propo

80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan dan kelangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem ekonomi kotemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja. (Studi Bappenas, 2002). (http://www.bps.go.id/?news=1010 , diambil Selasa 20 Agustus 2013) yang menurut web dari Biro Pusat Statistik (BPS) tersebut menyatakan Selama setahun terakhir 1

Upload: vidia-amrina-rasyada

Post on 21-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

prop

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keberadaan dan kelangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem ekonomikotemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatanyang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunannasional. Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakanpeluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannyamampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencarikerja. (Studi Bappenas, 2002).(http://www.bps.go.id/?news=1010 , diambil Selasa 20 Agustus 2013) yang menurut web dari Biro Pusat Statistik (BPS) tersebut menyatakan Selama setahun terakhir (Februari 2012-Februari 2013), jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan terutama di Sektor Perdagangan sebanyak 790 ribu orang (3,29 persen), Sektor Konstruksi sebanyak 790 ribu orang (12,95 persen), serta Sektor Industri sebanyak 570 ribu orang (4,01 persen). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian dan Sektor Lainnya, masing-masing mengalami penurunan jumlah penduduk bekerja sebesar 3,01 persen dan 5,73 persen. Pada Februari 2013, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap mendominasi yaitu sebanyak 54,6 juta orang (47,90 persen), sedangkan penduduk bekerja dengan pendidikan diploma sebanyak 3,2 juta orang (2,82 persen) dan penduduk bekerja dengan pendidikan universitas hanya sebanyak 7,9 juta orang (6,96 persen). Jika kita dapat melihat angka tersebut hampir 50% penduduk di Indonesia bekerja dengan ijazah SD ke bawah hampir mendominasi seluruh pekerja yang mengindikasikan hampir setengah penduduk Indonesia bekerja dengan pengetahuan yang minim.Sensus di Indonesia dari sektor informal pada tahun 1993/1994 memperkirakan menyerap tenaga kerja sekitar 70% dari 100 juta penduduk (Tesis dr. Zilfa Yenny, 2004). Tenaga kerja dalam sektor ini masih sedikit mendapat perhatian dalam bidang kesehatan, juga dari pekerja itu sendiri yang sesuai data BPS masih bekerja dengan tingkat pendidikan sangat minim. Hal ini dapat membahayakan para pekerja sektor informal terutama dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Salah satu sektor informal ini adalah industri pengrajin kayu. Para pengrajin kayu di DKI Jakarta tergolong cukup banyak dan jika para pemilik industry maupun pekerja tidak memperhatikan faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit maupun kecelakaan akibat kerja, maka hal ini cukup berbahaya. Adapun penyakit-penyakit yang timbul akibat kelalaian pekerja maupun pemilik industry seperti debu kayu yang terhirup dapat menyebabkan gangguan paru, serat kayu yang dapat menyebabkan dermatosis pada pekerja, dan masih banyak lagi. Adapula kecelakaan akibat kerja seperti kelalaian dalam penggunaan alat kerja maupun posisi yang tidak ergonomis para pekerja yang sering menimbulkan keluhan nyeri sendi.Dalam hukum yang tertulis, kesehatan dan keselamatan para pekerja tercantum dalam UU yaitu UU No. 13 Th. 2003. Didalam UU tersebut telah lengkap menguraikan hak dan kewajiban pekerja dalam memperoleh keselaman dan kesehatan kerja baik dalam jam kerja, waktu istirahat, alat yang digunakan, upah yang diberikan, sampai perlindungan anak dan perempuan. Untuk keselamatan kerja diatur lagi secara spesifik dalam UU no. I Th. 1970. Menurut UU tersebut, syarat-syarat keselamatan kerja seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya berikut jenis bahayan akan diatur dengan perun-dang-undangan baik mereka yang bekrja di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara. ( Sumamur, 2009)Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Weamenyatakan keprihatinannya terhadap keselamatan kerja, dengan menyebutkan bahwakecelakaan kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam orang kerja (71 juta jam yangseharusnya dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang bersangkutan tidak mengalami kecelakaan) dan kerugian laba sebesar 340 milyar rupiah. angka kecelakaan terbaru yang dikeluarkan pada bulan Januari 2003 menyebutkan bahwa kecelakaan di tempat kerja yang tercatat di Indonesia telah meningkat dari 98,902 kasus pada tahun 2000 menjadi 104,774 kasus pada tahun 2001. Dan selama paruh pertama tahun 2002 saja telah tercatat 57,972 kecelakaan kerja. (Markannen, ILO 2004).Angka keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan di Indonesia secara umum masih rendah. Berdasarkan data organisasi buruh internasional di bawah PBB (International Labour Organization), Indonesia menduduki peringkat ke 26 dari 27 negara dalam hal keselamatan kerja. Menurut data itu, di Indonesia tercatat tidak kurang dari 52 ribu kasus kecelakaan kerja atau lebih dari 400 kasus setiap harinya. Dari kasus tersebut, lebih dari 5400 tenaga kerja mengalami cacat sebagian, 317 mengalami cacat total, serta 1049 lainnya meninggal dunia. (http://www.tempo.co/read/news/2003/01/13/055716/Presiden-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Indonesia-Rendah, di ambil Senin 20 Agustus 2013).Peran dokter yang amat penting sebagai petugas kesehatan lini pertama sangat penting selain untuk tindakan kuratif dan rehabilitative, juga tindakan promotif dan preventif dalam mencegah timbulnya penyakit maupun kelekaan akibat kerja. Dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di perusahaan memimpin dan menjalankan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja di perusahaan yang bersangkutan ( Sumamur, 2009 ). Tugas utamanya bukan mengobati, namun mencegah dan memberikan edukasi kepada para tenaga kerja agar terhindar dari bahaya penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Salah satu tindakan preventif yang dapat dilakukan seorang dokter adalah memberikan edukasi tentang pemakaian Alat Proteksi Diri (APD). Pemakaian APD saat ini di sektor industry formal diwajibkan bagi para pekerjanya, namun pemakaiannya di sektor non formal masih sangat minim. Pada industri pengrajin kayu di daerah Cirendeu, dari 11 toko kayu yang ditinjau secara kasar, hampir kesemuanya tidak ada yang memakai APD. Hal ini sangat berbahaya mengingat industry pengrajin kayu memiliki resiko menimbulkan penyakit akibat kerja yang tidak rendah.Pada penelitian kali ini, industry pengrajin kayu sektor informal diambil sebagai subjek penelitian dengan alasan masih sedikitnya kesadaran akan kesehatan dan keselamatan kerja pada tenaga kerja. Hal ini makin diperparah dengan data dari BPS yang menunjukkan angka tenaga kerja sektor informal yang sangat tinggi apalagi kebanyakn dari mereka tidak tamat SD, maka akan makin memperparah risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Jika dengan pengetahuan yang minim tentang risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja tenaga kerja tersebut tetap bekerja, kemungkinan peningkatan risikonya pun akan ikut meninggi, sedangkan sebaliknya, jika pengetahuan akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja di kalangan pekerja tinggi, kemungkinan risiko akan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bisa diminimalisir karena tenaga kerja pasti akan sadar dengan penggunaan APD yang diperlukan. Tidak hanya pekerja, pemilik usaha tersebut juga bertanggung jawab kepada para pekerjanya sesuai yang diatur dalam Undang-undang.

