bab iv hasil penelitian - repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/1153/7/bab 4...

87
60 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Tempat Penelitian Kementerian Hukum dan HAM RI dibentuk semenjak adanya Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1945 tentang Pembentukan Departemen-Departemen di Republik Indonesia. Dalam Kementerian Hukum dan HAM RI terdapat struktur organisasi, yaitu Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Direktorat Jenderal Imigrasi, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia, Inspektorat Jenderal, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum Hak Asasi Manusia, Badan Pengembangan Sumber daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia. Di dalam Sekretariat Jenderal terdapat 6 Biro, yaitu : Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro Perlengkapan, Biro Humas dan Hubungan Luar Negeri, Biro Umum. Sejak Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- government diterbitkan, telah banyak inisiatif dilaksanakan oleh berbagai instansi pemerintahan. Salah satu instansi pemerintahan yang menerapkan e- government yaitu Kementerian Hukum dan HAM RI. Kebijakan pembuatan

Upload: dinhkhanh

Post on 26-Aug-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Tempat Penelitian

Kementerian Hukum dan HAM RI dibentuk semenjak adanya

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1945 tentang Pembentukan

Departemen-Departemen di Republik Indonesia. Dalam Kementerian Hukum

dan HAM RI terdapat struktur organisasi, yaitu Sekretariat Jenderal,

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan, Direktorat Jenderal

Administrasi Hukum Umum, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Direktorat

Jenderal Imigrasi, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Direktorat

Jenderal Hak Asasi Manusia, Inspektorat Jenderal, Badan Pembinaan Hukum

Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum Hak Asasi Manusia,

Badan Pengembangan Sumber daya Manusia Hukum dan Hak Asasi

Manusia.

Di dalam Sekretariat Jenderal terdapat 6 Biro, yaitu : Biro

Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro Perlengkapan, Biro

Humas dan Hubungan Luar Negeri, Biro Umum. Sejak Inpres Nomor 3

Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-

government diterbitkan, telah banyak inisiatif dilaksanakan oleh berbagai

instansi pemerintahan. Salah satu instansi pemerintahan yang menerapkan e-

government yaitu Kementerian Hukum dan HAM RI. Kebijakan pembuatan

61

e-government di Kementerian Hukum dan HAM RI bertujuan untuk

memberikan data dan informasi kepada masyarakat tentang berbagai kegiatan

yang sedang dilakukan. Kebijakan tersebut diberikan kepada Biro

Perencanaan. Biro Perencanan mempunyai tugas pokok dan fungsi, antara

lain:

Tugas Pokok:

Biro Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi

penyusunan rencana dan anggaran, pengorganisasian, ketatalaksanaan serta

evaluasi dan penyusunan laporan Kementerian berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi:

Dalam melaksanakan tugasnya Biro Perencanaan menyelenggarakan

fungsinya:

1. Pengumpulan dan pengolahan data perencanaan Kementerian.

2. Penyusunan rencana strategis yang meliputi rencana pembangunan

jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah dan rencana

pembangunan tahunan.

3. Penyusunan program dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara ( RAPBN ) Kementerian.

4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis perencanaan Kementerian.

5. Penyusunan evaluasi rencana dan laporan Kementerian.

6. Pelaksanaan pembinaan organisasi di lingkungan Kementerian.

7. Pelaksanaan pembinaan ketatalaksanaan di lingkungan Kementerian.

62

8. Pelaksanaan urusan tata usaha Biro.

4.1.2. Susunan Kepegawaian

Dalam pelaksanaan kerja di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI terdapat 67 Pegawai Negeri Sipil (PNS), dimana

susunan kepegawaian Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

sebagai berikut :

1. Bagian Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bagian Pengumpulan dan Pengolahan Data mempunyai tugas

melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data, termasuk data

terkait gender, penyajian informasi, serta penataan sistem informasi

dan jaringan situs Departemen.

Fungsi :

a) Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi

termasuk data terkait gender serta penataan sistem informasi

dan jaringan situs Departemen;

b) Pengoperasian jaringan situs Departemen dan pemeliharaan

file, perangkat dan jaringan situs;

63

c) Perencanaan pembangunan pengembangan dan pemeliharaan

program aplikasi sistem informasi manajemen Sekretariat

Jenderal; dan

d) Perencanaan, pembangunan pengembangan dan pemeliharaan

sistem informasi manajemen Sekretariat Jenderal.

2. Bagian Penyusunan Program dan Anggaran

Bagian Penyusunan Program dan Anggaran mempunyai tugas

melaksanakan koordinasi, penyusunan perencanaan, program dan

anggaran serta pemberian bimbingan teknis perencanaan di

lingkungan Departemen.

Fungsi :

a) Koordinasi penyusunan perencanaan, program dan anggaran;

b) Pengelolaan, pengolahan dan analisis data;

c) Penyusunan rencana strategis yang meliputi rencana pembangunan

jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah dan

rencana pembangunan tahunan;

d) Penyusunan program, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Departemen; dan

e) Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis perencanaan

Departemen.

64

3. Bagian Evaluasi dan Laporan

Bagian Evaluasi dan Laporan mempunyai tugas melaksanakan

penghimpunan dan analisis hasil pemantauan, evaluasi dan

penyusunan laporan hasil pelaksanaan rencana dan program

Departemen.

Fungsi :

a) Penghimpunan dan analisis hasil pemantauan pelaksanaan

rencana dan program

b) Penyiapan penyusunan laporan hasil pelaksanaan rencana dan

program;

c) Pelaksanaan evaluasi kinerja hasil pelaksanaan rencana

pembangunan departemen periode sebelumnya

d) Penyusunan hasil evaluasi rencana pembangunan strategis

departemen sebagai bahan rencana pembangunan perode

berikutnya.

65

4. Bagian Organisasi

Bagian Organisasi mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan

pengelolaan kelembagaan di lingkungan Departemen.

Fungsi :

a) Penelaahan, anlisa kebutuhan, penyusunan standar, perumusan

tugas, fungsi dan susunan organisasi di lingkungan Departemen

b)Pengelolaan dan pengolahan data unit organisasi di lingkungan Departemen.

c) Pelaksanaan pemantauan perkembangan dan peningkatan kinerja organisasi

di lingkungan Departemen.

d)Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan organisasi.

e) Pengevaluasian kelembagaan

5. Bagian Ketatalaksanaan

Bagian Ketatalaksanaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

pembakuan sarana kerja, sistem dan prosedur administrasi, analisa

jabatan, dan evaluasi ketatalaksanaan serta urusan tata usaha dan

rumah tangga Biro Perencanaan.

66

Fungsi :

a) Penyusunan pembakuan sarana kerja dan penyiapan pengukuran

efisiensi dan efektivitas kerja.

b) Penyusunan sistem dan prosedur administrasi, metode kerja dan

penyiapan naskah rancangan peraturan.

c) Evaluasi ketatalaksanaan dan penyusunan analisa jabatan.

d) Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro

Perencanaan

67

Bagan 4.1

Bagan struktur organisasi Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

BIRO PERENCANAAN

BagianPeng umpulan dan

Pengolahan Data

Subbagian Pengumpulan dan Pengolahan Data I

Subbagian Pengumpulan dan Pengolahan Data II

Subbagian Pengumpulan dan Pengolahan Data III

Subbagian Pengumpulan dan Pengolahan Data IV

Bagian Penyusunan Program dan Anggaran

Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran I

Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran II

Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran III Subbagian

Penyusunan Program dan Anggaran IV

Bagian Evaluasi dan Laporan

Subbagian Evaluasi dan Laporan I

Subbagian Evaluasi dan Laporan II

Subbagian Evaluasi dan Laporan III Subbagian Evaluasi dan Laporan IV

Bagian Organisasi

Bagian Ketatalaksanaan

Subbagian Kelembagaan I

Subbagian Kelembagaan II

Subbagian Kelembagaan III

Subbagian Penyusunan Standardisasi kerja

Pengembangan Sistem Prosedur dan Metode Kerja

Subbagian Evaluasi Tatalaksana

Subbagian Tata Usaha Biro

68

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Tanggapan Responden Atas Kuesioner

Selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan data dari hasil

observasi peneliti, penyebaran angket berdasarkan pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan terhadap tenggapan responden pegawai di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI, dengan jumlah responden 67 orang

pegawai melalui 24 item pernyataan, yaitu sebanyak 14 item pernyataan

untuk variabel e-government dan 10 item pernyataan untuk variabel

efektivitas kerja pegawai, yang kemudian untuk menganalisa sejauh mana

pengaruh e-government terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro

perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.

