profil koperasi wanita indonesia

65
i !"#$%& (#!)"*+% ,*-%.* %-/#-)+%* OLEH Dr RIANA PANGGABEAN ()0)-.)"%*- -)1*"* (#!)"*+% /*- 2+*3* ()4% 0)-)1*3 5667

Upload: trannga

Post on 30-Dec-2016

240 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

i

!!""##$$%%&&''((##!!))""**++%%'',,**--%%..**''''

%%--//##--))++%%**''

OLEH

Dr RIANA PANGGABEAN

(())00))--..))""%%**--''--))11**""**''((##!!))""**++%%''//**--''22++**33**''(())44%%''00))--))11**33''

55666677''''''''''''''

Page 2: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

ii

KATA SAMBUTAN Koperasi wanita di Indonesia memiliki peranan yang cukup berarti dilihat dari

beberapa hasil studi kasus tentang koperasi yang menunjukkan bahwa keberadaan koperasi tidak saja menguntungkan pada anggota koperasi tetapi juga telah berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik untuk komunitas dimana koperasi tersebut berada. Keberadaan dan perkembangan koperasi khususnya koperasi yang dikelola wanita di Indonesia cukup menarik perhatian Pemerintah maupun para pembina karena koperasi-koperasi tersebut menunjukkan perkembangan kinerja yang baik. Hal ini dapat dilihat dari sisi organisasi maupun usaha. Koperasi wanita yang berkembang adalah koperasi yang konsisten dalam menjalankan prinsip dan nilai-nilai koperasi.

Koperasi wanita pada umumnya memiliki kegiatan yang diorietasikan kepada pemenuhan kebutuhan dan pemecahan persoalan wanita baik yang bersifat konsumtif, produktif maupun kesehatan reproduksi.

Hasil kajian ini penting bagi pengambil kebijakan dan bagi koperasi dan para wanita yang ingin mengembangkan koperasi . Karena koperasi ternyata mampu untuk membantu kaum wanita mengaktualisasikan diri, koperasi sebagai wadah pembelajaran bagi kaum ibu yang lain dan mampu memerangi kemiskinnan dengan tujuan Keberadaan koperasi wanita sangat menarik untuk dikaji karena terdapat beberapa kopwan yang cukup berkembang. Hal ini dapat dilihat secara kuantitas seperti peningkatan jumlah anggota, volume usaha dan peningkatan SHU sedangkan jika dilihat dari kualitas pengelolaan, koperasi wanita lebih .konsisten dan memberikan dampak positip untuk peningkatan kesejahteraan keluarga. Dengan terbitnya hasil kajian ini merupakan langkah maju bagi peneliti dan bagi koperasi wanita untuk melihat keberadaan koperasi wanita di Indonesia dan menambah referensi dan minat bagi para peneliti untuk mengembangkan dan memperluas wawasan tentang Koperasi wanita . Selain itu buku ini dapat digunakan sebagai panduan bagi wanita yang ingin mengembangkan koperasi Kami sebagai Asisten Deputi Urusan Pengembangan Perkaderan UKM pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya Usaha Koperasi Menengah dan Usaha Kecil yang bertugas melaksanakan kegiatan kajian merekomendasikan kajian ini untuk dipakai sebagai acuan dan penyempurnaan pengembangan Koperasi wanita lebih lanjut Jakarta 2007-04-09

Auza Djamil Hakim, SH,MH

Page 3: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

iii

KATA PENGANTAR

Hasil kajian ini berjudul “ Profil Koperasi Wanita di Indonesia “ menekankan

kepada bagaimana wanita menjalankan organisasi dan usaha. Bagaimana wanita

memimpin organisasi masyarakat di pedesaan yang mengedepankan pada disiplin

dan mengajak anggota koperasi dan masyarakat di sekitarnya memerangi kemiskinan

melalui usaha-saha yang dikelola oleh mereka.

Mengetahui profil koperasi wanita secara nasional dan beberapa kasus

koperasi wanita yang mempunyai kiat tersendiri untuk mengembangkan koperasi

sangat penting artinya bagi (1) pengambil kebijakan untuk kebutuhan pengembangan

koperasi wanita lebih lanjut., (2) bagi koperasi dan kelompok-kelompok wanita yang

ingin mengembangkan koperasi.

Secara nasional perkembangan koperasi wanita dapat dikatakan belum

terlalu pesat namun bila dilihat proses dan manfaatnya ternyata koperasi wanita

memiliki ciri dan kekuatan tersendiri bagi anggota dalam upaya (1) memberdayakan

kaum ibu khususnya untuk meningkatkan ekonomi keluarga, (2) membantu keluarga

untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya, (3) membantu kaum

ibu pengusaha kecil dalam permodalan, (4) membantu kaum ibu di wilayah lain untuk

berkoperasi.. Selain itu koperasi bagi anggota sudah merupakan wadah belajar dan

wadah mengaktualisasikan diri sehingga ibu-ibu yang bekerja sebagai pengurus

maupun manajer boleh berbangga sebagai pengurus dan manajer koperasi. Dalam

contoh kasus yang dijelaskan hasil kajian ini ternyata masing-masing koperasi

mempunyai pola-pola simpan pinjam yang menjadi andalan usahaya. Misalnya

Koperasi wanita Setia Bakhti di Surabaya sangat berhasil menerapkan pola simpan

pinjam tanggung renteng . Koperasi ini sangat piawi menterjemahkan konsep

dinamika kelompok dalam organisasi koperasi. Dalam koperasi dikembangkan saling

percaya , solidaritas , kebersamaan dan berjuang mengembangkan koperasi untuk

tujuan memenuhi kebutuhan masing-masing anggota . Oleh sebab itu hasil kajian ini

sangat menarik untuk dipelajari kaum ibu kaum wanita yang ingin mengembangkan

koperasi .

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung yang tidak

disebut namanya, telah membantu dalam penulisan buku ini . Pertama penulis

Page 4: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

iv

mengucapkan terima kasih kepada Ir Wayan Suarja MM sebagai Deputi Pengkajian

pada Kementerian Koperasi dan UKM . Kedua kepada Asisten Deputi Perkaderan

Jamil Auza SH, MM, yang memberikan kesempatan mengadakan pengkajian dan

penulisan buku ini. Ketiga kepada tim peneliti dari Universitas Indonesia : (1) Prof

Dr Robet MZ. Lawang, (2) Erna Ermawati Msi , (3) Dr Fu Xie, (4) Miftahuddin Msi

dan (5) Fuad Msi yang telah memberikan wawasan yang lebih luas untuk penulisan

buku ini

Kiranya hasil kajian ini dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah untuk

mnyempurnakan kebijakan dalam mengembangkan peran wanita berkoperasi dan

bermanfaat bagi para wanita yang ingin mengembangkan koperasi

Jakarta April 2007

Dr Riana Panggbean

Page 5: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Persentasi Jumlah Anggota Koperasi.................................... 14.

2. Jenis koperasi Wanita............................................................ 15

3. Pelaksanaan RAT.................................................................. 16

4. Kepemilikan Modal sendiri................................................... 18

5. Kepemilikan Modal Luar...................................................... 19

6. Volume Usaha koperasi Wanita............................................ 20

7. Jumlah SHU........................................................................... 22

8. Uumur Koperasi Wanita........................................................ 24

9. Jumlah Manajer Koperasi Wanita.......................................... 26

10. Jumlah Karyawan Koperasi Wanita.......................................27

11. Rentabilitas Koperasi Wanita................................................ 29.

Page 6: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

vi

DAFTAR ISI Halaman

KATA SAMUTAN............................................................................... i KATA PENGANTAR.......................................................................... ii DAFTAR GAMBAR............................................................................ iii DAFTAR TABEL................................................................................ iv I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1. Latar Belakang........................................................................... 1 2. Tujuan Kajian............................................................................. 4

II. KERANGKA BERPIKIR.............................................................. 5 III. METODE KAJIAN........................................................................ 7 IV. HASIL KAJIAN 1. PROFIL KOPERASI WANITA SECARA NASIONAL 12

(1). Jumlah Koperasi Wanita................................................. 12 (2). Jenis Usaha Koperasi Wanita.. ....................................... 14

(3). Penyelenggaraan RAT...................................................... 16 (4). Modal Koperasi Wanita.................................................... 17 (5). Volume Usaha Koperasi................................................... 19 (6). Sisa Hasil Usaha Koperasi................................................ 21 (7). Umur Koperasi Wanita..................................................... 24 (8). Jumlah Manajer Koperasi Wanita..................................... 25 (9). Jumlah Karyawan.............................................................. 27 (10). Gambara Tentang Keuangan............................................. 28

2. PROFIL KOPERASI WANITA (KASUS) (1) Koperasi Wanita Industri Kerajinan Sulaman dan - Konveksi........................................................................... 30

(2) Koperasi Wanita BK3I................................................... 33 (3) Koperasi Wanita Kartini................................................... 36 (4) Koperasi Wanita Setya Bhakti ....................................... 40 (5) Koperasi Wanita Aninisa......... ...................................... 46 (6) Koperasi Wanita Panggayo Maju..................................... 49

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... ................................. 51

1. Kesimpulan................................................................................. 51 2. Saran-saran.................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

vii

DAFTAR PUSTAKA Alvin A. Goldberg Carli. E Larson. 1985. Komunikasi Kelompok Proses-Proses Diskusi dan Penerapannya. Penerbit Universitas Indonesia (UI- Press)

Hanel Alfred, 2005. Organisasi Koperasi. Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan Kebijakan Pengembangan di Negara-Negara Berkembang . Graha Ilmu Yogyakarta.

Menteri Negara koperasi dan UKM RI. Kumpulan Kebijakan Bantuan Perkuatan dan Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Konvensional. Lawang Robert M.Z. 1985. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Universitas Terbuka. Lexy. J Moleong, 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif . Penerbit PT Remaja Rosdakarya- Bandung Roy, Ewel, Paul, 1989. Cooperatives Today And Tomorow. The Interstate Printers & Publishers, Inc Dovelle Illionis Robert J Kilber Kittie W Watson. Katty J Whalers Larry, L Barker , 1993. Groups in Process An Introduction to Small Group Comunication.Prentice-Hall,I nc.Engewood Clitfs.New. Jersev. Syahriman Syamsu. M.Yusril. FX Suwarto. 1990. Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan . Universitas Atmajaya Yogyakarta Singarimbun. Masri dan Efendi Sofyan , 1998. Metode Penelitian Survey . LP3ES. Jakarta. Toha Miftah, 1989. Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi . Rajawali Pers Jakarta. Winardi J. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Page 8: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

1

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan perekonomian di Indonesia, koperasi memiliki

peranan yang cukup berarti. Dari beberapa hasil studi kasus tentang koperasi

memperlihatkan bahwa keberadaan koperasi tidak saja menguntungkan pada anggota

koperasi tetapi juga telah berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan memberikan

tingkat kesejahteraan yang lebih baik untuk komunitas dimana koperasi tersebut

berada. Keberadaan dan perkembangan koperasi khususnya koperasi yang dikelola

wanita di Indonesia cukup menarik perhatian pemerintah maupun para pembina

karena koperasi-koperasi tersebut menunjukkan perkembangan kinerja yang baik. Hal

tersebut dapat dilihat dari sisi organisasi maupun usaha. Koperasi wanita yang

berkembang dan konsisten dalam menjalankan prinsip dan nilai-nilai koperasi.

Kajian ini difokuskan kepada keberadaan koperasi secara nasional dan

bagaimana beberapa koperasi wanita sukses menjalankan organisasi dan usaha

Koperasi Wanita dengan asumsi pada umumnya memiliki kegiatan yang

diorientasikan kepada pemenuhan kebutuhan dan pemecahan persoalan wanita baik

yang bersifat konsumtif, produktif maupun kesehatan reproduksi.

Keberadaan Kopwan sangat menarik untuk dikaji karena terdapat beberapa

kopwan yang cukup berkembang. Hal ini dapat dilihat secara kuantitas seperti

peningkatan jumlah anggota, volume usaha dan peningkatan SHU sedangkan jika

dilihat dari kualitas pengelolaan, Koperasi Wanita lebih konsisten dan memberikan

dampak positif untuk peningkatan kesejahteraan keluarga. Beberapa contoh : Koperasi

Wanita yang berusaha di bidang simpan pinjam di Jogyakarta, Jawa Timur dan DKI

Jakarta.

Keberhasilan pengelolaan unit simpan pinjam tersebut tidak saja

menguntungkan Kopwan yang bersangkutan, tetapi juga anggota Kopwan dan juga

keluarga dan komunitas dimana Kopwan tersebut berdiri. Karenanya, secara lebih

khusus peranan wanita dalam koperasi perlu didorong dengan beberapa alasan

berkaitan dengan: (1) peranan wanita dalam peningkatan kesejahteraan diri dan

keluarganya. Dengan kata lain terdapat peranan yang besar wanita dalam pengentasan

kemiskinan (2) Kebutuhan wanita untuk memberdayakan diri (aktualisasi diri) agar

Page 9: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

2

dapat berperan lebih besar di luar posisinya sebagai ibu rumah tangga (kesimpulan

dari panel diskusi tanggal 4 April 2006 yang diselenggarakan oleh Deputi Bidang

Pengkajian Sumberdaya UKMK).

Dalam kaitan dengan pemberdayaan dan peningkatan peranan wanita dalam

koperasi, Pemerintah khususnya Kementerian Negara Koperasi dan UKM sejak tahun

1980 sampai dengan sekarang telah melaksanakan berbagai program. Salah satunya

adalah Program Peningkatan Peran Perempuan melalui Koperasi dan UKM. Program

lainnya adalah pada tahun 2004/2005 pemerintah telah melaksanakan Program

Rintisan Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil yang Responsif Gender melalui

perguliran dana perkuatan modal usaha kepada kelompok usaha mikro dan kecil

khususnya wanita yang memiliki usaha produktif seperti KSP/USP dengan pola

tanggung renteng. Program tersebut dijalankan secara meluas mencakup 30 propinsi

yaitu NAD, Sumut, Riau, Jambi, Sumbar, Bengkulu, Sumsel, Babel, Lampung, Jabar,

Banten, DKI Jakarta, Jateng, D.I.Yogyakarta, Jatim, Bali, Kalsel, Kaltim, Kalteng,

Kalbar, NTB, NIT, Sulsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulut, Maluku, dan Maluku

Utara.

Berdasar pada alasan-alasan di atas dan kaitan dengan implementasi program-

program pemerintah seperti juga disebutkan di atas, maka mutlak dibutuhkan profil

Koperasi Wanita yang valid dan akurat untuk dapat menggambarkan pertumbuhan dan

perkembangan Kopwan. Dengan tersedianya profil tersebut diharapkan dapat

diperoleh gambaran yang baik tentang Kopwan baik dalam aspek organisasi maupun

dalam pelaksanaan usaha. Ketersediaan profil tersebut sangat dibutuhkan sebagai

dasar dalam menentukan atau membuat kebijakan pengembangan Koperasi Wanita ke

depan. Profil mengenai Kopwan juga sangat penting artinya karena tanpa profil atau

data yang cukup baik sulit untuk melihat secara mendetail persoalan yang dihadapi

maupun solusi yang ditawarkan dari pihak pengambil kebijakan.

Mengapa Kopwan? Keberhasilan Kopwan digambarkan dengan kemajuan yang telah dicapai oleh

dua kopwan yang ada di Pulau Jawa yaitu: Koperasi Setia Bhakti Wanita (KSBW) di

Surabaya. Faktor yang keberhasilannya diantaranya ditentukan oleh sistem tanggung

renteng dalam pengelolaan dana bergulir. Keberhasilan yang dicapai tersebut telah

Page 10: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

3

mendorong, Kementerian Negara Koperasi dan UKM mereplikasikan sistem tanggung

renteng kepada 30 kelompok di 30 propinsi di Indonesia dengan menyediakan dana

bergulir sebesar Rp. 225 juta atau Rp. 7,5 juta per kelompok. Pengelolaan dan

besarnya omset. Indikator keberhasilannya dapat dilihat dari melalui pendapat anggota

tentang koperasi itu sendiri dan kepemilikan supermarket, kenaikan simpan pinjam,

kepemilikan pertokoan, persewaan dan sebagainya yang dicapai antara tahun 2003-

2004 lalu.

