gubernur sumatera barat sumatera barat peraturan daerah provinsi sumatera barat nomor 3 tahun 2016...

30
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa pasar rakyat merupakan tempat interaksi para pelaku ekonomi usaha mikro dan kecil untuk melakukan kegiatan usaha dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat; b. bahwa dalam rangka membangun dan mengembangkan perekonomian masyarakat, maka pasar rakyat perlu dibina dan diberdayakan agar dapat berkembang dan bersaing serta bersinergi dengan toko swalayan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Pasar Rakyat; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara

Upload: phamngoc

Post on 16-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

NOMOR 3 TAHUN 2016

TENTANG

PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA [

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang : a. bahwa pasar rakyat merupakan tempat interaksi

para pelaku ekonomi usaha mikro dan kecil untuk

melakukan kegiatan usaha dalam rangka

meningkatkan perekonomian masyarakat;

b. bahwa dalam rangka membangun dan

mengembangkan perekonomian masyarakat, maka

pasar rakyat perlu dibina dan diberdayakan agar

dapat berkembang dan bersaing serta bersinergi

dengan toko swalayan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembinaan

dan Pemberdayaan Pasar Rakyat;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang

Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19

Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah

Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan

Riau Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara

Page 2: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 2 -

Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 1646);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3502);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4866);

6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5495);

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5512);

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Page 3: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 3 -

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

9. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5601);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997

tentang Kemitraan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3718);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998

tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha

Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1998 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3743 );

12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5404);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

123, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5539);

14. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007

tentang Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun

2007 tentang Pengelolaan Pasar Desa;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun

2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan

Page 4: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 4 -

Pasar Tradisional;

17. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-

DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan

dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 56/M-DAG/PER/9/2014 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang

Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;

18. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 61/M-

DAG/PER/8/2015 tentang Pedoman

Pembangunan dan Pengelolaan Sarana

Perdagangan;

19. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor

10/Per/M.KUMK/IX/2015 tentang Kelembagaan

Koperasi;

20. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor

8 Tahun 2015 tentang Pemanfaatan dan

Penggunaan Bagian Jalan (Lembaran Daerah

Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015 Nomor 8,

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera

Barat Nomor 115);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

dan

GUBERNUR SUMATERA BARAT

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBINAAN DAN

PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT.

Page 5: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 5 -

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

2. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat.

3. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah

Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Barat.

4. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di wilayah Provinsi

Sumatera Barat.

5. Nagari/Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Pemerintah Nagari/Desa adalah Wali Nagari/Kepala Desa dibantu

perangkat nagari/desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

desa.

7. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualitas pasar rakyat.

8. Pemberdayaan Pasar Rakyat yang selanjutnya disebut

Pemberdayaan Pasar adalah segala upaya Pemerintah Daerah dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam melindungi keberadaan

Pasar Rakyat agar mampu berkembang lebih baik untuk dapat

bersaing dengan pusat perbelanjaan dan toko swalayan.

9. Perlindungan adalah segala upaya Pemerintah Daerah dalam

melindungi pasar rakyat, usaha mikro, kecil, menengah, dan

koperasi dari persaingan yang tidak sehat dengan pasar modern,

toko modern dan sejenisnya, sehingga tetap eksis dan mampu

berkembang menjadi lebih baik sebagai layaknya suatu usaha.

10. Kemitraan adalah kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung

maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan,

Page 6: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 6 -

mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan

pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan Usaha Besar.

11. Pasar Rakyat yang selanjutnya disebut Pasar adalah pasar yang

dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Nagari/Desa, Badan

Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk

kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los

dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah,

swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal

kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar

menawar.

12. Pasar Serikat adalah pasar yang dimiliki oleh dua nagari atau lebih;

13. Pengelolaan Pasar Rakyat yang selanjutnya disebut dengan

Pengelolaan Pasar adalah penataan Pasar Rakyat yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Pasar Rakyat.

14. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD

adalah perangkat daerah pada pemerintah kabupaten/kota yang

membidangi Pasar.

15. Izin prinsip adalah izin yang harus diajukan oleh dan diberikan

kepada orang pribadi atau badan dan diperoleh sebelum dilakukan

pendirian/pembangunan Pasar Rakyat, yang berfungsi sebagai

dasar penerbitan perizinan lain yang terkait dengan

pendirian/pembangunan Pasar Rakyat.

