profil sumatera barat

33
ANALISA EKONOMI REGIONAL PROFIL DAERAH POSISI/LETAK Secara geografis, Letak astronomis Provinsi Sumatera Barat adalah diantara 0° 54’ Lintang Utara dan 3° 30’ Lintang Selatan serta 98° 36’ - 101° 53’ Bujur Timur. Letak Sumatera Barat membuatnya dilalui oleh garis ekuator tepatnya di wilayah kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman sehingga Sumatera Barat beriklim tropis dengan rata-rata suhu 25,52° C dan rata-rata kelembaban udara 87,03%. PENDUDUK Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, penduduk Sumatera Barat tahun 2012 sebanyak 4,96 juta jiwa dengan seks ratio 98,16 yang berarti setiap 100 perempuan, terdapat 98,16 laki-laki. Jumlah ini mengalami pertambahan 1,09% dari Bulan Juni tahun sebelumnya. Dari jumlah ini, rata-rata kepadatan penduduk Sumatera Barat di tahun 2012 adalah 117 orang per km 2 dimana Kota Bukittinggi merupakan kota terpadat dengan 4.533 orang menempati setiap kilometer wilayah. Penduduk Sumatera Barat berumur 10 tahun ke atas berstatus kawin mencapai 55,23% dari populasi dengan jumlah rumahtangga mencapai 1,18 juta rumahtangga yang mengalami peningkatan 0,85% dari tahun sebelumnya.

Upload: jonsijonsi

Post on 06-Apr-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Profil dan Data Ekonomi Sumatera Barat

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Sumatera Barat

ANALISA EKONOMI REGIONAL

PROFIL DAERAH

POSISI/LETAK

Secara geografis, Letak astronomis Provinsi Sumatera Barat adalah diantara 0°

54’ Lintang Utara dan 3° 30’ Lintang Selatan serta 98° 36’ - 101° 53’ Bujur Timur.

Letak Sumatera Barat membuatnya dilalui oleh garis ekuator tepatnya di wilayah

kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman sehingga Sumatera Barat beriklim tropis

dengan rata-rata suhu 25,52° C dan rata-rata kelembaban udara 87,03%.

PENDUDUK

Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, penduduk

Sumatera Barat tahun 2012 sebanyak 4,96 juta jiwa dengan seks ratio 98,16 yang

berarti setiap 100 perempuan, terdapat 98,16 laki-laki. Jumlah ini mengalami

pertambahan 1,09% dari Bulan Juni tahun sebelumnya. Dari jumlah ini, rata-rata

kepadatan penduduk Sumatera Barat di tahun 2012 adalah 117 orang per km2

dimana Kota Bukittinggi merupakan kota terpadat dengan 4.533 orang

menempati setiap kilometer wilayah. Penduduk Sumatera Barat berumur 10

tahun ke atas berstatus kawin mencapai 55,23% dari populasi dengan jumlah

rumahtangga mencapai 1,18 juta rumahtangga yang mengalami peningkatan

0,85% dari tahun sebelumnya.

LUAS WILAYAH

Luas wilayah Provinsi Sumatera Barat sendiri mencapai 42.297,30 km2 atau

4.229,730 Ha. Luasan ini termasuk ± 391 gugusan pulau di sekelilingnya. Luasan

ini setara dengan 2,21% luas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kabupaten

Kepulauan Mentawai merupakan daerah kabupaten terluas dengan 6,01 ribu

km2 yang setara dengan 14,21% luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan

kabupaten dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Padang Panjang dengan luas

23,0 km2 yang setara dengan 0,05% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat.

Page 2: Profil Sumatera Barat

TOPOGRAFI

Posisi Sumatera Barat yang berada di pesisir barat Pulau Sumatera tidak lantas

membuat semua wilayah Sumatera Barat berada di dataran rendah.

Berdasarkan letak geografisnya, Provinsi Sumatera Barat memiliki keadaan

topografi yang bervariasi. Walaupun keadaan yang relative landai di bagian barat

dan timur, terbentang Bukit Barisan dengan keadaan topografi relatif curam.

BUDAYA

Kebudayaan Minangkabau adalah kebudayaan yang hidup di masyarakat

Sumatera Barat. Kebudayaan ini merupakan nilai luhur yang diwariskan secara

turun menurun sehingga tetap lestari sampai saat ini. Terdapat satu lembaga

adat yang berwenang menentukan masalah adat dan budaya Minangkabau.

Lembaga ini terkenal dengan nama Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau

(LKAAM). Kebudayaan Minangkabau sangat terkenal bagi masyarakat Indonesia

terutama mengenai masakan (kuliner). Dapat dikatakan kuliner yang berasal

dari kebudayaan Minangkabau dapat ditemukan di setiap sudut wilayah

Indonesia.