Peneliti menggunakan indikator e-government yang

dikemukakan oleh Indrajit dan Inpres No.3 Tahun 2003 dalam buku Indrajit

bahwa terdapat 6 komponen terpenting dalam penerapan suatu e-government,

yaitu: Pengembangan Isi, Pembangunan Kompetensi, Perhubungan, Undang-

undang Cyber, Interaksi pengguna, Modal, sedangkan dalam Impres No.3

Kelompok Jabatan Fungsional

69

Tahun 2003 terdapat 2 komponen terpenting, yaitu: E-Leadership,

Pengelolaan Informasi. Sedangkan 10 indikator efektivitas kerja yang

dikemukakan oleh Drucker, yaitu: Kekuatan yang dimiliki, Cara berkinerja,

Nilai seorang pegawai, Tempat bekerja, Apa saja yang dikontribusikan,

Tanggung jawab membina hubungan, Tanggung jawab komitmen, Fokus

kerja, Tanggung jawab komunikasi, Disiplin.

Untuk menjelaskan lebih dalam, di bawah ini adalah pemaparan

analisis e-government terkait dengan 6 indikator dari teori yang dikemukakan

oleh indrajit dan 2 indikator yang terdapat dalam inpres No.3 tahun 2003

yang sesuai dengan apa yang ditemukan dilapangan.

1. Pengembangan Isi

Indikator tersebut terdiri dari 5 sub indikator yang masing-

masing indikator adalah :

a. Pengembangan aplikasi perangkat lunak

Menurut Indrajit dalam bukunya E-Government In action

indikator yang pertama adalah pengembangan isi,sub indikator

yang pertama yaitu pengembangan aplikasi perangkat lunak. Data

hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :

“Pengembangan aplikasi perangkat lunak di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat baik “. Maka

dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government, Biro

70

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat baik

dalam mengembangkan aplikasi perangkat lunak. Hal ini

tercermin dari 83,6 persen responden menyatakan sangat setuju

dan setuju dalam pengembangan aplikasi perangkat lunak. Lebis

jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

Grafik 4.1

Tanggapan Responden Terhadap Pengembangan Aplikasi

Perangkat Lunak

Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.1)

15

SS S TS STS

40

egov1

46,3 %

11,9 %

4,5%

0

3

7,3

%

Mean = 3.25Std. Dev. = 0.841N = 67

egov1

71

Dari grafik di atas tabel dapat dijelaskan bahwa sebanyak 56

responden atau 83,6 persen (46,3 % sangat setuju dan 37,3 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa pengembangan

aplikasi perangkat lunak di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI sudah sangat baik. Pengembangan aplikasi

perangkat lunak sudah sangat baik terlihat dari program-program

komputer dalam menunjang setiap tugas yang diberikan kepada

para pegawai. Hanya 11 responden atau 20,9 persen (16,4 % tidak

setuju dan 4,5 % sangat tidak setuju) tidak sependapat bahwa

pengembangan aplikasi perangkat lunak di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI tidak baik.

b. Penggunaan bahasa pemograman

Sub indikator yang kedua adalah penggunaan bahasa

pemograman. Data hasil penelitian responden yang menjawab

pertanyaan : “Penggunaan bahasa pemograman di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat

tepat”. Maka dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-

government, Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

sudah baik dalam menggunakan bahasa pemograman. Hal ini

tercermin dari 79,2 persen responden menyatakan sangat setuju

dan setuju dalam penggunaan bahasa pemograman. Lebih jelasnya

dapat dilihat dari grafik berikut.

72

Grafik 4.2

Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Bahasa

Pemograman

Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.2)

5 SS S TS STS0

egov2

50

30

20

10

0

Freq

40

Mean = 3.06Std. Dev. = 0.776N = 67

egov2

49,3 %

29,9 %

17,9 %

3,0 %

73

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 53

responden atau 79,2 persen (29,9 % sangat setuju dan 49,3 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa penggunaan bahasa

pemograman di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM

RI sudah sangat tepat. Penggunaan bahasa pemograman sudah

sangat tepat terlihat dari bahasa pemograman komputer yang

dapat membantu dalam menyelesaikan setiap tugas yang

diberikan kepada para pegawai. Hanya 14 responden atau 20,9

persen (17,9 % tidak setuju dan 3,0 % sangat tidak setuju) tidak

sependapat bahwa penggunaan bahasa pemograman di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI tidak tepat.

c. Pemilihan standar teknis

Sub indikator yang ketiga adalah pemilihan standar teknis.

Data hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :

“Pemilihan standar teknis pada e-government di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat tepat”. Maka

dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government, Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah baik dalam

pemilihan standar teknis. Hal ini tercermin dari 85,0 persen

responden menyatakan sangat setuju dan setuju dalam pemilihan

standar teknis. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

74

Grafik 4.3

Tanggapan Responden Terhadap Pemilihan Standar

Teknis

Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.3)

4.5 TS

3.5 S2.5 SS

1.5

egov3

40

30

20

10

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.28Std. Dev. = 0.598N = 67

egov3

14,9 %

74,6 %

10,4 %

75

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 57

responden atau 85,0 persen (10,4 % sangat setuju dan 74,6 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa pemilihan standar

teknis di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

sudah sangat tepat. Pemilihan standar teknis sudah sangat tepat

terlihat dari standar teknis e-government, para pegawai sangat

mudah dalam menggunakan e-government tersebut. Hanya 10

responden atau 14,9 persen tidak sependapat bahwa penggunaan

bahasa pemograman di Biro Perencanaan Kementerian Hukum

dan HAM RI tidak tepat.

d. Spesifikasi basis data

Sub indikator yang keempat adalah spesifikasi basis data. Data

hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :

“Spesifikasi data base (basis data) pada Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat tepat”. Maka

dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government, Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah tepat dalam

spesifikasi basis data. Hal ini tercermin dari 85,0 persen responden

menyatakan sangat setuju dan setuju dalam spesifikasi basis data.

Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

76

Grafik 4.4

Tanggapan Responden Terhadap Spesifikasi Basis Data

Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.4)

4.5

SS3.5

S

2.5 TS

1.5 egov4

50

40

30

20 100

Mean = 2.96Std. Dev. = 0.506N = 67

egov4

14,9 %

74,6 %

10,4 %

77

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 57

responden atau 85,0 persen (10,4 % sangat setuju dan 74,6 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa spesifikasi basis

data di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

sudah sangat tepat. Hanya 10 responden atau 14,9 persen tidak

sependapat bahwa spesifikasi basis data di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI tidak tepat.

e. User interface

Sub indikator yang kelima adalah user interfaces. Data hasil

penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Pada Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah terdapat

jaringan informasi yang biasa diakses oleh para stakeholder e-

government”. Maka dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-

government, Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

sudah baik dalam user interfaces. Hal ini tercermin dari 97,0

persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju dalam user

interfaces. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

78

Grafik 4.5

Tanggapan Responden Terhadap User Interface

Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.5)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 65

responden atau 97,0 persen (53,7 % sangat setuju dan 43,3 %

4.5 SS

3.532.5 TS

1.5

S

60

50

20

10

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.51Std. Dev. = 0.561N = 67

egov5

53,7 %

43,3 %

3,0 %

79

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa user interfaces

jaringan informasi yang biasa diakses oleh para stakeholder e-

government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM

RI sudah sangat tepat. Hanya 2 responden atau 3,0 persen tidak

sependapat bahwa user interfaces jaringan informasi yang biasa

diakses oleh para stakeholder e-government di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI tidak tepat.

2. Pembangunan Kompetensi

Indikator tersebut terdiri dari 2 sub indikator yang masing-

masing indikator adalah :

a. Pengadaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Indikator yang kedua adalah pembangunan kompetensi,sub

indikator yang pertama yaitu pengadaan sumber daya manusia.

Data hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :

“Pengadaan SDM yang kompeten di Biro Perencanaan sudah

dapat menunjang dalam proses penerapan e-government”. Maka

dapat diketahui bahwa dalam pengadaan sumber daya

manusiaBiro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

sudah cukup dalam pengadaan sumber daya manusia. Hal ini

tercermin dari 86,5 persen responden menyatakan sangat cukup

80

dan cukup dalam pengadaan sumber daya manusia. Lebih jelasnya

dapat dilihat dari grafik berikut.

