proposal komprehensif.doc

32
MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN FORMASI SERTA CARA PENANGGULANGANNYA MELALUI KARAKTERISTIK RESERVOIR I.LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam batuan Reservoir, minyak diharapkan mengalir kedalam lubang sumur. Laju aliran minyak kedalam lubang sumur tersebut diupayakan mempunyai laju aliran yang sangat besar sehingga minyak yang di produksi juga besar. Suatu saat sumur produksi pasti akan mengalami hambatan dalam produksi ( penurunan produktivitas ). Apabila minyak sulit untuk mengalir kedalam sumur produksi maka perlu dicari penyebabnya. Menurunnya produktivitas tersebut banyak sekali penyebabnya. Kerusakan dapat terjadi pada sistem pengangkatan, sistem penyelesaian sumur, sistem gathering ( sistem penyaluran ) atau pada formasi. Kerusakan formasi umumnya mengalami perubahan pada permeabilitasnya, yaitu lebih kecil dari permeabilitas mula-mula. Didalam sistem formasi ada kemungkinan jalannya fluida reservoir terhambat oleh invasi zat-zat tertentu. Zat-zat tersebut menutupi/memperkecil pori-pori sehingga laju alir fluida kedalam sumur kecil. Pada sistem pengangkatan

Upload: rahman-el-hasyim-el-diaz-el-shirazy

Post on 29-Nov-2015

304 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Silahkan di donlot karena ini sangat penting

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Komprehensif.doc

MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN FORMASISERTA CARA PENANGGULANGANNYA MELALUI

KARAKTERISTIK RESERVOIR

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Di dalam batuan Reservoir, minyak diharapkan mengalir kedalam lubang

sumur. Laju aliran minyak kedalam lubang sumur tersebut diupayakan

mempunyai laju aliran yang sangat besar sehingga minyak yang di produksi juga

besar. Suatu saat sumur produksi pasti akan mengalami hambatan dalam produksi

( penurunan produktivitas ).

Apabila minyak sulit untuk mengalir kedalam sumur produksi maka perlu dicari

penyebabnya. Menurunnya produktivitas tersebut banyak sekali penyebabnya.

Kerusakan dapat terjadi pada sistem pengangkatan, sistem penyelesaian sumur,

sistem gathering ( sistem penyaluran ) atau pada formasi.

Kerusakan formasi umumnya mengalami perubahan pada

permeabilitasnya, yaitu lebih kecil dari permeabilitas mula-mula. Didalam sistem

formasi ada kemungkinan jalannya fluida reservoir terhambat oleh invasi zat-zat

tertentu. Zat-zat tersebut menutupi/memperkecil pori-pori sehingga laju alir fluida

kedalam sumur kecil. Pada sistem pengangkatan ada kemungkinan peralatan

bawah permukaan rusak, atau penyebab lain. Pada sistem penyelesaian sumur

kemungkinan pasir ikut terproduksi atau runtuhnya formasi. Pada sistem gathering

ada kemungkinan saluran pipa tersumbat oleh pasir/scale. Hal itu merupakan

contoh penyebab rendahnya/ turunnya produksi minyak.

Penyebab kerusakan formasi secara garis besar dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kerusakan formasi secara alami dan kerusakan formasi akibat

penyelesaian sumur. Kerusakan formasi secara alami umumnya karena proses

produksi ( baik produksi minyak atau gas ). Kerusakan formasi secara alami

meliputi masalah scale, clay ( pengembangan clay ), hydrat, emulsi, parafin,

asphalt, dan penggumpalan hydrokarbon sehingga menghambat laju produksi.

Kerusakan formasi akibat penyelesaian sumur kemungkinan terjadi hal dari

Page 2: Proposal Komprehensif.doc

penyelesaian sumur, cementing, perbaikan sumur, atau stimulasi ( rangsangan )

terhadap produksi minyak. Kemungkinan juga kerusakan formasi terjadi secara

bersamaan.

Karena adanya hambatan yang mengakibatkan laju alir rendah maka

dituntut untuk menyelesaikan masalah tersebut guna menambah/ memperbaiki

produktivitas formasi untuk menyelesaikan hal tersebut diatas perlu menganalisa

keadaan sumur tersebut. Analisa meliputi : analisa nodal, decline curve, analisa

core, penilaian formasi, analisa tekanan.

Dari hasil analisa/ uji formasi kita bisa menyimpulkan kerusakan formasi

yang terjadi yang kemungkinan kita berusaha untuk memecahkan masalah

terhadap kerusakan formasi tersebut. Cara penanggulangan kerusakan pada

formasi meliputi stimulasi dan fracturing. Pengontrolan kualitas terhadap cara

pencegahan kerusakan formasi perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang

maximal.

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Mengetahui karateristik reservoir untuk dapat dilakukan analisa core, well

logging, analisa fluida reservoir, uji tekanan yang akan digunakan untuk

perolehan data reservoir.

