proposal perpaiiiikan tgl 4 februari
TRANSCRIPT
EKSISTENSI REOG PONOROGO PADA MASYARAKAT JAWA TRANSMIGRASI DUSUN KARYA BUDAYA
(Studi kasus :Dusun Karya Budaya, Jorong Koto Agung Kiri, Nagari Sungai Duo, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya)
A. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk atau bhineka tungal ika,
yaitu sebuah masyarakat negara yang terdiri dari atas masyarakat - masyarakat
sukubangsa yang dipersatukan dan diatur oleh sistem nasional dari masyarakat
tersebuat (Suparlan, 2005: 196). Kemajemukan masyarakat Indonesia disatu sisi
merupakan anugerah dan kekayaan yang tidak ternilai, hal ini karena dari
masyarakat yang majemuk tersebut tersimpan berbagai potensi budaya yang
merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan
dan terus dilestarikan. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain
kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan
dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut.
Keanekaragaman budaya Indonesia masing –masing mempunyai corak
kebudayaan tersendiri yang saling berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
Skinner 1959 dalam (Nasikun 1991:44) menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa
di Indonesia yang memiliki bahasa dan adat yang berbeda-beda.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar
dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan
kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan
1
tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia
yang berbeda.
Keadaan geografis, membuat masyarakat Indonesia tersebar keseluruh
pelosok daerah dengan memiliki kebudayaan dan kesenian yang beragam dimana
kesenian tersebut merupakan aset yang paling berharga yang harus dimiliki oleh
masyarakat itu guna untuk mempertahankan keeksistensianya dimata orang
banyak.
Kesenian merupakan salah satu perwujudan dari kebudayaan yag
tergambar dari keunikan kesenian itu sendiri. Kesenian juga merupakan suatu
unsur kebudayaan yang diwujudkan dengan suatu gerakan dengan mengunakan
rasa yang dapat diamati dengan panca indra manusia. Seperti yang diungkapakan
oleh Koentjaraningrat (1985 : 204), bahwa sistem kesenian merupakan salah satu
dari tujuh unsur kebudayaan yang universal yang dapat menonjolkan sifat atau ciri
khas suatu daerah. Unsur universal kesenian dapat berwujud gagasan-gagasan,
ciptaan-ciptaan pikiran, cerita dan syair-syair indah, namun kesenian juga dapat
berwujud tindakan-tindakan interaksi berpola antara para seniman pencipta,
seniman penyelengara, sponsor kesenian, pendengar, penonton dan konsumen
hasil kesenian.
Secara historis dan tradisional kesenian memegang peran penting dalam
kehidupan masyarakat karena ia merupakan pembeda kekhasan antara masyarakat
satu dengan lainnya. Kesenian juga dapat dijadikan sebagai ciri khas dari suatu
daerah, dimana ciri khas tersebut merupakan atribut dari kebudayaan yang berlaku
pada suatu daerah tertentu.
2
Kebudayaan dalam arti kesenian adalah cipataan dari segala pikiran dan
prilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat di nikmati
dengan pancainderanya yaitu penglihatan, penciuman, pengecap, perasa dan
pendengar (Koentjraningrat,2002:19). Hasil pemikaran manusia yang telah di
tuangkan dalam berbagai bentuk kesenian tersebut, dibuat bukan sekedar bukan
untuk hiburan semata. Dibalik unsur simbolik atau pun pesan yang ingin
disampaikan kepada yang melihat, maupun yang mendengarnya. Disamping itu
juga terdapat unsur estetika dan religi.( Sukmawati, 2006:15)
Menurut E. Kant dalam (Koentjraningrat,2002:19), ilmu estetika adalah
kemampuan manusia untuk mengamati keindahan lingkungannya secara teratur.
Berkaitan dengan penilaian mengenai keindahan itu, aturan-aturanya tentu
banyak. Sejak beribu-ribu tahun (mungkin bahkan lebih lama), yaitu sejak
manusia purba hidup, keindahan di capai dengan meniru lingkungan. Dalam
upaya meniru lingkungan itu, manusia kadang-kadang berhasil meniru dengan
hampir sempurna. Dikatakan hampir sempurna karena masih ada bedanya.
