profil pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis ktsp pada sma/ma kelas .../profil... ·...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS KTSP
PADA SMA/MA KELAS XI IPA SEMESTER 1
DI KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2009/2010
(Studi Evaluatif Pada Dua SMA/MA Di Kabupaten Karanganyar)
SKRIPSI
Oleh :
Dieni Laylatul Zakia
NIM K3305029
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS KTSP
PADA SMA/MA KELAS XI IPA SEMESTER 1
DI KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2009/2010
(Studi Evaluatif Pada Dua SMA/MA Di Kabupaten Karanganyar)
Oleh :
Dieni Laylatul Zakia
NIM K3305029
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. rer nat. Hj. Sri Mulyani, M. Si Sri Retno Dwi Ariani, S. Si, M. Si
NIP. 19650916 199103 2 009 NIP. 19711216 199802 2 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : .Senin
Tanggal : 7 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S .......................
Sekretaris : Endang Susilowati, S. Si., M.Si ......................
Anggota I : Dr. rer nat. Hj. Sri Mulyani, M. Si .......................
Anggota II : Sri Retno Dwi Ariani, S. Si., M. Si ......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Dieni Laylatul Zakia. PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS KTSP PADA SMA/MA KELAS XI IPA SEMESTER 1 DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juni. 2010.
Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP kelas XI IPA Semester 1 Di Kabupaten Karanganyar. (2) Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP kelas XI IPA Semester 1 ditinjau dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (3) Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan guru kimia kelas XI IPA di Kabupaten Karanganyar dalam mengembangkan pembelajaran kimia berbasis KTSP.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan evaluatif. Populasi penelitian ini adalah semua SMA/MA yang terdapat di Kabupaten Karanganyar sedangkan sampel penelitian ini adalah SMA Negeri Karangpandan dan MAN Karanganyar. Penentuan sampel ini dilakukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Validasi data menggunakan trianggulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Teknik analisis data dibedakan menjadi 2 yaitu analisis data untuk menghasilkan kesimpulan dari data empiris dan analisis data untuk rekomendasi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) Profil pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP kelas XI IPA Semester 1 di Kabupaten Karanganyar menunjukkan kreativitas dalam merencanakan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar yang dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi: pengembangan silabus dan RPP, proses pembelajaran yang menggunakan variasi metode dan media pembelajaran untuk mengaktifkan siswa, penilaian hasil belajar menggunakan metode yang bervariasi. (2) Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP meliputi kesulitan dalam pemilihan metode pembelajaran kimia yang sesuai dengan keberagaman karakteristik siswa, terbatasnya media pembelajaran, fasilitas laboratorium yang kurang memadai dan kesulitan mengevaluasi aspek afektif dan psikomotor. (3) Usaha yang dilakukan guru kimia dalam mengembangkan pembelajaran kimia berbasis KTSP meliputi memaksimalkan penggunaan variasi metode pembelajaran untuk mengatasi terbatasnya media pembelajaran kimia, penggunaan variasi metode pembelajaran untuk mengatasi keberagaman karakteristik siswa, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menantang. Kata Kunci : Pembelajaran Kimia, KTSP, Profil KTSP di Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTACT
Dieni Laylatul Zakia. CHEMICAL LEARNING IMPLEMENTATION PROFILE BASED ON KTSP FOR SMA/MA CLASS XI SCIENCE SEMESTER I IN KARANGANYAR DISTRICT ACADEMIC YEAR 2009/2010. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta, Juni. 2010.
Research objectives are (1) Knowing the implementation of KTSP-based chemistry learning at class XI Science Semester 1 In Karanganyar District. (2) Determine the constraints faced in implementation of the KTSP-based chemistry learning class XI Science Semester 1 viewed from the aspect of planning, implementation and evaluation. (3) Knowing the efforts undertaken chemistry teacher grade XI Science in District Karanganyar in developing chemical learning based on KTSP.
This research used qualitative descriptive research method with evaluative approach. The study population was all SMA / MA contained in Karanganyar District, while the sample of this research is SMA Negeri Karangpandan and MAN Karanganyar. Determination of samples was done by purposive sampling. Data collection techniques used the method of observation, interviews, questionnaires and documentation. Data validation used triangulation of data that is by collected similar data from many different data sources. The data analysis technique is divided into 2 data analysis to generate empirical data and conclusions from the data analysis for recommendation.
From this study we can conclude that (1) Profile of the implementation of KTSP-based chemistry learning class XI Science Semester 1 in the District Karanganyar showed creativity in planning, implementation, and assesment of learning outcomes that can be seen from the activities undertaken include : development of the syllabus and the RPP, the process using variety of learning methods, and instructional media to enable students, assesment of learning outcomes using methods that vary. (2) The constraints encountered in implementation of the KTSP-based chemistry learning include difficulty in choosing the learning method in accordance with the diversity of chemical characteristics of the students, the limited medium of learning, inadequate laboratory facilities, and difficulties ini evaluating the affective and psychomotor aspects.. (3) Work done by chemistry teachers in developing learning-based chemical variations of KTSP include maximizing the use of learning methods to overcoming the limited medium of learning chemistry, the use of variations of learning method to overcome the diversity of student characteristics, creating an enjoyable learning atmosphere and challenge.
Keywords: Chemistry Learning, KTSP, KTSP Profiles in Karanganyar District
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu selesai (dari satu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
(Q. S. Al-Insyirah : 6 7)
Terus berjuang dengan keyakinan, moral dan agama.(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
izin penulisan skripsi.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M. Si., Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS
yang telah memberikan persetujuan skripsi.
3. Dra. Hj. Tri Redjeki, M. S., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
4. Dr. rer nat. Hj. Sri Mulyani, M. Si., selaku Pembimbing I dan
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan dan
dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
5. Sri Retno Dwi Ariani, S. Si, M. Si., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kimia yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan selama kuliah.
7. Drs. Amin Suryadi, M. Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri
Karangpandan dan H. M. Malzum Adnan, S. Pd, M. M., selaku Kepala
Sekolah MAN Karanganyar yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk dapat melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Andri Cipto, S. Pd dan Pranowo Sumarso, S. Pd., selaku guru kimia
kelas XI IPA SMA Negeri Karangpandan serta Kusrini, S. Pd., selaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
guru kimia kelas XI IPA MAN Karanganyar, yang telah memberikan
izin dan bersedia direpotkan oleh penulis.
9. Keluargaku (Bapak, Ibu, dan kakak-kakakku), yang selalu memberikan
dorongan, semangat dan doanya selama ini.
10. Sahabat-sahabtku (Nirub, Coco, Anti, dan sahabat-
yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungannya.
11. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................. i
PENGAJUAN JUDUL...................................................................................... ii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
MOTTO............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Batasan Masalah.......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
1. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia ................... 7
2. KTSP ..................................................................................... 9
a. Pengertian KTSP .............................................................. 9
b. Tujuan KTSP ................................................................... 11
c. Dasar Kebijakan dan Karakteristik KTSP....................... 11
d. Komponen KTSP ............................................................ 12
e. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP............................. 13
f. Kelebihan dan Kekurangan KTSP .................................. 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pembelajaran Kimia ............................................................. 14
a. Pengertian Pembelajaran ................................................. 14
b. Kriteria Keberhasilan Program Pembelajaran ................. 17
c. Hakikat Mata Pelajaran Kimia ........................................ 19
B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 24
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 24
B. Cakupan Wilayah Evaluasi ........................................................ 24
C. Rancangan Penelitian ................................................................. 24
D. Sumber Data ............................................................................... 25
E. Teknik Sampling ........................................................................ 26
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 26
G. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 27
H. Validasi Data .............................................................................. 28
I. Teknik Analisis Data .................................................................. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 29
A. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................... 29
B. Analisis Data dan Pembahasan .................................................. 38
1. Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Berbasis KTSP ............... 38
2. Kendala-Kendala Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Berbasis
KTSP .................................................................................... 43
3. Usaha-Usaha dalam Mengembangkan Pembelajaran Kimia
Berbasis KTSP ...................................................................... 46
C. Analisis Rekomendasi ................................................................ 47
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.......................................... 51
A. Kesimpulan ................................................................................ 51
B. Rekomendasi .............................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54
LAMPIRAN ..................................................................................................... 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persamaan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP) .... 7
Tabel 2. Perbedaan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP) .... 8
Tabel 3. Data Hasil Wawancara I (Wakasek Kurikulum) ............................... 29
Tabel 4. Data Hasil Wawancara II (Guru Kimia Kelas XI IPA) ..................... 30
Tabel 5. Perbandingan Persentase Hasil Observasi Terhadap Guru Kimia Kelas
XI IPA SMA Negeri Karangpandan dan MAN Karanganyar ........... 32
Tabel 6. Perbandingan Persentase Hasil Observasi Siswa SMA Negeri
Karangpandan dan MAN Karanganyar ............................................. 33
Tabel 7. Perbandingan Persentase Hasil Angket Siswa Kelas Guru I (Pak
Andri) dan Guru II (Pak Pranowo) .................................................... 35
Tabel 8. Persentase Hasil Angket Siswa Kelas Guru III (Ibu Kusrini) ........... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 23
Gambar 2. Histogram Perbandingan Persentase Hasil Observasi Guru Tentang
Penggunaan Metode Pembelajaran Oleh Guru Kimia SMA N
Karangpandan dan MAN Karanganyar ........................................... 40
Gambar 3. Histogram Perbandingan Persentase Hasil Observasi Guru Tentang
Penggunaan Media Pembelajaran Oleh Guru Kimia SMA N
Karangpandan dan MAN Karanganyar ........................................... 41
Gambar 4. Histogram Perbandingan Persentase Hasil Observasi Guru Tentang
Penarikan Kesimpulan Guru Kimia SMA Negeri Karangpandan
(Guru I dan Guru II) dan Guru Kimia MAN Karanganyar
(Guru III) .......................................................................................... 42
Gambar 5. Diagram Frekuensi Perolehan Skor Sub-Indikator Hasil Pemantauan
Keterlaksanaan KTSP Pada Pembelajaran Kimia di SMA N
Karangpandan Berdasarkan 3 Standar BSNP .................................. 44
Gambar 6. Diagram Frekuensi Perolehan Skor Sub-Indikator Hasil Pemantauan
Keterlaksanaan KTSP Pada Pembelajaran Kimia di MAN
Karanganyar Berdasarkan 3 Standar BSNP ..................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pedoman Observasi Siswa ............................................................... 56
2. Hasil Observasi Siswa SMA N Karangpandan ................................ 57
3. Hasil Observasi Siswa MAN Karanganyar...................................... 70
4. Pedoman Observasi Guru ................................................................ 77
5. Hasil Observasi Guru Kimia SMA N Karangpandan ...................... 79
6. Hasil Observasi Guru Kimia MAN Karanganyar ............................ 96
7. Kisi-Kisi Angket Siswa................................................................... 106
8. Angket Siswa .................................................................................. 107
9. Hasil Angket Siswa SMA N Karangpandan ................................... 110
10. Hasil Angket Siswa MAN Karanganyar ......................................... 116
11. Pedoman Wawancara Guru Kimia.................................................. 120
12. Hasil Wawancara Guru Kimia Kelas XI IPA SMA Negeri
Karangpandan ................................................................................. 122
13. Hasil Wawancara Guru Kimia Kelas XI IPA MAN Karanganyar . 131
14. Pedoman Wawancara Wakasek Kurikulum.................................... 136
15. Hasil Wawancara Wakasek Kurikulum SMA N Karangpandan .... 137
16. Hasil Wawancara Wakasek Kurikulum MAN Karanganyar .......... 139
17. Pedoman Analisis Dokumen ........................................................... 142
18. Hasil Observasi Analisis Dokumen SMA N Karangpandan .......... 143
19. Hasil Observasi Analisis Dokumen MAN Karanganyar ................ 145
20. Pedoman Observasi Sarana Prasarana ............................................ 146
21. Hasil Observasi Sarana Prasarana SMA N Karangpandan ............. 147
22. Hasil Observasi Sarana Prasarana MAN Karanganyar ................... 148
23. Silabus Pelajaran Kimia Kelas XI IPA Semester 1 SMA N
Karangpandan ................................................................................. 149
24. Silabus Pelajaran Kimia Kelas XI IPA Semester 1 MAN
Karanganyar .................................................................................... 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran
25. Contoh RPP Pelajaran Kimia Kelas XI IPA SMA N Karangpandan
......................................................................................................... 158
26. Contoh RPP Pelajaran Kimia Kelas XI IPA MAN
Karanganyar .................................................................................... 161
27. Penentuan KKM SMA N Karangpandan ........................................ 162
28. Penentuan KKM MAN Karanganyar.............................................. 166
29. Daftar Nilai Siswa Kelas XI IPA Semester 1 Mata Pelajaran Kimia
SMA N Karangpandan .................................................................... 168
30. Daftar Nilai Siswa Kelas XI IPA Semester 1 Mata Pelajaran Kimia
MAN Karanganyar.......................................................................... 172
31. Hasil Trianggulasi SMA N Karangpandan ..................................... 175
32. Hasil Trianggulasi MAN Karanganyar ........................................... 181
33. Pedoman Pemantauan Keterlaksanaan KTSP Pada Pembelajaran
Kimia Kelas XI IPA Semester 1 Di SMA N Karangpandan .......... 187
34. Hasil Pemantauan Keterlaksanaan KTSP Pada Pembelajaran Kimia
Kelas XI IPA Semester 1 Di SMA N Karangpandan ..................... 194
35. Rekapitulasi Hasil Pemantauan Keterlaksanaan KTSP Pada
Pembelajaran Kimia Kelas XI IPA Semester 1 Di SMA N
Karangpandan ................................................................................. 204
36. Hasil Pemantauan Keterlaksanaan KTSP Pada Pembelajaran Kimia
Kelas XI IPA Semester 1 Di MAN Karanganyar ........................... 205
37. Rekapitulasi Hasil Pemantauan Keterlaksanaan KTSP Pada
Pembelajaran Kimia Kelas XI IPA Semester 1 Di MAN
Karanganyar .................................................................................... 214
38. Foto-Foto Penelitian Di SMA N Karangpandan ............................. 215
39. Foto-Foto Penelitian Di MAN Karanganyar................................... 220
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disikapi secara kurang
bijaksana oleh para pelaku pendidikan. Diantaranya, masih banyak dijumpai
adanya anggapan KTSP adalah kurikulum baru yang berbeda dengan kurikulum
sebelumnya, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sebagai konsistensinya
segala sesuatu yang terkait dengan implementasi kurikulum yang berlaku
sebelumnya harus pula dibenahi dan dirombak. Anggapan inilah yang
menimbulkan sikap apriori dan penolakan secara psikologis terhadap perubahan
(Suhadi, 2006).
