bab iv hasil penelitian - repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/1153/7/bab 4...
TRANSCRIPT
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Tempat Penelitian
Kementerian Hukum dan HAM RI dibentuk semenjak adanya
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1945 tentang Pembentukan
Departemen-Departemen di Republik Indonesia. Dalam Kementerian Hukum
dan HAM RI terdapat struktur organisasi, yaitu Sekretariat Jenderal,
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan, Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Direktorat
Jenderal Imigrasi, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Direktorat
Jenderal Hak Asasi Manusia, Inspektorat Jenderal, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum Hak Asasi Manusia,
Badan Pengembangan Sumber daya Manusia Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Di dalam Sekretariat Jenderal terdapat 6 Biro, yaitu : Biro
Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro Perlengkapan, Biro
Humas dan Hubungan Luar Negeri, Biro Umum. Sejak Inpres Nomor 3
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-
government diterbitkan, telah banyak inisiatif dilaksanakan oleh berbagai
instansi pemerintahan. Salah satu instansi pemerintahan yang menerapkan e-
government yaitu Kementerian Hukum dan HAM RI. Kebijakan pembuatan
61
e-government di Kementerian Hukum dan HAM RI bertujuan untuk
memberikan data dan informasi kepada masyarakat tentang berbagai kegiatan
yang sedang dilakukan. Kebijakan tersebut diberikan kepada Biro
Perencanaan. Biro Perencanan mempunyai tugas pokok dan fungsi, antara
lain:
Tugas Pokok:
Biro Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi
penyusunan rencana dan anggaran, pengorganisasian, ketatalaksanaan serta
evaluasi dan penyusunan laporan Kementerian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi:
Dalam melaksanakan tugasnya Biro Perencanaan menyelenggarakan
fungsinya:
1. Pengumpulan dan pengolahan data perencanaan Kementerian.
2. Penyusunan rencana strategis yang meliputi rencana pembangunan
jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah dan rencana
pembangunan tahunan.
3. Penyusunan program dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara ( RAPBN ) Kementerian.
4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis perencanaan Kementerian.
5. Penyusunan evaluasi rencana dan laporan Kementerian.
6. Pelaksanaan pembinaan organisasi di lingkungan Kementerian.
7. Pelaksanaan pembinaan ketatalaksanaan di lingkungan Kementerian.
62
8. Pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
4.1.2. Susunan Kepegawaian
Dalam pelaksanaan kerja di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI terdapat 67 Pegawai Negeri Sipil (PNS), dimana
susunan kepegawaian Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
sebagai berikut :
1. Bagian Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bagian Pengumpulan dan Pengolahan Data mempunyai tugas
melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data, termasuk data
terkait gender, penyajian informasi, serta penataan sistem informasi
dan jaringan situs Departemen.
Fungsi :
a) Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi
termasuk data terkait gender serta penataan sistem informasi
dan jaringan situs Departemen;
b) Pengoperasian jaringan situs Departemen dan pemeliharaan
file, perangkat dan jaringan situs;
63
c) Perencanaan pembangunan pengembangan dan pemeliharaan
program aplikasi sistem informasi manajemen Sekretariat
Jenderal; dan
d) Perencanaan, pembangunan pengembangan dan pemeliharaan
sistem informasi manajemen Sekretariat Jenderal.
2. Bagian Penyusunan Program dan Anggaran
Bagian Penyusunan Program dan Anggaran mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi, penyusunan perencanaan, program dan
anggaran serta pemberian bimbingan teknis perencanaan di
lingkungan Departemen.
Fungsi :
a) Koordinasi penyusunan perencanaan, program dan anggaran;
b) Pengelolaan, pengolahan dan analisis data;
c) Penyusunan rencana strategis yang meliputi rencana pembangunan
jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah dan
rencana pembangunan tahunan;
d) Penyusunan program, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Departemen; dan
e) Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis perencanaan
Departemen.
64
3. Bagian Evaluasi dan Laporan
Bagian Evaluasi dan Laporan mempunyai tugas melaksanakan
penghimpunan dan analisis hasil pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan hasil pelaksanaan rencana dan program
Departemen.
Fungsi :
a) Penghimpunan dan analisis hasil pemantauan pelaksanaan
rencana dan program
b) Penyiapan penyusunan laporan hasil pelaksanaan rencana dan
program;
c) Pelaksanaan evaluasi kinerja hasil pelaksanaan rencana
pembangunan departemen periode sebelumnya
d) Penyusunan hasil evaluasi rencana pembangunan strategis
departemen sebagai bahan rencana pembangunan perode
berikutnya.
65
4. Bagian Organisasi
Bagian Organisasi mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan
pengelolaan kelembagaan di lingkungan Departemen.
Fungsi :
a) Penelaahan, anlisa kebutuhan, penyusunan standar, perumusan
tugas, fungsi dan susunan organisasi di lingkungan Departemen
b)Pengelolaan dan pengolahan data unit organisasi di lingkungan Departemen.
c) Pelaksanaan pemantauan perkembangan dan peningkatan kinerja organisasi
di lingkungan Departemen.
d)Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan organisasi.
e) Pengevaluasian kelembagaan
5. Bagian Ketatalaksanaan
Bagian Ketatalaksanaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
pembakuan sarana kerja, sistem dan prosedur administrasi, analisa
jabatan, dan evaluasi ketatalaksanaan serta urusan tata usaha dan
rumah tangga Biro Perencanaan.
66
Fungsi :
a) Penyusunan pembakuan sarana kerja dan penyiapan pengukuran
efisiensi dan efektivitas kerja.
b) Penyusunan sistem dan prosedur administrasi, metode kerja dan
penyiapan naskah rancangan peraturan.
c) Evaluasi ketatalaksanaan dan penyusunan analisa jabatan.
d) Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
Perencanaan
67
Bagan 4.1
Bagan struktur organisasi Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
BIRO PERENCANAAN
BagianPeng umpulan dan
Pengolahan Data
Subbagian Pengumpulan dan Pengolahan Data I
Subbagian Pengumpulan dan Pengolahan Data II
Subbagian Pengumpulan dan Pengolahan Data III
Subbagian Pengumpulan dan Pengolahan Data IV
Bagian Penyusunan Program dan Anggaran
Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran I
Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran II
Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran III Subbagian
Penyusunan Program dan Anggaran IV
Bagian Evaluasi dan Laporan
Subbagian Evaluasi dan Laporan I
Subbagian Evaluasi dan Laporan II
Subbagian Evaluasi dan Laporan III Subbagian Evaluasi dan Laporan IV
Bagian Organisasi
Bagian Ketatalaksanaan
Subbagian Kelembagaan I
Subbagian Kelembagaan II
Subbagian Kelembagaan III
Subbagian Penyusunan Standardisasi kerja
Pengembangan Sistem Prosedur dan Metode Kerja
Subbagian Evaluasi Tatalaksana
Subbagian Tata Usaha Biro
68
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Tanggapan Responden Atas Kuesioner
Selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan data dari hasil
observasi peneliti, penyebaran angket berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan terhadap tenggapan responden pegawai di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI, dengan jumlah responden 67 orang
pegawai melalui 24 item pernyataan, yaitu sebanyak 14 item pernyataan
untuk variabel e-government dan 10 item pernyataan untuk variabel
efektivitas kerja pegawai, yang kemudian untuk menganalisa sejauh mana
pengaruh e-government terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro
perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Peneliti menggunakan indikator e-government yang
dikemukakan oleh Indrajit dan Inpres No.3 Tahun 2003 dalam buku Indrajit
bahwa terdapat 6 komponen terpenting dalam penerapan suatu e-government,
yaitu: Pengembangan Isi, Pembangunan Kompetensi, Perhubungan, Undang-
undang Cyber, Interaksi pengguna, Modal, sedangkan dalam Impres No.3
Kelompok Jabatan Fungsional
69
Tahun 2003 terdapat 2 komponen terpenting, yaitu: E-Leadership,
Pengelolaan Informasi. Sedangkan 10 indikator efektivitas kerja yang
dikemukakan oleh Drucker, yaitu: Kekuatan yang dimiliki, Cara berkinerja,
Nilai seorang pegawai, Tempat bekerja, Apa saja yang dikontribusikan,
Tanggung jawab membina hubungan, Tanggung jawab komitmen, Fokus
kerja, Tanggung jawab komunikasi, Disiplin.
