proposal

Upload: ana-

Post on 06-Jul-2015

301 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIANPENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN SEGITIGA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PAMPANGAN

1. Latar Belakang Matematika adalah mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah tingkat menengah sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Belajar matematika merupakan suatu aktifitas yang tidak sedikit mengalami kesulitan, salah satu kesilitan yang muncul dalam belajar matematika adalah karena objeknya yang abstrak. Pengajaran matematika di sekolah hendaknya dimulai dari hal-hal yang sifatnya kongkrit kemudian dilanjutkan hal-hal yang abstrak serta dimulai dari yang sederhana ke hal-hal yang rumit. Melihat betapa pentingnya matematika, amat bijaksana jika usaha menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar matematika terus dilakukan agar siswa tertarik untuk mempelajari dan menguasai matematika. Untuk mencapai semua itu perlu kerja keras dari para guru agar keinginan tersebut dapat terealisasikan. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru yaitu memberikan variasi dalam mengajar, agar tidak muncul kebosanan dalam belajar. Djamarah (2002:180) mengatakan bahwa sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan oleh sebab itu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal dan sesuai dengan yang dinginkan perlu diadakan perbaikan proses belajar mengajar. Djamarah (2002:180-181) mengatakan bahwa keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu

1

variasi dalam mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Seperti yang telah kita ketahui sekarang seorang guru hanya menggunakan buku pelajaran sebagai media mengajar. Media grafis, proyeksi, audio, sangat jarang sekali digunakan sama halnya dengan yang media yang berbentuk alat peraga

sama sekali tidak digunakan khususnya pada mata pelajaran matematika.

Berbagai kendala yang selalu dijadikan masalah. Seperti biayanya yang mahal, waktu persiapan belajar terbatas, itu yang selalu dijadikan alasan. Sehingga media yang berbentuk model kerja (working model) jarang digunakan. Adapun yang dimaksud model kerja (working model) adalah tiruan dari suatu objek yang memperlihatkan bagian luar dari objek asli, dan mempunyai bagian dari benda yang sesungguhnya. Dari Kurikulum Sekolah Menengah Pertama mata pelajaran matematika mengkaji enam pokok bahasan yaitu aritmatika, geometri, trigonometi, peluang, dan statistika. Pada pokok bahasan geometri objek yang dibicarakan merupakan benda-bena abstrak. Oleh sebab itu pada saat menerangkan materi, guru sering menggunakan model atau alat peraga. Berdasarkan pengamatan peneliti di SMP Negeri 2 Pampangan, guru pada saat mengajar materi segitiga masih cenderung pada penggunaan strategi pembelajaran yang konvensional dan metode ceramah, disamping itu belum optimalnya penggunaan sumber belajar seperti model penampang (cutaway model), model padat (solit moder), maupun model kerja (working model) yang jarang sekali digunakan pada pembelajaran matematika khususnya mengenai materi segitiga. Hal ini dapat

mengakibatkan siswa menjadi tidak aktif, kurang bersemangat dalam belajar, kurang

2

termotivasi karena pembelajaran kurang menarik, kurang efektif dalam belajar, masih rendahnya pemahaman konsep yang didapat oleh siswa, sehingga siswa kurang mampu menyerap materi yang diberikan oleh guru secara maksimal. Pada pembelajaran materi segitiga, siswa hanya diajarkan dengan menggunakan buku sehingga siswa terkesan hanya membayang-bayangkan bentuk segitiga yang

diajarkan oleh guru tersebut tanpa melihat langsung bentuk benda atau bentuk tiruan bangun datar tersebut, maka dari pada itu diperlukan alat peraga, menurut Sudjana (2009:99) menyatakan bahwa unsur metode dan alat peraga merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantar bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam mencapai tujuan tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Melalui penggunaan media pembelajaran alat peraga diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas belajar dan pemahaman konsep siswa. Disamping itu masih rendahnya pemahaman konsep yang dimilik oleh siswa, berdasarkan informasi dari guru matematika SMP Negeri 2 Pampangan bahwa nilai semester ganjil tahn 2010 masih di bawah standar, salah satu penyebabnya adalah karena pemahaman konsep yang belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat lembar jawaban siaswa. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Segitiga Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.

