proposal
DESCRIPTION
Penentuan Usia KayuTRANSCRIPT
i
PROPOSAL SKRIPSI
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN USIA KAYU JATI
DENGAN METODE AHP
Oleh :
Saiful Amin
2011-51-252
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2015
ii
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
JUDUL : SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN USIA KAYU
JATI DENGAN METODE AHP
NAMA : SAIFUL AMIN
NIM : 2011-51-252
Proposal ini telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan
Komite Seminar Proposal Skripsi
Kudus, 02 Oktober 2015
Mengetahui
Koordinator Skripsi
Ahmad Jazuli, M.Kom
NIDN. 0406107004
Pembimbing 1
Mukhammad Nurkamid, S.Kom, M.Cs
NIDN. 0620068302
Pembimbing 2
Tutik Khotimah, M.Kom
NIDN. 0608068502
iii
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
JUDUL : SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN USIA KAYU
JATI DENGAN METODE AHP
NAMA : SAIFUL AMIN
NIM : 2011-51-252
Proposal ini telah diseminarkan di hadapan komite Seminar Proposal Skripsi
Dan disetujui untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan Skripsi
Kudus, 02 Oktober 2015
Mengetahui
Ketua Penguji
Mukhammad Nurkamid, S.Kom, M.Cs
NIDN. 0620068302
Penguji 1
Mukhammad Nurkamid, S.Kom, M.Cs
NIDN. 0620068302
Penguji 2
Tutik Khotimah, M.Kom
NIDN. 0608068502
iv
DAFTAR ISI
Halaman
PROPOSAL SKRIPSI ............................................................................................... i
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI ................................................................... ii
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI .................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
BAB I 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.1.1. . Identifikasi Masalah .......................................................................... 1
1.1.2. . Analisa Masalah ................................................................................ 2
1.2. Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ................................................................................. 2
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................. 2
1.5.1. . Bagi Penulis ...................................................................................... 2
1.5.2. . Bagi Akademis .................................................................................. 3
1.5.3. . Bagi Instansi Terkait (Dinas Perhutanan) ......................................... 3
1.6. Sistematika Penulisan ......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
2.1. Penelitian Terkait ................................................................................ 5
2.2. Landasan Teori ................................................................................... 6
2.2.1. . Pengertian Sistem Pendukung Keputusan ......................................... 6
2.2.2. . Tujuan Sistem Pendukung Keputusan .............................................. 6
2.2.3. . Fase Pengambilan Keputusan ........................................................... 6
2.2.4. . Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan ......................................... 7
2.2.5. . Karateristik Sistem Pendukung Keputusan ....................................... 9
2.2.6. . Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ...................................... 9
v
2.3. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 17
3.1. Objek Penelitian ................................................................................. 17
3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 17
3.3. Jadwal Penelitian ................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
viii
ABSTRAK
Pihak Perhutani perlu mengetahui informasi tentang usia kayu jati, supaya pada
waktu pemotongan dapat langsung diketahui usia dari kayu jati. Untuk memberikan
informasi yang baik mengenai usia kayu jati, diperlukan suatu sistem yang dapat
memberikan informasi mengenai usia kayu jati. Usia kayu dapat diketahui berdasarkan
lingkaran tahun pada kayu atau disebut juga dengan growthring. Kurangnya pengetahuan
tentang usia kayu jati mengakibatkan pemilihan kualitas kayu jati yang kurang baik. Oleh
karena itu, dengan menggunakan sistem pendukung keputusan penentuan usia kayu dapat
memberikan informasi yang lebih detail dalam menentukan usia kayu jati.
