proposal ggk

20
PROPOSAL PENELITIAN 1. Nama Peneliti : Nur Alfiani NIM/Semester : G0009154/VI 2. Judul Penelitian : Hubungan Gagal Ginjal Kronik dengan Perubahan Lebar Medula Ginjal 3. Bidang Ilmu : Radiologi 4. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan penyakit dengan prevalensi yang terus meningkat tiap tahunnya. Di dunia, peningkatan prevalensi gagal ginjal kronik terus mengalami peningkatan. Jepang dan Taiwan adalah negara dengan prevalensi gagal ginjal kronik tertinggi. Pada tahun 2003, prevalensi gagal ginjal kronik di Jepang 1800/1.000.000 penduduk dan di Taiwan 1600/1.000.000. (Lugon, 2009). Penderita gagal ginjal kronik di Indonesia bertambah sekitar 100 orang pasien setiap 1 juta penduduk/tahun dan hanya 3000 orang yang menjalani terapi dialisis dari 150 ribu orang penderita gagal ginjal di Indonesia saat ini (Sapri, 2004). Di beberapa negara di dunia, gagal ginjal kronik telah terbukti turut menyumbang nilai morbiditas dan 1

Upload: nurbeta

Post on 31-Dec-2015

119 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proposal skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Ggk

PROPOSAL PENELITIAN

1. Nama Peneliti : Nur Alfiani

NIM/Semester : G0009154/VI

2. Judul Penelitian : Hubungan Gagal Ginjal Kronik dengan Perubahan

Lebar Medula Ginjal

3. Bidang Ilmu : Radiologi

4. Latar Belakang Masalah

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit dengan prevalensi yang terus

meningkat tiap tahunnya. Di dunia, peningkatan prevalensi gagal ginjal kronik

terus mengalami peningkatan. Jepang dan Taiwan adalah negara dengan

prevalensi gagal ginjal kronik tertinggi. Pada tahun 2003, prevalensi gagal

ginjal kronik di Jepang 1800/1.000.000 penduduk dan di Taiwan

1600/1.000.000. (Lugon, 2009). Penderita gagal ginjal kronik di Indonesia

bertambah sekitar 100 orang pasien setiap 1 juta penduduk/tahun dan hanya

3000 orang yang menjalani terapi dialisis dari 150 ribu orang penderita gagal

ginjal di Indonesia saat ini (Sapri, 2004).

Di beberapa negara di dunia, gagal ginjal kronik telah terbukti turut

menyumbang nilai morbiditas dan mortalitas. Angka kematian akibat gagal

ginjal kronik cukup tinggi (Stack, 2003). Penyebab paling tinggi kematian pada

pasien gagal ginjal kronik adalah penyakit kardiovaskular. Hal

ini disebabkan sebagai akibat interaksi dari faktor resiko penyakit

kardiovaskular dan gagal ginjal kronik itu sendiri (Burke, 2000).

Komplikasi lain yang ditimbulkan gagal ginjal kronik berhubungan

dengan ginjal itu sendiri, yakni ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang

menipis, adanya hidronefrosis, atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi

(Suwitra, 2006).

Perubahan ukuran ginjal serta penipisan korteks ginjal sudah jelas dan

1

Page 2: Proposal Ggk

banyak diteliti. Namun, belum ada penelitian tentang perubahan pada medulla

ginjal. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti hubungan gagal ginjal

kronik dengan perubahan lebar medula ginjal.

5. Rumusan Masalah

Adakah hubungan gagal ginjal kronik dengan perubahan lebar medula

ginjal?

6. Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gagal ginjal

kronik dengan perubahan lebar medula ginjal

B. Manfaat Penelitian

1) Aspek Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada ilmu

pengetahuan serta sebagai perbandingan bagi penelitian-penelitian

sebelumnya.

2) Aspek Aplikatif

Dengan mengetahui adanya hubungan gagal ginjal kronik dengan

pemendekkan lebar medula ginjal, diharapkan masyarakat dapat

memahami kewaspadaan sejak dini pada penyakit gagal ginjal kronik

sehingga mortalitas dan morbiditas penyakit gagal ginjal kronik dapat

menurun.

7. Tinjauan Pustaka

A. Ginjal

1) Anatomi Makroskopis dan Mikroskopis

Ginjal terletak pada bagian belakang abdomen atas, di belakang

peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus

abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor (Wilson,2006).

Panjang ginjal orang dewasa antara 10-13 cm, dan lebar ginjal orang

2

Page 3: Proposal Ggk

dewasa antara 5-7 cm. Ukuran ginjal tidak dibedakan menurut bentuk

dan ukuran tubuh, melainkan ditentukan oleh jumlah nefron yang

dimilikinya (Pearce, 2004). Masing-masing ginjal beratnya kira-kira 150

gram dan kira-kira seukuran kepalan tangan (Guyton dan Hall, 2007).

Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut

hilum. Hilum merupakan tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan

limfatik, suplai darah, dan ureter yang membawa urin akhir dari ginjal ke

kandung kemih. Struktur dalam ginjal yang rapuh dilindungi oleh kapsul

fibrosa yang melingkupinya (Guyton dan Hall, 2007)

Ginjal yang dipotong longitudinal akan memperlihatkan dua

daerah yang berbeda, korteks di bagian luar dan medula di bagian dalam

(Wilson, 2006). Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron dan di

dalam medula banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit

fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus kontortus

proksimal, tubulus kontortus distalis, dan duktus kolegentes (Purnomo,

2009).

Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramida

ginjal. Dasar dari setiap piramida dimulai pada perbatasan antara korteks

dan medula serta berakhir di papila, yang menonjol ke dalam ruang

pelvis ginjal, yaitu sambungan dari ujung ureter bagian atas yang

berbentuk corong. Batas luar pelvis terbagi menjadi kantong-kantong

dengan ujung terbuka yang disebut kalises mayor, yang meluas ke bawah

3

Page 4: Proposal Ggk

dan terbagi menjadi kalises minor, yang mengumpulkan urin dari tubulis

setiap papila. (Guyton dan Hall, 2007).

2) Fisiologi Ginjal

Fungsi utama ginjal adalah fungsi ekskresi dan fungsi regulasi.

Fungsi ekskresi yakni, membuang produk sisa metabolisme yang tidak

diperlukan lagi oleh tubuh. Sedangkan, fungsi regulasi dilakukan ginjal

untuk mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh (Guyton dan Hall,

2007). Menurut Mutschler (1991), ginjal menjalankan fungsi multipel

antara lain:

a. Ekskresi zat-zat metabolisme melalui urin, misalnya urea dan

kreatinin.

b. Pengaturan kebutuhan air dan elektrolit serta keseimbangan asam

basa.

c. Pengaturan (hormonal) volume cairan ekstra sel dan tekanan darah

arteri.

d. Sintesis eritropoetin dan dengan demikian mempengaruhi

pembentukan eritrosit.

e. Hidroksilasi 25-hidroksi-kolekalsiferol menjadi 1,25-dihidroksi-

kolekalsiferol yang berperan pada metabolisme kalsium dan fosfat.

B. Gagal Ginjal Kronik

1) Definisi

Penyakit ginjal kronik adalah menurunnya fungsi ginjal yang

bersifat menahun dan umumnya tidak reversibel serta berjalan lanjut

(Hoffbrand, 1997). Gagal ginjal kronik merupakan merupakan stadium

akhir dari suatu sindrom klinis karena penurunan fungsi ginjal yang

berjalan menetap, kronis, dan progresif (Mansjoer, 2001).

Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan derajat (stage)

penyakit :

Deraja

tPenjelasan LFG (ml/menit/1,73m2

4

Page 5: Proposal Ggk

1Kerusakan ginjal dengan LFG

normal / baik≥ 90

2Kerusakan ginjal dengan LFG

menurun ringan60-90

3Kerusakan ginjal dengan LFG

menurun sedang30-59

4Kerusakan ginjal dengan LFG

menurun berat15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialisis

2) Etiologi

Beberapa penyebab penyakit gagal ginjal kronik, antara lain: 1)

gangguan imunologis, seperti glomerulonefritis, lupus eritamatosus, 2)

gangguan metabolik, seperti diabetes mellitus, 3) gangguan pembuluh

darah ginjal, seperti arterosklerosis, nefrosklerosis, 4) infeksi, seperti

pielonefritis, tuberculosis, 5) gangguan tubulus primer, seperti

nefrotoksin, 6) obstruksi traktus urinarius, seperti batu ginjal, hipertrofi

prostat, dan konstriksi uretra, 7) kelainan kongenital, seperti penyakit

polikistik, tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat congenital

(hipoplasia renalis), 8) hipertensi (Guyton dan Hall, 2007)

