profil gender kabupaten bintan tahun 2017 · 2018-09-30 · kegiatan-kegiatan yang berprespektif...

65
PROFIL GENDER KABUPATEN BINTAN TAHUN 2017

Upload: hoangliem

Post on 31-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROFIL GENDER KABUPATEN BINTAN

TAHUN 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

1

Tujuan pembangunan tidak lain adalah untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Tujuan ini dapat dicapai apabila terdapat kesetaraan dan keadilan

antara perempuan dan pria. Kesetaraan itu dapat terwujud bila setiap orang tanpa

diskriminasi mendapat peluang dan kesempatan yang sama berpatisipasi aktif

memberi sumbangan kepada pembangunan dan ikut pula menikmati hasil-hasilnya.

Dalam realita sehari-hari kesenjangan gender ditemukan diberbagai bidang

pembangunan. Hal ini disebabkan berbagai faktor seperti kondisi sosial ekonomi,

kesehatan, pendidikan dan status sosial masyarakat. Karena itu upaya untuk

meningkatkan peranan perempuan di masa mendatang harus dilakukan melalui

perencanaan pembangunan daerah yang secara khusus mempertimbangkan

kegiatan-kegiatan yang berprespektif gender dan didasarkan kepada data dan

informasi yang akurat dan komprehensif.

Sewajarnya kita sambut gembira publikasi “Profil Gender Kabupaten Bintan

Tahun 2017” ini yang memberikan informasi tentang sejauh mana kemajuan yang

telah dicapai kaum perempuan diberbagai bidang baik di bidang ekonomi, sosial,

budaya dan politik. Hasil kajian ini dapat dijadikan dasar bagi berbagai kebijakan

perencanaan dalam upaya memberdayakan perempuan di Kabupaten Bintan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya publikasi ini

diaturkan penghargaan dan terima kasih.

Bandar Seri Bentan , Januari 2018

BUPATI BINTAN

dto

APRI SUJADI, S.Sos

i

計o創Gender Kabl宣naten Bintan Tahlm 2017

K柵控NGAN恥尺

Studi tentang sejauh mana keberhasilan kaum perempuan dalam mengangkat

derajat mereka agar setara dengan laki-laki belum banyak dilakukan. Hal ini

disebabkan kar-ena Cakupan yang luas dan informasi yang diperlukan tidak tersedia

SeCara lengkap.

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan mencoba untuk meneliti

kemajuan yang telah dicapai kaum perempuan di Kabupaten Bintan ditinjau dari

berbagai aspek, Seperti kependudukan, ketenagakerjaan, ekonomi, kesehatan dan

Keluarga Berencana dan partisipasi perempuan di bidang sosial budaya dan politik・

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang

melekat pada publikasi ini karena langkanya informasi yang tersedia. Saran dan

kritik bagi perbaikan di masa mendatang sangat kami hargai.

Penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu terwujudnya publikasi ini.

Ceruk Ijuk, Januari 2018

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

1

Kata Sambutan Bupati Bintan .................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran ........................................................... 3

1.3. Ruang Lingkup ................................................................................ 4

1.3.1. Lingkup Wilayah ................................................................... 4

1.3.2. Lingkup Substansi Kegiatan .................................................. 5

1.4. Sistematika Pembahasan ................................................................ 7

II. GAMBARAN UMUM WILAYAH .......................................................... 8

2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Bintan ................................................. 8

2.2. Keadaan Geografis ....................................................................... 10

2.3. Kondisi Fisik Wilayah ................................................................... 12

2.4. Struktur Ekonomi Wilayah ............................................................ 13

2.5. Kebijakan Pembangunan .............................................................. 14

III. PROFIL GENDER KABUPATEN BINTAN ........................................ 18

3.1. Demografi ................................................................................... 18

3.1.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk .................................... 18

3.1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk ........................................... 23

3.2. Pendidikan Perempuan ................................................................ 23

3.2.1. Buta Huruf ....................................................................... 24

3.2.2. Tingkat Partisipasi Sekolah ............................................. 25

iii

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

2

3.3. Kesehatan ............................................................................. 25

3.3.1. Angka Kematian Bayi dan Anak ...................................... 26

3.3.2. Angka Kematian Ibu Saat Melahirkan .............................. 26

3.3.3. Kesehatan Balita ............................................................. 27

3.3.4. Status Gizi ....................................................................... 30

3.3.5. Kelurga Berencana .......................................................... 31

3.4. Kegiatan Ekonomi ...................................................................... 32

3.4.1. Angkatan Kerja ................................................................ 33

3.4.2. Upah / Gaji ...................................................................... 37

3.4.3. Tingkat Pendidikan Pekerja ............................................ 38

3.5. Keadaan Rumah Tangga ............................................................ 39

3.5.1. Pola Konsumsi Rumah Tangga ........................................ 39

3.6. Kondisi Fisik Bangunan ............................................................. 40

3.7. Perempuan di Sektor Publik ...................................................... 41

3.7.1. Partisipasi Perempuan dalam Politik ............................... 42

3.7.2. Partisipasi Perempuan di Eksekutif ................................. 43

3.7.3. Penghargaan Tokoh Perempuan dan Kabupaten Bintan .. 44

3.8. Kekerasan terhadap Perempuan ............................................... 48

3.9. Masalah Anak ............................................................................ 49

3.10. Masalah Lain-Lain .................................................................. 52

iv

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

3

IV. INDEKS PEMBANGUNAN GENDER (IPG) DAN INDEKS PEMBERDAYAAN

GENDER (IDG) ................................................................................... 54

4.1. Pembangunan dan Pemberdayaan Gender .................................. 54

V. PENUTUP ..................................................................................... 59

v

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

1

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan bermakna perubahan yang mengarah pada peningkatan

kesejahteraan manusia. Peningkatan standar hidup, perbaikan pendidikan dan

kesehatan serta keadilan dalam berbegai kesempatan adalah unsur yang

esensial dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi didefenisikan

sebagai upaya untuk mencapai tujuan dan seperangkat tujuan sosial yang

dikelompokkan sebagai berikut: (1) pemanfaatan kesejahteraan individu yang

sering diterjemahkan kedalam pendapatan per kapita. Disamping itu faktor

kualitas lingkungan juga memberikan dampak pada kesejahteraan masyarakat

secara kualitatif, (2) pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan

kualitas hidup secara umum (klasifikasi Goutlet). Dengan demikian

pembangunan ekonomi melibatkan peningkatan dalam keterampilan ,

pengetahuan, kemampuan dan adanya pilihan dan (3) adanya harga diri (self

esteem dan self respect) sehingga pembangunan harus meletakkan warganya

bebas dari dominasi pihak lain dan negara (Pearce dan Warford, 1993).

Di era globalisasi saat ini, diperlukan konsensus sosial baru, karena

telah terjadi pergeseran yang fundamental dalam tata nilai dan persepsi

masyarakat. Di samping itu juga, muncul banyak harapan berjuta-juta orang

akan adanya kemungkinan untuk mendapatkan masa depan yang elbih baik.

Saat ini, masyarakat menjadi lebih sadar akan hak-hak mereka, bukan saja

hak di bidang politik tetapi juga di bidang ekonomi, misalnya atas pangan,

kesehatan, atau pekerjaan. Ketika masyarakat menekankan identitas

keadaerahan dan identitas etnisnya, mereka tidak sekedar menuntut ekonomi

atas kebebasan politik yang lebih besar, tetapi mereka juga menyuarakan

bahwa sebagian dari hak sosial dan ekonomi dasar mereka belum terpenuhi.

Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah, issue pembangunan

tersbeut sudah barang tentu tidak cukup harus disajikan dalam bentuk

pernyataan politik (political statement) pada dokumen perencanaan

pembangunan daerah, namun harus mampu dijabarkan dalam program-

program yang nyata. Untuk sampai pada proses tersebut sudah barang tentu

diperlukan pengukuran-pengukuran terhadap “pembangunan manusia” itu

sendiri, yang justru selama ini menjadi kendala perencanaan di daerah.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

2

Pendekatan berbasis hak sangat sesuai dalam mendukung proses

desentralisasi Indonesia yang sangat radikal. Saat ini mekanisme anggaran

untuk otonomi daerah mencoba menyeimbangkan antara kebutuhan daerah-

daerah yang lebih miskin dengan aspirasi daerah yang lebih kaya. Suatu

mekanisme berdasarkan hak akan sedikit berbeda-Tidak akan ada perbedaan

antara warag satu kabupaten dengan warga kabupaten lainnya. Pendekatan

hak juga menawarkan cara untuk membangun dan menggiatkan kembali

kegiatan masyarakat. Pendekatan ini biasanya memang lebih berbicara pada

tingkat pemerintahan yang lebih rendah. Ditingkat nasional sebagian besar

debat hak-hak ekonomi dan sosial dilaksanakan dalam pola yang umum

dengan menyajikan peta besarnya dan mencoba membangun institusi-institusi

yang lebih demokratis dan menggairahkan pertumbuhan ekonomi.

Diberlakukannya otonomi daerahm telah meletakkan kewenangan

pelayanan umum pada daerah kabupaten/kota, dengan demikian kabupaten/

kota pada prinsipnya berhak menentukan jenis dan mutu pelayanan umum

yang harus disediakan berdasarkan kewenangannya. Namun demikian dalam

rangka negara kesatuan pemerintah pemerintah berkewajiban menjamin agar

pelayanan umum yang sangat mendasar di bidang pendidikan dan kesehatan

dapat menjangkau masyarakat secara merata.

Didasari bahwa keberhasilan pembangunan baik yang dilaksanakan oleh

pemerintah swasta masupun masyarakat yang sangat tergantung dari peran

serta laki-laki dan perempua sebagai pelaku dan pemanfaat hasil

pembangunan. Peada pelaksanaannya sampai saat ini peran serta kaum

perempuan belum dioptimalkan. Oleh karena ituprogram pemberdayaan

perempuan telah menjadi agenda bangsa dan memerlukan dukungan semua

pihak.

