prof. dr. h. sofyan sauri, msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... ·...

300
Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Nilai Kearifan Pesantren

Upload: others

Post on 31-Jan-2020

33 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Nilai Kearifan Pesantren

Page 2: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

ii

Nilai Kearifan Pesantren

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

ISBN : 978-602-6971-43-2

Cetakan Pertama

Penulis : Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Editor : Mohamad Zaka Al-Farisi

Lay out : Yusman

Desain Cover : E. Dedih

Penerbit:

RIZQI PRESS

Jl. Cidadap Girang 26

Ledeng Bandung 40143

Telp. (022) 2005869 Fax. (022) 2003656

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta

Pasal 72:

1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara

masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.

1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau

menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta

atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

© Copyright

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi

buku tanpa seizin tertulis dari penerbit

All right reserved

Nilai Kearifan Pesantren

Page 3: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas limpahan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini. Solawat dan

salam semoga selalu tercurah dan terlimpah kepada manusia pilihan,

tokoh teladan berbahasa dalam pergaulan, yang dilahirkan ke dunia

membawa misi dan tugas mulia dari yang maha kuasa, yakni Nabi

Muhammad sallallahu „alaihi wasallam, semoga sampai kepada para

sahabat serta pengikut beliau sampai akhir zaman.

Buku Nilai Kearifan Pesantren ini disusun dengan segudang

harapan yaitu dapat membantu semua sektor pendidikan dan para

praktisi pemerhati nilai generasi Indonesia serta nilai pendidikan

Indonesia saat ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada

semua pihak yang telah mendorong, mengarahkan dan membimbing

untuk terwujudnya tulisan ini, Dr. M. Zaka Al-Farisi, M.Hum yang telah

membaca dan mengeditnya dengan teliti dan bijaksana, semua dosen

Program Pendidikan Umum PPS UPI, Ketua Program dan para dosen

Pendidikan Bahasa Arab FPBS, Dekan FPBS, Ketua LPPM dan rekan-

rekan dosen yang tidak disebutkan satu persatu namanya, para

mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab FPBS UPI. Wabil khusus

istri dan anak tercinta Dra. Hj. Rita Sumarni, Inna Tresnagalih, S.Pd dan

Firman, yang selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk

mewujudkan tulisan ini. Semoga semua kebaikan tersebut menjadi amal

shaleh yang diridhoi Allah Swt.

Hanya kepada Allah Swt penulis bertawakkal, semoga Allah

selalu membukakan jalan yang terang kepada penulis dan keluarga,

serta para pembaca, diberi ilmu yang bermanfaat, selalu dilindungi

dari pikiran kotor, sombong, takabur dan riya, serta memafkan segala

kesalahan dan kehilapan. Aamiin.

Page 4: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

iv

Karya tulis ini masih jauh untuk lebih sempurna sebagaimana

yang diharapkan. Namun penulis menyadari bahwa penyusunan buku

ini masih banyak kekurangan, dan banyak kekhilafan serta jauh dari

kata kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap kepada seluruh

para pembaca buku Nilai Kearifan Pesantren ini agar memberikan

masukan, kiritik dan saran untuk memperbaiki segala kekurangan ini

guna untuk memperbaiki buku selanjutnya.

Bandung, 2017

Sofyan Sauri

Page 5: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Pesantren dan Best Practice Pendidikan Nilai ......................... 1

B. Hakikat Nilai dan Karakter ...................................................... 5

C. Hakikat Pesantren .................................................................. 12

D. Hakikat Nilai Kearifan Lokal ................................................. 17

BAB II POTRET PENDIDIKAN NILAI DI PESANTREN ............. 22

A. Pemahaman Pemimpin Pesantren .......................................... 22

B. Nilai Kearifan Lokal .............................................................. 32

C. Upaya yang dilakukan pemimpin Pesantren .......................... 36

D. Kendala Pemimpin Pesantren ................................................ 39

BAB III NILAI-NILAI INTI KEARIFAN PESANTREN ................ 66

BAB IV NILAI-NILAI DASAR KEARIFAN PESANTREN ........ 176

A. Nilai Dasar -1 Ikhlas dalam Beramal ................................... 176

B. Nilai Dasar -2 Syukur Nikmat ............................................. 185

C. Nilai Dasar -3 Wara‟ dan Zuhud .......................................... 192

D. Nilai Dasar-4 Ta‟awun ......................................................... 200

E. Nilai Dasar-5 Pola Hidup Sederhana ................................... 226

BAB V USAHA PENANAMAN NILAI ........................................ 232

A. Do‟a dan Ikhtiar ................................................................... 232

B. Tawakal kepada Allah .......................................................... 250

C. Husnu Dzan .......................................................................... 259

Page 6: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

vi

BAB VI INTERNALISASI PENDIDIKAN NILAI ........................ 263

A. Internalisasi Melalui Metode Uswah Hasanah...................... 263

B. Implementasi Melalui Metode Pembiasaan ......................... 273

C. Implementasi Melalui Metode Bandungan .......................... 280

D. Implementasi Melalui Metode Sorogan ............................... 284

BAB VII IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI DAN

IMPLEMENTASINYA .................................................................... 287

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 290

Page 7: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pesantren dan Best Practice Pendidikan Nilai

Mencermati nilai-nilai kearifan lokal di pondok pesantren,

merupakan keniscayaan dalam pembinaan kepribadian santri secara

mandiri dan bertanggung Jawab, terutama dalam proses pendidikan

dan pembelajaran yang langsung ditangani para kiai atau ustad secara

terus menerus. Hal ini terbukti banyaknya para alumni pesantren yang

tersebar di Nusantara, mampu membina masyarakat melalui

pendidikan dan pembelajaran. Menjadi tokoh teladan dalam

kehidupan sehari-hari, nilai karismatik para kiai menjadi acuan dan

rujukan, baik bagi masyarakat kelas bawah (biasa), kelas menengah,

bahkan hingga kelas atas. Karakter merupakan sendi-sendi yang

menopang bangsa dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri

(Sauri, 2010)

Sumbangan terbesar para kiai dan tokoh agama Islam dalam

kemerdekaan Indonesia terbukti dengan kalimat takbir yang

dikumAndangkan saat melawan penjajah yang bercokol di Indonesia.

Dengan nilai kesederhanaan dan kesantunannnya di tengah-tengah

masyarakat, para kiai menjadi mudah menggerakan masyarakat untuk

melawan para penghianat bangsa dan negara. Banyak alumni

pesantren yang bergerak dan menjadi tokoh di bidang pendidikan,

sosial-budaya, politik, pemerintahan, ekonomi, pertanian, dan lain-

lain.

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mempunyai suatu

tujuan, membentuk pribadi muslim seutuhnya, yang mengembangkan

seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun

ruhaniah, menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap

pribadi manusia dengan Allah, manusia dan alam semesta. Pendidikan

Page 8: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

2

Islam bertolak dari pAndangan Islam tentang manusia. Al-Quran

menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi

yang sekaligus mencakup dua tugas pokok. Fungsi pertama, manusia

sebagai khalifah Allah di bumi. Makna ini mengandung arti bahwa

manusia diberi amanah untuk memelihara, merawat, memanfaatkan,

serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, manusia adalah makhluk

Allah yang ditugasi untuk menyembah dan mengabdi kepada-Nya.

Selain dari itu, di sisi lain manusia adalah makhluk yang memiliki

potensi lahir dan batin. Potensi lahir adalah unsur fisik yang dimiliki

oleh manusia tersebut. Sedangkan potensi batin adalah unsur batin

yang dimiliki manusia yang dapat dikembangkan ke arah sempurna

(Daulay, 2007)

Indonesia merupakan negara tebesar yang mayoritas

penduduknya memeluk agama Islam. Oleh karena itu, pendidikan

Islam berkembang sesuai dengan zamannya. Perkembangan

pendidikan Islam di Indonesia antara lain ditAndai dengan munculnya

berbagai macam lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang

amat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung

modern dan lengkap. Lembaga pendidikan Islam telah memainkan

fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat dan

zamannya. Sehingga lembaga-lembaga pendidikan tersebut telah

menarik perhatian para ahli dari dalam dan luar negeri untuk

melakukan studi ilmiah secara komprehensif (Nizar, 2007)

Pada dasarnya lingkungan pendidikan mencakup pendidikan

formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Pendidikan

formal merupakan pendidikan dalam bentuk sistem persekolahan

(schooling sistem) dan berada langsung secara struktural dalam

struktur pemerintahan, dalam hal ini Kemendikbud atau Kemenag.

Pesantren merupakan pendidikan nonformal di bawah

pembinaan Kemenag. Pesantren sudah ada di Indonesia sejak zaman

walisongo. Kemudian bertahan pada masa kolonial, sampai sekarang.

Page 9: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

3

Pada zaman para wali, pesantren digunakan untuk penyebaran agama

Islam. Terutama di tanah Jawa yang mayoritas penduduknya memeluk

agama Hindu dan Budha. Di dalamnya, para wali mengakulturasikan

antara budaya Jawa dan hindu-budha yang melekat dengan kehidupan

mereka dengan budaya Islam. Seperti menerapkan nilai-nilai Islam

dalam pertunjukan wayang, dan lain sebagainya. Pada saat penjajahan,

pesantren menjadi pusat pengajaran sekaligus tempat pertahanan

rakyat. Di dalamnya, rakyat Indonesia, terutama masyarakat Jawa

menyusun kekuatan untuk melawan kolonialisme. Terbukti banyak

pahlawan nasional yang lahir dari kalangan pesantren. Seperti K.H.

Hasyim Asy‟ari dari Jombang, K.H Wahid Hasyim, putra Kiai

Hasyim Asy‟ari, dan masih banyak lagi. Saat ini pendidikan di

pesantren berjalan mengikuti perkembangan zaman. Tak sedikit

pesantren yang telah menyertakan pelajaran IT (information and

technology) dalam kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sehari-hari,

seperti pembelajaran komputer, internet, bahkan bahasa asing.

Demikianlah eksistensi pesantren masih melekat di hati masyarakat

Islam pulau Jawa khususnya dan masyarakat Indonesia pada

umumnya.

Pesantren telah dikenal dan bergerak, bahkan menjadi bagian

dari pelopor anti penjajah sebelum kemerdekaan Indonesia. Kemudian

dalam perjalanannya, pasca Indonesia mencapai kemerdekaannya,

pesantren masih mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia. Ki

Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai tokoh Pendidikan Nasional

sekaligus sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan

R.I yang pertama menyatakan bahwa pondok pesantren merupakan

dasar pendidikan nasional karena sesuai dan selaras dengan jiwa dan

kepribadian bangsa Indonesia (Alamsyah, 1982).

Pemerintah RI pun mengakui bahwa pesantren dan madrasah

merupakan dasar dan sumber pendidikan nasional sehingga harus

dikembangkan, diberi bimbingan dan bantuan. Wewenang dan

Page 10: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

4

pengembangan tersebut berada di bawah wewenang Kementrian

Agama (Latif, 1983).

Pada Pendidikan pondok pesantren biasanya selalu terjadi

sebuah interaksi antara kiai atau ustad sebagai guru dan para santri

sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid atau halaman-

halaman asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas kitab-kitab

keagamaan Islam klasik. Kitab itu lebih dikenal dengan sebutan kitab

kuning, karena di masa lalu kitab-kitab itu pada umumnya ditulis atau

dicetak di atas kertas berwarna kuning. Kitab-kitab itu ditulis oleh

ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keIslaman seperti

fikih, hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan pesantren. Pengajaran kitab

kuning tetap diberikan sebagai satu-satunya pengajaran formal yang

diberikan dalam lingkungan pesantren. Kitab-kitab kuning yang

menjadi rujukan utamanya dikelompokkan berdasarkan pertimbangan

tingkat kemudahan dan kesulitan dalam mempelajarinya dalam tiga

tingkatan: "kitab kecil" atau kitab dasar, kitab "sedang" atau kitab

tingkat menengah, kitab "besar" atau kitab tingkat tinggi (Departemen

Agama, 2003).

Secara garis besar, pesantren sekarang dapat dibedakan atas dua

macam. Pertama, pesantren tradisional; pesantren yang masih

mempertahankan sistem pengajaran tradisional dengan materi

pengajaran kitab-kitab klasik yang sering disebut kitab kuning. Kedua,

pesantren modern; pesantren yang berusaha mengintegrasikan secara

penuh sistem klasikal dan sekolah ke dalam pondok pesantren. Semua

santri yang masuk pondok terbagi dalam tingkatan kelas. Pengajian

kitab-kitab klasik tidak lagi menonjol, bahkan ada yang hanya sekedar

penghapal, dan berubah menjadi mata pelajaran atau bidang studi.

Begitu juga dengan sistem yang diterapkan seperti cara sorogan dan

bandongan mulai berubah menjadi individual dalam hal belajar dan

kuliah secara umum, atau stadium general (Zuhairini, 1986).

Page 11: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

5

Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan di atas terdapat

permasalahan yakni, bagaimanakah nilai kearifan lokal pesantren

dalam upaya pembinaan karakter santri? Untuk menJawab pertanyaan

tersebut disusunlah buku yang ada pada tangan pembaca yang

dirahmati Allah swt.

B. Hakikat Nilai dan Karakter

Nilai adalah harga atau sesuatu yang berharga, atau sesuatu yang

absrak yang hanya akan dirasakan oleh yang memilki rasa. Rasa

merupakan bagian penting dalam jiwa manusia, atau esensi manusia

terletak pada rasanya, atau kalbunya. Penataan rasa perlu dikelola

dengan baik dan penuh kehati-hatian. Terutama ketika rasa terusik

dengan hal yang membahagiakan atau dengan hal yang menyedihkan.

Tatkala terjadi pada hal yang membahagiakan perlu disambut dengan

kesadaran betapa nikmatnya kebahagiaan tersebut. Sedangkan apabila

sebaliknya maka hadapi dengan kesabaran. Kesabaran itu pedih dalam

merealisasikannya dan memperjuangkannya dengan mengerahkan

sepenuh upayanya. Hasil dari kesabaran tersebut mendapatkan

kepuasan dan dan kenikmatan yang tidak ada bandingannya. Orang

bilang sengsara membawa nikmat, maksudnya hasil dari perjuangan

dengan penuh kesungguhan membawa hasil yang gilang gemilang.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan nilai

kehidupan yang lebih nyaman dan aman. Ada enam sistem nilai

kehidupan yang sedang disosialisaikan oleh Profesor Achmad Sanusi

(Direktur Pascasarjana UNINUS Bandung) dalam berbagai

kesempatan. Dalam seminar Nasional bahkan International, keenam

nilai tersebut adalah: nilai teologik, nilai pisik psikologik, nilai etik,

nilai estetik, nilai empiric, dan nilai teleologik.

Nilai adalah fitrah tauhidullah yang dikembangkan dan

diinternalisasikan dalam pribadi seseorang untuk mencapai akhlak

mulia demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Sauri, 2011)

Page 12: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

6

Sedangkan pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

berubah ke arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menggariskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkaan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadiaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan Nilai dapat dirumuskan dari dua pengertian dasar

yang terkandung dalam istilah pendidikan dan nilai. Ketika dua istilah

itu disatukan, arti keduanya menyatu dalam definisi Pendidikan Nilai.

Namun, karena arti pendidikan dan arti nilai dimaksud dapat dimaknai

berbeda, definisi Pendidikan Nilai pun dapat beragam bergantung

pada tekanan dan rumusan yang diberikan pada kedua istilah itu.

Mulyana (2004) mengartikan Pendidikan Nilai sebagai

penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang. Dalam

pengertian yang hampir sama, Mardiatmadja (Mulyana: 2004)

mendefinisikan Pendidikan Nilai sebagai bantuan terhadap peserta

didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta

menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya.

Pendidikan Nilai tidak hanya merupakan program khusus yang

diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup

keseluruhan program pendidikan.

Hakam (2000) mengungkapkan bahwa Pendidikan Nilai adalah

pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut

pAndang nonmoral, meliputi estetika, yakni menilai objek dari sudut

pAndang keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai benar

atau salahnya dalam hubungan antarpribadi.

Page 13: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

7

Dari definisi di atas, dapat dimaknai bahwa Pendidikan Nilai

adalah proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang

berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya

mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju

pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan

negara.

Menurut Driyarkara (1985), manusia selalu hidup dan

mengubah dirinya dalam arus situasi yang konkret. Manusia sebagai

mahluk individu, sosial, susila, dan religius. Dari semuanya itu

manusia sebagai homo educandum. Eksistensi manusia secara

individu, merupakan makhluk yang unik. Begitu banyak manusia

tetapi berbeda. Hal ini dapat dilihat akan kemauan, ketahanan,

kepuasaan, kekuasaan, pendidikan, kesenangan, perjuangan, dan lain-

lain. Semua itu tidak ada yang sama. Dalam ranah individu, manusia

bebas tanpa batas. Tetapi dalam ranah sosial, manusia penuh dengan

batasan. Sebagai makhluk sosial, manusia menciptakan aturan dan

menjalankan kesepakatan bersama itu. Makhluk sosial itu tidak bisa

hidup tanpa manusia lainnya zoon politicon. Manusia selalu ingin

berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia sebagai mahluk sosial,

selalu peka dengan lingkungan dan apa yang ada di sekitarnya. Jadi

manusia cenderung suka menolong, cepat tergugah (simpatik),

humanis, familier, dan sikap-sikap manusia lainnya. Artinya, bahwa

manusia pada dasarnya cenderung untuk berbuat baik, dan

merindukan perilaku yang sarat akan nilai-nilai positif. Adapun

karakteristik manusia yang bernilai antara lain:

1. Teguh pendirian dan keyakinan.

2. Tekun, ulet menuntut ilmu.

3. Semakin berkuasa semakin bijaksana, berwibawa di depan umum.

4. Qonaah menerima rezeki.

Page 14: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

8

5. Berhias walaupun miskin.

6. Bersyukur di kala beruntung.

7. Murah hati dan murah tangan.

8. Tidak menuntut yang bukan haknya.

9. Bila ditegur menyesali dirinya.

10. Bila bersalah akan istigfar.

11. Bila dimaki tersenyum sambil berdo‟a.

Pendidikan nilai membantu peserta didik dengan melibatkan

proses-proses sebagai berikut:

Identification of a core of personal and societal values (Adanya

proses identfikasi nilai personal dan nilai sosial terhadap stimulasi

yang diterima).

Philosophical and rational inquiry into the core (Adanya

penyelidikan secara rasional dan filosofis terhadap inti nilai-nilai

dari stimulus yang diterima).

Affective or emotive response to the core (Respons afektif dan

respons emotif terhadap inti nilai tersebut).

Decision-making related to the core based on inquiry and

response (Pengambilan keputusan berupa nilai-nilai dan perilaku

terhadap stimulus, berdasarkan penyelidikan terhadap nilai-nilai

yang ada dalam dirinya).

Sasaran yang hendak dituju dalam Pendidikan Nilai adalah

penanaman nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta didik.

Adapun istilah karakter sebenarnya semakna dengan akhlak.

Hanya saja, jika akhlak secara tegas-tegas bersumberkan Al-Quran

dan As-Sunnah, maka karakter lebih bersumberkan konstitusi,

masyarakat, dan keluarga di Indonesia bisa saja bersumberkan pula

kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Demikian juga nilai, moral, etika,

dan budi pekerti sebenarnya semakna pula dengan akhlak, hanya saja

sumbernya dari konstitusi, masyarakat, dan keluarga, yang di

Page 15: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

9

Indonesia bisa saja bersumberkan pula kepada Al-Quran dan As-

Sunnah. (Sauri, 2011).

Menurut Wynne (1991), istilah karakter diambil dari bahsas

Yunani “Charassian” yang berarti to mark (menAndai). Secara istilah

terdapat dua pengertian, pertama karakter menunjukkan bagaimana

seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur,

kejam, atau tidak rukun, maka orang tersebut memanifulasikan

karakter jelek. Sebaliknya apabila seseorang berperilaku jujur, suka

menolong, maka orang tersebut memanifulasikan karakter mulia.

Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang

disebut orang berkarakter kalau tingkah lakunya sesuai dengan kaidah

moral.

Sementara Lickona (1992) mengemukakan bahwa karakter

terdiri atas tiga bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang

moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan perilaku

bermoral (moral behavior). Karakter yang baik terdiri atas mengetahui

kebaikan, mencintai atau menginginkan kebaikan, dan melakukan

kebaikan. Cara membentuk karakter yang efektif adalah dengan

melibatkan ketiga aspek tersebut.

Moral knowing adalah hal yang penting untuk diajarkan yang

terdiri atas enam hal, yaitu: (1) moral awareness , (2) knowing moral

values , (3) perspective taking, (4) moral reasoning, (5) decision

making, dan 6) self knowledge. Sedangkan moral feeling adalah aspek

yang lain yang harus ditanamkan kepada peserta didik dan merupakan

sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan

prinsip-prinsip moral. Terdapat enam hal yang merupakan aspek

emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi

manusia berkarakter, yaitu (1) conscience atau nurani, (2) self esteem

atau percaya diri, (3) empathy, (4) loving the good atau mencintai

kebenaran, (5) self control atau mampu mengontrol diri, (6) humanity

atau kerendahhtian. Adapun moral action adalah bagaimana membuat

Page 16: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

10

pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata.

Perbuatan moral ini merupakan hasil dari dua komponen karakter

lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam

perbuatan yang baik maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter,

yaitu (1) kompetensi (commpetence), 2) keinginan (will), dan (3)

kebiasaan (habit).

Terkait dengan hakikat pendidikan karakter, Doni Koesoema

(2007) mengungkapkan bahwa untuk kepentingan pertumbuhan

individu secara integral, pendidikan karakter semestinya memiliki

tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif

kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya yang

pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih

lewat proses pembentukan diri terus-menerus (on going formation).

Tujuan jangka panjang ini tidak sekadar berupa idealisme yang

penentuan sarana untuk mencapai tujuan itu tidak diverifikasi,

melainkan sebuah pendekatan dialektis yang semakin mendekatkan

antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses infleksi dan

interaksi terus menerus, antara lain idealisme, pilihan sarana, dan hasil

langsung yang dapat dievaluasi secara objektif”.

Menurut pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966), terdapat

empat ciri dasar dalam pendidikan yang berbasis karakter. Pertama,

keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki

nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua,

koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada

prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut

risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya

satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas

seseorang. Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan

aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat

dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau

desakan pihak lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan

Page 17: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

11

merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang

dipAndang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan

atas komitmen yang dipilih. Kematangan keempat karakter ini, lanjut

Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas

menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering

mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku

alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior.”

Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala

tindakannya.

Dalam mengembangkan kurikulum berbasis pendidikan

karakter, terdapat berbagai prinsip yang bisa dijadikan pedoman

sebagaimana dikemukakan oleh Doni Keosoema (2007) sebagai

berikut:

1. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa

yang kamu katakan atau yakini.

Perinsip ini ingin memberikan verifikasi konkret tentang karakter

seseorang individu dengan memberikan prioritas pada unsur

pisiko-motorik yang menggerakan seseorang untuk bertindak.

2. Setiap keputusan yang kamu ambil akan menjadi orang macam

apa dirimu.

Individu mengungkapkan karakter pribadinya melalui setiap

keputusan yang diambilnya. Hanya dari keputusannya inilah

seorang individu mendefinisikan karakternya sendiri. Oleh karena

itu, karakter seseorang itu bersifat dinamis.

3. Karakter yang baik mengandalkan bahwa hal yang baik itu

dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seAndainya pun

kamu harus membayar secara mahal, sebab mengandung resiko.

Pribadi yang berproses membentuk dirinya menjadi manusia yang

baik, juga akam memilih cara-cara yang baik bagi pembentukan

dirinya. Maxim moral imperatif kategoris Kant di sini tetap

berlaku. Setiap manusia mesti menganggap bahwa manusia itu

Page 18: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

12

bernilai di dalam dirinya sendiri, karena itu tidak boleh diperalat

dan dipengaruhi sebagai sarana bagi tujuan-tujuan tertentu. Inilah

yang membuat pendidikan karakter mempunyai dimensi moral.

4. Jangan pernah mengambil risiko buruk yang dilakukan orang lain

sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat melihat patokan lebih

baik dari pada mereka.

Tekanan sosial dan kelompok sebaya menjadi arena yang ramai

bagi pergulatan pendidikan karakter di sekolah. Kultur non-

edukatif yang berlangsung terus dalam lembaga sebuah

pendidikan jika segera tidak diatasi akan menjadi standar perilaku

para siswa. Demikian juga tekanan kelompok sebaya sangat

mempengaruhi siswa dalam mengembangkan pendidikan karakter

yang berguna bagi dirinya sendiri.

5. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif.

Seorang individu bisa mengubah dunia.

Para siswa perlu disadarkan bahwa setiap tindakan yang

berkarakter, setiap tindakan yang bernilai, dan setiap perilaku yang

bermoral yang mereka lakukan memiliki makna yang bersifat

transformatif.

6. Bayaran memiliki karakter baik adalah bahwa kamu menjadi

pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi

tempat yang lebih baik untuk dihuni.

Setiap tindakan dan keputusan memiliki karakter membentuk

seorang individu menjadi pribadi yang lebih baik.

C. Hakikat Pesantren

Kata pesantren sendiri berasal dari akar kata santri dengan

awalan "Pe" dan akhiran "an" berarti tempat tinggal para santri.

Zamakhsari (1983) berpendapat bahwa istilah santri berasal dari

bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji.

Page 19: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

13

Potret pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional tempat para siswanya tinggal bersama

dan belajar ilmu-ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang

lebih dikenal dengan sebutan kiai. Asrama untuk para siswa tersebut

berada dalam komplek pesantren di mana kiai bertempat tinggal. Di

samping itu juga ada fasilitas ibadah berupa masjid. Biasanya

komplek pesantren dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi

arus keluar masuk nya santri. Dari aspek kepemimpinan pesantren kiai

memegang kekuasaan yang hampir-hampir mutlak. Pondok, masjid,

santri, kiai dan pengajaran kitab-kitab klasik merupakan lima elemen

dasar yang dapat menjelaskan secara sederhana apa sesungguhnya

hakikat pesantren. (http://darul-hadis.tripod.com).

Elemen yang pertama adalah pondok. Pondok adalah tempat

tinggal para santri di pesantren karena pesantren pada dasarnya adalah

asrama pendidikan Islam sehingga kata pondok selalu melekat kepada

kata pesantren menjadi pondok pesantren. Ada tiga alasan utama

kenapa pesantren harus menyediakan asrama bagi para santri.

Pertama, kemashuran seorang kiai dan kedalaman pengetahuannya

tentang Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat menggali

ilmu dari kiai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama, para

santri tersebut harus meninggalkan kampung halamannya dan

menetap di dekat kediaman kiai. Kedua, hampir semua pesantren

berada di desa-desa di mana tidak tersedia perumahan (akomodasi)

yang cukup untuk dapat menampung santri-santri. Dengan demikian

perlu adanya suatu asrama khusus bagi para santri. Ketiga, ada sikap

timbal balik antara kiai dan santri. Para santri menganggap kiainya

seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kiai menganggap

para santri sebagai titipan Tuhan yang harus dilindungi. Sikap ini juga

menimbulkan perasaan tanggung Jawab di pihak kiai untuk dapat

menyediakan tempat tinggal bagi para santri. Di samping itu dari

pihak para santri tumbuh perasaan pengabdian kepada kiainya,

Page 20: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

14

sehingga dapat memperoleh imbalan dari para santri sebagai sumber

tenaga bagi kepentingan pesantren dan keluarga kiai. (Haedari, 2005)

Elemen yang kedua adalah masjid. Masjid merupakan elemen

yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai

tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam

salat lima waktu, khotbah dan salat Jumah, dan mengajarkan kitab-

kitab klasik. Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam

tradisi pesantren merupakan manivestasi universalisme dari sistem

pendidikan tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem Islam

yang berpusat pada masjid sejak masjid Qubba didirikan dekat

Madinah pada masa Nabi Muhammad saw tetap terpancar dalam

sistem pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat

pendidikan Islam. Di mana pun kaum muslimin berada, mereka selalu

menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan,

aktivitas administrasi dan kultural. Lembaga-lembaga pesantren Jawa

memelihara terus tradisi ini, para kiai selalu mengajar murid-muridnya

di masjid dan menganggap masjid sebagai tempat yang paling tepat

untuk menanamkan disiplin para murid dalam mengerjakan kewajiban

sembahyang lima waktu, memperoleh pengetahuan agama dan

kewajiban agama yang lain. Seorang kiai yang ingin mengembangkan

sebuah pesantren, biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid di

dekat rumahnya. Langkah ini biasanya diambil atas perintah gurunya

yang telah menilai bahwa ia akan sanggup memimpin sebuah

pesantren (Dhofier, 1982)

Elemen yang ketiga adalah santri. Santri merupakan elemen

yang penting dalam pesantren karena seorang ulama tidak disebut kiai

bila tidak memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam

persantren. Terdapat dua kelompok santri:

Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan

menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang menetap

paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan

Page 21: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

15

suatu kelompok tersendiri yang memegang tanggung Jawab

mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga

memikul tanggung Jawab mengajar santri-santri tentang kitab-

kitab dasar dan menengah.

Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di

sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren

(nglajo) dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan pesantren

kecil dan pesantren besar dapat dilihat dari komposisi santri

kalong. Tambah besar sebuah pesantren, akan semakin besar

jumlah mukimnya. Dengan kata lain, pesantren kecil akan

memiliki lebih banyak santri kalong dari pada santri mukim

(Dhofier, 1982)

Elemen yang keempat adalah Kiai. Kiai merupakan elemen yang

sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata pesantren yang

berkembang di Jawa dan Madura mempunyai sosok kiai begitu sangat

berpengaruh, kharismatik dan berwibawa, sehingga amat disegani

oleh masyrakat di lingkungan pesantren. Di samping itu kiai pondok

pesantren biasanya juga sekaligus sebagai penggagas dan pendiri dari

pesantren yang bersangkutan. Oleh karenanya, sangat wajar jika

pertumbuhannya, pesantren sangat bergantung pada peran seorang

kiai. (Haedari, 2005 : 28)

Para kiai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam, sering

kali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan

Tuhan dan rahasia alam, hingga dengan demikian mereka dianggap

memiliki kedudukan yang tak terjangkau, terutama oleh kebanyakan

orang awam. Dalam beberapa hal, mereka menunjukkan kekhususan

mereka dalam bentuk-bentuk pakaian yang merupakan simbol

kealiman yaitu kopiah dan sorban. (Dhofier, 1982)

Masyrakat biasanya mengharapkan seorang kiai dapat

menyelesaikan persoalan-persoalan keagamaan praktis sesuai dengan

kedalaman pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi kitab yang

Page 22: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

16

ia ajarkan, ia akan semakin di kagumi. Ia juga diharapkan dapat

menunjukkan kepemimpinannya, kepercayaannya kepada diri sendiri

dan kemampuannya, karena banyak orang yang data ng meminta

nasehat dan bimbingan dalam banyak hal. Ia juga di harapkan untuk

rendah hati, menghormati semua orang, tanpa melihat tinggi rendah

status sosialnya, kekayaan, dan pendidikannya, banyak prihatin dan

penuh pengabdian kepada Tuhan, dan tidak pernah berhenti

memberikan kepemimpinan dan keagamaan, seperti memimpin salat

lima waktu, memberikan khotbah Jum‟ah dan menerima undangan

perkawinan, kematian, dan lain-lain. (Dhofier, 1982)

Elemen yang kelima adalah pengajaran kitab-kitab klasik. Materi

yang diajarkan seorang Kiai kepada para santri adalah mengaji dan

membahas kitab-kitab keagamaan Islam klasik. Kitab itu lebih dikenal

dengan sebutan kitab kuning, karena di masa lalu kitab-kitab itu pada

umumnya ditulis atau dicetak di atas kertas berwarna kuning. Kitab-kitab

itu ditulis oleh ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu

keIslaman seperti fikih, hadis, tafsir, maupun tentang akhlak, dan

pendidikan pesantren. Pengajaran kitab kuning tetap diberikan sebagai

satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan

pesantren. Kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan utamanya

dikelompokkan berdasarkan pertimbangan tingkat kemudahan dan

kesulitan dalam mempelajarinya dalam tiga tingkatan: "kitab kecil" atau

kitab dasar, kitab "sedang" atau kitab tingkat menengah, kitab "besar"

atau kitab tingkat tinggi (Departemen Agama, 2003).

Pesantren merupakan pendidikan non formal dibawah

pembinaan Kemenag. Pesantren sudah ada di Indonesia sejak zaman

walisongo. Kemudian bertahan pada masa kolonial, sampai sekarang.

Pada zaman para wali, pesantren digunakan untuk penyebaran agama

Islam. Terutama di tanah Jawa yang mayoritas penduduknya memeluk

agama Hindu dan Budha. Di dalamnya, para wali mengakulturasikan

antara budaya Jawa dan hindu-budha yang melekat dengan kehidupan

Page 23: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

17

mereka dengan budaya Islam, seperti menerapkan nilai-nilai Islam

dalam pertunjukan wayang, dan lain sebagainya. Pada saat penjajahan,

pesantren menjadi pusat pengajaran sekaligus tempat pertahanan

rakyat. Di dalamnya, rakyat Indonesia, terutama masyarakat Jawa

menyusun kekuatan untuk melawan kolonialisme.

Pemerintah RI pun mengakui bahwa pesantren dan madrasah

merupakan dasar dan sumber Pendidikan Nasional sehingga harus

dikembangkan, diberi bimbingan dan bantuan. Wewenang dan

pengembangan tersebut berada di bawah wewenang Kementrian

Agama (Latif, 1983).

D. Hakikat Nilai Kearifan Lokal

Mencermati nilai-nilai kearifan lokal di pondok pesantren,

merupakan keniscayaan dalam pembinaan kepribadian santri secara

mandiri dan bertanggung Jawab, terutama dalam proses pendidikan

dan pembelajaran yang langsung ditangani para kiai atau ustad secara

terus menerus. Hal ini terbukti banyaknya para alumni pesantren yang

tersebar di Nusantara, mampu membina masyarakat melalui

pendidikan dan pembelajaran. Menjadi tokoh teladan dalam

kehidupan sehari-hari, nilai karismatik para kiai menjadi acuan dan

rujukan, baik bagi masyarakat biasa, menengah ke atas. Karakter

merupakan sendi-sendi yang menopang bangsa dalam mewujudkan

masyarakat yang mandiri. (Sofyan, 2010)

Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua

bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat

kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam

kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal

ini dihayati, dipraktikkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke

generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama

manusia, alam maupun gaib.

Page 24: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

18

Selanjutnya Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa

kearifan lokal adalah kepAndaian dan strategi-strategi pengelolaan

alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah

berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta

keteledoran manusia. Kearifan lokal tidak hanya berhenti pada etika,

tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku, sehingga

kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia

dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-

hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh.

(http://lilawatyy95.blogspot.com)

Kepemimpinan berdasarkan nilai dapat diwujudkan dengan

mengembangkan six value sistem (enam sistem nilai) berikut:

Pertama, teological value (nilai teologis), yaitu nilai-nilai yang

berbasis pada wahyu ilahi, atau dalil-dalil nakli yakni Al-qur‟an,

hadis, dan ijtihad para ulama. Artinya bahwa kepemimpinan

pendidikan dalam tataran aplikasinya, harus selaras atau tidak

bertentangan dengan nilai-nilai teologis (agama Islam), karena agama

Islam memiliki kebenaran yang mutlak. Pengembangan nilai teologis

dalam konteks pendidikan, akan mampu melahirkan insan-insan yang

beriman, bertakwa, sabar, tawakal, syukur, dan sebagainya.

Pada dasarnya cita-cita pendidikan memiliki relevansi yang kuat

dengan cita-cita agama (Islam). Hal itu sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengebangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN, No.20 tahun 2003)

Kedua, fhysics and physiological value (nilai fisik dan

fisiologis); yaitu nilai-nilai yang berbasis pada hukum alam semesta.

Page 25: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

19

Hukum alam yang bersifat sunatullah mengandung aturan yang

konsisten dan pasti. Seorang pemimpin pendidikan yang baik,

terpancar dalam sikap dan perilakunya, untuk tidak bertentangan

dengan sunatullah (hukum-hukum alam) termasuk hukum negara.

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang mampu membanguan

hubungan harmoni antara pemimpin dengan dirinya sendiri, dengan

orang lain, dan dengan alam semesta.

Manusia sebagai pemimpin di muka bumi khalifah fil ardi

sejatinya memperlakukan alam raya dengan sebaik-baiknya. Karena,

kebaikan dan keburukan yang dilakukan manusia terhadap alam itu,

akan kembali kepada manusia itu sendiri. Begitupun para pemimpin

(pendidikan) dituntut untuk memiliki rasa tanggung Jawab (sense of

responsibility) atas kebijakan atau keputusan yang diambilnya dalam

mengelola pendidikan.

Ketiga, logical value (nilai logika), yakni nilai-nilai yang

berbasis pada akal pikiran manusia. Akal pikiran manusia memiliki

cara kerja yang konsisten yang dapat membedakan yang hak (benar)

dan yang batil (salah). Daya pikir melahirkan logika yang

dikembangkan dan dipertajam dengan cara mengembangkan

pemahaman terhadap fenomena alam melalui proses berpikir

(Suryana, dkk, 1997). Bagi Al-Latas (1988:38), setiap ruh insan

memiliki daya akliah cognitive power yang dapat membentuk dan

menyampaikan isyarat-isyarat bermakna meaningful signs. Daya

akliyah ini juga memiliki daya untuk membuat penilaian moral,

membedakan antara yang benar dan yang palsu. Pemimpin yang baik,

sejatinya mampu menggunakan akalnya, dalam menghadapi masalah,

menganalisis masalah, serta membuat keputusan atau kebijakan. Atas

dasar itu, maka pemimpin pendidikan berdasarkan kecerdasannya,

akan bersikap jujur, cermat dan tanggung Jawab atas pikiran dan

keputusannya.

Page 26: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

20

Keempat, etical value (nilai etika); yaitu nilai-nilai yang berbasis

pada nilai kebaikan. Pemimpin pendidikan yang diidamkan oleh

segenap civitas akademika, adalah pemimin yang mencintai,

menjunjung tinggi, dan memperjuangkan etika (nilai-nilai kebenaran),

di manapun dan kapanpun pemimpin itu berada. Ahmad Amin (1983)

mendefinisikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan

buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia,

menyatakan tujuan yang harus dituju manusia di dalam perbuatan

mereka, dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya

diperbuat.

Kelima, estetical value (nilai estetik); yaitu nilai yang berbasis

pada nilai keindahan. Pemimpin pendidikan yang baik, yakni

pemimpin pendidikan yang mencintai keindahan secara universal,

indah dalam bersikap, berucap dan bertindak. Atas dasar itu, maka

pemimpin pendidikan akan mencerminkan sikap dan perilaku yang

ramah, santun, toleran, menghargai orang lain, dan cinta kepada

sesama. Orang yang tidak senang pada orang lainlah yang paling

banyak menjumpai kesulitan dalam hidupnya dan mengakibatkan

kesusuahan pada orang lain. Dari orang macam itulah timbul

kegagalan seluruh manusia (Carnagie, 2008).

Keenam, teleological value (nilai kemanfaatan); yaitu nilai-nilai

yang lebih mengedepankan unsur-unsur manfaat. Pemimpin yang

kental dengan nilai-nilai ini, senantiasa melahirkan sikap, ucap,

tindakan, serta keputusan yang bermanfaat baik secara individual

maupun komunal. Nilai teleologis ini juga akan memicu para

pemimpin pendidikan untuk bersikap lebih responsif dan disiplin

dalam mengelola pendidikan. Alhasil, tipikal kepemimpinan semacam

ini, mampu memberikan kemaslahatan bagi dirinya, peserta didik,

tenaga kependidikan, serta bagi institusi pendidikan, bahkan

masyarakat sekitar.

Page 27: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

21

Apabila keenam nilai tersebut tumbuh dalam jiwa

kepemimpinan seseorang, maka dapat dipastikan pemimpin tersebut

memiliki sifat-sifat beriman, bertakwa, tawakal, cerdas, jujur, adil,

amanah/tanggung Jawab, disiplin, ikhlas. Dewasa ini, pemimpin yang

memiliki karakteristik di atas, adalah sosok yang mendesak

dibutuhkan dalam dunia pendidikan.

Oleh sebab itu, bagi seorang pemimpin pendidikan, sejatinya ia

terampil dalam mengendalikan pikiran, perasaan, dan tindakan.

Penedekatan ini oleh sebagian ahli disebut dengan istilah model

pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan terpadu; yakni bertujuan

mencapai manusia unggul human excellenc) atau manusia seutuhnya

dengan kepribadian yang terpadu antara head, heart, and hands

(Sauri, 2008:iv). Pikiran yang ada di benak pemimpin hari ini,

perasaan yang pemimpin rasakan hari ini, dan tindakan yang

pemimpin lakukan hari ini, akan menentukan perjalanan umat

manusia di kemudian hari. Maka penting sekali untuk para pemimpin

pendidikan, agar terus berpikir dan bertindak dengan cara yang positif.

Yakni sama dengan apa yang sesungguhnya manusia inginkan, ingin

manusia lakukan, dan ingin manusia alami dalam hidup. Pikiran,

perbuatan dan perkataan kembali pada kita cepat atau lambat, dengan

ketepatan yang sangat mengejutkan.

Page 28: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

22

BAB II

POTRET PENDIDIKAN NILAI

DI PESANTREN

A. Pemahaman Pimpinan Pesantren terhadap Nilai Kearifan

Lokal dalam Pembinaan Karakter Santri

Pemahaman kiai tentang pembinaan karakter sangat kuat dan

mendorong para santri untuk selaku melakukan hal-hal yang baik. Dan

pembicaraan kiai tidak lepas dari karakter qurani dan karakter Nabi

Muhammad, pesantren menjadi tempat untuk pembinaan karakter,

sehingga karakter itu disejajarkan dengan akhlak. Akhlak itu adalah

perilaku yang sudah melekat pada diri yang dilakukan secara spontan

tanpa dipikirkan terlebih dahulu, semua perbuatan-perbuatan yang

dilakukan oleh kiai, santri, dan seluruh keluarga besarnya selalu

mengedepankan perilaku-perilaku yang baik yang sering disebut

dengan aklakul karimah.

Maka kedamaian, keharmonian kehidupan di pesantren tertata

lebih rapih dan lebih sempurna dan selalu kegiatan-kegiatan tersebut

mengharapkan kepada rida Allah swt. Karena yang ditanamkan

selama hidup dipesantren selalu mengedepankan pendidikan akidah,

syariah, dan akhlak. Bila akidahnya sudah kuat atau keimanannya

sudah mantap maka dia akan melaksanakan perintah-perintah Allah

itu dengan penuh ketulusan dan keyakinan yang sangat mendalam,

mereka tidak merasa terpaksa melaksanakan kegiatan yang mahdhah

atau ghair mahdhah tersebut, ssecara spontanitas mereka lakukan

dengan sepenuh hati dan meresa dipantau, diperhatikah, dilihat, dan

ditatap oleh Allah swt.

Pembinaan keimanan sering disejajarkan dengan pembinaan

nilai-nilai kepercayaan, sehingga nilai kepercayaan itu merupakan

nilai yang paling utama dan pertama dalam hidup, nilai dipandang

sebagai sesuatu harga yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi,

Page 29: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

23

misalnya nilai keimanan itu adalah sesuatu hal yang paling mendasari

melandasi segala kehidupan ustad, kiai, santri, dan seluruh keluarga

besarnya.

Dengan iman yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan

melahirkan para santri yang jujur, amanah, disiplin, tanggung jawab,

kerja sama, toleran, mandiri, santun, ramah, dan beradab.

Nilai keteladanan merupakan metoda yang paling ampuh dalam

menginternalisasikan nilai-nilai di pesantren, karena nilai keteladanan

itu diambil dari keteladanan Rasulullah saw. Hal ini diungkapkan

dalam al-ahzab ayat 21 yang artinya:Sungguh ada pada pribadi

Rasulullah saw itu suri teladan yang baik. Adapun hal yang diteladani

dari pribadi Rasul itu yang sekaligus diterapkan di pesantren

sekurang-kurangnya ada tiga hal: (1) keteladanan dalam berucap; (2)

keteladanan dalam berbuat, dan (3) keteladanan dalam bertindak.

Dalam istilah Arabnya adalah qaulun wa fi‟lun wa amalun bil arkani.

Kiai dan pendidik yang lainya berupaya sekuat tenaga untuk

mengucapkan yang keluar dari mulutnya itu harus ucapannya

berlAndaskan ALquran, yaitu,

1. qulan sadida,

2. qaulan baligha,

3. qaulan karima,

4. qaulan ma‟rufa,

5. qaulan maisura,

6. qaulan layyina.

Jadi saya memAndang bahwa nilai kearifan lokal di pesantren

yang perlu dilestarikan adalah nilai penguatan keimanan. Keimanan

melAndasi segala perilaku manusia dari mulai bangun sampai tidur,

bahkan mimpinya pun mimpi yang berdasarkan keimanan.

Dari hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa pemahaman

kiai tentang pembinaan karakter sangat kuat dan mendorong para

santri untuk selalu melakukan hal-hal yang baik. Dan pembicaraan

Page 30: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

24

kiai tidak lepas dari karakter qurani dan karakter Nabi Muhammad.

Pesantren menjadi tempat untuk pembinaan karakter, sehingga

karakter itu disejajarkan dengan akhlak. Akhlak itu adalah perilaku

yang sudah melekat pada diri yang dilakukan secara spontan tanpa

dipikirkan terlebih dahulu. Semua perbuatan-perbuatan yang

dilakukan oleh kiai, santri dan seluruh keluarga besarnya selalu

mengedepankan perilaku-perilaku yang baik yang sering disebut

dengan akhlakul karimah.

Selanjutnya dari hasil data tersebut di atas bahwa mencermati

nilai-nilai kearifan lokal di pondok pesantren, merupakan keniscayaan

dalam pembinaan kepribadian santri secara mandiri dan bertanggung

Jawab, terutama dalam proses pendidikan dan pembelajaran yang

langsung ditangani para kiai atau ustad secara terus menerus. Hal ini

terbukti banyaknya para alumni pesantren yang tersebar di Nusantara

mampu membina masyarakat melalui pendidikan dan pembelajaran.

Menjadi tokoh teladan dalam kehidupan sehari-hari, nilai karismatik

para kiai menjadi acuan dan rujukan, baik bagi masyarakat biasa

maupun menengah keatas. Karakter merupakan sendi-sendi yang

menopang bangsa dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri

(Sofyan, 2010)

Upaya untuk menemukan dan melaksanakan nilai-nilai kearifan

lokal pesantren seperti kedamaian dan keharmonian kehidupan di

pesantren tertata lebih rapih dan lebih sempurna. Dilakukan kegiatan-

kegiatan tersebut mengharapkan kepada ridha Allah swt. Karena yang

ditanamkan selama hidup di pesantren selalu mengedepankan

pendidikan akidah, syariah, dan akhlak. Bila akidahnya sudah kuat

atau keimanannya sudah mantap maka dia akan melaksanakan

perintah-perintah Allah itu dengan penuh ketulusan dan keyakinan

yang sangat mendalam. Mereka tidak merasa terpaksa melaksanakan

kegiatan yang mahdhah atau ghair mahdhah tersebut, secara spontan.

Page 31: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

25

Meraka melakukannya dengan sepenuh hati dan merasa dipantau,

diperhatikah, dilihat, ditatap oleh Allah swt.

Dalam hal tersebut di atas Keraf (2002) menegaskan bahwa

kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan,

pemahaman, wawasan, adat kebiasaan, atau etika yang menuntun

perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.

Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktikkan, diajarkan, dan

diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola

perilaku manusia terhadap sesama manusia.

Selanjutnya Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa

kearifan lokal adalah kepAndaian dan strategi-strategi pengelolaan

alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah

berabad-abad teruji oleh berbagai bencana, kendala, serta keteledoran

manusia. Kearifan lokal tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai

pada norma, tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat

menjadi seperti agama yang memedomani manusia dalam bersikap

dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun

menentukan peradaban manusia yang lebih jauh

(http://lilawatyy95.blogspot.com)

Dalam kehidupan di pesantren selalu dilakukan pembinaan

keimanan yang sering disejajarkan dengan pembinaan nilai-nilai

kepercayaan, sehingga nilai kepercayaan itu merupakan nilai yang

paling utama dan pertama dalam hidup. Nilai dipAndang sebagai

sesuatu harga yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Misalnya,

nilai keimanan itu adalah sesuatu hal yang paling mendasar yang

melAndasi segala kehidupan ustad, kiai, santri, dan seluruh keluarga

besarnya.

Iman yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan

melahirkan para santri yang jujur, amanah, disiplin, tanggung jawab,

kerjas ama, toleran, mandiri, santun, ramah, dan beradab.

Page 32: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

26

Nilai keteladanan merupakan metoda yang paling ampuh dalam

menginternalisasikan nilai-nilai di pesantren, karena nilai keteladanan

itu diambil dari keteladanan Rasulullah saw. Hal ini diungkapkan

dalam al-Ahzab ayat 21 yang artinya: Sungguh ada pada pribadi

Rasulullah saw itu suri teladan yang baik. Adapun hal yang diteladani

dari pribadi Rasul itu yang sekaligus diterapkan di pesantren

sekurang-kurangnya ada tiga hal: 1) keteladanan dalam berucap; 2)

keteladanan dalam berbuat, dan 3) keteladanan dalam bertindak.

Dalam istilah Arabnya adalah qaulun wa fi‟lun wa amalun bil arkani.

Kiai dan pendidik yang lainya berupaya sekuat tenaga untuk

mengucapkan perkataan yang berlAndaskan Al-Quran, yaitu:

1. Qaulan sadida

Ungkapan qaulan sadida dalam Al-Quran terdapat pada dua

tempat, yaitu pada surah an-Nisa 9 dan al-Ahzab 70. Perkataan

qaulan sadida diungkapkan Al-Quran dalam konteks pembicaraan

mengenai wasiat. Hamka (1987) menafsirkan kata qaulan sadida

berdasarkan konteks ayat, yaitu dalam konteks mengatur wasiat.

Untuk itu, orang yang memberi wasiat harus menggunakan kata-kata

yang jelas dan jitu; tidak meninggalkan keragu-raguan bagi orang

yang ditinggalkan. Sedangkan ketika beliau menafsirkan qaulan

sadida pada Q.S al-Ahzab, beliau berkata bahwa ungkapan tersebut

bermakna ucapan yang tepat yang timbul dari hati yang bersih,

sebab ucapan adalah gambaran dari apa yang ada di dalam hati.

Orang yang mengucapkan kata-kata yang dapat menyakiti orang lain

menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki jiwa yang tidak jujur.

Rakhmat (1994: 77) mengungkap makna qaulan sadida dalam arti

pembicaraan yang benar, jujur, lurus, tidak sombong, dan tidak

berbelit-belit. Senada dengan itu, at-Tabari (1988: Juz III: 273)

menafsirkan kata qaulan sadida dengan makna adil. Al Buruswi

(1996: Juz IV: 447) menyebutkan qaulan sadida dalam konteks

Page 33: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

27

tutur kata kepada anak-anak yatim yang harus dilakukan dengan cara

yang lebih baik dan penuh kasih sayang, seperti kasih sayang kepada

anak sendiri. Memahami pAndangan para ahli tafsir di atas dapat

diungkapkan bahwa qaulan sadida dari segi konteks ayat

mengandung makna kekhawatiran dan kecemasan seorang pemberi

wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk

ucapan-ucapan yang lemah lembut, jelas, jujur, tepat, baik, dan adil.

2. Qaulan baligha

Ungkapan qaulan baligha dalam Al-Quran disebut sebanyak

satu kali yaitu pada surah an-Nisa ayat 63. Ungkapan tersebut

diartikan sebagai pembicaraan yang fasih, jelas maknanya, terang,

serta tepat dalam mengungkapkan apa yang dikehendakinya. Hamka

(1983: Jilid V) menyebutkan bahwa ungkapan qaulan baligha

bermakna ucapan yang sampai pada lubuk hati orang yang diajak

bicara, yaitu kata-kata yang fashahat dan balaghah (fasih dan tepat);

kata-kata yang membekas pada hati sanubari. Kata-kata seperti ini

tentunya keluar dari lubuk hati sanubari orang yang mengucapkannya.

Sementara al-Buruswi (1996, Juz V: 175) memaknai qaulan baligha

dari segi cara mengungkapkannya. Lebih lanjut al-Maraghi (1943:

129) mengaitkan qaulan baligha dengan arti tabligh sebagai salah

satu sifat Rasul (Tabligh dan baligh berasal dari akar kata yang

sama yaitu balagha), yaitu Nabi Muhammad diberi tugas untuk

menyampaikan peringatan kepada umatnya dengan perkataan yang

menyentuh hati mereka. Senada dengan itu, Katsir (tt) menyatakan

bahwa makna qaulan baligha ialah menasihati dengan ungkapan yang

menyentuh sehingga mereka berhenti dari perbuatan salah yang

selama ini mereka lakukan. Dari segi lain Assidiqi (1977: 358)

memaknai qaulan baligha dari segi gaya pengungkapan, yaitu

perkataan yang membuat orang lain terkesan atau mengesankan orang

yang diajak bicara. Dari sudut ilmu komunikasi, Rakhmat (1994: 81)

Page 34: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

28

mengartikan ungkapan qaulan baligha sebagai ucapan yang fasih, jelas

maknanya, tenang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki.

Karena itu, qaulan baligha diterjemahkan sebagai komunikasi yang

efektif. Efektivitas komunikasi terjadi apabila komunikator

menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang

dihadapinya. Qaulan baligha mengandung arti pula bahwa

komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otak sekaligus,

sehingga komunikasi dapat terjadi secara tepat dan efektif. Memahami

pemaparan para ahli di atas, qaulan baligha diartikan sebagai ucapan

yang benar dari segi kata. Apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah

yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif.

3. Qaulan karima

Dalam Al-Quran ungkapan qaulan karima disebut sebanyak

satu kali yaitu pada surah al-Isra ayat 23. Secara leksikal ungkapan

tersebut bermakna perkataan yang mulia. Al-Maraghi (1943: 62)

menafsirkan ungkapan qaulan karima dengan makna yang merujuk

pada ucapan Ibn Musayyab, yaitu ucapan seorang budak yang bersalah

di hadapan majikannya yang galak. Katsir (TT) menjelaskan makna

qaulan karima dengan arti lembut, baik, dan sopan disertai tata

krama, penghormatan, dan pengagungan. Dengan memperhatikan

penjelasan para mufasir di atas, dapat disimpulkan bahwa ungkapan

qaulan karima memiliki pengertian mulia, penghormatan,

pengagungan, dan penghargaan. Ucapan yang bermakna qaulan

karima berarti ucapan yang lembut berisi pemuliaan, penghargaan,

pengagungan, dan penghormatan kepada orang yang diajak bicara.

Sebaliknya ucapan yang menghinakan dan merendahkan orang lain

merupakan ucapan yang tidak santun.

Page 35: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

29

4. Qaulan ma’rufa

Secara leksikal kata ma‟ruf bermakna baik dan diterima oleh

nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Shihab, 1999: 125).

Ucapan yang baik adalah ucapan yang diterima sebagai sesuatu

yang baik dalam pAndangan masyarakat lingkungan penutur. Amir

(1999) menyebut arti qaulan ma‟rufa sebagai perkataan yang baik dan

pantas. Baik artinya sesuai dengan norma dan nilai, sedangkan pantas

sesuai dengan latar belakang dan status orang yang mengucapkannya.

Apabila melihat konteks ayatnya, Al-Quran menggunakan kalimat

tersebut dalam konteks peminangan, pemberian wasiat dan waris.

Karena itu, qaulan ma‟rufa mengandung arti ucapan yang halus

sebagaimana ucapan yang disukai perempuan dan anak-anak; pantas

untuk diucapkan oleh pembicara maupun untuk orang yang diajak

bicara.

Hamka (1983: Juz 22) memaknai qaulan ma‟rufa sebagai ucapan

bahasa yang sopan santun, halus, dan penuh penghargaan. Ketika

memaknai ungkapan tersebut yang terdapat pada surah al-Isra ayat

23 yang berkaitan dengan etika berkomunikasi dengan orang tua,

beliau mengartikan sebagai ucapan yang khidmat sebagai dasar

budi kepada orang tua. Sedangkan penjelasan beliau tentang

ungkapan qaulan sadida yang terdapat pada surah al-Ahzab dengan

makna kata-kata yang pantas.

Al-Buruswi (1996, juz 22) menyebutkan qaulan ma‟rufa

sebagai ungkapan bahasa yang baik dan halus seperti ucapan seorang

laki-laki kepada perempuan yang akan dipersuntingnya. Sedangkan

at-Tabari (1998, juz 22: 3) memaknai ungkapan qaulan ma‟rufa

dengan pengertian optimisme dan doa. Assidiqi (1997: 258)

menyebutnya sebagai perkataan yang baik, yaitu kata-kata yang

tidak membuat orang lain atau dirinya merasa malu. Senada

dengan itu Khozin (725: 203,404) menyebutkan qaulan ma‟rufa

sebagai perkataan yang baik, benar, menyenangkan dan disampaikan

Page 36: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

30

dengan tidak diikuti oleh celaan dan cacian. Berbeda dengan

penjelasan ulama lainnya al-Jauhari (t.t, Juz 2: 10) mengartikannya

sebagai ucapan yang sesuai dengan hukum dan ketentuan akal yang

sehat (logis).

Dengan memperhatikan pendapat para mufasir di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa qaulan ma‟rufa mengandung arti perkataan

yang baik, yaitu perkataan yang sopan, halus, indah, benar, penuh

penghargaan, dan menyenangkan, serta sesuai dengan hukum dan

logika. Dalam pengertian di atas tampak bahwa perkataan yang baik

adalah perkataan yang bahasanya dapat dipahami oleh orang yang

diajak bicara dan diucapkan dengan pengungkapan yang sesuai

dengan norma dan diarahkan kepada orang (objek) yang tepat.

5. Qaulan maisura

Ungkapan qaulan maiysura dalam Al-Quran terdapat pada surah

al-Isra ayat 28. Secara leksikal ungkapan tersebut bermakna

perkataan yang mudah. Al-Maraghi (1943: Jilid 2: 190) mengartikan

ungkapan tersebut dengan makna ucapan yang lunak dan baik atau

ucapan janji yang tidak mengecewakan. Dilihat dari kondisi ketika

ayat itu turun (asbab nuzul) sebagaimana diriwayatkan oleh Saad bin

Mansur yang bersumber dari Atha al-Khurasani, ketika orang-orang

dari Muzainah meminta kepada Rasulullah supaya diberi kendaraan

untuk berperang fi sabilillah. Rasulullah menJawab, “Aku tidak

mendapatkan lagi kendaraan untuk kalian”. Mereka berpaling dengan

air mata berlinang karena sedih mengira bahwa Rasulullah marah

kepada mereka. Maka turunlah ayat ini sebagai petunjuk kepada

Rasulullah dalam menolak suatu permohonan supaya menggunakan

kata-kata yang lemah lembut.

Katsir (TT, Jilid 3:50) menyebutkan makna qaulan maysura

dengan makna ucapan yang pantas, yakni ucapan janji yang

menyenangkan, misalnya ucapan, “Jika aku mendapat rezeki dari

Page 37: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

31

Allah, aku akan mengantarkannya ke rumah”. Sementara at-Tabari

(1988, Juz 15: 50) menambahkan makna indah dan bernada

mengharapkan. Hamka (1983, Juz 15: 50) mengartikan qaulan

maysura adalah kata-kata yang menyenangkan, bagus, halus,

dermawan, dan sudi menolong orang.

Memahami qaulan maysura, baik dilihat dari segi asbab nuzul,

kaitan teks dengan konteks adalah ucapan yang membuat orang lain

merasa mudah, bernada lunak, indah, menyenangkan, halus, lemah

lembut dan bagus, serta memberikan optimisme bagi orang yang

diajak bicara. Mudah artinya dan bahasanya komunikatif sehingga

dapat dimengerti dan berisi kata-kata yang mendorong orang lain

tetap mempunyai harapan. Ucapan yang lunak adalah ucapan yang

menggunakan ungkapan dan diucapkan dengan pantas dan layak.

Sedangkan ucapan yang lemah lembut adalah ucapan yang baik dan

halus sehingga tidak membuat orang lain kecewa atau tersinggung.

Dengan demikian qaulan maysura memberikan rincian operasional

bagi tata cara pengucapan bahasa yang santun.

6. Qaulan layyina

Ungkapan qaulan layyina dalam A l-Quran terdapat pada surah

Thaha ayat 44. Secara leksikal ungkapan qaulan layyina bermakna

perkataan lemah lembut. Menurut al-Maraghi (1943: 156) ayat ini

berbicara dalam konteks pembicaraan nabi Musa As. ketika

menghadap Fir‟aun. Allah mengajarkan kepadanya agar berkata

lemah lembut dengan harapan Firaun tertarik dan tersentuh hatinya

sehingga dia dapat menerima dakwahnya dengan baik. Katsir (TT)

menyebut qaulan layyina sebagai ucapan yang lemah lembut. Senada

dengan itu, Assiddiqi (1968: 829) memaknai qaulan layyina sebagai

perkataan yang lemah lembut yang di dalamnya terdapat harapan agar

orang yang diajak bicara menjadi teringat pada kewajibannya atau

Page 38: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

32

takut meninggalkan kewajibannya. At-Tabari (1988: 169)

menambahkan arti baik dan lembut pada kata layyina.

Dengan memperhatikan penjelasan para mufasir tersebut dapat

disimpulkan bahwa makna qaulan layyina adalah ucapan baik yang

dilakukan dengan lemah lembut sehingga dapat menyentuh hati

orang yang diajak bicara. Ucapan yang lemah lembut dimulai dari

dorongan dan suasana hati orang yang berbicara. Apabila ia berbicara

dengan hati yang tulus dan memAndang orang yang diajak bicara

sebagai saudara yang ia cintai, maka akan lahir ucapan yang

bernada lemah lembut. Dampak kelemahlembutan itu akan

membawa isi pembicaraan kepada hati orang yang diajak bicara.

Komunikasi yang terjadi adalah hubungan dua hati yang akan

berdampak pada tercerapnya isi ucapan oleh orang yang diajak

bicara. Akibatnya ucapan itu akan memiliki pengaruh yang dalam,

bukan hanya sekedar sampainya informasi, tetapi juga berubahnya

pAndangan, sikap, dan perilaku orang yang diajak bicara.

B. Nilai Kearifan Lokal yang Berada di Pesantren dalam

Pembinaan Karakter Santri

Nilai kearifan lokal pesantren adalah karismatik, santun, etika,

disiplin, keteladanan, dan tata krama. Sabar dan syukur merupakan

dua hal penting yang harus ada pada pribadi kaum muslimin dan kaum

muslimat semuanya karena hidup menjadi bahagia harmoni dan

sentosa hanya cukup diraih dengan dua hal tadi yakni bila

mendapatkan nikmat bersyukur dan bila mendapatkan musibah

bersabar. Kebersihan, kerjasama, keimanan, tanggung Jawab,

kesehatan, empirik, manfaat, kebersihan, keindahan, kewibawaan,

kerapihan, kearifan, ketakwaan merupakan nilai-nilai kearifan lokal

yang sepatutnya harus dilestarikan dan dijaga, alhamdulillah para

lulusan persantren di Indonesia ini belum pernah terdengar ada

Page 39: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

33

penyimpangan-penyimpangan karakter yang buruk seperti korupsi,

kolusi dan nepotisme yang menjadi musuh para santri di pesantren.

Hasil didikan di pesantren ditentukan oleh kepemimpinan kiai.

Karena kiai sebagai seorang pemimpin di pesantren selalu membekali

pengetahuan dan hal ini internalisasi nilai-nilai kearifan lokal di

pesantren merupakan bagian yang mendasari nilai-nilai yang dapat

diwujudkan dengan mengembangkan six value sistem (enam sistem

nilai) berikut:

Pertama, teological value (nilai teologis); yaitu nilai-nilai yang

berbasis pada wahyu ilahi, atau dalil-dalil naqli yakni Al-qur‟an,

hadis, dan ijtihad para ulama. Artinya kepemimpinan pendidikan

dalam tataran aplikasinya harus selaras atau tidak bertentangan dengan

nilai-nilai teologis (agama Islam), karena agama Islam memiliki

kebenaran yang mutlak. Pengembangan nilai teologis dalam kontek

pendidikan, akan mampu melahirkan insane-insan yang beriman,

bertakwa, bersabar, bertawakal, bersyukur, dan sebagainya.

Pada dasarnya cita-cita pendidikan memiliki relevansi yang kuat

dengan cita-cita agama (Islam). Hal itu sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengebangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (UUSPN, No.20 tahun 2003)

Kedua, fhysical and psicological value (nilai fisik dan

psiologis); yaitu nilai-nilai yang berbasis pada hukum alam semesta.

Hukum alam yang berifat sunatullah mengandung aturan yang

konsisten dan pasti. Seorang pemimpin pendidikan yang baik,

terpancar dalam sikap dan perilakunya, untuk tidak bertentangan

dengan sunatullah (hukum-hukum alam) termasuk hukum negara.

Page 40: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

34

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang mampu membanguan

hubungan harmoni antara pemimpin dengan dirinya sendiri, dengan

orang lain, dan dengan alam semesta.

Manusia sebagai pemimpin di muka bumi (khalifah fil ardhi)

sejatinya memperlakukan alam raya dengan sebaik-baiknya. Karena,

kebaikan dan keburukan yang dilakukan manusia terhadap alam itu

akan kembali kepada manusia itu sendiri. Begitupun para pemimpin

(pendidikan) dituntut untuk memiliki rasa tanggung Jawab (sense of

responsibility) atas kebijakan atau keputusan yang diambilnya dalam

mengelola pendidikan.

Ketiga, logical value (nilai logika); yakni nilai-nilai yang

berbasis pada akal pikiran manusia. Akal pikiran manusia memiliki

cara kerja yang konsisten, yaitu dapat membedakan yang hak (benar)

dan yang batil (salah). Daya pikir melahirkan logika yang

dikembangkan dan dipertajam dengan cara mengembangkan

pemahaman terhadap fenomena alam melalui proses berpikir

(Suryana, dkk, 1997:16). Bagi Al-Latas (1988:38), setiap ruh insan

memiliki daya akliah (cognitive power) yang dapat membentuk dan

menyampaikan isyarat-isyarat bermakna (meningful signs). Daya

akliah ini juga memiliki daya untuk membuat penilaian moral,

membedakan antara yang benar dan yang palsu. Pemimpin yang baik

sejatinya mampu menggunakan akalnya dalam menghadapi masalah,

menganalisis masalah, serta membuat keputusan atau kebijakan. Atas

dasar itu, maka pemimpin pendidikan berdasarkan kecerdasannya,

akan bersikap jujur, cermat dan tanggung Jawab atas pikiran dan

keputusannya.

Keempat, ethical value (nilai etika); yaitu nilai-nilai yang

berbasis pada nilai kebaikan. Pemimpin pendidikan yang diidamkan

oleh segenap civitas akademika, adalah pemimin yang mencintai,

menjunjung tinggi, dan memperjuangkan etika (nilai-nilai kebenaran),

di manapun dan kapanpun pemimpin itu berada. Ahmad Amin (1983)

Page 41: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

35

mendefinisikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan

buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia,

menyatakan tujuan yang harus dituju manusia di dalam perbuatan

mereka, dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya

diperbuat.

Kelima, esthetical value (nilai estetik); yaitu nilai yang berbasis

pada nilai keindahan. Pemimpin pendidikan yang baik adalah

pemimpin pendidikan yang mencintai keindahan secara universal,

indah dalam bersikap, berucap, bertindak. Atas dasar itu, maka

pemimpin pendidikan akan mencerminkan sikap dan perilaku yang

ramah, santun, toleran, menghargai orang lain, dan cinta kepada

sesama. Orang yang tidak senang pada orang lainlah yang paling

banyak menjumpai kesulitan dalam hidupnya dan mengakibatkan

kesusahan pada orang lain. Dari orang macam itulah timbul kegagalan

seluruh manusia (Carnagie, 2008:146).

Keenam, theleological value (nilai kemanfaatan); yaitu nilai-

nilai yang lebih mengedepankan unsur-unsur manfaat. Pemimpin yang

kental dengan nilai-nilai ini senantiasa melahirkan sikap, ucap,

tindakan, serta keputusan yang bermanfaat baik secara individual

maupun komunal. Nilai telelologis ini juga akan memicu para

pemimpin pendidikan untuk bersikap lebih responsive dan disiplin

dalam mengelola pendidikan. Alhasil, tipikal kepemimpinan semacam

ini, mampu memberikan kemaslahatan bagi dirinya, peserta didik,

tenaga kependidikan, serta bagi institusi pendidikan, bahkan

masyarakat sekitar.

Apabila keenam nilai tersebut tumbuh dalam jiwa kepemipinan

seseorang, maka dapat dipastikan pemimpin tersebut memiliki sifat-

sifat beriman, bertakwa, bertawakal, cerdas, jujur, adil,

amanah/tanggung Jawab, disiplin, dan ikhlas. Dewasa ini, pemimpin

yang memiliki karakteristik di atas adalah sosok yang mendesak

dibutuhkan dalam dunia pendidikan.

