program kepala sekolah untuk menciptakan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1153/1/miftakhun...

137
i PROGRAM KEPALA SEKOLAH UNTUK MENCIPTAKAN SUASANA RELIGIUS DI SMP N 1 KEDUNGJATI KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Oleh: MIFTAKHUN NURUL JANNAH NIM 111 11 011 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

Upload: nguyenthuan

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PROGRAM KEPALA SEKOLAH UNTUK

MENCIPTAKAN SUASANA RELIGIUS DI SMP N 1

KEDUNGJATI KECAMATAN KEDUNGJATI

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

MIFTAKHUN NURUL JANNAH

NIM 111 11 011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2016

ii

iii

MOTTO

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

( AL AHZAB : 21 )

iv

v

vi

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Bambang Wiryanto

dan Ibu Trismiyati, karena dengan bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, dan doa

keduanya lah aku bisa bangkit dari rasa malas demi meraih masa depan dan cita-

cita.

2. Adikku Syifa Fitri Choirullah yang selalu mendukungku dan selalu memberi

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Simbah kakung H. Samsi yang sudah menanti-nanti cucunya untuk bisa

menyelesaikan tugas akhir kuliyahnya demi meraih masa depan yang sukses.

4. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum yang telah sabar membimbing dan mendo’akan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Sahabatku Siti Nina Nur Anisa, Nurus Sa’adah, Arifah Wulandari, Dewi Uswatun

Khasanah, Setya Ayu Arizka, Nafiatul Khasanah, Luluil Hidayah dan Khairus sa’adah ,

yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

6. Seseorang yang selalu menemani dan memotivasi dalam setiap langkahku

7. Pengasuh PP. Al-Hasan (KH. Ichsanuddin) serta para Ustadz-Ustadz yang senantiasa

mendo’akan dan membimbing dalam menuntut ilmu.

8. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Kampus yaitu kelas PAI

A angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya di

IAIN Salatiga yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam hal

apapun serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang

bermanfaat.

vii

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan

ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam

upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak M. Farid Abdullah, S.PdI., M. Hum., selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

viii

ix

ABSTRAK

Jannah, Miftakhun Nurul. 2016. Program Kepala Sekola Untuk Menciptakan

Suasana Religius di SMP Negeri 1 Kedungjati Tahun Ajaran

2015/2016. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Drs. Juz’an, M.Hum.

Kata kunci: Kepala Sekolah Menciptakan Suasana Religius

Kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius itu perlu dukungan dari

berbagai pihak baik dari guru ,karyawan maupun para peserta didik demi terciptanya

suasana religius di sekolah. Dalam tataran nilai, budaya religius berupa: semangat

berkorban, semangat persaudaraan, semangat saling menolong dan tradisi mulia

lainnya. Sedangkan dalam tataran perilaku, budaya religius berupa: tradisi sholat

berjamaah, gemar bersedekah, rajin belajar dan perilaku yang mulia lainnya. Adapun

fokus penelitian ini adalah: (1) Apa upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana

religius di SMP N 1 Kedungjati ? (2) Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang

keberhasilan menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati ?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Maksudnya dalam penelitian deskriftif kualitatif data yang dikumpulkan bukan

berupa angka melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara,

catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya

sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian deskriftif kualitatif ini adalah

ingin menggambarkan dan menginteraksikan objek sesuai apa adanya. Tehnik

pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Studi kasus ini melibatkan berbagai pihak, yaitu: kepala sekolah, waka kurikulum,

guru.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Kepala sekolah

dalam menciptakan suasana religius perlu dukungan dari semua warga sekolah,

untuk menciptakan suasana religius sekolah mengadakan pembiasaan kegiatan

yang berbau keagamaan (2) a) Faktor pendukungnya antara lain: kepemimpinan

kepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik b) Sedangkan faktor

penghambatnya adalah: Kurangnya kesadaran baik dari guru maupun murid untuk ikut

serta dalam kegiatan yang menunjang terciptanya suasana religius sekolah, Tempat

fasilitas mushalla yang belum memadai untuk melakukan ibadah secara berjamaah, air

tidak cukup saat musim kemarau, Kurang ketegasan dari pimpinan

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iii

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

Daftar Lampiran …………………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9

E. Penegasan Istilah ........................................................................................... 9

F. Metode Penelitian ......................................................................................... 13

G. Metode Analisis Data………………………………………………… 16

H. Sistematika Penulisan .................................................................................... 18

xi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Kepala Sekolah .................................................................................... 20

B. Religiusitas

1. Pengertian Religiusitas ............................................................................ 22

2. Dimensi-dimensi Religius ......................................................................... 25

3. Fungsi Religiusitas .................................................................................... 28

4. Wujud Budaya Religius di Sekolah ........................................................... 30

5. Bentuk-bentuk Religiusitas………………………………………. 37

6. Menerapkan Strategi Suasana Religius…………………………... 49

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Lokasi Penelitian…………........................................................... 54

2. Identitas Sekolah........................................................................... 54

3. Visi dan Misi................................................................................ 55

4. Tujuan Sekolah....................................................................... ….. 58

5. Data Guru dan Karyawan………………………………………… 64

6. Data Siswa……………………………………………………….. 68

7. Sarana dan Prasarana.................................................................... 70

8. Ekstrakurikuler.............................................................................. 71

B. Upaya Menciptakan Suasana Religius ……………………………… 72

C. Faktor Pendorong dan Penghambat…………………………………. 75

xii

BAB IV PEMBAHASAN

A. Upaya Kepala Sekolah Menciptakan Suasana Religius .................................. 80

B. Upaya Penciptaan Suasana Religius ............................................................... 83

C. Faktor Pendorong dan Penghambat .............................................................. 84

D. Proses Menciptakan Suasana Religius……………………………… 86

E. Hasil Menciptakan Suasana Religius…………………………………. 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 87

B. Saran .............................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Data Guru ………………………………………………………….. 64

Tabel II Data Karyawan ……………………………………………………. 64

Tabel III Data Siswa ………………………………………………………… 68

Tabel IV Sarana dan Prasarana………………………………………………. 70

Tabel V Daftar Kegiatan Ekstra Kurikuler…………………………………. 71

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Riwayat Hidup Penulis

3. Lembar Konsultasi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mencetak

generasi muda yang berprestasi. Pendidikan itu sangat berperan penting

dalam kehidupan, dengan adanya pendidikan dapat meningkatkan

pengetahuan. Pendidikan akan samakin berkembang pesat apabila orang-

orang disekitar peduli akan pendidikan, terutama peran orang tua dan

keluarga dalam mendidik anaknya itu sangatlah berpengaruh dan

masyarakat sebagai motivasi untuk meraih cita-cita dalam mewujudkan

perubahan terhadap kemajuan zaman yang semakin canggih dan modern,

terutama peran tenaga pendidik yang selalu sabar dan ikhlas dalam

membimbing peserta didiknya untuk memperoleh pendidikan.

Menurut Zamroni dalam Mulyasa (2007: 5-6) menyebutkan bahwa

pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada

diri peserta didik pengetahuan tentang hidup dan sikap dalam hidup, agar

kelak ia dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan

yang buruk, sehingga kehadirannya di tengah-tenagh masyarakat akan

bermakna dan berfungsi secara optimal.

Pendidikan dapat diartikan segala proses, usaha dan tekat yang

dilakukan seseorang untuk mencapai perkembangan yang sangat pesat

bagi dirinya maupun bagi lingkungan sekitar, karena pendidikan itu perlu

2

diterapkan kepada anak mulai sejak dini. Salah satu keberhasilan

pendidikan itu pasti ada campur tangannya dengan para tenaga pendidik

contohnya di lembaga pendidikan sekolah merupakan sarana yang paling

penting untuk menunjang proses belajar mengajar bagi peserta didik untuk

mendapatkan pendidikan. Upaya sekolah untuk meningkatkan mutu

pendidikan pasti ada peran kepala sekolah demi mewujudkan pendidikan.

Usaha sekolah dalam mewujudkan budaya religius sekolah tidak

akan tercapai secara optimal bila tidak didukung oleh semua komponen

sekolah seperti guru, karyawan, siswa bahkan para orangtua siswa. Mereka

dalam bahasa manajemen disebut sebagai pelanggan internal pendidikan.

Secara lebih rinci, Salis membagi dua kelompok, yaitu: internal customer

(pelanggan internal) meliputi : pegawai, pelajar, dan orangtua pelajar; dan

external customer (pelanggan eksternal) meliputi : perguruan tinggi, dunia

bisnis, militer dan masyarakat luas.

Semua jenis pelanggan tersebut adalah hal penting yang harus

dikenali oleh lembaga pendidikan atau kepala sekolah untuk kerjasama

antara supervisor (penyelia) dan pelanggan pendidikan agar menghasilkan

lulusan yang dapat memuaskan para pelanggan pendidikan.

Kepala sekolah yang dalam hal ini berperan sebagai seorang

manajer harus menarapkan perilaku yang berbeda dalam melibatkan

mereka dalam aktivitas pendidikan, yaitu kepala sekolah harus mampu

menggerakkan para guru, karyawan dan semua siswa untuk berperan

secara maksimal sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

3

Strategi dapat dilakukan untuk menggerakkan beberapa

komponen tersebut antara lain:

1. Motivating (memberi motivasi)

Motivasi adalah daya dorong yang dimiliki seseorang

pegawai baik yang bersifat intrisik maupun ekstrinsik yang

membuatnya mau dan rela bekerja sekuat tenaga dengan

mengarahkan segala kemampuan yang ada demi keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya.

Untuk membangkitkan motivasi guru dan karyawan, maka

kepala sekolah harus jeli dalam melihat setiap harapan,

keinginan dan kebutuhan mereka. Seseorang yang terpenuhi

kebutuhannya, maka dia akan menunjukkan komitmen kerja

yang tinggi, sebaliknya seseorang yang tidak terpenuhi

kebutuhannya maka akan cenderung menunjukkan resistance

(perlawanan) yang akan menghambat tercapainya tujuan

lembaga.

2. Developing (mengembangkan)

Dalam mengembangkan (developing), salah satu perilaku

yang sering dilakukan adalah memberi latihan (coaching) dan

bimbingan (montoring).

3. Supporting (memberi dukungan)

Memberi dukungan adalah perilaku kepemimpinan yang

diwujudkan dalam bentuk memberi pertimbangan

4

(consideration) dan perhatian (attention) terhadap kebutuhan

dan keinginan para bawahan.

4. Recognizing (memberi pengakuan)

Memberi pengakuan (Recognizing) adalah perilaku

memberi pujian dan memperlihatkan apresiasi kepada pegawai

untuk mencapai kinerja yang efektif. Tujuan pemberian

pengakuan ini adalah untuk memperkuat perilaku yang

diinginkan serta terciptanya komitmen yang kuat terhadap

keberhasilan tugas.

Adapun beberapa strategi dalam memberi pengakuan yaitu:

a. Mengakui setiap keberhasilan

b. Mengakui perbaikan-perbaikan dalam kinerja

c. Mengakui usaha pegawai meskipun gagal

d. Berilah pengakuan tepat pada waktunya

e. Gunakan bentuk pengakuan yang cocok

5. Rewarding (memberi imbalan)

Memberi imbalan (Rewarding) adalah kategori perilaku

kepemimpinan menyangkut pemberian manfaat yang berwujud

(tangible benefits) kepada pegawai. Imbalan-imbalan tersebut

dapat berupa kenaikan gaji, promosi jabatan, beasiswa studi

lanjut serta pendelegasian-pendelegaian yang mendidik.

Beberapa strategi dalam memberi imbalan yaitu:

5

a. Menetapkan prosedur pemberian

b. Mencari tahu imbalan apa yang menarik

c. Sesuaikan dengan standar kerja yang telah dicapai

d. Berilah imbalan pada waktu yang tepat (Sahlan, 2009 : 56-

60).

Kepala sekolah merupakan posisi yang sangat penting dalam suatu

sekolah. Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik.

Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terdapat

berbagai dimensi, yang satu sama lain saling berkaitan dan saling

menentukan. Bersifat unik karena sekolah memiliki karakter tersendiri,

tempat terjadinya proses belajar mengajar, dan tempat terselenggaranya

pembudayaan kehidupan manusia. Oleh karena sifatnya yang kompleks

dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat

koordinasi yang tinggi. ‘Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala

sekolah.’

Secara sederhana, kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai

seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu

sekolah, tempat diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di

mana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid

yang menerima pelajaran. Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang

memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa.

‘Kepala sekolah adalah mereka yang banyak menentukan irama

bagi sekolah mereka.’ Rumusan tersebut menunjukkan pentingnya peranan

6

kepala sekolah visioner dalam menggerakkan kehidupan sekolah guna

mencapai tujuan. Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah

yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks yang

unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah

(Deni dan Halimah, 2008 : 24-25).

Kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius itu perlu

dukungan dari berbagai pihak baik dari guru ,karyawan maupun para

peserta didik demi terciptanya suasana religius di sekolah.

Dalam tataran nilai, budaya religius berupa: semangat berkorban,

semangat persaudaraan, semangat saling menolong dan tradisi mulia

lainnya. Sedangkan dalam tataran perilaku, budaya religius berupa: tradisi

shalat berjamaah, gemar bersodaqoh, rajin belajar dan perilaku yang mulia

lainnya.

Dengan demikian, budaya religius sekolah pada hakikatnya adalah

terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagi tradisi dalam berperilaku dan

budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan

menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar

maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang tertanam

tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.

Oleh karena itu, untuk membudayakan nilai-nilai keberagamaan

(religius) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui:

kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di

kelas, kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas serta tradisi dan perilaku

7

warga sekolah secara kontinyu dan konsisten, sehingga tercipta religious

culture tersebut dalam lingkungan sekolah.

Saat ini, usaha penanaman nilai-nilai religius dalam rangka

mewujudkan budaya religius sekolah dihadapkan pada berbagai tantangan

baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, pendidikan

dihadapkan pada keberagamaan siswa, baik dari sisi keyakinan beragama

maupun keyakinan dalam satu agama. Lebih dari itu, setiap siswa

memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Oleh karena itu,

pembelajaran agama diharapkan menerapkan prinsip-prinsip

keberagamaan sebagai berikut:

1. Belajar Hidup dalam Perbedaaan

2. Membangun Saling Percaya (Multual Trust)

3. Memelihara Saling Pengertian (Multual Undestanding)

4. Menjunjung Sikap Saling Menghargai (Mutual Respect)

5. Terbuka dalam Berfikir

6. Apresiasi dan Interdependensi

7. Resolusi Konflik (Asmaun, 2010 : 76-77).

Berawal dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

mengkaji hal tersebut dalam sebuah penelitian dengan judul skripsi

‘‘Program Kepala Sekolah Untuk Menciptakan Suasana Religius di SMP

N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun

2015”.

8

B. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang

muncul untuk mendapatkan jawaban pada peneliti ini adalah:

1. Apa upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMP

N 1 Kedungjati Kecamatan kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun

2015 ?

2. Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang keberhasilan

menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan

kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 ?

3. Bagaimana hasil upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana

religius di SMP N 1 Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja upaya kepala sekolah dalam meningkatkan

keberhasilan dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1

Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang menghambat dan menunjang

keberhasilan dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1

Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015.

3. Untuk mengetahui hasil apa saja dalam menciptakan suasana religius

di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Grobogan Tahun 2015.

