proposal

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia ialah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah (Suyanti, 2010). Kimia juga merupakan suatu ilmu eksperimen yang mentransformasi antara suatu zat atau substansi dengan bahasa kimia. (Jacob, 2001). Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada beberapa siswa SMA, ternyata ditemukan kesalahan dalam menuliskan konfigurasi elektron. Kesalahan dalam menuliskan konfigurasi elektron tersebut menunjukan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep konfigurasi elektron. Kesalahan ini disebabkan karena empat kemungkinan. Pertama, siswa belum memahami makna dari jumlah maksimum pengisian 1

Upload: dony-d-bocar

Post on 03-Oct-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jkhjkhjkhj

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIlmu kimia ialah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah (Suyanti, 2010). Kimia juga merupakan suatu ilmu eksperimen yang mentransformasi antara suatu zat atau substansi dengan bahasa kimia. (Jacob, 2001).Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada beberapa siswa SMA, ternyata ditemukan kesalahan dalam menuliskan konfigurasi elektron. Kesalahan dalam menuliskan konfigurasi elektron tersebut menunjukan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep konfigurasi elektron. Kesalahan ini disebabkan karena empat kemungkinan. Pertama, siswa belum memahami makna dari jumlah maksimum pengisian elektron dalam tiap kulit atom (formula pengisian jumlah maksimum elektron yaitu 2n2, dengan nilai n = 1,2,3,4, dst). Kedua, siswa belum memahami jumlah pengisian maksimum elektron pada tiap subkulit atom. Ketiga, siswa belum memahami makna dari tingkatan energi pengisian elektron dalam tiap subkulit (subkulit atom dinyatakan dengan notasi s, p, d, f, dst). Keempat, siswa belum memahami hubungan antara jumlah elektron tiap kulit dan subkulit s, p , d, f dst. Akibatnya, dalam menuliskan konfigurasi elektron, rata-rata penulisan konfigurasi elektron yang benar hanya dari atom bernomor 1 hingga 20. 1.2 Identifikasi MasalahKonfigurasi elektron adalah salah satu materi yang dipelajari di kelas X semester 1 berdasarkan kurikulum 2013. Materi ini penting dikuasai dan dipahami siswa untuk dapat memahami materi kimia selanjutnya, yaitu bilangan kuantum. Berdasarkan hasil observasi peneliti saat sedang dalam praktek pengalaman lapangan (PPL) II kelas X IPA di SMA ISEN MULANG Palangka Raya ditemukan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menuliskan konfigurasi elektron berdasarkan hasil tes ( ulangan harian). 1.3 Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa kelas X IPA SMA Negeri 6 Palangka Raya Tahun Ajaran 2014/2015 Dalam Materi Konfigurasi Elektron?2. Bagaimana menjelaskan kesulitan siswa kelas X IPA SMA Negeri 6 Palangka Raya Tahun Ajaran 2014/2015 Dalam Memahami Konsep Konfigurasi Elektron?1.4 Batasan MasalahMasalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah :1. Kesulitan siswa yang diamati dalam memahami konsep konfigurasi elektron ini terletak pada kemampuan siswa dalam menentukan konfigurasi elektron berdasarkan nomor atom dari ion-ion. 2. Kesulitan siswa yang diamati dalam memahami konsep konfigurasi elektron ini terletak pada kemampuan siswa dalam menentukan konfigurasi elektron berdasarkan aturan aufbau.1.5 Tujuan PenelitianAdapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini dilakukan adalah :1. Untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa kelas X IPA SMA Negeri 6 Palangka Raya Tahun Ajaran 2014/2015 Dalam Materi Konfigurasi Elektron.2. Untuk mendeskripsikan kesulitan siswa kelas X IPA SMA Negeri 6 Palangka Raya Tahun Ajaran 2014/2015 Dalam Memahami Konsep Konfigurasi Elektron?1.6 Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:1. Bagi guru, khususnya kepada guru mata pelajaran kimia dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas, sehingga dapat mengurangi tingkat kesulitan yang dialami siswa dalam memahami konsep konfigurasi elektron.2. Bagi siswa, sebagai bahan rujukan yang tepat dalam memahami konfigurasi elektron. 3. Bagi sekolah, sebagai informasi mengenai kesulitan siswa dalam memahami konsep dalam pembelajaran kimia khususnya dalam memahami konsep konfigurasi elektron.4. Bagi mahasiswa, sebagai bahan yang dapat digunakan sebagai sarana informasi dan bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan konfigurasi elektron.5. Bagi pendidikan secara umum, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan, referensi dan masukan yang berharga bagi dunia pendidikan khususnya bidang evaluasi pendidikan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian KonsepKonsep adalah suatu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama Winkel (1991). Sementara Dahar (1989) mendefinisikan konsep sebagai batu-batu landasan berpikir, yang diperoleh melalui