proposal gerontik kucur

66
PENGARUH DIET HIPERTENSI PADA LANSIA TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU DI DESA KUCUR DUSUN KLASEMAN RW 09 KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Gerontologi Oleh : Kelompok IV PSIK B 2013 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: eni-ta

Post on 26-Oct-2015

141 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kucur

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Gerontik Kucur

PENGARUH DIET HIPERTENSI PADA LANSIA TERHADAP

PERUBAHAN PERILAKU DI DESA KUCUR DUSUN

KLASEMAN RW 09 KECAMATAN DAU

KABUPATEN MALANG

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Gerontologi

Oleh :

Kelompok IV

PSIK B

2013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: Proposal Gerontik Kucur

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Lansia adalah proses yang mengubah seseorang dewasa sehat menjadi

seseorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem

fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

kematian. Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan

fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisis, namun juga

terhadap fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-hari (Stanley, 2006).

Menurut Hawari (2007) lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang sering disebut sebagai

proses penuaan atau ‘’senescene” dalam bahasa latinnya. Proses menua atau

’senescene” memiliki arti tumbuh menjadi tua dan merupakan suatu siklus

kehidupan yang ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ

tubuh.

Penurunan berbagai organ, fungsi, dan sistem tubuh yang terjadi pada

lansia dapat bersifat alamiah/fisiologi dan juga bersifat patologis. Perubahan

fisiologis meliputi penurunan, fungsi immunitas, fungsi pengindraan, fungsi

pendengaran, fungsi pencernaan, fungsi perkemihan, fungsi muskuloskeletal,

fungsi kardiovaskuler, dan lain-lain. Penurunan fungsi tersebut disebabkan

berkurangnnya jumlah dan kemampuan sel tubuh (Pudjiastuti, 2003). Beberapa

penurunan fungsi yang terjadi pada lansia, yang perlu menjadi perhatian adalah

sistem kardiovaskuler, karena jumlah lansia yang menderita penyakit akibat

penurunan fungsi kardiovaskuler masih dalam jumlah yang banyak. Perubahan

Page 3: Proposal Gerontik Kucur

sistem kardiovaskuker meliputi perubahan struktur dan mekanik dan atau fungsi

dari dinding pembuluh darah, sehingga mengakibatkan penebalan dinding

dengan peningkatan kekakuan, lumen yang melebar dan kemudian diikuti

dengan penurunan vascular compliance. Dampak dari perubahan pada

pembuluh darah tersebut mengakibatkan peningkatan tekanan darah (hipertensi)

dan penumpukan plak aterosklerosis yang berdampak pada penyakit

kardiovaskuler lainnya seperti penyakit jantung koroner, infark jantung, stroke

dan penyakit pembuluh darah. (Lakatta & Levy, 2003; Klatz & Goldman, 2003;

Najjar et al., 2005; Jani & Rajkumar, 2006; Nilson, 2008).

Jumlah lansia yang mengalami hipertensi diketahui masih tinggi, diketahui

di Indonesia sekitar 50-60% pada populasi lansia menderita hipertensi (Depkes

RI, 2009). Hal tersebut juga didukung oleh data yang didapatkan pada lahan

Binaan di Dusun Klaseman, Desa Kucur, Kecamatan Dau bahwa pada 3 bulan

terakhir (April-Mei) kunjungan terbanyak lansia adalah dengan masalah

hipertensi yaitu sebanyak 21 lansia dari 47 lansia. Data tersebut, menunjukkan

bahwa masalah kesehatan yang dialami oleh mayoritas lansia di lahan Binaan

adalah masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler khususnya penyakit

hipertensi.

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah persisten/menetap

dengan tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan tekanan diastolik sedikitnya

90 mmHg dalam pembuluh darah arteri secara terus - menerus lebih dari satu

periode (Price dan Wilson, 2005). Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

hipertensi adalah faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat

dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi meliputi genetik, umur, seks,

dll, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah merokok, obesitas, emosi,

Page 4: Proposal Gerontik Kucur

stress dan lain-lain (Bustan, 2007). Selain faktor penyebab, perlu juga diketahui

tanda dan gejala penyakit hipertensi. Tanda dan gejala penyakit hipertensi yang

dirasakan pada masing-masing invidu adalah berbeda-beda, bahkan ada yang

sama sekali tidak memunculkan atau tidak merasakan gejala hipertensi sama

sekali, tetapi diketahui menderita hipertensi saat dilakukan pengukuran tekanan

darah, sehingga hipertensi sering juga disebut sebagai ”silent killer” atau

pembunuh secara diam-diam.

Hal tersebut sangat berbahaya mengingat bahwa hipertensi akan

memunculkan beberapa komplikasi jika tidak ditangani atau tidak terkontrol

akibat sifat ”silent killer” daripada hipertensi. Komplikasi tersebut dapat berupa

kerusakan/kematian target organ meliputi retinopati dan penyakit arteri perifer,

gagal jantung, insufisiensi ginjal kronis dan CVA atau stroke, dan pada akhirnya

akan mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya

komplikasi tersebut, maka diperlukannya beberapa menejemen kesehatan baik

pada individu yang menderita hipertensi ataupun keluarga yang memiliki anggota

keluarga dengan hipertensi. Menejemen kesehatan dapat berupa perubahan

perilaku atau gaya hidup dari yang tidak sehat menuju gaya hidup yang sehat,

mengontrol stress, teratur berolah raga, serta mengontrol hipertensi dengan

patuh terhadap pengobatan.

