proposal
DESCRIPTION
Proposal RondeTRANSCRIPT
1
RENCANA APLIKASI RONDE KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KASUS DECOMPENSANTIO CORDIS
DI RUANG ADENIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER
TANGGAL : 17 FEBRUARI 2012
A. Latar belakang
Penyakit jantung merupakan masalah yang bertambah penting, sesuai dengan
pertambahan usia harapan hidup makin panjang usia seseorang, makin lama jantung
bekerja dengan sendirinya, makin besar risikonya menjadi lelah akibatnya
kemampuan kontraksi ototnya melemah dan juga cenderung berdilatasi. Ditambah
dengan faktor lain, risiko payah jantung dan gangguan lainnya menjadi makin besar.
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama di Negara-negara industri di
dunia. Penyakit jantung koroner, yaitu Ischaemic Heart Disease (IHD) dan Acute
Miocard Infark (AMI), serta gagal jantung atau Decompensatio Cordis (DC)
merupakan dua penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling mematikan.
World Health Organization (WHO) mencatat lebih dari 117 juta orang meninggal
akibat penyakit jantung koroner pada tahun 2002 dan memperkirakan angka ini
akan terus meningkat hingga 11 juta orang pada tahun 2020. Penderita gagal jantung
pada tahun 2002 dalam laporan WHO tercatat 22 juta klien, dengan angka kejadian
gagal jantung baru setiap tahun sebanyak 500.000 penderita dan angka ini terus
meningkat setiap tahunnya.
Pada Ny. D dengan decompensantio cordis ini tentunya mengalami perubahan baik
fisik maupun perubahan dalam keseimbangan bio-psiko-sosio dan spiritualnya,
sehingga pada keadaan perubahan ini memerlukan dukungan dari orang terdekat
maupun petugas kesehatan dalam mengoptimalkan kemampuan koping klien.
Menghadapi kasus penyakit seperti decompensantio cordis ini merupakan stressor
yang sangat berat bagi klien, maka bila tidak mendapatkan fasilitasi dari sosial
support dalam proses adaptasi maka kemungkinan besar klien akan frustasi dan
pada akhirnya akan melakukan koping yang destruktif.
2
Dari pernyatan diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus Ny. D tersebut untuk
dijadikan kasus ronde keperawatan, berkaitan dengan kasus ini penulis ingin
membantu menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada klien Ny. D
bersama-sama dengan anggota tim keehatan yang lain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan kasus
decompensantio cordis.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan justifikasi masalah keperawatan pada klien dengan
kasus decompensantio cordis.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah keperawatan yang muncul
dengan tim kesehatan lain yang ada di ruang Adenium RSD dr. Soebandi
Jember
c. Meningkatkan validitas data klien
d. Mampu menemukan masalah ilmiah terhadap masalah klien
e. Mampu memodifikasi rencana keperawatan sesuai masalah
yang muncul
f. Mampu melanjutkan intervensi keperawatan sesuai masalah
keperawatan
g. Mampu melanjutkan implementasi keperawatan sesuai masalah
keperawatan
h. Mampu melanjutkan evaluasi keperawatan sesuai masalah
keperawatan
i. Meningkatkan kemampuan mahasiswa melakukan report per
lisan
C. Sasaran
Ny. D dengan kasus decompensantio cordis yang dirawat di ruang Adenium RSD
dr. Soebandi Jember
3
D. Materi Yang didiskusikan
a. Teori asuhan keperawatan pada klien decompensantio cordis.
b. Masalah keperawatan yang muncul pada klien kelolaan dengan kasus
decompensantio cordis.
c. Intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan yang telah dilakukan
d. Masukan dan saran dari anggota ronde yang lain untuk intervensi selanjutnya
E. Metode
Ronde Keperawatan
F. Media
1. Dokumen klien
2. Sarana diskusi (buku, bollpoint)
3. Materi disampaikan secara lisan
G. Ronde
1. Kepala ruang, pembimbing akademik, perawat ruangan, mahasiswa, ahli gizi,
tenaga medis lain (dokter) mengadakan pertemuan di ruang ners station
2. Kepala ruangan membuka acara ronde keperawatan dengan memperkenalkan
anggota tim ronde keperawatan, dilanjutkan dengan penjelasan topik/ kasus
yang akan dirondekan
3. Kepala ruangan dan tim ronde keperawatan melakukan kunjungan ke klien yang
akan dilakukan ronde keperawatan
4. Kepala ruangan sebagai fasilitator mempersilahkan kepada mahasiswa yang
bertanggung jawab pada klien yang akan dilakukan ronde untuk memulai
pelaksanaan ronde keperawatan
5. Mahasiswa yang bertanggung jawab mulai melaksanakan kegiatan ronde
keperawatan dengan memperkenalkan klien kepada anggota tim ronde,
menjelaskan riwayat singkat penyakit klien, masalah keperawatan yang dihadapi
klien, intervensi yang sudah diberikan dan perkembangan klien.
4
6. Kepala ruang, perawat ruangan, dan pembimbing melakukan validasi atas
penjelasan yang telah diuraikan mahasiswa
7. Mahasiswa memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk berdiskusi
tentang masalah keperawatan klien
8. Mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada klien dan keluarga untuk
berdiskusi tentang masalah keperawatan klien
9. Kepala ruang mempersilahkan anggota tim ronde keperawatan untuk kembali ke
ners station guna melanjutkan diskusi dari hasil pelaksanaan ronde keperawatan
10. Kepala ruang, perawat ruangan dan pembimbing memberikan alternatif
pemecahan masalah
11. Kepala ruang menyimpulkan hasil evaluasi dan proses pemecahan masalah klien
sekaligus menutup acara ronde
H. Mekanisme Kegiatan
No Waktu Kegiatan PelaksanaKlien dan Keluarga
Tempat
1 Pra ronde :1. Menentukan kasus
sebelum pelaksanaan ronde
2. Informed consent3. Menentukan literatur4. Diskusi pelaksanaan
Mahasiswa - R. Adenium
2 5 menit Ronde Pembukaan :1. Salam pembukaan2. Memperkenalkan
tim ronde3. Menyampaikan
topik ronde yang akan disampaikan mahasiswa
Mahasiswa - Ners station
3 15 menit
Penyajian masalah :1. Menjelaskan riwayat
singkat penyakit klien2. Menjelaskan
masalah yang timbul pada klien, intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan serta
Mahasiswa - Bed klien
5
hasil evaluasi
Validasi data1. Memberi salam dan
memperkenalkan klien kepada tim ronde
2. Mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan
4 10 menit
Diskusi dan tanya jawab Karu,Pwt ruangan, CE
akademik
Ners station
5 5 menit Pasca ronde :1. Evaluasi pelaksanaan
ronde2. Revisi dan perbaikan
Karu, CE akademik dan
supervisi
Ners station
I. Kriteria Evaluasi
1. Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde
2. Bagaimana partisipasi dan peran klien saat ronde
3. Bagaimana peran mahasiswa, perawat ruangan, ahli gizi, tenaga medis lain
(dokter) dalam pelaksanaan pengorganisasian ronde
Pengorganisasian :
Kepala Ruangan : Ns. Chatarina Dimasani, S.Kep.
