problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

13
DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA CHRISTIN Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa SMA. Tindakan bullying dapat terjadi di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Para korban adalah para junior yang dapat dikatakan cukup rentan mengalami bullying yang dilakukan oleh kakak kelas atau senior baik bullying secara fisik, bullying secara verbal, bullying secara mental atau psikologis dan bullying relasional. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana gambaran bullying yang dialami oleh subjek, apa saja yang menyebabkan subjek menjadi target sasaran sebagai korban bullying, apa saja indikasi bullying pada perilaku subjek korban dan apa saja dampak bullying bagi subjek. Peneliti mengggunakan metode kualitatif agar memperoleh pemahaman yang menyeluruh, utuh dan mendalam tentang fenomena yang diteliti. Peneliti menggunakan teknik wawancara. Subjek yang diteliti adalah seseorang yang pernah mengalami bullying ketika SMA sebanyak dua orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua subjek mengalami berbagai macam tindakan bullying baik bullying secara fisik, bullying secara verbal dan bullying secara mental atau psikologis tetapi hanya subjek kedua yang mengalami bullying secara relasional yaitu menolak pertemanan dengan korban. Salah satu penyebab utama subjek menjadi target sasaran sebagai korban bullying karena tindakan bullying sudah menjadi tradisi di sekolah kedua subjek. Salah satu indikasi bullying pada perilaku subjek korban yaitu tidak mau pergi ke sekolah. Dampak bullying bagi kedua subjek antara lain dampak fisik, dampak emosional dan dampak psikologis. Hanya subjek kedua saja yang sampai berdampak psikologis yaitu merasa trauma setelah mengalami bullying. Dalam penelitian ini diharapkan dapat membangun kepekaan masyarakat mengenai isu bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dan sekitarnya khususnya pada siswa SMA, seluruh pihak baik keluarga dan sekolah sebaiknya melakukan tindakan penanganan jika anak atau para siswa ada yang mengalami bullying dan melakukan tindakan pencegahan agar bullying tidak terjadi lagi di kemudian hari. Kedua subjek sebaiknya memiliki pemahaman mengenai tindakan penanganan yang dapat dilakukan sendiri ketika mengalami bullying, melakukan tindakan pencegahan agar tidak mengalami bullying lagi di kemudian hari agar dampak psikologis bullying yang dialaminya tidak mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Kata kunci : dampak psikologis, bullying, siswa SMA

Upload: buianh

Post on 31-Dec-2016

224 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA

CHRISTIN

Program Sarjana, Universitas Gunadarma

Abstrak

Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa SMA. Tindakan bullying dapat terjadi di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Para korban adalah para junior yang dapat dikatakan cukup rentan mengalami bullying yang dilakukan oleh kakak kelas atau senior baik bullying secara fisik, bullying secara verbal, bullying secara mental atau psikologis dan bullying relasional.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana gambaran bullying yang dialami oleh subjek, apa saja yang menyebabkan subjek menjadi target sasaran sebagai korban bullying, apa saja indikasi bullying pada perilaku subjek korban dan apa saja dampak bullying bagi subjek. Peneliti mengggunakan metode kualitatif agar memperoleh pemahaman yang menyeluruh, utuh dan mendalam tentang fenomena yang diteliti. Peneliti menggunakan teknik wawancara. Subjek yang diteliti adalah seseorang yang pernah mengalami bullying ketika SMA sebanyak dua orang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua subjek mengalami berbagai macam tindakan bullying baik bullying secara fisik, bullying secara verbal dan bullying secara mental atau psikologis tetapi hanya subjek kedua yang mengalami bullying secara relasional yaitu menolak pertemanan dengan korban. Salah satu penyebab utama subjek menjadi target sasaran sebagai korban bullying karena tindakan bullying sudah menjadi tradisi di sekolah kedua subjek. Salah satu indikasi bullying pada perilaku subjek korban yaitu tidak mau pergi ke sekolah. Dampak bullying bagi kedua subjek antara lain dampak fisik, dampak emosional dan dampak psikologis. Hanya subjek kedua saja yang sampai berdampak psikologis yaitu merasa trauma setelah mengalami bullying. Dalam penelitian ini diharapkan dapat membangun kepekaan masyarakat mengenai isu bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dan sekitarnya khususnya pada siswa SMA, seluruh pihak baik keluarga dan sekolah sebaiknya melakukan tindakan penanganan jika anak atau para siswa ada yang mengalami bullying dan melakukan tindakan pencegahan agar bullying tidak terjadi lagi di kemudian hari. Kedua subjek sebaiknya memiliki pemahaman mengenai tindakan penanganan yang dapat dilakukan sendiri ketika mengalami bullying, melakukan tindakan pencegahan agar tidak mengalami bullying lagi di kemudian hari agar dampak psikologis bullying yang dialaminya tidak mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.