16. Surat Izin Penempatan adalah izin yang harus diajukan oleh dan

diberikan kepada orang pribadi/pedagang, yang telah memenuhi

persyaratan dan diperbolehkan untuk menempati tempat usaha

dagang.

17. Usaha Mikro dalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan.

18. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha

Besar.

Page 7: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 7 -

19. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

20. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang

atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Pasal 2

Pengelolaan Pasar Rakyat dilaksanakan berdasarkan atas asas:

a. kekeluargaan;

b. kemanusiaan;

c. keadilan;

d. kemitraan;

e. ketertiban

f. kepastian hukum;

g. kelestarian lingkungan; dan

h. persaingan usaha yang sehat.

Pasal 3

Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Nagari/Desa dalam mengelola

dan memberdayakan Pasar.

Pasal 4

Peraturan Daerah ini bertujuan untuk:

a. meningkatkan kualitas manajemen Pengelolaan Pasar;

b. menciptakan Pasar yang tertib, teratur, aman, bersih dan sehat;

c. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;

d. memperkuat peran Pasar sebagai penggerak sarana perekonomian

masyarakat;

Page 8: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 8 -

e. menciptakan Pasar yang berdaya saing dengan pusat perbelanjaan dan

toko swalayan; dan

f. memberikan perlindungan hukum terhadap Pasar, pengelola dan

pedagang Pasar.

Pasal 5

Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Daerah ini meliputi:

a. Pembinaan dan Pemberdayaan Pasar oleh Pemeritah Daerah,

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Nagari/Desa;

dan

b. Pembinaan dan Pemberdayaan terhadap Pengelolaan Pasar oleh

Kerapatan Adat Nagari atau sebutan lainnya dan Koperasi.

BAB II

PENGELOLAAN PASAR

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 6

Pengelolaan Pasar meliputi:

a. perencanaan;

b. penetapan lembaga pengelola;

c. pelaksanaan; dan

d. pengendalian dan evaluasi.

Pasal 7

(1) Untuk mencapai Pengelolaan Pasar yang lebih berdaya guna dan

berhasil guna dapat dilaksanakan pembangunan, revitalisasi,

penghapusan dan/atau pemindahan lokasi.

(2) Pembangunan, revitalisasi, penghapusan dan/atau pemindahan

lokasi Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan

memperhatikan peruntukan tata ruang dan pertumbuhan ekonomi

daerah.

Page 9: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 9 -

Bagian Kedua

Perencanaan

Pasal 8

(1) Perencanaan Pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a

meliputi:

a. rencana fisik; dan

b. rencana non fisik.

(2) Rencana fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. penentuan lokasi.

b. penyediaan fasilitas bangunan dan tata letak Pasar; dan

c. sarana pendukung.

(3) Rencana non fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan standar

operasional dan prosedur yang ditetapkan.

(4) Standar operasional dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) terdiri atas:

a. sistem penarikan retribusi;

b. sistem keamanan dan ketertiban;

c. sistem kebersihan dan pengamanan sampah;

d. sistem perpakiran;

e. sistem pemeliharan sarana Pasar;

f. sistem penteraan; dan

g. sistem penanggulangan kebakaran.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan Pasar sebagaimana

dmaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 9

(1) Sarana pendukung Pasar terdiri atas:

a. kantor Pengelola Pasar;

b. area parkir;

c. tempat pembuangan sampah sementara/sarana pengelolaan

sampah;

Page 10: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 10 -

d. air bersih;

e. sanitasi/drainase;

f. tempat ibadah;

g. toilet umum;

h. pos keamanan;

i. tempat pengelolaan limbah/Instalasi Pengelolaan Air Limbah;

j. hidran dan fasilitas pemadam kebakaran;

k. penteraan

l. sarana komunikasi; dan

m. area bongkar muat dagangan.

(2) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diperoleh dari bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Nagari/Desa dalam bentuk

hibah atau bantuan sosial.

Bagian Ketiga

Penetapan Lembaga Pengelola

Paragraf 1

Umum

Pasal 10

Pasar dikelola oleh:

a. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

b. Pemerintah Nagari/Desa;

c. Kerapatan Adat Nagari atau sebutan lainnya; dan

d. Koperasi.

Pasal 11

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam melakukan Pengelolaan Pasar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, Bupati/Walikota dapat

menunjuk dan menetapkan SKPD.

