proposal ptk

31
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM MENCERITAKAN KEGEMARAN MELALUI PERCAKAPAN PADA SISWA SDN BALEREJO 02 MADIUN PROPOSAL Disusun Oleh: ENDARWATI 7B/09.141.067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Upload: zhiendar

Post on 21-Jun-2015

8.002 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal ptk

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM

MENCERITAKAN KEGEMARAN MELALUI PERCAKAPAN PADA

SISWA SDN BALEREJO 02 MADIUN

PROPOSAL

Disusun Oleh:

ENDARWATI

7B/09.141.067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2012

Page 2: Proposal ptk

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya dengan limpahan

rahmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara dalam Menceritakan Kegemaran

melalui Percakapan pada Siswa SDN Balerejo 02 Madiun dengan baik.

Proposal ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian

Tindakan Kelas. Dengan selesainya proposal ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Drs. Edy Siswanto, M.Pd. selaku dosen mata kuliah

Penelitian Tindakan Kelas yang memberikan dorongan sehingga cepat

terselesaikan proposal ini. Begitu juga kepada teman- teman yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini.

Namun, harapan besar semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada

khususnya dan pembaca pada umumnya.

.

Madiun, Desember 2012

Penulis

i

Page 3: Proposal ptk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dunia pendidikan pada saat ini memerlukan adanya reformasi

berkelanjutan dalam merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan di masa

depan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat evolutif,

antisipatif dan terus menerus sejalan dengan perubahan dan tantangan yang

dihadapi dari waktu ke waktu dan tetap berpijak pada dasar pendidikan nasional.

Untuk melaksanakan reformasi ini hal pertama dan utama yang harus dilakukan

adalah penyegaran wawasan bagi para perencana, pelaksana dan pengelola

pendidikan. Selain itu situasi pembelajaran yang dapat membuat anak tertarik dan

senang pada pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan. Menurut sebagian

besar siswa, pembelajaran bahasa Indonesia sangat disepelekan karena bahasa

Indonesia selalu berhubungan dengan kegiatan sehari-hari dan dalam proses

pembelajaran sering menggunakan bahasa Indonesia.

Kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar keterampilan berbicara

merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbahasa yang harus diajarkan

kepada siswa dan diharapkan harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan berbicara

diperlukan untuk menyampaikan informasi kepada siapa saja dengan baik.

Kegiatan berbicara bisa dilakukan secara perorangan, berpasangan, atau

berkelompok (St.Y.Slamet, 2007:31). Salah satu bentuk dari keterampilan

berbicara tersebut adalah keterampilan berbicara dalam menceritakan kegemaran

siswa.

Menurut St.Y.Slamet (2007:35), Keterampilan berbicara dalam

menceritakan kegemaran memiliki beberapa manfaat bagi siswa yaitu untuk

mengkomunikasikan ide, perasaan , dan kemauan. Selain itu berbicara dapat juga

dimanfaatkan untuk lebih menambah pengetahuan dan cakrawala pengalaman.

Bila anak bertanya: apa, siapa, mengapa, bagaimana, di mana, berapa, dan

sebagainya maka dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut anak mengamati,

1

Page 4: Proposal ptk

2

memahami dan mencari lingkungannya. Berpijak pada hal tersebut, maka

dibutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pelajaran Bahasa

Indonesia pada siswa kelas IV di SDN Balerejo 02 Madiun. Untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam berbicara mengenai kegemarannya, dilakukan dengan

memberikan contoh teks bacaan 50 – 100 kata. Kita harus melibatkan siswa secara

aktif, dan mengarahkan pada siswa dalam menceritakan kegemarannya dan berani

mengutarakan pendapat dengan baik dan benar.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dianggap perlu penelitian ini

menggunakan percakapan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam

menceritakan kegemaran siswa. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengkaji

tentang “Meningkatkan Kemampuan Berbicara dalam Menceritakan Kegemaran

melalui Percakapan pada Siswa Kelas IV SDN Balerejo 02 Madiun”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah yang dapat dirumuskan adalah:

Bagaimanakah percakapan dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam

menceritakan kegemaran pada siswa kelas IV SDN Balerejo 02 Madiun?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah:

Dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam menceritakan kegemaran

melalui percakapan pada siswa kelas IV SDN Balerejo 02 Madiun.

