ilmu Pendidikan
f. Tugas Pokok dalam Penelitian:
2. Identitas Anggota Peneliti
Anggota 1 Anggota 2
a.Nama Lengkap
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat/gol/NIP
d. Jabatan Fungsional
e. Fakultas
f. Tugas Pokok dalam
Penelitian
Danang Adhi Saputro
L
Ilmu Pendidikan
Mohamad Syaiful Anwar
L
Ilmu Pendidikan
3.Identitas Mahasiswa yang terlibat
1 2
a. Nama Lengkap
b. Jenis Kelamin (L/P)
c. Program Studi
d. Semester
Danang Adhi Saputro
L
Teknologi Pendidikan
4
Mohamad Syaiful Anwar
L
Teknologi Pendidikan
4
29