Kata kunci : dampak psikologis, bullying, siswa SMA

Page 2: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

A. LATAR BELAKANG

Peristiwa kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah seperti tidak

pernah ada habisnya. Beberapa insiden kekerasan yang telah terjadi di institusi

pendidikan. Salah satunya adalah bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.

Saat ini mulai sering muncul berbagai kabar mengenai aksi bullying yang

terjadi di kalangan pelajar khususnya siswa Sekolah Menengah Atas.

Bullying adalah perbuatan atau perkataan yang menimbulkan rasa takut,

sakit atau tertekan baik secara fisik maupun mental yang dilakukan secara

terencana oleh pihak yang merasa lebih berkuasa terhadap pihak yang

dianggap lebih lemah (Coloroso, 2007). Hal ini dilakukan dengan

menggunakan alasan yang dibuat-buat untuk merasionalisasikan tindakan

kekerasannya misalnya untuk membentuk mental junior yang tahan banting

padahal alasan tersebut hanya untuk membenarkan tindakannya agar

kekerasan menjadi tradisi (Sejiwa, 2008). Bullying dapat terjadi di sekitar

lingkungan sekolah dengan menggunakan kekerasan atau kekuatan yang

dimiliki oleh para senior atau kakak kelas yang ditujukan kepada para junior

atau adik kelas. Kakak kelas atau para senior memberikan tekanan kepada

para junior bahkan ada senior yang tega melakukan penganiayaan kepada adik

kelas atau juniornya.

Pada beberapa waktu yang lalu, masyarakat dikejutkan dengan berita

mengenai adanya kekerasan kepada para siswa junior yang dilakukan oleh

para siswa senior di sekitar lingkungan Sekolah Menengah Atas. Hal ini cukup

mendapat perhatian dari berbagai kalangan dan menjadi suatu fenomena baru

yang terjadi di masyarakat. Salah satu contohnya adalah bullying yang dialami

oleh seorang siswa SMA Negeri 34, Pondok Labu, Jakarta Selatan yang

bernama Muhammad Fadhil (16 tahun). Fadhil menjadi korban kekerasan atau

praktik bullying yang dilakukan oleh para seniornya yang tergabung dalam

suatu komunitas geng sekolah bernama Gazper. Alasan penganiayaan tersebut

karena Fadhil menolak ajakan seniornya untuk bergabung menjadi anggota

Page 3: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

geng tersebut. Para seniornya marah karena menerima penolakan tersebut

sehingga mereka melakukan penganiayaan kepada Fadhil.

