proposal ptk

30
JUDUL PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BONEKA SISWA KELAS 7C SMP NEGERI 2 BALONGBENDO SEMESTER GANJIL TAHUN PEMBELAJARAN 2009 - 2010 BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan SDM yang terampil dan berpengetahuan. Keinginan ini dapat terwujud jika tugas pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Pendidikan dapat terlaksana dengan baik manakala guru sebagai ujung tombak dapat berperan dengan baik pula. Pembelajaran merupakan suatu proses. Sebuah proses pentrasferan ilmu sekaligus keterampilan dari seorang guru kepada siswanya. Dalam sebuah proses pembelajaran, tidak hanya dibutuhkan kepandaian memilih model dan metode pembelajaran, namun dibutuhkan juga keterampilan memanfaatkan segala yang ada sebagai media. Kehadiran media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat penting. Dengan media pembelajaran yang tepat akan berhasillah pentransferan ilmu dan keterampilan kepada siswa. Sehingga tujuan akhir pendidikan akan tercapai pula. Media pembelajaran cukup banyak ragamnya, namun dalam penggunaannya dituntut suatu ketelitian dan kecermatan seorang guru. Sebaik apapun media 1

Upload: dewi-fitriani-wahyu-putranto

Post on 06-Aug-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Ptk

JUDUL PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BONEKA SISWA KELAS

7C SMP NEGERI 2 BALONGBENDO SEMESTER GANJIL

TAHUN PEMBELAJARAN 2009 - 2010

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan SDM

yang terampil dan berpengetahuan. Keinginan ini dapat terwujud jika tugas

pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Pendidikan dapat terlaksana dengan

baik manakala guru sebagai ujung tombak dapat berperan dengan baik pula.

Pembelajaran merupakan suatu proses. Sebuah proses pentrasferan ilmu

sekaligus keterampilan dari seorang guru kepada siswanya. Dalam sebuah proses

pembelajaran, tidak hanya dibutuhkan kepandaian memilih model dan metode

pembelajaran, namun dibutuhkan juga keterampilan memanfaatkan segala yang

ada sebagai media.

Kehadiran media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat

penting. Dengan media pembelajaran yang tepat akan berhasillah pentransferan

ilmu dan keterampilan kepada siswa. Sehingga tujuan akhir pendidikan akan

tercapai pula.

Media pembelajaran cukup banyak ragamnya, namun dalam

penggunaannya dituntut suatu ketelitian dan kecermatan seorang guru. Sebaik

apapun media pembelajaran, jika penggunaannya tidak disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran itu sendiri maka tidak akan mendatangkan hasil yang baik.

Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun 2006

(KTSP) tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan keterampilan

berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah keterampilan

menyimak, menulis, membaca, dan berbicara.Belajar bahasa adalah belajar

berkomunikasi. Pernyataan tersebut berimplikasi bahwa siapa pun yang

mempelajari suatu bahasa pada hakikatnya sedang belajar berkomunikasi.

Thompson (2003:1) menyatakan bahwa komunikasi merupakan fitur mendasar

dari kehidupan sosial dan bahasa merupakan komponen utamanya. Pernyataan

1

Page 2: Proposal Ptk

tersebut menyuratkan bahwa kegiatan berkomunikasi tidak bisa dilepaskan

dengan kegiatan berbahasa.

Keterampilan berbicara merupakan keterampilan produktif karena dalam

perwujudannya keterampilan berbicara menghasilkan berbagai gagasan yang

dapat digunakan untuk kegiatan berbahasa (berkomunikasi), yakni dalam bentuk

lisan. Siswa membutuhkan keterampilan berbicara dalam interaksi sosialnya.

Siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara efektif jika ia

terampil berbicara. Dalam kaitan kreativitas, keterampilan berbicara merupakan

salah satu keterampilan yang perlu mendapat perhatian karena gagasan-gagasan

kreatif dapat dihasilkan melalui keterampilan tersebut.

