profil pkk-ab 2008 - pusdatin.kemkes.go.id · serta sistem informasi dalam penanggulangan krisis...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku “Buku Profil Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008” ini dapat diselesaikan sebagaimana yang
telah direncanakan. Buku ini menggambarkan secara umum tentang upaya-
upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan
serta sistem informasi dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di
tingkat provinsi
Penyusunan buku ini menggunakan data yang bersumber dari Dinas Kesehatan
Provinsi sepanjang tahun 2008. Dengan tersusunnya buku Profil Penanggulangan
Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi peningkatan upaya-upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yang terjadi dimasa mendatang. Guna meningkatkan mutu penyajian
informasi buku sejenis dimasa mendatang, diharapkan kritik dan saran yang
membangun serta partisipasi semua pihak, khususnya upaya mendapatkan
data/informasi yang lebih akurat dan sesuai kebutuhan.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran
sehingga buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun
2008 ini berhasil disusun, kami mengucapkan terima kasih.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis,
Dr. Rustam S. Pakaya, MPH
NIP 19560829 198312 1001
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR ……………………………………………………..….... DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ........................................................................... DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….. DAFTAR GRAFIK ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
i ii iv v
vi xi
I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................ 3 II. METODOLOGI ........................................................................ 4 A. Pengumpulan Data .............................................................. 4 B. Pengolahan dan Analisa Data ............................................... 4 C. Penyajian Informasi ............................................................. 4 III. GAMBARAN UPAYA PENCEGAHAN, MITIGASI DAN
KESIAPSIAGAAN ...................................................................
5 A. Pengorganisasian dan Perencanaan ...................................... 5 B. Penyusunan Peraturan dan Pedoman .................................... 8 C. Koordinasi, Sosialisasi dan Advokasi ...................................... 11 D. Sumber Daya Manusia ......................................................... 17 1. Jumlah dan Jenis Tenaga ............................................. 17 2. Pengembangan Tenaga ................................................ 19 E. Sarana Kesehatan ............................................................... 27 1. Sarana Transportasi ..................................................... 27 2. Sarana Komunikasi dan Informasi ................................. 29 3. Sarana Penunjang ........................................................ 33 4. Buffer Stock Obat, Alat dan Bahan Lain ......................... 35 5. Buffer Stock Alat Pelindung Diri dan Identitas Petugas
Lapangan ....................................................................
39 F. Pembiayaan ........................................................................ 43 IV. GAMBARAN UPAYA TANGGAP DARURAT DAN PEMULIHAN.. 45 A. Mobilisasi Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Pengelolaan Bantuan
Kesehatan ..........................................................................
45 B. Pelaksanaan Rapid Health Assessment (RHA) ........................ 52 C. Evaluasi .............................................................................. 55
V. SISTEM INFORMASI ............................................................. 57 A. Kegiatan Pendataan dan Monitoring ...................................... 57 1. Pendataan ................................................................... 57 2. Monitoring ................................................................... 60 B. Penyampaian Informasi ....................................................... 64 C. Kepemilikan Kontak Person .................................................. 75 VI. KESIMPULAN ........................................................................ 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................. 82
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1.
Gambaran Kepemilikan Pos Informasi 24 Jam Menurut Provinsi ……………..….......................................................
72
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1.
Gambaran Rencana Kontinjensi yang Pernah Disusun Dinas Kesehatan Provinsi …….....................................................
8
DAFTAR GRAFIK Hal Grafik 1. Grafik 2. Grafik 3. Grafik 4. Grafik 5. Grafik 6. Grafik 7. Grafik 8. Grafik 9. Grafik 10. Grafik 11.
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Program Kerja Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……........................................................................ Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Partisipasi Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi …….…………….……….. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pengembangan Peraturan/Kebijakan Daerah Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……............ Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Protap/Juklak/Juknis Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………….…….…………….……………………….. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Pedoman Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……........................................................................ Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Lintas Program Untuk Peningkatan Kesiapsiagaan di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi ……………………………………………..…….…………….………. Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Lintas Sektor Untuk Peningkatan Kesiapsiagaan Yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi ……………………………………………..…….…………….………. Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana Yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi ……………………………………………..…….…………….………. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Sosialisasi Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……........................................................................ Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Advokasi Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……........................................................................ Proporsi Tenaga Kesehatan Provinsi yang Bekerja pada Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Tingkat Pendidikan Formal ……................................
6
7
9
10
11
12
13
14
16
17
18
Grafik 12. Grafik 13. Grafik 14. Grafik 15. Grafik 16. Grafik 17. Grafik 18. Grafik 19. Grafik 20. Grafik 21.
Gambaran Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi yang Pernah Mengikuti Pelatihan dan Masih Bekerja Menurut Jenis Pelatihan Pada Tahun 2008 ………………………………………………. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Pelaksanaan Pelatihan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ........................................................... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Gladi yang Pernah Diselenggarakan/Diikuti Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana …….............................................. Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Sarana Transportasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………………..……........... Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Sarana Transportasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………………..……........... Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Sarana Informasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………………..……........... Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Sarana Penunjang yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………………..……........... Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Obat, MP-ASI, dan Alat Kesehatan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………………… Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………..………………………………………… Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Alat Pelindung Diri yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………..…………………………………………
20
25
26
28
30
32
34
36
38
40
Grafik 22. Grafik 23. Grafik 24. Grafik 25. Grafik 26. Grafik 27. Grafik 28. Grafik 29. Grafik 30. Grafik 31. Grafik 32. Grafik 33. Grafik 34. Grafik 35.
Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Identitas Petugas Lapangan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………..……..………………………………………. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Sumber Pembiayaan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ……................... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Tindakan Pertama yang Dilakukan Ketika Informasi Bencana Diketahui …………………………………………………….….................. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan TRC Penanggulangan Bencana ………………………… Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Mekanisme Mobilisasi TRC Penanggulangan Bencana .............................. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Waktu Mobilisasi TRC Penanggulangan Bencana ……......................... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Tim Bantuan Kesehatan Penanggulangan Bencana ……........... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme Mobilisasi Tim Bantuan Kesehatan Penanggulangan Bencana …………………………………………………………..…….......... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pencatatan Pengelolaan Bantuan Kesehatan ………………………. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Tim RHA ……….………………………………………………..……............ Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksana RHA Pada Saat Kejadian Bencana ……………………..……............ Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan RHA Pada Saat Kejadian Bencana ……………………..……............ Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Evaluasi Tanggap Darurat Pada Saat Kejadian Bencana ……………………..……................................................ Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Peta Rawan Bencana …………………........................................
42
44
45
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Grafik 36. Grafik 37. Grafik 38. Grafik 39. Grafik 40. Grafik 41. Grafik 42. Grafik 43. Grafik 44. Grafik 45. Grafik 46. Grafik 47. Grafik 48. Grafik 49. Grafik 50.
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Pencatatan Kejadian Bencana …………………….……................... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pendataan Kesiapsiagaan Bencana …………………….……........... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pendataan Kesiapsiagaan Bencana ….……................... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana ………………………………………………………………………….. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana ke Pusat ……………………..………………………… Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme Penyampaian Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana ke Pusat …………………………………………….................................... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Analisis Risiko Bencana ………………………..……........................ Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Penggunaan Alur Mekanisme Informasi sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 ……................................................. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyampaian Informasi Kesiapsiagaan ke Pusat ……………………………………... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyampaian Informasi Kejadian Bencana ke Pusat ………………………………... Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme Penyampaian Informasi Kejadian Bencana ke Pusat ……………. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pelaporan sesuai Pedoman ……………………..…….......... Proporsi Penggunaan Sarana Komunikasi Oleh Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Jenis Sarana Komunikasi ……….... Gambaran Proporsi Provinsi Menurut Pengelolaan Pos Informasi 24 Jam ……………………..……................................... Gambaran Proporsi Provinsi yang Berdasarkan Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi ………………....................................
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
73
74
Grafik 51. Grafik 52. Grafik 53.
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor ………………………………….………….. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Kontak Person Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota …….………….. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor di lingkup Kabupaten/Kota ……….
75
76
77
DAFTAR LAMPIRAN
Hal Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10
Gambaran Unit Kerja di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi yang Memiliki Tugas Pokok dan Fungsinya Menjadi Koordinator/Penanggungjawab Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……………………………………… Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Program Kerja terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ............................... Gambaran Kegiatan dari Program Kerja Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ……………….………………………………………. Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Partisipasi Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi .............................. Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Peraturan-Peraturan/Kebijakan Daerah yang Terkait dengan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 .................……………………………………... Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Protap/Juklak/Juknis yang Terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ....................................................................... Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Pedoman yang Terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ……………….………………………………….…………………………. Gambaran Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi Lintas Program Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Unit Kerja yang Terlibat Dalam Pertemuan Koordinasi Lintas Program Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 ………………………………. Gambaran Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................................
82
84
85
88
89
90
91
92
93
95
Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22
Gambaran Unit Kerja yang Terlibat Dalam Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 ………………………………. Gambaran Pertemuan Koordinasi pada Saat Tanggap Darurat Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. Gambaran Unit Kerja yang Terlibat dalam Pertemuan Koordinasi pada Saat Tanggap Darurat Menurut Provinsi Tahun 2008 ……………………………………………………………………. Gambaran Pelaksanaan Sosialisasi Program/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Pelaksanaan Advokasi Program/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Jenis Tenaga yang Bekerja pada Unit Kerja Pengelola Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ Gambaran Tenaga yang Masih Dibutuhkan oleh Unit Kerja Pengelola Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 …………………………….. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan ACLS Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan ATLS Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan BTLS Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan BLS Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan PPGD Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................................
96
98
99
101
104
106
108
109
110
111
112
113
Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 26 Lampiran 27 Lampiran 28 Lampiran 29 Lampiran 30 Lampiran 31 Lampiran 32 Lampiran 33 Lampiran 34
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Emergency Nursing Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Evakuasi Korban di Perairan (Perahu Karet) Menurut Provinsi Tahun 2008 ....................... Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Operasional Sarana Penunjang Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan RS Lapangan Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Manajemen Bencana Bidang Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan RHA Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Rencana Kontijensi Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Pengelolaan Data dan Informasi Menurut Provinsi Tahun 2008 .............................. Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Radio Komunikasi Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Pelatihan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan Dinas Kesehatan Provinsi ………………………………………………... Gambaran Gladi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan/Diikuti Dinas Kesehatan Provinsi .............................................................
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
126
Lampiran 35 Lampiran 36 Lampiran 37 Lampiran 38 Lampiran 39 Lampiran 40 Lampiran 41 Lampiran 42 Lampiran 43 Lampiran 44 Lampiran 45 Lampiran 46
Gambaran Sarana Transportasi R4 yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ……………….….. Gambaran Sarana Transportasi R3, R2, Perahu Karet dan Kapal Laut yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ………………………………….……………….….. Gambaran Sarana Komunikasi yang Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ........................................………..……... Gambaran Sarana Informasi yang Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Sarana Penunjang yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Obat, MP-ASI dan Alat Kesehatan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Alat Pelindung Diri untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Identitas Petugas Lapangan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ Gambaran Pembiayaan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ...... Gambaran Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Mendapatkan Anggaran Pembiayaan Menurut Provinsi Tahun 2008 …………………………………………………….…. Gambaran Tindakan yang Pertama Kali Dilakukan oleh Pengelola Program Bila Ada Informasi Kejadian Bencana Menurut Provinsi ................................................................
128
129
130
131
132
133
134
136
137
138
139
141
Lampiran 47 Lampiran 48 Lampiran 49 Lampiran 50 Lampiran 51 Lampiran 52 Lampiran 53 Lampiran 54 Lampiran 55 Lampiran 56 Lampiran 57 Lampiran 58 Lampiran 59 Lampiran 60 Lampiran 61 Lampiran 62
Gambaran Kepemilikan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ Jenis dan Jumlah Tenaga Anggota TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 ....................................................................... Gambaran Kewenangan Menggerakkan TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 ……………………………………………………………………. Gambaran Mobilisasi TRC dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Waktu untuk Mobilisasi TRC dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ Gambaran Kepemilikan Tim Bantuan Kesehatan selain TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. Gambaran Kewenangan Menggerakkan Tim Bantuan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................. Gambaran Mekanisme Mobilisasi Bantuan Kesehatan dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .................. Gambaran Pencatatan Pengelolaan Bantuan pada Saat Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .................. Gambaran Kepemilikan Tim RHA yang terpisah dari TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. Gambaran Kewenangan Menggerakkan Tim RHA Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Pelaksanaan RHA dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. Gambaran Petugas RHA dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Pelaksanaan Evaluasi Tanggap Darurat pada Setiap Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ........ Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Peta Rawan Bencana Tahun 2008 ..................... Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pencatatan Kejadian Bencana di Wilayah Kerja Tahun 2008 .......................................................................
142
144
145
146
147
148
150
151
152
153
156
157
159
160
162
163
Lampiran 63 Lampiran 64 Lampiran 65 Lampiran 66 Lampiran 67 Lampiran 68 Lampiran 69 Lampiran 70 Lampiran 71 Lampiran 72 Lampiran 73 Lampiran 74 Lampiran 75
Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ......................................................... Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ............................................... Gambaran Pelaksanaan Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .................. Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Tahun 2008 ............................................ Gambaran Mekanisme Pelaksanaan Penyampaian Informasi Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Analisis Risiko Bencana Tahun 2008 ......................................................... Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Alur Mekanisme Informasi Sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 ..................................................... Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Hasil Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ...................... Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Tahun 2008 ................................................................................. Gambaran Mekanisme Menginformasikan Kejadian Bencana ke Pusat Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pelaporan Kejadian Bencana Sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006...................................................... Gambaran Media yang Biasa Digunakan untuk Penyampaian Informasi dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ Gambaran Pengelolaan Pos Informasi 24 Jam Menurut Provinsi Tahun 2008 ..........................................................
164
165
166
168
170
171
173
174
175
176
177
178
179
Lampiran 76 Lampiran 77 Lampiran 78 Lampiran 79
Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi Tahun 2008 ........................................................ Gambaran Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... Gambaran Kepemilikan Kontak Person Dinkes Kabupaten/Kota Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ...................... Gambaran Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor Kabupaten/Kota Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ......................
180
181
182
183
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bahkan sangat akrab
dengan telinga masyarakat kita. Bencana adalah suatu kejadian yang
mengganggu pola kegiatan hidup sehari-hari. Gangguan tersebut umumnya
datang secara mendadak, tidak pernah terpikirkan sebelumnya dan akibatnya
sangat mengerikan. Kata bencana juga memberikan pengertian adanya korban
jiwa, kematian atau cidera serta gangguan terhadap kesehatan manusia. Selain
manusia yang menjadi korban, juga kemungkinan terjadinya kehilangan harta
benda, kerusakan bangunan serta fasilitas layanan masyarakat seperti putusnya
aliran listrik dan rusaknya jaringan komunikasi. Kata bencana juga sangat
berkaitan erat dengan perlunya penyediaan penampungan, makanan, pakaian,
obat-obatan bagi masyarakat yang terlanda bencana.
Melihat hal-hal yang erat kaitannya dengan kata bencana, maka bencana
menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
dapat diartikan suatu kejadian, secara alami maupun karena ulah manusia,
terjadi secara mendadak ataupun berangsur-angsur, menimbulkan akibat yang
merugikan sehingga masyarakat dipaksa untuk melakukan tindakan
penanggulangan. Secara garis besar bencana dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori yaitu bencana alam, non alam dan sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angina topan dan tanah longsor. Bencana
non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi dan wabah penyakit. Sedangkan bencana sosial adalah bencana yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat dan teror.
Dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia sering dilanda bencana, baik
bencana alam, non alam maupun bencana sosial. Secara geografis Indonesia
memang berada pada daerah yang rawan bencana, seperti gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, banjir, angin topan, kekeringan dan epidemi. Di samping
itu beberapa bencana yang lain dapat terjadi karena akibat kelalaian atau
kesalahan dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan, contohnya
kebakaran hutan, atau pencemaran lingkungan dan kegagalan teknologi.
Dampak dari timbulnya bencana ini mengakibatkan adanya korban jiwa,
kerusakan fisik (prasarana), hilangnya harta benda, hilangnya mata pencaharian,
hilangnya tempat tinggal, pengungsian dan gangguan kejiwaan.
Berdasarkan hasil pemantauan dari Pusat Penanggulangan Krisis pada tahun
2006 tercatat kejadian bencana sebanyak V62 kali kejadian yang kemudian
meningkat menjadi 205 kali kejadian pada tahun 2007. Total jumlah korban
(meninggal, hilang, luka berat dan ringan) pada tahun 2006 sebanyak 298.550
orang dan meningkat menjadi 353.885 orang pada tahun 2007.
Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana merupakan kegiatan
yang mempunyai fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian pelaksanaan dan pengendalian yang berada dalam lingkup
“Siklus Penanggulangan Bencana” (Disaster Management Cycle). Siklus tersebut
dimulai sejak sebelum terjadinya bencana (pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan), pada saat terjadinya bencana (tanggap darurat) dan pada saat
setelah terjadinya bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi).
Guna mendukung upaya-upaya sebelum terjadi bencana diperlukan data dan
informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bahan masukan pengelola
program di dalam mengambil keputusan terkait dengan penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk informasi yang cukup penting
adalah adanya profil yang menggambarkan kesiapsiagaan daerah, khususnya di
tingkat provinsi. Untuk itulah maka pada tahun 2009 ini Pusat Penanggulangan
Krisis melakukan pengumpulan data untuk penyusunan profil dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana seluruh provinsi di Indonesia.
B. TUJUAN
Tujuan umum dari penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana adalah untuk memberikan gambaran informasi seluruh provinsi di
Indonesia yang dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam upaya
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Tujuan khusus dari penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana adalah tersedianya informasi tentang :
Gambaran perencanaan dan pengorganisasian dalam penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana
Gambaran koordinasi, sosialisasi dan advokasi yang dilakukan dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
Gambaran sumber daya dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana
Gambaran sistem informasi dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana Gambaran upaya tanggap darurat dan pemulihan yang dilakukan dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
BAB II METODOLOGI
Gambaran profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di Indonesia
selama tahun 2008 ini disusun melalui tahapan-tahapan yang biasa digunakan
dalam pengelolaan data dan informasi, yaitu mulai dari pengumpulan data,
pengolahan dan analisa data serta penyajian informasi. Gambaran deskriptif ini
meliputi: perencanaan, pengorganisasian, kegiatan koordinasi, sosialisasi dan
advokasi, sumber daya, sistem informasi, upaya tanggap darurat dan pemulihan.
A. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan oleh pejabat dan staf yang bekerja di
Pusat Penanggulangan Krisis. Data dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner dan
dikumpulkan langsung ke pengelola program penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana Dinas Kesehatan Provinsi dengan tehnik wawancara. Waktu
pengumpulan data dilakukan sejak bulan April sampai dengan Juni 2009.
B. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul dari kuesioner kemudian diolah kedalam bentuk tabulasi-
tabulasi menurut provinsi. Selanjutnya dilakukan analisis untuk memberikan
gambaran profil berdasarkan hal-hal yang tercantum dalam tujuan khusus.
C. Penyajian Informasi Informasi yang dihasilkan disajikan baik dalam bentuk narasi, tabel dan grafik
sehingga dapat memberikan gambaran profil penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana di Indonesia pada tahun 2008 secara jelas.
BAB III GAMBARAN UPAYA PENCEGAHAN, MITIGASI DAN KESIAPSIAGAAN
A. Pengorganisasian dan Perencanaan Dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, salah satu hal
penting adalah terdapat atau tidaknya unit kerja pengelola program di
lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi. Dengan adanya unit kerja yang
bertanggungjawab tentunya pengelolaan program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana akan menjadi lebih baik. Dari hasil pengumpulan data
menunjukkan bahwa semua Dinas Kesehatan Provinsi telah memiliki unit kerja
pengelola program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Secara struktural tampak bahwa unit kerja yang bertanggungjawab dalam
pengelolaan program untuk masing-masing provinsi sangat bervariasi, antara
satu provinsi dengan provinsi lainnya berbeda. Namun demikian ada 2 provinsi
yang pengelolaannya ditangani oleh sebuah unit kerja fungsional yaitu provinsi
Kalimantan Selatan dan Papua. Untuk provinsi Kalimantan Selatan dikelola oleh
Unit Kewaspadaan Penanggulangan Krisis Kesehatan (KPKK). Sedangkan di
provinsi Papua dikelola oleh Unit Health Crisis Center (HCC). Untuk jelasnya
gambaran unit kerja dimasing-masing provinsi dapat di lihat pada lampiran 1.
Meskipun seluruh Dinas Kesehatan Provinsi telah memiliki unit kerja pengelola
program penanggulangan krisis kesehatan, namun demikian belum seluruhnya
memiliki program kerja. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa sepanjang
tahun 2008 masih ada 9 provinsi (27,3%) yang belum memiliki program terkait
dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada grafik 1 berikut.
Grafik 1 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Program Kerja
Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
9 (27,3%)
24 (72,7%)
Memiliki Belum Memiliki
Adapun provinsi yang belum memiliki program kerja terkait penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana adalah Provinsi Kepulauan Riau, Jambi,
Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat,
Maluku dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran provinsi yang telah memiliki
program kerja terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
dilihat pada lampiran 2.
Dari 24 provinsi yang telah memiliki program kerja terkait penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana tampak bahwa program kerja yang dimiliki cukup
bervariasi antar provinsi, namun secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan
antara lain : peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui pelatihan
maupun gladi, pertemuan-pertemuan koordinasi, operasional penanggulangan
pada saat bencana, pengelolaan data dan informasi dan penyusunan pedoman-
pedoman.
Dari hasil pengumpulan data tampak ada 16 provinsi yang tidak memiliki
program kerja terkait dengan peningkatan sumber daya manusia termasuk gladi
yaitu provinsi Sumatera Utara, Riau, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan dan Papua. Selain itu ada 5 provinsi yang tidak memiliki program kerja
berupa pertemuaan-pertemuan koordinasi yaitu provinsi Sumatera Utara, Bangka
Belitung, Jawa Tengah, Bali dan Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu hanya ada 9 provinsi yang memiliki program kerja terkait dengan
pengelolaan data dan informasi yaitu provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan dan Papua. Untuk jelasnyanya mengenai gambaran
program kerja masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran 3.
Sebagai wujud langkah antisipasi dan kesiapsiagaan menghadapi suatu ancaman
bencana, dinas kesehatan provinsi sudah barang tentu juga harus memiliki
persiapan-persiapan dalam bentuk perencanaan. Salah satu bentuk perencanaan
yang sangat penting adalah rencana kontinjensi yang didasarkan atas ancaman
bencana tertentu yang merupakan paling mungkin terjadi di wilayah kerjanya.
Dari hasil pengumpulan data menunjukkan sampai dengan tahun 2008 masih
sedikit dinas kesehatan provinsi yang pernah berpartisipasi di dalam penyusunan
rencana kontinjensi di wilayahnya. Dari 33 provinsi ternyata hanya 10 provinsi
saja (30,3%) yang pernah berpartisipasi di dalam penyusunan rencana
kontinjensi di wilayahnya, untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 2 berikut.
Grafik 2 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Partisipasi
Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi
23 (69,7%)
10 (30,3%)
Pernah Belum Pernah
Adapun 10 provinsi yang pernah partisipasi dalam penyusunan rencana
kontinjensi di wilayah kerjanya yaitu provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. Sedangkan gambaran provinsi yang belum
pernah partisipasi dalam penyusunan rencana kontinjensi di wilayah kerjanya
dapat dilihat pada lampiran 4.
Dari hasil pengumpulan data juga tampak bahwa rencana kontinjensi yang
disusun oleh masing-masing provinsi sebagian besar adalah untuk mengantisipasi
terjadinya bencana banjir. Untuk jelasnya gambaran rencana kontinjensi yang
pernah disusun masing-masing provinsi dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1 Gambaran Rencana Kontinjensi yang Pernah Disusun
Dinas Kesehatan Provinsi
No. Provinsi Rencana Kontinjensi yang Pernah Disusun
1 Sumatera Barat Gempa Bumi dan Tsunami 2 Sumatera Selatan Banjir, Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor 3 DKI Jakarta Banjir 4 Kalimantan Selatan Banjir 5 Sulawesi Utara Tsunami 6 Gorontalo Banjir 7 Sulawesi Tenggara Banjir 8 Sulawesi Selatan Tanah Longsor dan Banjir 9 Maluku Gempa Bumi dan Tsunami 10 Papua Gempa Bumi dan Banjir
B. Penyusunan Peraturan dan Pedoman Dalam rangka peningkatan upaya kesiapsiagaan, selain ketersediaan sarana,
tenaga dan pembiayaan kiranya perlu ditunjang dengan aturan-aturan ataupun
kebijakan spesifik daerah. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33
provinsi ternyata ada 36,4% (12 provinsi) yang belum memiliki
peraturan/kebijakan daerah yang terkait dengan penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yang dikembangkan oleh dinas kesehatan provinsi
setempat. Untuk jelasnya tentang proporsi dinas kesehatan provinsi yang belum
pernah mengembangkan peraturan/kebijakan daerah terkait dengan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 3
berikut.
Grafik 3
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pengembangan Peraturan/Kebijakan Daerah Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan
Akibat Bencana
21 (63,6%)
12 (36,4%)
Pernah Belum Pernah
12 provinsi yang belum pernah mengembangkan peraturan/kebijakan daerah
yang terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu,
Lampung, Banten, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi Selatan. Sedangkan gambaran provinsi yang pernah
mengembangkan peraturan/kebijakan daerah yang terkait dengan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di wilayah kerjanya dapat
dilihat pada lampiran 5.
Selain peraturan/kebijakan daerah, keberadaan protap/juklak/juknis terkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sangat diperlukan guna
mengoptimalkan upaya penanggulangan krisis akibat bencana. Hasil
pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33 provinsi, baru 48,5% atau 16
provinsi saja yang pernah menyusun protap/juklak/juknis yang terkait dengan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Untuk jelasnya tentang
proporsi dinas kesehatan provinsi yang pernah menyusun protap/juklak/juknis
terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik
4 berikut.
Grafik 4 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan
Protap/Juklak/Juknis Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
16 (48,5%)
17 (51,5%)
Pernah Belum Pernah
Ada 16 (48,5%) provinsi yang pernah menyusun Protap/Juklak/Juknis yang
terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yaitu
provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Sedangkan gambaran provinsi yang
belum pernah menyusun Protap/Juklak/Juknis yang terkait dengan Program
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di wilayah kerjanya dapat
dilihat pada lampiran 6.
Adanya pedoman-pedoman terkait dengan penanggulangan krisis akibat bencana
yang pernah disusun dinas kesehatan provinsi tentunya juga sangat berguna
untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi
di wilayah kerjanya. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33
provinsi hanya 24,2% atau 8 provinsi saja yang pernah menyusun pedoman-
pedoman terkait dengan penanggulangan krisis akibat bencana. Untuk jelasnya
proporsi dinas kesehatan provinsi yang pernah menyusun pedoman terkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 5
berikut.
Grafik 5
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Pedoman Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
8 (24,2%)
25 (75,8%)
Pernah Belum Pernah
8 provinsi yang pernah menyusun Pedoman terkait dengan Program
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana adalah provinsi Bengkulu, DKI
Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara,
Maluku dan Papua. Sedangkan gambaran provinsi yang belum pernah menyusun
Pedoman yang terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana di wilayah kerjanya dapat dilihat pada lampiran 7.
C. Koordinasi, Sosialisasi dan Advokasi
Kita sadari bahwa upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana tidak
cukup hanya mengandalkan upaya dari pengelola program yang ada di dinas
kesehatan provinsi saja. Dalam rangka untuk meningkatkan upaya
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kiranya perlu adanya upaya
koordinasi melalui pertemuan baik secara lintas program maupun lintas sektor,
sosialisasi dan advokasi program kepada jajaran kesehatan maupun instansi
terkait baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa belum semua provinsi pernah
melakukan koordinasi terkait dengan upaya peningkatan kesiapsiagaan. Untuk
koordinasi lintas program dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan tampak ada 2
provinsi (6,1% dari total provinsi) yang belum pernah melaksanakan pertemuan
koordinasi tersebut di lingkungan kerjanya yaitu provinsi Bengkulu dan
Kalimantan Tengah, jelasnya dapat di lihat pada grafik 6 berikut.
Grafik 6 Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Lintas Program Untuk Peningkatan
Kesiapsiagaan di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi
20 (60,6%)
11 (33,3%)
2 (6,1%)
Rutin Insidentil Belum Pernah
Dari grafik 6 di atas tampak pula bahwa hanya 33,3% dari total provinsi atau 11
provinsi saja yang telah secara rutin melaksanakan pertemuan koordinasi lintas
program terkait dengan program peningkatan kesiapsiagaan tersebut yaitu
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Sedangkan 60,6% dari total
provinsi atau 20 provinsi lainnya pernah melakukan pertemuan koordinasi lintas
program untuk peningkatan kesiapsiagaan masih secara insidentil. Untuk
jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi yang melakukan pertemuan
koordinasi lintas program untuk peningkatan kesiapsiagaan secara insidentil
tersebut dapat dilihat pada lampiran 8.
