program percepatan pembangunan daerah · pdf filemembentuk project manajemen unit (pmu ......

23
PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KHUSUS (P2DTK) Project Overview 1 P2DTK – Project Overview

Upload: phamdat

Post on 02-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KHUSUS

(P2DTK)

Project Overview

1

P2DTK – Project Overview

BAB I DASAR HUKUM

Pemerintah Indonesia diwakili oleh Bappenas dan Departemen keuangan

bersama Bank Dunia pada tanggal 4 Agustus 2005 telah melakukan penandatanganan Loan Agreement no. IBRD 4788­IND dan IDA 4076­IND untuk Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus atau disingkat P2DTK. Persetujuan ini dilegalkan olehMenteri HukumdanHak Asasi Manusia Republik Indonesia pada dokumen Legal Opinion yang diterbitkan per 6 Oktober 2005. Loan Agrement ini efektif per tanggal 5 Desember 2005

Berdasarkan Loan Agreement dipersyaratkan agar Pemerintah Indonesia membentuk Project Manajemen Unit (PMU) dan Project Implementing Unit (PIU). PMU berada di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan PIU berada di Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT).

KPDT melalui Keputusan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus nomor 01/WB/KEP/KPA/IV/2006 membentuk Tim Pelaksana Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) yang ditetapkan per tanggal 7 April 2006. Susunan tim pelaksana P2DTKmeliputi 1) Pembina olehMenteri Negara PDT, 2) Pengarah oleh Sekretaris Menteri PDT dan para Deputy, 3) Nara sumber oleh staf ahli Menteri PDT, 4) Tim Pelaksana oleh para Asdep dan Kepala Bidang, 5) Sekretariat dengan merekrut tenaga ahli. Adapun tugas utama dari sekretariat pelaksana/staf teknis meliputi:

1. Melakukan persiapan teknis dan administrasi pelaksanaan kegiatan P2DTK.

2. Melakukan pengumpulan data dan bahan di lapangan dalam rangka pelaksanaan P2DTK.

3. Melakukan koordinasi, supervisi, dan monitoring pelaksanaan kegiatan P2DTK

4. Mengkoordinasikan pengelolaan administrasi program 5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan P2DTK.

Sebagai acuan kerja dan penggunaan dana Loan disusun procurement plan

yang disetujui oleh Bank Dunia melalui dokumen General Procurement Notice (GPN) nomor 659 per tanggal 31 July 2005. Pada dokumen ini diuraikan

2

P2DTK – Project Overview

penggunaan danaLoan untukblock grant, planning grant, consultant services, dan goods and non consultant services.

BAB II GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN P2DTK

1. Konsep P2DTK

Tujuan umum Program P2DTK adalah membantu Pemerintah Daerah

dalam mempercepat pemulihan dan pertumbuhan sosial ekonomi daerah tertinggal dan khusus. Sedangkan tujuan khususnya adalah : (1) Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalammemfasilitasi pembangunan partisipatif; (2) Memberdayakan masyarakat dan lembaga­lembaga masyarakat dalam perencanaan pembangunan partisipatif terutama bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi; (3) Melembagakan pelaksanaan pembangunan partisipatif untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan), infrastruktur, penguatan hukum, capacity building, serta penciptaan iklim investasi dan iklim usaha; (4)Memperbesar aksesmasyarakat terhadap keadilan; dan (5) Meningkatkan kemudahan hidup masyarakat terutama keluarga miskin melalui penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial ekonomi.

Prinsip yang menjadi nilai­nilai dalam pelaksanaan Program P2DTK adalah: (1) Desentralisasi; (2) Partisipatif; (3) Prioritas; (4) Non diskriminatif; (5) Terbuka; (6) Kearifan Lokal; (7) Terpadu; (8) Berwawasan lingkungan; (9) Dapat dipertanggungjawabkan; (10) Berkelanjutan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran program, maka bentuk­bentuk input program yang disediakan oleh Program P2DTK adalah: a. Penyediaan Dana Block­Grant Kabupaten dan Kecamatan. b. Penyediaan Pendamping atau Fasilitator Program, baik ditingkat nasional,

propinsi, kabupaten, maupun kecamatan

Input tersebut dilakukan dalam lima (5) bidang kegiatan yaitu : 1. Peningkatan kapasitas, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas

dan kemampuan, baik dari aparat pemerintah, anggota DPRD, maupun swasta dalam perencanaan partisipatif dan penguatan kelembagaan

3

P2DTK – Project Overview

2. Pelayanan sosial dasar masyarakat (pendidikan dan kesehatan): a. Pelayanan Pendidikan, dengan tujuan melaksanakan pembangunan pendidikan di daerah tertinggal dan khusus melalui program perluasan akses, peningkatan mutu pendidikan, dan pemantapan manajemen pendidikan untuk kepentingan terbaik anak agar tidak ketinggalan dengan kemajuan pendidikan di daerah lain.

b. Pelayanan Kesehatan, dengan tujuan melaksanakan pembangunan pendidikan di daerah tertinggal dan khusus melalui program perluasan akses, peningkatan mutu pendidikan, dan pemantapan manajemen pendidikan untuk kepentingan terbaik anak agar tidak ketinggalan dengan kemajuan pendidikan di daerah lain.

3. Mediasi dan penguatan hukum masyarakat, dengan tujuan melakukan penguatan hukum kepada masyarakat agar dapat menangani berbagai sengketa dan masalah hukum berdasarkan kemampuan mereka sendiri sebagai faktor pendukung pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, meningkatkan stabilitas dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat.

4. Pengembangan sektor swasta, dengan tujuan untuk membantu PemerintahDaerah danmasyarakatmelakukan pembangunan kondisi ekonomi yang lebih baik untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dan membangkitkan kembali iklim investasi di daerah tersebut.

5. Pengembangan Infrastruktur, dengan tujuan membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana yang dapat mendukung kemudahan aksesibilitas masyarakat dalam memperbaiki kesejahteraan sosial masyarakat.

Jangka waktu Program P2DTK, dimulai tahun 2005 hingga tahun 2011.