B. Masalah PenelitianMinimnya pengetahuan yang dimiliki pekerja sektor informal tentang keselamatan dan kesehatan kerja dikarenakan hampir 50% penduduk di Indonesia yang bekerja pada sektor ini adalah mereka yang hanya memiliki ijazah SD atau dibawahnya akan berbahaya baik bagi pemilik maupun pekerja itu sendiri. Hal ini dapat berbahaya jika para pemilik usaha maupun para pekerja tidak memiliki pengetahuan ataupun kesadaran dalam menggunakan Alat Proteksi Diri dalam setiap pekerjaannya. Jika hal ini tidak diatasi, maka pemilik usaha mungkin akan mengalami kerugian jika para pekerjanya mengalami penyakit maupun kecelakaan akibat kerja sedangkan terdapat UU yang mewajibkan para pemilik usaha untuk melindungi dan menjaga para tenaga kerjanya dari penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

C. Pertanyaan Penelitian1. Apakah para pemilik dan pekerja industry pengrajin kayu sektor informal menyadari dan mematuhi akan bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dari pekerjaan tersebut?2. Apakah pemilik dan pekerja mengetahui dan menggunakan APD yang diperlukan untuk pekerjaannya sesuai dengan standar?

D. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumKepatuhan dan kesadaran para pemilik juga para pekerja industry sektor informal mengetahui akan bahaya yang ditimbulkan dari pekerjaannya sehingga risiko untuk terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dihindari.2. Tujuan Khususa. Diketahuinya faktor yang ditimbulkan dari pekerja itu sendiri (Predisposing).b. Diketahuinya faktor yang ditimbulkan dari faktor yang memungkinkan pekerja untuk bekerja (Enabling).c. Diketahuinya faktor yang dapat menguatkan para pekerja dalam pekerjaannya (Reinforcing).

E. Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilakukan di beberapa tempat di wilayah DKI Jakarta, antara lain di beberapa pengrajin kayu daerah Jakarta Selatan, Depok, dan Jakarta Timur. Penelitian dilakukan dengan sampel sebanyak . . Variabel yang diteliti adalah kesadaran dan kepatuhan pemilik dan pekerja pengrajin kayu dalam industry sektor non formal terhadap pemakaian APD yang sesuai dengan standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan desain secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dari sampel.

F. Manfaat Penelitian1. Manfaat bagi pekerja Pekerja dapat mengetahui risiko dan bahaya yang akan timbul dari apa yang dikerjakannya. Pekerja dapat mengetahui APD apa saja yang dibutuhkan dalam menjalani pekerjaannya. Dapat mengurangi risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja dengan merubah sikap dan perilaku di tempat kerja.2. Manfaat bagi pemilik usaha Memberi masukan bagi pengusaha agar dapat mencegah risiko dan kerugian-kerugian yang timbul dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.3. Manfaat bagi peneliti Mengetahui kondisi di lapangan tentang pengetahuan tenaga kerja dan pemilik usaha terhadap K3 Memanfaatkan ilmu yang didapatkan peneliti selama menjalani pendidikan Membantu memberikan edukasi kepada pemilk dan tenaga kerja tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan APD agar terhindar dari risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.4. Manfaat bagi pengembangan ilmu Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk penelitian selanjutnya Sebagai jendela wawasan bagi seluruh masyarakat akan pentingya kesehatan dan keselamatan kerja. Puskesmas maupun klinik dapat meningkatkan usaha untuk mencegah timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESISA. Tinjauan Pustaka1. Konsep Manager, Pekerja, dan Dokter Perusahaana. Management dan ManagerSebuah industri atau perusahaan akan berjalan jika di dalamnya ada satu sistem yang telah diatur sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan unit yang siap untuk mengerjakan suatu bidang. Sistem itulah yang disebut management dan pemimpin dari suatu management itulah yang disebut dengan manager. Bahkan mandor pun bisa disebut manager karena karena mandor merupakan sebutan bagi koordinator atau penanggung jawab para pekerja di lapangan dibawah manager perusahaan itu sendiri.Menurut ( John Redley : 2004 ), para manager memiliki kaitan langsung dengan kesehatan kerja dan keselamatan kerja karena mereka memiliki kendali dan boleh memberikan instruksi. Para manajer juga menjadi pusat perhatian pekerjanya, contohnya dari cara bmanajer bersikap dan kepedulian yang terlihat atas kesehatan dan keselamatan kerja menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi sikap pekerja.Peran para manager atau majikan adalah membimbing dan mengendalikan masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Para majikan atau manager dapat mempengaruhi keselamatan kerja dengan cara : Menetapkan kebijakan yang menuntut kinerja keselamatan kerja yang tinggi. Menyediakan sumber daya untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut Memastikan sumber daya yang disediakan dimanfaatkan secara benar dan efektif. Memacu inisiatif dan komitmen para pekerjanya. Tetap menjaga para pekerjanya untuk bertanggung jawab atas kinerja dan keselamatan kerja mereka. Menunjukan komitmen terhadap keselamatan kerja dengan cara : Melibatkan diri dalam masalah masalah K3 Mendorong keselamatan kerja yang tinggi dengan pendekatan pro aktif. Memastikan masalah K3 telah dimasukkan ke dalam agenda kerja. Memberikan perhatian kepada K3 sama halnya dengan perhatian terhadap bidang produksi, keuangan, dan sebagainya. Banyak mengetahui isu isu K3 ketika mengunjungi tempat kerja dan membahasnya dengan para pekerja.