Gambaran program yang terlibat dalam koordinasi peningkatan upaya
kesiapsiagaan untuk masing-masing provinsi berbeda-beda. Dari 31 provinsi yang
melakukan pertemuan koordinasi lintas program tersebut ternyata hanya 9
provinsi yang melibatkan pengelola program gizi yaitu provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan
Sulawesi Tenggara. Untuk jelasnya gambaran program-program yang terlibat
dalam koordinasi di masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran 9.
Untuk gambaran koordinasi lintas sektor terkait dengan peningkatan
kesiapsiagaan, dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 1 provinsi yang
belum pernah melakukannya yaitu provinsi Sulawesi Barat. Untuk jelasnya dapat
di lihat pada grafik 7 berikut ini.
Grafik 7 Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Lintas Sektor Untuk Peningkatan
Kesiapsiagaan Yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi
23 (69,7%)
9 (27,3%)1 (3%)
Rutin Insidentil Belum Pernah
Dari grafik di atas tampak hanya 27,3% provinsi atau 9 provinsi saja yang dinas
kesehatan provinsinya melaksanakan secara rutin pertemuan koordinasi lintas
sektor terkait dengan program peningkatan kesiapsiagaan bencana. Dinas
Kesehatan Provinsi tersebut adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Maluku
dan Papua. Sedangkan 69,7% dari total provinsi atau 23 provinsi lainnya pernah
melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor untuk peningkatan kesiapsiagaan
masih secara insidentil. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi yang
melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor untuk peningkatan kesiapsiagaan
secara insidentil tersebut dapat dilihat pada lampiran 10.
Gambaran sektor yang terlibat dalam koordinasi peningkatan kesiapsiagaan
bencana untuk masing-masing provinsi berbeda-beda. Dari 32 provinsi yang
melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor tersebut ternyata ada 10 provinsi
yang tidak melibatkan POLRI yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Jambi, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Utara dan Maluku. Untuk jelasnya gambaran sektor-sektor
yang terlibat dalam koordinasi di masing-masing provinsi dapat dilihat pada
lampiran 11.
Selain kegiatan koordinasi dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi bencana, pelaksanaan koordinasi pada saat masa tanggap darurat
bencana juga merupakan hal yang penting guna meningkatkan efektifitas dan
efisiensi penanggulangan krisis kesehatan pada saat bencana terjadi. Dari hasil
pengumpulan data terlihat bahwa ada 15,1% provinsi dari total provinsi yang ada
atau ada 5 provinsi yang belum pernah melakukan koordinasi pada masa
tanggap darurat bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung,
Bengkulu, Lampung dan Kalimantan Tengah. Untuk jelasnya dapat di lihat pada
grafik 8 berikut ini.
Grafik 8 Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Pada Masa Tanggap Darurat
Bencana Yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi
6 (18,2%)
22 (66,7%)
5 (15,1%)
Rutin Insidentil Belum Pernah
Dari grafik di atas tampak ada 66,7% provinsi atau 22 provinsi yang dinas
kesehatan provinsinya melaksanakan secara rutin pertemuan koordinasi pada
masa tanggap darurat bencana adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Sedangkan 18,2% dari
total provinsi atau 6 provinsi lainnya pernah melakukan koordinasi pada masa
tanggap darurat bencana masih secara insidentil. Untuk jelasnya gambaran dinas
kesehatan provinsi yang melakukan koordinasi pada masa tanggap darurat
bencana secara insidentil tersebut dapat dilihat pada lampiran 12.
Gambaran program dan
sektor yang terlibat dalam
koordinasi pada masa
tanggap darurat bencana
untuk masing-masing
provinsi berbeda-beda. Dari
28 provinsi yang melakukan
koordinasi tersebut ternyata
ada 5 provinsi yang tidak
melibatkan sektor terkait
yaitu provinsi DI
Yogyakarta, Nusa Tenggara
Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Untuk jelasnya
gambaran lintas program dan sektor yang terlibat dalam koordinasi pada masa
tanggap darurat bencana di masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran
13.
Gambaran pelaksanaan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan
provinsi dari hasil pengumpulan data menunjukkan ternyata ada 36,4% dari total
provinsi atau 12 provinsi yang belum pernah melakukan kegiatan sosialisasi
program terkait dengan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana dapat di lihat pada grafik 9 berikut.
Grafik 9 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Sosialisasi
Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
21 (63,6%)
12 (36,4%)
Pernah Belum Pernah
12 provinsi yang belum pernah melakukan kegiatan sosialisasi program terkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara dan Papua Barat. Secara umum program yang disosialisasikan terkait
dengan manajemen penanggulangan bencana, kebijakan penanggulangan dan
sistem informasi penanggulangan bencana. Untuk jelasnya gambaran
pelaksanaan sosialisasi program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran 14.
Gambaran pelaksanaan kegiatan advokasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan
provinsi dari hasil pengumpulan data menunjukkan ternyata hanya 21,2% dari
total provinsi atau 7 provinsi yang pernah melakukan kegiatan advokasi program
terkait dengan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
di lihat pada grafik 10 berikut.
Grafik 10 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Advokasi
Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
7 (21,2%)
26 (78,8%)
Pernah Belum Pernah
7 provinsi yang pernah melakukan kegiatan advokasi program terkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah provinsi Sumatera
Utara, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan dan Papua. Untuk jelasnya gambaran pelaksanaan advokasi
program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana menurut
provinsi dapat dilihat pada lampiran 15.
D. Sumber Daya Manusia 1. Jumlah dan Jenis Tenaga
Sumber daya manusia pada pegelolaan program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana mempunyai arti yang cukup penting. Gambaran
tingkat pendidikan formal tenaga yang biasa bekerja pada program
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana pada dinas kesehatan provinsi
cukup bervariasi, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga jenjang pendidikan S2.
Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal
tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana sebagian besar (36,6%) adalah berpendidikan S1/D4. Untuk
jelasnya proporsi tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada grafik 11 berikut.
Grafik 11 Proporsi Tenaga Kesehatan Provinsi yang Bekerja pada Program
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Tingkat Pendidikan Formal
2 (0,4%) 22 (4,5%)
120 (24,6)%
90 (18,5)%
178 (36,6%)
75 (15,4%)
SD SLTP SLTA D3 D4/S1 S2
Dari grafik di atas tampak bahwa ada 15,4% tenaga kesehatan yang bekerja
pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di dinas
kesehatan provinsi dengan tingkat pendidikan S2. Akan tetapi masih ada 4,9%
tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana dengan tingkat pendidikan SD hingga SLTP.
Dari hasil pengumpulan data tampak masih ada 6 provinsi yang memiliki tenaga
kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana dengan tingkat pendidikan formal SD dan SLTP yaitu provinsi Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat dan
Kalimantan Selatan. Dengan jumlah terbanyak berada di provinsi Nusa Tenggara
Barat (14 orang berpendidikan SLTP). Selain itu ada 7 provinsi yang tidak
memiliki tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana dengan latarbelakang pendidikan formal S2 yaitu
provinsi Bangka Belitung, Banten, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Barat, Maluku dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tingkat pendidikan
formal tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana di dinas kesehatan provinsi dapat dilihat pada lampiran
16.
Dari hasil pengumpulan data tampak pula ada 10 provinsi yang merasa tidak
membutuhkan tambahan tenaga kesehatan untuk dipekerjakan pada pengelolaan
program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di dinas kesehatan
provinsi, yaitu provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Barat. Untuk jelasnya gambaran kebutuhan tenaga untuk dipekerjakan
pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat
pada lampiran 17.
2. Pengembangan Tenaga
Dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan yang bekerja
dalam pengelolaan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di
lingkungan dinas kesehatan provinsi perlu adanya pelatihan-pelatihan teknis
maupun manajemen. Departemen Kesehatan melalui koordinasi Pusat
Penanggulangan Krisis telah menyelenggarakan beberapa pelatihan manajemen
maupun teknis bagi tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan dinas
kesehatan provinsi dan kabupaten/kota. Pelatihan-pelatihan tersebut antara lain :
ATLS, ACLS, Emergency Nursing, Evakuasi Koban di Perairan (Penggunaan
Perahu Karet), Operasional Penunjang, Manajemen Bencana Bidang Kesehatan
dan lain-lain.
Dari hasil pengumpulan data ternyata tidak semua tenaga kesehatan yang
berada di dinas kesehatan provinsi yang pernah mengikuti pelatihan-pelatihan
dan saat ini masih bekerja terkait dengan program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan yang
pernah mengikuti pelatihan dan masih bertugas menurut jenis pelatihan dapat
dilihat pada grafik 12 berikut.
Grafik 12 Gambaran Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi yang Pernah
Mengikuti Pelatihan dan Masih Bekerja Menurut Jenis Pelatihan Pada Tahun 2008
48
71
44
7
45
81
69
28
87
115
40
80
70
77
55
65
93
44
7
45
89
81
28
88
136
48
92
87
90
75
0 20 40 60 80 100 120 140 160
ACLS
ATLS
BTLS
BLS
PPGD
Emergency Nursing
Perahu Karet
Operasional Sarana Penunjang
RS Lapangan
Manajemen Bencana
Manajemen Obat dan Logistik
RHA
Rencana Kontinjensi
Pengelolaan Data dan Informasi
Radio Komunikasi
Pernah DilatihMasih Bekerja
Jumlah Tenaga
Dari grafik di atas tampak bahwa hanya tenaga kesehatan yang pernah
mengikuti pelatihan operasional sarana penunjang, PPGD, BLS dan BTLS yang
jumlah pernah dilatihnya masih sama dengan jumlah yang masih bekerja.
Sedangkan untuk jenis pelatihan lainnya, jumlah tenaga kesehatan yang masih
bekerja jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang dilatih.
Dari hasil pengumpulan data diketahui bahwa ada 2 dinas kesehatan provinsi
yang tenaga kesehatannya pernah dilatih ACLS tapi saat ini sudah tidak bekerja
lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
yaitu provinsi Bengkulu dan Kalimantan Tengah. Selain itu ada 17 dinas
kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih
ACLS yaitu provinsi Kepulauan Riau, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya
gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah
dilatih ACLS dapat dilihat pada lampiran 18.
Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 2 dinas kesehatan provinsi yang
tenaga kesehatannya pernah dilatih ATLS tapi saat ini sudah tidak bekerja lagi
terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu
provinsi Bengkulu dan Jawa Tengah. Selain itu ada 16 dinas kesehatan provinsi
yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih ACLS yaitu provinsi
Riau, Kepulauan Riau, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua
Barat dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan
dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih ATLS dapat dilihat pada lampiran
19.
Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa hanya ada di 7 dinas kesehatan
provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih BTLS dan semuanya masih
aktif bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara dan Papua. Untuk jelasnya
gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah
dilatih BTLS dapat dilihat pada lampiran 2.0
Dari hasil pengumpulan data terlihat bahwa hanya ada di 1 dinas kesehatan
provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih BLS dan semuanya masih aktif
bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yaitu provinsi Bali. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di
lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih BLS dapat dilihat pada
lampiran 21.
Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa hanya ada di 10 dinas kesehatan
provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih PPGD dan semuanya masih
aktif bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,Sumatera Barat, Lampung,
Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat dan
Kalimantan Barat. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan
dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih PPGD dapat dilihat pada lampiran
22.
Dari hasil pengumpulan data
tampak bahwa ada 1 dinas
kesehatan provinsi yang tenaga
kesehatannya pernah dilatih
Emergency Nursing tapi saat ini
sudah tidak bekerja lagi terkait
dengan program penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana
yaitu provinsi Jawa Tengah.
Selain itu ada 16 dinas kesehatan
provinsi yang belum memiliki
tenaga kesehatan yang pernah
dilatih Emergency Nursing yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya
gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah
dilatih Emergency Nursing dapat dilihat pada lampiran 23.
Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 3 dinas kesehatan provinsi yang
tenaga kesehatannya pernah dilatih Pelatihan Evakuasi Korban di Perairan
(Operasional Perahu Karet) tapi saat ini sudah tidak bekerja lagi terkait dengan
program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi
Kepulauan Riau, Lampung dan Kalimantan Tengah. Selain itu ada 6 dinas
kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih
Pelatihan Evakuasi Korban di Perairan (Operasional Perahu Karet) yaitu provinsi
Bangka Belitung, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur,
Maluku Utara dan Maluku. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di
lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Pelatihan Evakuasi
Korban di Perairan (Operasional Perahu Karet) dapat dilihat pada lampiran 24.
Dari hasil pengumpulan data terlihat bahwa hanya ada di 11 dinas kesehatan
provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Operasional Sarana Penunjang
dan semuanya masih aktif bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Papua. Untuk jelasnya gambaran
tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih
Operasional Sarana Penunjang dapat dilihat pada lampiran 25.
Dari hasil pengumpulan data juga
terlihat bahwa hanya ada di 9 dinas
kesehatan provinsi yang tenaga
kesehatannya pernah dilatih
Operasional Rumah Sakit Lapangan dan
masih aktif bekerja terkait dengan
program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yaitu
provinsi Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran tenaga
kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih
Operasional Rumah Sakit Lapangan dapat dilihat pada lampiran 26.
Dari hasil pengumpulan data juga terlihat bahwa ada di 3 dinas kesehatan
provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Manajemen Bencana Bidang
Kesehatan dan sekarang tidak aktif lagi bekerja terkait dengan program
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Jambi,
Kalimantan Tengah dan Sulawesi Barat. Untuk jelasnya gambaran tenaga
kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Manajemen
Bencana Bidang Kesehatan dapat dilihat pada lampiran 27.
Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 3 dinas kesehatan provinsi yang
tenaga kesehatannya pernah dilatih Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan tapi
saat ini sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Lampung, Kalimantan Tengah dan
Sulawesi Selatan. Selain itu ada 13 dinas kesehatan provinsi yang belum memiliki
tenaga kesehatan yang pernah dilatih Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan
yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan
Riau, Bengkulu, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua Barat. Untuk jelasnya
gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah
dilatih Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan dapat dilihat pada lampiran 28.
Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 1 dinas kesehatan provinsi yang
tenaga kesehatannya pernah dilatih RHA (Rapid Health Assessment) tapi saat ini
sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu ada 12
dinas kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah
dilatih RHA yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Jambi, Bangka
Belitung, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya gambaran
tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih
RHA dapat dilihat pada lampiran 29.
Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 4 dinas kesehatan provinsi yang
tenaga kesehatannya pernah dilatih Penyusunan Rencana Kontinjensi tapi saat ini
sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Bengkulu, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Barat dan Sulawesi Selatan. Selain itu ada 9 dinas kesehatan provinsi yang belum
memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih Penyusunan Rencana Kontinjensi
yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Bangka Belitung,
Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah
dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan
dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Penyusunan Rencana Kontinjensi
dapat dilihat pada lampiran 30.
Dari hasil pengumpulan data juga terlihat bahwa ada di 9 dinas kesehatan
provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Pengelolaan Data dan
Informasi dan ada beberapa diantaranya sekarang tidak aktif lagi bekerja terkait
dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Banten, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Untuk jelasnya
gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah
dilatih Pengelolaan Data dan Informasi dapat dilihat pada lampiran 31.
Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 3 dinas kesehatan provinsi yang
tenaga kesehatannya pernah dilatih Operasional Radio Komunikasi tapi saat ini
sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Bengkulu, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan. Selain itu ada 8 dinas kesehatan provinsi yang belum
memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih Operasional Radio Komunikasi
yaitu provinsi Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya
gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah
dilatih Operasional Radio Komunikasi dapat dilihat pada lampiran 32.
Pada profil ini juga memberikan gambaran tentang pelaksanaan kegiatan
pelatihan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang
dilakukan sepanjang tahun 2008 oleh dinas kesehatan provinsi. Dari hasil
pengumpulan data menunjukkan ada 14 provinsi atau 42,4% dari total provinsi
yang tidak menyelenggarakan kegiatan pelatihan terkait penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Untuk jelasnya gambaran proporsi dinas kesehatan
provinsi menurut pelaksanaan pelatihan terkait penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana dapat dilihat pada grafik 13 berikut.
Grafik 13
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Pelaksanaan Pelatihan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
14 (42,4%)
19 (57,6%)
Tidak Melakukan Melakukan
14 provinsi yang tidak melakukan kegiatan pelatihan terkait penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana selama tahun 2008 adalah provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua Barat. Untuk
jelasnya gambaran pelaksanaan pelatihan terkait penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran 33.
Selain gambaran pelaksanaan pelatihan, pada profil ini juga memberikan
gambaran tentang kegiatan Gladi yang pernah diselenggarakan/diikuti oleh dinas
kesehatan provinsi sampai dengan tahun 2008. dari hasil pengumpulan data
menunjukkan bahwa ada 9 provinsi atau 270,3% dari total provinsi yang belum
pernah menyelenggarakan/mengikuti gladi terkait penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana Untuk jelasnya gambaran proporsi dinas kesehatan
provinsi yang pernah menyelenggarakan/mengikuti gladi terkait penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 14 berikut.
Grafik 14
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Gladi yang Pernah Diselenggarakan/Diikuti Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan
Akibat Bencana
24 (72,7%)
9 (27,3%)
Belum Pernah Sudah Pernah
9 dinas kesehatan provinsi yang belum pernah menyelenggarakan/mengikuti
kegiatan gladi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Untuk
jelasnya gambaran gladi yang pernah diselenggarakan/diikuti oleh dinas
kesehatan provinsi dapat dilihat pada lampiran 34.
E. Sarana Kesehatan
Berbagai kejadian bencana yang terjadi dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir ini semakin meningkat yang tentunya memerlukan upaya
penanggulangan yang cepat. Salah satu upaya yang diperlukan adalah penyiapan
sarana kesehatan yang memadai yang diharapkan akan dapat mengurangi risiko
terjadi krisis kesehatan. Dari hasil pengumpulan data diperoleh informasi
berbagai sarana yaitu sarana transportasi, komunikasi dan informasi, sarana
penunjang, buffer stock obat, alat dan bahan lain serta buffer stock kelengkapan
petugas lapangan.
1. Sarana Transportasi
Berbagai sarana
transportasi yang sangat
diperlukan sebagai alat
angkutan pada saat
bencana baik untuk
mengevakuasi korban,
pelayanan kesehatan
maupun angkutan logistik.
Dari hasil pengumpulan
data dari seluruh Provinsi
diperoleh gambaran sarana transportasi yang dimiliki dan dioperasionalkan untuk
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana oleh dinas kesehatan provinsi
meliputi sarana ambulans, kendaraan operasional roda 4, kendaraan operasional
bak terbuka, mobil klinik, kendaraan operasional roda 3, sepeda motor, perahu
karet dan speedboat.
Untuk sarana ambulans yang dapat dioperasionalkan dalam penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana ternyata tidak semua dinas kesehatan provinsi
memilikinya. Ada 3 provinsi atau 9,1% dari total provinsi yang tidak memiliki
sarana ambulans yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung dan
Kalimantan Tengah. Sedangkan untuk kendaraan operasional roda 4 seluruh
dinas kesehatan provinsi memilikinya. Untuk kendaraan bak terbuka hanya 13
provinsi saja atau 39,4% dari total provinsi yang memilikinya yaitu provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua. Untuk mobil klinik
juga hanya 10 provinsi saja atau 30,3% dari total provinsi yang memilikinya yaitu
provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi
Selatan. Agar jelasnya tentang gambaran kepemilikan kendaraan yang dapat
dioperasionalkan pada penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
dilihat pada grafik 15 berikut ini.
Grafik 15 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan
Kepemilikan Sarana Transportasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Dari grafik 15 di atas tampak bahwa dinas kesehatan provinsi yang memiliki
kendaraan operasional roda 3 yang dapat dioperasional untuk penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana ada 10 provinsi atau 30,3% dari total provinsi
yang ada. Adapun provinsi yang dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Papua. Sedangkan gambaran
dinas kesehatan provinsi yang tidak memiliki sepeda motor yang dapat
3(9,1%)
30 (90,9%)
33 (100%)
0
13 (39,4%)
20 (60,6%)
10 (30,3%)
23 (69,7%)
10 (30,3%)
23 (69,7%)
18 (54,5%)
15 (45,5%)
22 (66,7%)
11 (33,3%)
2 (6,1%)
31 (93,9%)
0
5
10
15
20
25
30
35
Ambulans
Operasi
onal R
4Bak
Terbuka
Mobil Klini
kOper
asiona
l R3
Sepeda
Motor
Perahu
Karet
Speedbo
at
Memiliki Tidak memiliki
dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
ternyata ada 15 dinas kesehatan provinsi atau 45,5% dari total provinsi. Adapun
provinsi yang dimaksud adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka
Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan
Papua. Sedangkan provinsi yang paling banyak memiliki sepeda motor yang
dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
adalah provinsi DKI Jakarta yaitu sebanyak 11 unit.
Dari grafik 15 diatas tampak pula ada 11 dinas Kesehatan provinsi atau 33,3%
dari total provinsi yang tidak memiliki sarana perahu karet yang dapat
dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Adapun
provinsi tersebut adalah provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Sedangkan provinsi yang
paling banyak memiliki sarana perahu karet adalah provinsi Sumatera Utara dan
Jawa Tengah yaitu masing-masing 10 unit. Selain itu dari grafik 15 terlihat pula
hanya ada 2 dinas kesehatan provinsi atau 6,1% dari total provinsi yang memiliki
speedboat yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana. Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Sulawesi Selatan dan
Maluku. Agar jelasnya tentang gambaran sarana transportasi yang dimiliki dinas
kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 35 dan 36.
2. Sarana Komunikasi dan Informasi
Dalam rangka upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana perlu
dukungan sarana komunikasi dan informasi yang baik yang dapat menunjang
tersedianya informasi yang cepat, tepat dan akurat dari daerah ke pusat ataupun
sebaliknya. Dari hasil pengumpulan data diperoleh gambaran sarana komunikasi
yang dimiliki dinas kesehatan propinsi dan dapat dioperasionalkan untuk
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana antara lain telepon, faksimili,
SSB, HT/RIG dan handphone satelit. Sedangkan sarana untuk pengelolaan
informasi yang dimiliki antara lain televisi, kamera, LCD proyektor, PC Komputer,
Laptop, Scanner dan handycam.
Untuk sarana telepon dan faksimili seluruh dinas kesehatan provinsi memiliki dan
dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Sedangkan untuk handphone tidak ada satupun dinas kesehatan provinsi yang
memiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana. Handphone yang digunakan umumnya adalah milik pribadi dari
masing-masing petugas kesehatan yang ada (bukan inventaris kantor). Untuk
jelasnya tentang gambaran kepemilikan sarana komunikasi yang dapat
dioperasionalkan pada penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
dilihat pada grafik 16 berikut ini.
Grafik 16
Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Sarana Komunikasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Dari grafik 16 diatas tampak hanya ada 12 dinas Kesehatan provinsi atau 36,4%
dari total provinsi, yang memiliki sarana SSB yang dapat dioperasionalkan untuk
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi tersebut
adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera
Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
33 (100%)
0
33 (100%)
0
12( 36,4%)
21 (63,6%)
23 (69,7)
10 (30,3%)
0
33 (100%)
9 (27,3%)
24 (72,7%)
0
5
10
15
20
25
30
35
Telepon
Faksimili
SSB
HT/RIG
Handpho
neHand
phone
Satelit
Memiliki Tidak memiliki
Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Papua. Sedangkan
provinsi yang paling banyak memiliki sarana SSB adalah provinsi Papua yaitu 3
unit. Selain itu untuk sarana HT/RIG tampak hanya ada 10 dinas kesehatan
provinsi atau 30,3% dari total provinsi, yang tidak memiliki sarana HT/RIG yang
dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau,
Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Sedangkan provinsi yang
paling banyak memiliki sarana HT/RIG adalah provinsi DKI Jakarta yaitu 246 unit.
Dari grafik 16 di atas tampak pula bahwa hanya ada 9 dinas kesehatan provinsi
atau 27,3% dari total provinsi, yang memiliki handphone satelit dan dapat
dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku
dan Papua. Agar jelasnya tentang gambaran sarana komunikasi yang dimiliki
dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 37.
Dari hasil pengumpulan data menunjukkan ada 8 provinsi yang dinas
kesehatannya tidak memiliki satupun sarana informasi (televisi, kamera, LCD
proyektor, PC komputer, laptop, scanner dan handycam) yaitu provinsi Sumatera
Barat, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi
Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat.
Untuk sarana televisi yang dapat dioperasionalkan dalam penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana ternyata tidak semua dinas kesehatan provinsi
memilikinya. Ada 13 dinas kesehatan provinsi saja atau 39,4% dari total provinsi,
yang memiliki televisi dan dapat digunakan dalam penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi
Selatan dan Papua. Sedangkan untuk kamera hanya 10 provinsi saja atau 30,3%
dari total provinsi yang memilikinya yaitu provinsi Sumatera Utara, Kepulauan
Riau, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Selatan dan Papua.
Untuk sarana LCD proyektor yang dapat dioperasionalkan dalam penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana ternyata tidak semua dinas kesehatan provinsi
memilikinya. Ada 13 dinas kesehatan provinsi saja atau 39,4% dari total provinsi,
yang memiliki LCD proyektor dan dapat digunakan dalam penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan dan Maluku. Untuk jelasnya tentang gambaran kepemilikan sarana
informasi yang dapat dioperasionalkan pada penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana dapat dilihat pada grafik 17 berikut.
Grafik 17
Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Sarana Informasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Dari grafik 17 di atas tampak bahwa ada 13 dinas kesehatan provinsi atau 39,4%
dari total provinsi, yang tidak memiliki PC komputer untuk operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud
adalah provinsi Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung,
13 (39,4%)
20 (60,6%)
10 (30,3%)
23 (69,7%)
13 (39,4%)
20 (60,6%)
20 (60,6%)
13 (39,4%)
17 (51,5%)
16 (48,5%)
4 (12,1%)
29 (87,9%)
6 (18,2%)
27 (81,8%)
0
5
10
15
20
25
30
35
Televis
i
Kamera
LCD Proy
ektor
PC komput
er
Laptop
Scanner
Handycam
Memiliki Tidak memiliki
Lampung, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo,
Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat. Selain itu ada
16 dinas kesehatan provinsi atau 48,54% dari total provinsi, yang tidak memiliki
laptop untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Barat, Kepulauan Riau,
Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat.
Dari grafik 17 tampak pula bahwa hanya ada 4 dinas kesehatan provinsi atau
12,1% dari total provinsi, yang memiliki scanner untuk operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud
adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Kalimantan Selatan. Sedangkan
untuk alat handycam hanya ada 16 dinas kesehatan provinsi atau 18,2% dari
total provinsi, yang memiliki handycam untuk operasional penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera
Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan
dan Sulawesi Selatan. Agar jelasnya tentang gambaran sarana informasi yang
dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 38.
3. Sarana Penunjang
Adanya sarana penunjang sangat membantu dalam penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencana. Dari
hasil pengumpulan data terlihat ada beberapa jenis sarana penunjang yang
dimiliki antara lain tenda, genset, velbed, motor tempel dan tandu. Untuk tenda
semua dinas kesehatan provinsi telah memilikinya. Sedangkan untuk genset
ternyata ada 17 provinsi atau 51,5% dari total provinsi, yang belum memiliki
sarana genset yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau,
Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi
Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Untuk
jelasnya tentang gambaran kepemilikan sarana penunjang yang dapat
dioperasionalkan pada penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
dilihat pada grafik 18 berikut.
Grafik 18 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan
Kepemilikan Sarana Penunjang yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
33 (100%)
0
16 (48,5%)
17 (51,5%)
16 (48,5%)
17 (51,5%)
21 (63,6%)
12 (36,4%)
3 (9,1%)
30 (90,9%)
0
5
10
15
20
25
30
35
Tenda
Genset
Velbed
Motor T
empel
Tandu
Memiliki Tidak memiliki
Dari grafik 18 di atas tampak bahwa ada 17 dinas kesehatan provinsi atau 51,5%
dari total provinsi, yang tidak memiliki velbed yang dapat digunakan untuk
operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi
dimaksud adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung,
Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Selain itu ada
12 dinas kesehatan provinsi atau 36,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki
motor tempel yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Kepulauan
Riau, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua
Barat. Sedangkan untuk alat tandu ternyata hanya ada 3 provinsi atau 9,1% dari
total provinsi, yang memiliki sarana tandu yang dapat digunakan dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud
adalah provinsi Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Bali. Agar jelasnya tentang
gambaran sarana penunjang yang dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat
dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
dilihat pada lampiran 39.