DAERAH ADMINISTRATIF

Sumatera Barat memiliki 19 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 176 kecamatan,

755 Nagari, 260 kelurahan, dan 125 desa.

No. Kabupaten/Kota Luas (Ha) Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Nagari

Jumlah

Keluraha

n

Jumlah

Desa

Kabupaten

1 Kep. Mentawai 601.135 10 - - 43

2 Pesisir Selatan 579.495 12 182 - -

3 Solok 373.800 14 74 - -

4 Solok Selatan 334.620 7 39 - -

5 Sijunjung 313.080 8 61 - 1

6 Dharmasraya 296.113 11 52 - -

7 Tanah Datar 133.600 14 75 - -

Page 3: Profil Sumatera Barat

8 Padang Pariaman 132.879 17 60 - -

9 Agam 223.230 16 82 - -

10 Lima Puluh Kota 335.430 13 79 - -

11 Pasaman 394.763 12 32 - -

12 Pasaman Barat 388.777 11 19 - -

Kota

1 Padang 69.496 11 - 104 -

2 Solok 5.764 2 - 13 -

3 Sawahlunto 27.345 4 - 10 -

4 Padang Panjang 2.300 2 - 16 -

5 Bukittinggi 2.524 3 - 24 -

6 Payakumbuh 8.034 5 - 76 -

7 Pariaman 7.336 4 - 17 -

Provinsi Sumbar 4.229.730

Sumber : BPS, Sumbar dalam angka 2013

TINJAUAN EKONOMI REGIONAL

2.1 INDIKATOR EKONOMI MAKRO REGIONAL

2.1.1 Permintaan Agregat Regional

Pada tahun 2012, kontribusi pengeluaran terbesar terhadap PDRB Sumatera

Barat adalah sektor konsumsi sebesar 54%. Kemudian disusul oleh sektor

investasi sebesar 19%, belanja pemerintah sebesar 15%, dan ekspor neto

sebesar 12%. Sementara dalam rentang waktu lima tahun terakhir, sektor

konsumsi juga memiliki peran yang besar terhadap jumlah PDRB Sumatera

Barat.

Gambar 1. Kontribusi Sektor Pengeluaran terhadap PDRB Sumatera Barat Tahun

2012

Page 4: Profil Sumatera Barat

54%

19%

15%

13%

Kontribusi C terhadap PDRBKontribusi I terhadap PDRBKontribusi G terhadap PDRBKontribusi (X-M) terhadap PDRB

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Gambar 2. Kontribusi Sektor Pengeluaran terhadap PDRB Sumatera Barat Tahun

2007-2012

2007 2008 2009 2010 2011 20120.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

56.8% 56.4% 57.3% 55.2% 53.9% 53.7%

16.5% 17.1% 18.6% 18.0% 17.3% 18.9%

11.2% 11.3% 12.3% 13.1% 14.4% 14.7%

15.5% 15.2% 11.9% 13.6% 14.4% 12.7%

Kontribusi C terhadap PDRB Kontribusi I terhadap PDRBKontribusi G terhadap PDRB Kontribusi (X-M) terhadap PDRB

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Selanjutnya, di tahun 2012, kinerja sektor ekspor mengalami kinerja yang cukup

dalam lima tahun terakhir karena terjadinya defisit ekspor. Walaupun bila dilihat

lebih cermat, laju pertumbuhan terburuk sektor ekspor terjadi tahun 2008 yang

mengalami penurunan 15,54% dari tahun sebelumnya. Buruknya kinerja ekspor

Page 5: Profil Sumatera Barat

Sumatera Barat diakibatkan perlambatan ekonomi yang dialami negara-negara

tujuan ekspor Sumatera Barat. Kemudian, walaupun kinerja ekspor mengalami

kontraksi, sektor investasi ternyata menunjukan kinerja yang sangat baik di

tahun 2012. Perumbuhan sektor investasi di tahun 2012 mencapai 21,31% dan

merupakan pertumbuhan sektor investasi tertinggi dalam rentang waktu lima

tahun terakhir.

Gambar 3. Pertumbuhan PDRB Sektor Pengeluaran Sumatera Barat Tahun 2007-

2012

2007 2008 2009 2010 2011 2012

-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2.1.2 Produksi Agregat Regional

Tabel 1. Kontribusi Sektor Produksi terhadap PDRB Sumatera Barat Tahun 2007-

2012

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 24.7% 3.4% 12.0% 1.4% 5.5% 17.3% 15.1% 5.0% 15.6%

2008 24.5% 3.3% 12.1% 1.2% 5.6% 17.7% 15.1% 4.9% 15.7%

2009 23.9% 3.3% 12.1% 1.2% 5.6% 17.8% 15.2% 4.9% 15.9%

2010 23.9% 3.2% 11.7% 1.1% 6.3% 17.7% 15.4% 4.7% 16.0%

2011 23.7% 3.0% 11.4% 1.0% 6.6% 18.0% 15.6% 4.5% 16.3%

2012 23.0% 2.9% 11.2% 0.9% 6.7% 18.5% 15.9% 4.5% 16.5%

Page 6: Profil Sumatera Barat

Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan

Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)

Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat

dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Sektor pertanan, peternakanm kehutanan, dan perikanan memberikan

kontribusi terbesar terhadap PDRB Sumatera Barat yang diikuti sektor

perdagangan, hotel, dan restoran. Walaupun demikian, pada tahun 2010, sektor

konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya.

