proposal pengabdian 2015 lppom mui jogja

21
PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENGUATAN KESADARAN MASYARAKAT DAN UMKM ATAS PRODUK HALAL DAN SERTIFIKASI HALAL DI WILAYAH KULON PROGO Diajukan oleh : Ihda Arifin Faiz, SE., M.Sc. SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA (2015)

Upload: andi-faesal

Post on 15-Sep-2015

372 views

Category:

Documents


48 download

DESCRIPTION

mui halal

TRANSCRIPT

PEDOMAN

PROPOSALPENGABDIAN KEPADA MASYARAKATPENGUATAN KESADARAN MASYARAKAT DAN UMKM ATAS PRODUK HALAL DAN SERTIFIKASI HALAL DI WILAYAH KULON PROGO

Diajukan oleh :Ihda Arifin Faiz, SE., M.Sc.SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA(2015)1. Judul

Penguatan Kesadaran Masyarakat dan UMKM atas Produk Halal dan Sertifikasi Halal di Wilayah Kulon Progo2. Pendahuluan

Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia diharapkan dapat menjadi contoh negeri muslim lain dalam penerapan hukum islam (syariat Islam) terutama dalam aspek yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat muslim sehari-sehari. Misalnya ketentuan islam berkaitan dengan wajibnya seorang muslim mengkonsumsi makanan yang halal. Ketentuan ini wajib dijalankan oleh seluruh muslim dimanapun dia berada. Untuk menjalankan ketentuan tersebut, harus dapat dipastikan bahwa setiap makanan dan minuman yang beredar di tengah-tengah masyarakat dapat diidentifikasi (dikenali) apakah halal sehingga dapat dikonsumsi oleh muslim ataukah haram sehingga harus ditinggalkan. Pemerintah selaku pengatur urusan masyarakat memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa makanan yang beredar dapat dikenali halal atau haramnya. Ketentuan halal atau haram ini terutama pada aspek zat dan bahan yang digunakan dalam memproduksi makanan dan minuman tersebut.Meskipun hukum benda dalam islam pada prinsipnya adalah mubah (boleh), tetapi untuk kasus bahan dan zat yang digunakan dalam pengolahan makanan, syariat islam memberikan aturan dengan rinci tentang zat atau bahan apa saja yang haram dimakan. Karena tidak mungkin hukum tersebut diserahkan secara langsung kepada setiap pribadi muslim, maka pemerintah berkewajiban memantau dan memberikan informasi secara detail makanan dan minuman yang haram dimakan. Di Indonesia, pemerintah melimpahkan wewenang (otorisasi) pengawasan kehalalan dan keharaman makanan dan obat serta kosmetik ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM). Dalam pelaksanaan kewajiban pengawasan peredaran makanan dan minuman yang halal, LPPOM MUI membuat kebijakan menerbitkan Sertifikasi Halal. Dalam kebijakan Sertifikasi Halal ini, LPPOM MUI bertindak sebagai satu-satunya lembaga yang berhak menyatakan kehalalan atau keharaman dengan mekanisme dan ketentuan standar pemeriksaan yang telah ditetapkan. Masyarakat luas, utamanya industri yang memproduksi makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetik diharapkan pro aktif mengajukan permohonan peninjauan atas kehalalan produk yang dihasilkan.Dalam model Sertifikasi Halal, pemerintah (LPPOM MUI) tidak mewajibkan agar seluruh produsen makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetik untuk mendaftarkan produknya sebagaimana kewajiban registrasi di Kementrian Perindustrian dan Perdagangan. Mekanisme Sertifikasi Halal lebih menekankan pada kesadaran produsen untuk mengajukan secara pro aktif kehalalan produk yang dihasilkan. Dengan konsep ini, di satu sisi menimbulkan kelemahan yaitu sangat bertumpu pada kesadaran produsen sehingga seolah hak konsumen muslim untuk mendapatkan informasi kehalalan suatu produk tidak sepenuhnya terlindungi.Untuk menjalankan model Sertifikasi Halal LPPOM MUI ini maka diperlukan sosialisasi dan penyadaran yang cukup gencar tentang arti pentingnya label halal baik ke produsen, penjual maupun konsumen. Karena jumlah masyarat muslim yang sangat banyak (baik jumlah maupun sebaran) dan variasi dan jumlah produk makanan dan minuman yang beredar di tengah masyarakat juga cukup banyak meliputi cakupan jangkauan wilayah yang luas maka dibutuhkan peran serta sosialisasi dengan melibatkan banyak pihak dan pemangku kepentingan, termasuk perguruan tinggi.Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan penduduk muslim sebesar 93,74 persen. Berdasarkan data potensi industri di Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 yang diperoleh dari Dinas Perindag dan ESDM Kabupaten Kulon Progo diperoleh seperti tampak dalam tabel 1. Dari tabel tersebut tampak kelas komoditas industri yang cukup besar di Kabupaten Kulon Progo adalah jenis industri pengolahan pangan baik dari jenis hingga nilai tambah. Dari sejumlah 182 jenis usaha dari sejumlah 5 kelas komoditas tampak industri pengolahan pangan cukup banyak digeluti oleh masyarakat Kulon Progo yaitu sebanyak 82 buah atau sekitar 45,1%. Unit usaha yang banyak digeluti adalah Pengolahan Pangan yaitu sebanyak 12.197 unit usaha atau 60,7% dari keseluruhan unit usaha yang ada (20.105 unit). Tenaga kerja yang terlibat juga menempati urutan pertama yaitu sebanyak 32.526 orang pekerja atau 59,1%. Meski nilai investasi di bidang pengolahan pangan (Rp26.107.180.000 atau 21,3%) tidak sebesar kategori kerajinan dan umum (Rp72.875.410.000 atau 59,6%) tetapi bahan baku dan nilai tambah yang dihasilkan berkontribusi cukup besar yaitu Rp185.307.894.000 atau 55,5% untuk bahan baku dan Rp92.744.337.000 atau 57,8% untuk nilai tambah yang dihasilkan.Dari potret potensi industri Kabupaten Kulon Progo tersebut tampak pengolahan pangan memiliki peran penting dan strategis dalam perekonomian masyarakat. Berbagai jenis industri pengolahan pangan yang ada utamanya berkaitan dengan makanan dan minuman harus dipastikan kehalalan atau keharamannya agar masyarakat luas yang sebagian besar adalah muslim dapat mengkonsumsi produk tersebut dengan tenang sesuai ketentuan syariat islam. Selama ini kesadaran atas konsumsi makanan dan minuman yang halal belum tertanam kuat di tengah-tengah masyarakat, baik dari kalangan produsen, penjual ataupun konsumen. Namun syuur (perasaan) keislaman masih sangat terasa dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini tampak dalam rutinitas keseharian masyarakat yang masih memperhatikan aturan islam baik dalam hal ibadah ataupun muamalah. Dalam hal konsumsi makanan masyarakat baru akan bereaksi jika terdapat isu tentang daging babi atau tikus dalam bakso atau hukum mengkonsumsi kopi luwak dan isu sejenis. Kondisi tersebut menyiratkan bahwa masyarakat masih belum memiliki pemahaman dan kesadaran yang kuat atas ketentuan konsumsi halal dalam Islam. Kesadaran akan mengkonsumsi produk halal perlu ditingkatkan di tengah masyarakat Kulon Progo, baik dari kalangan produsen, penjual ataupun konsumen, agar terwujud tatanan masyarakat muslim yang sesuai syariat islam. Dalam pengabdian masyarakat ini, kami akan bekerja sama dengan LPPOM MUI Yogyakarta selaku pemegang otoritas pemberian Sertifikasi Halal dan juga Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kulon Progo.Tabel 1. Ringkasan Data Potensi Industri Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014

No Kelas Komoditas Jenis Unit Usaha Tenaga Kerja Investasi Nilai Bahan Baku Nilai Tambah

macam % unit % orang % Rp000 % Rp000 % Rp000 % Rp000 %

I Pengolahan Pangan 82 45.112,197 60.732,526 59.126,107,180 21.3278,110,118 55.5185,307,894 54.492,744,337 57.8

II Sandang dan Kulit 15 8.2304 1.52,798 5.12,949,850 2.447,567,086 9.535,200,943 10.312,366,143 7.7

