prof. dr. dede mariana, m.si. gurubesar iimupemerintahan...

Download Prof. Dr. Dede Mariana, M.Si. GuruBesar IImuPemerintahan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/07/forum-20110704-pen… · lulusan Ilmu Pemerintahan wajar-wajar saja,

If you can't read please download the document

Upload: duongngoc

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • FORUM Senin 0 Se/asa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat 0 Sabtu2 3 ~ 5 6 7 8 9 10 11 12 13

    17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 .31o Jan 0Peb 0Mar 0Apr 0Me; 0Jun Jul 0 Ags 0 Sep 0 Old 0Nov 0 Des

    Prof. Dr. Dede Mariana, M.Si.Guru Besar IImu Pemerintahan

    Universitas Padjadjaran, Bandung.

    Pengawal RefonnasCalon Birokrat

    Peromczkan dan re~rmasi kiile~a birokrasi di berbagai tataran harus dimulaidengan memperbCliki kUa::tas penrtidikan caon birokrat agar tidak terbav~'3arus

    dalam karir mereka.

    KII'plng Huma. Onpad 2011

  • Satu dari sasaran kampanye berbagai kelompok ma-syarakat 'pengusung Gerakan Reformasi tahun 1998-1999 adalah peningkatan kualitas sumber daya manu-sia di jajaran birokrasi pemerintahan daerah maupunpusat. Thjuannya mulia, yaitu mengubah paradigma lama yangmenilai kaum birokrat sebagai pelaksana kebijakan yang ditu-runkan oleh penguasa tanpa dapat menolak atau mengu=ulkanperbaikan. Banyak mahasiswa di masa itu menggambarkankaum birokrat bagaikan robot yang bisa dikendalikan pihak lain.Melakukan reformasi birokrasi memang sangat penting saat

    ini. Sebab para birokrat yang berpangkat pegawai negeri sipil ini-lah yang menjadi motor dari penyusunan maupun l'elaksanaankebijakan pemerintan daerah dan pusat, Jika mereka tidakdiubah cara oerpikirnya tmindset) dan dirangsang untukmelakukan inisiatif porbaikan, maka kebijakan apapun yangdihasilkan kaum birokrat ini tidak marnpu memenuhi kebutuhanmasyarakat sesuai tantangan zaman.Manfaat dari reformasi birokrasi itu makin t.erasa nilainya !'5e-

    telah Sistem OtonomiDaerah diujicobakan sejak 2001, lalu difor-malkan dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 yang meru-berikan sebagian kewenangan pusat ke daerah. Tanpa birokratyang cerdas,mampn berpikir ",~Wri dan pnuh inisiatif, banyakPemerintah Daerah (Pernda) yang keberatan rner.angzungamanat kewenangan yang begitu besar. Sedangkan pemerintahpusat pun tampak kurang ikhlas berbagi kewenangan deng-,nPemda, sehingga sering 'turun gunung' ikut campur urusan lokal.''Untuk mengubah mindset dan paradigma pemerintaha.i yang

    semula sentralistik ke desentralistik itu, kuncinys ada pada per-ubahan cara pikir para pejabat politik dan pejabat birokrasi pun-cak, Kalau di instansi pusat, ya pejabat Eselon Satu, Dua dan Ti-ga-nya," kata pengamat masalah OtonomiDaerah dari Universi-tas Padjadjaran Bandung, Prof.Dr.DedeMariana, Drs., M.Si,da-lam wawancara jarakjauh dengan FORUM Keadilan pekan lalu.Dede Mariana menilai masih banyak pejabat pusat yang

    merasa kekuasaannya berkurang atau dikurangi setelah Otono-mi Daerah dilaksanakan. Kekuasaan itu berupa wewenang men-gatur penyelenggaraan negara, menjadi penentu tersedianyaanggaran dan layanan ;-"lblikyang membuat masyarakat sangatmemerlukan tindakan da perkataan sang pejabat. Berku-rangnya ~~,,:~uctSaanitu juga mungkin terkaii, dengan konflikkepentingan pribadi dan negara yang tidak tampak.Para pejabat di daerah pun sering minder terhadap pejabat pu-

    sat, sehingga ketika posisinyadisetarakan, mereka ikut-ikutan ti-dak siap. "Merancang proyek-proyekbesar untuk menyerap ang-garan yang begitu besar dari pusat juga tidak mudah. Kalau tidakdisusun dan dijalankan dengan baik, para pejabat daerah bisa ter-ancam pasal-pasal anti suap dan anti korupsi,"lanjut Prof.Dede,Ketidaksiapan sumber rl.ayamanusia di jajaran pemerintah