Keterampilan berbicara, sebagai salah satu keterampilan yang harus

diajarkan, mempunyai peranan yang sangat penting. Setiap kegiatan tidak akan

terlepas dari keterampilan tersebut. Siswa dituntut terampil mengekspresikan

pikiran dan perasaannya melalui bahasa lisan. Namun kenyataan di lapangan,

secara umum tidak semua siswa mempunyai keterampilan berbicara. Begitu juga

dengan siswa SMP Negeri 2

Balongbendo, terutama kelas 7C. Siswa akan mengalami kesulitan jika kepadanya

diberikan tugas menyampaikan ide dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.

Ketidakmampuan berbicara ini disebabkan dua faktor, yaitu faktor dari

dalam (faktor internal) dan dari luar (faktor eksternal).

Faktor dari dalam siswa ( internal), antara lain :

1. adanya rasa malu, grogi, serta merasa rendah diri

2. siswa tidak yakin akan kemampuannya, menganggap orang lain lebih

mampu daripada dirinya

3. siswa sulit merangkai kata-kata menjadi kalimat dan kalimat-kalimat

menjadi rangkaian cerita yang menarik

4. siswa takut tidak diperhatikan orang saat berbicara kemampuan komunikatif

siswa rendah.

Faktor dari luar (eksternal), antara lain :

1. saat mengajar, guru kurang mampu merumuskan indikator dan tujuan

2. guru kurang mampu mengorganisasikan bahan

3. guru kurang mengontruk alat evaluasi

2

Page 3: Proposal Ptk

4. guru kurang mampu mengemas kegiatan belajar mengajar

5. guru kurang mampu memilih metode dan teknik yang sesuai

6. media dan metode pembelajaran yang dipilih kurang variatif

7. guru kurang memberi motivasi

Dari kenyataan di lapangan tersebut, maka sebagai guru saya mencoba

memberi motivasi terhadap siswa kelas 7C agar mampu berbicara di depan umum.

Saya yakinkan kepada mereka bahwa berbicara di depan umum itu mudah dan

dapat dipelajari. Tak ada kata sulit untuk mengawalinya.

Bercerita, sebagai salah satu kegiatan berbicara di depan umum, dapat kita

lakukan dengan mudah asal mau berlatih. Dengan seringnya kita berlatih maka

kita akan mampu berbicara di depan umum. Kemampuan berbicara siswa

dipengaruhi oleh kemampuan komunikatif.

Menurut Utari dan Nababan (1993) kemampuan komunikatif adalah

pengetahuan mengenai bentuk-bentuk bahasa dan makna-makna bahasa tersebut,

dan kemampuan untuk menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa.

Pengertian ini dilengkapi oleh Ibrahim (2001) bahwa kemampuan komunikatif

adalah kemampuan bertutur dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi,

situasi, serta norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya.

Boneka merupakan tiruan orang atau hewan untuk permainan ( KBBI )

dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Boneka sebagai media

pembelajaran memang cukup menarik. Untuk ukuran siswa kelas tujuh, yang baru

saja meninggalkan masa kanak-kanak, boneka akan sangat efektif digunakan

untuk menyampaikan materi cerita. Dengan boneka, kemampuan siswa

mengekspresikan pikiran dan pendapatnya melalui bahasa lisan akan meningkat,

sehingga secara langsung keterampilan berbicara siswa juga akan meningkat.

B. Rumusan Masalah

Penulisan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ini menggunakan rumusan masalah

sebagai berikut :

Bagaimanakah Cara Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan

Menggunakan Alat Peraga Boneka Siswa Kelas 7C SMP Negeri 2

Balongbendo Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2009 – 2010 ?

3

Page 4: Proposal Ptk

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini mempunyai tujuan umum meningkatkan kemampuan

berbicara dengan menggunakan alat peraga boneka siswa kelas 7C SMP

Negeri 2 Balongbendo

2. Tujuan Khusus

Bagi siswa, penelitian ini akan meningkatkan kemampuan bercerita yang

pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan berbicara.