Kata kunci : Kayu, Perhutani, Sistem Pendukung Keputusan, Growthring
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Identifikasi Masalah
Perusahaan yang memproduksi barang yang terbuat dari kayu jati bermacam-
macam. Ada perusahaan yang memerlukan kayu jati yang lebih muda supaya
nantinya harga produk jadinya tidak terlalu mahal; ada juga yang memerlukan kayu jati
yang usianya tua supaya kualitas produknya benar-benar terjaga. Semakin
tua usia kayu jati, harganya semakin mahal. Kualitas kayu jati yang baik dapat
ditentukan dari warna kayu dan usia kayu jati. Karena permintaan kayu dari
perusahaan yang bermacam-macam, maka pihak perhutani perlu mengetahui informasi
tentang usia kayu jati, supaya pada waktu pemotongan dapat langsung
diketahui usia dari kayu jati. Untuk memberikan informasi yang baik mengenai usia
kayu jati, diperlukan suatu sistem yang dapat memberikan informasi mengenai usia
kayu jati.
Usia dari kayu jati bisa diketahui dari informasi pada penebangan kayu di
hutan, karena sekarang ini penanaman kayu di hutan sudah dipetak-petak sesuai waktu
tanamnya, dan pada usia yang sudah ditentukan kayu jati akan di tebang. Tapi apabila
ada kayu yang berasal dari hutan lindung, yang tidak tahu waktu tanamnya, sangat sulit
untuk menentukan usia dari kayu jati.
Dengan adanya permasalahan tersebut, munculah sebuah ide untuk
merancang dan membangun sebuah sistem pendukung keputusan berbasis WEB
dengan bentuk sistem informasi yang menyajikan berbagai macam kemudahan dalam
melakukan suatu proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu penulis mengadakan
penelitian dengan judul “ SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN
USIA KAYU JATI DENGAN METODE AHP ”. Dengan sistem pendukung
keputusan ini akan dapat memberikan kemudahan dalam membuat keputusan dalam
menentukan usia kayu.
2
1.1.2. Analisa Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam
menentuan usia kayu jati yang baik.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah bagaimanakah cara merancang
dan membangun pendukung keputusan penentuan usia kayu jati.
1.3. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan agar tidak meluas, maka penulis
membatasi permasalahan sebagai berikut :
a. Penelitian ini meneliti tentang perkembangan usia kayu jati.
b. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
menentukan usia kayu jati.
c. Mengetahui usia kayu jati yang berada diluar wilayah penanaman kayu jati.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membangun sebuah sistem
pendukung keputusan penentuan usia kayu dengan penerapan metode AHP untuk dapat
memudahkan dalam penentuan usia kayu.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini
adalah :
1.5.1. Bagi Penulis
a. Merupakan sarana praktis bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan.
b. Dapat menghasilkan sistem yang tidak hanya bermanfaat bagi penulis tetapi juga
bagi pengguna yang menggunakan sistem tersebut.
3
c. Merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Program
Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus.
1.5.2. Bagi Akademis
a. Sebagai bahan evaluasi akademik untuk mengetahui kemampuan mahasiswa
menerapkan teori yang diperoleh selama kuliah.
b. Untuk bahan literatur penulisan skripsi di masa yang akan datang serta untuk
menambah referensi perpustakaan dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan.
1.5.3. Bagi Instansi Terkait (Dinas Perhutanan)
a. Bagi Instansi terkait, dapat mengembangkan sistem yang sedang berjalan
menjadi sistem informasi berbasis web yang terintegrasi, sehingga diharapkan
dapat menghasilkan sistem informasi yang lebih akurat dan relevan guna
mendukung usaha.
b. Memudahkan dalam pendataan usia kayu jati.
1.6. Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi terbagi atas enam bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menguraikan tentang penelitian terkait, landasan
teori yang mendasari pembahasan secara detail berupa definisi-
definisi yang berkaitan langsung dengan ilmu dan masalah yang
diteliti, serta kerangka teori.
BAB III METODE PENELITIAN
4
Dalam bab ini berisi tentang Metode Pengumpulan Data dan
Metode Pengembangan Sistem.
BAB IV ANALISIS, PERANCANGAN DAN DESAIN SISTEM
Bab ini menguraikan tentang gambaran aplikasi, desain pemodelan
sistem, perancangan database serta perancangan desain interface.