Beberapa kasus bullying bullying yang dilakukan oleh siswa Sekolah

Menengah Atas tidak terlepas dari pengaruh “pewarisan ideologi” yang

dilakukan oleh para senior. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap pewarisan

tradisi siapa “kawan” dan siapa “lawan” dalam bullying. Media massa

memegang peranan penting untuk memberikan edukasi yang antisosial

khususnya dalam sejumlah sinetron atau film remaja yang berisi “kebencian”

hanya karena alasan kelompok kaya atau miskin, kelompok cantik atau jelek,

kelompok gaul atau cupu. Meskipun hal tersebut hanya bersifat fiksi namun

secara tidak langsung akan memberikan model bagi siswa Sekolah Menengah

Atas untuk melakukan bullying. Usia yang rentan menjadi korban bullying

adalah usia remaja yaitu sekitar 15 tahun sampai 18 tahun dimana dalam

periode tersebut dianggap sebagai masa yang sangat penting dalam kehidupan

seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian. Secara umum,

periode remaja merupakan klimaks dari periode perkembangan sebelumnya

karena apa yang diperbolehkan dalam masa sebelumnya akan diuji dan

dibuktikan sehingga dalam periode selanjutnya individu tersebut telah

mempunyai kepribadian yang lebih matang (Irwanto, 2002).

Bullying memiliki dampak bagi anak-anak yang menjadi korban.

Dampak tersebut dapat bersifat fisik maupun psikologis. Beberapa dampak

fisik yang dapat ditimbulkan oleh bullying antara lain kondisi fisik yang

menurun, merasa sakit pada bagian tubuh tertentu dan mengalami luka secara

fisik. Dampak fisik tersebut dapat berakibat fatal bahkan dapat mengakibatkan

kematian. Dampak lain yang kurang terlihat namun memiliki efek jangka

panjang adalah menurunnya kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial

yang buruk. Korban bullying akan merasakan emosi yang negatif dalam

dirinya seperti perasaan marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih,

tidak nyaman dan terancam serta merasa tidak berdaya untuk mengatasi

permasalahan yang dialaminya. Dalam jangka waktu yang cukup panjang,

Page 4: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

emosi tersebut akan menimbulkan perasaan rendah diri karena merasa dirinya

tidak berharga. Hal yang paling ekstrim mengenai dampak psikologis yang

dialami yaitu munculnya gangguan psikologis misalnya rasa cemas yang

berlebihan, merasa ketakutan, depresi dan memiliki keinginan untuk bunuh

diri serta munculnya gejala gangguan stres pasca trauma (Sejiwa, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang

dampak psikologis bullying pada siswa SMA.

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Peneliti akan mengemukakan beberapa pertanyaan penelitian antara lain:

1. Bagaimana gambaran bullying yang dialami oleh subjek?

2. Apa yang menyebabkan subjek menjadi target sasaran sebagai korban

bullying?

3. Apa saja indikasi bullying pada perilaku subjek korban?

4. Apa dampak bullying bagi subjek?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui gambaran bullying yang

dialami oleh subjek, mengetahui penyebab subjek menjadi target sasaran

sebagai korban bullying, mengetahui indikasi bullying pada perilaku subjek

korban dan mengetahui dampak bullying bagi subjek.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat

memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya psikologi

pendidikan dan psikologi kepribadian mengenai dampak psikologis

bullying pada siswa SMA. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai

acuan untuk penelitian selanjutnya.

Page 5: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang dapat diambil adalah untuk menambah wawasan

tentang dampak psikologis bullying pada siswa SMA. Membantu para

siswa Sekolah Menengah Atas agar terhindar dari bullying yang dapat

menyebabkan berbagai dampak yang akan berpengaruh pada kehidupan

sehari-hari serta agar para siswa tersebut mengetahui cara mengantisipasi

bullying. Memberikan pemahaman kepada para orang tua agar dapat

mengetahui perkembangan kepribadian anak dan berperan aktif dalam

penanganan bullying pada anak. Memberikan pedoman kepada institusi

pendidikan khususnya para pengajar untuk dapat mencegah dan

melakukan penanganan terhadap bullying yang terjadi di lingkungan

sekolah.

E. LANDASAN TEORI

Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang

oleh seseorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan terhadap

siswa dan siswi lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut

(Riauskina, 2005).