    daerah itu, menurut lJede, akhirnya menjadikan para birokrat itusering kali 'main tabrak' dalam menyusun peraturan daerah.Dede mengungkapkan banyak Peraturan Daerah (Perda) yangdirancang untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD),tetapi akhirnya bertabrakan dengan regulasi serupa di tingkatpusat. Kondisi ini paling sering terjadi pada sektor pajak daerah,aturan retribusi dan perizinan.Dede mencontohkan izin pembukaan hutan untuk pertam-

    bangan mineral yang dikeluarkan Pemda sering kali tidak mem-perhatikan dampak lingkungan dan peraturan yang dibuat

    pemerintah pusat. Begitu pula pajak yang diberlakukan khususdi daerah tertentu, meskipun tidak ada padanannya di pusat,Data di Kementerian Luar Negeri bahkan adanya pemerir:tah

    daerah yang mencobamenjalin kerjasama investasi atau mencaripinjaman luar negeri secara langsung, Padahal kewenangan ituhanya dapat dilakukan pemerintah pusat, meskipun OtonomiDaerah sudah diberlakukan. Tawaran kerjasama itu juga dia-jukan kepada negara-negara yang tidak memiliki hubungandiplomatik dengan Indonesia, seperti Taiwan dan Israel, suatutindakan yang melanggar Undang-Undang."Pemerintah pusat, yaitu Kementerian Dalam Negeri aan

    Kementerian Keuangan, punya kewenangan membatalkanperda-perda yang membebanimasyarakat dan investor.Masalah-nya, apakah pemerintah pusat punya cukup waktu dan keberan-ian buat mengontrol dan membatalkan perda-J:'erda tc. seout?"tanya Doktor bidang Ilmu-ilmu Sosial, Kajian Sosiologi danAntropologidari Universitas Padjadjaran tahun ~U07 tersebut.Keraguan terhadap sikap tegas pemerintal: ini juga digam-

    barkan oleh Dede menjadi pemicu makin banyaknya kasuskorupsi yang dilakukan olehpejabat dan politisidi daerah tingkatsatu (provinsi) dan dua (kota/kabupaten). Staf Ahli GubemurJawa Barat Bidang Hukuin dan Politik itu berpendapat korupsiyang meluas di daerah tnIjadi akibat melemahnya pengawasanpusat ke daerah, sejalan dengan mengalimya kekuasaan .Lmdana ke daerah-daerah tersel..rt,Ekses negatif dari Otonorn, Daerah dan Desentralisasi itu

    harus segera dicegah dengan memperbaiki berbagai regulasi dibidang politik dan ekonomi. "Pemerintah harus segera memper-baiki sejwnlah Undang-Undang bidang Politik, termasuk men-gubah tradisi yang biasanya dilakukan para politisi kita dengan'membeli'sucra dari para pemilih. Rakyat kan jadi diajari untukkorupsi dengan 'menjual' suaranya dalam pemilihan umum," lan-jut DedeMariana.Salah satu gebrakan pemerintah untuk mengurangi peluang

    korupsi melnas di daerah-daerah itu adalah mengubah Keputu-san Presiden No 80 tahun 2003 menjadi Peraturan Presiden no 54tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.Demikian pula dengan sistem Pengadaan Barang Jan JasaPemerintah secara elektronis dengan sistem komputer (e-pro-cllrement), yang membatasi interaksi antara pemasok dan !ft:'~ubat yang berwenang.Reformasibirokrasijuga rupanya perlu dilaksanakan di kalan-

    gan penegak hukum. Jalan masuknya, menurut Dede, dilakukandengan pembaruan hukum dari segi regulasi, kualitas sumberdaya manusia serta penguatan sanksi hukum bagi pelanggarnya.Dia mengingatkan bahwa aparat KepolisianRepublik Indonesiadan Kejaksaan Agung kini memperoleh wewenang dan kekua-saan yang sangat besar dalam bidang tugas masing-masing. "Pa-dahal kekuasaan itu sangat mudah berubah menjadi perilaku ko-rupsi. Ingat saja adagium LordActondari Inggris tentang powertend to COTTUpt,absolute power corrupt ahsolutely (kekuasaancenderung korup, kekuasaan besar akan sangat korup pula),"ujarpengajar tidak tetap pada Sekolah Komando Angkatan Darat(SESKOAD) serta Sekolah Komando Angkatan Udara(SESKOAU)di Bandung, Jawa Barat, sejak tahun 2001 itu.Meskipun mengakui bahwa korupsi bisa dipicuoleh rninimnya

    pendapatan para pelakunya, Dede Mariana justru tidak begituyakin dengan paket renumerasi yang dijalankan pemerintah di

    ~I

  • banyak instansi pusat, Sistem kerja renumerasi juga dianggapmasih tambal sularu dan hanya mengedepankan pada nilai uanggaji yang terus dinaikkan.

