proposal 2 dan 3
DESCRIPTION
lkjhgfTRANSCRIPT
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan
menonjol dibandingkan dengan Negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, jepang,
dan Korea. Namun keberhasilan peningkatan produksi beras nasionalyang didukung
oleh Revolusi hijau belum diikuti oleh peningkatan kesejahteraan petani. Sejak lebih
dari 10 tahun terakhir, gejala pelandaian produksi dan penuruan total factor produksi
(TFP) makin jelas terlihat, apalagi jika terjadi anomali iklim, oleh karena itu, tanpa
upaya terobosan yang didukung oleh inovasi teknologi dan strategi yang jitu maka
peningkatan produksi dan pendapatan petani sulit ditingkatkan (Balitpa, 2002).
Menurut BPS sumut (2010) produktivitas padi lahan sawah adalah 4,4 ton/ha
sedangkan secara nasional mencapai 4,7 ton/ha. Rendahnya produktivitas lahan padi
sawah tersebut disebabkan rendahnya kualitas lahan. Di sisi lain alih fungsi lahan
sawah menjadi bukan sawah. Periode 1983-1993 luas lahan pertanian mengalami
penurunan dari 16,7 juta lahan pertanian mengalami penurunan dari 16,7 juta hectar
menjadi 15,6 juta hectar atau sekitar 110.000 hectar pertahun (Nurmalina, 2007)
Tingkat kesuburan lahan sawah yang rendah umumnya di tandai dengan
kandungan bahan organic dan hara nitrogen yang rendah. Kesuburan lahan sawah
perlu ditingkatkan yaitu dengan pemberian bahan organic berupa kompos dan pupuk
kandang. Disamping itu bahan organic berfungsi sebagai ameliorant yang dapat
memperbaiki jumlah dan aktivitas mikroba dan sumber hara dalam dalam tanah
sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah (Setyorini, 2005).
Makrofauna tanah tanah berukuran >2mm terdiri dari miliapoda, isopoda ,
insekta, moluska dan cacing tanah (Maftu’ah dkk., 2005). Makrofauna tanah
mempunyai peran penting dalam dekomposisi bahan organic tanah dalam penyedian
unsure hara. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian
bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran (Rahmawaty, 2004).
Makrofauna tanah berperan dalam menentukan kesuburan tanah. Penuruan
kualitas tanah berdampak pada perubahan regulasi dekomposisi biologi dan
ketersediaan nutrient dalam tanah. Hal tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi
diversitas makrofauna tanah (Adianto, 1983).
Salah satu makrofauna tanah yang memiliki peranan penting dalam ekosistem
tanah adalah cacing tanah. Cacing tanah adalah humifikasi, memperbaiki aerasi tanah,
mencampur material organic dan menstabilkan aerasi tanah, mencampur material
organic dan menstabilkan pH tanah (Brown, 1987). Cacing tanah melalui aktivitasnya
tanah.pori makro tanah dipengaruhi oleh diversitas makrofauna, tekstur tanah,
kandungan bahan organic tanah dan aktivitas makrofauna penggali tanah (Brussard,
1998).
Salah satu konsep pertanian pada dtaran tinggi (unpland) sebagaimana yang
dinyatakan oleh Nuraini (1996) adalah sistem pertanian yang memperhatikan kaidah
konservasi tanah dengan tetap mempertahankan kestabilan produksi. Sistem usahatani
konservasi merupakan implementasi sistem pertanian yang baik (good agriculture
practices) di kawasan pegunungan yang dapat memberikan keuntungan ekonomi dan
melindungi lingkungan sehingga pembangunan pertanian serta ekonomi dapat
terwujud secara berkelanjutan (Deptan, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil/karakter tanah pada beberapa gradient ketinggian pada lahan
miring
2. Bagaimana pengaruh gradient ketinggian terhadap diversitas makrofauna
tanah disawah padi gunung
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui profil/karakter tanah pada beberapa gradient ketinggian
pada lahan miring
2. Untuk mempelajari bagaimana pengaruh gradient ketinggian terhadap
diversitas makrofauna tanah di sawah padi gunung
1.4 Manfaat
dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai tingkat
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diversitas dan struktur komunitas makrofauna tanah di agroekosistem
Tanah merupakan habitat berbagai ragam organisme dan berdasakan
ukurannya dapat dipilahkan menjadi mikroorganisme (0,2 mm), mesoorganisme (0,2-
10,4 mm) dan makroorganisme (10,4 mm) (saraswati dkk, 2006). Mikroorganisme
terdiri dari fungi, bakteri dan lain-lain. Mesoorganisme terdiri dari protozoa, alga dan
lain-lain. Kelompok organism yang mudah dikenali adalah makrofauna tanah, seperti
Arthropoda, Orthopterta, Gastropoda dan lain-lain.