9

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat diadakannya penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan

sebagai hasil pengamatan langsung serta dapat memahami

penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selain studi di perguruan

tinggi.

b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

pendidikan, khususnya dalam aspek program kepala sekolah dalam

menciptakan suasana religius di sekolah.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan

dalam menciptakan suasana religius di sekolah

b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna

menciptakan suasana religius di sekolah.

E. Penegasan Istilah

1. Upaya Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Pola

kepemimpinannya sangat berpengaruh, bahkan sangat menentukan

terhadap kemajuan sekolah. Pada saat menjadi guru, tugas pokoknya

adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata

pelajaran tertentu. Adapun kepala sekolah tugas pokoknya adalah

10

‘memimpin’ dan ‘mengelola’ guru beserta stafnya untuk bekerja

sebaik-baiknya demi mencapai tujuan sekolah (Deni dan Halimah,

2008 : 67).

2. Religiusitas.

b. Pengertian Religiusitas

Apa itu religius? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:

198) dinyatakan bahwa religius berarti: bersifat religi atau keagamaan,

atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan) (Muhaimin,

2005 : 61-62).

Agama sebagai salah satu nilai yang dianut oleh sekelompok

masyarakat dapat membentuk corak dan dinamika kehidupan

bermasyarakat, karena agama dapat menjadi sumber inspirasi,

pengerak dan juga berperan sebagai pengontrol bagi kelangsungan dan

ketentraman hidup suatu kelompok masyarakat. Manusia sebagai

makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya

membentuk kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan dilingkungan

kehidupan yang masing-masing kelompok memiliki corak dan ciri

tersendiri yang membedakan dengan kelompok masyarakat lainnya.

Demikian pula di sekolah sebagai lembaga sosial yang di dalamnya

terjadi upaya pembiasaan atau pembudayaan terhadap nilai-nilai

tertentu, termasuk di dalam nilai-nilai agama sebagai acuan moral bagi

masyarakat umum. Pembudayaan itu dilakukan melalui proses

11

pembelajaran atau pembimbingan baik yang terjadi di dalam kelas

maupun di luar kelas.

Sekolah merupakan satuan organisasi sosial yang bergerak di

bidang pendidikan formal yang di dalamnya berlangsung penanaman

nilai-nilai budaya yang diupayakan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Dari sekolah inilah berlangsungnya pembudayaan

berbagai macam nilai yang diharapkan dapat membentuk warga

masyarakat yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan sebagai

bekal hidup peserta didik di masa yang akan datang.

Budaya sekolah berarti memberi pengertian bahwa sekolah perlu

didudukan sebagai suatu organisasi yang di dalamnya terdapat

individu-individu yang memiliki hubungan dan tujuan bersama.

Tujuan itu diarahkan untuk memenuhi kebutuhan individu-individu

atau memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Muhaimin (2009: 112-113), budaya sekolah merupakan

perpaduan nilai-nilai, keyakinan asumsi, pemahaman, dan harapan-

harapan yang diyakini oleh warga sekolah serta dijadikan pedoman

bagi perilaku dan pemecahan masalah (internal dan eksternal) yang

mereka hadapi . Dengan kata lain, bahwa budaya sekolah merupakan

semangat, sikap, dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan sekolah

atau kebiasaan-kebiasaan warga sekolah secara konsisten dalam

menyelesaikan masalah.

12

Walupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan

masyarakat namun memiliki ciri-ciri khas sebagai suatu sub-culture.

Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi

baru dan karena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan

kebudayaan umum.

Suatu sekolah harus dapat menciptakan budaya sekolahnya sendiri

sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan

sekolahnya. Kegiatan tidak hanya terfokus pada intrakurikuler, tetapi

juga ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan kreativitas, bakat dan

minat siswa. Selain itu, dalam menciptakan budaya sekolah yang

kokoh, kita hendaknya juga berpedoman pada misi dan visi sekolah

yang tidak hanya mencerdaskan otak saja, tetapi juga pengembangan

watak dan karakter siswa, serta mengacu pada 4 tingkatan kecerdasan

yaitu : kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ),

kecerdasan rohani (SQ) dan keserdasan sosial (Muhaimin, 2001 : 112-

113).

Melatih diri untuk senantiasa hidup bersih lahir batin adalah suatu

tuntutan yang harus dijalani. Namun, langkah itu sangat bergantung

pada keseriusan dan tekad diri kita sendiri. Pola hidup bersih harus

berawal dari diri sendiri. Mulailah berlatih hidup bersih dari hati, lisan,

sikap, dan tindakan (Abdullah, 2002 : 47). upaya untuk mewujudkan

suasana religius di sekolah bisa diterapkan dengan melatih pola hidup

bersih kepada peserta didik mulai sejak dini, karena kebersihan itu

13

ibadah yang paling ringan dikerjakan apabila mengerjakannya dengan

ikhlas, agar meningkatkan moral religiusitas peserta didik di sekolah

dapat diwujudkan dengan cara ibadah dan muamalah.

c. Pengertian Ibadah

Kata ibadah terambil dari akar dari abada yang biasa diartikan

antara lain dengan mengabdi, tunduk, taat, merendahkan diri dan

sebagainya. Sehingga tidak heran bila beberapa kamus-kamus bahasa

mengemukakan definisi ibadah berdasarkan arti-arti tersebut.

Sebagaimana perkataan Ibadah ini mempunyai ma’na yang jami’,

maka perkataan Ibadah ini mempunyai ma’na yang jami’ pula. Yakni,

dapat dimasukkan ke dalam perkataan mu’amalah segala rupa hukum.

Mu’amalah ditinjau dari jurusan tasawwuf, terbagi dua :

1. Mu’amalah dengan Tuhan yang diciptakan

2. Mu’amalah dengan makhluk (para hamba dan lain-lain) (Hasbi,

1987 : 1-7).

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

religiusitas adalah ketaatan dan keyakinan seseorang di dalam

menjalankan ajaran-ajaran agamanya yang diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ibadah.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Oleh sebab itu

pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.

14

Maksudnya dalam penelitian deskriftif kualitatif data yang

dikumpulkan bukan berupa angka melainkan data tersebut mungkin

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,

catatan memo, dan dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi

tujuan dalam penelitian deskriftif kualitatif ini adalah ingin

menggambarkan dan menginteraksikan objek sesuai apa adanya.

2. Kehadiran peneliti

Sesuai pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa kata-kata

maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati dan

dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk

selanjutnya ditelaah guna memperoleh makna. Oleh karena itu,

kehadiran peneliti sangat penting yaitu peneliti bertindak langsung

sebagai instrument dan sebagai pengumpulan data hasil observasi yang

mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian .

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan

Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015/2016.

4. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana asal data penelitian ini

diperoleh. Apabila peneliti misalnya menggunakan kuesioner atau

wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut

responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan, baik

tertulis maupun lisan.

15

Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi:

a. Data Primer: data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,

kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti

dengan nara sumber. Data yang diperoleh dari data primer ini harus

diolah lagi. Sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.

b. Data Sekunder: Data yang didapat dari catatan, buku, majalah berupa

laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel,

buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya. Data yang

diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber yang

tidak langsung memberikan data pada pengumpulan data (Wiratna,

2014 : 73-74).

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang cukup dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu;

a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu instrument yang digunakan untuk

menggali data secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara

mendalam agar kita mendapatkan data yang valid dan detail (Wiratna,

2014 : 74). Atau secara sederhana wawancara diartikan sebagai alat

pengumpulan data dengan mempergunakan Tanya jawab antara

pencari informasi dan kepala sekolah.

16

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

informasi tentang :

1) Peran kepala sekolah dalam menciptakan suasana relegius di SMP N

1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

2) Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang kepemimpinan

kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1

Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti (Wiratna, 2014 : 75).

Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan

dengan situasi dan kondisi SMP N 1 Kedungjati Kecamatan

Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 yang meliputi:

wawancara, letak geografis, keadaan siswa.

c. Dokumentasi

Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

memperoleh data yang berupa dokumen atau catatan-catatan yang ada

di SMP N 1 Kedungjati.

G. Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Faisal dalam Wiratna (2014: 34-35) analisis

data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah semua

data terkumpul dengan teknik analisis model interaktif: Analisis data

17

berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data

dengan alur tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam laporan atau data yang

terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh

direduksi, dirangkuman, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada

hal-hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilih-milih

berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan

memberikan gambaran yang lebih tajam tetang hasil pengamatan juga

mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan

atas sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian Data

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok

permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan

peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Penyimpulan dan Verivikasi

Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari

kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan

disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan

yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-

tahap selanjutnya akan semakin tegas daan memiliki dasar yang kuat.

Kesimpulan sementara perlu diverivikasi.

18

H. Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini diuraikan dalam bentuk bab-bab yang

berdiri sendiri-sendiri namun saling berhubungan antara satu bab dengan

yang lainnya karena keseluruhan bab merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisah-pisahkan. Dari masing-masing bab tersebut terbagi menjadi

beberapa sub bab yang saling berhubungan. Dengan diharapkan terbentuk

sistem penulisan dan pembahasan yang sistematis.

BAB 1 : PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat penelitian, Penegasan Istilah, Metode

Penelitian, Metode Analisis Data, Sistematika Penulisan

Skripsi.

BAB 11 : KAJIAN TEORI

Berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan landasan

teori tentang peran kepala sekolah dan suasana religius di

sekolah.

BAB 111 : HASIL PENELITIAN

Berisi paparan data dan gambaran umum SMP N 1

Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

dan hasil wawancara.

BAB 1V : PEMBAHASAN

Berisi tentang pembahasan yang merupakan bagian yang

menjelaskan temuan peneliti tentang program kepala

19

sekolah untuk menciptakan suasana religius di SMP N 1

Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

Tahun Ajaran 2015/2016.

BAB V : PENUTUP

Menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, saran-

saran dalam penelitian.

20

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Upaya Kepala Sekolah

Upaya kepala sekolah sangat besar karena kepala sekolah

merupakan pengambil kebijakan yang tertinggi dalam suatu sekolah.

a. Kepala Sekolah sebagai Educator (pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala

sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan

profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan

iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga

sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga

kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang

menarik. (Mulyasa, 2007 : 98-101).

b. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai

manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama, memberi

kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan

profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga

kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

sekolah (Mulyasa, 2007 : 103).

21

c. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah administrator memiliki hubungan yang

sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi

yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh

program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki

kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi

peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola

administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi

kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan (Mulyasa,

2007:107).

d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kependidikan utama pendidikan di sekolah dalam rangka

mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga

seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian

efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu

tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi

pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan (Mulyasa,

2007 : 111).

e. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus memberikan petunjuk

dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan,

membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader

22

dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga

kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil

keputusan, dan kemampuan berkomunikasi (Mulyasa, 2007 : 115).

f. Kepala Sekolah sebagai Innovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai

innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari

gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan

mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif

(Mulyasa, 2007:118).

B. Religiusitas

1. Pengertian Religiusitas.

Religiusitas Menurut Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum,

(Religi : Agama, kepercayaan), ( Religius : Yang bersifat keagamaan)

(Sulisman dan Sudarsono, 1994 : 198).

Religi mencakup kehidupan keagamaan baik agama tradisional

maupun agama yang datang kemudian yang mengatur hubungan

dengan Yang Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan

lingkungan hidupnya (Said, 2003 : 177).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “religius” adalah bersifat

religi, yang bersangkut paut dengan religi, sedangkan “religi”

merupakan patuh pada ajaran agama, saleh. Agama adalah hal yang

23

paling mendasar dijadikan sebagai landasan dalam pendidikan, karena

agama memberikan dan mengarahkan fitrah manusia, memenuhi

kebutuhan batin, menuntun kepada kebahagiaan dan menunjukan

kebenaran.

Keberagamaan atau religiusitas (kata sifat: religius) tidak selalu

identik dengan agama. Agama lebih menunjukkan kepada

kelembagaan kebaktian kepada Tuhan, dalam aspek resmi, yuridis,

peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya. Sedangkan keberagamaan

atau religiusitas lebih melihat kepada aspek yang “di dalam lubuk hati

nurani” pribadi ( Muhaimin, 2008:288). Oleh karna itu, religiusitas

atau sifat religius lebih dalam dari agama yang tampak formal.

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi

kehidupan manusia. Aktivitas beragam bukan hanya terjadi ketika

seseorang melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan

supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang

tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan

terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan

meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian, agama

adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.

Menurut Glock & Stark dalam ( Ancok dan Suroso, 1994: 76)

Agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan

sistem perilaku yang terlambangkan, yang semuanya itu berpusat pada

24

persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Jadi

Agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.

Budaya religius sekolah merupakan cara berfikir dan cara

bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius

(keberagamaan). Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran

agama secara menyeluruh. Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al

Baqarah ayat 208

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke

dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah

syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Sahlan,

2010: 75).

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

religiusitas adalah keagamaan bersifat religi meliputi berbagai macam

dimensi, keyakinan seseorang di dalam menjalankan ajaran-ajaran

agamanya, perilaku yang tercemin untuk diwujudkan untuk kehidupan

manusia sehari-hari dengan simbol dan nilai sebagai adanya makna

kepercayaan dalam berbagai agama.

25

2. Dimensi-dimensi Religiusitas.

Religiusitas menurut Glock & Stark dalam Ancok dan Suroso

(1994: 77-78) ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi

keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama

(ritualistic), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman

(konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual).

a. dimensi keyakinan

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang

religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan

mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama

mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut

diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup

keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama,

tetapi seringkali juga di antara tradisi-tradisi dalam agama yang

sama.

b. dimensi praktik agama.

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan

hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen

terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini

terdiri atas dua kelas penting, yaitu:

1) Ritual

Ritual yaitu dimana seseorang yang religius akan

melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diperintah oleh

26

agama yang diyakini dengan melaksanakannya sesuai ajaran

yang telah ditetapkan.

Indikatornya antara lain: selalu melakukan sembahyang

dengan rutin, melakukan kegiatan keagamaan seperti

mendegarkan ceramah agama, melakukan dakwah agama,

melakukan kegiatan amal, bersedekah, dan berperan serta

dalam kegiatan keagamaan seperti ikut berpartisipasi dan

bergabung dalam suatu perkumpulan keagamaan.

2) Ketaatan

Ketaatan yaitu dimana seseorang yang secara batiniah

mempunyai ketetapan untuk selalu menjalankan aturan yang

telah ditentukan dalam ajaran agama dengan cara

meningkatkan frekuensi dan intensitas dalam beribadah.

Indikatornya antara lain: khusuk ketika mengerjakan

sembahyang atau kegiatan keagamaan, membaca doa ketika

akan melakukan pekerjaan dan selalu mengucapkan syukur

pada Tuhan. Individu yang menghayati dan mengerti serta

selalu ingat pada Tuhan akan memperoleh manfaat, antara lain:

ketenangan hati, perasaan yang tenang, aman dan merasa

memperoleh bimbingan serta perlindungan-Nya.

Kondisi seperti itu menyebabkan individu selalu

melihat sisi positif dari setiap permasalahan yang dihadapi dan

27

berusaha mencari solusi yang tepat dalam memecahkan

masalah yang membuat dirinya tertekan.

c. Dimensi pengamalan

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkatan muslim

berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu

bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan

manusia lain. Dalam Islam, dimensi ini meliputi perilaku suka

menolong, bekerjasama, menegakkan keadilan dan kebenaran,

berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup.

d. Dimensi pengetahuan agama.

