profil kawasan konservasi provinsi sulawesi selatan

57
PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Upload: voduong

Post on 31-Dec-2016

257 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

PROFIL KAWASAN KONSERVASI

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROFIL KAWASAN KONSERVASI SULAWESI SELATAN

PENGARAH:

1. Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecill2. Agus Dermawan – Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

PENANGGUNG JAWAB:

1. Syamsul Bahri Lubis

PENYUSUN:

1. Suraji2. Nilfa Rasyid3. Asri S. Kenyo H4. Antung R. Jannah5. Dyah Retno Wulandari6. M. Saefudin7. Muschan Ashari8. Ririn Widiastutik9. Tendy Kuhaja10. Ervien Juliyanto11. Yusuf Arief Afandi12. Budi Wiyono13. Hendrawan Syafrie14. Suci Nurhadini Handayani

Dipersilahkan mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan mencantumkan sumber sitasi.

©2015 Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gedung Mina bahari III Lantai 10 Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110

Telp./Fax: (021) 3522045, Surel: [email protected] Situs resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id

ii PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

KATA PENGANTAR

Profil Kawasan Konservasi merupakan langkah tindak lanjut dalam pengenalan, pembentukan, dan publikasi dari sebuah kawasan konservasi. Oleh karena itu, tahapan ini sangat penting untuk menentukan perkembangan, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi itu sendiri.

Profil Kawasan Konservasi ini diharapkan diharapkan dapat memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya setelah wilayah tersebut dikelola dengan baik. Kawasan-kawasan ini tiap tahunnya akan dilakukan evaluasi melalui system evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil (E-KKP3K), sehingga dalam melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan bisa tepat guna, tepat ekonomi, tepat kearifan lokal, dan tepat konservasi.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada para pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan buku ini terutama kepada Balai Pengelola Taman Nasional Bunaken, Taman Nasional Wakatobi, Taman Nasional Taka Bonerate, Taman Nasional Kepulauan Togean, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Taman Nasional Karimunjawa, dan Taman Nasional Kepulauan Seribu serta seluruh SKPD pengelola kawasan konservasi di daerah.

Jakarta, 2015

Tim Penyusun

iii PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2

II. Propinsi Sulawesi Selatan ....................................................................................... 3

2.1 Taman Nasional Laut Taka Bone Rate ...................................................... 3 2.2 Taman Wisata Perairan Kapoposang ........................................................ 15 2.3 Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Luwu Utara ............................. 24 2.4 Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan .... 30 2.5 Kawasan Konservasi Kab. Kep. Selayar Pulo Kauna Kayuadi .................. 38 2.6 Kawasan Konservasi Kab. Kep. Selayar Pulo Pasi Gusung ...................... 45

III. PENUTUPAN .................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 53

iv PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Konservasi adalah suatu upaya pelestarian, perlindungan, dan pemenfaatan

sumber daya secara berkelanjutan. Kepentingan konservasi di Indonesia khususnya sumber daya sudah dimulai sejak tahun 1970 an melalui mainstream konservation global yaitu suatu upaya perlindungan terhadap jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka. UU No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan beserta perubahannya (UU No.45 Tahun 2009) dan UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mengarahkan bahwa pemerintah dan seluruh stakeholder pembangunan kelautan dan perikanan lainnya untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. PP No. 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan menjabarkan arahan kedua undang-undang tersebut dengan mengamanahkan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melaksanakan konservasi sumber daya ikan, dan salah satunya adalah melalui penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan.

Selanjutnya, selaras dengan penyelenggaraan otonomi daerah yang diamanahkan oleh UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, tanggung jawab pengelolaan kawasan konservasi perairan, termasuk kawasan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil (KKP3K), dibagi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hingga kini, pemerintah pusat dan daerah telah melahirkan tidak kurang dari 16 juta hektar luasan kawasan konservasi perairan dan akan menggenapkan luasan kawasan konservasi perairan tersebut menjadi 20 juta hektar pada Tahun 2020.

Sejarah konservasi menegaskan, titik krusial keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran konservasi terletak pada efektivitas pengelolaan yang dilakukan terhadap sebuah kawasan konservasi. Untuk mencapai hal tersebut, ditetapkan Peraturan Menteri Kelautan Nomor 30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Lebih lanjut, pada tahun 2011 Dit.KKJI juga telah menyusun Pedoman Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K).

1 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Komitmen Pemerintah Indonesia untuk membangun kawasan konservasi perairan seluas 20 juta hektar pada Tahun 2020. Capaian target tersebut pada tahun 2014 sudah mencapai 16.451.076, 96 ha. Sebesar 4.694.947,55 ha dengan 32 kawasan dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan sebesar 11.756.129,41 dengan 113 kawasan dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (Direktorat KKJI, 2015). Komitmen tersebut tentunya harus diikuti dengan pengelolaan yang efektif agar kawasan-kawasan tersebut mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi para pemangku-kepentingan, khususnya masyarakat setempat, maupun bagi sumberdaya keanekagaman-hayati yang dilindungi dan dilestarikan. Pengelolaan agar lebih memberikan manfaat kepada masyarakat maka diperlukan profil status kawasan konservasi, dimana dalam penyusunan profil tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya setelah wilayah tersebut dikelola dengan baik. Kawasan-kawasan ini tiap tahunnya akan dilakukan evaluasi melalui sistem evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau- pulau kecil (E-KKP3K), sehingga diperlukan profil detail dan data dan informasi dari masing-masing kawasan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penyusunan profil kawasan konservasi memiliki maksud dan tujuan untuk memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan di Provinsi Sulawesi Selatan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya.

Dok. http://tntakabonerate.com

2 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

2.1 Taman Nasional Taka Bone Rate 1) Nama Kawasan : Taman Nasional Taka Bone Rate

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : SK. Menhut Nomor 92/Kpts-II/2001; Tanggal 26 Februari 2001

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Keputusan Direktorat Jenderal PHKANomor: SK. 150/IV-SET/2012

• Unit Organisasi Pengelola : Balai Taman Nasional Taka Bonerate

• Penetapan : -

3) Luas Kawasan : 530,765 Ha

4) Letak, Lokasi Dan Batas-Batas KawasanSecara administratif kawasan Taka Bonerate merupakan bagian dari

wilayah Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak di Laut Flores pada posisi 120o55’ – 121o25’ Bujur Timur dan 6o20’-7o10' Lintang Selatan.

Kawasan Taka Bonerate berada di Sebelah Tenggara Pulau Selayar. Kawasan ini di sebelah Utara berbatasan dengan wilayah perairan Kecamatan Bontosikuyu, disebelah barat berbatasan dengan wilayah perairan Kecamatan Bontosikuyu dan Pasimasunggu dan di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah perairan Kecamatan Pasimarannu sedangkan sebelah timur berbatasan dengan wilayah perairan Kecamatan Pasilambena dan Perairan Propinsi Sulawesi Tenggara.

3 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Dok. http://tntakabonerate.com

5) Status KawasanSecara umum, hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan

menggunakan perangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa upaya pengelolaan secara umum telah berjalan cukup baik dengan mulai terlihatnya pengelolaan sumberdaya kawasan/sosial ekonomi di level biru dan emas. Meski demikian, perlu dilakukan percepatan/pengembangan upaya pengelolaan pada level-level sebelumnya untuk melengkapi building-block yang belum 100%. Hasil penilaian ini boleh jadi belum secara tepat dan utuh menggambarkan efektivitas pengelolaan di kawasan konservasi tersebut karena penggunaan sudut pandang/perspektif pengelolaan yang tidak sama.

6) Kondisi UmumKabupaten Kepulauan Selayar merupakan kabupaten kepulauan yang

memiliki 123 pulau, 20 diantaranya berpenduduk dan 103 pulau tidak berpenduduk. Dilihat dari luasan, lautan jauh lebih luas jika dibandingkan dengan luas daratannya yaitu 1.357,03 km² dan luas lautan 9.146,66 km².Kabupaten Kepulauan Selayar secara geografis berada antara 5042’ - 7035’ LS dan 120015’ - 122030’ BT.

Secara administratif Taman Nasional Taka Bonerate merupakan bagian wilayah Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini terdiri dari pulau-pulau dan laguna-laguna, umumnya terbentuk dari endapan pasir dan bioerosi (pecahan terumbu

4 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

karang dan kerang-kerangan), yang sudah mengalami pembulatan, pelapukan sehingga terbentuk tanah-tanah muda. Kawasan ini selain terdiri atas puluhan taka dan bungin juga terdapat 21 buah pulau kecil. Pulau-pulau yang ada di wilayah Taka Bonerate berada pada ketinggian sekitar 3 - 4 m dari permukaan laut, terdiri dari pulau-pulau kecil, dengan tekstur tanah pasir berlempung.

Taman Nasional Taka Bone Rate merupakan kawasan atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Luas total dari atol tersebut 220.000 Ha dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km2. Topografi kawasan Taman Nasional Taka Bonerate termasuk unik. Atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Diantara pulau-pulau gosong karang, terdapat selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Sedangkan pada bagian permukaan rataan terumbu, banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah, terlihat dengan jelas daratan kering dan diselingi genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil.

Berdasarkan pencatatan stasiun meteorologi Benteng secara rata-rata jumlah hari hujan per bulan sekitar 11 hari dengan bulan terbanyak pada Januari (22 hari hujan) dan jumlah curah hujan 216 mm dengan curah hujan terbesar di bulan Juni (480 mm).

7) Target Konservasi:

Pendekatan konservasi dalam menetapkan kawasan konservasi adalahdidasarkan pada kawasan tersebut yang unik memiliki terumbu karang yangluas yang di dalamnya terdapat biota yang tergantung pada kelangsunganhidup terumbu karang. Taman Nasional Taka Bonerate dikelola dengansistem zonasi. Pada Rencana Pengelolaan Taman Nasional Jangka Panjang(RPTN-JP) TN Taka Bonerate Tahun 1997-2022 telah menetapkanpembagian zona indikatif di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Zonasitersebut telah diimplementasikan dan dikelola oleh TN Taka Bonerate yangmencakup 4 (empat) jenis zona yaitu :

a) Zona Inti

Bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Memiliki tipe ekosistem khas sebagai keterwakilan tipe ekosistem taman nasional, serta memiliki keanekaragaman jenis flora, fauna yang tinggi, endemik, langka, terancam punah dan dilindungi, serta memiliki

5 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

keanekaragaman hayati yang tinggi, gejala alam, serta fenomena alam. Luas keseluruhan Zona Inti sebesar 8.341 Ha meliputi wilayah :

• Perairan dan daratan Pulau Tinabo Kecil, secara geografis terletakpada 121°3’57,643”BT - 121°5’31,872” BT dan 6°33’17,039”LS -6°35’4,947”LS

• Perairan dan daratan Pulau Tinanja, secara geografis terletak pada121°9’30,975”BT - 121°11’8,942” BT dan 6°31’54,57”LS -6°34’25,265”LS

• Perairan dan daratan Pulau Ampalassa, secara geografis terletak pada121°16’17,003”BT - 121°17’55,01” BT dan 6°54’18,958”LS -6°56’24,927”LS

• Perairan dan daratan Pulau Latondu Kecil, secara geografis terletakpada 120°54’48,872”BT-120°58’15,605” BT dan 6°29’18,856”LS -6°33’23,411”LS

• Perairan Taka Balalong Timur dan Perairan Taka Kumai Barat, secarageografis terletak pada 121°7’5,334”BT - 121°10’35,664” BT dan6°50’31,541”LS - 6°53’40,128”LS

b) Zona Perlindungan Bahari

Bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada Zona Inti dan Zona Pemanfaatan. Secara keseluruhan luas Zona Perlindungan Bahari sebesar 21.188 Ha meliputi wilayah:

• Perairan Pulau Latondu Besar (diluar Zona Pemanfaatan), secarageografis terletak pada 120°58’6,006”BT - 121°0’59,786” BT dan6°28’47,669”LS - 6°31’13,78”LS

• Perairan Pulau Latondu kecil (diluar Zona Inti), secara geografis terletakpada 120°54’18,281”BT - 120°58’46,103”BT dan 6°28’48,239”LS -6°33’52,814”LS

• Perairan Pulau Tinabo Besar (diluar Zona Pemanfaatan), secarageografis terletak pada 121°5’24,167”BT - 121°7’11,724”BT dan6°33’5,947”LS - 6°35’28,004”LS

• Perairan Pulau Tinabo Kecil (diluar Zona Inti), secara geografis terletakpada 121°3’39,916”BT - 121°5’41,638”BT dan 6°32’46,439”LS -6°35’24,666”LS

• Perairan Bungin Tinabo, secara geografis terletak pada121°2’42,589”BT - 121°3’47,86” BT dan 6°33’38,024”LS -6°35’14,375”LS

• Perairan Pulau Tinanja (diluar Zona Inti), secara geografis terletak pada121°9’1,275”BT - 121°11’39,03” BT dan 6°31’25,379”LS - 6°34’54,92”LS

6 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

• Perairan Taka Lasalimu, secara geografis terletak pada 121°10’16,402”BT – 121°12’1,897” BT dan 6°34’24,115”LS - 6°36’4,407”LS

• Perairan Pulau Lantigiang dan Taka Lantigiang, secara geografisterletak pada 120°56’47,116”BT - 120°59’36,194” BT dan6°39’26,871”LS - 6°43’20,934”LS

• Perairan Pulau Ampalassa (diluar Zona Inti), secara geografis terletakpada 121°15’46,931”BT - 121°18’0,95” BT dan 6°53’48,281”LS -6°56’54,41”LS

• Perairan Taka Balanda, secara geografis terletak pada121°17’17,029”BT - 121°20’19,052” BT dan 6°51’46,309”LS -6°56’58,855”LS

• Perairan Pulau Tambuna Besar, secara geografis terletak pada121°12’1,826”BT - 121°14’9,77” BT dan 6°59’9,972”LS - 7°1’34,18”LS

• Perairan dan Pulau Pasitallu Barat, secara geografis terletak pada121°2’49,162”BT - 121°4’44,985” BT dan 7°1’25,638”LS - 7°3’47,009”LS

• Perairan Taka Balalong (diluar Zona Inti), dan Perairan Taka Kumai(diluar Zona Inti), secara geografis terletak pada 121°6’35,185”BT -121°11’5,481” BT dan 6°48’36,487”LS - 6°54’11,004”LS

c) Zona Pemanfaatan

Bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensi alamnya ruang ini dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya, serta untuk dikembangkan dan dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Secara keseluruhan luas Zona Pemanfaatan sebesar 500.879 Ha yang terbagi atas:

• Zona Pemanfaatan yang diperuntukkan bagi masyarakat dalamkawasan TN Taka Bonerate untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harimeliputi seluruh wilayah yang termasuk dalam zona ini (kecuali ZonaInti, Zona Perlindungan Bahari dan Zona Khusus). Selain itu terdapatlokasi-lokasi tertentu yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitarkawasan dan masyarakat umum. Aktivitas wisata dapat dilakukan diseluruh zona ini.

