proposal
TRANSCRIPT
i
PROPOSAL TESIS
Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.1
Dengan kata lain usia lanjut adalah suatu proses hidup yang pasti akan dialami
oleh orang yang diberikan usia panjang. Tentunya dalam setiap proses hidup pasti
mengalami pergumulan-pergumulan. Pergumulan-pergumulan usia lanjut
diantaranya tidak dipekerjakan untuk pekerjaan yang baru atau dikeluarkan dari
pekerjaan yang lama karena dianggap terlalu kaku, ditolak secara sosial karena
dipandang sudah pikun dan membosankan, disingkirkan dari kehidupan keluarga
karena dipandang sebagai sosok yang sakit dan parasit. Persepsi-persepsi ini memang
sangat tidak berperikemanusiaan, tetapi seringkali terjadi secara nyata dan
menyakitkan.
Perubahan Fisik yang semakin menua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan psikososial usia lanjut yaitu peran dan hubungan dirinya dengan
lingkungannya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang
dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para lanjut usia menurun,
baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan
1 Hanna Santoso, Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001) 2
ii
mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran
ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.
Beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari
keterlibatan sosial, yaitu: ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang
mungkin lepas dari peran dan aktifitas selama ini; penyakit dan menurunnya
kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu memikirkan diri sendiri secara
berlebihan; orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh darinya;
dan pada saat kematian semakin mendekat, orang seperti ingin membuang semua hal
yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.
Usia lanjut bukanlah suatu pilihan tetapi bagaimana menyikapi permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam usia lanjut adalah sebuah pilihan.2 Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk menemukan pilihan-pilihan dalam menyikapi
permasalahan adalah melalui pastoral konseling.3
Pastoral konseling dapat membantu usia lanjut untuk memperoleh
pemahaman bukan saja mengenai kemampuan, minat, kesempatan yang ada,
melainkan juga mengenai emosi dan sikap yang bisa mempengaruhi dalam
menentukan pilihan dan pengambilan keputusan. Sehingga diharapkan usia lanjut
2 Howard John Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan Dan Konseling Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 2006) 108. Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007) 127-1283 Counseling is a learning-oriented process carried on ia a simple one to one social environtment in which a counselor professionally competent in relevant psychological skill and knowledge, seeks to assist the client by methods appropriate to the latter’s needs, and within the context of the total personnel program to learn more about himself, to learn how to put such understanding into effect in relation to to more clearly perceived, realistically defined goals to the end that the client may become a happier and more productive member of society. J.W. Gustad, The Definition of Counseling, Dalam R.F. Berdie (Ed.), Roles and Relationship in Counseling (Minneapolis: University of Minnesota Press, 1953) 17
iii
dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam hidupnya baik
dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
Berhubungan dengan penyelesaian masalah yang terjadi dalam realitas
kehidupan usia lanjut dalam aspek psikososial yang kompleks maka diperlukan
pastoral konseling. Dalam kaitan seberapa efektif pastoral konseling dalam
membantu usia lanjut menghadapi pergumulan dalam aspek psikososial maka dalam
penyusunan tesis ini penulis membuat judul “Efektifitas Konseling Pastoral Untuk
Mengatasi Pergumulan Aspek Psikososial Usia Lanjut”
GARIS BESAR
iv
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
C.1.Tujuan Penelitian
C.2.Manfaat Penelitian
C.2.1. Aspek Teoritis
C.2.2. Aspek Praktis
Bab II. Tinjauan Pustaka
A. Pastoral Konseling
B. Psikososial
C. Usia Lanjut
D. Kerangka Teori
E. Hipotesis
Bab III.Metodologi Penelitian
A. Variabel-Variabel Penelitian
B. Instrumen Penelitian