2. Pengorganisasian P2DTK

Pengelolaan P2DTK terjadi pada tingkat pusat, provinsi, kabupaten, dan

kecamatan. Tingkat pusat bertanggungjawab pada perencanaan dan penganggaran, sedangkan untuk tingkat provinsi bertanggung jawab sebagai perpanjangan tangan tingkat pusat untuk mengkoordinasikan pelaksanaan program. Tingkat kabupaten bertanggungjawab untuk memfasilitasi mekanisme P2DTK dan memberikan dukungan teknis kepada pelaksanaan mekanisme P2DTK di tingkat kecamatan. Tingkat kecamatan bertanggungjawab untuk

4

P2DTK – Project Overview

memfasilitasi pelaksanaan mekanisme P2DTK di kecamatan dan desa.

Terdapat perbedaan didalam pengorganisasian P2DTK umum (untuk 8 provinsi) dan P2DTK khusus untuk NAD­Nias. Secara keseluruhan gambaran pengorganisasian P2DTK umum dari tingkat pusat hingga tingkat kecamatan dapat digambarkan sebagai berikut.

Pada gambar diatas terlihat bahwa pelaku program secara garis besar meliputi jalur struktural, fungsional, dan konsultan. Jalur struktural bertanggungjawab atas keseluruhan pelaksanaan P2DTK, jalur fungsional bertanggungjawab untuk melakukan pengendalian dan memfasilitasi pelaksanaan program, sedangkan konsultan berfungsi untuk memberikan bantuan teknis. Konsultan mulai dari Konsultan Manajemen Pusat, Konsultan Manajemen Provinsi, Konsultan Manajemen Kabupaten, dan Fasilitator Kecamatan disediakan oleh PIU melalui proses seleksi perusahaan konsultan.

Pengorganisasian untuk P2DTK NAD­Nias pada dasarnya hampir sama dengan P2DTK umum. Di NAD­Nias tidak membentuk pelaku program di tingkat kecamatan meskipun programnyamencakup kecamatan. Pemberlakukan tersebut dikarenakan seluruh kecamatan di NAD dan Nias telah menjadi lokasi dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Sehingga pelaksanaan P2DTK pada tingkat kabupaten dan kecamatan akan bekerjasama dengan PPK. Gambaran umum pengorganisasian P2DTK di NAD­Nias dpaat digambarkan sebagai berikut.

Pada pengorganisasian P2DTK NAD­Nias terlibat Badan Rekontruksi dan

Rehabilitasi NAD­Nias (BRR NAD­Nias). Keterlibatan BRR NAD­Nias terutama bertanggungjawab untuk menyalurkan dana grant dari Trust Fund sebagai dana pembangunan pemulihan NAD dan Nias.

Disamping disediakanya konsultan sebagaimana tercantum dalam gambar, masih disediakan bantuan teknis lainya untuk memfasilitasi atau menyelenggarakan kegiatan khusus baik dari jasa konsultan atau dari lembaga pendidikan atau LSM. Kegiatan­kegiatan khusus tersebut meliputi:

a. Pengelola pelatihan pra tugas. b. Lembaga Pelaksana Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta (LPK­PSS) c. Lembaga Primer Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat

(LP­MPHM).

5

P2DTK – Project Overview

d. Lembaga Pemantau Independent atau LSM Province Base Monitoring (LSM PBM).

e. Jurnalis Pemantau f. Lembaga Identifikasi Kesehatan khusus untuk NAD g. Lembaga Identifikasi Pendidikan khusus untuk NAD h. Konsultan spesialis pengadaan dan manajemen keuangan. i. Lembaga studi.

BAB III RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN

1. Rencana kegiatan

Pada tahun 2006 merupakan tahun pertama pelaksanaan P2DTK.

Beban kegiatan lebih banyak pada kegiatan persiapan seperti penyusunan manual program, standar administrasi program dan pembentukan pelaku­pelaku program terutama seleksi konsultan manajemen. Pelaksanaan mekanisme P2DTK baru sampai pada tahap perencanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan P2DTK di NAD­Nias dilakukan lebih dahulu sebagai wujud untuk merespon kegiatan emergensi di NAD dan Nias paska bencana.

Rencana kegiatan baik untuk P2DTK Umum atau P2DTK Nias untuk

tahun 2007 dapat dilihat pada Workplan terlampir.

2. Anggaran

Penggunaan anggaran untuk tahun anggaran 2006 tidak dapat diserap secara maksimal, dikarenakan adanya beberapa kegiatan yang tidak dapat terlaksana pada tahun 2006. Pendistribusian Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) P2DTK dan Dana Operasional Kegiatan (DOK) juga tidak dapat dilaksanakan pada tahun anggaran 2006 karena ada beberapa persyaratan yang belum terpenuhi.

Anggaran pelaksanaan P2DTK terdiri dari dana yang bersumber dari APBN ataupun LOAN.

Untuk dana yang bersumber dari APBN, penyerapan dana selama tahun 2006 adalah sebesar 90,7% atau sebesar Rp. 6.799.477.251,­ dari total anggaran sebesar Rp. 7.500.000.000,­ dengan alokasi serapan pada semua sektor.

6

P2DTK – Project Overview

Sedangkan untuk dana yang bersumber dari LOAN, penyerapan dana selama tahun 2006 adalah sebesar 3,1% atau sebesar Rp. 10.676.338.800,­ dari total anggaran sebesar Rp. 348.551.000.000,­ alokasi serapan dana LOAN untuk tahun 2006 adalah untuk sektor Team Leader, Konsultan Manajemen Propinsi dan Kabupaten utkNAD, training provider dan lembaga identifikasi untuk NAD serta Procurement Specialist.

Rincian Laporan Penggunaan anggaran tahun 2006 dapat dilihat pada

lampiran laporan penyerapan dana.

