program studi kesejahteraan sosial fakultas...

127
MANFAAT MUSIK SAMPAH DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Fatkhur Rohman NIM: 109054100026 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: lamhanh

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MANFAAT MUSIK SAMPAH DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN

SOSIAL ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION

PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Fatkhur Rohman

NIM: 109054100026

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

MANFAAT MUSIK SAMPAH DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN

SOSIAL ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION

PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Fatkhur Rohman

NIM: 109054100026

Pembimbing:

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2014 M

i

ABSTRAK

FATKHUR ROHMAN

MANFAAT MUSIK SAMPAH DALAM MENGEMBANGKAN

KETERAMPILAN SOSIAL ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH

DILTS FOUNDATION, JAKARTA

Musik telah berabad lamanya dipercaya memiliki kekuatan untuk

menyembuhkan jiwa manusia. Sejalan dengan makin mengglobalnya tekhnologi

dan kemajuan peradaban, selama beberapa dekade terakhir, praktik dan

penyembuhan melalui musik telah teruji secara empirik. Terapi musik mendapat

tempat sebagai terapi holistik, karena tekhnik penyembuhannya secara langsung

menyentuh aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik manusia. Kata musik dalam

art therapy menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian

terapi. Dengan bantuan musik, klien didorong untuk berinterkasi, berimprovisasi,

mendengarkan atau aktif bermain musik. Musik sebagai salah satu media terapi

memiliki tujuan untuk membantu mengekpresikan perasaan, membantu

rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan

emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk

berinteraksi dan membangun kedekatan emosional.

Hingga saat ini fenomena anak jalanan masih sering kita jumpai, apalagi di

kota besar seperti Jakarta. Banyak faktor pendorong anak turun ke jalan, dari

semua faktor pendorong yang ada kemiskinan merupakan pangkal dari

permasalahan yang ada. Peran pemerintah DKI Jakarta saat ini yang rutin

mengadakan razia untuk mengurangi jumlah penyandang masalah kesejahteraan

sosial yang di dalamnya termasuk anak-anak mendorong rumah singgah untuk

membuat program yang di tujukan untuk anak-anak, bersifat rekreasional dan

dapat memberi banyak manfaat.

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yakni berupa kata-kata tertulis atau

lisan yang berusaha menggali masalah dengan metode wawancara dan observasi.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan tabel ceklis evaluasi perilaku anak

untuk mengetahui perkembangan keterampilan sosial anak setelah mengikuti

musik sampah. Wawancara bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

art therapy dan pengaruh yang terjadi dalam diri anak jalanan di rumah singgah

tersebut. selain itu observasi juga dilakukan untuk mengamati pelaksaan art

therapy dan pengaruhnya dalam diri anak.

Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan musik sampah di rumah

singgah Dilts Foundation berjalan dengan baik karena melalui tahapan pelatihan

yang telah disusun rapi, walaupun saat ini belum ada jadwal pasti untuk latihan.

Proses penyampain materi musik sampah juga menggabungkan metode ceramah

dan praktik langsung. Pelaksanaan musik sampah juga berpengaruh terhadap

keterampilan sosial anak jalanan yang mengikutinya. Keterampilan sosial yang

berkembang pada diri anak meliputi aspek perilaku interpersonal, perilaku yang

berhubungan dengan diri sendiri, kesuksesan akademik, penerimaan dan

keterampilan komunikasi.

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukian hasil saya atau merupakan jiplakan

dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 Januari 2015

Fatkhur Rohman

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah,

inayah dan segala nikmatNya. Sang Pencipta yang telah memberi kemampuan

umatNya untuk selalu berpikir, bergerak dan menghasilkan karya yang

bermanfaat.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah

Muhammad Saw yang selalu memberi petunjuk dan pencerahan bagi kehidupan,

yang telah membawa umatnya minadzulumati ilannur, dan kesejahteraan semoga

selalu tercurahkan kepada keluarga besar beliau, sahabat-sahabatnya, tabiin-

tabiuttabin, dan kita sebagai umatnya. Amien.

Sungguh tidak ada zat Maha Kuasa selain Tuhan sekalian alam, Allah

SWT, karena dengan izinNya lah kuliah dapat dikelarkan, skripsi dapat

diselesaikan, dan semoga segala ilmu dapat bermanfaat.

Begitu panjang perjalanan peneliti dalam menyelesaikan study Strata 1 ini.

Begitu banyak kenangan yang tertanam dalam hati dan ingatan ini. Namun

kewajiban peneliti sebagai anak dari seorang tua yang tersisa, ayahku tercinta

Agus Iriyanto, suami dari Ibuku Maryati (Alm) yang mengharapkan anaknya

segera memberi kabar gembira dengan membawa secarik kertas ijazah. Mohon

maaf atas keterlambatanku dan terima kasih atas setiap lantunan doa dan harapan

indahnya untukku. Semoga peneliti dapat mengejar semua harapan dan cita- cita

serta menyusul teman- teman yang lain dalam karir kesuksesannya. Amien.

iii

Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran diri, peneliti sadar bahwa

skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril

maupun materil, sudah sepatutnya peneliti mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi

terselesaikannya penelitian skripsi ini. Maka peneliti berterima kasih kepada:.

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Pudek I Bapak Suparto, M. Ed, PhD, Pudek II Bapak Drs.

Jumroni, M.Si, dan Pudek III Bapak Dr. H Sunandar, M. Ag.

2. Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial, Ibu Siti Napsiyah, M.SW, dan Bapak

Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial.

3. Ibu Artiarini Puspita A., M. Psi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian,

bimbingan, arahan, kritik dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

4. Seluruh bapak/ibu dosen Jurusan dan Fakultas yang telah mendedikasikan

jiwa dan raga serta pengabdian atas segala ilmu yang penulis dapatkan selama

menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.

5. Seluruh pihak Rumah Singgah Dilts Foundation Pasar Minggu, Jakarta

Selatan. Kak Bayu, para voulenteer dan adik-adik penerima manfaat yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

iv

6. Kakak tecinta Yuli Susyanti dan Ahmad Rosyid Ghufron. Keponakan yang

cantik Nabila Badzilatun Najjah, dan keponakan yang ganteng si kembar

Assraf dan As`ad.

7. Seluruh keluarga besar Jurusan Kesejahteraan Sosial dari berbagai angkatan,

terima kasih telah menyalurkan semangat, keceriaan, kebahagiaan, canda

tawa, dan rasa kekeluargaan kepada penulis, khususnya kessos angkatan 2009.

8. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan di BEM FIDKOM periode 2011-

2012, HMI KOMFAKDA angkatan 2009 serta pengurus periode 2011-2013

terima kasih untuk segala pengalaman dan ilmunya. Yakinlah bahwa usaha

kita akan sampai pada tempatnya.

9. Pioneer dan seluruh keluarga KMLA Garuda Fidkom UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Sebuah negara tidak akan kehabisan pemimpin jika para pemuda suka

pergi ke gunung dan hutan. Salam Rimba, Terbang Tinggi Tak Lupa Bumi.

10. Sahabat-sahabat terbaik yakni Ajib, Gozali, Togar, Codet, Unyil, Bogel,

Iyung, Momba, Ajeng, Dudung (Alm), Novija, Cipuy, Apriza, Indra, Pampam.

Kita semua harus sukses brother.

11. Untuk kakak-kakak kelas terbaik di kampus, Bang Jenggot, Bang Erik, Bang

Fahdi, Bang Adul, Bang Adit, bang Fitrah, Bang Velli, Bang Sabir, Bang Jay,

Bang Ridho. Botel, Kulay, Bang Sendy, dan seluruh kakak kelas di FDIKOM.

12. Gerombolan penanti senja, Kantuy, Evans, RD, Capung, Bagong, Janos, Bill,

Kipli, Ni`am, Asep, Agung,

v

13. DPP Fams, Fikri, Jali, Kums, Tri, Kuns, Matle, Gins, Farid, Kahfi, Acim,

Deas, Ojan, Bonte, dan semuanya. Keep Calm and Sober Brother.

14. Teman-teman UKM yang ada di SC, Egy Karvest, Bledig, Oi, Nyamuk,

Imam, Jasa kita abadi genk.

15. Terakhir, kepada semua pihak yang telah membantu dan member kontribusi

dalam penulisan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak terima

kasih.

Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberi

manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Dan

juga semua perhatian, motivasi, bantuan, dan bimbingan yang diberikan oleh

semua pihak semoga dibalas oleh Allah SWT sebagai pahala yang setimpal.

Amin yaa Robbal`alamin.