4. Buffer Stock Obat, Alat dan Bahan Lain
Adanya buffer stock obat, alat dan bahan lain juga sangat membantu dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, khususnya pada saat tanggap
darurat bencana. Dari hasil pengumpulan data terlihat hanya ada 2 dinas
kesehatan provinsi atau 6,1% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock
obat yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana. Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Kalimantan Tengah dan Papua
Barat. Sedangkan untuk MP-ASI
ternyata ada 12 provinsi atau
36,4% dari total provinsi, yang
tidak memiliki buffer stock MP-ASI
yang dapat digunakan dalam
penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana. Adapun provinsi
dimaksud adalah provinsi Sumatera
Selatan, Bangka Belitung,
Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Papua. Untuk jelasnya tentang
gambaran kepemilikan buffer stock obat, MP-ASI dan alat kesehatan lain yang
dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
dilihat pada grafik 19 berikut.
Grafik 19 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan
Kepemilikan Buffer Stock Obat, MP-ASI, dan Alat Kesehatan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana
31 (93,9%)
2 (6,1%)
21 (63,6%)
12 (36,4%)
20 (60,6%)
13 (39,4%)
19 (57,6%)
14 (42,4%)
05
101520253035
Obat da
n Baha
n Habi
s Paka
i
MP-ASIEmerg
ency K
itTabu
ng Oksi
gen
Memiliki Tidak memiliki
Dari grafik 19 di atas tampak bahwa ada 13 dinas kesehatan provinsi atau 39,4%
dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock alat emergency kit yang dapat
digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau,
Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Maluku Utara dan Papua Barat. Selain itu ada 14 dinas kesehatan provinsi atau
42,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock tabung oksigen yang
dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Riau, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua Barat. Agar jelasnya tentang gambaran
buffer stock obat, MP-ASI dan alat kesehatan yang dimiliki dinas kesehatan
provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 40.
Untuk bahan dan alat sanitasi, dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa
tidak adanya buffer stock bahan PAC yang dapat digunakan dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di 12 dinas kesehatan provinsi
atau 36,4% dari total provinsi. Adapun provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi
Tengah, Maluku Utara dan Papua Barat. Untuk alat fogging machine, tampak
bahwa ada 5 dinas kesehatan provinsi atau 15,2% dari total provinsi, yang tidak
memiliki buffer stock fogging machine. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi
Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
Untuk bahan insektisida, tampak bahwa ada 13 dinas kesehatan provinsi atau
39,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock insektisida yang dapat
digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun
provinsi dimaksud adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau, Banten, Jawa Barat,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara dan Papua
Barat. Sedangkan kantong sampah, tampak bahwa hanya ada 14 dinas
kesehatan provinsi atau 42,4% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock
kantong sampah yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Maluku dan Papua.
Untuk kantong jenazah, tampak bahwa masih ada 9 dinas kesehatan provinsi
atau 27,3% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock kantong jenazah
yang dapat digunakan dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana. Adapun provinsi dimaksud
adalah provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, DI Yogyakarta, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua
Barat. Agar jelasnya tentang gambaran
kepemilikan buffer stock bahan dan alat
sanitasi yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana dapat dilihat pada grafik 20 berikut.
Grafik 20 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi yang Dapat
Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Dari grafik 20 di atas tampak bahwa hanya ada 5 dinas kesehatan provinsi atau
15,2% dari total provinsi, yang memiliki repellent lalat yang dapat digunakan
untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun
provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, DKI Jakarta, Bali, Sulawesi
Barat dan Maluku. Selain itu hanya ada 13 dinas kesehatan provinsi atau 39,4%
dari total provinsi, yang memiliki buffer stock mist blower yang dapat digunakan
untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun
provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka
Belitung, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku
dan Papua.
Dari grafik 20 di atas tampak pula bahwa ada 15 dinas kesehatan provinsi atau
45,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki water purifier yang dapat
digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Barat, DI
21 (63,6%)
12 (36,4%)
28 (84,8%)
15 (15,2%)
20 (60,6%)
13 (39,4%)
14 (42,4% )
19 (57,6%)
24 (72,7%)
9 (27,3% )
5 (15,2%)
28 (84,8%)20 (60,6%)
13 (39,4%)
15 (45,4%)
18 (54,6%)
14 (42,4%)
19 (57,6%)
32 (97%)
1 (3% )
0
5
10
15
20
25
30
35
PACFogging Machine
InsektisidaKantong Sampah
Kantong MayatRepellent Lalat
Mist BlowerWater Purifier Kaporit
WC Kimia
Tidak memiliki Memiliki
Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Selain itu ada 14 dinas
kesehatan provinsi atau 42,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer
stock kaporit yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera
Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan Papua Barat. Sedangkan untuk
alat WC kimia hanya ada 1 dinas kesehatan provinsi (3% dari total provinsi) yang
memiliki sebagai buffer stock yang dapat digunakan untuk operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Agar jelasnya tentang
gambaran buffer stock bahan dan alat sanitasi yang dimiliki dinas kesehatan
provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 41.
5. Buffer Stock Alat Pelindung Diri dan Identitas Petugas Lapangan
Adanya buffer stock alat pelindung diri dan identitas petugas lapangan
merupakan sarana yang cukup penting bagi pelaksanaan operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, khususnya pada saat tanggap
darurat bencana. Dari hasil pengumpulan data terlihat ada 14 dinas kesehatan
provinsi atau 42,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock masker
yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Bengkulu, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat. Sedangkan untuk helm ternyata hanya
ada 7 dinas kesehatan provinsi atau 21,2% dari total provinsi, yang memiliki
buffer stock helm yang dapat digunakan dalam operasional penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi DKI
Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya tentang gambaran
kepemilikan buffer stock alat pelindung diri yang dapat digunakan dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 21
berikut.
Grafik 21 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan
Kepemilikan Buffer Stock Alat Pelindung Diri yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
19 (57,6%)
14 (42,4%)
7 (21,2%)
26 (78,8%)
16 (48,5%)
17 (51,5%)
16 (48,5%)
17 (51,5%)
4 (12,1%)
29 (87,9%)
0
5
10
15
20
25
30
35
Masker
Helm
Sarung
Tangan
Sepatu B
oot
Jas Huja
n
Ada Tidak Ada
Dari grafik 21 di atas tampak bahwa ada 16 dinas kesehatan provinsi atau 48,5%
dari total provinsi, yang memiliki buffer stock sarung tangan yang dapat
digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. Demikian pula halnya
dengan sepatu boot, dari hasil pengumpulan data menunjukkan ada 16 dinas
kesehatan provinsi atau 48,5% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock
sepatu boot yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta,
Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Maluku.
Sedangkan untuk jas hujan, tampak bahwa hanya ada 4 dinas kesehatan provinsi
atau 12,1% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock jas hujan yang dapat
digunakan untuk
operasional
penanggulangan krisis
kesehatan akibat
bencana. Adapun
provinsi tersebut adalah
provinsi Sumatera
Barat, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Barat
dan Sulawesi Selatan.
Agar jelasnya tentang gambaran buffer stock alat pelindung diri yang dimiliki
dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 42.
Untuk buffer stock identitas petugas lapangan, dari hasil pengumpulan data
menunjukkan bahwa hanya 10 dinas kesehatan provinsi atau 30,3% dari total
provinsi, yang memiliki buffer stock jaket yang dapat digunakan dalam
operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi-
provinsi tersebut adalah provinsi Sumatera Utara, Bangka Belitung, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Selatan dan Papua. Untuk tanda pengenal petugas, tampak bahwa
ada 5 dinas kesehatan provinsi atau 15,2% dari total provinsi, yang memiliki
buffer stock tanda pengenal petugas. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi
Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat dan Papua.
Sedangkan untuk rompi petugas, tampak pula masih ada 14 dinas kesehatan
provinsi atau 42,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock rompi
petugas. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,
Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Untuk jelasnya tentang gambaran
kepemilikan buffer stock identitas petugas lapangan yang dapat digunakan dalam
operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada
grafik 22 berikut.
Grafik 22 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan
Kepemilikan Buffer Stock Identitas Petugas Lapangan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
10 (30,3%)
23 (69,7%)
5 (15,2%)
28 (84,8%)
19 (57,6%)
14 (42,4%)
8 (24,2%)
25 (75,8%)
8 (24,2%)
25(75,8%)
18 (54,5%)
15 (45,5%)
0
5
10
15
20
25
30
35
JaketTanda Pengenal Rompi
Seragam Tim KesehatanTopi Lapangan
Spanduk
Ada Tidak Ada
Dari grafik 22 di atas tampak bahwa hanya ada 8 dinas kesehatan provinsi atau
24,2% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock seragam tim kesehatan
yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Tengah
dan Maluku. Demikian pula halnya dengan topi lapangan petugas, dari hasil
pengumpulan data menunjukkan hanya ada 8 dinas kesehatan provinsi atau
24,2% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock topi lapangan petugas yang
dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat
dan Papua. Sedangkan untuk spanduk, tampak bahwa ada 15 dinas kesehatan
provinsi atau 45,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock spanduk
yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana. Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat,
DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat.
Agar jelasnya tentang gambaran buffer stock identitas petugas lapangan yang
dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 43.
F. Pembiayaan Pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana tentunya
memerlukan dukungan pembiayaan. Sumber pembiayaan bagi dinas kesehatan
provinsi dapat berasal dari APBN, APBD, maupun sumber dana lain. Dari hasil
pengumpulan data menunjukkan adanya dinas kesehatan provinsi yang tidak
memiliki sumber
pembiayaan untuk
operasional
penanggulangan krisis
kesehatan akibat
bencana pada tahun
2008. Ada 7 dinas
kesehatan provinsi atau
21,2% dari total provinsi,
yang tidak memiliki
sumber pembiayaan
untuk operasional
penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Kepulauan
Riau, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku
dan Papua Barat. Untuk jelasnya tentang proporsi kepemilikan sumber
pembiayaan yang dapat digunakan dalam operasional penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana pada tahun 2008 dapat dilihat pada grafik 23 berikut.
Grafik 23 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Sumber Pembiayaan
yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
1 (3%)
7 (21,2%)3 (9,1%)
6 (18,2%)
16 (48,5%)
Tidak ada APBN APBD APBD dan APBN APBD, APBN dan Sumber lain
Dari grafik 23 di atas bahwa ada 16 dinas kesehatan provinsi atau 48,5% dari
total provinsi, yang memiliki sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk
operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana hanya berasal dari
APBD. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Papua. Agar jelasnya tentang
gambaran sumber pembiayaan yang dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat
dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
dilihat pada lampiran 44.
Dari hasil pengumpulan data juga terlihat jenis-jenis kegiatan penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana yang dilakukan dinas kesehatan provinsi dan
mendapatkan sumber biaya. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain pertemuan,
pelatihan, operasional tim penanggulangan dan lain-lain. Untuk jelasnya
mengenai gambaran kegiatan dinas kesehatan provinsi yang mendapatkan
sumber biaya pada tahun 2008 dapat dilihat pada lampiran 45.
BAB IV GAMBARAN UPAYA TANGGAP DARURAT DAN PEMULIHAN
A. Mobilisasi Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Pengelolaan Bantuan Kesehatan
Upaya penanganan tanggap darurat tentunya memerlukan respons yang cepat.
Pada pengumpulan data kali ini dikumpulkan pula informasi tetang tindakan
pertama kali yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi bila diketahui ada
informasi kejadian bencana di wilayah kerja. Tindakan pertama yang dilakukan
masing-masing provinsi berbeda antara lain menunggu instruksi kepala dinas
kesehatan, langsung menugaskan tim ke lapangan, melakukan pertemuan lintas
program dan lain-lain. Untuk jelasnya gambaran tindakan yang dilakukan
pertama kali dinas kesehatan provinsi bila ada informasi kejadian bencana dapat
dilihat pada grafik 24 berikut.
Grafik 24 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Tindakan Pertama
yang Dilakukan Ketika Informasi Bencana Diketahui
1 (3%)3 (9,1%)
5 (15,2%)10 (30,3%)
14 (42,4%)
Menunggu instruksi KadinkesLangsung menugaskan tim ke lapanganMelakukan pertemuan lintas programMenugaskan tim ke lapangan dan mengirimkan bantuan saranaMelakukan pertemuan lintas program dan lintas sektor
Dari grafik 24 di atas tampak bahwa ada 10 dinas kesehatan provinsi atau 30,3%
dari total provinsi, yang biasa baru melakukan tindakan menunggu instruksi
kepala dinas bila informasi bencana diketahui. Adapun provinsi dimaksud adalah
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi
Barat dan Papua Barat. Selain itu juga tampak ada 3 provinsi atau 9,1% dari
total provinsi, yang biasa langsung bergerak mengirimkan tim ke lapangan dan
mengirimkan bantuan sarana begitu informasi bencana diketahui. Provinsi
tersebut adalah provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah. Agar
jelasnya tentang gambaran tindakan yang pertama kali dilakukan dinas
kesehatan provinsi bila informasi bencana diketahui dapat dilihat pada lampiran
46.
Dalam upaya penanganan
tanggap darurat bencana
kiranya dibutuhkan tim
kesehatan yang dapat
bergerak cepat begitu
informasi bencana
diketahui. Salah satu tim
tersebut adalah Tim
Reaksi Cepat (TRC)
merupakan salah satu tim
kesehatan yang langsung
bergerak atau yang
pertama kali diturunkan ke lapangan untuk memberikan pelayanan kesehatan
darurat ketika bencana terjadi. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa dari
33 provinsi terdapat 10 provinsi (30,3%) yang tidak memiliki TRC, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Lampung, DI Yogyakarta, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku,
dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran kepemilikan TRC dapat dilihat pada
grafik 25 berikut.
Grafik 25 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan TRC
Penanggulangan Bencana
23 (69,7%)
10 (30,3%)
Memiliki TRC Tidak memiliki TRC
Sementara itu, keanggotaan dari TRC penanggulangan bencana di dinas
kesehatan provinsi dapat berasal dari lintas program maupun lintas sektor. Dari
23 provinsi yang memiliki TRC, terdapat 6 provinsi (26,1% dari total provinsi
yang memiliki TRC) yang keanggotaan TRC nya tidak melibatkan lintas sektor,
yaitu provinsi Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan
Gorontalo.
Jenis tenaga dan jumlah anggota TRC setiap provinsi berbeda-beda. Ada 2
provinsi yang anggota TRC nya tidak melibatkan tenaga dokter umum yaitu
provinsi Bangka Belitung dan DKI Jakarta. Demikian pula sebaliknya ada 1
provinsi yang TRC nya hanya terdiri dari tenaga dokter umum saja yaitu provinsi
Jambi. Agar jelasnya gambaran keanggotaan dari TRC yang ada di dinas
kesehatan provinsi dapat dilihat pada lampiran 47 dan 48.
Kewenangan untuk dapat memobilisasi TRC untuk masing-masing dinas
kesehatan provinsi cukup bervariasi. Dari 23 provinsi yang memiliki TRC ternyata
ada 3 dinas kesehatan provinsi (13,0%) yang kewenangan penggerakan TRC nya
cukup berada di bawah kendali pengelola program saja tanpa harus menunggu
perintah Kepala Dinas Kesehatan, yaitu provinsi Riau, Jambi dan Banten.
Sedangkan kewenangan penggerakan TRC di Provinsi Kalimantan Selatan berada
di bawah kendali Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala UK PKK dan Direktur
RS Ulin Banjarmasin. Untuk jelasnya gambaran kewenangan mobilisasi TRC yang
ada di provinsi dapat dilihat pada lampiran 49.
Berkaitan dengan mobilisasi TRC di setiap provinsi, dari 23 provinsi yang memiliki
TRC tampak bahwa ada 12 provinsi (52,2%) yang melakukan mobilisasi TRC
pada setiap kejadian bencana. Namun demikian ada satu provinsi yang belum
pernah memobilisasi TRC nya yaitu provinsi Kalimantan Tengah, karena timnya
baru dibentuk. Untuk jelasnya gambaran mobilisasi TRC dapat dilihat pada grafik
26 berikut.
Grafik 26 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Mekanisme Mobilisasi
TRC Penanggulangan Bencana
1 (4,3%)
12 (52,2%)10 (43,5%)
Setiap kejadian bencana Kadang-kadang Tidak pernah
12 dinas kesehatan provinsi yang melakukan mobilisasi TRC pada setiap kejadian
bencana adalah provinsi Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran mobilisasi TRC
menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran 50.
Kecepatan TRC dapat secepatnya bekerja di lokasi bencana sangat tergantung
berapa lama waktu yang diperlukan untuk mobilisasinya. Hasil pegumpulan data
menunjukkan bahwa sebagian besar dinas kesehatan provinsi yaitu sebanyak 16
provinsi (72,7%) dapat memobilisasi TRC dalam waktu <24 jam. Untuk jelasnya
gambaran waktu yang diperlukan untuk mobilisasi TRC dapat dilihat pada grafik
27 berikut.
Grafik 27 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Waktu Mobilisasi TRC
Penanggulangan Bencana
1 (4,5%)
5 (22,7%)
16 (72,7%)
<24 jam 1 - 2 hari >2 hari
16 dinas kesehatan provinsi yang melakukan mobilisasi TRC <24 jam adalah
provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi
Selatan. Untuk jelasnya gambaran waktu mobilisasi TRC menurut Provinsi dapat
dilihat pada lampiran 51.
Selain TRC, tim pelayanan kesehatan yang dimobilisasi pada saat tanggap
darurat maupun pemulihan setelah TRC bekerja adalah tim bantuan kesehatan.
Tim ini ditujukan sebagai penguatan pelayanan kesehatan bagi penduduk yang
terkena bencana. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33 provinsi
ada 16 provinsi (48,5%) telah memiliki Tim Bantuan Kesehatan, untuk jelasnya
dapat dilihat grafik 28 berikut.
Grafik 28 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Tim
Bantuan Kesehatan Penanggulangan Bencana
16 (48,5%)
17 (51,5%)
Memiliki tim bantuan kesehatanTidak memiliki tim bantuan kesehatan
16 dinas kesehatan provinsi yang memiliki Tim Bantuan Kesehatan adalah
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Maluku Utara dan Papua. Untuk jelasnya gambaran Tim Bantuan Kesehatan
menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran 52.
Dari 16 provinsi yang memiliki tim bantuan kesehatan, terdapat 4 provinsi
(Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Maluku Utara dan Papua) yang
kewenangan mobilisasi tim bantuan kesehatannya tidak hanya dipegang oleh
Kepala Dinas Kesehatan. Sementara itu untuk provinsi Riau, kewenangan
mobilisasi tim bantuan kesehatan cukup berada di bawah kendali Kepala Sub-
Dinas P2PL saja. Untuk jelasnya gambaran kewenangan mobilisasi tim bantuan
kesehatan yang ada di provinsi dapat dilihat pada lampiran 53.
Berkaitan dengan Tim Bantuan Kesehatan, mekanisme mobilisasinya pada saat
bencana di setiap provinsi berbeda-beda. Dari 33 provinsi ada 22 provinsi
(66,7%) yang memiliki mekanisme bahwa mobilisasi dilakukan atas dasar
permintaan dan hasil analisis penilaian cepat Tim RHA (Rapid Health
Assessment). Namun demikian masih ada 3 provinsi (9,1%) yang mekanisme
mobilisasi Tim Bantuan Kesehatan nya belum diatur, yaitu provinsi Kepulauan
Riau, Bangka Belitung, dan Bengkulu. Untuk jelasnya gambaran mekanisme
mobilisasi Tim Bantuan Kesehatan dapat dilihat pada grafik 29 berikut dan
lampiran 54.
Grafik 29 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Mekanisme Mobilisasi
Tim Bantuan Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana
1 (3%)
7 (21,2%)3 (9,1%)
22 (66,7%)
Sesuai permintaan daerah Hasil analisis Tim RHASesuai permintaan dan hasil analisis Tim RHA Mekanisme belum diatur
Dalam pengelolaan bantuan kesehatan agar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien kiranya perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan. Hasil pengumpulan
data tampak bahwa dari 33 provinsi terdapat 3 provinsi (9,1%) yang dinas
kesehatan provinsinya tidak melakukan pencatatan berkaitan dengan
pengelolaan bantuan kesehatan pada saat kejadian bencana, yaitu provinsi
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Jawa Barat karena sistem pencatatannya
belum diatur. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan
pelaksanaan pencatatan penggelolaan bantuan kesehatan dapat dilihat pada
grafik 30 berikut dan lampiran 55.
Grafik 30 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Pelaksanaan
Pencatatan Pengelolaan Bantuan Kesehatan
30 (90,9%)
3 (9,1%)
Dilakukan pencatatan Tidak dilakukan pencatatan
B. Pelaksanaan Rapid Health Assessment (RHA)
Tim Rapid Health Assessment (RHA) adalah tim yang diturunkan pada saat
tanggap darurat bencana untuk menilai kebutuhan dan permasalahan kesehatan
yang ada di lokasi bencana. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33
provinsi, sebanyak 8 provinsi (24,2%) belum memiliki Tim RHA yang terpisah
dari TRC dan 4 provinsi (12,1%) yang tidak memiliki Tim RHA sama sekali yaitu
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, dan Papua
Barat. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan
kepemilikan Tim RHA dapat dilihat pada grafik 31 berikut.
Grafik 31 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Tim RHA
4 (12,1%)
8 (24,2%)
21 (63,6%)
Memiliki Tim RHA terpisah dari TRC Tim RHA bagian dari TRC Tidak memiliki Tim RHA
]Jenis tenaga yang menjadi anggota Tim RHA masing-masing provinsi berbeda-
beda, secara umum tenaga yang ada terdiri dari dokter, epidemiolog/tenaga
surveilans dan sanitarian. Namun demikian ada satu provinsi yang anggota Tim
RHA nya tidak ada tenaga dokternya yaitu provinsi Sulawesi Tengah. Untuk
jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan kepemilikan Tim RHA
dan jenis tenaganya dapat dilihat pada lampiran 56.
Dari 21 provinsi yang memiliki Tim RHA, terdapat 3 provinsi (Jawa Barat,
Sulawesi Tengah dan Papua) yang kewenangan mobilisasinya tidak hanya berada
pada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Untuk provinsi Jawa Barat kewenangan
mobilisasi juga dipegang oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, di Sulawesi
Tengah oleh Kepala Bidang Pengendali Masalah Kesehatan, dan di Papua oleh
Koordinator HCC. Sedangkan kewenangan mobilisasi tim RHA pada provinsi Riau
cukup dipegang oleh Kepala Sub Dinas P2PL. Untuk jelasnya gambaran
kewenangan untuk memobilisasi Tim RHA dari masing-masing provinsi dapat
dilihat pada lampiran 57.
Berkaitan dengan pelaksanaan RHA, dari 33 provinsi tampak bahwa ada 13
provinsi (39,4%) yang hanya kadang-kadang melaksanakan RHA pada saat
kejadian bencana. Yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Sumatera
Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat.
Selain itu ada satu provinsi yang belum pernah melakukan RHA pada saat
kejadian bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau. Untuk jelasnya gambaran
pelaksanaan RHA dapat dilihat pada grafik 32 berikut dan lampiran 58.
Grafik 32 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Pelaksanaan RHA
Pada Saat Kejadian Bencana
1 (3%)
13 (39,4%)
19 (57,6%)
Selalu dilakukan Kadang-kadang Tidak pernah
Dari 32 provinsi yang telah melaksanakan RHA ketika bencana terjadi, diketahui
ada 23 provinsi (71,9%) yang pelaksanaannya dilakukan oleh Tim RHA dan ada 9
provinsi (28,1%) dilakukan bukan oleh Tim RHA. Provinsi yang pelaksanaannya
tidak dilakukan oleh Tim RHA adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Untuk jelasnya
gambaran pelaksana RHA dapat dilihat pada grafik 33 berikut dan lampiran 59.
Grafik 33 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Pelaksana RHA
Pada Saat Kejadian Bencana
23 (71,9%)
9 (28,1%)
Tim RHA Bukan Tim RHA
Terkait dengan pelaksanaan RHA dan keberadaan Tim RHA, dari hasil
pengumpulan data tampak bahwa ada provinsi yang telah memiliki Tim RHA
akan tetapi dalam pelaksanaan RHA pada saat kejadian bencana tidak dilakukan
oleh Tim RHA yang ada. Adapun provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi
Sumatera Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan dan Sulawesi Tengah.
C. Evaluasi
Untuk mengkaji efisiesi dan efektifitas upaya penanggulangan krisis kesehatan
pada setiap kejadian bencana diperlukan suatu evaluasi. Hasil pengumpulan data
menunjukkan bahwa dari 33 provinsi ada 7 provinsi (21,2%) yang belum pernah
melakukan evaluasi upaya tanggap darurat. Dinas kesehatan yang belum pernah
melakukan evaluasi tanggap darurat adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat dan Kalimantan
Tengah. Untuk jelasnya gambaran pelaksanaan evaluasi tanggap darurat masing-
masing provinsi dapat dilihat pada grafik 34 berikut dan lampiran 60.
Grafik 34 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Pelaksanaan
Evaluasi Tanggap Darurat Pada Saat Kejadian Bencana
20 (60.6%)
7 (21,2%)
6 (18.2%)
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
BAB V SISTEM INFORMASI
A. Kegiatan Pendataan dan Monitoring 1. Pendataan
Dalam rangka untuk meningkatkan kesiapsiagaan kiranya dinas kesehatan
provinsi perlu memiliki peta rawan bencana di wilayah kerjanya. Hasil
pengumpulan data menunjukkan bahwa tidak semua provinsi memilikinya. Untuk
jelasnya dapat di lihat pada grafik 35 berikut ini.
Grafik 35 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan
Peta Rawan Bencana
3 (9,1%)
30 (90,9%)
Memiliki Tidak Memiliki
Dari grafik 35 di atas tampak bahwa dari 33 dinas kesehatan provinsi, masih ada
3 dinas kesehatan provinsi (9,1%) yang tidak memiliki peta wiayah rawan
bencana. Dinas kesehatan provinsi tersebut adalah provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Banten dan Bali, untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 61. Untuk mengetahui jumlah dan jenis kejadian bencana serta upaya-uapaya yang
telah dilakukan pada saat terjadi bencana, sudah selayaknya dinas kesehatan
provinsi melakukan pencatatan pada setiap kejadian bencana yang terjadi secara
lengkap. Dari hasil pengumpulan menunjukkan bahwa tidak semua dinas
kesehatan provinsi melakukan pencatatan setiap kejadian bencana di wilayah
kerjanya secara lengkap. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 36 berikut ini.
Grafik 36 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan
Pencatatan Kejadian Bencana
7 (21,2%)2 (6,1%)
24 (72,7%)
Lengkap Kurang Lengkap Tidak Ada
Dari grafik 36 di atas tampak bahwa masih ada 2 Dinas Kesehatan Provinsi
atau 6,1% dari total provinsi , yang tidak melakukan pencatatan kejadian
bencana di wilayah kerjanya yaitu provinsi Bali dan Sulawesi Barat. Sedangkan
Dinas Kesehatan provinsi yang melakukan pencatatan akan tetapi kurang
lengkap sebanyak 7 provinsi (21,2% dari total provinsi) yaitu provinsi Kepulauan
Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Selatan dan Maluku Utara. Untuk jelasnya gambaran kepemilikan catatan
kejadian bencana masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran 62.
Untuk mengetahui upaya kesiapsiagaan dalam rangka penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yang telah dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi,
sebaiknya dinas kesehatan provinsi melakukan pendataan kesiapsiagaan. Dari
hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa ada beberapa dinas kesehatan
provinsi yang belum pernah melakukan pendataan kesdiapsiagaan, ada juga
yang melakukan pendataan tetapi tidak pernah di update. Untuk jelasnya dapat
dilihat grafik 37 berikut ini
Grafik 37 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan
Pendataan Kesiapsiagaan Bencana
8 (24,2%)
3 (9,1%)
22 (66,7%)
Dilakukan dan selalu di update Dilakukan tapi belum di updateBelum dilakukan
Dari grafik 36 di atas tampak bahwa masih ada 3 Dinas Kesehatan Provinsi
(9,1% dari total provinsi), yang tidak melakukan pendataan kesiapsiagaan dalam
rangka penanggulangan krisis kesehatan di wilayah kerjanya yaitu provinsi
Nangroe Aceh Darusalam, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Sedangkan Dinas
Kesehatan provinsi yang melakukan pendataan akan tetapi tidak pernah
diperbaharui ada 8 provinsi (24,2% dari total provinsi) yaitu provinsi Sumatera
Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan
dan Kalimantan Timur. Untuk jelasnya gambaran provinsi berdasarkan
pelaksanaan pencatatan kesiapsiagaan dapat dilihat pada lampiran 63.
Untuk mempermudah dalam melakukan pendataan kesiapsiagaan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dan mempermudah update
data, diperlukan adanya format khusus pencatatan. Dari hasil pengumpulan data
menunjukkan bahwa ada beberapa dinas kesehatan provinsi yang tidak
menggunakan format khusus pencatatan, untuk jelasnya dapat dilihat pada
grafik 38 berikut dan lampiran 64.
