proposal ptk

75
PROPOSAL PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT ELEKTRONIKA DASAR DI SUSUN OLEH PUJI HARYANTO 5215117024

Upload: pujiharyanto123

Post on 24-Oct-2015

74 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Proposal PTK

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal PTK

PROPOSAL PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA DIKLAT ELEKTRONIKA DASAR

DI SUSUN OLEH

PUJI HARYANTO

5215117024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2013

Page 2: Proposal PTK

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya, sehingga proposal penelitian ini telah selesai meskipun jauh dari sempurna. Peneliti

berharap proposal penelitian ini, dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya

dalam bidang pendidikan.

Proposal penelitian ini disusun untuk menjelaskan tentang PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA DIKLAT ELEKTRONIKA DASAR karena dengan penelitian ini sangat berguna

untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai dalam pemberian tugas pekerjaan

rumah.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini peneliti banyak menghadapi kesulitan baik dalam

penyusunan maupun dalam pengumpulan data. Tetapi semua itu dapat peneliti atasi. Oleh karena

itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, terutama

1.      Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan moril maupun materil.

2.      Bapak Dr. Bambang Dharma Putra, M.Pd sebagai dosen pembimbing dalam penelitian.

3.      Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan proposal penelitian ini. Akhir kata

semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca

umumnya.

                                                                                        Jakarta, Desember 2013

       Penulis

Page 3: Proposal PTK

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat mengalami kemajuan. Hal

ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas sumber daya manusia di dalamnya.

Perkembangan kualitas sumber daya manusia tidak dapat lepas dari perkembangan dan kualitas

sebuah pendidikan. Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar dalam pembentukan kualitas

sumberdaya manusia. Oleh karena itu, untuk menciptakan sumberdaya manusia yang kreatif,

inovatif, dan produktif diperlukan sistem pendidikan yang berkualitas. Sehingga perlunya

perbaikan-perbaikan dalam sistem pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan

perkembangan dan perubahan zaman. Salah satu hal yang harus diperbaiki adalah proses  belajar

mengajar di kelas. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan paling utama dalam

pendidikan di sekolah. Dalam proses ini akan terciptanya tujuan pendidikan secara umum

maupun tujuan khusus seperti perubahan tingkah laku siswa menuju kearah yang lebih baik.

Sehingga siswa memiliki kemampuan  dan dapat menghadapi perubahan dan tuntutan zaman,

dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan

pokok. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pendahuluan dilapangan terhadap guru dan

beberapa siswa yang dilakukan peneliti pada saat melaksanakan Program Latihan Profesi di

SMK Negeri 1 Seluma di kelas X Teknik Komputer dan Jaringan dengan jumlah siswa 40 orang,

diperoleh beberapa temuan bahwa dalam proses pembelajaran pada mata diklat Elaektronika

Dasar, yaitu :

Page 4: Proposal PTK

1.  Proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan metode penyampaian materi didominasi

dengan metode konvensional yaitu  ceramah dan mencatat, sehingga siswa hanya menerima

pengetahuan dari guru saja.

2. Kurangnya interaksi dan aspek keterbukaan antara guru dengan siswa maupun antara siswa

dengan siswa sehingga segala kesulitan siswa dalam proses pembelajaran tidak bisa diketahui

oleh guru.

3.  Sumber belajar dominan yang digunakan siswa adalah catatan yang diberikan guru dalam

kegiatan belajar mengajar.

4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang mengarah  pada upaya untuk memberikan

contoh-contoh penerapan materi yang diajarkan pada dunia nyata.

5.  Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi.

6. Hasil belajar siswa sebagian besar tidak sampai pada kriteria ketuntasan minimal (KKM),

yaitu ≥70.

Tabel 1.1 Nilai UTS Mata DiklatElaktronika Dasar Pada Kelas X TKJ Di SMK Negeri 1

Tingkat Penguasaan Kategori

80-100 Lulus amat baik

70-79 Lulus baik

60-69 Lulus cukup

50<59 Belum lulus Lulus rendah

0-50 Tidak lulus

Page 5: Proposal PTK

Dari data di atas dapat dilihat bahwa siswa yang lulus dengan baik hanya 6 orang atau 15%, dan

siswa yang lainnya masih belum  lulus. Hasil belajar siswa pada mata diklat Menerapkan Teknik

Elektronika Analog dan Digital Dasar dapat disimpulkan bahwa prestasi yang dicapai  masih

sangat rendah.  Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan sesuai dengan tuntutan kurikulum

diperlukan suatu alternatif model pembelajaran dan penggunaan yang mengarah kepada

pembelajaran siswa aktif dengan harapan dapat meningkatkan penguasan konsep dan

mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa pada mata diklat Elektronika  Dasar.  Untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Elektronika Dasar supaya mencapai hasil

yang sesuai dengan KKM adalah dengan mengembangkan model pembelajaran kontekstual.

Kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata dalam kelas dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karena pada mata diklat Elektronika  Dasar menuntut

siswa untuk berperan aktif. Sedangkan pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa

melakukan dan mengalami, tidak hanya mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Terdapat tujuh  asas dalam pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model

lainnya, yaitu  konstruktivisme, inquiri, questioning (bertanya), learning community (masyarakat

belajar),  modeling (pemodelan),  reflection (refleksi),  authentic assessment (penilaian yang

sebenarnya).

 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik  untuk menerapkan model pembelajaran

kontekstual ini dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam upaya meningkatkan

pemahaman konsep siswa, sehingga penulis mengambil kajian: “Penerapan Model Pembelajaran

Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Elaktronika Dasar”.

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan  dibahas serta lebih terarahnya

Page 6: Proposal PTK

penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam

penelitian ini, yaitu :

1.  Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian  ini adalah Model Pembelajaran

Kontekstual.

2.  Mata diklat yang Elaktronika Dasar materi yang diajarkan adalah 

3.  Hasil belajar pada aspek kognitif yang akan diungkap meliputi prestasi

belajar siswa. 

4.  Kegiatan yang diteliti adalah aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam

proses kegiatan pembelajaran.     

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latarbelakang yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis merumuskan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dapat mempengaruhi perubahan aktivitas

siswa dan hasil belajar siswa pada Mata Diklat Elektronika Dasar?” 

Secara khusus permasalahan tersebut akan dikaji dalam penelitian ini dengan rincian sebagai

berikut :

1.  Bagaimana kegiatan pembelajaran dengan model Kontekstual dapat  meningkatkan hasil

belajar siswa dari aspek kognitif pada mata diklat  Elektronika Dasar?

2.  Bagaimana peningkatan aktivitas siswa setelah mengikuti pembelajaran

dengan model Kontekstual pada mata diklat Menerapkan Teknik  Elektronika Dasar? 

3.  Bagaimana peningkatan aktivitas guru dalam proses kegiatan belajar

mengajar terhadap mata Elektronika Dasar  pada saat diterapkan proses pembelajaran dengan

menggunakan model Kontekstual ?

