proposal

42
0 APLIKASI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/ 2015)” PROPOSAL TESIS REVISI Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Yang dibimbing oleh : Dr. Hj. ST. Mislikhah, M. Ag. Oleh : WORO FATMAWATI

Upload: uakkuhieingien-umakgnay-rihkaretmaladpudihukka

Post on 18-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

karya ilmiah

TRANSCRIPT

24

APLIKASI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/ 2015)PROPOSAL TESIS

REVISI

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah

Metodologi Penelitian Pendidikan

Yang dibimbing oleh : Dr. Hj. ST. Mislikhah, M. Ag.

Oleh :WORO FATMAWATINIM. 0849113089PROGRAM PASCASARJANAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

(IAIN) JEMBERJANUARI, 2015A. Judul PenelitianAPLIKASI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/ 2015)B. Latar BelakangPendidikan Islam merupakan bagian Pendidikan Nasional yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang isinya sebagai berikut Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berahlaq mulia, sehat, ilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan memiliki nilai yang sangat strategis dan urgen dalam pembentukan suatu bangsa. Pendidikan itu juga berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa. Sebab lewat pendidikan tidak hanya berfungsi untuk how to know dan how to do, tetapi yang amat penting adalah how to be, supaya how to be berwujud, maka diperlukan transfer budaya dan kultur. Pendidikan pada dasarnya merupakan sarana strategis untuk meningkatkan potensi bangsa agar mampu berkiprah dalam tataran yang lebih global. Menurut Hanson dan Brembeck dalam Hadiyanto menyebutkan bahwa pendidikan itu sebagai investment in people , untuk mengembangkan individu dan masyarakat, dan sisi lain pendidikan merupakan sumber untuk pertumbuhan ekonomi.

Sehingga demikian pentingnya masalah yang berkenaan dengan pendidikan maka perlu diatur suatu aturan yang baku mengenai pendidikan tersebut, yang dipayungi dalam Sistem Pendidikan Nasional. Sedangkan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan terpadu, semesta dalam arti terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah negara, menyeluruh dalam arti mencakup semua jalur, jenjang, jenis pendidikan dan terpadu dalam arti adanya saling keterkaitan antara Pendidikan Nasional dengan seluruh pembangunan nasional.

Pendidikan Nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab perubahan zaman.

Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncana, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada suatu pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada suatu pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Dengan lahirnya suatu budaya baru, budaya the n-generation, maka tentunya proses pembelajaran dan proses belajar menampakkan wajah yang baru. Yang dimaksud proses pembelajaran ialah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Proses belajar adalah cara bagaimana para pelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri.

Dewasa ini kita mengenal suatu proses pembelajaran yang tradisional, baik yang berbentuk klasikal maupun dalam bentuk belajar sendiri. Dominasi guru sangat kental begitu pula dengan sumber-sumber pembelajaran yang tradisional seperti perpustakaan, dan mungkin juga sudah digunakan alat-alat bantu lainnya. Di dalam n-generation tentunya akan terjadi interaksi bukan hanya antara peserta didik dan pendidik tetapi juga peserta didik yang menghadapi dunia informasi yang terbentang tanpa batas. Pada usia yang sangat muda sudah tentu diperlukan bimbingan pendidik dalam arti yang tradisional, namun demikian bimbingan tersebut semakin lama semakin menghilang dan berubah menjadi seorang fasilitator yang membuka jalan bagi peserta didik untuk mengembara (roaming) secara mandiri dalam dunia informasi yang tanpa tepi.

Adapun kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang telah dicapai. Konteks tersebut sama halnya dengan mesin pendidikan yang digelar di sekolah, apakah telah melakukan pencerahan terhadap anak-anak didik ataukah tidak. Yang jelas, sepanjang sejarah pendidikan dilakukan belum ada kemajuan luar biasa yang dapat disumbangkan di negeri kita. Sehingga sangat wajar apabila belum mampu menjadi tulang punggung bagi perubahan pemikiran anakanak didik. Apa yang salah dalam persoalan tersebut? Jawabannya berujung pada ketidakseriusan pembelajaran yang digelar dalam kelas. Aktivitas belajar mengajar yang masih mengandalkan pendekatan tekstual merupakan persoalan mendesak praktisi pendidikan untuk melakukan penanganan serius.