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, perubahan kurikulum di
sekolah-sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas
merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari. Perkembangan zaman
yang semakin mengglobal menyebabkan sangat dibutuhkannya perubahan
evolusioner dan revolusioner secara mendasar pada dinamika pengetahuan dan
aplikasinya dalam kehidupan manusia. Tidak hanya itu, sikap, perilaku, dan nilai-
nilai yang mengatur kehidupan dan interaksi sosial antar manusia juga mengalami
perubahan.
Dalam praktis pendidikan, perubahan-perubahan itu menggiring pada
dianutnya paradigma baru, baik yang menyangkut visi maupun aksi dalam
pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan. Hal ini disebabkan makin kompleks dan
kompetitifnya kehidupan pada era globalisasi dewasa ini. Akibatnya, sekolah yang
sekadar menjalankan fungsi transmisi pengetahuan menjadi tidak memadai lagi
dalam memenuhi tuntutan kehidupan masyarakat sebagai upaya untuk
meningkatkan daya saing pendidikan.
Dalam konteks tersebut, Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Pendidikan dan Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) mendasari pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan dimana
pedoman dan alat ukur keberhasilannya tetap sentralistik.
KTSP merupakan inovasi perubahan kurikulum untuk menjawab tuntutan
globalisasi. KTSP ini sejalan dengan School-Based Curriculum (SBC) yang
berlaku di Iran. Dalam jurnal internasional yang berjudul
,
dinyatakan bahwa : School Based Curriculum Development (SBCD) is emerged as
a response to shortcomings and problems which stem from Centralized
Curriculum Development and the most important reason for its formation is
adopting curricula with existing needs ang issues at school and community levels"
SBCD tersebut muncul sebagai respon atas kekurangan dan masalah yang
mendasar dari kurikulum sentral dan alasan yang terpentingnya adalah
mengadopsi kebutuhan yang ada dan persoalan di sekolah dan tingkat pendidikan
(Fat-hi Vajargah, dkk, 2008).
Kurikulum sebelum KTSP terkesan mengerdilkan atau bahkan
mematikan ide dan kreativitas satuan pendidikan dalam memberdayakan potensi
dirinya. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi minimnya kreativitas sekolah
tersebut. Misalnya, pemerintah pusat memberlakukan paradigma otonomi
pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah yang dirangkum dalam KTSP
yang mensyaratkan sekolah membangun paradigma baru pengelolaan pendidikan.
Melalui KTSP ini diharapkan ide dan kreativitas sekolah semakin berkembang.
Hal ini berkaitan dengan globalisasi yang memaksa terjadinya variasi dan
dinamika sumber pengetahuan. Keuntungan yang bisa diraih guru dalam KTSP
adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minatnya.
Guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan potensi peserta didik
dengan menyediakan aneka ragam kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar.
Guru diharapkan lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai
dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya. Sekolah
dipacu untuk dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
didik dan sumber belajar yang tersedia. Dengan demikian, KTSP menghadapi
tantangan besar terkait keterpaduan informasi lokal, nasional, dan internasional.
Dalam memasuki era reformasi, kimia sebagai salah satu mata pelajaran
di sekolah perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan tuntutan masyarakat.
Konsep kimia lebih banyak bersifat abstrak dan membutuhkan tingkat
pemahaman yang cukup kuat. Sehingga kimia sering dianggap sebagai mata
pelajaran yang sulit oleh para siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi dan
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran kimia
itu sendiri. KTSP diharapkan mampu menciptakan pembelajaran kimia yang lebih
kreatif, variatif, inovatif dan sesuai serta dapat memenuhi tuntutan. Karena selama
ini proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah dimana guru sebagai pusat
pembelajaran dan siswa hanya sebagai objek pembelajaran.
Setelah sekolah memberlakukan KTSP, mereka berhak menilai
keberhasilan pelaksanaannya; apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar
tersebut sudah dicapai oleh peserta didiknya. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Margiyani Tahun 2007 tentang Implementasi KTSP Pembelajaran PKn pada tiga
SMP di Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa dalam
mengimplementasikan KTSP perlu didukung oleh kompetensi guru dan potensi
siswa. Kreativitas dalam merencanakan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
yang dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan meliputi : 1.
Pengembangan silabus, 2. Pembuatan RPP, 3. Proses pembelajaran yang
menerapkan strategi pembelajaran aktif, 4. Pengembangan sumber belajar, dan 5.
Evaluasi pembelajaran dengan pendekatan penilaian berbasis kelas.
Pengimplementasian KTSP tersebut untuk menumbuhkan suasana belajar yang
berpusat pada peserta didik dan pembelajaran yang menyenangkan.
Lalu bagaimana dengan pelaksanaan KTSP di Kabupaten Karanganyar.
Apakah dengan diberlakukannya KTSP itu seiring sejalan dapat meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah-sekolah khususnya sekolah-sekolah di Kabupaten
Karanganyar? Pertanyaan ini tidak akan dapat memperoleh jawaban yang
memuaskan tanpa ikhtisar yang serius untuk mengevaluasi dan meneliti
keberadaan pelaksanaan KTSP yang ada. Dengan kata lain diperlukan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang seksama dan berkelanjutan untuk mengungkapkan pelaksanaan KTSP di
sekolah-sekolah yang menyelenggarakan.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya penelitian ini dilakukan
antara lain : 1. belum ada penelitian terhadap pelaksanaan KTSP (khususnya pada
pembelajaran kimia) yang bersifat evaluatif dan kebijakan, 2. pelaksanaan KTSP
perlu dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif, dan 3. hasil evaluasi itu dapat
dijadikan informasi dan dasar pengambilan kebijakan pendidikan bagi semua
elemen pendidikan yang terkait khususya di Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dilakukan suatu penelitian
yang bersifat deskripsi kualitatif evaluatif terutama evaluasi tentang pelaksanaan
pembelajaran berbasis KTSP khususnya mata pelajaran kimia. Oleh karena itu,
penelitian ini berjudul "PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KIMIA BERBASIS KTSP KELAS XI IPA DI KABUPATEN
KARANGANYAR".
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasi masalah
yang ada sebagai berikut :
1. Para pelaku pendidikan kurang bijaksana dalam menyikapi pemberlakuan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih terbiasa dengan kebiasaan lama
(pembelajaran yang kurang variatif dan menempatkan siswa sebagai objek
pembelajaran).
3. Belum dilakukan evaluasi proses tentang pelaksanaan pembelajaran.
4. KTSP yang belum diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran baik
dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dilakukan pembatasan
terhadap masalah tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Evaluasi ini dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP
pada pelajaran kimia kelas XI IPA Semester 1 di Kabupaten Karanganyar.
2. Sampel penelitian ini adalah SMA N Karangpandan dan MAN Karanganyar.
3. Sasaran penelitian ini adalah tentang pelaksanaan pembelajaran ditinjau dari
perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
4. Profil yang dimaksud adalah tentang perencanaan pembelajaran, proses
pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
D. Rumusan Masalah
Dengan titik tolak identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas
maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana profil pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP kelas XI
IPA Semester 1 di Kabupaten Karanganyar ditinjau dari perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian hasil belajar?
2. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP pada pelajaran
kimia kelas XI IPA Semester 1 di Kabupaten Karanganyar ditinjau dari aspek
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar?
3. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan guru kimia kelas XI IPA di
Kabupaten Karanganyar dalam mengembangkan pembelajaran kimia berbasis
KTSP ditinjau dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil
belajar?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui :
1. Profil pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP kelas XI IPA Semester
1 di Kabupaten Karanganyar ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran kimia
berbasis KTSP kelas XI IPA Semester 1 ditinjau dari aspek perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian hasil belajar.
3. Usaha-usaha yang dilakukan guru kimia kelas XI IPA di Kabupaten
Karanganyar dalam mengembangkan pembelajaran kimia berbasis KTSP
ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar .
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat praktis yang
berupa :
1. Bagi orang tua dan masyarakat, sebagai informasi pengetahuan tentang
kurikulum yang berlaku di sekolah.
2. Bagi guru dan sekolah :
a. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah
berlangsung/dilaksanakan guru.
b. Membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil
pembelajaran.
c. Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka
meningkatkan kualitas keluaran.
3. Sebagai dasar pengembangan program kekhususan yang relevan dan
mencakup materi kurikulum SMA berbasis KTSP khususnya mata pelajaran
kimia.
4. Dapat dijadikan dasar rujukan teoritis untuk :
a. Pengembangan paradigma dan amanat KTSP, yang menyangkut aspek
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
b. Rekomendasi kebijakan dan pengembangan model pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, dan 2004, serta yang terbaru adalah kurikulum 2006.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Berikut ini adalah perkembangan-perkembangan kurikulum yang
terjadi di Indonesia :
a. Kurun waktu 1945 sampai 1968
Meliputi Rencana Pelajaran 1947 dan Rencana Pelajaran Terurai 1952
b. Kurun waktu 1968 sampai 1999
Meliputi Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum
1994 dan Suplemen Kurikulum 1999.
c. Kurun waktu 1999 sampai sekarang
Meliputi Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP).
Berikut ini adalah perbedaan dan persamaan antara kurikulum 2004
(KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) :
Tabel 1. Persamaan Kurikulum 2004 dan kurikulum 2006 (KTSP)
No Aspek Kurikulum 2004 Kurikulum 2006 1. Landasan
Hukum UU Sisdiknas No. 2/1989
kemudian diganti UU No. 20/2003
UU Sisdiknas No. 20/2003
2. Pendekatan Berbasis Kompetensi Terdiri atas : SK, KD, MP
dan Indikator Pencapaian
Berbasis Kompetensi Hanya terdiri atas : SK,
KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru.
3. Ideologi Pendidikan yang dianut
Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, professional dan kompetitif.
Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, professional dan kompetitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2. Perbedaan Kurikulum 2004 dan kurikulum 2006 (KTSP)
No Aspek Kurikulum 2004 Kurikulum 2006
1. Implementasi / Pendekatan Kurikulum
Bukan dg keputusan /Permendiknas RI
Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004
Keputusan Direktur Dikmenum No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003 dan No. 1247a/C4/MN/2003 Tahun 2003
Permendiknas RI No. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang Standar Isi dan No. 23 Tentang SKL
2. Sifat (1) Cenderung sentralisme pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; daerah/sekolah hanya melaksanakan.
Cenderung desentralisme pendidikan : kerangka dasar kurikulum disusun oleh Tim Pusat; daerah dan sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
3. Sifat (2) Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/Dikmenjur dan Puskur)
Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP.
