program pascasarjana -...

123

Upload: dangkiet

Post on 08-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri
Page 2: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Volume 14 No. 01 Maret 2016 ISSN 1693-9107

Jurnal Penelitian teknologi Pendidikan

Diterbitkan Oleh:

Program Studi Magister Teknologi Pendidikan

Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 3: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Volume 14 No. 01 Maret 2016 ISSN 1693-9107

Jurnal Penelitian teknologi Pendidikan

Teknodika sebagai media komunikasi guna melaporkan hasil-hasil penelitian di bidang pendidikan yang

diterbitkan secara berkala setiap semester. dikelola:

Penanggungjawab : Dekan FKIP UNS

Pemimpin Umum : Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

Penyunting Ahli : Prof. Dr. H. Soetarno, M.Pd (UNS)

Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd (UNS)

Prof. Dr. I Nyoman Degeng, M.Pd (UNM)

Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, M.Pd (UNY)

Penyunting Pelaksana : Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd (Ketua)

Dr. Suharno, M.Pd (Sekretaris)

Dr. Sujarwo, M.Pd (Anggota)

Suwardi, M.Pd (Anggota)

Endang Retno Wulan, M.Pd (Anggota)

Alamat Sekretariat : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Jl. Ir. Sutami 36 a Kentingan Surakarta 57126

Telp. (0271) 626994 Psw. 377, Fax. (0271) 646655, HP. 085647096663

Tulisan yang dimuat di belum tentu merupakan cerminan sikap dan atau pendapat

penyuntingg pelaksana, penyunting, dan penyunting ahli. Tanggungjawab terhadap isi dan atau akibat

dari tulisan tetap terletak pada penulis

Page 4: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Daftar Isi

Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Gani Tirtoasri Tirtomoyo Wonogiri Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Oleh: Shohib Budiono, Muhammad Akhyar, Siti Sutarmi Fadhilah……………

1

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis Adobe Flash PADA Mata Pelajaran PAI Kelas V di SDIT Al-Hasna Klaten

Oleh: Nanang Gesang Wahyudi, Sri Anitah, Muhammad Akhyar……………………………….

11

Penerapan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Materi Struktur Organ Tubuh Manusia dan Fungsinya

Oleh: Dinar Arena Tiari, Nunuk Suryani, Suharno………………………………………………..

25

Pengaruh Kecerdasan Intrapersonal Siswa pada Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum 2013

Oleh: Henry Suryo Bintoro………………………………………………………………………….

33

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Melalui Problem Based Learning “What’s Another Way” dan Discovery Learning

Oleh: Jayanti Putri Purwaningrum………………………………………………………………….

43

Matematika dalam Multimedia Flipbook: Kreatifitas Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Minat Siswa

Oleh: Wendha Adha Juliasnyah, Nunuk Suryani, Leo Agung S…………………………………

57

Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Kompetensi Kerja untuk Mempersiapkan Peserta Didik Menempuh On The Job Training di Bagian Front Office Hotel

Oleh: Andreas Aris Eko Mulyono, Suharno, Ahmad Arif Musadad……………………………..

67

Penerapan Strategi Pembelajaran Point-Counterpoint Bervariasi untuk Meningkatkan Daya Kritis dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PKn Topik Usaha Pembelaan Negara bagi Siswa Kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo

Oleh: Suwadi…………………………………………………………………………………………..

77

Pengembangan ‘Cyeber’ Berbasis Website Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar

Oleh: Tangsi Sasmito…………………………………………………………………………………

93

Penerapan Model Pembelajaran Latihan Penelitian untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA di SD 1 Gondoharum Kudus

Oleh: Yuni Ratnasari………………………………………………………………………………… 109

Page 5: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri
Page 6: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

1 Volume 14 No.01 Maret 2016

Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Gani Tirtoasri

Tirtomoyo Wonogiri Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

(Penelitian di MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo Wonogiri

Tahun Pelajaran 2014/2015)

Shohib Budiono1, Muhammad Akhyar

2, Siti Sutarmi Fadhilah

3

[email protected]

Abstrak: This study aims at: (1) Acquiring principal leadership pattern executed in MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo Wonogiri in the 2014/2015 academic year. (2) Obtaining the efforts being made to improve the performance of teachers in MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo Wonogiri in the 2014/2015 academic year. (3) Obtaining the constraints experienced during the principal leadership in the 2014/2015 academic year. (4) Obtaining the results that have been achieved over the principal leadership in the 2014/2015 academic year.

This study was conducted in MA GaniTirtoasri Tirtomoyo, MA Gani Tirtoasri have a good school achievement in academic and non-academic. MA Gani Tirtoasri is the oldest Madrasah established in the district of Wonogiri that becomethe establishment embryo of another madrasah. Type of this research is descriptive qualitative research, the research seeks to tell that there is now based on the data, this study also presents the data, analyze, and interpret. The informants are Principals, Madrasah Committee, vice principal of curriculum division, Vice Principals of Infrastructure Division, vice principal of students affairs, Parents, and Students. Data were collected through interviews, observation and documentation. In examining the validity of the data or check the veracity of the data used by extending the duration of the study, the continuous observation, triangulation, either triangulation of data sources and the triangulation of data collection techniques. Data analysis was performed three stages include: data reduction, data presentation and conclusion / verification.

The study concluded that: (1) Principal leadership patternapplied in MA Gani Tirtoasri lead to a democratic leadership pattern. (2) Principals has made various efforts to improve teacher performance MA Gani Tirtoasri includes: (a) curriculum development: (b) the development of teaching and learning; (c) human resource development; (d) the development of curricular and extracurricular; (e) the development of links with education stakeholders. (3) The problem faced Principals in the lead MA Gani Tirtoasri in the 2014/2015 academic yearthe main is difficult to change the mindset of teachers becomes a teacher who constantly want to develop in accordance with the demands of the times. (4) The results achieved by the Principals in the lead MA Gani Tirtoasri is achieved various accomplishments championships with both academic and non-academic.

Keywords: Leadership, Principals, Teachers Performance.

1 Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

3 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 7: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

2 Volume 14 No.01 Maret 2016

PENDAHULUAN

emasuki abad XXI pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar.

Pertama, sebagai akibat dari multi krisis yang menimpa Indonesia sejak tahun

1997, dan pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil

pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era

globalisasi, dan pendidikan juga dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia

yang berkualitas, sehingga mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan

dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian

sistem pendidikan nasional, sehingga harus dapat mewujudkan proses pendidikan yang

jauh lebih demokratis, memperhatikan keragaman potensi, kebutuhan daerah, peserta

didik dan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.

Pada jaman sekarang ini pendidikan merupakan salah satu kebutuhan utama bagi

manusia. Pendidikan memberikan pengaruh yang kuat terhadap tingkat perekonomian

dan penghidupan seseorang pada masa yang akan datang. Dengan pendidikan yang

sesuai perkembangan jaman, maka seseorang akan mendapatkan eksistensina didalam

mengarungi kehidupan. Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan

masyarakat modern.

Menurut William H. Newman (1968) dalam Miftah Thoha (2003 : 262)

kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni

mempengaruhi perlaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Dan satu hal yang

perlu diingat bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata

krama birokrasi. Kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, asalkan seseorang dapat

menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya

suatu tujuan tertentu.

Pemimpin yang memiliki karakteristik selalu memiliki upaya untuk menciptakan

hal yang baru (selalu berinovasi). Gagasan-gagasan yang dimiliki oleh pemimpin

merupakan gagasan sendiri tidak hanya meniru ataupun menjiplak. Pemimpin selalu

berupaya untuk mengembangkan apa yang ia lakukan. Ia percaya pada bawahan, dan

selalu menyalakan api kepercayaannya pada setiap anggota organisasi. Gagasannya

memiliki prespektif jangka panjang. Ia bertanya pada bawahannya dengan pertanyaan

apa dan mengapa?. Ia menentang status quo, ia tidak puas dengan apa yang ada. Ia

bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh bawahannya, dan ia mengerjakan yang

benar (Armanu Thoyib, 2005).

Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang

akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktifitas untuk

mempengaruhi perilaku orang lain agar semua perangkat dalam organisasi mau

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983 : 123). Gaya kepemimpinan yang

tepat berorientasi pada terciptanya kepuasan kerja. Dengan gaya kepemimpinan yang

tepat maka karyawan akan respek dalam bekerja dan bersedia memberikan kontribusi

yang terbaik. Dengan adanya kepuasan kerja, maka bawahan akan menyikapi berbabagi

sisi seputar pekerjaannya dengan serba menyenangkan dan hal itu merupakan hakekat

kepuasan kerja (Heru Purnomo dan Muhammad Cholil, 2010).

Sedangkan menurut Robbins (2002 : 163) Kepemimpinan adalah kemampuan

untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan Kepemimpinan

menurut Ngalim Purwanto (1991 : 26), Kepemimpinan adalah sekumpulan dari beberapa

rangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan

M

Page 8: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

3 Volume 14 No.01 Maret 2016

untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka untuk meyakinkan yang dipimpinnya agar

mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan

rela, rasa penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Faktor kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru juga dipengaruhi oleh

keaktifan guru dalam mengikuti musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Berbagai

problematika yang dihadapi oleh guru dapat dibicarakan dan dicarikan solusinya melalui

forum ini. Keaktifan guru dalam mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan oleh MGMP

juga akan mampu meningkatkan kinerja guru karena forum ini menyediakan berbagai

macam pelatihan yang sangat bermanfaat (Ida Saroh dan Lyna Latifah, 2014).

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan

sesuatu, khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu

mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan berbagai bentuk aktifitas

tertentu untuk mencapai satu atau beberapa tujuan (Kartini Kartono, 1994 : 181).

Hornby AS. (1990: 294) mengatakan bahwa manajer berorientasi tugas

mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas

dilaksanakan harus sesuai yang diinginkannya. Manajer dengan gaya kepemimpinan

seperti ini lebih memperhatikan proses pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan

dan pertumbuhan karyawan. Sedangkan manajer berorientasi karyawan mencoba untuk

lebih memperhatikan proses pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan

pertumbuhan karyawan. Manajer akan mendorong para anggota kelompok tersebut

untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk

berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta

hubungan–hubungan yang saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota

kelompok.

Kepala Sekolah memiliki tanggungjawab sebagai pemimpin dibidang

pengajaran dan pengembangan dalam kurikulum, administrasi, serta berbagai

personalia, administrasi personalia staf, hubungan masyarakat, “school Plant” serta

berbagai perlengkapan organisasi di sekolah (Dirlanudin, 2014).

Kepala sekolah adalah orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan

kegiatan pendidikan di sekolah dan melakukan berbagai kegiatan dalam usaha

mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungan pada situasi tertentu agar orang lain

dapat bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab demi tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan. Kepala sekolah adalah orang yang berada di depan guru, karyawan, dan

siswa sekolahnya (Yusnidar, 2014).

Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata

kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah

lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat

menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat

diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan

memberi pelajaran (Carudin, 2011).

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan

menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki

komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan berbagai tugasnya. Kepemimpinan

kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui

program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah

harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan

Page 9: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

4 Volume 14 No.01 Maret 2016

keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai

seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan

orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga (Mukhamad Sulistiya,

2013).

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk memperoleh data tentang

pola kepemimpinan Kepala Madrasah yang dijalankan di MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo

Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015. (2) Untuk memperoleh informasi

tentang usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru di MA Gani

Tirtoasri Tahun Pelajaran 2014/2015. (3) Untuk memperoleh informasi tentang kendala

atau hambatan-hambatan yang dialami selama kepemimpinan Kepala Madrasah Tahun

Pelajaran 2014/2015 dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di MA Gani Tirtoasri

Tirtomoyo. (4) Untuk memperoleh hasil yang telah dicapai selama kepemimpinan Kepala

Madrasah Tahun Pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Metode atau bentuk dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif naturalistik, yang mana

pada penelitian ini menggambarkan dan menjelaskan tentang pola kepemimpinan Kepala

Madrasah dalam meningkatkan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri Tahun 2014-2015,

Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah secara murni/apa adanya dalam usahanya untuk

meningkatkan mutu pendidikan khususnya di MA Gani Tirtoasri.

Sumber data dalam penelitian ini adalah ilustrasi tentang pelaksanaan peningkatan

kinerja guru meliputi :

1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo

Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.

2. Informasi yaitu pemberi yang dianggap terkait dengan masalah yang diangkat

tersebut, seperti :

a. Kepala Madrasah, karena yang memimpin madrasah tersebut secara otomatis

mengetahui segala sesuatu yang terkait dengan madrasah melalui program-

programnya.

b. Pendidik, karena beliaulah para pelaku dalam KBM.

c. Peserta Didik Madrasah, karena merekalah sasaran KBM.

d. Orang Tua Peserta Didik, karena mereka yang secara tidak langsung berperan

dalam usaha untuk pengembangan madrasah.

e. Komite Madrasah, karena merekalah salah satu partner pengembangan

madrasah.

3. Dokumen Madrasah, meliputi kurikulum pelajaran, data jumlah Pendidk, jumlah

Peserta Didik, penerimaan peserta didik baru, hasil evaluasi dan dokumen terkait

lainnya.

Page 10: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

5 Volume 14 No.01 Maret 2016

Sesuai dengan sumber datanya, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Pengamatan/Observasi

Pengamatan atau Observasi dilakukan untuk sumber data peristiwa yaitu dengan

melakukan observasi tentang pelaksanaan peningkatan kinerja guru melalui KBM yang

dilakukan di MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.

2. Wawancara

Dilakukan untuk sumber data responden yaitu dengan melakukan wawancara

dengan orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak, terkait dengan

pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri Tirtomyo Kabupaten Wonogiri

Jawa Tengah. Seperti Kepala Madrasah, guru, murid, orang tua peserta didik, komite

madrasah, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kemenag Kabupaten Wonogiri.

3. Analisis Dokumen

Dilakukan untuk sumber data dokumen yaitu dengan melakukan analisa dari

dokumen-dokumen yang dimiliki oleh MA Gani Tirtoasri, seperti kurikulum pelajaran, data

jumlah guru dan murid, struktur organisasi madrasah, hasil evaluasi, penerimaan peserta

didik baru, Kurikulum KTSP MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo dan Rencana Kerja Madrasah

(RKM) MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo.

Untuk validitas data yang dikumpulkan oleh peneliti, agar data yang diperolah

benar-benar dapat dipertanggungjawabkan bagi para pembaca dengan mengambil

teknik-teknik antara lain :

1. Perpanjangan keikutsertaan apabila data yang diperlukan dianggap belum

cukup/belum memadai.

2. Triangulasi

Dilakukan dengan mengecek data-data yang diperoleh/ dikumpulkan peneliti

dengan sumber datanya. Dengan triangulasi antar informan dan triangulasi antar metode

(antara wawancara dan pengamatan).

3. Rekan Tanya Jawab (Peer Debriefing)

Melakukan wawancara atau konsultasi dengan orang lain dari pihak yang tidak

terkait dengan masalah peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo

Kabupaten Wonogiri. Misalnya Komite dan wali murid. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan jawaban yang lebih obyektif tentang bagaimana pelaksanaan peningkatan

kinerja guru di MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo.

4. Kecukupan Referensi

Kecukupan referensi yang dimiliki peneliti sebagai landasan teori untuk menjelaskan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Teknik analisis data yang dilakukan teknik analisis data model interaktif dan

triangulasi, yaitu dengan melakukan :

1. Pengumpulan data

Page 11: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

6 Volume 14 No.01 Maret 2016

Pengumpulan data dari lapangan baik hasil pengamatan, wawancara maupun

dokumen yang dilakukan secara fungsional sehingga diperoleh data mentah penelitian

yang dituangkan dalam catatan lapangan/field notes dan dari masing-masing catatan

lapangan memuat :

a. Identitas catatan lapangan : pengamatan, wawancara dan analisis dokumen.

b. Bagian deskripsi : yang berisi pengamatan dan wawancara seperti apa

adanya/verbatim dari data yang diperolah di lapangan.

c. Bagian refleksi : yang berisi analisis dan kesimpulan sementara dari peneliti

tentang data yang telah diperoleh.

2. Reduksi data

Pemotongan terhadap data-data yang dianggap tidak terkait dengan

permasalahan yang diangkat.

3. Penyajian

Penyajian data-data yang telah diperoleh selama penelitian.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan akhir data-data yang telah disajikan di atas untuk

dituangkan dalam hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepala MA Gani Tirtoasri Bapak Rooyani,

S.Pd.I dalam memimpin MA Gani Tirtoasri cenderung menggunakan sistem demokrasi.

Hal ini dibuktikan dengan membuat program kerja melalui rapat bersama semua guru

dan karyawan.

Hal ini dibuktikan dengan Pengembangan sumber daya manusia, dalam hal ini

adalah guru juga dilakukan oleh Kepala Madrasah. Apabila setiap gurunya berkembang

kemampuannya, baik dari segi ilmu maupun metode mengajarnya hal itu tentunya akan

menghasilkan ouput yang lebih baik juga. Diantara yang dilakukan pihak luar yang

kompeten dibidang pendidikan.

Disamping itu, diperlukan struktur kurikulum yang relevan, karena struktur

kurikulum, merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum tiap mata

pelajaran dituangkan ke dalam bentuk kompetensi (standar kompetensi dan kompetensi

dasar) yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi Lulusan (SKL).

Kegiatan Pembelajaran yang dilakukan setiap jam pelajarannya alokasinya 45

menit. Adapun pendekatan pembelajaran yang dilakukan untuk kelas X sampai dengan

XI menggunkan pendekatan tematik. Sedangkan untuk kelas XII menggunakan

pendekatan mata pelajaran. Untuk kelas X dan XI menggunakan team teaching.

Guna mencapai hasil belajar dan prestasi yang diharapkan, MA Gani Tirtoasri

mengatur kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler.

Page 12: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

7 Volume 14 No.01 Maret 2016

MA Gani Tirtoasri merupakan madrasah yang bernaung dibawah Kementerian

Agama Republik Indonesia. Segala hal pelaporan kegiatan baik peserta didik dan murid

dilaporkan kepada Kemenag Kabupaten Wonogiri. MA Gani Tirtoasri adalah satker

dibawah Kemenag Kabupaten Wonogiri. Artinya MA Gani Tirtoasri tidak memiliki DIPA

sendiri sehingga system penggajian pegawai dan dana dari pemerintah untuk pos

pengelolaan pendidikan tidak didapat secara langsung, tetapi melalui Kemenag

Kabupaten.

Peraturan pendidikan yang berlaku di MA Gani Tirtoasri adalah menggunakan dua

peraturan yaitu peraturan yang diterbitkan bagian kependidikan Islam Kemenag RI dan

peraturan yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan.

MA Gani Tirtoasri selalu menjalin informasi dan komunikasi dengan baik kepada

Kemenag Kabupaten Wonogiri dan Diknas Kabupaten Wonogiri, dengan menyampaikan

laporan kegiatan secara rutin, sehingga kegiatan KBM di MA Gani Tirtoasri terpantau

oleh pemerintah.

Hubungan dengan wali murid dan masyarakat selalu terjalin dengan baik. Hal ini

dibuktikan dengan mengirimkan guru dan peserta didik untuk melayat tetangga madrasah

yang meninggal dunia, ikut menengok orang sakit dan kegiatan kemasyarakat lainnya.

Berdasarkan analisis penulis, bahwa Kepala Madrasah memiliki peran yang

penting dalam menentukan keberhasilan suatu madrasah. Kepala Madrasah telah

melakukan tugasnya sebagai pemimpin dalam suatu organisasi sekolah. Kepala MA Gani

Tirtoasri Tirtomoyo telah mampu mempengaruhi dan mengajak guru dan karyawan MA

Gani Tirtoasri Tirtomoyo untuk melakukan kegiatan pembelajaran menuju visi dan misi

yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Kartini Kartono ( 1994 :

181 ) yang menjelaskan bahwa Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki

kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan – kelebihan di satu bidang, sehingga

dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama – sama melakukan aktifitas tertentu

untuk pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Kepala MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo melakukan pendekatan yang manusiawi

dalam setiap pengambilan keputusan. Kepala Madrasah selalu mendahulukan

musyawarah dengan para guru, komite atau wali murid sesuai dengan subyek yang akan

dibicarakan. Kepala Madrasah perlu membentuk Wakil Kepala Madrasah sesuai

kebutuhan madrasah seperti kurikulum, kesiswaan. Selain itu untuk membantu tugas

Wakil Kepala Madrasah, maka Kepala Madrasah membentuk Koordinator sarana dan

prasarana, ketatausahaan, UKS, perpustakaan, koperasi, kokurikuler, ekstrakurikuler dan

laboratorium Komputer.

Kepala MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo mampu mengoptimalkan dan memberdayakan

guru dan karyawan yang dimiliki sesuai kemampuan masing-masing. Hal ini sejalan

dengan penjelasan Hornby (1990 : 296 ) bahwa manajer berorientasi karyawan mencoba

untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para

anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan

bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana

persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan

para aggota kelompok.

Page 13: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

8 Volume 14 No.01 Maret 2016

Kepala MA Gani Tirtoasri Tirtomoyo mengarahkan kepada guru dan karyawan

agar senantiasa meningkatkan kemampuan mereka sesuai dengan tuntutan zaman.

Kepala Madrasah mengadakan pembinaan, supervisi, monitoring dan evaluasi secara

berkala kepada para guru, komite dan wali murid dalam rangka menyelesaikan suatu

masalah. Gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala madrasah adalah gaya

kepemimpinan demokratis yaitu gaya kepemimpinan yang memberikan keluasan setiap

anggota organisasi untuk berperan aktif dan memanusiakan anggota.

Gaya kepemimpinan yang menjadikan sebagai subyek yang senantiasa diajak

berkembang dan berpikir merupakan salah satu ciri gaya kepemimpinan demokratis. Hal

ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Kartini Kartono (1994 : 187 ) bahwasannya gaya

kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting

dalam setiap organisasi. Gaya kepemimpinan kepala madrasah yang demokratis

diwujudkan dengan adanya dominasi perilaku sebagai pelindung, penyelamat dan

perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi. Proses

kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang seluas-luasnya

bagi setiap anggota organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu

disesuaikan dengan jabatan masing-masing, di samping memperhatikan pula tingkat dan

jenis kemampuan setiap anggota organisasi.

Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan sangat

mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit

masing-masing. Setiap komponen madrasah merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan

sendiri atau beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama. Aktivitas

dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan partisipasi, yang berdampak pada

perkembangan dan kemajuan madrasah secara keseluruhan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1)

Pola kepemimpinan Kepala Madrasah yang diterapkan di MA Gani Tirtoasri adalah pola

kepemimpinan yang bersifat demokratis. Kepala Madrasah senantiasa melibatkan

berbagai pihak yang terkait dalam mengambil berbagai keputusan, sehingga kebijakan

yang diambil merupakan hasil musyawarah. (2) Kendala yang dialami Kepala Madrasah

dalam memimpin MA Gani Tirtoasri tahun pelajaran 2014/2015 yang paling utama adalah

sulitnya merubah mindset atau pola pikir guru yang senantiasa mau berkembang sesuai

dengan tuntutan zaman. (3) Kepala Madrasah telah melakukan usaha dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di MA Gani Tirtoasri yaitu : (a)

pengembangan kurikulum; (b) pengembangan KBM; (c) pengembangan sumber daya

manusia; (d) pengembangan kokurikuler dan ekstrakurikuler; (e) pengembangan

hubungan dengan instansi Kemenag, Diknas, komite dan wali murid. (4) Hasil yang capai

oleh Kepala Madrasah dalam memimpin MA Gani Tirtoasri adalah dengan diraihnya

prestasi kejuaraan baik dibidang akademis maupun non akademis, baik di tingkat

Kabupaten maupun sampai tingkat provinsi. Diantara yang menonjol adalah di bidang

kepramukaan.

Page 14: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

9 Volume 14 No.01 Maret 2016

SARAN-SARAN

Berdasarkan analisis terhadap tingkat keberhasilan MA Gani Tirtoasri dalam

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, dapat disarankan sebagai berikut: (1)

Hendaknya diperbanyak pelatihan kepada guru-guru tentang model-model pembelajaran,

agar kegiatan belajar mengajar lebih kreatif dan inovatif. (2) Kepala Madrasah perlu

mengadakan Standar Operasional Pelaksanaan bagi guru- guru MA Gani Tirtoasri agar

lebih terarah dan memberikan hasil optimal bagi peserta didik. (3) Perlu diperbanyak

kegiatan MGMP guru bidang studi, bisa kerjasama dengan pihak luar yang kompeten di

bidangnya. (4) Kepala Madrasah perlu mengadakan Monitoring dan evaluasi secara rutin

dan dibahas dalam forum rapat untuk ditindak lanjuti. (5) Kepala Madrasah perlu

menyiapkan media pembelajaran agar kegiatan KBM berjalan dengan lancar dan sesuai

dengan target.

DAFTAR PUSTAKA

Carudin, (2011). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Kerja Sekolah Terhadap Kinerja Guru (Studi Deskriptif Analitik pada Guru SMK Negeri se- Kabupaten Indramayu) http://jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan/view/3422/pengaruh-kepemimpinan-kepala-sekolahdan-iklim-kerja-sekolah-terhadapkinerja-guru--studi-deskriptif-analitik-pada-guru-smk-negeri-se--kabupaten-indramayu--.html. (Accessed, 19 Januari 2016)

Dirlanudin, (2014). Kepala Sekolah Sebagai Sosok Teladan Bagi Komunitas Di Sekolah dan Masyarakat.http://www.medukasi.web.id/2013/09/kepala-sekolahsebagai-pemimpin.html. (Accessed, 19 Januari 2016)

Hornby. AS. 1990. Oxford Edvanced Dictionary Of English. London: Oxford University Press.

Kartini, Kartono. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Kepemimpinan Abnormal itu? . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Purnomo, Heru dan Muhammad Cholil, (2010). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Berdasarkan Motivasi Kerja Pada Karyawan Administratif Di Universitas Sebelas Maret Surakarta. https://eprints.uns.ac.id/12033/1/Publikasi_Jurnal_(31).pdf. (Accessed, 19 Januari 2016)

Purwanto, Ngalim. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Robbins, S. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Saroh, Ida dan Lyna Latifah, (2014). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Keaktifan Guru Dalam Mengikuti MGMP Terhadap Kinerja Guru https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#q=Jurnal+ilmiah+PENGARUH+KEPEMIMPINAN+KEPALA+SEKOLAH+DAN++KEAKTIFAN+GURU+DALAM+MENGIKUTI+MGMP+TERHADAP+KINERJA+GURU. (Accessed, 19 Januari 2016)

Sulistiya, Mukhamad, (2013). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=251635&val=6770&title=Pengaruh%20Kepemimpinan%20Kepala%20Sekolah%20Terhadap%20Kinerja%20Guru. (Accessed, 19 Januari 2016)

Page 15: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

10 Volume 14 No.01 Maret 2016

Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Press

Thoyib, Armanu, (2005). Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja: Pendekatan Konsep. http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/1942.pdf. (Accessed, 19 Januari 2016)

Yusnidar, (2014). Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada Man Model Banda Aceh. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 14 (2), 320-349. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=267297&val=7083&title=KEPEMIMPINAN%20KEPALA%20MADRASAH%20DALAM%20MENINGKATKAN%20KINERJA%20GURU%20PADA%20MAN%20MODEL%20BANDA%20ACEH. (Accessed, 19 Januari 2016)

Page 16: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

11 Volume 14 No.01 Maret 2016

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis Adobe Flash PADA

Mata Pelajaran PAI Kelas V di SDIT Al-Hasna Klaten

Nanang Gesang Wahyudi4, Sri Anitah

5, Muhammad Akhyar

6

[email protected]

Abstract: This research aimed to find out: how process of learning in class V SDIT Al-

Hasna Klaten, How is the procedure of development learning multimedia subject of Islamic Education class V in SDIT Al-Hasna Klaten, How to effective development of learning multimedia teaching in subjects Islamic education class V in SDIT Al-Hasna Klaten.

The method used method of Research and Development (research and development), process development using modification model ADDIE with Borg and gall development model. Stages of development in this study begins with (1) analyzing the needs needed in developing the Product, (2) designing prototypical product, (3) developing the product, (4) implementing the product in the field, and (5) evaluating product‟s weaknesses. This reesearch used 15 samples in experimental group (five graders in A class) and 16 samples in control group (five graders in B class). Furthermore, in collecting the data, the researcher used questionnaire and achievement test as the instruments and it was analyzed using Descriptive statistic methods and t-test. The results showed that the media developed has met the worthy and qualified to be used as a learning media. It is seen from the results of expert validation of material with an average of 4.46 and has very good category. Validation of experts media with an average of 4.33 is very good category. According to the students, this multimedia is very good with an average of 4,30. In the test the learning effectiveness, it is known to the average point obtained by the experimental class is 94,66. The average point was higher than the control class 72,81.

Keywords: Development, Learning Multimedia Base On Adobe Flash, Islamic Education

Subject PENDAHULUAN

endidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran yang

memiliki peranan penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan agama Islam

diharapkan siswa dapat berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah Islam dan nilai-

nilai serta norma yang ada dalam masyarakat norma.

Dasar ajaran Islam adalah berpedoman pada Al-Qur‟an dan Hadist Nabi

Muhammad SAW.Di dalam Al Qur‟an dan Hadist sebagian besar berisi tentang kisah-

kisah masa lalu yang diajarkan kepada umat manusia. Dari kisah masa lalu itu terdapat

nilai-nilai yang dapat diambil guna menghadapi kehidupan saat ini dan masa depan.

4 Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 5 Dosen Alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta

6 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

P

Page 17: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

12 Volume 14 No.01 Maret 2016

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bernafaskan sejarah masih perlu

ditingkatkan di sekolah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar

Nasional Pendidikan, BAB VII (Sarana dan Prasarana) Pasal 42 Butir 1 disebutkan

bahwa: ”Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta

perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur

dan berkelanjutan”. Peraturan pemerintah tersebut menunjukkan media pembelajaran

adalah salah satu sarana yang penting untuk menunjang proses pembelajaran.

Persoalan penting yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran salah

satunya adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang

tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi.Selain itu, bagaimana cara

memanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan yang dimaksud

adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara

mempelajarinya ditinjau dari pihak murid. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan

ajar adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada kecenderungan

sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku.Padahal banyak sumber bahan ajar selain

buku yang dapat digunakan.

Menurut Ibnu Sina dalam Abuddin Nata (2001: 67) bahwa tujuan pendidikan

harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah

perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti,

selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya

mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama

dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang sesuai dengan bakat, kesiapan,

kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.

Syamsu Yusuf (2001: 178) menyatakan bahwa pendidikan agama di sekolah

dasar, merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan berhasil

membentuk pribadi dan akhlak anak, dengan tujuan untuk pegangan atau dalam

menghadapi berbagai kegoncangan yang biasa terjadi pada masa remaja.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar

Nasional Pendidikan, BAB VII (Sarana dan Prasarana) Pasal 42 Butir 1 disebutkan

bahwa: ”Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta

perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur

dan berkelanjutan”. Peraturan pemerintah tersebut menunjukkan media pembelajaran

adalah salah satu sarana yang penting untuk menunjang proses pembelajaran.

Smaldino, Lowther, & Russell (2007: 6) menyatakan bahwa media adalah bentuk

jamak dari perantara (medium), merupakan sarana komunikasi. Istilah ini merujuk pada

apa saja yang dapat membawa informasi dari sumber ke penerima. Sedangakan menurut

Sri Pudjiastuti (1999: 2) media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan

dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.

Dapat diartikan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi yang

dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat

membangkitkan semangat, perhatian, serta kemauan siswa sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Page 18: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

13 Volume 14 No.01 Maret 2016

Menurut Hackbarth (1996: 229) bahwa multimedia diartikan sebagai suatu

penggunaan gabungan beberapa media dalam menyampaikan informasi yang berupa

teks, grafis atau animasi grafis, movie, video dan audio.Multimedia yang berbasis

komputer meliputi hypermedia dan hypertext.Hypermedia yaitu suatu penggunaan format

presentasi multimedia yang meliputi teks, grafis diam atau animasi, bentuk movie dan

audio. Hypertext yaitu bentuk teks, diagram statis, gambar dan table yang ditayangkan

dan disusun secara tidak linear (urut atau segaris).

Rob Philip (1997: 8) menyatakan multimedia adalah gabungan dari teks, gambar,

suara, animasi dan video; beberapa komponen tersebut atau seluruh komponen tersebut

dimasukkan ke dalam program yang koheren.Sedangkan Munir (2008: 234) menyatakan

bahwa sajian multimedia dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran

komputer sebagai media yang menampilakan teks, suara, grafik, video, animasi dalam

sebuah tampilan yang terintegrasi dan interaktif.

Dari berbagai pendapat para ahli multimedia pembelajaran di atas, bahwa

multimedia pembelajaran adalah teknologi yang mengoptimalkan peran komputer

denganpenggunaan gabungan beberapa media dalam menyampaikan informasi,yaitu

berupa teks, animasi, grafis, movie, video dan audio dalam satu penyajian yang

terintegrasi dan interaktif yang mengajak pebelajar untuk mengikuti proses pembelajaran

dengan memilih dan mengendalikan layar diantara jendela informasi dalam penyajian

media.

Multimedia yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yaitu multimedia

pembelajaran berbasis Adobe Flash. Adobe Flash adalah salah satu produk/software dari

Adobe yang dahulu bernama Macromedia sebelum dibeli oleh perusahaan Adobe.