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan,

hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Melalui percakapan dapat meningkatkan

kemampuan berbicara dalam menceritakan kegemaran pada siswa kelas IV SDN

Balerejo 02 Madiun.

Page 5: Proposal ptk

3

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:

1. Bagi siswa

Siswa mampu berbicara dengan baik dan benar.

2. Bagi guru

penelitian ini dimungkinkan dapat terus diterapkan kepada para siswa

supaya berani menceritakan kegemaran dan mengutarakan pendapatnya.

3. Bagi peneliti lain

penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk melakukan

penelitian sejenis.

Page 6: Proposal ptk

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Berbicara

Menurut Mulgrave dalam Henry Guntur Tarigan (2008: 16), berbicara

merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir

secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan

pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta

dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunkasikan gagasan-

gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. Selain itu,

berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan

anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa

tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari (Henry Guntur Tarigan,

2008: 3)

Menurut Djago Tarigan dalam St.Y.Slamet (2007: 33), berbicara adalah

keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara bahasa

lisan dan pesan sangat erat. Pesan yang diterima pendengar tidaklah dalam wujud

asli, tetapi dalam bentuk lain yaitu bunyi bahasa. Bunyi bahasa yang didengar

oleh pendengar tersebut kemudian diubah menjadi bentuk semula yaitu pesan.

Senada dengan pendapat tersebut, H.G Tarigan dalam St.Y.Slamet (2007: 33),

mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Jadi berbicara lebih dari sekedar

pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata tetapi sebagai saran untuk

mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.

Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan

hal (Logan et al dalam St.Y.Slamet, 2007: 33) yaitu:

1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal.

Berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi

komunikasi lisan, seperti berdiskusi, tanya jawab dan wawancara.

4

Page 7: Proposal ptk

5

2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi

Berbicara adalah salah satu alat komunikasi penting untuk dapat

menyatakan diri sebagai anggota masyarakat.

3. Berbicara adalah ekspresi kreatif

Berbicara merupakan ekspresi diri, jika memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang kaya maka dengan mudah menguraiakan

pengetahuan dan pengalamannya.

4. Berbicara adalah tingkah laku

Merupakan tingkah laku yang harus dipelajari dahulu kemudian baru

bisa dikuasai.

5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari

Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis.

Semakin banyak berlatih maka semakin terampil seseorang dalam

berbicara.

6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman

Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan maka seseorang

semakin terdorong untuk berbicara.

7. Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala

Berbicara digunakan untuk memperoleh memperoleh pengetahuan,

mengadaptasi, mempelajari, dan mengontrol lingkungan.

8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat

Faktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu

berperan dalam kegiatan berbicara yang terjadi di lingkungan

masyarakat.

9. Berbicara adalah pancaran pribadi.

Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar

(audible) dan yang kelihatan (visible). Selain itu gaya berbicara

seseorang memancarkan kepribadian seseorang tersebut.

Dari sembilan hal diatas perlu diperhatikan agar keefektifan berbicara

dapat terwujud. Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada

Page 8: Proposal ptk

6

orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti

oleh pendengarnya (Hudoro Sameto, 2004: 3).

B. Tujuan dan Jenis-jenis Berbicara

1. Tujuan Berbicara

Menurut St.Y.Slamet (2007: 36) tujuan utama berbicara adalah untuk

berkomunikasi. Sedangkan menurut Ochs dan Winkler dalam Henry

Guntur Tarigan (2008: 16-17), apakah sebagai alat sosial (social tool)

ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional (bussines or

professional tool), maka Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud

umum, yaitu memberitahukan, melaporkan (to inform), menjamu,

menghibur (to entertain), dan membujuk, mendesak, mengajak,

meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud

itu pun mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan misalnya, mungkin saja

merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu, begitu pula mungkin

sekaligus menghibur atau meyakinkan.

