profan sakral
DESCRIPTION
paperTRANSCRIPT
![Page 1: profan sakral](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072011/55cf9775550346d03391b734/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IV
GABUNGAN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN SAKRAL DAN PROFAN
A. Pengertian Kepemimpinan Gabungan
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa istilah tentang kepemimpinan secara
universal, baik istilah tersebut secara khusus digunakan untuk kepemimpinan
Sang Khaliq atau secara khusus digunakan terhadap manusia atau bahkan
digunakan antar Khaliq dan makhluk-Nya, dan ada juga yang digunakan untuk
orang kafir dan juga syaitan. Dari beberapa istilah tersebut pada dasarnya
mengandung pengertian yang sama berupa kepemimpinan terutama apabila
didefinisikan secara etimologis.
Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya tentang
pengertian kepemimpinan sakral, yaitu kepemimpinan yang semata-mata hak
preogratif hanya bagi Tuhan, sedangkan manusia menjadi pasif karena hanya
menjalankan perintah-Nya. Dia yang menjadikan pemimpin-pemimpin di muka
bumi ini, maka kepada Dialah mereka harus pasrah dan tunduk kepada-Nya.
Sedangkan pengertian kepemimpinan profan, yaitu tidak melibatkan Tuhan dalam
masalah urusan/ kepemimpinan dunia. Karena Tuhan memberi kebebasan kepada
manusia untuk mengurus masalah dunia dengan memberi kelebihan akal untuk
berfikir.
Pada bab sebelumnya telah diuraikan definisi kepemimpinan yang terdapat
dalam Al-Qur’an yang secara etimologis terbagi terhadap kepemimpinan sakral
dan kepemimpinan profan. Nampaknya kedua definisi kepemimpinan sakral dan
![Page 2: profan sakral](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072011/55cf9775550346d03391b734/html5/thumbnails/2.jpg)
profan memiliki pengertian yang sama mengacu kepada definisi yang universal
berupa kepemimpinan, sehingga terserah terhadap obyek dari kepemimpinan
tersebut. Pemimpin sebagai khalifah dari generasi-kegenerasi dalam
menyampaikan risalah-Nya.
Kepemimpinan sakral yang melangit dan kepemimpinan profan yang hanya
di bumi perlu untuk diintegrasikan secara balance. Dengan mengintegrasikan hal
tersebut menjadikan pemimpin yang tidak hanya melangit dan tidak pula takabbur
dengan hanya keduniaan saja, akan tetapi perlu membumikan kepemimpinan
langit dengan mengambangkan potensi akal di bumi yang diberikan oleh Tuhan.
Dalam Al-Qur’an secara gamblang tidak membahas tentang hal-hal yang
sangat rinci, termasuk kepemimpinan pendidikan kecuali masalah waris dan
tauhid, karena Al-Qur’an merupakan aturan Tuhan yang global, bisa menjawab
dan memberi pengetahuan segala kebutuhan di dunia. Universalisme Al-Qur` an
memberi konstribusi perkembangan ilmu pengetahuan dengan multi interpretasi,
sehingga Al-Qur` an selalu menjadi pembahasan menarik untuk selalu dikaji setiap
saat. Hal ini juga yang berhubungan dengan kepemimpinan gabungan sakral dan
profan. Mengintegrasikan kepemimpinan sakral dan profan dalam Al-Qur` an
perlu pendekan rasionalitas (bi al-ra’yi) terhadap ayat-ayat Al-Qur` an sehingga
menghasilkan kepemimpinan gabungan (profan dan sakral) yang tersirat dalam
Al-Qur` an. Ayat-ayt Al-Qur` an secara tersirat terdapat 6 ayat yang terindikasi
menjelaskan tentang kepemimpinan gabungan sakral dan profan.
Dalam surat an-Nahl Allah berfirman;
![Page 3: profan sakral](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072011/55cf9775550346d03391b734/html5/thumbnails/3.jpg)