program studi pendidikan pancasila dan ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfprogram...

105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTIVASI PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD SURAKARTA TAHUN 2009 DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Oleh : TRI ANINGGAR NIM. K 6405035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 15-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTIVASI PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD

SURAKARTA TAHUN 2009 DI KECAMATAN JEBRES

KOTA SURAKARTA

Oleh :

TRI ANINGGAR

NIM. K 6405035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTIVASI PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD SURAKARTA

TAHUN 2009 DI KECAMATAN JEBRES

KOTA SURAKARTA

2010/2011

Oleh :

TRI ANINGGAR

NIM. K 6405035

SKRIPSI

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

TRI ANINGGAR. MOTIVASI PEMILIH DALAM PEMIIHAN UMUM ANGGOTADPRD SURAKARTA TAHUN 2009 DI KECAMATAN JEBRES KOTASURAKARTA TAHUN DIKLAT 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi motivasi pemilihdalam pemilihan umum anggota DPRD tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakartaberdasarkan klasifikasi usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat pendidikan.

Berdasarkan masalah dan tujuan, penelitian ini digunakan bentuk penelitiankualitatif. Metode penelitian adalah metode penelitian deskriptif. Populasi penelitianadalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Jebres Kota Surakartayang telah memiliki hak sebagai pemilih serta menggunakan haknya tersebut dalampemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009, sebesar 93.151 orang. Teknikpengambilan sampel yang dipergunakan adalah purposive sampling dan sampelpenelitian sebesar 26 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dananalisis dokumen. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data.

Setelah penelitian dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :(1) Pemilihdengan usia 17tahun-25tahun dan usia 26tahun-45tahun termasuk dalam tipe pemilihrasional dengan orientasi policy-problem-solving, sedangkan pemilih dengan usia46tahun-lanjut termasuk dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasi ideologi.(2)Pemilih dengan jenis kelamin laki-laki memiliki motivasi yang membuatnya termasukdalam tipe pemilih rasional dengan orientasi policy-problem-solving, sedangkan pemilihperempuan sebagian besar termasuk dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasiideologi.(3) Pemilih dengan status ekonomi menengah ke atas sebagian besar termasukdalam tipe pemilih rasional dengan orientasi policy-problem-solving, sedangkan pemilihdengan status ekonomi menengah ke bawah termasuk tipe pemilih tradisional denganorientasi ideologi.(4) Pemilih dengan tingkat pendidikan yang tinggi termasuk dalam tipepemilih rasional dengan orientasi policy-problem-solving, sedangkan pemilih dengantingkat pendidikan lebih rendah termasuk dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasiideologi. Namun tidak semua pemilih dengan tingkat pendidikan tinggi termasuk dalamtipe rasional dengan orientasi policy-problem-solving. Begitu pula sebaliknya padapemilih dengan tingkat pendidikan lebih rendah tidak semua termasuk dalam tipetradisional dengan orientasi ideologi. Dengan demikian semakin tinggi tingkatpendidikan seseorang belum tentu orang tersebut lebih kritis dalam mengahadapi segalasesuatu dan memperhitungkan dampak jangka panjang dibandingkan dampak jangkapendek, terkhusus pada hasil pelaksanaan pemilihan anggota DPRD Kota Surakarta ini.

Page 7: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

TRI ANINGGAR. MOTIVATION OF VOTERS IN GENERAL MEMBERPARLIAMENT SURAKARTA OF 2009 IN CITY SURAKARTA ,JEBRES. SUB INTRAINING 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education.Sebelas Maret University, Surakarta, February 2011.

Based on the problems and goals, this study used a qualitative research. Theresearch method is descriptive research method. The study population was all peoplewho reside in District Jebres, Surakarta who already have the right to exercise itsright to vote and those in the general election of DPRD members Surakarta in 2009,amounting to 93,151 people. The sampling technique used was purposive sampling andsample study of 26 people. Techniques of data collection using interviews and documentanalysis. Validation of data on these research is data trianggulation.

Having done research results are obtained as follows: (1) Voters with 17yearsold-25years old,26years old-45years old included in this type of rational voters withpolicy-oriented problem-solving, while voters with age up to 46years old including thetype of traditional voters with orientation traditional. (2) Voters with male gender has amotivation that makes it rational voters included in the type of policy-oriented problem-solving, while the majority of women voters, including the type of traditional voters withideological orientation. (3) Voters with economic status mostly middle to upper includingthe type of rational voters with policy-oriented problem-solving, while voters with middleto lower economic statust, including type of traditional voters with ideologicalorientation. (4) Voters with high levels of education including the type of voter rationalorientation policy-problem-solving, while voters with lower education levels, includingthe type of traditional voters with ideological orientation. But not all voters with highereducation levelQs included in this type of rational policy-oriented problem-solving.Similarly, contrary to the voters with lower education levels are not all included in thetraditional type with ideological orientation. Those the higher one's education level is notnecessarily the person is more critical in the deal with everything and take into accountlong-term impact than short-term impact, in particular on the results of the election ofmembers of parliament in Surakarta city.

Page 8: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Kejernihan hati yang keluar dari setiap manusia tergantung dari apa yang dituangkan dan

akan dijadikan apa bejana hatinya

( Mario Teguh)

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan

menerimanya.

(Matius 21:22)

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib.

(Mazmur 139:14)

Page 9: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Ayah (Alm) dan Ibu tercinta

Mas Hendra, Mbak Ema, Mbak Santi, dan Mas Indra

tersayang

Rekan-rekan PPkn’05

Almamater

KATA PENGANTAR

Page 10: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan judul :”Motivasi Pemilih Dalam Pemilihan Umum

Anggota DPRD Surakarta Tahun 2009 Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta”. Skripsi ini

disusun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi sebagian persyaratan mendapat

gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang

timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan UNS Surakarta, yang telah memberikan surat keputusan ijin penyusunan

skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang

telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Pendidikan kewarganegaraan, yang telah

memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini serta sebagai Pembimbing I yang telah

dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Triyanto, SH, M.Hum, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada peneliti sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini

5. Basuki Anggoro Heksa, SE, Camat Kecamatan Jebres yang telah memberikan ijin

kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di wilayah Kecamatan Jebres.

6. Segenap pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Semoga amal baik tersebut mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak” yang artinya segala sesuatu tak

ada yang sempurna. Demikianlah pula dengan skripsi ini, sehingga segala kritik dan saran

demi lebih baiknya skripsi ini sangat diharapkan.

Surakarta, Februari 2011

Peneliti

Page 12: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. .......... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... .......... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... .......... iv

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. .......... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... .......... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ........ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ .......... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Perumusan Masalah............................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian............................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 8

1. Tinjauan Tentang Motivasi ......................................................... 8

a. Pengertian Motivasi................................................................ 8

b. Fungsi Motivasi .................................................................. 11

c. Indikator Motivasi .................................................................. 11

d. Definisi Konseptual Motivasi................................................. 13

e. Definisi Operasiona Motivasi................................................. 13

2. Tinjauan Tentang Pemilih.............................................................. 13

a. Pengertian Pemilih................................................................... 13

b. Tipe-Tipe Pemilih.................................................................... 17

1) Rasional .................................................................... ....... 17

2) Tradisional (Emosional) ........................................... ....... 18

c. Orientasi Pemilih ............................................................. ............. 19

1) Orientasi Policy – Problem – Solving ........................ ...... 19

Page 13: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Orientasy Ideologi ..................................................... ....... 20

d. Definisi Konseptual Motivasi Pemilih .................................... 21

e. Definisi Operasional Motivasi Pemilih ................................... 21

3. Tinjauan Tentang Pemilihan Umum ............................................. 21

a. Pengertian Pemilihan Umum................................................... 21

b. Azas Pemilihan Umum ........................................................... 22

c. Pemilihan Umum Anggota DPRD .......................................... 23

d. Definisi Konseptual Pemilihan Umum.................................... 24

e. Definisi Operasional Pemilihan Umum................................... 25

4. Tinjauan Tentang Perilaku Politik ................................................. 25

B. Penelitian Yang Relevan ................................................................... 27

C. Kerangka Berpikir............................................................................... 28

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 31

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 32

C. Sumber Data ........................................................................................ 33

D. Populasi Dan Teknik Sampling (Cuplikan)......................................... 34

E. Teknik Pengumpulan data ................................................................... 39

F. Validitas Data ...................................................................................... 40

G. Analisis Data ....................................................................................... 42

H. Prosedur Penelitian.............................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 46

1. Tinjauan Geografis ........................................................................ 46

2. Tinjauan Demografi ...................................................................... 48

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................................... 57

1. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Usia .................................... 59

2. Motivasi Pemiih Menurut Klasifikasi Jenis Kelamin...................... 62

3. Motivasi Pemilih Nmenurut Status Ekonomi .................................. 66

4. Motivasi Pemiih Menurut Tingkat Pendidikan................................ 70

C. Temuan Studi.............................................................................. ........... 74

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................... 81

B. Implikasi ............................................................................................... 83

Page 14: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Saran ..................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 89

LAMPIRAN.................................................................................................................. 90

Page 15: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadual Kegiatan Penelitian ................................................................ 31

Tabel 2. Daftar Informan Kunci ....................................................................... 38

Tabel 3. DaftarNama Kepala Kelurahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008..... 43

Tabel 4. Luas wilayah Tiap Kelurahan di Kecamatan Jebres........................... 48

Tabel 5. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis

Kelamin Tiap Kelurahan Tahun 2008................................................ 50

Tabel 6. Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Tingkat

Pendidikan Tiap KelurahanTahun 2008 ............................. ............. 54

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Tiap

Kelurahan Tahun 2008 ..................................................................... . 55

Tabel 8. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenisnya Di Tiap Kelurahan

Tahun 2008 ........................................................................................ 56

Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tiap Kelurahan

Tahun 2008 ......................................................................................... 57

Tabel 10 Tabulasi Data ................................................................................... .. 59

Tabel 11. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Usia .................................. 76

Tabel 12. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Jenis Kelamin ................. 77

Tabel 13. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Status Ekonomi .............. 79

Tabel 14. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan.......... 80

Page 16: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Pembagian Jenis Pemilih ................................................... ........ 15

Gambar 2. Piramida Lapisan Masyarakat ................................................................ 16

Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir ...................................................................... 30

Gambar 4 Macam-macam Teknik Sampling............................................................ 36

Gambar 5. Model Analisi Interaktif ......................................................................... 44

Page 17: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Informal ............................... 91

Lampiran 2. Lembar Jawaban Wawancara Informal ................................. 92

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Formal......................... ......... . 97

Lampiran 4. Lembar Jawaban Wawancara Formal..................................... 98

Lampiran 5 . Triangguasi Data I................................................................... 133

Lampiran 6. Triangguasi Data II................................................................. 134

Lampiran 7. Triangguasi Data III............. .................................................. 135

Lampiran 8. Triangguasi Data IV............................................................... 136

Lampiran 9. Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS

Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008

Di Kelurahan Kepatihan Kulon Kota Surakarta .................... 137

Lampiran 10 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS

Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008

Di Kelurahan Kepatihan Wetan Kota Surakarta .................... 138

Lampiran 11. Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS

Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008

Di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres

Kota Surakarta ....................................................................... 139

Lampiran 12 Rekapitulasi Jumlah Pemilih Tetap

Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pileg 2009

Kelurahan Gandekan.............................................................. 140

Lampiran 13 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS

Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008

Di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres

Kota Surakarta ....................................................................... 141

Lampiran 14 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS

Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008

Di Kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres

Kota Surakarta ....................................................................... 142

Page 18: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 15 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS

Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008

Di Kelurahan Jagalan Kota Surakarta.................................... 143

Lampiran 16 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS

Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008

Di Kelurahan Purwodiningratan Kecamatan Jebres

Kota Surakarta ....................................................................... 144

Lampiran 17 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS

Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008

Di Kelurahan Tegal Harjo Kecamatan Jebres

Kota Surakarta ....................................................................... 145

Lampiran 18 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS

Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008

Di Kelurahan Jebres Kota Surakarta...................................... 146

Lampiran 19 Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pada

Masing-masing TPS Pemilu Legislatif 2009 ......................... 147

Lampiran 20 Peta Kecamatan Jebres ........................................................... 149

Lampiran 21. Foto Aktifitas Pemilih di Kecamatan Jebres.......................... 150

Lampiran 22. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada

Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret...... .......................... 151

Lampiran 23 Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Nomor 706

tentang izin menyusun skripsi............................................... 152

Lampiran 24. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out kepada Camat

Kecamatan Jebres Surakarta................................................... 153

Lampiran 25. Surat Keterangan telah melakukan penelitian

di Kecamatan Jebres ........................................... 154

Page 19: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di masa sekarang ini, negara Indonesia membutuhkan tumbuh dan

berkembangnya masyarakat madani. Kondisi negara Indonesia yang dilanda

euforia demokrasi, semangat otonomi daerah dan globalisasi membutuhkan

masyarakat yang memiliki kemandirian dan kebebasan menentukan wacana

politik di tingkat publik. Dalam mewujudkan masyarakat madani maka demokrasi

tidak hanya dipahami sebagai bentuk pemerintahan dan sistem politik saja tetapi

demokrasi juga merupakan pandangan hidup.

Salah satu perwujudan demokrasi di Indonesia adalah melalui

penyelenggaraan pemilu yang diselenggarakan secara periodik. Pemilu

merupakan salah satu mekanisme politik untuk memilih pemimpin yang baik di

tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Pemilu seharusnya menjadi sarana bagi

rakyat untuk menyalurkan aspirasinya serta menjadi sarana bagi rakyat untuk

memanifestasikan kekuasaan. Oleh karena itu, kualitas pemilihan umum yang

mencerminkan besarnya akses politik masyarakat menjadi suatu tolok ukur yang

penting untuk melihat demokrasi.

Namun sebelum menentukan pilihannya dalam pemilihan umum,rakyat

harus mengetahui mengenai demokrasi dan pemilihan umum terlebih dahulu.

Pengetahuan mengenai demokrasi dan pemilihan umum dapat ditempuh dengan

adanya pendidikan politik. Pendidikan politik di Indonesia adalah pendidikan

yang diarahkan untuk mewujudkan kesadaran politik yang tinggi bagi warga

negara, sehingga mereka sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara termasuk kesadaran untuk menggunakan hak pilihnya

dalam pemilu berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan

politik bertujuan untuk membangun kesadaran dan partisipasi politik rakyat dalam

pemberian suara pada saat pemilu dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Daam rangka membangun kesadaran politik masyarakat,

pendidikan politik diberikan kepada semua elemen masyarakat, baik yang masih

Page 20: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

terbelakang pengetahuan politiknya maupun yang sudah mengerti politik, serta

pendidikan politik harus dilaksanakan secara sistematis dan itensif. Untuk itu

mata pelajaran pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, dan

Pendidikan Imu Pengetahuan Sosial merupakan kelompok mata pelajaran yang

memiliki misi seperti itu.

Melalui Pendidikan Kewarganegaraan setiap Warga Negara Indonesiadiharapkan mampu, ”memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalahyang dihadapi masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dankonsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalampembukaan UUD 1945. (Tim,2002:7)

Tidak berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, kota Surakarta juga ikut

mengalami salah satu momentum politik yang dilaksanakan secara periodik lima

tahun sekali ini. Segala persiapan pun dilakukan demi kelancaran pemilihan

umum. Pemilihan umum 2009 ini terbagi menjadi 5 tahap, yakni pendaftaran

pemilih, pencalonan partai politik, kampanye, pemungutan dan penghitungan

suara, serta penetapan hasil. Poin penting dari pendaftaran pemilih adalah proses

update para pemilih yang harus dilakukan minimal setahun sekali. Sulastomo

(2001:5) mengemukakan bahwa:

Dengan pemilihan umum, sebuah negara diyakini dapat membangunbangsa sesuai dengan aspirasi rakyatnya secara berkelanjutan, tertib danaman. Dengan pemilihan umum dapat tercipta suasana kehidupanberbangsa dan bernegara yang dapat melindungi hak-hak setiap warganegara, sehingga mampu mendorong kreativitas setiap individu untuk ikutberperan dalam membangun bangsanya.

Pada hakekatnya setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban sebagai

warga negara. Hak dan kewajiban warga negara terdapat diberbagai bidang

kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain dalam bidang politik, hukum,

ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Dalam Undang-Undang Dasar

1945 pada Pasal 27 ayat (1) menyatakan, “Segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum

dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal 27 ayat (1) ini

mengandung pengertian bahwa kedudukan dalam pemerintahan termasuk hak

politik.

Page 21: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Selain itu pada Pasal 28 menyatakan bahwa, “kemerdekaan berserikat,

berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya

ditetapkan dalam Undang-Undang”. Dengan demikian pada pasal 28 mengandung

arti bahwa setiap warga negara dijamin oleh negara untuk berpartisipasi di

berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. jadi hak-hak warga negara

yang dijamin oleh Undang-Undang 1945 antara lain hak membentuk dan

memasuki organisasi politik ataupun organisasi masyarakat yang dalam waktu

tertentu melibatkan diri kedapa aktifitas politik, hak untuk berkumpul yang

berkaitan dengan politik, hak untuk menyatakan pandangan atau pemkiran tentang

politik, hak untuk menduduki jabatan itu dan pemerintahan serta hak memilih

dalam pemilu.

Dengan demikian hak politik warga negara ini dapat diwujudkan dengan

memberikan kebebasan setiap warga negara untuk aktif dalam memberikan

partisipasi politiknya. Dimana Ramlan Surbakti (1992:120) mendefinisikan

bahwa, “Partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara biasa dalam

mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan

dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan”. Hal tersebut senada dengan

definisi partisipasi politik yang dikemukakan oleh Mirriam Budiardjo dalam

bukunya Drs. Sudijono Sastroatmojo (1995:68) yaitu bahwa, ”Partisipasi politik

adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam

kehidupan politik yaitu dengan cara jalan memilih pimpinan negara secara

langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah.”

Berdasarkan beberapa defenisi partisipasi politik diatas, dapat diketahui

bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga negara yang

mempunyai jabatan dalam pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan, yang

berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah,

akan tetapi masyarakat mempunyai hak untuk mempengaruhi proses pembuatan

serta pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh pemerintahan tersebut. Oleh karena

itu pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, Presiden dan Wakil

Presiden secara langsung merupakan fenomena politik baru. Reaksi publik atas

fenomena itu layak untuk dikaji dan disikapi secara bijak, karena pemilihan umum

Page 22: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dalam beberapa hal mampu menghasilkan perubahan. Perubahan yang terjadi

tidak hanya pada sistem aturan pelaksanaannya, tetapi juga hal-hal yang

bersangkutan dengan motivasi pemilih dalam memberikan partisipasi politiknya.

Begitu pula pada pelaksanaan pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun

2009.

Motivasi pemilih dalam pemilihan umum sering diidentikkan dengan

alasan atau tujuan apa yang melatarbelakangi pemilih dalam memberikan

partisipasi politiknya dalam pemilihan umum. Namun sebelum mengetahui

motivasi pemilih dalam pemilihan umum, alangkah lebih baik jika mengetahui

apa yang menjadi orientasi pemilih. Menurut Newcomb (1978) & Byrne (1971)

yang dikutip Firmanzah (2007:114) menyatakan bahwa, ”Salah satu model

psikologis yang bisa digunakan untuk menganalisis perilaku pemilih dalam

menentukan pilihannya adalah model kesamaan (similarity) dan daya tarik

(attraction)”. Hal ini dilengkapi oleh Downs (1957) yang dikutip pula oleh

Firmanzah (2007:115) mengemukakan bahwa, ”Dalam dunia politik, ketertarikan

pemilih terhadap kontestan dapat dijelaskan dengan menggunakan model

kedekatan (proximity) atau model ’spatial’.” Dalam model-model tersebut, alasan

pemilih memberikan suaranya adalah karena adanya rasa kesamaan dan kedekatan

sistem nilai dan keyakinan dengan diri pemilih sendiri.

Namun kenyataan yang ada adalah tidak hanya model-model tersebut di

atas yang menjadi orientasi pemilih dalam menyuarakan suaranya. Masih banyak

orientasi-orientasi lain yang muncul dalam diri pemilih sehingga akhirnya menjadi

motivasi pemilih dalam pemilihan umum. Motivasi pemilih yang bisa kita temui

dalam kehidupan politik di negara kita misalnya adalah motivasi yang

ditimbulkan karena ingin mendapatkan imbalan/keuntungan bagi diri sendiri.

Selain itu, motivasi untuk mendapatkan suatu jabatan tertentu serta mendapatkan

’kesejahteraan’ bagi dirinya/golongan. Motivasi seperti itulah yang juga ditemui

di sebagian besar kehidupan politik masyarakat di Kecamatan Jebres Kota

Surakarta. Salah satu contohnya yang terjadi di kampung Mertoudan kelurahan

Mojosongo, sebagian besar pemilih memilih calon anggota DPRD yang

memberikan bantuan dalam perbaikan fasilitas umum di kampung tersebut.