• Zona Pemanfaatan yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitarkawasan TN Taka Bonerate dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari,seluas 14.013 Ha yang meliputi: Taka Sepe, Taka Teros, Perairanantara Taka Sepe dan Taka Teros, Taka Bubbe, Perairan antara TakaTeros dan Taka Bubbe, Taka Mattongkoang, Perairan antara TakaBubbe dan Taka Mattongkoang, Taka Subu, Taka Tobajo, Perairanantara Taka Tobajo dan Taka Mattongkoang, Perairan antara TakaTobajo dan Taka Teros, Taka Takere. Secara geografis terletak pada

7 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

121°2’5,988”BT - 121°16’6,984” BT dan 6°40’18,461”LS - 6°48’31,813”LS.

• Zona Pemanfaatan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalampemenuhan kebutuhan sehari-hari, meliputi wilayah perairan laut dalam(>200 m) seluas 309.089 Ha. Secara geografis terletak pada120°55’00”BT - 121°25’00” BT dan 6°20’00”LS - 7°10’00”LS

• Zona Pemanfaatan yang diperuntukkan bagi aktivitas wisata, seluas3.699 Ha yang meliputi Perairan dan Pulau Tinabo besar, Perairan TakaGantarang dan Perairan Pulau Jinato sebelah Selatan. Dalam wilayahini tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pemanfaatan/pengambilan sumberdaya alam yang terdapat didalamnya.

d) Zona Khusus

Merupakan wilayah daratan berupa pulau-pulau berpenduduk, yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional, termasuk sarana penunjang kehidupannya antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik. Secara keseluruhan luas zona Khusus sekitar 357 Ha. Cakupan Zona Khusus meliputi:

• Pulau Rajuni Besar, secara geografis terletak pada 121°1’13,706”BT -121°1’33,355” BT dan 6°33’51,091”LS - 6°34’57,83”LS

• Pulau Rajuni Kecil, secara geografis terletak pada 120°59’45,745”BT -120°59’59,786” BT dan 6°31’51,596”LS - 6°32’47,502”LS

• Pulau Latondu, secara geografis terletak pada 120°58’43,517”BT -121°0’5,204” BT dan 6°29’39,625”LS - 6°30’20,791”LS

• Pulau Tarupa, secara geografis terletak pada 121°7’51,394”BT -121°8’10,25” BT dan 6°29’20,939”LS - 6°29’51,756”LS

• Pulau Jinato, secara geografis terletak pada 120°58’1,134”BT -120°58’19,693” BT dan 6°45’1,314”LS - 6°46’5,75”LS

• Pulau Pasitallu Timur, secara geografis terletak pada 121°7’12,435”BT -121°7’24,701” BT dan 7°4’8,177”LS - 7°4’51,265”LS

• Pulau Pasitallu Tengah, secara geografis terletak pada121°5’39,909”BT - 121°6’1,747”BT dan 7°3’29,02”LS - 7°4’6,369”LS.

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

Secara umum ekosistem mangrove tidak terlalu banyak di Kabupaten Kepulauan Selayar hanya memiliki luasan sekitar 16,53 Ha terdapat Rhizopora spp dan Avicenna spp. Kabupaten ini merupakan gugusan pulau-pulau karang dikenal sebagai pulau atol. Luasan terumbu karang teridentifiksi mencapai 33.313,86 Ha. Tutupan karang didominasi oleh bentuk koloni karang Non Acropora dalam bentuk karang bulat (massif), karang menjalar dan bercabang. Luasan lamun tidak terlalu banyak, karena kondisi pantai

8 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

yang curam berbatu dan patahan. Jenis lamun yang ditemukan adalah Thallasia sp, Cymodecae sp, Halophyla sp, Syrongodium sp, Halodule sp, dan Enhalus sp.

Ditemukan 3 (tiga) kategori terumbu karang pada kawasan TN Taka Bonerate, yaitu terumbu karang penghalang (barrier reef), terumbu karang tepi (fringing reef) dan Atoll.Kawasan ini merupakan habitat bagi spesies karang, lamun, ikan karang, makro algae, kerang-kerangan, mollusca, dan biota laut lainnya. Luasan habitat terbagi atas karang hidup (10.029 Ha), karang mati (8.559 ha), lamun dan algae (19.748 ha), paparan pasir (20.381 ha), pulau/daratan (437 ha) dan bungin/sand dunes (76 ha) (COREMAP-PSTK Unhas 2000).

Terumbu karang ditemukan ada 49 genera, 46 genera Scleractinia dan 3 genera non-Scleractinia, yang terdiri 233 spesies penyusun terumbu karang.Ikan karang ditemukan sekitar 362 spesies dari 36 famili, 115 genus.Lamun yang ditemukan ada 9 spesies dari 6 genera. Makro algae ditemukan 83 spesies dari 37 genera yang terdiri dari 44 spesies algae hijau, 13 spesies algae coklat dan 26 spesies algae merah (COREMAP-PSTK Unhas 2000).

Hasil survey yang pada tanggal 1 Oktober tahun 2015 dilakukan penyelaman pada 3 lokasi pengamatan. Lokasi dan titik koordinat penyelaman adalah sebagai berikut:

• Pulau Tinanja : 06o 33’ 12,96” LS dan 121o 10’ 35,00” BT • Pulau Tinabo Kecil : 06o 34’ 25,72” LS dan 121o 04’ 29,60” BT • Pulau Latondu Kecil : 06o 31’ 08,76” LS dan 121o 58’ 16,82” BT

Persentase penutupan pada masing-masing zona inti ditunjukkan pada Gambar berikut.

am

0%20%40%60%80%

100%

P. Tinanja P. TinaboKecil

P.Latondu

Kecil

Persen Penutupan Hard Coral Zona inti TN (laut) Taka Bonerate

Abiotik

Other Biota

Algae

Death Coral

Soft Coral

Hard Coral

9

bar 1. Grafik Persentase Penutupan Terumbu Karang di Zona inti TN laut Taka Bonerate (Data primer 2015).

PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04/MENLH/02/2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang Kategori kondisi terumbu karang, kondisi terumbu karang di Zona inti P. Tinanja dan P. Tinabo Kecil adalah sedang yaitu masing-masing 28,00% dan 40%, sementara itu untuk zona inti P. Latondu Kecil adalah memiliki kondisi terumbu karang yang buruk yaitu 10,00%. Pada zona-zona inti tersebut lebih banyak didominasi oleh soft coral dan algae. Persentase penutupan soft coral, algae, death coral, dan biota laut lainnya (other biota) disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Persentase penutupan terumbu karang zona inti TN Laut Taka Bonerate Oktober 2015

TN. Taka Bonerate P. Tinanja P. Tinabo Kecil P. Latondu Kecil

Hard Coral 28,00% 40,00% 10,00% Acropora 26,00% 38,00% 8,00%

Non Acropora 2,00% 2,00% 2,00%

Soft Coral 60,00% 12,00% 24,00% Death Coral 2,00% 0,00% 0,00% Algae 8,00% 32,00% 48,00%

Other Biota 2,00% 0,00% 0,00%

Abiotik 0,00% 16,00% 18,00% Total penutupan (%) 100% 100% 100%

H' Index 1,81 2,82 3,29

H' Max 2,00 3,17 3,81

Similarity Index (E) 0,90 0,89 0,86 Dominancy Index (C) 0,30 0,17 0,12

Sumber : data primer, 2015 (diolah)

Berdasarkan hasil pengamatan yang terpantau dalam tiga lokasi pengamatan spesies ikan karang yang mayoritas ditemui sebanyak 34 species yang merupakan anggota dari 13 famili yaitu; Acanthuridae, Balistidae, Chaetodontidae, Labridae, Lethrinidae, Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae, Pomacanthidae, Scaridae, Serranidae, Siganidae dan Zanclidae.

10 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Mollusca ditemukan sebanyak 4 kelas, 56 famili, dan 290 species ditemukan juga 4 jenis penyu yaitu jenis Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) dan Penyu Tempayan (Caretta caretta). Echinodermata yang terdapat di kawasan TNTBR terdiri dari bintang laut (Asteroidea spp 8 jenis), lili laut (Crinoidea spp), bulu babi (Echinoidea spp 13 jenis) serta teripang (Holuthuria spp 11 jenis), dan udang/kepiting (Crustacea 15 spesies). Mamalia laut seperti ikan paus (Cetaceans sp), lumba-lumba (Tursiops truncatus), dan ikan duyung (dugong dugong) juga ditemukan pada kawasan ini. Selain itu beberapa jenis ikan pelagis seperti ikan hiu (Sphyrna spp), ikan pari (manta/sting ray), cakalang (Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus sp) dan tuna (Thunnus, albacores). Banyak pula terdapat jenis burung yaitu 33 spesies, terdiri dari 11 spesies burung darat, 13 spesies burung pantai dan 9 spesies burung laut (COREMAP-PSTK Unhas 2000).

11

Gambar 2 Kondisi Ekosistem Terumbu karang Zona inti TN Laut Taka Bonerate

PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

9) Kondisi Sosial Budaya Dan Ekonomi

Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2013 berjumlah 127.220 jiwa yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Benteng yaitu sebanyak 23.206 jiwa. Secara umum Taman Nasional Laut Taka Bone Rate (TNTBR) berada di Kecamatan Takabonerate yang memiliki 13 desa. Jumlah penduduk di kecamatan ini sebesar 12.922 jiwa dengan 3.036 rumah tanga. Luas kecamatan sebesar 49,30 km2 sehingga angka kepadatan penduduk sebesar 262 jiwa/km2 .

Dikawasan ini terdapat banyak Taka (bahasa: selayar) atau pasi(bahasa: bajo) diantaranya Taka Gantarang, Taka Lamungan, Taka Selat Latondu, Taka Rajuni, Taka Rajuni Timur, Taka Tumbor, Taka Tumbor Kecil, Taka Lasalimu, Taka Silebu, Taka Sirobe, Taka Takere, Taka Tobajo, Taka Subu, Taka Mattongkoang, Taka Teros, Taka Sepe, Taka Bubbe, Taka Lantigiang, Taka Kayubulan Barat, Taka Kayubulan Timur, Taka Gama, Taka Salo, Taka Miriam Barat, Taka Miriam Timur, Taka Balalong, Taka Taburi, Taka Totoke, Taka Bongko, Taka Kumai, dan Taka Balanda serta beberapa bungin diantaranya Bungin Tinanja, Bungin Lalo, Bungin Siberaga, Bungin Belle dan Bungin Kamase.

Secara umum, mata pencaharian penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar didominasi oleh sektor pertanian yaitu 26.004 orang, disusul jasa-jasa 10.741 orang, perdagangan 5.661 orang, dan industri 3.707 orang (Kabupaten Dalam Angka, 2014). Namun demikian, mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah sektor perikanan dengan jenis usaha sebagai pengusaha hasil-hasil laut, pedagang ikan, penjual bahan-bahan kebutuhan pokok, dan pengusaha pelayaran. Masyarakat sebaga nelayan dengan jumlah rumah tangga sekitar 7.032 rumah tangga nelayan, 404 rumah tangga petambak, dan 944 rumah tangga pembudidaya.

10) Potensi Perikanan

Produksi ikan tangkapan di laut tahun 2013 sebesar 28.573,2 ton mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 29.888,14 ton. Untuk kegiatan perikanan, nelayan kabupaten ini umumnya skala kecil karena didominai oleh perahu tanpa motor dan motor tempel, yaitu perahu tanpa motor 171 unit perahu jukung, 346 unit perahu kecil, 442 unit perahu sedang, 290 unit perahu besar, dan 3.119 unit perahu motor, serta 2.490 motor tempel. Alat tangkap ikan terdiri dari jaring angkat 131 unit, jaring insang 1899 unit, muroami 101 unit, perangkap 290 unit, pancing 2.765 unit, dan purse seine 15 unit.