Ciputat, 16 Januari 2015

Fatkhur Rohman

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 9

D. Metodologi Penelitian ......................................................................... 10

E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 15

F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 16

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Musik dan Manfaatnya Dalam Art Therapy ........................................ 18

1. Pengertian Musik Dalam Konteks Art Therapy ....................... 18

2. Manfaat Musik Untuk Keberfungsian Sosial ............................ 23

B. Keterampilan Sosial.............................................................................. 30

1. Pengertian Keterampilan Sosial ................................................ 30

2. Dimensi Keterampilan Sosial ................................................... 32

3. Karakteristik Keterampilan Sosial ............................................ 36

4. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial .................... 39

D. Anak Jalanan .. ..................................................................................... 44

1. Pengertian Anak Jalanan ........................................................... 44

2. Faktor Pendorong dan Penarik Anak Turun ke Jalan ............... 46

3. Kategori dan Karakteristik Anak Jalanan ................................. 48

4. Gaya Hidup Anak Jalanan ........................................................ 50

vii

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION

A. Sejarah Dilts Foundation ................................................................... 52

B. Sejarah Musik Sampah ........................................................................ 53

C. Visi dan Misi ....................................................................................... 54

D. Program Dilts Foundation ................................................................... 56

E. Struktur Organisasi .............................................................................. 59

F. Prestasi ................................................................................................. 60

G. Kerjasama dan Kemitraan ................................................................... 61

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Pelaksanaan Kegiatan Musik Sampah............................................. .....63

Tahapan Pelaksanaan Musik Sampah .................................................. 66

B. Manfaat Musik Sampah dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial

Anak Jalanan ....................................................................................... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 86

B. Saran .................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sebuah pembangunan, anak merupakan aset negara, tunas

potensi, dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang harus dijaga

dan dilindungi, maka anak memiliki peran strategis bagi kelangsungan

eksistensi bangsa dan negara di masa mendatang. Krisis ekonomi yang

dialami Bangsa Indonesia pada tahun 1997 berdampak terhadap

meningkatnya permasalahan sosial di negeri ini, tidak terkecuali juga

permasalahan anak.

Pada umumnya permasalahan anak dikategorikan menjadi tiga

yaitu: perlakuan salah terhadap anak atau PSTA (child abuse atau child

maltreatment), penelantaran anak (Child neglect), dan eksploitasi anak (child

exploitation). Konsep tersebut mengalami perubahan seiring dengan

permasalahan anak yang berkembang, permasalahan tersebut diantaranya

adalah:1

1. Anak yang mengalami pengabaian (child neglect) dan ekploitasi anak

(child explotation) seperti anak jalanan (street children) dan pekerja

anak (child labour) yang bekerja pada sektor industri formal yang

berbahaya dan ekploitatif.

2. Anak yang berada dalam kondisi darurat, seperti anak dalam

pengungsian, bencana alam, konflik bersenjata, kerusuhan sosial.

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT

Refika Aditama, 2005), hal. 160

1

2

3. Anak yang diperdagangkan (child trafficking), baik untuk pelacuran

(anak yang dilacurkan atau AYLA dan pornografi), adopsi illegal,

maupun untuk pembantu rumah tangga, anak kelompok minoritas, dan

anak komunitas adat terpencil.

4. Anak yang terlibat kriminalitas atau berkonflik dengan hukum.

5. Anak yang terlibat dalam produksi dan perdagangan obat terlarang,

termasuk anak korban penyalahgunaan NAPZA.

6. Anak korban HIV/AIDS

7. Anak korban diskriminasi sosial.

Permasalahan anak yang sering ditemui di setiap negara adalah

permasalahan anak jalanan. Tidak hanya negara-negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia hal tersebut terjadi, juga terjadi pada negara-

negara yang sangat maju seperti Amerika, Inggris, dan sebagainya.2

Di Indonesia permasalahan anak jalanan bertambah secara

kuantitas setiap tahunnya, hal ini terbukti pada data hasil survey Pusat Data

dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kessos) tahun 2007 jumlah

anak jalanan adalah 104.497 orang, jumlah tersebut tersebar di 33 provinsi.

Survey terakhir lembaga tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 2014

jumlah anak jalanan sebesar 230.000 orang. Hal tersebut menunjukan bahwa

dalam 7 (tujuh) tahun jumlah anak jalanan meningkat sebesar 126.503 orang

anak atau lebih dari 100%.3

2 T. Sumarnonugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial.1991, h.17

3 Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti,

(Jakarta:Depsos RI,2014), h.1

3

Sedangkan untuk di DKI Jakarta sendiri, jumlah anak jalanan juga

mengalami peninkatan. Tahun 2011, tercatat jumlah anjal mencapai 7.315

orang dibanding tahun 2010 yang mencapai 5.650 orang atau tahun 2009

sebanyak 3.724 orang. Hingga tahun 2014 jumlah anak jalanan yang tercatat

di Dinas Sosial DKI Jakarta sebanyak 8.000 orang.4

Ada kecenderungan peningkatan permasalahan anak jalanan bukan

hanya meningkat dari segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas, hal ini

terbukti dengan perilaku mereka yang sudah mulai mengkhawatirkan para

pengguna fasilitas umum, misalnya perilaku tindak kriminal seperti mencuri

spion mobil di jalan, malak (meminta uang dengan paksa), dan berlari-lari

dijalanan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Selain itu, munculnya fenomena anak jalanan ini juga merupakan

bukti tidak terpenuhinya sebagian besar hak-hak mereka sebagai seorang anak

seperti yang tercantum dalam konvensi hak-hak anak PBB. Karena berbagai

alasan itulah, masalah ini perlu dengan segera ditangani.

Anak jalanan merupakan bagian dari anak terlantar yang

seharusnya menurut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) pasal 34 ayat

1, yang menyatakan bahwa:5

orang-orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Artinya

pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan

pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan.

Dalam perjalanan hidupnya menuju kedewasaan, anak

mendapatkan banyak tantangan, baik dalam bentuk fisik, mental, maupun

4

http//www.tribunnews.comnasional20110825jumlah-anak-jalanan-230-ribu-di-

indonesia 5 Kitab Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

4

sosial, oleh karena itu, anak perlu mendapatkan perlindungan. Seperti

tercantum dalam UU RI No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak BAB II

pasal 2 dikatakan bahwa:6

Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan

khusus untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.

Masalah anak jalanan masih merupakan masalah kesejahteraan

sosial yang serius dan perlu mendapat perhatian. Hal ini mengingat bahwa

anak-anak yang hidup di jalan sangatlah rentan terhadap situasi buruk,

perlakuan yang salah dan eksploitasi baik itu secara fisik maupun mental. Hal

ini akan sangat mengganggu perkembangan anak secara mental, fisik, sosial,

maupun kognitif, serta anak tidak mendapatkan hak dalam memperoleh

pendidikan dan penghidupan yang layak. Kondisi yang tidak kondusif di

jalanan dengan berbagai permasalahan yang dihadapi anak akan berpengaruh

pula pada kehidupan anak di masa mendatang.

UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 1 (2)

menyatakan bahwa:7

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,

dan berpartisipasi, secara optimal, sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

deskriminasi.

Melihat UU tentang perlindungan anak tersebut, seharusnya setiap

anak mendapatkan hak yang sama, tidak terkecuali bagi anak jalanan. tetapi

6 UU No. 4/1997 Tentang Kesejahteraan anak

7 UU RI No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak

5

fenomena yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa hak tersebut belum

didapatkan oleh anak jalanan.

Anak jalanan seperti halnya anak-anak lain, memiliki hak yang

sama. Yakni mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang layak. Namun

fenomena-fenomena keterlantaran yang terjadi di masyarakat tersebut

membuat anak jalanan harus hidup di jalanan yang jauh dari kesejahteraan

yang seharusnya mereka dapatkan.

Anak jalanan merupakan masalah sosial, dimana keberadaan

mereka sering dirasakan sangat tidak menyenangkan oleh banyak orang. Di

mata masyarakat, keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap

sebagai bagian dari masalah sosial yang harus disingkirkan. Hal ini sesuai

dengan definisi masalah sosial itu sendiri menurut Horton dan Leslie.8

Masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirasakan banyak orang tidak

menyenangkan serta menuntut pemecahaan aksi sosial secara kolektif.

Banyak latar belakang yang menyebabkan anak turun ke jalan.

Namun diantara sekian banyak penyebab tersebut, yang dipandang sebagai

penyebab utama adalah faktor kemiskinan yang menyebabkan mengapa orang

tua bersikap eksploitatif terhadap anak-anaknya. Tetapi kemiskinan bukanlah

satu-satunya yang menyebabkan anak-anak hidup dan mencari nafkah di

jalanan. Menurut Heru Prasadja, anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas

mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari

sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada di jalan karena

8

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT

REFIKA ADITAMA,2005), hal.83

6

tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua,

atau atas dasar pilihannya sendiri.9

Agar para anak jalanan mendapatkan rasa ketenangan, kenyamanan

dan kasih sayang. Rumah singgah membuat beberapa program yang bertujuan

agar para anak jalanan merasa betah dan nyaman yang di harapkan membawa

perubahan perilaku dan sikap pada anak jalanan setelah mengikuti program

tersebut. Salah satu program yang sedang marak di gunakan di berbagai

rumah singgah adalah Art Therapy. Peneliti sekaligus psikolog dari Institute

for Psychology Universitas Leipzig, Jerman, Evelin Witruk dalam Workshop

Art Therapy di Yogyakarta, Senin (26/3) mengatakan bahwa:10

Terapi seni efektif dikembangkan di Indonesia. Terapi ini juga

berdampak besar karena mampu memberikan pelayanan psikologi bagi

mereka yang tengah mengalami problem dan tekanan hidup.