Dalam konteks kasus tersebut nampak bahwa wanita memiliki keunggulan

khususnya dalam pengelolaan koperasi. Keunggulan tersebut mewujud dalam

keuletan, kejujuran dan ketelitian dalam menangani berbagai dinamika persoalan

Kopwan. Kasus keberhasilan di atas memperkuat alasan untuk melakukan penelitian

atau pendataan mengenai Kopwan. Melalui proses penelitian ini diharapkan dapat

dipetik pembelajaran dari keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai Kopwan.

Pembelajaran tersebut diharapkan berguna untuk pemerintah sebagai pengambil

kebijakan, dan pihak-pihak lain yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam

mendorong perkembangan Kopwan di masa mendatang.

Dalam konteks kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan keluarga, peranan

wanita menjadi sangat penting. Dalam kaitan dengan hal tersebut, koperasi dapat

menjadi salah satu wadah yang sangat strategis untuk meningkatkan kesejahteraan

keluarga, disamping kegiatan koperasi juga dapat dijadikan sebagai media aktualisasi

diri wanita. Dari kajian yang dilakukan oleh Depkop memperlihatkan bahwa wanita

dan koperasi memiliki kaitan yang penting karenanya perlu ditingkatkan peranannya

secara terus menerus dengan beberapa alasan yaitu : (1) wanita merupakan aktor yang

penting dalam kaitan dengan program pengentasan kemiskinan, (2) wanita merupakan

aktor penting dan terlibat langsung dalam kaitan dengan peningkatan kesejahteraan

keluarga, dan (3) wanita sebagai individu membutuhkan media dalam kaitan dengan

aktualisasi diri agar dapat berperan lebih besar dari sekedar sebagai ibu rumah tangga.

Dalam kaitan dengan hal di atas, pemerintah khususnya Kementerian Negara

Koperasi dan UKM sejak tahun 1980 sampai dengan sekarang telah melaksanakan

Program Peningkatan Peran Wanita. Kemudian pada tahun 2004/2005 telah

melaksanakan ‘Program Rintisan Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil melalui

perguliran dana perkuatan modal usaha kepada kelompok usaha mikro dan kecil,

Page 11: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

4

khususnya untuk wanita yang mempunyai usaha produktif seperti KSP/USP yang

ditangani wanita dengan pola tanggung renteng pada 30 propinsi. Sebagai tindak

lanjut dari program yang telah dijalankan, maka diperlukan kegiatan pendataan

Koperasi Wanita yang ada di Indonesia.

Berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab pada kajian ini yaitu belum

diketahui profil Koperasi Wanita secara aktual di lapangan baik nasional maupun

kasus per kasus, maka melalui kajian ini telah (1) diperoleh (profil) terbaru

mengenai keberadaan Koperasi Wanita di Indonesia, (2) diperoleh profil koperasi

wanita pada 6 kasus, (3) digali berbagai potensi yang dimiliki Koperasi Wanita, (4)

diperoleh berbagai persoalan yang dihadapi dan mencoba memberikan informasi

untuk pemberdayaan koperasi wanita berikutnya.

2. Rumusan Masalah (1) Belum diketahui profil Koperasi Wanita pada skala nasional. (2) Belum diketahui profil atau kiat Koperasi Wanita mengembangkan koperasi.

3. Tujuan dan Manfaat Kajian Kegiatan bertujuan :

(1) Mengetahui profil Koperasi Wanita di Indonesia

(2) Mengetahui profil atau kiat Koperasi Wanita mengembangkan koperasi .

4. Sasaran dan Output Sasaran kajian ini adalah sebagai bahan (1) masukan untuk Koperasi Wanita

dan Pemerintah untuk penyempurnaan pengembangan Koperasi Wanita di Indonesia

ke depan, (2) sebagai model bagi koperasi lain untuk pengembangan Koperasi Wanita.

Page 12: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

5

II. KERANGKA BERPIKIR

Keberadaan dan keberhasilan koperasi tidak dapat dilepaskan dari konsep

kepercayaan (trust) dari anggota kepada Pengurus dan sebaliknya. Dalam hal ini ada

prinsip hubungan timbal balik dalam arti materi atau immateri, juga menunjuk pada

hubungan pertukaran yang sebetulnya terbentang mulai dari yang paling tidak jelas

pengukurannya sampai dengan jelas pengukurannya, mulai dari yang langsung sampai ke

yang tidak langsung (Lawang; 2005;234). Dalam hal ini kepercayaan antara koperasi

dengan anggotanya terbangun jika kedua belah pihak saling memenuhi ekspektasi dari

keduanya. Anggota akan percaya terhadap koperasi, jika koperasi mampu memenuhi

ekspektasi kebutuhan anggotanya melalui mekanisme yang memenuhi prinsip-prinsip

perkoperasian yang menjadi telah menjadi kesepakatan. Dengan kata lain bahwa koperasi

akan dipercaya oleh anggotanya jika harapan-harapan anggotanya dapat dipenuhi tanpa

membedakan apapun, termasuk perbedaan jenis kelamin. Sebaliknya koperasi ada,

bertahan dan berkembang jika anggotanya memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dalam

konsep koperasi sesuai dengan yang dinyatakan Hanel (2005:39). Koperasi adalah

organisasi yang otonom yang berada dalam lingkungan sosial ekonomi yang

memungkinkan setiap individu dan setiap kelompok orang merumuskan tujuannnya

secara otonom dan mewujudkan tujuan-tujuan itu melalui aktivitas-aktivitas ekonomi

yang dilakukan bersama. Melalui aktivitas ekonomi yang diwujudkan tersebut di

dalamnya terjadi proses saling berinteraksi dalam kelompok. Antara kelompok dengan

kelompok lainnya berhimpun mewujudkan kebutuhan bersama atau kepentingan bersama.

Pada kenyataannya koperasi wanita mampu mengimplementasikan konsep

kelompok dalam organisasi koperasi yang dimanajemen secara tekun (Suwarto FX,

Yusril. M Syamsu Syahrimin ,1990)

Permasalahan umum koperasi pada dasarnya relatif sama dengan permasalahan

koperasi lainnya, yang menarik adalah apakah kaum wanita (sebagai kategori sosial)

mempunyai kekuatan atau potensi tertentu sehingga koperasi yang dikelola wanita dapat

berjalan lebih baik atau tidak. Dalam kajian ini, dirumuskan persoalan yang dihadapi

Kopwan di Indonesia. Permasalahan Kopwan dikelompokkan ke dalam dua kategori,

yaitu pertama, permasalahan (subject matter) yang menunjuk pada apa saja yang

Page 13: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

6

memungkinkan berjalannya kegiatan kopwan. Kedua, permasalahan dalam pengertian

masalah (problem) yang dihadapi Kopwan.

Sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini maka (1)

kondisi makro atau keberadaan koperasi secara nasional dilakukan dengan pengumpulan

data sekunder di tingkat Propinsi, (2) sedangkan kiat sukses koperasi yang berhasil

dilakukan dengan wawancara mendalam dengan pengurus koperasi dan anggota.

Peubah yang diamati untuk mengetahui mengetahui profil koperasi secara nasional

meliputi: (1) Jumlah koperasi wanita berdasarkan jenis/identitas, (2) Jenis usaha koperasi,

(3) Penyelenggaraan RAT, (4) Modal Koperasi Wanita, (5) Volume Usaha, (6) Sisa

Hasil Usaha (SHU), (7) Umur koperasi Wanita, (8) Jumlah Manajer (9) Jumlah

karyawan dan (10) Keuangan/Solvabilitas. Selanjutnya peubah untuk menjelaskan profil

koperasi wanita secara kasus meliputi (1) Kemampuan Pengurus Mengelola Organisasi,

(2) Kemampuan Pengurus/Manajer Mengelola Usaha, (3) Kemampuan Koperasi

Bekerjasama dengan Pihak lain dan (4) Dampak Koperasi Terhadap Lingkungan.

Keberadaan dan keberhasilan koperasi tidak dapat dilepaskan dari konsep

kepercayaan (trust) dari anggotanya. Dalam hal ini ada prinsip kebersamaan pada

hubungan timbal balik mulai dari yang paling tidak jelas pengukurannya sampai dengan

yang jelas pengukurannya, mulai dari yang langsung sampai ke yang tidak langsung

(Lawang; 2005;234).

Dalam konteks koperasi, kepercayaan antara koperasi dengan anggotanya

terbangun jika kedua belah pihak saling memberi dan dapat memenuhi ekspektasi dari

keduanya. Dengan kata lain bahwa anggota akan percaya terhadap koperasi jika koperasi

mampu memenuhi ekspektasi kebutuhannya sebagai anggota melalui mekanisme yang

ada dalam koperasi yang memenuhi prinsip-prinsip good governance1 yang menjadi basis

kesepakatan dalam koperasi. Artinya bahwa koperasi akan dipercaya oleh anggotanya jika

harapan-harapan anggotanya terhadap pemenuhan kebutuhan/kesejahteraan dapat

dipenuhi tanpa membedakan berbagai status (sosial, jenis kelamin, dll).

Sebaliknya koperasi ada, bertahan dan berkembang jika anggotanya memenuhi

kewajiban-kewajibannya. Hubungan timbal balik tersebut yang pada akhirnya akan

menentukan kinerja koperasi yang terwujud dalam pengkategorian koperasi sesuai yang

ditetapkan dalam pengkategorian kelompok kinerja A, B, C atau D. .

Page 14: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

7

IV. METODE PENELITIAN

1. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data

primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui surat dan email. Data primer

diliput melalui seperangkat pertanyaan yang diajukan kepada responden.

2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan (1) Kuesioner yang telah

disiapkan (2) Observasi, teknik ini dilakukan untuk mengadakan pengamatan agar

diketahui lebih jelas seperti apa keberhasilan koperasi itu dan (3) Wawancara

mendalam.

3. Teknik Pengambilan Sampling

Dalam penelitian ini teknik penarikan sampling dilakukan dengan metode

purposive. Ciri Koperasi berhasil adalah Koperasi yang mampu : (1) mengelola

organisasi koperasi dengan baik, (2) mengelola usaha dengan baik, (3) memupuk dan

mengelola modal, (4) mampu bermitra antar Koperasi, anggota dan pihak ketiga.

4. Jenis Responden dan Jumlah Responden

Jenis responden dalam penelitian ini adalah (1) Staf/ karyawan Kantor kepala

Dinas di tingkat Propinsi, (2) Staf/karyawan Kantor Kepala Dinas Kabupaten/Kodya,

(3) Pengurus Koperasi Wanita dan (4) Anggota Koperasi Wanita.

Ada 6 responden koperasi wanita yang menjadi model pada kajian ini adalah

Koperasi wanita : (1) Pengrajin Konveksi dan Bordir di Kabupaten Bukit Tinggi

Propinsi Sumatera Barat, (2) BK3I di DKI Jakarta, (3) Kartini di Kab Sleman DI

Jogyakarta, (3) Setia Bhakti Surabaya Jawa Timur, (4) Dian Wanita Kab Pasuruan

Jawa Timur, (5) Anisa Propinsi NTB dan Koperasi Wanita (6) Panggayo Maju

Maluku.

Page 15: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

8

5. Peubah atau Variabel :

(1) Peubah Untuk Profil Koperasi Nasional 1. Jumlah Koperasi Wanita

2. Jenis usaha koperasi

3. Penyelenggaraan RAT

4. Modal Koperasi Wanita

5. Volume Usaha

6. Sisa Hasil Usaha (SHU)

7. Umur koperasi Wanita

8. Jumlah Manajer

9. Jumlah karyawan

10. Keuangan/Solvabilitas

(2) Peubah Profil Koperasi Berhasil 1. Kemampuan Pengurus Mengelola Organisasi

2. Kemampuan Pengurus/Manajer Mengelola Usaha

3. Kemampuan Koperasi Bekerjasama dengan Pihak lain

4. Dampak Koperasi Lerhadap Lingkungan

6. Metode Analisis Data sekunder yang berhasil diinventarisir dikelompokkan sesuai

pengelompokkan tabulasi data, untuk kemudian diolah dengan menggunakan statistik.

Setelah data diolah kemudian dianalisis dengan dua metode, kuantitatif dan kualitatif.

Pada analisa kuantitatif data diolah dengan batuan software Microsoft Access dan

Microsoft Excel.

Data primer di analisis secara kualitatif untuk melihat profil koperasi wanita

yang berhasil.

7. Definisi Operasional

(1) Koperasi yang dimaksud dalam studi ini adalah koperasi berdasarkan UU

Koperasi No 25 Tahun 1992 yaitu sebagai organisasi ekonomi rakyat yang

Page 16: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

9

berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi

yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas

asas-asas kekeluargaan.

(2) Koperasi wanita adalah koperasi (primer maupun sekunder)2 dan berbadan

hukum yang pengurus atau anggotanya adalah wanita dan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan atau dikembangkan berdasar pada kebutuhan dan persoalan

perempuan.

Berdasarkan jenis koperasi, dibagi dalam 5 (lima)

1. Koperasi konsumsi

2. Koperasi kredit (koperasi simpan pinjam)

3. Koperasi produksi

4. Koperasi jasa

5. Koperasi serba usaha

(3) Koperasi aktif dan Koperasi tidak aktif;

Koperasi dimana kepengurusan, keanggotaan maupun kegiatannya berjalan

secara rutin.

1. Melaksanakan RAT 3 tahun berturut-turut.

2. Melayani kebutuhan anggota sesuai jenis koperasi (penyediaan modal untuk

anggota, penyediaan bahan baku produksi, kebutuhan harian, dll).

(4) Jenis Koperasi: berdasarkan kondisi emperis di Indonesia,jenis koperasi di

kelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu:

1. Koperasi Produsen adalah koperasi yang anggotanya para produsen

barang/jasa.Contoh koperasi susu.

2. Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya konsumen akhir atau

pemakai barang /jasa. Contoh koperasi waserda.

3. Koperasi jasa adalah koperasi yang anggotanya pemakai jasa yang diberikan

oleh koperasi; dan

4. Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menyelenggarakan berbagai

kegiatan usaha.

Page 17: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

10

(5) Koperasi Primer adalah koperasi yang anggotanya orang-orang yang memiliki

kesamaan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usaha yang langsung

melayani langsung para anggotanya.

(6) Koperasi Sekunder adalah yang beranggotkan badan-badan hukum koperasi

karena kesamaan kepentingan ekonomi mereka berfederasi (bergabung) untuk

tujuan efisiensi dan kelayakan ekonomi dalam rangka melayani para

anggotanya.

(7) Volume usaha adalah total nilai penjualan/pendapatan barang dan jasa pada

tahun buku yang bersangkutan.

(8) Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu

tahun buku dikurangi dengan biaya,penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk

pajak dalam tahun buku bersangkutan.

(9) Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

1. Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko (modal equity) atau

merupakan kumulatif dari simpanan pokok,simpanan wajib, dana cadangan

dan hibah.

2. Modal pinjaman adalah modal yang dipinjam koperasi berasal dari anggota,

koperasi lainnya, bank/lembaga, penerbitan obligasi/surat berharga dan

sumber-sumber lainnya.

(10) Kemitraan koperasi adalah kerjasama usaha koperasi dengan sesama koperasi

dan atau badan usaha lainnya:

1. Kemitraan horizontal adalah kerjasama usaha dalam jenjang wilayah kerja

yang sama.

2. Kemitraam vertikal adalah kerjasama usaha dalam jenjang wilayah kerja

yang lebih tinggi.

(11) Partisipasi anggota adalah keterlibatan anggota dalam kegiatan koperasi yang

dapat berbentuk:

1. melakukan transaksi dengan koperasi (membeli barang/jasa dari koperasi).

2. ikut serta dalam pengambilan keputusan (hadir dalam RAT).

3. ikut serta dalam pemupukan modal (simpanan pokok, wajib dan sukarela)

4. ikut serta dalam pengawasan; dan

5. ikut serta dalam menanggulangi risiko.

Page 18: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

11

(12) Aset koperasi adalah semua harta yang dimiliki secara sah oleh koperasi yang

terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap.

(13) Tenaga kerja koperasi adalah orang yang bekerja secara penuh waktu untuk

koperasi dan mendapatkan imbalan tetap berupa gaji atau honor.

(14) Pengurus koperasi terdiri dari ketua,sekertaris,bendahara dan pengawas yang

diangkat berdasarkan rapat anggota.

(15) Pendidikan Pengurus adalah latar belakang tingkat pendidikan formal yang

dimiliki oleh pengurus koperasi mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah

Lanjutan Pertama (SLP), Sekolah Lanjutan Atas (SLA) dan Perguruan Tinggi.

(16) Masalah Koperasi adalah disparitas antara kondisi yang diharapkan untuk

koperasi dengan kondisi yang nyata yang memberikan pengaruh negatif internal

maupun eksternal.