Page 42: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

36

Oleh sebab itu, seorang pemimpin pendidikan sejatinya terampil

dalam mengendalikan pikiran, perasaan, dan tindakan. Pendekatan ini

oleh sebagian ahli disebut dengan istilah model pembelajaran nilai-

nilai kemanusiaan terpadu yang bertujuan mencapai manusia unggul

(human excellence) atau manusia seutuhnya dengan kepribadian yang

terpadu antara head, heart, and hands (Sauri, 2011:iv). Pikiran yang

ada di benak pemimpin hari ini, perasaan yang pemimpin rasakan hari

ini, dan tindakan yang pemimpin lakukan hari ini, akan menentukan

perjalanan umat manusia di kemudian hari. Maka penting sekali untuk

para pemimpin pendidikan, agar terus berpikir dan bertindak dengan

cara yang positif. Yakni sama dengan apa yang sesungguhnya

manusia inginkan, ingin manusia lakukan, dan ingin manusia alami

dalam hidup. Pikiran, perbuatan dan perkataan kembali pada kita

cepat atau lambat, dengan ketepatan yang sangat mengejutkan.

C. Upaya yang Dilakukan Pimpinan Pesantren dalam Pembinaan

Karakter Santri

Upaya yang dilakukan pimpinan pesantren dalam pembinaan

karakter santri mandiri tidak lepas dari tindakan-tindakan berikut:

1. Berdoa

Berdoa adalah permohonan dari seorang hamba terhadap Khalik

pencipta alam jagad raya. Dan Doa merupakan kegiatan yang

bernilai ibadah yang harus menjadi pengamalan setiap saat. Dan

doa juga merupakan senjata bagi orang-orang yang beriman. Tidak

ada satu kegiatan pun yang luput dari doa, mulai bangun,

beraktivitas, sampai tidur kembali, sarat dengan doa. Doa yang

paling populer dalam Islam adalah doa sapu jagat, yaitu menjadi

manusia yang bahagai di dunia dan di akhirat. Karakter kuat atau

karakter yang baik terlaksana karena doa dan tentu memahami

kaifiat-kaifiat berdoa, baik doa yang dilakukan secara individual

atau beramai-ramai atau jahar, para santri sangat banyak dan

Page 43: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

37

memahami berbagai macam doa baik doa yang berasal dari al-

quran, dari as-Sunnah, dan doa dari orang-orang saleh.

Salah satu doa yang dimunculkan oleh kiai setiap saat dalam hal

ilmu selalu bermohon agar ilmunya bermanfaat yang menjadi obor

dalam kehidupan di saat sedang menemukan kegelapan, dan minta

agar ilmu tersebut selain diamalkan juga dapat disampaikan

kembali kepada khalayak yang lainnya. Salah satu contoh doa

yang diamalkan kiai adalah,

ما رب زدو عهما ف ارزقى ه انذ مه انص اجعهى

Ya Allah tambahkanlah aku ilmu, dan berilah aku karunia untuk

dapat memahaminya, dan jadikanlah aku termasuk golongannya

orang-orang yang saleh.

ر ن أمري س ادهم عقدة مه نساو رب اشرح ن صدري ن فقا ق

Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku

urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka

mengerti perkataanku

م اوفعى بما عهمت عهمى ما ىفعىانه ى ارزقى عهما تىفعى ب

Ya Allah, berilah aku manfaat dari ilmu yang telah Engkau

ajarkan kepadaku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat

bagiku dan tambahkanlah untukku ilmu yang bermanfaat bagiku.

م ٱانه ىا دكمتك ىا مه خسائه ر ٱفتخ عه ه وشر عه ادم دمتك آ أردم انر

Ya Allah, bukakanlah atas kami hikmat-Mu dan limpahkanlah atas

kami khazanah-Mu, wahai Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang.

2. Berihtiar (Berusaha)

Sebagai implementasi dari doa tersebut biasanya pesantren

memberikan kesempatan dalam program pengajian secara

terjadwal setelah atau berbarengan dengan doa yang

dikumAndangkan dan dipanjatkan. Selanjutnya perlu adanya

Page 44: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

38

upaya dan usaha agar apa yang diinginkannya itu dapat terlaksana

dengan baik. Upaya yang dilakukan oleh para santri ketika ingin

menjadi orang yang berilmu ialah mengikuti program-program

pengajian, baik pengajian individual, langsung setiap santri

menyodorkan kitabnya kepada ustad maupun mendengarkan

secara langsung dalam ruangan yang terbuka disampaikan oleh

kiai atau ustad. Selain pengajaran yang disampaikan oleh kiai dan

ustad sebagai wujud pendalaman dan pemahaman keilmuan yang

diberikan, maka diberikan tugas-tugas berupa hafalan atau laporan

tertulis yang secara periodik dilaporkan kepada kiai atau ustad.

3. Bertawakal

Usaha santri dalam meraih ilmu yang diberikan kiai dan ustad

ditambah dengan tugas-tugas yang cukup dan para santri berupaya

sekuat tenaga agar ilmu yang diperoleh dapat dirasakan dalam

kehidupannya. Namun apabila terjadi pengecekan dari kiai dan

ustad dari tugas yang diberikannya dan ada santri yang tidak bisa

menJawab secara maksimal bahkan kurang dari cukup maka santri

harus berhadapan dengan hukuman sebagai wujud kepedulian dan

kecintaan kiai terhadap santri. Santri perlu menghadapi hal ini

dengan penuh ketawakalan kepada Allah swt. Karena tawakal

merupakan bagian kepasrahan sepenuh hati apa pun dari hasil

upaya dan doa itu disikapi dan dihadapi dengan penuh

pengharapan kepada Allah swt. Tawakal bukan menyerah tapi

berjuang sekuat tenaga bagaimana bisa menerima segala

keputusan yang Allah berikan, baik menyenangkan maupun tidak

menyenangkan. Alhamdulillah para santri di pesantren ini terlihat

ketawakalannya ketika diberi tugas oleh kiai dan ustad berupa

hapalan ayat-ayat quran atau hadis atau kitab-kitab lain, mereka

berupaya dengan sekuat tenaga dan bila ada kegagalan pada diri

santri maka berpasrahlah diri kepada Allah.

Page 45: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

39

4. Berhusnu dzan

Ketenangan batin seorang santri setelah menerima hukuman yang

cukup hanya bisa dihadapi dan diterima dengan penuh berbaik

sangka karena husnu dzan adalah bagian yang paling besar

memberikan pengaruh kepada pribadi santri, terutama takala sudah

sepenuh hati berdoa, sekuat tenaga berusaha dan apa pun yang

terjadi dengan tawakal diharapkan bisa menerima segala

keputusan itu dengan tidak menyalahkan individu yang lain.

Husnu dzan merupakan bagian yang paling ampuh untuk bisa

hidup dengan penuh ketenagan terhindar dari hasud, sum‟ah,

takabur, sombong dan lain sebagainya. Para santri setelah

berkiprah mencari ilmu di pesantren maka penanaman nilai-nilai

husnu dzan dengan yang lebih penting

D. Kendala Pimpinan Pesantren dalam Pembinaan Nilai

Kearifan Lokal Terhadap Santri

Setiap manusia hidup di dunia ini tidak terlepas dari kelebihan

dan kekurangan. Tidak ada seorang manusia pun yang sempurna

kecuali kesempurnaan Nabi Muhammad saw sebagai pilihan Allah

swt. Meskipun usaha yang telah maksimal dan harapan yang tidak

pernah berhenti, tetapi keterbatasan tetap terjadi seperti yang dialami

di pesantren ini antara lain:

1. Terbatasnya ustad dan kiai untuk memantau prilaku santri di luar

kegiatan pengajian. Kiai dan ustad menghadapi santri yang sangat

banyak 1 berbanding 500 santri, sehingga kemampuan untuk

memantau sangat terbatas. Kemudian kerumunan dalam kegiatan

perlu adanya pengeras suara yang lebih mudah didengar oleh

semua santri ketika kegiatan berlangsung. Kiai dan ustad dibantu

oleh lurah pondok dan beberapa anggotanya yang sangat terbatas.

2. Pergaulan yang tidak terbatas. Dengan jumlah santri yang cukup

banyak dan pergaulan dengan masyarakat sekitar tidak ada sekat

Page 46: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

40

dan para jemaah yang datang bersama-sama ke masjid

memberikan kontribusi perilaku yang kadang kala tidak terkontrol.

Misalnya soal santri yang keluar berkunjung ke lain santri di luar

pesantren, dan kebiasaaan yang diluar bisa berpengaruh kepada

perilaku santri.

3. Latar belakang santri yang beraneka ragam. Santri yang datang ke

pesantren dari berbagai latar belakang yang bervariasi seperti

santri anak petani, pedagang, buruh, anak tentara, anak ustad, anak

yang tidak jelas statusnya, dan sebagainya. Hal ini menjadi bagian

yang sangat sulit untuk menyatukan persepsi pemikiran yang sama

dan memerlukan waktu yang cukup panjang namum walaupun

demikian upaya pesantren untuk membina karakter yang baik

tidak pernah ada kata berakhir.

4. Perhatian masyarakat yang kurang. Masyarakat di sekitar

pesantren kurang memberikan perhatian yang maksimal, terutama

memperhatikan karakter sifat santri yang menyimpang. Takala ada

santri yang keluar dari waktu pengajian dan diketemukan oleh

masyarakat, masyarakat kadang kala tidak menegur takala

kegiatan pengajian sedang berlagsung di pesantren. Bahkan ada

santri yang masuk ke rumah masyarakat bicara bergaul dengan

anak dari masyarakat dibiarkan tidak diberikan teguran atau

melaporkan langsung ke pesantren.

5. Fasilitas pesantren yang perlu disempurnakan. Pesantren adalah

tempat pembinaan para santri yang sangat terbatas dari segi sarana

dan prasarana pesantren, luas kobong diisi oleh santri yang

jumlahnya kadang kala tidak sesuai dengan kapasitas yang

berlaku, tempat berwudu tidak diimbangi dengan kebutuhan yang

berwudu, dapur umum tidak menyediakan alat masak yang

sempurna, tempat istirahat dan berolahraga santri masih terbatas,

alat pemantau berupa CCTV untuk memantau perilaku santri di

berbagai tempat belum terpasan dan lain sebagainya.

Page 47: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

41

6. Kesadaran semua pihak dalam menegakkan dan melestarikan

pembiasakan berakhlak baik masih perlu disempurnakan. Faktor

kesadaran adalah faktor yang paling tinggi yang akan melahirkan

kehidupan yang lebih baik, misalnya membuang sampah

sembarangan, kebersihan lingkungan masih kurang, dan

sebagainya.

Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah ada dengan

sendirinya. Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan dibekali

potensi dan infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan

kesempurnaan bentuk manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya,

akan tetapi juga dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia.

Sebagai ciptaan, manusia dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi

dan kedudukan dirinya di hadapan Tuhan. Manusia dicipakan dan

diturunkan ke bumi ini sebagai makhluk Allah swt yang tertinggi.

Sebagai makhluk tertinggi, di samping menjadi hamba Allah swt,

manusia juga dijadikan sebagai khalifah atau wakil Tuhan di muka

bumi. Di samping itu, Allah juga menegaskan bahwa manusia

ditumbuhkan (diciptakan) dari bumi dan selanjutnya diserahi tugas

untuk memakmurkannya. Dengan demikian, seluruh urusan kehidupan

manusia dan eksistensi alam semesta di dunia ini telah diserahkan oleh

Allah swt kepada manusia.

Fitrah atau potensi dasar manusia berupa potensi berketuhanan,

potensi kekhalifahan, dan potensi keilmuan. Mengembangkan potensi

berketuhanan berarti upaya pendidikan tersebut mewariskan informasi,

melaksanakan bimbingan, latihan dan pengajaran untuk hidup

berketuhanan dan mengabdi/beribadah pada Tuhan (Uwes, 2001:44-47).

Mengembangkan potensi kekhalifahan adalah mengembangkan potensi

terdidik dalam menguasai bagian-bagian untuk kepengurusan alam dan

manusia. Sedangkan mengembangkan potensi keilmuan manusia

merupakan tanggung Jawab kegiatan pendidikan dalam

pengembangannya yang diharapkan sebagai alat paling baik untuk

Page 48: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

42

membuka rahasia sesuatu yang tersembunyi.

Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan mempunyai daya fisik

seperti mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan daya

gerak. Sedangkan unsur immateri mempunyai dua daya, yaitu daya

berpikir yang disebut akal dan daya rasa yang berpusat di kalbu.

Untuk membangun daya fisik perlu dibina melalui latihan-latihan

keterampilan panca indra. Untuk mengembangkan daya akal dapat

dipertajam melalui proses penalaran dan berpikir. Sedangkan untuk

mengembangkan daya rasa dapat dilakukan melalui ibadah, karena

intisari ibadah dalam Islam adalah mendekatkan diri kepada Tuhan

(Nasution, 1989:37).

Manusia adalah khalifah Tuhan di bumi; mempunyai kapasitas

intelegensia yang paling tinggi; manusia mempunyai kesadaran akan

kehadiran Tuhan; manusia merupakan makhluk pilihan; manusia

dikaruniai pembawaan dan martabat yang mulia; manusia bersifat

bebas dan merdeka; manusia memiliki kesadaran moral dan butuh

kepada Tuhan; manusia berhak memanfaatkan bumi dan segala isi

yang terkandung di dalamnya dengan cara-cara yang sah; Tuhan

menciptakan manusia agar mereka menyembah-Nya dan tunduk patuh

kepada-Nya, serta senantiasa mengingat-Nya; di samping kebutuhan-

kebutuhan yang bersifat duniawi, manusia juga selalu berupaya untuk

mencapai tujuan ukhrawi. Dengan dibekali potensi-potensi dalam diri

manusia dan disediakannya alam dalam kehidupannya, manusia dituntut

untuk dapat memaksimalkan potensi-potensi yang terdapat dalam

dirinya supaya bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat, dan

menjadi khalifah di bumi untuk mengatur dan memanfaatkan alam dunia

ini dengan bijak. Sebab, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah

dimuka bumi ini tidaklah diciptakan dengan sia-sia dan main-main tetapi

Allah menciptakan seluruh langit dan bumi beserta isinya untuk

menemukan manfaat darinya dan mendorong manusia untuk

menemukan kebesaran Allah (Langulung, 2004:274).

Page 49: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

43

Tetapi lebih penting dari itu semua fitrah manusia adalah

pembinaan karakter umat manusia menjadi hamba Allah secara kaffah

dan memiliki keselerasan dan keseimbangan hidup bahagia dunia dan

di akhirat, sebagai realisasi cita-cita bagi yang beriman dan bertakwa

yang senatiasa beribadah untuk mencapai keridaan Allah swt. Dengan

mengembangkan daya pikir, daya nalar dan daya rasa yang

diwujudkan dalam bentuk penghambaan kepada Allah yang terletak

pada keselarasan antara dimensi jasmani, ruhani dan akal (Sauri,

2010:28). Sebagaimana Allah berfirman dalam surah adz Dzariaat

ayat 56:

واإلنس ال لي عبدون وما خلقت اجلن “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”

Potensi dasar setiap manusia dapat berkembang secara optimal

dan maksimal. Potensi-potensi dasar manusia tersebut tidak bisa

berkembang dengan sendirinya, tetapi butuh bantuan dan pertolongan

orang lain dalam mengotimalkannya. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk mengoptimalkan potensi-potensi manusia tersebut

adalah dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan, baik lembaga

pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal. Lembaga

pendidikan tersebut banyak ragam dan macamnya. Dalam kepentingan

penulisan kali ini akan dibahas lembaga pendidikan nonformal yang

salah satunya berupa pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan

lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia (Tafsir, 2012:289).

Pesantren telah berdiri sebagai lembaga pendidikan nonformal jauh

sebelum keberadaan pendidikan-pendidikan formal.

Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang tertua telah

secara luas menyebar ke seluruh pelosok tanah air guna memberikan

pembekalan dan pengoptimalan potensi santri-santrinya, serta

Page 50: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

44

membentuk manusia Indonesia yang religius. Lembaga tersebut telah

melahirkan banyak pemimpin bangsa di masa lalu, masa kini, dan

masa yang akan datang. Lulusan pesantren banyak mengambil

partisipasi aktif dalam pembangunan bangsa (Tafsir, 2012:290).

Pendidikan dalam pondok pesantren merupakan sebuah upaya

untuk bisa mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki santrinya

agar menjadi manusia yang benar-benar menjadi manusia yang benar,

yakni pembentukan jati diri sebagai individu, makhluk sosial, dan

makhluk religius yang cerdas otaknya, terampil tangannya, dan lembut

hatinya (Sauri, 2010:21-25). Pondok pesantren juga bisa

memberdayakan santrinya dalam membangun generasi yang

intelektual dan berakhlakul karimah serta menjadi manusia seutuhnya

untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Manusia yang

utuh merupakan manusia yang mencerminkan manusia kaffah, dalam

arti satunya niat, ucap, pikir, perilaku, dan tujuan yang direalisasikan

dalam kehidupan (Sauri, 2010:36).

Dalam memberdayakan potensi-potensi yang dimiliki santri,

hendaknya pesantren mampu memberdayakan potensi-potensi

santrinya agar menjadi generasi yang intelek dan berakhlakul karimah.

Ada beberapa prinsip yang berlaku di pesantren dalam

mempersiapkan lulusannya menjadi generasi yang intelek dan

berakhlakul karimah. Prinsip-prinsip itu menggambarkan ciri utama

tujuan pendidikan pesantren, ciri-ciri utama tersebut seperti yang

dijelaskan Tafsir (2012:303-305) sebagai berikut:

1. Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran Islam. Santri dibantu oleh

kiai, guru atau ustad dalam lingkungan pesantren agar mampu

memahami makna hidup, keberadaan, peranan, serta tanggung

Jawabnya dalam kehidupan di masyarakat.

2. Memiliki kebebasan yang terpimpin. Setiap manusia memiliki

kebebasan, tetapi kebebasan itu harus dibatasi, karena kebebasan

memiliki potensi anarkisme. Keterbatasan (ketidakbebasan)

Page 51: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

45

mengandung kecenderungan mematikan kreativitas, karena itu

kebebasan harus dibatasi. Inilah yang dimaksud dengan kebebasan

yang terpimpin. Kebebasan yang terpimpin yang seperti ini adalah

watak ajaran Islam. Manusia bebas menetapkan aturan hidup

tetapi dalam berbagai hal manusia menerima saja aturan yang

datang dari Tuhan.

3. Berkemampuan mengatur diri sendiri. Di pesantren, santri

mengatur sendiri kehidupannya menuruti batasan yang dianjurkan

dan diajarkan oleh agama. Ada unsur kebebasan dan kemandirian

di sini. Bahkan masing-masing pesantren juga mengatur dirinya

sendiri. Masing-masing pesantren memiliki otonomi. Setiap

pesantren mengatur kurikulumnya sendiri, mengatur kegiatan

santrinya, tidak harus sama antara satu pesantren dengan pesantren

lainnya. Menarik juga kenyataan, pada umumnya masing-masing

santri bangga dengan pesantrennya, dan menghargai pesantren

lain. Sejauh ini belum pernah terjadi perkelahian, atau saling

mengejek antar santri pondok pesantren yang berbeda,

sebagaimana sering terjadi di antara sekolah-sekolah umum di

kota. Kebanggaan santri terhadap pesantrennya masing-masing

umumnya terletak pada kehebatan dan kealiman kiainya, kitab

yang dipelajari, kerukunan dalam bergaul, rasa senasib

sepenanggungan, kedisiplinan, kerapian berorganisasi, dan

kesederhanaan. Menarik sekali, kesederhanaan dijadikan

kebanggaan.

4. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Dalam pesantren yang

berlaku prinsip: Dalam hal kewajiban, individu harus menunaikan

kewajiban lebih dahulu, sedangkan dalam hal hak, individu harus

mendahului kepentingan orang lain sebelum kepentingan diri

sendiri. Kolektivisme ini ditanamkan antara lain melalui tata tertib,

baik tentang tata tertib belajar maupun kegiatan lainnya.

Page 52: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

46

Kolektivisme itu dipermudah terbentuk oleh kesamaan dan

keterbatasan fasilitas kehidupan.

5. Menghormati orang tua dan guru. Ini memang ajaran Islam.

Tujuan ini dikenal antara lain melalui penegakan berbagai pranata

di pesantren seperti mencium tangan guru dan tidak membantah

guru. Demikian juga terhadap orang tua.

6. Cinta kepada ilmu. Menurut Al-Quran, ilmu (pengetahuan) datang

dari Allah. Banyak hadis yang mengajarkan pentingnya menuntut

ilmu dan menjaganya. Karena itu orang-orang pesantren

cenderung memAndang ilmu sebagai sesuatu suci dan tinggi.

7. Mandiri. Jika mengatur diri sendiri kita sebut otonomi, maka

mandiri yang dimaksud adalah berdiri di atas kekuatan sendiri.

Sejak awal santri telah dilatih untuk mandiri. Mereka memasak

sendiri, mengatur uang belanja sendiri, mencuci pakaiannya

sendiri, membersihkan kamar dan pondokannya sendiri, dan lain-

lain. Metode sorogan yang individual juga memberikan

pendidikan kemandirian. Melalui metode ini santri maju sesuai

dengan kecerdasan dan keuletan sendiri. Tidak diberikannya ijazah

yang memiliki civil effect juga menanamkan pAndangan pada

santri bahwa mereka kelak secara ekonomi harus berusaha

mandiri, tidak mengharap menjadi pegawai negeri.

8. Kesederhanaan. Dilihat secara lahiriah sederhana memang mirip

dengan miskin. Padahal yang dimaksud sederhana di pesantren

adalah sikap hidup secara wajar, proporsional, dan fungsional.

Sebenarnya banyak santri yang berlatarbelakang orang kaya, tetapi

mereka dilatih hidup sederhana. Ternyata orang kaya tidak sulit

menjalani kehidupan yang sederhana bila dilatih seperti cara

pesantren itu. Di sini kita melihat bahwa pesantren adalah suatu

sistem yang kondisi itu merupakan salah satu elemennya (yang

belum disebut dalam teori Zamakhsyari). Kesederhanaan ini

sesungguhnya merupakan realisasi ajaran Islam yang pada

Page 53: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

47

umumnya diajarkan oleh para sufi. Hidup cara sufi memang

merupakan suatu yang khas pesantren pada umumnnya.

Selain hal tersebut di atas, pesantren berupaya secara sungguh-

sungguh untuk memberdayakan dan menyadarkan santrinya tentang

tujuan manusia diciptakan ke alam dunia. Allah swt menciptakan alam

semesta, termasuk manusia tidaklah dengan palsu dan sia-sia, seperti

firman Allah dalam (QS. As-Shod ayat 27).

ن هما باطل ذالك ظن ال ذين كفروا ف ويل لل ذين وما خلقنا الس ماء واألرض وما ب ي

ا من الن ار. كفرو “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada

antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan

orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena

mereka akan masuk neraka”

Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat. Oleh

karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai

khalifah di muka bumi, manusia harus menyadari tujuan hidupnya.

Dalam konteks ini, al-Qur‟an menjelaskan, bahwa manusia memiliki

beberapa tujuan hidup, di antaranya sebagai berikut:

1. Menyembah Allah (Beribadah)

Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah ada dengan

sendirinya. Manusia diciptakan oleh Allah dengan dibekali potensi

dan infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan

bentuk manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga

dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan,

manusia dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi dan kedudukan

dirinya di hadapan Tuhan. Dalam konteks ini, posisi manusia

dihadapan Tuhan adalah bagaikan “hamba” dengan “majikan” atau

Page 54: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

48

“abdi” dengan “raja”, yang harus menunjukan sifat pengabdian dan

kepatuhan.

Sebagai agama yang haq, Islam menegaskan bahwa posisi

manusia di dunia ini adalah sebagai „abdullah (hamba Allah). Posisi

ini menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di dunia

adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud

dengan mengabdi kepada Allah adalah taat dan patuh terhadap seluruh

perintah Allah dengan cara menjalankan seluruh perintah-Nya dan

menjauhi seluruh larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Dalam

hal ini, Allah swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan

hidup manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah)

kepada-Nya

Makna beribadah sebagaimana dikemukakan di atas (menaati

segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah) merupakan

makna ibadah secara umum. Dalam tataran praktis, ibadah secara

umum dapat diimplementasikan dalam setiap aktivitas yang diniatkan

untuk menggapai keridaan-Nya, seperti bekerja secara profesional,

mendidik anak, berdakwah, dan lain sebagainya. Dengan demikian,

misi hidup manusia untuk beribadah kepada Allah dapat diwujudkan

dalam segala aktivitas yang bertujuan mencari rida Allah

(mardlatillah).

Sedangkan secara khusus, ibadah dapat dipahami sebagai

ketaatan terhadap hukum syara yang mengatur hubungan vertikal-

transendental (manusia dengan Allah). Hukum syara ini selalu

berkaitan dengan amal manusia yang diorientasikan untuk

menjalankan kewajiban ubudiah manusia, seperti menunaikan ibadah

shalat, menjalankan ibadah puasa, memberikan zakat, pergi haji, dan

lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan hidup manusia yang pertama adalah menyembah kepada Allah.

Dalam pengertian yang lebih sederhana, tujuan ini dapat disebut

Page 55: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

49

dengan “beriman”. Manusia memiliki keharusan menjadi individu

yang beriman kepada Allah (tauhid). Beriman merupakan kebalikan

dari syirik, sehingga dalam kehidupannya manusa sama sekali tidak

dibenarkan menyekutukan Allah dengan segala sesuatu yang ada

dimuka bumi ini (syirik).

2. Memanfaatkan Alam Semesta (Beramal)

Manusia adalah puncak ciptaan dan makhluk Allah yang

tertinggi (QS. at-Tien ayat 4). Sebagai makhluk tertinggi, di samping

menjadi hamba Allah, manusia juga dijadikan sebagai khalifah atau

wakil Tuhan di muka bumi (QS. al-Isra‟ ayat 70). Di samping itu,

Allah juga menegaskan bahwa manusia ditumbuhkan (diciptakan) dari

bumi dan selanjutnya diserahi tugas untuk memakmurkannya (QS.

Hud ayat 16 dan QS. al-An‟am ayat 165). Dengan demikian, seluruh

urusan kehidupan manusia dan eksistensi alam semesta di dunia ini

telah diserahkan oleh Allah kepada manusia.

Perintah memakmurkan alam, berarti perintah untuk menjadikan

alam semesta sebagai media mewujudkan kemaslahatan hidup

manusia di muka bumi. Al-Qur‟an menekankan bahwa Allah tidak

pernah tak perduli dengan ciptaan-Nya. Ia telah menciptakan bumi

sebanyak Ia menciptakan langit, yang kesemuanya dimaksudkan

untuk menjamin kesejahteraan lahir dan batin manusia. Ia telah

menciptakan segala sesuatu untuk kepentingan manusia. Bintang

diciptakan untuk membantu manusia dalam pelayaran, bulan dan

matahari diciptakan sebagai dasar penanggalan. Demikian juga

dengan realitas kealaman yang lainnya diciptakan dengan maksud

untuk kemaslahatan manusia.

Untuk menjadikan realitas kealaman dapat dimanfaatkan oleh

manusia, Allah telah membekalinya dengan potensi akal. Di samping

itu, Allah juga telah mengajarkan kepada manusia terhadap nama-

nama benda yang ada di alam semesta. Semua ini diberikan oleh Allah

Page 56: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

50

sebagai bekal untuk menjadikan alam semesta sebagai media

membentuk kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Dalam hal ini

Allah menegaskan bahwa manusia harus mengembara di muka bumi,

dan menjadikan seluruh fenomena kealaman sebagai pelajaran untuk

meraih kebahagiaan hidupnya (QS. Al-Ankabut ayat 20 dan QS. Al-

Qashash ayat 20).

Berdasarkan uraian di atas, maka sangat jelas bahwa dalam

kehidupannya manusia memiliki tujuan untuk memakmurkan alam

semesta. Implementasi tujuan ini dapat diwujudkan dalam bentuk

mengambil i‟tibar (pelajaran), menunjukan sikap sportif dan inovatif

serta selalu berbuat yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya.

Dalam konteks hubungannya dengan alam semesta, dalam

kehidupannya manusia memiliki tujuan untuk melakukan kerja

perekayasaan agar segala yang ada di alam semesta ini dapat

bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan kata lain, tujuan hidup

manusia yang semacam ini dapat dikatakan dengan tujuan untuk

“beramal”.

3. Membentuk Sejarah dan Peradaban (Berilmu)

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Allah menciptakan

alam semesta ini dengan pasti dan tidak ada kepalsuan di dalamnya

(QS. Shad ayat 27). Oleh Karena itu, alam memiliki eksistensi yang

riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap

(sunatullah). Di samping itu, sebagai ciptaan dari Dzat yang

merupakan sebaik-baiknya pencipta (QS. al-Mu‟minun ayat 14), alam

semesta mengandung nilai kebaikan dan nilai keteraturan yang sangat

harmonis. Nilai ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia,

khususnya bagi keperluan perkembangan sejarah dan peradabannya

(QS. Luqman ayat 20). Oleh karena itu, salah satu tujuan hidup

manusia menurut al-Qur‟an di muka bumi ini adalah melakukan

penyelidikan terhadap alam, agar dapat dimengerti hukum-hukum

Page 57: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

51

Tuhan yang berlaku di dalamnya. Selanjutnya manusia memanfaatkan

alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri, demi kemajuan sejarah

dan peradabannya.

Proses pemanfaatan alam semesta dalam kehidupan manusia

diwujudkan dengan perbuatan dan aktivitas riil yang memiliki nilai

guna. Perbuatan atau aktivitas riil yang dijalankan manusia di muka

bumi ini selanjutnya membentuk rentetan peristiwa, yang disebut

dengan “sejarah”. Dunia adalah wadah bagi sejarah, di mana manusia

menjadi pemilik atau rajanya. Hidup tanpa sejarah adalah kehidupan

yang dialami oleh manusia setelah kematian. Karena dalam kehidupan

pasca kematian manusia hanya diharuskan mempertanggungJawabkan

terhadap sejarah yang telah dibuat atau dibentuk selama dalam

kehidupannya di dunia. Dengan demikian, dalam kehidupannya di

dunia, manusia juga memiliki tujuan untuk membentuk sejarah dan

peradabannya yang baik, dan selanjutnya harus

dipertanggungJawabkan di hadapan Tuhannya.

Dalam membentuk sejarahnya, manusia harus selalu iqra‟ atau

membaca alam semesta. Dengan kata lain, manusia harus menjadikan

alam semesta sebagai media mengembangkan ilmu dan

pengetahuannya. Oleh karena itu, tujuan manusia membentuk sejarah

dan peradaban ini dapat dikatakan sebagai tujuan menjadi manusia

yang “berilmu”.

Daradjat (1971:29-34) menjelaskan bahwa pendidikan di

pesantren diharapkan santri setelah mendapatkan pendidikan secara

keseluruhan akan menjadikan seseorang yang berkepribadian “insan

kamil” dengan pola takwa. Insan kamil artinya manusia utuh ruhani

dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal

karena takwanya kepada Allah swt. Ini mengandung arti bahwa

pendidikan dalam lingkungan pesantren itu diharapkan menghasilkan

santri yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, serta gemar

Page 58: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

52

mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan

dengan Allah dan dengan sesama manusia lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan santri dan masyarakat,

agar tidak tertinggal sesuai dengan perkembangan zaman, maka perlu

dilakukan pembaharuan kurikulum, terutama pada tiga aspek penting,

yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun perencanaan

kurikulum harus didahului dengan kegiatan kajian kebutuhan needs

assessment secara akurat agar pendidikan pesantren fungsional. Kajian

kebutuhan tersebut harus dikaitkan dengan era global, di mana

pendidikan itu berbasis kepada kecakapan hidup life skills yang sesuai

dengan lingkungan santri. Pelaksanaan kurikulum juga mempunyai

tiga pendekatan kecerdasan majemuk multiple inteligence dan

pembelajaran kontekstual contextual teaching and learning. Sedang

evaluasinya menerapkan penilaian secara universal terhadap semua

kompetensi santri authentic assessment.

Pengembangan kurikulum pesantren pada dasarnya tidak bisa

lepas dari visi pembangunan nasional yang berupaya menyelamatkan

dan memperbaiki kehidupan nasional yang tertera dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Oleh karena itu,

pengembangan tersebut harus mampu mengakomodasikan tuntutan-

tuntutan sistemik (Kemendikbud, Kemenag atau Pekapontren).

Secara konseptual, sebenarnya lembaga pesantren optimis akan

mampu memenuhi tuntutan reformasi pembangunan nasional, karena

fleksibilitas dan keterbukaan sistemik yang melekat, maksudnya

perwujudan masyarakat berkualitas dapat dibangun melalui perubahan

kurikulum pesantren yang berusaha membekali para santri untuk

menjadi subyek pembangunan yang mampu menampilkan keunggulan

santri, yang tangguh, kreatif, dan profesional pada bidangnya masing-

masing.

Mengenai kitab kuning atau kitab klasik, sesuatu yang wajib

dipelajari di pesantren. Menurut Syamsudduha (1982) yang

Page 59: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

53

mempunyai pemikiran sama pula dengan Dhofir, menekankan bahwa

harus ada pengajaran kitab-kitab Islam klasik di pondok pesantren.

Karena menurut mereka apabila suatu pondok tanpa ada pengajaran

kitab-kitab klasik maka pondok pesantren bukan lagi asli, karena

merupakan elemen pokok dalam suatu pesantren. Karena kitab kuning

atau kitab klasik adalah karya-karya dalam bahasa Arab yang disusun

para sarjana Islam abad yang disebut juga sebagai kitab kuno.

Meskipun dari segi kandungannya komprehenship dan berbobot

secara akademis, tetapi dari segi sistematika penulisannya sederhana.

Sedangkan isi content yang disajikan dalam kitab kuning terdiri dua

komponen; matan dan syarah di mana lembaran-lembarannya

terpisah, kertas yang dipakai pun berwarna kuning. Sehingga kitab

kuning merupakan pilar utama yang memuat sejumlah materi

pelajaran keagamaan dalam pesantren.

Moh. Hasyim Munif mengatakan bahwa ajaran-ajaran yang

terkandung dalam kitab kuning tetap merupakan pedoman hidup dan

kehidupan yang sah dan relevan. Sah berarti ajaran yang berasal dari

kitab-kitab kuning, diyakini kebenarannya yang bersumber dari kitab

Allah swt Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah (Al-Hadis); dan relevan

berarti ajaran-ajarannya masih tetap cocok dan berguna kini atau

dimasa mendatang lagi.

Kurikulum pendidikan di pondok pesantren masih terfokus pada

pendidikan agama dengan sedikit penekanan pada ilmu pengetahuan

umum dan teknologi sehingga lulusannya belum mampu berkompetisi

dengan lulusan lembaga pendidikan lainnya dalam dunia kerja.

Pengajaran ilmu agama seperti fikih, bahasa Arab, nahwu, dan sharaf

menjadi porsi utama di pesantren, sedang pengajaran ilmu umum

menjadi prioritas kedua. Apabila santri berminat untuk menuntut ilmu

umum selain ilmu agama, maka santri tersebut harus bersekolah di

luar pondok pesantren. Hal ini terjadi karena banyak pondok pesantren

masih belum memiliki lembaga pendidikan umum seperti SMP, SMA,

Page 60: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

54

Madrasah Tsanawiyah, dan Aliyah yang dikelola sendiri oleh pondok

pesantren tersebut.

Ciri-ciri pendidikan pesantren dapat diidentifikasikan sebagai

berikut:

1. Kepatuhan santri kepada kiai (li adabita‟alum). Menentang kiai

akan menjadi penyebab kurangnya memperoleh keberkahan

ilmunya, karena tidak menghormati kiai yang sekaligus guru bagi

santri.

2. Hidup hemat dan sederhana, benar-benar diwujudkan di

lingkungan pesantren. Karena antara kaya dan miskin ketika sudah

masuk dalam lingkungan pondok pesantren semua itu dianggap

sama.

3. Kemandirian amat terasa di pesantren. Semua dilakukannya

sendiri oleh para santri yang menjalankan pendidikan di pesantren.

4. Rasa jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat

mewarnai pergaulan di pesantren.

5. Disiplin sangat dianjurkan, untuk menjaga kedisiplinan itu biasa

ada iqobah /ta‟jir (sanksi-sanksi).

6. Keprihatinan untuk mencapai tujuan yang mulia. Kebiasaan para

santri melakukan puasa-puasa sunnah, zikir, dan „itikaf,

qiyamullail, dan bentuk-bentuk riyadhah lainnya, atau dengan

menauladani kiainnya yang menonjolkan sikap zuhud.

7. Pemberian ijazah, yaitu pencantuman nama dalam satu daftar

rantai penglihatan pengetahuan yang diberikan kepada santri yang

berprestasi, yang menAndakan perkenaan restu sang kiai kepada

murid atau santri-santrinya.

Kurikulum pendidikan pesantren, ditinjau dari mata pelajaran

yang diberikan secara formal oleh pengasuh atau kiai, maka pelajaran

yang diberikan merupakan bagian kurikulum yang berkisar pada ilmu

pengetahuan agama dan segala vak-nya. Terutama pengetahuan-

pengetahuan yang berhubungan dengan bahasa Arab (ilmu al-sharaf,

Page 61: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

55

al-nahwu dan „ilm „alat), sedangkan yang berhubung dengan syariat

(„ilm fikih), dari yang menyangkut hal ibadat sampai pada hal

(mu‟amalat), ilmu yang berkaitan dengan ke al-qur‟anan serta

tafsiran-tafsirannya, „ilmal-hadis beserta mustalah al-hadis, begitu

juga ada „ilm al-kalam, al-tauhid, ada juda pelajaran mantiq (logika),

tasawuf, dan tarikh.

Menurut Abdurrahman Wahid, kurikulum yang berkembang di

pesantren memperlihatkan pola yang tetap, sebagai berikut:

1. Kurikulum itu ditujukan untuk mencetak ulama di kemudian hari

2. Struktur kurikulum itu berupa pengajaran ilmu pengetahuan

agama dalam segenap tingkatannya dan pemberian pendidikannya

dalam bentuk bimbingan kepada santri secara lansung dari

kiai/gurunya

3. Secara universal, kurikulum pendidikan pesantren bersifat

fleksibel, dalam artian setiap santri mempunyai kesempatan

menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya atau sesuai dengan

kebutuhannya, bahkan dalam pesantren memilki sistem

pendidikan yang berbentuk sekolah.

StAndar pokok yang menjadi tolok ukur dalam mempolakan

suatu kurikulum adalah materi pelajaran yang bersifat intrakurikuler

dan metode yang disampaikan di lingkungan pesantren. Adapun pola

pendidikan pesantren dari segi kurikulumnya, menurut Haidar ada

lima pola sebagai berikut:

Pola I, materi pelajaran yang diberikan di pesantren adalah mata

pelajran yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Adapun metode

penyampaiannya dengan wetonan dan sorogan, tidak memakai sistem

klasikal. Santri dinilai dan diukur berdasarkan kitab yang mereka

baca, mata pelajaran umum tidak diajarkan, tidak mementingkan

ijazah, tetapi yang paling penting adalah pengalaman ilmu-ilmu

agama yang mereka harapkan dari kajian melalui kitab-kitab klasik

tersebut.

Page 62: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

56

Pola II, dalam proses belajar mengajar dilaksanakan secara

klasikal, di mana diberikan materi keterampilan dan pendidikan

berorganisasi. Pada tingkat tertentu santri diberi tambahan ilmu

pengetahuan. Santri di bagi beberapa jenjang pendidikannya mulai

dari tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah,„aliyah. Adapun metode yang

digunakan adalah sorogan, wetonan, hafalan dan musyawarah

(batsumasa‟il).

Pola III, dalam pola ini materi pelajaran telah dilengkapi dengan

pelajaran umum dan ditambah aneka macam pendidikan, seperti;

keterampilan, olahraga, kesenian dan pendidikan berorganisasi.

Pola IV, pola ini lebih menitik beratkan pada pelajaran

keterampilan selain pelajaran agama. Di mana keterampilan diberikan

dengan tujuan sebagai bekal dikehidupan santri setelah santri lulus

dari pesantren.

Pola V, pada pola ini materi yang diajarkan di pesantren adalah

sebagai berikut:

1. Pengajaran kitab-kitab klasik.

2. Madrasah, dalam pesantren diadakan pendidikan madrasah, yang

biasanya dilaksanakan di malam hari, tetapi ada juga yang

dilaksanakan pada pagi hari. Selain mengajarkan pelajaran agama

juga mengajarkan pelajaran umum. Di mana kurikulum pondok

pesantren ini ada dua bagian. Pertama, kurikulum yang dibuat oleh

pesantren itu sendiri. Kedua, kurikulum dari pemerintah dengan

memodifikasi materi pelajaran agama.

3. Keterampilan dan kesenian juga diajarkan dalam berbagai

kegiatan-kegiatan, seperti merangkai bunga, membuat kaligrafi,

tilawah, hadroh, dan lain-lain sebagainya.

4. Sekolah umum, di pesantren juga dilengkapi sekolah-sekolah

umum. Adapun materi pelajaran umum pada sekolah umum yang

ada di pesantren, secara keseluruhan tidak lepas dari kurikulum

Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan. Sedangkan

Page 63: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

57

untuk materi pelajaran agama disusun oleh pondok pesantren itu

sendiri.

5. Perguruan tinggi, pada beberapa pesantren yang tergolong besar,

telah memiliki sebuah universitas atau perguruan tinggi yang

masih satu yayasan dengan pondok pesantren tersebut.

Kapasitas dan kecenderungan kiai merupakan faktor yang

menentukan dalam pengembangan kurikulum. Ilmu-ilmu yang

diajarkan di pesantren ialah ilmu-ilmu yang telah di kuasai oleh

seorang kiai, seperti ilmu tasawuf, di mana harus seimbang di tataran

amalan maupun keabsahan keilmuannya. Cukup dapat dipahami

bahwa kondisi pendidikan pesantren diorientasikan pada ibadah

kepada Allah dan serangkaian amalan yang mendukungnya.

Pada abad 19 M, sulit ditemukan rincian materi pelajaran di

pesantren. Hingga kurikulum pesantren menjadi bertambah luas

dengan adanya penambahan ilmu-ilmu yang masih merupakan elemen

dari materi pelajaran yang sudah diajarkan, seperti Al-qur‟an dengan

tajwid dan tafsirnya, aqaid dan ilmu kalam, fikih dan ushulfikih serta

qawa‟id al-fikih, hadis dengan musthalah hadis, bahasa Arab dengan

ilmu alatnya seperti nahwusharaf, bayan, ma‟ani, „arudh, tarikh,

mantiq, tasawuf akhlak dan falak. Tidak semua pesantren

mengajarkan ilmu tersebut secara ketat, karena beberapa pesantren

lainnya dalam menerapkan kombinasi ilmu yang berbeda-beda, karena

belum ada stAndardisasi kurikulum.

Dengan adanya standardisasi kurikulum, justru akan

menimbulkan bumerang, karena kita ketahui bahwa lembaga

pendidikan pesantren cenderung sentralistik yang berpusat pada kiai,

sebagai pengasuh sekaligus perancang kurikulum bahkan sebagai

pengajar juga. Selain dibantu oleh ustad/ustadah yang telah diberi

amanah oleh sang kiai dan selama ini belum ada kurikulum yang

cocok untuk stAndarisasi pendidikan pesantren.

Page 64: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

58

Adapun kritikan Mulkhan yang dikutip oleh Binti Maunah,

bahwa pesantren sebaiknya menerapkan fikih lintas madzhab

muqaranah al-madzahib, pesantren juga harus mengadakan re-

evaluasi dan rekonstruksi dalam kitab kuning. Inilah salah satu

kelemahan pesantren, di mana pengetahuan umum hanya dilaksanakan

setengah-setengah, sehingga kemampuan santri sebagian terbatas dan

kurang mendapatkan pengakuan umum dari masyarakat. Seharusnya

pesantren menjadi sebuah lembaga pendidikan yang kompatibel dan

sebagai pembentuk produk ulama yang profesional, yang

menggunakan penguatan pendidikan dasar (basic education) sesuai

dengan perkembangan zaman dan mampu mengadaptasikan dirinya

dengan wawasan global.

Studi-studi tentang pesantren tidak menyebut kurikulum yang

baku, dapat dipahami karena pesantren sesungguhnya merupakan

lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang bebas dan otonom. Dari

segi kurikulum pesantren diberi kebebasan untuk menyusun dan

melaksanakan kurikulum pendidikan secara bebas tanpa adanya

pemaksaan. Secara umum kurikulum pendidikan pesantren meliputi

materi (bidang studi), kitab-kitab yang dijadikan referensi, metode

pembelajaran, dan sistem evaluasi.

Pada umumnya pembagian keahlian di lingkungan pesantren

telah melahirkan produk-produk pesantren yang berkisar pada pada

bidang-bidang; nahwu-sharf, fikih, „aqa‟id, tasawuf, hadis, bahasa

Arab, dan lain-lain.

1. Nahwu-Sharf. Istilah Nahwu-sharf ini mungkin bisa diartikan

sebagai gramatika bahasa Arab. Keahlian seseorang dalam

gramatika bahasa Arab ini telah dapat merubah status sosial

keagamaannya, padahal bentuk kongkret keahlian itu biasanya

sangat sederhana sekali yaitu kemampuan mengaji atau

mengajarkan kitab-kitab nahwu-sharf tertentu, seperti al-jurmiyah,

Page 65: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

59

imrithi, alfiyah, atau untuk tingkat yang lebih tingginya lagi, dari

karya Ibnu „Aqil.

2. Fikih. Fikih merupakan sekumpulan hukum amaliah (sifatnya

akan diamalkan) yang disyariatkan dalam Islam, atau pengetahuan

tentang hukum agama.

3. Aqaid. Bentuk plural dari „aqidah dalam bahasa populernya

“keyakinan atau kepercayaan”. „Aqaid meliputi segala hal yang

bertalian dengan kepercayaan dan keyakinan seorang muslim, atau

ushuluddin (merupakan bidang pokok-pokok agama), sedangkan

fikih disebut furu‟ (cabang-cabang), namun kenyataannya bidang

„aqaid ini kalah besar dan antusias dibanding pada bidang fikih

yang hanya merupakan cabang (furu‟).

4. Tasawuf. Dalam bidang tasawuf, sampai saat ini sulit untuk

didefinisikan. Di mana Nurcholish Madjid melihat suatu

kejanggalan yang terjadi di pesantren-pesantren. Ada kekaburan

tentang makna tasawuf itu sendiri, sehingga semakin sulit untuk

menjelaskan secara gamblang tentang hal duniawinya.

Pemahaman umum yang berkembang tentang ilmu tasawuf hanya

seputar tarikat, suluk, dan wirid. Hal ini menunjukan kurangnya

pemahaman mereka terhadap tasawuf itu sendiri.

5. Tafsir. Salah satu bidang keahlian yang jarang dihasilkan pesantren

menurut Nurcholish Madjid adalah bidang tafsir Al-Qur‟an. Bidang

inilah yang paling luas daya cakupannya, sesuai dengan daya cakup

kitab suci yang mampu menjelaskan totalitas ajaran Islam. Atau

disebut juga nilai universalitas Al-qur‟an. Di mana keahlian di bidang

tafsir sangat diperlukan untuk mengantisipasi atas penyelewengan

dalam menafsirkan Al-Qur‟an. Secara umum tafsir yang dikaji di

pondok pesantren hanyalah tafsir jalalain. Karena secara umum

kemampuan intelektual Islam masih rendah dan kurangnya juga

perhatian terhadap displin keilmuan tafsir.

Page 66: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

60

6. Hadis. Nurcholish Madjid berpendapat, produk pondok pesantren

menyangkut keahlian dalam hadis jauh relatif kecil bila dibanding

dengan tafsir. Apabila diukur dari segi penguasaan riwayah dan

dirayah. Padahal penguasaan hadis jauh lebih penting, mengingat

hadis merupakan sumber hukum agama (Islam) kedua setelah Al-

Qur‟an. Keahlian di bidang ini tentu saja sangat diperlukan untuk

pengembangan pengetahuan agama itu sendiri.

7. Bahasa Arab. Institusi pesantren telah mampu memproduksi

orang-orang yang memiliki keahlian dalam bahasa Arab. Keahlian

di bidang ini harus dibedakan dengan keahlian dalam nahwu-

sharf. Sebab, titik beratnya ialah penguasaan “materi” itu pada

bahasa itu sendiri, baik pasif maupun aktif. Dengan adanya

modernisasi di dunia pesantren telah masuk bahasa Inggris,

sehingga penekanan untuk bahasa Arab berkurang. Tetapi saat ini

bahasa Inggris telah resmi menjadi bahasa internasional, dan

kedua bahasa Arab.

Metode Pembelajaran dalam Pesantren, diantaranya adalah:

1. Bandongan. Atau, sering disebut juga dengan ”weton”, ialah

metode pembelajaran yang berasal dari inisiatif kiainya sendiri

baik dalam menentukan tempat, waktu maupun kitab-kitab yang

akan di kaji. Dalam metode weton ini, sekelompok murid (antara

min 5 sampai 500 murid) mendengarkan seorang kiai (guru) yang

membaca, menerjemahkan, dan menerangkan suatu kitab yang

dikaji. Dalam bahasa modernnya lebih dikenal dengan “kelas

musyawarah” atau kelompok seminar. Dalam kelas sistem

bandongan ini disebut “halaqoh” yang berarti lingkaran murid

yang belajar dibawah bimbingan seorang guru atau kiai.

2. Sorogan, yaitu sistem pembelajaran yang biasanya santri cukup

dengan maju ketika santri berminat mengaji (face to face), dalam

metode sorogan ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan

kedisiplinan pribadi guru pembimbing dan murid. Sistem ini

Page 67: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

61

sangat efektif dalam pembelajaran kerena bisa lebih fokus dan

mampu membimbing secara maksimal seorang santri atau murid.

3. Kelas musyawarah, suatu metode pengajaran yang sangat

berbeda dengan sistem bandongan dan sorogan. Dalam sistem ini

para siswa atau santri harus mempelajari sendiri kitab-kitab yang

ditunjuk dan dirujuk, kiai memimpin kelas mustawarah seperti

dalam seminar dan lebih banyak tanya Jawab, biasanya

menggunakan bahasa Arab untuk menguji keterampilan dalam

memahami sumber-sumber argumentasi kitab-kitab klasik.

Sistem evaluasi pembelajaran di pesantren. Istilah evaluasi atau

penilaian (evalution) merupakan suatu proses untuk menentukan nilai

dari suatu kegiatan tertentu dengan tujuan untuk mengetahui seberapa

jauh hasil belajar yang dicapai selama proses pendidikan atau

pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan apakah hasil yang dicapai

sesuai dengan yang diharapkan. Adapun prinsip-prinsip yang perlu

diperhatikan dalam evaluasi hasil belajar sebagai berikut:

1. Prinsip integralitas; evaluasi hasil bealajar yang tidak hanya

menyangkut konsep-konsep, tetapi meliputi apresiasi, sikap minat,

pemikiran kritis serta penyesuaian diri, baik personal maupun

sosial.

2. Prinsip kontinuitas; diharapkan guru maupun ustadah dalam

menilai tidak hanya sekali saja, melainkan kesinambungan selama

dalam proses pembelajaran.

3. Prinsip objektifitas; hasil evaluasi harus dapat ditafsirkan secara

jelas dan tegas, keadaan santri dibandingkan dengan keadaan

sebelumnya.

Dalam evaluasi hasil belajar di pesantren bisa dilakukan

dengan dua metode sebagai berikut:

1. Metode test, yaitu suatu cara penilaian yang berbentuk suatu tugas

yang harus dikerjakan oleh santri, bisa dalam bentuk ujian tulis

meliputi; esai, multiple choice, maching (menjodohkan), maupun

Page 68: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

62

completation (melengkapi), hafalan, praktek maupun penugasan

(sesuai dengan kebijakan para ustad atau ustadah).

2. Metode non-test, baik dalam bentuk observasi maupun portofolio.

Dengan tujuan agar para santri mempu mempraktekkan suatu ilmu

yang sudah dikaji, dan dalam bentuk observasi santri sudah

dilengkapi dengan instrumen.

Life skill (kecakapan hidup); untuk meningkatkan peran

pengembangan masyarakat, maka perlu dilakukan diversifikasi

program dan kegiatan kecakapan hidup (life skill) di pesantren. Peran

pondok pesantren yang tadinya hanya mempelajari kitab-kitab Islam

klasik kiranya direkonstruksi agar dapat diberdayagunakan secara

maksimal. Melalui pendekatan ini, sumber daya atau unsur-unsur

pondok pesantren termasuk guru atau kiai, masjid, santri, kitab kitab

klasik hingga ilmu pengetahuan yang baru dapat didayagunakan

dalam proses pendidikan life skills secara berkelanjutan untuk

membangun manusia yang memiliki paham ilmu pengetahuan, potensi

kemasyarakatan, dan pembangunan wilayah. Hal ini berujung pada

penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif dan berdaya

saing sehingga tidak hanya menjadi penempa nilai-nilai spiritual saja,

tetapi juga mampu meningkatkan kecerdasan sosial dan keterampilan

dalam membangun masyarakat di sekitarnya. Ini dimulai dari

kemampuan pesantren memberdayakan potensi-potensi yang ada di

lingkungannya yang dilakukan oleh SDM yang ada di pesantren itu

sendiri.

Kecakapan hidup (life skill) adalah kemampuan dan keberanian

untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan

kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.

Kecakapan hidup merupakan orientasi pendidikan yang

mensinergikan mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang

diperlukan seseorang, di manapun ia berada, bekerja atau tidak

bekerja, apapun profesinya (Wintoro Sukirman, 2008)

Page 69: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

63

Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan

vokasional atau keterampilan untuk bekerja. Orang yang tidak bekerja,

misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun, tetap

memerlukan kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja,

mereka juga menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan.

Orang yang sedang menempuh pendidikan pun memerlukan

kecakapan hidup, karena mereka tentu juga memiliki

permasalahannya sendiri (Rahman, 1986). Kecakapan hidup itu

bersifat umum, yaitu bersikap dan berlaku produktif (to be a

productive people). Artinya, apa pun bidang kejuruan atau pekerjaan

yang dipelajari, bersikap dan berperilaku produktif harus

dikembangkan. Bidang pekerjaan biasanya dibedakan menjadi

pekerjaan yang lebih menekankan pada keterampilan manual dan

bidang pekerjaan yang menekankan pada kecakapan berpikir. Terkait

dengan itu, pendidikan kecakapan hidup yang bersifat spesifik juga

dapat dipilah menjadi kecakapan akademik (academic skill) dan

kecakapan vokasional (vocational skill) (Aziz Masyuri, 2002).

Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para

lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang

dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka

yang tidak melanjutkan pendidikannya (Rahardjo Dawam, 1995).

SDM pesantren diberikan kemampuan pendidikan dan keterampilan

yang sesuai dengan tuntutan masyarakatnya, serta tumbuh dan

berkembang secara bottom up, dan bukan ditentukan terlebih dahulu

sebagai ekspektasi formal suatu kurikulum persekolahan. Oleh karena

itu, pembangunan pendidikan di kalangan pesantren memerlukan

keterlibatan elemen-elemen masyarakat sekitar dan pemerintahan

daerah. Dalam upaya mencari model yang tepat agar peran pondok

dalam membangun wilayah berjalan efektif, pemda perlu merangkul

perguruan tinggi sebagai mitra. Hal ini dikarenakan perguruan tinggi

Page 70: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

64

memiliki sumbar daya yang memadai dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kegiatan riset (SM Ismail, 2002).

Profile santri atau lulusan pesantren yang diharapkan adalah

teguh dalam keyakinan, tekun dalam menuntut ilmu, semakin

berkuasa semakin merendah, semakin berkuasa semakin bijaksana,

tampak wibawa di depan umum, jelas syukurnya di kala beruntung,

qanaah dalam pembagian rezeki, senantiasa berhias walaupun miskin,

selalu cermat, murah hati dan murah tangan, tidak boros walau kaya,

disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasinya, terpelihara identitasnya,

tidak menuntut yang bukan haknya, tidak menahan hak orang lain,

kalau ditegur ia menyesal, kalau bersalah ia istigfar. Bila dimaki ia

tersenyum sambil berkata jika makian Anda benar, maka aku

bermohon semoga Tuhan mengampuniku; dan jika makian Anda

keliru, maka aku bermohon semoga Tuhan menganpunimu.

Pesantren merupakan pendidikan tertua di Indonesia yang telah

banyak berkontribusi dan melahirkan generasi-generasi intelektual

muslim. Para lulusan pesantren telah terbukti dan banyak berkiprah di

masyarakat, di bidang pendidikan, sosial, budaya maupun di dunia

perpolitikan negara. Bahkan kemerdekaan bangsa Indonesia pun tidak

lepas dari perjuangan para santri, ulama dan kiai yang sejatinya

bergelut di dunia pesantren. Hal tersebut, menunjukan bahwa

pesantren mempunyai peran strategis dan memiliki peran penting

dalam melahirkan generasi muslim berkarakter, generasi inteletual

penerus bangsa dan agama. Selain itu, pendidikan pesantren telah

terbukti mampuh melahirkan generasi yang siap mengabdi di

masyarakat bangsa dan agama, melahirkan generasi yang mempunyai

karakter, sikap dan mental yang baik, sopan, santun, dan senantiasa

teguh memegang nilai-nilai moral bangsa dan agama.

Pendidikan dalam pondok pesantren merupakan sebuah upaya

untuk bisa mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki santrinya

agar menjadi manusia yang benar-benar menjadi manusia yang benar,

Page 71: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

65

yakni pembentukan jati diri sebagai individu, makhluk sosial, dan

makhluk religius yang cerdas otaknya, terampil tangannya, dan lembut

hatinya. Serta pondok pesantren bisa memberdayakan santrinya dalam

membangun generasi yang intelektual dan berakhlakul karimah serta

menjadi manusia seutuhnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia

dan akhirat. Manusia yang utuh merupakan manusia yang

mencerminkan manusia kaffah, dalam arti satunya niat, ucap, pikir,

perilaku, dan tujuan yang direalisasikan dalam kehidupan. Selain itu

pendidikan dalam pesantren dapat mengantarkan santrinya untuk

dapat menyembah Allah swt. (beriman), memakmurkan alam semesta

untuk kemaslahatan (beramal), dan membentuk sejarah dan

peradabannya yang bermartabat (berilmu). Dengan kata lain,

pesantren mampu menggiring lulusannya menjadi manusia yang

“beriman”, “beramal” dan “berilmu”.

Page 72: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

66

BAB III

NILAI-NILAI INTI YANG MENJADI

KEARIFAN LOKAL PESANTREN

Nilai-nilai inti yang dijadikan kearifan lokal di pondok

pesantren ada tiga, yakni pertama, iman (nilai keimanan); kedua,

Islam (nilai keIslaman); dan ketiga, ihsan (nilai keihsanan). Ketiga

nilai fundamental ini didasarkan atas sebuah hadis riwayat Imam

Muslim, sebagai berikut:

Dari Umar radhiyallahu `anhu berkata: Suatu hari kami duduk-duduk

di sisi Rasulullah saw, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang

mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam. Tidak

tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di

antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan

Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lututnya seraya berkata:

“Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”. Maka bersabdalah

Rasulullah saw: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan

yang disembah) selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,

engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadan dan pergi

haji jika mampu“, kemudian dia berkata, “Anda benar“. Kami semua heran.

Dia yang bertanya dia pula yang membenarkan.

Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu

beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya, Rasul- Rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman

kepada takdir yang baik maupun yang buruk”. Kemudian dia berkata,

“Anda benar”.

Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu

beliau bersabda, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan

engkau melihatnya. Jika engkau tidak melihatNya, maka Dia melihat

engkau”.

Page 73: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

67

Kemudian dia berkata, “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan

kejadiannya).” Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang

bertanya". Dia berkata, “Beritahukan aku tentang tAnda-tAndanya“. Beliau

bersabda, “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat

seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba,

kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya:. Kemudian orang

itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau bertanya, “Tahukah

engkau siapa yang bertanya?” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih

mengetahui“. Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada

kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.

(Hadis Arba`in An-Nawawi, hadis nomor 2)

Kaum santri mengenal ketiga nilai fundamental ini sebagai

rukun agama. Ketiga nilai fundamental ini dapat dijelaskan sebagai

berikut.

A. Nilai Inti-1 Keimanan (Bertauhid)

Keimanan berkaitan dengan tauhidullah, yakni meng-Esa-kan

Allah dengan semurni-murninya tauhid tanpa terkotori oleh sekecil

apa pun syirik. Jadi, beriman tidak cukup sekedar mempercayai

adanya Tuhan yang punya Nama Allah (juga Nama-nama lainnya,

terutama nama-namaNya yang terangkum dalam Asma`ul Husna).

Jika sekedar percaya adanya (Tuhan yang bernama) Allah maka

hampir semua manusia (malah mungkin semua manusia) di dunia ini

percaya adanya Tuhan. Kalau ukuran beriman itu cukup dengan

”percaya” berarti (hampir) semua manusia di dunia ini beriman!? Tapi

kita pun tahu bahwa kebanyakan manusia tidaklah beriman. Artinya,

beriman kepada Allah bukan sekedar percaya akan adanya Allah.

Melainkan harus benar-benar meyakini Nya, harus benar-benar

menyaksikan Nya, harus benar-benar bersyahadat. Dalam Qs. 13/Ar-

Ro`du ayat 16 disebutkan: Qul man rabbus samaawaati wal ardhi,

Page 74: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

68

qul Allah (Katakanlah, siapakah pencipta langit dan bumi? Jawablah

”Allah!”). Untuk beriman kepada Allah harus disertai keyakinan

tentang adanya Tuhan yang bernama Allah, sebagaimana firman Nya

dalam Qs. 20/Thoha ayat 14 : Innanii ana Allah, laa ilaaha illaa

anaa fa`budnii wa aqiimish shalaata lidz-dzikrii Sesungguhnya Aku

ini bernama Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah

Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Empat kata Aku

dalam ayat yang pendek ini adalah Diri Nya Ilahi Zat Tuhan Yang Al-

Ghaib, Allah AsmaNya.

Oleh karena itu, nilai keimanan di kalangan pesantren tidak

cukup dengan sekedar mempercayai adanya Allah. Beriman kepada

Allah di dunia pesantren mengharuskan para santri untuk

mentauhidkan Allah dengan semurni-murninya tauhid tanpa

tercampuri oleh syirik.

Meng-Esa-kan Allah (tauhid) merupakan akumulasi kesadaran

akan fakta bahwa kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada-

Nya. Semua kita. bahkan juga alam semesta – bergerak menuju

kesempurnaan sesuai dengan "kodratnya" masing-masing.

Hati-hati! Makna "sempurna" untuk makhluk sebenarnya tidak

sempurna, karena kesempurnaannya itu dibatasi oleh "kodrat"-nya.

Jika terbatas artinya tidak sempurna, karena kesempurnaan sejati tidak

menghendaki adanya batasan-batasan.

Karakter ketergantungan keberadaan alam semesta

menunjukkan intensitas keterarahannya kepada satu tujuan yang sama.

Semuanya terarah menuju kesempurnaannya untuk menghampiri

Yang Maha Sempurna, Allah swt.

Kesempurnaan pepohonan adalah bertumbuh-berkembang

menjadi pepohonan yang sempurna sesuai dengan jenis dan

kodratnya. Kesempurnaan padi adalah bertumbuh kembang menjadi

tangkai padi yang keras, bercabang banyak, dan menghasilkan butir-

butir padi yang banyak, padat, besar-besar, enak rasanya, dan harum

Page 75: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

69

baunya. Kesempurnaan pohon jati adalah bertumbuh kembang

menjadi pohon jati yang tegak lurus, besar dan keras, menghasilkan

bibit pohon jati unggulan, dan kemudian menjadi bahan bangunan

yang kokoh atau menjadi kursi, lemari, dan tempat tidur yang nyaman

dan indah dipAndang mata.

Kesempurnaan binatang adalah bertumbuh dan berkembang

biak menjadi binatang yang sempurna sesuai dengan jenis dan

kodratnya. Kesempurnaan ayam adalah tumbuh menjadi ayam dewasa

yang sehat, gemuk, dan menghasilkan daging ayam yang tebal, renyah

dan gurih, atau menghasilkan telor yang banyak dan bagus-bagus.

Kesempurnaan sapi adalah tumbuh menjadi sapi dewasa yang sehat

dan gemuk serta menjadi makanan yang lezat, atau menghasilkan susu

yang kental dan banyak, juga berkembang biak melahirkan anak-anak

sapi unggulan. Dan sebagainya.

Tapi kesempurnaan manusia berbeda dengan pepohonan dan

binatang. Kesempurnaan manusia tidak berhenti pada tumbuh

kembang menjadi besar dan dewasa serta melahirkan generasi baru

anak-anak manusia yang sehat dan kuat, melainkan lebih dari pada itu.

Manusia bukan sekedar makhluk jasmaniah, melainkan sekaligus

sebagai makhluk ruhaniah. Malah, substansi manusia justru ruhani-

nya. Dimensi jasmaniah manusia – dalam hal tumbuh dan

berkembang–sama saja dengan binatang dan pepohonan. Malah,

dalam hal-hal tertentu bisa lebih rendah. Bayi manusia lahir dalam

keadaan sangat lemah, yang untuk dapat tumbuh dan berkembangnya

memerlukan perawatan yang ketat dan penuh hati-hati. Berbeda

dengan bayi hewan dan bibit tetumbuhan yang dapat tumbuh dan

berkembang dengan perawatan alakadarnya. Malah tanpa perawatan

manusia pun, beberapa jenis binatang dan pepohonan bisa tumbuh dan

berkembang secara sempurna.

Page 76: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

70

Untuk mencapai kesempurnaan, manusia harus mengembangkan

dimensi ruhaniahnya setinggi-tingginya mendekati Allah Yang Maha

Tinggi. Di sinilah justru esensi tauhid.

Tauhid bukanlah sekedar sebuah pengakuan akan ke-Esa-an

Allah. Bila sebuah pengakuan saja, maka iblis la`natullah adalah

bertauhid. Malah iblis juga berdo`a kepada Allah meminta umur

panjang, sebagaimana dalam Al-Quran surah Al-A`raf ayat 12-15

berikut:

د اذ امرتك قال انا خي ر من ها خلقتن من نار وخلقتو من طي قال ما من عك ال تسج

( قال فاىبط من ها فما يكون لك ان ت تكب ر في ها فاخرج ان ك من الص اغرين 21)

عث و 21) نظرين )21ن )( قال انظر ن ال ي وم ي ب (21( قال ان ك من امل

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud

(kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" MenJawab iblis: "Saya

lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang dia

Engkau ciptakan dari tanah."

Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak

sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya; maka keluarlah,

sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina."

Iblis menJawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka

dibangkitkan. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk

mereka yang diberi tangguh."

Dalam empat ayat di atas, iblis menyebut Allah sebagai Pencipta

dirinya dan Adam. Karena diusir dari surga, iblis pun memohon

kepada Allah untuk diberi umur panjang agar dapat menjerumuskan

manusia dari jalan yang benar, Allah pun mengabulkan

Page 77: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

71

permohonannya sehingga iblis sampai sekarang masih hidup dan

selalu menyesatkan manusia.

Oleh karena itu, sekali lagi, tauhid bukanlah sekedar pengakuan

akan ke-Esa-an Allah, bukan sekedar mengakui Allah sebagai Sang

Pencipta saja. Bertauhid memerlukan pengetahuan yang luas dan

mendalam tentang ke-Esa-an Allah (artinya harus terus menerus

belajar tentang tauhid), sikap tunduk dan patuh di hadapan Allah, dan

mengembangkan ruhani setinggi-tingginya untuk menyatu dengan

Allah, disertai penolakan dan kebencian terhadap segala bentuk syirik,

kufur, dan nifaq.

Singkatnya, menurut Sayyid Quthub, keimanan bukanlah

sesuatu yang terpenjara dalam hati atau tersimpan di peti

intelektualisme. Iman tidak cukup dengan sekedar tashdiq (pengakuan

dalam hati) dan iqrar (pengakuan dalam bentuk ucapan), atau sekedar

makrifat. Iman mesti disertai dengan amal perbuatan. Meskipun

beribu-ribu kali seseorang mengatakan dirinya mukmin, namun jika

pengakuannya tidak disertai dengan amal, maka dia bukanlah seorang

mukmin. (Afif Muhammad, 2004, hal. 137-138).

1. Tingkatan Tauhid

Tauhid yang paling tinggi, atau bertauhid yang sebenar-

benarnya tauhid adalah “menyaksikan” Allah, sebagaimana ungkapan

kalimat “syahadat”, yakni “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan

kecuali Allah”. Pernyataan bersaksi jauh lebih tinggi daripada

mengenal Allah melalui pendefinisian.

Sebagai ilustrasi “menyaksikan” dan “mendefinisikan” Ka`bah

di Makkah. Orang yang pernah menjalankan ibadah haji dan umrah

meyakini keberadaan Ka`bah melebihi orang-orang yang belum

melaksanakan ibadah haji dan umrah. Orang yang belum berangkat

haji atau umrah, mereka hanya mengenal Ka`bah dari tulisan-tulisan

tentang Ka`bah; atau paling hebat dari melihat gambar Ka`bah atau

Page 78: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

72

menonton orang-orang yang towaf mengelilingi Ka`bah di televisi.

Tapi orang yang pernah pergi haji dan umrah, mereka benar-benar

telah “menyaksikan” Ka`bah. Atas dasar ilustrasi ini maka mengetahui

sesuatu melalui “kesaksian” jauh lebih tinggi dan lebih kuat daripada

mengetahui sesuatu melalui “pendefinisian”.

Kearifan lokal di pesantren, pendidikan keimanan dilakukan

sedemikian rupa agar para santri dapat mencapai ma`rifat billah

(mengetahui Allah melalui penyaksian). Biasanya dilakukannya

melalui disiplin dalam beribadah dan membaguskan akhlak mulia,

atau dengan cara-cara lainnya, terutama cara-cara tersebut ditambah

dengan bimbingan dari seorang guru mursyid. Yang terakhir ini

biasanya dilakukan oleh para santri yang menjalankan tasawuf atau

tarekat.