Diantara kemampuan manuasia dalam mengamati keindahan lingkunganya
adalah dengan menciptakan tari-tarian sebagai bentuk peluapan rasa yang tengah
dihadapi oleh seorang manusia, dimana diantara tari-tarian tersebut menjadi
sebuah kesenian dan kekayaan budaya bagi suatu masyarakat seperti tarian Reog
pada masyarakat Jawa. Diantara kesenian itu memiliki makna serta sejarah yang
harus tetap dilestarikan guna untuk mempertahankan identitas dari daerah
tersebut.
3
Kesenian Reog merupakan kesenian tradisional yang telah lama hidup di
daerah Ponorogo. Kesenian reog berupa tarian yang dimainkan sekelompok orang
(Lisbijanto : 2013, 1). Tarian Reog dilakukan dengan benda berbentuk seperti
Dhadhak Merak yang besar yang diangkat oleh satu orang. Dhadhak
Merak adalah topeng yang digunakan dalam tarian Reog. Dadak merak ini
berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya
hampir 50 kilogram. Dadak merak merupakan topeng yang digunakan pada Reok.
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur
bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang
sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua
sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu
budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau
mistik dan ilmu kebatinan yang kuat ( Setyana, 2000:23)
Di Sumatera Barat tarian Reog salah satunya terdapat di Dusun Karya
Budaya, Jorong Koto Agung Kiri, nagari Sungai Duo, Kecamatan Sitiung,
Kabupaten Dharmasraya. Munculnya kesenian tarian Reog Ponorogo di
Kabupaten Dharmasraya seiring dengan kedatangan suku bangsa Jawa di
Kecamatan Sitiung Kab. Dharmasraya salah satunya melalui program
transmigrasi1 yang di jalankan oleh pemerintah.
1 Transmigrasi merupakan Perpindahan penduduk dari jawa keluar pulau jawa merupakan program pemerintah republik Indonesia, ide itu sudah ada sejak zaman kolonial, pada tahun 1998 program ini masih terus di lakukan dengan tujuan –tujuan yang lebih kompleks. Selain mengurangi kepadatan penduduk di pulau jawa, juga untuk meningkatkan taraf hidup transmigrasi itu sendir, tujuan lain dari program transmigrasi adalah untuk pembangunan daerah dan memanfaatkan sumber daya alam dan pengurangan penduduk di pulau jawa, hal ini sangat sulit di laksanakan karena lebih banyak penduduk yang masuk dari pada penduduk pindah
4
Kebijakan pemerintah untuk melakukan trasimigrasi masyarakat Jawa ke
salah satu daerah pulau Sumatera membuat masyarakatnya untuk menerima
budaya-budaya lokal namun disatu sisi mereka harus mempertahankan nilai-nilai
kebudayaan aslinya supaya tidak pudar sampai generasi penerusnya seperti tarian
Reog yang terdapat pada pada masyarakat Jawa transmigrasi Dusun Karya
Budaya yang terdapat pada kabupaten Dharmasraya.
Masyarakat yang dilokasikan di daerah Dharmasraya harus bisa dan mampu
bersosialisasi dengan masyarakat lokal, yaitu pada masyarakat Minangkabau yang
juga memiliki kebudayan dan kesenian yang menjadi kekhasan dari suku tersebut.
Dengan tetap melestarikan dan tetap mengajarkan kesenian-kesenian asli dari
daerah asalnya kepada generasi, maka masyarakat Jawa sudah belajar untuk
mempertahanka aset kebudayannya sendiri.
B. Permasalahan
Kesenian Reog seperti halnya kesenian tradisional lainya, merupakan salah
satu bentuk seni yang memiliki ciri khas dan keunikan serta corak daerahnya.
Pesatnya perkembangan budaya serta makin mudahnya hubungan antar daerah
membuat perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya disatu sisi dapat menjadi
pendorong ke arah kondisi kehidupan yang lebih baik, tetapi disisi lain dapat
menjadi bumerang yang menempatkan manusia sebagai objek yang kehilangan
nilai kemanusiaannya, bahkan melanggar hak asasinya.