Perubahan ini adalah suatu reaksi terhadap prgram-program hanya

untuk perempuan yang mengupayakan kegiatan-kegiatan pembangunan untuk

perempuan. Dalam konteks ini pembangunan dipandang sebagai suatu proses

yang kompleks yang melibatkan upaya-upaya perbaikan individu secara

sosial, ekonomi, politik dan budaya dan juga perbaikan masyarakat itu sendiri

dimana perempuan dan laki-laki menrupakan subjek yang aktif dan bukan

penerima pembangunan yang pasif. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut

diatas, dampak pembangunan terhadap kehidupan perempuan dan laki-laki

tidak akan berbeda. Keduanya akan sama-sama memperoleh manfaat dari

hasil pembangunan.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

3

Untuk dapat menilai seberapa jauh proses kemajuan yan telah dicapai

perempuan Kabupaten Bintan dalam berbagai bidang dibanding pria,

diperlukan berbagai informasi yang mampu menggambarkan secara

kemperhensif profil perempuan daerah ini, oleh karena itu kegiatan dan

pendataan dan penyusunan database gender / profil gender Kabupaten Bintan

menjadi sangat penting artinya guna menilai keberhasilan serta mengevaluasi

berbagai kegiatan yang berperspektif gender di bawah ini. Dengan

tersusunnya database / profil gender Kabupaten Bintan ini dapat diperoleh

gambaran yang objektif sebagai landasan dalam proses perencanaan dalam

peningkatan dan pengembangan potensi perempuan di wilayah kabupaten

bintan.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Maksud dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data

dan informasi terhadap peran dan keterlibatan perempuan dalam berbagai

bidang pembangunan di Kabupaten Bintan sebagai dasar penyusunan program

pembangunan berbasis gender. Sedangka tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sejauh mana peran perempuan di Kabupaten Bintan di

berbagai bidang pembangunan.

2. Mengetahui seberapa jauh perempuan telah menerima benefit dari

kegiatan pembangunan yang responsif gender.

3. Mendapatkan informasi tentang akses yang diperoleh perempuan kepada

sumber daya dan sejauh mana kontrol sosial yang dilakukan perempuan

terhadap sumber daya manusia termasuk fasilitas sosialnya.

4. Tersusunnya dan terdatanya database gender / profil gender Kabupaten

Bintan sebagai alat ukur untuk menentukan program tahunan (jangka

pendek dan jangka menengah)

Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya informasi mengenai peran

dan keterlibatan perempuan di berbagai bidang pembangunan dan

dibandingkan dengan pria. Dengan mempertimbangkan latar belakang, maksud

dan tujuan, maka sasaran dan output yang akan dihasilkan dari pekerjaan.

Penyusunan Profil Gender Kabupaten Bintan ini, dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

4

Gambar 1. Sasaran dan Output Pekerjaan

1.3. RUANG LINGKUP

Secara umum studi ini akan mengaevaluasi sejauh mana tingkat

pemberdayaan gender di wilayah Kabupaten Bintan, pencapaian dan

perwujudan pelaksanaan program pembangunan khususnya program

pembangunan yang berbasis gender.

1.31. LINGKUP WILAYAH

Lingkup wilayah studi yang menjadi bahasan dalam pelaksanaan

kegiatan ini meliputi seluruh wilayah administratif Kabupaten Bintan, yang

secara geografis, wilayah terletak antara 2° 00’ Lintang Utara, 1° 20’ Lintang

Selatan dan 104° 00’ Bujur Timur - 108° 30’ Bujur Timur. Secara

administratif wilayah Kabupaten Bintan memiliki 10 kecamatan yaitu:

Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Teluk Sebong, Kecamatan Seri Kuala

Lobam, Kecamatan Teluk Bintan, Kecamatan Toapaya, Kecamatan Bintan

Timur, Kecamatan Gunung Kijang, Kecamatan Bintan Pesisir, Kecamatan

Mantang, Kecamatan Tambelan. Untuk lebih jelasnya mengenai wilayah

Kabupaten Bintan dapat dilihat pada Gambar 2.

Terinventarisasi dan program

pemberdayaan gender serta hasil-hasil

pembangunan yang mampu

meningkatkan kualitas kehidupan

perempuan

Tersedianya Profil Gender Kabupaten

Bintan Tahun 2017

Terciptanya Pogram pembangunan

yang berbasis gender

Singkroninsasi program pemberdayaan

perempuan dengan program

pembangunan lainnya

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

5

Gambar 2. Peta Kabupaten Bintan

1.3.1. LINGKUP SUBSTANSI KEGIATAN

Adapun lingkup substansi kegiatan pendataan dan penyusunan profil

gender Kabupaten Bintan, meliputi:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode survei untuk

memperoleh data primer maupun sekunder guna mengidentifikasi peran

perempuan di berbagai sektor pembangunan . Metode pengumpulan data

dibedakan atas pengumpulan data primer dan pengumpulan data

sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan

pengukuran langsung di lapangan (survei lapangan), maupun dengan cara

wawancara dengan masyarakat setempat. Pengumpulan data sekunder

diperoleh dari data hasil studi sebelumnya, studi literatur serta informasi

dari instansi yang terkait ataupun studi-studi terdahulu yang pernah

dilaksanakan.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

6

2. Analisis Data

Data-data yang telah dikumpul selanjutnya dilakukan proses kajian

terhadap peran dan manfaat pelaksanaan pembangunan yang dirasakan

perempuan. Selanjutnya dilakukan kajian terhadap potensi terhadap

pemberdayaan perempuan di wilayah Kabupaten Bintan melalui program-

program pembangunan yang berbasis gender.

3. Pemberdayaan Gender Kabupaten Bintan

Setelah proses analisa dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan

kajian terhadap program pemberdayaan perempuan. Keluaran dari hasil

pelaksanaan kegiatan pendataan dan penyusunan Profil Gender

Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut:

A. Tersedianya data kependudukan Kabupaten Bintan mencakup

mengenai jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat

kepadatan penduduk, jumlah KK, mata pencaharian, pendapatan

perkapita, komposisi penduduk yang meliputi struktur umur dan

rasio ketergantungan.

B. Tersedianya data dan informasi ketenagakerjaan, mencakup data

penduduk menurut jenis kegiatan tingkat partisipasi angkatan kerja

serta jumlah penduduk perempuan yang bekerja.

C. Tersedianya data dan informasi terhadap tingkat pendidikan

perempuan Kabupaten Bintan, mencakup data buta huruf, tingkat

partisipasi sekolah serta tingkat pendidikan yang ditamatkan.

D. Tersedianya data dan informasi tentang kesehatan perempuan dan

Keluarga Berencana, mencakup data mengenai perkawinan, anak

lahir dan hidup, keluarga berencana, tingkat kesehatan serta

kesehatan balita.

E. Tersedianya data dan informasi tentang keadaan rumah tangga dan

lingkungan mencakup data mengenaik perempuan dan keadaan

rumah tangganya, pengeluaran rumah tangga, luas bangunan dan

tempat tinggal, jenis atap, dinding dan lantai serta ketersediaan

utilitas dan fasilitas tempat tinggal.

F. Tersedianya data dan informasi tentang peran perempuan dalam

kegiatan sosial budaya dan politik mencakup data mengenai

partisipasi perempuan dalam kegiatan politik, keterlibatan dan peran

perempuan dalam pelayanan publik serta keberadaan organisasi

perempuan dan tersedianya IPG dan IDG Kabupaten Bintan.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

7

1.4. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Secara garis besar Laporan Akhir, disusun dengan pokok bahasan

sebagai berikut:

Menguraikan latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran penyusunan,

ruang lingkup pekerjaan dan sistematika pembahasan.

Pada bab ini diuraikan secara umum mengenai profil wilayah Kabupaten

Bintan yang meliputi wilayah administratif dan letak geografis, kondisi

fisik wilayah, kondisi perekonomian serta kondisi sosial budaya

masyarakat Kabupaten Bintan.

Pada bab ini diuraikan mengenai kondisi demografi di wilayah Kabupaten

Bintan baik jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan penduduk berdasarkan

struktur usia dan jenis kelamin, tingkat pendidikan, kesehatan dan

kegiatan perekonomian, peran perempuan di sektor publik, kekerasan

terhadap perempuan, masalah anak serta isu-isu gender yang spesifik dan

terdapat di wilayah Kabupaten Bintan.

Bab ini membahas mengenai Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang meilai sejauh mana kesenjangan

pembangunan manusia yang telah dilaksanakan di Kabupaten Bintan

antara laki-laki dan perempuan serta mengetahui sejauh mana

ketimpangan peran antara laki-laki dan perempuan dalam bidang ekonomi,

partisipasi politik dan pengambilan keputusan.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

8

2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Bintan

Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan Kabupaten Kepulauan Riau.

Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di Nusantara

tetapi juga di manca negara. Wilayah ini mempunyai ciri khas terdiri dari

ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan. Oleh karena

itu julukan Kepulauan “Segantang Lada” sangat tepat untuk menggambarkan

betapa banyaknya pulau yang terdapat di wilayah ini.

Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang

berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaannya di

Da ik dan Ke ra j aan Me layu R iau d i Pu l a u B in tan .

Jauh sebelum ditandatanganinya Treaty of London, kedua Kerajaan Melayu

tersebut dilebur menjadi satu sehingga menjadi semakin kuat. Wilayah

kekuasa-annya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah

meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura dan sebagian kecil

wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaannya terletak di Pulau Penyengat dan

menjadi terkenal di Nusantara dan kawasan Semenanjung Malaka.

Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda

menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang

besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil.

Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan

Indragiri untuk dijadikan sebuah keresidenan yang dibagi menjadi dua

Afdelling yaitu :

1. Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau –Lingga, Indragiri

Hilir dan Kateman yang berkedudukan di Tanjungpinang dan sebagai

penguasa ditunjuk seorang Residen.

2. Afdelling Indragiri yang berkedudukan di Rengat dan diperintah oleh

Asisten Residen (dibawah) perintah Residen. Pada 1940 Keresidenan ini

dijadikan Residente Riau dengan dicantumkan Afdelling Bengkalis

(Sumatera Timur) dan sebelum tahun 1945 –1949 berdasarkan Besluit

Gubernur General Hindia Belanda tanggal 17 Juli 1947 No. 9 dibentuk

daerah Zelf Bestur (daerah Riau).