Grafik 38 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penggunaan
Format Pendataan Kesiapsiagaan Bencana
17 (56,7%)
13 (43,3%)
Ada Format Khusus Tidak Ada Format
Dari grafik 38 di atas tampak bahwa dari 30 provinsi yang melakukan pendataan
kesiapsiagaan, ternyata masih ada 43,3% atau 14 dinas kesehatan provinsi yang
tidak menggunakan format khusus untuk pendataan kesiapsiagaan
penanggulangan krisis kesehatan di wilayah kerjanya. Adapun provinsi-provinsi
tersebut adalah provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Sulawesi Tengah dan Maluku.
2. Monitoring
Data perkembangan setiap kejadian bencana sangat diperlukan guna mengetahui
hasil pelaksanaan penanggulangan dari waktu ke waktu. Melalui kegiatan
monitoring hal tersebut tentunya baru bisa diperolehnya. Dari hasil pengumpulan
data profil menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi telah melaksanakan
kegiatan monitoring perkembangan setiap kejadian bencana. Untuk jelasnya
dapat di lihat pada grafik 39 berikut.
Grafik 39 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan
Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana
5 (15,2%)
2 (6,1%)
26 (78,7%)
Selalu Dilakukan Kadang-kadang Tidak Pernah
Dari grafik 39 di atas tampak bahwa dari 33 provinsi, masih ada 2 provinsi
(6,1%) yang tidak pernah melakukan monitoring perkembangan pada setiap
kejadian bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Kepulauan Riau dan
Jambi. Selain itu ada 5 provinsi (15,2%) yang melakukan monitoring
perkembangan kejadian bencana hanya kadang-kadang yaitu provinsi Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi
Tengah. Untuk jelasnya gambaran pelaksanaan monitoring perkembangan setiap
kejadian bencana yang dilakukan dinas kesehatan provinsi dapat dilihat pada
lampiran 65.
Setiap pelaksanaan monitoring perkembangan kejadian bencana kiranya perlu
diinformasikan ke pusat (cq. Pusat Penanggulangan Krisis). Informasi ini
diperlukan baik sebagai bahan monitoring yang dipergunakan sebagai bahan
masukan bila diperlukan bantuan kesehatan dari tingkat pusat. Dari hasil
pengumpulan data profil terlihat masih ada beberapa provinsi yang kadang-
kadang menginformasikan pelaksanaan monitoring perkembangan setiap
kejadian bencana ke pusat. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 40 berikut.
Grafik 40 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan
Penyampaian Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana ke Pusat
12 (38,7%)1 (3,2%)
18 (58,1%)
Selalu Dilakukan Kadang-kadang Tidak Pernah
Dari grafik 40 di atas tampak bahwa, dari 31 dinas kesehatan provinsi yang
melakukan monitoring perkembangan kejadian bencana ternyata ada 1 provinsi
(3,2%) yang tidak pernah menginformasikan pelaksanaan monitoringnya ke
pusat yaitu provinsi Banten. Selain itu ada 12 dinas kesehatan provinsi (38,7%)
yang kadang-kadang menginformasikan pelaksanaan monitoring
perkembangannya ke pusat yaitu provinsi Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara.
Untuk jelasnya gambaran provinsi yang menyampaikan informasi hasil
monitoring perkembangan setiap kejadian bencana ke pusat dapat dilihat pada
lampiran 66.
Mekanisme penginformasian pelaksanaan monitoring perkembangan setiap
kejadian bencana ke pusat ada yang dilakukan secara langsung atau menunggu
permintaan pusat. Dari hasil pengumpulan data profil terlihat hampir seluruh
provinsi menyatakan langsung menginformasikan pelaksanaan monitoring
perkembangan setiap kejadian bencana ke Pusat tanpa menunggu permintaan
dari pusat. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 41 berikut.
Grafik 41 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme
Penyampaian Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana ke Pusat
3 (10%)
27 (90%)
Langsung Menunggu permintaan pusat
Dari grafik 41 di atas tampak bahwa dari 30 provinsi yang menginformasikan
pelaksanaan monitoring perkembangan setiap kejadian bencana ke pusat,
ternyata ada 3 dinas kesehatan provinsi (10%) yang baru menginformasikan
menunggu permintaan dari pusat. Provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi
Bangka Belitung, Lampung dan Sulawesi Utara, untuk jelasnya dapat dilihat pada
lampiran 67.
Dalam rangka menunjang pelaksanaan penyusunan rencana kontijensi
penanggulangan krisis kesehatan akibat becana diperlukan kegiatan analisis
risiko bencana. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa banyak
provinsi yang belum pernah melakukan analisis risiko bencana, untuk jelasnya
dapat di lihat pada grafik 42 berikut.
Grafik 42 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan
Analisis Risiko Bencana
19 (57,6%)
14 (42,4%)
Pernah Belum Pernah
Dari grafik 42 di atas tampak bahwa dari 33 provinsi, ternyata ada 19 dinas
kesehatan provinsi (57,6%) yang belum pernah melakukan analisis risiko
bencana. Provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka
Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran provinsi
berdasarkan pelaksanaan analisis risiko bencana dapat dilihat pada lampiran 68.
B. Penyampaian Informasi
Dalam SK Menkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem
Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana, telah di atur mekanisme alur
penyampaian informasi yang berhubungan dengan penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Hasil pengumpulan data profil ada beberapa dinas
kesehatan provinsi yang belum menggunakan alur mekanisme sesuai dengan
pedoman yang ada, lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 43 berikut.
Grafik 43 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Penggunaan Alur
Mekanisme Informasi sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/ 2006
26 (78,8%)
7 (21,2%)
Sudah menggunakan Belum menggunakan
Berdasarkan grafik 43 di atas terlihat bahwa dari 33 provinsi ada 7 provinsi
(21,2%) yang dalam penyampaian informasi penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana belum mengikuti alur mekanisme informasi yang sesuai dengan
Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006. Adapun provinsi-provinsi tersebut
adalah Provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Untuk jelasnya
gambaran penggunaan alur mekanisme Informasi selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 69.
Berdasarkan Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006, bahwa setiap Dinas
Kesehatan Provinsi diharapkan menginformasikan hasil pendataan kesiapsiagaan
dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ke pusat (cq.
Pusat penanggulangan Krisis Kesehatan). Dari hasil pengumpulan data profil
terdapat beberapa provinsi yang belum menginformasikan hasil pendataan
kesiapsiagaannya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik 44 berikut.
Grafik 44 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyampaian
Informasi Pendataan Kesiapsiagaan ke Pusat
8 (26,7%)10 (33,3%)
12 (40%)
Selalu Kadang-kadang Belum pernah
Dari grafik 44 di atas terlihat bahwa dari 30 provinsi yang melakukan pendataan
kesiapsiagaan hanya ada 10 provinsi (33,3%) yang selalu menginformasikan
hasil pendataan kesiapsiagaannya ke pusat yaitu Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Gorontalo,
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran dinas
kesehatan provinsi berdasarkan penyampaian informasi kesiapsiagaan dapat
dilihat pada lampiran 70.
Selain informasi kesiapsiagaan, setiap dinas kesehatan provinsi diharapkan dapat
menginformasikan setiap kejadian bencana yang terjadi di wilayah kerjanya ke
pusat. Dari hasil pengumpulan data profil hampir semua provinsi telah
menginformasikan setiap kejadian bencana, akan tetapi masih ada provinsi yang
belum menginformasikannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik 45 berikut.
Grafik 45 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyampaian
Informasi Kejadian Bencana ke Pusat
1 (3%)
10 (30,3%)
22 (66,7%)
Selalu Kadang-kadang Belum pernah
Berdasarkan grafik 45 di atas tampak bahwa,dari 33 provinsi masih ada 1 dinas
kesehatan provinsi (3%) yang belum pernah menginformasikan setiap kejadian
bencana ke pusat yaitu Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu masih ada 10 provinsi
(30,3%) yang hanya kadang-kadang menginformasikan setiap kejadian bencana
ke pusat yaitu Provinsi Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan dan Papua. Untuk
jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan penyampaian informasi
kejadian bencana dapat dilihat pada lampiran 71.
Dalam SK Menkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem
Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana, telah di atur mekanisme alur
penyampaian informasi yang berhubungan dengan penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana, bahwa dinas kesehatan setempat agar sesegera
mungkin langsung menginformasikan setiap kejadian bencana secara berjenjang
ke pusat. Hasil pengumpulan data profil menunjukkan ada beberapa dinas
kesehatan provinsi yang melaporkan kejadian bencana di wilayah kerjanya
menunggu permintaan dari pusat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 46
berikut.
Grafik 46 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme
Penyampaian Informasi Kejadian Bencana ke Pusat
29 (87,9%)
4 (12,1%)
Langsung begitu informasi bencana diketahui Menunggu permintaan pusat
Berdasarkan grafik 46 di atas terlihat bahwa dari 33 provinsi masih ada 4 provinsi
(12,1%) yang baru mengirimkan informasi kejadian bencana bila ada permintaan
dari pusat yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan
Kalimantan Tengah. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi
berdasarkan mekanisme penyampaian informasi kejadian bencana dapat dilihat
pada lampiran 72.
Dalam SK Menkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 juga telah dijelaskan tentang
format pelaporan kejadian bencana yang baku. Sementara itu dalam
pelaksanaannya hasil pengumpulan data profil ada beberapa provinsi yang tidak
menggunakan format pelaporan yang baku tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat grafik 47 berikut.
Grafik 47 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format
Pelaporan sesuai Pedoman
23, 69.7%
10, 30.3%
Sudah Belum
Berdasarkan grafik 47 diatas, terlihat bahwa dari 33 provinsi ada 10 provinsi
(30,3%) yang tidak menggunakan format pelaporan kejadian bencana sesuai
dengan Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006. Provinsi-provinsi tersebut
adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku
dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan
penggunaan format pelaporan kejadian bencana dapat dilihat pada lampiran 73.
Kualitas informasi yang dikomunikasikan pada penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana sangat tergantung dengan media atau sarana komunikasi yang
dipergunakan. Pada saat terjadi bencana seringkali beberapa sarana komunikasi
yang ada seringkali tidak dapat beroperasi secara maksimal. Untuk itu kiranya
dinas kesehatan provinsi sebaiknya tidak hanya mengandalkan satu jenis sarana
komunikasi saja. Selain telepon dan faksimili tentunya bisa memanfaatkan sarana
komunikasi lain seperti telepon seluler, E-mail, website, SMS Gateway dan radio
komunikasi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data ternyata masih sedikit sekali dinas
kesehatan provinsi yang menggunakan berbagai sarana komunikasi seperti
telepon, faksimili, telepon seluler, E-mail, website, SMS Gateway dan radio
komunikasi. Hanya ada 3 provinsi atau 9,1% saja yang biasa menggunakan
seluruh sarana yang disebutkan di atas yaitu provinsi Sumatera Selatan, DI
Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.
Dari hasil pengumpulan data juga tampak bahwa seluruh Dinas Kesehatan
Provinsi telah biasa mengkomunikasikan informasi penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana menggunakan sarana telepon, faksimili dan
handphone.
Selain itu hanya 18 Dinas Kesehatan Provinsi atau 54,6% dari total provinsi yang
biasa menggunakan e-mail sebagai sarana komunikasi penyampaian informasi
yaitu provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan,
Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Selatan dan Papua. Demikian pula
dengan penggunaan website sebagai sarana komunikasi penyampaian informasi
ternyata hanya 5 Dinas Kesehatan Provinsi atau 15,2% dari total provinsi, yang
biasa menggunakannya yaitu provinsi Sumatera Selatan, DI Yogyakarta,
Kalimantan Barat, Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran
proporsi penggunaan sarana komunikasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi menurut
jenis sarana komunikasi dapat dilihat pada grafik 48 berikut ini.
Grafik 48 Proporsi Penggunaan Sarana Komunikasi Oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Menurut Jenis Sarana Komunikasi
33(100%)
0
33 (100%)
0
33 (100%)
0
18 (54,6%)
15 (45,4%)
5 (15,2%)
28 (84,8%)
14 (42,4%)
19 (57,6%)
6 (18,2%)
27 (81,8%)
0
5
10
15
20
25
30
35
TeleponFaksimili
Telepon SelulerE-mail
Website
SMS Gateway
Radio Komunikasi
Menggunakan Tidak Menggunakan
Dari grafik 48 di atas tampak pula proporsi Dinas Kesehatan Provinsi yang biasa
memanfaatkan SMS Gatewsay untuk penyampaian informasinya ke Pusat
ternyata hanya 14 provinsi saja atau 42,4% dari total provinsi, yaitu provinsi
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Sedangkan Dinas
Kesehatan Provinsi yang biasa menggunakan radio komunikasi untuk
mengkomunikasikan informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
ternyata juga hanya 6 provinsi saja atau 18,2% dari total provinsi yaitu provinsi
Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Sulawesi
Selatan. Untuk jelasnya gambaran sarana komunikasi yang biasa di gunakan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi dalam mengkomunikasikan informasi penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana di wilayah kerja dapat dilihata pada lampiran 74.
Selain sarana
komunikasi,
keberadaan tempat
bagi pengelolaan data
dan informasi
penanggulangan krisis
kesehatan akibat
bencana di Dinas
Kesehatan Provinsi
serta aktifitasnya juga
mempunyai peran
penting di dalam
menghasilkan informasi yang berkualitas. Dari hasil pengumpulan data ternyata
masih ada 13 provinsi (39,4% dari total provinsi) yang belum memiliki tempat
berupa pos informasi yang dapat dioperasionalkan 24 jam untuk pengelolaan
data dan informasi. Untuk jelasnya gambaran kepemilikan pos informasi 24 jam
menurut provinsi dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
Gambar 1 Gambaran Kepemilikan Pos Informasi 24 Jam Menurut Provinsi
Keterangan :
Ada dan aktivitasnya rutin
Ada tapi hanya aktif saat bencana
Belum Memiliki
Dari gambar 1 di atas tampak bahwa ada 13 provinsi(39,4% dari total provinsi)
yang belum memiliki pos informasi 24 jam adalah provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung,
Banten, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Maluku Tenggara dan Papua Barat.
Dari gambar di atas terlihat pula bahwa hanya 7 Dinas Kesehatan Provinsi
(21,2% dari total provinsi) yang memiliki pos informasi 24 jam dan aktivitasnya
dapat difungsikan secara rutin yaitu provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Papua. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi
yang memiliki pos informasi 24 jam akan tetapi hanya difungsikan bila bencana
terjadi ada 13 provinsi (39,4% dari total provinsi) yaitu provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah dan Maluku.
Dari hasil pengumpulan data terlihat pula bagaimana pengelolaan pos informasi
24 jam yang di 20 provinsi tsb, apakah dikelola secara bersama- sama lintas
sektor atau lintas program atau hanya dikelola pengelola program saja. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada grafik 49 berikut.
Grafik 49 Gambaran Proporsi Provinsi Menurut Pengelolaan
Pos Informasi 24 Jam
3 (15%)
5 (25%)
12 (60%)
Lintas Program dan Sektor Lintas Program Hanya Pengelola Program
Dari grafik di atas tampak bahwa ada 5 provinsi (25% dari total provinsi yang
memiliki Pos Informasi 24 jam) yang Pos Informasi 24 Jam nya dalam
pengelolaannya melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait, adapun
provinsi tersebut adalah Jambi, DKI Jakarta, Jawa Timur, Gorontalo dan Sulawesi
Selatan. Sedangkan yang pengelolaannya hanya di kelola oleh Pengelola Program
ada 12 provinsi (60% dari total provinsi yang memiliki Pos Informasi 24 Jam
yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DI
Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku dan Papua. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran 75.
Dalam rangka meningkatkan upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana maka perlu adanya upaya penyebarluasan informasi baik kegiatan-
kegiatan terkait pada pra bencana, saat maupun pasca bencana. Hasil
pengumpulan data terlihat bahwa ternyata tidak semua Dinas Kesehatan provinsi
melakukan kegiatan penyebarluasan informasi. Dari 33 provinsi hanya 42,4% (14
provinsi) yang pernah melakukan kegiatan penyebarluasan informasi. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada grafik50 berikut.
Grafik 50 Gambaran Proporsi Provinsi yang Berdasarkan Pelaksanaan
Penyebarluasan Informasi
14 (42.4%)
19 (57.6%)
Pernah Melakukan Belum Pernah Melakukan
Sedangkan provinsi yang belum pernah melakukan kegiatan penyebarluasan
informasi proporsinya ada 57,6% (19 provinsi) yaitu provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Bali,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan dan Papua Barat.
Bentuk media penyebarluasan informasi yang dikembangkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi bermacam-macam ada yang menggunakan teknologi internet
baik berupa website, e-mail maupun blogger dan ada yang menggunakan media
konvensional seperti poster, leaflet, booklet, bulletin, radio spot dan lain-lain.
Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa ada 5 Dinas Kesehatan
Provinsi yang telah menggunakan media internet sebagai sarana penyebarluasan
informasi baik berupa website, e-mail maupun blogger yaitu provinsi Lampung,
DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Provinsi
Maluku Utara adalah satu-satunya provinsi yang mengembangkan
penyebarluasan informasi melalui radio spot. Sedangkan Dinas Kesehatan
Provinsi yang melaksanakan penyebarluasan informasi melalui forum komunikasi
atau pertemuan ada 2 provinsi yaitu provinsi Sulawesi Utara dan Maluku.
Dinas Kesehatan Provinsi yang melakukan penyebarluasan informasi melalui
penyebaran leaflet ada 4 provinsi yaitu provinsi Lampung, Jawa Timur, Sulawesi
Tengah dan Papua. Dinas Kesehatan Provinsi yang melakukan penyebarluasan
informasi melalui penyebaran poster ada 3 provinsi yaitu provinsi Lampung,
Sulawesi Tengah dan Papua. Dinas Kesehatan Provinsi yang melakukan
penyebarluasan informasi melalui penyebaran booklet ada 6 provinsi yaitu
provinsi Lampung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah dan Papua. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi yang
melakukan penyebarluasan informasi melalui penyebaran buletin ada 2 provinsi
yaitu provinsi Lampung dan Nusa Tenggara Timur. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiran 76.
C. Kepemilikan Kontak Person
Dalam upaya penanggulangan Krisis kesehatan akibat bencana diperlukan
kerja sama lintas sektor. Untuk menjalin kerja sama dan koordinasi yang baik
diperlukan adanya hubungan personal yang baik pula, untuk itu diperlukan
adanya kontak person lintas sektor. Sesuai hasil pengumpulan data profil
provinsi menunjukkan bahwa ada beberapa Dinas Kesehatan provinsi yang
tidak mempunyai kontak person lintas sektor. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik 51 berikut.
Grafik 51 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi
Berdasarkan Kepemilikan kontak person lintas sektor
23(69,7)%
10 (30,3%)
Ada Tidak ada
Dari grafik 51 di atas tampak masih ada 30,3% atau 10 Dinas Kesehatan
Provinsi yang tidak mempunyai kontak person lintas sektor dalam rangka
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di wilayah kerjanya yaitu
provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Bali, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan
Maluku Utara. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi menurut
kepemilikan kontak person lintas sektor dapat dilihat pada lampiran 77.
Selain kerja sama lintas sektor, dalam upaya penanggulangan Krisis kesehatan
akibat bencana diperlukan kerja sama antara dinas kesehatan provinsi dengan
dinas kesehatan kabupaten/kota. Salah satu diantaranya untuk memperlancar
penyampaian informasi penanggulangan Krisis kesehatan akibat bencana. Untuk
itu adanya kepoemilikan kontak person dinas kesehatan kabupaten/kota oleh
dinas kesehatan provinsi menjadi hal yang penting. Sesuai hasil pengumpulan
data profil menunjukkan bahwa ada beberapa dinas kesehatan provinsi yang
tidak mempunyai kontak person dinas kesehatan kabupaten/kota. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik 52 berikut.
Grafik 52 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan
Kontak Person Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3 (9,1)%
30 (90,9)%
Ada Tidak ada
Dari grafik 52 di atas tampak bahwa masih ada 9,1% atau 3 dinas kesehatan
provinsi yang tidak mempunyai kontak person lintas sektor dalam rangka
penanggulangan krisis kesehatan di wilayah kerjanya yaitu provinsi Kepulauan
Riau, Jambi dan Bali. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi menurut
kepemilikan kontak person dinas kesehatan kabupaten/kota dapat dilihat pada
lampiran 78.
Dalam upaya penanggulangan Krisis kesehatan akibat bencana diperlukan kerja
sama dinas kesehatan provinsi dengan lintas sektor di lingkup kabupaten/kota.
Guna memperlancar koordinasi dan kerjasama diperlukan adanya kontak person
lintas sektor di lingkup kabupaten/kota pada wilayah kerjanya. Sesuai hasil
pengumpulan data profil menunjukkan bahwa banyak dinas Kesehatan provinsi
yang tidak mempunyai kontak person lintas sektor di lingkup kabupaten/kota.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 53 berikut.
Grafik 53 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan
Kontak Person Lintas Sektor di Lingkup Kabupaten/Kota
10(30,3%)
23(69,7)%
Ada Tidak ada
Dari grafik 53 di atas tampak masih ada 69,7% atau 23 Dinas Kesehatan
Provinsi yang tidak mempunyai kontak person lintas sektor di lingkup
kabupaten/kota diwilayah kerjanya dalam rangka penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Sedangkan dinas kesehatan provinsi yang mempuyai
kontak person lintas sektor di lingkup kabupaten/kota ada 10 provinsi (30,3%)
yaitu provinsi Sumatera Utara, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Nusa Tenggara
Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Selatan Maluku
dan Papua. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi menurut
kepemilikan kontak person lintas sektor di lingkup kabupaten/kota dapat dilihat
pada lampiran 79.
BAB VI KESIMPULAN
1. seluruh Dinas Kesehatan Provinsi telah memiliki unit kerja pengelola program
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, namun demikian sepanjang
tahun 2008 masih ada 9 provinsi (27,3%) yang belum memiliki program kerja
terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi
Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Utara, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua Barat.
2. Dari 33 provinsi ternyata hanya 30,3% atau 10 provinsi saja yang pernah
partisipasi dalam penyusunan rencana kontijensi di wilayah kerjanya yaitu
provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku dan
Papua.
3. Dari 33 provinsi hanya 24,2% atau 8 provinsi saja yang pernah menyusun
pedoman-pedoman terkait dengan penanggulangan krisis akibat bencana
yaitu provinsi Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua..
4. Ada 15,1% provinsi dari total provinsi yang ada atau ada 5 provinsi yang
belum pernah melakukan koordinasi pada masa tanggap darurat bencana
yaitu provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung dan
Kalimantan Tengah.
5. ada 39,4% dari total provinsi atau 13 provinsi yang belum pernah melakukan
kegiatan sosialisasi program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan
Papua Barat.
6. Hanya 21,2% dari total provinsi atau 7 provinsi yang pernah melakukan
kegiatan advokasi program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yaitu provinsi Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Papua.
7. Tingkat pendidikan formal tenaga kesehatan yang bekerja pada program
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sebagian besar (36,6%)
adalah berpendidikan S1/D4.
8. Ada 6 provinsi yang tidak melakukan kegiatan pelatihan selama tahun 2008
dan belum pernah menyelenggarakan/mengikuti kegiatan gladi terkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Barat, dan Papua Barat.
9. Ada 3 provinsi atau 9,1% dari total provinsi yang tidak memiliki sarana
ambulans yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung dan
Kalimantan Tengah.
10. Ada 8 provinsi atau 24,2% dari total provinsi yang dinas kesehatannya tidak
memiliki satupun sarana informasi (televisi, kamera, LCD proyektor, PC
komputer, laptop, scanner dan handycam) yaitu provinsi Sumatera Barat,
Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi
Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat.
11. Ada 2 dinas kesehatan provinsi atau 6,1% dari total provinsi, yang tidak
memiliki buffer stock obat yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Kalimantan Tengah dan Papua Barat.
12. Ada 7 dinas kesehatan provinsi atau 21,2% dari total provinsi, yang tidak
memiliki sumber pembiayaan untuk operasional penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau, Lampung,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua
Barat.
13. Dari 33 provinsi terdapat 4 provinsi (12,1%) yang tidak memiliki TRC maupun
Tim RHA, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat
dan Papua Barat.
14. Ada 7 provinsi (21,2%) yang belum pernah melakukan evaluasi upaya
tanggap darurat yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Kepulauan
Riau, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat dan Kalimantan Tengah.
15. Ada 3 dinas kesehatan provinsi (9,1%) yang tidak memiliki peta wiayah
rawan bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banten dan Bali.
16. Ada 2 dinas kesehatan provinsi atau 6,1% dari total provinsi, yang tidak
melakukan pencatatan kejadian bencana di wilayah kerjanya yaitu provinsi
Bali dan Sulawesi Barat.
17. Ada 3 dinas kesehatan provinsi (9,1% dari total provinsi), yang tidak
melakukan pendataan kesiapsiagaan dalam rangka penanggulangan krisis
kesehatan di wilayah kerjanya yaitu provinsi Nangroe Aceh Darusalam,
Sulawesi Barat dan Papua Barat.
18. Masih ada 2 provinsi (6,1%) yang tidak pernah melakukan monitoring
perkembangan pada setiap kejadian bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau
dan Jambi.
19. Ada 19 dinas kesehatan provinsi (57,6%) yang belum pernah melakukan
analisis risiko bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Bengkulu, Lampung, Banten, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah dan Papua Barat.
20. Ada 7 provinsi (21,2%) yang dalam penyampaian informasi penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana belum mengikuti alur mekanisme informasi
yang sesuai dengan Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 yaitu provinsi
Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.
21. Masih ada 1 dinas kesehatan provinsi (3%) yang belum pernah
menginformasikan setiap kejadian bencana ke pusat yaitu Provinsi Kepulauan
Riau.
22. proporsi Dinas Kesehatan Provinsi yang biasa memanfaatkan SMS Gatewsay
untuk penyampaian informasinya ke Pusat ternyata hanya 14 provinsi saja
atau 42,4% dari total provinsi, yaitu provinsi Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara
Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan,
Maluku Utara, Maluku dan Papua.
23. hanya 7 Dinas Kesehatan Provinsi (21,2% dari total provinsi) yang memiliki
pos informasi 24 jam dan aktivitasnya dapat difungsikan secara rutin yaitu
provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo
dan Papua.
24. Ada 57,6% (19 provinsi) yang belum pernah melakukan kegiatan
penyebarluasan informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka
Belitung, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan
Papua Barat.
25. Ada 5 Dinas Kesehatan Provinsi yang telah menggunakan media internet
sebagai sarana penyebarluasan informasi baik berupa website, e-mail
maupun blogger yaitu provinsi Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Nusa Tenggara Barat.
26. Masih ada 30,3% atau 10 Dinas Kesehatan Provinsi yang tidak mempunyai
kontak person lintas sektor dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana di wilayah kerjanya yaitu provinsi Kepulauan Riau, Jambi,
Bengkulu, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.