Bagi guru, penelitian ini untuk mengatasi salah satu masalah yang timbul

dalam pembelajaran keterampilan berbicara.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk

meningkatkan proses pembelajaran pada masa yang akan datang

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

melakukan penelitian yang sejenis

4. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan

peningkatan kualitas pengajar

5. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat menambah khazanah

pengetahuan tentang PTK yang diperuntukkan bagi semua elemen

pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional

khususnya di SMP Negeri 2 Balongbendo

4

Page 5: Proposal Ptk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Berbicara

Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, salah satunya adalah

Tarigan (1981:15) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sependapat dengan Tarigan,

Anton M. Moeliono dkk (1988:14) mengatakan bahwa berbicara adalah berkata,

bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan. Begitu juga dengan

Djago Tarigan (1998:34) mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan

menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dari ketiga pendapat para ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan

pikiran, gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan.

Berbicara bukan hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.

Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang

disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar

atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada

penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau

tidak baik bahan pembicaraannya ataupun para penyimaknya, apakah dia bersikap

tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengomunikasikan

gagasan-gagasannya, dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Mulgrave

dalam Tarigan 1981:15)

2. Tujuan Berbicara

Tarigan (1998:49) berpendapat bahwa tujuan pembicaraan biasanya dapat

dibedakan atas lima golongan, yakni:

1. Berbicara untuk menghibur

Berbicara untuk menghibur para pendengar, pembicara menarik

perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas,

kisah-kisah jenaka, dan sebagainya.

5

Page 6: Proposal Ptk

2. Berbicara untuk menginformasikan

Dilaksanakan untuk menerangkan atau menjelaskan sesuatu, memberi

pengetahuan, menginterpretasikan sesuatu hal, atau menjelaskan

hubungan sesuatu.

3. Berbicara untuk menstimulasi

Berbicara ubtuk tujuan menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks

dari berbicara untuk menghibur atau berbicara untuk

menginformasikan, sebab pembicara harus pinter merayu,

mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya.

4. Berbicara untuk meyakinkan

Tujuan berbicara untuk meyakinkan ialah meyakinkan pendengar akan

sesuatu. Melalui pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar

dapat diubah misalnya dari sikap menolak menjadi menerima.

5. Berbicara untuk menggerakkan

Contoh berbicara untuk menggerakkan massa adalah berpidato. Dalam

berbicara untuk menggerakkan ini, pembicara harus berwibawa,

panutan, atau tokoh idola masyarakat.

3. Jenis - jenis Berbicara

Dalam interaksi berbicara sehari-hari, sering kita melihat ada diskusi,

percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, bertelepon,

dan sebagainya. Adanya berbagai macam berbicara ini disebabkan adanya

perbedaan :

1. Tujuan

2. Situasi

3. Metode penyampaian

4. Jumlah pendengar, dan

5. Peristiwa khusus.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa berbicara dapat

dilihat dari tiga aspek, yakni : fungsional, memperhatikan jumlah

pembicaraannya, serta konsep dasar berbicara, maka jenis - jenis berbicara dapat

dilihat sebagai berikut :

6

Page 7: Proposal Ptk

1. Berbicara berdasarkan tujuaannya

a. Berbicara memberitahukan, melaporkan dan menginformasikan

b. Berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan

c. Berbicara menghibur

2. Berbicara berdasarkan situasinya

a. Berbicara formal

b. Berbicara informal

3. Berbicara berdasarkan cara penyampainnya

a. Berbicara mendadak

b. Berbicara berdasarkan catatan

c. Berbicara berdasarkan hafalan

d. Berbicara berdasarkan naskah

4. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya

a. Berbicara antar pribadi

b. Berbicara dalam kelompok kecil

c. Berbicara dalam kelompok besar

5. Berbicara berdasarkan Peristiwa Khusus

a. Pidato Presentasi

b. Pidato Penyambutan

c. Pidato Perpisahan

d. Pidato Jamuan (makan malam)

e. Pidato Perkenalan

f Pidato Nominasi (mengunggulkan) (Logan dalam Djago Tarigan,

1998:56)

4. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan

demikian, maka media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau

penyalur pesan. Beberapa definisi tentang media pembelajaran adalah sebagai

berikut:

7

Page 8: Proposal Ptk

Media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang

dapat dipakai untuk media pendidikan antara lain radio, televisi, buku, koran,

majalah, dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966:3) Scram (1977) menyampaikan

bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran. Nea (1969) mengemukakan bahwa media merupakan

sarana berkomunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk

teknologi perangkat kerasnya. Briggs (1970) berpendapat media adalah alat bantu

untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.

Lain lagi dengan pendapat Miarso (1989) bahwa media adalah segala sesuatu

yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan media merupakan suatu

alat atau sejenisnya yang dapat digunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu

kegiatan pembelajaran. Pesan tersebut adalah materi pelajaran, di mana

keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami

dan dimengerti oleh peserta didik. Bila media adalah sumber belajar, maka secara

luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang

memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Teori komunikasi mulai masuk mempengaruhi penggunaan alat bantu

audio visual dalam kegiatan pembelajaran pada akhir tahun 1950-an. Menurut

teori tersebut ada tiga komponen penting dalam proses penyampaian pesan yaitu

sumber pesan, media penyalur pesan dan penerima pesan.

5. Jenis – jenis Media

Mengingat banyaknya media dalam pembelajaran, maka pendidik perlu

mengetahui jenis-jenis media, sehingga bisa menentukan media yang tepat

digunakan sesuai materi. Jenis media menurut para ahli: Sanjaya (2006:170),

media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi

bergantung dari sudut mana memandangnya.

a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi atas:

1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang

hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.

8

Page 9: Proposal Ptk

2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung

unsur suara, misalnya film slide, foto, transparasi, lukisan, gambar, dan

berbagai bentuk bahan cetak.

3. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara

juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, misalnya rekaman vidio,

berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.

b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi dalam :

1. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak, seperti radio dan

televisi.

2. Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti

film slide, film, video, dan sebagainya.

c. Dilihat dari cara atau teknik pemakainnya, media dapat dibagi menjadi:

1. Media yang diproyeksikan

2. Media yang tidak diproyeksikan

d. Rudy Brett (2004:44) mengklasifikasikan media menjadi tujuh, yaitu:

1. Media audio visual gerak, seperti film bersuara, pita vidio, film pada

televisi, televisi, dan animasi.

2. Media audio visual diam, seperti film rangkai suara, halaman suara, dan

sound slide.

3. Audio semi gerak, seperti tulisan jauh bersuara.

4. Media visual bergerak, seperti film bisu.

5. Media visual diam, seperti halaman cetak, foto, slide bisu.

6. Media audio, seperti radio, telepon, dan pita audio.

7. Media cetak, seperti buku, modul, bahan ajar mandiri.

e. Menurut Anderson (1976) media dikelompokkan menjadi sembilan, yaitu:

No KELOMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL

1 Audio Pita audio, piringan audio, radio

2 Cetak Buku teks terprogam, buku pegangan, buku

tugas

3 Audio Cetak Buku latihan dilengkapi kaset, gambar / poster

4 Proyek visual diam Film bingkai, film rangkai

5 Proyek visual diam Film bingkai, film rangkai suara

9

Page 10: Proposal Ptk

dengan audio

6 Visual gerak Film bisu dengan judul

7 Visual gerak dengan

audio

Film suara, vidio / VCD / DVD

8 Benda Benda nyata, model tiruan (mock up)

9 Komputer Media berbasis komputer

Klasifikasi dan Jenis Media

KLASIFIKASI JENIS MEDIA

Media yang tidak diproyeksikan Realia, model, bahan grafis, display

Media yang diproyeksikan OHT, slide, opaque

Media audio Audio kaset, audio vission, active audio

vission

Media video Video

Media berbasis komputer Computer Assisted Instructional

(Pembelajaran Berbasis Komputer)