Menurut Fathur (2015) menjelaskan bahwa Adobe Flash digunakan untuk proses

membuat dan mengolah animasi atau gambar yang menggunakan vektor untuk skala

ukuran kecil. Dahulu Software ini penggunaanya ditujukan untuk membuat animasi atau

aplikasi yang bersifat online(menggunakan koneksi internet) , namun seiring dengan

perkembanganya Adobe Flash digunakan untuk membuat animasi atau aplikasi yang

bersifat offline (tidak menggunakan koneksi internet). File yang dihasilkan dari software

ini menggunakan ekstension .swf serta dapat di play atau diputar melalui Browser /Web

dengan syarat sudah terinstall plugin Adobe Flash.

Manfaat penggunaan multimedia menurutVaughan,(2008: 6 yaitu: siswa yang

pandai akan lebih terasah kemampuannya dibandingkan jika menggunakan metode

konvensional, perubahan dari passive–learner menjadi pembelajaran pengalaman yang

membuat siswa menjadi active learner, peran guru lebih pada pemandu atau fasilitator

dalam pembelajaran dan siswa menjadi pusat utama dalam kegiatan pembelajaran

(student centered).

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2009: 139) menyebut beberapa

macam model multimedia pembelajaran, diantaranya model tutorial, model praktik dan

latihan, model simulasi dan model permainan. Dari keempat model tersebut , model

pengembangan pembelajaran dalam penelitian ini menggungakan model tutorial. Model

dimana informasi atau materi mata pelajaran disajikan dalam unit-unit kecil, kemudia

disusul dengan pertanyaan.Model penyajian dilengakapi dengan gambar, animasi dan

video dengan tujuan menarik siswa dalam mempelajari materi pelajaran.

Berdasarkan pengamatan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Hasna

Klaten pada tanggal 11 Februari, pendekatan yang digunakan dalam pembalajaran PAI

Page 19: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

14 Volume 14 No.01 Maret 2016

masih cenderung teacher centered. Pembelajaran melalui ceramah guru sedangkan

peserta didik sebagai pendengar, atau menggunakan metode penghafalan cerita, tokoh,

dan waktu. Padahal dalam pembelajaran PAI yang bernafaskan sejarah, peserta didik

dituntut untuk bisa menggali nilai yang terdapat dalam sejarah dan peserta didik mampu

mengambil contoh dari sejarah, bahkan menjadi pelajaran berharga dalam setiap

aktifitasnya. Selain itu, data nilai Ujian Tengah Semester tahun pelajaran 2015/2016

menunjukkan 13 siswa (41%) dari 31 siswa belum mencapai Kriteria Kentuntasan

Minimal (KKM) yaitu di bawah 75. Apabila guru tidak memanfaatkan media pembelajaran

maka pembelajaran akan cenderung monoton dan siswa merasa bosan, sehingga

pembelajaran menjadi kurang efektif dan berdampak pada hasil prestasi siswa kurang.

Oleh karena itu guru harus kreatif dan bisa memvisualisikan materi Pendidikan

agama Islam itu dengan baik untuk merangsang imajinasinya.Salah satu strategi yang

diambil adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran yang bisa membantu

mevisualisasikan isi materi dengan efektif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan adanya pengembangan media

pembelajaran yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta

menciptakan pola pembelajaran student centered, interaktif dan berbasis multimedia di

dalam kelas, yaitu berupa multimedia pembelajaran dengan menggunakan Adobe Flash

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDIT Al-Hasna Klaten yang dapat

digunakan guru sebagai multimedia pembelajaran.

Asumsi dari penelitian pengembangan yang dilaksanakan di SDIT Al-Hasna

Klaten , antara lain: (1) Multimedia pembelajaran ini di desain sekreatif mungkin,

sehingga guru dapat memanfaatkannya dalam pembelajaran PAI yang aktif, kreatif dan

menyenangkan. (2) Multimedia pembelajaran ini digunakan sebagai salah satu sumber

belajar siswa dapat digunakan di rumah apabila siswa memiliki komputer atau laptop,

sehingga siswa dapat belajar secara mandiri.

Selain asumsi di atas, terdapat pula keterbatasan pengembangan Multimedia

pembelajarn berbasis Adobe Flash ini antara lain: (1) Multimedia yang dikembangkan

terbatas pada materi Kisah Sahabat Nabi(Abu Bakar Ashidiq dan Umar Bin Khatab). (2)

Multimedia pembelajaran yang output berbentuk softfile ini hanya bisa ditayangkan di

perangkat komputer atau laptop.

Penelitian seperti ini akan lebih memfokuskan tujuan untuk mengembangkan,

menghasilkan, dan memvalidasi produk yang layak digunakan dan relevan dengan

kebutuhan multimedia pembelajaran untuk mata pelajaran PAI.

METODE

Penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian pengembangan (Research and

Development).penelitian pengembangan digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,

dan menguji keefektifan produk tersebut.

Dalam Penelitian ini, desain pengembangan adalah memadukan desain

pengembangan ADDIE dan model pengembangan Borg and Gall.

Tahap pertama yaitu Analisis kebutuhan meliputi observasi dan

wawancara.Observasi dan wawancara dilakukan untuk memperoleh data kondisi awal

sekolah dan pembelajaran PAI di dalam kelas, menganalisis karakteristik siswa dan

Page 20: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

15 Volume 14 No.01 Maret 2016

melihat faktor pendukung diterapkannya produk multimedia di sekolah. Kemudian

dilanjutkan dengan studi pustaka, yakni proses mengkaji teori dan hasil penelitian yang

relevan.

Tahap kedua adalahdesain multimedia pembelajaran ini meliputi kegiatan

menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dikembangkan untuk

dijadikan multimedia pembelajaran. Langkah selanjutnya yaitu mendesain materi.Pada

tahap ini materi dirancang berdasarkan pada batasan materi dan urutan penyajiannya.

Selanjutnya, menyusun desain produk multimedia PAI dengan cara membuat flow chart

dan story board.

Tahap ketiga yaitu Dalam tahap pengembangan ini meliputi: produksi multimedia,

validasi produk dan uji coba produk .Penilaian terhadap multimedia pembelajran

dilakukan oleh ahli materi dan ahli media.Kemudian dilanjutkan ke tahap

implementasi.Tahap terakhir terakhir dari model pengembangan ini adalah

evaluasi.Evaluasi dilakukan perhitungan uji t, bertujuan untuk mengetahui perbedaan

hasil belajar dan prestasi belajar yang dicapai antara kelas kontrol menggunakan buku

teks serta media Power Point dan kelas eksperimen setelah menggunakan multimedia

pembelajaran berbasis Adobe Flash.

Datayangdiperolehdalampenelitianiniberupadatakualitatifdan kuantitatif

sehinggaadadua macam teknikanalisis datayangdilakukan,yaitu teknik analisis data

analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai

data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Sebelum dianalisis, dilakukan proses

kuantifikasi data dari kuesioner selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan

statistik deskriptif. Untuk data hasil wawancara, dan dokumentasi dianalisis dengan

analisis kualitatif.

Analisis yang juga dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

analisis deskriptif kuantitatif.Data kuantitatif dari hasil angket kemudian diubah menjadi

data kualitatif menggunakan skala lima, yaitu penskoran dari angka satu sampai dengan

lima. Pedoman mengkonversi skor ke nilai standar berskala lima beserta pedoman

mengubah data kuantitatif menjadi kualitatif yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Konversi data kuantitatif ke dalam data kualitatif

Interval Skor Nilai Kategori

X > 4.21 5 Sangat baik

3.40 < X ≤ 4.21 4 Baik

2.60 < X ≤ 3.40 3 Cukup

1.79 < X ≤ 2.60 2 Kurang

X ≤ 1.79 1 Sangat kurang

(Sumber: Sudijono, 2007:329)

Dalam pengembangan ditetapkan nilai kelayakan produk minimal “Baik”, sebagai

hasil penilaian baik dari ahli materi, ahli media, maupun siswa.Jika hasil akhir

keseluruhan aspek dengan nilai minimal “Baik”, maka produk hasil pengembangan

tersebut sudah dianggap layak digunakan sebagai media atau sumber belajar.

Page 21: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

16 Volume 14 No.01 Maret 2016

Dalam pengembangan ditetapkan nilai kelayakan produk minimal “Baik”, sebagai

hasil penilaian baik dari ahli materi, ahli media, maupun siswa.Jika hasil akhir

keseluruhan aspek dengan nilai minimal “Baik”, maka produk hasil pengembangan

tersebut sudah dianggap layak digunakan sebagai media atau sumber belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan bahwa ketika guru menyampaikan

materi pelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas, metode pembelajaran yang

dipakai belum variatif.Pada pokok bahasan Kisah Sahabat Nabi guru juga kesulitan

membuat media pembelajaran sehingga kesulitan dalam memberikan contoh visual

kepada siswa.Oleh karena itu perlu diberikan solusi untuk mengembangkan multimedia

pembelajaran PAI yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik untuk

digunakan pada pembelajaran di SDIT Al Hasna Klaten.Pengembangan ini didukung

dengan sarana dan prasarana yang memadai seperti Proyektor LCD, komputer atau

laptop yang telah tersedia di sekolah tersebut.

Pengembangan ini diawali merancang desain awal multimedia, yaitu dengan

mengumpulkan bahan dilanjutkan membuat flow chart dan story board.

Multimedia pembelajaran diproduksi dengan menggunakan software Adobe

Flash.Hasil multimedia pembelajaran dibuat dalam bentuk aplikasi, sehingga dapat

dijalankan dengan mudah semua jenis komputer. Adapun gambaran tampilan dari produk

multimedia adalah sebagai berikut:

Tampilan Opening

Gambar 4.1.Tampilan opening

Tampilan Menu Utama

Gambar 4.2.Tampilan Menu Utama

Page 22: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

17 Volume 14 No.01 Maret 2016

Gambar 4.3.Tampilan Panduan

Gambar 4.4.Tampilan Pengembang

Gambar 4.5.Tampilan Tujuan

Gambar 4.6.Tampilan Menu Materi Abu Bakar

Page 23: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

18 Volume 14 No.01 Maret 2016

Gambar 4.7.Tampilan Animasi Peluasan Wilayah Penakuklan

Gambar 4.8.Tampilan Animasi Peluasan Wilayah Penakuklan

Gambar 4.9.Tampilan Silsilah Umar

Gambar 4.10.Tampilan Film Abu Bakar

Page 24: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

19 Volume 14 No.01 Maret 2016

Tampilan Evaluasi

Gambar 4.11.Tampilan Pengisian Identitas

Gambar 4.12.Tampilan Soal Uji Coba

Gambar 4.13.Tampilan Umpan Balik

Pasca Produksi, Tahap selanjutnya yaitu validasi produk yang dilakukan

sebelum dilaksanakan uji coba, yaitu oleh ahli media dan ahli materi. Berguna untuk

Page 25: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

20 Volume 14 No.01 Maret 2016

memvalidasi bahwa desain tampilan multimedia dan materi yang disajikan sudah layak

untuk diujicobakan.

. Hasil validasi ahli materi sebagai berikut:

Diagram 4.1 Hasil Validasi Ahli Materi

Berdasarkan hasil angket validasi ahli materi di atas diperoleh rata-rata 4,62 untuk

aspek kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk aspek ketepatan materi diperoleh rata-

rata 4,30. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa hasil validasi ahli materi memiliki rata-

rata 4,46 yang berarti sangat baik, dapat dikatakan juga bahwa materi pembelajaran

Multimedia Pembelajaran berbasis Adobe Flash pada mata pelajaran PAI dikategorikan

sangat baik.

Ahli Media dalam penelititan ini dilakukan oleh 3 dosen yang expert dalam bidang

media pembelajaran dari program studi Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri

Yogyakarta, Universitas Sebelas Maret dan Universitas Veteran Surakarta.Validasi ahli

media meliputi aspek navigasi, kepraktisan, tampilan program dan kualitas

program.Diperoleh hasil sebagai berikut

Diagram 4.2 Hasil Validasi Ahli Media

Berdasarkan data di atas dapat diartikan bahwa ahli media memberikan penilaian

dari aspek navigasi memiliki rata-rata sangat baik dengan 4,22. Dari aspek kepraktisan

dengan 4,50 berkategori sangat baik. Dari aspek Tampilan Program dengan 4,50

berkategori sangat baik. Sedangkan aspek mengenai kualitas program dinyatakan sangat

baik dengan 4,33.

Kesimpulan dari data di atas bahwa multimedia pembelajaran berbasis Adobe Flash

pada mata pelajaran PAI dikatakan sangat baik dengan rata-rata 4,33 sehingga

multimedia pembelajaran berbasi Adobe Flash pada mata pelajaran PAI dinyatakan layak

untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.

Hasil uji lapangan awal terhadap multimedia pembelajaran PAIdari aspek

motivasi memiliki katagori sangat baik dengan 4,24 dan aspek kemenarikan memiliki

0

2

4

6Kegiatan Pembelajaran

Ketepatan Materi

0246

Ahli Media

1

Ahli Media

2

Ahli Media

3

Navigasi

Kepraktisan

Tampilan Program

Page 26: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

21 Volume 14 No.01 Maret 2016

katagori baik dengan 4,13. Sehingga dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran

pada produk yang dikembangkan layak untuk digunakan.

Melalui uji coba lapangan utama menyebutkan bahwa multimedia pembelajaran

PAI dari aspek motivasi memiliki kategori sangat baik dengan 4,27, aspek kemenarikan

dengan 4,31 berkategori sangat baik. Aspek kemudahan mendapatkan 4,58 berkategori

sangat baik.

Berdasarkan data perhitungan pada uji coba lapangan operasionaldapat

disimpulkan bahwa berdasarkan aspek motivasi mendapatkan rata-rata 4,54 pada

katagori sangat baik. Aspek kemenarikan dengan 4,20 dengan katagori baik. Aspek

kemudahan memperoleh rata-rata 4,49 dengan kategori sangat baik dan aspek

kemanfaatan rata-rata 4,50 masing-masing memperoleh katagori sangat baik.

Tabel 4.1 Hasil kelayakan

N

o.

Responden Penilai

an

Katagori

1. Ahli Materi 4,46 Sangat

Baik

2. Ahli Media 4,33 Sangat

Baik

3. Siswa 4,30 Sangat

Baik

Hasil penilaian kelayakan multimedia pembelajaran berbasis adobe flash pada

mata pelajaran PAI menurut penilaian ahli materi termasuk pada katagori sangat baik

atau layak digunakan. Sedangkan hasil penilaian ahli media termasuk dalam katagori

sangat baik atau sangat layak digunakan, di samping itu uji coba pada siswa termasuk

dalam katagori sangat baik atau layak digunakan. Melalui penilaian dari ahli materi, ahli

media dan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran berbasis

adobe flash pada mata pelajaran PAI pada pokok bahasan kisah sahabat nabi ini layak

digunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran PAI di SDIT Al Hasna Klaten.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai rata-rata posttest

kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia pembelajaran dalam pembelajaran

melainkan hanya menggunakan buku paket danpowerpoint memiliki rata-rata 72,81,

sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan multimedia pembelajaran

berbasis Adobe Flashmemiliki rata-rata 94,66. Hasil uji-t posttest antara kelompok

eksperimen dan kontrol Hasil dari perhitungan uji t, sig yang dihasilkan adalah 0.000

sehingga sig <α. Oleh karena itu, Ho ditolak dengan konsekuensi Ha diterima.Sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen

dengan menggunakan Multimedia Pembelajaran PAI dan kelompok kontrol tanpa

menggunakan Multimedia Pembelajaran PAI.

Berdasarkan data dan deskripsikan diatas disimpulkan bahwa program

multimedia pembelajaran PAI efektif digunakan dalam proses pembelajaran karena

setelah menggunakan media yang baru hasil belajar siswa meningkat.

KESIMPULAN, IMPILKASI, SARAN

Page 27: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

22 Volume 14 No.01 Maret 2016

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan produk yang dilakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil pengamatan terhadap pembelajaran PAI pada

kelas V di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Hasna Klaten dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran PAI masih menggunakan metode ceramah, bertumpu pada buku paket dan

sesekali menggunakan media gambar, sehingga siswa kurang tertarik. Siswa

membutuhkan media tambahan atau media penunjang untuk membantu dalam

mempelajari dan memahami materi pelajaran yang yang disampaikan guru di sekolah.

Penelitian pengembangan ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: a.

melakukan penelitian pendahuluan; b. pembuatan desain multimedia pembelajaran; c.

pengembangan produk awal; d. implementasi; e. evaluasi produk final. Penelitian

pendahuluan meliputi identifikasi kebutuhan pembelajaran. Pembutan desain media

meliputi pemilihan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran,

perumusan materi, penulisan indikator, pengembangan materi pembelajaran, pemuatan

flow chart dan story board. Tahap pengembangan meliputi pembuatan media dan

melakukan validasi ahli materi dan ahli media. Tahap implementasi, diimplementasikan

dalam proses pembelajaran. Tahap evaluasi, diisi dengan mengevaluasi media yang

sudah dikembangkan dan diujocobakan.

Hasil data validasi dari ahli media diperoleh rata-rata 4,46 dan hasil data dari

validasi materi diperoleh rata-rata 4,33. Sedangkan dari uji pada tahap preliminary field

test test rata-rata 4,19, main field test rata-rata 4,29 dan Oprational test memperoleh

rata-rata 4, 43 artinya Multimedia Pembelajaran ini juga sudah berada dalam kategori

sangat baik. Sedangkan pada tahap evaluasi, diketahui bahwa nilai rata-rata yang

diperoleh siswa setelah menggunakan Multimedia Pembelajaran PAI meningkat (94,66)

dibandingkan dengan sebelum menggunakan Multimedia Pembelajaran PAI (72,81).

Pada uji efektifitas pembelajaran, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas

eksperimen yaitu 94,66 nilai rata-rata ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol

yang tidak menggunakan Multimedia Pembelajaran PAI dalam pembelajaran melainkan

hanya menggunakan buku teks PAI dan Power Point . Rata-rata yang dicapai oleh kelas

kontrol adalah 72,81. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Multimedia

Pembelajaran dalam uji coba lapangan sudah memenuhi kategori sangat baik dan layak

digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas V di Sekolah Dasar

Islam Terpadu Al Hasna Klaten.

Secara teoritis, implikasi dalam penelitian ini adalah: (1) Produk multimedia

pembelajaran yang baik hendaknya memenuhi kriteria efektivitas, efisiensi dan daya tarik

tersendiri supaya bisa dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan minat belajar. (2)

Produk multimedia pembelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

kebutuhan anak sehingga sangat perlu dilakukan tahapan analisis

pendahuluan.Sedangkan secara praktis, implikasi dari penelitian ini adalah: (1)

Multimedia pembelajaran bisa dipakai oleh siswa secara mandiri ataupun dalam

bimbingan orang yang lebih tua yang mampu menguasai teknologi informasi dan

komunikasi.

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian tersebut, maka peneliti dapat

memberi saran sebagai berikut: (1) Bagi siswa sebaiknya pada pemanfaatan multimedia

pembelajaran ini bisa digunakan kapan saja dimana saja,tetapi dalam pengawasan guru

Page 28: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

23 Volume 14 No.01 Maret 2016

ataupun orang tua terutama dalam pengoperasian komputer.(2) Bagi guru sebelum

menggunakan multimedia sebaiknya guru membaca petunjuk penggunaannya, guru

hendaknya mencoba sendiri terlebih dahulu sebelum dipraktikkan dalam kelas,guru

sebaiknya mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan sebelum melakukan

pembelajaran. (3) Bagi sekolah hendaknya memberikan workshop dan pelatihan kepada

guru sebagai upaya untuk memfasilitasi guru mata pelajaran untuk dapat membuat

multimedia pembelajaran sehingga siswa dapat mempelajari materi pelajaran lebih dalam

melalui perangkat komputer/laptop kapan saja dan dimana saja. Multimedia ini bisa

digandakan dalam jumlah besar untuk dipakai dikelas yang lain yang mempunyai materi

yang sama. (4)Bagi pengembang lainPenelitian ini terbatas pada satu sekolah sehingga

perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan sampel yang lebih luas. Multimedia yang

dikembangkan belum mencakup keseluruhan kompetensi dasar yang harus dicapai

siswa dalam satu semester, sehingga perlu pengembangan untuk pokok bahasan lain

DAFTAR RUJUKAN

Abuddin Nata. (2001). Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo. .Hacbarth, S. (1996).The educational technology handbook. New Jersey: Educational

Technology Publications Inc.. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun (2005). Phillips, R. (1997). The developer‟s handbook to interactive multimedia: A practical guide

for educational applications. London: Kogan Page. Sharon E. Smaldino, dkk. (2011). Instructional technology & media for learning. Jakarta:

Kencana. Sri Poedjiastoeti. (1999) Media Pembelajaran. Surabaya: Unipres Unesa. Syamsu Yusuf LN. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya. Munir.(2013). Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Nana Sudjana & Ahmad Rivai.(2009). Teknologi Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Page 29: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

24 Volume 14 No.01 Maret 2016

Page 30: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

25 Volume 14 No.01 Maret 2016

Penerapan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Motivasi

dan Hasil Belajar IPA Materi Struktur Organ Tubuh Manusia

dan Fungsinya

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV

SD Negeri Brubuh 2 Kabupaten Ngawi Tahun Ajaran 2015/2016)

Dinar Arena Tiari7, Nunuk Suryani

8, Suharno

9

[email protected]

Abstract: The purpose of this study was to : (1) Improving student motivation through the application of interactive multimedia in science for fourth grade at Brubuh 2 Elementary School; (2) Improving student learning outcomes through the application of interactive multimedia in science for fourth grade at Brubuh 2 Elementary School.

This type of research is a classroom action research (PTK), the research subjects were 21 students of fourth grade at Brubuh 2 Elementary School. The research was conducted in two cycles, each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. Data collection techniques using the test (to measure student learning outcomes), the questionnaire (to measure student motivation), observation, interviews, and documentation. The validity of the data using triangulation techniques and data sources triangulation method . While the criteria for the success of this research if at least 80% of students had reached KKM (minimum completeness criteria) ≥ 70, and the percentage of learners' motivation towards science learning using interactive multimedia by 80%.

The results showed that an increase in student learning outcomes, including an increase in the average grade of 60.38% pre-cycle into 72.41 % in the first cycle and 83.09% in the second cycle. The lowest value increased from pre cycles 50 to 60 in the first cycle and 65 in the second cycle. The highest value increase of pre cycles 76 to 90 in the first cycle and 100 in the second cycle. The number of students who reach KKM ≥ 70 also increased from 38.1% pre-cycle to 66.7% in the first cycle and 90.47% in the second cycle. The percentage of student motivation toward science learning by using interactive multimedia application amounted to 67.43% in the first cycle and increased to 84.23% in the second cycle. The second variable of this class action research has qualified research success criteria, that is motivation and completeness learning outcomes of students reached 80 %.

Keywords: Classroom Action Research, Interactive Multimedia, Science, Motivation, Learning Outcomes.

PENDAHULUAN

endidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sistem

Pendidikan no. 20 tahun 2003). Tujuan dari diselenggarakannya pendidikan adalah peserta didik

7 Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 8 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

9 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

P

Page 31: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

26 Volume 14 No.01 Maret 2016

secara aktif dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya sehingga menjadi manusia

berkualitas. Menciptakan sumber daya manusia berkualitas merupakan cita-cita seluruh bangsa dan

negara di dunia. Sumber daya manusia berkualitas adalah produk lembaga pendidikan berkualitas.

Pendidikan dikatakan berkualitas apabila dalam pendidikan itu terlaksana kegiatan

pembelajaran yang terencana, terprogram serta menggunakan model pembelajaran yang inovatif,

variatif, dan evaluasi yang tepat serta menggunakan media yang relevan dengan perkembangan ilmu

dan teknologi. Hal ini seperti yang tertuang pada Standar Isi dalam Lampiran Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan mem-bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007:39). Ilmu

Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai

pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian

gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mem-pelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara

mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih

mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002:7). Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar peserta

didik memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu meng-gunakan metode ilmiah

untuk meme-cahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan

kekuasaan pencipta alam. Agar tujuan tersebut tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang

tepat dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) di Sekolah Dasar menuntut peserta didik untuk mempunyai wawasan, keterampilan, dan sikap

ilmiah sejak dini. Pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila semua tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan dapat tercapai, yang terungkap dalam hasil belajar IPA. Namun dalam kenyataannya,

masih ada sekolah-sekolah yang memiliki hasil belajar IPA yang rendah karena belum mencapai

standar ketuntasan yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri Brubuh 2, hasil belajar IPA masih rendah.

Pada saat kondisi awal, rata-rata nilai ulangan harian IPA siswa kelas IV yaitu 60,38%, padahal batas

kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 70. Berdasarkan kenyataan tersebut, dari 21 siswa kelas IV

yang mampu mencapai nilai di atas KKM hanya 8 siswa (38,1%), sedangkan sisanya 13 siswa

memperoleh nilai di bawah KKM tersebut. Hal ini dikarenakan hampir 61,9% siswa kurang memahami

dan menguasai materi pembelajaran. Dari hasil wawancara guru dan siswa kelas IV SD Negeri

Brubuh 2 tersebut diketahui bahwa rendahnya hasil belajar IPA disebabkan karena beberapa faktor

yang mempengaruhi selama proses pembelajaran berlangsung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran IPA diantaranya adalah metode

pembelajaran yang digu-nakan guru masih bersifat konven-sional (teacher centered), antusias siswa

dalam belajar IPA rendah, dan belum ada penggunaan media pembelajaran. Selama proses

pembelajaran IPA berlangsung, sumber belajar yang digunakan adalah buku paket dan LKS saja.

Belum ada media pembelajaran yang digunakan ketika pembelajaran berlangsung. Se-hingga

Page 32: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

27 Volume 14 No.01 Maret 2016

kegiatan siswa hanya menulis, membaca, dan mendengarkan ceramah dari guru. Akibatnya, siswa

menjadi kurang tertarik terhadap pembelajaran dan motivasi belajar siswa rendah.

Permasalahan-permasalahan di atas harus segera diatasi dan dicarikan solusi yang tepat.

Guru harus melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah

dengan meng-gunakan media pembelajaran. Dalam hal ini Dick & Carey (dalam Lamudji, 2005: 34)

menyatakan bahwa salah satu keputusan yang paling penting dalam merancang pembelajaran ialah

dengan menggunakan media yang sesuai dalam rangka penyampaian pesan-pesan pembe-lajaran.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu

keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Indriana (2011:47) bahwa media berfungsi mengarahkan

siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar (learning experience). Pengalaman belajar

tergan-tung pada interaksi siswa dengan media, dan media yang tepat dan sesuai dengan tujuan

belajar akan mampu meningkatkan pengalaman belajar sehingga anak didik bisa mempertinggi hasil

belajar.

Media pembelajaran bermanfaat untuk melengkapi, memelihara dan bahkan meningkatkan

kualitas dan proses pembe-lajaran yang sedang berlangsung, peng-gunaan media dalam

pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar, meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan motivasi

belajar siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat

membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,

memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi (Arsyad, 2013). Jadi, dengan hadirnya

media pembelajaran tersebut dapat menghasilkan proses pem-belajaran menyenangkan, kreatif,

inovatif dan tidak membosankan yang akan menjadi pilihan tepat bagi para pendidik.

Dalam hal ini, guru dapat memilih salah satu alternatif yang digunakan dalam pembelajaran

yaitu pemanfaatan teknologi multimedia yang sering disebut media pembelajaran multimedia

interaktif. Ala-san pemilihan media ini karena multimedia interaktif dapat merangsang siswa agar lebih

aktif dalam memahami suatu pembe-lajaran dengan gambar-gambar, suara dan video yang atraktif

dan menarik sehingga perhatian siswa dapat terfokus dalam pembelajaran. Alasan pemilihan tersebut

sejalan dengan hasil penelitian tentang pembelajaran menggunakan multimedia interaktif yang

dilakukan oleh Somatkar (2012), yaitu media pembelajaran yang interaktif tidak hanya berkontribusi

pada guru tetapi berpusat pada siswa yang mendukung pembelajarannya, dan me-mungkinkan

pemahaman, berkonsentrasi, merangsang belajar serta meningkatkan motivasi, kepercayaan diri,

perhatian dan minat siswa. Pemilihan media ini dapat membantu siswa melaksanakan pembe-lajaran

mandiri, dengan menu-menu yang didesain sedemikian rupa sehingga memberi kebebasan kepada

siswa untuk memilih materi yang hendak dipelajari khususnya dalam pelajaran IPA materi struktur

organ tubuh manusia dan fungsinya. Multimedia interaktif ini dapat menjadi media pembelajaran yang

melibatkan keseluruhan sisi kognitif, afektif dan psikomotor anak.

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan

multimedia interaktif dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Brubuh. 2) Meningkatkan hasil

belajar siswa melalui penerapan multimedia interaktif dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri

Brubuh 2.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action re-search). Penelitian

dilakukan dengan merancang, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

Page 33: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

28 Volume 14 No.01 Maret 2016

partisipasi bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan dalam

suatu siklus.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV semester I tahun ajaran 2015/2016,

dengan jumlah subjek sebanyak 21 peserta didik. Adapun yang dijadikan sebagai objek adalah

motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPA materi struktur organ tubuh

manusia dan fungsinya.

Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang, setiap siklus terdapat

empat tahapan, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (act-ing), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting) (Iskandar, 2011:113).

Metode pengumpulan data yang digunakan berupa tes dan non-tes. Metode tes digunakan

untuk memperoleh data mengenai hasil belajar. Instrumen pada metode ini berupa tes hasil belajar

tiap-tiap siklus, baik pre-test dan post-test. Pre-test digunakan untuk mengetahui penguasaan awal

terhadap materi kom-petensi membaca cermat, sedangkan post-test digunakan untuk mengukur

tingkat keberhasilan setelah diberikan tindakan. Metode non-tes berupa kuisioner/angket, observasi,

dan wawancara mendalam. Angket digunakan untuk mengetahui motivasi siswa terhadap

pembelajaran IPA sebelum dan sesudah mengikuti pembe-lajaran dengan penerapan multimedia

interaktif. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa

terhadap pembe-lajaran dan kinerja guru kelas. Wawancara dilakukan kepada peserta didik yang

menonjol. Hasil wawancara ini digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh melalui

metode pengumpulan data lainnya.

Teknik analisis data yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif

(Miles dan Huberman dalam Kunandar, 2010:102). Menurut Iskandar (2011:75) dalam proses analisis

data interaktif terdapat tiga langkah yang harus dilakukan oleh peneliti, yaitu: (1) reduksi data, (2)

display atau penyajian data, dan (3) mengambil kesimpulan atau verifikasi.

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data adalah tri-angulasi. Penelitian ini

menggunakan teknik triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal

tersebut adalah: a) Triangulasi Sumber Data. Pada penelitian ini, peneliti memperoleh data dari

beberapa sumber, yaitu : guru kelas IV SD Negeri Brubuh 2 dan siswa kelas IV, hasil observasi

pembelajaran IPA dengan penerapan multimedia interaktif, data nilai pra siklus, data post-test dan

pre-test pada masing-masing siklus. b) Triangulasi metode. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan metode penelitian berupa observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa kelas IV

SD Negeri Brubuh 2.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan rata-rata nilai siswa pada siklus II, maka dapat

disimpulkan bahwa pembe-lajaran IPA materi struktur organ tubuh manusia dan fungsinya pada

siklus II berhasil mencapai target indikator kinerja, yaitu motivasi dan hasil belajar siswa mencapai

lebih dari 80%. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil

belajar siswa, diantaranya peningkatan rata-rata kelas dari kondisi awal 60,38 menjadi 72,14 pada

siklus I dan menjadi 83,09 pada siklus II. Nilai terendah meningkat dari kondisi awal 50 menjadi 60

pada siklus I dan 65 pada siklus II. Nilai tertinggi meningkat dari kondisi awal 76 menjadi 90 pada

siklus I dan 100 pada siklus II. Selain itu persentase ketuntasan belajar klasikal atau jumlah siswa

yang mencapai KKM ≥ 70 juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 38,1% menjadi 66,7% pada

Page 34: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

29 Volume 14 No.01 Maret 2016

siklus I dan 90,47% di siklus II. Persentase motivasi siswa terhadap pembelajaran IPA dengan

memanfaatkan penerapan multimedia interaktif juga mengalami peningkatan dari 67,43% pada siklus

I dan 84,23% di siklus II. Dengan demikian peneliti tidak perlu melanjutkan penelitian pada siklus

berikutnya, dan dapat disimpulkan bahwa penerapan multimedia interaktif dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Brubuh 2. Rangkuman hasil penelitian ini

dapat dilihat pada tabel dan histogram sebagai berikut:

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Tindakan

Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II

Rata-rata 60,38 72,14 83,09

Nilai Terendah 50 60 65

Nilai Tertinggi 76 90 100

Ketuntasan Belajar 38,1% 66,7% 90,47%

Motivasi Siswa 0% 67,43% 84,23%

PEMBAHASAN

Hasil analisis data penelitian menun-jukkan bahwa media pembelajaran berpengaruh terhadap

motivasi dan hasil belajar siswa. Secara lebih spesifik, hasil belajar IPA yang menerapkan media

pembelajaran multimedia interaktif lebih baik daripada hasil belajar IPA yang masih menerapkan

pembelajaran konvensional (berpusat pada guru). Hal tersebut karena hasil belajar adalah hasil dari

suatu inter-aksi tindak belajar mengajar (Nasution, 2006:36). Hasil interaksi tindak belajar mengajar

dapat berupa penggunaan media pembelajaran, pemilihan metode pembe-lajaran, dan lain

sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Baharuddin dan Wahyuni (2008, 19-28) bahwa

terdapat faktor-faktor eksternal lingkungan non-sosial yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu

lingkungan alamiah, faktor instru-mental, faktor materi pelajaran yang diajarkan ke siswa.

