profil pembangunan provinsi 9100pabar 2013

14
1 PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA Gambar 1. Peta Administrasi Provinsi Papua Barat PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA BARAT A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Secara geografis, wilayah Provinsi Irian Jaya Barat terletak dibawah katulistiwa, antara 00 25’ – 40 18’ Lintang Selatan dan 1240 0’-1320 0’ Bujur Timur dengan batas – batas administratif wilayah Sebelah Utara : Samudera Pasifik, Sebelah Barat : Laut Seram Provinsi Maluku, Sebelah Selatan : Laut Banda Provinsi Maluku, Sebelah Timur : Provinsi Papua Berdasarkan administrasi wilayah, Provinsi Irian Jaya Barat terdiri dari 8 Kabupaten dan 1Kota.Luas wilayah Provinsi Irian Jaya Barat adalah 115.363,50 km2, dimanaKabupaten Teluk Bintuni merupakan daerah yang terluas yaitu 18.658 km 2 ,sedangkan Kota Sorong merupakan daerah dengan luas terkecil, yaitu 1.105 km 2 B. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN B1. Kependudukan Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Papua Barat tahun 2011 sebanyak 789.013jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 8 jiwa per km 2 . Penyebaran penduduk di Provinsi Papua Barat masih bertumpu di Kota Sorong yakni sebesar 25,3 persen dan Kabupaten Manokwari sebesar 24,7 persen sedangkan kabupaten yang lainnya dibawah 10 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Sorong yakni sebanyak 304 jiwa per Km 2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Tambraw dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 1 jiwa per Km 2 . Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi Papua Barat sebesar 3,69 persen lebih tinggi dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%). Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kota Sorong4,75 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Sorongsebesar minus 1,10persen. Tabel 1: Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Kabupaten/Kota Luas Wilayah*) KM 2 Jumlah Kepadatan Penduduk Penduduk Rumah Tangga per KM 2 per Rumah Tangga 01. Fakfak 11.036,48 68.503 15.937 6,21 4,30 02. Kaimana 16.241,84 48.251 11.852 2,97 4,07 03. Teluk Wondama 3.959,53 27.233 6.228 6,88 4,37 04. Teluk Bintuni 20.840,83 54.194 13.228 2,60 4,10 05. Manokwari 14.250,94 194.948 46.678 13,68 4,18 06. Sorong Selatan 3.946,94 39.297 8.055 9,96 4,88 07. Sorong 7.415,29 73.088 17.811 9,86 4,10 08. Raja Ampat 8.034,44 43.435 10.111 5,41 4,30 09. Tambrauw 5.179,65 6.147 1.356 1,19 4,53 10. Maybrat 5.461,69 34.287 8.400 6,28 4,08 71. Sorong 656,64 199.630 45.501 304,02 4,39 PAPUA BARAT 97.024,27 789.013 185.156 8,13 4,26 Sumber: Provinsi Dalam Angka tahun 2012

Upload: zahraadenia

Post on 12-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dghf

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

1

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA

Gambar 1. Peta Administrasi Provinsi Papua Barat

PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA BARAT

A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Secara geografis, wilayah Provinsi Irian Jaya Barat

terletak dibawah katulistiwa, antara 00 25’ – 40 18’ Lintang Selatan dan 1240 0’-1320 0’ Bujur Timur dengan batas – batas administratif wilayah Sebelah Utara : Samudera Pasifik, Sebelah Barat : Laut Seram Provinsi Maluku, Sebelah Selatan : Laut Banda Provinsi Maluku, Sebelah Timur : Provinsi Papua

Berdasarkan administrasi wilayah, Provinsi Irian

Jaya Barat terdiri dari 8 Kabupaten dan 1Kota.Luas wilayah Provinsi Irian Jaya Barat adalah 115.363,50 km2, dimanaKabupaten Teluk Bintuni merupakan daerah yang terluas yaitu 18.658 km2,sedangkan Kota Sorong merupakan daerah dengan luas terkecil, yaitu 1.105 km2

B. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN

B1. Kependudukan

Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Papua Barat tahun 2011 sebanyak 789.013jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 8 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Papua Barat masih bertumpu di Kota Sorong yakni sebesar 25,3 persen dan Kabupaten Manokwari sebesar 24,7 persen sedangkan kabupaten yang lainnya dibawah 10 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Sorong yakni sebanyak 304 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Tambraw dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 1 jiwa per Km2. Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi Papua Barat sebesar 3,69 persen lebih tinggi dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%). Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kota Sorong4,75 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Sorongsebesar minus 1,10persen.