Dalam mengangkat dan melestarikan seni dan budaya tradisional hal yang
paling sederhana adalah mencintai seni dan budaya kita sendiri, ini adalah hal
yang paling positif, dimana ada suatu slogan yang mengatakan tak kenal maka tak
5
sayang dan slogan lain berbunyi cintailah seni dan budaya kita sendiri salah satu
kesenian tradisional yang harus di lestarikan adalah tarian Reog Ponorogo selama
ini kesenian tradisional sering di abaikan, hingga akhirnya menimbulkan
permasalahan , hal seperti inilah yang membuat Reog Ponorogo di claim oleh
negara lain.
Masyarakat etnis Jawa memiliki kebudayaan yang menunjukan identitas
dan jati diri sebagai etnis Jawa salah satunya adalah kesenian tarian Reog yang
merupakan tarian yang berasal dari Jawa Timur dan sekaligus merupakan identias
bagi etnis Jawa. Begitu juga halnya dengan kebudayaan penduduk lokal yang
memiliki atribut kebudayaan (Suparlan, 2005:27).
Keberadaan suatu etnis di suatu tempat memiliki sejarahnya sendiri,
khususnya menyangkut status yang dimiliki suatu etnis dalam hubunganya
dengan etnis lain. Sebagai suatu etnis yang merupakan kelompok etnis pendatang
dan berinteraksi dengan etnis asal yang terdapat di suatu tempat, maka akan secara
alami akan menempatkan pendatang pada posisi yang relatif lemah.(Abdullah
2006:84)
Jacob Ranjabar (2006:150) mengatakan bahwa dilihat dari sifat majemuk
masyarakat Indonesia, maka harus di terima adanya tiga golongan kebudayaan
yang masing-masing memiliki coraknya sendiri, ketiga golongan tersebut adalah
sebagai berikut: kebudayaan sukubangsa atau sama dengan kebudayaan lokal.
kebudayaan umum lokal tergantung pada aspek ruang, biasanya ini bias di analisis
pada ruang perkotaan di mana hadir berbagai budaya lokal yang di bawa oleh
setiap pendatang, namun ada budaya dominan yang berkembang misalnya, budaya
6
Reog, yang ada di kota tempat tersebut. Sedangkan kebudayaan nasional adalah
akumulasi dari budaya-budaya daerah.
Seiring berjalannya waktu peragaan tarian-tarian yang berupa tarian Reog
saat sekarang ini masih tetap digelar dalam setiap acara, tentunya kesenian reog
ini masih mempunyai arti dan fungsi tersendiri bagi masyarakat maupun bagi
pelaku kesenian itu sendiri. Eksistensi kesenian reog ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang menyebabkan kesenian ini masih digunakan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, eksistensi dapat diartikan sebagai keberadaan. Dalam konteks
kesenian Reog, eksistensi berarti keberadaan yang terus ada di tengah-tengah
masyarakat walaupun keberadaannya tidak lagi seperti dahulu karena telah banyak
terjadi perubahan-perubahan dan masih tetap hidup, maksudnya keberadaan
kesenian reog ini masih tetap terjaga di daerah Dusun Karya Budaya.
Kesenian tari Reog yang dimainkan akan nampak keindahannya saat
Dhadhak Merak menggoyang-goyangkan badannya dengan melekuk-lekukkan
tubuhnya, sehingga terlihat bergerak bulu-bulu merak yang berada di atas kepala
Barongan . Bukan hanya itu saja yang dapat dilihat dari kesenian Reog yang ada,
tetapi reog juga merupakan sarana interaksi sosial dari para pelakunya. Gillan dan
Gillin menyatakan bahwa interaksi sosial tersebut merupakan hubungan sosial
yang dinamis, yang menyangkut hubungan antar orang-orang perorangan, antar
kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok
manusia (dalam sukanto, 1987:51).
Seiring dengan berkembangnya modernisasi dalam masyarakat serta
faktor-faktor lingkungan sehingga banyak dari kesenian asli dari suatu masyarakat
7
asli tersebut mulai dilupakan dalam lingkungan masyarakatnya. Lingkungan juga
sangat berpengaruh dari hilangnya kesenian-kesenian yang ada dalam masyarakat.