III Kimia dan Bahan Bangunan 16 8.8766 3.81,944 3.513,709,700 11.282,016,215 16.455,568,013 16.326,448,202 16.5

IV Logam dan Jasa 23 12.61,349 6.73,538 6.46,728,350 5.524,708,450 4.917,113,244 5.07,595,206 4.7

V Kerajinan dan Umum 42 23.15,489 27.314,248 25.972,875,410 59.668,550,797 13.747,333,705 13.921,217,092 13.2

182 20,105 55,054 122,370,490 500,952,666 340,523,799 160,370,980

Sumber: Dinas Deperindag dan ESDM Kabupaten Kulon Progo diolah3. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan dalam pendahuluan di atas maka rumusan masalah dalam proposal pengabdian ini adalah Bagaimana cara untuk memperbesar tingkat kesadaran masyarakat dan UMKM di Wilayah Kulon Progo atas produk halal dan Sertifikasi Halal?

4. Tinjauan Pustaka

SERTIFIKASI HALAL LPPOM MUIMenurut pendapat ulama, pada prinsipnya semua bahan makanan dan minuman yang ada di dunia ini adalah halal, kecuali yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, syariat islam hanya mengatur bahan-bahan yang diharamkan untuk dikonsumsi. Bahan yang diharamkan Allah adalah bangkai, darah, babi dan hewan yang disembelih dengan nama selain Allah (QS. Al-Baqarah : 173). Bahan makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan laut seluruhnya halal dimakan. Adapun minuman yang diharamkan Allah adalah semua bentuk khamar (minuman beralkohol) (QS. Al-Baqarah : 219). Hewan yang dihalalkan akan berubah statusnya menjadi haram apabila mati karena tercekik, terbentur, jatuh ditanduk, diterkam binatang buas dan yang disembelih untuk berhala (QS. Al-Maidah : 3). Jika hewan-hewan ini sempat disembelih dengan menyebut nama Allah sebelum mati, maka akan tetap halal kecuali diperuntukkan bagi berhala.

Bahan-bahan yang termasuk ke dalam kategori halal seperti diuraikan di atas dan dipersiapkan serta diolah menurut ketentuan halal menurut syariat Islam produknya dapat diajukan untuk mendapat Sertifikat Halal MUI.Tujuan pelaksanaan Sertifikat Halal pada produk pangan, obat-obat dan kosmetika adalah untuk memberikan kepastian kehalalan suatu produk, sehingga dapat menentramkan batin yang mengkonsumsinya.

SERTIFIKAT HALAL

1. Sertifikat Halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat Halal ini merupakan syarat untuk mencantum label halal.

2. Yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam yaitu : a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi. b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti : bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain sebagainya. c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam. d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syariat Islam. e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.

3. Pemegang Sertifikat Halal MUI bertanggung jawab untuk memelihara kehalalan produk yang diproduksinya, dan sertifikat ini tidak dapat dipindahtangankan.

4. Sertifikat yang sudah berakhir masa berlakunya, termasuk fotocopynya tidak boleh digunakan atau dipasang untuk maksud-maksud tertentu.

JAMINAN HALAL DARI PRODUSEN

Sebelum produsen mengajukan Sertifikat Halal bagi produknya, maka terlebih dahulu disyaratkan yang bersangkutan menyiapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Produsen menyiapkan suatu Sistem Jaminan Halal (Halal Assurance System).

2. Sistem Jaminan Halal tersebut harus didokumentasikan secara jelas dan rinci serta merupakan bagian dari kebijakan manajemen perusahaan.

3. Dalam pelaksanaannya, Sistem Jaminan Halal ini diuraikan dalam bentuk panduan halal (Halal Manual). Tujuan membuat panduan halal adalah untuk memberikan uraian sistem manajemen halal yang dijalankan produsen. Selain itu, panduan halal ini dapat berfungsi sebagai rujukan tetap dalam melaksanakan dan memelihara kehalalan produk tersebut.

4. Produsen menyiapkan prosedur baku pelaksanaan (Standard Operating Prosedure) untuk mengawasi setiap proses yang kritis agar kehalalan produknya dapat terjamin.