Tabel 1: Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2011

Kabupaten/Kota Luas Wilayah*)

KM2

Jumlah Kepadatan Penduduk

Penduduk Rumah Tangga

per KM2 per Rumah Tangga

01. Fakfak 11.036,48 68.503 15.937 6,21 4,30

02. Kaimana 16.241,84 48.251 11.852 2,97 4,07

03. Teluk Wondama 3.959,53 27.233 6.228 6,88 4,37

04. Teluk Bintuni 20.840,83 54.194 13.228 2,60 4,10

05. Manokwari 14.250,94 194.948 46.678 13,68 4,18

06. Sorong Selatan 3.946,94 39.297 8.055 9,96 4,88

07. Sorong 7.415,29 73.088 17.811 9,86 4,10

08. Raja Ampat 8.034,44 43.435 10.111 5,41 4,30

09. Tambrauw 5.179,65 6.147 1.356 1,19 4,53

10. Maybrat 5.461,69 34.287 8.400 6,28 4,08

71. Sorong 656,64 199.630 45.501 304,02 4,39

PAPUA BARAT 97.024,27 789.013 185.156 8,13 4,26

Sumber: Provinsi Dalam Angka tahun 2012

Page 2: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

2

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT

B2. Ketenagakerjaan

Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat dalam 5 tahun terakhir menurut jumlah

penduduk usia kerja, angkatan kerja, penduduk bekerja, dan jumlah pengangguran terbuka. Perkembangan

penduduk usia kerja, penduduk bekerja secara absolute menunjukkan peningkatan. Namun jumlah

pengangguran terbuka cenderung meningkat.

Penduduk Usia Kerja, Perkembangan jumlah penduduk usia kerja dalam lima tahun terakhir

meningkat, jumlah penduduk usia kerja tahun 2012 mencapai 538.709 jiwa lebih besar dari tahun 2008, dengan

jumlah angkatan kerja mencapai 361.597 jiwa dan bukan angkatan kerja 177.112 jiwa. Penyebaran penduduk

usia kerja paling banyak terdapat di Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong yaitu masing-masing sebanyak

136.471 jiwa dan 136.866 jiwa.

Tabel 2: Perkembangan Penduduk Usia Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat

Tahun 2008 dan 2012.

Kabupaten/Kota

Penduduk Usia Kerja

2008 2012

Angkatan Kerja

Bukan Angkatan

Kerja Jumlah

Angkatan Kerja

Bukan Angkatan

Kerja Jumlah

Fak-Fak 22.549 18.179 40.728 30.715 16.300 47.015

Kaimana 17.355 10.987 28.342 23.971 7.554 31.525

Teluk Wondama 12.293 4.856 17.149 12.306 5.253 17.559

Teluk Bintuni 27.089 8.702 35.791 25.921 11.130 37.051

Manokwari 97.626 23.164 120.790 101.017 35.454 136.471

Sorong Selatan 28.652 13.160 41.812 18.278 6.851 25.129

Sorong 48.310 22.118 70.428 30.067 17.984 48.051

Raja Ampat 17.696 13.148 30.844 18.801 10.302 29.103

Tambrauw 0 0 0 3.269 673 3.942

Maybrat 0 0 0 16.504 9.493 25.997

Kota Sorong 70.812 45.704 116.516 80.748 56.118 136.866

Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012

Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, meskipun memiliki potensi

penduduk usia produktif yang besar, namun sebagian besar masih merupakan tamatan pendidikan dasar

mencapai 35,89 persen, dan menengah (SMP dan SMA) mencapai sekitar lebih dari 50 persen. Sementara

untuk tamatan pendidikan tinggi (universitas dan akademi) tidak sampai 10 persen dari total penduduk usia

kerja. Sementara berdasarkan tipe daerah, sebagian besar penduduk usia kerja terdapat di perdesaan, yaitu

sekitar 70,06 persen.

Page 3: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

3

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA

Gambar 2:

Distribusi Penduduk Usia Kerja menurut Pendidikan dan Tipe Daerah di Provinsi Papua Barat Tahun 2012

Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012

Angkatan Kerja. Perkembangan angkatan kerja Provinsi Papua Barat dalam 5 tahun terkahir

meningkat. Jumlah angkatan kerja tahun 2013 (februari) 375,230 jiwa atau sekitar 0,31 persen dari total

angkatan kerja nasional, yang terdiri dari 358.430 jiwa penduduk bekerja dan 16.800 jiwa pengangguran

terbuka. Jumlah angkatan kerja terbesar tahun 2012 terdapat di Kabupaten Manokwari, yaitu sebanyak 101.017

jiwa, dan paling rendah di Kabupaten Tambrau sebanyak 3.269 jiwa.