Grafik 4.6

Tanggapan Responden Terhadap Pengadaan Sumber Daya Manusia

(SDM)

5 SC

C

KC

TC

0

egov6

55

45 25 15

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.21Std. Dev. = 0.708N = 67

egov6

35,8 %

50,7 %

11,9 %

1,5 %

81

Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.6)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 58

responden atau 86,5 persen (35,8 % sangat cukup dan 50,7 %

cukup) sependapat dengan pernyataan bahwa pengadaaan sumber

daya manusia di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan

HAM RI sudah cukup menunjang dalam proses penerapan e-

government. Hanya 9 responden atau 13,4 persen (11,9 % kurang

cukup dan 1,5 % tidak cukup) tidak sependapat bahwa pengadaan

sumber daya manusia belum cukup menunjang dalam penerapan

e-government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan

HAM RI tidak baik.

b. Pelaksanaan pelatihan pegawai

Sub indikator yang kedua dari pembangunan kompetensi adalah

pelaksanaan pelatihan pegawai. Data hasil penelitian responden yang

menjawab pertanyaan : “Pelaksanaan pelatihan para pegawai dalam

mendukung pengembangan e-government di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI selalu dilakukan secara intensif”.

Maka dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pelatihan pegawai di

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI selalu diadakan

pelatihan pegawai dalam mengembangkan sistem e-government. Hal

ini tercermin dari 67,2 persen responden menyatakan selalu dan sering

82

diadakan pelatihan pegawai. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

Grafik 4.7

83

Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Pelatihan Pegawai

Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.7)

4.5 SE

3.532.5

JS

1.5

SR

45

40

20

25

20 10

0

300

Mean = 3.12Std. Dev. = 0.879N = 67

egov7

44,8 %

22,4 %

32,8 %

84

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 45

responden atau 67,2 persen (44,8 % selalu dan 22,4 % sering)

sependapat dengan pernyataan bahwa pelaksanaan pelatihan pegawai

dalam mengembangkan e-government di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sering dilakukan. Hanya 22

responden atau 32,8 persen berpendapat bahwa jarang sekali diadakan

pelatihan pegawai, sehingga pegawai yang ada merasakan bahwa

kurangnya pengetahuan mengenai pengoperasian e-government di

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.

3. Perhubungan

Indikator tersebut terdiri dari 2 sub indikator yang masing-

masing indikator adalah :

a. Teknologi informasi

Sub indikator yang pertama dari perhubungan yaitu teknologi

informasi. Data hasil penelitian responden yang menjawab

pertanyaan : “Ketersediaan perangkat komputer di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat

memadai”. Maka dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-

government khususnya teknologi informasi di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai. Hal ini

85

tercermin dari 82,1 persen responden menyatakan setuju dan

sangat setuju ketersediaan teknologi informasi di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat

memadai. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

Grafik 4.8

Tanggapan Responden Terhadap Teknologi Informasi

5 SS

S

TS

STS

0

egov8

40 30 20

10

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.34Std. Dev. = 0.808N = 67

egov8

53,7 %

28,4 %

16,4 %

1,5 %

86

Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioner no.8)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 55

responden atau 82,1 persen (53,7 % sangat setuju dan 28,4 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa ketersediaan

perangakat teknologi informasi di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai. Hanya 11 responden

atau 16,4% menjawab tidak setuju dan 1 responden atau 1,5 %

menjawab sangat tidak setuju bahwa ketersediaan perangkat

teknologi informasi di Biro Perencanaan Kementerian Hukum

dan HAM RI belum memadai.

b. Infrastruktur komunikasi

Sub indikator yang kedua yaitu infrastruktur komunikasi. Data

hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :

“Ketersediaan infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai”.Maka

dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government khususnya

infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai. Hal ini tercermin

dari 79,1 persen responden menyatakan setuju dan sangat setuju

ketersediaan infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai. Lebih

jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

87

Grafik 4.9

Tanggapan Responden Terhadap Infrastruktur

Komunikasi

50 45

Freq

uenc

y

egov9

47,8 %

31,3 %

88

Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioer no.9)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 53

responden atau 79,1 persen (47,8 % sangat setuju dan 31,3 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa ketersediaan

infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai, sudah banyak

terdapat komputer dalam mendapatkan akses internet. Hanya 13

responden atau 19,4% menjawab tidak setuju dan 1 responden

atau 1,5 % menjawab sangat tidak setuju bahwa ketersediaan

infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI belum memadai.

5 SS

S

TS STS

0

TS

50 45

30

15

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.25Std. Dev. = 0.823N = 67

egov9

47,8 %

31,3 %

19,4 %

1,5 %

89

4. Undang-Undang Cyber

Adanya perangkat hukum dalam aktivitas e-government. Data

hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Semua

aktivitas e-government di Biro perencanaan Kementerian Hukum

dan HAM RI sudah dipayungi hukum yang berlaku”. Maka dapat

diketahui bahwa dalam penerapan e-government khususnya

keberadaan hukum yang berlaku di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah ada. Hal ini tercermin

dari 95,6 persen responden menyatakan setuju dan sangat setuju

adanya keberadaan hukum yang berlaku di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI. Lebih jelasnya dapat dilihat

dari grafik berikut.

Grafik 4.10

Tanggapan Responden Terhadap Undang-Undang Cyber

90

Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioner no.10)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 64

responden atau 95,6 persen (47,8 % sangat setuju dan setuju)

sependapat dengan pernyataan bahwa sudah adanya keberadaan

hukum yang melindungi aktivitas e-government di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Terbukti adanya

keputusan dari menteri yang mengatur e-government. Hanya 3

responden atau 4,5 % yang menjawab tidak setuju bahwa belum

adanya keberadaan hukum yang berlaku melindungi aktivitas e-

government, dikarenakan responden tersebut baru saja bekerja di

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI, sehingga

4.5 SS

3.532.5 TS

1.5 S

50 40

20

10

0

Mean = 3.43Std. Dev. = 0.583N = 67

egov10

47,8 % 47,8 %

4,5 %

91

responden tersebut belum tahu sepenuhnya tentang hukum yang

berlaku di kantor tersebut.

5. Interaksi Pengguna

Menyangkut Kanal akses yang dipergunakan oleh seluruh

masyarakat dimana saja dan kapan saja mereka inginkan. Data

hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Pada

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah

terdapat jaringan informasi yang bisa diakses oleh masyarakat

kapan saja yang mereka inginkan”. Maka dapat diketahui bahwa

dalam penerapan e-government khususnya akses yang dapat

digunakan oleh masyarakat kapan saja mereka inginkan sudah

bisa dilakukan. Hal ini tercermin dari 86,6 persen responden

menyatakan setuju dan sangat setuju akses yang mudah

digunakan masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

Grafik 4.11

Tanggapan Responden Terhadap Kanal Akses oleh Seluruh Masyarakat

92

Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioener no.11)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 58

responden atau 86,6 persen (58,2 % sangat setuju dan 28,4 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa terdapat jaringan

yang mendukung kepada masyarakat untuk dapat mengakses

dimanapun dan kapan pun. Informasi-informasi tentang

kementerian Hukum dan HAM RI langsung dapat dilihat di situs

kementerian. Hanya 9 responden atau 13,4% menjawab tidak

setuju bahwa jaringan belum mendukung sepenuhnya untuk

masyarakat dalam mengakses sistus kementerian Hukum dan

HAM RI.