Page 7: Proposal PTK

C.  Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas agar mencapai hasil yang optimal. Tujuan

umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif

pada mata diklat Elektronika Dasar  sehingga diharapkan siswa dapat lulus sesuai dengan nilai

KKM dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual pada siswa kelas X Teknik

Elektronika SMKN 1 Bekasi  tahun ajaran 2010-2011. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :  

1.  Mengetahui tingkat perubahan hasil belajar siswa yang dicapai yang ditinjau dari aspek

kognitif setelah diterapkan kegiatan pembelajaran dengan model Kontekstual pada mata

Elektronika Dasar 

2.  Mengidentifikasi seberapa besar peningkatan aktivitas siswa setelah mengikuti pembelajaran

dengan model Kontekstual pada mata diklat Elektronika Dasar 

3.  Mengidentifikasi seberapa besar peningkatan aktivitas guru terhadap mata diklat Menerapkan

Teknik Elektronika setelah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model

Kontekstual.  

D.  Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikaninformasi untuk

meningkatkan profesionalisme guru dalam upaya menyusun model pembelajaran pada mata

diklat Bahan-Bahan Listrik dengan model pembelajaran kontekstual yang dapat digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga pembelajaran lebih interaktif. Bagi siswa diharapkan

dapat menimbulkan interaksi yang baik diantara siswa sehingga mampu meningkatkan hasil

belajar dan siswa mampu menerapkan konsep yang telah didapatkannya dalam memecahkan

Page 8: Proposal PTK

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Bagi sekolah penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran disekolah.

 E.  Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang akan digunakan

dalam penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan dan pengertian mengenai beberapa

definisi yang digunakan antaralain sebagai berikut :

1.  Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan

suasana dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

menemukan materi yang dihubungkan dengan menerapkan dengan kehidupan siswa.

2.  Hasil belajar 

Hasil belajar merupakan suatu nilai yang diberikan kepada peserta

didik pada akhir suatu program pengajaran setelah siswa didik melewati

serangkaian tes, yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah

diajarkan. 

 3.   Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan

cara merencanakan,  melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

Page 9: Proposal PTK

partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

dapat meningkat.

 F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam penyusunan penelitian ini, maka penulis membagi

pembahasan menjadi lima bab. Sistematika dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagia

berikut : 

 BAB I Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan mengenai:

latarbelakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,  metode penelitian, manfaat

penelitian, penjelasan istilah dan sistematika penulisan.

BAB II  Landasan Teori, pada bab ini menguraikan mengenai: konsep belajar dan pembelajaran,

penelitian tindakan kelas, pembelajaran kontekstual.

BAB III Metode Penelitian, pada bab ini menguraikan mengenai: metode penelitian, prosedur

penelitian, paradigma penelitian, lokasi dan objek penelitian, instrumen penelitian dan cara

penggunaannya, teknik pengumpulan data, teknik análisis data dan kriteria keberhasilan

penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini menguraikan

mengenai: deskripsi awal pratindakan, refleksi kegiatan awal pembelajaran, penerapan model

pembelajaran kontekstual di kelas dan pembahasan hasil penelitian.

 BAB V Kesimpulan dan Saran, pada bab ini dikemukakan mengenai kesimpulan yang diambil

dan saran yang diberikan.

Page 10: Proposal PTK

BAB II

LANDASAN TEORI

A.  Konsep Belajar  dan Hasil Belajar

1.  Pengertian Belajar 

Salah satu hal utama yang dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan

belajar, dan dengan belajar akan terjadi proses interaksi individu  dengan lingkungannya. Secara

formal interaksi tersebut dapat berupa siswa belajar di sekolah, siswa akan berinteraksi dengan

guru, dengan teman-temannya, dengan buku-buku perpustakaan dan peralatan laboratorium, di

rumah mereka berinteraksi dengan catatan-catatan siswa dan melaksanakan tugas dari guru.

Belajar akan berdampak pada perilaku, pandangan, dan pola pikir seseorang terhadap suatu

hal.     Menurut Wina Sanajaya (2009:110) menyatakan bahwa ”belajar adalah proses mental

yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku,

aktivitas mental itu  terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang didasari”.

      Menurut Oemar Hamalik (2005:28)  menyatakan bahwa “Belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.” Perubahan tingkah

laku yang  dimaksud meliputi aspek-aspek pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan,

apresiasi, emosional, etika dan sikap. Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar

disebut hasil belajar bersifat relatif menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. 

Dari beberapa definisi mengenai belajar di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses aktif perubahan tingkah laku dan kecakapan manusia yang melalui berbagai

pengalaman untuk memperoleh pengetahuan sebagai proses kematangan. Sehingga dalam

pendidikan, belajar merupakan kegiatan pokok yang menentukan berhasil tidaknya pencapaian

Page 11: Proposal PTK

tujuan pendidikan Proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan  reaksi atau hasil

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Siswa akan berhasil belajar jika guru

mengajar secara efisien dan efektif. Itu  sebabnya guru harus mengenal prinsip-prinsip belajar

agar para siswa dapat belajar aktif dan berhasil. Prinsip-prinsip belajar dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1.  Pengalaman Dasar

 Pengalaman dasar berfungsi untuk mempermudah siswa dalammemperoleh pengalaman baru.

Siswa merasa sulit memahami suatu generalisasi jika ia belum mempunyai suatu konsep sebagai

pengalaman dasar.

2.  Motivasi Belajar

 Siswa akan melakukan perbuatan belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

sebagainya. Jika memilih motivasi belajar, dorongan motivasi ini berguna tidak hanya untuk

mendorong mereka belajar secara aktif, tetapi juga berfungsi sebagai pemberi arah dan

penggerak dalam belajar. Motivasi belajar dapat tumbuh dari dalam diri sendiri, yang disebut

dengan motivasi intrinsik, motivasi belajar juga dapat timbut berkat dorongan dari luar seperti

pemberian angka, kerja kelompok, hadiah atau teguran yang disebut dengan mitivasi ekstrinsik.

Kedua motivasi  ini berguna bagi siswa untuk belajar secara aktif.

3.  Penguatan Belajar

Hasil belajar yang telah diperoleh siswa perlu ditingkatkan agar penguasan yang tuntas. Guru

hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang dan melatih hal-hal yang

telah dipelajari. Berdasarkan uraia di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa penyusunan dan

pelaksanaan program belajar-mengajar hendaknya memperhatikan beberapa prinsip belajar

secara aktif. 