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat

pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran

agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya dalam

Islam, Dimensi ini menyangkut tentang isi Al-Qur’an, pokok-

pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun

Islam dan rukun Iman), hukum-hukum Islam dan sejarah Islam.

e. Dimensi pengalaman atau Penghayatan

Dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh tingkat

muslim dalam merasakan dan mengalami pengalaman-

pengalaman religius. Dalam Islam, dimensi ini terwujud dalam

perasaan dekat dengan Allah, merasa bahwa doa-doanya

dikabulkan, takut ketika melanggar aturan, dan merasakan

tentang kehadiran Tuhan.

28

Berdasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan di

atas maka peneliti mengacu pada teori Glock dan Stark sebagai

dasar dalam pembuatan skala karena teori tersebut mencakup

lima dimensi yang mendasari individu dalam religiusita.

Dimensi tersebut meliputi: keyakinan, praktik agama,

pengalaman, pengetahuan agama, pengamalan atau

konsekuensi.

3. Fungsi Religiusitas

Fungsi religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi

agama. Agama merupakan kebutuhan emosional manusia dan

merupakan kebutuhan alamiah yang terjadi dalam batin manusia.

Menurut Jalaluddin (1995 : 233-236) fungsi agama bagi manusia

meliputi.

a. Berfungsi Sebagai Edukatif

Dalam agama terdapat ajaran-ajaran agama yang harus

dipatuhi oleh penganutnya. Ajaran tersebut mengandung unsur

suruhan dan larangan mempunyai latar belakang mengarahkan

bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa

dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.

b. Berfungsi Sebagai penyelamat

Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada

penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu

dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama

29

mengajarkan para penganutnya melalui pengenalan kepada

masalah sakral, berupa keimanan kepada Tuhan.

c. Berfungsi Sebagai Pendamaian

Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat

mencapai kedamaian melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan

rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila

seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat,

pensucian ataupun penebus dosa.

d. Berfungsi Sebagai Sosial kontrol

Ajaran agama oleh penganutnya diangap sebagai norma

sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan

sosial secara individu maupun kelompok.

e. Fungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan

merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan, yaitu iman dan

kepercayaan. Rasa ini akan membina rasa solidaritas dalam

kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat

membina rasa persaudaraan yang kokoh.

f. Berfungsi transformatif

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian

seseorang menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama

yang dianutnya. Kehidupan agama yang baru diterimanya

berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadang kala mampu

30

mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang

dianutnya sebelum itu.

g. Berfungsi Kreatif

Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin

dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk

melakukan inovasi dan penemuan baru ( Jalluddin, 1996 : 233-

236).

4. Wujud Budaya Religius di Sekolah

Budaya religius adalah sekumpulan nilai-nilai agama yang

melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol

yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi,

peserta didik, dan masyarakat sekolah. Sebab itu budaya tidak hanya

berbentuk simbolik semata sebagaimana yang tercermin di atas, tetapi

di dalam penuh dengan nilai-nilai. Perwujudan budaya juga tidak

hanya muncul begitu saja, tetapi melalui proses pembudayaan

diantaranya yaitu:

1. Senyum, Salam, Sapa (3S)

Dalam Islam sangat dianjurkan memberikan sapaan pada orang

lain dengan mengucapkan salam. Ucapan salam di samping sebagai

doa bagi orang lain juga sebagai bentuk persaudaraan antara

sesama manusia. Secara sosiologis sapaan dan salam dapat

meningkatkan interaksi antara sesama, dan berdampak pada rasa

31

penghormatan sehingga antara sesama saling dihargai dan

dihormati.

Senyum, sapa dan salam dalam perspektif budaya

menunjukkan bahwa komunitas masyarakat memiliki kedamaian,

santun, saling tenggang rasa, toleran dan rasa hormat. Dulu bangsa

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun, damai dan

bersahaja. Namun seiring dengan perkembangan dan berbagai

kasus yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, sebutan tersebut

berubah menjadi sebaliknya. Sebab itu, budaya senyum, salam dan

sapa harus dibudayakan pada semua komunitas, baik di keluarga,

sekolah atau masyarakat sehingga cerminan bangsa Indonesia

sebagai bangsa yang santun, damai, toleran dan hormat muncul

kembali.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk membudayakan nilai-nilai

tersebut perlu dilakukan keteladanan dari para pemimpin, guru dan

komunitas sekolah. Di samping itu perlu simbol-simbol, slogan

atau motto sehingga dapat memotivasi siswa dan komunitas

lainnya dan akhirnya menjadi budaya sekolah.

2. Saling Hormat dan Toleran

Budaya saling hormat dan toleran juga Nampak ada di sekolah.

Saling menghormati antara yang muda dengan yang lebih tua,

menghormati perbedaan pemahaman agama, bahkan saling

menghormati antar agama yang berbeda.

32

Masyarakat yang toleran dan memiliki rasa hormat menjadi

harapan bersama. Dalam perspektif apapun toleransi dan rasa

hormat sangat dianjurkaan. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang

berbinneka dengan ragam agama, suku dan bahasa sangat

mendambakan persatuan dan kesatuan bangsa, sebab itu melalui

Pancasila sebagai falsafah bangsa menjadi tema persatuan sebagai

salah satu sila dari pancasila, untuk mewujudkan hormat sesama

anak bangsa.

Fenomena perpecahan dan konflik yang terjadi di Indonesia

sebagian besar disebabkan karena tidak adanya toleransi dan rasa

hormat diantara sesama agama atau masyarakat yang memiliki

paham, ide, atau agama yang berbeda. Sebab itu melalui

pendidikan dan dimulai sejak dini, sikap toleran dan rasa hormat

harus dibiasakan dan dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejalan dengan budaya hormat dan toleran, dalam Islam

terdapat konsep ukhuwah dan tawadlu. Konsep tawadlu secara

bahasa adalah dapat menempatkan diri, artinya seorang harus dapat

bersikap dan berperilaku sebaik-baiknya (rendah hati, hormat,

sopan dan tidak sombong). Konsep ini sangat terlihat dalam

budaya pesantren, bagaimana seorang santri hormat atau tawadlu

pada kyai. Dalam Islam guru sangat dihormati sebab itu ada

konsep “berkah”, artinya seorang murid hanya akan mendapatkan

ilmu yang bermanfaat apabila memperoleh berkah dari sang guru.

33

3. Puasa Senin Kamis

Puasa merupakan bentuk peribadatan yang memiliki nilai

yang tinggi terutama dalam pemupukan spiritualitas dan jiwa

sosial. Puasa hari senin dan kamis ditekankan di sekolah disamping

sebagai bentuk peribadat sunnah muakkad yang sering dicontohkan

Rasulullah SAW, juga sebagai sarana pendidikan dan pembelajaran

tazkiyah agar siswa dan warga sekolah memiliki jiwa yang bersih,

berpikir dan bersikap positif, semangat dan jujur dalam belajar dan

bekerja, dan memiliki rasa kepedulian terhadap sesama.

Nilai-nilai yang ditumbuhkan melalui proses pembiasaan

berpuasa tersebut merupakan nilai-nilai luhur yang sulit dicapai

oleh siswa-siswi di era sekarang ini, disamping hantaman budaya

negatif dan arus globalisasi juga karena piranti untuk penangkal

arus budaya negatif tersebut yang tidak maksimal baik dalam

bentuk pendidikan maupun keteladanan dari tokoh dan warga

masyarakat. Sebab itu melalui pembiasaan puasa senin kamis

diharapkan dapat menumbuhkan nilai-nilai luhur tersebut yang

sangat dibutuhkan oleh generasi saat ini (Sahlan, 2010: 116-119).

4. Shalat.

Secara etimologi kata shalat berarti doa. Sedangkan secara

terminologi bahwa shalat adalah seperangkat perkataan dan

perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu dimulai

dengan takbir dan di akhiri dengan salam. Shalat menempati

34

kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh banyak ibadah lainnya.

Karena shalat juga merupakan rukun Islam.

Umat Islam diharapkan mengerjakan shalat pada waktunya

dengan didorong rasa taat dan tunduk kepada perintah Allah.

Rahasia waktu-waktu yang ditentukan itu tidak seorangpun tahu

kecuali Allah dan Rosul. Sedemikian pula tentang cahaya dari

berkah dan rahmat Allah yang turun pada waktu-waktu tersebut

(An-nadwi, 1992 : 18).

Dalam Islam dibagi dua macam, yaitu shalat fardhu dan

shalat sunnah. Pelaksanaan shalat dan pengulangan shalat sehari

semalam terdapat hikmah yang besar sebagai santapan sehat dan

komplit untuk jiwa, sebagai penjagaan dari malaikat Allah, sebagai

penyaring hati dan jiwa dari debu-debu materi (An-nadwi, 1992 :

19). Shalat wajib disyaratkan untuk berjamaah karena dengan

berjamaah umat Islam akan mendapatkan faedah yang berharga

diantaranya ada yang bersifat sosial dan kebersamaan, seperti

persatuan, solidaritas dan persaudaraan (An-nadwi, 1992 : 49).

Shalat dhuha sudah menjadi kebiasaan bagi siswa.

Melakukan ibadah dengan mengambil wudlu dilanjutkan dengan

shalat dhuha dilanjutkan dengan membaca al-Quran memiliki

implikasi pada spiritualitas dan mentalitas bagi seorang yang akan

dan sedang belajar. Dalam Islam seorang yang akan menuntut ilmu

dianjurkan untuk melakukan pensucian diri baik secara fisik

35

maupun ruhani. Berdasarkan pengalaman para ilmuwan muslim

seperti, al-Ghozali, Imam Syafi’I, Syaikh Waqi, menuturkan bahwa

kunci sukses mencari ilmu adalah dengan mensucikan hati dan

mendekatkan diri pada Allah SWT (Sahlan, 2010: 120).

5. Membaca Al-quran.

Al-quran biasa didefinisikan sebagai firman Allah yang

disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai redaksinya kepada nabi

Muhammad, dan diterima umat Islam secara mutawatir (Shihab,

1997 : 43). Fungsi Al-quran bukan hanya sebutan untuk dibaca,

juga memperingatkan kepada seseorang untuk mengingatkan dari

hari pembalasan, berdialog dengan orang-orang yang hidup bahwa

hari pembalasan itu ada (Shihab, 1997 : 48).

Oleh karena itu bacaan dan hafalan Al-quran harus

dilakukan terus menerus, sebab kekalnya Al-quran merupakan

salah satu keistimewaan tersendiri. Hal ini tercermin daripada

penghafalnya yang tidak pernah putus dari generasi ke generasi.

Termasuk masalah tulisan dan hafalan secara lisan dan tulisan.

Terus menerus membacanya Al-quran harus tetap dilestarikan,

karena merupakan salah satu bagian terpenting dari ajaran Islam

dan penganutnya (Al-Ghazali, 1996 : 23).

Tadarus al-Qur’an atau kegiatan membaca al-Qur’an

merupakan bentuk peribadatan yang diyakini dapat mendekatkan

diri kepada Allah SWT. Dapat meningkatkan keimanan dan

36

ketakwaan yang berimplikasi pada sikap dan perilaku positif, dapat

mengontrol diri, dapat tenang, lisan terjaga, dan istiqamah dalam

beribadah.

Tadarrus al-Qur’an disamping sebagai wujud peribadatan,

meningkatkan keimanan dan kecintaan pada al-Qur’an juga dapat

menumbuhkan sikap positif di atas, sebab itu melalui tadarrus al-

Qur’an siswa-siswi dapat tumbuh sikap-sikap luhur sehingga dapat

berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dan juga dapat

membentengi diri dari budaya negatif (Sahlan, 2010: 120-121).

6. Doa.

Orang Islam percaya kepada kekuasaan Tuhan dalam

mewujudkan kepentingan manusia. Dan manusia diperinah untuk

memohon pertolongan Allah karena Allah berjanji akan

mengabulkan doanya.

Manusia selalu berdoa dan merasa dekat kepada Allah

apabila sedang mengalami kesusahan ataupun kesedihan. Akan

tetapi dalam keadaan senang seorang manusia menjadi lupa

bersyukur akan apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Doa

itu ada kalanya langsung dikabulkan dan ditunda Allah. Umat

Islam diwajibkan selalu berdoa baik itu sesudah shalat atau

sebelum melakukan sesuatu agar terhindar dari gangguan setan

dan setiap saat dilindungi Allah.

37

Istighasah adalah do’a bersama yang bertujuan memohon

pertolongan dari Allah SWT. Inti dari kegiatan ini sebenarnya

dhikrullah dalam rangka taqarrub ila Allah (mendekatkan diri

kepada Allah SWT). Jika manusia sebagai hamba selalu dekat

dengan Sang Khaliq, maka segala keinginannya akan dikabulkan

oleh-Nya.

Istilah ini biasa digunakan dalam salah satu madzab atau

tarikat yang berkembang dalam Islam. Kemudian dalam

perkembanganya juga digunakan oleh semua aliran dengan tujuan

meminta pertolongan dari Allh SWT. Dalam banyak kesempatan,

untuk menghindarkan kesan eklusif maka sering digunakan istilah

do’a bersama (Sahlan, 2010: 121).

5. Bentuk-bentuk religiusitas (Heri, 2008: 26-30).

a. Kewajiban terhadap Allah SWT

Terdapat sepuluh kewajiban terhadap Allah SWT, yang

harus dilaksanakan oleh kita,

1. Beriman kepada Allah SWT

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah kepada

Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu,

berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah .

Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al-Hujaraat: 15).

Pengertian beriman kepada Allah di sini adalah menyakini

keberadaan Allah beserta sifat-sifat yang dimiliki-Nya.

38

Maksudnya kita harus yakin bahwa Allah itu ada serta Dia

memiliki sifat-sifat yang mulia (Asmaul Husna). Beriman

kepada Allah merupakan dasar utama keimanan, dari sinilah

melahirkan ketaatan terhadap yang lainnya. Hanya ketaatan

yang berdasarkan keimanan kepada Allah sajalah yang benar

dan akan diterima. Kebalikan dari beriman kepada Allah adalah

musyrik, meyakini adanya tuhan atau kekuasaan selain Allah.

Perbuatan musyrik adalah dosa besar yang tidak akan diampuni

Allah kecuali bertaubat dengan sungguh-sungguh (taubatan

nasuha).

2. Ta’at kepada Allah SWT

“Sesungguhnya jawaban orang-orang beriman; bila mereka

diseru kepada Allah dan Rasulnya di antara mereka ialah

ucapan, “ Kami mendengar dan kami patuh”. Dan mereka

itulah orang-orang yang beruntung” (QS. An Nuur: 51).

Buah dari beriman kepada Allah adalah ketaatan terhadap-

Nya. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah akan taat

kepada semua perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-

Nya. Kebalikan dari taat kepada Allah adalah ingkar (kufur)

terhadap-Nya. Orang yang melakukan perbuatan kufur disebut

kafir. Orang kafir menolak keberadaan Allah serta menolak

semua perintah-Nya.

39

3. Berzikir kepada Allah SWT

“ Maka berzikirlah (ingatlah) kepada-ku, niscaya Aku ingat

pula kepadamu” QS. Ai-Baqarah: 152).

Berzikir artinya mengingat Allah, Berzikir bisa dilakukan

dengan mengingat Allah dalam hati; atau menyebutnya (berupa

ucapan-ucapan zikrullah) dengan lisan; atau bisa juga dengan

mentadaburi atau mentafakuri (memikirkan kekuasaan Allah)

yang terdapat pada alam semesta. Dalam surat Al Ahzab ayat 41

kita diperintah untuk senantiasa berzikir kepada Allah dengan

sebanyak-banyaknya. Mengapa kita harus berzikir? Dengan

berzikir kita akan senantiasa ingat kepada Allah, hati menjadi

tentram dan akan menjauhkan kita dari perbuatan tercela.