Page 35: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

30 Volume 14 No.01 Maret 2016

Penerapan multimedia interaktif untuk pembelajaran struktur organ tubuh manusia dan

fungsinya sudah tepat dan sesuai dengan tujuan belajar yang nantinya akan mampu

meningkatkanpengalaman belajar sehingga anak didik bisa memper-tinggi hasil belajar, hal ini sesuai

dengan pendapat dari Indriana (2011:47). Dengan digunakannya media pembelajaran multi-media

interaktif telah mampu memberikan hasil belajar IPA yang sangat memuaskan. Multimedia interaktif

pada pembelajaran IPA Kelas IV SD yang diterapkan peneliti merupakan salah satu multimedia

pembel-ajaran yang cukup sederhana dalam pengoperasiannya, tetapi cukup mudah dipahami dan

cukup lengkap informasi yang disajikan, sehingga merupakan salah satu alternatif yang dapat

digunakan oleh sekolah untuk mengadakan proses per-baikan terhadap pembelajaran IPA Kelas IV

SD Negeri Brubuh 2. Multimedia interaktif ini sesuai dengan definisi multimedia yang dikemukakan

oleh Munir (2012) bahwa multimedia merupakan perantara atau sesuatu yang dipakai untuk

menghantarkan, menyampaikan atau mem-bawa sesuatu. Hal yang disampaikan dalam multimedia

interaktif ini adalah materi pelajaran IPA untuk siswa kelas IV.

Multimedia interaktif yang diterap-kan mampu menarik minat dan motivasi siswa untuk belajar,

dan materi yang ada di dalamnya membuat siswa menjadi mudah untuk memahami materi tersebut.

Hal ini sesuai dengan pengertian multi-media yang diungkapkan oleh Arsyad (2002) bahwa

multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik,

mudah dime-ngerti, dan jelas. Selain itu multimedia ini dilengkapi dengan teks, audio, gambar,

animasi, interaktivitas dan berbasis TIK. Hal ini sesuai dengan definisi multimedia menurut

Constantinesceu (2007:2) bahwa multimedia merujuk kepada sistem ber-basis komputer yang

menggunakan ber-bagai jenis isi seperti teks, audio, video, grafik, animasi dan interaktifitas.

Hasil yang sama juga telah ditunjukkan oleh Salter et, al. (2012) bahwa sebuah media

pembelajaran inter-aktif yang dibuat secara kreatif yang dirancang untuk mempengaruhi dan me-

motivasi siswa secara bersamaan mening-katkan hasil belajar, dan merupakan sarana yang valid dan

berharga dalam portofolio pembelajaran dan sumber belajar, terutama untuk masa awal tahun

pertama di suatu sekolah. Hasil dari penelitian ini, sesuai dengan hasil penelitian dari Pratiwi Rahmah

Hakim (2014) yang berjudul, “Pengaruh Penggunaan Multimedia Inter-aktif Dan Video Terhadap

Prestasi Belajar Ipa Kelas V Ditinjau Dari Motivasi Belajar”, yaitu peserta didik yang mema-kai

multimedia pembelajaran mengalami peningkatan prestasi belajar dari pada siswa yang tidak

memakai multimedia. Kemudian, hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Vonny (2015) yang berjudul, “Pengaruh Media Pembelajaran Multi-media Interaktif

Terhadap Hasil Belajar Hakikat Geografi Ditinjau Dari Motivasi Belajar”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa motivasi peserta didik yang menggunakan multimedia interaktif lebih tinggi daripada peserta

didik yang tidak menggunakan multimedia yang mengaki-batkan hasil belajar Geografi meningkat.

Dari kedua penelitian tersebut, hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil dari penelitian ini,

yaitu setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dengan penerapan multimedia interaktif dalam

pembelajaran IPA materi struktur organ tubuh manusia dan fungsinya maka pemahaman/hasil

belajar peserta didik meningkat, dan motivasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran IPA pun

meningkat.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Persentase

motivasi siswa terhadap pembelajaran IPA dengan memanfaatkan penerapan multimedia interaktif

adalah sebesar 67,43% pada siklus I dan meningkat menjadi 84,23% pada siklus II. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa, diantaranya peningkatan rata-rata kelas

dari kondisi awal 60,38 menjadi 72,41 pada siklus I dan 83,09 pada siklus II. Nilai terendah meningkat

Page 36: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

31 Volume 14 No.01 Maret 2016

dari kondisi awal 50 menjadi 60 pada siklus I dan 65 pada siklus II. Nilai tertinggi meningkat dari

kondisi awal 76 menjadi 90 pada siklus I dan 100 pada siklus II. Jumlah siswa yang mencapai KKM ≥

70 juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 38,1% menjadi 66,7% pada siklus I dan 90,47% di

siklus II. Kedua variabel penelitian tindakan kelas ini telah memenuhi syarat kriteria keberhasilan

penelitian, yaitu motivasi dan ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 80%.

Motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi struktur organ tubuh

manusia dan fungsinya meningkat dikarenakan adanya perbaikan proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dan peneliti selama dua siklus dalam 4 kali tindakan dan 4 kali pertemuan. Selain

itu multimedia interaktif dapat mempermudah siswa dalam belajar untuk memperoleh informasi

edukatif yang autentik dimana saja dan kapan saja serta sesuai dengan tujuan pembelajaran. Siswa

didorong untuk menyelami informasi tersebut secara mandiri dalam memahami dan menarik

kesimpulan pembelajaran. Pada multimedia interaktif juga telah disediakan konten materi, kuis, dan

permainan yang edukatif, animatif, dan menarik sehingga dapat mempermudah pemahaman materi

siswa dan meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran tersebut yang berdampak pada

peningkatan hasil belajar yang telah diharapkan sebelumnya, yaitu 80% siswa tuntas mencapai nilai

KKM ≥ 70.

IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan diatas diketahui bahwa motivasi dan hasil belajar siswa meningkat

setelah dilakukan penerapan multimedia interaktif pada pembelajaran IPA, maka penelitian ini dapat

digunakan sebagai acuan dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Secara tidak

langsung, hal ini juga berimplikasi pada guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam ke-giatan

pembelajaran guru dituntut untuk mampu memilih media pembelajaran yang tepat, dan sesuai

dengan tujuan yang akan dicapai. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dengan memanfaatkan

sumber daya secara maksimal dan melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran, akan mampu mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal. Dalam

penelitian ini telah terbukti bahwa dengan penerapan multimedia interaktif dalam pembelajaran IPA

dapat berpengaruh terhadap peningkatan mo-tivasi dan hasil belajar siswa.

SARAN

Bagi Siswa SD Negeri Brubuh 2. Sebagai seorang siswa harus selalu menghormati dan

menghargai guru. Siswa harus mampu mempertahankan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran,

yaitu dengan berani menyampaikan pendapat, berani bertanya kepada guru terhadap materi

pembelajaran yang belum dipahami, dan berani menanggapi jawaban dari teman yang kurang tepat.

Selain itu, siswa harus meningkatkan perhatian ketika guru menyampaikan materi pembelajaran,

meningkatkan kerjasama dalam diskusi kelompok, meningkatkan ketekunan dan tanggung jawab

selama pembelajaran berlangsung. Bagi Guru di SD Negeri Brubuh 2. Dari hasil penelitian ini, peneliti

merekomendasikan multimedia interaktif kepada guru kelas dan guru lainnya sebagai salah satu

solusi atau sarana untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Guru dapat memotivasi

siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan berupaya melakukan variasi-variasi penggunaan

media pembelajaran atau model pembelajaran. Ketepatan pemilihan media pembelajaran sangat

menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Seperti pada penelitian ini yang memilih multimedia

interaktif sebagai media pembelajaran, dan terbukti mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa.

Page 37: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

32 Volume 14 No.01 Maret 2016

Bagi Sekolah. Berdasarkan keber-hasilan penelitian ini, maka pihak sekolah melalui Kepala

Sekolah dapat menya-rankan penerapan media pembelajaran yang tepat, dan memotivasi guru kelas

untuk melakukan inovasi media pembe-lajaran untuk meningkatkan kualitas, mutu, dan hasil

pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suyitno. 2002. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor : Ghalia Indonesia.

Anitah W, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006 .Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta : BNSP

Indriana. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta : Diva Pers.

Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Gaung Persada.

Kunandar, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rajawali Pers

Pratiwi Rahmah Hakim. 2014. Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Dan Video Terhadap Prestasi Belajar Ipa Kelas V Ditinjau Dari Motivasi Belajar. Tesis. Surakarta : PPs UNS

Somatkar, B.W. 2012. Aims and Objectives of Teaching English in India. India : Indian Streams Research Journal

Suharsimi Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan : Untuk Guru, Kepala Sekolah,& Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KSTP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Vonny. 2015. Pengaruh Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar Hakikat Geografi Ditinjau Dari Tingkat Motivasi Belajar Geografi. Tesis. Surakarta : PPs UNS

Page 38: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

33 Volume 14 No.01 Maret 2016

Pengaruh Kecerdasan Intrapersonal Siswa

pada Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum 2013

Henry Suryo Bintoro10

[email protected]

Abstract: The specific objective of this research is to know which are on mathematics learning achievement better, between students who have high intrapersonal intelligence, medium, and low. This study is a quasi-experimental research.

The study population was fifth grade students of SD Negeri Kudus District. The sampling technique was conducted stratified cluster random sampling. The sample in this study were students of class V SD 1 Muhammadiyah Kudus and fifth grade students of SD 1 Gondangmanis Kudus. The instrument used to collect data is intrapersonal intelligence student questionnaires. Questionnaires tested before it is used for data retrieval. The validity of questionnaires carried out by the validator, the reliability of the test is tested with the formula KR-20 and reliability of the questionnaire was tested with Alpha formula. Test instruments carried at SD 2 Holy Honggosoco.

Analysis of the data used is two-way analysis of variance. Factors used to test the significance of differences in students' intrapersonal intelligence level of learning achievement. Test prerequisite Lillifors Variance Analysis method to test for normality and homogeneity test methods to Barlett. With α = 0.05. Scheffe method 'used for further analysis of variance test if the hypothesis is rejected.

Keywords: Curriculum 2013, intrapersonal intelligence.

PENDAHULUAN

erkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini

mengakibatkan suatu perubahan di berbagai bidang, tak terkecuali bidang

pendidikan.Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga

pendidikan dituntut untuk berperan aktif dalam mengembangkan intelektual dan

emosional bangsa secara optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas, harkat, dan

martabat bangsa.Untuk itu, inovasi dibidang pendidikan sangat diperlukan agar kualitas

pendidikan terus meningkat dan hasilnya sesuai dengan kemajuan masyarakat dan

tuntutan jaman.

Usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan telah dimulai sejak

menjelang akhir Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri, yaitu melalui skenario

progresif terhadap anggaran pendidikan untuk memenuhi 20% APBN tahun 2009. Pada

Pemerintahan Presiden sekarang, Susilo Bambang Yudoyono, kenaikan anggaran

tersebut dilaksanakan secara bertahap dan diharapkan dapat memenuhi apa yang

selama ini diharapkan.

10 Dosen Universitas Muria Kudus

P

Page 39: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

34 Volume 14 No.01 Maret 2016

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan

meningkatkan pendidikan matematika.Matematika dirasa sebagian besar siswa sebagai

mata pelajaran yang sulit. Hal ini dikarenakan matematika menuntut berfikir keras dan

cenderung bersifat abstrak sehingga siswa merasa sulit untuk memahaminya. Konsep

dasar matematika merupakan hal yang prinsip dan penting untuk menunjang

pengembangan hasil belajar selanjutnya.

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang

dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum

yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan karakter, siswa dituntut untuk

paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun

disiplin yang tinggi.

Konsep kurikulum 2013 yang mengutamakan ketiga aspek prestasi belajar, yaitu aspek

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Kecerdasan intrapersonal siswa ikut mempengaruhi prestasi belajar matematika

siswa. Kecerdasan intrapersonal berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan diri

sendiri. Siswa yang mempunyai kesadaran dan pengetahuan diri sendiri yang kurang,

diharapakan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif

dengan komputer prestasi belajar matematika mereka menjadi lebih baik.Kecerdasan

intrapersonal mempunyai 3 aspek, adapun 3 aspek dalam kecerdasan intrapersonal

adalah sebagai berikut: (1) Mengenali diri sendiri, (2) Mengetahui apa yang diinginkan,

dan (3) Mengetahui apa yang penting. (Harry Alder, 2001: 79 - 97).

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, antara siswa-

siswa yang mempunyai kecerdasan intrapersonal tinggi, sedang, dan rendah.

Pengertian matematika sangat sulit didefinisikan secara akurat. Pada umumnya

orang awam hanya akrab dengan satu cabang matematika elementer yang disebut

aritmatika atau ilmu hitung. Menurut Jhonson dan Myklebust (dalam Rosma, 2010: 11)

matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan

hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah

untuk memudahkan pemikiran. Ruseffendi (dalam Heruman, 2012: 1) menyatakan bahwa

matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara

induktif, ilmu tentang polaketeraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur

yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan.

Secara filosofis, pengertian tentang pengajaran matematika berbeda dengan

pembelajaran matematika sesungguhnya berbeda. Oleh karena itu, paradigma

pengajaran matematika harus diubah, yaitu dari teachercentered menjadi

learnercentered, dari contentbased menjadi competencybased, dari productoflearning

menjadi processoflearning, dan dari summativeevaluation menjadi formativeevaluation

(Ibrahim, 2012: 49).Pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang

menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

(Soedjadi, 2000: 6).

Page 40: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

35 Volume 14 No.01 Maret 2016

Tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam

menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari (Heruman,

2012: 2). Untuk dapat memperoleh keterampilan tersebut, maka diperlukan adanya

latihan secara terus menerus dalam mengaplikasikan konsep matematika di kehidupan

sehari-hari. Dalam hal ini guru memegang peranan penting untuk menghadirkan

pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

Menurut Gagne dalam Anitah W (2007: 1.3) menyatakan bahwa belajar adalah

suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Pengalaman belajar akan diperoleh apabila terjadi proses interaksi dengan lingkungan.

Lingkungan dalam hal ini adalah guru, teman, narasumber, kondisi nyata, lingkungan

alami, lingkungan buatan maupun hal-hal lain yang dapat dijadikan sebagai sumber

belajar siswa.

Belajar berarti membentuk makna atau menemukan informasi bermakna dimana

aktivitas tersebut menghasilkan sesuatu yang baru. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami, yang dipengaruhi oleh pengertian yang

telah ia punyai. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang

dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895), Prestasi adalah hasil yang

telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. prestasi belajar

adalah hasil usaha yang dicapai siswa dalam membentuk makna, penguasaan

pengetahuan, serta keterampilan berkat pengalaman dan latihan dalam proses belajar

yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol yang mencerminkan hasil

yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.

Prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses

belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri siswa yang disebabkan oleh

latihan yang terarah dan hasil dari pengalaman serta proses interaksi dari individu,

perubahan tersebut berupa pembentukan makna, penguasaan pengetahuan, dan

keterampilan yang hasilnya dinyatakan dengan simbol, angka, atau huruf sebagai nilai.

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang

dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum

yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan karakter, siswa dituntut untuk

paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun

disiplin yang tinggi.

Kurikulum 2013 mengutamakan prestasi belajar dari tiga aspek dan ketiga aspek

tersebut mempunyai tingkat yang sama dalam pembelajarannya, baik proses

pembelajarannya maupun penilaiannya. Ketiga aspek tersebut yaitu pertama, aspek

pengetahuan. Pengetahuan dalam kurikulum 2013 sama seperti kurikulum-kurikulum

sebelumnya, yaitu penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran. Nilai dari

aspek pengetahuan bisa didapat dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan

Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013, pengetahuan bukan aspek utama seperti

pada kurikulum-kurikulum sebelumnya.

Page 41: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

36 Volume 14 No.01 Maret 2016

Kedua aspek keterampilan. Keterampilan merupakan aspek baru dalam

kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan penekanan pada skill atau kemampuan.

misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan pendapat,

berdiksusi/bermusyawarah, membuat laporan, serta berpresentasi. Aspek keterampilan

merupakan salah satu aspek penting karena hanya dengan pengetahuan, siswa tidak

dapat menyalurkan pengetahuan tersebut sehingga hanya menjadi teori semata. Ketiga

aspek sikap. Aspek sikap merupakan aspek tersulit untuk dinilai. Sikap meliputi sopan

santun, adab dalam belajar, absensi, sosial, dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek

ini karena guru tidak setiap saat mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian tidak

begitu efektif.

Titik tekan pengembangan kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir,

penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses

pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara

apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan (Kemdikbud: 2013: iii). Kurikulum 2013

sebagai bagian dari intervensi peningkatan mutu pendidikan, tentu tidak bisa

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu,

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) menjadi rujukan ketika Kurikulum 2013 diterapkan,

termasuk tujuh standar nasional pendidikan lainnya. Demikian juga dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tetap menjadi bagian Kurikulum 2013. Satuan

pendidikan tetap mempunyai kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sendiri

yang sesuai dengan kondisi satuan pendidikan tersebut. Di samping itu, Kurikulum 2013

tetap merupakan kurikulum berbasis kompetensi.

MenurutHoward Gardner yang dikutip oleh Adi W. Gunawan (2003: 218),

kecerdasan adalah potensi yang dapat atau tidak dapat diaktifkan, tergantung pada nilai

suatu kebudayaan tertentu dan keputusan yang dibuat oleh pribadi atau keluarga, guru

sekolah dan lain sebagainya. Ngalim Purwanto (2006: 52) mengemukakan bahwa

kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang

berbuat sesuatu dengan cara tertentu.

Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan adalah potensi yang dibawa manusia sejak lahir, yang dapat dikembangkan

ataupun tidak, tergantung pada nilai dari suatu kebudayaan tertentu dan keputusan yang

dibuat oleh lingkungan.

Gunawan (2003: 238) mengemukakan bahwa kecerdasan intrapersonal adalah

kecerdasan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan diri sendiri.

Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk secara akurat dan realistis menciptakan

gambaran mengenai diri sendiri (kekuatan dan kelemahan), kesadaran akanmood atau

kondisi emosi dan mental diri sendiri, kesadaran akan tujuan, motivasi, keinginan, proses

berfikir dan kemampuan melakukan disiplin diri, mengerti diri sendiri dan harga diri.

Agus Efendi (2005: 156) mengemukakan bahwa kecerdasan intrapersonal

adalah kecerdasan yang bergerak kedalam; acces to one‟s own feeling life (akses

kepada kehidupan perasaan diri sendiri); kecerdasan dalam membedakan perasaan-

perasaan secara instan.

Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kesadaran dan

Page 42: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

37 Volume 14 No.01 Maret 2016

pengetahuan diri sendiri. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk secara akurat

dan realistis menciptakan gambaran mengenai diri sendiri.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu (quasi-experimental research).Hal ini dikarenakan peneliti tidak

memungkinkan untuk mengendalikan dan memanipulasi semua variabel yang

relevan.Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82-83) bahwa, “Tujuan penelitian

eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi

informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan

yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel

yang relevan”.

Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar

matematika dilihat dari kecerdasan intrapersonal siswa tinggi, sedang, dan

rendah.Tempat Penelitian ini adalah di SD 1Muhammadiyah Kudus dan SD 1

Gondangmanis Kudus dengan subyek penelitian adalah siswa kelas V. Untuk uji coba

angket dilaksanakan di SD 2 Honggosoco Kudus.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1)

metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui daftar

nama dan nomor absen siswa.(2) Metode Angket yang digunakan dalam penelitian ini

adalah angket berbentuk pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban.Metode angket ini

digunakan untuk mengetahui kecerdasan intrapersonalsiswa. Untuk memperoleh angket

yang baik perlu dilakukan uji sebagai berikut:

1. Analisis Instrumen

a. Uji Validitas Isi

Untuk menilai apakah instrumen angket kecerdasan intrapersonal tersebut

mempunyai validitas isi, penilaian ini dilakukan oleh para pakar atau validator (experts

judgement) dan semua kriteria disetujui (ada salah satu yang tidak disetujui maka

instrumen tersebut belum valid, artinya butir yang tidak disetujui tersebut harus direvisi

atau dibuang).

b. Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini, untuk uji reliabilitas digunakan rumus Alpha, sebab skor

butir angket bukan 0 dan 1.hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002:

192) yang menyatakan bahwa, “Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas

instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”.

2. Analisis Butir Instrumen

a. Konsistensi Internal

Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus korelasi

productmomen Karl Pearson

Page 43: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

38 Volume 14 No.01 Maret 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen, data prsetasi

belajar matematika, dan data kecerdasan intrapersonal siswa. Berikut ini diberikan uraian

tentang data-data tersebut:

Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini berupa angket untuk

mengungkapkan data mengenai kecerdasan intrapersonal siswa.Angket kecerdasan

intrapersonal siswaterdiri dari 25 butir.Melalui dua orang validator, yaitu guru SD 1

Muhammadiyah Kudus dan guru SD 1 Gondangmanis diperoleh bahwa 25 butir angket

dinyatakan valid karena telah memenuhi kriteria yang diberikan.Dengan menggunakan

rumus KR-20 diperoleh r11> 0,70, maka angket dikatakan reliabel.

Angket yang diuji cobakan terdiri dari 25 butir. Dari hasil uji konsistensi internal

dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh 25 butir yang konsisten

sebab rxy dari 25 butir tersebut lebih besar dari 0,3. Setelah dilakukan analisis terhadap

25 butir soal uji coba angket kecerdasan intrapersonal siswadiperoleh bahwa 25 butir

soal tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

Data tentang kecerdasan intrapersonal siswa diperoleh dari angket tentang

kecerdasan intrapersonalsiswa, selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga

kategori berdasarkan rata-rata gabungan ( gabX ) dan standar deviasi gabungan (Sgab).

Dari hasil perhitungan kedua kelompok, diperoleh gabX = 76 dan Sgab = 5,8.

Penentuan kategorinya adalah sebagai berikut: tinggi jika gabgab sXX2

1 ,

sedang jika gabgabgabgab sXXsX2

1

2

1 , rendah jika gabgab sXX

2

1 ,

sehingga untuk skor yang kurang dari atau sama dengan 73,1 dikategorikan sebagai

kecerdasan intrapersonal rendah, skor antara 73,1 dan 78,9 dikategorikan sebagai

kecerdasan intrapersonalsedang, dan skor lebih dari 78,9 dikategorikan sebagai

kecerdasan intrapersonaltinggi.

Berdasarkan data yang telah terkumpul, dalam kelas eksperimen terdapat 15

siswa yang termasuk kategori kecerdasan intrapersonal tinggi, 12 siswa yang termasuk

kategori kecerdasan intrapersonal sedang dan 8 siswa yang termasuk kategori

kecerdasan intrapersonalrendah. Sedangkan untuk kelas kontrol terdapat 2 siswa yang

termasuk kategori kecerdasan intrapersonaltinggi, 9 siswa yang termasuk kategori

kecerdasan intrapersonalsedang, dan 10 siswa yang termasuk kategori kecerdasan

intrapersonalrendah.

Page 44: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

39 Volume 14 No.01 Maret 2016

Tabel 1 Deskripsi Data Kecerdasan IntrapersonalSiswa

Kategori

Jumlah Siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Tinggi 15 2

Sedang 12 9

Rendah 8 10

Uji normalitas masing-masing sampel dilakukan dengan menggunakan metode

Liliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Barlett. Berdasarkan uji yang telah

dilakukan diperoleh harga statistik uji untuk taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing

sampel. Berdasarkanperhitungan untuk masing-masing sampel H0 tidak ditolak.Ini Berarti

masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen.

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama disajikan pada tabel

berikut :

Tabel 2 Rangkuman Analisis Variansi Dua

Fobs Ftabel Keputusan

Kecerdasan

Intrapersonal

32,66 3,00 H0 ditolak

Tabel di atas menunjukkan bahwa H0 ditolak.Hal ini berarti terdapat perbedaan

prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan intrapersonal tinggi,

sedang, dan rendah.

Ujikomparasi ganda antar kolom perlu dilakukan karena dari anava dua jalan sel

tak sama diperoleh bahwa H0ditolak. Dari hasil uji komparasi ganda diperoleh bahwa

siswa dengan kecerdasan intrapersonal tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada

siswa dengan kecerdasan intrapersonalrendah, siswa dengan kecerdasan

intrapersonaltinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan

intrapersonal sedang, dan siswa dengan kecerdasan intrapersonalsedang prestasi

belajarnya lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan intrapersonal rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak

sama diperoleh Fobs = 32,66> 3,00 = Ftabel, sehingga Fobsdaerah kritik maka H0B ditolak.

Hal ini berarti masing-masing tingkat kecerdasan intrapersonal siswa memberikan

pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika.

Setelah dilakukan uji Scheffe‟ dapat disimpulkan bahwa siswa yang memilki

kecerdasan intrapersonal tinggi prestasi belajarnya berbeda dengan siswa yang memiliki

kecerdasan intrapersonal rendah. Dari rataan marginalnya (b 1 = 86,65>64,56 = b 3 )

menunjukkan bahwa siswa yang memilki kecerdasan intrapersonal tinggi prestasi

belajarnya lebih baik dibandingkan siswa yang memilki kecerdasan intrapersonal rendah.

Page 45: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

40 Volume 14 No.01 Maret 2016

Siswa yang memilki kecerdasan intrapersonal sedang prestasi belajarnya

berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal rendah. Dari rataan

marginalnya (b2

= 73,76> 64,56 = b 3 ) menunjukkan bahwa siswa yang memilki

kecerdasan intrapersonal sedang prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan siswa yang

memilki kecerdasan intrapersonal rendah.

Sedangkan siswa yang memilki kecerdasan intrapersonal tinggi prestasi

belajarnya berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal sedang. Dari

rataan marginalnya (b1= 86,65>73,76 = b

2) menunjukkan bahwa siswa yang memilki

kecerdasan intrapersonaltinggi prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan siswa yang

memilki kecerdasan intrapersonal sedang.

KESIMPULAN

Berdasarkan landasan teori dan disertai dengan hasil analisis yang diperoleh,

dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan intrapersonalyang lebih tinggi menghasilkan

prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kecerdasan intrapersonal yang

lebih rendah.Saran dalam penelitian ini ditujukan pada guru, calon guru, dan peneliti,

yaitu dalam penelitian ini pembelajaran matematika ditinjau dari kecerdasan intrapersonal

siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat melakukan tinjauan yang lain,

misalnya aktivitas, motivasi, karakteristik cara berpikir, gaya belajar, minat siswa, dan

lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi

V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anitah W, Sri, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: UT.

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pengajaran Matematika. Surakarta: UNS Press.

________. 2004. Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Ditjet MPDM Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Multimedia Pembelajaran,

Jakarta: Depdiknas.

Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ dan Succesful

Intelligence atas IQ. Bandung: Alfabeta.

Gunawan. 2013. Kurikulum 2013 Merupakan Instrumen Strategis Bagi Upaya

Peningkatan Mutu Pendidikan. Malang: PPPPTK.

Gunawan, Adi W. 2003. Born to be a Genius (Kunci Mengangkat Harta Karun dalam Diri

Anak Anda). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Harry, Alder. 2001. Pacu IQ dan EQ anda. Jakarta: Erlangga

Page 46: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

41 Volume 14 No.01 Maret 2016

Heruman. 2012. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya.

Yogyakarta: Suka Press.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi

Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Purwanto. Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teorotis dan Praktis. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Rosma,Hartiny. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas Teknik Bermain Konstruktif untuk

Peningkatan Hasil Belajar Matematika. Yogyakarta: Sukses Offse.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (konstatasi keadaan

masa kini menuju harapan masa depan). Depdiknas : Jakarta.

Page 47: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

42

Volume 14 No.01 Maret 2016

Page 48: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

43

Volume 14 No.01 Maret 2016

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Melalui Problem Based Learning

“What’s Another Way” dan Discovery Learning

Jayanti Putri Purwaningrum11

[email protected]

Abstract: The students‟ mathematical creative thinking ability which were not optimal became the reason for conducting this study. It was a quasi-experimental research through problem-basedlearning “what‟s another way” and discovery learning. In this case, the population of the study were all seven grade students in a junior high schools in Pekalongan regency with two classes as the sample.The data were gathered by employing three research instruments such as mathematics creative thinking ability test, teaching materials, and observation sheet.The results of the study indicated that there was no difference between the achievement and the enhancement of the students‟ mathematical creative thinking ability in two experimental classes. Besides, the overall students‟ activities in both the class employing problem-basedlearning “what‟s another way” and the class employing discovery learning had been very good.

Keywords:Problem-Based Learning “What‟s Another Way”, Discovery Learning, and MathematicsCreative Thinking Ability.

Pendahuluan

erkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini sangatlah pesat.

Segala aspek kehidupan menjadi lebih mudah dengan adanya perkembangan

tersebut. Matematika memiliki peranan penting baik dalam kemajuan Ilmu

Pengetahuan Alam dan Teknologi maupun kehidupan sehari-hari. Aspek kehidupan

manusia memafaatkan matematika sebagai ilmu pendukung.

Pendidikan matematika adalah bagian dari pendidikan nasional yang diwajibkan bagi

semua siswa yang menempuh pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat

sarjana. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah,

Kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia bertujuan untuk mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum

tersebut juga menyebutkan bahwa salah satu kriteria mengenai kualifikasi kemampuan

lulusan yang harus dimiliki oleh siswa yaitu memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam

ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain

yang sejenis. Dengan demikian, kurikulum mengisyaratkan pentingnya mengembangkan

kreativitas siswa agar mereka dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

11 Dosen FKIP PGSD Universitas Muria Kudus

P

Page 49: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

44

Volume 14 No.01 Maret 2016

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak

pasti, dan kompetitif.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas siswa salah satunya

yaitu melalui pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan melalui pembelajaran

matematika, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis,

kritis, kreatif, analisis dan produktif. Kreativitas dalam matematika dapat dipandang

sebagai produk dari berpikir kreatif sedangkan aktivitas kreatif merupakan kegiatan

dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas

siswa (Siswono, 2008). Namun, pada kenyataannya pengembangan kreativitas dalam

pembelajaran matematika tersebut belum optimal.

Berdasarkan penelitian Moma (2014) di kelas VIII salah satu Sekolah Menengah

Pertama (SMP) di Kota Yogyakarta, menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran generatif lebih baik dari

siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Namun, secara kualitas,

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran

generatif masih termasuk dalam kategori level rendah. Penelitian Huda (2014) di kelas

VIII salah satu SMP di Kota Bandung, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran open-ended dengan setting kooperatif

lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Artinya,

perlakuan yang diberikan terhadap kedua kelas memberikan kontribusi terhadap

kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Akan tetapi, hasil yang dicapai siswa belum

maksimal sehingga masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut dikarenakan siswa belum

terbiasa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya, yang diperkuat

dengan adanya keluhan siswa pada saat diminta memunculkan berbagai alternatif

jawaban.Huda (2014) menjelaskan lebih lanjut bahwa hasil tes kemampuan berpikir

kreatif matematis yang diperoleh siswa belum maksimal sebab tidak semua siswa di

kelas membuka diri dengan pendekatan yang dilakukan. Terkadang siswa malas untuk

berpikir, mencari ide lain atau solusi alternatif dari masalah yang diberikan. Penyebab

lainnya yaitu siswa terbiasa dengan soal rutin dan tidak dibiasakan untuk mencari sendiri

penyelesaian masalah dengan cara yang berbeda dengan temannya.

Menurut Munandar (2009), perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif

berhubungan erat dengan cara mengajar. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif

anak akan berkembang atas prakarsanya sendiri bila suasana pembelajaran tidak otoriter

dan anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat serta kebutuhannya. Hal

ini dikarenakan guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir

dan berani mengemukakan gagasan baru. Sumarmo (2005) menyarankan pembelajaran

matematika yang mendorong berpikir kreatif dan berpikir tingkat tinggi antara lain dapat

dilakukan melalui belajar dalam kelompok kecil, menyajikan tugas non rutin, dan tugas

yang menuntut strategi kognitif dan metakognitif siswa. Pembelajaran dalam matematika

yang memenuhi kiteria tersebut antara lain yaitu problem-based learning “what‟s another

way”dan discovery learning. Arends (Putra, 2013) menyatakan bahwa model problem-

based learning merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran pada

masalah yang autentik dengan maksud siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, serta mengembangkan

kemandirian dan percaya diri. Dengan demikian, pada penelitian ini siswa diharapkan

Page 50: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

45

Volume 14 No.01 Maret 2016

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis melalui problem-based

learning. Proses yang dapat memfasilitasi peningkatan kemampuan berpikir kreatif

matematis diantaranya yaitu ”what‟s another way“ (Siswono, 2007). What‟s another way

menuntut siswa untuk memecahkan masalah dengan menggunakan lebih dari satu cara

dan tidak menutup kemungkinan siswa akan memperoleh jawaban yang beragam dan

berbeda. Oleh karena itu, model problem-based learning “what‟s another way” ini dapat

mendorong dan melatih kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Selain problem-based learning “what‟s another way”, discovery learning juga

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Bruner

(Kemendikbud, 2014) menjelaskan bahwa pada discovery learning, bahan ajar tidak

disajikan dalam bentuk akhir tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan,

yakni menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,

mengintegrasikan, dan mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-

kesimpulan. Bruner (Kemendikbud, 2014) juga menambahkan bahwa proses belajar

akan berjalan dengan baik dan kreatif, jika guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan suatu konsep, teori, atau aturan. Dengan demikian, melalui discovery

learning, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif

matematisnya.