Untuk menjelaskan lebih dalam, di bawah ini adalah pemaparan
analisis e-government terkait dengan 6 indikator dari teori yang dikemukakan
oleh indrajit dan 2 indikator yang terdapat dalam inpres No.3 tahun 2003
yang sesuai dengan apa yang ditemukan dilapangan.
1. Pengembangan Isi
Indikator tersebut terdiri dari 5 sub indikator yang masing-
masing indikator adalah :
a. Pengembangan aplikasi perangkat lunak
Menurut Indrajit dalam bukunya E-Government In action
indikator yang pertama adalah pengembangan isi,sub indikator
yang pertama yaitu pengembangan aplikasi perangkat lunak. Data
hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :
“Pengembangan aplikasi perangkat lunak di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat baik “. Maka
dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government, Biro
70
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat baik
dalam mengembangkan aplikasi perangkat lunak. Hal ini
tercermin dari 83,6 persen responden menyatakan sangat setuju
dan setuju dalam pengembangan aplikasi perangkat lunak. Lebis
jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
Grafik 4.1
Tanggapan Responden Terhadap Pengembangan Aplikasi
Perangkat Lunak
Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.1)
15
SS S TS STS
40
egov1
46,3 %
11,9 %
4,5%
0
3
7,3
%
Mean = 3.25Std. Dev. = 0.841N = 67
egov1
71
Dari grafik di atas tabel dapat dijelaskan bahwa sebanyak 56
responden atau 83,6 persen (46,3 % sangat setuju dan 37,3 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa pengembangan
aplikasi perangkat lunak di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI sudah sangat baik. Pengembangan aplikasi
perangkat lunak sudah sangat baik terlihat dari program-program
komputer dalam menunjang setiap tugas yang diberikan kepada
para pegawai. Hanya 11 responden atau 20,9 persen (16,4 % tidak
setuju dan 4,5 % sangat tidak setuju) tidak sependapat bahwa
pengembangan aplikasi perangkat lunak di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI tidak baik.
b. Penggunaan bahasa pemograman
Sub indikator yang kedua adalah penggunaan bahasa
pemograman. Data hasil penelitian responden yang menjawab
pertanyaan : “Penggunaan bahasa pemograman di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat
tepat”. Maka dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-
government, Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
sudah baik dalam menggunakan bahasa pemograman. Hal ini
tercermin dari 79,2 persen responden menyatakan sangat setuju
dan setuju dalam penggunaan bahasa pemograman. Lebih jelasnya
dapat dilihat dari grafik berikut.
72
Grafik 4.2
Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Bahasa
Pemograman
Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.2)
5 SS S TS STS0
egov2
50
30
20
10
0
Freq
40
Mean = 3.06Std. Dev. = 0.776N = 67
egov2
49,3 %
29,9 %
17,9 %
3,0 %
73
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 53
responden atau 79,2 persen (29,9 % sangat setuju dan 49,3 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa penggunaan bahasa
pemograman di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM
RI sudah sangat tepat. Penggunaan bahasa pemograman sudah
sangat tepat terlihat dari bahasa pemograman komputer yang
dapat membantu dalam menyelesaikan setiap tugas yang
diberikan kepada para pegawai. Hanya 14 responden atau 20,9
persen (17,9 % tidak setuju dan 3,0 % sangat tidak setuju) tidak
sependapat bahwa penggunaan bahasa pemograman di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI tidak tepat.
c. Pemilihan standar teknis
Sub indikator yang ketiga adalah pemilihan standar teknis.
Data hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :
“Pemilihan standar teknis pada e-government di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat tepat”. Maka
dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government, Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah baik dalam
pemilihan standar teknis. Hal ini tercermin dari 85,0 persen
responden menyatakan sangat setuju dan setuju dalam pemilihan
standar teknis. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
74
Grafik 4.3
Tanggapan Responden Terhadap Pemilihan Standar
Teknis
Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.3)
4.5 TS
3.5 S2.5 SS
1.5
egov3
40
30
20
10
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.28Std. Dev. = 0.598N = 67
egov3
14,9 %
74,6 %
10,4 %
75
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 57
responden atau 85,0 persen (10,4 % sangat setuju dan 74,6 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa pemilihan standar
teknis di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
sudah sangat tepat. Pemilihan standar teknis sudah sangat tepat
terlihat dari standar teknis e-government, para pegawai sangat
mudah dalam menggunakan e-government tersebut. Hanya 10
responden atau 14,9 persen tidak sependapat bahwa penggunaan
bahasa pemograman di Biro Perencanaan Kementerian Hukum
dan HAM RI tidak tepat.
d. Spesifikasi basis data
Sub indikator yang keempat adalah spesifikasi basis data. Data
hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :
“Spesifikasi data base (basis data) pada Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat tepat”. Maka
dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government, Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah tepat dalam
spesifikasi basis data. Hal ini tercermin dari 85,0 persen responden
menyatakan sangat setuju dan setuju dalam spesifikasi basis data.
Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
76
Grafik 4.4
Tanggapan Responden Terhadap Spesifikasi Basis Data
Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.4)
4.5
SS3.5
S
2.5 TS
1.5 egov4
50
40
30
20 100
Mean = 2.96Std. Dev. = 0.506N = 67
egov4
14,9 %
74,6 %
10,4 %
77
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 57
responden atau 85,0 persen (10,4 % sangat setuju dan 74,6 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa spesifikasi basis
data di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
sudah sangat tepat. Hanya 10 responden atau 14,9 persen tidak
sependapat bahwa spesifikasi basis data di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI tidak tepat.
e. User interface
Sub indikator yang kelima adalah user interfaces. Data hasil
penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Pada Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah terdapat
jaringan informasi yang biasa diakses oleh para stakeholder e-
government”. Maka dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-
government, Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
sudah baik dalam user interfaces. Hal ini tercermin dari 97,0
persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju dalam user
interfaces. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
78
Grafik 4.5
Tanggapan Responden Terhadap User Interface
Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.5)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 65
responden atau 97,0 persen (53,7 % sangat setuju dan 43,3 %
4.5 SS
3.532.5 TS
1.5
S
60
50
20
10
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.51Std. Dev. = 0.561N = 67
egov5
53,7 %
43,3 %
3,0 %
79
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa user interfaces
jaringan informasi yang biasa diakses oleh para stakeholder e-
government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM
RI sudah sangat tepat. Hanya 2 responden atau 3,0 persen tidak
sependapat bahwa user interfaces jaringan informasi yang biasa
diakses oleh para stakeholder e-government di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI tidak tepat.
2. Pembangunan Kompetensi
Indikator tersebut terdiri dari 2 sub indikator yang masing-
masing indikator adalah :
a. Pengadaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Indikator yang kedua adalah pembangunan kompetensi,sub
indikator yang pertama yaitu pengadaan sumber daya manusia.
Data hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :
“Pengadaan SDM yang kompeten di Biro Perencanaan sudah
dapat menunjang dalam proses penerapan e-government”. Maka
dapat diketahui bahwa dalam pengadaan sumber daya
manusiaBiro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
sudah cukup dalam pengadaan sumber daya manusia. Hal ini
tercermin dari 86,5 persen responden menyatakan sangat cukup
80
dan cukup dalam pengadaan sumber daya manusia. Lebih jelasnya
dapat dilihat dari grafik berikut.
Grafik 4.6
Tanggapan Responden Terhadap Pengadaan Sumber Daya Manusia
(SDM)
5 SC
C
KC
TC
0
egov6
55
45 25 15
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.21Std. Dev. = 0.708N = 67
egov6
35,8 %
50,7 %
11,9 %
1,5 %
81
Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.6)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 58
responden atau 86,5 persen (35,8 % sangat cukup dan 50,7 %
cukup) sependapat dengan pernyataan bahwa pengadaaan sumber
daya manusia di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan
HAM RI sudah cukup menunjang dalam proses penerapan e-
government. Hanya 9 responden atau 13,4 persen (11,9 % kurang
cukup dan 1,5 % tidak cukup) tidak sependapat bahwa pengadaan
sumber daya manusia belum cukup menunjang dalam penerapan
e-government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan
HAM RI tidak baik.
b. Pelaksanaan pelatihan pegawai
Sub indikator yang kedua dari pembangunan kompetensi adalah
pelaksanaan pelatihan pegawai. Data hasil penelitian responden yang
menjawab pertanyaan : “Pelaksanaan pelatihan para pegawai dalam
mendukung pengembangan e-government di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI selalu dilakukan secara intensif”.
