profil investasi provinsi nusa tenggara timur 2009.pdf

20
PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 1 Profil Potensi Investasi Provinsi Nusa Tenggara Timur 1. Geografi, Administrasi dan Demografi Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan ibukota Kupang terletak antara 8 o – 12 o LS dan antara 118 o – 125 o BT. Batas - batas wilayah Nusa Tenggara Timur di sebelah utara Laut Flores, di sebelah timur Negara Timor Leste; di sebelah selatan Samudra Hindia, dan di sebelah barat dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi kepulauan yang memilki 566 pulau, dan hanya 65 pulau saja yang berpenghuni. Luas wilayah Nusa Tenggara Timur secara keseluruhan sekitar 247,349.90 km2, yang meliputi lima belas kabupaten, yaitu Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat, dan satu Kota yaitu Kota Kupang. Sumba Timur merupakan kabupaten terluas dengan luas daratan sekitar 7.000.50 km 2 atau 14.78% dari luas daratan Nusa Tenggara Timur. Jumlah Penduduk Nusa Tenggara Timur tercatat 4,073,249 jiwa terdiri dari laki-laki 2,041,089 jiwa (50.11%), dan perempuan 2,032,160 jiwa (49.89%) pada tahun 2008. 2. Sarana dan Prasarana Penunjang Investasi Transportasi Darat Perhubungan darat di Provinsi NTT meliputi jalan negara 1,212 km, jalan provinsi 2,940 km dan jalan kabupaten 12,867 km. Transportasi Laut. Untuk transportasi laut dilakukan oleh PT Pelni dan PT ASDP. Jenis kapal yang beroperasi adalah Kapal Penumpang Dobonsolo, Tata Mailau, Sirimau, Wilis, Awu, Kelimutu, Dorolonda.

Upload: vicky-ceunfin

Post on 22-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

kondisi investasi NTT 2009

TRANSCRIPT

Page 1: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 1

Profil Potensi Investasi Provinsi

Nusa Tenggara Timur 1. Geografi, Administrasi dan Demografi

Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan ibukota Kupang terletak antara 8o – 12o LS dan antara 118o – 125o BT. Batas - batas wilayah Nusa Tenggara Timur di sebelah utara Laut Flores, di sebelah timur Negara Timor Leste; di sebelah selatan Samudra Hindia, dan di sebelah barat dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi kepulauan yang memilki 566 pulau, dan hanya 65 pulau saja yang berpenghuni. Luas wilayah Nusa Tenggara Timur secara keseluruhan sekitar 247,349.90 km2, yang meliputi lima belas kabupaten, yaitu Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat, dan satu Kota yaitu Kota Kupang. Sumba Timur merupakan kabupaten terluas dengan luas daratan sekitar 7.000.50 km2 atau 14.78% dari luas daratan Nusa Tenggara Timur. Jumlah Penduduk Nusa Tenggara Timur tercatat 4,073,249 jiwa terdiri dari laki-laki 2,041,089 jiwa (50.11%), dan perempuan 2,032,160 jiwa (49.89%) pada tahun 2008.

2. Sarana dan Prasarana Penunjang Investasi

Transportasi Darat Perhubungan darat di Provinsi NTT meliputi jalan negara 1,212 km, jalan provinsi 2,940 km dan jalan kabupaten 12,867 km.

Transportasi Laut. Untuk transportasi laut dilakukan oleh PT Pelni dan PT ASDP. Jenis kapal yang beroperasi adalah Kapal Penumpang Dobonsolo, Tata Mailau, Sirimau, Wilis, Awu, Kelimutu, Dorolonda.

Page 2: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2

Transportasi Udara Provinsi NTT memiliki 14 lapangan terbang yang tersebar di seluruh kabupaten/kota dengan fasilitas yang cukup memadai berdasarkan kelas yang tersedia.