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

9

Berdasarkan surat Keputusan de-legasi Republik Indonesia, Provinsi

Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 No.9/ Deprt. menggabungkan diri ke

dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom

Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan

membawahi empat kewedanan sebagai berikut:

1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah kecamatan Bintan Selatan

(termasuk kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan

Tanjungpinang Timur sekarang).

2. Kewedanan Karimun meliputi wila-yah Kecamatan Karimun, Kundur dan

Moro.

3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan

Senayang.

4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan,

Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No. 26/K/1965 dengan mem-

pedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Februari 1964 No. 524/A/1964

dan Instruksi No. 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9

Agustus 1964 No. UP/ 247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 No.

UP/256 /5/1965 menetapkan terhitung mulai 1 Januari 1966 semua daerah

Administratif kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau di hapuskan.

Pada tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun

1983, telah dibentuk Kota Administratif Tan-jungpinang yang membawahi 2

(dua) kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Kecamatan

Tanjungpinang Timur, dan pada tahun yang sama sesuai dengan peraturan

pemerintah No. 34 tahun 1983 telah pula dibentuk Kotamadya Batam. Dengan

adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi

bagian Kabupaten Kepulauan Riau.

Berdasarkan Undang-Undang No. 53 tahun 1999 dan UU No. 13 tahun

2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang

terdiri dari : Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten

Natuna. Wilayah kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan,

yaitu : Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur,

Tambelan, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Kecamatan Teluk

Bintan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Galang. Sebahagian

wilayah Galang dicakup oleh Kota Batam. Kecamatan Teluk Bintan terdiri dari

5 desa yaitu Pangkil, Pengujan, Penaga, Tembeling dan Bintan Buyu.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

10

Kemudian dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 tahun 2001,

Kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang

statusnya sama dengan kabupaten. Sejalan dengan perubahan administrasi

wilayah pada akhir tahun 2003, maka dilakukan pemekaran kecamatan yaitu

Kecamatan Bintan Utara menjadi Kecamatan Teluk Sebong dan Bintan Utara.

Kecamatan Lingga menjadi Kecamatan Lingga Utara dan Lingga. Pada akhir

tahun 2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai dengan UU No. 31/2003, maka

dengan demikian wilayah Kabupaten Kepulauan Riau meliputi 6 Kecamatan

yaitu Bintan Utara, Bintan Timur, Teluk Bintan, Gunung Kijang, Teluk Sebong

dan Tambelan. Dan berdasarkan PP No. 5 Tahun 2006 tanggal 23 Februari

2006, Kabupaten Kepulauan Riau berubah nama menjadi Kabupaten Bintan.

Pada tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Bintan melalukan pemekaran

wilayahnya melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Kelurahan Toapaya Asri di kecamatan Gunung Kijang, Desa

Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung

Permai, Kelurahan Tanjung Uabn Timur di Kecamatan Bintan Utara,

Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Teluk Bintan, Desa Kukup dan

Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan kelurahan Kota Baru di

Kecamatan Teluk Sebong. Selain itu juga dilakukan pemekaran kecamatan

melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir, dan

Kecamatan Seri Kuala Lobam.

Dengan terjadinya pemekaran wilayah maka jumlah kecamatan yang

terdapat di wilayah Kabupaten Bintan bertambah dari 6 (enam) kecamatan

menjadi 10 (sepuluh) kecamatan.

2.2. Kondisi Geografis

Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan terletak antara 1

Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 87.411,92 Km2

terdiri atas wilayah daratan seluas 1.319,51 Km2 (1,50%) dan wilayah laut

seluas 86.092,41 Km2 (98,50%).

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

11

Pada Tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Bintan telah memekarkan

beberapa wilayahnya melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007

tentang Pembentukan Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang,

Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung

Permai, Kelurahan Tanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara,

Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Bintan Teluk Bintan, Desa

Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan Kelurahan Kota Baru

di Kecamatan Teluk Sebong.

Selain itu juga dilakukan Pemekaran Kecamatan melalui Peraturan

Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Toapaya,

Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Seri Kuala

Lobam. Dengan terjadinya pemekaran wilayah maka jumlah Kecamatan yang

terdapat di wilayah Kabupaten Bintan bertambah dari 6 (enam) Kecamatan

menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Bintan, Sri Kuala

Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur, Bintan Pesisir, Mantang,

Gunung Kijang, Toapaya, dan Tambelan.

Kabupaten Bintan memiliki 240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49

buah diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum

berpenghuni namun sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya

usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya, pulau-pulau di Kabupaten Bintan

sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan rendah membundar

yang dikelilingi oleh daerah rawa-rawa. Wilayah Kabupaten Bintan

merupakan bagian paparan kontinental yang dikenal dengan nama Paparan

Sunda, dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Natuna, Anambas dan Malaysia;

Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga;

Sebelah Barat : Kota Batam dan Kota Tanjungpinang;

Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Barat.

Secara morfologi Pulau Bintan memiliki perbedaan ketinggian yang tidak

ekstrim, yaitu antara 0-350 meter dari permukaan laut. Puncak tertinggi

berada di Gunung Bintan 348 meter, dan selanjutnya Gunung Bintan Kecil 196

meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian dibawah

100 meter. Bukit-bukit tersebut merupakan daerah hulu-hulu sungai yang

sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola sub paralel,

sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu

umumnya pendek-pendek, dangkal dan tidak lebar.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

12

2.3. Kondisi Fisik Wilayah

1. Topografi, Geologi dan Jenis Tanah

Kabupaten Bintan pada umumnya memiliki topografi yang bervariatif dan

bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0-3% hingga di atas

40% pada wilayah pegunungan. Ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang

terdapat di Kabupaten Bintan berkisar antara 0 –50 meter diatas permukaan

laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Secara

keseluruhan kemiringan lereng di Kabupaten Bintan relatif datar, umumnya

didominasi oleh kemiringan lereng yang berkisar antara 0%-15% dengan luas

mencapai 55,98% (untuk wilayah dengan kemiringan 0 –3% mencapai 37,83%

dan wilayah dengan kemiringan 3% –15% mencapai 18,15%). Sedangkan luas

wilayah dengan kemiringan 15% –40% mencapai 36,09% dan wilayah dengan

kemiringan >40% mencapai 7,92%.

Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan kontinental yang

terkenal dengan nama “Paparan Sunda”. Pulau-pulau yang tersebar di daerah

ini merupakan sisa erosi atau pencetusan daerah daratan pra tersier yang

membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian Utara sampai dengan

Pulau Bangka dan Belitung di bagian Selatan. Proses pembentukan lapisan

bumi di wilayah ini berasal dari formasi-formasi vulkanik, yang akhirnya

membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau, baik

pulau-pulau yang ukurannya cukup besar, maupun pulau yang ukurannya

relatif kecil.

Persebaran jenis tanah di Pulau Bintan didominasi oleh komposisi jenis

tanah Hapludox-Kandiudult-Dystropets (46,4% dari luas daratan Pulau

Bintan) yang tersebar seluruh bagian Kabupaten Bintan. Dominasi kedua

adalah jenis tanah dengan komposisi Hapludox-Kandiudults (27,6% luas

daratan) dan tersebar di daerah Berakit dan Sungai Kawal. Sedangkan

komposisi jenis tanah lainnya adalah Sulfagquents-Hydraquents-Tropaquepts

(9,9% dari luas daratan Pulau Bintan) tersebar di pesisir pulau dan terluas di

pesisir daerah Teluk Bintan, Hapludox-Dystropets-Tropaquods (9,7%)

tersebar di daerah Teluk Bintan, Tropaquets-Fludaquents (3,2%) tersebar di

sekitar Sungai Kawal daerah Bintan Timur dan Gunung Kijang, dan komposisi

tanah Kandiudults-Dystropets- Tropaquets seluas 2,4% yang tersebar di

daerah pegunungan, yaitu Gunung Kijang, Lengkuas dan Gunung Bintan.

Sedangkan komposisi jenis tanah yang ada di gugusan Kepulauan Tambelan

adalah Dystropets-Tropudults-Paleudults, Tropudults-Dystropets-

Tropothods dan Kandiudult Kandiudox.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

13

2. Klimatoliogi

Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Selama

periode Tahun 2010-2015 temperatur rata-rata terendah 23,9°C dan

tertinggi rata-rata 31,8°C dengan kelembaban udara sekitar 85%. Kabupaten

Bintan mempunyai 4 macam perubahan arah angin yaitu:

Bulan Desember-Pebruari : Angin Utara

Bulan Maret-Mei : Angin Timur

Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan

Bulan September-November : Angin Barat

Kecepatan angin tertinggi adalah 9 knot dan terjadi pada bulan

Desember-Januari, sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Maret-

Mei.

3. Hidrologi

Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan kecil-kecil dan dangkal,

hampir semua tidak berarti untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya

digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu.

Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan terdiri dari beberapa Daerah

Aliran Sungai (DAS), dua diantaranya DAS besar yaitu DAS Jago seluas 135,8

Km² dan DAS Kawal seluas 93,0 Km² dan hanya digunakan sebagai sumber air

minum. Pasang surut di perairan Pulau Bintan bertipe campuran cenderung

semidiurnal atau mixed tide prevailing semidiurnal (wyrtki,1961). Dimana saat

air pasang/surut penuh dan tidak penuh terjadinya dua kali dalam sehari,

tetapi terjadi perbedaan waktu pada antar puncak air tingginya. Hasil prediksi

pasut menggunakan Oritide-Global Tide Model di sekitar perairan pantai

Trikora (Kecamatan Gunung Kijang) pada bulan Juli memperlihatkan bahwa

tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm, air surut terendah -121,31

cm, dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada bulan

September, tinggi rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut

terendah - 101,06 cm dengan tunggang maksimum sekitar 176,75 cm.