5. Baik panduan halal maupun prosedur baku pelaksanaan yang disiapkan harus disosialisasikan dan diuji coba di lingkungan produsen, sehingga seluruh jajaran ; dari mulai direksi sampai karyawan memahami betul bagaimana memproduksi produk halal dan baik.

6. Produsen melakukan pemeriksaan intern (audit internal) serta mengevaluasi apakah Sistem jaminan Halal yang menjamin kehalalan produk ini dilakukan sebagaiman mestinya.

7. Untuk melaksanakan butir 6, perusahaan harus mengangkat minimum seorang Auditor Halal Internal yang beragama Islam dan berasal dari bagian yang terkait dengan produksi halal.

PROSES SERTIFIKASI HALAL1. Setiap produsen yang mengajukan Sertifikat Halal bagi produknya, harus mengisi formulir yang telah disediakan dengan melampirkan : a. Spesifikasi dan Sertifikat Halal bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta bagan alir proses. b. Sertifikat Halal atau Surat Keterangan Halal dari MUI Daerah (produk lokal) atau Sertifikat Halal dari Lembaga Islam yang telah diakui oleh MUI (produk impor) untuk bahan yang berasal dari hewan dan turunannya. c. Sistem Jaminan Halal yang diuraikan dalam panduan halal beserta prosedur baku pelaksanaannya.2. Tim Auditor LP POM MUI melakukan pemeriksaan/ audit ke lokasi produsen setelah formulir beserta lampiran-lampiranny a dikembalikan ke LP POM MUI dan diperiksa kelengkapannya.

3. Hasil pemeriksaan/ audit dan hasil laboratorium dievaluasi dalam Rapat Tenaga Ahli LP POM MUI. Jika telah memenuhi persyaratan, maka dibuat laporan hasil audit untuk diajukan kepada Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya.

4. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan.

5. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setalah ditetapkanstatus kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI.

6. Perusahaan yang produknya telah mendapat Sertifikat Halal, harus mengangkat Auditor Halal Internal sebagai bagian dari Sistem Jaminan Halal. Jika kemudian ada prubahan dalam penggunaan bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong pada prose produksinya, Auditor Halal Internal diwajibkan segera melaporkan untuk mendapat ketikberatan penggunaannya. Bila ada perubahaan yang terkait dengan produk halal harus dikonsultasikan dengan LP POM MUI oleh Auditor Halal Internal.

TATA CARA PEMERIKSAAN (AUDIT) DI LOKASI PRODUSEN (PERUSAHAAN)

1. Surat resmi akan dikirim oleh LP POM MUI ke perusahaan yang akan diperiksa, yang memuat jadwal audit pemeriksaan dan persyaratan administrai lainnya.

2. LP POM MUI menerbitkan surat perintah pemeriksaan yang berisi: a. Nama ketua tim dan anggota tim. b. Penetapan hari dan tanggal pemeriksaan.3. Pada waktu yang telah ditentukan Tim Auditor yang telah dilengkapi dengan surat tugas dan identitas diri, akan mengadakan pemeriksaan (auditing) ke perusahaan yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal. Selama pemeriksaan berlangsung, produsen diminta bantunanya untuk memberikan informasi yang jujur dan jelas4. Pemeriksaan (audit) produk halal mencakup : a. Manajemen produsen dalam menjamin kehalalan produk. b. Observasi lapangan. c. Pengambilan contoh hanya untuk bahan yang dicurigai mengandung babi atau turunannya, yang mengandung alcohol dan yang dianggap perlu.MASA BERLAKU SERTIFIKAT HALAL1. Sertifikat Halal hanya berlaku selama dua tahun, untuk daging yang diekspor Surat Keterangan Halal diberikan untuk setiap pengapalan.

2. Tiga bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat, LP POM MUI akan mengirimkan surat pemberitahuan kepada produsen yang bersangkutan.

3. Dua bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat, produsen harus dafatar kembali untuk Sertifikat Halal yang baru.

4. Produsen yang tidak memperbaharui Sertifikat Halalnya, tidak diizinkan lagi menggunakan Sertifikat Halal tersebut dan dihapus dari daftar yang terdapat dalam majalah resmi LP POM MUI, Jurnal Halal.