Pembimbing Akademik/ Supervisi : Ns. Sasmiyanto., S.Kep., M.Kes
Perawat Ruangan :
Mahasiswa Penanggung jawab : Husnul Chotimah Wijayanti, S.Kep.
Ahli Gizi : Dyah Erri Anggraini
Tenaga Medis Lain (dokter) : Dokter Muda
6
7
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Decompensantio Cordis / Gagal Jantung adalah keadaan menurunya
kemampuan miokardium dan terutama mempengaruhi ventrikel kiri (LV).
(Silbernagl dan Lang, 2007)
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan ole kelainan struktur atau fungsi jantung. (Pangabean, 2007)
Gagal jantung adalah suatu tipe kegagalan sirkulasi, suatu istilah yang juga
mencakup hipoperfungsi yang diakibatkan oleh kondisi jantung tambahan,
seperti hipovolemia, vasodilatasi periver, dan ketidakadekuatan oksigenasi
hemoglobin. (Tambayong, 2000)
Gagal jantung, sering disebut gagal jantung kongestif, adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuan
jaringan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongensif paling sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan
2. Klasifikasi
Gagal jantung dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan
berdasarkan manifestasi klinisnya.
a. Gagal jantung kiri
Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung mengakibatkan pada
akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari keadaan keadaan
8
normal sehingga pada masa diatol berikutnya akan bertambah lagi
mengakibatkan tekanan distol semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan
didaerah natrium kiri berakibat tejadi peningkatan tekanan dari batas normal
pada atrium kiri (normal 10-12 mmHg) dan diikuti pula peninggian tekanan
vena pembuluh pulmonalis dan pebuluh darah kapiler di paru, karena
ventrikel kanan masih sehat memompa darah terus dalam atrium dalam
jumlah yang sesuai dalam waktu cepat tekanan hodrostatik dalam kapiler
paru-paru akan menjadi tinggi sehingga melampui 18 mmHg dan terjadi
transudasi cairan dari pembuluh kapiler paru-paru.
Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri bronkhialis,
terjadi transudasi cairanin tertisiel bronkus mengakibatkan edema aliran
udara menjadi terganggu biasanya ditemukan adanya bunyi eksspirasi dan
menjadi lebih panjang yang lebih dikenal asma kardial fase permulaan pada
gagal jantung, bila tekanan di kapiler makin meninggi cairan transudasi
makin bertambah akan keluar dari saluran limfatik karena ketidaka
mampuan limfatik untuk, menampungnya (>25 mmHg) sehingga akan
tertahan dijaringan intertissiel paru-paru yang makain lama akan menggangu
alveoli sebagai tempat pertukaran udara mengakibatkan udema paru disertai
sesak dan makin lama menjadi syok yang lebih dikenal dengan syak
cardiogenik diatandai dengan tekanan diatol menjadi lemah dan rendah serta
perfusi menjadi sangat kurang berakibat terdi asidosis otot-otot jantung
yang berakibat kematian.
b. Gagal jantung kanan
Kegagalan venrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memeompa melawan
tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru-paru, berakibat membaliknya
kembali kedalam sirkulasi sistemik, peningkatan volume vena dan tekanan
mendorong cairan keintertisiel masuk kedalam(edema perier). Kegagalan ini
akibat jantung kanan tidak dapat khususnya ventrikel kanan tidak bisa
berkontraksi dengan optimal , terjadi bendungan diatrium kanan dan vena
9
kava superior dan inferiordan tampak gejal yang ada adalah udema perifer,
hepatomegali, splenomegali, dan tampak nyata penurunan tekanan darah
yang cepat., hal ini akibat vetrikel kanan pada saat sistol tidak mampu
mempu darah keluar sehingga saat berikutnya tekanan akhir diatolik
ventrikel kanan makin meningkat demikin pula mengakibatkan tekanan
dalam atrium meninggi diikuti oleh bendungan darah vena kava supperior
dan vena kava inferior serta selruh sistem vena tampak gejal klinis adalah
erjadinya bendungan vena jugularis eksterna, vena hepatika (tejadi
hepatomegali, vena lienalis (splenomegali) dan bendungan-bedungan pada
pada ena-vena perifer. Dan apabila tekanan hidristik pada di pembuluh
kapiler meningkat melampui takanan osmotik plasma maka terjadinya
edema perifer.
3. Etiologi
Penyebab kegagalan jantung dikategorikan kepada tiga penyebab:
a. Stroke volume : isi sekuncup
b. Kontraksi kardiak
c. Preload dan afterload
Meliputi :
a. Kerusakan langsung pada jantung (berkurang kemampuan berkontraksi),
infark myocarditis, myocarial fibrosis, aneurysma ventricular
b. Ventricular overload terlalu banyak pengisian dari ventricle
c. Overload tekanan (kebanyakan pengisian akhir : stenosis aorta atau arteri
pulmonal, hipertensi pulmonari
d. Keterbatasan pengisian sistolik ventricular
e. Pericarditis konstriktif atau cardomyopati, atau aritmi, kecepatan yang
tinggi,tamponade, mitra; stenosis
f. Ventrucular overload (kebanyakan preload) regurgitasi dari aourta, defek
seftum ventricalar
10
4. Tanda dan Gejala
a. Gagal jantung kiri
1) Dispnea
2) Ortopnea
3) Dispnea nokturial paroksimal
4) Asma jantung
5) Edema pulmonal (dispnea akut, pernapasan tersengal-sengal, ansietas
berat, nadi lemah dan cepat, peningkatan tekanan vena, penurunan
keluaran urin, kulit dingin dan lembab, keniruan (sianostik), batuk
disertai dahak putih, bercak merah muda, atau mungkin ada sputum
berdarah).