BAB V IMPLEMENTASI SISTEM
Dalam bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai implementasi
program, uji coba, dan pembahasan hasil pengujian program
dengan hasil keluaran.
BAB VI PENUTUP
Bab penutup ini merupakan bab terakhir dari sistematika penulisan
skripsi yang di dalamnya memuat kesimpulan penelitian dan saran.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terkait
Dalam penulisan skripsi ini, penulis terinspirasi dan mereferensi dari
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang masalah pada skripsi ini.
Adapun penelitian yang berhubungan dengan skripsi ini adalah sebagai berikut.
Jenis penelitian berbentuk jurnal oleh Siti Munawaroh [3], 2010, yang
berjudul “ Deteksi Growthring Pada Kayu Dengan Metode Edge Linking ”. Dalam
penelitian tersebut menjelaskan tentang bagaimana pendeteksian growthring (lingkar
tahun) atau pertumbuhan pada kayu dengan metode edge linking. Dalam pembahasan
tersebut menggunakan tahapan citra warna atau citra biner, dilanjutkan dengan proses
deteksi yang meliputi deteksi edge dan deteksi kurva dan proses analisis merupakan
proses analisis dari edge linking yang menghasilkan lingkaran.
Penelitian dalam bentuk jurnal juga dilakukan oleh Nila Susanti [6], 2013,
dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Kualitas Kayu Untuk
Kerajinan Meubel” dalam jurnal penelitian tersebut menjelaskan tentang sistem
pendukung keputusan dengan menggunakan kriteria bayes. Dan kesimpulan yang
dihasilkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
kualitas dan penggunaan jenis kayu untuk bahan kerajinan meubel atau kerajinan kayu
yang lain.
Penelitian berbentuk jurnal dilakukan oleh Tangkas Lintang Prihsatya [2],
2013, dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Furniture Jati Di Jepara
Dengan Metode Analytical Hierarchy Process”. Dalam jurnal penelitian tersebut
menjelaskan tentang penentuan dalam pemilihan furniture jati yangn dapat
mempermudah konsumen dalam menentukan untuk membeli furniture. Implementasi
dari sistem pendukung keputusan ini menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process.
6
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Decision Support Systems ( DSS ) atau biasa disebut Sistem Pendukung
Keputusan (SPK ) merupakan salah satu kelas dalam bidang komputerisasi sistem
informasi, yang berfungsi untuk mendukung aktifitas pendukung pengambilan
keputusan. Konsep dari sebuah Decision Support System (DSS) sebenarnya sangat luas
dan definisi konsep ini bisa sangat beragam, karena hal ini bergantung dari sudut
pandang masing-masing pembuat [1].
2.2.2. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan
Tujuan sistem pendukung keputusan yaitu:
a. Membantu dinas perhutani membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi
terstruktur.
b. Mendukung penilaian dinas perhutani bukan mencoba menggantikannya.
c. Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan keputusan dinas perhutani
daripada efisiensinya
2.2.3. Fase Pengambilan Keputusan
Dalam proses pengambilan keputusan ada 4 fase , yaitu sebagai berikut:
a. Tahap intelegensi (intelligence phase) yaitu untuk pencarian kondisi-kondisi yang
dapat menghasilkan keputusan sehingga menghasilkan kriteria keputusan.
b. Tahap perencanaan (design phase) yaitu : untuk menemukan, mengembangkan &
menganalisis materi-materi yg mungkin dikerjakan, dengan menggunakan
pemodelan.
c. Tahap pilihan (choice phase) yaitu pemilihan dari materi-materi yg tersedia, mana
yang akan dikerjakan, dengan memilih model yang telah dilakukan untuk
selanjutnya diimplementasikan.
d. Tahap implementasi (implementation) yaitu hasil pemilihan tersebut kemudian
diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
7
Berikut proses pengambilan keputusan pada gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan
2.2.4. Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan
a. Subsitem Manajemen Data
Merupakan subsistem yang menyediakan data bagi sistem. Sumber data
berasal dari data internal dan data eksternal. Subsistem ini termasuk basis data, berisi
data yang relevan untuk situasi dan diatur oleh perangkat lunak yang disebut Database
Management System (DBMS).