Tabel 3:

Perkembangan Angkatan Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun 2008 dan 2012

Kabupaten/Kota

Angkatan Kerja

2008 2012

Penduduk Bekerja

Pengangguran Terbuka

Penduduk Bekerja

Pengangguran Terbuka

Kabupaten Fak-Fak 19.468 3.081 27.971 2.744

Kabupaten Kaimana 16.025 1.330 23.239 732

Kabupaten Teluk Wondama 11.344 949 11.839 467

Kabupaten Teluk Bintuni 24.971 2.118 24.339 1.582

Kabupaten Manokwari 93.999 3.627 98.758 2.259

Kabupaten Sorong Selatan 27.744 908 17.572 706

Kabupaten Sorong 45.897 2.413 29.686 381

Kabupaten Raja Ampat 17.171 525 17.766 1.035

Kabupaten Tambrauw 0 0 3.233 36

Kabupaten Maybrat 0 0 15.789 715

Kota Sorong 59.574 11.238 71.549 9.199

Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012

Penduduk Bekerja. Jumlah penduduk bekerja di Provinsi Papua Barat pada tahun 2013 (februari)

mencapai 358.430 jiwa atau meningkat sebanyak 42.234 jiwa dari tahun 2008. Persebaran penduduk bekerja

sebagian besar tersedia di perdesaan dibandingkan di perkotaan, dan sebagian besar penduduk bekerja masih

mengantungkan pendapatnnya di sektor pertanian (46,52%) dan sektor jasa (17,74%). Sementara dilihat dari

pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar penduduk bekerja merupakan tamatan sekolah dasar dan

menengah. Jumlah penduduk bekerja antar kabupaten/kota terbesar terdapat di Kabupaten Manokwari

mencapai 98.758 jiwa

35,89

27,27

20,97

9,30

2,15 4,42

≤ SD

SMTP

SMTA Umum

SMTA Kejuruan

DiplomaI/II/III/Akademi

Universitas

29,94

70,06

Provinsi Papua Barat

Perkotaan Pedesaan

Page 4: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

4

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT

Gambar 3: Distribusi Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Lapangan Usaha di Provinsi Papua Barat Tahun

2012

Pendidikan Lapangan Usaha

Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012

Pengangguran Terbuka. Jumlah pengangguran Terbuka di Provinsi Papua Barat pada tahun 2013

(februari) mencapai 16.800 jiwa menurun sebanyak 9.389 jiwa dari tahun 2008. Sementara untuk

perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2013 (februari) sebesar 4,47 persen, atau menurun

sebesar 3,18 persen dari TPT tahun 2008. Tingkat pengangguran Papua Barat masih tergolong rendah jika

dibandingkan terhadap TPT nasional. Sementara untuk TPT tahun 2012 tertinggi di Kota Sorong yaitu sebesar

11,39 persen dan TPT terrendah di Kabupaten Tambrauw (1,10 %).

Gambar 4: Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi terhadap Nasional Tahun 2008-2013.

Gambar 5: Perbandingan Pengangguran Terbuka

Kabupaten/Kota terhadap Provinsi dan Nasional Tahun 2012.

Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012

43,53

16,64

19,70

8,92 3,37 7,84

≤ SD

SMTP

SMTA Umum

SMTA Kejuruan

DiplomaI/II/III/Akademi

Universitas

46,52

3,03 5,17 0,26 4,74

15,18

5,73

1,65

17,74

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listik-gas-Air

Bangunan

Perdaggngan

Angkutan

Keuangan

Jasa

7,65 7,56 7,68

8,94

5,49

4,47

8,39

7,87

7,14

6,56

6,14 5,92

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

2008 2009 2010 2011 2012 2013(Feb)

Pe

rse

n

Papua Barat

Indonesia

1,10

11,39

5,49 6,14

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00 TPT_Kab/Kota

TPT_Papua Barat

TPT_Nasional

Page 5: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

5

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA

B3. Kondisi Pendidikan

Perkembangan kondisi pendidikan menurut indikator Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama

Sekolah (RLS), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), secara umum kondisi pendidikan di Provinsi Papua

Baratmenunjukkan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2011). Pada tahun 2011 Rata-rata Lama Sekolah

mencapai 8,90 tahun dan Angka Melek Huruf mencapai 93,39% berada diatas rata-rata nasional. Sementara

untuk perbandingan RLS antar kabupaten/kota, RLS tertinggi terdapat di Kota Sorong (11,39 tahun) dan

terendah Kabupaten Tambrauw (5,78 tahun). Sementara untuk AMH mencapai 93,39 persen lebih tinggi dari

AMH nasional (92,99%), dengan AMH tertinggi di Kota Sorong (99,14%) dan terrendah di Kabupaten Tambrauw

(77,33%).