    "Regulasi tentang renumerasi itu harus dirombak total.Bayangkan, kini tercatat lebih dari 90 peraturan yg mengaturremunerasilimbal jasa bagi para birokrat pemerintahan, baikberupa Peraturan Pemerintah hingga Keputusan Kepala UnitKerja, tapi tidak ada yang benar-benar ampuh," kata penggiatPramuka tersebut.

    Selain meningkatkan kualitas dan kemampuar: kaum birokrat,Dede juga mendorong penambahan jumlah dan kualitas pen-gusaha di daerah. Tuji-annya agar mereka .nampu menanganiproyek-proyekskala besar_yangdibiayai anggaran OtonomiDae-rah di wilayahnya sendiri. Jika tidak siap, para pengusaha lokalakan kehabisan jatah ketika proyek-proyekitu direbut oleh parapengusaha berskala nasional dan internasional yang lebih ber-modal.

    Apakah bisa disimpulkan bahwa desentralisasi dan otonomidaerah sudah gaga]?Dede Mariana menilai secara umum, otono-mi daerah sudah berjalan pada jalur yang benar. Alasannya,strategi politik itu ternyata su.lah berhasil r..encegahNegara Kesatuan RI dari disintegrasi sosial dan politik.Apalagi temyata cukup baov=k Pemda yang berhasilmenjalankan reformasi bir..xrasi di sejumlah sektor.

    Dedemenconrohkan Kabupaten Jembrana ill ProvinsiBali yang berhasil mempeloporipenggunaan KTPberba-si."=istemelektronis yang sekaligus menjadi kartu pemi-lih dalam Pilkada tahun lalu. Begitu reformasi birokrasidi Indramayu, kota Sukabumi, kota Banjar, .Iembrana,kota Solo, Sragen hingga Gorontalo di Sulawe=iUtara."Memang tidak sempurna benar. Namun, dengan kebi-jakan desentralisasi dan otonomi daerah, negara telahmemberika-; ruang gerak yang lebih l,"luasa kepadaPeinda setempat. Walaupun memang belum bisa meng-hadirkan kemakmuran bersama," lanjut DcdeMariana.

    Situasi rumit di berbagai sektor itu juga menyediakanpeluang untuk p::::-8 ahli ya,'6 memahami aturan main didalam sistem Otonominaerah dan mampu m:::-:elJclHah-kannya dalam praktek kerja sehari-hari. "Ya,sekarangini banyak politisi dan pejabat pemerintah yang berbon-dong-bondong mengikuti kuliah S-2 dan S-3 di bidang IlmuPemerintahan. Padahal waktu saya masuk dulu tahun 1981-1982,bidang studi ini masihjarang perninatnya," lanjut alurnnusMagister Sains bidang Sosiologidan AntropologiUniversitas Pad-jadjaran tahun 1998 tersebut.

    Minimnya perhatian calon mahasiswa tentang ilmu pemerin-tahan saat itu, menurut Dede, karena banyak yang salah menaf-sirkan kajian ilmu tersebut. "Kajian tentang urusan pemennta-han itu semula dipahami hanya urusan para praktisi pemerinta-han yang dididik melalui jalur pendidikan kedinasan. Atautadinya merupakan bagian dari disiplin ilmu tertentu, sepertiilmu hukum dan ilmu administrasi atau ilmu politikpada umum-nya," ujar Guru Besar bidang Ilmu Pemerintahan di UniversitasPadjadjaran tersebut.

    Namun demikian, Dede Mariana justru menilai situasi itumenguntungkan. Selain karena masih minim pesaingnya, pe-mimpin redaksi JUTIlal Governance itu yakin kajian tentangdesentralisasi pemerintahan dan otonomidaerah masih akan ber-

    kembang. Suatu visi yang jauh ke depan pada tahun 1985-1S37saat itu, ketika dia memperoleh gelar Sarjana Muda ketika rezimOrde Baru yang sangat sentralistik sedang kuat-kuatnyaberkuasa.

    Padahal ketika baru lulus SMANegeri 2 Bandung tahun 195

  • Lalu,bagaimana Dedemengembangkan kurikulum dan bidangkeahlian Ilmu Pemerintahan ini agar kian menarik bagi paramahasiswanya? Mantan kandidat Rektor Universitas Padjad-jaran perioae 2011-2015 itu biasanya mengajak para mahasiswauntuk mau memahami terlebih dahulu apa, bagaimana, danmengapa ilmu pemerintahan tersebut. Demikian pun' sumban-gannya bagi praktik kemasyarakatan dan pengelolaan negarabangsa pada umumnya.

