problem dan tantangan dalam implementasi skema pensiun … · 2015-02-23 · skema pensiun publik...

17
Problem dan Tantangan dalam Implementasi Skema Pensiun Publik Indonesia di masa datang yang berdasarkan pada UU No 40/2004 tentang SJSN Serangkaian Konsultasi tingkat Nasional oleh ILO bekerjasama dengan Dewan Ekonomika Sosial PBB tertanggal 24-25 Februari 2015 di Hotel Borobudur-Jakarta H. Bambang Purwoko Anggota DJSN dan Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Pancasila 1

Upload: nguyenlien

Post on 14-Jun-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Problem dan Tantangan dalam Implementasi Skema Pensiun Publik Indonesia di masa datang

yang berdasarkan pada UU No 40/2004 tentang SJSN

Serangkaian Konsultasi tingkat Nasional oleh ILO bekerjasama dengan Dewan Ekonomika Sosial PBB tertanggal

24-25 Februari 2015 di Hotel Borobudur-Jakarta

H. Bambang PurwokoAnggota DJSN dan Guru Besar

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Pancasila

1

2

DAFTAR ISI

1. Bentuk Pensiun Publik di Indonensia seperti apa? .............. 3

2. Masalah-Masalah Implementasi Pensiun Publik, ................. 6

3. Tujuan Penyelenggaraan Pensiun Publik, ......................... 8

4. Implementasi Strategi Pensiun Publik, ..................................... 14

5. Kesimpulan dan Rekomendasi, ........................................... 16

6. Sumber Referensi Terbatas, .................................................... 17

1. PENSIUN PUBLIK DI INDONESIA SEPERTI APA?

Pensiun publik Indonesia sebagai pensiun jaminan sosial (PJS) mengacu

pada UU No 40/2004 tentang SJSN sedangkan operasional2-nya tunduk

pada Pasal-pasal 2-3-4, 39-42:

- Pasal 2: Asas2 kemanusiaan, keadilan dan kemanusiaan

- Pasal 3: SJSN bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya

kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan

anggota keluarganya

- Pasal 4: Prinsip-prinsip SJSN

a. Kegotong-royongan

b. Nirlaba

c. Keterbukaan

d. Kehati-hatian

e. Akuntabilitas

f. Portabilitas

g. Kepesertaan bersifat wajib

h. Dana amanat

i. Imbalan investasi dipergunakan untuk program dan

peserta

3

- Pasal 39 Ayat 1: PJS diselenggarakan dengan prinsip asuransi

atau tabungan wajib.

- Pasal 39 Ayat 2: PJS dikelola untuk mempertahankan kehidupan

yang layak pada saat peserta kehilangan pekerjaan atau

berkurang penghasilan-nya karena memasuki masa usia

pensiun atau mengalami cacat total tetap.

- Pasal 39 Ayat 3: Tipe PJS berdasarkan pada manfaat pasti.

- Pasal 40: Peserta PJS adalah pekerja yang telah membayar iuran

- Pasal 41 Ayat 1: Manfaat PJS berwujud uang tunai yang diterima

setiap bulan sebagai pensiun hari tua, pensiun janda /

duda, pensiun ahli waris anak s/d usia 23 tahun dan

pensiun orang tua.

- Pasal 41 Ayat 2: Setiap peserta atau ahli waris berhak mendapat-

kan uang pensiun berkala setiap bulan setelah memenuhi

masa iur minimal 15 tahun.

- Pasal 41 Ayat 3: Manfaat JP dibayarkan kepada peserta yang telah

mencapai usia pensiun sesuai formula yang ditetapkan.

4

- Pasal 41 Ayat 5: Apabila peserta mencapai usia pensiun sebelum

memenuhi masa iur 15 tahun, peserta tsb berhak menda-

patkan seluruh akumulasi iuran ditambah hasil pengem-

bangannya.

- Pasal 41 Ayat 7: Manfaat pensiun cacat dibayarkan kepada peserta

yang mengalami cacat total tetap meskipun peserta tsb

belum mencapai usia pensiun.

- Pasal 42 Ayat 1: Besarnya iuran JP untuk peserta yang menerima

upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari

upah atau penghasilan atau sejumlah nominal tertentu

yang ditanggung bersama antara pemberi-kerja dan

pekerja.

Jadi tata-kelola pemerintah dan kepatuhan stakeholders:

a. Acuan usia pensiun pekerja sektor swasta mengacu

pada usia 55 sedang usia 60 sedang dalam usulan.

b. Akumulasi iuran harus dimasukkan ke dalam satu pot

agar membentuk kumpulan dana untuk pembayaran

kembali santunan pensiun kepada pensiunan.