C. Subyek Penelitian
D. Prosedur Pengumpulan Data
v
E. Teknik Analisis Data
Bab IV.Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi Data
B. Analisis Data
C. Pembahasan
Bab V.Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
vi
Anderson, Neil T., Zuehlke, Terry E., dan Zuehlke, Julianne S., Christ Centered
Therapy, Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 2000
Atkinson, Rita L.; Atkinson, Richard C., serta Hilgard, Ernest R., Pengantar
Psikologi I (terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991
Becker, Arthur H., Ministry with Older Person, Minneapolis: Augsburg Publishing
House
Carter, John D, Bruce Narramore, The Integration of Psychology and Theology,
Grand Rapids: Michigan, 1979
Clinebell, Howard John, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan Dan Konseling Pastoral
Yogyakarta: Kanisius,2006
Crabb, Lawrence J. , Larry Crab, Understanding People: deep longings for relationship
(Grands Rapid, Michigan: Zondervan, 1987)
Darmojo, R. Boedhi, Hadi Martono, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut), Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1999
Gunarsa, Singgih D. dan Yulia, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak,
Remaja, Keluarga, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004
Hardywinoto, Setiabudhi, Tony, eds, Panduan Gerontologi, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1999
Heitink, Gerben., Teologi Praktis Pastoral dalam Era Modernitas – Post Modernitas,
Yogya: Penerbit Kanisius, 1999
Huggins, Kevin D., Friendship Counseling, Bandung: Pionir Jaya, 2007
vii
J.W. Gustad, The Definition of Counseling, Dalam R.F. Berdie (Ed.), Roles and Relationship
in Counseling, Minneapolis: University of Minnesota Press, 1953
MacArthur, Jhon F, Wayne A. Mack, Pengantar Konseling Alkitabiah, Malang:
Gandum Mas, 2002
Mappiare, Andi, Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional, 1983
Maramis, WF., Go, Carm Piet O, Eds, Siap Menjadi Tua, Malang: Dioma, 1996
Meier, Paul D., Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen, Yogyakarta: Andi
Offset, 2007
Minirth, Frank, Paul Meier, Richard Meier, Don Hawkins, The Healthy Christian
Life, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2004
Ndraha, Roswitha dan Julianto Simanjuntak, Editor, Perlengkapan Seorang
Konselor, Tanggerang: Layanan Konseling Keluarga dan Karir, 2007
Papalia, Diane E, Sally Wendkos Olds dan Ruth Duskin Feldman, Human
Development 9th Edition, New York: The McGraw-Hill, 2003
Santoso Hanna, Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001
Subagyo, Andreas B, Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif, Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2004
Suling, RM Pelenkahu, Pedoman Praktis bagi Manusia Usia Lanjut, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1992
Susabda, Yakub B., Pastoral Konseling Jilid 1, Malang: Penerbit Gandum Mas,
2003
viii
Trisna, Jonathan A, Mengatasi Masalah Hidup, Bandung: Kalam Hidup, 2004
Valentine, Mary Esther, Menapaki Usia Lanjut di dalam Tuhan, Jakarta: Obor: 1995
Wright, H. Norman, Konseling Krisis, Malang: Gandum Mas, 2006
ix
PENDEKATAN PSIKOSOSIAL ERIKSON DALAM KONSELING TERHADAP
USIA LANJUT
KONSELING UNTUK ORANG LANJUT USIA DI PANTI WERDHA
EFEKTIFITAS TEORI PSIKOSOSIAL ERIKSON TERHADAP KONSEP DIRI
LANSIA
Istilah untuk manusia yang usianya sudah lanjut belum ada yang baku. Orang
sering menyebutnya berbeda-beda. Ada yang menyebutnya manusia usia lanjut
(Manula), manusia lanjut usia (Lansia), ada yang menyebut golongan lanjut umur
(Glamur), usia lanjut (Usila), bahkan kalau di Inggris orang biasa menyebutnya
dengan istilah warna negara senior.
Sebenarnya, pada umur berapa orang baru bisa disebut berusia lanjut?
Jawabannya, belum ada ketentuan yang pasti. Beberapa ahli biasanya
membedakannya menurut 2 macam umur, yaitu umur kronologis dan umur biologis.
Umur kronologis adalah umur yang dicapai seseorang dalam kehidupannya dihitung
dengan tahun almanak atau kalender. Di Indonesia batasan tadi belum ada, tetapi
dengan usia pensiun 55 tahun, berarti usia di atas 55 tahun termasuk dalam golongan
x
usia lanjut. Namun, ada orang lain yang menyebutnya 60 tahun ke atas atau 65 tahun
ke atas yang termasuk kelompok usia lanjut.