Kebalikan dari berzikir adalah menolak dari mengingat

Allah. Orang seperti ini akan selalu gampang (gelisah tak

menentu), mudah putus asa dalam hidup ini, serta mudah

disesatkan oleh setan laknatullah.

4. Berdo’a kepada Allah SWT

“Berdoalah kamu kepada-Ku, maka akan Ku-kabulkan do’amu

itu” (QS. Al Mu’min: 60).

Berdo’a artinya mengajukan permohonan kepada Allah.

Berdo’a merupakan bukti pengakuan kita terhadap kekuasaan

Allah, karena dengan kekuasaan dan kebutuhan kita bisa

terpenuhi.

40

Apabila kita meminta kepada manusia; semakin banyak

permintaan kita kepada orang itu semakin keberatanlah ia,

bahkan bisa jadi ia akan marah dan menolak mentah-mentah

permintaan kita. Tetapi meminta atau memohon kepada Allah

berbeda. Semakin banyak dan semakin sering kita meminta

kepada-Nya, maka Allah akan senang kepada kita. Kebalikan

dari do’a adalah takabur kepada Allah. Takabur artinya merasa

diri besar, merasa bisa memenuhi semua kebutuhan oleh sendiri,

tidak merasa memerlukan Allah dan sombong terhadap-Nya.

Orang seperti ini dimurkai Allah. “ Allah sangat murka

terhadap orang yang tidak pernah berdo’a kepada-Nya”,

demikian firman Allah dalam sebuah hadis qudsi.

5. Bertakwakal kepada Allah SWT

“Karna itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min

bertawakal” (QS. Ali Imran: 122 dan Al Maidah: 11).

Bertawakal artinya menyerahkan keputusan kepada Allah,

setelah kita berupaya semaksimalnya. Dengan bertawakal maka

beban hidup kita akan terkurangi, dan tidak menjadikan kita

stres. Kita menganggap apapun keputusan yang dikehendaki

Allah, itulah yang terbaik bagi kita. Kebaikan dari tawakal

adalah takabur, karena menganggap berkuasa atas segalanya,

sedangkan Yang Maha Kuasa hanyalah Allah SWT. Allah

41

sangat tidak suka kepada orang yang tidak bertawakal kepada-

Nya.

6. Husnudhan kepada Allah SWT

Dlam hadits qudsi, Allah berfirman:

“Aku menurut dugaan hamba-hambaKu terhadap Aku”

(diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Husnudhan artinya berbaik sangka kepada Allah SWT. Kita

selalu berbaik sangka kepada Allah dan apapun yang ditetapkan

oleh Allah untuk kita, itulah yang terbaik.

Seperti dijelaskan dalam hadits qudsi di atas, bahwa Allah

menurut dugaan hamba-hamba-Nya, contohnya apabila orang

berperasangka baik kepada Allah, maka Allah-pun akan berbuat

baik kepadanya; tapi apabila ada orang yang berprasangka buruk

maka keburukanlah yang akan didapatkan oleh orang tersebut.

Kebalikan dari husnudhan adalah su’udhan atau

berperaasangka buruk kepada Allah. Akibat yang akan

diperolehnya adalah keburukan sebagaimana anggapannya

terhadap Allah.

7. Bersyukur kepada Allah SWT

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami ( Allah )akan

menambah (nikmaat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari

(nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih”

(QS. Ibrahim: 7).

42

Bersyukur secara sederhana dapat diartikan sebagai

ungkapan terima kasih kita kepada Allah. Dengan cara

bagaimana kita bersyukur kepada Allah? Dengan cara

melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua

larangan-Nya, serta memanfaatkan semua yang dianugrahkan

Allah secara benar.

Syukur merupakan ciri utama dari iman, dengan demikian

orang yang tidak pernah bersyukur kepada Allah berarti ia tidak

(kurang) beriman sekaligus kufur (ingkar) kepada Allah SWT.

8. Bersabar terhadap cobaan dari Allah SWT

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan

(kepada Allah) dengan sabar dan shalat, karna sesungguhnya

Allah itu beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al Baqarah:

153).

Bersabar adalah tabah menerima cobaan atau ujian dari

Allah SWT. Tapi tentu saja sambil berusaha untuk mengubah

atau memperbaikinya apabila kita mampu.

Bersabar merupakan ciri utama orang beiman. Orang

beriman akan bersyukur apabila ia mendapat nikmat; dan akan

bersabar apabila ia mendapat musibah/cobaan. Orang beriman

akan bersabar terhadap semua cobaan dari Allah. Hal itu

apabila dilakukan dengan ikhlas maka akan berpahala dan

menambah cinta kasih Allah kepada kita.

43

Kebalikan dari sabar adalah putus asa. Orang yang tidak

beriman mudah putus asa dalam menjalani kehidupan ini,

malah ada yang sampai bunuh diri karena putus asa. Apabila

ini terjadi, maka ia telah melakukan dosa besar yang tiada

terampuni.

9. Ikhlas dalam Beribadah kepada Allah SWT

“Tiada mereka diperintah kecuali supaya menyembah kepada

Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama yang lurus dan

mendirikan shalat serta mengeluarkan zakat. Itulah agama yang

lurus” (QS. Al Bayyinah:5).

Ikhlas artinya bersih dari mengharap selain Allah.

Maksudnya aktivitas apa pun yang kita lakukan itu adalah

semata-mata karena Allah. Kita melaksanakan ibadah, itu karna

Allah memerintahkannya dan kita laksanakan dengan ikhlas.

Kita menjauhi dosa dan maksiat; karena Allah melarangnya, dan

kita pun ikhlas untuk menjauhinya.

Ibadah yang dilaksanakan dengan ikhlas saja yang akan

diterima dan diberkahi Allah. Oleh karna itu, kita harus

berupaya untuk selalu ikhlas dalam beribadah dan menjalani

hidup ini, supaya amalan kita diterima dan diberkahi Allah.

Kebalikan dari ikhlas adalah riya, yaitu mengharap pujian atau

balasan selain dari Allah. Riya merupakan syirik kecil

maksudnya kita telah menyekutukan Allah karena ada yang

44

diharap selain Allah. Ini merupakan perbuatan tercela dan tanda

orang munafik.

10. Mengharap Ridla Allah SWT

“Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya”

(QS. Al Bayyinah: 8).

Mengharap ridla Allah disebut juga mardotillah. Apapun

yang dilakukan, kita mengharap Allah meridlainya. Mengharap

ridla Allah tentu saja harus sesuai dengan ketentuan dan ajaran

Islam; karena tidak mungkin Allah ridla apabila yang kita

lakukan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam atau tidak

diperintah Allah maupun Rasulnya; apalagi bila sampai

bertentangan dengan ajaran Islam.

Orang yang senantiasa mengharap ridla Allah, maka ia akan

bahagia dan diberkahi dalam hidupnya; baik di dunia maupun di

akhirat. Sebaliknya orang yang tidak mengharap ridha Allah

berarti ia tidak akan bahagia dan tidak diberkahi hidupnya di

dunia apalagi di akhirat.

b. Kewajiban terhadap Sesama Manusia

Pada umumnya kewajiban terhadap sesama manusia hampir

sama dengan terhadap sesama muslim, hanya bedanya kalau

terhadap sesama muslim kita terikat oleh kesamaan akidah dan

agama sehingga bersifat khusus, sedangkan terhadap sesama

manusia kita terikat oleh kesamaan iman sebagai makhluk Allah

45

SWT . Berdasarkan hal tersebut maka kewajibannya pun hampir

sama, yakni:

1. Menghormati dan memenuhi hak-haknya

Ada lima hak dasar manusia yang harus dihormati, yaitu:

a. Hak untuk hidup

b. Hak untu beragama

c. Hak untuk mendapat pendidikan

d. Hak untuk bekerja

e. Hak untuk berpendapat/menentukan pilihan

Dalam pelaksanaan hak asasi tersebut tidak berarti

diperbolehkan berbuat semaunya dengan dalil memiliki hak asasi

karena pada dasarnya pelaksanaan hak asasi kita dibatasi oleh hak

asasi orang lain, artinya kita tidak boleh sampai merugikan atau

melanggar hak asasi orang lain.

Agama islam sebenarnya sangat menjunjung hak-hak dan

nilai nilai kemanusiaan. Jangankan sampai merampas hak-hak

kemanusiaan, menyinggung perasaannya saja tidak diperbolehkan.

Oleh karena itu, salah apabila ada yang menganggap bahwa umat

islam adalah kejam, sadis dan suka sehingga dicap sebagai teroris.

Sehubungan dengan itu menjadi kewajiban umat Islam

untuk menunjukkan kepada seluruh umat manusia. Bahwa Islam

beserta umatnya adalah sesuai dengan namanya berarti selamat,

damai, dan sejahtera; membawa keselamatan, kedamaian, dan

46

kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, bahkan bagi semesta

alam.

2. Bersikap lemah-lembut dan sopan santun

Dalam pergaulan hidup sehari-hari sangat diperlukan sikap

lemah lembut dan sopan santun. Hal ini perlu dilakukan tanpa

memandang (membedakan) suku bangsa, ras , keturunan, agama,

golongan, kedudukan, tingkat sosial, maupun tingkat pendidikan.

Pada dasarnya setiap orang senang diperlakukan dengan

lemah lembut dan sopan santun. Hal itu sebenarnya mengajarkan

sikap sopan-santun serta kasih-sayang kepada sesama manusia dan

makhluk Tuhan. Dalam Islam ada anjuran menyayangi semua yang

ada di muka bumi, karena dengan demikian akan disayang Tuhan

dan para malaikat yang ada di langit.

3. Saling menolong dalam kebaikan

Manusia memiliki tiga predikat kebaikan dalam hidupnya

yaitu sebagai insan Tuhan, insan sosial, dan insan politik. Sebagai

insan Tuhan harus melaksanakan tugas yakni beribadah. Sebagai

insan sosial ia harus bermasyarakat atau hidup rukun dengan warga

Negara yang baik.

Dalam ajaran Islam penjabarannya bisa lebih luas lagi;

yakni manusia (khusunya umat Islam) harus melaksanakan

tugasnya sebagai makhluk Allah (habluminallah), kemudian

47

terhadap sesama manusia (habluminannas) dan terhadap alam

semesta (hablum minal alam).

Saling menolong tanpa memandang (membedakan) ras,

suku, bangsa, agama, keturunan, status sosial dan pendidikan

merupakan kewajiban manusia dalam hidupnya. Berbahagialah

mereka yang dalam hidupnya bisa hidup rukun, saling menolong,

dan bermanfaat bagi sekitarnya. Rasulullah bersabda,

“Sebaik-baik manusia adalah yang memberi / membawa

manfaat bagi orang-orang di sekitarnya”.

4. Mengajak kebaikan dan mencegah keburukan

Kedua hal ini, yakni mengajak kebaikan dan mencegah

keburukan, merupakan suatu rangkaian yang tak bisa dipisahkan

dengan mengajak dalam kebaikan berarti kita mencegahnya dari

berbuat buruk; dan dalam mencegah keburukan berarti kita telah

menuju kearah kebaikan.

Sebagai umat Islam atau beragama yang baik, tentu akan

bersedia untuk mengingatkan dan diingatkan, menasehati dan

dinasehati, menegur dan ditegur, mengajak dan diajak (dalam hal

yang benar) serta mencegah dan dicegah dalam hal keburukan.

c. Kewajiban terhadap Alam Sekitar

Ada dua fungsi utama diciptakannya manusia, yakni untuk

beribadah (seperti difirmankan Allah dalam Surat Adz

48

Dzariyat:56) dan sebagai khalifah di muka bumi (seperti tertera

dalam surat Al Baqarah: 30).

Fungsinya kedua dari manusia sebagai khalifah di muka

bumi artinya manusia bertugas mengelola semua yang ada dan

telah diciptakan Allah di muka bumi erat kaitannya dengan alam

sekitar.

Sehubungan dengan itu ada tiga kewajiban utama manusia

terhadap alam sekitar, yaitu:

1) Mengelola sumber daya alam

Di dalam semesta ini banyak terdapat sumber daya yang

dapat diolah dan didayagunakan oleh manusia; baik yang

terdapat di darat maupun di lautan. Di antara sumber daya itu

ada yang sudah ditemukan, diolah, dan didayagunakan; namun

ada juga yang belum secara optimal terutama yang berada di

lautan. Sesungguhnya di lautan itu banyak terdapat sumber

daya apabila dikelola dan didayagunakan dengan lebih baik,

namun tentu saja memerlukan sarana, prasarana dan fasilitas

yang lebih canggih.

2) Tidak merusak lingkungan

Manusia sudah diserahi tugas oleh Allah untuk mengolah

dan mengelola sumber daya yang terdapat di alam ini; bukan

hanya yang terdapat di muka bumi ini tetapi juga yang berada

di planet-planet lain apabila ternyata ada.

49

Dalam mengolah dan mengelola sumber daya yang terdapat

di alam ini manusia dipersilakan untuk mengarahkan semua

potensi serta peralatan yang dimilikinya secara maksimal.

Namun ada satu syarat harus dipenuhi, yakni tidak boleh

membuat kerusakan di muka bumi.

3) Memanfaatkan sumber daya alam

Manusia diberi kebebasan untuk mengolah, mengelola dan

mendayagunakan semua potensi serta sumber daya yang

terdapat di alam ini secara maksimal; namun harus

diperuntukkan bagi kesejahteraan umat manusia. Dengan

demikian tidak bolehkan kita berbuat tamak dalam

memanfaatkan sumber daya itu hanya untuk kebutuhan sendiri

atau kelompok-nya saja, tapi juga harus untuk kesejahteraan

semua manusia. Tidak hanya untuk manusia yang hidup

sekarang, tapi juga yang akan hidup di masa datang (Heri,

2008 : 41-42).

6. Menerapkan Strategi Suasana Religius

a. Keteladanan

Keteladanan merupakan perilaku yang memberikan contoh

kepada orang lain dalam hal kebaikan. Rasulullah saw sendiri di

utus ke dunia tidak lain adalah untuk menyempurnakan Akhlak

dengan memberikan contoh pribadi beliau sendiri.

50

Dalam mewujudkan budaya religius sekolah menurut

Muhaimin, dapat dilakukan melalui pendekatan keteladanan dan

pendekatan persuasif atau mengajak kepada warga sekolah dengan

cara yang halus, dengan memberikan alasan dan prospek baik yang

bisa meyakinkan mereka. Sikap kegiatannya berupa proaksi, yakni

membuat aksi atas inisiatif sendiri, jenis dan arah ditentukan sendiri,

tetapi membaca munculnya aksi-aksi agar dapat ikut memberi

warna dan arah pada perkembangan nilai-nilai religius di sekolah

(Sahlan, 2009: 131).

b. Aturan

Norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat. Norma

bermasyarakat lewat pendidikan. Normative digandengkan re-

educative (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan mengganti

paradigma berpikir warga sekolah yang lama dengan yang baru.

Pada strategi pertama tersebut dikembangkan melalui

pendekatan perintah dan larangan atau reward dan punishment.

Allah swt memberikan contoh dalam hal Shalat agar manusia

melaksanakan setiap waktu dan setiap hari, maka diperlukan

hukuman yang sifatnya mendidik (Muhaimin, 2008: 188).

c. Membangun Kesadaran Diri

Upaya untuk membangun kesadaran diri dapat dilakukan oleh

guru bidang studi yang lain, misalnya guru biologi dan guru bahasa.