Pasal 12

Pemerintah Nagari/Desa dalam melakukan Pengelolaan Pasar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, Wali Nagari/Kepala Desa

dapat menunjuk dan menetapkan Perangkat Nagari/Desa.

Page 11: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 11 -

Pasal 13

Ketentuan mengenai Pengelolaan Pasar yang dilakukan oleh Kerapatan

Adat Nagari atau sebutan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

huruf c diatur dengan Peraturan Nagari/Peraturan Desa.

Pasal 14

Ketentuan mengenai Pengelolaan Pasar yang dilakukan oleh Koperasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d diatur dengan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 15

(1) Pengelolaan Pasar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,

Pemerintah Nagari/Desa, dan Kerapatan Adat Nagari atau sebutan

lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, huruf b,

dan huruf c, Bupati/Walikota, Wali Nagari/Kepala Desa, dan

Ketua Kerapatan Adat Nagari dapat menunjuk serta menetapkan

Koperasi, lembaga/pihak ketiga lainnya sebagai Pengelola Pasar.

(2) Penunjukan dan penetapan Koperasi sebagai Pengelola Pasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk

kerjasama dengan pola:

a. bangun serah guna;

b. bangun guna serah; dan

c. kerjasama pemanfaatan lainnya

(3) Ketentuan mengenai penunjukan dan penetapan Koperasi sebagai

Pengelola Pasar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,

Pemerintah Nagari/Desa, dan Kerapatan Adat Nagari atau sebutan

lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 16

(1) Koperasi yang akan melaksanakan Pengelolaan Pasar wajib

memenuhi persyaratan yang terdiri atas:

a. koperasi primer yang telah berbadan hukum dan memiliki

anggaran dasar koperasi;

b. telah melaksanakan rapat anggota tahunan 2 (dua) kali berturut-

turut;

Page 12: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 12 -

c. berkedudukan di nagari/desa dan kelurahan yang sama atau

berdekatan dengan lokasi Pasar;

d. mempunyai anggota pedagang yang dikategorikan pengusaha

mikro, kecil, dan menengah yang beraktifitas dalam Pasar;

e. koperasi yang salah satu usahanya bergerak di bidang

perdagangan; dan

f. mempunyai karyawan yang memiliki kecakapan dan kompetensi

dalam pengelolaan Pasar.

(2) Pengelolaan Pasar dilaksanakan oleh Koperasi secara otonom dan

terpisah dari unit usaha lainnya.

Paragraf 2

Struktur Organisasi

Pasal 17

(1) Struktur organisasi pengelola Pasar sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 paling sedikit terdiri atas:

a. kepala Pasar;

b. pejabat keuangan; dan

c. pejabat teknis lainnya sesuai kebutuhan.

(2) Pembentukan struktur organisasi pengelola Pasar sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3

Hak, Kewajiban, dan Larangan Pengelola Pasar

Pasal 18

Pengelola Pasar mempunyai hak:

a. mengelola dan menata serta memperoleh perlindungan dalam

Pengelolaan Pasar; dan

b. melakukan kerjasama dan kemitraan dengan badan usaha lainnya

untuk meningkatkan kualitas pelayanan Pasar dengan prinsip saling

menguntungkan.

Page 13: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 13 -

Pasal 19

(1) Pengelola Pasar wajib:

a. menyediakan fasilitas Pasar yang bersih, sehat, aman, tertib dan

ruang publik yang nyaman;

b. membagi blok tempat usaha sesuai dengan penggolongan jenis

barang dagangan, dengan kelengkapan dan kecukupan sistem

pendanaan, penerangan, dan sirkulasi udara baik buatan

maupun alami;

c. menyediakan sarana dan prasarana;

d. memfasilitasi terwujudnya kualitas dan kuantitas barang

dagangan baik dari segi kesehatan termasuk keamanan pangan,

ukuran dan timbangan serta kehalalan barang dagangan bagi

konsumen;

e. menjamin pemenuhan hak pedagang;

f. melakukan pengawasan terhadap pedagang;

g. menjalin kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan

Koperasi untuk penyelenggaraan usaha pasar skala besar,

menengah dan kecil;

h. meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin kenyamanan

konsumen;

i. menjaga keamanan dan ketertiban tempat usaha;

j. memelihara kebersihan, keindahan lokasi dan kelestarian

lingkungan tempat usaha;

k. mencegah setiap orang yang melakukan kegiatan perjudian dan

perbuatan lain yang melanggar kesusilaan serta ketertiban umum;

l. mencegah penggunaan tempat usaha untuk kegiatan peredaran

pemakaian minuman keras, obat-obatan terlarang serta barang-

barang terlarang lainnya;

m. menyediakan sarana kesehatan, sarana persampahan dan

drainase, kamar mandi dan toilet serta fasilitas ibadah;

n. menyediakan alat pemadam kebakaran yang siap pakai dan

mencegah kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran;