6) Bunyi jantung S3
b. Gagal jantung kanan
1. Edema ekstermitas bawah ( edema dependen) yang biasanya
merupakan pitting edema
2. Peningkatan berat badan
3. Hepatomegali
4. Splenomegali
5. Asites
6. Distensi vena jugularis
7. Anoreksia
8. Mual
9. Nokturia
10. Kelemahan
11
5. Pathaway Regrugitasi aorta atau mitralInfrak miokradIskemia miokardiumHipertensi stenosis aortaPenyakit jantung koronerKerusakan miokard primer
Kontraktilitas
Jantung gagal memompa
Gagal pompa ventrikel sinistra
Forward failure
Curah jantung menurun
Tekanan darah
Suplai darah ke jar
Suplai O2 ke jar
Suplai O2 ke otak
Gelisah
Renal flow
Rennin
Angiostensi II
Aldosteron
Backrward failure
Volume & tekanan di ventrikel dan atrium sinistra
Tekanan vena pulmunalis
Tekanan kapiler paru
Gagal pompa ventrikel destra
Volume & tekanan di ventrikel dan atrium destra
Tekanan vena kafa superior & inferior
Bendungan darah di vena kafa superior & inferior
Bendungan vena sistemik
12
Metabolism anaerob
Asidosis metabolik
ATP
Mudah letih / lemah
Intoleransi aktivitas
Suplai O2 ke jar Gelisah
Ketidakefektifan perfusi jaringan
Pingsan
Aldosteron
Retensi Na + H20
Kelebihan volume cairan
Tekanan kapiler paru
Ronkhi basah
Edema Paru
Iritasimikosa paru
Reflek batuk
Penumpukan sekret
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
Beban ventrikel
Hipertrofi ventrikel destra
Penyempitan lumen ventrikel desta
Gagal pompa ventrikel destra
Bendungan vena sistemik
JVD Hepar
Hepatomegali
Lien
Splenomegali
Abdomen
Asites Anoreksia
Mual
Nutrisi kurang dari kebutuhanMendesak diafragma Sesak Gangguan
pola nafas
Perifer
Kerusakan intergritas kulit
Nokturia
13
6. Penatalaksanaaan
Tujuan dasar penatalaksanaan klien dengan gagal jantung adalah sebagai berikut:
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beben kerja jantung
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan baham-bahan
farmakologis
c. Menghilangkan penimbunan caiaran tubuh berlebihan dengan terapi
deuretik, diet dan istirahat.
Terapi farmakologis
a. Digitalis
Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung
b. Terapi diuretik
Diuretik diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
c. Terapi vasodilatasi
Obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalakasanaan
gagal jantung. Obat-obatan ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena, sehingga tekanan pengisisan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena, sehingga tekanan pengisisan ventrikel kiri
diturunkan dan dapat dicapai penurunan drastis kongesti paru dengan cepat.
Dukungan diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot
jantung minimal dan status nurisi terpelihara, sesuai dengan selera dan pola
makan klien. Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur atau
mengurangi edema seperti pada hipertensi atau gagal jantung.
14
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di
dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
2) Sirkulasi
a) Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan
darah tinggi, diabetes melitus.
b) Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin
normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
c) Suara jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin
mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya.
d) Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
e) Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy
atau bradi cardia).
f) Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
g) Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin
juga timbul dengan gagal jantung.
h) Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
3) Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4) Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
banyak, muntah dan perubahan berat badan.
5) Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan
aktivitas.
15
6) Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
7) Kenyamanan
a) Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan nitrogliserin.
b) Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin
menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
c) Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat
yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di
dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh,
menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG,
tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
8) Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di
dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas
crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga
merah muda/ pink tinged.
9) Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol.
10) Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi,
gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan
gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
2) Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12
jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12
jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
16
3) Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya
penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau
hiperkalemia.
4) Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari
setelah serangan.
5) Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses
penyakit paru yang kronis atau akut.
6) Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
7) Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau
aneurisma ventrikuler.
8) Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan
fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9) Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi
terhadap suatu stress/ aktivitas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas ybd ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan,
kelemahan umum, tirah baring lama, imobilisasi
2. Curah jantung menurun ybd perubahan kontraktilitas miokardial, perubahan
ionotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik, perubahan structural
(mis., kelainan katup, aneurisma ventricular)
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan ybd hhipovolemia
4. Kelebihan volume cairan ybd menurunnya laju filtrasi glomelurus (menurunnya
curah jantung)/, meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/ air.
5. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas ybd penumpukan secret
6. Gangguan pola nafas ybd distensi vena sistemik
7. Kerusakan intergritas kulit ybd tirah baring lama, edema, penurunan perfusi
jaringan
17
C. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Diagnose keperawatan : Intoleransi aktivitas ybd ketidakseimbangan antara suplai
oksigen/kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama, imobilisasi
Hal yang diharapkan/ criteria evaluasi klien akan :
1. Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan
diri sendiri
2. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh
menurunya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital dalam batas normal selama
aktivitas.
Intervensi dan rasional:
1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator, antidiuretik penyekat beta.
R/ hipertensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea, berkeringat, pucat
R/ penurunan/ ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada
frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan,
3. Kaji presipitator/ penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri
R/ kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker, trasquilizer, dan
sedative). Nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energy dan
menyebabkan kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
R/ dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung dari pada kelebihan
aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sendediri sesuai indikasi.
Selinggi periode aktivitas dengan periode istirahat
R/ pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien tanpa mempengaruhi stress
miokard/ kebutuhan oksigen berlebih
18
6. Kolaborasi implementasi program rehabilitasi jantung/ aktivitas
R/ peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/ konsumsi
oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung di bawah stress,
bila disfungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
19
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Tgl / jam MRS : 12 Februari 2012 / jam 23.00WIB
Ruang : Adenium
No. Register : 30.07.24
Dx. Medis : Decomp Cordis
Tgl. Pengkajian/ Jam : 14 Februari 2012 / 08.15 WIB
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. D Suami / Istri / Orang tua :
Umur : 60 tahun Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Tani
Agama : Islam Alamat : Arjasa – Jember
Suku / Bangsa : Madura/ Indonesia
Bahasa : Madura, Indonesia
Pendidikan : Tidak sekolah Penanggung jawab :
Pekerjaan : Tidak bekerja Nama : JAMKESMAS
Status : Menikah Alamat :
Alamat : Arjasa - Jember
20
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri dada
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengeluh sesak sejak 5 hari sebelum MRS, sesak memberat saat klien
beraktivitas jalan ke kamar mandi, sesak berkurang dengan klien tidur menggunakan
dua bantal. Klien sempat berobat di Puskesmas Arjasa dan dilakukan rawat inap
selama dua hari, kemudian Puskesmas Arjasa tidak dapat menangani kondisi klien
dan pada hari Minggu 12 Februari 2012 klien dirujuk ke RSD dr. Soebandi Jember,
masuk melalui UGD sekitar jam 23.00 WIB dan dilakukan rawat inap di ruang
Anturium, mulai tanggal 14 Februari 2012 jam 08.15 klien di pindah ke ruang
Adenium, saat anamnesa awal klien mengeluh nyeri dada yang menjalar ke bahu,
lengan dan tengkuk, rasanya seperti diremas, nyeri hilang setelah ± 1 menit dengan
posisi tidur mengunakan dua bantal. Skala nyeri 5.