Kemudian laju pertumbuhan tertinggi d tahun 2012 adalah sektor pengangkutan

dan komunikasi.

Gambar 4. Pertumbuhan PDRB Sektor Produksi Sumatera Barat Tahun 2007-2012

39417 39783 40148 40513 40878 41244-1.0%

1.0%

3.0%

5.0%

7.0%

9.0%

11.0%

13.0%

15.0% 123456789

Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan

Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)

Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat

dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2.1.3 Stabilitas Perekonomian Regional

Tabel 2. PDRB Deflator Sumatera Barat, Tahun 2007-2012 (%)

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Page 7: Profil Sumatera Barat

2007 183.5 200.2 170.6 208.4 202.2 171.2 199.0 175.1 175.2

2008 205.0 216.7 190.6 211.8 225.1 193.9 215.5 189.5 195.7

2009 209.5 224.7 198.7 208.4 237.0 204.2 222.0 199.0 203.4

2010 228.7 229.6 213.0 209.5 265.3 222.9 232.6 205.8 214.1

2011 247.0 235.3 224.9 210.7 288.7 240.4 246.2 212.8 228.7

2012 256.8 245.1 235.5 216.9 304.1 254.7 255.6 222.6 239.1

Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan

Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)

Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat

dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Dalam rentang waktu lima tahun, Sumatera Barat pada tahun 2008 mengalami

inflasi tertinggi pada hampir semua sektor. Kemudian mengalami tren inflasi

yang membaik. Pada tahun 2012, inflasi tertinggi terjadi pada sektor

perdagangan, hotel, dan restoran. Sementara inflasi terendah terjadi pada sektor

listrik, gas, dan air bersih.

Tabel 3. Inflasi Sumatera Barat Per Sektor, Tahun 2008-2012

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 11.7% 8.2% 11.8% 1.6% 11.3% 13.2% 8.3% 8.2% 11.7%

2009 2.2% 3.7% 4.2% -1.6% 5.3% 5.3% 3.0% 5.0% 4.0%

2010 9.2% 2.2% 7.2% 0.5% 12.0% 9.2% 4.8% 3.4% 5.3%

2011 8.0% 2.5% 5.6% 0.6% 8.8% 7.8% 5.8% 3.4% 6.8%

2012 4.0% 4.1% 4.7% 3.0% 5.4% 5.9% 3.8% 4.6% 4.6%

Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan

Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)

Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat

dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Page 8: Profil Sumatera Barat

2.1.4 Angka Pengganda Output Regional

Tabel 4. Angka Pengganda Output Sumatera Barat Per Sektor, Tahun 2007-2012

Tahun dY dC dI dG

Angka

pengganda

konsumsi

otonom

Angka

pengganda

investasi

otonom

Angka

pengganda

pengeluaran

pemerintah

otonom

2007 6,769.46 3,117.84 -607.90 667.92 2.17 -0.19 0.21

2008 11,155.47 6,041.69 -508.09 1,339.01 1.85 -0.08 0.22

2009 5,798.42 3,970.20 74,894.85 1,352.32 1.46 18.86 0.34

2010 10,473.68 4,214.23 -1,309.90 2,018.22 2.49 -0.31 0.48

2011 11,730.65 5,127.04 -2,920.93 2,823.73 2.29 -0.57 0.55

2012 11,146.66 5,863.09 -1,493.86 1,973.02 1.90 -0.25 0.34

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Angka pengganda konsumsi otonom Provinsi Sumatera Barat relatif lebih tinggi

bila dibandingkan dengan angka pengganda investasi otonommaupun angka

pengganda pengeluaran pemerintah otonom. Hal ini mengindikasikan tingginya

pengaruh konsumsi terhadap PDRB Sumatera Barat. Walaupun demikian, tren

kecenderungan konsumsi selama lima tahun terakhir mengalami fluktasi yang

pada tiga tahun terakhir mengalami tren positif.