Energi Pemenuhan kebutuhan listrik dilakukan oleh PT. PLN dengan konsumsi pelayanan meliputi rumah tangga, pemerintah dan perusahaan swasta. Namun demikian terjadi defisit di provinsi ini. Pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat mendesak untuk meningkatkan rasio elekrifikasi di daerah itu yang baru mencapai 24%. Dengan penduduk NTT yang berjumlah 4,2 juta orang, rasio elektrifikasi sebesar 24% sangar kurang. Jika rasio elektrifikasi meningkat sampai 30% saja, kesejahteraan masyarakat sudah mulai membaik karena akan bermunculan industri rumah tangga, dan mengairahkan investasi. Terjadi peningkatan rasio elektrifikasi di NTT mendekati angka 30%. Namun, penambahan 37 Mw belum mampu mengatasi krisis listrik yang terutama dialami warga di wilayah kecamatan sampai desa-desa. Lebih jauh ia menjelaskan NTT memiliki kelebihan di bidang energi terutama panas bumi. Cukup banyak panas bumi di beberapa tempat dalam skala menengah ke bawah. Pemerintah pada Tahun 2010 berupuaya melakukan pembangunan 9 pembangkit listrik tenaga panas bumi dan termasuk percepatan pembangunan empat transmisi. Empat transmisi itu adalah transmisi Kupang sebesar 70 Kilovolt (Kv), transmisi Kupang-Atambua sebesar 150 Kv, transmisi Ende-Ropa-Maumere di Flores sebesar 70 Kv, dan transmisi Ende-Bajawa-Ruteng sebesar 150 Kv. Sementara sembilan pembangkit listrik yang dibangun adalah dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2x15 Mw di Kupang, PLTU 2x7 Mw di Ropa, Ende. Penyelesaian PLTP Mataloko 1x2,5 Mw di Kabupaten Ngada, percepatan pembangunan perusahaan listrik tenaga mikrohidro (PLTM) di Ndunga, Kabupaten Ende sebear 2x0,9 MW. Pemasangan mesin di perusahaan listrik tenaga panas bumi (PLTP) Ulumbu 3x3 Mw di Ruteng, ibu kota Kabupaten

Page 3: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 3

Manggarai, pembangunan PLTP Atadei di Kabupaten Lembata 1x1,5 Mw, dan PLTU 2x12 Mw di Atambua, Kabupaten Belu dan PLTP Sokoria yang memiliki potensi energi 25 Mw di Ende. Flores bagian barat terdapat 11 lokasi potensi energi primer yang telah disurvei, termasuk empat sumber panas bumi yakni Ulumbu, Mataloko, Ndungga, dan Sokoria. Tujuh potensi energi lainnya adalah Wai Sano dan Wai Pesi di Manggarai Barat masing-masing 10 Mw dan 54 Mw, Mageruda 28 Mw dan Gou Inelike 5 Mw, keduanya di Ngada. Tiga di Ende, Detusoko 10 Mw, Lesugolo 45 Mw, dan Jopu 25 Mw.

Perbankan Pelayanan jasa bank dilakukan oleh 49 buah bank yang tersebar di seluruh kabupaten, baik Bank Swasta maupun pemerintah

Hotel Hinggga tahun 2008 jumlah hotel yang ada di Provinsi NTT adalah 249 buah yang tersebar di seluruh kabupaten, dengan jumlah kamar 3,575 buah.

3. Komoditas Unggulan

3.1. Jagung Komoditi jagung merupakan komoditi andalan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari segi kualitas mempunyai keunggulan dibandingkan komoditi jagung daerah lain, yakni rasa yang lebih manis dan ukuran yang besar. Didukung pula teknik budidaya yang masih alami da bebas pestisida kimia, sehingga kandungan di dalam buah tidak membahayakan konsumen. Makanan lokal masyarakat NTT selain beras adalah jagung. Masyarakat tani menyimpan jagung yang sudah dikeringkan sehinnga bisa disimpan lama, kemudian dikonsumsi dengan dicampur kacang-kacangan. Kebiasaan masyarakat ini merupakan pola makan yang membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pangan bila terjadi musim kemarau

Page 4: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 4

panjang, yang mengakibatkan gagal panen sehingga ketersediaan beras tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.

Kandungan vitamin dan mineral dalam jagung adalah vitamin A, Karbohidrat, Fosfor dan Serat. Manfaatnya untuk membantu pertumbuhan dan mendorong daya kerja otak. Jagung juga sangat baik bagi penderita Diabetes dan Obesitas mereka yang sedang diet dianjurkan untuk mengkonsumsi jagung sebagai pengganti beras.

Produksi dan Produktivitas

Tingkat produksi jagung di Provinsi NTT cukup tinggi, didukung kondisi agroklimat yang sangat memungkinkan untuk pengembangan komoditi ini. Produktivitas tanaman jagung tahun 2006 sebesar 23,10 Kw / Ha, dan tingkat produksi sebesar 582.965 ton dengan luas areal tanam 257,485 Hektar.