2. Dengan adanya perolehan data reservoir dapat diketahui kondisi dari

parameter reservoir. Seperti dengan menurunnya permeabilitas akan

mengakibatkan juga penurunan produktivitas, dari data penurunan

produktivitas dapat diketahui adanya hambatan yang terjadi dalam formasi

tersebut, yang dinamakan Skin.

3. Selain menggunakan data penurunan produksi, kerusakan formasi dapat

diketahui juga dengan cara Decline curve, Well Logging IPR, dll.

4. Setelah kita mengetahui penyebab terjadinya kerusakan formasi pada suatu

sumur, kita dapat menetukan bagaimana cara kita menanggulangi

kerusakan formasi tersebut seperti fracturing wash, reperforasi , stimulasi,

dll.

Page 3: Proposal Komprehensif.doc

III. DASAR TEORI.

Reservoir merupakan suatu tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon

dan air. Karakteristik reservoir merupakan sifat-sifat fisik reservoir yang meliputi

wadah (batuan), isi (fluida), dan kondisi (tekanan, temperatur). Karakteristik

reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan penyusunnya. Fluida

reservoir dan kondisi reservoir satu sama lain akan saling berkaitan.

Karakteristik batuan reservoir secara garis besar dapat dibagi menjadi dua

yaitu jenis batuan reservoir dan sifat fisik batuan reservoir. Jenis batuan reservoir

masing-masing batu pasir, batuan karbonat, batuan shale. Sifat fisik batuan

reservoir meliputi porositas, permeabilitas, wettabilitas, saturasi, kompresibilitas,

tekanan kapiler.

Dengan adanya data karakteristik reservoir tersebut kita akan

mendapatkan perolehan data untuk mengetahui perkembangan dari kegiatan

sumur /formasi, untuk mencari data itu menggunakan cara yang disebut Penilaian

Formasi. Tujuan dari penilaian formasi adalah untuk memberikan informasi

selengkap mungkin tentang lapisan batuan didalam bumi, terutama tentang

reservoir yang meliputi wadah ( batuannya), isi ( fluida), dan kondisi (temperatur

dan tekanan ).

Metode yang dilakukan pada penilaian formasi antara lain :

1. Analisa core/ Analisa inti Batuan

Analisa core adalah suatu kegiatan pengukuran sifat fisik batuan yang

dilakukan di laboratorium terhadap contoh batuan. Sifat-sifat fisik batuan yang

diperoleh dalam menganalisa core ini antara lain : porositas, permeabilitas ,

saturasi fluida, tekanan kapiler, dll. Secara mikroskopis core dapat dilihat

adanya pengmbangan /invasi clay atau perpindahan butiran batuan.

2. Well Logging

Metode Logging adalah merupakan salah satu metode pengukuran atau

perekaman besaran fisik batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor.

Tujuan logging yaitu menentukan besaran fisik dari batuan reservoir

( porositas, saturasi air formasi, ketebalan formasi produktif ). Sifat-sifat fisik

Page 4: Proposal Komprehensif.doc

batuan reservoir dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : sifat listrik, sifat

radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang ) elastis dari batuan reservoir.

Oleh karena itu logging juga menggunakan sifat fisik dari batuan tersebut.

3. Analisa Fluida ReservoirAnalisa air formasi dapat digunakan untuk menetukan kadar kandungan

unsur-unsur mineral dalam air formasi. Air formasi yang berada dalam bumi

banyak sekali kandungan ion-ion yang dapat mengakibatkan problema

produksi. Korosif membentuk endapan dalam pipa dan menyumbat. Ion Ca,

Mg, Fe, Fe3, SO4, Cl, dll. Ion tersebut apabila bereaksi dengan ion lain

dapat membentuk zat padat sehingga memberikan kesulitan dalam prosesnya.

Sifat air formasi dipengaruhi oleh kandungan zat-zat yang terkandung

didalamnya dan akan berubah terhadap waktu. Kadar pH dapat berubah dengan

waktu ( hilangnya ion H dan uap gas asamnya ) dan suhu. Sifat ini

berpengaruh terhadap tingkat korosi dan pengendapan. Macam-macam analisa

air formasi meliputi analisa pH, alkalinitas, kandungan Ca, kandungan Mg,

kandungan Fe, Sodium dari air formasi.

4. Pressure Test / Uji Tekanan

Tujuan utama dari pressure testing adalah menentukan kemampuan

suatu formasi untuk mendorong/ menghasilkan fluida formasi atau dengan

kata lain adalah menentukan produktivitas suatu sumur.

Suatu perencanaan, pengoperasian , dan analisa pressure test yang tepat

dapat melengkapi informasi tentang permeabilitas formasi, derajat kerusakan

sumur bor atau stimulasinya, tekanan reservoir, dan kemungkinan batas-batas

reservoir dan heterogenitas formasi.