Gambar 6: Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi Papua

BaratTahun 2005-2011

Gambar 7: Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di

Provinsi Papua BaratTahun 2011

Sumber: BPS 2010

Gambar 8: Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi

Papua BaratTahun 2005-2011

Gambar 9: Perbandingan Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Kabupaten/Kota di Provinsi Papua BaratTahun 2011

Sumber: BPS, Tahun 2011

85,40

88,55

90,32

92,15 92,34 93,19 93,39 90,90

91,45 91,87 92,19

92,58 92,91 92,99

80,00

82,00

84,00

86,00

88,00

90,00

92,00

94,00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

%

PAPUA BARAT

AMH_NASIONAL

77,33

99,14

93,39

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Fak

-Fak

Kai

man

a

Tel

uk

Wo

nd

ama

Tel

uk

Bin

tun

i

Man

okw

ari

So

ron

g Se

lata

n

So

ron

g

Raj

a A

mp

at

Tam

bra

uw

May

bra

t

Ko

ta S

oro

ng

AMH_Kab/Kota AMH_Papua Barat

7,20 7,20

7,65 7,67

8,01

8,21 8,26

7,30 7,40

7,47 7,52

7,72

7,92 7,94

7,00

7,20

7,40

7,60

7,80

8,00

8,20

8,40

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Tahun

PAPUA BARAT RLS_Nasional

5,78

10,68

8,26

7,94

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

11,00

12,00

Fak-Fak

Kaim

ana

Teluk W

on

dam

a

Teluk B

intu

ni

Man

okw

ari

Soro

ng Se

latan

Soro

ng

Raja A

mp

at

Tamb

rauw

Mayb

rat

Ko

ta Soro

ng

Tah

un

RLS_Kab/Kota

RLS_Papua Barat

RLS_Nasional

Page 6: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

6

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT

B4. Kesehatan

Perkembangan derajat kesehatan penduduk antarprovinsi di wilayah Papua Barat selama periode

terakhir menunjukkan kondisi perbaikan, yang diindikasikan oleh menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), dan

meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).Kondisi ini sejalan dengan perkembangan perbaikan kondisi

kesehatan secara nasional yang cenderung terus membaik.

Angka Kematian Balita (AKB), Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),

kondisi AKB menunjukan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2010), AKB tahun 2010 sebesar 29,5 lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun kondisi AKB Provinsi Papua Barat masih tergolong tinggi dan

berada di atas rata-rata AKB nasional.

Status Gizi Balita, Kondisi kesehatan masyarakat berdasarkan indikator status gizi balita, merupakan

gangguan pertumbuhan bayi yang terjadi sejak usia dini (4 bulan) yang ditandai dengan rendahnya berat badan

dan tinggi badan, dan terus berlanjut sampai usia balita. Hal tersebut terutama disebabkan rendahnya status gizi

ibu hamil.Perkembangan status gizi balita untuk persentase balita gizi buruk/kurang meningkat pada tahun 2010

dibandingkan ytahun 2007, namun masih tinggi dibandingkan nasional.

Gambar 10: Perkembangan Angka Kematian Bayi Provinsi Papua

Barat terhadap Nasional 2005-2010

Gambar 11: Perkembangan Status Gizi Balita Provinsi Papua Barat

terhadap Nasional 2007 dan 2010

Sumber: BPS, Tahun 2011

Angka Harapan Hidup (AHH), perkembangan AHH Provinsi Papua Barat dan kabupeten/kota dalam lima

tahun terakhir meningkat, sejalan dengan perkembangan AHH secara nasional. AHH Provinsi Papua Barat

tahun 2011 mencapai 68,81 tahun masih lebih rendah dibandingkan terhadap AHH nasional. Sementara untuk

perbandingan AHH antar kabupaten/kota taun 2011 di Provinsi Papua Barat, AHH tertinggi berada di Kota

Sorong 72,36 tahun lebih tinggi dari AHH provinsi dan nasioanl, dan terrendah di KabupatenTambauw (66,31

tahun).

35

,00

33

,90

32

,70

31

,60

30

,50

29

,50

28,90 28,20 27,50 26,80 26,20 25,5

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Papua Barat

6,8

16,4

23,2

9,1

17,4

26,5

4,9

13,0

17,9

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) Gizi Buruk/Kurang

2007

Page 7: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

7

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA

Gambar 12: Perkembangan Angka Harapan Hidup Provinsi Papua

BaratTahun 2005-2011

Gambar 13: Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupeten/Kota

di Provinsi Papua Barat Tahun 2011

Sumber: BPS, Tahun 2011

Indikator kesehatan lainnya yang menggambarkan kinerja dari pelayanan kesehatan bagi masyarakat

adalah kondisi kesehatan ibu dan bayi yang berkaitan dengan proses melahirkan. Kondisi ini dapat ditunjukkan

melalui data persentase kelahiran balita menurut penolong kelahiran terakhir.Perkembangan dari persentase

persalinan yang ditolong oleh tenaga medis dalam lima tahun terakhir di Provinsi Papua Barat terus meningkat,

namun masih rendah dibandingkan angka rata-rata nasional.