Pada masyarakat Jawa transmigrasi Dusun Karya Budaya masih
mempertahankan kesenian Reog meskipun mereka berada pada lingkungan yang
komunitasnya lebih dominan masyarakat Minangkabau namun untuk menjaga dan
memelihara keeksistensian dari kesenian-kesenian asal mereka tetap
mempertahankan dan memperagakan kesenian tersebut ditengah-tengah
masyarakat lokal.
Dari uraian permasalahan diatas maka yang menjadi pertanyaan penelitian
adalah:
1. Apa fungsi Reog bagi masyrakat etnis Jawa?
2. Bagaimana upaya masyarakat Jawa transmigrasi Dusun Karya Budaya
Dharmasraya mempertahankan Reog ditengah-tengah masyarakat lokal ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan latar belakang dan permasalahan yang tergambar diatas
maka tujuan yang inggin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan apa fungsi Reog bagi masyarakat etnik Jawa di daerah
transmigrasi Dusun Karya Budaya .
2. Mendeskripsikan bagaimana cara masyarakat Jawa transmigrasi Dusun Karya
Budaya Dharmasraya mempertahankan Reog aslinya ditengah-tengah
masyarakat lokal.
D. Manfaat Penelitian
8
1. Secara akademis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
dalam pustaka tentang keragaman kebudayaan lokal pendatang khususnya
masyarakat Jawa transmigrasi Dusun Karya Budaya Dharmasraya dalam
mempertahankan aset kesenian untuk generasi pendatang.
2. Memberikan gambaran (berupa dokumentasi) kepada masyarakat luas
khususnya masyarakat Jawa tentang fungsinya tarian dalam kehidupan sosial
mereka sebagai suatu kesenian daerah.
E. Kerangka Pemikiran
Untuk menjelaskan bagaimana fungsi kesenian Reog Ponorogo pada
masyarakat Jawa maka dalam penelitian ini memakai beberapa konsep dan teori.
Tarian Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur
bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang
sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok2 dan gemblak3, dua
sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan.
Reog merupakan salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat
kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Dalam
pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal
sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan
2 "Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin) www.wikipedia.reog ponorogo.html.
3 Gemblakan atau biasa disebut gemblak adalah sesosok pemuda belia berumur antara 10 hingga 17 tahun. Dialah yang menjadi teman hidup sang Warok. www.wikipedia . gemblak
9
diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang
menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala
gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang
menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit
yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik
topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan
menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya
dengan menggunakan giginya.4 Namun dalam jaman sekarang ini ada banyak hal
yang menghambat pelestarian tarian Reog salah satunya karena kurang
dilestarikanya. Adapun konsep yang dipakai adalah konsep kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan dan hasilkarya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koenjaranigrat: 2002: 180).
C. Kluckhon dalam (Koentjraningrat, 2002: 180). menyebutkan terdapat
tujuh unsur kebudayaan5, kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan, jadi
kesenian merupkan bahagian dari kebudayaan. Ini berarti bahwa dalam
kebudayaa, kesenian sangat dibutuhkan untuk melestrikan nilai-nilai dan karya-
karya dari suatu masyarakat. Sehingga manusia dalam kehidupannya selalu
melahirkan sebuah karya-karya yang terwujud dalam sebuah kesenian seperti
kesenian tari guna untuk mengekspresiskan segala bentuk fikirannya. Menurut
Koenthraningrat, kebudayaan kebudayaan merupakan keseluruhan sistem
4 www.wikipedia.reog ponorogo.html.akses pada 02 des 201351.Bahasa, 2. Sistempengetahuan, 3. Organisasisosial, 4. Sistemperalatanhidupdanteknologi, 5. Sistem mata pencarian hidup, 6. SistemReligi, 7. Kesenian (koentjraningrat, 2002: 204)
10
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam ragam kehidupan bermasyarakat
yang didapat dengan proses belajar
Tiga wujud ideal kebudayaan yaitu:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu proses kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya (wujud
ideal)
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat (sistemsosial)
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
kebudayaan fisik (Koentjraningrat, 2002:186).