3) Kriteria diagnosis

a) Klinis

Tejadi kehilangan daya cadang ginjal pada stadium awal

penyakit ginjal kronik yang ditandai dengan LFG yang masih

normal atau meningkat. Kemudian, akan terjadi penurunan fungsi

nefron secara perlahan, ditandai dengan peningkatan kadar urea dan

kreatinin serum. Penderita masih belum merasakan gangguan

(asimptomatik) sampai LFG sebesar 60%, tetapi sudah terjadi

kenaikan kadar urea dan kreatinin serum. Penderita sudah mulai

5

Page 6: Proposal Ggk

merasa keluhan saat LFG sudah mulai turun hingga 30%. Keluhan

yang dirasakan seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan

kurang, dan penurunan berat badan. Pada stadium ini, saat

dilakukan pemeriksaan hanya ditemukan hipertensi, anemia, dan

hiperurikemia. Gejala dan tanda uremia yang nyata mulai terlihat

pada pasien dengan LFG kurang dari 30%. Gejala tersebut antara

lain seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan

metabolism fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah, dan lain

sebagainya. Juga didapatkan gangguan keseimbangan air, seperti

hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit, serta

penderita juga mudah terkena infeksi. Sampai pada LFG di bawah

15%, terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, pasien sudah

memerlukan terpai pengganti ginjal, antara lain dialysis atau

transplantasi ginjal (Wei dan Chan, 2003).

b) Laboratorium

1) Sesuai penyakit yang mendasarinya

2) Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan

kreatinin serum, dan penurunan LFG (Laju Filtari Glomerulus)

yang dihitung mempergunakan rumus Kockroft-Gault. Kadar

kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk

memperkirakan fungsi ginjal (Suwitra, 2006).

Rumus Kockroft-Gault (NKF, 2002):

a. Untuk pria

LFG (ml/min/1,73m2) = (140−umur ) x berat badan

72 x kreatinin plasma(mgdl

)

b. Untuk wanita

LFG = nilai pada pria x 0.85

3) Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar

hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau

6

Page 7: Proposal Ggk

hipokalemi, hipo atau hiperkloremia, hierfosfatemia,

hipokalsemia, asidosis metabolik.

4) Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria,

cast, isostenuria.

c) Gambaran radiologis

1) Foto polos abdomen : bisa tampak batu radioopak

2) Pielografi intravena : jarang dikerjakan karena kontras sering

tidak bisa melewati filter glomerulus.

3) Pielografi antegrade atau retrograde : dilakukan dengan indikasi

4) Ultrasonografi ginjal : memperlihatkan ukuran ginjal yang

mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis, atau batu

ginjal, kista, massa, kalsifikasi

Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila

ada indikasi (Suwitra,2006).

C. Gambaran Ultrasonografi Ginjal

Prinsip pemeriksaan ultrasonografi adalah menangkap gelombang

bunyi ultra yang dipantulkan oleh organ-organ (jaringan) yang berbeda

kerapatannya. USG dapat membedakan antara massa padat (hiperekoik)

dengan massa kistus (hipoekoik), sedangkan batu non opak yang tidak

dapat dideteksi dengan foto ronsen akan terdeteksi oleh USG sebagai

echoic shadow.

Pemeriksaan USG pada ginjal dipergunakan untuk: 1) untuk

mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefrosis, kista, massa,

atau pengkerutan ginjal) yang pada pemeriksaan PIV menunjukkan non

visualized, 2) sebagai penuntun pada saat melakukan pungsi ginjal atau

nefrostomi perkutan, dan 3) sebagai pemeriksaan penyaring pada dugaan

adanya trauma ginjal derajat ringan (Purnomo, 2009).

Berikut gambaran normal ginjal pada USG:

1) Ukuran Ginjal

7

Page 8: Proposal Ggk

Panjang ginjal adalah 9-14 cm (potongan longitudinal),

tebal 4-6 cm (potongan melintang), dan kedalaman : 4-6 cm

(poyongan melintang). Sedangkan volume ginjal dihitung dengan

rumus:

Volume ginjal = panjang x tebal x kedalaman x π

6

Volume ginjal normal adalah 100-170 ml/1,73 m2 luas

permukaan tubuh.

2) Lebar parenkim dan korteks ginjal

Parenkim ginjal diukur dari dasar pramida ginjal sampai

permukaan ginjal. Tebal parenkim ginjal normal adalah 14-18 mm.

Pengukuran tebal parenkim ginjal berguna untuk memonitoring

keberhasilan transplantasi ginjal dan proses penyakit kronis di

parenkim ginjal.

Tebal normal korteks ginjal adalah 8-10 mm. Pemendekan

pada korteks ginjal dapat ditemukan pada penyakit kronis di

parenkim ginjal dengan gagal ginjal. Pemendekan korteks ginjal ini

berkorelasi dengan derajat gagal ginjal (Tuma,2011).

Faktor-faktor yang paling berpengaruh pada lebar parenkim

dam korteks ginjal antara lain indeks massa tubuh, tinggi badan,

dan jenis kelamin laki-laki (Surcel, 2011).