Gorys Keraf dalam St.Y.Slamet (2007: 37), menyatakan bahwa tujuan

berbicara (pidato) sebagai berikut:

Mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan

kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.

Meyakinkan: pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau

sikap mental/intelektual kepada para pendengarnya.

Berbuat/bertindak: pembicara menghendaki tindakan atau reaksi

fisik dari para pendengar dengan terbangkitkannya emosi.

Memberitahukan: pembicara berusaha menguraikan atau

menyampaikan sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar

pendengar mengetahui tentang sesuatu hal, pengetahuan dan

sebagainya.

Menyenangkan: pembicara bermaksud menggembirakan,

menghibur para pendengar agar terlepas dari kerutinan yang

dialami oleh pendengar.

Page 9: Proposal ptk

7

Sejalan dengan pendapat diatas, Djago Tarigan dalam St.Y.Slamet

(2007: 37), menyatakan bahwa tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur,

(2) menginformasikan, (3)menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5)

menggerakkan.

2. Jenis-jenis Berbicara

Berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Menurut

Henry Guntur Tarigan (2008: 24-25), Secara garis besar, berbicara

(speaking) sebagai seni dapat dibagi atas:

a) Berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking) yang

mencakup empat jenis yaitu:

Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan

atau melaporkan; yang bersifat informatif (informative

speaking);

Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan

persahabatan (fellowship speaking);

Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk,

mengajak, mendesak, dan meyakinkan (persuasive speaking)

Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan

dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking).

b) Berbicara pada konferensi (conference speaking) yang meliputi:

1. Tidak resmi (informal), dan dapat diperinci lagi atas:

Kelompok studi (study groups)

Kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making

groups)

Komik

2. Resmi (formal) yang mencakup pula:

Konferensi

Diskusi panel

Simposium

3. Prosedur parlementer (parliamentary prosedure)

4. Debat

Page 10: Proposal ptk

8

Menurut St.Y.Slamet (2007: 37), berbicara sebagai ilmu menelaah

hal-hal yang berkaitan dengan: (1) mekanisme berbicara dan mendengar,

(2) latihan dasar tentang ujaran dan suara, (3) bunyi-bunyi bahasa, dan (4)

patologi ujaran. Gorys Kerap dalam St.Y.Slamet (2007: 38) membedakan

jenis berbicara kedalam tiga macam yaitu:

Persuasif: bertujuan untuk mendorong, meyakinkan dan

bertindak.

Instruktif: bertujuan untuk memberitahukan.

Rekreatif: bertujuan untuk menyenangkan

Djago Tarigan dalam St.Y.Slamet (2007: 38), membedakan macam

berbicara berdasarkan pada: (1) situasi, (2) tujuan, (3) metode

penyampaian, (4) jumlah penyimak, dan (5) peristiwa khusus. Menurut dia

berbicara menjadi beragam sekali tergantung dasar apa yang dipergunakan

untuk membedakannya.

C. Kegemaran

Kegemaran adalah kesukaan/kesenangan. Kegemaran merupakan sesuatu

yang kita sukai, walaupun kegiatan tersebut kita lakukan berulang-ulang.Selain

kegemaran, kita dapat menceritakan kembali kejadian atau peristiwa yang kita

lihat. Langkah-langkah menceritakan kembali kegemaran yaitu:

1. Mengingat kegemaran/sesuatu yang pernah kita sukai

2. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan kegemaran/sesuatu yang akan

disampaikan. untuk menuliskan kegemaran kita dapat menggunakan

pedoman sebagai berikut:

a. Siapa saja yang terlibat dalam kegemaran?

b. kegemaran tentang apa yang kita sukai?

c. Di mana kegemaran tersebut terjadi?

d. Kapan kegemaran tersebut terjadi?

e. Mengapa kita terkesan dengan kegemaran tersebut?

f. Bagaimana proses terjadinya pengalaman itu?

3. Mengembangkan catatan-catatan yang dibuat menjadi cerita yang menarik.

Page 11: Proposal ptk

9

4. Menyampaikan cerita kegemaran yang disukai. Gunakanlah ekspresi,

intonasi, dan gaya penceritaan yang tidak monoton (sama).