Page 14: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 14 -

o. menerbitkan dan mencantumkan daftar harga yang ditulis dalam

rupiah;

p. menyampaikan laporan kegiatan usaha kepada Pemerintah

Kabupaten/Kota, Pemerintah Nagari/ Desa, dan Kerapatan Adat

Nagari atau sebutan lainnya; dan

q. melarang pedagang untuk bertransaksi di fasilitas umum di

sekitar lokasi Pasar.

(2) Pengelola Pasar yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif secara

bertahap berupa:

a. teguran tertulis;

b. pencabutan sementara izin usaha;

c. pencabutan tetap izin usaha; dan

d. denda administrasi.

Pasal 20

(1) Pengelola Pasar dilarang:

a. menambah atau merubah bentuk konstruksi bangunan kios

dan/atau los yang sudah ada tanpa izin; dan/atau

b. menggunakan fasilitas umum untuk pedagang.

(2) Pengelola Pasar yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif secara bertahap berupa:

a. teguran tertulis;

b. pencabutan sementara izin usaha;

c. pencabutan tetap izin usaha; dan

d. denda administrasi.

Pasal 21

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur penerapan

sanksi administratif kepada Pengelola Pasar sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 19 dan Pasal 20 diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Page 15: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 15 -

Bagian Keempat

Pelaksanaan

Paragraf 1

Umum

Pasal 22

(1) Pengelola Pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat

melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk:

a. pembangunan Pasar baru;

b. rehabilitasi/revitalisasi Pasar lama; dan/atau

c. Pengelolaan Pasar.

(2) Kerjasama Pengelola Pasar dengan pihak ketiga sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dengan pola:

a. bangun serah guna;

b. bangun guna serah; dan

c. kerjasama pemanfaatan lainnya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerjasama yang dilakukan oleh

pengelola Pasar dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota.

Paragraf 2

Perizinan

Pasal 23

(1) Setiap pedagang yang menempati toko/kios/los pada Pasar wajib

memiliki SIP yang diberikan oleh Pengelola Pasar.

(2) Untuk memperoleh SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pedagang mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengelola

Pasar dengan melampirkan persyaratan-persyaratan yang terdiri atas:

a. foto copi KTP;

b. foto copi KK;

c. pas foto;

d. surat izin penempatan yang lama apabila terjadi pemindahan hak;

e. foto copi Kartu Retribusi Pasar;

Page 16: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 16 -

f. surat penyerahan toko/kios/los apabila terjadi pemindahan hak;

dan

g. tanda lunas retribusi.

(3) SIP berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat

diperpanjang.

(4) Permohonan perpanjangan SIP diajukan paling lambat 6 (enam)

bulan sebelum masa berlaku SIP lama berakhir.

(5) Setiap pemindahan hak penempatan harus mendapatkan persetujuan

tertulis dari Pengelola Pasar dengan melengkapi syarat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2).

(6) Apabila pedagang tidak menempati toko/kios/los paling lama 6

(enam) bulan sejak tanggal surat teguran dari pengelola Pasar kepada

Pedagang, SIP Pedagang dicabut oleh Pengelola Pasar.

(7) Ketentuan mengenai prosedur dan persyaratan administrasi

penempatan pedagang pada Pasar diatur dengan peraturan Pengelola

Pasar Rakyat.