Makrofauna tanah merupakan kelompok fauna bagian biodiversitas tanah
yang berukukuran 2 mm sampai 20 mm (Gorny dan Leszek, 1993). Makrofauna
tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam
perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah melalui proses “Imobilisasi” dan
“humifikasi”. Dalam dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih banyak
berperan dalam proses fragmentasi (comminusi) serta memberikan fasilitas
lingkungan (microhabitat) yang lebih baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang
dilakukan oleh kelompok mesofauna dan mikrofauna tanah serta berbagai jenis
bakteri dan fungi (Lavelle et al., 1994)
Peran makrofauna tanah lainnya adalah dalam perombakan materi tumbuhan
dan hewan yang mati, pengangkutan materi organic dari permukaan ke dalam tanah,
perbaikan struktur tanah dan proses pembentukan tanah. Dengan demikian
makrofauna tanah berperan aktif untuk menjaga kesuburan tanah atau kesehatan
tanah (Hakim, 1986 ; Adianto, 1993 ; Foth, 1994).
Makrofauna tanah sangat bervariasi dalam kebiasaan dan pemilihan
makanannya. Aktivitas makrofauna tanah umumnya berkaitan dengn makanan yaitu
menemukan makanan dan memakannya. Makanan adalah salah satu factor yang
sangat penting dalam menentukan banyaknya fauna tanah, habitat dan penyebaranny.
Semakin banyak tersedia makanan maka seakin beragam pula makrofauna tanah yang
dapat bertahan di habitat tersebut. Kualitas dan kuantitas makanan yang cukup akan
menaikkan jumlah individu makrofauna tanah, begitu juga sebaliknya. Tipe dan
jumlah makanan dapat mempengaruhi fauna tanah dalam beberapa hal seperti
pertumbuhan perkembangan, reproduksi dan kelakuan (Borror et al., 1992).
Keanekaragaman makrofauna tanah dan fungsi ekosistem menunjukkan
hubungan yang sangat kompleks dan belum banyak diketahui, serta perhatian untuk
melakukan konservasi terhadap keanekaragamn makrofauna tanah masih sangat
terbatas (Lavelle et al., 1994). Sistem pengolahan lahan merupakan faktor kunci
dalam konservasi makrofauna tanah. Alih guna lahan hutan menjadi area pertanian
atau peruntukan lainnya cenderung menurunkan biodiversitas makrofauna tanah.
Oleh karena itu perlu alternatif sistem penggunaan lahan untuk konservasinya.
Keanekaragaman tanah dikatakan tinggi apabila indeks diversitas Simpson
berada di atas 0,50. Semakin tinggi keanekaragaman makrofauna tanah pada suatu
tempat, maka semakin stabil ekosistem di tempat tersebut (Rahmawaty, 2000).
2.2 Karakteristik habitat makrofauna tanah
Makrofauna tanah dapat diklasifikasikan menurut habitat makan mereka dan
distribusi di dalam profil tanah adalah sebagai berikut :
a. Spesies epigeik, merupakan makrofauna yang hidup dan makan permukaan
tanah. Makrofauna tersebut berpengaruh terhadap pemulatan sampah dan
pelepasan nutrisi, tetapi tidak secara aktif memenuhi bahan tanaman. Tanaman
jenis Arthropoda, contohnya semut, kumbang, kecoa, sentipede, kutu kayu,
Orthoptera, gastropoda dan cacing. Makrofauna aktif di permukaan yang
mengandung organisme-organisme tersebut di samping dengan perangkap jebak.
b. Spesies aneksik, yang bergerak tandu (naik turun) dri permukaan tanah melalui
aktivitas mereka mencari makanan. Mineral-mineral dan bahan organic distribusi
balik melalui aktivitas mereka, disertai pengaruh fisik terhadap struktur tanah dan
bahan-bahan air. Cacing tanah dan rayap non pemakan tanah adalah kelompok
utama pada kategori ini, tetapi juga beberapa Arachnida.
c. Spesies endogenik, yang hidup di dalam tanah dan memakan bahan organik
tanah dan akar yang sudah mati, juga menghisap sejumlah besar bahan mineral
(Swift and Bignell, 2011).
Hakim dkk. (1986) dan Makalew (2001). Menjelaksan factor lingkungan yang
dapat mempengaruhi aktivitas orgnisme tanah yaitu, iklim (curah hujan, suhu), tanah
(kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara) dan vegetasi (hutan, padang rumput)
serta cahaya matahari.