Gambar 5. Marginal Prospensity to Consume (MPC) Sumatera Barat Tahun 2007-

2012

Page 9: Profil Sumatera Barat

2007 2008 2009 2010 2011 20120.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.460.54

0.68

0.400.44

0.53

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2.1.5 Efisiensi Investasi Regional

Angka ICOR Sumatera Barat memiliki kecenderungan stagnan. Namun demikian

terjadi kenaikan angka ICOR yang cukup signifikan terjadi di tahun 2010. Hal ini

menunjukan bahwa terjadi inefisiensi yang sangat tinggi di tahun 2010

sementara di tahun 2008, 2009, 2011, dan 2012 kinerja sektor investasi

dikatakan cukup efisien.

Gambar 6. Incremental Capital to Output Ratio (ICOR) Sumatera Barat Tahun

2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

-0.05 -0.09

7.15

-0.11 -0.26

ICOR

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Page 10: Profil Sumatera Barat

2.1.6 Kapasitas Keuangan Regional Angka KKR Sumatera Barat terus mengalami peningkatan dalam rentang waktu

enam tahun terakhir. Hal ini menunjukan bahwa peran pemerintah dalam

perekonomian semakin besar yang menandakan adanya perlambatan ekonomi

sehingga pemerintah berkontribusi hingga sebesar 4,96% di tahun 2012.

Gambar 7. Kapasitas Keuangan Regional Sumatera Barat Tahun 2007-2012 (%)

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2.1.7 Keterbukaan Ekonomi Regional

Angka KER Sumatera Barat memiliki tren kecenderungan stagnan. Pada tahun

2012, angka keterbukaan ekonomi Sumatera Barat mengalami penurunan tipis

menjadi 0,43 dari 0,44 pada tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa

aktivitas ekspor maupun impor di Sumatera Barat cenderung tidak berubah.

Gambar 8. Keterbukaan Ekonomi Regional (KER) Sumatera Barat Tahun 2007-

2012

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2007 2008 2009 2010 2011 20120.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

2.082.74 2.77

3.75 3.57

4.96

KKR

Axis Title

Page 11: Profil Sumatera Barat

2.1.8

Ketenagakerjaan Regional

Tabel 5. Ketenagakerjaan Sumatera Barat, Tahun 2010-2014

Tahun Rasio

Ketergantunga

n

TPAK (%) Tingkat Pengangguran

Terbuka (%)

2010 N/A 66,36 N/A

2011 51,09 66,19 6,45

2012 55,04 64,47 6,52

2013 52,1 62,92 7,02

2014* 41,68 70,58 6,32

*) Sementara

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2.2 INDIKATOR PEMBANGUNAN REGIONAL

2.2.1 Distribusi Pendapatan Masyarakat Dalam rentang waktu tahun 2007-2012 (kecuali 2008), koefisien gini di

Sumatera Barat menunjukan tren kecenderungan positif. Walaupun terjadi

stagnanasi koefisien gini pada tahun 2007 dengan 2009 dan tahun 2010 dengan

tahun 2011. Hal ini mengindikasikan semakin lebarnya ketimpangan pendapatan

masyarakat Sumatera Barat.

2007 2008 2009 2010 2011 20120.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.36

0.45

0.380.42

0.44 0.43

KER

Page 12: Profil Sumatera Barat

Gambar 9. Distribusi Pendapatan Masyarakat Sumatera Barat Tahun 2007-2012

2007 2009 2010 2011 20120.27

0.28

0.29

0.3

0.31

0.32

0.33

0.34

0.35

0.36

0.3 0.3

0.33 0.33

0.35

Koefisien Gini

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2.2.2 Kemiskinan Regional

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah yang

terkecil dalam lima tahun terakhir. Walaupun sempat mengalami kenaikan pada

tahun 2011, jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat mengalami tren yang

menurun. Kemudian, garis kemiskinan di Sumatera Barat semakin tinggi. Dari Rp

195.733 di tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi Rp 292.052 pada tahun

2012.

Tabel 6. Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Barat, Tahun

2008-2012

Tahun Garis Kemiskinan

(Rupiah/kapita/bulan)

Jumlah Penduduk

Miskin (ribu orang)

2008 195.733 477,20

2009 217.649 429,25

2010 230.823 430,02

2011 276.000 441,80

2012 292.052 397,86

Page 13: Profil Sumatera Barat

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2.2.3 Sektor Basis Regional

Tabel 7. Location Quotient (LQ) Sumatera Barat, Tahun 2007-2012

Tahun Sektor (i) LQ Keterangan

2007 Pertanian 2.06 Basis

Pertambangan dan Penggalian 0.36 Non-basis

Industri Pengolahan 0.46 Non-basis

Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.68 Basis

Konstruksi 0.76 Non-basis

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.78 Non-basis

Pengangkutan dan Komunikasi 0.66 Non-basis

Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan 1.68 Basis

Jasa-jasa 1.95 Basis

2012 Pertanian 2.14 Basis

Pertambangan dan Penggalian 0.41 Non-basis

Industri Pengolahan 0.45 Non-basis

Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.39 Basis

Konstruksi 0.81 Non-basis

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.84 Non-basis

Pengangkutan dan Komunikasi 0.49 Non-basis

Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan 1.76 Basis

Jasa-jasa 1.91 Basis

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2.2.4 Pergeseran Perekonomian Regional