4.5 SS

3.532.5 TS

1.5

S

55 45 30 15

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.45Std. Dev. = 0.724N = 67

egov11 58,2 %

28,4 %

13,4 %

93

6. Modal

Adalah menyangkut dengan permodalan seperti pemeliharaan

e-government. Data hasil penelitian responden yang menjawab

pertanyaan : “Dana pemeliharaan fasilitas e-government pada

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah

tersedia dan sangat memadai”. Maka dapat diketahui bahwa

dalam penerapan e-government khususnya dana dalam

memelihara fasilitas e-government di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah tersedia. Hal ini

tercermin dari 74,6 persen responden menyatakan setuju dan

sangat setuju bahwa dana pemeliharaan fasilitas e-government di

Biro Perencanaan Kementerian Huku dan HAM RI sudah tersedia

dan sangat memadai. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

Grafik 4.12

94

Tanggapan Responden Terhadap Pemeliharaan E-government

Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioner no.12)

5 SS

S

2 STS

0

TS

40 30

15

10

5

0

20

Mean = 3.07Std. Dev. = 0.876N = 67

egov12 37,3 %

37,3 %

20,9 %

4,5 %

95

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 50

responden atau 74,6 persen (37,3 % sangat setuju dan 37,3 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa ketersediaan dana

dalam pemeliharaan fasilitas e-government di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah tersedia dan sangat

memadai. Dana tersebut dikeluarkan berdasarkan anggaran yang

sudah dibuat sebelumnya. Hanya 14 responden atau 20,9 %

menjawab tidak setuju dan 3 responden atau 4,5 % menjawab

sangat tidak setuju bahwa anggaran untuk pemeliharaan fasilitas

e-government kurang, harus ada dana tambahan untuk

pemeliharaan fasilitas e-government di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI.

7. E-Leadership

Menurut Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 didalamnya

terdapat indikator dalam penerapan e-government. Salah satu

Indikatornya yang pertama adalah e-leadership. Data hasil

penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Pada Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat

responsif dalam mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan

teknologi informasi”. Maka dapat diketahui bahwa dalam

penerapan e-government, Biro Perencanaan Kementerian Hukum

96

dan HAM RI sudah sangat responsif dalam mengantisipasi dan

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Hal ini tercermin

dari 89,5 persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju

bahwa Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

sudah sangat responsif dalam mengantisipasi dan memanfaatkan

kemajuan teknologi informasi. Lebih jelasnya dapat dilihat dari

grafik berikut.

Grafik 4.13

Tanggapan Responden Terhadap Prioritas dan Inisiatif

Dalam Mengantisipasi dan Memanfaatkan Kemajuan

Teknologi Informasi

97

Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioner no.13)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 60

responden atau 89,5 persen (38,8 % sangat setuju dan 50,7 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa dalam penerapan e-

government, Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

sudah sangat responsif dalam mengantisipasi dan memanfaatkan

kemajuan teknologi informasi. Hanya 7 responden atau 10,4

menjawab tidak setuju bahwa Biro perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI belum responsif dalam mengantisipasi dan

memanfaatkan kemajuan teknologi.

4.5 SS

3.5 S

2.5 TS

1.5

egov13

5530

30

0

4

5

Mean = 3.28Std. Dev. = 0.647N = 67

egov13

15

38,8 %

50,7 %

10,4 %

98

8. Pengelolaan Informasi

Indikator yang kedua dalam Intruksi Presiden No.3 Tahun

2003 yaitu kualitas dan keamanan pengelolaan informasi. Data

hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :

“Penggunaan e-government di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI sudah melindungi data dengan baik”. Maka

dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government, Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah

melindungi data dengan baik. Hal ini tercermin dari 94,0 persen

responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa

penggunaan e-government di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI sudah melindungi data dengan baik. Lebih

jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

Grafik 4.14

Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Informasi

99

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no. 14)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 63

responden atau 94,0 persen (37,3 % sangat setuju dan 56,7 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa penggunaan e-

government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM

RI sudah melindungi data dengan baik, dikarenakan setiap pegwai

mempunyai password masing-masing dalam menyimpan data.

Hanya 4 responden atau 6,0 menjawab tidak setuju bahwa e-

government yang ada di Biro perencanaan Kementerian Hukum

dan HAM RI belum melindungi data dengan baik karena masih

ada password yang eror.

4.5 SS

3.5 S

2.5 TS

1.5

egov14

40

50 30

10

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.31Std. Dev. = 0.583N = 67

egov14

37,3 %

56,7 %

6,0 %

100

Kemudian di bawah ini adalah pemaparan analisis efektivitas

kerja terkait dengan kesepuluh indikator dari teori yang dikemukakan oleh

Drucker yang sesuai dengan apa yang ditemukan di lapangan.

1. Kekuatan Yang Dimiliki

Bahwa seorang pegawai mengetahui kekuatan diri rekan

kerjanya selalu dapat mencapai target pekerjaannya. Data hasil

penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Rekan kerja

anda selalu dapat mencapai target pekerjaannya sebagai pegawai

di Biro perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI”. Maka

dapat diketahui bahwa rekan kerjanya selalu mencapai target

dalam setiap tugas-tugas pekerjaannya. Hal ini tercermin dari 88,1

persen responden menyatakan sering dan selalu mencapai taget

dalam pekerjaannya. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

Grafik 4.15

Tanggapan Responden Terhadap Kekuatan Yang Dimiliki

101

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.15)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 59

responden atau 88,1 persen (61,2 % selalu dan 26,9 % sering)

sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya mempunyai

rasa tanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan oleh

atasan. Hanya 8 responden atau 11,9 % menjawab tidak setuju

bahwa e-government yang ada di Biro perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI belum melindungi data dengan baik karena

masih ada password yang eror

2. Cara Berkinerja

Bahwa seorang pegawai mengetahui rekan kerjanya dapat

menyelesaikan pekerjaannya. Data hasil penelitian responden

4.5 SE

3.532.5 JS

1.5

kerjaSR

65 6030

30

150

50

Mean = 3.49Std. Dev. = 0.704N = 67

kerja1

61,2 %

26,9 %

11,9 %

102

yang menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda sudah sangat

mengetahui cara kerja dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya”.

Maka dapat diketahui bahwa dalam efektivitas kerja khususnya

cara berkinerja setiap pegawai setuju bahwa rekan kerjanya sudah

mengetahui cara kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini

tercermin dari 82,1 persen responden menyatakan sangat setuju

dan setuju bahwa rekan kerjanya mengetahui cara kerja dalam

menyelesaikan setiap pekerjaannya. Lebih jelasnya dapat dilihat

dari grafik berikut.

Grafik 4.16

Tanggapan Responden Terhadap Cara Berkinerja

103

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.16)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 55

responden atau 82,1 persen (47,8 % sangat setuju dan 34,3 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya

sudah mengetahui cara kerja dalam menyelesaikan pekerjaan

yang diberikan, dalam. Hanya 12 responden atau 11,9 %

menjawab tidak setuju bahwa rekan kerjanya belum paham dalam

menyelesaikan setiap pekerjaannya, adanya kesalahan dalam hasil

akhir pekerjaannya.

3. Nilai Seorang Pegawai

4.5 SS

3.5

S

2.5 TS

1.5

kerja2

50

40 30

10

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.3Std. Dev. = 0.759N = 67

kerja2

47,8 %

34,3 %

17,9 %

104

Bahwa seorang pegawai mengetahui nilai yang cocok dengan

nilai organisasi. Data hasil penelitian responden yang menjawab

pertanyaan : “Sistem pekerjaan di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI sangat cocok dengan kemampuan dan

pendidikan pegawai pada umumnya”. Maka dapat diketahui

bahwa dalam efektivitas kerja khususnya nilai seorang pegawai

sudah cocok dengan nilai yang ada di dalam Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI. Hal ini tercermin dari 79,1

persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa

kemampuan yang ada di dalam diri pegawai sudah cocok dengan

sistem pekerjaan di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan

HAM RI. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

Grafik 4.17

105

Tanggapan Responden Terhadap Nilai Seorang Pegawai

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.17)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 53

responden atau 79,1 persen (37,3 % sangat setuju dan 41,8 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa pendidikan pegawai

yang ada di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI

sudah sesuai atau sejalan dengan sistem pekerjaannya disana.

Hanya 14 responden atau 20,9 % menjawab tidak setuju bahwa

kemampuan dan pendidkan pegawai pada umumnya tidak sesuai

dengan sistem pekerjaan yang ada di Biro Perencanaan.

4. Tempat Bekerja

4.5

SS

3.5 S

2.5

TS1.5

kerja3

50 40

20

25

10

5

0

30

Mean = 3.16Std. Dev. = 0.751N = 67

kerja3

37,3 % 41,8 %

20,9 %

106

Bahwa seorang pegawai mengetahui tempat bekerjanya adalah

tempat yang tepat. Data hasil penelitian responden yang

menjawab pertanyaan : “Kesesuaian tempat kerja pada Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI menurut pegawai

pada umumnya sudah sangat sesuai dengan pendidikannya”.