Uraian di atas memberi inspirasi kepada penulis untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Melalui Problem Based Learning

“What‟s Another Way” dan Discovery Learning Siswa SMP”.Adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis

antara siswa yang belajar melalui problem-based learning “what‟s another way”

dengan siswa yang belajar melalui discovery learning?

2. Bagaimanakah aktivitas siswa selama proses pembelajaran problem-based learning

“what‟s another way”?

3. Bagaimanakah aktivitas siswa selama proses pembelajaran discovery learning?

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengkaji perbedaan pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis antara

siswa yang belajar melalui problem-based learning “what‟s another way” dengan

siswa yang belajar melalui discovery learning.

2. Mengkaji siswa selama proses pembelajaran problem-based learning “what‟s

another way”.

3. Mengkaji siswa selama proses pembelajarandiscovery learning.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Siswa dapat menggali dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis.

2. Melatih siswa dalam bekerja sama, mengeluarkan pendapat atau ide dan

memecahkan masalah.

3. Problem-based learning ”what‟s another way” dan discovery learning dapat

menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga membuat siswa

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

4. Guru yang terlibat dalam penelitian ini dapat memperoleh pengalaman dalam

menerapkan problem-based learning “what‟s another way” dan discovery learning

pada saat kegiatan belajar mengajar.

Page 51: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

46

Volume 14 No.01 Maret 2016

Tinjauan Pustaka

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Munandar (1999) mengartikan berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir

logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran.

Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah,

pemikiran divergen menghasilkan banyak ide. Hal ini berguna dalam menemukan

penyelesaiannya. Oleh karena itu, kemampuan berpikir divergen merupakan indikator

dari kreativitas.

Berpikir kreatif menurut Krulik (Siswono, 2005) berada dalam tingkatan tertinggi

berpikir secara nalar yang tingkatnya diatas berpikir mengingat (recall). Pada penalaran

terdapat berpikir dasar (basic), berpikir kritis (critical), dan berpikir kreatif. Keberadaan

tingkat berpikir kreatif bersifat umum dan tidak dengan tegas memperlihatkan

karakteristik berpikir kreatif dalam matematika, artinya kategori tersebut tidak diskrit dan

sulit sekali untuk mendefinisikan dengan tepat (Siswono, 2004).

Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika

seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut

merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan (Infinite

Innivation Ltd, 2001). Pengertian ini lebih memfokuskan pada proses individu untuk

memunculkan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum

pernah diwujudkan atau masih dalam pemikiran. Pengertian berpikir kreatif ini ditandai

dengan adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut.

Filsaime (Fauziah, 2011) menjelaskan lebih lanjut bahwa kemampuan berpikir

kreatif adalah proses berpikir yang memiliki ciri-ciri kelancaran (fluency), keluwesan

(flexibility), keaslian atau originalitas (originality) dan merinci atau elaborasi (elaboration).

Kelancaran adalah kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan yang benar sebanyak

mungkin secara jelas. Keluwesan adalah kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide

atau gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari berbagai sudut

pandang. Originalitas adalah kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang

unik dan tidak biasanya, misalnya yang berbeda dari yang ada di buku atau berbeda dari

pendapat orang lain. Elaborasi adalah kemampuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi dan menambah detail dari ide atau gagasannya sehingga lebih bernilai.

Kemampuan berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian

kemampuan berpikir kreatif secara umum. Haylock (1997) mengatakan bahwa berpikir

kreatif hampir dianggap selalu melibatkan fleksibilitas. Bahkan Krutetskii (Siswono, 2007)

mengidentifikasi bahwa fleksibilitas berasal dari proses mental yang menjadi suatu

komponen kunci kemampuan kreatif matematis siswa. Haylock (1997) juga

menunjukkan bahwa produk berpikir kreatif, yaitu: (1) Kelancaran artinya banyaknya

respons (tanggapan) yang dapat diterima atau sesuai; (2) Fleksibilitas, artinya banyaknya

jenis respons yang berbeda; dan (3) Keaslian artinya kejarangan tanggapan (respons)

dalam kaitannya dengan kelompok pasangannya. Silver (1997) menjelaskan bahwa tiga

komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas adalah kelancaran (fluency), fleksibilitas

dan kebaruan (novelty). Kelancaran mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam

merespons sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan

pendekatan ketika merespons perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat

Page 52: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

47

Volume 14 No.01 Maret 2016

dalam merespons perintah. Pada masing-masing komponen, apabila respons perintah

disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna dengan perintah yang diinginkan, maka

indikator kelayakan, kegunaan atau bernilai berpikir kreatif sudah dipenuhi. Indikator

keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian dari kebaruan.

2. Problem-Based Learning “What’s Another Way” (PBL “WAW”)

Problem-based learning secara umum terdiri dari menyajikan situasi kepada siswa,

berupa situasi masalah yang autentik dan bermakna sehingga memberi kemudahan

kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri (Trianto, 2007). Penyelidikan

yang dimaksud adalah penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan

penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Menurut Dewey (Trianto, 2007),

belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, yang

merupakan hubungan antara dua arah, yaitu belajar dan lingkungan. Lingkungan

memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf

otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi

dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman

siswa yang diperoleh dari lingkungan akan dijadikan sebagai bahan dan materi guna

memperoleh pengertian serta dijadikan pedoman dan tujuan belajaranya.

Terdapat beberapa langkah utama dalam melaksanakan model problem-based

learning. Adapun langkah-langkah tersebut yaitu: (1) Mengorientasikan siswa pada

masalah; (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) Membantu menyelidiki secara

mandiri atau kelompok; (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; dan (5)

Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah (Putra, 2013).

What‟s anotherway merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif sekaligus berpikir kritis dengan

memberikan masalah-masalah melalui jawaban-jawaban yang diperolehnya (Siswono,

2007). Krulik dan Rudnick (Siswono, 2007) menyebutkan bahwa “The problem should

never end just because the answer has been found” yang artinya masalah tidak

seharusnya selesai hanya karena jawaban telah ditemukan. Dengan demikian, problem-

based learning “what‟s another way” menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah atau

situasi kehidupan autentik dengan berbagai macam solusi dalam penyelesaian masalah

atau situasi tersebut. Dengan demikian, masalah pada problem-based learning“what‟s

another way” memiliki jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong

keingintahuan siswa untuk mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut.

Pada problem-based learning, ”what‟s another way” terletak pada tahap

menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Salah satu kegiatan yang

dilakukan guru pada tahap tersebut yaitu membantu siswa untuk mengkaji ulang hasil

pemecahan masalah. Pada saat itu, guru dapat mengajukan pertanyaan “Bagaimana

cara lain untuk memecahkan masalah tersebut? Apakah kamu menemukan jawaban

lain?”, dan sebagainya. Pertanyaan ini mendorong siswa untuk menemukan strategi

atau pola lain dalam memecahkan masalah. Siswa dalam hal ini dipaksa untuk

memikirkan cara-cara lain untuk menjawab masalah. Dengan demikian, pada penelitian

ini pembelajaran melalui problem-based learning “what‟s another way” diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Page 53: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

48

Volume 14 No.01 Maret 2016

3. Discovery Learning (DL)

Menurut Kemendikbud (2014), discovery learning mempunyai prinsip yang sama

dengan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini.

Discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang

sebelumnya tidak diketahui dan pada discovery, masalah yang diajukan kepada siswa

merupakan masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan problem solving lebih

memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.

Bruner (Arends, 2008) menjelaskan bahwa discovery learning adalah sebuah

model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami

struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa

dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal

discovery (penemuan pribadi). Bruner (Arends, 2008) menjelaskan lebih lanjut bahwa

tujuan pendidikan pada dasarnya bukan hanya untuk memperluas pengetahuan siswa

tetapi juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan untuk invention (penciptaan) dan

discovery (penemuan). Dengan kata lain, pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam

discovery learning menurut Bruner (Kemendikbud, 2014) adalah guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist,

historin, atau ahli matematika sehingga melalui kegiatan tersebut, mereka akan

menguasai, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

Kemendikbud (2014) menambahkan bahwa prinsip belajar yang nampak jelas

dalam discovery learning adalah materi atau bahan ajar yang akan disampaikan tidak

disampaikan dalam bentuk final tetapi siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang

ingin diketahui, kemudian dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri dengan

melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,

mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengorganisasi atau membentuk

(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir

(membuat kesimpulan).

Syah (Kemendikbud, 2014) menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan dan

prosedur pelaksanaan discovery learning yaitu: (1) Stimulation (stimulasi atau pemberian

rangsangan); (2) Problem statement (pernyataan atau identifikasi masalah); (3) Data

collection (pengumpulan data); (4) Data processing (pengolahan data); (5) Verification

(pembuktian); (6) Generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi).

Metode Penelitian

Penelitian kuantitatif yang dilakukanadalah penelitian kuasi eksperimen. Penelitian

yang dilakukan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Pada

penelitian kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti

mengambil sampel pada kelompok-kelompok yang sudah ada. Kelompok-kelompok

tersebut adalah kelas-kelas di sekolah dimana penelitian ini dilakukan. Desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen.

Secara ringkas, Ruseffendi (2010) menggambarkan desain tersebut adalah sebagai

berikut.

Page 54: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

49

Volume 14 No.01 Maret 2016

O X1 O

O X2 O

Keterangan:

O = Pretest dan posttest kemampuan berpikir kreatif matematis

X1 = Pembelajaran matematika menggunakan problem-based learning “what‟s

another way”

X2 = Pembelajaran matematika menggunakan discovery learning

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIIdi salah satu Sekolah

MenengahPertama di Kabupaten Pekalongan. Dari populasi yang ada kemudian dipilih

dua kelas sebagai sampel dengan teknik purposive sampling. Kelas yang dijadikan

sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII C (kelas problem-based learning “what‟s

another way”) dengan jumlah siswa 32 orang dan kelas VII G (discovery learning)

dengan jumlah siswa 33 orang. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan

berpikir kreatif matematis dan lembar observasi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Apabila dilihat secara keseluruhan, rata-rata perolehan skor pretest kelas

problem-based learning “what‟s another way” yaitu 32,29. Sedangkan rata-rata perolehan

skor pretest kelas discovery learning yaitu 30,30. Dengan demikian, rata-rata skor pretest

kelas problem-based learning “what‟s another way” lebih tinggi dari rata-rata perolehan

skor pretest kelas discovery learning, dengan selisihnya adalah 2,09. Walaupun terdapat

perbedaan selisih skor pretest tetapi hasil analisis data skor pretest terhadap

kemampuan berpikir kreatif matematis antara kelas problem-based learning “what‟s

another way”dan kelas discovery learning, menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak

signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji kesamaan rata-rata skor pretest antara kelas

problem-based learning “what‟s another way”dengan kelas discovery learningdengan

taraf 𝛼 = 0,05pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1.

Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Skor Pretest

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

thitung df Sig.(2-tailed) Keterangan

0,718 63 0,476 H0 diterima

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara skor pretest kemampuan berpikir kreatif matematis matematis siswa

yang belajar melalui problem-based learning “what‟s another way”dengan siswa yang

belajar melalui discovery learning. Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara skor

pretest kemampuan berpikir kreatif matematis matematis siswa yang belajar melalui

Page 55: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

50

Volume 14 No.01 Maret 2016

problem-based learning “what‟s another way”dengan siswa yang belajar melalui

discovery learningmenunjukkan bahwa kedua kelas tesebut memiliki karakteristik yang

sama sebelum diberikan perlakuan.

Setelah pembelajaran dilakukan, apabila dilihat secara keseluruhan, rata-rata skor

posttest siswa kelas problem-based learning “what‟s another way”mencapai 78,52

dengan pencapaian skor posttest sebesar 78,52%, sedangkan rata-rata skor posttest

siswa kelas discovery learning yang mencapai 77,78 dengan pencapaian skor posttest

sebesar 77,78%. Dengan demikian, rata-rata skor posttest siswa kelas problem-based

learning “what‟s another way” lebih tinggi dari rata-rata skor posttest siswa kelas

discovery learning, dengan selisihnya adalah 0,74.Setelah dilakukan uji perbedaan rata-

rata skor posttest (pengujian hipotesis 1), diperoleh hasil bahwa pencapaian kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa yang belajar melalui problem-based learning “what‟s

another way” tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang belajar melalui

discovery learning. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan uji perbedaan peringkat skor

posttest kemampuan berpikir kreatif matematis dengan taraf 𝛼 = 0,05pada Tabel 2

berikut.

Tabel 2

Hasil Uji Perbedaan Peringkat Skor Posttest

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kelas

Rata-rata Sig.

Mann-Whitney U

(2-tailed)

Keterangan Rank Posttest

Problem-Based

Learning “What‟s

Another Way”

32,28 78,52 0,762 Ho diterima

Discovery Learning 33,70 77,78

Dari hasil pengujian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat

perbedaan pencapaiankemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara kelas

problem-based learning “what‟s another way”dengan siswa kelas discovery learning.

Walaupun pada akhirnya hasil posttest juga tidak berbeda secara signifikan, tetapi

perlakuan berbeda yang diberikan pada kedua kelas tersebut dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa problem-based learning “what‟s another way”dan discovery learning memberikan

pengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hal itu dikuatkan

dengan pendapat Ruseffendi (Mustafa, 2014) yang mengemukakan bahwa kreativitas

siswa akan tumbuh apabila dilatih melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan dan

memecahkan masalah.

Tidak adanya perbedaan diantara kedua kelas eksperimen dimungkinan terjadi

karena kedua kelas tersebut dalam proses pembelajarannya sama-sama menggunakan

pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih melibatkan siswa secara aktif dalam

proses belajar mengajar. Selain itu, kedua pembelajaran juga menitikberatkan pada

siswa (student centered). Dari awal pembelajaran, baik siswa kelas problem-based

Page 56: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

51

Volume 14 No.01 Maret 2016

learning “what‟s another way” maupun kelas discovery learning sudah diarahkan untuk

dapat berpikir kreatif serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat

sumber-sumber pembelajaran sehingga dapat menemukan konsep, prosedur, dan

prinsip matematika secara individu maupun secara kelompok. Jadi, sangat

memungkinkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa akan meningkat melalui

kedua pembelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan laporan penelitian Ratnaningsih

(2007), Istianah (2011), Ambarwati (2011 dalam Daswa), Daswa (2014), Hidayat (2014),

Moma (2014), Nasution (2014) bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

dengan menggunakan pembelajaran inovatif lebih baik daripada menggunakan

pembelajaran konvensional.

Faktor lain yang mempengaruhi tidak terdapat perbedaan pencapaian secara

signifikan kelas yang memperoleh pembelajaran dengan problem-based learning “what‟s

another way” dengan kelas yang memperoleh pembelajaran dengan discovery learning

adalah pembelajaran tersebut memilki dasar teori yang sama yaitu teori

konstruktivismeyang menuntut siswa menemukan sendiri pemecahan suatu masalah

yang dihadapinya. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang ada di pikirannya.

Teori konstruktivisme beranggapan bahwa tugas guru yaitu memberikan kemudahan

untuk proses pembangunan pengetahuan dengan memberi kesempatan kepada siswa

untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi

sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Pada

proses tersebut, guru dapat memberi anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman

yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga

tersebut (Nur dalam Trianto, 2007). Dengan demikian, adanya pengkonstrukan konsep

materi secara mandiri memberikan dampak pada peningkatan kemampuan berpikir

kreatif matematis pada kedua kelas penelitian.

Apabila dilihat dari hasil observasi,aktivitas siswa secara keseluruhan baik pada

kelas problem-based learning “what‟s another way” maupun kelas discovery learning

sudah sangat baik. Hal ini ditandai dengan persentase aktivitas siswa yang mencapai di

atas 80%. Meski tetap dalam pelaksanaan menemui beberapa kendala, seperti pada

pertemuan pertama yaitu awal penelitian yang merupakan aktivitas terendah. Hal ini

disebabkan pada pertemuan tersebut, guru dan siswa pertama kali terlibat dalam proses

belajar mengajar sehingga belum terbiasa dengan situasi dan kondisi yang ada. Akan

tetapi, kondisi pada pertemuan pertama dapat diperbaiki pada pertemuan selanjutnya.

Pada pertemuan berikutnya, guru dan siswa sudah dapat menyesuaikan satu sama lain.

Hal ini sangat memberikan dampak positif dalam proses belajar mengajar. Adapun grafik

rekapitulasi hasil pengamatan siswa selama proses pembelajaran melalui problem-based

learning “what‟s another way” dan discovery learning dalam penelitian ini dapat dilihat

berturut-turut pada Gambar 1 dan Gambar 2 berikut.

Page 57: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

52

Volume 14 No.01 Maret 2016

Gambar 1

Grafik Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa melalui

Problem-Based Learning “What’s Another Way”

Gambar 2

Grafik Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa melalui

Discovery Learning

Secara umum, siswa menunjukkan sikap positif terhadap penerapan problem-

based learning “what‟s another way” dan discovery learning. Hal ini dapat dilihat dari

antusiasme siswa selama mengikuti pelajaran. Sebagian besar siswa menunjukkan sikap

positif mereka dalam mengajukan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok

baik di depan kelas maupun ketika diminta untuk membaca dari bangku tempat

duduknya. Selain itu, siswa juga terdorong untuk melakukan percobaan terhadap

berbagai jenis kemungkinan yang ada. Oleh karena itu, mereka menjadi lebih gigih, ulet,

imajinatif dan terbuka ketika menyelesaikan masalah. Hal ini mendorong berkembangnya

kemampuan berpikir kreatif matematis yang dimilikinya.

Sikap positif siswa juga terlihat dari kemandirian belajar. Proses pembelajaran

yang kondusif mengakibatkan mayoritas siswa lebih bersemangat dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Siswa memasuki ruang kelas dengan tepat waktu dan

menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan. Sebagian besar siswa berani

menghadapi persoalan yang sulit dan berani pula memanfaatkan kesempatan yang

diberikan guru untuk bertanya dan memberikan ide terhadap suatu permasalahan

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

100.00%

1 2 3 4 5 6

Perse

nta

se

Observer 1

Observer 2

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

100.00%

1 2 3 4 5 6

Per

sen

tase

Observer 1

Observer 2

Page 58: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

53

Volume 14 No.01 Maret 2016

Penutup

4. Kesimpulan

Berdasarkanhasil penelitian, temuan penelitian dan pembahasan yang sudah

diungkapkan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

a. Tidak terdapat perbedaan pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis antara

siswa yang belajar melalui problem-based learning “what‟s another way” dengan

siswa yang belajar melalui discovery learning.

b. Aktivitas siswa secara keseluruhan pada kelas problem-based learning “what‟s

another way” sudah sangat baik.

c. Aktivitas siswa secara keseluruhan pada kelas discovery learning sudah sangat

baik.

5. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan hasil penelitian, selanjutnya dikemukakan

saran-saran sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, belajar melalui problem-based

learning “what‟s another way” maupun discovery learning memberikan pengaruh

yang lebih baik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa. Oleh karena itu kedua pembelajaran tersebut dapat dijadikan sebagai

alternatif pembelajaran dalam tujuan meningkatkan prestasi siswa baik dalam aspek

kognitif maupun afektif.

b. Pembelajaran dengan menggunakan problem-based learning “what‟s another way”

maupun discovery learning diperlukan persiapan yang matang agar proses

pembelajaran dapat berjalan lancer.

c. Pengaturan waktu yang seefisien mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan

yang diharapkan. Karena problem-based learning “what‟s another way” maupun

discovery learning pada dasarnya membutuhkan waktu yang cukup banyak

sehingga perlu manajemen waktu yang baik. Hal ini dikarenakan dalam proses

pembelajarannya, siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah tanpa terlebih

dahulu diberikan konsepnya. Bagi siswa yang terbiasa dengan pembelajaran

ekspositori, hal ini akan membutuhkan penyesuaian waktu dan kadang

membutuhkan usaha ekstra dari guru dalam mendorong siswa agar terlibat aktif

dalam proses pembelajaran.

Daftar Pustaka

Arends, R. I. (2008). Learning to teach (belajar untuk mengajar). Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Daswa. (2013). Penerapan model pembelajaran sinektik untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis siswa Madrasah

Tsanawiyah. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Page 59: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

54

Volume 14 No.01 Maret 2016

Fauziah, Y. N. (2011). Analisis kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan

berpikir kreatif siswa Sekolah Dasar V pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam. [Online]. Tersedia di http://jurnal.upi.edu/file/11-Yuli_Nurul-Edit.pdf. Diakses

10 Oktober 2013.

Haylock, D. (1997). Recognising mathematical creativity in schoolchildren.

[Online].Tersedia di http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a2.pdf. Diakses 10

Oktober 2013.

Hidayat, R. (2014). Model pembelajaran ASSURE berbantuan software autograph untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan self-concept matematis

siswa SMP. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Huda, U. (2014). Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habits of

thinking independently (HTI) siswa melalui pendekatan open-ended dengan setting

kooperatif. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Infinite Innovation Ltd. (2001). Creativity and Creative Thinking. [Online].Tersedia di

http://www.brainstorming.co.uk/tutorials/tutorialcontents.html. Diakses 10 Oktober

2013.

Istianah, E. (2011). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik

dengan pendekatan model eliciting activities (meas) pada siswa SMA. Tesis,

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Kemendikbud. (2014). Materi pelatihan guru implementasi Kurikulum 2013 tahun ajaran

2013/2014. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan

dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan

Moma, L. (2014). Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis, self-efficacy dan

soft skills siswa SMP melalui pembelajaran generatif. Disertasi, Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Munandar, S. C. U. (1999). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Munandar, S. C. U. (2009). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Nasution, E. Y. P., (2014). Meningkatkan kemampuan disposisi berpikir kreatif siswa

melalui pendekatam open-ended. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka

Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah.

Putra, S. R. (2013). Desain belajar mengajar kreatif berbasis sains. Jogjakarta: Diva

Press.

Ratnaningsih. (2007). Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan berpikir

kritis dan kreatif matematik serta kemandirian belajar siswa Sekolah Menengah

Atas Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Page 60: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

55

Volume 14 No.01 Maret 2016

Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-dasar penelitian pendidikan & bidang non-eksakta

lainnya. Bandung: Tarsito

Silver, E. A. (1997). Fostering creativity through instruction rich in mathematical problem

solving and problem posing. [Online]. Tersedia di

http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a3.pdf. Diakses 10 Oktober 2013.

Siswono, T. Y. E. (2005). Penerapan model wallas untuk mengidentifikasi proses berpikir

kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika dengan informasi berupa

gambar. [Online]. Tersedia di http://tatatgyes.wordpress.com/karya-tulis/. Diakses

10 Oktober 2013

Siswono, T. Y. E. (2007). Penjenjangan kemampuan berpikir kreatif dan identifikasi tahap

berpikir kreatif siswa dan memecahkan dan mengajukan masalah matematika.

Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Siswono, T. Y. E. (2007). Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif melalui pemecahan

masalah tipe what‟s another way. [Online]. Tersedia di

http://tatatgyes.wordpress.com/karya-tulis/. Diakses 10 Oktober 2013.

Siswono, T. Y. E. (2008). Model pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan

pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Surabaya:

Unesa University Press.

Sumarmo, U. (2005). Pengembangan berpikir matematis tingkat tinggi siswa SLTP dan

SMU serta mahasiswa strata satu melalui berbagai pendekatan pembelajaran.

Lemlit UPI: Laporan Penelitian.

Trianto. (2007). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik (konsep,

landasan teoritis-praktis dan implementasinya). Prestasi Pustaka. Jakarta.

Page 61: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

56

Volume 14 No.01 Maret 2016

Page 62: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

57

Volume 14 No.01 Maret 2016

Matematika dalam Multimedia Flipbook:

Kreatifitas Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran

dalam Meningkatkan Minat Siswa

Wendha Adha Juliasnyah12

, Nunuk Suryani13

, Leo Agung S14

[email protected]

Abstract: This research aimed to find out: (1) how was the condition of instructional process in mathematics in five grade of SD Muhmmadiyah 1 Ngawi, (2) the suitable developmental procedure of Flipbook as a multimedia for mathematics in SD Muhammadiyah 1 Ngawi, (3) the effectiveness of Flipbook in increasing students‟ motivation.

This research designed in Research and Development study design corridor with procedures; (1) analyzing the needs needed in developing the Product, (2) designing prototypical product, (3) developing the product, (4) implementing the product in the field, and (5) evaluating product‟s weaknesses. In addition, this study used totally 52 samples. 26 samples in experimental group (five graders in Billal Bin Robbah class) and 26 samples in control group (five graders in Khadijah Binti Kubro class). Furthermore, in collecting the data, the researcher used questionnaire and achievement test as the instruments and it was analyzed using Descriptive statistic methods and t-test.

After Administering the data analyses, it was found that: (1) the category of the product was good based on the means of points given by Content Expert-4, 74; (2) the category of the product was good based on the means of points given by Media Experts-4, 66), (3) the product considered very good based on first field test with means of 4, 67 or 78% ; (4) the product also considered very good based on second field test with means of 4, 57 or 91%; (5) H1 was accepted, means that achievement of the two groups was different shown by the means (Experimental Group-72,38 and Control Group-63.83). The result of the t-test was interpreted based on parameter; t DK= {𝑡 𝑡 < −1.706 𝑜𝑟 𝑡 >1.706} and t obs =8.048 Ɇ DK. In other word Ho

Keywords: Mathematics, Multimedia, Flipbook, ADDIE. Instructional Media, Motivation.

PENDAHULUAN

anyak siswa yang menganggap., bahwa matematika itu adalah mata pelajaran

yang membosankan dan bahkan ada yang sampai membenci. Hal ini,

disebabkan kesulitan siswa dalam memahami apa yang disampaikan oleh guru,

walaupun pada waktu proses pembelajaran siswa sudah berusaha keras untuk

memperhatikan, tentu saja hal itu sangat menyulitkan para guru untuk mengajar. Sekuat

12

Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 13 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta 14 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

B

Page 63: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

58

Volume 14 No.01 Maret 2016

apa pun guru berusaha menjelaskan., tetap saja pada umumnya siswa belum mampu

untuk mencapai kompetensi dari tujuan pembelajaran yang ditetapkan, karena sudah dari

awal para siswa kurang meminati matematika karena sulitnya materi yang perlu

dipahami.

Peran matematika sangat penting bagi para siswa., Hal ini sesuai pernyataan

Suherman (2001: 58) bahwa, ”Matematika di sekolah berperan dalam melatih siswa

berpikir logis, kritis dan praktis, serta bersikap positif dan berjiwa kreatif”. Menyikapi hal

tersebut maka seorang guru yang profesional haruslah kreatif dalam proses

pembelajaran dikelas, agar mata pelajaran matematika yang selama ini dibenci atau

kurang diminat itu dapat menjadi mata pelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Untuk

mencapai tujuan tersebut, maka proses pembelajaran pada satuan pendidikan haruslah

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis siswa (Peraturan Pemerintah No.19, 2005:Bab IV pasal 19 ayat 1).

Dalam era perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang

sekarang sudah sangat maju, profesionalisme guru dalam menyampaikan informasi

(transfer knowledge) kepada siswa tidaklah cukup hanya dengan cara berbicara atau

berceramah didepan kelas, tetapi guru sebaiknya harus mampu mengemas bentuk

informasi itu ke dalam bentuk yang lebih menarik agar minat belajar siswa dapat lebih

ditingkatkan.

Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan saat ini memiliki peran dan posisi penting

dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Januszweski & Molenda (2008: 1)

mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai suatu kajian ilmu dan praktek etis yang

memfasilitasi belajar, meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan dan

mengelola proses-proses serta sumber teknologi yang sesuai. Hal ini mengindikasikan

tujuan utama teknologi pendidikan (membantu siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran).

Sejalan dengan hal tersebut, maka pendidikan yang sekarang ini haruslah

mengarah pada pemanfaatan teknologi., salah satu perwujudannya dengan

memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi atau pembelajaran berbantuan

komputer (CAI). Dalam proses pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media yang

tepat diharapkan dapat berpengaruh terhadap pembelajaran yang dialami siswa dalam

tujuan tercapainya kompetensi yang diharapkan dari siswa.

Salah satu media pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan suasana

belajar yang menarik dan kondusif yaitu, dengan penggunaan bahan ajar teknologi audio

visual atau salah satunya buku digital atau Buku Sekolah Elektronik (BSE)/e-book, tapi

kali ini peneliti akan mengembangkan BSE tersebut dengan mengintegrasikan konten

multimedia ke dalam BSE tersebut, dengan istilah multimedia Flipbook.

Multimedia Flipbook merupakan bentuk penyajian bahan belajar mandiri yang

disusun secara sistematis ke dalam unit pem-belajaran terkecil, untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu yang disajikan ke dalam format digital yang didalamnya terdapat

unsur multimedia, dan navigasi yang membuat pengguna lebih interaktif dengan media.

Dengan adanya buku elektronik yang bersifat Flipbook, dimana dalam proses

Page 64: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

59

Volume 14 No.01 Maret 2016

penyampaian informasinya melibatkan tampilan audio visual seperti teks, audio, video,

grafis dan animasi, serta program tersebut pemakaiannya mudah dipahami dan

diharapkan dapat dijadikan media pembelajaran yang baik. Sebagai tambahan,

penggunaan multimedia Flipbook juga dapat meningkatkan minat belajar siswa dan juga

dapat mem-pengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa (Ramdania, 2013) dan

meningkatkan pemahaman dan meningkatkan pencapaian hasil belajar (Nazeri, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pembelajaran Matematika di SD

(2) Prosedur pengembangan produk multimedia Flipbook untuk mata pelajaran

Matematika di SD (3) efektivitas peng-gunaan multimedia Flipbookdalam meningkatkan

minat pada mata pelajaran Matematika di SD.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan diSekolahdasarMuhammadiyah 1 Ngawiberalamat di Jalan

BasukiRahmat No.077 Kabupaten. Ngawi Provinsi Jawa Timur.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development).

Penelitian pengembangan digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013).

Desain pengembangan media yang digunakan adalah desain pengembangan

Instruksional ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) yang

berorientasi pada produk (Molenda, 2008).Pada pelaksanaan dan penerapannya, Model

ADDIE adalah: (1) Analysis yang dapat diartikan sebagai analisis kebutuhan awal pada

anak SD untuk menentukan atau mendesain awal materi pembelajaran dimana nantinya

sebagai kebutuhan Pembuatan Program Multimedia Pembelajaran, (2) Design dapat

diartikan sebagai desain awal produk berdasarkan analisis kebutuhan dalam materi

pengukuran waktu dan sudut pada anak kelas V, (3) Development yang dapat diartikan

sebagai mem-produksi program pembelajaran multimedia flipbook, (4) Implementation

diartikan sebagai implementasi atau proses pengujian produk media pembelajaran

multimedia flipbook, (5) Evaluation yang diartikan sebagai Evaluasi program Mutimedia

Flipbook pembelajaran yang telah dihasil-kan dan di uji cobakan.

Subjek uji coba dalam penelitian adalah 26 orang siswakelas. V Billal Bin Robbah

(kelaseksperimen) dan26 orang siswakelas V Khadijah Binti Kubro (kelaskontrol)

Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu angket dan lembar observasi

pengamatan. Angket digunakan untuk mengevaluasi terkait media yang diberikan kepada

ahli media untukmengetahuipenilaianahli media terhadap media yang dikembangkan,

dan angket terkait materi diberikan kepada ahli materi untuk mengetahui penilaian ahli

materi terhadap materi yang sudah dikembangkan. Lembar observasi pengamatan

digunakan untuk menelusuri minat belajar siswa.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis uji

t. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan data

yang telah terkumpul berdasarkan lembar observasi pengamatan yang dilakukan oleh

guru. Data kuantitatif dari hasil angket validasi kemudian diubah menjadi data kualitatif

menggunakan skala lima, yaitu penskoran dari angka satu sampai dengan lima.

