proposal

10
PROPOSAL PENELITIAN JUDUL PENELITIAN: LOCAL POTENTIAL AND TECHNOLOGY SEBAGAI BASIS DALAM PENGEMBANGAN BAHAN PEMBELAJARAN IPA SMP Nama Mahasiswa: Vina Fitri Yani R. Dwi Astuti Dian K. Oky Ristya T. Arna Putri Fathurrahman

Upload: dhian-getoh

Post on 10-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hilhnl

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN: LOCAL POTENTIAL AND TECHNOLOGY SEBAGAI BASIS DALAM PENGEMBANGAN BAHAN PEMBELAJARAN IPA SMP

Nama Mahasiswa:Vina Fitri Yani R.Dwi Astuti Dian K.Oky Ristya T.Arna PutriFathurrahman

PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTAMaret, 2015

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPendidikan menjadi sarana utama untuk mensukseskan pembangunan nasional, karena dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi manusia dalam rangka membangun kebudayaan masa depan. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu usaha menyiapkan siswa untuk menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan semakin pesat. Pendidikan juga merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. Dengan demikian pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act locally), serta dilandasi oleh akhlak yang mulia (Bawayasa dalam Jaya, 2012). Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (pasal 1), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kualitas pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Guru memiliki tugas, peranan, dan fungsi yang penting dalam proses pembelajaran, tetapi guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Prestasi yang dicapai anak didik tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan guru terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan, bahan pembelajaran yang digunakan oleh guru juga dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.Pemerintah terus berupaya membangun pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta perbaikan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka memperbaiki sistem pendidikan nasional adalah dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007). Kurikulum ini menuntut kreativitas guru untuk menyusun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lokal dimana sekolah berada. Beragamnya teknologi dan potensi lokal dari berbagai daerah di indonesia menjadikan teknologi dan potensi lokal sangat tepat dipilih sebagai dasar pemilihan tema untuk mengembangkan bahan pembelajaran inovatif yang membantu siswa dalam belajar. Disamping itu, pemanfaatan teknologi dan potensi lokal merupakan salah satu karakteristik dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum sesuai dengan karakteristik masing-masing. Dengan demikian, dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006). (1) berpusat pada potensi, perkembangan serta kebutuhan siswa dan lingkungan; (2) pembelajaran beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat; (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Hasil identifikasi terhadap kondisi obyektif pembelajaran di sekolah menunjukkan permasalahan antara lain (Depdiknas, 2007 ): (1) Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi pelajaran yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya tidak memahaminya; (2) Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/dimanfaatkan; serta (3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dengan metode ceramah. Padahal di sisi lain, siswa sangat membutuhkan pemahaman konsep yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan di masyarakat dimana mereka akan bekerja dan menjalani kehidupan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru dituntut untuk lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang dibzerikan kepada siswa hendaknya disertai dengan mengangkat keunggulan atau teknologi serta potensi lokal masing-masing daerah. Model pembelajaran berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut guru sebagai pendidik untuk dapat menyampaikan materi secara jelas dan benar dengan waktu yang tersedia dan siswa dituntut untuk aktif dalam belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses yang tidak lepas dari komponen-komponen pembelajaran yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses pembelajaran adalah sumber belajar. Sumber belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA. Sumber belajar dapat berupa manusia, media cetak, media elektronik, dan gejala-gejala di lingkungan siswa. Sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat digunakan oleh siswa dalam menunjuang pembelajaran diantaranya adalah SSP, modul, handout, LKS, dan media interaktif.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prnsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA yang diajarkan di sekolah merupakan ilmu yang menuntut siswa supaya lebih aktif. Dalam mempelajari IPA idealnya tidak hanya berdiam diri mendengarkan penjelasan guru, tetapi memerlukan keterampilan dan keaktifan siswa. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006).IPA sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah khususnya tingkat SMP/MTs merupakan bagian penting yang turut berpengaruh dalam perkembangan teknologi. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat dekat dengan alam. Banyak hal di alam yang dapat dilihat dari sisi IPA. IPA perlu diajarkan secara lebih khusus, yaitu membekali siswa dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Pembelajaran IPA pada abad 21 ini, siswa diharapkan tidak hanya menguasai konsep saja, tetapi juga perlu ditekankan pada penguasaan skill (keterampilan) siswa, yang meliputi keterampilan proses sains maupun keterampilan berpikir, seperti keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan pemecahan masalah, maupun keterampilan pengambilan keputusan dalam pembelajaran IPA, tetapi fakta di lapangan, menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan tersebut masih belum dimunculkan secara maksimal, dan hasil belajarlah yang sering menjadi prioritas utama dalam pembelajaran di sekolah saat ini. Selain itu, Pembelajaran IPA jenjang SMP/MTs sebaiknya menekankan pengalaman belajar langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pemanfaatan teknologi dan potensi lokal yang ada dilingkungan sekolah maupun lingkungan siswa merupakan pendekatan sosialisasi siswa terhadap obyek dan persoalan IPA di lingkungan siswa, sehingga mereka dapat menyatu dengan lingkungannya. Sosialisasi sejak dini dengan memanfaatkan teknologi dan potensi lokal kepada siswa diharapkan dapat mewujudakan manusia yang cinta tanah air, kepribadian, dan kesadaran nasional. Sekaligus dapat menumbuhkan pemahaman mengenai relevannsi antara IPA dengan teknologi, lingkungan sekitar serta kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA sangat erat kaitannya dengan teknologi dan alam. Akan sangat baik apabila memanfaatkan teknologi serta potensi lokal yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Indonesia merupaka negara yang kaya akan teknologi dan potensi lokal. Salah satu upaya untuk melestarikan teknologi dan potensi lokal pada suatu daerah dapat dilakukan dengan cara mengenalkan teknologi dan potensi lokal kepada generasi muda melalui dunia pendidikan. Pemanfaatan teknologi dan potensi lokal yang dimiliki oleh suatu daerah secara langsung merupakan salah satu cara mendekatkan peserta didik dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Baramuli (1996), teknologi adalah hasil dari usaha manusia dan ciptaan manusia pada jamannya, sekaligus sebagai gambaran eksistensi budaya manusia yang termaksud di dalam ide, konsep dan peralatan-peralatan serta kegunaannya. Sedangkan potensi daerah (lokal) merupakan potensi sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerah meliputi sumber daya alam, manusia, teknologi, dan budaya yang dapat dikembangkan untuk membangun kemandirian nasional (Hariyadi 2014). Keterkaitan antara materi pembelajaran dengan teknologi serta potensi lokal yang ada disekitar dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan materi dalam pembelajaran IPA yang dapat digunakan oleh siswa.Atas dasar hal tersebut, maka perlu adanya penelitian pengembangan bahan pembelajaran mengenai teknologi dan potensi lokal yang ada di setiap daerah sehingga dapat tercipta keseimbangan antara pengetahuan IPA dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan beberapa bahan pembelajaran sesuai dengan kriteria bahan pembelajaran yang baik dan benar, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar tambahan dan media pembelajaran bagi siswa.B. Tujuan Khusus PenelitianTujuan khusus penelitian ini yaitu: 1) memperoleh informasi sebagai dasar dalam perumusan draf bahan pembelajaran IPA berbasis local potential and technology, 2) mengetahui kelayakan dari bahan pembelajaran IPA berbasis berbasis local potential and technology yang dihasilkan berdasarkan penilaian dan peninjauan dari validator, dan 3) mengetahui keterampilan belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan bahan pembelajaran berbasis local potential and technology yang dihasilkan.C. Keutamaan PenelitianKeutamaan penelitian ini membantu guru IPA untuk menumbuhkan pemahaman pada siswa mengenai relevansi antara IPA dengan teknologi, lingkungan sekitar, dan kehidupan sehari-hari serta mengantarkan siswanya memperoleh keterampilan belajar yang lebih baik. Lebih lanjut keutamaan penelitian dijelaskan sebagai berikut:1. Mengembangkan bahan pembelajaran berbasis local potential and technology sebagai sumber belajar yang inovatif dan berkualitas dalam pembelajaran IPA di SMP/MTs.2. Menghasilkan bahan pembelajaran berbasis local potential and technology sebagai sumber belajar yang inovatif dan berkualitas dalam pembelajaran IPA di SMP/MTs.3. Tersusunnya bahan pembelajaran berbasis local potential and technology yang mampu meningkatkan keterampilan belajar siswa di di SMP/MTs.D. Kontribusi PenelitianHasil penelitian ini berkontribusi dalam dunia pendidikan yaitu membantu keberhasilan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mewujudkan pembelajaran inovatif. Tersusunnya bahan pembelajaran berbasis local potential and technology ini dapat digunakan sebagai berikut.1. Pedoman guru SMP/MTs dalam melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dengan pembelajaran inovatif sesuai dengan karakteristik dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).2. Alternative bagi guru SMP/MTs dalam melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan bahan pembelajaran berbasis local potential and technology.3. Pedoman pelaksanaan pembelajaran IPA sesuai dengan kurikulum KTSP yang merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.