Paragraf 3

Hak, Kewajiban, dan Larangan Pedagang Pasar

Pasal 24

Pedagang Pasar mempunyai hak:

a. mendapatkan jaminan fasilitas Pasar yang bersih, aman, dan nyaman

untuk melakukan usaha dari pihak pengelola Pasar;

b. mendapatkan pelayanan dan penataan adil, transparan dan

proporsional;

c. mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan, penataan,

pembinaan dan pemberdayaan;

d. mendapatkan jaminan perlindungan dan kepastian hukum dalam

melakukan usaha;

e. mempunyai hak untuk berserikat, berkumpul dan menyampaikan

pendapat yang bebas dari tekanan pihak manapun;

f. mendapatkan jaminan perbaikan atas kerusakan fasilitas Pasar di luar

kesalahan pedagang; dan

g. menjalankan dan mengembangkan usahanya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 17: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 17 -

Pasal 25

(1) Pedagang dalam menjalankan kegiatan usaha di Pasar wajib:

a. mempergunakan tempat berjualan sesuai dengan fungsinya;

b. menyediakan tempat/bak sampah;

c. menjaga dan memelihara kebersihan toko/kios/los dan lingkungan

sekitarnya;

d. menjaga dan memelihara ketertiban dan keamanan Pasar;

e. mencegah kemungkinan timbulnya bahaya kebakaran;

f. membuang sampah pada TPS;

g. meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin kenyamanan

konsumen;

h. membayar biaya rekening listrik;

i. memanfaatkan toko/kios/los sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan;

j. meletakkan barang dagangan di dalam toko/kios/los; dan

k. membayar retribusi pelayanan pasar.

(2) Pedagang yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif secara

bertahap berupa:

a. teguran tertulis;

b. pencabutan sementara izin pedagang;

c. pencabutan tetap izin pedagang; dan

d. denda administrasi.

Pasal 26

(1) Pedagang Pasar dilarang :

a. melakukan penguasaan barang dan/atau jasa secara monopoli;

b. menggunakan bahu jalan dan/atau jalan umum sebagai tempat

berjualan;

c. mengosongkan atau menelantarkan toko/kios/los yang ditempati;

d. menambah, mengurangi dan/atau merubah bentuk konstruksi

bangunan toko/kios/los yang sudah ada;

Page 18: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 18 -

e. mempergunakan tempat berjualan tidak sesuai dengan

peruntukan;

f. meletakan kendaraan bermotor maupun tidak bermotor di lorong-

lorong Pasar;

g. melakukan usaha dagang yang membahayakan kesehatan,

keamanan dan ketertiban umum serta bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan;

h. menjual barang yang kadaluarsa;

i. mengurangi timbangan dan/atau ukuran barang dagangan yang

dibeli konsumen;

j. menimbun bahan kebutuhan pokok masyarakat di dalam gudang

dalam jumlah yang melebihi kewajaran untuk tujuan spekulasi;

k. mengalihfungsikan toko/kios/los;

l. melakukan kegiatan bongkar muat yang tidak pada tempatnya;

m.menempatkan grobak di sembarang tempat; dan

n.membuang sampah tidak pada tempat yang ditentukan.

(2) Pedagang Pasar yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dikenakan sanksi administratif secara bertahap

berupa:

a. teguran tertulis;

b. pencabutan sementara izin pedagang;

c. pencabutan tetap izin pedagang; dan

d. denda administrasi.

Pasal 27

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur penerapan

sanksi administrasi kepada Padagang Pasar sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 25 dan Pasal 26 diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Bagian Kelima

Pengendalian dan Evaluasi

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Nagari/Desa melalui SKPD/perangkat Nagari/Desa

melakukan pengendalian dan evaluasi Pengelolaan Pasar.

Page 19: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 19 -

(2) Pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan terhadap:

a. kebijakan Pengelolaan Pasar;

b. pengelola dan pedagang Pasar;

c. pendapatan dan belanja Pengelolaan Pasar; dan

d. sarana dan prasarana Pasar.

(3) Pengendalian dan evaluasi Pengelolaan Pasar yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Nagari/Desa sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB III

PERLINDUNGAN

Pasal 29

(1) Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan

Pemerintah Nagari/Desa memberikan perlindungan terhadap Pasar

dan pedagang.

(2) Perlindungan terhadap Pasar dan pedagang yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan

Pemerintah Nagari/Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi aspek:

a. lokasi usaha yang strategis dan menguntungkan Pasar;

b. kepastian hukum dan jaminan usaha di Pasar dalam aspek

lokasi;dan

c. kepastian hukum dalam status hak sewa untuk menjamin

keberlangsungan usaha, jika terjadi musibah yang menghancurkan

harta benda yang diperdagangkan.