3

2. Masalah dan Pembatasan Masalah 2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penggunaan alat peraga dalam

pembelajaran metematika pokok bahasan segitiga terhadap pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan. 2.2 Pembatasan Masalah Agar masalah tidak meluas serta tidak menyimpang dari sasaran yang sebenarnya, maka perlu adanya batasan masalah. Peneliti membatasi ruang lingkup dari permasalah yaitu: 1) Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini dilihat dari pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan mengguankan media

pembelajaran berbentuk alat peraga dengan siswa yang diajarkan tidak mengguankan media pembelajaran berbentuk alat peraga tetapi diajarkan menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. 2) Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan semester genap tahun pelajaran 2010/2011. 3) Pemahaman konsep yang dimaksud adalah seberapa besar pengaruh setelah penggunaan alat peraga. 4) Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi pokok segitiga.

3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan alat

4

peraga dalam pembelajaran matematika pokok bahasan segitiga terhadap pemahaman konsep siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Palmpangan 4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1) Bagi sekolah, dapat berguna sebagai acuan ataupun masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan matematika khususnya dalam proses belajar mengajar. 2) Bagi guru, dapat berguna untuk mengembangkan pembelajaran matematika khususnya pada materi pokok segitiga yang mana bisa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman konsep siswa.

5.Tinjauan Pustaka 5.1. Pembelajaran Matematika Menurut Pirdaus (2011:4) pembelajaran matematika hendaknya dimulai

denagan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Metematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi diuraikan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD/MI untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

5

Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 juga diuraikan tentang tujuan pembelajaran matematika. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi metematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model metematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Jadi pembelajaran matematika adalah proses belajar yang dilakukan seseorang dalam mempelajari ilmu pasti yang berdasarkan pada pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian tersebut, hal tersebut diperoleh melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dari sekumpulan objek. 5.2. Pengertian Belajar

6

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang komp, kompleks, sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari. Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan

mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masingmasing. Tentunya mereka memiliki alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Skinner (dalam Dimyati, 1999:9) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Slameto (dalam Djamarah, 2002:13) merumuskan bahwa belajar suatu peroses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secarah keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Whittaker (dalam Djamarah, 2002:12) juga merumuskan belajar merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakuakan dengan

7

melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Yang mana dapat dijabarkan bahwa belajar adalah serangakaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan kemampuan yang baru yang didapat dari sumber-sumber informasi (guru ataupun media belajar lain) sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.

5.3 Pengertian Alat Peraga Alat peraga pengajaran adalah alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa ( Uzer Usman, 1995:31 ). Menurut Djamarah (2005:184) mengatakan bahwa alat peraga adalah apa saja yang dapat dijadikan perantara untuk mencapai tujuan pendididkan. Menurut Ruseffendi (2005:383) menyatakan bahwa alat peraga merupakan alat yang digunakan dalam mengajar matematika dengan gembira, sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Tanlan, dkk (Dalam Djamarah, 1995:184) menyatakan bahwa Perbuatan mendidik berlangsung dengan menggunakan alat pendidikan. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Pendidikan Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa

8

dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada kepada tujan pembelajaran yang diharapkan. 5.4 Fungsi, Peranan dan Nilai Alat Peraga Dalam kegiatan belajar mengajar dipendidikan dasar guru harus mampu menjelaskan konsep kepada siswanya. Usaha ini dapat dibantu dengan alat peraga matematika, karena dengan bantuan alat-alat tersebut yang sesuai dengan topik yang diajarkan, konsep akan dapat lebih mudah dipahami dengan jelas. Salah satu peranan alat peraga yang sesuai, siswa dapat memahami ide-ide dasar yang melandasi sebuah konsep dan dapat menarik suatu kesimpulan dari hasil pengamatannya. Sudjana (2009: 99-100) menyatakan bahwa, ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar-mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah : 1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagi alat bantu untuk mewujutkan situasi belajar-mengajar yang efektif. 2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembagkan oleh guru. 3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran. 4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam artian digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