Maka dapat diketahui bahwa tempat bekerjanya sesuai dengan

pendidikan para pegawai masing-masing. Hal ini tercermin dari

74,6 persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju

bahwa kesesuaian tempat kerja pada Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sesuai dengan

pendidikan para pegawai. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

Grafik 4.18

107

Tanggapan Responden Terhadap Tempat Bekerja

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.18)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 50

responden atau 74,6 persen (31,3 % sangat setuju dan 43,3 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa kesesuaian tempat

kerjanya sudah sesuai dengan pendidikan pegawai yang ada di

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 17

responden atau 25,4 % menjawab tidak setuju bahwa tidak

sesuai antara pendidikan pegawai dengan tempat dimana

pegawai bekerja. sebagai contoh ada salah satu pegawai yang

5 SS

S

TS

STS

0

kerja4

50 40 3015

10 50

20

Mean = 2.99Std. Dev. = 0.896N = 67

kerja4

31,3 %

43,3 %

17,9 %

7,5 %

108

berpendidikan sarjana hukum tetapi ditugaskan di bagian

komputerisasi.

5. Apa Saja Yang Dikontribusikan

Bahwa seorang pegawai dapat mengkontribusikan pekerjaan

sesuai tujuan yang ditetapkan. Data hasil penelitian responden

yang menjawab pertanyaan : “Pegawai pada umumnya dapat

mengkontribusikan pekerjaannya sesuai program kerja di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI”. Maka dapat

diketahui bahwa pegawai selalu mengkontribusikan

pekerjaannya sesuai program kerja yang ada di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hal ini

tercermin dari 94,0 persen responden menyatakan selalu dan

sering dapat mengkontribusikan pekerjaannya. Lebih jelasnya

dapat dilihat dari grafik berikut.

109

Grafik 4.19

Tanggapan Responden Terhadap Apa Saja Yang Dikontribusikan

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.19)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 63

responden atau 94,0 persen (50,7 % selalu dan 43,3 % sering)

sependapat dengan pernyataan bahwa pegawai selalu

mengkontribusiakan setiap pekerjaan yang diberikan sesuai

dengan program kerja yang ada di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 4 responden atau 6,0

% pegawai jarang sekali dapat mengkontribusikan pekerjaannya

sesuai program kerja.

4.5

SE3.532.5

JS

1.5 SR

55 45 25 10

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.45Std. Dev. = 0.61N = 67

kerja5

50,7 %

43,3 %

6,0 %

110

6. Tanggung Jawab Membina Hubungan

Bahwa seorang pegawai dapat membina hubungan kerja

dengan rekan kerjanya. Data hasil penelitian responden yang

menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda dapat membina

hubungan kerja dengan rekan kerja yang lain”. Maka dapat

diketahui bahwa pegawai dapat membina hungan kerja dengan

rekan kerjanya. Hal ini tercermin dari 97,0 persen responden

menyatakan sangat setuju dan setuju setiap pegawai dapat

membina hubungan baik. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

111

Grafik 4.20

Tanggapan Responden Terhadap Tanggung Jawab Membina Hubungan

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.20)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 65

responden atau 97,0 persen (64,2 % setuju dan 32,8 % sangat

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa masing-masing

pegawai dapat membina hungan kerja dengan baik, saling

menghargai pegawai yang satu dengan pegawai yang lainnya.

Hanya 2 responden atau 3,0 % pegawai tidak setuju dalam artian

pegawai tersebut kurang bisa membina hubungan kerja dengan

baik.

4.5 SS

3.5 S

2.5 TS

1.5

kerja6

65

6030

30

150

50

Mean = 3.3Std. Dev. = 0.523N = 67

kerja6

32,8 %

64,2 %

3,0 %

112

7. Tanggung Jawab Komitmen

Bahwa seorang pegawai dapat bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan komitmen. Data hasil penelitian responden yang

menjawab pertanyaan : “Pegawai pada umumnya selalu

bertanggung jawab terhadap komitmen yang dibuat oleh Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI”. Maka dapat

diketahui bahwa pegawai bertanggung jawab penuh dengan

komitmen dalam pekerjaannya. Hal ini tercermin dari 92,5

persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa

pegawai bertanggung jawab penuh dengan komitmen dalam

pekerjaannya. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

113

Grafik 4.21

Tanggapan Responden Terhadap Tanggung Jawab Komitmen

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.21)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 62

responden atau 92,5 persen (55,2 % setuju dan 37,3 % sangat

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa setiap pegawai

pada umumnya menjunjung tinggi komitmen yang dibuat oleh

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 5

responden atau 7,5 % pegawai tidak setuju dalam artian pegawai

tersebut kurang bertanggung jawab terhadap komitmen yang

dibuat oleh Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM

RI.

4.5 SS

3.5 S

2.5 TS

1.5

kerja7

60 40

20

10

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.3Std. Dev. = 0.603N = 67

kerja7

37,3 %

55,2 %

7,5 %

114

8. Fokus Kerja

Bahwa seorang pegawai mengetahui rekan kerjanya fokus

terhadap pekerjaan. Data hasil penelitian responden yang

menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda selalu bisa fokus

terhadap pekerjaannya”. Maka dapat diketahui bahwa rekan

kerjanya selalu terlihat selalu fokus terhadap pekerjaannya. Hal

ini tercermin dari 86,5 persen responden menyatakan sangat

setuju dan setuju bahwa rekan kerjanya selalu bisa fokus

terhadap pekerjaannya. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

115

Grafik 4.22

Tanggapan Responden Terhadap Fokus Kerja

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.22)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 58

responden atau 86,5 persen (50,7 % sangat setuju dan 35,8 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya

selalu bisa fokus terhadap pekerjaannya sebagai pegawai di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 7

responden atau 10,4 % tidak setuju dan 2 responden atau 3,0 %

sangat tidak setuju bahwa rekan kerjanya nyatanya tidak tidak

5 SS

S

TS

STS

0

kerja8

55 45

25 15

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.34Std. Dev. = 0.789N = 67

kerja8

50,7 %

35,8 %

10,4 %

3,0 %

116

fokus terhadap pekerjaannya, contohnya ada pegawai seenaknya

chating di jam kantor, itu menandakan bahwa pegawai tersebut

tidak bisa fokus terhadap pekerjaannya.

9. Tanggung Jawab Komunikasi

Bahwa seorang pegawai mengetahui rekan kerjanya

memahami informasi. Data hasil penelitian responden yang

menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda selalu memahami

informasi yang beredar di Biro perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI”. Maka dapat diketahui bahwa rekan

kerjanya selalu mengetahui dan memahami informasi yang

beredar di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.

Hal ini tercermin dari 89,6 persen responden menyatakan sangat

setuju dan setuju bahwa rekan kerjanya selalu memahami

informasi yang beredar di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

117

Grafik 4.23

Tanggapan Responden Terhadap Tanggung Jawab Komunikasi

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.23)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 60

responden atau 89,6 persen (40,3 % sangat setuju dan 49,3 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya

selalu mengetahui dan memahami informasi yang beredar di

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 7

responden atau 10,4 % tidak setuju bahwa rekan kerjanya

kurang mengetahui dan memahami informasi yang beredar di

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.

4.5 SS

3.5 S

2.5 TS

1.5

kerja9

55

45 35

15

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.3Std. Dev. = 0.652N = 67

kerja9

40,3 %

49,3 %

10,4 %

118

10. Disiplin

Bahwa seorang pegawai mengetahui bahwa rekan kerjanya

selalu disiplin dalam bekerja. Data hasil penelitian responden

yang menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda selalu datang

tepat waktu dalam bekerja”. Maka dapat diketahui bahwa rekan

kerjanya selalu datang tepat waktu dalam bekerja di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hal ini

tercermin dari 85,1 persen responden menyatakan sangat setuju

dan setuju bahwa rekan kerjanya selalu disiplin datang tepat

waktu dalam bekerja. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

119

Grafik 4.24

Tanggapan Responden Terhadap Disiplin

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.24)

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 57

responden atau 85,1 persen (49,3 % sangat setuju dan 35,8 %

setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya

selalu disiplin datang tepat waktu dalam bekerja. Hanya 8

responden atau 11,9 % dan 2 responden atau 3,0 % sangat tidak

setuju bahwa rekan kerjanya sudah disiplin datang tepat waktu

5

SS

S

TS

STS

0

kerja10

40

30

20

10

0

Mean = 3.31Std. Dev. = 0.802N = 67

kerja10

3

0

49,3 %

35,8 %

11,9 %

3,0 %

120

dalam bekerja. Masih ada pegawai yang seenaknya datang

terlambat.