12 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

11) Potensi Pariwisata

Sebagai kabupaten kepulauan, keindahan terumbu karang dan jejeran pasir putih di sepanjang pantai Kabupaten Selayar merupakan potensi wisata bahari yang menjanjikan. Taman Nasional Takabonerate misalnya, adalah salah satu objek wisata yang diandalkan. Lokasi lain yang menjadi lokasi wisata antara lain Pantai Talloya (Desa Bungaya), Pantai Ngapolohe (Desa Bonea Makmur), Pantai Babaera (Desa Bontomarannu), Pantai Liang Tarussu dan Pantai Jeneiya (Desa Bontobarusu), Pantai Bolaiya (Desa Patilereng), Pantai Patumbukang dan Apatana (Desa Loak), dan masih banyak lagi.

12) Aksesibilitas

Waktu tempuh Kabupaten Kepulauan Selayar ke Makasar yang menjadi ibukota Sulawesi Selatan adalah 5 jam melalui transportasi darat (Makasar-Bulukumba), yang dilanjutkan dengan transportasi laut melalui Pelabuhan Ferry Bira (Bulukumba) - Pamatata (Selayar) 3,5 jam, atau Pelabuhan Leppe'e (Bulukumba) - Benteng (Selayar) 1,5 jam. Selain itu, saat ini telah tersedia transportasi udara, yaitu dari Bandara Hasanuddin ke Bandara Aroeppala (Selayar) selama 45 menit. Sementara transportasi antar ibukota kabupaten dengan pulau-pulau sekitarnya dijangkau dengan menggunakan kapal regular yang telah tersedia.

13 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

13) Peta Lokasi

Gambar 3. Peta Taman Nasional Laut Taka Bone Rate (SK Dirjen PHKA No: SK 150/IV-SET/2012)

14 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

2.2 Taman Wisata Perairan Kapoposang Kabupaten Pangkep

1) Nama Kawasan : TWP Kapoposang

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : Kepmenhut No. 588/Kpts-VI/1996

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Keputusan Menteri Kelautan danPerikanan No 59/KEPMEN-KP/2014

• Unit Organisasi Pengelola : Balai KKPN Kupang

• Penetapan : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 66/MEN/2009

3) Luas Kawasan : 50.000 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Posisi geografis kawasan ini berada di 1180 54’ 00" BT – 1190 10’ 00’’ BT dan 040 37’ 00’’ LS – 040 52’ 00’’ LS. Taman Wisata Perairan (TWP) Kapoposang terletak di Kecamatan Liukang Tupabbiring pada 2 desa berbeda, yakni Desa Mattiro Ujung di sebelah barat, yang meliputi Pulau Pandangan dan Pulau Kapoposang; dan Desa Mattiro Matae di sebelah timur, yang meliputi Pulau Gondongbali, Pulau Tambakulu, Pulau Suranti, dan Pulau Pamanggangan. Luas Wilayah Kecaman Liukang Tupabbiring mencakup 140 Km2, sebagian besar terdiri dari perairan dan 43 buah pulau. Ibukota kecamatan berna Mattiro Sompe terletak di pulau Balang Lompo. Jarak Mattiro Sompe dari Pangkajene mencapai 22 Km. Batas-Batas wilayah administrasinya adalah sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan Selat Makasar• Sebelah timur berbatasan dengan Mattiro Walie• Sebelah selatan berbatasan dengan Perairan Kota Makasar• Sebelah barat berbatasan dengan Liukang Kalmas dan Selat Makasar

5) Status Kawasan

Hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu :

• Menempatkan petugas pengelola pada kawasan konservasi

• Tempatkan SDM yang ditetapkan dengan SK pada unit organisasipengelola.

15 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

• Melakukan kajian untuk memastikan bahwa jumlah SDM di unit organisasipengelola memadai untuk menjalankan organisasi.

6) Kondisi Umum

Kepulauan Kapoposang merupakan bagian dari Kepulauan Spermonde dan secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) Provinsi Sulawesi Selatan. SK Menteri Kehutanan No. 588/Kpts-VI/1996 tanggal 12 September 1996 menetapkan Kepulauan Kapoposang sebagai Taman Wisata Alam Laut dengan luasan sebesar 50. 000 hektar dan memiliki panjang batas 103 km. Pengelolaan Kepulauan Kapoposang dan perairan sekitarnya telah diserahkan kepada Departemen Kelautan dan Perikanan sesuai dengan berita acara serah terima no: BA.01/menhut-IV/2009 dan No. BA. 108/MEN.KP/III/2009 pada tanggal 4 maret 2009 dengan nama Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya (TWP Kepulauan Kapoposang). TWP Kapoposang ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Kep.66/Men/2009 tentang penetapan kawasan konservasi perairan nasional Kepulauan Kapoposang dan laut disekitarnya di Provinsi Sulawesi Selatan, pada tanggal 3 September 2009.

Kawasan Pelestarian Alam dengan fungsi Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya yang diserahterimakan dari Departemen Kehutanan ke Departemen Kelautan terdiri dari 6 pulau, yaitu pulau Kapoposang dengan luas ± 42 Ha, Pulau Papandangan dengan luas ± 13 Ha, Pulau Kondongbali dengan luas ± 15 Ha, Tambakhulu ± 5 Ha, Pamanggangang ± 5 Ha dan Suranti ± 4 Ha. Kepulauan Kapoposang masuk dalam wilayah administratif kecamatan Liukang Tuppabiring. Kecamatan Liukang Tuppabiring meliputi 1 kelurahan, 13 desa, 2 lingkungan,24 dusun, 3 RW dan 91 RT. Kawasan ini memiliki luas 50.000 Ha dan telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan no KEP. 66/MEN/2009

16 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Kapoposang dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Sulawesi Selatan.

Iklim dalam kawasan TWP Kepulauan Kapoposang ditandai oleh dua musim dengan keadaan cuaca yang secara significant berbeda yaitu musim timur (musim Hujan) pada bulan November-Mei dan musim Barat (Kemarau) pada bulan Juni – November. Musim Timur ditandai dengan keadaan laut yang berombak tinggi, curah hujan yang intensif dan angin yang bertiup kencang, sedangkan pada musim Barat laut relative tenang dan curah hujan rendah. Hari hujan 159 hari/tahun. Rata-rata temperature 270C dan berkisar antara 180C-370C.

7) Target Konservasi

Pendekatan konservasi dalam menetapkan kawasan konservasi adalah didasarkan pada kawasan tersebut dengan melakukan zonasi dan dibagi menjadi 3 zona (Gambar 1), yaitu :

a) Zona inti; Zona inti kawasan konservasi perairan TWP KepulauanKapoposang dan Laut di Sekitarnya terdapat di 2 (dua) lokasidengan luas total 1.086,87 ha (2,22%).• Zona Inti 1 dengan nama Mattiro Matae seluas 312,93 Ha. Pulau kecil

tidak berpenghuni dan berpasir putih yang memiliki keanekaragamanekosistem terumbu karang dan kepadatan ekosistem lamun yangtinggi. teridentifikasi sebagai daerah spawning ikan kerapu danmerupakan daerah nursery ground bagi spesies ikan karang.Beberapa lokasi di pantai pasir putih merupakan areal pendaratanpenyu sisik dan penyu hijau bertelur

• Zona Inti 2 dengan nama Mattiro Ujung seluas 773.94 Ha. PulauKapoposang merupakan pulau terbesar di kawasan konservasiperairan. Potensi yang dimiliki antara lain keanekaragaman dankepadatan ekosistem lamun dan terumbu karang yang tinggi, daerahpemijahan ikan karang, teridentifikasi sebagai daerah pemijahan(Spawning) untuk jenis kima (Tridacna sp), daerah asuhan (nurseryground) untuk spesies penyu sisik dan penyu hijau. sedangkan pantaipasir putihnya merupakan daerah pendaratan penyu untuk bertelur.

17 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Gambar 4. Peta Zonasi TWP Kepulauan Kapoposang

b) Zona perikanan berkelanjutan TWP Kepulauan Kapoposang; Zonaini dibagi 2 yaitu; (1) Sub Zona Perikanan Berkelanjutan Umum yangterletak di perairan di luar Pulau-Pulau dan Gosong-Gosong di TWPKepulauan Kapoposang, dengan luas total 39.340,3 ha (78,7%). (2) SubZona Perikanan Berkelanjutan Tradisional tedapat dua area danmempunyai total luas kawasan sebesar 3.414 Ha (6,8%).

c) Zona pemanfaatan; Zona pemanfaatan terdiri dari 8 (delapan) lokasidengan luas total 6.123 ha (12,2%).• Zona pemanfaatan 1, diPerairan Pulau Suranti, Pemanggangan timur

pulau Gondongbali dengan luas 349,1 Ha (0,7%).• Zona pemanfaatan 2,di perairan di bagian timur Papandangan dengan

luas 244,3 ha (0,5%).• Zona pemanfaatan3,di perairan barat, timur dan barat pulau

Kapoposang dengan luas 1.521,3 ha (3,0%).• Zona pemanfaatan 4, terletak di perairan selatan pulau Kapoposang

seluas 358,1 ha (0,7%).• Zona pemanfaatan 5, di selatan dan tenggara pulau Kapoposang

dengan luas 2.881,3 ha (5,8%)• Zona pemanfaatan 6, di perairan pulau Tambakulu dengan luas 228,1

ha (0,5%).• Zona pemanfaatan7, diperairan pulau Gondongbali dengan luas 200,9

ha (0,4%).• Zona pemanfaatan 8, diperairan pulau Pamanggangan dengan luas

340,0 ha (0,7%).

18 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

• Ekologis

Kondisi pasang tertinggi di perairan kawasan TWP Kepulauan Kapoposang umumnya dan juga dipulau Kapoposang khususnya terjadi pada pukul 17.00 WIB dan surut maksimal pada pukul 11.00-12.00 WIB. Berdasarkan informasi dilapangan pada umumnya air tanah di Kapoposang dan sekitarnya relatif dangkal. Air tanah di bagian barat pantai umumnya payau sedangkan dibagian tengah dan selatan tawar tetapi semakin ke timur ke arah pantai meningkat menjadi agak payau. Kualitas air tanah di kepulauan Kapoposang, dibeberapa lokasi masih memenuhi persyaratan untuk air minum dan tidak terpengaruh atas instrusi air laut.

• Keanekaragaman Hayati

Flora darat dapat ditemukan dalam jumlah dan variasi cukup banyak di pulau kapoposang, tambak hulu, Pamanggangan dan Suranti. Sedangkan di Pulau Kondongbali dan Papandangang flora darat relative terbatas, karena penggunaan lahan sudah didominasi oleh pemukiman. Potensi flora di daratan kepulauan Kapoposang meliputi tiga jenis pohon utama, yakni Kelapa, cemara laut dan sukun. Selain itu pula terdapat sejumlah perdu dengan jenis yang agak banyak adalah santigi ditambah dengan pisang yang telah dibudidayakan secara intensif.

Flora yang potensial adalah rumput laut, hanya berdasarkan hasil pengamatan lapangan penutupan rumput laut di kepulauan Kapoposang sudah berkurang bahkan bias dikatakan sdh tdk ada. Tumbuhan padang lamun terlihat sangat mendominasi areal sekitar pantai, dengan demikian, areal sekitar pantai yang letaknya berbatasan dengan terumbu karang, penutupannya didominasi oleh padang lamun.

Secara umum kondisi terumbu karang banyak mengalami kerusakan, baik karena perbuatan manusia berupa penggunaan bahan peledak dan racun pembius dalam penangkapan ikan. Terumbu karang yang sudah rusak banyak ditemukan di perairan pulau kondongbali dan Papandangan. Daerah Tenggara Kepulauan Kapoposang berpasir putih yang relative luas yang merupakan daerah wisata. Daerah tersebut ditumbuhi dengan rataan terumbu tengah yang lebar dengan dasar pasir yang hamper semuanya ditutupi lamun. Karang di daerah ini hamper semuanya mati dan ditutupi lumut, umumnya dari jenis Acropora spp. Beberapa koloni karang yang mulai tumbuh kembali umumnya dari karang dengan bentuk pertumbuhan massif.

19 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Distribusi dan jumlah penduduk dalam kawasan TWP Kepulauan Kapoposang tersebar pada 3 pulau yang berpenghuni yaitu pulau Kapoposang, Papandangan dan Kondongbali. Penduduk Pulau Kapoposang mencapai 522 jiwa meliputi 117 KK. Komposisi Penduduknya terdiri dari 249 laki-laki dan 273 Perempuan. Penduduk Pulau papandangan mencapai 850 jiwa meliputi 206 KK. Komposisi penduduknya terdiri dari 465 laki-laki dan 415 perempuan. Penduduk pulau Kondongbali sebanyak 278 KK, jumlah jiwa 1802 jiwa, (terdiri dari 843 laki-laki dan 959 perempuan). Secara Demografis, Kepadatan penduduk di Kepulauan Kapoposang sebenarnya relative rendah di banding pulau nelayan lain di Sulawesi Selatan. Dengan luas daratan sekitar 84 hektar, dengan jumlah penduduk sekitar 3174 jiwa, berarti kepadatan penduduk di TWP Kepulauan Kapoposang sekitar 37 jiwa/ha. Kepadatan penduduk masing-masing pulau adalah : Kapoposang 6 jiwa/ha, Papandangan 10 jiwa/ha, Kondongbali 21 jiwa/ha. Bila dibanding pulau nelayan lain di Sulawesi Selatan, kepadatan penduduk di TWP kepulauan Kapoposang jauh lebih rendah. Ditinjau dari jumlah penduduk, penduduk Kondongbali lebih besar dari pada penduduk pulau lainnya, hal ini karena Kondongbali merupakan kota kecamatan dan telah berkembang pesat sebagai pintu masuk ke kawasan Kapoposang. Sebagaian besar masyarakat mata pencaharian utama penduduk Kepulauan Kapoposang berhubungan dengan hasil laut.

