proposal

22
i PROPOSAL TESIS Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. 1 Dengan kata lain usia lanjut adalah suatu proses hidup yang pasti akan dialami oleh orang yang diberikan usia panjang. Tentunya dalam setiap proses hidup pasti mengalami pergumulan-pergumulan. Pergumulan-pergumulan usia lanjut diantaranya tidak dipekerjakan untuk pekerjaan yang baru atau dikeluarkan dari pekerjaan yang lama karena dianggap terlalu kaku, ditolak secara sosial karena dipandang sudah pikun dan membosankan, disingkirkan dari kehidupan keluarga karena dipandang 1 Hanna Santoso, Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001) 2

Upload: yudhi-priyatna-sitompul

Post on 04-Jul-2015

226 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal

i

PROPOSAL TESIS

Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan

struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas

(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.1

Dengan kata lain usia lanjut adalah suatu proses hidup yang pasti akan dialami

oleh orang yang diberikan usia panjang. Tentunya dalam setiap proses hidup pasti

mengalami pergumulan-pergumulan. Pergumulan-pergumulan usia lanjut

diantaranya tidak dipekerjakan untuk pekerjaan yang baru atau dikeluarkan dari

pekerjaan yang lama karena dianggap terlalu kaku, ditolak secara sosial karena

dipandang sudah pikun dan membosankan, disingkirkan dari kehidupan keluarga

karena dipandang sebagai sosok yang sakit dan parasit. Persepsi-persepsi ini memang

sangat tidak berperikemanusiaan, tetapi seringkali terjadi secara nyata dan

menyakitkan.

Perubahan Fisik yang semakin menua sangat berpengaruh terhadap

perkembangan psikososial usia lanjut yaitu peran dan hubungan dirinya dengan

lingkungannya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia

mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang

dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para lanjut usia menurun,

baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan

1 Hanna Santoso, Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001) 2

Page 2: Proposal

ii

mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran

ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.

Beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari

keterlibatan sosial, yaitu: ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang

mungkin lepas dari peran dan aktifitas selama ini; penyakit dan menurunnya

kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu memikirkan diri sendiri secara

berlebihan; orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh darinya;

dan pada saat kematian semakin mendekat, orang seperti ingin membuang semua hal

yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.

Usia lanjut bukanlah suatu pilihan tetapi bagaimana menyikapi permasalahan-

permasalahan yang timbul dalam usia lanjut adalah sebuah pilihan.2 Salah satu cara

yang dapat digunakan untuk menemukan pilihan-pilihan dalam menyikapi

permasalahan adalah melalui pastoral konseling.3

Pastoral konseling dapat membantu usia lanjut untuk memperoleh

pemahaman bukan saja mengenai kemampuan, minat, kesempatan yang ada,

melainkan juga mengenai emosi dan sikap yang bisa mempengaruhi dalam

menentukan pilihan dan pengambilan keputusan. Sehingga diharapkan usia lanjut

2 Howard John Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan Dan Konseling Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 2006) 108. Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007) 127-1283 Counseling is a learning-oriented process carried on ia a simple one to one social environtment in which a counselor professionally competent in relevant psychological skill and knowledge, seeks to assist the client by methods appropriate to the latter’s needs, and within the context of the total personnel program to learn more about himself, to learn how to put such understanding into effect in relation to to more clearly perceived, realistically defined goals to the end that the client may become a happier and more productive member of society. J.W. Gustad, The Definition of Counseling, Dalam R.F. Berdie (Ed.), Roles and Relationship in Counseling (Minneapolis: University of Minnesota Press, 1953) 17

Page 3: Proposal

iii

dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam hidupnya baik

dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.

Berhubungan dengan penyelesaian masalah yang terjadi dalam realitas

kehidupan usia lanjut dalam aspek psikososial yang kompleks maka diperlukan

pastoral konseling. Dalam kaitan seberapa efektif pastoral konseling dalam

membantu usia lanjut menghadapi pergumulan dalam aspek psikososial maka dalam

penyusunan tesis ini penulis membuat judul “Efektifitas Konseling Pastoral Untuk

Mengatasi Pergumulan Aspek Psikososial Usia Lanjut”