Berikut ini merupakan beberapa jenis bullying (Coloroso, 2008) :

a. Bullying secara fisik

Contoh bullying fisik antara lain memukuli, berkelahi, mencekik,

menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar,

meludahi korban, menekuk anggota tubuh korban hingga ke posisi yang

menyakitkan, merusak dan menghancurkan barang pakaian serta

barang-barang milik korban, menampar, menimpuk, menginjak kaki,

menjegal, memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan berlari

keliling lapangan, menghukum dengan cara push up, menolak sesuatu,

menarik rambut, mencubit dan pemerasan.

Page 6: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

b. Bullying secara verbal

Contoh bullying verbal antara lain memberikan julukan nama

tertentu, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan baik yang bersifat pribadi

maupun rasial, pernyataan-pernyataan yang bernuansa seksual atau

pelecehan seksual, perampasan uang jajan atau barang-barang,

telepon yang kasar, email yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang

berisi ancaman kekerasan, tuduhan yang tidak benar, kasak kusuk yang

keji dan keliru, gosip yang dapat menjadi penindasan, memaki, menjuluki,

meneriaki, mempermalukan di depan umum, menuduh, menebar gosip,

menolak dan mengejek, mengancam, merendahkan, mengganggu.

c. Bullying secara mental atau psikologis

Contoh bullying mental atau psikologis antara lain memandang

sinis, memandang dengan penuh ancaman, mempermalukan di depan

umum, mendiamkan, mengucilkan, mempermalukan, meneror lewat pesan

pendek telepon genggam atau email, memandang yang merendahkan,

memelototi, mencibir, mengintimidasi, mengabaikan dan

mendiskriminasikan.

d. Bullying relasional

Bullying relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau

menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak

persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap tersembunyi seperti

pandangan yang agresif, lirikan mata, bahu yang bergidik, helaan nafas,

cibiran, tawa yang mengejek dan bahasa tubuh yang kasar.

Beberapa ciri anak yang bisa dijadikan korban bullying (Sejiwa, 2008)

antara lain memiliki fisik yang kecil dan lemah, anak yang berpenampilan lain

dari biasanya, anak mengalami kesulitan dalam bergaul, anak memiliki

kepercayaan diri yang rendah, anak yang canggung (sering melakukan

kesalahan ketika sedang berbicara, bertindak dan berpakaian), anak yang

Page 7: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

memiliki aksen berbeda, anak yang dianggap menyebalkan dan suka

menantang, anak yang cantik atau tampan dan anak yang kurang cantik atau

kurang tampan, anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu atau

anak orang kaya, anak yang kurang pandai, anak yang gagap, anak yang

dianggap sering argumentatif.

Biasanya para korban memiliki persepsi yang beragam mengenai

bullying (Riauskina, 2005) antara lain para korban mempunyai persepsi bahwa

para pelaku melakukan bullying karena tradisi dan balas dendam karena

mereka pernah diperlakukan seperti itu (menurut korban laki-laki),

para pelaku ingin menunjukkan kekuasaan, para pelaku marah karena korban

tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, agar para pelaku

mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan), dan adanya perasaan iri

hati (menurut korban perempuan). Para korban juga mempersepsikan dirinya

sendiri menjadi korban bullying karena memiliki penampilan yang menyolok,

tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan tradisi.

Beberapa gejala yang dapat dijadikan tanda-tanda bahwa seorang anak

telah mengalami bullying (Sejiwa, 2008) antara lain mengurung diri,

menangis, minta pindah sekolah, konsentrasi anak berkurang, prestasi belajar

menurun, tidak mau bermain atau bersosialisasi, suka mengambil atau

membawa barang-barang tertentu (sesuai dengan permintaan para pelaku),

anak menjadi penakut, marah-marah atau uring-uringan, merasa gelisah,

sering berbohong, melakukan perilaku bullying terhadap orang lain,

memar atau lebam-lebam, tidak bersemangat, anak menjadi pendiam,

mudah sensitive, anak menjadi rendah diri, menyendiri, anak menjadi kasar

dan dendam, mengompol waktu tidur, berkeringat dingin, tidak percaya diri,

mudah cemas, mengalami mimpi buruk, anak mudah tersinggung.