Disadari ataupun tidak, kecelakaan kerja selalu menimbulkan dampak negatif yaitu kerugian perusahaan maupun mengurangi keuntungan. Oleh karena itu effisiensi yang tinggi tidak dapat dicapai jika kerugian ini tidak dicegah. Henry Ford ditahun 1920 pernah menuliskan : Production without safety is innefficient. Ini berati bahwa jika keselamatan pada suatu industri baik sektor kecil, menengah maupun besar tidak diperhatikan secara serius, maka produksi yang ingin dihasilkan oleh suatu perusahaan tidak akan effisien terutama dalam bidang materil.Dalam industri dan usaha, dikenal istilah Total Loss Control (TLC) atau pengendalian rugi total. Dalam Undang-undang No. 1/70 tentang K3, tidak disinggung secara langsung mengenai kerugian suatu industri atau usaha, namun hanya diupayakan pencegahan. Namun sejak akhir tahun 60- an hingga saat ini konsep Total Loss Control semakin diperluas. Konsep baru ini selain untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, juga menghitung semua kerugian yang dapat ditimbulkan. Pada akhirnya jika konsep ini ditaati dengan baik maka kemungkinan perusahaan maupun industri dari sektor manapun mengalami kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat diminimalisir. Pada prinsipnya, sebuah perusahaan hanya dapat beroperasi secara effisien dan memperoleh keuntungan ketika semua aspek yang mendatangkan kerugian dapat dikendalikan, dikurangi, atau bahkan dihilangkan. Oleh karena itulah, kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang merupakan faktor yang terlihat kecil namun dapat mendatangkan kerugian besar harus dapat dicegah atau bahkan dihilangkan. ( Bird, Frank E. & Lotus, Robert G. : 1976 )Seorang manager, pimpinan, atau majikan sebuah industri atau usah baik besar, menengah, maupun kecil, formal maupun informal harus memiliki kesadaran penuh untuk menjaga, menyediakan, memfasilitasi dan melindungi segenap pekerjanya dengan penuh tanggung jawab tentang kesehatan dan keselamatan kerja mereka. Namun, tidak sepenuhnya keselamatan dan kesehatan kerja ditanggung oleh para pimpinan, tetapi juga dari para pekerja itu sendiri. Kesalahan akan jatuh kepada pimpinan, manager, ataupun majikan jika mereka tidak mengedukasi, memfasilitasi, ataupun menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mencegah timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Kesadaran dan kepatuhan pekerja juga menjadi salah satu faktor dalam mencegah timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja.b. Pekerja/ Tenaga KerjaUU. no. 13 Tahun 2003 memberikan pengertian tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja. Pekerja/buruh, pemberi kerja, pengusaha, perusahaan dan lain-lain. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelu, selama, dan sesudah kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.Jelas pekerja menerima upah atau bayaran dari seorang pimpinan. Namun pimpinanpun melakukan seleksi terhadap para pekerja. Seleksi tersebut dilakukan untuk menentukan dimana letak yang sesuai kemampuan tenaga kerja. Hal ini dapat dilakukan pada perusahaan besar dan menengah. Pada sektor informal atau sektor usaha kecil, penyeleksian hampir tidak dilakukan. Majikan atau siapapun yang memimpin sektor usaha informal ini menerima siapapun yang sanggup bekerja, bukan yang mampu ataupun mahir. Oleh karena itu risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja cukup tinggi. Jika majikan dari sektor usaha kecil ini melakukan edukasi atau pelatihan kerja pada buruh atau pekerjanya, apalagi ditambah dengan pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja, maka risiko dapat dikendalikan atau bahkan dihilangkan.Menurut National Safety Council, ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas pekerja. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi adalah Motivation atau motivasi. Motivasi itu sendiri bisa datang dari dalam maupun dari luar pekerja. Dalam keadaan ini, seorang manager perlu memperhatikan motivasi apa yang dimiliki para pekerjanya untuk mendukung produktifitas kerjanya. Misalkan saja, seorang pekerja akan rajin bekerja jika ada dorongan yang baik seperti akan diberikan bonus jika pekerjaan cepat selesai atau dari dalam diri pekerja itu sendiri misalkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, motivasi bukan hal yang mutlak ada pada diri pekerja, melainkan suatu cara yang dapat digunakan para manager untuk membangun kesadaran para pekerjanya untuk lebih giat atau dalam hal kesadaran pemakaian APD.

c. Dokter PerusahaanDokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di perusahaan memimpin dan menjalankan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja di perusahaan yang bersangkutan ( Sumamur, 2009 ). Perusahaan adalah tempat berhadapannya atau kadang-kadang bertentangannya kepentingan dua pihak antara pengusaha dan pekerja. Adapaun pengusaha ingin menjalankan usahanya dengan meraih keuntungan sebanyak-banyaknya sedangkan pekerjanya gigih memperjuangkan kesejahteraan bagi mereka termasuk jaminan kesehatan. Dokter perusahaan berada pada kedua pihak yang memiliki kepentingan tersebut dan tidak jarang menimbulkan konflik. Sikap seorang dokter perusahaan adalah tidak memihak manapun sesuai dengan sumpah dokternya dan menjalankan prakteknya dengan obyektif dan sejujur-jujurnya. Dalam rangka menuju sasaran yaitu kesehatan dan produktifitas pekerja yang optimal, misi dari dokter perusahaan adalah sebagai berikut :1) Melindungi tenaga kerja terhadap faktor bahaya kepada kesehatan dan efek buruk kepada efisiensi dan produktifitas kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan atau kondisi tempat di lingkungan pekerjaan;2) Membantu ke arah penyesuaian fisik dan mental tenaga kerja, khususnya penyesuaian pekerjaan kepada tenaga kerja dan penempatan tenaga kerja yang cocok kepada pekerjaannya, sehingga terwujud tenaga kerja yang sehat optimal dan produktif;3) Membantu tercapainya dan terpeliharanya derajat kesehatan fisik dan mental serta efisiensi dan produktifitas tenaga kerja yang optimal.Kedokteran komunitas adalah kedokteran yang sasarannya adalah masyararakat luas. Dalam hal yang diterangkan sebelumnya bahwa peran dokter perusahaan yang dalam hal ini adalah sektor formal sangat jelas kegunaannya dalam melindungi pimpinan maupun kesehatan pekerjanya dengan tindakan baik preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif. Dalam sektor informal, kebanyakan dari mereka yang sakit dianggap pasien umum tanpa diketahui pekerjaan mereka. Padahal justru sektor informal lah yang perlu diperhatikan karena hampir dipastikan para pengusaha di sektor ini tidak memiliki dokter pribadi yang menaungi usaha mereka. Alhasil, jika ada penyakit atau kecelakaan akibat kerja hanya dianggap sebagai pasien biasa. Disinilah peran kedokteran komunitas tersebut, selain penyakit umumu, juga perlu diketahui beberapa penyakit spesifik yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.2. Kecelakaan Kerjaa. DefinisiSetiap pekerjaan selalu memiliki risiko terhadap apa yang dikerjakannya, mulai dari sektor formal maupun yang informal. Bahkan, pekerjaan seperti tukang kayu pun memiliki risiko akan bahaya dari pekerjaannya tersebut yaitu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.Menurut ( Sumamur, 1997 : 5), Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian tak terduga dan tak diharapkan, dimana dalam peristiwa tersebut tidak mengandung unsur kesengajaan terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kelalaian seseorang dalam menjaga kemanannya dalam bekerja.Lalu dalam keterangan yang lain, juga disebutkan tentang kecelakaan akibat kerja. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan yang terjadi adalah akibat langsung dari pekerjaan atau kecelakaan tersebut terjadi saat pekerjaan tersebut sedang dilakukan.b. Sebab sebab kecelakaanKecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada sebab yang mendasari kecelakaan kerja itu sendiri. Dalam salah satu laporan Heinrich, 1982 (ILO Geneva 1989 : 50) melakukan studi terhadap 75000 kasus kecelakaan dan menyebutkan rasio 88:10:2 yang terkenal. Maksudnya adalah bahwa dari 88% dari semua kecelakaan tersebut disebabkan tindakan tidak aman, 10% karena kondisi tidak aman, dan 2% karena kondisi yang tidak dapat dicegah.Menurut modul pelatihan keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan, 2003 :12 secara umum sebab-sebab kecelakaan dikelompokkan atas:

1) Faktor manusia atau unsafe human acts (tindakan manusia yang tidak aman), seperti :a) Sifat kecerobohan /kelalaian tenaga kerjab) Ketidakdisiplinan dalam bekerjac) Ketidak patuhan terhadap peraturan dan prosedur kerjad) Kondisi kesehatan yang lemahe) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pekerjaanf) Faktor kelelahan atau kejenuhang) Tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)h) Kesalahan Manajemen2) Faktor lingkungan atau teknis (unsafe condition) yang meliputi:a) Peralatan kerja yang tidak/kurang memadaib) Peralatan kerja yang rusak atau tidak berfungsi dengan baikc) Alat pengaman/pagar pengaman mesin-mesin yang tidak terpasangd) Faktor lingkungan kerja (bising, getaran, panas, atau bahan kimia yang berbahaya)e) Sanitasi yang kurang baikDari penyelidikan-penyelidikan diketahui bahwa ternyata kecelekaan kerja lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia. Hasil penelitian menunjukkan 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaianatau kesalahan manusia. Sedangkan faktor teknis hanya sekitar 15-20%.c. Pencegahan kecelakaan kerja (modul pelatihan, 2003 : 18) Kecelakaan kerja dapat dicegah melalui :1) Penegakan peraturan perundangan, yaitu ketentuan yang diwajibkan mengenai persayaratan kerja, syarat keselamatan kerja, perencanaan, pemeliharaan, dan pengujian.2) Standardisasi, yaitu penetapan dan memenuhi standar keselamatan kerja, standar prosedur kerja, standar peralatan kerja, dan sebagainya.3) Pengawasan, yaitu melakukan pengawasan terhadap dipatuhinya peraturan perundangan yang berlaku dan prosedur kerja.4) Dengan penelitian antara lainpenelitian penyidikan atas kasus-kasus kecelakaan yang terjadi, sehingga dapat diketahui penyebab kecelakaan, sehingga dengan demikian kecelakaan yang serupa tidak terluang kembali.5) Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan terhadap pelatihan keterampilan kerja maupun keselamatan kerja dan cara kerja yang aman.6) Pengendalian lingkungan kerja yaitu menciptakan kondisilingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan selamat.7) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)8) Penggunaan alat pengaman/pagar pengaman jika industri tersebut menggunakan mesin atau alat-alat yang memiliki risiko bahaya tinggi9) Penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja sebagaimana yang diatur oleh undang-undang.3. Alat Pelindung Diri (APD)a. Definisi APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja ( Sumamur, 1978 : 5).APD adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat yang berbahaya (Cahyono, 2004:94).Sesuai dengan definisinya, APD itu sendiri diperlukan setiap manusia yang bekerja dan akan melindungi tenaga kerja itu sendiri dari risiko kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.b. Tujuan penggunaan APDMenurut (Sumamur, 1989 : 12 ), tujuan penggunaan APD adalah sebagai upaya untuk :1) Mencegah :a) Kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)b) Kontak langsung dengan kebakaran dan peledakan.c) Pencemaran lingkungan2) Mengamankan :a) Peralatan kerja dan instalasib) Bahan baku dan hasil produksi c) Tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi dan produktifitas nasional.d) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja c. Syarat-syarat APDUntuk penggunaan APD pun tidak bisa sembarangan, ada beberapa ketentuan dalam pemakaian APD dari pemilihan sampai perawatan dari APD itu sendiri. APD perlu dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan (Siswanto, 1983: 12), yaitu :1) APD harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja2) Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan3) Alat harus dipakai secara fleksibel4) Bentuknya harus cukup menarik5) Alat pelindung tahan untuk pemakaian lama6) Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya7) Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada8) Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensorik pemiliknya9) Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

d. Macam-macam APDAlat Proteksi Diri (APD) sesuai dengan namanya harus mampu melindungi pemakainya dari risiko kecelakaan dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Berikut penjelasan mengenai macam-macam APD dari kepala hingga kaki.1) Alat Pelindung KepalaPelindung kepala dikenal sebagai Safety Helmet ( Cahyono, 2004 : 95). Tujuan pemakaian pelindung kepala ini adalah melindungi kepala dari bahaya benturan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka tergores, terpotong, tertusuk, atau tertimpa oleh benda-benda jatuh, melindungi kepala dari radiasi, api, percikan bahan-bahan kimia yang bersifat korosif (Siswanto, 1983 : 14). Seseorang akan sangat berisiko bekerja di suatu tempat yang dalam pekerjaannya memiliki bahaya akan benda-benda yang jatuh, seperti pada pekerjaan konstruksi. Untuk itu helm sangatlah penting di gunakan karena jika kepala terbentur benda yang sangat keras, maka risiko kematian atau koma akan sangat besar.Pelindung kepala yang dikenal ada empat jenis, yaitu hard hat kelas A, kelas B, kelas C, dan bump cap. Klasifikasi masing-masing jenis adalah sebagai berikut (Cahyono, 2004 : 95) :