Pengertian kebudayaan seperti yang telah dijelaskan diatas
memperthatikan bahwa kebudayaan itu berada di luar diri individu, yang secara
eksternal bersifat memaksa yang didapat dari oleh individu lewat proses belajar,
yang pada akhirnya membentuk ide-ide, prilaku-prilaku terpola dan karya-karya
yang diciptakan manusia sebagai mahluk sosial yang terwujud dalam sebuah
tarian seperti tarian Reog. Wujud pertama, sifatnya abstrak tak dapat diraba atau
difoto. Tempatnya ada dalam fikiran manusia dimana kebudayaan bersangkutan
itu hidup. Kalau ide dinyatakan dalam tulisan maka tempatnya berada dalam
karangan buku dan hasil karya manusia. Wujud ketiga yaitu kebudayaan fisik
berupa hasil dari aktifitas, perbuatan atau hasil karya cipta manusia yang bersifat
kongrit seperti benda-benda yang dapat diraba, dilihat dan di foto.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut sistem sosial (Social system) terkait
dengan tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem social itu bersifat kongrit
11
terjadi sekitar kehidupan sehari-hari, dapat di observasi, difoto dan di
dokumentasikan seperti kesenian tarian Reog. Ketiga wujud kebudayaan yang
terurai diatas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tertentu tidak dapat terpisah
satu dengan yang lain. Idealnya suatu kebudayaan dan adat istiadat adalah untuk
mengatur dan memberi arah kepada tindakan manusia. Baik pikiran, ide-ide
maupun tindakan karya manusia yang menghasilkan benda-benda kebudayaan
fisiknya (Lubis, 1985:43).
Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Oleh karena
itu, kajian antropologi sangat di perlukan untuk melihat lebih jauh mengenai cara
manusia menuangkan gagasan dan pemikirannya melalui suatu wadah yang
dinamakan seni.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni memiliki tiga arti. Pertama,
seni berarti keahlian untuk membuat suatu karya bermutu. Kedua, seni adalah
karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa. Ketiga, seni adalah
kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa. Herbert Read dalam
bukunya yang berjudul the Meaning of Art menyebutkan bahwa seni merupakan
usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk
menyenangkan yang dimaksud adalah hasil seni yang bersifat indah dan dapat
memberikan kepuasan bagi para pengamatnya. seni secara sederhana, yakni
symbol dari perasaan ( Hermanto, 2010:13-14). Seni dianggap sebagai kreasi
bentuk simbolis dari pengalaman emosional (perasaan), sehingga tidak berasal
dari pikiran semata (Koentjaraningrat, 2002:19), yang dimaksud dengan seni
12
adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk mengekspresikan dan
menciptakan hal-hal yang indah serta bernila.
Dalam Indonesia Heritage dalam (Hermanto, 2010:13), disebutkan bahwa
ada tiga tipologi seni petunjukan di Indonesia, yaitu:
a. Tipologi berdasarkan unsur artistik, yaitu seni yang didasarkan pada
jumlah unsur keindahan yang disajikan. Seperti Calung dari Jawa Timur,
Sampek pada suku Dayak di Kalimantan, dan lain-lain
b. Tipologi berasarkan fungsi sosial, yang berarti bahwa pertunjukan itu
merupakan bagian dari upacara keagamaan.seperti drama, tari suci barong
di bali,bedhaya dan serimpi di Jawa, pattudu dan pajaga dari sulawesi
selatan.
c. Tipologi berdasarkan apakah seni tersebut merupakan suatu dramatisasi
atau buka. Contohnya seperti tari kanjet teweg dari kalimantan, tari allu
ambek dari sumatera barat dan tari legong keraton dari bali.
Kesenian tersebut merupakan bagian tradisi yang bersifat turun temurun.
Menurut Subadio dalam (Marshal, 1999:22) tradisi merupakan kebiasaan turun
temurun sekelompok masyarkaat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang
bersangkutan. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah
laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal yang
bersifat gaib atau keagamaan.
Sedangkan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori
fungsionalisme struktural dari Radclifee-Brown dimana menurut teori ini didalam
organisme yang hidup terdapat suatu struktur, yaitu saling berhubungan dari
13
bagian-bagian yang membentuk suatu keseluruhan. Begitu juga dengan struktur
sosial terdiri dari kesatuan-kesatuan – unit entities ( kesatuan yang sunguh-sunguh
ada) yang dipersatukan. Jadi dalam kehidupan sosial struktur itu diamati (Brown
dalam Effendi).