Umur biologis adalah usia yang sebenarnya. Pematangan jaringan yang
biasanya dipakai sebagai indeks umur biologis. Hal ini dapat menerangkan, mengapa
orang-orang berumur kronologis sama mempunyai penampilan fisik dan mental
berbeda. Untuk tampak awet muda, proses biologis ini yang dicegah.
Stereotipe pada Orang Usia Lanjut
Ada pebedaan perubahan individual yang menonjol sebagai akibat dari usia
lanjut, dengan penuaan yang bersifat fisik mendahului penuaan psikologis yang
merupakan kejadian yang bersifat umum. Perubahan fisik termasuk perubahan dalam
penampilan, perubahan yang berada pada sistem organ dalam, perubahan dalam
fungsi psikologis, perubahan pada sistem syaraf, perubahan penampilan, dan
kemampuan seksual. Perubahan yang bersifat sangat umum terhadap kemampuan
motorik, termasuk perubahan kekuatan fisik dan kecepatan dalam bergerak,
bertambahnya waktu yang diperlukan untuk belajar keterampilan, konsep dan prinsip
baru, dan ada kecenderungan sikapnya canggung dan kikuk. Sementara itu banyak
hal- hal yang menyebabkan perubahan kemampuan mental, kurangnya rangsangan
lingkungan dan kurang motivasi terhadap kesadaran mental yang ada untuk
membedakan kondisi yang paling bersifat umum dan paling serius.
xi
Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga
gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.
1. Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan
membagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin
hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan
hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang
memasuki masa dewasa akhir.
2. Perkembangan Generatif
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu
selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia dewasa
akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka
tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti
cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai
tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun
kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting
untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.
3. Perkembangan Integritas
xii
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir.
Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang
setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta
setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan
kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu
dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap
kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang
kematian.
Tahap integritas ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun, dimana orang-orang yang
tengah berada pada usia itu sering disebut sebagai usia tua atau orang usia lanjut. Usia
ini banyak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun masih
banyak waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau
penyakit yang melemahkan telah membatasi kegiatan dan membuat orang tidak
merasa berdaya.
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
xiii
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi
jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.
xiv
Konseling Pada Orang Lanjut Usia
Masa lanjut usia sering dipandang sebagai masa penarikan diri dari pekerjaan dan
hubungan dengan lingkungan sosial, karena pada masa lanjut usia mengalami
kemunduran. Hasil-hasil penelitian yang baru menyadari adanya potensi-potensi
positif yang dimiliki oleh orang yang memasuki usia tua.
Rogers menekankan bahwa manula adalah hipokondriak dan terobsesi pada
kemunduran fisik dan penyakit. Penelitian ini menemukan bahwa penyesuaian diri
cenderung stabil sepanjang kehidupan seseorang. Jadi konselor untuk lansia kiranya
memikirkan pendapat Rogers ini, karena akan sangat memengaruhi sikap, tindakan,
dan pendekatannya kepada lansia.
- Hakikat Proses Menua
- Pandangan Alkitab mengenai Lanjut Usia
- Krisis kemunduran fungsi organik
- krisis berkurangnya produksi hormon
- krisis kemunduran fungsi motorik
- latihan fisik untuk kebugaran jasmani
- krisis fungsi mental
- krisis kemunduran kesehatan total
- peranan gizi/nutrisi
- krisis kehilangan
xv
- krisis perubahan
- krisis ketakutan mendasar
- krisis ambivalensi terhadap kematian
- krisis persimpangan jalan
- krisis masa lalu
- krisis depresi
- mendampingi dan merawat lansia di rumah
- peran gereja dan panti werda
- kesaksian tentang sepasang lansia yang mandiri
Krisis fisik dan psikis memang tidak bisa dihindarkan sejalan dengan proses
menua. Yang bisa dihindarkan adalah derita akibat kekurangan-pahaman
mengenai duduk perkara krisis-krisis itu dan kiat menghadapinya.4
4 Hanna Santoso, Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001) ix