Dalam pembelajaran bahasa guru juga memberikan pemahaman

51

kepada siswa bahwa ketika berbicara dengan kepada orang lain

utamanya yang lebih tua, sebaliknya menggunakan bahasa yang

sopan.

Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan pandangan Malik Fadjar,

yang menyatakan bahwa Fungsi utama pendidikan agama di sekolah

adalah memberikan landasan yang mampu menggugah kesadaran

dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan yang

mendukung pembentukan pribadi beragama yang kuat (Sahlan,

2010: 133).

d. Manajemen Sarana dan Prasarana

Menurut Mulyasa, sarana pendidikan adalah peralatan dan

perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang

proses pendidikan, khususnya proses belajar-mengajar (Mulyasa,

2005:49). Sarana pendidikan yang dimaksud meliputi gedung, ruang

kelas, meja kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan

yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang

secara tidak langsung menunjang jalannya suatu proses pendidikan

atau pengajaran di suatu lembaga pendidikan, seperti halaman,

kebun sekolah/madrasah, jalan menuju sekolah/madrasah, tempat

ibadah dan sebagainya.

Manajemen sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana

mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara

efisien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

52

ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri

Malang, manajemen sarana prasarana pendidikan adalah proses

kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan

secara efektif dan efisien (pakar, 2003: 86). Yang dimaksud dengan

sarana prasarana pendidikan di sini adalah sarana dan prasarana

pendidikan yang dimiliki sekolah/madrasah. Mulyasa

menambahkan, manajemen sarana prasarana pendidikan

mempunyai tugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana

pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan

berarti pada jalannya proses pendidikan (Mulyasa, 2005:49-50).

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya

bertujuan: 1) mencitakan sekolah/madrasah yang bersih, rapi, indah

sehingga menyenangkan bagi masyarakat sekolah/madrasah, 2)

tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai baik,

dengan kepentingan kependidikan. Secara lebih rinci Tim pakar

Manajemen Universitas Negeri Malang (2003) mengidentifikasi

beberapa hal tentang tujuan manajemen sarana prasarana

pendidikan, yang antara lain sebagai berikut:

1) Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana

sekolah/madrasah melalui sistem perencanaan dan pengadaaan

yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah/madrasah

memiliki sarana yang baik sesuai dengan kebutuhan dengan

dana yang efisien.

53

2) Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah

secara tepat dan efisien.

3) Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana

pendidikan sehingga keberadaan sarana dan prasarana selalu

dalam kondisi siap pakai dalam setiap waktu diperlukan oleh

semua personalia sekolah. (Pakar, 2003:87).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa manajemen

sarana dan prasarana adalah kegiatan mengatur dan mengelola

sarana dan prasarana pendidikan, yang bertujuan agar dapat

memberikan kontribusi yang optimal terhadap proses pendidikan

dalam mencapai tujuannya. Proses manajemen sarana prasarana

pendidikan ini, terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pertama

perencanaan pengadaan sarana prasarana pendidikan. Dua,

pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan. Tiga, penghapusan

sarana dan prasarana pendidikan. Empat, penataan sarana dan

prasarana pendidikan (Baharuddin dkk, 2010:84-86).

54

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM SMP N 1 KEDUNGJATI

Gambaran umum yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian

meliputi:

1. Lokasi penelitian

SMP N 1 Kedungjati terletak di jalan perintis kemerdekaan No.

Desa Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Jawa Tengah

dengan kode pos . Memiliki luas tanah Luas Lahan Sekolah : 10.000

m2

Luas Bangunan Sekolah : 4.055 m2.

. Secara Geografis SMP N 1

Kedungjati terletak di dataran rendah didaerah pedesaan dengan

potensi wilayah.

2. Identitas

Nama Sekolah : SMP N 1 Kedungjati

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No 82, RT 4 RW

2 Kedungjati, Kecamatan Kedungjati,

Kabupaten Grobogan

Kode Pos : 58167

No. Telepon : 081326516328

Akreditasi : A

Tahun didirikan : 1979

55

3. Visi, Misi dan Tujuan

a. VISI SEKOLAH

“BERPRESTASI TINGGI, BERAKHLAK MULIA DAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN.”

Indikator :

1) Meningkat dalam prestasi akademik.

2) Meningkat dalam prestasi non akademik.

3) Meningkat kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan.

4) Terwujudnya perilaku berakhlak mulia.

5) Memiliki lingkungan sekolah yang sehat, nyaman dan

kondusif.

6) Memiliki konservasi alam.

b. MISI SEKOLAH

1. Peningkatan Prestasi Akademik

a) Menyelenggarakan proses pembelajaran dan bimbingan

secara efektif untuk mengoptimalkan potensi siswa.

b) Menyelenggarakan pembimbingan (jam tambahan) di luar

jam intrakurikuler untuk bidang studi yang diuji

nasionalkan.

c) Mengikuti berbagai lomba akademik baik di tingkat

kecamatan, kabupaten maupun provinsi.

d) Meningkatkan hasil kelulusan untuk menuju Sekolah

Standar Nasional (SSN).

56

2. Peningkatan prestasi non akademik.

a) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan minat dan bakat siswa.

b) Menyelenggarakan dan mengikuti berbagai event olah raga

dan kesenian baik di tingkat kecamatan, kabupaten,

maupun tingkat propinsi.

c) Mengikuti berbagai event jambore pramuka tingkat

Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Nasional.

d) Mengikuti berbagai event Jambore PMR tingkat Kabupaten

dan Provinsi.

e) Mengikuti lomba MAPSI tingkat Sub Rayon dan Rayon.

3. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan

kependidikan

a) Mengutamakan kerja sama ( Team Work ) dalam

menyelenggarakan tugas-tugas kependidikan.

b) Meningkatkan kompetensi guru melalui diklat-diklat baik

di tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional.

c) Memberdayakan MGMP di sekolah.

d) Mengikuti lomba guru berprestasi tingkat Kecamatan,

Kabupaten, Provinsi dan Nasional.

57

4. Peningkatan Perilaku Aklak Mulia

a) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang

dianut.

b) Membudayakan siswa untuk bersikap dan berprilaku sesuai

norma susila, hukum, agama, sosial dan memiliki budi

pekerti luhur.

c) Menyelenggarakan kegiatan kemanusiaan untuk

meningkatkan kerukunan, kebersamaan, dan kepedulian

siswa terhadap sesama.

d) Membentuk karakter siswa untuk bersikap dan berprilaku

sesuai normasusila, hukum, agama, sosial dan memiliki

budi pekerti luhur.

5. Memiliki lingkungan sekolah yang sehat, nyaman dan

kondusif.

a) Menciptakan lingkungan sekolah yang aman ,tertib, bersih,

indah dan sehat

b) Mengikuti Lomba Sekolah Sehat ( LSS ) tingkat Kabupaten

dan Provinsi

6. Memiliki konservasi alam

a) Memiliki sarana daur ulang sampah anorganik untuk

mencegah pencemaran

b) Memiliki sarana daur ulang sampah anorganik untuk

mencegah kerusakan lingkungan

58

c) Memiliki titik-titik bio-pori ( peresapan air ) untuk

melestarikan fungsi ` lingkungan

d) Memiliki green house untuk melestarikan fungsi lingkungan

e) Penghijauan lingkungan sekolah untuk mencegah

pencemaran

f) Menanam pohon untuk mencegah kerusakan lingkungan

c. Tujuan Sekolah

Sejalan dengan tujuan pendidikan dasar sebagaimana yang

dirumuskan dan Sistem Pendidikan Nasional yaitu : meletakkan

dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut, maka SMP Negeri 1 Kedungjati diarahkan selama 4 tahun

pada akhir tahun pelajaran adalah :

1) Peningkatan skor ( GSA ) nilai Ujian Nasional ( UN ) sebesar + 1,0

2) Menjadi juara 1 lomba mata pelajaran tingkat Kabupaten

3) Memliki Laboratorium IPA dan ruang keterampilan yang

representative dan memanfaatkannya secara optimal

4) Memiliki Laboratorium Bahasa yang representative dan

memanfaatkannya secara optimal

5) Memiliki Perpustakaan yang representative dan memanfaatkannya

secara optimal

6) Memiliki tim olah raga yang siap berkompetisi dan menjadi juara

pada event antar sekolah di tingkat Kabupaten.

59

7) Memiliki tim kesenian yang siap berkompetisi dan mampu menjadi

juara 1 pada event antar sekolah ditingkat Kabupaten

8) Memiliki tim seni baca Alqur’an yang siap berkompetisi dan

mampu menjadi juara 1 pada event antar sekolah di tingkat

Kabupaten

9) Terwujudnya lingkungan sekolah yang kondusif dalam

melaksanakan tugas-tugas di sekolah

10) Memiliki lingkungan yang sehat, indah dan nyaman

11) Memiliki tempat pemisahan sampah di setiap ruang

12) Tersedianya MCK yang proporsional

13) Terjaganya kelestarian lingkungan sekolah

14) Memiliki tim KKR dan PMR yang handal

15) Memiliki tim inti Pramuka yang solid

16) Terbentuknya Team Work yang solid dalam menyelesaikan

program sekolah

17) 100 % siswa memiliki sikap perilaku yang baik dan menjalankan

ibadah sesuai dengan kaidah yang dianut

18) Tim Bola Volly yang siap berkompetisi dan mampu menjadi juara

1 di event antar pelajar di tingkat Kabupaten

19) 100 % pemerintah dan masyarakat percaya atas pelayanan sekolah

Untuk mencapai Visi tersebut sekolah menetapkan indikator sbb :

1) Mengembangkan pembelajaran dan suasana sekolah yang

mengedepankan pendidikan berbasis karakter.

60

2) Melaksanakan perencanaan kurikulum satuan pendidikan yang

mampu mengakomodasikan kebutuhan peserta didik dan

masyarakat.

3) Melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang efektif dan efisien

4) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup

pengembangan kompetensi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

pelestarian budaya

5) Meningkatkan komptensi dan kinerja pendidik dan tenaga

kependidikan.

6) Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup memadai bagi

pelaksanaan pembelajaran

7) Melaksanakan pengelolaan management yang berbasis sekolah

8) Pemanfaatan IT dalam pembelajaran

9) Menyediakan sumber pembiayaan yang melibatkan partisipasi

masyarakat

10) Pembenahan drainase dan pembuatan biopori serta penghijauan

Adapun secara operasional tujuan yang akan dicapai oleh SMP

Negeri 1 Kedungjati Kab. Grobogan meliputi :

1) Terwujudnya kehidupan sekolah yang agamis, dan berbudaya

2) Mempertahankan Peningkatan Mutu Akademik ditunjukkan

dengan rata – rata nilai 70 untuk kelas IX

61

3) Peningkatan Kemampuan Berbahasa Inggris bagi guru dan siswa

ditunjukkan dengan kenaikan persentase penguasaan Bahasa

Inggris

a. Bagi guru dari 10 % menjadi 20 %

b. Bagi siswa dapat meraih juara I tingkat kabupaten

4) Peningkatan Mutu Akademik dengan menaikkan SKBM sebesar

0,50 dan peningkatan rata – rata nilai raport

5) Peningkatan Kemampuan Siswa dalam KIR ( Karya Ilmiah

Remaja) yang berjalan efektif dan dapat meraih juara I tingkat

Kabupaten

6) Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Olimpiade MIPA yang

berjalan efektif dan dapat meraih juara I tingkat Kabupaten

7) Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Keagamaan yang berjalan

efektif dan dapat meraih juara I tingkat Kabupaten

8) Peningkatan Kemampuan Siswa dalam bidang prestasi Olah Raga

yang berjalan efektif dan dapat meraih juara I tingkat Kabupaten

9) Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Seni yang berjalan efektif

dan dapat meraih juara I tingkat Kabupaten serta mampu

mempertahankan prestasinya di tingkat propinsi ( Ansambel Juara

I, Parade Band juara I, Menyanyi tunggal putra juara I )

10) Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Kegiatan Pramuka, KKR

dan PMR

62

11) Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan

kondusif untuk belajar

12) Peningkatan kelengkapan sarana dan prasana menuju keadaan yang

ideal

13) Peningkatan kegiatan ekstra kurikuler yang efektif, efisien, berdaya

guna untuk menumbuhkembangkan potensi bagi siswa

Terwujudnya hubungan yang harmonis dan dinamis antar warga

sekolah dan masyarakat

Adapun Tujuan Sekolah yang lain antara lain adalah :

1. Mampu menyusun 1 Buku KTSP secara sempurna

2. Mampu menyusun silabus semua mapel (11 mapel ) dan telah

dilengkapi dengan bahan ajar

3. Mampu menyusun RPP : 100% dari semua mapel

4. Memiliki silabus yang didusun oleh guru: 100%

5. Memiliki Sumber belajar / bahan ajar 100 %

6. 100 % guru menggunakan inovasi CTL dan/atau PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan).

7. 100 % guru mengembangkan inovasi bahan pembelajaran

8. 100 % guru mengembangkan inovasi sumber pembelajaran

9. 100 % guru mengembangkan inovasi model pengelolaan

managemen kelas.

63

10. 100 % guru melaksanakan program pengembangan perbaikan dan

pengayaan.

11. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif : 80%

12. Memperoleh rata – rata pencapaian NUN 8,25

13. 80 % lulusan diterima Sekolah Negeri.

14. Memperoleh Jumlah kelulusan 100%

15. Memperoleh peringkat 5 besar bola voli tingkat Kabupaten.

16. Siswa memiliki sikap dan perilaku yang terpuji dan menjalankan

ibadah sesuai dengan agama yang dianut.

17. Menjadi juara lomba siswa berprestasi

18. Menjadi juara III LCC tingkat Kabupaten

19. Menjadi juara III lomba Story telling tingkat Kabupaten

20. Menjadi juara III lomba bercerita bahasa jawa tingkat Kabupaten

21. Memperoleh peringkat 5 besar menulis cerpen pelajar tingkat

Kabupaten.

22. Memperoleh juara I lomba MAPSI tingkat Kabupaten.

23. Menjadi finalis lomba sain MIPA di tingkat Kabupaten

24. 85 % siswa – siswi terampil dalam mengoperasikan computer

25. Memiliki tenaga pendidik yang masuk peringkat 10 besar guru

berprestasi.

26. Memiliki tenaga pendidik yang lulus tes Kepala Sekolah

27. Memiliki tenaga Pendidik dan Kependidikan yang diterima PNS.

28. Memiliki lingkungan yang tertata, nyaman dan kondusif

64

29. Adanya kepercayaan dan dukungan penuh dari pemerintah dan

masyarakat atas bentuk-bentuk pelayanan sekolah.