Tabel 1. Konversi data kuantitatif ke dalam data kualitatif

Page 65: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

60

Volume 14 No.01 Maret 2016

Interval Skor Nilai Kategori

X > 4.21 5 Sangat baik

3.40 < X ≤ 4.21 4 Baik

2.60 < X ≤ 3.40 3 Cukup

1.79 < X ≤ 2.60 2 Kurang

X ≤ 1.79 1 Sangat kurang

Uji-t digunakan untuk menghitung efektivitas produk yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana produk media pembelajaran berupa multimedia flipbook ini

dapat meningkatkan minat belajar siswa. Data yang dianalisis dalam uji efektivitas ini

yaitu nilai anak yang diperoleh dari Prettest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Nilai rata-rata kedua kelompok tersebut kemudian dianalisis menggunakan uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Multimedia Flipbookini mengikuti prosedur pengembangan ADDIE

dari Molenda. Tahap pertama yaitu analisis. Tahap analisis diawali dengan studi pustaka

dan studi lapangan, setelah dilanjutkan dengan analisis kebutuhan. Tahap kedua yaitu

desain. Empat langkah yang dilakukan pada tahap desain yaitu menetapkan Kompetensi

Dasar, merumuskan tujuan pembelajaran, membuat storyboard, dan validasi desain oleh

ahli. Tahap ketiga yaitu pengembangan. Pada tahap pengembangan diawali dengan

validasi produk oleh ahli materi 2 orang dengan 10 aspek dengan jumlah keseluruhan 18

butir instrumen yang dimana rata-rata ahli materi pertama 4,82 dengan kategori sangat

baik dan ahli materi kedua 4,65 dengan kategori sangat baik dan ahli media 2 orang

dengan 2 aspek yaitu tampilan 10 item dan penyajian 7 item dengan jumlah keseluruhan

17 butir instrumen yang dimana rata-rata ahli materi pertama 4,71 dengan kategori

sangat baik dan ahli materi kedua 4,61 dengan kategori sangat baik, setelah itu

dilanjutkan dengan uji lapangan awal dengan jumlah sample 3 orang dengan tingkat

tinggi, sedang dan rendah dilihat dari ujian Blok 1 memperoleh rata-rata 4,67 dengan

kategori sangat baik dan uji lapangan utama jumlah sample 9 orang dengan tingkat tinggi

3 siswa, sedang 3 siswa dan rendah 3 siswa dilihat dari ujian Blok 1 memperoleh rata-

rata 4,57 dengan kategori sangat baik. Tahap keempat yaitu implementasi. Tahap

implementasi merupakan tahap uji coba kelompok besar dimana terdapat dua kelompok

kelas (eksperimen dan kontrol). Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang

menggunakan Multimedia Flipbook, sedangkan kelompok kontrol adalah siswa yang

menggunakan buku paket (tidak menggunakan Multimedia Flipbook). Tahap kelima yaitu

evaluasi. Sebelum menjadi produk akhir, Multimedia Flipbook pada mata pelajaran

matematika siswa kelas V semester gasal terlebih dahalu dilakukan uji kelayakan dan

efektivitas produk. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan produk yang layak dan

berkualitas dari segi isi materi dan media itu sendiri. Setelah produk dinyatakan layak,

maka media pembelajaran ini dapat digunakan dalam pembelajaran matematika,

selanjutnya. Analisis kelayakan produk diperoleh dari data hasil pengisisan

angket/lembar evaluasi dari ahli materi, ahli media, dan angket uji coba produk pada

siswa, sedangkan efektivitas produk diperoleh dari hasil tes prestasi siswa.

Page 66: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

61

Volume 14 No.01 Maret 2016

Berikut adalah beberapa contoh tampilan media pembelajaran yang berupa

multimedia flipbook

Gambar 1. Tampilan Cover

Gambar 2. Tampilan Kata Pengantar dan Petunjuk

Gambar 3. Tampilan Daftar Isi dan SK/KD

Gambar 4. Tampilan Tujuan Pembelajaran dan Peta Konsep

Page 67: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

62

Volume 14 No.01 Maret 2016

Gambar 5. Tampilan Materi Waktu

Gambar 5. Tampilan Materi Sudut

Gambar 5. Tampilan Video dan Latihan

Uji efektivitas produk dilakukan dengan menggunakan uji t. Sebelum dilakukan

perhitungan ujit, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat (uji normalitas dan uji

homogenitas). Hasil pengujian normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki data yang berdistribusi normal dan

homogen.

Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, dilakukan analisis uji t. Hasil Uji Efektivitas

menunjukkan bahwa minat belajar siswa yang menggunakan Multimedia Flipbook lebih

baik dibandingkan dengan anak yang menggunakan buku teks. Hasil ini ditunjukkan dari

perhitungan Uji t, dimana DK = {t | t < -1.706 atau t > 1.706} dan tobs = 8.048 DK.

Keputusan uji adalah H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok

memiliki prestasi yang tidak sama. Kelompok eksperimen memiliki rata-rata 72.

Sedangkan kelompok kontrol memiliki rata-rata 63,38.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari studi lapangan dan tahap analisis menunjukkan bahwa peran

guru masih sangat mendominasi selama pembelajaran matematika berlangsung. Metode

pembelajaran yang digunakan terbatas pada ceramah dan tanya jawab saja. Siswa tidak

Page 68: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

63

Volume 14 No.01 Maret 2016

memiliki kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Aktivitas siswa hanya

mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Media pembelajaran

yang digunakan guru juga hanya buku paket matematika atau LKS. Hal ini lah yang pada

akhirnya membuat sebagian besar siswa menjadi pasif dan cepat merasa bosan saat

proses pembelajaran berlangsung. Untuk menciptakan suasana kegiatan belajar yang

baru, inovatif dan dapat memotivasi anak untuk mudah memahami apa yang

disampaikan khususnya untuk meningkatkan kemampuan membaca anak, perlu adanya

penggunaan teknologi komputer yang ada, karena teknologi komputer ini sebenarnya

dapat memberikan kontribusi yang sangat efektif untuk pembelajaran, seperti yang

dikemukakan oleh Smaldino dkk.(2005) mengatakan bahwa media adalah suatu alat

komunikasi dan sumber informasi. Maka dalam penggunaan media ini sangat amat

efektif digunakan dalam pembelajaran agar dalam penyampaian pesan dan informasi

tersebut dapat diterima dengan baik.

Karakteristik siswa yang aktif seharusnya dapat difasilitasi oleh guru dengan

menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Matematika di

sekolah berperan dalam melatih siswa berpikir logis, kritis dan praktis, serta bersikap

positif dan berjiwa kreatif (Suherman, 2001: 58).Menurut Dimyati (2006: 22),

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Salah

satunya yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan memiliki

interaksi langsung dengan siswa. Media pembelajaran yang dapat diakses melalui

perangkat komputer/laptop adalah alternatif media pembelajaran yang menarik bagi

siswa karena dapat dioperasikan kapan dan dimana saja. Media yang berarti perantara,

penyalur, sarana sehingga posisi media ini bukanlah pengganti guru sepenuhnya di

kelas. Asyar (2012:4) media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan

dan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Sehingga ketika dikaitkan

dengan proses pembelajaran pengertian media pembelajaran menjadi sarana, perantara

yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran guna mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Kata multimedia ini mengisyaratkan bahwa dalam

penggunaannya melalui banyak (multi) sarana berarti juga melibatkan beberapa indera,

yaitu indera penglihatan, pendengaran melalui teks, visual diam, gerak, dan audio dan

media interaktif yang bisa memberikan kesan pembelajaran 2 arah. Multimedia

pembelajaraan yang dikembangkan peneliti berusaha unntuk menampilkan asperk-aspek

tersebut, yaitu dengan menampilkan animasi gambar, audio, baik yang melalui teks,

visual gambar ataupun visual gerak.

Selaras dengan pendapat Haris dalam Wang (2008: 44) yang menyebutkan bahwa

penggunaan multimedia yang meliputi pengenalan dan penguatan aspek visual dalam

presentasi dapat menciptakan lingkungan belajar yang aktif, meningkatkan perfoma

siswa, membantu perkembangan tingkah laku yang positif melalui pembelajaran konsep

yang kompleks, meningkatkan komunikasi serta dapat diadaptasi dalam semua model

dan tingkat pembelajaran.

Oleh karena itu penggunaan media haruslah efektif dan memenuhi prinsip-prinsip

yang ada terutama prinsip interaktivitas, karena prinsip interaktivitas ini dipandang

sebagai salah satu aspek penting yang akan menetukan keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran nantinya. Dalam hal ini penulis juga berpendapat hal yang sama dengan

Page 69: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

64

Volume 14 No.01 Maret 2016

Vaughan (2008: 7) yang menyebutkan bahwa multimedia yang digunakan harus

menyatukan antara siswa dengan materi pelajaran yang diberikan yang bearti multimedia

flipbook yang di kembangkan telah dapat mengatasi rasa kebosanan siswa. Jika siswa

tertarik dengan apa yang mereka kerjakan, mereka akan menikmati proses pembelajaran

dan memahami materi yang diberikan guru. Hal terpenting bahwa multimedia flipbook

mampu meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa

Dengan dikembangkan media pembelajaran multimedia flipbook dalam

pembelajaran matematika di kelas 5 SD dalam meningkatkan minat belajar siswa maka

guru harus mengembangkan kreativitas dalam mengelola materi bahan ajar agar siswa

dapat lebih mudah memahami materi baik itu didalam kelas maupun di luar kelas. melihat

pentingnya pemanfaatan media pembelajaran sebagai upaya menciptakan pembelajaran

yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, maka peneliti tertarik mengembangkan

Multimedia Flipbookpada mata pelajaran matematika siswa kelas V semester gasal.

Produk media pembelajaran multmedia flipbook pada mata pelajaran matematika

kelas 5 semester gasal sebelum menjadi produk akhir terlebih dahulu dilakukan

pengujian kelayakan produk. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal

dan berkualitas dilihat dari segi isi materi maupun media itu sendiri. Setelah produk

dinyatakan layak, maka produk ini dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan produk yang dilakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengamatan terhadap pembelajaran matematika pada kelas V di SD

Muhammadiyah 1 Ngawi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika masih

menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran penunjang

dalam penyampaian materi, sehingga siswa menjadi bosan mengikuti pembelajaran, dan

siswa membutuhkan media tambahan atau media penunjang untuk membantu siswa

dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran yang disajikan atau yang

disampaikan guru di sekolah.

SD Muhammadiyah 1 Ngawi berpotensi untuk pengembangan multimedia

pembelajaran ini karena sarana dan prasarana mendukung untuk pemnggunaan media

pembelajaran berbasis teknologi informasi. SD Muhammadiyah 1 Ngawi sudah

mengembangkan media pembelajaran namun jumlahnya masih terbatas sehingga perlu

tambahan media salah satunya adalah multimedia pembelajaran ini.

Produk multimedia flipbook yang baik hendaknya memenuhi kriteria efektivitas,

efisiensi dan daya tarik tersendiri supaya bisa dimanfaatkan secara optimal untuk

peningkatan minat belajar. Selain itu produk multimedia flipbook ppembelajaran

hendaknya sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan kebutuhan anak sehingga sangat

perlu dilakukan tahapan analisis pendahuluan. Multimedia pembelajaran multimedia

flipbook bisa dipakai oleh siswa secara mandiri ataupun dalam bimbingan orang yang

lebih tua yang mampu menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Siswa

diperbolehkan menggunakan secara mandiri selama siswa mampu mengoperasikan

perangkat pembelajaran dengan baik dan aman.

Page 70: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

65

Volume 14 No.01 Maret 2016

SARAN

Beberapa hal yang peneliti sarankan sehubungan dengan pengembangan produk

multimedia flipbook ini adalah:

1. Bagi siswa sebaiknya pada pemanfaatan multimedia flipbook ini bisa dibaca kapan

saja dimana saja anak tetapi dalam pengawasan guru ataupun orang tua terutama

dalam pengoperasian komputer.

2. Guru

a. Bagi guru sebelum menggunakan multimedia sebaiknya guru membaca petunjuk

penggunaannya dan mencoba sendiri terlebih dahulu sebelum dipraktikkan dalam

kelas

b. Guru sebaiknya mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan sebelum melakukan

pembelajaran

3. Sekolah.

a. Bagi sekolah hendaknya memberikan workshop dan pelatihan kepada guru sebagai

upaya untuk memfasilitasi guru mata pelajaran untuk dapat membuat multimedia

flipbook sehingga siswa dapat mempelajari materi pelajaran lebih dalam melalui

perangkat komputer/laptop kapan saja dan dimana saja.

b. Bagi sekolah, multimedia ini bisa digandakan dalam jumlah besar untuk dipakai

dikelas yang lain yang mempunyai materi yang sama

4. Bagi pengembang lain

a. Penelitian ini terbatas pada satu sekolah sehingga perlu penelitian lanjutan dengan

menggunakan sampel yang lebih luas

b. Media yang dikembangkan belum mencakup keseluruhan kompetensi dasar yang

harus dicapai siswa dalam satu semester, sehingga perlu pengembangan untuk

pokok bahasan lain.

Daftar Pustaka

Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka.

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran Edisi Revisi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Cumaoglu, Sacici, & Torun, Kerem. 2013. “E-book versus Printed Matherials: Preferences of University Students”. International journal of Contemporary Educational Technology.Vol. 4. No. 2, hlm 121-135.

Budiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian Edisi ke-2. Surakarta : UNS Press.

Dimyati dan Mudjiono 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Gall, Gall, and Borg. 2007. Educational Research. New York : Pearson.

Ismail, Roesnita dan A.N, Zainab. 2005. The Pattern Of E-Book Use Amongst Undergraduates in Malaysia: A Case of To Know is To Use. Vol.10, no.2, hlm 1-23.

Januszwenski dan Molenda. 2008. Educational Technology. US : Taylor & Francis Group.

Miarso, Yusufhadi. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Putra, Prakoso Bhairawa. 2014. E-book dan Pasar Perbukuan Kini. Diunduh dari http://www.ristek.go.id

Page 71: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

66

Volume 14 No.01 Maret 2016

Rusman. 2012. Belajar dan pembelajaran Berbasis komputer (mengembangkan profesionalisme guru abad 21). Bandung: Alfabeta

Rudi Susilana dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Suryani, Nunuk, dan Agung, Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:Ombak.

Smaldino et al. 2011. Instructional Technology & Media for Learning Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar Edisi Kesembilan. Jakarta : Kencana.

Erman Suherman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI

Tim Penyusun. 2013. Buku Sumber Simulasi Digital. Jakarta: SEAMOLEC.

Page 72: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

67

Volume 14 No.01 Maret 2016

Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Kompetensi Kerja

untuk Mempersiapkan Peserta Didik Menempuh On The Job Training

di Bagian Front Office Hotel

(Studi Pengembangan di International Hotel Management School)

Andreas Aris Eko Mulyono15

, Suharno16

, Ahmad Arif Musadad17

[email protected]

Abstrak: Kebutuhan pembelajaran Bahasa Inggris profesi untuk peserta didik International Hotel Management School (IHS) teridentifikasi setelah hasil evaluasi bersama program On the Job Training (OJT) menunjukkan bahwa unjuk kerja yang diharapkan dari peserta IHS yang menempuh OJT di bagian Front Office hotel, tidak sesuai dengan apa yang ditunjukkan di lapangan. Berdasarkan hasil analisa terhadap kurikulum pendidikan IHS, didapati bahwa program-program pembelajaran Bahasa Inggris di IHS dikembangkan berdasarkan situasi atau keadaan di mana peserta didik membutuhkan kerampilan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris sebagai bagian dari tuntutan pekerjaan mereka. Oleh karena itu analisis kebutuhan pembelajaran (Need Analysis), yaitu tahap peserta didik mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran, menjadi tahap yang paling menentukan di dalam proses pengembangan bahan ajar. Penelitian ini bertujuan untuk: mengembangkan bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja untuk mempersiapkan peserta didik IHS menempuh OJT di bagian Front Office hotel, dan mengetahui efektifitas bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja dalam meningkatkan kompetensi kecakapan Berbahasa Inggris peserta didik/i IHS. Bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja yang dihasilkan di dalam penelitian ini dikaji dari dua aspek, yaitu: aspek efektivitas penggunaan bahan ajar, serta aspek kelayakan bahan ajar, yang meliputi kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kelayakan unsur dekoratif bahan ajar.

Kata Kunci: Pengembangan, Bahan Ajar, Bahasa Inggris untuk Kebutuhan Profesi,

PENDAHULUAN

ebagai salah satu bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi

internasional, Bahasa Inggris berkembang seiring dengan pertumbuhan industri

pariwisata global. Hal ini membawa dampak langsung terhadap pengelolaan

kegiatan pendidikan dan latihan di institusi pendidikan vokasi perhotelan dan pariwisata.

Kegiatan pendidikan dan latihan tidak bisa lagi didominasi dengan program-program

yang diarahkan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kekuatan fisik, namun juga

15

Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 16 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta 17 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

S

Page 73: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

68

Volume 14 No.01 Maret 2016

membekali peserta didik dengan ketrampilan dan kompetensi, yang biasanya tidak

dipelajari secara langsung di sekolah, yaitu kompetensi dalam membina komunikasi

dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, yang salah satunya dibuktikan dengan

kecakapan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, termasuk dengan

menggunakan bahasa asing yang paling tinggi digunakan di sektor industri jasa

perhotelan, yaitu Bahasa Inggris.

M Atwi Suparman (2012) menyatakan bahwa kebutuhan adalah kesenjangan

antara keadaan saat ini dibandingkan keadaan yang seharusnya. Setiap keadaan yang

kurang dari yang semestinya, menunjukkan kebutuhan. Sementara itu, Morrison

(2007:32) menyatakan bahwa kebutuhan adalah kesenjangan antara apa yang

diharapkan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Kebutuhan dan kesenjangan ini

selanjutnya akan menciptakan kebutuhan pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar Bahasa Inggris

berbasis kompetensi kerja untuk mempersiapkan peserta didik IHS menempuh OJT di

bagian Front Office hotel. Dasar pengembangan bahan ajar ini adalah prestasi unjuk

kerja trainee peserta didik IHS, khususnya mereka yang menempuh OJT di bagian Front

Office hotel, yang dianggap belum bisa mengimbangi perkembangan dunia industri.

Bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja yang dikembangkan di dalam

penelitian ini memiliki karakteristik pengembangan sebagai berikut: (1) mengadopsi

model pengembangan Dick and Carey (2009), (2) produk yang dihasilkan merupakan

program English for Occupational Purposes (EOP), yang akan memfasilitasi kebutuhan

pembelajaran Bahasa Inggris untuk profesi staff Front Office hotel, dan (3) merujuk pada

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja yang dikembangkan di

dalam penelitian ini mengadopsi model pengembangan Dick and Carey. Model

pengembangan Dick and Carey diadopsi karena: (a) dianggap sebagai model

pengembangan yang cocok untuk mengembangkan bahan ajar training dan pelatihan; (b)

memiliki kejelasan di setiap langkah-langkahnya, sehingga mudah diikuti, khususnya bagi

mereka yang belum berpengalaman dalam mengembangkan bahan ajar; (b) terdiri dari

tahap-tahap yang teratur, terperinci, serta efektif dan efisien dalam pelaksanaan; (c)

dianggap luwes atau fleksibel karena memiliki ruang untuk dilakukannya revisi, termasuk

revisi pada tahap awal proses pengembangan; (d) memiliki komponen yang mencakup

semua aspek yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.

Di ranah ilmu lingistik dan pendidikan Bahasa Inggris, bahan ajar Bahasa Inggris

berbasis kompetensi kerja yang dikembangkan di dalam penelitian ini termasuk di dalam

program English for Occupational Purposes (EOP), salah satu cabang dari English for

Specific Purposes (ESP). Hutchinson & Waters (1987) dalam Bojovic (2006)

menyatakan bahwa program ESP adalah sebuah fenomena di dunia pendidikan Bahasa

Inggris. Perkembangan program ESP ini lebih dikarenakan tiga karena faktor utama,

yaitu (1) Berkembangnya kebutuhan pembelajaran Bahasa Inggris profesi di negara-

negara tujuan investasi dan ekspansi teknologi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat,

pada era industrialisasi pasca perang dunia kedua, (2) Perkembangan ilmu linguistik,

yang membawa perubahan mendasar terhadap kerangka pengembangan program

pembelajaran Bahasa Inggris. Dalam hal ini, pembelajaran Bahasa Inggris difokuskan

pada bagaimana Bahasa Inggris digunakan di dalam komunikasi. Sehingga program

Page 74: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

69

Volume 14 No.01 Maret 2016

pembelajaran Bahasa Inggris dirancang sesuai dengan konteks di mana Bahasa Inggris

akan digunakan; (3) Perkembangan metode pembelajaran Bahasa Inggris, yang

memperhatikan aspek psikolinguistik seseorang, ketika mempelajari bahasa baru.

Implikasinya, pembelajaran Bahasa Inggris untuk peserta didik dewasa, tidak lagi

difokuskan pada bagaimana penyajian materi di kelas, namun ditekankan pada

bagaimana peserta didik menguasai Bahasa Inggris.

Lebih jauh, Hutchinson and Waters (1987) dalam Bojovic (2006) menyebutkan

bahwa ada dua hal yang perlu ditekankan dari sebuah program ESP, adalah: (1) program

ESP adalah sebuah pendekatan, dan (2) dasar pengembangan program ESP adalah

alasan mengapa peserta didik perlu mempelajari Bahasa Inggris. Lebih jauh, Dudley-

Evans (2001) dalam Chang (2006) merumuskan karakteristik absolut program ESP,

yaitu: (1) program ESP memenuhi kebutuhan khusus peserta didik; (2) program ESP

disusun berdasarkan metodologi dan konteks komunikasi khusus; dan (3) program ESP

difokuskan pada pemahaman tata bahasa serta ungkapan kebahasaan, ketrampilan,

konteks kebahasaan, dan genre yang sesuai dengan kegiatan kebahasaan.

Lebih jauh, Dudley-Evans (2001) dalam Chang (2006) merumuskan pula

karakteristik variabel program ESP, yaitu: (1) program ESP berhubungan dan didesain

untuk kebutuhan disiplin ilmu tertentu; (2) program ESP bisa menerapkan metodologi

yang berbeda dengan metodologi yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris

umum; (3) program ESP dikembangkan untuk peserta didik dewasa; (4) program ESP

pada umumnya didesain untuk peserta didik dengan ketrampilan berbahasa Inggris

menengah atau lanjut; dan (5) Program ESP membutuhkan pengetahuan dasar para

peserta didik.

Hutchinson & Waters (1987) dalam Tahir (2012), membagi program ESP menjadi

tiga kelompok berdasarkan disiplin ilmu dan wilayah profesional peserta didiknya, yaitu:

(1) Bahasa Inggris untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (English for Science and

Technology); (2) Bahasa Inggris untuk Ekonomi dan Bisnis (English for Business and

Economics); dan (3) Bahasa Inggris untu Ilmu Sosial (English for Social Studies).

Masing-masing wilayah kajian tersebut selanjutnya dibagi menjadi dua cabang lagi, yaitu;

EAP dan EOP.

Program ESP dikembangkan berdasarkan kebutuhan peserta didik. Oleh karena

itu, Needs Analysis atau analisis kebutuhan pembelajaran menjadi tahap paling awal

sekaligus menentukan di dalam proses pengembangan bahan ajar ESP. Pakar linguistik

dan praktisi pembelajaran Bahasa Inggris sepakat bahwa Need Analysis adalah inti dari

pengembangan bahan ajar ESP. Iwai et.al (1999) dalam Songhori (2008) menyatakan

bahwa istilah Need Analysis mengacu pada kegiatan mengumpulkan informasi yang

akan digunakan sebagai dasar pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran.

Selain mengumpulkan dan menganalisa informasi dan data, Dickinson (1991)

dalam Kusumoto (2008) mengungkapkan bahwa Need Analysis merupakan tahap

mengidentifikasi dan merumuskan; (1) Needs (Kebutuhan), yaitu ketrampilan yang

seharusnya dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan apa yang dibutuhkan; (2) Wants

(Keinginan), yaitu ketrampilan yang akan dijadikan prioritas utama bagi peserta didik jika

mendapat kesempatan dan waktu; dan (3) Lack (Kesenjangan), yaitu perbedaan antara

Page 75: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

70

Volume 14 No.01 Maret 2016

apa yang telah diterima, apa yang dikuasai saat ini, dan apa yang peserta didik harapkan

untuk bisa mereka kuasai.

Program ESP dikembangkan untuk peserta didik dewasa. Oleh karena itu,

motivasi peserta didik akan menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran program

ESP. Hal ini sesuai Knowles (1999) dalam Tylor (2009) yang menguraikan enam asumsi

mengenai peserta didik dewasa, yang selanjutnya menjadi dasar dalam merancang

program pembelajaran untuk peserta didik dewasa. Asumsi-asumsi tersebut adalah

sebagai berikut: (1) Peserta didik dewasa melihat diri mereka sebagai pribadi yang

memiliki kebebasan, khususnya untuk mengambil keputusan-keputusan pribadi dalam

hidup mereka, termasuk keputusan untuk mengikuti program pembelajaran; (2) Peserta

didik dewasa selalu menggunakan latar belakang pengalaman hidup ke dalam proses

pembelajaran yang mereka jalankan. Bahan ajar ESP semestinya mampu merefleksikan

pengalaman yang akan diperoleh peserta didik, serta memberikan kesempatan kepada

mereke untuk membandingkan aspek-aspek pembelajaran ESP dengan pengalaman-

pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya; (3) Peserta didik dewasa bersedia

belajar ketika mereka merasakan adanya kebutuhan mengetahui dan memiliki

kemampuan atau ketrampilan tertentu agar mampu melakukan unjuk kerja secara lebih

efektif dan memuaskan, (4) Peserta didik dewasa memasuki tahap belajar berbasis

problem solving dan pengalaman hidup. Untuk itulah materi otentik dipilih dalam

mengembangkan program ESP, (6) Peserta didik dewasa termotivasi untuk belajar

karena adanya motivasi. Bahan ajar program ESP seharusnya dikembangkan

berdasarkan konsep pengembangan atau penguatan motivasi intrinsik peserta didik,

artinya mampu memperlihatkan bahwa bahan ajar program ESP tersebut akan memberi

manfaat bagi peserta didik ketika mengimplementasikannya di lingkungan akademik atau

tempat kerja mereka, and (7) Peserta didik dewasa cenderung mempertimbangkan

manfaat yang bisa dan tidak akan mereka peroleh ketika memutuskan untuk mengikuti

sebuah proses pembelajaran. Oleh karena itu, program ESP harus mampu

mendefinisikan dengan jelas dan tegas bentuk konkret penetahuan dan kerampilan baru,

yang bisa diperoleh oleh peserta didik dari proses pembelajaran yang mereka ikuti.

Burdová (2007) menyatakan bahwa mereka yang belajar EOP sebenarnya tidak

tertarik mempelajari Bahasa Inggris, mereka menempuh pembelajaran Bahasa Inggris

untuk bisa menyelesaikan tugas atau pekerjaan tertentu dengan menggunakan Bahasa

Inggris. Bisa disimpulkan di sini, bahwa peserta didik program EOP adalah peserta didik

dewasa, yang pernah menempuh pembelajaran Bahasa Inggris sebelumnya.

Implikasinya adalah keberhasilan peserta didik dalam menempuh program pembelajaran

EOP ini akan sangat dipengaruhi oleh motivasi belajar peserta didik. Dengan demikian,

aspek motivasi peserta didik menjadi bahan pertimbangan di dalam pengembangan

bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja. Hal ini diwujudkan didalam

implementasi pendekatan ARCS (Attention-Relevance-Confidence-Satisfaction).

Bahan ajar Bahasa Inggris yang dikembangkan di dalam penelitian ini mengacu

pada standard kompetensi kerja seperti yang tertuang di dalam Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SKKNI adalah uraian kemampuan yang mencakup

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang untuk

menduduki jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. SKKNI dirumuskan dan dikembangkan oleh Badan Nasional Sertifikasi

Page 76: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

71

Volume 14 No.01 Maret 2016

Profesi (BNSP), yang dibentuk oleh presiden berdasarkan PP No. 23 tahun 2004. BNSP

telah menyelesaikan SKKNI Pariwisata subsektor Hotel dan Restoran dan telah

ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor

KEP.239/MEN/X/2004.

Penyusunan SKKNI Pariwisata subsektor Hotel dan Restoran ini bertujuan untuk;

(1) memberikan informasi untuk pengembangan program kurikulum, dan berfunsgi

sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, serta penilaian dan sertifikasi; (2)

menjadi rujukan yang membantu dalam rekruitmen tenaga kerja, membantu penilaian

unjuk kerja, mengembangkan program pelatihan bagi karyawan berdasarkan kebutuhan,

serta membuat uraian jabatan; (3) menjadi acuan dalam merumuskan paket-paket

program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya, dan dalam penyelenggaraan

pelatihan, penilaian dan sertifikasi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian dan pengembangan atau research and

development (R&D), dengan tujuan mengembangkan produk berupa paket bahan ajar

Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja untuk mempersiapkan peserta didik

menempuh OJT di bagian Front Office hotel. Metode penelitian pengembangan ini terdiri

dari tiga tahap, yaitu: (1) Studi Pendahuluan, yang terdiri dari tahap-tahap: (a)

mengidentifikasi tujuan pembelajaran, (b) melakukan analisis pembelajaran, dan (c)

menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran; (2) Pengembangan

Model, yang terdiri dari: (a) Desain produk, (b) Uji Validasi produk, dan (c) Revisi produk;

(3) Uji coba efektivitas desain dan Evaluasi sumatif produk. Penelitian pengembangan ini

dilaksanakan di International Hotel Management School (IHS) Surakarta.

Jenis data yang diperoleh di tahap studi pendahuluan adalah data kualiatif. Data

kualitatif ini merupakan hasil analisis kebutuhan pembelajaran serta analisis profil peserta

didik yang akan menggunakan bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja

yang dikembangkan. Data yang digunakan di tahap studi pendahuluan diperoleh dengan

mengunakan instrumen interview dan studi dokumen. Di tahap studi pendahuluan ini,

interview dilakukan terhadap staff Akademik IHS yang mengelola OJT. Sementara itu,

studi dokumentasi difokuskan pada kajian terhadap data dan laporan pelaksanaan

program OJT di IHS.

Jenis data yang diperoleh di tahap pengembangan model adalah data kualitatif.

Data kualitatif ini merupakan data hasil validasi tim pakar/ahli pengembangan kurikulum

dan bahan ajar, dan pakar pengembangan program ESP, hasil uji coba perorangan, dan

uji kelompok kecil. Data yang digunakan di tahap pengembangan model diperoleh

dengan mengunakan instrumen kuisioner. Data yang dikumpulkan dengan intrumen

kuisioner tersebut berupa penilaian dan evaluasi, serta masukan dan saran terhadap

hasil pengembangan bahan ajar. Selanjutnya data ini akan digunakan sebagai dasar

dilakukannya revisi atau perbaikan terhadap bahan ajar tersebut agar menjadi produk

akhir yang layak untuk dijadikan bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran di IHS.

Jenis data yang diperoleh di tahap Uji efektifitas desain adalah data kuantitatif.

Data kuantitatif ini berupa data hasil uji coba implementasi bahan ajar Bahasa Inggris

berbasis kompetensi kerja yang telah dikembangkan, untuk mengukur efektfitas bahan

Page 77: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

72

Volume 14 No.01 Maret 2016

ajar tersebut. Data yang dikumpulkan adalah data nilai pretest dan posttest peserta didik

dari kelas eksperimen, yaitu kelompok peserta didik yang menempuh pembelajaran

dengan bahan ajar baru, dan kelompok peserta didik dari kelas kontrol, yaitu kelompok

peserta didik yang menempuh pembelajaran dengan bahan ajar lama, English for Hotel

Operation. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji t berpasangan.

HASIL PENGEMBANGAN

Produk pengembangan penelitian berupa Bahan ajar Bahasa Inggris berbasis

kompetensi kerja ini terdiri dari 13 unit materi, yang merujuk pada Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Pariwisata subsektor Hotel dan Restoran, bidang

kompetensi English Proficiency dan bidang kecakapan Front Office. Bidang kompetensi

English Proficiency menjadi pedoman dalam menetapkan aspek dan ruang lingkup

ketrampilan berbahasa yang menjadi fokus pengembangan bahan ajar, sementara

bidang kecakapan Front Office menjadi pedoman dalam menentukan konteks situasional

di mana komunikasi dalam Bahasa Inggris akan dilakukan dan terjadi.

Struktur penyajian bahan ajar tersebut adalah: (1) Judul Unit, yang menggunakan

ungkapan kebahasaan yang muncul di unit bersangkutan; (2) Kegiatan Pra

Pembelajaran, meliputi: (a) bagian yang mendeskripsikan cakupan materi dan tujuan

pembelajaran, yang diberi judul Snapshot! dan (b) bagian dengan ilustrasi foto, kosa kata

baru, dan daftar pertanyaan sebagai bahan diskusi awal, sebelum masuk ke materi inti.

Bagian ini diberi judul, Let‟s Start; (3) Kegiatan Pembelajaran, yang meliputi: (a)

Conversation, berisi contoh-contoh percakapan; (b) Language Focus, berisi pembahasan

mengenai ungkapan kebahasaan dan konstruksi kalimat, sesuai dengan topik bahasan,

disertai rangkaian latihan-latihan terpandu; (c) Reading, berisi teks bacaan serta latihan-

latihan and (d) Word Power, berisi kegiatan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan

perbendaharaan kosa kata peserta didik; dan (4) Kegiatan evaluasi pembelajaran, yang

diberi judul Work Out!

Selain unit-unit materi, bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja juga

memiliki lima unit evaluasi, yang disisipkan diantara unit-unit materi inti. Unit-unit

evaluasi ini terdiri dari lima bagian, dengan struktur penyajian sebagai berikut; (1)

Latihan penggunaan ungkapan kebahasaan diberi judul What do you say? (2) Latihan

tata bahasa diberi judul Grammar Point, (3) Latihan kosa kata diberi judul Word Chest,

(4) Latihan percakapan terpandu diberi judul Act It Out, dan (5) Latihan percakapan

dengan pengembangan diberi judul Follow Up Activities. Selain itu, bahan ajar Bahasa

Inggris berbasis kompetensi kerja ini juga memiliki 1 unit tambahan yang berisi daftar

ungkapan-ungkapan kebahasaan dasar yang digunakan di dalam komunikasi sehari-hari,

yang akan muncul secara berulang di dalam bahan ajar Bahasa Inggris berbasis

kompetensi kerja.

Bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja yang dikembangkan di

dalam penelitian ini melalui rangakaian uji validitas dan uji coba sesuai dengan tahapan-

tahapan dalam model pengembangan Dick and Carey, yaitu Uji/Validitas Pakar, Uji Coba

kelompok Perorangan/Satu-satu, Uji Coba Kelompok Kecil. Rangkaian uji validitas dan uji

coba ini dilaksanakan untuk mengevaluasi dari semua aspek pengembangan bahan ajar,

sebelum dilakukan uji efektifitas, di kelas yang sesungguhnya.

Page 78: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

73

Volume 14 No.01 Maret 2016

Berdasarkan hasil uji/validasi pakar, produk bahan ajar Bahasa Inggris berbasis

kompetensi kerja yang dihasilkan di dalam penelitian ini dinilai telah memenuhi seluruh

aspek teoritis pengembangan bahan ajar program pembelajaran ESP/EOP. Sementara

itu, hasil Uji Coba Perorangan/Satu-satu, dan Uji Coba Kelompok Kecil, menunjukkan

adanya temuan-temuan yang sebagian diantaranya perlu ditindaklanjuti dengan proses

revisi terhadap bahan ajar yang dihasilkan. Beberapa temuan tidak ditindaklanjuti dengan

tahapan revisi oleh karena temuan tersebut tidak bersifat substansial, yang akan

memberi pengaruh signifikan terhadap kualitas bahan ajar yang dihasilkan.

Di dalam tahap uji efektifitas desain, masih terdapat temuan-temuan yang perlu

dipertimbangkan sebagai materi revisi akhir sebelum bahan ajar Bahasa Inggris berbasis

kompetensi kerja didesiminasikan. Berdasarkan hasil uji efektifitas desain ini, diperoleh

hasil sebagai berikut: (1) Terdapat perbedaan signifikan antara nilai Pretest dan Post

Tests peserta didik, yang menempuh pembelajaran Bahasa Inggris dengan bahan ajar

baru, pada uji ketrampilan berbahasa Inggris di bidang profesi Front Office Hotel; (2)

Perbandingan rata-rata (Mean) nilai Posttest kelompok kontrol dengan kelompok

eksperimen, yaitu 75,43 untuk kelompok kontrol dan 76,63, untuk kelompok eksperimen,

dan (3) Terdapat perbedaan signifikan antara nilai Pretest dan nilai Posttest pada uji

ketrampilan berbahasa Inggris di bidang profesi Front Office Hotel pada kelompok

eksperimen terhadap kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil Uji kelayakan bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi

kerja, berdasarkan penilaian pada 4 komponen uji kelayakan, diperoleh hasil sebagai

berikut: (1) isi 82%, (2) kebahasaan 87%, (3) penyajian 78%, (4) unsur-unsur dekoratif

75%, dan rata-rata keempat komponen ini adalah 80,5%. Artinya, bahan ajar Bahasa

Inggris berbasis kompetensi kerja yang dihasilkan di dalam penelitian ini layak untuk

digunakan sebagai bahan ajar untuk mempersiapkan peserta didik IHS menempuh OJT

di bagian Front Office Hotel di International Hotel Management School (IHS).

PEMBAHASAN

Langkah pengembangan bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja,

yang dihasilkan di dalam penelitian ini mengadopsi 10 (sepuluh) langkah pengembangan

model Dick and Carey (2009), dengan tujuan agar produk yang dihasilkan bisa

menunjang proses pembelajaran yang efektif, yaitu proses pembelajaran yang

memfasilitasi peserta didik mempelajari dan melatih pengetahuan, ketrampilan dan sikap

yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Raiser dan Dick (1996) dalam Aytekin Isman

(2011) yang menyatakan bahwa semua faktor di dalam proses pebelajaran harus

ditetapkan dengan baik, agar menghasilkan sebuah program pembelajaran yang efektif

akan memotivasi peserta didik.

Bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja yang dikembangkan di

dalam adalah sebuah program pembelajaran English for Occupational Purposes (EOP).

Artinya, Bahasa Inggris yang dipelajari hanya akan berfungsi secara efektif di dalam

konteks komunikasi di bidang profesi atau pekerjaan sebagai staff Front Office Hotel.

Konsep kebermanfaatan yang terbatas sebuah proses pembelajaran Bahasa Inggris ini

sesuai dengan Mackay and Mountford (1988) dalam Tahir (2013) yang menyatakan

bahwa peserta didik program pembelajaran EOP ini relatif akan mengalami kesulitan

Page 79: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

74

Volume 14 No.01 Maret 2016

untuk melakukan komunikasi secara efektif di luar konteks dan lingkungan komunikasi di

mana bahasa tersebut dipergunakan.

Untuk mengetahui batasan-batasan kebahasaan tersebut, maka pengembangan

bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja di dalam penelitian ini diawali

dengan tahap Need Analysis atau analisis kebutuhan pembelajaran. Need Analysis ini

secara khusus bertujuan untuk mengidentifikasi ruang lingkup materi yang akan

dipelajari. Brown (1995) dalam Kusumoto (2008) menjabarkan ruang lingkup materi ini

meliputi rumusan daftar tujuan pembelajaran, rancangan kegiatan pembelajaran di kelas,

dan strategi evaluasi.

Untuk memastikan bahwa tujuan pengembangan program pembelajaran sesuai

dengan kurikulum, silabus, dan bahan ajar yang dihasilkan, maka Need Nalysis harus

mempertimbangkan dengan cermat subyek Needs Analysis ini. Di dalam penelitian ini,

subyek dari Need Analysis adalah peserta didik IHS, yang akan menggunakan produk

yang dihasilkan. Peserta didik IHS diharapkan mampu mengidentifikasi kapan, apa, dan

bagaimana mereka akan belajar. Hal ini sesuai dengan Carver (1983) dalam Bojovic

(2006) yang menyatakan bahwa untuk bisa memenuhi fungsi dan kebutuhan, Need

Analysis harus mengedepankan kebebasan calon peserta didik

Pengembangan dan penyajian program pembelajaran Bahasa Inggris berbasis

kompetensi kerja di IHS, tidak bisa didasarkan pada analisis kebutuhan pembelajaran

yang melibatkan peserta didik. Hal ini karena peserta didik IHS tidak kompeten dalam

mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka. Dalam hal ini, peserta didik IHS tidak

memiliki pengetahuan yang memadahi mengenai kebutuhan kecakapan berkomunikasi

dalam Bahasa Inggris yang akan menjadi bagian dari tuntutan pekerjaan mereka.

Berdasarkan profil calon peserta didik, Need Analysis adalah tahap

mengumpulkan data dan informasi yang relevan, untuk dijadikan rujukan dalam

mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan pembelajaran, yang menjadi dasar

pengembangan bahan ajar yang dibutuhkan peserta didik. Hal ini sesuai dengan Iwai

et.al (1999) dalam Songhori (2008) menyatakan bahwa Need Analysis merujuk pada

kegiatan mengumpulkan informsi yang akan digunakan sebagai dasar pengembangan

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Oleh karena keikutsertaan dan keberhasilan peserta didik IHS di dalam

menempuh program pembelajaran Bahasa Inggris akan menentukan tahap OJT, maka

dasar pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja

adalah standar kecakapan berkomunikasi Bahasa Inggris yang merujuk pada norma atau

standar kompetensi kerja, yang ditetapkan oleh institusi atau lembaga yang memiliki

otoritas untuk menyusun dan menetapkan standar kompetensi kerja tersebut. Merujuk

pada norma dan standar kompetensi kerja di dalam pengembangan bahan ajar Bahasa

Inggris berbasis kompetensi kerja telah selaras dengan Kepmen No. 239/MEN/X/2004

tentang SKKNI Pariwisata subsektor Hotel dan Restauran.

Dengan merujuk pada standar kompetensi kerja (SKKNI), program pembelajaran

Bahasa Inggris yang dikembangkan akan relevan dan benar-benar mendukung

persiapan peserta didik memasuki dunia kerja, sesuai dengan pilihan profesi yang ingin

mereka tekuni. Selain itu, kurikulum, silabus, dan bahan ajar yang dihasilkan akan benar-

benar membekali peserta didik IHS dengan kecakapan berkomunikasi dalam Bahasa

Page 80: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

75

Volume 14 No.01 Maret 2016

Inggris sesuai dengan kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk bisa berada di posisi dan

jabatan tertentu di hotel, serta melaksanakan suatu tugas sesuai dengan posisi atau

jabatan itu.

SIMPULAN DAN SARAN

Program pembelajaran Bahasa Inggris yang dikembagkan untuk memenuhi kebutuhan

pembelajaran khusus disebut English for Specific Purposes (ESP). Adapun program

pembelajaran Bahasa Inggris yang digunakan di IHS termasuk program English for

Occupational Purposes (EOP), karena karena dikembangkan berdasarkan situasi atau

keadaan di mana peserta didik membutuhkan kerampilan berkomunikasi dalam Bahasa

Inggris sebagai bagian tuntutan pekerjaan mereka.

Program ESP/EOP dikembangkan berdasarkan kebutuhan peserta didik.

Sehingga, Needs Analysis menjadi tahap paling awal sekaligus menentukan di dalam

proses pengembangan bahan ajar ESP/EOP. Namun, karena peserta didik IHS tidak

cukup kompeten dalam mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan pembelajaran

mereka, maka pengembangan bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja di

dalam penelitian ini adalah standar kompetensi kerja yang saat ini ada dan berlaku di

Indonesia, yaitu sistem standarisasi kompetensi kerja yang ditetapkan oleh Badan

Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), yaitu Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(SKKNI), maka dasar pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris di IHS

adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) subsektor Hotel dan

Restoran, khususnya bidang kompetensi English Profeciency dan Front Office.

Model pengembangan Dick and Carey diadopsi sebagai instrumen konseptual

untuk menganalisa, merancang, serta mengevaluasi bahan ajar yang dikembangkan.

Produk akhir dari penelitian pengembangan ini adalah bahan ajar Bahasa Inggris

berbasis kompetensi kerja, yang ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik IHS untuk

menempuh OJT di bagian Front Office hotel.

Hasil uji efektifitas produk bahan ajar dengan instrumen Uji – T menunjukkan

bahwa bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja, terbukti efektif. Sementara

itu, hasil uji kelayakan produk, yang meliputi kelayakan isi, kelayakan kebahasaan,

kelayakan penyajian, dan kelayakan unsur dekoratif bahan ajar, bahan ajar Bahasa

Inggris berbasis kompetensi kerja yang dihasilkan dianggap layak untuk digunakan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disarankan: (1) Untuk Insternational

Hotel Management School, (a) Bahan ajar Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja

yang sudah disusun agar bisa digunakan dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris di

IHS untuk mempersiapkan peserta didik IHS menempuh On the Job Traning di bagian

Front Office Hotel; (b) Bagian kurikulum dan perencanaan program di IHS diharapkan

melakukan evaluasi secara berkala terhadap implementasi bahan ajar Bahasa Inggris

berbasis kompetensi kerja ini, untuk kebutuhan penyempurnaan terhadap bahan ajar

Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja ini; (c) Bagian kurikulum dan perencanaan

program di IHS perlu mempertimbangkan untuk melakukan pengembangan bahan ajar

Bahasa Inggris berbasis kompetensi kerja untuk bidang profesi lain di sektor industri

perhotelan. Selain itu, perlu juga melakukan peninjauan dan pembenahan secukupnya

terhadap terhadap bahan ajar diimplementasikan di IHS, untuk memastikan bahwa

Page 81: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

76

Volume 14 No.01 Maret 2016

pijakan teoritis pengembangan bahan ajar tersebut sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai melalui proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang dihasilkan.

Akhirnya, (2) perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan dan

merumuskan strategi baru dalam mengembangakan bahan ajar berbasis kompetensi

kerja dengan model yang lebih bervariasi karena pengembangan bahan ajar Bahasa

Inggris berbasis kompetensi kerja yang dihasilkan di dalam penelitian ini merupakan

sebuah produk yang dihasilkan oleh salah satu dari sekian banyak model pengembangan

bahan ajar.

Daftar Pustaka

Atwi Suparman. 2012. Desain Intruksional Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Aytekin Isman. 2011. Instructional Design in Education: New Model. The Turkish Online

Journal of Educational Technology. Vol.10 issue I. Januari 2011.

Bojovic, Milevica M.A., 2006. Teaching Foreign Language for Specific Purposes: Teacher

Development. hlm 489 – 493 dalam Mateja Brejc (edt.) disampaikan pada 31st

Annual ATEE Conference, 21 – 25 Oktober 2006.

Chang, Nan-Yu. 2009. A Need Analysisof Applying an ESP Program for Hotel

Employees. Yu Da Academic Journal Vo. 21 December 2009 hlm. 1 – 10.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2004. Lampiran

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor

KEP.239/MEN/X/2004 tentang Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(SKKNI) Pariwisata subsektor Hotel dan Restoran. Departemen Tenaga Kerja

dan Transmigrasi.

Dick, Walter, Lou Carey, & James O. Carey. 2009. The Systematic Design of Instruction.

2009 Upper Saddle River, NJ.

Morrison, Gary; Steven Ross; Jarold Kemp. 2007. Designing Effective Indtruction: 5th

Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Robert Bogdan & Steven J Taylor. 1975. Introduction to Qualitative Research Method. A

Wiley-Interscience Publication John Wiley & Son

Tahir Mohammed Mizel. English for Specific Puroses (ESP) and Syllaus Design. Diunduh

pada tanggal 21 Oktober 2014 dari:

http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=45953

Songhori, Mehdi Haseli. 2007. Introduction to Need Analysis. English for Specific

Purposes World Issue 4, hlm. 1 – 25.

Page 82: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

77

Volume 14 No.01 Maret 2016

Penerapan Strategi Pembelajaran Point-Counterpoint Bervariasi

untuk Meningkatkan Daya Kritis dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PKn

Topik Usaha Pembelaan Negara bagi Siswa Kelas IXE

SMP Negeri 1 Mojosongo

Suwadi18

[email protected]

Abstract: The objective of this research “The application of Point- Counterpoint Variety” is to increase the students‟ creativity capable and the outcome of Pkn subject with “Pembelaan Negara” topic for the students of IX E SMPN 1 Mojosongo the first semester academic year 2013/ 2014.

This research using qualitative method with descriptive feature, describe the data and interprise the data. The kind of this research is action research (PTK) that was done by the researcher directly.

The setting of this reseach is IXE class SMP N 1 Mojosongo the first semester academic year 2013/2014 which has low capable from one of the sevent classses paralel.

The technic of collecting the data are test and non test. For collecting the data using the observation and the items of test. To know the efectiveness the process of learning using the strategy “Point-CounterPoint Variety”, the researcher and the collaborator have done the observation in the process of learning. While the validity of the data using content validity and triangulasi. The analysis of the data using the analysis descriptive comparative and qualitative. Indicators which be hope in this research are : 1) Increase the students‟ critical capacity from 13,33% (before treatment) become 26,00 % in the 1

st cycle, and 35,00 % in 2

nd cycle; 2) Increase the students‟ average

71,90 (before tretment) in the 1St

cycle to 80,00 in the 1nd

cycle and 85,00 in the 2 nd cycle.

After the process of collected and analised the data, the result of the research is significant. This result show that the strategy of learning Point-counterpoint variety can improve :1) The students‟s critical capacity 13,33% ( before treatment) to 28,57% in the 1

st cycle, and 41,90% in the 2

nd cycle. 2)

The students‟ average 71,90 (before treatment) to 86,67 in the 1st cycle, and

92,14 in the 2rd cycle. Increase the critical capacity and the outcome for “Pendidikan Kewarganegaraan” with topic “Usaha Pembelaan Negara” for the students IXE class SMP Negeri 1 Mojosongo the first semester academic year 2013/2014.

Key word: Point-Counterpoint variety learning, The students‟ creativity capable and the outcome.

18 Guru SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali

Page 83: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

78

Volume 14 No.01 Maret 2016

PENDAHULUAN

egiatan pembelajaran yang bermakna adalah proses pembelajaran yang

melibatkan aktivitas siswa secara optimal. Kegiatan pembelajaran tersebut terjadi

interaksi aktif anatara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Untuk

menciptakan interaksi tersebut, guru memegang peranan yang sangat penting. Guru

harus bisa menciptakan suasana yang kondusif, menyenangkan, dan membangkitkan

siswa agar mampu berfikir kritis. Dalam proses belajar mengajar mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dibutuhkan kualifikasi dan kompetensi seorang guru yang

memadai, karena Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak bersifat statis, akan tetapi

selalu dinamis dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi dalam

berbagai aspek kehidupan.

Amandemen UUD 1945 membuat perubahan yang mendasar terhadap kebijakan

dalam bidang pendidikan. Muatan kurikulum pasca amandemen UUD 1945, mengalami

perubahan isi yang menyangkut aspek hukum, HAM, dan politik. Adanya perubahan

tersebut, menuntut siswa untuk lebih berfikir secara kritis. Guru memiliki peran yang

sangat strategis untuk meningkatkan daya kritis siswa di dalam proses pembelajaran.

Tingkat daya kritis yang tinggi akan mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa.

Seperti yang terjadi pada saat peneliti melakukan pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo semester 1 tahun pelajaran

2013/2014, ketika menyampaikan materi tentang Usaha Pembelaan Negara (Kompetensi

Dasar 1.1. Menejelaskan pentingnya usaha pembelaan negara), sebagian besar siswa

malas berfikir secara kritis dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat

dilihat dari hasil pengamatan dalam kegiatan pembelajaran kondisi awal (pra penelitian).

Dari pengamatan proses pembelajaran pada pra penelitian diperoleh data yang memiliki

respon terhadap daya kritis siswa adalah: (1) Kemampuan siswa menemukan ide baru

terdiri 2 orang (9,52%), (2) Kemampuan siswa menyampaikan argument terdiri 2 orang

(9,52%), (3) Kemampuan siswa menganalisa sebab dan akibat terdiri 1 orang (4,76%),

(4) Kemampuan siswa memecahkan masalah terdiri 2 orang (9,52%), (5) Kemampuan

siswa membuat kesimpulan/keputusan terdiri 7 orang (33,33%)

Rata-rata 13,33% dari 21 jumlah siswa dalam satu kelas menunjukkan rendahnya

daya kritis dalam proses pembelajaran. Kurangnya kemauan siswa berfikir kritis ini

diduga terletak pada metode pembelajaran yang diterapkan tidak tepat, peneliti masih

menerapkan pola pembelajaran yang bersifat konfensional. yaitu kurang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan potensinya. Kegiatan belajar

mengajar masih berpusat pada guru, sehingga siswa tidak punya kesempatan untuk

mengembangkan dirinya secara optimal. Akibat rendahnya daya kritis siswa memiliki

dampak negative terhadap siswa, akibatnya prestasi atau hasil belajar siswa rendah,

rata-rata berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dari hasil evaluasi

diperoleh data bahwa prestasi belajar siswa kelas IXE hanya mencapai rata-rata 71,90

dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75.00. Sedangkan ketuntasan belajar secara

klasikal hanya mencapai 57,14%, yang seharusnya lebih dari sama dengan 85%. Data

prestasi atau hasil belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran pada kondisi

awal sebagai berikut:

Mencermati hasil nilai siswa yang berada di bawah KKM yang telah ditentukan,

K

Page 84: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

79

Volume 14 No.01 Maret 2016

peneliti selanjutnya melakukan analisis pembelajaran yang diperkirakan faktor penyebab

rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh rendahnya daya kritis siswa yang ditandai

dengan kurangnya kemauan siswa berfikir dalam mengikuti pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan.

Dari hasil analisa tersebut peneliti melakukan refleksi yang akhirnya muncullah

gagasan untuk mencari sebuah solusi. Sebagai upaya penyelesainnya adalah guru harus

membangun proses pembelajaran supaya lebih bermakna. Kelas menjadi lebih interaktif,

siswa lebih bersifat aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan senantiasa

meningkatkan sikap berfikir kritis, penalaran logis , dan pemecahan masalah. Langkah

yang diambil peneliti di sini adalah menerapkan pola pembelajaran yang kontruktivistik,

yaitu memilih strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan siswa, sehingga

siswa tersebut berpartisipasi aktif dan bisa mengembangkan dirinya secara optimal.

Tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah membangun proses pembelajaran

dengan menerapkan strategi pembelajaran Point-Counterpoint bervariasi.

Strategi pembelajaran ini sangat baik untuk menciptakan suasana yang

menantang dan memacu siswa untuk berfikir kritis. Karena ada unsur bersaing dalam

bentuk debat pendapat atau adu argumentasi. Melalui strategi Point-Counterpoint,

peneliti mempredikasi akan mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kelas

IXE semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.

Berdasar latar belakang tersebut, rumusan masalah yang ingin dicari jawabanya

adalah: (1) Apakah melalui penerapan strategi pembelajaran Point-Counterpoint

bervariasi dapat meningkatkan daya kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan topik usaha pembelaan negara bagi siswa kelas IXE SMP Negeri 1

Mojosongo semester 1 tahun pelajaran 2013/2014? (2) Apakah melalui penerapan

strategi pembelajaran Point-Counterpoint bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan topik usaha pembelaan

Negara bagi siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo semester 1 tahun pelajaran

2013/2014? (3) Apakah melalui penerapan strategi pembelajaran Point-Counterpoint

bervariasi dapat meningkatkan daya kritis dan hasil belajar pada mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan topik usaha pembelaan negara bagi siswa kelas IXE SMP

Negeri 1 Mojosongo semester 1 tahun pelajaran 2013/2014?.

Strategi pembelajaran Point-Counterpoint yaitu strategi yang sangat baik dipakai

untuk melibatkan siswa dalam mendiskusikan issu-issu komplek secara mendalam.

Strategi ini mirip dengan debat, hanya saja dikemas dalam suasana yang tidak terlalu

formal. (Zaini et al, 2004: 42). Langkah-langkah strategi pembelajaran debat pendapat

(Point-Counterpoint) adalah sebagai berikut: (1). Pilihlah issu-issu yang mempunyai

beberapa perspektif; (2). Bagilah siswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan

jumlah perspektif yang telah anda tentukan; (3) Minta masing-masing kelompok untuk

menyiapkan argument-argument sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili.

Dalam aktifitas ini, pisahlah tempat duduk masing-masing kelompok; (4) Kumpulkan

kembali semua siswa dengan catatan, siswa duduk berdekatan dengan teman-teman

satu kelompok; (5) Mulai debat dengan mempersilahkan kelompok mana saja yang akan

memulaai; (6) Setelah salah seorang siswa menyampaikan satu argument sesuai dengan

pandangan kelompoknya, bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal issu

yang sama; (7) Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan; (8) Rangkum

Page 85: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

80

Volume 14 No.01 Maret 2016

debat yang baru saja dilaksanakan dengan menggarisbawahi atau mungkin mencari titik

temu dari argumen-argumen yang muncul.

Delapan langkah strategi pembelajaran Point-Counterpoint tersebut merupakan

design pembelajaran yang agresif untuk membangkitkan daya kritis siswa.

Dasim Budimansyah (2003: 3) menjelaskan bahwa “Daya kritis adalah

kemampuan berfikir secara tajam dalam penganalisaan terhadap suatu hal, mencermati

dengan seksama, tidak lekas percaya dengan hal itu, sehingga ada rasa ingin tahu yang

besar dan tidak cepat puas atas jawaban yang telah ada”

Tingkat daya kritis siswa akan memiliki dampak yang besar terhadap hasil belajar

siswa. Hasil belajar, merupakan sesuatu yang dimiliki oleh siswa setelah melalui kegiatan

pembelajaran. Seorang siswa dikatakan telah berhasil dalam mengikuti pelajaran,

apabila telah menyelesaikan semua materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam

arti telah menguasai kompetensi di atas kriteria ketuntasan yang telah ditentukan. Untuk

mengetahui keberhasilan pencapaian indikator dan tujuan pembelajaran dilakukan

melalui penilaian, yang disebut ulangan harian. Melalui penilaian akan diketahui hasil

kompetensi siswa, apakah sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM) apa

belum. Kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi tersebut disebut dengan hasil

belajar.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo

pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.

Sumber data yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu : (1) Sumber data

primer, yaitu data diperoleh peneliti mulai dari kondisi awal penelitian sampai

pelaksanaan tindakan dilakukan. Pada kondisi awal diperoleh data nilai siswa setelah

melakukan pembelajaran menyampaikan kompetensi dasar 1.1. Menjelaskan pentingnya

usaha bela negara. Pada tindakan siklus I dan II diperoleh nilai hasil belajar siswa

setelah peneliti melaksanakan pembelajaran/ menyampaikan kompetensi dasar 1.2.

Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan negara, dan 1.3. Menampilkan peran

serta dalam usaha bela negara. (2) Sumber data sekunder yaitu sumber data yang

diperoleh peneliti dari hasil pengamatan bersama kolaborator.

Pengumpulan data menggunakan 2 macam teknik, yaitu: (1) Teknis tes, yaitu

teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dengan melaksanakan test tertulis

pada saat setelah selesai pembelajaran, baik pada kondisis awal, siklus I maupun siklus

II. (2) Teknis non tes, yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti pada

saat melakukan pengamatan proses pembelajaran dengan menggunakan lembar

pengamatan supaya diperoleh data yang valid, yaitu melalui dokumentasi dan observasi.

Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian tindakan kelas ini, Peneliti

menggunakan alat pengumpulan data yang berupa : (1) Butir-butir soal tes, yaitu soal-

soal tes yang digunakan untuk mengukur kemajuan atau tingkat keberhasilan siswa

dalam menerima/menyerap materi pembelajaran yang disajikan oleh guru atau peneliti.

Sehingga hasil belajar siswa bisa diketahui secara jelas. Melalui soal-soal tes tersebut

dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa mulai dari pra penelitian, tindakan siklus

Page 86: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

81

Volume 14 No.01 Maret 2016

I, dan tindakan siklus II. (2) Lembar observasi, yaitu lembar pengamatan yang digunakan

oleh peneliti untuk memperoleh data dalam proses pembelajaran/tindakan. Sehingga

dapat dketahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. Dengan mengetahui kondisi ketika proses pembelajaran berlangsung,

akan diketahui segala kekurangan dan kelebihan yang dapat dijadikan sebagai bahan

refleksi.

Supaya data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini bisa lebih valid

baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, maka divalidasi dengan menggunakan :

(1) Content validity, yaitu untuk memvalidasi data yang bersifat kuantitatif (berupa angka).

Melalui content validiti ini data tersebut secara teoritik lebih operasional, spesifik, dan

dapat mengukur indikator yang diharapkan. (2) Triangulasi sumber, digunakan untuk

memvalidasi data yang bersifat kualitatif, yang diperoleh oleh Peneliti bersama

kolaborator melalui pengamatan dalam proses pembelajaran/tindakan. Sehingga data

tersebut lebih akurat digunakan dalam penelitian tindakan kelas.

Untuk menganalisis data yang diperoleh pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II,

dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis data adalah: (1) Analisis diskriptif

komparatif yaitu untuk membandingkan hasil belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II.

Dengan menggunakan analisis diskriptif tersebut, peneliti dapat membandingkan hasil

belajar siswa pada kondisi awal dengan hasil belajar siswa setelah melalui tindakan pada

siklus I maupun siklus II. Selanjutnya peneliti dapat mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa. Kemudian dari hasil analisis data tersebut peneliti melakukan refleksi untuk

menentukan langkah atau tindakan berikutnya. (2) Analisis diskriptif kualitatif yaitu untuk

membandingkan hasil pengamatan peneliti tentang proses pembelajaran dari kondisi

awal, siklus I dan siklus II. Dimaksudkan supaya diketahui peningkatan proses

pembelajaran dari tahap ke tahap, yaitu dari kondisi awal sampai dengan tindakan siklus

I maupun siklus II. Selanjutnya peneliti dapat menentukan atau membuat simpulan akhir.

Indikator yang ingin dicapai oleh peneliti adalah: (1) Daya kritis siswa yang rata-

rata 13,33 % pada kondisi awal meningkat menjadi rata-rata 26,00 %. (2) Nilai hasil

belajar siswa yang rata-rata 71,90 pada kondisi awal, meningkat menjadi 80,00 pada

siklus I. (3) Daya kritis siswa yang rata-rata 26% pada siklus I, meningkat menjadi rata-

rata 35%. (4) Nilai hasil belajar siswa yang rata-rata 80,00 pada siklus I, meningkat

menjadi 85.00 pada siklus II.

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan, antara lain : (1). Perencanaan

(Planning), (2). Tindakan (Acting), (3) Observasi (Observing), dan (4). Refleksi

(Reflecting).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisisi Awal

Ketika peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan

materi usaha pembelaan negara (Kompetensi Dasar 1.1. Menjelaskan pentingnya usaha

pembelaan negara), sekaligus secara partisipan mengamati proses pembelajaran

terhadap siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo semester 1 tahun pelajaran

Page 87: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

82

Volume 14 No.01 Maret 2016

2013/2014. Berdasarkan pengamatan tersebut tampak sebagian besar siswa tidak

memiliki daya kritis dalam mengikuti pembelajaran. Rendahnya daya kritis tersebut

sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa. Akhirnya setelah dilakukan eavaluasi pembelajaran diperoleh hasil nilai siswa

dengan rata-rata kelas 71,90. Rata-rata nilai tersebut masih berada di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

Deskripsi Siklus I

Pada pelaksanaan tindakan siklus I peneliti melakukan kegiatan yang terbagi

dalam empat tahap, yaitu:

1. Panning (Perencanaan tindakan)

Pada tahap, peneliti menyusun perencanaan tindakan yang terdiri dari: (a)

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menyajikan kompetensi

dasar: 1.2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan negara. (b) Menyiapkan

materi ajar dan bahan diskusi berupa materi/topik permasalahan yang dipakai untuk

point-counterpoint. (c) Menyusun lembar observasi yang berupa lembar pengamatan (d)

Menyusun alat penilaian yang berbentuk kisi-kisi dan soal-soal tes.

2. Acting (Pelaksanaan Tindakan)

Pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti Melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran point-counterpoint bervariasi

yang terdiri dari:

Pendahuluan, yang meliputi: (1) Memberikan apersepsi, (2) Memberikan pretes kepada

siswa.

Kegiatan inti, dengan langkah-langkah strategi pembelajaran point-counterpoint

bervariasi sebagai berikut: (1) Memilih issu-issu tentang bentuk-bentuk usaha pembelaan

Negara yang mempunyai 5 perspektif; (2) Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok

sesuai dengan jumlah perspektif yang telah anda tentukan, yaitu kelas dibagi ke dalam 5

kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 dan 5 orang; (3) Meminta masing-masing

kelompok untuk menyiapkan argument-argument sesuai dengan pandangan kelompok

yang diwakili. Dalam aktifitas ini, dipisahkan tempat duduk masing-masing kelompok; (5)

Mengumpulkan kembali semua siswa dengan catatan, siswa duduk berdekatan dengan

teman-teeman satu kelompok; (6) Mulai debat dengan mempersilahkan salah satu

kelompok untuk memulai; (7) Setelah salah seorang siswa menyampaikan satu argument

sesuai dengan pandangan kelompoknya, bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain

perihal issu yang sama; (8) Melanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan;

(9) Membuat rangkuman debat yang baru saja dilaksanakan dengan menggarisbawahi

atau mungkin mencari titik temu dari argument-argumen yang muncul.

Penutup: (1) Melaksanakan post tes (2) Pemberian tugas

3. Observing (Pengamatan)

Selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, peneliti bersama kolaborator

melakukan pengamatan jalannya proses pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek dalam

pengamatan meliputi: (a) Kemampuan siswa menemukan ide baru; (b) Kemampuan

siswa dalam memberi argumen terhadap ide yang muncul; (c) Kemampuan siswa dalam

menganalisa sebab dan akibat dari ide yang muncul; (d) Kemampuan siswa dalam

Page 88: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

83

Volume 14 No.01 Maret 2016

memecahkan munculnya ide; (e) Kemampuan siswa dalam membuat

kesimpulan/keputusan terhadap ide sesuai dengan norma atau kaidah yang berlaku.

4. Reflecting (Refleksi)

Tahap ini peneliti mengevaluasi penggunaan strategi pembelajaran point-

counterpoint bervariasi dari perencanaan pembelajaran sampai dengan penilaian akhir

pembelajaran. Temuan-temuan yang ada dalam pembelajaran ini akan dijadikan input

untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya. Misalnya pada siklus I ditemukan

kelemahan-kelemahan dalam strategi pembelajaran point-counterpoint bervariasi, maka

kelemahan-kelemahan tersebut diperbaiki pada siklus II.

Deskripsi Siklus II

Pada prinsipnya kegiatan pada siklus II ini hampir sama dengan kegiatan pada

siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II terdiri dari empat tahap, antara lain:

1. Planning (Perencanaan Tindakan)

Kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) Mendesain Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menyajikan kompetensi dasar: 1.3.Menampilkan peran

serta dalam usaha pembelaan negara. (b) Menyiapkan materi ajar dan permasalahan

untuk disajikan sebagai bahan point-counterpoint atau debat pendapat bagi masing-

masing kelompok. (c) Menyiapkan media pembelajaran berupa power point. (d)

Menyusun lembar observasi catatan aktivitas siswa ketika mengikuti pembelajaran

dengan strategi pembelajaran point-counterpoint bervariasi. (e) Menyusun alat penilaian

yang berbentuk kisi-kisi dan soal-soal tes.