Upaya yang telah dilakukan : Setiap bulan klien rutin kontrol ke Poli Jantung RSD
dr. Soebandi, namun karena klien tidak kuat untuk duduk menunggu antrian klien
control ke Puskesmas Arjasa
Terapi yang telah diberikan : antrain 3 x IV , ranitidine 2 x 2 mg IV, furosemid 1 x
10 mg IV, digogsin 1-0-0 per oral, captopril 2 x 12.5 mg per oral, infuse RL : DL
(1:1) 1000 cc/24 jam. Tindakan keperawatan tekhnik relaksasi untuk mengurangi
nyeri.
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien memiliki riwayat hipertensi. Klien pernah MRS pada tahun 2010 dan 2011
dengan keluhan yang sama penyakit jantung, saat MRS yang dahulu klien
mengalami bengkak di kaki, tangan dan muka. Klien mengalami struma semenjak
melahirkan anak ke duanya ± 30 tahun yang lalu
21
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Klien mengatakan ibunya mempunyai riwayat penyakit hipertensi
Genogram :
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Tinggal dlm 1 rumah
: Garis keturunan
: Klien
F. Keadaan Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit
Klien mengatakan di keluarganya sering memakan makanan instan (mie instan) dan
kadang makanan kaleng (sarden) kiriman dari anaknya yang bekerja di Bali.
G. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Persepsi : klien dan keluarga mengerti tentang penyakit yang dialami klien
dikarenakan penyakit jantung.
22
Tata laksana kesehatan : klien rutin control ke poli jantung RSD dr. Soebandi
Jember, namun karena klien tidak kuat untuk duduk menunggu antrian klien
control ke Puskesmas Arjasa
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum MRS : klien makan 3 x/hari dengan nasi, lauk pauk dan sayuran, 1
porsi dihabiskan. Klien minum air putih sekitar 5 gelas/ hari
(3x250 cc = 750 cc)
Saat MRS : klien mengatakan tidak nafsu makan. klien makan 3 x/hari
dengan nasi tim, lauk pauk, sayur, buah. klien hanya
menghabiskan ¼ porsi ( 1 porsi = 650 kal, ¼ porsi = 162.5 kal
x 3 kali makan = 487,5 kal). Snack nogosari (). klien
mengatakan takut jika makan banyak nati ke belet BAB, karena
sulit untuk mencapai kamar mandi harus di bopong.
3. Pola eliminasi
Sebelum MRS : klien mengatakan BAK 4-5 x/hari warna kuning pucat, BAB 1
x/hari
Saat MRS : BAK per DC, UP ± 2000cc/24 jam warna kuning pucat. klien
BAB 1 kali semenjak MRS, konsistensi lunak.
4. Pola aktifitas
Sebelum MRS : kegiatan sehari-hari klien sebagai ibu rumah tangga. untuk
mandi, berpakaian, makan, minum, berhias, toileting di lakukan
secara mandiri.
Saat MRS : aktivitas klien hanya ditempat tidur. untuk mandi, berpakaian,
makan, minum, berhias, toileting di bantu penuh oleh keluarga.
klien mengeluh pusing dan berputar-putar serta ingin segera
merebahkan diri saat klien duduk dan berbicara dengan
keluarga serta perawat selama ± 5 menit, klien mengatakan
badannya lemes, klien nampak bingung dan mulai tidak
23
berkonsentrasi saat berbicara, wajahnya terlihat pucat dan
berkeringat dingin.
5. Pola istirahat – tidur
Sebelum MRS : klien tidur 7-8 jam/hari, tidur nyenyak dan ketika bangun klien
merasa segar
Saat MRS : klien tidur 7-8 jam/hari, tidur nyenyak dan ketika bangun klien
merasa segar
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Kognitif : klien dapat berorientasi dengan baik terhadap benda, ruang dan
waktu
Penglihatan : klien hanya dapat melihat menggunakan mata kirinya saja,
klien tidak dapat membuka mata kanannya.
Pendengaran : pendengaran klien sedikit berkurang, jika bicara haruns
mendekat ke telinganya.
Penciuman : klien dapat mencium bau alkohol
Perabaan : klien dapat merasakan sentuhan perawat (merasakan sakit
ketika plester dibuka)
Perasa : klien dapat merasakan rasa makanan yang di makannya
7. Pola konsep diri
Gambaran diri : klien mengatakan malu dan sering diejek karena benjolan
dilehernya
Identitas diri : klien dapat menyebutkan namanya
Harga diri : klien mengatakan padahal sudah berobat secara teratur tapi
masih belum sembuh juga
Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang kerumah
Peran diri : klien adalah seorang anak dari 5 bersaudara
24
8. Pola hubungan – peran
Hubungan klien dengan keluarganya baik dengan di tandai klien di tunggui
suami, anak dan keponakannya.
9. Pola fungsi seksual – seksualitas
Klien menopause ± umur 50 tahun
10. Pola mekanisme koping
Bila klien memiliki masalah klien mencaritakan kepada anaknya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama Islam
Sebelum MRS : klien menjalankan sholat 5 waktu
Saat MRS : klien tidak menjalankan sholat 5 waktu
H. STATUS MENTAL (PSIKOLOGIS)
Klien mengatakan jika ditusuk jarum lagi klien minta untuk pulang saja. Klien
nampak gelisah
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status keadaan umum
Keadaan / penampilan umum : Cukup
Kesadaran : Composmetis
GCS : 4-5-6
BB sebelum sakit : -
BB saat ini : 38 kg
BB ideal : (160 - 100) – 10% (60) = 60-6 = 54 kg
Perkembangan BB : -
TB : 160 cm
25
Tanda-tanda Vital :
a. Sebelum aktivitas:
TD : 130/90 mmHg ; N: 80x/menit (ireguler) ; RR: 22x/menit ; T: 37.7ºC
b. Setelah ± 5 menit aktivitas
N: 113x/menit ; RR: 25x/menit
2. Analisa keseimbangan caiaran
Kebutuhan cairan : 50 cc/ kg BB / 24 jam = 50 x 38 = 1900 cc
Intake
Minum (5 gelas air mineral, 1 gelas = 250 cc) : 1250 cc
Infuse (RL : D5 1:1 12 tpm) : 1000 cc
Tranfusi 1 kolf PRC : 250 cc
Water metabolism (1/2 IWL) : 282 cc
Total : 2782 cc
Output
Urin : 2000 cc
IWL (15 cc/kg BB = 15 x 38=570) : 570 cc
Total : 1570 cc
Balace cairan = total intake – total output
= 2782 - 1570
= 1212 cc
3. Analisa kecukupan nutrisi
Kebutuhan nutrisi = 25 x BB x factor aktivitas x factor stress + 500
= 25 x 38 x 1.2 x 1.3
= 2096 kal
Intake
Makan3 kali ¼ porsi nasi tim (nasi, lauk, sayur) ; 1 porsi 650 kal : 487.5 kal
1 bungkus kue nogosari : 396.4 kal
Total : 883.9 kal
26
Balance nutrisi = kebutuhan – intake
= 2096 – 883.9
= 1212.1 kal
4. Kepala
a. Bentuk simetris
b. Rambut : rambut terlihat kotor, distribusi merata
c. Mata : kelopak mata sebelah kanan tidak dapat membuka, sejak
seminggu yang lalu. Kelopak mata kiri dapat membuka , isokor
Ө pupil ± 3 mm, bereaksi terhadap cahaya.