5

6

2. MASALAH-MASALAH IMPLEMENTASI PENSIUN PUBLIK

a. Dari Sisi Perekonomian

i. Usulan pertumbuhan perekonomian 6% dalam tahun 2015-2016 akan

sulit dicapai karena pertumbuhan perekonomian tahun lalu masih harus

dikoreksi dari 5,7 ke 5,5% (Business.com-Jakarta, 2014).

ii. Konsekuensi implementasi PJS akan berdampak pada bertambahnya

beban fiskal dalam 2040-2050. Hal ini merupakan masalah besar,

karena rendahnya rasio pajak yang hanya 11% di tahun 2014 (BKF-

Kemkeu). Untuk hal ini, tidak ada pilihan bagi Pemerintah Indonesia

untuk menciptakan lapangan pekerjaan lebih banyak lagi.

iii. Jumlah kemiskinan di tahun 2014 masih tinggi sebesar 86,4 juta yang

merefleksikan 36% dibandingkan dengan jumlah penduduk 240 juta

yang berarti bahwa 1 dari 3 orang Indonesia miskin. SJSN adalah cara

efektif untuk reduksi kemiskinan secara sistemik (Kebj DJSN, 2014).

iv. Karena kurangnya koordinasi kebijakan diantara K-L yang terkait dgn

penyelenggaraan pensiun pegawai negeri di masa lampau, maka hal

ini, PJS dirancang untuk seluruh pekerja agar memiliki penghasilan hari

tua sebagai bagian dari reduksi kemiskinan secara bertahap.

7

b. Dari Sisi Ketenaga-kerjaan

i. Berhasilnya kepesertaan pekerja dalam pensiun publik sesuai UU SJSN

tergantung sepenuhnyaa dari kondisi ketenaga-kerjaan. Akan tetapi,

tidak ada prospek ketenaga-kerjaan di tahun 2015 ini.

ii. Masalah-masalah utama ketenaga-kerjaan terjadi karena terbatasnya

kesempatan kerja; masalah jaminan pekerjaan; rendahnya upah

pekerja di sektor formal dan juga rendahnya kepesertaan jaminan sosial

(BPS, 2014).

iii. Komposisi ketenaga-kerjaan antara sektor formal dan sektor informal

lebih dominan pada sektor informal sebanyak 63.32% tanpa jaminan

sosial.

c. Dari Sisi Pandangan Pemberi-kerja

i. Resistensi majikan dalam partisipasinya terhadap PJS yg berdasarkan

UU SJSN adalah alasan tanggung-jawab ganda, yaitu pesangon sesuai

UU 3/2003 dan pensiun privat sesuai UU 11/1992.

ii. Tidak ada jaminan pemberi-kerja untuk memperkerjakan karyawan-nya

sendiri lebih dari 15 tahun.

8

3. TUJUAN PENYELENGGARAAN PENSIUN PUBLIK DI INDONESIA

a. Tujuan PJS bagi pekerja aktif saat sekarang adalah untuk mengurangi

potensi kemiskinan yang bersangkutan di masa datang agar memperoleh

bonus demografi yang akan terjadi dalam periode 2040-2050.

b. PJS adalah manfaat FLAT secara relatif sebagai kekhasan jaminan sosial.

c. Data rata2 upah, masa iur, usia peserta, inflasi dan seterusnya dengan

basis kepesertaam digunakan dalam kalkulasi manfaat-iuran PJS.

d. Mekanisme pembayaran manfaat pensiun sesuai prinsip gotong-royong

e. Sumber2 utama pembiayaan iuran berasal dari pemberikerja- pekerja .

f. Persyaratan penarikan manfaat PJS berlaku pada usia 55.

g. JP-SJSN dapat merupakan tabungan wajib bagi peserta yang belum

memenuhi masa iur 15 tahun tetapi ybs telah mencapai usia 55 tahun

h. Iuran PJS dalam tahap awal di tahun 2015 adalah 8% yang mengacu pada

pengalaman di Filipina, Trinidad dan Tobago sebesar 8,4%, kemudian iuran

tsb akan disesuaikan sesuai progres perekonomian.

9

Bagaimana menghitung iuran pensiun publik bagi pekerja secara efektif?

a. Tetapkan terlebih dulu secara subjektif , yaitu 8% yang merujuk pada kasus

di Filipina, Trinidad dan Tobago bahwa iuran pensiun publik sebesar 8,4%.

b. Gunakan indek waktu, yaitu rasio antara masa iur (c) dan masa menerima

manfaat (b) yang diseting >1, kemudian tentukan iuran dasar antara 5-8%.