2. Acting (Pelaksanaan Tindakan)

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini ada sedikit perubahan, yaitu pelaksanaan

point-counterpoint bervariasi dengan setting tempat duduk yang berbeda. Jika pada

siklus I tempat duduk siswa diseting dengan posisi searah, namun pada siklus II ini

diseting dengan variasi berhadap-hadapan antara kelompok satu dengan lainnya. Hal ini

dimaksudkan agar siswa memiliki daya kompetisi yang tinggi dalam melakukan point-

counterpoint atau debat pendapat. Langkah-langkah pelaksanaan tindakan pembelajaran

dilakukan sebagai berikut:

Pendahuluan: (1) Melakukan pre tes. (2) Melakukan apersepsi. (3) Menyampaikan

indikator pembelajaran.

Kegiatan inti, yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1) Memilih issu-issu

tentang peran serta dalam usaha pembelaan Negara yang mempunyai 5 perspektif; (2)

Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah perspektif yang

telah anda tentukan, yaitu kelas dibagi ke dalam 5 kelompok yang masing-masing terdiri

dari 4 dan 5 orang; (3) Meminta masing-masing kelompok untuk menyiapkan argument-

argument sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktifitas ini, pisahlah

tempat duduk masing-masing kelompok; (4) Mengumpulkan kembali semua siswa

dengan catatan, siswa duduk berdekatan dengan teman-teman satu kelompok; (5) Mulai

debat dengan mempersilahkan salah satu kelompok untuk memulai; (6) Setelah salah

seorang siswa menyampaikan satu argument sesuai dengan pandangan kelompoknya,

bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal issu yang sama; (7) Melanjutkan

proses ini sampai waktu yang memungkinkan; (8) Membuat rangkuman debat yang baru

saja dilaksanakan dengan menggarisbawahi atau mungkin mencari titik temu dari

argument-argumen yang muncul.

Page 89: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

84

Volume 14 No.01 Maret 2016

Penutup, diakhiri dengan kegiatan: (1) Peneliti yang sekaligus sebagai guru memberi

penguatan berupa kesimpulan; (2) Mengadakan penilaian akhir pelajaran

3. Observing (Pengamatan)

Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan

strategi pembelajaran point-counterpoint bervariasi yang merupakan pengembangan

dari siklus I. Dalam pengamatan di sini, ingin mengetahui efektifitas strategi pembelajaran

point-counterpoint bervartasi apakah mampu meningkatkan daya kritis dan hasil belajar

siswa.

Teknik yang digunakan dalam pengamatan, peneliti dan kolaborator menggunakan

lembar observasi catatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian hasil

observasi dimanfaatkan untuk memberi kesimpulan.

4. Reflecting (Refleksi)

Peneliti merefleksikan temuan-temuan yang ada pada tindakan siklus II untuk

dijadikan acuan dalam pembelajaran berikutnya. Jika strategi pembelajaran point-

counterpoint bervariasi ini efektif atau bagus diterapkan dalam pembelajaran, khususnya

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka strategi pembelajaran tersebut

dapat digunakan untuk menyampaikan materi yang lain dalam pembelajaran PKn.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pembahasan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I berjalan sangat kondusif, siswa nampak

antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini tampak ketika siswa melakukan diskusi,

mereka benar-benar semangat kerjasamanya dalam membahas materi. Lebih-lebih

ketika melakukan debat pendapat atau point-counterpoint, siswa tampak dalam

kesungguhannya dengan memperlihatkan tanggung jawabnya melaksanakan tugas.

Secara garis besar diperoleh catatan selama pengamatan dalam proses

pembelajaran dengan strategi pembelajaran point-counterpoint bervariasi sebagai

berikut: (1) Siswa tampak ambisi melakukan debat pendapat di depan kelas, dan

kelihatan berkeinginan tinggi menjadi kelompok yang terbaik. (2) Kegiatan belajar

mengajar tampak hidup, siswa berpartisipasi aktif, interaksi sosial terjalin dengan baik,

kehidupan demokratis tampak ketika melakukan diskusi kelompok dan melakukan debat

pendapat.

Dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran siklus I, peneliti bersama

kolaborator memperoleh data sebagai berikut: (1) Kemampuan siswa menemukan ide

baru sebanyak 8 siswa (38%). (2) Kemampuan siswa dalam memberi argumen terhadap

ide yang muncul sebanyak 5 siswa atau (24%) dari 21 siswa. (3) Kemampuan siswa

dalam menganalisa sebab dan akibat dari ide yang muncul terdapat 3 siswa atau (14%)

dari 21 siswa. (4) Kemampuan siswa dalam memecahkan munculnya ide terdapat 5

siswa (24%). (5) Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan terhadap ide terdapat 8

siswa atau (38%).

Page 90: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

85

Volume 14 No.01 Maret 2016

Tabel 4

Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I

No Indikator Ketercapaian Daya Kritis dalam

Pembelajaran Point-Counterpoint Bervariasi.

Banyaknya Siswa yang Merespon

Ya Tidak

1

2

3

4

5

Kemampuan siswa menemukan ide baru.

Kemampuan siswa dalam memberi argument

terhadap ide yang muncul.

Kemampuan siswa dalam menganalisa sebab dan

akibat dari ide yang muncul.

Kemampuan siswa dalam memecahkan munculnya

ide.

Kemampuan siswa dalam membuat

kesimpulan/keputusan terhadap ide

8 (38%)

5 (24%)

3 (14%)

5 (24%)

8 (38%)

13 (62%)

16 (76%)

18 (86%)

16 (76%)

13 (62%)

RATA-RATA 6 (28,57%) 15

(71,42%)

Penerapan model pembelajaran Point-Counterpoint bervariasi pada siklus I dapat

disimpulkan bahwa rata-rata daya kritis siswa dalam menerima pelajaran menunjukkan

28,57%. Ada peningkatan daya kritis siswa sebanyak 114,32% dari kondisi awal yang

hanya rata-rata hanya 13,33%. Meningkatnya daya kritis siswa yang lebih dari 100% ini

menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan.

Setelah selesai tindakan pada siklus I kemudian dilaksanakan evaluasi belajar.

Hasil evaluasi diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5

Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas IXE pada Siklus I

No Rentang

Nilai

Jumlah

Siswa

Prosentase Kategori

1 90-100 8 38,095 Tinggi

2 75-90 10 47,619 Sedang

3 < 75 3 14,286 Rendah

Jumlah 21 100

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 65

Rata-rata 86,67

Page 91: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

86

Volume 14 No.01 Maret 2016

Dari data tersebut diperoleh nilai hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas 86,67.

Rata-rata tersebut sudah melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus

dicapai pada kompetensi dasar adalah 75.00. Dapat dikatakan ada peningkatan hasil

belajar jika dibandingkan dengan kondisi awal yang hanya rata-rata nilai hasil belajar

71,90. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal dari perolehan data tersebut di atas

mencapai 85,71%. Dengan dicapainya ketuntasan belajar 85,71%, maka secara klasikal

dinyatakan tuntas belajar.

Dari pembahasan tersebut di atas, maka kegiatan pada siklus I ini dapat diambil

kesimpulan bahwa: (a) Ada peningkatan daya kriris siswa kelas IXE sebesar 114,32%,

dari kondisi awal 13,33% menjadi 28,57%. (b) Ada peningkatan hasil belajar siswa

sebesar 20,54%, dari kondisi awal rata-rata nilai hasil belajar 71,90 menjadi 86,67 pada

siklius I.

Perbandingan daya kritis dan hasil belajar siswa dapat disusun dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 6

Perbandingan Daya Kritis dan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal dengan

Siklus I

NO Ranah Rata-rata

Kondisi

Awal

Rata-rata

Siklus I

Keterangan

1 Respon Daya Kritis Siswa 13,33 28,57 Daya kritir siswa

meningkat 114,32%Nilai

hasil belajar siswa

meningkat 20,54%.

2 Nilai Hasil Belajar Siswa 71,90 86,67

1. Pembahasan Siklus II

Pada siklus II ini, siswa semakin tertarik pada strategi pembelajaran point-

counterpoint bervariasi. Ketertarikan siswa terletak pada modifikasi strategi

pembelajaran point-counterpoint yang sudah diterapkan pada siklus I. Pada siklus I

dilaksanakan dengan seting tempat duduk searah, sedangkan pada siklus II

dilaksanakan dengan setting tempat duduk melingkar berhadap-hadapan. Teknik ini

siswa merasa tertantang untuk melakukan eksplorasi melalui debat pendapat,

pembelajaran semakin efektif, sebab siswa semakin kritis dalam menanggapi masalah.

Hasil pengamatan diperoleh sebagai berikut: (a) Siswa tampak antusias sekali,

baik ketika diskusi maupun melakukan debat pendapat di depan kelas. Siswa kelihatan

berkeinginan tinggi untuk menjadi kelompok yang terbaik. (b) Kegiatan pembelajaran

menyenangkan, siswa melibatkan diri secara aktif, interaksi sosial terjalin dengan baik,

kehidupan demokratis tampak ketika melakukan diskusi kelompok dan melakukan debat

pendapat.

Hasil pengamatan pembelajaran siklus II, diperoleh data: (1) Kemampuan siswa

menemukan ide baru ada 11 siswa (52%), (2) Kemampuan siswa dalam memberi

argumen terhadap ide yang muncul ada 11 siswa (52%) (3) Kemampuan siswa dalam

Page 92: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

87

Volume 14 No.01 Maret 2016

menganalisa sebab dan akibat dari ide yang muncul terdapat 5 siswa (24%), (4)

Kemampuan siswa dalam memecahkan munculnya ide menunjukkan 9 siswa (43%), (5)

Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan/keputusan terhadap ide terdapat 8 siswa

(38%).

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh peneliti dan kolabolator tersebut di

atas, dapat disusun dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 7.

Hasil Pengamatan Daya Kritis Siswa pada Siklus II

No Indikator Ketercapaian Daya Kritis dalam Pembelajaran Point-Counterpoint bervariasi.

Banyaknya Siswa yang Merespon

Ya Tidak

1 2

3

4

5

Kemampuan siswa menemukan ide baru. Kemampuan siswa dalam memberi argument terhadap ide yang muncul. Kemampuan siswa dalam menganalisa sebab dan akibat dari ide yang muncul. Kemampuan siswa dalam memecahkan munculnya ide. Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan/keputusan terhadap ide

11 (52%) 11 (52%)

5 (24%)

9 (43%)

8 (38%)

10 (48%) 10 (48%)

16 (66%)

12 (57%)

13 (62%)

RATA-RATA 9 41,90%)

12 (58,09%)

Data pengamatan tersebut menunjukkan adanya peningkatan daya kritis siswa

dari siklus I ke siklus II. Daya kritis siswa pada siklus I, respon siswa rata-rata 28,57%

atau sebanyak 6 orang dari jumlah siswa dalam kelas 21 orang. Pada siklus II daya kritis

siswa menunjukkan angka rata-rata 41,90% atau sebanyak 8 dari 21 oorang siswa. Ada

peningkatan daya kritis siswa sebesar 46,65%.

Setelah selesai pembelajaran pada siklus II kemudian dilaksanakan penilaian

untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar pada siklus II ini setelah dianalisa

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 8

Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas IXE pada Siklus I

No Rentang Nilai Jumlah Siswa

Prosentase Kategori

1 90-100 14 66,667 Tinggi 2 75-90 6 28,571 Sedang 3 < 75 1 4,762 Rendah

Jumlah 21 100 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 65

Rata-rata 92,14

Page 93: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

88

Volume 14 No.01 Maret 2016

Dari data tersebut diperoleh nilai hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas 92,14.

Terdapat peningkatan nilai hasil belajar dari siklus I dengan rata-rata nilai hasil belajar

86,67 menjadi 92,14 pada siklus II. Ada kenaikan sebesar 6,31%. Sedangkan rata-rata

ketuntasan belajar secara klasikal meningkat menjadi tinggi, dari 85,71% pada siklus I

menjadi 95,24% pada siklus II. Dengan dicapainya ketuntasan belajar 95,24%, maka

secara klasikal dinyatakan tuntas belajar.

Dari pembahasan siklus II tersebut dapat disimpulkan bahwa:

a. Ada peningkatan daya kriris siswa kelas IXE dari siklus I 28,57% menjadi 41,90%

pada siklus II. Peningkatan daya kritis tetersebut mencapai 46,65%.

b. Ada peningkatan hasil belajar siswa sebesar 6,31%, dari kondisi awal rata-rata nilai

hasil belajar 86,67 menjadi 92,14 pada siklius II. Prosentase ketuntasan belajar

klasikal meningkat tinggi menjadi 95,24%.

Perbandingan daya kritis dan hasil belajar siswa kelas IXE SMP Negeri 1

Mojosongo semester 1 Tahun pelajaran 2013/2014 padasiklus I dengan siklus II dapat

disusun dalam table sebagai berikut:

Tabel 9

Perbandingan Daya Kritis dan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dengan Siklus I

No Ranah Rata-rata

Siklus I

Rata-rata

Siklus II

Keterangan

1 Respon Daya Kritis

Siswa

28,57 41,90 Daya kritir siswa

meningkat 46,65%Hasil

belajar siswa

meningkat 6,31%.

2 Nilai Hasil Belajar Siswa 86,67 92,14

2. Pembahasan Antar Siklus

Pada kondisi awal penelitian, pembelajaran dilakukan dengan model

pembelajaran yang masih konvensional, yaitu dengan metode ceramah. Selama proses

pembelajaran berlangsung, siswa hanya pasif, tidak terjadi interaksi timbal balik antara

guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Sehingga tidak ada aktivitas siswa

selama pembelajaran, siswa hanya mendengarkan ceramah guru dan kadang-kadang

diselingi mencatat.

Kondisi seperti ini menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk berfikir secara kritis

dalam mengikuti pembelajaran. Setelah dilakukan pengamatan, daya kritis siswa hanya

rata-rata 13,33. Dampak terhadap hasil belajar siswa adalah rendah. Setelah diadakan

penilaian akhir pelajaran, hasil belajar siswa hanya mencapai rata-rata kelas sebesar

71,90. Nilai tersebut berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75.00 (hasil

belajar siswa rendah).

Rendahnya hasil belajar, menjadi permasalahan yang harus diselesaikan oleh

guru. Maka Peneliti yang juga sebagai guru mencari alternatif lain untuk memecahkan

masalah. Alternatif pilihan yang diambil adalah memilih strategi pembelajaran yang bisa

meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran point-

counterpoint bervariasi. Strategi ini dilaksanakan pada tindakan siklus I dan II.

Page 94: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

89

Volume 14 No.01 Maret 2016

Kegiatan pembelajaran siklus I peneliti sudah menerapkan strategi pembelajaran

point-counterpoint bervariasi. Selama proses pembelajaran dengan strategi point-

counterpoint berlangsung, siswa aktif dan kreatif. Siswa terlibat secara langsung

sehingga bisa mengembangkan potensinya secara optimal. Terjadi interaksi aktif timbal

balik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Pada saat melakukan debat

pendapat siswa begitu antusias dan penuh tanggung jawab terhadap tugasnya.

Tingkat daya kritis siswa dalam pengamatan selama proses pembelajaran pada

siklus I meningkat dari rata-rata 13,33% pada kondisi awal menjadi 28,57 pada siklus I.

Dengan meningkatnya daya kritis siswa tersebut, memiliki dampak positif terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan khususnya pada topic

usaha pembelaan negara. Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melaksanakan

evaluasi belajar. Hasil evaluasi belajar yang dilakukan pada siklus I diperoleh nilai

dengan rata-rata kelas 86,67. Naik sebesar 20,54% dari kondisi awal yang hanya rata-

rata kelas 71,90.

Kenaikan daya kritis dan hasil belajar siswa yang didapat dari siklus I, menurut

peneliti masih perlu dinaikkan lagi supaya hasil semakin optimal. Maka peneliti

melakukan tindakan selanjutnya pada siklus II.

Pada siklus II, peneliti melakukan perubahan strategi pembelajaran point-

counterpoint bervariasi supaya siswa lebih berkompetisi dalam melakukan debat

pendapat. Debat pendapat yang semula pada siklus I dengan posisi duduk yang searah,

kemudian pada siklus II seting tempat duduk berhadap-hadapan secara melingkar.

Strategi seperti ini siswa semakin tinggi daya saing dan lebih kritis melakukan debat

pendapat. Dengan meningkatnya daya kritis diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar.

Terjadi peningkatan daya kritis dan hasil belajar siswa. Terbukti ketika dilakukan

pengamatan daya kritis siswa mencapai 41,90%. Setelah diadakan penilaian akhir

pelajaran hasil nilai siswa kelas IXE rata-rata adalah 92,14. Jika bandingkan dengan

siklus I, maka hasil nilai siswa pada siklus II ini mengalami kenaikan sebesar 6,31%. Dari

uraian tersebut di atas, maka dalam pembahasan antar siklus ini dapat disimpulkan

bahwa: (a) Ada kenaikan daya kritis siswa dari kondisi awal 13,33% menjadi 28,57 pada

siklus I, dan 41,90% pada siklus II. Dari kondisi awal ke siklus I naik secara signifikan

sebesar 114,32%, kemudian siklus I ke siklus II naik sebesar 46,65%. (b) Ada kenaikan

hasil belajar yang signifikan dari kondisi awal dengan rata-rata 71,90 menjadi 86,67 pada

siklus I, dan 92,14 pada siklus II Kenaikan nilai hasil belajar sebesar 20,54% dari kondisi

awal ke siklus I, dan 6,31% dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan

tindakan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan daya kritis dan hasil belajar siswa

kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 dari kondisi

awal secara signifikan. Dari Tingkat kemajuan atau perkembangan pembelajaran dapat

digambarkan dengan grafik sebagai berikut:

Page 95: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

90

Volume 14 No.01 Maret 2016

Grafik 1.

Perbandingan Daya Kritis dan Hasil Belajar Siswa

pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Hasil Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan data empirik, penelitian tindakan kelas ini telah

mampu menjawab hipotesa: (1) Melalui penerapan strategi pembelajaran Point-

Counterpoint bervariasi dapat meningkatkan daya kritis siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan topi upaya pembelaan Negara bagi siswa kelas IXE SMP

Negeri 1 Mojosongo semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. (2) Melalui penerapan

strategi pembelajaran Point-Counterpoint bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan topik upaya pembelaan

Negara bagi siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo semester 1 tahun pelajaran

2013/2014. (3) Melalui penerapan strategi pembelajaran Point-Counterpoint bervariasi

dapat meningkatkan daya kritis dan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan topik upaya pembelaan Negara bagi siswa kelas IXE SMP Negeri 1

Mojosongo semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.

SIMPULAN

1. Penerapan strategi pembelajaran Point-Counterpoint bervariasi dapat meningkatkan

daya kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan topi usaha

pembelaan Negara bagi siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo semester 1 tahun

pelajaran 2013/2014.

2. Penerapan strategi pembelajaran Point-Counterpoint bervariasi dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan topik usaha

pembelaan Negara bagi siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo semester 1 tahun

pelajaran 2013/2014.

3. Penerapan strategi pembelajaran Point-Counterpoint bervariasi dapat meningkatkan

Daya Kritis Siswa

Hasil Belajar Siswa

Page 96: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

91

Volume 14 No.01 Maret 2016

daya kritis dan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan topik

usaha pembelaan Negara bagi siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Mojosongo semester 1

tahun pelajaran 2013/2014.

DAFTAR PUSTAKA

Dasim Budimansyah. 2003. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung: PT. Granesindo

Diny Handayani, dan Sadiah Kusumahwati. 2009. Perencanaan Desain Pembelajaran

Bahan Ajar untuk Diklat e-Training PPPPTK TK dan PLB. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa.

Elin Rosalin. 2008. Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Karsa

Mandiri Persada.

E.Mulyasa. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hendy Herwawan. 2010. Teori Belajar dan Motivasi. Bandung: CV. Citra Praya.

Margaret E. Bell Gredler, 1991: 436. Belajar dan Membelajarkan Seri Pustaka Teknologi

Pendidikan No.11. Jakarta: CV. Rajawali. Radno Harsanto. 2005. Melatih Anak Berfikir Analistis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sri Hartati. 2007. Model Pembelajaran Inovatif. Semarang: Dinas Diknas.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Jakarta: Fokus Media.

Zaini, Hisyam, Munthe, Bermawy, dan Aryani Sekar Ayu. 2004. Strategi Pembelajaran

Aktif. Yogyakarta: CTSD (Center for Teaching Staff Development) Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Zaleha Izhab. 2005. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa

Page 97: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

92

Volume 14 No.01 Maret 2016

Page 98: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

93

Volume 14 No.01 Maret 2016

Pengembangan ‘Cyeber’ Berbasis Website Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar

Tangsi Sasmito19

Abstract: Developing Instructional Basic Website „Cyeber‟ for Sains Studies Instruction of Elementary Schools. 2013.

The aims of this research are: (1) to develope instructional multimedia for sains instruction for the grade six students of elementary schools; (2) to investigate aspects the quality of the developed instructional basic website „Cyeber‟ for sains instruction.

The respondents of the try-out in this research consisted of one media specialist, one subject matter specialist, three students for one-to-one try-out, 12 students for the small-group try-out, and 30 students for the field try-out. The data collected in this research included the evaluation data from the subject matter expert, the evaluation data from the media specialist, and data from the students on the aspects of content, instruction, and media. The data were collected using an evaluation sheet for the media specialist and the subject matter expert, questionnaire for the one-to-one try-out, the small group try-out, and the field try-out, pretest and postest to reveal the effectiveness of the product implementation. The data were analyzed using the statistic descriptive technique.

The findings suggest that: (1) the product of the development of the instructional basic website „Cyeber‟ for sains instruction in the grade six of elementary schools is interactif; (2) the model was developed through steps consisting of analysis, design, production, and evaluation stages; (3) viewed from the content, instruction, and media aspects the quality of the developed instructional basic website „Cyeber‟ was very good with average score of “4.40” for the content, “4.39” for the instruction aspect, and “4.48” for the media aspect. The effeciveness of the developed instruction multimedia was indicated by difference in the students‟ average scores in the pretest (M=45.30) and the postest (M=73.19). The percentage of students who master the learning material after using the developed instructional multimedia was 85.11%.

Keyword: Developing„Cyeber‟, basic Website, Sains studies Instruction

19 Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 99: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

94

Volume 14 No.01 Maret 2016

PENDAHULUAN

Latar belakang

embelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

mencapai tujuan pendidikan karena pembelajaran merupakan proses interaksi

antara peserta didik dengan sumber-sumber belajar, agar terjadi interaksi antara

peserta didik dengan sumber belajar, diperlukan fasilitas yang memungkinkan peserta

didik melakukan interaksi secara terarah dan efektif. Pembelajaran yang berpusat pada

siswa merupakan paradigma baru dalam pendidikan, tugas guru lebih banyak berperan

sebagai fasilitator yang memungkinkan peserta didik belajar dengan kehadirannya maupun

tanpa kehadirannya (Heni Safitri, 2006 : 17). Pandangan teori behavioristik tentang proses

belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam kemampuannya untuk bertingkah laku

dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dengan respon, seseorang

dianggap belajar jika mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Sedangkan

pandangan teori kognitif tentang belajar lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil

belajar, pandangan kognitif menyatakan bahwa belajar tidak hanya melibatkan stimulus

dan respon saja tetapi merupakan bentuk teori belajar yang disebut model perseptual (Asri

Budiningsih, 2003).

Pembelajaran di sekolah saat ini banyak yang berlangsung secara monoton dan berpusat

pada guru sehingga siswa kurang mengetahui kompetensi pembelajaran yang harus

dikuasai. Indikator dari fenomena tersebut adalah kurangnya perencanaan pembelajaran

yang mengaktifkan siswa, kurangnya pengetahuan para pendidik tentang penggunaan dan

pengembangan media maupun multimedia pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang

belum kontektual dan kurangnya tindak lanjut serta umpan balik dari proses pembelajaran.

Pemanfaatan dan pengembangan multimedia saat ini sangat relevan dengan paradigma di

atas bahwa dalam pembelajaran memerlukan suatu alat atau media yang membantu siswa

dalam memperoleh pengalaman langsung melalui animasi, gambar, foto, teks maupun

film. Kenyataan sekarang banyak sekolah-sekolah khususnya sekolah dasar (SD) yang

memiliki komputer bahkan laboratorium komputer yang bisa dimanfaatkan untuk

pembelajaran tetapi sedikit guru yang mampu memanfaatkannya dalam pembelajaran

karena kurangnya informasi dan kemampuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan

multimedia pembelajaran.

Pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) SD diberikan kepada siswa untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Mempelajari IPA

khususnya kelas VI SD berarti mempelajari kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan

yang hidup berdampingan dengan mahkluk lain dan alam sekitar. IPA diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pemecahan

masalah yang dapat diidentifikasi (Depdiknas,2006:484).

Pembelajaran dengan pendekatan “cyeber” merupakan alternatif untuk meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar siswa karena cyeber berarti cara yang efektif dalam belajar

dengan berbantuan komputer. Jadi pembelajaran dengan pendekatan cyeber mempunyai

maksud pembelajaran dengan cara yang paling efektif didukung pemanfaatan komputer

menggunakan perangkat multimedia berbasis web pembelajaran yang off-line, khususnya

mata pelajaran IPA.

P

Page 100: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

95

Volume 14 No.01 Maret 2016

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah menghasilkan produk pengembangan berupa

multimedia berbasis web pembelajaran IPA SD kelas VI yang interaktif, mampu

memberikan latihan dan umpan balik secara langsung kepada siswa dan

menggunakannya dalam pembelajaran dengan pendekatan „cyeber‟ khususnya materi

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (SD) kelas VI pokok bahasan Bumi dan Alam

Semesta.

Agar pembahasan lebih spesifik perlu disampaikan lingkup pembahasan,

yaitu:

a. Pengembangan produk pembelajaran yaitu membuat produk dengan

mengadopsi pada penelitian dan pengembangan model Borg dan Gall melalui

tahapan uji coba dan revisi

b. Pembelajaran Cyeber adalah bentuk cara yang efektif dalam belajar dengan

berbantuan komputer berbasis web (off line)

Tujuan dan Manfaat Pengembangan

a. Tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengembangkan produk multimedia pembelajaran IPA SD kelas VI dengan

penelitian dan pengembangan

2) Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan

multimedia web dalam pembelajaran „cyeber‟

b. Manfaat penelitian ini adalah :

1) Upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas media

dan pemanfaatan web pembelajaran pada mata pelajaran IPA.

2) Pendekatan yang dilakukan adalah memanfaatkan komputer di sekolah atau

di rumah sehingga mampu memotivasi siswa belajar

3) Paradigma baru bahwa guru bukan sebagai satu-satunya sumber ilmu.

Definisi Istilah

Agar memperoleh gambaran yang lebih operasional dari penelitian maka dijelaskan

beberapa istilah berikut:

a. Pengembangan multimedia pembelajaran merupakan kegiatan mendesain,

memproduksi dan mengevaluasi suatu software multimedia berbantuan komputer

untuk pengembangan media pembelajaran IPA.

b. IPA adalah ilmu pengetahuan alam sebagai mata pelajaran yang mengkaji

tentang kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan yang hidup berdampingan

dengan makhluk lain dan alam sekitarnya.

Page 101: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

96

Volume 14 No.01 Maret 2016

c. Cyeber dimaksudkan sebagai cara yang efektif dalam belajar dengan berbantuan

komputer memanfaatkan web pembelajaran khususnya IPA SD kelas VI

LAPORAN KEGIATAN

1. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap penelitian mengadopsi model Borg & Gall (1983) meliputi: (1)

pemilihan jenis/model produk, (2) kajian literatur, (3) perencanaan, (4)

pengembangan bentuk awal produk dan revisi produk, kegiatan untuk mewujudkan

produk yang direncanakan; (5) uji lapangan awal dan revisi produk, (6) uji lapangan

utama dan revisi produk; (7) uji lapangan operasional dan revisi produk, (8)

diseminasi dan implementasi produk.

Gambar 1

Prosedur Pengembangan Multimedia

2. Langkah-Langkah Pembuatan Program Web Pembelajaran

a. Menyusun desain instruksional

Pada tahap desain instruksional ini terdapat beberapa tahapan yaitu:

1) Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan standar kompetensi

2) Menganalisis pembelajaran yang akan dibuat web pembelajaran

3) Mengidentifikasi karakteristik dan perilaku awal siswa

4) Menuliskan kompetensi dasar dan indikator

5) Menentukan kriteri dan tes acuan patokan

6) Menyusun strategi pembelajaran sesuai silabus

7) Mengembangkan bahan pembelajaran

Secara umum pada tahap desain web pembelajaran terkait instruksional perlu

memperhatikan jadwal pembelajaran, komponen pengguna, spesifikasi media

Sosialisasi dan

Diseminasi

Preliminary Field Test

Desian Hipotetik

Main Field Test

Operational Field Test

STUDI PUSTAKA

-teori

-hasil penelitian

yang relevan

STUDI LAPANGAN

Profil sasaran

kekuatan dan

kelemahan

-Tujuan

-Kemampuan

peneliti

-Partisipan

-Prosedur

-Uji kelayakan

terbatas

Desian

Hipotetik

PENDAHULUAN PENGEMBANGAN UJI LAPANGAN DISEMINASI

Page 102: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

97

Volume 14 No.01 Maret 2016

yang akan dibuat, model pembelajaran, dan model kontrol serta bagaimana web

pembelajaran dikelola/dimanfaatkan.

Selain memperhatikan desain instruksional tersebut pembuat web harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Perencanaan

Tujuan-tujuan ini adalah termasuk antisipasi dan memutuskan target

untuk pengguna, tujuan dan sasaran dari informasi. Perencanaan juga

dilakukan untuk informasi domain dengan sebuah proses pendefinisian,

spesifikasi informasi pendukung yang harus dikumpulkan, bagaimana

informasi dikumpulkan dan bagaimana informasi tersebut di up date.

Perencana web juga harus mengetahui lebih dulu sumber lain yang

dibutuhkan untuk mendukung operasi dan pengembangan web.

2) Analisis

Proses mengumpulkan dan membandingkan informasi tentang web

dan pengoperasiannya dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas web

secara keseluruhan. Analisa dari perancang web, seperti isi dari web

kompetitor, harus dipertimbangkan. Seorang analis mempunyai banyak

alternatif dan mengumpulkan informasi untuk membantu proses

perencanaan, perancangan, implementasi dan pengembangan.