Page 19: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

12

IV. HASIL KAJIAN DAN ANALISIS

Hasil kajian dan analisis sesuai dengan tujuan dijelaskan sebagai berikut:

1. Profil Koperasi Wanita Secara Nasional Sebagaimana dijelaskan pada metodologi kajian ini maka profil Koperasi

Wanita secara nasional dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Profil Koperasi Wanita Secara Nasional No. Peubah Satuan Nilai 1. Jumlah Koperasi Wanita Unit 1.517 2. Jumlah Anggota Orang 220.740 Rata-rata per koperasi Orang 205

3. Jenis Usaha (1) Simpan Pinjam (2) Serba Usaha (3) Produksi (4) TAD

Unit % % % %

65 22 1 22

4. Penyelenggaraan RAT (1) Sudah (2) Belum (3) TAD

% %

54 5 41

5. Modal Koperasi (1) Modal sendiri (2) Belum

Rp. % %

831 51.24 48.76

6. Volume Usaha Rata-rata per koperasi

Rp. (Trilyun) Rp. (Juta)

1.401 1.856

7. Jumlah manajer (1) Tdk memiliki manajer (2) Memiliki

% %

70

23.95 8. Usia Kopwan

(1) Terbanyak (2) Sedikit

Tahun Tahun Tahun

1 sampai 24 8 14

9. Jumlah Karyawan (1) Perempuan (2) Laki-laki

Orang Orang Orang

1.774 253

10. Volume Usaha Rata-rata volume usaha

Rp. (Trilyun) Rp. (Ribu)

1.4001 1.856

11. SHU Rata-rata

Rp. (Milyar) Rp. (Juta)

118 172

12. Jumlah Kabupaten Kab/Kodya 15 Sumber: Dinas Propinsi (diolah)

(1). Jumlah Kopwan di Indonesia Hasil pendataan terhadap koperasi di 31 Propinsi di Indonesia

menunjukkan bahwa total jumlah Koperasi Wanita (Kopwan) per tanggal 26

Desember 2006 berjumlah 1.517 unit dijelaskan pada Tabel 1. menjelaskan

bahwa jumlah Kopwan terbanyak ada di Propinsi Jawa Timur yaitu 213 Kopwan.

Page 20: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

13

Jumlah Kopwan paling sedikit terdapat di Maluku Utara yaitu hanya 10 buah.

Dari sisi jumlah Kopwan di masing-masing propinsi menggambarkan adanya

kesenjangan antara jumlah Kopwan yang ada di Jawa dan luar Jawa. Untuk Jawa

secara umum menunjukkan jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan jumlah

Kopwan di propinsi-propinsi lain. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah

Kopwan di Jateng yaitu 96 Kopwan dan Jabar 191 Kopwan. Keadaan ini diduga

karena jumlah penduduk yang ada di Jawa lebih besar dibandingkan dengan

propinsi-propinsi lain sehingga kebutuhan terhadap keberadaan Kopwan juga jauh

lebih tinggi di Jawa dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainnya. Realitas

tersebut juga dapat dipengaruhi oleh faktor intensitas pembinaan dari lembaga

yang berkompeten untuk mendorong pembangunan koperasi di Jawa dibandingkan

dengan propinsi-propinsi lainnya.

(2). Jumlah Anggota Kopwan Indonesia

Total jumlah anggota koperasi di 31 Propinsi di Indonesia adalah: 220.740

orang. Rata-rata anggota per koperasi sebanyak 205 orang. Rincian

kecenderungan jumlah anggota Kopwan dalam dilihat dalam Gambar 3.1. berikut

ini:

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0%

20406080

100120140160180200220240260280300320340360380400420440460480

>480

Jumlah Ang

gota

Sumber: Data Primer

Gambar 1. Jumlah Anggota Koperasi Wanita Indonesia

Page 21: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

14

Dari Gambar 1. tersebut diketahui bahwa jumlah anggota Kopwan

terbesar antara 40 – 160 orang yaitu kurang lebih sekitar 71 persen. Terdapat

kecenderungan bahwa Kopwan yang berjumlah anggota besar (lebih di atas 180

anggota Kopwan) persentasenya kecil. Artinya jika skala Kopwan ditentukan

berdasarkan jumlah anggotanya maka jumlah Kopwan dengan skala yang besar

persentasenya kecil. Hal ini sesuai dengan keadaan lapangan bahwa jumlah

anggota Kopwan memang relatif sedikit dibanding dengan koperasi biasa. Namun

walaupun jumlahnya sedikit pelayanan koperasi terhadap anggota konsisten dan

berkelanjutan. Ini menunjukkan bahwa ukuran jumlah anggota yang besar bukan

merupakan indikator keberhasilan koperasi yang memadai. Dengan kata lain

jumlah Kopwan yang berhasil menjadi besar (dari sisi jumlah anggotanya) di

Indonesia jumlahnya masih kecil.

(3). Jenis Usaha Kopwan di Indonesia Hasil penelitian ini menunjukkan keragaman Kopwan dilihat dari sisi jenis

usaha yang digelutinya dijelaskan pada Gambar 2. berikut ini :

Jenis Usaha Koperasi

DK/NA8%

KONSUMSI4%

PRODUKSI1%

SERBA USAHA22%

Simpan Pinjam65%

Sumber: Data Primer

Gambar 2. Koperasi Wanita menurut Jenis Usaha

Page 22: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

15

Gambar 2. di atas menunjukkan bahwa dari total jumlah Kopwan yang ada,

jenis usaha Kopwan yang terbanyak atau dominan adalah jenis kegiatan simpan

pinjam sebanyak 65 persen, serba usaha 22 persen dan konsumsi 4 persen,

produksi 1 persen dan 8 persen usaha lainnya tidak memberikan data. Pengamatan

lapang menunjukkan bahwa pada umumnya Kopwan mengawali kegiatannya

dengan unit simpan pinjam. Kemudian mengembangkan usahanya ke serba usaha

dengan berbagai kegiatan seperti : pengadaan berbagai kebutuhan pokok dalam

waserda, usaha produksi (misalnya batik) dan kredit konsumsi (kredit yang lebih

khusus untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, kebutuhan anak sekolah,

sakit), kegiatan jasa (pendidikan; pendirian TK/Taman Kanak-Kanak).

Kecenderungan jenis usaha tersebut menunjukkan tidak saja jenis usaha simpan

pinjam secara ekonomi menguntungkan tetapi juga sekaligus menggambarkan

kebutuhan riil dari sebagian besar perempuan anggota koperasi.

Niat pemerintah untuk mengembangkan dan memperkuat Kopwan melalui

usaha simpan pinjam sangat tepat dalam rangka mengerakkan ekonomi di tingkat

paling bawah. Namun niat itu harus betul-betul diwujudkan dan mengikuti

perkembangan Kopwan. Karena keberhasilan tidak boleh mendadak jika Kopwan

selama ini tumbuh secara alami dan tahan terpaan krisis. Pemerintah juga harus

mengikuti dengan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan

yang lebih berakar dan kuat.

(4). Penyelenggaraan RAT Kopwan di Indonesia Penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dalam penelitian ini

merupakan salah satu indikator status aktif tidaknya Koperasi Wanita. Temuan

menunjukkan bahwa hanya 54 persen Kopwan melaksanakan RAT secara teratur,

5 persen belum dan sebanyak 41 persen tidak diketahui apakah Kopwan

bersangkutan melaksanakan atau tidak.

Page 23: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

16

Sudah menyelenggarakan RAT

DK/NA41%

Sudah54%

Belum5%

Sumber: Data Primer

Gambar 3. Persentasi Jumlah Kopwan Melaksanakan RAT

Penyebab masih banyaknya Kopwan belum melaksanakan RAT, hasil

temuan lapangan menunjukkan bahwa masih banyak Kopwan belum mampu

melaksanakan RAT karena skala usahanya masih kecil. Sebagaimana diketahui

penyelenggaraan RAT membutuhkan biaya yang cukup besar. Namun sebagian

Kopwan juga kurang disiplin untuk mentaati aturan RAT tersebut. RAT

merupakan petunjuk berjalannya roda organisasi itulah sebabnya indikator ini

menjadi status keaktifan koperasi sebagaimana halnya koperasi lain. Bagi yang

belum melaksankan RAT perlu di ketahui dan dibina agar melakukan RAT.

(5). Modal Kopwan di Indonesia Secara umum, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal luar.

Berdasarkan hasil pendataan ini memperlihatkan bahwa total modal Kopwan di 31

propinsi berjumlah Rp. 831 milyar (modal sendiri dan modal luar). Jumlah tersebut

terdiri dari total modal sendiri berjumlah Rp. 426.056.204.000,- atau (51,24

persen). Dan total modal luar berjumlah Rp 405.507.288.000,- atau sebesar

(48,76 persen), (lihat Gambar 4. dan Gambar 5.)

Struktur permodalan Kopwan yang ada saat ini menunjukkan kondisi yang

cukup baik karena perbandingan modal sendiri masih relatif lebih besar

dibandingkan dengan modal luar, meskipun persentase perbedaannya kecil. Hal

ini menunjukkan dalam pengelolaan modal Kopwan cukup baik karena perempuan

Page 24: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

17

memiliki unsur kehati-hatian. Data per propinsi menunjukkan bahwa jumlah

modal sendiri terbesar terdapat di Kopwan Kartika Chandra (Jawa Timur) yaitu

sebesar Rp 20.448.731.000,- sementara modal sendiri terkecil terdapat di Kopwan

PKK Mekar Ayu, Aceh Tengah yang jumlahnya hanya mencapai Rp. 108.000,-.

Kecilnya jumlah modal di Propinsi NAD bahwa Kopwan di Aceh baru berusia 2,4

tahun. Diduga Kopwan ini baru berdiri pasca tsunami sehingga pemupukan modal

yang dimiliki masih sangat kecil karena kemampuan ekonomi anggota Kopwannya

masih belum kuat.

Informasi lain yang dapat menjelaskan jumlah modal yang saat ini dimiliki

Kopwan ternyata relatif kecil dan berputar sangat lambat. Mengapa demikian?

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa variasi simpanan pokok dan

simpanan wajib pada Kopwan jumlahnya rendah. Dari hasil penelitian kualitatif

ditemukan bahwa variasi simpanan pokok Kopwan secara rata-rata rendah berkisar

Rp 1.000,- s/d Rp 20.000,-. Pada Kopwan yang besar seperti di Jawa Timur, DKI

dan Ambon Maluku ada yang jumlah simpanan pokoknya relatif besar berkisar

antara Rp 500.000,- s/d Rp. 1 juta.

Sementara untuk posisi modal luar terbesar dimiliki oleh Koperasi Teratai,

yang terletak di Propinsi Sulawesi Selatan yang berjumlah Rp. 4.460 milyar.

Sedangkan jumlah modal luar terkecil dimiliki oleh Koperasi Mawar, Bondowoso

(Jatim) yaitu sebesar Rp. 192.000,-. Pada umumnya sumber modal luar diperoleh

dari bank, dana bergulir (bantuan pemerintah) diantaranya dari program

agribisnis dan dana subsidi BBM. Detail gambaran tentang modal sendiri dan

modal luar dapat dilihat pada Gambar 4. dan Gambar 5. berikut ini :

Page 25: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

18

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0%

102030405060708090

100110120130140150160170180190200210220230240250260270280

>280

Mod

al S

endi

ri (j

utaa

n)

Sumber: Data Primer

Gambar 4. Persentasi Modal Sendiri

Page 26: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

19

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% 35.0%

5101520253035404550556065707580859095

100105110115120125130135140

>140

Mod

al L

uar (

juta

an)

Sumber: Data Primer

Gambar 5. Persentasi Modal Luar

(6). Volume Usaha Kopwan di Indonesia Hasil penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai besar volume

usaha dari Kopwan di Indonesia. Detail gambaran mengenai besaran volume usaha

dapat dilihat pada Gambar 6. berikut:

Page 27: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

20

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0%

20406080

100120140160180200220240260280300320340360380400420440460480500520540560

>560

Volum

e Usa

ha (j

utaa

n)

Sumber: Data Primer

Gambar 6. Persentasi Volume Usaha

Total volume usaha dari seluruh Kopwan di 31 propinsi sebesar Rp 1.401

trilyun. Volume usaha rata-rata per koperasi Rp 1,856 juta. Gambar 6 di atas

menunjukkan bahwa persentase tertinggi (kurang lebih 21 persen) adalah Kopwan

dengan besaran volume usaha Rp. 20 juta, Rp. 40 juta (sekitar 14 persen) dan

volume usaha lebih dari Rp. 560 jutaan sebesar (12 persen). Sementara persentase

volume usaha Kopwan lainnya sangat variatif berkisar antara Rp. 60 jutaan-Rp.

560 jutaan. Dengan gambaran besaran volume usaha yang dimiliki Kopwan

tersebut maka Kopwan sebagian besar dapat digolongkan adalah pengusaha

mikro

Hasil penelitian di lapangan memperlihatkan bahwa volume usaha

terbesar ada di Kopwan Kartika Chandra – Jatim sebesar Rp. 110 milyar.

Sementara volume usaha terkecil dimiliki oleh Kopwan Mawar – Jabar, sebesar

Rp. 208 ribu.

Kopwan dengan volume usaha terkecil ada pada Kopwan beranggotakan

25 orang dengan usia koperasi 7,7 tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa

Page 28: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

21

sebagian besar Kopwan tergolong pengusaha mikro. Hal ini sekaligus

menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan yang mendasar yang dimiliki

Kopwan dalam pengelolaan usaha sehingga dengan jumlah usia koperasi yang

relatif tidak muda namun volume usaha yang dimilikinya masih sangat kecil.

(7). Sisa Hasil Usaha (SHU) Kopwan di Indonesia Salah satu indikator keberhasilan dari sebuah koperasi dapat dilihat dari

besaran SHU-nya. Besaran SHU tidak saja menunjukkan aktivitas koperasi,

partisipasi dan kontribusi anggota koperasi terhadap kegiatan koperasi tetapi juga

keuntungan koperasi yang dapat dibagikan dan dinikmati anggota Kopwan. Total

SHU KKopwan yang ada di 31 propinsi sebesar Rp. 118 milyar dengan rata-rata

SHU per koperasi sebesar Rp. 172 juta atau kira-kira 11 persen. Gambaran detail

mengenai besaran SHU Kopwan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.7.

berikut ini :

Page 29: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

22

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% 35.0%

2468

101214161820222426283032343638404244464850525456

>56

SHU

(jut

aan)

Sumber: Data Primer

Gambar 7. Persentasi Jumlah SHU

Berdasarkan Gambar 7. di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar

Kopwan (33 persen) memiliki SHU sebanyak Rp. 2 juta, 15 persen memiliki

SHU sebesar Rp. 4 juta, 6 persen Rp. 11 juta. Sisanya tesebar dan bervariasi

antara Rp. 8 juta sampai dengan Rp. 56 juta.

Jika dilihat prosentase terbesar SHU Kopwan yang hanya berkisar antara

Rp. 2-6 juta menunjukkan bahwa nilai SHU Kopwan masih sangat kecil. Artinya

bahwa nilai balik yang dapat dinikmati oleh anggota Kopwan juga relatif masih

rendah. Hasil studi kualitatif memperlihatkan ada kecenderungan jumlah SHU

yang rendah disebabkan karena sebagian besar kegiatan koperasi khususnya

simpan pinjam belum dikelola secara professional dengan orientasi keuntungan

ekonomi yang tinggi bagi Kopwan dan anggotanya. Sebagian besar kegiatan

simpan pinjam menetapkan tingkat suku bunga yang lebih rendah dibandingkan

dengan institusi kredit lain yang ada; perbankan maupun non-perbankan. Dalam

Page 30: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

23

konteks ini kecenderungan pengurus Kopwan berpandangan bahwa koperasi harus

lebih dapat memberikan keuntungan kepada anggota yang membutuhkan

dibandingkan dengan mengakumulasi keuntungan dalam jumlah yang besar dan

dalam waktu yang cepat. Hal ini terbukti dari hasil studi kualitatif yang

menunjukkan bahwa pada sebagian besar studi kasus yang diambil menunjukkan

kecenderungan kegiatan Kopwan, lebih berorientasi pada kegiatan-kegiatan social.