10) Potensi Perikanan

Fauna laut yang dominan di kepulauan kapoposang adalah berbagai jenis ikan perairan, baik sebagai ikan pangan, ikan hias maupun obyek wisata laut. Ikan pangan didominasi oleh Lutjanus decussates, Siganus Spp dan Naso spp. Ikan yg berpotensi sebagai ikan hias dan daya Tarik wisata didominasi jenis Hemitaurichtys polylepis dan Chaetodon kleini dari suku Chaetodontidae. Jenis-jenis ikan ini masing-masing dapat ditemui pada daerah paparan terumbu karang dan drop off. Dalam 5 tahun terakhir, terdapat kecenderungan penurunan hasil tangkapan ikan karang utama oleh nelayan pancing di kepulauan kapoposang, tetapi untuk nelayan yang menggunakan alat tangkap bahan peledak atau racun pembius yang umumnya berasal dari luar kawasan kapoposang, jumlah tangkapannya tetap bahkan meningkat.

11) Potensi Pariwisata

a) Diving : Selama ini pantai Pulau Kapoposang dijadikan tempat untukbermain Diving oleh wisatawan. Hal ini karena keindahan terumbu

20 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kapoposang mempunyai nilai keindahan yang cukup besar bila dibandingkan dengan pantai lainnya. Kegiatan ini sangat menarik wisatawan untuk mengunjungi pantai Pulau Kapoposang. Ditambah lagi dengan kualitas pantai yang belum tercemar oleh kerusakan alam dan juga pasir putih yang mengelilingi sepanjang kawasan pantai.

b) Snorkeling : Pantai Pulau Kapoposang mempunyai ekosistem terumbukarang dan jenis flora dan fauna yang keanekaragamannya cukup tinggi.Keindahan ini sangat menarik minat wisatawan untuk melakukan kegiatansnorkeling untuk menikmati keindahan pantai Kapoposang di waktusenggang.

c) Fishing : Pantai Pulau Kapoposang juga memiliki jenis ikan yang sangatberanekaragam. Jenis ikannya masih cukup banyak karena masih belumdirusak oleh aktivitas penangkan ikan dengan menggunakan alat-alatkeras ataupun karena faktor lingkungan. Wisatawan melakukan kegiatanFishing pada waktu-waktu senggang sambil menikmati suasana keindahanpantai Pulau Kapoposang.

d) Budidaya Rumput Laut : Pulau Kapoposang selain mempunyai jenis floradan fauna yang beranekaragam, juga memiliki jenis rumput laut yangcukup bagus. Sehingga hal ini menarik wisatawan untuk datang dan belaartentang bagaimana kegiatan budidaya rumput laut yang sudah dijadikantradisi bagi masyarakat Pulau Kapoposang.

e) Melihat Penyu Bertelur dan Aktivitas Penangkapan Nener : Pada lokasipantai lain, kegiatan melihat Penyu bertelur dan aktivitas PenangkapanNener sudah jarang kita dapati. Hal ini disebabkan oleh kondisi kerusakanpantai yang belum tertangani dengan baik. Di pantai Pulau Kapoposangkeadaan hewan seperti Penyu, Nener masih terjaga dengan baik darikerusakan. Kondisi ini menjadikan wisatawan untuk mengunjunginya.

f) Sun Rise & Sun Set : Dengan keindahan pantai yang masih alami, kondisilingkungan yang masih bagus. Menarik wisatawan untuk menikmatikeindahan Sun Rise dan Sun Set. Untuk ini cukup menarik untuk dilakukankarena didukung oleh nilai keindahan pantai yang cukup bagus.

12) Aksesibilitas

Akses menuju kawasan TWP Pulau Kapoposang saat ini dapat menggunakan beberapa jalur pelayaran yakni dari Ujung Pandang melalui Pelabuhan Paotere dan POPSA; dari Maros melalui pelabuhan Kalibone; dan dari Pangkep melalui pelabuhan Semen Tonasa. Pelayaran menggunakan perahu bermotor milik nelayan yang disewa, dengan tingkat keamanan pelayaran yang relatif baik. Dengan perahu bermotor yang lazim dipakai nelayan, waktu tempuh Ujung Pandang-Kapoposang sekitar 6 jam,

21 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

sedangkan waktu tempuh dari Maros dan Pangkep masing-masing 7 dan 8 jam. Wisatawan umumnya ke TWP Pulau Kapoposang melalui pelabuhan di Ujung Pandang. Selain menggunakan perahu bermotor, penggunaan speed-boat juga sudah dirintis oleh pengusaha yang mengkordinir kunjungan ke Pulau Kapoposang, waktu tempuhnya bisa dua-sampai tiga jam.

Terdapat 3 pintu (pelabuhan) untuk masuk ke kawasan TWP kepulauan Kapoposang, yaitu : Pelabuhan Pulau Kondongbali untuk kunjungan penduduk dari luar kawasan, Pelabuhan Pulau Papandangan untuk transportasi internal (wisata dan biasa), dan Pelabuhan Pulau Kapoposang untuk kunjungan wisata dan internal kawasan TWP antara lain untuk pengambilan air, perikanan, dan lain-lain.

22 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

13) Peta Lokasi

Gambar 5. Lokasi Kawasan Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang.

23 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

2.3 Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Luwu Utara

1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Luwu Utara

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : SK Bupati No. 287 Tahun 2010

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -

• Unit Organisasi Pengelola : Di bawah dinas kelautan dan perikanan

• Penetapan : Belum diusulkan proses penetapan

3) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Masamba sebagai Ibukota Kabupaten Luwu Utara berjarak 430 Km kearah utara dari Kota Makassar. Letak Geografis Luwu Utara yaitu 2o30’45”–2o37’30”LS dan 119o41’15”–121o43’11”. Secara geografis berbataskan, Provinsi Sulawesi Tengah di bagian utara, sebelah timur Kabupaten Luwu Timur, selatan dengan Kabupaten Luwu dan Teluk Bone serta sebelah barat Kabupaten Mamuju dan Tator, sehingga Kabupaten Luwu Utara merupakan simpul dari Propinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi1

4) Status Kawasan

Secara umum, hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakanperangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa inisiasi upaya pengelolaan sudahmulai terlihat di level merah. Dibutuhkan upaya percepatan pengelolaan lebihlanjut terhadap kawasan konservasi ini. Hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu:

• Tempatkan petugas pengelola pada kawasan konservasi.

• Tempatkan SDM yang ditetapkan dengan SK pada unit organisasipengelola.

• Lakukan kajian untuk memastikan jumlah SDM di unit organisasi pengelolamemadai untuk menjalankan organisasi

5) Kondisi Umum

Berdasarkan posisinya yang sangat strategis, dimana Kabupaten Luwu Utara yang berfungsi sebagai pintu gerbang Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Provinsi Sulawesi Tenggara sehingga bisa bertumbuh cepat dimasa depan. Demikian pula akan adanya infrastuktur jalan

1 (http://washluwuutara.blogspot.co.id/2010/09/profil-kabupaten-luwu-utara.html).

24 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

dan jembatan yang memadai, sistem telekomunikasi dan sarana/prasarana lainnya, hal ini akan mendorong Kabupaten Luwu Utara menjadi pusat pengembangan pertanian di Provinsi Sulawesi Selatan Bagian Utara2.

Kabupaten Luwu Utara adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Masamba. Luwu Utara terletak pada koordinat 2°30’45”–2°37’30”LS dan 119°41’15” – 121°43’11” BT. Secara geografis kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Sulawesi Tengah di bagian utara, Kabupaten Luwu Timur di sebelah timur, Kabupaten Luwu di sebelah selatan dan Kabupaten Mamuju di sebelah barat. Kabupaten Luwu Utara yang dibentuk berdasarkan UU No. 19 tahun 1999 dengan ibukota Masamba merupakan pecahan dari Kabupaten Luwu. Saat pembentukannya daerah ini memiliki luas 14.447,56 km2 dengan jumlah penduduk 442.472 jiwa. Dengan terbentuknya Kabupaten Luwu Timur maka saat ini luas wilayahnya adalah 7.502,58 km2. Secara administrasi terdiri 11 kecamatan 167 desa dan 4 kelurahan.

Secara umum Kabupaten Luwu Utara beiklim tropis basah, terbagi atas 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.Intensitas curah hujan Kota Masamba termasuk tinggi, hal ini berdasarkan data curah hujan yang dicatat di Sta. Baliase dan Sta. Sukamaju dengan curah hujan berkisar antara 2000 – 4000 mm pertahun. Suhu udara rata-rata berkisar antara 30,6oC-31,6oC pada musim kemarau dan antara 25oC - 28oC pada musim penghujan3.

6) Target Konservasi

Calon kawasan konservasi di Desa Poreang, Kec. Tana Lili, Kab. Luwu Utara memiliki keragaman ekosistem pesisir (ditemukannya mangrove, lamun, terumbu karang dan pantai berpasir/berlumpur). Meskipun demikian kondisi ekosistemnya, khususnya padang lamun dan terumbu karang sudah dalam kategori rusak. Kecuali ekosistem mangrove yang kondisinya masih dalam kategori baik dengan kerapatan sedang sampai padat. Di calon kawasan konservasi perairan di Desa Poreang, didapatkan 6 jenis mangrove dan 6 jenis lamun serta 71 jenis ikan karang yang tersebar pada seluruh kawasan.

Hasil analisis multikriteria, didapatkan 2 kawasan yang sesuai untuk peruntukan Zona Inti, yaitu pada Kawasan I dan Kawasan III dengan total luasan 654,22 Ha. Untuk Zona perikanan berkelanjutan, Kawasan II dan Kawasan IV menjadi pilihan utama dengan total luasan sebesar 620,27 Ha.

2 (http://www.luwuutara.go.id/media/bab2.pdf). 3 (http://washluwuutara.blogspot.co.id/2010/09/profil-kabupaten-luwu-utara.html)

25 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sedangkan untuk Zona Pemanfaatan berada di Kawasan V dengan total luasan 480,66 Ha. Total luasan kawasan yaitu sebesar 1.755,15 Ha.

Kawasan konservasi perairan daerah Kab. Luwu Utara diarahkan untuk perlindungan ekosistem pesisir (mangrove, padang lamun, dan terumbu karang) dan biota asosiasinya, khususnya perlindungan daerah feeding ground dari beberapa jenis penyu dan dugong.

Arahan pemanfaatan untuk Zona Perikanan Berkelanjutan diarahkan untuk kegiatan budidaya rumput laut dan penangkapan dengan alat tangkap sero, Jaring dan pancing4.

7) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

• Ekologis

Kondisi perairan di Kabupaten Luwu Utara manunjukan bahwa salinitas berkisar antara 33 - 35 o/oo, kecerahan antara 10 - 30 m, pasang surut memiliki interval sekitar 2,5 meter, musim barat terjadi antara bulan November sampai dengan Februari, dan musim timur terjadi antara bulan Maret sampai dengan Oktober5

• Keanekaragaman Hayati

Calon kawasan konservasi di Desa Poreang, Kec. Tana Lili, Kab. Luwu Utara memiliki keragaman ekosistem pesisir (ditemukannya mangrove, lamun, terumbu karang dan pantai berpasir/berlumpur). Meskipun demikian kondisi ekosistemnya, khususnya padang lamun dan terumbu karang sudah dalam kategori rusak. Kecuali ekosistem mangrove yang kondisinya masih dalam kategori baik dengan kerapatan sedang sampai padat. Di calon kawasan konservasi perairan di Desa Poreang, didapatkan 6 jenis mangrove dan 6 jenis lamun serta 71 jenis ikan karang yang tersebar pada seluruh kawasan6

8) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Kabupaten Luwu Utara memiliki keragaman budaya yang dicirikan oleh berbagai jenis bahasa dan etnis yang berbeda, antara lain :

• Bahasa TO WARE (Bugis-Luwu) yang dipakai oleh masyarakat diKecamatan Malangke dan Malagke Barat.

4 (Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: 146-164 (http://webcache.googleusercontent.com/search?q= cache: Cr3Z01XnUSYJ:journal.unhas.ac.id/index.php/jipsp/article/download/1284/1048+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id%7Clang_en)

5 (http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_bunaken. htm0) 6 (Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: 146-164 (http://webcache. googleusercontent.

com/search?q=cache:Cr3Z01XnUSYJ:journal.unhas.ac.id/index.php/jipsp/article/download/1284/1048+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id%7Clang_en).

26 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

• Bahasa TO‘ALA/Palili yang digunakan oleh masyarakat di KecamatanSukamaju, bahasa ini merupakan bahasa pergaulan sehari hari diKabupaten Luwu Utara.

• Bahasa Rongkong yang dipakai oleh masyarakat Seko,Rampi, Limbongdan sebagian Kecamatan Masamba dan Sabbang

• Bahasa Limolang dengan wilayah penggunaan hanya terbatas di kampungSassa Kecamatan Sabbang.