Gambar 14: Perkembangan Persentase Kelahiran Balita Ditolong Tenaga Menis terhadap Nasional

Tahun 2004-2011

Sumber: BPS, Tahun 2011

66,88

67,30 67,60

67,90 68,20

68,51 68,81

68,08

68,47 68,70

69,00 69,21

69,43 69,65

65,00

65,50

66,00

66,50

67,00

67,50

68,00

68,50

69,00

69,50

70,00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

tah

un

PAPUA BARAT

AHH_NASIONAL

66,31

72,36

63,00

64,00

65,00

66,00

67,00

68,00

69,00

70,00

71,00

72,00

73,00Papua Barat

AHH_Kab/Kota AHH_Papua Barat

56,35 55,99

60,77 60,43

74,95

67,31

71,53 70,47

72,41 72,53 74,87

77,34 79,82

81,25

50,00

55,00

60,00

65,00

70,00

75,00

80,00

85,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

%

Papua Barat

Indonesia

Page 8: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

8

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT

B5. Kondisi Kemiskinan

Perkembangan kemiskinan di Provinsi Papua Baratdalam kurun waktu 2008-2013, secara absolut

menurun 22,23 ribu jiwa, dengan jumlah penduduk miskin tahun 2013 (maret) 224 ribu jiwa. Seperti halnya

dengan kondisi tingkat kemiskinan dari tahun 2008-2013 mengalami penurunan, dan hingga akhir tahun 2013

mencapai 26,67 persen atau menurun sebesar 8,45 persen dari tahun 2008. Kondisi kemiskinan Provinsi

Papua Barat masih tergolong tinggi jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,37%).

Gambar 15:

Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2013

Sumber: BPS, Tahun 2012

Penyebaran penduduk miskin terbesar tahun 2011 terdapat di KabupatenManokwariyaitu sebanyak

66,70 ribu jiwa dan terrendah di Tambarauw sebesar 2.80 ribu jiwa. Sementara untuk penyebaran tingkat

kemiskinan tertinggi terdapat di Teluk Bintuni sebesar 47,44%, dan tingkat kemiskinan terrendah di Kota

Sorong sebesar 14,04%.

Tabel4: Perkembangan Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat

Tahun 2006-2011

kabupaten/kota Pendududk Miskin (000) Presentase Kemiskinan (%)

2006 2011 Δ 2006-2011 2006 2011 Δ 2006-2011

Fak-Fak 26,4 23,20 3,20 41,64 33,18 8,46

Kaimana 14,7 10,10 4,60 36,85 20,84 16,01

Teluk Wondana 11,9 12,10 -0,20 54,95 43,86 11,09

Teluk Bintuni 27,5 26,00 1,50 53,75 47,44 6,31

Manokwari 81,2 66,70 14,50 49,75 33,95 15,80

Sorong Selatan 17,1 9,10 8,00 29,46 22,93 6,53

Sorong 33,1 24,70 8,40 35,52 33,38 2,14

Raja Ampat 12,2 10,50 1,70 31,25 23,50 7,75

Tambrauw 2,80 -2,80 43,77 -43,77

Maybrat 13,90 -13,90 40,16 -40,16

Kota Sorong 60,0 28,00 32,00 37,62 14,04 23,58

PAPUA BARAT 284,1 227,10 57,00 41,34 28,53 12,81

Keterangan: *) data kemiskinan Kabupaten/Kota 2011 belum tersedia Sumber : BPS, Tahun 2011

246

,50

257

256

250

230

224

35,12 35,71 34,88 31,92

27,04 26,67

15,42 14,15 13,33 12,49 11,67 11,37

200,00

210,00

220,00

230,00

240,00

250,00

260,00

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

2008 2009 2010 2011 2012 2013

%

Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa) Papua Barat NASIONAL

Page 9: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

9

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA

B6. Perkembangan IPM

Perkembangan IPM Provinsi Papua Barat dalam kurun waktu 2004-2011 semakin membaik, IPM

Provinsi Papua Barat tahun 2011 mencapai 69,65masih rendah dibandingkan rata-rata IPM nasional (72,77),

dengan ranking IPM Provinsi Papua Barat tahun 2011 menduduki peringkat ke 29 secara nasional setelah

Kalimantan Barat. Perbandingan IPM antar kabupaten/kota tahun 2011, IPM tertinggi adalah Kota

Sorong(77,72) dan menduduki peringkat ke-30 secara nasional, dan IPM terrendah adalah

KabupatenTambarauwyaitu 50,81 dan berada diperingkat ke-486 secara nasional.

Gambar 17: Perkembangan IPM Provinsi dan Nasional Tahun 2004-

2011

Gambar 18: Perbandingan IPM Kabupaten/Kota terhadap dan

Nasional, Tahun 2011

Sumber: BPS Tahun 2011

C. PEREKONOMIAN DAERAH

C1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB Provinsi Papua Barat menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas

tahun tahun 2012 mencapai 42.760 miliar rupiah lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB ADHB

dengan migas Provinsi Papua Barat menyumbang sebesar 0,64 persen terhadap PDB nasional (33 provinsi).