Varietas yang banyak ditanam adalah varietas Lamuru dan Srikandi. Masing-masing mempunyai keunggulan. Ukuran yang lebih besar, kandungan protein pada varietas Srikandi tinggi namun kandungan gula lebih tinggi pada varietas Lamuru. Jagung varietas lokal yang sudah dilepas, hasil pemuliaan putra NTT, adalah “ Jagung Piet Kuning “,

Page 5: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5

varietas ini dilepas sesuai surat keputusan nomor : 77 / Kpts / SR.120 / 2 / 2007, tanggal 27 Februari 2007. Jagung tersebut adaptif pada kondisi NTT, baik agroklimat, geografi. Kondisi pertanaman, masih pada tahap perbanyak maupun benih (BD) bisa, yakni kelas benih pejenis (BS) menjadi benih dasar dan benih dasar menjadi benih pokok (BP). Potensi hasil sesuai diskripsi 4,2 ton / Ha. Potensi lahan kering yang belum dikelola menjadi potensi untuk pengembangan komoditi ini, dimana lahan kering yang belum dimanfaatkan seluas 794,564 Ha. Dengan pemanfaatan lahan tidur ini dapat menjamin ketersediaan jagung sebagai makanan pokok serta dapat menopang ketersediaan bahan baku untuk mendukung industi pengolahan.

Pengolahan Komoditi jagung di Provinsi NTT diolah menjadi emping jagung, marning jagung baik yang rasa pedas manis dan pedas asin, jagung goreng bungam jagung titi dan jagung kering kemudian ditumbuk menjadi jagung bose dan ada yang dihaluskan untuk makan ternak,

Industri pengolahan yang ada masih dalam skala kecil / rumah tangga, sehingga terbuka peluang bagi investor untuk menanamkan modal, pada industri pengolahan dan pemasaran yang menggunakan bahan dasar jagung.

Page 6: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 6

Tabel 1. Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditi Jagung

No. KAB/ KOTA/ LUAS TANAM(Ha)

PANEN (Ha) PRODUKSI (Ha)

PRODUK SIVITAS (Kw/Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Kota Kupang Kupang Rote Ndao TTS TTU Belu Alor Lembata Flotim Sikka Ende Ngada Manggarai Manggarai Brt Sumba Timur Sumba Barat

554 19.200 4.628

69.091 20.054 34.698 3.650 8.301

10.051 13.964 3.647

12,741 12.431 5.719

10.430 28.101

543 18.824 4.537 67.736 19.857 34.018 3.578 8.138 9.854 13.680 3.575 12.491 12.187 5.607 10.25 27.550

1.265 44.745 10.642 160.013 46.797 78.082 8.521 17.492 21.329 28.192 7.960 30.770 27.125 12.350 22.703 64.989

23,30 23,77 23,46 23,91 23,62 23,57 22,95 23,81 21,48 21,65 20,59 22,24 24,63 22,26 22,03 22,20

Total 275.458 252.410 582.965 23,10 Kondisi Pasar Indonesia sejak swasembada jagung tahun 2008 sampai sekarang dapat memenuhi kebutuhan empat negara di Asia yakni Malaysia, Filipina, Korea dan Jepang berkisar antara 50-60 ribu ton. Jagung Indonesia dapat dijadikan berbagai produk di manca negara yaitu selain untuk bahan makanan manusia, juga kebutuhan ternak dan kosmetik dan ratusan produk turunannya, Produksi jagung di Indonesia saat ini terus meningkat, karena sangat mudah dibudidayakan di lahan jenis apa pun, selama ini tanaman itu hanya sekedar untuk makanan rumah tangga saja. Setelah berhasil mengekspor tahun 2008, permintaan akan jagung produksi Indonesia makin tinggi, sehingga impor dari luar negeri turun. Biasanya Indonesia mengimpor jagung satu juta ton per tahun, namun setelah meningkatnya produksi lokal, maka jumlah impor tersebut dikurangi.

Page 7: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 7

Produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur, Jawa Tengah masing-masing lima juta ton per tahun, setelah itu menyusul beberapa daerah di Sumatera antara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi jagung Indonesia mencapai 16 juta ton per tahun. Kondisi perjagungan nasional sekarang sudah meningkatkan produksinya selama tahun 2009 tercatat 16,47 juta ton, sedangkan impor berkurang karena kebutuhan dalam negeri sudah bisa diatasi dengan produksi lokal. Produksi jagung nasional perlu ditingkatkan lagi yakni dari rata-rata empat ton per hektare menjadi sepuluh ton per hektare melalui hasil pola experimental, produksi jagung itu nantinya akan bisa memenuhi permintaan dari negara Malaysia, Filipina, Korea, Taiwan, Cina dan Jepang. Produksi jagung dunia sekarang rata-rata 750 juta ton, yang beredar di pasaran 75 juta ton di 70 negara di antaranya 15 negara maju sisanya negara berkembang sebagai penghasil jagung dengan luas sekitar satu juta hektare. Analisis Ekonomi Pengembangan Jagung (Asumsi Luas 50 Ha) Perkiraan Investasi Modal Tetap : Rp. 23.514.000/Ha Modal Kerja : Rp. 118.494.000/Ha Jumlah : Rp. 141.008.000/Ha BEP = 222 Pohon atau BEP = Rp.62.107.206 NPV = Rp. 26.405.000 (Proceeds 168.413.000