Seperti pemberian bunga rendah pada anggota Kopwan yang melahirkan, bunga

nol persen untuk anggota yang mengalami musibah seperti kematian. Menurut

hasil konfirmasi dari anggota Kopwan menunjukkan bahwa usaha seperti ini

merupakan kebutuhan riil anggota Kopwan dan kebijakan yang ditetapkan

demikian dianggap sangat membantu kepada kebutuhan riil perempuan.

(8). Umur Kopwan di Indonesia Hasil penelitian lain yang menarik adalah gambaran tentang rentang umur

Kopwan yang ada di Indonesia. Detail rentang umur Kopwan di Indonesia dapat

dilihat pada Gambar 8. berikut ini:

Page 31: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

24

0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 12.0% 14.0% 16.0%

123456789

101112131415161718192021222324

>24

Um

ur K

oper

ase

(tahu

n)

Sumber: Data Primer

Gambar 8 . Persentasi Usia Koperasi Wanita

Gambar 8. di atas memperlihatkan bahwa usia Kopwan antara 1 sampai 24

tahun. Jumlah Kopwan yang berusia 24 tahun sebanyak 9 persen. Diantara

rentang usia itu jumlah Kopwan terbanyak berusia 8 tahun dan jumlah Kopwan

terkecil terdapat pada usia 14 tahun. Jika dikelompokkan maka sebagian besar

Kopwan yang ada sekarang berusia antara 1 sampai 12 tahun. Artinya Kopwan

yang ada sekarang masih relatif muda. Pada usia antara 13 sampai 23 tahun jumlah

Kopwan relatif kecil. Kemudian tahun 1982 sampai sekarang terjadi pertumbuhan

Kopwan yang cukup tinggi. Kondisi ini merupakan siklus kehidupan Kopwan

yang bergelombang kecil tapi stabil.

Siklus ini menimbulkan pertanyaan yang perlu dicermati antara lain : (1).

Apakah usia 14 tahun merupakan titik rawan bagi Kopwan dimana tidak banyak

Kopwan yang mampu bertahan pada usia tersebut? atau (2) pada tahun tersebut

hanya sedikit Koperasi Wanita yang tumbuh. Jika kondisinya demikian maka hal

Page 32: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

25

ini menjadi catatan khusus bagi pemerintah maupun lembaga-lembaga lain yang

memiliki concern pada perkembangan Kopwan di Indonesia. Dalam konteks

tersebut mungkin dibutuhkan upaya pendampingan secara khusus pada usia-usia

Kopwan tertentu.

(9). Jumlah Manager Kopwan di Indonesia

Temuan lain dari penelitian ini mengenai keberadaan manager di Kopwan.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 70 persen lebih Kopwan

tidak memiliki manager, sementara 23,95 persen memiliki 1 (satu) orang manajer

dan 1,9 persen memiliki 2 orang manajer. Dengan kata lain hanya 334 Kopwan

dari total Kopwan yang berjumlah 1496 yang memiliki manajer. Dari gambaran

tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar Kopwan saat ini tidak atau belum

memiliki manager yang direkrut secara khusus. Namun bukan berarti bahwa

Kopwan yang ada di Indonesia tidak menjalankan satu manajemen tertentu.

Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa manajemen Kopwan saat

ini umumnya dijalankan oleh pengurus baik secara full time maupun part time.

Manajemen Kopwan saat ini dijalankan melalui jam kerja pengurus dan sebagian

anggota (khususnya ketua kelompok pada koperasi yang mengembangkan strategi

kelompok). Sejauh ini dengan mekanisme yang dikembangkan manajemen

koperasi (khususnya pada Kopwan yang dijadikan studi kasus) dapat berjalan

dengan baik.

Keberadaan manajer yang direkrut secara khusus umumnya ada pada

koperasi yang skala usaha dan anggotanya cukup besar. Berdasarkan hasil

penelitian kualitatif menunjukkan bahwa manajer pada sebuah koperasi yang

sudah mapan diorientasikan untuk mengembangkan unit-unit usaha lain atau

intensifikasi produk agar berjalan lebih professional dan menguntungkan.

Gambaran tentang persentase Kopwan dan jumlah menajer dapat dilihat pada

Gambar 9. berikut ini:

Page 33: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

26

34.4%

23.9%

38.3%

0.5%

1.7%

0.7%

0.2%

0.2%

0.0%

0.0%

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0%

0

1

2

3

>3Ju

mla

h M

anag

erPerempuan

Laki-laki

Sumber: Data Primer

Gambar 9. Jumlah Manajer Koperasi Wanita

(10). Jumlah Karyawan Kopwan di Indonesia Gambaran jumlah karyawan perempuan dan laki-laki yang terserap di

Kopwan secara detail dapat dilihat di Gambar 10. berikut ini:

Page 34: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

27

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

>12

Jum

lah

Kar

yawan

PerempuanLaki-laki

Sumber: Data Primer

Gambar 10 : Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelaminr

Berdasarkan Gambar 10. di atas menunjukkan beberapa temuan yang

menarik. Pertama, jumlah total tenaga kerja/karyawan yang bekerja di Kopwan

sebanyak 1.760 orang. Artinya Kopwan memiliki peranan tidak saja memberikan

keuntungan kepada anggotanya tetapi juga dalam hal penyerapan tenaga kerja.

Kedua, meskipun statusnya sebagai Kopwan, namun tenaga kerja/karyawan yang

bekerja di Kopwan juga menyerap tenaga kerja/karyawan laki-laki. Perbandingan

jumlah karyawan perempuan sebesar 1.576 karyawan atau 89,5 persen, sementara

jumlah total karyawan laki-laki yaitu 184 orang atau sebesar 10 persen. Dukungan

dari studi kualitiatif menunjukkan bahwa pada umumnya tenaga kerja/karyawan

laki-laki dipekerjakan sebagai petugas lapangan atau debt collector. Sementara

tenaga kerja/karyawan perempuan sebagian besar bekerja di bagian administrasi

pembukuan atau keuangan. Pada umumnya karyawan memperoleh pendapatan

yang cukup bervariasi berkisar antara Rp. 400.000 – Rp. 700.000.-

Page 35: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

28

Hasil penelitian kualitatif juga menunjukkan bahwa selain menyerap

tenaga kerja/karyawan tetap, Kopwan juga mempekerjakan petugas/karyawan

tidak tetap. Mereka biasanya difungsikan sebagai petugas lapangan part

time/pendamping. Pada beberapa koperasi tenaga kerja/karyawan tidak tetap

memperoleh uang transport pada saat melakukan kunjungan ke per kelompok (Rp

40.000–Rp 75.000) per kali datang/kelompok. Sayangnya, tidak ada data yang

sistematis yang menunjukkan jumlah tenaga kerja/karyawan tidak tetap. Dari hasil

pengamatan selama studi kualitaitf memperlihatkan kecenderungan bahwa jumlah

tenaga kerja/karyawan tidak tetap lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga

kerja/karyawan tetap. Artinya bahwa keberadaan Kopwan cukup berarti dalam hal

penyerapan tenaga kerja khususnya tenaga kerja/karyawan lokal.

(11). Gambaran Tentang Keuangan Kopwan di Indonesia

Secara kuantitatif, penelitian ini juga berusaha untuk mengolah data yang

berkaitan dengan keuangan koperasi yang terdiri dari rentabilitas, solvabilitas dan

likuiditas. Data tersebut merupakan hasil dari cross beberapa variabel. Sayangnya

dari yang terkumpul, hanya data mengenai rentabilitas yang dapat dikeluarkan.

Data yang dihasilkanpun nampaknya tidak dapat menggambarkan kondisi riil

yang sebenarnya karena kondisi beberapa data yang tidak baik. Ada banyak

kekosongan data (yang tidak diisi oleh koperasi maupun dinas koperasi di tingkat

Propinsi dan Kabupaten) yang tidak memungkinkannya data mengenai solvabilitas

dan likuiditas untuk dapat ditampilkan. Data rentabilitas yang berhasil diolah dapat

dilihat pada Gambar 11. di bawah ini :

Page 36: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

29

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% 35.0%

510152025303540455055606570758085

>85

Ren

tabi

litas

Sumber: Data Primer

Gambar 11. Persentasi Rentabilitas Kopwan

Rentabilitas idealnya dapat menunjukkan kemampuan Kopwan untuk dapat

menghasilkan keuntungan. Berdasarkan gambar di atas, bahwa sebagian besar

Kopwan menunjukkan rentabilitas sebesar 5-10 persen (60%). Hal tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan Kopwan untuk dapat menghasilkan keuntungan

masih sangat rendah. Kondisi Kopwan yang ada saat ini cenderung berjalan

namun tidak memberikan akumulasi keuntungan yang besar bagi Kopwan. Dalam

jangka panjang hal ini penting menjadi perhatian, tidak saja secara internal untuk

Kopwan tetapi juga untuk pembina koperasi dan lembaga yang berkompeten

membinanya. Perlu dilakukan pelatihan-pelatihan pengembangan usaha sehingga

kemampuan Kopwan untuk mengembangkan usaha dapat ditingkatkan dari

kondisi saat ini.

Page 37: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

30

Lampiran 1

Tabel 1 Jumlah Koperasi Wanita di Indonesia

No Propinsi Jumlah 1 Aceh 94 2 Ambon 10 3 Bali 17 4 Bangka Belitung 21 5 Banten 25 6 Bengkulu 39 7 DKI Jaya 49 8 Gorontalo 20 9 Jambi 46 10 Jawa Barat 195 11 Jawa Tengah 96 12 Jawa Timur 213 13 Kalimantan Barat 20 14 Kalimantan Selatan 46 15 Kalimantan Tengah 22 16 Kalimantan Timur 42 17 Lampung 60 18 Maluku Utara 8 19 NTB 57 20 NTT 30 21 Papua 36 22 Riau 63 23 Sulawesi Barat 8 24 Sulawesi Selatan 38 25 Sulawesi Tengah 31 26 Sulawesi Tenggara 11 27 Sulawesi Utara 58 28 Sumatera Barat 40 29 Sumatera Selatan 50 30 Sumatera Utara 45 31 Yogyakarta 28

Total 1.517 Data primer per 26 Desember 2006

Page 38: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

30

2. Profil Koperasi Wanita (Kasus) Pada bagian ini dijelaskan 6 koperasi yang menjadi responden dan sebagai

profil/model bagi koperasi wanita dalam menumbuhkan dan mengembangkan koperasi wanita.

PROFIL KOPERASI INDUSTRI KERAJINAN (KOPINKRA)

SULAMAN DAN KONVEKSI

Berdiri Tahun 1985

Badan Hukum : N0.1702/XVII Tgl 2-1-1988

Alamat: Jln. Panorama No 9 Bukittinggi

Sumatera Barat

Telp. 0752-22976

Koperasi Industri Kerajinan (Kopinkra) Sulaman dan Konveksi berdiri pada tahun

1985 atas inisiatif para pengusaha/pengrajin bordir, sulaman dan konveksi yang ada di

Bukittinggi. Pada Tahun 1986 diadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) pertama dan

memperoleh Badan Hukum pada tahun 1988. RAT dilaksanakan setiap tahun dan pada tahun

buku 2005 telah memasuki RAT yang ke 20.

Perkembangan Kopinkra sejak berdiri sampai saat ini banyak mengalami pasang naik

dan surut. Usaha yang dijalankan pada mulanya adalah unit simpan pinajam, unit pertokoan

untuk penyaluran bahan baku kepada anggota dan unit produksi. Sampai tahun 1997 semua

unit usaha tersebut berkembang dengan baik. Pada periode tersebut atas kerja keras

pengurus dan anggota nama Kopinkra telah mampu terangkat ke permukaan sampai ke

tingkat nasional antara lain: (1) temu wicara dengan Bpk. Presiden, (2) Mandapat Bantuan

donasi dari berbagai pihak sampai berjumlah Rp 26.555.000, yang antara lain berasal dari

Bpk. Menteri Koperasi, Bpk. Gubernur Sumatera Barat, Bpk. Ketua Pengendalian Mutu

Nasional, (3) Unit produksi Kopinkra pernah mendapat kuota ekspor ke Kanada bekerjasama

dengan PT Maimun Bali, (4) Mendapat pinjaman lunak dari Bank Bukopin sebesar Rp.

200.000.000, (5) Mendapat pinjaman KKPA dari Bank Indonesia sebesar Rp. 400.000.000, (6)

Membuka Toko di Seremban Malaysia.

Pada Tahun 1977 terjadi kebakaran di Pasar Atas Bukittinggi yang ikut

menghanguskan unit perkotaan Kopinkra dan beberapa unit pertokoan anggota. Dan

melumpuhkan ekonomi anggota Tahun 1977-1999 adalah masa berbenah diri kembali bagi

Page 39: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

31

Kopinkra. Atas kesediaan anggota yang tetap mau dan berupaya membayar hutangnya,

pelan-pelan Kopinra bangkit kembali walupun usaha Koperasi hanya usaha simpan pinjam,

tapi usaha inilah yang dibutuhkan anggota dan sampai sekarang keadaan koperasi mulai

membaik dan berkembang cukup pesat. Hal ini tidak terlepas dari kerja keras, kebersamaan,

kedisiplinan semua unsur yang ada dalam Kopinkra yakni pengurus, pengawas, anggota dan

karyawan.

Pengelolaan Kelembagaan Jumlah anggota per Oktober 2006 sebanyak 143 orang terdiri dari para pengusaha/

pengrajin bordir, sulaman dan konveksi. Perkembangan jumlah anggota dari tahun 1987

sampai tahun 2006 sebesar 17 % rata-rata per tahun hanya 1,7%. Jumlah Kepengurusan 8

orang terdiri dari Pengurus 5 orang dan 3 orang pengawas. Pengurus meliputi Ketua, Wakil

ketua, sekertaris, wakil sekertaris dan Bendahara sedangkan pengawas terdiri dari satu orang

ketua dan 3 orang karyawan. Kekhususan Koperasi ini terletak pada jumlah karyawan hanya

satu orang. Mengapa hanya satu orang karena Pengurus dan Pengawas sama-sama bekerja

secara bergotong royong. Pelaksanaan manajemen pembukuan organisasi dan keuangan

secara harian dilaksanakan oleh karyawan dengan kontrol oleh Pengurus dan Pengawas.

Pengelolaan Usaha Kegiatan usaha dikelola KSP ini adalah Usaha Simpan Pinjam (USP). USP ini

dikelola per sub unit menurut sumber permodalan sebagai berikut: (1) USP yang berasal dari

koperasi (anggota) kegiatannya diselenggarakan setiap tanggal 21 setiap bulan. Semua

anggota telah memanfaatkan dana ini dengan jumlah maksimal pinjaman kepada anggota

sebesar Rp. 35.000.000,- (tiga kali jumlah simpanan yang dipinjam). Sampai tahun 2005

koperasi ini telah merealisasi pinjaman sebesar Rp. 3.392.000.000,- kepada 162 orang, (2)

USP berasal dari dana bergulir BBM, kegiatannya diselenggarakan tanggal 9 setiap bulan.

Realisasi pinjaman ini kepada 72 orang dengan jumlah Rp. 348.000.000.- Karena dana ini

bernama dana bergulir maka sistem penyalurannya dilakukan secara bergulir yaitu : tahap

pertama disalurkan kepada anggota yang meminta (membutuhkan) pinjaman, kemudian

setelah pinjaman pertama diterima pokok dan bunga maka pinjaman berikutnya dicairkan

kepada peminjam berikutnya, demikian sistem penyaluran dana bergulir di KSP ini (3) USP

yang berasal dari dana bergulit ABT APBD TK I Sumatera Barat, kegiatannya

diselenggarakan tanggal 9 setiap bulan. Realisasi kredit kepada 17 orang anggota dengan

jumlah Rp. 85.000.000.-. Laba usaha dari tiga kegiatan tersebut sebesar Rp. 157.705.196.-

Jumlah dana yang dibagikan kepada anggota pada tahun 2005, sebesar Rp.135.170.000.-

Page 40: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

32

dengan perincian (1) bagian anggota berdasarkan simpanan sebesar 25 %, (2) bagian anggota

berdasarkan jasa sebesar 25 %, (3) dana pengurus 10 %, (4) kesejahteraan karyawan 5 %, (5)

dana pendidikan 2,5 %, (5) dana sosial sebesar 2,5 %.