Tugas profesi keperawatan dalam membantu proses pelaksanaan

menejemen kesehatan tersebut baik pada invidu (lansia) dengan hipertensi

maupun pada keluarga yang memiliki anggota keluarga (lansia) dengan

hipertensi adalah dengan melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan

monitoring.

Page 5: Proposal Gerontik Kucur

Pelaksanaan menejemen kesehatan baik pada individu maupun keluarga

bukan mudah untuk dilakukan, karena mengingat kemungkinan adanya

keterbatasan yang dimiliki baik individu maupaun keluarga .Kemungkinan

keterbatasan individu meliputi pengobatan hipertensi yang secara kontinu, jika

dikaitkan dengan lansia yang secara fisiologis mengalami penurunan daya ingat

dan daya serap terhadap informasi yang diberikan, maka hal tersebut akan

mempengaruhi lansia dalam proses pengobatan yang sedang atau yang akan

dijalankan. Kemungkinan keterbatasan keluarga meliputi kurang pengetahuan

akan bahaya yang ditimbulkan akibat dari penyakit hipertensi yang dialami

anggota keluarga, ketidakmampuan dalam melakukan pemantauan pengobatan

serta penyajian diet, dan lain-lain.

Berdasarkan fenomena yang ada di lokasi binaan, melalui survey

menejemen hipertensi yang telah dilakukan oleh kelompok melalui kuisioner,

didapatkan hasil bahwa mayoritas lansia yang hipertensi di Dusun Klaseman RW

09 memiliki masalah tentang pengetahuan dalam penatalaksanaan diet

hipertensi yang tepat. Oleh sebab itu, kelompok tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh diet hipertensi pada lansia dengan hipertensi

terhadap perubahan perilaku di. Dusun Klaseman, Desa Kucur, Kecamatan Dau.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana diet hipertensi pada lansia di Dusun Klaseman RW 09,

Desa Kucur, Kecamatan Dau?

1.2.2. Bagaimana perilaku lansia di Dusun Klaseman RW 09, Desa Kucur,

Kecamatan Dau?

1.2.3. Adakah pengaruh diet hipertensi terhadap perubahan perilaku pada

lansia di Dusun Klaseman RW 09, Desa Kucur, Kecamatan Dau?

Page 6: Proposal Gerontik Kucur

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perubahan perilaku pada lansia di Dusun Klaseman

RW 09, Desa Kucur, Kecamatan Dau setelah dilakukan intervensi

keperawatan

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi diet hipertensi pada lansia di Dusun Klaseman RW

09, Desa Kucur, Kecamatan Dau?

2. Mengidentifikasi perilaku lansia di Dusun Klaseman RW 09, Desa

Kucur, Kecamatan Dau?

3. Mengetahui adakah pengaruh diet hipertensi terhadap perubahan

perilaku pada lansia di Dusun Klaseman RW 09, Desa Kucur,

Kecamatan Dau setelah dilakukan intervensi keperawatan?

1.4. Manfaat Penelitian

1.1.1.1. Bagi Lahan Binaan

Memberi informasi mengenai diet hipertensi dan perlunya

perubahan perilaku lansia dalam mengontrol hipertensi.

1.1.1.2. Bagi Responden

Mendapat perubahan pengetahuan, perilaku dan sikap dalam

mengontrol hipertensi.

1.1.1.3. Bagi Keluarga

Mendapat pengetahuan baru tentang cara merawat,

memanajemen kesehatan dan memaksimalkan dukungan pada lansia

dengan hipertensi, sehingga dapat membantu memaksimalkan

Page 7: Proposal Gerontik Kucur

kesehatan lansia melalui pengontrolan perilaku dan sikap lansia

terhadap diet hipertensi sesuai dengan standar

Page 8: Proposal Gerontik Kucur

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Lansia menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang yang

mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk

keperluan hidupnya sehari – hari dan menerima nafkah dari orang lain

(wahyudi, 2000). Sedangkan menurut UU no.12 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai

usia diatas 60 tahun (Depsos,1999). Proses penuaan disebut pula

dengan nama “senescene”, kata ini diambil dari bahasa latin yang artinya

tumbuh menjadi tua. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang

ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ tubuh

misalya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,

pencernaan, endokrin, dan lain sebagainya. (FKUI, 2007).

Lansia adalah proses yang mengubah seseorang dewasa sehat

menjadi seseorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar

cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap

berbagai penyakit dan kematian. Seiring dengan bertambahnya usia,

terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh

terhadap penampilan fisis, namun juga terhadap fungsi dan tanggapannya

pada kehidupan sehari-hari (Ilmu Penyakit Dalam, 2006).

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari

suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan

Page 9: Proposal Gerontik Kucur

tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan berbagai

organ, fungsi, dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologi atau patologis.

Penurunan tersebut disebabkan berkurangnnya jumlah dan kemampuan

sel tubuh (Pudjiastuti, 2003).

2.1.2 Teori Penuaan

1. Teori Biologis

Teori Biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,

termasuk perubahan fungsi dan struktur, panjang usia, dan kematian.

Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan

seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi

secara adekuat dan melawan penyakit. Teori Biologis yang

mempengaruhi kualitas tidur antara lain:

a. Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya

karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma, dan infeksi) dapat

membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor

ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan

lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor

utama dalam penuaan.

b. Teori Imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam

sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang

bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing

mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita

berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan

Page 10: Proposal Gerontik Kucur

berkurangnnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam

respon autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka

mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan

alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan lain.

c. Teori Neuroendokrin

Para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena

adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang

mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf.

Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal

akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima,

memproses, dan bereaksi terhadap perintah.

2. Teori Psikososial

Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap

dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari

implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Teori psikososial antara lain :

a. Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis

tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung

mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang

dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau

introvert..

b. Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus

dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam

kehidupannya untuk mencapai penuaan yang sukses. Tugas utama

Page 11: Proposal Gerontik Kucur

lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan

yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi tidak adanya pencapaian

perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia

tersebut berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus

asa.

c. Teori Disengagement

Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan

pertama kali pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses

penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung

jawabnya. Lansia dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah

berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih

muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia

dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya

dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi.

d. Teori Aktivitas

Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas

penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang

sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurts yang pertama kali

menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk

penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat

itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara

mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan

kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut.

Page 12: Proposal Gerontik Kucur

e. Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan,

merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan

mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan

untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan

dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada

kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai

dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat

menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan (Stanley,

2006).

2.1.3 Perubahan pada lansia

1. Perubahan fisik

a. Perubahan sel

Perubahan ini meliputi jumlah sel lebih sedikit dan lebih besar

ukurannya, berkurangnya cairan tubuh dan berkurangnya cairan intra

seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, hati,

dan sejumlah sel otak menurun, dan terganggunya mekanisme

perbaikan sel (Nugroho, 2000 ).

b. Sistem Persarafan

Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf

otaknya setiap hari). Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,

khususnya dengan stres. Mengecilnya saraf panca indra,

berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf

penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu

Page 13: Proposal Gerontik Kucur

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitif

terhadap sentuhan (Nugroho, 2000 ).

c. Sistem Pendengaran

Hilang atau berkurangnya kemampuan mendengar, terutama

terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi. Terjadinya

pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin

(Nugroho, 2000 ).

d. Sistem Penglihatan

Menurunnya lapang pandang, hilangnya daya akomodasi mata.

Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, glaukoma,

ulkus kornea (Nugroho, 2000 ).

e. Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal, dan

menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya. Tekanan darah meninggi

diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer

(Nugroho, 2000 ).

f. Sistem Respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik

nafas menjadi lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun,

dan kedalaman nafas menurun. Alveoli ukurannya melebar dan

jumlahnya berkurang. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg. CO2

pada arteri tidak berganti (Nugroho, 2000 ).

Page 14: Proposal Gerontik Kucur

g. Sistem Gastrointestinal

Kehilangan gigi penyebab utama adanya Peridontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan

gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indra pngecap menurun,

hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis,

asin, dan pahit. Esofagus melebar. Asam lambung menurun dan waktu

untuk mengosongkan lambung menurun. Peristaltik lemah dan

biasanya timbul konstipasi (Nugroho, 2000 ).

h. Sistem Genitourinaria

Pada lansia ukuran nefron mengecil dan menjadi atrofi sehingga

aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Otot-otot vesika urinaria

(kandung kemih) menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200

ml menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Kandung kemih

susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan

pretensi urine. Pembesaran prostat ±75% dialami oleh pria usia diatas

65 tahun (Nugroho, 2000 ).

i. Sistem Endokrin

Sistem endokrin pada lansia terdapat perubahan seperti : toleransi

glukosa, terganggu dan insulin serum meningkat, penurunan

testoteron bebas maupun yang bioavaiable, penurunan hormon T3,

peningkatan hormon paratiroid (PTH), penurunan produksi vitamin D

pada kulit, dan peningkatan kadar homosistein serum (Nugroho, 2000).

Page 15: Proposal Gerontik Kucur

j. Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses

keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis). Kulit

kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu. Kuku jari menjadi

keras dan rapuh (Nugroho, 2000 ).

k. Sistem Muskuloskletal

Tulang kehilanglangan cairan dan semakin rapuh. Persendian

membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami

sklerosis. Kadar kapur dalam tulang menurun mengakibatkan tulang

menjadi keropos (Nugroho, 2000 ).

l. System Reproduksi (menopause)

Menopause adalah berhentinya siklus perdarahan uterus yang

teratur, merupakan satu peristiwa dalam klimakterium. Menopause

biasanya terjadi antara usia 45-52 tahun (Price, 2006). Menopause

digambarkan sebagai penghentian fisiologis haid berhubungan dengan

kegagalan fungsi ovarium, selama fungsi reproduktif menurun dan

berakhir (Smeltzer, 2002). Turunnya fungsi ovarium mengakibatkan

hormone terutama hormone estrogen dan progesterone sangant

berkurang di dalam tubuh. Kekurangan hormone ini menyebabkan

beberapa keluhan, salah satunya yaitu insomnia ( sulit tidur). Insomnia

lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada

kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah

memerah, dan perubahan yang lain.