Kesenian Reog muncul dan berkembang didaerah Dusun Karya Budaya
disebabkan oleh adanya program transmigrasi, faktor utama yang mempengaruhi
penyebaran Reog ini adalah daya pesona Reog yang demikian kuat sehingga
sangat disenangi oleh penontonnya, disamping itu masyarakat Jawa mempunyai
rasa kebanggaan yang tebal terhadap kesenian tersebut. Pada dasarnya kesenian
Reog yang berada di Ponorogo dengan kesenian Reog yang dibawa oleh
masyarakat Jawa transmigrasi tidak jauh berbeda, tetapi pada saat sekarang
kesenian Reog termodifikasi oleh arus modernisasi sehingga disesuaikan keadaan
sekarang dan mengalami perubahan dari asal Reog tersebut
Relatif berbedanya Reog di Jawa dengan di Dusun Karya Budaya terjadi
penyebaran masyarakat melalui program transmigrasi, seperti program
transmigrasi masyarakat Jawa kepulau sumatera secara otomatis akan membawa
unsur-unsur kebudayaan asalnya salah satunya dalam bentuk kesenian hal ini
dapat di jelaskan dengan menggunakan pengertian diffusi F. Ratzel dalam
(Arifin & Nursirwan 2010:) yang menjelaskan perkembangan sejarah unsur-unsur
kebudayaan manusia yang memberikan suatu anggapan bahwa kebudayaan
manusia itu pangkalnya satu, dan di satu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu
makhlik manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian, kebudayaan induk itu
berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru, karena
14
pengaruh keadaan lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu bangsa-
bangsa pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetap tinggal terpisah.
Sepanjang masa di muka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan bangsa-
bangsa yang saling berhubungan serta pengaruh mempengaruhi. Namun dalam
proses penyebaranya yang bermuara di lokasi transmigrasi yang terdapat
perbedaan kebudayaan antara masyarakat yang menyebar dengan penduduk lokal
yang mendiami wilayah tersebut.
F. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Daerah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian ini adalah Dusun Karya
Budaya, Jorong Koto Agung Kiri, Nagari Sungai Duo, Kecamatan Sitiung,
Kabupaten Dharmasraya, karena desa karya budaya. Adapun alasan pemilihan
lokasi ini adalah karena pada daerah ini kesenian tari Reog masih dipertahankan
dan masih dilestarikan meskipun pelestraian ini belum sepenuhnya.
2.Teknik Pemilihan Informan
Menurut Maleong (1998:90) informan adalah orang yang mau
memberikan informasi untuk dapat memanfaatkan informasinya tentang situasi
dan latar penelitian, maksudnya orang yang memiliki pengetahuan yang luas dan
mendalam tentang latar penelitian. Mereka diikut sertakan secara sukarela tanpa
paksaan sehingga dapat memberikan pandangan dari dalam terhadap nilai-nilai,
proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat.
Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan
kebutuhan penelitian, yaitu secara purposive sampling maksudnya informan yang
15
dituju sudah ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan permasalahan penelitian.
Adapun alasan dalam pengunaan teknik purposive ini yaitu agar tercapainya
tujuan untuk menyaring dan mengali sebanyak mungkin informasi yang sesuai
dengan permasalahan. Informan yang ditentukan tersebut akan dikelompokkan
menjadi dua, yaitu informan kunci dan informan biasa.
Informan kunci, menurut Koentjaraningrat (1994:130) informan kunci
adalah orang-orang yang memberikan informasi mengenai beberapa hal yang
berhubungan dengan penelitian ini. Informan kunci ditetapkan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki sehingga benar-benar memiliki Jawaban dari
permasalahan yang ada dan mempunyai kemampuan untuk mengintroduksi
tentang sektor-sektor masyarakat atau unsur-unsur kebudayaan yang ingin kita
ketahui.
Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini didasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
1. Para pemain Reog yang sudah ikut serta selama limatahun
2. Mereka yang dianggap memiliki pengetahuan tentang Reog, yakni
pawang Reog
3. Orang-orang yang ikut dalam pelestarian tarian Reog seperti pemilik
sangar atau lembaga-lembaga yang berhubungan dengan tarian Reog
Informan biasa disini adalah masyarakat sekitar yang memiliki
pengetahuan dasar dalam kesenian tari Reog Ponorogo, sehingga nantinya
informasi yang didapat akan dijadikan perbandingan atau pelengkap dengan
informasi dari informan kunci.
16
Adapun criteria yang akan dijadikan sebagai informan biasa dalam
penelitian ini adalah:
1. Masyarakat sekitar dengan berbagai jenis pekerjan yang sudah
berumur 50 tahun
2. Tokoh agama
3. Tokoh masyarakat Jawa
3. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti dalam pengumpulan data akan menggunakan metode penelitian
kualitatif, karena peneliti akan membutuhkan data yang tidak kaku, dan akan
menemukan Jawaban-Jawaban yang lebih mendalam dalam menJawab tujuan
penelitian.
Data-data yang akan dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh si peneliti di lapangan
berupa subjek penelitian, hasil dari observasi, wawancara dan observasi, melalui
proses dan teknik-teknik dalam pengumpulan data. Sedangkan data sekunder yaitu
data yang sudah diolah oleh pihak pertama. Data sekunder dapat diperoleh melalui
studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari bahan-bahan tertulis, literature hasil
penelitian.
a. Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu
benda, kondisi, situasi dan prilaku (Soehartono,1995:68). Menurut Nasir(1988:72)
data yang diperoleh dari pengamatan terlibat i ni akan sangat membantu dalam
17
menggambarkan dan mengungkapkan makna dengan realita kepribadian yang
muncul dalam kehidupan dan kebalikannya.
Observasi atau pengamatan yang dilakukan dalam penelitaian ini adalah
dengan cara melihat, mendengar, mencatat prilaku dan kejadian menyangkut
kepada pelaksanaan dan kebertahanan kesenian tari Reog yang ada di Dusun
Karya Budaya sehingga data dapat dipertahankan.
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari
tahu dan mendapatkan Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
informan yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Menurut
Nasution (1988:73) pentingnya teknik wawancara dalam penelitian adalah untuk
mengetahui apa yang terkandung dalam pemikiran dan hati orang lain (informan)
serta bagaimana pandangannya tentang hal-hal tidak dapat kita ketahui melalui
observasi.
Wawancara yang digunakan merupakan wawancara mendalam yang bersifat
terbuka dan wawancara informal atau wawancar yang dilakukan dalam waktu
yang tidak ditentukan. Wawancara mendalam adalah suatu bentuk wawancara
dimana informan penelitian mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai
untuk maksud dan tujuan penelitian. Wawancara informal adalah bentuk
wawancara yang dilakukan dalam suasana alami (mengalir dan berjalan begitu
saja) dalam waktu yang tidak ditentukan (Maleong,1998:110). Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan kepada informan nantinya merupakan pertanyaan-
18
pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu secara tersetruktur dan
terperinci, agar maksud dan tujuan dari peneliian ini dapat dihasilkan dengan baik.
c. Studi kepustakaan
Penelitian ini nantinya juga membutuhkan data yang berbentuk
sekunder untuk menunjang atau mendukung keabsahan data yang didapat di
lapangan nantinya. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang didapat dari
hasil studi kepustakaan dalam bentuk dokumen, artikel-artikel, laporan penelitian
terdahulu dan sumber bacaan lainnya.
G. Analisis Data
Analisis data itu adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapar dirumuskan hipotesa kerja yang disarankan oleh data
(Mantra,2004:131) analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan
lain yang didapatkan dari studi kepustakaan, sehingga dapat dengan mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Data yang diperoleh dilapangan melalui observasi dan wawancara melalui
informan, dikelompokkan berdasarkan kriteria masing-masing yaitu, dari
informan kunci dan informan biasa lalu setelah dikelompokkan diolah dan
dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dan disajikan dalam bentuk
tulisan dari hasil penelitian yang telah terlaksana dan bersifat ilmiah.
19