Art Therapy adalah sarana bagi mereka yang sulit

mengkomunikasikan diri secara verbal yang bertujuan untuk suatu

penyembuhan, namun menggunakan alat kesenian. Alat seni digunakan

sebagai media karena menurut penelitian para ahli psikologi, ternyata sejak

dahulu kala seni adalah kegiatan manusia yang memberi kesenangan jiwa

pelakunya. Seseorang yang datang untuk menonton karya seni saja, yang

bersangkutan sudah mendapat pengalaman kegembiraan hati. Keterlibatan

sebagai pelaku seni tentu lain, hal ini dapat memberi lebih jauh pengalaman

kesenangan secara lebih penuh, karena seluruh perhatian inderanya

terkonsentrasi pada kegiatan daya imaginasinya yang terungkap dan tertuang

9 Heru Prasadja dan Murni Ati Agustian, Anak Jalanan dan Kekerasan (PKPM

Unika Atma Jaya, Jakarta,2000) 10

http://m.nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/peneliti-jerman-terapi-seni-

efektif-dikembangkan-di-indonesia

7

di atas peralatan yang tersedia atau media seni untuk tampil sebagai karyanya

sendiri.11

Manfaat terapi ini sendiri telah dibuktikan secara ilmiah. Sebuah

studi dari University of Granada di Spanyol membuktikan kalau terapi ini

bisa membantu mengatasi gangguan mental. Elizaberta Perez, salah seorang

peneliti, mengikuti perkembangan 20 pasien penderita gangguan mental akut

dari Therapeutic Community of the Northern Area of the Virgen de las Nieves

Hospital of Granada selama lebih dari 1 tahun. Pasien tersebut secara

sukarela mengikuti terapi seni selama 2 hari dalam seminggu. Selama

mengikuti terapi, mereka mengadaptasi lukisan karya pelukis seperti Amedeo

Modigliani, Edvard Munch, Vincent Van Gogh, serta menambah pandangan

mereka juga. Para pasien menggunakan lukisan untuk menggambarkan

keinginan terpendam, perasaan, serta emosi dari hati dan pikiran mereka.

Selama proses ini, menurut Perez, para pasien bisa mengungkapkan perasaan

dan emosi-emosi mereka. Dengan begitu, mereka bisa menghilangkan

perasaan yang tidak mereka inginkan dan menyesuaikan dengan apa yang

sebenarnya mereka inginkan.12

Art Therapy memiliki banyak manfaat penyembuhan, baik dari segi

medis maupun psikologi. Beberapa maanfaat Art Therapy antara lain

penyembuhan pribadi, pencapaian pribadi, penguatan, relaksasi dan

meredakan stres, meredakan sakit, pengembangan keterampilan motorik,

11

Gai Suhardja Drawing as Art Therapy (in prpgress), (FSRD UK Maranatha

Peneliti Kajian Ilmiah, Tahun, 2003). hal. 21 12

Gai Suhardja Drawing as Art Therapy (in prpgress), (FSRD UK Maranatha

Peneliti Kajian Ilmiah, Tahun, 2003). hal. 21

8

keterampilan komunikasi, keterampilan kognitif, keterampilan sosial dan

keterampilan emosi.13

Dilts Foundation sebagai salah satu dari sekian banyak lembaga

yang fokus terhadap anak jalanan menggunakan Art Therapy sebagai sarana

penyembuhan dan rekreasi bagi anak jalanan. Dilts Foundation memiliki

beberapa macam Art Therapy seperti melukis, drama, teather, serta musik

sampah. Musik sampah yang ada di Dilts Foundation adalah permainan

musik perkusi menggunakan barang bekas yang sudah tidak terpakai yang

bisa mengeluarkan bunyi.

Dalam hal ini penulis tertarik pada program musik sampah yang

ada di Dilts Foundation karena program serupa jarang ditemui di lembaga-

lembaga lainnya. Selain itu program ini juga mengajarkan anak-anak untuk

lebih kreatif karna memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai.

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis sampaikan di atas,

maka penulis mengambil judul penelitian Manfaat Musik Sampah Dalam

Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Jalanan di Rumah Singgah

Dilts Foundation, Jakarta

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berangkat dari latar belakang yang telah penulis kemukakan,

penulis membatasi subjek penulisan pada anak program musik sampah.

dalam perubahan keterampilan sosial anak jalanan di rumah singgah Dilts

13

Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta; Galangpress, 2006) hal.

158-159

9

Foundation. Ada banyak jenis terapi dalam konteks art therapy namun

skripsi ini membatasi hanya pada musik sampah.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, agar lebih terfokus

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pelaksanaan kegiatan musik sampah pada anak jalanan di

rumah singgah Dilts Foundation?

b. Bagaimana manfaat musik sampah dalam mengembangkan

keterampilan sosial anak jalanan di rumah singgah Dilts Foundation?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan musik sampah di

rumah singgah Dilts.

b. Untuk mengetahui manfaat pada anak jalanan yang mengikuti

kegiatan musik sampah.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis,

berkaitan dengan konsep dan metodologinya. Penulisan ini dapat

memberikan masukan bagi pengembangan penulisan serupa di masa

yang akan datang.

10

Kemudian, hasil penulisan diharapkan dapat menjadi dokumen

pergutuan tinggi yang berguna untuk menjadi rujukan bagi masyarakat

yang berkonsentrasi pada studi ilmu sosial.

b. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi para orang tua, guru, remaja,

mahasiswa, mahasiswi, dan masyarakat pada umumnya serta lembaga

lembaga yang bergerak di bidang pembinaan anak jalanan tentang

pentingnya musik yang mempunyai manfaat terapeutik.

D. Metodologi Penelitian

1. Metodologi Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif,

yaitu memaparkan data dengan menerangkan, memberi gambaran yang

terkumpul kemudian disimpulkan. Selain itu penulis juga menggunakan

ceklis evaluasi untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada diri anak

jalanan yang mengikuti musik sampah.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil

penelitian ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Metode

penelitian ini sering pula disebut sebagai metode penelitian naturalistik

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

11

setting).14

Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.15

Karena peneliti juga menggunakan ceklis evaluasi yang di

buat untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada diri anak, penulis juga

menganalisa hasil dari ceklis evaluasi tersebut. Ceklis evaluasi berisi data

dari keseluruhan anak yang mengikuti musik sampah mengenai perubahan

yang terjadi. Perubahan yang terjadi meliputi sebelum anak mengikuti

musik sampah hingga setelah anak mengikuti musik sampah.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Dilts Foundation yang beralamat di Jalan

Raya Pasar Minggu No. 103 AB, Teluk Bone, Komplek AL, Pasar

Minggu, Jakarta Selatan.

3. Subjek, Objek Penelitian dan Informan

Subjek penelitian adalah informan atau tempat peneliti

memperoleh keterangan informasi atau data, Subjek penelitian ini adalah

anak jalanan dan trainer yang terlibat dalam program art therapy musik

sampah di rumah singgah Dilts Foundation.

14

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010),

h.1. 15

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda

Karya, 2004), h.4.

12

Tabel 1.

Subjek Penelitian

No Nama Keterangan Data yang diperlukan

1 Bayu Indra

Kusuma

Direktur Manager Dilts

Foundation dan instruktur

musik sampah.

Profil lembaga,

pelaksanaan kegiatan

musik sampah, dan

manfaatnya pada

anak jalanan yang

mengikutinya.

2 Kak Udin Instruktur musik sampah. Pelaksanaan kegiatan

musik sampah, dan

manfaatnya pada

anak jalanan yang

mengikutinya.

3 AMN Anak jalanan peserta

musik sampah.

Manfaat musik

sampah yang

dirasakan dan

bagaimana proses

pelaksanaannya.

4 AR Anak jalanan peserta

musik sampah.

Manfaat musik

sampah yang

dirasakan dan

bagaimana proses

pelaksanaannya.

Objek penelitiannya adalah manfaat musik sampah dalam

mengembangkan keterampilan sosial anak jalanan di Rumah singgah Dilts.

13

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menyelesaikan penelitian ini, peneliti melakukan

pengumpulan data agar lengkap dengan melakukan beberapa teknik,

yaitu:

1) Wawancara mendalam merupakan instrumen utama dalam

melakukan penelitian ini. Wawancara dilakukan untuk menambah

data yang diperlukan melalui tanya jawab seputar topik yang

terkait dengan permasalahan ini. Yang akan menjadi sumber data

utama adalah instruktur musik sampah di rumah singgah dan anak

jalanan yang mengikuti musik sampah.

2) Observasi langsung untuk mengamati bagaimana pelaksanaan

musik sampah di rumah singgah Dilts Foundation dan pengaruh

musik sampah dalam pengembangan keterampilan sosial anak

jalanan yang mengikuti musik sampah.

3) Dokumentasi, yaitu kegiatan mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

dan sebagainya.

b. Pengolahan Data

Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul,

selanjutnya data-data tersebut akan diolah. Untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid, pemeriksaan data juga diperlukan agar

keabsahan data dapat meningkatkan derajat kepercayaan dalam

penelitian kualitatif. Dalam keabsahan data ada lima teknik

pemeriksaan data, yaitu: pertama, teknik trianggulasi antarsumber data,

14

antar-teknik pengumpulan data dan antar-pengumpul data. Kedua,

pengecekan kebenaran informasi yang tertulis dalam naskah rencana

laporan penelitian kepada para informan (member check). Ketiga, akan

mendiskusikan dengan teman sejawat. Keempat, analisis kasus negatif,

yakni kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian yang sudah ada

hingga waktu tertentu. Kelima, perpanjangan waktu penelitian.16

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap itu.17

c. Analisis Data

Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis analisis dan

dari hasil analisis yang dirasa kurang tepat, peneliti kritisi lebih lanjut.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yang

melaporkan data dengan menerangkan, memberikan gambaran, dan

mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul apa

adanya, untuk kemudian disimpulkan.

5. Teknik Penulisan Data

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada

buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi

yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2012.

16

Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis

Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2010), h.67-68. 17

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004), h. 178.