8

Page 9: Proposal Ggk

Pengukuran lebar parenkim dan korteks ginjal.

8. Kerangka Berpikir

9. Hipotesis

Gagal Ginjal Kronik

Ukuran ginjal mengecil

Medula menipis

Kerusakan ginjal irreversibel

Korteks menipis

Faktor perancu:

Kelainan kongenital

ginjal

Berkurangnya jumlah nefron

9

Page 10: Proposal Ggk

Ada hubungan gagal ginjal kronik dengan perubahan lebar medula ginjal

10. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Radiologi dan Isntalasi

Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi.

C. Subjek Penelitian

Pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan pemeriksaan di

Instalasi Radiologi dan Isntalasi Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi.

1) Kriteria inklusi:

a. Pasien gagal ginjal kronik dengan usia di atas 20 tahun

2) Kriteria ekslusi:

a. Pasien dengan riwayat penyakit ginjal kongenital

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu

pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang

berkaitan dengan karakteristik populasi (Taufiqurahman, 2009).

E. Besar Sampling

Besar sampel sebanyak 30 orang, dengan 15 orang merupakan

pasien gagal ginjal kronik, sedangkan 15 orang lainnya bukan pasien gagal

ginjal kronik.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1) Variabel Bebas : gagal ginjal kronik

2) Variabel Terikat : perubahan lebar medula ginjal

10

Page 11: Proposal Ggk

3) Variabel Pengganggu

a. Variabel pengganggu yang terkendali : penyakit kongenital ginjal

b. Variabel pengganggu yang tidak terkendali

1. Variasi kepekaan (genetik) jantung terhadap perubahan fungsi

ginjal

G. Definisi Operasional Variabel

1) Gagal ginjal kronik

Pasien gagal ginjal kronik merupakan rujukan dari Instalasi

Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dirujuk untuk

melakukan pemeriksaan USG ginjal di Instalasi Radiologi RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Diagnosis pasien gagal ginjal kronik diketahui

melalui status pasien. Skala pengukuran berupa skala nominal, dimana

sampel dikelompokkan menjadi dua, yakni gagal ginjal kronik dan non

gagal ginjal kronik.

2) Perubahan lebar medula ginjal

Lebar medula ginjal pada pasien diukur dari hasil foto USG pasien.

Nilai normal lebar medula ginjal adalah 6-8 mm. Skala pengukuran berupa

skala nominal, dimana sampel dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

memendek, normal, melebar.

H. Rancangan Penelitian

GGK non GGK

USG USG

Lebar Lebar

medula ginjal medula ginjal

memendek normal melebar memendek normal melebar

I.Instrumen Penelitian

11

Page 12: Proposal Ggk

1) Data hasil foto USG pada Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi

untuk mengetahui adanya perubahan lebar medula ginjal.

2) Data dari status pasien pada Instalasi Penyakit Dalam untuk mengetahui

diagnosis gagal ginjal kronik.

J. Alat dan Cara Kerja

Pengukuran dilakukan pada 15 orang pasien gagal ginjal kronik

dan 15 orang pasien non gagal ginjal kronik. Dari status pasien,

didapatkan diagnosa pasien gagal ginjal kronik. Selanjutnya, dilakukan

pemeriksaan USG untuk melihat keadaan ginjal pasien gagal ginjal

kronik. Pada penelitian ini, digunakan alat ukur penggaris untuk

mengukur lebar medulla ginjal..

K. Teknik Analisis Data

13. Jadwal Penelitian

Macam KegiatanMinggu ke-

1234567891011121314

Pembuatan

Proposal

Konsultasi

Proposal

Ujian Proposal

Penelitian

Penulisan Skripsi

Konsultasi Skripsi

Ujian Skripsi

14. Daftar Pustaka

12

Page 13: Proposal Ggk

Guyton A.C., dan Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lugon, Jocemir R. 2009. End-Stage Renal Disease And Chronic Kidney

Disease In Brazil. Ethnicity & Disease, Volume 19.

http://www.ishib.org/journal/19-1s1/ethn-19-01s1-7.pdf

Mutschler E. 1991. Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi

Edisi 5. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung, pp: 552-

553,566,570,571.

Wilson, Lorraine M. 2007. Anatomi dan Fisiologi Finjal dan Saluran Kemih.

Dalam: Price, S.A., Wilson, L.M. (eds). “Patofisiologi” Konsep Klinik

Proses-proses Penyakit. Edisi 6. EGC., Jakarta, pp: 867,868.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:

EGC

Taufiqurohman M.A. 2009. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu

Kesehatan. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT

Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press) Universitas Sebelas Maret, p:

63.

13