Page 12: Proposal PTK

  4.  Hasil Belajar

Nana Sudjana (dalam Kunandar, 2010:276) menyatakan  bahwa “suatu akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes

tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian

terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu materi

atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi

pendidikan yang ditunjukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta

kualitas kemampuan pererta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu

keberhasilan proses belajar mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :

1.      Faktor Internal 

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam

individu yang belajar yaitu siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah

faktor psikologis, antara lain motovasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2. Faktor Eksternal

Pencapaian tujuan belajar harus diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal

ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan dan pembentukan sikap.

Penulis berpendapat bahwa hasil belajar mempunyai peranan penting  dalam proses

pembelajaran, proses penilaian terhadap hasil belajar dapat  memberikan informasi kepada guru

mengenai kemajuan siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan-tujuan belajar siswa melalui

kegiatan pembelajaran.   

3.  Aktivitas Siswa

Page 13: Proposal PTK

Belajar yang baik harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Kita tidak dapat memastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan penjelasan dari guru tidak

berarti tidak aktif, demikian sebaliknya belum tentu siswa yang secara fisik aktif, memeliki kadar

aktivitas mental yang tinggi pula. Kunandar (2010:277) mengungkapkan bahwa,”Aktivitas siswa

adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna

menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan

tersebut”. Peningkatan aktivitas siswa, diantaranya meningkatkan jumlah siswa yang terlibat

aktif belajar, meningkatkan jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatkan jumlah

siswa yang paling berinteraksi membahas materi pelajaran. Metode belajar yang bersifat

partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih

kondusif, karena siswa lebih berperan  dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar

mengajar. Indikator aktivitas siswa yang diungkapkan oleh kunandar (2010:277), dapat dilihat

dari :

1.  Mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran.

2.  Aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa.

3. Mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pembelajaran

kooperatif.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa dalam belajar  sangat dituntut

keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak

membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran Menerapkan Teknik Elektronika Analog

dan Digital Dasar tidak mungkin tercapai tanpa adanya aktivitas siswa. Membentuk manusia

yang kreatif dan bertanggung jawab, dalam rangka  ini penulis berusaha melatih dengan

Page 14: Proposal PTK

menggunakan model pembelajaran kontekstual, sebab dengan model pembelajaran ini siswa

dituntut untuk lebih aktif dan bertanggung jawab. 

B. Penelitian Tindakan Kelas

1.  Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara

merencanakan, melaksanakan dan  merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif

dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat (Wina Sanjaya, 2010:9).  Suharsimi Arikunto (2010:3) “penelitian tindakan kelas

merupakan suatu  pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.  Wiriatmaja (dalam Tukiran

Taniredja, 2010:16) mengemukakan bahwa ”penelitian tindakan kelas adalah bagaimana

sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar

dari pengalaman mereka sendiri”.    Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian untuk mengangkat masalah-masalah yang

berada di dalam kelas yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pecermatan kegiatan

belajar berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas secara

lebih profesional. 

 2.  Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Semua penelitian bertujuan untuk memecahkan suatu masalah tetapi untuk penelitian tindakan

kelas disamping tujuan tersebut tujuan yang utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk

perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar.  

Menurut Mulyasa (dalam Tukiran Taniredja, 2010:20) secara umum tujuan penelitian tindakan

kelas adalah :

Page 15: Proposal PTK

1.  Memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar serta  kualitas pembelajaran.

2.  Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya kepada peserta

didik sehingga tercipta layanan prima.

3.  Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan

pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.

4.  Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengadakan  pengkajian secara bertahap

terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang

berkesinambungan.

5.  Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.   

 Tujuan penelitian tindakan kelas di atas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian tindakan

kelas bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik pembelajaran yang seharusnya

dilakukan oleh guru, disamping itu dengan penelitian tindakan kelas tertumbuhkannya budaya

meneliti dikalangan guru.

3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas dapat memberikan manfaat  sebagai inovasi pendidikan yang

tumbuh dari peneliti yaitu guru, karena guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan

penelitian tindakan kelas guru menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri,

sehingga secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat

memberikan manfaat perbaikan.  Manfaat lainnya dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai

berikut :

a.  Menumbuhkan kebiasaan menulis

b.  Menumbuhkan budaya meneliti

c.  Menggali ide baru

Page 16: Proposal PTK

d.  Melatih pemikiran ilmiah

e.  Mengembangkan keterapilan

f.  Meningkatkan kualitas pembelajaran

 4. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru

dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses

dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan

dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Langkah menemukan masalah

dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan penelitian

tindakan kelas dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam bentuk  siklus berulang yang di dalamnya terdapat

empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Siklus penelitian

tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut :  

 

Pelaksanaan

 

Refleksi

 

Siklus 1

 

Perencanaan

 

Page 17: Proposal PTK

 

 

Pengamatan

 

Perencanaan

 

Siklus 2

 

Pelaksanaan

 

Refleksi

 

Pengamatan

 

Perencanaan

 

Pelaksanaan

 Refleksi

 

Siklus 3

 

Pengamatan

 

Hasil Penelitian

Page 18: Proposal PTK

Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diuraikan

sebagi berikut :

1. Perencanaan (planning)

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada tahapan

perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus

untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk merekam fakta yang

terjadi selama tindakan berlangsung. Secara rinci pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan

sebagai berikut:

a.       Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa

yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual terjadi di lapangan masalah

bersifat  umum di kelasnya, masalahnya cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu

hasil pembelajaran, dan masalahpun harus dalam jangkauan  kemampuan peneliti.

b.      Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatarbelakangi

penetilian tindakan kelas.

c.       Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pertanyaan.

d.      Memetapakan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis

tindakan. Umumnya dimulai  dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan

masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat

dilakukan oleh guru.

Page 19: Proposal PTK

e.       Menemtukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator

keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis

indikator keberhasilan itu.

f.       Membuat secara rinci rancangan tindakan. 20

 2. Tindakan

Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.

Rancangan tindakan tersebut tentu  saja sebelumnya telah dilatihkan  kepada pelaksana tindakan

(guru) untuk  dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Scenario dari tindakan

harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar. Rancangan tindakan yang akan dilakukan

hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan tersebut menjelaskan

sebagai berikut :

a.  Langkah demi langkah yang akan dilakukan

b.  Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru

c.  Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa

d.  Rincian mengenai jenis media pembelajaran yang akan digunakan untuk  pengumpulan data atau

pengamatan disertai dengan penjelasan rincian bagaimana menggunakannya.

3. Pengamatan atau Observasi

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan pengamatan dilakukan

pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada

tahap ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan poengamatan dan

mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. Pengumpulan data

ini dengan melakukan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga

Page 20: Proposal PTK

pengamatan secara cermat pelaksanaan scenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya

terhadap proses dan hasil belajar siswa.

 4. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi untuk

menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup

analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika

terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus

berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang

sehingga permasalahan dapat teratasi.