Maka dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pelatihan pegawai di
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI selalu diadakan
pelatihan pegawai dalam mengembangkan sistem e-government. Hal
ini tercermin dari 67,2 persen responden menyatakan selalu dan sering
83
Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Pelatihan Pegawai
Sumber : Hasil penelitian lapangan, tahun 2010. (Kuesioner no.7)
4.5 SE
3.532.5
JS
1.5
SR
45
40
20
25
20 10
0
300
Mean = 3.12Std. Dev. = 0.879N = 67
egov7
44,8 %
22,4 %
32,8 %
84
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 45
responden atau 67,2 persen (44,8 % selalu dan 22,4 % sering)
sependapat dengan pernyataan bahwa pelaksanaan pelatihan pegawai
dalam mengembangkan e-government di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sering dilakukan. Hanya 22
responden atau 32,8 persen berpendapat bahwa jarang sekali diadakan
pelatihan pegawai, sehingga pegawai yang ada merasakan bahwa
kurangnya pengetahuan mengenai pengoperasian e-government di
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.
3. Perhubungan
Indikator tersebut terdiri dari 2 sub indikator yang masing-
masing indikator adalah :
a. Teknologi informasi
Sub indikator yang pertama dari perhubungan yaitu teknologi
informasi. Data hasil penelitian responden yang menjawab
pertanyaan : “Ketersediaan perangkat komputer di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat
memadai”. Maka dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-
government khususnya teknologi informasi di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai. Hal ini
85
tercermin dari 82,1 persen responden menyatakan setuju dan
sangat setuju ketersediaan teknologi informasi di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat
memadai. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
Grafik 4.8
Tanggapan Responden Terhadap Teknologi Informasi
5 SS
S
TS
STS
0
egov8
40 30 20
10
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.34Std. Dev. = 0.808N = 67
egov8
53,7 %
28,4 %
16,4 %
1,5 %
86
Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioner no.8)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 55
responden atau 82,1 persen (53,7 % sangat setuju dan 28,4 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa ketersediaan
perangakat teknologi informasi di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai. Hanya 11 responden
atau 16,4% menjawab tidak setuju dan 1 responden atau 1,5 %
menjawab sangat tidak setuju bahwa ketersediaan perangkat
teknologi informasi di Biro Perencanaan Kementerian Hukum
dan HAM RI belum memadai.
b. Infrastruktur komunikasi
Sub indikator yang kedua yaitu infrastruktur komunikasi. Data
hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :
“Ketersediaan infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai”.Maka
dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government khususnya
infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai. Hal ini tercermin
dari 79,1 persen responden menyatakan setuju dan sangat setuju
ketersediaan infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai. Lebih
jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
87
Grafik 4.9
Tanggapan Responden Terhadap Infrastruktur
Komunikasi
50 45
Freq
uenc
y
egov9
47,8 %
31,3 %
88
Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioer no.9)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 53
responden atau 79,1 persen (47,8 % sangat setuju dan 31,3 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa ketersediaan
infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI sudah sangat memadai, sudah banyak
terdapat komputer dalam mendapatkan akses internet. Hanya 13
responden atau 19,4% menjawab tidak setuju dan 1 responden
atau 1,5 % menjawab sangat tidak setuju bahwa ketersediaan
infrastruktur komunikasi di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI belum memadai.
5 SS
S
TS STS
0
TS
50 45
30
15
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.25Std. Dev. = 0.823N = 67
egov9
47,8 %
31,3 %
19,4 %
1,5 %
89
4. Undang-Undang Cyber
Adanya perangkat hukum dalam aktivitas e-government. Data
hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Semua
aktivitas e-government di Biro perencanaan Kementerian Hukum
dan HAM RI sudah dipayungi hukum yang berlaku”. Maka dapat
diketahui bahwa dalam penerapan e-government khususnya
keberadaan hukum yang berlaku di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah ada. Hal ini tercermin
dari 95,6 persen responden menyatakan setuju dan sangat setuju
adanya keberadaan hukum yang berlaku di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI. Lebih jelasnya dapat dilihat
dari grafik berikut.
Grafik 4.10
Tanggapan Responden Terhadap Undang-Undang Cyber
90
Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioner no.10)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 64
responden atau 95,6 persen (47,8 % sangat setuju dan setuju)
sependapat dengan pernyataan bahwa sudah adanya keberadaan
hukum yang melindungi aktivitas e-government di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Terbukti adanya
keputusan dari menteri yang mengatur e-government. Hanya 3
responden atau 4,5 % yang menjawab tidak setuju bahwa belum
adanya keberadaan hukum yang berlaku melindungi aktivitas e-
government, dikarenakan responden tersebut baru saja bekerja di
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI, sehingga
4.5 SS
3.532.5 TS
1.5 S
50 40
20
10
0
Mean = 3.43Std. Dev. = 0.583N = 67
egov10
47,8 % 47,8 %
4,5 %
91
responden tersebut belum tahu sepenuhnya tentang hukum yang
berlaku di kantor tersebut.
5. Interaksi Pengguna
Menyangkut Kanal akses yang dipergunakan oleh seluruh
masyarakat dimana saja dan kapan saja mereka inginkan. Data
hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Pada
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah
terdapat jaringan informasi yang bisa diakses oleh masyarakat
kapan saja yang mereka inginkan”. Maka dapat diketahui bahwa
dalam penerapan e-government khususnya akses yang dapat
digunakan oleh masyarakat kapan saja mereka inginkan sudah
bisa dilakukan. Hal ini tercermin dari 86,6 persen responden
menyatakan setuju dan sangat setuju akses yang mudah
digunakan masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut.
Grafik 4.11
Tanggapan Responden Terhadap Kanal Akses oleh Seluruh Masyarakat
92
Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioener no.11)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 58
responden atau 86,6 persen (58,2 % sangat setuju dan 28,4 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa terdapat jaringan
yang mendukung kepada masyarakat untuk dapat mengakses
dimanapun dan kapan pun. Informasi-informasi tentang
kementerian Hukum dan HAM RI langsung dapat dilihat di situs
kementerian. Hanya 9 responden atau 13,4% menjawab tidak
setuju bahwa jaringan belum mendukung sepenuhnya untuk
masyarakat dalam mengakses sistus kementerian Hukum dan
HAM RI.
4.5 SS
3.532.5 TS
1.5
S
55 45 30 15
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.45Std. Dev. = 0.724N = 67
egov11 58,2 %
28,4 %
13,4 %
93
6. Modal
Adalah menyangkut dengan permodalan seperti pemeliharaan
e-government. Data hasil penelitian responden yang menjawab
pertanyaan : “Dana pemeliharaan fasilitas e-government pada
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah
tersedia dan sangat memadai”. Maka dapat diketahui bahwa
dalam penerapan e-government khususnya dana dalam
memelihara fasilitas e-government di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah tersedia. Hal ini
tercermin dari 74,6 persen responden menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa dana pemeliharaan fasilitas e-government di
Biro Perencanaan Kementerian Huku dan HAM RI sudah tersedia
dan sangat memadai. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut.
Grafik 4.12
94
Tanggapan Responden Terhadap Pemeliharaan E-government
Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioner no.12)
5 SS
S
2 STS
0
TS
40 30
15
10
5
0
20
Mean = 3.07Std. Dev. = 0.876N = 67
egov12 37,3 %
37,3 %
20,9 %
4,5 %
95
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 50
responden atau 74,6 persen (37,3 % sangat setuju dan 37,3 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa ketersediaan dana
dalam pemeliharaan fasilitas e-government di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah tersedia dan sangat
memadai. Dana tersebut dikeluarkan berdasarkan anggaran yang
sudah dibuat sebelumnya. Hanya 14 responden atau 20,9 %
menjawab tidak setuju dan 3 responden atau 4,5 % menjawab
sangat tidak setuju bahwa anggaran untuk pemeliharaan fasilitas
e-government kurang, harus ada dana tambahan untuk
pemeliharaan fasilitas e-government di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI.