4. Struktur Perubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (kurikulum 1994/Suplemen 1999)
Ada perubahan nama mata pelajaran
Ada penambahan mata pelajaran TIK atau penggabungan mata pelajaran (PKn dan IPS di SD)
Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengembangan diri untuk semua jenjang sekolah
Ada pengurangan mata pelajaran (misal TIK di SD)
Ada perubahan nama mata pelajaran
PKn dan IPS di SD dipisah lagi
Ada perubahan jam pelajaran setiap mata pelajaran.
5. Beban Belajar Jumlah jam/minggu : SD/MI = 26 32 jam/minggu SMP/MTs = 32 jam/minggu SMA/MA = 38-39 jam/minggu
Lama belajar per 1 jam pelajaran: SD/MI = 35 menit SMP/MTs = 40 menit SMA/MA = 45 menit
Jumlah jam /minggu : SD/MI 1 3 = 27 jam/mgg SD/MI 4 6 = 32 jam/mgg SMP/MTs = 32 jam/mgg SMA/MA = 38 39 jam/mgg
Lama belajar per 1 JP : SD/MI = 35 menit SMP/MTs = 40 menit SMA/MA = 45 menit
6. Pengembangan kurikulum lebih lanjut
Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat yang dapat mengembangkan.
Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran.
Semua sekolah/satuan pendidikan wajib membuat KTSP
Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP
Guru harus membuat RPP
(Riyono, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a. Pengertian KTSP
Kurikulum pada dasarnya memiliki tiga dimensi pengertian, yaitu
kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan
kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran (Sanjaya, 2008 : 4).
Pengertian kurikulum berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Batasan ini memperlihatkan bahwa kurikulum terdiri dari dua
aspek, yaitu sebagai rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan cara pelaksanaan
rencana itu. Kurikulum sebagai rencana digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru. Kurikulum sebagai pengaturan
tujuan, isi, dan cara pelaksanaannya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Kurikulum memiliki tiga peran yang sangat penting, yaitu peran
konservatif, kreatif serta peran kritis dan evaluatif (Hamalik, dalam Sanjaya,
2008) yaitu :
1) Peran Konservatif Kurikulum
Peran kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai
warisan masa lalu.
2) Peran Kreatif Kurikulum
Peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga
dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilik serta dapat berperan
aktif dalam kehidupan sosial yang selalu bergerak dan berubah.
3) Peran Kritis dan Evaluatif dari Kurikulum
Kurikulum berperan menyeleksi dan mengevaluasi nilai dan budaya yang
bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
KTSP merupakan kurikulum terbaru yang diharapkan memiliki peran
konservatif, kreatif, maupun kritis dan evaluatif dalam penerapannya saat ini.
KTSP merupakan penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dikenal kurikulum 2004. Dengan penyempurnaan yang berkelanjutan ini
diharapkan sistem pendidikan selalu relevan dan kompetitif.
KTSP merupakan kurikulum operasional yang pengembangannya
diserahkan kepada daerah dan satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 19).
Penyusunan KTSP yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang disesuaikan
dengan kondisi satuan pendidikan, potensi, dan karakteristik daerah serta sosial
budaya masyarakat setempat serta peserta didik merupakan ciri yang berbeda dari
kurikulum yang digunakan sebelumnya. Kurikulum sebelumnya lebih bersifat
sentralistik (terpusat), sedangkan KTSP merupakan kurikulum yang desentralistik.
KTSP sebagai kurikulum operasional masih tetap mengacu standar isi maupun
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP ini memberikan otonomi
luas pada setiap satuan pendidikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah
memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar
dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap
kebutuhan setempat. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang
lebih kompleks dan adaptif terhadap perubahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan:
Pada sistem KTSP, sekolah memiliki "full authority and responsibility" dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2007: 21).
Sejatinya, KTSP merupakan kurikulum yang merefleksi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang merujuk kepada konsep pendidikan yang
dikemukakan oleh Bloom, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi
peserta didik secara optimal. Oleh karenanya, kurikulum yang disusun dapat
menumbuhkan proses pembelajaran di sekolah yang berorientasi pada penguasaan
kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan secara integratif. Prinsip
pengembangannya adalah mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan (berisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
prinsip-prinsip pokok, bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman) dan
pengembangannya melalui proses akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran
dapat dimodifikasi sesuai dengan tuntutan yang berkembang. Dengan demikian
kurikulum ini merupakan pengembangan pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
nilai, sikap dan minat, untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas dalam
bentuk kemahiran dan rasa tanggung jawab. Dan lagi, kurikulum ini merupakan
suatu desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan sejumlah kompetensi
tertentu, sehingga setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa
diharapkan mampu menguasai serangkaian kompetensi dan dapat menerapkannya
dalam kehidupan kelak.
b. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan
dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Sedangkan tujuan khusus penerapan KTSP adalah untuk :
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan tercapai.
(Mulyasa, 2007: 22)
c. Dasar Kebijakan dan Karakteristik KTSP
Pengembangan KTSP dilandasi oleh Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah sebagai berikut :
1) UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas
2) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.
4) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
5) Permendiknas No. 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22
dan 23.
Karakteristik KTSP meliputi :
1) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu.
2) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu.
3) KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah.
4) KTSP merupakan kurikulum teknologis.
(Sanjaya, 2008: 130)
d. Komponen KTSP
Secara garis besar KTSP memiliki enam komponen penting yaitu :
1) Visi dan Misi Satuan Pendidikan
Visi dan misi satuan pendidikan dapat dikembangkan oleh lembaga
masing-masing dengan memperhatikan potensi dan kelemahan masing-masing.
2) Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut :
a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
(BSNP, 2006: 9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk
pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan SK dan KD
yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu.
4) Struktur dan Muatan KTSP
Memuat mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri,
pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan, pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
5) Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu. Ini merupakan penjabaran dari SK dan KD.
6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan
dalan Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
e. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP
KTSP yang dikembangkan oleh tiap satuan pendidikan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip (BSNP, 2006) yaitu 1) berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2)
beragam dan terpadu, 3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
tekonologi dan seni, 4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, 5) menyeluruh dan
berkesinambungan, 6) belajar sepanjang hayat, 7) seimbang antara kepentingan
nasional dan kepentingan daerah. Prinsip-prinsip ini yang dapat memberikan
warna yang berbeda-beda pada tiap satuan pendidikan di masing-masing daerah
sesuai dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik, dan
lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Kelebihan dan Kekurangan KTSP
Kelebihan KTSP adalah 1) sebagai kurikulum, untuk mempertegas
kurikulum sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi uji publik. KTSP akan
diberlakukan kepada sekolah yang sudah siap dan memiliki daya dukung yang
memadai. 2) Diberlakukan di sekolah dengan penyesuaian kondisi lokal, 3)
mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, 4)
mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam menyelenggarakan program
pendidikan, 5) KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah menitikberatkan
dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan
siswa.
Adapun kelemahan KTSP menyangkut : 1) kurangnya SDM yang
memadai yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada setiap satuan
pendidikan yang ada, 2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP. Di samping itu masih banyak guru
yang belum memahami KTSP secara utuh, penyusunannya maupun praktiknya di
lapangan. Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran
(Anonim, 2007).
3. Pembelajaran Kimia
a. Pengertian Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan satu kesatuan, dimana
kurikulum berbicara pada tataran implementasi, proses, dan aplikasi. Keterkaitan
suatu kurikulum dengan pembelajaran digambarkan dalam beberapa model (Oliva
dalam Sanjaya, 2008), yaitu model dualistik (the dualistic model), model
berkaitan (the interlocking model), dan model siklus (the cyclical model).
KTSP sebagai suatu kurikulum operasional menempatkan pembelajaran
sebagai suatu komponen yang saling mempengaruhi. Hubungan keduanya
mengikuti model siklus. Model siklus memandang bahwa kurikulum dan
pembelajaran merupakan sesuatu yang saling mempengaruhi dan memiliki
hubungan timbal balik. Kurikulum menjadi dasar dalam proses pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran. Sebaliknya, pembelajaran dapat mempengaruhi keputusan untuk
kurikulum sendiri.
Beberapa pengertian tentang pembelajaran yaitu :
1) Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses transaksional yang bersifat
timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Robinson, dkk, 2005 : 9.4).
2) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001 : 57).
3) Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (BSNP, 2007)
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa yang merupakan rangkaian
kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Pophan dan Baker (1970: 48)
dalam Robinson (2005: 9.5) menyatakan bahwa kurikulum adalah tujuan akhir
dari program pembelajaran yang direncanakan oleh sekolah, sedangkan
pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut.
Dalam konteks implementasi KTSP, pembelajaran dimaknai sebagai
proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa
dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat kegiatan.
Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang diharapkan (Sanjaya, 2008 : 215).
Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses
penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil
dengan lingkungan (Mulyasa, 2007 : 246). Dengan demikian dapat dikatakan pula
bahwa pembelajaran berbasis KTSP adalah terjemahan guru terhadap KTSP
tertulis.
Hasan dalam Mulyasa (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran
berbasis KTSP sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Karakteristik KTSP : yang mencakup ruang lingkup KTSP dan kejelasannya
bagi pengguna di lapangan.
2) Strategi pembelajaran : yaitu rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara
dia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab.
3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
nilai, dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampuannya untuk
merealisasikan KTSP dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan pengimplementasian dari kurikulum.
Dalam hal ini guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi
kurikulum. Bagaimana idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh
kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan
bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa
kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif (Sanjaya, 2008: 28). Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru juga menempati posisi kunci dan strategis dalam
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk
mengarahkan siswa agar mencapai tujuan secara optimal (Robinson, 2005: 9.4).
Menurut Saban (1995), guru itu memiliki tiga peran utama dalam
meningkatkan pembelajaran yaitu "teacher as researcher, teacher as lecture, and
teacher as the curriculum designer". Sedangkan Bork (1990) menyatakan bahwa
peran guru dalam sistem pendidikan sekolah adalah "the most important of which
include teacher as the instructor for the new colleagues, teacher as researcher,
teacher as the producer of knowledge, teacher as observer, teacher as instructor
for the school colleagues, teacher as councilor and teacher as curriculum
planner" (Fat-hi Vajargah, 2008 : 160). Hal ini berarti guru sangat berperan dalam
penyampaian ilmu atau proses pembelajaran dan juga membantu dalam
perencanaan kurikulum.
Dalam melaksanakan perannya tersebut, guru perlu menyusun suatu
acuan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu dalam bentuk strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran tersebut dimunculkan dalam silabus dan RPP. Dalam hal ini
berpedoman dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu
pembelajaran yang kreatif, variatif dan inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan pembelajaran berbasis KTSP harus dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat
terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang
perlu dikuasai peserta didik (BSNP, 2006:16).
Menurut M. A. Ajibola (2008), pembelajaran di kelas yang paling bagus
itu memiliki 4 dimensi karakter, yaitu : "interactions between teacher and pupil,
pupil and pupil, teacher and material, and pupil and material". Dengan demikian,
kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas harus mempertimbangkan
interaksi antar semua komponen yang terlibat, menggunakan pendekatan
bervariasi dan berpusat pada siswa.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, apakah acuan kegiatan pembelajaran
yang inovatif (dalam artian berpusat pada siswa secara aktif dan menggunakan
strategi yang bervariasi) seperti yang dicanangkan KTSP sudah diterapkan oleh
guru? Pertanyaan ini perlu untuk dijawab mengingat ukuran keberhasilan dari
suatu kurikulum termasuk bagaimana kualitas pembelajaran yang dilaksanakan,
sekaligus keberhasilan keluaran dari proses tersebut.
b. Kriteria Keberhasilan Program Pembelajaran
Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas program pembelajaran,
ada sekurang-kurangnya tiga komponen yang perlu dijadikan objek evaluasi yaitu
desain program pembelajaran, implementasi program dan hasil yang dicapai.
1) Desain Program Pembelajaran
Desain program pembelajaran dinilai dari aspek tujuan yang ingin
dicapai atau kompetensi yang akan dikembangkan, strategi pembelajaran yang
diterapkan dan isi program pembelajaran.
a) Kompetensi yang akan dikembangkan
Salah satu aspek dari program pembelajaran yang dijadikan objek
evaluasi adalah kompetensi yang dikembangkan, khususnya kompetensi dasar dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mata pelajaran yang bersangkutan. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan
untuk menilai kompetensi dasar yang akan dikembangkan, yaitu antara lain :
(1) Menunjang pencapaian kompetensi dasar maupun kompetensi lulusan.
(2) Jelas rumusan yang digunakan (observable). Mampu menggambarkan
dengan jelas perubahan tingkah laku yang diharapkan diri siswa.
(3) Mempunyai kesesuaian dengan tingkat perkembangan anak.
b) Strategi Pembelajaran
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai strategi
pembelajaran yang direncanakan, yaitu :
(1) Kesesuaian dengan kompetensi yang diharapkan.
(2) Kesesuaian dengan kondisi belajar mengajar yang diharapkan.