 5. Jenis-Jenis Penelitian Tindakan Kelas

Jenis penelitian tindakan kelas dibedakan menjadi 4, yakni (1) PTK diagnostik, (2) PTK

partisipan, (3) PTK empiris, dan  (4) PTK ekspremintal. Untuk lebih jelas, berikut ditemukan

secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut :

1)  PTK Diagnostik

Yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntut

penelitipeneliti kearah suatu tindakan. Dalam hal ini peniliti mendiagnosa dan memasuki situasi

yang terdapat didalam luar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya

menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu

sekolah atau kelas.

2)  PTK Partisipan

Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK Partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan

penelitian harus terlihat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil

Page 21: Proposal PTK

penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa

terlihat, selanjutnya peneliti mementau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa

data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan

disekolah, hanya saja disini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus- menerus

sejak awal sampai berakhir penelitian.

3)  PTK Empiris

Yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melakukan sesuatu tindakan

atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung.

Pada prinsip nya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan cacatan dan pengumpulan

pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.

4)  PTK Eksperimental

Yang dikategorikan PTK Eksperimental ialah PTK diselenggarakan dengan berupaya

menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien didalam suatu kegiatan

belajar-mengajar oleh peniliti. Di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar,

dimungkinkan terdapat lebihdari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu

tujuan instruktusional. 

7. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik penelitian tindakan kelas yang sekaligus dapat membedakannya dengan

penelitian formal adalah sebagai berikut:

1. Penelitian tindakan kelas merupakan prosedur penelitian di kelas yang   dirancang untuk

menanggulangi masalah nyata yang dialami Guru berkaitan dengan siswa di kelas itu. Ini berarti,

bahwa rancangan penelitian diterapkan sepenuhnya di kelas itu, termasuk pengumpulan data,

Page 22: Proposal PTK

analisis, penafsiran, pemaknaan, perolehan temuan,  dan penerapan temuan. Semuanya dilakukan

di kelas dan dirasakan oleh kelas itu.

2. Metode penelitian tindakan kelas diterapkan secara kontekstual, dalam     arti bahwa variabel-

variabel yang ditelaah selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu sendiri. Dengan demikian,

temuan hanya berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi untuk kelas  yang

lain. Temuan penelitian tindakan kelas hendaknya selalu diterapkan segera dan ditelaah kembali

efektifitasnya dalam kaitannya dengan keadaan dan suasana kelas itu.

3. Penelitian tindakan kelas terarah pada suatu perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran,

dalam arti bahwa hasil atau  temuan penelitian penelitian tindakan kelas itu adalah pada diri guru

telah terjadi perubahan, perbaikan, atau peningkatan sikap dan perbuatannya. Penelitian tindakan

kelas akan lebih mudah berhasil jika adanya kerjasama antara guru-guru di sekolah, sehingga

mereka dapat sharing mengenai permasalahan yang ada, dan apabila penelitian telah dilakukan,

selalu diadakan pembahasan perencanaan tindakan yang dilakukan. Dengan demikain, penelitian

tindakan kelas itu bersifat kolaborasi dan kooperatif.

4. Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan mudah diadaptasi. Dengan demikian, maka cocok

digunakan dalam rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini juga memungkinkan

diterapkannya suatu hasil studi dan penelaahan kembali secara berkesinambungan.

5. Penelitian tindakan kelas banyak mengandalkan data yang diperoleh   langsung dari refleksi diri

peneliti. 

6. Penelitian tindakan kelas sedikitnya ada kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal

percobaan tindakan yang segera dilakukan dan ditelaah kembali efektifitasnya. Oleh karena itu

kaidah-kaidah dasar penelitian ilmiah dapat dipertahankan terutama dalam pengambilan data,

Page 23: Proposal PTK

perolehan informasi, upaya untuk membangun pola tindakan, rekomendasi dan lain-lain, maka

penelitian tindakan kelas tetap merupakan proses ilmiah.

7.  Penelitian tindakan kelas bersifat situasional dan spesisifik, yang pada umumnya dilakukan dalam

bentuk studi kasus. Subyek penelitian sifatnya terbatas, tidak representatif untuk merumuskan

atau generalisasi. Penggunaan metoda statistik terbatas pada pendekatan deskriptif tanpa

inferensi.

 C. Model Pembelajaran Kontekstual

1. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan

konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran

berlangsung alamiah dalam bentuk  kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer

pengetahuan dari guru kesiswa. Strategi pembelajaran lebih penting dari pada hasil, dalam kelas

kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih

banyak berurusan dengan strategi dibandingkan dengan memberi informasi. Tugas guru

mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru

bagi anggota kelas (siswa).  Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan itu

diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan  oleh orang lain termasuk guru, akan tetapi

dari proses menemukan dan mengkontruksinya sendiri, maka guru harus menghindari mengajar

sebagai proses penyampaian informasi. Guru harus memandang siswa sebagai subjek belajar

dengan segala keunikannya. Siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk

Page 24: Proposal PTK

membangun pengetahuannya sendiri. Kalaupun guru memberikan informasi kepada siswa guru

harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu agar lebih bermakna untuk kehidupan

mereka.  Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar, perbedaan gaya tersebut

dimanakan sebagai unsur modalitas belajar.  Tipe gaya belajar siswa dibagi kedalam tiga bagian

yaitu sebagai berikut :

1.  Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih cepat belajar dengan

cara menggunakan indra penglihatannya.

2. Tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya.

3.  Tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak, berkerja dan menyentuh. Sehingga

dapat disimpulkan dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe

belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar

siswa. 

 2. Pengertian Kontekstual

Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks,

suasana dan keadaan”. (KUBI, 2002:519). Sehingga konntekstual dapat diartikan sebagai suatu

pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Kontekstual adalah suatu strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat 

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata,

sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Konteksual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya

proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Menurut Depdiknas

(2003:5) “kontekstual adalah konsep belajar  yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara

Page 25: Proposal PTK

pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari”.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2010:253) “kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran

yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi

yang dipelajari  dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong

siswa untuk dapat  menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami dalam model pembelajaran

kontekstual, yaitu sebagai berikut :

1.  Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan

materi, artinya proses pembelajaran diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung.

Proses belajar dalam pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima

pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

2.  Pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar menemukan hubungan antara materi yang

dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap

hubungan antara  pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,

sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan  kehidupan nyata, bukan

saja bagi siswa materi itu akan bermakna fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinyaakan

tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

3.  Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya

kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan

tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-

hari.     

Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa Melalui pembelajaran kontekstual

diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan nyata

Page 26: Proposal PTK

dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah.

Dalam pembelajaran kontekstual, guru mengkaitkan konteks  dalam kerangka pembelajarannya

guna meningkatkan makna belajar bagi siswa. Selain itu siswa dituntut untuk dapat menangkap

hubungan antara pengalaman disekolah dengan kehidupan nyata, bukan saja berarti materi itu

akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam

memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

3. Karakteristik Proses Pembelajaran Kontekstual

Menurut Wina Sandjaya (2010:254), terdapat lima karakteristik penting dalam proses

pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu :

1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada 

(activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang

sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan

yang utuh dan memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam  rangka memperoleh dan menambah

pengetahuan baru  (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif,

artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan

detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan

untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari

yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru

pengetahuan itu dikembangkan.