Page 23: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Demikian pula yang terjadi di Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres, yaitu adanya

tim sukses calon anggota DPRD yang melakukan kampanyenya dengan

memberikan sejumlah uang bagi siapa yang memilih calon anggota DPRD yang

didukungnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi yang dimiliki oleh

sebagian besar pemilih ini tidak mencerminkan sikap pemilih yang cerdas dan

kritis. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penyuluhan dan bimbingan untuk

menjadikan pemilih menjadi pemilih yang kritis dan cerdas. Seperti yang

dikemukakan Ardan Sirodjuddin(http://ardansirodjuddin.wordpress.com/jadilah-

pemilih-cerdas/) bahwa, ”Untuk menjadi pemilih yang cerdas, hendaknya pemilih

tidak memberikan suaranya dalam pemilihan umum kepada: Caleg yang

mempunyai kesan kurang baik, Caleg yang memberikan uang, Caleg yang tidak

dikenal”. Hal ini diharapkan dapat berlaku juga pada pemilihan umum anggota

DPRD Surakarta tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

Motivasi pemilih pada pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun

2009 ini merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji. Selain itu, fenomena

tersebut sangat berkaitan dengan peran aktif atau partisipasi warganegara. Dimana

partisipasi dalam permasalahan ini adalah mengenai partisipasi politik

warganegara yang dituangkan dalam pelaksanaan pemilihan umum. Sehingga atas

dasar fenomena di atas penulis tertarik meneliti masalah tersebut dengan

mengambil judul: “ Motivasi Pemilih Dalam Pemilihan Umum Anggota DPRD

Tahun 2009 Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penilitian ini adalah sebagai berikut :

Apa yang menjadi motivasi pemilih dalam pemilihan umum anggota

DPRD tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta berdasarkan

klasifikasi usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat pendidikan ?

Page 24: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu agar

penelitian menjadi terarah. Adapun tujuan yang ingin saya capai dari penelitian ini

sebagai berikut :

Untuk mengetahui apa yang menjadi motivasi pemilih dalam pemilihan

umum anggota DPRD tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

berdasarkan klasifikasi usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat

pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

Setiap peneliti yang akan melakukan penelitian tentu berharap kegiatannya

membawa manfaat bagi diri sendiri maupun pihak lain. Demikian pula dengan

penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat, baik manfaat teoritis maupun

manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah wawasan mengenai demokrasi dan pemilihan umum di

tingkat daerah, khususnya pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun

2009.

b. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan tersebut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

1) Dapat memberikan masukan bagi masyarakat akan pentingnya motivasi

yang benar di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara

2) Dapat memberikan masukan bagi masyarakat untuk bersikap kritis

terhadap fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.

3) Dapat memberikan masukan bagi masyarakat dalam pengimplementasian

hak dan kewajibannya, khususnya di bidang politik.

Page 25: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Bagi peneliti

Dapat berguna untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pancasila dan Kewarganegaraan

FKIP Universitas Sebelas Maret.

Page 26: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam suatu penelitian ilmiah, konsep teori merupakan langkah awal

dalam usaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi karena disinilah diperoleh

informasi atau keterangan abstrak yang bersangkutan dengan variabel

permasalahan yang diteliti. Dengan berpedoman pada konsep teori yang

informatif, seorang peneliti dapat mencari data lapangan yang tepat dan berdaya

guna, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik.

Dapat dikatakan bahwa tinjauan pustaka dari variabel yang hendak dicapai

oleh peneliti mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kesimpulan akhir

yang hendak dicapainya. Oleh karena itu kerangka berpikir dasar teori suatu

naskah penelitian ilmiah harus disusun dan direncanakan sesuai dengan arah dan

sasaran yang diinginkan. Dengan memandang pentingnya tinjauan pustaka bagi

kegiatan penelitian maka pada bab ini akan diuraikan beberapa keterangan nilai

yang berkaitan dengan masalah yang peneliti lakukan.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengadakan tugas kepustakaan

guna mencari bahan teori yang memuat tentang keterangan abstrak dari variabel

yang relevan dengan masalah yang peneliti lakukan. Adapun landasan teori yang

melandasi kerangka berpikir adalah:

1. Tinjauan tentang motivasi

2. Tinjauan tentang pemilih

3. Tinjauan tentang pemilihan umum

4. Tinjauan tentang perilaku politik

1. Tinjauan Tentang Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Di masa sekarang ini, hampir dipastikan bahwa tak seorang pun mampu

melepaskan diri dari dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Dorongan ini sering

disebut dengan istilah motif. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa

8

Page 27: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif merupakan suatu driving force yang

menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu

mempunyai tujuan tertentu. Dan setiap tindakan manusia selalu didorong oleh

adanya motivasi (niat). Menurut Mitchell (Winardi, 2002:18) bahwa, “Motivasi

mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,

diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter)

yang diarahkan ke tujuan tertentu”.

Sedangkan Morgan dalam Wasty Soemanto (1987:20) mengemukakanbahwa:

Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspekdari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorongtingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaantersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut(goals or ends of such behavior).

Pendapat tersebut senada dengan pengertian motivasi yang terdapat dalam

http: //en.wikipedia.org/wiki/Motivation, bahwa :

Motivation is the activation or energization of goal-oriented behavior.Motivation may be internal or external. The term is generally used forhumans but, theoretically, it can also be used to describe the causes foranimal behavior as well. According to various theories, motivation may berooted in the basic need to minimize physical pain and maximize pleasure,or it may include specific needs such as eating and resting, or a desiredobject, hobby, goal, state of being, ideal, or it may be attributed to less-apparent reasons such as altruism, morality, or avoiding mortality.

Yang artinya bahwa motivasi adalah kegiatan atau tenaga dalam orientasi-

tujuan bertingkah laku. Motivasi dibagi menjadi dalam dan luar. Batasnya adalah

kegunaan umum manusia tapi, teorinya, itu juga dapat digunakan untuk

menguraikan dengan baik sebab-sebab tingkah laku hewan. Berdasarkan

bermacam-macam teori, motivasi mungkin adalah akar dari kebutuhan utama

dalam memperkecil kerusakan alam dan memperbesar kesenangan, atau itu

mungkin termasuk kebutuhan istimewa selain makan dan istirahat, atau keinginan

pada suatu benda, kebiasaan, tujuan, keadaan, ideal, yang mungkin disimbolkan

dengan lebih kecilnya pendapat yang dikeluarkan kecuali orang yang hanya

mementingkan orang lain, adat sopan santun atau bahkan menghindari adat sopan

santun.

Page 28: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Pengertian motivasi di atas lebih menekankan pada dorongan manusia

dalam bertingkah laku yang membedakannya dengan tingkah laku hewan. Karena

dalam setiap tingkah laku manusia selalu memilki tujuan yang dapat dijadikan

orientasi dalam hidupnya. Selain itu manusia memiliki kemampuan untuk

mewujudkan dorongan yang timbul baik dari dirinya maupun dari luar dirinya.

Sedangkan menurut Galon A. Melendy dalam jurnalnya yang terdapat di

http://www.asian-efl-journal.com/ menyebutkan bahwa :

It is difficult to find a standardized definition for motivation. However, theword's Latin root “movere,” which means “to move,” suggests thatmotivation can be defined as a process that starts with a need thatactivates behavior which in turn moves someone towards achieving agoal.

Yang artinya sulit untuk menemukan definisi standar untuk motivasi.

Namun, kata akar bahasa Latin "movere", yang berarti "untuk bergerak,"

menunjukkan bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang

dimulai dengan kebutuhan yang mengaktifkan perilaku yang pada gilirannya

menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuan.

Pengertian di atas arti kata motivasi lebih menekankan bahwa suatu

perilaku manusia muncul dikarenakan adanya dorongan untuk memenuhi

kebutuhan. Karena dorongan itu membuat seseorang untuk bergerak demi dapat

mencapai tujuannya. Sebaliknya jika seseorang tidak memiliki dorongan di dalam

dirinya maka dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut tidak mempunyai tujuan

yang ingin dicapai.

Sedangkan pengertian motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

ialah:

1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

2) Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapat kepuasaan dengan perbuatanya. ( Tim

Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Departemen P dan K, 1990:593 ).

Page 29: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Berdasarkan pengertian motivasi dari beberapa pendapat di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri

seseorang untuk melakukan suatu tindakan untuk dapat mencapai tujuan yang

ingin dicapai untuk mendapat kepuasan dari hasil perbuatannya tersebut.

.

b. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan suatu kegiatanatau pekerjaan jadi motivasi berkaitan dengan suatu

tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut ada 3 (tiga) fungsi motivasi, yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Dalam hal ini motivasi sebagai motor atau

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang sesuai dengan serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

c. Indikator Motivasi

Motivasi merupakan salah satu komponen pembentuk sikap. Selain itu

motivasi juga dapat diartikan sebagai faktor yang mendorong seseorang untuk

bertindak dengan cara tertentu serta merupakan hal yang menyebabkan,

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia. Sedangkan yang melatar

belakangi timbulnya motif seseorang adalah karena adanya keinginan untuk

memenuhi kebutuhan , sebagaimana yang dinyatakan oleh Walter Langer dalam

Onong U Effendy (1983:57-58) bahwa kebutuhan manusia itu ada tiga macam,

yaitu: “ Kebutuhan fisik ( phisical needs), kebutuhan sosial (social needs) dan

kebutuhan egoistis ( egoistic needs)”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Page 30: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

1) Kebutuhan fisik (physical needs)

Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kenyamanan

tubuh, seperti makan, minum dan pakaian. Selain contoh tersebut yang menjadi

kebutuhan lainnya adalah tempat tinggal. Dengan kata lain kebutuhan fisik ini

dapat disebut juga dengan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan-kebutuhan

tersebut dapat dianggap terpenuhi apabila tubuh kita sudah merasa nyaman.

2) Kebutuhan sosial (social needs)

Merupakan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain secara akrab.

Kebutuhan sosial memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat,

karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dengan

berbagai macam kebutuhan dalam hidupnya.

3) Kebutuhan egoistis (egoistic needs)

Merupakan kebutuhan yang tujuannya bukan semata-mata untuk

berhubungan dengan orang lain, akan tetapi lebih dari itu, yaitu kebutuhan

mengenai keinginan untuk mendapat pengakuan keistimewaan dari orang lain

akan dirinya. Kebutuhan ini tidak dapat diperoleh hanya dengan usaha dari dirinya

sendiri melainkan dengan keterlibatan orang lain agar bersedia mengakui

keberadaannya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat simpulkan indikator-indikator

motivasi. Berikut adalah indikator-indikator motivasi dalam penelitian ini

meliputi :

1) Adanya dorongan yang dididominasi dari dalam diri sendiri dan didukung

sebagian kecil dorongan dari luar dirinya

2) Untuk melakukan suatu tindakan tertentu yang terkait dengan pelaksanaan

pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta tahun 2009

3) Adanya aktivitas politik yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan

umum, khususnya pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta tahun

2009

4) Adanya kegiatan pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta tahun

2009

Page 31: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

d. Definisi Konseptual Motivasi

Motivasi merupakan suatu tenaga penggerak yang menggerakkan manusia

dalam bertindak dan bertingkah laku yang mana dalam tindakan dan tingkah

lakunya tersebut memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, yang dilakukan secara

sadar maupun tidak sadar sehingga membuat seseorang atau bahkan sekelompok

orang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya demi mendapat kepuasan dari tindakannya tersebut.

e. Definisi Operasional Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan yang dapat berasal dari diri sendiri

maupun dari luar dirinya serta dari lingkungan disekitarnya yang membuat

seseorang atau sekelompok orang mengambil suatu keputusan untuk melakukan

suatu tindakan demi mencapai tujuan tertentu.

2. Tinjauan Tentang Pemilih

a. Pengertian Pemilih

Pemilih adalah warga negara yang berhak memilih dalam pemilihan

umum. Menurut pasal 15 PP RI No.6 Tahun 2005 yang dimaksud pemilih yaitu

Warga Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara, pemilih

sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai hak

pilih. Dari pasal ini terdapat dua kemungkinan. Kemungkinan pertama yaitu

bahwa warga negara Indonesia yang terdaftar sebagai penduduk (memiliki kartu

tanda penduduk) di daerah yang bersangkutan. Dan kemungkinan yang kedua

adalah warga negara Indonesia yang telah berdomisili di daerah bersangkutan

dalam jangka waktu tertentu.

Untuk dapat menggunakan hak pilih, seorang warga negara Indonesia

harus terdaftar sebagai pemilih. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat

didaftar sebagai pemilih adalah:

1) Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatan

2) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Page 32: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3) Berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan

sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan

kartu tanda penduduk

Selain itu menurut Eep Saefulloh Fatah (http//www.kompas.com/2007),

“Perbedaan mencolok antara pemilih (voters) dan supporters. Setelah pemilihan

dilaksanakan tugas pemilih justru baru dimulai.” Sebaliknya, tugas supporters

telah selesai setelah hasil pemilihan umum diumumkan. Supporters sering kali

lebih emosional, tidak punya agenda dan hanya bisa marah, dan hal ini akan

berhenti dengan sendirinya jika mereka telah menerima imbalan. Sedangkan

voters cenderung akan terus melawan, menagih janji dan menuntut

pertanggungjawaban serta mengontrol jalannya pemerintahan yang dilaksanakan

oleh pemerintah baru pemenang pemilihan umum.

Sementara itu, Brenan dan Lomasky (1977) serta Fiorina (1976) yang

dikutip Firmanzah (2007:105) menyatakan bahwa:

Keputusan memilih selama pemilu adalah perilaku ekspresif. Perilaku initidak jauh berbeda dengan perilaku supporter yang memberikan dukunganpada sebuah tim sepakbola. Menurut mereka, perilaku memilih sangatdipengaruhi oleh loyalitas dan ideologi. Keputusan untuk memberikandukungan dan suaranya tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitaspemilih yang cukup tinggi terhadap partai politik jagoannya atau memilihcenderung memilih ideologi yang sama dengan yang mereka anut danmenjauhkan diri dari ideologi yang berseberangan dengan mereka.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pemilih masih

kurang rasional karena hanya memiliki orientasi sesaat tidak memikirkan ke

depan dan beraksi untuk mencapai tujuan atau masih dikategorikan sebagai

pemilih tradisional. Pemilih dalam jenis ini memiliki orientasi ideologi sangat

tinggi dan terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai

suatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional dalam hal

ini masih menekankan sudut pandang hubungan emosional daripada hubungan

rasional. Hubungan emosional ini timbul disebabkan oleh adanya faktor

kekerabatan dan faktor good looking. Sedangkan hubungan rasional lebih

menekankan dari sudut pandang misi-visi dan program yang menjadi tujuan dari

kepemimpinannya. Selain itu salah satu karakter mendasar dari jenis pemilih ini

Page 33: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

adalah karena tingkat pendidikan rendah dan sangat teguh memegang nilai serta

faham yang dianut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemilih adalah semua

pihak yang menjadi tujuan utama para calon wakil rakyat untuk mereka pengaruhi

dan yakinkan agar mendukung dan dikemudian hari dapat memberikan suaranya

kepada calon wakil rakyat peserta pemilihan umum. Pemilih dalam hal ini dapat

berupa masyarakat pada umumnya maupun para calon wakil rakyat itu sendiri.

Dimana yang disebut calon wakil rakyat adalah kelompok masyarakat yang

merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan

dalam institusi politik seperti partai politik. Sedangkan kelompok masyarakat

adalah para pendukung suatu partai politik di lingkungan internal atau peserta

pemilihan umum dan pendukung pesaing-pesaing di lingkungan eksternal.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini terdapat bagan tentang pembagian jenis

pemilih yang dikemukakan leh Firmanzah( 2007:103).

Internal Eksternal

Non Partisan

Calon Wakil

Rakyat PemilihCalon Wakil Rakyat

Dari Partai Lain

Gambar 1. Bagan Pembagian Jenis Pemilih

Selain kelompok masyarakat di atas, Soerjono Soekanto (2002:220)

menggolongkan masyarakat yang digambarkan melalui piramida lapisan

masyarakat, yaitu sebagai berikut :

Page 34: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Gambar 2. Piramida Lapisan Masyarakat

Gambar piramida yang mengerucut ke atas tersebut menunjukkan bahwa

anggota masyarakat yang berada pada lapisan atas jumlahnya sedikit, hal ini

terjadi karena untuk mencapai lapisan tersebut perlu sejumlah syarat dan

persaingan yang ketat. Ada tahapan yang di bawahnya ialah lapisan menengah

yang jumlahnya relatif lebih banyak daripada lapisan atas. Sedangkan pada

lapisan bawah jumlahnya paling banyak bila dibandingkan lapisan atas dan

lapisan menengah.

Untuk mengetahui kriteria atau ukuran yang digunakan untuk

menggolongkan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan di atas, maka Soerjono

Soekanto (2002:237-238) mengemukakan beberapa kriteria atau ukuran yang

dapat dipakai, yaitu : “Ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan,

ukuran ilmu pengetahuan.”

a) Ukuran Kekayaan

Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan

teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah yang

bersangkutan, mobil pribadi, cara-cara mengenakan pakaian serta bahan

pakaian yang dipakainya, kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan

seterusnya.

Berkaitan dengan ukuran kekayaan, Soerjono Soekanto (2002:245) juga

mengemukakan pendapatnya mengenai kategori status ekonomi dalam

masyarakat, yaitu sebagai berikut :

“Status ekonomi dapat dikategorikan menjadi:(1) Status ekonomi menengah ke bawah yaitu dengan penghasilan di

bawah Rp1.000.000; per bulan.

Page 35: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

(2) Status ekonomi menengah yaitu dengan penghasilan Rp1.000.000;sampai dengan Rp2.500.000; per bulan

(3) Status ekonomi menengah ke atas yaitu dengan penghasilan di atasRp2.500.000;per bulan.”

b) Ukuran Kekuasaan

Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang

terbesar maka akan menempati lapisan atas.

c) Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan atau

kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati menempati lapisan atas.

d) Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai dalam masyarakat yang menghargai

ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan

terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu

pengetahuan yang menjadi ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah

tentu hal demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar

tersebut walau tidak halal. Namun hal tersebut bertolak belakang dengan

pendapat yang disampaikan oleh Darji Darmodiharjo (1981:14), bahwa

“Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan.” Sehingga apabila memperoleh ilmu pengetahuan hanya untuk

mendapatkan gelar, maka hal itu akan sia-sia. Karena dalam pendidikan antara

kepribadian dan kemampuan untuk dapat menangkap ilmu pengetahuan harus

seimbang. Dengan demikian hasilnya pun pasti lebih memuaskan.

b. Tipe-Tipe Pemilih

Pemilih pada pemilihan umum yang memiliki orientasi yang berbeda

seperti telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa pemilih dapat dibedakan

menjadi beberapa tipe. Seperti yang dikemukakan oleh Firmanzah (2007:135-137)

yaitu bahwa tipe-tipe tersebut terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

1) Pemilih Rasional

Pemilih rasional (rational voter) merupakan pemilih yang lebih

mengutamakan kemampuan calon wakil rakyat dalam program kerjanya

Page 36: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

(platform). Namun pemilih tipe ini tidak hanya melihat program kerja (platform)

yang berorientasi ke depan, tetapi juga menganalisis apa saja yang telah dilakukan

oleh calon wakil rakyat tersebut di masa sebelumnya. Kinerja calon wakil rakyat

biasanya termanifestasikan pada reputasi atau citra yang berkembang di

masyarakat.

Pemilih tipe ini memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan

ideologi kepada suatu partai atau seorang calon wakil rakyat. Pemilih tipe ini

inginmelepaskan hal-hal yang bersifat dogmatis, tradisional dan ikatan lokasi

dalam kehidupan politiknya. Pertimbangan logis sangat dominan dalam proses

pengambilan keputusan. Hal terpenting bagi pemilih tipe ini adalah apa yang bisa

(dan yang telah) dilakukan calon wakil rakyat, bukan faham dan nilai dari calon

wakil rakyat tersebut. Oleh karena itu jika seorang calon wakil rakyat ingin

menarik perhatian dari pemilih tipe ini, mereka harus mengedepankan solusi logis

akan permasalahan ekonomi, pendidikan, kesejahteraan, sosial-budaya, hubungan

luar negeri, dan lain-lain. Karena pemilih tipe ini tidak akan segan-segan untuk

berpindah kelain hati jika mereka menganggap bahwa calon wakil rakyat tidak

mampu menyelesaikan permasalahan nasional.

2) Pemilih Tradisional (Emosional)

Menurut Rohrscheneider yang dikutip oleh Firmanzah (2007:137) bahwa,

“Pemilih tradisional merupakan pemilih yang bisa dimobilisasi selama masa

kampanye”. Pemilih tipe ini sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai,

asal-usul, faham dan agama sebagai ukuran dalam pengambilan keputusan.

Pemilih tipe ini juga tidak terlalu memperhatikan tentang apa yang telah dilakukan

dan apa yang akan dilakukan oleh calon wakil rakyat yang mereka dukung. Salah

satu karakteristik mendasar tipe pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah

dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut.

Salah satu ciri khas dari pemilih tipe ini adalah loyalitas tinggi. Karena apa

saja yang dikatakan oleh seorang yang didukungnya merupakan sebuah kebenaran

yang sulit untuk dibantah. Ideologi dianggap sebagai suatu landasan dalam

membuat suatu keputusan serta bertindak, dan terkadang terkadang kebenarannya

tidak bisa diganggu gugat. Oleh karena itu apa saa yang dikatakan oleh seorang

Page 37: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

yang didukungnya dianggap sebagai petunjuk dalam bersikap dan bertindak.