dan outlays 142.008.000 dan estimasi rr 12%)

IRR = 16,48% ROI (Th ke 4) = 17,63 % (dibulatkan) dan ROI (Th ke 5) = 44,73 % PAYBACK PERIOD = Panen pertama (th ke 4) inventasi dapat

dikembalikan

Page 8: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 8

Lokasi Pengembangan Lokasi pengembangan jagung berada di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan

. 3.2. Penggemukan Sapi

Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) telah lama memelihara ternak asli daerah ini, yakni kerbau, kuda, babi, kambing dan ayam buras, sedangkan ternak sapi baru dimasukkan pada tahun 1912 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sapi Bali ditempatkan di Pulau Timor dan sapi Madura di Pulau Flores bagian barat. Ternak ini dimasukkan dengan tujuan untuk memperkuat ekonomi masyarakat, konsumsi lokal dan ekspor ke Pulau Jawa, dan hingga tahun 1915 jumlah ternak sapi yang dimasukkan mencapai 234 ekor. Pada tahun 1914, Pemerintah Hindia Belanda juga mendatangkan sapi Ongole dari India yang ditempatkan di Pulau Sumba sebanyak 608 ekor dengan tujuan untuk menyiapkan sumber ternak kerja bagi pengangkutan hasil-hasil perusahaan perkebunan di Pulau Jawa. Berdasarkan data yang ada, ternyata sapi Bali berkembang jauh lebih pesat daripada sapi Ongole dan Madura dan bahkan sapi Madura di Flores berkembang sangat lambat. Bertolak dari keadaan tersebut, mulai tahun 1970 Pemda Tingkat I NTT mulai menentukan untuk mengganti sapi Madura di Flores dengan sapi Bali asal Timor. Penyebaran sapi Bali di Flores masih berlangsung hingga kini melalui berbagai proyek. Berbagai pihak telah melontarkan keinginan untuk memasukkan sapi Bali ke Pulau Sumba untuk mendampingi sapi Ongole dalam memacu produksi ternak sapi di daerah tersebut, namun belum dapat disetujui oleh Pemerintah Pusat yang masih ingin mempertahankan Pulau Sumba sebagai sumber bibit sapi Ongole untuk kepentingan nasional. Usaha memperbaiki mutu sapi Ongole dilakukan dengan memasukkan sapi Brahman dari Australia pada tahun 1975, 1979, 1981 dan 1982 dengan jumlah seluruhnya 3.170 ekor. Bersamaan dengan sapi-sapi ini, diikutkan pula ternak kuda sebanyak 9 ekor pejantan.