7. E-Leadership
Menurut Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 didalamnya
terdapat indikator dalam penerapan e-government. Salah satu
Indikatornya yang pertama adalah e-leadership. Data hasil
penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Pada Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sangat
responsif dalam mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi”. Maka dapat diketahui bahwa dalam
penerapan e-government, Biro Perencanaan Kementerian Hukum
96
dan HAM RI sudah sangat responsif dalam mengantisipasi dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Hal ini tercermin
dari 89,5 persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju
bahwa Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
sudah sangat responsif dalam mengantisipasi dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi. Lebih jelasnya dapat dilihat dari
grafik berikut.
Grafik 4.13
Tanggapan Responden Terhadap Prioritas dan Inisiatif
Dalam Mengantisipasi dan Memanfaatkan Kemajuan
Teknologi Informasi
97
Sumber : Hasil penelitian lapangan tahun 2010. (Kuesioner no.13)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 60
responden atau 89,5 persen (38,8 % sangat setuju dan 50,7 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa dalam penerapan e-
government, Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
sudah sangat responsif dalam mengantisipasi dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi. Hanya 7 responden atau 10,4
menjawab tidak setuju bahwa Biro perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI belum responsif dalam mengantisipasi dan
memanfaatkan kemajuan teknologi.
4.5 SS
3.5 S
2.5 TS
1.5
egov13
5530
30
0
4
5
Mean = 3.28Std. Dev. = 0.647N = 67
egov13
15
38,8 %
50,7 %
10,4 %
98
8. Pengelolaan Informasi
Indikator yang kedua dalam Intruksi Presiden No.3 Tahun
2003 yaitu kualitas dan keamanan pengelolaan informasi. Data
hasil penelitian responden yang menjawab pertanyaan :
“Penggunaan e-government di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI sudah melindungi data dengan baik”. Maka
dapat diketahui bahwa dalam penerapan e-government, Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah
melindungi data dengan baik. Hal ini tercermin dari 94,0 persen
responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa
penggunaan e-government di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI sudah melindungi data dengan baik. Lebih
jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
Grafik 4.14
Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Informasi
99
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no. 14)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 63
responden atau 94,0 persen (37,3 % sangat setuju dan 56,7 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa penggunaan e-
government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM
RI sudah melindungi data dengan baik, dikarenakan setiap pegwai
mempunyai password masing-masing dalam menyimpan data.
Hanya 4 responden atau 6,0 menjawab tidak setuju bahwa e-
government yang ada di Biro perencanaan Kementerian Hukum
dan HAM RI belum melindungi data dengan baik karena masih
ada password yang eror.
4.5 SS
3.5 S
2.5 TS
1.5
egov14
40
50 30
10
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.31Std. Dev. = 0.583N = 67
egov14
37,3 %
56,7 %
6,0 %
100
Kemudian di bawah ini adalah pemaparan analisis efektivitas
kerja terkait dengan kesepuluh indikator dari teori yang dikemukakan oleh
Drucker yang sesuai dengan apa yang ditemukan di lapangan.
1. Kekuatan Yang Dimiliki
Bahwa seorang pegawai mengetahui kekuatan diri rekan
kerjanya selalu dapat mencapai target pekerjaannya. Data hasil
penelitian responden yang menjawab pertanyaan : “Rekan kerja
anda selalu dapat mencapai target pekerjaannya sebagai pegawai
di Biro perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI”. Maka
dapat diketahui bahwa rekan kerjanya selalu mencapai target
dalam setiap tugas-tugas pekerjaannya. Hal ini tercermin dari 88,1
persen responden menyatakan sering dan selalu mencapai taget
dalam pekerjaannya. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut.
Grafik 4.15
Tanggapan Responden Terhadap Kekuatan Yang Dimiliki
101
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.15)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 59
responden atau 88,1 persen (61,2 % selalu dan 26,9 % sering)
sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya mempunyai
rasa tanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan oleh
atasan. Hanya 8 responden atau 11,9 % menjawab tidak setuju
bahwa e-government yang ada di Biro perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI belum melindungi data dengan baik karena
masih ada password yang eror
2. Cara Berkinerja
Bahwa seorang pegawai mengetahui rekan kerjanya dapat
menyelesaikan pekerjaannya. Data hasil penelitian responden
4.5 SE
3.532.5 JS
1.5
kerjaSR
65 6030
30
150
50
Mean = 3.49Std. Dev. = 0.704N = 67
kerja1
61,2 %
26,9 %
11,9 %
102
yang menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda sudah sangat
mengetahui cara kerja dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya”.
Maka dapat diketahui bahwa dalam efektivitas kerja khususnya
cara berkinerja setiap pegawai setuju bahwa rekan kerjanya sudah
mengetahui cara kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini
tercermin dari 82,1 persen responden menyatakan sangat setuju
dan setuju bahwa rekan kerjanya mengetahui cara kerja dalam
menyelesaikan setiap pekerjaannya. Lebih jelasnya dapat dilihat
dari grafik berikut.
Grafik 4.16
Tanggapan Responden Terhadap Cara Berkinerja
103
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.16)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 55
responden atau 82,1 persen (47,8 % sangat setuju dan 34,3 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya
sudah mengetahui cara kerja dalam menyelesaikan pekerjaan
yang diberikan, dalam. Hanya 12 responden atau 11,9 %
menjawab tidak setuju bahwa rekan kerjanya belum paham dalam
menyelesaikan setiap pekerjaannya, adanya kesalahan dalam hasil
akhir pekerjaannya.
3. Nilai Seorang Pegawai
4.5 SS
3.5
S
2.5 TS
1.5
kerja2
50
40 30
10
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.3Std. Dev. = 0.759N = 67
kerja2
47,8 %
34,3 %
17,9 %
104
Bahwa seorang pegawai mengetahui nilai yang cocok dengan
nilai organisasi. Data hasil penelitian responden yang menjawab
pertanyaan : “Sistem pekerjaan di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI sangat cocok dengan kemampuan dan
pendidikan pegawai pada umumnya”. Maka dapat diketahui
bahwa dalam efektivitas kerja khususnya nilai seorang pegawai
sudah cocok dengan nilai yang ada di dalam Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI. Hal ini tercermin dari 79,1
persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa
kemampuan yang ada di dalam diri pegawai sudah cocok dengan
sistem pekerjaan di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan
HAM RI. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
Grafik 4.17
105
Tanggapan Responden Terhadap Nilai Seorang Pegawai
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.17)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 53
responden atau 79,1 persen (37,3 % sangat setuju dan 41,8 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa pendidikan pegawai
yang ada di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI
sudah sesuai atau sejalan dengan sistem pekerjaannya disana.
Hanya 14 responden atau 20,9 % menjawab tidak setuju bahwa
kemampuan dan pendidkan pegawai pada umumnya tidak sesuai
dengan sistem pekerjaan yang ada di Biro Perencanaan.
4. Tempat Bekerja
4.5
SS
3.5 S
2.5
TS1.5
kerja3
50 40
20
25
10
5
0
30
Mean = 3.16Std. Dev. = 0.751N = 67
kerja3
37,3 % 41,8 %
20,9 %
106
Bahwa seorang pegawai mengetahui tempat bekerjanya adalah
tempat yang tepat. Data hasil penelitian responden yang
menjawab pertanyaan : “Kesesuaian tempat kerja pada Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI menurut pegawai
pada umumnya sudah sangat sesuai dengan pendidikannya”.
Maka dapat diketahui bahwa tempat bekerjanya sesuai dengan
pendidikan para pegawai masing-masing. Hal ini tercermin dari
74,6 persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju
bahwa kesesuaian tempat kerja pada Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah sesuai dengan
pendidikan para pegawai. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut.