KEGAGALAN
Gambar .Proses Pengambilan Keputusan (Sumber : Turban, 2005) [1]
Pernyataan
masalah
Alternatif
Fase Inteligensi Sasaran organisasional
Prosedur pemindai dan penelitian
Pengumpulan data
Identifikasi masalah
Klasifikasi masalah
Pernyataan masalah
Fase Desain Formulasi sebuah model
Menentukan kriteria untuk dipilih
Mencari alternatif
Memprediksi dan mengukur hasil
akhir
Fase Pilihan Solusi untuk model
Analisis sensitivitas
Memilih alternative terbaik
Realitas
Implementasi
solusi
Simplifikasi
Asumsi
Solusi
SUKSES
Validasi model
Verifikasi, menguji
Solusi yang
8
b. Subsistem Manajemen Model
Subsistem ini berfungsi sebagai pengelola berbagai model. Model harus
bersifat fleksibel artinya mampu membantu pengguna untuk memodifikasi atau
menyempurnakan model seiring dengan perkembangan pengetahuan. Bahasa
pemodelan digunakan untuk membangun model. Perangkat lunak ini disebut Model
Base Management System (MBMS).
c. Subsitem Manajemen Pengetahuan
Merupakan subsistem yang berfungsi sebagai pendukung subsistem yang lain
atau sebagai suatu komponen yang bebas. Subsistem ini berisi data item yang diproses
untuk menghasilkan pemahaman, pengalaman, kumpulan pelajaran dan keahlian.
d. Subsistem Antar Muka Pengguna
Subsistem Antar Muka Pengguna adalah fasilitas yang mampu
mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Pengguna
berkomunikasi dengan dan memerintahkan Decissioan Support System melalui
subsistem ini.
Gambar 2.2 Arsitektur Decision Support System
Sistem lainnya
yang berbasis komputer
Internet,
intranet,
Basis pengetahuan organisasional
Data: eksternal dan
internal Manajemen
data Manajemen
model Model
eksternal
Subsistem berbasis pengetahuan
Antarmuka pengguna
Manager (pengguna)
9
2.2.5. Karateristik Sistem Pendukung Keputusan
Berikut adalah karakteristik sistem pendukung keputusan:
1. Keputusan semi terstruktur
2. Untuk manajer diberbagai level
3. Untuk kelompok dan individu
4. Keputusan interdependen atau sekuensial
5. Mendukung penalaran, perancangan dan pemilihan
6. Mendukung berbagai gaya dan proses pengambilan keputusan
7. Adaptif dan fleksibel
8. Mudah dipakai
9. Efektifitas, bukan efisiensi
10. Bisa dikendalikan pengguna
11. Penggunaan evolusioner
12. Mudah dibangun
13. Pemodelan
14. Pengetahuan
2.2.6. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
2.2.6.1 Model AHP (Analitycal Hierarchy Process)
AHP adalah sebuah metode pemecahan masalah yang komplek/rumit dalam
situasi yang tidak terstruktur menjadi bagianbagian komponen. Mengatur bagian atau
variabel ini menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian memberikan nilai
numerik untuk penilaian subjektif terhadap kepentingan relatif dari setiap variabel dan
mensintesis penillaian untuk variabel mana yang memiliki priopitas tertinggi yang akan
mempengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut.
AHP menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi dengan cara yang
logis dan dipengaruhi imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun
hierarki dan juga pengalaman untuk memberikan pertimbangan. AHP merupakan suatu
proses mengidentifikasi, mengerti, dan memberikan perkiraan interaksi sistem secara
keseluruhan.
10
AHP sering dipakai sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan
metode lain karena beberapa apasan, yaitu:
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambil keputusan.