(3) Kejelasan rumusan, terutama mencakup aktivitas guru maupun siswa
dalam proses pembelajaran.
(4) Kemungkinan keterlaksanaan dalam kondisi dan waktu yang ada.
c) Isi program Pembelajaran
Isi program pembelajaran yang dimaksud ialah pengalaman belajar yang
akan disiapkan oleh guru maupun yang harus diikuti oleh siswa. Ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk menilai isi program pembelajaran, yaitu
antara lain :
(1) Relevansi dengan kompetensi yang akan dikembangkan.
(2) Relevansi dengan pengalaman murid dan lingkungan.
(3) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
(4) Kesesuaian dengan alokasi waktu yang tersedia.
(5) Keauthentikan pengalaman dengan lingkungan hidup siswa.
2) Implementasi Program Pembelajaran
Selain desain program pembelajaran, proses implementasi program atau
proses pelaksanaan pun dijadikan objek evaluasi, khususnya proses belajar dan
pembelajaran yang terjadi di lapangan. Nana Sudjana dan Ibrahim (2004) dalam
Eko Putro Widoyoko menampilkan sejumlah kriteria yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi proses belajar dan pembelajaran yaitu :
a) Konsistensi dengan kegiatan yang terdapat dalam program pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Keterlaksanaan oleh guru.
c) Keterlaksanaan oleh siswa.
d) Perhatian yang diperlihatkan para siswa terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung.
e) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
f) Kesempatan yang diberikan untuk menerapkan hasil pembelajaran dalam
situasi nyata.
g) Pola interaksi antara guru dan siswa.
h) Kesempatan untuk mendapatkan umpan balik secara kontinu.
3) Hasil Program Pembelajaran
Komponen ketiga yang perlu dievaluasi adalah hasil-hasil yang dicapai
oleh kegiatan pembelajaran. Hasil yang dicapai ini dapat mengacu pada tujuan
jangka pendek (output) maupun mengacu pada tujuan jangka panjang (outcome).
(Eko Putro W, 2007 : 12 - 14)
c. Hakikat Mata Pelajaran Kimia
Ilmu kimia merupakan dasar bagi ilmu-ilmu pengetahuan lain seperti,
kedokteran, farmasi, geologi, teknik, dan lain-lain. Mempelajari ilmu kimia tidak
hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi
kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi
keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya,
menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan
gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja (Depdiknas,
2006 : iv).
Seperti halnya IPA, Ilmu Kimia juga mempelajari gejala-gejala alam,
tetapi mengkhususkan diri di dalam komposisi, struktur, sifat, perubahan,
dinamika dan energitika zat. Oleh karena itu mata pelajaran kimia di SMA/MA
mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan
sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang ,melibatkan keterampilan dan
penalaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ada 2 hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu
kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip,
hukum dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh
karena itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus
memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus
yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah
kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi serta
mengembangkan IPTEK. Tujuan mata pelajaran kimia dicapai oleh peserta didik
melalui berbagai pendekatan, yaitu pendekatan induktif dalam bentuk proses
inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu,
pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah (Mulyasa, 2007 : 132-133).
Keterampilan-keterampilan proses yang dikembangkan dan dibangun
oleh ilmu kimia yaitu :
1) Mengobservasi dan mengamati, termasuk di dalamnya menghitung,
mengukur, mengklasifikasi, dan mencari hubungan ruang/waktu.
2) Menyusun hipotesis
3) Merencanakan penelitian/eksperimen
4) Mengendalikan/memanipulasi variabel
5) Menginterpretasi atau menafsirkan data
6) Menyusun kesimpulan sementara
7) Meramalkan dan memprediksi
8) Menerapkan dan mengaplikasikan
9) Mengkomunikasikan
Keterampilan-keterampilan tersebut harus ditumbuhkan dalam diri siswa
SMA/MA sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya (Depdiknas, 2003 : 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Berpikir
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah mulai diterapkan
pada sekolah-sekolah di Indonesia sejak tahun 2006. Hal yang berbeda dari KTSP
dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia sebelumnya adalah kurikulum
tersebut dikembangkan oleh satuan pendidikan sendiri. Pengembangannya dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik tetapi tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
Dalam konteks implementasi KTSP, pembelajaran bermakna sebagai
suatu proses yang mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Proses
pembelajaran ini merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai
komponen diantaranya guru, siswa, sumber belajar, sarana prasarana dan
lingkungan. Semuanya berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran ini sudah tercantum dalam Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Semua guru dituntut untuk mengembangkan SK dan KD tersebut menjadi suatu
silabus. Kemudian silabus tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi RPP yang akan
digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran,baik dari materi pelajaran,
proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. RPP ini digunakan untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. RPP ini
disusun sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah serta daerahnya.
Kegiatan pembelajaran berbasis KTSP harus dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut
seorang guru harus berpedoman pada suatu acuan pembelajaran yaitu silabus dan
RPP. Sehingga seorang guru harus memiliki keahlian untuk menyusun silabus dan
RPP sesuai dengan kreativitasnya. Demikian pula dengan guru kimia.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, apakah acuan kegiatan pembelajaran
yang inovatif seperti yang dicanangkan KTSP tersebut sudah diterapkan oleh guru
kimia? Untuk mengetahui efektifitas suatu program pembelajaran diperlukan
suatu evaluasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yaitu melalui evaluasi proses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selama ini yang lebih sering dilakukan adalah evaluasi hasil belajar yang
digunakan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi peserta didik.
Pada evaluasi pelaksanaan pembelajaran akan dilihat dari tiga segi yaitu
dari materi pelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Dari segi
materi akan dinilai apakah materi yang diajarkan sudah sesuai dengan SK dan KD
serta indikator pembelajaran yang telah disusun. Dari segi proses pembelajaran,
akan dinilai apakah guru sudah menerapkan suatu strategi pembelajaran atau
metode pembelajaran yang berpusat pada siswa serta lebih mengaktifkan siswa
dalam pelaksanaannya di kelas serta penggunaan media, gaya mengajar dan
interaksi antara siswa dan guru selama pembelajaran. Sedangkan dari segi
evaluasi pembelajaran akan dinilai ragam penilaian yang digunakan guru. Apakah
guru sudah menerapkan penilaian berbasis kelas seperti yang disarankan dalam
KTSP.
Setelah dilakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran ini, akan
didapatkan suatu hasil evaluasi yang menunjukkan bagaimana keterlaksanaan
KTSP pada pembelajaran kimia, kendala-kendala yang dihadapi selama
pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP serta usaha-usaha dalam
mengembangkan pembelajaran kimia berbasis KTSP. Dengan diperolehnya hasil
evaluasi tersebut akan dijadikan suatu dasar untuk memberikan saran dan
rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait agar pelaksanaan pembelajaran
KTSP selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gam
bar
1. K
eran
gka
Ber
piki
r
Stan
dar
Kom
pete
nsi
Kom
pete
nsi D
asar
Sila
bus
RP
P
Pro
ses
Pem
bela
jara
n
Mat
eri
Pem
bela
jara
n
Eva
luas
i P
embe
laja
ran
Gay
a m
enga
jar,
st
rate
gi
pem
bela
jara
n,
met
ode
pem
bela
jara
n,
peng
guna
an
med
ia
dan
inte
raks
i ke
las
anta
ra g
uru
dan
sisw
a
Rag
am p
enila
ian
Eva
luas
i P
elak
sana
an
Pem
bela
jara
n
Has
il E
valu
asi
Sara
n
dan
Rek
omen
dasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah di Kabupaten Karanganyar
yang sudah dipilih, yaitu SMA Negeri Karangpandan dan MAN Karanganyar.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli sampai November 2009.
B. Cakupan Wilayah Evaluasi
Penelitian ini dilakukan pada dua SMA/MA yang berada di Kabupaten
Karanganyar yang telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), sehingga hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk memberikan
rekomendasi kebijakan tentang penyelenggaraan KTSP di sekolah-sekolah serta
kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya, dari hasil penelitian evaluatif tentang
pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP ini diharapkan dapat dipergunakan
untuk meningkatkan kualitas input dan proses pembelajaran, yang pada akhirnya
berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan dari sekolah-sekolah yang sudah
menjalankan dan akan melaksanakan KTSP.
C. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan Evaluasi
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menerapkan
pendekatan evaluasi deskripsi yaitu untuk mendeskripsikan secara evaluatif
pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP pada SMA/MA di Kabupaten
Karanganyar.
2. Tahapan Penelitian
Sesuai dengan karakteristik dan tujuan penelitian, prosedur penelitian ini
mengikuti tahapan berikut :
a. Observasi awal
b. Penyusunan proposal dan instrumen penelitian
c. Perbaikan instrumen dan persiapan memasuki lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Pengumpulan data
e. Analisis dan interpretasi data
f. Pembahasan hasil penelitian
g. Penyusunan laporan
D. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang menunjuk pada asal diperoleh
(Suharsimi Arikunto, dkk, 2004: 65). Adapun sumber data dalam penelitian ini
adalah:
1. Narasumber
Narasumber adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik
terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada
peneliti. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah Wakil Kepala Sekolah
Bagian Kurikulum, guru kimia, siswa kelas XI IPA
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa menjadi informasi karena dalam pengamatan harus
sesuai dengan konteksnya dan setiap situasi sosial melibatkan tempat, perilaku,
dikumpulkan yaitu benda-benda sebagai objek diam, meliputi kondisi ruang kelas,
sarana prasarana, dan sebagainya, dan yang bergerak meliputi proses
pembelajaran di kelas dan kegiatan belajar mengajar.
3. Arsip dan Dokumen
Merupakan sumber data yang paling penting. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data penelitian meliputi segala bentuk literatur/pustaka/arsip dan
dokumen operasional yang relevan dengan objek penelitian.
E. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling digunakan karena mempertimbangkan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu, sehingga memudahkan peneliti
menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif umumnya metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi
(Yanti Herlanti, 2006: 58). Begitu pula dengan penelitian evaluasi juga
menggunakan teknik pengumpulan data yang sama dengan teknik pengumpulan
data dalam penelitian lain.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Pengamatan/Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi partisipasi terbatas karena
pengamatan dilakukan dalam beberapa kali kunjungan, peneliti tidak
merahasiakan identitas, dan berusaha membina hubungan yang baik dengan
subjek penelitian. Peneliti akan mengamati secara langsung bagaimana kegiatan
guru dan siswa dalam pembelajaran, bagaimana strategi pembelajaran yang
diterapkan dan kegiatan apa saja yang dilakukan guru.
2. Wawancara
Informan yang diwawancarai adalah Wakasek Kurikulum dan guru
kimia. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara dengan pedoman yaitu
wawancara dilakukan dengan berpegang pada pedoman yang telah disiapkan.
3. Analisis Dokumen
Merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mencatat dan
mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya
berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini
dilakukan analisis terhadap dokumen yang meliputi rencana pembelajaran
(Lampiran 25 dan 26), silabus (Lampiran 23 dan 24), daftar nilai siswa (Lampiran
29 dan 30), KKM (Lampiran 27 dan 28), dan lain-lain yang mendukung
penelitian. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu
sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum
berubah (Suharsimi Arikunto, 2002 : 206).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Angket atau Kuesioner
Dalam penelitian ini digunakan angket tak berstruktur karena pada
angket ini pertanyaan diajukan dalam bentuk pertanyaan terbuka dan responden
diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan menurut pendapatnya sendiri.
G. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini disusun untuk mendapatkan data tentang
pelaksanaan pembelajaran di kelas serta data-data yang mendukung penelitian.
Pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran dikembangkan dari Standar Proses
yang diterbitkan BSNP (Lampiran 4). Sedangkan pedoman observasi
keterlaksanaan KTSP disusun berdasarkan Standar Proses, Standar Sarana
Prasarana dan Standar Penilaian yang diterbitkan oleh BSNP (Lampiran 33).
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini dibuat sebagai pedoman agar wawancara tetap
terarah dan tidak menyimpang dari penelitian. Pedoman wawancara ini dibuat
untuk mendapatkan informasi dari Wakasek Kurikulum (Llampiran 14) dan guru
kimia (Lampiran 11).
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman ini dibuat untuk mendaftar jenis-jenis dokumen-dokumen yang
mendukung penelitian.
4. Angket
Angket ini dibuat untuk mendapatkan informasi dari siswa tentang
pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di kelas dan persepsi siswa tentang
pembelajaran kimia itu sendiri.
H. Validitas Data
Validitas data dalam penelitian ini menggunakan Trianggulasi sebagai
teknik pemeriksaan data. Trianggulasi merupakan suatu cara memandang
permasalahan/objek yang dievaluasi dari berbagai sudut pandang (Suharsimi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Arikunto, dkk, 2004 : 136). Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah trianggulasi metode dan trianggulasi data (sumber).