Meskipun dalam hal ini ideologi sangat sulit untuk berubah, tapi bukan berarti

tidak bisa berevolusi seiring dengan perjalanan waktu.

c. Tinjauan Tentang Orientasi Pemilih

Mencoba memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi mengapa dan

bagaimana pemilih menyuarakan pendapatnya adalah sesuatu yang penting, baik

dalam teori maupun praktik. Untuk mengetahuinya, maka perlu diketahui pula apa

yang menjadi orientasi pemilih dalam menyuarakan pendapatnya pada pemilu.

Dalam hal ini orientasi pemilih dapat dibagi menjadi 2 seperti yang terdapat

dalam Firmanzah (2007:116-122), yaitu :

1) Orientasi Policy - Problem – Solving

Pada orientasi Policy – Problem – solving ini pemilih menaruh perhatian

yang sangat tinggi atas cara calon wakil rakyat atau partai politk dalam

menawarkan solusi sebuah permasalahan. Karena semakin efektif seorang / calon

wakil rakyat dalam menawarkan solusi yang tepat untuk menjawab permasalahan,

maka semakin tinggi pula probabilitas untuk dipilih oleh para pemilih. Para

pemilih yang mempunyai orientasi ini mempunyai kecenderungan untuk tidak

memilih calon wakil rakyat yang kurang mampu menawarkan program kerja dan

hanya mengandalkan spekulasi serta jargon-jargon politik. Program kerja dan

solusi atas suatu permasalahan harus jelas, detail dan logis. Firmanzah (2007:116)

mengutip pendapat dari Bartels (1988) bahwa “ ketidakpastian (uncertainly) atas

program kerja partai atau calon wakil rakyat memiliki efek negatif terhadap

persepsi pemilih”.

Pemilih tidak memilih ketertarikan pada program-program kerja yang

sama sekali tidak menjawab permasalahan yang mereka hadapi. Oleh karena itu,

jika wakil rakyat dinilai gagal untuk memperjuangkan kepentingan rakyat akan

berakibat pemberian hukuman (punishment) bagi wakil rakyat yang bersangkutan.

Hukuman tersebut direalisasikan dengan tidak dipilihnya kembali wakil rakyat

yang bersangkutan pada pelaksanaan pemilihan umum mendatang. Sebaliknya

jika wakil rakyat dinilai berhasil dalam memperjuangkan nasib rakyat, maka wakil

Page 38: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

rakyat tersebut akan diberikan penghargaan (reward). Penghargaan ini dapat

berupa dipilihnya wakil rakyat tersebut dalam pelaksanaan pemilihan umum

mendatang.

Penilaian tentang policy – problem – solving dapat dilakukan secara ‘ex-

post’ dan ‘ex-ante’. Penilaian ex-post berarti menilai apa saja yang telah dilakukan

sebuah partai ataupun wakil rakyat yang berkuasa untuk memperbaiki kondisi

yang ada. Sementara ex–ante dilakukan dengan mengukur dan menilai

kemungkinan program kerja dan solusi yang ditawarkan seorang wakil rakyat

ketika diterapkan untuk memecahkan sebuah persoalan.

2) Orientasi Ideologi

Dalam banyak hal ideologi sering diartikan sebagai lawan kata dari

kebenaran, ilmu pengetahuan, jalan pikiran atau logika. Firmanzah (2007:120)

juga mengutip pendapat dari Loewenstein (1983) bahwa “ Ideology is a consistent

intregrated pattern of thought and beliefs explaining man’s attitude toward life

and his existency in society, and advocating a conduct and action pattern

responsive to and commensurate with such thought and beliefs”.

Yang artinya adalah bahwa ideologi adalah suatu pola integrasi konsisten

dari pikiran dan kepercayaan yang menjelaskan sikap seseorang tentang

kehidupan dan keberadaannya di lingkungan sosial dan mempertahankan suatu

sikap dan pola perbuatan untuk menjawab dan menyeimbangkan antara pikiran

dan kepercayaan. Ini berarti bahwa ideologi merupakan keseimbangan antara

pikiran dan kepercayaan terhadap sikap wakil rakyat tentang kehidupan dan

keberadaannya di lingkungan sosial, yang kemudian bertujuan menjawab segala

permaslahan yang timbul di kalangan masyarakat pada umumnya.

Ideologi bukanlah sesuatu yang baku, karena ideologi dianggap sebagai

faktor utama bagi pemilih dalam menentukan siapakah yang akan dipilih dan

sekaligus bisa berevolusi seiring dengan perjalanan waktu. Dalam hal ini terdapat

dialetika antara ideologi pemilih dengan ideologi partai atau ideologi calon wakil

rakyat peserta pemilihan umum. Di satu sisi, peran partai politik dan seorang

calon wakil rakyat mungkin saja mencoba menyakinkan pemilih dari kalangan

yang seluas mungkin. Sehingga para pemilih merasa bahwa ideologi calon wakil

Page 39: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

rakyat sama dengan ideologi mereka. Di sisi lain, pemilih memiliki sistem nilai

dan kenyakinan, ex-ante, yang menjadi petunjuk untuk menilai partai politik atau

calon wakil rakyat mana yang memiliki kesamaan dengan ideologi mereka.

d. Definisi Konseptual Motivasi Pemilih

Motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang/ pemilih untuk

melakukan suatu tindakan untuk dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai untuk

mendapat kepuasan dari hasil perbuatannya tersebut.

e. Definisi Operasional Motivasi Pemilih

Motivasi pemilih dapat timbul dari dorongan diri sendiri maupun dari luar

diri sendiri yang kemudian membuat pemilih memiliki orientasi yang berbeda,

yaitu orientasi policy problem solving dan orientasi ideologi. Orientasi policy

problem solving disini lebih menitik beratkan pada cara calon wakil rakyat atau

partai politik dalam menawarkan solusi sebuah permasalahan. Sedangkan

orientasi ideologi lebih menitik beratkan pada keseimbangan antara pikiran dan

kepercayaan terhadap sikap wakil rakyat tentang kehidupan dan keberadaannya di

lingkungan sosial, yang kemudian bertujuan menjawab segala permasalahan yang

timbul di kalangan masyarakat pada umumnya.

3. Tinjauan Tentang Pemilihan Umum

a. Pengertian Tentang Pemilihan Umum

Pada masa sekarang ini, negara-negara di dunia hampir seluruhnya

menggunakan demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Hal ini

berarti kekuasaan rakyat diwakili oleh Badan Perwakilan Rakyat. Di negara kita,

salah satu cara untuk memilih wakil rakyat adalah melalui pemilihan umum

(Pemilu). Karena pemilu merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat

dalam pemerintahan Negara Kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila,

sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945. Hal ini dipertegas dalam UU

No.32 tahun 2008 yaitu bahwa pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil

Page 40: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Melalui pemilihan umum yang demokratis, pergantian pemerintahan dapat

dilaksanakan secara damai, dan melalui pemilihan umum ruang politik publik

terbuka luas. Pemilihan umum adalah salah satu sarana untuk menilai kualitas

demokrasi, selain kebebasan (kebebasan pers, kebebasan berpendapat, kebebasan

berorganisasi, kebebasan beragama), persamaan di depan hukum dan distribusi

pendapatan yang adil. Sulastomo (2001:5)mengemukakan bahwa:

Dengan pemilihan umum, sebuah negara diyakini dapat membangunbangsa sesuai dengan aspirasi rakyatnya secara berkelanjutan, tertib danaman. Dengan pemilihan umum dapat tercipta suasana kehidupanberbangsa dan bernegara yang dapat melindungi hak-hak setiap warganegara, sehingga mampu mendorong kreativitas setiap individu untuk ikutberperan dalam membangun bangsanya.

Oleh karena itu guna melancarkan penyelenggaraan pemilihan umum dibutuhkan

berbagai persiapan-persiapan yang terdiri dari 5 tahap, yakni pendaftaran pemilih,

pencalonan partai politik, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, serta

penetapan hasil.

Selain pengertian pemilihan umum di atas, pemilihan umum juga

merupakan suatu proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik

tertentu, seperti presiden, anggota DPR, DPD (parlemen), DPRD, gubernur,

bupati/walikota dan kepala desa.

b. Azas Pemilihan Umum

Pemilu diselenggarakan secara demokratis dan transparan, jujur dan adil

dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum,

bebas, dan rahasia. Dengan demikian berdasarkan Undang-undang tersebut

Pemilu menggunakan azas sebagai berikut :

1) Jujur

Yang berarti bahwa penyelenggara/pelaksana, pemerintah dan partai

politik peserta Pemilu, pengawas, dan pemantau Pemilu, termasuk pemilih serta

Page 41: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

semua pihak yang terlibat secara tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Adil

Berarti dalam penyelenggaraan Pemilu setiap pemilih dan Parpol peserta

Pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak

manapun.

3) Langsung

Yaitu rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan

suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

4) Umum

Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal

dalam usia, yaitu sudah berumur 17 tahun atau telah pernah kawin, berhak ikut

memilih dalam Pemilu. Warga negara yang sudah berumur 21 tahun berhak

dipilih.

5) Bebas

Setiap warga negara yang memilih menentukan pilihannya tanpa tekanan

dan paksaan dari siapapun. Dalam melaksanakan haknya setiap warga negara

dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati

nurani dan kepentingannya.

6) Rahasia

Yang berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa

pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun.

Azas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat

pemungutan suara yang secara suka rela bersedia mengungkapkan pilihannya

kepada pihak manapun.

c. Pengertian Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah

Pemilihan umum anggota DPRD tertuang di dalam Undang-Undang No.

10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bahwa:

Page 42: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

1) Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia Tahun 1945.

2) Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah

pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemilihan umum anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah kota adalah pemilihan umum untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar negara Republik

Indonesia tahun 1945. Pelaksanaan pemilihan umum anggota DPRD kota

berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tentang pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

d. Definisi Konseptual Pemilihan Umum

Pemilihan umum adalah lembaga sekaligus praktik politik yang

memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan (representative

goverment). Pemilihan umum juga disebut dengan ‘political market’, artinya

pemilihan umum adalah dasar politik tempat individu/masyarakat berinteraksi

untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara peserta pemilihan

umum dengan pemilih yng memiliki hak pilih setelah terebih dahulu melakukan

serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, iklan politik melalui media

massa cetak, audio dan visual, serta media lainnya guna menyakinkan pemilih

sehingga pada saat pencoblosan dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu

peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislatif ataupun

Page 43: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

eksekutif. Selain itu pemilihan umum juga merupakan salah satu sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil demi mewujudkan demokrasi dengan menjunjung tinggi

kebebasan, persamaan di depan hukum dan distribusi pendapatan yang adil

sehingga tercipta kesejahteraan bersama.

e. Definisi Operasional Pemilihan Umum

Pemilihan umum merupakan suatu sarana bagi masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dalam memberikan suaranya guna memilih wakil rakyat, serta

merupakan bukti adanya upaya untuk mewujudkan demokrasi.

4. Tinjauan Tentang Perilaku Politik

Perilaku politik merupakan interaksi antara aktor-aktor politik, baik

masyarakat, pemerintah atau lembaga dalam proses politik. Perilaku politik dapat

dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan

pelaksanaan keputusan politik. Perilaku politik pada umumnya ditentukan oleh

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari individu tersebut misalnya

seperti idealisme, tingkat kecerdasan, dan kehendak hati, sedangkan faktor

eksternal (kondisi lingkungan) misalnya seperti kehidupan beragama, sosial,

politik, ekonomi dan sebagainya yang mengelilinginya. Menurut Jack C. Plano

dkk yang dikutip Moh. Ridwan (1997:25), bahwa :

Perilaku politik adalah pikiran dan tindakan manusia yang berkaitandengan proses memerintah. Yang termasuk perilaku politik adalahtanggapan-tanggapan internal (pikiran, persepsi, sikap dan keyakinan) danjuga tindakan-tindakan yang nampak (pemungutan suara, gerak protes,lobbying, kaukus, kampanye dan demonstrasi).

Dari pendapat di atas jelas bahwa perilaku politik bukanlah sesuatu yang dapat

berdiri sendiri tetapi mengandung keterkaitan dengan hal yang lain. Salah satu hal

tersebut adalah sikap politik. Sikap dan perilaku memang sangat erat

hubungannya, namun keduanya dapat dibedakan. Karena sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu, sehingga belum

merupakan tindakan tetapi masih berupa suatu kecenderungan.

Page 44: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Kecenderungan inilah yang kemudian mendorong munculnya perilaku

memilih (voting behavior). Perilaku memilih merupakan perilaku politik warga

negara yang sering dikaitkan dengan kegiatan mereka memilih wakilnya dalam

pemilihan umum. Dimana dalam perilaku memilih ini terdapat beberapa

pendekatan seperti yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti (1992:145-246) yang

mengklasifikasikan pendekatan dalam perilaku memilih menjadi lima, yaitu

“pendekatan struktural, pendekatan sosiologis, pendekatan ekologis, pendekatan

psikologis, dan pendekatan pilihan rasional”.

a Pendekatan struktural adalah pendekatan yang melihat kegiatan memilih

sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial,

sistem partai, sistem pemilihan umum, permasalahan, dan program yang

ditonjolkan oleh setiap partai.

b Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan yang cenderung menempatkan

kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Kongkretnya, pilihan

seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan

sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota-desa), pekerjaan,

pendidikan, kelas, pendapatan dan agama.

c Pendekatan ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerahpemilihan

terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdaarkan unit territorial, seperti

desa, kelurahan, kecamatan, dan kabupaten.

d Pendekatan psikologi sosial merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai

yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu.

e Pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk

kalkulasi untung dan rugi. Yang dipertimbangkan tidak hanya “ongkos”

memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang

diharapkan tetapi juga melihat alternatif lain yang menguntungkan.

Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dua pendekatan,

yaitu : pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis. Dimana pendekatan

sosiologis pada penelitian ini dapat dilihat dari pengklasifikasian motivasi pemilih

dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009 di Kecamatan

Jebres berdasarkan usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat pendidikan.

Page 45: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Sedangkan penggunaan pendekatan psikologis dalam penelitian ini dapat dilihat

pada pengklasifikasian motivasi pemilih berdasarkan orientasi yang dimilikinya

dalam memberikan suara dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun

2009 di Kecamatan Jebres. Dengan mengetahui orientasi yang dimiliki pemilih

berdasarkan klasifikasi motivasi pemilih tersebut, maka pemilih dapat

dikelompokkan lagi menjadi dua tipe yaitu tipe pemilih rasional dan tipe pemilih

tradisional

A. PENELITIAN YANG RELEVAN

Selama pencarian yang telah peneliti lakukan, peneliti belum menemukan

penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti ambil. Peneliti baru bisa

menemukan penelitian seperti yang tertera di bawah ini:

1. Pipien Ariestaningsih. 2008. Partisispasi Politik Masyarakat Dalam

Pencalonan Kepala Desa Di Desa Blimbing Kecamatan Gatak Kabupaten

Sukoharjo (Studi Kasus Calon Kepala Desa Melawan Kotak Kosong). Pada

penelitian ini dijelaskan bahwa dalam pencalonan kepala desa hanya terdapat

satu calon kepala desa yaitu mantan kepala desa itu sendiri. Karena bagi

masyarakat yang sebenarnya memiliki minat untuk mencalonkan diri menjadi

kepala desa mempunyai beberapa kendala perihal dana pencalonan serta

merasa kalah pamor dibanding mantan kepala desa yang mencalonkan diri

menjadi kepala desa kembali. Hal inilah yang membuat masyarakat

mengurungkan niat mencalonkan diri sebagai kepala desa karena mereka takut

tidak ada yang memilih mereka.

2. Barni. 2007. Partisipasi Politik Ditinjau Dari Pendidikan Dan Status Sosial Di

Desa Pekandangan Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara. Pada penelitian

kedua ini menjelaskan bahwa tingkat pendidikan seseorang ikut menentukan

tingkat partisipasi politik seseorang itu pula. Demikian pula dengan status

sosial, karena semakin tinggi status sosial seseorang di mata masyarakat,

menunjukkan besarnya motivasi seseorang dalam kegiatan politik bangsa.

Dari pokok permasalahan kedua penelitian di atas, maka dapat peneliti

simpulkan bahwa: status ekonomi, tingkat pendidikan serta status sosial sangat

Page 46: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dipengaruhi oleh motivasi politik seseorang. Jika dikaitkan dengan penelitian

yang peneliti ambil, maka kedua penelitian tersebut memiliki hubungan yang

positif. Karena peneliti mengambil penelitian mengenai motivasi pemilih dalam

pemilihan umum anggota DPRD Surakarta. Yang dimaksud pemilih disini adalah

masyarakat yang sudah berhak untuk memilih. Sehingga dalam memberikan

pemilih tentu memiliki motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu tujuan.

Dimana motivasi pemilih satu dengan pemilih lainnya pasti berbeda. Sehingga

untuk mengetahui perbedaan tersebut peneliti juga mengklasifikasikan pemilih

menjadi empat, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat

pendidikan.

B. KERANGKA BERFIKIR

Suatu kenyataan bahwa dalam pelaksanaan pemilihan umum motivasi

pemilih ikut menentukan berhasil dan tidaknya pemilihan umum tersebut. Pemilih

adalah seorang atau kelompok orang yang ikut berpartisipasi dalam pemilihan

umum yang dapat dilatarbelakangi oleh motivasi yang berbeda-beda. Motivasi

pemilih merupakan suatu dorongan yang bisa berasal dari diri pemilih maupun

dari luar diri pemilih dengan tujuan tertentu yang dicapai oleh pemilih tersebut.

Sehingga motivasi pemilih dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu berdasarkan

usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat pendidikan.

Pada klasifikasi pertama yaitu pemilih yang dibedakan berdasarkan usia

dapat dibagi menjadi tiga, yaitu usia 17 tahun – 25 tahun, usia 26 tahun – 45

tahun, dan usia 46 tahun – lanjut. Kemudian pada klasifikasi kedua yaitu pemilih

yang dibedakan menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Klasifikasi

ketiga dibedakan menurut status ekonomi. Pada klasifikasi ini peneliti

membaginya menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok status ekonomi menengah ke

atas yaitu pemilih yang memiliki penghasilan di atas Rp2.500.000;- setiap

bulannya dan kelompok status ekonomi menengah ke bawah yaitu pemilih yang

memiliki penghasilan di bawah Rp2.500.000;- setiap bulannya. Kemudian pada

klasifikasi keempat ini pemilih dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu

tingkat pendidikan tamat SMP-SMA dan sedang/tamat Perguruan Tinggi.

Page 47: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Melalui klasifikasi di atas peneliti berharap hasil yang dicapai dapat

maksimal. Karena melalui pengklasifikasian tersebut kita dapat mengetahui apa

yang menjadi motivasi pemilih dalam mengikuti pemilihan umum, khususnya

pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surakarta tahun 2009

sebelum mengambil keputusan kepada siapa pemilih akan memberikan suaranya.

Hal ini semakin menarik ketika melalui pengklasifikasian tersebut peneliti dapat

mengetahui motivasi-motivasi yang ada dalam diri pemilih. Kemudian dengan

mengetahui motivasi pemilih tersebut, maka dapat diketahui pula orientasi yang

dimiliki setiap pemilih yaitu orientasi policy-problem-solving dan orientasi

ideologi.. Dengan demikian pemilih dapat dikelompokkan kedalam dua tipe

pemilih, yaitu tipe pemilih rasional dan tipe tradisional. Untuk lebih jelasnya

kerangka berpikir yang telah peneliti uraikan di atas dapat digambarkan seperti di

bawah ini.

Page 48: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir

Pemilihan Umum

Presiden&

Wakil Presiden

AnggotaDPR

AnggotaDPRD

Motivasi Pemilih

Usia JenisKelamin

StatusEkonomi

PengambilanKeputusan

AnggotaDPD

TingkatPendidikan

Policy-Problem-Solving

Ideologi

Page 49: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih tempat penelitian di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta. Peneliti memilih lokasi penelitian di tempat tersebut,

dengan beberapa pertimbangan antara lain:

a. Peneliti tertarik terhadap motivasi pemilih di Kecamatan Jebres Kota

Surakarta dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009.

b. Pada lokasi penelitian tersebut terdapat data atau informasi yang

diperlukan dalam penelitian yang peneliti lakukan.

c. Lokasi penelitian tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga

akan memudahkan peneliti dalam melakukan observasi maupun penelitian.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian sampai dengan penyusunan laporan penelitian adalah 20

bulan yang dimulai pada bulan Juni 2009 sampai dengan Februari 2011. Berikut

ini gambar alokasi waktu kegiatan penelitian yang peneliti lakukan:

Tabel 1. Jadual Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun2011

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

1. Pengajuan Judul

2. Penyusunan Proposal

3. Ijin Penelitian

4. Pengumpulan Data

5. Analisis Data

6. Penyusunan Laporan

31

Page 50: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

B. Bentuk Dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini bentuk yang digunakan adalah bentuk penelitian

kualitatif. Karena data-data yang akan dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat

pencatatan dokumen maupun arsip yang memiliki arti yang sangat lebih dari

sekedar angka atau frekuensi. Metode yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif, karena penelitian ini bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan

menggambarkan dan memaparkan keadaan obyek dan subyek penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana mestinya.

Menurut Lexy J Moeleong (2007:3) yang mengutip dari pendapat Bogdan

dan Taylor, penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: “Metodologi kualitatif

adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan

dari orang-orang atau perilaku yang diamati”.