Kehadiran warga Transmigrasi seperti di Kecamatan Bone-Bone dan Sukamaju telah pula memperkaya bahasa dan ragam budaya di daerah ini7. Ekonomi Wilayah Kabupaten Luwu Utara sangat ditentukan oleh sektor pertanian. Hal ini tercermin dari alokasi pemanfaatan ruang/lahan yang sebagian besar digunakan untuk kegiatan pertanian (lahan persawahan, ladang, tegalan, tambak, kolam, rawa hutan, dan perkebunan) mencakup luas 65,31% dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Utara. Ekonomi kerakyatan yang berbasis pada ekonomi wilayah, pada kenyataanya sektor pertanian telah memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sebesar 80,89%, dimana kegiatan pertanian tanaman pangan dan perkebunan masing masing berkontribusi sebesar 48,0% dan 41,0% terhadap PDRB. Di sektor perikanan, Kabupaten Luwu Utara menghasilkan komoditi perikanan tangkap dengan jumlah produksi perikanan tangkap mencapai 7.524 ton pada tahun 2004. Komoditi ini merupakan salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Luwu Utara8.

9) Potensi Perikanan

Satu potensi yang tak kalah pentingnya adalah produksi perikanan,tahun 2013produksi perikanan Kabupaten Luwu Utara khususnya budidaya air payau meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya. Produksi perikanan payau sebesar 156.972 ton, dimana tahun sebelumnya sebesar 30.000 ton, sedang produksi perikanan laut sebesar 8.195,51 ton (Statistic Daerah Kab. Luwu Utara, 2014).

10) Potensi Pariwisata

Obyek wisata yang ada di Kabupaten Luwu Utara adalah :

• Air Panas Pincara;Pincara dikenal dengan kolam berendam air panasnya,yang dapat membuat rilex jika kita berendam didalamnya, dan masyarakatsetempat meyakini airnya itu bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit

7 (http://www.luwuutara.go.id/media/bab2.pdf). 8 http://www.luwuutara.go.id/media/bab2.pdfdanhttp://infosulawesiselatan.blogspot.co.id/2010/02/ kabupaten-

luwu-utara.html).

27 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

kulit, jarak obyek wisata Air Panas Pincara kurang lebih 9 km dari Kota Masamba, ditempat ini juga sangat menarik karena masih didukung oleh panorama alam yang masih asri.

• Permandian Alam Tamboke; Desa Tamboke dikenal dengan sungai danpermandian disekitar bendungan akan tetapi masyarakat lebih memilih kehulu Sungai untuk rekreasi, sekaligus mengolah bahan makanan ditepisungai. Mengolah makanan ditepi Sungai adalah kebiasaan pengunjung diTamboke, ini salah satu daya tarik juga di sana, selain mandi dengan aliransungai yang masih alami.

• Air Terjun Sarambu Alla; Tempat wisata ini bisa di tempuh kurang lebih 1jam dari kota Masamba ke arah Palopo. Luwu utara memiliki wisata airterjun yang elok di kelilingi tebing tinggi, undakan tangga menurun sekitar30 meter harus dilalui dahulu, hingga akhirnya air terjun Sarambu Allamenyeruak di antara kelokan tebing,. Tempat wisata ini sangat potensialsebagai product wisata unggulan, karena daerah ini juga banyakmenghasilkan buah lokal seperti duren, rambutan, dan langsat.

• Air Terjun Sepakat; Air terjun sepakat terletak di Desa Sepakat Kec.Masamba, obyek ini sangat menarik karena air terhempas diatas batu yangmengakibatkan pelangi disela-sela sinar matahari yang menimbulkan uapair yang menyerupai asap tebal. Sekitar obyek di dukung pula panoramaalam.

• Bantimurung Ala Bone-Bone; Sungai Bone-bone dibagian hulu terdapataliran yang terjal, yang membuat aliran sungai terjun dari ketinggian,masyarakat sekitar menyebutnya Air Terjun Bantimurung. Sungai inimengalir dicelah-celah sempit dilereng pegunungan yang menambah dayatarik tersendiri. Air Terjun Bantimurung kurang lebih 15 km dari kota Bone-bone dan tersembunyi di antara lebatnya pepohonan.

• Air Panas Pincara; Pincara dikenal dengan kolam berendam air panasnya,yang dapat membuat rilex jika kita berendam didalamnya, dan masyarakatsetempat meyakini airnya itu bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakitkulit, jarak obyek wisata Air Panas Pincara kurang lebih 9 km dari KotaMasamba, ditempat ini juga sangat menarik karena masih didukung olehpanorama alam yang masih asri.

• Salu Rongkong; Pengunjung yang mempunyai minat khusus untuk adunyali olahraga Rafting,anda bisa berkunjung ke Salu Rongkong yangterletak di Kecamatan Sabbang, Desa Tulak Tallu. Sungai Rongkongmemiliki kemiringan atau gradient medan yang cukup extrim, kondisi inilahyang kemudian membuat patahan sungai dan menciptakan jeram.

28 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

• Permandian Alam Meli; Daerah ini cukup dikenal di Luwu Utara, disamping jarak dari Kota Masamba tidak terlalu jauh, serta di dalamnyaterdapat sebuah hotel yang sangat exotic di tepi hutan, udara alam Melimasih sangat sejuk dan alami di samping aliran sungai yang jernih, sungaiMeli merupakan tempat permandian yang mengasyikkan di kalanganpengunjung.

• Pesona Dibalik Gunung Limbong; Lembah pegunungan disekitar Kec.Limbong cukup elok di pandang belum lagi budaya masyarakatnya yangkhas, namun daerah ini masih belum dikenal oleh masyarakat banyakkarena akses jalannya belum sempurna, namun kini sudah bisa ditempuhdengan kendaraan roda 2 dan 4. Kec. Limbong kurang lebih 70 kmsebelah barat Kota Masamba, disana terdapat etnis Budaya Rongkongyang kegiatan keseniannya adalah merupakan perilaku yang tampakdalam keseharian mereka. Limbong juga terkenal dengan Tenun BatikRongkong dan kopinya yang khas.

• Permandian Alam Tamboke; Desa Tamboke dikenal dengan sungai danpermandian disekitar bendungan akan tetapi masyarakat lebih memilih kehulu Sungai untuk rekreasi, sekaligus mengolah bahan makanan ditepisungai. Mengolah makanan ditepi Sungai adalah kebiasaan pengunjung diTamboke, ini salah satu daya tarik juga di sana, selain mandi dengan aliransungai yang masih alami.

• Seko Yang Elok; Diselimuti kabut dingin Kec. Seko menyatu denganhijaunya pohon dan padang ilalang, lembah, pegunungan. Rumah-rumahpenduduk tempat peristrahatan satu-satunya disana. Di Seko alamnyasangat exotik, di sana pengunjung akan menyatu dengan masyarakatdengan kegiatan sehariannya adalah bercocok tanam dengan caratradiosional. Alam Seko juga sebagian mengandung emas dan masyarakatmendulang secara tradiosional pula, cukup menarik buat referensipengunjung di sana.

11) Aksesibilitas

Ibukota Luwu Utara Masamba terletak pada jalur Trans-Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Tengah (poros Palopo - Poso) dan Sulawesi Tenggara (poros Palopo - Kolaka). Masamba memiliki sebuah bandara yang berada di pusat kota.

29 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

2.4 Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Pangkajene danKepulauan Tupabbiring

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : SK Bupati No. 180 Tahun 2009;

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Peraturan Bupati Pangkajene danKepulauan No.32 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan;

• Unit Organisasi Pengelola : Di bawah dinas kelautan dan perikanan

• Penetapan : Belum diusulkan proses penetapan

3) Luas Kawasan : 171.931.708 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Secara Administratif Luas wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 12.362,73 Km2 (setelah diadakan analisis Bakosurtanas) untuk wilayah laut seluas 11.464,44 Km2, dengan daratan seluas 898,29 Km2, dan panjang garis pantai di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu 250 Km, yang membentang dari barat ke timur. Dimana Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 13 kecamatan, dimana 9 kecamatan terletak pada wilayah daratan dan 4 kecamatan terletak di wilayah kepulauan.

Batas administrasi dan batas fisik Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah sebagai berikut (http://pangkepkab.go.id/?p=310) :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa danMadura, Pulau Nusa Tenggara dan Pulau Bali.

Luas perairan Kawasan Konservasi Perairan Daerah adalah : 171.937,71 Ha, mencakup 15 desa pulau, dengan rincian zonasi sbb:

• Zona Inti: 24.888,694 Ha

• Zona Perikanan Berkelanjutan: 83.869,245 Ha

• Zona Pemanfaatan: 53.274,621 Ha

30 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

• Zona Lainnya: 9.905,148 Ha.

5) Status Kawasan

Secara umum, hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa inisiasi upaya pengelolaan sudah mulai terlihat di level merah. Dibutuhkan upaya percepatan pengelolaan lebih lanjut terhadap kawasan konservasi ini. Hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu:

• Tempatkan petugas pengelola pada kawasan konservasi.

• Tempatkan SDM yang ditetapkan dengan SK pada unitorganisasi pengelola.

• Lakukan kajian untuk memastikan jumlah SDM di unitorganisasi pengelola memadai untuk menjalankan organisasi

6) Kondisi Umum

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dicirikan dengan wilayah perairannya lebih luas dibandingkan daratannya dengan perbandingan 1 berbanding 17. Kabupaten Pangkep memiliki 117 pulau dan hanya 80 diantara yang berpenghuni, terbagi dalam 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tuppabiring, Kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tangayya.Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan kabupaten yang struktur wilayah terdiri atas 2 bagian utama yang membentuk kabupaten ini yaitu :

• Wilayah Daratan; Kecamatan yang terletak pada wilayah daratanKabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu terdiri dari : KecamatanPangkajene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro, KecamatanLabakkang, Kecamatan Ma’rang, Kecamatan Segeri, Kecamatan MinasaTe’ne, Kecamatan Tondong Tallasa dan Kecamatan Mandalle.

• Wilayah Kepulauan; Wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene danKepulauan merupakan wilayah yang memiliki kompleksitas wilayah yangsangat urgen untuk dibahas, wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajenedan Kepulauan memiliki potensi wilayah yang sangat besar untukdikembangkan secara lebih optimal, untuk mendukung perkembanganwilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.Kecamatan yang terletakdi wilayah Kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu :Kecamatan Liukang Tupabiring, Kecamatan Liukang Tupabiring Utara,Kecamatan Liukang Kalmas, dan Kecamatan Liukang Tangaya 9

9 http://pangkepkab.go.id/?p=310

31 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Pangkep berdasarkan Surat Keputusan Bupati No. 180 Tahun 2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkep dan Peraturan Bupati Pangkajene Dan Kepulauan nomor 32 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan untuk menjamin daya resistensi dan resiliensi dari setiap lokasi terpilih melalui mekanisme konektivitas antar habitat, biota, dan kondisi ekologinya. Berdasarkan SK Bupati tersebut, KKLD Pangkep mencakup wilayah administrasi Kecamatan Liukang Tupabbiring dan Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara (Pengelolaan KawasanKonservasi Laut, Indar, YN dan Jompa, J)

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki kondisiiklim agak basah, dibagi menjadi iklim tipe C1 dengan bulan kering < 2 bulan, iklim tipe C2 dengan bulan kering 2-3 bulan, dan iklim dengan bulan kering 3 bulan. Keduanya memiliki bulan basah antara 5-6 bulan secara berturut-turut dalam satu tahun. Keadaan angin berada pada kecepatan sedang, dimana pada daerah ketinggian kelembaban udara rendah sedangkan pada wilayah pesisir kelembaban udara tinggi.Temperatur udara berkisa antara 21° - 31° C, dengan rata-rata suhu 26,4oC dan curah hujan rata-rata 2.500-3.000 mm/tahun10.

7) Target Konservasi

Kawasan Konservasi laut daerah (KKLD) Kabupaten Pangkep baru diekspose dengan adanya program COREMAP II, namun sesungguhnya beberapa kawasan di kabupaten ini telah lama di tetapkan oleh masyarakat sebagai kawasan yang tidak boleh dijamah oleh manusia, Kawasan seperti ini dapat ditemukan di daerah Kecamatan Liukang Tupabbiring misalnya daerah terumbu karang Kalaroang yang dikenal sejak tahun 60an yang tidak bisa dijamah oleh masyarakat disekitar tersebut karena dikeramatkan (Management Plan KKLD Kab.Pangkep, 2010)

Meskipun masih banyak yang belum dilakukan oleh unit pengelola KKLD Kabupaten Pangkep dalam meningkatkan level/peringkat pengelolaan KKLD namun layak mendapatkan apresiasi karena kinerja pengelolaan telah mencapai peringkat merah dengan status pencadangan kawasan konservasi. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya Peraturan Bupati Pangkajene Dan Kepulauan nomor 32 Tahun 2010 Tentang PengelolaanKawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan. Hal yang paling mendasar yang harus dilakukan oleh unit pengelola KKLD Kabupaten Pangkep adalah menginisiasi penetapan dokumen Rencana Pengelolaan

10 (http://pangkepkab.go.id/?p=306)

32 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

KKLD (Pengelolaan KawasanKonservasi Laut, Yusran Nur Indar,YNdan Jompa,J]

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

• EkologisBerdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan di perairan

kepulauan Spermonde kecamatan Liukang Tuppabiring diperoleh kisaran kedalaman rata-rata antara 2 - 35 m di sebelah timur barier reef Spermonde menuju daratan dan 2 - 200 m di sebelah barat barier reef Spermonde menuju Selat Makassar, sehingga kriteria dapat dikategorikan sebagai perairan laut dangkal di bagian Timur dan perairan dalam di bagian Baratnya.Arus perairan berkisar antara 0,03 - 0,2 m/dtk dan mengarah ke selatan dengan kecepatan rata-rata 0,1 m/dtk.