Tabel 8. Sectoral Shift (SS) Sumatera Barat, Tahun 2007-2012

Tahun Sektor (i) Pengaruh

pertumbuh

an ekonomi

daerah

Pengaruh

pertumbuha

n ekonomi

nasional

Pergeser

an

proporsi

onal (juta

Pengaruh

keunggula

n

kompetitif

Page 14: Profil Sumatera Barat

(juta

rupiah)

(juta rupiah) rupiah) (juta

rupiah)

2007 Pertanian 593,846 37679.66069 -17,071 573,237

Pertambangan dan

Penggalian

5,522,340 35039.37004 -24,369 5,511,670

Industri Pengolahan 9,497,400 75326.51762 -19,941 9,442,015

Listrik, Gas, dan Air Bersih 900,259 57121.63365 35,910 807,228

Konstruksi 1,467,385 18621.18088 6,417 1,442,347

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran

11,719,554 123934.7177 50,557 11,545,062

Pengangkutan dan

Komunikasi

3,372,642 106997.4423 129,689 3,135,955

Keuangan, Sewa, dan Jasa

Perusahaan

7,234,236 51001.54246 13,204 7,170,031

Jasa-jasa 14,817,564 104464.1921 1,633 14,711,467

2012 Pertanian 7,547,384 59092.90823 -19,435 7,507,726

Pertambangan dan

Penggalian

984,503 61666.02408 -46,275 969,112

Industri Pengolahan 1,529,808 31940.71085 -2,647 1,500,514

Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,098,545 35484.00662 -84 5,063,145

Konstruksi 1,254,460 15715.04822 2,830 1,235,915

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran

1,382,127 86571.88131 26,020 1,269,535

Pengangkutan dan

Komunikasi

4,058,040 50836.45095 30,158 3,977,046

Keuangan, Sewa, dan Jasa

Perusahaan

918,100 28753.37948 4,052 885,294

Jasa-jasa 11,562,944 90533.08917 -14,675 11,487,086

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

2.2.5 Pola dan Struktur Pertumbuhan Regional

Page 15: Profil Sumatera Barat

Tabel 9. Matrik Tipologi Klassen Sumatera Barat

Rerata Kontribusi

Sektoral thd PDRB

Rerata Laju

Pertumbuhan

Sektoral

YSEKTOR ≥ YPDRB YSEKTOR < YPDRB

rSEKTOR ≥ rPDRB Sektor Prima

5, 6, 7, 9

Sektor Berkembang

-

rSEKTOR < rPDRB Sektor Potensial

3, 8

Sektor Terbelakang

1,2,4

Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan

Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)

Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat

dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

PENGARUH EKONOMI GLOBAL

Menurut kajian regional Bank Indonesia Sumatera Barat, nilai ekspor

Sumatera Barat mengalami perlambatan, dari yang sebelumnya laju

pertumbuhan ekspor mencapai 40,8% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi

32,9% pada triwulan I 2014. Perlambatan kinerja ekspor disebabkan oleh

penurunan nilai ekspor komoditi utama yaitu golongan karet (23,4%) dan

minyak nabati (65%). Penurunan nilai ekspor karet disebabkan oleh

rendahnya harga karet dunia sedangkan penurunan nilai ekspor minyak

nabati utamanya disebabkan oleh penurunan produksi CPO yang telah

mencapai masa puncak panen di tahun 2013.

Page 16: Profil Sumatera Barat

Gambar 10. Kontribusi Ekspor menurut Golongan Barang Sumatera Barat, Kuartal

I 2014

Lemak & minyak hewan/nabati

Karet dan barang dari karet

Ampas/sisa industri makanan

Bahan bakar mineral

Kopi, the, rempah

Minyak atsiri, kosmetik, wangi-wangian

Buah-buahan

Kakao/coklat

Biji-bijian berminyak

Berbagai makanan olahan

Lainnya

0 20 40 60 80 100 120 140

Kuartal I 2013Kuartal I 2014

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Ekonomi global ternyata cukup berpengaruh terhadap kinerja ekspor

Sumatera Barat namun tidak pada PDRB dikarenakan komponen ekspor neto

memiliki kontribusi terendah dibandingkan komponen lainnya. India sebagai

negara tujuan ekspor terbesar produk CPO dan Karet mengalami penurunan

nilai sebesar 28,49% pada April 2014 dibandingan Maret 2014. Sementara

Amerika Serika dan Singapura yang merupakan negara tujuan ekspor

Sumatera Barat kedua dan ketiga terbesar mengalami kenaikan masing-

masing 53,83% dan 73,55%.