Penelitian kualitatif diperoleh dengan mempertimbangkan kesesuaian

obyek dari studi, penggunaan metode penelitian secara mendalam agar sesuai

dengan metode tersebut yaitu menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono

(1999:11), “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap

variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan

variabel lain”. Tujuan utama dari penelitian deskriptif adalah menggambarkan

kenyataan kehidupan sosial yang kompleks. Sedangkan menurut Anselm Strauss

dan Juliet Corbin dalam Djunaidi Ghony (1997: 11) yang menyebutkan bahwa

penelitian kualitatif adalah “Penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan

yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur

statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)”.

2. Strategi Penelitian

Dalam penelitian deskriptif menurut HB Sutopo (2002:78) ada 4 macam

strategi penelitian yang dapat digunakan dalam menyusun penelitian, yaitu :

a. Tunggal Terpancang

Studi yang memusatkan pada variabel yang telah ditentukan terlebih dahulu atau

dengan istilah Embeded Case Study yang dilakukan hanya dalam satu lokasi

Page 51: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

penelitian.

b. Ganda Terpancang

Sedangkan pada ganda terpancang yang membedakan dengan tunggal terpancang

adalah pada lokasi penelitian, jika pada tunggal terpancang penelitian hanya

dalam satu lokasi, maka pada ganda terpancang penelitian ada dua lokasi yang

digunakan.

c. Tunggal Holistik

Studi yang mengarahkan pada subyeknya secara menyeluruh dengan berbagai

aspek atau dengan istilah Atnografi Grounded

d. Ganda Holistik

Studi yang mengarahkan pada dua obyeknya secara menyeluruh dengan berbagai

aspek atau dengan istilah Atnografi Grounded

Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian tunggal

terpancang. Mengenai hal ini HB. Soetopo (2002:112) bahwa: “Bentuk penelitian

terpancang (embeded reaserch) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan

fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan tujuan

dan minat penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan studinya.”

Pada penelitian ini peneliti lebih memfokuskan penelitiannya pada

motivasi pemilih dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009.

Sehingga peneliti tidak akan melakukan penelitian pada masyarakat yang tidak

menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta

tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

Untuk itu maksud dari strategi tunggal terpancang dalam penelitian ini,

dapat mengandung pengertian sebagai berikut: tunggal yang artinya hanya dalam

satu lokasi yaitu Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Sedangkan terpancang artinya

hanya pada satu tujuan untuk mengetahui motivasi pemilih dalam pemilihan

umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan peneliti terdiri dari

sumber data primer dan sumber data sekunder.

Page 52: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber-

sumber terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan jalan mengadakan

wawancara langsung dengan responden. Responden adalah manusia sebagai

sumber data yang perlu dipahami, bahwa mereka terdiri dari beragam individu

dan memiliki beragam posisi. Dalam penelitian ini yang menjadi responden

adalah masyarakat Kecamatan Jebres yang telah memenuhi syarat sebagai

pemilih, memberikan suaranya dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota

Surakarta tahun 2009 serta termasuk dalam klasifikasi yang telah ditentukan

dalam penelitian ini.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, dan

bersifat mendukung data-data primer. Data sekunder diperoleh dengan jalan

mempelajari, membaca dan mencatat buku, dokumen, serta peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan penelitian. Buku yang banyak mendukung

penelitian ini adalah buku dari Firmanzah yang berjudul Marketing Politik.

Sedangkan dokumen sebagai pelengkap data adalah data tentang keadaan

geografis dan demografi Kota Surakarta yang berasal dari Kecamatan Jebres Kota

Surakarta. Dan landasan yuridis yang berkaitan dengan permasalahan pada

penelitian ini adalah peraturan yang mengatur mengenai pemilih dan pemilihan

umum yaitu UU No 32 tahun 2008 dan pasal 15 PP RI No.6 Tahun 2005

D. Populasi dan Teknik Sampling (cuplikan)

1. Populasi

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2002:108) adalah: “Keseluruhan

subjek penelitian.” Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada

dalam wilayah penelitian, maka peneliti harus meneliti populasi. Namun dalam

penelitian besar peneliti tidak mungkin meneliti seluruh populasi yang ada. Selain

itu hal ini pasti merepotkan, membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang

besar pula. Untuk mengantisipasi hambatan tersebut maka peneliti hanya meneliti

sebagaian dari populasi saja. Penelitian ini disebut penelitian sampel.

Page 53: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Dalam penelitian kualitatif sampel akan ditunjukkan oleh peneliti dengan

mempertimbangkan sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat

dipercaya dan datanya bersifat obyektif. Berdasarkan uraian tersebut dapat

diketahui fungsi dari sampel yaitu:

a. Untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber

b. Menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori

yang akan muncul

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa:populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di

Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang telah memiliki hak sebagai pemilih serta

menggunakan haknya tersebut dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta

tahun 2009. Dimana jumlah populasi pada penelitian ini adalah 93.151 orang

yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih.

2. Teknik Sampling

Sampel yang diambil dalam penelitian ini disesuaikan dengan pemilih

yang menggunakan haknya berdasarkan pada klasifikasi yang telah ditentukan

oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif sampel ditunjukkan oleh peneliti dengan

mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat

dipercaya dan datanya bersifat obyektif. Dengan demikian data yang diperoleh

lebih akurat.

Suharsimi Arikunto (2002:109) mengatakan bahwa “Sampel adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.” Sedangkan Kartini Kartono

(1990:129) menyatakan bahwa, “ Sampel adalah contoh, monster, representan,

atau wakil dari satu populasi yang cukup besar jumlahnya, yaitu satu bagian dari

keseluruhan yang dipilih dan representatif sifat dari keseluruhannya.”

Meski jumlah sampel bukan prioritas utama dalam teknik sampling

penelitian ini, namun peneliti tetap mempertimbangkan keakuratan data dengan

memilih sampel yang dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Adapun

permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai motivasi pemilih dalam

pemilihan umum DPRD Kota Surakarta di Kecamatan Jebres, maka sampel yang

Page 54: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

diambil juga merupakan masyarakat Kecamatan Jebres yang sudah sah menjadi

pemilih. Dalam melakukan penelitian terdapat beberapa macam teknik sampling.

Secara skematis, Prof.Dr.Sugiyono (2008:81) mengklasifikasikan macam-

macam teknik sampling yang ditunjukkan pada gambar berikut :

Sumber : Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D

Gambar 4. Macam-macam Teknik Sampling

Dari gambar 3 terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat

dikelompokkan mejadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability

Sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Nonprobability Sampling

dengan teknik Purposive Sampling.

Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis,

kuota, aksidental, purposive, jenuh, dan snowball.

TeknikSampling

Probability sampling Non Probabilitysampling

1. Simple RandomSampling

2. Proportionatestratified randomsampling

3. Disproportionatestratified randomsampling

4. Area (cluster)sampling (samplingmenurut daerah)

1. Sampling sistematis

2. Sampling kuota

3. Sampling incidental

4. Purposive sampling

5. Sampling jenuh

6. Snowball sampling

Page 55: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Teknik purposive sampling (sampel bertujuan) adalah sampel yang telah

ditentukan dan dimantapkan sebagai sampel. Sumber data digunakan di sini tidak

sebagai yang mewakili populasinya, tetapi lebih cenderung mewakili

informasinya. Selain itu teknik cuplikan yang digunakan merupakan teknik

cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan

konsep teoritis yang digunakan dan keingintahuan pribadi peneliti. Oleh karena

pengambilan sampling didasarkan atas berbagai pertimbangan tertentu, maka

teknik sampling ini lebih dikenal dengan purposive sampling, dengan

kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui

informasi dan masalah secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi

sumber data yang mantap..

Menurut Goetz & Le Compte dalam H. B. Sutopo (2002:56): “Purposive

Sampling yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu

yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data.” Jadi dalam metode ini beberapa objek

penelitian dipilih, kemudian dari yang tersebut dijadikan sebagai sumber data

yang akan membantu dalam mengungkap permasalahan yang telah dirumuskan.

Dengan kata lain metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik

informan kunci (key informant) yaitu peneliti mengambil orang-orang kunci untuk

dijadikan sebagai sumber data. Sehingga dalam penetapan responden (informan),

peneliti tidak mempermasalahkan apakah sumber data yang diambil representatif

atau tidak terhadap populasi, namun lebih menitikberatkan pada bagaimanakah

peneliti dapat memperoleh data lengkap dan informasi yang sesuai untuk

menjawab permasalahan penelitian.

Page 56: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Berikut adalah daftar informan dalam penelitian ini.

Tabel 2. Daftar Informan

KELURAHAN NAMA ALAMATKEPATIHAN KULON 1. Nurliana Kepatihan Kulon Rt 002, Rw

001

KEPATIHAN WETAN 1. Suwandi

2. Mirriam Agustina K

o Jl. Sutan syahrir No 13, Rt 008,Rw 002

o Jl. Jend.Urip Sumoharjo, Rt009, Rw 002

SUDIROPRAJAN 1. Heri

2. Mulyanto

3. Wiji

Purbowadayan, Rt 001, Rw002

Tegal Harjo, Rt 005, Rw 001 Tegal Harjo, Rt 005, Rw 001

GANDEKAN 1. Idha Nuryanthi

2. Agung

o Mertokusuman Rt 02/Rw VII

o Gandekan Rt 01/ Rw 06

SEWU 1. Sriati

2. Yemima Wahyuningtyas

Kampung Sewu, Rt 001/Rw 07

Kampung Sewu, Rt 001/Rw 07PUCANG SAWIT 1. Waluyo

2. Dyah

o Pucang Sawit Rt 002 / Rw XII

o Pucang Sawit Rt 002 / Rw XII

JAGALAN 1. Bambang H

2. Putra Christiawan Sutanto

3. Cuk Sutanto

Jagalan Rt 002/ Rw 014

Kalisindang, Rt 03/Rw 03

Kalisindang , Rt 03/Rw 03

PURWODININGRATAN 1. Awang

2. Heri Kurniawan

o Purwodiningratan, Rt 04/Rw09

o Purwodiningratan, Rt 04/Rw09

TEGAL HARJO 1. Abiam Rudi

2. Timan

Jl. Semeru No 8, Rt 004/ Rw001

Jl. Semeru No 10, Rt 004/ Rw001

JEBRES 1 Setyo Purnama

2 Dwi Handayanto

3 Amos Handoyo

o Kandang Sapi Rt 001 / Rw 034

o Kandang Sapi Rt 033 / Rw 33

o Kandang Sapi Rt 033 / Rw 33

MOJOSONGO 1. Suratno, SPd

2. Mbah Mul

o Mertoudan Rt 006 / Rw 009,Mojosongo

o Mertoudan Rt 006 / Rw 009Mojosongo

o Mertoudan Rt 006 / Rw 009Mojosongo

Page 57: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Interview atau Wawancara

Wawancara (interview) dilakukan dengan masyarakat yang termasuk

dalam klasifikasi pada permasalahan dan berada dalam posisi sebagai sampel

penelitian. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi(2001:83) menagatakan bahwa,

“Tujuan wawancara ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukannya untuk

merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden.” Dalam melakukan

wawancara, peneliti mengunakan gabungan antara wawancara dengan

pembicaraan informal maupun pendekatan menggunakan petunjuk umum

wawancara.

Menurut pendapat Paton yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2007:135-

136)macam-macam wawancara dibagi menjadi menjadi tiga, yaitu:“ Wawancara

pembicaraan informal, pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara,

wawancara baku terbuka.” Macam-macam wawancara tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Wawancara Pembicaraan Informal

Wawancara yang dilaksanakan dalam suasana biasa, menggunakan bahasa

sehari-hari serta sangat tergantung pada spontanitas yang melakukan wawancara.

Dengan teknik ini informan tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai dan

akan mendapatkan data yang sebenarnya. Pokok-pokok pertanyaan secara garis

besar terdapat pada lampiran 1. sedangkan jawaban dari hasil wawancara tersebut

terdapat pada lampiran 2.

b. Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara

Jenis wawancara ini menggunakan kerangka dan garis besar pokok-pokok

yang akan ditanyakan, namun pokok-pokok yang dirumuskan itu tidak perlu

ditanyakan secara berurutan.

c. Wawancara Baku Terbuka (Formal)

Jenis wawancara ini pewawancara menggunakan perangkat pertanyaan

baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara penyajiannya harus sama untuk

semua informan.

Page 58: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Pokok-pokok pertanyaan yang diberikan kepada responden terdapat pada

lampiran 3. Sedangkan jawaban dari hasil wawancara tersebut terdapat pada

lampiran 4.

2. Analisis Dokumen

Analisis dokumen merupakan salah satu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan melihat dokumen yang telah terkumpul,mempelajari kemudian

menganalisanya. Dokumen sebagai sumber data yang berbentuk tulisan atau

gambar yang bisa merupakan keterangan tentang keadaan masa sekarang maupun

pada masa lampau yang sewaktu-waktu dapat dilihat kembali. Hal ini sesuai

dengan pendapat HB Sutopo (2002:54) yaitu, “ Analisa dokumen merupakan

bahan tertulis atau benda yang bergelayutan dengan peristiwa tertentu, ia bisa

berupa bahan tertulis atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu

aktivitas atau peristiwa tertentu.” Data-data yang dikumpulkan melalui teknik

dokumentasi ini berupa keadaan geografis, keadaan demografi dan data pemilih

yang dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam penelitian.

F. Validitas Data

1. Trianggulasi

Setiap data yang dikemukakan perlu dibuktikan validitasnya, yaitu untuk

meyakinkan kebenaran data tersebut. Untuk membuktikan kebenaran suatu data

maka digunakan cara triangulasi data dengan maksud untuk memeriksa keabsahan

data dengan memanfaatkan sumber lain yang diperlukan untuk dibandingkan

dengan data yang diperoleh.

Menurut Paton yang dikutip oleh HB Sutopo (2002:78-82) mengatakan

bahwa ada empat macam teknik trianggulasi yaitu “ Trianggulasi data ( data

trianggulation), trianggulasi metode (infestifator trianggulation), trianggulasi

peneliti (methodoligical trianggulation), dan trianggulasi teori (theory

trianggulation).” Teknik trianggulasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Trianggulasi Data (Data Trianggulation)

Jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama sehingga akan saling

Page 59: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

mengontrol dari sumber yang berbeda.

b. Trianggulasi Metode (Investifator Trianggulation)

Jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode

pengumpulan data yang berbeda.

c. Trianggulasi Peneliti ( Methodological Trianggulation)

Hasil penelitian baik data atau simulan mengenai bagian tertentu atau

keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.

d. Trianggulasi Teori (Theoritical Trianggulation)

Trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan prespektif lebih

dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Adapun teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data triangulation dan methods trianggulation.

Dimana pada trianggulasi data, peneliti menggunakan beberapa sumber

data untuk mengumpulkan data yang sama sehingga akan saling mengontrol dari

data dengan sumber yang berbeda. Sumber-sumber tersebut antara lain dapat

berupa dokumen yang diperoleh dari Kecamatan Jebres, data yang diperoleh dari

hasil wawancara dengan informan, data yang diperoleh dari buku dan sumber dari

internet serta keadaan geografis. Hal ini difokuskan pada motivasi pemilih dalam

pelaksanaan Pemilihan Umum Anggota DPRD Surakarta Kecamatan Jebres.

Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai informan adalah masyarakat

Kecamatan Jebres yang dianggap telah memenuhi syarat sebagai pemilih serta

telah memenuhi klasifikasi yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Untuk

keabsahan (validasi) data dilakukan dengan mengcross check masing-masing hasil

wawancara, sehingga diperoleh suatu kesimpulan penelitian berdasarkan sumber-

sumber yang dianggap berkompeten dalam penelitian. Sedangkan trianggulasi

metode yang peneliti terapkan bahwa pengumpulan data dilakukan melalui

berbagai metode atau teknik pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti

bahwa pada satu kesempatan peneliti menggunakan teknik wawancara, pada saat

yang lain menggunakan teknik dokumentasi, dan seterusnya. Penerapan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk menutupi

Page 60: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

kelemahan atau kekurangan dari satu teknik tertentu sehingga data yang diperoleh

benar-benar akurat

2. Informant Review

Pengertian informant review adalah : “ Merupakan upaya pengembangan

validitas data yang dilakukan dengan cara mengkomunikasikan unit-unit laporan

yang telah disusun kepada informannya, khususnya yang dipandang sebagai

informan kunci (key informant).(HB. Sutopo,2002:83). Adapun yang menjadi

informan kunci pada penelitian ini dibedakan menjadi empat kelompok sesuai

dengan klasifikasi yang telah ditentukan.

Informan untuk klasifikasi usia adalah Bapak Rudi, Ibu Lilies, Ibu Nur,

Bapak Suwandi, Bapak Temu, Sdri. Yemima, Sdri.Mirriam, Sdr.Awang. Untuk

klasifikasi jenis kelamin yaitu Bapak Waluyo, Bapak Heri, Sdr. Dwi, Ibu Ida, Ibu

Dyah, Sdri. Dewi. Sedangkan untuk klasifikasi status ekonomi yaitu Bapak Setyo

P., Bapak Bambang, Bapak Wiyono, Bapak Mulyanto,. Dan informan untuk

klasifikasi tingkat pendidikan adalah Bapak Suratno, Sdri. Mirriam Agustina dan

Sdr. Agung.

G. Analisis Data

Data yang telah masuk kemudian dianalisa untuk mengetahui hasilnya.

Hal ini didasarkan hasil wawancara, pengamatan, atau observasi serta analisis

dokumen dan laporan-laporan yang ada.

Dalam analisa data, teknik yang digunakan yaitu metode analisa kualitatif

dengan bentuk penyajiannya secara deskriptif, yaitu menggambarkan secara

singkat atau jelas mengenai motivasi pemilih dalam pemilihan umum anggota

DPRD Surakarta berdasarkan data-data atau fakta yang diperoleh atau yang ada.

Dari sini kemudian disimpulkan guna menentukan hasilnya. Teknik yang

digunakan adalah teknik analisa interaktif.

Adapun langkah-langkah analisa interaktif ini sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari

buku-buku, serta peraturan-peraturan yang berhubungan dengan masalah-masalah

Page 61: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

yang diteliti.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan

abstraksi data kasar yang dilaksanakan selama berlangsungnya proses penelitian.

Reduksi ini merupakan bagian analisa data yang mempertajam fokus dan

membuang hal yang tidak penting serta mengatur data sedemikian hingga

kesimpulan akhir dapat dilaksanakan.

3. Sajian Data

Sajian data adalah rangkaian informasi yang mendukung kesimpulan

dalam sebuah penelitian. sajian data meliputi berbagai jenis matrik, gambar atau

skema, jaringan kerja kegiatan dan tabel. Semua dirakit secara teratur guna

mempermudah pemahaman informasi.

4. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan akhir yang diperoleh bukan hanya sampai pada akhir

pengumpulan data, melainkan dibutuhkan suatu verivikasi yang berupa

pengulangan dengan melihat kembali field note (data mentah) agar kesimpulan

yang diambil lebih kuat dan bisa dipertanggungjawabkan.

Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam

proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan.

Dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang

lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa

mengambil salah satu komponen.

Page 62: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan menggunakan model

interaktif dapat digambarkan dalam bentuk skema berikut ini:

Sumber: Miles and Huberman (1992: 20)

Gambar 5. Model Analisis Interaktif

H. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu:

“(1)Persiapan, (2) Pengumpulan data, (3) Analisis data, (4) Penyusunan laporan

Penelitian” (H. B. Sutopo, 2002:187-190)

Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Mengurus perijinan penelitian ke Pembantu Dekan III Universitas Sebelas

Maret dan Camat Kecamatan Jebres Kota Surakarta

b. Menyusun protokol penelitian yang ditujukan kepada Camat Kecamatan

Jebres yang kemudian diteruskan kepada Kepala Sub Bagian

Pemerintahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta, pengembangan pedoman,

pengumpulan data dan menyusun jadwal kegiatan penelitian.

2. Pengumpulan Data

a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi,

wawancara mendalam, mencatat, dan menganalisa dokumen.

b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Page 63: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

c. Memilah dan mengatur data yang sesuai.

3. Analisis Data

a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai proposal penelitian.

b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian dicross

check dengan temuan di lapangan.

c. Setelah memperoleh data yang sesuai dengan intensitas kebutuhan maka

dilakukan proses verifikasi dan pengayaan

d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

4. Penyusunan Laporan Penelitian

a. Penyusunan laporan awal.

b. Review laporan

c. Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi.

d. Penyusunan laporan akhir.

Page 64: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Tinjauan Geografis

a. Letak Dan Batas Wilayah

Letak geografis suatu wilayah adalah letak suatu wilayah dilihat dari

kenyataannya di permukaan bumi. Berdasarkan letak geografisnya Kota Surakarta

terletak diantara dua kota besar di wilayah propinsi Jawa Tengah yaitu Kota

Semarang yang merupakan ibukota Jawa Tengah dan Kota Yogyakarta yang

merupakan Daerah Istimewa. Keadaan ini membuat Kota Surakarta menjadi kota

dengan letak yang sangat strategis. Karena secara tidak langsung Kota Surakarta

akan terpengaruh dengan mobilitas di kedua kota besar tersebut. Namun meski

sedikit terpengaruh oleh kedua kota besar tersebut tidak membuat Kota Surakarta

kehilangan ciri khas aslinya.