BAB IV

1. Kegiatan persiapan

Pada Stranas KPDT terdapat 199 Kabupaten yang dinyatakan sebagai daerah tertinggal di Republik Indonesia, dengan adanya program P2DTK maka diharapkan ketertinggalan yang ada akan berkurang secara bertahap. Pada tahap pertama pelaksanaan P2DTK, terdapat 32 kabupaten yang menjadi sasaran pelaksanaan program, dan karena program P2DTK juga berada pada tingkat kecamatan, maka perlu dilakukan pengecekan mengenai kemungkinan overlapping program P2DTK dengan program sejenis yang juga sedang berlangsung di kecamatan, seperti program PPK (program Pengembangan Kecamatan). Setelah dilakukan verifikasi oleh Tim sekretariat bersama­sama dengan tim World Bank, maka diusulkan 186 kecamatan yang menjadi lokasi pelaksanaan program, yang kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 03 / PER/M­PDT/V/2006 tertanggal 8 Mei 2006. Besaran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang diberikan pada masing2 Kabupaten dan Kecamatan adalah berbanding dengan Jumlah Desa , Jumlah Penduduk, serta Luas Wilayah Lokasi Program seperti yang telah didiskusikan oleh Tim Sekretariat P2DTK dan Tim dariWorld Bank. Khusus untuk program P2DTK yang dilaksanakan di NAD & Nias yang berkoordinasi dengan BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) NAD, besaran BLM adalah sama untuk tiap kabupaten , dan program hanya dilaksanakan di tingkat kabupaten

7

P2DTK – Project Overview

2. Penyusunan panduan program

Untuk melaksanakan program P2DTK , maka disusunlah panduan­panduan pelaksanaan program seperti Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan Program (PTP), Penjelasan­penjelasan PTP, serta berbagai manual bidang program seperti Pendidikan, Kesehatan, Pengembangan Sektor Swasta dan sebagainya. Penyusunan panduan­panduan pelaksanaan program dilaksanakan dengan cara diskusi oleh tenaga2 ahli program pemberdayaan masyarakat baik dari Tim sekretariat PIU­PMU P2DTK maupun dari Tim Bank Dunia, serta mendapatkan masukan dari berbagai pihak seperti DepartemenKeuangan dsb.

Secara garis besar, panduan programdibagimenjadi 2 (dua) bagian

utama, yaitu P2DTK Umum dan P2DTK NAD­Nias. Panduan Program P2DTK Umum : a. Pedoman Umum b. Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) c. Penjelasan 1 PTP : Tugas dan Tanggungjawab pelaku d. Penjelasan 2 PTP : Forum­Forum Musyawarah e. Penjelasan 3 PTP : Pendanaan dan Pengadaan f. Manual Kesehatan g. Manual Pendidikan h. Manual MPHM i. Manual PSS j. Manual Pemuda k. Manual HCU l. Formulir – formulir Panduan Program P2DTK NAD­Nias :

a. Pedoman Umum b. Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) c. Penjelasan PTP : Forum­Forum d. Penjelasan PTP : Pendanaan e. Manual Kesehatan f. Manual Pendidikan g. Manual MPHM

8

P2DTK – Project Overview

h. Manual PSS i. Manual HCU

3. Pengadaan jasa konsultan

Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan program, diperlukan dukungan berbagai pihak, diantaranya adalah konsultan2 pelaksana seperti Konsultan Pelatihan, lembaga identifikasi Pendidikan, Kesehatan, MPHM, LPK­PSS, TPKM dan Komite Sekolah yang kesemuanya akan memberikan masukan berupa kebutuhan data dan informasi yang akan berguna bagi pelaksanaan program P2DTK

a. Pengadaan Lembaga Pengelola Pelatihan Konsultan

Lembaga pelatihan ini bertugas untuk menyelenggarakan pelatihan bagi para KM­Kab, TK­Prov, TK­Kab, Satker, dan FK.

b. Pengadaan Lembaga Pelatihan Konsultan Tenaga Penggerak Kesehatan

Masyarakat Lembaga pelatihan ini bertugas untuk membentuk Tenaga Penggerak Kesehatan Masyarakat (TPKM) yang berperan dalam memfasilitasi masalah, potensi dan gagasan perbaikan akses dan mutu layanan kesehatan sesuai tujuan program bidang kesehatan P2DTK

c. Pengadaan Lembaga Primer Mediasi dan Penguatan Hukum

Masyarakat Lembaga ini bertugas menguatkan kapasitas lokal dalam menyelesaikan masalah­masalah hukum, memfasilitasi penyelesaian sengketa, serta memperbesar akses masyarakat terhadap instrumen hukum

d. Pengadaan Lembaga PelaksanaKegiatan Pengembangan Sektor Swasta

(LPK­PSS) LPK­PSS bertujuan untuk memfasilitasi Pemerintah Daerah dan pelaku usaha dalam rangka meningkatkan pengembangan perekonomian daerah.

e. Pengadaan Lembaga Pelatihan Komite Sekolah

Lembaga ini bertugas meningkatkan kapasitas Komite Sekolah dengan

9

P2DTK – Project Overview

cara meningkatkan ketrampilan identifikasi pendidikan, penyusunan RIPS/RPS/Rencana Anggaran dan kemampuan melakukan kontrol sosial

f. Pengadaan Lembaga Identifikasi Pendidikan

Lembaga ini bertugas mendapatkan gambaran tentang masalah, kebutuhan, serta potensi pendidikan pada kabupaten lokasi program P2DTK

g. Pengadaan Lembaga Identifikasi Kesehatan Lembaga ini bertugas mendapatkan gambaran tentang masalah, kebutuhan, serta potensi kesehatan pada kabupaten lokasi program P2DTK

4. Pelaksanaan kegiatan swakelola

Sekretariat P2DTK, Bertujuan untuk memfasilitasi semua kegiatan sekretariat P2DTK, khususnya dalam hal tempat dan fasilitas lainnya seperti Ruang, telepon, internet, dan staff sekretariat

Pengadaan peralatan kantor, Bertujuan untuk memberikan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan harian sekretariat P2DTK, seperti meja kursi kantor, komputer, printer, LCD Projector, serta ATK (Alat Tulis Kantor)

Diseminasi Nasional, Bertujuan sebagai wadah Komunikasi langsung antara para stakeholder program P2DTK, seperti Bappenas, KPDT,WB, Bupati, serta Perangkat Bappeda Lokasi program P2DTK

Sosialisasi, Bertujuan untuk Mensosialisasikan Visi dan Misi program P2DTK kepada para stakeholder di daerah

Monitoring Bertujuan untuk memantau kemajuan daerah dalam mempersiapkan pelaksanaan program seperti memantau sudah tersedianya PAP

Verifikasi Kesiapan Satker

10

P2DTK – Project Overview

Bertujuan untuk memastikan keberadaan satker di lokasi pelaksanaan program P2DTK serta menentukan KPPN yang ditunjuk oleh daerah