2.4. Struktur Ekonomi WIlayah

Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Bintan Trahun 2010- 2014, sektor-

sektor yang memiliki nilai kontribusi besar terhadap PDRB adalah sektor

Industri Pengolahan sebesar 50,53%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

sebesar 20,76%, sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 9,94% dan

sektor Pertanian sebesar 5,78%, sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

14

sebesar 3,80%, sektor Bangunan 4,58%, sedangkan sektor lain seperti Listrik,

Gas dan Air Bersih Keuangan, Persewaan dan Jasa, masing-masing

memberikan kontribusi kurang dari 3,00%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Gambar 3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2014

2.5. Kebijakan Pembangunan

Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang

ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang. Visi juga harus menjawab

permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang harus

diselesaikan dalam jangka menengah serta sejalan dengan visi dan arah

pembangunan jangka panjang daerah. Kabupaten Bintan yang lebih sejahtera

adalah cita-cita dan harapan bersama dengan tekad melakukan sejumlah

perubahan-perubahan mendasar untuk mempersiapkan pondasi yang kuat

bagipembangunan Kabupaten Bintan pada periode 2016-2021, guna

menyongsong terwujudnya Kabupaten Bintan Gemilang pada 2025.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

15

Dengan mempertimbangkan kondisi daerah, permasalahan pembangunan,

tantangan yang dihadapi serta isu-isu strategis, dirumuskan visi, misi, tujuan

dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah maka Visi Kabupaten

Bintan tahun 2016-2021 adalah :

Terwujudnya Kabupaten Bintan yang Madani dan Sejahtera

Melalui Pencapaian Bintan Gemilang 2025 (Gerakan Melangkah Maju

di Bidang Kelautan, Pariwisata, dan Kebudayaan)”

Adapun penjelasan visi tersebut berdasarkan kata kunci adalah

sebagai berikut :

Madani :

1. Masyarakat yang beradab dan agamis

2. menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan;

3. masyarakat yang demokratis

4. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

5. Program-program pembangunan berbasis masyarakat

Madani merupakan perwujudan dari masyarakat yang beradab, menjunjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu

pengetahuan, dan teknologi. Sebuah masyarakat demokratis dimana para

anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan

pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana

pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas

warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di

wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang

sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah

konsep yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang

terus menerus.

Sejahtera :

1. Kesehatan

2. Pendidikan

3. Daya beli

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

16

Kesejahteraan yang ingin diwujudkan merupakan kesejahteraan yang berbasis

pada ketahanan keluarga dan Iingkungan sebagai dasar pengokohan sosial.

Masyarakat sejahtera tidak hanya dalam konteks lahiriah dan materi saja,

melainkan juga sejahtera jiwa dan batiniah. Kesejahteraan dalam artinya yang

sejati adalah keseimbangan hidup yang merupakan buah dari kemampuan

seseorang untuk memenuhi tuntutan dasar seluruh dimensi dirinya, meliputi

ruhani, akal, dan jasad. Kesatuan elemen ini diharapkan mampu saling

berinteraksi dalam melahirkan masa depan yang cerah, adil dan makmur.

Keterpaduan antara sejahtera lahiriah dan batiniah adalah manifestasi dari

sejahtera yang paripurna. Kesejahteraan yang seperti inilah yang akan

membentuk kepecayaan diri yang tinggi pada masyarakat Kabupaten Bintan

untuk mencapai kualitas kehidupan yang semakin baik, hingga menjadi

teladan bagi daerah lainnya.

Bintan Gemilang 2025 Gerakan Melangkah Maju di Bidang:

1. Kelautan

2. Pariwisata

3. Kebudayaan

Memiliki arti “Gerakan Melangkah Maju”, gerakan yang dimaksud merupakan

gerakan pembangunan yang dilakukan secara terencana dan bertahap untuk

lebih maju yang melibatkan secara aktif seluruh pihak di kabupaten Bintan

dengan jangka waktu target capaian sampai tahun 2025. Pembangunan

dikembangkan sesuai potensi dan keunggulan kabupaten Bintan, yaitu sektor

kelautan dan pariwisata sebagai core dan sekaligus sebagai driver activity.

Serta dengan melestarikan dan memajukan seluruh hasil kegiatan dan

penciptaan akal budi masyarakat seperti kesenian, dan adat istiadat dengan

bersandar pada Budaya Melayu.

Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan tersebut maka ditentukan 8

(delapan) Misi pembangunan 2016-2021 yang akan dicapai yaitu:

1. Mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai daerah tujuan investasi yang

berdaya saing dengan mengoptimalkan potensi ekonomi lokal terutama

di bidang pariwisata dan kelautan.

2. Mewujudkan pelayanan infrastruktur daerah yang berkualitas,

terintegrasi dan merata.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

17

3. Mewujudkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance) dan demokratis sebagai langkah melayani masyarakat

dengan sepenuh hati.

4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan serta kualitas SDM agar

bisa bersaing dalam kompetisi global.

5. Mewujudkan pembangunan karakter masyarakat yang religius dan

berbudaya Melayu sebagai landasan pembangunan masyarakat.

6. Mengoptimalkan pemberdayaan masayarakat, Mewujudkan

Kesejahteraan Sosial dan pengarusutamaan gender dalam berbagai

aspek pembangunan.

7. Memberdayakan pemuda sebagai pelopor pembangunan di Kabupaten

Bintan

8. Mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas pengelolaan

lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

18

3.1. Demografi

Sebagai subjek pembangunan, potensi sumber daya manusia diguanakan

sebagai ujung tombak untuk mempercepat peningkatan ke arah kehidupan

yang lebih baik. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia, semakin cepat

pulalah proses peningkatan itu terjadi. Sedangkan sebagai objek

pembangunan, kedudukan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian,

karena pembangunan yang hanya bertujuan fisik saja, tanpa diiringi dengan

mempersiapkan perangkat pendukungnya, hanya akan menimbulkan

kesenjangan dalam kemajuan.

3.1.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Pada tahun 2017 penduduk Bintan tercatat 156.313 jiwa dengan

kepadatan 80 jiwa per km2. Dibandingkan dengan tahun 2016 penduduk

bertambah ebanyak 1.729 jiwa atau mengalami kenaikan sebesar 1,11 persen.

Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak

iimbangi dengan persebaran penduduk. Penduduk terbanyak tercatat di

kecamatan Bintan Timur yaitu sebanyak 42.844 jiwa, adapun yang paling

padat adalah kecamatan Bintan Utara dengan kepadatan 80 jiwa per km2.

Kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah kecamatan Mantang yaitu

4.279 jiwa.

Gambar 4. Sebaran penduduk di Kabupaten Bintan , 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

19

Gambar 5. Tabel Jumlah penduduk tengah tahun menurut jenis

kelamin dan kecamatan, 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

20

Gambar 6. Tabel Jumlah penduduk tengah tahun menurut kelompok umur

dan jenis kelamin, 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

21

Gambar 7. Luas Wilayah, Jumlah Rumahtangga, dan Jumlah Penduduk Tengan

Tahun Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan, 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

22

Gambar 8. Table Rasio Jenis Kelamin, Kepadatan Penduduk dan Rata-rata

Penduduk Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan, 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

23

3.1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bintan Laju

Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun

menunjukkan angka yang fluktuatif. Pada tahun 2017 LPP Kabupaten Bintan

diestimasi 1,12%.

Sedangkan Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) atau

perbandingan antara penduduk yang belum produktif ataupun yang udah

tidak produktif lagi (usia 0-14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun ke

atas) dibagi dengan penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) Kabupaten

Bintan pada tahun 2016 mencapai 52.48 dan terus menunjukkan peningkatan

pada tahun 2017 yang diestimasi sebesar 52,60. Artinya bahwa pada tahun

2017, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bintan

menanggung sekitar 53 penduduk usia belum/tidak produktif.

3.2. Pendidikan Perempuan

Salah satu indikator pokok kualitas sumber daya manusia adalah

pendidikan. Pendidikan merupakan komponen penting dalam pengembangan

wilayah yang bertumpu pada masyarakat lokal. Semakin tinggi tingkat

pendidikan penduduk suatu daerah, maka semakin baik pula kualitas sumber

daya manusianya. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusianya, maka

semakin terbuka untuk menerima inovasi dan perubahan yang tepat bagi

pengembangan wilayahnya, atau dapat juga dikatakan dengan tingkat

pendidikan yang tinggi diharapkan masyarakat mampu menangkap berbagai

peluang perkembangan di sekitarnya dalam rangka perbaikan kualitas

hidupnya. Demikian juga pada tingkat individu, semakin tinggi pendidikan,

semakin tinggi akses untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan

semakin terbuka untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan demikian

pendidikan memberikan peluang terjadinya mobilitas sosial bagi kelompok

penduduk tertentu. Mengingat pentingnya pendidikan maka Pemerintah

Kabupaten Bintan lebih menfokuskan pembangunannya melalui pembangunan

sumber daya manusia untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri

di era perdagangan bebas dengan tetap memperhatikan budaya Melayu

sebagai ciri khasnya.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

24

Secara umum dikenal 2 jenis pendidikan, yaitu pendidikan formal dan

pendidikan non formal. Namun demikian dalam uraian bab ini akan difokuskan

pada pendidikan formal yang meliputi jenjang pendidikan dasar, menengah

dan tinggi. Hal ini disesuaikan dengan data dan kepentingan indikator

pendidikan sebagai bagian indikator dari pemberdayaan gender.

3.2.1. Buta huruf

Pemberantasan buta huruf telah menjadi agenda pemerintah selama

hampir dua dasawarsa terakhir, tetapi sampai dengan saat ini belum semua

penduduk diatas 10 tahun dinyatakan melek huruf.