Pelayanan simpan pinjam pada Kopinkra ini dilaksanakan sebagai berikut: (1)

pelayanan dilaksanakan setiap tanggal 1 dan tanggal 21 setiap bulan, (2) setiap pertemuan

dibuka mulai jam 9 sampai jam 15 WIB, (3) ketentuan pemberian pinjaman kepada anggota

adalah sebagai berikut (a) pinjaman diberikan sebesar 3 kali jumlah simpanan. Dalam hal ini

tidak semua anggota diberi 3 kali simpanan dilihat kondite anggota. Kondite anggota dilihat

dari dari pembayaran kewajiban tepat waktu, pembayaran kewajiban lalai dan harus ditelepon

lebih dahulu dan pembayaran tidak pada waktunya dan pernah menunggak, (b) maksimal

pinjaman sebesar Rp. 40.000.000.- (empat puluh juta rupiah) tidak semua anggota dapat

walaupun simpanan mencukupi (realisasi pinjaman tergantung keputusan Pengurus), (c) jasa

pinjaman dipungut 0,5% tiap bulan dan dibayar dimuka sekaligus untuk jangka waktu

pinjaman, (d) jangka waktu pengembalian pinjaman minimal 10 bulan, (e) setiap pinjaman

dikenakan biaya administrasi 1% dari jumlah pinjaman, (f) tunggakkan pembayaran pinjaman

dikenakan denda sebesar 5% pokok pinjaman setiap bulan pinjaman.

Dampak Koperasi terhadap Anggota dan Lingkungan

Sejak koperasi ini menangani usaha simpan pinjam, dampak usaha simpan pinjam

bagi anggota sangat nyata antara lain (1) anggota dapat mengembangkan usaha melalui modal

yang diterima dari koperasi, (2) anggota dapat menyekolahkan anak –anak nya sampai ke

Perguruan Tinggi bahkan sekarang ada beberapa keluaga yang anaknya telah lulus dan

mereka sudah bekerja, (3) pengusaha berkembang dari usaha keliling menjadi pengusaha

yang mempunyai toko bahkan ada yang sudah kerjasama dengan pasar Tanah Abang di

Jakarta.

Kerjasama Dengan Pihak Lain Sebagaimana disebut diatas kopinkra ini bekerjasama dengan anggota dan pihak

ketiga seperti dengan (1) Pemerintah setempat dengan Bpk. Gubernur Sumatera Barat, (2)

Pengendalian Mutu Nasional, (3) dengan Kanada bekerjasama dengan PT Maimun Bali

melaksanakan ekspor, (4) mendapat pinjaman lunak dari Bank Bukopin, (5) mendapat

pinjaman KKPA dari Bank Indonesia dan (6) membuka Toko di Seremban Malaysia.

Page 41: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

33

KOPERASI KESEJAHTERAAN KAUM IBU (KT3I)

JAKARTA PUSAT Berdiri : Tgl 22 Desember 1950

BH :134/BH/PAD/KWK.9/VIII/1995

Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat

Koperasi kesejahteraan kaum ibu telah mengalami pasang surut sejak berdiri tahun

1929. Koperasi ini dibentuk oleh ibu-ibu kelompok masak dan arisan kemudian Kopwan ini

berkembang menjadi kelompok simpan pinjam dengan nama (Credit Cooperative Kaum Ibu

Bendungan Jago). Kemudian pada tanggal 22 Desember bertepatan pada hari ibu atas

inisiatif pengurus dibentuk kepengurusan baru. Kepengurusan yang baru terdiri dari 7 orang

semuanya perempuan . Sturktur pengurus terdiri dari Ketua I, Ketua II, Sekertaris, Bendahara,

dan Badan Pengawas. Kemudian tahun 1954 karena alasan-alasan tertentu CCKIB berubah

dengan Koperasi, Kredit Kaum Ibu (KKKI). Pada tahun 1965 koperasi ini kembali

mengalami perubahan karena adanya kevakuman karena peristiwa G.30 S. Pada peristiwa ini

ada beberapa pengurus yang terlibat dalam kegiatan Gerwani sehingga pengurus hanya

tinggal 2 orang untuk meneruskan kegiatan perkoperasian. Kedua pengurus ini membentuk

kepengurusan baru yang bebas dari Gerwani. Kepengurusan baru dengan anggota baru

yang diseleksi secara ketat merubah anggaran dasar terakhir dengan nomor 979/12/67.

Tahun 1982 koperasi berubah lagi menjadi Koperasi Kesejahteraan Kaum Ibu (K3I) dengan

BH seperti pada box tulisan ini.

Pengelolaan Organisasi Struktur organisasi kepengurusan dengan Badan Hukum terakhir terdiri dari 2 orang

penasehat, 4 orang pengurus (KetuaI, Ketua II, Sekertaris dan Bendahara). Badan Pengawas

tiga orang terdiri dari Ketua, Sekertaris dan Anggota. Jumlah anggota 892 orang

Pembinaan Anggota dilakukan melalui kelompok 892 anggota dikelompokkan kepada 22

kelompok. Anggota kelompok antara 20 sampai 45 orang Tugas ketua kelompok menarik

kewajiban simpanan wajib dan cicilan anggota. Untuk mendapatkan pinjaman diproses

melalui kelompok dan bisa langsung kepengurus. Ketua kelompok pada koperasi ini cukup

kuat perannya dalam membina anggota dan membesarkan. Ketua kelompok rata-rata berperan

sebagai voluntir karena mereka sangat mengabdi bagi koperasi. Pelaksanaan RAT mulai

Page 42: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

34

tahun 1982 dilaksanakan setiap tahun. Proses RAT dilakukan melalui kelompok kemudian

dilanjutkan ke rapat RAT paripurna.

Pengelolaan Usaha Usaha Koperasi wanita ini adalah usaha simpan pinjam dikelompokkan dalam dua

bentuk. Kelompok pertama adalah usaha simpan pinjam konsumtif dan kelompok kedua

usaha produktif. Usaha konsumtif adalah usaha yang diperuntukkan untuk kebutuhan

keluarga,pendidikan,kesehatan dan pembelian barang-barang konsuntif. Besarnya pinjaman

yang dapat dinikmati anggota adalah 1 kali besarnya kekayaan anggota di dalam koperasi.

Kekayaan anggota yang dimaksud disini adalah : simpanan pokok, wajib dan sukarela yang

disimpan anggota di dalam koperasi. Tingkat bunga yang dikenakan sebesar 1,5 % per bulan

menurun. Pinjaman ini dikembalikan selama 10 kali mencicil. Mekanisme penyetoran

cicilan dapat dilakukan melalui ketua kelompok atau langsung ke koperasi. Tidak ada jasa

tambahan yang diberikan anggota koperasi walupun harus menyetorkan cicilan melalui ketua

kelompok. Jika anggota menyelesaikan pinjaman tahap pertama dengan lancar tanpa

tunggakan maka selanjutnya anggota dapat meminjam sebesar 2 kali kekayaan yang dimiliki

di koperasi.

USP produktif adalah pinjaman anggota yang diperuntukkan bagi penambahan modal

usaha. Sumber dana untuk pinjaman berasal dari koperasi sendiri dan bantuan pemerintah

seperti bantuan dana subsidi BBM. Jasa administrasi sebesar 2 % flat. Ketentuan tersebut

disepakati dalam RAT. Jasa administrasi lebih besar dari jasa administrasi usaha konsumtif

karena asumsinya jika digunakan untuk usaha dana tersebut produktif dan menghasilkan

keuntungan. Pinjaman produktif dikembalikan 10 kali cicilan. Besarnya jasa adminsitrasi

yang ditetapkan pengurus dibawah bunga bank. Selain itu, pinjaman dana produktif dari

koperasi cepat dicairkan antara 1 sampai 2 hari dari usulan pinjaman dan tanpa agunan.

Besarnya pinjaman berkisar antara Rp.10 – Rp. 15 juta.

Sistem penyaluran danpengembalian pinjaman dalam koperasi in dilaksanakan denga

dua cara. Cara yang pertama dengan sistem konvensional dan sistem tanggung renteng.

Untuk kelompok yang sudah saling mengenal dan saling bersama mengadobsi cara sistem

tanggung renteng sedangkan bagi kelompok yang interaksinya kurang dan kekompakannya

kurang pada umumnya melaksanakan cara konvensional. Bagi kelompok yang menganut

sistem tanggung renteng pinjaman diberikan sama besar dan dicairkan serentak. Aturan

sistem tanggung renteng pada kelompok adalah jika salah satu diantara anggota kelompok

menunggak maka anggota yang ada dalam kelompok otomatis ikut bertangung jawab untuk

Page 43: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

35

menyelesaikan tunggakan tersebut. Sedangkan bagi kelompok konvensional peminjam bisa

individu dan yang bertanggung jawab adalah individu. Keuntungan sistem tanggung renteng

adalah membantu pengurus dalam tugas pengawasan dan memberikan tanggung jawab pada

kelompok. Keuntungan lain adalah anggota dalam kelompok bertanggung jawab penuh dalam

urusan pengembalian pinjaman.

Dampak Terhadap Anggota Lingkungan Koperasi wanita ini telah memberikan dampak posistif bagi anggota. Selain

memberikan kontribusi terhadap pengembangan modal, volume usaha juga berdampak

posistif bagi sumber daya manusia: baik pengurus, karyawan maupun anggotanya. Selain itu

koperasi wanita ini juga berdampak sebagai wadah pembelajaran dan lahirnya pemimpin non

formal dari koperasi ini.

PROFIL KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) KARTINI Berdiri tanggal 20 Februari Tahun 1982 Ketua : Ibu CR Sujunah Alamat : Jalan Kesehatan 107 Kaliurang Hargobinangun Pakem Kabupaten: Sleman, DI Yogyakarta

KSP KARTINI berdiri tanggal 20 Februari 1982 atau 22 tahun yang lalu, semula

bernama Koperasi Kredit Kartini dan baru dapat pengesahan badan hukum Nomor :

1741/BH/XI tanggal 26 Juli 1994, kemudian dalam perkembangannya telah dilakukan

perubahan Anggaran Dasar. Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan

Pengusaha Kecil Republik Indonesia Nomor : 180/BH/PAD/KWK/12/IV/1997 tanggal 30

April 1997 tentang pengesahan perubahan anggaran dasar koperasi kredit Kartini. Pada tahun

2004, koperasi kredit Kartini telah berubah nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam Kartini

disingkat KSP Kartini.

Proses terjadinya KSP Kartini pada tahun 1982 tidak terlepas dari peranan Foster

Parent Plan yang aktif melakukan kegiatan di kecamatan Pakem telah memberikan

pendidikan dasar koperasi. Kepada ibu-ibu PKK. Menindaklanjuti kegiatan tersebut, maka

disepakati oleh semua anggota PKK yang terdiri dari 115 orang ibu diketuai oleh ibu CR

Sujinah untuk membentuk satu wadah koperasi yang diberi nama koperasi kredit “KARTINI”.

Pada akhirnya menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) KARTINI. Sengaja dipilih nama

Page 44: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

36

KARTINI disamping nama tersebut adalah nama yang tidak asing lagi bagi orang Indonesia,

dibalik nama Kartini terkandung bahwa pada suatu saat lembaga koperasi yang pengurusnya

semuanya wanita ini akan menjadi wadah kaum perempuan yang mampu mengambil peranan

aktif dalam masyarakat luas dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Tujuan pembentukan

KSP ini adalah untuk dapat memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat yang pada akhirnya

diharapkan upaya pengentasan kemiskinan untuk menuju kesejahteraan lahir batin suatu saat

akan terwujud.

Keberadaan Kaliurang sebagai kawasan wisata ternyata dapat memberikan

keuntungan dan peluang bagi ibu-ibu, untuk melakukan upaya tersebut, berbagai usaha

dagang kecil-kecilan seperti bakul jadah tempe, bakul buah, warung, dan sebagainya banyak

diusahakan oleh mereka. Namun faktor permodalan menjadi hambatan yang sangat tidak

menguntungkan bagi usaha mereka, karena kebutuhan akan modal usaha mereka telah

dimanfaatkan oleh para pelepas uang yang banyak beroperasi untuk mengambil keuntungan

sampai 20% perbulan. Hal ini dapat terjadi karena di satu pihak belum ada lembaga keuangan

yang dapat melayani masyarakat dan di lain pihak sebagian besar masyarakat belum

mengetahui akan fungsi lembaga keuangan seperti bank. Akibatnya kerja keras ibu-ibu

menjadi percuma karena keuntungan yang didapat akan jatuh pada para rentenir, maka

dibentuklah sebuah wadah koperasi, yaitu koperasi KARTINI

Berangkat dari kenyataan ekonomi yang memprihatinkan tersebut, mendorong

pengurus perkumpulan wanita ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) berjuang

dengan kerja keras untuk menjadikan KSP Kartini menjadi Bank untuk melepaskan

masyarakat dari jepitan pelepas uang dan ternyata usaha tersebut telah dirasakan oleh anggota

dan masyarakat setempat saat ini. Ibu CR Sujinah yang tidak mengenal lelah dan selalu

konsisten membantu para ibu.

Keberadaan Kaliurang sebagai kawasan wisata ternyata juga dapat memberikan

keuntungan dan peluang bagi ibu-ibu, untuk melakukan upaya tersebut sehingga berbagai

usaha dagang kecil-kecilan seperti bakul jadah tempe, bakul buah, warung, dan sebagainya

banyak diusahakan oleh mereka. Tujuan pembentukan KSP Kartini sangat jelas yaitu

memperbaiki tingkat kehidupan anggota dan masyarakat yang pada akhirnya diharapkan

terjadi pengentasan kemiskinan untuk menuju kesejahteraan lahir batin para anngotanya

dapat terwujud.

Modal pertama untuk operasional koperasi dikumpulkan sebesar Rp 225.000 dengan

anggota 115 orang dan 8 orang pengurus yang semuanya wanita. Simpanan pokok ditetapkan

Rp. 1.000,-, simpanan wajib Rp. 200,- per bulan. Angka tersebut memang kecil tetapi itulah

Page 45: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

37

kemampuan sebagian besar anggota pada waktu itu. Namun, sejalan dengan meningkatnya

ekonomi masyarakat, maka simpanan wajib dan simpanan pokok sudah disesuaikan dengan

kemampuan anggota. Daerah pelayanan pada waktu itu masih dalam lingkup daerah

Kaliurang Selatan, Timur, dan Barat.

Setelah koperasi berumur 4 tahun, tahun 1986 KSP Kartini mulai membuat kantor

sederhana di atas tanah milik pemerintah desa, dan kini kantor tersebut sudah dilengkapi

dengan sarana dan prasarana yang cukup representative dan nyaman. Sarana perkantoran

meliputi bangunan kantor yang terletak di atas tanah seluas 400 m2.

Pengelolaan Kelembagaan Keberhasilan KSP Kartini terletak pada kemampuan Pengurus membuat perencanaan,

melaksanakan perencanaan dan mengendalikan secara konsisten dan loyal. Pengurus

membuat Panduan Kerja sebagai pedoman bagi Pengurus Dalam pedoman perencanaan telah

diatur fungsi dan tugas masing-masing, Pelaksanaan perencanaan disusun mengarah kepada

tujuan. Semua karyawan yang terdiri dari Manajer, dan Staf diarahkan bekerja mencapai

tujuan organisasi. Jumlah Kepengurusan sebanyak 4 orang (Ketua, wakil, Sekertaris dan

Bendahara) Pengawas 3 orang terdiri dari ketua, sekertaris dan anggota.

Pembinaan anggota dilakukan secara individu dan kelompok di pedusunan, RT/RW.

Jumlah kelompok sampai saat penelitian sebanyak 13 kelompok meliputi kelompok: bakul,

jasa, kerajinan, pelajar, pensiunan, petani, peternak, PNS, Pondok Wisata, rumah makan,

swasta, usaha lain dan warung. Materi pembinaan anggota meliputi : perkoperasian, hak dan

kewajiban anggota, kebijakan pelayanan dan materi sesuai dengan masalah yang dihadapi

anggota. Kekhususan KSP Kartini terletak pada pembinaan anggota selalu mengikuti

perkembangan usaha dan mengukuti kebutuhan anggota.

Kegiatan RAT ini diselenggarakan setiap tahun sebagai pertanggungjawaban pengurus

dan pengawas atas hasil kinerjanya kepada seluruh anggota. Penyelenggaraan RAT selalu

dilaksanakan tepat waktu dan berjalan lancar. Dlam pengambilan keputusan selalu

berpedoman pada anggaran dasar atau anggaran rumah tangga dan peraturan-peraturan yang

berlaku pada KSP Kartini, dengan tetap menjaga semangat kebersamaan dalam pengambilan

keputusan yang dilaksanakan asas musyawarah mufakat.