9

5) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar-mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. 6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar-mengajar Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi. Menurut Sudjana (2009:100) penggunaan alat peraga dalam proses belajarmengajar mempunyai nilai-nilai seperti di bewah ini : 1) Dengan peragaan dapat meletakan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir, oleh karena itu dapat menguragi verbalisme. 2) Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. 3) Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. 4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa. 5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. 6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa. 7) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang sempurna. Kegunaan alat peraga menurut Ruseffendi (2005:384) menyatakan bahwa ada 3 kegunaan : 1) Supaya anak-anak lebih besar minatnya

10

2) Supaya anak-anak dapat dibantu daya tiliknya sehingga lebih mengertii dan lebih besar daya ingatnya. 3) Supaya anak-anak dapat melihat hubungan antara ilmu yang dipelajarinya dengan alam sekitar dan masyarakat. Selain itu pengajaaran yang menggunakan alat peraga akan dapat memperbesar perhatian siswa terhadap pengajaran yang dilangsungkan, karena mereka terlibat

dengan aktif dalam pengajaran yang dilaksanakan. Dengan bantuan alat peraga konseantrasi belajar dapat lebih ditingkatkan. Alat peraga dapat pula membantu siswa untuk berfikir logis dan sistematis, sehingga mereka pada akhirnya memiliki pola pikir yang diperlukan dalam mempelajarai matematika.

5.5 Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Menurut Burton (Dalam Usman 1995:32) memberikan petunjuk bahwa dalam memilih alat peraga yang akan digunakan hendaknya kita memperhatikan hal-hal berikut. 1) Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok. 2) Alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan. 3) Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu. 4) Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti dengan diskusi, analisis, dan evaluasi. 5) Sesuai dengan batas kemampuan biaya.

11

Jadi dalam memilih alat peraga harus berdasarkan kematangan dan pengalaman siswa sehingga pembelajaran dapat dengan mudah diserap siswa serta menciptakan pembelajaran yang lebih menarik. Dalam penggunaan alat peraga kita harus memiliki petunjuk-petunjuk dalam penggunaannya. Menurut Burton (Dalam Usman, 1995:32) memberikan beberapa perinsip tentang penggunaan alat peraga sebagai berikut : 1) Tidak ada alat yang dapat dianggap paling baik. 2) Alat-alat tertentu lebih tepat dari pada yang lain berdasarkan jenis pengertian atau dalam hubungannya dengan tujuan. 3) Sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian integral dari pengajaran 4) Perlu diadakan persiapan yang saksama oleh guru dan siswa. 5) Siswa menyadari tujuan alat dan data yang diberikan. 6) Perlu diadakan kegiatan lanjutan. 7) Alat dan sumber-sumber yang digunkan untuk menambah kemampuan belajar. Dari beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat peraga pengajaran sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif jika dibandingakan hanya dengan lisan.

5.6 Penerapan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika Penerapan alat peraga dalam pembelajaran dalam pembelajaran matematika merupakan suatu strategi yang dilakukan guru agar pembelajaran itu bermakna tentunya pada saat penggunaan alat peraga harus sesuai denagan bahan atau materi yang akan dipelajar. Menurut Rusffendi (2005:383) menyatakan bahwa alat peraga sangat

12

membantu anak-anak yang daya tilik ruangnya (tanpa benda real) dan belajar melalui telinganya kurang

5.6.1 Prinsip-prinsip Penggunaan Alat Peraga Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah: 1) Menentukan jenis alat peraga denagan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan. 2) Menetapkan atau mempertimbangkan subjek dengan tepat, artinya perlu dipertimbangkan apakah penggunaan alat peraga itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik. 3) Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan alat peraga dalam pemgajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu, dan sarana yang ada. 4) Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar alat peraga digunakan. Tentu tidak setiap saat atau sealama peroses mengajar terus-menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan alat peraga. (Sudjana, 2009:104) Keempat perinsip ini hendaknya diperlihatkan oleh guru pada waktu ia menggunakan alat peraga.