Banyak faktor yang menyebabkan usaha pemerintah untuk memberantas

buta huruf belum sepenuhnya berhasil anatara lain persebaran penduduk yang

tidak merata, faktor umur dan kesulitan transportasi terutama untuk mencapai

pulau-pulau terpencil. Kemampuan membaca dan munilis merupakan

keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk agar dapat mengakses

informasi. Hal ini menjadi penting dan bahkan mutlak untuk dikuasai oleh

semua penduduk karena pada era globalisasi informasi seperti sekarang ini,

ada pepatah yang mengatakan siapa yang menguasai informasi maka ia yang

mengendalikan dunia, sehingga dapat dinyatakan disini bahwa kemampuan

membaca dan menulis merupakan mata rantai pertama meunju kehidupan

yang lebih sejahtera. Buta huruf dalam uraian ini mempunyai pengertian buta

terhadap huruf latin maupun huruf lainnya (arab, kanji dan lainnya).

Gambar 9 Tabel Angka Melek Huruf Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut

Jenis Kelamin di Kabupaten Bintan, 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

25

3.2.2. Tingkat Partisipasi Sekolah

Pembangunan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk

pada fasillitas pendidikan, dengan demikian akan terbuka peluang bagi

penduduk untuk bersekolah, sehingga proporsi penduduk usia tertentu

terhadap jenjang pendidikan kelompok usia tertentu menjadi semakin besar.

Selain satu ukuran tingkat pendidikan penduduk adalah angka partisipasi

sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah. Meningkatnya angka

partisipasi sekolah dapat menunjukkan keberhasilan pendidikan. Yang

dimaksud dengan angka partisipasi sekolah adalah persentase penduduk yang

masih sekolah pada kelomok umur tertentu terhadap seluruh penduduk pada

umur tersebut.

Dari hasil evaluasi kinerja Wajib Belajar Dikdas 9 tahun serta

berdasarkan estimasi BPPPD Kabupaten Bintan diketahui bahwa tahun 2016

Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan SD yaitu 96,26% meningkat

menjadi 97,27% pada tahun 2017. Artinya pada tahun 2016 ada sebanyak

97,27% penduduk yang berusia 7-12 tahun telah tertampung di SD.

Sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk pendidikan SD pada tahun

2016 yaitu 112,17 menjadi 105,01 pada tahun 2017. Hal ini membuktikan

bahwa jumlah murid SD yang dapat ditampung pada sekolah-sekolah SD yang

ada sudah melebihi jumlah penduduk usia sekolah, namun demikian masih

banyak murid SD yang berumur kurang atau melebihi usia 7-12 tahun yang

mengikuti pendidikan SD. Untuk APK jenjang SMP/MTs tahun 2016 adalah

112,17 sedangkan pada tahun 2017 yaitu 95,72. Untuk APM SMP/MTs pada

tahun 2016 yaitu 84,86 sedangkan 2017 yaitu 87,61.

3.3. Kesehatan

Sektor kesehatan menjadi salah satu hal penting dalam pembangunan

bangsa, karena menyangkut kondisi fisik dan mental setiap individu.

Seseorang yang kondisi kesehatannya baik, secara langsung akan mampu

hidup produktif dan bahagia. Bila setiap setiap invidu dalam masyarakat sudah

mempunyai status kesehatan yang baik, maka akselerasi pembangunan yang

diharapkan berjalan optimal.

Gambaran kesehatan masyarakat dapat diukur melalui berbagai indikator

kesehatan, seperti: status kesehatan, pemanfaatan fasilitas kesehatan dan

status gizi. Dalam uraian berikut ini akan ditampilkan beberapa indikator

kesehatan penduduk, khususnya yang berhubungan dengan status kesehatan

penduduk perempuan serta keterbandingannya dengan laki-laki.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

26

3.3.1. Angka kematian Bayi

Jumlah anak yang dilahirkan hidup biasa disebut ALH, mencerminkan

tingkat fertilitas atau kesuburan kumulatif. Angka Kematian Bayi di

Kabupaten Bintan pada Tahun 2017 masih dibawah target, tetapi dari data

diatas terlihat terjadi peningkatan kasus dari tahun sebelumnya sebesar 2

(dua) kasus yang disebabkan oleh pada tahun 2017 banyak terjadi kasus

Gamelli. Menu kasus juga mengalami masalah dimana terjadi peralihan

penyebab kematian terbesar pada bayi yang sebelumnya adalah Penyebab

Tidak Langsung menjadi Penyebab Langsung (BBLR dan Asfiksia). Hal diatas

berhubungan dengan SDM terutama Bidan Desa yang masih sangat

memerlukan peningkatan SKILL/Kompetensi dalam hal penanganan kasus.

Gambar 10. Jumlah Kematian Bayi 2016-2017

3.3.2. Angka kematian Ibu saat Melahirkan

Melalui bidang Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan

upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas

layanan kesehatan di seluruh Kabupaten Bintan yaitu melalui Peningkatan

kualitas kesehatan khususnya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

melahirkan dan Angka Kematian Bayi (AKB) telah dilakukan melalui (1)

Pengkajian seluruh kasus kematian maternal oleh Tim Audit Maternal

Perinatal (AMP) dengan dokter Spesialis Obstetri Gyneocology;

(2) Mengoptimalkan partispasi masyarakat dalam Program Perencanaan

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

27

Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K); (3) Meningkatkan kompetensi

Bidan dalam memberikan Asuhan Kebidanan melalui pendidikan dan pelatihan

serta seminar; (4) Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil berupa biskuit

dan susu ibu hamil; (5) Revitalisasi Posyandu dalam rangka meningkatkan

kapasitas kelembagaan Posyandu.

Dalam perspektif peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi secara

bertahap terus menjadi prioritas. Begitu pula dengan penangan status gizi

pada balita dari waktu ke waktu terus dilaksanakan dengan tidak

mengabaikan program-program lain yang bersentuhan langsung dengan

perbaikan derajat kesehatan.

Jumlah Kasus Kematian ibu tahun 2017 berjumlah 2 kasus, bila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan kasus. Angka

tersebut lebih rendah dari target RPJMD 2017 yaitu 7 Kasus atau < 200 per

100.000 KH dan target MDG’s 2016 yaitu 102 per 100.000 KH. Dari 2 Kasus

kematian Ibu di Kabupaten Bintan terjadi tersebar dibeberapa wilayah kerja

UPTD Puskesmas, antara lain; 1 orang di UPTD Puskesmas Teluk Sebong,

dan 1 orang di UPTD Puskesmas Tg. Uban.

Bila ditelusuri dari penyebab kematian ibu dapat digambarkan sebagai

Penyebab Langsung yaitu: Haemoragik Post Partum 1 kasus, dan Pre

Eklamasia 1 Kasus, semua penanganan dan kematian terjadi di pelayanan

kesehatan lanjutan yaitu : 1 orang di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Provinsi di Tanjung Uban dan 1 orang di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL)

dr.Midiyanto di Tanjungpinang.

3.3.3. Kesehatan Balita

Anak usia dibawah lima tahun (Balita) merupakan anggota rumah tangga

yang sangat penting dan perlu diperhatikan, terutama karena hubungannya

dengan kelangsungan generasi mendatang. Hal ini penting karena hidupnya

sangat bergantung kepada orang dewasa disekitarnya. Untuk itu, urusan

mengenai kesehatan balita akan dibahas mengenai pertolongan terhadap

persalinan, pemberian ASI serta imunisasi.

A. Pertolongan Persalinan Balita

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan Balita selain

kesehatan ibu adalah penolong [ersalinan. Penolong persalinan

merupakan salah satu faktor penting pada saat seorang ibu sewaktu

melahirkan.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

28

Gambar 11. Jumlah Kelahiran, Balita, Kematian Bayi dan

Balita Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan, 2017

Gambar 12. Persentase Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga

Kesehatan (PN) Tahun 2016-2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

29

B. Pemberian Makanan Tambahan

Ibu yang berhalangan tidak bisa memberikan ASI karena sesuatu hal

sebenarnya dapat merugikan kesehatan bayi, kecuali diberikan

minuman / makanan tambahan sebagai pengganti.

Gambar 13. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Protein (KEP) yang

mendapat Makanan Tambahan Tahun 2015-2017

Gambar 14. Persentase Balita (Baduta=Bayi Dua Tahun) Kurus Yang

Mendapat Makanan Tambahan

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

30

C. Imunisasi

Upaya untuk meningkatkan kesehatan Balita dilaksanakan oleh

permerintah melalui kegiatan imunisasi yang secara serentak dilakukan

di seluruh Indonesia. Kegiatan ini umumnya dimotori oleh kaum

perempuan sebagai motor penggerak kegiatan pekan imunisasi yang

dicanangkan oleh pemerintah.

Gambar 15. Anak Usia 0 Sampai 11 Bulan yang Mendapat

Imunisasi Dasar Lengkap

3.3.4. Status Gizi

Kondisi gizi seseorang sangat menentukan status kesehatannya

karena status gizi merupakan keadaan dari struktur tubuh dan

metabolisme yang diperngaruhi oleh zat gizi dalam makanan yang

dikonsumsi.

Pengertian balita gizi buruk adalah balita sangat kurus dengan

indeks berat badan menurut panjang badan (BB/TB) atau berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah severely

wasted (sangat kurus) dengan ambang batas antropometri <-3 SD.

Persentase kasus balita gizi buruk di Kabupaten Bintan tahun 2017

adalah 0,13 % (15 kasus). Angka ini lebih rendah dibanding angka gizi

buruk pada tahun 2016, serta bila dibandingkan dengan provinsi dan

nasional (Riskesdas, 2013) dimana angka gizi buruk provinsi Kepri 6%

(PSG, 2016) dan angka gizi buruk nasional 5,3% (Riskesdas, 2013)

sedangkan target nasional adalah <1% .

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

31

Seluruh kasus balita gizi buruk yang ditemukan setiap tahunnya

dilaksanakan perawatan (100%) sesuai dengan kasus yang ditemukan,

baik rawat inap maupun rawat jalan. Pemantauan dan perawatan kasus

gizi buruk yang ditemukan tahun 2017 sebanyak 15 kasus telah sesuai

dengan tata laksana anak gizi buruk oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas

khususnya puskesmas perawatan yang telah dilatih. Balita gizi buruk

juga diberikan makanan tambahan pemulihan serta multi vitamin serta

pembinaan gizi anak kepada keluarga balita.

