proposal diah biologi benar

Upload: amar-cool

Post on 13-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PAGE 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam sistem Pendidikan Nasional (UU No 20 tahun 2003), dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kenyamanan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara karena pendidikan adalah salah satu faktor pembangunan nasional harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan strategi pembangunan nasional (Anonim, 2003).

Perkembangan dunia sains, teknologi dan seni yang semakin pesat menuntut penyelenggaraan pendidikan yang dianggap ujung tombak adalah guru. Ini berarti guru juga dituntut untuk semakin profesional (Anonim, 2004). Sehubungan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sudah selayaknya sekarang guru beralih dari pandangan bahwa guru sebagai pemberi ilmu pengetahuan, siswa sebagai penerima yang pasif menjadi siswa sebagai agen pembelajaran yang aktif dan guru sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif.

Pemerintah selalu berusaha melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya tersebut mencakup semua komponen pendidikan, salah satunya adalah pengembangan metode dan pendekatan belajar mengajar karena metode dan pendekatan merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dalam hal ini termotivasinya siswa dan ketuntasan dalam belajar yang berujung pada ketuntasan siswa sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.

Berdasarkan survey bahwa pembelajaran IPA Biologi kelas VIII di SMP Negeri1Praya Baratselama ini masih menggunakan metode ceramah (Konvensional). Hal tersebut menimbulkan permasalahan yang diindikasikan sebagai faktor penyebab siswa kurang termotivasi selama proses pembelajaran berlangsung dan rendahnya ketuntasan belajar siswa yaitu: hal ini terlihat dari perolehan ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1 Praya Barat seperti yang tertera dalam bentuk tabel di bawah ini:Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Siswa

NoKelasRata-rataTidak TuntasTuntasPersentase KetuntasanPersentase Tidak Tuntas

1VIIIa60,918 orang18 orang50,0%50,0%

2VIIIb65,919 orang16 orang45,7%54,3%

3VIIIc60,020 orang15 orang42,9%57,1%

Sumber: data hasil observasi siswa tahun 2009/2010

Dari data di atas menunjukkan bahwa pelajaran IPA biologi memiliki persentase ketuntasan yang rendah, artinya menunjukkan bahwa hasil belajar jauh dari ketuntasan. Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Namun pencapaian tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan. Keberhasilan dari suatu proses belajar seorang siswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang dihasilkan. Prestasi belajar selalu identik dengan hasil belajar, yang dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang setelah orang tersebut melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran yang selama ini diterapkan di kelas bersifat monoton, artinya guru dalam menyampaikan materi pelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah dan pembahasan-pembahasan soal lebih didominasi guru, sehingga siswa menjadi pasif dan hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran biologi adalah tingkat pemahaman siswa dalam suatu permasalahan terutama masalah dalam ilmu biologi. Hal ini berdampak pada rasa kurang percaya diri siswa, baik dalam bertanya maupun keengganan siswa menyelesaikan soal-soal. Hal ini menuntut guru lebih kreatif dalam menerapkan model belajar yang tepat dalam proses belajar mengajar, salah satu model pembelajaran yang diterapkan adalah model scramble.Model pembelajaran scramble dirancang untuk membantu individu membuka pintu pemecahan masalah, kegiatan tulis menulis, dan memperoleh pandangan baru dalam berbagaia topik. Di kelas, model ini diperkenalkan kepada para siswa dalam rangkaian bengkel kerja sampai kepada saat dimana mereka dapat menerapkan prosedur secara individu dan kelompok yang sedang bekerja sama (Winataputra, 1994).

Model pembelajaran scramble dianggap sesuai untuk pembelajaran biologi karena model pembelajaran scramble merupakan suatu model dimana mendorong siswa untuk mencari dan menemukan pemecahan masalah, kegiatan tulis menulis, dan memperoleh pandangan baru dalam berbagaia topik. Model pembelajaran scramble mengajak siswa untuk menggunakan proses berpikir dan harus terampil menghubungkan konsep yang ada dalam pemeblajaran biologi itu sendiri.