Lampiran 1 Gambaran Unit Kerja di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi yang Memiliki Tugas Pokok dan Fungsinya Menjadi Koordinator/Penanggungjawab Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
No. Provinsi Unit Kerja 1 Nanggroe Aceh
Darussalam Seksi Konseling Trauma
2 Sumatera Utara Seksi Penyehatan Lingkungan dan Matra
3 Sumatera Barat Bidang Penanggulangan Penyakit dan Bencana, Seksi Penanggulangan Bencana
4 Riau Seksi Surveilans dan Kesehatan Matra, Gizi dan Pelayanan Kesehatan
5 Kepulauan Riau Bidang Pelayanan Kesehatan, Seksi Pelayanan Kesehatan
6 Jambi Bidang P2MPL, Seksi Pengamatan dan Pencegahan
7 Sumatera Selatan Seksi PPP dan Kesehatan Matra, Pengelola Program Kesehatan Bencana
8 Bangka Belitung Seksi Surveilans Epidemiologi dan Kesehatan Matra
9 Bengkulu Sub Bidang Pengamatan dan Pencegahan Penyakit
10 Lampung Bidang Pelayanan Kesehatan, Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Dasar Rujukan
11 Banten Bidang Pelayanan Kesehatan, Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Khusus
12 DKI Jakarta Seksi Gawat Darurat dan Bencana Bidang Pelayanan Kesehatan
13 Jawa Barat Seksi Pengamatan Pencegahan Penyakit dan Matra
14 Jawa Tengah Seksi Pencegahan Penyakit dan Penanggulangan KLB
15 D.I. Yogyakarta Sie Kesehatan Rujukan Khusus 16 Jawa Timur Seksi Pencegahan Pengamatan
Penyakit dan Penanggulangan Masalah Kesehatan
17 Bali Seksi Bimbingan Pengendalian Pelayanan Kesehatan Rujukan
18 Nusa Tenggara Barat Bidang Pengendalian Penyakit Seksi Surveilens, Imunisasi, Kesehatan bencana
19 Nusa Tenggara Timur Seksi Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan
20 Kalimantan Barat Seksi Bimbingan dan Pengendalian
No. Provinsi Unit Kerja Kesehatan Khusus dan Bencana
21 Kalimantan Tengah Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan, Seksi Bimbingan Pengendalian Wabah dan Bencana
22 Kalimantan Selatan Unit KPKK (Kewaspadaan Penanggulangan Krisis Kesehatan)
23 Kalimantan Timur Seksi Pencegahan Penyakit Tidak Menular dan Bencana, Bidang PP dan PL
24 Sulawesi Utara Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan, Seksi Bimbingan Pengendalian Wabah dan Bencana
25 Gorontalo Subdin Yankes, Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
26 Sulawesi Tengah Seksi Bimbingan Pengendalian Wabah dan Bencana
27 Sulawesi Barat Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan, Seksi Wabah dan Bencana
28 Sulawesi Tenggara Seksi Kesehatan Matra-Sub Dinas Upaya Kesehatan dan Gizi
29 Sulawesi Selatan Seksi Bina Kesehatan Matra Program Bencana
30 Maluku Seksi Penanggulangan Penyakit dan Bencana
31 Maluku Utara Seksi Pelayanan Kesehatan 32 Papua Barat Bidang Pelayanan Kesehatan, Seksi
pemulihan Kesehatan 33 Papua Unit Fungsional Health Crisis Center
Lampiran 2 Gambaran Dinas Kesehatan Propinsi Berdasarkan Kepemilikan Program Kerja terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
No. Provinsi Memiliki Belum Memiliki 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 D.I. Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku V 31 Maluku Utara V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 24 (72,7%) 9 (27,3%)
Lampiran 3 Gambaran Kegiatan dari Program Kerja Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No. Provinsi Program kerja/kegiatannya 1 Nanggroe Aceh Darussalam Peningkatan Kualitas kemampuan Petugas
kesehatan dalam RHA Pelatihan Manajemen Penanggulangan
Bencana Pertemuan Lintas Program Lintas Sektor
Dalam Penanggulangan Bencana Rapat Koordinasi Evaluasi Penanggulangan
Bencana 2 Sumatera Utara Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan 3 Sumatera Barat Pertemuan Kab/Kota dan RSUD Kab/Kota
Pelatihan Rencana Kontijensi Pelatihan Rapid Healt Assesment
4 Riau Pertemuan Lintas Program dan Lintas Sektor
Pertemuan Evaluasi Program Bencana Kab/Kota
Konsultasi ke Pusat 5 Sumatera Selatan Pelatihan Manajemen Bencana bagi
Petugas Kab/Kota/RS Pelatihan Penilaian Reaksi Cepat Saat
Bencana( RHA) Honor Pengumpulan dan Sosialisasi Data
Bencana Pencetakan Pedoman Teknis Pertemuan dan Sosialisasi Masy/Pemuda
siaga Peduli Bencana Publikasi Bencana Melalui Media Belanja barang tidak habis pakai Sriwijaya
Crisis Center Pemantauan dan Peningkatan Manajemen
Pra,Saat dan Pasca Bencana Penanggulangan Saat
Bencana/KLB/Wabah Peningkatan SDM Penanggulangan Krisis
Bencana ke Jakarta 6 Bangka Belitung Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan 7 Banten Peningkatan Kualitas Manajemen Bencana
Lintas Sektor 8 DKI Jakarta Koordinasi BSB, Nakes Terlatih – Lanjut,
Piket Siaga PUSDAL DUKES Dukungan Pelayanan Kesehatan, RHA Gladi Posko/Lapang PB.
9 Jawa Barat Pertemuan Tim PBP Prov. Setiap bulan Evaluasi Rencana Kontijensi dan Peta
Geomedik Kab/Kota Pemetaan Saat Bencana(RHA) dan
Kerusuhan Pemantauan saat Bencana
No. Provinsi Program kerja/kegiatannya 10 Jawa Tengah Pemetaan Wilayah Resiko Bencana
Identifikasi Penyakit Menular Pasca Bencana
Penanggulangan Bencana
11 D.I. Yogyakarta Penyusunan SOP P3K dan Protap Bencana Pertemuan Koordinasi
12 Jawa Timur Pelatihan Perahu Karet RHA Rencana Kontijensi
13 Bali Kegiatan Operasional P3K dan Safe Community
14 Nusa Tenggara Timur Pemantauan & Pelaksanaan PMK- AB, KLB Penyakit Menular
15 Kalimantan Barat Pengumpulan Data untuk Penyusunan Peta Rawan Bencana
Pertemuan Koordinasi Tanggap Bencana Bidang Kesehatan Tingkat Provinsi
Rencana Kontijensi 16 Kalimantan Tengah Pertemuan Kesiapsiagaan Bencana 17 Kalimantan Selatan Prgram Pelayanan Adminstrasi
Perkantoran Program Peningkatan Sarana & prasarana
Aparatur Program Upaya Kesmas(Peningkatan Yan
& Penanggulangan) 18 Kalimantan Timur Prgram Pelayanan Adminstrasi
Perkantoran Program Peningkatan Sarana & prasarana
Aparatur Program Upaya Kesmas(Peningkatan Yan
& Penanggulangan) 19 Gorontalo Pelatihan Tim DVI
Evaluasi Lintas Sektor & Lintas Program Penyusunan Rencana Kontijensi
20 Sulawesi Tengah Operasional Kegiatan Pra Bencana, Saat Bencana, Pasca bencana
21 Sulawesi Tenggara Pemetaan Daerah Rawan Bencana di Wilayah Kepulauan
Penyusunan Rencana Kontijensi Peningkatan SDM di Daerah Rawan
Bencana dan IGD RS Kab/Kota dalam Kedaruratan Bencana
Pembentukan Jejaring Komunikasi & Informasi Puskesmas Rawan Bencana
Biaya Operasionalisasi Tim Reaksi Cepat(RHA, Tim Medis, & Tim Logistik)pada Saat Tanggap Darurat
Peningkatan SDM RHA bagi Tenaga Kesehatan Daerah Rawan Bencana
22 Sulawesi Selatan Membuat Posko Penanggulangan Bencana Pembinaan Kesiapsiagaan Pertemuan LS &LP Melakukan Penanggulangan
Bencana(Tanggap Darurat).
No. Provinsi Program kerja/kegiatannya 23 Maluku Utara Sosialisasi Program PKK-AB ke Kab/Kota
Pertemuan Pengelola Kab/Kota di Provinsi Pembentukan Tim Siaga Bencana, Dinkes
Kab/Kota Simulasi PB Evaluasi Program Tahunan.
24 Papua Penanggulangan Masalah Kesehatan/Krisis termasuk korban bencana
Pemetaan daerah rawan Analisis dan monitoring pasca
bencana/wabah Penanganan Tanggap Darurat Pertemuan LSM Disaster Plan, RS dan Puskesmas
Lampiran 4 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Partisipasi Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi
No. Provinsi Pernah Belum pernah 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 D.I. Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku V 31 Maluku Utara V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 10 (30,3%) 23 (69,7%)
Lampiran 5
Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Peraturan-Peraturan/Kebijakan Daerah yang Terkait dengan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
No Provinsi Pernah Belum Pernah 1 Nanggroe Aceh
Darussalam V
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 21 (63,6%) 12 (36,4%)
Lampiran 6
Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Protap/Juklak/Juknis yang Terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 No Provinsi Pernah Belum Pernah 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 16 (48,5%) 17 (51,5%)
Lampiran 7
Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Pedoman yang Terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
No Provinsi Pernah Belum Pernah 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 8 (24,2%) 25 (75,8%)
Lampiran 8
Gambaran Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi Lintas Program Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Rutin Insidentil Belum Pernah Keterangan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V 1 kali/tahun
2 Sumatera Utara V Saat terjadi Bencana 3 Sumatera Barat V 2 kali/tahun 4 Riau V Saat terjadi bencana 5 Kepulauan Riau V Saat terjadi bencana 6 Jambi V Saat terjadi bencana 7 Sumatera Selatan V Saat terjadi bencana 8 Bangka Belitung V Saat terjadi bencana 9 Bengkulu V
10 Lampung V Saat terjadi bencana 11 Banten V 1 kali/tahun 12 DKI Jakarta V 4 kali/tahun 13 Jawa Barat V 4 kali/tahun 14 Jawa Tengah V Saat terjadi bencana 15 DI Yogyakarta V Setiap Minggu 16 Jawa Timur V Saat terjadi bencana 17 Bali V Saat terjadi bencana 18 Nusa Tenggara Barat V 1 kali/tahun 19 Nusa Tenggara Timur V Saat terjadi bencana 20 Kalimantan Barat V 1 kali/tahun 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 2 kali/tahun 23 Kalimantan Timur V Saat terjadi bencana 24 Sulawesi Utara V 1 kali/tahun 25 Gorontalo V Saat terjadi bencana 26 Sulawesi Tengah V Saat terjadi bencana 27 Sulawesi Barat V Saat terjadi bencana 28 Sulawesi Tenggara V Saat terjadi bencana 29 Sulawesi Selatan V 4 kali/tahun 30 Maluku Utara V Saat terjadi bencana 31 Maluku V Saat terjadi bencana 32 Papua Barat V Saat terjadi bencana 33 Papua V Saat terjadi bencana
Jumlah (%) 11 (33,3%) 20 (60,6%) 2 (6,1%)
Lampiran 9
Gambaran Unit Kerja yang Terlibat Dalam Pertemuan Koordinasi Lintas Program Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 No. Provinsi Unit Kerja Terlibat 1. Nanggroe Aceh
Darussalam Pemberantasan Penyakit Menular, Gizi, Kesehatan Ibu, Farmasi, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan
2. Sumatera Utara Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, Farmasi
3. Sumatera Barat Perencanaan, Sumber Daya Kesehatan, Promosi Kesehatan, Penyehatan Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular, Sekretariat
4. Riau Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Keluarga, Pemberantasan Penyakit Menular
5. Kepulauan Riau Pelayanan Kesehatan, Farmasi, Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kesehatan Keluarga, Pengembangan, Sarana dan Prasarana
6. Jambi Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan Dasar, Sekretariat
7. Sumatera Selatan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, Umum dan Perlengkapan, Promosi Kesehatan, Sekretariat
8. Bangka Belitung Penyehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Pelayanan Medik
9. Lampung Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Sumber Daya Kesehatan, Farmasi dan Makanan, Pelayanan Kesehatan, Sekretariat
10. Banten Bina Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
11. DKI Pelayanan Kesehatan, Pengendalian Masalah Kesehatan, Bina Kesehatan Masyarakat
12. Jawa Barat Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Sekreatriat
13. Jawa Tengah Pelayanan Kesehatan,Promosi Kesehatan, Pemberdayaan, Sumber Daya Kesehatan, Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
14. DIY Kesehatan Keluarga, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Sekretariat, Sumber Daya Kesehatan
15. Jawa Timur Pelayanan Kesehatan, Umum 16. Bali Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Umum, Bina Kesehatan Masyarakat
No. Provinsi Unit Kerja Terlibat 17. NTB Farmasi, Kesehatan Rujukan, Promosi Kesehatan,
Imunisasi, Surveilans, Pengendalian Penyakit Wabah, Kesehatan Ibu dan Anak, gizi
18. NTT Bina Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Medik, Pengembangan Tenaga Kesehatan, Penanggulangan Masalah Kesehatan
19. Kalimantan Barat Pelayanan Kesehatan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kesehatan Keluarga dan Gizi
20. Kalimantan Selatan
Pelayanan kesehatan, Gudang Instalasi Kesehatan, Promosi Kesehatan, Pelayanan Farmasi, Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
21. Kalimantan Timur Surveilans, kesehatan Lingkungan, Kesehatan Khusus, Pelayanan kesehatan Dasar dan Rujukan, Gizi
22. Sulawesi Utara Kesehatan Keluarga, Gizi, Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat, Sekretariat, Kefarmasian, Kesehatan Lingkungan
23. Gorontalo Pelayanan Kesehatan, Pemberantasan Penyakit Menular, Bina Kesehatan Masyarakat
24. Sulawesi Tengah Pencegahan Penyakit, Kesehatan Lingkungan, Surveilans, Gizi, Farmasi
25. Sulawesi Barat Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan, Kesehatan Komunitas, Gizi, Pelayanan Medik, Pelayanan Farmasi, Administrasi dan Kebijakan, Perencanaan, Umum, Kepegawaian, Keuangan
26. Sulawesi Tenggara
Pemberantasan Penyakit, Upaya Kesehatan dan gizi, Farmasi Makanan dan Minuman, Promosi dan Lingkungan Sehat
27. Sulawesi Selatan Pelayanan Kesehatan dan Farmasi, Perlengkapan, Promosi Kesehatan, Kesehatan Ibu Anak dan Kesehatan keluarga
28. Maluku Utara Pelayanan Kesehatan, Penanggulangan Penyakit, Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana, Promosi Kesehatan, Umum dan Kepegawaian
29. Maluku Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Keluarga, Farmasi, Promosi Kesehatan
30. Papua Barat Pemberantasan Penyakit Menular, Penyehatan Lingkungan, Bina Program, Bagian Umum
31. Papua Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Keluarga dan Promosi Kesehatan, Pemberantasan Penyakit Menular, Laboratorium Kesehatan Daerah
Lampiran 10
Gambaran Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Rutin Insidentil Belum Pernah Keterangan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V 1 kali/Tahun
2 Sumatera Utara V Saat terjadi bencana 3 Sumatera Barat V 4 kali/Tahun 4 Riau V 4 kali/Tahun 5 Kepulauan Riau V Saat terjadi bencana 6 Jambi V Saat terjadi bencana 7 Sumatera Selatan V Saat terjadi bencana 8 Bangka Belitung V 1 kali/Tahun 9 Bengkulu V Saat terjadi bencana
10 Lampung V Saat terjadi bencana 11 Banten V Saat terjadi bencana 12 DKI Jakarta V Saat terjadi bencana 13 Jawa Barat V Saat terjadi bencana 14 Jawa Tengah V Saat terjadi bencana 15 DI Yogyakarta V 3 kali/tahun 16 Jawa Timur V 4 kali/Tahun 17 Bali V 2 kali/Tahun 18 Nusa Tenggara Barat V Saat terjadi bencana 19 Nusa Tenggara Timur V Saat terjadi bencana 20 Kalimantan Barat V Saat terjadi bencana 21 Kalimantan Tengah V Saat terjadi bencana 22 Kalimantan Selatan V Saat terjadi bencana 23 Kalimantan Timur V Saat terjadi bencana 24 Sulawesi Utara V Saat terjadi bencana 25 Gorontalo V Saat terjadi bencana 26 Sulawesi Tengah V Saat terjadi bencana 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V Saat terjadi bencana 29 Sulawesi Selatan V Saat terjadi bencana 30 Maluku Utara V Saat terjadi bencana 31 Maluku V 1 kali/Tahun 32 Papua Barat V Saat terjadi bencana 33 Papua V 1 kali/2 Bulan
Jumlah (%) 9 (27,3%) 23 (69,7%) 1 (3%)
Lampiran 11
Gambaran Unit Kerja yang Terlibat Dalam Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008
No. Provinsi Sektor yang terlibat 1 Nanggroe Aceh Darussalam SATKORLAK, SAR, PMI, RAPI, Dinas Sosial 2 Sumatera Utara RSU, Kesdam, Biddokkes Polda, KKP,
BTKL, Dinas Sosial 3 Sumatera Barat Seluruh Dinas di Prov, RAPI, ORARI 4 Riau BAPPEDA, Dinas Sosial, Biddokes Polda,
Denkessyah TNI, PMI 5 Kepulauan Riau Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa(BPM), SATKORLAK, Denkessyah TNI, POLRI, TNI-AL, KKP, RSUD, PMI, RAPI, Organisasi Profesi
6 Jambi Dinas Sosial, SATKORLAK 7 Sumatera Selatan Dinas Sosial, Pemda, PMI, SAR, POLDA,
Kesbang Linmas, PU, POL PP, BTKL, KKP 8 Bangka Belitung Dinas Sosial, Kesbanglinmas, Biddokkes
Polda,KKP, BAPPEDA 9 Bengkulu BPBD, Dinsos, Dinas PU, Dinas
Perhubungan, PMI, RAPI, SAR Daerah, Denkessyah TNI, Biddokkes Polda
10 Lampung Sekretariat BPBD, Dinas Hub, Biddokkes Polda, Dinas Sosial, PMI, RAPI, Pemadam Kebakaran.
11 Banten SATKORLAK PB, Dinas Kesra, Dinas PU, RSUD
12 DKI Jakarta SATKORLAK, Crisis Center, Biddokes Polda 13 Jawa Barat Dinas PU, BMG, Kesdam, Satpol PP,
Yansos Pemda, Biddokkes Polda, Dinas Sosial, ORARI, RAPI, Kesdam, PMI
14 Jawa Tengah Dinas Sosial, Dinas PU, RS 15 D.I. Yogyakarta Dinas Kimpraswil, Dinas Sosial, Dinas
Trantib, Biddokkes Polda, PMI, Pusbangkes 118, Sarda, Denkessyah TNI,
16 Jawa Timur Dinsos, SATPOL PP, SEKWILDA Provinsi. 17 Bali SATKORLAK, Dinas Perhubungan, RSUP,
Dinas PU,SAR 18 Nusa Tenggara Barat SATKORLAK, SAR, Dinas Sosial, RS
Bayangkara, RS.- AD, BAPPEDA, PMI 19 Nusa Tenggara Timur POLRI, SATKORLAK, Dinas Sosial, Badan
Linmas, Kimpraswil, Denkessyah TNI, KKP, RSUD, Dinas Perhubungan,Dinas Perikanan, SAR, Dinas Peternakan.
20 Kalimantan Barat Denkessyah TNI, Biddokkes Polda, Dinas Sosial, BadanKesbang Linmas, RS, Pemerintah/Swasta/TNI/POLRI, RAPI, Poltekes, Universitas Tanjungpura, KKP
No. Provinsi Sektor yang terlibat 21 Kalimantan Tengah Kesbang Linmas, SATKORLAK PB 22 Kalimantan Selatan BADAN Kesrenbanglinmas, Denkessyah
TNI, Biddokkes Polda, ORARI, RAPI. 23 Kalimantan Timur SATKORLAK, Biddokkes Polda 24 Sulawesi Utara Dinas PU, Dinas Sosial, Kesbang, SAR,
Perhubungan, PMI, Biro Sosial, Biro Pembangunan.
25 Gorontalo RSUD, SATKORLAK, Dinas Sosial, Dinas PU, Pramuka, Biro Kes, Biddokkes Polda, BAPPEDA
26 Sulawesi Tengah RS Undata, Biddokes Polda, PMI 27 Sulawesi Tenggara RSUD Prov, Dinas Sosial, Badan Kesbang
Linmas, Dinas Kimpraswil, Biddokkes Polda, Denkessyah TNI, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Perhubungan, SAR, PMI, RAPI, KKP, BMG, Dinas Nakertrans
28 Sulawesi Selatan BAPPEDA, Dinas Sosial, Dep Infokom, Biddokkes Polda, Kesdam, Dinkes – AU – AL , RS
29 Maluku BMG, Dinas Sosial, BAPPEDA, Biro Kesra, RSU, KKP, BTKL
30 Maluku Utara SATKORLAK, KESRENBANGLINMAS, TNI - AU, PMI, Dinas Sosial, Biddokkes Polda, RSUD, Media Masa Pemda.
31 Papua Barat Dinas Sosial, Badan Kesbang, Denkessyah TNI, Biddokkes Polda, KKP
32 Papua Biddokkes Polda, LSM
Lampiran 12
Gambaran Pertemuan Koordinasi pada Saat Tanggap Darurat Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Dilakukan
Rutin Setiap kejadian
Kadang-kadang
Dilakukan Tidak
Pernah Alasannya
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V Tergantung besar
kecilnya bencana 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V Tergantung besar
kecilnya bencana 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah 22 (66,7%) 6 (18,2%) 5 (15,1%)
Lampiran 13
Gambaran Unit Kerja yang Terlibat dalam Pertemuan Koordinasi pada Saat Tanggap Darurat Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Lintas Program Lintas Sektor 1 Nanggroe Aceh Darussalam Subdit Yankes,
Subdit P2P, Subdit Yanfar, Bag Keuangan
Satkorlak, RSUD
2 Sumatera Utara P2P & PL, Kesja, Yankes, Tekkes
BPBD, TNI/Polri, SAR, Dinsos
3 Sumatera Barat - RSUD, Dinsos, Kesbang Linmas
4 Riau - RSUD 5 Jambi P2M, Gizi, Yankes TNI, PMI, Satkorlak 6 Sumatera Selatan 4 bidang dan
sekretaris yang ada di Dinkes
RSU, BTKL, PMI, BB labkes
7 Banten P2PL, Binkesmas, Sekretariat, SDK
Dinas Sosial, Dinas PU, Biro Kesra
8 DKI Jakarta Bidang terkait di Dinkes
Satkorlak
9 Jawa Barat - Satkorlak, POLRI, TNI 10 Jawa Tengah P2PL,Sekretariat,
P2PK, P2SPK RS, Kodam, POLDA
11 DI Yogyakarta Bidang terkait di Dinkes
-
12 Jawa Timur Gizi, Yankes, Famasi, P2MK
SATKORLAK, TNI/POLRI
13 Bali P2PL, Bag umum, Subbid gizi
Dishub, KKP, RSUP Sanglah
14 Nusa Tenggara Barat Bidang terkait di Dinkes
15 Nusa Tenggara Timur Bidang Yanmed, Bidang Yankes
TNI, POLRI, SAR, LINMAS Sosial, KIMPRASWIL, Biro, KESRA, SETDA Prov., RSUD, Perhubungan
16 Kalimantan Barat Gizi, Farmasi, P2PL Satkorlak, Dinsos 17 Kalimantan Selatan Bidang terkait di
Dinkes RSU,Balai LABKES, DTKL, Badan POM KESBANGLINMAS, DINKESSOS, Dinas Pendidikan, POLRI, TNI, PMI, BPK
18 Kalimantan Timur Bidang YANKES, BP2, BPL, TU
-
19 Sulawesi Utara PMK, UPK, Farmasi - 20 Gorontalo P2M, Binkesmas, Dinas PU, Dinsos, PMI,
No Provinsi Lintas Program Lintas Sektor Farmasi, Gizi, Promkes
ORARI
21 Sulawesi Tengah Gizi, Farmasi, Kesling, Surveilans
-
22 Sulawesi Barat - Dinsos, Dinas PU, TNI, POLRI, PMI
23 Sulawesi Tenggara Sie kes matra & Gizi, Sie Surveilans, Sie PL, Sie Obat & Alkes
Dinsos, Dinas Kimpraswil, Din Nakertrans, Din Kehutanan, Polda Korem, Satkorlak, Din Perhubungan, SAR, PMI
24 Sulawesi Selatan Yankes, Farmasi, Promkes, Kesga
POLDA, KESDAM VII, DINKES AL-AU
25 Maluku Utara - Satkorlak, RSUD 26 Maluku Bidang terkait di
Dinkes Satkorlak
27 Papua Barat Yankes, Kesling, P2M, Perencanaan
Dinsos, Kesbang Linmas
28 Papua P2M, Yankes, Gudang Farmasi
RSUD
Lampiran 14
Gambaran Pelaksanaan Sosialisasi Program/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Pernah Materi/Sasaran/Frekuensi Tdk Pernah 1 Nanggroe Aceh
Darussalam V
2 Sumatera Utara V Kebijakan Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan (sasaran : LP, LS, Dinkes Kab/Kota), 1 kali
3 Sumatera Barat V Kebijakan Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan (sasaran : LP), 1 kali
4 Riau V Evaluasi Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes Kab/Kota) 1 kali
5 Kepulauan Riau V Manajemen Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes, RS, Pusk, KKP, Bappeda, Satkorlak), 1 kali
Penanganan Korban bencana (sasaran : relawan kab/kota), 1 kali
6 Jambi V 7 Sumatera
Selatan V
8 Bangka Belitung V Kepmenkes No. 145, UU no. 24/Tahun 2007, Pusat Bantuan Regional (sasaran : RSUD, Dinkes Kab/Kota)
9 Bengkulu V 10 Lampung V Kebijakan Penanggulangan Krisis
Kesehatan (sasaran : Dinkes, RS, Pemda, PU, Dinsos, DPRD), 1 kali
11 Banten V 12 DKI Jakarta V Kesiapsiagaan penanggulangan
bencana banjir dan konflik (sasaran : RS, Sudinkes, Puskesmas) 1 kali
13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V Manajemen Penanggulangan
Bencana (sasaran : BPBD, Dinsos, Kesbanglinmas), 1 kali
Sistem pelaporan Bencana (sasaran : Dinkes Kab/Kota), 1 kali
15 DI Yogyakarta V Sistem Informasi Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes Kab/Kota), 3 kali
16 Jawa Timur V 17 Bali V Tanggap Darurat Bencana dan safe
community (sasaran : Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas) 2 kali
No Provinsi Pernah Materi/Sasaran/Frekuensi Tdk Pernah 18 Nusa Tenggara
Barat V Manajemen Penanggulangan
Bencana (sasaran : Dinkeskab/kota) 1 kali
19 Nusa Tenggara Timur
V
20 Kalimantan Barat V Kebijakan Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan (sasaran : Denkesyah, Biddokes Polda, RS, Kesbanglinmas, Dinsos, RAPI, KKP, Poltekkes, Universitas), 1 kali
Pembentukan Tim Bantuan kesehatan (sasaran : Denkesyah, Biddokes Polda, RS, Kesbanglinmas, Dinsos, RAPI, KKP, Poltekkes, Universitas), 1 kali
21 Kalimantan Tengah
V Pedoman PKK-AB dan Sistem Informasi (sasaran : Pelaksana di Dinkes Kab/Kota), 1 kali/bulan
22 Kalimantan Selatan
V Pusat Bantuan Regional (sasaran : Dinkes Prov), 1 kali
Dasipena (sasaran : Mahasiswa Kesehatan), 1 kali
23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V Manajemen Penanggulangan
Bencana (sasaran : Puskesmas), 1 kali
RHA (sasaran : Puskesmas), 1 kali Pelayanan Kesehatan dan
Pengungsi (sasaran : Satlak dan Satgas Kec), 1 kali
25 Gorontalo V Rencana Kontijensi, RHA, Manajemen Bencana, Evakuasi Korban di Perairan (sasaran : LP dan LS), 1 kali
26 Sulawesi Tengah V Manajemen Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes kab/kota), 1 kali
TRC (sasaran : Dinkes kab/kota), 1 kali
27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi
Tenggara V
29 Sulawesi Selatan V Pengembangan Poskes dalam Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes kab/kota), 1 kali
No Provinsi Pernah Materi/Sasaran/Frekuensi Tdk Pernah 30 Maluku Utara V Pengenalan Dini Bencana Alam
(sasaran : Lintas sektor dan Mahasiswa), 1 kali
Pengenalan APD (sasaran : Pengungsi), 1 kali
Penanganan korban bencana (sasaran : : Lintas sektor dan Mahasiswa), 1 kali
Pembentukan Tim Siaga Bencana (sasaran : Pemda Kab/Kota) 1 kali
31 Maluku V PMK-AB (sasaran : Pemda Kab/Kota), 1 kali
Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Gempa Bumi dan Tsunami (sasaran : Masyarakat Pesisir), 2 kali/Tahun
32 Papua Barat V 33 Papua V Sistem kewaspadaan Dini (sasaran
: Bidan Desa), 1 kali Geomedik Mapping (sasaran :
Bidan Desa), 1 kali Rencana Kontijensi (Sasaran :