Page 27: Proposal PTK

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya

pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan

siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini

dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan.

4. Ciri-ciri Teori Pembelajaran Kontekstual 

Adapun ciri-ciri teori pembelajaran secara kontekstual   adalah sebagai berikut : 

1. Siswa dapat memproses materi pelajaran atau pengetahuan baru dengan cara  yang bermakna

dalam rangka meningkatkan hasil belajar.

2. Materi pelajaran disampaikan dalam konteks yang berbagai dan bermakna kepada siswa.

3. Guru mewujudkan berbagaian pembelajaran untuk menghasilkan  pembelajaran yang berkesan.

5. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa

saja, dan kelas yang bagaimanapun  keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam

kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut :

1.  Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2.  Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3.  Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

 4.  Ciptakan masyarakat belajar.

5.  Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

Page 28: Proposal PTK

6.  Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7.  Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

 6. Asas-Asas Kontekstual

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh asas.

Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual. Ketujuh asas kontekstual dapat dijelaskan dibawah ini :

1.  Konstruktivisme 

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam

struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Filsafat konstruktivisme yang mulai digagas

oleh Mark Baldawin dikembangkan dan diperdalam oleh Jean Pigget menganggap bahwa

pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu

sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Menurut konstruktivisme,

pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri

seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang

menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk mengintrepretasi objek tersebut.

Kedua faktor tersebut itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis

tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstrusinya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran melalui pendekatan

kontekstual pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui

proses pengamatan dan pengalaman sebab pengetahuan hanya akan fungsional manakala

dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan

Page 29: Proposal PTK

yang bermakna. Atas dasar asumsi yang mendasari itulah,  maka penerapan asas konstruktivisme

dalam pembelajaran melalui CTL, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan

sendiri melalui pengalaman nyata.

2.  Inkuiri (Menemukan)

Inkuiri merupakan asas kedua dari pembelajaran kontekstual yang artinya, proses

pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis

(Wina Sandjaya, 2010:263). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil mengingat, akan tetapi

hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru

bukanlah menyiapkan sejumlah materi yang dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada

dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses

mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional,

maupun pribadinya. Secara umum proses inkuiri  dapat dilakukan melalui beberapa langkah,

yaitu:

1. merumuskan masalah,

2. mengajukan hipotesis, 

3. mengumpulkan data,

4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan,

5. Membuat kesimpulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Penerapan asas dalam

proses pembelajaran kontekstual, dimulai dari adanya  kesadaran siswa akan masalah yang  jelas

yang ingin dipecahkan.

Page 30: Proposal PTK

Dengan demikian, siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Jika masalah telah

dipahami dengan batasan-batasan yang  jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau

jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan

menuntun siswa untuk melakukan observasi untuk pengumpulan data. Manakala data telah

terkumpul selanjutnya siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan

kesimpulan. Asas menemukan seperti yang digambarkan diatas, merupakan asas yang penting

dalam pembelajaran kontekstual. Melalui proses berpikir yang sistematis seperti diatas,

diharapkan siswa memilki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan

sebagai dasar pembentukan kreativitas.

3.  Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dipandang

sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan

mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran kontekstual,

guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing siswa untuk menemukan

sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru

dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

Menurut Wina Sandjaya (2010:264) dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya

berguna untuk :

a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran. 

b.  Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c.  Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.

Page 31: Proposal PTK

d.  Memfokuskan siswa terhadap sesuatu yang diinginkan.

e.  Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

Sehingga dapat disimpulakan bahwa dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran bertanya

hampir selalu digunakan. Olek karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan teknik-

teknik bertanya sangat penting.

 4.  Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar  (learning community) dalam pembelajaran kontekstual menyarankan

agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerjasama ini dapat

dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam

lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan

orang lain, antara teman ataupun kelompok yang sudah memberi tahu kepada yang belum tahu,

yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain. 

            Dalam kelas pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat belajar dapat

dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok yang  anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan

kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya

mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat

belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong  untuk membantu yang lambat belajar,

yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada orang lain.

5.  Pemodelan (Modeling)

Menurut Sandjaya (2010:265) yang dimaksud dengan asas pemodelan adalah “proses

pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap

Page 32: Proposal PTK

siswa”. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau

bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olahraga memberikan contoh bagaimana

cara melempar bola, dan lain sebagainya.  Proses pemodelan  tidak terbatas dari guru saja, akan

tetapi dapat juga

guru memanfaatkan siswa yang dianggap memilki kemampuan. Misalkan siswa yang pernah

menjadi juara dalam lomba puisi dapat menampilkan keahliannya di depan teman-temannya,

dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Pemodelan, merupakan asas yang cukup

penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari

pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. 

6.  Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang  telah dipelajari dan dilakukan

dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah

dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur

kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan  yang dimilkinya. Bisa

terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya,

atau menambah khazanah pengetahuannya  Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk  “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan

secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan

tentang pengalamannya belajar. 

7.  Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Page 33: Proposal PTK

Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan oleh guru pada saat ini,

biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang

digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah

telah menguasi materi pelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual, keberhasilan pembelajaran

tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual  saja, akan tetapi juga proses

belajar melalui penilaian.

Menurut Wina Sanjaya (2010:266) Penilaian nyata  (authentic assessment) adalah proses yang

dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan

oleh siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau

tidak; apakah pengalaman belajar siswa memilki pengaruh yang positif terhadap perkembangan

baik intelektual maupun mental siswa Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, maka 

penulis menerapkan pada penelitian ini untuk mengetahui indikator-indikator penguasaan untuk

kompetensi mengenal dan mengidentifikasi komponen elektronika sebagai berikut:

1.  Kontruktivisme

Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat membangun atau menyusun pengetahuan baru

dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Sebagai contoh aplikasi dalam penelitian

ini adalah :

•  Guru memberikan penjelasan mengenai kapasitor dalam kehidupan nyata beserta aplikasinya.

Contohnya penggunaan kapasitor untuk menyimpan muatan dan energi, lampu kilat pada kamera

memiliki kapasitor yang besar untuk menyimpan energi tabung lampu, kapasitor mendapat

muatan dari baterai selama kurang lebih 30 detik. Ketika diperlukan dalam sekejap semua

muatan akan keluar dari tabung lampu sehingga lampu kilat menyala.