Winataputra, (1994) mengemukakan bahwa model pembelajaran scramble dirancang untuk meningkatkan kemapuan siswa dalam memecahkan masalah, mengeksperisikan sesuatu secara efektif serta menekankan siswa pada makna ide-ide yang dapat diperkuat melalui aktifitas yang kreatif dengan cara melihat sesuatu yang lebih luas. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan konsep pada diri siswa dan lebih terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru serta akan lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Scramble Dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Praya Barat Tahun Pelajaran 2009/2010.1.2. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran biologi siswa kelas VIII SMPN 1 Praya Barat tahun pelajaran 2009/2010.?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan penerapan pembelajaran scramble dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran biologi siswa kelas VIII SMPN 1 Praya Barat tahun pelajaran 2009/2010.

1.4. Manfaat PenelitianAdapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1.4.1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan model pembelajaran. Model pembelajaran yang terutama adalah scramble sebagai salah satu model yang digunakan pada pembelajaran biologi di SMP Negeri 1 Praya Barat. 1.4.2.Secara praktisHasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para guru maupun siswa khususnya guru biologi, bahwa penerapan pembelajaran model scrambel dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa terutama pada pelajaran biologi.1.5. Lingkup Penelitian

1.5.1. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Praya Barat Tahun Pelajaran 2009/2010.

1.5.2. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran scramble pada pelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Praya Barat Tahun Pelajaran 2009/2010.

1.5.3. Lokasi penelitian

Dilaksanakan di SMP Negeri 1 Praya Barat tahun pelajaran 2009/2010.

1.6. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan beberapa istilah dari judul penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul ini. Adapun istilah tersebut:1.6.1. PenerapanPenerapan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menerapkan (Alwi, 2001). Jadi penerapan dalam penelitian ini adalah suatu proses dalam pembelajaran. Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa penerapan adalah melakukan tindakan dalam melangsungkan kegiatan. Jadi penerapan dalam penelitian ini adalah suatu tindakan dalam melangsungkan proses pembelajaran dengan menerapkan kerja kelompok.

1.6.2. Model pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inquiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.1.6.3. SrcambleScramble adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan membagi lembar kerja yang berisi pertanyaan pada akhir pertemuan dan harus dijawab oleh siswa. Lembar kerja tersebut sudah dilengkapi dengan jawaban yang disusun secara acak. Dengan jawaban yang telah disusun secara acak tersebut diharapkan dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mengerjakan soal tersebut. Dalam model pembelajaran ini akan dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2-4 siswa yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis kelamin, ras maupun etnis.Berdasarkan dua pengertian menurut para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode pembelajaran sinektiks merupakan model pembelajaran scramble yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dan diperkenalkan kepada para siswa dalam rangkaian kerja sampai kepada saat dimana mereka dapat menerapkan prosedur secara individu dan kelompok yang sedang bekerja sama, Dengan demikian siswa dapat membentuk dan mengembangkan konsep pada diri siswa dan lebih terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru.

1.6.4. Motivasi

Motivasi adalah suatu kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya sehingga seseorang akan termotivasi untuk melakukan sesuatu bila dirasakan kebutuhannya belum terpenuhi (Soeharto, 2003). Menurut ahli yang lain mengatakan motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak (Sudirman, 2005).

Jadi motivasi belajar dalam penelitian ini adalah suatu pendorong dan penggerak tingkah laku yang ditandai dengan perasaan dan energi sehingga mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan untuk mencapai tujuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Praya Barat Tahun Pelajaran 2009/2010 setelah mendapatkan pembelajaran scramble1.6.5. Prestasi BelajarPrestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2002). Selanjutnya, menurut (Djamarah, 1991) prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Selain itu, prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan pengetahuan bahan pelajaran yang di sajikan kepada anak didik serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu baik berupa sikap, kebiasaan dan keterampilan sebagai hasil dari aktivitas belajar.

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Belajar dan PembelajaranBelajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, tujuan kegiatan adalah perubahan tinggkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap serta meliputi segenap aspek pribadi.

Selanjutnya, Nashar (2004), mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik yang terjadi melalui latihan atau pengalaman

Aktifitas belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di sekolah. Sedangkan mengajar merupakan alat utama bagi guru sebagai pendidik dan pengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran sebagai proses pendidikan kelas (Hadis, 2006).

Selain itu, Winataputra (1994) mengemukakan pendapatnya tentang belajar dan pembelajaran yaitu :

1. Menurut Skinner

Belajar adalah suatu prilaku. Pada saat belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika tidak maka responnya akan menurun. Sehingga oleh Skiner dalam belajar ditemukan adanya hal-hal sebagai berikut:

a. Kesempatan terjadinya yang menimbulkan respon tersebut.

b. Respon si pembelajar

c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.