Dinkes Kab/Kota), 1 kali RHA (sasaran : LSM), 1 kali Pelayanan Dasar Penanggulangan
Bencana (sasaran : Kaops Polres se Papua), 1 kali
Program Kerja Krisis Center (sasaran : Dinkes Kab/Kota), 1 kali
Jumlah (%) 21 (63,6%) 12 (36,4%)
Lampiran 15
Gambaran Pelaksanaan Advokasi Program/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No Provinsi Pernah Materi/Sasaran/Frekuensi Tdk Pernah 1 Nanggroe Aceh
Darussalam V
2 Sumatera Utara V Strategi Bidang Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana (sasaran : Gubernur dan DPRD)
3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V Peraturan Perundang-
undangan (sasaran : Biro Hukum, Biro Pemerintahan dan Bappeda), 1 kali
6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V Peran Kesehatan dalam
Penanggulangan Bencana (sasaran : linsek dan BPBD), 2 kali
15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara
Barat V Rencana Aksi (sasaran
:BAPPEDA), 1 kali
19 Nusa Tenggara Timur
V
20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V Perencanaan
Kesiapsiagaan (sasaran :
No Provinsi Pernah Materi/Sasaran/Frekuensi Tdk Pernah Biro Keuangan Pemda, Bappeda, DPRD), 1 kali
27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V PMK-AB (sasaran : lintas
sektor), 1 kali
30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Program kerja Krisis
Center (sasaran : DPRD), 1 kali
Jumlah (%) 7 (21,2%) 26 (78,8%)
Lampiran 16 Gambaran Jenis Tenaga yang Bekerja pada Unit Kerja Pengelola Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No. Provinsi
S2 Kes
S2 N
onkes
S1/D4
kes
S1/D4
Nonkes
D3 K
es
D3
NonK
es
SLTA
Kes
SLTA
Um
um
SLTP
SD
Total
1. Nanggroe Aceh Darussalam
1 - 1 1 - 1 2 7 - - 13
2. Sumatera Utara 1 - 4 - 10 - 3 2 - - 20
3. Sumatera Barat 3 - 1 2 1 1 - 3 - 1 12
4. Riau 3 - 3 - 5 - - - - - 11
5. Kepulauan Riau 2 - 4 - 2 - - - - - 8
6. Jambi 2 - 10 2 - - - - - - 14
7. Sumatera Selatan
5 - 8 - 20 - - 4 2 1 40
8. Bangka Belitung - - 6 - - 1 - - - - 7
9. Bengkulu 3 - 4 1 1 - - - - - 9
10. Lampung 3 1 5 2 2 1 1 3 - - 18
11. Banten - - 4 - - - 4 - - - 8
12. DKI Jakarta 1 1 1 1 2 1 8 5 - - 20
13. Jawa Barat 3 - 2 1 1 - - - - - 7
14. Jawa Tengah 2 - 9 5 2 - - 7 3 - 28
15. DI Yogyakarta 4 1 8 1 2 4 - 2 2 - 24
16. Jawa Timur 11 - 8 - 1 - - 9 - - 29
17. Bali 2 - 1 1 2 3 - - - 9
18. Nusa Tenggara Barat
- 1 6 - 3 - 3 1 14 - 28
19. Nusa Tenggara Timur
- - 3 3 1 - 6 1 - - 14
20. Kalimantan Barat
1 - 1 2 1 - 2 3 - - 10
21. Kalimantan Tengah
2 - 2 2 - - - 1 - - 7
22. Kalimantan Selatan
2 - 4 - 2 - 1 10 1 - 20
23. Kalimantan Timur
2 - 3 1 - - 1 2 - - 9
24. Sulawesi Utara 4 - 10 - 2 - - 13 - - 29
No. Provinsi
S2 Kes
S2 N
onkes
S1/D4
kes
S1/D4
Nonkes
D3 K
es
D3
NonK
es
SLTA
Kes
SLTA
Um
um
SLTP
SD
Total
25. Gorontalo 8 1 11 1 8 - - - - - 29
26. Sulawesi Tengah
- - 4 - 1 - - 3 - - 8
27. Sulawesi Barat - - 10 - 8 - - 2 - - 20
28. Sulawesi Tenggara
1 - 1 1 1 - - 1 - - 5
29. Sulawesi Selatan
2 - 2 - - - 1 - - - 5
30. Maluku Utara 1 - 5 - 2 - - 1 - - 9
31. Maluku - - 1 - - - - 2 - - 3
32. Papua Barat 1 - 5 - - - - - - - 6
33. Papua - - 4 - 1 - 1 2 - - 8
Total 70 5 151 27 81 9 36 84 22 2 487
Lampiran 17 Gambaran Tenaga yang Masih Dibutuhkan oleh Unit Kerja Pengelola Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Dokter U
mum
S2 Epidem
iologi
SKM
Perawat
Sanitarian
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1 0 0 1 0 2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 3 Sumatera Barat 1 0 0 4 0 4 Riau 0 0 0 0 0 5 Kepulauan Riau 2 0 2 4 0 6 Jambi 0 0 0 0 0 7 Sumatera Selatan 0 0 0 0 0 8 Bangka Belitung 2 0 0 3 0 9 Bengkulu 1 0 0 2 0 10 Lampung 0 0 0 0 0 11 Banten 1 0 0 1 0 12 DKI Jakarta 0 0 0 0 1 13 Jawa Barat 0 0 0 0 0 14 Jawa Tengah 1 0 0 1 0 15 DI Yogyakarta 1 0 0 0 0 16 Jawa Timur 0 0 0 0 0 17 Bali 1 0 0 0 0 18 Nusa Tenggara Barat 1 0 1 0 1 19 Nusa Tenggara Timur 1 1 0 1 1 20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 21 Kalimantan Tengah 0 0 0 2 0 22 Kalimantan Selatan 1 0 0 1 0 23 Kalimantan Timur 1 0 0 1 0 24 Sulawesi Utara 3 0 2 4 0 25 Gorontalo 1 0 0 0 0 26 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 27 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 28 Sulawesi Tenggara 2 2 2 5 1 29 Sulawesi Selatan 2 2 0 2 2 30 Maluku Utara 2 0 0 2 0 31 Maluku 4 0 0 6 0 32 Papua Barat 1 0 0 0 1 33 Papua 1 1 0 1 0 Jumlah 31 6 7 41 7
Lampiran 18 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan ACLS Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
ACLS Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg masih
bertugas Penyelenggara
Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
1 1
2 Sumatera Utara 8 8 PPK 3 Sumatera Barat 3 1 Yanmedik 4 Riau 1 1 PPK 5 Kepulauan Riau 0 0 6 Jambi 10 3 PPK 7 Sumatera Selatan 10 10 PPK 8 Bangka Belitung 1 1 9 Bengkulu 1 0 PPK 10 Lampung 6 6 PPK 11 Banten 0 0 12 DKI Jakarta 2 2 13 Jawa Barat 0 0 14 Jawa Tengah 5 1 15 DI Yogyakarta 0 0 16 Jawa Timur 0 0 17 Bali 3 2 PPK, Dinkes 18 Nusa Tenggara Barat 0 0 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 20 Kalimantan Barat 0 0 21 Kalimantan Tengah 4 0 PPK 22 Kalimantan Selatan 5 5 PPK 23 Kalimantan Timur 0 0 24 Sulawesi Utara 2 2 25 Gorontalo 0 0 26 Sulawesi Tengah 0 0 27 Sulawesi Barat 0 0 28 Sulawesi Tenggara 0 0 29 Sulawesi Selatan 0 0 30 Maluku Utara 4 4 31 Maluku 0 0 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 0 0 Jumlah 65 48
Lampiran 19 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan ATLS Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
ATLS Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg masih
bertugas Penyelenggara
Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
1 1
2 Sumatera Utara 6 6 PPK 3 Sumatera Barat 3 1 Yanmedik 4 Riau 0 0 5 Kepulauan Riau 0 0 6 Jambi 12 3 PPK 7 Sumatera Selatan 15 15 PPK 8 Bangka Belitung 1 1 9 Bengkulu 1 0 10 Lampung 6 6 11 Banten 4 4 12 DKI Jakarta 5 2 13 Jawa Barat 0 0 14 Jawa Tengah 7 0 15 DI Yogyakarta 0 0 16 Jawa Timur 0 0 17 Bali 5 5 PPK, Dinkes 18 Nusa Tenggara Barat 0 0 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 20 Kalimantan Barat 2 2 PPK 21 Kalimantan Tengah 0 0 22 Kalimantan Selatan 2 2 PPK 23 Kalimantan Timur 0 0 24 Sulawesi Utara 17 17 25 Gorontalo 3 3 PPK 26 Sulawesi Tengah 0 0 27 Sulawesi Barat 0 0 28 Sulawesi Tenggara 0 0 29 Sulawesi Selatan 0 0 30 Maluku Utara 3 3 31 Maluku 0 0 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 0 0 Jumlah 93 71
Lampiran 20
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan BTLS Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
BTLS Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg masih
bertugas Penyelenggara
Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
1 1
2 Sumatera Utara 0 0 3 Sumatera Barat 0 0 4 Riau 0 0 5 Kepulauan Riau 0 0 6 Jambi 0 0 7 Sumatera Selatan 0 0 8 Bangka Belitung 0 0 9 Bengkulu 0 0 10 Lampung 0 0 11 Banten 0 0 12 DKI Jakarta 15 15 13 Jawa Barat 0 0 14 Jawa Tengah 0 0 15 DI Yogyakarta 0 0 16 Jawa Timur 0 0 17 Bali 5 5 18 Nusa Tenggara Barat 0 0 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 20 Kalimantan Barat 15 15 21 Kalimantan Tengah 0 0 22 Kalimantan Selatan 3 3 23 Kalimantan Timur 0 0 24 Sulawesi Utara 0 0 25 Gorontalo 0 0 26 Sulawesi Tengah 0 0 27 Sulawesi Barat 0 0 28 Sulawesi Tenggara 2 2 29 Sulawesi Selatan 0 0 30 Maluku Utara 0 0 31 Maluku 0 0 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 3 3 AGD 118 Jkt Jumlah 44 44
Lampiran 21
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan BLS Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
BLS Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
0 0 0
2 Sumatera Utara 0 0 0 3 Sumatera Barat 0 0 0 4 Riau 0 0 0 5 Kepulauan Riau 0 0 0 6 Jambi 0 0 0 7 Sumatera Selatan 0 0 0 8 Bangka Belitung 0 0 0 9 Bengkulu 0 0 0 10 Lampung 0 0 0 11 Banten 0 0 0 12 DKI Jakarta 0 0 0 13 Jawa Barat 0 0 0 14 Jawa Tengah 0 0 0 15 DI Yogyakarta 0 0 0 16 Jawa Timur 0 0 0 17 Bali 7 7 DINKES 18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 20 Kalimantan Barat 0 0 0 21 Kalimantan Tengah 0 0 0 22 Kalimantan Selatan 0 0 0 23 Kalimantan Timur 0 0 0 24 Sulawesi Utara 0 0 0 25 Gorontalo 0 0 0 26 Sulawesi Tengah 0 0 0 27 Sulawesi Barat 0 0 0 28 Sulawesi Tenggara 0 0 0 29 Sulawesi Selatan 0 0 0 30 Maluku Utara 0 0 0 31 Maluku 0 0 0 32 Papua Barat 0 0 0 33 Papua 0 0 0 Jumlah 7 7
Lampiran 22 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan PPGD Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
PPGD Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg masih
bertugas Penyelenggara
Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
1 1
2 Sumatera Utara 0 0 3 Sumatera Barat 1 1 RSU 4 Riau 0 0 5 Kepulauan Riau 0 0 6 Jambi 0 0 7 Sumatera Selatan 0 0 8 Bangka Belitung 6 6 Yanmedik 9 Bengkulu 0 0 10 Lampung 1 1 Yanmedik 11 Banten 12 12 Yanmedik 12 DKI Jakarta 10 10 Dinkes 13 Jawa Barat 0 0 14 Jawa Tengah 4 4 15 DI Yogyakarta 3 3 Dinkes 16 Jawa Timur 0 0 17 Bali 0 0 18 Nusa Tenggara Barat 2 2 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 20 Kalimantan Barat 5 5 Dinkes 21 Kalimantan Tengah 0 0 22 Kalimantan Selatan 0 0 23 Kalimantan Timur 0 0 24 Sulawesi Utara 0 0 25 Gorontalo 0 0 26 Sulawesi Tengah 0 0 27 Sulawesi Barat 0 0 28 Sulawesi Tenggara 0 0 29 Sulawesi Selatan 0 0 30 Maluku Utara 0 0 31 Maluku 0 0 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 0 0 Jumlah 45 45
Lampiran 23
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi yang Pernah Pelatihan Emergency Nursing Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Emergency Nursing Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg masih
bertugas Penyelenggara
Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
0 0
2 Sumatera Utara 4 4 PPK 3 Sumatera Barat 0 0 4 Riau 2 2 PPK 5 Kepulauan Riau 0 0 6 Jambi 5 5 PPK 7 Sumatera Selatan 20 20 PPK 8 Bangka Belitung 0 0 9 Bengkulu 3 3 PPK 10 Lampung 5 2 PPK 11 Banten 0 0 12 DKI Jakarta 6 6 PPK 13 Jawa Barat 0 0 14 Jawa Tengah 5 0 PPK 15 DI Yogyakarta 0 0 16 Jawa Timur 0 0 17 Bali 3 3 PPK 18 Nusa Tenggara Barat 9 9 PPK 19 Nusa Tenggara Timur 2 2 PPK 20 Kalimantan Barat 2 2 PPK 21 Kalimantan Tengah 0 0 22 Kalimantan Selatan 2 2 PPK 23 Kalimantan Timur 0 0 24 Sulawesi Utara 14 14 25 Gorontalo 2 2 PPK 26 Sulawesi Tengah 0 0 27 Sulawesi Barat 3 3 28 Sulawesi Tenggara 0 0 29 Sulawesi Selatan 0 0 30 Maluku Utara 2 2 PPK 31 Maluku 0 0 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 0 0 Jumlah 89 81
Lampiran 24 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Evakuasi Korban di Perairan (Perahu Karet) Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Evakuasi Korban di Perairan (Perahu Karet) Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg masih
bertugas Penyelenggara
Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
3 3 PPK
2 Sumatera Utara 6 6 PPK 3 Sumatera Barat 4 3 PPK 4 Riau 1 1 PPK 5 Kepulauan Riau 1 0 PPK 6 Jambi 2 2 PPK 7 Sumatera Selatan 2 2 PPK 8 Bangka Belitung 0 0 9 Bengkulu 6 2 PPK 10 Lampung 1 0 PPK 11 Banten 1 1 PPK 12 DKI Jakarta 3 3 PPK 13 Jawa Barat 1 1 PPK 14 Jawa Tengah 6 6 PPK 15 DI Yogyakarta 0 0 16 Jawa Timur 3 3 PPK, Dinkes 17 Bali 3 3 PPK 18 Nusa Tenggara Barat 4 4 PPK 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 20 Kalimantan Barat 2 2 PPK 21 Kalimantan Tengah 4 0 PPK 22 Kalimantan Selatan 1 1 PPK 23 Kalimantan Timur 0 0 24 Sulawesi Utara 6 6 PPK 25 Gorontalo 2 2 PPK 26 Sulawesi Tengah 7 6 PPK 27 Sulawesi Barat 2 2 PPK 28 Sulawesi Tenggara 2 2 PPK 29 Sulawesi Selatan 4 4 PPK 30 Maluku Utara 0 0 31 Maluku 0 0 32 Papua Barat 1 1 Depsos 33 Papua 3 3 PPK Jumlah 81 69
Lampiran 25 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Operasional Sarana Penunjang Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Operasional Sarana Penunjang Tenaga yg Jumlah yg Penyelenggara
Pernah Dilatih
msh bertugas
Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
0 0
2 Sumatera Utara 2 2 PPK 3 Sumatera Barat 2 2 PPK 4 Riau 0 0 5 Kepulauan Riau 0 0 6 Jambi 0 0 7 Sumatera Selatan 3 3 PPK 8 Bangka Belitung 0 0 9 Bengkulu 0 0 10 Lampung 0 0 11 Banten 0 0 12 DKI Jakarta 2 2 PPK 13 Jawa Barat 0 0 14 Jawa Tengah 3 3 PPK 15 DI Yogyakarta 0 0 16 Jawa Timur 5 5 PPK 17 Bali 2 2 PPK 18 Nusa Tenggara Barat 0 0 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 20 Kalimantan Barat 0 0 21 Kalimantan Tengah 0 0 22 Kalimantan Selatan 2 2 PPK 23 Kalimantan Timur 0 0 24 Sulawesi Utara 2 2 PPK 25 Gorontalo 0 0 26 Sulawesi Tengah 0 0 27 Sulawesi Barat 0 0 28 Sulawesi Tenggara 0 0 29 Sulawesi Selatan 3 3 PPK 30 Maluku Utara 0 0 31 Maluku 0 0 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 2 2 PPK Jumlah 28 28
Lampiran 26
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan RS Lapangan Menurut Provinsi
No Provinsi
RS Lapangan Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
0 0
2 Sumatera Utara 20 20 PPK 3 Sumatera Barat 0 0 4 Riau 0 0 5 Kepulauan Riau 0 0 6 Jambi 0 0 7 Sumatera Selatan 7 7 PPK 8 Bangka Belitung 0 0 9 Bengkulu 0 0 10 Lampung 0 0 11 Banten 0 0 12 DKI Jakarta 4 4 PPK 13 Jawa Barat 0 0 14 Jawa Tengah 8 8 PPK 15 DI Yogyakarta 0 0 16 Jawa Timur 5 5 PPK 17 Bali 29 29 PPK 18 Nusa Tenggara Barat 0 0 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 20 Kalimantan Barat 0 0 21 Kalimantan Tengah 0 0 22 Kalimantan Selatan 3 2 PPK 23 Kalimantan Timur 0 0 24 Sulawesi Utara 8 8 PPK 25 Gorontalo 0 0 26 Sulawesi Tengah 0 0 27 Sulawesi Barat 0 0 28 Sulawesi Tenggara 0 0 29 Sulawesi Selatan 4 4 PPK 30 Maluku Utara 0 0 31 Maluku 0 0 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 0 0 Jumlah 88 87
Lampiran 27
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Manajemen Bencana Bidang kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Manajemen Bencana Bidang Kesehatan Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
5 5 PPK
2 Sumatera Utara 24 24 PPK, DINKES 3 Sumatera Barat 2 2 PPK 4 Riau 2 2 PPK 5 Kepulauan Riau 2 2 PPK 6 Jambi 5 0 PPK 7 Sumatera Selatan 7 7 PPK 8 Bangka Belitung 2 2 PPK 9 Bengkulu 4 2 PPK 10 Lampung 1 1 PPK 11 Banten 1 1 PPK 12 DKI Jakarta 6 4 PPK 13 Jawa Barat 4 2 PPK 14 Jawa Tengah 5 3 PPK 15 DI Yogyakarta 4 3 PPK 16 Jawa Timur 1 1 PPK 17 Bali 3 3 PPK, DINKES 18 Nusa Tenggara Barat 6 6 PPK 19 Nusa Tenggara Timur 2 2 PPK 20 Kalimantan Barat 5 5 PPK 21 Kalimantan Tengah 2 0 PPK 22 Kalimantan Selatan 5 5 PPK 23 Kalimantan Timur 5 3 PPK 24 Sulawesi Utara 4 4 PPK 25 Gorontalo 5 5 PPK 26 Sulawesi Tengah 3 2 PPK 27 Sulawesi Barat 2 0 PPK 28 Sulawesi Tenggara 4 4 PPK 29 Sulawesi Selatan 3 3 PPK 30 Maluku Utara 3 3 PPK 31 Maluku 3 3 PPK 32 Papua Barat 2 2 PPK 33 Papua 4 4 PPK Jumlah 136 115
Lampiran 28 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Manajemen Obat dan Logistik kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan
Tenaga yg Pernah Dilatih
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
0 0
2 Sumatera Utara 4 4 PPK 3 Sumatera Barat 0 0 4 Riau 0 0 5 Kepulauan Riau 0 0 6 Jambi 6 6 PPK 7 Sumatera Selatan 4 4 PPK 8 Bangka Belitung 1 1 PPK 9 Bengkulu 0 0 10 Lampung 1 0 PPK 11 Banten 1 1 PPK 12 DKI Jakarta 1 1 PPK 13 Jawa Barat 0 0 14 Jawa Tengah 2 2 PPK 15 DI Yogyakarta 0 0 16 Jawa Timur 2 2 PPK 17 Bali 2 2 PPK 18 Nusa Tenggara Barat 1 1 PPK 19 Nusa Tenggara Timur 1 1 PPK 20 Kalimantan Barat 0 0 21 Kalimantan Tengah 3 0 PPK 22 Kalimantan Selatan 2 2 PPK 23 Kalimantan Timur 0 0 24 Sulawesi Utara 8 8 PPK 25 Gorontalo 1 1 PPK 26 Sulawesi Tengah 0 0 27 Sulawesi Barat 0 0 28 Sulawesi Tenggara 1 1 PPK 29 Sulawesi Selatan 4 0 PPK 30 Maluku Utara 2 2 PPK 31 Maluku 0 0 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 1 1 PPK Jumlah 48 40
Lampiran 29 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan RHA Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi RHA
Tenaga yg Pernah Dilatih
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
0 0
2 Sumatera Utara 10 10 PPK 3 Sumatera Barat 2 1 PPK 4 Riau 0 0 5 Kepulauan Riau 1 1 PPK 6 Jambi 0 0 7 Sumatera Selatan 5 5 PPK 8 Bangka Belitung 0 0 9 Bengkulu 4 4 PPK 10 Lampung 2 1 PPK 11 Banten 0 0 12 DKI Jakarta 10 10 DINKES 13 Jawa Barat 4 4 PPK 14 Jawa Tengah 5 5 PPK 15 DI Yogyakarta 5 3 PPK 16 Jawa Timur 6 6 PPK 17 Bali 0 0 18 Nusa Tenggara Barat 0 0 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 20 Kalimantan Barat 2 2 PPK 21 Kalimantan Tengah 6 0 PPK 22 Kalimantan Selatan 0 0 23 Kalimantan Timur 5 5 PPK 24 Sulawesi Utara 2 2 PPK 25 Gorontalo 1 1 PPK 26 Sulawesi Tengah 7 5 PPK, DINKES 27 Sulawesi Barat 5 5 PPK 28 Sulawesi Tenggara 4 4 PPK 29 Sulawesi Selatan 0 0 30 Maluku Utara 4 4 PPK 31 Maluku 2 2 PPK 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 0 0 Jumlah 92 80
Lampiran 30 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Rencana Kontijensi Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Rencana Kontinjensi
Tenaga yg Pernah Dilatih
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
0 0
2 Sumatera Utara 10 10 PPK 3 Sumatera Barat 2 1 PPK 4 Riau 3 3 PPK 5 Kepulauan Riau 0 0 6 Jambi 5 5 PPK 7 Sumatera Selatan 8 8 PPK 8 Bangka Belitung 0 0 9 Bengkulu 2 0 PPK 10 Lampung 0 0 11 Banten 1 1 PPK 12 DKI Jakarta 1 1 PPK 13 Jawa Barat 0 0 14 Jawa Tengah 2 2 PPK 15 DI Yogyakarta 0 0 16 Jawa Timur 5 5 17 Bali 2 2 PPK, DINKES 18 Nusa Tenggara Barat 0 0 19 Nusa Tenggara Timur 4 4 DINKES PROV 20 Kalimantan Barat 3 3 PPK 21 Kalimantan Tengah 6 0 PPK 22 Kalimantan Selatan 2 2 PPK 23 Kalimantan Timur 4 4 PPK 24 Sulawesi Utara 5 5 PPK 25 Gorontalo 6 6 PPK 26 Sulawesi Tengah 0 0 27 Sulawesi Barat 3 0 PPK 28 Sulawesi Tenggara 3 3 PPK 29 Sulawesi Selatan 5 0 PPK 30 Maluku Utara 2 2 PPK 31 Maluku 2 2 PPK 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 1 1 PPK Jumlah 87 70
Lampiran 31 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Pengelolaan Data dan Informasi Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Pengelolaan Data dan Informasi Tenaga yg
Pernah Dilatih
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
5 3 PPK
2 Sumatera Utara 2 2 PPK 3 Sumatera Barat 2 1 PPK 4 Riau 4 3 PPK 5 Kepulauan Riau 2 2 PPK 6 Jambi 3 3 PPK 7 Sumatera Selatan 5 5 PPK 8 Bangka Belitung 3 3 PPK 9 Bengkulu 2 1 PPK DEPKES 10 Lampung 5 5 PPK 11 Banten 4 2 DEPKES 12 DKI Jakarta 1 1 PPK 13 Jawa Barat 1 1 PPK 14 Jawa Tengah 1 1 PPK 15 DI Yogyakarta 3 3 PPK 16 Jawa Timur 5 5 17 Bali 3 2 PPK 18 Nusa Tenggara Barat 6 5 PPK 19 Nusa Tenggara Timur 2 2 PPK 20 Kalimantan Barat 1 1 PPK 21 Kalimantan Tengah 1 1 PPK 22 Kalimantan Selatan 1 1 PPK 23 Kalimantan Timur 4 4 PPK 24 Sulawesi Utara 3 3 PPK 25 Gorontalo 1 1 PPK 26 Sulawesi Tengah 6 4 PPK 27 Sulawesi Barat 1 1 PPK 28 Sulawesi Tenggara 3 1 PPK 29 Sulawesi Selatan 3 3 PPK 30 Maluku Utara 2 2 PPK 31 Maluku 1 1 PPK 32 Papua Barat 2 2 PPK 33 Papua 2 2 PPK Jumlah 90 77
Lampiran 32
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Radio Komunikasi Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Radio Komunikasi
Tenaga yg Pernah Dilatih
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
1 Nanggroe Aceh Darussalam
5 3 PPK
2 Sumatera Utara 8 8 PPK 3 Sumatera Barat 1 1 PPK 4 Riau 3 2 PPK 5 Kepulauan Riau 2 2 PPK 6 Jambi 2 2 PPK 7 Sumatera Selatan 3 3 PPK 8 Bangka Belitung 0 0 9 Bengkulu 1 0 PPK 10 Lampung 2 2 PPK 11 Banten 1 1 PPK 12 DKI Jakarta 2 2 PPK 13 Jawa Barat 1 1 PPK 14 Jawa Tengah 2 2 PPK 15 DI Yogyakarta 3 3 PPK 16 Jawa Timur 1 1 PPK 17 Bali 3 3 PPK 18 Nusa Tenggara Barat 2 1 PPK 19 Nusa Tenggara Timur 3 3 PPK 20 Kalimantan Barat 2 2 PPK 21 Kalimantan Tengah 7 0 PPK 22 Kalimantan Selatan 1 0 PPK 23 Kalimantan Timur 0 0 PPK 24 Sulawesi Utara 5 5 PPK 25 Gorontalo 0 0 26 Sulawesi Tengah 6 1 PPK 27 Sulawesi Barat 0 0 28 Sulawesi Tenggara 0 0 29 Sulawesi Selatan 8 6 PPK 30 Maluku Utara 0 0 31 Maluku 1 1 PPK 32 Papua Barat 0 0 33 Papua 0 0 Jumlah 75 55
Lampiran 33 Gambaran Pelatihan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan Dinas Kesehatan Provinsi
No. Provinsi Uraian Pelatihan Frekuensi Keterangan 1 Nanggroe Aceh
Darussalam Belum pernah
2 Sumatera Utara Perahu Karet Radio Komunikasi RS. Lapangan Rencana kontijensi
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
3 Sumatera Barat RHA Rencana Kontijensi
1 kali 1 kali
4 Riau Manajemen bencana Perahu karet Pemetaan rawan
bencana
1 kali 1 kali 1 kali
2006 2007 2007
5 Kepulauan Riau Belum pernah 6 Jambi Penaggulanan
bencana untuk sukarelawan & tenaga kesehatan
1kali
7 Sumatera Selatan Belum pernah 8 Bangka Belitung Belum pernah 9 Bengkulu PPGD
Evakuasi korban di perairan
1kali
10 Lampung Belum pernah 11 Banten Belum pernah 12 DKI Jakarta ACLS
ATLS BTLS PPGD RHA Defensive Driving Medical First
Responder
13 Jawa Barat Pel Renkon Tim PBP
1 kali 1 kali
14 Jawa Tengah Belum pernah 15 D.I. Yogyakarta ACLS
PPGD AGD Lapangan PPGD Awam
3 kali 5 kali 1 kali 3 kali
Th. 2007 Th. 2007 Th. 2007 Th. 2005-07
16 Jawa Timur Belum pernah 17 Bali ATLS
ACLS Manajemen bencana
bid kesehatan Rencana kontijensi BLS
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
18 Nusa Tenggara Barat
Managemen bencana
Sistem Informasi Perahu karet Komunikasi cepat
5 kali 7 kali 2 kali 12 kali
No. Provinsi Uraian Pelatihan Frekuensi Keterangan 19 Nusa Tenggara
Timur GIS RADKOM Rencana Kontijensi
1 kali 1 kali 2 kali
20 Kalimantan Barat PPGD 1 kali 21 Kalimantan Tengah Belum pernah 22 Kalimantan Selatan TRC
SPGDT 1 kali 1 kali
23 Kalimantan Timur Belum pernah 24 Sulawesi Utara Managemen
Bencana Emergency Nursing
1 kali 1 kali
25 Gorontalo DVI Rencana Kontijensi Evakuasi korban di
perairan
2 kali 1 kali 1 kali
26 Sulawesi Tengah Pelatihan RHA 1 kali 27 Sulawesi Barat Belum pernah 28 Sulawesi Tenggara Penanggulangan
kesehatan kedaruratan bagi tenaga puskesmas dan IGD RSU Kab/Kota,
RHA, Analisis resiko
bencana
1 kali 1 kali 1 kali
Th 2006 Th 2006 Th 2006
29 Sulawesi Selatan Belum pernah 30 Maluku Utara Manajemen Bencana
dan Simulasi PB 1 kali
31 Maluku Belum pernah 32 Papua Barat Belum pernah 33 Papua Basic Life Support
Sistem Kewaspadaan Dini
SBN Ambulance
3 kali 1 kali 3 kali
Lampiran 34 Gambaran Gladi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan/Diikuti Dinas Kesehatan Provinsi
No. Provinsi Jenis Gladi Frekuensi Keterangan 1 Nanggroe Aceh
Darussalam Belum pernah
2 Sumatera Utara Banjir bandang Gempa bumi Tanah longsor Kerusuhan massal
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
3 Sumatera Barat Evakuasi diperairan
Gempa bumi
1 kali 1 kali
4 Riau Belum pernah 5 Kepulauan Riau Evakuasi
diperairan 1kali
6 Jambi Belum pernah 7 Sumatera Selatan Gladi posko
jatuhnya pesawat terbang
1 klali Tahun 2007
8 Bangka Belitung Gladi posko dan lapangan penanggulangan bencana
1 kali Tahun 2006
9 Bengkulu Gempa bumi 1 kali 10 Lampung Gladi lapangan
penanggulangan bencana
1 kali
11 Banten Tsunami Bencana kimia
1 kali 1 kali
12 DKI Jakarta Gladi posko dan lapangan penanggulangan bencana
1 kali/ tahun
13 Jawa Barat Belum pernah 14 Jawa Tengah Gladi RS Lapangan
Gladi lapangan penanggulangan bencana
3 kali 1 kali
15 D.I. Yogyakarta Gladi lapangan tim AGD
1 kali Th. 2007
16 Jawa Timur Belum pernah 17 Bali Kerusuhaan masal 1 kali Di tanah lot
selama 3 hari 18 Nusa Tenggara Barat Banjir
Gelombang Pasang 1 kali 1 kali
19 Nusa Tenggara Timur Gladi posko 1 kali 20 Kalimantan Barat Belum pernah 21 Kalimantan Tengah Belum pernah
No. Provinsi Jenis Gladi Frekuensi Keterangan 22 Kalimantan Selatan TRC 1 kali 23 Kalimantan Timur Gladi
Penanggulangan bencana
1 kali
24 Sulawesi Utara Tsunami Drill 1 kali 25 Gorontalo Evakuasi korban di
perairan 1 kali
26 Sulawesi Tengah Gempa bumi 1 kali 27 Sulawesi Barat Belum pernah 28 Sulawesi Tenggara Simulasi kebakaran
Gelombang pasang 1 kali 1 kali
Tahun 2005 Tahun 2006
29 Sulawesi Selatan Tsunami Banjir Tanah longsor Kecelakaan
pesawat
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
30 Maluku Utara Evakuasi korban di perairan
1 kali
31 Maluku Gempa bumi Tsunami
1 kali 1 kali
32 Papua Barat Belum pernah 33 Papua Kerusuhan massal 1 kali
Lampiran 35 Gambaran Sarana Transportasi R4 yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Am
bulans
Operasional
R4
Bak Terbuka
Mobil K
linik