5. Jika Sertifikat Halal hilang, pemegang harus segera melaporkannya ke LP POM MUI.

6. Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh MUI adalah milik MUI. Oleh sebab itu, jika karena sesuatu hal diminta kembali oleh MUI, maka pemegang sertifikat wajib menyerahkannya.

7. Keputusan MUI yang didasarkan atas fatwa MUI tidak dapat diganggu gugat.SISTEM PENGAWASAN

1. Perusahaan wajib menandatangani perjanjian untuk menerima Tim Sidak LP POM MUI.

2. Perusahaan berkewajiban menyerahkan laporan audit internal setiap 6 (enam) bulan setelah terbitnya Sertifikat Halal.

PROSEDUR PERPANJANGAN SERTIFIKAT HALAL

Prosedur Perpanjangan Sertifikat Halal: a.) Produsen yang bermaksud memperpanjang sertifikat yang dipegangnya harus mengisi formulir pendaftaran yang telah tersedia, b.) Pengisian formulir disesuaikan dengan perkembangan terakhir produk, c.) Perubahan bahan baku, bahan tambahan dan penolong, serta jenis pengelompokkan produk harus diinformasikan kepada LP POM MUI, d.) Produsen berkewajiban melengkapi dokumen terbaru tentang spesifikasi, sertifikat halal dan bagan alir proses.LAIN LAIN1. Sertifikat Halal MUI bagi pengembangan produk: a. Pengembangan produk yang dilakukan oleh produsen pemegang Sertifikat Halal MUI harus dilaporkan kepada LP POM MUI. b. Jika produk yang dikembangkan berbeda jenisnya dengan kelompok produk yang sudah bersertifikat halal MUI, produk tersebut didaftarkan sebagai produk baru dan diproses mengikuti prosedur Sertifikat Halal yang berlaku. c. Produk yang sejenis dengan kelompok produk yang sudah mendapat Sertifikat Halal MUI, di informasikan kepada LP POM MUI. Informasi tersebut berisi data tambahan dan nama produk dan dilengkapi dengan spesifikasi dan bukti pembelian bahan. Data tersebut akan dipelajari oleh LP POM MUI untuk ditentukan tahapan proses selanjutnya. d. Pendaftaran penambahan produk dengan jenis produk yang sama dengan produk yang telah mendapat sertifikat halal dan pernah diaudit sebelumnya tidak perlu melalui pengisian formulir baru. Pendafataran di lakukan dengan cara mengajukan surat kepada Direktur LP POM disertai lampiran daftar ingredient dan alur prosesnya. Bila dianggap perlu audit di lakukan untuk memeriksa kesesuaian informasi dalam surat dengan kondisi di lapangan. e. Hasil auditing di laporkan dalam rapat auditor. Jika tidak ditemukan masalah maka dibawa ke Rapat Komisi Fatwa dan apabila tidak ada masalah maka Direktur akan mengeluarkan surat rekomendasi yang menyatakan bahwa produk tersebut dapat diproduksi karena menggunakan bahan-bahan yang pernah digunakan dari produk yang telah difatwakan sebelumnya.2. Produk Kemas Ulang (Repacking Product) Produk kemas ulang (repacking product) atau produk distributor di audit ke tempat produksi (negara asal).3. Produk Flavour Khusus untuk produk flavour jika proses local hanya berupa proses sederhana, dimana basenya di buat di pabrik lain di luar negeri, maka audit harus di lakukan di tempat produksi base tersebut. Perlu tidaknya audit dilakukan untuk penambahan produk baru di tentukan kasus per kasus.

4. Prosedur Pemusnahan Bahan Jika di temukan produk atau bahan yang harus di musnahkan karena ketidak-halalannya maka pemusnahan harus di saksikan oleh auditor disertai bukti berita acara pemusnahannya. Penentuan tentang pemusnahan di lakukan oleh Rapat Auditor atau Rapat Tenaga Ahli.