5. Pelaksanaan kegiatan pihak ketiga

Pengadaan Perusahaan Jasa Konsultan Manajemen Kabupaten Dan Fasilitator Kecamatan Perusahaan ini bertanggungjawab dalam pengelolaan program P2DTK mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian kegiatan sesuai dengan prinsip2 dan ketentuan P2DTK, juga bertanggungjawab untuk menyediakan personil2 yang dibutuhkan

Pengadaan Procurement Specialist / Spesialis Pengadaan

Spesialis Pengadaan dikontrak secara individual dan bertugas untuk memfasilitasi dan memberikan advis pada setiap proses pengadaan yang dilaksanakan oleh program

Pengadaan Team Leader NMC Tugas utama Team Leader NMC adalah memimpin National Management Consultant / NMC / KM­Nas. selain itu TeamLeader juga bertugas melakukan “Transfer of Knowledge” dari Owner Program kepada NMC agar Visi dan Misi Program P2DTK tetap terjaga.

Pengadaan Perusahaan Pencetakan dan Pengiriman

Perusahaan Pencetakan dan Pengiriman bertugas untuk menggandakan seluruh dokumen panduan pelaksanaan program dan mendistribusikannya ke Pusat, Propinsi, dan Kabupaten lokasi program

11

P2DTK – Project Overview

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN P2DTK NAD­NIAS

1. PEMBENTUKAN SATKER DAN TIM KOORDINASI

Tujuan pelaksanaan Program P2DTK adalah melakukan pemberdayaan masyarakat dan pemerintah. Untuk pelaksanaan kegiatan dilapangan, program P2DTK NAD­NIAS memerlukan pembentukan organ­organ pelaku mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten, Organ­organ pelaku yang bertugas dan berfungsi untuk mengelola program adalah ;

a. Tim Koordinasi tingkat provinsi.

Tim koordinasi tingkat provinsi adalah tim yang ditetapkan melalui Surat

12

P2DTK – Project Overview

Keputusan Gubernur NADuntukmengkoordinasikan pelaksanaan P2DTK di NAD. Tim koordinasi ini bertugas dan bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan program P2DTK NAD, mengkoordinasikan instansi dan pelaku terkait, melakukan monitoring, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di Kabupaten, Menyusun dan merumuskan strategi pelaksanaan program, mendukung seleksi calon dan penempatan lokasi tugas Konsultan, Menyusun rencana anggaran PAP Provinsi NAD, dan membuat laporan perkembangan dan evaluasi pelaksanaan program P2DTK NAD kepada Gubernur.

b. Satuan kerja.

Di setiap lokasi penerima program P2DTK diperlukan Satker untuk mengelola pemanfaatan dana bantuan, sehingga dapat didistribusikan secara bertanggungjawab.

Khusus untuk pelaksanaan kegiatan P2DTK di NAD dan Nias, berdasarkan SKBRRNAD­NIASNo 50/KEP/BP­BRR/VI/2006, tanggal 4 April 2006 dibentuk Satker yang berkedudukan di provinsi, yang selanjutnya disebut dengan Satker BRR­Dukungan Bantuan Pemerintah Daerah­SPADA atau Satker­BRR SPADA. Satker BRR­SPADA terdiri dari Kepala Satker, PPK, Penguji SPP/tandatangan SPM, dan Bendahara.

Untuk membantu pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan P2DTK NAD­Nias, Satker BRR­SPADA mengangkat 1 (satu) orang PP Komitmen dan beberapa staff di 17 kabupaten, dengan mengeluarkan SK No 03/KEP/BRR­46222/VII/2006 tertanggal 1 Juli 2006.

Hingga akhir tahun 2006, pembentukan Satker dan PP­Komitmen sudah selesai dilaksanakan, sehingga setiap Kabupaten sudah terbentuk PP­Komitmen.

c. Tim Koordinasi Kabupaten

Tim Koordinasi Kabupaten adalah tim kerja yang dibentuk berdasarkan SK Bupati. Tugas dan tanggung jawab TK­P2DTK Kabupaten adalah mengkoordinasikan pelayanan dan proses administrasi antar instansi di tingkat kabupaten, menyelenggarakan sosialisasi di kabupaten, menetapkan TKT P2DTK Kab. dan Tim Desain & RABKab,mengesahkan Procurement Plan, membina dan mengendalikan Program P2DTK NAD­NIAS, menyelenggarakan rapat rutin bulanan, melakukan monitoring, supervisi, dan evaluasi berkala, menyusun laporan bulanan

13

P2DTK – Project Overview

atau triwulan untuk disampaikan kepada Bupati dengan tembusan kepada TK P2DTK Prov termasuk laporan mengenai pembahasan masalah, kendala, dan rekomendasi.

TK­P2DTK Kab terdiri dari unsur Bappeda Kabupaten, Sekretariat Wilayah Daerah (Bagian Penyusunan Program dan Bagian Keuangan), Dinas Pekerjaan Umum/Kimpraswil, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Koperasi & UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), dan dinas/instansi lain yang terkait sesuai kebutuhan di tingkat kabupaten.

Hingga Desember tahun 2006, setiap kabupaten sudah membentuk Tim Koordinasi Kabupaten.

2. KEGIATAN IDENTIFIKASI KESEHATAN

P2DTK di NAD­Nias adalah P2DTK yang didesain secara khusus, dan merupakan program yang dikerjakan dengan sumber dan dukungan dari berbagai pihak, baik program lain, maupun lembaga yang lain.

Untuk membantu pelaksanaan identifikasi gagasan, masalah dan kebutuhan bidang kesehatan, P2DTK telah merekrut lembaga konsultan PT. Prismaita Cipta Kreasi untuk melaksanakan kegiatan identifikasi masalah kesehatan, berdasarkan nomor kontrak 153A/KTR/P2DTK/VIII/2006, dengan masa kerja mulai 11 Agustus 2006 s/d 11 Nopember 2006 (3 bulan).