Prinsipnya adalah mengukur perubahan tekanan terhadap waktu selama

periode penutupan atau pada periode pengaliran. Penutupan sumur

dimaksudkan untuk mendapatkan keseimbangan tekanan di seluruh reservoir,

periode pengaliran dilakukan sebelum dan sesudah periode penutupan dengan

laju konstan . paramter yang diukur adalah tekanan statik( Pws), Tekanan alir

dasar sumur (Pwf), tekanan awal reservoir (Pi), factor Skin (S), permeabilitas

rata-rata (K), dan radius pengurasan (re). Sedangkan metode pressure test yang

Page 5: Proposal Komprehensif.doc

umum dapat dibedakan menjadi tiga macam , yaitu Drill Stem Test , Pressure

Build Up, Pressure Draw down.

Setelah kita memperoleh data dari hasil analisa dengan cara yang sudah

dijelaskan diatas, maka kita mulai dapat mengidentifikasi adanya kerusakan

formasi.

Kerusakan formasi adalah suatu kondisi dimana produktivitas sumur

dalam reservoir mengalami penurunan produksi secara drastis ( tidak seperti

yang diharapkan ), yang terjadi pada formasi. Formasi mengalami kerusakan

berarti pada formasi mengalami gangguan dalam mengalirkan fluida ke sumur

produksi. Kerusakan dapat terjadi pada jangkauan terjauh ataupun disekitar

lubang sumur .

Mungkin juga kerusakan formasi terjadi pada flow line (pipa aliran)

dipermukaan. Yang sering terjadi pada umumnya adalah perubahan

permeabilitas yang semakin mengecil.

Kerusakan formasi dapat diteliti dan diperkirakan dari perpindahan

butiran batuan , reaksi kimia atau kombinasi dari keduanya apabila

perpindahan batuan kepermukaan hanya sedikit kemungkinan belum

mengakibatkan penurunan produksi tetapi apabila perpindahan butiran batuan

formasi berlebihan akan mengakibatkan tertutupnya permeabilitas batuan atau

terjadi pengendapan dalam sumur produksi /flow line sehingga terjadi

penyumbatan permeabilitas.

A. Indikasi Adanya Kerusakan Formasi

Sumur tidak selamanya akan memproduksi hidrokarbon terus-menerus

tanpa mengalami suatu hambatan. Suatu saat pasti akan mengalami penurunan

produkktivitas. Kerusakan formasi dapat terjadi pada semua jalan yang dialiri

fluida terutama hidrokarbon. Penyempitan pipa produksi (flow line),

tertutupnya perforasi, atau tertutupnya permeabilitas batuan didalam formasi.

Kerusakan formasi dapat terjadi selama proses pemboran, penyelesaian sumur,

workover, selama operasi produksi, atau injeksi. Kerusakan formasi yang pasti

adalah disebabkan oleh keluar-masuknya fluida kedalam formasi.

Page 6: Proposal Komprehensif.doc

Kerusakan formasi secara umum adalah pengecilan permeabilitas.

Pengecilan tersebut akibat dari Invasi Partikel dan menempel pada dinding

pori-pori batuan. Akibat invasi pori-pori batuan mengecil yang selanjutnya

menghambat laju aliran. Penyebab menurunnya aliran/produktivitas disekitar

lubang sumur disebut “ Skin “. Skin merupakan indikasi dari kerusakan

formasi.

B. Mekanisme Kerusakan Formasi

Dalam industri perminyakan, formasi diharapkan mempunyai laju

aliran minyak yang optimal. Tetapi banyak problem yang harus dihadapi

untuk menjaga laju aliran yang optimal tersebut. Untuk memperoleh laju yang

diharapkan, formasi dikelola sehingga mempunyai permeabilitas yang besar.

Mekanisme tertutupnya permeabilitas formasi disebabkan banyak hal.

Secara garis besar permeabilitas formasi tertutup karena invasi partikel akibat

keluar masuknya fluida yang melalui jalan fluida. Partikel-partikel menempel

atau mengendap pada dinding batuan sehingga memperkecil pori-pori batuan

atau bahkan menjadi sumbatan bagi permeabilitas batuan. Reaksi kimia dapat

menimbulkan padatan. Padatan menutup pori-pori batuan sehingga

mengakibatkan tertutupnya pori-pori batuan.

C. Penyebab Terjadinya Kerusakan Formasi

Hasil analisa baik secara laboratorium dan lapangan menjukkan bahwa

pada setiap operasi di lapangan ( pemboran, penyelesaian sumur, workover,

produksi dan stimulasi) merupakan sumber terjadinya kerusakan pada

produktivitas sumur. Kerusakan terjadi karena laju alir fluida dari formasi ke

lubang sumur tertutup/terhalang. Penghalang tersebut bisa disebabkan oleh

scale, invasi padatan, aspal, polimer, bakteri, atau penyebab lain.