Kegiatan belajar mengajar yang masih kaku dan belum mampu membangun kondisi belajar yang kondusif merupakan masalah yang menghambat keberhasilan dalam pendidikan kita. Proses belajar mengajar yang berpusat pada guru membawa kondisi pendidikan yang stagnan. Dengan kondisi demikian,mengharapkan proses pembelajaran yang mendidik dan mampu membuka nalar berpikir anak-anak didik hanya menjadi isapan jempol belaka, bahkan, masih rendahnya kemampuan pendidik dalam mengelola kelas merupakan persoalan yang lain yang menambah kemacetan dalam pembelajaran yang dinamis dan dialogis.

Sedangkan sistem pendidikan yang dianut bukan lagi suatu upaya pencerdasan kehidupan bangsa agar mampu mengenal realitas diri dan dunianya, melainkan suatu upaya pembuatan kesadaran yang disengaja dan terencana yang menutup proses perubahan dan perkembangan. Teori stimulus-respon yang sudah bertahun-tahun dianut dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, tampak sekali mendukung sistem pendidikan di atas. Teori ini mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan metode indoktrinasi, munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Hubungan stimulus-respon, individu pasif, perilaku yang tampak, pembentukan perilaku dengan penataan kondisi yang ketat, reinforcement dan hukuman, dianggap sebagai unsur-unsur penting dalam pembelajaran.

Karena peserta didik adalah manusia yang identitas insaninya sebagai subyek berkesadaran perlu dibela dan ditegakkan lewat sistem dan model pendidikan yang bersifat bebas dan egaliter. Hal ini hanya dapat dicapai lewat proses pendidikan bebas dan metode pembelajaran aksi dialogal. Kerena itu peserta didik harus diperlakukan dengan amat hati-hati, keaktifan siswa menjadi unsur amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar.

Dalam hal ini sebagaimana Pendidikan Islam di Indonesia sering kali berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan. Diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan Islam mengandung berbagai komponen yang antara satu dengan lainnya saling berkaitan.

Komponen pendidikan tersebut meliputi landasan, tujuan, kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru murid, metodologi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi pembiayaan dan lain sebagainya. Berbagai komponen yang terdapat dalam pendidikan ini sering berjalan apa adanya, alami dan tradisional, karena dilakukan tanpa perencanaan konsep yang matang, akibat dari keadaan demikian, maka mutu pendidikan Islam sering menunjukkan keadaan yang kurang menggembirakan.

Menurut Barmawi Munthe bahwa kualitas pembelajaran seorang dosen atau guru sangat strategis, karena ia berfungsi sebagai ujung tombak terjadinya perubahan (the agent of change) dari belum bisa menjadi bisa dari belum menguasai menjadi menguasai dari belum mengerti menjadi mengerti, melalui proses pembelajaran, oleh karena itu, keberhasilan perubahan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan kualitas proses pembelajaran.

Sehingga untuk mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan seorang pendidik yang mampu dan berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan anak didik menjadi generasi yang kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa.Otonomi dalam mengelola pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu, guru juga berperan sebagai seorang manajer yang mengelola pembelajaran dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses manajemen (pengelolaan), guru Pendidikan Agama Islam terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), kepemimpinan (leading), dan evaluasi (controling) dalam pembelajaran.Hal ini sebagaimana definisi manajemen yang dikemukan oleh Terry sebagai berikut: management is distinct process consisting of planning (manajemen adalah proses yang berbeda yang terdiri dari perencanaan), dan kebiasaan yang dilakukan secara sadar, terus menerus dalam bentuk organisasi. Adapaun semua organisasi mempunyai orang yang bertanggung jawab untuk mencapai sasaran atau tujuan.Sedangkan menurut Nanang Fatah dalam bukunya yang berjudul landasan manajemen pendidikan sebagai berikut: manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentkan strategi, kebijakan, taktik dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.

Fungsi pengorganisasian meliputi penetuan fungsi, hubungan dan stuktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi garis, staf dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang sedang strukturnya dapat horizontal dan vertikal. Semuanya itu memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana.

Fungsi pemimpin menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama.

Fungsi pengawasan meliputi penentuan standar, supervise, dan mengukur penampilan/pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur.Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 pasal 12 Bab V menerangkan bahwa setiap peserta didik pada satuan pndidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya dan menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

Sedangkan dalam operasionalnya Pendidikan Agama di sekolah umum diatur oleh Menteri Agama dengan menteri Pendidikan Kebudayaan (sekarang bernama Menteri Kebudayaan Nasional) Di sekolah-sekolah negeri bahkan swasta sejak dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, pendidikan Agama dilaksanakan dua jam pelajaran setiap minggunya.