Cahaya mempengaruhi kegiatan biota tanah, yakni mempengaruhi distribusi
dan aktivitas organism yang berada di permukaan tanah, pada tanah tanpa penutup
tanah, serta di permukaan batuan. Cahaya merupakan sumber energy pada komponen
fotoautotropik biota tnah (Makalew, 2001).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kelembaban
udara penting untukk diketahui karena dengan mengetahui kelembaban udara dapat
diketahui seberapa besar jumlah atau kandungan uap air yang ada. Jika besarnya
kandungan uap air yang ada melebihi atau kurang dari kebutuhan yang diperlukan,
maka akan menimbulkan gangguan atau kerusakan (Anggraini et al., 2003). Menurut
Asdak (1995) kelembaban nisbi (RH) adalah perbandingan antara kelembaban actual
dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban actual
dinyatakan dengan tekanan uap actual (ea), maka kapasitas udara untuk menampung
uap air tersebut merupakan tekanan uap air jenuh (es) sehingga RH dapat dinyatakan
dalam persen (%) sebagai berikut :
RH = eaes
x 100 %
Suhu tanah merupakan salah satu factor fisik tanah yang sangat menentukan
kehadiran dan kepadatan organisme tanah dengan demikian suhu tanah akan
menentukan tingkat dekomposisi material organic tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih
rendah dari suhu udara dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah
lapisan atas mengalami fluktuasi dam satu hari satu malam dan tergntung musim.
Fluktuasi it juga tergntung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah
(Suin, 1997)
Kelembaban tanah atau biasa disebut kadar air tanah dapat ditetapkan secara
langsung melalui pengukuran perbedaan berat tanah disebut metode (gravimetric) dan
secara tidak langsung melalui pengukuran sift sifat lain yang berhubungan erat
dengan air tanah (Guarner, 1986).
Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan penelitian
mengenai fauna tanah. pH sangat penting dalam ekologi fauna tanah karena
keberadaan dan kepadatan fauna sangat tergantung pada pH tanah. Fauna tanah ada
yang hidup di pada tanah dengan pH asam dan ada pula pada pH basa, sehingga
dominasi fauna tanah yang ada akan dipengaruhi oleh pH tanah (Suin, 1997).
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berup humus
hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termauk
juga mikrobia heterofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya. Bahan
organic tanah dapat berasal dari :
1. Sumber primer, yaitu jaringan organic tanaman (flora) yang dapat berupa a.
daun b. ranting dan cabang c. batang d. buah dan e. akar.
2. Sumber sekunder, yaitu : jaringan organic fun, yang dapatberupa: kotorannya
dan mikrofauna
3. Sumber lain dari luar, yaitu : pemberian pupuk organic berupa : a. pupuk
kandang, b.pupuk hujau, c. pupuk bokasi (kompos) dan d. pupuk hayati
(Madjik,2007).
2.3 Pengaruh ketinggin dan kemiringan terhadap kualitas kesuburan tanah.
Lahan yang memiliki kemiringan dapat dikatakan lebih mudah terganggu atau
rusak, apalagi bil derajad kemiringannya besar. Tanah yang mempunyai kemiringan
akan selalu dipengaruhi oleh curah hujan apalagi jika curah hujan itu mencapai 3.200
mm curah hujan/tahun atau distribusi hujan yang merata setiap bulannya), oleh
teriknya sinar matahari dan angin yang selalu berembus. Akibat pengaruh-pengaruh
tersebut, gangguan atau kerusakan tanah akan berlangsung melalui erosi maupun
kelongsoran tanah, terkikisnya lapisan tanah yang subur (humus) (Kartasapoetra dkk.,
1991).
Pada lahan yng miring tanah lebih rentang mengalami kerusakan, terutama
oleh erosi, dibandingan lahan yang relatif datar. Demikian juga, lahan miring lebih
sedikit dalam absorbs air sehingga ketersediaan air untuk tanaman lebih kritis
dibanding lahan datar dalam zona iklim yang sama (Paimin dkk., 2002).
Lahan miring tersebar luas pada daerah tropis, sekitar 500 juta orang
memanfaatkan sebagai lahan pertanian pada lahan tersebut. Sejalan dengan
pertumbuhan penduduk menyebabkan budidaya yang relatif luas pada lahan miring,
memunculkan masalah erosi tanah. Sistem yang dapat menstabilkan lahan miring
salah satunya adalah agroforestri (Craswell et al., 1997).