4.3 Pengujian Persyaratan Statistik

4.3.1 Analisis E-Government

Setelah dilakukan analisis dari 14 instrumen terkait dengan e-

Government yang diberikan kepada responden di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI, maka didapat hasil sebagai berikut :

a. Bila

setiap

butir

mendap

at skor

tertinggi

, yaitu :

4x14x67

=3752

b. Bila setiap butir mendapat skot terendah, yaitu :

1x14x67

=938

121

Keterangan : 4 = Nilai skor tertinggi

1 = Nilai skor terendah

67 = Jumlah responden

3051 = Jumlah skor pengumpulan data

(X)

Menurut 67 responden mengenai analisis e-government, yaitu :

∑ Kuesioner

X 100 %

∑ Responden

3051 X 100%= 81,31 %

3752Dari hasil 81,31 % kriteria yang ditetapkan, hal ini secara

kontinium dapat dibuat kategori sebagai berikut :

938 1876 2814 3051 3752

D C B A

Keterangan :

A = Sangat Baik

122

B = Baik

C = Tidak Baik

D = Sangat Tidak Baik

Dari perhitungan di atas dan gambar maka penerapan e-

government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah

terlihat baik, hal ini terlihat dari jumlah presentase sebesar 81,31 % dan nilai

3051 termasuk kategori Baik.

4.3.2 Analisis Efektivitas Kerja

Setelah dilakukan analisis dari 10 instrumen terkait dengan

efektivitas kerja yang diberikan kepada responden di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI, maka didapat hasil sebagai berikut :

.a Bila setiap butir mendapat skor tertinggi, yaitu :

4x10x67

= 2680

.b Bila setiap butir mendapat skot terendah, yaitu :

1x10x67

123

= 670

Keterangan : 4 = Nilai skor tertinggi

2 = Nilai skor terendah

67 = Jumlah responden

2207 = Jumlah skor pengumpulan data

(Y)

Menurut 67 responden mengenai analisis efektivitas kerja, yaitu :

∑ KuesionerX 100 %

∑ Responden

2207X 100% = 82,35 %

2680

Dari hasil 82,35 % kriteria yang ditetapkan, hal ini secara

kontinium dapat dibuat kategori sebagai berikut :

670 1340 2010 2207 2680

124

D C B A

Keterangan :

A = Sangat Baik

B = Baik

C = Tidak Baik

D = Sangat Tidak Baik

Dari perhitungan di atas dan gambar maka efektivitas kerja di

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah terlihat baik, hal

ini terlihat dari jumlah presentase sebesar 82,35 % dan nilai 2207 termasuk

kategori Baik.

4.4 Uji Validitas

Analisis data penelitian yang dilakukan pertama kali adalah

dengan melakukan uji validitas instrumen guna untuk mengetahui seberapa

tepat suatu alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data mengukur itu

valid. Uji validitas digunakan untuk valid tidaknya suatu kuesioner.

Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu instrumen benar-benar

125

mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian serta

mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.

Adapun rumus yang digunakan adalah menggunakan statistik korelasi

product moment. Dalam pengujian validitas, peneliti menggunakan 67

responden sebagai uji coba menghitung validitas pada variabel X. Berikut

hasil uji validitas instrumen pada variabel X.

Tabel 4.25

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X (Uji Butir Pertanyaan)

No. Butir

Pertanyaan

Koefisien

Korelasi

r tabel Keterangan

1 1 0,781 0,235 Valid

2 2 0,836 0,235 Valid

3 3 0,813 0,235 Valid

4 4 0,478 0,235 Valid

5 5 0,778 0,235 Valid

6 6 0,804 0,235 Valid

7 7 0,788 0,235 Valid

8 8 0,697 0,235 Valid

9 9 0,816 0,235 Valid

10 10 0,717 0,235 Valid

11 11 0,823 0,235 Valid

12 12 0,774 0,235 Valid

13 13 0,764 0,235 Valid

14 14 0,817 0,235 ValidSumber : Hasil penelitian tahun 2010.

126

Kriteria item/butir instrumen pada variabel X yang digunakan

adalah dimana jika r hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen bisa

dinyatakan valid, dan jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen bisa

dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa

seluruh instrumen adalah valid.

Selanjutnya dalam pengujian validitas, peneliti menggunakan 67

responden sebagai uji coba menghitung validitas pada variabel Y dan.

menggunakan statistik korelasi product moment sebagai rumus untuk

mengitung validitas. Berikut ditampilkan uji validitas instrumen pada variabel

Y.

Tabel 4.26

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Uji Butir Pertanyaan)

No. Butir

Pertanyaan

Koefisien

Korelasi

r tabel Keterangan

1 1 0,632 0,235 Valid

2 2 0,815 0,235 Valid

3 3 0,810 0,235 Valid

4 4 0,794 0,235 Valid

5 5 0,613 0,235 Valid

6 6 0,388 0,235 Valid

7 7 0,588 0,235 Valid

8 8 0,836 0,235 Valid

9 9 0,859 0,235 Valid

10 10 0,801 0,235 Valid

127

Sumber : Hasil penelitian tahun 2010.

Kriteria item/butir instrumen pada variabel Y yang digunakan

adalah dimana jika r hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen bisa

dinyatakan valid, dan jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen bisa

dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa

seluruh instrumen adalah valid.

4.5 Uji Realibilitas Instrumen

Guna menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur

maka peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang dilakukan uji

reliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen

yang dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas. Dalam

pengukuran reliabilitas dapat menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan

bantuan SPSS Statistics 13.0.

4.5.1 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X

Hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan pada variabel X

adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0.943. Jika kita mengacu pada Siegle

yang menggunakan pedoman reliability instrumen adalah sebesar 0.6. artinya

0.943 > dari 0.6 sehingga instrumen variabel X yang diuji bisa reliabel.

Adapun uji reliabilitas data pada variabel X dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

128

Tabel 4.27Statistik Reliabilitas Variabel X

4.5.2 Uji Realibilitas Instrumen Variabel Y

Hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan pada variabel Y

adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0.898. Jika kita mengacu pada Siegle

yang menggunakan pedoman reliability instrumen adalah sebesar 0.6. artinya

0.898 > 0.6 sehingga instrumen variabel Y yang diuji bisa reliabel. Adapun uji

reliabilitas data pada variabel Y dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.28

Statistik Reliabilitas Variabel YReliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items,898 10

Berdasarkan hasil pengolahan data melalui SPSS versi 13

diketahui bahwa statistik reliabilitas pada variabel Y yang pengujiannya

menggunakan metode alpha cronbach adalah sebesar 0.898. Hal ini

menunjukkan bahwa instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam

Cronbach's

Alpha N of Items,943 14

129

rangka pengumpulan data.

4.6. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis penelitian tersebut, maka hasil dari

penelitian ini dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

“Terdapat pengaruh sangat kuat dan signifikan antara e-

government terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI”.

Adapun tabel dan pengujian hipotesis melalui rumus korelasi

product moment yang dapat dijabarkan pada hasil kuesioner yang berjumlah

67 orang responden dapat dijabarkan sebagai berikut :

Dari nilai e-government (X) dan nilai efektivitas kerja (Y) setelah diolah akan

menghasilkan nilai ∑x =3051 , ∑y =2207, ∑x² =142775 sedangkan ∑y²

=74467 dan ∑xy =102712 nilai-nilai tersebut selanjutnya dimasukkan ke

dalam rumus pearson product moment corelation sebagai berikut :

r xy = 102712

√ 142775. 74467

130

= 102712

√10.632.025.925

= 102712

103111,71

= 0,996

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

yang positif sebesar 0,996 antara e-government dan efektivitas kerja pegawai

di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Untuk dapat

memberikan interpretasi terhadap kuatnya pengaruh maka dapat digunakan

pedoman seperti yang tertera pada tabel berikut.