5. Menyampaikan kesan yang dirasakan terhadap kegemaran yang disukai.

Kesan adalah sesuatu yang terasa sesudah melihat atau mendengar sesuatu.

Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat bercerita dengan baik adalah:

1. Mengingat-ingat urutan jalan cerita.

2. Menggunakan bahasa yang baik, jelas, dan mudah dipahami.

3. Menyampaikan cerita dengan ekspresi dan intonasi yang jelas.

4. Menghayati cerita.

5. Menyampaikan hikmah yang dapat diperoleh

(http://www.erickvand.com/2012/03/pengertian-dan-bagaimana-

menceritakan.html diunduh pada tanggal 28 desember 2012 pukul 17.00

WIB).

D. PERCAKAPAN

Percakapan / diskusi adalah dialog antara dua orang atau lebih. Percakapan

ini bersifat interaktif yaitu komunikasi secara spontan antara dua orang atau lebih.

Dalam sebuah percakapan, kedua komunikan dan komunikator berinteraksi saling

memberikan kontribusi dalam sebuah komunikasi lisan maupun tulisan. Diskusi

atau percakapan sama halnya dengan berbicara dengan dua orang atau lebih.

Tetapi di saat yang sama, masing-masing komunikator dan komunikan memiliki

giliran dan kesempatan untuk berbicara dan yang lainnya mendengar.

Ada dua macam bentuk percakapan atau diskusi yakni:

1. Terstruktur yaitu percakapan yang telah dipersiapkan menggunakan teks,

penghafalan dan lain-lain.

2. Tidak terstruktur atau spontan: percakapan ini sering dilakukakan dalam

kegiatan sehari-hari tanpa ada bantuan apapun.

Jenis-jenis percakapan lainnya, yaitu:

Percakapan yang bersifat interaktif membutuhkan kontribusi percakapan

yakni respon reaksi terhadap apa yang sebelumnya telah dikatakan.

Percakapan yang bersifat spontan merupakan percakapan yang biasa tanpa

aturan tetapi dilakukan sampai batas tertentu, dan dalam beberapa cara, tak

Page 12: Proposal ptk

10

terduga. Namun, terdapat ruang lingkup spontanitas yang mengharuskan

mengikuti aturan demi tujuan kebijaksanaan, misalnya talk show atau

perdebatan.

Percakapan mengikuti aturan etiket karena percakapan adalah interaksi

sosial, dan karena bergantung pada konvensi sosial. Maka percakapan pun

harus mengikuti aturan-aturan yang diberlakukan seperti tidak saling sindir

menyindir, konten percakapan yang bersifat SARA, adu domba dan lain-

lain yang dapat mengganggu percakapan tersebut.

( http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2306378-pengertian-

percakapan-diskusi/#ixzz2GVSwm8hT diunduh pada tanggal 28 desember

2012 pukul 17.15 WIB).

Menurut Brown dan Yule dalam Syukur Ghazali (2010: 96), terdapat dua

jenis interaksi percakapan yaitu:

1) Percakapan transaksional yang bertujuan untuk saling bertukar informasi.

Percakapan ini berfungsi untuk pemberian informasi dan menerima

informasi tentang fakta, kejadian, kebutuhan, opini, sikap, dan perasaan.

Misalnya, polisi memberi petunjuk jalan kepada seorang pelancong,

seorang penjaga toko yang memberikan penjelasan kepada konsumen

tentang kebijakan dari toko mengenai pengembalian dan penukaran barang

yang dianggap tidak memuaskan.

2) Percakapan interaksional yang bertujuan untuk menjalankan fungsi-fungsi

sosial dari bahasa seperti memberi salam, berpamitan, memperkenalkan

diri, mengucapkan terima kasih dan meminta maaf.

Percakapan juga merupakan sebuah tindakan kerjasama. Para penutur saling

bergantian didalam berbicara, baik secara transaksional maupun secara

interaksional. Percakapan dikatakan berhasil apabila memiliki dasar-dasar sebagai

berikut:

Kejujuran

Sikap yang benar

Minat terhadap orang lain

Membuka diri sendiri (Larry King dan Bill Gilbert, 2005: 75).