Kerusakan formasi juga disebabkan adanya hubungan antara formasi

dengan fluida atau padatan asing seperti material dalam fluida reservoir, fluida

pemboran, fluida stimulasi, Well Treatment Fluid ( fluida tambahan guna

perbaikan ) yang sifat-sifat asalnya telah berubah. Di lapangan, fluida-fluida

Page 7: Proposal Komprehensif.doc

yang terkandung dalam reservoir terdiri dari tiga fase yaitu padatan, cair dan

gas. Fase padatan apabila melalui media berpori kemungkinan bisa menempel

sehingga akan menyumbat laju aliran laju aliran fluida.

Padatan yang sangat kecil seperti oksida besi atau partikel silikat lain

sering terbawa aliran sampai beberapa meter didalam pori batuan formasi. Jika

butiran ini terendapkan lama-kelamaan menumpuk dan berkembang menjadi

banyak sehingga dapat mengakibatkan penutupan atau penyumbatan yang

serius. Padatan ini dapat terendapkan di dalam formasi disetiap lokasi.

Penurunan permeabilitas absolut formasi akibat dari penymbatan

saluran pori oleh partikel-partikel yang melekat pada pori-pori tersebut.

Akibat dari penurunan permeabilitas batuan adalah menurunnya produksi

minyak. Penurunan produksi relatif minyak dapat juga diakibatkan dari

meningkatnya saturasi air atau sifat oil wetting ( kebasahan terhadap minyak),

meningkatnya viskositas fluida reservoir akibat dari emulsi atau fluida

tambahan berviskositas tinggi. Pada umumnya kerusakan formasi terjadi

secara mekanis.

Berdasarkan mekanismenya maka tipe kerusakan formasi dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu kerusakan formasi secara alami dan

kerusakan formasi yang diakibatkan oleh penyelesaian sumur.

1. Kerusakan Formasi Alami

Yang dimaksudkan kerusakan formasi secara alami adalah

kerusakan yang diakibatkan oleh proses produksi sehingga terjadi

pengecilan permeabilitas. Kerusakan formasi secara alami misalnya reaksi

kimia, perpindahan butiran formasi, pengembagan clay, terjadinya scale,

emulsi.

a. Clay

Clay sebagian besar dapat ditemukan di semua batuan

reservoir. Clay mempunyai sifat dan karakter yang spesifik sehingga

perlu dipelajari. Clay dapat menimbulkan pengaruh negatif baik dalam

reservoir, operasi pemboran maupun dalam operasi produksi. Lapisan

clay dapat berupa lapisan clay dapat berupa lapisan tebal atau lapisan

Page 8: Proposal Komprehensif.doc

tipis berselang-seling dengan lapisan batu pasir atau lapisan karbonat.

Clay tersebar dalam batu pasir sebagai butiran yang mengisi celah

antar butiran pasir yang bertindak sebagai semen.Clay mempunyai

sifat plastik, dengan kata lain ia dapat menghisap air dan dapat

dibentuk suatu benda sesuka hati (seperti lempung). Sifat plastik clay

bila basah tidak akan menghidrat (inert solid) dan akan mempengaruhi

viskositas dan densitas bahkan dapat membentuk gumpalan. Clay

terdiri dari mineral-mineral silika, aluminium, dengan kation-kation

alkali tanah Na, K, Ca, Mg, Ba.

b. Hydrat

Hydrat tejadi karena endapan dari campuran es dengan elemen

yang lain, umumnya terjadi pada gas alam. Hydrat terjadi karena hasil

dari endapan es yang kotor. Seperti es lazimnya, hydrat dapat

terbentuk pada temperatur 0º C. Gas hydrat sering ditemukan didalam

sumur yang memproduksi gas dan sedikit air. Hydrat juga dapat

membentuk gas cut (gas yang memotong ) lumpur pemboran. Hydrat

dapat menutup choke dan valve dan menjadi problem yang serius.

Partikel hydart juga dapat menyebabkan abrasif.

Hydrat akan menambah viskositas fluida reservoir karena

menurunya temperatur. Laju aliran fluida sangat dipengaruhi oleh

viskositas. Apabila viskositas rendah maka laju alir fluida akan kecil.

c. Busa (foam)

Busa adalah fasa gas dalam cairan dengan ciri khas busa adalah

fasa gas sebanyak lebih dari 95 % gas. Busa apbila terbentuk stabil

dapat menjadi emulsi. Kestabilan foam diakibatkan karena viskositas

dan gel strength. Polimer sabun adalah contoh busa yang stabil.

Perilaku foam hampir sama dengan emulsi.

Keberhasilan dalam penanganan foam pada minyak biasanya

dicapai melalui filter yang berserat seperti celulosa.