I. Teknik Analisis Data
Data dianalisis sesuai dengan jenis dan karakteristik informasi yang
diperoleh. Untuk itu dilakukan tabulasi data atau penyajian data dalam bentuk
matriks untuk melakukan klasifikasi hasil-hasil penelitian. Selanjutnya, data
dianalisis, dievaluasi dan ditafsirkan secara objektif.
Cara analisis terdiri dari dua bagian yaitu analisis untuk menghasilkan
kesimpulan atas data empiris dan analisis untuk menghasilkan alternatif
rekomendasi kebijakan. Analisis pertama untuk menemukan apa yang perlu
direkomendasi, sedangkan analisis kedua menjadi dasar untuk merumuskan
alternatif rekomendasi kebijakan yang operasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini diperoleh data yang berupa hasil wawancara dengan
Wakasek Kurikulum dan Guru Kimia, hasil angket siswa, hasil observasi proses
pembelajaran, dan dokumentasi terhadap proses pembelajaran serta arsip-arsip
yang mendukung penelitian dari kedua sekolah yang diteliti.
1. Hasil Wawancara
Data yang diperoleh dari hasil wawancara ini akan dibedakan menjadi 2
yaitu wawancara dengan Wakasek Kurikulum (wawancara I) dan wawancara
dengan guru kimia (wawancara II) dari kedua sekolah yang diteliti.
a. Wawancara I Tentang Pelaksanaan KTSP Di Sekolah
Wawancara I ini untuk mengetahui pelaksanaan KTSP sekolah, kendala
serta usaha sekolah selama pelaksanaan KTSP dari kedua sekolah yang diteliti.
Data hasil wawancara I dapat dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3. Data Hasil Wawancara I
Aspek SMAN Karangpandan MAN Karanganyar 1. Sosialisasi KTSP Diselenggarakan tahun 2006. Diselenggarakan sekitar bulan
Juli tahun 2006. 2. Waktu Pelaksanaan
KTSP Dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2007/2008
Dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2007/2008
3. Pengembangan Silabus Dikembangkan oleh MGMP sekolah masing-masing bidang studi
Dikembangkan oleh MGMP sekolah masing-masing bidang studi.
4. Pemahaman Guru terhadap KTSP
Masih belum maksimal, tetapi sebagian telah menguasai dan menerapkan.
80% guru sudah menguasai dan menerapkan.
5. Potensi Sumber Daya Dukung Sekolah
Sumber daya manusia (SDM) dan potensi daerah yang berupa pariwisata, bahasa asing dan mulok.
Sarana prasarana yang cukup mendukung dan adanya program keterampilan.
6. Perencanaan Waktu Pembelajaran
Disesuaikan dengan BSNP Plus (BSNP yang disesuaikan dengan program sekolah)
Tidak tergantung dengan KTSP, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa yg rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 3. Data Hasil Wawancara I (Lanjutan)
Aspek SMA N Karangpandan MAN Karanganyar 7. Waktu pelaksanaan
evaluasi sekolah terhadap KTSP
Dilaksanakan setiap setahun sekali pada akhir tahun pelajaran
Dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran
8. Cara Evaluasi Pelaksanaan KTSP
Diadakan workshop tentang tingkat keberhasilan dan reviw keterlaksanaan atau evaluasi diri
Dilihat dari pengamatan sekilas KBM dan perangkat pembelajaran guru.
9. Penggunaan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar
Penggunaan laboratorium, ruang multimedia dan perpustakaan seoptimal mungkin.
Penggunaan IT (multimedia) dan laboratorium.
10. Kendala Pelaksanaan KTSP
a. Intake siswa yang masih rendah
b. Pemahaman KTSP yang belum maksimal serta masih rendahnya penguasaan guru terhadap TIK.
c. Terbatasnya sarana prasarana
a. Kesiapan guru yang masih 80% dalam menjalankan KTSP
b. Sarana prasarana yang belum inovatif
c. Laboratorium yang belum lengkap, misalnya laboratorium biologi dan kimia yang masih bergabung.
d. Kemampuan siswa yang masih rendah.
11. Usaha yang Dilakukan Sekolah
a. Mengadakan pelatihan mengenai KTSP dan TIK
b. Berusaha meningkatkan sarana prasarana
c. Adanya program pengayaan sepulang sekolah
a. Merotasi kegiatan siswa b. Berusaha melengkapi sarana
prasarana yang belum lengkap c. Mengadakan pelatihan tentang
KTSP
b. Wawancara II Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Berbasis KTSP
Data hasil wawancara II dari kedua sekolah yang diteliti dapat dilihat
pada tabel 4 :
Tabel 4. Data Hasil Wawancara II
Komponen Hasil Wawancara
SMA N Karangpandan MAN Karanganyar Guru I Guru II Guru III
1. Perencanaan Pembelajaran
Selalu membuat perangkat pembelajaran
Selalu membuat perangkat pembelajaran
Selalu membuat perangkat pembelajaran
2. Penerapan RPP Disesuaikan dengan keadaan di lapangan/kelas.
Disesuaikan dengan kondisi kelas
Bersifat fleksibel, yaitu disesuaikan dengan kondisi kelas.
3. Pengelolaan Program Pembelajaran
Tergantung dari kedalaman dan penguasaan materi.
Materi yang lebih sulit mendapat alokasi waktu lebih lama.
Tergantung tingkat pemahaman siswa, kedalaman dan kesulitan materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. Data Hasil Wawancara II (Lanjutan)
Komponen Hasil Wawancara
SMA N Karangpandan MAN Karanganyar Guru I Guru II Guru III
4. Kemampuan dan Minat Siswa
Masih kurang Cukup berminat Lebih banyak yang berminat.
5. Pemilihan Metode Pembelajaran
Berdasarkan rata-rata karakteristik siswa
Disesuaikan dengan materi
Penggunaan metode yang dapat membangkitkan minat dan semangat siswa belajar.
6. Penggunaan Metode Pembelajaran
Lebih sering menggunakan metode diskusi kelas dengan guru sebagai moderator.
Metode latihan soal, pemberian tugas, Tanya jawab dan praktikum.
Metode diskusi, Tanya jawab dan kerja laboratorium. Yang lebih dominan adalah diskusi.
7. Penggunaan Media Pembelajaran
Disesuaikan dg media yang dimiliki sekolah, biasanya menggunakan tabel SPU, alat dan bahan praktikum (laboratorium)
Disesuaikan dg media yang dimiliki sekolah, biasanya menggunakan tabel SPU, alat dan bhn praktikum (labrtrium)
Disesuaikan dg kebthn dan ketersediaan media di sekolah, biasanya menggunakan tabel SPU & peralatan laboratorium.
8. Penggunaan Sumber Belajar
Guru : buku-buku dari berbagai penerbit. Siswa : LKS, buku Kimia dari Erlangga dan internet
Guru : buku-buku dari berbagai penerbit. Siswa : LKS, buku Kimia dari Erlangga dan internet
Guru : buku-buku dari berbagai penerbit dan modul pembelajaran dari Depag. Siswa : LKS, buku Kimia dari Erlangga
9. Usaha Guru untuk Meningkatkan keaktifan dan minat siswa
a. Menyajikan pembelajaran yang humoris
b. Melakukan praktikum c. Melibatkan siswa
untuk menjawab soal sekaligus alasannya
a. Menanamkan pada siswa bahwa kimia itu tidak sulit
b. Menerapkan metode demonstrasi dan eksperimen
c. Pemberian tugas di rumah
a. Menggunakan metode kerja di laboratorium (praktikum)
b. Mengaitkan kimia dg kehdpn sehari-hari
c. Mengoptimalkan diskusi kelompok
10. Penilaian Hasil Belajar
Tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
11. Pemahaman KTSP
Sudah memahami Sudah memahami Sudah memahami
12. Hambatan dalam Pelaksanaan Pembelajaran
a. Sarana prasarana sekolah yang masih kurang
b. Kemampuan dan karakteristik siswa yang beragam
a. Sarana prasarana sekolah yang masih kurang
b. Beberapa siswa yang kurang konsentrasi yang dapat mengganggu proses pembelajaran.
c. Karakteristik siswa yang beragam
Kemampuan dan karakteristik siswa yang beragam dan masih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan : Guru I : Bapak Andri Cipto, S. Pd Guru II : Bapak Pranowo Sumarso, S. Pd Guru III: Ibu Kusrini, S. Pd
2. Hasil Observasi
Observasi ini dilakukan selama ± 5 bulan, dengan melakukan
pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan
aktivitas guru untuk 3 bab pertama semester 1. Data observasi ini akan dibedakan
menjadi 2 yaitu data observasi guru kimia dan data observasi siswa dari kedua
sekolah yang diteliti.
a. Observasi Guru Tentang Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Data hasil observasi guru disusun berdasarkan persentase pertemuan
yang menunjukkan aktivitas guru melakukan kegiatan tersebut. Adapun hasilnya
dapat ditunjukkan pada tabel 5. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 5 dan 6.
Tabel 5. Perbandingan Persentase Hasil Observasi Guru Kimia SMA N Karangpandan dan MAN Karanganyar
Komponen Aspek
Persentase Observasi Kegiatan Guru (%)
SMA N Karangpandan MAN
Karanganyar Guru I Guru II Guru III
1. Sistematika a. Ada subpokok bahasan b. Tidak ada subpokok bahasan
78,9 21,1
84,8 15,2
82,4 17,6
2. Metode Pembelajaran
a. Hanya metode ceramah b. Metode ceramah disertai
metode lain
41,65 58,35
51,35 48,65
23 77
3. Media Pembelajaran
a. Tidak menggunakan media b. Menggunakan media
15,55 84,45
12,7 87,3
34,7 65,3
4. Kegiatan Pembelajaran
a. Lbh byk menulis di papan tulis b. Memberikan informasi lisan c. Menulis dan memberikan
informasi d. Melibatkan siswa mencari
informasi yang lebih luas e. Memfasilitasi terjadinya
interaksi kelas f. Melibatkan siswa secara aktif
dalam setiap pembelajaran g. Memfasilitasi kerja di lab h. Memberikan kesempatan
berpikir, menganalisis dan berpendapat.
2,5
39,45 58,05
52,2
97,5
97,5
15,85 86,65
0
19,6 80,4
42,3
100
98,1
8,85
66,35
0
20,37 81,5
41,67
100
100
9,73
87,97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 5. Perbandingan Persentase Hasil Observasi Guru Kimia SMA N Karangpandan dan MAN Karanganyar (Lanjutan)
Komponen Aspek
Persentase Observasi Kegiatan Guru (%)
SMA N Karangpandan MAN
Karanganyar Guru I Guru II Guru III
i. Menunjuk siswa untuk menjawab
j. Tidak menunjuk siswa untuk menjawab
k. Memberikan kesempatan bertanya
l. Memberikan umpan balik m. Memberikan motivasi
59,7
40,3
97,5
92,5 92,5
67,7
32,3
96,15
100 52,5
63,9
36,1
100
100 46,27
5. Penarikan Kesimpulan
a. Menarik kesimpulan sendiri b. Menarik kesimpulan bersama
siswa c. Tidak menarik kesimpulan
2,8 10,55
86,65
6,35 0
93,65
15,73 6,04
78,23
6. Pemberian Tugas
a. Memberikan tugas b. Tidak memberikan tugas
36,65 63,35
37,3 62,7
83,2 16,8
7. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian setiap pertemuan b. Penilaian sesuai RPP
0 0
0 0
12,97 3,7
8. Tindak Lanjut a. Menginformasikan materi selanjutnya
b. Tidak menginformasikan c. Merencanakan kegiatan tindak
lanjut (remidi dan pengayaan)
36,65
63,35 0
35,4
64,6 0
78,23
21,77 0
Keterangan : Jumlah pertemuan yang diobservasi : Guru I : 20 Pertemuan; Guru II : 26 Pertemuan; Guru III : 18 Pertemuan
b. Observasi Siswa Tentang Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Data hasil observasi siswa disusun berdasarkan persentase pertemuan
yang menunjukkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Adapun data
hasilnya dapat ditunjukkan pada tabel 6.