fakta-fakta dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Wollfold & Nicolish (2004) dalam Juliana (2009) mendefinisikan konsep sebagai kategori yang digunakan untuk mengelompokkan peristiwa, ide, atau obyek yang serupa atau merupakan abstraksi, kreasi pikiran untuk mengorganisasi pengalaman Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Winkel (1991) adalah pemahaman dengan menggunakan konsep, kaidah dan prinsip. Dahar (2003) mendefinisikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bloom (dalam Rustaman et al., 2005) yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Lebih lanjut, Wollfold & Nicolish (2004) dalam Juliana (2009) mengemukakan bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan siswa yang bukan hanya sekedar memahami, tetapi juga dapat menerapkan konsep yang diberikan dalam memecahkan suatu permasalahan, bahkan untuk memahami konsep yang baru. Dalam proses pembelajaran, penguasaan konsep sangatlah penting. Dengan penguasaan konsep menurut Winkel (1991) dan Anderson dalam Rustaman (2005) siswa dapat meningkatkan kemahiran intelektualnya dan membantu dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya serta menimbulkan pembelajaran bermakna.Menurut Winkel (1991) penguasaan konsep dapat diperoleh melalui: benda-benda, gambar-gambar dan penjelasan verbal serta menuntut kemampuan untuk menemukan ciri-ciri yang sama pada sejumlah obyek. Penguasaan konsep diperoleh dari proses belajar. Ausubel (Dahar, 1989) mengemukakan bahwa konsep dapat diperoleh melalui formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation). Formasi konsep erat kaitannya dengan perolehan pengetahuan melalui proses induktif. Dalam proses induktif anak dilibatkan belajar penemuan (discovery learning). Belajar melalui penemuan akan membuat apa yang dipelajari siswa bertahan lebih lama dibandingkan dengan belajar cara hafalan. Sedangkan perolehan konsep melalui asimilasi erat kaitannya dengan proses deduktif. Dalam proses deduktif, siswa memperoleh konsep dengan cara menghubungkan atribut konsep yang sudah dimilikinya dengan gagasan yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitifnya.2.1.1 Konsep Kesulitan BelajarKesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003). Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah emosional.Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut: 1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar: ada yang berat ada yang sedang. 2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari: ada yang sebagian bidang studi yang dipelajari, danada yang keseluruhan bidang studi. 3)Dilihat dari sifat kesulitannya: ada yang sifatnya permanen / menetap, dan ada yang sifatnya hanya sementara. 4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya: ada yang Karena faktor intelligensi, dan ada yang karena faktor bukan intelligensi. Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities.1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakanlemah-gemulai.2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai dengan baik.3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau rendah.4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.7. Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :8. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).9. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.10. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater).Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa: (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar.Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah rata rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa setelah mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui memiliki tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling tidak dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya gejala kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.2.2 Pengertian Pemahaman KonsepPemahaman merupakan kemampuan berpikir untuk mengetahui tentang sesuatu hal serta dapat melihatnya dari beberapa segi. Kemampuan berpikir tersebut meliputi kemampuan untuk membedakan, menjelaskan, memperkirakan, menafsirkan, memberikan contoh, menghubungkan, dan mendemonstrasikan.Pemahaman yang bersifat dinamis akan mendorong siswa untuk berpikir kreatifuntuk menyelesaikan masalah yang dihadapai. Oleh karena itu, berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan di atas, pemahaman suatu konsep berarti menguasai elemen pokok konsep, yaitu definisi, ciri-ciri, dan aplikasi. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi pemahamn konsep dengan mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan. Renner dan Brumby dalam Abraham et. al. (1992) telah menyusun kriteria untuk mengelompokkan pemahaman konsep seperti pada tabel berikut.Tabel 1.Pengelompokan Derajat Pemahaman KonsepNoKriteriaDerajat pemahamankategori