Page 9: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 9

Pada tanggal 30 April 1992, melalui Universitas Nusa Cendana, Presiden Republik Indonesia telah memberikan bantuan sapi Aberden Angus sebanyak 20 ekor yang terdiri dari 10 ekor jantan dan 10 ekor betina, dan selanjutnya diberikan kepada Dinas Peternakan Provinsi Dati I NTTsebanyak 10 ekor (5 ekor jantan dan 5 ekor betina). Tujuan Banpres itu adalah untuk meningkatkan mutu ternak sapi bali yang telah ada melalui inseminasi buatan. Usaha ayam ras baru dikembangkan secara nyata mulai tahun 1978/1979, walaupun secara kecil-kecilan telah mulai dirintis pada tahun-tahun sebelumnya, dimana semula pada ayam petelur dan pada tahun 1982 mulai digalakkan pada usaha ayam pedaging. Usaha perbaikan mutu ternak babi dilaksanakan mulai tahun 1989 melalui bantuan Presiden dengan memasukkan babi ras tipe daging L 24 sebanyak 280 ekor dan disebarkan kepada petani dalam bentuk kredit full inkind. Untuk ternak kambing telah dimasukkan kambing Peranakan Ettawah sebanyak 210 ekor (35 ekor jantan dan 175 ekor betina) dari Pulau Jawa pada tahun 1991 dan ditempatkan di Kabupaten Ende, Timor Tengah Utara, Flores Timur, Sikka dan Sumba Timur serta Timor Tengah Selatan (BesipaE). Sedangkan ternak domba, pada tahun 1975 telah dilakukan pengadaan 600 ekor ternak domba ekor gemuk untuk Pulau Sabu. Sekitar tahun 1920, invasi tanaman liar Lantana camara di Pulau Timor menimbulkan masalah dalam usahatani, termasuk mendesak tanaman rumput di padang penggembalaan. Raja Amarasi di Kabupaten Kupang berinisiatif untuk membasminya dengan menanam tanama lamtoro (Leucaena leucocephala) dan ternyata sangat berhasil, namun saat itu tanaman tersebut belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Setelah tahun 1970, Dinas Peternakan Provinsi Dati I NTT memperkenalkan sistem paron kepada rakyat Amarasi sambil mendorong masyarakat untuk memanfaatkan tanaman lamtoro sebagai pakan ternak sapi. Keberhasilan program ini menggugah rakyat Amarasi untuk menggalakkan proses penggemukan

Page 10: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 10

sapi dengan menggunakan hanya lamtoro ditambah batang pisang sebagai pakan. Berbagai jenis rumput unggul maupun kacang-kacangan lainnya telah pula diperkenalkan sejak Pelita I, namun kurang ditanggapi secara serius oleh sebagian besar peternak. Sekitar tahun 1960 tanaman liar Chromalaena odorata menginvasi wilayah barat pulau Flores yang hampir menghabiskan semua padang rumput. Sekitar tahun 1980, tanaman ini menginvasi Sumba Barat dan meluas ke Sumba Timur, sedangkan sekitar tahun 1986 mulai menginvasi Pulau Timor. Invasi tanaman liar ini diikuti pula dengan masuknya kutu loncat (Hetropsylla cubana) pada awal tahun 1986 yang menyebabkan peranan lamtoro agak mundur. Hal ini sangat mempengaruhi usaha penggemukan sapi oleh masyarakat. Tahun 1986, Proyek NTT-IADP dengan bantuan organisasi internasional yang bergerak dalam penelitian dan pengembangan tanaman pakan kacang-kacangan Nitrogen Fixing Tree Association (NFTA) di Hawaii melakukan penelitian adaptasi dan ketahanan beberapa varietas lamtoro terhadap kutu loncat di BesipaE. Penelitian ini telah merekomendasikan beberapa varietas yang dapat dikembangkan. Tahun 1988, varietas yang direkomendasikan ini mulai didatangkan untuk mendapat benih yang kelak dapat disebarkan kepada petani. Pada tahun yang sama pula mulai didatangkan rumput King Grass (Pennisetum sp.) yang secara antusias disambut oleh pe tani, karena produksinya tinggi dan harga jual yang memuaskan. Dan mulai tahun 1990 dengan bantuan dana APBN, Dirjen Peternakan mencetuskan Gemarrampak untuk mendukung pelaksanaan kegiatan inseminasi buatan.

Potensi Pasar

Indonesia merupakan negara pengimpor sapi dan daging sapi guna memenuhi permintaan daging sapi dalam negeri yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi pada bulan-bulan tertentu seperti hari Lebaran dan Lebaran Qurban permintaan daging sapi sangat tinggi sehingga harga daging sapi melonjak. Produksi daging sapi dalam negeri selama 5 tahun

Page 11: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 11

terakhir selalu terjadi peningkatan rata-rata 7,6 % per-tahun (data Biro Pusat Statistik 2001). Hal tersebut dikarenakan jumlah rumah pemotongan hewan yang meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan kebutuhan konsumsi daging sapi yang cukup tinggi. Selain itu permintaan akan kualitas produksi daging juga semakin beragam, hal itu ditandai dengan impor daging untuk restoran-restoran internasional yang semakin banyak dengan meminta kualitas tertentu, seperti warna, keempukan, marbling atau pelemakan daging yang sesuai. Dengan peningkatan permintaan tersebut tak pelak harga daging sapi menjadi cukup tinggi yaitu berkisar Rp 40.000,- sampai Rp 45.000,- per-kilogram. Melihat keadaan pasar tersebut pengembang-biakan sapi (penggemukan) menjadi potensi bisnis yang cukup menjanjikan. Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu : a) Konsumen Akhir Konsumen akhir, atau disebut konsumen

rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :

b) Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas) Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.

c) Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu

Page 12: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 12

juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.