Hasil perhitungan iuran adalah antara 6.25-10% (lihat Tabel 1).

No

(1)

Masa Iur

(tahun)

(2)

Masa Menerima

Manfaat

(tahun)

(3)

Indek

Waktu

(4)=(2)/(3)

Iuran

Dasar

5%

(5)=(4)0,05

Iuran

Dasar

8%

(6)=(4)0,08

1

2

3

4

5

15

20

25

30

35

10

15

20

25

30

1.50

1.33

1.25

1.20

1.16

0,0750

0,0665

0,0625

0,0600

0,0580

0,1200

0,1064

0,1000

0,0960

0,0928

Rata2 25 20 1.25 0,0625 0,1000

Tabel 1 Hasil Perhitungan Iuran Pensiun Publik dalam UU SJSN

10

No Komposisi

Peserta aktif dan

Pensiunan

Replacement Rate yang diusulkan (%)

33,34 50,00 66,67 75,00

1

2

3

4

Rata2

2 : 1

3 : 1

4 : 1

5 : 1

0,32

16,67

11,00

8,33

6,67

10,67

25,00

16,50

12,50

10,00

16,00

33,33

22,00

16,67

13,33

21,33

30,50

24,75

18,75

15,00

24,00

Tabel 3 Iuran Pensiun Publik SJSN Menjurut Komposisi Peserta Aktif dan

Pensiunan dan Menurut Replacement rate yang diusulkan

No Persentase

Manfaat Pensiun

Masa Iur (tahun)

15 20 25 30

1

2

3

4

Rata2

1,00

1,50

2,00

2,50

1,75

0,150

0,225

0,300

0,375

0,262

0,200

0,300

0,400

0,500

0,350

0,250

0,375

0,500

0,625

0,437

0,300

0,450

0,600

0,750

0,525

Tabel 2 Replacement Rates Menurut % Manfaat dan Masa Iur

11

No

(0)

PTKP

sebagai satu2

nya katagori

(x) (1)

Variasi Upah

(Rp Juta)

(2)=(1)(2)

Meningkatnya

replacement rate

sesuai penurunan

upah (%) (3)

Manfaat pensiun

bulanan (Rp Juta)

(4)=(2)(3)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

5,0

4,5

4,0

3,5

3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

10,0

9,0

8,0

7,0

6,0

5,0

4,0

3,0

2,0

33,34

37,00

37,34

38,00

39,00

40,00

41,67

44,67

50,00

3,34

3,33

2,98

2,66

2,34

2,00

1,67

1,34

1,00

Sumber: Purwoko, 2014

PTKP yang terendah Rp 2 juta sebagai pengganti UMP, karena

inkonsistensi UMP yang terjadi di masing masing provinsi.

Tabel 4

Rujukan 5 x Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP), Batas Atas Upah

dan Batas Bawah Upah serta Besarnya Manfaat Pensiun Publik

12

No 2015 2020 2025 2030

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10,0

9,0

8,0

7,0

6,0

5,0

4,0

3,0

2,0

12,76

11,48

10,21

8,93

7,66

6,38

5,10

3,83

2,55

16,28

14,66

13,03

11,40

9,77

8,14

6,51

4,88

3,26

20,78

18,70

16,62

14,55

12,47

10,39

8,31

6,23

4,15

Tabel 5 Proyeksi Kasar tentang PTKP Batas Atas dan Batas Bawah

dengan rata2 Inflasi Tahunan 5% (Rp juta)

Sumber: Purwoko, 2014

13

No 2015 2030 2035 2040

1

2

3

4

5

6

7

8

9

3 ,34

3,33

2,98

2,66

2,34

2,00

1,67

1,34

1,00

6,94

6,92

6,19

5,53

4,86

4,15

3,47

2,78

2,07

8,86

8,83

7,91

7,06

6,21

5,31

4,43

3,55

2,65

11,31

11,27

10,09

9,00

7,91

6,77

5,65

4,54

3,38

Tabel 6 Proyeksi Kasar tentang Manfaat Pensiun Bulanan atas

dasar Rata2 Inflasi Tahunan 5% (Rp Juta)