Tabel 4.29

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan0,00 – 0,199 Sangat rendah0,20 – 0,399 Rendah0,40 – 0,599 Sedang0,60 – 0,799 Kuat0,80 – 1,000 Sangat KuatSumber : Sugiyono, 2007:214

Berdasarkan hasil perhitungan di atas terlihat bahwa koefisien

korelasi yang ditemukan sebesar 0,996. Koefisien korelasi sebesar 0,996

termasuk pada kategori sangat kuat. Jadi, terdapat hubungan yang sangat kuat

dan signifikan antara variabel X (Penerapan E-Government) dan variabel Y

(Efektivitas Kerja). Pada penelitian ini menggunakan jumlah sampel (n)

131

sebesar 67 orang dengan taraf kesalahan 5 % atau = 0.05, maka harga rtabel

sebesar 0,235. Artinya, rxy hitung lebih besar dari rxy tabel atau Ho (0,996 > 0,235)

maka Ho ditolak dan Ha diterima.

4.7. Uji Signifikansi

Untuk menguji signifikasi korelasi, yaitu apakah hubungan yang

ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 67 orang, maka

perlu diuji signifikasinya. Adapun rumus uji signifikasi korelasi product

moment, yaitu :

= √ 67-2

√1-0,996²

= 0,996 √65

√1-0,992016

= 0.996 X 8,062

√0,007

132

= 8,029

0,083

= 96,734

Keterangan :

t = nilai hitung

r = nilai koefisien korelasi

n = jumlah data pengamatan .

Harga t-hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t-

tabel dengan determinansi koefisien (dk) = n – 2 = 67 – 2 = 65 dan taraf

kesalahan = 0,05 untuk uji satu pihak (one tail test), karena harga t-hitung

lebih besar dari pada harga t-tabel atau Ho (96,734 > 1,980) maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.1

Uji Signifikasi Korelasi dengan Uji Pihak Kanan

Daerah penolakan Ho Daerah penerimaan Ha

133

-96,734 -1,980 1,980 96,734

Berdasarkan gambar di atas maka dapat dinyatakan bahwa t-

hitung jatuh pada daerah penolakan Ho maka dapat dinyatakan hipotesis nol

yang menyatakan tidak ada pengaruh antara penerapan e-government

(variabel X) dan efektivitas kerja (variabel Y) ditolak dan hipotesis alternatif

diterima. Jadi, kesimpulannya koefisien korelasi antara penerapan e-

government dengan efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sebesar 0,996 adalah signifikan dan dapat

digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi dimana sampel berjumlah

67 orang.

4.8. Analisis Regresi Sederhana

Untuk menghitung seberapa tinggi nilai variabel dependen (Y)

bila nilai variabel independen (X) dimanipulasi (dirubah-rubah) maka

menggunakan rumus regresi linier. Adapun rumus untuk menghitung

persamaan regresi linier adalah sebagai berikut :

134

Y’ = a+bX

Keterangan :

Y’ = subyek/nilai dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = harga Y, bila X = 0 (harga konstan)

b = angka arah atau koefisien korelasi yang menujukkan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel

independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Berdasarkan hasil pengolahan data analisis regresi melalui SPSS

versi 13, maka diperoleh nilai (a) dan (b) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.30 Nilai (b)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 1273,007 1 1273,007 167,245 ,000(a) Residual 494,755 65 7,612

135

Total 1767,761 66 a Predictors: (Constant), totalegov

b Dependent Variable: totalkerja

Sumber : Data diolah tahun 2010

Tabel 4.31Nilai (a)Coefficients(a)

Model

Unstandardized

Coefficients Satandardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) 6,723 2,055 3,272 ,002 totalegov

,576 ,045 ,849 12,932 ,000

a Dependent Variable: totalkerja

Sumber : Data diolah tahun 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa a = 6,723 dan b = 0.576 X,

maka dimasukkan ke dalam rumus adalah sebagai berikut :

Y = a + b X

= 6,723 + 0,576 X

Keterangan :

Y = efektivitas kerja pegawai

X = penerapan e-government

a = konstanta sebesar 6,723, artinya jika penerapan e-government (X) nilainya

0, maka efektivitas kerja pegawai (Y) nilainya positif sebesar 6,723.

136

b = koefisien regresi sebesar 0,576, artinya jika penerapan e-government (X)

mengalami kenaikan 1, maka penerapan e-government (Y) mengalami

peningkatan sebesar 0,576.

Diketahui dari hasil perhitungan kualitas pelayanan sebesar 81,

maka persamaan regresinya, yaitu :

Y = 6,723 + 0,576 X

= 6,723 + 0,576 (81)

= 53,3

Dari persamaan di atas dapat dibuat garis regresi dapat

digambarkan berdasarkan persamaan yang telah ditemukan, yaitu sebagai

berikut :

Grafik 4.25

Garis Regresi

137

55

53,3 ----------------

50 Y = 6,723 + 0,576 X

40 Pertemuan antara rata2 Y dan X

25 rata –rata X = 81

20 rata –rata Y = 53,3

10 6,723 81

10 20 40 60 80

Selanjutnya untuk menentukan pengaruh antara penerapan e-

government terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI, maka dilihat dari perbandingan antara

skor dengan taraf kesalahan 0,05 (α = 5%). Adapun ketentuan tingkat

signifikasi, yaitu P value (sig) > α = Ho diterima, berarti dengan kata lain

diambil kesimpulan Ho. P value (sig) ≤ α = Ho ditolak, berarti dengan kata

lain diambil kesimpulan Ha. Dilihat dari tabel koefisien di atas terlihat bahwa

nilai Sig = 0,000, berarti nilai P value (sig) : 0,05 = 0,000 < 0,05. Dari

perhitungan ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, kesimpulannya

138

adalah terdapat pengaruh antara penerapan e-government terhadap efektivitas

kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.

Untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara variabel X dan

variabel Y dapat dilihat dari besarnya pengaruh (R Square). Berikut model

summary berdasarkan hasil pengolahan data melalui SPSS versi 13.

Tabel 4.32Besar Pengaruh Antar Variabel

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate1 ,849(a) ,720 ,716 2,759

a Predictors: (Constant), totalegov

b Dependent Variable: totalkerja

Sumber : Data diolah tahun 2010

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa R Square sebesar 0,720.

Artinya, penerapan e-government mempengaruhi efektivitas kerja pegawai di

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM sebesar 72,0 % dan sisanya

28,0 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

4.9 Interpretasi Hasil Penelitian

Ketentuan untuk menguji koefisien korelasi adalah r-hitung lebih

kecil atau sama dengan (≤) harga r-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Sebaliknya bila r-hitung lebih besar dari harga r-tabel (r-hitung > r-tabel)

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa Ha

(0,996 > 0,235) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Selain diperkuat dari uji

139

koefisien korelasi, korelasi antara variabel X dan variabel Y diuji dengan uji

signifikasi korelasi. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa t-hitung lebih besar

dari t–tabel (96,734 > 1,980) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi,

kesimpulannya terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara penerapan

e-government (X) terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI (Y).

Untuk menghitung apakah ada pengaruh antara variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y) maka menggunakan rumus

regresi linier. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa persamaan regresi

linier, yaitu Y = 6,723 + 0,576 X. Artinya, nilai (a) adalah konstanta sebesar

6,723 berarti jika penerapan e-government (X) nilainya 0, maka efektivitas

kerja pegawai (Y) nilainya positif sebesar 6,723. Nilai (b) = koefisien regresi

sebesar 0,576 berarti jika penerapan e-government (X) mengalami kenaikan

1, maka efektivitas kerja pegawai (Y) mengalami peningkatan sebesar 0,576.

Dari ketentuan tingkat signifikasi, yaitu P value (sig) lebih besar dari (>) α

(0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dari hasil perhitungan terlihat

bahwa Ho (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi,

kesimpulannya adalah terdapat pengaruh antara penerapan e-government

terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian Hukum

dan HAM RI. Selanjutnya dilihat dari nilai R Square/besarnya pengaruh

menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel x dan variabel y sebesar 0,720.

Artinya, penerapan e-government mempengaruhi efektivitas kerja pegawai di

140

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sebesar 72,0 % dan

sisanya 28,0 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

Maka hipotesis yang dinyatakan bahwa terdapat pengaruh antara

penerapan e-government terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI atau tidak terdapat perbedaan

antara yang diduga dalam populasi dengan data yang terkumpul dari sampel.