Page 16: Proposal Gerontik Kucur

2. Masalah kesehatan jiwa

a. Kecemasan

Gejala kecemasan yang sering dialami oleh lansia yaitu, perasaan

khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang terjadi, sulit

tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat marah, dan sering

membayangkan hal yang menakutkan. (Maryam, 2008).

b. Depresi

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering dijumpai

pada lansia. Depresi ditandai dngan gejala seperti sering mengalami

gangguan tidur, sering kelelahan, kebersihan dan kerapian diri

diabaikan, mudah tersinggung, konsentrasi berkurang, dan hilangnya

nafsu makan yanf bisa menyebabkan penurunan berat badan. (Maryam,

2008).

c. Insomnia

Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah , yang terkadang

dapat mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal

serumah. Perubahan pola tidur dapat brupa tidak bisa tidur sepanjang

malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lansia

melakukan kegiatan pada malam hari. Insomnia pada lansia sering

disebabkan oleh kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari

sehingga mereka masih semangat sepanjang malam, tertidur sebentar-

sebentar sepanjang hari, gangguan cemas dan depresi, tempat tidur

dan suasana kamar yang kurang nyaman. (Maryam, 2008).

Page 17: Proposal Gerontik Kucur

d. Paranoid

Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam

mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri

barang miliknya. Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada

dasarnya, hal ini merupakan kondisi yang disebut paranoid. (Maryam,

2008).

e. Demensia

Demensia sinilis merupakan gangguan mental yang berlangsung

progresif, lambat, dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organik

jaringan otak. (Maryam, 2008).

3. Perubahan sosial lansia

a. Ketersaingan

Terjadinya penurunan kemampuan pada individu dalam

mendengar, melihat, dan aktivitas lainnya, sehingga merasa tersisih

dalam masyarakat.

b. Post power syndrome

Kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula mempunyai

jabatan pada masa aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja, merasa ada

sesuatu yang hilang dalam kehidupannya.

c. Masalah ekonomi

Penerimaan atau pendapatan pada usia lanjut tidak seperti masa

produktif, sehingga masalah ekonomi merupakan salah satu masalah

yang perlu dipahami. (Mangoenprasodjo, 2005).

Page 18: Proposal Gerontik Kucur

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik

dan sistolik yang intermiten atau menetap. Insiden hipertensi meningkat

seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008). Hipertensi lanjut usia

dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan

diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia

diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan

menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan

bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008). Hipertensi

menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor

utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian

diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan

serebrovaskuler. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipertensi lanjut

usia dipengaruhi oleh faktor usia.

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik yang menetap

lebih dari 140 mmHg, atau tekanan darah diastolik lebih tinggi dari 90

mmHg. Joint National Committee baru-baru ini telah mengadopsi pedoman

hipertensi dan mengklasifikasi ulang menjadi 4 tingkat sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tingkatan Hipertensi Lansia

Tingkat Tekanan Sistolik

(mmHg)

Tekanan Diastolik

(mmHg)

Tingkat 1 140 – 159 90 – 99

Tingkat 2 160 – 179 100 – 109

Page 19: Proposal Gerontik Kucur

Tingkat 3 180 – 209 110 – 119

Tingkat 4 210 atau lebih tinggi 120 atau lebih tinggi

Diagnosis dibuat pada setidaknya 2 pengukuran berturut-turut dan

diukur dengan posisi klien supine atau duduk, dan kemudian berdiri

(kecuali untuk klien-klien yang memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 210

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg, mereka pasti

memiliki tekanan darah tinggi pada 1 kali kunjungan).

Pada lanjut usia, terdapat pula istilah yang disebut pseudohipertensi.

Pseudohipertensi ini adalah hasil dari klasifikasi dinding arterial, perubahan

sklerotik ini mengakibatkan rigiditas pada arteri brakialis, menyebabkan

kompresi yang inefektif pada arteri brakialis dengan sphygmomanometer.

Jadi, pseudohipertensi adalah suatu fenomena peningkatan hasil

pengukuran sistolik akibat ketidakmampuan manset eksternal untuk

menekan arteri lanjut usia dengan arteriosclerosis. Pseudohipertensi dapat

dicurigai jika :

1. Tekanan darah sistolik sangat tinggi tanpa ada tanda-tanda

kerusakan organ dan dengan tekanan darah diastolik normal

2. Ada perbedaan tekanan darah pada ekstrimitas yang berbeda

3. Gejala hipotensi muncul dengan terapi.

Osler’s maneuver adalah skrening tes untuk pseudohipertensi,

walaupun hasilnya masih dipertanyakan. Dilakukan dengan palpasi arteri

brakial atau radial setelah memompa manset di atas tekanan sistolik. Arteri

Page 20: Proposal Gerontik Kucur

normal dapat tak teraba dan jika masih teraba, maka hasilnya berhubungan

dengan pembacaan intra arteri (Elnicki, Kotchen, 1993).

2.2.2 Patofisiologi

Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan

peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan

meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi

dengan penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan

kekakuan pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik

hipertensi sistolik ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar

resistensi perifer yang tinggi pengisian diastolik abnormal dan

bertambah masa ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan output

jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan tekanan

diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik output

jantung, volume intravaskuler, aliran darah keginjal aktivitas plasma

renin yang lebih rendah dan resistensi perifer. Perubahan aktivitas

sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin

menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta

adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot

pembuluh darah (Temu Ilmiah Geriatri , 2008). Lanjut usia mengalami

kerusakan struktural dan fungsional pada arteri besar yang membawa

darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan

pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.

Pada pertimbangan gerontologis, terjadi perubahan struktural

dan fungsional pembuluh darah meliputi atherosklerosis, hilangnya

Page 21: Proposal Gerontik Kucur

elastisitas jaringan ikat, penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah

berakibat menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa

jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan meningkatkan

tahanan perifer sehingga tekanan darah pun mengalami peningkatan.