4. Keadaan Guru, karyawan dan Siswa SMP N 1 KEDUNGJATI

TABEL I

DATA GURU dan KARYAWAN

No Nama NIP

Mata

Pelajaran

1 Markain, S.Pd 19631212 198710 1 002 B. Inggris

2 M. Kasuri, S.Pd 19690513 199802 1 005

B. Inggris

P.Ling Hidup

3 Kasmu, S.Pd 19620315 198403 1 009

Matematika

P.Ling Hidup

4 Ruti W, S.Pd, M.Pd 19700325 199802 2 003

IPS

P.Ling Hidup

5 Wahjoe Widijanto,S.Pd 19700918 200212 1 007

IPS

P.Ling Hidup

6 Agus Triyono, S.Pd 19740817 200501 1 011 IPS

7 Titik Sugiharti, SS 19701028 200212 2 004

P. Ling Hidup

A. Jawa

8 Neti Soelistyani, S.Pd 19721215 200501 2 011

B. Inggris

P.Ling Hidup

65

9

Dra.Trismiyati

19650101 201409 2 001

PAI

B. Jawa

P.Ling Hidup

10 Hj. Dwi Sudarti, S.Pd, MM 19610405 198111 2 005

Matematika

P.Ling Hidup

11 Hendro Bayu, S.Pd 19570406 197903 1 006

Matematika

P.Ling Hidup

12 Sunhaji, S.IP

19581206 198103 1 011

Penjasorkes

P.Ling Hidup

13 Sodikin, S.Pd

19580828 198301 1 004

IPA

14 M. Yusuf, S.Pd.I 19600203 198603 1 010

PAI & Budi P

PAI

15 Triyanto, S.Pd 19600315 198501 1 001

B. Indonesia

S. Budaya

16 Supriyadi, S.Pd 19610114 198503 1 014 B. Indonesia

17 Wiji Purwati, S. Pd 19630920 198403 2 015 B. Indonesia

18 Yuli Prihati, S.Pd 19630705 198503 2 008 B. Indonesia

19

Harno, S.IP, S.Pd

19640105 198703 1 013

S. Budaya

P.Ling Hidup

66

20

Drs. AB Aribowo

19600521 198710 1 001

PKn

PKn

P. Ling Hidup

21 Arena Sundari, S.Pd 19670412 199003 2 008 Matematika

22 Hadi Utomo, S.Pd 19680525 199802 1 004

IPS

P.Ling Hidup

23 Muhtar Arifin, S.Pd 19690923 199802 1 001 IPA

24 Dwi Sulistyowati Y, S.Pd 19710719 200701 2 007

PPKn

PKn

P.Ling Hidup

25 Anik Kartika, S.Pd 19740421 200604 2 010

Matematika

TIK

P.Ling Hidup

26 Subari, S.Pd 19720425 200012 1 003

Matematika

TIK

P.Ling Hidup

27 Endri Uji Arnani, S.Pd 19821005 201409 2 004

IPA

TIK

P.Ling Hidup

28

Imam Teguh S, S.Pd

19780713 201409 1 001

TIK

P.Ling Hidup

67

29

30

Suwaji

Siswoyo, S.Pd

19610821 198301 1 002

IPA

P. Ling Hidup

Penjasorkes

B. Jawa

P.Ling Hidup

31 Purwanto, S. Theo.

B. Inggris

B. Jawa

P.Ling Hidup

P. A. Kristen

32 Novem AK, S. Pd.

B. Inggris

TIK

P.Ling Hidup

33 Nurhadi, S. Pd. 19610305 199403 1 006 B. Indonesia

34 Andi Rushadi, S. Pd. 19630319 198703 1 009

S. Budaya

P.Ling Hidup

35 Wanito Subronto P. A. Budha

68

TABEL II

DATA KARYAWAN

NO NAMA NIP Jabatan

1 Wimbo Puji Paryani, S.Pd. 19630712 198602 2 005 Penata Tk. 1

2 Sudadi 19600425 198901 1 001 Pengatur muda

Tk.1

3 Sulistyawati - Staf TU

4 Andy Rachmad Karyadi - Staf TU

5 Dyah Ismawati - Staf TU

6 Muhlasin - Staf TU

TABEL III

DATA SISWA

NO KELAS

JUMLAH SISWA

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 VII A 12 16 28

2 VII B 12 14 26

3 VII C 12 14 26

4 VII D 14 12 26

5 VII E 14 12 26

69

6 VII F 12 14 26

7 VII G 13 14 27

8 VII H 16 10 26

9 VIII A 10 18 28

10 VIIIB 16 14 30

11 VIII C 14 14 28

12 VIII D 16 14 30

13 VIIIE 18 10 28

14 VIII F 16 13 29

15 VIII G 17 12 29

16 VIII H 16 12 27

17 IX A 14 14 28

18 IX B 12 14 27

19 IX C 14 14 28

20 IX D 14 14 28

21 IX E 12 14 26

22 IX F 14 12 25

23 IX G 13 14 27

24 IX H 12 15 27

70

5. Sarana Prasarana

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran,

sarana prasarana sebagai penunjang keberhasilan pengajaran tidak

dapat dipisahkan, karena keberadaan sarana dan prasarana yang

lengkap akan menjadi proses pengajaran berjalan lancar. Adapun

sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP N 1 Kedungjati adalah

sebagai berikut:

TABEL IV

DATA SARANA DAN PRASARANA

No. Uraian Jumlah

1. Jumlah Ruang Kelas 23

2. Jumlah Ruang TU 1

3. Jumlah Ruang Guru 1

4. Jumlah Ruang Kepala Sekolah 1

5. Jumlah ruang BP/BK 1

6. Jumlah Ruang Ketrampilan/ Adiwiyata 1

7. Jumlah Dapur 1

8. Jumlah Gudang 1

9. Jumlah Lab. IPA 1

10. Jumlah Lab. Komputer 1

11. Jumlah WC Siswa 17

71

6. Daftar kegiatan Ekstra Kurikuler

TABEL V

DATA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

No Kegiatan Ekstrakurikuler Pengampu

1. Kegiatan Ilmiah Remaja Novem Ariya Kusuma, S.Pd

2. Ketrampilan bermain musik Andi Rushadi, S. Pd.

3. Ketrampilan drum band Sodikin, S.Pd

4. Paduan Suara Triyanto, S.Pd

12. Jumlah Ruang Ganti 3

13. Jumlah Ruang OSIS 1

14. Jumlah Mushola 1

15. Jumlah Ruang Perpustakaan 1

16. Jumlah Lab. Bahasa 1

17. Jumlah Ruang Koperasi Siswa 2

18. Jumlah Ruang Pramuka 1

19. Ruang UKS 1

20. Ruang Seni/Peralatan Olah Raga 1

21. Kamar Mandi Kepala Sekolah 1

22. WC Guru 2

23. WC TU 1

72

5. PMR Endri Uji Arnani, S.Pd

6. KKR Muhtar Arifin, S.Pd

7. ECC ( English Coversation Club ) Neti Soelistyani, S.Pd

8. BTA ( Baca Tulis Al-Quran ) M. Yusuf, S.Pd.I

9. Olympiade Sain Nasional ( OSN ) Agus Triyono, S.Pd

10. Karawiwtan Triyanto, S.Pd

11. Futsal Siswoyo, S.Pd

12 Seni Lukis Harno, S.IP, S.Pd

13. Tata Boga Titik Sugiharti, SS

14. Bola Volly Siswoyo, S.Pd

15. Tenis Meja Agus Triyono, S.Pd

B. Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMP

N 1 Kedungjati

Sebelum memaparkan faktor pendukung dan penghambat pada

sekolah ini perlu diketahui tentang upaya kepala sekolah dalam

menciptakan suasana religius. Terdapat beberapa upaya untuk

menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati. Hasil wawancara

dengan Bapak Markain selaku Kepala Sekolah SMP N 1 Kedungjati yang

ditemui pada tanggal 28 Oktober 2015 pada jam 08.00 WIB diruang

kepala sekolah bahwa

73

“Untuk menjadikan sekolah menjadi religius sekolah

memperdengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dari para hafidz

ternama dan setiap pagi para guru di SMP N 1 Kedungjati mengajak para

siswa berjabat tangan di pintu gerbang sambil menyapa, Sebelum memulai

kegiatan belajar mengajar para siswa diajak membaca Asmaul Husna di

lanjutkan membaca doa pembuka pelajaran, sekitar jam 9 diadakan sholat

dhuha bergiliran setiap kelas, pada saat waktu dzuhur sekolah mengadakan

sholat berjamaah bergiliran setiap kelas dikarenakan mushola yang kecil

sehingga menghambat kegiatan ibadah yang tidak bisa dilakukan secara

berjamaah dan yang diimami oleh kepala sekolah dan para bapak guru,

BTA ( Baca Tulis Al-Quran ) Bertujuan untuk melatih peserta didik

membaca Al-quran dengan lancar dan benar Kegiatan dilaksanakan hari

Kamis jam 12.30 – 14.50”.

Hasil wawancara lainya dengan Ibu Trismiyati yang ditemui pada

28 Oktober 2015 pada jam 08.45 di mushola) menyatakan bahwa

“ Di SMP N 1 Kedungjati untuk menciptakan suasana religius

menyambut kedatangan para murid setiap pagi dikumandangkan lantunan

ayat-ayat suci Al-Qur’an mulai jam 07.15 membaca Asmaul Husna

dilanjutkan dengan membaca doa pembuka pelajaran, sebelum pergantian

jam pertama diadakan sholat dhuha bergantian setiap kelas, di waktu

dzuhur diadakan sholat dzuhur berjamaah sesuai jadwal yang sudah ada”.

74

Hasil wawancara dengan Bapak Purwanto yang ditemui pada

tanggal 28 Oktober 2015 pada jam11.30 di depan ruang kelas mengenai

upaya menciptakan suasana religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati

“Dalam menciptakan suasana religiusitas di sekolah itu menurut

saya sangat bagus, aplikasi , pesan moral, pencitraan harus dibarengi

dengan tindakan aplikasi”.

Kemudian hasil wawancara dengan Bapak Supriyadi yang ditemui

pada tanggal 28 Oktober 2015 pada jam12.00 WIB di ruang guru tentang

pendapat yang diungkapkan seperti

“Menurut saya upaya untuk menciptakan suasana religius di

sekolah ada pembiasaan khusus bagi yang beragama muslim setiap

bertemu dengan kepala sekolah maupun bapak/ibu guru dan para murid

dibiasakan untuk berjabat tangan putra dengan putra dan putri dengan putri

sambil mengucapkan salam, sopan santun terhadap semua bapak/ibu guru

maupun para murid, kegiatan pembiasaan ibadah sholat dhuha maupun

sholat dzuhur secara bergiliran setiap kelas dikarenakan fasilitas mushola

yang tidak mendukung untuk melakukan ibadah secara berjamaah, ada

juga pembiasaan sebelum jam awal pelajaran para murid diajak untuk

membaca Asmaul Husna bersama yang sudah dipandu oleh para murid

secara bergantian di kantor mengunakan pengeras suara yang sudah

terhubung ke speker setiap ruang kelas, dan dilanjutkan dengan membaca

doa serta artinya sebelum memulai kegiatan aktivitas belajar mengajar,

setiap dzuhur ada anak yang adzan dan dijadwal secara bergiliran, sholat

75

berjamaah masih digilir, upaya sekolah dalam meningkatkan kegiatan

ibadah dengan membuat sumur bur 4 agar kegiatan beribadah di sekolah

tetap terlaksana”.

C. Faktor Pendorong dan Penghambat untuk Menciptakan Suasana

Religius di SMP N 1 Kedungjati

1) Faktor Pendorong

Faktor pendorong di SMP Negeri 1 Kedungjati dalam menciptakan

suasana religius di sekolah yaitu peran kepala sekolah yang langsung

terjun untuk menciptakan suasana religius di sekolah negeri yang islami

serta dukungan dari bapak/ibu guru dan karyawan yang selalu ikut dalam

menciptakan suasana religius, keseriusan para siswa-siswi untuk menjalani

kegiatan demi terciptanya lingkungan sekolah yang islami

Dalam menciptakan suasana religius di SMP Negeri 1 Kedungjati

ada beberapa faktor pendorong yang menjadikan terciptanya suasana

religius di sekolah. Upaya kepala sekolah untuk menciptakan suasana

religius tersebut tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya faktor

pendorong untuk menciptakan suasana religius. Berikut hasil wawancara

dengan Bapak Markain selaku Kepala Sekolah SMP N 1 Kedungjati:

“Karana di wilayah sekitar sekolah sangat minim tentang ilmu

keagamaan maka dari itu pihak sekolah mengadakan kegiatan yang

bersifat religius agar tercipta suasana sekolah negri yang islami, untuk

melatih para siswa menjalankan syariat islam”.

Lain halnya yang dikatakan oleh Ibu Trismiyati selaku guru agama:

76

“Faktor pendorong dalam menciptakan suasana religius di sekolah

yaitu

1. Kepala sekolah.

2. Bapak/ ibu guru.

3. Semua siswa dan

4. Tenaga kepedidikan di SMP N 1 Kedungjati ”.

Kemudian berbeda dengan yang diungkapkan oleh Bapak Purwanto

selaku guru agama kristen, tentang pendapat yang diungkapkan seperti:

“Faktor pendorong untuk menciptakan suasana religius di

sekolah yaitu tempat fasilitas yang sudah tersedia, keseriusan

para siswa-siswi untuk menjalani kegiatan, peran kepala

sekolah serta bapak/ ibu guru dan para siswa yang ikut serta

dalam menciptakan suasana religius di sekolah”.

Ditambah lagi oleh Bapak Supriyadi, faktor pendorong dalam menciptakan

suasana religius yaitu:

“Faktor pendorong tergantung Leader kepala sekolah

menentukan orang yang religius, untuk melakukan upaya yang

akan ditempuh selalu melakukan pendekatan , program baru

pembacaan Asmaul Husna guru agama baik pak yusuf maupun

bu tris ikut serta berpartisipasi sedangkan untuk para murid

yang non islam sesuai dengan program guru Kristen”.

Dari petikan wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa di

SMP N 1 Kedungjati faktor pendorong untuk menciptakan suasana

77

religius, tempat fasilitas yang sudah tersedia, peran kepala sekolah

sangat berpengaruh demi terciptanya sekolah negeri yang islami,

bapak/ ibu guru dan karyawan yang ikut serta untuk menjadi suri

tauladan bagi para siswa-siswi demi terciptanya lingkungan yang

religius, dan tak lupa para murid yang ikut serta menjalankan kegiatan

dan bagi para murid yang beragama non islam ada program khusus

dari guru Kristen.

2) Faktor Penghambat

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, serta proses penelitian

secara menyeluruh, selain faktor pendorong ada juga faktor yang

menghambat demi terciptanya lingkungan sekolah yang religius.

Faktor yang menghambat di SMP Negeri 1 Kedungjati ini salah

satunya adalah peserta didik. Karena setiap peserta didik yang memiliki

sikap dan karakter yang berbeda-beda jadi sebagai seorang guru harus bisa

mengarahkan dan menjadi contoh bagi peserta didik agar mereka mengerti

kesadaran untuk beribadah. Sebagaimana yang diungkapkan Bapak

Markain:

“Pada musim kemarau air tidak mencukupi, masih banyak guru

yang kurang mengamalkan ajaran agama islam dengan sempurna,

banyak guru yang tidak bisa ikut berpartisipasi untuk ikut sholat

berjamaah karena tetap mengajar dikarenakan waktu dzuhur tidak

bersamaan dengan jam istirahat, banyak siswa yang belum mengerti

tentang syariat islam”.

78

Ibu Trismiyati berpendapat bahwa faktor penghambat atau

kendala yang dihadapi dalam menciptakan suasana religius yaitu:

1. Belum semua siswa menyadari pentingnya kebiasaan yang

baik seperti sholat tepat waktu.

2. Masuk kelas tepat pada waktunya dan

3. Ikut membaca Asmaul Husna belum dilakukan dengan

semaksimal mungkin.

Bukan hanya itu ada faktor lain yang menghambat dalam

menciptakan suasana religius di sekolah seperti yang dijelaskan

Bapak Purwanto sebagai berikut:

1. Kurang meluangkan waktu untuk melakukan ibadah

bersama.