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 1 1 0 2 Sumatera Utara 6 1 0 1 3 Sumatera Barat 2 1 0 1 4 Riau 1 1 0 0 5 Kepulauan Riau 1 1 0 0 6 Jambi 3 1 0 0 7 Sumatera Selatan 5 1 1 2 8 Bangka Belitung 0 1 0 0 9 Bengkulu 1 1 0 0 10 Lampung 1 1 0 0 11 Banten 4 1 0 0 12 DKI Jakarta 50 1 3 2 13 Jawa Barat 1 1 0 0 14 Jawa Tengah 1 1 1 1 15 DI Yogyakarta 2 1 1 0 16 Jawa Timur 1 1 0 1 17 Bali 1 3 1 2 18 Nusa Tenggara Barat 2 2 1 0 19 Nusa Tenggara Timur 1 1 0 0 20 Kalimantan Barat 1 2 2 0 21 Kalimantan Tengah 0 1 0 0 22 Kalimantan Selatan 2 1 1 1 23 Kalimantan Timur 1 1 1 0 24 Sulawesi Utara 1 4 0 1 25 Gorontalo 1 2 0 0 26 Sulawesi Tengah 1 1 0 0 27 Sulawesi Barat 1 1 1 0 28 Sulawesi Tenggara 1 1 0 0 29 Sulawesi Selatan 1 4 0 2 30 Maluku Utara 1 1 1 0 31 Maluku 1 1 0 0 32 Papua Barat 1 1 0 0 33 Papua 5 1 1 0 Jumlah 101 44 16 14
Lampiran 36 Gambaran Sarana Transportasi R3, R2, Perahu Karet dan Kapal Laut yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
R3
Sepeda Motor
Perahu Karet
Speed Boat
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 1 2 0 2 Sumatera Utara 1 4 10 0 3 Sumatera Barat 1 2 4 0 4 Riau 0 0 2 0 5 Kepulauan Riau 0 0 0 0 6 Jambi 0 0 1 0 7 Sumatera Selatan 1 3 3 0 8 Bangka Belitung 0 0 0 0 9 Bengkulu 0 0 2 0 10 Lampung 0 0 0 0 11 Banten 0 2 2 0 12 DKI Jakarta 0 12 8 0 13 Jawa Barat 0 0 0 0 14 Jawa Tengah 1 3 10 0 15 DI Yogyakarta 0 1 0 0 16 Jawa Timur 1 3 8 0 17 Bali 1 3 3 0 18 Nusa Tenggara Barat 0 1 1 0 19 Nusa Tenggara Timur 0 3 0 0 20 Kalimantan Barat 0 0 3 0 21 Kalimantan Tengah 0 0 1 0 22 Kalimantan Selatan 1 3 6 0 23 Kalimantan Timur 0 0 1 0 24 Sulawesi Utara 1 4 4 0 25 Gorontalo 0 0 7 0 26 Sulawesi Tengah 0 1 7 0 27 Sulawesi Barat 0 0 0 0 28 Sulawesi Tenggara 0 1 0 0 29 Sulawesi Selatan 1 2 4 1 30 Maluku Utara 0 0 0 0 31 Maluku 0 1 0 1 32 Papua Barat 0 0 0 0 33 Papua 1 0 2 0 Jumlah 10 50 90 2
Lampiran 37 Gambaran Sarana Komunikasi yang Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Telepon
Faksimili
SSB
HT/R
IG
Handphone
Handphone Satelit
1 Nanggroe Aceh Darussalam
1 1 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 3 6 1 30 0 2 3 Sumatera Barat 1 1 1 26 0 0 4 Riau 1 1 0 0 0 0 5 Kepulauan Riau 1 1 1 1 0 0 6 Jambi 2 2 0 10 0 0 7 Sumatera Selatan 1 1 1 30 0 2 8 Bangka Belitung 2 1 0 5 0 0 9 Bengkulu 1 1 0 4 0 0 10 Lampung 1 1 0 0 0 0 11 Banten 1 1 0 7 0 0 12 DKI Jakarta 1 1 0 246 0 0 13 Jawa Barat 1 1 1 3 0 0 14 Jawa Tengah 1 1 2 35 0 2 15 DI Yogyakarta 1 1 0 15 0 0 16 Jawa Timur 3 1 0 30 0 0 17 Bali 1 1 0 36 0 2 18 Nusa Tenggara Barat 1 1 0 0 0 0 19 Nusa Tenggara Timur 1 1 1 1 0 0 20 Kalimantan Barat 1 1 2 4 0 0 21 Kalimantan Tengah 1 1 1 4 0 0 22 Kalimantan Selatan 1 1 0 35 0 2 23 Kalimantan Timur 1 1 0 0 0 0 24 Sulawesi Utara 1 1 0 38 0 0 25 Gorontalo 1 1 0 1 0 0 26 Sulawesi Tengah 1 1 1 4 0 0 27 Sulawesi Barat 1 1 0 0 0 0 28 Sulawesi Tenggara 1 1 0 0 0 0 29 Sulawesi Selatan 2 2 1 30 0 2 30 Maluku Utara 1 1 0 0 0 2 31 Maluku 1 1 0 0 0 2 32 Papua Barat 1 1 0 0 0 0 33 Papua 1 1 3 10 0 1 Jumlah 40 40 16 605 0 17
Lampiran 38 Gambaran Sarana Informasi yang Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Televisi
Kam
era
LCD
Proyektor
PC K
omputer
Laptop
Scanner
Handycam
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 0 4 1 0 0 2 Sumatera Utara 2 1 1 3 1 0 0 3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 4 Riau 0 0 0 3 1 0 0 5 Kepulauan Riau 0 1 0 0 0 0 0 6 Jambi 0 0 0 0 1 0 0 7 Sumatera Selatan 2 1 1 2 2 0 1 8 Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 9 Bengkulu 0 0 0 1 0 0 0 10 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 11 Banten 1 1 1 4 1 0 0 12 DKI Jakarta 0 0 1 1 1 0 0 13 Jawa Barat 1 0 0 1 1 1 0 14 Jawa Tengah 2 2 1 2 1 0 1 15 DI Yogyakarta 0 0 0 3 0 0 0 16 Jawa Timur 2 1 1 0 2 1 1 17 Bali 2 1 1 2 1 2 0 18 Nusa Tenggara Barat 0 0 1 2 1 0 1 19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 1 0 0 0 20 Kalimantan Barat 0 0 1 1 0 0 0 21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 22 Kalimantan Selatan 1 1 0 2 1 1 1 23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0 24 Sulawesi Utara 2 0 1 2 0 0 0 25 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 26 Sulawesi Tengah 1 0 3 1 0 0 0 27 Sulawesi Barat 1 0 0 0 1 0 0 28 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 29 Sulawesi Selatan 3 1 1 2 2 0 1 30 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 31 Maluku 0 0 2 5 5 0 0 32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 33 Papua 1 1 0 1 2 0 0 Jumlah 19 11 16 43 25 5 6
Lampiran 39 Gambaran Sarana Penunjang yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Tenda
Genset
Velbed
Motor Tem
pel
Tandu
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6 1 3 1 0 2 Sumatera Utara 10 3 100 10 0 3 Sumatera Barat 12 3 68 4 0 4 Riau 2 0 0 2 0 5 Kepulauan Riau 2 0 0 0 0 6 Jambi 2 0 0 0 0 7 Sumatera Selatan 15 7 50 3 10 8 Bangka Belitung 2 0 0 0 0 9 Bengkulu 4 1 50 1 0 10 Lampung 3 0 0 0 0 11 Banten 2 0 50 0 0 12 DKI Jakarta 7 3 103 1 0 13 Jawa Barat 4 0 100 0 0 14 Jawa Tengah 16 3 120 10 2 15 DI Yogyakarta 2 0 25 0 0 16 Jawa Timur 1 3 30 8 0 17 Bali 10 4 150 3 2 18 Nusa Tenggara Barat 4 0 0 1 0 19 Nusa Tenggara Timur 3 1 0 0 0 20 Kalimantan Barat 2 1 0 5 0 21 Kalimantan Tengah 2 0 0 1 0 22 Kalimantan Selatan 6 5 160 8 0 23 Kalimantan Timur 2 0 0 1 0 24 Sulawesi Utara 10 3 50 4 0 25 Gorontalo 3 0 0 7 0 26 Sulawesi Tengah 2 1 0 7 0 27 Sulawesi Barat 4 0 0 1 0 28 Sulawesi Tenggara 2 0 0 0 0 29 Sulawesi Selatan 11 3 50 2 0 30 Maluku Utara 2 0 0 0 0 31 Maluku 2 0 0 0 0 32 Papua Barat 2 0 0 0 0 33 Papua 6 4 50 2 0 Jumlah 163 46 1.159 82 14
Lampiran 40 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Obat, MP-ASI dan Alat Kesehatan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Obat dan
Bahan H
abis Pakai
MP-A
SI
Emergency K
it
Tabung O
ksigen
1 Nanggroe Aceh Darussalam Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 2 Sumatera Utara Ada Ada Ada Ada 3 Sumatera Barat Ada Ada Ada Ada 4 Riau Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 5 Kepulauan Riau Ada Ada Ada Ada 6 Jambi Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 7 Sumatera Selatan Ada Tdk Ada Ada Ada 8 Bangka Belitung Ada Tdk Ada Ada Ada 9 Bengkulu Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 10 Lampung Ada Tdk Ada Ada Ada 11 Banten Ada Ada Ada Ada 12 DKI Jakarta Ada Tdk Ada Ada Ada 13 Jawa Barat Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 14 Jawa Tengah Ada Ada Ada Ada 15 DI Yogyakarta Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 16 Jawa Timur Ada Ada Ada Ada 17 Bali Ada Tdk Ada Ada Ada 18 Nusa Tenggara Barat Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 19 Nusa Tenggara Timur Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 20 Kalimantan Barat Ada Ada Tdk Ada Ada 21 Kalimantan Tengah Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 22 Kalimantan Selatan Ada Ada Ada Ada 23 Kalimantan Timur Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 24 Sulawesi Utara Ada Tdk Ada Ada Ada 25 Gorontalo Ada Ada Ada Ada 26 Sulawesi Tengah Ada Ada Ada Tdk Ada 27 Sulawesi Barat Ada Ada Ada Tdk Ada 28 Sulawesi Tenggara Ada Tdk Ada Ada Ada 29 Sulawesi Selatan Ada Ada Ada Ada 30 Maluku Utara Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 31 Maluku Ada Ada Ada Ada 32 Papua Barat Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 33 Papua Ada Tdk Ada Ada Ada
Lampiran 41 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
PAC
Fogging M
achine
Insektisida
Kantong
Sampah
Kantong M
ayat
1 Nanggroe Aceh Darussalam Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 2 Sumatera Utara Ada Ada Ada Ada Ada 3 Sumatera Barat Ada Ada Ada Tdk Ada Ada 4 Riau Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 5 Kepulauan Riau Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 6 Jambi Ada Ada Ada Tdk Ada Ada 7 Sumatera Selatan Ada Ada Ada Ada Ada 8 Bangka Belitung Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada 9 Bengkulu Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada 10 Lampung Ada Ada Ada Tdk Ada Ada 11 Banten Ada Ada Tdk Ada Ada Ada 12 DKI Jakarta Ada Ada Ada Ada Ada 13 Jawa Barat Ada Ada Tdk Ada Ada Ada 14 Jawa Tengah Ada Ada Ada Ada Ada 15 DI Yogyakarta Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 16 Jawa Timur Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada 17 Bali Ada Ada Tdk Ada Ada Ada 18 Nusa Tenggara Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 19 Nusa Tenggara Timur Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 20 Kalimantan Barat Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 21 Kalimantan Tengah Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 22 Kalimantan Selatan Ada Ada Tdk Ada Ada Ada 23 Kalimantan Timur Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 24 Sulawesi Utara Ada Ada Ada Ada Ada 25 Gorontalo Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada 26 Sulawesi Tengah Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 27 Sulawesi Barat Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 28 Sulawesi Tenggara Ada Ada Ada Tdk Ada Ada 29 Sulawesi Selatan Ada Ada Tdk Ada Ada Ada 30 Maluku Utara Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 31 Maluku Ada Ada Ada Ada Ada 32 Papua Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 33 Papua Ada Tdk Ada Ada Ada Ada
Lampiran 41 (lanjutan) Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Repellent Lalat
Mist B
lower
Water
Purifier
Kaporit
WC
Kim
ia
1 Nanggroe Aceh Darussalam Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 2 Sumatera Utara Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 3 Sumatera Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 4 Riau Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 5 Kepulauan Riau Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 6 Jambi Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 7 Sumatera Selatan Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 8 Bangka Belitung Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 9 Bengkulu Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 10 Lampung Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 11 Banten Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 12 DKI Jakarta Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 13 Jawa Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 14 Jawa Tengah Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 15 DI Yogyakarta Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 16 Jawa Timur Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 17 Bali Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 18 Nusa Tenggara Barat Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 19 Nusa Tenggara Timur Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 20 Kalimantan Barat Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 21 Kalimantan Tengah Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 22 Kalimantan Selatan Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 23 Kalimantan Timur Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 24 Sulawesi Utara Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 25 Gorontalo Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 26 Sulawesi Tengah Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 27 Sulawesi Barat Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 28 Sulawesi Tenggara Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 29 Sulawesi Selatan Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 30 Maluku Utara Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 31 Maluku Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 32 Papua Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 33 Papua Tdk Ada Ada Ada Ada Ada
Lampiran 42 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Alat Pelindung Diri untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Masker
Helm
Sarung Tangan
Sepatu Boot
Jas Hujan
1 Nanggroe Aceh Darussalam Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 2 Sumatera Utara Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 3 Sumatera Barat Ada Tdk Ada Ada Ada Ada 4 Riau Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 5 Kepulauan Riau Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 6 Jambi Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 7 Sumatera Selatan Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 8 Bangka Belitung Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 9 Bengkulu Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 10 Lampung Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 11 Banten Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 12 DKI Jakarta Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 13 Jawa Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 14 Jawa Tengah Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 15 DI Yogyakarta Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 16 Jawa Timur Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 17 Bali Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 18 Nusa Tenggara Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 19 Nusa Tenggara Timur Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 20 Kalimantan Barat Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 21 Kalimantan Tengah Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 22 Kalimantan Selatan Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 23 Kalimantan Timur Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 24 Sulawesi Utara Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 25 Gorontalo Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 26 Sulawesi Tengah Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada 27 Sulawesi Barat Ada Ada Ada Ada Ada 28 Sulawesi Tenggara Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 29 Sulawesi Selatan Ada Ada Ada Ada Ada 30 Maluku Utara Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 31 Maluku Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada 32 Papua Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 33 Papua Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada
Lampiran 43 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Identitas Petugas Lapangan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Jaket
Tanda Pengenal
Rom
pi
Seragam
Tim
kesheatan
Topi Lapangan
Spanduk
1 Nanggroe Aceh Darussalam
Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada
2 Sumatera Utara Ada Ada Ada Ada Ada Ada 3 Sumatera Barat Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada 4 Riau Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 5 Kepulauan Riau Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 6 Jambi Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 7 Sumatera Selatan Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 8 Bangka Belitung Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 9 Bengkulu Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 10 Lampung Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 11 Banten Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 12 DKI Jakarta Ada Ada Ada Ada Ada Ada 13 Jawa Barat Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada 14 Jawa Tengah Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada 15 DI Yogyakarta Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 16 Jawa Timur Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 17 Bali Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada 18 Nusa Tenggara Barat Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 19 Nusa Tenggara Timur Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 20 Kalimantan Barat Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada 21 Kalimantan Tengah Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 22 Kalimantan Selatan Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 23 Kalimantan Timur Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 24 Sulawesi Utara Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 25 Gorontalo Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 26 Sulawesi Tengah Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada 27 Sulawesi Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 28 Sulawesi Tenggara Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 29 Sulawesi Selatan Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada 30 Maluku Utara Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 31 Maluku Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 32 Papua Barat Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada 33 Papua Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada
Lampiran 44 Gambaran Pembiayaan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No Provinsi Ketersediaan Sumber 1 Nanggroe Aceh
Darussalam Ada APBD
2 Sumatera Utara Ada APBN, APBD 3 Sumatera Barat Ada APBD 4 Riau Ada APBD 5 Kepulauan Riau Tdk Ada 6 Jambi Ada APBD 7 Sumatera Selatan Ada APBN, APBD, Bantuan
Pengusaha 8 Bangka Belitung Ada APBD 9 Bengkulu Ada APBD 10 Lampung Tdk Ada 11 Banten Ada APBD 12 DKI Jakarta Ada APBD 13 Jawa Barat Ada APBD 14 Jawa Tengah Ada APBN, APBD 15 DI Yogyakarta Ada APBD 16 Jawa Timur Ada APBD 17 Bali Ada APBN, APBD 18 Nusa Tenggara Barat Ada APBN, APBD, Bantuan GTZ 19 Nusa Tenggara Timur Ada APBD 20 Kalimantan Barat Ada APBN, APBD 21 Kalimantan Tengah Ada APBD 22 Kalimantan Selatan Ada APBN, APBD, Perusahaan
Nasional 23 Kalimantan Timur Tdk Ada 24 Sulawesi Utara Ada APBN 25 Gorontalo Ada APBN, APBD 26 Sulawesi Tengah Ada APBD 27 Sulawesi Barat Ada APBD 28 Sulawesi Tenggara Tdk Ada 29 Sulawesi Selatan Ada APBN, APBD 30 Maluku Utara Tdk Ada 31 Maluku Tdk Ada 32 Papua Barat Tdk Ada 33 Papua Ada APBD
Lampiran 45 Gambaran Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Mendapatkan Anggaran Pembiayaan Menurut Provinsi Tahun 2008 No Provinsi Jenis Kegiatan 1 Nanggroe Aceh
Darussalam Pertemuan, Pelatihan, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan, Pengadaan sarana penunjang, alat komunikasi dan informasi
2 Sumatera Utara Pertemuan, pelatihan 3 Sumatera Barat Pertemuan, Pelatihan, Operasional/mobilisasi Tim
Penanggulangan 4 Riau Pertemuan, operasional pengelolaan program 5 Jambi Pengadaan Alkes dan alat komunikasi 6 Sumatera Selatan Pelatihan, pengadaan sarana penunjang 7 Bangka Belitung Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan 8 Bengkulu Pengadaan alkes, alat komunikasi dan sarana
penunjang 9 Banten Pertemuan, pengadaan alkes, obat dan bahan habis
pakai serta alat sanitasi/kesehatan lingkungan 10 DKI Jakarta Pertemuan, Pelatihan, Gladi, Penyusunan
peraturan/kebijakan/protap/juklak/juknis/pedoman, pengadaan obat dan bahan habis pakai
11 Jawa Barat Pertemuan, operasional pengelolaan program, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan,
12 Jawa Tengah Pertemuan, pelatihan, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan, pengadaan obat dan bahan habis pakai, pengadaan alkes, alat komunikasi dan alat sanitasi/kesehatan lingkungan
13 DI Yogyakarta Pertemuan dan Penyusunan peraturan/kebijakan/protap/juklak/juknis/pedoman
14 Jawa Timur Pertemuan, Pelatihan, Gladi, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan
15 Bali Pertemuan, operasional pengelolaan program, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan, pengadaan obat dan bahan habis pakai, pengadaan alkes, dan alat sanitasi/kesehatan lingkungan
16 Nusa Tenggara Barat Gladi 17 Nusa Tenggara Timur Pertemuan dan operasional pengelolaan program 18 Kalimantan Barat Pertemuan, Pelatihan, Operasional/mobilisasi Tim
Penanggulangan 19 Kalimantan Tengah Pertemuan, pengadaan obat dan bahan habis pakai 20 Kalimantan Selatan Pertemuan, Gladi dan operasional pengelolaan
program 21 Sulawesi Utara Operasional pengelolaan program dan
operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan 22 Gorontalo Pertemuan, Pelatihan dan Gladi
No Provinsi Jenis Kegiatan 23 Sulawesi Tengah Operasional pengelolaan program 24 Sulawesi Barat Operasional pengelolaan program 25 Sulawesi Selatan Operasional pengelolaan program 26 Papua Pertemuan, Pelatihan, operasional pengelolaan
program, operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan, pengadaan obat dan bahan habis pakai serta pengadaan alkes
Lampiran 46 Gambaran Tindakan yang Pertama Kali Dilakukan oleh Pengelola Program Bila Ada Informasi Kejadian Bencana Menurut Provinsi
No Provinsi Tindakan yang Dilakukan 1 Nanggroe Aceh
Darussalam Menunggu instruksi Kadinkes
2 Sumatera Utara Langsung menugaskan Tim ke lapangan 3 Sumatera Barat Melakukan pertemuan lintas program 4 Riau Melakukan pertemuan lintas program 5 Kepulauan Riau Menunggu instruksi Kadinkes 6 Jambi Menunggu instruksi Kadinkes 7 Sumatera Selatan Menunggu instruksi Kadinkes 8 Bangka Belitung Menunggu instruksi Kadinkes 9 Bengkulu Melakukan pertemuan lintas program 10 Lampung Langsung menugaskan Tim ke lapangan 11 Banten Langsung menugaskan Tim ke lapangan dan
mengirimkan bantuan sarana 12 DKI Jakarta Langsung menugaskan Tim ke lapangan 13 Jawa Barat Langsung menugaskan Tim ke lapangan 14 Jawa Tengah Langsung menugaskan Tim ke lapangan 15 DI Yogyakarta Langsung menugaskan Tim ke lapangan 16 Jawa Timur Melakukan pertemuan lintas program dan lintas
sektor 17 Bali Langsung menugaskan Tim ke lapangan 18 Nusa Tenggara Barat Langsung menugaskan Tim ke lapangan 19 Nusa Tenggara Timur Menunggu instruksi Kadinkes 20 Kalimantan Barat Langsung menugaskan Tim ke lapangan 21 Kalimantan Tengah Langsung menugaskan Tim ke lapangan dan
mengirimkan bantuan sarana 22 Kalimantan Selatan Menunggu instruksi Kadinkes 23 Kalimantan Timur Langsung menugaskan Tim ke lapangan 24 Sulawesi Utara Langsung menugaskan Tim ke lapangan 25 Gorontalo Menunggu instruksi Kadinkes 26 Sulawesi Tengah Langsung menugaskan Tim ke lapangan dan
mengirimkan bantuan sarana 27 Sulawesi Barat Menunggu instruksi Kadinkes 28 Sulawesi Tenggara Langsung menugaskan Tim ke lapangan 29 Sulawesi Selatan Langsung menugaskan Tim ke lapangan 30 Maluku Utara Melakukan pertemuan lintas program 31 Maluku Langsung menugaskan Tim ke lapangan 32 Papua Barat Menunggu instruksi Kadinkes 33 Papua Melakukan pertemuan lintas program
Lampiran 47 Gambaran Kepemilikan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Kepemilikan TRC Asal Anggota TRC
Punya Tidak Punya Lintas Program Lintas Sektor
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V
2 Sumatera Utara
V Surveilans, Yankes, PL& Matra, Farmasi
TNI, POLRI, BSB RS HAM, PMI
3 Sumatera Barat
V Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi
SATKORLAK,Penanggulangan BencanaProv
4 Riau V Surveilans, Gizi, Farmasi, Promkes
RSUD Prov., Biddokes Polda
5 Kepulauan Riau
V
6 Jambi V Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi
RSUD
7 Sumatera Selatan
V Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi
RSMH, RSUD, RS Mata, RS Paru, Dinkes Kab/Kota, BTKL, BBLabkes, PMI, RS POLRI, RS TNI
8 Bangka Belitung
V PL, Yankes, Gizi, KIA
9 Bengkulu V Bidang P2PL, YANKES, KESMAS, SDK
RSUD
10 Lampung V 11 Banten V Seluruh Bidang terkait
di Lingkungan Dinkes Provinsi
12 DKI Jakarta V Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi, Sudinkes dan Puskesmas
RSUD
13 Jawa Barat V Sekretariat, P2PL, Yankes, SDK
14 Jawa Tengah V Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi
RS Muwardi, RS Karyadi, Polda, KodamI Diponegoro
15 DI Yogyakarta V
16 Jawa Timur V P3PMK, Surveilans 17 Bali V Dibentuk Khusus
kendali di Dinkes
18 Nusa Tenggara Barat
V Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi
KKP, TNI/POLRI, PMI
No Provinsi Kepemilikan TRC Asal Anggota TRC
Punya Tidak Punya Lintas Program Lintas Sektor
19 Nusa Tenggara Timur
V
20 Kalimantan Barat
V Yankes P2PL Bid Kesga dan Gizi
RSUD RS TNI/Polri KKP Dinkes Kota Pontianak RAPI
21 Kalimantan Tengah
V Sie pemberantasan penyakit
RSUD dibawah Dinkes Prov
22 Kalimantan Selatan
V P2PL, YANKES & Farmasi/LITBANGKES
BIDDOKKES POLDA, Denkesyah TNI, RSU
23 Kalimantan Timur
V Tim 118 RSUD AW Sjahranie
24 Sulawesi Utara
V KESLING, P2, UPK, YANKES
PMI, RS, BIDDOKKES POLDA, DINKESRA, BTKL
25 Gorontalo V YANKES, Farmasi, P2M, gizi
26 Sulawesi Tengah
V
27 Sulawesi Barat
V
28 Sulawesi Tenggara
V
29 Sulawesi Selatan
V Seksi pengamatan, KESLING, YANFAR
RSUD Dr. Wahidu, RS Labuang Baji, RS Haji, RS Pelamonia, RS Jala Amari AL
30 Maluku Utara V YANKES, P2M, PROMKES, KIA/KB, Bag. Umum & Perlengkapan
PMI, RSUD
31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V P2PL, YANKES,
PROMKES RSUD
Jumlah (%) 23 (69,7%) 10 (30,3%)
Lampiran 48 Jenis dan Jumlah Tenaga Anggota TRC Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Dok