Multimedia kit Perangkat praktikum

Media yang tidak diproyeksikan

1. Realita :Benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar

2. Model :Benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda

sesungguhnya

3. Grafis :Gambar atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan

6. Alat Peraga Boneka

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, boneka diartikan sebagai tiruan

hewan atau manusia untuk permainan. Boneka biasanya dibuat dengan berbagai

macam bentuk dan rupa serta warna-warna yang menarik. Boneka biasanya

digunakan dalam permainan anak-anak. Boneka adalah benda tiga dimensi yang

merupakan representasi dari benda yang sesungguhnya.

Dalam proses belajar mengajar, kehadiran boneka sangat besar

manfaatnya. Boneka dapat dijadikan sebagai media penyampai ilmu pengetahuan

10

Page 11: Proposal Ptk

dan keterampilan dari seorang guru kepada peserta didiknya. Menurut Anderson

(1976), boneka dimasukkan dalam jenis media benda tirual (mock up).

7. Alasan Penggunaan Boneka Sebagai Media Pembelajaran

Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa,

bukan pada aturan pemakaiannya. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran

berbicara di kelas semestinya diarahkan untuk membuat dan mendorong siswa

mampu mengemukakan pendapat, bercerita, melakukan wawancara, berdiskusi,

bertanya jawab, dan berpidato.

Metode pengajaran yang selama ini kita ketahui adalah ceramah, tanya

jawab, demonstrasi, penugasan, diskusi, karyawisata, dan sosiodrama. Namun ,

untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa, diperlukan metode

pembelajaran berbicara yang sesuai, yang menekankan pada siswa aktif atau

berpusat pada siswa. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas

harus banyak kegiatan siswa berlatih atau praktik berbicara sehingga diketahui

kemajuan kemampuan berbicaranya.

Begitu juga untuk menentukan media yang cocok dalam mengembangkan

kemampuan berbicara, guru harus mengacu pada kurikulum (Standar Isi). Semua

kompetensi dasar berbicara pada kurikulum harus dilihat, dicocokkan dengan

media dan model pembelajarannya. Jika media yang dipilih sesuai dan benar-

benar dapat mengembangkan keterampilan berbicara setiap siswa, maka

pembelajaran berbicara akan disukai siswa. Apalagi jika guru dapat

memvariasikan kegiatan (tidak monoton) dan pengelolaan kelas, diharapkan

siswa lebih termotivasi untuk terus berlatih berbicara.

Berangkat dari masalah tersebut, saya sebagai peneliti memilih

menggunakan boneka dalam proses pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan.

Boneka sebagai media pembelajaran sangat tepat untuk peserta didik setingkat

SLTP, mengingat usia mereka yang masih anak-anak ini lebih suka berfantasi.

Penggunaan boneka telah sesuai karakteristik siswa. Selain itu, boneka dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar.

Kelebihan lain yang dimiliki boneka adalah warna – warna yang mencolok dan

tampilan yang lucu.

11

Page 12: Proposal Ptk

Dengan demikian pengaruh boneka terhadap peningkatan keterampilan

berbicara siswa sangat besar. Kemampuan siswa untuk mengeluarkan pikiran dan

perasaannya secara lisan melalui kegiatan bercerita akan meningkat, begitu juga

perhatian dan kemauan peserta didik untuk belajar meningkat pula. Dalam

menentukan media pembelajaran tersebut, peneliti telah berpedoman pada kriteria

yang ada, antara lain :

1. Relevan dengan tujuan pembelajaran

2. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran

3. Mengembangkan butir-butir keterampilan proses

4. Dapat mewujudkan keterampilan belajar yang telah dirancang

5. Merangsang siswa untuk belajar

6. Mengembangkan penampilan siswa, kreativitas siswa

7. Tidak menuntut peralatan yang rumit

8. Mudah dilaksanakan

9. Menciptakan sikon Proses Belajar Mengajar yang menyenangkan

Itulah alasan – alasan mengapa peneliti menggunakan boneka sebagai

media dalam pembelajaran di SMP Negeri 2 Balongbendo, khususnya kelas 7C

pada KD Bercerita dengan Alat Peraga.