Anggota KSP Kartini sampai saat penelitian tercatat sebanyak 1.090 orang terdiri dari

perempuan sebanyak 686 orang dan laki-laki sebanyak 404 orang ditambah anggota penabung

sebanyak 525 orang. Anggota aktif mengikuti Rapat Anggota Tahunan (RAT) setiap tahun.

Page 46: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

38

Kinerja lain dari keberhasilan KSP Kartini dapat dilihat dari penilaian tingkat

kesehatan KSP Kartini oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sleman setiap tahun,

dinyatakan sehat, demikian juga hasil financial audit pada akuntan publik setiap tahun dengan

opini : unqualified opinion (wajar tanpa catatan).

Pengelolaan Usaha KSP Kartini Usaha KSP Kartini adalah usaha Simpan Pinjam. Usaha Simpan Pinjam di modifikasi

dalam beberapa bentuk. Sumber permodalan berasal dari : (1) Simpanan Saham, yaitu

simpanan pokok dan simpanan wajib yang akan mendapat deviden pada akhir tutup buku, (2)

Simpanan non Saham terdiri dari Sisuka, Sibuhar dan sijaka simpanan ini mendapat jasa

simpanan setiap akhir bulan, (3) Simuda (Simpanan Pemupukan modal) adalah simpanan

yang berasal dari 3-5% dari pinjaman khusus yang dicairkan, akan mendapat bunga pada

akhir tahun. Kemudian simpanan tersebut dipinjamkan kepada anggota dengan persyaratan

yang telah ditentukan.

Pertumbuhan usaha selama tiga tahun (2002-2004) ditunjukkan oleh pertumbuhan

indikator kinerja per tahun adalah (1) aset rata-rata 25,7 % , (2) Simpanan Saham rata-rata

27 %, (3) Simpanan Non Saham 18,57 %, (4) Pinjaman beredar 27 %, (5) Pendapatan rata-

rata 23,20 %, (6) SHU rata-rata 31,70 %, (7) Cadangan rata-rata 22,40 % dan pertumbuhan

anggota rata-rata 21,73 %.

Faktor Pendukung Faktor yang dominan pendukung keberhasilan operasional koperasi adalah

kepercayaan anggota kepada pengurus, yang dengan tekun, gigih, jujur mengembangkan

koperasi sehingga masyarakat disekitarnya tertarik menjadi anggota koperasi, sehingga faktor

ini selalu diupayakan agar terus lestari. Keberadaan koperasi melalui pelayanannya telah

memberikan manfaat kepada kemajuan dan perkembangan usaha anggota, khususnya melalui

usaha koperasi dalam memberikan pinjaman modal. Selain itu selama ini telah tercipta iklim

yang kondusif bagi usaha pengelolaan koperasi yang tercipta melalui team work pengelola,

baik pengurus dan pelaksana, yang senantiasa memiliki hubungan yang serasi, profesional,

dan menekankan kejujuran.

Dampak Koperasi Terhadap Anggota dan Lingkungan Koperasi Kartini sangat bermanfaat bagi anggota, jika selama ini anggota meminjam

dari pelepas uang setelah ada koperasi mereka dilayani oleh koperasi, selama koperasi

Page 47: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

39

Kartini eksis boleh dikatakan Koperasi ini berperan sebagai Bank di wilayahnya. Selain

melayani kebutuhan modal bagi anggota Kopwan juga berperan sebagai penyuluh usaha bagi

anggota. Sebelum ada koperasi wilayah ini dikenal sebagai basis penduduk miskin namun

dengan keberadaan Kopwan wajah kemiskinan sudah mulai terhapus. Dampak lain yang

dirasakan masyarakat antara lain jika ada hari besar Kopwan tampil sebagai sponsor

mengadakan perlombaan dan kegiatan-kegiatan sosial di daerah ini.

Kerjasama KSP KARTINI dengan Anggota dan Pihak Ketiga Dalam rangka untuk memperkuat permodalan dan kelembagaan KSP Kartini

mengadakan kerjasama dengan anggota sendiri dan dengan pihak ketiga yaitu lembaga

keuangan perbankan diantaranya adalah : Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Rakyat

Indonesia (BRI), Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin) dan Penanaman Nasional

Madani (PNM). Kerjasama dengan anggota sudah lama dilaksanakan, misalnya ketika

musibah gempa dan gunung Merapi, KSP Kartini kehabisan modal, untuk dipinjamkan

kepada anngota dan masyarakat. KSP Kartini menghubungi anggota yang memiliki dana

lebih untuk disimpan di KSP Kartini.

Fasilitas -FasiltasYang Pernah Diterima Dari Pemerintah Fasilitas yang diterima KSP Kartini untuk mendukung usaha diterima berupa : (1)

Dana hibah dari Menteri Negara Perumahan Rakyat sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima

ratus ribu rupiah) pada tahun 1985, (2) Dana bergulir BBM sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus

juta rupiah) pada akhir Desember tahun 2000, dan (3) Dana bergulir Agribisnis dari Kantor

Menteri Koperasi dan UKM Jakarta sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar) pada akhir

Desember 2003.

Page 48: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

40

PROFIL KOPERASI WANITA

SETIA BHAKTI WANITA SURABAYA JAWA TIMUR

Berdiri : Tanggal 30 Mei 1978

BH: 4362/bh/II/80

Alamat: : Jln Panglima Sudirman, Surabaya

Jawa Timur

Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita tumbuh dari kelompok arisan yang dimotivasi

oleh Ibu Syafril. Anggota pertama terdiri dari 35 orang, setiap bulan kelompok ini pindah dari

satu rumah ke rumah yang lain seperti arisan biasa. Nilai arisan pertama kali sebesar Rp.

2.000. Pada tahun 1975 kelompok ini telah melaksanakan usaha simpan pinjam dan telah

memupuk modal melalui usaha simpan pinjam, pada saat ini anggota kelompok arisan

sudah bisa mendapatkan pinjaman sebesar Rp. 5.000,- yang diangsur 5 kali. Dalam proses,

usaha simpan pinjam ini berkembang. Tahun 1977 Ibu Syafril mulai memperkenalkan konsep

koperasi dalam rangka perluasan usaha kelompok. Karena individu didalam kelompok 35

anggota pertama telah mulai merintis perluasan kelompok dalam pola arisan yang serupa

dengan kelompok pertama. Kelompok-kelompok inilah yang menjadi embrio Koperasi Setia

Bhakti Wanita. Tahun 1978 bulan Mei kumpulan kelompok ini menjadi organisasi yang

disebut Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita (KSBW) diresmikan Departemen Koperasi

Kodya Surabaya dengan wilayah kerja Kecamatan Gubeg Dua tahun kemudian, tepat

tanggal 15 Januari 1980 koperasi ini mendapat Badan Hukum dengan No: 4362/BH/80.

Sebagai organisasi yang sudah dikenal masyarakat Kopwan mempunyai visi dan misi

sebagai arah atau pegangan dalam menjalankan roda organisasi. Visi Kopwan adalah :

meningkatkan Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” sebagai organisasi yang handal dan

tangguh dengan dukungan sumberdaya manusia yang profesional serta penerapan sistem

tanggung renteng yang efektif melalui pemberdayaan anggota sehingga dapat meningkatkan

ekonomi mereka. Visi itu dijabarkan kepada misi yang menjadi petunjuk operasional

organisasi yaitu meningkatkan pelayanan koperasi dan kualitas sumber daya manusia untuk

dapat menumbuhkan kehidupan yang lebih bertanggung jawab (mandiri) dan

berkesinambungan.

Page 49: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

41

Pengelolaan Organisasi Sebagaimana telah dijelaskan diatas Kopwan ini tumbuh dari kelompok-kelompok

arisan. Kemudian digabung dalam oganisasi koperasi wanita. Perkembangan koperasi wanita

ini cukup alamiah dengan modal semangat, ketekunan dan saling percaya antar anggota dan

kelompok serta antar kelompok dengan organisasi koperasi. Pada koperasi ini berproses

sebagaimana teori kelompok dibangun menjadi suatu organisasi yang anggotanya mempunyai

satu kepentingan melalui usaha simpan pinjam. Disinilah kepiwaian ibu-ibu membangun

dirinya menjadi suatu organisasi besar yang dikenal di Indonesia. Proses Badan Hukum dan

anggaran dasar telah dilakukan berkali-kali mengikuti perkembangan jumlah anggota dan

usaha. Pertumbuhan anggota yang cukup pesat dari jumlah 35 orang menjadi 2.913 orang

Tahun1984. Seiring dengan perkembangan tersebut wilayah kerja juga mengalami perluasan

ke Kecamatan Surabaya Timur pada tahun 1988. Pada saat itu jumlah anggota sudah

mencapai 3.431 orang terbagi dalam 270 kelompok. Tahun 1996 tanggal 6 Pebruari diadakan

perubahan anggaran dasar, pada saat itu wilayah kerja diperluas lagi hampir mencakup Kota

Surabaya, jumlah anggota mencapai 9.832 orang terdiri dari 348 kelompok. Prestasi yang

dicapai koperasi ini meliputi : koperasi klasifikasi A (sangat mantap), koperasi berprestasi,

koperasi andalan, koperasi teladan, koperasi teladan utama dan koperasi berprestasi. Koperasi

ini juga menjadi tempat koperasi lain untuk studi banding dan rata-rata koperasi yang datang

juga behasil mendirikan koperasi simpan pinjam yang dimodifikasi sesuai dengan keadaan

lingkungan setempat seperti koperasi di Maluku dan koperasi lain di Indonesia.

Pada Kopwan ini RAT dilakukan 2 kali setahun, karena jumlah anggota cukup banyak

maka RAT dilakukan dengan sistem perwakilan. Satu kelompok diwakili oleh satu orang.

Untuk kelompok besar bisa diwakili beberapa orang tergantung dari jumlah kelompok dengan

memakai proporsional sebesar 5 persen total anggota.

Dalam menjalankan tugas Pengurus dibantu oleh manajer dan Pembimbing Penyuluh

Lapangan (PPL). PPL merupakan kepanjangan tangan dari pengurus. Setiap manajer

membawahi tugas-tugas tertentu, sedangkan PPL bertugas untuk menghadiri pertemuan

kelompok yang dibawahinya . Seorang PPL membawahi maksimal 13 kelompok. Setiap

bulan, dari tanggal 2 sampai tanggal 13 PPL berkunjung ke kelompoknya dan pada saat

tengah minggu PPL membuat laporan ke Pengurus. Status PPL adalah honorer mendapat

honor Rp. 100 ribu hingga Rp. 300 ribu per bulan dan setiap kunjungan mendapat transport

Rp. 75.000 per-kelompok. Untuk menjadi PPL seseorang harus melalui prosedur mulai dari

perekrutan dan penyaringan.

Page 50: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

42

Jumlah karyawan full time sebanyak 80 orang yang bekerja dari jam 8.000- 16.000,

Jumlah pengurus 6 orang terdiri dari 3 orang berpendidikan D1, 2 orang lulusan S1 dan 1

orang lulusan S2 (Master Humaniora). Sistem kerja pengurus memakai sistem KOLEGA

artinya suatu permasalahan akan dibicarakan secara menyeluruh oleh pengurus . Suatu

keputusan paling tidak sudah dikomunikasikan kepada semua pngurus jika ada keputusan

yang sulit dibicarakan dengan cara voting.

Pengelolan Usaha Usaha Kopwan ini cukup spesifik yang dikenal dengan usaha simpan pinjam system

tanggung renteng. Perkembangan usaha ini mendorong tumbuhnya unit usaha baru seperti

usaha unit swalayan dan unit usaha untuk Usaha Kecil dan Menengah.

Sistem Tanggung Renteng Sistem tanggung renteng yang dikembangkan pada koperasi ini dilaksanakan sebagai

berikut : (1) anggota dikelompokkan sesuai dengan jenis usaha meliputi kelompok bakul jamu,

pracangan hingga intektual, (2) syarat pengajuan pinjaman dari kelompok (anggota kelompok)

ini merupakan syarat boleh tidaknya seseorang meminjam, (3) jumlah kelompok minimal

15 orang dan maksimal 30 orang, (4) setiap kelompok wajib mengadakan pertemuan setiap

bulan. Di dalam pertemuan inilah anggota membahas semua kebutuhan dan memecahkan

masalah dan pada saat inilah pencairan pinjaman dan pembayaran dilakukan. Melalui

kelompok ini terjadi transaksi pinjaman dan pembayaran kewajiban kemudian kelompok

menyetor ke koperasi (5) semua kesepakatan dalam kelompok diputuskan melalui

musyawarah, hasil musyawarah inilah adalah kesepakatan bersama yang menjadi rambu-

rambu aturan yang diberlakukan, sehingga antar kelompok harus saling mengenal kalau tidak

si peminjam tidak akan mendapat pinjaman. Inilah alat kontrol yang ampuh dalam usaha

simpan pinjam. Dengan demikian kedekatan dan saling mengenal serta saling memperhatikan

terjadi di dalam kelompok. Musyawarah dalam kelompok dilakukan untuk menentukan

pinjaman. Jadi, ketika anggota meminjam anggota lain mengetahui dan jika semua setuju

semua anggota kelompok harus menanda tangani surat pengajuan pinjaman (SPP). Tanda

tangan itu sebagai bukti setuju. Bagaimana jika ada anggota kelompok yang lalai terhadap

kewajibannya, permasalahan diajukan pada waku pertemuan kelompok disana dia

menjelaskan masalah. Setelah diketahui semua anggota kelompok sepakat untuk menalangi

utang tersebut dari uang kas kelompok dan yang bersangkutan diminta mencicil berapa bulan.

Dengan demikian beban dan tunggakan jarang terjadi, sehingga tunggakan dalam kelompok

Page 51: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

43

rata-rata nihil. Inilah hakekat sistem tanggung renteng. Intinya adalah kebersamaan,

kesepakatan, saling percaya dan saling mengenal anggota dalam kelompok. Jadi dalam

Kopwan yang menjadi focus pembinaan adalah kedisplinan, saling percaya, musyawarah dan

kebersamaan . Inilah kunci-kunci dasar dari organisasi ini.

Unit Swalayan Setelah 5 tahun Kopwan berjalan telah berhasil mendirikan unit Swalayan untuk

melayani anggota maupun masyarakat sekitarnya. Omzet swalayan ini rata-rata Rp. 588 juta

per bulan. Anggota bebas berbelanja secara tunai maupun kredit sebaigamana di swalayan

lainnya. Untuk anggota yang menggunakan kredit diberi plafon Rp. 300.000 per bulan dan

bagi anggota yang memiliki toko atau pracangan juga diberi pinjaman sebesar Rp. 1 juta

sampai Rp. 2,5 juta.

Unit Peminjaman Untuk Usaha Kecil dan Menengah Selain usaha simpan pinjam dan swalayan Kopwan juga mengembangkan usaha

pinjaman bagi anggota yang mau dan berusaha. Pemberian pinjaman diprioritaskan kepada

anggota yang memiliki usaha yang sudah berjalan. Karena untuk usaha, pinjaman diberi

persyaratan memberikan jaminan atau agunan. Tingkat bunga sebesar 2 % flat per bulan.

pinjaman seperti ini diberikan kepada individu. Sampai bulan Desember 2006 telah

dikucurkan kredit sebesar Rp. 1,6 milyar untuk 338 UKM..

Dampak Koperasi Terhadap Lingkungan Dampak Kopwan terhadap lingkungan antara lain : (1) Kopwan telah berhasil

memenuhi kebutuhan sosial anggotanya maupun untuk sumbangan temporer sebagai bentuk

kepedulian bagi sesama. Upaya ini dilakukan melalui penyisihan 3 % dari SHU, sedangkan

(2) Kepedulian sosial terhadap masyarakat miskin, pendidikan anak-anak anggota diupayakan

melalui beasiswa di tingkat SD hingga SMU, disisihkan melalui SHU sebesar 2,5 %. (3)

Dampak Kopwan secara ekternal sudah sangat meluas yaitu Kopwan telah berhasil menjadi

wadah belajar bagi koperasi lainnya yang berusaha dalam usaha simpan pinjam,

menumbuhkan koperasi lain dan pengusaha baru sebanyak 338 unit. Untuk penumbuhan

koperasi Contoh tumbuhnya koperasi wanita Panggayo Maju di Ambon.

Page 52: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

44

PROFIL KOPERASI DIAN WANITA PASURUAN

JAWA TIMUR

Berdiri Tahun 1980

No Badan Hukum : 5560/BH/II/1983 Tgl 5 Nopember 1983

Alamat komplek Pasar Indah No 9 Taman Wisata

Pecalukan Kecamatan Prigen Pasuruan.