Tabel 6. Perbandingan Persentase Hasil Observasi Siswa SMA N Karangpandan dan MAN Karanganyar
Komponen Aspek
Persentase Observasi Kegiatan Siswa (%)
SMA N Karangpandan MAN
Karanganyar Guru I Guru II Guru III
1. Perhatian Siswa
a. Semua siswa memperhatikan b. Sebagian besar siswa
memperhatikan (>75%) c. Semua siswa tdk
memperhatikan
39,45 58,05
0
30,95 69,05
0
73,03 26,97
0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 6. Perbandingan Persentase Hasil Observasi Siswa SMA N Karangpandan dan MAN Karanganyar (Lanjutan)
Komponen Aspek
Persentase Observasi Kegiatan Siswa (%)
SMA N Karangpandan MAN
Karanganyar Guru I Guru II Guru III
d. Sebagian besar siswa tidak memperhatikan
2,5 0 0
2. Keaktifan Bertanya
a. Aktif bertanya b. Tidak aktif bertanya
34,7 65,3
40,6 59,4
59 41
3. Kemampuan Menjawab Soal
a. Jawab dengan sempurna b. Jawab kurang sempurna c. Tidak ada yang menjawab
46,95 39,45 13,6
58,25 35,4 6,35
53,43 46,57
- 4. Interaksi Kelas a. Terbuka dengan guru
b. Berani berpendapat c. Kegiatan tutor sebaya d. Pemanfaatan sumber belajar e. Kerja sama yang kompak
dengan kelompok
45 68,05 57,8 89,7
15,85
45,75 78,45 65,2
73,65 8,85
68,27 98,13 57,13 98,13 35,43
Keterangan : Data persentase ini merupakan persentase rata-rata banyaknya pertemuan yang memperlihatkan kegiatan siswa tersebut.
Di samping observasi terhadap proses pembelajaran, observasi juga
dilakukan terhadap fasilitas-fasilitas sekolah (lampiran 21 dan 22) dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan penelitian (lampiran 18 dan 19). Dari hasil observasi
terhadap fasilitas sekolah khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran
kimia diketahui bahwa kedua sekolah yang diteliti sudah memiliki laboratorium
kimia dan beberapa media pembelajaran kimia, hanya saja alat yang dimiliki
laboratorium tersebut masih belum mencukupi kebutuhan siswa (jumlah alat yang
sedikit) dan bahan-bahan kimianya sudah lama tidak digunakan sehingga sudah
banyak yang rusak. Untuk MAN Karanganyar, laboratorium kimia masih
bergabung dengan laboratorium biologi. Selain itu kedua sekolah juga tidak
memiliki laboran untuk masing-masing laboratorium sehingga untuk
mempersiapkan keperluan praktek dilakukan oleh guru kimianya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Hasil Angket
Angket siswa ini digunakan untuk mengetahui penilaian siswa terhadap
proses pembelajaran yang telah berlangsung dan kendala-kendala yang dihadapi
siswa selama pembelajaran. Dari angket diperoleh data sebagai berikut :
a. Angket Siswa Tentang Proses Pembelajaran Kimia Di SMAN Karangpandan
Data angket selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9. Dari data
tersebut dapat dirangkum ke dalam tabel 7, yang menunjukkan hasil angket siswa
terhadap kedua guru kimia SMA N Karangpandan.
Tabel 7. Perbandingan Persentase Hasil Angket Siswa Kelas Guru I dan Guru II
Aspek Komponen Pernyataan
Rata-Rata Prosentase Banyaknya Siswa Kelas Guru I
Kelas Guru II
1. Minat Siswa
a. Ketertarikan b. Keinginan
menjawab soal c. Keinginan
bertanya d. Kesulitan
belajar kimia
i. Tertarik ii. Tidak tertarik iii. Sedikit tertarik i. Ingin menjawab ii. Tidak ingin iii. Tidak terlalu/ragu-ragu i. Ingin bertanya ii. Tidak ingin bertanya iii. Ragu-ragu bertanya i. Mengalami ii. Tidak mengalami iii. Sedikit mengalami
81,25 2,5
16,25 62,5 2,5 35 95 5 -
100 - -
90 -
10 78,75
5 16,25
90 2,5 7,5
66,25 2,5
31,25 2. Interaksi
Kelas a. Komunikasi
kelas b. Pengelolaan
kelas
i. Terbuka pada guru ii. Tidak terbuka iii. Kurang terbuka iv. Tutor Sebaya v. Memanfaatkan sumber belajar
lain i. Melibatkan siswa secara aktif ii. Tidak melibatkan siswa secara
aktif iii. Sedikit melibatkan siswa
61,25 37,5
- 27,5 92,5
93,75 6,25
-
45 32,5 22,5
48,75 90
90 -
10 3. Metode
Pembelajaran a. Penggunaan
variasi metode b. Persepsi siswa
Menggunakan variasi metode i. Gaya mengajar menyenangkan ii. Penyampaian jelas iii. Penyampaian kurang jelas iv. Siswa lebih paham v. Siswa sedikit paham vi. Siswa tidak paham
97,5
96,25 98,75 1,25
58,75 23,75 17,5
98,75
86,25 62,5 37,5 82,5 17,5
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 7. Perbandingan Persentase Hasil Angket Siswa Kelas Guru I dan Guru II (Lanjutan)
Aspek Komponen Pernyataan
Rata-Rata Persentase Banyaknya Siswa Kelas Guru I
Kelas Guru II
4. Media pembelajaran
a. Kebutuhan media
b. Optimalisasi media
i. Membutuhkan media ii. Tidak membutuhkan media
i. Guru sudah menggunakan
media pembelajaran ii. Guru belum menggunakan
media pembelajaran iii. Penggunaan belum optimal iv. Penggunaan sudah optimal
98,75 1,25
97,5
2,5
77,5 22,5
96,25 3,75
92,5
7,5
46,25 53,75
5. Evaluasi Ragam penilaian Ragam penilaian yang digunakan : i. Ulangan harian ii. Tugas iii. Ulangan mid semester iv. Ulangan semester v. Sikap siswa vi. Cara kerja siswa di lab.
93,75 93,75 93,75 93,75 63,75 12,5
91,25 17,5
91,25 91,25 68,75 13,75
Keterangan : Masing-masing kelas terdiri dari 40 siswa. b. Angket Siswa Tentang Proses Pembelajaran Kimia Di MAN Karanganyar
Data angket selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10. Dari data
tersebut dapat dirangkum ke dalam tabel 8, yang menunjukkan hasil angket siswa
terhadap guru kimia MAN Karanganyar.
Tabel 8. Persentase Hasil Angket Siswa Kelas Guru III
Aspek Komponen Pernyataan Rata-Rata Persentase
Bnyknya Siswa 1. Minat Siswa
a. Ketertarikan b. Keinginan
menjawab soal c. Keinginan
bertanya d. Kesulitan belajar
kimia
i. Tertarik ii. Tidak tertarik iii. Sedikit tertarik i. Ingin menjawab ii. Tidak ingin iii. Tidak terlalu/ragu-ragu i. Ingin bertanya ii. Tidak ingin bertanya iii. Ragu-ragu bertanya i. Mengalami ii. Tidak mengalami iii. Sedikit mengalami
81,7 5,2
13,1 76,4 4,4
19,2 85,2 3,5
11,3 76,4 3,5
20,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 8. Persentase Hasil Angket Siswa Kelas Guru III (Lanjutan)
Aspek Komponen Pernyataan Rata2
Persentase Bnyknya Siswa
2. Interaksi Kelas
a. Komunikasi kelas b. Pengelolaan kelas
i. Terbuka pada guru ii. Tidak terbuka iii. Kurang terbuka iv. Tutor Sebaya v. Memanfaatkan sumber belajar lain i. Melibatkan siswa secara aktif ii. Tidak melibatkan siswa secara
aktif iii. Sedikit melibatkan siswa
21,7 62,5 15,8 66,1 99,1 89,6 2,6
7,8
3. Metode Pembelajaran
a. Penggunaan variasi metode
b. Persepsi siswa
Menggunakan variasi metode i. Gaya mengajar menyenangkan ii. Penyampaian jelas iii. Penyampaian kurang jelas iv. Penyampaian materi terlalu cepat v. Siswa lebih paham vi. Siswa sedikit paham vii. Siswa tidak paham
95,7
59,9 48 52
40,1 46
52,3 1,7
4. Media pembelajaran
a. Kebutuhan media b. Optimalisasi
media
i. Membutuhkan media ii. Tidak membutuhkan media i. Guru sudah menggunakan media
pembelajaran ii. Guru belum menggunakan media
pembelajaran iii. Penggunaan belum optimal iv. Penggunaan sudah optimal
96,6 3,4
95,7
4,3
66,1 33,9
5. Evaluasi Ragam penilaian Ragam penilaian yang digunakan : i. Ulangan harian ii. Tugas iii. Ulangan mid semester iv. Ulangan semester v. Sikap siswa vi. Cara kerja siswa di lab. vii. Tes lisan
86,9 41,5 86,9 86,9 37,3 26 9,7
Keterangan : Data di atas merupakan persentase rata-rata dari 3 kelas, masing-masing kelas terdiri dari 38 siswa
4. Hasil Dokumentasi Tentang Perangkat Pembelajaran
Data yang diperoleh dari dokumentasi yaitu dokumentasi tentang
perangkat pembelajaran yang dibuat guru-guru kimia dari kedua sekolah,
instrumen penilaian kognitif, daftar nilai (Lampiran 29 dan 30), pedoman KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(Lampiran 27 dan 28), serta dokumentasi foto tentang proses pembelajaran yang
berlangsung selama semester 1 (Lampiran 38 dan 39).
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
kimia berbasis KTSP kelas XI IPA di Kabupaten Karanganyar, kendala yang
dihadapi serta usaha-usaha yang dilakukan guru kimia dalam mengembangkan
pembelajaran berbasis KTSP tersebut. Sehingga analisis data dan pembahasan
akan dibedakan menjadi 3 hal yaitu pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis
KTSP, kendala-kendala dan usaha-usaha yang dilakukan.
1. Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Berbasis KTSP
Profil pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP dari kedua
sekolah contoh akan dibedakan menjadi 3 yaitu perencanaan pembelajaran, proses
pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
a. Perencanaan Pembelajaran Kimia
Perencanaan pembelajaran ini meliputi penyusunan perangkat
pembelajaran (program tahunan, program semester, dan kalender pendidikan)
pengembangan silabus dan pengembangan RPP. Berdasarkan hasil penelitian,
kedua sekolah contoh sudah menyusun perangkat pembelajaran, mengembangkan
silabus dan RPP. Pengembangan silabus kimia ini dilakukan oleh MGMP Kimia
Sekolah berdasarkan silabus yang disusun MGMP Kimia Kabupaten dengan
beberapa perubahan sesuai dengan kondisi sekolah. Sedangkan pengembangan
RPP dilakukan oleh guru kimia sendiri, hanya saja pengembangan RPP di SMA N
Karangpandan dilakukan secara bersama-sama oleh kedua guru kimia kelas XI
(Pak Andri Cipto dan Pak Pranowo) sehingga RPP dari kedua guru kimia tersebut
sama. Pengembangan silabus dan RPP ini sudah sesuai dengan format yang
disyaratkan dalam KTSP.
b. Proses Pembelajaran Kimia
Dalam konteks implementasi KTSP, pembelajaran dimaknai sebagai
proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar dengan melibatkan berbagai
komponen belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa harus dijadikan sebagai pusat kegiatan. Proses pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP, sehingga segala kegiatan yang akan diterapkan guru
dalam pembelajaran sudah terlihat dalam RPP yang disusun.
Kedua sekolah contoh sudah menyusun dan mengembangkan RPP yang
menunjukkan pembelajaran yang menyenangkan, menantang, dan memotivasi
siswa untuk berpartisipasi aktif, hanya saja RPP tersebut tidak semuanya
diterapkan dalam pembelajaran. RPP tersebut lebih bersifat fleksibel yaitu
disesuaikan dengan kondisi di kelasnya. Meskipun RPP yang disusun kedua
sekolah tidak semuanya diterapkan dalam pembelajaran, guru-guru kimia dari
kedua sekolah contoh tetap berusaha menerapkan pembelajaran yang
menyenangkan dan mengaktifkan siswa, yaitu kegiatan pembelajaran yang
mempertimbangkan interaksi antara semua komponen yang terlibat misalnya
dengan menggunakan variasi metode pembelajaran, penggunaan beberapa media
pembelajaran dan sumber belajar, serta memfasilitasi terjadinya interaksi
multiarah.
Variasi metode pembelajaran yang diterapkan guru kimia kedua sekolah
contoh adalah dengan mengkombinasikan metode ceramah dengan metode lain,
seperti metode diskusi, analogi, eksperimen/praktikum, latihan soal, pemberian
tugas dan tanya jawab. Modifikasi terhadap metode ceramah ini oleh Muhibin
(2006:210) disebut sebagai metode ceramah plus. Modifikasi ini dilakukan untuk
mengatasi kendala dalam memfasilitasi karakteristik, minat dan potensi siswa
yang berbeda tersebut agar terpenuhi semua. Meskipun sudah berusaha
memberikan variasi metode pembelajaran, guru-guru kimia dari kedua sekolah
contoh masih belum menunjukkan kreativitasnya karena metode yang diterapkan
dalam setiap pertemuannya sama yaitu kombinasi antara metode ceramah dengan
tanya jawab atau pemberian tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perbandingan penggunaan variasi metode pembelajaran untuk kedua
sekolah contoh dapat dilihat pada gambar 2.