Jika penyaksian melalui instrumen hati-nurani, maka

pendefinisian melalui instrumen akal sehat dan bukti pancaindra.

Meng-Esa-kan Allah melalui pendefinisian menghasilkan macam-

macam tauhid sebagai berikut:

a. Tauhid Zat

Menurut Ammar (1993) tauhid Zat maksudnya bahwa Allah itu

SATU hakiki, berdiri sendiri, tidak bersekutu, dan tidak terbatas serta

sederhana.

satu artinya tidak terbilang. Tapi ada dua jenis satu, yaitu satu

haqiqi dan satu i`tibari. SATU-hakiki adalah satu yang tidak berbilang

dan tidak ada bilangan atau unsur di dalamnya. SATU-hakiki hanya

dimiliki oleh Allah SWT. Adapun satu-i`tibari (satu kesatuan)

memang tidak berbilang, tapi merupakan satu kesatuan, karena ada

bilangan atau unsur-unsur di dalamnya. Kesatuan itu ditimbulkan oleh

bagian-bagiannya atau unsur-unsurnya itu. Contohnya, satu orang.

Orang seorang disifati dengan satu, namun di dalamnya mempunyai

kesatuan yang ditimbulkan oleh bagian-bagian atau unsur-unsur

Page 79: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

73

dirinya. Satu orang seseorang adalah kesatuan dari kepala, leher, dada,

perut, tangan dan kaki, dan lain sebagainya.

SATU-hakiki tidak mengandung rangkapan, baik rangkapan itu

banyak atau sedikit. Proton yang tidak dapat dipecah – hari ini (lain

waktu mungkin bisa dipecah) – itu pun masih mempunyai rangkapan.

Proton merupakan rangkapan dari panjang, lebar, tebal, berat, warna,

dan lain-lain. Begitu pula non-material (misalnya Malaikat) yang

belum sampai ke derajat paling sempurna. Malaikat, misalnya saja,

tidak "tak terbatas", karena ia mempunyai unsur kesempurnaan dan

sekaligus unsur kekurangan.

Berdiri sendiri adalah tidak bersebab. Maksudnya, Allah tidak

mempunyai sebab atas keberadaan-Nya. Ia justru merupakan sebab-

akhir dari seluruh mata rantai sebab-akibat. Kita, manusia–sebagai

makhluk– menjadi "ada" adalah dari serangkaian sebab-akibat. Kita

ada karena dilahirkan oleh orang tua kita, orang tua kita ada karena

dilahirkan oleh kakek dan nenek kita, dan seterusnya hingga ke

manusia pertama (Adam dan Hawa). Adam dan Hawa ada karena ada

bahan bakunya berupa tanah (lempung, air, tembikar, dan sebagainya)

yang dihembusi Ruh Allah. Keberadaan tanah pun merupakan

serangkaian sebab-akibat dari bahan-bahan sebelumnya. Dan

akhirnya, Allah-lah sebagai Sang Penciptanya. Dia-lah sebab terakhir

dari keseluruhan rangkaian sebab-akibat.

Tidak bersekutu artinya dalam menciptakan apa pun Allah tidak

perlu kepada pertolongan siapa pun, karena segala kesempurnaan

hanyalah milik-Nya.

Tidak terbatas maknanya sama dengan "tidak beresensi" dan

"sederhana". Maksudnya, bahwa bagi Allah tidak dikenal batas

kesempurnaan, karena kalau terbatas bukanlah Tuhan. Dengan

demikian Tuhan tidak beresensi, dalam arti tidak ada batasan dalam

Wujud-Nya; karena pengertian esensi diambil dari batas-batas wujud.

Page 80: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

74

Karena Tuhan tidak terbatas, maka Tuhan tidak mempunyai esensi.

Satu-satunya yang Dia punya hanyalah Wujud (Keberadaan-Nya).

Dengan adanya suatu batasan, maka suatu wujud tidak dapat

dikatakan sempurna. Mengapa makhluk tidak sempurna, karena ia

memiliki batasan-batasan dan rangkapan-rangkapan. Minimal ia telah

terangkap dari wujud dan esensinya. Malah esensi pun akan

menimbulkan rangkapan tersendiri, sebab ia akan memuat

kesempurnaan yang dimiliki suatu wujud tapi sekaligus juga

menegaskannya dari segala kesempurnaan lain yang tidak dimilikinya.

Atau, biasanya esensi akan memuat keumumam (jenis) suatu wujud

dan ditambah dengan kekhususannya (pembeda). Misal, manusia

adalah binatang yang rasional. "Binatang" adalah segi keumuman

manusia yang menyamakannya dengan binatang lainnya, sedangkan

"rasional" adalah segi kekhususan (pembeda) manusia dari binatang

lainnya.

Tidak adanya batasan-batasan dan rangkapan-rangkapan, atau

tidak adanya esensi menunjukkan bahwa suatu wujud itu sederhana.

Di sinilah makna "sederhana" untuk Tuhan.

b. Tauhid Sifat

Untuk memahami tauhid sifat, menurut Ammar (1993),

sebelumnya perlu dipahami pembagian sifat, yaitu:

(1) Sifat tsubutiyah dan sifat salbiyah. Sifat tsubutiyah (sifat-

ketetapan) ialah sifat-sifat yang mesti ditetapkan pada dan dimiliki

oleh Allah, yakni sifat-sifat yang menggambarkan kesempurnaan

Tuhan, tanpa kekurangan suatu apa pun.

Contohnya, Wujud-Mutlak (Wujud dengan sendirinya tanpa

ada yang mewujudkan). Kebalikan Wujud-Mutlak adalah wujud-

mungkin. Manusia adalah wujud-mungkin, karena wujudnya

manusia diwujudkan oleh Allah swt), Qadim (Terdahulu), Baqa

(Kekal-Abadi), Qudrat (Berkuasa), Iradah (Berkehendak), `Ilmu

Page 81: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

75

(Mengetahui), Cahaya, Indah, Sempurna, Cinta, dan segala sifat

sempurna tanpa ada batasan lainnya.

Pokoknya, sejauh kita bisa menyebutkan segala yang baik-

baik, itulah sifat Tsubutiyah. Sumber pokok sifat-sifat Tsubutiyah

adalah Al-Quran dan Hadis. Asma-ul Husna yang kita kenal (99

Asma Allah, yaitu: Allahur-Rahman, ar-Rahim, al-Malik, al-

Quddus, as-Salam, al-Mu`min, al-Muhaimin, dan seterusnya)

adalah sifat-sifat tsubutiyah Allah. Dalam Al-Quran disebutkan

lebih 120 sifat tsubutiyah, 99 di antaranya dalam Asma-ul Husna.

Adapun sifat salbiyah (sifat-tertolak) adalah segala sifat yang

menggambarkan kekurangan dan kesempurnaan-terbatas, yakni

suatu sifat yang tidak boleh ditetapkan pada dan dimiliki Tuhan.

Contohnya: bendawi, bodoh, lemah, terbatas, terangkap, butuh,

dan segala sifat kekurangan lainnya. Contoh kesempurnaan-

terbatas adalah suci, cerdas, abadi, dan lainnya yang melekat pada

diri para nabi, para wali, dan malaikat. Misal, Nabi itu cerdas (jauh

di atas kecerdasan manusia-manusia cerdas), tapi Nabi tidak

mengetahui hal-hal yang gaib, kecuali jika diberi tahu oleh Allah

swt. Suci-Cerdas-Abadi pada Allah adalah Suci-Cerdas-Abadi

yang sempurna dan tidak ada batasan.

(2) Sifat-Zat dan Sifat-Perbuatan. (Lengkapnya adalah Sifat-Tsubutiyah-

Zat dan Sifat-Tsubutiyah-Perbuatan). Sebenarnya dengan

memperhatikan Zat-Tuhan – yang sempurna dan tidak terbatas – kita

dapat memahami sifat-sifat-Nya yang mesti dan layak bagi-Nya. Kita

bisa mengungkapkan segala sifat yang baik bagi Allah, misalnya:

Qadim, Baqa, Qudrat, Iradat, `Ilmu, Cahaya, Indah, Sempurna, Cinta,

dan segala sifat yang baik lainnya. Inilah Sifat-Zat.

Tapi adakalanya hanya dengan membayangkan Zat-Nya saja kita

tidak dapat menyimpulkan sifat-sifat tertentu. Untuk dapat

Page 82: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

76

menangkapnya, kita perlu membayangkan wujud-mungkin, yaitu

dengan jalan menghubungkan kedua wujud tersebut. Misalnya

Pemberi Hidayah, Pemberi Rahmat, Pemberi Rezeki, Maha

Mendengar, Maha Melihat, dan lain-lain. Inilah yang disebut Sifat-

Perbuatan.

Selain itu ada pula Sifat-Zat yang dapat dikategorikan sebagai

Sifat-Perbuatan, yakni sifat yang memiliki dua sisi, Sifat-Zat dan

sekaligus Sifat-Perbuatan. Contohnya, mengetahui dan mencintai.

Kedua sifat itu bisa dikategorikan sebagai Sifat-Zat, Allah Mengetahui

Diri-Nya dan (Allah) Mencintai Diri-Nya. Tapi bisa juga

dikategorikan sebagai Sifat-Perbuatan, yaitu – misalnya – (Allah)

Mengetahui rencana jahat yang dirahasiakan orang-orang munafik dan

Allah Mencintai orang-orang yang mengemban misi Islam.

Apa Tauhid Sifat itu?

Ammar (1993) lebih lanjut menjelaskan, dengan tauhid sifat ini

dimaksudkan agar kita meyakini bahwa seluruh Sifat-sifat Allah itu

(Sifat-sifat Tsubutiyah-Zat), pada hakekatnya, sama 100%. Sifat

Abadi sama 100% dengan Sifat Berdiri Sendiri, sama 100% dengan

Sifat Iradah, sama 100% dengan Sifat `Ilmu, dan lain sebagainya.

Demikian juga Sifat Berdiri Sendiri sama 100% dengan Sifat Iradah,

sama 100% dengan Sifat `Ilmu, sama 100% dengan Sifat Hidup, dan

lain sebagainya. Kita tidak boleh membeda-bedakan di antara Sifat

(Sifat-Tsubutiyah-Zat) yang satu dengan lainnya.

Demikian juga Sifat-sifat-Nya itu (Sifat-Tsubutiyah-Zat) sama

100% dengan Zat-Nya. Sifat Maha Esa = Zat Allah, Sifat Qidam = Zat

Allah, Sifat Baqa = Zat Allah, Sifat Hidup = Zat Allah, dan

sebagainya. Jadi, Sifat Allah itu adalah Zat-Nya juga, tidak berdiri

sendiri atau terpisah dari Zat Allah SWT. Orang yang memiliki

keyakinan bahwa Sifat Allah itu berbeda atau terpisah dari Zat-Nya,

berarti orang tersebut musyrik, yakni musyrik Sifat. (Ammar, 1993).

Page 83: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

77

Dalam rangka bertauhid, kita dianjurkan untuk menyerap Sifat-

sifat Tsubutiyah Allah. Nabi saw bersabda, "Takhallaqu bi

akhlaqillah" (Berakhlaklah kalian dengan Akhlak Allah). Maksudnya,

jika Allah itu Adil, maka kita pun harus menjadi orang yang adil. Jika

Allah mencintai orang-orang beriman, maka kita pun harus mencintai

orang-orang beriman; dan jika Allah itu membenci orang-orang kafir

dan munafik, maka kita pun harus membenci orang-orang kafir dan

munafik. Dan seterusnya.

c. Tauhid Penciptaan

Maksud tauhid penciptaan adalah seluruh keberadaan alam

semesta secara hakiki merupakan makhluk dan "diciptakan" oleh

Allah swt.

Kata "diciptakan" sengaja memakai tAnda-petik, karena di

kalangan ahli ilmu kalam (teologi) terdapat dua aliran pemikiran yang

berbeda. Kelompok pertama berpAndangan bahwa seluruh makhluk

diciptakan secara langsung oleh Allah SWT. Adapun kelompok

lainnya berpAndangan, bahwa hanya inteligensia pertama saja yang

diciptakan secara langsung oleh Allah swt. Inteligensia pertama

kemudian menciptakan yang kedua, yang kedua menciptakan yang

ketiga, dan seterusnya.

Dalam Al-Quran, kata "khalaqa" (mencipta) adalah meng-qodar

atau menentukan. Maksudnya, wujud sebelumnya itu mengakibatkan

dan menentukan wujud setelahnya; dan tanpa wujud sebelumnya

maka wujud setelahnya itu tidak akan eksis. Dengan demikian, jika

dikatakan bahwa wujud setelahnya dicipta oleh wujud sebelumnya,

maksudnya adalah keberadaan wujud setelahnya tergantung kepada

wujud sebelumnya.

Contohnya, kita (sebagai anak). Keberadaan kita tergantung

kepada wujud sebelumnya, yaitu orang tua kita. Kita (sebagai anak)

tidak secara langsung diciptakan oleh Allah, melainkan melalui orang

tua kita. Selain manusia pertama (Adam dan Hawa) tidak ada manusia

Page 84: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

78

(generasi kemudian) yang langsung diciptakan oleh Allah tanpa

(dilahirkan) oleh orang tuanya, sebagai wujud sebelumnya.

Dengan menggunakan teori sebab-akibat, kita (sebagai anak)

adalah "akibat". Penyebabnya adalah orang tua kita. Tapi orang tua

kita pun (sebagai anak dari kakek-nenek kita) adalah "akibat", karena

"penyebab"-nya adalah kakek-nenek kita; dan seterusnya, hingga

sampai kepada Sebab-Pertama yang tanpa penyebab, yakni Allah swt.

Dengan demikian, rangkaian sebab-akibat yang lebih kemudian itu

sebenarnya hanyalah sebuah "akibat" saja dari Sebab-Pertama.

Kalaupun disebut "sebab" hanyalah sebatas sebab-perantara.

Jadi, maksud tauhid penciptaan yang lebih lengkap adalah,

bahwa seluruh keberadaan alam semesta secara hakiki merupakan

makhluk dan "diciptakan" oleh Allah swt, baik secara langsung atau

tidak langsung.

d. Tauhid Pengaturan

Maksud dari tauhid pengaturan adalah, kita harus tahu dan yakin

bahwa satu-satunya Wujud yang berhak dan mampu mengatur alam

semesta, termasuk mengatur manusia, hanyalah Allah swt. Adapun yang

diaturnya – tentu saja adalah – keberadaan alam semesta, termasuk

kehidupan manusia. Adapun yang dimaksud dengan "Allah mengatur

manusia" adalah, Allah memberikan arahan, bimbingan dan aturan-

aturan yang berkenaan dengan kehidupan manusia. Aturan-aturan itu

biasa disebut dengan syari`at (Syari`at Islam).

Dalam Surah asy-Syura 42 ayat 13 disebutkan:

نا بو آب راىيم نآ اليك وما وص ي شرع لكم من الدين ما وص ى بو ن وحا وال ذي آوحي

أقيم الدين ول ت ت فر ق و فيو كب ر على ال مشركي ما تدعوىم اليو وموسى و عيسى أن

من يشآء وي هدي آليو م، ينيب.

Page 85: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

79

Dia telah men-syari`at-kan bagi kamu tentang agama apa yang telah

diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan

kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa

dan Isa, yaitu: "Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-

belah tentangnya." Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang

kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang

yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya

orang yang kembali (kepada-Nya).

Sehubungan dengan tauhid-pengaturan ini, Allah swt

memerintahkan agar kita mentaati Allah dan mentaati Rasulullah serta

Ulil Amri (orang yang memiliki otoritas memerintah secara benar),

sebagaimana disebutkan dalam surah an-Nisa 4 ayat 59:

زعتم ف شىء ت ن ألمر منكم فإنٱلر سول وأول ٱوأطيعوا لل و ٱطيعوا ءامن و آل ذين ٱأي ها ي

لك خي ر وأحسن لءاخر ذ ٱ لي وم ٱلل و و ٱلر سول إن كنتم ت ؤمنون ب ٱلل و و ٱف ردوه إل

تأويل

Hai orang-orang yang beriman ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul-

(Nya) dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan

pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman

kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Dalam kedua ayat di atas (surah Asy-Syra/42: 13 dan An-

Nisa/4: 59) disebutkan tentang keberatan orang-orang musyrik untuk

menerima Syari`at Islam. Orang yang tidak meyakini bahwa satu-

Page 86: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

80

satunya Wujud yang dapat dan berhak mengatur alam ini hanyalah

Allah, maka orang itu dapat dikatakan musyrik-pengaturan.

Sebagai peringatan kepada orang-orang beriman, Allah swt

menyebutkan bahwa orang-orang munafiq itu selalu mengatakan

beriman, padahal mereka tidak beriman. Dalam surah an-Nisa 4 ayat

60 Allah swt mewanti-wanti kita agar jangan tertipu oleh orang-orang

munafiq:

آمنوا با أنزل إليك وما أنزل من ق بلك يريدون أن ا ل ت ر إل ال ذين ي زعمون أن هم

ي تحاكموا إل الط اغوت وقد أمروا أن يكفروا بو ويريد الش يطان أن يضل هم ضلل

(٠بعيدا )Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku

dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan

kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak

berhakim kepada thagut, padahal mereka telah diperintah

mengingkari thagut itu. Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka

(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.

Tetapi orang yang benar-benar beriman justru menta`ati Allah,

Rasul-Nya dan Ulil-Amri. Mereka benar-benar menggunakan Syari`at

Islam dalam menjalani kehidupannya: dalam kehidupan pribadi,

kehidupan berkeluarga, kehidupan bermasyarakat, kehidupan

ekonomi, kehidupan politik, dan dalam seluruh gerak hidupnya. Atau

secara ringkas, mereka beriman kepada tauhid-pengaturan.

Orang yang mengingkari syari`at Islam sebagai pengaturan

kehidupan dari Allah SWT, berarti orang itu tergolong syirik, dalam

hal ini musyrik-pengaturan.

Page 87: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

81

2. Tauhid dan Pembangunan

Di dunia pesantren keimanan itu diimplementasikan dalam

kehidupan. Berbeda dengan orang-orang sekuler yang memisahkan

antara tauhid dengan kehidupan, dalam tradisi pesantren tauhid itu

menyatu dengan dirinya, sehingga dalam bidang profesi apa pun para

santri bekerja dan di mana saja para santri bekerja, nilai tauhid selalu

melekat dalam dirinya.

Sebagai orang beriman, para santri bergerak dan berbuat karena

kesadarannya, tidak terseok-seok oleh kepentingan sesaat duniawi

yang bersifat rendahan. Kesadaran tersebut terkait langsung kepada

sentral di mana kehidupan merujuk, tergantung, dan terarah ke sana.

Di sinilah para santri menemukan kebermaknaan eksistensinya dan

itulah yang menyebabkan hidupnya menjadi suatu perjalanan dari

kesadaran yang kokoh dan hakiki, suatu perjalanan yang penuh

makna, suatu perjalanan di mana dunia dan akhirat terefleksikan pada

seluruh sikap dan tindakannya.

Dengan prinsip tauhid, para santri harus terus bergerak secara

dinamis menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Minimal lima kali

setiap hari orang beiman mendengar ajakan untuk menggapai

kesuksesan (al-falah) Hayya 'alal falah. Ini cukup memberikan

dorongan yang kuat untuk berubah, berusaha dan berbuat lebih baik

menggapai keberuntungan, di samping memberikan rujukan,

sAndaran dan tolok ukur yang jelas Laa ilaaha illallah.

Asyhadu allaa ilaaha illallah berarti bahwa saya dan seluruh

manifestasi kehidupan saya menjadi bukti dan saksi atas ke-Esaan

Allah. Tidak ada yang tersisa dari kenyataan diri dan kehidupan

kecuali harus mengungkapkan dan mengaktualisa sikap tauhid.

Karena itulah tauhid harus manifest dalam seluruh segi dan aspek

kehidupan (Abdussalam, 2003).

Page 88: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

82

a. Tauhid dalam bidang pendidikan

Sejalan dengan karakter dasar pAndangan tauhid,

pengembangan pendidikan dalam perspektif ini bersifat komprehensif,

integral, dan menem-patkan Allah sebagai rujukan sentral. Maka

berbagai komponen pendidikan dikembangkan secara menyeluruh dan

diperlakukan sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak parsial, dan Allah

sebagai pusat orbitnya.

Pendidikan adalah upaya untuk membina dan membimbing anak

didik agar mencapai kedewasaan dan kesempurnaannya sebagai

manusia. Upaya pendidikan yang mencakup komponen materi,

metode, dan tujuan merupakan implikasi dari pAndangan tentang

manusia, sebab manusia menempati fungsi dan kepentingan pokok di

dalamnya. PAndangan yang menempatkan manusia sebagai makhluk

berakal yang didominasi oleh para dewa akan berbeda sama sekali

dalam pendidikannya dengan pAndangan yang menempatkan manusia

sebagai khalifah.

Manusia yang dikembangkan dalam cara pAndang tauhidullah

harus bersifat komprehensif, yakni manusia yang tidak dipisahkan dari

tritema kehidupan, yaitu Allah, manusia dan alam. Harus integral,

yakni ketiga tema itu merupakan satu kesatuan di mana Allah sebagai

sentralnya. Ia adalah manusia tauhid, yakni manusia yang mendapat

mAndat dari Allah untuk memakmurkan kehidupan dunia dan harus

mepertanggung Jawabkan kepada-Nya (khalifah), dan pada waktu

yang sama ia harus mengaktualisasi-kan diri dan mengarahkan seluruh

aktivitasnya kepada harapan dan rida-Nya ('abd). Bagaitu pula halnya

dengan pengembagan berbagai komponen pendi-dikan lainya. Materi

pendidikan umpamanya, dikembang atas dasar cara pAndang integral,

yakni tidak ada dikomtomi antara ilmu umum dan agama, bahwa ilmu

apa pun datang dari milik Allah. Karena itu, ilmu tidak bebas nilai

baik dalam pengkajian, pengembangan atau pengaplikasiannya, dan

Page 89: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

83

Ilmu apa pun harus mampu mempertemukan kesadaran manusia

dengan Pemiliknya yang mutlak (Abdussalam, 2003).

b. Tauhid dalam bidang sosial budaya

Dalam konteks sosial budaya, tauhid ditempatkan sebagai

sumber yang mendasari sekaligus mewarnai aktivitas sosial budaya

masyarakat. Aktualisasi tauhid dalam konteks sosial budaya adalah

maletakkan masyarakat sebagai wahana perealisasian sifat-sifat Allah

dalam konteks kemanusiaan. Karena itu masyarakat "marhamah"

menjadi identitas sekaligus menjadi tujuan.

Kasih sayang sebagai sifat Allah yang utama diaktualisasikan

dalam pAndangan sosial dengan melihat sesama manusia sebagai

saudara yang pantas diberi kasih sayang. Karena itu, setiap anggota

masyarakat terdorong untuk menebar kasih sayang kepada sesamanya.

Masyarakat yang bertitik tolak dari sifat Rahman Rahim Allah akan

dipenuhi oleh budaya saling memberi perhatian dan saling peduli

terhadap sesama. Setiap orang akan berpikir bagaimana ia dapat

memberikan sesuatu yang terbaik bagi lingkungan sosialnya

sebagaimana Allah memberikan terbaik bagi dirinya.

Allah hanya akan memAndang manusia dari amalnya dan

masyarakat tempat beramal, karena itu bukti amaliah adalah adanya

masyarakat amal, masyara-kat yang aktif, kreatif dan dinamis.

Tauhid dalam diri seseorang tidak hanya dalam bentuk

kesalehan individual, tapi harus tampil dalam bentuk kesalehan sosial.

Kesalehan sosial dapat diwujudkan manakala orang dapat

menghadirkan Allah dalam konteks sosial budayanya.

c. Tauhid dalam bidang ekonomi

Tauhid dalam bidang ekonomi adalah menempatkan Allah

sebagai Sang Maha Pemilik yang selalu hadir dalam tiap detik

kehidupan seorang muslim. Memperlakukan Allah sebagai Maha

Page 90: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

84

Pemilik satu-satunya menempatkan manusia sebagai pemilik "hak

guna pakai" yang bersifat sementara.

Keyakinan akan kehadirang Yang Maha Pemilik akan

mendorong lahirnya sikap jujur dan adil sehingga hak-hak orang lain

akan diberikan secara penuh dan ikhlas. Karena itu, pemenuhan

kebutuhan manusia melalui transaksi-tranksaksi ekonomi akan

ditunaikan sebagai sarana pembagian hak antara pelaku ekonomi

secara adil.

Keyakinan akan Allah satu-satunya pemilik mutlak akan

mendorong orang untuk menunaikan hak-hak Allah yang terdapat

pada apa saja yang dimilikinya. Hak-hak Allah tersebut diberikan

kepada orang-orang yang ditunjuk untuk menerimanya. Karena itu,

harta dalam pAndangan ini bernilai sosial yang bukan hanya

menyejahterakan pemiliknya, tetapi juga memeratakan kepemilikan di

kalangan orang-orang miskin yang berhak pula memilikinya.

Dengan demikian, tauhid dalam bidang ekonomi akan

mendorong lahirnya pemerataan dan kesejahteraan ekonomi.

Kesejahteraan ekonomi tidak hanya diartikan sebagai terpenuhinya

kebutuhan ekonomi semata, tetapi lebih jauh memberikan keberkahan

secara spiritual. Dengan berlAndas-kan pada keterarahan pada Allah.

Pengembangan ekonomi menghendaki pemenuhan dimensi duniawi

dan dimensi ukhrawi secara proporsional.

d. Tauhid dalam bidang politik

Tauhid memAndang kekuasaan yang ada pada tangan manusia

bersifat nisbi, bukan miliknya secara penuh. Allah pemilik segala

kekuasaan. Dia memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-

Nya. Dia juga yang mencabutnya dari siapa saja yang dikehendaki-

Nya. Dia memberikan kemulyaan kepada siapa saja yang

dikehendaki-Nya. Dan sebaliknya Dia menghinakan siapa saja yang

Page 91: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

85

dikehendaki-Nya. Dialah yang memegang segala kebaikan, dan Dia

berkuasa atas segala sesuatu.

Tauhid memAndang kekuasan yang diperoleh oleh manusia

adalah amanat. Karena itu, pada hari kiamat bisa jadi kehinaan dan

penyesalan yang tiada tara, kecuali bagi orang yang mampu

memenuhi tanggung Jawabnya secara penuh. Karena itu pertanggung

Jawaban tidak sepenuhnya selesai di hadapan manusia. Puncak

pertanggung Jawaban akan diselesaikan di hadapa-Nya. Ini

memastikan bahwa kepentingan politik bukan kepentingan final.

Kepentingan politik lebih merupakan kepentingan strategis untuk

menata kehidupan bersama supaya berjalan senapas dengen pesan dan

harapan tauhid.

Dengan demikian, demokrasi sebagai teori kekuasaan tidak

menempatkan segala-galanya pada tangan manusia. Segala hal yang

berkaitan dengan kekuasaan yang diaktualisasikan manusia

merupakan implikasi dari pengakuan dan kesadaran tauhid. Dengan

merujuk kepada al-Quran dapat diangkat beberapa prinsip demokrasi,

antara lain: 1) Ta'aruf, yakni pengenalan dan pengakuan terhadap

kenyataan dan keragaman yang ada. 2) Musyawarah, yakni perlakuan

dan penghargaan terhadap kenyataan dan keragaman yang ada untuk

mencapai kesamaan dan kesefakatan. 3) Ta'awun, yakni optimalisasi

dan fungsionalisai keragaman untuk bergerak dan berbuat mencapai

tujuan bersama. 4) 'Adalah, yakni prinsip keseimbangan dan

keproporsioanalan dalam mengembangkan seluruh perencanaan dan

operasionalisasi aktivitas politik. 5) Maslahah, yakni keberpihakan

kepada kebanaran dan kebaikan untuk kepentingan masyarakat.

Dalam perspektif tauhidullah, prinsip-prinsip ini dikembangkan secara

komprehensif, integral dan rujukan sentralnya adalah Allah.

Page 92: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

86

3. Berjumpa dengan Allah

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa;

Kemudian Dia bersemayam di atas arsy Dia mengetahui apa yang

masuk ke dalam bumi, apa yang keluar daripadanya dan apa yang

turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama

kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang

kamu kerjakan (QS.57 al-Hadid: 4). Kehadiran manusia hanyalah

karena kehadiran-Nya. Kebaikan manusia sesungguhnya karena

kebaikan-Nya. Jika tidak ada karunia dan rahmat Allah, niscaya tak

akan ada seorang pun yang dapat membersihkan dirinya untuk

selama-lamanya. (QS.24:21). Jika tidak ada karunia dan rahmat-Nya

tentu manusia akan terseok-seok mengikuti jejak syetan (Qs.4:83).

Jika tidak adan karunia dan rahmat-Nya tentu manusia akan

terjerumus pada kecelakaan. (QS.2:64)

Melalui membaca dan merenungi ayat-ayat Al-Quran, setiap

saat Allah seakan-akan menemui manusia melalui ayat-ayat-Nya baik

yang tersurah maupun yang tersirat. Semuanya membisikan harapan-

harapan terbaik bagi manusia. Hanya sayang kadang manusia lari dari

pertemuan ini, sehingga menjadi sulit dan terasa berat menghayati

kebersamaan dengan-Nya. Padahal, pertemuan dan kebersamaan

manusia dengannya sesungguhnya merupakan suatu keniscayaan dari

hakikat eksistensi manusia yang tergantung dan terarah kepadanya.

Tanpa pertemuan dengan-Nya hidup manusia menjadi hampa,

kehilangan makna dan arah yang hakiki dalam hidupnya. Pertemuan

ini lebih bersifat maknawi, yakni pertemuan kesadaran manusia

dengan kebesaran, keagungan, harapan dan ridla-Nya.

Bagaimana, kapan, dan dengan cara bagaimana manusia dapat

berjumpa dengan Allah swt? Melalui beribadah yang ikhlas, melalui

penghayatan dan internalisasi Asma`ul Husna, melalui wirid-wirid dan

berdoa, belajar dari peristiwa alam dan sosial, dan ciptaannya seakan-

akan manusia berjumpa dengan Allah. Mudah-mudahan suatu saat

Page 93: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

87

nanti para santri yang melakukan kelima hal ini dapat benar-benar

berjumpa dengan Allah.

a. Berjumpa dengan Allah melalui ibadah yang ikhlas

Ibadah merupakan wujud aktualisasi diri sebagai hamba.

Pengakuan kehambaan yang paling fasih adalah dengan mengidentifi-

kasikan diri kepada sifat-sifat-Nya dan mentransparankan harapan-

harapan-Nya dalam seluruh aktivitas hidup. Ibadah adalah kata

kuncinya.

Allah selalu merindukan manusia menghampiri-Nya. Allah

selalu menginginkan agar manusia selalu dekat dan terus menerus

berusaha mendekati-Nya. "Jika hamba-hamba-Ku mendekati

sejengkal maka Aku mendekatinya sehasta. Jika hamba-hamba-Ku

mendekati-Ku sehasta maka Aku mendekatinya sedepa. Jika hamba-

hamba-Ku mendekati-Ku sambil jalan maka aku mendekatinya sambil

lari” (HR Bukhari).

Karena Allah menyayangi manusia dan selalu merindukan

pertemuan dengan manusia, maka Allah menetapkan forum pertemuan

rutin dengannya. Paling tidak ada lima kali forum pertemuan resmi

dalam setiap hari. Begitu proaktif Allah berusaha bertemu dengan

manusia, sehingga Dia menyusun jadwal pertemuan khususnya

dengan-Nya dan membuat format undangannya yang sangat indah.

Hayya 'alash shalah, Hayya 'alal falah. (Mari mendidirikan shalat,

mari menggapai kesuksesan/kebahagiaan). Begitu mesra Allah

memanggil manusia untuk bertemu dengan-Nya.

Jika Anda punya atasan yang kaya raya, dan sangat sayang

kepada Anda. ia memberi berbagai fasilitas yang Anda perlukan,

padahal Anda tidak memiliki sesuatu atau kebaikan yang dapat Anda

berikan kepadanya. Suatu waktu ia ingin bertemu dengan Anda secara

langsung dan memanggil Anda dengan cara yang baik. Apakah Anda

Page 94: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

88

merasa perlu untuk menemuinya? Kira-kira dengan cara, sikap, dan

kata apa Anda akan menemuinya?

Yang ingin sering bertemu secara khusus dengan manusia ini

adalah Allah, Pencipta, Pemberi, dan Pemilik segala yang dimiliki

manusia. Dia Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, Yang

Maha kaya, Yang Maha Pemurah, Yang Maha adil, dan seterusnya.

Jadi bagaimana seharusnya manusia menyambut pertemuan tersebut?

Pertemuan tersebut sangat khusus, sangat istimewa dan sangat

esensial maksud dan maknanya. Tidak sembarang orang bisa terlibat

dalam pertemuan tersebut. Orang yang dapat masuk pada pertemuan

ini hanya orang yang memiliki kesucian, suci hadas, suci tempat,

pakaian, dan terutama suci hati (niat/tujuan). Dari segi penataan

lahiriah dan gerak, pertemuan ini terbuka dan mudah dibaca, tapi

sesungguhnya pertemuan ini sangat rahasiah. Ia lebih merupakan

pertemuan batin, tapi tidak mengabaikan unsur lahirah. Jadi

pertemuan ini merupakan pertemuan lahir dan batin secara serempak.

Pertemuan (melalui shalat yang khusyu`) menjadi kunci untuk

terjadinya berbagai pertemuan dengan Allah di luar shalat. Kalau

dalam pertemuan (shalat) ini tidak pernah bertemu dengan Allah

(karena tidak dapat menghadirkan Allah dalam shalatnya), maka akan

sulit sekali kalau tidak dikatakan mustahil akan dapat bertemu dengan

Allah di luar shalat. Berbagai ayat dan hadis mengungkapkan bahwa

pertemuan dengan Allah dalam shalat ini akan mempengaruhi perilaku

di luar shalat. "Sesungguhnya shalat akan mencegah perbuatan jahat

dan mungkar”. Dalam hadis kudsi Allah berfirman: "Aku hanya

menerima shalat orang yang mampu menghayati keagungan Allah

dalam shalatnya, tidak sombong kepada sesama makhluk, tidak

melaksanakan dosa secara sengaja, menghabiskan masa-masa

hidupnya dengan penuh zikir kepada-Ku, menyayangi orang miskin,

yatim, dan orang-orang yang mendapat musibat" (Al-Hadis).

Page 95: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

89

Selain melalui ibadah shalat, banyak lagi ibadah-ibadah lainnya

yang secara khusus ditetapkan dan ditata seluruh aturan dan caranya

langsung oleh Allah dan Rasul-Nya. Ini tiada lain supaya ibadah

tersebut efektif dalam mempertemukan manusia dengan Allah,

pertemuan pikiran dan kesadaran manusia dengan harapan dan rida-

Nya. Jadi sangat penting sekali bahwa dalam ibdah itu manusia harus

bisa bertemu dalam arti sesungguhnya dengan Allah. Jangan sampai

ibadah itu hanya sekedar rutinitas yang kehilangan jiwanya.

b. Berjumpa dengan Allah melalui zikir dan doa

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw mengingat Allah pada

seluruh waktunya. Kitab al-Adzkar tulisan Imam Nawawi adalah salah

satu kitab yang mengumpulkan berbagai zikir dan doa Rasulullah

pada seluruh aktivitas manusia. Dari mulai bangun tidur, masuk kamar

mandi, pakai dan buka baju, pakai dan buka sepatu, keluar dan masuk

rumah, berangkat bepergian, naik dan turun dari kendaraan, melihat

sesuatu (seperti hujan dll), mendengar sesuatu (seperti petir dll), dan

seluruh aktivitas manusia sampai saat tidur lagi ada lafad doa atau

zikirnya yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. (Abdussalam, 2003).

Doa atau lafal-lafal zikir tersebut tentu saja bukan untuk sekedar

diucapkan tanpa makna. Dengan lafal-lafal itu manusia diharapkan

terus-menerus mengomukasikan seluruh aktivitas dan hidupnya

kepada-Nya, sehingga ia tetap menghayati kehadiran dan keterlibatan

Allah dalam seluruh keadaannya. Dengan demikian, maka seluruh

langkah, usaha, harapan dan tujuannya hanya akan tersAndar dan

terarah kepada-Nya, kepada pertolongan dan rida-Nya. Di sinilah

sesungguhnya tertumpunya kekuatan, keberanian, ketenangan dan

kepuasan seorang muslim, apa pun yang akan dan telah diperolehnya

setelah itu. (Abdussalam, 2003).

Pada dasarnya doa dan zikir-zikir itu bermakna memohon perto-

longan dan perlindungan dari Allah serta harapan kebaikan secara

Page 96: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

90

umum. Ini sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang

tergantung dan terarah ke luar dirinya, karena keterbatasannya. Tanpa

zikir berarti manusia hanya mengAndalkan kekuatan dirinya dan

kekuatan lain ciptaan manusia sendiri, yang jelas tidak mungkin

diAndalkan secara penuh dan mutlak. Betapapun hebatnya kekuatan

seseorang dan canggihnya teknologi yang digunakan tetap memiliki

keterbatasan. Tanpa zikir berarti ia memutlakkan kemampuan diri dan

teknologi, sekaligus mengingkari keterbatasannya. Ini berarti bahwa

sesungguhnya zikir tersebut merupakan kebutuhan manusia yang

sangat esensial.

Suatu hadis sahih menyatakan bahwa setiap perbuatan yang

tidak dimulai dengan basmalah, maka perbuatan itu terputus (Al-

Hadis). Maksudnya terputus dari sAndaran kekuatan dan orientasi

hidup yang lebih hakiki. Tatkala kita meninggalkan rumah berangkat

kerja, apakah kita cukup aman dan pecaya penuh kepada kunci dan

satpam, sehingga kita yakin bahwa rumah itu pasti aman tidak akan

ada yang mengganggu? Ketika kita naik kendaraan, apakah kita cukup

tentram dan pasti selamat dengan percaya penuh kepada supir dan

kendaran yang masih baik? Pasti Jawaban kita “tidak”. Kita tidak bisa

percaya penuh kepada kunci dan security, kita tidak akan mendapat

keberanian dan ketenangan penuh dalam perjalanan dengan hanya

mengAndalkan dan percaya penuh kepada sopir dan kendaraannya.

Betapapun sopir sangat terampil, masih terdapat seribu satu

kemungkinan yang bisa terjadi di luar perhitungan manusia. Kalau

kunci, Security, dan sopir tidak mungkin dipercaya penuh untuk

menjamin keselamatan, lantas siapa yang dapat dipercaya secara

penuh? Ke manakah kita harus menitipkan keselamatan diri kita

sehingga kita bisa tenang?

Di sinilah kita akan merasa nikmat menitipkan diri kita kepada

Dzat yang memiliki penglihatan dan kekuatan tak terbatas. Di sinilah

kita akan merasa senang dan tenang menitipkan dan menyerahkan

Page 97: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

91

segalanya kepada Allah melalui basmalah. Seakan hati kita

berkata,”Ya Allah Engkau sajalah yang menjaga rumah dan milik

saya, Engkau saja yang melindungi kami di perjalanan ini. Betapapun

banyak pihak yang bermaksud mengganggu milik saya, mencelakakan

saya di perjalanan, pasti kami akan selamat, jika Engkau melindungi

(Abdussalam, 2003).

Ini hanya sebagai contoh penghayatan terhadap makna salah

satu lafad zikir. Lafad zikir itu banyak sekali, baik yang ditentukan

atau tanpa penentuan waktu/kondisi. Ada bismillah, al-hamdulillah,

subhanallah, inalillahi dan lain sebagainya. Dapat diyakini bahwa

semua lafzd zikir itu mengakar pada hakikat eksistensi manusia.

Semuannya berkaitan langsung dan dibutuhkan oleh manusia dalam

seluruh gerak dan diamnya. Jelaslah bahwa lafadz-lafadz zikir tersebut

dikemas untuk mempertemukan pikiran dan kesadaran manusia

dengan dengan Allah. Banyaknya lafadz zikir menghendaki terjadinya

pertemuan dimaksud yang terus menerus. Pertemuan inilah yang

sesungguhnya mampu memberi ketenangan kepada manusia. Allah

swt berfirman dalam Al-Quran, “Ingatlah hanya dengan berzikir

kepada Allah hati akan tenang.” Karena itu, jangan sampai lafadz-

lafzd zikir tersebut jatuh menjadi ungkapan klise yang tidak memiliki

ruh.

c. Berjumpa dengan Allah melalui Asmaul Husna

Sebagai pengantar untuk mengenali Diri Nya Yang Al-Ghaib,

secara proaktif pula Allah memperkenalkan diri melalui nama dan

sifat-sifat-Nya (lebih dikenal dengan Asmaul Husna). Berbagai

riwayat yang sangat populer menyatakan bahwa jumlah Asma Husna

adalah sembilan puluh sembilan. Ini tidak berarti bahwa nama dan

sifat Allah hanya sejumlah itu. Para ulama yang juga merujuk al-

Quran menemukan jumlah nama/sifat yang berda-beda. Ath-

Thabathabai dalam tafsirnya mengumpulkan sebanyak 127, Ibn

Page 98: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

92

Barjam mengumpulkan sebanyak 132, Al-Qurthubi mengumpulkan

200 lebih, dan lain sebagainya (Abdussalam, 2003).

Sesungguhnya manusia hanyalah mengenal Allah melalui

Nama/Si-fat-Nya. Amat-sangat langka yang mengenal Dzat-Nya.

Misal, kita dapat mengenal kecerdasan dan kepiawaian seseorang dari

artikel yang ditulisnya. Kita dapat mengakui kehalusan daya seni

seorang seniman dari lukisan yang dibuatnya. Walau tidak pernah

bertemu secara langsung kita dapat mengenalnya sebagai penulis yang

trampil dan pelukis ulung melalui karya-karyanya. Hanya saja untuk

mengenali kecantikan seorang wanita atau kegantengan seorang lelaki

haruslah bertemu dengan orang-orangnya. Tidak cukup hanya melalui

tulisan tentang kecantikan dan kegantengannya.

Pertemuan dengan Allah melalui sifat-sifat-Nya ini merupakan

pertemuan yang paling mendalam bagi seseorang yang belum

mencapai makrifatullah; sebab makna sifat-sifat tersebut dapat terbaca

dengan jelas pada seluruh fenomena yang dapat ditangkap oleh akal

serta bashar dan bashiroh manusia. Begitu dalam pertemuan ini

sehingga dapat menumbuhkan suatu keyakinan kepada-Nya, percaya

penuh pada jaminan makna sifat itu, dan tumbuh kesediaan untuk

mempertaruhkan diri kepada-Nya. Orang beriman berani

mempertaruhkan segala keberhasilan dan imbalan amalnya kepada-

Nya karena yakin bahwa Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha

Kaya, Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha adil

dan Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dengan meyakini semua

sifat-sifat tersebut selesailah semua harapan dan kekuatan berhenti dan

tenang padanya. Keyakinan dan kesediaan mempertaruhkan diri

tersebut bukan angan-angan kosong. Kecuali ada informasi verbal dari

al-Quran dan sunah tertang sifat itu, alam dan keterarahannya menjadi

sumber informasi visual yang cukup meyakinkan, di samping bahwa

kayinan itu bukan harapan yang luput dari amal.

Page 99: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

93

Pertemuan dengan Allah melalui nama/sifat-sifat ini memiliki

tingkatan yang berbeda-beda sesusai dengan pemahaman,

penghayatan dan pengalaman yang telah dijalaninya. Pertama,

mengetahui dan yakin bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersebut.

Kedua, memahami makna-makna yang terkadung dalam sifat tersebut

dan menghayati wujud makna tersebut pada fenomena alam dan

peristiwa kehidupan yang dilihat dan atau dialaminya. Ketiga, Kecuali

menghayati wujud makna sifat itu, berusaha mencerap dan

merealisasikan sifat-sifat tersebut pada tindakan dan perilakunya. Al-

Ghazali (1989) mengomentari pengenalan melalui sifat-sifat ini,

“Barangsiapa yang mendengar asma-asma Allah, memahaminya dari

segi tafsiran dan sifatnya, serta meyakini bahwa makna tersebut

adalah milik Allah, maka sesungguh-nya ia baru memperoleh bagian

yang kecil daripadanya dan masih rendah tingkatannya”.

Al-Quran surah 7 al-A‟raf ayat 180 menAndaskan agar kita

memohon kepada Allah dengan menggunakan al-Asma al-Husna dan

agar kita mening-galkan orang yang tidak mengenalnya karena

mereka telah menyimpang dari kebenaran saat menyebut nama atau

sifat-sifatnya. Masih banyak ayat lain di mana di dalamnya

terkandung al-Asma al-Husna.. Muhammad Ali menjelaskan bahwa

yang dimaksud dengan al-Asma al-Husna adalah nama-nama yang

menampakkan sifat-sifat paling baik dari Dzat Allah. Sedangkan yang

dimaksud dengan fad‟uhu biha (berdoalah/mohonlah Dia dengannya)

berarti bahwa manusia harus menyimpan sifat-sifat ilahi dalam

pikirannya dan berusaha memiliki sifat-sifat tersebut, sebab hanya

dengan itu ia dapat mencapai kesempurnaannya. Kecuali itu, Al-Jili

menafsirkan amanah yang diasongkan kepada manusia setelah bumi

dan langit enggan menerimanya (QS 33:72) adalah amanat untuk

merealisasikan sifat sifat Allah di bumi. (Abdussalam, 2003).

Itulah pertemuan terindah antara manusia umumnya dengan

Allah melalui sifat-sifat-Nya, yakni apabila sifat-sifat itu menjadi

Page 100: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

94

rujukan dan tolok ukur dalam pengembangan kepribadiannya. Di

sinilah manusia mendekatkan diri kepada-Nya, dalam arti

mengidentifikasikan diri dan perilakunya kepada sifat-sifat Allah,

sebatas jangkauan kemanusiaan dan batas-batas yang ditetapkan oleh

Allah sendiri. Pemancaran kembali sifat-sifat Allah dalam wujud

akhlak insani diperintahkan secara tAnda oleh Allah dan Rasul-Nya.

“Berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah telah berbuat baik

kepadamu (QS.28:77). Rasulullah saw bersabda: Takhallaquu bi

akhlaaqillaah (Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah)

d. Berjumpa dengan Allah melalui peristiwa susah dan senang

Peristiwa yang dialami oleh orang perorangan (secara

individual), suatu komunitas (secara kolektif), bahkan hingga suatu

bangsa (dalam satu negara dan pada beberapa negara) hanyalah bolak

balik antara sukses dan gagal, antara senang dan susah, serta antara di

atas dan di bawah. Tidak ada seorang manusia atau suatu masyarakat

dan bangsa pun yang merencakan untuk gagal, karena tidak ada

seorang pun, suatu masyarakat pun, dan suatu bangsa pun yang

menginginkan kesusahan. Akan tetapi realitasnya tidak terelakan

bahwa manusia (juga masyarakat dan bangsa) sering kali mengalami

kegagalan, kepahitan, dan kesusahan. Di manakah Allah dari peristiwa

kegagalan dan kepahitan itu? Bukankah Dia tahu persis apa-apa yang

kita inginkan? Bukankah Dia Mahakuasa memberi kita sesuai apa

yang kita inginkan?

Jika Anda ditanya mengapa Anda lulus dan duduk di jurusan

yang Anda ikuti sekarang ini? Apakah Jawaban Anda cukup dengan

menyatakan bahwa masuk jurusan tersebut semata pilihan dan usaha

Anda sendiri, karena memang jauh sebelumnya telah menjadi cita-cita

dan belajar keras mempersiapkan diri supaya lulus? Apakah Anda

cukup menyatakan kebetul-an saja, karena sesungguhnya jurusan ini

tidak menjadi prioritas pilihan Anda dan tidak sungguh-sungguh

Page 101: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

95

mempersiapkan diri? Jika demikian, di manakah Allah dari apa yang

Anda harapkan dan yang tidak Anda harapkan itu? Padahal setiap

selesai shalat kita sering membaca, “Ya Allah, tidak akan ada yang

dapat menghalangi apa-apa yang Engkau berikan, tidak akan ada yang

bisa memberikan apa-apa yang Engkau halangi”

Jika Anda ditanya mengapa dan bagaimana bisa datang ke

tempat kuliah hari ini? Apakah Anda cukup menJawab karena Anda

sedang sehat dan jalanan lancar? Apakah Anda cukup menjawab

karena kuliah ini merupkana perbuatan rutin atau terbiasa dan

jaraknya cukup dekat? Apakah Anda merasa cukup aman, tenang yang

menjamin keselamatan Anda karena badan Anda kekar dan sehat?

Apakah Anda dapat memastikan bahwa Anda akan sampai ke tempat

kuliah dengan selamat karena kuliah sudah menjadi kegiatan rutin dan

jaraknya dekat? Jawaban kita pasti tidak, sebab kita tidak akan bisa

lari dari keterbatasan kita sebagai manusia. Jika hidup, perilaku dan

kesuksesan kita memang tergantung kepada pihak lain (Allah),

mengapa kita cenderung mengingkari keterlibatan-Nya? Mengapa kita

cenderung lebih sulit menghayati kehadiran dan keterlibatan Allah

dalam seluruh prilaku dan nikmat yang kita terima, walau hanya

seisap oksigen ke dalam paru-paru kita? Padahal andil dan

keterlibatan-Nya lebih nyata pada segala fenomena dan peristiwa.

Mengapa kita cenderung kurang peduli dengan pertolongan dan

karunia-Nya, sehingga sulit sekali bersyukur kepada-Nya? Padahal

lancarnya mata kita berkedip merupakan hasil penataan dan karunia

pemberian-Nya.

Apabila perilaku atau peristiwa yang kita alami itu pahit, di

manakah Allah, dengan mata apa kita memAndang-Nya dan dengan

hati bagaimana kita menghayati-Nya? Ada beberapa alumni suatu

pesantren yang biasa mengikuti pengajian bulanan di pesantren

almamaternya. Secara rutin me-reka menggunakan mobil-mobil

tertentu yang telah mereka kenal. Pada suatu saat mereka dikejutkan

Page 102: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

96

oleh mobil yang telah mereka pesan tidak menunggu mereka. Padahal

biasanya mobil itu menunggu mereka dan tidak berangkat sebelum

mereka datang lengkap. Karena itu, dengan agak menyesal mereka

terpaksa menumpang mobil lain. Akibatnya mereka agak kesiangan

menghadiri pengajian. Baru satu jam mereka istirahat menghadiri

pengajian, mereka mendapat berita bahwa mobil yang biasa

ditumpanginya itu mendapat kecelakaan. Maka penyesalan tadi pagi

itu berbalik menjadi rasa gembira yang tak henti-hentinya dibarengi

dengan ucapan syukur yang mendalam. Di sanalah pikiran dan

kesadaran mereka bertemu dengan rencana Allah yang lebih baik. Di

saat itulah mereka menikmati karunia dan kasih sayang Allah setelah

sebelumnya mereka sesali karena terasa pahit. Dengan peristiwa

tersebut mereka menikmati pertemuan dengan Allah, dengan rencana

dan pilihan Allah untuk mereka sehingga mereka benar-benar tambah

yakin bahwa pengetahuan Allah, rencana Allah, dan pilihan Allah

jauh lebih baik daripada apa yang dapat kita harapkan dan perkirakan.

Allah berfirman: “Tidaklah kamu menghendaki sesuatu kecuali Allah

pun menghendaki (sesuatu), sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

dan Maha Bijaksana (QS 76:30). Dalam ayat yang lain bisa jadi kamu

membenci sesuatu padahal ia lebih baik bagimu: dan bisa jadi kamu

menginginkan sesuatu padahal ia lebih buruk bagimu. Allah

mengetahui dan kamu tidak mengetahui. (QS.2:216).

Maka peristiwa apa pun yang dialami manusia akan dapat

mempertemukan pikiran dan kesadaran manusia dengan rencana,

kehendak dan pilihan Allah yang pasti lebih baik dari rencana

siapapun. Setiap manusia yang bertemu dengan Allah melalui

peristiwa apa pun pasti akan menemui Allah berada pada pihak

terbaik. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang di satu pihak dan

Maha adil di lain pihak. Karena itu, mustahil Allah berbuat aniaya;

mustahil Allah salah memperlakukan siapa pun.

Page 103: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

97

e. Berjumpa dengan Allah melalui ciptaan-Nya yang menakjubkan

Allah memperkenalkan diri kepada manusia dengan segala cara

dan segala jalur komunikasi yang dapat diterima oleh manusia. Begitu

deras dan gencarnya ayat-ayat Allah (baik kauniah atau kauliah)

menyentuh seluruh sisi hidup dan kesadaran manusia. Itu karena Allah

sayang. Dia ingin sekali dikenal dan dihampiri oleh hamba-Nya.

Semua ciptaan Allah itu, yang sangat indah dan harmonis, sebenarnya

merupakan pengantar agar manusia berkeinginan mengenali Diri-Nya.

Tatkala kita enak bernapas, siapakah yang merancang oksigen

yang kita perlukan, yang ternyata dikeluarkan dari tumbuh-tumbuhan,

sehingga antara manusia dan tumbuhan terjalin hubungan timbal balik

yang harmoni? Siapakah yang merancang paru-paru dengan dua ratus

lima puluh juta gelembung, setiap detik menyuplai oksigen pada sel-

sel darah merah dan mengeluarkan karbondioksida daripadanya,

sehingga dalam satu detik itu darah yang tadinya sudah hampir hitam

berubah menjadi merah cerah? Siapa yana punya pekerjaan sehebat

itu? Semua orang pasti mengaguminya.

Tatkala kita mengecap rasa makanan dalam mulut, kita dapat

membedakan berbagaia jenis rasa. Siapa yang menata 9.000 kucup

perasa pada lidah kita, di mana masing-masing kucup mempunyai

tugas tersendiri dalam pengecapan rasa dan dihubungkan kepada otak.

Siapakah yang merancang dan mengatur semua ini? Begitu makanan

jatuh di mulut, langsung disambut oleh enam kelenjar untuk

mempermudah penghancuran dan pencernaannya. Jika makanan itu

terus bergulir ke usus, maka pembuluh-pembuluh di dinding usus itu

tak ubahnya laksana laboratorium-laboratorium kimia yang menyuplai

enzim-enzim dan unsur kimia yang dibutuhkan sesuai dengan macam

dan jenis makan yang masuk. Semua orang pasti mengaguminya.

Seluruh alam ini gelap gulita. Ia hanya diterangi dengan

tampaknya al-Haq (Allah) padanya. Barangsiapa melihat alam tapi

tidak melihat Allah di dalamnya, berarti ia telah tersilaukan oleh

Page 104: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

98

cahaya itu, dan nur makrifat tertutup baginya oleh awan kebendaan.

Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Dia terhijab oleh sesuatu,

padahal Dia-lah yang menampakkan segala sesuatu. Dia-lah yang

tampak oleh segala sesuatu, Dia-lah yang tampak pada segala sesuatu.

Dialah yang tampak untuk segala sesuatu, Dia-lah yang tampak

sebelum segala sesuatu. Dia-lah yang lebih tampak daripada segala

sesuatu. Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Dia terhalang oleh

sesuatu, padahal Dia lebih dekat daripada segala seautu. Dia lebih

lekat daripada segala sesuatu. Dia lebih menguasai daripada segala

sesuatu. Hal ini sudah pasti diyakini oleh semua manusia.

Untuk bertemu dengan Allah melalui ayat-ayat-Nya, manusia

diberi kekuata bashor, yakni kekuatan indrawi yang mengangkat

pesan atau stimulus konkrit, dan kekuatan bashiroh, yakni kekuatan

batin (mata batin) untuk menangkap makna dan esensi di belakang

benda. Kekuatan bashar dan bashirah ini harus terintegrasi

menumbuhkan kesadaran tertinggi, mengantarkan pertemuan terindah

antara manusia dengan Khaliknya. Itulah pertemuan pikiran dan

kesadaran manusia dengan rida-Nya.

Jika kekuatan bashar tidak membantu mempertajam kekuatan

bashirah dan mengantarkan pertemuan dengan-Nya, berarti

kebendaan yang hinggap pada kekuatan bashar tersebut telah

menumpulkan dan menghijabnya. Akibatnya, betapapun derasnya ayat

Allah akan berlalu tanpa makna. Pertemuan itu hanya sebatas materi.

Akibatnya, perhitungan, keputusan, dan pilihan-pilihan dalam hidup

pun berujung pada materi. Sebabnya, karena hal-hal itu pulalah yang

masuk ke dalam hatinya karena hanya satu hati saja yang berfungsi,

yakni hati nurani (hati yang memperoleh cahaya Tuhan) atau hati

sanubari (hati yang gelap-gulita, karena tidak mau mengenali Tuhan).

Bagaimana Allah akan masuk dalam hati nurani, kalau gambar yang

lain tercetak kokoh di dalam hati sanubarinya.

Page 105: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

99

4. Buah dari Tauhid

Bagi para santri dan orang-orang mukmin, seluruh kenyataan

dan peristiwa yang dialami sesungguhnya harus menjadi buah atau

manifestasi dari tauhid. Kenyataan yang dimaksud bukan saja

kenyataan secara empirik, tapi mencakup bahkan kadang kadang lebih

menekankan kenyataan spirutal ruhaniah. Suatu kenyataan bisa saja

tampil sebagai kenistaan pada ujung bashar seseorang, tapi kemudian

dirasakan sebagai suatu keindahan dalam penghayatan bashirah-nya.

Di sini hanya akan dikemukakan beberapa nilai yang dapat

dikembangkan dari tauhid. Itu pun hanya dalam bentuk contoh

ilustrasi saja. Nilai-nilai dimaksud adalah ketenangan, keselamatan,

keamanan, dan keberanian. Tapi perlu hati-hati juga karena Iblis

dengan bala tentaranya selalu menciptakan pandangan yang indah

kepada manusia, sehingga orang itu merasa tenang, merasa selamat,

merasa aman, dan merasa berani menghadapi hari akhir, padahal

semuanya palsu. Bisa kita saksikan semua agama merasakan

ketenangan, keselamatan, keamanan, dan keberanian.

a. Ketenangan

Rasulullah saw. pernah diancam dibunuh oleh seorang musyrik

Quraisy, namanya Suroqah. Waktu itu beliau sedang beristirahat di

bawah suatu pohon kurma. Tiba-tiba datanglah seorang musyrik

menghunuskan pedang di hadapan mukanya sambil berkata, "Hai

Muhammad siapakah yang akan menolongmu dari pedangku ini?

Karena keterarahan dan kepercayaan yang penuh hanya kepada Allah,

beliau sama sekali tidak gentar atau takut. Beliau tetap tenang karena

telah menitipkan dan mempercayakan diri serta keselamatannya

kepada Dzat Yang Memiliki dan Menguasainya. Beliau menjawab,

“Hanya Allah-lah yang menjagaku". (Al-Buthi, 1999).

Dengan ketenangan dan keteguhan hatinya yang penuh tertumpu

hanya kepada Allah, karena dia memang sudah mengenali Tuhannya,

Page 106: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

100

maka sikap yang terpancar dari padanya mampu mempengaruhi sikap

musuhnya yang garang menjadi lemah dan tak berdaya, sehingga

posisinya jadi terbalik. Kini jadi Rasulullah yang memegang pedang,

mengancam musuhnya sambil berkata, "Sekarang siapa yang akan

menolongmu dari aku ini?” Ia menJawab, "Tidak ada yang akan

menolongku selain engkau sendiri". Ya, memang ia tidak bisa

menolong dirinya sendiri, karena ia tidak mengenal Allah. Tapi

kemudian Rasulullah saw. membebaskannya kembali. (Al-Buthi,

1999).

b. Keselamatan

Tatkala Nabi Yunus `alaihissalam dilemparkan ke laut, ikan

paus langsung menelannya. Paling tidak inilah pAndangan

kebanyakan ahli tafsir. Tapi para ahli berbeda pendapat tentang

lamanya Nabi Yunus dalam perut ikan. Ada yang berpendapat selama

tiga hari, satu minggu bahkan ada yang berpendapat selama satu

bulan. Pendapat mana pun yang benar, yang jelas Yunus mampu

bertahan hidup dalam perut ikan selama kurun yang melampaui

kekuatan manusia paling hebat. Yunus adalah manusia biasa yang

perlu bernapas sebagaimana manusia kebanyakan. Mengapa Yunus

dapat bertahan hidup selama itu padahal ia tidak dilengkapi dengan

tabung oksigen? Menurut perhitungan kekuatan materi, Yunus sudah

tidak terperhitungkan masih hidup.

Di sinilah bedanya orang beriman, dalam kondisi sekritis apa

pun ia tidak akan pernah kehilangan harapan. Walau pun semua

kekuatan yang dimiliki manusia telah habis dan sampai pada

puncaknya, ia tetap istikamah beriman kepada Allah. Bagi orang

sekaliber Nabi Yunus, hidup atau mati baginya adalah suatu kebaikan.

Tapi orang beriman diperintah untuk berdoa dan berikhtiar. Dengan

ikhtiar kurang mungkin dilakukan. Makanya Nabi Yunus

mengAndalkan doa. Kalau hidup itu baik ia meminta dikeluarkan dari

Page 107: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

101

perut ikan. Tapi kalau Allah menghendaki dirinya mati, ya kematian

itulah yang terbaik bagi dirinya. Begitulah logika berpikir orang-orang

yang beriman. Jadi, hanya satu yang dapat mengeluarkan Yunus dari

dalam perut ikan, yaitu Allah. Ini diungkapkan oleh al-Quran sendiri:

"Kalaulah Yunus tidak bertasbih kepada-Nya, tentu ia akan tinggal di

dalam perut ikan sampai hari kebangkitan kembali.”

c. Keamanan

Saat utusan Quraisy yang berpura-pura sebagai kafilah dagang

sampai di Madinah untuk menakut-nakuti tentara muslim supaya tidak

berangkat ke Badar, mereka terkagetkan dengan barang-barang di

pasar yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya saat

melaksanakan shalat. Mereka merasa kaget karena barang itu tidak

dijaga oleh siapa pun. Karena itu mereka bertanya kepada Hamzah,

“Hai Hamzah, siapakah yang menjaga barang-barang ini?" Hamzah

menJawab, "Allahlah yang menjaganya".

Hal ini menunjukkan situasa yang sangat aman. Barang-barang

dipasar ditinggalkan begitu saja tanpa ada yang menjaga. Tapi tidak

terjadi pencurian. Situasi aman seperti bukan suatu impian. Ini suatu

kenyataan di masa Rasul dan para sahabat. Sebab, polisinya adalah

yang Maha Melihat dan Maha Mengawasi telah senantiasa hadir

dalam kesadaran dan hati Rasul dan para sahabatnya.

d. Keberanian

Tatkala tentara muslim telah berhadapan dengan tentara Quraisy

dalam perang Uhud, ternyata tentara Quraisy jauh lebih banyak

jumlahnya dibanding tentar muslim. Sahabat lain yang berada di

samping Hamzah berkata, "Hai Hamzah, tentara Quraisy itu

jumlahnya lebih banyak daripada tentara kita". Hamzah menJawab,

“Ya, betul. Akan tetapi, dengan keimanan kita jauh lebih kuat

daripada mereka".

Page 108: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

102

B. Nilai Inti-2 KeIslaman (Beribadah)

Manusia diciptakan oleh Allah dengan tujuan untuk beribadah

kepada-Nya. Dalam Al-Quran disebutkan, Wamaa khalaqtul-jinna

wal-insa illa liya`budun (Tidak semaca-mata Aku ciptakan jin dan

manusia kecuali untuk beribadah). Maksud ibadah dalam ayat tersebut

mencakup ibadah-ibadah khusus ataupun ibadah-ibadah umum, atau

disebut dengan ibadah mahdhah dan ghaer mahdhah, atau lebih

dikenal dengan ibadah ritual dan ibadah sosial.

Ibadah khusus atau ibadah mahdhah atau dikenal juga dengan

sebutan ibadah ritual adalah segala bentuk peribadatan dengan maksud

menyembah Allah, mengagungkan Allah, dan memohon sesuatu

kepada Allah. Mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat,

berpuasa di bulan Ramadlan, membayar zakat, dan menunaikan

ibadah haji ke Makkah bagi yang mampu merupakan bentuk-bentuk

ibadah ritual. Kelima jenis ibadah ini tergolong ke dalam Rukun

Islam. Adapun ibadah sosial adalah segala bentuk pengabdian kepada

Allah dengan cara memberikan bantuan kepada manusia dengan niat

lillahi Ta`ala.

Amal saleh mungkin termasuk ibadah sosial, karena amal saleh

kebanyakan (bahkan mungkin semuanya) berhubungan dengan

pembangunan kemanusiaan yang berkeadilan berlAndaskan tauhid.

Menyantuni anak yatim, memberi makan fakir-miskin, memberi

beasiswa kepada para santri dan pelajar, membangun pondok

pesantren, mendirikan sekolah yang berkualitas dan Islami,

memfasilitasi penulisan buku-buku berkualitas dan Islami untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, juga pembangunan fasilitas-fasilitas

umum yang menjadi hajat hidup orang banyak merupakan ibadah

sosial dan amal saleh yang bernilai tinggi.

Page 109: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

103

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Dasar beribadah haruslah atas dasar ketaatan kepada Allah dan

RasulNya, sebagaimana firmanNya dalam QS 4 an-Nisa ayat 59:

زعتم ف شىء ت ن ألمر منكم فإنٱلر سول وأول ٱلل و وأطيعوا ٱءامن و آطيعوا ل ذين ٱأي ها ي

لك خي ر وأحسن لءاخر ذ ٱ لي وم ٱلل و و ٱلر سول إن كنتم ت ؤمنون ب ٱلل و و ٱف ردوه إل

تأويل

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya) dan (taati juga) ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu

berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada

Allah dan Rasul (Nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah

dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih

baik akibatnya.

Implikasinya, ibadah yang kita lakukan haruslah didasarkan atas

ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan sampai atas dasar selera

sendiri. Rasul telah memberikan tuntutan dan teladan bagaimanakah

cara beribadah yang benar dan ikhlas. Tugas kita sebagai orang Islam

tinggal menjalankannya saja. Jangan sampai kita beribadah atas dasar

kira-kira atau dugaan. Ibadah yang kita lakukan harus didasarkan

kepada keyakinan yang bersumber dari Allah dan RasulNya.

2. Ibadah Shalat

Rasulullah saw bersabda: “Batas atau pembeda antara seorang

hamba (seseorang yang taat beribadah) dengan orang kafir adalah

meninggalkan shalat” (HR Muslim). Hadis lain menyebutkan:

“Ikatan antara mereka dengan kami adalah shalat, barangsiapa

meninggalkannya maka ia telah kafir”. (HR Turmudzi dan Nasai).

Riwayat lainnya lagi mengatakan: “Para sahabat Rasulullah Saw.

Page 110: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

104

tidak pernah menilai suatu amalan yang ditinggalkan sebagai

kekufuran kecuali shalat”. (Al-Hadis).

Shalat adalah bentuk ibadah yang bersifat ritual, terdiri dari

gerakan dan bacaan tertentu dengan hati yang khusyuk mengingat-

ingat Allah serta dilaksanakan pada waktu-waktu dan syarat-syarat

tertentu pula. Gerakan maupun bacaan dalam shalat yang bersifat tetap

(tidak boleh diubah sepanjang masa), merupakan refleksi dari ketaatan

seorang muslim terhadap perintah Allah melalui Rasul-Nya. Karena

itu, apakah orang itu memahami makna bacaan dan gerakan shalatnya

atau tidak, hal itu tidak akan menunjukkan sah dan tidaknya shalat.

Secara ritual, kalau orang sudah melaksanakan shalat sesuai dengan

syarat dan rukunnya, maka orang itu telah sah menunaikan kewajiban

shalatnya.

Shalat merupakan aktualisasi makna iman yang bersemayam di

dalam hati-nuraninya. Meninggalkan shalat berarti kufur terhadap hal

yang wajib diimaninya. Dengan shalat –mulai niat hingga salam–

berarti ia mengingat Allah, beriman kepada DiriNya Yang Al-Ghaib,

beriman kepada malaikat-malaikatNya (meneladani para malaikat-

Nya, yang ditunjukkan dengan ketaatan kepada perintah Allah dan

Rasul-Nya), beriman kepada Al-Quran (sebagai pedoman hidup dan

matinya), beriman kepada rasul-Nya (berguru dan meneladani rasul-

Nya, karena shalat ditetapkan wajib oleh rasul-Nya), dan mengimani

hari akhir (karena shalat merupakan amal pertama yang ditanya atau

dimintai pertanggung-Jawabannya di akhirat).

Gerakan dan bacaan shalat menunjukkan ketundukan manusia di

hadapan Allah. Ketika rukuk seolah-olah ia memasrahkan dirinya

kepada Allah. Bahkan ketika sedang sujud, ia benar-benar

merendahkan dirinya di hadapan Allah. Karena itu, shalat merupakan

bukti keimanan seseorang. Shalat merupakan bukti kedudukan

seseorang di hadapan Tuhan. Shalat merupakan pernyataan bagi

mushalliin (orang yang mendirikan shalat) bahwa dirinya sebagai

Page 111: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

105

hamba yang rendah dan butuh kepada Tuhan. Meninggalkan shalat

berarti bukti kekufuran. Dengan demikian shalat merupakan ibadah

yang sangat penting bagi seorang muslim sebagai aktualisasi dari

keimanannya.

a. Makna shalat bagi kehidupan

Shalat bagi seorang muslim di samping merupakan kegiatan

ritual, juga memiliki makna yang dalam bagi kehidupan, baik sebagai

individu maupun anggota masyarakat. Beberapa makna yang

terkandung dalam shalat dapat dikemukakan sebagai berikut:

(1) Shalat membersihkan jasmani dan ruhani

Sebagaimana kita maklumi, manusia tediri dari jasmani dan

ruhani secara terpadu. Amaliah wudu yang dilakukan sebelum

shalat dapat membersihkan ragawi manusia dari berbagai

kotoran, najis dan hadas. Amaliah shalat sebagai suatu gerakan

dapat menyehatkan dan menyegarkan badan. Posisi kepala di

bawah tatkala sujud dapat melakcarkan peredaran darah, dan

masih banyak lagi contoh yang dapat dipahami dari hikmah

Shalat dalam menyehatkan jasmani kita.