2. Menurut Gagne

Belajar adalah kegiatan yang kompleks dan terdiri dari tiga komponen penting yaitu: kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Sehingga belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dan lingkungannya. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Dan kelima hasil tersebut merupakan kapabilitas.

3. Menurut Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Piaget juga menyarankan guru harus memperhatikan empat langkah pembelajaran, antara lain :

a. Menentukan topik.

b. Memilih dan mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.

c. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

d. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan melakukan revisi.

4. Menurut Rogers

Menurut pendapatnya, praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktik tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Dengan melihat hal tersebut Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran.

Prinsip pendidikan dan pembelajaran sebagai berikut:

a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.

b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

c. Pengorganisasian bahan pelajari berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bahan yang bermakna bagi siswa.

d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterburukan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melakukan perubahan diri terus-menerus.

e. Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.

f. Belajar mengalami (Exeriental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi diri.

g. Belajar mengalami tuntutan keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh

Dari uraian di atas berarti belajar adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ada empat kemampuan yang terkandung dalam sistem pembelajaran menurut Depdiknas (2002) yaitu :

a. Kemampuan merencanakan pembelajaran dan bahan ajar

b. Kemampuan yang berkenaan dengan prosedur mengajar

c. Keterampilan antar pribadid. Standar prefesional

2.1.2 Teori Tentang Strategi Belajar Mengajar

Menurut Azhar, (1991) bahwa mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya prposes belajar. Sistem lingkungan yang dimaksud, terdiri dari bebertapa komponen yang saling mempengaruhi. Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia (Hasibuan dan Moedjiono, 2008).

Tujuan-tujuan belajar diusahakan secara ekspilisit dengan tindakan instruksional tertentu dinamakan instructional effect, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang merupakan hasil pengiring, yang tercapainya karena siswa menghidupi suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti kemampuan yang kritis dan kreatif atau sikap terbuka menerima pendapat orang lain, dinamakan nurturan effec. Untuk mencapai tujuan itu guru biasanya memilih satu atau lebih strategi belajar mengajar.

Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini menunjuk kepada karesteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru-murid dalam suatu peristiwa belajar mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur instruksional.

2.1.3 Teori Tentang Model Pembelajaran Secara umum Winataputra (1994) mengemukakan bahwa model diartikan sebagai kerangaka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya. Dalam uraian selanjutya, istilah model digunakan untuk menunjukan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud denganmodel belajar-mengajar adalah kerangaka konseptual yang melakukan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar-mengajar.

Dari hasil kajian terhadap berbagai model belajar-mengajar yang telah dikembangkan dan diperoleh para pakar kependidikan dibidang itu, Joyce dan Weil dalam Winataputra (1994) mengelompokan model-model dalam 4 (empat) kategori, yakni:

1. Kelompok Model Pengolahan Informasi

Model-model belajar-mengajar pengolahan informasi menitik beratkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia ini dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapannya. Secara singkat, masing-masing model yang termasuk dalam kelompok ini dikemukakan sebagai berikut:

a. Model Pencapaian Konsep

Model yang sengaja dirancang untuk membantu para siswa mempelajari konsep-konsep yang dapat dipakai untuk mengorganisasikan informasi sehingga dapat memberi kemudahan bagi mereka untuk mempelajari konsep itu dengan cara yang lebih efektif.

b. Model Berpikir Induktif

Model berpikir induktif dirancang dengan tujuan untuk mendorong para konsep, menjajaki berbagai cara yang dapat menjadi para pelajar lebih terampil dalam menyikapi dan mengoraganisasikan informasi dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan hubungan antara hal.

c. Model Latihan Penelitian

Model yang sengaja dirancang untuk melibatkan para pelajar dalam proses penalaran mengenai hubungan sebab akibat, dan menjadikan mereka lebih fasih dan cermat dalam mengajukan pertanyaan dan membangun .

d. Model Pemandu Awal

Model yang sengaja dirancang untuk memberikan pengalaman belajar dengan struktur kognitif yang digunakan untuk memahami materi yang disajikan dalam kuliah, dalam membaca dan dengan menggunakan medol belajar yang lain.

e. Model Memorisasi

Model yang sengaja dirancang untuk membimbing penyampaian materi yang dimaksudkan agar para pelajar dapat dengan mudah menangkap informasi baru.

f. Model Pengembangan Intelek

Model yang sengaja dirancang untuk membantu para guru menyesuaikan proses belajar-mengajar terhadap taraf kematangan para siswa dan untuk merancang cara-cara untuk meningkatakan kecepatan perkembangan kognitif para siswa.

g. Model Penelitian Ilmiah

Tujuan dari model ini adalah untuk mengajarkan metode ilmiah secara langsung dan untuk mengajarakan konsep-konsep disiplin yang fundamental atau mendasar serta informasi dasar yang diperlukan untuk memahami suatu bidang ilmu.