Page 34: Proposal PTK

2.  Inquiri 

Pada tahap ini siswa dituntut untuk belajar dengan  menggunakan keterampilan berfikir

kritis dalam proses pembelajaran khususnya pada kompetensi mengenal dan mengidentifikasi

komponen elektronika. Aplikasinya adalah sebagai berikut ini :

•  Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang akan disampaikan sekarang

untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahuinya sebelum materi tersebut disampaikan.

•   Siswa memberikan contoh penggunaan kapasitor dalam  kehidupan sehari-hari yang pernah

dilihatnya. 

3.  Questioning (bertanya)

Pada tahap ini siswa dituntut untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam

penguasaan materi pelajaran; membangkitkan motivasi siwa untuk belajar; merangsang

keingintahuan siswa terhadap sesuatu; memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan;

menyimpulkan sesuatu. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut:

•      Guru memancing siswa agar dapat menemukan sendiri mengenai kapasitor mika

•     Siswa bertanya mengenai fungsi dari kapasitor mika dan aplikasinya.

•  Berdasarkan pertanyaan yang diajukan siswa, guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk

menemukan materi tentang kapasitor mika.

4.  Learning community (masyarakat belajar)

Konsep masyarakat belajar dalam kontekstual diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain,

kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai berbentuk  kelompok belajar.  Contoh aplikasinya

adalah sebagai berikut:

Page 35: Proposal PTK

•  Guru membagi siswa menjadi 10 Kelompok.

•  Siswa melaksanakan diskusi kelompok untuk membahas materi kapasitor.

•  Guru membahas pendapat, informasi, dan masalah dari pengalaman siswa

mengenai kapasitor.

5.  Modeling (pemodelan)

Dalam pemodelan siswa dituntut untuk dapat mengingat dan mengaplikasikan  peragaan

yang telah dicontohkan guru. Contoh aplikasinya adalah sebagi berikut:

•  Guru memberikan contoh fungsi dari kapasitor mika, yaitu untuk rangkaian resonasi, filter untuk

frekuensi tinggi dan rangkaian yang menggunakan tegangan tinggi. Misalnya: radio pemancar

yang menggunakan tabung transistor.

6.  Reflection (pemodelan)

Dalam refleksi siswa dituntut untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya, dan siswa

diberikan kebebasan untuk  menafsirkan pengalamannya sendiri sehingga siswa dapat

menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut:

• Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa mengetahui bahwa  aplikasi dari kapasitor

dapat mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, mereka menjadi tahu bahwa

lampu kilat pada kamera dan radio pemancar merupakan aplikasi dari penggunaan kapasitor. 

7.  Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya)

Proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi megenai perkembangan belajar

yang dilakukan oleh siswa berupa pemberian evaluasi. Contoh aplikasinya adalah sebagai

berikut:

•  Pelaksanaan evaluasi setelah kegiatan pembelajaran  berakhir untuk mengetahui pemahaman

siswa terhadap materi yang telah diberikan.

Page 36: Proposal PTK

7.  Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan

rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi

tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan

topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran,

media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran dan langkah-langkah

pembelajaran saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :

1.  Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan

kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi,

Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.

2.  Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.

3.  Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu

4.  Pembutanan skenario tahap demi tahap kegiatan siswa

D. Evaluasi Belajar

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana

tujuan yang telah tercapai (Suharsimi Arikunto, 2009:19).

1.  Subjek Evaluasi

Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut

sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau

ketentuan yang berlaku  (Suharsimi Arikunto, 2009:19). Contoh: Untuk melaksanakan evaluasi

tentang prestasi belajar atau pencapaian, maka subjek evaluasi adalah guru.

Page 37: Proposal PTK

 2.  Sasaran Evaluasi

Sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan, karena penilai

menginginkan informasi tentang sesuatu (Suharsimi Arikunto, (2009:20). Sasaran penilaian

unsur-unsurnya meliputi: input, tranformasi, dan output.

 3. Prinsip Evaluasi

Terdapat satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu triagulasi yang erat

kaitannya antara tiga komponen adalah sebagai berikut: 

1.  tujuan pembelajaran

2.  kegiatan pembelajaran atau KBM, dan

3.  evaluasi

Triagulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Tujuan

evaluasi  KBM

Penjelasan dari bagan triagulasi diatas dalah sebagai berikut:

a. Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru

dengan mengacu pada tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian, anak panah menunjukan

hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna KBM mengacu pada tujuan,

tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan

pemikirannya ke KBM.

Page 38: Proposal PTK

b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai.

Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Disisi lain,

bila dilihat dari langkah dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang telah

dirumuskan.

c. Hubungan antara KBM dan evaluasi

Dalam hal ini evaluasi harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM. Contoh: jika kegiatan

belajar mengajar dilakukan guru menitik beratkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus

mengukur keterampilan siswa bukan aspek pengetahuan. 

4. Jenis Evaluasi

Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan ke dalam empat jenis, yaitu formatif, sumatif, diagnostik,

dan evaluasi penempatan. Evaluasi formatif menekankan kepada upaya memperbaiki proses

pembelajaran. Evaluasi sumatif lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar

setiap siswa yang dijadikan dasar dalam penentuan nilai atau kenaikan nilai siswa. Evaluasi

diagnostik menekankan kepada upaya memahami kesulitan siswa dalam belajar, sedangkan

evaluasi penempatan menekankan kepada upaya untuk menyelaraskan antara program dan proses

pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa. Menurut caranya dibedakan atas dua jenis

yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat

subjektif dibandingkan dengan evaluasi kuantitatif. Evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan

apabila guru ingin memberikan nilai akhir terhadap hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi

kualitatif dilakukan apabila guru ingin memperbaiki hasil belajar siswanya. Menurut bentuknya

dibedakan menjadi tes uraian dan  tes objektif. Menurut caranya dibedakan menjadi tes tulisan,

tes lisan, dan tes tindakan. Teknik non-test biasanya digunakan untuk menilai proses

Page 39: Proposal PTK

pembelajaran, alat-alat khusus untuk melaksanakan teknik non-test ini dapat dilakukan melalui

pengamatan, wawancara, angket, dan hasil karya ilmiah atau laporan. 

5. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas poses belajar mengajar yang

telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang

terjadi pada siswa. Perubahan tingkah laku yang terjadi dibandingkan dengan perubahan tingkah

laku  yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena itu,

instrument evaluasi harus dikembangkan dari tujuan dan isi program, sehingga bentuk dan

format tes sesuai dengan tujuan dan karakteristik bahan ajar,  serta porsinya sesuai dengan

keluasan dan kedalaman materi yang diberikan. 

6. Fungsi Evaluasi

Adapun fungsi dari evaluasi pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu:

1.  Fungsi formatif, evaluasi dapat memberiikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk

memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum

menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.

2.  Fungsi sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang

dipelajari, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kelulusan, dan laporan

perkembangan belajar siswa,  serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3.  Fungsi diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan

lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.

4.  Fungsi seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi

dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya.