Wilayah Kota Surakarta secara umum keadaannya datar, hanya bagian

timur agak bergelombang.dengan ketinggian 80-130 meter di atas permukaan laut

dan kemiringan tanah 0-40 . Jenis tanah di wilayah Kota Surakarta sebagian besar

adalah tanah liat berpasir termasuk regosol kelabu dan alluvial, di wilayah bagian

utara jenis tanahnya adalah tanah grumosol serta wilayah bagian timur laut adalah

tanah litosol mediteran.

Jika di atas telah di uraikan letak geografis dari kota Surakarta secara

umum, maka selanjutnya peneliti akan memaparkan letak geografis Kecamatan

Jebres yang merupakan lokasi penelitian ini. Kecamatan Jebres merupakan salah

satu kecamatan yang masih merupakan wilayah dari Kota Surakarta. Letak dari

Kecamatan Jebres ini adalah terletak diantara 110 LS-111 LS dan 7,6 BT-8 LS.

Untuk lebih jelasnya, peta Kecamatan Jebres dapat dilihat pada lampiran 9. Selain

itu Kecamatan Jebres juga mempunyai batas-batas dengan wilayah tertentu,

karena setiap wilayah pasti berbatasan dengan wilayah yang lain. Batas-batas

tersebut adalah sebagai berikut :

1) Utara : Kabupaten Karanganyar

Page 65: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2) Selatan : Kecamatan Pasar Kliwon dan Kabupaten Sukoharjo

3) Barat : Kecamatan Banjarsari

4) Timur : Kabupaten Karanganyar

Selain letak geografis Kecamatan Jebres, selanjutnya peneliti paparkan

ketinggian dari daerah yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Jebres yaitu

80m-130m di atas permukaan lain.

b. Luas Daerah

Kecamatan Jebres yang dikepalai oleh Drs. Sumarno ini terbagi menjadi

11 kelurahan. Dimana setiap kelurahan juga dikepalai oleh seorang Lurah. Berikut

tabel Kepala Kelurahan atau Lurah dari masing masing kelurahan, yaitu sebagai

berikut :

Tabel 3. Daftar Nama Kepala Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008

Setelah mengetahui jumlah kelurahan yang terdapat di Kecamatan Jebres

beserta Kepala Kelurahan atau Lurah masing-masing kelurahan, selanjutnya

peneliti akan memaparkan mengenai luas wilayah Kecamatan Jebres secara

keseluruhan. Berikut peneliti uraikan secara detail mengenai luas Kecamatan

No. Kelurahan Nama NIP

1. Kepatihan Kulon Yuwestri.H, SE 500082395

2. Kepatihan Wetan Dra. Sri Wirasti, MM 500098223

3. Sudiroprajan Sigit Prakosa, S.Sos 500073775

4. Gandekan Suroso, SH 010078877

5. Sewu Sunarman Budi.H, S.sos 500050818

6. Pucangsawit Bambang Edy, S.Sos 500086612

7. Jagalan Urip Jatmiko, SH 500102557

8. Purwodiningratan Drs. Sri Wahyono,M.Si 500056567

9. Tegal Harjo Nanang Heri, S.Sos 010227892

10. Jebres Drs. Tamso 380050583

11. Mojosongo Ir. Heru Sunardi, MM 010247291

Page 66: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Jebres yang terbagi menjadi 11 kelurahan seperti yang telah disebutkan di atas

dalam sebuah tabel.

Tabel 4. Luas Wilayah Tiap Kelurahan Di Kecamatan Jebres

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008

Dari tabel di atas diketahui bahwa luas Kecamatan Jebres adalah 1.258,18

ha, dan dari tabel di atas pula dapat diketahui bahwa Kecamatan Mojosongo

mempunyai wilayah yang paling luas dibandingkan dengan luas kecamatan-

kecamatan lain yang ada di Kota Surakarta. Hal ini dapat dilihat ada gambar peta

Kecamatan Jebres yang terdapat pada lampiran 3.

2. Tinjauan Demografi

Demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kependudukan.

Gambaran mengenai jumlah penduduk dan data kependudukan dapat diperoleh

dengan tiga cara, yaitu registrasi penduduk, sensus penduduk, dan survey

penduduk. Registrasi penduduk merupakan pencatatan terjadinya peristiwa-

peristiwa kelahiran, kematian, dan segala kejadian penting yang dapat mengubah

No. Kelurahan Luas (Ha)

1. Kepatihan Kulon 17,50

2. Kepatihan Wetan 22,50

3. Sudiroprajan 23,00

4. Gandekan 35,00

5. Sewu 48,50

6. Pucangsawit 127,00

7. Jagalan 65,00

8. Purwodiningratan 37,30

9. Tegal Harjo 32,50

10. Jebres 317,00

11. Mojosongo 532,88

Jumlah 1.258,18

Page 67: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

status seseorang dari lahir sampai mati. Sensus penduduk adalah keseluruhan

proses mengumpulkan, menghimpun, menyusun, serta menerbitkan data

demografi, ekonomi, sosial yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu

dan wilayah tertentu. Sedangkan survey penduduk ini dapat berfungsi sebagai

pelengkap sensus penduduk.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa demografi

merupakan ilmu yang mempelajari tentang kependudukan, yang dalam penelitian

ini adalah penduduk yang bertempat tinggal di Kecamatan Jebres yang juga

merupakan obyek dalam penelitian yang peneliti lakukan. Untuk lebih jelasnya

akan peneliti uraikan sebagai berikut:

a. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Pada data di atas telah disebutkan mengenai jumlah penduduk Kecamatan

Jebres ialah sebesar 142.292 jiwa dengan luas wilayah 1.258,18 ha. Selanjutnya

yang perlu diketahui mengenai jumlah penduduk Kecamatan Jebres apabila

dikaitkan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah mengenai jumlah

penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. Data tersebut merupakan jumlah

penduduk tahun 2008. Data tersebut juga digunakan oleh pemerintah daerah

sebagai dasar untuk menentukan berapa besar jumlah penduduk yang telah

memenuhi syarat untuk menjadi pemilih pada pelaksanaan pemilihan umum,

khususnya pada pemilihan umum anggota DPR, DPRD dan DPD pada bulan

April tahun 2009.

Pada penelitian ini peneliti juga mengklasifikasikan pemilih berdasarkan

jenis kelamin. Dimana jenis kelamin ada 2, yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan jenis kelamin (gender) ini juga

berarti bahwa motivasi pemilih dalam pelaksanaan pemilihan anggota DPRD

Surakarta tahun 2009 tersebut juga ada perbedaan.

Berikut data keadaan penduduk Kecamatan Jebres menurut kelompok usia

dan menurut jenis kelamin tiap kelurahan tahun 2008.

Page 68: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tab

el5.

Ban

yakn

yaPe

ndud

uk M

enur

utK

elom

pok

Um

ur D

an J

enis

Kel

amin

Tia

p K

elur

ahan

Tah

un 2

008

Kel

urah

an0

-4

5-

910

-14

Lak

iPe

rem

puan

Jum

lah

Lak

iPe

rem

puan

Jum

lah

Lak

iPe

rem

puan

Jum

lah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Kep

atih

an K

ulon

7496

170

7016

412

614

014

026

6K

epat

ihan

Wet

an22

819

242

016

230

019

716

216

235

9Su

diro

praj

an31

532

363

816

233

832

124

824

856

9G

ande

kan

1.07

51.

150

2.22

529

466

544

351

151

195

4Se

wu

314

537

851

312

634

298

350

350

648

Puca

ngsa

wit

1.33

21.

079

2.41

168

31.

385

708

685

685

1.39

3Ja

gala

n65

164

01.

291

701

1.45

174

680

380

31.

549

Purw

odin

ingr

atan

437

452

889

305

609

248

256

256

504

Teg

alha

rjo

176

187

363

334

688

387

257

257

644

Jebr

es1.

060

971

2.25

42.

254

4.62

91.

697

1.86

21.

862

3.55

9M

ojos

ongo

4.73

24.

878

1.99

01.

990

2.13

71.

809

1.87

11.

871

3.68

0

Jum

lah

10.3

9410

.505

20.8

997.

267

7.73

315

.000

6.98

07.

145

14.1

2520

0713

.770

13.6

9827

.468

6.68

87.

169

13.8

656.

437

6.68

620

06

Page 69: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Lan

juta

n T

abel

5.

Kel

urah

an15

-19

20-

2425

–29

Lak

iPe

rem

puan

Jum

lah

Lak

iPe

rem

puan

Jum

lah

Lak

iPe

rem

puan

Jum

lah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

.K

epat

ihan

Kul

on13

214

227

413

815

115

113

214

427

8K

epat

ihan

Wet

an17

116

633

717

214

214

215

711

527

2Su

diro

praj

an31

138

069

127

428

055

427

426

954

3G

ande

kan

409

521

930

460

510

970

330

291

621

Sew

u45

841

987

748

048

896

834

829

364

1Pu

cang

saw

it68

773

71.

424

771

829

1.60

081

773

51.

552

Jaga

lan

741

728

1.46

979

975

41.

553

629

743

1.37

2Pu

rwod

inin

grat

an29

432

161

524

832

957

721

829

251

0T

egal

harj

o33

132

265

331

834

566

334

430

264

6Je

bres

1.92

82.

013

3.94

12.

256

2.37

44.

630

2.16

62.

071

4.23

7M

ojos

ongo

1.83

71.

943

3.78

01.

765

2.13

22.

338

2.33

82.

297

3.63

5

Jum

lah

7.29

97.

692

14.9

917.

681

8.33

416

.015

7.75

37.

552

15.3

0520

076.

836

7.03

614

.124

7.16

17.

902

15.1

037.

247

7.12

214

.363

2006

Page 70: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Lan

juta

n T

abel

5.

Kel

urah

an30

-39

40-

4950

-59

Lak

iPe

rem

puan

Jum

lah

Lak

iPe

rem

puan

Jum

lah

Lak

iPe

rem

puan

Jum

lah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

.K

epat

ihan

Kul

on18

218

236

420

021

021

041

017

421

0K

epat

ihan

Wet

an12

323

535

817

817

816

534

313

913

4Su

diro

praj

an20

318

839

128

928

930

759

627

230

4G

ande

kan

303

298

601

254

254

275

529

396

355

Sew

u47

141

788

844

844

841

786

543

135

7Pu

cang

saw

it72

668

91.

415

686

686

586

1.27

244

442

1Ja

gala

n62

971

71.

346

421

421

553

974

421

396

Purw

odin

ingr

atan

187

519

223

823

824

147

920

122

1T

egal

harj

o28

134

562

627

627

631

659

233

236

8Je

bres

1.76

01.

561

3.32

11.

563

1.56

31.

534

3.09

788

71.

298

Moj

oson

go2.

434

2.43

94.

873

1.74

31.

743

1.86

63.

609

1.67

11.

518

Jum

lah

7.29

97.

076

14.3

756.

296

6.29

66.

470

12.7

665.

368

5.36

820

072.

434

6.89

713

.666

5.69

25.

692

6.10

511

.797

4.91

34.

913

2006

Page 71: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Lan

juta

n T

abel

5

Kel

urah

an60

+Ju

mla

h Pe

ndud

ukL

aki

Pere

mpu

anJu

mla

hL

aki

Pere

mpu

anJu

mla

h(1

)(5

)(6

)(7

)(8

)(9

)(1

0)

Kep

atih

an K

ulon

162

171

333

1.39

01.

540

2.93

Kep

atih

an W

etan

4757

104

1.57

41.

506

3.08

0Su

diro

praj

an65

5311

82.

486

2.52

85.

014

Gan

deka

n77

649

11.

267

4.74

04.

773

9.51

3Se

wu

381

287

668

3.94

13.

887

7.82

8Pu

cang

saw

it36

134

670

77.

215

6.86

914

.084

Jaga

lan

190

208

398

5.92

86.

292

12.2

20Pu

rwod

inin

grat

an15

014

829

82.

533

2.83

95.

372

Teg

alha

rjo

229

292

521

3.00

83.

088

6.09

6Je

bres

380

451

831

15.9

5115

.510

32.4

61M

ojos

ongo

1.38

190

32.

284

21.7

0021

.994

43.6

94

Jum

lah

4.12

23.

407

7.52

970

.466

71.8

2614

2.29

220

075.

152

4.52

79.

679

70.6

5972

.630

143.

289

2006

Page 72: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

b. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Kecamatan Jebres dengan jumlah penduduk 142.292 jiwa, untuk

mengetahui tingkat pendidikan peneliti susun kedalam tabel sebagai berikut :

Tabel 6. Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan

Tiap Kelurahan Tahun 2008

Kelurahan Tamat

Akademi/PT

Tamat

SLTA

Tamat

SLTP

Tamat SD

Kepatihan Kulon 368 776 463 167

Kepatihan Wetan 137 342 567 532

Sudiroprajan 105 783 1.142 110

Gandekan 439 1.133 1.502 2.105

Sewu 151 1.144 2.994 624

Pucangsawit 260 2.200 1.900 2.900

Jagalan 187 1.305 3.086 3.552

Purwodiningratan 59 590 991 1.414

Tegalharjo 116 815 535 927

Jebres 1.484 4.719 4.297 4.659

Mojosongo 2.450 4.648 5.618 5.209

Jumlah 5.756 18.455 23.095 22.199

2007 5.740 18.623 23.405 21.518

2006

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa mayoritas penduduk Kecamatan

Jebres adalah tingkat pendidikan SLTP dengan jumlah sebanyak 23.095 orang .

Meskipun jumlah ini telah berkurang dari data tahun 2007 yang menyebutkan

sebanyak 23.405 orang dengan tingkat pendidikan SLTP, namun hal ini perlu

mendapat perhatian lebih agar masyarakat Surakarta, khususnya di Kecamatan

Jebres lebih maju.

Page 73: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

c. Keadaan Penduduk Menurut Agama

Kebebasan memeluk agama merupakan hak asasi dari masing-masing

individu yang harus di junjung tinggi oleh umat manusia. Kebebasan itu diatur

dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2. Oleh karena itu dalam kehidupan

bermasyarakat hendaknya saling menghormati dan menghargai satu sama lain

serta memegang teguh sikap toleransi beragama.

Untuk mengetahui keadaan penduduk di kecamatan Jebres secara umum

dapat dilihat dari tabel sebagai berikut.

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tiap Kelurahan

Tahun 2008

Kelurahan Islam Katolik Protestan Budha Hindu Jumlah

Kepatihan Kulon 2.142 263 481 40 4 2.930Kepatihan Wetan 1.797 595 561 67 60 3.080Sudiroprajan 2.846 1.101 867 195 5 5.014Gandekan 6.270 914 2.013 316 - 9.513Sewu 6.568 575 626 30 29 7.828Pucangsawit 9.768 2.290 1.752 170 104 14.084Jagalan 8.940 1.825 1.257 144 54 12.220Purwodiningratan 2.808 1.056 1.320 39 149 5.372Tegalharjo 3.523 1.016 1.033 223 301 6.096Jebres 23.300 4.624 4.231 148 158 32.461Mojosongo 27.334 7.543 8.377 432 8 43.6941

Jumlah 95.296 21.802 22.518 1.804 872 142.2922007 96.342 21.767 22.473 1.850 857 143.2892006

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penduduk Kecamatan Jebres

mayoritas memeluk agama Islam dengan jumlah penduduk sebnyak 95.296 orang

dari jumlah penduduk Kecamatan Jebres keseluruhan adalah sebanyak 142.292

orang.

Kehidupan beragama tidak lepas dari adanya sarana peribadatan. Dengan

sarana peribadatan yang ada, maka dapat menggambarkan komposisi-komposisi

mayoritas. Adapun sarana peribadatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Jebres

dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Page 74: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 8. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenisnya Di Tiap Kelurahan

Tahun 2008

Kelurahan Masjid Surau/

Mushola

Gereja Vihara/

Kuil/

Klenteng

Pura

Kepatihan Kulon - 3 1 1 -

Kepatihan Wetan 2 1 - - -

Sudiroprajan 2 - 2 1 -

Gandekan 4 4 7 - -

Sewu 5 3 2 - -

Pucangsawit 9 5 5 1 -

Jagalan 6 1 7 - -

Purwodiningratan 2 1 3 1 -

Tegalharjo 4 1 2 - -

Jebres 42 13 18 1 1

Mojosongo 48 16 13 - -

Jumlah 124 48 60 5 1

2007 124 48 60 5 1

2006

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008

d. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Penduduk di setiap wilayah pastilah mempunyai mata pencaharian untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari. Begitu pula dengan penduduk di Kecamatan

Jebres. Ada berbagai macam mata pencaharian yang dilakukan penduduk di

Kecamatan Jebres. Mata pencaharian ini tersebar ke dalam berbagai sektor atau

bidang. Berikut ini jumlah penduduk menurut mata pencaharian tiap kelurahan di

Kecamatan Jebres.

Page 75: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tiap Kelurahan Tahun

2008

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di

Kecamatan Jebres memiliki mata pencaharian sebagai buruh industri yaitu

sebanyak 17.653 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk

Kecamatan Jebres memiliki status ekonomi menengah kebawah.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Motivasi Pemilih dalam Pemilihan

Umum Anggota DPRD di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2009” ini

bertujuan untuk mengetahui motivasi-motivasi yang dimiliki oleh pemilih dalam

mengikuti pemilihan umum, khususnya pada pemilihan umum anggota DPRD

Surakarta yang dilaksanakan pada 9 April 2009 yang lalu. Motivasi pemilih ini

sangat penting karena berkaitan langsung dengan pelaksanaan pemilihan umum

yang mana tujuan dari pemilihan umum ini sendiri adalah untuk kepentingan

Kelurahan Petani

Sendiri

Buruh

Tani

Pemilik

Usaha

Buruh

industri

Buruh

bangunan

Peda-

gang

Angku-

tan

PNS/

TNI/

POL

Pensiun

-an

Lain-

lain

Kepatihan Kulon - - 42 347 65 202 114 112 46 1668

Kepatihan Wetan - - 25 482 462 572 182 192 2 443

Sudiroprajan - - 83 93 16 34 - 23 24 3765

Gandekan - - 127 1614 1642 923 114 388 291 1524

Sewu - - 22 3159 820 255 73 65 70 1879

Pucang Sawit - - 350 1051 733 550 301 455 342 6564

Jagalan - - 66 528 242 136 38 213 96 8159

Purwodiningratan - - 31 433 273 430 56 132 67 2452

Tegalharjo - - 10 299 171 131 292 139 149 3854

Jebres - - 41 4859 4684 635 134 981 6.506 7961

Mojosongo 81 - 322 4788 7426 610 323 4467 1044 10886

Jumlah 81 1119 17653 16534 4478 1627 7167 8637 49155

2007 78 1102 17614 16458 4393 1511 7115 2839 51150

Page 76: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

rakyat. Oleh karena itu dalam penelitian ini, pemilih diklasifikasikan menjadi

empat, yaitu

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Status ekonomi

4. Tingkat pendidikan

Tetapi meskipun sudah di klasifikasikan, pada masing-masing klasifikasi

akan lebih dipersempit dengan membaginya menjadi beberapa sub bagian. Pada

klasifikasi yang pertama yaitu berdasarkan usia dibagi menjadi tiga, yaitu :

pemilih dengan usia 17 tahun–25 tahun, 26 tahun–45 tahun, dan 46 tahun–lanjut.

Kemudian pada klasifikasi yang kedua, klasifikasi berdasarkan jenis kelamin

dibagi menjadi menjadi dua, yaitu : laki-laki dan perempuan. Sedangkan

klasifikasi berdasarkan status ekonomi dibagi menjadi dua yaitu : pemilih dengan

status ekonomi menengah keatas dan status ekonomi menengah kebawah. Dan

klasifikasi yang terakhir berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi 2, yaitu :

pemilih dengan tingkat pendidikan tamat SMP-tamat SMA dan Perguruan Tinggi.

Data-data diperoleh dari hasil observasi di Kecamatan Jebres selama satu

hari dan melakukan wawancara langsung dengan responden, dalam hal ini adalah

masyarakat Kecamatan Jebres yang telah memenuhi syarat menjadi pemilih dalam

pemilihan umum, menggunakan hak suaranya dalam pemilhan umum serta

termasuk dalam klasifikasi-klasifikasi yang telah ditentukan di atas. Beberapa

contoh fotonya dapat dilhat pada lampiran 10. Selain itu untuk memperjelas

informan dalam penelitian ini, maka dibawah ini akan disajikan tabulasi data dari

masing-masing klasifikasi.

Page 77: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 10. Tabulasi Data

N

o.

Klasifikasi Indikator Jumlah

Informan

Nama Informan

1. Usia 17tahun-25 tahun

26tahun-45 tahun

46tahun-lanjut

2

2

2

• Sdri. Yemima danSdr. Putra C.S

• Bpk. Abiam Rudidan Ibu Nurliana

• Bpk. Suwandi danMbah Mul

2. Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

6 o Sdr.Dwi H., BpkHeri, dan Bpk.Waluyo

o Ibu Idha N., IbuDyah, Ibu Sriati

3. Status Ekonomi Status EkonomiMenengah Ke atasStatus EkonomiMenengah

Ke bawah

6 • Bpk. Setyo P., Bpk.Bambang H., dan Bpk.Cuk Sutanto

• Bpk. Mulyanto, BpkTiman, Bpk. Wiji S.

