proposal
DESCRIPTION
vdssTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan baja dan beton sebagai bahan konstruksi begitu dominan dalam
perkembangan teknologi struktrur bangunan masa kini, begitu pula dengan
ditemukannya metode LRFD (Load and Resistance Factor Design) yang
memperbarui dari metode sebelumnya yakni metode ASD (Allowable Strength
Design) atau konsep tegangan ijin. Dengan filosofi desain LRFD atau keadaan
batas cenderung dilapangan di peroleh desain yang lebih ekonomis. Hal ini
hendaknya perlu menjadi perhatian bagi para sarjana teknik sipil untuk terus
mengkaji lebih mendalam terutama mengenai karakteristik metode LRFD dalam
hubungannya dengan menganalisis balok dan kolom encased.
Pada kolom dan balok encased perbandingan luas baja dengan luas
penampang kolom dan balok (As/Ag) paling sedikit 0,01 agar memenuhi syarat
sebagai kolom dan balok encased. Pada kolom dan balok encased tidak terdapat
batas atas untuk besarnya ratio luas profil terhadap luas penampang kolom,
Balok dan kolom encased dalam suatu struktur memiliki beberapa
keunggulan misalnya :
1. Ketahan terhadap api dan korosi yang lebih baik dibandingkan kolom dan
balok baja biasa karena pengaruh perlindungan dari selubung beton
2. Efek penguatan dalam melawan tekuk
3. Kemampuan kolom dan balok encased memikul beban aksial dan lentur
lebih besar dibandingkan kolom beton bertulang.
Keuntungan diatas didapat karena terlindungnya profil baja oleh beton bertulang
yang menyelimutinya.
Sedangkan mengenai pembebanan dinamis, kita bisa mengetahui perilaku-
perilaku struktur terhadap gerakan-gerakan yang diakibatkan oleh pergeseran
tanah (kulit bumi), Gerakan-Gerakan ini cenderung berubah-ubah menurut
waktu, sehingga kita bisa memindahkan gerakan-gerakan ini kedalam pembeban
struktur yang arah horizontalnya lebih dominan dibanding arah vertikalnya.
Pembebanan ini dalam suatu struktur sering disebut sebagai beban gempa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa dimensi penampang pada balok dan kolom yang dibutuhkan ?
2. Bagaiman gambar penampang dan sambungan pada balok dan kolom?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui secara tepat dan
benar mengenai analisis perilaku gempa dinamis serta analisis mengenai balok
dan kolom encased yang disesuaikan dengan metode LRFD (Load and Resistance
Factor Design).
Sedangkan tujuan yang ingin di capai antara lain :
1. Untuk mengetahui besar dimensi penampang pada balok dan kolom.
2. Untuk mengetahui hasil gambar penampang dan sambungan pada
balok dan kolom.
1.4 Batasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam perhitungan perencanaan struktur
ini meliputi :
1. Perhitungan pembebanan secara manual
2. Perhitungan statika dengan menggunakan program STAAD PRO 2007
V.81
3. Perencanaan balok encased
4. Perencanaan kolom encased
5. Perencanaan penghubung geser (Shear Connector)
6. Perencanaan sambungan
7. Perencanaan plat dasar (Base Plat)
BAB II
DASAR TEORI PERENCANAAN
2.1 Pembebanan
2.1.1 Beban Mati
Dalam bangunan yang dimaksud dengan beban mati adalah beratnya
struktur sendiri, berat dinding dan elemen-elemen lainnya yang permanen. Dalam
perencanaan arsitek menafsir dimensi bagian-bagian dari struktur guna
menentukan tinggi bersih dari ruangan yang diapit tiang-tiang pendukung.
Perhitungan struktural yang medetail selanjutnya diserahkan kepada insinyur sipil
sebagai konstruktor. Bahan struktur yang modern seperti baja bermutu tinggi
beton pratekan dan campuran alumunium mengurangi besarnya beban mati.