Salah satu dampak bullying yang dapat secara jelas terlihat adalah

kesehatan fisik yang menurun. Beberapa dampak fisik yang dapat ditimbulkan

oleh bullying antara lain merasa sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk,

Page 8: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

bibir pecah-pecah dan sakit pada daerah dada. Dampak fisik tersebut dapat

berakibat fatal bahkan dapat mengakibatkan kematian. Para korban bullying

yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri merupakan salah satu contoh

ekstrim betapa tragisnya akibat yang dapat ditimbulkan dari tindakan bullying.

Dampak psikologis yang dapat dialami oleh para korban bullying antara

lain merasa tidak aman, takut, trauma, khawatir atau paranoid, kehilangan

percaya diri, rendah diri dan merasa tidak berharga, korban dapat

mengembangkan mentalitas dengan merasa bahwa dirinya layak untuk tidak

dihargai, korban menjadi kurang terampil dalam bersosialisasi,

hanya memiliki sedikit dan sering merasa kesepian, akan memiliki kondisi

fisik yang lemah, kemungkinan mengalami trauma fisik dan muncul gejala

psikosomatis, menjadi sulit berkonsentrasi sehingga akan berpengaruh

terhadap prestasi akademis, korban dapat melampiaskan kemarahan atau

perasaan dendam kepada orang lain yang lebih lemah dari dirinya,

beresiko lebih besar untuk depresi bahkan dapat melakukan bunuh diri karena

menganggap bunuh diri merupakan jalan keluar atas masalah yang dialaminya

dan terdapat kecenderungan sebelum anak yang bersangkutan bunuh diri maka

akan membunuh orang yang telah menyakitinya terlebih dahulu

(Coloroso, 2007).

F. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif dapat memahami suatu

permasalahan manusia atau permasalahan sosial serta dapat menciptakan suatu

gambaran menyeluruh mengenai permasalahan tertentu dan secara kompleks

dapat disajikan dengan cara melaporkan suatu pandangan terinci yang

diperoleh dari para sumber informasi. Melalui penelitian kualitatif,

peneliti akan mendapatkan pemahaman mengenai suatu permasalahan

berdasarkan pengalaman subjek yang mengalami peristiwa tertentu dan

dengan melakukan proses pelaporan yang sebenar-benarnya. Selain itu

penelitian kualitatif dapat digunakan untuk memahami bagaimana para

Page 9: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

partisipan mengambil makna dari lingkungan sekitar serta bagaimana makna

tersebut mempengaruhi perilaku orang yang bersangkutan.

Dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan penelitian juga dapat lebih

fleksibel sehingga tidak menutup kemungkinan adanya perkembangan baru.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

wawancara dengan pedoman wawancara dan observasi berupa catatan

lapangan. 

G. SUBJEK PENELITIAN

Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah siswa

SMA yang pernah mengalami bullying. Jumlah subjek penelitian yang

digunakan ada dua orang.  

H. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bullying yang

dialami oleh subjek 1 antara lain bullying secara fisik (memalak, memukul dan

berkelahi), bullying secara verbal (mengancam dan menuduh), bullying secara

mental atau psikologis (memelototi dan mempermalukan di depan umum).

Sedangkan bullying yang dialami oleh subjek 2 antara lain bullying secara

fisik (para pelaku bullying melempar sesuatu kepada korban), bullying secara

verbal (menuduh, menebarkan gosip dan mengejek), bullying secara mental

atau psikologis (mempermalukan di depan umum, memandang sinis dan

memandang dengan penuh ancaman), bullying relasional (menolak

pertemanan dengan korban).