Adapun kurikulum yang digunakan di SMP Islam Jombang Jember adalah pembelajaran terpadu, Ada beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu dikemukakan oleh beberapa orang pakar diantaranya :

1. Menurut Oemar Hamalik bahwa, pembelajaran terpadu adalah sistem pengajaran yang bersifat menyeluruh, yang memadukan berbagai disiplin pembelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik atau proyek, baik teoritis maupun praktis, dan memadukan kelembagaan sekolah dan luar sekolah yang mengembangkan program yang terpadu berdasarkan kebutuhan siswa, kebutuhan masyarakat dam memadukan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengembangan kepribadian siswa yang terintegrasi.

2. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3) 3. Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan/mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

SMP Islam Jombang Jember pada hakekatnya menggunakan dua kurikulum yaitu Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional dan Kurikulum Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama, sehingga untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diperlukan dalam sekolah ini lebih jauh dan lebih banyak dibandingkan dengan sekolah-sekolah menengah pada umumnya. Mata pelajaran PAI, bukan lagi diredaksikan sebagai PAI dan Budi Pekerti (sesuai Kurikulum 2013) namun terpecah menjadi Fiqih, Aqidah, SKI dan Quran Hadits.Realita secara umum kondisi fisik SMP Islam Jombang Jember memang sangat berbeda. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama Cabang Kencong. Namun di dalam aplikasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam antara SMP Islam Jombang Jemberdan sekolah lain ada perbedaan. Hal ini dapat dilihat dalam struktur kurikulumnya yang mempunyai karakteristik sendiri. Ketertarikan peneliti terhadap SMP Islam Jombang Jemberuntuk dijadikan obyek penelitian karena sekolah tersebut merupakan salah satu Sekolah Menenengh Islam di Kecamatan Jombang yang telah mengkolaborasikan antara kurikulum Diknas dengan kurikulum non Dinas (LP Maarif NU) serta ada muatan lokal sebagai penguat dari mata pelajaran PAI itu sendiri yang menjadi unggulan atau keunikan dari SMP Islam Jombang Jemberini.

Aplikasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jombang Jemberyang dilaksanakan akan mempengaruhi kepribadian, perilaku, dan pengetahuan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Artinya, berhasil tidaknya proses pembelajaran akan sangat ditentukan oleh manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jombang Jember.

Di sisi lain peneliti juga tertarik terhadap aplikasi administratif yang diterapkan di SMP Islam Jombang Jember ini. Guru PAI dituntut untuk membuat perangkat mengajar mata pelajaran PAI dan Budu Pekerti sebagai syarat pengawasan dari Dinas Pendidikan, yang nota bene sangat bertolak belakang sekali dengan apa yang diaplikasikan dalam keseharian disana.Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Aplikasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015, sehingga mampu menyeimbangkan kurikulum keduanya.C. Fokus PenelitianBerdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana Perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?2. Bagaimana Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?3. Bagaimana Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?D. Tujuan PenelitianDari rumusan masalah tersebut diatas, tujuan yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan Perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?2. Untuk mendeskripsikan Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?

3. Untuk mendeskripsikan Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?E. Manfaat PenelitianDari hasil penelitian ini kelak diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antar lain :

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan ajang untuk menuangkan teori keilmuan yang telah diperoleh selam menempuh studi di Pascasarjana STAIN Jember terutama yang erhubungan dengan masalah Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Bagi Pascasarjana STAIN Jember, penelitian ini merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan mahasiswa dalam menyerap keilmuan yang telah diberikan selam ini yang diwujudkan kedalam bentuk karya ilmiah.

3. Bagi lembaga pendidikan SMP Islam Jombang Jember, hadirnya peneliti dan tulisan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian, rasa memiliki serta apresiasi kepada lembaga tersebut yang selama ini telah mampu menampakkan diri sebagai salah satu lembaga pendidikan yang dekat dengan masyarakat karena keberhasilan pengelolanya dalam mengembangkan pendidikan di dalamnya. Dan tentunya hasil akhir dari penelitian ini tentu akan memberikan rekomendasi dalam bentuk saran, masukan ide yang mengarah pada kemajuan lembaga pendidikan kedepannya.

4. Bagi masyarakat dan insan peduli pendidikan, penelitian ini merupakan informasi aktual yang layak untuk dikaji dalam rangka mencari jala dalam rangka majunya pendidikan.