Sementara untuk PDRB ADHK tahun 2000 dengan migas sebesar 13.781 miliar rupiah, sementara tanpa

migas sebesar 6.997 miliar rupiah

Tabel :

Perkembangan PDRB menurut ADHB dan ADHK Provinsi Papua Barat, Tahun 2008-2012. Miliar Rupiah

Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK

Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas

2008 13.975 9.779 6.400 4.988

2009 18.144 12.124 7.287 5.447

2010 26.873 14.057 9.361 5.911

2011 36.179 16.576 11.896 6.514

2012 42.760 18.779 13.781 6.997

63,66 64,83

66,08 67,28

67,95 68,58

69,15 69,65

68,69 69,57

70,08 70,59

71,17 71,76

72,27 72,77

58,00

60,00

62,00

64,00

66,00

68,00

70,00

72,00

74,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

PAPUA BARAT

Indonesia

50,81

77,72

69,65 72,77

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

Fak-Fak

Kaim

ana

Teluk…

Teluk…

Man

okw

ari

Soro

ng…

Soro

ng

Raja A

mp

at

Tamb

rauw

Mayb

rat

Ko

ta…

IPM_Kab/Kota IPM_Papua BaratIPM_Nasional

Page 10: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

10

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT

Struktur perekonomian Provinsi Papua Barat 2011, didominasi bersarnya kontribusi dari sektor

pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 26,45%, sektor industry pengolahan dengan

kontribusi sebesar 51,67 %, sektor pertanian (13,76%), dan pertambangan dan penggalian (7,23%). Selain

ketiga sektor diatas, sektor lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor industri pengolahan

(11,87%), dan sektor bangunan (7,14%)

Gambar 20: Struktur Perekonomian PDRB ADHB Provinsi Papua Barat Tahun 2011

Sumber: BPS tahun 2011

Jika dilihat perbandingan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas 2011

kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat, menunjukan adanya kesenjangan pendapatan yang cukup tinggi,

dimana PDRB tertinggi mencapai 15.118 miliar rupiah (Kabupaten Teluk Bintuni) dan PDRB terrendah sebesar

46 miliar rupiah(Kabupaten Tambraum).

Tabel 5: Perbandingan Nilai PDRB ADHB Kabupaten/Kota di Papua Barat

Tahun 2011. (Rp. miliar)

KABUPATEN/KOTA 2007 2008 2009 2010* 2011**

Fak-Fak 912 1,115 1,283 1,508 1,724

Kaimana 534 653 760 889 996

Teluk Wondama 209 298 363 394 464

Teluk Bintuni 719 912 1,952 8,675 15,118

Manokwari 1,673 2,176 2,561 2,947 3,338

Sorong Selatan 327 433 338 393 464

Maybrat # - - 161 187 213

Sorong 3,346 4,745 5,745 6,166 6,839

Tambraum # - - 35 40 46

Raja Ampat 796 938 1,057 1,121 1,196

Kota Sorong 1,869 2,400 2,728 3199 3,646 #) Merupakan Pecahan dari kabupaten yang berada di atasnya * Angka sementara; ** Angka sangat sementara

13,76

7,23

51,67

0,31

6,87

6,49

4,70 1,83

7,14

1. PERTANIAN

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

3. INDUSTRI PENGOLAHAN

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH

5. BANGUNAN

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.

9. JASA-JASA

Page 11: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

11

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA

Perkembangan ekonomi Papua Barat dalam tiga tahun terakhir mengalami perlambatan, laju

pertumbuhan ekonomi tahun 2012 mencapai 15,84% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Seluruh

sektor tumbuh positif pada tahun 2011, dengan laju pertumbuhan tertinggi dan sekaligus pendorong

pertumbuhan ekonomi Papua Barat adalah: sektor jasa (23,60%), sektor bangunan (12,24%), dan sektor

perdaggangan (12,97%).

Gambar 21: Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Baratterhadap Nasional Tahun 2004-2012, (%)

Sementara untuk pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota, seluruh kabupaten/kota rata-rata tumbuh positif,

dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi tahun 2011, adalah Kabupaten Teluk Bintunidengan laju

pertumbuhan sebesar 73,01%, dan pertumbuhan ekonomi terrendah Kabupaten Raja Ampat sebesar 3,70%.

Tabel 6:

Laju Pertumbuhan PDRB dengan Migas ADHK 2000 Menurut Kabupaten di Provinsi Papua Barat Tahun

2007-2011 (persen)

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**

Kab. Fak-Fak 6.85 6.98 6.91 7.84 8.15

Kab. Kaimana 8.38 7.55 9.56 9.94 7.72

Kab. Teluk Wondama 19.75 18.25 9.80 4.22 10.64

Kab. Teluk Bintuni 9.85 12.30 82.04 171.77 73.01

Kab. Manokwari 8.61 10.20 10.09 10.07 9.12

Kab. Sorong Selatan 8.67 7.95 7.39 6.19 7.83

Kab. Maybrat # - - - 7.54 6.27

Kab. Sorong 3.13 6.01 4.59 2.94 6.50

Kab. Tambraum # - - - 5.26 5.37

Kab. Raja Ampat 2.36 -1.23 1.90 2.49 3.70

Kota Sorong 6.57 8.02 8.78 7.69 8.20

PAPUA BARAT 6.95 7.84 13.87 28.34 27.22

Sumber: BPS, 2011 Keterangan: *) angka sementara; **) angka sangat sementara; # kabupaten pemekaran