Penyebab subjek 1 menjadi target sasaran sebagai korban bullying

karena karena tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh para

pelaku bullying; subjek memiliki keinginan untuk melakukan balas dendam

kepada para pelaku bullying karena merasa kesal; subjek termasuk salah satu

anak yang cukup pintar di kelasnya dan cukup menonjol dalam prestasi

akademik; bullying sudah menjadi tradisi di sekolah subjek dimana para

pelaku secara berkelompok melakukan bullying kepada siswa lainnya;

Page 10: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

adanya komunitas geng sekolah. Sedangkan penyebab subjek 2 menjadi target

sasaran sebagai korban bullying karena tidak berperilaku sesuai dengan yang

diharapkan oleh para pelaku bullying; subjek memiliki keinginan untuk

melakukan balas dendam kepada para pelaku bullying agar mereka juga dapat

merasakan hal yang sama seperti yang telah dialami subjek ketika sedang di

bullying; subjek termasuk salah satu anak yang berprestasi dimana subjek

selalu mendapatkan peringkat kelas dan menjadi juara umum di sekolah;

bullying sudah menjadi tradisi di sekolah subjek subjek dimana para pelaku

ketika masih junior pernah menjadi korban bullying juga; adanya komunitas

geng sekolah yang terdiri dari sepuluh orang siswi senior; perilaku subjek

dianggap tidak sopan oleh para pelaku bullying; subjek berasal dari keluarga

yang mampu; perilaku subjek cukup menyolok dan tampak sangat berbeda

dengan anak yang lain; para pelaku merasa iri hati terhadap subjek.

Indikasi bullying pada perilaku subjek 1 korban antara lain mengalami

kesulitan dalam berkonsentrasi ketika sedang belajar di kelas; merasa malas

dan tidak mau pergi ke sekolah; subjek berusaha menghindar agar tidak

bertemu dengan para pelaku bullying; subjek menjadi anak yang cenderung

menyendiri; subjek merasa tidak percaya diri jika menghadapi para pelaku

bullying hanya seorang diri. Sedangkan indikasi bullying pada perilaku

subjek 2 korban antara lain tidak mau masuk sekolah; subjek pernah

kehilangan barang-barang milik pribadinya; subjek menjadi anak yang

cenderung pendiam; subjek merasa terisolasi karena tidak mempunyai teman

dan tidak ada yang membela dirinya ketika di bullying; subjek menjadi anak

yang mudah menangis walaupun hal tersebut tidak ditunjukan secara langsung

di hadapan para pelaku bullying.

Dampak bullying bagi subjek 1 antara lain prestasi akademik mengalami

penurunan, merasa tertekan, merasa takut, merasa tidak tenang,

mengalami kesulitan menyesuaikan diri, mengalami kesulitan belajar dan

merasa tidak nyaman. Sedangkan dampak bullying bagi subjek 2 antara lain

merasa takut, merasa lebih sensitif, meminta untuk pindah sekolah,

Page 11: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

membolos sekolah, mengalami cedera fisik, sering berbohong dan merasa

trauma.

I. KESIMPULAN

Bullying yang dialami oleh kedua subjek antara lain bullying secara fisik,

bullying secara verbal, bullying secara mental atau psikologis dan bullying

secara relasional. Kedua subjek menjadi target sasaran sebagai korban

bullying karena tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh para

pelaku bullying, subjek memiliki keinginan untuk melakukan balas dendam

kepada para pelaku bullying, subjek termasuk salah satu anak yang cerdas dan

berbakat di sekolah, adanya tradisi bullying di sekolah dan adanya komunitas

geng sekolah. Indikasi bullying pada perilaku subjek korban yaitu tidak mau

pergi ke sekolah. Dampak bullying yang dialami oleh kedua subjek yaitu

merasa takut.

J. SARAN

1. Saran untuk perkembangan ilmu pengetahuan

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat banyak

kekurangan. Berikut ini, peneliti memberikan beberapa saran untuk

memperbaiki kelemahan tersebut bagi penelitian selanjutnya.