13

5.6.2 Langkah-Langkah Menggunakan Alat Peraga Ada enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu ia mengajar dengan menggunakan alat peraga. Langkah-langkah itu adalah : 1) Manetapkan tujaan mengajar dengan menggunakan alat peraga. Pada langkah ini hendaknya guru merumuskan tujuan yang akan dicapai. 2) Persiapan guru, pada fase ini guru memilih dan menetapkan alat peraga mana yang akan dipergunakan sekiranya tepat untuk mencapai tujuan. 3) Persiapan kelas, ssiswa atau kelas harus mempunyai persiapan, sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan alat peraga. Mereka harus dimotivasi agar dapat menilai, menganalisis, menghayati pelajaran dengan alat peraganya 4) Pelajaran dan peragaan. Penyajian pelajaran denagan menggunakan pergaan merupakan suatu keahlian guru yang bersangkutan. Dalam langkah ini perhatikan bahwa tujuan utama ialah pencapaian tujuan mengajar dengan baik, sedangkan alat peraga sebagai alat pembantu. Jangan sampai alat peraga sebagai tujuan, dan tujuan menjadi alat. 5) Langkah kegiatan belajar. Pada langkah ini siswa hendaknya mengadakan kegiatan belajar sehubungan dengan penggunaan alat peraga. Kegiatan ini mungkin dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas. 6) Langkah evaluasi pelajaran dan keperagaan. Pada akhirnya kegiatan belajar haruslah dievaluasi sampai seberapa jauh tujuan pembelajran tercapai, yang sekaligus dapat kita nilai sejauh mana pengaruh alat peraga sebagai alat pembantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar.(Sudjana, 2009:105-106). 5.7 Pemahaman Konsep

14

Konsep dan perinsip adalah dua istilah yang berbeda artinya, tetapi erat kaitannya. Menurut Hamalik (2005:161) manyatakan bahwa Konsep adalah suatu kelas stimulasi yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum. Konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori ( Sagala, 2005:71). Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditujukan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Pada intinya konsep dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan/menggolongkan sesuatu objek (Tim Pustaka Yustisia, 2007:429). Indikator yang menunjukan pemahaman konsep antara lain : 1) Menyatakan ulang sebuah konsep. 2) Mengklasipikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). 3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep. 4) Menyjikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. 6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. (Tim pustaka Yustisia, 2007:429). Menurut Flavell (Dalam Sagala, 2005:72) menyarankan bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu :

15

1) Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, seperti konsep harus mempunyai atribut-atribut yang tak relepan, konsep meja harus mempunyai suatu permukaan yang datar. 2) Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. 3) Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkrit, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain. 4) Keinklusifan (Inclusiveness), yaitu ditunjukan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu. 5) Generalitas atau umum, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinat. Contoh konsep wartel subordinat terhadap konsep sayuaran. 6) Ketepatan, yaitu suatu suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep. 7) Kekuatan, yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.

6. Anggapan Dasar Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik (Arikunto, 2006:65). Dalam penelitian yang menjadi anggapan dasar adalah dengan media pembelajaran berbentuk alat peraga siswa menjadi pembelajar yang aktif bukan hanya menjadi pengamat yang pasif dan bertanggung jawab terhadap pembelajarannya

sehingga dapat menghubungkan pelajaran dengan dunia nyata.

16

7. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan pada penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002:64). Adapun hipotesis yang diberikan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan alat peraga dalam pembelajaran metematika pokok bahasan segitiga terhadap pemahaman konsep siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.

8. Kriteria Pengujian Hipotesis Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dimana : Ha : 1 > 2 Ada pengaruh penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika pokok bahasan segitiga terhadap pemahaman konsep siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan. H0 : 1 = 2 Tidak ada pengaruh penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika pokok bahasan segitiga terhadap pemahaman konsep siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan. Untuk membuktikan hipotesis di atas, maka penulis menggunakan uji hipotesis dua rata-rata yaitu uji t dengan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut: H0 ditolak, jikat hitung t1 1 ; dk 2