5. Audit Produk Beragam Jika produk yang diaudit banyak dan beragam, maka tidak setiap produk harus diproduksi pada saat diaudit, cukup diwakili tiap kelompok produknya. Akan tetapi Auditor harus memeriksa formula tidak hanya pada database tapi juga di ruang produksi. Bila pada saat audit dilakukan perusahaan belum dapat melaksanakan proses produksi sesungguhnya, maka dapat diaudit dalam proses skala laboratorium. Namun pada waktu produksi Auditor akan melihat kembali kesesuaian proses produksi sesungguhnya dengan proses produksi skala laboratorium yang pernah dilihatnya.

Pembuatan Matriks Bahan Setiap perusahaan yang diaudit akan diminta untuk membuat matriks bahan terakhir yang telah disetujui untuk diajukan ke Rapat Komisi Fatwa. Jika tidak ada permasalahan dalam Rapat Komisi Fatwa, maka matriks ini akan disetujui oleh Direktur setelah diperiksa oleh Auditor. Matriks tersebut akan dimasukkan kedalam database dan menjadi pegangan dalam pelaksanaan sidak. LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika)5. Tujuan kegiatan

Tujuan dari pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini adalah:a. Mengetahui persepsi masyarakat atas produk halal dan sertifikasi halal yang. Terutama menjaring permasalahan yang dihadapi masyarakat dan produsen atas jenis produk (baru ataupun lama) yang perlu mendapat sertifikasi halal.

b. Memberikan pemahaman yang benar tentang produk halal dan sertifikasi halal di tengah masyarakat Kulon Progo, baik produsen, penjual maupun konsumen.

c. Meningkatkan kesadaran atas produk halal dan sertifikasi halal di tengah masyarakat Kulon Progo

d. Mengenalkan tata cara dan prosedur pengajuan Sertifikasi Halal ke LPPOM MUI 6. Manfaat KegiatanKegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan akan memberikan manfaat berupa:a. Memperoleh data yang lebih rinci sebagai pemetaan pemahaman masyarakat dan produsen atas produk halal dan sertifikasi halal serta pelbagai permasalahan yang berkembang terkait isu tersebut.

b. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dan UMKM di wilayah Kulon Progo atas produk halal dan Sertifikasi Halal

c. UMKM dapat mengetahui persyaratan dan tahapan pengajuan Sertifikasi Halal ke LPPOM MUI secara lebih detail. d. Terciptanya tatanan dan pembudayaan masyarakat yang dilandasi pengamalan aturan islam secara benar 7. Khalayak SasaranSasaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama adalah produsen dan penjual dan kelompok kedua adalah masyarakat umum. Sasaran kelompok pertama yaitu produsen makanan yang termasuk dalam kluster industri pengolahan pangan dan penjual yang terlibat dalam jejaring distribusi produk. Terhadap kelompok pertama ini akan diberikan pemahaman tentang arti penting pengolahan bahan makanan dan minuman secara halal sesuai ketentuan syariat islam. Selain itu, para produsen pengolahan pangan akan diberikan pengetahuan tentang syarat dan ketentuan pengajuan Sertifikasi Halal ke LPPOM MUI Yogyakarta. Komponen utama kelompok pertama ini akan diusahakan dapat mewakili pengusaha (produsen) utama dalam kluster industri pengolahan pangan dan penjual atau distributor utama produk yang dihasilkan.Kelompok kedua sasaran dalam pengabdian ini adalah masyarakat umum. Pada sasaran kelompok kedua ini, pelatihan akan lebih ditekankan pada penjelasan akan arti penting pemahaman produk halal dan mengetahui kriteria produk halal yang beredar di pasaran. Diharapkan komponen yang terlibat dalam kelompok kedua adalah elemen utama masyarakat, seperti takmir masjid, ketua RT atau RW, dan lain-lain. Melalui perwakilan komponen utama masyarakat ini diharapkan terbentuk pembudayaan kesadaran atas konsumsi produk halal. Selain itu, elemen kelompok kedua juga diharapkan mampu menjadi jalur informasi dan pemutakhiran (up date) pelbagai fatwa dan produk yang telah memperoleh sertifikasi halal oleh LPPOM MUI.8. Metoda penerapan ipteks