• Keanekaragaman Hayatio Terumbu Karang : ditemukan 176 jenis hewan pembentuk karang.

Jenis terumbu karang yang banyak ditemukan adalah Acropora sppsebanyak 16 jenis, Montipora 15 jenis, Porites spp 11 jenis, dan Faviaspp 6 jenis. Pada umumnya terumbu karang ditemukan padakedalaman 1-10 m, sekalipun demikian di Pulau Langkadea terumbukarang juga ditemukan pada kedalaman 25 m. adapun persentasetutupan karang di perairan Kabupaten Pangkep bervariasi antara 1-64%. Berdasarkan data COREMAP 2005, kondisi terumbu karang diKabupaten Pangkep 74,26% dalam kondisi rusak dan hanya 25,74%dalam kondisi baik dari total luas keseluruhan terumbu karang sebesar27.027,71 ha.

o Ikan Karang : Jenis ikan karang yang ditemukan di perairan inisebanyak 218 jenis, diantara Lencam (Pentapodus spp dan Scolopsisspp.), ikan Pakol (Achanthurus spp), Ekor Kuning (Caesio spp) (PSTKUNHAS, 2002).

o Mangrove : Ekosistem mangrove terdapat di daerah pesisir daratanutama Kabupaten Pangkep yang merupakan sisa-sisa hutanmangrove yang tumbuh secara alami, atau di tanam oleh masyarakatdi sekitar permukiman dan areal tambak. Luas hutan mangrove diwilayah pesisir daratan utama dan Kecamatan Liukang TupabbiringKabupaten Pangkep adalah 1.764 Ha..

o Padang Lamun : Jenis vegetasi lamun yang dominan di daerah pantaiKabupaten Pangkep adalah Enhalus accoroides dan Thalassiahemprichii. Jenis lain yang ditemukan adalah Cymodocea rotundata,Halophila decipiens, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, HalophilaOvalis, Halophila minor, dan Syringodium isoetifolium (PSTK UNHAS,

33 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

2002). Persentase tutupan lamun sangat bervariasi dari satu lokasi ke lainnya. Luas padang lamun di wilayah pesisir daratan utama dan Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep sekitar 3.857 Ha.

9) Kondisi Sosial Budaya dan EkonomiPada tahun 2007 jumlah Penduduk Kabupaten pangkep adalah 302.874

jiwa, dimana sekitar 58.864 jiwa atau 19,44% berada di wilayah kepulauan. Di antara ketiga Kecamatan yang berada di kepulauan, Kecamatan Liukang Tupabbiring merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yaitu 50,42%. Jumlah penduduk yang mendiami kecamatan ini pada tahun 2007 tercatat mencapai 29.680 jiwa yang terdiri atas etnis yang Bugis dan Makassar. Sedangkan Liukang Kalmas sebesar 12.471 jiwa dan Liukang Tangaya 16.713 jiwa.

Penduduk Kabupaten Pangkep yang menetap di pulau-pulau kecil umumnya menggeluti usaha pemanfaatan sumberdaya laut, baik sebagai nelayan penangkap maupun pembudidaya. Lokasi penangkapan mereka berupa areal yang disebut taka yakni terumbu karang yang hidup di perairan yang relatif dangkal (reef patch). Nelayan dari daerah lain seperti Makassar, Sulawesi Barat, Bali, NTB, NTT, Madura, Sinjai, Takalar, seringkali beroperasi di wilayah kepulauan Liukang Tangngayya. Para nelayan pendatang tersebut menggunakan berbagai macam alat tangkap seperti, rumpon, gae, pancing, bom, bius dan pukat, untuk mendapatkan hasil laut.

Sementara itu, jumlah alat tangkap ikan laut yang banyak digunakan nelayan lokal jaring insang tetap 991 unit, alat tangkap pancing 347 unit, dan pukat cincin 115 unit dan alat tangkap lainnya. Jenis ikan yang ditangkap antara lain ikan torani, lobster, kerapu, sunu, napoleon, katambak, tendro, teri, bawal hitam, gurita, tuna, cakalang, cucut, kerang-kerangan, baronang, ekor kuning, rapporappo dan ikan layang.

Kegiatan budidaya rumput laut secara besar-besaran terdapat di Desa Sabalana dan Desa Aloang. Sebelumnya, warga pernah melakukan usaha budidaya rumput laut di sejumlah pulau lainnya seperti Pulau Kapoposang Bali, Sabaru dan Satanger, namun usaha tersebut gagal karena munculnya penyakit yang menyerang rumput laut yang mereka tanam.

10) Potensi PerikananHasil tangkapan perikanan laut mencapai 7.944,3 ton dan budidaya

rumput laut 7.174 ton. Adapun jenis ikan di perairan Pangkep adalah peperek, gerot-gerot, kakap merah, kerapu, lencam, cucut, pari, layang, selar, kuwe, tetengkek, xctenggiri, belanak, teripang, tembang, lamuru, kembung, gulama,

34 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

cakalang, rajungan, udang putih, cumi-cumi, bawal putih, senanging, udang (dogol, windu, kipas), japuh, terubuk, tuna, teri, dan lain-lain.

11) Potensi PariwisataPariwisata Potensi Pariwisata di Kabupaten Pangkep meliputi :

• Wisata Bahari yang terdiri dari obyek wisata taman laut Kapoposang danPulau Langkadea, Pulau Cengkeh, Pulau Pala dan beberapa pulau yangkosong. Disamping pantai pasir putih serta laut yang tenang, juga akandisuguhi taman laut berupa terumbu karang berbagai jenis yang dilengkapidengan ikan hias beraneka warna.

• Wisata bahari di Pulau Kapoposang kecamatan Liukang Tupabiring. Selainmenyuguhkan alam pantai yang natural, juga dilengkapi dengan berbagaiperlengkapan untuk menyelam (diving) dan snorkeling.

• Taman rekreasi dan permandian alam Dufan Mattampa, Tombolo, LeangSurukang dan Amputtang. Sebagai kawasan wisata, dilengkapi dengandua kolam renang yang berskala nasional, taman permainan, guabersejarah hingga Museum Karts yang memiliki koleksi buku-buku karts.

• Taman Purbakala Sumpang Bita yang berada di Kecamatan Balocci. Dikawasan ini, yang menjadi obyek utama adalah tangga seribu yang dipuncaknya memiliki gua peninggalan bersejarah berupa tapak tangan dankaki para nenek moyang. Dalam areal obyek wisata ini, merupakanperpaduan antara wisata agro yang memiliki tanaman berbaga macamserta taman yang indah.

• Obyek wisata agro hutan bakau.

• Obyek wisata pra sejarah Leang Alle Masigi, Leang Lompoa, LeangKajuara, Leang Camming Kana dan Gua Batang Lamara.

• Obyek wisata boga berupa makanan tradisional seperti dange, cucuru, danmakanan khas lainnya yang mudah didapat seperti di Kecamatan Segeridan Mandalle.

• Wisata Budaya seperti Pa'Bissu, Tari Pamingki dan beberapa tariantradisional lainnya. Untuk Pa'bissu, suatu budaya yang kini masih dipegangerat oleh sekelompok masyarakat Bissu untuk menghormati leluhur. Tarianini, sangat menakjubkan karena dengan menggunakan sebilah keris danmenancapkannya di batang leher. Dengan tarian dan musik yang khas,tarian itu menjadi sajian yang mengandung nilai budaya yang kental.Pa'bissu ini juga banyak dipergunakan masyarakat petani pada awalmengolah lahannya.

35 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

• Wisata Tambak, ratusan hektar tambak tersebar di beberapa kecamatan,Pangkajene Bungoro Labakkang, Segeri dan Marang serta Mandalle.

• Obyek wisata Industri Pabrik Semen Tonasa

• Obyek Wisata Bissu Dewatae. Bissu Dewatae digambarkan sebagaimanusia setengah dewa dan dianggap sebagai media untukberkomunikasi dengan dunia spiritual. Saat melakukan acara ritual, BissuDewatae berada dalam keadaan kerasukan dan saat itu tubuh merekamenjadi kebal terhadap segala bentuk benda tajam. Kehebatan merekadapat disaksikan saat mereka melakukan tarian Maggiri.

12) Aksesibilitas

Kecamatan Liukang Tuppabiring Utara dan Liukang Tuppabiring. Kecamatan ini dapat dijangkau dengan menggunakan speed boat sekitar 90 Menit ke arah barat laut Makasar.Sarana dan prasarana transportasi yang tersedia di kecamatan kepulauan Kabupaten Pangkep sangat terbatas, sehingga aksesbilitas masyarakat dari dan ke wilayah kepualauan tergolong sulit. Bahkan, di beberapa pulau tidak ada kapal angkutan penumpang, sehingga aksesibilitas masyarakat antar pulau menggunakan perahu nelayan

36 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

13) Peta Lokasi

Gambar 6. Zonasi Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkep (DPK Kab. Pangkep, 2014)

37 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

2.5 Kawasan Konservasi Kabupaten Kepulauan Selayar Pulo Kauna Kayuadi

1) Nama Kawasan : KKPD Pulo Kauna Kayuadi

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : Keputusan Bupati Kepulauan Selayar No. 465/IX/Tahun 2011 tanggal 19 September 2011

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : draft

• Unit Organisasi Pengelola : Di bawah dinas kelautan dan perikanan

• Penetapan : Dalam tahap pengusulan, evaluasi dan asistensi penetapan

3) Luas Kawasan : 3.983 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

KKPD Pulo Kauna Kayuadi yang terletak pada posisi geografis 6º49’13.188”- 6º54’03.996” LS dan 120º44’40.776”-120º48’14.076” BT memiliki luas kawasan sekitar 3.983 Ha. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Flores dan Selat Makasar di sebelah barat, sebelah utara dengan Kabupaten Bulukumba, sebelah timur dengan Laut Flores, dan sebelah selatan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara umum letak geografis seperti pada table berikut :

Tabel 2. Koordinat Batas KKPD Pulo Kauna Kayuadi

No Posisi Geografis Luas (Ha) Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS) 1 120º 44’ 40.776” 6º 49’ 52.536”

3.983

2 120º 44’ 40.776” 6º 51’ 55.404” 3 120º 45’ 30.636” 6º 53’ 04.560” 4 120º 47’ 04.524” 6º 54’ 03.996” 5 120º 48’ 14.076” 6º 52’ 45.300” 6 120º 48’ 10.800” 6º 51’ 47.448” 7 120º 47’ 27.240” 6º 49’ 13.188” 8 120º 47’ 55.896” 6º 51’ 47.448”

5) Status Kawasan

Secara umum, hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa inisiasi upaya pengelolaan sudah mulai terlihat di level merah. Dibutuhkan upaya

38 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

percepatan pengelolaan lebih lanjut terhadap kawasan konservasi ini. Hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu:

• Tempatkan petugas pengelola pada kawasan konservasi.

• Tempatkan SDM yang ditetapkan dengan SK pada unitorganisasi pengelola.

• Lakukan kajian untuk memastikan jumlah SDM di unitorganisasi pengelola memadai untuk menjalankan organisasi

6) Kondisi Umum

Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan kabupaten kepulauan yang memiliki 123 pulau, 20 diantaranya berpenduduk dan 103 pulau tidak berpenduduk. Dilihat dari luasan, lautan jauh lebih luas jika dibandingkan dengan luas daratannya yaitu 1.357,03 km² dan luas lautan 9.146,66 km².Kabupaten Kepulauan Selayar secara geografis berada antara 5042’ - 7035’ LS dan 120015’ - 122030’ BT. Adapun batas-batas administratif kabupaten Selayar adalah :Sebelahutara denganKabupaten Bulukumba, Sebelah Timur dengan Laut Flores, SebelahSelatan denganPropinsi Nusa Tenggara Timur, Sebelah Barat denganLaut Flores dan Selat Makassar.

Keanekaragaman hayati terumbu karang di kabupaten ini menjadikan salah satu binaan program COREMAP Tahap II. Dasar hukum penetapan perairan Kawasan Konservasi Daerah (KKLD) Kabupaten Kepulauan Selayar adalah SK Keputusan Bupati Kepulauan Selayar No. 465/IX/Tahun 2011 yang ditandatangani pada tanggal 19 September 2011.

Berdasarkan pencatatan stasiun meteorologi Benteng secara rata-rata jumlah hari hujan per bulan sekitar 11 hari dengan bulan terbanyak pada Januari (22 hari hujan) dan jumlah curah hujan 216 mm dengan curah hujan terbesar di bulan Juni (480 mm).