 7. Model Evaluasi Pembelajaran Kontekstual

Page 40: Proposal PTK

Dalam penilaian pembelajaran kontekstual, siswa mendapat nilai secara individu dan nilai secara

berkelompok. Siswa bekerja sama dengan teman-temanya yang dibentuk dalam kelompok.

Sehingga siswa dapat saling membantu satu sama lain dalam mempersiapkan diri untuk

melaksanakan tes. Kemudian siswa mengerjakan tes secara sendiri-sendiri dan nilai dinilai secara

individu. 

E.  Materi Mata Diklat Elektronika Dasar

Mata Diklat Elektronika Dasar merupakan salah satu mata diklat produktif yang wajib diikuti

oleh siswa kelas X program keahlian Teknik Elektronika Di SMKN 1 Bekasi. Materi yang akan

disampaikan dalam penelitian ini adalah Kapasitor,

dan uraian materi tersebut sebagai berikut :

 1.  Pengertian Kapasitor

Kapasitor / kondensator adalah komponen pasif, notasinya dituliskan dengan huruf C berfungsi

untuk menyimpan energy listrik dalammuatan listrik, banyaknya muatan lisrik per detik dalam

satuan Coulombs (C). Kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan disebut kapasitansi yang

satuannya adalah Farad (F), pada umumnya kapasitor yang ada di pasaran memiliki satuan

sebagai berikut :

•  1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)  

 •  1 µF      = 1.000 nF (nano Farad) 

•  1 nF      = 1.000 pF (piko Farad) 

Tegangan kerja pada kapasitor AC untuk non polar : 25 Volt ; 50 Volt ; 100 Volt ; 250 Volt ; 500

Volt,...

Tegangan kerja pada kapasitor DC untuk polar : 10 Volt ; 35 Volt ; 50 Volt ; 100 Volt ; 250 Volt.

Fungsi kapasitor dalam dalan suatu rangkaian adalah sebagai berikut :

Page 41: Proposal PTK

•  Sebagai filter atau penyaring

•  Sebagai kopling.penghubung antara rangkaian

•  Sebagai fine tuning

•  Penyimpangan arus

2.  Identifikasi dan Membaca Nilai

a.  Jenis Kapasitor Berdasarkan Polaritasnya

•  Kapasiator Non Polar

  Kapasitor non polar adalah kapasitor yang elektrodanya tanpa

memiliki kutup positif (+) maupun kutub negative (

pemasangannya terbalik maka kapasitor tetap bekerja.

disimbolkan sebagai berikut :

1 µF      = 1.000 nF (nano Farad)   

1 nF      = 1.000 pF (piko Farad)  

Tegangan kerja pada kapasitor AC untuk non polar : 25 Volt ; 50 Volt ; 100

Volt ; 250 Volt ; 500 Volt,...

Tegangan kerja pada kapasitor DC untuk polar : 10 Volt ; 16 Volt ; 25 Volt ;

35 Volt ; 50 Volt ; 100 Volt ; 250 Volt.

Fungsi kapasitor dalam dalan suatu rangkaian adalah sebagai berikut :

         Sebagai filter atau penyaring

         Sebagai kopling.penghubung antara rangkaian

         Sebagai fine tuning

         Penyimpangan arus

Page 42: Proposal PTK

         Identifikasi dan Membaca Nilai-Nilai Kapasitor

         Jenis Kapasitor Berdasarkan Polaritasnya

Kapasiator Non Polar

Kapasitor non polar adalah kapasitor yang elektrodanya tanpa memiliki kutup positif (+) maupun

kutub negative (-) artinya jika terbalik maka kapasitor tetap bekerja.

Tegangan kerja pada kapasitor AC untuk non polar : 25 Volt ; 50 Volt ; 100 ;16 Volt ; 25 Volt ;

Fungsi kapasitor dalam dalan suatu rangkaian adalah sebagai berikut :

Kapasitor non polar adalah kapasitor yang elektrodanya tanpa  artinya jika

Kapasitor non polar

Berikut ini adalah jenis-jenis kapasitor nonpolar adalah sebagai berikut : 

1.  Kapasitor Variable (Varco)

Kapasitor variabel adalah kapasitor yang nilai kapasitas-nya dapat diubah-ubah sesuai keinginan.

Oleh karena itu kapasitor ini di kelompokan ke dalam kapasitor yang memiliki nilai kapasitas

yang tidak tetap.

2.  Kapasitor Mika

Kapasitor ini mempunyai elektroida logam dan lapisan dielektrikum dari polysteryne mylar dan

teflon setebal 0,0064 mm. Digunakan untuk koreksi faktor daya.

 3.  Kapasitor Keramik

 Kapasitor ini menpunyai dielektrikum keramik. Kapasitor ini mempunyai oksida logam dan

dielektrikumnya terdiri atas campuran titanium-48 oksida dan oksida lain. Kekuatan

dielektrikumnya tinggi dan mempunyai kapasitas besar sekali dalam ukuran kecil. 

4. Kapasitor Polar

Kapasitor polar elektrodanya mempunyai dua kutub, yakni kutub positif (+)

Page 43: Proposal PTK

dan kutub negative (-), apabila kapasitor ini dipasang pada rangkaian

elektronika, maka pemasangannya tidak boleh terbalik. Salah satunya

contohnya adalah kapasitor elektrolit atau elko dan tantalum. Nilai kapasitas

maksimum dan kutub-kutubnya sudah tertera pada bodi komponen tersebut.

b.  Membaca Nilai-Nilai Kapasitor

Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dengan angka

yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan polaritasnya. Misalnya pada kapasitor

elco dengan jelas tertulis kapasitansinya sebesar 100µF25v yang artinya kapasitor/ kondensator

tersebut memiliki nilai kapasitansi 100  µF dengan tegangan kerja maksimal yang diperbolehkan

sebesar 25 volt.Kapasitor yang ukuran fisiknya kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua) atau 3

(tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka, satuannya adalah pF (pico farads). Sebagai contoh,

kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika

ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah

faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3

= 1.000, 4 = 10.000, 5 = 100.000 dan seterusnya.  Contoh : 

104 105 222

104 = 10 x 10.000  = 100.000 pF 

= 100 nF  105 = 10 x 100.000 

= 1.000.000 pF  = 1.000 nF 

= 1 µF  222 = 22 x 100  = 2.200 pF  = 2,2 nF atau  = 2n2 

Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan warna seperti pada

resistor. Table 2.2 Kode Warna Kapasitor :

Warna Nilai

Page 44: Proposal PTK

Hitam 0

Coklat 1

Merah 2

Orange 3

Kuning 4

Hijau 5

Biru 6

Ungu 7

Abu-Abu 8 50 

Putih 9

 Contoh Jika kapasitor polyster Sebagai berikut:

Coklat Hitam Orange Nilainya

1 0 3 103 

103 = 10 x 1000

       = 1000 pF

       = 10 nF = 0,01 µF 

 3. Rangkaian Kapasitor

Rangkaian kapasitor bila dirangkai secara seri kapasitasnya akan berbanding terbalik dengan

nilai masing-masing, semakin banyak rangkaiannya semakin kecil nilai kapasitasnya, tetapi

tegangan kerjanya bertambah besar. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara seri. 