4. Tingkat

Pendidikan

Tamat SMP-SMA

Perguruan Tinggi

6 o Sdr. Awang, Sdr. HeriK., Bpk. Wiji P.

o Bpk. Amos H., Sdr.Agung, dan Sdri.Mirriam A

1. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Usia

Pemilihan umum merupakan salah satu tempat rakyat untuk menyalurkan

aspirasi. Pemilihan umum juga merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat

yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam pemilihan umum, terkhusus pemilihan umum anggota DPR,

DPRD, DPD yang diadakan pada tanggal 9 April tahun 2009 telah mencerminkan

adanya kedaulatan rakyat di negara Republik Indonesia. Karena rakyat telah

mengerti betapa pentingnya suara mereka dalam pemilihan umum itu sendiri.

Namun di balik itu setiap individu yang telah memiliki hak untuk memilih

pastilah mempunyai motivasi yang berbeda-beda. Motivasi ini bisa saja timbul

Page 78: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dalam diri seseorang tanpa memperhatikan apakah orang tersebut mempunyai

pengalaman sebelumnya atau orang tersebut baru dalam bidang tertentu. Hal ini

senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Bapak Rudi (37 tahun)bahwa, “

Motivasi pemilih itu keluar dari diri seseorang (pemilih) sesuai dengan apa yang

dia lihat dan rasakan mengenai proses pemilihan umum tanpa dipaksa oleh orang

lain,untuk itu motivasi saya adalah untuk mengekspresikan partisipasi saya

sebagai warga yang baik.” (15 Maret 2010)., Pada dasarnya motivasi itu dapat

timbul di dalam diri siapa saja dan terhadap apa saja. Hal tersebut berbeda dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Mbah Mul (70 tahun), bahwa “ motivasi saya

dalam mengikuti pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta adalah untuk

memberikan suara saya karena pemilu tidak selalu ada setiap tahun.” (20 Maret

2010). Berdasarkan pendapat dari beberapa responden di atas memang tidak dapat

dipungkiri bahwa hal demikian sering dijumpai dalam masyarakat pada

umumnya. Bahkan perbedaaan pendapat mengenai keikutsertaan mereka dalam

pemilihan umum ini juga tidak dapat dihindari.

Motivasi yang timbul dari diri seseorang dapat juga dipengaruhi oleh

faktor lingkungan. Seperti pendapat yang disampaikan oleh Yemima (18tahun)

bahwa,” Keadaan dan orang-orang yang berada di sekitar kita pasti mempunyai

pengaruh tersendiri dalam kita melakukan suatu tindakan, termasuk dalam hal

mengikuti pemilihan umum.” (9 Februari 2010). Hal ini sepaham dengan apa yang

dikemukakan Morgan dalam bukunya Wasty Soemanto(1987:20) bahwa:

Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspekmotivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku(motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut(motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals orends of such behavior ).

Selain pendapat di atas, Putra Christiawan S (19 tahun) yang pada saat juga baru

pertama kali mengikuti pemilihan umum menyampaikan motivasinya dalam

mengikuti pemilihan umum, yaitu bahwa: ”Karena pada saat itu rasa ingin tahu

saya tentang menjadi seorang pemilih sangat besar, sehingga saya tidak mau

melewatkannya begitu saja meskipun saya sendiri tidak terlalu paham dengan

politik.” (5 April 2011).

Page 79: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Keadaan pada saat itu mendorong seseorang yang merupakan pemilih

untuk menentukan sikap, apakah dia akan memilih atau tidak. Dan apakah dia

dalam melakukan hal itu atas dasar kemauan dari dirinya sendiri atau ada

pengaruh-pengaruh lain yang bukan berasal dari dirinya sendiri. Seperti yang

terjadi pada Bapak Suwandi (55 tahun) yang mengatakan bahwa alasan dia

memilih karena adanya iming-iming yang ditawarkan oleh tim sukses dari calon

anggota DPRD yang ikut mencalonkan diri dalam pemilihan umum anggota

DPRD (20 Maret 2010), meskipun dia sendiri tidak begitu mengenal calon yang

dia pilih. Hal tersebut sebenarnya sudah banyak ditemui pada pemilihan umum-

pemilihan umum sebelumnya. Dimana kontrol dan pengawasan masih sangat

kurang. Selain itu hal tersebut sepertinya memang sudah menjadi budaya bangsa

Indonesia bahwa penggunaan money politik baik berupa iming-iming ataupun

pemberian sejumlah uang oleh sekelompok orang dalam usaha mencapai

tujuannya. Oleh karena itu setiap pemiih harus memiliki kesadaran politik yang

tinggi agar dapat bertanggung jawab dalam setiap tindakan politiknya sehingga

dapat terhindar dari money politik itu sendiri.

Selain itu ada pula pemilih yang memilih seorang calon anggota DPRD

dikarenakan kharisma yang ada pada diri salah seorang calon tersebut. Seperti

yang dikemukakan oleh salah seorang responden yang bernama Ibu Nur (43

tahun) yaitu bahwa,” Saya merasa cocok dengan salah satu calon yang berasal dari

partai Demokrat karena saya lihat dari sikapnya yang santun dan berwibawa pada

saat mengadakan lawatan ke daerah kami.” ( 17 Maret 2010). Pendapat-pendapat

yang serupa mungkin banyak ditemui dalam pelaksanaan pemilihan anggota

DPRD. Sikap seperti demikian dapat diklasifikasikan kedalam tipe-tipe pemilih.

Perlu diketahui, tipe pemilih sendiri terbagi menjadi 2, yaitu pemilih rasional dan

pemilih emosional/tradisional. Berdasarkan tipenya, pendapat yang disampaikan

oleh bapak Suwandi dan ibu Nur menunjukkan bahwa dia termasuk kedalam tipe

pemilh tradisional. Seseorang termasuk dalam tipe pemilih tradisional karena

pemilih tersebut lebih mengutamakan figur dan kepribadian dari calon yang

dipilihnya itu. Selain itu, pemilih yang termasuk dalam tipe ini memiliki loyalitas

yang tinggi terhadap calon yang mereka pilih dalam pemilihan umum, meskipun

Page 80: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

mobilitas untuk pemilih tipe ini hanya terjadi pada saat kampanye. Sedangkan

empat informan lainnya termasuk dalam tipe pemilih rasional.

Setiap pemilih pastilah memiliki motivasi yang berbeda-beda,hal tersebut

terlihat dari beberapa pendapat di atas baik pendapat dari pemilih pemula sampai

usia lanjut. Dimana pada klasifikasi ini peneliti mewawancarai 6 orang informan

yaitu 2 termasuk pemilih pemula yaitu sdri. Yemima dan sdr. Putra C.S., 2

pemilih produktif yaitu bpk. Abiam Rudi dan Ibu Nurliana dan 2 pemilih usia

lanjut yaitu bpk. Suwandi dan Mbah Mul. Seperti diketahui bahwa pemilihan

umum, khususnya pemilihan umum anggota DPRD kota Surakarta dilaksanakan

untuk menentukan siapa yang terpilih menjadi anggota DPRD dan pemilihan

tersebut juga tidak membedakan usia dari setiap pemilih. Meskipun motivasi yang

mereka miliki berbeda satu dengan yang lain, namun ternyata pendapat mereka

mengenai wakil rakyat yang ideal tidak berbeda jauh. Wakil rakyat yang ideal

menurut mereka diantaranya adalah menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran,

membela rakyat, mempunyai kharisma dan kualitas sebagai wakil rakyat, dan

mengerti kebutuhan rakyatnya serta tepat dalam mengambil segala keputusan

yang berhubungan dengan kehidupan bersama. Sehingga jika diprosentasekan tipe

tradisional pada klasifikasi ini sebanyak 33,33% sedangkan untuk tipe rasional

sebanyak 66,67%.

2. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Jenis Kelamin

Perbedaan gender seringkali masih menjadi perdebatan dalam kancah

perpolitikan Indonesia. Banyak anggapan bahwa kaum wanita tidak mempunyai

kemampuan yang dapat disejajarkan dengan kaum laki-laki dalam berbagai aspek.

Di lain pihak banyak pula yang beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh

kaum laki-laki dapat juga dilakukan oleh kaum wanita. Hal ini dapat terlihat dari

banyaknya kaum wanita yang menjadi pemimpin baik di perusahaan-perusahaan,

organisasi-organisasi, maupun di institusi-institusi dan departemen.

Dalam pemilihan umum hak untuk dipilh atau pun memilih merupakan

hak semua warga negara Indonesia. Bahkan untuk mendukung emansipasi wanita,

pemerintah mengeluarkan aturan bahwa dalam pemilihan umum anggota DPR,

Page 81: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

DPRD dan DPD harus memenuhi 30 % calon dari kaum wanita. Hal tersebut

tentulah menuai banyak kritik dari berbagai kalangan, bahkan oleh sebagian dari

kaum wanita itu sendiri. Misalnya seperti pendapat yang disampaikan oleh ibu Ida

(23 tahun) yaitu bahwa, ” saya kurang setuju dengan banyaknya pemimpin wanita,

karena menurut saya kaum laki-laki lebih baik daripada kaum wanita.” kemudian

penulis menanyakan mengenai sosok pemimpin ideal atau dalam hal ini calon

anggota DPRD kota Surakarta yang ideal dan dia menjawab bahwa, ” seorang

pemimpin haruslah mempunyai sikap yang jujur, amanah dan konsisten dengan

visi dan misi yang diusungnya.”

Pendapat di atas memang sedikit berbeda dengan pendapat yang

disampaikan oleh bapak Waluyo yang menyatakan bahwa, ” saya setuju adanya

calon anggota DPRD wanita, karena setiap warga negara Indnesia berhak

memimpin asalkan dia mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan

baik.” ( 21 Maret 2010). Perbedaan pendapat antara kaum laki-laki dan kaum

wanita ini bukanlah sesuatu hal baru. Begitu pula perbedaan mengenai motivasi

dari masing-masing individu dalam mengikuti pemilihan umum anggota DPRD

Kota Surakarta.

Motivasi pemilih dalam pemilihan umum memang berbeda-beda, seperti

motivasi yang dimiliki oleh bapak Heri yang menyatakan bahwa,

Motivasi saya memberikan suara saya dalam pemilihan umum adalahkarena saya memandang calon yang saya pilih sangat pantas menjadianggota DPRD baik karena pengalamannya yang cukup lama dalambidang politik, latar belakang pendidikan yang tinggi dan prestasinyaselama ini dalam kemasyarakatan.(1 Maret 2010)

Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh sdr.Dwi yang menyatakan bahwa,

Motivasi saya memilih selain karena hal tersebut hak setiap warga negaraIndonesia,juga karena saya melihat apa yang telah dilakukan oleh calonanggota DPRD tersebut dalam bidang kemasyarakatan sehingga denganlatar belakang yang baik serta program-program yang berpihak kepadakehidupan rakyat banyak membuat saya terdorong untuk memilihnya. (22Maret 2010)

Motivasi kedua responden di atas mengarah ada orientasi policy-problem-solving

yang penilaiannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara ex-post dan ex-

Page 82: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

ante. Penilaian ex-post berarti menilai apa saja yang telah dilakukan oleh calon

anggota sebelum mencalonkan diri sebagai anggota DPRD yang berkaitan dengan

kehidupan kemasyarakatan. Sedangkan penilaian ex-ante berarti penilaian yang

dilakukan dengan mengukur dan menilai kemungkinan kerja dan solusi yang

ditawarkan ketika diterapkan untuk memecahkan sebuah persoalan dalam

masyarakat. Reputasi di masa lalu juga merupakan petunjuk atau signal bagi

pemilih untuk mengidentifikasi para calon anggota DPRD kota Surakarta.

Selain berorientasi pada policy-problem-solving kedua motivasi pemilih

diatas juga menjelaskan bahwa kedua responden tersebut termasuk dalam tipe

pemilih rasional. Pemilih tipe ini mempunyai ciri khas yang tidak begitu

mementingkan ikatan ideologi kepada seorang calon anggota DPRD/ peserta

pemilihan umum anggota DPRD kota Surakarta. Karena hal terpenting bagi

pemilih tipe ini adalah apa yang bisa (dan yang telah) dilakukan oleh seorang

calon anggota DPRD/ peserta pemilihan umum, daripada faham dan nilai para

peserta itu sendiri.

Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Ibu Sriati yaitu bahwa,

”Motivasi saya dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta

adalah karena ikut serta dalam memberikan suara di pemilu merupakansuatu kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia, selain itu saya jugamerasa simpatik terhadap satu peserta pemilihan umum karena sosoknyayang berwibawa dan memiliki kharisma tersendiri di mata saya.” ( 21

Februari 2010)

Selain Ibu Sri, pendapat lain juga dikemukakan oleh Ibu Dyah yaitu bahwa,

”Motivasi saya memilih adalah karena ingin perubahan terjadi dalam masyarakat,

selain itu saya terdorong untuk memilih karena saya mengenal peserta pemilihan

umum tersebut bahkan peserta pemilihan tersebut masih kerabat saya.”( 11 Maret

2010). Hal ini memang tidak asing lagi dalam kehidupan politik di negara kita.

Bahwa sistem kekerabatan dan figur atau sosok peserta pemilihan umum

merupakan beberapa faktor yang mendorong pemilih dalam menentukan

pilihannya dalam pemilihan umum.

Berbeda dengan motivasi informan laki-laki sebelumnya, motivasi yang

dimiliki oleh kedua informan perempuan ini memiliki orientasi ideologi.

Page 83: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Meskipun tidak semua perempuan di Kecamatan Jebres mempunyai pendapat

yang sama dengan kedua informan perempuan pada penelitian ini, namun hal ini

bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan. Orientasi ini muncul ketika

seorang pemilih mempunyai kesamaan ideologi, sistem nilai maupun keyakinan

yang sama dengan seorang peserta pemilihan umum. Selain itu faktor kedekatan

dan kekerabatan antara pemilih dan peserta pemilihan umum juga merupakan hal

yang menjadi pertimbangan tersendiri bagi pemilih dengan orientasi ideologi.

Pemilih yang memiliki orientasi ideologi seperti Ibu Sriati dan Ibu Dyah

ini kemudian menjelaskan bahwa mereka termasuk tipe pemilih tradisional atau

emosional. Karena tipe pemilih ini cenderung memiliki orientasi ideologi yang

tinggi terhadap seorang peserta pemilihan umum dan tidak melihat kebijakan

maupun program dari peserta pemilihan umum menjadi sesuatu yang penting

dalam pengambilan keputusan. Pemilih tipe ini lebih mengutamakan figur dan

kepribadian, mitos dan nilai historis peserta pemilihan umum. Salah satu ciri khas

dari pemilih tipe ini ialah loyalitas yang tinggi terhadap seorang peserta pemilihan

umum. Terkadang bagi pemilih tipe ini ideologi dianggap sebagai suatu landasan

yang tidak bisa diganggu gugat karena apa yang diutarakan oleh peserta tersebut

dianggap sebagai landasan untuk bertindak. Disamping itu, pemilih pada

klasifikasi ini yang telah terbagi menjadi dua kelompok pemilih yaitu tipe pemilih

rasional dan pemilih tradisional (emosional) mengemukakan pendapat mereka

mengenai kriteria wakil rakyat ideal, diantaranya bahwa seorang wakil rakyat

yang ikut dalam pemilihan harus bersikap jujur, berani membela kepentingan

rakyat di atas kepentingannya sendiri ataupun kelompoknya, dan mempunyai jiwa

pemimpin sehingga dapat menjadi teladan bagi rakyat yang dipimpinnya.

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui jumlah pemilih pada

klasifikasi ini ada 6 informan, yaitu 3 informan perempuan dan 3 informan laki-

laki. Dimana informan perempuan tersebut adalah ibu Ida, ibu Sriati dan ibu

Dyah. Sedangkan informan laki-laki adalah bapak Waluyo, bapak Heri dan sdr.

Dwi. Dimana prosentase pemilih dengan tipe tradisional dan tipe rasional

seimbang yaitu 50%-50%, karena 3 informan laki-laki termasuk tipe rasional dan

3 informan perempuan termasuk tipe tradisional..

Page 84: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

3. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Status Ekonomi

Status yang berasal dari bahasa latin ”stare” yang artinya adalah di atas

tanah memang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari. Status ini juga dapat

diartikan sebagai kedudukan. Perbedaan kedudukan seseorang dari yang

berkedudukan tinggi sampai rendah seolah-olah mempunyai lapisan yang bersap-

sap dari atas ke bawah. Jika diamati secara mendalam maka pada setiap

masyarakat atau kelompok terdapat beberapa orang yang lebih dihormati daripada

orang lain dalam masyarakat atau kelompok tersebut.

Dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga lapisan yang jika digambarkan

berbentuk piramida yang mengerucut ke atas, yang menunjukkan bahwa anggota

masyarakat yang berada pada lapisan atas jumlahnya sedikit. Hal ini terjadi karena

untuk mencapai lapisan tersebut perlu sejumlah syarat dan persaingan yang ketat.

Pada tahapan yang di bawahnya ialah lapisan menengah yang jumlahnya relatif

lebih banyak daripada lapisan atas. Sedangkan pada lapisan bawah jumlahnya

paling banyak bila dibandingkan lapisan atas dan lapisan menengah.

Membahas kedudukan di dalam lapisan mayarakat memang tidak bisa

lepas dari status seseorang berdasarkan tingkat kemampuan ekonominya.

Ekonomi merupakan pokok permasalahan yang sangat pelik dan sangat rumit.

Terlebih lagi ekonomi merupakan salah satu aspek yang berdampak langsung

terhadap kehidupan rakyat. Status ekonomi ini dapat dipengaruhi, antara lain oleh

pekerjaan, penghasilan, tingkat kesejahteraan, pola konsumsi keluarga, kondisi

rumah, kepemilikan barang-barang dan luas lahan yang dimiliki. Oleh karena itu

ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan rakyat. Demikian

halnya apabila ekonomi dikaitkan dengan motivasi pemilih dalam pemilihan

umum anggota DPRD Kota Surakarta. Sehingga untuk mengetahui motivasi

pemilih menurut klasifikasi status ekonomi maka pemilih dibagi menjadi dua,

yaitu pemilih dengan status ekonomi menengah keatas dengan penghasilan diatas

Rp 2.500.000 dan pemilih dengan status ekonomi menengah kebawah dengan

penghasilan dibawah Rp 2.500.000.

Melalui wawancara yang dilakukan dengan pemilih status ekonomi ke atas

mengenai motivasi apa yang timbul di dalam diri mereka dalam mengikuti

Page 85: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

pemungutan suara dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta. Bapak

Setyo P mengemukakan motivasi apa yang dia miliki dalam pemilihan umum

anggota DPRD Kota Surakarta yaitu bahwa, ”Dengan mengikuti pemungutan

suara pada pemilihan ini berarti saya juga ikut mendukung perubahan ke arah

yang lebih baik, karena melalui pemilihan umum ini akan menentukan juga siapa

yang pantas menjadi anggota DPRD sekaligus menjadi wakil rakyat.” Dari

pendapat tersebut diketahui bahwa motivasi yang dimiliki oleh Bapak Setyo P

adalah dorongan untuk terciptanya kehidupan yang lebih baik khususnya melalui

pemilihan ini.

Selain Bapak Setyo P motivasi yang hampir sama juga dikemukakan oleh

Bapak Bambang H yaitu bahwa,

Motivasi saya mengikuti pemungutan suara karena saya ingin melihatperubahan terjadi di negara kita, terutama di Kota Surakarta, karena sayamelihat hampir semua wakil rakyat sekarang lebih mementingkan kepentingankelompok dan partainya daripada memenuhi janji pada rakyat melalui visimisinya sebelum terpilih menjadi wakil rakyat. Karena yang kami butuhkanbukan sekedar janji tapi bukti.

Kedua motivasi di atas memang hampir sama karena kedua motivasi tersebut

menyebutkan adanya keinginan untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik.

Dan perubahan yang dimaksud dapat dimulai dari pelaksanaan pemilihan umum

anggota DPRD karena pemilihan ini paling dekat dengan rakyat, khususnya di

kota Surakarta. Di samping motivasi di atas ada juga motivasi yang berbeda dari

kelompok pemilih yang berasal dari status ekonomi menengah ke atas. Karena

tidak semua informan pada kelompok ini memiliki motivasi untuk mewujudkan

perubahan kearah lebih baik. Kemudian Bapak Timan seorang satpam juga

berpendapat bahwa, ”Motivasi saya dalam pemilihan umum anggota DPRD

Surakarta ini adalah karena saya sadar dengan tanggung jawab saya sebagai warga

Indonesia sehingga saya memilih salah satu peserta pemilu yang sesuai dengan

hati saya dan Insya Allah pilihan saya tidak salah.” ( 6 April 2011)

Apabila dilihat dari tiga motivasi di atas memang terlihat ada sedikit

perbedaan, namun dibalik itu semua ada persamaan tujuan yaitu bahwa ketiga

informan di atas termasuk dalam tipe pemilih rasional. Dimana motivasi dari

Page 86: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

ketiga informan di atas menginginkan suatu perubahan setelah terselenggaranya

pemilihan umum, selainnya menginginkan erubahan bagi kota Surakarta ternyata

juga keinginan untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai warga negara

yang baik. Dengan demikian ketiga informan diatas lebih mementingkan kinerja

dan visi misi yang ditawarkan oleh peserta pemilihan umum anggota DPRD

dalam menghadapi segala permasalahan yang dihadapi masyarakat daripada

persamaan ideologi mereka dengan peserta pemilihan umum anggota DPRD

tertentu.