F. Kajian Kepustakaan1. Penelitian Terdahulu

Sejauh pengamatan peneliti, ada beberapa penelitian yang hampir mirip namun tentu berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut :

Mustaram, (Tesis, 2010) dengan judul : Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di MAN 1 Malang. Penelitian tersebut di fokuskan pada bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan agama Islam di MAN Malang 1 dan juga bagaimana model pengembangan kurikulumnya.Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Muhamad Nurdin (Tesis, 2012 IAIN Syekh Nurjati Cirebon) dengan judul; Internalisasi Nilai-Nilai Islami Dalam Membentuk Kesadaran Antikorupsi Melalui Pengembangan Materi Kurikulum PAI di SMP. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana proses internalisasi nilai-nilai Islami dalam membentuk kesadaran antikorupsi di sekolah. Juga mendeskripsikan bagaimana desain pengembangan kurikulum PAI dalam proses internalisasi nilai-nilai Islami sehingga membentuk kesadaran antikorupsi.Sedangkan penelitian kami yang akan kami lakukan lebih difokuskan pada bagaiamana Aplikasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMP Islam Jombang Jember Tahun Pelajaran 2014/ 2015).Adapun persamaan penelitian ini dengan sebelumnya yakni pada sama-sama mengkaji tentang Kurikulum PAI. Sedangkan perbedaanya, penelitian pertama lebih pada model pengembangannya sedangkan kami lebih pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Sedangkan dengan penelitian yang kedua sangat jauh berbeda, penelitian tersebut lebih pada bagaimana penanamana nilai-nilai Islami dalam rangka membentuk kesadaran antikirupsi.Sedangkan dari aspek metode, penelitian tersebut merupakan penelitian pustaka, yaitu kajian literatur melalui riset kepustakaan dengan menggunakan data kualitatif. Sumber data yang digunakan berasal dari sumber primer dan sekunder. Dengan teknik pengumpulan datanya melalui dokumentasi. Adapun analisis datanya menggunakan teknik berpikir deduktif-induktif. Beda halnya dengan penelitian kami yakni penelitian lapangan denga metode penelitian kualitatif deskriptif. 2. Kajian Teori

a. Kurikulum1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Evaluasi b. Pendidikan Agama IslamDalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kurikulum diartikan sebagai (1) perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; (2) perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.

Sedangkan menurut UU Sisdiknas, dalam BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

c. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam telah bersepakat dan bertekad untuk membentuk satu Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan Islam. Namun Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan bagi umat Islam untuk melaksanakan dan mengembangkan pendidikan Agama Islam.

Dalam Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang. Menurut para penyusun, yang dimaksud dengan satu sistem pengajaran nasional adalah suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang memelihara pendidikan kecerdasan akal budi secara merata kepada seluruh rakyat Indonesia,yang bersendi agama dan kebudayaan bangsa,untuk mewujudkan keselamatan dan kebahagian masyarakat bangsa Indonesia seluruhnya. Dikuatkan dengan Undang- Undang No. 2 Tahun 1989 Bab II Pasal menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaiitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani. dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaaan.

Secara terminologis Pendidikan Agama Islam berorientasi tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan agama yang sifatnya Islamologi, melainkan lebih menekankan aspek mendidik dengan arah pembentukan pribadi Muslim yang taat, berilmu dan beramal shalih.

Pendidikan Agama Islam yaitu usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam. Pendidikan Agama Islam merupakan komponen yang tak terpisahkan dari pendidikan Islam yanga jangkauan dan sasarannya lebih luas, namun berfungsi sangat strategi untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam fungsi disiplin ilmu yang dipelajari oleh subyek didik.

Kekhususan Pendidikan Agama Islam ini dapat ditinjau baik dari tujuan maupun meteri yang diajarkan hal ini tampak dalam penjelasan pasal 39.Undang-Undang RI No 2 Tahun 1989 tentang pendidikan agama. Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan. Hal ini berarti tujuan dan materi yang diajarkan disesuaikan dengan ajaran Islam, sehubungan dengan itu tujuan pendidikan agama Islam berintikan tiga aspek yaitu iman, ilmu dan amal.

Jadi Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun kurikulum.

Hal itu juga mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta Pasal 35 tentang standar nasional pendidikan. Selain itu, juga adanya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan yang memacu keberhasilan pendidikan nasional agar dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju.

Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bukti nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di sekolah.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.

Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Suatu hal yang perlu diperhatikan ialah beban kurikulum sekolah kita terkenal sangat sarat dengan berbagai macam mata pelajaran sehingga sangat mendera peserta didik. Dalam era informasi hal ini menjadi berlebihan (redundant), ploliferasi ilmu bukan berarti penambahan beban kurikulum, yang perlu adalah bagaimana cara kita dapat menguasai informasi sebanyak dan setepat mungkin.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.

Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah dan/atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan belajar mengajar.

Sedangkan Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menannamkan keimanan dan ketakwaaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik langkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,kekurangankekurangan dan kelemahan-kelamahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengatahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir nyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khususnya di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang mendeskripsikan perilaku orang, peristiwa, atau tempat tertentu secara rinci dan mendalam. Ciri-ciri pendekatan kualitatif adalah : (1) mempunyai latar alami sebagai sumber data dan peneliti dipandang sebagai instrumen kunci; (2) penelitiannya bersifat deskriptif; (3) lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk; (4) dalam menganalisis data cenderung secara induktif; dan (5) makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Pengertian studi kasus adalah sebuah pengujian secara rinci terhadap satu latar, satu orang subjek, satu tempat penyimpanan dokumen, atau satu peristiwa tertentu. Dalam hal ini studi kasus terletak di SMP Islam Jombang Jember.2. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan penelitian ini, yaitu pendekatan kualitatif, kehadiran peneliti di lapangan adalah sangat penting dan diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan instrumen kunci dalam menangkap makna dan sekaligus sebagai alat pengumpul data. Lokasi penelitian adalah SMP Islam Jombang Jember, dengan fokus penelitian pada analisis kurikulum PAI yakni pada perencanaan, pelaksanaaan dan evaluasi di lembaga tersebut. Dalam pengumpulan datanya terutama menggunakan teknik observasi berperan serta (participant observation). Karenanya, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat partisipan serta kehadiran peneliti di lokasi penelitian diketahui statusnya oleh subjek atau informan.3. Subyek dan Obyek PenelitianSubyek penelitian ini adalah :

a. Kepala sekolah SMP Islam Jombang Jember.b. Waka Kurikulum SMP Islam Jombang Jemberc. Guru SMP Islam Jombang Jember.d. TU SMP Islam Jombang Jember.e. Siswa SMP Islam Jombang Jember.Obyek penelitian ini adalah aplikasi kurikulum PAI yang diterapkan di SMP Islam Jombang Jember baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya.

4. Data Dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari para informan yang dianggap paling mengetahui secara rinci dan jelas mengenai fokus penelitian yang diteliti, yaitu Aplikasi kurikulum PAI di SMP Islam Jombang Jember. Selain diperoleh melalui informan, data juga diperoleh dari hasil dokumentasi yang menunjang terhadap data yang berbentuk kata-kata maupun tindakan. Dalam penelitian ini peneliti akan mengeksplorasi jenis data kualitatif berupa kata-kata dan tindakan yang terkait dengan masing-masing fokus penelitian yang sedang diamati. Data penelitian ini diperoleh dari informan yang terdiri dari : kepala sekolah, Waka Kurikulum, Guru, TU dan siswa. Selain itu, data penelitian juga bersumber dari dokumen-dokumen yang ada di lembaga tersebut.5. Teknik Pengumpulan DataUntuk memperoleh data di lapangan dalam rangka mendeskripsikan dan menjawab fokus penelitian yang sedang diamati digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :a. Wawancara mendalam, yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi-informasi atau keterangan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah, guru, Waka Kurikulum, siswa, TU dan sumber-sumber lain yang dapat memberikan informasi. b. Observasi partisipan, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang sedang diteliti dengan melibatkan diri dalam latar yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini observasi terutama dilakukan untuk memperoleh data berkaitan dengan kegiatan Aplikasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam.c. Dokumentasi, yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non-insani, misalnya data-data diperoleh melalui catatan, transkrip, buku dan agenda, katalog, dan sebagainya. Dokumentasi diperlukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, misalnya data mengenai sejarah lembaga, struktur sekolah, kurikulum pendidikan, jumlah siswa dan guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan sebagainya. 6. Analisis DataAnalisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna. Analisis data meliputi kegiatan pengurutan dan pengorganisasian data, pemilahan menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal yang penting dan dipelajari, serta penentuan apa yang harus dikemukakan kepada orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dimulai sejak pengumpulannya, yaitu setelah empat atau lima kali pengumpulan data. Analisisnya dapat diupayakan dengan apa yang disebut kegiatan reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan dan pemusatan perhatian penelitian melalui seleksi yang ketat terhadap fokus yang akan dikaji lebih lanjut. Tujuan akhir kegiatan reduksi data tersebut untuk memahami seluruh data yang telah dikumpulkan dan memikirkan peluang-peluang pengumpulan data berikutnya. Begitu seluruh data yang diperlukan telah selesai dikumpulkan, semuanya dianalisis lebih lanjut secara lebih intensif meliputi kegiatan pengembangan sistem kategori pengkodean, penyortiran data, dan penyajian data dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai temuan penelitian.7. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan). Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Untuk menetapkan keabsahan data atau kredibilitas data tersebut digunakan teknik pemeriksaan sebagai berikut : (1) perpanjangan keikutsertaan peneliti; (2) ketekunan pengamatan atau kedalaman observasi; dan (3) triangulasi, yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam : Pertama triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan perolehan data pada teknik yang berbeda dalam fenomena yang sama. Kedua triangulasi dengan metode, yaitu membandingkan perolehan data dari teknik pengumpulan data yang sama dengan sumber yang berbeda.8. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini melalui empat tahapan, yaitu : (1) tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap penulisan laporan. Tahap sebelum ke lapangan meliputi kegiatan: menyusun proposal penelitian, menentukan fokus penelitian, konsultasi fokus penelitian kepada pembimbing, menghubungi lokasi penelitian, mengurus ijin penelitian. Tahap pekerjaan lapangan meliputi kegiatan : pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian dan pencatatan data. Tahap analisis data meliputi kegiatan: organisasi data, penafsiran data, pengecekan keabsahan data, dan memberi makna. Tahap penulisan laporan meliputi kegiatan: penyusunan hasil penelitian, konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing, dan perbaikan hasil konsultasi penelitian.H. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan tesis sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, meliputi : Latar Belakang, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitan, Kajian Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka, yang meliputi : Pengertian Aplikasi, Pengertian Kurikulum, Pengertian Pendidikan Agama Islam, Bab III Metodologi Penelitian, meliputi : Jenis dan pendekatan penelitian, Kegiatan Penelitian, Subyek Penelitian dan Objek Penelitian , Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: Teknik Analisis Data