Ruh manusia yang berasal dari ruh Allah swt (merupakan

pinjaman dari Allah, yang jika habis masa pakainya akan

kembali kepada Allah) harus dipergunakan dengan sebaik-

baiknya sesuai kehendak Allah. Ruh menghajatkan pembinaan

dan pembersihan diri dari berbagai kotoran dan gangguan.

Tujuan utama mendirikan Shalat adalah untuk mengingat Allah

(QS. 20 Thoha: 14). Jadi, ruh manusia akan suci jika dalam

shalatnya selalu mengingat-ingat Allah. Sabda Nabi saw, “secara

syariat shalat merupakan maqam munajat (yakni memohon

pertolongan Allah, terutama memohon diberi hidayahnya serta

diampuni dosa-dosa dan kesalahannya); adapun secara hakikat

shalat merupakan qurrota a`yun (tempat melihat Allah, yakni

Page 112: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

106

hati orang yang shalat selalu melihat Allah)”. Malah di luar

shalat pun terus-terusan mengingat-ingat Allah. Itulah mereka

ulul albab yang telah mendirikan shalat secara da`im

(alladziinahum `an shalaatihim da`imun = mereka yang

mendirikan shalat terus-menerus). Maksudnya keadaan shalat

terus dibawa ke luar shalat, sehingga shalatnya punya dampak

menghindari perbuatan keji dan munkar. Ruhani yang kotor akan

mendorong perbuatan kotor pula dan jahat. Sebaliknya ruhani

yang bersih akan mendorong pada perbuatan yang terpuji dan

diridai Allah.

Dengan ibadah shalat jiwa akan menjadi bersih dan suci,

badan menjadi sehat dan pikiran menjadi cerdas. Ia akan

mempunyai kemampuan untuk menimbang dan mengambil

keputusan yang tepat, sehingga dapat memperoleh kebahagiaan

dalam hidup dan kehidupannya.

(2) Shalat menanamkan ketenangan dan ketenteraman

Sudah menjadi tabiat manusia, kikir, mengeluh, dan susah.

Namun bagi orang-orang yang senantiasa mendirikan Shalat

tabiat jelek di atas tidak dimilikinya. Dalam QS al-Ma`arif ayat

19-23 diterangkan:

“Sesungguhnya manusia dijadikan bersifat keluh-kesah,

mengeluh apabila kesusahan menimpanya; dan kikir apabila

dianugerahi keuntungan, kecuali orang-orang yang shalat, yang

mendirikan shalat mereka.”

Orang-orang yang mempunyai tabiat jelek tersebut adalah

orang-orang yang lupa kepada Allah. Shalat merupakan aktifitas

manusia untuk ingat kepada Allah. Dengan shalat, sifat-sifat itu

akan terkikis, dan mengakibatkan tenang dan tentramnya hati.

Firman Allah dalam QS. Al-Hadid ayat 23:

Page 113: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

107

Supaya kamu tidak berputus asa karena ada yang luput

daripadamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira dengan

apa yang datang kepadamu Allah tidak suka kepada orang-

orang yang angkuh lagi sombong.”

Dengan demikian orang yang shalat akan tetap tenang dan

tenteram dalam menghadapi segala keadaan dan peristiwa. Ia

tidak akan angkuh dengan kebaikan yang diterimanya dan tidak

akan kecewa atau berduka cita serta putus asa bila kebaikan itu

lepas dari tangannya. Segala sesuatu yang terjadi adalah dengan

kehendak dan ketentuan Allah. Ia meyakini bahwa segala

kejadian yang menimpa dirinya merupakan hal yang terbaik bagi

dirinya dan akan memperoleh hikmahnya. Ketenangan dan

ketenteraman merupakan kekayaan yang amat berharga lebih

dari kekayaan yang bersifat materi.

(3) Shalat melatih konsentrasi pikiran

Shalat hendaklah dilakukan secara khusyuk, di mana pikiran,

perasaan, dan kemauan dipusatkan menjadi satu dengan badan

untuk dihadapkan kepada Allah. Bacaan shalat, berzikir dan

berdoa, pemusatan pikiran dan pemahaman tentang isi makna

dan maksud yang terkandung di dalamnya dipadukan. Hal yang

demikian itu akan membiasakan orang yang shalat terlatih

konsentrasinya, perhatiannya, perasaannya, kemauannya di

dalam menghadapi segala persoalan. Dampak yang diharapkan

adalah konsentrasi dalam menghadapi setiap problem,

menimbang dengan seksama, memikirkan dengan matang,

memperhatikan segala aspek dan segi yang mempengaruhinya,

memperhatikan dengan teliti, setelah itu barulah ia akan

mengambil keputusan yang tepat dan benar. Sehingga ia dapat

menjalani kehidupan dengan menyenangkan.

Page 114: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

108

(4) Shalat memperbaiki akhlak

Di antara hikmah shalat adalah keberpihakan orang yang shalat

kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan keji dan munkar,

rendah hati, tidak suka berbuat sewenang-wenang, menghindari

maksiat, berzikir dan menyayangi orang-orang yang lemah.

Firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 45: “Dirikanlah

shalat, karena sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan

keji dan munkar”. Kemudian Nabi Saw dalam hadis yang

diriwayatkan oleh Al-Bazzar bersabda:

Sesungguhnya aku menerima shalat yang merendahkan diri

karena kebesaran-Ku dan tidak berlaku sewenang-wenang

terhadap makhluk-Ku dan tidak terus menerus berbuat maksiat

kepada-Ku. Dan ia menghabiskan waktu siangnya untuk ingat

kepada-Ku (zikirullah), dan ia sayang kepada orang-orang

miskin, ibnu sabil, dan jAnda serta sayang terhadap orang yang

tertimpa musibah”. (Al-Hadis)

Dengan demikian, hikmah pokok dari ibadah shalat itu

mengangkut pendidikan untuk memperbaiki akhlak. Orang yang

mendirikan shalat haruslah melahirkan bekas dan kesan yang

mendasar dalam tingkah laku, sikap dan budi pekerti orang yang

melakukan Shalat itu sendiri.

(5) Shalat melatih disiplin

Shalat merupakan kewajiban atas setiap muslim yang mukallaf

untuk dilaksanakan pada waktunya sebagaimana yang telah

ditentukan. Dalam QS an-Nisa ayat 103 Allah swt berfirman:

“…. dirikanlah shalat, karena sesungguhnya shalat itu

diwajibkan kepada mukminin pada waktu-waktu yang

ditentukan”.

Ketika Rasulullah Saw ditanya oleh sahabat Ibnu Mas`ud:

“Apakah amalan yang paling disukai oleh Allah? Rasulullah

Page 115: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

109

menJawab: Mendirikan shalat pada (awal) waktunya.” Hal ini

berarti bahwa Shalat itu haruslah dilaksanakan pada waktunya.

Dan yang paling baik di awal waktu, sebab kita tidak tahu apa

yang akan terjadi pada diri kita setelah hidup detik ini.

Di samping ketentuan waktu yang harus ditepati, ketentuan

tata cara, tata laksana, dan bacaannya haruslah disiplin sesuai

dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw.

sebagaimana sabdanya: “Shalatlah kalian sebagaimana melihat

aku shalat”. (HR Bukhari dan Muslim). Tidak disiplin dalam

shalat seperti mengubah, mengurangi, mendahului imam, dan

menambah aturan yang terlah dicontohkan oleh Rasulullah

Muhammad Saw merupakan perbuatan bidah yang

menyebabkan shalat tidak diterima oleh Allah.

“Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan kami (ibadah

langsung) ini dengan sesuatu yang bukan dari kami (Rasulullah

Muhammad saw), maka hal demikian itu ditolak”. (HR Bukhari

dan Muslim).

Dari uraian di atas dapatlah diangkat maknanya bahwa

shalat harus dilakukan dengan disiplin dan taat atas

ketententuan-ketentuan yang telah digariskan oleh syariat. Oleh

karena itu maka salah satu hikmah shalat yang harus

diimplementasika dalam kehidupan kita sehari-hari adalah

menegakkan disiplin pada aturan dan pimpinan.

(6) Shalat dapat mengembangkan kepribadian

Dengan mencermati seruan (adzan) untuk mendirikan shalat,

setelah hayya ‟alashalaah dilanjutkan diikuti dengan hayya „alal

falah. Demikian juga dengan mencermati ayat-ayat pertama

dalam surah al-Baqarah setelah dikemukakan kewajiban-

kewajiban sifat-sifat orang yang bertakwa dikemukakan tujuan

Page 116: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

110

yang hendak dicapainya, yaitu muflihuun (orang-orang yang

berbahagia).

Kata muflih berasal dari kata Arab falaha, artinya

membelah sesuatu. Kata al-falah bentuk infinitif dari kata

muflih, artinya sukses dan mencapai sesuatu yang diinginkan

secara sempurna. Maulana Muhammad Ali dalam kitab Tafsir

Al-Quran menerangkan bahwa falah (kesuksesan) itu ada dua

macam. Pertama berhubungan dengan kebahagiaan dunia, dan

kedua bertalian dengan kebahagiaan akhirat. Tercapainya

kebahagiaan dunia berarti membuat kehidupan dunia menjadi

baik dan tercapainya kehidupan dunia yang baik. Hal yang baik-

baik sifatnya baqa (serba ada), gina (serba berkecukupan, dan

„izz (serba terhormat). Orang yang mendirikan shalat seharurnya

mengembangkan dirinya untuk meraih sifat-sifat di atas.

Tercapainya kehidupan yang baik di akhirat menurut Imam

Raghib sebagaimana dituliskan oleh Maulana Muhammad Ali

menyangkut empat hal, yaitu hidup yang tak mengenal mati,

kaya yang tak mengenal kekurangan, kehormatan yang tak

mengenal kehinaan, dan ilmu yang tak mengenal kebodohan.

Jadi shalat yang didirikan itu hendak mencapai kebahagiaan

dalam arti perkembangan lahir dan batin manusia secara

sempurna dan manusiawi. Dalam ilmu tasawuf, orang yang

dengan shalatnya itu dapat mencapai martabat insan kamil

(manusia sempurna).

(7) Shalat membina persatuan dan kebersamaan

Shalat merupakan ibadah yang diwajibkan secara individual

(fardu ain) kepada yang mukalaf. Di dalam hal ini tidak ada

perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin, yang berilmu

dengan yang bodoh, yang tinggal di kota dengan yang di

kampung, baik tatkala ada di tempat tinggal maupun di

Page 117: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

111

perjalanan, baik yang sehat maupun yang sakit, dalam keadaan

aman maupun tidak aman. Shalat wajib didirikan dengan

ketentuan-ketentuan tertentu. Dalam shalat berjamaah, saf wajib

ditertibkan dan diluruskan. bagi Siapa saja yang lebih awal

masuk mesjid berhak menempati shaf yang paling baik (depan).

Semua jamaah berdiri sama tinggi, rukuk sama bungkuknya,

sujud sama rendahnya, dan lain-lain. Hal ini merupakan

gambaran dan pelajaran bahwa dalam shalat terwujud rasa

persatuan dan kebersamaan, senasib dan sepenanggungan,

secita-cita serta seperjuangan.

(8) Shalat menumbuhkan jiwa kepemimpinan

Ibadah shalat jika dilakukan dengan berjamaah (sesuai sunnah

Rasulullah saw) akan dapat memupuk jiwa kepemimpinan.

Dalam pelaksanaan shalat berjamaah ada beberapa ketentuan

yang harus diperhhatikan dan dipatuhi, di antaranya dalam

memilih iman (pemimpin).

Imam dalam shalat harus memenuhi kriteria tertentu. yaitu

orang yang paling baik bacaan al-Qurannya, kemudian orang

yang paling mengetahui sunnah rasul, lalu orang yang paling

dahulu hijrahnya, orang yang paling tua usianya, dan

memprioritaskan tuan rumah daripada pendatang. Selain itu,

Islam mengajarkan agar imam mampu membaca situasi dan

keadaan jamaahnya. Hendaklah ia meringankan (pendek) bacaan

shalatnya tatkala berjamaah, dan memanjangkan baan Shalatnya

tatkala sendirian (munfarid). Seorang imam juga harus sadar diri

bila bersalah dan siap untuk dikoreksi. Ia jangan angkuh dan

sombong dengan jabatannya sebagai imam. Ia harus

bertanggung Jawab dalam membawa jama‟ahnya dalam shalat.

Bila ia batal, karena batal wudhu misalnya, ia harus legowo

meletakkan jabatannya Kriteria dan sifat-sifat di atas dapat

Page 118: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

112

diterapkan dalam memilih pemimpin di luar shalat, apakah

dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, bermasyarakat atau

bernegara.

Orang yang shalat adalah orang yang taat dan berserah diri

kepada Allah. Karena itu ia disebut muslim. Sebaliknya orang

yang tidak shalat adalah orang yang menolak perintah Allah,

karena itu disebut kafir. Selanjutnya apakah orang yang muslim

dan shalat otomatis dapat disebut mukmin?. Dalam sebuah hadis

Rasulullah saw bersabda: Akan datang suatu zaman di mana

orang-orang berkumpul di mesjid untuk shalat berjamaah tetapi

tidak seorang pun di antara mereka yang mukmin”. Dalam hadis

yang lain beliau bersabda: Nanti akan datang suatu zaman di

mana seorang muazin melantunkan azan, kemudian orang-orang

menegakkan shalat, tetapi di antara mereka tidak ada yang

mukmin.

Memahami sabda Rasulullah di atas, orang yang telah

shalat boleh dikatakan muslim, tetapi tidak otomatis dia menjadi

mukmin. Mukmin harus ditampilkan dalam berbagai tindakan di

luar shalat. Sebagian di antara ciri mukmin diungkapkan Rasul

antara lain menghormati tetangga, menyambungkan tali

persaudaraan, berbicara benar, tidak dalam keadaan kenyang

sementara tetangganya kelaparan. Ciri mukmin di atas, jika

diamati berkaitan dengan hubungan sosial dan kepedulian

terhadap sesama atau dengan kata lain berkaitan dengan

tanggung Jawab sosial. Ciri-ciri tersebut tidak selalu terdapat

pada orang yang sudah melaksanakan shalat. Karena itu untuk

mencapai tingkat mukmin, maka perjuangan orang yang Shalat

adalah menampilkan hubungan dan tanggung Jawab sosial di

tengah masyarakat.

Page 119: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

113

b. Tanda-tanda orang yang shalat

Shalat adalah hubungan langsung seseorang dengan Allah.

Kebermaknaan shalat terjadi jika shalat yang didirikannya itu dapat

berhubungan secara dekat dengan Allah. Dengan shalat itu seseorang

dapat melihat Allah (dari dekat) dan dapat merasakan kehadirannya.

Dengan demikian dia pun akan menyampaikan hajat-hajatnya kepada

Allah dalam shalatnya. Hajat utama yang dimohonkannya adalah (1)

memohon dibukakannya pintu hidayah; (2) memohon diampuni dosa-

dosa dan kesalahannya; dan (3) permohonan-permohonan lainnya.

Dalam membaca surah al-Fatihah ada permohonan: ihdinash

shiroothol mustaqiim (bimbinglah kami ke jalan yang lurus) dan

seterusnya. Kemudian di dalam duduk di antara dua sujud ada

permohonan, minimal allahummaghfir lii (Ya Allah, ampunilah dosa-

dosa dan kesalahanku)

Selain itu, kebermaknaan shalat pun ditentukan juga dalam

hubungan antar sesama manusia. Apabila seseorang telah

mengerjakan shalat, tetapi hubungan sosialnya buruk, maka orang

tersebut baru mencapai tingkat muslim saja, sedangkan shalat yang

dilakukannya belum memiliki makna. Dari sudut pAndang ini tidaklah

mengherankan kalau Al-Quran memberikan peringatan lebih jauh,

yaitu neraka bagi orang yang shalat (mushallin), yang Shalatnya lalai,

ria dan enggan membayar zakat (QS Al-Ma`un). Shalat semacam ini

adalah halat yang tidak bermakna atau tidak memberi dampak ke

dalam hidupnya sehari-hari.

Shalat sebagai bentuk penyerahan diri dan ketundukkan apabila

dilakukan dengan ikhlas dan sepenuh hati akan melahirkan

kenikmatan dan ketenangan jiwa. Kenikmatan dan ketenangan pada

dasarnya adalah hikmah yang dicapai dari Shalat bagi individu orang

yang shalat, sedangkan makna shalat lebih lanjut justru terletak pada

konteks sosialnya, yaitu mencegah dari dosa dan kemunkaran yang

tempatnya di tengah masyarakat.

Page 120: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

114

Orang yang diterima shalatnya bukan hanya ditAndai dengan

ketenangan pribadi tetapi adanya kepedulian sosial dalam dirinya. Hal

ini tampak pada tAnda-tAnda orang yang diterima shalatnya

sebagaimana yang diungkapkan dalam sebuah hadis qudsi swt Allah

berfirman:

Sesungguhnya Aku hanya akan menerima shalat orang-orang yang

merendahkan dirinya karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari

hawa nafsu karena Aku, yang mengisi sebagian waktu siangnya untuk

berzikir kepada-Ku, yang melazimkan hatinya untuk takut kepada-Ku,

yang tidak sombong kepada makhluk-Ku, yang memberi makan

kepada orang yang lapar, yang memberi pakaian kepada orang yang

telanjang, yang menyayangi orang yang kena musibah, yang

memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Kelak cahaya

orang itu akan bersinar seperti cahaya matahari. Aku akan berikan

cahaya ketika dia kegelapan. Aku akan berikan ilmu ketika dia tidak

tahu. Aku akan lindungi dia dengan kebesaran-Ku. Aku akan suruh

malaikat menjaganya. Kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan segera

menJawabnya. Kalau dia meminta kepada-Ku, Aku akan segera

memenuhi permintaannya. Perumpamaannya di hadapan-Ku seperti

perumpamaan Firdaus.

Pertama, orang yang merendahkan dirinya karena kebesaran

Allah. Sikap ini merupakan refleksi dari rukuk dan sujud yang

menggambarkan kemahabesaran Allah dan kesadaran akan kelemahan

dan kehinaan manusia. Apabila kesadaran ini telah terbentuk dari

shalat, maka orang akan terhindar dari sikap sombong dan takabur,

baik dalam berhubungan dengan sesama manusia maupun dengan

makhluk Allah lainnya.

Kedua, orang yang menahan dirinya dari hawa nafsu karena

Allah. Sikap ini terbentuk dari shalat yang merefleksikan keyakinan

akan keesaan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang mendominasi dan

Page 121: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

115

tempat menggantungkan dirinya. Karena itu, segala keinginan yang

didorong oleh nafsu akan mampu dikontrol dengan baik sehingga

orang dapat menahan dan mengendalikan dirinya.

Ketiga, orang yang mengisi sebagian waktunya untuk berzikir

kepada Allah. Sikap ini merupakan hasil dari pembiasaan Shalat yang

intin sarinya adalah zikir. Shalat yang baik akan memberikan bekas

kepada orang yang shalat dalam bentuk kebiasaan berzikir.

Keempat, orang yang memiliki kepedulian sosial, yaitu sikap

perhatian kepada orang lain terutama kepada orang-orang yang kurang

beruntung (dhu‟afa). Kepedulian tersebut ditampilkan dalam bentuk

kesenangan untuk memberikan pertolongan dan bantuan kepada orang

lain yang membutuhkannya, baik dalam bentuk santunan pangan

maupun sAndang atau perhatian kepada orang yang terkena musibah.

Mushallin yang memiliki sifat-sifat di atas dijanjikan Allah

memperoleh kemudahan di dunia dalam bentuk pemberian cahaya

ketika ia kegelapan, pemberian ilmu ketika ia tidak tahu, perlindungan

dengan kebesaran Allah, dijaga oleh para malaikat, menJawab doa-

doanya apabila ia berdoa, dan memenuhi permintaannya kalau ia

meminta.

Shalat yang berbuah sifat-sifat tersebut di atas sesungguhnya

sudah ditampakkan dalam makna bacaan dan secara simbolik tampak

pada makna gerakan shalat. Sebagian besar isi bacaan shalat adalah

doa, di samping takbir dan tasbih. Doa mengisyaratkan kerendahan

dan kelemahan diri di hadapan Allah Yang Mahakuasa. Karena itu,

dengan Shalat orang menyerahkan dirinya ke hadapan Allah Yang

Maha besar. Demikian pula, takbir dan tasbih mengisyaratkan

kemahakuasaan dan kemahasucian Allah dan pengakuan akan

kekecilan dan kekurangan manusia.

Dalam gerakan shalat terdapat isyarat ketundukkan dan

ketaatan. Takbir dengan cara mengangkat kedua tangan

menyimbulkan penghormatan kepada Allah dan sekaligus pengakuan

Page 122: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

116

terhadap kebesaran-Nya sambil mengucapkan Allahu Akbar. Ruku

dan sujud mengisyaratkan penyerahan diri kepada-Nya tanpa reserve.

Badan yang tegak sebagai simbol kemuliaan manusia, tetapi dalam

rukuk badan itu dibungkukkan sebagai isyarat penghormatan yang

tiada tara kepada Allah. Kepala yang merupakan simbol harga diri,

tetapi dalam sujud diletakkan di tempat yang paling rendah (lantai)

sebagai bukti manusia tidak memiliki harga dan kemuliaan apapun di

hadapan Allah Yang Maha mulia.

Totalitas penyerahan diri manusia dalam shalat diakhiri dengan

salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri yang mengisyaratkan

bahwa ketaatan kepada Allah harus dibuktikan dengan menebarkan

kedamaian di kalangan manusia sehingga orang yang shalat selalu

mengembangkan perdamaian dengan sesama.

Shalat sebagai hubungan langsung seorang hamba dengan Allah

pada waktu-waktu tertentu bukan hanya berhenti sampai dengan salam.

Salam adalah perhentian ritual, sementara ruh shalat dibawa kemana pun

perginya orang yang shalat. Shalat yang baik adalah Shalat yang

memiliki dampak bagi kehidupan orang yang shalat, yaitu shalat yang

mampu mencegah dari dosa dan kemunkaran. Karena itu, orang yang

shalat tidak cukup hanya sampai melaksanakan shalat pada waktunya

saja, tetapi membawa ruh shalat dalam kehidupannya di luar shalat.

Shalat fardlu yang telah ditentukan waktunya dapat dilihat pula

sebagai penataan waktu yang dilalui seorang muslim untuk

mengevaluasi perjalanannya secara rutin. Seorang muslim mengawali

kehidupan barunya dengan menghadap Allah melalui shalat Subuh. Ia

melapor, meminta perlindungan dan pengarahan, serta memanjatkan

harapan dan doanya sehingga melarutkan dirinya dalam dialog yang

intens dengan Allah dalam shalat subuh. Misi dan kesucian shalat

subuh akan membawa dan mewarnai jam-jam berikutnya yang dialami

dan dilewati seorang muslim dalam kehidupannya hingga saat Zuhur.

Zuhur kembali menghadap Allah melapor dan melarutkan dirinya

Page 123: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

117

dalam rukuk dan sujud serta kembali meneruskan perjalanannya

sampai asar. Demikian seterusnya hingga magrib dan isya. Perjalanan

hidup yang teratur seperti itu meletakkan seorang muslim pada situasi

dan kondisi yang dekat dengan Allah. Shalat akan mengarahkan dan

memberi warna pada kehidupan orang di luar shalat sehingga sedikit

kesempatan untuk menghindar dan melupakan Allah. Apabila Shalat

telah diperankan seperti itu, maka fungsi shalat sebagai tanha `anil

fakhsya wal munkar (mencegah perbuatan keji dan munkar) dapat

diwujudkan dalam kehidupan orang yang shalat.

3. Ibadah zakat

Ibadah zakat adalah ibadah harta. Jika ibadah lainnya, secara

syare`at, lebih berupa ibadah badan, maka ibadah zakat itu berupa

membayarkan sejumlah harta sesuai syarat dan rukun zakat. Adapun

secara hakikat, ibadah zakat (juga ibadah-ibadah harta lainnya:

sedekah, infak, kifarat, wakaf, hibah, asyr/sepersepuluh,

khumus/seperlima, fay, dan lain-lain) bertujuan agar seorang muslim

memiliki sikap dasar, bahwa (1) harta dunia, bahkan diri kita sendiri,

adalah milik Allah semata; (2) kaya-miskinnya seseorang bukan

disebabkan oleh prestasi dirinya dalam bekerja dan mencari nafkah,

melainkan karena kehendak Allah semata; (3) harta yang sering

dirasakan sebagai milik dirinya harus dirasakannya sebagai amanah

dari Allah; dan (4) kesediaan dengan penuh kesadaran untuk

membayarkan atau menyerahkan harta yang menjadi hak Allah, hak

Rasul, hak kerabat Rasul, dan hak manusia.

a. Dasar hukum zakat

Zakat merupakan pengikat solidaritas dalam masyarakat dan

mendidik jiwa untuk mengalahkan kelemahan dan mempraktikkan

pengorbanan diri serta kemurahan hati. Pelaksanaan zakat akan

membahagiakan dan menimbulkan rasa puas dalam diri muzakki

Page 124: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

118

(wajib zakat) karena telah menyempurnakan kewajiban kepada Allah.

Zakat. Sebagai lembaga sosial keagamaan zakat telah berumur tua dan

telah dikenal dalam agama wahyu yang dibawa oleh para Rasul

terdahulu.

Dilihat dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata zaka

yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik Pendapat lain

mengatakan bahwa kata dasar zaka berarti bertambah dan tumbuh,

sedangkan segala sesuatu yang bertambah disebut zakat. Adapun

menurut istilah fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak. Menurut

Nawawi, jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat

karena yang dikeluarkan itu “menambah banyak, membuat lebih

berarti, dan melindungi kekayaan dari kebinasaan” (Yusuf al-

Qardlawi, 1969: 37-38). Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah, jiwa dan

kekayaan orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya

akan bertambah (al-Jaziri: 590). Hal ini berarti bahwa makna tumbuh

dan berkembang itu tidak hanya diperuntukkan buat harta kekayaan

tetapi justru bagi jiwa muzakki. Dengan mengeluarkan zakat

diharapkan hati dan jiwa orang yang menunaikan kewajiban zakat itu

menjadi bersih. Hal ini sesuai dengan ayat al-Quran sebagai berikut:

“Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau bersihkan dan

sucikan mereka dengannya” (QS at-Taubat: 103).

Dari ayat ini tergambar bahwa zakat yang dikeluarkan oleh

para muzakki itu dapat mensucikan dan membersihkan hati mereka.

Suci hati dapat diartikan mereka tidak mempunyai sifat yang tercela

terhadap harta seperti rakus dan kikir. Sebagai orang yang suci dan

dan mendapat petunjuk Allah, dia akan mengeluarkan harta bendanya

tidak hanya semata-mata karena kewajiban yang diperintahkan Allah,

melainkan benar-benar karena merasa sebagai orang yang mempunyai

kelebihan harta yang ikut bertanggung Jawab atas sebagian

masyarakat yang terlantar. Dengan rasa tanggungJawab yang

Page 125: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

119

demikian, ia akan mau setiap saat bersedia mengeluarkan hartanya

bila orang lain memerlukannya, dan ia akan memiliki sikap jiwa yang

peka terhadap kemiskinan dan kesengsaraan orang lain. Dari pihak si

miskin, zakat juga dapat membuat hati mereka bersih dan suci.

Dengan menerima zakat ia dapat mengusir rasa dengki dan iri

terhadap orang yang memiliki kekayaan dan harta benda.

Dari definisi tersebut jelas bahwa zakat selain merupakan

ibadah kepada Allah juga mempunyai dampak sosial yang nyata. Dari

satu segi zakat adalah ibadah dan dari segi lain ia merupakan

kewajiban sosial. Zakat merupakan salah satu dana atau harta

masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk menolong orang-orang

yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sehingga

dapat mempunyai kesempatan untuk hal-hal yang lebih luhur. Dalam

ajaran Islam manusia selalu diberi kesempatan untuk menikmati

kehidupan ini dengan cara-cara yang halal, sehingga dengan

kenikmatan yang ia rasakan itu ia dapat berbuat bagi dirinya dan

orang lain.

Zakat merupakan dasar prinsifil untuk menegakkan struktur

sosial Islam. Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah

shodaqoh wajib. Zakat adalah perintah Allah yang harus dilaksanakan.

Dalam al-Quran dan al-Hadis banyak perintah untuk melaksanakan

zakat, antara lain yaitu:

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang

kamu usahakan dari kebaikan darimu, tentu kamu akan mendapatkan

pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah itu Maha Melihat apa-

apa yang kamu kerjakan” (QS 2 al-Baqarah: 110).

Di samping ayat di atas masih banyak ayat-ayat lain yang

mengandung perintah menunaikan zakat. Adapun hadis yang

dipergunakan dasar hukum diwajibkannya zakat antara lain adalah

hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berikut:

Page 126: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

120

Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw. ketika mengutus Mu‟az ke

Yaman, ia bersabda: Sesungguhnya engkau akan datang ke satu kaum

dari Ahli Kitab. Oleh karena itu ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa

tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan

Allah. Kemudian jika mereka taat kepadamu untuk ajakan itu, maka

beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada

mereka shalat lima kali sehari semalam; lalu jika mereka mentaati

kamu untuk ajakan itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa

Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang-

orang kaya mereka lalu dikembalikan kepada orang-orang miskin

mereka; kemudian jika mereka taat kepadamu untuk ajakan itu, maka

berhati-hatilah kamu terhadap kehormatan harta-harta mereka, dan

takutlah terhadap doa orang yang teraniaya, karena sesungguhnya

antara do`a itu dan Allah tidak ada hijab (pembatas).

Al-Quran menyebutkan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya

hanya dengan kata-kata yang sangat umum, yakni harta benda atau

kekayaan seperti yang tersebut dalam surah at-Taubat ayat 103. Harta

benda yang ada di dunia ini macam-macam jenisnya, namun demikian

jenis-jenis kekayaan itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut: emas

dan perak; binatang ternak; harta perdagangan; hasil tanaman dan

tumbuh-tumbuhan; harta rikaz dan ma`din; hasil laut dan harta profesi.

Masing-masing di antara harta yang wajib dikeluarkan zakatnya itu

sudah ditentukan nisab dan kadar zakatnya. Dalam uraian yang

singkat ini penulis tidak membahas secara rinci mengenai macam-

macam harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, syarat-syarat harta

yang wajib dikeluarkan zakatnya , termasuk nisab dan haulnya.

Meskipun zakat dijelaskan dalam Al-Quran secara singkat,

tetapi khusus mengenai orang yang berhak menerima zakat disebutkan

secara jelas dalam Al-Quran:

Page 127: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

121

Sesunguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS at-Taubat: 60).

Dari ayat di atas jelas bahwa Allah dengan tegas menunjukkan

kepada umat Islam ke mana zakat itu harus disalurkan. Hal ini

mengingatkan manusia agar mereka memberikan harta zakat itu

kepada orang yang berhak menerimanya. Adapun orang-orang yang

berhak menerima zakat adalah (1) fakir, (2) miskin, (3) amil, yakni

orang yang mengurus zakat, (4) muallaf, yaitu orang yang baru masuk

Islam yang masih lemah imannya, (5) riqab, yakni hamba sahaya atau

budak belian yang diberi kebebasan berusaha untuk menebus dirinya

supaya menjadi orang merdeka, (6) gharim, yakni orang yang

berhutang, (7) sabilillah, arti harfiahnya jalan Allah. Maknanya adalah

segala usaha yang baik yang dilakukan untuk kepentingan agama dan

ajaran Islam, (8) ibnus-sabil yaitu orang yang kehabisan biaya dalam

perjalanan yang bermaksud baik.

Dalam ayat yang disebutkan di atas, fakir-miskin merupakan

prioritas utama dari 8 golongan orang yang berhak menerima zakat.

Hal ini menunjukkan bahwa sasaran utama lembaga zakat adalah

untuk menghapuskan kemiskinan dan kemelaratan umat Islam. Hal ini

menunjukkan begitu pentingnya kedermawanan dan kepedulian umat

Islam terhadap sesama umat manusia.

b. Manajemen zakat

Pada tahun 1990-an, beberapa perusahaan dan masyarakat

membentuk Baitul Mal atau lembaga zakat yang bertugas mengelola

ZIS (zakat, infak dan sedekah) dari karyawan perusahaan yang

Page 128: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

122

bersangkutan ataupun dari masyarakat. Harian Republika membuat

Dompet Dhu`afa Republika (DDR). Dengan kekuatan media,

Republika mempersuasi masyarakat untuk menyalurkan ZIS lewat

DDR. Ternyata himbauan terbuka DDR ini secara tidak langsung

membangun kompetisi-positif di antara lembaga pengumpul zakat.

Lembaga-lembaga Pengumpul ZIS menjadi lebih transparan.

Tahun 1997 DDR menggelar seminar zakat perusahaan di

Jakarta yang pesertanya lebih dari seratus orang, dan 70 % mewakili

Baitul Mal lembaga zakat dari berbagai perusahaan. Setelah

berakhirnya seminar tersebut, atas keinginan peserta, maka lahirlah

suatu asosiasi yang menangani masalah zakat yakni Forum Zakat

(FOZ). FOZ ini memayungi keberadaan LPZ dan asosiasi ini sangat

diperlukan saat ini karena ia merupakan lembaga konsultatif,

koordinatif, dan informatif tentang zakat. Untuk memaksimalkan dana

ZIS, FOZ menjalin kerjasama antar LPZ, baik yang dibentuk oleh oleh

pemerintah maupun nonpemerintah. Di samping itu, FOZ juga

diharapkan dapat mengatasi konflik yang mungkin terjadi di antara

para anggota FOZ. Bahkan FOZ juga diharapkan dapat menjadi

lembaga yang memiliki kekuatan untuk memperjuangkan kebutuhan

anggota, termasuk dalam usaha menggolkan RUU tentang

pengelolaan zakat menjadi undang-undang.

Pada awal Agustus tahun 1999, Menteri Agama, A. Malik Fajar,

membacakan RUU tentang pengelolaan Zakat di depan Sidang

Paripurna DPR-RI. Setelah melalui perjuangan yang keras dan

panjang, maka pada tanggal 23 September 1999 Presiden RI, B.J.

Habibie, mengesahkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999

tentang zakat. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 itu kemudian

diikuti dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 Tahun 1999

tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, tentang

Pengelolaan Zakat.

Page 129: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

123

Jika diperhatikan, umat Islam di Indonesia akhir-akhir ini sangat

mengharapkan pelaksanaan zakat dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya. Mereka mengharapkan lembaga zakat itu dapat

meningkatkan kemampuan masyarakat fakir miskin, meningkatkan

kesehatan masyarakat, memberikan beasiswa kepada mereka yang

ingin meneruskan belajar, dan memberi modal kepada mereka yang

ingin berusaha dan sebagainya.

Tujuan umum usaha-usaha pengembangan zakat di Indonesia

ialah agar bangsa Indonesia lebih mengamalkan seluruh ajaran

agamanya. Dalam hal ini zakat yang diharapkan dapat menunjang

perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai masyarakat adil dan

makmur materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Meskipun umat Islam selalu melaksanakan kewajibannya membayar

zakat, namun pengaruh lembaga tersebut belum nampak kuat dalam

perkembangan ekonomi masyarakat. Atau dengan kata lain zakat

belum dapat meningkatkan kesejahteraan umat secara menyeluruh.

Padahal apabila zakat dikelola secara optimal dan profesional dengan

tetap menerapkan fungsi standar manajemen, yakni perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating)

dan pengawasan (controlling), jelas akan dapat meningkatkan

kesejahteraan umat dan dapat mewujudkan keadilan sosial.

Meskipun cukup banyak hal yang mendorong umat Islam untuk

memungut dan melaksanakan kewajiban membayar zakat, namun

dalam masyarakat jelas masih ada beberapa masalah. Masalah-

masalah tersebut antara lain adalah pemahaman zakat. Yang dimaksud

pemahaman dalam hal ini adalah pengertian umat Islam tentang

lembaga zakat ini. Sampai saat ini pengertian mereka tentang zakat

masih sangat terbatas dibanding dengan masalah shalat, puasa dan

haji. Masalah kedua yang dihadapi adalah masalah konsepsi fikih

zakat. Fikih zakat yang selama ini diajarkan di lembaga-lembaga

pendidikan di Indonesia hampir seluruhnya hasil perumusan para ahli

Page 130: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

124

beberapa abad yang lalu, yang tentu saja dipengaruhi oleh situasi dan

kondisi setempat. Perumusan tersebut jelas sudah tidak sesuai lagi

untuk dipergunakan mengatur zakat dalam masyarakat modern

sekarang ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang yang

mempunyai sektor-sektor industri, pelayanan jasa misalnya tidak

tertampung oleh fikih zakat yang telah ada. Masalah ketiga adalah

adanya perbenturan kepentingan organisasi-organisasi atau lembaga-

lembaga sosial Islam yang memungut zakat ini dengan misalnya BAZ

(Badan Amil zakat) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ), organisasi

pengelola zakat yang baru. Di samping itu juga masih ada sebagian

masyarakat yang kurang percaya terhadap lembaga pengumpul zakat

yang ada. Sebagai akibatnya, masih cukup banyak muzaki yang

menyerahkan zakat kepada pihak yang ia kehendaki tanpa adanya

koordinasi dengan lembaga pengelola zakat yang sudah ada.

Untuk memecahkan masalah-masalah yang telah dikemukakan

tersebut, ada beberapa upaya yang harus dilakukan. Upaya-upaya

tersebut antara lain adalah penyebarluasan pengertian zakat.

Penyebarluasan pengertian zakat secara baik dan benar, sebaiknya

dilakukan melalui pendidikan, baik formal maupun nonformal. Di

samping itu penyebarluasan pengertian zakat juga dapat dilakukan

melalui seminar, media elektronik, media cetak, dan penyuluhan,

terutama tentang hukumnya, barang yang dizakati, pendayagunaan

dan pengorganisasiannya sesuai dengan perkembangan zaman. Akhir-

akhir ini masalah penyebarluasan pemahaman zakat sudah mulai

dilakukan. Upaya lain yang harus dilakukan adalah merumuskan fikih

zakat baru. Untuk membuat konsepsi fikih zakat baru tersebut harus

ada kerjasama multidisipliner antara para ahli berbagai bidang yang

erat hubungannya dengan zakat. Fikih zakat yang baru itu diharapkan

dapat menampung perkembangan yang ada dan akan ada di Indonesia.

Mengenai barang yang dizakati, sebagai sumber zakat hendaknya

Page 131: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

125

semua jenis barang yang bernilai ekonomis yang ada dalam

masyarakat Indonesia.

Dengan adanya Undang-undang 38 Tahun 1999 diharapkan amil

zakat di Indonesia dapat mengelola zakat secara produktif dan optimal.

Untuk melaksanakan Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat tersebut, Menteri Agama RI menetapkan Keputusan

Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999.

Berdasarkan Undang-undang No. 38 Tahun 1999, pengelolaan

zakat dilakukan Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh Pemerintah,

baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Organisasi BAZ di

semua tingkatan bersifat koordinatif, konsultatif dan informatif.

Pengurus BAZ terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah yang

memenuhi persyaratan tertentu, antara lain memiliki sifat amanah,

adil. berdedikasi, profesional, dan berintegritas tinggi. Meskipun

pemerintah membentuk Badan Amil Zakat, tetapi dalam Keputusan

Menteri Agama No. 581 Tahun 1999, masyarakat tetap diberikan

kesempatan untuk mendirikan institusi pengelolaan zakat yang

sepenuhnya dibentuk atas prakarsa dan oleh masyarakat sendiri yang

disebut Lembaga Amil Zakat (LAZ). LAZ yang telah dan akan

dibentuk dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh Pemerintah. Dengan

adanya BAZ dan LAZ ini diharapkan, zakat infak dan sedekah yang

diberikan oleh umat Islam yang mempunyai kelebihan harta dapat

dikelola dan dapat didistribusikan kepada yang berhak. Meskipun

masyarakat sudah diberi kesempatan untuk membentuk LAZ, namun

dalam masyaraakat masih cukup banyak lembaga-lembaga pengelola

zakat. Kondisi yang demikian jelas akan sulit dilakukan koordinasi.

Berhasilnya pengelolaan zakat tidak hanya tergantung pada

banyaknya zakat yang terkumpul saja, tetapi juga sangat tergantung

pada dampak dari pengelolaan zakat tersebut dalam masyarakat. Zakat

baru dapat dikatakan berhasil dalam pengelolaannya apabila zakat

Page 132: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

126

tersebut benar-benar dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan

sosial dalam masyarakat.

4. Ibadah puasa

Shaum (puasa) menurut bahasa artinya menahan. Puasa

terdapat pula dalam berbagai agama lain, tetapi ada perbedaan

mendasar. Puasa menurut syariat Islam berarti menahan makan dan

minum dan semua yang membatalkan puasa dari terbit fajar

(datangnya waktu subuh) hingga malam hari (terbenam matahari).

Puasa yang diwajibkan dalam Islam antara lain puasa Ramadan, yaitu

puasa wajib selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Tapi secara hakikat puasa adalah untuk meningkatkan

ketakwaan. Nabi saw bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa,

tapi yang diperolehnya hanyalah lapar dan haus”. Maksud Nabi yang

mulia itu bahwa orang-orang Islam kebanyakan mengerjakan puasa,

tapi puasanya tidak bermakna, yakni sekedar menahan lapar dan haus.

Padahal nilai puasa itu berada pada peningkatan ketakwaan. Puasa

Ramadhan disebutkan secara khusus dalam QS al-Baqarah ayat 183-

188, yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa,

sebagaimana diwajibkan atas umat-umat terdahulu, agar kalian

bertaqwa (183); (Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. …(184),

(Beberapa hari yang tertentu itu ialah) bulan Ramadhan …” (185);

“… makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari

benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu

sampai malam. …” (187).

Mengapa puasa bagi umat Islam ditetapkan pada bulan

Ramadan? Dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 185 disebutkan,

karena bulan Ramadan itu merupakan bulan diturunkannya Al-Quran.

Sebagaimana kita ketahui Al-Quran adalah Kitab Suci terbesar yang

Page 133: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

127

diturunkan Allah bagi umat manusia, dan secara khusus lagi bagi

kaum muslimin yang bertakwa. Dengan demikian puasa Ramadan

merupakan sebuah syukuran bagi kita, umat yang beriman, atas

diturunkannya Al-Quran. Bisa dibayangkan, jika Al-Quran tidak turun

sudah dapat dipastikan dunia ini akan kacau-balau. Dengan

diturunkannya Al-Quran saja masih banyak umat manusia yang

membuat kerusakan di muka bumi. Sebabnya sudah jelas, mereka

tidak beriman dengan Al-Quran. Atau, mereka beriman kepada

sebagian Al-Quran tapi kafir terhadap sebagian Al-Quran lainnya.

Manusia dalam pandangan Islam terdiri dari jasmani dan

ruhami. Menurut Islam baik jasmani maupun ruhani harus dihidupi.

Jasmani dihidupi dengan memakan makanan-minuman yang halal dan

baik serta beristirahat yang cukup. Dalam Islam makanan-minuman

pun tidak boleh sembarangan, yaitu harus yang halal dan baik

(halalan thoyyiban). Adapun ruhani dihidupi dengan beribadah

kepada Allah swt dan menekan hawa-nafsu yang buruk.

Sumber keburukan hawa nafsu yang paling utama adalah dirinya

sendiri yang ingin memenuhi selera jasmaninya (ingin kaya, ingin

sehat, ingin punya daya tarik, dan berbagai keinginan lainnya yang

tidak pernah habis). Hidupnya dipenuhi dengan mimpi-mimpi

indahnya tentang kehidupan dunia. Di antara nafsu-nafsu itu terutama

nafsu perut (keinginan makan-minum yang enak-enak dan lezat-lezat)

dan nafsu syahwat terhadap lawan jenis. Dengan berpuasa selama

sebulan penuh, perut kita dan syahwat terhadap istri diistirahatkan,

agar sedikitnya selama sebulan dapat diisi dengan ruhani yang lebih

bermakna dibanding pada bulan-bulan lainnya di luar bulan Ramadan.

Para hamba Allah yang saleh selalu mengosongkan perut

mereka. Sebab, ruhani tidak akan menaik setinggi-tingginya jika perut

dipenuhi dengan aneka makanan dan minuman. Mereka selalu

berpuasa. Siti Aisyah r.a. pernah menceritakan bahwa sangat langka

melihat Rasulullah saw tidak berpuasa. Nabi Dawud a.s. selalu

Page 134: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

128

berpuasa selang sehari. Demikian juga hamba-hamba Allah yang saleh

memperbanyak puasa.

5. Ibadah haji

Ibadah haji terdiri dari serangkaian ibadah di tanah suci Makkah

pada bulan Dzulhijjah. Ibadah haji merupakan semacam kongres

tahunan Islam internasional. Tapi bukan kongres biasa, melainkan

semacam deklarasi komitmen bersama kaum muslimin. Komitmen

yang dimaksud menyangkut janji setia hanya akan menyembah Allah

dengan mengikhlaskan diri kepadanya serta akan menjunjung tinggi

keadilan dan kesederajatan umat manusia. Semua ritual haji mengarah

kepada komitmen untuk memperjuangkan misi dan tujuan utama

agama Islam.

Ibadah haji diwajibkan hanya sekali dalam seumur hidup

seorang muslim. Rasulullah saw sendiri hanya sekali melaksanakan

ibadah haji, yakni hanya beberapa bulan sebelum beliau wafat. Hal ini

tidak berati bahwa ibadah haji harus ditunda hingga tua. Rasulullah

melakukan yang demikian karena situasi saat itu. Sebelumnya

Rasulullah berusaha untuk menunaikan ibadah haji, tapi dihalangi

oleh kafir Quraisy. Jadi pada saat haji akbar itulah Rasulullah

menunaikannya.

Dalil-dalil Al-Quran dan hadis tentang haji sbb:

Dan permaklumkanlah kepada manusia untuk menunaikan (ibadah)

haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki

dan mengendarai unta (dan lain-lain). Mereka akan datang dari

segenap penjuru yang jauh. (QS. al-Hajj: 27).

Dan Allah mewajibkan manusia yang sanggup mengadakan

perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali „Imran: 97).

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah…. (QS. al-

Baqarah :196).

Page 135: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

129

Haji itu wajib sekali saja. Barang siapa tambah maka hukumnya

sunnah. (HR Ahmad)

Saya tidak akan berpanjang-lebar membahas haji, tapi yang

lebih penting–menurut saya–adalah makna dan rahasia ibadah haji

bagi kita. Dengan demikian kita yang tidak sempat pergi berhaji pun

bisa menangkap makna dan rahasia dari peribadatan ini.

Makna dan rahasia haji dapat ditangkap dari ritual-ritual haji.

Pada kesempatan ini akan dibahas beberapa ritual haji, yaitu ihram,

thawaf, sa`i, melempar jumrah, dan wukuf di Arafah.

a. Ihram dengan memakai kain putih tanpa jahitan

Ihram merupakan ritual pertama ibadah haji dan umrah. Mulai

saat itulah pakaian sehari-hari kita ditanggalkan dan diganti dengan

kain putih tanpa jahitan. Ihram dimulai dari miqat hingga masuk kota

Makkah. Ketika ihram itulah niat haji ditancapkan dalam hati kita.

Selama perjalanan hingga masuk kota Makkah, jamaah haji

mengumAndangkan talbiyah, yaitu Labbaika Allahumma labbaik,

(Hamba memenuhi undangan-Mu, Ya Allah! dan seterusnya).

Dalam ihram terkandung falsafah Islam tentang kehidupan. Kain

putih tanpa jahitan adalah pakaian yang biasa digunakan untuk

mengafani jenazah. Artinya, bahwa jamaah haji mengikrarkan diri siap

mati. Siapakah yang siap menghadapi kematian selain hamba-hamba

Allah yang saleh? Makna kain putih tanpa jahitan menunjukkan bahwa

jamaah haji mempersembahkan kehidupan dan kematiannya untuk Allah

semata: Inna shalati wa nusuki wa mahya-ya wa mamati lillahi rabbil

`alamin (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya

untuk Allah, Tuhan semesta alam).

Kain putih tanpa jahitan pun merupakan simbol kesederajatan

umat manusia. Bahwa jamaah haji berikrar untuk menjunjung tinggi

hak asasi manusia (HAM). Pakaian warna-warni berjahit merupakan

simbol status sosial dan status ekonomi. Mereka yang dari kalangan

Page 136: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

130

kaya-raya biasanya menggunakan pakaian yang mahal-mahal dan

dengan mode terkini.

Bisa dibayangkan jika ritual haji tidak mewajibkan memakai

kain putih tanpa jahitan, sudah dapat dipastikan lapisan-lapisan sosial

dan ekonomi akan tampak dalam ibadah yang agung ini. Untuk itulah

Allah mengingatkan lewat pakaian putih tanpa jahitan ini, yang berarti

bahwa jamaah haji harus tampil terdepan dalam membela hak-hak

asasi manusia, harus tampil terdepan dalam membela kesederajatan

umat manusia, harus tampil paling depan dalam membela umat

manusia yang menderita dan hidup susah.

b. Thawaf

Thawaf adalah jalan berputar mengelilingi Ka`bah. Satu kali

thawaf sebanyak 7 putaran. Ada bermacam-macam thawaf, yaitu

qudum, wada, dan tawaf sunat. Tapi yang menjadi rukun haji adalah

thawaf ifadhah, atau disebut juga thawaf ziarah.

Thawaf melambangkan perputaran manusia yang seiring dan

seirama mengelilingi Rumah Allah. Dalam thawaf individualitas

manusia (seharusnya) hilang sama sekali. Yang tampak dari kejauhan

adalah sebuah putaran bagaikan putaran air dalam kolam yang akan

masuk ke sebuah lobang. Thawaf mengisyaratkan, bahwa ke manapun

manusia pergi, mereka pasti kembali kepada Allah.

Persoalannya, apakah para haji mau kembali kepada Allah yang

penuh magfirah dan rahmat (karena ibadah haji dan ibadah-ibadah

lainnya diniati karena Allah dan untuk Allah semata, bukan karena

ingin punya gelar haji atau ingin disebut-sebut sebagai orang yang taat

beribadah) ataukah mau menuju Allah yang penuh murka (karena

kafir dan zalim)? Nah, jamaah haji berikrar bahwa mereka datang dari

Allah dan kembali menuju Allah.

c. Sa`i

Page 137: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

131

Sa`i adalah lari-lari kecil di antara bukit Shafa dan Marwa

sebanyak 7 balikan. Ibadah ini mengingatkan kita kepada ibunda

Isma`il nabiullah yang juga istri Nabi Ibrahim a.s., Siti Hajar r.a., yang

berlari bolak-balik di antara kedua bukit itu karena mencari air minum

bagi anak semata wayangnya.

Siapakah Siti Hajar itu? Dia semula adalah seorang amat (budak

wanita) dan berkulit hitam (negro). Tapi dia seorang wanita salehah,

bahkan sangat saleh. Wanita budak dan hitam ini justru diperingati

dan dijadikan ritual haji karena kesalehannya. Dalam lapisan sosial

masyarakat, kaum wanita selalu menempati posisi buncit. Kaum

wanita dianggap sebagai manusia kelas dua. Di masa jahiliah para

orang tua merasa terhina jika melahirkan bayi wanita. Malah terjadi

pula penguburan bayi wanita hidup-hidup tanpa mendapat kecaman

dari masyarakat.

Di sisi lain, orang berkulit hitam menempati posisi rendah.

Manusia berkulit hitam dipAndang sebagai manusia kelas kedua, atau

bahkan ketiga. Manusia yang mulia adalah berkulit putih. Sepanjang

sejarah budak menempati posisi sosial yang paling rendah. Budak

boleh diperlakukan apa saja. Disuruh bekerja seperti hewan tidak

menjadi soal, bahkan dijadikan pelacur pun tidak soal. Sebab, pemilik

budak itulah yang menentukannya.

Siti Hajar r.a. adalah simbol wanita, berkulit hitam, dan budak

belian. Benar-benar merupakan simbol sempurna dari penghinaan

umat manusia jahiliyah. Islam datang dengan menghapuskan citra

buruk wanita, menghapuskan citra buruk kulit hitam, dan

menghapuskan citra buruk budak belian. Semua manusia di sisi Allah

adalah sama, kecuali ketakwaannya. Dan Siti Hajar r.a. menempati

posisi terhormat di sisi Allah dan di mata orang-orang beriman karena

ketakwaannya.

Ibadah sa`i merupakan simbol bahwa kita tidak akan membeda-

bedakan manusia atas dasar pangkat, jabatan, keturunan, kekayaan,

Page 138: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

132

kecantikan, dan status-status sosial lainnya. Kita hanya membeda-

bedakan manusia atas dasar ketakwaannya. “Inna akramakum

`indallahi atqakum” (Sesungguhnya manusia yang paling mulia di sisi

Allah adalah manusia yang paling bertakwa di antara kamu).

d. Wukuf di padang Arafah

Wukuf di padang Arafah dimulai sejak tergelincir matahari

hingga terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah. Wukuf di padang Arafah

merupakan rukun haji yang sangat utama. Ibadah haji tidak sah tanpa

wukuf di padang Arafah. Jamaah yang tidak melaksanakan wukuf

dianggap tidak mengerjakan ibadah haji. Rasulullah saw barsabda:

“Haji itu wukuf di padang Arafah. Barang siapa yang datang pada

tangggal 10 Zulhijah sebelum terbit fajar, maka sesungguhnya ia

telah mendapatkan haji". (HR al-khamsah).

Saking pentingnya wukuf di padang Arafah sampai-sampai

jamaah haji tidak disyaratkan suci dari hadts. Karena itu, wanita yang

sedang haid atau nifas pun diwajibkan melakukan wukuf di padang

Arafah. Selama wukuf, jamaah dianjurkan memperbanyak zikir,

beristighfar, dan berdoa.

Wukuf di padang Arafah mengingatkan jamaah haji tentang

asal-muasal manusia. Bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan

kembali kepada Tuhan. Oleh karena itu jam`ah haji harus mengenali

Tuhan hingga mencapai ma`rifatullah.

e. Melempar Jumrah

Melempar tiga buah jumrah adalah salah satu wajib haji. Jamaah

yang tidak melempar tiga buah jumrah wajib membayar dam,

sedangkan yang tidak melempar 1-2 jumrah wajib membayar fidyah.

Waktu pelaksanaan melempar jumrah adalah pada Hari Raya Idul

adha dan hari Tasyrik (11-13 Zul-hijah), yakni setelah selesai wukuf di

padang Arafah. Melempar jumrah menAndai berakhirnya ritual haji.

Page 139: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

133

Jumrah adalah simbol setan yang menggoda Nabi Ibrahim dan

Nabi Isma`il `alaihimassalam ketika keduanya diuji oleh Allah Swt.

Nabi Ibrahim a.s. waktu itu melempari syetan agar tidak

menggodanya. Selesainya wukuf di padang Arafah menunjukkan

bahwa jamaah haji sudah kembali menjadi manusia yang fitri,

manusia yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah swt.

Karena sudah suci-bersih, maka jangan sampai kesuciannya itu kotor

kembali oleh berbagai dosa dan kesalahan.

Setan merupakan simbol pembuat dosa dan kesalahan, baik

syetan jin, setan manusia, ataupun setan hawa nafsu yang buruk.

Jamaah haji diwajibkan melempar setan-setan itu. Artinya, ketika

melempar jumrah jamaah harus mengetahui dan membuang setan-

setan yang ada dalam dirinya. Ketika lemparan pertama, ia

melemparkan satu syetan dalam dirinya. Ketika lemparan kedua, ia

melemparkan satu syetan lainnya dalam dirinya. Dan demikian

seterusnya sehingga seluruh setan yang ada dalam dirinya

dilemparkan semuanya.

f. Zikirullah

Zikirullah artinya ingat atau mengingat Allah. Zikir yang paling

utama adalah kesadaran akan kalimat dan makna laa ilaaha illallaah.

Zikir inilah (yang penuh makna) sebagai inti ibadah. Anjuran untuk

zikir diungkapkan Al-Quran dalam berbagai ayat. Zikir selalu

dihubungkan dengan balasan bagi orang yang berzikir, yaitu akan

diingat Allah dan dianugrahi berbagai kebaikan.

Suruhan Allah mengenai zikir berbeda dengan suruhan-Nya

untuk amal lainnya. Untuk amal lainnya Allah menganjurkan untuk

berbuat amal yang paling baik (ahsanu `amala) tapi untuk zikir, Allah

justru menyuruh memperbanyak zikir siang dan malam. Dorongan

Allah untuk berzikir dalam Al-Quran diungkapkan dalam berbagai

konteks antara lain:

Page 140: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

134

Berzikir (ingat pada Allah) berarti bersyukur kepada Allah (QS.

al-Baqarah: 152), dan Allah akan mengingatnya. Sebaliknya orang

yang enggan berzikir berarti melupakan Allah dan menolak nikmat-

nikmat-Nya (kufr). Banyak berzikir merupakan amalan yang sangat

baik dan orang yang banyak berzikir dalam hidupnya termasuk orang

yang panjang umur dan beramal baik (Ibn Katsir, Jilid 3). Berzikir

merupakan ciri Ulul Albab (orang yang berakal), yakni orang yang

berzikir dalam berbagai situasi dan kondisi serta berpikir tentang

kemahakuasaan Allah (QS. ali Imran: 191).

Berzikir hendaknya dilakukan setiap saat; siang maupun malam

(QS. an-Nisa: 103). Artinya, seorang muslim harus selalu

menghadirkan Allah dalam hatinya kapan saja di mana saja, dan

dalam kondisi apa saja. Berzikir hendaknya dilakukan dengan rendah

hati dan takut (segan) kepada Allah serta diucapkan dengan tidak

terlampau keras (QS. an-Nisa:142). Orang yang sedikit berzikir adalah

orang munafik (QS. al-A`raf: 2005)

Zikir yang baik adalah yang membekas, yaitu zikir yang

dilakukan secara tetap dan berlangsung terus menerus seraya

merasakan kehadiran Allah dalam hati, atau menghadirkan Allah

dalam hati orang yang berzikir. Zikir kata al-Ghazali (1989), ada

permulaannya dan ada pula akhirnya. Permulaan zikir adalah

ketenangan dan kecintaan sedangkan akhirnya adalah ketenangan dan

kecintaan. Ketenangan dan kecintaan yang pertama datang dari luar,

sedangkan yang kedua menjelma dan timbul dari dalam dirinya yang

kesemuanya menuju kepada ketenangan dan kecintaan abadi.

Ibadah yang dikaitkan dengan zikir adalah shalat sehingga

sering disebut bahwa inti sari shalat adalah zikir, sebab (seharusnya)

sepanjang shalat orang mengingat-ingat Allah. Shalat sebagai zikir

mengandung arti hubungan atau komunikasi langsung antara seorang

hamba dengan Tuhannya. Karena itu zikir dan shalat merupakan dua

hal yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Zikir dan Shalat merupakan

Page 141: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

135

implementasi dari tugas hidup manusia sebagai hamba Allah

(„abdullah). Karena itu, shalat menjadi pokok ibadah dan tiang agama.

Hakekat ibadah adalah tugas persembahan kepada Allah yang

berintikan ketaatan, ketundukkan, kepatuhan, dan kepasrahan total

kepada Allah swt.

6. Beramal saleh

Perhatikan kedua hadis berikut: “Siapa yang beriman kepada

Allah dan Hari Akhir, muliakanlah tetanggamu.” Hadis lainnya

“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari, Akhir bicaralah yang

baik atau diam saja.” Perhatikan pula bahwa kedua hadis tersebut

yang dimulai dengan kalimat “La yu`minu ahadukum …” (Tidak

beriman seseorang). Dan banyak lagi hadis-hadis lain yang senada

dengan keempat hadis tersebut.

Dari hadis-hadis tersebut, Nabi saw mendefinisikan iman

dengan sejumlah “amal saleh”. Berdasarkan hadis-hadis tersebut

Rakhmat (1994) mengungkapkan, “Malah saya berani mengatakan

bahwa seringkali iman itu ditandai dengan bentuk amal sosial

daripada amal saleh yang bersifat ritual. Lebih lengkapnya Jalaluddin

Rakhmat mengungkapkan bahwa sebetulnya agak sulit kita

membedakan ibadah ritual/mahdhah dengan ibadah sosial itu, karena

setiap ibadah mahdhah mempunyai dimensi sosial. Tetapi untuk

memudahkan pembicaraan, perlu dibedakan bahwa yang dimaksud

ibadah mahdhah adalah ibadah ritual yang berupa upacara-upacara

untuk menyembah Allah. Dan ibadah sosial adalah ibadah yang

berupa amal saleh dalam bentuk sosial. Kesemuanya itu dilakukan

dalam rangka mengabdi kepada Allah swt. (Rakhmat, 1994)

Ibadah ritual sebenarnya tidak banyak, misalnya: shalat, shaum,

zakat, haji, zikir, doa, dan aqiqah, yang dimaksudkan untuk secara

langsung “menyembah” Allah swt. Ibadah-ibadah mahdhoh ini pun

kebanyakan mengandung dimensi sosial. Zakat dan aqiqah sangat

Page 142: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

136

jelas dimensi sosialnya, karena kedua ibadah ritual ini tampak dari

membagikan harta dan mengundang makan para tetangga atau

kerabat. Shaum merupakan ibadah menahan lapar. Dampak sosialnya

juga jelas, yaitu orang yang shaum lapar yang diderita fakir-miskin,

sehingga ia berempati dan mau menginfakan hartanya. Dalam berdo`a

kita dianjurkan untuk mendoakan orang lain, selain tentunya untuk

kepentingan sendiri.

Masih menurut Rakhmat (1994), Islam menekankan ibadah

dalam dimensi sosial jauh lebih besar daripada dimensi ritual.

Beberapa alasan yang beliau kemukakan adalah:

Pertama, ketika Al-Quran membicarakan ciri-ciri orang mukmin

atau orang takwa, maka ditemukan di situ bahwa ibadah ritualnya satu

saja tetapi ibadah sosialnya banyak. Misalnya dalam QS. al-Mu`minun

ayat 1-11 disebutkan: Berbahagialah orang yang beriman, yaitu orang

yang khusyu` dalam shalatnya (dimensi ritual), yang mengeluarkan

zakat (dimensi ritual yang banyak mengandng unsur sosial), orang

yang berpaling dari hal-hal yang tidak bermanfaat (dimensi sosial),

dan mereka yang memelihara kehormatannya kecuali kepada istrinya

(dimensi sosial). Anehnya, ungkap Rakhmat (1994), kita sering

mengukur orang takwa dari ritualnya ketimbang sosialnya.

Kedua, bila mengerjakan ibadah ritual itu bersamaan dengan

pekerjaan lain yang mengandung dimensi sosial, kita diberi pelajaran

untuk mendahulukan yang berdimensi sosial. Misalnya, Nabi pernah

melarang membaca surah yang panjang-panjang ketika shalat

berjamaah. Nabi pernah memperpanjang waktu sujudnya karena di

pundaknya ada kedua cucunya Hasan dan Husain. Bahkan dalam

suatu riwayat, ketika Nabi sedang shalat sunat, beliau berhenti dan

membukakan pintu untuk tamu yang dating. Itu semua karena

pertimbangan sosial.

Ketiga, kalau ibadah ritual itu bercacat, kita dianjurkan untuk

berbuat sesuatu yang bersifat sosial. Ketika melanggar shaum, kita

Page 143: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

137

dianjurkan membayar fidyah (memberi makan kepada fakir-miskin).

Hubungan suami-istri pada siang hari di bulan Ramadan harus diganti

dengan shaum dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang

fakir-miskin. Dalam ritual haji, kalau terkena dam (pelanggaran haji),

kita harus menyembelih kambing atau domba yang dagingnya

dibagikan kepada fakir-miskin. Dalam hal lain tebusan yang bersifat

ritual yang dilakukan bila kita tidak mampu melaksanakan yang

berdimensi sosial. Akan tetapi sebaliknya, kalau ada cacat dalam

ibadah yang berdimensi sosial, ibadah ritual sama sekali tidak bisa

dijadikan tebusan ibadah sosial. Misalnya, kalau kebetulan kita

berbuat zalim kepada manusia, maka kezaliman kita itu tidak bisa

ditebus dengan, misalnya, shalat tahajud selama sekian malam.

(Rakhmat, 1994)

Ketika dilaporkan kepada Nabi ada seorang wanita yang selalu

shalat malam dan puasa sunat tiap hari (selain yang wajib) tetapi ia

menyakiti tetangga dengan lisa. Nabi saw bersabda, “Perempuan itu di

neraka.” Hadis ini menunjukkan bahwa ibadah mahdhoh bisa saja

tidak bermakna bila ibadah sosialnya buruk.

C. Nilai Inti-3 Keihsanan

Jika Anda sudah memahami makna iman dan beriman dengan

benar, juga memahami makna Islam dan menjalankan rukun Islam

dengan benar, maka Anda akan lebih mudah memahami makna ihsan.

Anda dapat mencapai derajat ihsan dengan lebih meningkatkan

kualitas iman dan Islam.

Makna Ihsan, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis:

“Kamu menyembah Allah seolah-olah (mata kepala) kamu melihat

Allah. Jika (mata kepala) kamu tidak bisa melihat Allah (dan pasti

tidak bisa melihat Nya), Allah melihat kamu.” Maksudnya, mata

kepala kita tidak mungkin bisa melihat Allah (karena Allah adalah Zat

Yang Maha ghaib). Tapi Allah melihat kita. Oleh karena itu, supaya

Page 144: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

138

ibadah kita mencapai derajat ihsan, maka mata hati kita harus selalu

diusahakan melihat Allah. Ketika beribadah, mata hati kita harus

dapat menghadirkan Allah sehingga kita menyembah Tuhan yang

benar-benar Tuhan, sesuai perintah Allah dalam Qs. 15/al-Hijr ayat

99: Wa`bud rabbaka hattaa ya`tiyakal yaqiin =Sembahlah Tuhanmu

sampai kamu yakin (Tuhan yang kamu sembah itu) hadir (dalam mata

hatimu).

1. Ihsan dalam syahadat

Di antara tanda-tanda orang beriman adalah “jika disebut

(Tuhan yang asma Nya) Allah maka “gemetar”lah hatinya. Mungkin

ini merupakan ciri utama orang beriman. Dua ayat berikut

menjelaskan secara gamblang tentang tAnda-tAnda orang beriman

tersebut:

ا المؤمنون ال ذين إذا ذكر الل و وجلت ق لوب هم وإذا تليت عليهم إن

م ي ت وك لون نا وعلى زادت هم إي ۥتو اي ء رب

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila

disebut (Tuhan yang asma Nya) Allah “gemetar”lah hati mereka, dan

apabila dibacakan ayat-ayat Nya bertambahlah iman mereka; dan

hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. 8 al-Anfal: 2)

إلو ولكل أم ة جعلنا منسكا ليذكروا اسم اهلل على ما رزق هم من بيمة األن عام فإلكم

ق لوب هم والص ابرين على بشر المخبتي. ال ذين إذا ذكر اهلل وجلت واحد ف لو أسلموا و

ما أصاب هم والمقيمي الص لة وم ا رزق ناىم ي نفقون Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh

(kepada Allah, yakni) orang-orang yang apabila disebut (Tuhan yang

Page 145: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

139

asma Nya) Allah “gemetar”lah hati mereka, orang-orang yang sabar

terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan

shalat, dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang

telah Kami rezkikan kepada mereka. (QS. 22 al-Hajj: 34-35)

Tanda-tanda orang beriman tersebut, yakni “gemetar” hatinya

ketika disebut Tuhan yang asma Nya Allah bisa dikatkan dengan

rukun Islam pertama syahadat. Kalimat Rukun Islam pertama sudah

sangat dikenali oleh semua orang Islam, yakni Asyhadu an laa ilaaha

illallah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah (Aku bersaksi

tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi

Muhammad itu adalah utusan Allah). Kedua kalimah syahadat ini

tentu bukan sekedar diucapkan, melainkan diucapkan dengan penuh

makna, agar ketika nama “Agung” ini disebut, “gemetar”lah hati

orang yang mengucapkan atau mendengarkan nama itu. Agar

bermakna, yakni agar hati kita dapat “gemetar” ketika nama Allah

disebut, maka kita perlu merenungkan bagaimanakah cara kita dapat

menyaksikan Allah; dan juga bagaimana cara kita dapat menyaksikan

Nabi Muhammad utusan Allah?

Ibarat kita, rakyat, ingin menyaksikan seorang raja yang hanya

tinggal di istananya. Bagaimanakah cara rakyat agar dapat

menyaksikan rajanya itu? Cara yang paling tepat adalah rakyat itu

harus terlebih dahulu dapat menyaksikan (baca: mengenal) ajudan raja

(yang sangat dipercaya oleh raja). Jika kita sudah berkenalan dan

menyaksikan ajudan raja, maka melalui dialah kita akan mengetahui

sang raja sehingga kita dapat menyaksikan sang raja itu. Demikianlah,

untuk dapat menyaksikan Allah kita terlebih dahulu harus dapat

menyaksikan utusan Allah. Dari petunjuk rasul itulah kita akan dapat

mengenal Allah dan menyaksikanNya.

Hanya persoalannya Allah itu Maha Ghaib (Al-Ghaib).

Bagaimanakah cara mengenal atau ma`rifat billah agar kita dapat

Page 146: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

140

menyaksikan Allah (Yang Maha Gaib itu)? Atau pertanyaan lebih

kongkritnya, bagaimanakah cara kita dapat menyaksikan Allah?

Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) metode untuk dapat mengenal Allah,

yakni:

a. Mempelajari Asma, Sifat, dan Af`al (Perbuatan) Allah serta

mempelajari atau merenungkan alam ciptaan-Nya;

b. Menjalankan riyalat, riyadhah, dan mujahadah sehingga

diharapkan suatu saat nanti Allah „menyingkapkan‟ Diri-Nya

(dengan cara inkisyaf);

c. Menurut Tasawuf Syaththariah, cara mengenal Allah adalah

dengan cara bertanya kepada Ahli Zikir, sebagaimana perintah

Allah: Fas`aluu ahladz dzikri in kuntum laa ta`lamun =maka

bertanyalah kepada Ahli Zikir jika kamu tidak mengetahui (Tuhan

dan Ilmu Zikir).

Anda dapat memilih salah satu cara dari ketiga cara di atas,

manakah di antara cara-cara itu yang lebih sesuai dengan pengetahuan

agama dan rasa beragama Anda.

Sebagai tambahan, pandangan ketiga (c) di atas didasarkan

kepada beberapa ayat Al-Quran. Dalam QS Thoha ayat 14

diungkapkan tentang tujuan shalat, yakni untuk „mengingat‟ AKU.

Siapakah Sang AKU dalam ayat ini? AKU adalah Zat Tuhan Yang

Al-Ghaib. Ternyata Diri Nya Yang Al-Ghaib itu hanya diberitahukan

Allah kepada Rasul Nya:

من رسول فإناو لا من ارتضى إ .غيبو أحدا عالم الغيب فل يظهر على

يسلك من ب ين يديو ومن خلفو رصدا

(Dia-lah) Yang Maha Mengetahui (Diri Nya Zat Yang) Al-Ghaib.

Maka tidak dIlahirkanNya (DiriNya) Yang Al-Ghaib itu kepada

Page 147: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

141

seorangpun juga (dirahasiakan), kecuali kepada Rasul yang

diridhoiNya. (QS al-Jin: 26-27).

Maksudnya, DiriNya Tuhan Yang Al-Ghaib itu dirahasiakan

dan hanya diberitahukan kepada Rasul yang diridhoinya. Oleh karena

itu, untuk dapat ma`rifat bi dzatillah (untuk dapat bersyahadat

pertama), ada syahadat kedua, yakni harus menyaksikan (sehingga

dapat bertanya dan berguru kepada) Rasul. Dari penjelasan Rasul

inilah orang-orang yang beriman memperoleh pengetahuan tentang

cara-cara menyaksikan Allah, sehingga selanjutnya dapat mengingat-

ingat Nya (Rakhmat, 1994).

Bagaimanakah halnya setelah Rasulullah saw itu wafat, kepada

siapa kita harus bertanya tentang cara-cara berzikir (mengingat Allah)

dalam perspektif tasawuf atau tarekat, untuk dapat ma`rifat bi

Dzatillah di zaman pasca wafatnya Nabi Agung Muhammad SAW

haruslah „bertanya‟ kepada Ahli Zikir, sebagaimana perintah Allah

dalam ayat-ayat berikut:

إن كنتم ل ت علمون وما أرسلنا من ق بلك إل رجال نوحي إليهم فاسألوا أىل الذكر

للن اس ما ن زل إليهم ولعل هم ي ت 11) فك رون ( بالب ي نات والزبر وأن زلنا إليك الذكر لتب ي

(11(

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki

yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka “bertanyalah kepada

Ahli Zikir” (orang yang ahli mengingat Tuhan) jika kamu tidak

mengetahui (Tuhan dan ilmu zikir) (QS an-Nahl: 43)

لك إلا رجال نوحي إليهم وما أرسل فاسألوا أىل الذكر إن كنتم ل ت علمون نا ق ب

Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad),

melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada

Page 148: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

142

mereka, Maka “tanyakanlah olehmu kepada Ahli Zikir” (orang yang

ahli mengingat Tuhan), jika kamu tiada mengetahui (Tuhan dan ilmu

zikir). (QS a l-Anbiya: 7)

2. Ihsan dalam Shalat

Ibadah shalat bukan sekedar dikerjakan, bukan pula sekedar

memenuhi syarat dan rukun secara syair`i. Ibadah shalat harus

dilakukan secara ihsan. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa shalat

harus didirikan dengan khusyu`: Qod aflahal mu`minum,

alladziinahum `an shalaatihim khoosyi`suun (Sungguh beruntung

orang-orang yang beriman, yakni mereka yang khusyu` dalam

shalatnya); dan ayat-ayat lainnya. Ada lagi ayat Al-Quran yang

menegaskan bahwa tujuan shalat adalah untuk “mengingat” Allah;

kemudian ada larangan shalat sahun (lalai), dan larangan-larangan

lainnya. Ada lagi ayat lainnya, bahwa shalat (yang didirikan secara

ihsan) akan dapat mencegah perbuatan keji dan Munkar. Kesemua

ayat-ayat Al-Quran tentang shalat ini menegaskan bahwa ibadah

shalat harus didirikan secara ihsan, jangan asal dikerjakan. Mari kita

bahas ayat-ayat tersebut.

ة لذكرىلص لو ٱعبدن وأقم ٱف أنا و إل إل لل و ل ٱأنا إن ن

Sesungguhnya AKU ini (bernama) Allah, tidak ada Tuhan selain

AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah shalat untuk mengingat

AKU. (QS Thoha: 14)

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa tujuan shalat adalah untuk

„mengingat‟ AKU. AKU dalam ayat ini maksudnya (Tuhan yang

asmanya) Allah. (Baca kembali Ihsan dalam Syahadat, bagian C.1 di

atas). Jadi shalat yang mencapai derajat ihsan, dalam shalat yang

didirikannya (selama shalat didirikan) yang diingat-ingat hanyalah

Allah.

Page 149: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

143

Sabda Nabi Saw ash-shalaatu `imaaduddiin (=shalat itu

tiangnya agama). Jika tiangnya roboh (shalatnya tidak sesuai dengan

Kehendak Allah dan RasulNya) maka amal-amal lain akan sia-sia.

Dalam hadis lainnya disebutkan, bahwa amal-amal lain akan diperiksa

setelah pemeriksaan terhadap shalat beres. Jika shalatnya benar, amal-

amal lain diperhitungkan. Tapi jika shalatnya salah (tidak sesuai

dengan tujuan shalat, yakni lidz-dzikrii (ingat AKU lah), maka amal-

amal lain tidak diperhitungkan. Menurut Rahmat (1994), amaliah

shalat itu ibarat angka 1 di depan, sedangkan amal-amal lain ibarat

angka 0 di belakang. Angka 0 di belakang akan berharga jika di

depannya ada angka 1; tapi tidak berharga sama sekali jika di

depannya angka 0 juga. (Angka 100 berharga, tapi angka

0.000.000.000.000 walaupun angka nol di belakang angka-0-nya

sepanjang jalan kereta api, tidak berharga sama sekali).

Shalat yang tidak sesuai dengan tujuan shalat diancam dengan

neraka. Tidaklah heran jika orang-orang yang diancam dengan neraka

itu adalah mereka yang tidak mengerjakan shalat. Tetapi dalam Al-

Quran, orang-orang yang diancam dengan neraka itu justru al-

mushalliin.

ذين ىم عن صلتم ساىون ال .ف ويل للمصلي

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yakni) orang-

orang yang lalai dari shalatnya (shalat tapi tidak ingat Tuhan) (QS

al-Ma`un: 4-5)

Menurut Rakhmat (1994), al-mushalliin bukanlah orang yang

tidak mengerti syarat dan rukun shalat atau yang mengerjakan shalat

secara asal-asalan dan di sembarang waktu, karena kata al-mushalliin

menggunakan alif-lam “al” (berarti ma`rifat), artinya orang yang

terbiasa mengerjakan shalat dengan memenuhi syarat dan rukunnya.

Secara sosiologis, al-mushalliin dapat diartikan shalatnya kaum santri,

Page 150: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

144

karena kaum santrilah yang terbiasa mengerjakan shalat serta yang

mengerti syarat dan rukunnya. Tapi mereka shalatnya saahuun (lalai,

tidak lidz-dzikrii) sehingga dijebloskan Tuhan ke neraka.

Na‟udzubillah min dzalik!

Di sinilah letak pentingnya shalat yang benar, yakni harus

memenuhi kehendak dan perintah Tuhan, Wa aqiimish shalaata lidz

dzikrii (dan dirikanlah shalat untuk mengingat AKU). Jadi, shalat

yang benar sesuai kehendak Tuhan (shalat yang mencapai derajat

ihsan) harus selalu “mengingat” AKU (Diri-Nya Tuhan Yang Al-

Ghaib, Asma-Nya Allah).

Dengan shalat lidz-dzikrii (mengingat AKU), maka kondisi

khusyu` dapat tercapai (QS al-Mu`minun: 1-2; QS al-Baqarah: 45).

Dengan demikian maka shalatnya benar-benar menjadi tiangnya

agama (ash-shalatu `imaduddin); yakni benar-benar dapat meniadakan

hijab terbesar dan terhebat, yang sekiranya tidak dengan Daya dan

Kekuatan Ilahi (illa ANA) sama sekali tidak mungkin tercapai. Dengan

shalat yang lidz-dzikrii (mengingat AKU, mengingat Allah) inilah

maka perbuatan keji (maksiat) dan mungkar dapat tercegah (QS al-

Ankabut: 45). Orang yang ma`rifat billaah dan selalu mengingat-Nya

(zikir), maka tidak terbesit dalam hatinya untuk melakukan perbuatan

maksiat dan kemungkaran.

هى عن الفحشاء أتل ما أوحي إليك من الكتاب وأقم الصالة إنا الصالة ت ن

عون والمنكر و ر واللاو ي علم ما تصن لذكر اللاو أكب Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-

Quran); dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah

dari (perbuatan) yang keji dan mungkar. Dan sesungguhnya

mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya). Allah

Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS al-Ankabut: 45).

Page 151: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

145

Shalat yang mencapai derajat ihsan tidak berhenti shalat ketika

salam dengan menoleh ke kanan dan kiri. Setelah salam diteruskan

dengan berzikir khusus bada shalat, sebagaimana perintah Allah

dalam Al-Quran:

تم فئذا لة قض فاذكرا انص قعدا قاما للا عهى فئذا جىبكم

لة فؤقما اطمؤوىتم لة إن انص كتابا انمؤمىه عهى كاوت انص

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah

di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian

apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu

(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardu yang

ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS an-Nisa:

103).

لعل كم فإذا قضيت الص لة فان تشروا ف األرض واب ت غوا من فضل الل و واذكروا الل و كثريا

ت فلحون Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka

bumi, dan carilah karunia Allah; dan ingatlah Allah (berzikirlah)

sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung (QS al-Jumu`ah ayat

10).

Shalat yang mencapai derajat ihsan dikerjakan dengan sungguh-

sungguh (sehingga shalatnya banyak) mencakup shalat-shalat wajib

dan salah-shalat sunat. Kalam Ilahi berikut menegaskan tentang

perlunya shalat didirikan secara sungguh-sungguh, jangan sampai

dikerjakan dengan malas.

ي راءون إن المنافقي يادعون الل و وىو خادعهم وإذا قاموا إل الص لة قاموا كسال

يذكرون الل و إل قليل الن اس ول

Page 152: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

146

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan

membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat,

mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud ria (dengan

shalatnya itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat

Allah kecuali sedikit sekali (QS an-Nisa: 142).

لك بأن هم ق وم ل ي عقلون ذ ة ات ذوىا ىزوا ولعبا وإذا نادي تم إلىالص لو Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat,

mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian

itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau

mempergunakan akal (QS al-Maidah: 58).

عهم وما الصالة يأتون ول وبرسولو باللاو كفروا أن اهم إل ن فقات هم م من ه ت قبل أن من

كارىون وىم إل ي نفقون ول كسالى وىم إل

Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka

nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan

Rasul-Nya; mereka tidak mengerjakan shalat melainkan dengan

malas; dan tidak (pula mereka) menafkahkan (harta) melainkan

dengan rasa enggan (QS at-Taubat: 54).

3. Ihsan dalam zakat

Zakat yang menjadi rukun Islam ketiga juga akan benar-benar

menjadikan proses pensucian diri supaya hati nurani selalu terjaga dan

terpelihara dalam bersentuhan dengan Diri-Nya Ilahi Zat Yang

Mahasuci. Zakat merupakan salah satu ibadah harta di samping

ibadah-ibadah harta lainnya. Ibadah harta ini bermaksud mendidik

jiwa agar tidak lengket dengan harta dunia karena harta itu milik Allah

Ta`ala. Oleh karena itu, ihsan dalam ibadah zakat harus mencapai

suatu pandangan dan keyakinan dasar bahwa harta itu milik Allah dan

harus dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana

Page 153: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

147

diuraikan oleh Rasul-Nya, baik dalam Al-Quran maupun melalui

sabda-sabda dan perbuatan Rasul-Nya. Kepemilikan harta oleh

manusia hanyalah sekedar aku-akuan belaka, karena yang benar

adalah sekedar dititipi “amanah” agar harta itu dibelanjakan sesuai

dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya.

Orang yang telah mencapai derajat ihsan dalam kepemilikan

harta akan memiliki pandangan dan keyakinan dasar sebagai berikut.

Allah swt telah menganugerahkan rezeki yang luas dan harta yang

banyak bagi umat manusia. Jika dikelola dengan benar dan adil, maka

tidak akan ada seorang manusia pun di muka bumi ini yang akan

menghadapi kelaparan. Tetapi pada kenyataannya, sepanjang sejarah

selalu banyak saja manusia yang sulit mencari sesuap nasi sekalipun.

Banyak umat manusia yang mati kelaparan.

Mengapa bisa terjadi demikian? Karena adanya segelintir

manusia yang sangat kuat dan amat serakah. Memang, tanpa

bimbingan dari Allah manusia tidak bisa mengelola bumi dengan

benar dan adil. Oleh karena itulah Allah swt menurunkan nabi-nabi

sebagai khalifah-khalifahnya di muka bumi. Allah swt berfirman

dalam Al-Quranul Karim, “Bumi diwariskan kepada hamba-hamba-

Ku yang saleh.” Hanya manusia-manusia salehlah yang layak

memimpin bumi.

Kekafiran musuh para nabi antara lain karena keserakahannya

terhadap harta. Nabi Nuh a.s. didatangkan kepada kaum `Ad yang

kaya-raya tapi melupakan Allah dan menciptakan kesengsaraan di

muka bumi. Nabi Hud a.s. didatangkan kepada kaum Tsamud yang

kaya-raya tapi melupakan Allah dan menciptakan kesengsaraan di

muka bumi. Nabi Ibrahim a.s. didatangkan kepada bangsa Babilon

yang memperbudak manusia. Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.

didatangkan kepada Fir`aun yang juga memperbudak manusia. Dan

Nabi Muhammad saw didatangkan di tanah Arab antara lain untuk

melawan saudagar-saudagar Makkah yang kaya raya tapi serakah dan

Page 154: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

148

bakhil, melawan tuan-tuan tanah di Thaif yang membayar murah para

buruh tani, dan melawan Yahudi Madinah dan Yahudi Khaibar yang

kaya raya karena praktek riba. Setelah umat Islam kuat, Nabi saw

mengarahkan penyerangannya kepada kekaisaran Rumawi dan Persia

karena mereka menjajah bangsa-bangsa di dunia.

Agama Islam didatangkan dengan seperangkat ajaran yang

lengkap dan sempurna tentang pengelolaan harta. Dalam Islam,

pemilik mutlak harta adalah Allah swt. Dalam Al-Quran ditegaskan,

“Lillahi ma fis-samaawaati wal-ardhi” (Milik Allah segala yang ada

di langit dan di bumi). Harta yang diaku milik kita sebenarnya

merupakan amanah dari Allah swt.

Oleh karena itulah dalam Islam harta harus diperoleh secara

halal dan dikelola secara benar. Orang yang dianugerahi kekayaan

harus membayar zakat, infak, sedekah, dan ibadah-ibadah harta

lainnya. Wakaf sangat dianjurkan bagi orang-orang kaya. Tangan

yang di atas (simbol orang yang senang memberi) dimuliakan. Ada

hadis Nabi saw yang menyebutkan, Al-yadul `ulyaa khairum min

yadis-suflaa” (Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di

bawah). Demikian juga bekerja keras mencari harta yang halal dengan

niat lillah dan untuk dipergunakan secara benar sangat dipuji oleh

Islam.

Kemiskinan merupakan musuh Islam yang harus dihilangkan.

Bahaya miskin adalah bisa menjurus menjadi kufur. Sabda Nabi saw,

“Kaadzal faqru ayyakuuna kufran” (Kefakiran itu bisa menjurus

kepada kekufuran). Supaya orang-orang fakir tidak menjadi kufur,

maka mereka harus disejahterakan. Cerita pemurtadan lewat mie

instan dan supermie mungkin sudah terdengar oleh kita semua.

Na`uudzu billaahi min dzaalik.

Islam mengharamkan riba, pencurian, dan penipuan karena

semua perbuatan ini merusak harta. Karena itu, segala upaya

pengrusakan terhadap harta, seperti korupsi, pemerasan, dan segala

Page 155: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

149

transaksi bisnis yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak

lainnya, diharamkan. Sebaliknya, segala upaya peningkatan

kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan sangat dianjurkan oleh

Islam.

Hafidhuddin (2005) menyebutkan bahwa sistem ekonomi Islam

perlu dibangun atas dasar tiga nilai, yakni tauhid, keadilan, dan

kesejahteraan bersama, serta kebebasan dan tanggungjawab.

a. Nilai Tauhid, yakni keyakinan kepada Allah swt sebagai pemberi

rezeki (QS Hud: 6), pemberi dan pembuat aturan untuk

kemaslahatan hidup ummat manusia (QS ar-Rum: 30), sekaligus

yang mewajibkan manusia untuk mencari rezeki dan karunia-Nya

(QS al-Mulk: 15) untuk kemudian dipertanggung-Jawabkan di

kelak kemudian hari di hadapan-Nya.

قراىا ومستودعها كل وما من داباة في األرض إل على اللاو رزقها ويعلم مست

في كتاب مبين Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-

lah yang memberi rezekinya. Dia mengetahui tempat berdiam

binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam

Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (QS Hud: 6).

ها ل ت بدل للق اهلل فا فطرة اهلل ال ت فطر الن اس علي فاقم وجهك لل ذين حني Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)

agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui

(agama yang lurus). (QS ar-Rum: 30).

Page 156: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

150

ىو الاذي جعل لكم األرض ذلول فامشوا في مناكبها وكلوا من

وإليو النشور رزقو

Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu. Maka

berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari

rezeki-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah)

dibangkitkan (QS al-Mulk ayat 15).

Selain itu, dan ini justru yang paling utama dari nilai tauhid, harta

yang biasa diaku oleh manusia sebagai miliknya sebenarnya adalah

harta milik Allah, sebagaimana firman-Nya:

للاو ما في الساماوات وما في األرض وإن ت بدوا ما في أن فسكم أو تخفوه

غفر لمن يشاء وي عذب من اء واللاو على كل شيء يش يحاسبكم بو اللاو ف ي

قدير Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang

ada di bumi. Jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu

atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat

perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah

mengampuni siapa yang dikehAndaki-Nya dan menyiksa siapa

yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu

(QS al-Baqarah: 284).

Implikasinya; pertama, manusia harus mencari harta yang halal dan

diperoleh dengan cara-cara yang halal. Kedua, apa yang kita

peroleh dengan harta itu (banyak atau sedikit) sebenarnya adalah

amanat oleh Allah, bukan prestasi kita. Dan ketiga, pada harta yang

biasa kita akui sebagai milik kita (padahal sebenarnya milik Allah)

Page 157: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

151

ada hak-hak bagi Allah, Rasul-Nya, kerabat Rasul, dan bagi orang-

orang yang berhak atas harta, sebagaimana firman-Nya:

ا غنمتم من شىء فأن لل وللر سول ولذى ۥ و خسو واعلموا أن

بن الس بيل إن كنتم ءامنتم بالل و كي واوالمس مى واليت القرب

والل و عبدنا ي وم الفرقان ي وم الت قى اجلمعان أنزلنا على وما

كل شىء قدير على Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh

sebagai ghanimah, maka sesungguhnya seperlima untuk Allâh,

Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan

ibnusabil, jika kamu beriman kepada Allâh dan kepada apa yang

Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari

Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah

Mahakuasa atas segala sesuatu (QS al-Anfal ayat 41).

فلل و وللر سول ولذى لقرى ٱمن أىل ۦرسولو لل و على ٱء م ا أفا

بيل كى ل يك ٱبن ٱكي و لمس ٱو مى ليت ٱو لقرب ٱ ب ي ون دولة لس

نت هواٱكم عنو ف لر سول فخذوه وما ن هى ٱكم ءاتى ء منكم وما ألغنياٱ

لعقاب ٱ لل و شديد ٱلل و إن ٱ ت قواٱو

Apa saja harta fay yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari

harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah

untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-

orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya

Page 158: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

152

harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di

antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka

terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu maka

tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya

Allah amat keras hukuman-Nya. (QS al-Hasyr ayat 7).

QS al-Anfal ayat 41 memerintahkan kita membayar seperlima dari

harta ghanimah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak

yatim, orang-orang miskin, dan ibnusabil. Secara praktis seperlima

harta itu diserahkan kepada Rasul. Nanti oleh Rasul seperlima harta

itu akan dibagi-bagikan untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-

anak yatim, orang-orang miskin dan ibnusabil; walau biasanya hak

Rasul (hak dirinya) juga dipergunakan Rasul untuk kepentingan

umat. Adapun QS al-Hasyr ayat 7 menyebutkan bahwa harta fay itu

diserahkan pengaturannya kepada Rasul. Kita yang beriman harus

menerima pemberian dari Rasul (dari harta fay) sekecil apa pun

pemberian itu (jangan sampai ada perasaan dan punya anggapan

bahwa Rasûl tidak adil). Malah sebelum berbicara dengan Rasul,

orang-orang yang beriman diperintah untuk bersedekah,

sebagaimana firman-Nya:

يا أي ها الاذين آمنوا إذا ناجيتم الراسول ف قدموا ب ين يدي نجواكم صدقة ذلك

ر لكم و أطهر فإن لم تجدوا فإنا اللاو غفور رحيم موا خي . أأشفقتم أن ت قد

ب ين يدي نجواكم صدقات فإذ لم ت فعلوا و تاب اللاو عليكم فأقيموا الصالة

خبير بما ت عملون و آتوا الزاكاة و أطيعوا اللاو و رسولو و اللاو

Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan

pembicaraan khusus dengan Rasûl hendaklah kamu

Page 159: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

153

mengeluarkan sedekah sebelum pembicaraan itu. Yang demikian

itu lebih baik bagimu dan lebih bersih. (Tetapi) jika kamu tidak

memperoleh (yang akan disedekahkan), maka sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu

memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan

Rasul? Maka jika kamu tidak melakukannya (tidak mengeluarkan

sedekah) dan Allah telah memberi taubat kepadamu, maka

dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Allah dan

RasulNya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

(QS al-Mujadilah: 12-13).

b. Keadilan dan kesejahteraan bersama, yakni:

o Tidak boleh harta dikuasai kelompok tertentu saja (QS al-

Hasyr: 7).

o Menghapuskan monopoli, kecuali oleh pemerintah, untuk

bidang-bidang tertentu.

o Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam

proses ekonomi, baik produksi, distribusi, sirkulasi, maupun

konsumsi.

o Menjamin basic needs fulfillment (pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan dasar hidup) setiap anggota masyarakat.

o Melaksanakan amanah at-takaaful al-ijtima‟i atau social

economic security insurance di mana yang mampu menanggung

dan membantu yang tidak mampu.

o Prof. Abd. Mannan: “Jangan mengatakan sistem ekonomi

syariah bila outputnya tidak bermanfaat bagi masyarakat atau

umat.

o Pengenaan kewajiban zakat (QS at-Taubah: 60; QS ar-Rum: 39).

Page 160: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

154

c. Kebebasan dan tanggungjawab

Dalam ekonomi Islam dikenal prinsip tsawaabit / ابت tetap dan) ث

pasti) dan mutaghayyirat/ رات untuk melaksanakan (variabel) متـغـ

prinsip yang bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang

memerlukan inovasi dan kreativitas.

Beberapa contoh prinsip:

o Tidak boleh menipu dan berlaku curang (QS al-Muthaffifin: 1-6).

o Tidak boleh saling menzalimi (QS al-Baqarah: 279).

o Tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang haram dan batil (QS al-

Baqarah: 188; QS al-Maidah: 90-91).

o Tidak boleh melakukan kegiatan riba, sebagaimana tercantum

dalam QS al-Baqarah: 275-279).

Catatan:

Membungakan uang adalah sama dengan riba, karena itu bunga

hukumnya haram. Haramnya bunga telah ditetapkan pula oleh:

a. Majelis Tarjih Muhammadiyyah (Sidoarjo, 1968)

b. Lajnah Bahtsul Masaail Nahdatul Ulama (BAndar Lampung,

1982).

c. Sidang Organisasi Konfrensi Islam (OKI) di Islamababad, 1970.

d. Sidang MUFTI Negara Mesir, Kairo 1989.

e. Konsul Kajian Islam Dunia, 1965.

f. Kajian Islam dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia.

g. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, 2003.

(Hafidhuddin, 2005)

Perlu juga ditambahkan di sini bahwa perspektif Islam semua

yang dirasakan “senang” oleh nafsu dan syahwat manusia bukanlah

anugerah dan karunia, melainkan sebagai ujian dan cobaan dari Allah.

Bahwa Allah hendak menguji orang itu dengan kekayaan, jabatan,

kecerdasan, gelaran, paras cantik, suara merdu, sehat walafiat,

Page 161: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

155

berumur panjang, dan sebagainya. Apakah orang itu “mengaku”

sebagai hasil prestasi dirinya (dan leluhurnya) ataukah menafikannya?

Jika “mengaku” berarti orang itu “tidak lulus” dalam ujian kehidupan.

Sebaliknya, jika orang itu “menafikan”-nya dan memAndangnya

sebagai ujian dan cobaan dari Allah, lalu mendorongnya melakukan

amal-amal saleh yang dikehendaki Allah, maka orang itu lulus dari

ujian kehidupan.

Sebenarnya, seseorang menjadi kaya-raya bukanlah karena

prestasi dirinya (misal mendapat jabatan basah atau merasa sukses

dalam bisnis), prestasi orang tuanya (misal hibah, warisan yang

banyak), atau faktor keberuntungan (seperti menemukan harta karun

atau dapat hadiah besar). Tapi orang itu sebenarnya “di-kaya-kan”

oleh Allah, karena Allah kehendak menguji orang itu dengan

kekayaan. Syeikh Puji semula orang miskin. Dia bekerja sebagai

kernet sebuah angkutan kota. Lalu bekerja sebagai buruh. Kemudian

mendirikan bisnis kaligrafi dari bahan kuningan. Dagangannya laris

dan tambah laris. Akhirnya Syeikh Puji menjadi orang yang kaya-

raya. Apakah kalau diadakan pelatihan mengikuti jejak Syeikh Puji

semua kernet angkot dan buruh akan menjadi kaya-raya seperti Syeikh

Puji? Jawabannya, pasti tidak bisa. Sebab, seseorang menjadi kaya-

raya karena di-kaya-kan oleh Allah (Rahmat, 2012). Atau dalam

bahasa Rukun Iman, sudah ditakdirkan oleh Allah. Dalam QS Saba`

ayat 36 dan 39 Allah berfirman:

قل إن رب ي بسط الرزق لمن يشاء وي قدر ولكن أكث ر الن اس ل ي علمونKatakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa

yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang

dikehendaki-Nya). Akan tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui.”

Page 162: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

156

أنفقتم من شىء ف هو وما ۥوي قدر لو ۦء من عباده لرزق لمن يشاٱقل إن رب ي بسط

زقي لر ٱوىو خي ر ۥيلفو Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa

yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan

menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa

saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan

Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.

Demikian juga dengan jabatan tinggi, bukanlah karena prestasi

dirinya (dan/atau kelompoknya) melainkan karena Allah berkehendak

menguji orang itu dengan diamanati menduduki jabatan yang tinggi.

Genius pun bukan karena prestasi dirinya (dan/atau keluarganya),

melainkan karena Allah berkehendak menguji orang itu dengan

diberinya kegeniusan. Dan seterusnya.

Demikian juga halnya dengan hidup miskin, bodoh, buruk rupa,

sakit-sakitan, dan apa saja yang dirasakan “susah” oleh nafsu dan

syahwat, dalam Ilmu Syaththariah semua itu merupakan ujian dan

cobaan dari Allah. Bahkan dalam Ilmu Syaththariah, setiap ujian dan

cobaan yang dirasakan “susah” oleh nafsu dan syahwat merupakan

“hari raya” bagi orang-orang yang beriman, karena akan menjadi

“pancatan” yang kokoh untuk pulang kembali kepada Allah dengan

selamat. Mereka akan rida dengan keadaan ini, menerimanya sebagai

takdir dari Allah, dan berusaha menafikan semua yang dipAndang

susah oleh nafsu dan syahwat itu.

Oleh karena itu mengapa ketika manusia menerima amanat yang

Tuhan tawarkan kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, Tuhan

tidak memujinya malah memvonisnya dengan dzaluuman jahuula

(zalim dan bodoh), sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Ahzab ayat

72:

Page 163: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

157

جلبال فأب ي أن يملن ها وأشفقن من ها ٱألرض و ٱت و و لس م ٱألمانة على ٱإن ا عرضنا

نس ٱوحلها كان ظلوما جهول ۥ ن إن و إل

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit,

bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul

amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan

dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu

amat zalim dan amat bodoh,

Kapan manusia menerima amanat itu? Adalah ketika manusia

masih di alam Dzar (alam sebelum manusia lahir dan hidup di dunia).

Pada saat itu memang jati diri manusia menyaksikan Tuhan selalu

mengingat-ingat-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS al-A`raf

ayat 172:

وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورىم ذري ات هم وأشهدىم على أن فسهم ألست

ت قولوا ي وم القيامة إناا كناا عن ىذا غافلين بربكم قالوا ب لى شهدنا أن

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap

jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"

Mereka menJawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi

saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu

tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-

orang yang lengah terhadap (kesaksian) ini"

Tentang ujian berupa SUSAH dan SENANG, Allah swt

berfirman:

نة ت كل ن فس ذائقة المو لوكم بالشار والخير فت نا ت رجعون ون ب وإلي

Page 164: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

158

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji

kamu dengan “keburukan” dan “kebaikan” sebagai cobaan (yang

sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan

(QS al-Anbiya ayat 35).

لون كم بشيء من الوف واجلوع ون قص من األموال واألن فس والث مرات ر ولنب وبش

الص ابرين Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (QS

al-Baqarah: 155).

هم مصيبة قالوا إناا للاو وإ .ناا إليو راجعون الاذين إذا أصاب ت

ئك ىم المهتدون وأول ئك عليهم صلوات من رابهم ورحمة أول

(Orang-orang yang sabar yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa

musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi

raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna

dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang

mendapat petunjuk (QS al-Baqarah: 156-157).

Apa saja yang disenangi oleh manusia? Adalah segala hal yang

disenangi oleh nafsu dan syahwat, sebagaimana firman-Nya dalam QS

Ali „Imran ayat 14:

ىب ٱ لمقنطرة من ٱطري لقن ٱلبني و ٱء و لنساٱت من لش هو ٱزين للن اس حب لذ

ن ياٱة ي و ل ٱع لك مت لرث ذ ٱم و ألن ع ٱلمسو مة و ٱليل ٱلفض ة و ٱو حسن ۥلل و عنده ٱو لد

اب لم ٱ

Page 165: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

159

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-

apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang

banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak

dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi

Allahlah tempat kembali yang baik (surga).

Setelah lahir ke dunia rupanya manusia “melupakan” janjinya,

“melupakan” kesaksiannya terhadap Tuhan Yang Asma-Nya Allah.

Manusia malah lebih memperturutkan hawa nafsu dan syahwat.

Ketika diuji dengan SUSAH, manusia malah berputus asa, berkeluh

kesah, dan banyak berdoa; tetapi ketika diuji dengan SENANG,

manusia malah sombong, berpaling, dan kikir, sebagaimana firman-

Nya:

نسان أعرض ونأى بانبو وإذا مس و الش ر كان ي ئوسا وإذا أن عمنا على اإلDan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya

berpalinglah dia dan membelakang dengan sikap yang sombong. Dan

apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa (QS al-Isra‟

ayat 83).

عآء عريضو اذا ا،عمنا على اإلنسان اعرض ونابانبو واذا مس و شر فذو د

Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling

dan menjauhkan diri. Tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia

banyak berdoa (QS Fushshilat: 51).

إذا مساو الشار جزوعا

ر منوعا وإذا مساو الخي Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah; dan apabila ia

mendapat kebaikan, ia amat kikir (QS al-Ma`arij: 20-21).

Page 166: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

160

Jihad akbar sudah sangat dikenal luas di kalangan kaum

muslimin. Mengenai definisi dan kedudukan jihad akbar mungkin

tidak terdapat perbedaan di kalangan umat Islam sedunia. Jihad akbar

adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk memerangi nafsunya

sendiri hingga tunduk. Kedudukan jihad akbar disepakati sebagai

bernilai yang sangat tinggi. Maksudnya tiada lain agar masing-masing

murid (orang yang berkehendak kembali kepada Tuhan hingga sampai

dengan selamat) mencapai derajat mu`min (orang yang beriman),

muttaqin (orang yang bertakwa), hingga mukhlashin (orang yang

ikhlas), sebagaimana firman-Nya: fa qaliilan maa yu`minuun =maka

sedikit sekali mereka yang beriman (QS al-Baqarah: 88; QS al-

Haqqah: 41); Inna akramakun `indallaahi atqaakum =Sesungguhnya

orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling

bertakwa (QS al-Hujurat: 13); ...illaa `ibaadaka minhumul

mukhlashiin =”kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara

mereka", yang tidak akan tersentuh oleh iblis (QS al-Hijr: 40); untuk

mencapai derajat asy-syakuur (manusia yang bersyukur),

sebagaimana firman-Nya qaliilan maa tasykuruun =hanya sedikit

manusia yang bersyukur (QS al-A`raf: 10; QS al-Mu`minun: 78; QS

as-Sajdah: 9; QS al-Mulk: 23); untuk mencapai martabat insan kamil

(Rahmat, 2010).

Jadi, bagaimanakah sikap kita jika diuji dengan hal-hal yang

susah (seperti dijadikan miskin)? Jawabnya, kita harus bersabar.

Bentuk sabarnya: (1) rida dengan kemiskinan atau penyakit yang

diujikan Allah, tidak mengekspresikan ketidaksenangan, tidak

mengeluh, tidak berputus asa, dan hidup optimistik; (2) suasana hati

merasa senang karena ujian yang menyakitkan justru akan

mempercepat proses sampainya diri kembali dan bertemu dengan

Tuhan (sakit =hari raya bagi orang-orang beriman); (3) jika dijadikan

miskin, berikhtiar menghilangkan kemiskinannya, seperti

meningkatkan keterampilan; dengan tetap membayar hak-hak Allah

Page 167: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

161

dan Rasul-Nya serta hak-hak manusia; dan (4) berdoa seperti

membaca shalawat nariyah (biasanya dibaca ganjil, sedikitnya 11 kali)

memohon agar Allah memberi rezeki yang banyak halal, dan suci,

demi tegaknya syiar Islam.

Bagaimanakah pula jika diuji dengan hal-hal yang senang

(seperti dijadikan kaya atau pejabat tinggi)? Jawabnya, kita harus

syukur nikmat yang dilAndasi sabar. Ketika mendapat rezeki yang

banyak, kita ungkapkan “alhamdulillah”. Tapi jangan berhenti di

sini. Harus ditindak-lanjuti dengan bersabar, karena kebanyakan

manusia justru tidak lulus ketika diuji dengan yang senang. Berbeda

dengan orang yang susah (seperti miskin), yang biasanya butuh sekali

akan pertolongan Tuhan, orang kaya atau menduduki jabatan tinggi

biasanya “merasa serba cukup” sehingga tidak butuh lagi dengan

Tuhan. Makanya kalaupun beribadah biasanya memilih-milih ibadah

yang sesuai dengan selera nafsu dan watak akunya. Karena itu ketika

diuji dengan hal-hal yang menyenangkan pun (seperti dikayakan atau

dijadikan pejabat tinggi) harus tetap bersabar juga. Adapun bentuk

sabarnya sebagai berikut: (1) tidak “ngaku” kaya atau punya jabatan

tinggi melainkan karena dikayakan atau dijadikan pejabat tinggi oleh

Allah sebagai ujian bagi dirinya; (2) rida menerima amanat dikayakan

(atau dijadikan pejabat tinggi) sebagai ujian dari Allah; (3) khauf

(takut) terhadap Allah sekiranya dirinya tidak memenuhi amanat yang

diujikan Allah kepadanya; dan (4) jika dijadikan kaya, membayarkan

hak-hak Allah (melalui Rasul-Nya), hak-hak Rasul, hak-hak kerabat

Rasul, dan hak-hak manusia (seperti zakat, infak, sedekah, dan

jariyah), serta punya kepedulian yang tinggi dengan hartanya untuk

memajukan lingkungannya (masyarakat, bangsa, dan negara); tidak

menggunakan hartanya untuk bermegah-megahan, berpoya-poya, dan

jor-joran demi memenuhi selera nafsu dan syahwatnya (tentunya

dengan memenuhi hak-hak dirinya dan keluarganya). Adapun jika

dijadikan pejabat tinggi, selain tersebut sebagaimana yang dikayakan,

Page 168: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

162

juga memajukan bidang garapannya secara profesional, berlaku adil,

dan benar serta tidak zalim.

4. Ihsan dalam puasa

Ibadah puasa yang mencapai derajat ihsan ialah ibadah puasa

yang diarahkan untuk mencapai tujuan berpuasa, yakni la`allakum

tattaquun (agar kalian mencapai ketakwaan), sebagaimana firmannya:

كتب على الاذين من ق بلكم لعلاكم يا أي ها الاذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما

ت ت اقون Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

bertakwa (QS al-Baqarah: 183).

Kewajiban melaksanakan berpuasa di bulan Ramadan

merupakan gambaran nyata terhadap proses supaya hidupnya menjadi

mulia di sisi-Nya, yaitu muttaqiin. Menjadi hamba yang bersunguh-

sungguh dalam ibadahnya dengan benar dan ikhlas. Ikhlas adalah

bersih. Bersih dari syirik lahir dan syirik batin. Hal ini terjadi karena

semua amal ibadahnya tidak ada yang ”diaku”. Sebab akunya telah

sirna (tenggelam) ke dalam Yang Maha Aku. Ibadahnya ka annaka

taraahu =seolah-olah dapat melihat-Nya; yakni ibadah yang kondisi

ruhaninya dijaga untuk dapat dibarengi dengan mengingat-ingat dan

menghayati Diri Ilahi Yang Al-Ghaib (Tuhan Yang Asma-Nya Allah).

Gambaran orang bertakwa diungkapkan dalam berbagai ayat Al-

Quran, antara lain terutama dalam QS al-Baqarah ayat 3-5 sebagai

berikut:

Ciri-ciri orang yang bertakwa dijelaskan dalam QS al-Baqarah

ayat 2-5 sebagai berikut:

Page 169: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

163

لاذين ي ؤمنون بالغيب ويقيمون فيو لك الكتاب ل ريب ذ ىدى للمتاقين

ناىم ي نفقون الصالة ومماا رزق Kitab (Al-Quran) itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi

mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada (Diri-

Nya) Yang Al-Ghaib, yang mendirikan shalat, dan menginfakkan

rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Ciri pertama, yu`minuuna bil-ghaibi. Kalimat yu`minuuna

adalah fi`il mudhari, artinya ‟selalu mengimani‟; dan kalimat ghaib

adalah isim mufrad (singular), bukan jama` (plural), artinya ‟satu yang

ghaib‟, dan menggunakan kalimat ‟al‟ (alif-lam) yang berarti isim

ma`rifat (khusus, spesifik), bukan isim nakirah (umum, tidak

spesifik). Dengan demikian kalimat ini (yu`minuuna bil-ghaibi) harus

diartikan selalu mengimani kepada ‟Satu-satunya Yang Ada dan

Wajib Wujud-Nya tapi Al-Ghaib Allah Asma-Nya‟. Bagaimana cara

mengimani kepada Diri-Nya Yang Al-Ghaib itu, yakni dengan selalu

mengingat-ingat (Diri-Nya) Yang Al-Ghaib serta selalu merasakan

kehadiran-Nya (Rahmat, 2012).

Ciri kedua, setelah mengetahui Zat Tuhan (Diri-Nya Yang Al-

Ghaib), orang yang takwa itu (masih dalam QS al-Baqarah ayat 3)

adalah wa yuqiimuunash shalaata (selalu mendirikan shalat), yakni

shalat yang berdiri tegak, karena shalat merupakan tiangnya agama

(Rahmat, 2012).

Makanya, rukun Islam yang pertama adalah ‟syahadat‟, bukan

shalat, karena shalat tanpa ma`rifat bi Dzaatillaah (tanpa mengetahui

Diri-Nya Yang Al-Ghaib) sia-sia. Apabila rukun Islam yang pertama

telah terpenuhi (sudah dapat „menyaksikan‟ Zat Tuhan Yang Al-Ghaib

yang Asma-Nya Allah), maka kewajiban shalatnya juga akan benar-

benar menjadi tempat hamba mencahaya. Mencahaya dengan zikir

Page 170: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

164

dalam dadanya. Mencahaya, karena hati nurani, roh dan rasanya

dengan yakinnya mengingat-ingat dan menghayati Ada dan Wujud-

Nya Zat Al-Ghaib yang sangat dekat sekali dalam rasa hati. Dengan

demikian maksud sabda Nabi saw bahwa shalat adalah mi‟rajul-

mukminiin (mi`raj-nya orang-orang beriman), dapat terhayati.

Demikian juga firman Allâh bahwa manfaat shalat adalah tanhaa „anil

fahsyaa`i wal munkar (mencegah perbuatan keji dan mungkar) akan

diwujudkan Tuhan. Demikian halnya dengan shalat sebagai tiangnya

agama (ash-shalaatu `imaaduddiin) akan benar-benar dapat

meniadakan/menafikan hijab terbesar dan terhebat yang bila sekiranya

tidak dengan Daya dan Kekuatan Ilahi sama sekali tidak mungkin

tercapai.

Ciri ketiga, wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun (meng-

infaq-kan sebagian rezeki yang Allah anugerahkan kepada mereka).

Dengan kajian tematik Al-Quran, infak berbeda dari zakat dan

sedekah. Infak ini lebih utama, lebih mulia, karena orang yang infak:

(1) sudah terbiasa membayar zakat dan sedekah, juga ibadah-ibadah

harta lainnya; dan (2) infak ini menyerahkan „seluruh‟ harta (100%)

dari harta yang diperoleh di luar penghasilan biasa. Contoh,

penghasilan biasa dosen PNS adalah gaji bulanan (bisa ditambahkan

gaji profesi, gaji sertifikasi dosen). Di luar itu adalah penghasilan di

luar penghasilan biasa (karena umumnya penghasilan dosen adalah

dari gaji bulanan plus gaji sertifikasi). Jika ia membayarkan

penghasilan lain (misal: honor menguji sarjana, honor menilai

sertifikasi guru, hadiah dari mahasiswa yang kaya, dan yang serupa

dengan itu) itulah yang disebut infaq (jika ia membayarkannya 100%

dari penghasilan tambahan itu tanpa menguranginya satu rupiah pun)

(Rahmat, 2012).

Kemudian puasa yang dijalaninya pun untuk lebih

meningkatkan ketakwaan (QS al-Baqarah: 183). Artinya, bulan

Ramadan itu dijadikan bulan beribadah. Selain berpuasa juga

Page 171: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

165

shalatnya lebih banyak (yakni selain shalat yang biasa ditambah

dengan shalat tarawih dan shalat-shalat sunat lainnya seperti isyraq

dan dhuha; dan shalat malam pun lebih dianjurkan di bulan ini). Di

bulan ini pun lebih dianjurkan memperbanyak bacaan Al-Quran dan

sedekah. Kemudian ada lailatul qadar dan zakat fitrah.

Bulan Ramadan disebut pula dengan bulan suci. Bulan

pensucian diri agar hakekat diri yang asal mula tempatnya dari Diri-

Nya Zat Yang Mahasuci kembali lagi kepada-Nya. Kembali pada

fitrah yang asalnya dari Yang Maha Fitrah.

Siang hari menahan dahaga, menahan lapar, menahan nafsu

syahwat, menahan diri tidak berbuat maksiat, dan segala macam hal

yang merusakkannya (sebagai taubatnya jasad); di malam hari

memperbanyak shalat (termasuk qiyaamul-lail), membaca Al-Quran,

rajin bersedekah, rela mengeluarkan harta titipan Allah bagi yang

berhak menerima, berzakat, zakat fitrah, ada juga malam lailatul-

qadar, malam Allah memuliakan hambaNya menjadi kekasih-Nya,

sehingga hamba yang dicintai oleh-Nya ini akan menjadikan rasa

hatinya dapat merasakan betapa indahnya dan betapa nikmatnya

merasakan Diri-Nya Zat Yang Al-Ghaib ini, meskipun ia tetap

sebagaimana layaknya manusia biasa.

5. Ihsan dalam haji

Kemudian berhaji bagi yang dimampukan oleh-Nya, yang

mencapai derajat ihsan, adalah panggilan Allah untuk membuktikan

„arifun billah (mengenal Allah dengan seyakin-yakinnya). Sebab al-

hajju „arafatu (ibadah haji itu harus mencapai ma`rifat billah).

Praktiknya ibadah haji itu harus wukuf di Padang „Arafah. Rahmat

(2010) menjelaskan lebih lanjut:

Makna “wukuf” adalah “berhenti”. Yang harus dihentikan

adalah semua hal yang menjadikan hijabnya mata hati hingga tidak

akan dapat menyaksikan Diri-Nya Ilahi.

Page 172: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

166

Karena itulah maka semua rukun haji merupakan simbol-simbol

guna mencapai keadaan di atas. Simbol-simbol itu misalnya

disunatkan oleh Nabi mencium Hajar Aswad.

Pencium dengan alat hidung adalah satu-satunya panca indra

manusia yang tidak bisa ditipu dan paling jujur. Instrumennya rasa

yang satu ini (hidung), oleh Sunan Kalijaga disebut dengan “kayu

gung susuhing angin”. Zat Yang Al-Hayyu al-Qayyuum, Mahaagung

yang harus dapat diingat-ingat bersama-sama dengan setiap masuknya

nafas ke dalam dada. Sebab bila nafas yang keluar masuk ini tidak

diisi dengan zikir, layaknya seperti keluar masuknya nafas hewan;

kosong dari butiran iman.

Dan apabila begitu halnya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad

saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa: “Akan datang atas

manusia suatu zaman di mana pada zaman itu seseorang dinyatakan:

alangkah pAndainya, alangkah bijaksananya, alangkah kuatnya,

padahal dalam hatinya tidak ada sedikitpun butiran imannya.”

Karena itulah hidung sebagai tempat keluar masuknya nafas

yang dengan ada isinya, disimbulkan sebagai “gunung Tursina”. Lalu

mengapa Nabi Muhammad saw menyunatkan mencium Hajar Aswad?

Hajar Aswad adalah simbol mudgah, segumpal daging dalam

jasad manusia. Apabila segumpal daging itu shaluha (bagus) maka

menjadi baiklah seluruh jasad manusia. Dan apabila segumpal daging

ini jelek (fasad), maka menjadi jeleklah seluruh jasad manusia (al

hadis).

Segumpal daging ini setelah terkena hawa dunia, benar-benar

persis sebagaimana wujudnya yang nyata-nyata Hajar Aswad, batu

yang keras dan hitam. Dalam jasad, benar-benar menjadi qalbun

jasmaaniyuun zhulmaaniyyun. Menjadi hati yang watak dan

keinginannya bagaimana agar jasadnya kajen keringan dan mukti

wibawa hidup di dunia. Maka lalu zalim, termakan betapa kuatnya

pengaruh hawa dunia. Hawa dunia yang 99% lebih sepertinya

Page 173: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

167

memang dikuasai setan. Sebab yang disebut setan itu adalah semua

pengaruh dan ajakan yang datang dari luarnya diri yang pengaruh dan

ajakan itu sama sekali tidak sekehendak dengan Tuhan. Jadi ya

banyak sekali. Bisa dari istri, dari anak, dari saudara, teman sekerja,

dari pekerjaan, dari bacaan, dari apa yang didengar dan dilihat mata

kepala, dari harta, wanita, dan banyak lagi. Jadi kalau ada ungkapan

para luhur bahwa dunia ini penuh dengan setan doyan sambal, tidak

ada salahnya.

Sedang bila ajakan yang mempengaruhi manusia menjadikan

hidupnya tidak sejalan dengan kehendak Allah, datang dari dalam

dirinya sendiri, ini namanya nafsu. Karena itu, maka antara setan dan

nafsu ada kerja sama yang kental.

Lalu mengapa Nabi Muhammad saw mencium Hajar Aswad?

Sebab, dibalik batu yang keras itu (dibalik hijab yang hebat dan

bahkan dahsyat) dan hitam pekat, gelap, dan zalim ketika terkena

hawa dunia, di balik itu ada kandungan makna asli dan murni,

sebelum terkena hawa dunia. Sebelum dibungkus oleh jenggelegnya

jiwa raga.

Asli dan murninya itu adalah inti manusia, yaitu fitrahnya diri,

yang ketika hendak diproses Allah menjalani ujian dan cobaan dunia

lewat kandungan sang ibu, ketika dimintai kesaksian oleh Allah:

Alastu birabbikum, Jawabnya sama, Qaaluu balaa syahidnaa.

Fitrah diri yang kini menjadi inti manusia, diletakkan dalam

rasa, dibungkus oleh arwah, diletakkan dalam hati nurani, dibungkus

wujudnya jasad, ketika dimintai kesaksian oleh Tuhannya: ”Bukankah

Aku ini Tuhanmu?” Jawabnya adalah “Benar, wahai Tuhanku, kami

semua menjadi saksi.” Maksudnya secara yakin menyaksikan (weruh

= melihat dengan seyakinnya) atas keberadaan Diri Tuhan yang di

alam dunia ini Dia sama sekali takkan pernah menampakkan Diri.

Karena itu, Al-Ghaib, Satu-satu-Nya Zat Yang Wajib Wujud-Nya

tetapi gaib dan di dunia ini, Dia mengenalkan Diri-Nya dengan Asma

Page 174: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

168

Allah dan juga Asma-Asma lain yang terangkum dalam Asmaul

Husna.

Itulah keadaan asli dan murninya fitrah manusia. Oleh karena itu

dengan tegasnya, agar manusia ketika dalam ujian dunia ini dapat

lulus guna tujuan pulang kembali kepada-Nya, Nabi Muhammad saw

bersabda: Uthlubul `ilma minal mahdi ilal-lahdi (Carilah ilmu sejak

dari ayunan hingga ke liang lahad).

Ilmu sejak dari ayunan berarti masih dalam keadaan bayi yang

baru lahir. Yaitu, ilmu untuk mengenali fitrahnya diri yang asal

tempatnya dari Diri-Nya Zat Yang Mahafitrah. Itulah sebabnya

mengapa ada ungkapan man „arafa nafsahu faqad „arafa rabbahu

(Barang siapa yang mengenal dirinya maka pasti akan mengenal

Tuhannya). Dan ilmu untuk masuk ke liang lahad adalah ilmu yang

menunjukkan pintunya mati supaya dapat selamat bertemu dengan

Diri-Nya Tuhan lagi. Sabda Nabi di atas bermakna perintah, yaitu:

Carilah! Maksudnya yang dicari ini adalah yang orang yang ahli

menunjuki dan membimbing` shiraathal mustaqiim.

Pelaksanaan thawaf dengan mengelilingi Ka‟bah 7 kali juga ada

makna di dalamnya. Pada pojok pertama Ka`bah ada Hajar Aswad

(batu hitam). Hajar Aswad adalah simbol asal mula tempat fitrahnya

manusia. Fitrah diri manusia yang terhadap keberadaan Diri Tuhannya

menyaksikan Ada dan Wujud Diri Tuhannya, dan juga telah sedia

memikul amanah-Nya meskipun kesediaannya memikul amanah-Nya

ini ternyata tidak dipuji bahkan malah mendapat vonis: Innahu kaana

zhaluuman jahuula, karena memang sangat bodohnya hingga karena

itu sama sekali tidak tahu bahwa akan diproses menjadi bentuk baru

(berjiwa raga), lewat kandungan ibu terus diuji dengan hidup dan

kehidupan dunia.

Pojok Ka’bah yang kedua adalah simbol alam kandungannya

ibu. Di alam ini, ketika calon manusia telah berumur 120 hari berupa

segumpal daging, lalu dimasukkan ke dalamnya ruh-Nya dan

Page 175: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

169

ditetapkan rezekinya, umurnya, matinya, amalnya, serta nasib baik

dan buruknya (Perhatikan kembali hadis takdir dalam Rukun Iman).

Pojok Ka`bah ketiga adalah simbol alam dunia. Bagi yang

dikehendaki mengikut jejak para malaaikatul-muqarrabin yang rela

bersujud kepada wakil-Nya Allah = jihadunnafsi-nya hingga patuh

dan tunduk bagai mayat yang pasrah seutuhnya kepada yang berhak

menyucikannya, di tempat ujian dunia ini tidak berhenti, terus jalan

melewati pojok keempatnya Ka'bah sebagai simbol alam kubur. Dan

karena matinya selamat, maka bangkitlah suka citanya merasakan

betapa indah dan bahagianya kembali bertemu dengan Diri Ialhi.

Thawaf dengan mengelilingi Ka'bah tujuh kali ini adalah

lambang adanya firman Allah dalam QS al Mukminun 17, Dan

sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan,

dan Kami tidak akan lengah terhadap ciptaan Kami.

Juga lambang dari pada mukadimahnya Ilmu Ma'rifat Billah

(Ilmu Syaththariah), yaitu zikir 7 macam yang disesuaikan dengan

nafsu manusia yang juga ada 7 macam. Sebab, untuk dapat selamat

kembali bertemu Tuhan, harus menunggangi nafsu yang tujuh macam

itu.

Kain ihram tanpa jahitan adalah simbol sama-sama. Simbol

kemerdekaan, dan kedamaian. Simbol tiadanya perbedaan; simbol

rasa jiwa yang hurriyah tammah; rasa jiwa yang merdeka sejati dan

sempurna karena hanya merasakan Diri-Nya Tuhan dalam rasa

hatinya; simbol hidupnya manusia yang tidak dijajah oleh nafsunya

sendiri; simbol dari pada hamba yang segala tingkah laku dan

perbuatan lahir dan batinnya semata-mata karena katut siliring

Qudratullah, karena dijadikan oleh-Nya hamba yang mencahayakan

Diri-Nya.

Tahalul dengan simbol motong rambut. Rambut adalah

lambang mahkota. Memotong rambut adalah simbol untuk

Page 176: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

170

meniadakan watak akunya nafsu yang mahkotanya adalah abaa

wastakbara, ana khairun minhu, layatgha, dan an ro-aa hustaghna.

Mengambil tujuh buah kerikil di malam hari untuk alat

melempar jumrah merupakan simbol hamba yang bangun habis tengah

malam, beristigfar, mohon ampunan kepada-Nya. Dan bila dikabulkan

oleh-Nya, diberitahu oleh Tuhannya bahwa penyebab orang tergelincir

dari jalan lurus yang licin ini karena kesandung kerikil, yang biasanya

dianggap sepele.

Kerikil-kerikil ini adalah lambang wataknya nafsu yang maunya

”ngaku” terhadap semua amal baiknya hingga menjadikannya lupa

pada belas kasih Tuhan yang membuat dirinya mempunyai hati

"dimaukan" beramal baik. Karena itu harus dibuang, yakni dilempar

ke sumur tempat melempar jumrah. Ini simbol melempar setan supaya

setan (yaitu ajakan dari luar dirinya yang menyebabkan hidup dan

kehidupan tidak sejalan dengan kehendak Tuhan), tidak mempan lagi.

Lalu mengapa melemparkannya mesti ke dalam sumur, dan

harus dapat masuk semua? Sumur adalah simbolnya sumber ilmu.

Ilmu untuk dapat masuk ke dalam samuderanya 'arifun billah.

Dilempar ke dalam sumur supaya tenggelam, yakni sirna, fana, dan

nafi. Hal ini dimaksudkan agar watak nafsu yang maunya selalu

”ngaku” (ngaku hebat, ngaku kaya, ngaku pintar, ngaku kuat, dan

berbagai pengakuan lainnya) sirna tenggelam ke dalam Diri-Nya Sang

Maha Aku (Allah).

6. Ihsan dalam beramal saleh

Perhatikan ayat Al-Quran tentang amal saleh berikut:

ال ذي خلق الموت والياة ليب لوكم بتارك ال ذي بيده الملك وىو على كل شيء قدير

أيكم أحسن عمل وىو العزيز الغفور

Page 177: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

171

Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia

Mahakuasa atas segala sesuatu. (Dia) yang telah menjadikan “mati

dan hidup” (dengan maksud) untuk menguji siapakah di antara

kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun (QS al-Mulk: 1-2).

Bandingkan dengan ayat Al-Quran tentang berzikir berikut:

يا أي ها ال ذين آمنوا اذكروا ال و ذكرا كثرياHai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama)

Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS al-ahzab: 41)

Dalam berzikir, kita yang beriman diperintah oleh Allah untuk

berzikir sebanyak-banyaknya (dzikran katsiiraa). Menurut ilmu

tasawuf makna zikir sebanyak-banyaknya itu setiap kita arik nafas

maka kita harus mengingat Allah. Adapun dalam beramal saleh, kita

yang beriman diperintah oleh Allah untuk beramal saleh secara

berkualitas (ahsanu `amalaa). Maksudnya, jangan asal beramal, tetapi

mesti beramal yang berkualitas.

Bagaimanakah beramal saleh yang berkualitas itu? Untuk

memperoleh Jawabannya kita dapat membuka ayat-ayat suci Al-

Quran seperti ayat-ayat berikut:

عها أذى ر من صدقة ي تب واللاو غني حليم ق ول معروف ومغفرة خي Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah

yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si

penerima). Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun (QS al-Baqarah:

263).

Ayat ini mengaitkan sedekah dengan “ucapan yang baik”.

Sedekah merupakan ibadah harta yang diperintahkan oleh Allah. Tapi

sedekah sama sekali tidak bermakna jika dilakukan secara asal-asalan.

Page 178: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

172

Dalam ayat di atas pemberian sedekah yang disertai ucapan hati si

penerima sedekah secara implisit terlarang, dengan ditegaskannya

bahwa “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada

sedekah yang diiringi perkataan yang menyakitkan hati si penerima

sedekah”. Kata-kata yang bisa menyakitkan hati sang penerima

sedekah seperti dalam kasus berikut. Seseorang meminta sedekah

kepada saudaranya yang lebih beruntung (lebih kaya, lebih

berkecukupan). Saudaranya yang lebih kaya itu memberinya sedekah

tapi disertai ucapan, misalnya: “Ah, kamu kerjanya hanya minta-minta

saja. Coba kamu usaha yang benar, jangan membebani saudara-

saudara kamu!” Perkataan yang baik (qulun ma`ruufun) dalam ayat di

atas bisa bermakna luas, mulai dari penerimaan yang ramah dengan

menyambut kedatangan saudaranya yang mau meminta sedekah itu

hingga memberikan solusi konseptual tentang cara-cara mengatasi

kesulitan ekonomi, karena kalimat qaulun adalah isim nakirah

(umum). Maksudnya, daripada memberi sedekah yang disertai ucapan

menyakitkan lebih baik memberi solusi atau jalan keluar dari kesulitan

ekonomi yang dihadapi oleh saudaranya.

Perhatikan pula ayat berikut

لقتال رأيت فإذا أنزلت سورة مكمة وذكر فيها وي قول ال ذين آمنوا لول ن زلت سورة

وت فأول لم من الم ي نظرون إليك نظر المغشي عليو ال ذين ف ق لوبم مرض

فإذا عزم األمر ف لو صدقوا الل و لكان خي را لم طاعة وق ول معروف

Dan berkata orang-orang yang beriman: "Mengapa tidak diturunkan

suatu surah (tentang perintah berperang)?" Maka apabila diturunkan

satu surah yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya

(perintah) perang, kalian (akan) lihat orang-orang yang ada penyakit

di dalam hatinya memAndang kalian seperti orang yang pingsan

Page 179: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

173

karena takut mati (akibat peperangan itu); dan kecelakaanlah bagi

mereka.

Taat dan mengucapkan “perkataan yang baik” (adalah lebih baik

bagi mereka daripada meminta diturunkannya satu surah yang jelas

perintah berperang). Apabila dia telah menetapkan suatu urusan

(seperti perintah berperang, tentu mereka tidak menyukainya). Tetapi

jika mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian

itu lebih baik bagi mereka (QS Muhammad: 20-21).

Kedua ayat ini mengaitkan perang dengan “ucapan yang baik”.

Berperang, baik perang sebagaimana layaknya perang-perang di dunia

(untuk mengalahkan musuh) ataupun perang dalam arti jihad akbar

(perang untuk menundukkan nafsunya sendiri, agar selalu menaati

perintah Allah dan Rasul-Nya), merupakan amal saleh yang sangat

berat. Dalam ayat di atas secara tersirat dijelaskan bahwa orang-orang

yang lemah imannya meminta diturunkannya satu surah tentang

perintah berperang (seolah-olah mereka itu menantang datangnya

perintah untuk berperang). Tetapi ketika ayat perintah berperang itu

benar-benar turun, orang-orang yang memiliki penyakit hati enggan

untuk berperang (padahal sebelumnya mereka meminta didatangkan

satu surah tentang perintah berperang). Kedua ayat di atas

menegaskan bahwa “ucapan yang baik” lebih baik daripada meminta

didatangkannya satu surah tentang perintah berperang. Maksud

“ucapan yang baik” di sini adalah “taat” kepada Rasul. Jika Rasul

telah mengeluarkan perintah (misal perintah perang), maka

berperanglah karena Allah atas dasar ketaatan kepada Rasulullah. Jika

Rasul tidak memerintahkan sesuatu (misal tidak memerintahkan untuk

berperang), lakukan saja perintah-perintah Rasul yang lainnya (yang

telah diperintahkan, seperti ibadah-ibadah dan amal-amal sosial).

Perintah perang yang paling abadi adalah perintah untuk melakukan

Page 180: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

174

jihad akbar, yakni berperang untuk menundukkan nafsu sendiri agar

tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah dan perintah-

perintah Rasul-Nya. Inilah makna “perkataan yang baik” dalam kedua

ayat di atas.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa amal saleh lebih berkaitan

dengan ibadah-ibadah ghair mahdhah. Bahasa moderennya adalah

“kepedulian sosial”. Jadi, amal saleh adalah amal-amal berupa

kepedulian untuk membantu orang lain yang memerlukan

pertolongan. Dalam bahasa pembangunan, bantuan-bantuan yang

diperlukan oleh kebanyakan orang adalah bantuan ekonomi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bantuan kesehatan, dan

bantuan pendidikan. Amal saleh yang berkualitas dalam bidang

pembangunan ini, misalnya memberi makan di hari-hari orang miskin

sulit makan, mempekerjakan orang-orang miskin (secara manusiawi),

memberikan pelatihan-pelatihan life skills dan bantuan modal bagi

orang-orang miskin usia kerja, hingga memberikan beasiswa kepada

anak-anak orang miskin yang potensial agar kelak bisa menghidupi

dirinya dan keluarganya secara lebih baik. Dan kepedulian-kepedulian

sosial lainnya yang berkualitas.

Pengertian ahsanu amalan perlu dipahami secara lebih

komprehensif dan menyeluruh. Kaum muslimin yang sadar membayar

zakat, sedekah, dan infak sering kali menunggu-nunggu waktu yang

baik untuk membayarkan ibadah harta itu. Pernah seorang miskin

datang meminta sedekah kepada seorang kaya, suatu bantuan yang

sangat diperlukan oleh orang miskin tersebut untuk mengatasi masalah

yang dihadapinya saat itu. Orang kaya itu mengatakan, “Nanti di

bulan Ramadan akan saya keluarkan semua harta zakat, infak, dan

sedekah saya. Sekarang bukan waktu yang tepat!” Si miskin dibuat

bengong dan pulang meninggalkan orang kaya itu dengan tangan

hampa. PAndangan hidup orang kaya itu bukan merupakan ahsanu

amalan. Amal saleh yang berkuatas seperti ini akan lebih tepat

Page 181: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

175

dilakukan pada saat orang miskin itu benar-benar membutuhkan

bantuan, jangan sampai menunggu-nunggu hari yang baik untuk

beribadah harta. Apakah ajaran Islam sekaku itu? Masa seorang

miskin yang memerlukan operasi pada awal bulan Sya`ban harus

menunggu sedekah pada bulan Ramadan? Secara ilmu kedokteran

orang yang menunda-nunda operasi (jika operasi itu satu-satunya

jalan) sama saja dengan menyiapkan dirinya untuk mati!

Page 182: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

176

BAB IV

NILAI-NILAI DASAR YANG MENJADI

KEARIFAN LOKAL PESANTREN

Nilai-nilai dasar yang dijadikan kearifan lokal di pondok

pesantren sekurangnya ada 5 (lima), yakni pertama, ikhlas dalam

beramal; syukur nikmat; “wara` & zuhud; ta`awun (tolong-

menolong); pola hidup sederhana.

A. Nilai Dasar-1 Ikhlas dalam Beramal

Ikhlas dalam beramal merupakan nilai dasar yang pertama dari

nilai-nilai dasar yang menjadi kearifan lokal pesantren. Para kiai

memberikan keteladanan dalam menjalankan nilai dasar ini. Para santri

selalu diajari dan dinasihati agar selalu ikhlas dalam beramal.

Nilai dasar ini biasnya merujuk kepada hadis Nabi saw tentang

peranan “niat” dalam beramal. Perhatikan hadis dalam kotak berikut,

yang dikutip dari Kitab Hadis Arba`in Nawawiy :

Dari Amirul Mu‟minin, Abi Hafs Umar bin Al-Khattab r.a.

berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya

setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang

(akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya

karena (ingin mendapatkan keridaan) Allah dan Rasul-Nya, maka

hijrahnya kepada (keridaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang

hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau

karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai

sebagaimana) yang dia niatkan. (HR Bukhari dan Muslim, dalam

www.lidwapusaka.com)

Imam Nawawiy (2007), memberikan catatan tentang hadis di atas

sebagai berikut:

1. Hadis ini merupakan salah satu dari hadis-hadis yang menjadi inti

ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi‟i berkata: Dalam hadis

Page 183: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

177

tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebab, perbuatan hamba

terdiri dari perbuatan hati, lisan, dan anggota badan, sedangkan niat

merupakan salah satu bagian dari ketiga unsur tersebut.

Diriwayatkan dari Imam Syafi‟i bahwa dia berkata," Hadis ini

mencakup tujuh puluh bab dalam fikih. Sejumlah ulama bahkan ada

yang berkata," Hadis ini merupakan sepertiga Islam.

2. Sebab diturunkannya hadis ini, yaitu ada seseorang yang hijrah dari

Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang

wanita yang konon bernama Ummu Qais, dan bukan untuk meraih

pahala berhijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan

“Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Menurut Imam Nawawiy, hadis di atas memuat 7 kandungan,

yakni:

1. Niat merupakan syarat diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan

amal ibadah tidak akan menghasilkankan pahala kecuali berdasarkan

niat (karena Allah Ta‟ala).

2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya

di hati.

3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah Ta‟ala

dituntut pada semua amal saleh dan ibadah.

4. Seorang mukmin akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar

niatnya.

5. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi

niat karena mencari keridaan Allah maka dia akan bernilai ibadah.

6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas)

adalah niat.

7. Hadis di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman

karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman

Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati,

diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Page 184: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

178

Ikhlas merupakan nilai yang tinggi. Karena iblis yang biasanya

selalu berhasil menjerumuskan manusia, sama sekali tidak mampu

menjerumuskan orang-orang yang ikhlas. Hanya amal yang ikhlas yang

akan mendapat ganjaran dari sisi Allah Sang Pemberi Pahala. Ayat-ayat

Al-Quran menegaskan tentang tingginya derajat orang-orang yang ikhlas

di sisi Allah swt, sampai-sampai iblis saja tidak sanggup menggodanya.

Perhatikan ayat-ayat Al-Quran berikut:

هم قال رب بما أغوي تني ألزي ننا لهم في األرض وألغوي ن اهم أجمعين إلا عبادك من

المخلصين

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan

bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memAndang baik

(perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan

mereka semuanya; kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (ikhlas)

di antara mereka" (QS al-Hijr: 39-40).

رك األسفل من الناار ولن تجد لهم نصيرا إلا الاذين تابوا .إنا المنافقين في الدا

هم للاو فأول وسوف ئك مع المؤمنين وأصلحوا واعتصموا باللاو وأخلصوا دين

اللاو المؤمنين أجرا عظيما ي ؤت Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan

yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan

mendapat seorang penolong pun bagi mereka; kecuali orang-orang

yang bertobat, mengadakan perbaikan, berpegang teguh pada Allah,

dan tulus ikhlas (dalam menjalankan) agama mereka karena Allah.

Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak

Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang

besar (QS an-Nisa‟: 145-146).

Page 185: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

179

قل أمر ربي بالقسط وأقيموا وجوىكم عند كل مسجد وادعوه مخلصين لو

ين كما بدأكم ت عودون الد

Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan"; dan (katakan

pula): "Luruskanlah mukamu di setiap shalat dan sembahlah Allah

dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepadanya; sebagaimana Dia telah

menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan

kembali kepada-Nya)". (QS al-A`raf: 29)

Amal yang ikhlas didasarkan atas niat lillaah (karena Allah), fii

sabiilillaah (di Jalan Allah), billaah (bersama Allah), dan ilallaah

(menuju Allah). Amal yang ikhlas harus diniatkan ingin kembali

kepada DiriNya Ilahi hingga sampai dengan selamat.