Selain termasuk tipe pemilih rasional, ketiga informan yang merupakan

pemilih dengan status ekonomi menengah keatas cenderung mempunyai orientasi

policy-problem-solving. Dimana pemilh lebih mementingkan program yang

ditawarkan peserta pemilihan umum DPRD. Meski tidak semua pemilih dengan

status ekonomi menengah ke atas mempunyai pendapat yang sama dengan adanya

pemilihan umum tersebut.

Pendapat lain juga disampaikan oleh pemilih dengan status ekonomi

menengah ke atas yaitu Bapak Cuk Sutanto bahwa, ” Saya mengikuti pemilihan

umum, karena salah satu kerabat saya ikut mendaftar menjadi salah satu peserta

dan apabila kerabat saya itu berhasil menjadi anggota DPRD maka saya pun

mendapatkan keuntungan baik dalam kehidupan sosial saya maupun dalam usaha

yang saya jalankan.” (7 Maret 2010)

Selain Bapak Cuk Sutanto, ada pula pemilih dengan status ekonomi

menengah ke bawah yang berpendapat senada yaitu pendapat yang disampaikan

oleh Bapak Mulyanto yaitu, bahwa :

Saya menjadi lebih termotivasi untuk memberikan suara saya dalampemilu anggota DPRD yang lalu karena saya mengetahui kalau saudarasaya ada yang ikut mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kota Solo,meskipun bukan saya yang menjadi anggota DPRD tapi saya tetap merasabangga bila dia yang terpilih.”( 20 Februari 2010)

Hal tersebut memang sering dijumpai di Indonesia bahwa ikatan kekerabatan

masih sangat dijunjung tinggi dalam budaya dan tradisi masyarakat Indonesia.

Seperti halnya dalam pelaksanaan pemilihan umum, khususnya pemilihan umum

anggota DPRD Kota Surakarta. Pemilih seperti ini hanya dimobilisasi dalam masa

Page 87: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

kampanye karena mereka cenderung melihat figur, kepribadian dan kedekatan

sosial-budaya, asal usul, faham serta agama dari peserta pemilihan umum tersebut

daripada melihat visi misinya. Hal ini kemudian membuat mereka berpikir untuk

apa memilih calon lain jika ada calon yang sudah mereka kenal. Pola pikir seperti

ini terus berkembang dan tumbuh di masyarakat Indonesia. Bapak Wiji

menambahkan, ”Kenapa kita harus repot-repot mengenal peserta lain jika ada

saudara kita sendiri yang turut serta dalam pemilihan itu. Bukankah lebih baik jika

kita mendukung orang yang masih termasuk kerabat kita atau bahkan saudara kita

sendiri.” ( 5 Maret 2010). Pemikiran seperti itu tidaklah dengan mudah dapat

dihilangkan dari pola pikir masyarakat Indonesia karena hal tersebut telah

tertanam sejak dari nenek moyang bangsa Indonesia yang beregang teguh pada

keyakinan dan tradisi..

Fenomena di atas bukanlah sesuatu yang baru di dalam pelaksanaan

pemilihan umum di negara Indonesia. Bahkan pemilih seperti ini merupakan

mayoritas di Indonesia. Hal ini ditegaskan lagi oleh Bapak Bambang bahwa

Perbandingan jumlah pemilih yang lebih memperhatikan kedekatanemosional lebih banyak daripada pemilih yang menggunakan pemikiranrasionalnya. Hal ini disebabkan adanya budaya yang mendukung haltersebut terus berlanjut hingga sekarang atau bahkan sampai masa yangakan datang bila tidak decegah pertumbuhannya. (13 maret 2010)

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa pemilih pada

pemilihan anggota DPRD Kota Surakarta berdasarkan status ekonomi terbagi

menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pemilih tradisional dan kelompok pemilih

rasional baik pemilih dengan status ekonomi menengah ke atas maupun pemilih

dengan status ekonomi menengah ke bawah. Meski memiliki status ekonomi yang

berbeda ternyata tidak menutup kemungkinan bahwa mereka atau sebagian dari

mereka memiliki motivasi yang sama yang tentu memiliki orientasi yang sama

pula. Bagi pemilih rasional yaitu pemilih yang lebih memperhatikan visi dan misi

dari peserta pemilihan umum cenderung berorientasi pada misi dan visi serta

solusi yang ditawarkan oleh peserta pemilihan umum untuk menyelesaikan

permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Sedangkan pemilih tradisional lebih

berorientasi pada figur dari peserta pemilihan umum serta hubungan kekerabatan

Page 88: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

yang masih dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Meskipun

demikian para pemilih dari kedua tipe pemilih di atas memiliki kriteria yang

hampir sama mengenai wakil rakyat ideal. Hampir semua informan pada

klasifikasi ini menyebutkan bahwa wakil rakyat yang ideal adalah wakil rakyat

yang jujur, mau membela kepentingan rakyat di atas kepentingan kelompok yang

mengusungnya menjadi wakil rakyat serta di atas kepentingan pribadinya, dan

layak menjadi seorang wakil rakyat yang harus menjadi teladan bagi masyarakat

banyak. Jumlah informan pada klasifikasi ini adalah 6 orang, 3 informan termasuk

dalam pemilih dengan status eknomi menengah ke atas yaitu bapak Setyo P,

bapak Bambang H, bapak Cuk Sutanto dan 3 informan dengan status ekonomi

menengah ke bawah yaitu bapak Muyanto, bapak Wiji dan bapak Timan. Dimana

dari hasil wawancara bila diprosentasekan tipe pemilih tradisional sebanyak

66,67% dan pemilih tipe rasional juga sebanyak 33,33%.

4. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan satu hal yang mutlak menjadi kebutuhan

masyarakat. Karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai cita-cita dan

tujuan hidup manusia serta merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan

kecerdasan bangsa. Sebagai suatu usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita

tertentu sudah sewajarnya bila secara implisit telah mengandung masalah

penilaian terhadap hasil usaha. Untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan, maka dibutuhkan suatu wadah yang digunakan sebagai tempat untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan. Wadah atau tempat yang

dimaksud dapat melalui jalur pendidikan formal yaitu sekolah atau jalur

informal(diluar sekolah). Meskipun terdapat dua jalur pendidikan, namun di

dalam penelitian ini penulis hanya mewawancarai informan yang menempuh jalur

pendidikan formal saja, mulai dari tingkat SD-SMP, SMA dan perguruan tinggi.

Melalui wawancara dengan pemilih berdasarkan tingkat pendidikan yang

telah atau sedang ditempuh, maka penulis dapat mengetahui pula motivasi-

motivasi yang ada dalam diri mereka dalam pelaksanaan pemilihan umum DPRD

Kota Surakarta yang lalu. Motivasi yang mereka miliki tidak jauh berbeda dengan

Page 89: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

informan lainnya yang termasuk dalam klasifikasi sebelumnya. Namun untuk

lebih jelas mengenai motivasi apa saja yang terdapat dalam klasifikasi ini maka

penulis membagi tiga kelompok informan, yaitu informan dengan tingkat

pendidikan SD-SMP, informan dengan tingkat pendidikan SMA, dan informan

dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar

penulis dapat mengetahui bagaimana motivasi di tiap tingkat pendidikan tersebut,

adakah perbedaan motivasi diantara para informan seperti yang terjadi pada

klasifikasi sebelumnya. Motivasi pemilih dalam pemilihan umum, khususnya

pada pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta memang sangat beragam.

Keberagaman dan perbedaan motivasi pemilih dapat dilihat pula pada klasifikasi

ini.

Seperti pada klasifikasi sebelumnya, pada klasifikasi ini juga terdapat

beberapa informan yang menyampaikan pendapatnya mengenai motivasi pemilih

dalam pemilihan umum anggota DPRD kota Surakarta. Pendapat pertama

disampaikan oleh Bapak Wiji P. yaitu bahwa, ” Motivasi saya dalam pemilihan

umum adalah untuk membantu negara dalam mewujudkan demokrasi, meskipun

saya hanya lulusan SMP tapi saya yakin suara saya juga ikut menentukan.” (5

Maret 2010). Begitu juga dengan Sdr. Heri K., seorang dengan lulusan SMA yang

berpendapat bahwa ”Saya tidak ingin melihat negara Indonesia lebih buruk dan

menurut saya melalui pemilihan umum pemilih dapat menggunakan suaranya

secara tepat sasaran sehingga daat membantu mewujudkan negara yang lebih

demokratis lagi.” (1 Maret 2010). Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa keduanya memiliki motivasi yang hampir sama yaitu mewujudkan

demokrasi dan Indonesia yang lebih baik. Namun saat pemilih mewawancari lebih

lanjut mengenai peserta pemilihan umum yang mereka pilih, keduanya menjawab

hal yang sama yaitu mereka hanya mengenal peserta pemilihan umum melalui visi

misi yang tertulis pada poster-poster tanpa mngetahui bagaimana figur sebenarnya

dari peserta pemilihan umum tersebut bahkan ada pula yang hanya berdasar pada

feeling saja. Hal tersebut memang banyak ditemui di setiap pelaksanaan pemilihan

umum. Misal pendapat yang disampaikan oleh Sdr.Awang yaitu bahwa, ” Saya

memang memberikan suara saya dalam pemilu DPRD tapi saya tidak mengenal

Page 90: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

mereka karena terlalu banyaknya peserta yang ikut sehingga terlalu banyak nama

yang dicantumkan, sehingga akhinya saya memilihnya berdasarkan feeling saja.”(

6 Maret 2010). Meskipun dia tidak mengetahui peserta pemilihan umum anggota

DPRD tapi sebagai pemilih dia tetap mempunyai motivasi tertentu dalam

menentukan pilihannya, dia mengatakan bahwa ”Negara Indonesia membutuhkan

kesadaran setiap warganya untuk membantu negara dalam menyelenggarakan

demokrasi demi kemajuan bersama karena untuk itulah setiap warga negara

mempunyai peran sebagai pemilih.” (6 Maret 2010)

Melihat beberapa pendapat di atas, Bapak Wiyono menjelaskan bahwa

”Situasi seperti demikian memang banyak terjadi pada pelaksanaan pemilihan

umum, tidak hanya tidak mengetahui peserta pemilihan umum tapi banyak juga

yang hanya ikut-ikutan saja dengan pilihan orang lain.” (7Maret 2010). Hal

tersebut dapat terjadi karena adanya kedekatan antara pemilih satu dengan pemilih

yang lain. Hal ini biasanya terjadi di daerah yang masih memiliki hubungan

kekerabatan yang erat. Dengan demikian beberapa pemilih di atas dapat dikatakan

termasuk dalam tipe pemilih tradisional karena mereka tidak memusingkan diri

pada kebijakan apa yang telah dilakukan dan kebijakan apa yang akan dilakukan

oleh peserta pemilihan umum yang mereka pilih. Pemilih tipe ini juga lebih

cenderung memiliki orientasi yang menekankan keyakinan pemilih terhadap

peserta pemilihan umum dan bukan pada prestasi atau pun program kerja yang

ditawarkan oleh peserta pemilihan umum tersebut. Dari pendapat di atas maka

dapat diketahui bahwa dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi belum tentu

membuat seseorang dapat berpikir lebih kritis dan rasional

Selain pendapat di atas terdapat beberapa informan yang memiliki

pendapat berbeda. Di antaranya adalah Sdr. Agung yang mengatakan bahwa,

”Motivasi saya pada pemilihan umum anggota DPRD adalah kesadaran saya

untuk ikut mensukseskan program pemerintah demi kemajuan bangsa Indonesia.

Selain itu saya tidak mau suara saya hilang dengan percuma.” (11 Maret 2010).

Kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya untuk ikut mendukung

kelancaran pemilihan umum memang sangat penting. Tanpa adanya kesadaran

masyarakat maka pemilihan umum tidak dapat terlaksana dengan maksimal.

Page 91: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Selain itu perannya sebagai seorang pendidik, juga mendorongnya untuk

memberikan contoh dan teladan bagi setiap peserta didik bahwa partisipasi setiap

warga negara sangat dibutuhkan demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Hal

ini sama dengan pendapat yang dikemukakan bapak Amos H yaitu bahwa,

”Motivasi merupakan niat yang berasal dari diri sendiri, begitu pula dengan

motivasi dalam pemilu. Motivasi itu harus didasari oleh niat dari diri sendiri

karena dengan niat yang baik niscaya hasilnya pun pasti baik.” (22 Februari

2010). Dengan niat tersebut maka timbullah kesadaran pada diri pemilih untuk

memberikan suaranya. Sehingga pelaksanaan pemilihan umum anggota DPRD

pun dapat berjalan lancar. Bapak Amos H juga menambahkan bahwa motivasinya

dalam pemilihan umum anggota DPRD adalah wujud dari kesadarannya dalam

berpolitik, serta kesadaran akan perannya sebagai seseorang yang pernah belajar

mengenai ilmu hukum maka ia mengetahui benar apa yang menjadi hak dan

kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Kemudian sdri. Mirriam A juga

berpendapat bahwa dia memberikan suaranya dalam pemilihan umum anggota

DPRD karena dia memiliki hak pilih. (28 Februari 2010). Motivasi ini

mencerminkan bahwa kesadaran pemilih mengenai hak pilihnya dalam pemilihan

umum DPRD sangat dibutuhkan. Oleh karena itu motivasi yang benar sangat

penting demi mewujudkan demokrasi dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Berdasarkan tiga pendapat di atas maka sdr. Agung, sdr. Heri K., sdri.

Mirriam A dan bapak Amos H dan bapak Wiji P. termasuk tipe pemilih rasional

yang memiliki orientasi policy-problem-solving. Seperti pada klasifikasi

sebelumnya setiap pemilih yang termasuk dalam tipe ini lebih mengutamakan

rasionalitasnya daripada emosionalitasnya. Karena pemilih ini cenderung

menggunakan logikanya dalam menentukan pilihannya atau mengambil keputusan

mengenai siapa yang mereka pilih menjadi wakil rakyat. Meskipun demikian

hampir semua informan pada klasifikaasi ini berpendapat bahwa wakil rakyat

yang ideal adalah wakil rakyat yang jujur, mempunyai sosok sebagai pemimpin

dan setiap kebijakan yang dibuatnya senantiasa demi kepentingan rakyat.

Sedangkan sdr. Awang termasuk tipe pemilih tradisional. Dimana jumlah

informan dalam klasifikasi ini adalah 6 orang, yaitu 3 informan dengan lulusan

Page 92: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

SMP-SMA yaitu sdr. Heri, bapak Wiji P. dan sdr. Awang dan 3 informan lulusan

atau sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi yaitu sdr.Agung, bapak

Amos H, sdri. Mirriam A. Dari jumlah informan tersebut diperoleh kesimpulan

bahwa 16,67% merupakan pemilih dengan tipe tradisional dan 83,33% merupakan

tipe pemilih rasional.

C. Temuan Studi

Pada sub bab ini peneliti memaparkan hasil yang berhasil dikumpulkan

peneliti pada saat penelitian. Kegiatan analisis ini mengacu pada rumusan masalah

yang telah dibuat dan ingin dijawab serta menggunakan acuan landasan teori yang

relevan dan telah di paparkan. Penelitian ini meneliti mengenai motivasi pemilih

dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta di Kecamatan Jebres. Dari

hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menemukan beberapa temuan studi.

Temuan studi tersebut bermula dari terpenuhinya fungsi motivasi yang

menyebutkan bahwa motivasi dalam diri seorang pemilih berfungsi untuk

mendorong seseorang untuk berbuat yang dalam hal ini adalah mendorong

pemilih untuk ikut memilih dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota

Surakarta. Kemudian fungsi motivasi untuk menentukan arah perbuatan, yaitu

mengarahkan pemilih untuk memilih peserta pemilihan umum anggota DPRD

Kota Surakarta yang pantas menjadi menjadi wakil rakyat. Dan yang terakhir

memenuhi fungsi motivasi untuk menyeleksi perbuatan yaitu perbuatan atau

tindakan apa yang harus dan perlu dilakukan pemilih sebelum mengambil

keputusan untuk memilih salah satu peserta pemilihan umum anggota DPRD Kota

Surakarta. Berdasarkan fungsi motivasi di atas, menegaskan bahwa pemilih dalam

pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta berusaha memenuhi kebutuhan

dalam hidupnya, yaitu kebutuhan fisik yang terlihat pada sebagian pemilih yang

berusaha mendapatkan keuntungan selama pemilihan umum ini berlangsung,

kebutuhan sosial yang ditunjukkan adanya loyalitas pemilih terhadap salah satu

peserta pemilihan umum dan kebutuhan egoistik pemilih. Dengan demikian

indikator-indikator pada penelitian ini bisa dikatakan telah terpenuhi.

Page 93: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Sehingga tepat sekali pendapat yang dikemukakan oleh Brenan dan

Lomasky (1977) serta Fiorina (1976) yang dikutip Firmanzah (2007:105)

menyatakan bahwa:

Keputusan memilih selama pemilu adalah perilaku ekspresif. Perilaku initidak jauh berbeda dengan perilaku supporter yang memberikan duknganpada sebuah tim sepakbola. Menurut mereka, perilaku memilih sangatdipengaruhi oleh loyalitas dan ideologi. Keputusan untuk memberikandukungan dan suaranya tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitaspemilih yang cukup tinggi terhadap partai politik jagoannya atau memilihcenderung memilih ideologi yang sama dengan yang mereka anut danmenjauhkan diri dari ideologi yang bersebrangan dengan mereka.

Pendapat di atas sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia yang

mayoritas merupakan tipe pemilih tradisional yang memiliki orientasi ideologi.

Meskipun setiap klasifikasi pemilih dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tipe

pemilih yaitu tipe tradisional dan tipe rasional dimana masing-masing tipe

memiliki orientasi yang berbeda-beda yaitu orientasi ideologi dan policy-problem-

solving. Jika tipe pemilih tradisional dengan orientasi ideologi telah diuraikan di

atas, maka pemilih yang termasuk tipe pemilih rasional dengan orientasi policy-

problem solving dalam penelitian ini melakukan penilaian secara ex-post dan ex-

ante. Penilaian ex-post ini dilakukan pemilih tradisional yaitu dengan menilai apa

saja yang telah dilakukan sebuah partai ataupun wakil rakyat yang berkuasa untuk

memperbaiki kondisi yang ada. Sementara ex–ante dilakukan dengan mengukur

dan menilai kemungkinan program kerja dan solusi yang ditawarkan seorang

wakil rakyat ketika diterapkan untuk memecahkan sebuah persoalan.

Pada klasifkasi yang pertama yaitu klasifikasi berdasarkan usia, dimana

pada klasifikasi ini dibagi menjadi tiga kelompok usia ini mnyebutkan bahwa

pemilih dengan usia pemula dan produktif termasuk dalam tipe pemilih rasional,

meskipun tidak semua pemilih di usia produktif pada penelitian ini tidak

demikian. Sedangkan sebagian dari pemilih dengan usia lanjut termasuk dalam

tipe pemilih tradisional. Untuk lebih jelasnya, berikut peneliti uraikan dalam

bentuk tabel.

Page 94: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tabel 11. Motivasi pemilih Berdasarkan Klasifikasi Usia

Klasifikasi Usia Pemilih Motivasi Yang Dimiliki

17 th - 25 th Rasa ingin tahu untuk merasakan bagaimana memilihsecara langsung dalam pemilihan umumTerdorong lingkungan disekitarnya untuk memilihmeskipun pada saat memilih tetap berdasarkankeyakinannya sendiriTerdorong oleh kesadaran diri sendiri terhadap haksekaligus kewajiban sebagai warga negara yang baikdalam pelaksanaan pemilihan umumTerdorong oleh keinginan untuk memilih wakil rakyatyang dianggap bisa memimpin rakyat denganmemperhatikan prestasi apa saja yang telah dicapaidan kebijakan yang telah dibuatnya serta program apayang ditawarkan

26 th – 45 th Terdorong oleh harapan tentang kehidupan dankeseahteraan yang lebih baik di masa yang akandatang melalui pemilihan umumTerdorong oleh kesadaran diri mengenai hak dankewajibannya sebagai warga negara dalam mengikutipemilihan umum (sama dengan motivasi pemilihpemula)Terdorong oleh pengalaman mengenal sosok salahsatu peserta pemilihan umum melalui lawatan yangpernah dilakukan oleh peserta tersebut

46 th - lanjut Adanya iming-iming atau imbalan yang ditawarkanoleh tim sukses dari calon anggota DPRD yang ikutmencalonkan diri dalam pemilihan umum anggotaDPRD.Keikutsertaan pemilihan umum terdorong oleh faktorpenyelenggaraan pemilihan yang hanya diadakan 4tahun sekaliTerdorong oleh harapan tentang kehidupan dankesejahteraan yang lebih baik di masa yang akandatang melalui pelaksanaan pemilihan umum ini(sama dengan motivasi pemilih usia produktif).