2.1.2 Beban Hidup
Yang dimaksud dengan beban hidup adalah beban-beban yang dapat
dipindah-pindah atau berubah arah seperti orang, mesin, penyekat fleksibel yang
tidak termasuk struktur, air hujan dan salju yang terdapat di daerah yang beriklim
dingin, tekanan dan isapan angin, tekanan air, tekanan tanah juga termasuk beban
hidup. Kebanyakan beban-beban tersebut tidak menentu. Maka diambilah
ketentuan-ketentuan yang aman dan dianggap sebagai beban merata supaya
uniform. Beban hidup untuk pembebanan lantai tingkat misalnya rumah tinggal q
= 200kg/m2, gedung konser atau bioskop dan balkon q = 400kg/m2, sedangkan
perpustakaan dengan buku-buku q = 600kg/m2.
Tabel Beban Hidup pada Lantai Gedung.a Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam
b.200 kg/m2
b Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel.
125 kg/m2
c Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit.
250 kg/m2
d Lantai ruang olah raga 400 kg/m2
e Lantai ruang dansa 500 kg/m2
f Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti
400 kg/m2
masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
g Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton yang berdiri.
500 kg/m2
h Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m2
i Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g.
500 kg/m2
j Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g.
250 kg/m2
k Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
400 kg/m2
l Lantai gedung parkir bertingkat:- untuk lantai bawah 800 kg/m2
- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum
300 kg/m2
Beban Hidup pada atap gedung, yang dapat dicapai dan dibebani oleh orang,
harus diambil minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar.
Atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani oleh orang,
harus diambil yang menentukan (terbesar) dari:
Beban terbagi rata air hujan, Wah = 40 - 0,8 α
dengan α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat
diabaikan).Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2).
Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam
kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.
Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang
oleh dinding atauvpenunjang lainnya dan pada kantilever harus
ditinjau kemungkinan adanya beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
Beban Hidup Horizontal perlu ditinjau akibat gaya desak orang yang
nilainya berkisar 5% s/d 10% dari beban hidup vertikal (gravitasi).
Reduksi Beban Hidup pada perencanaan balok induk dan portal (beban
vertikal/gravitasi), untuk memperhitungkan peluang terjadinya nilai beban
hidup yang berubah-ubah, beban hidup merata tersebut dapat dikalikan dengan
koefisien reduksi.
2.1.3 Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada suatu struktur, akibat
pengaruh struktur yang mem-blok aliran angin, sehingga energi kinetic angin akan
dikonversi menjadi tekanan energi potensial, yang menyebabkan terjadinya beban
angin.Beban angin menekan atau menghisap bangunan tidak menentu dan sukar
dipastikan. Hal ini termasuk ilmu aerodinamika. Faktor-faktor yang penting
adalah kecepatan angin, kepadatan udara, permukaan bidang dan bentuk dari
bangunan. Sebagai dasar perhitungan tekanan angin di Indonesia adalah 80kg/m2
pada bidang tegak sampai setinggi 20m. Untuk menanggulangi tekanan dan
isapan angin, perlu dipasang penguat-penguat yang merupakan siku-siku,
bangunan petak, gelagar dan penguat sudut sebagai konstruksi penahan angin.
2.1.4 Beban Gempa
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi (baik itu gempa
tektonik atau vulkanik) yang mempengaruhi struktur tersebut.
Gempa mengakibatkan beban pada struktur karena interaksi tanah dengan
struktur dan karakteristik respons struktur. Gempa bumi terjadi akibat dari
longsoran tanah, gerak tektonik dan letusan gunung berapi mengakibatkan
getaran-getaran pada permukaan kulit bumi. Gempa bumi ada yang mendatar
adapula yang vertikal. Yang arahnya mendatar 5 sampai 10 kali yang arahnya
vertikal. Bila terjadi gempa bumi, hubungan-hubungan dan landasan struktur
mendapat goyangan-goyangan yang hendak mematahkan dan menguji
kekokohannya. Maka untuk bangunan empat lantai atau lebih dan bangunan besar
harus diadakan perhitungan terhadap gempa bumi.
Pada dasarnya yang dimaksud dengan bangunan tahan gempa bukan
berarti bangunan itu tidak akan rubuh bila ada gempa. Secara prinsip bangunan
tahan gempa memiliki tiga kaidah sebagai berikut:
1. Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak akan mengalami kerusakan baik
pada elemen struktur (kolom , balok, atap, dinding dan pondasi) maupun
pada elemen non struktur (genteng dan kaca).
2. Bila terjadi gempa berkakuatan sedang bangunan bisa mengalami
kerusakan hanya pada elemen non struktur. Sedangkan elemen strukturnya
tidak boleh rusak.