BAB IV

PEMBERDAYAAN

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan

Pemerintah Nagari/Desa melakukan Pemberdayaan Pasar yang

meliputi:

Page 20: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 20 -

a. pemberdayaan terhadap Pasar dan pedagang;

b. pemberdayaan terhadap sarana dan prasarana Pasar;

c. pemberian subsidi kepada Pasar;

d. peningkatan kualitas dan pembenahan sarana fisik Pasar;

e. pengembangan Pasar;

f. memfasilitasi pengembangan sumber daya manusia Pedagang;

g. upaya revitalisasi dalam menciptakan Pasar yang bersih, teratur,

nyaman, aman, memiliki keunikan, dan menjadi citra baik

daerah;

h. meningkatkan profesionalisme pengelola Pasar;

i. meningkatkan kompetensi pedagang Pasar; dan/atau

j. fasilitasi kemitraan dan permodalan baik sarana dan prasarana

maupun keuangan.

(2) Peningkatan kualitas dan pembenahan sarana fisik Pasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d antara lain:

a. pembenahan tata letak;

b. pengaturan lalu lintas orang dan barang di dalam Pasar;

c. peningkatan kualitas konstruksi;

d. pembenahan sistem air bersih dan limbah;

e. pembenahan sistem elektrikal;

f. penggunaan sistem pencegah kebakaran; dan

g. pembenahan sistem penanganan sampah.

(3) Peningkatan profesionalisme pengelola Pasar sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf h melalui:

a. penetapan visi, misi dan kebijakan pengembangan Pasar;

b. penerapan manajemen yang profesional;

c. pembentukan struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas;

dan

d.ketersediaan standar operasional dan prosedur.

Page 21: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 21 -

(4) Peningkatan kompetensi pedagang Pasar sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf i antara lain:

a. pembinaan disiplin pedagang dan pembeli;

b. bimbingan kepada para pedagang untuk menarik para pembeli;

c. peningkatan pengetahuan dasar bagi para pedagang; dan

d. memahami perilaku pembeli.

Pasal 31

Bupati/Walikota melalui SKPD, melakukan:

a. memberikan prioritas tempat usaha kepada pedagang lama, dalam hal

dilakukan renovasi dan/atau relokasi Pasar;

b. penataan terhadap pedagang kaki lima agar tidak mengganggu

ketertiban Pasar;

c. fasilitasi perbankan dalam memberikan kredit kepada pedagang Pasar;

dan

d. fasilitasi pembentukan wadah/assosiasi pedagang Pasar.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 32

(1) Gubernur melakukan pembinaan terhadap Pengelolaan dan

Pemberdayaan Pasar.

(2) Pembinaan terhadap Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD terkait.

(3) Pembinaan terhadap Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar yang

dilakukan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) meliputi:

a. sosialisasi kebijakan Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar di

provinsi;

b. koordinasi Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar antar

kabupaten/kota dalam wilayah provinsi;

c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan

Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar dalam wilayah provinsi;

Page 22: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 22 -

d. mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk

Pemberdayaan Pasar sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku; dan

e. pematauan dan evaluasi pelaksanaan Pengelolaan dan

Pemberdayaan Pasar dalam wilayah provinsi.

Pasal 33

(1) Bupati/Walikota melakukan pembinaan secara teknis, administrasi,

dan keuangan kepada pengelola Pasar di wilayahnya.

(2) Pembinaan teknis, administrasi, dan keuangan kepada pengelola

Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD

terkait.

(3) Pembinaan terhadap pengelola Pasar sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) meliputi:

a. sosialisasi kebijakan Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar di

wilayah Kabupaten/Kota;

b. koordinasi Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar antar

kabupaten/kota dalam di wilayah Kabupaten/Kota;

c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan

Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar di wilayah kabupaten/kota;

d. meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola Pasar;

e. memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi

pedagang Pasar yang telah ada sebelum dilakukan renovasi

atau relokasi Pasar;

f. mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk

Pemberdayaan Pasar sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku; dan

g. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Pengelolaan dan

Pemberdayaan Pasar di wilayah Kabupaten/Kota.

Pasal 34

(1) Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Nagari/Desa melakukan pengawasan terhadap

Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar.