Kegiatan identifikasi ini dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan data sekunder baik berasal dari dokumen­dokumen yang ada di lembaga pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, maupun lembaga­lembaga yang saat ini sedang melaksanakan aktivitas di NAD­NIAS. Selain data sekunder, lembaga identifikasi kesehatan juga melakukan pengumpulan data primer dari masyarakat, pelaku­pelaku kegiatan bidang kesehatan, maupun lembaga kemasyarakatan yang ada. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pemilihan lokasi, penentuan responden dan partisipan FGD ditingkat desa dan FGD ditingkat kabupaten.

Hasil kegiatan identifikasi inimenunjukkan bahwa gambaran komunitas desa yang menjadi sasaran adalah 90% miskin, tidak berpenghasilan tetap, dan mata pencahariannya juga tidak tetap. Dibidang kesehatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit, umumnya mengenal untuk penyakit umum

14

P2DTK – Project Overview

misalnya diare, batuk, panas, pilek, sakit kulit, pusing­pusing, sakit sendi, kurang gizi pada balita dan kurang darah pada ibu hamil. Orientasi pengobatan dilakukan dengan menggunakan jasa pengobat tradisional, selain mengobati sendiri dengan membeli obat di kios. Hanya jika sakit dirasa berat dan lama tidak sembuh baru akan pergi ke bidan, puskesmas atau ke rumah sakit. Kondisi ini disimpulkan sebagai gambaran kesenjangan pengetahuan tentang masalah kesehatan, penyakit, penyebab dan latar belakangnya. Gambaran fasilitas sumber air baku umumnya tersedia dengan baik, namun masyarakat masih kurang memahami cara­cara mengamankan sumber air dari air yang tersedia. Lingkungan cukup kotor, sampah, dan genangan air limbah yang menjadi sarang perindukan vektor penyakit tidak dipahami oleh masyarakat. khusus untuk layanan kesehatan ibu, bayi anak dan KB ditemukan bahwa pemahaman masyarakat masih belum cukup baik. Posyandu sebenarnya dirasakan bermanfaat namun upaya masyarakat untuk menghidupkan masih sangat kurang. Persalinan masih banyak ditolong dukun, karena bidan tidak selalu ada ditempat. Desa­desa yang dulu punya polindes banyak yang tidak berfungsi, baik karena tidak ada bidan maupun karena hancur akibat konflik.

Pendataan dengan instrumen IPKS (indeks Potensi Keluarga Sehat) diperoleh bahwa hanya 0,06% dari sampel yangmemiliki indeks potensi keluarga sehat yang 100%, artinya hampir 100% penduduk di NAD nilai indeks potensi keluarga sehatnya rendah. Sebanyak 69,42% IPKS­nya rendah, dan sisanya sebanyak kurang lebih 40% memiliki IPKS sedang. IPKS ini dinilai dari variabel lingkungan sehat, perilaku sehat, dan pelayanan kesehatan/akses.

Pendataan dengan instrumen keberfungsian UKBM, diketemukan baha di desa­desa sudah dikenal adanya Posyandu, Polindes, POD, dukun, dan kelompok air dan sanitasi. Namun dari bangunan fisik yang ada banyak yang sudah tidak berfungsi.

Pendataan dengan Instrumen IPTS (indeks potensi tatanan sehat) dengan satuan pengamatan pada tempat ibadah dan sekolah. Dari pengamatan ditemukan bahwa indeks potensi tatanan sehat tempat ibadah dari sampel yang diambil tidak satupun memiliki nilai 100%. Sebanyak 44,16% memiliki IPTS sedang dan 55,84% memiliki IPTS rendah. Hal sama terjadi di sekolah­sekolah. Karena hanya ada 2 sekolah yang IPTS­nya mendapat nilai 100, sedangkan 38,76% mendapat nilai IPTS sedang dan sebanyak 59,69% mendapat nilai IPTS rendah. Artinya tempat­tempat yang dianggap sebagai fasilitas umum yang akan memberikan dasar bagi terbentuknya perilaku

15

P2DTK – Project Overview

sehat ternyata tidak menjadi perhatian masyarakat, dengan demikian dapat disimpulkan kesadaran masyarakat terhadap tatanan yang sehat masih rendah. Gambaran kondisi ini dijelaskan secara bertingkatmulai dari kondisi tingkat desa, kondisi tingkat kecamatan dan kondisi tingkat kabupaten.

Kondisi sarana kesehatan (bidan, polindes, puskesmas pembantu). Keberadaan sarana kesehatan di desa masih rendah. Tidak semua bidan di desa telah memberikan layanan kesehatan wajib.

Rumusan masalah. Rendahnya potensi sehat dari keluarga­keluarga di perdesaan disebabkan karena lingkungan dan perilaku yang tidak sehat. Rendahnya pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat ditingkat masyarakat disebabkan kurangnya bimbingan tentang kehidupan sehat oleh petugas kesehatan. Resiko terjadinya masalah kesehatan pada kelompok maternal dan neonatal disebabkan rendahnya akses kelompok rentan pada layanan kesehatan esensial. Resiko tidak tertanganinya emergensi khususnya maternal dan neonatal banyak disebabkan belum jelasnya model layanan kesehatan perdesaan. Adanya kesenjangan kemampuan untuk berperan aktif dalam menghidupkan kegiatan­kegiatan sehat secara mandiri.

Rumusan kebutuhan perbaikan dan peningkatan kesehatan yang sudah dilakukan lembaga identifikasi adalah (1) perlunya bimbingan peningkatan pengetahuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, (2) perlunya bimbingan untuk memperbaiki potensi sehat, (3) perlunya bimbingan masyarakat untuk dapat mengakses layanan kesehatan esensial dengan dukungan para tokoh masyarakat dan LSMdalam satu wadah kemitraan, (4) perlunya bimbingan untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi situasi darurat, (5) perlunya bimbingan untuk memperbaiki potensi tatanan sehat (6) tersedinya layanan kesehatan esensial yang berkualitas, merata, terjangkau dan berkesinambungan.

Rekomendasi. Kegiatan yang direkomendasikan adalah penataan kembali penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Kedua adalah peningkatan kemampuan SDM sehingga mampu menyelenggarakan UKP dan UKM. Ketiga adalah penataan sistem pembiayaan kesehatan. Keempat menata kembali sistem pengelolaan sumberdaya dan logistik kesehatan. Kelima pemberdayaan masyarakatmulai tingkat individu, kelompok dan masyarakat. Keenam adalah penataan manajemen kesehatan kabupaten.