d. Hidung : penciuman normal, tidak ada secret
e. Mulut : mukosa bibir kering, gigi kotor
f. Telinga : simetris, pendengaran berkurang
g. Wajah : pucat
h. Ekspresi : raut wajah kesakitan
5. Leher
Inspeksi : terlihat pembesaran kelenjar tiroid destra dan sinistra
Palapasi : teraba masa padat multinoduler, tidak ada deviasi trakea, JVP
tidak dapat diukur
Auskultasi : bruit (+)
6. Thorax (dada)
Jantung
Inspeksi : terlihat pulsasi ictus cordis di ICS IV-V aksila anterior line
sinistra
Palpasi : teraba getaran ictus cordis di ICS IV-V Mid Clavicula Line
Perkusi : redup
Auskultasi : S1S2 tunggal, murmur (+)
Paru-paru
Inspeksi : tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : vocal fremitus teraba disemua lapang paru
27
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
7. Abdomen
Inspeksi : bentuk flat
Auskultasi : bising usus = 8x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar dan lien
8. Tulang belakang
Tidak terdapat kelainan seperti kifosis, lordosis maupun skoliosis
9. Ekstremitas
a. Atas : tidak ada oedema, akral dingin, CRT 1 detik, kuku pendek, kotor,
terpasang selang infuse ditangan kiri. Klien mengeluh nyeri pada tangan
yang terpasang infuse. Kekuatan otot tangan kanan : kiri ( 4:4)
b. Bawah : tidak ada oedema, akral dingin, CRT 1 detik, kuku pendek, kotor.
Kekuatan otot kaki kanan : kiri ( 4:3)
10. Genetalia dan anus
Klien menggunakan DC, klien mengeluh panas saat berkemih dan di bagian yang
terpasang selang
11. Pemeriksaan neurologis
Petosis mata kanan
28
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Tanggal 12 Februari 2012
Hematologi
Hb = 6.7 gr/dl (11.4 – 15.1 gr/dl)
Lekosit = 7.9 x 109/L (4,3 – 11,3 x 109/L)
Hematokrit = 23.2 % (40-47 %)
Trombosit = 193 x 109/L (150 – 450 x 109/L)
Faal hati
SGOT = 15 u/L (10 -31 u/L)
SGPT = 16 u/L (9 – 36 u/L)
Faal ginjal
Kreatinin serum = 1,4 mg/dl (0.5 – 1,1 mg/dl)
BUN = 35 mg/dl (6 – 20 mg/dl)
Urea = 75 g/dl (10 – 50 mg/dl)
Asam urat = 6,4 gr/dl (2.0 – 5.7 gr/dl)
Kadar gula darah
Sewaktu = 109 mg/dl (< 200 mg/dl)
Elektrolit
Natium = 137,1 mmol/L (135 155 mmol/L)
Kalium = 4.22 mmol/L (3,5 – 5,0 mmol/L)
Chlorida = 106.3 mmol/L (90 – 110 mmol/L)
Calsium = 1.68 mmol/L (2.15 – 2.57 mmol/L)
Magnesium = 0.76 mmol/L (0.77 – 1.03 mmol/L)
Fosfor = 1.25 mmol/L (0.85 – 1.60 mmol/L)
2. Radiologi
Tanggal 13 juni 2011
Foto torak : Tampak pembesaran jantung. CTR = 64%
EKG : Aritmia
29
K. TERAPI
Tanggal 14 Februari 2012
1. Oral Digogxin 1-0-0
Captopril 2 x 12.5 mg
2. Parenteral
Tranfusi I kolf PRC 250 cc
Infuse RL : D5 = 1 : 1 ; 12 tpm
Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp (1 amp = 2 ml)
Antrain 3 x 1 amp (1 amp = 2 ml)
Furosemid 1 x 1 amp (1 amp = 10 ml)
3. Lain-lain
Diit RG 3 nasi tim 3 x 650 kal
Jember, 14 Februari 2012
Mahasiswa
Husnul Chotimah Wijayanti
NIM: 07.1101.039
30
ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH1. Subyektif :
Klien mengeluh nyeri dada yang menjalar ke bahu, lengan dan tengkuk, rasanya seperti diremas, nyeri hilang setelah ± 1 menit dengan posisi tidur mengunakan dua bantal. Skala nyeri 5. Obyektif :
1. Raut wajah kesakitanTD : 130/90 mmHg ;N: 80x/menit (ireguler)RR: 22x/menit DX: DecomTX: Ranitidin 2 x 2 ml
Antrain 3 x 2 mlTeknik relaksasi
Spasme otot jantung
Gangguan kenyamanan :
Nyeri akut
2. Subyektif : Klien mengeluh pusing dan berputar-putarKlien mengatakan badannya lemes
Obyektif :Klien nampak bingung dan mulai tidak berkonsentrasi saat berbicara, wajahnya terlihat pucat dan berkeringat dingin.