Page 17: Profil Sumatera Barat

Gambar 11. Negara Tujuan Ekspor Sumatera Barat, Kuartal I 2014

India31%

Amerika Serikat20%

Singapura10%

Pakistan2%

Brazil5%

Oman2%

Selandia Baru2%

Inggris1%

China6%

Thailand1%

Lainnya21%

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Sektor impor Sumatera Barat pada April 2014 mengalami kenaikan 5,10%

bila dibandingkan Maret 2014. Sementara bila dibandingkan dengan April

2013, kinerja impor April 2014 mengalami kenaikan sebesar 15,73%.

Kenaikan impor terbesar adalah golongan bahan bakar mineral yang

berkontribusi sebesar 90,5% dari total impor Sumatera Barat pada kuartal I

2014. Golongan bahan bakar mineral ini mengalami kenaikan sebesar 9,6%

dari dari April 2013. Sementara negara asal impor terbesar adalah Singapura

senilai 314,6 juta US$ yang berkontribusi sebesar 86,9% terhadap total

impor pada kuartal I 2014.

Gambar 12. Kontribusi Impor menurut Golongan Barang Sumatera Barat, Kuartal

I 2014

Page 18: Profil Sumatera Barat

Bahan bakar mineral

Gandum-ganduman

Garam, belerang, kapur

Kertas/karton

Mesin-mesin/Peralatan mekanik

Lainnya

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Kuartal I 2013Kuartal I 2014

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Gambar 13. Negara Tujuan Impor Sumatera Barat, Kuartal I 2014

Singapura India Vietnam Fed Russia Jerman Lainnya

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

Page 19: Profil Sumatera Barat

KONDISI SOSIAL

3.1 INDIKATOR SOSIAL REGIONALDalam rentang waktu lima tahun terakhir, kualitas hidup masyarakat Sumatera

Barat mengalami kenaikan dari berbagai segi. Hal ini diindikasikan oleh naiknya

angka melek huruf dari yang tadinya sebesar 96,10% di tahun 2007 menjadi

97,80% di tahun 2012 diikuti oleh kenaikan PDRB per kapita yang tadinya Rp

15.000.000 pada tahun 2008 menjadi Rp 22.210.000 pada tahun 2012 dengan

tingkat harapan hidup mencapai 70,02 tahun di tahun 2012.

Tabel 10. Indikator Sosial Sumatera Barat, Tahun 2007-2012

Tahun Melek Huruf

(%)

PDRB Per Kapita

(juta rupiah)

Tingkat Harapan

Hidup (tahun)

Angka Kematian

Bayi (Per 1000

kelahiran Hidup)

2007 96,10 N/A 68,80 47,00

2008 96,66 15,00 69,00 N/A

2009 96,81 16,02 69,25 N/A

2010 98,13 17,93 69,50 29,67

2011 97,35 20,17 69,76 N/A

2012 97,80 22,21 70,02 27,2

Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)

3.2 LINGKUNGAN

3.2.1 DemografiMenurut sensus penduduk yang dilakukan tahun 2010, penduduk Sumatera

Barat mencapai 4.846.909 jiwa dengan penduduk perkotaan sebesar 38,7%.

Jumlah penduduk tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 1,34% dari

sensus penduduk sebelumnya di tahun 2000 yang hanya 4.248.931 jiwa. BPS

memproyeksikan jumlah penduduk Sumatera Barat akan mencapai 5.196.300

jiwa pada tahun 2015 dan 5.498.800 jiwa pada tahun 2020. Dengan luas wilayah

sebesar 42.297,30 km2, kepadatan penduduk sebesar 114,59 jiwa per km2.

Page 20: Profil Sumatera Barat

3.2.2 GeografiLetak Sumatera Barat adalah di pesisir bagian barat Pulau Sumatera.

Sumatera Barat berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia di sebelah

barat, Provinsi Riau di sebelah timur, Provinsi Jambi di sebelah selatan, dan

Provinsi Sumatera Utara di sebelah utara. Kabupaten Kepulauan Mentawai

merupakan kabupatern terluas sebesar 6.011,35 km2. Sedangkan Kota

Padang memiliki wilayah terkecil dengan luas 23 km2. Luas wilayah Sumatera

Barat yang mencapai 42.297,30 km2 terdiri dari 14.155,77 km2 kawasan

lindung dan 28.141,03 km2 lahan budidaya.