    "Mahasiswa ilmu pemerintahan harus mengamati dengan cer-mat berbagai gejala politik dan pemerintahan secara langsung.Mereka harus belajar memahami dan merumuskan kepentinganpublik ipublic interest) yang seperti apa yang dapat memicu ben-turan kepentingan (conflict of interest)," lanjut Dede Mariana.Dengan demikian, mereka juga akan lebih berhati-hati untuktidak mencampurkan kepentingan negara -lengan kebutuhanpnbadi bila SUL.ahterjun ke dalam kancah pemerintahan dimana

    BIODATA

    pun.Sepanjang hidupnya, DedeMariana mengagumi banyak tokoh

    yang berpengaruh di berbagai negara. Banyak di antara merekajuga adalah pejabat pemerintahan yang mencatat prestasi besarselama karir mereka, termasuk para mantan presiden RepublikIndonesia. "Sebut saja Nabi Muhammad SAW,Soekarno, Hatta,Syahrir, Habibie, Gus Dur dan Soeharto dengan segala plusminus dari pemikiran masing-masing,' katanya.

    Dede juga mempelajari kiprah para tokoh dunia yang meme-rintah dengan 'tangan besi', seperti Hitler, Mao Tze Tung, DengXiao Phing, sampai Lee Kuan Yew .lan M ahathir Mohammad.Mereka menjadi bahan kajian menarik untuk mempelajarikesalahan dan kebijakan yang tidak populer yang pemahdijalankan selama berkuasa. Inilah cermin yangjujcr bagi kajianterhadap para pemimpin yang dipandanz demokratis atau po-pulis. 0 ERWlN PlJRBA

    Nama~pTempatjTanggallahir:Alamate-mailin?

    Prof. Dr. Dede Mariana, Drs., M.Si.Bandung, 13 Maret 1963Jln. Cls= ,6kuy No. 62 Bandung [email protected]/08122314831

    PENDIDIKAN :1) Sekolai, Dasa ;~egeriClnampetas 4 Bandung, 1974;2) Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung, 1977;3) Sekolah Mener.gah Atas Negeri 2 Bandung, 1981;4) Sariana !!mu Pemerintahan, Fakuttas IImu Sosial dan IImu ,

    Politik, Universitas Padjadjaran, 1987.5) Magister Sains, Program Pascasaqana, Universitas Padjadjaran,

    Bidang Kajian Utama Sosiologi dan Ar+opologi, 1998.6) Doktor, Bidang IImu-ilmu Sosial, Kajian Sosiologi dan

    Antropologi,PrDgiamPascaserjsna-DnlversltasPadjadjaran,2007.

    Keanggotaan di Asosiasi Profesi:1\ Asoslasi IImu Politik Indonesia (AIPI),1989.2) Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI), 1990.3) Himpunan lndonesia untuk Pengembangan IImu-ilmu Sosial(HIPIIS),1990.

    Pengalaman Jabatan:1) Dosen pada RSIP Unpad, sejak i989-sekarang,

    Guru Besar IImu Pemerintahan.2) Dosen pada RSIP Unla, 199().2001.3) Dosen pada RSIP Unjani, 1993-1996.4) Dosen pada ProgramMagister !!mu Pemerintahan Pascasariana

    Unjani.5) Dosen pada Program Pascasarjana Unpad, 2002-sekarang.6) Dosen Nonreguler SESKOAD,2001-sekarang.7) Dosen Non-reguler SESKOAU,2001-sekarang.8) Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Publik dan Pengembangan

    Wilayah Lembaga Penelitian, Universitas Padjadjaran (PuslitKP2W Lemlit Unpad), 2004-sekarang. .

    9) Sekretaris 11\ Bidang Kemahasiswaan dan Sistem Informasi, Pro-

    gram Pascasarjana RSIP,Universitas Padjadjaran,2006-sekarang.

    10) Sekretaris I C:uar.;:: Akademik, Program Magister AdministrasiPublik (MAP)/Magister Administrasi Bisnis (MAB) Program Pas-casarjana Unpad, 2003-2006.

    11) Sekretaris Laboratonurr; ::;nuPemerintahan Fakuttas IImuSosialdan !!mu Politik Unoad, 2001-sekarang.

    12) Sekretaris Kelompok Kajian Bersama Kewilayahan NKRIUNPAD-ITB,2003-sekarang.

    13) Pemimpin Redaksi Jurnal Govemance, 2005-sekarang.14) Ketua ProgramMagister Kebijakan Publik Program

    Pascasariena Unpad, 2009.15) Ketua ProgramMagister IImu Pemerintahan Program

    Pascasarjana Unjani. 2010.16) Staf Ahli Guoernur Jawa Baret Bidang Hukum dan Politik,

    2011-scl