Page 23: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 23 -

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) dilakukan oleh

SKPD dan Perangkat Nagari/Desa terkait.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Provinsi Sumatera Barat.

Ditetapkan di Padang

pada tanggal 2016

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

ttd

IRWAN PRAYITNO

Diundangkan di Padang

pada tanggal 2016

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

ttd ALI ASMAR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 NOMOR 3

NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT : (3/134/2016)

Page 24: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 24 -

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

NOMOR 3 TAHUN 2016

TENTANG

PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT

I. UMUM

Perkembangan Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu tempat

tujuan investasi yang semakin hari semakin mengalami

peningkatan berdampak pada tumbuhnya secara subur berbagai

sarana perdagangan yang didukung dengan kepemilikan modal

yang besar seperti Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan

termasuk juga rantai distribusi yang bersifat umum telah

membuat entitas Pasar Rakyat yang merupakan urat nadi

perekonomian masyarakat menengah ke bawah menjadi semakin

tersaingi. Terkait hal tersebut di atas, maka Pemerintah Provinsi

Sumatera Barat berkewajiban melakukan pembinaan dan

pemberdayaan agar Pasar Rakyat menjadi sarana perdagangan

yang efektif dan menguntungkan bagi masyarakat kelas menengah

ke bawah. Untuk itu sudah seharusnyalah Pasar Rakyat

mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

dalam bentuk pembinaan, pemberdayaan maupun dalam bentuk

revitalisasi (peremajaan pasar), pengawasan yang dilakukan secara

ketat serta berkesenambungan di tengah bermunculannya lokasi-

lokasi Pasar Rakyat yang tumbuh secara alamiah/simultan tanpa

adanya perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014

tentang Perdagangan yang merubah berbagai definisi serta

nomenklatur dari berbagai peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Swalayan, maka berbagai peraturan perundang-Undangan seperti

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Page 25: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 25 -

Modern sebagaimana kemudian peraturan ini juga diadopsi dalam

Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah, yakni:

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:

70/M/DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Modern sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 56/M-DAG/PER/9/2014

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor:

70/M/DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Modern harus disesuaikan dengan ketentuan yang lebih tinggi

yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan,

sesuai dengan tata hirarkhi peraturan perundang-undangan

sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Atas

dasar hal-hal tersebut Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, perlu

menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pembinaan

dan Pemberdayaan Pasar Rakyat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan” adalah

persaudaraan/setia kawan dan kesadaran pribadi.

Kehendak untuk bersatu, bekerjasama dan tolong-

menolong atas sesamanya bertolak demi rasa setia

kawan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” adalah

adanya kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang

didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam

hubungannya dengan norma-norma dan kebudayaan

umumnya. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua

Page 26: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 26 -

manusia di dunia, tanpa memandang ras, keturunan

dan warna kulit, serta bersifat universal.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah keadilan

yang memberikan kepada masing-masing orang apa

yang menjadi bagiannya, di mana yang diutamakan

adalah objek tertentu yang merupakan hak dari

seseorang.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas kemitraan” adalah kerja

sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun

tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan,

mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang

melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

dengan Usaha Besar.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas ketertiban” adalah yaitu

aturan yang mengharuskan segala sesuatu supaya

berjalan sejalan agar tidak berantakan dan teratur.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah

merupakan keadaan dimana perilaku manusia, baik

individu, kelompok, maupun organisasi, terikat dan

berada dalam koridor yang sudah digariskan oleh

aturan hukum.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas kelestarian lingkungan”

adalah upaya melestarikan dan melindungi sekaligus

memanfaatkan sumber daya suatu tempat

dengan adaptasi terhadap fungsi baru, tanpa

menghilangkan makna kehidupan budaya.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “asas persaingan usaha yang

sehat” adalah suatu kondisi di Pasar dimana antara

usaha mikro, kecil, menengah dan besar menjaga

Page 27: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 27 -

persaingan harga yang wajar dan tidak saling

mematikan.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “Standar Operasional dan Prosedur”

adalah tata cara atau tahapan yang dilakukan dan yang

harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja

tertentu.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Page 28: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 28 -

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1)

Huruf a

Menambah atau merubah bentuk konstruksi

bangunan kios dan/atau los dilakukan berdasarkan

izin dari pemilik Pasar.

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Page 29: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 29 -

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Page 30: GUBERNUR SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 30 -

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

NOMOR 123.