Page 9: Proposal Komprehensif.doc

d. Dispersi

Dispersi atau juga disebut suspensi adalah campuran fluida,

padatan atau gas masuk kedalam fluida. Pada beberapa kasus dispersi

terjadi antara air yang terdapat atau bercampur dengan fluida minyak

sebagai emulsi. Dispersi lain adalah masuknya udara didalam air atau

yang disebut foam. Dispersi pada padatan dalam cairan adalah lumpur

pemboran. Perbedaan dengan emulsi proses dispersi sangat cepat

seperti pada saat penyaringan. Saat pemisahan seperti emulsi

dipengaruhi oleh perbedaan viskositas, kestabilan gaya, ukuran butir.

e. Scale

Scale adalah hasil kristalisasi atau pengendapan mineral dari

air formasi yang terproduksi bersama minyak dan gas. Penyebab

langsung dalam pembentukan scale adalah penurunan tekanan,

perubahan temperatur dan pencampuran dua macam air yang susunan

mineral yang dikandung tidak saling cocok atau dengan kata lain tidak

dapat saling digabungkan.

2. Diagnosa Kerusakan Formasi

Apabila sebuah sumur tidak dapat berproduksi seperti yang

diharapkan, analisa terhadap sumur tersebut harus segera dilakukan untuk

menentukan penyebabnya. Diagnosa terhadap rangkaian sistem produksi

mulai dari batas cairan dalam reservoir, sumur produksi sampai pada

sistem pengumpulan. Seandainya salah satu komponen mengalami

kerusakan/gangguan, sumur produksi tidak dapat berfungsi dengan baik

untuk menghasilkan minyak yang optimal.

Metode Diagnosa Yang Dapat Dilakukan Antara Lain:

a. Analisa Dengan Decline Curve

Decline Curve adalah kurva penurunan produksi produksi

suatu sumur yang merupakan plot antara laju produksi terhadap waktu.

Metode Decline Curve ini umumnya dibuat setelah produksi

berlangsung beberapa bulan atau tahun. Metode ini dapat meramalkan

Page 10: Proposal Komprehensif.doc

secara garis besar/ normal laju produksi dan tekanan sumur dimasa

datang.

Penurunan kurva produksi dipengaruhi oleh:

1) Laju aliran awal atau laju aliran pada suatu waktu tertentu

2) Bentuk kurva

3) Laju penurunan produksi

Dari kurva dapat menentukan cadangan reservoir juga perilaku tekanan

sumur.

Menganalisa adanya kerusakan formasi dengan metode decline

curve dapat diketahui dengan penurunan laju produksi yang tidak

proporsional. Metode decline curve dapat memperkirakan umur dan

perilaku dari suatu sumur. Laju produksi sumur umumnya mengikuti

salah satu persamaan ( Harmonik, Hyperbolik, atau Exponential). Laju

produksi yang tidak sesuai dengan perkiraan dari metode decline curve

kemungkinan terjadi kerusakan pada formasi.

b. Analisa Nodal

Ketika sitem produksi mengalami gangguan, pertama kali yang

dilakukan adalah melakukan analisa nodal. Analisa Nodal merupakan

analisa pada titik pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi

keseimbangan, dalam bentuk keseimbangan massa ataupun

keseimbangan tekanan.

Analisa Nodal terhadap sumur diperlukan untuk tujuan :

1) Meneliti kelakuan aliran fluida dalam reservoir disetiap komponen

sistem sumur.

2) Menggabungkan kelakuan fluida reservoir didalam seluruh

komponen sehingga dapat memperkirakan laju produksi sumur.

3) Untuk mengetahui kondisi aliran pada formasi.

c. Analisa Core

Analisa pada inti batuan kecuali untuk keperluan mengetahui

permeabilitas, saturasi batuan disekitar lubang sumur analisa core juga

mengetahui kerusakan formasi. Dengan melihat core dengan

Page 11: Proposal Komprehensif.doc

mikroskop elektron ( Scanning Elektron Microskope (SEM)) core

dapat terlihat adanya kerusakan formasi akibat clay, invasi filtrat ,

perpindahan butiran batuan , dll. Keperluan akan analisa core untuk

membuktikan adanya skin secara fisik dan bentuknya dalam formasi

batuan. Struktur daripada kerusakan formasi dapat terlihat pada

penggunaan mikroskop. Penyelidikan terhadap core juga dilakukan

pada pelaksanaan stimulasi. Pengaruh stimulasi, hasil stimulasi dapat

dipraktekan dilaboratorium.

d. Analisa Perilaku Laju Aliran

Untuk menganalisa produktivitas suatu sumur, data-data dari

semua laju aliran, sistem pengangkatan dan gaya-gaya yang

mempengaruhi laju alir dipermukaan harus dipertimbangkan. Laju

aliran adalah data yang paling banyak diketahui dan digunakan untuk

semua perhitungan design alat dari perhitungan pengangkatan sampai

perbaikan rangsangan ( stimulation justification ). Hambatan aliran

disekitar lubang sumur mempengaruhi laju aliran yang akan masuk

kedalam sumur. Hambatan yang ada disekitar lubang sumur umumnya

disebut “ Skin “ dan secara kwantitas dapat dinyatakan dalam skin

factor.

Sumber terjadinya Skin adalah:

1) Adanya invasi filtrat lumpur pemboran ke dalam formasi, sehingga

mempengaruhi laju produksi.