0
20
40
60
80
Hanya Ceramah Variasi Metode
41,65
58,3551,35 48,65
23
77
Guru I Guru II Guru III
Gambar 2. Histogram Perbandingan Persentase Hasil Observasi Guru tentang Penggunaan Metode Pembelajaran Guru Kimia SMAN Karangpandan (Guru I dan II) dan MAN Karanganyar (Guru III)
Dari histogram di atas menunjukkan guru kimia MAN Karanganyar lebih banyak
melakukan variasi metode daripada guru kimia SMA N Karangpandan.
Penggunaan media pembelajaran terlihat masih belum optimal, karena
media yang digunakan hanya media yang dimiliki oleh sekolah yaitu tabel SPU
dan peralatan praktikum. Padahal penggunaan variasi media pembelajaran ini
dapat mempertinggi perhatian siswa karena setiap siswa mempunyai perbedaan
kemampuan dalam menggunakan alat indera. Ada yang termasuk tipe auditif,
visual dan motorik. Dalam hal ini, guru dituntut untuk dapat memfasilitasi semua
kemampuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu penggunaan media yang relevan
dengan tujuan pembelajaran dan kemampuan siswa dapat meningkatkan hasil
belajar sehingga lebih bermakna dan tahan lama. Penggunaan sumber belajar dari
kedua sekolah contoh juga belum optimal karena sumber belajar yang digunakan
hanya LKS, buku pendamping Erlangga yang sudah ditentukan oleh sekolah,
buku-buku kimia di perpustakaan dan beberapa dari internet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perbandingan penggunaan media pembelajaran dari kedua sekolah
contoh ditunjukkan pada gambar 3 :
0
50
100
Tidak Pakai Media Pakai Media
15,55
84,45
12,7
87,3
34,7
65,97
Guru I Guru II Guru III
Gambar 3. Histogram Perbandingan Persentase Hasil Observasi Guru tentang Penggunaan Media Pembelajaran Guru Kimia SMAN Karangpandan (Guru I dan II) dan MAN Karanganyar (Guru III)
Dari histogram di atas terlihat bahwa guru kimia SMA N Karangpandan lebih
banyak menggunakan media pembelajaran daripada guru kimia MAN
Karanganyar.
Pembelajaran yang dilakukan harus dapat mengoptimalkan interaksi
antara kedua komponen tersebut, yaitu interaksi multiarah (guru-siswa, siswa-
siswa, dan siswa-guru). Namun interaksi yang terjadi masih belum multiarah
karena interaksi yang terlihat adalah guru ke siswa, dan siswa ke siswa.
Sedangkan siswa ke guru masih belum terlihat. Siswa masih belum terbuka
kepada guru tentang permasalahannya. Guru harus berusaha terlebih dahulu
untuk membangkitkan keterbukaan siswa.
Dalam KTSP, tahapan pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti
dan penutup. Dari ketiga tahapan pembelajaran tersebut, guru-guru kimia dari
kedua sekolah contoh masih sering meninggalkan tahapan penutup yang berupa
penarikan kesimpulan dan kegiatan tindak lanjut. Hal ini dapat dilihat dari hasil
observasi (tabel 5) yang menunjukkan persentase guru kimia tidak menarik
kesimpulan lebih besar. Padahal kegiatan penutup adalah penting untuk
memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa,
mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran ( Uzer Usman, 2007: 92). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
histogram dalam gambar 4 :
0
50
100
Kesimpulan Sendiri
Kesimpulan bersama Siswa
Tidak Menyimpulkan
2,8 10,55
86,656,35
0
93,65
15,73 6,0378,23
Guru I Guru II Guru III
Gambar 4. Histogram Perbandingan Persentase Hasil Observasi Guru tentang Penarikan Kesimpulan Guru Kimia SMAN Karangpandan (Guru I dan II) dan Guru Kimia MAN Karanganyar (Guru III)
c. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian yang dilakukan harus dapat memantau proses dan kemajuan
belajar siswa (kompetensi apa saja yang telah dicapai siswa) serta untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian yang disyaratkan
KTSP adalah penilaian yang meliputi aspek yang holistik untuk ketiga ranah
(kognitif, afektif dan psikomotor). Berdasarkan hasil penelitian, guru-guru kimia
dari kedua sekolah contoh dalam melaksanakan penilaian untuk ketiga aspek
tersebut dengan menggunakan metode yang bervariasi, meliputi tes (ulangan
harian, ulangan mid semester dan ulangan semester), tes lisan, tugas, dan
pengamatan (sikap dan kinerja siswa). Hasil penilaian dari kedua sekolah contoh
dapat dilihat pada lampiran 29 dan 30.
Dalam penilaian terutama aspek kognitif perlu ditetapkan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan sebagai acuan dalam mengetahui
ketercapaian tujuan belajar yang diharapkan. Kedua sekolah contoh memiliki
batas nilai KKM masing-masing (Lampiran 27 dan 28), yaitu batas nilai KKM
untuk SMA N Karangpandan adalah 70 sedangkan MAN Karanganyar batas nilai
KKM-nya adalah 65. Hal ini menunjukkan kemampuan akademik untuk SMA N
Karangpandan lebih tinggi daripada MAN Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam KTSP, siswa yang belum mencapai batas tuntas (nilai
akan mendapatkan program remedial yang dapat berupa :
(1). Pembelajaran ulang dengan media dan metode yang berbeda
(2). Belajar mandiri
(3). Belajar kelompok dengan bimbingan alumni atau tutor sebaya.
Sedangkan siswa yang sudah tuntas (mencapai nilai KKM) maka siswa tersebut
akan mendapatkan program pengayaan. Program pengayaan ini digunakan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa yang pandai untuk tetap mempertahankan
kecepatan belajarnya (Mulyasa, 2007 : 254).
Berdasarkan hasil penelitian, kedua sekolah contoh sudah menerapkan
program remedial untuk siswa yang belum tuntas dengan belajar mandiri dan tutor
sebaya. Siswa belajar sendiri dengan materi yang belum tuntas tersebut.
Sedangkan guru hanya memberikan ujian ulang dengan soal yang berbeda atau
tugas dengan materi yang belum tuntas tersebut. Sedangkan program pengayaan
hanya terlihat di SMA N Karangpandan, yang dilaksanakan sepulang sekolah.
2. Kendala-Kendala Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Berbasis KTSP
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap keterlaksanaan KTSP dalam
pembelajaran kimia kelas XI IPA yang didasarkan pada 3 standar yang disusun
oleh BSNP, yaitu Standar Proses, Standar Sarana Prasarana, dan Standar
Penilaian, sebagaimana dapat dilihat pada pedoman pemantauan keterlaksanaan
KTSP pada lampiran 33. Secara umum tingkat keterlaksanaan KTSP pada
pembelajaran kimia kelas XI IPA dari kedua sekolah yang diteliti berada dalam
kriteria baik dengan skor total 192 (SMA N Karangpandan) dan 198 (MAN
Karanganyar), sebagaimana ditunjukkan pada lampiran 35 dan 37. Penentuan
kriteria baik ini sesuai dengan persentase skor total tingkat keterlaksanaan KTSP
kedua sekolah yaitu 80% untuk SMA N Karangpandan dan 82,5% untuk MAN
Karanganyar. Persentase skor total yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan
kriteria rentang nilai dari instrumen keterlaksanaan KTSP (Depdiknas, 2009) yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mengetahui sebaran frekuensi skor 0, 1, 2 dan 3 pada 80 sub-
indikator berdasarkan 3 standar dari BSNP tersebut dapat dilihat pada gambar 5
dan 6.
Skor 0; 4 sub-indikator; 5%
Skor 1; 10 sub-indikator;
13%
Skor 2; 16 sub-
indikator; 20%
Skor 3; 50 sub-indikator;
62%
Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3
Gambar 5. Diagram Frekuensi Perolehan Skor Sub-Indikator Hasil Pemantauan Keterlaksanaan KTSP Pada Pembelajaran Kimia Di SMA N Karangpandan Berdasarkan 3 Standar BSNP
Skor 0; 2 sub-indikator; 3%
Skor 1; 11 sub-indikator; 14%
Skor 2; 14 sub-indikator;
18%
Skor 3; 53 sub-indikator; 65%
Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3
Gambar 6. Diagram Frekuensi Perolehan Skor Sub-Indikator Hasil Pemantauan Keterlaksanaan KTSP Pada Pembelajaran Kimia Di MAN Karanganyar Berdasarkan 3 Standar BSNP
Meskipun keterlaksanaan KTSP dalam pembelajaran kimia dari kedua
sekolah yang diteliti berada pada kriteria baik. Pelaksanaannya tetap mengalami
kendala-kendala terutama dalam proses pembelajaran dan penilaiannya. Kendala-
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP
akan dilihat dari 3 aspek yaitu perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran,
dan penilaian hasil belajar:
a. Perencanaan Pembelajaran
Kendala-kendala yang dihadapi kedua sekolah contoh adalah
pengembangan perencanaan pembelajaran (RPP) yang dapat memfasilitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keberagaman karakteristik siswa. Guru merasa kesulitan dalam memilih metode
yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
pelaksanaan pembelajaran di kelas berbeda dengan RPP yang telah disusun. RPP
lebih bersifat fleksibel yaitu disesuaikan dengan keadaan kelas saat pembelajaran
berlangsung.
b. Proses Pembelajaran
Kendala-kendala yang dihadapi kedua sekolah contoh dalam proses
pembelajaran meliputi :
1) Jumlah siswa yang terlalu banyak
Dalam KTSP, jumlah maksimal siswa dalam setiap kelas adalah 32
siswa. Sedangkan jumlah siswa setiap kelasnya yang terdapat pada kedua sekolah
contoh lebih besar dari 32 siswa. SMA N Karangpandan terdiri dari 40
siswa/kelas. MAN Karanganyar terdiri dari 38 39 siswa/kelas. Jumlah siswa
yang terlalu banyak ini berkecenderungan:
a) Suasana belajar menjadi tidak kondusif.
b) Kepuasan belajar siswa akan cenderung menurun karena akan mendapatkan
pelayanan terbatas dari guru (perhatian guru akan semakin terpecah).
c) Semakin banyak jumlah siswa, siswa akan semakin berkurang partisipasinya.
d) Guru kesulitan dalam mengelola kelas ketika pembelajaran berlangsung.
2) Kurang lengkapnya media pembelajaran dan sumber belajar
Media pembelajaran yang digunakan guru-guru kimia dari kedua sekolah
contoh hanya media yang tersedia di sekolah. Demikian pula dengan penggunaan
sumber belajar, proses pembelajaran di kelas menggunakan sumber belajar berupa
LKS dan buku pendamping saja. Namun guru tidak membatasi siswa untuk
menggunakan sumber lain, seperti sumber belajar dari internet, buku-buku kimia
dari penerbit lain atau sumber-sumber lain yang relevan. Hanya saja penggunaan
sumber belajar di luar sumber yang telah ditentukan sekolah tidak terlihat, baik
dari guru maupun siswa.
3) Fasilitas laboratorium kimia yang kurang memadai
Kedua sekolah contoh memiliki laboratorium kimia, namun fasilitas yang
terdapat di dalamnya masih belum memadai. Hal ini terlihat dari jumlah peralatan
praktikum yang masih sedikit, kran air yang mati, bahan-bahan kimia yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kadaluwarsa dan tidak adanya laboran. Untuk MAN Karanganyar, laboratorium
kimia masih bergabung dengan laboratorium biologi.
4) Terbatasnya sarana prasarana sekolah
Sarana prasarana yang dimaksud adalah penggunaan multimedia
(komputer/IT) untuk mengembangkan pembelajaran kimia. Selama ini sekolah
hanya menggunakan komputer untuk mata pelajaran TIK. Penggunaan komputer
untuk mata pelajaran lain masih sulit.
5) Keberagaman karakteristik siswa
Guru masih kesulitan untuk memfasilitasi dan menyesuaikan
pembelajaran dengan keberagaman karakteristik dan kemampuan siswa.
c. Penilaian Hasil Belajar
Kendala yang dihadapi sehubungan dengan penilaian adalah kesulitan
mengevaluasi aspek afektif dan psikomotor karena guru harus memahami siswa
secara individu yang jumlahnya cukup banyak pada setiap kelas.
3. Usaha dalam Mengembangkan Pembelajaran Kimia Berbasis KTSP
Kegiatan pembelajaran pada penerapan KTSP harus dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Untuk mewujudkan hal tersebut guru
harus berusaha untuk mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip
KTSP.