3) Perancangan

Sebuah proses yang dilakukan oleh perancang web, mengerjakan

spesifikasi web, membuat keputusan tentang bagaimana komponen web

diaktualisasikan. Proses ini menyangkut tujuan web tersebut, pengguna,

objek, dan informasi domain.

b. Langkah pengembangan prototype web pembelajaran

1) Memilih software program

a) Adobe photoshop integrasi flash

b) Dreamweaver

c) Frontpage

d) Microsoft Publisher

e) Wordpress/Blog

f) SJ Namo Editor

2) Membuat flowchart

Flowchart adalah skema/alur dari program bahan ajar yang akan

dikembangkan, flowchart ini disusun dengan alur tertentu meliputi :

a) Menu utama atau disebut Home, yang terdiri :

i. Pendahuluan berisi petunjuk dan prasarat yang dibutuhkan

ii. Standar kompetensi dan Kompetensi dasar serta indikator

Page 103: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

98

Volume 14 No.01 Maret 2016

iii. Materi pembelajaran

iv. Tes umum untuk latihan dengan umpan baik/ feedback

v. Evaluasi pembelajaran dengan feedback dan penilaian

vi. Hiburan : Informasi ringan, game, atau foto-foto

vii. Referensi : pustaka, alat dan bahan serta profil pengembang

b) Sub menu , terdiri dari :

i. Pendahuluan untuk sub menu

ii. Materi sub menu

iii. Latihan-latihan dan feedback

iv. Tes/evaluasi materi pada sub menu

3) Membuat skrip/ story board

Story board merupakan kumpulan lembaran-lembaran desain tampilan

bahan ajar yang akan dikembangkan, lembaran tersebut berisi desain

tampilan meliputi pendahuluan, tampilan menu dengan navigasi, tampilan isi

dengan navigasi, tampilan tes atau evaluasi dengan navigasi, dll. Secara

umum pembuatan storyboard meliputi :

a) Membuat bagan site yang diperlukan untuk menyusun link dari Home,

menu, sub menu, materi, latihan , evaluasi, dan lain-lain

b) Membuat ilustrasi dan import informasi yang diperlukan (teks, gambar,

foto, animasi dan video) yang memuat :

i. Bagan

ii. Gambar

iii. Grafik

c) Memilih deskripsi verbal atau kebahasaan untuk penyampai

informasi/petunjuk serta soal-soal dengan memperhatikan :

i. Pemilihan kata yang benar

ii. Kalimat, menggunakan kalimat yang efektif dan baku

4) Menuangkan flowchart dan skrip dalam format komputer, untuk tampilan

dalam komputer dengan memperhatikan :

Slide layout

Slide design

Slide transition

SD color scheme

Animation scheme

Page 104: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

99

Volume 14 No.01 Maret 2016

Sound

Design template

Auto content wizard

From exiting presentation

c. Memformat hasil pengembangan dalam web on-line maupun off-line :

1) Upload untuk disajikan secara online dengan sofware publish yang

mendukung program/ desain web (Web on-line) bersangkutan

2) Mengkopi dalam bentuk VCD dengan fasilitas software burning nero atau

nero expres (untuk web pembelajaran off-line)

3) Mengkopi dalam flash disk menggunakan fasilitas USB

4) Mengkopi dalam hard disk menggunakan system file komputer

Proses dibangunnya web menggunakan Hyper Text Markup Language (HTML)

lebih mirip dengan pengembangan software multimedia sebab menggunakan

syntax yang spesifik untuk link dari struktur web dalam sebuah bahasa formasi

dalam file komputer.

d. Langkah validasi/evaluasi

Setelah desain dibuat dan kembangkan dalam bentuk online atau offline

diujicobakan kepada pengguna/siswa untuk mengetahui kualitas web

pembelajaran secara teoritis maupun empiris, ujicoba bertujuan menggali

informasi untuk menjadi dasar pengambilan keputusan tentang web

pembelajaran yang dikembangkan. Uji coba dilakukan dengan serangkaian uji

coba produk dengan memberikan halaman khusus untuk komentar dan memberi

masukan bagi pengguna/ahli materi maupun media atau melalui angket

observasi. Hasil uji coba digunakan sebagai bahan masukan pengguna untuk

pertimbangan dalam melakukan perbaikan (evaluasi dan revisi ). Hal yang perlu

diperhatikan dalam tahap evaluasi dan validasi, diantaranya :

1) Kecapatan dan ketepatan saat akses pada menu dan sub menu web

2) Dokumen web mudah ditemukan saat akses (link )

3) Web mudah mengkonversi dengan web site yang lain saat on-line

4) Dapat memberikan kemudahan dan layanan khusus bagi pengguna yang

mengalami ketunaan indera atau cacat fisik lainnya

5) Substansi web pembelajaran menarik, bermanfaat dan menghindari unsur

SARA, etika dan estetika dari pengguna/siswa

6) Sistem operasi sederhana, mudah terbaca dan mudah ditelusuri

7) Untuk web offline disertakan petunjuk penggunaan dan kejelasan perintah

Page 105: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

100

Volume 14 No.01 Maret 2016

3. Uji coba Produk

a. Desain Uji Coba

Produk tahap awal perlu divalidasi oleh ahli materi dan ahli media,

tinjauan ahli materi adalah untuk mengetahui kaidah-kaidah penyusunan materi

sedangkan tinjauan ahli media untuk mengetahui kelayakan produk sebelum

digunakan. Pelaksanaan uji coba dilakukan secara bertahap meliputi: (1) uji caba

perorangan, (2) uji coba kelompok, dan (3) uji coba lapangan di sekolah.

b. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba produk ini adalah siswa kelas VI yang diambil sampel

secara acak 3 siswa untuk uji coba satu-satu dan 12 siswa untuk uji coba

kelompok kecil serta 30 siswa untuk uji coba kelompok besar

c. Teknik analisis data

1) Teknik analisis data kuisioner

Skala penilaian yang cocok digunakan untuk jumlah subjek sedikit adalah

skala 5, seperti dalam tabel konfersi berikut;

Tabel 1

Konversi Skor pada Skala 5

NILAI

INTERVAL

KATEGORI

A

X > i + 1, 80 SBi Sangat baik

B

i + 0, 60 SBi < X ≤ i + 1, 80 SBi Baik

C

i - 0, 60 SBi < X ≤ i + 0, 60 SBi Cukup

D

i - 1, 80 SBi < X ≤ i - 0, 60 SBi Tidak baik

E

X ≤ i - 1, 80 SBi Sangat tidak baik

Keterangan : X : skor rata-rata data empiris

Xi : rerata ideal = 2

1 ( skor maks. ideal + skor min ideal)

Sbi : simpangan baku ideal =6

1( skor maks. ideal-skor min.ideal)

Berdasarkan rumus konversi pada Tabel 1 di atas, dapat diperoleh

gambaran yang jelas dalam mengubah data kuantitatif menjadi data kualitatif.

Pedoman pengubahan data kuantitatif menjadi data kualitatif dipaparkan

dalam Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2

Pedoman Pengubahan Data Kuantitatif Menjadi Data Kualitatif

Interval Skor Nilai Kategori

X

X X

X X

X X

X

Page 106: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

101

Volume 14 No.01 Maret 2016

X > 4,21 A Sangat Baik

3,40< X ≤ 4,21 B Baik

2,60< X ≤ 3,40 C Cukup Baik

1,79 < X ≤ 2,60 D Kurang Baik

X ≤ 1,79 E Sangat Kurang Baik

Keterangan :

Skor maksimal = 5 X i = 2

1 (5 + 1) = 3

Skor minimal = 1 SBi = 6

1 (5-1) = 0,67

X = Skor aktual

2) Analisis kelayakan produk

Produk multimedia dikategorikan layak untuk digunakan jika memenuhi

beberapa persyaratan meliputi kriteria pendidikan (educational criteria),

tampilan program (cosmetics), dan kualitas teknik (technical quality) dengan

skala 5 dikonversikan dalam skor tabel 3 :

Tabel 3

Konversi Skor ke Nilai pada Skala 5

Interval skor Nilai Kategori

X > X i + 1, 80 SBi A Sangat Baik

X i + 0, 60 SBi < X ≤ X i + 1, 80 SBi B Baik

X i - 0, 60 SBi < X ≤ X i + 0, 60 SBi C Cukup Baik

X i - 1, 80 SBi < X ≤ X i - 0, 60 SBi D Kurang Baik

X ≤ X i - 1, 80 SBi E Sangat Kurang Baik

Keterangan :

X i = Rerata ideal = 2

1 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Page 107: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

102

Volume 14 No.01 Maret 2016

SBi = Simpangan baku ideal =6

1 (skor maksimal ideal–skor min. ideal)

X = Skor siswa hasil uji coba

3) Teknik analisis data dari pretest dan postest

Teknik untuk menentukan skor dan nilai rata-rata dari pretest dan

postest dalam penelitian ini menggunakan rumus berikut:

n

XX

Keterangan :

X = Rata-rata skor

X = Jumlah skor

n = Banyaknya responden

A. LAPORAN HASIL PELAKSANAAN

1. Spesifikasi Produk Hasil Pengembangan

Produk multimedia dapat dioperasionalkan untuk semua jenis komputer

dengan spesifikasi minimal processor setara Pentium III, memory 32 MB, setting

monitor 800 x 600 pixel dan hardisk 120 MB dianjurkan ada CD-ROM. Sampel

tampilan menu atau sajian materi yang dikembangkan dalam CD pembelajaran

dengan berbasis web pembelajaran sebagai berikut:

Gambar 2

Page 108: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

103

Volume 14 No.01 Maret 2016

Tampilan Halaman Menu Utama

Gambar 3

Tampilan Halaman Materi

Page 109: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

104

Volume 14 No.01 Maret 2016

Gambar 4

Tampilan Halaman Menu Latihan

Gambar 5

Tampilan Halaman Evaluasi

2. Analisis Data Hasil Penilaian Ahli Materi

Ahli materi memberikan penilaian pada aspek pembelajaran dengan nilai

rata-rata keseluruhan 4,80 termasuk kriteria ”sangat baik” dan aspek materi

dengan nilai rata-rata keseluruhan 4,71 termasuk kriteria ”sangat baik”. Rata-rata

skor keseluruhan dari aspek pembelajaran dan aspek materi yaitu 4,75 setelah

dikonversikan ke skala 5 termasuk kriteria ”sangat baik”.

3. Analisis Data Hasil Penilaian Ahli Media

Skor total untuk aspek media 39 dan skor rata-ratanya 4,88 setelah

dikonversikan ke skala 5 termasuk kategori ”sangat baik”. Dari data penilaian

pembelajaran persentase baik 12,5% dan persentase sangat baik 87,5%. Revisi

produk telah dilakukan sesuai saran ahli media, disimpulkan bahwa produk

multimedia pembelajaran IPA hasil pengembangan dinyatakan layak.

4. Analisis Data Hasil Uji Coba Satu Lawan Satu

Ada tiga aspek yang dianalisis dalam uji coba satu lawan satu, yaitu

aspek pembelajaran, aspek materi, dan aspek media. hasil tanggapan terhadap

produk dalam uji coba digambarkan dalam diagram berikut:

Page 110: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

105

Volume 14 No.01 Maret 2016

Skor rata-rata untuk aspek pembelajaran 4,64 dengan kategori sangat

baik, skor rata-rata untuk aspek materi 4,33 dengan kategori sangat baik dan

skor rata-rata untuk aspek media 4,71 dengan kategori sangat baik. Jumlah skor

keseluruhan untuk aspek pembelajaran, aspek materi dan aspek media adalah

91,74 dan rata-rata keseluruhan 4,59 termasuk dalam kategori ”sangat baik”

(hasil selengkapnya pada lampiran).

5. Analisis Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil

Dari data uji coba dijelaskan bahwa skor rata-rata keseluruhan untuk

aspek pembelajaran 4,71 setelah dikonversikan pada skala 5 berarti termasuk

kategori ”sangat baik”. Skor rata-rata keseluruhan untuk aspek materi 4,67

setelah dikonversikan pada skala 5 berarti termasuk kategori ”sangat baik”, dan

skor rata-rata keseluruhan aspek media 4,54 setelah dikonversikan pada skala 5

berarti termasuk kategori ”sangat baik”. Jumlah skor keseluruhan aspek

pembelajaran, aspek materi, dan aspek media adalah 92,66 dan skor rata-rata

keseluruhan 4,63 setelah dikonversikan pada skala 5 berarti termasuk kategori

”sangat baik” Hasil uji coba secara keseluruhan ditampilkan dalam diagram

berikut:

0

Gambar 6

Diagram Batang tentang Persentase

yang Diperoleh pada Uji Coba Satu Lawan Satu

MATERI PEMBELAJARAN MEDIA

2

3

4

4,71 4,33 4,64

PERSENTASE

5

4,71 4,67 4,54

PERSENTASE

Gambar 7

Diagram Batang tentang Persentase

yang Diperoleh pada Uji Coba Kelompok Kecil

MATERI PEMBELAJARAN MEDIA 1

2

3

4

5

Page 111: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

106

Volume 14 No.01 Maret 2016

6. Analisis Data pada Kelompok Besar (Kelompok Responden)

Jumlah skor aspek Pembelajaran persentase tanggapan siswa terhadap

multimedia aspek pembelajaran yaitu siswa merespon kurang baik berjumlah 0%;

8,1% siswa memberikan respon cukup; 44,3% siswa memberikan respon baik;

dan 47,6% siswa memberikan respon sangat baik. Respon siswa terhadap

produk aspek pembelajaran digambar dalam diagram berikut (gambar 8) :

Jumlah skor aspek materi 21,96 dan rata-rata skor keseluruhan 4,39

dengan kategori sangat baik, persentase tanggapan siswa merespon kurang baik

ada 0%; siswa merespon cukup 7,3%; siswa merespon baik 45,9% dan siswa

merespon sangat baik 46,8%. (lihat gambar 9)

PERSENTASE ASPEK PEMBELAJARAN

PERSENTASE

Gambar 8

Diagram Batang tentang Persentase Aspek Pembelajaran

yang Diperoleh pada Uji Coba kelompok Besar

BAIK SANGAT

KURANG

KURANG 0

47,6

SANGAT

BAIK

44,3

0 CUKUP

8,1

PERSENTASE ASPEK MATERI

PERSENTASE

Gambar 9

Diagram Batang tentang Persentase Aspek Materi

yang Diperoleh pada Uji Coba kelompok Besar

BAIK SANGAT

KURANG

KURANG

0

46,8

SANGAT

BAIK

45,9

0

7,3

CUKUP

0 5

10 15 20

25 30

35 40

45

50

0

5 10

15 20

25 30 35

40

45

50

Page 112: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

107

Volume 14 No.01 Maret 2016

Jumlah skor keseluruhan untuk aspek media 35,84 dan rata-rata skor

keseluruhan 4,48 dengan kategori sangat baik, sedangkan persentase

tanggapan siswa terhadap aspek media yaitu 0% siswa memberikan merespon

kurang baik; 5,8% siswa merespon cukup; 42,5% siswa merespon baik, dan 51,7

% siswa merespon sangat baik (gambar 10)

7. Langkah Cara Efektif Belajar Dengan Berbantuan Komputer (cyeber)

Beberapa langkah pembelajaran guru dalam mata pelajaran IPA kelas VI

berbantuan komputer dengan web pembelajaran sebagai berikut :

a. Tahap awal (10 menit)

Siswa diajak menyanyikan lagu “Bintang Kecil”

Siswa mendeskripsikan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya

tentang bintang dan benda langit lainnya

Siswa mempersiapkan diri untuk kegiatan pretest

b. Tahap inti (40 menit)

Siswa mengerjakan pretest tentang Bumi dan Alam Semesta

Siswa mendiskusikan hal-hal yang belum diketahui terkait soal, setelah

kegiatan pretest dilaksanakan

Siswa membuka web pembelajaran untuk menemukan informasi-informasi

yang dibutuhkan terkait materi/pokok bahasan

Siswa mengerjakan latihan-latihan/tugas di dalam web dengan bimbingan

guru

Siswa membahas informasi-informasi yang belum jelas dengan bimbingan

guru atau menggunakan referensi lain

Siswa mengerjakan evaluasi (postest)

c. Tahap akhir (10 menit)

Siswa dan guru merefleksi pelaksanaan pembelajaran dan penggunaan web

pembelajaran

PERSENTASE

Gambar 10

Diagram Batang tentang Persentase Aspek Media

yang Diperoleh pada Uji Coba kelompok Besar

BAIK SANGAT

KURANG

KURANG

0

51,7

SANGAT

BAIK

42,5

0

5,8

CUKUP

0 5

45

50

55

40

Page 113: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

108

Volume 14 No.01 Maret 2016

Siswa dibimbing membuat kesimpulan singkat tentang materi pelajaran

dalam bentuk catatan atau resume

Langkah pembelajaran untuk materi yang lain dapat mengadopsi model

pembelajaran di atas karena web pembelajaran yang dikembangkan mampu

menyimpan file/informasi yang banyak terkait pokok bahasan Bumi dan Alam

Semesta, guru tinggal membimbing siswa untuk mengakses menu yang akan

diajarkan dalam pembelajaran yang bersangkutan. Hal yang perlu diperhatikan

dalam penggunaan web pembelajaran ini adalah kemampuan dan spesifikasi

komputer serta software yang mendukung sehingga web pembelajaran dapat

diakses siswa dengan mudah dan lancar, aapun spesifikasi yang diharapkan

untuk mengopersionalkan web pembelajaran ini adalah komputer pentium III

pada resolusi minimal 800 X 600 ppi dengan didukung windows 2000 atau 2007

atau vista serta ada software macromedia flash maupun SJ Namo

8. Hasil Pembelajaran dengan pendekatan Cyeber

Setelah multimedia pembelajaran digunakan dalam proses pembelajaran

maka terjadi peningkatan prestasi yang dapat dilihat dari peningkatan skor tes

melalui pretest maupun postest. Subjek responden mengambil siswa kelas VI SD

Negeri Nglempong Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman dengan jumlah siswa

47 anak, instrument evaluasi menggunakan soal berjumlah 20 butir soal dengan

hasil sebagai berikut:

No. Siswa

KKM Skor Nilai

PRETEST POSTEST PRETES POSTEST

1 61 6 10 30 50

2 61 6 13 30 65

3 61 6 13 30 65

4 61 6 15 30 75

5 61 7 13 35 65

6 61 7 13 35 65

7 61 7 13 35 65

8 61 7 14 35 70

9 61 7 14 35 70

10 61 7 15 35 75

11 61 7 19 35 85

12 61 8 13 40 65

13 61 8 13 40 65

14 61 8 14 40 70

15 61 8 14 40 70

16 61 8 17 40 85

17 61 8 18 40 90

18 61 8 19 40 95

19 61 9 12 45 60

20 61 9 12 45 60

21 61 9 12 45 60

Page 114: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

109

Volume 14 No.01 Maret 2016

22 61 9 15 45 75

23 61 9 15 45 75

24 61 9 15 45 75

25 61 9 16 45 80

26 61 9 19 45 95

27 61 10 11 50 55

28 61 10 13 50 65

29 61 10 13 50 65

30 61 10 13 50 65

31 61 10 13 50 65

32 61 10 14 50 70

33 61 10 14 50 70

34 61 10 15 50 75

35 61 10 15 50 75

36 61 10 16 50 80

37 61 10 16 50 80

38 61 10 16 50 80

39 61 10 18 50 90

40 61 11 15 55 75

41 61 11 17 55 85

42 61 12 13 60 65

43 61 12 16 60 80

44 61 12 18 60 90

45 61 12 20 60 100

46 61 12 20 60 100

47 61 13 18 65 90

Jumlah 426 700 2130 3490

Rata2 9.06 14.85 45.32 74.25

Menggunakan multimedia IPA hasil pengembangan dalam pembelajaran

kelompok responden mampu mencapai tingkat ketuntasan belajar siswa 85,11%

dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 61, rata-rata skor keseluruhan 73,19

yang berarti produk multimedia berbasis web pembelajaran ini sudah layak untuk

diimplementasikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Produk multimedia hasil penelitian dan pengembangan telah digunakan

dalam tahapan uji coba dan revisi. Data uji coba produk dianalisis menggunakan

statistik deskriptif, hasil analisis data disimpulkan sebagai berikut:

a. Pengembangan produk menggunakan kaidah-kaidah pengembangan yang

mengadopsi model Borg dan Gall melalui tahapan analisis kebutuhan, desain,

produksi, validasi, uji coba, revisi, dan distribusi.

b. Setelah diujicobakan dalam kelas responden yang terdiri 47 anak maka diperoleh

data ketuntasan belajar dengan KKM di atas ”61” sebanyak 85,11% rata-rata nilai

Page 115: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

110

Volume 14 No.01 Maret 2016

keseluruhan 73,19 sehingga produk multimedia web pembelajaran hasil

pengembangan ini layak digunakan dalam pembelajaran IPA SD kelas VI.

2. Saran-Saran

a. Produk hasil pengembangan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran secara

klasikal maupun individu

b. Pengembangan web pembelajaran ini tidak sampai uji efektifitas dan tahap

distribusi hanya dibatasi pada sosialisasi di tingkat gugus atau KKG

DAFTAR PUSTAKA

Borg,W. & V Gall, M.D. (2003). Educational research an introduction, 4 th ed. New York:: Pearson

Education, Inc.

Budiningsih, Asri. (2003). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY

Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Indrawati. (2008). Hakekat IPA dan pendidikan IPA. Bandung: P4TK IPA

Mukminan. (1998). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta

Poerwanti, Endang. (2008). Asesmen pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas

Pujiantoro. (2005). Desain grafis komputer. Yogyakarta: Andi Offset

Safitri, Heni. (2006). Pengantar pendidikan jarak jauh (PJJ). Jakarta: Depdiknas

Setijadi. (1994). Pemilihan dan pengembangan multimedia untuk pembelajaran. Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada

Suparman, M. Atwi. (2001). Desain instruksional. Jakarta : Universitas Terbuka

Page 116: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

111

Volume 14 No.01 Maret 2016

Penerapan Model Pembelajaran Latihan Penelitian untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA di SD 1 Gondoharum Kudus

Yuni Ratnasari20

[email protected]

Abstract: This study aims to 1) determine the effect of the application of research practice learning model to improve the mastery of science concepts in SD 1 Gondoharum Kudus. 2) determine the effectiveness of the application of research practice learning model to improve the mastery of science concepts in SD 1 Gondoharum Kudus.

Model research practice has five stages: the first confronts the problem, both searching and reviewing the data, analyzing the data and experimentation third, fourth and fifth stage of formulating the problem to analyze the research process. IPA concept mastery is the ability of teachers to address the basic concepts in cognitive, affective and psikomotor science.

This research uses a quasi-experimental research design one group pretest posttest equipped with descriptive analysis. This research subject is class IVA and IVB SDN 1 Gondoharum Jekulo Kudus. Techniques of collecting data in the form of data pre test, post test, observation, worksheets, and documentation. Analysis of data obtained from the mastery of concepts pretest and posttest. Pretest and posttest scores were tested with descriptive statistics include mean, median, standard devisasi, sknewness and persentiles. The next test as a condition of normality and homogeneity test t -test. T-test using paired samples t -test.

The success of this research can be seen from the effect of the application of learning exercise science research on mastery of concepts is shown t-test results sig. ( 2 - tailed) 0.35 < 0.05, there are differences in the data concluded graders post test experimental and control classes . That difference shows that the mastery of science concepts experimental class is better than the control class . The effective application of research to improve the practice of learning the mastery of science concepts seen in the value of the average pre-test to post-test increases 13.7.

Keywords : Research Training Model , quasi-experimental one group pretest posttest, IPA Concept Mastery.

PENDAHULUAN

enerapan kurikulum 2013 menuntut siswa untuk selalu aktif dalam proses

pembelajaran, menuntut guru untuk kreatif dalam mengembangkan

pembelajaran, menuntut sekolah untuk mampu menyediakan sarana dan

prasarana, serta menuntut orang tua dapat mendampingi belajar anak dirumah.

Perubahan kurikulum selalu di ikuti dengan perkembangan tingkat penguasaan konsep

oleh siswa. Contoh dengan kurikulum 2013, diharapkan siswa mampu menguasai ranah

20 Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

P

Page 117: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

112

Volume 14 No.01 Maret 2016

kognitif, afektif dan psikomotorik. Kurikulum 2013 menonjolkan kedudukan ranah afektif

dan psikomotorik menjadi tujuan yang utama, baru di ikuti ranah kognitif.

Berdasarkan hasil observasi di SD 1 Gondoharum Kudus menunjukkan bahwa

pada penerapan kurikulum KTSP belum menonjolkan ranah afektif dan psikomotorik.

Guru mengutamakan ranah kognitif, karena dituntut untuk dapat nilai bagus, naik kelas,

bahkan lulus sekolah. Ujian nasional menjadi standar utama sehingga melupakan ranah

yang lainnya.

Kondisi lain yang terlihat adalah guru selalu memberikan drill soal-soal, tanpa

menumbuhkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu menguasai konsep materi

sendiri. Penguasaan konsep tidak di anggap penting, penyelesaian soal dan jawaban

betul menjadi tonggak utama. Hal tersebut membuat guru melupakan model

pembelajaran yang inovatif.

KTSP menjelaskan bahwa Ranah kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan

tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Ketiga ranah tersebut menuntut guru untuk

dapat memberikan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Pembelajaran yang inovatif

dapat menggiring pemahaman pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa dalam

menguasai konsep dari materi pembelajaran.

Solusi yang diterapkan di SD 1 Gondoharum Kudus adalah dengan menerapkan

model latihan penelitian dalam pembelajaran. Latihan penelitian merupakan sebuah

model dimana pembelajaran diawali dengan permasalahan. Masalah tersebut akan

memancing rasa ingin tau yang tinggi dari siswa. Selanjutnya siswa harus menyelesaikan

permasalahan dengan melakukan sebuah percobaan. Percobaan di awali dengan

merangkai peralatan, kemudian menemukan data, menuliskan data, dan mengkaji data.

Selanjutnya berdasarkan data percobaan, siswa dapat mengorganisasikan, merumuskan

pembahasan, dan menjelaskan data. Di akhir siswa harus mampu memberikan

kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan. Model latihan penelitian yang dierapkan

dalam penelitian ini sejalan dengan Joyce dan Weil (dalam Udin S. Winataputra,

2001:17) ada lima tahapan yaitu Tahap Pertama Menghadapkan Masalah, Tahap Kedua

Mencari dan Mengkaji Data, Tahap Ketiga Mengkaji Data dan Eksperimentasi, Tahap

Keempat Mengorganisasikan, Merumuskan dan Menjelaskan dan Tahap Kelima

Menganalisis Proses Penelitian.

Model latihan penelitian dilaksanakan dengan memberikan pengalaman langsung

kepada siswa untuk dapat menyelsaikan permasalahan sendiri, menemukan sendiri,

sehingga mampu mengerti dan memahami konsep sesuai dengan temuannya.

Pembelajaran ini mampu menggugah semangat siswa untuk dapat memahami konsep

sebuah materi, terutama materi mata pelajaran IPA. Konsep IPA akan selalu mudah di

ingat, dipahami, dan di aplikasikan apabila siswa mengalami langsung.

Penguasaan konsep IPA adalah kemampuan guru untuk dapat mananamkan

konsep dasar IPA pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif sesuai

klasifikasi Bloom yaitu Tingkatan pengetahuan (knowledge), Tingkatan pemahaman

(comprehension), Tingkat penerapan (application), Tingkat analisis (analysis), Tingkat

sintesis (synthesis), Tingkat evaluasi (evaluation). Menurut Nana Sudjana (2009: 3)

mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

Page 118: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

113

Volume 14 No.01 Maret 2016

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

Uraian taksonomi Bloom dan Nana Sudjana dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, dimana penguasaan konsep IPA

merupakan rangkaian dari ketiga ranah tersebut. Seorang siswa dikatakan mampu

menguasai konsep IPA apabila siswa tersebut dapat mengikuti pembelajaran dengan

aktif, melakukan sendiri, memiliki sikap ilmiah yang tinggi dan akhirnya siswa mampu

memecahkan masalah. Jadi ketiga ranah tersebut tidak dapat dipisahkan, atau harus

mampu dikuasai oleh siswa secara menyeluruh.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah 1)

Mengetahui pengaruh penerapan Model Pembelajaran Latihan Penelitian untuk

meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa di SD 1 Gondoharum Kudus, 2) Untuk

mengetahui efektifitas Model Pembelajaran Latihan Penelitian untuk meningkatkan

penguasaan konsep IPA siswa di SD 1 Gondoharum Kudus.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi experiment one group

pretest posttest yang dilengkapi dengan analisis deskriptif. Pengambilan data dilakukan

dengan menggunakan pretest dan posttest, observasi, dan lembar kerja siswa. Sebelum

diberikan perlakuan siswa diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pada

penelitian ini peneliti memberikan perlakuan kepada subjek peneliti berupa pembelajaran

yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran latihan penelitian. Setelah

perlakuan diberikan, kemudian diadakan posttest. Soal pretest dan posttest terdiri dari 19

soal pilihan ganda.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV di SDN 1 Gondoharum Kecamatan

Jekulo Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa kelas IV di SDN 1

Gondoharum ada 3 kelas sebagai populasi. Sampel penelitian ini ada 2 kelas yaitu IVA

sebagai kelas eksperimen dan IVB sebagai kelas kontrol masing-masing sebanyak 23

siswa.

Prosedur penelitian quasi experiment one group pretest posttest yang dilengkapi

dengan analisis deskriptif. Berikut prosedur penelitian ditunjukkan oleh diagram 1.1.

Diagram 1.1 Prosedur Penelitian

Page 119: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

114

Volume 14 No.01 Maret 2016

Uji validitas isi dilakukan untuk instrument tes penguasaan konsep IPA.

Selanjutnya data penelitian di analisis hasil pretest dan posttest. Pengujian validasi soal

kepada pakar ahli sains. Soal yang valid digunakan sebagai pretest dan posttest. Skor

pretest dan posttest diuji dengan statistik deskriptif frekuensi. Statistik deskristif ini

meliputi mean, median, standart devisasi, sknewness dan persentiles. Berikutnya

dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai syarat Uji t-test. Uji t-test digunakan

untuk menentukan perbedaan antara pretest dan posttest. Penelitian ini menggunakan uji

paired sample t-test. Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H0 = H1, maka H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh model

latihan penelitian terhadap peningkatan penguasaan konsep IPA siswa kelas IV di

SD 1 Gondoharum Kudus.

H0 = H1, jika H0 diterima maka H1 ditolak yang menyatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh model latihan penelitian terhadap peningkatan penguasaan konsep IPA

siswa kelas IV di SD 1 Gondoharum Kudus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian quasi eksperimen one group pre test post test dilaksanakan dengan

menerapkan model latihan penelitian Joyce dan Weil (dalam Udin S. Winataputra,

2001:17), dimana terdapat lima tahapan yaitu tahap pertama menghadapkan masalah,

tahap kedua mencari dan mengkaji data, tahap ketiga mengkaji data dan eksperimentasi,

tahap ke empat merumuskan masalah dan tahap kelima menganalisis proses penelitian.

Tahapan tersebut dilaksanakan dengan mengawali pre test untuk mendapatkan nilai

awal dimana kelas eksperimen sebesar 67,32 dan kelas kontrol sebesar 67,59. Kedua

kelas memiliki karakteristik yang sama.

Tahap pertama diawali dengan membentuk siswa menjadi 5 kelompok, dimana

masing-masing kelompok beranggotakan 4 dan 5 orang. Selanjutnya siswa dijelaskan

tentang alat dan bahan. Siswa diberikan permasalahan, dimana guru menunjukkan

sebuah gambar serta tanya jawab. Tahap kedua siswa keluar kelas untuk melakukan

penelitian, yaitu tentang bentuk daun dari berbagai tumbuhan. siswa menuliskan hasil

pengamatannya serta menggambarnya. Tahap ketiga siswa kembali masuk kelas untuk

mengolah data serta menyusun hipotesis. Dilanjutkan tahap ke empat yaitu siswa

mempresentasikan hasil pengamatan, kemudian tanya jawab seputar hasil tersebut.

Guru memberikan penguatan dari jawaban serta meluruskan jawaban yang kurang tepat.

Di akhiri tahap kelima yaitu guru bersama siswa menganalisis hasil pengamatan,

kemudian berdiskusi solusi untuk permasalah yang masih ada.

Pada akhir pembelajaran dilaksanakan post test di dapatkan hasil untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

Page 120: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

115

Volume 14 No.01 Maret 2016

Tabel 1.1 Hasil Nilai Post Test

Berdasarkan tabel 1.1 di dapatkan hasil nilai rata-rata untuk kelas eksperimen

sebesar 80,39 dan kelas kontrol nilai rata-rata sebesar 73,95. Data nilai tersebut di uji

normalitas diperoleh nilai signifikansi kelas eksperimen sebesar 0,187, sedangkan kelas

kontrol yaitu 0, 092. Nilai signifikansi kelas eksperimen dan kontrol > 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data post test terdistribusi normal. hasil uji homogenitas data post

test diperoleh nilai signifikansi kelas eksperimen berdasarkan variabel kelas kontrol

sebesar 0,358, Nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data post test

memiliki varian yang sama.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup

bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Selaras dengan penelitian ini bahwa perubahan

tingkah laku kognitif siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan dari nilai pre test ke

nilai post test, dimana untuk kelas eksperimen rata-rata meningkat 13,7 sedangkan untuk

kelas kontrol hanya meningkat 6,36. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan

perlakuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Data post test telah teruji normal dan memiliki varian yang sama selanjutkan

dilaksanakan uji T-Test dengan SPSS. Berikut hasil uji T-test ditunjukkan pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Uji T-Test

Berdasar tabel 1.2 menunjukkan bahwa nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,35 < 0,05,

disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan data post test

Page 121: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

116

Volume 14 No.01 Maret 2016

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa

penguasaan konsep IPA kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hasil

tersebut selaras dengan penelitian Tati Setiawati dkk (2012) dan Zaidatul Inaiyah dkk

(2014) yaitu bahwa model inquiry training dapat meningkatkan hasil belajar dan

penguasaan konsep IPA akan meningkat dengan melakukan praktikum.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen layanan penguasaan konten

IPA lebih baik dari pada kelas kontrol. Penyebab keadaan tersebut adalah dikelas

eksperimen diberikan model pembelajaran latihan penelitian dimana siswa diberikan

bimbingan aktif dalam melaksanakan penelitian. Siswa aktif melakukan langsung,

menemukan, menuliskan data, menemukan sesuatu yang baru serta menganalisis data

yang di dapatkan. Kelas kontrol siswa hanya mendengarkan, menulis dan menghafal,

disini siswa tidak aktif.

Jadi penerapan pembelajaran latihan penelitian berpengaruh terhadap

penguasaan konsep IPA dilihat dari Uji-t. Model pembelajaran latihan penelitian sangat

efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep IPA dilihat dari perubahan nilai pre test

ke post test siswa.

Daftar Pustaka

Betty Marisi Tunip. Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya Dalam Interaksi Kelas Di

SD Negeri Kotamadya Medan. Jurnal Pendidikan. Medan, 2000. h.173.

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standasrt Isi Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2013. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2013 Tentang Kurikulum 2013.

Jakarta: Depdiknas.

Edogogia. Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif. 2004. Vol.1. No. 1. h. 23.

Muhibin Syah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet.3. h. 23.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Rajawali Press (Hlm.254).

Saripudin W., Udin, (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial Di Sekolah

Menengah. Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti.

Sutarto. Buku Ajar Fisika (BAF) Dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF)

Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan. Mei, 2005. No. 054. h. 237.

Tati Setiawati, dkk. Penerapan Model Pembelajaran Inquiri Training Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Mata Kuliah Praktek Industri Pada Program Studi Pendidikan Tata

Boga. Jurnal Penelitian Pendidikan. UPI. Bandung. Vol.13. No. 1, April 2012.

Zaidatul Inayah, dkk. 2014. Penerapan Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep Pada Materi Kalor siswa Di SMAN 9 Malang.

Jurnal Pendidikan Fisika. Universitas Negeri Malang. Vol.2. No. 1. 2014.

______. 2000. Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga. h.81-82.

Page 122: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri
Page 123: Program Pascasarjana - tp.fkip.uns.ac.idtp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Teknodika-Maret.pdf · 1. Peristiwa yaitu pelaksanaan peningkatan kinerja guru di MA Gani Tirtoasri