GARIS BESAR

Page 4: Proposal

iv

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1.Tujuan Penelitian

C.2.Manfaat Penelitian

C.2.1. Aspek Teoritis

C.2.2. Aspek Praktis

Bab II. Tinjauan Pustaka

A. Pastoral Konseling

B. Psikososial

C. Usia Lanjut

D. Kerangka Teori

E. Hipotesis

Bab III.Metodologi Penelitian

A. Variabel-Variabel Penelitian

B. Instrumen Penelitian

C. Subyek Penelitian

D. Prosedur Pengumpulan Data

Page 5: Proposal

v

E. Teknik Analisis Data

Bab IV.Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Deskripsi Data

B. Analisis Data

C. Pembahasan

Bab V.Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran-Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: Proposal

vi

Anderson, Neil T., Zuehlke, Terry E., dan Zuehlke, Julianne S., Christ Centered

Therapy, Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 2000

Atkinson, Rita L.; Atkinson, Richard C., serta Hilgard, Ernest R., Pengantar

Psikologi I (terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991

Becker, Arthur H., Ministry with Older Person, Minneapolis: Augsburg Publishing

House

Carter, John D, Bruce Narramore, The Integration of Psychology and Theology,

Grand Rapids: Michigan, 1979

Clinebell, Howard John, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan Dan Konseling Pastoral

Yogyakarta: Kanisius,2006

Crabb, Lawrence J. , Larry Crab, Understanding People: deep longings for relationship

(Grands Rapid, Michigan: Zondervan, 1987)

Darmojo, R. Boedhi, Hadi Martono, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut), Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1999

Gunarsa, Singgih D. dan Yulia, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak,

Remaja, Keluarga, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004

Hardywinoto, Setiabudhi, Tony, eds, Panduan Gerontologi, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1999

Heitink, Gerben., Teologi Praktis Pastoral dalam Era Modernitas – Post Modernitas,

Yogya: Penerbit Kanisius, 1999

Huggins, Kevin D., Friendship Counseling, Bandung: Pionir Jaya, 2007

Page 7: Proposal

vii

J.W. Gustad, The Definition of Counseling, Dalam R.F. Berdie (Ed.), Roles and Relationship

in Counseling, Minneapolis: University of Minnesota Press, 1953

MacArthur, Jhon F, Wayne A. Mack, Pengantar Konseling Alkitabiah, Malang:

Gandum Mas, 2002

Mappiare, Andi, Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional, 1983

Maramis, WF., Go, Carm Piet O, Eds, Siap Menjadi Tua, Malang: Dioma, 1996

Meier, Paul D., Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen, Yogyakarta: Andi

Offset, 2007

Minirth, Frank, Paul Meier, Richard Meier, Don Hawkins, The Healthy Christian

Life, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2004

Ndraha, Roswitha dan Julianto Simanjuntak, Editor, Perlengkapan Seorang

Konselor, Tanggerang: Layanan Konseling Keluarga dan Karir, 2007

Papalia, Diane E, Sally Wendkos Olds dan Ruth Duskin Feldman, Human

Development 9th Edition, New York: The McGraw-Hill, 2003

Santoso Hanna, Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia, Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2001

Subagyo, Andreas B, Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif, Bandung: Yayasan

Kalam Hidup, 2004

Suling, RM Pelenkahu, Pedoman Praktis bagi Manusia Usia Lanjut, Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1992

Susabda, Yakub B., Pastoral Konseling Jilid 1, Malang: Penerbit Gandum Mas,

2003

Page 8: Proposal

viii

Trisna, Jonathan A, Mengatasi Masalah Hidup, Bandung: Kalam Hidup, 2004

Valentine, Mary Esther, Menapaki Usia Lanjut di dalam Tuhan, Jakarta: Obor: 1995

Wright, H. Norman, Konseling Krisis, Malang: Gandum Mas, 2006

Page 9: Proposal

ix

PENDEKATAN PSIKOSOSIAL ERIKSON DALAM KONSELING TERHADAP

USIA LANJUT

KONSELING UNTUK ORANG LANJUT USIA DI PANTI WERDHA

EFEKTIFITAS TEORI PSIKOSOSIAL ERIKSON TERHADAP KONSEP DIRI

LANSIA

Istilah untuk manusia yang usianya sudah lanjut belum ada yang baku. Orang

sering menyebutnya berbeda-beda. Ada yang menyebutnya manusia usia lanjut

(Manula), manusia lanjut usia (Lansia), ada yang menyebut golongan lanjut umur

(Glamur), usia lanjut (Usila), bahkan kalau di Inggris orang biasa menyebutnya

dengan istilah warna negara senior.

Sebenarnya, pada umur berapa orang baru bisa disebut berusia lanjut?

Jawabannya, belum ada ketentuan yang pasti. Beberapa ahli biasanya

membedakannya menurut 2 macam umur, yaitu umur kronologis dan umur biologis.