B. Hipotesis Tindakan

Jika pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga boneka maka

kemampuan berbicara siswa kelas 7C SMP Negeri 2 Balongbendo akan

meningkat yang berarti juga keterampilan berbicara siswa juga meningkat.

12

Page 13: Proposal Ptk

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Esensi

dari penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan dalam situasi alami untuk

memecahkan permasalahan praktis atau untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Dengan demikian tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan

akan memberikan solusi atau jalan keluar untuk mengatasi permasalahan

pembelajaran yang dihadapi oleh guru. Penelitian ini difokuskan pada pemakaian

alat peraga boneka untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas 7C

SMP Negeri 2 Balongbendo, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2009 – 2010.

B. Subjek Penelitian

Pada penelitian kali ini, saya memilih siswa kelas 7C SMP Negeri 2

Balongbendo Kabupaten Sidoarjo Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2009 –

2010 dengan jumlah peserta didik sebanyak 36 orang. Pemilihan ini beralasan

karena perolehan nilai pada KD Bercerita dengan Alat Peraga siswa 7C secara

umum masih di bawah KKM.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian tindakan kelas ini adalah tes dan non tes.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi dan tes.

1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini menggunakan cara observasi langsung yang

dilakukan dalam proses belajar mengajar. Teknik observasi yang dilakukan

menggunakan alat yaitu pedoman observasi dan cacatan lapangan yang meliputi:

a. Peristiwa, proses belajar mengajar bahasa Indonesia di dalam kelas dan

saat tutorial

b. Informan, guru sebanyak dua orang yaitu Dra. Sri Astutik dan Dra. Fifa

Musmulyati yang juga sebagai observer (Terlampir)

c. Dokumen, informasi tertulis yang berkenaan dengan pelaksaan

pembelajaran di dalam kelas 7C SMP Negeri 2 Balongbendo, Kabupaten

Sidoarjo (Terlampir)

13

Page 14: Proposal Ptk

2. Tes

Tes yang dilakukan terhadap siswa pada penelitian tindakan kelas ini

adalah bercerita dengan alat peraga di depan kelas dengan memperhatikan kaidah-

kaidah penyampaian cerita secara lisan. Kaidah - kaidah tersebut antara lain

seperti pada tabel penskoran berikut ini.

No. Aspek – aspek yang dinilai Skor

1 Kelancaran dalam bercerita 1 – 5

2 Kejelasan suara, lafal, dan intonasi 1 – 5

3 Kesesuaian pemilihan alat peraga 1 – 5

4 Kemampuan menggunakan alat peraga 1 – 5

5 Gaya penceritaan (ekspresi) 1 – 5

Skor maksimal 25

Penilaian = Perolehan skor (100) Skor maksimal

E. Teknik Analisis Data

Data yang digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan berbicara pada

KD bercerita dengan menggunakan alat peraga boneka bagi peserta didik adalah

data dari hasil tampilan siswa pada siklus pertama dan siklus kedua. Karena data

tersebut berupa angka, maka teknik pengolahan data yang digunakan adalah

Teknik kuantitatif yang peneliti gunakan sebagaimana dilakukan dalam

pembelajaran sehari-hari dengan cara sebagai berikut. Pertama, peneliti

membandingkan prosentase ketercapaian setiap indikator pada siklus kesatu

dengan kedua. Kedua, hasil perbandingan keduanya dirumuskan untuk

mendapatkan simpulan.