2) Adanya partikel lumpur pemboran.

3) Gravel Pack.

4) Hambatan aliran minyak disekitar lubang bor sebagai akibat

produksi.

e. Analisa Tekanan Transient

Uji sumur dapat dikategorikan sebagai cara untuk menguji

sumur yang digunakan dalam sumur yang masih produktif. Hasil dari

uji sumur ini dapat mengetahui perubahan tekanan atau produksi fluida

Page 12: Proposal Komprehensif.doc

yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menganalisa

adanya kerusakan formasi uji sumur tidak pernah ketinggalan.

Uji tekanan transient merupakan pengukuran yang umum

dilakukan dalam uji sumur. Besarnya tekanan reservoir dapat diketahui

dari uji transient sumur. Uji transient dilakukan untuk mengukur:

1) Permeabilitas batuan.

2) Tekanan Reservoir.

3) Kerusakan di sekitar lubang sumur.

4) Radius Pengurasan.

5) Penurunan produksi.

Umumnya metode uji sumur test ada dua, yaitu :

1) Pressure Build- Up ( PBU test )

2) Pressure Drawdown ( PDD test )

f. Analisa Well Logging

Metode analisa well logging adalah metode untuk

mengevaluasi pengukuran atau perekaman besaran fisik batuan

reservoir terhadap kedalaman lubang bor.

D. Cara Penanggulangan Kerusakan Formasi

Ketika formasi tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan pada

suatu lapangan/sumur, workover, stimulasi, dan fracturing(merekahkan

batuan), atau perlakuan lain akan menjadi pertimbangan. Ada dua kondisi

yang menjadi dasar pemilihan workover yaitu :

1. Adanya kerusakan formasi didekat lubang sumur yang

menutup/mengurangi laju produksi.

2. Jika permeabilitas batuan kecil dan tekanan reservoir masih tinggi.

Jika dijumpai salah satu dari kondisi diatas dan cadangan sisa

mencukupi untuk dilakukannya workover dengan mempertimbangkan biaya

maka penggunaan metode workover dapat diterapkan. Kondisi pertama

merupakan dasar dilakukannya stimulasi untuk menghilangkan kerusakan

formasi.Kondisi kedua adalah dasar petimbangan untuk melakukan fracturing.

Page 13: Proposal Komprehensif.doc

Stimulasi adalah penggunaan bahan kimia seperti zat bersifat asam,

surfactant, reactant dan penggunaan zat pelarut dengan tujuan menghilangkan

keruasakan formasi sehinggga permeabilitas batuan meningkat. Fracturing

adalah perlakuan secara fisik terhadap formasi untuk memperbesar

permeabilitas.

1. Stimulasi Dengan Acidizing

Ada beberapa bahan kimia (bersifat asam) yang dapat digunakan

dalam melakukan stimulasi, anatara lain : HCL, HF, HCOOH.

HCL bereaksi dengan formasi karbonat akan membentuk air, gas

karbondioksida dan kalsium klorida.HF/HCL adalah campuran Asam

klorida dan Asam fluorida. Kombinasi ini digunakan khusus dalam

reservoir batu pasir yang mengandung sedikit kalsium. Asam yang

mengandung hidrofluorid tidak digunakan sendiri pada batuan yang

mengandung kalsium karena akan menghasilkan lapisan endapan kalsium

fluorid.

3. Stimulasi Dengan Solvent

Bahan zat pelarut mempunyai banyak macamnya yang dapat

melarutkan endapan dan kerusakan formasi didalam lubang sumur. Pada

umumnya untuk menghilangkan garam dapat digunakan zat pelarut air

asin, alkohol atau surfactant yang dibawa oleh air. Alkohol adalah pelarut

istimewa karena dapat larut dalam minyak dan air. Pelarut hidrokarbon

juga dapat digunakan dalam menghilangkan kaerusakan formasi.

Hidrokarbon tersebut antara lain : minyak , kerosin, gasoline, toluene.

4. Stimulasi Dengan Cara Injeksi Gas

Gas dapat digunakan dalam meningkatnya perolehan fluida

hidrokarbaon meskipun gas sendiri membantu dalam menghilangkan

kerusakan. Penginjeksian gas dilakukan dalam stimulasi akan

mengembang didalam reservoir sehingga menambah tekanan reservoir dan

memindahkan kerusakan dengan terikutnya zat/endapan bersama-sama

dengan fluida. Gas yang digunakan pada umumnya gas Karbondioksida

atau gas Nitrogen.

Page 14: Proposal Komprehensif.doc

5. Stimulasi Dengan Penggunaan Surfactant

Surfactant adalah bahan kimia buatan yang dapat digunakan dalam

menghilangkan kerusakan formasi. Berbagai macam surfactant yang

digunakan umumnya mempunyai kadar 1-5 % atau lebih tergantung

kebutuhan yang dibawa oleh fluida air, asam atau minyak. Komposisi

surfactant berbagai macam yang dapat digunakan untuk menghilangkan

scale, foam, gaya permukaan lapisan parafin, dll.