KONDISI POLITIK

Pemilihan kepala daerah (pilkada) Provinsi Sumatera Barat tahun 2010

dimenangkan oleh pasangan Irwan Prayitno-Muslim Kasim yang diusung oleh

Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang Reformasi, dan Hanura. Pasangan ini

berhasil mengalahkan gubernur periode sebelumnya, Marlis Rahman yang

berpasangan dengan Aristo Munandar. Sementara pemilihan legislative 2014,

Partai Golkar merupakan pemenang yang berhasil mendapatkan suara sah

sebanyak 15,59%, disusul oleh Partai Demokrat dan Partai Gerindra, masing-

masing 11,80% dan 11,10%.

Pemerintah Daerah Sumatera Barat pada akhir tahun 2013 mengeluarkan

kebijakan untuk mendorong pengembangan dan peningkatan efisiensi usaha

perdagangan. Hal ini didasari oleh tingginya kontribusi sektor perdagangan

(±18%) terhadap PDRB Sumatera Barat setelah sektor pertanian. Dengan

didorongnya sektor perdagangan, dapat mengakibatkan naiknya kebutuhan

akan sarana transportasi sehingga dapat meningkatkan kontribusi sektor

transportasi dan komunikasi terhadap PDRB.

IDENTIFIKASI INDIKATOR

Page 21: Profil Sumatera Barat

Kontribusi sektor pertanian, perdagangan, transportasi & komunikasi, dan

sektor jasa merupakan empat sektor dengan kontribusi terbesar yang masing-

masing nya mencapai lebih dari 10%. Tren kontribusi sektor tadi terus

mengalami kenaikan kecuali sektor pertanian yang mengalami tren menurun

dari yang mencapai 24,7% pada tahun 2007 menjadi 23,0% pada tahun 2012.

Sementara jika dilihat dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi berkontribusi

sangat besar terhadap PDRB Sumatera Barat yang mencapai lebih dari 50%.

Sektor ekonomi potensial di Sumatera Barat adalah sektor pengolahan dan

keuangan. real estat dan jasa keuangan. Kedua sektor ini dikatakan potensial

karena memiliki nilai sektor yang lebih besar dari rata-rata PDRB semua sektor

namun memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dari pertumbuhan rata-rata

PDRB semua sektor. Sektor pengolahan mengalami tren laju pertumbuhan yang

menurun namun demikian kontribusi terhadap PDRB cukup besar, mencapai

11,2% dengan laju pertumbuhan 4% pada tahun 2012.

PROSPEK DAERAH

6.1 EKONOMI

6.1.1 Potensi Pertanian dan Perkebunan

Potensi pertanian dan perkebunan di daerah Sumatera Barat sangat potensial.

Dengan 10,60% lahan sawah, 88,20% lahan kering, dan 1,21% lahan lainnya,

sektor pertanian dapat berkontribusi sebesar 23% terhadap PDRB pada tahun

2012. Lahan kering dimaksud adalah terdiri dari pekarangan, tegal, lading,

perkebunan, padang rumput, hutan, dan sementara tidak digunakan.

Produktivitas tanaman pangan tertinggi adalah ubi kayu yang mencapai 388,31

kwintal per hektar lahan. Kemudian dengan luas lahan 357.079 hektar,

komoditas kelapa sawit mampu menjadi komoditas utama di Sumatera Barat

dengan hasil produksi pada tahun 2012 mencapai 941.579 ton.

Page 22: Profil Sumatera Barat

6.1.2 Potensi KehutananSelain sub sektor pertanian dan perkebunan, sub sektor hutan juga memiliki

potensi yang cukup besar dengan luas hutan produksi yang mencapai 18,42%.

Sub sektor kehutanan di Sumatera Barat menghasilkan getah pinus sebagai hasil

utama dengan produksi sebanyak 1.854,13 ton. Komoditas hasil produksi yang

cukup besar lainnya adalah kayu bulat dan kayu manau yang masing-masing

mampu menghasilkan 363.027,18 m3 dan 401.611,00 m3.

6.1.3 Potensi Perikanan dan KelautanPotensi perikanan Sumatera Barat ditopang oleh luas lahan perikanan darat

budidaya seluas 18.313,36 hektar dengan total produksi sebesar 180.664,32 ton

pada tahun 2012. Perikanan laut yang terdiri dari ikan laut, binatang berkulit

lunak dan binatang berkulit keras produksi Sumatera Barat mencapai 40.170 ton

dengan nilai Rp 824.310.000.000. Dengan binatang berkulit keras berkontribusi

sebesar 93,3% terhadap nilai total sub sektor perikanan laut. Tingginya nilai

komoditas perikanan laut, membuat jumlah nelayan perikanan laut terus

mengalami kenaikan dari 34.584 orang pada tahun 2010 menjadi 39.201 orang

pada tahun 2012.