Pemahaman atas produk halal dan sertifikasi halal merupakan sebuah keniscayaan bagi masyarakat Kulon Progo yang sebagian besar beragama islam. Tim pengabdian akan bekerja sama dengan LPPOM MUI Yogyakarta untuk memberikan pelatihan dan pendampingan pengajuan Sertifikasi Halal. Bentuk pengabdian masyarakat pada penguatan kesadaran atas produk halal dan sertifikasi halal diselenggarakan dengan metode pelatihan dan pendampingan. Metode pelatihan dan pendampingan ini merupakan metode yang paling tepat untuk mencapai tujuan pengabdian masyarakat. Adapun materi yang akan disampaikan dalam pelatihan dan pendampingan ini dijelaskan sebagai berikut:Pelatihan Pemahaman Produk Halal dan Sertifikasi Halal untuk kalangan Produsen dan Distributor

a. Hukum syara berkaitan dengan produk halal dan kewajiban mengkonsumsi makanan halal

b. Arti penting produk halal dan Sertifikasi Halal dalam islam

c. Syarat dan ketentuan Sertifikasi Halald. Prosedur pengajuan Sertifikasi Halal LPPOM MUI

e. Beragam Putusan Fatwa MUI berkaitan dengan produk halal

f. Ketentuan Sistem Jaminan Halal (SJH)

g. Sosialisasi dan Pemasaran produk bersertifikasi halal kepada konsumenPendampingan Pengajuan Sertifikasi Halal LPPOM MUI

a. Mempersiapkan dan melengkapi persyaratan pengajuan Sertifikasi Halalb. Self assessment atas kemampuan internal dalam pengajuan Sertifikasi Halal

c. Menghadapi berbagai kendala dalam pengajuan Sertifikasi Halal

d. Menghadapi isu miring seputar produk yang belum bersertifikasi halal

Pelatihan Pemahaman Produk Halal kepada masyarakat umum

a. Hukum syara berkaitan dengan produk halal dan kewajiban mengkonsumsi makanan halal

b. Mengenali produk bersertifikat halal dan memastikan keaslian sertifikasi halal tersebut

c. Mengantisipasi isu terkait produk yang haram dan produk belum bersertifikat halald. Mekanisme saran dan masukan atas peredaran bahan yang diharamkan atau diragukan kehalalannya kepada LPPOM MUIPelatihan akan dilakukan secara serial, yaitu pelatihan kepada produsen dan distributor dan dilanjutkan pelatihan kepada masyarakat. Jadwal pelatihan tersebut telah direncanakan, namun dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan setelah berdiskusi dengan Dinas Koperasi dan ESDM Kabupaten Kulon Progo serta elemen masyarakat Kulon Progo. Seperti misalnya dapat memanfaatkan moment bulan Ramadhan atau yang semisalnya. Adapun pendampingan dilakukan setelahnya dengan memperhatikan perkembangan pelatihan dan respon yang berkembang.9. KeterkaitanSerangkaian pelatihan dan pendampingan atas produk halal dan sertifikasi halal yang diusulkan pada bab sebelumnya (metode penerapan ipteks) memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Pengawasan atas produk halal yang beredar di masyarakat tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak, dalam hal ini LPPOM MUI selaku pemegang tunggal badan yang berhak mengeluarkan Sertifikat Halal. Tetapi juga harus melibatkan seluruh pihak yang terkait, mulai dari produsen, penjual dan distributor serta konsumen akhir produk. Institusi perguruan tinggi juga dituntut untuk dapat terlibat dalam upaya penyadaran produk halal dan sertifikasi halal tersebut ke pemangku kepentingan melalui program pengabdian masyarakat.

Pelatihan diawali dengan sasaran produsen dan jejaring distributor produksinya untuk memastikan pemahaman atas produk halal dan sertifikasi halal. Dalam tahap ini, tim pengabdian masyarakat akan bekerja sama dengan LPPOM MUI Yogyakarta. Setelah mengetahui arti penting dan berbagai prosedur atau persyaratan dalam pengajuan sertifikasi halal, diharapkan segenap produsen dan UMKM yang bergerak di bidang industri pengolahan pangan di wilayah Kulon Progo dapat segera mengajukan Sertifikasi Halal ke LPPOM MUI. Untuk itu, tim pengabdian masyarakat juga akan melakukan pendampingan atas upaya pengajuan Sertifikasi Halal ke LPPOM MUI.Masyarakat selaku konsumen dan pengguna produk dari industri pengolahan pangan juga memiliki kepentingan atas kepastian informasi produk halal yang beredar. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan sebagai pengawas produk-produk yang diduga tidak halal atau diragukan kehalalannya dengan melaporkan setiap produk tersebut kepada pihak berwenang. Kesadaran akan arti penting produk halal tersebut dapat ditumbuhkan melalui pelatihan tentang cara pengenalan produk halal dan sertifikasi halal.10. Rancangan evaluasi