7) Target Konservasi

Pendekatan konservasi dalam menetapkan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar adalah didasarkan pada kawasan tersebut yang unik memiliki terumbu karang yang luas yang di dalamnya terdapat biota yang tergantung pada kelangsungan hidup terumbu karang. Secara umum koordinat zonasi seperti pada tabel berikut :

39 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

Secara umum ekosistem mangrove tidak terlalu banyak di Kabupaten Kepulauan Selayar hanya memiliki luasan sekitar 16,53 Ha terdapat Rhizopora spp dan Avicenna spp.Kabupaten ini merupakan gugusan pulau-pulau karang dikenal sebagai pulau atol yang terbesar. Luasan terumbu karang teridentifiksi mencapai 33.313,86 Ha. Tutupan karang didominasi oleh bentuk koloni karang Non Acropora dalam bentuk karang bulat (massif), karang menjalar dan bercabang. Luasan lamun tidak terlalu banyak, karena kondisi pantai yang curam berbatu dan patahan. Jenis lamun yang ditemukan adlah Thallasia sp, Cymodecae sp, Halophyla sp, Syrongodium sp, Halodule sp, dan Enhalus sp

Tipe terumbu pada KKPD Kauna Kayuadi memiliki tipe terumbu karang tepi, dengan jarak dari garis pantai kurang lebih 100 - 250 m. Hasil pengamatan (YPMA, 2009) ditemukan 7 famili ikan demersal (Acanthuridae, Balistidae, Labridae, Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae dan Serranidae).Spesies yang ditemukan adalah Acanthurus pyroferus, Chaetodon baronessa, Chaetodon trifasciatus, Centeropyge vrolikii, Pygoplites diacantus, dan Scarus sp. Sedangkan makrobentos didominasi oleh Diadema sitosum, Tridacna sp, Linckia laevigatadan Trochus Niloticus.

40 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Zona ID Posisi Geografis Keterangan

Luas (Ha) Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS)

Inti 1 120º 46’ 58.620” 6º 51’ 26.424” 294 2 120º 47’ 33.000” 6º 51’ 23.616” 3 120º 47’ 28.680” 6º 49’ 53.184” 4 120º 46’ 55.200” 6º 49’ 55.056”

Perikanan Berkelanjutan

1 120º 44’ 40.776” 6º 49’ 52.536” 3446 2 120º 44’ 40.776” 6º 51’ 55.404” 3 120º 45’ 30.636” 6º 53’ 04.560” 4 120º 47’ 04.524” 6º 54’ 03.996” 5 120º 48’ 14.076” 6º 52’ 45.300” 6 120º 48’ 10.800” 6º 51’ 47.448” 7 120º 47’ 27.240” 6º 49’ 13.188” 8 120º 47’ 55.896” 6º 51’ 47.448”

Pemanfaatan 1 120º 47’ 24.000” 6º 52’ 11.640” 99 2 120º 48’ 07.200” 6º 52’ 11.640” 3 120º 48’ 07.200” 6º 51’ 47.520” 4 120º 47’ 24.000” 6º 51’ 47.520”

Lainnya (Rehabilitasi Terumbu Karang)

1 120º 47’ 51.000” 6º 52’ 27.588” 144 2 120º 48’ 00.000” 6º 52’ 46.128” 3 120º 47’ 01.320” 6º 53’ 41.856” 4 120º 46’ 48.000” 6º 53’ 28.896”

Tabel 3. Koordinat Zonasi KKPD Pulo Kauna Kayuadi

Gambar 7. (a) Karang merah (Tubipora musica) (b) Kelompok Karang daun yang terdapat di kawasan KKPD Kayuadi (Sumber Rencana pengelolaan KKPD Pulo Kauna Kayuadi 2012)

9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi:

Secara umum KKPD Pulo Kauna Kayuadi terdapat 3 desa yaitu Desa Kayuadi, Desa Batang, dan Desa Nyiur Indah ( Kecamatan Takabonerate). Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2013 berjumlah 127.220 orang yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Benteng yaitu sebanyak 23.206 orang.

a) Desa Kayuadi

Desa Kayuadi dengan luas wilayah 406 Ha terbagi atas 4 (empat) dusun yaitu Dusun Bajo, Dusun Bonto Dato, Dusun Bonto Tanjong dan Dusun Bonto Lipang. Jumlah penduduk Desa Kayuadi sebesar 2.401 jiwa yang terbagi ke dalam 610 KK dengan angka kepadatan penduduk 310 jiwa/Km2.Desa Kayuadi berbatasan langsung dengan ibukota kecamatan Taka Bonerate, sehingga aksesibilitas masyarakatnya sangat lancar melalui darat dengan sarana jalan yang sebagian merupakan jalan tanah dan sebagian lainnya beraspal.

b) Desa Batang

Desa Batang terbagi atas 4 (empat) dusun yaitu Dusun Tangnga-tangnga, Dusun Bonto Kidi, Dusun Bonto Bulaeng dan Dusun Bangko. Jumlah penduduk Desa Batang sebesar 1.948 jiwa yang tersebar pada 527 KK dengan angka kepadata penduduk 188 jiwa/Km2. Sebagai ibukota kecamatan Taka Bonerate, di Desa Batang terdapat beberapa sarana pendidikan yakni TK 1 unit, SD 2 unit, SMP 1 unit dan SLTA 1 unit. Tempat ibadah berupa mesjid sebanyak 3 unit, sedangkan puskesmas 1 unit, dermaga 2 unit, pabrik es 1 unit, pasar 1 unit, listrik (swasta) 1 unit.

41 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

c) Desa Nyiur Indah

Desa Nyiur Indah terbagi atas 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Bonelambere, Dusun Bonto Bakka dan Dusun Timoro. Jumlah penduduk Desa Nyiur Indah sebanyak 1.605 jiwa yang tersebar pada 414 KK dengan angka kepadata penduduk 183 jiwa/Km2. Jarak Desa Nyiur Indah ke ibukota kecamatan sejauh 8 Km yang dapat dicapai melalui jalan darat dengan kendaraan bermotor atau dengan laut dengan menggunakan kapal.

Kehidupan sosial budaya masyarakat ketiga desa di Pulau Kayuadi dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang beretnis Selayar dan Bajo. Etnis Selayar (Makassar) hampir menguasai seluruh daerah pemukiman di Pulau Kayuadi kecuali Dusun Bajo di Desa Kayuadi.

Di tingkat desa dan kecamatan terdapat lembaga-lembaga bentukan pemerintah, seperti Kader Pembangunan Desa (KPD), Pertahanan Sipil (Hansip), Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Remaja Mesjid, Karang Taruna, dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Keberadaan kelembagaan ditingkat masyarakat lokal mempunyai nilai yang sangat strategis dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang di Kabupaten Selayar. Lembaga-lembaga tersebut harus diberi peran, diberdayakan, dan difungsikan. Kelembagaan masyarakat lokal penting dalam hal : menyusun rencana pengelolaan terumbu karang yang berbasis masyarakat, membangun kemampuan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya terumbu karang, mengurangi kegiatan eksploitasi sumberdaya terumbu karang yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian ekosistem terumbu karang, dan mengidentifikasi mata pencaharian alternative.

Secara umum, mata pencaharian penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar didominasi oleh sektor pertanian yaitu 26.004 orang, disusul jasa-jasa 10.741 orang, perdagangan 5.661 orang, dan industri 3.707 orang (Kabupaten Dalam Angka, 2014). Namun demikian, mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah sektor perikanan dengan jenis usaha sebagai pengusaha hasil-hasil laut, pedagang ikan, penjual bahan-bahan kebutuhan pokok, dan pengusaha pelayaran. Masyarakat sebaga nelayan dengan jumlah rumah tangga sekitar 7.032 rumah tangga nelayan, 404 rumah tangga petambak, dan 944 rumah tangga pembudidaya.

10) Potensi Perikanan

Produksi ikan tangkapan di laut tahun 2013 sebesar 28.573,2 ton mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 29.888,14

42 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

ton. Untuk kegiatan perikanan, nelayan kabupaten ini umumnya skala kecil karena didominai oleh perahu tanpa motor dan motor tempel, yaitu perahu tanpa motor 171 unit perahu jukung, 346 unit perahu kecil, 442 unit perahu sedang, 290 unit perahu besar, dan 3.119 unit perahu motor, serta 2.490 motor tempel.

Alat tangkap ikan terdiri dari jaring angkat 131 unit, jaring insang 1899 unit, muroami 101 unit, perangkap 290 unit, pancing 2.765 unit, dan purse seine 15 unit.

11) Potensi Pariwisata

Sebagai kabupaten kepulauan, keindahan terumbu karang dan jejeran pasir putih di sepanjang pantai Kabupaten Selayar merupakan potensi wisata bahari yang menjanjikan. Taman Nasional Takabonerate misalnya, adalah salah satu objek wisata yang diandalkan.Lokasi lain yang menjadi lokasi wisata antara lain Pantai Talloya (Desa Bungaya), Pantai Ngapolohe (Desa Bonea Makmur), Pantai Babaera (Desa Bontomarannu), Pantai Liang Tarussu dan Pantai Jeneiya (Desa Bontobarusu), Pantai Bolaiya (Desa Patilereng), Pantai Patumbukang dan Apatana (Desa Loak), dan masih banyak lagi.

12) Aksesibilitas

Waktu tempuh Kabupaten Kepulauan Selayar ke Makasar yang menjadi ibukota Sulawesi Selatan adalah 5 jam melalui transportasi darat (Makasar-Bulukumba), yang dilanjutkan dengan transportasi laut melalui Pelabuhan Ferry Bira (Bulukumba) - Pamatata (Selayar) 3,5 jam, atau Pelabuhan Leppe'e (Bulukumba) - Benteng (Selayar) 1,5 jam. Selain itu, saat ini telah tersedia transportasi udara, yaitu dari Bandara Hasanuddin ke Bandara Aroeppala (Selayar) selama 45 menit. Sementara transportasi antar ibukota kabupaten dengan pulau-pulau sekitarnya dijangkau dengan menggunakan kapal regular yang telah tersedia.

43 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

13) Peta Lokasi

Gambar 8. Peta Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Pulo Kauna Kayuadi (SK Bupatai Kepulauan Selayar No. 465/IX/2011)

44 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

2.6 Kawasan Konservasi Kabupaten Kep. Selayar Pulo Pasi Gusung

1) Nama Kawasan : KKPD Pulo Pasi Gusung

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : Keputusan Bupati Kepulauan Selayar No. 466/IX/Tahun 2011 tanggal 19 September 2011

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : draft

• Unit Organisasi Pengelola : Di bawah dinas kelautan dan perikanan

• Penetapan : Dalam tahap pengusulan, evaluasi dan asistensi penetapan

3) Luas Kawasan : 3.983 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

KKPD Pulo Pasi Busung yang terletak pada posisi geografis 6º05’12.458”-6º13’16.295” LS dan 120º23’07.836”-120º26’24.000” BT memiliki luas kawasan sekitar 5.018 Ha. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Flores dan Selat Makasar di sebelah barat, sebelah utara dengan Kabupaten Bulukumba, sebelah timur dengan Laut Flores, dan sebelah selatan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara umum letak geografis seperti pada table berikut :

Tabel 4. Koordinat Batas KKPD Pulo Pasi Busung

ID Posisi Geografis Luas (Ha) Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS)

1 120º 24’ 36.490” 6º 05’ 12.458” 5.018 2 120º 23’ 07.836” 6º 09’ 52.348” 3 120º 23’ 34.062” 6º 12’ 31.878” 4 120º 24’ 33.574” 6º 13’ 16.295” 5 120º 25’ 46.258” 6º 12’ 18.000” 6 120º 25’ 21.637” 6º 10’ 26.443” 7 120º 25’ 08.069” 6º 08’ 55.165” 8 120º 26’ 24.000” 6º 05’ 54.427”

45 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

5) Status Kawasan Secara umum, hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa inisiasi upaya pengelolaan sudah mulai terlihat di level merah. Dibutuhkan upaya percepatan pengelolaan lebih lanjut terhadap kawasan konservasi ini. Hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu:

• Tempatkan petugaspengelola pada kawasan konservasi.

• Tempatkan SDM yangditetapkan dengan SK pada unit organisasi pengelola.

• Lakukan kajian untuk memastikan jumlah SDM di unit organisasi pengelola memadai untuk menjalankan organisasi

6) Kondisi UmumKabupaten Kepulauan Selayar merupakan kabupaten kepulauan yang

memiliki 123 pulau, 20 diantaranya berpenduduk dan 103 pulau tidak berpenduduk. Dilihat dari luasan, lautan jauh lebih luas jika dibandingkan dengan luas daratannya yaitu 1.357,03 km² dan luas lautan 9.146,66 km².Kabupaten Kepulauan Selayar secara geografis berada antara 5042’ - 7035’ LS dan 120015’ - 122030’ BT. Adapun batas-batas administratif kabupaten Selayar adalah :Sebelah utara dengan Kabupaten Bulukumba, Sebelah Timur dengan Laut Flores, Sebelah Selatan dengan Propinsi Nusa Tenggara Timur, Sebelah Barat dengan Laut Flores dan Selat Makassar.

Keanekaragaman hayati terumbu karang di kabupaten ini menjadikan salah satu binaan program COREMAP Tahap II. Dasar hukum penetapan perairan Kawasan Konservasi Daerah (KKLD) Kabupaten Kepulauan Selayar adalah SK Keputusan Bupati Kepulauan Selayar No. 466/IX/Tahun 2011 yang ditandatangani pada tanggal 19 September 2011.

Berdasarkan pencatatan stasiun meteorologi Benteng secara rata-rata jumlah hari hujan per bulan sekitar 11 hari dengan bulan terbanyak pada

46 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Januari (22 hari hujan) dan jumlah curah hujan 216 mm dengan curah hujan terbesar di bulan Juni (480 mm).