Ketua : Ny Sulistywati Heri

Koperasi Dian Wanita bermula dari perkumpulan ibu-ibu arisan Badan Kontak

Organisasi Wanita Indonesia (BKOWI) yang berjumlah 38 orang. Pendirian koperasi ini di

latarbelakangi oleh kondisi masyarakat yang memprihatinkan, yaitu kebiasaan ibu-ibu

meminjam di Bank Ciwulan Harian (BCH) dengan bunga tinggi dan pada waktu itu

kehidupan masyarakat Prigen semakin memburuk karena tidak mampu membayar jasa bunga

pinjaman yang tinggi. Untuk mengatasi ekonomi yang semakin memburuk ibu-ibu berjuang

untuk mengembangkan koperasi dengan semangat yang tinggi

Pengelolaan Organisasi Kepengurusan koperasi Dian Wanita pada periode tahun 2003 sampai 2007 terdiri

dari 4 orang pengurus meliputi : Ketua, sekertaris, Bendahara I, Bendahara II.. Pengawas

terdiri dari 2 orang ketua dan penasihat.. Pengaturan tugas dalam koperasi ini tidak bebeda

dari koperasi lain seperti Pengurus bertugas untuk membuat kebijakan-kebijakan dalam

organisasi serta melakukan kegiatan evaluasi melalui rapat rutin antar pengurus,rapat

pengurus dengan PPL dan rapat pengurus dengan pengawas. Pengaturan tugas diatur dalam

anggaran dasar koperasi. Jumlah karyawan tetap 9 orang meliputi : kasir, sekertaris, juru buku,

pembantu juru buku, 2 orang petugas pertokoan dibantu satu orang juru buku,satu orang

penjaga (satpam) dan satu orang sopir. Pelaksanaan RAT diatur melalui perwakilan kelompok

bagi anggota yang masuk dalam kelompok sedangkan anggota yang tidak masuk dalam

kelompok wajib menghadiri RAT. Dari tahun 2001 sampai 2005 pertumbuhan jumlah

anggota relatif stabil. Peningkatannya hanya 5 persen atau dari 810 orang menjadi 852 orang.

Anggota dikelompokkan menurut kesamaan usaha misalnya anggota sebagai pedagang, bakul.

Semua anggota dikelompokkan kedalam 23 kelompok. Kelompok pada koperasi ini

Page 53: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

45

merupakan wadah saringan untuk menetapkan anggota didalam kelompok. Untuk lebih

mngoptimalkan pembinaan kepada anggota Pengurus dibantu oleh dua orang PPL (Pengurus

Penyuluh Lapangan). PPL diangkat melalui Surat Keputusan Pengurus. PPL adalah kader-

kader yang terpilih dari anggota yang ada pada kelompok dan merupakan kepanjangan

tangan dari pengurus untuk melakukan pembinaan kepada anggota. Untuk usaha pertokoan

pembinaan dilakukan langsung oleh pengurus. Sistem penggajian sangat bervariasi tergantung

pada lama kerja dan kinerja karyawan. Besarnya gaji karyawan terkecil Rp. 500.000.- dan

tertinggi Rp. 800.000,- perbulan Pengurus mendapat gaji Rp. 1 juta perbulan dan jumlah ini

rata antara Pengurus, Sekertaris maupun Bendahara.

Pengelolaan Usaha Modal koperasi ini bersumber dari modal sendiri dan modal luar. Sampai Tahun 2005

modal sendiri sebesar Rp. 686.302 juta terdiri dari simpanan pokok, wajib, simpanan khusus,

dana partisipasi, dana cadangan, donasi dan SHU sedangkan modal luar pada tahun yang

sama sebesar Rp.799.540 juta. Dilihat dari struktur permodalan tersebut Kopwan ini cukup

bagus karena modal sendiri dengan modal luar hampir berimbang. Jenis usaha yang

dikembangkan : (1) usaha simpan pinjam, (2) unit pertokoan, (3) Katering. Dari tiga usaha

tersebut yang menjadi unit usaha dominat adalah usaha simpan pinjam dan usaha inilah yang

pertama dikelola Kopwan. Unit usaha simpan pinjam di bagi menjadi dua bentuk yaitu unit

simpan pinjam produktif dan unit usaha konsumtif. Unit simpan pinjam produktif di

kembangkan unuk usaha bisnis sedangkan unit usaha simpan pinjam konsumtif

dikembangkan untuk kegiatan pendiidikan. Unit usaha ini di laksanakan dengan plafon

pinjaman 4 kali dengan besaran Rp 10 juta. Bagi anggota yang meminjam lebih dari plafon

tersebut diberikan dengan syarat adanya kesepakatan dari kelompok.

Pada tahun 2005 volume usaha simpan pinjam tercatat Rp. 2.551.979.000,- omset

usaha pertokoan sebesar Rp. 461.011.440,- volume usaha persewaan Rp. 4.658.800,-

sedangkan SHU kotor sebesar Rp. 41.688.236,-. Usaha simpan pinjam yang dikembangkan

pada koperasi ini dilaksanakan dengan dua pola yaitu pola sistem tanggung renteng dan

konvensional. Pola tanggung renteng mengunakan sistem kelompok yang dibagi pada 23

kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 617 orang sisanya sebanyak 235 orang

menggunakan pola konvensional.

Page 54: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

46

Dampak Koperasi Terhadap Anggota dan Lingkungan Dampak koperasi wanita sudah dirasakan anggota diwilayah kerjanya (kecamatan

Prigen dan Pandaan) melalui usaha simpan pinjam, pertokoan, katering dan usaha persewaan.

Simpan pinjam telah berperan memenuhi kebutuhan anggota dalam pendidikan kesehatan dan

menambah unit usaha katering dan persewaan. Dengan bertambahnya dua unit usaha ini maka

koperasi wanita telah mampu menambah jumlah tenaga kerja pada koperasi. Kekhususan

Kopwan ini adalah dalam melayani anggota dan masyarakat setempat karena lokasinya di

permukiman.

KOPERASI WANITA ANNISA

Berdiri Tahun 1989

BH 790/BH/XXII, Tgl 4 Maret 1989

Alamat : Jalan Ade Irma Suryani No. 54//B Kota Mataram NTB

Koperasi Wanita Annisa berdiri dari 3 kelompok arisan yang beranggotakan 53 orang

wanita berada di satu kampung disebuah kelurahan yang ada di Kotif Mataram (saat ini Kota

Mataram). Pada tahun 1984, ketiga kelompok bersepakat menggabungkan diri dalam

kelompok usaha bersama yang disebut dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

Keberadaan kelompok ini cukup menarik perhatian masyarakat terutama kaum ibu terbukti

dengan meningkatnya jumlah anggota menjadi 32 orang pada tahun 1989. Anggota terbagi

dalam 18 kelompok tersebar tidak hanya di satu kelurahan tetapi menyebar dikelurahan lain

di Kota Administratif Mataram yaitu Ampenan, Mataram dan Cakranegara. Perkembangan

berikutnya atas inisiatif anggota KSM berubah menjadi koperasi dengan badan hukum

seperti pada box . Berikutnya dengan semakin berkembangnya jumlah anggota pada tanggal

18 Maret 1991 wilayah kerja Kopwan ini diperluas dari Kotif menjadi Kabupaten Lombok

Barat bahkan saat penelitian (akhir 2006) wilayah kerja mencakup seluruh wilayah Propinsi

Nusa Tenggara Barat. Tujuan Kopwan sangat mulia yaitu meningkatkan kesejahteraan

Anggota dilakukan melalui pemberian modal usaha bagi anggota pengusaha, memberikan

modal bagi anggota yang memerlukan untuk pendidikan dan untuk keperluan kesehatan .

Page 55: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

47

Pengelolaan Organisasi

Pengembangan organisasi dan anggota dilakukan melalui kiat-kiat yang cerdas yaitu

pendekatan-pendekatan tradisional, mengorganisasikan masyarakat kedalam kelompok,

membangun swadaya masyarakat, penguatan ekonomi lokal, pengembangan kepemimpinan,

mengadakan pendampingan secara rutin, mengadakan pelatihan secara rutin, seminar,

lokakarya, diskusi rutin secara berkala dengan tema-tema yang berhubungan dengan

kewanitaan.

Struktur organisasi yang dikembangkan pada Kopwan ini terdiri dari jumlah pengurus

5 orang (Ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, pengawas 3 orang)

Jumlah karyawan tetap sebanyak 14 orang dan jumlah karyawan tidak tetap berjumlah 100

orang. Jumlah anggota 5.000 orang meliputi 4.500 orang perempuan dan 500 orang laki-laki.

Semua anggota dikelompokkan pada 115 kelompok. Persyaratan keanggotaan dalam Kopwan

ini sama dengan persyaratan keanggotaan pada koperasi lain perbedaan, anggota pada

koperasi ini adalah pengusaha yang sudah memiliki usaha produktif dan orang yang ingin

berusaha. Kewajiban anggota lainnya harus bergabung pada kelompok terdekat dimana

mereka berdomisili dan menerima ,melaksanakan sistem tanggung renteng berikut

konsekwensinya. Pelaksanaan RAT dilakukan melalui perwakilan. Wakil yang ditunjuk

menghadiri RAT adalah wakil yang sudah ditunjuk dan disetujui semua anggota pada

kelompok. Wakil ini digilir setiap tahun jika pada tahun ini telah mengikuti tahun berikutnya

digannti dengan anggota lain yang belum pernah mengikuti. Pelaksanaan RAT dilakukan

pada bulan Januari jadi lebih cepat dari pelaksanaan RAT koperasi pada umumnya pada

bulan Pebruari. Upaya koperasi dalam pembinaan anggota dilakukan melalui pendidikan,

pelatihan, pendampingan

konsultasi dan advokasi

Pelaksanaan Usaha Modal koperasi sebagaimana koperasi lainnya terdiri dari modal sendiri dan modal

luar. Modal sendiri bersumber dari simpanan pokok besarnya Rp. 10.000. Simpanan wajib Rp.

2.500 per bulan dan simpanan sukarela. Total modal sendiri yang bersumber dari anggota

sampai bulan Desember 2006 sebesar Rp.78.226.468, jumlah modal luar sebesar Rp.

92.289.000 dan jumlah modal setelah berputar selama 14 tahun telah mencapai Rp.

1.037.846.321,-. Artinya perputaran modal selama ini 6 kali lipat. Jika dihitung secara

Page 56: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

48

ekonomis perputaran dana ini tidak terlalu aktif namun dana yang ada bisa dimanfaatkan oleh

semua anggota. Usaha koperasi yang dominan adalah usaha simpan pinjam, perdagangan dan

konveksi. Bunga pinjaman bervariasi, pinjaman untuk biaya pengobatan, pemeliharaan

kesehatan bayi dan saat hamil besarnya 3 persen sedangkan untuk bungan pinjaman

pendidikab hanya 2,5 persen. Prosedur simpan pinjam diusahakan sederhana tidak berbelit.

Sehingga tunggakan juga jarang terjadi. Kenapa demikian? para anggota mengatakan

menyimpan dan meminjam pada Kopwan sudah kebiasaan dan harus dibayar. Inilah

kekhususan Kopwan ini. Jumlah SHU pada akhir tahun 2005 Rp. 36.759.011,-

Dampak Koperasi terhadap Anggota dan Lingkungan Dampak Kopwan terhadap anggota antara lain dalam memenuhi permodalan,sosial

dan pendidikan Selain berusaha, kegiatan koperasi yang berkaitan dengan lingkungan

sekitar adalah perhatian dan memberikan bantuan kepada sesama yang miskin dalam arti luas

termasuk ketertindasan dalam hal biologis dan sosial. Upaya yang dilakukan antara lain :

pendidikan, konsultasi, pendampingan dan memberikan advokasi. Selain itu masalah yang

ditangan koperasi ini cukup besar terhadap ketidak adilan gender, kesehatan, reproduksi,

busung lapar, penyakit menular dan sanitasi

Kerjasama Dengan Pihak Luar

Untuk mewujudkan program-program tersebut diatas Kopwan ini bekerjasama dengan

pihak lain sebagai berikut: dengan Bank Indonesia dalam Program Kredit Mikro (1999),

Program Konsultasi Keungan Mitra Bank (2004), Depnaker RI dalam Program

Penanggulangan Pekerja Trampil (P3T) (1998), Program Gramen Bank (2003), Program

Pengadaan Pangan (1999), Depdiknas RI dan Dikpora NTB dalam Life Skills (2000-2003).

Fasilitator TOT tutor keaksaraan Fungsional di NTB (2003-2006), Pendampingan Program

Keaksaraan Fungsional NTB (2004-2005). Masuk dalam Tim Program Life Skills (2002-

2006), Program Magang Keluarga Berwawasan Gender (2004-2005), Program Pendidikan

dan Penanganan Kasus Gizi Buruk di Kecamatan Lingsar, mengadakan kursusu

kewirausahaan bagi anggota pengusaha, program kegiatan belajar paket B dan paket C,

program peningkatan pendapatan masyarakat dan proyek pengembangan kredit candak kulak

(P3KCK) tahun 2005.

Kegiatan diatas dilaksanakan dengan membangun jejaring bersama badan

internasional seperti (1) New Zaeland Embassy (2) UNICEF, (3) Plan Internasional, (4) lain

Page 57: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

49

Indonesia, Sikka NTT, Bima NTB, (5)Word Food Program, (6) Canadian Cooperative (CCA) ,

(6) Fund Canada, (7) FES/WSO, (8) CUSO, (9) Unisco, (10) Land O Lakes , (11) Usaid, (12)

UNDP dan (13) ACESS.

KOPERASI WANITA PANGGAYO MAJU

AMBON MALUKU

Berdiri : 30 September 2005

BH : 51°/76/BH/DK.UKM

Alamat: Jln Wolter Mongunsidi- Malong Baru RT. 001/RW. 01

Propinsi Maluku

Koperasi Wanita Panggayo Maju berdiri tanggal 30 September Tahun 2005, setelah

melihat keberhasilan Kopwan Setia Bhakti Wanita (KSBW) di Surabaya dan Kopwan Kartika

Candra Pandaan di Pasuruan. Panggoyo artinya berdayung maju ke depan. Kopwan berada di

Helong. Helong merupakan satu desa yang masuk dalam wilayah administratif Kota Ambon.

Dalam istilah sosiologi perkotaan helong adalah sub urban Ambon dimana gaya hidup

masyarakat lebih dipengaruhi kota Ambon daripada desa (Lawang, 2006). Warga desa

Helong mempunyai kebiasaan dan pengalaman dalam bidang organisasi arisan,kegiatan usaha

seperti membuat kue, jahit menjahit, buka warung dan palele. Basis ini dianggap cukup kuat

untuk membentuk koperasi. Selain itu kebiasaan atau keeratan hubungan dengan saudara-

saudara yang berlaianan agama. Kekuatan ini disebut ikatan sosial gadong. Artinya yang

satu menganggap dirinya menjadi bagian dari yang lain dalam ikatan gadong. Kopwan ini

muncul dari sutu komunitas pemukiman yang saling mengenal.

Pengelolaan Organisasi Latar belakang pembentukan organisasi koperasi dimulai dari semangat mengunjungi

dua koperasi di Jawa Timur. Dari sana mereka dengan ikatan kebersamaan saling percaya,

saling memperhatikan membentuk koperasi dengan jumlah anggota sebanyak 23 orang

kemudian sekarang anggota Kopwan ini sudah 35 orang naik 34 persen. Tujuan Kopwan ini

sangat spesipik yaitu saling membantu antar sesama. Struktur organisasi Kopwan dalam

kepengurusan terdiri : ketua, sekretaris dan bendahara, tenaga pelaksana meliputi manajer,

juru buku dan petugas lapangan. Pengelolan organisasi yang diterapkan adalah demokrasi

dan keterbukaan. Semua keputusan dirembuk bersama. Dalam perjalanan selama satu tahun

Page 58: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

50

Pengurus mendapat persentasi dari SHU. Kebijakan pengurus dalam organisasi/memanej

organisasi adalah dengan memberikan insentif/honorarium kepada pengurus dan para

karyawan (manajer dan staf). Alasannya, mengapa pengurus diberi honor, agar Pengurus

ikut terlibat dalam manajemen dan juga selama berdiri Pengurus terlibat dalam masalah

sehari-hari dan ikut memecahkan masalah yang muncul. Kebijakan dalam Kopwan ini

diputuskan secara bersama antara pengurus dengan manajer

Pengelolaan Usaha Usaha Kopwan ini dimulai dari usaha simpan pinjam dengan kemampuan seadanya.