Kemudian berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal instrumen

pada variabel X adalah 4x14x67 = 3752. (4 = nilai dari setiap jawaban

pertanyaan yang diajukan pada responden, 14 = jumlah item pertanyaan yang

diajukan kepada responden, 67 = jumlah responden). Sedangkan nilai skor

dari hasil penelitian adalah sebesar 3051. Dengan demikian penerapan e-

government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI adalah

3051 : 3752 = 0,8131 atau 81,31 persen.

Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal

instrumen pada variabel Y adalah 4 x 10 x 67 = 2680. (4 = nilai dari setiap

jawaban pertanyaan yang diajukan pada responden, 10 = jumlah item

pertanyaan yang diajukan kepada responden, 67 = jumlah responden).

Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah sebesar 2207. Dengan

demikian tingkat efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI adalah 2207 : 2680 = 0,8235 atau 82,35 persen.

4.10. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan oleh peneliti,

141

maka terbukti bahwa penerapan e-government berpengaruh sangat kuat dan

signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI. Uraian lebih lengkapnya sebagai berikut :

Pembahasan mengenai pengaruh penerapan e-government

terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian Hukum

dan HAM RI dapat dirinci dengan menjawab rumusan masalah yang tertuang

pada Bab I.

Adapun rincian jawaban rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut :

1. Penerapan e-government di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI sudah berjalan baik. Hal ini sesuai

jawaban responden terhadap pertanyaan variabel penerapan e-

government, berdasarkan teori 6 komponen penting oleh

Indrajit, yaitu pengembangan isi, pembangunan kompetensi,

perhubungan, undang-undang cyber, interaksi pengguna, modal.

Sedangkan 2 komponen dari Inpres No.3 Tahun 2003, yaitu e-

leadership dan pengelolaan informasi. Jawaban dari rumusan

masalah yang pertama, yaitu penerapan e-government di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah baik. Hal

tersebut ditunjukkan dari hasil perhitungan analisis penerapan e-

government. Skor ideal penerapan e-government, yaitu 4 x 14 x

67 = 3752. (4 = nilai dari setiap jawaban pertanyaan yang

diajukan pada responden, 14 = jumlah item pertanyaan yang

142

diajukan kepada responden, 67 = jumlah sampel yang dijadikan

responden). Hasil kuesioner pengumpulan data adalah 3051.

Dengan demikian penerapan e-government di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI adalah 3051 : 3752 = 0,8131

atau 81,31 persen dari 100 % hasil yang diharapkan. Sudah

baiknya penerapan e-government di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI, ditunjukkan dari indikator

pengembangan isi, misalnya aplikasi perangkat lunak sudah baik

(83,6%), penggunaan bahasa pemograman sudah tepat (79,2),

pemilihan standar teknis sudah tepat (85,0%), spesifikasi data

base sudah tepat (85,0%), user interfaces (97,0%), pengadaan

SDM sudah baik (86,5%), pelaksanaan pelatihan pegawai cukup

(67,2%), ketersediaan teknologi informasi memadai (82,1 %),

ketersediaan infrastruktur komunikasi sudah memadai (79,1%),

perangkat hukum dalam aktivitas e-government sudah ada

(95,6%), kanal akses oleh seluruh masyarakat mudah (86,6%),

dana pemeliharaan e-government sudah tersedia (74,6%),

prioritas dan inisiatif dalam mengantisipasi dan memanfaatkan

kemajuan teknologi dan informasi sudah responsif (89,5%),

kualitas dan keamanan pengelolaan informasi sudah baik

(94,0%).

2. Tingkat efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah berjalan baik. Hal ini

143

sesuai jawaban responden terhadap pertanyaan variabel

efektivitas kerja pegawai, berdasarkan teori 10 komponen

penting oleh Drucker, yaitu kekuatan yang dimiliki, cara

berkinerja, nilai seorang pegawai, tempat bekerja, apa saja yang

dikontribusikan, tanggung jawab membina hubungan, tanggung

jawab komitmen, fokus kerja, tanggung jawab komunikasi,

disiplin. Jawaban dari rumusan masalah yang kedua, yaitu

Tingkat efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sudah berjalan baik. Hal

tersebut ditunjukkan dari hasil perhitungan analisis tingkat

efektivitas kerja pegawai. Skor ideal efektivitas kerja pegawai,

yaitu 4 x 10 x 67 = 2680. (4 = nilai dari setiap jawaban

pertanyaan yang diajukan pada responden, 10 = jumlah item

pertanyaan yang diajukan kepada responden, 67 = jumlah

sampel yang dijadikan responden). Hasil kuesioner

pengumpulan data adalah 2207. Dengan demikian tingkat

efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI adalah 2207 : 2680 = 0,8235 atau 82,35

persen dari 100 % hasil yang diharapkan. Sudah baiknya tingkat

efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI, dibuktikan dari indikator kekuatan yang

dimiliki dalam pencapaian target pekerjaan (88,1%), mengetahui

cara kerja dalam menyelesaikan pekerjaan (82,1%), sistem

144

pekerjaan sudah cocok dengan kemampuan dan pendidikan

pegawai pada umumnya (79,1%), kesesuaian tempat bekerja

menurut pegawai pada umumnya sudah sesuai dengan

pendidikannya (74,6%), pegawai pada umumnya selalu dapat

mengkontribusikan pekerjaannya sesuai program kerja (94,0%),

pegawai dapat membina hungan baik dengan pegawai lainnya

(97,0%), pegawai selalu bertanggung jawab terhadap komitmen

yang sudah dibuat (92,5%), pegawai selalu bisa fokus terhadap

pekerjaannya (86,5%), pegawai selalu memahami informasi

(89,6%), pegawai selalu datang tepat waktu dalam bekerja

(85,1%).

3. Rumusan masalah ketiga, yaitu berapa besar pengaruh

penerapan e-government terhadap efektivitas kerja pegawai di

Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.

Jawabannya adalah terdapat hubungan sangat kuat dan

signifikan sebesar 0,996 antara penerapan e-government

(variabel X) dengan efektivitas kerja pegawai (variabel Y).

Selanjutnya dengan perhitungan koefisien determinasi yang

besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r²). Nilai

koefisien adalah 0,996. Jadi, koefisien determinasinya = r² =

0,996² = 0,992016 = 0,99. Hal ini berarti penerapan e-

government berpengaruh pada efektivitas kerja pegawai di Biro

Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sebesar 99 %

145

dan 1% ditentukan oleh faktor lain. Adapun untuk mengetahui

apakah ada pengaruh antara variabel X dan variabel Y maka

menggunakan rumus regresi linier. Dari hasil perhitungan

melalui SPSS versi 13 menunjukkan bahwa Ho (0,000 < 0,05)

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, kesimpulannya adalah

terdapat pengaruh antara penerapan e-government terhadap

efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian

Hukum dan HAM RI 0,720. Artinya, penerapan e-government

mempengaruhi efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan

Kementerian Hukum dan HAM RI sebesar 72,0 % dan sisanya

28,0 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

Berdasarkan pengamatan penelitian melalui presentase jawaban

kuesioner dari responden dan melalui wawancara, peneliti dapat mengetahui

bahawa penyebab pengaruh penerapan e-government yang sangat kuat

terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian Hukum

dan HAM RI, yaitu dititikberatkan oleh sarana dan prasarana e-government

yang sudah memadai, sehingga terciptalah suatu lingkungan dan budaya kerja

organisasi yang menginginkan segala pelaksanaan tugas secara cepat dan

praktis. Kemudian kemampuan atau keahlian para pegawai yang sudah

sesuai standar pendidikannya, sehingga hal ini juga memacu pencapaian

target kerja secara efektif.

146

Demikian hasil penelitian ini, bahwa e-government sangat kuat

mempengaruhi efektivitas kerja pegawai. Hal ini terbukti dalam Intruksi

Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2003 mengenai Kebijakan Dan

Strategi Nasional Pengembangan E-Government, maka pemanfaatan

teknologi informasi tersebut mencakup aktivitas-aktivitas yang berkaitan,

yaitu pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses

kinerja antara elektronik serta pemerintahan kemajuan teknologi informasi

agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh

masyarakat di seluruh wilayah negara.