6. Stimulasi Dengan Reactant

Reaktant adalah kelompok material yang dimasukkan kedalam

sumur dan bereaksi secara kimia dengan material dalam sumur, tetapi

mempunyai sifat fisik tidak asam. Material tersebut termasuk bactericieds,

pengoksidasi ( pemutih, clorine dioksida), dll.

7. Clean Up

Pembersihan (clean up) lubang sumur digunakan untuk

menghilangkan sisa-sisa semen, partikel lumpur pemboran, dan kotoran

perforasi yang menyebabkan kerusakan di permukaan lubang sumur

injeksi. Pelarutnya biasa menggunakan kerosin, solar, alkohol, asam

organik yang biasa digunakan didalam stimulasi adalah HCL / HF juga

asam formiat dan asam asetat.

Setelah pembersihan atau stimulasi selesai pelarut/solvent atau

asam yang digunakan diambil kembali dengan cara swabbing

(penyedotan), pemompaan, atau pendesakan dengan nitrogen atau

membiarkan fluida reservoir membawanya.

8. Perforasi/Reperforasi

Perforasi adalah memberikan perlakuan batuan dengan cara

menembak formasi sehingga batuan mengalami perekahan setempat

sehingga terjadi hubungan dari tekanan rendah ke tekanan tinggi.

Page 15: Proposal Komprehensif.doc

Penggunaan perforasi/reperforasi ini dapat meningkatkan pada

permeabilitas disekitar lubang sumur.

9. Hydraulic Fracturing

Hydraulic fracturing berhubungan dengan pemakaian fluida

bertekanan yang digunakan untuk memecah batuan reservoir atau

membentuk rekahan. Setelah batuan atau formasi rekah, diteruskan dengan

memberikan pengganjal (propant-gravel) untuk menahan supaya rekahan

tersebut tidak mengalami penutupan kembali sehingga rekahan akan lebih

mempermudah aliran minyak atau gasnya menuju lubang bor.

Kemampuan rekahan untuk mengalirkan fluida ke lubang sumur

akan meningkatkan produksi. Kemampuan rekahan untuk mengalirkan dan

panjang serta besar rekahan, semuanya sangat penting untuk dijaga dan

dipertahankan. Kemampuan yang tinggi dari rekahan untuk mengalirkan ,

dikombinasikan dengan panjang rekahan yang besar akan menghasilkan

peningkatan produksi yang baik untuk sumur lama atau sumur baru.

10. Gravel Pack

Penggunaan gravel pack digunakan untuk menahan/mengontrol

perpindahan butiran batuan pasir yang ikut terproduksi. Penggunaan

gravel pack pack umumnya digunakan pada batuan yang unconsolidated

sand.

11. Wash and Scrapping

Scrapping adalah menyikat permukaan lubang sumur sehingga

plug/penutupan pada pori-pori dipermukaan lubang sumur dapat bersih.

Hal ini umumnya diikuti dengan mengalirkan fluida untuk mengangkat

kotoran-kotoran tersebut.

Page 16: Proposal Komprehensif.doc

RENCANA DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR

2.1. Karakteristik Batuan Reservoir2.1.1. Jenis Batuan Reservoir

2.1.1.1...........................................................................Batu Pasir

2.1.1.2...........................................................................Batuan Karbonat

2.1.1.3...........................................................................Batuan Shale

2.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir2.1.2.1...........................................................................Poros

itas2.1.2.2...........................................................................Wett

abilitas2.1.2.3...........................................................................Teka

nan Kapiler2.1.2.4...........................................................................Satur

asi fluida2.1.2.5...........................................................................Perm

eabilitas2.1.2.6...........................................................................Kom

presibilitas Batuan2.2. Karakteristik Fluida Reservoir

2.2.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon2.2.1.1...........................................................................Alka

nes2.2.1.2...........................................................................Alke

nes

Page 17: Proposal Komprehensif.doc

2.2.1.3...........................................................................Alkynes

2.2.1.4...........................................................................Cyclic aliphatic

2.2.1.5...........................................................................Aromatic

2.2.2. Komposisi Kimia Air Formasi2.2.3. Sifat Fisik Fluida Reservoir

2.2.2.1. Specific Gravity2.2.2.2. Viskositas2.2.2.3. Faktor Volume Formasi Fluida2.2.2.4. Kompresibilitas Fluida2.2.2.5. Kelarutan Gas

2.3. Kondisi Reservoir2.3.1.Tekanan Reservoir2.3.2.Temperatur Reservoir

2.4. Jenis-Jenis Reservoir2.4.1. Berdasarkan Jenis Perangkap Reservoir

2.4.1.1...........................................................................Perangkap Stratigarfi

2.4.1.2...........................................................................Perangkap Struktur

2.4.1.3...........................................................................Perangkap Kombinasi

2.4.2. Berdasarkan Kelakuan Fasa Fluida 2.4.2.1...........................................................................Reser

voir Gas2.4.2.2...........................................................................Reser

voir Kondensat2.4.2.3...........................................................................Reser

voir Minyak 1. Reservoir Minyak Jenuh 2. Reservoir Minyak Tak Jenuh

2.4.3. Berdasarkan Mekanisme Pendorong2.4.3.1...........................................................................Depl

etion Drive2.4.3.2...........................................................................Gas

Cap Drive2.4.3.3...........................................................................Gravi

ty Drainage Drive2.4.3.4...........................................................................Wate

r Drive2.4.3.5...........................................................................Com

bination Drive

BAB III PEROLEHAN DATA.