a) Kelas AHard hat kelas A dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt.b) Kelas BHard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai 20.000 voltc) Kelas CHard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh tetapi tidak melindungi dari arus listrik dan bahn kimia yang bersifat korosif.d) Bump CapBump cap dibuat dari plastik dengan berat yang ringan untuk melindungi kepala dari tabrakan benda yang menonjol. Bump Cap tidak menggunakan sistem suspensi, tidak melindungi dari benda yang jatuh dan tidak melindungi dari kejutan listrik. Karenanya bump cap tidak boleh digunakan untuk menggantikan hard hat kelas apapun.2) Alat Pelindung MataMenurut ( Cahyono, 2004 :96), pelindung mata dikenal sebagai safety glasses. Safety glassses berbeda dengan kacamata biasa, baik normal maupun kir (prescription glasses), karena pada bagian atas dan sisi kanan-kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan sinar UV sampai presentase tertentu. Mata merupakan salah satu organ yang vital yang dibutuhkan para pekerja untuk melihat dan menyelesaikan pekerjaan. Tanpa mata yang sehat, maka kemungkinan besar pekerjaan seseorang dapat terhambat sehingga dapat menurunkan produktifitas.3) Alat Pelindung WajahMenurut ( Cahyono, 2004 : 99) pelindung wajah yang dikenal adalah goggles. Goggles memberikan perlindungan lebih baik daripada safety glasses karena goggles terpasang dekat dengan wajah. Karena goggles mengitari area mata, maka goggles melindungi lebih baik daripada situasi yang mungkin terjadi percikan cairan, uap logam, uap, serbuk, debu, dan kabut. Alat pelindung wajah memiliki area pelindung yang lebih luas, jadi tidak hanya melindungi mata, tetapi juga melindungi mata dan seluruh area wajah.4) Alat Pelindung TelingaPenggunaan alat pelindung telinga terutama digunakan di industri, dimana bising yang ditimbulkan di tempat kerja tidak dapat dikurangi pada sumber bisingnya. Telinga manusia akan mengalami kerusakan bila terpajan secara terus-menerus oleh bising dengan intensitas suara lebih dari 85 dBA (Kudus, 2003 :23). Alat pelindung telinga umumnya dibagi 2 jenis yaitu sumbat telinga (ear plugs) dan tutup telinga (ear muffs) (Siswanto, 1985 : 15). a) Sumbat Telinga (Earplug)Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk bicara atau komunikasi biasanya tidak terganggu. Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, malam (wax), plastik karet alami, dan sintetik. Kemampuan daya lindung (atenuasi) adalah 25 sampai 30 dB, bila ada kebocoran sedikit saja dapat mengurangi daya lindung lebih kurang 15 dB.Menurut cara pemakaiannya dibedakan jenis sumbat telinga yang hanya menyumbat lubang masuk telinga luar (semi insert type) dan yang menutupi seluruh saluran telinga luar (insert type). Menurut cara penggunannya dibedakan menjadi dua yaitu disposible ear plug yaitu sumbat telinga yang digunakan sekali saja kemudian dibuang. Misalnya sumbat telinga yang terbuat dari kapas dan malam (wax) dan non disposible ear plug yang digunakan dalam waktu yang lama yang terbuat dari karet atau plastik yang dicetak.Keuntungan sumbat telinga antara lain adalah :(1) Mudah dibawa karena ukurannya kecil(2) Relatif lebih nyaman dipakai di tempat kerja yang panas(3) Tidak membatasi gerakan kepala(4) Harga relatif lebih murah dibanding tutup telinga (ear muff)(5) Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata , tutup kepala, anting-anting, dan rambut.Kerugian sumbat telinga adalah :(1) Memerlukan waktu yang cukup lama dari tutup telinga untuk pemasangan yang tepat(2) Tingkat proteksi lebih kecil dari tutup telinga(3) Sulit untuk memonitor tenaga kerjaapakah ia memakai atau tidak, karena pemakaiannya sukar dilihat oleh pengawas(4) Hanya dapat dipakai oleh saluran telinga yang sehat(5) Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi.b) Tutup Telinga (Earmuff)Tutup telinga (earmuff) terdiri dari dua buah tudunguntuk tutup teinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerapsuara frekuensi yang tinggi. Pada pemakaian yang lama, sering ditemukan efektifitas telinga yang menurun yang disebabkan karena bantalannya mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Reaksi ini juga dapat terjadi pada sumbat telinga, sehingga pada pemilihan sumbat telinga disarankan agar memilih jenis yang berukuran agak besar.Keuntungan tutup telinga :(1) Atenuasi suara oleh tutup telinga umumnya lebih besar dari sumbat telinga(2) Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran telinga yang berbeda(3) Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas(4) Dapat dipakai oleh telinga yang terkena infeksi ringan(5) Tidak mudah hilang (terselip)Kerugian tutup telinga :(1) Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas(2) Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya dipengaruhi oleh pemakaian kaca mata tutup kepala, anting-anting dan rambut yang menutupi telinga(3) Relatif tidak mudah dibawa dan disimpan(4) Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit(5) Harga relatif lebih mahal dari sumbat telinga(6) Pada penggunannya yang terlalu sering atau jika pita penghubungnya yang berpegas sering ditekuk akan mengurangi atenuasi.Faktor-faktor yang mengurangi efektifitas alat pelindung telinga antara lain : Kebocoran udara Perambatan gelombang suara melalui bahan alat pelindung Vibrasi alat itu sendiri Konduksi suara melalui tulang atau jaringan5) Alat Pelindung PernapasanAlat pelindung pernapasan berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya udara di tempat kerja, seperti : (Siswanto, 1983 : 19)a) Kekurangan oksigenb) Pencemaran oleh partikel (debu, asap, uap, dan uap logam)c) Pencemaran oleh gas dan uapRespirator harus dipilih sesuai kriteria berikut : (modul acuan pelatihan, 2002 :2)a) Untuk jenis kontaminan tertentub) Diketahui konsenterasi maksimum di tempat kerjac) Dapat diterima oleh pekerja karena nyaman dipakaid) Sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan dan tidak mengganggu kesehatane) Pas dengan wajah pemakain dan tidak bocorSecara umum alat pernapasan dibedakan menjadi dua macam yaitu (Siswanto, 1983 : 19)a) Respirator atau air purifying respirator yang berfungsi membersihkan udara yang telah terkontaminasi yang akan dihirup oleh pemakainya. Alat pelindung ini digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya pernapasan oleh debu-debu, kabut, uap logam, asap, gas, dan uap.Menurut cara kerja dan bentuk kontaminan Air Purifying Respirator dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :(1) Chemical Respirator yaitu cartridge respirator dan canister respirator yang digunakan untuk kontaminan gas dan uap.(2) Mechanical filter respirator digunakan untuk partikel zat padat, misalnya debu-debu, kabut, uap logam, dan asap.(3) Untuk campuran gas atau uap dengan partikel-partikel padat digunakan cartridge atau canister respirator yang dilengkapi dengan filter.Tergantung dari kadar dan partikel zat padat, Mechanical Filter Respirator dapat dibedakan menjadi :1) Respirator yang dilengkapi dengan filter, biasa digunakan untuk debu-debu dan kabut-kabut yang kadar kontaminan dalam udara di tempat kerja tidak terlalu tinggi dan ukuran partikelnya tidak terlalu kecil (1 mikron). Filter ini dibuat dari bahan Fiberglass, woll atau serat-serat sintetis yang dilapisi oleh resin dengan tujuan memberi muatan pada partikel-partikel.2) Respirator untuk uap logam yang filternya mempunyai diameter pori-pori 1 mikron. Filter jenis ini harus 99% efisien terhadap uap logam dari timah hitam3) Respirator untuk partikel-partikel radiaktif atau partikel yang sangat toksis , dilengkapi dengan filter yang efisiensinya tinggi, yaitu filter dengan diameter pori-pori 0,3 mikron dan efisiensinya 99,97% erosol dioktilftalat.4) Respirator untuk campuran gas dan uap dilengkapi dengan cartidge yang berisi adsorben dari bahan karbon aktif , arang (charcoal), dan silika gel.b) Breathing Apparatus atau air dupplied respirator yang mensuplai udara bersih atau oksigen kepada pemakainya. Ini tidak dilengkapi dengan filter maupun cartridge melainkan alat ini mensuplai pemakainya dengan udara kompresi atau udara bebas atau dari tabung oksigen. Udara yang disuplai minimum harus memenuhi beberapa standar di bawah ini : (Siswanto, 1983 : 20) %O2 : 19,5-23,5 Hidrokarbon (mgr/m3): 5 CO (ppm): 20 CO2 (ppm): 1.000Macam-macam alat pernapasan sebagai berikut :(1) Salt Contaired Breathing Apparatus (SCBA), dapat digolongkan menjadi :(a) Open Circuit SCBA, terdiri dari tabung udara bertekanan, saluran udara yang berdiameter dengan ukuran kecil (air line), alat pengatur tekanan dan penutup muka (facepiece). Alat ini dapat mensuplai udara kepada pemakainya selama 5-30 menit tergantung dari ukuran tabung yang dipakai.(b) Closed Circuit SCBA yang udara ekhalasinya tidak dikeluarkan tetapi digunakan kembali setelah CO2 diadsorbsi oleh adsorben yang terdapat dalam respirator ini. CCSCBA dapat dipakai maksimum dalam waktu 4 jam.