لدين فيهالمشركين فى نار جهنام خ ٱب و لكت ٱمن أىل لاذين كفرواٱإنا

لبرياة ٱئك ىم شر ل أوPadahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah

dengan ikhlas dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya

mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian

itulah agama yang lurus (QS al-Bayyinah: 5).

Ayat ini menegaskan bahwa beribadah harus dijalankan dengan

seikhlas-ikhlasnya dengan niat lillaah (karena Allah), fii sabiilillaah

(di Jalan Allah), billaah (bersama Allah), dan ilallaah (menuju Allah).

Jangan sampai ada niat-niat tambahan berupa pamrih dunia ataupun

pamrih akhirat.

Sangat disayangkan, betapa banyak kaum muslimin yang

menjalankan ibadah dengan niat untuk memperoleh dunia. Mereka

memperbanyak shalat, mengerjakan shalat tahajud, menjalankan puasa

Page 186: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

180

sunat, kadang-kadang diselingi juga dengan sedekah, tetapi niatnya

untuk meraih kesenangan duniawi. Bahkan ibadah hajji pun kadang-

kadang diniati untuk meraih kesenangan duniawi. Mereka

menjalankan ibadah-ibadah demikian untuk lebih memperlancar

bisnisnya, untuk mendapat posisi dalam suatu jabatan, untuk

kesembuhan penyakitnya, untuk mendapatkan jodoh yang

dikehendakinya, untuk ditutupi Tuhan aib-aib dunianya, yang pada

pokoknya untuk dimudahkan urusan-urusan duniawinya.

Demikian juga ada sebagian kaum muslimin yang

memperbanyak ibadah dengan niat untuk meraih pamrih-pamrih

akhirat, yakni mengumpul-ngumpulkan pahala dan menghitung-

hitungnya. Apa pahalanya sudah mencapai takaran surga ataukah

masih kurang, sehingga untuk menghindari neraka harus memilih

amal-amal yang paling banyak pahalanya (menurut pertimbangan akal

pikirannya). Padahal takabur, ujub, riya, dan sum`ah dapat

menghapus seluruh pahala seperti api yang membakar habis kayu

kering. Terlebih lagi jika terkotori dosa syirik, seluruh amal saleh akan

terhapus tanpa tersisa sedikit pun. Firman-Nya antara lain dalam QS

al-Kahfi ayat 103-105:

ن يا وىم يسبون - قل ىل ن نبئكم باألخسرين أعمال ال ذين ضل سعي هم ف الياة الد

م ولقائو فحبطت أعما - أن هم يسنون صنعا لم فل أولئك ال ذين كفروا بآيات رب

نقيم لم ي وم القيامة وزنا

Katakanlah: "Maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang-

orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang

telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan

mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka

itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka

dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah

Page 187: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

181

amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian

bagi (amalan) mereka pada hari kiamat( QS al-Kahfi : 103-105).

Nilai dasar ikhlas yang menjadi kearifan lokal pesantren ini tentu

sangat tepat. Coba renungkan, siapakah di antara dua orang ini yang

berpikiran maju: orang yang bekerja mencari keuntungan sesaat atau

orang yang bekerja mencari keuntungan abadi? Pasti kita memilih orang

yang kedua. Orang yang mencari keuntungan sesaat tidak akan berpikir

tentang akibat yang terjadi di kemudian hari. Pokoknya hari ini

beruntung. Esok hari, lusa? Gimana nanti. Orang yang sehat akan

berpikir keberuntungan yang kekal-abadi.

Para pelaku maksiat dan kemungkaran adalah mereka yang

mencari keuntungan sesaat. Bahkan untuk ukuran duniawi juga mereka

mencari keuntungan sesaat. Coba perhatikan para koruptor. Mereka

terkesan senang dan berbahagia. Mereka bisa membeli apa saja yang

diinginkannya. Mereka memilih hidup mewah: rumah mewah, mobil

mewah, vila dan taman yang indah-indah, perabotan rumah yang

mewah, pakaian mewah, perhiasan emas permata yang serba mahal,

batangan-batangan mas, permata dan intan-berlian, dan berbagai

kemewahan lainnya. Para lelaki koruptor biasanya menikahi banyak

wanita muda atau mempunyai istri/wanita simpanan. Pertanyaannya,

apakah kemewahan hidup mereka berjalan lama? Bukan hanya hukum

alam yang membuat mereka tua (karena umur terus bertambah dan pasti

mati); melainkan penegak hukum datang menangkap mereka. Mereka

pun seolah-olah tidak sayang dengan membayar mahal para pengacara

kondang. Apakah bukti korupsi mereka dapat terbantahkan? Mungkin

beberapa hakim curang dapat membebaskan mereka dari tuduhan

korupsi. Tapi citra kehidupan mewah sebagai orang bersih sangat susah

dihapus dari masyarakat. Bisa saja para koruptor demikian terus

bersembunyi, misalnya pura-pura hidup biasa (tinggal di rumah biasa

dan mobil kelas ekonomi, bukan rumah mewah dan mobil mewah). Tapi

apakah kehidupan pura-pura seperti ini dapat membuat hidup mereka

Page 188: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

182

bahagia? Terlebih-lebih banyak para koruptor yang tertangkap basah dan

menghabiskan sisa hidupnya di penjara. Contohnya Gayus Tambunan,

sang koruptor muda dan sangat serakah. Ia telah ditetapkan oleh

Pengadilan dipenjara selama 36 tahun. Harta hasil korupsinya yang

berjumlah mencapai ratus milyar disita negara. Kasus serupa menimpa

puluhan koruptor. Baru ketika kehidupan menghimpit mereka, para

koruptor itu (juga para pelaku maksiat dan kemunkaran) seolah-olah

sadar beragama. Tapi yang sebenarnya hanyalah kesadaran-semu.

Perhatikan QS Yunus ayat 22-23 berikut:

لفلك وجرين بم بريح طيبة ٱ إذا كنتم ف لبحر حت ٱلب ر و ٱل ذى يسي ركم ف ٱىو

ا لموج من كل مكان وظنوٱءىم ءت ها ريح عاصف وجا با جا وفرحوا

ين لئن أميت نا من ى ٱلل و ملصي لو ٱ أن هم أحيط بم دعوا من لنكونن ۦذه لد

كرين لش ٱ

ا ب غيكم على ٱأي ها لق ي ٱألرض بغري ٱهم إذا ىم ي ب غون ف أمى ف لم ا لن اس إن

نا مرجعكم ف ن نبئكم با كنتم ت عمل ٱة لي و ٱع أنفسكم م ت ن يا ث إلي ون لد

Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan,

(berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera,

dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di

dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira

karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari

segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah

terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan

mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata):

"Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini,

pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".

Page 189: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

183

Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat

kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia,

sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri;

(hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian

kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang

telah kamu kerjakan (QS Yunus: 22-23).

Kenyataannya para pelaku koruptor serta para pelaku maksiat

dan kemunkaran hidupnya serba susah, sebab mereka memilih

keuntungan sesaat. Oleh karena itu, dalam kaca mata dunia saja cara

berpikir seperti ini (memilih keuntungan sesaat) sudah salah. Terlebih

lagi dari kaca mata agama.

Pondok pesantren memberikan kiat-kiatnya dalam beramal.

Ketika bekerja, maka amalnya hanya didasarkan atas keikhlasan kepada

Allah swt. Ketika shalat, niatnya ditujukan kepada Allah semata. Ketika

menolong orang didasarkan atas Allah Ta'ala. Ketika bekerja dan belajar

pun niatnya karena Allah semata. Makanya ketika orang yang dibantu

itu tidak berterima kasih, orang yang ikhlas tidak akan morang-maring.

Biarlah manusia begitu asalkan Allah meridai kita.

Lawan ikhlas adalah ria. Para kiai mengingatkan para santri

jangan sampai beramal karena ria. Di kalangan masyarakat muslim

istilah riya dimaksudkan untuk menyebutkan suatu amal ibadah yang

didasarkan atas pamer semata, sekedar untuk mendapatkan pujian dari

manusia, bukan karena atas dasar lillaahi Ta`ala (karena Allah Ta‟ala).

Dalam tradisi pesantren ria adalah beramal karena “pamrih”. Misal,

menolong orang karena ingin dipuji sebagai orang baik, atau karena

ingin mendapatkan upah. Allah swt menyebut orang yang berbuat ria itu

sebagai orang yang sombong dan suka membangga-banggakan diri.

Coba perhatikan ayat berikut:

Page 190: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

184

واليتامى وبالوالدين إحسانا وبذي القرب واعبدوا الل و ول تشركوا بو شيئا

واجلار اجلنب والص احب باجلنب وابن الس بيل وما والمساكي واجلار ذي القرب

إن الل و ل يب من كان متال فخورا لكت أيانكم م

وأعتدنا ال ذين ي بخلون ويأمرون الن اس بالبخل ويكتمون ما آتاىم الل و من فضلو

للكافرين عذابا مهينا

ومن يكن ن أموالم رئاء الن اس ول ي ؤمنون بالل و ول بالي وم الخر وال ذين ي نفقو

الش يطان لو قرينا فساء قرينا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatu pun; dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-

kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat

dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba

sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

sombong dan membangga-banggakan diri;

(yaitu) orang-orang yang kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir,

dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada

mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu

siksa yang menghinakan;

dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta mereka karena ria

kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah

dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil setan itu

menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-

buruknya. (QS an-Nisa: 36-38)

Page 191: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

185

Ketiga ayat di atas menegaskan bahwa orang yang sombong dan

membangga-banggakan diri akan berwatak kikir dan menyuruh orang

lain untuk berwatak kikir juga. Dengan berbuat kikir berarti mereka

telah menyembunyikan karunia Allah, karena harta kekayaan itu

seharusnya dibelanjakan sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-

Nya. Kalau pun mereka mengeluarkan sedekah, niatnya hanyalah

karena ria, sekedar untuk mendapatkan pujian dari manusia. Mereka

ini oleh Allah digolongkan sebagai sahabat setan, dan kelak akan

Allah jebloskan ke dalam neraka.

Para santri begitu khawatir jangan sampai amal yang mereka

lakukan tercoreng oleh ria. Kiai dan para ustad selalu mengingatkan

para santri agar beramal yang ikhlas dan terhindar dari ria.

B. Nilai Dasar-2 Syukur Nikmat

Syukur merupakan nilai dasar yang menjadi kearifan lokal

pesantren. Para kiai memberikan keteladanan dalam menjalankan nilai

dasar ini. Para santri selalu diajari dan dinasihati agar mereka selalu

mensyukuri nikmat.

Syukur berasal dari kata اشكر -شكر -شكر (bahasa Arab) yang

berarti berterima kasih. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

syukur memiliki dua arti: (1) rasa berterima kasih kepada Allah; dan

(2) berarti untunglah, yakni merasa lega atau senang, dan lain-lain.

Sebagian ulama mengartikan syukur sebagai gambaran dalam benak

tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan. Ulama lainnya

menjelaskan syukur berasal dari kata ‟syakara‟ yang berarti

„membuka‟. Lawan katanya „kufur‟ yang berarti „‟menutup atau

melupakan segala nikmat kemudian menutup-nutupinya. (Sauri 2011).

Adapun secara istilahi, syukur adalah rasa berterima kasih yang

tiada terhingga kepada Tuhan Yang Asma-Nya Allah karena hati kita

telah dimaukan oleh Allah untuk beragama yang lurus (shiraathal

mustaqiim) sesuai petunjuk dan teladan Rasulullah, juga hati kita

Page 192: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

186

dimaukan untuk menjalankan ibadah dan amal sosial sesuai kehendak

Allah sebagaimana diajarkan dan diteladankan oleh Rasulullah atau

ulil amri. Manusia golongan ini memang sangat sedikit sebagaimana

firman Allah: qaliilan maa tasykuruun = sedikit sekali kamu yang

bersyukur (QS al-A`raf: 10). Jadi, syukur bukanlah sebagai yang

dipahami masyarakat, yakni ekspresi kesenangan karena memperoleh

nikmat duniawi. Syukur yang sebenarnya karena memperoleh nikmat

keberagamaan yang benar sesuai petunjuk dan teladan Rasulullah.

Banyaknya ayat tentang keutamaan dan perintah untuk

bersyukur kepada Allah menunjukkan bahwa syukur merupakan nilai

dasar dalam Islam. Orang yang bersyukur kepada Allah dijanjikan

oleh Allah akan diberi tambahan nikmat. Tetapi jika kufur (tidak

bersyukur) maka orang itu akan berhadapan dengan azab Allah,

sebagaimana firman-Nya dalam QS Ibrahim ayat 5-8:

بآياتنا أن أخرج ق ومك من الظلمات إلى النور وذكرىم بأياام ولقد أرسلنا موسى

.صباار شكور لك ليات لكل إنا في ذ اللاو

عون لقومو اذكروا نعمة اللاو عليكم إذ أنجاكم من آل فر وإذ قال موسى

لكم بلء وفي ذ أب ناءكم ويستحيون نساءكم يسومونكم سوء العذاب ويذبحون

.من ربكم عظيم

.ولئن كفرتم إنا عذابي لشديد وإذ تأذان ربكم لئن شكرتم ألزيدناكم

.إن تكفروا أن تم ومن في األرض جميعا فإنا اللاو لغني حميد قال موسى و

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa

ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah

kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang-benderang, dan

ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah." Sesunguhnya pada yang

Page 193: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

187

demikian itu terdapat tAnda-tAnda (kekuasaan Allah) bagi setiap

orang penyabar dan banyak bersyukur.

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah

nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari Fir'aun

dan pengikut-pengikutnya. Mereka menyiksa kamu dengan siksa yang

pedih; mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu; membiarkan

hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu ada

cobaan yang besar dari Tuhanmu."

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.

Namun jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya

azab-Ku sangat pedih." Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang

yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka

sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji." (QS Ibrahim : 5-

8).

Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa lawan bersyukur adalah

kufur. Maksudnya, jika kita tidak bersyukur berarti (na`udzu billaahi

min dzaalik) okit itu kufur. Oleh karena itu jika kita ingin selamat, kita

harus bersyukur. Perintah agar kita bersyukur diungkapkan dalam 6

ayat Al-Quran berikut:

فاذكرون أذكركم واشكروا ل ول تكفرون Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)

kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu

mengingkari-Ku (QS al-Baqarah: 152).

ا ال ذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزق ناكم واشكروا للو إن كنتم إي اه ت عبدون يا أي ه

Page 194: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

188

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-

baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,

jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah (QS al-

Baqarah: 172).

Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah

berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah

selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka

mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan

bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan

dikembalikan (QS al-Ankabut: 17)

نا لقمان الحكمة أن اشكر للاو ومن يشكر فإناما يشكر لن فسو ومن كفر ولقد آت ي

فإنا اللاو غني حميد

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu:

"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur

(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya

sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya

Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji" (QS Luqman: 12).

نسان بوالديو ح نا اإل لتو أمو وىنا على وىن وفصالو ف عامي أن ووص ي

اشكر ل ولوالديك إل المصري

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua

orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan

lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya

kepada-Kulah kembalimu (QS Luqman: 14).

Page 195: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

189

ربكم من رزق لقد كان لسبإ ف مسكنهم ءاية جن تان عن يي وشال كلوا

ب لدة طيبة ورب غفور ۥلو شكرواٱو

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tAnda di tempat kediaman

mereka, yakni dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.

(Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang

(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya.

(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan

Yang Maha Pengampun" (QS Saba`: 15).

Apa saja yang harus kita syukuri? Dengan menelaah ayat-ayat di

atas, rasa syukur yang “paling utama” karena hati kita ditahukan dan

dimaukan untuk beriman dengan keimanan yang benar. Setelah

mensyukuri nikmat iman, kita wajib bersyukur karena: (1) kita

ditahukan agama yang lurus (shiraathal mustaqiim), (2) kita dimaukan

untuk menjalankan ibadah secara benar dan ikhlas, (3) kita dimaukan

untuk menghindari dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang

dilakukan secara terus-menerus (karena dosa kecil yang dilakukan

secara terus-menerus tergolong dosa besar), (4) kita dimaukan untuk

selalu bertobat memohon pengampunan Allah dari segala dosa dan

kesalahan, (5) kita dijadikan orang yang sabar ketika mendapat

musibah, dan (6) kita wajib bersyukur karena kita telah diberi nikmat

dunia. (Rahmat, 2010; Supriadi, 2013).

Cara-cara mengungkapkan rasa syukur sebagai berikut Pertama,

secara umum ungkapan rasa syukur diungkapkan secara batin, yakni

rasa senang yang tak terhingga karena hatinya dimaukan oleh Allah

untuk menjalankan agama yang benar (sesuai petunjuk Rasulullah),

juga hatinya dimaukan Allah untuk menjalankan ibadah dan amal

sosial yang benar dan ikhlas (sesuai petunjuk dan teladan Rasul-Nya),

dan lain-lain (terhadap ketujuh hal yang wajib disyukuri).

Page 196: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

190

Kedua, secara khusus rasa syukur biasanya diungkapkan dalam

sujud syukur, misalnya setelah menyelesaikan shalat dan zikir ba`da

shalat. Banyak juga kaum muslimin yang melakukan sujud syukur

setelah memperoleh nikmat duniawi. Seorang calon bupati atau wakil

rakyat yang meraih suara terbanyak, seorang peserta lomba yang

terpilih menjadi juara, pemain sepak bola yang berhasil menendang

bola ke gawang lawan, pemain badminton yang berhasil mengalahkan

lawannya, seorang sarjana yang lulus seleksi PNS, dan lain-lain,

hingga seorang siswa yang lulus ujian masuk PTN favorit, banyak di

antara mereka yang bersujud mengungkapkan rasa syukur kepada

Allah atas keberhasilannya.

Untuk lebih memahami dan meresapi rasa syukur kita bisa

membuat ilustrasi sebagai berikut. Pernahkah Anda menghitung,

berapa banyak nikmat yang Allah berikan kepadamu? Pasti Anda tidak

mampu menghitungnya, karena saking banyaknya kenikmatan yang kita

terima. Anda tentu tahu HO2 yang dihirup setiap saat, setiap detik, setiap

kali kita bernafas? Itu semua gratis, bukan? Ya, itu semua dari Allah

swt. Coba kalau kita harus membeli oksigen, berapa ratus juta rupiah

uang yang harus kita keluarkan. Dan jarang sekali orang yang punya

uang sebanyak itu.

Lihat saja orang yang pergi ke luar angkasa, atau yang mau

menyelam ke dasar lautan, mereka semua membawa tabung HO2. Dan

itu hasil pembelian, tidak gratis. Berapa harga setabungnya? Cukup

mahal! Nah, siapa yang menciptakan dan memberikan HO2 secara gratis

itu? Allah Ta'ala. Masya Allah, pernahkah kita menyadari anugerah

Allah yang sangat besar itu. Apakah kita pernah menyampaikan rasa

syukur atas nikmat yang sangat besar itu? Bila belum, mulailah dari

sekarang kita ungkapkan rasa syukur itu dengan mengucapkan:

alhamdulillah atau subhanallah.

Malah kata Ibn Arabi (ulama dan filsuf Islam), kita wajib

mengungkapkan rasa syukur kita sebanyak dua kali setiap kita

Page 197: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

191

bernafas: satu kali ketika menarik nafas, dan satu kali lagi ketika

mengeluarkan nafas. Ya, bagi orang-orang mukmin yang selalu

berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya,

mereka selalu melakukan syukur demikian. Bagi kita, paling tidak kita

perlu mengucapkan: subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar, dan la

ilaha illallah, sehabis kita mengerjakan shalat wajib.

Itu baru udara saja. Belum lagi nikmat air yang dengannya kita

dapat minum dan mandi; nikmat makanan yang berlimpah ruah di alam

semesta; nikmat angin yang dengannya pohon-pohon berbuah,

buah-buahan dan makanan tahan busuk, suatu sistem pengawet makanan

yang gratis. Belum lagi nikmat kesehatan. Kapan kita sadar punya mata?

Ketika sedang sakit mata, bukan?! Coba hitung, berapa ratus juta rupiah

untuk memperbaiki organ-organ tubuh yang rusak. Besar sekali!

Dan bagi kita yang beragama Islam, ada satu nikmat yang lebih

besar lagi, yaitu kita mendapat hidayah (petunjuk) untuk beragama Islam

secara benar. Coba Anda telaah, betapa sulitnya orang menerima agama

Islam. Mereka harus belajar dulu bertahun-tahun,

membanding-bandingkannya, baru kemudian memeluk agama Islam.

Sedangkan kita sejak lahir sudah beragama Islam. Oleh karena itu,

terhadap nikmat ini kita harus mensyukurinya. Selain dengan

mengucapkan kalimat-kalimat tadi (subhanallah, alhamdulillah, allahu

akbar, dan la ilaha illallah), juga kita harus punya waktu khusus untuk

mempelajari agama Islam. Jangan hanya mengAndalkan pelajaran

agama di sekolah. Tapi tambah dengan mengaji di masjid atau membaca

buku-buku agama. Ini justru bentuk pengungkapan syukur yang lebih

baik! Dan ada yang lebih baik lagi, kita harus selalu memohon kepada

Allah (diusahakan setiap selesai shalat 5 waktu dan selesai shalat

malam) agar Allah swt menunjuki kita Islam yang lurus (shiraathal

mustaqiim) sebagaimana Islam yang diajarkan dan diteladankan oleh

Rasulullah Nabi Muhammad saw.

Page 198: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

192

C. Nilai Dasar-3 Wara` dan Zuhud

Wara` dan zuhud merupakan nilai dasar yang menjadi kearifan

lokal pesantren. Para kiai memberikan keteladanan dalam menjalankan

nilai dasar ini. Para santri selalu diajari, dibimbing, dan dinasihati agar

mereka memiliki nilai dasar “wara` dan zuhud” ini.

Wara` dan zuhud didasarkan kepada ayat-ayat Al-Quran. Ada

ratusan ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kedua nilai dasar ini. Salah

satu ayatnya dapat diperhatikan sebagaimana berikut ini.

ار الخرة ول ت نس نصيبك من ن يا وأحسن كما أحسن واب تغ فيما آتاك الل و الد الد

المفسدين الل و إليك ول ت بغ الفساد ف األرض إن الل و ل يب Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi; dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS al-

Qashash: 77).

Ayat Al-Quran di atas secara tegas memerintahkan kepada

manusia, terutama orang-orang yang telah menyatakan dirinya

beriman, agar selalu mencari kebahagiaan akhirat. Artinya, jika ingin

selamat atau berbahagia di dunia dan akhirat maka orientasi hidup kita

haruslah “akhirat”, bukan dunia. Tapi kita pun, terutama orang-orang

yang sudah melupakan dunia (seperti meninggalkan bekerja untuk

mencari nafkah, berpuasa setiap hari, dan janji tidak akan menikah),

mereka diingatkan pula “jangan sampai melupakan kenikmatan

dunia”. Dalam sebuah hadis disebutkan, tiga orang mendatangi

Rasulullah saw. Salah seorang di antara mereka mengatakan, “Saya

Page 199: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

193

akan meninggalkan pekerjaan” Seorang lainnya mengatakan, “Saya

akan berpuasa setiap hari” Dan yang seorang lagi mengatakan, “Saya

tidak akan menikah”, dengan alasan akan terus-menerus beribadah.

Kepada mereka Nabi saw menJawab, “Aku Rasulullah, tapi aku

bekerja mencari nafkah, aku kadang-kadang berpuasa dan kadang-

kadang makan-minum di siang hari, dan aku pun memiliki istri.” (Al-

Hadis). Tegasnya, keharusan mencari kebahagiaan akhirat itu tidak

serta-merta dengan meninggalkan kebahagiaan dunia. Tapi tentu saja

kebahagiaan dunia yang jangan dilupakan adalah kebahagiaan dunia

yang berorientasi akhirat. Kita bekerja mencari nafkah dengan niat

lillaah dan karena menjalankan perintah Rasul. Kita beristri atau

bersuami dengan niat lillaah dan karena menjalankan perintah Rasul.

Dan seterusnya, apa saja urusan dunia dengan niat lillaah dan karena

menjalankan perintah Rasul.

Ayat-ayat Al-Quran lainnya yang berkaitan dengan Wara` dan

zuhud sebagai berikut:

من النااس فمن ذكرا أشدا أو آباءكم كذكركم اللاو اذكرواف مناسككم قضيتم فإذا

ن يا في آتنا رب انا ي قول هم خلق من الخرة في لو وما الد آتنا رب انا ي قول من ومن

ن يا في مماا نصيب لهم أولئك )( الناار عذاب وقنا حسنة الخرة وفي حسنة الد

لحساب سريعاا واللاو كسبوا

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah

dengan menyebut Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut

(membangga-banggakan) nenek-moyangmu, atau (bahkan)

berzikirlah lebih banyak daripada itu. Maka di antara manusia ada

orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di

dunia", dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat.

Page 200: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

194

Dan di antara mereka ada (juga) orang yang bendoa: "Ya Tuhan

Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan

peliharalah kami dari siksa neraka." Mereka itulah orang-orang yang

mendapat bagian dari yang mereka usahakan. Dan Allah sangat cepat

perhitungan-Nya (QS al-Baqarah: 200-202).

Berdasarkan ketiga ayat ini, para jamaah haji (demikian juga

orang pada umumnya) ada yang berdoa untuk dibahagiakan di dunia.

Minta dikayakan, dibuat terkenal, menduduki jabatan yang tinggi, dan

lain-lain kebahagiaan dunia, sebagaimana dikemukakan Allah melalui

firma-Nya dalam QS al-Baqarah ayat 200 di atas. Orang yang berdoa

seperti ini di sisi Allah pada hakekatnya tidak menghendaki

kebahagiaan abadi di akhirat. Bagi mereka dunia adalah segalanya.

Tapi ada juga orang yang berdoa sebagaimana doa dalam QS al-

Baqarah ayat 201 di atas, yakni:

ن يا حسنة وفي الخرة حسنة وقنا عذاب الناار هم من ي قول رب انا آتنا في الد ومن

Orang yang wara` dan zuhud akan berdoa sebagaimana doa ini.

Tapi, bukankah kebanyakan kaum muslimin pun berdoa sebagaimana

doa yang dipanjatkan oleh orang yang wara` dan zuhud? Memang

demikianlah doa yang dipanjatkan oleh kebanyakan kaum muslimin.

Hanya pertanyaannya, apakah kaum muslimin yang memanjatkan doa

ini benar-benar menghendaki sebagaimana yang dikehendaki oleh orang

yang wara` dan zuhud? Doa mereka yang sebenarnya adalah

menghendaki nikmat-nikmat dunia berupa kekayaan yang melimpah,

rumah dan mobil yang bagus, sawah-ladang yang luas, menjadi orang

yang terkenal, dan menduduki jabatan penting (dan basah). Keinginan

seperti ini tidak sesuai dengan doa dalam QS al-Baqarah ayat 201 di

atas. Bagi orang yang wara` dan zuhud, kalaupun mereka diberi harta

kekayaan yang melimpah, mereka akan membelanjakan hartanya itu

sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan

Page 201: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

195

membayarkan hak-hak Allah, hak-hak Rasul, hak-hak kerabat Rasul,

dan hak-hak manusia. Mereka akan bersikap peduli dan banyak

melakukan ibadah harta. Kalaupun Allah menempatkan mereka

menduduki jabatan yang tinggi, maka mereka akan berlaku adil dan

berbuat ihsan, menghindari sejauh-jauhnya berlaku zalim dan curang,

dan akan mengayomi orang-orang yang dipimpinnya. Malah dengan

kekayaan dan jabatan yang tinggi, orang-orang yang wara` dan zuhud

akan semakin lengket dengan Tuhannya, memohon dimaukan dan

dimampukan untuk beramal ibadah serta berbuat amanah dengan harta

dan kedudukannya itu. Jadi bagi orang yang wara` dan zuhud harta

kekayaan itu bukan itu hidup mewah dan jor-joran, bukan untuk

berpoya-poya, bukan pula untuk menumpuk harta kekayaan; dan dengan

jabatan yang didudukinya itu bukan untuk hebat-hebatan dan gagah-

gagahan, melainkan dijadikannya ladang amal saleh sesuai kehendak

Allah dan Rasul-Nya.

Kemudian dalam QS an-Nisa ayat 77 Allah swt mengingatkan

akan bahaya dunia dan pentingnya berorientasi akhirat, sebagai

berikut: ة لزاكو ٱ ة وءاتوالصالو ٱ أيديكم وأقيموا ا لاذين قيل لهم كفوٱألم ت ر إلى

هم ٱف لماا كتب عليهم للاو أو أشدا ٱلنااس كخشية ٱيخشون لقتال إذا فريق من

نا خشية وقالوا أجل قريب قل إلى أخارت نا لقتال لول ٱرب انا لم كتبت علي

ن يا قليل و ٱع مت ر لمن ٱلد يل ول تظلمون فت ت اقى ٱلءاخرة خي

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada

mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat,

dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang

tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada

manusia (musuh) seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat

Page 202: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

196

takut daripada itu. (Bahkan) mereka berkata: "Ya Tuhan kami,

mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak

Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai

kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah (hai Rasul): "Kesenangan

di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-

orang yang bertakwa, dan (di akhirat) kamu tidak akan dianiaya

sedikit pun.

Di zaman Nabi Muhammad saw masih di tengah-tengah umat,

orang-orang yang merasa dirinya beriman (padahal di sisi Allah

mereka munafik) dan suka meminta kepada Rasul agar mereka

diizinkan berperang (karena pada saat itu orang-orang kafir sangat

menjengkelkan kaum muslimin), padahal saat itu belum ada perintah

berperang. Artinya, mereka itu meminta sesuatu karena dorongan

nafsunya, bukan karena ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Tapi

ketika Rasul-Nya memerintahkan untuk berperang, mereka malah

takut menghadapi musuh; dan mereka pun memohon kepada Allah

agar dirinya tidak diikut-sertakan dalam berperang. Mereka banyak

yang datang menemui Rasul meminta izin tidak ikut berperang dengan

alasan-alasan duniawi, seperti “Kami mohon izin tidak ikut berperang

karena kurma-kurma mau dipanen. Jika kami ikut berperang tentu

panenan kami gagal!” Ada lagi yang datang kepada Rasul, “Kami

mohon izin tidak ikut berperang karena istri kami sakit. Jika kami ikut

berperang, tentu istri kami akan tambah sakit!”, dan berbagai alasan

lainnya. Adapun di zaman sekarang, ketika zaman jihad akbar (yakni

perang untuk menundukkan nafsunya sendiri) yang disebut-sebut oleh

Nabi saw sebagai perang terbesar, orang-orang muslim akan membuat

berbagai alasan untuk tidak menjalankan perintah Allah dan Rasul-

Nya, seolah-olah alasan-alasan mereka itu benar dan dapat diterima

oleh akal sehat. Padahal, di sisi Allah mereka hanya mengejar

Page 203: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

197

kenikmatan dunia yang sementara serta mengabaikan kehidupan abadi

di akhirat.

Wara` adalah meniggalkan segala hal yang syubhat, terlebih-

lebih yang haram. Tetapi dalam tasawuf dibedakan dua jenis wara`,

yang lahir dan batin. Wara` lahir adalah meninggalkan segala pangan,

pakaian, papan, dan sebagainya (termasuk cara pencariannya) dari

yang syubhat, terlebih-lebih lagi dari yang haram. Jadi, hanya memilih

yang benar-benar halal. Adapun wara` batin adalah apa pun yang

dijalankan hanya ibadah semata, yakni agar tidak masuk ke dalam hati

selain Allah semata. Adapun zuhud, dalam Risalah Al-Qusyairi

(Simuh, 1996) disebutkan, jika wara` sebatas menjauhi yang syubhat

dan hanya memilih yang halal, maka zuhud adalah tidak

mengutamakan kesenangan dunia walau halal dan lebih mengejar

kelezatan ber-mujahadah (memperbanyak ibadah). Dalam praktiknya

para zahid (orang yang zuhud) memilih yang serba sederhana,

menjauhi yang mewah walau halal, dan lebih memperbanyak ibadah.

Sekaitan dengan wara` dan zuhud ada hadis yang sangat populer

di kalangan kaum muslimin: I`mal li dunyaaka ka`annaka ta`iisyu

abadan wa`mal li aakhirataka ka`annaka tamuutu ghaddan

(Bekerjalah untuk urusan duniamu seolah-olah kamu akan hidup

selamanya; dan beramallah untuk urusan akhiratmu seolah-olah kamu

akan mati besok). Sebagian kaum muslimin menyambut gembira

hadis ini dengan mencari kenikmatan dunia habis-habisan (karena

seolah-olah kamu akan hidup selamanya), sambil mengerjakan

ibadah-ibadah pokok yang terangkum dalam Rukun Islam. Tapi orang

yang wara` dan zuhud memahami hadis Nabi saw tentang pentingnya

berorientasi akhirat (wara` dan zuhud), tapi dengan tidak melupakan

kebahagiaan dunia, sebagaimana yang ditegaskan dalam QS al-

Qashash ayat 77 di atas.

Nabi Sulaeman a.s. adalah orang yang sangat kaya-raya. Tapi

dia sangat wara` dan zuhud. Dia tidak dikendalikan oleh hartanya,

Page 204: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

198

melainkan dialah yang mengendalikan hartanya. Dia gunakan

hartanya itu untuk berbuat adil dan ihsan, sementara dia makan dan

minum secara sederhana dari hasil tangannya sendiri. Nabi

Muhammad saw bukanlah orang yang kaya-raya, walaupun beliau

bisa menjadi orang yang paling kaya-raya. Tapi beliau sangat wara`

dan zuhud, sehingga beliau tidak pernah menyimpan makanan lebih

dari satu hari, kecuali memberikannya kepada orang-orang miskin.

Demikian juga Ali bin Abi Thalib karaallaahu wajhah. Anak asuh,

keponakan, dan menantu Nabi itu tidak pernah menyimpan makanan

melebihi waktu magrib, karena dia akan memberikannya kepada

fakir-miskin sebagaimana teladan Nabi. Walau peluang untuk menjadi

kaya-raya sangat tinggi, tapi Ali k.w. hidup dalam keadaan miskin

karena sifat wara` dan zuhudnya.

Jadi, ukuran wara` dan zuhud bukanlah pada kemiskinan atau

kekayaan seseorang, melainkan sikap orang itu terhadap harta. Artinya,

seorang yang wara` dan zuhud bisa kaya atau miskin, asalkan mereka

tidak terpengaruh oleh hartanya. Dalam arti, harta itu mereka gunakan

untuk menegakkan keadilan dan berbuat ihsan.

Ada kisah menarik lainnya dari seorang Pakistan yang cukup

kaya dan hidup mewah yang kemudian berubah menjadi seorang yang

wara` dan zuhud. Dia adalah Maulana Edhi. Semula Maulana Edhi

adalah seorang pengusaha rental mobil. Dia seorang muslim yang baik,

tapi tidak terlalu luar biasa, seperti kebanyakan muslim yang baik

lainnya.

Ketika akumulasi pemAndangan sosialnya menyentuh lubuk

kalbunya, dia pun kemudian segera mengubah arah bisnisnya. Dia

sangat terheran menyaksikan, betapa seorang muslim yang hidup mewah

dan pergi ke masjid megah dengan mobil mewah bisa beribadah-shalat

secara khusyuk (paling tidak begitulah perasaan dirinya, padahal

maksudnya bersungguh-sungguh, bukan khusyuk), kemudian beristigfar,

bertasbih, bertahmid, bertakbir, dan bertahlil secara khusyuk pula, juga

Page 205: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

199

membacakan wirid-wirid lainnya dan menengadahkan kedua tangannya

ke langit bermunajat ke hadirat Ilahi Rabbi dengan penuh kesungguhan

berlinang air mata? Sementara dia dapat hidup tenang menyaksikan

saudara-saudaranya, yang justru berseliweran di sekelilingnya dan di

sekeliling masjid, hidup dalam keadaan papa, miskin, dan sakit-sakitan?!

“Tidak ...!” teriak Edhi dalam hatinya. Seorang zahid (seorang

muslim yang zuhud) bukanlah orang yang membiarkan saudara-saudara

seiman, bahkan tidak juga membiarkan manusia hidup terlunta-lunta.

Seorang zahid adalah orang yang di siang harinya sibuk bekerja dan

beraktivitas sosial, sambil tidak henti-hentinya berzikir mengagungkan

Asma Ilahi, sementara di malam harinya ia bangun untuk beribadat

menegakkan shalat, berzikir, membaca Al-Quran, serta bermunajat ke

hadirat Allah Rabbul `Izzati.

Maulana Edhi kemudian mengubah mobil taxinya menjadi

ambulan. Pertama kali dia setir sendiri. Dia berputar-putar keliling kota

dan desa untuk menjemput orang-orang miskin yang sakit, kemudian

membawanya ke rumah sakit untuk diobati dan disembuhkan. Dia

gunakan seluruh harta kekayaannya untuk membantu dan

memberdayakan orang-orang miskin. Dia tidak pAndang bulu, mazhab

apa yang diyakini orang, bahkan agama apa yang dianut orang. Yang

penting asalkan orang itu miskin dan membutuhkan pertolongan,

Maulana Edhi datang segera menjemputnya. Dan di malam hari,

Maulana Edhi sujud tersungkur di atas tanah, berdiri menegakkan shalat,

berzikir, berdoa, membaca Al-Quran, dan merenungi nasib orang-orang

miskin yang malang.

Nama Maulana Edhi semakin populer di kalangan orang-orang

miskin dan menjadi buah-bibir penduduk desa dan kota, walau dia tidak

menghendaki kepopuleran akan usahanya itu. Lambat laun simpati dari

orang-orang kaya senegerinya berdatangan, kemudian datang juga

simpati dari orang-orang muslim kaya dari berbagai negeri. Dana

sosialnya semakin menebal dan jumlah mobil ambulannya pun menjadi

Page 206: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

200

ribuan, bahkan juga ambulan pesawat terbang. Kini Maulana Edhi sudah

tua. Satu-satunya kegembiraan sang Maulana adalah senyum simpul dari

orang-orang miskin yang menderita. Dia sangat bergembira ketika

menyaksikan orang-orang yang lapar dikenyangkan, orang-orang yang

telanjang berpakaian, dan orang-orang miskin yang sakit disembuhkan.

Pernahkah Anda menyaksikan seorang Maulana Edhi di sekitar

Anda?

Wara` dan zuhud memang merupakan sifat hamba Allah yang

gemar beribadah. Betul, bahwa zuhud itu akan tampak dari keningnya

yang bercirikan banyak bersujud, bahwa bibirnya basah berzikir

mengumAndangkan Asma Allah, bahwa air matanya meleleh menyesali

dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya, yang menurut ukuran orang

kebanyakan, tidak seberapa, bahkan mungkin bukan merupakan suatu

perbuatan dosa. Tapi, seorang zahid sejati tidak akan berpribadi ganda.

Seorang zahid (sejati) akan zuhud, baik dalam beribadah ritual ataupun

dalam beribadah sosial. Seorang zahid (sejati) ialah orang yang telah

berikrar sebagaimana diungkap dalam Al-Quran dan sering kita baca

dalam shalat:

ل شريك لو وبذلك قل إنا صلتي ونسكي ومحياي ومماتي للاو رب العالمين

أمرت وأنا أوال المسلمينSesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah

untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya. Dan demikian

itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang

pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) (QS al-An`am: 162-

163).

D. Nilai Dasar-4 Ta`aawun (Tolong-menolong)

Ta`aawun merupakan nilai dasar yang menjadi kearifan lokal

pesantren. Para kiai memberikan keteladanan dalam menjalankan nilai

Page 207: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

201

dasar ini. Para santri selalu diajari dan dinasihati agar mereka selalu

berbuat ta`aawun dalam hal kebaikan dan ketakwaan.

Perhatikan ayat Al-Quran berikut ini:

ين آم ا ال ذ ي ه ا أ ر الرام ول ي ه ر الل و ول الش ائ ع لوا ش وا ل ت ن

ن ل م ض ون ف غ ت ب ت الرام ي ي ب ل ي ا د ول آم ئ ل ق ل ي ول ا د ال

ا ن وا وا ربم ورض اد ط اص م ف ت ل ل ا ح ذ آن وإ ن م ش ن ك ول يرم

وم أ وا ق د ت ع ن ت م أ د الرا ج س م ن ال م ع وك د وا ن ص اون ع وت

وى ق ب والت ى ال ل وان ع د ع ل ث وا ى اإل ل وا ع اون ع ول ت

وا الل و اب وات ق ق ع ل يد ا د ن الل و ش إ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar

Allah[1]; jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram[2]; jangan

(mengganggu) binatang-binatang hadya[3]; binatang-binatang qalaa-

id[4], dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi

Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridaan dari Tuhannya.

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu.

Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena

mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram mendorongmu

berbuat aniaya (kepada mereka). “Dan tolong-menolonglah kamu

dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-

menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” Dan bertakwalah

kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (QS al-

Maidah: 2).

[1] Syiar Allah ialah segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat

haji dan tempat-tempat mengerjakannya.

Page 208: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

202

[2] Maksudnya antara lain ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah,

Zulhijah, Muharam, dan Rajab), tanah Haram (Mekah) dan ihram.

Maksudnya ialah dilarang melakukan peperangan di bulan-bulan

itu.

[3] Binatang (unta, lembu, kambing, biri-biri) yang dibawa ke Ka'bah

untuk mendekatkan diri kepada Allah, disembelih di tanah Haram

dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka

ibadat haji.

[4] Binatang hadya yang diberi kalung supaya diketahui orang bahwa

binatang itu telah diperuntukkan untuk dibawa ke Ka'bah.

Tolong menolong merupakan perbuatan yang baik. Tetapi dalam

Islam tolong menolong masih bersifat netral, bisa baik dan bisa juga

buruk, tergantung jenis pertolongannya. Menolong saudara, teman,

atau tetangga yang sedang mengalami kesusahan merupakan nilai

yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, dinilai sebagai bentuk tolong

menolong yang baik. Bahkan kata tolong-menolong sendiri sudah

mengindikasikan kebaikan. Dalam istilah masyarakat tidak ada tolong

menolong dalam perbuatan maksiat dan kemungkaran walau dalam

realitasnya ada. Bahkan mungkin merupakan bentuk tolong menolong

yang paling banyak dilakukan. Seorang mahasiswa yang tidak lulus-

lulus dalam mata kuliah yang dirasakannya sulit, kemudian ada teman

mahasiswanya yang (menguasai mata kuliah itu) memberikan bantuan

mengerjakan soal-soal yang sulit itu dianggap oleh kawan-kawannya

(terlebih lagi oleh mahasiswa yang memperoleh bantuan) sebagai

mahasiswa penolong. Malah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)

pun dinilai sebagai bentuk tolong menolong (bagi para pelakunya).

Adapun tolong menolong yang diperintahkan oleh Allah melalui

firmanNya hanyalah tolong menolong dalam al-birr dan at-taqwa,

juga tolong menolong atau wasiat mewasiati dalam al-haq dan ash-

shobr.

Page 209: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

203

1. Ta`aawun dalam Al-Birr dan At-Taqwa

Hakekat persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan seiman.

Maksudnya, saudara yang sesungguhnya atau saudara yang benar-

benar saudara bukanlah saudara kandung atau saudara sedarah

melainkan saudara seiman, saudara se-Islam yang benar-benar tunduk

patuh kepada Allah. (Supriadi, 2013). Jika seseorang beriman dengan

keimanan yang sebenar-benarnya maka ia akan memAndang sesama

orang-orang yang beriman sebagai saudaranya. Kepada mereka inilah

Nabi Muhammad saw bersabda: Orang mukmin dengan sesama

mukmin bagaikan satu tubuh. Jika satu bagian dari tubuh itu sakit

maka akan sakitlah seluruh tubuhnya. Atau, orang mukmin dengan

sesama mukmin bagaikan jari-jemari yang saling mengokohkan (Al-

Hadis). Dalam QS al-Hujurat ayat 10 Allah berfirman:

م ك وي خ ي أ وا ب ح ل ص أ وة ف خ ون إ ن ؤم م ل ا ا ن وا الل و و إ ات ق

رحون م ت ل ك ع لOrang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu;

dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat

(Allah).

إل ى ا ل وا ع اون ع وان ول ت د ع وا الل و ث وال ت ق ن وا إ

اب ق ع ل يد ا د الل و ش

... dan tolong-menolonglah kamu dalam al-birr (kebajikan) dan at-

taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran; dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya

Allah amat berat siksa-Nya (QS al-Maidah: 2).

Page 210: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

204

Ayat ini memerintahkan orang-orang yang beriman untuk

saling tolong menolong dalam al-birr dan at-taqwa. Apa itu al-birr

dan apa pula at-taqwa? QS al-Baqarah ayat 177 menjelaskan makna

al-birr sebagai berikut:

ليس البرا أن ت ولوا وجوىكم قبل المشرق والمغرب ولكنا البرا من آمن باللاو

الملئكة والكتاب والنابيين وآتى المال على حبو ذوي القربى و والي وم الخر

السابيل والساائلين وفي الرقاب وأقام الصالة وآتى واليتامى والمساكين وابن

والصاابرين في البأساء والضارااء وحين البأس الزاكاة والموفون بعهدىم إذا عاىدوا

أولئك الاذين صدقوا وأولئك ىم المت اقون Al-birr (kebajikan) itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah

timur dan ke arah barat. Akan tetapi sesungguhnya al-birr itu ialah

beriman kepada Allah, Hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab,

nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, ibnusabil, dan orang-orang

yang meminta-minta; (juga memerdekakan) hamba sahaya,

mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; orang-orang yang

menepati janjinya apabila ia berjanji; dan orang-orang yang sabar

dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka

itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-

orang yang bertakwa.

Dalam ayat ini orang yang berbuat al-birr (kebajikan) adalah

mereka yang:

a. beriman kepada Allah, Hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab,

dan nabi-nabi;

b. memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak yatim,

orang-orang miskin, musafir, peminta-minta;

Page 211: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

205

c. memerdekakan hamba sahaya;

d. mendirikan shalat;

e. menunaikan zakat;

f. menepati janji apabila berjanji; dan

g. sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan. Mereka

itulah orang-orang yang benar dan yang bertakwa.

Kemudian apa itu at-taqwa, apa pula ciri-ciri orang yang

bertakwa? Takwa sering diartikan takut kepada Allah. Maksudnya

takut akan murka Allah, takut akan azab Allah, takut jika Allah tidak

menurunkan hidayah-Nya, takut jika Allah tidak melimpahkan fadhl

(karunia) dan rahmat-Nya, dan takut jika Allah tidak mengampuni

dosa-dosa dan kesalahannya, sehingga orang yang bertakwa akan

selalu menjaga dirinya dengan menjalankan perintah-perintah Allah

dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Makna takwa demikian tidak

ada salahnya, tapi kurang lengkap dan bagi para pencari ilmu kurang

operasional. Ciri-ciri orang yang bertakwa terutama diungkapkan

melalui firman-Nya dalam QS al-Baqarah ayat 1-5, yakni: (1) beriman

kepada Diri-Nya (Zat Tuhan) Yang Al-Ghaib, (2) mendirikan shalat,

(3) menunaikan infak, dalam QS Ali Imran ayat 133-135 berinfak

ketika banyak harta ataupun ketika kekurangan harta, (4) beriman

kepada apa-apa yang diturunkan Allah kepada rasul-rasul-Nya, dan (5)

meyakini Hari Akhir. Kemudian dalam QS Ali Imran ayat 133-135

disebutkan ciri-ciri orang yang bertakwa itu menahan amarahnya, lalu

memaafkan kesalahan, lalu berbuat ihsan (Rahmat, 2012).

Berdasarkan QS al-Baqarah ayat 1-5 dan 177, juga dalam QS

Ali Imran ayat 133-135, untuk dapat melakukan tolong menolong di

dalam al-birr dan at-taqwa maka haruslah terlebih dahulu memahami

secara benar term-term berikut.

Beriman kepada Allah, Hari Akhir, malaikat-malaikat, dan nabi-

nabi. Perlu saling mengingatkan bahwa beriman kepada Allah bukan

Page 212: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

206

sekedar percaya akan adanya Allah. Jika sekedar percaya akan adanya

Allah maka semua manusia juga percaya akan adanya Allah (percaya

adanya Tuhan). Malah orang-orang ateis (orang-orang yang

mengenalkan dirinya tidak bertuhan) ternyata mereka mempercaya

juga adanya Tuhan. Dikisahkan tokoh-tokoh ateis Uni Soviet tempo

dulu menaiki sebuah pesawat terbang. Tiba-tiba terjadi gangguan

cuaca yang sangat serius sehingga bisa-bisa mengancam keselamatan

para penumpang pesawat. Apa yang dilakukan para penumpang?

Mereka semuanya berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan, tentu

sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing. Kemudian

apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku ateis? Ternyata

mereka juga berdoa. Oleh karena itu jika makna beriman kepada Allah

dimaknai percaya akan adanya Allah maka semua manusia

mempercayainya. Tapi Al-Quran menegaskan bahwa orang-orang

yang beriman itu sedikit. Artinya makna beriman sekedar percaya

akan adanya Allah adalah keliru. Dalam QS al-Baqarah ayat 3 di

antara ciri orang yang bertakwa adalah yu`minuuna bil-ghaibi

=beriman kepada Diri-Nya (Zat Tuhan) Yang Al-Ghaib. Beriman

kepada Allah haruslah disertai pengenalan dan keyakinan terhadap

Tuhan Yang Asma-Nya Allah. Tidak cukup dengan pengenalan

terhadap Sifat, Asma, dan Perbuatan Tuhan saja tapi harus disertai

pengenalan dan keyakinan terhadap Zat-Nya.

Beriman kepada Hari Akhir pun bukan sekedar percaya akan

terjadinya hari-hari pasca Hari Kiamat. Jika sekedar percaya akan

terjadinya Hari Akhir maka (hampir) semua manusia di dunia pun

mempercayainya. Semua agama-agama di dunia pun mengajarkan

akan terjadinya Hari Akhir. Perlu saling mengingatkan bahwa beriman

kepada Hari Akhir haruslah sesuai dengan Kehendak Allah dalam QS

al-Baqarah ayat 5: wabil aakhiroti hum yuuqinuun (dan terhadap

Hari Akhir mereka meyakininya).

Page 213: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

207

Afandi (2002) menegaskan bahwa ungkapan kata yang diawali

dengan “ber”, seperti bersepatu, bersepeda, berpakaian, berenang,

bergelora, bertopi memberi petunjuk melekatnya sesuatu pada

pelakunya. Begitu halnya dengan kata ”ber”-iman kepada Hari Akhir.

Hari Akhir adalah tempat pulang kembalinya hamba ke asalnya, yang

dalam QS al-Qomar ayat 55 dikatakan fii maq‟adi shidqin „inda

malikin muqtadir (Pulang kembali di tempat yang benar [lalu

merasakan betapa bahagianya, betapa bergembiranya, selama-

lamanya] di sisi Raja Yang Berkuasa). Dan Raja Diraja itu adalah

Diri-Nya Ilahi Tuhan Zat Yang Al-Ghaib yang Allah Asma-Nya. Hari

Akhir dimulai saat seseorang mengalami kematian. Artinya, saat

seseorang mati, maka itulah awal Hari Akhir bagi dirinya. Kematian

inilah penentu seseorang kembali kepada Allah dengan selamat dan

bahagia atau celaka dan sengsara selama-lamanya, abadan aabaada.

Atau ungkapan umum kaum muslimin adalah mati secara khusnul

khaatimah atau mati secara su`ul khaatimah, yakni akhir kehidupan

(yang dimulai dengan kematian) yang baik dan akhir kehidupan yang

buruk. Dalam QS an-Nazi`at ayat 1-2 disebutkan adanya orang yang

dicabut nyawanya dengan keras dan dengan lemah-lembut:

والن اشطات نشطا - والن ازعات غرقا

Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, Dan

(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut

(QS an-Nazi‟at: 1-2).

Orang yang dicabut nyawanya dengan keras adalah orang yang

mengalami kematian dalam keadaan su`ul khaatimah, sedangkan

orang yang dicabut nyawanya dengan lemah-lembut adalah orang

yang mengalami kematian dalam keadaan khusnul khaatimah.

Perlu saling mengingatkan tentang orang yang mati dalam

keadaan su`ul khaatimah digambarkan dalam QS Saba` ayat 51-53:

Page 214: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

208

رى و ت ريب ول ان ق ك ن م وا م ذ خ وت وأ ل ف وا ف زع ذ ف إ

Dan (alangkah ngerinya) jika kamu (dibisakan) melihat ketika mereka

(orang yang merasa beriman, padahal tidak mengenal Diri-Nya Yang

Al-Ghaib) terperanjat ketakutan (pada saat kematiannya), maka

mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap (oleh

tentara iblis) dari tempat yang dekat (untuk disiksa di tempat sesat)

(QS Saba`: 51)

ن و وأ ن ا ب وا آم ال يد وق ع ان ب ك ن م اوش م ن ت م ال ن .ل و م روا ب ف د ك وق

ل ب يد ق ع ان ب ك ن م ب م ي غ ال ون ب ف ذ ق وي

Dan (di waktu itu) mereka berkata: "Kami beriman kepada-Nya!"

(Tuhan menyanggahnya:)”Bagaimanakah mereka dapat mencapai

(keimanan kepada Diri-Nya Yang Al-Ghaib) dari tempat yang jauh

itu?” Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari (Diri)-Nya (Yang

Al-Ghaib) sebelum itu (ketika di dunia); dan mereka (hanya)

menduga-duga tentang (Ada dan Wujud Diri-Nya) Yang Al-Ghaib

dari tempat yang jauh (QS Saba` ayat 52-53).

Kembali ke ayat wabil aakhirati hum yuuqinuun (Dan dengan

Hari Akhir mereka meyakininya), yakni kehidupan akhirat yang telah

dapat dihayati dalam rasa hati sejak sekarang ini. Sebab, kematian

seseorang sangat ditentukan oleh keadaan dia sekarang ini ketika

masih berada di dunia. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw

bersabda: muutuu qobla an tamuutuu =belajarlah mati sebelum mati

(yang sebenarnya). Mati adalah kembali kepada Tuhan, karena kita

berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan (innaa lillaahi wa

innaa ilaihi raji`uuna). Untuk dapat kembali kepada Tuhan maka

terlebih dahulu kita harus kenal dengan Tuhan (harus ma`rifat).

Jangan sampai bernasib sebagaimana yang digambarkan dalam QS

Page 215: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

209

Saba` ayat 51-54 di atas, yakni mati dalam keadaan su`ul khaatimah

karena tidak kenal dengan Diri-Nya Ilahi Yang Al-Ghaib. Jika ia

kenal Tuhan, lalu selalu mengingat-ingat dan menghayatinya dalam

rasa hati, kemudian melakukan ibadah dan amal sosial sesuai

kehendak Allah dan petunjuk Rasul-Nya, maka ia akan mati

”selamat”. Sebaliknya, jika ia ”tidak” kenal Tuhan dan ”menyimpang”

dari jalan Tuhan, maka ia akan mati ”sesat”, tidak selamat. Demikian

seterusnya, bagaimana keadaan seseorang di hari kemudian, sangat

ditentukan bagaimana keadaan orang itu ketika dia mati. Jika matinya

”selamat”, maka ia akan kembali dan berjumpa dengan Tuhan (dengan

segala kebahagiaan yang dirasakannya). Sebaliknya, jika matinya

”sesat”, maka ia akan diberadakan di tempat yang Tuhan sediakan

dengan segala siksaannya yang sangat nelangsa. Atau dengan bahasa

lain, orang yang mati ”selamat” akan masuk ”surga”, sedangkan orang

yang mati ”sesat” akan masuk ”neraka” (Rahmat, 2013).

Jadi perlu saling mengingatkan, bahwa beriman kepada Hari

Akhir itu bukan sekedar percaya akan adanya kehidupan setelah mati

(siksa dan nikmat kubur, kiamat, mahsyar, mizan, dan seterusnya

hingga neraka dan surga) melainkan harus dihayati dan dirasakan

sejak sekarang, agar mengalami mati (yang hanya sekali saja) dengan

selamat, yang tentunya (karena matinya selamat) akan kembali dan

berjumpa dengan Tuhan dengan selamat. Karena itu, kunci untuk

beriman kepada Hari Akhir adalah harus kenal dengan seyakin-

yakinnya kepada Tuhan Zat Yang Al-Ghaib, Allah Asma-Nya, karena

Tuhan itu Huwal Awwalu wal aakhiru (Dia Yang Awal dan Yang

Akhir).

Perlu saling mengingatkan pula bahwa pada Hari Akhir Tuhan-

lah yang menjadi Raja, Tuhanlah yang kuasa, sedangkan manusia

tidak bisa berbuat apa-apa selain yang dikehendaki oleh Tuhan. Ketika

di dunia manusia seolah-olah yang berkuasa. Mau beribadah secara

asal-asalan pun bisa; beribadah dengan mengikuti selera nafsu pun

Page 216: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

210

bisa; tidak beribadah pun bisa; mau menantang Tuhan bisa; mau kafir

dan musyrik sekalipun bisa. Manusia ketika di dunia bisa

melaksanakan apa saja yang diingininya. Al-Quran menggambarkan

dengan jelas kekuasaan manusia ketika masih berada di dunia:

ۦل ذى يى ٱ م رب ۦه لملك إذ قال إب ر ٱلل و ٱو أن ءاتى ۦ م ف ربو ۦه ر ج إب ل ذى حاٱأل ت ر إل

لمشرق فأت با ٱ لش مس من ٱلل و يأتى ب ٱم فإن ۦه وأميت قال إب ر ۦأحى وييت قال أنا

لمي لظ ٱلقوم ٱلل و ل ي هدى ٱل ذى كفر و ٱلمغرب ف بهت ٱمن

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim

tentang Tuhannya karena Allah telah memberikan kepada orang itu

kerajaan. Ketika Ibrahim berkata: "Tuhanku ialah Yang

Menghidupkan dan Mematikan," orang itu berkata: "Aku juga

menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata: "Sesungguhnya

Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari

barat!" Lalu terdiamlah orang kafir itu. Dan Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS al-Baqarah: 258).

Raja Namrud yang lalim dan kafir, sebagaimana kebanyakan

manusia, bertanya kepada Nabi Ibrahim, yang dengan ungkapan lisan

manusia, “Apa sih hebatnya Tuhan kamu itu?” Nabi Ibrahim

menJawab: “Tuhanku menghidupkan dan mematikan!” Kata Raja

Namrud, “Kalau sekedar menghidupkan dan mematikan, aku pun

bisa!” Lalu Raja Namrud memerintahkan seorang menterinya untuk

mengambil dua orang terpidana mati. Raja Namrud meminta sebilah

pedang. Lalu dia perintahkan algojo untuk membunuh salah seorang

terpidana. Terpidana itu pun mati. Kemudian seorang terpidana

lainnya dibebaskannya. Raja Namrud lalu berkata dengan

sombongnya kepada Nabi Ibrahim, “Nah, perhatikanlah aku bisa

menghidupkan dan mematikan!” Walaupun disadarkan dengan

Page 217: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

211

keterbatasan kemampuannya (Raja Namrud tidak bisa mengedarkan

matahari dari barat ke timur) tapi dia, sebagaimana umumnya

manusia, tetap tidak mau beriman.

Tentang harta perlu saling mengingatkan. Harta yang biasa

diaku oleh manusia sebagai miliknya sebenarnya adalah milik Allah.

Kepemilikan oleh manusia hanyalah kepemilikan aku-akuan belaka,

sebagaimana firman-Nya:

حاسبكم بو للاو ما في الساماوات وما في األرض وإن ت بدوا ما في أن فسكم أو تخفوه ي

يشاء واللاو على كل شيء قدير اللاو ف ي غفر لمن يشاء وي عذب من

Kepunyaan Allahlah segala apa yang ada di langit dan apa yang

ada di bumi. Jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu

atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat

perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Allah

mengampuni siapa yang dikehAndaki-Nya dan menyiksa siapa yang

dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (QS al-

Baqarah: 284).

Implikasinya: pertama, manusia harus mencari harta yang halal

dan diperoleh dengan cara-cara yang halal; kedua, apa yang kita

peroleh dengan harta itu (banyak atau sedikit) sebenarnya adalah

amanat dari Allah, bukan prestasi kita; dan ketiga, pada harta yang

biasa kita akui sebagai milik kita (padahal sebenarnya milik Allah)

ada hak-hak bagi Allah, bagi Rasul-Nya, bagi kerabat Rasul, dan bagi

orang-orang yang berhak atas harta, sebagaimana firman-Nya:

Page 218: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

212

واليتامى سول ولذي القربى واعلموا أناما غنمتم من شيء فأنا للاو خمسو وللرا

عبدنا ي وم الفرقان والمساكين وابن السابيل إن كنتم آمنتم باللاو وما أن زلنا على

كل شيء قدير واللاو على ي وم الت قى الجمعان

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai

ghanimah, maka sesungguhnya seperlima untuk Allâh, Rasul,

kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnusabil,

jika kamu beriman kepada Allâh dan kepada apa yang Kami turunkan

kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari

bertemunya dua pasukan. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu

(QS al-Anfal: 41).

ى ل اء الل و ع ف ا أ رى م ق ل ال ى ن أ و م ول ذي رس ول ول لر س ل و ول ل ف

رب ق ل ى ا ام ت ي ة وال ول ون د ك ي ل ي يل ك ب ن الس ب ي وا اك س م وال

م ك ن اء م ي ن ي األغ م ب اك ه ا ن وه وم ذ خ ول ف م الر س اك ا آت وم

وا ه ت ان و ف ن وا الل و ع ت ق اب وا ق ع ل يد ا د ن الل و ش إ

Apa saja harta fay yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari

harta benda) yang berasal dari penduduk berbagai kota, maka adalah

untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-

orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta

itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang

dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada

Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya. (QS al-Hasyr

ayat 7).

Page 219: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

213

QS al-Anfal ayat 41 memerintahkan kita membayar seperlima

dari harta ghanimah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak

yatim, orang-orang miskin dan ibnusabil. Secara praktis seperlima

harta itu diserahkan kepada Rasul. Nanti oleh Rasul seperlima harta

itu akan dibagi-bagikan untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak

yatim, orang-orang miskin dan ibnusabil; walau biasanya hak Rasul

(hak dirinya) juga dipergunakan Rasul untuk kepentingan umat.

Adapun QS al-Hasyr ayat yang menyebutkan bahwa harta fay itu

diserahkan pengaturannya kepada Rasûl. Kita yang beriman harus

menerima pemberian dari Rasul (dari harta fay) sekecil apa pun

pemberian itu (jangan sampai ada perasaan dan punya anggapan

bahwa Rasul tidak adil). Malah sebelum berbicara dengan Rasul,

orang-orang yang beriman diperintah untuk bersedekah sebelum

berbicara dengan Rasul, sebagaimana firman-Nya:

موا ب ين يدي نجواكم صدقة ذلك يا أي ها الاذين آمنوا إذا ناجيتم الراسول ف قد

ر لكم و أطهر فإن لم تجدوا فإنا اللاو غفور رحيم خي

موا ب ين يدي نجواكم صدقات فإذ لم ت فعلوا و تاب اللاو عليكم أأشفقت م أن ت قد

خبير بما ت عملون فأقيموا الصالة و آتوا الزاكاة و أطيعوا اللاو و رسولو و اللاو

Hai orang-orang b.eriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan

khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah

sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan

lebih bersih. (Tapi) jika kamu tidak memperoleh (yang akan

disedekahkan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.

Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu

memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan

Rasul? Maka jika kamu tidak melakukannya (tidak mengeluarkan

Page 220: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

214

sedekah) dan Allah telah memberi taubat kepadamu, maka dirikanlah

shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS al-

Mujadilah: 12-13).

Memerdekakan hamba sahaya seringkali dihubungkan dengan

perbudakan. Lebih khusus lagi dihubungkan dengan zaman

perbudakan tempo dulu. Padahal perbudakan selalu ada. Hingga

zaman penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di zaman sekarang pun

perbudakan masih ada, dan mungkin akan selalu ada. Oleh karena itu

memerdekakan hamba sahaya bukan ditujukan kepada umat di zaman

perbudakan melainkan ditujukan kepada kita semua. Kita harus selalu

saling mengingatkan untuk membebaskan manusia dari perbudakan

menuju kemerdekaan sejati. Manusia yang merdeka sejati bukan

hanya terbebas dari penjajahan bangsa lain atau dari manusia lain,

melainkan juga terbebas dari penjajahan nafsu dan syahwat yang

selalu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan

yang tidak sejalan dengan kehendak Allah. Inilah apa yang

didengungkan oleh Almarhum Kiai Hasan Ulama (pendiri Pesantren

Takeran Magetan, tahun 1896) sebagai tujuan pendidikan, yakni agar

umat Islam mencapai hurriyah taammah (merdeka sejati) (Rahmat,

2010).

Shalat merupakan tiang agama, sebagaimana sabda Nabi saw:

ash-shalaatu `imaaduddiin. Mengingatkan saudara se-Islam untuk

“menegakkan” shalat merupakan perbuatan al-birr. Mengapa perlu

tolong-menolong? Sebab, kebanyakan orang Islam hanyalah

“mengerjakan” shalat bukannya “mendirikan” shalat, padahal perintah

Allah adalah “mendirikan” shalat. Mendirikan shalat harus sesuai

dengan kehendak Sang Pemberi perintah. Firman Allah dalam QS

Thoha ayat 14: aqimish shalaata lidz-dzikrii =dirikanlah shalat untuk

mengingat AKU (Aku=Tuhan). Artinya, untuk dapat mendirikan

Page 221: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

215

shalat haruslah terlebih dahulu mengenal Tuhan agar Tuhan dapat

diingat-ingat terutama ketika mendirikan shalat. Dengan shalat yang

lidz-dzikrii maka kondisi khusyu` akan tercapai; kemudian shalat pun

akan punya dampak mencegah perbuatan yang keji dan munkar. Jika

shalat tidak tegak (yakni tidak lidz-dzikrii) berarti shalatnya saahuun

(=lalai, =tidak lidz-dzikrii). Jika shalatnya saahuun terancam dengan

fawailun, masuk neraka (QS al-Ma`un: 4-5). Na`udzi billaahi min

dzaalik. Di sinilah letak pentingnya bertolong-tolongan dalam

mendirikan shalat.

Di antara al-birr dan at-taqwaa lainnya adalah membayar zakat

dan infaq. Jika syahadatnya benar dan shalatnya benar (sesuai dengan

kehendak Allah dan Rasul-Nya) maka rukun Islam ketiga akan mudah

dijalankan. Harta kekayaan yang biasa diaku miliknya (diaku hasil

usahanya, diaku hasil prestasi bisnisnya), pada orang yang telah

”menyaksikan” Zat Tuhan Yang Asma-Nya Allah dan ”menyaksikan”

Nabi Muhammad saw serta mendirikan shalat untuk mengingat-ingat

Zat Tuhan, maka harta kekayaannya itu dianggapnya sebagai barang

titipan Tuhan untuk dibelanjakan sesuai dengan kehendak Tuhan dan

Rasul-Nya. Maka zakat yang menjadi rukun Islam ketiga juga akan

benar-benar menjadikan proses penyucian diri supaya hati nurani, ruh

dan rasanya selalu terjaga dan terpelihara dalam bersentuhan dengan

Diri-Nya Ilahi Zat Yang Mahasuci. Lebih dari itu, bukan hanya

membayar zakat tapi juga infak. Jika zakat merupakan kewajiban

tahunan, maka infak merupakan perbuatan ihsan. Hubungan zakat

dengan infak seperti shalat wajib yang 5 waktu dengan shalat malam.

Shalat tahajud itu hukumnya sunat tapi punya nilai yang lebih tinggi

dibanding shalat wajib 5 waktu. Demikian juga infak hukumnya sunat

tapi punya nilai lebih tinggi dibandingkan zakat. Infak ialah

mengeluarkan seluruh harta (100%) di luar penghasilan utama.

Firman-Nya:

Page 222: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

216

إثم كبير ومن فع للنااس وإثمهما أكب ر يس لونك عن ٱلخمر و ٱلميسر قل فيهما

من ن افعهما ويس ل ونك ماذا ينفقون قل ٱلعفو كذ لك ي ب ين ٱللاو لكم ٱلءاي ت

لعلاكم ت ت فكارون ... dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka infakkan.

Katakanlah: "(Harta yang perlu diinfakkan adalah harta) yang lebih

dari keperluan!" Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

kepadamu supaya kamu berpikir (QS al-Baqarah: 219).

Misal, kita dapat hadiah. Hadiah bukanlah penghasilan pokok

melainkan apa disebutkan dalam ayat ini adalah harta yang lebih dari

keperluan. Jika seluruh hadiah itu kita berikan kepada orang yang

berhak menerimanya berarti kita telah mengeluarkan infak. Tetapi jika

diberikan sebagiannya (walau 99%-nya) namanya sedekah. Orang

yang telah secara benar menjalankan rukun Islam ke-1 dan ke-2, dan

terlebih lagi orang yang berbuat al-birr dan at-taqwaa maka ia akan

mengeluarkan harta (yang diamanatkan Allah kepadanya) untuk

membayarkan hak-hak Allah, hak-hak Rasulullah, hak-hak kerabat

Rasul, dan hak-hak manusia (yang berhak menerimanya). Mereka

sama sekali tidak akan menggunakan harta (yang diamanatkan Allah

kepadanya) untuk bersenang-senang, bermewah-mewahan, jor-joran,

terlebih lagi menumpuk harta kekayaan hingga untuk 7 turunan.