Gambar 16. Persentase Balita Gizi Buruk 2015-2017

3.3.5. Keluarga Berencana

Ketimpangan gender dalam program Keluarga Berencana akan

terlihat jelas bila melihat alat kontrasepsi dalam ber-KB. Perempuan

lebih banyak berpartisipasi dalam ber-KB daripada laki-laki. Ini terlihat

dari penggunaan alat kontrasepsi untuk laki-laki (kondom) hanya

mencapai 2,09% dari penggunaan alat kontrasepsi lainnya. Lebih

jelasnya mengenai penggunaan alat konstrasepsi dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

32

Gambar 17. Akseptor KB Aktif Menurut Alat Kontrasepsi yang

Digunakan dan Kecamatan di Kabupaten Bintan, 2017

3.4. Kegiatan Ekonomi

Jumlah penduduk yang besar merupakan sumber yang potensial dalam

mendukung pembangunan, sebagai penyumbang utama dalam penyediaan

tenaga kerja untuk mengolah sumber daya alam yang sudah tersedia. Masalah

ketenagakerjaan selama ini selalu menjadi isu dan topik yang menarik,

permasalahan ketenagakerjaan yang selama adalah rendahnya kualitas tenaga

kerja yang dimiliki yang disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan.

Disamping itu perkembangan angkatan kerja tidak diimbangi dengan

peningkatan kesempatan kerja.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

33

Isu diskriminatif terhadap perempuan pada sektor ketenagakernaan

seringkali dikaitkan dengan perannya dalam angkatan kerja. Meskipun perean

perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki mengisyaratkan bahwa perempuan

memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki termasuk kesempatan

dalam hal berusaha dan bekerja. Seiring perkembangan jaman dan

beragamnya kegiatan ekonomi serta meningkatnya kebutuhan akan tenaga

kerja, lebih banyak terjadi perubahan persepsi terhadap perempuan pekerja

Indonesia.

Kini lebih banyak perempuan yang masuk ke pasar kerja, walaupun

perempuan yang memegang jabatan tinggi atau pengambil keputusan dalam

suatu perusahaan relatif lebih sedikit. Karena pada umumnya perempuan

lebih memilih bekerja sebagai buruh / karyawan, pekerja keluarga ataupun

pekerja kasar. Selain didorong oleh faktor ekonomi, keterbatasan pilihan

pekerjaan juga terjadi karena tingkat pendidikan yang rendah serta masih

adanya persepsi yaitu kodrat perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga.

3.4.1. Angkatan Kerja

Berdasarkan Standard Labour Concept (Konsep Dasar Angkatan Kerja).

Penduduk dikelompokkan menjadi penduduk usia kerja dan penduduk bukan

usia kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke

atas, yang dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Tabel berikut ini memperlihatkan bahwa angkatan jumlah

kerja laki-laki memiliki jumlah yang mencapai 46.672 orang sedangkan

perempuan hanya mencapai 21.006 orang. Dari jumlah angkatan kerja laki-

laki yang telah bekerja sebanyak 44.625 orang sedangkan yang sedang

mencari kerja sebanyak 2.047. Jika dibandingkan dengan angkatan kerja

perempuan, terlihat bahwa angkatan kerja perempuan yang sudah bekerja

sebanyak 17.587 orang sedangkan yang mencari pekerjaan sebanyak 3.419

orang. Umumnya angkatan kerja yang mencari pekerjaan didominasi oleh

perempuan yang belum berkeluarga atau masih lajang, sementara perempuan

yang sudah berkeluarga lebih dikarenakan alasan ekonomi untuk membantu

suami mencari nafkah, sementara untuk alasan peran yang sama dalam

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

34

menunjang ekonomi keluarga lebih didominasi oleh perempuan yang tinggal di

perkotaan.

Gambar 18. Kondisi Ketenagakerjaan menurut jenis kelamin di

Kabupaten Bintan 2017

Sementara itu untuk penduduk 15 tahun keatas yang bukan angkatan

kerj, umumnya mengurus rumah tangga 2.299 orang laki-laki dan 26.175

orang perempuan. Dan penduduk yang bukan angkatan kerja lebih didominasi

oleh perempuan sesuai kodratnya harus mengurus rumah tangga dan merawat

anak-anak.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

35

Gambar 19. Penduduk 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan

dan jenis kelamin di Kabupaten Bintan 2017

A. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Banyak sudah kebijakan dan program dilaksanakan pemerintah

untuk mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan. Salah satu

indikator integrasi dalam pembangunan adalah kontribusi dalam kegaitan

ekonomi yang dicerminkan dari tingkat partisipasi angkatan kerja.tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja mengindikasikan besarnya penduduk usia

kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. Indikator inni

menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labor supply)

yang tersedia untuk produksi barang-barang dan jasa dalam suatu

perekonomian.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

36

Gambar 20. Kondisi Ketenagakerjaan menurut dan jenis kelamin

di Kabupaten Bintan 2017

B. Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikasi penduduk

usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. Tingkat

Pengangguran Terbuka dari tabel diatas terlihat jumlah perempuan lebih

besar yaitu sebesar 16,28% sedangkan laki-laki sebeasr 3,02%/

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

37

3.4.2. Upah Gaji

Upah / Gaji merupakan balas jasa yang diberikan kepada pekerja baik

berupa uang maupun barang. Besarnya upah/gaji yang diterima dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan, keterampilan dan

produktivitas pekerja itu sendiri.

Selain itu perbedaan upah/gaji juga ditentukan oleh jenis pekerjaan

keterampilan yang dimiliki dan lapangan usahanya.

Gambar 21. Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bintan

Tahun 2004-2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

38

3.4.3. Tingkat Pendidikan Pekerja

Peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan

meningkatnya lowongan kerja baru menyebabkan peningkatan jumlah

pengangguran. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat

kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas diharapkan lebih

produktif dan mampu menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri.

Gambar 22. Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar, Ditempatkan dan

Dihapuskan menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Bintan

Tahun 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

39

3.5. Keadaan Rumah Tangga

Kepala rumah tangga adalah seorang dan sekelompok anggota rumah

tangga yang berumur 10 tahun keatas yang bertanggung jawab atas

kebutuhan sehari-hari rumah tangga tersebut atau orang yang dianggap atau

ditunjuk sebagai kepala rumah tangga.

3.5.1. Pola Konsumsi Rumah Tangga

Salah satu indikator peningkatan kesejahteraan adalah perubahan pola

konsumsi penduduk. Menurut hukum ekonomi bila selera tidak berbeda maka

persentase pengeluaran untuk makanan akan menurun seiring dengan

meningkatnya pendapatan (Ernest Angel, 1857). Dengan demikian secara

umum semakin meningkatkan pendapatan (kesejahteraan), semakin berkurang

persentase pengeluaran untuk makanan.

Gambar 23. Persentase Pengeluaran Rata-rata per kapita Sebulan

menurut Kelompok Makanan di Kabupaten Bintan

Tahun 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

40

Gambar 24. Persentase Pengeluaran Rata-rata per kapita Sebulan

menurut Kelompok Non Makanan di Kabupaten Bintan

Tahun 2017

3.6. Kondisi Fisik Bangunan

Rumah adalah suatu kebutuhan pokok manusia yang berguna bukan

hanya untuk berlindung dari hujan dan panas, tetapi juga menjadi tempat

untuk merencanakan dan mengelola segala ektifitas keluarga. Arti fisik

perumahan dalam konteks yang diperluas disebut permukiman, yaitu tempat

tinggal anggota masyarakat dan individu-individu yang besarnya hidup dalam

ikatan perkawinan atau keluarga beserta berbagai fasilitasnya.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

41

Gambar 25. Banayaknya Tenaga Listrik yang Digunakan menurut

Lokasi di Kabupaten Bintan Tahun 2017 (KWh)

3.7. Perempuan di Sektor Publik

Dengan jumlah yang dapat dikatakan berimbang antara laki-laki dan

perempuan, seharusnya perempuan bisa menjadi mitra sejajar bagi laki-laki

dalam berbagai bidang pembangunan. Pada kenyataannya, partisipasi dan

peran perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki baik di birokrasi,

legislatif maupun di perguruan tinggi. Partisipasi wanita dalam bidang politik

dan keikutsertaan dalam berbagai organisasi sosial budaya merupakan wujud

dari kepedulian wanita terhadap lingkungan dan negara.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

42

3.7.1. Partisipasi Perempuan dalam Politik

Dalam kehidupan demokrasi, partisipasi masyarakat adalah hal yang

sangat penting dalam menunjang pembangunan. Akan tetapi partisipasi warga

negara menjadi tidak seimbang ketika hanya dilakukan oleh salah satu jenis

kelamin yang paling dominan, ketimpangan gender terjadi.

Gambar 25. Komposisi Anggota DPRD Kabupaten Bintan menurut

Partai Politik Tahun 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

43

3.7.2. Partisipasi Perempuan di Eksekutif

Pendukung utama dalam pelaksanaan ekonomi daerah, perangkat

pemerintah daerah dari unsur staf dan unsur pelaksana adalah hal amat

penting. Unsur staf terdiri dari sekretariat daerah dan staf lainnya dituntut

untuk kemampuan profesional dan keterampilan teknis para pegawai, kualitas

kinerja mereka sangat ditentukan oleh latar belakang pendidikan formal,

keterampilan, pengalaman kerja, jenjang kepangkatan dan status

kepegawaian.

Gambar 25. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Bintan menurut jenis kelamin Tahun 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

44

3.7.3. Penghargaan Tokoh Perempuan dan Kabupaten Bintan Tahun 2017

Adapun penghargaan yang terkait gender diperoleh Kabupaten Bintan

pada Tahun 2017, antara lain:

1. Kabupaten Layak Anak (KLA) Kategori Madya Tahun 2017 oleh

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

2. Wahana Tata Nugrhaha oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Kementerian Perhubungan

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

45

3. Kelurahan / Desa Terbaik Regional Sumatera oleh Dirjen Pemberda-

haraan Masyarakat Desa.