Page 22: Proposal Gerontik Kucur

Jenis kelaminumur Gaya hidup obesitas

hipertensiiiiii

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Nyeri kepala

Gangguan pola tidur

Suplai O2 otak menurun

sinkop

Gangguan perfusi

jaringan

Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal

Blood flow munurun

Respon RAA

Rangsang aldosteron

Retensi Na

edema

sistemik

vasokonstriksi

Afterload meningkat

Penurunan curah jantung

Fatique

Intoleransi aktifitas

koroner

Iskemi miocard

Nyeri dada

Spasme arteriole

diplopia

Resti injuri

Resistensi pembuluh darah otak

Elastisitas , arteriosklerosis

Page 23: Proposal Gerontik Kucur

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi

pada lanjut usia adalah:

a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat

proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi

glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan

bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau

penurunan kadar natrium.

c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua

akan meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang

mengakibatkan hipertensi sistolik.

d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi

endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan

subtansi kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di

tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer

dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi

lain meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya

hidup seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang

berlebihan (Stockslager, 2008).

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi

hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:

Page 24: Proposal Gerontik Kucur

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi

oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon

estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari

kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen

tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara

alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita

hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009).

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia

dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur

55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini

sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause

(Marliani, 2007).

2) Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,

jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah

Page 25: Proposal Gerontik Kucur

yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada

usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada

usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat

yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan

kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita,

hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini

disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.

Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan

dengan usia ini adalah produk samping dari keausan

arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat

dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini

dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya

penyesuaian diri.

3) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan

orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar

untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai

keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%

kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga

(Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih

besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi (Marliani, 2007).

Page 26: Proposal Gerontik Kucur

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

1) Obesitas

Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori

mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya

aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat

memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu

timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh

darah, hipertensi (Rohendi, 2008). Indeks masa tubuh (IMT)

berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah

sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5

kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya

normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki

berat badan lebih.

2) Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak

menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk

hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa

apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena

adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko

tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi

gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak

jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras

pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus

Page 27: Proposal Gerontik Kucur

memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri

(Rohaendi, 2008).

3) Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat

dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna

dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami

ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S

Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts

terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,

51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%

subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang

merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam

median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu

kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan

kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).

4) Mengkonsumsi garam berlebih

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi

risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan

adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6

gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan

konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume

cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

Page 28: Proposal Gerontik Kucur

sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Hans Petter,

2008).

5) Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak

jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan

minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko

hipertensi (Marliani, 2007).

6) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir

tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.

7) Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah

secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan

dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal

ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat

perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini

dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok

masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini

(2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh

darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas

saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan

pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal

Page 29: Proposal Gerontik Kucur

2.2.4 Klasifikasi

Hipertensi pada dasarnya diklasifikasikan ke dalam 2 tipe, yaitu:

1. Hipertensi primer yang penyebab pastinya tidak diketahui teteapi

terdapat faktor-faktor resiko di atas.

2. Hipertensi sekunder, yaitu peningkatan tekanan darah sebagai hasil

dari penyakit yang mendasarinya seperti renal artery disease,

parenchymal disorder, gangguan endokrin dan metabolic, gangguan

CNS, koartasio aorta dan peningkatan volume intravaskuler.

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada lanjut

usia dapat dibedakan menjadi:

1. Hipertensi sistolik saja (Isolated Systolic Hypertension), terdapat pada

6-12 % penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada wanita.

Insidensi meningkat dengan bertambahnya umur. Terjadi

peningkatan tekanan darah sistolik yang disproporsional terhadap

tekanan darah diastolik, mengarah pada peningkatan kekakuan dan

rigiditas arterial.

2. Hipertensi diastolik (Diastolic Hypertension), terdapat antara 12 –

14% penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insidensi

menurun dengan bertambahnyua umur.

3. Hipertensi sistolik-diastolik terdapat pada 6-8 % penderita usia lebih

dari 60 tahun, lebih banyak pada wanita. Meningkat dengan

bertambahnya umur.

Page 30: Proposal Gerontik Kucur

2.2.5 Tanda dan Gejala

Seperti semua penyakit pada lanjut usia, hipertensi biasanya

tidak memberi gejala apapun atau gejala yang timbul samara-samar

(insidious) atau tersembunyi (occult). Seringkali yang terlihat adalah

gejala akibat penyakit, komplikasi atau penyakit yang menyertai.

Diagnosis juga seringkali didapatkan pada waktu mengadakan

asesmen geriarti atau general check-up.

Pada hipertensi ringan sampai sedang, klien dapat asimptomatik.

Seiring perkembangan penyakit, klien dapat mengalami kelelahan,

pising, vertigo, sesak nafas, dan palpitasi.

Pada hipertensi berat klien dapat mengalami sakit kepala

berdenyut pada bagian okspital, nyeri dada, epistaksis, bingung, loss

of vision, kejang/koma.

2.2.6 Komplikasi

Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa organ, yaitu:

1. Jantung, mengalami Congestive Heart Failure (CHF), ventricular

hypertrophy, angina, myocardial infarction, dan kematian mendadak.

2. Sistem Saraf Pusat – Transient Ischemia Attack

3. Pembuluh darah perifer – Peripheral vascular disease, aneurysm

4. Ginjal – serum kreatinin > 133 mmol/L (1,5 mg/100 ml), proteinuria,

mikroalbuminemia

5. Mata – hemoragi atau eksudat, dengan atau tanpa papiledema

Page 31: Proposal Gerontik Kucur

2.2.7 Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas rata-rata,

adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),

tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan

dianjurkan untuk :

a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga

agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dan

sebagainya.

b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah

garam.

d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui

menderita hipertensi berupa :

a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat

maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan

primer.

b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol

secara normal dan stabil mungkin.

c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemic yang lain harus

dikontrol

d. Batasi aktivitas.