Janji-janji paling mudah diucapkan, tapi paling susah dijalankan.

Orang-orang yang beriman perlu tolong-menolong untuk memenuhi

janji-janji. Sabda Nabi saw: Aayatul munafiqina tshalaatsun idzaa

hadatsa kadzaba wa idzaa wa`ada akhlafa wa idzaa u`tumina

khaana (Ciri-ciri orang munafik ada 3: jika berkata, ia berdusta; jika

berjanji, ia ingkar janji; dan jika diberi amanat, ia khianat). Manusia

umumnya memang memiliki karakter munafik. Jika berkata, senang

berdusta. Bahkan sering juga berdusta dalam beragama. Tidak segan-

Page 223: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

217

segan berdusta dengan mengatas-namakan Nabi, atas nama Rasul, atas

nama Al-Quran, atas nama Allah, padahal mereka tidak memperoleh

pemahaman yang sempurna terhadap agama (tapi merasa paham

agama). Ketika diberi amanat kebanyakan manusia malah khianat.

Diamanati jabatan malah menyalah-gunakan amanat, yang dalam

istilah modern malah melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme

(KKN). Jabatan malah dijadikan aji-mumpung untuk menumpuk harta

kekayaan dan penyelewenangan. Kebanyakan manusia bukan hanya

ingkar janji terhadap manusia, malah yang lebih parah lagi dan justru

ini lebih sering dilakukan manusia adalah ingkar janji terhadap Allah.

Padahal Allah menegaskan perintahNya: Yaa ayyuhal-ladziina

aamanuu aufuu bil-`uquud =Wahai orang-orang yang beriman

penuhilah janji-janjimu! (QS al-Maidah: 1). Perspektif sufisme

Syaththariah, janji-janji orang yang beriman kepada Allah ada 4: (1)

meninggalkan dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang dilakukan

secara terus menerus, (2) memenuhi perintah Allah yang menjadi

madhlul-nya Al-Quran: wa`bud robbaka hattaa ya`tiyakal yaqiin

=Sembahlah Tuhanmu sampai yakin (Tuhan yang kamu sembah itu)

hadir (QS al-Hijr: 99), (3) memenuhi sabda Nabi saw yang menjadi

madhlul-nya hadis: muutuu qabla antamuutu =(Belajarlah kamu)

mati sebelum datang kematian (yang sebenarnya). Belajar mati

merupakan implementasi dari Rukun Iman kedua, beriman kepada

malaikat-malaikat Allah. Ketinggian derajat para malaikat adalah rela

sujud (dalam arti taat) kal-mayyiti baina yadil ghaasili (bagai mayat

yang rela disucikan oleh orang yang berhak memandikannya) kepada

Rasul-Nya Allah; dan (4) untuk dapat menjalankan ketiga janji ini

maka harus dibimbing oleh guru yang saleh, yakni ulama pewaris

Nabi. Di sinilah letak pentingnya saling tolong-menolong untuk

berbuat al-birr dan at-taqwaa. Bagi mereka yang berbuat al-birr dan

at-taqwaa maka ia akan mudah menepati janji-janjinya, seberat apa

pun janji itu.

Page 224: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

218

Kemudian perlu tolong menolong juga dalam menjaga amarah.

Manusia umumnya mudah marah, pendendam, gengsian, dan

menonjolkan harga diri. Karena itu, umumnya manusia mudah

tersinggung dan marah, lalu mendendam. Oleh karena itu, akar-akar

marah dan dendam harus dikikis habis. Caranya adalah menahan

amarah. Istilah populernya mengusap dada. Jika ada orang yang

mengkritik kita, bahkan memfitnah kita, hati kita harus tenteram.

Kalaupun belum bisa tenteram, akar watak buruk harus dikikis, yakni

dengan menahan amarah. Perlu terus berlatih menghilangkan watak

gengsian dan harga diri. Kita perlu memenuhi kehendak Allah dalam

QS Fathir ayat 15: Yaa ayyuhan naasu antumul fuqaaraau ilallaahi

wallahu huwal ghoniyyul hamiid =Wahai manusia, kamulah yang al-

faqiir (butuh) kepada Allah. Dan Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.

Kita harus punya watak al-faqiir. Untuk memperoleh watak ini, kita

harus rendah hati dan menerima segala kritikan. Bahkan segala

kritikan itu harus diyakini datangnya dari Allah, lalu kita mengoreksi

diri kemudian menambah ibadah dan amal sosial kita. Ini perlu

tolong-menolong karena sangat beratnya menanamkan karakter

menahan amarah, memaafkan kesalahan orang, terlebih lagi berbuat

ihsan kepada orang yang pernah mengkritik dan melecehkan kita.

Adapun tentang tolong menolong dalam kesabaran akan dibahas

berikut ini.

2. Ta`aawun dalam Al-Haq dan As-Shabr

Surah ke 103/al-`Ashr merupakan ayat paling pendek, sama

dengan Surah al-Kautsar hanya 3 ayat. Imam Syafi`i pernah berkata

“Sekiranya Al-Quran (yang 30 juz) tidak turun dan yang turun

hanyalah surah al-`Ashr saja maka surah ini sudah cukup

membimbing umat manusia untuk beragama dengan baik” (Supriadi,

2013). Baca dan renungkan maknanya surah ini:

Page 225: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

219

( إل ال ذين آمنوا وعملوا الص الات وت واصوا لفي خسر ) ( إن اإلنسان والعصر )

- بالق وت واصوا بالص ب

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan

saling berwasiat supaya dalam Al-Haq dan saling berwasiat dalam

kesabaran (QS al-`Ashr: 1-3).

Surah al-`Ashr mungkin salah satu surah Al-Quran yang paling

banyak dihapal oleh kaum muslimin setelah surah al-Fatihah, al-

Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas. Jumlah ayatnya hanya 3 ayat, tapi isinya

sangat padat.

Dalam ayat pertama, wal`ashri, Allah swt bersumpah dengan

„waktu‟, Demi waktu! Ada juga yang memaknai “Demi waktu „Asar!”

Waktu „Asar adalah waktu sebelum magrib, waktu sebelum atau

menjelang malam. Maksudnya bahwa umat Nabi Muhammad saw itu

merupakan umat yang hidup menjelang kiamat. Hari yang sangat

dahsyat ini bagi kebanyakan manusia memang merupakan hari-hari

yang gelap-gulita tidak ada cahaya sedikit pun. Dalam QS al-Isra ayat

72 disebutkan:

وأضل سبيل لءاخرة أعمى ٱف هو فى أعمى ۦ ذه ومن كان فى ى Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat

(nanti) ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan (yang yang

lurus).

Ayat pertama ini mengingatkan umat Nabi Muhammad agar

lebih hati-hati dan waspada karena akan menghadapi satu hari yang

bagi orang-orang yang buta mata hatinya akan hidup sesat selama-

lamanya dalam neraka-Nya. Na`uudzu billaahi min dzaalik!

Page 226: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

220

Ayat pertama ini pun mengandung makna bahwa setelah

berjalannya waktu sejak Nabi Adam a.s. diangkat menjadi khalifah

Allah di bumi, kemudian dilanjutkan oleh khalifah-khalifah Tuhan

berikutnya hingga Nabi Muhammad saw ternyata sedikit sekali

manusia yang benar-benar beriman. Mayoritas manusia adalah kafir

dan tidak beriman secara benar. Hal ini ditegaskan oleh Al-Quran:

faqoliilan maa yu`minuun =Sedikit sekali mereka yang beriman (QS

al-Baqarah: 88 dan ayat-ayat lainnya). Sementara yang musyrik, yang

kafir, yang munafik, yang fasik, dan yang zalim justru banyak,

sebagaimana firman-Nya: wamaa yu`minu aktsaruhum billaahi illaa

wahum musyrikuun =dan kebanyakan mereka itu tidak beriman

kepada Allah melainkan dalam keadaan musyrik (QS Yusuf: 106), wa

aktsaruhum kaafirum =dan kebanyakan mereka itu kafir (QS an-

Nahl: 83), wa aktsaruhum faasiqun =dan kebanyakan mereka itu

fasik (QS at-Taubat: 8) (Rahmat, 2013).

Kebanyakan manusia kafir dan musyrik sesuai juga dengan

sumpah Iblis yang akan menyesatkan manusia, kecuali sedikit, yakni

sebagian dari orang-orang yang ikhlas. Artinya, dari sekian banyak

orang-orang yang ikhlas (sejak zaman Nabi Adam a.s. hingga zaman

Nabi Muhammad saw, mungkin sudah ribuan bahkan puluhan ribu

tahun) hanya sebagiannya saja orang-orang yang benar-benar beriman

yang tidak tergoda oleh Iblis, yakni sebagian dari mereka yang ikhlas.

Ketika Nabi Adam a.s. diangkat sebagai khalifah Tuhan di bumi dan

Iblis enggan bersujud (dalam arti „taat‟) kepada Nabi Adam a.s. (juga

kepada khalifah-khalifah Tuhan berikutnya). Iblis bersumpah akan

menyesatkan seluruh manusia, kecuali sedikit. Firman-Nya:

تو ون فخت فيو ( فإذا سواي اذ قال ربك للملئكة إني خالق بشرا من طين )

( إل ( فسجد الملئكة كلهم أجمعون )من روحي ف قعوا لو ساجدين )

Page 227: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

221

عك أن تسجد لما إبليس استكب ر وكان من الكافرين ) (قال يا إبليس ما من

ر منو خلقتني من ت أم كنت من العالين )خلقت بيديا أستكب ر ( قال أنا خي

ها فإناك رجيم )نار وخلقتو من طين ) ( وإنا عليك لعنتي (قال فاخرج من

ين ) عثون )( قال رب فأنظرني إلى ي وم ي إلى ي وم الد (قال فإناك من ب

( قال فبعزاتك ألغوي ن اهم أجمعين ( إلى ي وم الوقت المعلوم )المنظرين )

هم المخلصين )) )( إل عبادك من 72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya (kejadian Adam

a.s.) dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku, hendaklah kamu

tersungkur dengan bersujud (dalam arti „taat‟ secara mutlak)

kepadanya.

73. Lalu malaikat-malaikat itu bersujud semuanya,

74. kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk

orang-orang yang kafir.

75. Allah berfirman: "Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu

sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku,

apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa)

termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?"

76. Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau

ciptakan aku dari api, sedangkan dia (Adam a.s.) Engkau

ciptakan dari tanah."

77. Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga.

Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,

78. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari

pembalasan."

79. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari

mereka dibangkitkan."

Page 228: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

222

80. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang

yang diberi tangguh,

81. sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari

kiamat.)"

82. Iblis menJawab: "Demi kekuasaan Engkau, aku akan

menyesatkan mereka semuanya,

83. kecuali sebagian dari hamba-hamba-Mu yang mukhlis di

antara mereka (QS Shad: 72-83).

هم قال رب بما أغوي تني ألزي ننا لهم في األرض وألغوي ن اهم أجمعين إلا عبادك من

المخلصين

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan

bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memAndang baik

(perbuatan yang tidak sejalan dengan kehendak-Mu) di muka bumi,

dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya; kecuali hamba-

hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (QS al-Hijr: 39-40).

Oleh karena itu, dalam ayat kedua Allah swt mengingatkan sekali

bahwa manusia pasti dalam keadaan merugi. Manusia merugi karena

mereka kafir, musyrik, munafik, fasik, dan zalim (tapi manusia tidak

merasa kafir, musyrik, munafik, fasik, dan zalim). Mereka merasa

beriman. Manusia merugi karena lebih mengikuti Iblis (sebagaimana

ditegaskan dalam ayat-ayat di atas), juga cenderung mengikuti nafsunya,

sebagaimana firman-Nya dalam ayat-ayat berikut:

Page 229: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

223

تاى ك ح ي ل ع إ م ت س ن ي م م ه ن وا وم ال ك ق د ن ن ع رجوا م ا خ ذ إ

وا ال وت ين أ لاذ ا ل ف ال آن ا ق اذ م م ل ول ع ع اللاو أ ب ين ط ك الاذ ئ

ى ل م ع ى واء ى وا أ ع ب م وات ا ه وب ل ق

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu

(mendengar perkataan Rasul) sehingga apabila mereka keluar dari

sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu

pengetahuan (sahabat-sahabat Rasul) "Apakah yang dikatakannya

tadi?" (Jawablah hai Rasul) “Mereka itulah orang-orang yang

dikunci mati hati mereka oleh Allah dan (karena mereka) mengikuti

hawa nafsunya (QS Muhammad: 16; juga dalam banyak ayat

lainnya).

وجعل ۦوق لبو ۦسمعو علم وختم على للاو على ٱو وأضلاو ىوى ۥهو تاخذ إل ٱف رءيت من ا

للاو أفل تذكارون ٱب عد ن ي هديو منوة فم غش ۦبصره على Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa

nafsunya sebagai Tuhannya, dan Allah membiarkannya berdasarkan

ilmu-Nya dan mengunci mati pendengaran dan hatinya dan

meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan

memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka

mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS al-Jatsiyah: 23).

تكون عليو وكيل هو ىواه أفأنت أرأيت من اتاخذ إل

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa

nafsunya sebagai Tuhannya; maka apakah kamu dapat menjadi

pemelihara atasnya? (QS al-Furqan: 43).

Page 230: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

224

Sumpah serapah Iblis itu terbukti benar sebagaimana

difirmankan oleh Allah dalam QS Saba` ayat 20:

عوه إلا فريقا من المؤمنين ولقد صداق عليهم إبليس ظناو فات اب Dan sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan kebenaran

sangkaannya terhadap mereka lalu mereka (manusia) mengikutinya,

kecuali sebagian dari orang-orang yang beriman (QS Saba‟: 20)

Manusia yang beruntung (tidak merugi) hanyalah manusia-

manusia yang menyimpang dari umumnya manusia. Mereka hanyalah

segelintir manusia yang berbeda dari umumnya manusia. Mereka itu

sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat al-`Ashr ayat 3

adalah orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta wasiat

mewasiati dalam al-haq dan ash-shabr. Manusia yang beriman adalah

manusia yang benar-benar berimannya (baca kembali bab akhlak

dalam beriman) bukan sekedar percaya adanya Allah. Adapun

manusia yang beramal saleh adalah mereka yang telah beriman

kemudian melakukan ibadah dan amal sosial sesuai kehendak Allah

sebagaimana yang diajarkan dan diteladankan oleh Rasulullah.

Kemudian masih ditambah lagi dengan wasiat-mewasiati dalam al-

haq dan ash-shabr. Al-haq (kebenaran dari Allah) dalam realitasnya

sangat samar-samar tidak terlihat dengan jelas. Ketika menjelaskan

shiraathal mustaqiim (jalan lurus-Nya Tuhan) Nabi Muhammad saw

mengungkapkan, shiraathal mustaqiim itu bagaikan rambut dibelah

tujuh. Satu helai rambut saja sudah kecil, terlebih-lebih sehelai rambut

dibelah tujuh. Untuk melihatnya harus menggunakan lampu yang

sangat terang. Demikian juga ketika menjelaskan syirik, Nabi

Muhammad saw mengungkapkan, “Kamu melihat syirik itu seperti

melihat semut hitam yang kecil yang berjalan di atas batu hitam di

malam hari yang gelap gulita.” Tentu kita tidak bisa melihatnya

kecuali menggunakan sinar matahari yang sangat terang. Sinar

Page 231: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

225

matahari itu adalah pengajaran dan teladan dari Rasululllah, bukan

dugaan.

Konsep iman, takwa, dan ikhlas serta kafir, musyrik, munafik,

fasik, dan zalim merupakan konsep-konsep „inti‟ dan fundamental

agama Islam. Demikian juga konsep ibadah dan amal saleh serta

maksiat dan kemunkaran merupakan konsep-konsep „pokok‟ dan

fundamental agama Islam. Konsep-konsep ini semua harus dipahami

secara benar sebagaimana yang diajarkan dan diteladankan oleh

Rasulullah. Jangan sampai kita merumuskan sebuah konsep „iman‟

misalnya atas dasar perkiraan dan dugaan bukan atas dasar keyakinan

dari Rasulullah. Di sinilah letak pentingnya wasiat-mewasiati dalam

al-haq. Kemudian untuk menjalankan ibadah dan amal sosial,

ditambah lagi dengan ujian-ujian dan musibah-musibah yang selalu

menimpa manusia, diperlukan kesabaran yang tinggi dan istiqamah

dalam kesabarannya. Untuk secara istiqamah menjalankan shalat 5

waktu, shalat malam, dan shalat-shalat lainnya diperlukan kesabaran.

Untuk menghindari dosa-dosa, menghindari maksiat dan kemunkaran,

menghindari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menghindari

tindakan curang dan menipu diperlukan kesabaran yang tinggi dan

istiqamah dalam kesabarannya. Demikian juga untuk dapat bersabar

dalam menghadapi musibah-musibah yang sangat dibenci oleh nafsu

(kemiskinan, sakit, turun jabatan, dan kecelakaan) diperlukan

istiqamah dalam kesabarannya. Tapi di kalangan masyarakat sering

terdengar “sabar itu ada batasnya”. Perlu ditegaskan di sini bahwa

sabar itu tidak ada batasnya. Orang-orang yang beriman dan beramal

saleh haruslah terus-menerus bersabar secara istiqamah sepanjang

waktu. Kapankah seorang mukmin boleh berhenti bersabar? Seorang

mukmin hanya boleh berhenti bersabar ketika nafas berakhir (ketika

mati). Kalau sudah mati, boleh tidak bersabar lagi. Di sinilah letak

pentingnya orang-orang yang beriman perlu wasiat-mewasiati dalam

kesabaran.

Page 232: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

226

E. Nilai Dasar-5 Pola Hidup Sederhana

Pola hidup sederhana merupakan nilai dasar yang menjadi

kearifan lokal pesantren. Para kiai memberikan keteladanan dalam

menjalankan nilai dasar ini. Para santri selalu diajari dan dinasihati agar

mereka memilih pola hidup sederhana.

Pesantren lebih merupakan pendidikan keluarga dibandingkan

sekolah. Kiai di pondok pesantren sebagai ayah dari para santri,

sedangkan bu nyai (istri kiai) sebagai ibu bagi para santrinya. Tidak

heran jika di banyak pesantren para santri memanggil “Umi” kepada ibu

kiai.

Perhatikan Al-Quran surah Luqman berikut ini, sebagai pelajaran

dalam pendidikan di pesantren:

نا لقمان الحكمة أن اشكر للاو ومن يشكر فإناما يشكر لن فس و ومن كفر ولقد آت ي

( وإذ قال لقمان لبنو وىو يعظو يا ب نيا ل تشرك باللاو 21فإنا اللاو غني حميد )

نسان بوالديو حملتو أمو وىنا على وىن 21إنا الشرك لظلم عظيم ) نا ال ( ووصاي

( وإن جاىداك على 21وفصالو في عامين أن اشكر لي ولوالديك إليا المصير )

ن يا معروفا واتابع هما في الد أن تشرك بي ما ليس لك بو علم فل تطعهما وصاحب

( يا ب نيا إن اها 21إليا مرجعكم فأن بئكم بما كنتم ت عملون ) سبيل من أناب إليا ثما

إن تك مث قال حباة من خردل ف تكن في صخرة أو في الساماوات أو في األرض

ا ب نيا أقم الصالة وأمر بالمعروف وانو ( ي 21يأت بها اللاو إنا اللاو لطيف خبير )

( ول تصعر 21عن المنكر واصبر على ما أصابك إنا ذلك من عزم األمور )

( 21ل فخور )خداك للنااس ول تمش في األرض مرحا إنا اللاو ل يحب كلا مختا

Page 233: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

227

واقصد في مشيك واغضض من صوتك إنا أنكر األصوات لصوت الحمير

(21(

12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,

yaiu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan brangsiapa yang

bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya ia bersyukur untuk

dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka

sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu

ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada

dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam

keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam

dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu

bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan

Aku sesuatu yang tidak ada pengetauanmu tentang itu, maka

janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya

di dunia ini dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali

kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka

Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

16. Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di

langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya

(membalasinya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha

Mengetahui.

17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang makruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan

Page 234: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

228

yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa

kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang

diwajibkan.

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia dan

janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong

lagi membanggakan diri.

19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah

suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara

keledai.

Kisah Luqman tersebut dipaparkan dalam QS Luqman ayat 12-

19. Dalam ayat 12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi hikmah

oleh Allah. Pertanyaan pertama yang harus diajukan, bagaimanakah

bisa Luqman memperoleh hikmah? Siapa-siapa saja orang yang akan

memperoleh hikmah? Kata kunci QS Luqman ayat 12-19 adalah

perintah Luqman kepada anaknya di ayat 15: wattabi` sabiila man

anaaba ilayya (ikutilah jalan orang yang pernah kembali kepada-Ku).

Maksud orang yang pernah kembali kepada Tuhan adalah Rasulullah.

Kembali kepada Tuhan hanyalah melalui pintu ‟mati‟. Makna

mati secara umum adalah ‟mati‟ biasa: dimandikan, dikafani,

dishalatkan, dan dikuburkan. Mereka mati untuk selama-lamanya dan

tidak akan kembali lagi ke dunia. Mereka dibangkitkan kembali pada

Hari Kiamat nanti dengan penglihatan yang terang-benderang:

fakasyafnaa `anka ghithaa`aka fabasharukal yauma hadiidun =Maka

Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, maka

penglihatanmu pada waktu itu amat tajam (QS Qof: 22). Nabi

Muhammad saw bersabda: ”Manusia itu tidur, maka apabila mereka

sudah mati sadarlah mereka.” (Al-Ghazali, 1989).

Pola hidup sederhana tidak bisa dipisahkan dengan watak

rendah hati (sebagai kebalikan dari sombong dan bangga diri), bahkan

Page 235: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

229

tidak bisa dipisahkan dari keyakinan religius tentang penilaian Allah

terhadap sekecil apa pun amal yang dilakukan oleh manusia. Oleh

karena itulah kajian pola hidup sederhana merujuk kepada QS

Luqman mulai ayat 16-19 (sebagaimana telah dituliskan di atas).

Kisah Luqman diangkat dalam QS Luqman ayat 12-19 karena

Luqman memiliki al-`ilmu yang benar, yang ia amalkan sekaligus

ajarkan kepada anaknya. Rahmat (2013) menjelaskan tentang makna

ayat 16-19 sebagai berikut:

(1) Meyakini bahwa Allah akan membalas setiap perbuatan manusia

sekecil apa pun perbuatan itu (hingga sebesar benda sekecil biji

sawi pun yang tersimpan di dalam batu, di langit, atau di dalam

bumi dan di kegelapan malam, akan terlihat pula dengan jelas

oleh-Nya) karena Luqman mengenal dan menyaksikan Tuhan

bahwa Tuhan Yang bernama Allâh itu Mahahalus dan Maha

Mengetahui. Ajaran fundamental ini menegaskan bahwa Zat

Tuhan memiliki segala perkara.

(2) Mendirikan shalat yang shalatnya benar-benar berdiri tegak

(menjadi tiangnya agama), karena Luqman mendirikan shalat

sesuai dengan tujuan shalat, yakni lidz-dzikrii (mengingat AKU

=mengingat Tuhan) sebagaimana firman-Nya dalam QS Thoha

ayat 14: wa aqiimish shalaata lidz-dzikrii (dan dirikanlah shalat

untuk mengingat Aku). Dengan demikian dia akan terhindar dari

shalat saahuun (shalat yang lalai, shalat yang tidak ada zikirnya).

Luqman juga beramar makruf dan nahi mungkar. Kemudian

Luqman melakukan jihad akbar, yakni memerangi nafsunya

sendiri hingga tunduk dan patuh dikendalikan oleh hati nurani,

roh, dan rasa untuk dapat kembali kepada Tuhan hingga sampai

dengan selamat. Oleh karena itu, Luqman pun memerintahkan

anaknya untuk bersabar. Sabar adalah selalu dengan sadar dan

rela memaksa jiwa-raganya sendiri hingga selalu mau

melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Semua perintah

Page 236: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

230

Allah dan Rasul-Nya itu sangat berat karena berlawanan dengan

nafsu dan syahwat. Oleh karena itulah diperlukan kesabaran yang

konsisten terus-menerus sepanjang waktu. Jadi, tidak ada istilah

“sabar itu ada batasnya”. Kalau pun mau disebut ada batasnya, ya

batas sabar itu hanyalah kematian. Artinya, seseorang bisa

berhenti dari bersabar jika ajal menjemputnya. Selama hayat

masih di kandung badan, harus selalu bersabar dengan dasar

keimanan bahwa segala takdir yang menimpanya –yang baik

ataupun buruk– semuanya dari Allah (yang jika dijalani dengan

sabar) merupakan kebaikan dari Allakkh untuk diri orang yang

menjalaninya.

(3) Takabur (sombong) dan ujub (bangga diri), termasuk saudara

kembarnya ria (bukan sekedar pamer, melainkan ketinggian

derajatnya ingin diakui orang lain) dan sum`ah (ingin kehebatan

dirinya terdengar orang lain) merupakan watak-watak yang

merusak amal saleh, bagai api yang memakan habis kayu kering.

Menurut KH Afandi (Rahmat, 2010) ke-4 watak ini sangat

berbahaya karena dengan watak inilah Iblis dan bala tentaranya

merasa ‟lebih baik‟ dan tidak mau bersujud kepada wakil-Nya

Tuhan di bumi. Orang yang punya 4 watak ini akan seperti Iblis,

Ia akan menghalang-halangi manusia untuk berguru kepada

wakil-Nya Tuhan di bumi. Na`uudzu billaahi min dzaalik.

Luqman karena telah diberi hikmah oleh Allah, dimampukan

Tuhan untuk menghindari watak-watak buruk ini, kemudian

mengajarkannya kepada anaknya. Termasuk telah dapat

menjalankan perintah sederhana dalam berjalan dan melunakkan

suara dalam berbicara, karena gaya berjalan dan gaya bicara (juga

isi pembicaraan) dapat mengekspresikan watak-nya. Sering kali

kekerasan terjadi gara-gara gaya berjalan dan gaya berbicara yang

dapat mengundang emosi orang yang melihat dan

mendengarkannya. Sederhana dalam berjalan dan lunaknya suara

Page 237: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

231

dalam berbicara merupakan ekspresi hati nuraninya, karena jasad

akan tunduk kepada perintah hati. Jika hati nurani yang

memerintahnya maka orang itu akan berwatak baik. Tapi jika hati

sanubari yang memerintahnya maka orang itu akan berwatak

buruk.

Pola hidup sederhana di pondok pesantren diwujudkan mulai

pola makan dengan memilih makanan yang murah (tapi tetap

higienis), pakaian dari bahan/kain yang murah, dan pondok (tempat

menginap para santri) yang juga sederhana. Kiai dan keluarganya pun

menampilkan pola hidup sederhana. Walau punya uang yang

berkecukupan, Kiai membangun rumah yang sederhana dan

berkendaraan dengan kendaraan kelas ekonomi. Biaya pendidikan di

pesantren pun murah, jauh lebih murah dibandingkan biaya di

sekolah-sekolah yang murah. Dalam bahasa pesantren, pendidikan

yang murah itu berkah. Walau ada pesantren-pesantren modern

memungut biaya yang besar, tapi pesantren pada umumnya menolak

cara-cara seperti itu. Para kiai lebih memilih menjaga ruhani para

santri dari sifat-sifat egois, sombong, dan bangga diri. Dengan biaya

yang murah akan berimplikasi besar terhadap watak para santri.

Mereka akan bersifat rendah hati dan akan memilih pola hidup

sederhana.

Page 238: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

232

BAB V

USAHA PENANAMAN NILAI

YANG MENJADI KEARIFAN LOKAL PESANTREN

Penanaman nilai di pesantren berbeda dengan di sekolah. Ciri khas

pesantren adalah berorientasi akhirat. Oleh karena itu cara-cara

penanaman nilainya pun memiliki kekhasan tersendiri. Cara-cara

penanaman nilai sebagai kearifan lokal pesantren, sekurang-kurangnya

ada 3 (tiga) cara, yakni: doa dan ikhtiar; tawakal kepada Allah, dan

husnu zhan (baik sangka).

A. Doa dan Ikhtiar

Doa dan ikhtiar merupakan metode kembar sebagai kearifan

lokal pesantren dalam penanaman nilai. Kedua-duanya wajib

dilakukan. Doa dipanjatkan sebelum dan ketika menjalankan usaha.

Malah sesudah berusaha pun berdoa pula dengan maksud memohon

proses dan hasil usaha yang selamat dan lancar serta mendatangkan

rezeki yang banyak, halal, dan suci. Percuma saja rezeki yang banyak

jika subhat atau haram. Yang dimohonkan oleh kiai, para ustad, dan

para santri adalah rezeki yang banyak dan halal. Bahkan halal saja

tidak cukup, dimohonkan pula rezeki yang suci. Rizki yang suci

adalah rizki yang halal kemudian dibayarkan kewajiban-kewajiban

ibadah harta (zakat, infak, sedekah, dan lain-lain).

Ayat-ayat Al-Quran yang memerintah umat manusia untuk

bekerja sebagai berikut:

م و ك ل م رى الل و ع ي س وا ف ل م ل اع ون وق ن ؤم م ل و وا رسول

ل ردون إ ت م وس ت ن ا ك م ب ك بئ ن ي ة ف اد ه ب والش ي غ ل ال ا ع

ون ل م ع ت

Page 239: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

233

Dan katakanlah (hai Rasul): "Bekerjalah kalian, maka Allah dan

Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu;

dan (tapi ingat) kalian akan dikembalikan kepada (Allah) yang

mengetahui (Diri-Nya) Yang Maha Ghaib dan Yang Nyata. Lalu

diberitakan-Nya kepada kalian tentang apa-apa yang telah kalian

kerjakan (QS Taubat: 105)

ت لجواب وقدور رااسي ٱثيل وجفان ك ريب وتم ء من ماح ما يشا ۥي عملون لو

Para jin itu membuat untuk (Nabi) Sulaiman apa yang

dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung

serta piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang

tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk

bersyukur (kepada Allah); dan (sayang sekali) sedikit sekali dari

hamba-hamba-Ku yang bersyukur (QS Saba`: 13).

ل ى ق ل وا ع ل م وم اع ا ق ل ي ام ني ع م إ ك ت ان ك سوف م ف

ون م ل ع ت Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu.

Sesungguhnya aku akan bekerja (pula). Maka kelak kamu akan

mengetahui (QS az-Zumar: 39).

Ketiga ayat di atas memerintahkan umat manusia untuk bekerja

(berikhtiar). Tapi secara tersirat mewanti-wanti jangan asal bekerja,

melainkan pekerjaan yang dapat dipertanggung-Jawabkan di akhirat.

Atau, bekerjalah kalian dengan berorientasi akhirat. Oleh karena itu,

konsep ikhtiar dalam Islam menyatu dengan doa.

Perintah berdoa dikemukakan oleh banyak ayat Al-Quran,

antara lain ayat-ayat berikut:

Page 240: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

234

ها ما للاو ن ٱل يكلف كتسبت رب انا ٱفسا إلا وسعها لها ما كسبت وعلي

نا إن ناسينا ت ؤاخذنا ل ۥإصرا كما حملتو أو أخطأنا رب انا ول تحمل علي

لنا ما ل ٱ على غفر ٱعف عناا و ٱو ۦطاقة لنا بو لاذين من ق بلنا رب انا ول تحم

.فرين لك ٱلقوم ٱنصرنا على ٱنا ف أنت مولى رحمناٱو لنا

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,

maka (Jawablah hai Rasul) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku

mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon

kepada-Ku; maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-

Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu

berada dalam kebenaran. (Qs. 2/Al-Baqarah: 286)

ادعوا رباكم تضرعا وخفية إناو ل يحب المعتدين

ول ت فسدوا في األرض ب عد إصلحها وادعوه خوفا وطمعا إنا رحمة اللاو قريب من

المحسنين

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang

lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

melampaui batas; dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka

bumi sesudah (Allah) memperbaikinya; dan berdoalah kepada-Nya

dengan rasa takut dan harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat

kepada orang-orang yang berbuat baik (QS al-A`raf: 55-56).

لاذين يستكبرون عن عبادتىٱأستجب لكم إنا دعونىٱوقال ربكم

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan

Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang

menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka

Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS al-Mu`min: 60)

Page 241: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

235

ا ه ت خ ن أ ر م ب ك ي أ ل ى ة إ ن آي م م ه ري ا ن خ وم م وأ اى ن ذ

ون ع رج م ي ل ه ع اب ل ذ ع ال ب

ا ن ن ك إ د ن د ع ه ا ع ا رب ك ب ن ر ادع ل اح يو الس ا أ وا ي ال وق

ون د ت ه م ل

ون ث ك ن م ي ا ى ذ اب إ ذ ع م ال ه ن ا ع ن ف ش ا ك م ل ف

Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat

kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang

sebelumnya; dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka

kembali (ke jalan yang benar).

Dan mereka (orang-orang kafir) berkata (kepada Nabi Musa): "Hai

ahli sihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami

sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu;

sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan

menjadi orang yang mendapat petunjuk. Maka tatkala Kami

hilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka

memungkiri (janjinya) (QS az-Zukhruf: 48-50).

Doa merupakan ibadah yang amat penting dalam ajaran Islam.

Doa merupakan permohonan seorang hamba kepada Tuhannya.

Sebagai ibadah, doa merupakan bentuk penyerahan diri serta

pengakuan akan keterbatasan manusia. Karena itu, tidaklah

mengherankan kalau Nabi saw menyebut doa sebagai otaknya ibadah.

Dalam ayat-ayat di atas doa merupakan metode bagi orang-orang yang

beriman untuk memohon pertolongan Allah.

Page 242: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

236

1. Pentingnya Doa dan Ikhtiar

Konsep doa terlahir dari pengakuan akan keterbatasan manusia

dan sekaligus keyakinan akan kekuasaan Allah yang tak terbatas.

Manusia dalam konteks apa pun adalah makhluk yang memiliki batas

kemampuan, baik fisik maupun pikirannya. Bersamaan dengan itu, ia

memiliki pula harapan-harapan sebagai ciri orang yang hidup dan

memiliki kehidupan. Karena itu, setiap orang memerlukan doa yang

memberinya harapan dan ketenteraman batin.

Banyak orang –termasuk orang-orang terpelajar– beranggapan

bahwa berdoa sebagai opium. Doa bagi mereka adalah kelemahan

yang berkedok kekuatan, eskapisme, kepahlawanan yang pudar,

kemalasan, dan kekerdilan lainnya. Dalam pandangan mereka, orang

yang gigih berdoa cenderung malas berpikir, enggan berusaha dan

berikhtiar, berspekulasi, yang semestinya dilakukan dalam kehidupan

individual dan sosial. PAndangan semacam itu, kata Syariati (1995),

berasal dari periode-periode pra Islam yang pada akhirnya menyusup

ke mentalitas kaum muslimin dewasa ini. Ia menolak keras

pAndangan di atas. Doa malah menambahkan kekuatan yang sudah

ada dengan kekuatan baru dan membuat kebaikan menjadi lebih

langgeng dalam konstruksi kehidupan sosial maupun individual.

Dalam pAndangan Islam berapa pada peringkat setelah tugas dan daya

upaya yang sudah dilakukan secara terus menerus dan sabar.

Masih ada pula orang yang bertanya, apakah gunanya doa bagi

manusia, sedang Allah menentukan qada dan qadarnya, atau surahan

taqdir telah digariskan-Nya? Apakah qada dan qadar dapat dirubah

oleh manusia dengan doanya? Bukankan qada dan qadar tidak dapat

dirubah oleh siapapun?

Al-Ghazali (1989) menJawab bahwa bala` (cobaan) itu dapat

dihilangkan dengan doa, karena doa itu menjadi satu sebab untuk

menampik sesuatu bala. Ia mengibaratkan doa sebagai tameng untuk

menolak sesuatu pukulan senjata, atau laksana air yang menyebabkan

Page 243: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

237

tumbuhnya tumbuh-tumbuhan di muka bumi. Sebagaimabna antara

tameng dengan senjata dalam hal tarik menarik dan tolak menolak,

begitupun antara doa dengan qada dan qadar, namun tetap yang

berhak merubah qada dan qadar Allah itu adalah Allah Yang

Mahakuasa atas segala sesuatu. Dengan demikian dapatlah dipahami

dengan mudah, serta tidak cukup alasan bagi kita untuk tidak

mempergunakan usaha dan ikhtiar dalam kehidupan seorang muslim.

Dalam antologi doa-doa yang diajarkan Islam, ternyata

Rasulullah saw tidak berdoa sebelum ia bekerja maksimal, tetapi

sebaliknya, ia berdoa setelah berusaha maksimal. Lihatlah kapan

Rasulullah berdoa? Beliau berdoa setelah segala kebutuhan untuk

berperang dipersiapkan, Beliau mengumpulkan kekuatan, merapatkan

barisan, merancang strategi, kemudian berdoa. Dalam sebuah riwayat

diungkap bahwa beliau menegur sahabat yang duduk bersimpuh di

mesjid dan terus menerus berdoa minta diturunkan rezeki dari langit,

sementara sahabat lainnya sibuk mencari nafkah, lalu Rasulullah

memberi jalan kehidupan dengan memberikan kampak kepadanya

untuk mencari kayu bakar. Sekali lagi, inilah Islam!

Kedudukan doa amatlah penting. Pentingnya doa dapat

diungkap dari kenyataan bahwa ternyata Allah swt dan Rasul-Nya

yang mulia memerintahkan untuk berdoa, dan melaksanakan doa

merupakan manifestasi dari perintah tersebut (QS al-Mu`min: 60).

Doa sebagai upaya ruhaniah untuk merealisasikan harapan

tidaklah dapat berjalan sendirian. Ia memerlukan upaya-upaya yang

bersifat fisik yang sering disebut ikhtiar. Ikhtiar adalah usaha nyata

yang dilakukan untuk menuai harapan yang diinginkan.

Dalam ikhtiar, manusia diberi kebebasan secara luas untuk

melakukan berbagai tindakan konkret. Kebebasan ini menjadikan

manusia sebagai subyek yang menentukan. Tetapi kendatipun

demikian, tidak berarti manusia memiliki hak yang tak terbatas.

Dalam konteks ikhtiar, manusia diperkenankan untuk merancang dan

Page 244: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

238

melakukan sesuatu yang diinginkannya secara bebas, tetapi dalam

perealisasiannya terdapat keterbatasan-keterbatasan. Menghadapi

keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manusia berhadapan dengan

kemahakuasaan Allah yang tak terbatas, maka Islam memberikan

solusi dengan doa, sehingga keterbatasan itu tidak melahirkan

kekecewaan dan keputusasaan. Karena itu, doa dan ikhtiar harus selalu

berdampingan karena keduanya merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisah-pisahkan.

Doa dan ikhtiar apabila dirunutkan kepada tugas esensial

manusia, maka doa diletakkan sebagai bentuk perealisasian tugas

perhambaan manusia kepada Allah. Adapun ikhtiar merupakan

implementasi dari tugas kekhalifahannya di muka bumi. Tugas

keabdullahan mengisyaratkan keterbatasan sedangkan khalifah

menunjukkan kebebasan manusia. Apabila doa dan ikhtiar dipahami

secara utuh sebagaimana melihat dua tugas manusia tersebut, maka

doa dan ikhtiar tidak akan dipAndang sebagai usaha manusia yang

saling bertentangan.

Lalu, mengapa kita harus berdoa? Ada beberapa alasan

mendasar yang menuntut seorang muslim harus berdoa, sebagai

berikut:

a. Berdoa adalah perintah Allah. Kaidah ushul menyatakan bahwa

Asal dalam sesuatu perintah menunjukkan wajib. Demikian

halnya, berdoa diperintahkan Allah kepada manusia (baca: orang-

orang beriman), dan manusia harus melaksanakannya (QS al-

Mukmin: 60; al-A‟raf: 180). Keengganan manusia untuk berdoa

atau mengabaikannya merupakan penolakan yang nyata dan

kesombongan yang jelas.

b. Panggilan jiwa. Jiwa manusia cenderung untuk meminta

pertolongan manakala dirundung malang atau terkena musibah.

Nabi Adam dan Siti Hawa meminta pertolongan Allah tatkala

Page 245: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

239

mereka sadar telah terjerumus pada larangan mendekati buah

Khuldi, seraya berdoa: “Ya Tuhan kami kami telah menganiaya

diri kami, dan sekiranya Engkau tidak mengampuni kami dan

merahmati kami, niscaya kami tergolong orang-orang yang rugi.”

(QS al-A‟raf: 23-24). Tatkala kapal Tampomas tenggelam, pers

menyiarkan bahwa seluruh penumpangnya berdoa minta

keselamatan. Demikianlah manusia, Maka apabila mara bahaya

menimpanya, ia berdoa kepada Kami. (QS az-Zumar: 49).

c. Kelemahan manusia. Sungguh pun manusia diberi akal yang

hebat, mengerahkan segala usaha dan ikhtiar secara maksimal,

ternyata tidak semua ancaman, tantangan, hambatan, dan

gangguan dapat diatasi oleh kemampuannya. Dalam keadaan

demikian tinggal satu-satunya harapan, berdoa mohon pertolongan

Allah serta menyerahkan keputusan akhir hanya kepada-Nya pula

(tawakkal).

d. Ilmu manusia terbatas, ilmu Allah Mahaluas. Ilmu yang

dimiliki manusia amatlah terbatas, sedangkan ilmu Allah amatlah

luas tanpa batas (QS al-Kahfi: 109). Oleh karena itu, untuk

memecahkan seluruh persoalan kehidupan manusia amatlah

musykil serta naif jika manusia tidak mengantungkan harapan

kepada Allah Yang Mahatahu.

e. Manusia hanya diperintahkan untuk bekerja. Bekerja atau

beramal adalah tugas manusia (QS al-An`am: 135) untuk

kemakmuran di muka bumi ini. Ia tidak diperintahkan untuk

berhasil dalam pekerjaannya, sebab Allahlah yang mengabulkan

putusan akhir tentang hasil atau tidaknya. Kita kenal pepatah yang

menyatakan “manusia yang merencanakan dan Tuhan yang

menentukan”. Untuk itulah manusia diwajibkan untuk berusaha

mengubah suatu keadaan secara maksimal serta berdoa secara

Page 246: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

240

sungguh-sungguh seraya menyerahkan keputusan akhir kepada

Allah (Majid & Rahmat, 2004).

Hal-hal di atas merupakan alasan esensial mengapa kita harus

berdoa. Persoalan selanjutnya adalah apa dan bagaimana kedudukan

berdoa dalam kehidupan seorang muslim?

2. Keterkabulan dan Penghalang Doa

Allah Maha Mendengar karena itu setiap doa didengar Allah,

tetapi ada doa yang dikabulkan ada juga yang tidak dikabulkan.

Keterkabulan doa kemungkinan disebabkan oleh ketidaksungguhan

orang yang berdoa, dosa yang dilakukan si pendoa atau karena Allah

berkehendak lain.

Berdoa memiliki tata cara sebagaimana yang diajarkan oleh

Rasul. Karena itu, bisa jadi doa tidak terkabul karena ketidaktepatan

dalam caranya. Ketertkabulan doa itu sangat tergantung pada:

a. Niat berdoa; Niat berdoa hendaklah ikhlas, mengharap rahmat dan

keridaan Allah, serta yakin kepada-Nya (QS al-Mu`min: 14).

b. Kepada siapa doa dipanjatkan; Doa yang akan kabulkan Allah

adalah doa yang hanya dipanjatkan kepada-Nya saja (QS Yunus:

106).

c. Orang yang berdoa; Orang-orang yang makbul doanya banyak

diceritakan dalam hadis, antara lain imam (pemimpin) yang adil,

Orang yang teraniaya, ibu/bapak terhadap anaknya, orang-orang

yang salih, anak yang patuh terhadap orang tuanya, orang yang

sedang dalam perjalanan, orang yang sedang berpuasa, orang

muslim yang mendoakan temannya yang jauh, orang muslim yang

berdoa bukan untuk hal dosa dan memutuskan silaturahmi, orang

yang sedang dalam kesulitan hidup, yang sedang beribadah haji

dan umrah, orang yang hafal Al-Quran, yang lanjut usia dan taat

kepada Allah, yang disantuni kepada yang menyantuni, yang

Page 247: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

241

membiasakan berdoa waktu dalam kesenangan, sekelompok atau

kumpulan orang-orang salih.

d. Sesuatu yang didoakannya; Tidak setiap segala sesuatu boleh

diminta kepada Allah. Dia melarang hal-hal mustahil adanya, hal-

hal yang jelek, dan hal-hal yang dilarang oleh syara‟.

e. Cara-cara berdoa; Doa sebagai ibadah, pelaksanaannya harus

dengan cara-cara tertentu yang disyariatkan Islam, yakni dengan

penuh keyakinan, rendah hati dan khusyuk, suara lembut, merasa

takut dan harap, mengawali dengan memuji Allah dan membaca

selawat, memperbaharui tobat, menghadap kiblat, menyampaikan

doa diulang-ulang sampai tiga kali dan kata-kata yang jelas serta

dapat dipahami. dan mengakhirinya dengan selawat dan hamdalah.

f. Waktu berdoa; Hendaklah memilih waktu yang mustajab, yakni

waktu-waktu yang dianjurkan untuk berdoa, yaitu waktu mulia

seperti hari Arafah, bulan Ramadhan, lailatu al-qodar, ketika adzan

dan iqamah kumAndangkan, antara dua khutbah, ketika berbuka

puasa, malam ied al-fitri dan adha, ketika sujud dan ruku‟, hari dan

malam jum‟at, setiap ba‟da Shalat, sepertiga malam terakhir

(sahur), waktu turun hujan, saat bertemu musuh di medan jihad,

sewaktu air mata mulai berderai, waktu dalam perjalanan, dan

lain-lain.

g. Tempat berdoa; Hendaklah memilih tempat-tempat mulia dan

mustajab, antara lain di majelis zikir, di mesjid, di tanah lapang, di

tanah haram, di dalam Ka‟bah, di Hijir Ismail, di pojok-pojok

Ka‟bah, di Multazam, di belakang maqom Ibrahim, di sumur Zam-

zam, di Shafa dan Marwah, di Arafah (Masy‟ar al-Haram), di

Muzdalifah dan di Mina.

Bila ketujuh hal di atas terpenuhi maka doa seseorang pasti

dikabulkan oleh Allah swt. Hanya saja pengabulan doa ini ada

Page 248: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

242

beberapa model dan kemungkinan atau alternatif, yang kita –sebagai

manusia- tidak tahu secara pasti. Kemungkinan tersebut berupa:

a. Dikabulkan secara kontan sesuai dengan permintaan;

b. Diganti dengan hal lain, mungkin serupa, mungkin berbeda

dengan hal yang diminta, tetapi yang jelas Allah lebih tahu hal

yang terbaik bagi hamba-Nya.

c. Dihindarkan dari suatu bencana yang akan menimpanya;

d. Diampuni dosa-dosanya; doa sebagai kifarat dosa;

e. Ditunda pengabulannya oleh Allah sampai waktu tertentu yang

kita tidak tahu secara pasti.

Sehubungan dengan keterkabulan doa ini, Nabi saw bersabda:

o Tidaklah seseorang muslim di muka bumi ini berdoa meminta

sesuatu kepada Allah, melainkan Allah mengabulkannya

sebagaimana yang dimintanya, atau dipalingkan (oleh) Allah

dari sesuatu bencana selama ia tidak berdoa dengan sesuatu

yang membawa dosa atau memutuskan tali silaturahmi (HR

Tirmidzi).

o Sesungguhnya doa seseorang itu tidak akan lepas dari salah

satu di antara tiga hal: adakalanya diampunkan dosanya,

adakalanya diberikan kebaikan segera (kontan), dan

adakalanya ditunda pengabulannya (HR Dailami)

Jika doa tidak dikabulkan, berarti ditolak. Doa akan tertolak

bila tidak memenuhi syarat-syarat atau kriteria diterimanya doa seperti

yang telah dijelaskan di atas. Untuk lebih jelas lagi, perhatikan secara

cermat sebab-sebab tertolaknya doa sebagai berikut:

a. Jika berdoa tidak dengan cara-cara yang diajarkan Islam.

b. Jika berdoa dengan tidak memenuhi syarat-syarat diterimanya doa.

c. Jika mengkonsumsi makanan/minuman atau berpakaian yang

haram.

Nabi saw bersabda:

Page 249: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

243

Hai manusia, Allah itu Mahabaik, hanya menerima yang baik.

Allah berfirman: „Hai orang-orang beriman makanlah dari yang

baik-baik dan beramal salihlah….Kemudian Nabi menyebut

seseorang yang telah jauh perjalannanya, rambutnya kusut,

pakaiannya berdebu, lalu berdoa dengan menengadahkan

tangannya ke atas, “Ya Rabb! Ya Rabb!”, sementara itu

makanannya haram, minumannya haram, dan ia tumbuh dari

barang yang haram, maka bagaimana Allah akan mengabulkan

doanya! (HR Muslim)

Ibrahim bin `Adham menambahkan sebab-sebab tertolaknya

doa karena:

a. Seseorang mengaku mengenal Allah, tetapi hak-hak-Nya tidak

dipenuhi (tidak mau beribadah dll.)

b. Seseorang membaca Al-Quran, tetapi isinya tidak diamalkan

dalam kehidupannya.

c. Seseorang mengaku mencintai Rasulullah, tetapi Sunnahnya tidak

dijalankan.

d. Seseorang mengaku bahwa setan sebagai musuhnya, tetapi patuh

kepada bujuk rayunya.

e. Seseorang berdoa untuk terhindar dari keburukan dan neraka tetapi

selalu berbuat dosa.

f. Seseorang berharap mendapatkan kebahagiaan dan masuk surga,

tetapi enggan beramal ibadah.

g. Seseorang meyakini kematian pasti menjemputnya, tetapi ia tidak

mempersiapkannya.

h. Seseorang yang selalu sibuk dengan aib orang lain sementara

aibnya enggan untuk diintrospeksi.

Berdoa juga tergantung kepada siapa orangnya. Apabila doa

disampaikan oleh seorang pendosa, maka mungkin saja doa dapat

Page 250: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

244

ditolak. Allah Mahasuci, dan berdoa merupakan permintaan dari

makhluk kepada Yang Mahasuci. Oleh sebab itu, kesucian diri

merupakan prasyarat untuk mendekati-Nya. Tidak heran kalau para

ulama menganjurkan agar berdoa itu dimulai dengan permintaan

ampunan (istigfar) sebagai usaha untuk menghilangkan dosa terlebih

dahulu sebelum permintaan disampaikan.

Di samping sebab-sebab di atas, ketidakterkabulan doa juga

disebabkan oleh karena kehendak Allah berbeda dengan kemauan

orang yang berdoa. Fenomena ini mudah untuk dipahami dan diterima

apabila dikaitkan dengan kasih sayang Allah. Allah Yang Maha

Pengasih selalu memberikan yang terbaik bagi makhluk-Nya,

termasuk bagi orang yang berdoa. Allah Mahatahu baik dan buruknya

keinginan sang pendoa apabila doanya itu dikabulkan atau ditolak.

Allah selalu memberikan yang terbaik bagi umatnya. Karena itu, bisa

jadi tidak dikabulkannya doa seseorang merupakan pemberian Allah

yang terbaik bagi orang itu. Jadi apabila doa tidak terkabul, tidak bisa

menyalahkan Allah dengan menggugat janji-Nya bahwa siapa orang

yang berdoa niscaya akan dikabulkan-Nya. Setiap doa yang diucapkan

selalu bertujuan untuk meminta kebaikan bagi dirinya. Tetapi manusia

tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui implikasi dari sesuatu

yang dimintanya itu sebagai suatu kebaikan yang hakiki bagi dirinya.

Karena itulah berdoa dipAndang sebagai ibadah atau sesuatu bentuk

perhambaan yang dikabul atau tidaknya harus diterima dengan

kepasrahan.

3. Cara-cara Berdoa

Manusia selalu berdoa memohon pertolongan Tuhan. Tidak

ada seorang manusia pun yang tidak pernah berdoa. Tapi sayangnya

kebanyakan manusia berdoa hanya untuk memenuhi selera nafsunya

yang rendah, bukannya untuk mencapai kemuliaan diri di hadapan

Tuhan. Firman-Nya:

Page 251: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

245

قل من ي نجيكم من ظلمات الب ر والبحر تدعونو تضرعا وخفية لئن أنجانا من

.ىذه لنكوننا من الشااكرين

ها ومن كل كرب ثما أن تم تشركون قل اللاو ي نجيكم من

Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana

di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri

dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika

Tuhan menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi

orang-orang yang bersyukur!" Katakanlah: "Allahlah menyelamatkan

kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, (tetapi setelah

diselamatkan) kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya (seperti

sedia kala)." (QS al-An`am: 63-64).

غون فى أنجى ف لماا لنااس إناما ٱأي ها لحق ي ٱألرض بغير ٱهم إذا ىم ي ب

نا مرجعكم ف ن نبئكم بما كنتم ٱة لحي و ٱع أنفسكم مات على ب غيكم ن يا ثما إلي لد

.ت عملون

Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan dan

(berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera,

dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di

dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira

karenanya, datanglah angin badai. Dan (apabila) gelombang dari

segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah

terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan

mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka

memohon): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari

bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang

bersyukur." Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba

Page 252: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

246

mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang

benar. Hai manusia, sesungguhnya kezalimanmu akan menimpa

dirimu sendiri. (Hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup

duniawi, kemudian kepada Kamilah kembalimu, lalu Kami kabarkan

kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS Yunus: 22-23).

Malah ada (bahkan mungkin sebenarnya paling banyak) orang

yang berdoa untuk memohon kebahagiaan duniawi walau di akhirat

merugi, sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Baqarah ayat 200:

ي قو من النااس فمن ذكرا شدا أ أو آباءكم كذكركم اللو فاذكروا ماناسككم قضيتم إذا

ن يا في آتنا رب انا ل خلق من الخرة في لو وما الد

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah

dengan menyebut Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut

(membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah

lebih banyak daripada itu. Maka di antara manusia ada orang yang

bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan

tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat.

Seharusnya doa yang dimohonkan kepada Allah adalah

memohon kebahagiaan di dunia dan akhirat serta memohon untuk

dihindarkan dari siksaan api neraka, sebagaimana firmanNya dalam

Qs. 2/Al-Baqarah ayat 200:

dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami,

berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan

peliharalah kami dari siksa neraka".

Doa ini dikenal luas dan biasa diucapkan oleh kaum muslimin

se-dunia. Tapi sayangnya pikiran mereka menghendaki kebahagiaan

duniawi. Terbukti mereka melakukan amal-amal yang bertentangan

dengan amal-amal yang diajarkan dan diteladankan oleh Rasulullah.

Page 253: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

247

Adapun cara-cara berdoa kepada Allah sebagai berikut:

1. Merendahkan diri, kemudian menyampaikan doa dengan suara

lemah lembut, sebagaimana firman-Nya:

ادعوا رب كم تضرعا وخفية إن و ل يب المعتدين Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara

yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang melampaui batas (QS al-A`raf: 55).

2. Mengembangkan rasa takut dan penuh harap sebagaimana firman-

Nya:

عوه خوفا وطمعا إنا رحمت اللو ول ت فسدوا في األرض ب عد إصلحها واد

قريب من المحسنين Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa

takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada

orang-orang yang berbuat baik (QS sl-A`rof: 56).

3. Memulai doa dengan ta`awudz, basmallah, hamdallah, dan

shalawat. Perintah membaca taawud (memohon perlindungan

kepada Allah dari gangguan syetan) diungkapkan dalam ayat-ayat

di bawah ini,

o Perintah membaca taawud diungkapkan dalam ayat-ayat

berikut:

ا يطان من ينزغنك وإم إنه بالل فاستعذ نزغ الش

عليم سميع

Page 254: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

248

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka

berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs. 7/Al-A`raf: 200)

لر جيم ٱن لش يط ٱلل و من ٱستعذ ب ٱلقرءان ف ٱفإذا ق رأت Apabila kamu membaca Al-Qur'an, hendaklah kamu meminta

perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS an-

Nahl: 98)

إن ال ذين يادلون ف آيات الل و بغري سلطان أتاىم إن ف صدورىم إل كب ر ما

إن و ىو الس ميع البصري ىم ببالغيو فاستعذ بالل و Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang

ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak

ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan)

kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya,

maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya

Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Qs. 40/Al-Mu`min:

56)

وإماا ينزغناك من الشايطان ن زغ فاستعذ باللاو إناو ىو الساميع العليم Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka

mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah

Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Fushshilat:

36).

o Perintah membaca basmalah diungkapkan dalam ayat berikut:

م س ا ب يه وا ف ب ال ارك ا وق اى رس ا وم ن رب الل و مراى إ

يم ور رح ف غ ل

Page 255: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

249

Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya

dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan

berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Hud: 41).

o Perintah membaca hamdalah diungkapkan dalam ayat-ayat

berikut:

د ل الم ق ك ف ل ف ل ى ا ل ك ع ع ن م ت وم ن ت أ وي ت ا اس ذ إ ف

مي وم الظ ال ق ل ن ا ا م ل و ال ذي م ان لApabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada

di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: "Alhamdulillah” Dia

telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim (QS

al-Mu`minun: 28).

ق ي اوات واألرض ل م ق الس ل ن خ م م ه ت ل أ ن س ئ ن الل و ول ول

ل و د ل ل الم ون ق م ل ع م ل ي رى ث ك ل أ بDan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:

"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka

akan menJawab: "Allah." Katakanlah: "Alhamdulillah”,

tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (QS Luqman: 25).

o Perintah membaca selawat diungkapkan dalam ayat-ayat

berikut:

صلوا لاذين ءامنواٱأي ها لنابى ي ٱيصلون على ۥئكتو للاو ومل ٱإنا

يماتسل عليو وسلموا

Page 256: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

250

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat

untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah

kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan

kepadanya (QS al-Ahzab: 56).

Nabi saw bersabda:

عه كم دعاء مذجب دتى صهى عهى انىب صهى للا

سهم.

Setiap doa itu terhalang hingga diucapkan selawat kepada

Nabi saw. (Silsilah Al-Ahaadiis Ash-Shahiihah No. 2035,

dalam Sauri: 2011).

B. Tawakal kepada Allah

Tawakal setelah berdoa dan berikhtiar merupakan metode

kearifan lokal pesantren dalam penanaman nilai. Tawakal adalah

menyerahkan urusan keputusannya terserah Allah. Apa pun

keputusan-Nya diterima dengan senang hati. Orang yang sudah

bertawaakal tidak akan menginginkan keputusannya A atau bukan A.

Misal, seorang santri senior sudah membulatkan tekad untuk menikahi

seorang perempuan pilihannya. Tentu, biasanya setelah terlebih

dahulu berkonsultasi dengan kiai. Jika doa sudah dan terus-menerus

dipanjatkan dan ikhtiar pun sudah dilakukan (yakni melamar

perempuan pilihannya itu), ia kemudian bertawakal. Apa jadi menikah

dengan perempuan pilihannya itu ataupun Allah berkehendak lain,

santri yang sudah tawakal itu menerima keputusan dari Allah. Ia

senang dengan apa pun keputusan Allah. Jika, misal, ternyata

perempuan pilihannya itu malah meninggal dunia sebelum

dinikahinya, ia tidak akan kecewa. Ia menerima kematian sang calon

istrinya itu sebagai takdir yang baik bagi dirinya. Doa dipanjatkan

sebelum dan ketika menjalankan usaha.

Page 257: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

251

Ayat-ayat Al-Quran tentang tawakal sangat banyak, di

antaranya seperti berikut ini

ومن ي تاق اللاو يجعل لو مخرجا وي رزقو من حيث ل يحتسب ومن ي ت وكال على

اللاو ف هو حسبو إنا اللاو بالغ أمره قد جعل اللاو لكل شيء قدراBarangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan

baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada

disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah

niscaya Allah, akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya

Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya

Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS ath-

Thalaq: 2-3).

Dalam ayat di atas, orang yang bertawakal kepada Allah akan

dicukupkan keperluannya. Oleh karena itu orang beriman yang telah

maqom dalam karakter tawakal hidupnya akan selalu bahagia, karena

semua urusannya sudah diserahkan kepada Allah. Apa pun keputusan

Allah, orang yang bertawakal menyenanginya.

1. Nilai Tinggi Tawakal

Keutamaan tawakal diungkap dalam 38 ayat lebih, sedangkan

perintah untuk bertawakal diungkapkan dalam 14 ayat Al-Quran

sebagai berikut:

من فضوانٱلقلب ل ٱللاو لنت لهم ولو كنت فظا غليظ ٱفبما رحمة من

هم و ٱف حولك غفر لهم وشاورىم فى ٱعف عن ألمر فإذا عزمت ف ت وكال على ٱست

لمت وكلين ٱللاو يحب ٱإنا للاو ٱ

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah-lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

Page 258: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

252

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian

apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal

kepada-Nya (QS Ali Imran: 159).

م غ ه ن ة م ف ائ ي ت ط ك ب د ن ن ع رزوا م ا ب ذ إ ة ف اع ون ط ول ق ر وي ي

ول ق ون ال ذي ت يت ب ا ي ب م ت ك م والل و ي ه ن رض ع ع أ ف

ى الل و ل ل ع وك ى وت ف يل وك الل و وك ب

Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami

hanyalah) taat." Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu,

sebagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil

keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis

siasat yang mereka atur di malam hari itu. Maka berpalinglah kamu

dari mereka dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah

menjadi Pelindung (QS an-Nisa: 81).

يا أي ها ال ذين آمنوا اذكروا نعمة الل و عليكم إذ ىم ق وم أن ي بسطوا إليكم أيدي هم

ليت وك ل المؤمنون وعلى الل و ف فكف أيدي هم عنكم وات قوا الل و

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah

(yang diberikan-Nya) kepadamu di waktu suatu kaum bermaksud

hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat),

maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwallah

kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin

harus bertawakal (QS al-Maidah: 11)

Page 259: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

253

قال رجلن من الاذين يخافون أن عم اللاو عليهما ادخلوا عليهم الباب فإذا

البون وعلى اللاو دخلتموه فإناكم غ

Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada

Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah

mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Bila kamu

memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah

hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang

beriman." (QS al-Maidah: 23).

إناو ىو الساميع العليم وإن جنحوا للسالم فاجنح لها وت وكال على اللاو

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah

kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah

Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS al-Anfal: 61).

نا إلا ما كتب اللاو لنا ىو مولنا لى اللاو ف ليت وكال المؤمنون وع قل لن يصيب

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa

yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami,

dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus

bertawakal." (QS at-Taubat: 51).

ه د ب اع لو ف ر ك ع األم رج و ي ي ل اوات واألرض وإ م ب الس ي ل و غ ول

و ي ل ل ع وك ون وت ل م ع ا ت م ل ع اف غ ا ربك ب وم

Dan kepunyaan Allahlah apa yang gaib di langit dan di bumi dan

kepada-Nyalah dikembalikan urusan-urusan semuanya. Maka

Page 260: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

254

sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali

Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan (QS Hud: 123).

وت وك ل على العزيز الر حيم

Dan bertawakallah kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha

Penyayang (QS asy-Syu`ara: 217).

ى الل و ل ل ع وك ت ي ف ب م ى الق ال ل ن ك ع إ

Sebab itu bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di

atas kebenaran yang nyata (QS an-Naml: 79).

ن الل و ول ق ي اوات واألرض ل م ق الس ل ن خ م م ه ت ل أ ن س ئ ل ول ق

ن ل ى ر ى ض ن الل و ب راد ن أ ون الل و إ ن د ون م ع د ا ت م م ت ي رأ ف أ

ات رح ك ن مس ل ى رحة ى ن ب راد و أ ره أ ات ض ف اش و ك ل ت ق

ب الل و س ون ح ل وك ت م ل ل ا وك ت و ي ي ل ع

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang

menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menJawab: "Allah"

Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu

seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan

kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan

kemudaratan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku,

apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?” Katakanlah:

"Cukuplah Allah bagiku. KepadaNya-lah bertawakal orang-orang

yang berserah diri.” (QS az-Zumar: 38).

Page 261: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

255

من الشايطان ليحزن الاذين آمنوا وليس بضارىم شيئا إلا بإذن إناما الناجوى

المؤمنون وعلى اللاو ف ليت وكال اللاو

Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya

orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu

tiadalah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan

izin Allah, dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang

beriman bertawakal (QS al-Mujadilah: 10).

وعلى الاو ف ليت وكال المؤمنون و إلا ىو الاو ل إل

(Dia-lah) Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-

orang mukmin bertawakal kepada Allah saja (QS at-Taghobun: 13).

2. Pentingnya Bertawakal

Banyaknya ayat tentang keutamaan dan perintah untuk

bertawakal kepada Allah menunjukkan bahwa tawakal merupakan

karakter utama dalam Islam. Orang yang bertawakal kepada Allah

dijanjikan oleh Allah akan dicukupkan semua keperluannya. Allah swt

berfirman:

ومن ي تاق اللاو يجعل لو مخرجا وي رزقو من حيث ل يحتسب ومن ي ت وكال على

اللاو بالغ أمره قد جعل اللاو لكل شيء قدرا اللاو ف هو حسبو إنا

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan

memberikan jalan keluar (terhadap semua persoalan hidupnya), dan

(juga) memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan

Page 262: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

256

mencukupkan (semua keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah

melaksanakan urusan-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan

ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS ath-Thalaq: 2-3).

Allah swt memberikan pujian terhadap hamba-hamba-Nya yang

suka bekerja keras. Terhadap orang yang belajar mencari ilmu

disediakannya surga. Dalam sebuah hadis disebutkan: Man salaaka

thariiqan yaltamisu fiihi `ilman sahhalallaahu thariiqan ilal jannah

(Barang siapa yang bepergian mencari ilmu, Allah akan memudahkan

baginya jalan ke surga). Allah swt mengangkat orang-orang yang

beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Jadi, bekerja keras

merupakan akhlak yang terpuji.

Tapi, adakalanya kita tidak sampai kepada cita-cita yang kita

inginkan, padahal kita sudah beberapa kali mengulangi pekerjaan itu.

Alias, kita sudah bekerja keras dan maksimal. Misal, Anda ikut testing

Pengawai Negeri Sipil (PNS) hingga tiga kali. Anda pun sudah belajar

secara sungguh-sungguh. Anda sudah mempelajari semua soal-soal

terdahulu serta menelaahnya secara cermat butir demi butir soal, tetapi

Anda tetap tidak lulus. Tentu saja Anda kecewa. Dengan mengikuti

gejolak emosi, mungkin Anda akan mengatakan "testing PNS tidak

objektif", "terlalu banyak peserta yang melakukan KKN", atau kata-kata

apa saja yang menunjukkan kebobrokan testing PNS menurut persepsi

Anda.

Anda tentu boleh saja kecewa. Itu manusiawi. Tapi Anda perlu

mengembalikan semua kegagalan Anda kepada Allah swt dengan jalan

tawakal. Ada pepatah yang sangat bagus: "Kegagalan adalah

keberhasilan yang tertunda". Dan memang, dalam ajaran Islam, semua

yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh tapi gagal, sebenarnya

tidak gagal. Justru Allah swt akan memberikan jalan lain yang lebih baik

dan lebih cocok bagi kita.

Page 263: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

257

Banyak sekali orang yang memaksakan kehendaknya dengan

cara-cara yang haram sekalipun. Benar, untuk tahap awal ia berhasil,

misal berhasil lulus di Fakultas Kedokteran melalui jasa Joki. Tapi

mereka gagal di perguruan tingginya, karena sebenarnya bidang dan

perguruan tinggi yang dipilihnya itu tidak cocok. Karena itulah tawakal

adalah satu sikap yang cerdas dan dewasa, pilihan bagi umat yang

beriman kepada Allah, Hari Akhir, dan beriman kepada qada dan qadar.

3. Cara-cara Bertawakal

Cara-cara di sini bukanlah seperti cara-cara dalam berdoa. Cara-

cara bertawakal lebih berhubungan dengan sikap dasar psikologis kita.

Istilah agamanya, sejauh mana tingkat keimanan kita kepada Allah,

terutama kepada Rukun Iman keenam (beriman kepada qada dan qadar,

yang baik dan yang buruk semuanya dari Allah “untuk keuntungan

orang yang beriman”). Biasanya makna Rukun Iman keenam ini hanya

dipahami sebatas “beriman kepada qada dan qadar, yang baik dan yang

buruk semuanya dari Allah”. Sudah, sampai di sini saja, titik. Padahal

maksud yang “baik” dan yang “buruk” itu adalah yang baik dan buruk

menurut ukuran nafsu. Contoh, dapat uang adalah baik dan hilang uang

adalah buruk, menurut ukuran nafsu. Tapi menurut ukuran Allah, baik

dapat uang ataupun hilang uang, kedua-keduanya baik. Pertanyaannya,

baik bagi siapa? Adalah baik bagi orang-orang yang beriman.

Oleh karena itu adalah beberapa tip agar kita dapat bertawakal

kepada Allah, walau cara-cara ini tetap berat bagi orang-orang yang

tidak mau meningkatkan keimanannya. Tip-tip yang dimaksud adalah:

a. Rencanakan cita-cita. Misal, mengikuti seleksi PNS dengan harapan

lulus dalam seleksi ini.

b. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Dalam kasus mengikuti

seleksi PNS, belajarlah sungguh-sungguh semua soal-soal yang

mungkin diberikan dalam tes seleksi PNS (dengan mempelajari soal-

soal terdahulu).

Page 264: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

258

c. Yakini Rukun Iman keenam, bahwa apa saja yang terjadi bagi diri

kita adalah kebaikan dari Allah.

d. Lebih mendekatlah kepada Allah, dan sampaikanlah permohonan

doa dengan rasa takut dan penuh harap. Bukan takut tidak lulus, tapi

takut jika Allah tidak membukakan pintu hidayah bagi kita, takut

jika Allah tidak memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada kita,

dan takut jika Allah tidak mengampuni dosa-dosa dan kesalahan

kita. Penuh harap pun bukan penuh harap agar lulus seleksi PNS.