Analisis Ekonomi Sapi Potong Usaha penggemukan sapi tersebut layak untuk dikembangkan dengan catatan bahwa usaha tersebut menggunakan sapi bakalan yang mempunyai berat badan antara 200 kg sampai dengan 300 kg. Sapi bakalan diperoleh dari petani atau pasar hewan yang tersebar dibeberapa daerah yang merata di wilayah Provinsi NTT. Parameter teknis yang digunakan dalam menentukan hasil penggemukan sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan antara lain: Periode waktu penggemukan adalah 120 hari. Jumlah sapi yang digemukan adalah 100 ekor, dan diharapkan dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun, namun tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan jika permintaan pasar terus meningkat. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak 13 orang, dimana 3 orang tenaga administrasi, 1 dan 10 orang tenaga kerja yang digunakan dalam mengurus sapi tersebut. sehingga dapat diperoleh gambaran biaya langsung operasinal dan hasil usaha penggemukan serta nilai jual yang diperoleh selama satu tahun. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Aspek teknis sapi potong

No. KETERANGAN SATUAN JUMLAH 1 Periode penggemukan a Hari kerja Hari 120

b Bulan Bulan 4 c Frekuensi dalam tahun Hari 3

2 Pengadaan sapi a Sapi yang dibutuhkan 3 bulan 100 b Sapi yang dibutuhkan 1 tahun 300 c Rata-rata bobot sapi Kg 250 d Harga sapi Rp/kg 12.500

3 Tenaga kerja a Manajemen/ADMINISTRASI Orang 3 b Operasinal/lapangan Orang 10 c Gaji manajemen Bln/orang 2.000.000 d Gaji operasional Bln/orang 600.000

4 Lahan a Lahan yang dibutuhkan Ha 50

Page 13: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 13

b Harga lahan Rp 250.000.000 5 Penggemukan sapi a Pertambahan bobot Kg/hr 0.6

b Pertambahan bobot Kg/4 bln 72 c Harga jual Rp/kg 15.000

6 Pakan a Konsumsi rumput Kg/hari/ekor 20 b Biaya rumput Rp/ekor/hari 400 c Konsumsi konsetrat Kg/ekor/hari 2 d Biaya konsentrat Rp/ekor/hari 1.100

7 Obat-obatan Rp/ekor/bln 2.500 8 Transortasi a Rata-rata pembelian tiap

kabupaten Rp/ekor 100.000

b Rata-rata penjualan Rp/ekor 100.000 9 Kandang dan peralatan a Biaya kandang Rp/ekor 25.000.000

b Biaya perawatan kandang Rp/bln 500.000 c Biaya peralatan Rp 19.000.000

10 Pinjaman a Tingkat bunga % 18 b Waktu Tahun 5

11 Pajak % 20 12 Modal investasi a Asing (Rp. 550.000.000) % 0.7333

b Sendiri (Rp. 200.000.000) % 0.2667

Untuk mengetahui perkembangan usaha penggemukan sapi, tercermin dari laporan laba/rugi setiap tahunnya, sehingga dapat memberikan gambaran prospek bagi investor untuk menanamkan modalnya pada usaha ini. Adapun proyeksi laporan laba / rugi dapat dilihat pada Tabel 3 Perkembangan keluar masuknya dana setiap tahunnya tercermin dari cash flow, dimana penerimaan dan pengeluaran dapat diketahui dan diprediksi, sehingga memudahkan dalam menganalisis, investasi yang digunakan pada usaha ini yaitu sebesar Rp. 715,675,000,-. Adapun analisa cash flow dapat dilihat pada tabel 4.

Page 14: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 14

Tabel 3 Proyeksi Laba rugi

No URAIAN TOTAL Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 1 Modal Usaha: Pinjaman 550.000.000 550.000.000 Modal Sendiri 200.000.000 200.000.000 Saldo Awal Bulan 46.000.000 46.000.000 34.325.000 255.800.000 295.544.000 306.534.080 315.545.946 Dana yang ada 550.000.000 246.000.000 246.000.000 34.325.000 255.800.000 295.544.000 306.534.080 315.545.946 II PENERIMAAN

2.1 Harga penjualan (100 ekor) 297kg/ekor

1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000

Total penerimaan 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 III PENGELUARAN Investasi A1. Pra operasi Tanah 50 ha @ 5.000.000 250.000.000 Biaya notariat dan perizinan 7.500.000 Biaya perlengkapan kantor 3.325.000 Biaya lainnya 1.350.000 Total biaya praoperasional 250.000.000 12.175.000 262.175.000 A2. Kandang 25.000.000 Peralatan 19.000.000 Kendaraan Ops (bekas) 75.000.000