Page 13: Proposal ptk

11

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan

berbagai jenis kegiatan yaitu:

1. Percakapan

Murid melakukan percakapan dengan teman sekelas, mengadakan

kelompok kecil, berbicara ketika peroleh giliran, mengatasi perbedaan

pendapat dan mengakhiri percakapan.

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan percakapan:

Memulai percakapan

Penulis membimbing siswa untuk membuka suatu percakapan

atau penulis menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan.

Menjaga berlangsungnya percakapan

Murid-murid secara bergiliran menyampaikan komentar atau

mengajarkan pertanyaan, mereka mendukung pendapat teman-

teman kelompok dan memperluas komentar mereka.

Mengakhiri percakapan

Pada akhir percakapan, diharapkan siswa sudah mencapai

tujuan dan dapat menjawab semua pertanyaan.

2. Berbicara estetik (mendongeng)

Penulis menyajikan karya sastra kepada murid-muridnya dengan

teknik bercerita.

˗ Memilih cerita

Penulis menyajikan cerita tradisional.

˗ Menyiapkan diri untuk bercerita

Hendaknya murid dapat membaca kembali dua atau tiga kali

cerita yang akan diceritakan untuk memahami perwatakan

pelaku-pelakunya dan dapat menceritakan secara urut.

˗ Mendongeng

Kegiatan bercerita (mendongeng) pengalaman pribadi di depan

kelas.

Page 14: Proposal ptk

12

3. Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi, dalam

hal ini siswa dibimbing untuk mengembangkan kreatifitas berbicara

dan menanggulangi adanya perbendaharaan kata pada anak SD.

4. Kegiatan dramatik

Bermain drama merupakan media bagi murid-murid untuk

menggunakan bahasa verbal dalam konteks yang bermakna dalam

memainkan drama. Anak berinteraksi dengan teman-teman di kelas

dengan menceritakan kegemaran atau pengalaman pribadi

(

http://www.scribd.com/doc/116094511/meningkkemampuanberbicara

diunduh pada tanggal 29 desember 2012 pukul 10.00 WIB).

Page 15: Proposal ptk

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Balerejo 02 yang terletak di Desa

Balerejo kecamatan Kebonsari kabupaten madiun.

2. Waktu Penelitian

Tindakan penelitian ini dikenakan pada siswa kelas IV semester

genap Tahun Ajaran 2012/2013, yaitu bulan Maret sampai Juli 2011,

dilaksanakan pada hari kamis. Jam pelajaran 2 pertemuan setiap minggu

dengan setiap pertemuan 2 x 35 menit.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Balerejo 02 Tahun Ajaran

2012/2013 yang berjumlah 14 siswa.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa dan guru, yang

meliputi:

1. Melihat kemampuan siswa dalam menceritakan kegemaran melalui

percakapan.

2. Data siswa berupa tabel yang berisi intonasi, jeda, lafal, dan ekspresi siswa

ketika menceritakan kegemarannya.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Suharsimi Arikunto

mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara besama (2006: 3).

Kemmis (Zainal Arifin, 2011:97) mengartikan, action research as a form

of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including

13

Page 16: Proposal ptk

14

educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their

on social or educational practices, (b) their understanding of these practices,

and (c) the situations in which practices are carried out.

Pada dasarnya, penelitian tindakan kelas meneliti masalah yang

bersumber dari kelas. Dalam penelitian ini, masalah muncul dari siswa kelas IV

yang berkaitan dengan kemampuan berbicara dalam menceritakan

kegemarannya.

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan

penelitian maka penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan (planning),

tahap pelaksanaan (action), tahap pengamatan (observation) dan tahap refleksi

(reflection). Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah

sebagai berikut:

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

(Suharsimi Arikunto, 2010: 17)

Refleksi

Perencanaan

Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

?