3. Bila terjadi gempa berkekuatan besar, bangunan bisa mengalami
kerusakan baik struktur maupun non struktur namun tidak boleh
membahayakan penghuni yang ada di dalam bangunan. Penghuni harus
mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri sebelum bangunan runtuh.
2.1.4 Beban Khusus
Beban khusus adalah beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang terjadi akibat dari selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan
fondasi, susut, dan gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti
gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal, dan gaya dinamis yang berasal
dari mesin-mesin dan pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
Pada peninjauan beban kerja pada tanah dan pondasi, perhitungan Day
Dukung Tanah (DDT) izin dapat dinaikkan (lihat tabel).
Jenis Tanah
Pondasi
Pembebanan Tetap DDT
izin (kg/cm2)
Pembebanan Sementara
kenaikan DDT izin (%)
Keras ≥ 5,0 50
Sedang 2,0 – 5,0 30
Lunak 0,5 – 2,0 0 - 30
Sangat Lunak 0,0 - 0,5 0
4. Note : 1 kg/cm2 = 98,0665 kPa (kN/m2)
Faktor keamanan (SF ≥ 1,5) tinjauan terhadap guling, gelincir
dll. Beban Mati, berat sendiri bahan bangunan komponen gedung.
2.1.5 Beban Kombinasi
Faktor beban diperlukan dalam analisis beban suatu gedung agar
struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak
pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban. Berdasarkan SNI 03-
2847-2002 pasal 11.2, kombinasi beban yang harus dipenuhi yaitu:
1. Kuat Perlu dan Beban Terfaktor
Kuat Perlu dan Beban Terfaktor adalah kekuatan struktur yang
dibutuhkan dalam menampung beban-beban yang bekerja pada struktur
tersebut. Berikut adalah spesifikasi Kuat Perlu dab Beban Terfaktor pada
suatu struktur gedung:
a. Kuat perlu ( U ) untuk menahan beban mati ( D )
U ≥ 1,4D
b. Kuat perlu ( U ) untuk menahan beban mati ( D ), beban hidup
( L ), dan beban atap ( A ) atau beban hujan ( R )
U ≥ 1,2D + 1,6L + 0,5 ( A atau R )
c. Kuat perlu ( U ) untuk menahan beban mati ( D ), beban hidup
( L ), dan beban angin ( W ) harus diambil dari nilai terbesar
dari kombinasi berikut:
U ≥ 1,2D + 1,0L ± 1,6W + 0,5 ( A atau R )
atau
U ≥ 0,9D ± 1,6W
tetapi nilai ini tidak boleh kurang dari persamaan no. 2
d. Kuat perlu ( U ) untuk menahan beban mati ( D ), beban hidup
( L ), dan beban gempa ( E ) harus diambil dari nilai terbesar
dari kombinasi berikut:
U ≥ 1,2D + 1,0L ± 1,0E
atau
U ≥ 0,9D ± 1,0E
tetapi nilai-nilai ini tidak boleh kurang dari persamaan no. 2
e. Kuat perlu (U) yang menahan beban tambahan akibat tekanan
tanah ( H ) maka persamaan no. 2, 3, dan 4 ditambahkan
dengan 1,6H
U ≥ 1,2D + 1,6L + 0,5 ( A atau R ) + 1,6H
U ≥ 0,9D ± 1,6W + 1,6H
U ≥ 0,9D ± 1,0E + 1,6H
f. Kuat perlu (U) yang menahan beban tambahan akibat tekanan
fluida ( F )
U ≥ 1,4 (D + F)
U ≥ 1,2D + 1,6L +0,5 (A atau R) + 1,2F
g. Kuat perlu (U) yang menahan beban tambahan akibat pengaruh
struktural ( T )
U ≥ 1,2 (D + T) + 1,6L + 0,5 (A atau R)
2. Kuat Rencana
Kuat rencana suatu struktur dihitung berdasarkan kuat nominalnya
dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan ( Ø ). Yang dimaksud kuat
nominal adalah kekuatan suatu penampang struktur yang dihitung
berdasarkan metode perencanaan sebelum dikalikan dengan faktor reduksi.