Sumber: Purwoko, 2014

14

4. IMPLEMENTASI STRATEGI PENSIUN PUBLIK

Implementasi strategi didefinisikan sebagai persiapan Pemeritnah, DJSN dan

pihak2 lain untuk melakukan berikut aksi-aksi secara berahap:

a. Mematuhi UU SJSN terlebih dulu khususnya Pasal-pasal 2-3-4 dan 39-42

tentang Pensiun SJSN sebagai pensiun publik;

b. Memperluas kepesertaan pensiun publik sebagai aksi prioritas sebagai

amanat UU SJSN tanpa opsi;

c. Merancang metoda pembiayaan pensiun publik yang bisa diterima oleh

pekerja, pemberi-kerja dan pemerintah;

d. Melakukan cut off terhadap program pensiun yang ada, sebagai contoh

kepesertaan pensiun publik berlaku untuk pekerja baru sama sekali;

e. Memberikan prioritas bagi pekerja yang sama sekali belum memiliki program

program pensiun agar menjadi peserta pensiun publik yang dikelola BPJS

Ketenaga-kerjaan

f. Melakukan kontrol oleh DJSN terhadap implementasi pensiun publik yang

diselenggarakan oleh BPJS Ketenaga-kerjaan;

g. Menghitung besarnya iuran pensiun publik yang diskedul untuk penyesuaian

secara bertahap (lihat tabel 7);

h. Menjalin hubungan yang erat dengan para pemangku-kepentingan sambil

mengembangkan kultur yang sehat untuk tujuan tercapainya pensiun

jaminan sosial yang komprehensif bagi seluruh pekerja.

15

2015-’17 2018-’20 2021-’23 2024-’26 2027-’29

1. Penyesuaian

Iuran

8% 10% 12% 14% 16%

2. Iuran

a. Majikan

b. Pekerja

5%

3%

6%

4%

7%

5%

8%

6%

9%

7%

3. Replacement

rate yang

diusulkan

33% 40% 48% 56% 64%

4. Usulan usia

pensiun

55 58 60 62 65

5. Skedul

implementasi

Awal

operasi

Rekomen-

dasi ILO

Sesuai Pasal

3 UU SJSN

Sesuai

Pasal 3 UU

SJSN

Cukup

atau

berlanjut

Tabel 7 Penyesuaian Iuran, Iuran Bersama dan Replacement Rates

Sumber: Purwoko, 20 Pebruari 2015

16

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Ada pepatah bahasa Inggris” yang kita lupa, yaitu if you are not part of the

solution, you are part of the problem:

a. Sebagaimana diketahui, kemiskinan lasia tak bisa diselesaikan dengan

hanya memberikan BLT. Untuk solusi ke depan kita harus bangun sistem

pensiun yang berbasis gotong royong sesuai UU SJSN.

b. Pernyataan universal Sekretaris Jendral ILO bahwa, bahwa Dunia tidak

kekurangan susmber-sumber untuk menghapus kemiskinan, tetapi yang

terjadi adalah tidak adanya prioritas yang benar. Jaminan sosial-pun masih

belum merupakan prioritas di negara-negara tertentu.

c. Satu2-nya hal yang dapat kita lakukan atas problem pensiun terlepas

apakah adanya beban fiskal atau tidak, lebih baik kita lakukan sekarang

secara bertahap daripada tidak berbuat apa-apa. Jika tidak, maka kita akan

dibayang bayangi hal-hal ketakutan secara terus menerus.

d. Konsekuensi Pemerintah dalam implementasi pensiun publik yang wajib

begitu banyak, antara lain perlunya persiapan tata-kelola dalam proteksi

sosial yaitu dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan menjamin-nya

serta perbaikan remunerasi untuk proteksi sosial seluruh pekerja.

17

6. SUMBER BACAAN TERBATAS

_____,Business.com-Jakarta, 2014

_____,UU No 40/2004 tentang SJSN

_____,BPS tentang Statistik Ketenaga-kerjaan (2014)

_____,Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, 2014.

Purwoko, B, (2011), “Sistem Proteksi Sosial dalam dimensi Ekonomika”,

Penerbit Universitas Islam Jakarta.

Purwoko, B, (2013), “Persamaan Iuran dan Manfaat JP-SJSN untuk

keperluan Keseimbangan Pendanaan Jangka Panjang”, Makalah

Kebijakan untuk DJSN tgl 7-7- 2013.

Purwoko, B, (2013), “Pensiun Jaminan Sosial (PJS): suatu Illustrasi dalam

Pemberian Manfaat PJS yang relatif sama untuk semua di beberapa

Negara sebagai contoh”, Makalah untuk DJSN per 26-11-2013

Jakarta, 18-21 Pebruari 2015

BPurwoko