6.1.4 Potensi Sumberdaya Mineral dan Industri

Batu kapur meruakan jenis barang tambang yang paling banyak diekspolitasi di

Sumatera Barat dengan kapasitas produksi mencapai 9,10 juta ton pada tahun

2012. Pada tahun 2012, jenis bahan tambang emas dan andesit mulai diproduksi

dengan kapasitas produksi masing-masing 699.248 gram dan 85.780 ton. Masih

di tahun 2012, percepatan laju pertumbuhan sektor pertambangan dan

penggalian mencapai 4,41% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian,

dalam rentang waktu tahun 2008-2012, kontribusi sektor pertambangan dan

penggalian terus menurun dan pada tahun 2012 hanya berkontribusi 2,90%

terhadap PDRB.

6.1.5 Potensi Pariwisata

Page 23: Profil Sumatera Barat

Sumatera Barat sebagai sebuah provinsi besar memiliki berbagai macam

destinasi wisata baik wisata alam, wisata kuliner, wisata budaya, dan wisata

sejarah. Dalam booklet yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Provinsi Sumatera Barat, terdapat 50 pesona wisata unggulan yang ada di

wilayah Provinsi Sumatera Barat. Banyaknya destinasi wisata yang didorong

oleh proses pemasaran yang semakin baik membuat jumlah wisatawan yang

datang ke Sumatera Barat meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya

jumlah tamu hotel yang menginap di hotel berbintang dari 380.915 orang di

tahun 2011 menjadi 541.295 orang di tahun 2012. Sementara wisatawan yang

menginap di hotel tidak berbintang juga mengalami kenaikan menjadi 566.845

orang di tahun 2012 dari yang hanya sebanyak 499.675 orang di tahun

sebelumnya.

6.2 SOSIALIndeks pembangunan manusia (IPM) yang terus mengalami perbaikan di wilayah

Sumatera Barat menunjukan adanya perbaikan kualitas sumber daya manusia di

Sumatera Barat. IPM Sumatera Barat selama enam tahun terakhir terus berada di

atas rata-rata nasional yang menunjukan bahwa situasi pembangunan sosial

ekonomi Sumatera Barat telah berhasil memperbaiki kualitas hidup masyarakat.

IPM Sumatera Barat mencapai angka 74,7 pada tahun 2012 sementara rata-rata

IPM nasional hanya mencapai 73,29.

2007 2008 2009 2010 2011 2012

72.23

72.9673.44

73.7874.28

74.7

70.5971.17

71.7672.27

72.7773.29

Sumatera Barat Indonesia

Page 24: Profil Sumatera Barat

6.2 POLITIKKondisi politik Sumatera Barat dapat dikategorikan cukup kondusif. Dengan

semakin baiknya kualitas hidup masyarakat yang mengindikasikan juga

membaiknya tingkat pendidikan, membuat kesadaran masyarakat Sumatera

Barat untuk saling menghargai pendapat orang lain terutama mengenai politik

akan semakin baik. Wilayah yang mayoritas anggota legislatifnya berasal dari

Partai Golkar ini juga mengalami perbaikan tingkat kesadaran politik yang

tercermin dari meningkatnya jumlah suara sah yang tadinya hanya sebanyak

2.049.788 pada pemilu 2004 menjadi 2.287.153 pada tahun 2009.

Page 25: Profil Sumatera Barat

Reference:

http://sumbarprov.go.id/read/99/12/14/59/233-mengenal-sumbar/

geografis/371-letak-geografis.html, diakses 22 Juni 2014

Sumatera Barat dalam Angka 2013, http://sumbar.bps.go.id/sumbar/?

r=publikasi/view&id=27, diakses Minggu, 22 Juni 2014

http://www.dephut.go.id/uploads/files/

9ebd64613b106695cf2ffc81b8f87950.pdf, diakses 28 Juni 2013

BPS Provinsi Sumatera Barat (2013). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera

Barat No. 65/11/13/Th.XVI, 6 November 2013,

http://sumbar.bps.go.id/sumbar/?r=site/download&file=2013/11/angker.pdf ,

diakses pada 29 Juni 2014

BPS Provinsi Sumatera Barat (2014). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera

Barat No. 31/06/13/Th.XVII, 2 Juni 2014, http://sumbar.bps.go.id/sumbar/?

r=site/download&file=2014/6/PDF/BRS%20Eksim%20Juni%20%2014.pdf,

diakses pada 29 Juni 2014

BPS Provinsi Sumatera Barat (2014). Statistik Daerah Provinsi Sumatera Barat

tahun 2013, http://sumbar.bps.go.id/sumbar/publikasi/arc/23-Statistik

%20DAerah%202013.pub/index.html#/51/zoomed, diakses pada 29 Juni 2014

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (2012). “The Real Wonder of West Sumatera”,

http://www.sumbarprov.go.id/read/99/12/14/59/149-datang-dan-kunjungi/

pariwisata1/426-potensi-pariwisata-provinsi-sumatera-barat.html, diakses pada

29 Juni 2014