a. Kuat rencana suatu komponen struktur, sambungannya dengan
komponen struktur lain, dan penampangnya, sehubungan dengan
perilaku lentur, beban normal, geser dan torsi, harus diambil sebagai
hasil kali kuat nominal yang dihitung berdasarkan ketentuan dan
asumsi dari tata cara ini dengan suatu faktor reduksi kekuatan.
b. Faktor Reduksi Kekuatan ditentukan sebagai berikut:
(1) Lentur, tanpa beban aksial 0,80
(2) Beban Aksial dan Beban Aksial Lentur. ( Untuk beban aksial
dengan lentur, kedua nilai kuat nominal dari beban aksial dan
momen harus dikalikan dengan nilai tunggal yang sesuai):
v Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur 0,80
v Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur: 0,70
komponen struktur dengan tulangan spiral 0,65
komponen struktur lainnya 0,75
(3) Geser dan torsi
Kecuali pada struktur yang bergantung pada sistem rangka
pemikul momen khusus atau sistem dinding khusus untuk
menahan pengaruh gempa:
o v Faktor Reduksi untuk geser pada komponen struktur penahan
gempa yang kuat geser nominalnya lebih kecil dari pada gaya
geser yang timbul sehubungan dengan pengembangan kuat
lentur nominalnya 0,55
o v Faktor Reduksi untuk geser pada diafaragma tidak boleh
melebihi faktor reduksi minimum untuk geser yang digunakan
pada komponen vertikal dari sistem pemikul beban lateral.
o v Geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai
yang diberi tulangan diagonal 0,80
(4) Tumpuan pada beton kecuali daerah pengangkuran pasca tarik
0,65
(5) Daerah pengangkuran pasca tarik 0,85
(6) Penampang lentur tanpa beban aksial pada komponen struktur
pratarik dimana panjang penanaman strand-nya kurang dari
panjang penyaluran yang ditetapkan 0,75
c. Perhitungan panjang penyaluran sesuai dengan pasal 14 tidak
memerlukan faktor reduksi
d. Faktor reduksi kekuatan untuk lentur , tekan, geser dan tumpu pada
beton polos struktural ( pasal 24 ) harus diambil sebesar 0,55
2.1.6 Konsep Dasar LRFD (Load Resistance Factor Design)
Design stuktur haruslah memberikan keamanan yang cukup baik
terhadap kemungkinan kelebihan beban (over load) atau kekurangan
kekuatan. Desain harus memberikan cadangan kekuatan yang diperlukan
akibat kemungkinan kelebihan beban dan kemungkinan kekuatan material
yang rendah. Oleh karena itulah LRFD memberikan factor resistance
(keamanan) dan factor beban.
Persamaan umum LRFD dituliskan :
ɸ Rn ≥ ∑ γ Qi
Dimana ruas kiri mewakili factor resistance atau reduksi kekuatan (ɸ)
dikalikan dengan resistance nominal kekuatan dari beban (Rn) sedangkan
ruas kanan mewakili faktor-faktor kelebihan beban (γ) dikalikan dengan
beban (Q) seperti beban mati, beban hidup dan beban angin.
2.1.7 Faktor Beban
Spesifikasi LRFD mengambil kombinasi-kombinasi beban terfaktorkan
seperti berikut : (Struktur Baja I ; Charles G. Salmon ; Hal 29)
1,4 D
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau S atau R)
1,2 D + 1,6 L (Lr atau S atau R) + (0,5 L atau 0,8 W)
1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 (Lr atau S atau R)
1,2 D + 1,5 E + (0,5 L atau 0,2 S)
0,9 D – (1,3 W atau 1,5 E)
Dimana :
D : Beban Mati
L : Beban Hidup
Lr : Beban Hidup Atap
W : Beban Angin
S : Beban Salju
E : Beban Gempa
R : Beban air hujan atau es
2.1.8 Faktor reduksi ɸ untuk keadaan kekuatan batas
Kuat rencana untuk Faktor reduksi
Komponen struktur yang memikul lentur : Balok Balok plat berdinding penuh Plat badan yang memikul geser Plat badan pada tmpuan Pengaku
0,900,900,900,900,90
Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial : Kuat penampang 0,85
Kuat penampang struktur 0,85Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial :
Terhadap kuat penampang Terhadap kuat tarik fraktur
0,900,75
Komonen struktur yang memikul aksi-aksi kombinasi : Kuat lentur atau geser Kuat tarik Kuat tekan
0,900,900,85
Komponen struktur komposit : Kuat tekan Kuat tumpu beton Lentur dengan distribusi tegangan plastis Lentur dengan distribusi tegangan elastis
0,850,600,850,90
Sambungan baut : Baut yang memikul geser Baut yang memikul tarik Baut yang memikul kombinasi geser dan tarik Lapis yang memikul tumpu
0,750,750,750,75
Sambungan las : Las sumpul penetrasi penuh Las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian Las pengisi
0,900,750,75
Pemilihan material baja disebabkan dari keunggulan atau sifat umum dari
baja itu sendiri yang tergantung dari bermacam-macam logam campuran dan
proses pengerjaannya. Beberapa sifat umum dari baja :
1. Teguh
Yaitu batas dari tegangan dalam dimana perpatahan mulai berlangsung
dapat dikatakan pula sebagai daya perlawanan baja terhadap tarikan,
tekanan dan lentur.