Selisih hasil tes siklus kedua dan siklus pertama merupakan hasil belajar,

(Arikunto,1998:84). Hasil belajar tersebut merupakan peningkatan keterampilan

berbicara dengan alat peraga boneka. Apabila terjadi peningkatan keterampilan

berbicara siswa, berarti hipotesis terbukti. Atau sebaliknya, jika tidak terjadi

peningkatan keterampilan siswa dalam berbicara berarti hipotesis tidak terbukti.

14

Page 15: Proposal Ptk

Kegiatan refleksi dilakukan pada setiap satu tindakan berakhir. Pada tahap

ini, hasil pengamatan langsung maupun data yang berkaitan dengan penerapan

metode dalam proses belajar mengajar dibahas bersama dengan kolaborator. Hasil

diskusi guru digunakan untuk menetapkan tindakan selanjutnya yaitu untuk

menentukan perlu atau tidaknya siklus berikutnya. Pelaksanaan tindakan dianggap

berhasil jika berada pada kategori baik dan telah mencapai KKM.

F. Lain – lain

1. Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan antara bulan Nopember 2009 sampai dengan bulan

Januari 2010. (Jadwal Terlampir)

2. Rencana Biaya

Biaya Penelitian Tindakan Kelas ini berasal dari Dana Bantuan Langsung

(DBL) yang diperuntukkan bagi guru – guru yang tergabung dalam MGMP

Cluster Kabupaten Sidoarjo dengan pengawasan langsung LPMP Jawa Timur.

3. Personalia Penelitian

Penelitian ini melibatkan beberapa rekan kerja guru di SMP Negeri 2

Balongbendo, antara lain Drs. Qodim sebagai pemandu kegiatan sekaligus ketua

MGMP Cluster Krian I, Dra. Fifa Musmulyati dan Dra. Sri Astutik sebagai

observer pada lesson study.

15

Page 16: Proposal Ptk

16

PROPOSAL PTKPROPOSAL PTK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BONEKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BONEKA

SISWA KELAS 7C SMP NEGERI 2 BALONGBENDO SISWA KELAS 7C SMP NEGERI 2 BALONGBENDO

SEMESTER GANJILSEMESTER GANJIL

TAHUN PEMBELAJARAN 2009 - 2010TAHUN PEMBELAJARAN 2009 - 2010

NUR FADHILAH, A. Md.NUR FADHILAH, A. Md.NIP. 19651202 200801 2 004NIP. 19651202 200801 2 004

SMP NEGERI 2SMP NEGERI 2BALONGBENDOBALONGBENDO

Page 17: Proposal Ptk

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menuntun hamba-Nya untuk menyusuri jalan yang diridloi. Berkat bimbingan - Nyalah, saya berhasil menyelesaikan tagihan akhir MGMP Cluster Bahasa Indonesia Kabupaten Sidoarjo berupa PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Keterampilan berbicara, sebagai salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa setelah belajar bahasa, merupakan keterampilan yang paling banyak menimbulkan masalah. Karena memang sebagian besar pelajar kita kesulitan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui bahasa lisan.

Berbekal dari masalah dalam keterampilan berbicara tersebut, terutama KD Bercerita dengan Alat Peraga, maka saya tertarik untuk mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah PTK. Dengan PTK ini diharapkan akan terjadi peningkatan yang segnifikan kemampuan bercerita siswa dengan menggunakan alat peraga boneka, sehingga pada akhirnya meningkat juga keterampilan berbicara siswa.

Dalam kesempatan ini, saya tak lupa mengucapkan terima kasih kepada :1. LPMP yang telah memberi kesempatan penulisan PTK dan DBL untuk

kegiatan MGMP Cluster Kabupaten Sidoarjo2. Ir. Agoes Boedi Tjahjono, MT sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Sidoarjo3. Soegiyanto, S.Pd. sebagai Kepala SMP Negeri 2 Balongbendo, Kabupaten

Sidoarjo4. Drs. Qodim sebagai Ketua Cluster Krian I Kab. Sidoarjo sekaligus Pemandu5. Dra. Fifa Musmulyati dan Dra. Sri Astutik sebagai observer6. Semua rekan kerja yang telah membantu kelancaran penulisan Proposal

PTK ini.