2. Untuk agama budha belum tersentuh sama sekali.

Berbeda dengan Bapak Supriyadi, faktor penghambat dalam

menciptakan suasana religius di sekolah adalah:

1. Program yang baru tidak semua bisa menerima.

2. Belum ada himbauan sholat berjamaah.

3. Belum ada ketegasan dari pimpinan.

Dari hasil wawancara di atas, faktor penghambat dalam

menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati adalah peserta

didik yang belum paham akan pentingnya beribadah, saat kemarau

kendalanya air kurang untuk melaksanakan ibadah,fasilitas mushola

yang kurang luas untuk melakukan ibadah secara berjama’ah, masih

79

kurangnya kesadaran dari bapak / ibu guru untuk ikut berpartisipasi

menciptakan suasana religius, sikap pemimpin kepada guru yang

kurang tegas itu menjadi kendala untuk menciptakan suasana religius

di sekolah.

80

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Upaya Kepala Sekolah Untuk Menciptakan Suasana Religius di SMP

N 1 Kedungjati

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan di lapangan, penulis

dapat menyimpulkan tentang upaya kepala sekolah dalam menciptakan

suasana religius di SMP N 1 Kedungjati. Pada dasarnya SMP N 1

Kedungjati itu para muridnya dan sebagian guru masih banyak yang belum

bisa menerapkan ilmu agama islam dikarenakan SMP N 1 Kedungjati

berlokasi berdekatan dengan gereja dan lingkungan sekitar yang masih

kurang mengerti tentang pentingnya pendidikan agama islam sehingga

budaya seperti itu bisa berpengaruh terhadap peserta didik, maka pihak

kepala sekolah berinisiatif untuk menerapkan nilai-nilai agama agar tercipta

suasana religius di sekolah negeri yang agamis.

Upaya kepala sekolah untuk menciptakan suasana religius di

lingkungan sekolah sangat didukung dari bapak/ ibu guru karyawan

maupun peserta didik dan lingkungan sekitar untuk ikut serta dalam

kegiatan yang diadakan di sekolah tersebut. Selain itu, walaupun di SMP

guru dan siswa ada yang beragama lain tapi itu tidak berpengaruh terhadap

kerukunan antar umat beragama.

SMP Negeri 1 Kedungjati telah menciptakan suasana religius dengan

cukup baik, meskipun SMP ini merupakan sekolah negeri, namun dalam

81

pelaksanaanya pendidikan agama penting untuk dikembangkan dalam

penerapan aktivitas sehari-hari yang sudah berjalan di lingkungan sekolah.

Seperti yang di sampaikan oleh Pak Markain bahwa:

“Dalam menciptakan suasana religius di sekolah sampai dengan

penerapan kehidupan sehari-hari…” ( MR, 28-10-2015

Muhaimin dalam bukunya Sahlan (Sahlan, 2010:47), menyatakan

bahwa penciptaan suasana religius sangat dipengaruhi oleh situasi dan

kondisi tempat model itu akan diterapkan beserta penerapan nilai yang

mendasarinya.

Pertama, penciptaan budaya religius yang bersifat vertical dapat

diwujudkan dalam bentuk meningkatkan hubungan dengan Allah swt

melalui peningkatan secara kuantitas maupun kualitas kegiatan-kegiatan

keagamaan di sekolah yang bersifat Ubudiyah, seperti: shalat berjama’ah,

puasa Senin Kamis, Khatam al-Qur’an, do’a bersama dan lain-lain.

Kedua, penciptaan budaya religius yang bersifat horizontal yaitu lebih

mendudukkan sekolah sebagai institusi sosial religius, yang jika dilihat dari

struktur hubungan antara manusianya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

hubungan yaitu: (1) hubungan atasan-bawahan, (2) hubungan profesional,

(3) hubungan sederajat atau sukarela yang didasarkan pada nilai-nilai

religius, seperti: persaudaraan, kedermawanan, kejujuran, saling

menghormati dan sebagainya.

Kepala sekolah menjadi suri tauladan dalam menciptakan suasana

religius di sekolah, seperti memberikan contoh nyata dalam aktivitas sehari-

82

hari di sekolah misalnya kepala sekolah datang lebih awal dari pada bapak

ibu guru, kepala sekolah menyambut kedatangan para siswa-siswinya di

pintu gerbang dengan semboyan 5S yang artinya (Salam, Senyum, Sapa,

Sopan, Santun), ketika jam pertama dimulai kepala sekolah berkeliling di

setiap kelas untuk mengawasi murid-murid, kepala sekolah meluangkan

waktu untuk melakukan shalat dhuha apabila kepala sekolah melakukan

ibadah shalat dhuha bersamaan dengan peserta didik maka pak kepala

sekolah yang menjadi imam shalat dhuha dan masih banyak lagi hal yang

pantas untuk ditiru dari seorang pemimpin karena peran pemimpin itu

sangat berpengaruh terhadap usaha yang dilakukan dalam mewujudkan

budaya religius sekolah. Seperti yang terdapat dalam wawancara dengan

Ibu TR selaku guru Agama di SMP N 1 Kedungjati berikut ini :

“ …………..Kepala sekolah SMP N 1 Kedungjati memberi contoh

nyata, beliau pagi sebelum aktivitas sholat dhuha terlebih dahulu, apabila

beliau di waktu dhuha masih di sekolah beliau menjadi imam sholat

dhuha, sebelum sholat wajib sholat sunah qobliyah dan sesudahnya sholat

ba’diyah……………..”(TR, 28-10-2015).

Berikut adalah sejumlah sikap mental maju yang didorong oleh

pola pikir yang Islami sebagai karakter pemimpin yang perlu diteladani:

1. Sigap dan memberi contoh

2. Tanggap dan aktif

3. Disiplin dan sabar

4. Kerja lebih dan tanpa pamrih

83

5. Jujur dan bertanggung jawab

6. Teliti

7. Berjiwa besar dan bersikap wira (Sahlan, 2011:122-124).

Upaya mewujudkan budaya religius sekolah tidak akan tercapai

secara optimal bila tidak didukung oleh semua komponen sekolah seperti

guru, karyawan,siswa bahkan para orangtua siswa. Mereka dalam bahasa

manajemen disebut sebagai pelanggan internal pendidikan. Semua jenis

pelanggan ini adalah hal penting yang harus dikenali oleh lembaga

pendidikan atau kepala sekolah untuk kerjasama antara supervisor

(penyelia) dan pelanggan pendidikan agar menghasilkan lulusan yang

dapat memuaskan para pelanggan pendidikan. Agar kualitas pendidikan

dapat ditingkatkan, maka diperlukan perlibatan secara optimal semua

komponen tersebut (Sahlan, 2010:141-142).

B. UPAYA UNTUK MENCIPTAKAN SUASANA RELIGIUS DI

SEKOLAH

Adanya pembiasaan untuk mengawali kegiatan yang ada di sekolah seperti

1. Ketika bertemu dengan kepala sekolah maupun guru serta siswa-siswi

saling berjabat tangan baik putra dengan putra dan putri dengan putri

tak lupa dengan mengucapkan salam dan tegur sapa

2. Sopan santun

3. Membaca Asmaul Husna

4. Doa awal pelajaran dan akhir pelajaran

5. Ibadah shalat dhuha maupun shalat wajib secara bergantian

84

6. Untuk meningkatkan ibadah yang dilakukan di sekolah kepala sekolah

membuat sumur bur sejumlah 4 sumur agar ibadah tetap berjalan

7. Aplikasi

8. Pesan moral

9. Pencitraan

10. Ekstrakulikuler BTA ( Baca Tulis Al-Quran ) Bertujuan untuk melatih

peserta didik membaca Al-quran dengan lancar dan benar

selanjutnya untuk kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunan berupa:

1. Pesantren kilat pada bulan ramadhan

2. Shalat idul adha yang dilakukan di sekolah dilanjutkan dengan

penyembelihan hewan qurban

3. Mujahadah

4. Pengajian untuk memperingati hari-hari besar Islam

5. Santunan anak yatim.

C. Faktor Pendorong dan Penghambat untuk Menciptakan Suasana

Religius di SMP N 1 Kedungjati

1. Faktor Pendorong

Faktor pendorong di SMP Negeri 1 Kedungjati dalam menciptakan

suasana religius di sekolah yaitu peran kepala sekolah yang langsung

terjun untuk menciptakan suasana religius di sekolah negeri yang islami

serta dukungan dari bapak/ibu guru dan karyawan yang selalu ikut dalam

menciptakan suasana religius, keseriusan para siswa-siswi untuk menjalani

kegiatan demi terciptanya lingkungan sekolah yang islami

85

Dalam menciptakan suasana religius di SMP Negeri 1 Kedungjati

ada beberapa faktor pendorong yang menjadikan terciptanya suasana

religius di sekolah. Upaya kepala sekolah untuk menciptakan suasana

religius tersebut tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya faktor

pendorong untuk menciptakan suasana religius diantaranya yaitu

1. Lingkungan sekitar sekolah yang minim pengetahuan agama

2. Semua komponen sekolah seperti: Kepala sekolah, Bapak/ ibu

guru, Semua siswa dan Tenaga kepedidikan di SMP N 1

Kedungjati

3. Tempat fasilitas yang sudah ada

4. Peran pemimpin sekolah

5. Para siswa- siswi yang serius untuk mewujudkan terciptanya

suasana religi

6. Menentukan orang yang dapat dipercaya agar tercipta sekolah

negeri yang agamis

7. Adanya pendekatan

8. Bagi yang non Islam ada program tersendiri dari guru masing-

masing

Terciptanya suasana religius di sekolah itu butuh dukungan dan

keikut sertaan dari semua komponen sekolah baik dari kepala sekolah,

guru ,karyawan serta peserta didik dalam menjalankan kegiatan yang ada

di sekolah. Dengan dukungan yang demikian, diharapkan terciptanya

86

suasana religius di sekolah yang sedemikian rupa dan diharapkan dengan

tujuan tersebut dapat tercapai suasana religius di sekolah negeri.

2. Faktor Penghambat

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, serta proses penelitian

secara menyeluruh, selain faktor pendorong ada juga faktor yang

menghambat demi terciptanya lingkungan sekolah yang religius.

Faktor yang menghambat di SMP Negeri 1 Kedungjati adalah

1. Peserta didik Karena setiap peserta didik yang memiliki sikap

dan karakter yang berbeda-beda

2. Kendala saat musim kemarau kekurangan air

3. Tidak bisa meluangkan waktu untuk melakukan ibadah

bersama

4. Bagi agama budha belum ada tanggapan dari guru budha untuk

melakukan program ibadah sesuai dengan agamanya

5. Kalao ada program baru tidak semua guru bisa menerima

6. Belum ada kesepakatan untuk melakukan shalat berjamaah,

kurangnya ketegasan dari pemimpin

D. Proses Terbentuknya Budaya Religius Sekolah

Secara umum budaya dapat terbentuk secara prescriptive dan juga

secara terprogram sebagai learning process atau solusi terhadap suatu

masalah. Yang pertama adalah pembentukan atau terbentuknya budaya

religius sekolah melalui penuturan, peniruan, penganutan dan penataan

87

suatu scenario (tradisi, perintah) dari atas atau dari luar pelaku budaya

yang bersangkutan.

Yang kedua adalah pembentukan budaya secara terprogram melalui

learning process. Pola ini bermula dari dalam diri pelaku budaya, dan

suara kebenaran, keyakinan, anggapan dasar atau dasar yang dipegang

teguh sebagai pendirian, dan diaktualisasikan menjadi kenyataan melalui

sikap dan perilaku.

Berkaitan dengan hal di atas, menurut Tafsir, strategi yang dapat

dilakukan oleh para praktisipendidikan untuk membentuk budaya religius

sekolah, diantaranya melalui: (1) memberikan contoh (teladan); (2)

membiasakan hal-hal yang baik; (3) menegakkan disiplin; (4) memberikan

motivasi dan dorongan; (5) memberikan hadiah terutama psikologis; (6)

menghukum (mungkin dalam rangka kedisiplinan); (7) penciptaan suasana

religius yang berpengaruh bagi pertumbuhan anak.

Dalam tataran praktik keseharian, nilai-nilai keagamaan yang telah

disepakati tersebut diwujudkn dalam bentuk sikap dan perilaku keseharian

oleh semua warga sekolah. Proses pengembangan tersebut dapat dilakukan

melalui tiga tahap, yaitu pertama ,sosialisasi nilai-nilai agama yang

disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai pada masa

mendatang di sekolah. Kedua, penetapan action plan mingguan atau

bulanan sebagai tahapan dan langkah sistematis yang dilakukan oleh

semua pihak di sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai agama yang telah

disepakati tersebut. Ketiga, pemberian penghargaan terhadap prestasi

88

warga sekolah usaha pembiasaan (habit formation) yang menjunjung sikap

dan perilaku yang komitmen dan loyal terhadap ajaran dan nilai-nilai

agama yang disepakati.

Dalam tataran simbol-simbol budaya pengembangan yang perlu

dilakukan adalah mengganti simbol-simbol budaya yang kurang sejalan

dengan ajaran dan nilai-nilai agama dan simbol-simbol budaya yang

agamis. Perubahan simbol dapat dilakukan dengan mengubah berpakaian

dengan prinsip menutup aurat, pemasangan hasil karya pesrta didik, foto-

foto dan motto yang mengandung pesan-pesan dan nilai-nilai keagamaan

dan lainnya.

Adapun strategi untuk membudayakan nilai-nilai agama di sekolah

dapat dilakukan melalui: (1) power strateing, strategi pembudayaan agama

di sekolah dengan cara menggunakan kekuasaan atau melalui people’s

power, Dalam hal ini peran kepala sekolah dengan segala kekuasaannya

sangat dominan dalam melakukan perubahan; (2) persuasive strategy,

yang dijalankan lewat pembentukan opini dan pandangan masyarakat atau

warga sekolah; dan (3) normative re-educative. Norma adalah aturan yang

belaku di masyarakat. Norma termasyarakatkan lewat education

(pendidikan). Normative digandengkan dengan re-educative (pendidikan

ulang) untuk menanamkan dan mengganti paradigm berpikir warga

sekolah yang lama dengan yang baru.

Pada strategi pertamatersebut dikembangkan melalui pendekatan

perintah dan larangan atau reward dan punishment. Allah swt

89

memberikan contoh dalam hal Shalat agar manusia melaksanakaan setiap

waktu dan setiap hari, maka diperlukan hukuman yang bersifat mendidik.

Sedangkan pada strategi kedua dan ketiga tersebut dikembangkan melalui

pembiasaan, keteladanan dan pendekatan persuasive atau mengajak

kepada warganya dengan cara yang halus dengan memberikaan alasan dan

prospek baik yang bisa menyakinkan mereka. Sifat kegiatannya bisa

berupa aksi positif dan reaksi positif. Bisa pula berupa proaksi, yakni

membuat aksi atau inisiatif sendiri, jenis dan arah ditentukan sendiri, tetapi

membaca munculnya aksi-aksi agar dapat ikut memberi warna dan arah

perkembangan (Sahlan, 2009 : 82-87).

E. Hasil dalam Menciptakan Suasana Religius di SMP N 1 Kedungjati

Keberhasilan upaya dalam menciptakan suasana religius tidak

terlepas dari komitmen semua warga sekolah. Dalam mewujudkan budaya

religius perlu dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang

disepakati dan perlu dikembangkan di sekolah, untuk selanjutnya

membangun komitmen dan loyalitas bersama di antara semua warga

sekolah terhadap nilai yang telah disepakati. Ada 3 langkah dalam

menciptakan budaya religius di sekolah, yaitu: commitment, competence

dan consistency. Sedangkan nilai-nilai yang disepakati tersebut bersifat

vertikal dan horizontal. Yang vertikal berwujud hubungan manusia atau

warga sekolah dengan Allah, dan yang horizontal berwujud hubungan

manusia dengan warga sekolah dengan sesamanya, dan hubungan mereka

dengan alam sekitar (Sahlan, 2009 : 127-128).