16

P2DTK – Project Overview

3. KEGIATAN IDENTIFIKASI PENDIDIKAN

Untuk mendukung pelaksanaan identifikasi gagasan,masalah dan kebutuhan bidang pendidikan, P2DTK telah merekrut lembaga konsultan PPA Consultants untuk melaksanakan kegiatan identifikasi masalah kesehatan, berdasarkan nomor kontrak 153B/KTR/P2DTK/VIII/2006, dengan masa kerja mulai 11 Agustus 2006 s/d 11 Nopember 2006 (3 bulan).

Hasil kegiatan identifikasi ini diantaranya adalah; 1) Kondisi demografis dan sosial ekonomi. Kondisi demografis dan sosial ekonomi dilihat dari pekerjaan, penghasilan dan pengeluaran untuk pendidikan. Dari informasi yang diperoleh disimpulkan bahwa kondisi ekonomi penduduk NAD tergolong rendah, pekerjaan paling banyak adalah petani. 2) Hambatan menyekolahkan anak. Hambatan ini dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi orang tua, dan internal anak. Dari informasi yang diperoleh disimpulkan bahwa hambatan menyekolahkan anak ini banyak disebabkan oleh faktor ketidakmampuan orang tua menyediakan fasilitas sekolah, jarak ke sekolah yang jauh, dan beralihnya aktivitas anak ke aktivitas ekonomi

Kondisi Layanan Pendidikan Dasar. Layanan pendidikan dasar dikoordinasikan oleh lembaga­lembaga pemerintah misalnya dinas pendidikan membina SD & SMP, sedangkan departemen agamamembinaMI dan MTs. Dari hasil pengumpulan data disimpulkan bahwa rasio pegawai/sekolah dan rasio siswa/pegawai cukup rendah.

Pendapat masyarakat terhadap layanan pendidikan. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa 40,87% respondenmenyatakan sangat bermanfaat, 9,78% menyatakan perlu adanya peningkatan, sebanyak 2,95% menyatakan tidak bermanfaat. Sedangkan minat masyarakat untuk menyelenggarakan layanan program pendidikan masih cukup rendah, karena 26,92% saja yang bermaksudmenyelenggarakan sedangkan 29,11% yangmenyatakan keinginan membangun lembaga penyelenggara layanan program pendidikan. Terhadap penanggungjawab layanan program, masyarakat menganggap penanggungjawab pendidikan adalah pemerintah, sedangkan penanggungjawab untuk merencanakan membangun lembaga layanan program pendidikan adalah dinas pendidikan, dan pelaksana yang paling tepat untuk melaksanakan program adalah dinas pendidikan.

Keberadaan penyandang dana/lembaga donor yang membantu dibidang pendidikan diantaranya adalah DEC UK, ACTI, ADH, ADRA, AIPRD, Astra, AUSCARE, AV, BSI, Caritas Portugal, CCF, CH Solidarity Chain, CI, CIDA,

17

P2DTK – Project Overview

CORDAID, DB, DEC UK, Dell­Found, DFD, DIPT, ECHO, ExonMobil, FALC, FC, FCBC, FF, FHI, FHIUS, FNOC, Fond­de­France, Fond­Macif, Fond­Suez, Freeman­Found, French Collectiver For Children, French­Gov, Gerber, GTZ, HA, Heilberg, HI, IRC, Islah Bina Umat, JI, Johnson&johnson, KFW, KNH, LCI, LDSC, MCC, MDTF, Medan peduli, Michelin, Neighbour in Need, Nike, NOVIB, Oak­Found, OFDA, OIC, OXFAM, PI, PSF, Qatar Gov, Re. of Korea, Red­Cros , stralian), Red­Cros (Germany), Sanofi, Save The Children (Denmark, Italy, Netherlands, Spain, Sweden, Mexico), Secours Catolique, Singapore Red­Cross, Smaritan's Purse, SOS, SOS­KI Tearfund (Australia, New Zealand, UK), The Source, TPI of Germany, Trocaire,TUC, A­APHEDA, UNDP, UNICEF, USA, USAID, USDOL, World Relief, WVA, WVI, Yayasan Obor Cemerlang, Yayasan Sheikh Eid Bin Muhammad Al­Thani, Yayasan Sutra (sebanyak 89 lembaga) yang tersebar di 17 kabupaten

Untuk upaya peningkatan layanan pendidikan dasar, konsultan merekomendasikan beberapa hal diantaranya adalah dalam hal a) perluasan kesempatan belajar dengan (1) menghapus hambatan biaya, (2) melanjutkan pembangunan unit gedung baru dan unit kelas baru, (3) renovasi kelas, (4) penyempurnaan kualitas SMP terbuka, (5) SD­SMP satu atap, (6) penyempurnaan program luar sekolah, (7) optimalisasi pendidikan luar sekolah, (8) konsolidasi SD kecil, SD satu guru, SMP kecil dan SMP terpadu, (9) peningkatan layanan pendidikan wajar 9 tahun, (10) pendekatan kultural. b) Peningkatan kualitas layanan pendidikan dengan (1) memperluas akses anak 0­6 tahun, (2) peningkatan dukungan sekolah negeri dan swasta, (3) peningkatan kualifikasi kompetensi dan profesionalisme staff. c) Peningkatan manajemen layanan pendidikan dengan (1) pelatihan manajemen berbasis sekolah, dan (2) pengembangan sistem monitoring dan evaluasi.

Presentasi hasil identifikasi masalah dan kebutuhan. Presentasi hasil identifikasi masalah dan kebutuhan ini direncanakan akan dilakukan dihadapan tim kajian teknis, namun karena tim kajian teknis belum terbentuk pada saat selesai kontrak, kegiatan presentasi ini dilakukan dihadapan stakeholder yang nanti akan terlibat pada proses pembahasan program pendidikan pada program P2DTK. Kegiatan presentasi berhasil dilakukan di 17 kabupaten dengan peserta diantaranya adalah dari pihak Bappeda, majelis pendidikan, Departemen Agama, Dinas Diknas Kab, LSM, tokoh masyarakat, perguruan tinggi, dan konsultan program PPK

4. PEREKRUTAN KONSULTAN MANAJEMEN PROVINSI DAN

18

P2DTK – Project Overview

KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN

Kegiatan perekrutan Konsultan Manajemen Provinsi (KM­Prov) dan Konsultan Manajemen Kabupaten (KM­Kab) dilakukan oleh PT. Amythas Expters & Asociate. Perekrutan konsultan dilakukan berdasarkan Panduan Seleksi Konsultan Manajemen yang diterbitkan oleh Sekretariat PIU program P2DTK dan disetujui oleh Bank Dunia.