Grafik 4.18
107
Tanggapan Responden Terhadap Tempat Bekerja
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.18)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 50
responden atau 74,6 persen (31,3 % sangat setuju dan 43,3 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa kesesuaian tempat
kerjanya sudah sesuai dengan pendidikan pegawai yang ada di
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 17
responden atau 25,4 % menjawab tidak setuju bahwa tidak
sesuai antara pendidikan pegawai dengan tempat dimana
pegawai bekerja. sebagai contoh ada salah satu pegawai yang
5 SS
S
TS
STS
0
kerja4
50 40 3015
10 50
20
Mean = 2.99Std. Dev. = 0.896N = 67
kerja4
31,3 %
43,3 %
17,9 %
7,5 %
108
berpendidikan sarjana hukum tetapi ditugaskan di bagian
komputerisasi.
5. Apa Saja Yang Dikontribusikan
Bahwa seorang pegawai dapat mengkontribusikan pekerjaan
sesuai tujuan yang ditetapkan. Data hasil penelitian responden
yang menjawab pertanyaan : “Pegawai pada umumnya dapat
mengkontribusikan pekerjaannya sesuai program kerja di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI”. Maka dapat
diketahui bahwa pegawai selalu mengkontribusikan
pekerjaannya sesuai program kerja yang ada di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hal ini
tercermin dari 94,0 persen responden menyatakan selalu dan
sering dapat mengkontribusikan pekerjaannya. Lebih jelasnya
dapat dilihat dari grafik berikut.
109
Grafik 4.19
Tanggapan Responden Terhadap Apa Saja Yang Dikontribusikan
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.19)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 63
responden atau 94,0 persen (50,7 % selalu dan 43,3 % sering)
sependapat dengan pernyataan bahwa pegawai selalu
mengkontribusiakan setiap pekerjaan yang diberikan sesuai
dengan program kerja yang ada di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 4 responden atau 6,0
% pegawai jarang sekali dapat mengkontribusikan pekerjaannya
sesuai program kerja.
4.5
SE3.532.5
JS
1.5 SR
55 45 25 10
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.45Std. Dev. = 0.61N = 67
kerja5
50,7 %
43,3 %
6,0 %
110
6. Tanggung Jawab Membina Hubungan
Bahwa seorang pegawai dapat membina hubungan kerja
dengan rekan kerjanya. Data hasil penelitian responden yang
menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda dapat membina
hubungan kerja dengan rekan kerja yang lain”. Maka dapat
diketahui bahwa pegawai dapat membina hungan kerja dengan
rekan kerjanya. Hal ini tercermin dari 97,0 persen responden
menyatakan sangat setuju dan setuju setiap pegawai dapat
membina hubungan baik. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut.
111
Grafik 4.20
Tanggapan Responden Terhadap Tanggung Jawab Membina Hubungan
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.20)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 65
responden atau 97,0 persen (64,2 % setuju dan 32,8 % sangat
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa masing-masing
pegawai dapat membina hungan kerja dengan baik, saling
menghargai pegawai yang satu dengan pegawai yang lainnya.
Hanya 2 responden atau 3,0 % pegawai tidak setuju dalam artian
pegawai tersebut kurang bisa membina hubungan kerja dengan
baik.
4.5 SS
3.5 S
2.5 TS
1.5
kerja6
65
6030
30
150
50
Mean = 3.3Std. Dev. = 0.523N = 67
kerja6
32,8 %
64,2 %
3,0 %
112
7. Tanggung Jawab Komitmen
Bahwa seorang pegawai dapat bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan komitmen. Data hasil penelitian responden yang
menjawab pertanyaan : “Pegawai pada umumnya selalu
bertanggung jawab terhadap komitmen yang dibuat oleh Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI”. Maka dapat
diketahui bahwa pegawai bertanggung jawab penuh dengan
komitmen dalam pekerjaannya. Hal ini tercermin dari 92,5
persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa
pegawai bertanggung jawab penuh dengan komitmen dalam
pekerjaannya. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
113
Grafik 4.21
Tanggapan Responden Terhadap Tanggung Jawab Komitmen
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.21)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 62
responden atau 92,5 persen (55,2 % setuju dan 37,3 % sangat
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa setiap pegawai
pada umumnya menjunjung tinggi komitmen yang dibuat oleh
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 5
responden atau 7,5 % pegawai tidak setuju dalam artian pegawai
tersebut kurang bertanggung jawab terhadap komitmen yang
dibuat oleh Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM
RI.
4.5 SS
3.5 S
2.5 TS
1.5
kerja7
60 40
20
10
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.3Std. Dev. = 0.603N = 67
kerja7
37,3 %
55,2 %
7,5 %
114
8. Fokus Kerja
Bahwa seorang pegawai mengetahui rekan kerjanya fokus
terhadap pekerjaan. Data hasil penelitian responden yang
menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda selalu bisa fokus
terhadap pekerjaannya”. Maka dapat diketahui bahwa rekan
kerjanya selalu terlihat selalu fokus terhadap pekerjaannya. Hal
ini tercermin dari 86,5 persen responden menyatakan sangat
setuju dan setuju bahwa rekan kerjanya selalu bisa fokus
terhadap pekerjaannya. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut.
115
Grafik 4.22
Tanggapan Responden Terhadap Fokus Kerja
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.22)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 58
responden atau 86,5 persen (50,7 % sangat setuju dan 35,8 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya
selalu bisa fokus terhadap pekerjaannya sebagai pegawai di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 7
responden atau 10,4 % tidak setuju dan 2 responden atau 3,0 %
sangat tidak setuju bahwa rekan kerjanya nyatanya tidak tidak
5 SS
S
TS
STS
0
kerja8
55 45
25 15
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.34Std. Dev. = 0.789N = 67
kerja8
50,7 %
35,8 %
10,4 %
3,0 %
116
fokus terhadap pekerjaannya, contohnya ada pegawai seenaknya
chating di jam kantor, itu menandakan bahwa pegawai tersebut
tidak bisa fokus terhadap pekerjaannya.
9. Tanggung Jawab Komunikasi
Bahwa seorang pegawai mengetahui rekan kerjanya
memahami informasi. Data hasil penelitian responden yang
menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda selalu memahami
informasi yang beredar di Biro perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI”. Maka dapat diketahui bahwa rekan
kerjanya selalu mengetahui dan memahami informasi yang
beredar di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Hal ini tercermin dari 89,6 persen responden menyatakan sangat
setuju dan setuju bahwa rekan kerjanya selalu memahami
informasi yang beredar di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut.
117
Grafik 4.23
Tanggapan Responden Terhadap Tanggung Jawab Komunikasi
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.23)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 60
responden atau 89,6 persen (40,3 % sangat setuju dan 49,3 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya
selalu mengetahui dan memahami informasi yang beredar di
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hanya 7
responden atau 10,4 % tidak setuju bahwa rekan kerjanya
kurang mengetahui dan memahami informasi yang beredar di
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.
4.5 SS
3.5 S
2.5 TS
1.5
kerja9
55
45 35
15
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.3Std. Dev. = 0.652N = 67
kerja9
40,3 %
49,3 %
10,4 %
118
10. Disiplin
Bahwa seorang pegawai mengetahui bahwa rekan kerjanya
selalu disiplin dalam bekerja. Data hasil penelitian responden
yang menjawab pertanyaan : “Rekan kerja anda selalu datang
tepat waktu dalam bekerja”. Maka dapat diketahui bahwa rekan
kerjanya selalu datang tepat waktu dalam bekerja di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Hal ini
tercermin dari 85,1 persen responden menyatakan sangat setuju
dan setuju bahwa rekan kerjanya selalu disiplin datang tepat
waktu dalam bekerja. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut.
119
Grafik 4.24
Tanggapan Responden Terhadap Disiplin
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010. (Kuesioner no.24)
Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 57
responden atau 85,1 persen (49,3 % sangat setuju dan 35,8 %
setuju) sependapat dengan pernyataan bahwa rekan kerjanya
selalu disiplin datang tepat waktu dalam bekerja. Hanya 8
responden atau 11,9 % dan 2 responden atau 3,0 % sangat tidak
setuju bahwa rekan kerjanya sudah disiplin datang tepat waktu
5
SS
S
TS
STS
0
kerja10
40
30
20
10
0
Mean = 3.31Std. Dev. = 0.802N = 67
kerja10
3
0
49,3 %
35,8 %
11,9 %
3,0 %
120
dalam bekerja. Masih ada pegawai yang seenaknya datang
terlambat.