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

91. Papua Barat 7,39 6,80 4,55 6,95 7,84 13,87 28,47 27,08 15,84

Nasional 5,03 5,69 5,50 6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,23

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

%

Page 12: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

12

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT

PDRB perkapita dengan migas ADHB Provinsi Papua Barat dan kabupaten/kota dari tahun 2005-2012

meningkat setiap tahunnya, PDRB perkapita tahun 2012 Papua Barat mencapai sebesar 52.384 ribu/jiwa lebih

tinggi dari PDRB perkapita nasional (33.748 ribu/jiwa). Sementara untuk perbandingan PDRB perkapita

kabupaten/kota di Papua Barat kecenderungan adanya kesenjangan yang cukup tinggi, dimana sebagian besar

kabupaten/kota memiliki PDRB perkapita dibawah rata-rata PDRB perkapita provinsi, dengan PDRB perkapita

tertinggi mencapai 277.934 ribu/jiwa terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni dan terrendah sebesar 6.215 ribu/jiwa

di Kabupaten Maybrat.

Gambar 22: PDRB Perkapita ADHB Provinsi Papua BaratTahun

2005-2012, (Ribu Rupiah)

Gambar 23: PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Papua

Barat,Tahun 2011

D2. Investasi PMA dan PMDN

Perkembangan realisasi nilai investasi PMA Provinsi Papua Barat dalam tiga tahun terakhir (2010-

2012) cenderung meningkat, dengan nilai investasi PMA tahun 2012 tercatat sekitar 32,04 juta US$ dengan

jumlah proyek sebanyak 18 proyek.Sementara untuk perkembangan nilai investasi PMDN cenderung menurun,

nilai relaisasi PMDN tahun 2012 tercatat sebesar 45,83 miliar rupiah dengan jumlah proyek sebanyak 5 proyek,

namun lebih rendah dibandingkan nilai PMDN tahun 2011 yaitu sebsar 47,17 miliar rupiah.

Tabel 7:

Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Provinsi Papua Barat

Tahun 2010-2012.

Tahun PMA PMDN

Juta US$ Proyek Rp. Miliar Proyek

2010 17.16 10 51.31 1

2011 33.09 25 47.17 5

2012 32.04 18 45.83 5

12.428 13.548

15.143

19.673

24.649

35.134

45.853

52.384

12.558 14.892

17.361

21.365 23.881

27.029

30.795

33.748

9.000

14.000

19.000

24.000

29.000

34.000

39.000

44.000

49.000

54.000

59.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Papua Barat

Indonesia (PDB)

277.934

6.215

45.843

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

Kab/Kota

PAPUA BARAT

Page 13: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

13

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA

D. PRASARANA WILAYAH

E1. Jaringan Irigasi

Pembangunan jaringan irigasi merupakan langkah strategis dalam mendukung peningkatan produksi

pangan, serta dalam upaya mewujudkan swasembada pangan nasional.Total luas jaringan irigasi diPapua Barat

meliputi 20.356 hektar. Pengelolaan jaringan irigasi menurut kewenangan, 3.450 hektar kewenangan pusat,

12.285 hektar kewenangan provinsi, dan 4.621 hektar kewenangan kabupaten/kota.

E2. Infrastruktur Jalan

Kondisi panjang jalan berdasarkan status pembinaannya tahun 2011 di Provinsi Papua Barat mencapai

6.403,25 km, yang terdiri dari jalan Nasional sepanjang 799,89 km, jalan Provinsi sepanjang 875,22 km, dan

Jalan Kabupaten/kota sepanjang 4.728,14 km. Untuk kondisi kualitas jalan menurut kriteria IRI (International

Roughness Index), Departemen PU), kualitas jalan nasional tidak mantap di Provinsi Papua Barat pada tahun

2011 mencapai 194,84 km yang terdiri dari 4,81 persen kondisi jalan rusak ringan dan 15,42 persen dengan

kondisi rusak berat. Sementara untuk kondisi jalan mantap sepanjang 768,40 km atau sekitar 79,77 persen

kondisi jalan mantap di Papua Barat.

Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan kerapatan jalan (Road

Density), kerapatan jalan di Provinsi Papua Barat sebesar 0,05. Km/Km² lebih rendah dari kerapatan jalan

tingkat nasional (0,23 Km/Km²). Sementara panjang jalan menurut kondisi permukaan jalan, jalan beraspal di

Provinsi Papua Barat meliputi 46 persen dari total panjang jalan, dan sisanya 20 persen jalan kerikil, 34 persen

jalan tanah dan lainnya.