15

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, sebelum melakukan penelitian lebih

lanjut maka penulis mengkaji terlebih dahulu terhadap penelitian sebelum

nya yang memiliki pembahasan kurang lebih seperti judul yang penulis

ambil. Untuk menghindari dan membuktikan bahwa tidak terjadi

penjiplakan, maka penulis akan memberikan beberapa rujukan yang

penulis jadikan sebagai acuan. Penelitian ini merujuk pada penelitian-

penelitian sebelum nya yang kurang lebih pembahasan nya menyangkut

anak jalanan dan Art Therapy, diantaranya:

1. Aplikasi Art Therapy Karoke Bersama Terhadap Psikososial Warga

Binaan Sosial di Panti Sosial Karya Wanita Pasar Rebo Jakarta Timur.

Tahun 2013, karya Fitrah Mulyana mahasiswa Jurusan Kesejahteraan

Sosial.

2. Pelatihan Keterampilan Menjahit Bagi Anak Jalanan di Pusat

Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan Social Development

Centre For Street Children (SDC). Karya Muhammad Hafidzudin

mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial.

Fitrah Mulyana mengatakan bahwa kegiatan Art Therapy dalam

bentuk karaoke di Panti Sosial Karya Wanita berpengaruh terhadap

psikososial warga binaan yang mengikuti kegiatan tersebut. Seperti yang

akan penulis jelaskan dalam teori Art Therapy, Art Therapy memiliki

manfaat sebagai penyembuhan pribadi, pencapaian pribadi, menguatkan,

relaksi dan meredakan stress, meredakan sakit, dan keterampilan sosial.

16

Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan manfaat lain dari kegiatan

Art Therapy terhadap perubahan keterampilan sosial bagi anak jalanan.

Muhammad Hafizudin dalam penelitiannya yang berjudul Pelatihan

Keterampilan Menjahit Bagi Anak Jalanan di Pusat Pengembangan

Pelayanan Sosial Anak Jalanan Social Development Centre For Street

Children (SDC) menjelaskan tentang manfaat keterampilan menjahit bagi

anak jalanan yang ada di panti tersebut. Persamaannya adalah sama-sama

menjelaskan manfaat sebuah kegiatan terhadapa anak jalanan dan teori

tentang anak jalanan.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, yang tiap-tiap Bab mempunyai

beberapa sub bahasan, yaitu:

BAB I Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi

peneilitian , dan sistematika penulisan

BAB II Kerangka Teori. Merupakan bab yang melandasi pemikiran

dalam menganalisa dari data-data yng telah dikumpulkan.

Kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori-teori yang

berkaitan dengan pengaruh, anak dan anak jalanan, faktor yang

menyebabkan anak turun ke jalan.

17

BAB III Gambaran Umum Lembaga. Dalam bab ini menggambarkan

sejarah berdirinya panti, visi dan misi panti, struktur organisasi

panti, pendapatan dana, dan yang berkaitan dengan kelembagaan .

BAB IV Hasil Penelitian dan Analisa. Merupakan gabungan dari hasil

pengumpulan data dengan beberapa konsep yang dipergunakan

dalam penelitian ini

BAB V Penutup merupakan simpulan dari penellitian tentang pengaruh art

therapy terhadap perubahan perilaku anak jalanan dan saran-saran

untuk perbaikan ke depan bagi panti, peneliti, fakultas atau jurusan.

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MUSIK DAN MANFAATNYA DALAM ART THERAPY

1. Pengertian musik dalam konteks art therapy

Terapi seni atau yang dikenal dengan art therapy, bisa membantu

mengatasi trauma serta masalah tekanan mental lainnya. Seni merupakan

hal yang menyenangkan dan menenangkan. Penderita trauma mental atau

gangguan emosi, dapat menjadikan terapi seni ini sebagai metode pilihan.

Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa proses kreatif seperti

menggambar, melukis, bermain musik atau membuat kerajian lainnya

bersifat menyembuhkan dan menguatkan kehidupan. Bagi beberapa orang,

trauma psikologis bisa sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Karena itu, terapi seni bisa menjadi sarana untuk menggambarkan emosi

dan perasaan tersakiti yang terlalu menyakitkan jika diungkap dengan

kata-kata. Dengan mengikuti terapi ini, klien akan diminta

menggambarkan dan mengeluarkan pikiran-pikiran dan emosinya melalui

karya seni.

Kehadiran musik sebagai bagian dari kehidupan manusia bukanlah

hal yang baru. Setiap budaya di dunia memiliki musik yang khusus

diperdengarkan atau dimainkan berdasarkan peristiwa bersejarah dalam

perjalanan hidup anggota masyarakatnya. Ada musik yang dimainkan

untuk mengungkapkan rasa syukur, ada juga musik yang khusus

mengiringi upacara-upacara tertentu seperti pernikahan dan kematian.

19

Musik juga menjadi pendukung utama untuk melengkapi dan

menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai budaya.

Dalam art therapy, kata musik digunakan untuk menjelaskan

media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Dengan

bantuan musik, klien didorong untuk berinterkasi, berimprovisasi,

mendengarkan atau aktif bermain musik. Musik sebagai salah satu media

terapi memiliki tujuan untuk membantu mengekpresikan perasaan,

membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi

suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan

kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan

emosional. Dengan demikian, terapi musik juga diharapkan dapat

membantu mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa

sakit.18

Dr Mehmet OZ sebagai dokter bedah jantung pada praktek

operasinya menggunakan musik. Semua pasiennya di dorong untuk

mendengarkan rekaman musik lewat headphone sebagai pilihan atau

materi yang disediakan (Rekaman Health Journeys Naparstek, Akron,

OH).19

Pasien mulai mendengarkan rekaman sejak kali pertama

mengunjungi praktik dokter, dan rekaman yang sama dimainkan selama

operasi. Ada bukti kuat bahwa alam bawah sadar pasien menyadari apa

yang terjadi selama pembedahan.

18

Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta; Galangpress, 2006) h.25 19

Mehmet, Healing from the heart (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), hal. 251

20

Pada klinik Dr Mehmet OZ, pasien dikondisikan untuk merespon

melalui satu atau beberapa cara, bergantung pada jenis rekaman yang di

mainkan untuk pasien di ruang operasi. Sebagai manfaat tambahan,

rekaman audiopun memudahkan pasien dalam menghambat kebisingan

penyakit yang mengganggu di ruang bedah dan unit perawatan intensif

sehingga mereka dapat tetap fokus pada penyembuhan.20

Pada terapi musik kebanyakan, bantuan alat musik, klien didorang

untuk berinteraksi, berimprovisasi, mendengarkan, atau aktif bermain

musik. Tanpa harus mengucapkan kata-kata, misalnya klien dapat

mengekspresikan kemarahannya dengan beriprovisasi di alat musik. Pada

penderita Alzheimer yang terlah kehilanagan keterampilan berbahasa,

dapat dilakukan pendekatan dengan memperdengarkan lagu- lagu

kenangan, atau sekedar mengikuti irama musiknya. Terapi musik

dirancang dengan pengenalan yang mendalam terhadap keadaan dan

permasalahan klien, sehingga akan berbeda untuk setiap orang.

Benenzon mengemukakan, kesesuaian terapi musik akan sangat

ditentukan oleh nilai-nilai individual, falsafah yang dianut, pendidikan,

tatanan klinis dan latar belakang budaya. Namun semua terapi musik

mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu mengekspresikan

perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap

kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan

kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan

20

Mehmet, Healing from the heart hal. 252

21

emosional.21

Peran musik dalam terapi tentunya bukan seperti obat yang

dapat dengan segera menghilangkan rasa sakit. Musik juga tidak dengan

segera mengatasi sumber penyakit.

Dalam kaitannya dengan terapi, perbedaan jenis musik menuntut

penggunaan musik yang berbeda pula. Misalnya, musik dalam tempo cepat

dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi. National Association for

Music Therapy (1960) di Amerika Serikat misalnya, mendefinisikan terapi

musik sebagai penerapan seni musik secara ilmiah oleh seorang terapis,

yang menggunakan musik sebagai sarana untuk mencapai tujuan- tujuan

terapi tertentu melalui perubahan perilaku.

Profesi terapi musik mulai mapan pada 1950 setelah serangkaian

intervensi sosial menggunakan musik untuk para pasien korban Perang

Dunia II. Sampai saat ini telah lebih dari 5000 orang musik bekerja di

berbagai tempat di Amerika Serikat. Sejak 1980, terapi musik berkembang

menjadi pengetahuan baru dan diakui sebagai bagian dari profesi

kesehatan. Dalam rumusan The American Music Therapy Association

(1977), terapi musik secara spesifik disebut sebagai sebuah profesi

dibidang kesehatan yang menggunakan musik dan aktivitas musik untuk

mengatasi bebagai masalah dalam aspek fisik, psikologi, kognitif dan

kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik.22

Berbagai definisi masih terus berkembang, Wigram (2006)

menyebutkan bahwa terapi musik adalah penggunaan musik dalam

lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang

21

Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 25 22

Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 27

22

membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial

dan psikologi.

Definisi terapi musik dapat sangat beragam, tergantung pada

populasi klien dan dengan siapa para terpis bekerja. Pada sebagian

kelompok, proses terapi difokuskan pada rehabilitasi dan peningkatan

keterampilan dan peningkatan kemampuan fungsional.

Dengan maksud agar definisinya dapat lebih umum dan merangkul

semua definisi terapi musik yang ada, maka pada tahun 1996 Federasi

Terapi Musik Dunia (WMFT) mengemukakan definisi terapi musik yang

lebih menyeluruh. Menurut pemahaman WMFT, terapi musik adalah

penggunaan musik dan/atau elemen musik (suara, irama,melodi dan

harmoni) oleh seorang terapi musik yang telah memenuhi kualifikasi,

terhadap klien atau kelompok dalam proses membagun komunikasi,

meningkatkan relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas,

mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai berbagai

tujuan terapi lainnya. Terapi musik bertujuan mengembangkan potensi

dan/atau memperbaiki fungsi individu, baik melalui penataan diri sendiri

maupun dalam relasinya dengan orang lain agar ia dapat mencapai

keberhasilan dan kualitas hidup yang lebih baik.

Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa terapi musik tidak saja

bersifat memperbaiki dan mengatasi suatu kekurangan, tetapi juga dapat

dijadikan sarana prevensi. Beberapa literatur bahkan menyebutkan,

pencegahan atau prevensi adalah bagian terpenting dalam sebuah proses

terapi musik.

23

Terapi musik tidak hanya terkait dengan bidang ilmu psikologi,

tetapi juga dapat dimanfaatkan dikalangan medis dan kedokteraan. Jika

ditelaah dari pengertian awal bahwa ilmu kedokteraan berasal dari bahasa

latin yang berarti seni dan sains untuk mencegah serta mengobati penyakit,

maka sasaran terapi musik dalam lapangan kedokteran adalah pada

perkembagan manusia sebagai kesatuan yang unik dan tidak terpisahkan.

Manusia yang diyakini tidak hanya terdiri dari tubuh dan pikiran,

harus dipandang sebagai suatu keseluruhan, dan terapi musik adalah salah

satu teknik penyembuhan yang secara langsung menyentuh kedua sisi

secara menyeluruh. Maka pekerjaan yang terkait dengan kesehatan juga

dapat dilakukan oleh berbagai profesi dan ahli yang tidak selalu

mendapatkan pendidikan kedokteran. Mereka dapat ikut memberikan

sumbangan berarti pada dunia pendidikan, rehabilitasi, penyembuhan

penyakit, para penyandang cacat, atau individu yang memiliki kelainan.

2. Manfaat musik untuk keberfungsian sosial

Di abad pertengahan, sejumlah asumsi teoritis seputar hubungan

antara musik dan pengobatan mulai berkembang. Beberapa diantaranya

adalah :

a. Teori bahwa tubuh manusia terdiri dari empat cairan tubuh. Maka

kesehatan terjadi ketika ada keseimbangan diantara keempatnya,

dan ketidakseimbangan dapat menyebabkan gangguan mental.

Keseimbangan empat cairan tubuh ini diyakini dapat dipengaruhi

oleh vibrasi musik.

24

b. Musik memiliki khasiat dan potensi mempengaruhi pikiran

manusia.

c. Kesadaran (pikiran) dapat meningkatkan atau mengganggu

kesehatan dan terapi musik melalui pikiran dengan mudah

menembus dan mempengaruhi seseorang untuk mengikuti prinsip-

prinsip tertentu.23

Musik juga dikenal memiliki kekuatan khusus yang mampu

melampaui pikiran, emosi dan kesehatan fisik dalam masyakarakat yunani

kuno. Pengobatan musik untuk mengobati gangguan mental,

merefleksikan kepercayaan bahwa musik dapat secara langsung

mempengaruhi emosi dan mengembangkan karakter tertentu. Orang- orang

terkenal zaman Yunani seperti, Aristoteles menghargai musik sebagai obat

jiwa dan Caelius Aurelianus yang anti diskriminasi menggunakan musik

untuk melawan gangguan- gangguan kejiwaan.

Ketika seseorang merasa senang, tingkat stres menurun. Endorfin

membantu mengurangi stres dan gelisah. Saat menyanyikan sebuah lagu

dengan perasaan mendalam, tubuh bernapas lebih dalam dan

memperlambat denyut jantung serta mengurangi kecemasan berlebihan.

Saat stres, kepenatan hilang dengan menyanyikan lagu-lagu kesukaan dan

bergembira.24

23

Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 37 24

Diakses http://sorotharapan.blogspot.com. pada jumat, 24 mei 2014 pukul 01.31

http://sorotharapan.blogspot.com/

25

Manfaat musik sebagai sarana terapi bermacam ragam, manfaat

untuk keberfungsian sosial bagi orang yang menjalaninya diantaranya

sebagai berikut:

a. Edukasi

Aktifitas musik secara berkelompok dapat dimanfaatkan untuk

mengajarkan keterampilan sosial.

Memainkan alat musik untuk meningkatkan keterampilan musik.

Bernyanyi atau pentas drama musikal untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi.25

b. Perkembangan

Sasaran ini terfokus pada peningkatan perkembangan yang normal

melalui upaya memperkaya kehidupannya dengan berbagi norma sosial,

emosi, dan pengalaman sensorimotorik melalui musik.

c. Keterampilan komunikasi

Aktivitas dan pengalaman musik dapat menjadi motivator dan fasilitator

yang baik secara verbal maupun nonverbal. Bernyanyi

mengombinasikan musik dengan permainan atau sekedar melibatkan

anak dalam aktivitas musik dalam suatu kelompok dapat mendorong

dan memotivasi anak untuk berkomunikasi.

Musik dapat menjadi sarana penghargaan yang efisien bagi anak dalam

mendorong dan memperkuat prilaku komunikasi. Sebagai contoh, anak

dapat diberi kesempatan memainkan alat musik atau mendengarkan

25

Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 151

26

lagu yang disukainya.dengan demikian musik berperan sebagai

reinforcement.

d. Keterampilan kognitif

Materi musik dapat meningkatkan proses belajar kognitif pada anak

penyandang cacat fisik. Musik dapat digunakan dengan sangat efisien

sebagai motivator stimulus, penguatan dan penghargaan dalam usaha

belajar. Lagu- lagu edukatif/ instruksional atau aktivitas yang

mengombinasi bahasa, gerakan dan musik dapat memfasilitasi,

menjelaskan dan menginstruksikan tambahan informasi akademis.

e. Keterampilan sosial

Sesuai usia, aktifitas sosial anak- anak pada umumnya banyak

menggunakan aktivitas gerakan. Karena itu, partisipasi penyandang

cacat fisik dalam aktifitas sosial yang membutuhkan mobilitas

fisikseringkali sangat terbatas. Padahal, tidak terlibatnya anak dalam

aktifitas sosial akan menjauhkan anak dari pengalaman belajar sosial

yang terpenting untuk perkembangan kepribadian. Untuk itu, bersama

ahli kesehatan, guru dan orang tua, terapis musik perlu memikirkan

aktifitas yang dapat mengintegrasikan anak penyandang cacat fisik

kepada pengalaman sosial.

f. Keterampilan emosi

Terapi musik dapat memainkan peranan yang penting dalam memenuhi

kebutuhan emosional klien, karena pengalaman musical sudah teruji

27

efektif untuk meningkatkan berbagai tingkat kemampuan sensorik, fisik

dan intelektual.26

g. Keterampilan musik

Sebagai bagian dari keseluruhan strategi untuk memformulasi

kehidupan penyandang cacat fisik, pengembangan bakat khusus,

pengasahan keterampilan rekreasional serta mengisi waktu luang adalah

sangat penting. Dengan menggunakan sumber yang tepat melalui

pemilihan alat musik serta memanfaatkan sumber adaptif lainnya

sebagai referensi dalam keterampilan sosial, terapis dapat membantu

kliennya untuk mencapai sukses secara musikal.

h. Manajemen stres

Stress adalah kecemasan, kebingungan dan ketakutan pada sesuatu yang

akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas yang dihubungkan

dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan

merupakan respon emosi, dengan emosi yang tidak emosi, dengan

objek yang tidak spesifik yang secara subjektif dialami dan

dikomunikasikan secara emosional.27

Kecemasan merupakan keadaan dimana individu atau kelompok

mengalami kegelisahan (penilaian atau opini) dan aktifitas system saraf

otonom dalam berespon terhadap ancaman tidak jelas, non spesifik.28

26

Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 158- 159 27

Anita Rusmala, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo Jakarta,(Riset

Keperawatan, Fak Ilmu keperawatan Universitas Indonesia, 2010) hal.1 28

Anita Rusmala, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo Jakarta. hal.2

28

Stress dapat terjadi perubahan fisiologi tingkah laku dan emosi.

Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dilihat secara langsung maupun

tidak langsung.

Menurut Gutza yang dikutip dari Potter dan Perry, bahwa musik telah

terbukti dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi kecemasan dan

depresi, serta mengurangi nyeri serta memperbaiki persepsi waktu.29

Dengan mendengarkan, memainkan atau menyanyikan sebuah lagu,

dapat mengurangi bahkan menghilangkan tingkat stress atau kecemasan

yang ada pada dalam diri manusia.

Secara fisiologis musik dapat memberi manfaat bagi tubuh. Menurut

Agustin dan Hains musik yang menenagkan dapat membantu

menurunkan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.

Secara fisiologis musik juga dipercaya dapat memberikan pengaruh

yang sangat besar pada pusat serebal otak yang dapat dibuktikan dengan

peningkatan atensi, motivasi, memori dan mimpi.30

Salah satu terapi mengusir stress adalah dengan menggunakan musik.

Jenis terapi ini masih terbilang baru dalam dunia keperawatan. Di

Indonesia, sudah ada beberapa ahli yang meneliti hal ini dan

menemukan fakta bahwa pemberian intervensi terapi musik klasik pada

mahasiswa yang sedang menghadapi skripsi memberikan pengaruh

berupa penurunan hormon adrenokortikotropik (ACTH) atau hormon

stress. Hal ini kemudian menyebabkan seseorang menjadi lebih rileks

29

Sri Wahyuni, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Relaksasi (Riset

Keperawatan, Fak Ilmu keperawatan Universitas Indonesia, 2010) hal.1 30

Anita Rusmala, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo Jakarta. hal.3

29

dan tenang sebab musik klasik merangsang pengeluaran senyawa

endorphine dan serotonin, yakni sejenis morfin alami dalam tubuh.