4. Adipura oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

5. Anugerah Pandu Negeri.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

46

6. Kabupaten/Kota Sehat (Swasti Saba) Tingkat Wiwerda oleh Kementerian

Kesehatan

7. Natamukti oleh Menteri Koperasi dan Perdagangan

8. Kabupaten Peduli HAM oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

47

9. Penghargaan Bunda PAUD Tingkat Nasional (Bunda PAUD Teluk Sasah,

Bunda PAUD Bintan Utara dan Bunda PAUD Bintan Timur)

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

48

3.8. Kekerasan Terhadap Perempuan

Kekerasan pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 bentuk yaitu kekerasan

fisik dan kekerasan psikologis. Kekerasan fisik yaitu kekerasan yang

dilakukan seperti memukul, menendang, menonjok, menampar dan lain-lain.

Sedangkan kekerasan psikologis yaitu kekerasan yang dilakukan dengan cara

mengancam, menteror, memaki dan mengintimidasi. Kekerasan terhaadp

perempuan terjadi pada empat ruang lingkup yaitu rumah tangga, komunitas,

ekonomi dan negara.

Meningkatnya kasus kekerasan terhaadp perempuan disebabkan oleh

banyak faktor. Salah satu faktor yang sangat penting adalah rendahnya

kesadaran kaum perempuan itu sendiri tentang kekerasan yang menimpa

mereka. Banyak perempuan menganggap bahwa kekerasan yang menimpa

mereka adalah budaya dan kodrat yang harus mereka terima, terutama

kekerasan dalam rumah tangga. Perempuan yang tinggal di wilayah perkotaan

tidak luput dari anggapan ini. Pendapat bahwa kekerasan dalam rumah tangga

bisa ditolerir sebenarnya adalah pendapat yang ganjil di masa sekarang ini.

Apalagi jika hal ini merupakan pendapat perempuan yang tinggal di wilayah

perkotaan, dimana sumber-sumber informasi yang memberikan penyadaran

bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan kejahatan, sudah tersedia

sangat banyak. Perempuan yang mentolerir kekerasan dalam rumah tangga

ini umumnya berpendapat bahwa suaminya adalah kepala rumah tangga yang

berhak berbuat apa saja termasuk melakukan kekerasan terhadap istri dan

anak.

Perhatian pemerintah terhadap penghapusan tindak kekerasan rumah

tangga sangatlah besar, terlihat dari disyahkannya Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).

Dalam undang-undang ini dinyatakan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap sesorang terutama perempuanyang

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan dan perampasan kemerdekaan secara

secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga .

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

49

Agar Undang-Undang tersbeut dapat dipahami maksud dan tujuannya

maka Pemeritah Kabupaten Bintan telah melakukan sosialisasi Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga.

3.9. Masalah Anak

Semenjak awal kehidupannya, anak telah dikarunia harkat, martabat, dan

hak-hak asasi manusia. Hak tersebut dilindungi sedemikian rupa sehingga

dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, sehat jasmani dan rohani, cakap serta mampu mandiri di

kemudian hari.

Kesejahteraan anal secara umum adalah terpenuhinya hak-hak anak

secara keseluruhan sampai batas umum 18 tahun, termasuk ketika masih

dalam kandungan. Hak-hak tersebut meliputi hak tumbuh kembang, hak

perlindungan dan hak partisipasi yang telah menjadi fundamental anak dalam

kebijakan anak di Indonesia. Hak fundamental tersebut merupakan nilai

substantive dalam kebijakan anak dan harus dilaksanakan secara konsisten

dan berkesinambungan.

Hakikat pemberian jaminan dan perlindungan bagi anak Indonesia

sebagai aset bangsa, berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber

daya manusia di masa yang akan datang demi kelangsungan hidup bangsa dan

Negara Indonesia. Hal ini sejalan dengan apa yang telah diamankan dalam:

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada pasal 34

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1988 tentang Kesejahteraan

Sosial bagi Anak yang Bermasalah

Konvensi Anak yang telah diratifikasi melalui Keppres No.36

Tahun 1990

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tentang Penyelenggaraan

Pembinaan Kualitas Anak

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

50

Adapun permasalahan anak yang terdapat di Kabupaten Bintan dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Kepemilikan Akte Anak

Dalam rangka mengetahui nama dan kebangsaan maka anak sejak

lahir perlu memperoleh akte kelahiran dengan demikian kemungkinan

seorang anak berhak memperoleh kewarganegaraan dan sejauh yang

memungkinkan berhak dipelihara oleh kedua orang tuanya. Kepemilikan

akte bagi seorang anak, memiliki fungsi penting dalam hal menentukan

identitas dan kebangsaan mereka. Akte merupakan hak anak yang harus

dilindungi.

Gambar 26. Jumlah Kelahiran dan Kematian Penduduk menurut Kecamatan

dan Jenis Kelamin Kabupaten Bintan Tahun 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

51

2. Perlindungan Anak

Di Kabupaten Bintan telah memiliki Pusat Pelayanan Terpadu

Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bintan yang

membantu Pemerintah Daerah untuk bertanggung jawab terhadap

perlindungan kepada anak. Namun untuk Panti Asuhan di Kabupaten

Bintan saat ini terdapat 5 (lima) Panti Asuhan) dengan jumlah anak asuh

mencapai 326 orang terdiri dari 191 orang laki-laki dan 113 orang

perempuan.

Gambar 27. Jumlah Panti Asuhan menurut Kecamatan

Kabupaten Bintan Tahun 2017

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

52

3.10. Masalah—Masalah Lain

Mengurai permasalahan lain, dalam hal ini issu gender yang perlu dikaji

lebih dalam, diteliti dan dicermati untuk selanjutnya dicarikan solusi sehingga

permasalahan ketimpangan gender bisa ditekan. Program pemberdayaan

perempuan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup perempuan itu

sendiri.

A. Kemiskinan

Persoalan kemiskinan dan penanggulangan kemiskinan selalu menjadi

pembahasan dan program prioritas Pemerintah Kabupaten Bintan.

Ditengah-tengah pandangan konvensional yang membahas kemiskinan

mulai dari masalah kekurangan modal dan menganggap masyarakat

miskin objek yang tidak memiliki pilihan sehingga tidak perlu terlibat

dalam pengambilan keputusan, kebijakan politik sudah seharusnya

dilakukan perubahan. Agar program penanggulangan kemiskinan yang

dilakukan Pemerintah Kabupaten Bintan bisa menyentuk diperlukan

Pendekatan Berbasis Hak perlu dilakukan, terutama untuk pengentasan

kemiskinan kaum perempuan.

B. Kebijakan Politik

Perlunya kebijakan yang berpihak dan mengikutsertakan perempuan baik

dalam keputusan publik dan keputusan lainnya dalam pembangunan

Pemerintah Kabupaten Bintan. Kegiatan ini perlu ditunjang dengan

penyadaran perempuan akan hak-hak mereka sebagai warga negara,

hak hidup, hak kebebasan mengeluarkan pendapat serta informasi

termasuk Undang-Undang yang berpihak pada perempuan, dalam hal ini

Undang-Undang terbaru yang dikeluarkan seperti UU, KDRT, UU

Tindak Pidana Perdangangan orang, UU HAM dan UU Perlindungan

Anak. Keberpihakan anggaran untuk kegiatan dan peningkatan

partisipasi dalam pembangunan, membuka akses pelayanan dan

pendekatan sosial yang lebih responsif gender, keadilan dan kesetaraan

gender.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

53

C. Perlindungan Anak

Perlindungan anak merupakan unsur yang juga menjadi perhatian

khusus, karena eksploitasi dan diskriminasi juga sering menimpa kaum

perempuan dan anak, ekses kemiskinan, ketidakberpihakan membuat

perempuan dan anak juga semakin tersudutkan. Eksploitasi anak sering

dilakukan untuk alasan ekonomi. Anggapan anak perlu membantu

keluarga yang sedang kesulitan ekonomi sering melibatkan anak sebagai

pekerja anak, untuk jenis dan pekerjaan yang melebihi dari kemampuan

anak. Jam kerja, tanggung jawab kerja dan perlindungan kerja bagi anak

ini juga masih belum terkupas sedemikian rupa di Kabupaten Bintan ini.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

54

Perencanaan pembangunan merupakan tahap awal dari serangkaian

kegiatan pembangunan yang akan menentukan keberhasilan pembangunan.

Kesalahan dalam perencanaan pembangunan akan berakibat pada

ketidakberhasilan pencapaian tujuan pembangunan. Salah satu unsur penting

dalam perencanaan pembangunan adalah tersedianya data atau informasi yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Dengan data yang lengkap dan terpadu, akurat, tepat gun, tepat waktu

dan siap pakai akan dapat digunakan sebagai analisa kkondisi daerah

perencanaan. Selanjutnya hasil analisa dipakai untuk menntukan tujuan dan

sasaran pembangunan dan membuat proyeksi keadaan masa depan. Data yang

dibutuhkan dalam proses perencanaan adalah data mengenai berbagai kondisi

daerah perencanaan antara lain meliputi kondisi fisik, kependudukan, sosial

ekonomi, sarana dan prasarana. Diantara berbagai jenis data tersebut, kondisi

sosial ekonomi daerah perencanaan merupakan data awal yang penting untuk

menggambarkan kondisi daerah perencanaan tentunya tanpa mengabaikan

jenis data yang lain.

Dalam konteks wawasan pembangunan manusia secara berkelanjutan

kehidupan masyarakat perlu dipantau perubahannya terutama yang ebrkaitan

dengan kemajuan setelah suatu periode, yang dalam konteks pembangunan

berarti mengevaluasi kinerja pembangunan di suatu wilayah. Pemantauan

dimaksud semestinya juga dilakukan dalam kerangka akuntabilitas publik yang

mengevaluasi kinerja pemerintah pusat sebagai penyelenggara negara

maupun pemerintah wilayah kabupaten atau kota sebagai penyelenggara

pemerintahan wilayah. Bidang kehidupan yang perlu dipantau meliputi seluruh

aspek kehidupan masyarakat, baik yang berkaitan dengan individu dalam hal

kelangsungan hidup secara individu (kebutuhan dasar, kesehatan dan KB),

tumbuh kembang (pendidikan dan gizi), partisipasi (ketenagakerjaan, politik)

perlindungan (kesejahteraan, hukum dan ketertiban), maupun yang berkaitan

dengan wilayah seperti kependudukan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan pendapatan.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

55

Untuk mengantisipasi kendala pengukuran semacam ini, maka

diperlukan parameter yang mampu melaksanakan pelaksanaan pembangunan

manusia, seperti: IPM (Indeks Pembangunan Manusia), Indeks Kemiskinan

Manusia (IKM), Indeks Pembangunan Gender (IPG). Dalam konteks IPG,

pembangunan manusia yang mengedepankan indikator pembangunan manusia

berorientasi gender, telah membuka wawasan kita untuk pengembangan dan

pemanfaatannya lebih lanjut dalam proses perencanaan pemabangunan.