Besarnya kemiringan suatu lahan dapat diketahui dengan beberapa cara
yaitudengan menggunakan alat yang sederhana maupun alat yang lebih modern.
Beberapa alat pengukur kemiringan di lapangan diantaranya adalah meteran, nusur
derajat, suunto level i kilometer, abney level, haga meter, waterpass, teodolit
(Nugroho, 2009). Kemiringan lereng adalah perbandingan antara jarak vertical suatu
lahan dengan jarak horizontal. Besar kemiringan lereng dapat dinyatakan dengan
beberapa satuan, diantaranya adalah o atau % (Darmawijaya, 1997 dan Dephut, 2004).
Konversi satuan derajat ke dalam satuan persen dapat menggunakan
persamaan berikut :
- Satuan derajat = tg satuan %
- Satuan % = arc tg satuan derajat
Misalnya lereng 45o tg 45o= 1, berarti persen kemiringan lahan = 100%,
lereng 15o tg 15o = 0,2679, berarti persen kemiringan lahan = 26,79%, lereng 15%
arc tg 0,15 = 8,53, berarti sudut kemiringan lahan = 8,53o (Nugroho, 2009).
Berdasaran kemiringan lahan dapat dibedakan atas kelas-kelas (Darmawijaya,
1997 dan Nugroho, 2009). Seperti yang tampak pada:
Table 1. Kelas Kemiringan Lahan
kelas Kemiringan lahan Kelas kemiringan lahan Relief
A 0 -3 Datar Datar
B 3 – 8 Agak miring Landai
C 8 – 15 Miring Berombak
D 15 – 25 Agak terjal Bergelombang
E 25 – 45 Terjal Berbukit
F >45 Curam Bergunung
2.4 Teknik-teknik pencuplikan makrofauna tanah
Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel data makrofauna tanah
ditentukan dengan Metode Purpossive Random sampling yakni dengan memilih
lokasi sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun parameter pada penelitian ini adalah
pengamatan makrofauna tanah yang meliputi identifikasi makrofauna tanah,
perhitungan dan interpretasi data, kepadatan populasi (K) dan kepadatan relatif (KR)
makrofauna tanah. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara
statistic deskriptif yang lebih banyak berhubungan dengan interpretasi kualitatif.
Metode perangkap jebak. Metode ini digunkan mengumpulkan fauna tanah
pada permukaan tanah. Pemasangan perangkap jebak tergolong metode dinamik.
Metode ini berusaha untuk merangsang fauna tanah untuk meninggalkan tanah.
Contoh, rangsangan ini bisa berupa panas, listrik, zat kimia/kelembaban.metode ini
disebut juga dengan metode kelakuan (Behaviora) karena fauna tanah tadi menuju
bejana koleksi sesuaidengan tanggapannya terhadap rangsngan yang diberikan tadi.
Pada metode ini fauna yang terkumpul hanyalah fauna yang hidup dan aktif dapat
mencapai tempat koleksi, sehingga fauna yang lemah tidak akan dapat terambil
kelembahan metode ini : contoh yang didapat akan rendah dari kenyataan yang
sebenarnya (underestimate). Selain itu, pupa dan telur tidak akan didapat.
Metode sortir tangan, metode sortir tangan adalah metode pengambilan cacing
tanah yang paling baik dan hasilnya paling baik bila dibandingkan dengan metode
lainnya.pada metode ini (termasuk metode mekani), akan didapat contoh yang
melebihi kenyataan sebenarnya karena fauna yang telah matipun akan terkumpul,
contoh yang didapat sering tidak utuh lagi dan membutuhkan banyak waktu dan
tenaga serta ketelitian yang tinggi (Suin,1997).
Pengukuran dan identifikasi makrofauna tanah dilakukan juga dengan metode
monolith. Jumlah monolith pada tiap perlakuan adalah 1 buah yang dibuat di bagian
tengah petak perlakuan. Pengambilannya setelah panen.
Pengambilan sampel makrofauna tanah yang berada di dalam tanah
dilakukan dengan metode hand shorting, yaitu dengan membuat kuadran berukuran
10 cm x 10 cm tanah dalam kuadran tersebut digali sedalam 20 cm, selanjutnya tanah
yang terambil dimasukkan ke dalam kantung plastic untuk proses identiikasi dan
kuantitasi makrofauna tanah yang ada dalam tanah tersebut dengan menggunakan
Barless-Tullgreen.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat penelitian
Peneilitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni
2015. Di daerah Loa Duri Ulu Kecamatan Loa Janan Kutai kartanegara. Yang
dilakukan pada2 lahan padi gunung yang berbeda kemudian identifikasi makrofauna
tanah di Laboratorium Ekologi dan Sistematika Hewan, Fakutas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur.