7) Target KonservasiPendekatan konservasi dalam menetapkan Kawasan Konservasi PerairanDaerah Kabupaten Kepulauan Selayar adalah didasarkan pada kawasantersebut yang unik memiliki terumbu karang yang luas yang di dalamnyaterdapat biota yang tergantung pada kelangsungan hidup terumbu karang.Secara umum koordinat zonasi seperti pada table berikut

Tabel 5. Koordinat Zonasi KKPD Pulo Pasi Busung

47 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Zona ID Posisi Geografis Luas

(Ha) Bujur Timur (BT)

Lintang Selatan (LS)

Inti (Liang Kareta)

1 120º 24’ 09.000” 6º 12’ 31.500” 56 2 120º 23’ 56.292” 6º 12’ 42.300” 3 120º 23’ 40.812” 6º 12’ 29.412” 4 120º 23’ 33.216” 6º 11’ 49.992” 5 120º 23’ 41.316” 6º 11’ 52.008” 6 120º 23’ 49.596” 6º 11’ 22.392”

Inti (Ujung Lola) 1 120º 25’ 07.845” 6º 05’ 26.962” 62 2 120º 24’ 38.818” 6º 05’ 24.864” 3 120º 24’ 30.776” 6º 05’ 46.546” 4 120º 25’ 04.350” 6º 05’ 46.546”

Perikanan Berkelanjutan

1 120º 24’ 36.490” 6º 05’ 12.458” 4.677 2 120º 23’ 07.836” 6º 09’ 52.348” 3 120º 23’ 34.062” 6º 12’ 31.878” 4 120º 24’ 33.574” 6º 13’ 16.295” 5 120º 25’ 46.258” 6º 12’ 18.000” 6 120º 25’ 21.637” 6º 10’ 26.443” 7 120º 25’ 08.069” 6º 08’ 55.165” 8 120º 26’ 24.000” 6º 05’ 54.427”

Pemanfaatan (Liang Kareta)

1 120º 23’ 45.600” 6º 11’ 59.028” 51 2 120º 23’ 51.000” 6º 12’ 19.908” 3 120º 24’ 10.800” 6º 12’ 26.424” 4 120º 24’ 18.000” 6º 12’ 08.388” 5 120º 23’ 49.200” 6º 11’ 58.668”

Pemanfaatan (Je’neiya)

1 120º 23’ 41.604” 6º 09’ 08.892” 60 2 120º 23’ 25.692” 6º 09’ 04.896” 3 120º 23’ 36.600” 6º 08’ 24.504” 4 120º 23’ 47.400” 6º 08’ 21.696”

Pemanfaatan (Timbula)

1 120º 24’ 11.700” 6º 07’ 35.796” 32 2 120º 23’ 52.584” 6º 07’ 29.208” 3 120º 23’ 58.992” 6º 07’ 14.484” 4 120º 24’ 11.016” 6º 07’ 10.488”

Pemanfaatan (Gusung)

1 120º 25’ 15.542” 6º 05’ 30.458” 54 2 120º 25’ 05.048” 6º 05’ 50.744” 3 120º 25’ 31.278” 6º 06’ 19.422” 4 120º 25’ 50.862” 6º 06’ 08.928”

Lainnya (Rehabilitasi Mangrove)

1 120º 25’ 19.200” 6º 06’ 59.832” 26 2 120º 25’ 12.000” 6º 07’ 02.424” 3 120º 25’ 12.000” 6º 07’ 20.352” 4 120º 25’ 24.600” 6º 07’ 21.288” 5 120º 25’ 30.000” 6º 07’ 15.600”

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

Secara umum ekosistem mangrove tidak terlalu banyak di Kabupaten Kepulauan Selayar hanya memiliki luasan sekitar 16,53 Ha terdapat Rhizopora spp dan Avicenna spp. Kabupaten ini merupakan gugusan pulau-pulau karang dikenal sebagai pulau atol yang terbesar. Luasan terumbu karang teridentifiksi mencapai 33.313,86 Ha. Tutupan karang didominasi oleh bentuk koloni karang Non Acropora dalam bentuk karang bulat (massif), karang menjalar dan bercabang. Luasan lamun tidak terlalu banyak, karena kondisi pantai yang curam berbatu dan patahan. Jenis lamun yang ditemukan adlah Thallasia sp, Cymodecae sp, Halophyla sp, Syrongodium sp, Halodule sp, dan Enhalus sp

Pulau Pasi dan Pulau Gusung secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Bontoharu yang terdiri atas tiga pemerintahan desa yaitu Desa Bonto Lebang, Bonto Borusu dan Desa Kahu-Kahu. Pulau Gusung memiliki luas 2.388,78 Ha dengan garis pantai 408,38 Ha, terumbu karang bercampur dengan pasir 603,61 ha, padang lamun bercampur pasir 799,53 ha, hamparan pasir tergenang air laut 171,32 ha, hamparan pasir putih di pantai 58,95 ha, pemukiman 25,99 ha, kebun/ kelapa 845,42 ha dan tegalan 1.391,40 ha.

Ekosistem utama perairan pulau Pasi yaitu terumbu karang dan padang lamun. Tipe terumbu karang adalah terumbu tepidari jenis karang batu, karang lunak dan biota assosiasi lainnya. Kondisi terumbu karang tergolong sedang dengan rata-rata tututapan karang hidup29%. Total spesies ikan karang mencapai 213 spesies. Sedangkan jenis lamun ditemukan 6 jenis dan mangrove sebanyak 4 jenis.Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 9 famili yaitu Acanthuridae, Balistidae, Haemulidae, Labridae, Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae,Serranidae dan Siganidae.Spesies yang ditemukan adalah Acanthurus pyroferus dan Ctenochaetus binotatus dari famili Acanthuridae, Chaetodon baronessa, Chaetodon kleinii, Chaetodon rafflesi, Chaetodon trifasciatus, Chaetodon unimaculatus dan Chelmon rostratus dari family Chaetodontidae, Centeropyge vrolikii dari famili Pomacanthidae, Scarus sp. dari famili Scaridae, serta Zanclus cornutus dari famili Zanclidae. (Rencana Pengelolaan KKPD Pulo Pasi Busung, 2012)

48 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Secara umum KKPD Pulo Pasi Busung terdapat 3 desa yaitu Desa Bonto Borusu, Desa Bonto Lebang, dan Desa Kahu-Kahu ( Kecamatan Bontoharu). Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2013 berjumlah127.220 orang yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Benteng yaitu sebanyak 23.206 orang.

9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

a) Desa Bonto Borusu

Jumlah penduduk Desa Bonto Borusu terdiri atas 4 dusun, Dusun Dongkalan, Dusun Buloiya, Dusun Paoiya dan Dusun Manarai. Jumlah penduduk Desa Bonto Borusu sekitar 1.486 jiwa dalam 368 KK dengan kepadata penduduk 116 jiwa/Km2 (Kabupaten Dalam Angka, 2014)Aksesibilitas penduduk ke ibukota kabupaten tergolong lancar dengan perahu jolloro. Sedangkan akses antar desa dapat ditempuh melalui darat dan laut. Akses darat ditempuh melalui jalan paving block. Sementara sarana transportasi darat yang dimiliki penduduk adalah sepeda dan sepeda motor.

b) Desa Bonto Lebang

Desa Bonto Lebang memiliki luas sekitar 1,21 Km2 dengan panjang garis pantai 9,5 Km dengan karakteristik berpasir putih. Desa Bonto Lebang terdiri atas 3 dusun yaitu Dusun Timar, Dusun Barat dan Dusun Lengu. Penduduk Desa Bonto Lebang mencapai 830 jiwa dari 225 KK dengan kepadatan penduduk 148 km2. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 430 jiwa dan perempuan sebanyak 388 jiwa. Aksesibilitas penduduk desa ke kota Benteng sebagai ibukota kabupaten yang berjarak 3 km menggunakan perahu jolloro seperti desa lain di kawasan Pulau Pasi (Gusung). Demikian pula akses penduduk antar desa lainnya.

c) Desa Kahu-Kahu

Desa Kahu-kahu merupakan pemekaran dari Desa Bonto Borusu, yang terdiri atas 4 dusun yaitu Dusun Kahu-kahu Utara, Kahu-kahu Selatan, Kahu-kahu Tengah dan Dusun Dopa.Desa Kahu-kahu berpenduduk sekitar 1.822 jiwa yang tersebar dalam 425 KK.

Mayoritas masyarakat yang mendiami Pulau Pasi beretnis Selayar (Makassar) dan memiliki hubungan kekerabatan satu sama lainnya. Dalam kehidupan masyarakat di ketiga desa yang ada di Pulau Pasi masih terikat dengan pola budaya yang bersifat homogen, hal ini dapat dilihat dari ketaatan masyarakat dalam hubungan kekerabatan maupun pergaulan keseharian. Pola kehidupan masyarakat ketiga desa di Pulau Pasi dipengaruhi oleh nilai dan norma agama Islam yang dianut hampir keseluruhan penduduk di ketiga desa tersebut.

49 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Secara umum, mata pencaharian penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar didominasi oleh sektor pertanian yaitu 26.004 orang, disusul jasa-jasa 10.741 orang, perdagangan 5.661 orang, dan industri 3.707 orang (Kabupaten Dalam Angka, 2014). Namun demikian, mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah sektor perikanan dengan jenis usaha sebagai pengusaha hasil-hasil laut, pedagang ikan,

penjual bahan-bahan kebutuhan pokok, dan pengusaha pelayaran. Masyarakat sebaga nelayan dengan jumlah rumah tangga sekitar 7.032 rumah tangga nelayan, 404 rumah tangga petambak, dan 944 rumah tangga pembudidaya.

10) Potensi Perikanan

Produksi ikan tangkapan di laut tahun 2013 sebesar 28.573,2 ton mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 29.888,14 ton. Untuk kegiatan perikanan, nelayan kabupaten ini umumnya skala kecil karena didominai oleh perahu tanpa motor dan motor tempel, yaitu perahu tanpa motor 171 unit perahu jukung, 346 unit perahu kecil, 442 unit perahu sedang, 290 unit perahu besar, dan 3.119 unit perahu motor, serta 2.490 motor tempel.

Alat tangkap ikan terdiri dari jaring angkat 131 unit, jaring insang 1899 unit, muroami 101 unit, perangkap 290 unit, pancing 2.765 unit, dan purse seine 15 unit.

11) Potensi Pariwisata

Sebagai kabupaten kepulauan, keindahan terumbu karang dan jejeran pasir putih di sepanjang pantai Kabupaten Selayar merupakan potensi wisata bahari yang menjanjikan. Taman Nasional Takabonerate misalnya, adalah salah satu objek wisata yang diandalkan.Lokasi lain yang menjadi lokasi wisata antara lain Pantai Talloya (Desa Bungaya), Pantai Ngapolohe (Desa Bonea Makmur), Pantai Babaera (Desa Bontomarannu), Pantai Liang Tarussu dan Pantai Jeneiya (Desa Bontobarusu), Pantai Bolaiya (Desa Patilereng), Pantai Patumbukang dan Apatana (Desa Loak), dan masih banyak lagi.

11) Aksesibilitas

Waktu tempuh Kabupaten Kepulauan Selayar ke Makasar yang menjadi ibukota Sulawesi Selatan adalah 5 jam melalui transportasi darat (Makasar-Bulukumba), yang dilanjutkan dengan transportasi laut melalui Pelabuhan Ferry Bira (Bulukumba) - Pamatata (Selayar) 3,5 jam, atau Pelabuhan Leppe'e (Bulukumba) - Benteng (Selayar) 1,5 jam. Selain itu, saat ini telah tersedia transportasi udara, yaitu dari Bandara Hasanuddin ke Bandara Aroeppala (Selayar) selama 45 menit. Sementara transportasi antar ibukota

50 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

kabupaten dengan pulau-pulau sekitarnya dijangkau dengan menggunakan kapal regular yang telah tersedia.

12) Peta Lokasi

Gambar 9. Peta Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Pulo Pasi Gusung (SK Bupatai Kepulauan Selayar No. 466/IX/2011)

51 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Buku profil status kawasan konservasi ini merupakan salah satu upaya pengelolaan kawasan konservasi laut/perairan yang berkelanjutan dalam upaya mencapai target. Buku ini berisi informasi-informasi sebagai bagian penyampaian/ kampanye konservasi laut/perairan di Indonesia agar supaya diketahui kalayak umum dan bisa menjadi panduan/acuan tentang konservasi laut/perairan. Kami ucapkan banyak terimakasih kepada seluruh Balai Taman Laut Nasional, Kawasan Konservasi Perairan/Laut Daerah (KKP/LD) yang telah banyak membantu untuk tercapainya buku ini tersusun dengan baik.

52 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA ------. 2014. Kepulauan Selayar Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Kepulauan Selayar ------. 2014. Pangkajene Kepulauan Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Pangkajene Kepulauan ------. 2014. Luwu Utara Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Luwu Utara ------. 2012. Zonasi Taman Nasional Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan

Selayar Propinsi Sulawesi Selatan. Balai TN Taka Bonerate Tahun Anggaran 2012

------. 2013. Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Kabupaten/Kota, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautasn, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau-Kecil

------. 2012. Review Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Takabonerate Periode Tahun 1997-2022 Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Balai Taman Nasional Taka Bonerate. Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.16/Men/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.17/Men/2008 Tentang Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.30/Men/2010 Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan.

Siregar V at all. 2010. Informasi Spasial Habitat Perairan Dangkal dan Prndugaan Stok Ikan Terumbu Karang Menggunakan Citra satelit. SEAMEO BIOTROP dan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.

53 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI SELATAN