Proses perekrutan dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan pengumuman adanya kebutuhan Konsultan Manajemen Kabupaten dan Konsultan Manajemen Provinsi di Surat Kabar Nasional, dan surat kabar lokal yang beredar diMedan danNanggroe AcehDarussalam. Dari lamaran yangmasuk, dengan berdasarkan pengumuman perekrutan ini, PT. Amythas Experts & Asociate melakukan seleksi administratif. Hasil seleksi administratif ini selanjutnya diferifikasi Sekretariat PIU­P2DTK, dan setelah lengkap diajukan ke Bank Dunia, untuk mendapatkan NOL hasil seleksi administratif. Hasil kegiatan seleksi aktif ini secara berjumlah 138 orang, terdiri dari 6 orang calon Konsultan Manajemen Provinsi, dan 132 orang Konsultan Manajemen Kabupaten.

Hasil seleksi administratif ini kemudian dipanggil untuk melakukan proses seleksi aktif. Seleksi aktif dilaksanakan di 3 lokasi, yaitu di Banda Aceh, Medan dan Jakarta. Wawancara pada proses seleksi aktif dilakukan oleh Tim Koordinasi Provinsi, Sekretariat PIU­P2DTK dan PT. Amythas Experts & Asociate. Proses ini dipantau dan dimonitor oleh Tim Bank Dunia dan Tim PMU­P2DTK. Hasil seleksi aktif ini selanjutnya ditetapkan berdasarkanNOL Bank Dunia. Kegiatan seleksi aktif ini berhasil menyeleksi sebanyak 66 orang yang terdiri dari 54 (82%) orang laki­laki dan 12 (18%) orang wanita.

5. PELATIHAN KONSULTAN MANAJEMEN PROVINSI DAN KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN

Pelatihan Konsultan Manajemen Provinsi dan Konsultan Manajemen Kabupaten dilaksanakan di Brastagi, Sumatra Barat, mulai tanggal hingga tanggal 5 – 12 September 2006. Peserta yang diundang untuk mengikuti pelatihan ini terdiri dari KonsutlanManajemen Provinsi dan Kabupaten hasil seleksi pada tanggal 30 Agustus 2006 termasuk konsultan manajemen kabupaten cadangan, PP Komitmen Kabupaten, Tim Koordinasi Kabupaten

19

P2DTK – Project Overview

dan Tim Koordinasi Provinsi

Setiap kelas difasilitasi 3 orang pelatih dengan didampingi 1 orang master trainer. Untuk memberikan wawasan tambahan pada pelatihan ini dihadirkan Nara Sumber yang berasal dari PMU­Bappenas, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Tim Koordinasi Provinsi dan Bank Dunia.

Materi pelatihan berjumlah 16 pokok bahasan dengan 4 materi tambahan wawasan. Materi pelatihan ini disampaikan dengan pendekatan Pendidikan Orang Dewasa, dengan metode ceramah, simulasi, permainan penyegaran, tanya­jawab dan curah pendapat. Materi pelatihan ini terdiri dari (1) Pengorganisasian Kelas, (2) Citra Diri, (3) Konsepsi P2DTK, (4) Bidang Kegiatan, (5) Pengorganisasian program, (6) Mekanisme dan harmonisasi program P2DTK, (7) Kajian Teknis, (8) Pengadaan dan Pendanaan, (9) Penanganan dan Pengaduan Masalah, (10) Strategi Komunikasi, (11) Partisipasi perempuan, (12) Antisipasi Konflik, (13) Monitoring evaluasi dan supervisi, (14) Capacity Building, (15) Pelaporan.

Untuk pengendalian dilakukan kegiatan pre­test, post­test dan evaluasi pelatihan. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, pelatihan ini berhasil meningkatkan pemahaman peserta sebanyak 8,2 point dari 30 pertanyaan yang diberikan. Peningkatan ini terjadi karena nilai pretest peserta rata­rata berjumlah 11,8, dan pada akhir kegiatan pelatihan yaitu pelaksanaan Post Test, peserta berhasil meningkatkan nilainya menjadi 20. Sedangkan dari hasil evaluasi peserta, sebanyak 53% peserta menyampaikan bahwa proses pelatihan ini merupakan kondisi ideal yang paling menunjang pencapaian keberhasilan kegiatan pelatihan, sebanyak 31,8% peserta menyatakan bahwa pelatihan ini dapat menunjang pencapaian keberhasilan kegiatan pelatihan, sebanyak 15,1% peserta menyampaikan bahwa pelatihan ini kurang menunjang pencapaian keberhasilan kegiatan pelatihan, dan 0% peserta menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak dapat menunjang pencapaian keberhasilan kegiatan pelatihan.

6. MOBILISASI KONSULTAN MANAJEMEN PROVINSI DAN KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN

a. Mobilisasi Konsultan Manajemen Provinsi dan Konsultan Manajemen

Kabupaten

20

P2DTK – Project Overview

Mobilisasi konsultan manajemen kabupaten dan konsultan manajemen provinsi dilakukan setelah dilakukan penetapan akhir konsultan yang dilakukan setelah proses pelatihan pratugas. Kegiatan yang dikoordinasikan oleh PT. Amythas E&A ini menempatkan 3 orang konsultan manajemen yang terdiri dari konsultan manajemen kabupaten bidang infrastrutktur, bidang kesehatan, dan bidang pendidikan di setiap kabupaten dari 17 kabupaten lokasi program P2DTK.

b. Penyediaan fasilitas kerja Konsultan Manajemen Provinsi dan Konsultan Manajemen Kabupaten Guna mendukung pelaksanaan kegiatan Konsultan Manajemen Provinsi dan Konsultan Manajemen Kabupaten, PT. Amythas E&A juga sudah melaksanakan pengadaan fasilitas kerja berupa Kantor dan Peralatan Kantor lengkap untuk Konsultan Manajeman Provinsi. Sedangkan ditingkat kabupaten, selain disediakan kantor dan peralatan kantor, Konsultan Manajemen Kabupaten juga difasilitasi 1 buah kendaraan roda 4.