Pada rangkaian kapasitor seri, berlaku rumus:

V = V1 + V2 + … + Vn

Q = Q1 = Q2 = Qn

Page 45: Proposal PTK

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan jenis

eksperimental yaitu apabila penelitian tindakan kelas diselenggarakan dengan berupaya

menerpkan berbagai  teknik dan model secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar

mengajar. Di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar dimungkinkan terdapat lebih

dari satu model untuk mencapai tujuan instruksional, dengan diterapkannya penelitian tindakan

kelas ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang lebih efektif dalam rangka untuk

mencapai tujuan pengajaran. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas langkah utama yang

harus dilaksanakan yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan refleksi yang

merupakan satu siklus dalam penelitian tindakan kelas, siklus selalu berulang. Setelah siklus satu

selasai jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang

melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan

pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi. Permasalahan pada mata diklat

Elaktronika Dasar adalah pada saat proses pembelajaran, terlihat bahwa siswa cenderung kurang

aktif dalam mengikuti pembelajaran karena guru masih menggunakan metode ceramah.

Kesulitan siswa dalam pembelajaran diantaranya kesulitan memahami materi yang telah

disamapaikan oleh guru dan siswa tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru

menganai permasalahan yang dimilikinya. Karena hal tersebut penulis mengemukan mengapa

penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas yaitu sebagai berikut :

Page 46: Proposal PTK

1.  Bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran ditinjau dari aspek kognitif pada mata

diklat Elaktronika Dasar

2.  Bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa sehingga siswa lebih aktif dalam proses

pembelajaran.

3.  Adanya partisipasi dari peneliti ataupun guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. 

B. Prosedur Penelitian 

Prosedur pelaksanaan penilitian tindakan kelas memiliki empat tahap. Keempat tahap tersebut

adalah: perencanaan  (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi  (observation) dan

refleksi  (reflektion). Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan

masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda pemecahan masalah kearah

perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dialajutkan pada siklu kedua, dan seterusnya,

samapai peneliti merasa puas. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas jika terjadi

kenaikan hasil belajar siswa yang signifikan pada setiap siklusnya.  Aspek yang diamati dalam

setiap siklusnya adalah kegiatan siswa pada mata diklat Elektronika Dasar dengan penerapan

model pembelajaran kontekstual untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar yang akan

berpengaruh terhadap hasil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas sehingga

peneliti selalu bekerjasama dengan guru mata pelajaran Elektronika Dasar, dimulai dari dialog

awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau pemantauan (observasi),

perenungan (refleksi) pada setiap tindakan yang dilakukan serta evaluasi. Berikut penjelasan dari

masing-masing langkah kegiatan pada penelitian tindakan kelas :

1.  Dialog Awal

Page 47: Proposal PTK

Dialog awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana  akar permasalahan yang terdiri pada saat

pembelajaran berlangsung meliputi hasil belajar siswa dalam mengajukan pertanyaan secara

lisan di dalam kelas dan nilai rata-rata ulangan harian kelas.

2.  Perencanaan (Planning)

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada penelitian tindakan

kelas  dimana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan

harus ada kesepakatan antara keduanya.  Rancangan harus dilakukan bersama antara guru yang

akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Hal

tersebut untuk mengurangi subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan yang dilakukan pada

tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian

khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta

yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tindakan untuk pemecahan masalah yaitu menyusun

rencana tindakan termasuk revisi dan perubahan rencana yang hendak dilakukan dalam

pembelajaran  Elektronika Dasar termasuk sistem penilaiannya yang mengacu pada silabus.

Dalam kaitan rencana disusun secara kolaboratif antara peneliti  dengan guru penguasaan

Elektronika Dasar.

Hal yang perlu dilaksanakan pada tahap ini adalah :

1.  Menentukan kelas subjek yang akan diteliti, yaitu kelas X Elektronika di SMK Negeri 1

Bekasi.

2.  Menetapkan jumlah siklus, yaitu 3 siklus. 

3.  Menyiapkan metode mengajar berdasarkan model pembelajaran untuk tipe siklusnya, yaitu

berupa ceramah, demonstrasi,  pemodelan, diskusi dan tanya jawab.

Page 48: Proposal PTK

4.  Menyusun rencana pembelajaran yang akan diterapkan setiap siklus.

5.  Menyiapkan sumber belajar.

6.  Menentukan observer, dan alat bantu observer.

7.  Menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan peneliti refleksi.

8.  Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.

3.  Tindakan (Action)

Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.

Rancangan tindakan tersebut tentu  saja telah “dilatihkan” kepada si pelaksana tindakan (guru)

untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus

dilaksanankan dengan baik dan tampak wajar. Skenario atau rancangan tindakan yang akan

dilakukan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu

menjelaskan (1) langkah demi langkah kegiatan yang dilakukan, (2) kegiatan yang seharusnya

dilakukan oleh guru, (3) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (4) rincian tentang

media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (5) jenis instrumen yang

akan  digunakan untuk pengumpulan data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci

bagaimana menggunakannya.  Peneliti menggunakan model pembelajaran kontekstual ditujukan

untuk memperbaiki keadaan atau proses dan hasil pembelajaran serta sistem penilaiannya.

Pelaksanaan tindakan yang direncanakan terbagi dari beberapa siklus penelitian. Setiap siklus

pelaksanan  pembelajaran disesuaikan dengan waktu pada program semester dan jadwal

pelajaran dikelas. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

1.  Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih  bermakna dengan cara bekerja

sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

Page 49: Proposal PTK

2.  Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 

3.  Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

4.  Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

5.  Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

1.   Siklus pertama

Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan perencanaan yang matang, oleh karena itu

pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu :

1)  Menetapkan jumlah siklus, yaitu tiga siklus. Materi pada setiap siklus adalah sub pokok

bahasan dari mata pelajaran Elektronika Dasar yaitu mengenai dasar-dasar elektronika. Dimana

setiap siklusnya dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 50: Proposal PTK

1.      Arikunto,Suharsini.2002.Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek.Jakarta:Rieneka Cipta.

2.      Dalyono Anni, 2005.Psikologi Pendidikan.Semarang :UPT MKK UNNES.

3.      Saud, Udin Syaefudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

4.      Tim 2011 Sertifikasi Guru Rayon XII Universitas Negeri Semarang 2011 ,Sertifikasi Guru

Bahasa Inggris (SMA/MA//SMK)

5.      Wahyudi.2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning

Organization). Bandung: Alfabeta.