Page 15: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 15

Total Biaya A2 119.000.000 0 119.000.000

No URAIAN TOTAL Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 A3 Bunga pinjaman 18%/tahun 126.000.000 76.320.000 62.582.400 51.317.568 42.080.406 Total biaya investasi (A) 369.000.000 12.175.000 381.175.000 126.000.000 76.320.000 62.582.400 51.317.568 42.080.406 B Modal kerja B1 Beban operasi

B1a Gaji langsung (Operasional), (10 orang)

24.000.000 24.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000

B1b Pengadaan sapi (100 ekor) @ 12000/kg

135.000.000 135.000.000 270.000.000 810.000.000 810.000.000 810.000.000 810.000.000 810.000.000

B1c Beban transport pembelian 10.000.000 10.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 B1d Beban pakan 18.000.000 18.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 B1e Beban obat-obatan vitamin 2.000.000 2.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 Total beban operasi 135.000.000 189.000.000 324.000.000 972.000.000 972.000.000 972.000.000 972.000.000 972.000.000 B2 Beban administrasi umum 3.000.000 3.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 B2a Gaji mngt/staff adm (3 orang) 6.000.000 6.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 B2c Beban kantor 1.500.000 1.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 Pembayaran pokok kredit bank 110.000.000 110.000.000 110.000.000 110.000.000 110.000.000 Total beban administrasi & umum 10.500.000 10.500.000 141.500.000 141.500.000 141.500.000 141.500.000 141.500.000 Total biaya modal kerja (B) 135.000.000 199.500.000 334.500.000 1.113.500.000 1.113.500.000 1.113.500.000 1.113.500.000 1.113.500.000 Total A+B 504.000.000 211.675.000 715.675.000 1.239.500.000 1.189.820.0001 1.176.082.400 1.164.817.568 1.155.580.406 EBT 46.000.000 34.325.000 34.325.000 319.750.000 369.430.000 383.167.600 394.432.432 403.669.594 Pajak (20%) 63.590.000 73.886.000 76.633.520 78.886.486 80.733.919

Page 16: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 16

Cash Flow 715.675.000 255.800.000 295.544.000 306.534.080 31.545.946 322.935.675

Tabel 4 Cash flow / Aliran Kas Usaha Sapi Potong

No URAIAN TOTAL Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 1 Modal Usaha: Pinjaman 550.000.000 550.000.000 Modal Sendiri 200.000.000 200.000.000 Saldo Awal Bulan 46.000.000 46.000.000 34.325.000 255.800.000 295.544.000 306.534.080 315.545.946 Dana yang ada 550.000.000 246.000.000 246.000.000 34.325.000 255.800.000 295.544.000 306.534.080 315.545.946 II PENERIMAAN

2.1 Harga penjualan (100 ekor) 297kg/ekor

1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000

Total penerimaan 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 1.559.250.000 III PENGELUARAN Investasi A1. Pra operasi Tanah 50 ha @ 5.000.000 250.000.000 Biaya notariat dan perizinan 7.500.000 Biaya perlengkapan kantor 3.325.000 Biaya lainnya 1.350.000 Total biaya praoperasional 250.000.000 12.175.000 262.175.000

Page 17: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 17

A2. Kandang 25.000.000 Peralatan 19.000.000 Kendaraan Ops (bekas) 75.000.000 Total Biaya A2 119.000.000 0 119.000.000

Tabel 4. Cash flow / Aliran Kas Usaha Sapi Potong (lanjutan)

No URAIAN TOTAL Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 A3 Bunga pinjaman 18%/tahun 126.000.000 76.320.000 62.582.400 51.317.568 42.080.406 Total biaya investasi (A) 369.000.000 12.175.000 381.175.000 126.000.000 76.320.000 62.582.400 51.317.568 42.080.406 B Modal kerja B1 Beban operasi

B1a Gaji langsung (Operasional), (10 orang)

24.000.000 24.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000

B1b Pengadaan sapi (100 ekor) @ 12000/kg

135.000.000 135.000.000 270.000.000 810.000.000 810.000.000 810.000.000 810.000.000 810.000.000