Dimaksud penuh harap di sini adalah penuh harap agar Allah

membukakan pintu hidayah-Nya bagi kita, penuh harap agar Allah

memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada kita, dan penuh harap

agar Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kita.

Masalah lulus atau tidak lulus adalah soal lain. Ini persoalan takdir

yang baik dan yang buruk. Kita harus mengimaninya

(menerimanya).

e. Kearifan lokal pesantren, doa khusus untuk memohon hajat-hajat

dunia adalah dengan memperbanyak membaca selawat Nariyah,

biasanya dibaca minimal 11 kali bahkan hingga 75 kali atau tidak

berbilang (sebanyak-banyaknya). Bacaan selawat Nariyah sebagai

berikut:

هى م ص هى ه نا ه ى س ال يا ت ايا ع س ايه ح و ال ج ك ذ ح ي ص م ته انعق ذ و ن ت ح

ب و تقضى ته ان ائج ت نف رج ته انكر ى حسن و ح ا ئة و غ تن ال ته انر

او يست سق ى انغ اتى و ى حثه فى كم ى ت انخ ص هى ا نه و ع ريى و جهه انك

ح ح د و ن عهىو ن ك م ك ن ف س تع ذ .ي

Untuk bacaan “tiga kali” di awal, ketika sampai pada kalimat به

sampaikan hajat-hajat Anda, misal mohon diberi rezeki الحوائج

yang banyak, halal, dan suci. Atau, mohon lulus dalam seleksi

PNS, dan lain-lain hajat-hajat Anda.

Page 265: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

259

f. Siapkan manajemen “gagal”. Maksudnya, setelah Anda berikhtiar

secara maksimal, berdoa dengan sungguh-sungguh ditambah

membaca selawat Nariyah tiap malam, disertai Iman kepada Rukun

Iman keenam, Anda berhitung minimalis (misal, Anda tidak akan

diterima di universitas favorit yang Anda cita-citakan; Anda tidak

akan lulus seleksi PNS; lamaran Anda ditolak, dan lain-lain). Jika

Anda sudah mempersiapkan manajemen “gagal”, seraya ikhtiar dan

doa Anda sangat maksimal (ditambah dengan mengimani Rukun

Iman keenam) maka Anda tidak akan begitu kecewa dengan

kegagalan Anda. Bahkan jika sudah terbiasa dengan cara-cara seperti

ini, Anda sama sekali tidak akan kecewa.

g. Kalau pun ternyata “sukses”, Anda pun jangan terlalu gembira.

Biasa-biasa saja. Anda tetap bersyukur atas sukses yang Anda

terima. Tapi gagal pun Anda tetap bersyukur, karena sukses-gagal

adalah kebaikan dari Allah bagi diri kita yang beriman.

C. Husnu zhan

Husnu zhan merupakan metode penanaman nilai sebagai

kearifan lokal pesantren. Dalam bahasa psikologisnya, berpikir positif,

sebagai lawan dari su`u zhan (berpikir negatif). Kiai bukan hanya

mengajarkan, tapi juga memberikan teladan dalam ber-husnu zhan.

Jika terdengar santri yang membicarakan keburukan orang lain, kiai

pasti menegornya dengan mengatakan, “Jangan membicarakan

keburukan orang lain. Bisa jadi orang yang kamu bicarakan itu malah

lebih baik daripada dirimu.” Kita harus berbaik sangka.

Membicarakan keburukan orang lain di samping dosa, juga tidak ada

manfaatnya sama sekali.

Nilai dasar keharusan ber-husnu zhan terdapat dalam Al-Quran,

sebagaimana berikut:

Page 266: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

260

هم و يا أي ها الاذين آمنوا ل يسخر ق وم من ق وم عسى را من ل نساء أن يكونوا خي

هنا من نساء عسى را من ول ت لمزوا أن فسكم ول ت ناب زوا باأللقاب أن يكنا خي

يمان ئك ىم الظاالمون. لم ي تب فأول ومن بئس السم الفسوق ب عد ال

ول تجساسوا ول منوا اجتنبوا كثيرا من الظان إنا ب عض الظان إثم يا أي ها الاذين آ

أيحب أحدكم أن يأكل لحم أخيو ميتا فكرىتموه ي غتب ب عضكم ب عضا

إنا اللاو ت وااب رحيم وات اقوا اللاو Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-

laki merendahkan kumpulan yang lain. Boleh Jadi yang ditertawakan

itu lebih baik daripada mereka. Jangan pula sekumpulan perempuan

merendahkan kumpulan lainnya. Boleh jadi yang direndahkan itu

lebih baik. Janganlah suka mencela dirimu sendiri[1]. dan jangan

memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk

panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[2]. Barang

siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang

zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa.

Janganlah mencari-cari keburukan orang, dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seseorang di antara kamu

yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang (QS

al-Hujurat: 11-12).

Catatan:

[1] Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela sesama

mukmin karena orang-orang mukmin itu seperti satu tubuh.

Page 267: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

261

[2] Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang

yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman,

dengan panggilan seperti: Hai fasik, hai kafir, dan sebagainya.

Ayat-ayat Al-Quran di atas menegaskan bahwa sebagian

prasangka itu dosa. Maksudnya adalah prasangka yang bersifat su`u

zhan (prasangka buruk). Berarti, sebagian prasangka tidak berdosa,

malah dianjurkan, yakni prasangka yang baik (husnu zhan). Dalam

sebuah hadis qudsi, Allah berprasangka terhadap manusia sesuai

prasangka manusia terhadap Allah. Allah berprasangka sebagaimana

prasangka hamba-Nya. Jika kita berprasangka baik terhadap Allah,

maka Allah pun akan berprasangka baik terhadap kita. Tapi jika kita

berprasangka buruk terhadap Allah, maka Allah pun akan

berprasangka buruk terhadap kita.

Jika kita bersikap positif terhadap takdir yang Allah tetapkan

bagi kita, maka Allah pasti memberikan berbagai kebaikan kepada

kita, baik kebaikan dunia dan terlebih lagi kebaikan akhirat. Tapi jika

kita berprasangka buruk, misal menolak takdir Allah (contohnya

ketika hilang uang atau sakit, kita berkeluh kesah) maka Allah pun

akan berprasangka buruk terhadap kita, misal, dengan menambah

kekesalahan kita atas rasa sakit dan hilangnya uang itu. Tapi jika kita

ber-husnu zhan kepada Allah, maka Allah pun akan memberikan

kebaikan. Misalnya, rasa sakit kita dihilangkan, atau bahkan diganti

dengan sehat wal afiat. Harta yang hilang pun diganti dengan harta

yang lebih baik. Terlebih-lebih di akhirat, karena kita telah ber-husnu

zhan kepada Allah, maka Allah akan memberikan fadhl (karunia) dan

rahmat-Nya kepada kita.

Mengapa orang-orang senang ngerumpi? Pekerjaan ngerumpi

sangat digemari oleh para penganggur dan orang-orang yang malas

bekerja. Ngerumpi memang sangat mudah dilakukan, tidak perlu

menguasai ilmu pengetahuan, malah tidak perlu juga menguasai bahasa

Page 268: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

262

ilmiah. Cukup bahasa sehari-hari, yang anak kecil pun mudah

memahaminya. Obrolan tentang si anu main serong, si dia punya pacar

baru, teman kita kurang asem, tetangga sebelah cerewet sekali, pak anu

streng, bu ini judes, termasuk membicarakan kehidupan para artis adalah

pekerjaan ngerumpi.

Untuk melakukan obrolan demikian tidak perlu kerja keras, seperti

menghapal atau menyelesaikan soal-soal matematika dan fisika, seorang

pemuda dan gadis yang hanya tamat SMP, malah seorang ibu yang tidak

tamat SD pun dapat melakukannya.

Apa sih manfaatnya dari pekerjaan ngerumpi, selain

menyia-nyiakan waktu dan memfitnah orang lain. Padahal, dalam

pAndangan Islam menfitnah itu lebih kejam ketimbang pembunuhan.

Malah dalam Islam, membicarakan sesuatu tentang seseorang yang tidak

disukainya (meng-ghibah) termasuk perbuatan tercela. Dalam ngerumpi

tidak jarang keluar fitnahan dan mengghibah seseorang, atau

berperasangka buruk dan menjelek-jelekan orang lain, yang kesemuanya

itu sangat dikecam oleh Allah swt.

Page 269: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

263

BAB VI

INTERNALISASI PENDIDIKAN NILAI

YANG MENJADI KEARIFAN LOKAL PESANTREN

Metode internalisasi pendidikan nilai di pesantren memiliki

kearifan lokal yang khas. Sekurang-kurangnya ada empat metode

internalisasi pendidikan nilai di pesantren, yakni internalisasi nilai

melalui metode uswah hasanah, internalisasi nilai melalui metode

pembiasaan, internalisasi nilai melalui metode bandungan, dan

internalisasi nilai melalui metode sorogan.

A. Internalisasi Nilai Melalui Metode Uswah Hasanah

Metode pendidikan yang paling besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan pendidikan adalah metode pendidikan uswah hasanah

(keteladanan). Metode uswah hasanah adalah suatu metode

pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada para

peserta didik, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan. Hamba-

hamba Allah yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya telah diberi

kemampuan untuk meneladani para Rasul dalam menjalankan

keberagamaannya.

Misalnya tentang keteladanan, Nabi Muhammad saw, Siti

Aisyah (salah seorang istri Nabi) pernah ditanya tentang pribadi

Rasulullah. Dia menjawab bahwa pribadi Rasulullah adalah al-Quran

(Kaana khuluquhul Quran (Akhlak beliau saw adalah Al-Quran).

Maksudnya, Nabi Muhammad saw itu adalah “Al-Quran yang

berjalan”. Dengan meminjam istilah Ilmu Hadis, bahwa ucapan,

perbuatan, dan taqriir Nabi Muhammad saw adalah (isinya) Al-Quran.

Tidak ada satu kata dan satu perbuatan pun yang bertentangan dengan

Al-Quran. Sebuah Jawaban yang sangat ringkas tetapi pengertiannya

sangat dalam, luas, dan mengagumkan. Ini menunjukkan bahwa

Rasulullah adalah saksi hidup tentang jiwa, hakikat, dan tuntunan Al-

Page 270: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

264

Quran. Implikasinya adalah ada Al-Quran dalam bentuk tulisan. Inilah

Kitab Suci yang biasa dibaca, dipelajari, dan ditafsirkan, khususnya

oleh kalangan ulama. Kitab Al-Quran yang ini (karena bersifat pasif

tergantung cara pAndang orang yang membaca dan mempelajari Al-

Quran) terjadi perbedaan-perbedaan dalam penafsirannya sehingga

menghasilkan perbedaan-perbedaan dalam memahami ajaran Islam.

Lahirnya beragam mazhab dalam teologi dan fikih terjadi adanya

perbedaan cara pAndang terhadap isi Al-Quran. Ada lagi Kitab Al-

Quran yang hidup dan dapat dijadikan teladan, yakni pribadi Nabi

Muhammad saw.

Oleh karena itulah “keteladanan” merupakan metode pendidikan

yang paling utama sebagai kearifan lokal pesantren. Tanpa

keteladanan makan pesantren kehilangan maknanya sebagai benteng

pendidikan Islam.

Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang

diterapkan Rasulullah dan dianggap paling banyak pengaruhnya

terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya. Oleh karena

itu, apabila seorang pendidik mendasarkan metode pendidikannya

kepada keteladanan, maka konsekuensinya ia harus dapat memberikan

teladan (contoh yang baik) kepada para peserta didiknya dengan

berusaha mencontoh dan meneladani Rasulullah Muhammad saw.

Para Ulama dengan mengikuti jejak Rasulullah Muhammad saw

mereka menggunakan metode uswah hasanah dalam mendidik kaum

santrinya .

Uswah artinya teladan, sedangkan hasanah artinya baik. Uswah

hasanah berarti teladan yang baik. Teladan saja sebenarnya sudah

cukup karena mengandung kebaikan yang banyak. Ditambah dengan

kata hasanah (yang baik) maka artinya bisa menjadi “keteladanan

yang sempurna”.

Uswah hasanah ini hanya cocok disAndangkan kepada pribadi

utusan Tuhan (Rasulullah), karena beliau adalah kepercayaan mutlak

Page 271: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

265

Tuhan serta Wakil Tuhan di muka bumi. Dalam QS al-Ahzab ayat 21

disebutkan:

لقد كان لكم ف رسول الل و أسوة حسنة لمن كان ي رجو الل و والي وم الخر وذكر الل و

كثرياSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu terdapat suri

teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap

kembali kepada Allah dan (meyakini) Hari Akhir serta banyak

berzikir.

Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Rasulullah merupakan

suri teladan yang baik. Teladan bagi siapa? Tentu sebagai teladan bagi

orang-orang yang berkehendak berjumpa kembali dengan Tuhan,

meyakini Hari Akhir, dan banyak berzikir, sebagaimana diungkapkan

dalam ayat Al-Quran di atas. Maksudnya, Rasulullah itu tidak

dijadikan teladan oleh setiap manusia. Malah kebanyakan manusia

justru lebih meneladani Iblis dan bala tentaranya dari bangsa setan

(baik setan jin ataupun setan manusia). Kita harus membedakan

dengan jelas “sikap dan perbuatan” orang-orang yang beriman dan

orang-orang yang tidak beriman. “Sikap dan perbuatan” orang-orang

yang beriman adalah “menaati” Allah dan Rasul-Nya, sedangkan

“sikap dan perbuatan” orang-orang yang tidak beriman adalah

mengikuti kehendak “nafsu dan syahwatnya”. Kebanyakan orang

merasa dirinya menaati Allah dan Rasul-Nya, tapi pada kenyataannya

lebih mengikuti/menuruti kehendak “nafsu dan syahwatnya”. Kaum

santri diharapkan meneladani kiainya yang selalu menaati Allah dan

Rasul-Nya.

Hanya segelintir manusia yang menjadikan Rasulullah sebagai

suri teladan, yakni –sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas–

hanyalah orang yang: (1) berkehendak berjumpa kembali dengan

Tuhan, (2) meyakini Hari Akhir, dan (3) banyak berzikir.

Page 272: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

266

Orang yang berkehendak berjumpa dengan Tuhan Yang Asma-

Nya Allah sangat sedikit, karena sangat berat. Kebanyakan orang

sebenarnya hanya berpura-pura ingin kembali kepada Tuhan.

Mengapa berpura-pura? Sama halnya dengan orang yang ingin lulus

ujian dengan hasil yang tinggi tapi tidak pernah sungguh-sungguh

belajar. Siswa semacam ini sebenarnya tidak ingin lulus ujian,

terlebih-lebih ingin memperoleh nilai tinggi. Terlebih-lebih orang

yang berkehendak kembali kepada Tuhan, maka ia haruslah

bersungguh-sungguh dalam beribadah secara benar dan ikhlas; harus

bersungguh-sungguh memerangi nafsunya sendiri, menundukkan

nafsunya sendiri –atau istilah hadisnya, harus melakukan jihad akbar,

kemudian “meyakini” Hari Akhir. Kata-kata “meyakini” berbeda

dengan sekedar “percaya”. Mungkin semua orang “percaya” akan

adanya Hari Akhir, tapi sangat sedikit orang yang “meyakini” Hari

Akhir. Sebagai ilustrasi adalah perumpamaan seorang siswa SMA

kelas tiga, yang mengatakan: “Saya yakin akan lulus masuk ITB, UPI,

UGM, ITS, UI, atau universitas-universitas ternama lainnya. Siswa

yang bagaimana yang dapat mengatakan “yakin” lulus? Tentu

hanyalah diucapkan oleh siswa kelas tiga SMA yang selalu mendapat

nilai tinggi, ikut bimbingan belajar, ikut Try Out dengan mendapatkan

nilai minimal sama dengan persyaratan lulus universitas ternama, dan

ikut ujian masuk universitas ternama itu. Orang yang meyakini Hari

Akhir adalah orang yang yakin memasuki Hari Akhir dengan selamat.

Hari Akhir dimulai dengan kematian. Dengan demikian orang yang

meyakini Hari Akhir adalah orang yang yakin akan mati dengan

selamat (mati secara husnul khaatimah).

Dan terakhir orang yang dapat meneladani Rasulullah itu adalah

orang yang banyak berzikir, yakni orang yang banyak mengingat

Tuhan. Untuk mengingat Tuhan tentu saja harus dimulai dengan

mengenal Tuhan. Sama seperti halnya untuk mengingat ayah dan ibu

maka terlebih dahulu harus sudah mengenal ayah dan ibu. Maka

Page 273: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

267

mengingat-ingat ayah dan ibu akan mudah. Orang yang banyak

mengingat Allah termasuk ulul albaab (QS Ali „Imran ayat 190-191).

Pertanyaannya, kalau ada orang yang sudah memenuhi ketiga

persyaratan (berkehendak berjumpa dengan Tuhan, meyakini Hari

Akhir, dan banyak berzikir) apakah orang itu dapat meneladani

Rasulullah –jika yang dimaksud Rasulullah itu adalah Nabi

Muhammad? Pertanyaan lebih konkretnya, dapatkah meneladani

orang yang sudah meninggal dunia, karena Nabi Muhammad saw

sudah meninggal dunia lebih dari 1.400 tahun yang lalu? Adapun bagi

orang yang mempercayai adanya pelanjut kenabian, yakni

mempercayai adanya ulama pewaris Nabi tidaklah terlalu masalah,

karena mereka bisa meneladani ulama pewaris Nabi yang ada di

tengah-tengah umat. Bagaimana halnya jika meneladani orang yang

sudah meninggal dunia, karena tidak bisa dilihat dengan mata kepala.

Yang bisa hanyalah mempelajari sebagian-sebagian perilakunya

melalui tulisan-tulisan.

Untuk menJawab permasalahan inilah maka makna uswah

hasanah perlu lebih diperlonggar dengan meneladani “sebagian”

perilaku baiknya. Tulisan ini lebih bermaksud memaknai uswah

hasanah sebagai meneladani sebagian perilaku baik yang dapat

dijelaskan melalui untaian kata-kata yang dikutip dari tulisan-tulisan.

Tentu saja yang dimaksud tulisan di sini terutama Kitab Al-Quran

yang mengisahkan kehidupan para nabi dan rasul.

Menurut An-Nahlawi, pada dasarnya manusia cenderung

memerlukan sosok teladan dan panutan yang mampu mengarahkan

manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan

dinamis. Di antara tipe-tipe peneladanan yang terpenting adalah

pengaruh yang disengaja dan tidak disengaja.

Pengaruh yang tersirat dari sebuah keteladanan akan

menentukan sejauhmana seseorang memiliki sifat yang mampu

mendorong orang lain untuk meniru dirinya, baik dalam keunggulan

Page 274: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

268

ilmu pengetahuan, kepemimpinan, atau ketulusan. Dalam kondisi

yang demikian, pengaruh keteladanan itu terjadi secara spontan dan

tidak disengaja. Ini berarti bahwa setiap orang yang ingin dijadikan

panutan oleh orang lain harus senantiasa mengontrol perilakunya.

Semakin dia waspada dan tulus, semakin bertambahlah kekaguman

orang kepadanya.

Kadang kata peneladanan diupayakan secara sengaja. Misalnya,

seorang pendidik menyampaikan model bacaan yang diikuti oleh

anak. Seorang imam membaguskan shalatnya untuk mengajarkan

shalat yang sempurna (An-Nahlawi, 1989).

Menurut Daradjat (1971), orang tua (tentunya termasuk para

ustad, terlebih-lebih kiai) hendaknya menjadi contoh yang baik dalam

segala aspek kehidupan bagi si anak, karena pada dasarnya manusia

sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan panutan yang

mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus

menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan

syariat Allah. Itu akan terjadi pada anak yang akan meniru kebiasaan

dari orang tuanya (dan orang dewasa lainnya, terutama para

pendidiknya) yang memberikan keteladanan.

Kiai di pesantren pun sering juga menggunakan metode

pendidikan keteladanan ini dengan menampilkan kisah teladan para

nabi dan orang-orang saleh. Kisah keteladanan yang sempat terekam

dalam pendidikan di pondok pesantren adalah keteladanan Nabi

Sulaiman a.s. dan keteladanan waliyullah Syekh Abdul Qadir Jailani.

Tentu, kalau kita lebih lama lagi tinggal di pesantren, kita akan

memperoleh sejumlah kisah teladan para nabi dan orang-orang saleh.

Nabi Sulaiman cukup dikenal di kalangan kaum muslimin,

terlebih lagi di kalangan santri. Nabi Sulaiman adalah seorang nabi

sekaligus rasul yang menjadi raja, berilmu tinggi, dan kaya-raya. Tapi

Nabi Sulaiman bersikap tawadhu‟ (rendah hati), tidak sombong

(takabur), dan tidak ujub (bangga diri). Nilai-nilai utama inilah yang

Page 275: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

269

diteladankan kepada para santri. Sebagai seorang raja, Nabi Sulaiman

bukan sekedar menjadi raja dari bangsa-bangsa di dunia, malah

bangsa Jin pun tunduk di bawah kendali Nabi Sulaiman. Bangsa jin

dipekerjakan oleh Nabi Sulaiman sesuai kehendaknya atas izin dan

perintah Allah, bukan atas kehendak nafsu dan syahwatnya. Kaum

Saba` yang dipimpin oleh seorang ratu yang sangat sombong, karena

merasa memiliki kerajaan yang besar dan makmur (Ratu Bilqis),

ternyata tunduk di bawah kekuasaan Nabi Sulaiman. Malah burung-

burung pun dijadikan tentara oleh Nabi Sulaiman. Itulah kekuasaan

yang terbesar yang belum pernah dimiliki oleh seorang penguasa pun

sebelumnya juga sesudahnya.

Dalam segi ilmu, Nabi Sulaiman menguasai juga ilmu

berkomunikasi dengan binatang. Nabi Sulaiman bisa berbicara dengan

burung-burung, juga bisa berbicara dengan semut-semut. Malah

burung-burung pun tunduk di bawah perintah Nabi Sulaiman.

Keberadaan Kerajaan Saba` yang dipimpin oleh Ratu Bilqis pun

diberitahukan oleh burung Hud-hud.

Dari segi kekayaan, Nabi Sulaiman menguasai seprah harta

dunia. Hingga sekarang harta itu disimpan di suatu tempat yang

dirahasiakan. Gunanya untuk menjamin kesejahteraan hidup di zaman

keemasan Islam, yang disebut-sebut orang sebagai zaman Mahdi.

Hanya Imam Mahdi-lah yang bisa membuka harta kekayaan yang

disimpan oleh Nabi Sulaiman itu.

Walau demikian (raja, berilmu tinggi, paling kaya sedunia) tapi

Nabi Sulaiman tidak sombong, tidak ujub (bangga dengan dirinya),

malah beliau tawadhu (rendah hati). Jika dibandingkan dengan orang

terkaya di zaman sekarang, orang terkaya itu hanyalah sedikit dari

harta yang dikuasai oleh Nabi Sulaiman. Perbedaan yang sangat

mencolok, orang-orang kaya di zaman sekarang (sebagaimana orang-

orang yang kaya di zaman dulu), mereka sombong-sombong dan

cenderung merendahkan orang yang miskin dan tidak kaya. Demikian

Page 276: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

270

juga orang-orang yang berilmu di zaman sekarang (sebagaimana

orang-orang yang berilmu di zaman dulu), mereka cenderung

sombong-sombong dan merendahkan orang-orang yang bodoh dan

tidak berilmu. Para raja (para penguasa) pun cenderung sombong-

sombong. Padahal Nabi Sulaiman mencakup raja, berilmu tinggi, dan

kaya-raya, tapi beliau tidak sombong, beliau tidak ujub, dan malah

beliau rendah hati. Ke-tawadhu-an Nabi Sulaiman tentunya

diharapkan menjadi contoh teladan kaum santri dan seluruh komunitas

pesantren.

Kisah Syekh Abdul Qodir Jailani sering dijadikan kisah

keteladanan dalam kejujuran. Pesantren sering menekankan betapa

pentingnya para santri memiliki karakter jujur.

Tindakan jujur memang sangat berat karena menyangkut bidang

kehidupan yang sangat luas. Pertaruhan jujur atau tidak jujur adalah

agama, apakah mau memilih Allah dan Rasul-Nya (berbuat jujur)

ataukah memilih dunia (berkata dusta, ingkar janji, dan khianat)

dengan resiko berhadapan dengan azab Allah di akhirat? Allah swt

dalam Al-Quran berfirman:

ى ل و ع ل و ول اء ل د ه ط ش س ق ال ي ب و ام وا ق ون وا ك ن ين آم ا ال ذ ي ه ا أ ي

و و ال م أ ك س ف ن ي أ رب ن واألق ي د ل الل و ا ريا ف ق و ف يا أ ن ن غ ك ن ي إ

ول ا أ وى بم وا ال ع ت ب ل ت وا ف ل د ع ن ت و أ ووا أ ل ن ت وإ

ريا ب ون خ ل م ع ا ت ان ب ن الل و ك إ وا ف رض ع تWahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-

benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun

terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kerabatmu. Jika ia kaya

atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya; maka

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari

Page 277: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

271

kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan

menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui

segala apa yang kamu kerjakan (QS an-Nisa: 135).

Ayat di atas memerintah orang-orang beriman untuk menjadi

orang yang benar-benar sebagai penegak keadilan dan menjadi saksi

yang jujur. Menjadi penegak keadilan berarti dirinya sendiri harus adil

kepada orang lain ataupun kepada diri sendiri. Berbuat adil kepada

orang lain, walaupun sangat berat, tapi lebih mudah dibandingkan

dengan berbuat adil kepada diri sendiri. Adil adalah menempatkan

sesuatu pada tempatnya. Lawan adil adalah zalim, artinya

menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Berbuat adil kepada

orang lain, misal kita seorang pimpinan perguruan tinggi yang

mengurusi beasiswa bagi para mahasiswa yang kurang mampu. Jika

pimpinan itu benar-benar memberikan beasiswa kepada para

mahasiswa yang kurang mampu, berarti dia telah berbuat adil. Adil

terhadap diri sendiri jauh lebih berat. Kita sebagai manusia memiliki

beberapa unsur. Misal, unsur hati memiliki tugas untuk “mengingat-

ingat” Allah. Jika hati kita digunakan untuk “mengingat-ingat” Allah

berarti kita sudah berbuat adil kepada diri sendiri. Tapi jika hati kita

digunakan untuk mengingat-ingat selain Allah (misal, mengingat-

ingat harta dunia) berarti diri kita telah berbuat zalim. Contoh lainnya,

unsur rasa. Unsur ini ditugaskan oleh Allah untuk merasa-rasakan

senangnya dengan Tuhan. Jika Tuhan memberi kita rezeki atau pun

menghilangkan rezeki dari diri kita, orang yang memfungsikan

rasanya akan senang dengan Tuhan. Diberi rezeki senang karena dapat

menambah ibadah dan amal sosial. Dihilangkan rizki juga senang

karena jika kita bersabar akan memperoleh pahala yang besar. Tapi

nyatanya unsur rasa ini sering digunakan untuk merasa-rasakan

kesenangan duniawi. Di sinilah letak beratnya berbuat adil terhadap

diri sendiri.

Page 278: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

272

Kemudian dalam hadis dikemukakan:

الصدق ي هدي إلى البر وإنا البرا ي هدي إلى الجناة وما ي زال عليكم بالصدق فإنا

يقا وإيااكم والكذب الراجل يصدق وي تحراى الصدق حتاى يكتب عند اللاو صد

ر ي هدي إلى الناار وما ي زال الراجل فإنا الكذب ي هدي إلى الفجور وإنا الفجو

ابا يكذب وي تحراى الكذب حتاى يكتب عند اللاو كذاSenantiasalah kalian berbuat jujur, karena jujur itu membawa kepada

kebajikan, sedangkan kebajikan membawanya ke surga. Tidaklah

seseorang berbuat jujur dan dia selalu berusaha untuk berbuat jujur,

hingga dia ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan

jauhilah berdusta karena dusta itu membawa kepada kemaksiatan,

sedangkan kemaksiatan membawanya ke neraka. Tidaklah seseorang

berdusta dan selalu berusaha untuk berdusta, hingga dia ditulis di sisi

Allah sebagai seorang pendusta. (HR al-Bukhari dan Muslim.

Hadis ini menekankan keharusan kita berhati-hati jangan sampai

kita berusaha untuk berdusta, karena akan divonis oleh Allah sebagai

pendusta. Jika sudah divonis begini, na`uudzu billaahi min dzaalik,

maka nerakalah tempat kembali bagi seorang pendusta. Tapi jika

selalu berusaha untuk berbuat jujur, maka Allah akan memvonis diri

kita sebagai orang jujur. Jika Allah sudah memvonis begini (sebagai

orang jujur) pada diri kita, maka surgalah tempat kembali bagi kita.

Mudah-mudahan, amin.

Kembali ke kisah Syekh Abdul Qodir Jailani. Kisah teladan

yang akan dipaparkan di sini adalah Abdul Qodir Jailani kecil. Ia

berkeinginan kuat untuk belajar mencari ilmu di luar kota

kelahirannya. Oleh ibunya (karena ia sebagai anak yatim) dibekali

uang yang dijaitkan di ketiak bajunya. Maksudnya agar para

perampok tidak mengetahui kalau Abdul Qodir Jailani kecil membawa

Page 279: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

273

uang. Ia pun hanya membawa uang-uang kecil di saku terbukanya

untuk kepentingan belanja makanan-minuman di perjalanan. Tapi

ibunya mengingatkan agar Abdul Qodir berlaku jujur, jangan sampai

berdusta.

Di tengah jalan Abdul Qodir dicegat oleh kawanan perampok.

Setelah diperiksanya para perampok itu menyimpulkan bahwa Abdul

Qodir tidak membawa uang, selain uang recehan di sakunya.

Perampok itu bertanya, kok berani-beraninya kamu belajar di tempat

jauh tanpa berbekal uang yang cukup! Abdul Qodir menJawab bahwa

ia membawa uang yang cukup. Di mana uang itu kamu simpan?

Tanya para perampok. Jawab Abdul Qodir, uang ini oleh ibu dijahit

dalam ketiak baju (sambil ditunjukkannya tempat penyimpanan uang

itu). Para perampok heran, bagaimana di zaman ketidakjujuran ini ada

anak yang jujur. Mereka akhirnya membawa Abdul Qodir kepada

pimpinan perampok. Pimpinan dan para perampok ini menjadi

terharu. Mereka ingin bertobat dan belajar agama secara sungguh-

sungguh. Akhirnya para perampok itu mengikuti Abdul Qodir untuk

bertobat dan belajar ilmu agama.

Jadi, metode keteladanan di pondok pesantren ada dua cara.

Pertama, kiai memberikan teladan kepada para ustad dan para

santrinya, dan para ustad pun memberikan teladan kepada para

santrinya; dan kedua, kiai dan para ustad memberikan kisah-kisah

teladan para nabi dan orang-orang saleh.

B. Implementasi Pendidikan Nilai Melalui Metode Pembiasaan

“Pembiasaan” merupakan implementasi pendidikan nilai yang

juga paling menonjol sebagai kearifan lokal pesantren. Melalui

“pembiasaan” ini para santri dibiasakan untuk mengerjakan perbuatan-

perbuatan yang baik sesuai syariat Islam. Ibadah shalat lima waktu,

misalnya, saja selalu dibiasaan secara berjamaah. Malah waktu-waktu

belajar pun mengikuti perputaran waktu shalat yang lima waktu ini.

Page 280: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

274

Para santri biasanya belajar di sekitar waktu-waktu shalat: ba`da

Zuhur, ba`da Asar, ba`da Magrib, ba`da `Isya, dan ba`da shubuh.

Maksud tersiratnya supaya belajar mencari ilmu itu tidak ditujukan

untuk kepentingan dunia melainkan untuk kepentingan akhirat.

Bandingkan dengan waktu-waktu belajar di sekolah yang hanya

mengenal pagi atau siang.

Secara kebahasaan, “pembiasaan” berasal dari kata dasar “biasa”

yang berarti sebagai sediakala, sebagai yang sudah-sudah, tidak

menyalahi adat, atau tidak aneh (Poerwadarminta, 2007). Dengan

adanya awalan “pe” dan akhiran “an” menunjukkan suatu “proses”.

Jadi, “pembiasaan” adalah “proses” membuat sesuatu atau seseorang

menjadi biasa atau terbiasa.

Beberapa definisi tentang kebiasaan sebagai berikut:

o Kebiasaan adalah perbuatan yang melekat dalam diri dan sulit

untuk ditinggalkan. Sebagai contoh, merokok adalah suatu

kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah merupakan

suatu kesenangan bahkan kadang-kadang menimbulkan pusing.

Tapi karena perbuatan tersebut diulang dan terus diulang akhirnya

menjadi kebiasaan yang menyenangkan. (Ya`kub, 1991).

o Kebiasaan yaitu suatu perbuatan yang menjadi rutinitas atau

berkelanjutan keberadaannya dikarenakan sering dilakukan secara

berulang-ulang (Asyafah, 2011).

o Metode pembiasaan (dalam pendidikan agama Islam) adalah suatu

cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik

berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran

agama Islam. (Armai, 2002)

Jadi, secara istilahi, maksud “pembiasaan” dalam dunia

pendidikan adalah “proses” membiasakan perilaku atau akhlak yang

baik. Adapun di dunia pesantren “proses” pembiasaan ini mencakup

pembiasaan menjalankan ibadah-ibadah mahdhah, pembiasaan

menghormati kitab kuning dan ulama penyusun kitab itu, pembiasaan

Page 281: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

275

belajar secara sungguh-sungguh dengan niat lillaahi ta`aala,

pembiasaan hidup mandiri, dan pembiasaan hidup dengan memilih

pola hidup sederhana.

Secara teoretis, kebiasaan merupakan pola perilaku yang relatif

tetap (berulang-ulang), otomatis, dan tidak disadari. Setiap datang

waktu shalat para santri keluar dari pondokan memasuki masjid untuk

mendirikan shalat dan belajar. Hal ini dilakukan secara terus-menerus

(setiap datang waktu shalat) dan terjadi secara otomatis. Mereka tanpa

sadar begitu datang waktu shalat terus pergi ke masjid. Tapi perbuatan

shalat dan mengajinya disadari dengan penuh kesadaran yang sesadar-

sadarnya.

Para santri dibiasakan dan menjadi terbiasa setiap datang waktu

shalat mereka berbondong-bondong pergi ke masjid pesantren.

Kemudian mereka mengaji dengan metode bandungan atau sorogan.

Setelah shalat mereka berzikir dan membaca wiridan dengan pimpinan

imam shalat. Selesai wiridan mereka langsung mengaji kitab kuning

sesuai tingkat individualitas masing-masing. Tingkat individualitas

yang dimaksud adalah bab atau halaman yang dipelajari oleh masing-

masing santri.

Dalam mempelajari ilmu agama para santri selalu diingatkan

oleh kiai agar mereka mencari ilmu dengan niat lillahi ta`aala.

Berbeda dengan di sekolah, yang lebih ditekankan untuk lulus ujian,

meraih nilai tinggi dalam ujian, kemudian memperoleh pekerjaan

yang baik setelah lulus dari sekolah atau perguruan tinggi. Para kiai

menyadarkan para santri bahwa masalah rezeki adalah urusan Allah.

Jika para santri benar-benar berorientasi akhirat, maka Allah akan

mencukupkan bekal kehidupan di dunia. Kiai sering mengungkap ayat

Al-Quran berikut ini:

Page 282: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

276

ومن ي ت ق الل و يعل لو مرجا وي رزقو من حيث ل يتسب ومن ي ت وك ل على الل و ف هو

لكل شيء قدرا ه قد جعل الل و حسبو إن الل و بالغ أمر Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan

baginya jalan keluar; dan memberinya rezeki dari arah yang tiada

disangka-sangkanya; dan barangsiapa yang bertawakal kepada

Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.

Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap

sesuatu. (QS ath-Thalaq: 2-3).

Boleh Anda saksikan, setiap kali diadakan pendaftaran PNS,

maka lulusan sekolah berbondong-bondong mendaftar menjadi calon

peserta seleksi PNS. Angka perbandingan antara yang mendaftar

dengan mereka yang akan diterima sering kali sangat menganga, 30 :

1 bahkan 100 : 1. Boleh Anda selidiki, tidak ada seorang pendaftar

pun dari kalangan santri (kecuali santri yang memiliki ijazah). Jadi,

santri yang benar-benar santri adalah mereka yang tidak tertarik untuk

mencari pekerjaan duniawi dengan pesantrennya. Mereka memang

dididik untuk hidup mandiri. Di sini kiai memberikan teladan bahwa

dirinya memang bukan seorang pegawai, baik PNS ataupun pegawai

swasta. Para ustad santri senior pun memberikan keteladanan dalam

kemandirian hidup. Mereka membiasakan para santri untuk hidup

mandiri.

Kemudian para santri pun dibiasakan menjalani kehidupan

dengan pola hidup sederhana. Pola hidup ini (pola hidup sederhana)

dibiasakan di pesantren mulai dari pola makan dengan memilih

makanan yang murah (tapi tetap higienis), dibiasakan berpakaian dari

bahan/kain yang murah, dan kehidupan di pondok (tempat menginap

para santri) juga dibiasakan pola hidup sederhana. Kiai dan

Page 283: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

277

keluarganya menampilkan diri dengan kebiasaan pola hidup

sederhana. Walau punya uang yang berkecukupan, tapi kiai

membangun rumah yang sederhana dan berkendaraan dengan

kendaraan kelas ekonomi. Biaya pendidikan di pesantren pun murah,

jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya di sekolah-sekolah yang

murah. Dalam bahasa pesantren, pendidikan yang murah itu berkah.

Argumen pembiasaan nilai-nilai keteladanan dan pembiasaan ini

didasarkan pada Al-Quran, antara lain QS ash-Shaff ayat 2-3:

كب ر مقتا عند الاو أن ت قولوا ما ل - يا أي ها الاذين آمنوا لم ت قولون ما ل ت فعلون

ت فعلون

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah

bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS ash-

Shaff:2-3)

Sebagai benteng pertahanan ilmu agama, pesantren berusaha

membiasakan segala peribadatan dan amal-amal Islam. Berbagai

shalat sunat dibiasakan di pesantren. Puasa-puasa sunat dibiasakan di

pesantren. Dan segala amal yang tidak dilakukan di luar pesantren itu

dibiasakan di pesantren.

Pentingnya pembiasaan ini didasarkan pula kepada sebuah hadis

riwayat Ahmad tentang pendidikan shalat bagi anak:

صهى للا عه سهم لة نسبع سىه : مرا قال رسل للا أبىاءكم بانص

ىم فى انمضاجع قا ب فر ا نعشر سىه اضربم عه )راي أدمد(

Rasulullah saw. berkata: “Suruhlah anakmu mendirikan shalat ketika

berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya

ketika ia berumur sepuluh tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat

tidur mereka.” (HR Ahmad)

Page 284: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

278

Dari segi hukum, anak yang berusia tujuh tahun belum

termasuk mukalaf (Hasbullah, 1383 H). Apa maksud Rasulullah

memerintahkan anak-anak diajari shalat, padahal belum diwajibkan

untuk mendirikan shalat? Maksudnya adalah untuk membiasakan

anak-anak shalat agar setelah mereka mencapai mukalaf (dewasa)

nanti anak-anak sudah terbiasa melakukannya sehingga terasa ringan.

Ingat pepatah “Alah bisa karena biasa”, yang berarti segala kesukaran

dan sebagainya tidak lagi terasa sesudah terbiasa (Salim, 1991).

Maksud peribahasa ini adalah pekerjaan yang pada awalnya sulit dan

memberatkan akan terasa mudah dan ringan apabila sudah dikerjakan

berulang kali sehingga menjadi kebiasaan.

Ada baiknya juga di sini dikemukakan pembiasaan beribadat

dan berzikir bagi para korban narkotika dan zat-zat adiktif di Pondok

Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Hasil riset di Pondok Inabah VII

menunjukkan bahwa dengan pembiasaan ibadah dan zikir ini ternyata

kebanyakan korban narkoba sembuh dan menjadi orang yang taat

beragama.

Inabah VII yang terletak di kampung Rawa, Rajapolah Kab.

Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat merupakan projek dampingan

Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM). Inabah VII

merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam rehabilitasi

korban NAPZA. Semenjak didirikan tahun 1983 atas inisiatif KH A.

Shohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom) sesepuh pondok pesantren

Suryalaya Tasikmalaya sekaligus mursyid tarekat Qodiriyah

Naqsyabandiyah, Inabah VII telah mengembalikan kurang lebih 3.830

santri anak binaan. Inabah bermakna kembali ke jalan yang benar.

Dalam arti, seseorang kembali dan berhijrah ke jalan yang seharusnya

dengan cara melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang

mengakibatkan lupa terhadap Allah.

Page 285: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

279

Biasanya santri memulai kegiatan dengan mandi malam atau

yang dikenal dengan mandi tobat; shalat tahajud, tashbih, witir, shalat

sunat qabla subuh, sunat li-daf‟il bala‟i, shalat subuh, shalat sunat

israq, sunat istiadah, dhuha, qabla zhuhr, zhuhur, qabla ashar, ashar,

qabla maghrib, maghrib, sunat awwabin, taubat, birrul walidayni,

lihifdzil iman, lisyukrin nikmat, qabla isya, isya, ba‟da isya, syukur,

sunat mutlaq; istikharah dan hajat. Usai salat, biasanya disertai dengan

zikir.

Berikut adalah kurikulum Inabah:

TABEL 6.1

PEMBIASAAN SHALAT DAN ZIKIR DI PONDOK INABAH

Waktu/Jam Jenis ibadah Rakaat

09.00 Shalat Dhuha

Zikir

8 Rakaat/4 Salam

1 jam

12.00 Shalat sunat qabla zhuhur

Shalat dzuhur

Shalat sunat ba‟da zhuhur

Zikir

Shalat sunat qabla ashar

2 takaat

4 rakaat

2 rakaat

1 jam

2 rakaat

15.00 Shalat sunat li daf‟il bala

Shalat Ashar

Zikir dan khataman

Shalat sunat qabla magrib

Shalat Magrib

Zikir dan khataman

2 takaat

4 rakaat

1,5 jam

2 rakaat

3 rakaat

1,5 jam

18.00 Shalat sunat ba‟da Magrib

Shalat sunat awwabin

Shalat sunat taubat

Shalat sunat birrul walidain

2 rakaat

6 rakaat

2 rakaat

2 rakaat

Page 286: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

280

Shalat sunat li syukrin ni‟mat

Shalat sunat qabla Isya

2 rakaat

2 rakaat

19.00 Shalat sunat mutlak

Shalat sunat istikharah

Shalat sunat hajat

Zikir

2 rakaat

2 rakaat

2 rakaat

1 jam

02.00 Mandi taubat

Shalat sunat tahajud

Shalat sunat tasbih

Shalat sunat witir

Zikir sampai menjelang subuh

12 rakaat

4 rakaat

3 rakaat

3 rakaat

Sumber: Praja Dkk (2007)

Secara umum 90 persen kegiatan di Inabah VII adalah berpusat

pada shalat dan zikir. Kegiatan lainnya yang sering dilakukan secara

rutin adalah olahraga. Meskipun terapi tersebut berkesan ala kadarnya

dan lebih pada pembinaan religiusitas santri, banyak santri yang telah

dinyatakan sembuh dan kembali kepada orang tua mereka.

C. Implementasi Nilai Melalui Metode Bandungan

Kitab kuning (kitab-kitab klasik) merupakan salah satu elemen

pesantren, di samping empat elemen lainnya: kiai, santri, masjid, dan

pondok (asrama santri). Pengajaran kitab kuning diberikan sebagai

upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik

calon-calon ulama yang setia terhadap paham Islam tradisional.

Karena itu kitab-kitab Islam klasik merupakan bagian integral dari

nilai dan paham pesantren yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Dalam https://id.wikipedia.org diungkapkan, bahwa penyebutan

kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren lebih populer dengan

Page 287: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

281

sebutan “kitab kuning”, tetapi asal usul istilah ini belum diketahui

secara pasti. Mungkin penyebutan istilah tersebut guna membatasi

dengan tahun karangan atau disebabkan warna kertas dari kitab

tersebut berwarna kuning. Tetapi argumentasi ini kurang tepat sebab

pada saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak dicetak dengan

kertas putih.

Pengajaran kitab-kitab kuning oleh pengasuh pondok (kiai) atau

ustadz biasanya dengan menggunakan sistem bandungan dan sorogan

(mungkin juga ada sistem-sistem lainnya). Adapun kitab-kitab kuning

yang diajarkan di pesantren menurut Dhofir (1982) dapat digolongkan

ke dalam 8 kelompok, yaitu:

(1) Nahwu (syntax) dan sharaf (morfologi),

(2) Fikih (hukum),

(3) Ushul Fikih (yurispundensi),

(4) Hadis,

(5) Tafsir,

(6) Tauhid (teologi),

(7) Tasawuf dan etika,

(8) Cabang-cabang lain seperti tarikh (sejarah) dan balaghah.

Kitab-kitab kuning adalah kepustakaan dan pegangan para kiai

di pesantren. Keberadaannya tidaklah dapat dipisahkan dengan kiai di

pesantren. Kitab-kitab Islam klasik merupakan modifikasi nilai-nilai

ajaran Islam, sedangkan kiai merupakan personifikasi dari nilai-nilai

itu. (https://id.wikipedia.org).

Sehubungan dengan hal ini, Munif (https://id.wikipedia.org)

mengatakan bahwa ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab kuning

tetap merupakan pedoman hidup dan kehidupan yang sah dan relevan.

Sah artinya ajaran itu diyakini bersumber pada kitab Allah Al-Quran

dan sunnah Rasulullah (Al-Hadis), dan relevan. Artinya ajaran-ajaran

itu masih tetap cocok dan berguna kini atau nanti. Dengan demikian,

pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan hal utama di pesantren

Page 288: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

282

guna mencetak alumnus yang menguasai pengetahuan tentang Islam

bahkan diharapkan di antaranya dapat menjadi kiai.

Secara umum, pengajaran ilmu agama di pesantren terdiri dari

dua metode. Pertama, kiai mengajarkan kitab kuning kepada para

santri secara klasikal. Inilah yang dikenal dengan metode bandungan.

Dan kedua, para santri secara individual mempelajari bab dan halaman

dari suatu kitab. Kemudian setelah santri itu merasa menguasainya ia

mendatangi kiai (bagi santri senior) atau ustad/santri senior (bagi

santri yunior) untuk dicek apakah ia telah benar-benar menguasai atau

belum.

Kembali ke pembahasan tentang metode “bandungan”. Metode

ini merupakan metode pengajaran khas pesantren di mana para santri

“menyimak” pengajaran kitab kuning secara klasikal dari kiai. Kiai

membedah suatu kitab, biasanya dimulai dengan mengirim hadiah

Fatihah kepada penulis kitab. Kemudian membedah isi kitab. Dalam

membedah isi kitab ini, kiai memulainya dengan membacakan kalimat

demi kalimat. Kemudian membedahnya dari segi bahasa Arab

(terutama nahwu dan sharaf), lalu menerjemahkannya kalimat demi

kalimat. Para santri biasanya menuliskan kajian nahwu dan sharaf di

bawah kalimat-kalimat dari kitab yang dikajinya itu. Setelah itu kiai

menjelaskan arti dan makna dari kalimat-kalimat yang dikajinya. Dan

terakhir kiai menjelaskan makna keseluruhan dari satu paragraf (satu

term) dari kitab yang dikajinya itu.

Pembelajaran nilai dari pembelajaran metode “bandungan” ini

sebagai berikut:

1. Kiai dan pesantren tempat belajar para santri memiliki karisma

tersendiri. Maksudnya, para santri memasuki sebuah pesantren

karena karisma kiai dan pesantrennya. Karisma ini untuk

selanjutnya merupakan modal utama kesiapan para santri untuk

belajar ilmu agama di bawah bimbingan kiai tersebut. Para santri

sudah memiliki kesiapan untuk belajar ilmu agama di

Page 289: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

283

pesantrennya, bagaimana pun cara belajarnya dan kitab apa pun

yang dikajinya.

2. Kitab yang akan dijadikan bahan bandungan disadari oleh para

santri sebagai kitab “babon” atau kitab induk untuk menguasai

tahapan-tahapan ilmu agama. Karena merupakan kitab “babon”

maka para santri merasa perlu untuk menguasai kitab ini dengan

sempurna.

3. Melalui hadiah Fatihah, para santri dihubungkan dengan ulama

penulis kitab, walau ulama itu telah meninggal dunia ratusan tahun

silam. Dengan mengirim hadiah Fatihah kepada ulama penulis

kitab para santri disadarkan untuk: (a) memuliakan ulama penulis

kitab, (b) menghormati isi kitab, dan (c) memuliakan ilmu agama.

Kiai menyadarkan para santri bahwa ulama penulis kitab itu

adalah ulama yang kredibel, ahli ibadah, saleh, jujur, cerdas, dan

penegak agama Allah. Kiai pun menyadarkan para santri bahwa isi

kitab yang dikajinya itu telah benar-benar sesuai dengan

Kitabullah dan Sunnah Rasul serta disaring dari segala bidah dan

khurafat. Kemudian kiai pun menyadarkan para santri bahwa

dengan mengkaji kitab yang dipelajarinya itu secara langsung

ataupun tidak langsung para santri itu telah memelihara ilmu

agama.

4. Melalui kajian perparagraf atau pertema/sub-tema dari kitab yang

dikajinya itu para santri disadarkan bahwa mempelajari ilmu

agama harus dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan

tergesa-gesa ingin menyelesaikan satu kitab (padahal belum

menguasai dengan benar dan sempurna). Karena sumber referensi

agama Islam (Al-Quran, Hadis, dan kitab-kitab karya ulama

klasik) berbahasa Arab, maka penguasaan akan gramatika

(khususnya nahwu dan sharaf) mutlak diperlukan. Sejak awal para

santri sudah diperkenalkan dengan kajian kitab-kitab berbahasa

Arab. Kemudian setahap demi setahap para santri dibimbing untuk

Page 290: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

284

dapat menerjemahkan kata demi kata dan kalimat demi kalimat.

Dengan cara seperti ini para santri diharapkan memiliki

keterampilan dan kepekaan untuk memahami kitab-kitab

berbahasa Arab dari kitab-kitab klasik. Selanjutnya, dengan

semakin bertambah lamanya belajar di pesantren, para santri dapat

memahami kitab-kitab klasik.

5. Melalui metode belajar sistem bandungan ini para santri bukan

hanya belajar dalam pengertian mencari ilmu secara syariat

(ikhtiar belajar), tapi juga untuk memperoleh berkah kiai (ikhtiar

hakikat). Terlebih-lebih para ustad dan santri senior menunjukkan

penghormatan yang tinggi terhadap kiai, sehingga santri yunior

yang sejak sebelum masuk pesantren telah memiliki citra demikian

semakin diperkuat oleh hubungan kiai dengan ustad/santri senior

itu.

D. Implementasi Nilai Melalui Metode Sorogan

Metode sorogan merupakan metode lainnya dari pengajaran

khas pesantren. Dengan metode ini para santri secara individual

mempelajari secara mandiri kitab yang telah ditetapkan oleh kiai.

Dalam mempelajari isi kitab, para santri memulainya dengan

membaca kalimat demi kalimat. Kemudian membedahnya dari segi

bahasa Arab (terutama nahwu dan sharaf), lalu menerjemahkannya

satu demi satu kalimat. Setelah dirinya merasa telah menguasai suatu

penggalan bab/tema (biasanya ditentukan waktunya oleh kiai/ustad),

para santri kemudian mendatangi kiai/ustad untuk melaporkan

kemajuan belajarnya. Para ustad/ santri senior melaporkan kemajuan

belajarnya kepada Kiai, sedangkan santri yunior melaporkan

kemajuan belajarnya kepada ustad/santri senior.

Pembelajaran nilai dari pembelajaran metode “sorogan” ini

sebagai berikut:

Page 291: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

285

1. Sama dengan nilai dari sistem atau metode bandungan, dalam

sistem atau metode sorogan ini kiai dan pesantren tempat belajar

para santri memiliki karisma tersendiri. Maksudnya, para santri

memasuki sebuah pesantren karena karisma kiai dan pesantrennya.

Karisma ini untuk selanjutnya merupakan modal utama kesiapan

para santri untuk belajar ilmu agama di bawah bimbingan kiai

tersebut. Para santri sudah memiliki kesiapan untuk belajar ilmu

agama di pesantrennya, bagaimana pun cara belajarnya dan kitab

apa pun yang dikajinya.

2. Kitab yang akan dijadikan bahan sorogan disadari oleh para santri

sebagai kitab “babon” atau kitab induk/kitab stAndar untuk

menguasai tahapan-tahapan ilmu agama. Karena merupakan kitab

“babon” maka para santri merasa perlu untuk menguasai kitab ini

dengan sempurna.

3. Ketika memulai belajar, pertama kali para santri mengirim hadiah

Fatihah kepada ulama penulis kitab. Dengan cara seperti ini para

santri dihubungkan dengan ulama penulis kitab, walau ulama itu

telah meninggal dunia ratusan tahun silam. Dengan mengirim

hadiah Fatihah kepada ulama penulis kitab para santri disadarkan

untuk: (a) memuliakan ulama penulis kitab, (b) menghormati isi

kitab, dan (c) memuliakan ilmu agama. Kiai menyadarkan para

santri bahwa ulama penulis kitab itu adalah Ulama yang kredibel,

ahli ibadah, saleh, jujur, cerdas, dan penegak agama Allah. Kiai

pun menyadarkan para santri bahwa isi kitab yang dikajinya itu

telah benar-benar sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul

serta disaring dari segala bidah dan khurafat. Kemudian kiai pun

menyadarkan para santri bahwa dengan mengkaji kitab yang

dipelajarinya itu secara langsung ataupun tidak langsung para

santri itu telah memelihara ilmu agama.

4. Melalui kajian perparagraf atau pertema/sub-tema dari kitab yang

dikajinya itu para santri disadarkan bahwa mempelajari ilmu

Page 292: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

286

agama harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap, jangan

tergesa-gesa ingin menyelesaikan satu kitab (padahal belum

menguasai dengan benar dan sempurna). Karena sumber referensi

agama Islam (Al-Quran, hadis, dan kitab-kitab karya ulama klasik)

berbahasa Arab, maka penguasaan akan gramatika (khususnya

nahwu dan sharaf) mutlak diperlukan. Sejak awal para santri sudah

diperkenalkan dengan kajian kitab-kitab berbahasa Arab.

Kemudian setahap demi setahap para santri dibimbing untuk dapat

menerjemahkan kata demi kata dan kalimat demi kalimat. Dengan

cara seperti ini para santri diharapkan memiliki keterampilan dan

kepekaan untuk memahami kitab-kitab berbahasa Arab dari kitab-

kitab klasik. Selanjutnya, dengan semakin bertambah lamanya

belajar di pesantren, para santri dapat memahami Kitab-kitab

klasik.

5. Melalui metode belajar sistem sorogan ini para santri bukan hanya

belajar dalam pengertian mencari ilmu secara syariat (ikhtiar

belajar), tapi juga untuk memperoleh berkah kiai (ikhtiar hakikat).

Terlebih-lebih para ustad dan santri senior menunjukkan

penghormatan yang tinggi terhadap kiai, sehingga santri yunior

yang sejak sebelum masuk pesantren telah memiliki citra demikian

semakin diperkuat oleh hubungan kiai dengan ustad/santri senior

itu.

Page 293: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

287

BAB VII

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI DI PESANTREN

DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN NILAI

DI SEKOLAH

Pendidikan adalah pilar utama pembangunan bangsa.

Keberhasilan pendidikan suatu bangsa berkaitan erat dengan

kemajuan yang dicapai. Karena itu adalah suatu keniscayaan bila

pemerintah dan masyarakat memprioritaskan pembangunan bidang

pendidikan secara menyeluruh, terutama pendidikan yang membentuk

karakter nasional bangsa. (Zarkasyi, 2010).

Lebih lanjut Zarkasyi (2010) mengatakan, pesantren sebagai

salah satu sub sistem Pendidikan Nasional yang indigenous Indonesia,

mempunyai keunggulan dan karakteristik khusus dalam

mengaplikasikan pendidikan karakter bagi anak didiknya (santri). Hal

itu karena pesantren mempunyai jiwa dan falsafah yang ditanamkan

kepada anak didiknya. Di Pesantren Gontor dikenal dengan Panca

Jiwa, yakni keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah

Islamiyah, dan kebebasan dalam menentukan lapangan perjuangan

dan kehidupan. Jiwa dan falsafah inilah yang akan menjamin

kelangsungan sebuah lembaga pendidikan bahkan menjadi motor

penggeraknya menuju kemajuan di masa depan. Pondok-pondok

pesantren yang lain pun, hingga pondok-pondok pesantren yang

dikenal tradisional, tentu memiliki jiwa dan falsafah seperti ini. Hanya

ada yang tertulis dan lebih banyak lagi yang tidak tertulis, tapi tampak

jelas dalam tradisi pesantren.

Buku ini telah berupaya memotret nilai-nilai kearifan lokal

pesantren yang diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam pendirian,

pengembangan, maupun pembinaan nilai-nilai di pesantren.

Saat ini banyak orang-orang kaya dan sadar beragama ingin

mendirikan pondok pesantren. Tapi mereka sering kali bingung

Page 294: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

288

bagaimanakah mendirikan pesantren yang kaya dengan nilai-nilai

Islam. Atau istilah antropologinya, kaya dengan nilai-nilai kearifan

lokal pesantren. Kiranya buku ini dapat menjadi salah satu rujukan

dalam pendirian sebuah pondok pesantren.

Pihak-pihak yang telah menyelenggarakan pesantren pun tapi

dirasa masih perlu pengembangan, buku ini kiranya dapat juga

menjadi salah satu rujukan dalam pengembangan dan pembinaan

sebuah pondok pesantren.

Pola-pola pendidikan berbasis karakter yang berkembang di

pondok pesantren dinilai berhasil. Oleh karena itu, Kemdiknas

Mohammad Nuh pada Seminar Nasional Pendidikan Karakter Bangsa

Melalui Pola Pendidikan Pesantren di Kementerian Pendidikan

Nasional (Jakarta/Jumat, Oktober 2012) menyampaikan keinginannya

untuk memasukkan nilai kearifan lokal pesantren ke sekolah umum.

Mendiknas mencontohkan, nilai-nilai yang diberikan dalam

pendidikan karakter adalah kepedulian dan kejujuran. Nilai-nilai

tersebut dapat dikontekstualisasikan dengan masalah korupsi,

pendidikan bencana, lingkungan hidup, dan lalu lintas.

(www.Republika.co.id). Diharapkan Mendikdasmen yang baru, Anies

Baswedan, memiliki keinginan yang serupa.

Terlebih-lebih Presiden Joko Widodo yang telah bertekad

melakukan gerakan revolusi mental. Pendidikan nilai/karakter

tentunya akan menjadi Andalan dalam pembangunan pendidikan

mental di sekolah.

Buku ini telah berupaya memotret nilai-nilai kearifan lokal

pesantren yang diharapkan dapat juga dijadikan rujukan dalam

mengimplementasikan nilai-nilai dan karakter di sekolah-sekolah,

mulai pendidikan dasar hingga pendidikan menengah.

Bagaimanakah mengimplementasikan suatu nilai yang dinilai

berhasil ditanamkan di pondok pesantren agar dapat berhasil pula

ditanamkan di sekolah?

Page 295: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

289

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPs

UPI) Bandung memiliki program magister dan doktor dalam bidang

pendidikan umum/nilai. Program studi ini mengembangkan

kepakarannya di bidang pendidikan nilai/moral/karakter dan akhlak

mulia. Adapun para pakar pendidikan nilai (mayoritas alumni program

studi S2 dan S3 Pendidikan Umum/Nilai) telah bergabung dalam

sebuah organisasi profesi, yakni Asosiasi Dosen dan Pendidik Nilai

Indonesia (ADPENSI).

Page 296: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

290

DAFTAR PUSTAKA

Departeman Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Al-Quran

Digital).

Al-HadisWeb.3 (Al-Hadis Digital).

Abdusslam, Aam (2003), Rekonstruksi Pembelajaran Akidah (dengan

Tauhidullah sebagai Model), Jurnal Ta`lim, Vol. 1, No. 1, Maret

2003.

Afandi, KH Muhammad Munawwar (2002), Risalah Ilmu

Syaththariah: Jalan Menuju Tuhan, Bandung: Pustaka Pondok

Sufi.

Ahmad, Imam (TT), Musnad Ahmad, dalam Lidwa Pusaka i-

software (www.lidwapusaka.com).

Ahmad, Khurshid (Ed.) (1983), Pesan Islam, diterjemahkan oleh

Achsin Muhammad, Bandung: Pustaka.

Ahmad, N. (1982). Potret Dunia Pesantren. Bandung: Humaniora.

Alamsyah, Ratu (1982). Pembinaan Pendidikan Agama. Jakarta:

Depag RI.

Ali, Maulana Muhammad (...), Tafsir Al-Quran.

Ali, Mohammad Daud (1988). Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan

Wakaf, Jakarta: UI – Press.

Ammar, Hasan Abu (1993). Tauhid: Rasionalisme dan Alam

Pemikiran Filsafat dalam Islam, Jakarta: Yayasan Al-

Muntazhar.

Arief, Armai (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan

Islam, Jakarta: Ciputat Pers.

Asyafah, Abas (2011), Mendidik Karakter dengan Pengamalan dan

Pembiasaan. Bandung: Widya Akrasa Press.

Aziz, Jum`ah Amin Abdul (1998), Fiqih Dakwah, (Terjemahan), Solo:

Intermedia.

Page 297: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

291

Badri, Malik (2001). Dari Perenungan Menuju Kesadaran: Sebuah

Pendekatan Psikologi Islam. Surakarta: Intermedia

Bashri, Muh. Mu‟inudinillah & Tarmizi, Maerwandi (2007). Hadis

Arba'in Nawawiyah [Indonesia], Terjemahan Abdullah Haidhir,

Tanpa Tempat: Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah

(Islamhouse.com).

Behesti, Muhammad (1992). Kepemilikan dalam Islam, Terjemahan

Lukman Hakim dan Ahsin Muhammad, Jakarta: Pustaka

Hidayah.

Al-Buthy, Muhammad Said Ramadhan (1999). Sirah Nabawiyah,

Terjemahan. Jakarta: Rabbani Press.

Daradjat, Zakiah (1971). Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia.

Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Agama RI (2003). Pesantren Madrasah Diniyah

Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: Depag.

Dhofier, Zamakhsyari. (1982). Tradisi Pesantren: Studi tentang

PAndangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES.

Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad (1989), Ihya` Al-Ghazali,

Terjemahan Prof. Tk. H. Ismail Yakub, SH, MA, Jakarta

Selatan: CV Faizan.

Hafidhuddin, Didin (2005), “Menumbuhkan Kekuatan Ekonomi

Ummat Melalui Pembangunan Lembaga Keuangan Syari‟ah”,

Disampaikan pada Kegiatan “Workshop dan Konsultasi

Nasional Dosen PAI dan PTU”, Wisma YPI Jalan Raya Puncak,

Ciawi Bogor, 24-26 Syawal 1426 H/26-28 Nopember 2005.

_______ (2003), Islam Aplikatif. Bogor, Tanpa Penerbit.

Hasbullah, A. (1383 H/1964 M). Ushûl al-Tasyrî' al-Islâmiy, Mesir:

Dâr al-Ma'ârif.

Hasyim Adelina (1988). “Pelanggaran Etis oleh Siswa dan Alasan

Menghindarinya”, Tesis S2, Bandung: Program Pasca Sarjana

UPI.

Page 298: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

292

Hawa, Said (1995). Al-Islam: Syahadatain dan Fenomena Kekufuran.

Jakarta: Al-Ikhlas Press.

_______, (2000), Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu,

Intisari Ihya Ulunmuddin al-Gazali, Jakarta: Rabbani Press.

https://id.wikipedia.org

Karim, Adiwarman Azwar (2005). “Implementasi Ekonomi Syari'ah

di Indonesia”, dalam Hafidhuddin, Didin (2005),

“Menumbuhkan Kekuatan Ekonomi Ummat Melalui

Pembangunan Lembaga Keuangan Syari‟ah”.

Katsir, Ibn (TT). Tafsir Ibn Katsir.

Majid, Abdul & Rahmat, Munawar (Editor) (2004). Islam: Doktrin

dan Pembinaan Umat. Bandung: Value Press.

al-Maududi, Abul A`la (1988), Khilafah dan Kerajaan: Evaluasi

Kritis atas Sejarah Pemerintahan Islam, Terjemahan. Bandung:

Mizan.

Murtadha Muthahhari (1995). Falsafah Akhlak: Kritik atas Konsep

Moralitas Barat, terjemahan Faruq bin Dhiya‟, Jakarta: Pustaka

Hidayah.

Muslim, Imam (TT), Shahih Muslim, dalam Lidwa Pusaka i-

software (www.lidwapusaka.com).

Muthohar, A. (2007). Ideologi Pendidikan Pesantren. Semarang:

Pustaka Rizki Putra.

Al-Nadwi, Abul Hasan Ali (1993), Pergulatan Iman dan

Materialisme: Hikmah Surah Al-Kahfi, terjemahan. Bandung:

Mizan.

An-Nahlawi, Abdurrahman (1989). Prinsip-prinsip dan Metoda

Pendidikan Islam, terjemahan Herry Noer Ali. Bandung: CV

Diponegoro.

Nasutian, Harun (1989). Islam Rasional, Bandung: Mizan.

Nuh, KH Abdullah Bin (1987). Keutamaan Keluarga Rasulullah Saw,

Semarang: CV Toha Putra.

Page 299: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

293

Nurdin, Muslim Dkk (1993). Moral dan Kognisi Islam. Bandung:

Alfabeta.

Poerwadarminta (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pusat Bahasa.

Praja, Juhaya S, dkk (2007), Pemberdayaan Life Skills Anak Bina

Inabah, Jakarta-Tasikmalaya: Direktorat DIKTI Islam

bekerjasama dengan Fakultas Syari`ah Intitut Agama Islam

Latifah Mubarokiyah (IAILM) Pondok Pesantren Suryalaya

Tasikmalaya.

Qiro`ati, Muhsin (...), Pancaran Cahaya Shalat.

Al-Qosimi, Muhammad Jamaluddin (1986). Mau`izhotul Mu`minin

min Ihya `Ulumiddin, Ringkasan Ihya Imam Ghazali,

Terjemahan. Bandung: CV Diponegoro.

Rahardjo, M. Dawam (1986), “Zakat dalam Perspektif Sosial

Ekonomi”, Pesantren, No. 2/Vol. III/1986.

Ramayulis. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rahmat, Munawar (2010). Dari Disertasi: Pendidikan Insan Kamil,

Bandung: ADPISI Press.

______ (2012), Filsafat Akhlak: Mengkaji Ontologi Akhlak Mulia

dengan Epistimologi Qurani. Bandung: Program Studi Ilmu

Pendidikn Agama Islam bekerjasama dengan Value Press.

______ (2013), Tafsir Al-Quran Sufistik Menyangkut Ayat Inti dan

Ayat Kunci. Bandung: Yayasan Sirrul Albab Cabang Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin (1994). Renungan-renungan Sufistik. Bandung:

Mizan.

www.Republika.co.id

Sabiq, Sayid (1990). Akidah Islam, (terjemahan). Bandung:

Diponegoro.

Salim, P.S. (1991), Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:

Modern English Press.

Page 300: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Msofyansauri.lecturer.upi.edu/wp-content/uploads/sites/3/2018/07/4... · serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, ... hadis, tafsir, akhlak, dan pendidikan

294

Sauri, Sofyan (2010), Membangun karakter bangsa melalui

pembianaan profesionalisme guru berbasis pendidikan nilai,

Jurnal pendidikan karakter, Bandung

_______, (2011), Filsafat dan Teosofat Akhlak: Kajian Filosofis dan

Teosofis tentang Akhlak, Karakter, Nilai, Moral, Etika, Budi

Pekerti, Tatakrama, dan Sopan Santun. (Editor: Munawar

Rahmat). Bandung: Rizki Press.

Shihab, Quraish (1999). Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu`i atas

Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

Simuh (1996), Simuh (1996). Tasawuf dan Perkembangannya dalam

Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sudjana, Ohan (1994). Fenomena Akidah Islam Berdasarkan Qur'an

dan Sunnah, Jakarta: Media Dakwah.

Supridi, Udin (2013). Pendidikan Akhlak, Bandung: Program Studi

Ilmu Pendidikn Agama Islam bekerjasama dengan Value Press.

Syaltut, Mahmud (1990). Islam: Akidah dan Syari`ah, Terjemahan.

Bandung: PT Al-Ma`arif.

Syari`ati, Ali (1995). Do`a, Terjemahan, Bandung: Mizan.

Tirmidzi, Imam (TT), Sunan Tirmidzi, dalam Lidwa Pusaka i-

software (www.lidwapusaka.com).

Sembilan Kitab Hadis, Lidwa Pusaka i-software www.lidwapusaka.com.

Yahya, Harun (2002), Deep Thinking: Bagaimana Seorang Muslim

Berfikir. (Terjemah). Jakarta: Rabbani Press.

Ya`kub, H. (1991). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu

Pengantar), Bandung: CV Diponegoro, Edisi Ketiga.

Yusuf Qardhawi, Fikih al-Zakat, Jilid I, terjemahan, Bandung: PT Al-

Ma`arif.

Zarkasyi, Abdullah Syukri (2010). Iprafuns.blogspot.com/2010/02.

Zuhairini. (1986). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi

Aksara.

Zubair, Achmad Charris (1990). Kuliah Etika, Jakarta: RaJawali Pers.