2.2.6.2 Tahapan AHP
Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Tahap pendefinisian masalah dan penentuan solusi
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan
secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan
solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin
berjumlah lebih dari satu, solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut
dalam tahap berikutnya.
b) Tahap pembuatan struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hierarki
yang berada di bawahnya, yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk
mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan
alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hierarki
dilanjutkan dengan subkriteria jika mungkin diperlukan.
c) Tahap pembuatan matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria
yang setingkat di atasnya
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk
kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan
dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan
prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan
matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan
11
didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen
lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria
dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya
diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
d) Tahap melakukan pendefinisian perbandingan berpasangan sehingga
diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan
adalah banyaknya elemen yang dibandingkan
Hasil perbandingan dari masingmasing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9
yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu
elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil
perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa
membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada
sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan
perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa
dilihat di bawah.
Intensitas
Kepentingan
Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama besar
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen
yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit
menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting dari pada yang lainnya,
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu
elemen dibandingkan elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen
lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan
terlihat dalam praktek.
12
9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya, Bukti
yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain
memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan.
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbanganpertimbangan yang
berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di
antara 2 pilihan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan
aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding
dengan i
Tabel 2.1 : Intensitas Kepentingan
e) Tahap melakukan pendefinisian perbandingan berpasangan sehingga
diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan
adalah banyaknya elemen yang dibandingkan
Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi
f) Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki
g) Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan
Matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk
penentuan prioritas elemenelemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai
tujuan. Perhitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari
matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan
untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap
baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
h) Memeriksa konsistensi hirarki
Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index
konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar
menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai
sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%.
13
2.2.6.3 Menentukan Prioritas Elemen
Langkah menentukan prioritas elemen adalah sebagai berikut :
a) Membuat perbandingan berpasangan
Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan
sesuai kriteria yang di berikan. Untuk perbandingan berpasangan digunakan
bentuk matriks. Matriks bersifat sederhana, berkedudukan kuat yang menawarkan
kerangka untuk memeriksa konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan
membuat semua perbandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas
secara keseluruhan untuk merubah pertimbangan. Untuk memulai proses
perbandingan berpasangan, dimulai dari level paling atas hirarki untuk memilih
kriteria, misalnya C, kemudian dari level dibawahnya diambil elemen-elemen
yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3, A4, A5, maka susunan elemen-elemen
pada sebuah matrik seperti Tabel 2.2.
C A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2 1
A3 1
A4 1
A5 1
Tabel 2.2 : Matrix Perbandingan Berpasangan
b) Mengisi matrik perbandingan berpasangan
Untuk mengisi matrik perbandingan berpasangan yaitu dengan menggunakan
bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap
elemen lainnya yang dimaksud dalam bentuk skala 1 sampai skala 9. Skala ini
mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam
perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kriteria
di level yang lebih tinggi.
14
Apabila suatu elemen dalam matrik dan dibandingkan dengan dirinya sendiri,
maka diberikan niali 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai tertentu, maka j
dibanding i merupakan kebalikannya. Pada tabel 2 memberikan definisi dan
penjelasan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai tingkat kepentingan suatu
elemen dengan elemen lainnya.
c) Sintensis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan di sintesis untuk
memperoleh keseluruhan prioritas dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Menjumlah niali-nilai dari setiap kolom pada matriks
Membagi setiap niali dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk
memperoleh normalisasi matriks.
Menjumlah nilai-nilai dari setiap matriks dan membaginya dengan jumlah
elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata
Mengukur konsistensi
Dalam pembuat keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi
yang ada, karena kita tidak ingin keputusan berdasarkan pertimbangan dengan
konsistensi yang rendah. Karena dengan konsistensi yang rendah, pertimbangan
akan akurat. Konsistensi penting untuk mendapatkan hasil yang valid dalam dunia
nyata. AHP mengukur konsistensi pertimbangan dengan rasio konsistensi
(consistensy ratio). Nilai konsistensi rasio harus kurang dari 5% untuk matriks
3x3, 9% untuk matriks 4x4 dan 10% untuk matriks yang lebih besar. Jika lebih
dari rasio dari batas tersebut maka niali perbandingan matriks di lakukan kembali.