3.2 Deskripsi areal studi
Loa Duri Ulu merupakan salah satu desa di kecamatan Loa Janan yang
terletak di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kecamatan Loa
Janan terletak anatara 116o49’ BT – 117o08’ BT dan 0o34’ LS – 0o45 LS dengan luas
wilayah mencapai 644,2 km2. Secara administrasi, kecamatan ini terbagi dalam 8 desa
dengan jumlah penduduk mencapai 43.689 jiwa.
Gambar 3.1 Peta Kecamatan
Loa Janan kabupaten kutai kartanegara
3.3 Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan eksploratif deskriptif dengan enam
zonasi gradient ketinggian pada lahan padi gunung. Tiap zonasi akan dilakukan 2 kali
pengamatan makrofauna tanah yaitu pada saat mulai muncul malai dan menjelang
panen. Dalam penelitian ini variable bebas meliputi gradient ketinggian dan kondisi
lingkungan (vegetasi liar dan tanah). Sedangkan variable terikat adalah diversitas dan
struktur makrofauna tanah.
100 m
50 m
Gambar 3.2 zonasi penelitian berdasarkan gradient ketinggian lahan
3.4. Koleksi makrofauna tanah dengan Hand Sorting dan Barlesse Tullgreen
Pengambilan sampel makrofauna tanah yang berada di dalam tanah dilakukan
dengan metode hand shorting, yaitu dengan membuat kuadran berukuran 10 cm x 10
cm tanah dalam kuadran tersebut digali sedalam 20 cm, selanjutnya tanah yang
terambil dimasukkan ke dalam kantung plastic untuk proses identiikasi dan kuantitasi
makrofauna tanah yang ada dalam tanah tersebut dengan menggunakan Barless-
Tullgreen.
Zona atas
Zona tengah
Zona bawah
Altitude
3.5 Karakteristik lingkungan setiap zona
3.5.1 Geografis,
Dalam pengukuran Altitude (Ketinggian) dan Latitude (letak garis lintang)
digunakan GPS (Global positioning system)
3.5.2 Tanah
- pH tanah
Derajat Keasaman (pH) tanah diukur dengan pH-meter atau soil
tester yang langsung ditancapkan dalam tanah kemudian ditunggu
beberapa waktu sampai konstan dan dicatat pH yang tertera pada layar.
Pengukuran dilakukan pada pukul 09.00-14.00 WIB.
- Bahan organik tanah
Pengukuran bahan organik tanah dilakukan dengan metode
Walkley dan Black. Sampel tanah kering dengan berat 1 g dimasukkan ke
dalam labu takar 50 ml. Kemudian ditambahkan ke dalamnya 10 ml
-
3.5.2 Vegetasi Liar (Gulma)
3.6 Analisa data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian maka dapat
dipergunakan analisa vegetasi dengan parameter berupa Uji Statistik, Uji Annova,
Struktur komunitas, Indeks Diversitas, Indeks Keanekaragaman dan Indeks
Dominansi.
- Uji statistic
- Annova
- Struktur komunitas
a. Kerapatan mutlak = total individu suatu spesies dalam plot
total plot sampel yangdiamati
b. Kerapatan Relatif = kerapatan suatu spesies
totalkerapatan semua jenis x 100%
c. Frekuensi = totalkuadrat suatu spesies
jumlah kuadrat
d. Frekuensi relative = frekuensi suatu spesies
total frekuensi semua spesies x 100%
- Indeks keanekaragaman = H’ ∑i=1
Pi ln Pi
Keterangan :
H’ = indeks Shannon-Wiener
Pi = proporsi setiap spesies dari total sample, Pi = ni/N
i = 1,2,3……..dst
ni = jumlah spesies ke-i
N = jumlah total spesies
- Indeks dominansi
Indeks dominansi ( C ) digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu
kelompok biota mendominansi kelompok lain. Dominansi yang besar akan
mengarah pada komunitas yang labil maupun tertekan. Dominansi ini
diperoleh rumus
C=∑i−1
n
Pi2=∑i=1
n
( ni
N )2
Dimana
C = indeks dominansi
ni = jumlah individu ke-i
N = jumlah total individu
- Indeks keseragaman Evenness (E)
Untuk mengetahui keseimbangan komunitas digunakan indeks keseragaman
yaitu ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas.
Semakin mirip jumlah individu antar spesies (semakin merata
penyebarannya) maka semakin besar derajat keseimbangan rumus indeks
keseragaman (e) diperoleh dari :
e = H '
ln s