B1c Beban transport pembelian 10.000.000 10.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 B1d Beban pakan 18.000.000 18.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 B1e Beban obat-obatan vitamin 2.000.000 2.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 Total beban operasi 135.000.000 189.000.000 324.000.000 972.000.000 972.000.000 972.000.000 972.000.000 972.000.000 B2 Beban administrasi umum 3.000.000 3.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 B2a Gaji mngt/staff adm (3 orang) 6.000.000 6.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 B2c Beban kantor 1.500.000 1.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 Pembayaran pokok kredit bank 110.000.000 110.000.000 110.000.000 110.000.000 110.000.000 Total beban administrasi & umum 10.500.000 10.500.000 141.500.000 141.500.000 141.500.000 141.500.000 141.500.000

Page 18: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 18

Total biaya modal kerja (B) 135.000.000 199.500.000 334.500.000 1.113.500.000 1.113.500.000 1.113.500.000 1.113.500.000 1.113.500.000 Total A+B 504.000.000 211.675.000 715.675.000 1.239.500.000 1.189.820.0001 1.176.082.400 1.164.817.568 1.155.580.406 EBT 46.000.000 34.325.000 34.325.000 319.750.000 369.430.000 383.167.600 394.432.432 403.669.594 Pajak (20%) 63.590.000 73.886.000 76.633.520 78.886.486 80.733.919 Cash Flow 715.675.000 255.800.000 295.544.000 306.534.080 31.545.946 322.935.675

Page 19: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

19

PT. SUPERINTENDING COMPANY OF INDONESIA

Usaha penggemukan sapi potong dengan kondisi normal berdasarkan asumsi yang dibangun payback period (PBP) selama 2 tahun 8 bulan. Pada saat harga jual sapi turun dan biaya variabel meningkat 10 persen terjadi pencapaian PBP masing-masing selama 3 tahun 4 bulan dan 3 tahun atau secara keseluruhan di bawah 4 tahun Nilai NPV usaha pada tingkat suku bunga 18 persen diperoleh NPV sebesar Rp. 17.218.189.201,-. Jika usaha mengalami penurunan harga jual sapi dan peningkatan biaya variabel masing-masing 10 persen, maka NPV usaha tersebut disajikan pada tabel 6 Tingkat suku bunga 18 persen usaha pengemukan sapi potong mampu mencapai nilai IRR sebesar 61,4 persen. Demikian juga, jika terjadi penurunan harga jual sapi sebesar 10 persen dan peningkatan biaya variabel 10 persen, usaha masih dalam keadaan layak.

Tabel 5. Break Even Point (BEP) Usaha Sapi Potong

No. Keterangan Payback Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 1 Pay Back

Basis 2.536 (715.675.000) 255.800.000 295.544.000 306.534.080 315.549.946 322.935.675

2 tahun, 8 bulan

2 Payback jika harga turun 10%

3.360 (823.026.250) 217.430.000 251.212.400 260.553.968 268.214.054 274.495.324

3 tahun, 4 bulan

3 Payback jika biaya produksi naik 10%

3.055 (787.242.500) 230.220.000 265.989.600 275.890.672 283.991.351 290.642.108

3 tahun Kesimpulan : hanya dalam jangka waktu di bawah empat tahun perusahaan sudah bisa BEP

Page 20: PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2009.pdf

PROFIL INVESTASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

20

PT. SUPERINTENDING COMPANY OF INDONESIA

Tabel 6 Payback Period Usaha Sapi Potong

No. Keterangan Payback Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 1 Pay Back

Basis 2.536 (715.675.000) 255.800.000 295.544.000 306.534.080 315.549.946 322.935.675

2 tahun, 8 bulan

2 Payback jika harga turun 10%

3.360 (823.026.250) 217.430.000 251.212.400 260.553.968 268.214.054 274.495.324

3 tahun, 4 bulan

3 Payback jika biaya produksi naik 10%

3.055 (787.242.500) 230.220.000 265.989.600 275.890.672 283.991.351 290.642.108

3 tahun Kesimpulan : hanya dalam jangka waktu di bawah empat tahun perusahaan sudah bisa BEP

Tabel 7. IRR Usaha Sapi Potong

No. Keterangan IRR Investasi Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 1 IRR Basis 0.2951 (715.675.000) 255.800.000 295.544.000 306.534.080 2 IRR jika

harga naik 10%

0.1584 (823.026.250) 217.430.000 251.212.400 260.553.968

3 IRR jika biaya produksi naik 10%

0.2015 (787.242.500) 230.220.000 265.989.600 275.880.672

Kesimpulan : layak karena IRR lebih tinggi dari tingkat suku bunga 18%