2. Kelompok Model Personal

Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan kita memhami diri sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab. Kelompok model personal memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalangkan kemandirian yang produktif, sehingga manusia akan semakin sadar diri dan bertanggung jawab. Termasuk kedalam model ini sebagai berikut:

a. Model SinektiksPada umumnya model ini dikembangkan untuk dipakai dalam kelompok kreatif Creative Group di lingkungan sekolah. Model ini dirancang untuk membantu individu membuka pintu pemecahan masalah, kegiatan tulis menulis dan memperoleh pandangan baru dalam berbagai topik. Di kelas, model ini diperkenalkan kepada para siswa dalam rangkaian bengkel kerja sampai kepada saat dimana mereka dapat menerapkan prosedur secara individu dan kelompok yang sedang bekerja sama.

b. Model Latihan KesadaranModel belajar-mengajar ini membantu para siswa memperluas kesadaran diri dan kemapuan untuk merasa dan berpikir merupakan tujuan utama dari model ini.

c. Model Pertemuan Kelas

Model yang sengaja dirancang dengan maksud untuk membantu para siswa memikul tanggung jawab untuk lingkungan sosialnya sehingga dapat digunakan dalam lingkungan kelas.

3. Kelompok Model Sosial

Kelomopok model sosial dirancang untuk memenfaatkan fenomena kerja. Kelompok model ini meliputi sejumlah model, yang secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Model Investigasi KelompokPada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengekplorasikan berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang releven, mengembangkan dan mengetes hipotesis.

b. Model Bermain PeranModel ini diperuntukkan bagi siswa meempelajarai nilai-nilai sosial dan pencerminanannya dalam perilaku serta memperbaiki keterampilan sosial siswa.

c. Model Peneliti YurisprundensiPada dasarnya model ini, menerapkan model studi kasus dalam proses peradilan dan menerapkannya dalam suasana di sekolah.

d. Model Latihan LaboratorisPada dasarnya model ini, model ini dirancang untuk membantu kelompok dalam menganalisis proses sosial, sesuai pekerjaan dengan keterampilan dan pembangunan keutuhan kerja.

e. Model Penelitian SosialModel ini dikembangkan atas dasar kerangka konseptual yang sama dengan model penelitian ilmiah yang diterapkan dalam bidang ilmu-ilmu alamiah dan model penelitian sosial dalam bidang ilmu-ilmu sosial.

4. Kelompok Model Sistem Perilaku

Model ini memusatkan perhatian pada perilaku siswa dan tugas diberikan dalam rangaka mengkomunikasikan keberhasilan. Model ini meliputi model belajar tuntas, pengajaran langsung dan teori belajar sosial.

2.1.4 Tinjauan Tentang Model ScrambleScramble adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan membagi lembar kerja yang berisi pertanyaan pada akhir pertemuan dan harus dijawab oleh siswa. Lembar kerja tersebut sudah dilengkapi dengan jawaban yang disusun secara acak. Dengan jawaban yang telah disusun secara acak tersebut diharapkan dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mengerjakan soal tersebut. Dalam model pembelajaran ini akan dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2-4 siswa yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis kelamin, ras maupun etnis. Pada umumnya model ini dikembangkan untuk dipakai dalam kelompok kreatif creative group di lingkungan sekolah. Model ini dirancang untuk membantu individu membuka pintu pemecahan masalah, kegiatan tulis menulis dan memperoleh pandangan baru dalam berbagai topik. Di kelas, model ini diperkenalkan kepada para siswa dalam rangkaian bengkel kerja sampai kepada saat dimana mereka dapat menerapkan prosedur secara individu dan kelompok yang sedang bekerja sama (Winataputra, 1994).