Tabel 8.

Panjang Jalan Menurut Provinsi dan Tingkat Kewenangan Pemerintahan (km)

Provinsi Negara Provinsi Kab / Kota Jumlah

Papua Barat 799,89 875,22 4728,14 6403,25

Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab/Kota

Tabel 9.

Kondisi Kemantapan Jalan Nasional Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Berdasarkan Kerataan Permukaan Jalan

(IRI) Status : Awal Agustus 2011

Panjang Kepmen PU (km)

Kondisi Permukaan Jalan (km) Kondisi Kemantapan (km)

Kondisi Permukaan Jalan (%) Kondisi Kemantapan (%)

Baik Sedang Rusak Ringan

Rusak Berat

Mantap Tidak Mantap

Baik Sedang Rusak Ringan

Rusak Berat

Mantap Tidak Mantap

963,24 400,71 367,69 46,29 148,55 768,40 194,84 41,60 38,17 4,81 15,42 79,77 20,23

Sumber: Subdit Informasi dan Komunikasi, Direktorat Bina Program, Bina Marga, Kementrian PU

Page 14: Profil Pembangunan Provinsi 9100PaBar 2013

14

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT

F. POTENSI SUMBERDAYA ALAM

F1. Sumber Daya Lahan

Pola penggunaan lahan di Provinsi Papua Barat di dominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan. Lahan pertanian yang digunakan di Provinsi Papua Barat diantaranya sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Sedangkan berdasarkan kawasan, hutan produksi yang dikonversi terbesar mencapai 23,69 %, hutan produksi tetap sebesar 19,10 %, hutan produksi terbatas 18,91 %, Hutan KSA/KPA 17,93 %, hutan lindung 16,87 % dan yang terkecil areal penggunaan lainya sebesar 3,5 %.

F2. Potensi Pertanian

Luas Panen Padi Sawah dan padi ladang Provinsi Papua Barat total luas panen pada tahun 2010 sebesar 9.464 Ha dengan total hasil produksi sebesar 43.256 Ton. Kondisi ini jauh menurun jika dibandingkan pada tahun 2009 dengan lahan 10.486 dengan total produksi sebesar 36.985 Ton. Jika dilihat dari luas panen Kabupaten/Kota terbesar di provinsi Papua Barat terbesar di Kabupaten Manokwari sebesar 5.931 Ha dengan hasil produksi 21.532 Ton. Sedangkan kabupaten penghasil produksi pertanian dengan luas panen terendah di Kabuaten Teluk Wondama 67 Ha dengan luas panen 207 Ton.

Disamping luas panen padi sawah dan ladang di Provinsi Papua Barat tahun 2010 teridentifikasi penghasil Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, kedelai, kacang hijau. Produksi terbesar untuk Jagung terdapat di Kabupaten Manokwari dengan hasil 679 Ton, Ubi Kayu produksi terbesar di Kabupaten Sorong dengan hasil 3.208 Ton, Ubi Jalar produksi terbesar terdapat di Kabupaten Manokwari dengan hasil 3.135 Ha, kacang tanah produksi terbesar di kabupaten Manokwari dengan hasil 242 Ton, kedelai produksi terbesar di Kabupaten Manokwari sebesar 336 Ha dan Kacang hijau produksi terbesar di Kabupaten Sorong sebesar 92 Ton. Sehingga jika dilihat dari potensi pertanian dalam luas panen dan hasil produksi di Provinsi Papua Barat sebagian besar terdapat di Kabupaten Manokwari

F3. Potensi Perikanan

Produksi perikanan laut provinsi Papua Barat menurut jumlahnya pada tahun 2010 berjumlah 116.593,3 Ton. Produksi perikanan tertinggi terdapat di Kabupaten Manokwari sebesar 24.571,2 Ton dan terendah di Kabupaten Teluk Bintuni dengan produksi 2.160,8 Ton. Jika dilihat dari Kuartal I sampai IV Kabupaten Manokwari memiliki produksi perikanan laut tertinggi dan Kabupaten Teluk Bintuni memiliki nilai produksi terendah.

F4. Potensi Sumberdaya Mineral

Usaha pertambangan diProvinsi Papua Barat tahun 2010 di dominasi oleh hasil tambang berupa Minyak/Gas dan Nikel. Untuk penghasil Minyak/Gas terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Sorong sedangkan Nikel terdapat di Kabupaten Raja Ampat. Sedangkan untuk pembangkit tenaga Listrik PLN dilihat dari produksinya terbesar di Kabupaten Manokwari (128 juta KWH) dan terendah Kabupaten Tambrauw (41 ribu KWH), sedangkan Kabupaten Teluk wondama dan Teluk bintuni sedang mengalami gangguan.