(2) Air line respirator mensuplai udara dari silinder atau kompressor udara yang bertekanan.(3) Hose mask respirator mensuplai udara kepada pemakainya melalui saluran udara penghubung (hose) yang mempunyai diameter lebih besar dari Air line. Sebelum memilih alat pernafasan yang sesuai , ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan : Sifat bahaya (partikulat, gas, uap, dan lain-lain) Cukupnya tanda-tanda adanya zat pencemar Kadar zat pencemar Kegawatan bahaya (jika alat tidak berfungsi) Lama pajanan Lokasi dari sumber udara bersih Jalan ke dan dari tempat yang tercemar Aktivitas pemakai Mobilitas pemakai Pasnya pada wajah dan kenyamananUntuk menjamin agar respirator dapat berfungsi dengan baik dan dapat dipakai dalam waktu yang lama, maka harus setedipelihara, dibersihkan, dan dikeringkan serta jika digunakan oleh banyak orang harus dicuci. Respirator harus disimpan di tempat yang bersih, kering, dan tertutup. Tabung oksigen harus selalu diperiksa untuk mengetahui kadar oksigen yang berada di dalam tabung.Ada beberapa masalah yang mempengaruhi efisiensi respirator antara lain ukuran pemakainya, cara pemasangan yang tidak tepat, gerakan kepala yang terbatas, dan perawatan yang kurang diperhatikan.6) Alat Pelindung tanganDiperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkan kecacatan adalah tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat berkurang. Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahan-bahan biologis, sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar tangan. Bahan beracun dapat terabsorpsi melalui kulit dan masuk ke badan ( Cahyono, 2004 : 100).Alat pelindung tangan berfungsi untuk melindungi jari-jari dan tangan dari panas, dingin, radiasi, bahan kimia, luka lecet, dan infeksi (Siswanto, 1983 :22).Alat pelindung tangan dikenal dengan nama safety gloves. Jenis-jenis sarung tangan tidak terbatas hanya untuk melindungi dari bahan kimia, juga dapat melindungi dari bahan-bahan yang tajam, permukaan benda yang kasar, arus listrik, panas dari api, bakteri, dan juga radiasi (Cahyono : 2004 : 101).Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alat proteksi tangan antara lain :

Bahaya yang harus dilindungi Daya tahan terhadap kontak dengan bahan-bahan yang berkaitan Kepekaan yang diperlukan untuk pekerjaan Daerah tangan yang harus dilindungiAgar sarung tangan dapat awet dan tahan lama, perawatan untuk sarung tangan atau safety gloves sangat perlu dilakukan seperti dicuci dengan detergen atau dibilas dengan air beberapa kali lalu dikeringkan.7) Alat Pelindung Kaki Berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa benda-benda berat atau terbentur benda-benda keras, kepercikan, larutan asam dan basa yang korosif, cairan yang panas, dan terinjak benda-benda tajam (Siswanto, 1983 : 23).8) Pakaian PelindungPakaian pelindung dapat berbentuk APRON yang menutupi sebagian dari tubuh yang mulai dari dada sampai lutut dan overalls yang menutupi seluruh badan. Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi pemakainya dari percikan cairan, api, larutan kimia korosif, dan oli, cuaca panas, kelembapan, maupun udara dingin.Apron dapat dibuat dari kain (drill), kulit, plastik (PVC, polietillen), karet, asbes, atau kain yang dilapisi aluminium. Apron ini tidak boleh dipakai di tempat yang ada mesin berputar (Siswanto, 1983 : 23).9) Alat Pelindung LainnyaSabuk pengaman dan tali, namun ini hanya digunakan pada pekerja-pekerja yang pekerjaannya adalah pendaki, seperti pekerja yang harus memanjat tiang listrik untuk membetulkan kabel atau pekerja konstruksi bangunan ( Siswanto, 1983 : 23).

4. Faktor yang berhubungan dengan pemakaian APDa. Faktor yang berpengaruh ( predisposing factor)Faktor ini berisi tentang sikap dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan baik dari segi ilmu pengetahuan, tradisi, pandangan dan sebagainya. Sikap dan pengetahuan adalah dua hal yang sangat penting dalam pekerjaan terutama pengetahuan. Tanpa adanya pengetahuan yang cukup atau dalam hal ini tingkat pendidikan dari pekerja maupun pimpinan, maka risiko kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja juga akan meningkat. Berikut penjabaran dari faktor yang berpengaruh (Predisposing Factor) dalam pemakaian APD di dalam pekerjaan.

1) Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan ( sebagian besar diperoleh dari indera mata dan telinga) terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan pengetahuan dapat diukur dengan wawancara ( Notoatmodjo, 1997). Jelas ada perbedaan besar dari orang yang memiliki pengetahuan dan yang tidak memiliki pengetahuan, terutama dari perilaku. Contohnya, orang yang memiliki pengetahuan risiko dari debu kayu akan membahayakan pernapasan, maka ia pasti akan melakukan tindakan preventif seperti memasang masker yang sesuai dengan pekerjaannya. Berbeda dari mereka yang tidak memiliki pengetahuan, karena tidak tahu mereka tidak akan melakukan tindakan preventif, karena tidak ada pengaruh apa-apa saat mereka bekerja. Namun karena terpajan terus menerus, maka sakitnya akan dirasakan ketika mereka mulai tidak produktif lagi atau bahkan jika pajanannya besar, maka tidak menutup kemungkinan saat masih usia produktif pun dapat muncul gejala-gejala, inilah yang dinamakan penyakit akibat kerja.Menurut (Notoatmodjo, 1993), pengetahuan dibagi berdasarkan 6 tingkatan, antara lain : Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat materi ang pernah diketahui sebelumnya. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Aplikasi (application) sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang nyata. Analisis (Analysis) diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek terhadap komponen-komponennya tetapi masih dalam suatu struktur struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Sintesis (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam sauatu bentuk keseluruhan yang baru. Evaluasi (Evaluation) hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.Pengukuran ini dapat dilakukan dalam bentuk wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan yang telah disebutkan ( Notoatmodjo, 1993).

2) Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 1993). Sikap dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (Notoatmodjo, 1997) :a) Sikap positif : sikap yang menunjukkan menerima atau mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di tempat individu tersebut berada.b) Sikap negatif : sikap yang menolak atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di tempat individu tersebut berada.Tidak hanya pengetahuan, menurut (Notoatmodjo, 1993) sikap pun memiliki beberapa tingkatan yaitu: Menerima (Receieving) : subjek mau memperhatikan stimulus yang diberikan Merespon (Responding) : memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Menghargai (Valuing) : mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung-jawab (Responsible) : bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan berbagai risiko.Secara langsung dapat ditanyakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.3) UmurMenurut Gilmer yang dikutip oleh Suwita (2001) yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara umur dengan penampilan kerja dan seterusnya akan bertkaitan dengan tingkat kinerja. Semakin bertambahnya usia seseorang mungkin pengalaman akan semakin banyak, namun tenaga fisiknya akan semakin terbatas dan biasanya tenaga dari pekerja muda akan lebih baik.4) Pendidikan Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi cara berpikir dalam memperoleh pekerjaan. De Partie Santis yang dikutip Laurenta (2001) dimana dalam penelitiannya membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi cara kerja dan pendapatan seseorang. Semakin terdidik dengan baik, maka kinerja seseorang akan semakin baik pula. Contohnya, dalam dua perusahaan di bidang yang sama, salah satu perusahaan mendapat pelatihan K3 dan perusahaan lainnya tidak, maka kemungkinan hasil yang dicapai akan berbeda dan risiko kecelakaan kerja dari kedua perusahaan tersebut akan lebih dapat diminimalisir pada perusahaan yang mendapat pelatihan.Faktor pendidikan adalah salah satu faktor yang besar pengaruhnya terhadap peningkatan produktifitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin besar pula kemungkinan tenaga kerja dapat menyelesaikan pekerjaannya (Ravianto, 1990).5) Lama KerjaPengalaman merupakan keseluruhan yang didapat seseorang dari peristiwa yang dilaluinya, artinya bahwa pengalaman seseorang dapat mempengaruhi perilakunya dalam kehidupan organisasinya. Dengan demikian, semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperolehnya semakin banyak yang memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman. b. Faktor pemungkin (Enabling factors)Faktor pemungkin dalam perusahaan adalah faktor dari ketersediaan sumber daya suatu perusahaan dalam membentuk perilaku tenaga kerjanya. Ada beberapa perhatian yang perlu diperhatikan pada faktor ini, antara lain adalah :1) Ketersediaan APD2) Kondisi APD3) Peraturan tentang kegunaan APD c. Faktor penguat (Reinforcing factors)Faktor penguat menurut (Green, 1980 : 76) adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan mendapat dukungan atau tidak dengan memberikan pelatihan, pengawasan, reward, insentif, dan punishment.Faktor ini biasanya adalah langkah lebih lanjut dari seorang dokter untuk pihak management. Apakah harus diadakan pelatihan, pengawasan atau harus ada hukuman atau hadiah bagi para tenaga kerjanya dalam memenuhi program pelaksanaan perlindungan kesehatan. Namun tidak seluruhnya langkah lebih lanjut, faktor ini pun juga tergantung dari pihak pemilik usaha. Jika ia memiliki pengetahuan tentang pentingnya kesehatan kerja, maka langkah-langkah ini pun dapat dilakukan semenjak perusahaannya dibuat tanpa harus menunggu saran dokter.B. Kerangka KonsepUntuk mengetahui perilaku penggunaan APD pada pekerja, maka dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan kerangka konsep yang mengadopsi dari teori Lawrence Green dalam (Notoatmodjo, 2003 : 13) bahwa perilaku dipengaruhi 3 faktor, yaitu :1. Faktor yang berpengaruh (Predisposing Factor) : adalah faktor yang menggambarkan karakteristik pekerja seperti umur, pendidikan, lama kerja, pengetahuan tentang APD, dan sikap terhadap penggunaan APD.2. Faktor pemungkin (Enabling Factro) : adalah faktor yang terdiri dari ketersediaan APD, kondisi APD, dan peraturan tentang APD3. Faktor penguat (Reinforcing Factor) : adalah faktor yang terdiri dari pelatihan kerja, pengawasan dan tindakan dari pemilik usaha.

Variabel IndependenVariabel DependenPredisposing Factor (Faktor dari pekerja) Karakteristik Pekerja(umur, pendidikan,lama kerja) Pengetahuan tentang APD Sikap terhadap penggunaan APD

Enabling Factor (Faktor pemungkin) Ketersediaan APD

Kondisi APD

Peraturan APD

PENGGUNAAN APD

Reinforcing Factor (Faktor penguat) Pelatihan Kerja

Tindakan dari pemilik usaha

Pengawasan

C. Hipotesis 1. Ada hubungan antara faktor-faktor perilaku (Predisposing, Enabling, dan Reinforcing) dengan pemakaian APD.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian akan dilaksanakan di daerah Klender pada bulan Oktober 2013.2. Rancangan PenelitianRancangan penelitian yang dilakukan adalah Cross Sectional yang bersifat deskriptif analitik. Deskriptif analitik adalah cara menganalisis dengan menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.Rancangan Cross Sectional merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika data antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan metode pendekatan, observasi, atau pengukuran sekaligus padasuatu saat (point time approach). Artinya, pada tiap subyek penelitian, hanya dilakukan sekali observasi dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti semua subyek penelitian dilakukan pada saat yang sama (Pratiknya, 2001 : 14).3. Variabel dan Definisi Operasionala. Variabel Menurut Siswanto dkk. dalam bukunya yang mengutip dari (Muhidin & Abdurrahman, 2007) mendefinisikan variabel sebagai karakteristik yang diobservasi dalam suatu pengamatan. Karakteristik yang dimiliki satuan pengamatan keadaannya berbeda-beda/berubah-ubah atau memiliki gejala yang bervariasi satu-satuan pengamatan ke satuan pengamatan lainnya. 1) Variabel independen (bebas)Dalam penelitian yang akan dilakukan pada pengrajin kayu sektor informal ini akan diteliti sebagai variabel independen antara lain adalah umur, pendidikan, lama kerja, pengetahuan tentang APD, sikap terhadap penggunaan APD, ketersediaan APD, kondisi APD, peraturan tentang APD, pelatihan kerja, tindakan perusahaan dan pengawasan dari responden yang secara bivariat akan dihubungkan dengan variabel dependen.2) Variabel Dependen (tergantung)Yang menjadi variabel dependen pada penelitian kali ini adalah penggunaan APD.b. Definisi OperasionalNama variabelDefinisi operasionalKategori Skalapengukuran

Karakteristik RespondenUmur

Pendidikan

Usia berdasarkan ulang tahun terakhir saat dilkukan penelitian.