Page 32: Proposal Gerontik Kucur

2.3 Diit Hipertensi

2.3.1 Bahan Makanan yang dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber

Karbohidrat

Beras, kentang, singkong,

terigu, tapioka, makanan

yang diolah dari bahan

makanan tanpa garam

dapur atau soda

Roti, biskuit, dan kue-kue yang

dimasak dengan garam dapur

atau soda kue

Sumber Protein

Hewani telur

maksimal 1 btr

sehari

Daging dan ikan maksimal

100 gram per hari, putih

telur, daging ayam tanpa

kulit

Otak, ginjal, sardin, kuning

telur, daging asap, ikan yang

diawetkan, dendeng, abon,

keju, ikan asin, kornet, udang

kering,telur asin.

Sumber Protein

Nabati

Semua kacang-kacangan

dan hasil olahannya seperti

kacang hijau, kacang merah

tahu dan tempe

Keju, kacang tanah, dan

semua kacang-kacangan yang

dimasak dengan garam dapur

Sayuran Semua sayuran segar,

contoh: kangkung, labu

siam, sawi, dll

Daun singkong, sayuran yang

diawetkan dan dimasak

dengan santan kental

Buah-buahan Semua buah-buahan segar Buah-buahan yang diawetkan

seperti buah dalam kaleng dan

buah yang bergas seperti

durian dan nangka

Sumber Lemak Minyak goreng, margari, dan Margarin dan mentega biasa

Page 33: Proposal Gerontik Kucur

mentega tanpa garam

Minuman/camilan Teh, susu rendah lemak kopi, alkohol, rokok

Bumbu-bumbu Rempah-rempah MSG, saos tomat, terasi,

kecap, banyak garam

2.3.2 Aturan Diet yang Dianjurkan pada Penderita Hipertensi

Diet Rendah Garam adalah diet yang dianjurkan untuk penderita

hipertensi. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan

keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat Diet Rendah Garam.

Beberapa syarat Diet Rendah Garam adalah:

1. Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin

2. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit

3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air

dan/ atau hipertensi

2.3.3 Macam-Macam Diet Rendah Garam

1. Diet Rendah Garam I (200-400 mg Na)

Diet Rendah Garam I diberikan kepada pasien dengan hipertensi

berat (>180/100). Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan

garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya

2. Diet Rendah Garam II (600-800 mg Na)

Diet Rendah Garam II diberikan kepada pasien dengan

hipertensi tidak terlalu berat (160/100-179/109). Pemberian makanan

sehari sama dengan Diet Rendah Garam I. Pada pengolahan

makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 gr). Dihindari

bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

Page 34: Proposal Gerontik Kucur

3. Diet Rendah Garam III (1000-1200 mg Na)

Diet Rendah Garam III diberikan kepada pasien dengan

hipertensi ringan (140/90-159/99). Pemberian makanan sehari sama

dengan Diet Rendah Garam I. Pada pengolahan makanannya boleh

menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur.

2.3.4 Ukuran Bahan Makanan Sehari-Hari yang Dianjurkan

Bahan Makanan Berat (gr) Urt (ukuran rumah tangga)

Beras 300 5 gelas nasi

Daging 100 2 potongan sedang

Telur ayam 50 1 butir

Tempe 100 4 potong sedang

Kacang hijau 25 2½ sdm

Sayuran 200 2 gelas

Buah 200 2 potong sedang papaya

Minyak 25 2½ sdm

Gula pasir 25 2½ sdm

Ukuran di Atas Disajikan Dengan Pembagian Sebagai Berikut:

Pagi Siang dan Sore

Beras 70 gr = 1 gelas nasi

Telur 50 gr = 1 butir

Sayuran 50 gr = ½ gelas

Minyak 5 gr = ½ sdm

Gula pasir 10 gr = 1 sdm

Beras 140 gr = 2 gelas nasi

Daging 50 gr = 1 potong sedang

Tempe 50 gr = 2 potong sedang

Sayuran 75 gr = ¾ gelas

Buah 100 gr = 1 potong sedang

Page 35: Proposal Gerontik Kucur

Minyak 10 gr = 1 sdm

Pukul 10.00

Kacang hijau 25 gr = 2½ sdm

Gula pasir 15 gr = 1½ sdm

2.3.5 Cara Pengolahan Makanan Pada Penderita Hipertensi

1. Rasa yang kurang asin bisa diperbaiki dengan menggunakan bumbu-

bumbu yang tidak mengandung natrium, seperti bawang, jahe, kunir,

daun salam, cuka, dll.

2. Cara memasak yang baik adalah dengan merebus, mengukus,

mengungkep, manumis, memanggang, atau membakar.

3. Hindari menggoreng dengan banyak minyak (disesuaikan pada tabel

ukuran kebutuhan pada)

4. Sayur bisa dimakan mentah atau dilalap.

5. Ubah olahan makanan bersantan dengan jenis olahan tumis atau lainnya.

2.3.6 Contoh Menu Sehari

Pagi Siang Malam

Nasi

Telur rebus

Tumis kacang

panjang

Nasi

Ikan acar kuning

Tahu bacam

Sayur Sop

Pepaya

Nasi

Daging pepes

kukus/pepes tongkol

Keripik tempe

Cah sayuran

Pisang

Page 36: Proposal Gerontik Kucur

Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan anda, dalam

menyajikan menu diet hipertensi, diharapkan anda melakukan kegiatan

memasak sesuai menu di atas.