2. Elastis
Yaitu kesanggupan dalam batas-batas pembebanan ditiadakan akan
kembali ke semula.
3. Merupakan kemampuan baja untuk menyerap energi mekanis atau
kesanggupan untuk menerim perubahan-perubahan bentuk yang besar
tanpa menderita kerugian berupa cacat-cacat atau kerusakan yang
terlihat dari luar, dan dalam jangka pendek sebelum patah masih dapat
merubah bentuk.
4. Bisa ditempa
Dalam keadaan pijar baja menjadi lembek dan plastis tanpa merugikan
sifat-sifat keteguhannya sehinnga dapat berubah bentuknya dengan baik.
5. Bisa dilas
Sifat dalam keadaan panas digabungkan satu dengan yang lain dengan
memakai atau tidak memakai bahan tambahan, tanpa merugikan sifat-
sifat keteguhan.
6. Adalah kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain kedalamnya.
4.1.1 Sifat Mekanisme Baja
Sifat mekanis baja struktur yang digunakan dalam perencanaan
harus memenuhi persyaratan minimum pada tabel berikut :
Jenis Baja
Tegangan putus
Minimum fu
(Mpa)
Tegangan Leleh
Minimum fy
(Mpa)
Peregangan
Minimum
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Tegangan Leleh
Tegangan leleh untuk perencanaan ( fy ) tidak boleh diambil
melebihi nilai yang diberikan pada tabel sifat mekanisme baja
struktural.
Tegangan Putus
Tegangan putus untuk perencanaan ( fu ) tidak boleh diambil
melebihi nilai yang diberikan pada tabel sifat mekanisme baja
struktural.
Sifat-sifat mekanis lainnya
Sifat-sifat mekanisme lainnya baja struktural untuk perencanaan
adalah sebagai berikut :
Modulus elastis : E = 200.000 Mpa
Modulus geser : G = 80.000 Mpa
Nisbah poisson : = 0,3
Koefisien pemuaian : = 12 . 10-6 / oC
a. Baja Struktural
Baja struktural adalah bahan yang digunakan untuk konstruksi baja, yang
dibentuk dengan pola tertentu mengikuti standar tertentu dari komposisi
kimia dan kekuatan tertentu pula. Juga dapat didefinisikan sebagai produk
canai panas, dengan penampang bentuk khusus seperti siku, pipa dan
balok.
o Syarat penerimaan baja
Laporan uji material baja dipabrik yang disahkan oleh lembaga
yang berwenang dapat dianggap sebagai bukti yang cukup untuk
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar ini.
o Baja yang tidak dapat teridentifikasi
Baja yang tidak dapat teridentifikasi boleh digunakan selama
memenuhi ketentuan berikut ini :
1. Bebas dari cacat permukaan
2. Sifat fisik material dan kemudahan untuk dilas tidak mengurangi
kekuatan dan kemampuan layan strukturnya.
3. Ditest sesuai ketentuan yang berlaku. Tegangan leleh ( fy ) untuk
perencanaan tidak boleh lebih dari 170 mpa, sedangkan
tegangan putusnya ( fu ) tidak boleh diambil lebih dari 300 mpa.
b. Alat sambung
Baut, mur dan ring
Alat sambung mutu tinggi
Las
Penghubung geser jenis paku yang dilas
Baut angker