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik
4.3.1 Analisis E-Government
Setelah dilakukan analisis dari 14 instrumen terkait dengan e-
Government yang diberikan kepada responden di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI, maka didapat hasil sebagai berikut :
a. Bila
setiap
butir
mendap
at skor
tertinggi
, yaitu :
4x14x67
=3752
b. Bila setiap butir mendapat skot terendah, yaitu :
1x14x67
=938
121
Keterangan : 4 = Nilai skor tertinggi
1 = Nilai skor terendah
67 = Jumlah responden
3051 = Jumlah skor pengumpulan data
(X)
Menurut 67 responden mengenai analisis e-government, yaitu :
∑ Kuesioner
X 100 %
∑ Responden
3051 X 100%= 81,31 %
3752Dari hasil 81,31 % kriteria yang ditetapkan, hal ini secara
kontinium dapat dibuat kategori sebagai berikut :
938 1876 2814 3051 3752
D C B A
Keterangan :
A = Sangat Baik
122
B = Baik
C = Tidak Baik
D = Sangat Tidak Baik
Dari perhitungan di atas dan gambar maka penerapan e-
government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah
terlihat baik, hal ini terlihat dari jumlah presentase sebesar 81,31 % dan nilai
3051 termasuk kategori Baik.
4.3.2 Analisis Efektivitas Kerja
Setelah dilakukan analisis dari 10 instrumen terkait dengan
efektivitas kerja yang diberikan kepada responden di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI, maka didapat hasil sebagai berikut :
.a Bila setiap butir mendapat skor tertinggi, yaitu :
4x10x67
= 2680
.b Bila setiap butir mendapat skot terendah, yaitu :
1x10x67
123
= 670
Keterangan : 4 = Nilai skor tertinggi
2 = Nilai skor terendah
67 = Jumlah responden
2207 = Jumlah skor pengumpulan data
(Y)
Menurut 67 responden mengenai analisis efektivitas kerja, yaitu :
∑ KuesionerX 100 %
∑ Responden
2207X 100% = 82,35 %
2680
Dari hasil 82,35 % kriteria yang ditetapkan, hal ini secara
kontinium dapat dibuat kategori sebagai berikut :
670 1340 2010 2207 2680
124
D C B A
Keterangan :
A = Sangat Baik
B = Baik
C = Tidak Baik
D = Sangat Tidak Baik
Dari perhitungan di atas dan gambar maka efektivitas kerja di
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah terlihat baik, hal
ini terlihat dari jumlah presentase sebesar 82,35 % dan nilai 2207 termasuk
kategori Baik.
4.4 Uji Validitas
Analisis data penelitian yang dilakukan pertama kali adalah
dengan melakukan uji validitas instrumen guna untuk mengetahui seberapa
tepat suatu alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data mengukur itu
valid. Uji validitas digunakan untuk valid tidaknya suatu kuesioner.
Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu instrumen benar-benar
125
mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian serta
mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.
Adapun rumus yang digunakan adalah menggunakan statistik korelasi
product moment. Dalam pengujian validitas, peneliti menggunakan 67
responden sebagai uji coba menghitung validitas pada variabel X. Berikut
hasil uji validitas instrumen pada variabel X.
Tabel 4.25
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X (Uji Butir Pertanyaan)
No. Butir
Pertanyaan
Koefisien
Korelasi
r tabel Keterangan
1 1 0,781 0,235 Valid
2 2 0,836 0,235 Valid
3 3 0,813 0,235 Valid
4 4 0,478 0,235 Valid
5 5 0,778 0,235 Valid
6 6 0,804 0,235 Valid
7 7 0,788 0,235 Valid
8 8 0,697 0,235 Valid
9 9 0,816 0,235 Valid
10 10 0,717 0,235 Valid
11 11 0,823 0,235 Valid
12 12 0,774 0,235 Valid
13 13 0,764 0,235 Valid
14 14 0,817 0,235 ValidSumber : Hasil penelitian tahun 2010.
126
Kriteria item/butir instrumen pada variabel X yang digunakan
adalah dimana jika r hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen bisa
dinyatakan valid, dan jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen bisa
dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
seluruh instrumen adalah valid.
Selanjutnya dalam pengujian validitas, peneliti menggunakan 67
responden sebagai uji coba menghitung validitas pada variabel Y dan.
menggunakan statistik korelasi product moment sebagai rumus untuk
mengitung validitas. Berikut ditampilkan uji validitas instrumen pada variabel
Y.
Tabel 4.26
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Uji Butir Pertanyaan)
No. Butir
Pertanyaan
Koefisien
Korelasi
r tabel Keterangan
1 1 0,632 0,235 Valid
2 2 0,815 0,235 Valid
3 3 0,810 0,235 Valid
4 4 0,794 0,235 Valid
5 5 0,613 0,235 Valid
6 6 0,388 0,235 Valid
7 7 0,588 0,235 Valid
8 8 0,836 0,235 Valid
9 9 0,859 0,235 Valid
10 10 0,801 0,235 Valid
127
Sumber : Hasil penelitian tahun 2010.
Kriteria item/butir instrumen pada variabel Y yang digunakan
adalah dimana jika r hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen bisa
dinyatakan valid, dan jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen bisa
dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
seluruh instrumen adalah valid.
4.5 Uji Realibilitas Instrumen
Guna menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur
maka peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang dilakukan uji
reliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen
yang dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas. Dalam
pengukuran reliabilitas dapat menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan
bantuan SPSS Statistics 13.0.
4.5.1 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X
Hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan pada variabel X
adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0.943. Jika kita mengacu pada Siegle
yang menggunakan pedoman reliability instrumen adalah sebesar 0.6. artinya
0.943 > dari 0.6 sehingga instrumen variabel X yang diuji bisa reliabel.
Adapun uji reliabilitas data pada variabel X dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
128
Tabel 4.27Statistik Reliabilitas Variabel X
4.5.2 Uji Realibilitas Instrumen Variabel Y
Hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan pada variabel Y
adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0.898. Jika kita mengacu pada Siegle
yang menggunakan pedoman reliability instrumen adalah sebesar 0.6. artinya
0.898 > 0.6 sehingga instrumen variabel Y yang diuji bisa reliabel. Adapun uji
reliabilitas data pada variabel Y dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.28
Statistik Reliabilitas Variabel YReliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items,898 10
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui SPSS versi 13
diketahui bahwa statistik reliabilitas pada variabel Y yang pengujiannya
menggunakan metode alpha cronbach adalah sebesar 0.898. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam
Cronbach's
Alpha N of Items,943 14
129
rangka pengumpulan data.
4.6. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis penelitian tersebut, maka hasil dari
penelitian ini dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
“Terdapat pengaruh sangat kuat dan signifikan antara e-
government terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI”.
Adapun tabel dan pengujian hipotesis melalui rumus korelasi
product moment yang dapat dijabarkan pada hasil kuesioner yang berjumlah
67 orang responden dapat dijabarkan sebagai berikut :
Dari nilai e-government (X) dan nilai efektivitas kerja (Y) setelah diolah akan
menghasilkan nilai ∑x =3051 , ∑y =2207, ∑x² =142775 sedangkan ∑y²
=74467 dan ∑xy =102712 nilai-nilai tersebut selanjutnya dimasukkan ke
dalam rumus pearson product moment corelation sebagai berikut :
r xy = 102712
√ 142775. 74467
130
= 102712
√10.632.025.925
= 102712
103111,71
= 0,996
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
yang positif sebesar 0,996 antara e-government dan efektivitas kerja pegawai
di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI. Untuk dapat
memberikan interpretasi terhadap kuatnya pengaruh maka dapat digunakan
pedoman seperti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 4.29
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan0,00 – 0,199 Sangat rendah0,20 – 0,399 Rendah0,40 – 0,599 Sedang0,60 – 0,799 Kuat0,80 – 1,000 Sangat KuatSumber : Sugiyono, 2007:214
Berdasarkan hasil perhitungan di atas terlihat bahwa koefisien
korelasi yang ditemukan sebesar 0,996. Koefisien korelasi sebesar 0,996
termasuk pada kategori sangat kuat. Jadi, terdapat hubungan yang sangat kuat
dan signifikan antara variabel X (Penerapan E-Government) dan variabel Y
(Efektivitas Kerja). Pada penelitian ini menggunakan jumlah sampel (n)
131
sebesar 67 orang dengan taraf kesalahan 5 % atau = 0.05, maka harga rtabel
sebesar 0,235. Artinya, rxy hitung lebih besar dari rxy tabel atau Ho (0,996 > 0,235)
maka Ho ditolak dan Ha diterima.
4.7. Uji Signifikansi
Untuk menguji signifikasi korelasi, yaitu apakah hubungan yang
ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 67 orang, maka
perlu diuji signifikasinya. Adapun rumus uji signifikasi korelasi product
moment, yaitu :
= √ 67-2
√1-0,996²
= 0,996 √65
√1-0,992016
= 0.996 X 8,062
√0,007
132
= 8,029
0,083
= 96,734
Keterangan :
t = nilai hitung
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah data pengamatan .
Harga t-hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t-
tabel dengan determinansi koefisien (dk) = n – 2 = 67 – 2 = 65 dan taraf
kesalahan = 0,05 untuk uji satu pihak (one tail test), karena harga t-hitung
lebih besar dari pada harga t-tabel atau Ho (96,734 > 1,980) maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.1
Uji Signifikasi Korelasi dengan Uji Pihak Kanan
Daerah penolakan Ho Daerah penerimaan Ha
133
-96,734 -1,980 1,980 96,734
Berdasarkan gambar di atas maka dapat dinyatakan bahwa t-
hitung jatuh pada daerah penolakan Ho maka dapat dinyatakan hipotesis nol
yang menyatakan tidak ada pengaruh antara penerapan e-government
(variabel X) dan efektivitas kerja (variabel Y) ditolak dan hipotesis alternatif
diterima. Jadi, kesimpulannya koefisien korelasi antara penerapan e-
government dengan efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sebesar 0,996 adalah signifikan dan dapat
digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi dimana sampel berjumlah
67 orang.
4.8. Analisis Regresi Sederhana
Untuk menghitung seberapa tinggi nilai variabel dependen (Y)
bila nilai variabel independen (X) dimanipulasi (dirubah-rubah) maka
menggunakan rumus regresi linier. Adapun rumus untuk menghitung
persamaan regresi linier adalah sebagai berikut :
134
Y’ = a+bX
Keterangan :
Y’ = subyek/nilai dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = harga Y, bila X = 0 (harga konstan)
b = angka arah atau koefisien korelasi yang menujukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Berdasarkan hasil pengolahan data analisis regresi melalui SPSS
versi 13, maka diperoleh nilai (a) dan (b) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.30 Nilai (b)
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 1273,007 1 1273,007 167,245 ,000(a) Residual 494,755 65 7,612
135
Total 1767,761 66 a Predictors: (Constant), totalegov
b Dependent Variable: totalkerja
Sumber : Data diolah tahun 2010
Tabel 4.31Nilai (a)Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients Satandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 6,723 2,055 3,272 ,002 totalegov
,576 ,045 ,849 12,932 ,000
a Dependent Variable: totalkerja
Sumber : Data diolah tahun 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa a = 6,723 dan b = 0.576 X,
maka dimasukkan ke dalam rumus adalah sebagai berikut :
Y = a + b X
= 6,723 + 0,576 X
Keterangan :
Y = efektivitas kerja pegawai
X = penerapan e-government
a = konstanta sebesar 6,723, artinya jika penerapan e-government (X) nilainya
0, maka efektivitas kerja pegawai (Y) nilainya positif sebesar 6,723.
136
b = koefisien regresi sebesar 0,576, artinya jika penerapan e-government (X)
mengalami kenaikan 1, maka penerapan e-government (Y) mengalami
peningkatan sebesar 0,576.
Diketahui dari hasil perhitungan kualitas pelayanan sebesar 81,
maka persamaan regresinya, yaitu :
Y = 6,723 + 0,576 X
= 6,723 + 0,576 (81)
= 53,3
Dari persamaan di atas dapat dibuat garis regresi dapat
digambarkan berdasarkan persamaan yang telah ditemukan, yaitu sebagai
berikut :
Grafik 4.25
Garis Regresi
137
55
53,3 ----------------
50 Y = 6,723 + 0,576 X
40 Pertemuan antara rata2 Y dan X
25 rata –rata X = 81
20 rata –rata Y = 53,3
10 6,723 81
10 20 40 60 80
Selanjutnya untuk menentukan pengaruh antara penerapan e-
government terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI, maka dilihat dari perbandingan antara
skor dengan taraf kesalahan 0,05 (α = 5%). Adapun ketentuan tingkat
signifikasi, yaitu P value (sig) > α = Ho diterima, berarti dengan kata lain
diambil kesimpulan Ho. P value (sig) ≤ α = Ho ditolak, berarti dengan kata
lain diambil kesimpulan Ha. Dilihat dari tabel koefisien di atas terlihat bahwa
nilai Sig = 0,000, berarti nilai P value (sig) : 0,05 = 0,000 < 0,05. Dari
perhitungan ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, kesimpulannya
138
adalah terdapat pengaruh antara penerapan e-government terhadap efektivitas
kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara variabel X dan
variabel Y dapat dilihat dari besarnya pengaruh (R Square). Berikut model
summary berdasarkan hasil pengolahan data melalui SPSS versi 13.
Tabel 4.32Besar Pengaruh Antar Variabel
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate1 ,849(a) ,720 ,716 2,759
a Predictors: (Constant), totalegov
b Dependent Variable: totalkerja
Sumber : Data diolah tahun 2010
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa R Square sebesar 0,720.
Artinya, penerapan e-government mempengaruhi efektivitas kerja pegawai di
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM sebesar 72,0 % dan sisanya
28,0 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
4.9 Interpretasi Hasil Penelitian
Ketentuan untuk menguji koefisien korelasi adalah r-hitung lebih
kecil atau sama dengan (≤) harga r-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Sebaliknya bila r-hitung lebih besar dari harga r-tabel (r-hitung > r-tabel)
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa Ha
(0,996 > 0,235) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Selain diperkuat dari uji
139
koefisien korelasi, korelasi antara variabel X dan variabel Y diuji dengan uji
signifikasi korelasi. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa t-hitung lebih besar
dari t–tabel (96,734 > 1,980) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi,
kesimpulannya terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara penerapan
e-government (X) terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI (Y).
Untuk menghitung apakah ada pengaruh antara variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y) maka menggunakan rumus
regresi linier. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa persamaan regresi
linier, yaitu Y = 6,723 + 0,576 X. Artinya, nilai (a) adalah konstanta sebesar
6,723 berarti jika penerapan e-government (X) nilainya 0, maka efektivitas
kerja pegawai (Y) nilainya positif sebesar 6,723. Nilai (b) = koefisien regresi
sebesar 0,576 berarti jika penerapan e-government (X) mengalami kenaikan
1, maka efektivitas kerja pegawai (Y) mengalami peningkatan sebesar 0,576.
Dari ketentuan tingkat signifikasi, yaitu P value (sig) lebih besar dari (>) α
(0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dari hasil perhitungan terlihat
bahwa Ho (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi,
kesimpulannya adalah terdapat pengaruh antara penerapan e-government
terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian Hukum
dan HAM RI. Selanjutnya dilihat dari nilai R Square/besarnya pengaruh
menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel x dan variabel y sebesar 0,720.
Artinya, penerapan e-government mempengaruhi efektivitas kerja pegawai di
140
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sebesar 72,0 % dan
sisanya 28,0 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
Maka hipotesis yang dinyatakan bahwa terdapat pengaruh antara
penerapan e-government terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI atau tidak terdapat perbedaan
antara yang diduga dalam populasi dengan data yang terkumpul dari sampel.