Page 18: Proposal Komprehensif.doc

3.1. Analisa Core/Analisa Inti Batuan 3.1.1. Penentuan Porositas3.1.2. Penentuan Saturasai Batuan 3.1.3. Penentuan Permeabilitas

3.2. Well Logging3.2.1. Log Listrik

3.2.1.1...........................................................................Spontaneous Potensial

3.2.1.2...........................................................................Resistivity Log

3.2.1.3...........................................................................Conventional Resistivity Log

3.2.1.4...........................................................................Induction Log

3.2.1.5...........................................................................Laterolog

3.2.2. Log Radioaktif3.2.2.1...........................................................................Gam

ma Ray Log3.2.2.2...........................................................................Densi

ty Log3.2.2.3...........................................................................Neutr

on Log3.2.3. Sonic Log3.2.4. Log Tambahan

3.2.4.1.Caliper Log3.2.4.2.Temperatur Log3.2.4.3.Dipmeter Log

3.3. Analisa Fluida Reservoir3.3.1. pH Air Formasi3.3.2. Alkalinitas3.3.3. Kadar Barium3.3.4. Kadar Ion Sulfat3.3.5. Kadar Fe3.3.6. Kadar Khloride3.3.7. Kadar Kalsium dan Magnesium

3.4. Pressure Test (Uji Tekanan)3.4.1. Drill Stem Testing3.4.2. Analisa Pressure Build-Up3.4.3. Analiasa Draw Down3.4.4. Perkiraan Water Oil Contact

BAB IV. IDENTIFIKASI DAN PENYEBAB KERUSAKAN FORMASI

IV.1. Identifikasi Kerusakan FormasiIV.2. Indikasi Adanya Kerusakan FormasiIV.3. Mekanisme Kerusakan Formasi

Page 19: Proposal Komprehensif.doc

IV.4. Penyebab Kerusakan FormasiIV.4.1. Kerusakan Formasi Alami

IV.4.1.1.........................................................................ClayIV.4.1.1.1. Tipe clayIV.4.1.1.2. Klasifikasi Tipe Clay

IV.4.1.2.........................................................................Hydrat

IV.4.1.3.........................................................................BusaIV.4.1.4.........................................................................Dispe

rsiIV.4.1.5.........................................................................Scale

IV.4.1.5.1. Sebab-sebab Terbentuknya Endapan Scale

IV.4.1.5.2. Macam-macam Scale4.4.1.6.Parafin dan Aspal4.4.1.7.Emulsi4.4.1.8.Bakteri

IV.4.2. Kerusakan Tidak AlamiIV.4.2.1.........................................................................Lum

pur Pemboran IV.4.2.2.........................................................................Akib

at Penyelesaian SumurIV.4.2.3.........................................................................Akib

at PerforasiIV.4.2.4.........................................................................Ceme

ntingIV.4.2.5.........................................................................Kill

FluidIV.4.2.6.........................................................................Akib

at StimulasiIV.4.2.7.........................................................................Akib

at Air Kotor

BAB V DIAGNOSA KERUSAKAN FORMASI DAN CARA

PENANGGULANGANNYA.

5.1. DIAGNOSA KERUSAKAN FORMASI

5.1.1. Analisa Dengan Decline Curve5.1.2. Analisa Nodal5.1.3. Analisa Core5.1.4. Analisa Perilaku Laju Aliran 5.1.5. Analisa Tekanan Transient

5.1.5.1...........................................................................Pressure Build-Up

5.1.5.2.Pressure Draw Down 5.1.6. Analisa Well Logging

Page 20: Proposal Komprehensif.doc

5.1.6.1...........................................................................Metode Detail Evaluation

5.1.6.2...........................................................................Meto

de Quick Lock

5.2. CARA PENANGGULANGAN KERUSAKAN FORMASI

5.2.1. Stimulasi Dengan Acidizing5.2.2. Stimulasi Dengan Cara Injeksi Gas5.2.3. Stimulasi Dengan Surfactant 5.2.4. Stimulasi Dengan Reactant5.2.5. Stimulasi Dengan Clean Up 5.2.6. Perforasi atau Reperforasi5.2.7. Hydraulic Fracturing5.2.8. Gravel Pack5.2.9. Wash and Scrapping

BAB VI. PEMBAHASAN

BAB VII. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA