proposal dekonvolusi spike_3

35
Proposal Kerja Praktek PERMOHONAN KERJA PRAKTEK DIAJUKAN KEPADA P3GL BANDUNG Oleh : MUHAMMAD MASBUKIN NIM. 115 070 052 DAFTAR ISI : 1. Permohonan Kerja Praktek 2. Proposal Kerja Praktek 3. Curiculum Vitae 4. Transkip Nilai

Upload: muhammad-masbukin

Post on 26-Jun-2015

627 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

PERMOHONAN KERJA PRAKTEK DIAJUKAN KEPADA

P3GLBANDUNG

Oleh : MUHAMMAD MASBUKIN

NIM. 115 070 052

DAFTAR ISI :

1. Permohonan Kerja Praktek

2. Proposal Kerja Praktek

3. Curiculum Vitae

4. Transkip Nilai

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI MINERALUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“ YOGYAKARTA Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condongcatur, Yogayakarta Telp. (0274) 485733, 486188 Fax (0274) 486400

Page 2: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DIAJUKAN KEPADA

P3GLBANDUNG

Disusun Oleh: MUHAMMAD MASBUKIN

NIM. 115 070 052

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN YOGYAKARTA

2010

Page 3: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memperoleh Kerja Praktek di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

Kelautan, Bandung, sebagai salah satu syarat kelulusan di Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas

Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Yogyakarta tahun

akademik 2009/2010.

Diajukan Oleh :

Nama : MUHAMMAD MASBUKIN

NIM : 115 070 052

Jurusan : Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknologi Mineral

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Yogyakarta, 2 Februari 2010

Mahasiswa Pembimbing

Muhammad Masbukin Dra. Yatini, M.Si

NIM.115 070 052 NIP. 030.207.691

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknik Geofisika

Ir. Agus Santoso, M.Si

NIP. 030.194.852

Page 4: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

PROPSAL KERJA PRAKTIK

“APLIKASI DEKONVOLSI SPIKE DALAM

PENGOLAHAN DATA SEISMIK PADA DAERAH X”

DIAJUKAN KEPADA

P3GLBANDUNG

I. PENDAHULUAN

Perguruan tinggi merupakan sarana dalam memperoleh pengetahuan, yang pada

akhirnya dapat diaplikasikan dalam dunia pekerjaan. Tetapi selama di perguruan tinggi,

sebagian besar ilmu dan pengetahuan yang diperoleh mahasiswa hanya sebatas teori dan

aplikasi di lapangan (praktikum). Hal ini akan menimbulkan masalah ketika mahasiswa

tersebut masuk ke dunia kerja dimana ilmu pengetahuan yang bersifat teori tidak lagi

mendominasi dalam penyelesaian berbagai permasalahan yang terjadi. Untuk mengatasi

masalah tersebut diperlukan media-media yang dapat berfungsi sebagai penghubung antara

dunia kerja dengan dunia perkuliahan. Salah satu media itu adalah Kerja Praktek.

Untuk itu, Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta sangat menyadari manfaat dari kerja praktek,

selain berfungsi sebagai media pembuka wacana dunia kerja bagi mahasiswa, mahasiswa juga

dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh demi perkembangan dan kemajuan dunia

geoservice, industri perminyakan, dan indurtri pertambangan, disamping merupakan salah satu

syarat memperoleh gelar kesarjanaan.

II. LATAR BELAKANG

Sebagai salah satu metode dalam geofisika, metode seismik banyak digunakan dalam

eksplorasi, terutama eksplorasi hidrokarbon. Keunggulan dari metode ini dibanding dengan

metode geofisika lain adalah tingkat akurasi, resolusi dan penetrasi yang lebih tinggi. Metode

ini sangat berkembang pesat disertai dengan teknologi tinggi dalam hal aquisisi data,

pemrosesan data seismik, sampai dengan interpretasi data seismik.

Page 5: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

Eksplorasi dengan menggunakan metode seismik ini sangat popular di dunia industri

perminyakan dikarenakan data hasil interpretasinya bersifat akurat, juga dapat mendeskripsikan

secara geologi tentang kondisi bawah permukaan bumi.

Secara umum, tujuan utama dari pengukuran seismik adalah untuk memperoleh

rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dapat dinilai dari perbandingan

sinyal refleksi terhadap sinyal noise (S/N) yaitu perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi

yang direkam dibandingkan dengan sinyal noisenya dan keakuratan pengukuran waktu tempuh

(travel time).

Menurut SANNY (1998), kualitas data seismik sangat ditentukan oleh kesesuaian

antara parameter pengukuran lapangan yang digunakan dengan kondisi lapangan yang ada.

Kondisi lapangan yang dimaksud adalah kondisi geologi dan kondisi daerah survei.

III. TUJUAN

1. Mengetahui serta dapat memecahkan masalah dalam melakukan prosesing data seismik.

2. Dapat menciptakan suatu filter paku yang pendek tetapi mimiliki kinerja filter paku

yang tinggi.

3. Mengaplikasikan teori dan konsep-konsep yang didapat dibangku perkuliahan ke dalam

kasus sebenarnya.

4. Untuk mengetahui pola kerja dan perilaku pekerja profesional di lapangan, dengan

harapan dapat memiliki pengalaman dan belajar dari pengetahuan tersebut.

5. Memberikan wawasan dan pengalaman bekerja kepada mahasiswa yang bersangkutan.

6. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib program studi Jurusan Teknik Geofisika

Universitas Pembangunan “Veteran” Yogyakarta.

IV. TOPIK KERJA PRAKTEK

Topik kerja praktek diharapkan sesuai dengan bidang yang ditekuni yang telah

diperoleh di bangku kuliah yaitu:

1. “Aplikasi Dekonvolsi Spike dalam Pengolahan Data Seismik pada Daerah X”.

2. Atau dapat menyesuaikan dengan alternatif topik yang diajukan oleh Pusat Penelitian

dan Pengembangan Geologi Kelautan, dengan mempertimbangkan efektifitas, efisiensi

dan ketersediaan data-data yang ada di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

Kelautan, Bandung.

Page 6: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

V. LOKASI KERJA PRAKTEK

Lokasi kerja praktek direncanakan akan dilaksanakan di perusahaan :

VI. DASAR TEORI

VI.1 Seismik Refleksi

Seismik refleksi menggunakan sumber gelombang buatan (bukan sumber gelombang

alamiah seperti gempa bumi). Seismik refleksi atau seismik pantul memanfaatkan sifat

gelombang yang akan terpantul kembali pada saat gelombang tersebut mengenai benda dengan

densitas berbeda. Dengan menggunakan selang waktu rambat gelombang yang direfleksikan

kembali dan tergambarkan sebagai perubahan amplitudo akan diperoleh gambaran keadaan di

bawah permukaan bumi. Reflaksi gelombang seismik tersebut direkam dengan alat dan

menunjukkan berbagai variasi amplitudo sebagai respon dari berbagai pelapisan di bawah

permukaan bumi, sehingga lapisan-lapisan tersebut akan muncul sebagai horizon reflektor. Jika

kecepatan masing-masing tersebut akan muncul sebagai horizon dari waktu pantul yang

direkam kedalaman masing-masing lapisan dapat dihitung. Prinsip dasar seismik reflaksi ini

adalah Hukum Snellius, sudut gelombang datang sama dengan sudut gelombang pantul.

Gambar 1 Sistem pemantulan gelombang oleh bidang pantul

Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan tentang hubungan antara sinus sudut

datang dan bias terhadap kecepatan gelombang dalam medium, jadi persamaan Hukum Snellius

dapat dituliskan:

Page 7: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

sin θ1

sin θ2

=V 1

V 2

dengan :V1 = kecepatan gelombang seismik pada lapisan batuan 1

V2 = kecepatan gelombang seismik pada lapisan batuan 2

Dalam penerapannya metode seismik refleksi terdiri menjadi tiga bagian yaitu

pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk memperoleh data dari

lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan atau pengolahan data seismik tujuannya

untuk menghasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan sebagai

langkah penting dalam kegiatan berikutnya, dan yang ketiga adalah interpretasi data seismik

dimana memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan bahkan juga untuk

memperkirakan material batuan di bawah permukaan.

1. Akuisisi Data Seismik

Akuisisi data merupakan kegiatan bagian pertama dari suatu eksplorasi. Persiapan

awal yang harus dilakukan adalah menentukan parameter – parameter lapangan yang

cocok, dari suatu daerah yang hendak disurvey. Penentuan parameter – parameter ini

sangat penting karena akan menentukan kualitas data yang akan diperoleh. Maksud

dari penentuan parameter lapangan ini adalah untuk menetapkan parameter awal

dalam suatu rancangan survey ( akuisisi data ) yang dipilih sedemikian rupa sehingga

dalam pelaksanaan akan diperoleh informasi target selengkap mungkin dengan noise

serendah mungkin.

2. Pengolahan Data Seismik

Data seismik direkam kedalam pita magnetik di lapangan. Setelah itu data tersebut

diproses di pusat pengolahan data seismik. Tujuan dari pengolahan data seismik

adalah menghasilkan penampang seismic dengan S/N ( signal to noise ratio ) yang

baik tanpa mengubah bentuk kenampakan- kenampakan refleksi, sehingga dapat

diinterpretasikan keadaan dan bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi

seperti apa adanya. Dengan demikian mengolah data seismik merupakan pekerjaan

untuk meredam noise dan atau memperkuat sinyal.

Page 8: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Field tapes

Demultiplex

Gain Recovery

Editing & Muting

Koreksi Statik

Dekonvolusi

Analisis Kecepatan

Koreksi Dinamik / NMO

Staking

Filtering

Migrasi

Input

Paramemeter Dekonvolusi

Kecepatan Velocty plotsVeloctypanelsVelocty along line

Mute specs

Input velocity Migrated section

Proposal Kerja Praktek

Gambar 2 Tahapan pengolahan data seismik secara umum

3. Interpretasi Data Seismik

Interpretasi data seismik secara geologi merupakan tujuan dan produk akhir dari

pekerjaan seismik. Interpretasi yang dimaksud adalah menentukan atau

memperkirakan arti geologis data – data seismik. Sering interpretasi juga termasuk

reduksi data, pemilihan even – even tertentu dan lokalisasi reflektor atau target yang

akan dicari. Dari hasil interpretasi kemudian diuji dengan data – data yang lain.

Page 9: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

VI.2 Pengolahan Data Seismik

Tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk memperoleh gambaran yang

mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi. Tujuan utama pemrosesan data seismik

menurut VAN DER KRUK (2001) adalah :

1. untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N)

2. untuk memperoleh resolusi yang lebih tinggi dengan mengadaptasikan bentuk

gelombang sinyal

3. mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (mengisolasi sinyal refleksi dari multiple dan

gelombang-gelombang permukaan)

4. untuk memperoleh gambaran yang realistik dengan koreksi geometri

5. untuk memperoleh informasi-informasi mengenai bawah permukaan (kecepatan,

reflektivitas, dll).

Pengolahan data seismik bertujuan memperbaiki S/N ratio. Hal ini berrti semua noise

yang menggangu/menyelubungi informasi refleksi dedapat mungkin diredam dan sebaliknya

semua informasi refleksi dipertahankan dan bakan diperkaya (dprkytum smplitudonya) dan

dikoreksi (spektrum phasenya), sehingga akan diperoleh penampang seismik yang benar. Pada

umumnya pengolahan data seismik adalah sebagai berikut :

.

1. Field Tape

Data seismik hasil akuisi lapangan direkam ke dalam pita magnetik dengan standar

format tertantu. Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration

Geophysics). Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah tape dengan format: SEG-

A, SEG-B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-Y. Format data terdiri dari header dan amplitudo.

Header berisi informasi mengenai survei, project dan parameter yang digunakan dan

informasi mengenai data itu sendiri

2. Demultiplexing

Gelombang seismik yang terpantul beserta noise dan gelombag lainnya diteriman

geophone masih berupa analog. Gelombang analog ini dicuplik menjadi digital dengan

menggunakan multiplexer pada interval tertentu di saat perekaman. Pencuplikan

dimulai dari kanal A sampai dengan kanal terakhir dan kemabali ke kanal A lagi dan

Page 10: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

seterusnya dengan selang waktu waktu cuplik tertentu. Sehingga waktu cuplik (Δt)

berbanding dengan kanal terakhir (n) disebut sebagai multiplexing static. Setiap sampel,

setelah dikonversikan menjadi bilangan-bilangan menjadi bilangan-bilangan, ditulis

pada pita magnetik tanpa diatur kembali menurut urutan data aslinya. Denang demikian

jelaslah bahwa data seismik pada pita magnetik dari lapangan ditulis menurut kelompok

sampel, bukan menurut kelompok kanal atau trace. Pekerjaan demultiplexing adalam

mengatur kembali urutansampel tersebut berdasarkan kelomok kanal/tracenya dan

mengkoreksinya kalau ada kesalahan mutipleknya, olaritas, dan statik.

3. Gain Recovery

Gain (penguatan) yang dikenal pada trace seismik di lapangan berbentuk suatu fungsi

yang tidak smooth, karena harganya bisa naik atau turun secara otomatis (Instanteneous

floating point), maka mengakibatkan distorsi. Tetapi fungsi gain tersebut ikut terekam

di dalam pita magnetik. Di pusat pengolahan data, fungsi gain tadi ditiadakan dengan

cara mengalikan harfa-harga trace seismik dengan kebalikan dari fungsi gain,

kemudaiin dihitung harga rata-rata amplitudo trace seismik tersebut menurut fungsi

waktu. Dari sini bisa ditentukan parameter-parameter fungsi gain yang baru sedemikan

rupa sehingga fungsi gain yang dipergunakan menjadi smooth. Fungsi gain yang benar

akan menghasilkan trace siesmik dengan perbandingan amplitudo-amplitudo sesuai

dengan pembandingan diri masing-masing koefisien refleksinya. Perbandingan

koefisien refleksi yang benar akan memudahkan interpretasi sifat-sifat refleksi dan

lapisan-lapisan batuan. Terdapat beberapa jenis gain :

1. PGC (Programmed Gain Control), adalah fungsi gain yang sederhana, bekerja

bedasarkan interpolasi antar harga sklar amplitudo sampel pada laju pencuplikan

dengan satu jendela tertentu.

2. AGC (Automatic Gain Control), adalah gain g(t) yang bererja dengan

menggunakan metode rms (root mean square). Amplitudo masing-masing sampel

dikuadratkan, lalu dihitung rms-nya pada satu jendela tertentu.

Page 11: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

4. Editing / Muting

Trace yang terekam termasuk pula noise. Noise yang koheren bisa diredam dengan

berbagai cara di dalam perrosesan. Tetapi noise yang tidak koheren, dimana

amplitudonya sangat tinggi, sulit/tidak bisa diredam kecuali dimatikan seluruhnya atau

sebagian saja. Editing dapat dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari

adanya noise, terutama koheren noise, misfire, atau trace yang mati, polariti yang

terbalik.. Hal ini disebut editing atau muting. Pelaksanaan pengeditan dapat dilakukan

dengan 2 cara yaitu, pertama membuat trace-trace yang tidak diinginkan tersebut

menjadi berharga nol (EDIT) dan atau membuang / memotong bagian-bagian trace pada

zona yang harus didefinisikan (MUTE). Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat

diperoleh dari catatan pengamatan di lapangan (observer report) maupun dengan

pengamatan dari display raw recordnya.

5. Koreksi Statik

Koreksi statik terdiri dari koreksi weathering layer (lapisan lapuk) dan koreksi elevasi.

Koreksi statik biasanya sangat diperlukan pada data seismik darat untuk kompensasi

beda waktu tempuh karena pebedaan ketinggian dari sumber seismik (SP) ke SP lainnya

dan dari teophone ke geophone lainnya. Juga karena tebal lapisan lapuk yang tidak

sama resta adanya kecepatan rambat gelombang yang bervariasi di dalam lpisan lapuk.

Sehingga hal ini akan menimbulkan perbedaan waktu tempuh dari SP ke SP dan dari

geophone ke geophene. Suatu reflector yang datar (flat) akan terganggu oleh adanya

kondisi static yang disebabkan adanya efek permukaan (near surface efects).

Kompensasi ini diperlukan agar bentuk refleksi kurang lebih sesuati dengan bentuk

sesungguhnya dan agar pada proses stacking sinyal dapat saling memperkuat (sephase).

6. Dekonvolusi

Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground roll,

multiple, reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat

pengaruh noise. Gelombang seismik yang dikirim ke dalam bumi mengalami proses

konvolusi (filtering). Dalam hal ini bumi bersikap sebagai filter terhadap energi siesmik

tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk gelombang sismik (wavelet) yang semula

Page 12: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

tajam dan tinggi amplitudonya (dalam kawan waktu), menjadi lebih lebar dan menurun

amplitudonya (melar/streching). Kalau ditinjau dalam kawasan frekuensi, tampak

bahwa spektrum amplitudonya menjadi lebih sempit karena amplitudonya frekuensi

tinggi diredam oleh bumi dan spektrum fasenya berubah tidak rata. Dekonvolusi adalah

suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi, berarti di dalam kawasan waktu bentuk

wavelet dipertajam kembali, atau di dalam kawasan frekuensi spektrum amplitudonya

diratakan dan spektrum fase dinolkan atau diminimumkan.

7. Analisis Kecepatan

Tujuan dari analisi kecepatan (velocity analysis) adalah untuk menentukan kecepatan

yang sesuai untuk memperoleh stacking yang terbaik dari data seismik yang dilakukan

dengan menggunakan Interactive Velocity Analisis diperoleh dari kecepatan NMO

dengan asumsi bahwa kurva NMO adalah hiperbolik. Prinsip dasar analisa kecepatan

pada proses stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang terpat sehingga

memberikan stack yang maksimum. Analisa kecepatan ini sangat penting, karena

dengan analisa kecepatan ini akan diperoleh nilai kecepatan yang cukup akurat untuk

menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan dari suatu reflektor. Analisis kecepatan

ini dilakukan dalam CDP gather, harga kontur semblance analisis sebagai fungsi dari

kecepatan NMO dan CDP gather stack dengan kecepatan NMO yang akan diperoleh

pada waktu analisa kecepatan. Didalam CDP gather titik reflektor pada offset yang

berbeda akan berupa garis lurus (setelah koreksi NMO).

8. Koreksi NMO

Koreksi NMO diperlukan karena untuk satu titik di subsurface akan terekam oleh

sejumlah geophone sebagai garis lengakung (hiperbola). Koreksi ini diterpkan untuk

mengoreksi efek adanya jarak offset antara shot point dan receicver pada suatu trace

yang bersal dari satu CDP (Common Depth Point). Koreksi ini menghilangkan pengarh

offset sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam arah vertikal (normal

incident). Di dalam CDP gather koreksi NMO diperlukan untuk mengoreksi masing-

masing CDP-nya atar garis lengkung tersebut menjadi lurus, sehingga pada saat stack

diperoleh sinyal yang maksimal.

Page 13: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

9. Stacking

Stacking merupakan proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang

bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N). Proses in biasnya dilakukan

berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung dalam CDP dan telah di koreksi

NMP kemudian dijumlahkan untk mendapatkan satu trace yang tajam dan bebas noise

inkoheren. Setelah semua trace dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam format

CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak horizontal,

seperti ground roll dan multiple. Hal tersebut dikarenakan koreksi dinamik hanya untuk

reflektor-reflektornya saja. Dengan demikian apabila trace-trace refleksi yang datar

tersebut disuperposisikan (distack) dalam setiap CDP-nya, maka diperoleh sinyal

refleksi yang akan saling memperkuat dan noise akan saling meredam sehingga S/N

ratio naik. Kecepatan yang dipakai dalam proses stacking ini adalah stacking velocity.

Stacking velocity adalah kecepatan yang diukur oleh hiperbola NMO.

10. Filtering

Filter digunakan untuk meredam dan menjaga sinyal. Ada dua jenis filter :

Filter frekuensi (satu dimensi)

Hanya meredam frekuensi tertentu yangtidak diinginkan. Tipe filter ini berupa

low pass filter, high pass filter, band pass filter dan notch filter. Filter di dalam

pengolahan data pada umunya bersifat zero phase, sehingga tidak menggeser

phase data.

Filter F-K (dua dimensi)

Digunakan untuk meredam noise yang memiliki frekuensi sama dengan

frekuensi sinyal, tetapi bilangan gelombagnya berbeda. Ada dua jenis filter f-k,

yaitu notch dan band pass filter.

Page 14: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

11. Migrasi

Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi merupakan tahap akhir dalam

metode Post Stack Time Migration. Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan

kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang sebenarynya berdasarkan

lintasan gelombang. Hal ini disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah

mencerminkan kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incedent belum

tentu tegak lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang

miring. Selain itu, migrasi juga dapat mnghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang

muncul akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan). Dengan kata lain

migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pemantulan pada CMP yang diturunkan

berasumsi pada model lapisan datar, apabila lapisannya miring maka letak titik-titik

CMP / reflektornya akan bergeser. Untuk mengembalikan titik-titik reflektor tersebut

keposisi yang sebenarnya dilakukan proses migrasi.

VI.3 Dekonvolusi

Efek suatu filter ditentukan oleh watak respon sistem filter terhadap suatu pulsa, artinya

jika diketahui watak repon suatu filter terhadap pulsa, maka dapat ditentukan keluarannya

untuk sebarang pulsa masukan.

Proses filter inversi adalah untuk menghapuskan efek filter sebelumnya (misal, oleh

sistem filter bumi, lapisan air laut dan lain-lain), disebut sebagai dekonvolusi. Filter Wiener

merupakan metode dekonvolusi yang dapat merubah wavelet seismik menjadi bentuk spike

atau mendekati spike (paku). Meteode ini menggunakan cara meminimumkan beda/kesalahan

(least square error) antara keluaran wavelet seismik sebenarnya (dari rekaman lapangan)

denagan keluaran wavelet seismik yang diharapkan/diinginkan.

Keluaran wavelet seismik yang diinginkan dapat berupa spike atau spike dengan waktu

tunda dan lain sebagainya. Jika efek dari filter sebelumnya tidak muncul sinyal/pulsa yang

diinginkan, maka filter baru harus dirancang sedemikian rupa sehingga memberikan respon

pulsa impuls (spike) setajam mungkin.

Defenisi dekonvolusi adalah suatu proses untuk menghilangkan efek-efek hasil

konvolusi, misalanya seperti seismogram yang merupakan hasil dekonvolusi antara sinyal

Page 15: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

seismik, koefisien reflaksi dari bidang batas, dan noise, akibatnya resolusi seismogram akan

berkurang. Tujuan proses dekonvolusi itu sendiri ada 2 macam, yaitu :

1. Menghilangkan noise yang bersifat koheren (seperti multipel dan reverberasi), yang

dilakuakn pada tahap pra-penglahan data seismik.

2. Memeisahkan suatau sinyal seismik dengan koefisien refleksi dari suatu seismogram,

yang dilakukan pada data seismik yang sudah bebas noise.

VI.4 Metode Filter Wiener (lest square filter)

Metode Filter Wiener ini dapat digunakan pada wavelet yang berphase minimum atau

nol, untuk phase maximum filter ini tidak stabil.

Andaikan diberikan data masukan gt, dan filter yang telah ada (bisa juga yang akan

dirancang) adalah ft serta keluaran yang diinginkan adalah ht, maka hasil keluaran sebarnya dari

masukan tersebut (gt * ft). Kesalahan atau perbedaan antrara hasil sebenarnya (gt * ft) dengan

keluaran yang diinginkan ht adalah,

ht – (gt * ft)

dengan metode least square akan dioptimasi nilai elemen-elemen filter ft, sedemikian rupa

sehingga kesalahn/perbedaan tersebut nol atau minimum. Untuk itu, cara yang dilakkan adalah

dengan menjumlahkan semua kesalahan kuadrat dari setiap elemen, kemudian dicari turunan

parsialnya terhadap variabel filter ft (elemen ft) dan dervatif ini harus sama dengan nol,

sehingga diperoleh persamaan simultan,

∂∂ f i

∑t

( ht−g t∗f t )2=0

2∑t

(ht−gt∗f t )∂

∂ f i( g t∗f t )=0

atau

∑t

( ht−g t∗f t ) ∂∂ f i

( gt∗f t )=0

ditulis dalam bentuk konvolusi

∑t (ht−∑

t

gk ∙ f t−k) ∂∂ f i (∑t

gk ∙ f t−k)=0

Page 16: Proposal Dekonvolusi Spike_3

ρgg(0) ρgg(-1) ... ρgg(-n) f0 ρgh(0)ρgg(1) ρgg(0) ... ρgg(-n) f1 ρgh(1) ... ... ... ... ... = ...ρgg(n) ρgg(n-1) ... ρgg(0) fn ρgh(n)

Proposal Kerja Praktek

hanya bentuk yang mengandung gt-i saja di dalam konvolusi yang menyangkut fi pada suhu

derivarif di atas, maka persamaan tersebut dapat ditulis sebagai,

∑t (ht−∑

t

gk ∙ f t−k)g t−i=0

atau

∑t

ht ∙ g t−i=∑i∑

k

gk gt−i f t−k

ruas kiri adalah bentuk koreksi silang

ρgh (i )=∑t

h t ∙ gt−i

dan ruas kanan bila disubsitusikan indek j = ( t – k ) dan jumlah seluruh j menggantikan k, akan

menjadi

ρgh (i )=∑i∑

j

g t− j gt−i f j=∑j

f j∑i

gt−f gt−i

yang merupakan perubahan urutan

suku ∑i

g t− j ∙ g t−iadalah auto koreksi pada posisi (i-j), ρgg(i-j). Sehingga diperoleh persamaan

normalnya berupa,

Atau

A . f = c

jadi elemen-elemen matrik A adalah auto korelasi datang masukan gt, dan elemen matrik c

adalah korelasi silang antara masukan gr dengan keluaran yang diinginkan ht. Sedangkan

elemen-elemen matrik f adalah nilai filter yang akan dicari. Filter Wienner ada bermacam-

macam diantaranya yaitu dekonvolusi spike (paku).

VI.5 Dekonvolusi Spike (Paku)

Page 17: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Masukangt

PerhitunganOperator Filter

Diinginkanht

Operatorft

Keluaranzt

Masukangt

Operatorft

ρgg(0) ρgg(-1) ... ρgg(-n) f0 ρgh(0)ρgg(1) ρgg(0) ... ρgg(-n) f1 0 ... ... ... ... ... = ...ρgg(n) ρgg(n-1) ... ρgg(0) fn 0

Proposal Kerja Praktek

Keberhasilan interpretasi seismik sangat tergantung pada kualitas datanya. Pada

umumnya tingkat resolusi data seismik adalah kurang baik. Hal ini disebabkan oleh adanya

sinyal seismik (berasal dari banyak pantulan) yang saling tumpang tindih. Umtuk mengatasi

maslah tersebut maka diciptakan sebuah filter yang merubah sinyal seimik yang lebar menjadi

sebuah fungsi delta Dirac atau bentuk paku (spike).

Pada kenyataanya fungsi delta Dirac tidak akan pernah didapat karena hanya bersifat

teoritis. Hal itu tidak menjadi masalah, karena tujuan utamanya adalah meningkatkan resolusi

sinyal seimik, sehingga cukup dipenuhi dengan sinyal keluaran yang lebih tajam daripada

sinyal masukan.

Gambar 3 Prinsip pembuatan Dekonvolusi Spike

Gambar 4 Prinsip penggunaan Dekonvolusi Spike

Pada gambar di atas diberikan bagan prinsip pembuatan filter paku. Diketahui sinyal

masukan atau sebenarnya gt dan sinyal keluaran yang diinginkan ht, kemudian dicari suatu filter

ft diman keluarannya, ht = ft * gt, memiliki beda yang kecil terhadap zt. Beda antra zt dan ht

disebut error et.

error=|∑ z t2−∑ h t

2|

Di dalam penapisan dengan dekonvolusi spike, diharpkan bahwa wavelet yang keluar

berupa spike (zero lag spike) yaitu (1,0,0,0,0,...). proses tersebut disebut Wiener Spiking Filter.

Dengan demikian bentuk matrik pada persamaan di atas akan menjadi,

Page 18: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

Kualitas filter paku dapat dihitung dengan suatu nilai yang disebut kinerja filter P, yang

berharga 0 sampai dengan 1. Kualitas filter akan meningkat jika nilai P mendekati 1 dan

sebaliknya menurun jika nilai P mendekati 0.

Selain posisi lag time , hasil yang optimal juga dipengaruhi oleh panjang filter. Nilai P

akan meningkat dengan bertambah panjangnya filter. Tetapi panjang filter yang lebih dari 3

kali panjang sinyal masukan tidak diinginkan karean hasil keluaran filter akan sangat

tergantung pada event jejak seismik yang jauh dari event yang akan difilter. Dalam praktek

masalah yang dihadapi adalah bagaiman menciptakan suatu filter paku yang pendek tetapi

memiliki kinerja filter P yang tinggi.

VII. METODOLOGI PENELITIAN

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat berupa:

Data-data Literatur.

Jurnal, Makalah dan Laporan (Penelitian) terdahulu.

Data seismik

Data geologi, dan

data-data lain yang berkaitan dalam prosesing data seismic

VIII. WAKTU PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan kerja praktek ini dapat disesuaikan oleh pihak perusahaan Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan dan ditargetkan berlansung selama 5 minggu

dengan rencana kegiatan yang diusulkan yaitu:

Page 19: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

JENIS KEGIATAN MINGGU KE

1 2 3 4 5Studi Literatur

Pengumpulan Data

Prosesing, Analisis Data dan Diskusi

Pembuatan Laporan

Evaluasi

X. PERALATAN DAN FASILITAS

Agar berjalan dengan lancar kegiatan kerja praktik ini, dibutuhkan beberapa peralatan

dan fasilitas pendukung, yaitu sebagai berikut:

Peralatan:

1. Literatur yang terkait

2. Data seismik

3. Seperangkat komputer (PC) atau laptop

4. Peralatan lain yang menunjang penelitian

Fasilitas:

1. Akses ke perpustakaan

2. Akses ke internet

XI. PEMBIMBING

Dalam melakukan kerja praktik ini diharapkan dapat disediakan oleh perusahaan

seorang pembimbing di lapangan, sedangkan untuk pembimbing di kampus oleh salah satu staf

pengajar (dosen) di Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknologi Mineral Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

XII. LAPORAN

Hasil keseluruhan pengolahan data dalam melakukan kerja praktek akan disusun dalam

bentuk laporan tertulis yang akan dilaporkan kepada perusahaan yang bersangkutan dan

Page 20: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

disahkan kemudian oleh perusahaan, sebagai bukti telah menempuh mata kuliah wajib kerja

praktek sebanyak 2 sks.