Langkah-langkah menghitung nilai rasio konsistensi yaitu:
i. Mengkalikan niali pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan
seterusnya.
ii. Menjumlahkan setiap baris. iii. Hasil dari penjumlahan baris dibagikan
dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
iii. Membagi hasil diatas dengan banyak elemen yang ada, hasilnya disebut eigen
value (λmax).
15
iv. Menghitung indekx konsistensi (consistensy ratio) dengan rumus:
CI = (λmax-n)/n Dimana CI = Consistency Index
λmax = Eigen Value n = Banyaknya elemen
v. Menghitung konsistensi ratio (CR) dengan rumus :
CR = CI/RC Dimana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index RC =
Random Consistency Matriks random dengan skala penilaian 1 sampai 9
beserta kebalikannya sebagai random consistency (RC).
Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika
pertimbangan memilih secara acak dari skala 1
9,
1
8, ..., 1, 2, ..., 9 akan
diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks yang berbeda seperti pada tabel
2.3.
Ukuran Matriks Konsistensi acak (Random
Consistency)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0.00
0.00
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
Tabel 2.3 : Nilai Rata-rata Konsistensi
16
2.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
PROBLEMS
1. Kurang efektifnya pendataan
usia dengan cara manual.
2. Kesalahan dalam pendataan
mengakibatkan pemilihan
kualitas kayu yang berdasarkan
usia kayu jati.
APPROCH
Research and
Development
Implementasi
(Implementation)
Pengguna Aplikasi
Pengukuran
(Measurement)
Kuesioner
Pengujian
Blackbox testing
RESULT
Membangun dan merancang sebuah sistem pendukung
keputusan berbasis web dengan menggunakan metode AHP
untuk menentukan usia kayu jati
OPPORTUNITY
1. Mayoritas masyarakat dapat
mengakses internet melalui
komputer atau HP.
2. Adanya pengembangan
teknologi pendataan data
kayu jati yang lebih efisien.
Development
Flowchart,
DFD
Pemograman Web,
PHP, CSS, HTML,
Jquery
Metode Analytic
hierarchy process
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian yang dipilih oleh penulis adalah Dinas Perhutani yang berada
di Jepara.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan beberapa metode untuk
mengumpulkan materi. Metode tersebut adalah sebagai berikut.
a. Wawancara (Interview)
Metode ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak
terkait untuk memperoleh keterangan mengenai sistem yang sedang berjalan (sistem
manual) beserta masalah-masalah yang timbul.
b. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati proses penentuan usia kayu jati.
c. Kepustakaan (Studi Literature)
Metode ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menyeleksi bahan-bahan yang
diperlukan untuk penulisan skripsi.
3.3. Jadwal Penelitian
Penelitian dimulai tanggal 16 September 2015 sampai dengan 30 Desember
2015. Jadwal penelitian untuk membangun sebuah sistem informasi pendataan laundry
terbaik dapat dilihat pada tabel 3.1.
19
DAFTAR PUSTAKA
[1] Efraim Turban, (2005). Decision Support Systems and Intelligent Systems, edisi.
Bahasa Indonesia jilid 1.ANDI.Yogyakarta.
[2] Lintang Prihsatya, Tangkas (2012). sistem pendukung keputusan pemilihan furniture
jatidi jepara dengan metode analytical hierarchy process. Universitas Dian
Nuswantoro (UDINUS). Semarang.
[3] Munawaroh, Siti, (2010). Deteksi Growthring Pada Kayu Dengan Metode Edge
Linking. Unisbank. Semarang.
[4] Saaty , Thomas L, (1994). Fundamentals of Decision Making And Priority Theory.
[5] Subakti, Irfan, (2002). Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System).
Institusi Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
[6] Susanti, Nila, (2013). Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Kualitas Kayu Untuk
Kerajinan Meubel. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.
[7] Syaifullah, (2010). Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Artikel
Ilkom UGM. Yogyakarta.