Pendidikan formal terakhir yang didapatkan responden dengan mendaptkan ijazah

...... tahun

1. SD/MI2. SMP/MTS3. SMA/MA4. D35. S1

Rasio

Ordinal

Lama kerjaLamanya responden telah menekuni pekerjaan sampai dilakukan penelitian...... tahunRasio

Pengetahuan Pengetahuan responden tentang APD, meliputi :Pengertian, penggunaan, keuntungan memakai APD,tempat penggunan APD yang tepat, fungsi alat pelindung mata dan pernapasan, akibat tidak memkai APD, macam-macam APD, dan APD yang cocok untuk tukang kayu1. Baik2. K. baikOrdinal

Sikap Merupakan tanggapan atau reaksi pekerja dalam penggunaan APD yang meliputi : Pengertian, penggunaan, keuntungan memakai APD,tempat penggunan APD yang tepat, fungsi alat pelindung mata dan pernapasan, akibat tidak memkai APD, macam-macam APD, dan APD yang cocok untuk tukang kayu1. Baik2. K. baikOrdinal

Ketersediaan APDKetersediaan APD ditempat kerja disesuaikan dengan kebutuhan pekerja1. Cukup 2.Tidak cukupOrdinal

Kondisi APDKondisi APD saat ini yang diketahui pekerja.1.Baik2. K. baikOrdinal

Peraturan Aturan yang mengikat pekerja dalam pemakaian APD.1. Ada2. Tidak adaNominal

Pelatihan Pelatihan yang diberikan pihak pemilik usaha kepada pekerja seperti K3 atau penggunaan APD.1. Pernah2.Tidak pernahNominal

Pengawasan Pengawasan dari pihak pemilik usaha kepada para pekerjanya dalam memantau pekerjanya apakah memakai APD atau tidak selama bekerja.1. Baik2. K. baikOrdinal

Tindakan pemilik usahaTindakan yang diberikan kepada pekerja baik berupa teguran maupun sanksi bila pekerjanya tidak memakai APD.1. Ada2. Tidak adaNominal

Pemakaian APDPemakaian APD (Alat Proteksi Diri) pada pekerja saat bekerja.1. Baik2. K. baikOrdinal

4. Populasi dan Sampela. Populasi (belum diketahui)b. Sampel Menurut Siswanto dkk, untuk teknik pengambilan sampel jika populasinya tidak diketahui secara pasti, digunakan teknik sampling kemudahan (Simple Random Sampling).Apabila standar deviasi populasinya sebesar 0,25% dan tingkat kepercayaan yang diinginkan sebesar 95% dan eror estimasi kurang dari 0,05%, maka jumlah sampelnya dapat dirumuskan sebagai berikut : = 0,05, maka Z0,05 = 1,96n = ( Za / 2)2e= ( (1,96) . (0,25) )2 (0,05)2= 96,04 =96 atau 97Jadi sampel yang diambil sebesar 96 atau 97 orang dengan tingkat kepercayaan 95%.5. Pengukuran, Pengamatan Variabel, dan Tehnik Analisa Dataa. Pembuatan KuesionerDalam penelitian ini yang digunakan sebagai alat ukur adalah kuesioner. Pengisian/penjawaban kuesioner diserahkan kepada responden sendiri dengan terlebih dulu dijelaskan mengenai prosedur menjawab semua pertanyaan dan pernyataan yang ada dalam kuesioner. Selama pengisian, peneliti mengawasi jika ada beberapa pertanyaan dari responden tentang isi kuesioner yang masih belum dimengerti. Apabila telah selesai, kuesioner dikumpulkan saat itu juga agar tidak terjadi kecurangan dalam pengisian kuesioner.Pada kuesioner terdapat tiga kategori kuesioner yang pertama adalah pertanyaan pengetahuan. Pada pertanyaan pengetahuan yang terdiri dari sembilan soal dan empat pilihan jawaban dimana jawaban yang benar bernilai satu dan yang salah akan bernilai nol. Pada pernyataan sikap yang dimuat dalam tabel yang berisi 10 pernyataan negatif ( no, 1, 4, 5, 6, 9, 11, 14, 15, 16, 20) dan 10 pernyataan positif (no, 2, 3, 7, 8, 10, 12, 13, 17, 18, 19) masing masing pendapat akan dinyatakan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk penilaian, dimana pada pernyataan negatif berturut-turut pada pernyataan sangat tidak setuju bernilai 4, tidak setuju 3, setuju 2, sangat setuju 1 dan untuk pernyataann positif bernilai sebaliknya.Pada kuesioner terakhir yaitu tentang reinforcing dibagi ke dalam enam sub pertanyaan. Yang pertama adalah tentang ketersediaan APD yang terdiri dari tiga pertanyaan dengan dua pilihan jawaban Ya atau Tidak yang apabila benar akan diberikan poin 1 dan apabila salah akan diberikan poin 0. Yang kedua adalah pertaanyaan tentang ketersediaan APD yang terdiri dari tiga pertanyaan dan dua pilihan jawaban yang apabila benar akan diberikan nilai 1 dan apabila salah akan diberikan nilai 0. Yang ketiga adalah tentang peraturan APD yang terdiri dari satu soal dan dua pilihan jawaban yang apabila benar akan diberikan nilai 1 dan apabila salah akan diberikan poin 0. Pada pertanyaan yang keempat adalah tentang pelatihan kerja yang terdiri dari dua pertanyaan dan dua pilihan jawaban yang apabila jawaban benar akan diberikan nilai 1 dan apabila salah akan diberikan nilai 0. Yang kelima adalah pertanyaan tentang tindakan pemilik usaha yang terdiri dari tiga pertanyaan dimana nomor 1 dan 2 adalah pertanyaan yang bersifat Univariat dengan dua pilihan jawaban dan apabila benar maka diberi nilai 1 dan apabila salah akan diberikan nilai 0. Sedangkan pertanyaan nomor 3 adalah untuk analisis Bivariat. Dan yang terakhir adalah tentang pengawasan yang terdiri dari dua pertanyaan dengan dua pilihan jawaban dimana apabila benar akan diberikan nilai 1 dan apabila salah akan diberikan nilai 1.b. Teknik Analisa Data1) Pengolahan dataSetelah data dapat terkumpul, maka proses berikutnya yang akan dilakukan antara lain adalah :

a) Editing dataProses ini dilakukan setelah data terkumpul tujuannya adalah untuk melihat kelengkapan pengisian dan kesinambungan data.b) Entry dataSetelah melakukan editing, maka data yang telah didapatkan dari kuesioner dimasukkan ke dalam komputer untuk diolah dan dianalisis sehingga mudah untuk membaca hasil dari analisis.c) Tabulasi dataPenyajian data ang sudah di entry dibuat ke dalam bentuk tabel untuk dilakukan analisis lebih lanjut.2) Analisis dataAnalisis data dilakukan dengan dua cara, antara lain :a) Univariat Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.b) Bivariat Bivariat dilakukan antara dua variabel (dependen dan independen) untuk melihat apakah ada korelasi dari kedua variabel tersebut. Uji statistik yang dilakukan adalah dengan menggunakan Chi Square.

48