Page 17: Proposal ptk

15

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti, kepala sekolah, dan guru menentukan waktu atau jadwal

pelaksanaan penelitian

b. Peneliti melakukan pengamatan sebagai kegiatan pendahuluan untuk

mengamati kondisi siswa saat kegiatan pembelajaran bahasa indonesia

berlangsung

c. Menyusun tabel penilaian afektif siswa yang berisi intonasi, jeda,

lafal, dan ekspresi siswa ketika menceritakan kegemarannya.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan penerapan dari tahap perencanaan. Ketika

pembelajaran bahasa indonesia berlangsung, siswa diminta menceritakan

kegemarannya masing-masing didepan kelas secara bergantian. Hal ini dapat

melatih kemampuan siswa dalam berbicara dengan baik dan benar tanpa rasa

malu atau takut.

3. Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang akurat.

Dalam penelitian ini melihat kemampuan berbicara siswa dalam

menceritakan kegemarannya melalui percakapan. Peneliti bekerjasama

dengan guru melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi

terhadap siswa selama penelitian berlangsung.

4. Tahap Refleksi

Refleksi (Reflecting) merupakan kegiatan evaluasi tentang perubahan

yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas data yang terhimpun sebagai

bentuk dampak tindakan yang telah dirancang (Sudarwan Danim, 2010: 104).

Dalam kegiatan refleksi ini guru bersama peneliti (observer) mendiskusikan

hasil penelitian siklus I. Hasil yang diperoleh didiskusikan, dianalisis,

ditindaklanjuti ketercapaian tindakan penilaian. Apabila hasil yang diperoleh

Page 18: Proposal ptk

16

belum sesuai dengan indikator keberhasilan, maka dilanjutkan kembali

dengan tindakan penelitian siklus II. Kegiatan refleksi ini dilakukan ketika

guru sudah selesai melaksanakan kegiatan. Hasil refleksi ini digunakan untuk

melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.

Siklus II

Tahap ini dilakukan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan siklus I,

yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan akan

dilakukan pada siklus II dengan beberapa perubahan analisis refleksi pada

siklus I dengan harapan pada siklus II akan lebih baik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian

adalah:

1. Observasi

Observasi (observing) adalah kegiatan mengamati dampak atas tindakan yang

dilakukan (Sudarwan Danim, 2010: 103). Melihat kemampuan siswa dalam

menceritakan kegemarannya melalui percakapan. Dalam menceritakan

kegemarannya siswa sudah benar atau masih merasa malu/takut.

2. Dokumentasi

Mengumpulkan lembar penilaian afektif yang berupa tabel berisi intonasi,

jeda, lafal dan ekspresi siswa ketika menceritakan kegemarannya didepan

kelas.

F. Analisis Data

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan analisis data kualitatif

dengan model analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, sajian data,

penarikan simpulan dan pengumpulan data. Reduksi data berarti merangkum dan

memfokuskan pada hal-hal penting. Dengan mereduksi data, data yang telah

terkumpul akan lebih mudah untuk dianalisa dan disimpulkan.

Page 19: Proposal ptk

Pengumpulan Data

Penarikan Simpulan/ Verifikasi

Sajian dataReduksi Data

17

Page 20: Proposal ptk

DAFTAR PUSTAKA

H. A. Syukur Ghazali. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama.

Henry Guntur Tarigan. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Hudoro Sameto. 2004. Cara Berbicara dan Presentasi dengan Audio-Visual. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

http://www.erickvand.com/2012/03/pengertian-dan-bagaimana-menceritakan.html diunduh pada tanggal 28 desember 2012 pukul 17.00 WIB.

http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2306378-pengertian-percakapan-diskusi/#ixzz2GVSwm8hT diunduh pada tanggal 28 desember 2012 pukul 17.15 WIB.

http://www.scribd.com/doc/116094511/meningkkemampuanberbicara diunduh

pada tanggal 29 desember 2012 pukul 10.00 WIB.

Kartadinata Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: CV.Maulana.

King Larry dan Bill Gilbert. 2005. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, dan Di mana Saja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rofi’uddin Ahmad dan Zuhdi Darmiyati. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang : Universitas Negeri Malang.

St.Y.Slamet. 2007. Dasar-Dasar Kerterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Sudarwan Danim. 2010. Karya Tulis Inovatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan. Jogjakarta: Aditya Media.

Zainal Arifin. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

18