atau

t hitung t

1 1 ; dk 2

dk = n1 +n 2 2 , ( ) 5%

9. Prosedur Penelitian 17

9.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiono, 2008:60), sedankan Arikunto menyatakan bahwa Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Arikunto, 2006:116). Variabel pada penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel X 1 dan variabel X 2 VariabelX 1 : Pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika pokok

bahasan segitiga yang diajarkan dengan menggunakan alat peraga. VariabelX 2 : Pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika pokok

bahasan segitiga yang diajarkan tanpa menggunakan alat peraga. 9.2 Definisi Operasional Variabel Adapun defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika pokok bahasan segitiga adalah suatu metode pembelajaran dengan menggunakan benda kongkrit yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja, yang dipergunakan untuk menanamkan konsep-konsep matematika pada pokok bahasan segitiga. Penggunaan alat peraga dalam pemebelajaran matematika pokok bahasan segitiga dilakukan oleh guru kemudian diikuti oleh siswa secarah perorangan. 2. Pemahaman konsep siswa adalah siswa memahami definisi dan dapat membedakan contoh dan yang bukan contoh serta menggunakannya dalam memahami soal. 9.3 Populasi dan Sampel

18

9.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006:130). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Pampangan tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri atas 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 163 siswa, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2 Populasi Penelitian No 1. 2. 3. 4 Kelas Banyak Siswa

VII A 39 siswa VII B 40 Siswa VII C 41 Siswa VII D 43 Siswa Jumlah : 163 siswa Sumber: Tata usaha SMP Negeri SMP Negeri 2 2010/2011

Pampangan

tahun ajaran

9.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik random sampling atau acak. Penliti menggunakan teknik ini dikarenakan di kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan tidak ada kelas pilihan atau kelas ungulan, sehingga setiap kelas dianggap homogen (sama). Dalam hal ini yang diambil sebagai sampel ada dua kelas yaitu kelas VII.B sebagai kelas eksperiman dan kelas VII.C sebagai kelas kontrol.

19

9.4 Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan metode tes. Menurut Sugiyono (2008:107), Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Tes adalah alat yang di dalamnya berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang kewajiban seseorang atau sekelompok orang (Djamarah, 2002:8) Penelitian ini dilakukan dengan bereksperimental, dimana satu kelas sebagai kelas eksperimen yang dikenai perlakuan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang tidak dikenai perlakuan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Pada akhir pokok bahasan, dalam hal ini pokok segitiga, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan tes dengan soal yang sama yaitu soal uraian. Pemberian tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen dalam menyelesaikan soal uraian pokok segitiga.

9.5 Teknik Pengumpulan Data Menurut Arikunto (2002:197) bahwa pengumpulan data merupakan pekerjaan yang paling penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Tes awal yang dilakukan dalam penelitian ini sebelum pengajaran dilakukan dan tes akhir dilakukan setelah pengajaran dilakukan untuk satu pokok bahasan.

20

Tes yang digunakan dalam penelitian adalah tes uraian yang berjumlah lima soal.

9.6 Teknik Analisis Data Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari penggunaan alat peraga pokok bahasan segitiga, maka data yang sudah terkumpul baik data dari kelas eksperimen yang mendapat perlakuan penggunaan alat peraga maupun data dari kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan penggunaan alat peraga. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal segitiga adalah sebagai berikut: Data yang telah diperoleh dari tes kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Nilai hasil tes belajar matematika yang diperoleh dari pretest dikurang pada kelompok eksperimen dan kelompok control disusun dengan tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi digunakan untuk mempermudah menghitung nilai rata rata dan simpangan baku. Perhitungan nilai rata rata masing - masing menggunakan rumus :X =

f X f1 1

1

(Sudjana, 2005:67)

Menentukan Simpangan baku dengan rumus :s2

f =

1

X 2 ( f2 X1 ) n( n 1)

2

(Sudjana, 2005:95)

21

Keterangan :X

= Nilai rata rata hasil tes = Tanda kelas interval = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas = banyaknya data