4.1. Pembangunan dan Pemberdayaan Gender

Sejak pertengahan tahun 1980-an terjadi suatu perubahan dari strategi

WID (Women in Development) ke strategi GAD (Gender and Development)

yang tercermin dalam diskusi internasional dan kebijakan-kebijakan banyak

negara. Perubahan ini adalah suatu reaksi terhadap program-program hanya

untuk perempuan dalam strategi WID yang mengupayakan kegiatan-kegiatan

pembangunan untuk perempuan. Sedangkan GAD berupaya untuk memahami

subordinasi perempuan melalui analisis relasi antara perempuan dan laki-laki

dalam kerangka kerja faktor-faktor yang penting dan relevan seperti kelas

sosial, ras, umur dan sebagainya. Gender sebagai suatu alat analisis telah

menggantikan WID karena posisi perempuan tidak dapat dipahami atau diubah

tanpa memiliki suatu visi yang lebih luas tentang peran dan posisi perempuan

dan laki-laki dalam masyarakat

Untuk mengenali kepentingan—kepentingan perempuan dalam

pembangunan, startgei GAD didasarkan pada 2 intervensi: tindakan—tindakan

khusus untuk perempuan dan laki-laki dan mempertimbangkan kepentingan-

kepentingan program perempuan dan laki-laki dalam program-program

umum. Karena posisi perempuan sering berada di pihak yang tidak

diuntungkan, oelh karena itu dukungan khusus kepada perempuan sangat

penting agar memungkin perempuan berpartisipasi secara penuh dan

menikmati manfaat pembangunan.

Fokus utama gender dan pembangunan terutama bukan pada perempuan

saja tetapi pada relasi-relasi gender. Menurut perspektif GAD, memahami

struktur dan dinamika relasi-relasi gender adalah sentral bagi analisis

organisasi sosial dan proses sosial. Dalam konteks ini pembangunan

dipandang sebagai suatu proses yang kompleks yang melibatkan upaya-

upaya perbaikan individu secara sosial, ekonomi, politik dan budaya.

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

56

Dan juga upaya perbaikan masyarakat itu sendiri didalam mana

perempuan dan laki-laki merupakan subjek yang aktif dan bukan merupakan

penerima pembangunan yang pasif. Dalam pengertian ini, perbaikan adalah

memberdayakan mereka yang dirugikan termasuk perempuan, dan merubah

relasi-relasi yang tidak setara termasuk relasi-relasi antar gender.

Tujuannya merubah hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara

perempuan dan laki-laki dengan memperhatikan potensi-potensi dan

kebutuhan mereka. Gender dan pembangunan suatu pendekatan pembangunan

yang memperhatikan dan mempersoalkan perbedaan peran dan kesenjangan

relasi antara perempuan dan laki-laki dalam merumuskan pembangunan yang

responsif gender. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, dampak

pembangunan terhadap kehidupan perempuan dan laki-laki tidak akan

berbeda. Keduanya akan sama-sama memperoleh masnfaat dari hasil

pembangunan. Pengarusutamaan gender adalah startegi kunci dalam

pendekatan gender dan pembangunan. Dalam melakukan startegi

pengarusutamaan gender, ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, yang

terpilah menurut jenis kelamin dan statistik gender, pemahaman tentang

konsep-konsep dasar dan kemampuan sebagai alat analisis dan kemampuan

melakukan analisis gender sangat diperlukan.

Perempuan dalam pembangunan adalah suatu startegi untuk

memperbaiki taraf hidup perempuan yang muncul pada masa dekade PBB

untuk perempuan (1975-1985) utamanya didalam konferensi tentang

perempuan sedunia yang pertama pada tahun 1975. Mengintegrasikan

perempuan dalam pembangunan tanpa mempersoalkan pembagian kerja

gender dan relasi gender yang tidak setara yang banyak merugikan

perempuan. Program-program yang proyek-proyeknya yang terbatas pada

kegiatan-kegiatan spesifik perempuan karena mereka didesain tanpa

melakukan analisis gender terlebih dahulu dan tujuannya hanya untuk

memenuhi kebutuhan praktis gender.

Kesetaraan dan keadilan gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat

penting dan menjadi komitmen bangsa-bangsa didunia termasuk Indonesia

sehingga seluruh negara menjadi terkait dan harus menjalankan komitmen

tersebut. Upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender (KKG) di

Indonesia dituangkan dalam kebijakan nasional sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Pelaksanaan PUG dilaksanakan

oleh seluruh departemen maupun lembaga pemerintah non departemen

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

57

di pemerintah nasional. Provinsi maupun kasbupaten kota untuk melakukan

penyusunan program dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi dengan mempertimbangkan permasalahan kebutuhan, aspirasi

perempuan pada pembangunan dalam kebijakan, program / proyek dan

kegiatan.

Disadari bahwa keberhasilan pembangunan nasional di Indonesia baik

yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun oleh masyarakat sangat

tergantung dari peran serta laki-laki dan perempuan sebagai pelaku dan

pemanfaat hasiil pembangunan. Pada pelaksanaannya sampai saat ini peran

serta kaum perempuan dioptimalkan oleh karena itu program pemberdayaan

perempuan telah menjadi agenda bangsa dan memerlukan dukungan semua

pihak. Untuk melakukan penilaian sejauhmana pelaksanaan pembangunan dan

pemberdayaan terhadap perempuan diperlukan alat ukur yang dapat menilai

sejauh mana perempuan dalam pembangunan dibandingkan dengan laki-laki

(Indeks Pembangunan Gender) serta penilaian terhadap peran perempuan

dalam kehidupan ekonomi dan politik (Indeks Pemberdayaan Gender)

Gambar 28. Indeks Pembangunan Gender (IPG)

Kabupaten Bintan 2017

Kode Provinsi/Kab/Kota

AHH EYS MYS Pengeluaran

per Kapita IPM IPG

L P L P L P L P L P

2100 KEPULAUAN RIAU 67,60 71,40 12,76 12,88 10,00 9,57 19.398

11.951 78,25 72,74 92,96

2101 Karimun 68,29 72,23 12,01 12,71 8,14 7,50 18.067 9.604 74,71 68,25 91,35

2102 Bintan 68,10 72,03 12,52 13,26 8,87 8,18 20.505 11.70

2 77,26 71,53 92,58

2103 Natuna 62,37 66,19 13,72 13,96 8,79 8,22 20.182 10.97

2 75,26 68,72 91,31

2104 Lingga 59,24 62,93 12,49 12,08 6,47 5,84 16.948 9.409 67,80 60,84 89,73

2105 Kepulauan Anambas 64,74 68,66 11,83 12,47 7,26 6,11 16.822 8.884 70,92 63,81 89,97

2171 Kota Batam 71,24 75,04 12,90 12,96 11,30 10,90 25.035

16.442 84,18 79,31 94,21

2172

Kota Tanjung Pinang 69,85 73,71 13,96 14,28 10,22 9,75 17.907

14.468 80,20 77,36 96,46

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

58

Gambar 28. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Kabupaten Bintan 2017

Kode Provinsi/Kab/Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen

Perempuan Sebagai Tenaga

Profesional

Sumbangan Pendapatan Perempuan

IDG

(%) (%) (%)

2100 KEPULAUAN RIAU 17,78 41,63 28,26 66,96

2101 Karimun 10,00 43,17 25,16 56,47

2102 Bintan 16,00 38,85 23,76 61,24

2103 Natuna 5,00 43,78 24,13 48,55

2104 Lingga 5,00 45,58 22,69 47,82

2105 Kepulauan Anambas 10,00 51,78 25,68 57,07

2171 Kota Batam 6,00 41,20 28,80 55,28

2172 Kota Tanjung Pinang 26,67 40,07 26,59 70,33

Profil Gender Kabupaten Bintan Tahun 2017

59

Profil Pengarusutamaan Gender ini merupakan cara praktis yang bisa

digunakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan khususnya Dinas

Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana Kabupaten Bintan untuk melihat perkembangan data terkait

Pengarusutamaan Gender. Profil ini dibuat untuk mendorong pemerintah daerah

dalam melaksanakan percepatan PUG melalui PPRG dengan cara-cara yang

praktis dan sederhana dalam menetapkan kegiatan substansi pokok yang menjadi

prioritas yang harus dilaksanakan setiap tahapan pelaksanaan PPRG di daerahnya.

Dengan terbitnya profil ini diharapkan masing-masing OPD kedepannya akan

mempunyai data terpilah yang lebih lengkap baik berdasarkan jenis kelamin

maupun klasifikasi usia. Data tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam

pengambilan kebijakan di masing-masing OPD guna mencapai Bintan Gemilang.

Akhirnya kami menyadari bahwa profil ini tentunya jauh dari sempurna,

namun diharapkan dapat bermanfaat bagi pembangunan di Kabupaten Bintan. Dan

bagi para pembaca dan pengguna profil ini dengan sangat terbuka kami menerima

saran, kritik dan tanggapan-tanggapan untuk perbaikan panduan ini menjadi

panduan berkualitas sesuai dengan yang diharapkan. Kepada semua pihak yang

sudah terlibat dalam penyusunan profil ini khususnya Bidang Pengarusutamaan

Gender dan Pemberdayaan Perempuan di Dinas Pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten

Bintan dan jajarannya diucapkan terima kasih.