Kelemahan tersebut antara lain peneliti mengalami kesulitan untuk

menemukan subjek penelitian yaitu siswa SMA yang mengalami bullying

selain itu berhubung subjek penelitian yang digunakan adalah anak yang

sudah menjadi alumni tetapi pernah mengalami bullying ketika SMA maka

peneliti tidak dapat melakukan catatan lapangan mengenai perilaku subjek

ketika mengalami situasi bullying tersebut.

2. Saran Aplikatif

Beberapa saran aplikatif ini diperuntukan bagi kedua subjek,

orang tua, kalangan pendidik yaitu guru dan pihak sekolah.

Page 12: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

(a) Bagi Subjek 1

Subjek 1 pernah mengalami bullying ketika sedang duduk di bangku

SMA tetapi subjek berusaha untuk menangani masalahnya sendiri

dengan baik dan melakukan berbagai pencegahan agar tidak

mengalami bullying di kemudian hari. Subjek diharapkan dapat

mengubah perilaku menjadi lebih baik dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Subjek diharapkan dapat lebih mengendalikan diri agar

tidak membalas setiap perlakuan yang diberikan oleh orang lain

kepadanya. Subjek juga diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan

baik terhadap situasi di lingkungan sekitarnya.

(b) Bagi subjek 2

Subjek pernah mengalami bullying ketika duduk di bangku SMA.

Subjek dapat menyelesaikan kasus tersebut seorang diri dengan baik.

Subjek juga berusaha agar tidak melakukan tindakan kekerasan kepada

orang lain dan subjek berharap tidak akan mengalami bullying di

kemudian hari. Sebaiknya subjek dapat melakukan aktivitas sehari-hari

dengan lebih baik. Subjek sebaiknya dapat lebih membuka diri ketika

berinteraksi dengan orang lain terutama dengan orang baru sehingga

subjek dapat menjalin relasi yang cukup baik.

(c) Bagi orang tua

Meskipun dalam penelitian ini tidak dikemukakan mengenai peranan

kedua orang tua ketika anaknya mengalami bullying tetapi bukan

berarti kedua orang tua tidak memiliki kepedulian saat anaknya

mengalami bullying. Sebaiknya kedua orang tua senantiasa dapat

melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh

anaknya, mengamati perkembangan anaknya dengan baik, melakukan

penanganan ketika anaknya mengalami tindakan kekerasan dan

melakukan pencegahan agar anaknya tidak mengalami bullying di

kemudian hari.

Page 13: problem solving pada mantan narapidana pelaku pembunuhan dalam

(d) Bagi pihak sekolah

Kalangan pendidik hendaknya dapat memberikan pengarahan kepada

anak didik bahwa bullying tidak baik untuk dilakukan sehingga tradisi

bullying di sekolah dapat dihapuskan. Pihak sekolah juga hendaknya

dapat mengisi waktu luang para siswa di sekolah dengan melibatkan

mereka dalam berbagai kegiatan yang positif, dapat menyalurkan

minat dan bakat anak serta meningkatkan kemampuan anak untuk

berinteraksi dengan anak yang lain termasuk dengan para pelaku yang

telah melakukan bullying kepadanya. Pihak sekolah sebaiknya

melakukan pengawasan terhadap kegiatan para siswa dan melakukan

pengamatan di lokasi-lokasi tertentu yang dianggap rawan terjadinya

bullying di sekitar lingkungan sekolah. Pihak sekolah sebaiknya

melakukan penanganan bullying dengan lebih baik yaitu dengan

memperketat peraturan sekolah dan memberikan sangsi kepada

anak-anak yang terlibat dalam bullying. Sedangkan tindakan yang

dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencegah agar bullying

tidak terjadi di kemudian hari adalah sebaiknya menghapus segala

bentuk senioritas di sekolah, sebaiknya pihak sekolah memberikan

sosialisasi mengenai bullying dan lebih sering mengadakan kegiatan

yang melibatkan seluruh siswa sehingga mereka dapat terjalin

hubungan yang baik antara junior dengan senior.