Modal awal diperoleh dari simpanan pokok sebesar Rp. 50.000,- per-orang, simpanan wajib

anggota Rp. 3.000,- kemudian Kopwan ini mendapat pinjaman dana bergulir dari Dinas

Koperasi Kota Ambon sebesar Rp. 50 juta. Pnjaman dikembalikan selama 40 kali dengan

pembayaran Rp. 1.750.000,-. Sehingga total yang harus dikembalikan sebanyak

Rp.70.000.0000,-. Dalam proses belajar yang seadanya jumlah uang yang dikelola mereka

sekarang sudah menjadi Rp. 89 juta. Ini merupakan indikator bahwa Kopwan ini mampu

mengelola koperasinya. Tingkat pengembalian pinjaman lancar. Sebanyak 50 persen dari

dana tersebut dipinjamkan kepada anggota. Kelancaran usaha ini sangat dirasakan anggota

peminjam. Rencana berikutnya Kopwan mulai mendiversifikasi usaha kepada usaha waserda

yang berfungsi sebagai grosir bagi para penjaja yang dapat mengambil dan menjual dengan

harga grosisi agar anggota dapat memperoleh insentif.

Kemitraan Karena Kopwan ini masih muda usianya belum bermitra dengan pengusaha maupun

koperasi lain yang jelas, mitra pertama koperasi ini adalah Kopwan Setia Bhakti Wanita

(KSBW) di Surabaya dan Kopwan Kartika Candra Pandaan di Pasuruan dengan Bank BNI

setempat.

Dampak Koperasi Terhadap Anggota dan Lingkungan.

Selama satu tahun Kopwan berjalan dampak yang dirasakan adalah dampak internal

dan dampak eksternal. Dampak internal yang dirasakan adalah para pengurus dan

manajer/karyawan dari tidak mendapat honorarium sekarang menerima penghasilan yang

tetap. Bagi anggota dampak nyata dari koperasi adalah memenuhi kebutuhan permodalan

Sedangkan dampak eksternal yang sangat dirasakan adalah tumbuhnya pengusaha baru dari

anggota Kopwan.

Page 59: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

51

Tabel 2. Pertumbuhan Koperasi Wanita Kartini Uraian 2002 2003 Pertumbuhan

(%) 2004 Pertumbuhan

(%) Asset 988,581,570 1,182,992,680 16.43 3,005,795,181 60.64

Simpanan Saham 61,840,650 116,010,050 46.69 176,399,100 34.23

Simpanan Non Saham

626,756,700 774,787,875 19.11 1,222,109,475 36.60

Pinjaman Beredar 778,818,000 981,213,503 20.63 2,495,408,500 60.68

Pendapatan 172,711,099 192,702,823 10.37 472,806,449 59.24

Biaya 152,262,341 162,705,170 6.42 391,145,871 58.40

SHU 20,448,758 29,997,653 31.83 81,660,578 63.27

Cadangan 89,415,572 107,975,248 17.19 216,074,686 50.03

Keanggotaan 734 736 0.27 1,090 32.48

Page 60: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

51

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

(1) Profil koperasi wanita secara nasional per tanggal 26 Desember 2006

adalah : Jumlah koperasi wanita sebanyak 1.517 unit, jumlah anggota

220.740 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 59 persen telah

melasanakan RAT secara rutin. Total jumlah karyawan di seluruh Kopwan

sebanyak 1.760 terdiri dari karyawan perempuan sebanyak 1.576 orang

(89,5 persen) dan karyawan laki-laki sebanyak 184 orang (10,5 persen).

Di luar karyawan, Kopwan juga sebagian merekrut tenaga-tenaga

kerja/karyawan lepas yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan

jumlah tenaga kerja tetap.

(2) Sistem penggajian di koperasi wanita cukup beragam berkisar antara Rp.

400.000,– Rp 700.000,-. Ini menunjukkan bahwa Kopwan memiliki

peranan tidak saja memberikan keuntungan kepada anggota-anggotanya,

akan tetapi juga masyarakat secara umum yang terserap sebagai tenaga

kerja. Meskipun statusnya adalah Koperasi Wanita, dalam penyerapan

tenaga kerja juga tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Artinya,

Kopwan juga sangat terbuka bagi kelompok laki-laki untuk terlibat di

dalamnya dengan pembagian fungsi tertentu.

(3) Jumlah modal Koperasi Wanita sebesar Rp. 831 milyar terdiri dari modal

sendiri Rp 426.056 juta dan total modal luar Rp 405.507 juta. Total

Volume usaha Rp. 1.401 trilyun dan SHU Rp. 118 milyar.

(4) Usia Kopwan antara 1 sampai 24 tahun, Kopwan terbanyak berusia 8

tahun, Kopwan yang paling sedikit usia 14 tahun. Kopwan yang memiliki

manajer sebanyak 70 persen. Rentabilitas atau kemampuan Kopwan

menghasilkan keuntungan 5 sampai 10 persen.

(5) Usaha dominan Koperasi wanita adalah usaha simpan pinjam diikuti oleh

usaha serba usaha, produksi, konsumsi dan 19,09 persen tidak ada data.

(6) Jumlah koperasi yang memiliki manajer sebanyak 334 koperasi (25,8

persen) dan sisanya tidak memberikan informasi. Ketiadaan data

memperkuat indikasi kelemahan sistem pemantauan regular terhadap

perkembangan Kopwan yang dilaksanakan oleh instansi yang terkait.

Page 61: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

52

Sedikitnya jumlah kopersi yang memiliki manajer bukan berarti sistem

manajemen dalam koperasi tidak berjalan. Sistem manajemen koperasi

saat ini pada umumnya dilakukan atau dilaksanakan secara paralel dengan

tugas-tugas kepengurusan koperasi.

(7) Total volume usaha Kopwan berjumlah Rp. 1.401 trilyun. Rata-rata

volume usaha per koperasi Rp 1,856 juta. Masih terdapat kelemahan

mendasar yang dimiliki Kopwan dalam pengelolaan usaha dilihat dari segi

usia Kopwan, karena Kopwan yang berusia lebih lama memiliki volume

usaha lebih kecil dibanding dengan Kopwan yang memiliki usia muda.

(8) Total SHU Kopwan berjumlah Rp 118 milyar. Rata-rata SHU per koperasi

Rp 172 juta. Kopwan yang memiliki SHU kecil mempunyai

kecenderungan melakukan kegiatan sosial yang lebih banyak.

(9) Faktor penentu keberhasilan Kopwan lebih ditentukan oleh besarnya

partisipasi anggota yang diwujudkan dari kedisiplinan anggota memenuhi

kewajibannya dan mengaktifkan kegiatan yang dilakukan oleh Kopwan.

Dengan partisipasi anggota yang besar keberadaan dan keberlangsungan

Kopwan dapat dipelihara.

(10) Selain partisipasi anggota faktor penentu keberhasilan yang penting pada

dalam perkembangan Kopwan adalah pengurus.yang bersemangat, kerja

keras, disiplin, memiliki motivasi untuk maju, komitmen dan transparansi

dalam keuangan.

(11) Dukungan karyawan/tenaga kerja juga menjadi faktor yang perlu

diperhatikan dalam menjalankan kegiatan Kopwan.

(12) Berbagai pelatihan dan studi banding pada banyak kasus Kopwan menjadi

inspirasi dan motivasi untuk mendorong kemajuan suatu Kopwan menjadi

berhasil atau lebih berhasil.

(13) Keberhasilan sistem tanggung renteng bukan didasarkan pada sistem

tersebut tetapi pada kuat tidaknya solidaritas yang ada pada suatu

kelompok. Jika tidak didukung oleh solidaritas yang kuat, sistem tanggung

renteng hanya cenderung menguntungkan pihak pengurus Kopwan, bukan

untuk anggota Kopwan. Pengurus Kopwan dalam hal ini terlepas dari

beban peluang kredit macet, sementara anggota kelompok cenderung

mendapatkan beban tambahan baru.

Page 62: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

53

(14) Peranan Kopwan di Indonesia tidak saja memberi keuntungan bagi

anggotanya, namun juga telah menjadi lembaga yang dapat menyerap

tenaga kerja baik tetap maupun paruh waktu dalam jumlah yang cukup

besar bagi perempuan maupun laki-laki.

(15) Melalui Kopwan, perempuan dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas

diri. Kegiatan Kopwan mampu memberikan perhatian kepada kebutuhan

perempuan secara lebih luas; peningkatan ekonomi, kesehatan reproduksi,

keterampilan kerja dan keahlian lainnya, peningkatan kualitas pendidikan

anak-anak anggota koperasi serta kesehatan keluarga.

(16) Peranan Kopwan lebih luas dirasakan oleh komunitas atau masyarakat

dimana Kopwan tersebut berada. Berbagai jenis usaha khususnya simpan

pinjam yang diberikan kepada wanita mampu memberikan kontribusi pada

tingkat kesejahteraan keluarga, termasuk peningkatan pendidikan anggota

keluarga anggota Kopwan. Melalui tingkat pendidikan yang lebih baik,

komunitas secara umum mampu melakukan mobilitas vertikal dan

memperbaiki tingkat kesejahteraan hidupnya.

(17) Wanita secara umum, memiliki tingkat disiplin yang tinggi dalam

pengembalian pinjaman. Faktor ini juga menjadi salah satu hal yang

menentukan keberhasilan suatu Kopwan. Hal ini ditunjukkan dengan

rendahnya tingkat kemacetan pinjaman anggota.

Page 63: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

54

2. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan

Di luar faktor-faktor keberhasilan di atas, Kopwan secara umum di

Indonesia masih mengalami berbagai persoalan. Persoalan-persoalan yang dapat

tertangkap dari kajian ini diantaranya adalah :

(1) Pada beberapa lokasi, kegiatan dan dinamika Kopwan masih menemui

masalah karena faktor budaya atau adat. Pada kasus Bali misalnya,

intensitas kegiatan adat yang tinggi dan harus diikuti oleh perempuan,

membuat perempuan tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk aktif di

dalam Kopwan.

(2) Keberadaan Kopwan saat ini dihadapkan pada situasi persaingan yang

cukup ketat dari lembaga-lembaga sejenisnya. Beberapa kasus unit

waserda Kopwan, misalnya ada yang bangkrut disebabkan karena

hadirnya berbagai mini market di tingkat masyarakat. Unit usaha simpan

pinjam pun dihadapkan pada persaingan dengan jasa yang diberikan dari

lembaga-lembaga lainnya yang berfungsi seperti koperasi.

(3) Secara umum Kopwan juga dihadapkan pada persoalan sistem kaderisasi

yang lemah. Hal tersebut seringkali juga disebabkan karena tidak banyak

perempuan yang memiliki potensi mau terlibat aktif dalam kegiatan

Kopwan. Hal ini disebabkan karena kegiatan koperasi menyita banyak

waktu dengan tingkat keuntungan (honor atau pendapatan) yang tidak

besar.

(4) Adopsi teknologi di tingkat Kopwan relatif masih rendah. Khususnya

penerapan sistem komputerisasi pada sistem administrasi maupun

keuangan Kopwan. Kopwan secara umum masih cenderung familiar

terhadap sistem manual dan konvensional.

(5) Pada Kopwan yang skala kegiatannya sudah besar muncul kecenderungan

sistem pengurusan yang tertutup. Hal ini nampak dari laporan keuangan

dan berbagai kebijakan yang berlaku di dalamnya sebagai informasi yang

terbatas untuk pengurus dan anggotanya. Pihak luar tidak diperkenankan

untuk mengakses berbagai informasi tersebut meskipun untuk kepentingan

saling belajar.

Page 64: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

55

(6) Keberadaan beberapa Kopwan nampak munculnya kecenderungan

ketergantungan pada bantuan dari peemrintah, meskipun sebenarnya

Kopwan tersebut dapat mandiri tanpa bantuan pemerintah. Hal tersebut

nampak dari harapan-harapan yang muncul yang senantiasa diarahkan

kepada pemerintah untuk memperhatikan keberadaan Kopwan dengan

cara memberikan bantuan keuangan kepada Kopwan.

3. Rekomendasi (1) Kelemahan yang mendasar dari proses penelitian pendataan Kopwan

adalah ketersediaan data yang akurat mengenai perkembangan

Kopwan di masing-masing kabupaten dan propinsi. Untuk kepentingan

monitoring perkembangan Kopwan di Indonesia, sangat penting untuk

dibuat format pengisian yang standar dan seragam untuk seluruh

kabupaten/kota di Indonesia. Format pengisian tersebut idealnya

dilakukan secara regular dalam kurun waktu tertentu yang ditetapkan

dalam sebuah payung hukum, sehingga pemerintah senantiasa

dipermudah mendapatkan informasi terbaru mengenai perkembangan

Kopwan di Indonesia untuk kepentingan perumusan dan penetapan

kebijakan bagi Kopwan. Keberadaan data yang akurat sangat

menentukan efektivitas sebuah kebijakan.

(2) Untuk hal pendataan perlu dibangun suatu koordinasi yang baik antara

lembaga-lembaga pemerintah di level kabupaten/kota maupun

propinsi. Dalam hal ini perlu penataan birokrasi sehingga pembinaan

koperasi benar-benar ditangani oleh individu yang professional dan

berkompetan. Sistem rooling birokrat di daerah perlu ditinjau

efektivitasnya khususnya bagi perkembangan Kopwan ke depan.

Untuk mendukung koordinasi ini, diperlukan pemutakhiran sistem

pendataan/arsip yang bisa diakses langsung antar level pemerintah.

(3) Melalui sistem pendataan Kopwan yang lebih sistematis dan baik

maka diharapkan perhitungan keuangan Kopwan menyangkut

rentabilitas, solvabilitas dan likuiditas juga dapat dihitung secara lebih

baik dan akurat. Data tersebut sangat berharga bagi pemerintah untuk

menjadi data basis bagi penetapan suatu kebijakan bagi Kopwan.

Page 65: PROFIL KOPERASI WANITA INDONESIA

56

(4) Kopwan secara umum masih sangat membutuhkan pelatihan-pelatihan

yang berkaitan manajemen pengelolan koperasi secara professional.

Kopwan idealnya dikelola secara sistematis, efisien dan efektif untuk

memenuhi kebutuhan anggotanya. Manajemen yang professional juga

sekaligus dapat menjadi bekal Kopwan bersaing dengan lembaga-

lembaga sejenisnya.

(5) Kopwan secara umum masih sangat membutuhkan pelatihan-pelatihan

yang berkaitan dengan pengembangan usaha sehingga Kopwan dapat

meningkatkan kinerjanya dan memperbesar keuntungan bagi

anggotanya. Pengembangan usaha untuk Kopwan idealnya tidak saja

dikaitkan dengan kebutuhan peranan perempuan (domestic) tetapi juga

idealnya dikaitkan dengan pengembangan hobi anggota Kopwan.

(6) Dalam implementasi sistem tanggung renteng bagi Kopwan harus

dibarengi dengan sistem asuransi/jaminan bagi anggota Kopwan.

Dalam hal ini penting dibangun suatu lembaga payung bagi Kopwan-

Kopwan di tingkat propinsi atau pusat dimana lembaga payung

tersebut sekaligus berfungsi sebagai penjamin bagi Kopwan atau

anggota Kopwan yang berada di bawahnya.

(7) Perlu dilakukan pendampingan dan pelatihan yang berkaitan dengan

sistem kaderisasi di dalam Kopwan.

(8) Pemerintah dan lembaga-lembaga yang berkepentingan terhadap

perkembangan Kopwan sebaiknya secara cermat mempertimbangkan

berbagai jenis bantuan yang akan diberikan kepada Kopwan. Idealnya

bantuan yang diberikan kepada Kopwan dapat meningkatkan kinerja

Kopwan tanpa harus menumbuhkan ketergantungan Kopwan terhadap

bantuan eksternal. Dalam hal ini pemerintah dapat menetapkan

kebijakan pemberian bantuan secara selektif kepada Kopwan dengan

cara memberikan bantuan (dalam bentuk apapun) kepada Kopwan

yang belum pernah menerima bantuan, atau mendapatkan bantuan

pemerintah tidak lebih dari 2 jenis bantuan.

(9) Kepada peneliti, pemerhati, dan akademisi untuk menjadikan hasil

penelitian ini sebagai bagian dari referensi untuk penelitian selanjutnya

demi perbaikan lembaga ekonomi di Indonesia khususnya yang

bersifat mikro.