1. Terjadi setelah mengobrol ± 5 menitTanda-tanda Vital :
a. Sebelum aktivitas:TD : 130/90 mmHg N: 80x/menit (ireguler)RR: 22x/menit
b. Setelah ± 5 menit aktivitasN: 113x/menit (ireguler)RR: 25x/menitCRT 1 detikKekuatan ototKekuatan otot: tangan kanan dan kiri, 4kaki kanan 4, kaki kiri 3DX: Decom
Suplai O2 menurun
sekunder akibat gagal jantung
Intoleransi aktivitas
3. Subyektif : Klien mengatakan sehari ini minum 5 gelas air mineral
penurunan curah jantung
sekunder akibat gagal jantung
Kelebihan volume cairan
31
Obyektif :Intake Minum : 1250 ccInfuse (RL : D5 1:1 12 tpm): 1000 ccTranfusi 1 kolf PRCWater metabolism: 282 ccTotal : 2782 ccOutputUrin :2000 ccIWL : 570 ccTotal: 1570 ccBalace cairan = + 1212 ccDX: DecomTX : furosemid 1 x 10 ml
4. Subyektif : Klien mengatakan menghabiskan ¼ porsi makanKlien mengatakan tidak nafsu makan
Obyektif :Kebutuhan nutrisi :2096 kalIntakeMakan 3 x ¼ porsi : 487.5 kalNogosari : 396.4 kalBalance nutrisi : - 1212.1 kal
Intake tidakadekuat
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh
5. Subyektif : Klien mengeluh nyeri pada tangan yang terpasang infuse.Klien mengeluh panas saat berkemih dan di bagian yang terpasang selang
Obyektif :T : 37.7ºCTerpasang infuse line di tangan sebelah kiriTerpasang DC
Adanya jalur infansif
Resiko tinggi infeksi
6. Subyektif : Klien mengatan ingin cepat sembuh dan pulang kerumahKlien mengatakan jika ditusuk jarum lagi klien minta untuk pulang saja
Obyektif :Klien nampak gelisah
Hospitalisasi Ansietas ringan
7. Subyektif : klien mengatakan malu dan sering diejek
Perubahan dalam
Resiko tinggi gangguan
32
karena benjolan dilehernya Obyektif :Terlihat pembesaran kelenjar tiroid destra dan sinistra Teraba masa padat multinoduler
penampilan skunder akibat
struma
citra tubuh
8. Subyektif : Untuk mandi, berpakaian, makan, minum, berhias, toileting di bantu penuh oleh keluargaKlien mengeluh pusing dan berputar-putarKlien mengatakan badannya lemes
Obyektif :Rambut terlihat kotorGigi terlihat kotorAktivitas klien hanya ditempat tidur.Klien nampak bingung dan mulai tidak berkonsentrasi saat berbicara, wajahnya terlihat pucat dan berkeringat dingin.
2. Terjadi setelah mengobrol ± 5 menitTanda-tanda Vital :
c. Sebelum aktivitas:TD : 130/90 mmHg N: 80x/menit (ireguler)RR: 22x/menit
d. Setelah ± 5 menit aktivitasN: 113x/menit (ireguler)RR: 25x/menitCRT 1 detikKekuatan ototKekuatan otot: tangan kanan dan kiri, 4kaki kanan 4, kaki kiri 3DX: Decom
Intolerasi aktivitas
Sindrom defisit
perawatan diri
33
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan kenyamanan : Nyeri akut yang berhubungan dengan spasme otot
jantung
2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan suplai O2 menurun sekunder
akibat gagal jantung
3. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan curah jantung
sekunder akibat gagal jantung
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
intake tidakadekuat
5. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya jalur infansif
6. Sindrom deficit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas
7 Ansietas ringan yang berhubungan dengan hospitalisasi
8. Resiko gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder akibat struma
34
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TGL NO. DX KEPERAWATANTUJUAN DAN
KRITERIA HASILINTERVENSI RASIONAL
14/2/12 1. Gangguan kenyamanan : Nyeri akut yang berhubungan dengan spasme otot jantung
Tujuan: Nyeri klien berkurang dalam waktu 1 x 24 jamKriteria hasil: 1. Klien
mengatakan nyerinya berkurang
2. Wajah rileks3. Skala nyeri
berkurang4. TTV dalam
batas normal
1. Anjurkan klien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada
2. Identifikasi terjadinya pencetus, bila ada: frekuensi, durasinya, intensitas dan lokasi nyeri
1. Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang system saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar norepineprin, yang meningkatkan agresi trombosit dan mengeluarkan tromboxane A2. Ini vasokontriksor poten yang menyebabkan spasme arteri koroner yang dapat mencetus, mengkomplikasi dan/atau memperlama serangan angina memanjang. Nyeri tak bias ditahan menyebabkan respons vasovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung.
2. Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil (angina stabil
35
3. Pantau tanda vital
4. Tempatkan klien pada keadaan istirahat total
5. Tinggikan bagian kepala / atas dari tempat tidur jika pasiaen bernapas pendek
6. Pertahankan teknik relaksasi dengan menghirup O2 dari hidung tahan 10 detik kemudian keluarkan melalui
biasanya berakhir 3-5 menit sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit)
3. TD dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi. Takikardi juga terjadi pada respons terhadap rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila curah jantung turun.
4. Mengurangi kebutuhan O2 miokardial untuk meminimalkan resiko perlukaan/ nekrosis jaringan.
5. Memungkinkan terjadinya pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan menghilangkan sesak napas.
6. Menikkatkan relaksasi klien dan mengaktifkan hormone endofrin sehingga klien lebih tenah
36
mulut perlahan yang telah diajarkan
7. Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan / membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung
8. Kolaborasi pemberian O2 dan obat-obatan sesuai indikasi
7. Mendorong klien untuk mengontrol gejala angina dengan aktivitas tertentu. Untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan mengintergrasikan kemampuan dalam persepsi diri.
8. Meningkatkan O2 yang ada untuk mengembalikan ischemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
2 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan suplai O2 menurun sekunder akibat gagal jantung
Tujuan: Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala – gejala yang berat.Kriteria hasil: 1. Klien
mengatakan toleran dengan aktivitasnya
1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator, antidiuretik penyekat beta.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat
1. Hipertensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung
2. Penurunan/ ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas,
37
2. Klien tidak menunjukan kelemahan
3. Klien dan keluarga dapat menyebutkan tahapan aktivitas yang dapat dilakukan
4. Tidak ada dispnea
5. Tidak pusing6. TTV dalam
batas normal
3. Kaji presipitator/ penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sendediri sesuai indikasi. Selinggi periode aktivitas dengan periode istirahat
6. Jelaskan pada klien tentang pentingnya istirahat jika dada terasa berat atau sesak atau pusing jelaskan tahapan aktivitas yang dapat dilakukan klien
dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan,
3. Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker, trasquilizer, dan sedative). Nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energy dan menyebabkan kelemahan.
4. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.
5. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien tanpa mempengaruhi stress miokard/ kebutuhan oksigen berlebih
6. Menjelaskan pada klien bahwa istirahat jika terasa sesak akan mengurangi kerja jantung yang berlebihan Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/ konsumsi oksigen
38
7. Kolaborasi implementasi program rehabilitasi jantung/ aktivitas
berlebihan. 7. Penguatan dan perbaikan
fungsi jantung di bawah stress, bila disfungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
3 Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder akibat gagal jantung
Tujuan: Klien mengalami keseimbangan caiaran selama dalam perawatanKriteria hasil: 1. Terjadi balance
cairan2. Produksi urin
dalam batas normal
1. Pantau haluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana dieresis terjadi
2. Patau/ hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaranselama 24 jam
3. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut
4. Jelaskan pada klien tentang pen-tinnya pembatasan minum dan diet rendah garam
5. Kolaborasi dalam pemberian
1. Haluaran urine mungkin sedikit dan pekat (khusunya selama sehari) karena penurunan perfusi ginjal. Pasisi terlentang membantu dieresis, sehingga haluaran urine dapat ditingkatkan pada malam/ tirah baring.
2. Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kelebihan cairan tiba-tiba/ berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
3. Posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresi
4. Melibatkan klien dalam program terapi dapat meningkatkan perasaan mengontrol dan kerjasama dalam pembatasan
5. Meningkatkan laju aliran
39
obat diuretic
6. Konsul dengan ahli gizi
urine dan dapat menghambat reabsorpsi natrium/klorida pada tubulus ginjal
6. Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dan pembatasan natrium
4 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan intake tidakadekuat
Tujuan: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi selama dalam perawatanKriteria hasil: 1. Klien
mengungkapkan peningkatan nafsu makan
2. Terjadi balace nutrisi
3. Klien dapat menyebutkan diet untuk penyakit decom
1. Identifikasi penyebab intake yang tidakadekuat
2. Awasi masukan dan pengeluaran
3. Dorong makan sedikit tapi sering dengan diit TKTP RG
4. Jelaskan diet untuk klien decom
5. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukkan komposisi diet
1. Pilihan intervensi penyebab masalah
2. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi
3. Memaksimalkan masukan nutrisi dan pembatasan natrium
4. Melibatkan klien dalam program pembatasan natrium
5. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat
40
IMPLEMENTASI
TGL/JAM DX TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF14/2/2012
08.451 1. Menganjurkan klien untuk memberitahu perawat
dengan cepat bila terjadi nyeri dada 2. R/ klien mengerti3. Mengidentifikasi terjadinya pencetus, bila ada:
frekuensi, durasinya, intensitas dan lokasi nyeriR/ Klien mengeluh nyeri dada yang menjalar ke bahu, lengan dan tengkuk, rasanya seperti diremas, nyeri hilang setelah ± 1 menit dengan posisi tidur mengunakan dua bantal. Skala nyeri 5.
4. Memantauantau tanda vitalR/ TD : 130/90 mmHg ; N: 80x/menit (ireguler) ; RR: 22x/menit
5. Tempatkan klien pada keadaan istirahat totalR/ Klien tidur telentang dengan dua bantal di kepala, klien merasa nyaman, skala nyeri 3
6. Meninginggikan bagian kepala / atas dari tempat tidur jika pasiaen bernapas pendekR/HE 30º, klien merasa nyamanMempertahankan teknik relaksasi dengan menghirup O2 dari hidung tahan 10 detik kemudian keluarkan melalui mulut perlahan yang telah diajarkan, , klien nampak lebih rileksR/Klien melakukan tapi dengan teknik yang salah
7. Memberitahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan / membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantungR/ Klien dan keluarga mengerti
8. Kolaborasi pemberian O2 dan obat-obatan sesuai indikasiR/injeksi IV Ranitidin (2x 2ml), Antrain (3 x 2ml)
1. Memeriksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator, antidiuretik penyekat beta.R/
a. Sebelum aktivitas:TD : 120/80 mmHg ; N: 79x/menit (ireguler) ; RR: 20x/menit ; T: 37.6ºC
b. Setelah ± 5 menit aktivitasN: 100x/menit ; RR: 24x/menit
2. Mencatat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucatR/klien terlihat pucat, berkeringat dingin,
41
disritmia, takikardi, dispnea3. Memberikan bantuan dalam aktivitas perawatan
diri senddiri sesuai indikasi. Selinggi periode aktivitas dengan periode istirahatR/ membantu mengenakan pakaian, klien beristirahat, klien selalu ingin merebahkan diri
4. Menjelaskan pada klien tentang pentingnya istirahat jika dada terasa berat atau sesak atau pusing jelaskan tahapan aktivitas yang dapat dilakukan klienR/Keluarga klien dapat menyebutkan tahapan aktivitas yang dilakukan
3 1. Memantau haluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana dieresis terjadiR/ UP = 2000/24 jam, warna kuning pucat
2. Mematau/ hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaranselama 24 jamR/ Intake Minum (5 gelas air mineral, @250 cc) : 1250 ccInfuse (RL : D5 1:1 12 tpm) : 1000 ccTranfusi 1 kolf PRC : 250 ccWater metabolism (1/2 IWL) : 282 ccTotal : 2782 cc
OutputUrin : 2000 ccIWL (15 cc/kg BB = 15 x 38=570) : 570 ccTotal : 1570 ccBalace cairan = total intake – total output
= 2782 - 1570 = + 1212 cc
3. Mempertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akutR/ klien tidur dengan dua bantal
4. Menjelaskan pada klien tentang pentingnya pembatasan minum dan diet rendah garamR/ klien dan keluarga mengerti
5. Kolaborasi dalam pemberian obat diureticR/ injeksi furosemid (1 x 10 ml), per oral Digokxin (1-0-0), Captopril (2 x 125 mg)
6. Konsul dengan ahli giziR/ Diet TKTP RG 3
4 1. Mengidentifikasi penyebab intake yang tidakadekuatR/ klien mengatakan tidak nafsu makan, klien
42
mengatakan takut sering BAB jika makannya banyak karena harus di bopong ke kamar mandi. Klien tidak memakan dagingnya karena keras.