Umur kronologis adalah umur yang dicapai seseorang dalam kehidupannya dihitung

dengan tahun almanak atau kalender. Di Indonesia batasan tadi belum ada, tetapi

dengan usia pensiun 55 tahun, berarti usia di atas 55 tahun termasuk dalam golongan

Page 10: Proposal

x

usia lanjut. Namun, ada orang lain yang menyebutnya 60 tahun ke atas atau 65 tahun

ke atas yang termasuk kelompok usia lanjut.

Umur biologis adalah usia yang sebenarnya. Pematangan jaringan yang

biasanya dipakai sebagai indeks umur biologis. Hal ini dapat menerangkan, mengapa

orang-orang berumur kronologis sama mempunyai penampilan fisik dan mental

berbeda. Untuk tampak awet muda, proses biologis ini yang dicegah.

Stereotipe pada Orang Usia Lanjut

Ada pebedaan perubahan individual yang menonjol sebagai akibat dari usia

lanjut, dengan penuaan yang bersifat fisik mendahului penuaan psikologis yang

merupakan kejadian yang bersifat umum. Perubahan fisik termasuk perubahan dalam

penampilan, perubahan yang berada pada sistem organ dalam, perubahan dalam

fungsi psikologis, perubahan pada sistem syaraf, perubahan penampilan, dan

kemampuan seksual. Perubahan yang bersifat sangat umum terhadap kemampuan

motorik, termasuk perubahan kekuatan fisik dan kecepatan dalam bergerak,

bertambahnya waktu yang diperlukan untuk belajar keterampilan, konsep dan prinsip

baru, dan ada kecenderungan sikapnya canggung dan kikuk. Sementara itu banyak

hal- hal yang menyebabkan perubahan kemampuan mental, kurangnya rangsangan

lingkungan dan kurang motivasi terhadap kesadaran mental yang ada untuk

membedakan kondisi yang paling bersifat umum dan paling serius.

Page 11: Proposal

xi

Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga

gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.

1. Perkembangan Keintiman

Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan

membagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin

hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan

hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang

memasuki masa dewasa akhir.

2. Perkembangan Generatif

Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu

selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia dewasa

akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka

tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti

cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai

tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun

kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting

untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.

3. Perkembangan Integritas

Page 12: Proposal

xii

Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir.

Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang

setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta

setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan

kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu

dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap

kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang

kematian.

Tahap integritas ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun, dimana orang-orang yang

tengah berada pada usia itu sering disebut sebagai usia tua atau orang usia lanjut. Usia

ini banyak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun masih

banyak waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau

penyakit yang melemahkan telah membatasi kegiatan dan membuat orang tidak

merasa berdaya.

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan

perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)

meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,

tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Page 13: Proposal

xiii

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami

perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia

sebagai berikut:

1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini

tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa

lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada

dirinya.

3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya

sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu

harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup

meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi

jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak

keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga

menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain

atau cenderung membuat susah dirinya.

Page 14: Proposal

xiv

Konseling Pada Orang Lanjut Usia

Masa lanjut usia sering dipandang sebagai masa penarikan diri dari pekerjaan dan

hubungan dengan lingkungan sosial, karena pada masa lanjut usia mengalami

kemunduran. Hasil-hasil penelitian yang baru menyadari adanya potensi-potensi

positif yang dimiliki oleh orang yang memasuki usia tua.

Rogers menekankan bahwa manula adalah hipokondriak dan terobsesi pada

kemunduran fisik dan penyakit. Penelitian ini menemukan bahwa penyesuaian diri

cenderung stabil sepanjang kehidupan seseorang. Jadi konselor untuk lansia kiranya

memikirkan pendapat Rogers ini, karena akan sangat memengaruhi sikap, tindakan,

dan pendekatannya kepada lansia.

- Hakikat Proses Menua

- Pandangan Alkitab mengenai Lanjut Usia

- Krisis kemunduran fungsi organik

- krisis berkurangnya produksi hormon

- krisis kemunduran fungsi motorik

- latihan fisik untuk kebugaran jasmani

- krisis fungsi mental

- krisis kemunduran kesehatan total

- peranan gizi/nutrisi

- krisis kehilangan

Page 15: Proposal

xv

- krisis perubahan

- krisis ketakutan mendasar

- krisis ambivalensi terhadap kematian

- krisis persimpangan jalan

- krisis masa lalu

- krisis depresi

- mendampingi dan merawat lansia di rumah

- peran gereja dan panti werda

- kesaksian tentang sepasang lansia yang mandiri

Krisis fisik dan psikis memang tidak bisa dihindarkan sejalan dengan proses

menua. Yang bisa dihindarkan adalah derita akibat kekurangan-pahaman

mengenai duduk perkara krisis-krisis itu dan kiat menghadapinya.4

4 Hanna Santoso, Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2001) ix