Evaluasi atas capaian keberhasilan kegiatan ini dapat diketahui melalui beberapa indikator diantaranya:

a) Terdapat peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat dan UMKM atas produk halal dan sertifikasi halal b) Meningkatnya jumlah produsen dari UMKM Kulon Progo yang berkeinginan untuk mengajukan Sertifikasi Halal atas produk yang dihasilkanc) Meningkatnya peran dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan produk makanan dan minuman yang halal d) Peningkatan jumlah pendampingan atas UMKM yang berkeinginan mengajukan sertifikasi halal ke LPPOM MUIUntuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator di atas, akan dibuat model evaluasi atas kegiatan secara keseluruhan yaitu dengan pengujian atas tingkat pemahaman awal (pre-test) sebelum materi pelatihan diberikan dan pengujian akhir setelah dilakukan pelatihan (post-test). Disamping itu, secara berkala juga akan selalu dimonitor, baik setelah proses pelatihan di tiap sesi ataupun mid-term pelatihan secara keseluruhan. 11. Jadwal PelaksanaanNoKegiatanMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberTempat

1Survey Lokasi penyiapan proposal I, IIKabupaten Kulon Progo, Dinas Koperasi dan UMKM

2Pertemuan awal dengan LPPOM MUI terkait proposal pengabdian masyarakatIIIIIISleman Yogyakarta

3Pembahasan draft pelatihan sertifikasi Halal dengan LPPOM MUI Yogyakarta IVIVIVSleman Yogyakarta

4Koordinasi dengan Dinkop dan UMKM terkait produsen yang terlibat dan penjadwalan II, IIIII, IIIKulon Progo

5Penyebaran undangan IVIVKulon Progo

6Pelatihan Kel 1I-IVKulon Progo

7Pendampingan 1I-IVI-IVKulon Progo

8EvaluasiI, IIKulon Progo

9Pembuatan LaporanIIISekolah Vokasi

10Penyerahan LaporanIVSekolah Vokasi

12. Daftar PustakaLembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI). 2015. Prosedur Sertifikasi Halal. Diakses dari laman resmi www.halalmui.org.

___. 2015. Persyaratan Halal MUI (HAS23000). Diakses dari laman resmi www.halalmui.org.___. 2015. Ketentuan Sistem Jaminan Halal (SJH). Diakses dari laman resmi www.halalmui.org.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. 2014. Kabupaten Kulon Progo dalam Angka. Diakses di laman resmi www.kulonprogokab.go.idLampiran-lampiranBiodata Tim

Ketua Tim:

a. Nama Lengkap

: Ihda Arifin Faiz, SE, M.Sc.

b. NIP

: 1120120136/684c. Pangkat/Jabatan/Golongan

: Staf Pengajar/III/b

d. Disiplin Ilmu

: Akuntansie. Alamat Rumah

: Sagan RT 04/02 Caturtunggal Sleman Yogyakarta

f. Telp/Hp

: 081326587961g. Email

: [email protected] 1a. Nama Lengkap

: Drs. Mohammad Halimi, MM.b. NIDN

: 0028115705c. Pangkat/Jabatan/Golongan

: Staf Pengajar/III/bd. Disiplin Ilmu

: Manajemene. Alamat Rumah

:

f. Telp/Hp

: 08121560873g. Email

:

Anggota 2 a. Nama Lengkap

: Afrida Putritama, SE., M.Sc, Ak.b. NIP

: -c. Pangkat/Jabatan/Golongan

: -d. Disiplin Ilmu

: Akuntansi

e. Alamat Rumah

: Dukuh XIV, Sidokarto, Godean, Sleman, DIYf. Telp/Hp

: 081329527993g. Email

: [email protected]