2. Mengawasi masukan dan pengeluaranR/ Kebutuhan nutrisi = 25 x BB x factor aktivitas x factor stress + 500 = 25 x 38 x 1.2 x 1.3 = 2096 kalIntake Makan3 kali ¼ porsi nasi tim (nasi, lauk, sayur) ; 1 porsi 650 kal : 487.5 kal1 bungkus kue nogosari : 396.4 kalTotal : 883.9 kalBalance nutrisi = kebutuhan – intake
= 2096 – 883.9= 1212.1 kal
3. Menganjurkan makan sedikit tapi sering dengan diit TKTP RGR/ klien mengatakan malas mau makan
4. Menjelaskan diet untuk klien decomR/ klien dapat menyebutkan diet untuk penyakit decom, tidak boleh asin-asin, makanan kaleng
7. Merujuk ke ahli gizi untuk menentukkan komposisi dietR/ diet TKTP RG 3, klien mendapat nasi tim, soup, ikan ayam
15/2/201208.45
1 1. Menganjurkan klien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada R/ klien mengerti
2. Mengidentifikasi terjadinya pencetus, bila ada: frekuensi, durasinya, intensitas dan lokasi nyeriR/ tidak merasakan nyeriR/ TD : 130/70 mmHg ; N: 60x/menit (ireguler) ; RR: 16x/menit
3. Tempatkan klien pada keadaan istirahat totalR/ Klien tidur telentang dengan dua bantal di kepala, klien merasa nyaman, skala nyeri 3
4. Meninginggikan bagian kepala / atas dari tempat tidur jika pasiaen bernapas pendekR/HE 30º, klien merasa nyaman
5. Mengevaluasi teknik relaksasi dengan menghirup O2 dari hidung tahan 10 detik kemudian keluarkan melalui mulut perlahan yang telah diajarkanR/Klien melakukan tapi dengan teknik yang salah
6. Memberitahu klien program medis yang telah
43
dibuat untuk menurunkan / membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantungR/ Klien dan keluarga mengerti
7. Kolaborasi pemberian O2 dan obat-obatan sesuai indikasiR/injeksi IV Ranitidin (2x 2ml), Antrain (3 x 2ml)
1. Memeriksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator, antidiuretik penyekat beta.R/
c. Sebelum aktivitas:TD : 130/70 mmHg ; N: 60x/menit (ireguler) ; RR: 16x/menit ; T: 37.5ºC
d. Setelah ± 5 menit aktivitasN: 102x/menit ; RR: 24x/menit
2. Mencatat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucatR/klien terlihat pucat, berkeringat dingin, disritmia, takikardi,
3. Memberikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri senddiri sesuai indikasi. Selinggi periode aktivitas dengan periode istirahatR/ membantu klien duduk
4. Mengevaluasi pengetahuan klien tentang pentingnya istirahat jika dada terasa berat atau sesak atau pusing jelaskan tahapan aktivitas yang dapat dilakukan klienR/Keluarga klien dapat menyebutkan tahapan aktivitas yang dilakukan
3 1. Memantau haluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana dieresis terjadiR/ UP = /24 jam, warna kuning pucat
2. Mematau/ hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaranselama 24 jamR/ Intake Minum (5 gelas air mineral, @250 cc) : ccSusu @ 200 ccInfuse (RL : D5 1:1 12 tpm) : 1000 ccTranfusi 1 kolf PRC : 250 ccWater metabolism (1/2 IWL) : 282 ccTotal : ccOutputUrin : cc
44
IWL (15 cc/kg BB = 15 x 38=570) : 570 ccTotal : ccBalace cairan = total intake – total output
= - = cc
3. Mempertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akutR/ klien tidur dengan satu bantal
4. Menjelaskan pada klien tentang pentingnya pembatasan minum dan diet rendah garamR/ klien dan keluarga mengerti
5. Kolaborasi dalam pemberian obat diureticR/ injeksi furosemid (1 x 10 ml), per oral Digokxin (1-0-0), Captopril (2 x 125 mg)
6. Konsul dengan ahli giziR/ Diet TKTP RG 3
4 1. Mengidentifikasi penyebab intake yang tidakadekuatR/ klien mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan takut sering BAB jika makannya banyak karena harus di bopong ke kamar mandi.
2. Mengawasi masukan dan pengeluaranR/ Kebutuhan nutrisi = 25 x BB x factor aktivitas x factor stress + 500 = 25 x 38 x 1.2 x 1.3 = 2096 kalIntake Makan3 kali ½ porsi nasi (nasi, lauk, sayur) ; 1 porsi kal : 487.5 kal1 buah pisang kapok : kal
Total : kalBalance nutrisi = kebutuhan – intake
= – = kal
3. Menganjurkan makan sedikit tapi sering dengan diit TKTP RGR/ klien mengatakan mau makan
4. Menjelaskan diet untuk klien decomR/ klien dapat menyebutkan diet untuk penyakit decom, tidak boleh asin-asin, makanan kaleng
45
7. Merujuk ke ahli gizi untuk menentukkan komposisi dietR/ diet TKTP RG 3, klie mendapat nasi tim, sayur, ikan, susu
EVALUASI
46
TGL/JAM DX TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF14/2/2012
08.451 S : klien mengatakan sudah merasa nyaman, skala
nyeri 3O : TD : 130/90 mmHg ; N: 80x/menit (ireguler) ; RR:
22x/menit, klien Nampak lebih rileksA : masalah gangguan ketidaknyamanan: nyeri akut
teratasiP : Pertahankan intervensi
2 S : -O : klien terlihat pucat, berkeringat dingin, disritmia,
takikardi,dispnea, klien selalu ingin merebahkan diri
a. Sebelum aktivitas:TD : 120/80 mmHg ; N: 79x/menit (ireguler) ; RR: 20x/menit ; T: 37.6ºC
b. Setelah ± 5 menit aktivitasN: 100x/menit ; RR: 24x/menit
A : Masalah intoleransi aktivitas belum terataiP : lanjutkan intervensi
15/2/2012 3 S : klien mengatakan minum 5 gelas air mineral O :
Intake Minum (5 gelas air mineral, @250 cc) : 1250 ccInfuse (RL : D5 1:1 12 tpm) : 1000 ccTranfusi 1 kolf PRC : 250 ccWater metabolism (1/2 IWL) : 282 ccTotal : 2782 cc
OutputUrin : 2000 ccIWL (15 cc/kg BB = 15 x 38=570) : 570 ccTotal : 1570 ccBalace cairan = total intake – total output
= 2782 - 1570 = + 1212 cc
A : Masalah kelebihan caiaran belum teratasiP : lanjutkan intervensi
4 S : Klien mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan takut sering BAB jika makannya banyak karena harus di bopong ke kamarmandi. Klien tidak memakan dagingnya karena kerasklien dapat menyebutkan diet untuk penyakit decom, tidak boleh asin-asin, makanan kaleng
O :
47
Kebutuhan nutrisi = 25 x BB x factor aktivitas x factor stress + 500 = 25 x 38 x 1.2 x 1.3 = 2096 kalIntake Makan3 kali ¼ porsi nasi tim (nasi, lauk, sayur) ; 1 porsi 650 kal : 487.5 kal1 bungkus kue nogosari : 396.4 kalTotal : 883.9 kalBalance nutrisi = kebutuhan – intake
= 2096 – 883.9= 1212.1 kal
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P : lanjutkan intervensi