Tak hanya itu fakta membuktikan bahwa secara fisik intervensi musik

klasik juga mampu mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom di

dalam tubuh dengan munculnya beberapa respon yang bersifat spontan

dan cenderung tidak terkontrol, misalnya mengetukkan jari. Musik

klasik juga dapat mempengaruhi pola pernafasan, tingkat denyut

jantung, denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot dan

memperbaiki sistem gerak juga kordinasi tubuh, memperkuat ingatan,

meningkatkan produktivitas suhu tubuh, serta mengatur beberapa

hormon yang berkaitan dengan stres. Terkait dengan penggunaan jenis

musik, bergantung pada selera klien. Akan tetapi, pada prinsipnya

penggunaan musik klasik memberikan hasil yang lebih optimal sebab

intervensi nadanya lebih kaya.31

Pada terapi musik, ada istilah respon emosi musikal. Dimana masalah

yang selalu menyertai proses terapi musik. Memahami emosi yang

muncul karena mendengarkan musik, sedikit banyak akan menjelaskan

mengapa seseorang atau sekelompok orang menyukai musik tersebut.

Latar belakang yang mendorong munculnya emosi karena

mendengarkan lagu tertentu, atau musik yag seperti apa yang membuat

orang merasa lebih nyaman. Bila dikaitkan dengan terapi musik, maka

sala satu inti perlakuan musik terhadap klien adalah pada respon

emosinya. Artinya respon yang diberikan akan menunjukan seberapa

31

http://tips-menghilangkan-stress.blogspot.com diakses pada jumat, 24 mei 2013

pukul 12.05

http://tips-menghilangkan-stress.blogspot.com/

30

jauh pengaruh yang ditimbulkan dan seberapa besarmakna dari

perubahan yang terjadi.32

B. KETERAMPILAN SOSIAL

1. Pengertian Keterampilan Sosial

Combs & Slaby memberikan pengertian keterampilan sosial (Social

Skill) adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks

sosial dengan cara cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial

maupun nilai-nilai dan di saat yang sama berguna untuk dirinya dan orang

lain.33

Menurut Riggio, social skill as a cluster of skill used in decoding,

sending and regulating non-verbl and verbal information in order to

facilitate psotive and adaptive social interaction.34

Definisi lain dikemukakan oleh Libet dan Lewinsohn yang dikutip

oleh arledge & Milburn bahwa keterampilan sosial merupakan suatu

kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan

diterima dan menghindari perilaku yang akan di tolak oleh lingkungn. 35

Sementara itu Schohloss & Smitt memfokuskan keterampilan sosial

dalam 2 hal, yaitu: respon keterampilan sosial yang menghasilkan,

meningkatkan dan memelihara hasil yang positif dari individu dan

32

Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 62. 33

Satria, Pengertian Keterampilan Sosial (Social Skill), dalam

http://.shvoong.com/social-sciences/psychology, diakses pada 27 Maret 2014, pukul 13:20

WIB. 34

Riggio, Ronald. E. (1986). Assesment of Basic Sosial Skilla. Journal of Personality

and Social Psychology. Vol 51, no.3. 35

Cartledge, G & Milburn, J. F. (1995). Teaching Social Skill to Children and Youth

Third Edition. USA: Allyn & Bacon

http://.shvoong.com/social-sciences/psychology

31

keterampilan sosial yang meningkatkan interaksi positif antara individu

dengan orang lain.

Sejalan dengan itu, Goleman mendefinisikan keterampilan sosial

adalah kemampuan anak untuk mengendalikan emosinya dengan baik

pada saat berhubungan dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk

membaca situasi dan mampu berinteraksi dengan lancar dan menjalin

persahabatan yang sehat.36

Sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Hersen dan Bellack

yang menyatakan bahwa efektifitas suatu perilaku tergantung pada

konteks dan parameter situasi, maka individu yang memiliki keterampilan

sosial akan lebih efektif karena ia mampu memilih dan melakukan

perilaku yang tepat sesuai dengan tuntutan lingkungan.37

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas dapat

disimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan individu dalam

mengatur pikiran, emosi dan perilaku untuk memulai interaksi dengan

orag lain dengan melakukan decoding, mengirimkan dan mengatur

informasi verbal maupun non-verbal, yang dapat diterima atau dihargai

secara sosial dan membawa manfaat, baik bagi diri sendiri, orang lain,

maupun keduanya dengan tujuan untuk memfasilitasi interaksi sosial yang

positif serta menjalin persahabatan yang sehat.

2. Dimensi-dimensi Keterampilan Sosial

36

Goleman, Daniel. (2002). Kecerdasan Emosi. Alih bahasa, T. Hermayana. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

37 Cartledge, G & Milburn, J. F. (1995). Teaching Social Skill to Children and Youth

Third Edition. USA: Allyn & Bacon

32

Menurut Caldarella & Merrel, dimensi-dimensi keterampilan sosial

adalah:38

1) Peer Relation

Dimensi ini merefleksikan seorang anak atau remaja yang

dianggap positif oleh teman-temannya. Keterampilan sosial ini

diantaranya menghargai dan memuji orang lain, menawarkan

bantuan, dan mengajak teman-teman yang lain untuk bermain dan

berinteraksi.

2) Self Management

Dimensi ini merefleksikan seorang anak atau remaja yang

dikatakan orang lain sebagai idividu yang dapat menyesuaikan diri

secara emosional (emotionally well adjusted). Dimensi ini juga

merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat mengontrol

temperamennya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan,

berkompromi dengan orang lain, dan menerima kritik dengan baik

3) Academic Skill

Dimensi ini didominasi oleh keterampilan sosial yang

merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat dikatakan

sebagai murid yang independen dan produktif oleh guru mereka.

Keterampilan tersebut diantaranya menyelesaikan tugas secara

independen, menyelesaikan tugas individual, dan mengikuti arahan

guru.

38

Merrel, Kenneth W. & Gimpel, Gretchen A. (1997). Social Skill of Children and

Adolecents: Conceptualization, Assesment, Treathment. London: Lawrence Erlbaum

Associates, Inc.

33

4) Compliance

Dimensi ini menyangkut seorang anak atau remaja yang dapat

memenuhi permintaan yang sesuai dengan orang lain. Dimensi ini

ada pada seorang anak yang dapat bersama orang lain dengan

mengikuti peraturan dan harapan, menggunakan waktu luang

dengan tepat, dan dapat berbagi.

5) Assertion

Dimensi ini didominasi oleh keterampilan sosial yang

merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat dikatakan

sebagai outgoing atau extrover oleh orang lain. Keterampilan itu

diantaranya memulai percakapan dengan orang lain, memberi

pujian dan mengundang orang lain untuk berinteraksi.

Kelima dimensi ini tidak secara tegas membedakan antara satu sama

lainnya. Dengan kata lain, dimensi dimensi tersebut tidak berdiri sendiri

tetapi masih saling berhubungan. Bahkan diantara dimensi-dimensi

tersebut ada yang saling tumpang tindih (overlap). Misalnya dimensi self

management dengan compliance. Di dalam kedua dimensi tersebut

terdapat karakteristik keterampilan sosial yang sama, yaitu mengikuti

peraturan dan berespon terhadap kritik dengan baik. Ketumpang tindihan

ini memang menjadi kritik bagi taksonomi tersebut. Tetapi hal ini masih

dapat diterima. Ketumpang tindihan ini bahkan dapat memperlihatkan

karakteristik keterampilan sosial yang disesuaikan dengan situasinya.

34

Seperti misalnya keterampilan sosial yang diperlukan disekolah juga

diperlukan dalam hubungannya dengan teman atau orang lain.

Menurut Mager yang dikutip dari Cartledge & Millburn, aspek-aspek

keterampilan sosial remaja adalah:39

a. Kesopanan, meliputi perilaku remaja dalam menunjukan sikap

yang positif terhadap teman-teman sebaya maupun orang dewasa.

Sikap tersebut antara lain memberi pujian dan senyuman,

mengucapkan terima kasih, membuat pernyataan yang positif dan

berperilaku yang baik dalam siruasi yang beraneka ragam.

b. Kerjasama, meliputi kemampuan remaja untuk berpartisipasi

dalam pekerjaan kelompok dengan teman sebaya atu orang yang

lebih dewasa., kemampuan menjalankan pertemanan yang dapat

mengikuti peraturan yang berlaku dalam kelompok.

Secara lebih spesifik, Elksnin & Elksnin mengidentifikasikan

keterampilan sosial dengan beberapa ciri, yaitu:

1. Perilaku interpersonal

Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang

dipergunakan selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini

disebut juga keterampilan menjalin persahabatan, misalnya

memperkenalkan diri, menawarkan bantuan, dan memberikan atau

menerima pujian. Keterampilan ini kemungkinan berhubungan

dengan usia dan jenis kelamin.

2. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri

39

Cartledge, G & Milburn, J. F. (1995). Teaching Social Skill to Children and Youth

Third Edition. USA: Allyn & Bacon

35

Merupakan keterampilan mengatur diri sendiri dalam situasi

sosial, misalnya keterampilan menghadapi stress, memahami

perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sejenisnya.

Dengan kemampuan ini, anak dapat memperkirakan kejadian-

kejadian yang mungkin akan terjadi dan dampak perilakunya pada

situasi sosial tertentu.

3. Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik

Merupakan perilaku atau keterampilan sosial yang dapat

mendukung prestasi belajar di sekolah, misalnya mendengarkan

dengan tenang saat guru menerangkan pelajaran, mengerjakan

tugas sekolah dengan baik, hormat kepada guru, dan semua

perilaku yang ada di sekolah.

4. Peer acceptance

Merupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan

sebaya, misalnya memberikan salam, memberi dan menerima

informasi dengan baik, mengajak teman terlibat dalam aktivitas,

dan dapat dengan tepat menangkap emosi orang lain.

5. Keterampilan komunikasi

Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan

yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik.

Kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat dilihat dalam

beberapa bentuk, antara lain menjadi pendengar yang responsif,

mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan memberikan

umpan balik terhadap lawan bicara.

36

3. Karakteristik Keterampilan Sosial

Dari kelima dimensi keterampilan sosial yang telah disebutkan diatas,

Caldarella & Merrel kemudian mengembangkan karakteristik tingkah laku

utama disetiap dimensi sebagai berikut:40

A. Peer Relations Skills

a. Memberi pujian/menghargai teman.

b. Menawarkan bantuan kepada teman ketika di butuhkan.

c. Mengajak teman untuk bermain/berinteraksi.

d. Berpartisipasi dalam diskusi, berbicara dengan teman-teman dalam

waktu lama.

e. Membela teman dalam kesulitan, mementingkan teman.

f. Dicari teman untuk bergabung dalam suatu kegiatan, setiap orang

senang bersamanya.

g. Mempunyai keterampilan atau kemampuan untuk disukai teman,

dapat berpartisipasi dengan teman.

h. Terampil memulai atau mengikuti pembicaraan dengan teman.

i. Sensitif terhadapa perasaan teman (empati, simpati)

j. Mempunyai sense of humor.

B. Self Management Skills

a. Tetap tenag ketika muncul masalah, mengontrol temperamen

ketika marah.

b. Mengikuti peraturan, menerima batasan-batasan.

40

Caldarella, Paul & Merrel, Kenneth W. (1997). A Child and Adolescent Social

Skill Taxonomy. Utah: Utah State University

37

c. Melakukan kompromi dengan orang lain jika sesuai, kompromi

dalam konflik.

d. Menerima kritik dari orang lain dengan baik.

e. Tidak menghiraukan pada ejekan teman, berespon sesuai terhadap

sindiran.

f. Bekerja sama dengan orang lain dalam berbagai situasi.

C. Academic Skills

a. Menyelesaikan masalah dengan independen, menunjukan

kemampuan belajar independen.

b. Melengkapi tugas individu.

c. Mendengarkan atau melaksanakan perintah guru.

d. Menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang dapat diterima

dengan tingkat kemampuan, bekerja dengan potensi.

e. Menggunakan waktu luang dengan tepat.

f. Dapat mengorganisasikan diri dengan baik (well organized),

misalnya membawa bahan pelajaran yang dibutuhkan ke sekolah,

datang sekolah tepat waktu.

g. Meminta bantuan dengan tepat ketika membutuhkannya, mau

bertanya.

h. Mengabaikan gangguan teman ketika bekerja, tetap melakukan

pekerjaan dengan baik meski ada gangguan.

D. Compliance Skills

38

a. Mengikuti intruksi atau arahan.

b. Mengikuti peraturan.

c. Menggunakan waktu luang dengan tepat.

d. Mau berbagi.

e. Berespon dengan tepat terhadap kritik yang konstruktif atau ketika

seseorang sedang mengoreksi dirinya.

f. Menyelesaikan dan melengkapi tugas.

g. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan.

E. Assertion Skills

a. Memulai percakapan dengan orang lain.

b. Menyatakan pujian pada orang lain.

c. Mengudang teman untuk bergabung.

d. Mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri,

percaya diri.

e. Mau berteman.

f. Mempertanyakan peraturan yang tidak adil.

g. Memperkenalkan diri pada orang baru.

h. Menampilkan rasa percaya diri pada lawan jenis.

i. Dapat mengekpresikan rasa bersalah.

j. Dapat mengikuti kegiatan kelompok yang tepat.

Selain karakterisktik tersebut, beberapa ahli juga menyatakan

pendapatnya mengenai karakteristik keterampilan sosial. Miller dan

Hersen mengindikasikan bahwa individu yang mempunyai keterampilan

39

sosial tinggi dapat berbicara dengan lantang, memiliki respon yang lebih

cepat dari orang lain, memberikan jawaban yang lebih panjang dan tepat,

lebih dapat mempengaruhi, dan lebih ekspesif dari orang lain.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial.

Merrel & Gimpel menyatakan bahwa usia, gender, latar belakang

etnokultural serta adanya gangguan ketunaan mempunyai dampak penting

dalam perkembangan keterampilan sosial seseorang.41

1. Usia

Beberapa penelitian menyatakan bahwa keterampilan yang penting

mempertahankan peer relations dapat bervariasi sesuai usia. Peer

relations merupakan salah satu dimensi keterampilan sosial, sehingga

dapat dikatakan bahwa keterampilan sosial pun bervariasi di tiap

tingkatan usia.

Perkembangan kognisi sosial merupakan hal yang paling berhubungan

dan penting dalam keterampilan sosial. Perkembangan kognisi sosial

ini berhubungan dengan usia, karena kemampuan kognisi sosial

seseorang makin bertambah seiring dengan perkembangan usia.

Meskipun tahapannya berbeda bagi setiap individu, bahkan ada

beberapa individu yang tidak dapat mencapai satu tahapan tertentu,

perkembangan kognisi sosial adalah proses dimana perubahan fungsi

intelektual dan kognitif membuat anak yang sedang berkembang dapat

41

Merrel, Kenneth W. & Gimpel, Gretchen A. (1997). Social Skill of Children and

Adolecents: Conceptualization, Assesment, Treathment. London: Lawrence Erlbaum

Associates, Inc.

40

berinteraksi dengan orang lain dalam hirarki yang kompleks,

meningkat dan berarti.

Merrel & Gimpel, mengidentifikasi lima aspek kognisi sosial yang

berperan penting dalam kompetensi sosial: perspertive taking,

conception of friendship, interpersonal problem-solving strategies,

moral judgement, dan communication skill. Perspective taking

meliputi kemampuan untuk mengerti pemikiran, intensi dan perasaan

orang lain. Conceptions of friendship, interpersonal problem-solvig

strategies, moral judgement and communication skill. Perspective

taking melingkupi kemampuan untuk mengerti pemikiran, intensi dan

perasaan orang lain. Conception of friedship adalah pemikiran

seseorang anak terhadap makna interaksi antar teman. Interpersonal

problem-solving merupakan kapasitas untuk mengatasi masalah

interpersonal dan mentode spesifik yang digunakan untuk

mengatasinya. Moral judgement merupakan konsep individu terhadap

benar atau salah dan perkembangan nilai, yang berubah secara drastis

selama masa perkembangan, serta cenderung berhubungan dengan

tingkah laku sosial terhadap teman. Communication skill adalah

strategi bahasa dan sosial yang digunakan individu dalam berinterksi

dengan orang lain dan dalam beraksi terhadap orang lain. Kelima

aspek kognisi sosial ini berperan penting dalam perkembangan

kompetensi sosial seseorang. Keterampilan sosial merupakan cara

spesifik agar seseorang dapat dikatakan kompeten secara sosial (social

competens). Dengan demikian, perkembangan kognisi sosial seseorang

41

berhubungan dengan keterampilan sosial. Dan karena kognisi sosial

yang di dalamnya terhadap kelima aspek kognisi sosial tersebut

berkembang sesuai dengan usia, karena keterampilan sosial pun di

pengaruhi oleh usia.

2. Gender

Hubungan antar gender dan keterampilan sosial selama periode

perkembangan sangat komplek. Beberapa penelitian dalam Merrel &

Gimpel mengindikasikan bahwa:

a. Pada awal masa anak-anak, anak laki-laki lebih menyukai

permainan yang melibatkan atifitas fisik (termasuk agresi) dalam

berinteraksi sosial. Sedangkan anak-anak perempuan lebih

menyukai permainan yang lebih pasif dan menetap.

b. Tingkah laku sosial dalam bermain pada anak-anak perempuan

lebih berorientasi tujuan atau konstruktif (misalnya, menyelesaikan

puzzle). Sedangkan anak laki-laki lebih berorientasi pada fungsi

(misalnya, mengendarai sepeda).

c. Pada awal masa kanak-kanak sampai dengan remaja, anak-anak

perempuan cenderung dinilai mempunyai keterampilan sosial yang

lebih tinggi dan tingkah laku anti-sosial yang lenih rendah

dibanding dengan anak laki-laki.

Perkembangan gender ini dipengaruhi oleh dampak biologis, tetapi

berdasarkan beberapa bukti yang ada, pengaruh belajar sosial lebih

tinggi. Misalnya, perlakuan dan permainan yang disediakan orang tua

42

selalu mengarah pada gender anaknya. Anak-anak perempuan selalu

diberikan boneka, dan bila seorang anak laki-laki berkelahi dianggap

wajar. Meskipun terhadap perbedaan gender dalam keterampilan

sosial, kita tetap tidak dapat mengeneralisasikannya kepada setiap

individu. Karena bagaimana pun variasi dalam kelompok lebih besar

dibanding variasi antar kelompok.