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Upaya Kepala Sekolah

dalam Menciptakan Suasana Religius Di SMP N 1 Kedungjati

Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran

2015/2016”. maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Upaya Menciptakan Suasana Religius

Temuan tentang penciptaan suasana religius itu mencakup beberapa hal

seperti di bawah ini:

a. Keteladanan diantaranya yaitu: Berakhlak yang baik, Menghormati yang

lebih tua, Mengucapkan kata-kata yang baik

b. Aturan diantaranya yaitu: Berdoa bersama sebelum dan sesudah

pembelajaran, Membaca Al-Qur’an, Shalat dhuha maupun shalat dzuhur

berjamaah dilakukan bergiliran setiap kelas, Istighasah / Mujahadah,

Peringatan Hari Besar Islam(PHBI), Kegiatan Pesantren Kilat

c. Membangun Kesadaran Diri diantaranya yaitu: Menyapa dan

Mengucapkan salam, Berjabat tangan, Senyum, Sopan santun, Shalat

berjamaah, Memakai Busana Muslimah, Memperdengarkan Lantunan

Ayat-ayat Suci Al-Qur’an

d. Sarana Prasarana diantaranya yaitu: Tempat Ibadah, Tempat Wudhu,

Ruang Kelas, Kitab Suci Al-Qur’an, Asmaul Husna, Sumur Bur

91

2. Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Menciptakan Suasana

Religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten

Grobogan

Adapun faktor pendorong dalam menciptakan suasana religius

adalah Kepemimpinan Kepala Sekolah, Peran guru, Karyawan dan Peserta

didik.

Faktor penghambat dalam menciptakan suasana religius

diantaranya adalah: Kurangnya kesadaran baik dari guru maupun murid

untuk ikut serta dalam kegiatan yang menunjang terciptanya suasana

religius sekolah, Tempat fasilitas mushola yang belum memadai untuk

melakukan ibadah secara berjamaah, air tidak cukup saat musim kemarau,

Kurang ketegasan dari pimpinan.

B. Hasil dalam Menciptakan Suasana Religius di SMP N 1 Kedungjati

Keberhasilan upaya dalam menciptakan suasana religius tidak

terlepas dari komitmen semua warga sekolah. Dalam mewujudkan budaya

religius perlu dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang

disepakati dan perlu dikembangkan di sekolah. Ada 3 langkah dalam

menciptakan budaya religius di sekolah, yaitu: commitment, competence

dan consistency.

92

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, maka

penulis memberikan masukan kepada SMP N 1 Kedungjati diantaranya:

1. Pemanfaatan sumber daya yang ada di SMP N 1 Kedungjati lebih

dioptimalkan baik dari kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa,

masyarakat sekitar, agar dapat mewujudkan sekolah negeri yang religius.

2. Sarana dan prasarana di SMP N 1 Kedungjati sebagai penunjang kegiatan

keagamaan agar lebih dilengkapi dan dikembangkan, sehingga dapat

melakukan ibadah secara berjamaah.

3. Seorang kepala sekolah harus bersikap tegas kepada guru maupun siswa

untuk dapat menghimbau agar melaksanakan sholat berjamaah demi

terciptanya suasana religius di sekolah maupun di sekitar lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, wahid. 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:

Era Intermedia.

Al-Ghazali, Syaikh Muhammad. 1996. Berdialog Dengan Al-Quran. Bandung:

Mizan.

An-Nadwi, Abdul Hasul Ali Abdul Hayyi Al-Hasan. 1992. Empat Sendi Agama

Islam. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Ancok Djamaluddin dan Suroso, Fuat Nasori. 1994. Psikologi Islam. Yogyakarta:

Pustaka

Pelajar.

Baharuddin, Makin Moh. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN-

Maliki Press.

Gymnastiar, Abdullah. 2002. Meraih Bening Hati dengan Manajemen Qolbu.

Jakarta: Gema Insani.

Halimah, Deni Koswara. 2008. 9 Kebiasaan Kepala Sekolah Efektif. Bandung:

PT. Pribumi Mekar.

Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesustraan. Surakarta: PT.

Aksarra Sinergi Media.

Mahjuddin. 1991. Dirasah Islamiyah Bagian Ilmu Fiqih. Pasuruan: PT. Garoeda

Buana Indah.

Muhammad Syah, Ismail. 1992. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhammad Azzam, Abdul Aziz. 2010. Fiqih Muamalat. Jakarta: Sinar Grafika

Offset.

Muchtar, Heri Jauhari. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sahlan, Asmaun. 2011. Religiusitas Perguruan Tinggi. Malang: Uin Maliki

Press.

__________, 2011. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: Uin Maliki

Pres.

Saliman, Sudarsono. 1994. Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Pustakabarupress.

PEDOMAN WAWANCARA

A. Kepala Sekolah

1. Bagaimana upaya bapak dalam menciptakan suasana religius di

sekolah ?

2. Apa saja faktor pendorong dalam upaya menciptakan suasana religius

di sekolah SMP N1 Kedungjati ?

3. Apa saja faktor penghambat dalam upaya menciptakan suasana religius

di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

4. Kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan dalam menciptakan

suasana religius di sekolah ?

5. Sarana dan prasarana apa saja yang difasilitasi untuk menciptakan

suasana religius di sekolah?

6. Menurut bapak pentingkah menciptakan suasana religius di sekolah ?

7. Sejauh mana sekolah ini menerapkan suasana religius di sekolah ?

8. Apa langkah-langkah yang ditempuh bapak dalam menciptakan

suasana religius di sekolah ?

9. Apakah guru-guru dan karyawan sering diikutkan untuk dapat

menciptakan suasana religius di sekolah ?

10. Adakah pengaruhnya dalam menciptakan suasana religius di sekolah

bagi para siswa,guru dan karyawan?

B. Guru SMP N 1 Kedungjati

1. Bagaimana upaya bapak/ibu dalam menciptakan suasana religius di

sekolah SMP N1 Kedungjati ?

2. Adakah usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam menciptakan

suasana religius di SMP N 1 Kedungjati ?

3. Apa saja contoh kegiatan religius yang dilakukan di sekolah SMP N 1

Kedungjati ?

4. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam menciptakan

suasana religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

5. Adakah pengaruhnya bagi bapak/ibu dalam menciptakan suasana

religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

C. Guru non muslim

1. Bagaimana tanggapan bapak terhadap upaya menciptakan suasana

religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

2. Menurut pandangan bapak adakah pengaruhnya dalam menciptakan

suasana religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

3. Apa contoh kegiatan bagi siswa non muslim terhadap upaya

menciptakan suasana religius di sekolah ?

4. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam menciptakan suasana

religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

5. Bagaimana langkah-langkah menciptakan suasana religius di sekolah

SMP N 1 Kedungjati ?

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden : Markain S.Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Ruang : Kepala Sekolah

Hari / Tanggal : Rabu, 28 Oktober 2015

Waktu : 08.00 WIB

1. Bagaimana upaya bapak dalam menciptakan suasana religius di

sekolah ?

Untuk menjadikan sekolah menjadi religius setiap pagi berjabat tangan

di pintu gerbang, lantunan ayat al-qur’an, doa awal dan akhir pelajaran

baca Asmaul Husna, sebelum memulai kegiatan shalat dhuha, shalat

berjamaah

2. Apa saja faktor pendorong dalam upaya menciptakan suasana religius

di sekolah SMP N1 Kedungjati ?

Lingkungan sekitar minim pengetahuan agama, masih ada anak yang

tidak bisa wudhu, berlatih menjalankan syariat Islam

3. Apa saja faktor penghambat dalam upaya menciptakan suasana religius

di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

Shalat jamaah air kurang, banyak guru yang kurang dalam agama,

tidak bisa ikut berpartisipasi, banyak anak tidak tau agama

4. Kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan dalam menciptakan

suasana religius di sekolah ?

Peringatan keagamaan.

5. Sarana dan prasarana apa saja yang difasilitasi untuk menciptakan

suasana religius di sekolah?

Mushola, tempat wudhu, air, kitab suci, rum speker setiap kelas,

Asmaul Husna, memakai pakaian panjang, berjilbab

6. Menurut bapak pentingkah menciptakan suasana religius di sekolah ?

Menurut saya, sangat penting karena dalam kemajuan zaman modern

anak banyak yang menyimpang, imannya kurang kuat

7. Sejauh mana sekolah ini menerapkan suasana religius di sekolah ?

Sampai dengan penerapan kehidupan sehari-hari

8. Apa langkah-langkah yang ditempuh bapak dalam menciptakan

suasana religius di sekolah ?

Memberikan pencerahan, memberi contoh, mengajak ,menerapkan

dalam kehidupan sehari-hari

9. Apakah guru-guru dan karyawan sering diikutkan untuk dapat

menciptakan suasana religius di sekolah ?

Semua bapak dan ibu diikutkan dalam suasana religius

10. Adakah pengaruhnya dalam menciptakan suasana religius di sekolah

bagi para siswa,guru dan karyawan?

Tentu banyak pengaruh suasana yang kondusif, damai, sopan santun,

tawadhuk

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden : Dra.Trismiyati

Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Ruang : Mushola sekolah

Hari / Tanggal : Rabu, 28 Oktober 2015

Waktu : 08.30 WIB

1. Bagaimana upaya bapak/ibu dalam menciptakan suasana religius di

sekolah SMP N1 Kedungjati ?

Di SMPN 1 Kedungjati untuk menciptakan suasana religius setiap pagi

dikumandangkan lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an ,mulai jam 07.15

mulai membaca Asmaul Husna, dilanjutkan dengan do’a pembuka

pelajaran, di waktu dzuhur diadakan shalat dzuhur berjamaah secara

bergiliran setiap kelas.

2. Adakah usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam menciptakan

suasana religius di SMP N 1 Kedungjati ?

Kepala sekolah SMP N 1 Kedungjati memberi contoh nyata, beliau

pagi sebelum aktivitas shalat dhuha terlebih dahulu, apabila beliau di

waktu dhuha masih di sekolah beliau menjadi imam shalat dhuha,

sebelum shalat wajib shalat sunah qobliyah dan sesudahnya shalat

bakdiyah.

3. Apa saja contoh kegiatan religius yang dilakukan di sekolah SMP N 1

Kedungjati ?

Contoh kegiatan religius di SMP N 1 Kedungjati

Bagi siswa muslim di fasilitasi sarana untuk beribadah, Al-Qur’an,

Asmaul Husna Shalat dhuha, Shalat dzuhur, bagi siswa yang beragama

lain di fasilitasi untuk beribadah ke luar dengan agama dan

kepercayaan, misalnya ada kebaktian, ada pelajaran khusus bagi

pemeluk agama lain.

4. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam menciptakan

suasana religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

Faktor pendorong yaitu adalah Kepala sekolah, Bapak/ Ibu guru ,

semua siswa dan tenaga kependidikan di SMP N 1 Kedungjati

Faktor penghambat yaitu adalah Belum semua siswa menyadari

pentingnya kebiasaan yang baik seperti Shalat tepat waktu, masuk

kelas tepat waktu dan ikut membaca Asmaul Husna belum di lakukan

semaksimalnya

5. Adakah pengaruhnya bagi bapak/ibu dalam menciptakan suasana

religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

Pengarunya bagi bapak ibu guru adalah dapat menambah kedisiplinan

masuk kelas karena ikut membaca Asmaul Husna, saat shalat dhuha

dapat berjamaah dan tepat waktu, sekaligus dapat menjadi contoh bagi

para siswa.

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden : Purwanto

Jabatan : Guru Agama Kristen

Ruang : Di depan kelas

Hari / Tanggal : Rabu, 28 Oktober 2015

Waktu : 11.30 WIB

1. Bagaimana tanggapan bapak terhadap upaya menciptakan suasana

religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

Bagus aplikasi, pesan moral, pencitraan, harus dibarengi dengan

tindakan aplikasi

2. Menurut pandangan bapak adakah pengaruhnya dalam menciptakan

suasana religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

Tergantung akar hati manusia tidak hanya kebiasaan moral, tindakan

nyata, harus sadar tau arti religius

3. Apa contoh kegiatan bagi siswa non muslim terhadap upaya

menciptakan suasana religius di sekolah ?

Ibadah bersama, menyanyi, berdoa, menghafal Kitab

4. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam menciptakan suasana

religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

Pendorong : Tempat fasilitas ,siswa keseriusan untuk menjalani

kegiatan

Penghambat : Menyediakan waktu , Agama Budha belum tersentuh

5. Bagaimana langkah-langkah menciptakan suasana religius di sekolah

SMP N 1 Kedungjati ?

Memfasilitasi sarana prasarana.

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden : Supriyadi, S.Pd

Jabatan : Guru Bahasa Indonesia

Ruang : Kantor Guru

Hari / Tanggal : Rabu, 28 Oktober 2015

Waktu : 12.00 WIB

1. Bagaimana upaya bapak/ibu dalam menciptakan suasana religius di

sekolah SMP N1 Kedungjati ?

Ada pembiasan khusus bagi yang muslim salam dibiasakan,

kesantunan, salam-salaman putra dengan putra, putri dengan putri,

dibiasakan awal pelajaran baca Asmaul Husna dipandu dari kantor

mengunakan speker, diteruskan dengan membaca doa, doa mau belajar

diartikan, setiap shalat dzuhur adzan, shalat berjamaah masih giliran

2. Adakah usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam menciptakan

suasana religius di SMP N 1 Kedungjati ?

Tahun kemaren kendala masalah air upaya kepala sekolah membuat

sumur bur sejumlah 4 ,upaya selalu pendekatan

3. Apa saja contoh kegiatan religius yang dilakukan di sekolah SMP N 1

Kedungjati ?

Idul adha, pesantren kilat setiap mos dan puasa, perayaan masih belum

berjalan lancar

4. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam menciptakan

suasana religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

Pendorong tergantung Leader kepala sekolah menentukan orang yang

religius, memasukkan visi misi, guru agama baik bu tris maupun pak

yusuf memandu siswa untuk membaca Asmaul Husna, untuk non

muslim sesuai program guru masing-masing.

Penghambat Program yang baru tidak semua bisa menerima, belum

ada himbauan shalat berjamaah, belum ada ketegasan dari pemimpin.

5. Adakah pengaruhnya bagi bapak/ibu dalam menciptakan suasana

religius di sekolah SMP N 1 Kedungjati ?

Tentu ada pengarunya jelas dalam kehidupan sehari-hari baik di

lingkungan dinas maupun di rumah dilatih untuk berqurban,

halalbihalal rutin keagamaan, kerukunan.

LAMPIRAN GAMBAR

Pembacaa Asmaul Husna di pandu dari kantor menggunakan speker

Interview dengan Bapak Markain, S. Pd.

Interview dengan Ibu Dra Trismiyati.

Interview dengan Bapak Purwanto (Guru Agama Kristen)

Interview dengan Bapak Supriyadi S. Pd. (Guru Bahasa Indonesia)

Mushola Sekolah

Siswa melaksanakan kegiatan Shalat Dhuha

Siswa yang beragama Kristen nunggu di samping pintu

Kepala Sekolah Shalat Dhuha

Kegiatan Shalat Dzhur berjamaah

Kegiatan Kesenian

Kegiatan Wawasan Wiyata Mandala

Kegiatan Pembiasaan

Kegiatan Pramuka

Kegiatan Osis

Kegiatan Keagamaan

Kegiatan Osis