Berdasarlan hasil penelitian, usaha-usaha yang dilakukan guru guru
kimia dari kedua sekolah contoh meliputi :
a. Perencanaan Pembelajaran
Dari aspek perencanaan, usaha-usaha pengembangan pembelajaran kimia
berbasis KTSP dari guru-guru kimia kedua sekolah contoh terlihat pada
perencanaan penggunaan metode dan media pembelajaran yang terdapat dalam
RPP. Meskipun dalam pelaksanaannya, RPP tersebut tidak sepenuhnya
diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Proses Pembelajaran
Dari aspek proses pembelajaran, usaha-usaha guru kimia dari kedua
sekolah contoh dalam mengembangkan pembelajaran kimia berbasis KTSP
terlihat dari :
1). Menggunakan variasi metode pembelajaran untuk mengatasi
terbatasnya media pembelajaran kimia
2). Menggunakan variasi metode pembelajaran untuk memfasilitasi
karakteristik siswa yang beragam.
3). Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui
pembelajaran yang humoris dan pembelajaran yang menantang melalui
diskusi kelas, praktikum dan demonstrasi. Hal ini dapat secara tidak
langsung akan memotivasi siswa untuk lebih aktif.
4). Memberikan tanya jawab dimana siswa menjawab dengan
mengemukakan alasan sehingga dapat menimbulkan keberanian untuk
berpendapat dan melatih siswa untuk berpikir kritis.
Uraian mengenai usaha-usaha guru kimia dari kedua sekolah yang diteliti dapat
dilihat pada lampiran 12 dan 13.
c. Penilaian Hasil Belajar
Usaha-usaha guru kimia pada aspek ini hanya terlihat dari penggunaan
metode penilaian yang bervariasi.
C. Analisis Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan KTSP pada pembelajaran
kimia khususnya kelas XI dari kedua sekolah masih ditemukan beberapa
kelemahan. Dari kedua sekolah yang diteliti dapat diketahui kelemahan-
kelemahan tersebut diantaranya :
1. Sarana dan Prasarana Sekolah yang Kurang Mendukung
Meliputi :
a. Media pembelajaran yang dimiliki sekolah belum mencukupi kebutuhan
beberapa materi, khususnya materi kelas XI IPA Semester 1 yaitu hanya
menggunakan tabel SPU dan alat praktikum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Perabot, perlengkapan dan bahan-bahan kimia yang tersedia di laboratorium
belum memadai, yang hanya memiliki alat dalam jumlah masih sedikit
(diperkirakan 25% dari jumlah yang seharusnya berdasarkan standar sarana
prasarana laboratorium), bahan-bahan kimia yang sudah lama tidak digunakan
dan keadaan laboratorium yang kurang terawat.
c. Belum optimal menggunakan media berbasis teknologi / komputer dalam
pembelajarannya padahal sekolah memiliki fasilitas komputer yang cukup
memadai
d. Ruang kelas yang terlalu padat karena melebihi batas maksimal yaitu 38 40
siswa. Padahal sebagaimana yang ditetapkan dalam standar sarana prasarana
ruang kelas maksimal berisi 32 siswa.
2. Sulitnya Guru Memfasilitasi Karakteristik Siswa yang Beragam
Kesulitan tersebut terlihat pada penentuan dan pemilihan metode yang
sesuai atau dapat memfasilitasi semua karakteristik siswa yang beragam, sehingga
ada beberapa siswa yang kurang dapat menerima pelajaran karena metode
pembelajaran yang diterapkan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa
tersebut.
3. Sulitnya Mengevaluasi Aspek Afektif dan Psikomotorik
Kesulitan ini terjadi karena jumlah siswa di kelas yang terlalu banyak.
Guru kesulitan ketika harus mengevaluasi satu per satu siswa, dengan instrumen
yang berbeda untuk kedua aspek tersebut. Akibatnya dalam evaluasi kedua aspek
ini guru hanya melihat dari keaktifan siswa di kelas (melalui pengamatan guru
sendiri) tanpa menyusun instrumen untuk kedua aspek tersebut.
4. Kompetensi Guru yang Belum Maksimal
Belum maksimalnya kompetensi guru ini terlihat pada kompetensi dalam
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran karena
pembelajaran yang diterapkan di kelas tidak sesuai dengan rancangan yang telah
disusun. Selain itu juga kompetensi pada pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang masih belum terlihat.
Berdasarkan kelemahan di atas, dapat diberikan beberapa rekomendasi
yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran kimia SMA Kelas XI di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kabupaten Karanganyar yang akan datang sehingga hasil (output) pembelajaran
kimia akan lebih baik. Rekomendasi ini ditujukan kepada guru kimia dan pihak
sekolah.
1. Rekomendasi untuk Sekolah
Rekomendasi untuk sekolah mencakup :
a. Peningkatan kinerja guru-guru terutama guru kimia, khususnya terkait dengan
kompetensi guru yang perlu dikembangkan, melalui :
1). Optimalisasi MGMP guru mata pelajaran kimia
2). Mengadakan atau mengikuti seminar, workshop, lokakarya, penataran dan
simposium mengenai pengembangan metode pembelajaran untuk
pembelajaran kimia yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2006 (KTSP)
dan pemanfaatan IT dalam pembelajaran.
3). Mengadakan atau mengikuti pelatihan tentang penggunaan IT atau
komputer untuk pembelajaran kimia misalnya pelatihan pembuatan media
animasi dengan macromedia flash untuk pembelajaran kimia.
b. Fasilitasi pembelajaran yang perlu dilengkapi atau diperbaiki, terutama
fasilitas laboratorium kimia, misalnya dengan penambahan alat praktikum,
pemantauan terhadap masa berlaku bahan kimia dan perawatan terhadap
laboratorium kimia sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik. Sebagai sumber keuangan dapat melalui block grand (bantuan keuangan
dari pemerintah pusat atau propinsi) dan DAK (bantuan keuangan dari
pemerintah setempat), dengan cara mengirimkan proposal kepada pihak yang
terkait.
c. Media dan sumber-sumber pembelajaran kimia yang perlu dilengkapi dan
ditingkatkan pemakaiannya, misalnya melalui proposal bantuan pengadaan
buku buku pelajaran dan perpustakaan kepada pemerintah atau kepada
sumber-sumber yang tidak terikat seperti dari percetakan dan pihak swasta.
2. Rekomendasi untuk Guru Kimia
Rekomendasi untuk guru memuat saran perbaikan terhadap :
a. Proses pembelajaran kimia yang masih harus diusahakan untuk meningkatkan
keaktifan dan kreativitas siswa yang terlihat masih rendah, yaitu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberikan tugas khusus kepada para siswa untuk merancang proyek
individual atau kelompok mengenai materi kimia dengan jangka waktu yang
telah ditentukan sehingga siswa akan tertantang, lebih aktif dan kreatif.
b. Kreativitas guru kimia yang masih perlu ditingkatkan untuk membuat suatu
pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif meskipun dengan sarana
prasarana sekolah kurang memadai. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatan kreativitas yaitu dengan :
1). Telaah ilmu oleh guru tersebut misalnya dengan mengikuti seminar,
lokakarya atau pelatihan tentang pengembangan pembelajaran yang
inovatif.
2). Melakukan diskusi antar guru kimia tentang metode pembelajaran yang
inovatif.
Sedangkan jenis pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif yang dapat
diterapkan misalnya penggunaan media yang ada di lingkungan/kehidupan
sehari-hari (seperti molimod dari malam/lilin untuk materi struktur atom dan
ikatan).
c. Menyesuaikan pembelajaran kimia dengan karakteristik, minat, dan potensi
siswa, melalui pendekatan emosional dengan mengakomodasi gaya belajar
siswa yang berbeda tersebut misalnya dengan menyediakan variasi strategi
pembelajaran, menawarkan pilihan dan menegosiasikan strategi belajar
tersebut pada siswa. Pilihan siswa tersebut yang akan diterapkan dalam
pembelajaran di kelas. Selain itu juga dapat dilakukan dengan penggunaan
multimedia melalui komputasi kimia, simulasi dan animasi pembelajaran
kimia sehingga dapat memfasilitasi semua karakteristik siswa.
d. Kesulitan dalam penilaian aspek afektif dan psikomotor dapat diatasi misalnya
dengan :
1.) Merekam video pelaksanaan pembelajaran dan melakukan penilaian
berdasarkan pengamatan terhadap video tersebut.
2.) Mengundang seorang rekan untuk membantu dalam melakukan
pengamatan terhadap aspek afektif dan psikomotor siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data penelitian di depan, dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
1. Profil pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP dari kedua sekolah
contoh meliputi 3 aspek :
a. Perencanaan Pembelajaran : kedua sekolah contoh telah menyusun dan
mengembangkan perangkat pembelajaran yang meliputi program tahunan,
program semester, silabus dan RPP.
b. Proses Pembelajaran
1). Pembelajaran yang terjadi di kelas tidak sesuai dengan RPP yang telah
dibuat.
2). Menggunakan variasi metode (kombinasi antara metode ceramah
dengan metode lainnya), hanya saja variasi metode yang diterapkan
selalu sama dalam setiap pertemuan.
3). Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang hanya
tersedia di sekolah.
4). Belum terjadi interaksi multiarah antara guru dan siswa karena
interaksi dari siswa ke guru masih belum terlihat.
c. Penilaian Hasil Belajar :
1). Sudah menggunakan metode penilaian yang bervariasi
2). Memberikan program remedial untuk siswa yang belum mencapai
nilai tuntas (
pada MAN Karanganyar.
2. Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis KTSP dari kedua
sekolah meliputi :
a. Perencanaan Pembelajaran : kesulitan dalam pemilihan metode
pembelajaran yang sesuai dengan keberagaman karakteristik siswa,
kemampuan siswa yang beragam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Proses Pembelajaran
1). Jumlah siswa yang terlalu banyak
2). Kurang lengkapnya media pembelajaran
3). Fasilitas laboratorium kimia yang masih kurang memadai dan tidak
memiliki laboran
4). Sarana prasarana sekolah yang terbatas terutama penggunaan
komputer
5). Proses pembelajaran yang tidak sesuai dan tidak dapat memfasilitasi
karakteristik siswa yang beragam.
c. Penilaian Hasil Belajar : kesulitan mengevaluasi aspek afektif dan
psikomotor.
3. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru-guru kimia dari kedua sekolah contoh
dalam mengembangkan pembelajaran kimia berbasis KTSP yaitu
a. Perencanaan Pembelajaran : perencanaan penggunaan metode dan media
pembelajaran sebagaimana yang terdapat dalam RPP.
b. Proses Pembelajaran
1). Menggunakan variasi metode pembelajaran untuk mengatasi
terbatasnya media pembelajaran kimia
2). Menggunakan variasi metode pembelajaran untuk memfasilitasi
karakteristik siswa yang beragam.
3). Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui
pembelajaran yang humoris dan pembelajaran yang menantang melalui
diskusi kelas, praktikum dan demonstrasi. Hal ini dapat secara tidak
langsung akan memotivasi siswa untuk lebih aktif.
4). Memberikan tanya jawab dimana siswa menjawab dengan
mengemukakan alasan.
c. Penilaian Hasil Belajar : penggunaan metode penilaian yang bervariasi.
B. Rekomendasi
Rekomendasi dari hasil evaluasi proses pembelajaran kimia berbasis
KTSP ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran kimia SMA Kelas XI yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akan datang sehingga hasil (output) pembelajaran kimia akan lebih baik.
Rekomendasi ditujukan kepada guru kimia dan pihak sekolah.
1. Rekomendasi untuk Sekolah
Rekomendasi untuk sekolah mencakup :
a. Peningkatan kinerja guru-guru terutama guru kimia, khususnya terkait dengan
kompetensi guru yang perlu dikembangkan.
b. Fasilitasi pembelajaran yang perlu dilengkapi atau diperbaiki, terutama
fasilitas laboratorium kimia, misalnya dengan penambahan alat praktikum,
pemantauan terhadap masa berlaku bahan kimia, perawatan terhadap
laboratorium kimia sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik.
c. Media dan sumber-sumber pembelajaran kimia yang perlu dilengkapi dan
ditingkatkan pemakaiannya.
2. Rekomendasi untuk Guru Kimia
Rekomendasi untuk guru memuat saran perbaikan terhadap :
a. Proses pembelajaran kimia yang masih harus diusahakan untuk meningkatkan
keaktifan dan kreativitas siswa yang terlihat masih rendah.
b. Kreativitas guru kimia yang masih perlu ditingkatkan untuk membuat suatu
pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif meskipun dengan sarana
prasarana sekolah kurang memadai.
c. Menyesuaikan pembelajaran kimia dengan karakteristik, minat, dan potensi
siswa.
d. Penilaian aspek afektif dan psikomotor dengan menggunakan pengamat
partisipan (guru lain)