3. Latar belakang etnokultural

Kultur adalah sekelompok orang yang mengidentifikasikan dirinya

atau berhubungan dengan orang lain berdasarkan persamaan tujuan,

keinginan dan latar belakang. Kultur terdiri dari stuktur sosial, etnis,

hubungan dan status sosial ekonomi. Jadi konsep etnisitas lebih

spesifik dari kultur. Individu individu yang berbeda pada kelompok

etnis yang sama, mereka yang mempunyai latar belakang suku bangsa

atau nenek moyang yang sama. Sehingga dalam hal ini, digunakan

istilah etnokultural yang berarti perbedaan pada pengaruh kultur, tatapi

tetap memasuk etnis sebagai faktor kultural. Ada tiga hal yang perlu

diperhatikan dalam faktor etnokultural dalam keterampilan sosial ini:

a. Latar belakang etnokultural dari orang tua berpengaruh bagaimana

individu menghargai beberapa keterampilan sosial. Study yang

dilakukan oleh OReilly, Tokuno dan Ebata menemukan bahwa

penilaian ibu dari kelompok asia amerika dengan kelompok eropa

amerika terhadap delapan keterampilan sosial berbeda secara

signifikan. Mereka diminta untuk mengurutkan keterampilan sosial

43

yang penting, dan ternyata urutan yang diberikan kedua kelompok

tersebut berbeda secara signifikan.

b. Terdapat interaksi yang kompleks antara ras atau etnis observer

(rater) dengan subjek yang sedang di observasi. Lethtermoo, dkk

menemukan bahwa objektifitas observer akan berpengaruh bila

subjek yang dinilai berasal dari etnis yang sama. Subjek akan

dinilai lebih bila ia berasal dari etnis yang sama, dan sebaliknya

jika subjek berasal dari etnis yang berbeda.

c. Dalam penelitian yang dilakukan dengan sample besar, hanya

terdapat sedikit perbedaan etnokultur berdasarkan faktor

etnokultural.

Hubungan antar faktor etnokultural dengan keterampilan sosial terlihat

tidak terlampau besar, tetapi akan menjadi penting sekali jika

menyangkut observasi dalam pengukuran keterampilan sosial. Selain

itu, ada beberapa keterampilan sosial yang bervariasi dalam berbagai

komunitas. Misalnya, bagaimana kita memperlakukan orang tua dapat

berbeda dari satu etnis ke etnis yang lain. Tetapi, kembali lagi perlu di

pertimbangkan bahwa perbedaan dalam kelompok lebih besar

dibandingkan perbedaan antar kelompok.

4. Adanya gangguan ketunan

Anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan perkembangan

cenderung mempunyai keterampilan sosial yang rendah. Seperti

misalnya anak yang mengalami keterbelakangan mental, ternyata juga

mengalami kekurangan dalam keterampilan sosial.

44

C. ANAK JALANAN

1. Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan adalah istilah yang disepakati dalam konvensi nasional

untuk menyebut anak-anak yang sebagian besar menghabiskan sebagian

besar waktunya untuk bekerja di jalanan atau di kawasan urban. Mereka

bisa saja berprofesi sebagai penjaja asongan, tukang semir sepatu,

pengamen, pengemis, pencuri, pekerja seks, atau apapun.42

Selain itu, anak jalanan adalah perseorangan baik laki-laki maupun

perempuan yang tanpa nafkah atau bekerja apapun secara formal, tanpa

rumah tinggal, bahkan tidak terdaftar sebagai warga manapun.43

Beberapa

ahli juga mendefinisikan anak jalanan sebagai mereka yang tidak memiliki

pekerjaan tetap, pendidikan formal serta tinggal dimana saja.44

UNICEF memberikan batasan kepada kelompok ini sebagai Street

child are those who have abandoned their homes, school and immediate

communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a

nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah

16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan

lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang

berpindah- pindah di jalan raya.

Selain itu, Direktorat Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut Usia,

Departemen Sosial memaparkan bahwa anak jalanan adalah anak yang

42

Sumardi, L.S, Study Kasus Penanganan Anak Jalanan di Jakarta: Alternatif

Pendampingan bagi Anak-anak Kaum Pengungsi di Negeri Sendiri. (Jakarta: Institut Sosial

Jakarta, 1996) 43

Simandjuntak, B, Beberapa Aspek Psikologi Sosial.(Bandung: PT Alumni, 1981),

h. 216 44

Widiyanto, P, Gelandangan : Pandangan Ilmu Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1986), h.

3

45

sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah atau

berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya, usia mereka

berkisar dari 6 tahun sampain 18 tahun. Adapun waktu yang dihabiskan di

jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari.45

Hasil study Soedijar dan Putranto tentang profil anak jalanan di

Jakarta memberikan definisi anak jalanan sebagai anak yang berusia 7

hingga 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempat umum lainnya yang

dapat menggangu ketentraman dan keselamatan orang lain serta

membahayakan keselamatan dirinya sendiri. Putranto menambahkan

bahwa tipe lain dari anak jalanan adalah mereka yang melarikan diri dari

keluarga bahagia atau bermasalah dan mereka biasanya tidak terlalu di

dorong oleh motivasi ekonomi.46

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak jalanan

adalah anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan di jalan atau

tempat-tempat umum lainnya baik untuk mencari nafkah maupun

berkeliaran. Dalam mencari nafkah, ada beberapa anak yang rela

melakukan kegiatan mencari nafkah di jalanan dengan kesadaran sendiri,

namun banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk bekerja di jalan

(mengemis, mengamen, menjadi penyemir sepatu, dan lain-lain) oleh

orang-orang di sekitar mereka, entah itu orang tua atau pihak keluarga lain,

dengan alasan ekonomi keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak jalanan

adalah anak yang berusia 6-18 tahun, berada di jalanan lebih dari 4 jam

45

Intervensi Psikososial, Departemen Sosial, Direktorat kesejahteraan Anak

Keluarga dan Lanjut Usia (Jakarta: Depsos, 2001) h. 30 46

Irwanto, dkk. Pekerja Anak di Tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya, Medan

(UNICEF, 1997) h. 59

46

dalam satu hari, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan,

penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, dan

mobilitasnya tinggi.

2. Faktor Penarik dan Pendorong Anak Turun ke Jalan

Menurut Shalahudin, beberapa faktor yang mendorong anak untuk

turun ke jalanan adalah:47

a. Keluarga miskin

Hampir seluruh anak jalanan berasal dari keluarga miskin. Sebagian

besar dari mereka berasal dari perkampungan-perkampungan urban

yang tidak jarang menduduki lahan-lahan milik negara dengan

membangun rumah-rumah petak yang sempit yang sewaktu-waktu

dapat digusur. Anak jalanan yang berasal dari luar kota, sebagian besar

berasal dari desa-desa miskin.

Kemiskinan merupakan faktor dominan yang medorong anak-anak

menjadi anak jalanan. Anak dari keluarga miskin, karena kondisi

kemiskinan kerap kali kurang terlindungi sehingga menghadapi risiko

yang lebih besar untuk menjadi anak jalanan.

b. Kekerasan keluarga

Kekerasan keluarga merupakan faktor risiko yang paling banyak

dihadapi oleh anak-anak sehingga mereka memutuskan untuk keluar

dari rumah dan hidup di jalanan. Berbagai faktor risiko lainnya yang

berkaitan dengan hubungan antara anak dengan keluarga, tidak lepas

47

Shalahudin, Anak Jalanan Perempuan (Semarang: Yayasan Setara, 2000) hal. 10-

15

47

dari persoalan kekerasan. Seperti kasus eksploitasi ekonomi terhadap

anak yang dipaksa menyerahkan sejumlah uang tertentu setiap harinya,

akan menghadapi risiko menjadi korban kekerasan apabila tidak

memenuhi target tersebut. Kekerasan dalam keluarga tidak hanya

bersifat fisik saja, melainkan juga bersifat mental dan seksual.

c. Eksploitasi ekonomi

Anak-anak yang turun ke jalan karena didorong oleh orang tua atau

keluarganya sendiri atau biasanya bersifat eksploratif. Anak

ditempatkan sebagai sosok yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan

keluarga. Eksploitasi ekonomi oleh orang tua mulai marak terjadi

ketika pada masa krisis, dimana anak-anak yang masih aktif

bersekolah didorong oleh orang tuanya mencari uang dan ditargetkan

memberikan sejumlah uang yang ditentukan oleh orang tua mereka.

d. Impian bebas

Dunia jalanan dianggap enak sehingga menjadi alternatif termudah

untuk mendapat kebebasan sebagai wujud pencarian jalan keluar dari

masalah yang ada di rumah.

e. Ingin punya uang sendiri

Anak ingin punya uang sendiri untuk memenuhi keperluan dan

keinginan pribadi.

f. Pengaruh teman

Usia bermain dan usia lanil menyebabkan anak mudah terpengaruh

terutama terhadap teman sebaya.

48

3. Kategori dan Karakteristik Anak Jalanan

Menurut Surbakti, berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara

garis besar anak jalanan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu: Pertama,

Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan

ekonomisebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan

yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka

dijalankan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat

penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan

yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang

tuanya.48

Kedua, Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi

penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara

mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi

pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-

anak yang karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan

terhadap perlakuan salah, baik secara sosial, emosional,fisik maupun

seksual.

Ketiga, Children from families of the street, yakni anak-anak yang

berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini

mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka

terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lain dengan segala

risikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan

48

Departemen Sosial: Modul Pendampingan Anak Jalanan (Semarang: Departemen

Sosial, 1997)

49

kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak anak masih dalam

kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah dapat ditemui di

berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api dan

pinggiran sungai, walau secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui

secara pasti.

Berdasarkan beb