ter
um
um
Dok
ter
spes
ialis
bed
ah
Dok
ter
spes
ialis
an
este
si
Per
awat
Per
awat
mah
ir
Bid
an
Sarj
ana
Kes
ehat
an
Mas
yara
kat
Ah
li gi
zi
Apo
teke
r/A
sist
en A
pote
ker
Ten
aga
DV
I
San
itar
ian
Sopi
r am
bul
ans
Pet
uga
s ko
mu
nika
si
1 Sumatera Utara 10 4 4 30 10 10 15 5 5 10 10 5 5 2 Sumatera Barat 3 2 2 2 2 2 3 7 3 Riau 4 4 3 3 2 3 2 1 4 Jambi 10 5 Sumatera Selatan 40 9 4 7 73 18 20 14 4 10 18 14 2 6 Bangka Belitung 2 1 1 1 7 Bengkulu 2 1 1 6 2 4 1 1 2 2 2 8 Banten 7 10 4 6 4 2 4 2 4 6 2 9 DKI Jakarta 1 50 10 Jawa Barat 2 3 3 6 11 Jawa Tengah 9 3 12 3 3 2 12 Jawa Timur 3 1 12 13 Bali 8 13 3 5 11 14 Nusa Tenggara
Barat 3 5 2 15 6 3
15 Kalimantan Barat 11 1 1 20 5 3 4 3 3 12 16 Kalimantan
Tengah 1 1 1 2 1 1 1
17 Kalimantan Selatan
17 8 2 20 14 3 6 5 34 5 6 5 2
18 Kalimantan Timur 2 1 4 2 4 19 Sulawesi Utara 6 3 6 6 3 3 3 6 6 3 3 20 Gorontalo 2 4 1 1 2 1 3 21 Sulawesi Selatan 10 2 2 20 10 5 10 5 5 2 5 3 22 Maluku Utara 5 2 21 10 11 9 4 2 1 2 2 23 Papua 2 1 1 6 4 1 4 2 1 2 2 1
Lampiran 49 Gambaran Kewenangan Menggerakkan TRC Menurut Provinsi Tahun 2008
No. Provinsi Kadinkes Lainnya 1 Sumatera Utara V 2 Sumatera Barat V 3 Riau Pengelola Program 4 Jambi Pengelola Program 5 Sumatera Selatan V 6 Bangka Belitung V 7 Bengkulu V 8 Banten Pengelola Program 9 DKI Jakarta V 10 Jawa Barat V 11 Jawa Tengah V 12 Jawa Timur V 13 Bali V 14 Nusa Tenggara Barat V 15 Kalimantan Barat V 16 Kalimantan Tengah V 17 Kalimantan Selatan V Ka. UK PKK Dinkes,
Direktur RS Ulin Banjarmasin
18 Kalimantan Timur V 19 Sulawesi Utara V 20 Gorontalo V 21 Sulawesi Selatan V 22 Maluku Utara V 23 Papua V
Lampiran 50 Gambaran Mobilisasi TRC dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Setiap
Kejadian Bencana
Kadang-kadang
Tidak Pernah Alasannya
1 Sumatera Utara V Tergantung besar kecilnya bencana
2 Sumatera Barat V 3 Riau V Tergantung besar
kecilnya bencana 4 Jambi V 5 Sumatera Selatan V Tergantung besar
kecilnya bencana 6 Bangka Belitung V 7 Bengkulu V 8 Banten V 9 DKI Jakarta V 10 Jawa Barat V 11 Jawa Tengah V 12 Jawa Timur V 13 Bali V 14 Nusa Tenggara Barat V 15 Kalimantan Barat V Tergantung
permintaan Dinkes kab/kota
16 Kalimantan Tengah V Tim baru dibentuk 17 Kalimantan Selatan V Tenaga yang
terbatas 18 Kalimantan Timur V Tergantung besar
kecilnya bencana 19 Sulawesi Utara V Tergantung besar
kecilnya bencana 20 Gorontalo V 21 Sulawesi Selatan V 22 Maluku Utara V Tenaga yang
terbatas 23 Papua V Tergantung besar
kecilnya bencana Jumlah 12 (52,2%) 10 (43,5%) 1 (4,3%)
Lampiran 51 Gambaran Waktu untuk Mobilisasi TRC dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi <24 Jam 1 – 2 Hari >2 Hari
1 Sumatera Utara V 2 Sumatera Barat V 3 Riau V 4 Jambi V 5 Sumatera Selatan V 6 Bangka Belitung V 7 Bengkulu V 8 Banten V 9 DKI Jakarta V 10 Jawa Barat V 11 Jawa Tengah V 12 Jawa Timur V 13 Bali V 14 Nusa Tenggara Barat V 15 Kalimantan Barat V 16 Kalimantan Selatan V 17 Kalimantan Timur V 18 Sulawesi Utara V 19 Gorontalo V 20 Sulawesi Selatan V 21 Maluku Utara V 22 Papua V Jumlah 16 (72,7%) 5 (22,7%) 1 (4,6%)
Lampiran 52 Gambaran Kepemilikan Tim Bantuan Kesehatan selain TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 No Provinsi Memiliki Tdk Memiliki Asal Anggota 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V LP : Yankes, P2PL
LS : RSUP, FK-USU, Biddokes Polda, Kesdam
3 Sumatera Barat V LP : - LS : RSU, FK-Unand, Denkesyah, RS TNI, Biddokes Polda, Poltekes
4 Riau V LP : - LS : RSUD, Denkesyah, Biddokes Polda
5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V LP : Bidang terkait di
lingkup Dinkes Prov LS : -
8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V LP : Yankes, P3PL,
Farmakmin, Sumber Daya Kesehatan, Labkesda LS : -
11 Banten V 12 DKI Jakarta V LP : AGD
LS : Biddokkes Polda, RSU
13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V LP : P2, PKPL,
Promkes, UK, Subag Umum LS : RSU
15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V LP : Bidang terkait di
lingkup Dinkes Prov LS : Denkesyah, Biddokes Polda, KKP, PMI
19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V LP : -
LS : RSUD, RS TNI, Biddokes Polda, KKP,
No Provinsi Memiliki Tdk Memiliki Asal Anggota Labkesda, Poltekes
21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V LP : Yankes, P2PL,
Unit Kewaspadaan dan Penanganan Krisis Kesehatan LS : Biddokes Polda
23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V LP : Yankes, Balai
Penunjang Yankes LS : PMI, RSU
25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V LP : -
LS : RSUD, Denkesyah, Biddokes Polda
27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V LP : Upaya Kesehatan
dan Gizi, Pemberantasan Penyakit, Promosi dan lingkungan sehat LS : RSUD
29 Sulawesi Selatan V LP : - LS : RSU
30 Maluku Utara V LP : - LS : RSU
31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V LP : -
LS : Poltekes, SBH Jumlah (%) 16 (48,5%) 17 (51,5%)
Lampiran 53 Gambaran Kewenangan Menggerakkan Tim Bantuan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Kadinkes Lainnya 1 Sumatera Utara V 2 Sumatera Barat V 3 Riau Kasubdin P2PL 4 Sumatera Selatan V Sek. Dinkes 5 Lampung V 6 DKI Jakarta V 7 Jawa Tengah V 8 Nusa Tenggara Barat V 9 Kalimantan Barat V 10 Kalimantan Selatan V Kepala Unit
UKPKK 11 Sulawesi Utara V 12 Sulawesi Tengah V 13 Sulawesi Tenggara V 14 Sulawesi Selatan V 15 Maluku Utara V Direktur RSUD 16 Papua V Koordinator HCC
Lampiran 54 Gambaran Mekanisme Mobilisasi Bantuan Kesehatan dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Sesuai
Permintaan Daerah
Hasil Analisis Tim RHA
Sesuai Permintaan dan Hasil Analisis Tim RHA
Mekanisme Belum Diatur
1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah 7 (21,2%) 1 (3%) 22 (66,7%) 3 (9,1%)
Lampiran 55 Gambaran Pencatatan Pengelolaan Bantuan pada Saat Kejadian Bencana menurut provinsi Tahun 2008
No Provinsi Dilakukan Tidak Dilakukan Alasannya
1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V Belum diatur 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V Belum diatur 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah 30 (90,1%) 3 (9,1%)
Lampiran 56 Gambaran Kepemilikan Tim RHA yang terpisah dari TRC Menurut Provinsi Tahun 2008
No. Provinsi Ada Tidak Ada Anggota Jenis Tenaga Kesehatan
1. Nanggroe Aceh Darussalam
Tidak punya Tim RHA
2. Sumatera Utara V LP: Seksi PL & Matra, Surveilans, Pelayanan kesehatan LS: tim BSB TNI/Polri, KKP
Dokter umum, perawat, epidemiolog, sanitarian
3. Sumatera Barat V LP: Bidang terkait di Dinkes Prov, LS: RS Jamil, FK Unand, Denkesyah & RST Reksodiwiryo, bidokkes, poltekes
Dokter, SKM
4. Riau V LP: P2M, Farmamin, Kesling, Gizi, Promkes LS: RSUD
Dokter umum, epidmeiolog, sanitarian
5. Kepulauan Riau Tidak punya Tim RHA
6. Jambi V
7. Sumatera Selatan V LP: Bidang terkait di Dinkes Prov LS : RS, BB Labkes, BTKL
Epidemiolog, sanitarian, dokter, perawat, entomologi
8. Bangka Belitung V
9. Bengkulu V
10. Lampung V LP: seksi PKDR, seksi surveilans, dan seksi PL
Dokter, epidemiolog, sanitarian
11. Banten V
12. DKI Jakarta V LP: dinkes/layanan kesehatan, kesmas, SDK
Dokter, perawat, kesling, surveilans
13. Jawa Barat V LP: Sekretariat, bidang bina yankes, PLPP, Bidang SDK
Dokter, perawat, surveilans
14. Jawa Tengah V LP: P2, PKPL, UK LS: RS
Dokter, apoteker, epidemiolog, SKM, Gizi, Kesling
No. Provinsi Ada Tidak Ada Anggota Jenis Tenaga Kesehatan
15. DI Yogyakarta V LP: P2M, Kesling, bid. yankes
Epidemiolog, kesling, ldokter, perawat, bidan, SKM, gizi
16. Jawa Timur V
17. Bali V
18. Nusa Tenggara Barat
V LP: gizi, promkes, sarpras, farmasi
Kesling, perawat, SKM, dokter
19. Nusa Tenggara Timur
V LP: Yanmed, bid PPMK, bag/seksi promkes
Dokter, perawat, bidan, sanitarian, epidemiolog, entomolog
20. Kalimantan Barat V LP: bid. yankes, P2PL, koordinator, operasional
Dokter umum, perawat, tenaga kesling/sanitarian, surveilans, epidemiolog
21. Kalimantan Tengah V LP: Seksi Pemberantasan penyakit & RS
Dokter umum, perawat, epidemiolog, surveilans, sanitarian
22. Kalimantan Selatan V LP: bid. P2PL & UKPKK (unit kewspadaan &penanganan krisis kes) LS: labkes, BTKL
Dokter, perawat mahir, surveilans
23. Kalimantan Timur V LP: surveilans epidemiolog, kesling, yanmed
Epidemiolog/surveilans, kesling, dokter umum
24. Sulawesi Utara V
25. Gorontalo V LP: subdin yankes, subdin P2PL, subdin binkesmas
Dokter umum, perawat, apoteker, sanitarian
26. Sulawesi Tengah V LP: sie wabah & bencana
SKM, Perawat, Kesling
27. Sulawesi Barat Tidak punya Tim RHA
28. Sulawesi Tenggara V LP: seksi kesehatan matra, seksi penyehatan lingkungan, seksi surveilans, seksi rujukan, seksi KIA, seksi gizi
Dokter, perawat, bidan, ahli gizi, tenaga surveilans, sanitarian, apoteker
29. Sulawesi Selatan V LP: sanitasi, epidemiolog, dokter LS: PSC
Sanitarian, epidemiolog, dokter
No. Provinsi Ada Tidak Ada Anggota Jenis Tenaga Kesehatan
30. Maluku Utara V
31. Maluku V LP: bid P2B, bid layanan kesehatan, bid. farmasi, bid. promkes
Dokter umum, perawat, epidemiolog, sanitarian, promkes
32. Papua Barat Tidak punya Tim RHA
33. Papua V LP: subdin PPL, subdin yankes, HCC
Surveilans, sanitarian, SKM
Lampiran 57 Gambaran Kewenangan Menggerakkan Tim RHA Menurut Provinsi Tahun 2008 No. Provinsi Kepala Dinas Lainnya 1 Sumatera Utara V
2 Sumatera Barat V
3 Riau Kasubdin P2PL
4 Sumatera Selatan V
5 Lampung V
6 DKI Jakarta V
7 Jawa Barat V Kabid Yankes
8 Jawa Tengah V
9 DI Yogyakarta V
10 Nusa Tenggara Barat
V
11 Nusa Tenggara Timur
V
12 Kalimantan Barat V
13 Kalimantan Tengah V
14 Kalimantan Selatan V
15 Kalimantan Timur V
16 Gorontalo V
17 Sulawesi Tengah V Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan
18 Sulawesi Tenggara V
19 Sulawesi Selatan V
20 Maluku V
21 Papua V Koordinator HCC
Lampiran 58 Gambaran Pelaksanaan RHA dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Selalu Dilakukan
Kadang-kadang
Tidak Pernah Alasannya
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V Tergantung besar
kecilnya bencana 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V Tergantung besar
kecilnya bencana 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V Menunggu
informasi dari masing-masing kab/kota dan informasi dari media tentang perkembangan kejadian bencana tersebut
11 Banten V Tergantung info kab/kota
12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara
Timur V Karena belum
berjalannya SIPK-AB secara optimal
20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V
22 Kalimantan Selatan V Karena belum
berjalannya SIPK-AB secara optimal
No Provinsi Selalu Dilakukan
Kadang-kadang
Tidak Pernah Alasannya
23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V Karena belum
berjalannya SIPK-AB secara optimal
31 Maluku V Tergantung besar kecilnya bencana
32 Papua Barat V Tergantung besar kecilnya bencana
33 Papua V Jumlah 19 (57,6%) 13 (39,4%) 1 (3%)
Lampiran 59 Gambaran Petugas RHA dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Tim RHA Bukan Tim RHA Alasannya
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V Karena yang langsung
turun adalah seksi penanggulangan bencana
4 Riau V 5 Jambi V 6 Sumatera Selatan V 7 Bangka Belitung V 8 Bengkulu V 9 Lampung V 10 Banten V 11 DKI Jakarta V 12 Jawa Barat V 13 Jawa Tengah V 14 DI Yogyakarta V 15 Jawa Timur V 16 Bali V 17 Nusa Tenggara Barat V 18 Nusa Tenggara Timur V Belum dibentuk Tim
RHA 19 Kalimantan Barat V 20 Kalimantan Tengah V 21 Kalimantan Selatan V Karena keterbatasan
sdm dan koordinasi yang belum optimal
22 Kalimantan Timur V 23 Sulawesi Utara V 24 Gorontalo V 25 Sulawesi Tengah V 26 Sulawesi Barat V 27 Sulawesi Tenggara V 28 Sulawesi Selatan V 29 Maluku Utara V 30 Maluku V 31 Papua Barat V 32 Papua V Jumlah 23 (71,9%) 9 (28,1%)
Lampiran 60 Gambaran Pelaksanaan Evaluasi Tanggap Darurat pada Setiap Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Selalu dilakukan
Kadang-kadang
Dilakukan Tidak
Pernah Alasannya
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V Tidak ada dana
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V Hanya
evaluasi program tiap 1 th sekali
5 Kepulauan Riau V Belum pernah terjadi bencana
6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V Tergantung
besar kecilnya bencana
8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V Tergantung
besar kecilnya bencana
10 Lampung V Belum pernah terjadi bencana yg besar
11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V Tidak ada
dana 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V Tergantung
besar kecilnya bencana
20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V Belum perlu
dan belum serius bencananya
22 Kalimantan Selatan V Tergantung
No Provinsi Selalu dilakukan
Kadang-kadang
Dilakukan Tidak
Pernah Alasannya
besar kecilnya bencana
23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V Tergantung
besar kecilnya bencana
27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V Tergantung
besar kecilnya bencana
31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah 20 (60,6%) 6 (18,2%) 7 (21,2%)
Lampiran 61 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Peta Rawan Bencana Tahun 2008 No Provinsi Memiliki Data Tidak Memiliki Data 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 30 (90,9%) 3 (9,1%)
Lampiran 62 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pencatatan Kejadian Bencana di Wilayah Kerja Tahun 2008
No Provinsi Lengkap Kurang Lengkap Tidak ada 1. Nanggroe Aceh
Darussalam V
2. Sumatera Utara V 3. Sumatera Barat V 4. Riau V 5. Kepulauan Riau V 6. Jambi V 7. Sumatera Selatan V 8. Bangka Belitung V 9. Bengkulu V
10. Lampung V 11. Banten V 12. DKI Jakarta V 13. Jawa Barat V 14. Jawa Tengah V 15. DI Yogyakarta V 16. Jawa Timur V 17. Bali V 18. Nusa Tenggara Barat V 19. Nusa Tenggara Timur V 20. Kalimantan Barat V 21. Kalimantan Tengah V 22. Kalimantan Selatan V 23. Kalimantan Timur V 24. Sulawesi Utara V 25. Gorontalo V 26. Sulawesi Tengah V 27. Sulawesi Barat V 28. Sulawesi Tenggara V 29. Sulawesi Selatan V 30. Maluku Utara V 31. Maluku V 32. Papua Barat V 33. Papua V
Jumlah (%) 24 (72,7%) 7 (21,2%) 2 (6,1%)
Lampiran 63 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
No Provinsi Sudah dan
selalu Diperbarui
Sudah tapi belum pernah
diperbarui
Belum Pernah
1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 22 (66,7%) 8 (24,2%) 3 (9,1%)
Lampiran 64 Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
No Provinsi Ada Format Khusus
Tidak Ada Format khusus
1 Sumatera Utara V 2 Sumatera Barat V 3 Riau V 4 Kepulauan Riau V 5 Jambi V 6 Sumatera Selatan V 7 Bangka Belitung V 8 Bengkulu V 9 Lampung V 10 Banten V 11 DKI Jakarta V 12 Jawa Barat V 13 Jawa Tengah V 14 DI Yogyakarta V 15 Jawa Timur V 16 Bali V 17 Nusa Tenggara Barat V 18 Nusa Tenggara Timur V 19 Kalimantan Barat V 20 Kalimantan Tengah V 21 Kalimantan Selatan V 22 Kalimantan Timur V 23 Sulawesi Utara V 24 Gorontalo V 25 Sulawesi Tengah V 26 Sulawesi Tenggara V 27 Sulawesi Selatan V 28 Maluku Utara V 29 Maluku V 30 Papua V Jumlah (%) 17 (56,7%) 13 (43,3%)
Lampiran 65 Gambaran Pelaksanaan Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Selalu Dilakukan
Kadang-kadang
Tidak Pernah Alasannya
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V Tergantung
ketersediaan dana
4 Riau V 5 Kepulauan Riau V Tidak ada
bencana yang besar
6 Jambi V Sistem belum terbentuk
7 Sumatera Selatan V Tergantung besar kecilnya bencana
8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V Tenaga
terbatas 23 Kalimantan Timur V Sistem belum
terbentuk 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V Terkendala
sarana komunikasi
27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V
No Provinsi Selalu Dilakukan
Kadang-kadang
Tidak Pernah Alasannya
29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah 26 (78,7%) 5 (15,2%) 2 (6,1%)
Lampiran 66 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Tahun 2008
No Provinsi Selalu Dilakukan
Kadang-kadang
Tidak Pernah Alasannya
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Sumatera Selatan V 6 Bangka Belitung V Dana kurang 7 Bengkulu V 8 Lampung V 9 Banten V PPK
langsung dari posko
10 DKI Jakarta V 11 Jawa Barat V Tergantung
besar kecilnya bencana
12 Jawa Tengah V Tergantung besar kecilnya bencana
13 DI Yogyakarta V 14 Jawa Timur V 15 Bali V Tergantung
besar kecilnya bencana
16 Nusa Tenggara Barat V 17 Nusa Tenggara Timur V Tergantung
besar kecilnya bencana
18 Kalimantan Barat V Tergantung besar kecilnya bencana
19 Kalimantan Tengah V 20 Kalimantan Selatan V Tergantung
besar kecilnya bencana
21 Kalimantan Timur V SDM terbatas
22 Sulawesi Utara V
No Provinsi Selalu Dilakukan
Kadang-kadang
Tidak Pernah Alasannya
23 Gorontalo V 24 Sulawesi Tengah V Sulit
komunikasi & tdk ada lap dari kab/kota
25 Sulawesi Barat V 26 Sulawesi Tenggara V 27 Sulawesi Selatan V Tergantung
besar kecilnya bencana
28 Maluku Utara V Tergantung besar kecilnya bencana
29 Maluku V 30 Papua Barat V 31 Papua V Jumlah 18 (58,1%) 12 (38,7%) 1 (3,2%)
Lampiran 67 Gambaran Mekanisme Pelaksanaan Penyampaian Informasi Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Langsung begitu
informasi bencana diketahui
Menunggu permintaan pusat
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Sumatera Selatan V 6 Bangka Belitung V 7 Bengkulu V 8 Lampung V 9 DKI Jakarta V 10 Jawa Barat V 11 Jawa Tengah V 12 DI Yogyakarta V 13 Jawa Timur V 14 Bali V 15 Nusa Tenggara Barat V 16 Nusa Tenggara Timur V 17 Kalimantan Barat V 18 Kalimantan Tengah V 19 Kalimantan Selatan V 20 Kalimantan Timur V 21 Sulawesi Utara V 22 Gorontalo V 23 Sulawesi Tengah V 24 Sulawesi Barat V 25 Sulawesi Tenggara V 26 Sulawesi Selatan V 27 Maluku Utara V 28 Maluku V 29 Papua Barat V 30 Papua V Jumlah (%) 27(90%) 3 (10%)
Lampiran 68 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Analisis Risiko Bencana Tahun 2008
No Provinsi Pernah Belum Pernah Alasannya
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V Belum ada tenaga yg dilatih
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V Tidak ada
dana 4 Riau V Karena tidak
ada bencana yg berarti
5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V Tidak ada
dana 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V Tidak ada
dana 16 Jawa Timur V 17 Bali V Belum ada di
program kerja 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V Kekurangan
tenaga teknis yg mampu melakukan analisis
20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V SDM belum
terlatih 22 Kalimantan Selatan V Belum pernah
terjadi bencana yang besar
23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V Tidak ada
biaya 25 Gorontalo V
No Provinsi Pernah Belum Pernah Alasannya
26 Sulawesi Tengah V Belum ikut pelatihan renkon
27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V Belum tahu
pelaksanaan nya
33 Papua V Jumlah (%) 14 (42,4%) 19 (57,6 %)
Lampiran 69 Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Alur Mekanisme Informasi Sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006
No Provinsi Sudah Belum 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 26 (78,8%) 57 (21,2%)
Lampiran 70 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Hasil Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ke Pusat Tahun 2008
No Provinsi Selalu Kadang-Kadang
Belum Pernah
1 Sumatera Utara V 2 Sumatera Barat V 3 Riau V 4 Kepulauan Riau V 5 Jambi V 6 Sumatera Selatan V 7 Bangka Belitung V 8 Bengkulu V 9 Lampung V 10 Banten V 11 DKI Jakarta V 12 Jawa Barat V 13 Jawa Tengah V 14 DI Yogyakarta V 15 Jawa Timur V 16 Bali V 17 Nusa Tenggara Barat V 18 Nusa Tenggara Timur V 19 Kalimantan Barat V 20 Kalimantan Tengah V 21 Kalimantan Selatan V 22 Kalimantan Timur V 23 Sulawesi Utara V 24 Gorontalo V 25 Sulawesi Tengah V 26 Sulawesi Tenggara V 27 Sulawesi Selatan V 28 Maluku Utara V 29 Maluku V 30 Papua V Jumlah 10 (33,3 %) 12 (40 %) 8 (26,7 %)
Lampiran 71 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Tahun 2008
No Provinsi Selalu Kadang-kadang
Tidak Pernah
1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah 22 (66,7%) 10 (30,3%) 1 (3%)
Lampiran 72 Gambaran Mekanisme Menginformasikan Kejadian Bencana ke Pusat Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Langsung begitu
informasi bencana diketahui
Menunggu permintaan Pusat
1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah 29 (87,9%) 4 (12,1%)
Lampiran 73 Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pelaporan Kejadian Bencana Sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006
No Provinsi Sudah Belum 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 23 (69,7%) 10 (30,3%)
Lampiran 74 Gambaran Media yang Biasa Digunakan untuk Penyampaian Informasi dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi
Telepon
Faksimili
HP
Web-Site
SMS
Gatew
ay
Radkom
1 Nanggroe Aceh Darussalam V V V 2 Sumatera Utara V V V 3 Sumatera Barat V V V V V 4 Riau V V V V 5 Kepulauan Riau V V V V 6 Jambi V V V 7 Sumatera Selatan V V V V V V V 8 Bangka Belitung V V V 9 Bengkulu V V V 10 Lampung V V V V 11 Banten V V V V V V 12 DKI Jakarta V V V V V 13 Jawa Barat V V V V V 14 Jawa Tengah V V V V V 15 DI Yogyakarta V V V V V V V 16 Jawa Timur V V V V 17 Bali V V V 18 Nusa Tenggara Barat V V V V V 19 Nusa Tenggara Timur V V V V 20 Kalimantan Barat V V V V V 21 Kalimantan Tengah V V V V V 22 Kalimantan Selatan V V V V 23 Kalimantan Timur V V V V 24 Sulawesi Utara V V V 25 Gorontalo V V V V V V 26 Sulawesi Tengah V V V 27 Sulawesi Barat V V V 28 Sulawesi Tenggara V V V 29 Sulawesi Selatan V V V V V V V 30 Maluku Utara V V V V 31 Maluku V V V V 32 Papua Barat V V V 33 Papua V V V V V Jumlah 33 33 33 18 5 14 6
Lampiran 75 Gambaran Pengelolaan Pos Informasi 24 Jam Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Lintas
Program dan Lintas
Sektor
Lintas Program
Unit Pengelola Program
1 Sumatera Utara V 2 Sumatera Barat V 3 Jambi V 4 Sumatera Selatan V 5 DKI Jakarta V 6 Jawa Barat V 7 Jawa Tengah V 8 DI Yogyakarta V 9 Jawa Timur V 10 Bali V 11 Nusa Tenggara Barat V 12 Nusa Tenggara Timur V 13 Kalimantan Barat V 14 Kalimantan Selatan V 15 Sulawesi Utara V 16 Gorontalo V 17 Sulawesi Tengah V 18 Sulawesi Selatan V 19 Maluku V 20 Papua V Jumlah 5 (25%) 3 (15%) 12 (60%)
Lampiran 76 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi Tahun 2008
No Provinsi Pernah Belum Pernah Bentuk Informasi
1 Nanggroe Aceh Darussalam
V
2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V Web site, bulletin,
poster, leaflet, blogger, booklet
11 Banten V 12 DKI Jakarta V Web site 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V Web site, booklet 15 DI Yogyakarta V Booklet 16 Jawa Timur V Web site, poster,
leaflet, booklet 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V E-mail 19 Nusa Tenggara Timur V buletin 20 Kalimantan Barat V Booklet 21 Kalimantan Tengah V Booklet 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V Pertemuan 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V Poster, leaflet 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V Radio spot 31 Maluku V Pertemuan 32 Papua Barat V 33 Papua V Poster, leaflet, booklet Jumlah 14 (42,4%) 19 (57,6%)
Lampiran 77 Gambaran Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Ada Tidak Ada 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah 23 (69,7%) 10 (30,3%)
Lampiran 78 Gambaran Kepemilikan Kontak Person Dinkes Kabupaten/Kota Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Ada Tidak Ada 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah 30 (90,9%) 3 (9,1%)
Lampiran 79 Gambaran Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor Kabupaten/Kota Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No Provinsi Ada Tidak Ada 1 Nanggroe Aceh Darussalam V 2 Sumatera Utara V 3 Sumatera Barat V 4 Riau V 5 Kepulauan Riau V 6 Jambi V 7 Sumatera Selatan V 8 Bangka Belitung V 9 Bengkulu V 10 Lampung V 11 Banten V 12 DKI Jakarta V 13 Jawa Barat V 14 Jawa Tengah V 15 DI Yogyakarta V 16 Jawa Timur V 17 Bali V 18 Nusa Tenggara Barat V 19 Nusa Tenggara Timur V 20 Kalimantan Barat V 21 Kalimantan Tengah V 22 Kalimantan Selatan V 23 Kalimantan Timur V 24 Sulawesi Utara V 25 Gorontalo V 26 Sulawesi Tengah V 27 Sulawesi Barat V 28 Sulawesi Tenggara V 29 Sulawesi Selatan V 30 Maluku Utara V 31 Maluku V 32 Papua Barat V 33 Papua V Jumlah (%) 10 (30,3%) 23 (69,7%)