XIII. PENUTUP

Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa dalam melakukan kerja praktek di Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Bandung akan menambah wawasan dalam

perkembangan metode seismik dalam dunia industri perminyakan. Dan dalam kesempatan ini

mahasiswa yang bersangkutan akan memanfaatkan seoptimal mungkin kesempatan yang telah

diberikan serta hasil dari kerja praktek (penelitian) ini dibuat dalam bentuk laporan dan akan

dipresentasikan di Jurusan Teknik Geofisika Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta.

Semoga akan selalu terjalin hubungan kerjasama yang baik dan menguntungkan antara

lembaga Perguruan Tinggi dalam hal ini Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta dengan pihak perusahaan dalam hal ini Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi Kelautan Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

SISMANTO. 2006. Dasar-dasar Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik. Lab.Geofisika,Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,UGM

HASANUDIN, M. Teknologi Seismik Refleksi Untuk Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi. www.oseanografi.lipi.go.id

SANNY, T. A. 2004. Panduan Kuliah Lapangan Geofisika Metode Seismik Refleksi. Dept.Teknik Geofisika, ITB, Bandung

SANNY, T. A. 1998. Seismologi Refleksi. Dept. Teknik Geofisika, ITB, Bandung

SANTOSO, DJOKO.2002.Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Penerbit ITB

VAN DER KRUK 2001. Reflection Seismic 1, Institut für Geophysic ETH, Zürich

CURICULUM VITAE

Page 22: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

Nama : Muhammad Masbukin

Tempat, tanggal lahir : Kolaka, 10 Maret 1989

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Belum Menikah

Alamat Yogyakarta : Condong Catur, Mancasan Lor No. 96 RT 03 / RW 15 Depok,

Sleman, Yogyakarta.

Alamat Orang Tua : Jln. Lumba-Lumba, No. 92 Raha, Sulawesi Tenggara

Telp./Hp : 0852 417 95 170

E-mail : [email protected]

Pekerjaan : Mahasiswa

Pendidikan Formal

2007-sekarang : Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknologi Mineral Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta

2004-2007 : SMA Negeri 1 Raha

2001-2004 : SMP Negeri 2 Raha

1994-2001 : SD Negeri 15 Raha

Pengalaman Organisasi

2006-2007 : Pengurus Organisasi Intra Sekolah (OSIS) Divisi Keagamaan dan

Kerohanian SMA Negeri 1 Raha.

2009-sekarang : Sekretaris Hamsa (Himpunan Mahasiswa Islam Geofisika)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran’ Yogyakarta.

Pendidikan Non-Formal

23-25 November 2007 : Studi Eksplorasi Geofisika oleh Himpunan Mahasiswa Teknik

Geofisika Universitas Pembangunan Nasional “Veteran’ Yogyakarta

Page 23: Proposal Dekonvolusi Spike_3

Proposal Kerja Praktek

16 Desember 2007 : Stadium General “Pengaruh Aktifnya Gunung Berapi Terhadap

Sumber Daya Mineral Di Indonesia”, oleh Dr.Ir, Surono (Ketua Tim

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).

24 Januari 2009 : Short Course “Seismic Inversion For Hydrocarbon Exploration”,

Oleh Adriansyah, PhD (E.P Technology Centre PERTAMINA).

14 Maret 2009 : Stadium General “Field Seismic Technique”, oleh Joko Padmono,

MT (PERTAMINA) dan Imam Seiadji, MT (ELNUSA).

Pengalaman

4 Mei 2008 : Ekskursi Praktikum Petrologi Daerah Kulon Progo Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

5 Desember 2008 : Ekskursi Geolistrik Daerah Kec. Prambanan Mencari Kemenerusan

Parit candi Plaosan dengan Geolistrik Konfigurasi Dipole-dipole.

26 April 2009 : Praktikum Lapangan Metode Geomagnetik Mencari kemenerusan

parit candi plaosan utara.

1-10 Mei 2009 : Kuliah Lapangan Geologi di Daerah Bayat, Perbukitan Jiwo Timur

dan sekitarnya, Kecamatan Klaten, Propinsi Jawa Tengah.

12 Desember 2009 : Eskursi Elektromagnetik Daerah Kec. Prambanan Mencari

Kemenerusan Parit Candi Plaosan dengan menggunakan Metode

VLF (Very Low Frequency)

13 Desember 2009 : Praktikum Lapangan Metode Seismik Refleksi mengetahui Geologi

Bawah Permukaan di daerah sekitar UPN Condong Catur.

Demikian Daftar Riwayat hidup di atas adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Yogyakarta, 2 Februari 2010

Muhammad Masbukin