1Tidak ada jawaban/kosong, menjawab"saya tidak tahu"Tidak ada responTidakmemahami

2Mengulang pernyataan, menjawab tapitidak berhubungan dengan pertanyaanatau tidak jelasTidak memahamiTidakmemahami

3Menjawab dengan penjelasan tidaklogisMiskonsepsiMiskonsepsi

4Jawaban menunjukkan ada konsepyang dikuasai tetapi ada pernyataandalam jawaban yang menunjukkanmiskonsepsiMemahami sebagian dengan miskonsepsiMiskonsepsi

5Jawaban menunjukkan hanya sebagiankonsep dikuasai tanpa ada miskonsepsiMemahami sebagianMemahami

6Jawaban menunjukkan konsep dipahami dengan semua penjelasan benarMemahami konsep Memahami

2.3. Karakteristik Konsep KimiaKimia ialah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah (Suyanti, 2010). Kimia juga merupakan suatu ilmu eksperimen yang mentransformasi antara suatu zat atau substansi dengan bahasa kimia. (Jacob, 2001). 2.4.Sumber Kesulitan BelajarMenurut Hilgard seperti yang dikutip oleh Wina Sanjaya (2005:89) belajar adalah perubahan melalui kegiatan baik latihan di laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Menurut S.Nasution MA (1982:62) belajar adalah sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan melainkan juga membentuk kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri, dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.Menurut Arifin (1995), kesulitan dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber pada:1. Kesulitan dalam memahami istilahKesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah dan tidak memahami dengan benar istilah yang sering digunakan dalam pengajaran kimia.2. Kesulitan dalam memahami konsep kimiaKebanyakan konsep-konsep dalam ilmu kimia maupun materi kimia secara keseluruhan merupakan konsep atau materi yang bersifat abstrak dan kompleks, sehingga siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep tersebut dengan benar dan mendalam.3. Kesulitan angkaDalam pengajaran kimia kita tidak terlepas dari perhitungan secara matematis, di mana siswa dituntut untuk terampil dalam rumusan matematis. Namun, sering dijumpai siswa yang kurang memahami rumusan tersebut.2.4.1 Kesulitan Dalam Mempelajari Ilmu KimiaIlmu kimia adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang mempelajari tentang sifat, sturktur materi, komposisi materi, perubahan dan energi yang menyertai perubahan materiIlmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah (Wiseman 1981). Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985) yaitusebagaiberikut:1. Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrakAtom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak nampak, yang menurut siswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung. Karena atom merupakan pusat kegiatan kimia, maka walaupun kita tidak dapat melihat atom secara langsung, tetapi dalam angan-angan kita dapat membentuk suatu gambar untuk mewakili sebuah atom oksigen kita gambarkan secara bulatan.2. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya Kebanyakan obyek yang ada di dunia ini merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit. Agar segala sesuatunya mudah dipelajari, maka pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, di mana zat-zat dianggap murni atau hanya mengandung dua atau tiga zat saja. Dalam penyederhanaanya diperlukan pemikiran dan pendekatan tertentu agar siswa tidak mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan tersebut.3. Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepatSeringkali topik-topik kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu. Misalnya, kita tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk membentuk molekul, jika atom dan karakteristiknya tidak dipelajari terlebih dahulu. Disamping itu, perkembangan ilmu kimia sangat cepat, seperti pada bidang biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa genetika, kloning, dan sebagainya. Hal ini menuntut kita semua untuk lebih cepat tanggap dan selektif dalam menerima semua kunjungan tersebut.4. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soalMemecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik) merupakan bagian yang penting dalam mempelajari kimia. Namun, kita juga harus mempelajari deskripsi seperti fakta-fakta kimia, aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, dan lain-lain.5. Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyakDengan banyaknya bahan yang harus dipelajari, siswa dituntut untuk dapat merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan seefisien mungkin. (Rusmansyah dan Irhasyuarna,Y , 2002)

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1 Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadianyang terjadi pada saat sekarang. (Sujana dan Ibrahim, 1989:65).Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Dalam pendidikan, penelitian deskriptif lebih berfungsi untuk pemecahan praktis dari pada pengembangan ilmu pengetahuan.Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) penelitian desktiptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.Pada penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan kesulitan siswa kelas X IPA SMA Negeri 6 Palangka Raya Tahun Ajaran 2014/2015 Dalam Memahami Konsep Konfigurasi Elektron.3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian1. Kesulitan : adalah suatu kondisi tertentu yang ditandai adanya hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras untuk mengatakannya Ambo Enre Abdullah (Fitria, 2005: 7).2. KKM : adalah acuan atau pedoman dasar dalam menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.3. Konsep : ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985: 46). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 588), konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.4. Konfigurasi Elektron : adalah susunan elektron dalam setiap lintasan atom.3.3 Populasi dan Sampel3.3.1 PopulasiPopulasi adalah kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada waktu yang tertentu pula. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 6 Palangka Raya Tahun Ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 2 kelas.3.3.2 Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Penentuan sampel dilakukan dengan cara memilih sampel secara acak dimana setiap populasi terdiri dari, X IPA I dan X IPA II. Sampel yang terambil yaitu X IPA I yang berjumlah 30 siswa.

3.4 Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis dalam bentuk uraian. Tes tersebut berupa soal pokok bahasan konfigurasi elektron.

DAFTAR PUSTAKATim Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Palangkaraya : UNPAR.Hari Anita Br Barus. 2014. Kesulitan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014 Dalam Memahami Konsep Sturuktur Lewis. Skripsi. Tidak diterbitkan, Universitas Palangka RayaSiti Nur Aina.2011. Analisis pemahaman konsep siwa kelas XI IPA SMA Negari 4 Palangka Raya Tahun Ajaran 2011/2012 pada pokok Bahasan Konfigurasi Elektron setelah pembelajaran menggunakan Metode SQ3R (Survey-Question Read-Recite-Review) Skripsi. Tidak diterbitkan, Universitas Palangka Raya

20