Bab V Kesimpulan dan Saran.DAFTAR PUSTAKAAhmadi. 2004. Islam Sebagai Paradigma IlmuPendidikan. Semarang : Aditya Media. Ahmadi, Khoiru dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakyek. Jakarta : Rineka Cipta. Budinigsih, Asri. 2004. Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hadiyanto. 2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Majid, Abdul. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.Maimun, Agus dkk. 2009. Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif Di Era Muthe, Barmawi , Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Yamin. 2010. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press. Moleong J Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta : Delia Pres. Putra Haidar Daulay. 2009. Dinamika Pendidikan Islam Di Asia Tenggara. Jakarta : Asdi Mahasatya. Riyanto Yatim. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC.Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme guru. Bandung: Rajawali Pers.Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning . Bogor : Ghalia Indonesia. Sukidin, Basrowi, Suranto. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Insan Cendekia.Tilaar. 2001. Manajemen Pendidikan Nasional,Bandung : Remaja Rosdakarya. Umi Farida.blogspot.com, Manajemen Pembelajaran Pendidika Agama.html. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni. 2008. Education Management Analisis Teori dan Praktik. Jakarta : Raja wali Pers.Willis Ratna Dahar. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Gelora Aksara Pratama,.Zuhriyah Nurul. 2007. Metodologi Penelitian sosial dan pendidikan. Malang: Bumi Aksara. Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Rineka cipta, 2002), 14.

Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia, (Jakarta:Rineka Cipta, 2004), 29.

Haidara Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2009), 47.

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Bandung : Rajawali Pers, 2011), 3.

Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 128-129 .

Moh Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Yogyakarta: Diva Press, 2010), 5-6.

Asri Budinigsih, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2004), 4-5

Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Konsep, Strategi dan Aplikasi), (Yogyakarta: Sukses Ofset, 2009), 4.

Barmawi Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta:Pustaka Insan Madani, 2009), 1.

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003, 7.

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 38.

Khoiru Ahmadi dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), 44.

KBBI,hal 67

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2003, BABI Pasal 1 no.19

Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma IlmuPendidikan, Semarang: Aditya Media, 103.

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: 2004), 40.

Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001),176

Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, 40

Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang : Kalimasahada Press, 1996), h. 49-50.

Ibid., h. 56.

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996), 104.

Arifin, Penelitian Kualitatif, 84.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), 178.