X1

F1

ns2

= Simpangan baku 1) Uji Normalitas Data Uji normalitas data yang diperlukan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh normal atau tidak karena untuk uji statistic parameter atau uji t harus dapat digunakan. Jika data tersebut berdistribusi normal tabel distribusi frekwensi yang dibuat di uji kenormalannya dengan menggunakan rumus kemecengan kurva :Km = X Mo S

Dimana Mo di cari melalui b Mo = b + p 1 b1 + b2

Data distribusi normal apabila harga Km terletak terletak antara -1 dan +1(1 < Km < +1)

Keterangan : Km Mo S b P : Kemecengan Kurva : Modus : Simpangan Baku : Batas bawah kelas : Panjang kelas modus

22

b1

: Frekuwensi kelas modus dikurangi frekuwensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih kecil sebelum modus

b2

: Frekuwensi kelas modus dikurangi frekuwensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih besar sebelum modus

X

:

Nilai rata rata hasil kelas

2) Uji Homogenitas Uji homogenitas data diperlukan untuk membuktikan persamaan varians kelompok yang berbentuk sampel tersebut, dengan kata lain kelompok yang diambil berasal dari populasi. Analisis yang digunakan untuk menguji kesamaan variabel dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan menggunakan Rumus :

Ho : 1 = 2 Ha : 1 2FHit =2

2

2

2

Varians terbesar Varians terkecil

Kriteria pengujian : terima Ho jika FHit F ( V1 ,V2 ) dan sebaliknya tolak Ho

jika

FHit F1

2 ( V1 ,V2 )

3) Uji Hipotesis Dalam penelitian ini untuk mengetahui hipotesa teknik analisis data penelitian ini menggunakan uji (t). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :t= S X1 X 2 1 1 + n1 n 2

Uji

2 S gab =

( n1 1) S12 + ( n2 1) S 22n1 + n 2 223

(Sudjana, 2005:239)

Keterangan :

tX1 X2

= Perbedaan rata rata kedua sampel = Rata rata hasil belajar fisika kelas eksperimen = Rata rata hasil belajar fisika kelas kontrol = Standar deviasi kelas eksperimen = Standar deviasi kelas kontrol = Jumlah sampel kelas eksperimen = Jumlah sampel kelas kontrol

S1 S2

2

2

n1 n2

S 2 gab = Standar deviasi kelas kontrol dan kelas eksperimen

24

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta .2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Dimyati,dkk. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Bahri Saipul. 2005 .Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi edukatif. Jakarta: PT Reneka Cipta . 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: renaka Ciapta Tim Pustaka Yustisia.2007. Panduan Lengakap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara Pirdaus. 2011 . Logika dan Peranannya Dalam Pembelajaran Matemtika. Online. (http://lpmp.org/index.php?option=com_content&view=artikel=86;logika-danperanannya-dalam-pembelajaran-matematika, diakses : 13 januari 2011) Russefendi, E. T. 2005 . Dasar-Dasar Matematika dan Komputer Untuk Guru. Bandung : Tarsito Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabaeta Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsindo Sudjana, Nana. 1999. Dasar-dasar proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Propesianal. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Winataputra, Udin S. 1993. Materi Pokok Stretegi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka

25

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN SEGITIGA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PAMPANGAN Oleh Nama NIM Program Studi Jurusan Menyetujui : Eriyandi : 2007 121 250 : Pendidikan Matematika : Pendidikan MIPA : Palembang, Pembimbing Utama Januari 2011 Pembimbing Pembantu

Dra. Andinasari, M. M Mengetahui, Ketua Jurusan

Dra. Destiniar, M. Pd

Ketua Program Studi

Dra. Misdalina, M. Pd

Ety Septiati, S. Si., MT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

26

TAHUN 2011 PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PAMPANGAN Oleh Nama NIM Program Studi Jurusan Menyetujui : Eriyandi : 2007 121 250 : Pendidikan Matematika : Pendidikan MIPA : Palembang, Pembimbing Utama Januari 2011 Pembimbing Pembantu

Dra. Andinasari, M. M Mengetahui, Ketua Jurusan

Dra. Destiniar, M. Pd

Ketua Program Studi

Dra. Misdalina, M. Pd

Ety Septiati, S. Si., MT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

27

TAHUN 2011

28