Kemudian pada klasifikasi kedua yaitu klasifikasi pemilih menurut jenis

kelamin, menyebutkan bahwa sebagian besar pemilih perempuan berpandangan

bahwa seorang perempuan tidak pantas menjadi pemimpin meskipun hanya

sebatas wakil rakyat di DPRD. Hal ini kemudian membuat perempuan termasuk

dalam tipe pemilih tradisional. Karena meskipun mereka memilih namun mereka

lebih cenderung memperhatikan figur dan wibawa dari peserta pemilihan umum

daripada visi misi ataupun program kerja yang ditawarkan. Sebaliknya sebagian

Page 95: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

besar laki-laki yang menjadi informan dalam penelitian ini cenderung lebih

memperhatikan visi misi serta program kerja yang ditawarkan masing-masing

peserta pemilihan umu tersebut. Hal inilah yang membuat sebagian besar

informan laki-laki termasuk dalam tipe pemilih rasional dengan orientasi policy-

problem-solving.

Untuk lebih jelas akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini, yaitu

Tabel 12. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Jenis Kelamin

Klasifikasi Jenis Kelamin Motivasi Yang Dimiliki

Laki-laki Terdorong dengan memperhatikan segikepantasan peserta pemilihan umum menjadipemimin dengan mempertimbangkanpengalaman di bidang plitik, latar belakangpendidikan dan prestasi yang telah dicapai

Terdorong oleh kesadaran diri pemilih yangmempunyai hak dalam mengikuti pemilihanumum dan prestasi yang telah dicapai dibidang kemasyarakatan serta program-program yang berpihak kepada rakyat.

Perempuan Terdorong oleh rasa simpatik terhadap salahsatu peserta pemilihan umum yang dinilaiberwibawa dan memiliki kharismaTerdorong karena adanya hubungankekerabatan antara pemilih dengan salah satupeserta pemilihan umum.

Namun hal ini berbeda dengan klasfikasi ketiga yaitu pemilih menurut

status ekonomi. Status disini dapat diartikan sebagai kedudukan, Soerjono

Soekanto (2002:239) mengatakan bahwa: “Kedudukan diartikan sebagai tempat

atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.” Sehingga dapat dikatakan

bahwa status ekonomi pemilih dalam penelitian ini dapat menentukan pula

kedudukannya dalam suatu kelompok sosial. Kriteria yang digunakan untuk

menggolongkan pemilih ini juga dikemukakan oleh Soerjono Soekanto

(2002:237-238), yaitu: “Ukuran kekayaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu

pengetahuan.”

Page 96: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

a. Ukuran Kekayaan

Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan

teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah yang

bersangkutan, mobil pribadi, cara-cara mengenakan pakaian serta bahan

pakaian yang dipakainya, kebiasan berbelanja barang-barang mahal dan

seterusnya.

b. Ukuran Kekuasaan

Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang

terbesar maka akan menempati lapisan atas.

c. Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan atau

kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati menempati lapisan

teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional.

Biasanya mereka adalah golongan orang tua atau mereka yang pernah berjasa.

d. Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai dalam masyarakat yang menghargai

ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan

terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu

pengetahuan yang menjadi ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah

tentu hal demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar

tersebut walau tidak halal.

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan maka diketahui bahwa

kedudukan seseorang tidak bisa lepas dari kedudukan berdasarkan jumlah

penghasilannya. Jika dalam penelitian ini pemilih hanya dibagi dalam dua lapisan

yaitu lapisan menengah ke atas yaitu dengan penghasilan lebih dari Rp 2.500.000

per bulan dan lapisan menengah ke bawah yaitu dengan penghasilan di bawah Rp

2.500.000 per bulan. Maka pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh

Soerjono Soekanto (2002:245) yaitu:

Status ekonomi dapat dikategorikan menjadi :a. Status ekonomi menengah kebawah yaitu dengan penghasilan

Rp.1.000.000; per bulan.

Page 97: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

b. Status ekonomi menengah yaitu dengan penghasilan Rp 1.000.000; sampaidengan Rp 2.500.000; per bulan.

c. Status ekonomi menengah ke atas yaitu dengan penghasilan di atas Rp2.500.000; per bulan.

Dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

tidak semua informan dengan status ekonomi menengah ke atas merupakan tipe

pemilih rasional, tapi ada pula yang menjadi tipe pemilih tradisional karena

sebagian dari mereka masih memperhatikan hubungan kekerabatan dengan

peserta pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta ini.

Berikut ini akan dipaparkan motivasi yang dimiliki oleh pemilih yang

termasuk dalam klasifikasi ini, yaitu sebagai berikut :

Tabel 13. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Status Ekonomi

Klasifikasi Status Ekonomi Motivasi Yang Dimiliki

Status ekonomi menengah

ke atas

Termotivasi untuk ikut menentukan siapayang pantas menjadi wakil rakyat melaluipemilihan umum iniTermotivasi oleh perubahan yang akan terjadimelalui pemilihan umumTerdorong untuk ikut mewujudkandemokrasi melalui pemerintahan yang adildan bersahaja serta masyarakat yangsejahteraTermotivasi karena ada kerabat yang ikutmenjadi peserta pemilhan umum (samadengan motivasi masyarakat menengah kebawah)

Status menengah ke bawah Termotivasi karena ada kerabat yang ikutmenjadi peserta pemilhan umumTerdorong karena rasa bangga sertakeuntungan yang didapat apabila kerabatnyamenjadi anggota DPRDTerdorong oleh rasa loyalitas terhadap salahsatu peserta peilihan umum

Kemudian pada klasifikasi terakhir yaitu klasifikasi menurut tingkat

pendidikan diperoleh data bahwa semakin tinggi seseorang menempuh pendidikan

belum tentu orang tersebut lebih kritis dan lebih memanfaatkan logikanya dalam

Page 98: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

mengambil keputusan dibanding dengan pemilih yang mempunyai tingkat

pendidikan lebih rendah, khususnya dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota

Surakarta. Untuk lebih jelasnya berikut motivasi yang dimiliki oleh pemilih dalam

penelitian ini di tiap tingkat pendidikan.

Tabel 14. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan

Klasifikasi

Pendidikan

Motivasi Yang Dimiliki

SD Terdorong oleh keinginan untuk melihat bangsaIndonesia lebih baik

SMP Termotivasi untuk membantu negara dalammewujudkan demokrasi

SMA Termotivasi untuk menggunakan suara secara tepatsasaran yaitu melalui pemilihan umum

PT Terdorong oleh partai yang membawa peserta pemiludalam pemilihan umumKesadaran dalam mewujudkan demokrasi bersamadengan pemerintah melalui pemilihan umum

Selain motivasi pemilih dari beberapa klasifikasi di atas, peneiti juga

menemukan suatu temuan bahwa berdasarkan dari sampel yang telah

diwawancarai yaitu 24 informan, 54,16% diantaranya merupakan pemilih dengan

tipe rasional atau sebanyak 13 informan, sedangkan 45,83% merupakan pemilih

tipe tradisional atau sebanyak 11 informan. Demikianlah temuan studi yang

diperoleh peneliti pada saat menganalisis data dalam rangka menyusun hasil

laporan penelitian yang berjudul “Motivasi Pemilih Dalam Pemilihan Umum

Anggota DPRD Surakarta Tahun 2009 Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.”

Page 99: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pada klasifikasi usia motivasi yang dimiliki pemilih dalam pemilihan umum

anggota DPRD berbeda-beda, semakin matang seseorang ternyata ikut

menentukan bagaimana motivasi yang dimiliki. Matang disini tidak berarti

bahwa semakin besar angka usianya akan semakin kritis. Sebaliknya di usia-

usia awal menjadi pemilih ternyata menimbulkan keingintahuan yang besar

khususnya mengenai pemilihan umum anggota DPRD ini. Pemilih pemula

(17th-25th) cenderung lebih kritis daripada pemilih yang sudah pernah

mengalami pemilihan umum berulang-ulang. Oleh karena itu pemilih pemula

dan pemilih dengan usia produktif (26th-45th) termasuk dalam tipe pemilih

rasional karena lebih berorientasi pada policy-problem-solving yang

cenderung memperhatikan visi misi dan program yang ditawarkan oleh peserta

pemilihan umum anggota DPRD yang diharapkan dapat menjawab

permasalahan yang ada di masyarakat. Sebaliknya pada pemilih usia lanjut

(46th-lanjut) termasuk pada tipe pemilih tradisional karena sebagian besar

lebih memperhatikan hubungan kekerabatan, persamaan sosial budaya dengan

peserta pemilihan umum daripada program kerja yang ditawarkan. Hal itu

menjelaskan bahwa tipe pemilih ini memiliki orientasi ideologi, dimana salah

satu karakteristik yang menonjol pada pemilih ini adalah loyalitas tinggi pada

salah satu peserta pemilihan umum yang didukungnya. Meskipun tidak semua

informan pada usia lanjut termasuk pada tipe tradisional dengan orientasi

ideologi.

2. Pada klasifikasi jenis kelamin ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan. Dari hasil analisis data menyebutkan bahwa sebagian besar

informan laki-laki termasuk tipe pemilih rasional karena mereka lebih

Page 100: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

mengutamakan realita yang ada serta program-program kerja yang ditawarkan

oleh para peserta pemilihan anggota DPRD, sehingga motivasi yang mereka

miliki cenderung berorientasi pada policy-problem-solving. Sedangkan

informan perempuan termasuk tipe tradisional karena sebagian besar masih

mengutamakan persamaan ideologi dengan peserta pemilihan umum DPRD

Kota Surakarta, maka jelaslah bahwa pemilih tipe ini memiliki motivasi yang

cenderung berorientasi ideologi yaitu dimana pemilih tidak terlalu

memperhatikan visi dan misi maupun kebijakan apa yang telah dan akan

diambil oleh peserta pemilihan umum tersebut. Selain itu kelompok kedua ini

juga masih memegang teguh satu keyakinan, bahwa tempat perempuan adalah

di belakang laki-laki, sehingga tidak pantas bila mencalonkan diri pada

pemilihan anggota DPRD Kota Surakarta meski dihadapan hukum tidak ada

perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

3. Pada klasifikasi status ekonomi yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok status ekonomi menengah ke atas dan kelompok status ekonomi

menengah ke bawah. Motivasi yang dimiliki oleh pemilih dengan status

ekonomi menengah ke atas sebagian besar mengarah pada tipe pemilih

rasional karena mereka lebih berpikir rasional yaitu sebelum menentukan

pilihannya dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta lalu,

mereka melihat dan memperhatikan visi dan misi serta prestasi apa yang telah

dicapai oleh sebagian besar peserta pemilihan umum tersebut. Pemilih

kelompok ini juga mempunyai harapan bahwa melalui pemilihan umum ini

keadaan kota Surakarta menjadi lebih baik dan maju. Oleh karena itu tipe

pemilih ini juga memiliki oreintasi policy-problem-solving yaitu bahwa

mereka tidak terlalu mementingkan hubungan kekerabatan ataupun persamaan

ideologi dengan peserta pemilih namun mereka lebih mementingkan apa yang

telah dicapai dan apa yang akan berusaha dicapai apabila terpilih menjadi

anggota DPRD Kota Surakarta. Sebaliknya pada pemilih kelompok kedua

yaitu pemilih dengan status ekonomi menengah ke bawah lebih cenderung

berorientasi ideologi dimana pemilih ini masih memperhatikan hubungan

Page 101: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

kekerabatan, persamaan ideologis dan persamaan sosial budaya dengan

peserta pemilihan umum tertentu. Meskipun ada pula pemilih dari status

ekonomi menengah ke atas yang juga mempunyai pendapat yang sama dengan

pemilih tipe ini. Dengan orientasi ini maka pemilih dengan status ekonomi ke

bawah termasuk tipe pemilih tradisional karena masih mementingkan ikatan

emosional dengan peserta pemilihan umum daripada rasionalitasnya.

4. Pada klasifikasi yang terakhir yaitu klasifikasi tingkat pendidikan dapat

dketahui bahwa pemilih dengan tingkat pendidikan rendah sebagian besar

motivasinya cenderung memiliki orientasi ideologi dengan peserta pemilihan

umum. Mereka lebih memperhatikan sosok peserta pemilihan umum

berdasarkan cara pandang masing-masing pemilih tanpa mengedepankan

rasionalitas mereka. Mereka beranggapan bahwa, asalkan peserta pemilih

memiliki nilai dan keyakinan yang sama dengan diri pemilih maka mereka

pasti memilihnya. Sehingga berdasarkan kriteria-kriteria di atas maka pemilih

ini termasuk tipe pemilih tradisional. Sebaliknya untuk pemilih dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi termasuk tipe pemilih rasional yang mana

motivasinya berorientasi pada policy-problem-solving karena tipe pemilih ini

lebih mengutamakan logikanya dalam menentukan pilihannya dalam

pemilihan umum, meski tidak semua yang berpendapat sama. Dengan

demikian hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang belum tentu orang tersebut akan lebih kritis dalam menanggapi

segala sesuatu dan memperhitungkan dampak jangka panjang dibandingkan

dampak jangka pendek dari hasil pelaksanaan pemilihan umum anggota

DPRD Kota Surakarta ini pada khususnya.

B. Implikasi

Dilihat dari hasil penelitian mengenai motivasi pemilih dalam pemilihan

umum anggota DPRD Kota Surakarta di Kecamatan Jebres, maka implikasi yang

dapat diberikan adalah sebagai berikut:

Page 102: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat bermacam-macam

motivasi dalam diri pemilih di masing-masing klasifikasi yang

menyebabkan terbaginya pemilih menjadi dua tipe yaitu tipe pemilih

rasional dan pemilih tradisional (emosional) yang mana masing-masing

tipe berorientasi pada policy-problem-solving dan ideologi.

a. Pada klasifikasi pertama yaitu berdasarkan usia, diketahui bahwa

pemilih pemula dan pemilih produktif pada penelitian ini lebih kritis

dan motivasi yang dimilikinya pun berbeda jika dibandingkan dengan

pemilih usia lanjut. Hal ini menyebabkan pemilih pemula dan pemilih

usia produktif termasuk dalam tipe pemilih rasional dengan orientasi

policy-problem-solving. Sebaliknya pemilih usia lanjut termasuk

dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasi ideologi.

b. Pada klasifikasi kedua yaitu berdasarkan jenis kelamin diketahui

bahwa motivasi antara pemilih perempuan berbeda dengan motivasi

pemilih laki-laki. Dimana motivasi pemilih perempuan masih

dilatarbelakangi oleh adanya sistem kekerabatan dan budaya lokal

yang menilai bahwa seorang perempuan tidak pantas menjadi seorang

pemimpin. Hal inilah yang menyebabkan pemilih perempuan termasuk

dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasi ideologi. Sebaliknya

pemilih laki-laki termasuk dalam tipe pemilih rasional dengan orientasi

policy-problem-solving.

c. Pada klasifikasi ketiga yaitu berdasarkan status ekonomi, dimana

pemilih digolongkan dalam 2 kelompok yaitu kelompok menengah ke

atas dan kelompok menengah kebawah. Pada klasifikasi ini, pemilih

dengan status ekonomi menengah ke atas termasuk dalam tipe rasional

dengan orientasi policy-problem-solving. Hal ini disebabkan karena

pemilih pada kelompok ini lebih memperhatikan visi misi serta

program kerja yang ditawarkan peserta pemilihan umum daripada

hubungan kekerabatan ataupun hubungan emosional dengan peserta

pemilihan umum. Sebaliknya bagi pemilih dengan status ekonmi

menengah ke bawah termasuk dalam tipe pemilih tradisional dengan

Page 103: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

orientasi ideologi. Hal ini disebabkan selain karena lebih

memperhatikan hubungan kekerabatan, mereka juga lebih tertarik pada

imbalan yang akan diterimanya jika memilih salah satu peserta

pemilihan umum.

d. Pada klasifikasi terakhir ini yaitu berdasarkan tingkat pendidikan,

diperoleh data bahwa tingkat pendidikan seorang pemilih tidak dapat

menjamin pemilih tersebut memiliki motivasi yang bisa membuatnya

termasuk dalam tipe pemilih rasional ataupun tradisional dengan

orientasi policy-problem-solving atau ideologi. Meskipun sebagian

besar pemilih dengan tingkat pendidikan tinggi pada penelitian ini

memang termasuk dalam tipe rasional dengan orientasi policy-

problem-solving. Sedangkan pemilih yang memiliki tingkat pendidikan

lebih rendah sebagian besar termasuk dalam tipe tradisional dengan

orientasi ideologi Sehingga berdasarkan analisis data yang dilakukan

pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan seorang pemilih belum tentu orang tersebut akan lebih

kritis dalam menanggapi segala sesuatu dan memperhitungkan dampak

jangka panjang dibandingkan dampak jangka pendek dari hasil

pelaksanaan pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta ini pada

khususnya.

Sehingga dengan adanya penelitian ini menunjukkan bahwa pengenalan tentang

pemilihan umum memang sangat dibutuhkan, terlebih pengenalan mengenai

masing-masing peserta pemilihan umum yang mencalonkan diri sebagai wakil

rakyat di Surakarta. Karena hal tersebut mempengaruhi motivasi pemilih dalam

memberikan suaranya pada pemilihan umum ini. Sehingga diharapkan hasil

penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang baru demi kemajuan

bersama.

Page 104: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian tersebut di atas,

maka berikut ini disampaikan saran-saran. Saran-saran yang dapat disampaikan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi usia

Dengan perkembangan jaman sekarang ini, maka sebaiknya setiap pemilih

dapat berpikir lebih kritis. Terkhusus bagi pemilih dengan usia lanjut,

hendaknya jangan hanya terpaku pada kebiasaan lama yang hanya berpikir

bahwa apabila anggota kerabat menjadi wakil rakyat maka akan menjadi

keuntungan pula bagi kerabatnya yang lain. Tapi hendaknya setiap pemilih

lebih bisa mengikuti perkembangan jaman sekarang. Sehingga pemilih

tradisional sedikit demi sedikit dapat berkurang, meski tidak akan mungkin

hilang dalam pelaksanaan pemilihan umum.

b. Bagi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Jenis kelamin

Dengan diketahuinya motivasi pemilih dengan berdasarkan jenis kelamin ini,

terkhusus bagi pemilih dengan jenis kelamin perempuan yang masih

dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa seorang perempuan tidak pantas

menjadi seorang pemimpin maka sebaiknya pemilih ini bisa lebih melihat ke

dunia luar bahwa antara kaum laki-laki dan perempuan sudah tidak bisa

dibedakan. Karena tidak sedikit kaum perempuan yang bisa menyamai

kedudukan kaum laki-laki karena kemampuan yang dimilikinya. Meski secara

kodrat kaum laki-laki memang lebih tinggi daripada kaum perempuan. Namun

hal tersebut tidak berarti bahwa kaum perempuan tidak pantas menjadi

pemimpin. Oleh karena itu bagi pemilih perempuan jangan membatasi diri

dengan beranggapan bahwa kaum perempuan hanya mempunyai tempat di

belakang kaum laki-laki. Tapi tanamkan pikiran bahwa kaum perempuan pun

dapat juga melakukan apa yang dilakukan oleh kaum lak-laki, terkhusus dalam

hal ini adalah dalam memilih dalam pemilihan umum. Dengan demikian

budaya lokal yang sering mengikuti pemikiran kaum perempuan ini dapat

berkurang.

Page 105: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

c. Bagi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Status Ekonomi

Dalam klasifikasi ini pemilih dibagi menjadi dua yaitu pemilih dengan status

ekonomi menengah ke atas dan pemilih dengan status menengah ke bawah.

Dengan pengelompokan pemilih ini maka jelaslah bahwa terdapat perbedaan

motivasi. Terkhusus bagi pemilih dengan status ekonomi menengah ke bawah

hendaknya lebih memperhatikan kenyataan yang ada. Maksudnya pemilih ini

jangan hanya meperhatikan kepentingan sendiri. Karena pemilih ini termasuk

kelompok pemilih tradisional maka pemilih ini seharusnya mau berusaha

berubah. Karena pemilih tradisional dalam menentukan pilihannya dalam

pemilihan umum lebih cenderung memilih karena hubungan kekerabatan dan

imbalan yang diberikan kepadanya. Padahal hal tersebut sangat merugikan

negara. Karena pemerintah mengadakan pemilihan umum ini bertujuan untuk

mewujudkan demokrasi. Oleh karena itu hendaknya setiap pemilih dalam

pemilihan umum ini lebih mengutamakan kepentingan demi kemajuan

bersama dan bukan kepentingan sendiri.

d. Bagi Pemilih Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dalam klasifikasi ini pemilih terbagi menjadi beberapa tingkat pendidikan.

Karena pada klasifikasi ini yang termasuk pemilih tradisional adalah mereka

yang memiliki tingkat pendidikan rendah maka hendaknya pemilih ini bisa

lebih aktif dalam mencari informasi mengenai pemilihan umum. Sehingga

dalam menentukan pilihannya setiap pemilih mampu menentukannya sesuai

hati nurani dengan memperhatikan bagaimana wakil rakyat yang akan

dipilihnya. Hal ini tidak hanya ditujukan untuk pemilih dengan tingkat

pendidikan rendah saja yang masih beranggapan bahwa sistem kekerabatan itu

penting namun juga untuk pemilih dengan tingkat pendidikan tinggi yang

mempunyai anggapan yang sama. Dengan demikian tujuan pemerintah

mewujudkan demokrasi bersama rakyat dapat tercapai sepenuhnya.