Demikian sekedar pengantar dari saya, tiada kata yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah. Kritik dan saran sangat saya nantikan demi perbaikan Proposal PTK ini.

Sidoarjo, 13 Pebruari 2010

Peneliti

17

Page 18: Proposal Ptk

LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARANModel Belajar BERMUTU

Mata Pelajaran/ KD: Bahasa Indonesia / Bercerita dengan Alat Peraga

Kelas/Sekolah: VII C / SMP Negeri 2 Balongbendo

Nama Pengajar: Nur Fadhilah, A.Md.

TAHAP/ASPEK

INDIKATOR HASIL OBSERVASI

KEGIATAN AWAL

Apersepsi dan motivasi

1. Apa yang dilakukan guru untuk menggali pengetahuan awal atau memotivasi siswa?

2. Bagaimana respons siswa? Apakah siswa bertanya tentang sesuatu masalah terkait dengan apa yang disajikan guru pada kegiatan awal?

...........................................

...........................................

.........................

...........................................

...........................................

...........................................

...................

KEGIATAN INTI

Materi ajar:

3. Apakah guru memberikan penjelasan umum tentang bahan ajar atau prosedur kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa?

4. Bagaimana keterkaitan antara pembelajaran dengan realita kehidupan, lingkungan dan pengetahuan lainnya?

...........................................

...........................................

...........................................

...................

...........................................

...........................................

...........................................

...................

Pengelolaan sumber belajar/ media

5. Apakah guru terampil dalam memanfaatkan dan mampu memanipulasi media pembelajaran?

6. Bagaimana interaksi siswa dengan sumber belajar/media?

...........................................

...........................................

.........................

...........................................

...............................

Strategi pembelajaran

7. Apakah proses pembelajaran dilaksanakan dengan strategi yang sesuai secara lancar?

8. Apakah siswa dapat mengikuti alur kegiatan belajar?

...........................................

...........................................

.........................

...........................................

...............................

18

Page 19: Proposal Ptk

TAHAP/ASPEK

INDIKATOR HASIL OBSERVASI

9. Bagaimana cara guru memberikan arahan yang mendorong siswa untuk bertanya, berpikir dan berkegiatan?

10. Apakah siswa aktif melakukan kegiatan fisik dan mental (berpikir)? Berapa banyak siswa yang aktif belajar?

...........................................

...........................................

.........................

...........................................

...........................................

...........................................

...................

KEGIATAN PENUTUP

Penguatan/ konsolidasi

11. Bagaimana cara guru memberikan penguatan, dengan mereviu, merangkum atau menyimpulkan?

12. Apakah guru memberi tugas rumah untuk remidi atau penguatan?

...........................................

...........................................

.........................

...........................................

...............................

Evaluasi 13. Bagaimana cara guru melakukan evaluasi pembelajaran?

14. Bagaimana ketuntasan belajar siswa?

...........................................

...............................

.....................................

KOMENTAR PENGAMAT

Keterlaksanaan skenario pembelajaran (berdasarkan RPP): Kegiatan pembelajaran telah sesuai / belum sesuai / tidak sesuai dengan RPP *)

Pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh pengamat: ........................................................................................................................................................................................

Lain-lain: ........................................................................................................................................................................................

*) Coret yang tidak perlu

.....,....................

Observer,

19

Page 20: Proposal Ptk

PERSIAPAN OBSERVASI

No Persiapan Ada Tidak Keterangan

1.Kesiapan kelas dan pengaturannya

2.RPP dan Perangkat Pembelajaran (LKS)

3.Media dan peralatan pembelajaran yang diperlukan

4.Instrumen observasi/pengambilan data

5. Denah tempat duduk siswa

20