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah 1) Guru membuat kartu soal sesuai marteri2) Guru membuat kartu jawaban dengan diacak nomornya 3) Guru menyajikan materi sesuai topik

4) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok

5) Membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacaksusunannya.6) Siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.7) Guru mengarahkan siswa untuk memfokuskan pada tugas awal atau masalah yang dibahas tentang materi.2.2. Kerangka Berpikir

Dalam model pembelajaran scramble akan mengasah kemapuan siswa dalam memecahkan masalah, mengeksperisikan sesuatu secara efektif serta menekankan siswa pada makna ide-ide yang dapat diperkuat melalui aktifitas yang kreatif dengan cara melihat sesuatu yang lebih luas serta siswa akan menjadi aktif belajar. Dalam perbedaan tingkat pemahaman terhadap materi pelajaran yang diberikan. Dengan bimbingan dan bantuan guru yang diberikan kepada siswa baik yang memiliki kemampuan yang rendah maupun memiliki kemampuan yang tinggi akan menyebabkan siswa merasa diperhatikan. Sehingga terjadi hubungan guru dan siswa serta siswa dan siswa yang baik dan suasana belajar yang menyenangkan dengan demikian siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan serius dalam menuntaskan pelajaran, sehingga diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.

2.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri I Praya Barat Tahun pelajaran 2009/2010.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegaiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas (Aqib, 2007). Arikunto (2007) menambahkan Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif yaitu berkaitan dengan motivasi belajar siswa dengan menggunakan angket dan pendekatan kuantitatif yaitu menentukan berapa besar siswa yang dapat menuntaskan pembelajaran yang telah dilakukan setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Scramble3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMPN 1 Praya Barat Semester Genap pada bulan Mei Tahun Pelajaran 2009/2010.3.4. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu cara untuk mencari jawaban sementara (Hipotesis) dari rumusan masalah. Dalam rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus.

Secara lebih rinci prosedur dalam rencana penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

3.4.1. Tahap Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah

3.4.1.1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Adapun bentuk dan jenis Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat terlihat di dalam daftar lampiran.

3.4.1.2. Menyusun angket untuk mengetahui motivasi belajar siswa.

Adapun bentuk dan jenis angket yang diajukan dapat terlihat di dalam daftar lampiran.

3.4.1.3. Merancang alat evaluasi yakni berupa tes hasil belajar tulis untuk mengetahui ketuntasan belajar yang diperoleh siswa.

3.4.2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan atau penerapan rancangan akan diimplementasikan seluruh rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan yang meliputi pelaksanaan dari rencana Pelaksanaan pembelajaran, penyebaran angket dan tes kepada siswa.

3.4.3. Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi berdasarkan penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan proses belajar mengajar (PBM). Observasi dilakukan oleh satu orang pengamat yang berasal dari SMP Negeri 1 Praya Barat.

3.4.4. Tahap Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi oleh satu orang pengamat dikumpulkan dan dievaluasi untuk direfleksikan bersama (antara peneliti dan pengamat). Hasil observasi akan dicatat dan digunakan sebagai acuan untuk merevisi rencana dan tindakan guru (peneliti) pada proses pembelajaran siklus berikutnya.

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Depdiknas, 2003)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa, sesudah suatu siklus selesai diterapkan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang/planing atau revisi terhadap penerapan siklus dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian untuk seterusnya, satu siklus diikuti dengan siklus berikutnya, sehingga PTK dapat dilakukan dengan beberapa kali siklus.3.5. Populasi dan Sampel

3.5.1. Populasi

Populasi menurut Suharsimi (2002) adalah keseluruhan dari subyek penelitian. Pendapat lain mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti (Sugiono, 2006). Dari kedua pendapat di atas maka penulis dapat mengemukakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai hasil menghitung atau pengukuran dari suatu objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah 139 orang, yaitu siswa kelas VIIIA = 35, VIIIB = 34, VIIIC = 36 dan Kelas VIIID = 34 SMP Negeri 1 Praya Barat.

3.5.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti atau diharapkan dapat mewakili populasi ketika digeneralisasikan (Mardalis, 1997). Ahli lain berpendapat sama bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2003).

Populasi kelas VIII di SMP Negeri 1 Praya Barat terdiri atas 4 kelas, maka teknik pengambilan sampel adalah Cluster random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak perkelompok atau perkelas bukan per individu. Jadi sampel diperoleh adalah kelas VIIIB = 34 orang. 3.6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah :3.6.1. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa dengan cara mengamati tingkat kemampuan guru dalam mengelola PBM (Proses Belajar Mengajar). Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari satu lembar observasi keterlaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran scramble.

3.6.2. Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi, 2002). Data tentang motivasi belajar siswa diperoleh dengan cara mengajukan angket motivasi belajar siswa berkaitan dengan proses belajar yang menggunakan model pembelajaran Scramble.

3.6.3. Tes

Tes adalah sejumlah tugas yang diberikan oleh tester (orang yang mengetes) kepada testee (orang yang akan di tes) guna mengukur hal-hal yang ada pada diri testee (Imron, 2002). Tes diberikan pada akhir penyampaian materi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, test dilakukan setiap akhir siklus belajar mengajar berlangsung.3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

3.7.1. Lembar Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung tentang proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru maupun siswa meliputi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scramble.

3.7.2. Lembar Angket/Kuesioner

Dalam penelitian ini angket dibuat oleh peneliti yang digunakan untuk memperoleh data motivasi belajar. Angket yang digunakan berisi 20 butir pertanyaan yang dimiliki 4 alternatif jawaban dengan menggunakan skala libert yaitu untuk jawaban a = 4, b = 3, c, 2, dan d =1

3.7.3. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar untuk menggali ketuntasan belajar siswa dengan bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 soal. Tes hasil belajar diberikan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran yang sebelum sudah diberikan tes pada awal (pre test).

Untuk mengetahui valid tidaknya suatu tes digunakan rumus Koefisien korelasi product moment sebagai berikut (Sugiyono, 2006)

rxy = Koefisien korelasi

x = Skor item

y = Jumlah skor

N = Jumlah sampel

Tes dinyatakan valid jika r hitung > r tabel dan tes dinyatakan reliabel jika r hitung > r tabel. Sedangkan untuk menghitung reliabel tidaknya suatu tes digunakan rumus KR.20 (Kuder rchardson) (Sugiono, 2006)

ri = Reliabilitas tes

k = Jumlah item dalam instrumen

Pi = Proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar =

qi = Proporsi banyaknya subjek yang menjawab salah atau qi = 1 -piSD2 = Varians total =

N = Jumlah responden

M = Rata-rata =

3.8. Analisis Data

3.8.1. Proses Belajar Mengajar

Data tentang proses belajar mengajar yang meliputi aktivitas guru dan siswa yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis statistik

3.8.2. Analisis Tingkat Motivasi

Untuk menghitung tingkat motivasi, maka dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :

3.8.2.1. Motivasi belajar siswa dibagi ke dalam 3 tingkatan yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

3.8.2.2. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa digunakan interval dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jumlah pilihan dalam setiap pertanyaan adalah 4 yaitu a, b, c, d dengan skor berturut-turut 4, 3, 2, dan 1.

b. Berdasarkan skor tersebut dapat dijumlahkan skor total motivasi belajar siswa (sesuai dengan pilihan siswa).

c. Berdasarkan jumlah skor total dapat diteliti tingkat motivasi belajar siswa apakah termasuk kategori tinggi, sedang atau rendah.

Penentuan tingkat motivasi siswa sesuai dengan skala konversi yang terdapat pada tabel berikut :Tabel 3.2 : konversi kategori untuk motivasi (Nurhasan, 2001 dalam Rosmyati, 2006)KonversiKategori

61 80Motivasi tinggi

41 60Motivasi sedang

20 - 40Motivasi rendah

2.1.2. Analisis Hasil Belajar Siswa

Setelah memperoleh data hasil belajar siswa maka data tersebut dianalisis dengan mencari ketuntasan belajar kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan rumus uji ketuntasan, seperti terlihat di bawah ini.

2.1.2.1. Ketuntasan individu setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu apabila mampu memperoleh nilai 60 sebagai standar ketuntasan belajar minimal yang diterapkan oleh sekolah tempat peneliti melakukan penelitian.

2.1.2.2. Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan persamaan :

KK= Ketuntasan belajar

x= Jumlah siswa yang memperoleh 60

z= Jumlah siswa yang ikut tes

Sesuai dengan petunjuk teknis penilaian kelas dapat dikatakan tuntas secara klasikal bila ketuntasan klasikal mencapai 85 % (Nasution, 1995 dalam Usodo, 2006).BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Uji Validitas Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas XI3 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang. Dari 30 butir soal yang diujicobakan kepada siswa diperoleh 20 butir soal yang valid. Untuk n = 40 dengan rtabel 0,31, sehingga dapat ditentukan validitas butir soal tersebut yaitu butir soal katakan valid jika rhitung dari rtabel (Lampiran 7).

4.1.2. Tingkat Kesukaran

Pada perhitungan taraf kesukaran butir soal pokok bahasan sistem koloid, dari 20 butir soal yang valid diperoleh seluruhnya soal dengan kriteria sedang (Lampiran 8).

4.1.3. Daya Beda

Dari hasil uji coba soal pokok bahasan sistem koloid terhadap 40 siswa dari kelas XI3 disusun ke dalam skor tertinggi hingga terendah, kemudian diambil 50% skor teratas (20 orang) sebagai kelompok atas dan 50% skor terbawah (20 orang) sebagai kelompok bawah. Hasil uji coba pokok bahasan bahasan sistem koloid pada soal yang valid diperoleh 8 butir soal yang baik, 11 butir soal yang cukup, dan 1 butir soal yang baik sekali (Lampiran 10).

4.1.4. Uji Reliabilitas Instrumen

Koefisien reliabilitas tes pokok bahasan sistem koloid untuk butir soal valid dihitung dengan menggunakan rumus KR-21 diperoleh hasil sebesar 0,78. Berdasarkan kriteria realiabilitas nilai rhitung terletak pada 0,610,80 sehingga dinyatakan soal tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi (Lampiran 12).

4.1.5. Hasil Ui Homogenitas

Sebelum analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus t-tes untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, maka perlu diuji varians kedua sampel homogen atau tidak. Berdasarkan uji homogenitas diperoleh F = 1,08. Hasil uji homogenitas di atas kemudian dikonsultasikan pada F tabel dengan taraf kepercayaan 95% sehingga diperoleh F = 3,45. hasil ini menunjukkan bahwa harga F < F. Dengan demikian maka varians-varians homogen (Lampiran 14). 4.1.6. Hasil Prestasi Belajar Siswa

Setelah dilaksanakan tindakan evaluasi pada kelas eksperimen diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Kelas Eksperimen

TesJumlah SiswaKetuntasanProsentase Ketuntasan

TuntasTidak

Tes evaluasi4034685,0%

Dari tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa rata-rata persentase ketuntasan belajar siswa sudah memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan yakni 85%. Hasil evaluasi secara lengkap ada pada (Lampiran 18).

Selanjutnya evaluasi juga dilakukan pada kelas kontrol diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Kelas Kontrol

TesJumlah SiswaKetuntasanProsentase Ketuntasan

TuntasTidak

Tes evaluasi 40241660%

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata persentase ketuntasan belajar siswa yaitu 60,0% sehingga belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan yakni 85%. Hasil evaluasi secara lengkap ada pada (Lampiran 19).

4.1.7. Hasil Uji t

Data hasil belajar siswa dianalisis dengan uji t yaitu dengan membandingkan skor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan uji t diperoleh t = 4,68. Hasil uji t diatas kemudian dikonsultasikan pada t. dengan taraf kepercayaan 95% dan db = 78 diperoleh t = 1,99, hasil ini menunjukkan bahwa t t. Karena t t maka Ha diterima. Dengan demikian bahwa dengan penerapan model pembelajaran sinektiks dapat meningkatkan belajar kimia pada pokok bahasan sistem koloid kelas XI SMA Negeri 1 Woha tahun pelajaran 2008/2009 (Lampiran 21).4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kimia pada pokok sistem koloid pada siswa kelas XI tahun pelajaran 2008/2009 diketahui bahwa ada perbedaan secara signifikan yang dibuktikan dengan hasil uji-t tes dimana = 4,68 > = 1,99 pada taraf kepercayaan 95%, maka perlakuan yang diterapkan yakni penggunaan model pembelajaran sinektiks memiliki pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem koloid pada siswa kelas XI semester 11 SMA Negeri 1 Woha tahun pelajaran 2008/2009.

Dalam proses belajar mengajar, metode mengajar merupakan hal yang terpenting karena metode mengajar merupakan faktor penunjang dalam penyampaian suatu materi pelajaran yang akan mampu meningkatkan prestasi belajar. Setiap metode mengajar mempunyai kelebihan dan kekurangan serta daya cocok yang berbeda, senada dengan pernyataan Djamarah (1991: 56), bahwa banyak metode mengajar yang dapat digunakan dalam mengajar namun tidak semua metode mengajar yang cocok untuk semua materi dan masing-masing siswa. Dengan demikian seharusnya memilih metode mengajar yang lebih sesuai dengan siswa untuk meningkatkan motivasi belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar kimia siswa.

Model pembelajaran sinektiks dianggap sesuai untuk materi sistem koloid karena model pembelajaran sinektiks merupakan suatu model dimana mendorong siswa untuk mencari dan menemukan pemecahan masalah, kegiatan tulis menulis, dan memperoleh pandangan baru dalam berbagaia topik. Model pembelajaran sinektiks mengajak siswa untuk menggunakan proses berpikir dan harus terampil menghubungkan data-data dengan konsep yang ada dalam materi sistem koloid itu sendiri.

Winataputra, (1994: 56) mengemukakan bahwa model pembelajaran Sinektiks dirancang untuk meningkatkan kemapuan siswa dalam memecahkan masalah, mengeksperisikan sesuatu secara efektif serta menekankan siswa pada makna ide-ide yang dapat diperkuat melalui aktifitas yang kreatif dengan cara melihat sesuatu yang lebih luas. Dengan demikian siswa dapat membentuk dan mengembangkan konsep pada diri siswa dan lebih terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru dan berkeinginan untuk selalu mengembangkan serta akan lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Sinektiks memberikan peluang yang lebih besar untuk peningkatan prestasi belajar kimia siswa khususnya pada pokok sistem koloid., sebab peserta didik akan dapat memiliki keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan yang memuat tentang sistem koloid, disamping itu siswa akan memiliki pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar dengan demikian siswa akan lebih termotivasi dalam belajarnya.

Model pembelajaran Sinektiks merupakan jenis pembelajaran yang dirancang khusus untuk mengetahui pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Pemilihan model pembelajaran Sinektiks ini didasarkan pertimbangan bahwa teknik ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dalam proses belajar mengajar. Secara psikologis siswa akan termotivasi karena akan memiliki pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam belajarnya.

Belajar tidak hanya sekedar menghafal, dimana siswa dituntut harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri atau belajar dari mengalami. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Berarti dengan kata lain bahwa model pembelajaran sinetiks dapat mempupuk kebiasaan siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain sehingga tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

Dari data hasil belajar siswa, diperoleh bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Perbedaan ini signifikan yang dibuktikan dengan hasil uji t-tes dimana = 4,68 lebih besar daripada = 1,99. Hasil ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran sinetiks lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem koloid dibandingkan dengan metode ceramah, walaupun demikian terdapat siswa yang memperoleh nilai yang sangat rendah pada kelas eksperimen yakni 55. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih ada siswa yang kemampuannya kurang untuk itu bagi siswa yang memiliki kemampuan kurang hendaknya guru dalam peroses belajar mengajar dapat lebih memberikan bimbingan secara individual sehingga pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Sinektiks dapat lebih mengefektifkan siswa dalam belajarnya.

Hal tersebut di atas diperlukan karena keterbukaan siswa untuk mengungkapkan petanyaaan atau kesulitan dalam memahami materi pelajaran adalah salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajarnya. Sehingga prestasi belajar pada pokok bahasan sistem koloid siswa kelas XI SMAN 1 Woha dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Lalu, 1991. Proses Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Depdiknas, 2002. Program Peningkatakan Kualitas Guru Sekolah Menengah Umum. Jakarta.Depdiknas, 2003. Program Peningkatakan Kualitas Guru Sekolah Menengah Umum. Jakarta.Djamarah, 1991. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.Hadis, 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta.8Hasibuan dan Moedjiono, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Mardalis, 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Bian Aksara.

Sudjana Nana, 1997. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.Sugiyono, 2007. Statsistik Untuk Penelitia. Bandung: CV. Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.Winataputra, 1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka CiptaPerencanaan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Observasi

Observasi

Refleksi

Refleksi

_1327695300.unknown

_1331365511.unknown

_1331365513.unknown

_1331365515.unknown

_1331365516.unknown

_1331365512.unknown

_1327695305.unknown

_1327695307.unknown

_1331365510.unknown

_1327695309.unknown

_1327695306.unknown

_1327695303.unknown

_1327695304.unknown

_1327695302.unknown

_1327695296.unknown

_1327695298.unknown

_1327695299.unknown

_1327695297.unknown

_1327695293.unknown

_1327695294.unknown

_1327695292.unknown