2.3.7 Beberapa Menu Rekomendasi

1. Tongkol Bumbu Tomat :

a. Lumuri ikan tongkol dengan air jeruk nipis, sisihkan. diamkan 10-15

menit, sisihkan.

b. Panaskan minyak (disesuaikan pada tabel ukuran kebutuhan pada

halaman 5), tumis bawang bombai, bawang putih dan jahe hingga

harum. Masukkan tomat, gula pasir, merica dan air. masak diatas api

kecil hingga mendidih dan matang.

c. Masukkan ikan sesaat sebelum matang. tambahkan daun kemangi

dan tutup wajan. Masak hingga matang. angkat dan sajikan.

2. Tahu Telur Asam Manis

Bahan:

2 putih telur kocok

50 gram tahu putih, iris kotak

1 batang daun bawang

1 batang daun seledri

Saus :

1 siung bawang putih

1 cm jahe, haluskan

¼ sdt merica bubuk

100 ml sari tomat

1 sdm tepung maizena

Page 37: Proposal Gerontik Kucur

Cara membuat tahu telur asam manis :

1. Campur tahu, putih telur, daun bawang, daun seledri. aduk rata. Tuang

adonan ke dalam cetakan tahan panas, kukus hingga matang. Angkat,

sisihkan.

2. Saus : panaskan minyak (disesuaikan pada tabel ukuran kebutuhan),

tumis bawang putih dan jahe hingga harum. Masukkan sari tomat dan

gula pasir. tambahkan larutan maizena, masak hingga mendidih.

3. Tata tahu telur kukus di atas piring saji lalu siram dengan saus asam

manis dan sajikan

2.4

Page 38: Proposal Gerontik Kucur

BAB III

METODE

3.1 Design

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain

“Pretest posttest group design”. Penelitian ini adalah untuk mengetahui

perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam melakukan

penatalaksanaan diit individu dengan hipertensi.

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua semua lansia dengan

hipertensi di dusun Klaseman Selatan Desa Kucur Kecamatan Dau

Kabupaten Malang.

3.2.2 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan tidak

mendasarkan diri pada sastra, random atau daerah, tetapi mendasarkan

adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2002) dari jumlah populasi 47 orang yang

dibatasi oleh kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan 26 orang.

3.2.3 Kriteria Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi dengan

kriteria sebagai berikut :

Page 39: Proposal Gerontik Kucur

a. Kriteria inklusi

1) Lansia di atas umur 60 tahun

2) Lansia menderita hipertensi

3) Lansia yang berada di RW 09 desa Kucur

b. Kriteria eksklusi

1) Lansia yang tidak mengalami hipertensi

2) Saat penelitian menolak untuk melanjutkan menjadi responden

Page 40: Proposal Gerontik Kucur

3.3 Kerangka Kerja

Gambar 4.3 Kerangka kerja penelitian

Populasi: Seluruh lansia dengan hipertensi di dusun Klaseman Selatan Desa Kucur kecamatan Dau Kab.Malang.

Sampel (kriteria inklusi)

Identifikasi Variabel Dependent

Pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam diit hipertensi

Identifikasi Variabel Independent

Penatalaksanaan diit hipertensi pada lansia

Baik / kurang baik Posiitif/ negatif

Penatalaksanaan diit lansia hipertensi Penatalaksanaan keluarga lansia

hipertansi

Pengumpulan Data

Menggunakan lembar monitoring (observasional)

Analisa data: Chi Square

Pengolahan data : Editing, Coding, Skoring, Tabulating

Hasil penelitian

Rumusan Masalah

Bagaimanakah penatalaksanaan diit hipertensi pada lansia terhadap perilaku lansia dalam manajemen diit hipertensi di dusun Klaseman Selatan Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten

Desain : Pretest posttest group design

Kesimpulan

Page 41: Proposal Gerontik Kucur

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Independent

Penatalaksanaan diit hipertensi pada lansia dan keluarga lansia

3.4.2 Variabel Dependent

Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam manajemen diit

hipertensi.

3.5 Lokasi Dan Waktu

Dilaksanakan di dusun Klaseman Selatan desa Kucur kecamatan Dau

kabupaten Malang dari tanggal 3 - 29 Juni 2013.

3.6 Instrumen

Lembar observasional

3.7 Metode pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan data primer dan skunder. Data primer

diambil dari responden dengan observasi pengetahuan, sikap, dan perilaku

manajemen kesehatan individu (lansia dengan hipertensi) dan keluarga

dengan lansia yang menderita hipertensi. Lembar observasi diisi langsung

oleh peneliti dengan cara wawancara dan mengamati secara langsung

terhadap responden dan keluarga.

Data sekunder diambil dari dokumen-dokumen dan informasi yang

ada di Puskesmas, kantor desa maupun posyandu lansia untuk melihat data

demografi dan riwayat pengobatan lansia.