7. PELATIHAN PENGADAAN DAN MANAJEMEN KEUANGAN

Mendukung persiapan pelaksanaan program P2DTK di Nanggroe Aceh Darussalam, dengan menggunakan dana DFID (Departemen For International Development), Crown Agent sebuah lembaga yang mengkhususkan pada bidang pelatihan, dengan PIU­P2DTK pusatmelakukan pelatihan pengadaan dan manajemen keuangan. Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 6­10 Nopember 2006 di Brastagi, Sumatra Utara.

Peserta pelatihan pengadaan dan manajemen keuangan berjumlah 80 orang terdiri dari Tim Koordinasi sebanyak 16 orang, Pejabat Pembuat Komitmen sebanyak 21 orang, Tim Pengelola Kegiatan sebanyak 31 orang, dan Panitia Lelang sebanyak 12 orang. Hadir dalam proses pelatihan ini tim dari Bank Dunia, BRR, dan Tim Koordinasi Provinsi untuk memantau.

Materi yang pelatihan yang diberikan diantaranya adalah (1) Basic Procurement Principles & Functions, (2) Procurement for SPADA, (3) Procurement Preparation Activities, (4) Procurement Procedures: Pre­and Post­Qualification, (5) Procurement Procedures: Selection Method, (6) Procurement Procedures: Owner Estimation, (7) Procurement Procedures,

21

P2DTK – Project Overview

Issue and Receipt of Tenders, (8) Procurement Procedures: Evaluation of Tenders, (9) Contract Management, (10) Force Account, (11) Procurement Case study, (12) Financial Management (FM), (13) Principles, Operational Scope, Main Executors in FM, (14) Financial Management (FM), (15) SPADA Project Budgeting, Application categories, (16) Payments Procedures & Funds, (17) Accounting in Practice 1, (18) Reporting, (19) Auditing, (20) Procurement & FM considerations for Project Implementation Action Plan, (21) Developing Best Practice & Preventing Corruption.

Mekanisme pengendalian kegiatan pelatihan dilakukan dengan kegiatan pre­test, post test dan evaluasi pelatihan.

Secara keseluruhan kegiatan pelatihan ini dapat dilaksanakan dengan baik, peserta dapat mengikuti proses pelatihan secara aktif dan dinamis. Fasilitas yang disediakan untuk proses pelatihan juga cukup memadai, serta ditunjang dengan sistem kontrol yang baik pula.

8. PELAKSANAAN PENDAMPINGAN

a. Sosialisasi provinsi

Kegiatan awal dari pelaksanaan program P2DTK adalah kegiatan sosialisasi. Kegiatan sosialisasi ini dimulai dari kegiatan sosialisasi tingkat provinsi, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi kabupaten.

b. Sosialisasi kabupaten

Tindak lanjut kegiatan sosialisasi provinsi adalah kegiatan sosialisasi kabupaten. Hingga akhir tahun 2006, kegiatan sosialisasi kabupaten sudah dilaksanakan oleh seluruh kabupaten lokasi program P2DTK.

Hadir dalam proses kegiatan sosialisasi ditingkat kabupaten ini antara lain TK P2DTKKab& instansi terkait ditingkat kabupaten,Wakil dari program lain (baik dari pemerintahmaupun konsultannya), Perwakilan TK­P2DTK Propinsi, DPRD Kabupaten, PP Komitmen Kabupaten, LSM/lembaga kemasyarakatan tingkat kabupaten, Perguruan Tinggi, Perwakilan pengusaha lokal, Perwakilan kecamatan (4 orang), KM­Prop & Pers, dan

22

P2DTK – Project Overview

Pihak­pihak lain yang dianggap perlu

Secara umum kegiatan sosialisasi dapat dberjalan dengan lancar. Konsultan Manajemen Kabupaten telah menunjukkan kerjasama yang cukup baik dengan PP Komitmen dan Tim Koordinasi Kabupaten. Kegiatan ini rata­rata sudah menghasilkan out­put sosialisasi sebagaimana tercantum dalam panduan Forum­Forum, yaitu (1) Tersosialisasinya konsep program P2DTK kepada masyarakat dan stakeholder ditingkat kabupaten, (2) Disepakatinyamekanisme koordinasi antar pelaku program dan stakeholder lainnya, (3) Disepakatinya mekanisme pembinaan program, (4) Terbentuknya penanggungjawab penyelenggaraan forum­forum selanjutnya (dari unsur­sunsur Ketua Bappeda/ketua forum, TPK, dan lain­lain), (5) Dipahaminya mekanisme pemilihan pelaku program di tingkat Kabupaten (TKT dan TPK) dan (6) Disepakatinya Rencana Kerja Tindak Lanjut.

c. Pembentukan Kelembagaan

Pembentukan kelembagaan adalah pembentukan kelompok­kelompok kerja yang akan berpartisipasi dalam pelaksanaan program P2DTK. Pembentukan kelembagaan disahkan dengan Surat Keputusan sebagai legalitas formal untuk saling melakukan ikatan kerjasama.

d. Koordinasi

Kegiatan koordinasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menginformasikan perkembangan pelaksanaan kegiatan, menginformasikan berbagai kendala dan hambatan, melakukan pembahasan terhadap masalah dan rekomendasi penanganan serta penyusunan rencana tindak lanjut.

Kegiatan koordinasi dilakukan secara berkala yang dilakukan ditingkat provinsi dan tingkat kabupaten. Koordinasi ditingkat provinsi dilakukan antara KonsultanManajemen Provinsi, KonsultanManajemenKabupaten, Tim Koordinasi Provinsi, Satker BRR­SPADA dan stakeholder ditingkat provinsi. Kegiatan Koordinasi ditingkat provinsi pada tahun 2006, dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada bulan Nopember dan Desember.

Kegiatan kooordinasi kabupaten dilakukan antara Konsultan manajemen kabupaten, PP Komitmen Kabupaten dan Tim Koordinasi Kabupaten.

23

P2DTK – Project Overview