Kemudian berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal instrumen
pada variabel X adalah 4x14x67 = 3752. (4 = nilai dari setiap jawaban
pertanyaan yang diajukan pada responden, 14 = jumlah item pertanyaan yang
diajukan kepada responden, 67 = jumlah responden). Sedangkan nilai skor
dari hasil penelitian adalah sebesar 3051. Dengan demikian penerapan e-
government di Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI adalah
3051 : 3752 = 0,8131 atau 81,31 persen.
Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal
instrumen pada variabel Y adalah 4 x 10 x 67 = 2680. (4 = nilai dari setiap
jawaban pertanyaan yang diajukan pada responden, 10 = jumlah item
pertanyaan yang diajukan kepada responden, 67 = jumlah responden).
Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah sebesar 2207. Dengan
demikian tingkat efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI adalah 2207 : 2680 = 0,8235 atau 82,35 persen.
4.10. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan oleh peneliti,
141
maka terbukti bahwa penerapan e-government berpengaruh sangat kuat dan
signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI. Uraian lebih lengkapnya sebagai berikut :
Pembahasan mengenai pengaruh penerapan e-government
terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian Hukum
dan HAM RI dapat dirinci dengan menjawab rumusan masalah yang tertuang
pada Bab I.
Adapun rincian jawaban rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Penerapan e-government di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI sudah berjalan baik. Hal ini sesuai
jawaban responden terhadap pertanyaan variabel penerapan e-
government, berdasarkan teori 6 komponen penting oleh
Indrajit, yaitu pengembangan isi, pembangunan kompetensi,
perhubungan, undang-undang cyber, interaksi pengguna, modal.
Sedangkan 2 komponen dari Inpres No.3 Tahun 2003, yaitu e-
leadership dan pengelolaan informasi. Jawaban dari rumusan
masalah yang pertama, yaitu penerapan e-government di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sudah baik. Hal
tersebut ditunjukkan dari hasil perhitungan analisis penerapan e-
government. Skor ideal penerapan e-government, yaitu 4 x 14 x
67 = 3752. (4 = nilai dari setiap jawaban pertanyaan yang
diajukan pada responden, 14 = jumlah item pertanyaan yang
142
diajukan kepada responden, 67 = jumlah sampel yang dijadikan
responden). Hasil kuesioner pengumpulan data adalah 3051.
Dengan demikian penerapan e-government di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI adalah 3051 : 3752 = 0,8131
atau 81,31 persen dari 100 % hasil yang diharapkan. Sudah
baiknya penerapan e-government di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI, ditunjukkan dari indikator
pengembangan isi, misalnya aplikasi perangkat lunak sudah baik
(83,6%), penggunaan bahasa pemograman sudah tepat (79,2),
pemilihan standar teknis sudah tepat (85,0%), spesifikasi data
base sudah tepat (85,0%), user interfaces (97,0%), pengadaan
SDM sudah baik (86,5%), pelaksanaan pelatihan pegawai cukup
(67,2%), ketersediaan teknologi informasi memadai (82,1 %),
ketersediaan infrastruktur komunikasi sudah memadai (79,1%),
perangkat hukum dalam aktivitas e-government sudah ada
(95,6%), kanal akses oleh seluruh masyarakat mudah (86,6%),
dana pemeliharaan e-government sudah tersedia (74,6%),
prioritas dan inisiatif dalam mengantisipasi dan memanfaatkan
kemajuan teknologi dan informasi sudah responsif (89,5%),
kualitas dan keamanan pengelolaan informasi sudah baik
(94,0%).
2. Tingkat efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah berjalan baik. Hal ini
143
sesuai jawaban responden terhadap pertanyaan variabel
efektivitas kerja pegawai, berdasarkan teori 10 komponen
penting oleh Drucker, yaitu kekuatan yang dimiliki, cara
berkinerja, nilai seorang pegawai, tempat bekerja, apa saja yang
dikontribusikan, tanggung jawab membina hubungan, tanggung
jawab komitmen, fokus kerja, tanggung jawab komunikasi,
disiplin. Jawaban dari rumusan masalah yang kedua, yaitu
Tingkat efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sudah berjalan baik. Hal
tersebut ditunjukkan dari hasil perhitungan analisis tingkat
efektivitas kerja pegawai. Skor ideal efektivitas kerja pegawai,
yaitu 4 x 10 x 67 = 2680. (4 = nilai dari setiap jawaban
pertanyaan yang diajukan pada responden, 10 = jumlah item
pertanyaan yang diajukan kepada responden, 67 = jumlah
sampel yang dijadikan responden). Hasil kuesioner
pengumpulan data adalah 2207. Dengan demikian tingkat
efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI adalah 2207 : 2680 = 0,8235 atau 82,35
persen dari 100 % hasil yang diharapkan. Sudah baiknya tingkat
efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI, dibuktikan dari indikator kekuatan yang
dimiliki dalam pencapaian target pekerjaan (88,1%), mengetahui
cara kerja dalam menyelesaikan pekerjaan (82,1%), sistem
144
pekerjaan sudah cocok dengan kemampuan dan pendidikan
pegawai pada umumnya (79,1%), kesesuaian tempat bekerja
menurut pegawai pada umumnya sudah sesuai dengan
pendidikannya (74,6%), pegawai pada umumnya selalu dapat
mengkontribusikan pekerjaannya sesuai program kerja (94,0%),
pegawai dapat membina hungan baik dengan pegawai lainnya
(97,0%), pegawai selalu bertanggung jawab terhadap komitmen
yang sudah dibuat (92,5%), pegawai selalu bisa fokus terhadap
pekerjaannya (86,5%), pegawai selalu memahami informasi
(89,6%), pegawai selalu datang tepat waktu dalam bekerja
(85,1%).
3. Rumusan masalah ketiga, yaitu berapa besar pengaruh
penerapan e-government terhadap efektivitas kerja pegawai di
Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Jawabannya adalah terdapat hubungan sangat kuat dan
signifikan sebesar 0,996 antara penerapan e-government
(variabel X) dengan efektivitas kerja pegawai (variabel Y).
Selanjutnya dengan perhitungan koefisien determinasi yang
besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r²). Nilai
koefisien adalah 0,996. Jadi, koefisien determinasinya = r² =
0,996² = 0,992016 = 0,99. Hal ini berarti penerapan e-
government berpengaruh pada efektivitas kerja pegawai di Biro
Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM RI sebesar 99 %
145
dan 1% ditentukan oleh faktor lain. Adapun untuk mengetahui
apakah ada pengaruh antara variabel X dan variabel Y maka
menggunakan rumus regresi linier. Dari hasil perhitungan
melalui SPSS versi 13 menunjukkan bahwa Ho (0,000 < 0,05)
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, kesimpulannya adalah
terdapat pengaruh antara penerapan e-government terhadap
efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian
Hukum dan HAM RI 0,720. Artinya, penerapan e-government
mempengaruhi efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan
Kementerian Hukum dan HAM RI sebesar 72,0 % dan sisanya
28,0 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
Berdasarkan pengamatan penelitian melalui presentase jawaban
kuesioner dari responden dan melalui wawancara, peneliti dapat mengetahui
bahawa penyebab pengaruh penerapan e-government yang sangat kuat
terhadap efektivitas kerja pegawai di Biro Perencanaan Kementerian Hukum
dan HAM RI, yaitu dititikberatkan oleh sarana dan prasarana e-government
yang sudah memadai, sehingga terciptalah suatu lingkungan dan budaya kerja
organisasi yang menginginkan segala pelaksanaan tugas secara cepat dan
praktis. Kemudian kemampuan atau keahlian para pegawai yang sudah
sesuai standar pendidikannya, sehingga hal ini juga memacu pencapaian
target kerja secara efektif.
146
Demikian hasil penelitian ini, bahwa e-government sangat kuat
mempengaruhi efektivitas kerja pegawai. Hal ini terbukti dalam Intruksi
Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2003 mengenai Kebijakan Dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government, maka pemanfaatan
teknologi informasi tersebut mencakup aktivitas-aktivitas yang berkaitan,
yaitu pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses
kinerja antara elektronik serta pemerintahan kemajuan teknologi informasi
agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh
masyarakat di seluruh wilayah negara.