3.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003)

Page 42: Proposal Gerontik Kucur

Tabel 3.8 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala Hasil ukur

1. Penatalaksanaan diit

hipertensi pada

Individu (lansia)

Pemberian

penatalaksanaan

hipertensi terhadap

individu dari segi afektif,

kognitif, dan psikomotor

(promosi

kesehatan/penyuluhan)

Kemampuan kognitif diit hipertensi

Kemampuan afektif diit hipertensi

Kemampuan psikomotor diit

hipertensi

- - -

2. Perubahan

pengetahuan, sikap,

perilaku dalam

Pengetahuan,sikap,

dan perilaku setelah

dilakukan

Penggunaan garam, penyedap

Konsumsi kopi, rokok, sayuran

yang tidak dianjurkan, makanan

Lembar

observasi

Nominal Pengetahuan:

- Baik= >=71

- Kurang baik=

Page 43: Proposal Gerontik Kucur

melakukan

manajemen diit

hipertensi

penatalaksanaan diit

hipertensi pada lansia

bersantan/ berminyak, jeroan, ikan

asin/ makanan yang diasinkan

Kesediaan untuk memilih dan

bahan makanan sesuai diit

hipertensi,

memasak sesuai cara yang

dianjurkan

Menu masakan diit

Rasa masakan

Penyajian makanan

<=70

Sikap

- positif= 3

- negatif=<3

Perilaku:

- Patuh=11

- Tidak patuh=<11

Page 44: Proposal Gerontik Kucur

3.9 Prosedur pengumpulan data

Sebelum proses pengumpulan data responden dijelaskan tentang tujuan

dan inform consent. Setelah responden diberikan penjelasan, responden

diberikan sejumlah pertanyaan dan dilakukan observasi langsung terhadap

responden dan keluarga. Setelah pengisian lembar observasi selesai

kemudian dilakukan pengolahan data.

3.10 Pengolahan Dan Analisa Data

3.10.1 Pre Analisa

Pada pre analisa,dilakukan pengolahan data melalui tahapan, edit

(editing), kode (coding), skor (scoring), dan tabulasi (tabulating).

a. Editing

Data yang telah terkumpul diperiksa kembali satu persatu untuk

mengecek apakah telah diisi sesuai dengan petunjuk yang

ditentukan.

b. Coding

Dilakukan dengan cara mengubah identitas responden menjadi

kode berupa angka.

c. Scoring

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pemberian skor.

d. Tabulating

Mengelompokkan responden sesuai dengan tingkat kepuasan

kerja dan kinerja. Data yang terkumpul diubah dalam bentuk

persentase kemudian disajikan dalam bentuk diagram pie chart.

Page 45: Proposal Gerontik Kucur

3.10.2 Analisa Data

a. Univariat

Analisa univariat ini digunakan untuk analisa hasil tabulasi

terhadap data perilaku lansia dan keluarga terhadap

penatalaksanaan diit hipertensi

1) Pengolahan untuk data pengetahuan lansia

Untuk menghitung data mengenai pengetahuan (kognitif)

penatalaksanaan diit lansia hipertensi dengan metode

pengelompokan nominal.

Interpretasi hasil dari data penatalaksanaan diit lansia

hipertensi yaitu akan dikatakan baik apabila didapatkan skor ≥

50 dan dikatakan buruk apabila didapatkan skor <50

2) Pengolahan untuk data sikap dan perilaku lansia

Untuk menghitung data mengenai sikap (afektif) dan

perilaku (psikomotor) penatalaksanaan diit lansia hipertensi

dengan metode pengelompokan nominal.

Interpretasi hasil dari data penatalaksanaan diit lansia

hipertensi yaitu akan dikatakan positif apabila didapatkan skor

≥ 50 dan dikatakan negatif apabila didapatkan skor <50

b. Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menganalisa hubungan antara

kedua variabel, yakni antara penatalaksanaan diit lansia

hipertensi dengan perubahan perilaku lansia terhadap

pengaturan diet. Uji bivariat yang digunakan yaitu uji

Page 46: Proposal Gerontik Kucur

kemaknaan dengan mengunakan uji statistik ”wilcoxon”

(Nursalam,2008)

Untuk penghitungannya dengan bantuan komputer

program SPSS Versi 16.0 for Windows dengan taraf

signifikansi 5% (0,05). Interpretasi dilakukan dengan kriteria.

3.11 Penyajian Data

Penyajian data dalam laporan ini menggunakan tabel dan tekstular.

3.11.1 Penyajian cara tekstular

Adalah penyajian data hasil peneltian dalam bentuk kalimat,

biasanya digunakan untuk penelitian atau data kuantatif (Notoatmojo,

2002).

3.11.2 Penyajian cara tabel

Adalah suatu penyajian yang sistemik dari data numerik yang

tersusun dalam kolom atau jajaran yang digunakan untuk data yang

sudah diklasifikasikan dan tabualasi (Notoatmojo, 2002).

3.12 Etika penelitian

Peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika yang

meliputi :

1) Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan sebelum penatalaksanaan dilakukan,

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Sebelum responden menandatangani informed consent observer

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Responden yang bersedia

kemudiaan menandatangani lembar persetujuan tetapi jika responden

Page 47: Proposal Gerontik Kucur

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden tersebut

(Hidayat, 2008).

2) Anonimity

Pada laporan ini , nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat

ukur dan diganti dengan menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data sehingga hak privasi responden terlindungi dan semua informasi

yang di berikan kepada peneliti akan tetap rahasia.

3) Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil laporan baik informasi maupun

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiannya dengan tidak mempublikasikan atau membocorkan detail

hasil pengumpulan data ke pihak manapun. Hanya data tertentu yang

merupakan kesimpulan yang dilaporkan pada hasil riset .